Ceritasilat Novel Online

Bukit Pemakan Manusia 29


Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 29


Bukit Pemakan Manusia Karya dari Khu Lung   "Heeh.. heeeh.....hreeh... kalau begitu, kau sudah bertekad hendak menghianatinya?"   Sekali lagi He he koancu mendengus dingin.   "Hmm, tak bisa di bilang siapa menghianati siapa, antara aku dengan dia bisa bekerja sama karena masing-masing telah memenuhi syarat yang diminta!"   "Ooooh... jadi kerja sama kalian sekarang sudah pecah?"   "Benar, tapi dia sendiri yang memaksakan hal ini, bukan aku yang sengaja berniat mengingkari janji."   "Apakah dikarenakan ia berubah pikiran secara tiba-tiba..."   "Persoalan itu toh tiada sangkut pautnya dengan kalian ? Lebih baik tak usah banyak bertanya !"   Tukas He-he koancu cepat. Hou ji segera tertawa.   "Bagaimana juga aku harus tahu."   Serunya.   "sekarang, bila dia datang kembali, bukankah kau.!"   "Hmm, dia tak bakal balik lagi !"   Dengus He-he koancu cepat. Hou ji meski sudah tahu kalau dugaannya benar, tapi ia toh mencoba untuk menyelidik kembali.   "Kau ini sebetulnya ingin membohongi siapa ?"   "Aku tak perlu membohongi dirimu!"   Jawab He-he koancu dengan suara dingin.   "sekarang dia sudah berada didalam lorong menuju ke anak tangga ruang bawah, tadi aku telah menggerakkan alat rahasianya dan mengurung dia didalam lorong rahasia tersebut!"   Kembali Hou-ji mengalihkan pokok pembicaraannya ke soal lain, ujarnya kembali.   "Dalam hal ini aku sudah tahu, kalau tidak, bagaimana mungkin kau begitu bernyali untuk mengajak kami membicarakan pertukaran syarat!"   Setelah berhenti sejenak, tiba-tiba nada pembicaraannya berubah menjadi sangat berat dan dalam, kembali ujarnya.   "Sekarang sudah sepantasnya kalau kita membuka pintu dan jendela selebar lebarnya untuk berbicara secara terus terang, koancu aku tak percaya kalau sekarang dirimu masih mempunyai pilihan lain !"   Tampaknya He-he koancu seperti dibikin agak kebingungan oleh perkataan tersebut, se telah berpikir sebentar dia baru menjawab.   "Aku tidak mengerti apa maksud dari pertanyaanmu ini !"   Houji segera tertawa.   "Pertama-tama aku hendak bertanya kepada..."   He he koancu segera tertawa cekikikan, tukasnya mendadak.   "Eeeh, tunggu, tunggu dulu, aku toh bukan seorang anak kecil!"   "Disini kan tiada orang menganggap kau sebagai seorang anak kecil ?"   Houji mendehem.   "Tapi apa yang kutanyakan belum lagi kalian jawab, kalian sudah bertanya kepadaku bukankah hal ini sama halnya dengan menganggap diriku seperti kanak-kanak, sok ditipu orang tua belaka?"   "Oooh... kau keliru, apa yang hendak kutanyakan kepadamu sama sekali tak ada hubungannya dengan apa yang kau tanyakan!"   "Apa iya? sungguh membuat orang sukar untuk mempercayainya!"   Houji tidak menanggapi perkataan tersebut, kembali dia berkata.   "Yang ingin kutanyakan adalah sampai kapan kau baru akan melepaskan orang yang kau sekap dalam lorong rahasia tersebut?"   "Jangan lupa, diantara kalian berdua masih terikat syarat untuk bekerja sama."   "Aku tidak melupakan hal tersebut, cuma semuanya itu sudah berlalu."   "Tetapi siapa yang akan memberi jaminan untukmu. Orang itu berhati keras, berjiwa sempit, cepat mendendam dan berhati keji, sebodoh-bodohnya aku, tak nanti akan sedemikian bodohnya sehingga melepaskan dia masuk kemari dan membuat perhitungan dengan diriku!"   "Ooh, kalau begitu kau sudah menyimpulkan bahwa sekalipun kau melepaskannya masuk dia tak bakal akan mempercayai dirimu lagi dan pasti akan membuat perhitungan dengan kau?"   "Ini merupakan kenyataan, cuma bila kalian tak mau percaya, akupun tak dapat berbuat apa2."   "Kau berharap kami percaya?"   Dengan tak sabar He-he koancu berseru.   "Bila kau masih ingin membicarakan perkataan yang sama sekali tiada gunanya ini, toh lebih baik kita sama-sama membungkam diri saja..."   Hou ji tertawa tergelak.   "Haaahh... haaahh... haaahh...betul, akupun beranggapan kita tak usah membicarakan persoalan tersebut lebih jauh, tapi aku harus memberitahukan kepadamu, apa yang kita bicarakan tadi sesungguhnya bukan tiada gunanya sama sekali!"   He he mendengus, kali ini dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Kembali Hou ji berkata sambil tertawa.   "Sejak awal tadi sudah kukatakan kalau kau tak punya pilihan lain, sekarang tentunya kau sudah mengerti bukan ?"   Sekali lagi He he koancu mendengus, namun dia masih tetap membungkam dalam seribu bahasa. Sambil tertawa kembali Hou ji berkata.   "Koancu, kau sendiri sudah mengakui Soh bun ki adalah seorang yang berhati keras, berjiwa sempit dan lagi amat kejam dan tidak mengenal ampun, dengan sebab itu kini kaupun sudah tidak memiliki jalan lagi untuk meninggalkan tempat itu."   "Untuk berlalu dari sini tak mungkin, mau berbaikan lagi dengannya juga mustahil, sekarang kecuali bekerja sama dengan kami, aku tak tahu apakah kau masih memiliki pilihan lain lagi ?"   Setelah terjadi tanya jawab secara keseluruhan, melalui suatu perputaran situasi yang yang drastis, kini antara kepala dan ekornya telah saling berjumpa dan terwujudlah suatu lingkaran setan yang sulit untuk ditembusi.   Kini He-he koancu mulai mengerti, tapi dia benar-benar sudah didesak oleh keadaan sehingga berada dalam keadaan apa boleh buat.   Sebagai seorang yang menganggap posisinya lebih menguntungkan sudah tentu dia tak mau di dikte lawan, sebab itu dia mulai memutar otak mencari jalan keluar.   Sebaliknya Hou-ji masih saja mendesaknya selangkah demi selangkah menghampiri ke hadapannya.   - ooo0dw0ooo-   Jilid 32 SEMENTARA itu kembali dia telah berkata.   "Tapi kau jangan salah paham, kami tidak mempunyai rencana apapun, lebih-Iebih tak ingin menunggangi kesulitan orang untuk menuruti kemauan kami oleh sebab itu bila kita berniat kerja sama, kau harus membicarakannya secara blak-blakan tanpa diembeli dengan segala macam syarat."   Pernyataan terakhir yang diutarakan itu segera membuat He he koancu menjadi lebih tenang. Dari gusar diapun menjadi gembira, ujarnya kemudian sambil tertawa merdu.   "Anggap saja perkataanmu itu memang masuk diakal, cuma aku tetap harus tahu sebenarnya apa maksud kalian datang kemari? Dan bagaimana ceritanya sehingga bisa sampai disini?"   "Demi suksesnya kerja sama kita, aku memang perlu memberitahukan persoalan ini kepadamu, cuma setelah kuutarakan nanti, aku yakin bukan saja kau tak parcaya, bahkan bisa jadi akan menegur kami dengan nada gusar !"   "Aku rasa hal tersebut hanya aku sendiri yang bisa memutuskan!"   Hou ji menarik napas panjang, ia tidak berseru kearah jendela kecil itu melainkan berkata kepada Sun Tiong lo.   "Siau liong, lebih baik kau saja yang menerangkan persoalan ini kepada koancu."   Selama ini Sun Tiong lo membungkam terus dalam seribu bahata, dalam keadaan demikian terpaksa dia berkata.   "Koancu,apa yang diucapkan hou suhengku memang benar..."   "Bagaimana kalau biar kau sendiri saja yang memutuskan?"   Tukas He he koancu.   "Baik, kalau begitu apa yang aku ketahui akan kuberitahukan semua kepadamu, percaya atau tidak terserah kepada dirimu sendiri!"   Sampai disitu kembali dia berhenti bicara, lalu menghela napas panjang. Cepat He he koancu mendesak lebih jauh.   "Ayo katakanlah karena apa kalian kemari? Siapa yang memberi petunjuk pada kalian?"   "Beberapa bulan berselang, kami suheng-te meninggalkan guru kami, sewaktu hendak berpisah suhu kami telah menyerahkan se   Jilid kitab kecil yang di dalamnya tercantumkan tempat-tempat yang harus kami kunjungi.   "Tempat-tempat tersebut ada yang di sebut tempatnya saja, ada pula yang disebutkan nama berikut nama orangnya tapi yang tidak dicantumkan dalam kitab itu adalah apa yang harus kami lakukan setelah sampai disitu."   "Maka kami suheng te berdua pun mengikuti catatan yang ada dalam kitab kecil itu, satu persatu mengunjungi tempat-tempat tersebut, kini kamipun sampai di Gak yang dan mencari ketempat ini!"   "Jadi kalau begitu kalian sendiripun tidak mengetahui mau apa datang kemari ?"   "Yaa. hal ini merupakan kenyataan !"   Sampai lama sekali He-he koancu membungkam dalam seribu bahasa, dia sedang memeras otak untuk menelaah kebenaran dari ucapan tersebut. Selang berapa saat kemudian, He he koancu baru berkata lagi sesudah menghela nafas panjang.   "Baik, aku percaya ucapan kalian itu !"   Diam-diam Hou ji merasa keheranan, sebab seandainya dia yang mendengar perkataan semacam itu dari orang lain, Hou ji percaya, dia tak akan mempercayainya dengan begitu saja.   Tapi sekarang, He he koancu justru mempercayainya, bukankah hal ini merupakan suatu kejadian sangat aneh.   Seharusnya setelah He he koancu menaruh rasa percaya, Hou ji dapat berlega hati, dan tak usah membicarakan persoalan itu lagi, siapa tahu dalam keadaan keheranan justru Hou ji malah bertanya.   "Koancu, kau percaya ?"   "Benar, aku percaya,"   Kata Hehe koancu cepat. Diam-diam Hou ji berkerut kening, balasannya kemudian.   "Terhadap siapa saja ucapan tersebut diutarakan, orang tak akan mempercayainya dengan begitu saja, tapi kau ternyata percaya seratus persen, kenyataan ini membuatku merasa amat keheranan, oleh sebab itu aku ingin bertanya kepadamu dimanakah letak alasannya?"   "Ada tiga alasan yang membuatku percaya kalau ucapan tersebut merupakan kenyataan !"   "Aaaan, malah ada tiga alasan ? Aneh!"   Hou ji benar benar dibikin berdiri bodoh. He he koancu segera tertawa.   "Alasan pertama adalah Sun siaute ini berbicara jujur, bersikap terbuka dan ucapannya tidak mencerminkan keraguan, sehingga bagi kedengaranku ucapan mana benar-benar muncul dari suara hatinya."   "Oooh, seandainya aku yang berbicara ?"   Kembali He he koancu tertawa.   "Kalau kau berbeda, kalau didengar dari nada pembicaraanmu itu jelas kedengaran kalau kau berpengalaman dan merupakan seorang jagoan kawakan, biasanya orang yang sudah berpengalaman akan berbicara sangat dipIomatis dan ucapan yang diplomatis tak bisa dipercaya dengan begitu saja...!"   Hou ji tertawa tergelak gelak.   "Waaah. .. perkataanmu itu tak ubahnya merupakan makian yang sama sekali tidak meninggalkan bekas !"   Hehe koancu tertawa terkekeh kekeh.   "Heeh... heeh... heehh... kedua ucapan semacam itu jangankan orang dewasa, anak-anakpun tak bisa dibohongi. tentu saja tak bisa dipercaya pula."   "Tapi hal ini merupakan kenyataan, apakah bisa dijadikan alasan pula..."   "Jangan terburu nafsu, dengarkan dahulu alasanku yang ke tiga dan kau pasti akan mengerti sendiri !"   "Baik, baik, akan kudengar alasanmu yang ke tiga itu"   "Ketiga bila dia ingin membohongi aku, bisa saja mengemukakan beribu-ribu macam alasan, toh aku tak bisa membuktikan kebohongannya itu, mengapa cerita yang di pilih justru berita yang tak akan dipercaya oleh siapapun ?"   Hou-ji menjadi paham, dia bertepuk tangan sambil bersorak keras keras.   "Betu", koancu, aku amat mengagumi dirimu"   Tapi He-he koancu segera menghela napas panjang lagi,"walaupun ucapanku berkata demikian, namun dalam kenyataan justru telah ada perubahannya !"   Pada saat itu Sun Tiong lo berkata lagi.   "Harap koancu jangan banyak berpikir, aku berani menjamin sejak kini tiada orang dari perguruan kami yang akan datang kemari lagi. apalagi guruku, dia tak akan datang kemari."   "Soal ini aku mengerti"   Tukas He he koancu, tapi bila berita ini sampai bocor di tempat luaran, sejak kini sudah pasti orang lain akan berbondong-bondong datang kemari."   Sun Tionglo berpikir sebentar, lalu ujarnya.   "Koancu, bila apa yang kau kehendaki bukan suatu perbuatan yang tak halal, kami semua bersedia untuk membantu dirimu."   He he koancu tertawa getir.   "Dalam peristiwa ini sukar untuk dirumus-kan apakah soal tersebut halal atau tidak halal !"   "Dapatkah diutarakan ?"   Tanya Sun Tiong lo. He he koancu kembali termenung beberapa saat lamanya, kemudian dia berkata.   "Lebih baik kita jangan bertanya jawab dengan dinding itu sebagai dinding penyakit, silahkan masuk kemari saja !"   Selesai berkata, terdengar suara gemerincingan pelan, lalu dinding yang lebarnya tiga depa itu segera merekah dan muncullah sebuah pintu rahasia.   Maka mereka pun berkumpul menjadi satu didalam ruangan batu yang ditempati He he koancu.   Sementara itu, He he koancu telah mengambil korek api dan menyulut sebuah lentera.   Begitu cahaya memancar ke empat penjuru, maka kedua belah pihakpun bisa saling berpandangan dengan jelas.   Hehe koancu mengenakan sebuah jubah berwarna hijau, berusia tiga puluh lima enam tahunan dan berwajah cantik, walaupun sebagai seorang tokoh yang tak pernah memakai bedak maupun gincu, namun tidak menutupi raut wajahnya yang cantik dan menawan hati itu.   Nona Kim memperhatikan tokoh itu paling seksama, demikian juga dengan He he koancu, dia memperhatikan nona Kim paling teliti.   Menyusul kemndian, sorot mata nona Kim mulai menyapu sekejap sekeliling ruangan, dengan cepat dia menemukan kalau dalam ruangan itulah terletak seluruh pusat peralatan alat rahasia dalam loteng batu ini, tanpa terasa dia berjalan masuk dan mulai memperhatikan setiap bagian ruangan dengan seksama.   Tampaknya He he koancu sudah bertekad untuk bekerja sama dengan mereka, maka dia mengikuti dibelakangnya sambil memberi petunjuk kesana kemari menjelaskan letak alat-alat rahasia tersebut.   Dalam ruangan batu itu selain tersedia tempat duduk yang berjumlah cukup banyak.   bahkan terdapat pula selembar pembaringan.   Ketlka sorot mata Hou ji memandang sekejap ke arah pembaringan gading itu, paras mu ka He he koancu segera berubah menjadi merah lantaran jengah.   Setelah mengambil tempat duduk, Sun Tiong lo segera berkata.   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Koancu, dapatkah kau menjelaskan alasan mu sehingga harus berjaga ditempat ini?"   He he koncu menghela napas panjang.   "Aaai... boleh saja, cuma persoalan ini harus dikisahkan mulai sejak awal."   Sun Tiong lo tersenyum.   "Tidak menjadi soal, toh bagaimanapun juga tak mungkin kita bisa keluar dari sini dalam waktu singkat."   Di dalam peristiwa ini, aku minta maaf kepada saudara saudara sekalian!"   Kata Hehe koancu dengan kepala tertunduk. Dengan cepat Sun Tiong lo menggeleng.   "tindak tanduk seseorang dikala sedang bermusuhan tak bisa dijadikan patokan untuk suatu sifat manusia, apa lagi orang lebih mementingkan diri sendiri, kau tak bisa disalahkan."   He he koancu mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap kearah Sun Tiong lo lalu ujarnya.   "Bila kau telah berkata demikian, akupun merasa lebih baik..."   "Koancu, kalau persoalan harus dikisahkan sejak awal, lebih baik persoalan yang tak berguna tak usah di bicarakan lagi."   Tukas nona Kim dengan cepat.   "karena bila selesai berkisah kita harus segera mengambil keputusan dan cepat-cepat melepaskan diri dari tempat ini."   "Ceritera ini harus dimulai sejak dua puluh tahun berselang, ketika kuil Tong thian koan masih jaya-jayanya..."   "Koancu"   Tukas Sun Tiong lo "persoalan yang menyangkut tindak tanduknya Sang sang koan-cu, sudah kami ketahui semua dengan jelas"   "Oooh, kalau begitu kita bisa menghemat waktu, Sang-sang adalah kakak seperguruanku, diapun merupakan murid murtad dari perguruan kami, setelah menghianati perguruan, dia lantas melakukan kejahatan dikuil Tong thian koan."   "Perguruanmu adalah..."   Sekali lagi Sun Tiong lo menukas dengan cepat. Hehe koancu menundukan kepalanya rendah-rendah, kemudian menyahut dengan suara lirih.   "Kami berasal dari kuil Hian biao koan di San say. Hun hoo!"   Sun Tiong io sama sekali tidak menunjukkan rasa kaget atau tercengang katanya kemudian.   "Kalau begitu gurumu adalah Im Cing cing, ketua dari Hian biau koan..?"   He-he koancu mengangguk.   "Benar, aku tidak mengira kalau kau bisa mengetahui gelar dari guru kami."   Sun Tiong Io tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya berkata lebih jauh.   "Sang-sang bukan cuma menghianati perguruan saja, mungkin diapun telah mencuri dan melarikan kitab Hua kue keng milik guru mu bukan?"   Paras muka He he koancu berubah hebat, dengan perasaan terperanjat serunya.   "Darimana kau bisa tahu?"   Sun Tiong lo masih belum menjawab pertanyaannya, dia hanya berkata lebih jauh.   "Sejak suhengmu dilenyapkan dari muka b mi, berita tentangkitab itupun turut lenyap tak berbekas sedang koancu beranggapan kitab ini masih tersimpan disalah satu tempat disekitar tempat ini, maka kau sengaja membangun loteng batu ini guna mempermudah pencarian bukankah demikian?"   Sekali lagi He he koancu menghela napas panjang.   "Aaai, benar, memang demikian keadaannya, cuma loteng batu ini bukan aku yang mendirikan."   "Kalau begiiu, loteng ini didirikan oleh Soh hun ki?"   Tanya Hou ji dengan cepat.   "Benar, namun menurut apa yang kuketahui diapun mendapat perintah dari seseorang!"   "Oooh..."   Hou ji segera memandang sekejap ke arah Sun Tiong lo, kemudian melanjutkan.   "Siau liong, kalau begitu memang beralasan sekali ke kemari !"   Ucapan semacam itu memang cuma dipahami oleh Sun Tiong lo dan Hou ji berdua saja. He he koancu segera menangkap sesuatu yang tak beres, cepat cepat dia bertanya.   "ToIong tanya, kalian telah berhasil menemukan teori apakah yang dirasakan benar?"   "Soal ini tiada sangkut pautnya dengan koancu, itu urusan pribadi dari kami sendiri!"   Kata Sun Tiong lo cepat.   "Oooooh..."   Karena urusan menyangkut tentang masalah pribadi orang. sudah barang tentu He ho koancu tak perlu banyak bertanya lagi. Setelah termenung beberapa saat lamanya, Hou ji bertanya kembali kepada He he koancu.   "Koancu, tahukah kau Soh bun ki mendengarkan perintah siapa ?"   He he koancu segera menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Kami kurang tahu, sebab Soh hun ki memegang rahasia ini rapat-rapat..!"   Mendengar perkataan tersebut, sekali lagi Hou ji dan Sun Tiong lo saling berpandangan sekejap dengan penuh pengertian.   Nona Kim ingin mengetahui apa sebabnya, tapi perasaan tersebut hanya disimpan didalam hati saja, berhadapan muka dengan He he koancu, sudah pasti Sun Tiong lo dan Hou ji tak akan sudi berbicara, sedang diapun tak usah banyak bertanya lagi.   Sementara itu, Sun Tiong lo telah berkata kepada He he koancu.   "Tolong tanya Koancu, apakah kau telah memperoleh suatu penemuan tentang kitab pusaka tersebut ?"   He he koaneu mengangguk "Ya, ada aku sudah mengetahui tempat penyimpanannya dan sedang berusaha untuk mendapatkannya !"   Dengan kening berkerut Sun Tiong-lo berkata kembali.   "Ditinjau dari bangunan loteng batu ini, tentunya sudah dibangun banyak tahun bukan ?"   "Yaa, sudah mencapai delapan tahun !"   "Oooh sudah berapa tahun koancu kemari?"   "Sudah sepuluh tahun lamanya !"   "Sepuluh tahun lamanya pencarian dilakukan namun tidak berhasil menemukan apa-apa, baru belakangan ini diketahui tempat penyimpanan kitab pusaka tersebut, benar-benar suatu kejadian yang sangat aneh sekali!"   "Apakah hal inipun merupakan suatu kejadian yang aneh?"   Tanya He-he koancu sambil menatap wajah Sun Tiong lo. Sun Tiong-lo tertawa.   "Tolong tanya, semenjak kapankah tempat penyimpanan kitab itu baru kau ketahui ? Ehmmm, maksudku aku ingin tahu waktu yang bisa dipercaya serta orang yang memberi petunjuk kepadamu ?"   "Lima hari berselang, Soh bun-ki yang mengatakan hal itu kepadaku..!"   Sekali lagi Sun liong lo dan Houji saling berpandangan muka kali ini nona Kim juga memahami sebab musababnya: Begitu Hou ji mendapat persetujuan dari Sun Tiong-lo, dia lantas berkata.   "Koancu, mungkinkah untuk mengisahkan kembali peristiwa yang terjadi pada waktu itu?"   He-he koaucu berpikir sejenak, kemudian menjawab.   "Peristiwa ini terjadi pada suatu senja lima hari berselang, tibatiba saja Soh bun-ki muncuI di kuil dan mengatakan baru saja bertemu dengan seorang temannya dan membicarakan tentang kitab pusaka tersebut."   "Waktu itu aku malah sempat menegurnya, mengapa dia melanggar persetujuan yang di buat oleh kedua belah pihak dengan membicarakan masalah yang begitu penting kepada pihak ketiga tanpa memperoleh persetujuan lebih dahulu dariku ?"   "Dia menjawab, sahabatnya ini berarti sama pula dengan dia pribadi, konon dia bisa menemukan diriku pun hal tersebut atas usaha dari sahabatnya itu."   "Apakah atas dasar hal ini maka koancu lantas menaruh curiga kalau dia sebetulnya sedang mendapat perintah dari seseorang?"   Sela Sun Tiong lo kemudian. He-he koancu mengangguk. -oo0dw0oo"   EHMM, lantas menurut Soh bun-ki, kitab pusaka tersebut disimpan dimana?"   Tanya Sun Tiong lo kemudian. He-he kongcu menjadi ragu untuk menjawab, untuk sesaat lamanya dia menjadi terbungkam dalam seribu bahasa. Hou ji yang menyaksikan kejadian itu segera menimbrung .   "Tak usah kuatir koancu, kami tak bakal akan berebut kitab pusaka denganmu !"   He-he koancu segera tertawa jengah.   "Didalam ruangan bawah tanah kuil Tong thian koan, bekas kamar tidur dari suheng kami."   Sun Tiong-lo segera tertawa.   "Ada suatu persoalan aku perlu memperingatkan kepada koancu, tempat penyimpanan kitab tersebut belum tentu bisa dipercaya dengan begitu saja."   "Aku mengerti"   He-he koancu tersenyum.   "tapi aku mempercayainya seratus persen !"   "Aku jadi bingung rasanya..."   Sekali lagi He-he koancu tertawa.   "Menurut keadaan pada umumnya, karena ruang bawah tanah sudah terbakar dan rata dengan tanah, kuil Tong-thian koan juga ber ubah menjadi puing- puing yang berserakan, maka disimpannya kitab pusaka itu dalam ruang bawah tanah merupakan suatu pemberitahuan yang tak bisa dipercayai dengan begitu saja."   "Apakah kau tidak menganggapnya hal ini merupakan suatu dugaan saja ?"   He he koancu menggeleng.   "Tidak, aku yakin dia telah menunjukkan tempat yang benar I"   "Tapi aku tetap tidak mempercayainya dengan begitu saja"   Seru Sun Tiong-lo sambil menggeleng.   "Dengarkan dulu penjelasanku semasa guruku masih hidup dulu, kitab pusaka itu selalu di simpan dalam sebuah kotak kecil yang di sebut kotak Hong mo keng-tong, kotak kecil semacam itu hanya ada sebuah saja didunia ini.   "Pada senja hari lima hari berselang, Soh hun ki datang dan mengatakan kalau sahabat-nya merupakan juga sahabat karib mendiang suhengku dulu, ia pernah menyaksikan kotak kecil itu disimpan dikamar tidurnya dibawah tanah..."   "Apakab persoalan yang menyangkut tentang kotak kecil itu tak pernah diketahui lagi oleh orang lain?"   Sela Sun Tiong-lo lagi.   "Kecuali mendiang guruku, mendiang suheng ku dan aku, orang lain tiada yang tahu bahkan aku berani memastikan mendiang suhengku juga tak mungkin akan memberitahukan persoalan tersebut kepada orang lain, sedang aku sendiripun tak pernah membocorkan rahasia ini kepada siapa saja.."   Dengan cepat Hou ji dapat menangkap penyakit dari perkataan ini, selanya cepat.   "Kalau memang demikian, dari mana pula sahabat Soh bun ki itu bisa mengetahui tentang persoalan kotak kecil itu?"   "Benar"   Sambung nona Kim pula "darimana orang itu bisa dapat tahu?"   "Soh bun ki telah menerangkan dengan jelas sekali, dia bilang sahabatnya itu selalu berada bersama mendiang suhengku bila suhengku sedang berwujud sebagai seorang perempuan selama setengah bulan lamanya."   "Suatu hari, mendiang suhengku mengambil obat-obatan dari dalam kotak kecil itu dan secara kebetulan terlihat olehnya, dia pernah bertanya kepadanya apa isi kotak tersebut, tapi mendiang suhengkku tak pernah mengatakan kepadanya."   "Ketika sahabat suhengku mengatakan kepada Soh bun ki tempo hari, dia pun hanya mengatakan kalau di pikirkan kembali sekarang sudah pasti kitab pusaka itu berada di dalam kotak tersebut, oleh karenanya setelah kupikirkan kembali persoalan ini, aku berkesimpulan kalau ucapan itu benar adanya."   Sun Tiong lo segera memahami maksud pembicaraan orang, dia lantas berkata.   "Oooh, ruang bawah tanah itu sudah rata dengan tanah, aku rasa banyak waktu yang di butuhkan untuk melakukan kesemuanya itu"   He he koancu berkerut kening.   "Betul, paling tidak membutuhkan waktu selama setengah bulan untuk melakukan kesemua nya itu"   "Bukan cuma setengah bulan saja, paling tidak pun membutuhkan limapuluh orang pekerja untuk melaksanakannya !"   Sambung Hou ji dengan cepat.   "Soal jumlah pekerja mah bukan persoalan persoalannya sekarang adalah bagaimanakah caranya !"   "Betul"   Kata Sun Tiong lo sambil tertawa.   "pekerjaan semacam ini memang tak mungkin bisa dilakukan tanpa suatu persiapan serta perencanaan yang baik !"   He he koancu menghela nafas panjang.   "Aaai, siapa bilang tidak, Tong thian koan adalah tempat terlarang, bagaimana mungkin kita bisa membawa begitu banyak pekerja untuk menggali reruntuhan kuil Tong thian koan? Tindakan itu bisa akan menyulitkan orang."   "Soh hun ki pasti mempunyai cara, bukan?"   Tanya Sun Tiong lo tiba-tiba. He he koancu segera menggeleng palanya.   "Dia mengatakan kepadaku, kalau pekerjaan itu tidak mungkin bisa dilakukan orang lain, mesti diri sendiri yang melakukan, dengan demikian aku pikir bisa sampai dua bulan lama nya untuk membuat jalan tembus sampai ke-ruangan bawah tanah sana!"   Sun Tiong lo manggut-manggut.   "Yaa, apa lagi sekarang, bisa semakin sukar"   "Tentu."   He he koancu tertawa getir. Setelah berhenti sejenak, menyusul kemudian dia menghela nafas panjang. Tiba tiba Hou ji bertanya .   "Koncu, pengetahnanku sangat minim, bolehkah aku bertanya kitab macam apa sih yang sedang kau cari itu ?"   Merah jengah selembar wajah He he koan cu, dia segera menundukkan kepalanya rendah rendah tanpa mengucapkan sepatah kata pun.   Walaupun nona Kim juga tidak mengetahui kitab pusaka macam apakah Hua-kut-keng ter-sebut, akan tetapi setelah menyaksikan sikap He-he koancu yang menundukkan kepala dengan wajah memerah, dia segala dapat menduga sampai tujuh delapan bagian.   Pada saat itulah, Sun Tiong lo bertanya dengan wajah serius.   "Koancu setelah kitab pusaka tersebut berhasil kau dapatkan, apa yang hendak kau lakukan dengan kitab tersebut ?"   "Kaliau toh sudah mengetahui kitab pusaka macam apakah-itu"   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Kata Hehe koancu sambil mengangkat kepalanya dan berkata serius.   "buat apa sih menggoda aku ?"   "Koancu, aku harap kau suka menjawab dahulu pertanyaanku itu !"   "Aku hanya bisa memberitahukan kepada kalian, aku tak akan pergunakan hasil kepandaian dari kitab pusaka tersebut untuk melakukan kejahatan, seperti juga mendiang guru-ku, aku hanya mempelajari, mendalami tapi tidak akan mempergunakannya!"   "Sungguh?"   Tanya Sun Tiong lo serius. He he koancu menjawab dengan serius pula.   "Buat apa kubohongi kalian!"   "Kalau memang begitu, aku rasa paling baik kalau koancu segera kembali ke kuil Hian biau koan di Hun hoo begitu meninggalkan loteng ini, tidak usah mencari kitab pusaka itu lagi. He-he koancu agak tertegun, kemudian katanya.   "Hal ini tak mungkin bisa kulakukan, aku harus menemukan kitab pusaka tersebut sampai dapat!"   Kembali Sun Tiong lo menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Aku kuatir selama hidupmu kini tak nanti bisa menemukan kembali kitab pusaka tersebut."   "Hmm, jadi kalian ingin menghalangi niatku ini?"   He he koancu mendengus dingin.   "Andaikata kitab pusaka itu berada didalam ruang bawah tanah, tentu saja kami akan berusaha keras untuk mencegah niat koancu tersebut, namun sekarang aku rasa sudah tiada kepentingan untuk berbuat demikian...!"   "Aku tidak mengerti apa maksud dari perkataanmu itu?"   Sekali lagi He he koancu mengerutkan dahinya rapat-rapat. Sun Tiong lo segera tersenyum.   "Berbicara terus terangnya saja, kitab itu sudah tak berada dalam ruang bawah tanah lagi."   He-he koancu ikut tertawa.   "Percuma, bagaimanapun juga kau hendak berbicara, aku tak akan meneteskan air mata sebelum melihat peti mati !"   "Ehmmm, kalau begitu terpaksa aku hanya bisa memberitahukan suatu kenyataan kepadamu, sedang tentang kau mau percaya atau tidak, soal tersebut tiada sangkut pautnya dengan diriku, seandainya kau ingin berusaha keras untuk menggali tanah hingga tembus ke ruang bawah tanah tersebut, juga tiada orang yang akan menentang usahamu itu!"   "Sampai waktunya apakah kalian tak akan menghalangi niatku itu?"   Sun Tiong-lo menggelengkan kepalanya.   "Aku tidak akan menghalangi, terserah kemauan koancu apakah mau menggali seluruh reruntuhan tersebut atau tidak !"   Dengan demikian, mau tak mau He-he koancu merasa agak percaya juga dibuatnya. Setelah melalui suatu pemikiran yang amat mendalami akhirnya dia bertanya lagi.   "Atas dasar apakah kau berani memastikan kalau kitab pusaka tersebut sudah tidak berada disitu lagi ?"   Sun Tiong-lo tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya malah bertanya kembali.   "Apakah kau sudah mengetahui jelas kisah tentang terbunuhnya suhengmu itu ?"   "Tentu saja jelas, apakah peristiwa itu ada sangkut pautnya dengan kitab pusaka ini ?"   Sun Tiong-lo tertawa, ia tidak menjawab pertanyaan tersebut sebaliknya dia bertanya.   "Apakah kau masih ingat dengan orang-orang tersebut ?"   Mendengar ucapan mana, tiba-tiba saja paras muka He he koancu berubah jadi aneh sekali. Lewat beberapa lama kemudian, dia baru manggut-manggut.   "Aku masih ingat, dia adalah sahabat karib guruku !"   Apakah kau juga tahu, kalau dialah yang telah memberi petunjuk kepada Gan tayjin untuk menangkap suhengmu?"   Sekali lagi He he koancu mengangguk "Yaa, tahu, mendiang guruku sudah pernah berkata, bila mendiang suhengku masih saja melakukan perbuatan jahat, cepat atau lambat, pada suatu ketika pasti akan membangkitkan amarah orang tua itu dan menghukum mati dia"   "Ehmm, setelah orang asing itu memberi petunjuk kepada Gan tayjin guna membekuk suhengmu, toh sebenarrya dia bisa secara langsung membongkar rahasia "manusia siluman"   Dari suhengmu, tapi apa sebabnya dia sengaja mengundurkan kejadian itu menjadi satu bulan lamanya ? tahukan kau apa sebabnya demikian ?"   Mendengar pertanyaan tersebut, He-he koancu segera menjadi paham kembali apa yang dimaksudkan, segera serunya.   "Apakah disebabkan oleh karena kitab pusaka tersebut ?"   Sun Tiong lo segera tertawa.   "Kecuali disebabkan persoalan itu, aku tak bisa menduga alasan apakah yang membuatnya berbuat demikian !"   Tampaknya He he koancu mengenai sangat siapakah "manusia asing"   Itu, sehabis mendengarkan perkataan dari Sun Tiong lo, dia lantas termenung beberapa saat lamanya untuk mengambil suatu keputusan. Akhirnya dia menghela napas panjang.   "Aaaaai, tampaknya kau berhasil menebak jitu semua persoalan tersebut."   Sun Tiong lo tersenyum.   "Seandainya kita berhasil meloloskan diri dari kurungan tempat ini, dan kau masih bersedia membuang tenaga dan waktu untuk menggali tanah pada reruntuhan kuil Toug-thian-koan tersebut dengan tujuan mencari kitab pusaka, aku dan sahabatku pasti tak akan menghalangi niatmu itu ."   "Aku telah mempercayai perkataanmu ini, kaupun tak usah membuang waktu lagi untuk menyindir aku."   Seru He he koancu dengan kening berkerut. Sun Tionglo memandang sekejap ke arah He be koancu, lalu katanya lebih jauh.   "Segala sesuatunya ini terserah pada koancu sendiri, cuma ada satu hal aku bersedia menerangkannya lebih lanjut, soal terdapatnya kitab pusaka dibawah ruangan rahasia dalam kuil Tong thian koan ini sudah bukan merupakan rahasia lagi."   "Oleh sebab itu aku yakin, dikemudian hari masih terdapat banyak sekali orang-orang yang tidak mengetahui latar belakang yang sebenarnya dari persoalan ini untuk mencari kitab pusaka disitu, dan besar kemungkinannya koancu yang akan merasakan akibat dari kejadian ini."   "Mengapa ?"   Tanya He-he koancu tertegun.   "Gampang sekali, sebenarnya kitab pusaka itu merupakan benda mestika dari partai kalian, sedang koancu pun sudah sepuluh tahun lamanya berdiam ditempat ini, bila koancu mengatakan kepada mereka bahwa kau tidak berhasil mendapatkannya, dapatkah mereka mempercayai perkataanmu itu?"   Paras muka He-he koancu berubah hebat, setelah berpikir sebentar dia lantas berkata.   "Tapi hanya satu orang yang mengetahui kalau aku berada ditempat ini, dan orang itu adalah Soh-bun-ki !"   "Mungkin koancu sudah lupa, masih ada majikan dari Soh-bun- ki..."   Sambung Hou-ji.   "Tapi mereka toh mengetahui bahwa aku tidak berhasil mendapatkan apa-apa?"   Sun Tionglo tertawa.   "Jadi Koancu beranggapan mereka dapat berbicara dengan sejujurnya kepada orang lain?"   "Tapi, mereka kan tidak mempunyai alasan untuk berbicara bohong...?"   "Untuk membunuh saja mereka tidak membutuhkan alasan, apa Iagi kalau cuma persoalan itu saja!"   "Lantas... lantas bagaimanakah baiknya?"   Sementara itu nona Kim yang membungkam terus telah menyambung dengan suara dingin.   "Lebih baik tak usah kau risaukan oleh persoalan yang bakal terjadi dikemudian hari, sekarang dapatkah kita keluar dari sini masih merupakan suatu persoalan besar!"   Hehe koancu memandang sekejap kearah nona Kim, kemudian ujarnya cepat.   "Nona, tampaknya kau memahami sekali persoalan tentang alat alat rahasia, silahkan kau periksa..."   "Apakah kau sendiri tidak memahami?"   Jengek nona Kim sambil tertawa dingin! He he koancu segera menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Terus terang saja kukatakan kepadamu nona, orang yang membangun loteng ini adalah Soh hun-ki, orang yang memasang alat rahasia serta alat jebakan lainnya juga dia, dia hanya memberi sedikit petunjuk saja kepadaku".   "Selamra delapan tahun lamanya, apakah kau belum berhasil meraba alat alat tersebut hingga jelas ?"   He he koancu mengangguk.   "Benar, tapi aku tidak mengerti permainan semacam ini, aku hanya mengetahui letak alat-alat rahasia untuk membuka dan menutup semua alat jebakan disini dan sekarang aku malah dibikin kebingungan setengah mati oleh benda-benda tersebut."   "Baik, kalau begitu biar kuteliti dengan seksama!"   Sela nona Kim dengan cepat.   Maka nona Kim berjalan menuju kedepan pusat alat rahasia tersebut, tempat itu merupakan sebuah dinding batu yang penuh dengan alat tombol, sedang disudut sana terdapat pula banyak roda bergerigi.   Setelah mengamatinya berapa waktu, nona Kim menggelengkan kepalanya sambil tertawa getir.   "Aku tak mampu memikirkannya !"   Hou ji segera berjalan menghampirinya, lalu bertanya.   "Apakah kesemuanya ini ada hubungannya dengan putusnya tempat obor didinding sebelah depan sana ?"   Nona Kim mengangguk.   "Ehmm, cuma kalau berbicara menurut cara pemasangan alat alat rahasia disini, setelah tempat obor itu patah, tidak semestinya semua peralatan disini menjadi macet akibatnya"   Sun Tiong-lo yang berdiri disini sebelah kanan nona Kim segera bertanya.   "Lantas apa yang menyebabkan terjadinya semua kemacetan ini?"   Nona Kim segera menarik keluar sepotong rantai tipis, kemudian sahutnya.   "Penyakit itu timbul dari akibat rantai ini!"   Semua orang tidak memahami permainan semacam itu. maka siapa pun tak dapat mengetahui dimanakah letak penyakit tersebut. Sementara itu nona Kim telah berkata lebih jauh.   "Mungkin ketika membangun bangunan loteng ini, Soh hun ki bersikap kelewat keras dan kasar terhadap para pekerja, maka oleh si pekerja tersebut bahan yang digunakan untuk membangun bangunan ini pun dilakukan permainan kotor."   "Seharusnya rantai baja yang kecil dan lembut tapi kuat dan keras, akan tetapi rantai yang berada ditanganku sekarang justru dari kwalitet rendah, sedangkan dalam soal panjangnyapun lebih pendek satu inci lebih.."   Dengan perasaan tidak habis mengerti He he koancu segera bertanya.   "Apa sangkut pautnya antara seinci lebih pendek dengan macetnya alat rahasia ini ?"   Nona Kim mendengus.   "Sesungguhnya bagian yang masuk ke dalam dinding pada bagian tempat obor tersebut merupakan sebuah lubang yang bisa bergerak, di atas lubang hidup itu terdapat sebuah gelang kecil, gelang tersebut kegunaannya adalah untuk mengikat rantai baja ini, seandainya rantai ini sampai patah, seharusnya rantai yang berada dibagian dalam dinding tidak seharusnya turut patah juga.   "Oleh sebab itu seharusnya bila rantai tersebut putus maka kecuali pintu besi tersebut hanya bisa ditarik untuk dibuka dan tak mungkin bisa ditutup kembali, sama sekali tidak mempengaruhi bagian lainnya, sebab segala sesuatunya sama sekali tidak mengalami perubahan apa-apa. Akan tetapi para pekerja yang membangun loteng ini sudah bermain gila, Dengan diam-diam memasang rantai berkwalitet jelek yang sengaja di potong satu inci lebih pendek untuk mengendalikan tempat tersebut, bahkan sewaktu dipasang sengaja ditarik kuat-kuat lebih dahulu untuk menahan gelang dalam lubang hidup secara paksa.   "Di tambah lagi rantainya bermutu jelek, di tegangkan kelewat batas lagi, tak heran kalau rantai dalam dinding itu jadi patah tengah setelah tempat obor dibagian muka kupotong jadi dua, dengan putusnya rantai tersebut di bagian tengah, maka rantai yang seharusnya di tahan pada gelang hidup otomatis menjadi kendor sama sekali"   "Oooh, jadi lantaran rantai tersebut putus sehingga roda bergigi menjadi terletak maka pintu baja itu menjadi sukar untuk dibuka kembali?"   K-ata Sun Tiong lo mengerti.   "Yaa memang demikianlah keadaan yang sudah terjadi. Dengan kepala tertunduk Sun Tiong lo berjalan menuju kesamping, dia seperti lagi memikirkan akan satu hal. Sedangkan He he koancu dengan sinar mata penuh pengharapan memandang wajah nona Kim, kemudian tanyanya.   "Apakah ada sesuatu cara yang bisa dipikir kan?"   Nona Kim segera menggeleng.   "Rantai yang putus itu justru mengendalikan roda bergigi yang tertanam di balik batu ini, padahal bergeraknya roda bergigi itu karena terkendali oleh gerak gesekan rantai, kini rantainya sudah putus."   "Adik Kim. apakah kedua buah roda bergigi ini berputar dalam bentuk saling bergesekan?"   Tiba tiba Sun Tiong lo bertanya.   "Tentu saja bentuknya saling bergesekan karena putaran roda kedua turut berputar!"   "Seandainya kita dapat menggeserkan roda yang pertama..."   Nona kim memandang kearah Sun Tiong lo kemudian tertawa cekikikan.   Setelah ucapan tersebut diutarakan Sun Tiong lo baru merasa kalau telah salah bicara, apa lagi ditertawakan nona Kim, dia segera memahami sebab musababnya, tanpa terasa pemuda itu turut tertawa dengan wajah tersipu-sipu.   Keadaan ini sudah barang tentu membingungkan orang-orang lainnya, kecuali Bau-ji yang selama ini membungkam terus dalam seribu bahasa, Hou ji yang pertama-tama tidak tahan, sambil menggelengkan kepalanya dia segera menegur.   "Siau liong, sebenarnya apa yang telah terjadi ?"   Sun Tiong lo tidak tahu bagaimana harus menjawab, untuk berapa saat dia hanya ber diri tertegun. Nona Kim yang ada disampingnya segera membantu pemuda itu untuk melepaskan diri dari kesulitan katanya.   "Persoalan ini hanya persoalan yang dipahami olehku dan engkoh Lo, apakah kau ingin mengetahuinya?"   Ucapan tersebut benar-benar sangat lihay, kontan paras muka Hou ji merah padam. Agaknya Sun Tiong lo ada niat untuk menyingkirkan pemikiran semua orang ke masalah lain, dia lantas berkata.   "Adik Kim, tampaknya kita baru akan berhasil bila rantai tersebut dapat kita sambung kembali?"   Nona Kim segera menggeleng.   "Sekali pun mempunyai rantai yang cukup panjang, tak mungkin hal ini bisa dilakukan."   "Mengapa?"   Tanya He he koancu mulai merasa gelisah sekali.   "Kesempatan bukannya tak ada, cuma terlalu kecil, kita hanya akan berhasil jika rantai tersebut bisa kita lewatkan pada lubang diantara dua roda bergigi, padahal siapa yang mampu melakukan hal seperti ini?"   "Ehmm, apalagi kita memang tak menyiapkan rantai besi yang diperlukan untuk itu."   Mendadak He he koancu menunjuk kearah rantai yang telah putus itu. lalu bertanya.   "Apakah rantai tersebut tak bisa digunakan lagi?"   Nona Kim mendengus dingin.   "Hmm, rantai tersebut kurang panjang."   "Mungkinkah disambung dengan benda lain, seperti misalkan saja..."   Sebelum ucapan tersebut selesai di utarakan nona Kim telah menyodorkan rantai tersebut kepadanya sambil berkata.   "Kalau begitu silahkan kau saja yang mencoba untuk mengerjakannya..."   P a r a s ma k a He h e k o a n c u s ema k i n meme r a h r a n t a i t e r s e b u t s u d a h p u t u s s ama s e k a l i , t i a d a t emp a t u n t u k b e r p e g a n g a n l a g i , s i a p a k a h y a o g mamp u u n t u k me n y amb u n g r a n t a i s ema c am i n i ? Ap a l a g i h a r u s me l ewa t k a n r a n t a i t e r s e b u t d i a n t a r a d u a b u a h r o d a bMeelrihgaitg kia?la u tiada cara lain yang bisa digunakan He he koancu segera menghela napas.   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Aaaai, kalau begitu kita hanya bisa duduk di sini sambil menunggu datangnya saat kematian !"   Bau ji yang selama ini membungkam terus, mendadak menimbrung.   "Sebenarnya memang sudah tiada harapan lagi, apa gunanya mesti membuang tenaga dengan percuma?"   Semua orang memandang sekejap ke arah Bau ji, kemudian menundukkan kepalanya dan tidak berbicara lagi. Selang sesaat kemudian, mendadak nona Kim seperti teringat akan sesuatu, kepada He-he koancu segera ujarnya.   "Kau mengatakan bahwa tempat ini merupakan pusat segala alat rahasia...? He he koancu mengiakan dan tidak menjawab, Kembali Nona Kim berkata.   "Tanukah kau dimanakah letak peta pembangunan loteng batu ini ?"   He he koancu segera berjalan menuju ke meja di sebelah kiri, dari dalam laci dia mengeluarkan sebuah peta. Nona Kim segera membentangkan peta tersebut dan diperiksa dengan lebih seksama. Sun Tiong-lo mendekati nona Kim, kemudian tegurnya.   "Adik Kim, apakah kau berhasil menemukan sesuatu?"   Nona Kim menggoyang-goyangkan tangannya pertanda agar dia jangan mengusik dirinya lebih dulu.   Sun Tiong-lo segera tertawa, dia lantas berdiri disamping nona itu dan tidak berbicara lagi.   Kembali beberapa saat lewat, tampaknya nona Kim telah berhasil mendapatkan sesuatu, dia lantas manggut-manggut.   "Bagaimana sekarang ?"   Bisik Sun Tiong-lo kemudian. Nona Kim tertawa, tanpa terasa dia menggenggam tangan kiri Sun Tiong-lo dengan mesra kemudian berpaling dan tertawa manis, katanya kemudian.   "Jangan kau salahkan sikapku tadi..."   Sun Tiong-lo pun tersenyum sahutnya.   "Masa aku bakal menyalahkan dirimu ?"   Sesudah berhenti sejenak, katanya lagi.   "Bagaimana ? Apakah sudah mendapatkan sesuatu hasil ?"   Sambil menuding kearah dinding bangunan yang tertera dalam peta tersebut, nona Kim berkata.   "Engkoh Lo, coba kau perhatikan dinding ini."   Sun Tiong lo memperhatikan lama sekali, kemudian baru berkata.   "Kalau menurut peta tersebut, tampaknya dinding yang dimaksud adalah dinding luar dari ruangan ini ?"   "Betul, memang dinding luar dari ruang ini"   Dalam pada itu, He he koancu dan Hou ji telah berjalan mendekati pula... Terdengar Sun Tiong-lo sedang bertanya.   "Adik Kim, bagaimana dengan dinding itu?"   "Berbubung dibalik dinding ini merupakan pusat segala peralatan alat rahasia disini, maka dindingnya dibuat dengan tebal yang luar biasa, coba kau perhatikan ditempat yang lain tebal dinding hanya tiga depa, sedangkan tebal dinding disebelah sini justru mencapai lima depa Iebih !"   Sun Tiong-lo mengiakan, namun dia masih belum mengerti apa yang dimaksudkan oleh dadis itu dan apa kemauan dari nona tersebut. Kembali nona Kim berkata.   "Oleh sebab itulah, dinding yang paling mudah dijebolkan..."   Sebelum dia menyelesaikan perkataannya, He he koancu sudah menimbrung lebih dulu.   "Nona, masa dinding setebal lima depa lebih gampang dljebolkan daripada dinding setebal tiga depa?"   "Yaa, benar, memang lebih gampang sekali"   He he koancu segera menggelengkan kepala nya berulang kali, ditatapnya nona Kim dengan sorot mata yang aneh, kemudian ujarnya.   "Nona aku tidak memahami teorimu itu."   Tampaknya nona Kim memang ada maksud untuk menggoda He he koancu, katanya lagi.   "Darimana kau bisa mengatakan kalau didunia ini tiada teori semacam ini?"   He he koancu tertawa getir.   "Nona, dalam situasi dan keadaan seperti ini, maaf kalau aku tak punya gairah untuk berdebat dengan kau!"   Nona Kim segera tertawa cekikikan, sambil menuding dinding sebelah luar dia berkata.   "Koancu, aku hanya menggodamu saja.."   "Dalam keadaan seperti ini, kau masih bisa menggoda orang nona benar benar berjiwa eksentrik!"   Sekali lagi He he koancu tertawa getir. Belum sempat nona Kim menjawab, Sun Tiong lo telah buka suara lebih dulu, katanya.   "Koancu, aku percaya nona Kim pasti mempunyai cara untuk meloloskan diri dari kurungan ini, kalau tidak, jangankan koancu, dia sendiripun tak akan bergairah untuk bergurau!"   Dengan senyum tak senyum nona Kim segera mengerling sekejap ke arah Sun Tiong lo, kemudian serunya.   "Tampaknya maksud hatiku dapat kau tebak semua?"   "Hanya terbatas dalam soal ini saja."   Jawab Sun Tiong lo sambil tertawa dan menggelengkan kepalanya berulang kali.   Mendengar ucapan tersebut, kembali nona Kim merasakan hatinya menjadi hangat, kerlingan pun berubah menjadi pandangan yang penuh kemesraan.   Menyusul kemudian dia berkata lagi kepada He-he koancu.   "Koancu, meenrut apa yarg tertera didalam peta ini, dibagian dalam dari dinding ini merupakan tempat dari seluruh roda bergigi yang mengendalikan alat rahasia dalam gedung ini, apakah dugaanku ini tiada yang salah ?"   He-he koancu segera menggeleng.   "Tiada kesalahan lagi, Soh-bun-ki sendiripun berkata demikian kepadaku !"   Nona Kim kembali tertawa.   "Dalam peta ini sudah tertera jelas sekali, roda gigi yang besar maupun yang kecil semuanya berjumlah dua puluh lima buah !"   He-he koancu memandang sekejap ke arah peta itu, lalu berkata.   "Jikalau dalam peta tersebut sudah dicantum kan demikian, aku rasa tidak bakal salah lagi"   "Yang paling besar roda bergigi itu persis mempunyai garis tengah selebar satu depa, sedangkan yang kecil tiga inci, rantainya terdiri dari dua puluh dua helai dan itulah posisi yang selengkapnya dan seluruh peralatan rahasia tersebut!"   "Aku sudah bilang, hal ini tak bakal salah lagi, tapi apa sangkut pautnya dengan usaha kita meloloskan diri dari kurungan ini?"   "Kalau ditinjau dari apa yang dilukiskan dalam peta tentang alat rahasia yang tersedia tampaknya antara gigi roda bagian atas dan gigi roda bagian bawah harus saling menggesek sebelum alat rahasia yang dikehendaki bisa digerakkan, itulah sebabnya pula meski ada salah satu rantai yang putus, tak akan mengakibatkan yang lain terpengaruh."   "Sudah barang tentu, jika alat rahasia yang satu berpengaruh dengan alat rahasia yang lain bukankah segala alat rahasia tersebut sudah macet total sedari tadi?"   "Benar, selain daripada itu rantaipun tak boleh saling bergesek, kalau tidak maka rantai tersebut lama kelamaan bakal aus dan gampang putus dibagian tengah, bila rantai sampai patah tentu saja alat rahasianya bakal macet semua."   He he koancu melirik sekejap kearah nona Kim, lalu ujarnya.   "ltulah teori yang paling gampang, buat apa kau terangkan kembali kepadaku?"   Tiba-tiba nona Kim tertawa.   "ltulah sebabnya mengapa dinding ruangan disebelah sini harus lima depa tebalnya."   "Betul, jika tidak tebal berarti tak mungkin bisa memuat peralatan seperti itu."   "Tepat sekali"   Nona Kim tertawa lagi, menurut catatan dalam peta, seandainya tiada lubang kosong selebar tiga depa, maka semua peralatan rahasia tersebut tak mungkin bisa termuat!"   "Kenyataannya memang demikian!"   Paras muka nona Kim segera berubah menjadi sangat serius, sambil menuding kearah dinding dinding lainnya, dia berkata lebih jauh.   "Dinding bagian lain dalam ruangan ini terbuat dari dinding setebal tiga depa, bila tiada golok mestika atau senjata mestika serta kepandaian silat yang luar biasa, mustahil dinding setebal itu bisa dijebolkan dengan begitu saja, sebaliknya dinding yang setebal lima depa itu, oleh sebab sudah diambil tiga depa untuk isi peralatan rahasia, berarti dindingnya cuma tinggal sisa dua depa untuk kedua belah sisi, itu berarti dinding itu..."   Belum selesai dia berkata, He he koancu telah menukas dengan cepat.   "Benar, kau benar benar sekali"   Nona Kim tertawa.   "Kini kau tidak menuduh aku sedang menggoda dirimu lagi bukan ?"   Tegurnya. Paras muka He he koancu berubah semakia memerah.   "Aaiih, mana aku berani menyalahkan nona."   Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.   "Cuma walaupun dinding tersebut hanya setebal satu depa saja, toh sulit juga untuk menghancurkannya ?"   "Kedengarannya ucapanmu memang betul cuma kalau bertemu dengan seseorang yang berilmu silat tinggi, dinding setebal sedepa bukan sesuatu yang menyulitkan bukankah demikia?"   "Belum tentu!"   Tukas He-he koancu sambil menggeleng.   "Oooh, bagaimana tidak tentunya ?"   "Nona tidak tahu, seluruh bangunan disini terbuat dari batu cadas bukan dipakai batu yang biasa..."   Sebelum ucapan mana selesai, nona Kim kembali telah menukas.   "Aku tahu, batu yang digunakan adalah batu aneh yang disebut Kim seng-hek si (batu hitam bintang emas) kerasnya seperti baja dan tak mungkin bisa dihancurkan dengan mengandalkan tenaga pukulan biasa !"   He-he koancu mengangguk.   "Benar, oleh sebab itu walaupun tebalnya hanya satu depa saja, sulit rasanya..."   Pada saat itulah, mendadak nona Kim menuding ke arah Sun Tionglo seraya berkata.   "Engkoh Lo, sanggupkah kau menjebolkan dinding batu itu ?"   Sun Tiong lo berpikir sejenak, lalu sahutnya.   "Mungkin saja bisa, namun aku sendiripun tidak mempunyai keyakinan yang benar."   Nona Kim berkerut kening, lalu tersenyum.   "Seharusnya kau merasa yakin!"   Sun Tiong-lo menjadi tertegun setelah mendengar ucapan tersebut, katanya cepat.   "Adik Kim, apa maksudmu berkata demikian? Nona Kim segera tertawa cekikikan.   "Aku yakin kau pasti bisa, mengerti ?"   Sun Tiong lo kembali berkerut kening, kemudian memandang kearah nona Kim dengan sorot mata yang sangat aneh.   Tiba-tiba nona Kim menunjukkan suatu gerakan tangan yang sangat aneh, Sun Tiong-lo segera memahami apa yang dimaksudkan dengan cepat dia mendekati dinding tersebut dan mengayunkan tangan kanannya, semua kapur yang berada diatas dinding mana segera tersapu rontok hingga bersih.   Begitu kapur itu beterbangan seluruh ruangan menjadi kabur pemandangannya.   Tapi dinding itu justru muncul kembali cahaya pada wujud aslinya yang berwarna hitam.   Diatas dinding berwarna hitam, muncul cahaya bintang yang berkerlipan seperti cahaya emas.   Antara satu dengan satu kelihatan sekali celah-celahnya yang tidak begitu rapat.   Setelah menyaksikan kesemuanya itu, sambil tertawa Sun Tiong- lo segera berkata kepada semua orang.   "Harap kalian semua mundur sedikit kebelakang, akan kucoba sampai dimanakah kekuatan dari dinding ini !"   Setelah semua orang mengundurkan diri dari situ, Sun Tiong-lo menghimpun tenaga dalamnya kedalam telapak tangan kanan, setelah itu sambil membentak keras dia melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke depan...   Serangan itu nampaknya seperti pukulan dengan raksasa, padahal disaat telapak tangannya hampir menempel dengan dinding pukulan segera dirubah menjadi sebuah dorongan.   Ooo0dw0ooO Sekalipun hanya sebuah dorongan yang amat pelan, namun kekuatannya sama sekali tidak menjadi kurang.   Pada saat Sun Tiong lo mulai menarik kembali telapak tangannya, dinding tersebut mulai bergoncang keras.   Menyusul kemudian seluruh ruangan ikut bergoncang keras dan akhirnya....   "blamm!"   Dinding itu roboh dan tampaklah alat rahasia yang berada didalamnya.   Hou ji sekalian sudah mengetahui tentang tenaga dalam dari Sun Tiong lo maka paras muka mereka sama sekali tidak berubah, tapi tidak demikian halnya dengan He he koancu, paras mukanya segera berubah hebat, di lapisi oleh rasa terkejut yang hebat.   Ambruknya dinding ruangan itu dengan cepat memendam pula sebagian dari peralatan rahasia tersebut.   Pada saat itulah Sun Tiong lo berpaling ke arah He he koancu sambil bertanya.   "Koancu, berapa jaraknya dari tempat ini dengan permukaan tanah ?" ?"   "Kurang lebih tiga kaki !"   "Apakah bagian bawah dari loteng ini merupakan tanah kosong Sekali Iagi He-he koancu mengangguk.   "Benar, sekeliling bangunan loteng ini merupakan tanah kosong"   Sun Tiong-lo segera tersenyum.   "Baik, silahkan saudara sekalian mundur ke belakang, akan kugempur lapisan dinding batu ini sekali lagi!"   Sementara pembicaraan berlangsung Sun Tiong lo telah mengayun kembali telapak tangan kanannya, segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat segera menggulung ke depan.   Dinding tersebut segera tergempur sehingga hancur berantakan, suara gemuruh yang ditimbulkan membuat seluruh bangunan loteng itu bergoncang keras.   He-he koancu segera menjulurkan lidahnya sambil berseru memuji.   "Kongcu, dahsyat amat tenaga dalam yang kau miliki !"   Sun Tiong-lo cuma tertawa tidak menjawab.   Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Hou ji tidak ambil diam, dengan cepat dia bertanya kepada He-he koancu: Koancu, dengan kecerdasan Soh bun ki, aku percaya dia sudah mendengar suara gemuruh tersebut sekarang apalagi setelah merasakan pula goncangan dari bangunan loteng ini, aku rasa dia tak mungkin tidak tahu akan sebabnya bukan ?"   "Hmmm, sekalipun dia tak akan memahami apa sebabnya untuk sementara waktu, tak lama kemudian dia toh akan msngerti juga"   Setelah berpikir sejenak, kembali Hou-ji berkata.   "Setelah terkurung dalam lorong rahasia tersebut, mungkinkah ada jalan lain baginya untuk meloloskan diri dari situ ?"   "Ada, tapi memerlukan bantuan dari luar, yakni membuka pintu baja yang berada dibawah loteng ?"   Hou ji manggut-manggut. dia lantas berpaling ke arah Sun Tiong- lo sambil berkata. Siau liong, orang toh tak akan terkurung terlalu lama disini, bagaimana kalau dilepaskan saja?"   "Sementara Sun Tiong lo masih termenung dan belum menjawab, He he koancu telah menukas.   "Bukannya aku berhati kejam dan tak berperikemanusiaan, orang itu amat jahat dan berbahaya, tak boleh dilepaskan dengan begitu saja."   "Oooh, mengapa demikian?"   Seandainya dia terlepas dari kurungan, maka kuil kami jangan harap bisa melewati kehidupan yang aman dan tenteram"   Sun Tiong lo segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya dengan cepat.   "Koancu, sekalipun kita tidak menolongnya, diapun tak bakal terkurung kelewat Iama!"   "Kalau tak ada yang menolongnya dari luar, siapa yang akan menyelamatkan jiwanya?"   Sun Tionglo tertawa, tiba-tiba dia bertanya.   "Coba kau jawab, siapakah yang memberi petunjuk kepadanya untuk membangun loteng ini? Siapa pula yang memberitahukan kepadanya kalau kitab pusaka itu tersimpan dalam ruangan bawah tanah diri kuil Teng thian koan?"   Dengan cepat He he koancu menjadi sadar kembali, dengan cepat dia berseru.   "Kongcu maksudkan, siorang asing itu bakaI kemari?"   Sun Tiong lo memandang ke arah Hou ji, dan Hou ji melirik sekejap kearah nona Kim, kemudian baru sahutnya.   "Benar, dia sudah pasti akan datang!"   Dengan perasaan keheranan He he koancu bertanya lagi.    Keris Maut Karya Kho Ping Hoo Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo Sepasang Garuda Putih Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini