Ceritasilat Novel Online

Persekutuan Pedang Sakti 15


Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Bagian 15


Persekutuan Pedang Sakti Karya dari Qin Hong   , "Sreeet..."   Sekali lagi melesat kedepan mengancam tubuh nikou setengah umur itu.   Traaanggg.   ...   Sekaii lagi terdengar suara dentingan nyaring yang memekikkan telinga, golok perak yang masih meluncur dengan kecepatan itu luar biasa sekali lagi dipentalkan oleh sebiji batu kecil.   "Traaaangggg , , .   "   Kali ini tidak sampai golok perak itu membuat gerakan melingkar ditengah udara sebutir batu kerikil kembali dilontarkan kembali menghajar golok perak tersebut.   Tergetar berulang kali secara beruntun golok hwee hong to tersebut menjadi kehilangan daya serangannya dan segera terjatuh diafas tanah , , Biarpun Wi Tiong berdiri disisinya ternyata dia sendiripun tidak sempat melihat dengan jelas darimana datangnya ketiga batu kerikil tersebut.   Bahkan Liu Leng poo yang melepaskan serangan pun tidak sempat melihat sumber serangan itu dengan pasti, dengan wajah hijau membesi dia berdiri didepan ruangan sambil berbentak keras: "Nikou tua, kau tak perlu menyembunyikan diri dibelakang sana dan melancarkan serangan secara tersembunyi bila memang merasa punya kepandaian, ayo, tunjukkan kepada Liu Leng poo"   Belum selesai perkataan itu diutarakan, mendadak terdengar suara dingin kaku yang terus membentak: "Budak busuk, besar amat lagakmu!"   Suara itu datangnya dari belakang.tubuhnya hal tersebut kontan saja membuat Liu Leng poo menjadi amat terkejut, buru-buru dia membalikkan tubuhnya.   Entah sedari kapan, tahu-tahu di depan halaman ruangan kuil tersebut telah muncul sebuah tandu berwarna hitam.   Waktu itu tandu tersebut sudah berhenti dimuka undak-undakan menuju keruangan.   Si penggotong tandu adalah dua orang nenek berkaki kecil yang membungkus kepalanya dengan kain hitam, mereka berdiri dikaki kanan tandu tersebut tanpa bergerak Sekeliling tandu berwarna hitam itupun dilapisi dengan kain hitam, sehingga sulit bagi orang untuk mengetahui orang yang berada daiam tandu itu.   Diam-diam Liu Leng poo merasa terkejut, padahal dia percaya kemampuannya yang dimilikinya sekarang dapat menangkap suara daun yang jatuh pada jarak sepuluh kaki pun dari posisinya.   Betul dia telah menghimpun segenap tenaga dalamnya kedalam pisau terbang tersebut, namun jarak antara tandu dengan dirinva cuma berapa kaki saja mustahil ia tak mendengar akan kehadiran mereka...   Dari sini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa ilmu meringankan tubuh yang dimiliki kedua orang nenek penggotong tandu itu sudah mencapai tingkatan yang amat sempurna.   Sadar akan datangnya musuh tangguh, Liu Leng poo mulai meningkatkan kewaspadaannya, bukan saja didepan mata ada musuh, bahkan di balik gedung kuil itupun masih tersembunyi seorang jago misterius yang berkepandaian amat hebat.   Dengan begitu, dirinya berdua sudah terjebak dalam suasana yang berbahaya sekali, mereka telah digencet oleh dua orang musuh tangguh yang datang dari muka dan belakang.   Sekalipun dalam hatinya merasa terkejut Liu Leng poo tidak sampai menjadi panik, dengan menggunakan ilmu menyampaikan suaranya ia lantas berbisik kepada Wi Tiong hong: "Wi sauhiap.   cepat kemari situasi yang kita hadapi sekarang berbahaya sekali, kau berjaga-jagalah dibelakang punggungku."   Wi Tiong hong menurut dan segera berjalan menuju kebelakang tubuh Liu Leng Poo dan berdiri disitu dengan tangannya meraba gagang pedang, sementara sorot matanya memperhatikan sekejap sekeliling ruangan kuil itu.   Ternyata bayangan tubuh nikou setengah umur itu sudah tidak nampak lagi, tampaknya dia sudah menyelinap masuk keruang belakang.   Pada saat itulah dari ruang belakang terdengar suara dingin kaku itu berkumandang lagi: "Kehadiran sumoay kebetulan sekali tolong kau bereskan kedua manusia yang tidak tahu diri itu, yang perempuan agaknya murid ahli waris dari Cing ih am di Go bi san, sedangkan yang lelaki mempergunakam ilmu Siu lo to, jadi semestinya murid perguruan Siu lo bun." "Suci tidak usah kuatir, serahkan saja ke dua orang itu kepadaku."   Kata suara dingin kaku dibalik tandu itu segera. "bagi mereka yang datang mencari gara-gara dalam kuil Cun ti am, tidak usah dibedakan lagi apakah ia murid Cin ih am ataukah murid Sio lo bun...."   Mendengar perkataan mana Wi Tiong hong segera membentak keras; "Kau jangan menuduh orang seenaknya sendiri, aku bufkan anggota perguruan Siu lo bun." "Aku tidak ambil perduli siapakah kalian."   Kembali orang didalam tandu itu berseru.   Liu Leng poo segera mendengus, kemudian tegurnya: "Siapakah kau ?" "Kalian pun tidak usah mengetahui siapakah diriku, sebab dengan mengandalkan kedudukan kalian masih belum pantas untuk mengetahui siapakah diriku ini." "Jadi kau juga yang telah merontokkan pisau terbangku tadi.   ..?" "Hmm, apa aih hebatnya dengan Hwee-hong to tersebut ?" "Bagus sekali."   Seru Liu Leng poo sambil tertawa dingin, "kalau begitu aku periu menunjukan kelihayan dari ilmu Hwee-hong to tersebut kepadamu .."   Sementara berbicara dengan cepat dia mundur beberapa langkah kebelakang, kemudian dia membungkukan badannya untuK memungut kembali golok peraknya yang tersampok rontok tadi, Disaat dia berdiri tegak inilah tiba-tiba tangannya diayunkan berulang kali, lima bilah golok perak daun liu itu segera meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa.   Benar-benar hebat sekali serangan tersebut, bagaikan sambaran petir saja dalam waktu singkat seluruh angkasa sudah dipenuhi cahaya perak dan desingan angin serangan yang memekikkan telinga, kelima golok perak itu membentuk satu garis lurus langsung menyerang kedalam tandu hitam itu.   Cahaya perak itu berkelebat lewat kemudian lenyap dibalik tandu lemas tersebut, desingan angin serangan yang memekikkan telingapun menjadi sirap dan hening kembali.   namun kelima bilah golok perak daun Liu yang menyusup kebalik tandu tersebut lenyap dengan begitu saja tanpa menimbulkan suara apa-apa.   Dua orang nenek berkaki kecil berkain hitam pembungkus kepala itu masih tetap berdiri dikiri kanan tanpa bergerak seakan-akan mereka sama sekali tidak menyaksikan peristiwa tersebut.   Sekeliling tandu itu masih tertutup oleh kain hitam sehingga tidak nampak manusia dalam tandu tersebut sejak pisau terbang tersebut menyusup kedalam hingga kini, tidak nampak pula sesuatu reaksi dari balik tandu tadi.   Suasana hening yang sama sekali diluar dugaan ini kontan saja menimbulkan suasana yang begitu mengerikan dan menggidikkan hati.   Orang persilatan selalu mengatakan "Biar pun bisa menghindari beribu bahkan berlaksa bacokan, belum tentu bisa menghindari sebuah bacokan dari Thian Sat nio", ilmu Hwee-hong to merupakan kepandaian andalan dari Thian sat bun yang termashur akan kelihayannya, apa lagi bila lima golok dipergunakan bersama, jarang sekali ada jagoan didalam dunia persilatan yang mampu meloloskan diri dari ancaman tersebut..   Akan tetapi semenjak kelima bilah golok terbang itu menyusup kedalam tandu, sama sekali tidak kedengaran sedikit suara pun kejadian mana tentu saja membuat Liu Leng poo menjadi amat terkesiap.   Tiba-tiba dia membentak nyaring, pedangnya segera dicabut keluar kemudian tubuhnya mendadak ke depan menghampiri tandu tadi, pedangnya serta merta dipergunakan untuk mencongkel tirai dimuka tandu itu ..   Disaat dia mendekati tandu itulah kedua orang nenek yang berdiri disamping kiri dan kanan itu dengan tenang tapi cekatan segera menyingkap tirai tandu itu.   Semua peristiwa ini berlangsung dalam waktu sekejap mata dan semuanya teratur dan tidak panik, sehingga boleh dibilang persis sekali pada saat Liu Leng poo menyerbu ke depan tandu tadi.   Ketika Liu Leng poo sudah tiba dimuka tandu tersebut kurang lebih sejauh tiga depa, kebetulan pula tirai tandu itu disingkap orang sehingga keadaan didalam tandu tersebut dapat terlihat dengan jelas sekali.   Ternyata orang yang berada didalam tandu itu adalah seorang manusia aneh berambut hijau berkepala tembaga.   Orang ini sama sekali tidak mengenakan openg kulit manusia, tapi raut mukanya seakan-akan dicetak dengan cairan tembaga sehingga persis seperti sebuah patung manusia hidup.   Pakaian yang dikenakan adalah gaun merah berkembang-kembang, sepasang tangannya yang berwarna tembaga diletakan di atas lututnya keadaan tersebut tak ubahnya bagaikan patung sungguhan.   Sedangkan kelima buah golok perak tadi terletak didepan patung tembaga ini.   Liu Leng poo yang menyaksikan kejadian ini menjadi tertegun,sudah jelas dari balik tandu tadi kedengaran ada orang berbicara.   sudah jelas ada pula yang menangkap golok terbangnya didalam tandu tersebut ataukah mungkin orang yang berbicara dan menerima goloknya adalah patung tembaga ini? Ia tidak berpikir lebih jauh lagi, setelah mendengus dingin pedangnya segera digetarkan menusuk ke wajah patung tembaga itu.   Terhadap datangnya serangan ini patung tembaga tersebut sama sekali tidak menghindar, dia masih tetap duduk dalam posisi semula menanti ujung pedang tersebut hampir menusuk diatas wajahnya.   baru kedengaran suara dentingan nyaring.   Kemudian Liu Leng poo merasakan pergelangan tangannya bargetar keras, ternyata wajah orang itu memang dibuat dari tembaga asli.   Tapi disaat dia mendengus sambil melancarkan tusukan ke wajah patung tembaga inilah, mendadak dari balik mulut patung tembaga itu kedengaran pula suara dengusan dingin.   Bukan hanya begitu saja, dari balik mulut patung tembaga itu mendadak menyembur keluar segumpal asap warna warni.   Liu Leng poo sudah cukup berpengalaman dalam pertarungannya melawan musuh2 tangguh, ketika menyaksikan patung tembaga itu menyemburkan asap dia segera menutup semua pernapasannya dan melompat mundur kebelakang, Sekalipun Liu Leng poo merasakan bahaya cukup cepat, bagaimanapun juga selisih jarak mereka kelewat dekat tahu-tahu saja hidungnya telah mengendus bau barum yang sangat aneh.   Ketika tubuhnya yang melompat mundur belum sempat berdiri tegak, tiba-tiba saja kepalanya terasa pening, lalu pandangan matanya menjadi gelap setelah mundur dengan sempoyongan sejauh berapa langkah, dia segera roboh terjengkang keatas tanah.   Kalau diceritakan memang rasanya amat lamban, padahal semua peristiwa tersebut berlangsung dalam sekejap mata saja, disaat Liu Leng poo melompat mundur kebelakang, ke dua orang nenek didepan tandu itu sudah menurunkan kembali tirai dimuka tandu tersebut.   Menanti tubuh Liu Leng po sudah roboh terjungkal keatas tanah, keadaan tandu itu sudah pulih kembali seperti sedia kala, tirai tandu sudah diturunkan kembali.   kedua orang nenek itupun sudah berdiri disisi kiri dan kanan tandu dengan tangan diluruskan kebawah.   seakan-akan tidak terjadi suatu apapun.   Hampir boleh dibilang Wi Tiong hong belum sempat melihat jelas bagaimanakah bentuk wajah orang yang duduk didalam tandu tersebut ketika secara tiba-tiba ia menyaksikan Liu Leng poo sudah roboh terjengkang keatas tanah.   Kejadian ini kontan saja membuat anak muda tersebut menjadi terkejut sekali.   Cepat-cepat dia menerobos maju kedepan kemudian tegurnya dengan perasaan gelisah: "Nona Liu.   kenapa kau?"   Liu Leng poo sedang memejamkan matanya rapat-rapat sambil menghimpun tenaganya untuk melawan racun dalam tubuhnya ketika menderngar suara teriakan Wi Tiong-hong tersebut, dia segera menggerakan bibirnya dan berbisik lirih; "Hati-hati dengan asap beracun yang disemburkan dari mulut manusia tembaga itu."   Pada hakekatnya Wi Tiong-hong sama sekali tidak menyaksikan manusia tembaga tersebut, dia menjadi sangat keheranan dan segera, bertanya lagi: "Dimana manusia tembaga itu?"   Sebelum nona itu sempat menjawab, suara dingin kaku dari balik tandu itu sudah berkumandang lagi. "Maju kedepan dan segera bekuk budak tersebut. ..."   Kedua orang nenek itu segera menerima perintah dan seorang dari kiri yang lain dari kanan serentak maju kedepan ...   Menjaksikan Liu Leng poo masih duduk tak bergerak, sementara dua orang musuhnya telah mendesak kedepan, Wi Tiong-hong menjadi gelisah sekali, cepat pedang Jit siu kiamnya diloloskan dari sarungnya.   Kemudian dengan pedang terhunus dan menghadang didepan nona tersebut bentaknya keras-keras: "Siapa diantara kalian berani maju.   jangan salahkan kalau aku akan bertindak kejam." Nenek yang berada disebelah kiri itu tertawa dingin, kemudian sambil berpaling kearah nenek yang berada disebelah kanannya dia berkata setengah mengejek: "Apakah bocah keparat ini termasuk juga manusia jumawa?"   Nenek yang berada disebelah kanan itu segera menjawab;   "Kau bekuk budak tersebut dan serahkan raja bocah keparat ini kepadaku."   Selesai berkata dia lantas maju kedepan Wi Tiong-hong dan langsung mencengkeram pergelangan tangan sang pemuda yang menggenggam pedang itu dengan kelima jari tangannya yang dipentangkan seperti cakar, serangan mana dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat,,.   Sebaliknya nenek yang berada disebelah kiri itu segera menghindar dari arena tengah dan mendekati Liu Leng poo.   Wi Tiong hong segera membentak keras, tubuhnya bergerak kedepan sambil mengayunkan pedangnya menyambut kedatangan sinenek disebelah kiri itu.   Perlu diketahui pedang Jit siu kiam yang berada dalam genggamannya ini meski nampaknya sama sekali tidak tajam, namun begitu serangan dilepasKan.   angin pedangnya menderu-deru dan tajamnya bukan buatan.   Begitu merasakan ketajaman angin serangan lawan ternyata nenek yang berada di sebelah kiri itu tidak berani menangkis dengan kekerasan, dengan cepat tubuhnya bergeser dua langkah kesamping.   kemudian katanya sambil tertawa dingin: "Hmm, tidak nyana kalau pedangnya yang dipergunakan bocah keparat itu merupukan sebilah pedang yang tajam sekali." Ketika nenek sebelah kanan menyaksikan Wi Tiong Hong meninggalkan dirinya malaban menyerang nenek disebelah kiri, dia menjadi gusar sekali, sambil mendesis sinis tiba-tiba saja tubuhnya menerobos maju kemuka.   kemudian dengan kelima jari tangannya yang dipentangkan lebar-lebar dia cengkeram belakang punggang pemuda itu.   Baru saja Wi Tiong hong berhasil mendesak mundur sinenek yang berada disebelah kiri, dia sudah merasakan datangnya sinenek sebelah kanan yang menyergap dari belakang.   serta merta dia membalikan badannya sambil melancarkan babatan kilat.   Kedua buah serangan tersebut semuanya mempergunakan jurus serangan pedang dari ilmu Siu lo cap sah si.   Sebenarnya ilmu pedang Siu lo kiam-hoat memang mengutamakan gerak.   bilamana dipergunakan dalam kecepatan yang paling tinggi maka dalam satu gebrakan saja bisa melancarkan tiga belas buah serangan secara beruntun.   Biarpun Wi Tiong hong belum lama mempelajari kepandaian tersebut namun kedua jurus serangan yang dipergunakan barusan, jauh lebih cepat beberapa kali lipat daripada serangan biasanya.., .   Belum lagi cengkeraman kelima jari tangan si nenek disebelah kanan itu tiba, angin pedang Wi Tiong hong sudah menyambar liwat, hal tersebut memaksanya buru-buru menariK kembali cengkeramannya sambil bergeser selangkah kesamping.   "Bocah keparat, tidak kusangka kau masih mempunyai ilmu simpanan, .   ."   Serunya keras.   Sementara itu si nenek disebelah kiri yang kena dipaksa mundur oleh serangan Wi Tiong hong tadi nampaknya masih belum merasa puas, dengan cepat dia bergegas.   maju lagi kemudian melancarkan serangannya dari sisi kiri dengan jurus bintang terbang mengejar rembulan..   , .   Lima gulung desingan angin tajam langsung saja mengurung jalan darah penting ditubuh sebelah kanan si anak muda itu.   Ternyata jurus serangan yang dipergunakan nerek itu merupakan ilmu memotong nadi yang luar biasa hebatnya.   bila terkena serangan teraebut niscaya korban akan lumpuh atau tewas seketika.   Bersamaan waktunya nenek disebelah kanan yang terdesak mundur oleh serangan pedang Wi Tiong hong tadi kembali mendesak kedepan dan mengancam dari sisi kiri lawan, tangan kanannya yang direntangkan kembali mengancam pinggang pemuda tersebut dengan jurus ayam emas mencari makanan.   Ketika jari tangannya sudah hampir mengenai sasaran.   dia baru membentak dengan suara menyeramkan: "Bocah keparat.   roboh kau !"   Menghadapi serangan demi serangan yang begitu gencar keji dan buas dari dua orang nenek yang menggencetnya dari kiri dan kanan Wi Tiong hong tak berani berayal lagi, tubuhnya segera berputar mengikuti gerakan pedangnya, kemudian pergelangan tangan kanannya berputar menggunakan jurus Dua unsur baru memisah, pedangnya secara beruntun membuat dua buah gerakan melingkar.   Berbicara soal ilmu silat yang dimiliki ke dua orang nenek tersebut, sesungguhnya sulit bagi jurus pedang aliran Bu tong pay yang digunakan pemuda tersebut untuk mendesak mundur mereka, namun mereka justru amat takut menghadapi pedang tajam milik Wi Tiong hong yang nampaknya justru menyerupai pedang karat itu.   Apalagi setiap serangan tersebut dilancarkan, selalu terasa desingan angin tajam yang begitu hebat, mau tak mau mereka berdua harus menarik selalu serangan yang belum selesai dilontarkan.   Tiba-tiba nenek yang berada disebelah kanan itu berseru; "Bocah keparat ini berasal dari Bu tong-pay."   Sedangkan si nenek di sebelah kiri segera berseru pula; "Mari kita mencoba sampai dimana kemampuannya !" "Betul, kita harus mencoba kemampuannya."   Sambung si nenek disebelah kanan dengan serius.   Disaat pembicaraan berlangsung, dengan suatu gerakan cepat nenek yang berada disebelah kiri itu sudah meloloskan sebatang tongkat pendek dari belakang tubuhnya, kemudian sambil maju kedepan dan menyeringai seram serunya: "Bocah keparat, sambutlah serangan ini!"   Tongkat pendek itu segera menyapu ke depan dengan kecepatan bagaikan kilat.   Dengan pedang terhunus Wi Tiong-hong tetap berdiri tidak berkutik ditempat semula, serunya sambil tertawa nyaring: "Semenjak tadi kalian memang sudah harus meloloskan senjata masing-masing...."   Belum lagi perkataannya selesai diutarakan tongkat pendek dari nenek disebelah kiri itu sudah menyapu datang.   Dalam sekejap mata itulah.   tongkat pendek tersebut mendadak berubah menjadi lima enam buah bayangan yang bersamaan dengan menghembuskan segenap desingan angin tajam langsung menindih tubuh bagian atasnya.   Padahal Wi Tiong-hong telah bersiap sedia dengan menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya, siu lo cap sah si juga telah disiapkan tinggal melancarkan serangan.   Mendadak saja lengan kanannya digetarkan, lalu bersamaan waktunya pedangnya dengan menciptakan lima enam buan bayangan pedang langsung menyongsong datangnya ancaman tersebut.   "Triing.   triing' triing....."   Serentetan suara benturan nyaring yang memekikkan telinga bergema memenuhi seluruh angkasa.   Setiap serangan tongkat pendek dari nenek disebelah kiri itu semuanya kena terhadang oleh serangan pedangnya.   Kalau terhadang saja masih mendingan, nenek disebelah kiri itu segera merasakan pula ada sesuatu yang tidak beres.   Dia sudah terbiasa mempergunakan senjata tentu saja diapun mempunyai perhitungan tentang berat senjata andalannya itu.   Tapi setelah terjadi serangkaian bentrokan dengan pedang Wi Tiong-hong, tiba-tiba saja dia merasakan suatu keanehan.   Yaitu setiap kali terjadi dentingan nyaring, tongkat pendeknya terrasa lebih enteng, apa lagi setelah terjadi lima kali bentrokan, tongkat pendeknya seakan-akan sudah begitu enteng sehingga tidak menyerupai sebuan tongkat lagi.   Dalam terkejutnya cepat-cepat dia melompat mundur kebelakang sambil melakukan pemeriksaan, ternyata tongkat pendek yang panjang semula mencapai dua depa delapan cun itu, sekarang tinggal sepotong yang masih tergenggam dalam tangannya saja.   Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Sementara itu nenek yang ada disebelah kanan sama sekali tidak melihat bagaimana tongkat pendek milik nenek disebelah kiri sudah dipapas kutung oleh pedang Wi Tionghong seperti potongan tebu saja, dia cuma melihat bagaimana senjata kedua orang itu saling beradu.   kemudian nenek disebelah kiri itu melompat mundur kebelakang.   Serta merta dia memutar tongkat sendiri dan menyerbu pula kedalam arena bagaikan amukan angin puyuh.   Semenjak berhasil melatih ilmu Siu lo cap sah si tersebut, baru pertama kali ini Wi Tiong hong benar-benar mempergunakannya.   Ia menjadi gembira sekali setelah berhasil menahan lima enam buah serangan musuh sebab hal ini berarti juga dalam satu gebrakan dia berhasil melepaskan lima enam buah serangan beruntun.   Maka ketika menjumpai nenek disebelah kanan menyerang kembali, tanpa berpikir panjang lagi dia mengayunkan pedangnya melepaskan dua serangan sekaligus.   Sementara itu nenek disebelah kiri itu sudah membuang kutungan longkatnya dengan penuh amarah, kemudian sambil maju kedepan.   bentaknya keras-keras.   "Pedang si bocah keparat itu mampu mengutungi senjata!"   Bersamaan dengan datangnya tubrukan itu tangan kirinya segera diayunkan kedepan melepaskan segumpal asap berwarna abu-abu kewajah anak muda tersebut. "Roboh kau!"   Bentaknya keras-keras. Ditengah arena berkumandang kembali suara dentingan yang amat nyaring ..   "Triiing, triing...."   Dua kali dentingan bergema, tongkat pendek milik nenek disebelah kanan pun kutung menjadi tiga bagian seperti tebu.   Akibatnya si nenek yang berada disebelah kanan itu cepat-cepat melompat ke samping sambil mandi keringat dingin.   Wi Tiong hong menjadi gembira sekali menjumpai keberhasilannya tanpa terasa dia tertawa terbahak-bahak, Namun baru saja tertewa sampai setengah jalan, dia telah menyaksikan segumpal asap abu-abu menyambar ke wajahnya.   Dalam keadaan gugup dan bimbang, dia cepat mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan.   Walauoun kabut abu-abu itu segera membuyar setelah termakan oleh angin pukulannya yang kuat tersebut, toh tak urung mulutnya menghisap juga sedikit bau harum, hal ini membuatnya sangat terkejut.   Cepat-cepat dia menghindar ke samping, siapa tahu baru saja tubuhnya digerakkan, seketika itu juga kepalanya terasa berat dan kakinya enteng, sepasang kakinya seakan-akan menginjak ditumpukan abu saja.   Nenek yang berada disebelah kanan itu segera mendesak maju kedepan, kemudian sembari tertawa seram katanya: "Bocah keperat.   kau telah menguntungi tongkat pendekku, maka sekarang giliran aku si nenek yang akan menguntungi sepasang kaki anjingmu itu,...."   Dengan tangan sebelah dia merampas pedang pemuda itu, tangan yang lain menampar wajahnya keras-keras.   Plaaak!! Wi Tiong-hong kena ditampar keras-keras sehingga maju berapa langkah kemuka sebelum terjatuh terjerambab keatas tanah.   Dengan cepat nenek disebelah kanan itu melompat lebih kemuka dan menginjak dada Wi Tiong-hong keras-keras serunya lagi sambil tertawa seram.   "Bocah keparat, kau telah mengutungi tongkat pedangku, sekarang akupun akan memotong sepasang kaki dan sepasang lenganmu."   Semenjak ditampar oleh nenek disebelah kiri tadi.   Wi Tiong hong merasakan pandangan matanya berkunang-kunang dan pipinya sakit sekali, apalagi setelah dadanya diinjak oleh sinenek disebelah kanan, sekarang amarahnya mau meledak rasanya.   Namun apa daya kalau sepasang tangannya terasa begitu lemas tak bertenaga.   sedikit kekuatan tak mampu dipergunakan lagi, tentu saja untuk meronta pun tak mampu.   Dalam keadaan demikian tanpa terasa ia berkerut kening dan membentak keras: "Nenek bajingan, setelah Wi Tiong-hong terjatuh ketangan kalian, mau dibantai mau dicincang aku tak bakal akan mengerutkan dahiku!" Mencorong sinar buas dari balik mata nenek sebelah kanan itu, serunya kemudian sambil tertawa seram; "Bocah keparat, tidak gampang bila ingin mampus dengan begitu saja, aku si nenek akan..."   Belum habis perkataan tersebut diutarakan. mendadak dari balik tandu itu telah bergema kembali suara beatakan ketus: "Lepaskan dia!"   Nenek disebelah kanan itu segera menarik kembali kaki kecilnya dan mundur setengah langkah.   Dengan mempergunakan tangannya sebagai penahan badan Wi Tiong hong mencoba meronta untuk duduk kembali, akiranya dia aga ringan menderita keracunan sehingga tidak sampai roboh tak sadarkan diri..., Dengan kening berkerut sekali lagi dia membentak keras: "Kalau ingin betul-betul bertarung.   pergunakan ilmu silat yang sejati, jangan gunakan cara yang licik dan munafik untuk membokong orang dengan racun pemabuk, perbuatan semacam itu hanya bikin malu saja..." "Bocah keparat.   kau masih berani ngebacot terus?"   Teriak nenek disebelah kiri itu dengan marah.   Wi Tiong hong tak kalah gusarnya, segera bentaknya pula: "Nenek bajingan, beranikah kau memberi obat pemunah dulu kepadaku kemudian bertarung secara jantan denganku?" "Bajingaa keparat, rupanja kau sudah bosan hidup?"   Seru nenek disebelah kanan sambil mengejek dingin.   Ketika nenek yang yang ada disebelah kiri itu mendengar dirinya diumpat sebagai nenek bajingan.   amarahnya segera memuncak sampai batas yang tak terkatakan, kebetulan sekali dia masih memegang pedang karat milik Wi Tionghong, maka sambil mengayunkan senjata tersebut, katanya sambil tertawa seram; "Bocah keparat, akan kupotong sebuah kaki anjingmu lebih dulu, akan kulihat mulut anjingmu masih bisa menggonggong terus?"   Belum saja perbuatan tersebut sampai dilakukan. orang yang berada didalam tenda itu sudah berseru kembali: "Berikan obat penawar racun kepadanya."   Nenek disebelah kiri itu menjadi tertegun setelah mendengar perintah ini, namun tak berani membangkang, dari sakunya mengeluarkan sebuah botol kecil dan dilemparkan kesamping pemuda tersebut seraya bentaknya: "Bocah keparat, terlalu keenakan bagimu."   Wi Tiong-hong sama sekali tidak menyangka kalau orang yang berada dalam tandu itu akan memerintahkan nenek disebelah kiri memberi ooat pemunah racun kepadanya.   Tapi diapun cukup mengerti betapa berbahayanya umat manusia didunia persilatan.   siapa tahu kalau isi botol itu bukan obat pemunah melainkan semacam obat racun yang jauh lebih berbahaya? Untuk sesaat dia cuma memegangi botol itu saja tanpa barmaksud untuk menelannya.   "Bocah keparat.   obat penawar racun telah diberikan, mengapa tidak kau segera telan? Memangnya takut kuberi obat beracun lagi?"   Jengek si nenek disebelah kiri cepat. "Kewaspadaan untuk menghadapi kelicikan orang tak boleh hilang, siapa tahu kalau isi botol tersebut memang benar-benar obat beracun?"   Sahut pemuda itu cepat., "Bajingan ini kelewat berbahaya, manusia tak tahu diri."   Umpat nenek disebelah kanan dengan gemas. Sementara itu suara dingin kaku dari balik tandu telah bergema lagi; "Silahkan ditelan saja, apakah aku juga, akan membohongi dirimu..?"   Sekalipun suaranya masih dingin dan kaku, namun kedengarannya jauh lebih lembut. Wi Tiong-hong segera mendengus dingin.   "Hmm. mengapa kau harus memberikan obat penawar racun kepadaku. .?" "Sebab kau harus tetap sadar pikirannya, aku masih ada persoalan yang hendak ditanyakan kepadamu."   Sekalipun Wi Tiong-hong sedang berbincang, namun sesungguhnya dia merasakan kepalanya berat dan keempat anggota badannya lemas tak bertenaga, seakan-akan ingin tidur saja.   Teringat Liu Leng poo sudah lama tidak bersuara lagi.   jelas dia sudah tak sadarkan diri karena keracunan, pemuda itu sadar bahwa dia sendiri tak boleh sampai kehilangan kesadaraanya karena keracunan.   "Berpikir sampai disini, dia lantas membuka penutup botol itu dan menuangkan bubuk kuning dalam botol tersebut kedalam mulutnya.   Tak sampai setengah perminum teh kemudian.   ia benar-benar merasakan kesegarannya pulih kembali, Ketika mencoba untuk mengatur napas, ternyata semua peredaran darahnya lancar tanpa hambatan.   Maka dia segera melomoat bangun dan menegur sambil mengawasi tandu itu lekat-lekat.   "Bila ada persoalan, silahkan saja diutarakan keluar!" "Benarkah kau bernama Wi Tiong-hong?"   Tanya suara dingin dibalik tandu itu kemudian,. Wi Tiong-hong tertawa tergeletak.   "Haaah.. haaah.., haaah...tentu saja aku sendiri." "Satu bulan berselang, kau pernah datang kemari?" "Buat apa kau menanyakan tentang persoalan ini?"   Seru Wi Tiong-hong agak tertegun.   "Tentu saja aku mempunyai kegunaannya." "Sebelum kau menjelaskan alasanmu, maaf bila aku tak sudi memberitahukannya." "Bukankah rekanmu telah keracunan, kau tak ingin aku melepaskan pula dirinya?" "Bila kukatakan sebenarnva, apakah kau akan memberi obat penawar racun padanya?" "Benar" "Baik.   kalau begitu tak ada salahnya bila kuberitahukan hal itu kepadamu, satu bulan berselang aku telah pergi ke Ci-say." "Kelewat samar, semestinya kau sebutkan juga nama tempat dari tujuanmu itu." "AKU telah pergi ke bukit Sian-hoa san." "Selain itu kau telah pergi kemana lagi?"   Wi Tiong-hong tidak langsung menjawab, sebaliknya secara diam-diam berpikir.   "Kok Thian hiang bersembunyi dibukit Tay-seng bun san sekalipun aku tidak dapat membuktikan apakah manusia berbaju putih itu adalah ayahku, namun dia telah berpesan kepadaku, kecuali ibuku, aku tak boleh membocorkan persoalan ini kepada siapa saja, itu berarti akupun tidak boleh memberitahukan juga kepadanya."   Berpikir sampai disini diapun menjawab.   "Aku berkunjung pula ke Thian-bok san." "Dari Sien-hoa menuju ke Thian bok, ditengah-tengahnya mesih ada jarak yang cukup panjang, kau telah berkunjung kemana lagi?"   Desak orang didalam tandu itu.   "Betul, diantara jarak tersebut aku memang masih mengunjungi sebuah tempat yang sangat rahasia." "Bagaimana rahasianya ?" "Aku sendiripun tidak mengetahui apa nama tempat tersebut, karena mataku ditutup dengan kian dan aku dijemput dengan menggunakan kereta." "Kau telah pergi menjumpai siapa ?" "Berjumpa dengan...."   Mendadak ia tutup mulut kemudian setelah mengawasi tandu tersebut lekat-lekat, terusnya: "Bukankah kau cuma bertanya bulan berselang aku telah kemana? Tentang siapa kujumpai dan apa yang telah kulakukan rasanya soal ini tidak termasuk dalam lingkungan yang perlu kau tanyakan." "Bila aku tak akan bertanya siapa yang telah kau jumpai.   lantas mau apa pula kau datang ke bukit Kou lou san ini ?" "Apa yang ingin kau tanyakan telah aku jawab dengan sejujurnya.   seperti juga jawabanku tadi, pertanyaan diluar garis tak ingin kujawab." "Sik mo.   tusuk dia dengan pedang !"   Mendadak orang didalam tandu itu membentak, Nenek disebelah kiri mengiakan lalu mendesak ke depan sambil bentaknya: "Bocah muda, hati-hati kau!"   Dengan mengayunkan pedang karatnya dia tusuk bahu bkri Wi Tiong-hong.   Pemuda itu merasa gusar sekali, tangan kirinya dengan menggunakan tehnik pedang memancing serangan musuh keluar garis.   sementara tangan kanannya melepaskan sebuah bacokan.   Baru saja nenek disebelah kiri itu melancarkan tusukannya, tiba-tiba saja dia merasa ujung pedangnya miring kesamping kemudian mengikuti gerakan tangan kiri lawan terpancing keluar garis.   Kejadian ini sangat mengejutkan hatinya, diam-diam berpikir: "Gerak serangan bocah ini sama sekali tidak membawa desingan angin serangan.   juga tidak terdapat daya hisap yang kuat, lantas dengan kepandaian sesat apakah dia berhasil membawa gerak serangan pedangku kearah lain?"   Namun dalam keadaan demikian dia tak sempat untuk berpikir panjang lagi, gagal dengan gerakan pedangnya cepat-cepat dia melompat kesebelah kanan untuk meloloskan diri dari bacokan musuh.   Dengan lompatannya ini, maka serangan tangan kosong dari Wi Tiong-hong dengan sendirinya mengenai sasaran kosong.   Setelah menghindar kesamping, nenek disebelah kiri itu tidak puas sampai disini saja.   setelah mundur dia maju kembali kedepan seraya bentaknya keras-keras.   "Bocah keparat.,"   Baru saja dia akan melancarkan serangan lagi... "Sik Mo, cukup!"   Suara dingin kaku dari balik tandu kembali membentak keras.   Sebenarnya nenek disebelah kiri itu sudah siap menerjang lagi ke depan, namun setelah mendengar bentakan dari orang dalam tandu itu.   ia segera menarik kembali hawa murninyaa dan mengundurkan diri ke belakang.   "Hei, sebenarnya apa maksudmu dengan perbuatan ini?"   Dengan penuh kegusaran Wi Tiong-hong berteriak.   "Aku tidak lebih hanya menyuruh Sik Mo mencoba dirimu apakah kau mempunyai mutiara penolak pedang, kelihatannya kau memang benar-benar Wi Tiong hong yang asli." "Kalau aku bukan Wi Tiong-hong, memangnya ada orang yang menyaru sebagai diriku?" 000OdwO000 "SEBAB SEBELUM BERSELANG, ketika aku berjumpa denganmu di ci-say, wajahmu waktu itu sama sekali berbeda dengan wajahmu sekarang, tampaknya kau pandai merubah wajah." "Ooh, rupanya begitu,"   Pikir Wi Tiong hong didalam hati. Maka katanya kemudian.   "Aku hanya mengerti sedikit saja..." "Bagus sekali." "Mana obat penawar racunnya?"   Tanya Wi Tiong-hong kemudian. "Kau merasa gelisah sekali nampaknya. aku tahu kau amat memperhatikan keselamatannya bukan?"   Rupanya dia salah mengira Liu Leng poo sebagai kekasih hati Wi Tiong hong, karenanya selesai berkata diapun tertawa geli.   Tiba-tiba tirai tandu tersingkap, lalu sebutir pil putih dilemparkan kehadapan pemuda itu.   Cepat-cepat Wi Tiong-hong menerimanya.   Terdengar orang dalam tandu itu berkata, "KOU LOO san tidak didiami terlalu lama, lebih baiknya kalian tinggalkan tempat ini secepatnya."   Wi Tiong-hong jadi tertegun dia segera mengangkat Kepalanya dan bertanya, "Sebenarnya siapakah kau?"   Tiba-tiba orang didalam tandu itu menghela napas, Kemudian katanya pelan. "Sekali pun kuberitahukan kepadamu, kau belum tentu mengerti, aku bernama Tang-hujin." "Nyonya tembaga? Belum pernah kudengar nama tersebut,"   Pikir Wi Tiong hong dihati.   Dengan cepat dia membungkukkan badan dan memasukkan pil berwarna putih itu kedalam mulut Liu Leng poo, menanti dia bangkit kembali, kedua orang nenek tadi telah menggotong tandu tersebut menuju Keruang belakang, Tidak jauh diatas lantai tergeletak pedang Jit siu-kiam miliknya serta kelima bilah golok perak daun liu milik Liu Leng poo.   Dia sama sekali tidak menyangka kalau Nyonya tembaga akan melepaskan dirinya dengan begitu saja, sebetulnya orang itu musuhkah atau teman? Setelah menelan pil penawar racun itu.   tidak sampai serengah seperminum teh kemudian Liu Leng poo telah mendusin kembali dari pingsannya.   Dengan cepat dia melompat bangun, kemudian sambil celingukan kian kemari tanyanya dengan keheranan;   "Wi sauhiap, kemana tandu itu?" "Sudah masuk kedalam. nona Liu harap kau mencoba untuk mengatur pernapasan, coba dilihat apakah ada yang tak beres?"   Liu Leng poo mencoba untuk mengatur pernapasan, kemudian baru menjawab: "Aku tidak apa-apa.   aku tidak mengira kalau hawa racun yang disebarkan dari mulut manusia tembaga itu akan bekerja sedemikian cepatnya, benar-benar merupakan suatu ancaman yang berbahaya sekali, darimana kau peroleh obat pemunahnya?" "Aku diberi nyonya tembaga." "Siapakah nyonya Tembaga itu?" "Aku sendiri tidak tahu, dia menyebut diri sebagai Nyonya tembaga.   mungkin orang yang duduk didalam tandu tersebut."   Secara ringkas pemuda itu menceritakan semua pengalaman yang baru saja dialaminya. Setelah mendengar penuturan itu dengan perasaan terperanjat, Liu Leng poo berkata.   "Padahal orang yang duduk dalam tandu itu cuma sebuah patung tembaga saja, peristiwa ini benar-benar rada aneh."   Berbicara sampai disitu, dengan ilmu menyampaikan suara dia berkata lebih jauh. "Mari kita pulang secepatnya dan tanyakan persoalan ini kepada kakek Cu dan Toa-suheng sekalian, siapa tahu mereKa mengetahui tentang asal usul dari nyonya tembaga itu,"   Wi Tiong-hong mengangguk, mereka berdua segera membereskan senjata dan bersama-sama mengundurkan diri dari kuil Can Ti-am tersebut... Baru saja memasuki mulut gua. sudah terdengar kakek Ou berseru sambil tertawa.   "Kemana saja kalian pergi selama ini? Hampir saja aku akan pergi mencari kalian?"   Ketika Liu Leng poo menyaksikan Toa-suhengnya belum kembali, tapi merasa persoalannya amat serius dan perlu segera diketahui posisi orang itu sebagai musuh atau teman, maka tidak tahan lagi dia bertanya: "Lotiang, tahukah kau tentang seorang yang bernama Nyonya tembaga...?" "Nyonya tembaga? Manusia macam apa itu."   Secara ringkas Liu Leng poo.   segera menceritakan bagaimana dia memasuki kuil Cun ti-am dan bagaimana disembur oleh kabut beracun dari manusia tembaga dibalik tandu sehingga jatuh tak sadarkan diri...   Setelah mendengar penuturan tersebut.   dengan perasaan keheranan kakek Ou segera berkata: "Ehmm, kejadian ini memang sedikit agak aneh, saat ini nyonya tembaga masih berada dalam kuil Cun-ti-am bukan? Baik.   aku akan segera pergi memeriksanya."   Sambil bangkit berdiri dia siap berjalan keluar dari gua tersebut... Secara kebetulan Kam Liu cu telah munculkan diri, segera tegurnya dengan cepat.   "Lotiang hendak pergi kemana?" "Aaah!, kedatangan Kam-lote memang kebetulan sekali."   Seru kakek Ou dengan cepat. Maka secara ringkas diapun menceritakan kembali apa yang didengarnya dari LinuLeng poo barusan... Ketika selesai mendengar penuturan itu, Kam Liu cu pun segera bertanya.   Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Bagaimanakah menurut pandangan sumoay?" "Toa-suheng, pernahkah kau dengar tentang nama Nyonya tembaga didalam dunia persilatan?" "Belum pernah kudengar, namun aku harus mengetahui lebih dulu bagaimanakah pandangan sumoay terhadap dirinya." "Menurut pandanganku, dia sudah merobohkan kami semua tapi kemudian setelah mengetahui gerak gerik Wi-sauhiap sebulan berselang, tiba-tiba saja dia memberi obat penawar racun kepada kami, maka berdasarkan hal ini bisa kutarik kesimpulan bahwa dia bisa jadi adalah orang yang dikenal oleh Wi Sauhiap."   Kam Liu cu segera manggut-manggut dia menyetujui pandangan tersebut.   Sebaliknya Wi Tiong-hong segera berseru: "Padahal aku sama sekali tidak kenal dengan nyonya tembaga tersebut.   ..." "Oleh karena dia mengenakan topeng tembaga, sudah barang tentu kau tidak akan mengenalinya lagi,"   Seru Liu Leng poo.   Berbicara sampai disini.   dia pun melanjutkan lebih jauh; "Kedua, aku merasa bila ada orang menyambar berita dari dalam selat Tok seh sia ke kuil Can ti-an tersebut, maka orang yang berada dibelakang kuil serta nyonya tembaga tentulah musuh-musuh dari selat Tok seh sia." "Cukup."   Cetus Kam liu-cu.   "Kalau toh kalian sudah mengetahui bahwa mereka adalah teman bukan musuh, maka buat apa lagi kita mesti berkunjung ke kuil Can ti am itu?"   Kakek Ou yang mendengar perkataan itu segera berkata sambil tertawa tergelak: "Aku cuma ingin mengetehui manusia macam apakah nyonya tembaga tersebut, tapi kalau toh Kam-lote beranggapan tidak baik untuk pergi lagi kesana.   lebih baik kita2 tak usah kesana lagi."   Liu Leng poo termenung sebentar, kemudian katanya lagi.   "Siau-moay hanya merasa heran, pihak Tok seh sia mempunyai begitu banyak jago lihay, pengaruhnya juga amat luas, mengapa mereka sama sekali tidak menaruh curiga atau kewaspadaan terhadap kuil Can-ti am yang letaknya berdekatan dengan mereka?" "Seperti apa yang kakek Ou katakan tadi, sumur kering itu hanya salah satu jalan penghubung menuju selat Tok seh sia, tempat itu bukan jalan masuk yang sebenarnya, mungkin juga sebelum jalan tembus itu dibuat, kuil Cun ti-an sudah berada disitu, apalagi Kou-lou san kan tempat termashur yang banyak dikunjungi orang, tentu saja mereka tak akan mengusik tempat tersebut hingga menimbulkan kecurigaan orang." "Perkataan dari nona Liu memang benar, bila menuju ke selat Tok seh sia dengan melalui sumur kering itu.   bukan saja medannya sangat berbahaya.   lagipula penuh hadangan yang berlapis-lapis, disamping racun jahat yang berada ditempat-tempat tertentu, sulit rasanya bagi orang awam untuk memasukinya, 0leh sebab itu bagi anggapan orang-orang selat Tok seh sia.   lorong rahasia ini tak mungkin bisa ditemukan orang-orang dengan gampang."   Kata kakek Ou. "Tapi kenyataannva berhasil kita temukan,"   Kata Liu Leng poo sambil tertawa. "Sekarang waktu sudah mendekati tengah hari,"   Sela Kam Liu cu.   "aku rasa perut kita sudah pada lapar, ayo, cepat mengisi perut dulu sebelum berbicara lebih jauh."   Rupanya ketika pulang dari kota.   dia telah membawa sebuah karung besar.   sewaktu barang-barang yang berada dalam karung itu dikeluarkan satu persatu.   isinya berupa daging sapi, telur asin.   sayur asin.   bakpau, kueh kering dan berbagai macam hidangan lainnya.   Memandang setumpuk makanan tersebut tanpa terasa Liu Leng poo bertanya: "Toa suheng.   buat apa kau membeli makanan sebanyak ini?"   Sambil tertawa sahut Kam Liu cu; "Tempat ini letaknya tiga lima puluh li dari kota terdekat.   aku pikir kurang leluasa untuk pulang pergi setiap harinya, maka setelah sampai disana, akupun membeli rangsum dalam jumlah yang agak besar, agar sepeninggal kita nanti, rangsum tersebut masih bisa dipergunakan oleh kakek Ou dan saudara Tam yang berjaga disini selama dua tiga hari.   Sekalipun nona So dan Lan Kun-pit berada dalam keadaan tak sadar.   toh mereka butuh makanannja, aku malah kuatir jumlahnya kurang...?" "Itu mah tidak penting,"   Kakek Ou segera berseru sambil tertawa.   "ditempat ini terdapat sebuah kuil pendeta, kita tak usah kuatir kehabisan makanan, memang cuma agak sulit bila ingin makan daging sapi asin."   Begitulah sambil bersantap sambil berbincang-bincang, mereka semua mengisi perut sampai kenyang, Kata Kam Liu cu kemudian.   "Setelah malam tiba nanti baru kita dapat masuk, aku rasa kurang baik untuk memperlihatkan diri dipagi hari begini. Untung saja tanah perbukitan ini terpencil letaknya, lebih baik kita beristirahat dulu sejenak untuk memulihkan kembali kekuatan, dengan demikian kerja kita malam nanti baru akan lebih lancar."   Setengah harian lewat tanpa terasa, lambat laun hari pun semakin gelap.   Semua orang segera mempersiapkan diri sebaik-baiknya, menjelang kentongan pertama kakek Ou sudah tidak sabar lagi untuk menanti, dia segera bangkit berdiri seraya berseru: "Kam lote, bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga ?"   Kam Liu cu, Liu Leng poo dan Wi Tiong-hong segera ikut bangkit berdiri, setelah berpamitan dengan Tam See-hoa.   berangkatlah mereka meninggalkan gua batu itu.   Dengan dipimpin oleh kakek Ou, secara beruntun mereka terjun kedalam sumur kering itu.   Tiba-tiba kakek Ou berkata;   "Lorong bawah tanah ini selain dalam juga gelap sekali, banyak tikungan yang sempit dan terjal. harap kalian berhati-hati sepanjang perjalanan nanti." "Saudara Wi."   Kam Liu cu segera bersera.   "Kau bersama Liu-sumoay berjalan dimuka, biar aku berada dibarisan paling belakang!"   Wi Tiong-hong tahu bahwa soal ilmu tebaga dalam ia masih kalah jauh dibandingkan mereka.   biarpun ditengah kegelapan biasanya masih terdapat pancaran sinar bintang dan rembulan, asal seseorang mempunyai tenaga dalam agak sempurna, maka ia pasti dapat melihat keadaan disekelilingnya dengan jelas.   Tapi tempat itu merapakan sebuah lorong bawah tanah yang semakin kedalam suasananya pasti semakin gelap"   Sekalipun seseorang memiliki tenaga dalam yang sempurna, jangan harap dapat melihat keadaan disekelilingnya dengan jelas.   Mana dia segera mengiakan dan mengikuti dibelakang kakek Ou, sementara Liu Leng poo dan Kam Liu cu mengikuti dibelakang Wi Tiong hong bergerak memasuki lorong rahasia tersebut, Lorong bawah tanah ini benar-benar penuh dengan tikungan yang sempit dan tidak terduga lebih kurang empat lima li kemudian.   segera secara lamat mereka dapat melihat setitik cahaya terang muncul dikejauhan sana, nampaknya mereka sudah semakin mendekati mulut keluar lorong rahasia tersebut.   Mendadak kakek Ou berkata lagi.   "Kalian mesti berhati-hati, mulut keluar didepan sana merupakan sebuah gua karang yang kecil mungil, ketika dilakukan penggalan dulu tampaknya mereka sudah memanfaatkan keadaan alam yang disempurnakan dengan pekerjaan manusia."   Kemudian setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan lebih jauh, "Kalian semua harus ingat, setiap bertemu gua, kita harus mengambil gua yang berada di paling kiri, dengan begitu kita tak akan salah jalan.   tapi yang perlu diperhatikan secara khusus adalah batu-batu tonjolan tersebut, hampir semuanya sudah dilapisi bubuk beracun.   kalian tak boleh membiarkan pakaian kalian terkena racun tersebut."   Sejak mendengar keadaan dari lorong rahasia tersebut dari cerita kakek Ou tadi, sesungguhnya mereka sudah membuat persiapan khusus, maka setelah mendengar perkataan mana, masing-masing segera mengeluarkan secarik kain hitam dan menutupi mulut dan hidung sendiri.   Setelah keluar dari lorong rahasia tersebut, benar juga, mereka sudah berada di atas sebuah batu karang, tampak staglatit dan staglatit yang telah dibubuhi oleh bubuk beracun itu bertautan dimana-mana sehingga membentuk banyak sekali gua-gua karang yang besar dan kecil.   Untung saja ada kakek Ou yang memimpin perjalanan tersebut dimuka, lagi pula sudah diperingatkan sebelumnya.   maka semua orang bertindak sangat hati-hati, masing-masing menutup pernapasan sambil mengikuti kakek Ou keluar dari gua.   -ooo0dw0ooo-   Jilid 16 TAK SELANG BERAPA SAAT kemudian mereka sudah keluar dari gua karang tersebut, masing-masing menginjak batuan cadas tersebut dengan ujung kaki masing-masing dan melesat keluar dengan kecepatan paling tinggi.   Rupanya mereka sudah berada disebuah selat yang dihimpit dua buah bukit karang, selat tersebut amat sempit dan permukaan tanahnya dilapisi pasir putih yang lembut, selat mana menjulang sampai kedalam sana Sambil menuding kebawah tebing karang sebelah kanan, kakek Ou kembali menerangkan: "Aku telah mempersiapkan batu karang setiap satu kaki dibawah tebing sebelah kanan sana, kalian harus memperhatikan dengan seksama."   Selesai berkata, dia segera berjalan dulu dengan langkah lebar ...   Jangan dilihat dia hanya berjalan biasa dengan langkah lebar, padahal kecepatannya amat hebat dan tubuhnya bergerak sangat ringan, seakan-akan sedang melayang saja diatas pasir putih itu keadaannya beanar-behar sangat mengagumkan, Wi Tiong hong yang menyaksikan hal tersebut tidak sempat lagi untuk mencabangkan pikirannya, dia tak berani berayal lagi, sambil menarik napas panjang tubuhnya melompat pula ke depan.   Benar juga setiap jarak satu kaki.   dia 'menjumpai sebuah batu karang sebagai tempat untuk berpijak.   Dengan mamantulkan ujung kakinya diatas batu batu cadas tersebut, sepanjang perjalanan mereka bergeras kedepan dengan kecepatan sangat tinggi.   Selat sempit itu panjangnya tidak sampai setengah li, dalam waktu singkat mereka sudah tiba ditempat tujuan.   Waktu itu kakek Ou sudah menghentikan perjalanannya tak jauh di depan sana.   menanti ke tiga rekannya sudah sampai, dia baru menunjuk kemuka sambil bisiknya," "Nona kami disekap dalam istana racun dibelakang sana, tepatnya pada ruang batu-batu ke tiga diujung sebelah kanan, disitu terdapat penjagaan yang sangat ketat, lebih baik kita tukar dulu Lan Kun-pit dengan yang asli, sedang Wi siauhiap tidak usah turut bergerak, biar Kam lote saja yang membawa Lap Kun-pit menunggu aku disini."   Mengikuti arah yang ditunjuk semua orang mengalihkan pandangan matanya kedepan tempat dimana mereka berdiri sekarang rupanya berada disebuah punggung bukit.   Tanah dataran dibawah sana jauh lebih rendah meski dalam kegelapan tak dapat melihat secara jelas, namun lamat-lamat masih dapat terlihat juga.   Yang dimaksud sebagai selat Tok seh sia tak lebih hanya marupakan sebuah selat sempit yang berbentuk memanjang kebelakang.   Istana racun berada dibawah disebuah bukit kecil yang persis merupakan pusat dari selat tersebut, empat penjuru sekelilingnya nampak amat gelap dan penuh dikelilingi bangunan rumah berbatu.   Dengan berada diantara himpitan dua buah bukit yang menjulang keangkasa.   boleh dibilang letak selat Tok seh sia ini sangat terpencil dan rahasia, Liu Leng poo memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian bertanya, "Kakek Ou.   berada dimanakah manusia yang bernama Lan Kun-pit itu?" "Dia berada didalam sebuah rumah batu disebelah selatan istana racun, tempat itu terlindung oleh hutan bambu sehingga sukar ditemukan, mari kalian semua mengikuti aku"."   Seusai berkata dia lantas mengajak ketiga orang itu berangkat menelusuri sebuah jalan kecil diantara dinding batu.   Berhubung saat ini mereka sudah berada jauh didalam selat Tok seh sia, siapapun tak berani bertindak secara gegabah.   dengan berlindung dibalik pepohonan yang rindang mereka bergerak cepat menuju ke depan sana.   Untung saja mereka bergerak dipimpin oleh kakek Ou yang hebat, sekalipun ada kalanya mereka berjumpa dengan orang selat yang bertugas jaga disitu semuanya berhasil ditotok jalan darahnya dari kejauhan sehingga tanpa disadari mereka semua sama tergelelak roboh dan tidak sadarkan diri.   Tak selang berapa saat kemudian mereka sudah berada didepan sederetan rumah batu.   Kakek Ou segera memberi tanda kepada Liu Leng poo, lalu berkata dengan ilmu menyampaikan suara.   "Nona Liu.   cepat masuk, dua orang penjaga diluar pintu telah berhasil kurobohkan."   Liu Leng poo manggut-manggut dan membuka pintu ruangan dengan cepat, pintu itu segera terbuka dan setitik cahaya lentera memancar keluar.   Secepat kilat nona itu mesyelinap masuk kedalam ruangan tersebut.   Mendadak dari balik ruangan terdengar seseorang menegur; "Siapakah kau?"   Suara itu jelas berasal dari Lan Kun-pit.   Ketika Liu Leng poo mengalihkan sorot matanya kedepan, tampak ruangan batu ini terdiri dari dua buah ruangan.   Ruangan bagian luar agaknya merupakan kamar tidur, perlengkapan serta perabotannya sangat bagus dan mewah, mungkin hal ini dikarenakan Lan Kun-pit adalah keturunan keluarga Lan dari Im-lan sehingga pihak selat Tok seh sia memberikan pelayanan yang baik dengan harapan bisa merangkul bapaknya Lan Sim hu kepihaknya.   Setelah melihat keadaan dalam ruangan itu Liu Leng poo baru menjawab lirih: "Aku!"   Melihat orang yang datang ternyata adalah So Siau-hui, Lan Kun pit benar-benar kegirangan setengah mati, cepat-cepat dia maju menyongsong sambil berseru, "Mungkinkah nona, nona So?"   Hampir saja dia menceritakan kata "piau moay"   Tapi teringat akan pesan dari cong-huhoatnya dan teringat ia sedang menyamar sebagai Wi Tiong-hong yang mana rahasianya tak boleh sampai bocor, maka panggilan itu segera dirubah menjadi kata 'nona So'.   Nampaknya jelas pula betapa lambannya jalan pikiran pemuda tersebut.   mungkinkah hal ini dikarenakan terpengaruh oleh bekerjanya semacam obat beracun.   Liu Leng poo segera menyahut lirih kemudian berjalan masuk kedalam katanya; "Aku merasa kesepian berada dalam kamar seorang diri maka sengaja datang kemari mencarimu.   apakah kau tidak senang menyambut kedatanganku?" "Oooh , senang, senang...   dengan senang hati...   ."   Belum sempat perkataan itu diselesaikan Liu Leng poo sudah menotok jalan darah dibawah iganya dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.   Berhubung jarak kedua belah pibak sangat dekat Lan Kun-pit pun sama sekali tak menyangka kalau So siau-hui bakal melancarkan sergapan kilat disaat wajahnya masih dihiasi dengan senyuman ia hanya sempat berseru tertahan, tubuhnya segera terjengkang kebelakang dan roboh terduduk diatas tanah.   Semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata, disaat Lan Kun-pit tergeletak diatas tanah itulah Kam Liu cu yang sudah menunggu diluar pintu segera menerobos masuk kedalam ruangan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, ia sambar tubuh Lan Kun-pit itu, mengempitnya dibawah ketiak lalu mengundurkan diri dari ruangan tersebut..   ..   Secara diam-diam Wi Tiong-hong pun menyelinap masuk kedalam ruangan batu itu untuk menggantikan kedudukan Lan Kun Pit, sementara Liu Leng poo segera mengikuti dibelakang Toa suhengnya mengundurkan diri dari tempat tersebut.   Pintu kayu pun segera dirapatkan kembali seperti sedia kala, suasana tetap tenang hening dan seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu peristiwa apapun.   Sementara itu, tiga sosok bayangan manusia sudah berkelebat lewat dan lenyap dikejauhan sana bagaikan segulung asap.   Kam Liu-cu dengan mengempit Lan Kun-pit telah mengundurkan diri kejalanan semula dan kembali keatas punggung bukit, Sedangkan kakek Ou mengajak Liu Leng poo menuju ke sebuah bukit kecil, Ketika mengundurkan diri diapun membebaskan pula jalan darah dua orang petugas jaga ditempat itu.   Kedua orang penjaga tersebut rupanya merasa seakan-akan terkantuk saja, mimpi pun mereka tidak mengira kalau jalan darahnya baru saja ditotok orang.   Sementara itu, kakek Ou dan Liu Leng Poo telah bergerak mendekati sebuah bangunan rumah batu dibawah kaki sebuah bukit kecil.   So Siau hui adalah putri semata wayang dari ketua Lam hay-bun meski pihak Tok seh sia berani memusuhi dunia persilatan, tampaknya mereka tak berani memandang enteng kekuatan dari Lam hay-bun, Itulah sebabnya ruangan batu dimana So Siau hui berdiam sekarang boleh dibilang sangat indah dan megah bahkan terdapat pula dua orang dayang yang melayani segala kebutuhannya.   Sudah barang tentu kedua orang dayang tersebut bukan bertugas melayani keperluan sinona saja yang terpenting mereka justru mendapat tugas untuk mengawasi gerak gerik dari nona tersebut.   Waktu itu makan malam baru saja lewat, So Siau hui sedang duduk seorang diri didekat jendela sambil bertopang dagu dia seakan-akan sedang memikirkan suatu persoalan, Dua orang dayang berbaju hijau berdiri persis disisinya.   Mendadak.   ..   Dua gulung desingan angin tajam menyambar tubuh kedua orang dayang tersebut tanpa menimbulkan sedikit suara pun, menyusul kemudian sesosok bayangan manusia dengan gerakan yang lebih enteng dari pada daun yang rontok telah melayang turun dalam ruangan tersebut.    Keris Maut Karya Kho Ping Hoo Rondo Kuning Membalas Dendam Karya Kho Ping Hoo Sepasang Garuda Putih Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini