Ceritasilat Novel Online

Persekutuan Pedang Sakti 20


Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Bagian 20


Persekutuan Pedang Sakti Karya dari Qin Hong   Tam See hoa berpikir sebentar, lalu sahutnya .   "Sewaktu lotiang pergi tadi aku sedang duduk bersemedhi tak lama setelah kepergianmu, tiba-tiba dalam gua muncul beberapa ekor tikus yang saling berkejaran, bahkan malah ada berapa ekor yang sempat menaiki bahuku." "Bila kuhalau mereka kabur tapi sebentar kemudian muncul kembali, lama kelamaan aku jadi mendongkol dan jemu sendiri maka kuambil sebuah baju dan ditutupkan ke wajahku, siapa tahu justeru karena berbuat demikian aku malah tertidur."   Ketika mendengar soal tikus yang berkejar-kejaran tadi, tanpa terasa Kam Liu cu merasakan hatinya bergetar satu ingatan segera melintas dalam benaknya.   Tiba-tiba saja ia teringat kembali dengan kejadian sewaktu kakek Ou baru kembali dari selat Tok seh sia tempo hari.   Sewaktu mereka sedang berbincang, dengan jelas terasa olehnya kalau ada orang sedang menyadap pembicaraan mereka secara diam-diam bahkan dengan jelas pula ia mendengar suara dengusan napas manusia, kakek Ou yang bergerak lebih cepat darinya waktu itu segera melakukan pengejaran ke dalam gua.   Tapi akhirnya ujung kakinya hanya menyentuh seekor tikus, waktu itu merekapun menganggap suara curiga yang timbul hanya merupakan ulah si tikus sehingga tidak dilakukan pencarian lagi.   Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia mengangkat kepala seraya bertanya .   "Lotiang, jangan-jangan ada seseorang telah memperalat tikus untuk mencapai tujuannya ?"   Agaknya kakek Ou pun teringat juga dengan peristiwa pada malam tersebut, dengan kening berkerut sahutnya: "Tikus ...   ehm ...   rasanya dalam peristiwa ini memang terdapat hal-hal yang tak heres." Kam Liu cu tidak berbicara lagi, pelan-pelan ia berjalan menuju ke belakang gua dan menggunakan ketajaman matanya untuk memeriksa keadaaa di sekeliling tempat itu dengan seksama.   Sebagai telah diuraikan sebelumnya, bukit Kou lou san termashur karena bukit karangnya yang berliku-liku dengan gua yang tak terhitung jumlahnya saling berhubungan satu sama lainnya.   Adapun tempat dimana mereka berada sekarang adalah sebuah gua batu yang dengan sendirinya mempunyai hubungan pula dengan gua-gua lain hanya saja bentuk gua tersebut lebar pada bagian luarnya dan semakin ke dalam semakin bertambah sempit.   Berhubung pada malam kejadian tempo hari, Kam Liu cu mengetahui bahwa kakek Qu menemukan si tikus justru sewaktu melakukan pengejaran kebelakang gua, sedang menurut pengamatannya suara orang yang menyadap pembicaraan mereka pun berasal dari belakang goa itu.   Maka dia menaruh curiga bahwa belakang gua besar kemungkinannya tembus dengan bagian gua yang lain atau dengan perkataan lain orang yang telah menculik So Siau hui serta Lan Kun pit itu telah melarikan diri melalui belakang gua.   Dengan pemeriksaan yang seksama, makin ke dalam Kam liu cu semakin menelusuri gua yang sempit, tapi dengan mengerahkan tenaga dalamnya untuk melindungi badan, dia menerobos terus jauh ke dalam gua itu.   Kakek Ou yang menyaksikan perbuatan Kam Liu cu tersebut menjadi keheranan segera tanyanya.   "Kam lote, apa yang telah kau temukan ?" "Masih sulit untuk dibicarakan."   Sahut Kam Liu cu sambil mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya. Kakek Ou segera berpaling ke arah Tam See hoa dan katanya pula sambil tertawa .   "'Sekalipun masih sukar untuk dibicarakan paling tidak toh masih ada bayangannya ayoh berangkat, kita masuk ke dalam bersama-sama."   Tam See hoa tak berani berayal lagi, dia segera mengikuti dibelakang kakek Ou berjalan masuk kedalam gua itu.   Keadaan gua mana kedalam kian menurun kebawah, tentu saja gelapnya luar biasa sehingga kelima jari tangan sendiripun susah terlihat namun kecuali gua yang sempit, ternyata tidak ditemukan sesuatu pertanda yang mencurigakan.   Gua mana penuh dengan tikung-tikungan yang tajam, lagi pula amat landai dan terus menurun kebawah.   Untung saja Kam Liu cu dan kakek Ou memiliki kepandaian silat yang telah mencapai pada puncaknya, sehingga kendatipun berada dalam kegelapan namun suasana di sekitar sana masih dapat diawasi dengan jelas dan terang.   Hanya si pena baja Tam See hoa seorang yang masih selisih jauh kepandaian silatnya dari kedua orang itu tak sempat melihat sesuatu apapun, dalam keadaan demikian ia cuma bisa mengikuti dibelakang kakek Ou dengan berhati-hati sekali serta kewaspadaan yang ditingkatkan.   Tak selang berapa saat kemudian mereka sudah menelusuri gua tersebut sejauh puluhan kaki, pada saat itulah mendadak mereka mendengar suara mencicit yang ramai sekali.   suara tersebut jelas berasal dari suara tikus yang jumlahnya mencapai dua puluhan ekor.   Ternyata ruangan gua disebelah depan sana bertambah luas dan lebar tempat itu pun merupakan sebuah gua batu yang luasnya mencapai berapa kaki.   Kam Liu cu berjalan dipaling muka dengan langkah yang ringan dan sama sekali tidak menimbulkan suara apapun, ketika ia muncul secara tiba-tiba kawanan tikus itu menjadi terkejut karena menjumpai manusia asing hingga ketakutan lari kemana-mana.   Kam Liu cu segera menghentikan langkahnya dan secepat kilat mengawasi sekejap sekeliling tempat itu, ternyata kawanan tikus yang amat banyak itu telah berlarian menjauhi tempat tersebut dan berebutan masuk ke dalam sebuah gua yang lebarnya hanya berapa depa saja.   Menyaksikan kejadian ini segera berpikir di dalam hati : "Liang gua itu tidak begitu lebar, apalagi dibagi luar liang pun berdiam begitu banyak tikus, jelas tak mungkin ada manusia yang berdiam di tempat ini.   Baru saja ingatan tersebut melintas, mendadak tampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dari sisi tubuhnya dan mendahului kawanan tikus tersebut menerobos masuk ke dalam liang gua tadi.   Menyusul kemudian terdengar pula suara kakek Ou yang sedang berseru keras .   "Harap lote berdua berjaga-jaga disitu, biar aku yang masuk ke dalam gua ini untuk melakukan pemeriksaan ?"   Ternyata kakek Ou yang menguatirkan keselamatan So Siau hui telah menyerempet bahaya untuk memasuki gua tersebut lebih dahulu.   Kam Liu cu yang menyaksikan hal ini, diam-diam menghela napas panjang, berbicara dari kecepatan gerakan tubuhnya, dia sadar bahwa kepandaian yang dimilikinya masih belum mampu untuk melebihi kakek itu.   Semua kejadian itu berlangsung dalam sekejap mata, terdengar kakek Ou yang berada dalam liang gua sedang membentak sambil tertawa tergelak .   "Haaah haaah haaah sungguh tak kusangka kalau didalam liang gua ini benar-benar terdapat manusia."   Kam Liu cu agak tertegun, lalu cepat-cepat berseru : "Saudara Tam, mari kita segera masuk."   Dengan suatu gerakan cepat dia segera menyelinap pula masuk ke dalam gua itu.   Walaupun mulut gua itu tidak terlampa lebar, ternyata ruangan bagian dalamnya luas sekali persis seperti sebuah ruangan batu, hanya saja ruangan itu kosong melompong tak terlihat suatu apa pun.   Peda ketiga bagian dinding batunya terdapat liang-liang kecil dan besar yang banyak sekali jumlahnya yang besar seluas berapa depa sedangkan yang kecil sekepalan tangan, kawanan tikus yang melerikan diri tadi telah menyebarkan diri dan bersembunyi dibalik liang-liang gua itu.   Kakek Ou sedang berdiri didekat dinding sebelah kanan ketika itu, dihadapannya berdiri kakek ceking yang berwajah sangat aneh.   Kakek itu berkepala botak, berdagu runcing mata besar, kumis model tikus dan mengenakan jubah warna abu-abu yang panjang tidak pendek pun tidak, ikat pinggangnya terbuat dari tali rumput dan waktu itu rupanya sudah ditotok jalan darahnya oleh kakek Ou, dia berdiri kaku disitu sementara sepasang matanya berputar kian kemari.   Kam Liu cu yang menyaksikan bentuk wajah orang itu segera teringat kembali akan seseorang, dia segera mengangkat kepala dan menegur.   "Lotiang, apakah orang ini si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing?" "Jadi Kam lote kenal dengannya?"   Tanya si kakek Ou. "Tidak, aku hanya mendengar orang bercerita."   Sementara itu Tam See hoa telah menyabut sebuah obor dan menerangi wajah kakek ceking itu, lama setelah mengamatinya ia berkata pula.   "Ya, benar orang ini memang si tikus bejalan dibawah tanah Thio King, dulu ia termashur karena sangat pandai menelusuri gua-gua dan liang-liang kecil tapi sudah puluhan tahun lamanya menghilang dari keramaian dunia persilatan, sungguh tak nyana kalau dia malah bersembunyi dibukit Kou lou san." "Tidak perduli dia adalah tikus busuk atau tikus langit, mari kita periksa dia"   Seru kakek Ou.   Selesai berkata, ia lantas menepuk dan membebaskan jalan darahnya dari pengaruh totokan.   Begitu bebas dari totokan, tikus berjalan di bawah tanah segera menggerakan badannya dan siap melompat bangun dari atas tanah.   Kam Liu cu yang berdiri didekatnya segera turun tangan menekan bahunya, lalu serunya sambil tertawa dingin, "Apabila sobat tahu diri lebih baik duduk saja disini dengan baik !"   Seketika itu juga si tikus berjalan dibawah tanah merasa bahunya bagaikan ditekan dengan segulung kekuatan yang maha dahsyat sehingga tanpa bisa dicegah lagi ia tertunduk kembali diatas tanah dengan gemas dan penuh kebencian serunya kemudian.   "Siapakah kalian? Apa ... apa artinya kesemuanya ini?" "Sobat sendiripun mengerti, dalam mata yang sehat tak akan kemasukan pasir kau sembunyikan kemana kedua orang kami?" "Dua orang? Dua orang yang mana ?"   Teriak tikus berjalan dibawah tanah dengan mata mendelik. Kakek Ou menjadi naik darah, segera bentaknya .   "Nona serta Lan Kun pit bukankah kau yang telah menculik mereka ?" "'Kapan sih aku telah menculik nona kalian ? Aku memang berdiam ditempat ini coba kalian lihat, selain liang-liang untuk tikus diatas dinding apakah kau bisa menyembunyikan seseorang disini ?"   Apa yang dikatakan memang benar, ruangan gua itu kosong melompong tak ada isinya, semuanya terlihat secara jelas dan gamblang meskipun diatas dinding terdapat banyak liang gua, yang terbesarpun hanya satu depa sehingga kecuali tikus memang mustahil bisa digunakan untuk menyembunyikan manusia.   "Sungguhkah apa yang sobat katakan itu?"   Desak kakek Ou dengan perasaan cemas. "Aku benar benar tidak tahu."   Kakek Ou segera mengawasi sekejap sekeliling tempat itu, lalu sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, katanya.   "Kelihatannya memang bukan dia yang melarikan nona kita dan Lan kun pit." "Lotiang, mengapa kau harus percaya dengan begitu saja pengakuannya?"   Seru Kam Liu cu tiba-tiba.   "kalau bukan dia, lantas siapa lagi?" "Semua pengakuanku adalah pengakuan yang sejujurnya mau percaya atau tidak terserah pada kalian."   Seru si tikus berjalan di bawah tanah cepat. Tam See hoa naik pitam, teriaknya .   "Dimasa lalu kau tersohor karena perbuatan busukmu memabukkan orang, barusan kaupun telah mengirim tikus-tikusmu yang terlatih untuk memabukkan pula aku disaat aku tak bersiap sedia, kalau bukan kau lantas perbuatan siapa lagi?"   Berkilat sepasang mata si tikus berjalan bawah tanah, ia menggelengkan kepalanya lagi : "Aah, apa yang kalian bicarakan kian lama kian bertambah aneh, bagaimana mungkin bisa melatih tikus-tikus itu dan bagi mana pula caraku memabukan dirimu? Aku rasa loko telah salah melihat orang." "Apakah kau bukan si tikus berjalan di bawah tanah Thio Khing?"   Hardik Tam See hoa. "Bukan."   Setelah berkata, mendadak tubuhnya menggelinding ke atas tanah lalu bertekuk badan dan menyusup ke dalam salah satu liang gua yang berada di atas dinding gua itu.   Gerakan tubuhnya amat cepat, hanya kali ia bertekuk badan tahu-tahu badannya sudah menyusut amat kecil, lalu bagaikan seekor tikus sungguhan dia menerobos masuk ke dalam liang gua tadi.   Terbukti sudah bahwa ilmu menyusutkan tulang yang dimiliki orang ini benar-benar sangat lihay.   Kakek Ou tidak tinggal diam, serta merta dia melancarkan sebuah cengkeraman secepat kilat untuk menangkap kaki kanannya yang masih tertinggal diluar gua, setelah itu serunya sambil tertawa tergelak.   "Haa ... aaah ... haaaah ... sobat, tidak mudah bagimu untuk melarikan diri dari hadapan aku she Ou lotoa."   Padahal sebagian besar tubuh si tikus berjalan dibawah tanah sudah menyusup masuk ke dalam liang gua tersebut, namun berhubung kaki kanannya sudah ditangkap orang, ia jadi tak berkutik, kendatipun telah berusaha meronta dengan sepenuh tenaga, namun usahanya itu toh sia-sia belaka.   Akhirnya dia merasa amat kesakitan, tulang betisnya seakan-akan mau hancur karena retak, tak kuasa lagi dia mulai berteriak keras2 .   "Cepat lepaskan tanganmu!" "Seandainya aku melepaskan tanganku ini, mungkinkah kau akan melarikan diri dari cengkeramanku?"   Jengek kakek Ou sambil tertawa. "Tidak, tidak, aku tak akan melarikan diri, aku tak akan melarikan diri,"   Teriak si tikus berjalan dibawah tanah sambil menjerit-jerit bagaikan babi yang hendak disembelih. "Kalau begitu ayoh merangkak keluar dari situ,"   Perintah kakek Ou segera.   Dengan perasaan apa boleh buat si tikus berjalan dibawah tanah segera merangkak keluar dari liang gua tersebut.   Setelah keluar dari gua tadi, kakek Ou baru melapaskan cengkeramannya tapi secepat kilat pula ia totok jalan darah diatas kakinya sambil berkata sambil senyum dikulum.   "Kau benar-benar tak tahu diri, di jamu arak kehormatan menolak sebaliknya justru memilih arak hukuman, nah sekarang kau harus berbicara dengan sejujurnya."   Sambil duduk diatas tanah si tikus berjalan dibawah tanah berteriak keras.   "Biarpun kau akan membunuhku, aku tetap menjawab yang sama, aku berani bersumpah, aku tak pernah menculik orang." "Lantas apa sebabnya kau berusaha melarikan diri?"   Tanya Tam See hoa segera. "Kalian selalu mendesakku, sudah barang tentu aku pun harus berusaha untuk melarikan diri." "Hmm, aku tak percaya dengan pengakuan itu,"   Bentak Kam Liu cu tiba-tiba.   "pokoknya kami tak percaya dengan perkataanmu itu dan sekarang kau harus menjawab dengan sejujurnya."   Berbicara sampai disitu, dengan sorot mata memancarkan cahaya yang tajam ia melanjutkan. "Bila kau enggan menjawab, kamipun tak akan memaksa, cuma kau harus tahan dipukul dan disiksa."   Tangan kanannya segera diayunkan dengan jari tangan yang kaku bagaikan tombak ia mengancam akan menotok dada si tikus berjalan dibawah tanah.   Berubah hebat paras muka si tikus berjalan dibawah tanah, teriaknya dengan perasaan seram.   "Hey, apa yang hendak kau lakukan?" "Sebagai seorang anggota persilatan yang sering berkelana di dalam dunia persilatan, tentunya kau pernah mendengar bukan tentang ilmu ngo im cau meh jiu hoat (ilmu memotong nadi)? Nah, sekarang akupun akan menotok berapa buah jalan darahmu agar ilmu silatmu punah lebih dulu."   Pucat pias selembar wajah si tikus berjalan dibawan tanah setelah mendengar ancaman tersebut, dengan bibir gemetar karena ketakutan ia berkata.   "Baik, baiklah, aku akan berbicara denga sejujurnya." Kam Liu cu mendengus dingin .   "Ayoh cepat berbicara, kemana kau sembunyikan kedua orang kami itu?"   Si tikus berjalan dibawah tanah memutar biji matanya dan memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu sahutnya tergopoh.   "Aku hanya melaksanakan tugas karena perintah seseorang."   Kakek Ou segera mencengkeram tubuhnya bagaikan seekor burung elang yang mencengkeram anak ayam sambil mengangkat tubuhnya ke atas ia membentak dengan gusar.   "Jadi nona kami benar-benar diculik olehmu?" "Lee ...   lepaskan dulu cengkeramanmu itu, bukan aku yang menculik mereka." "Bukankah barusan kau mengaku melakukan tugas atas perintah seseorang mengapa sekarang mengatakan bukan kau ?"   Seru kakek Ou dengan gusarnya. Ia melepaskan cengkeramannya dan ... "Bluuuukk!"   Si tikus berjalan dibawah tanah segera terbanting jatuh ke atas tanah. "Aku tak pernah bohong,"   Ujar si tikus berjalan dibawah tanah dengan cemas.   "aku hanya menggunakan obat pemabuk untuk memabukan rekanmu itu, bukan aku yang melakukan penculikan." "Kau melaksanakan tugas ini atas perintah siapa ?" "Tong hujin." "Tong hujin?"   Kakek Ou membelalakkan matanya lebar-lebar.   "berada di manakah dia sekarang?" "Kuil Cun ti an." "Apakah orang yang diculikpun berada di dalam kuil Cun ti an?"   Desak kakek Ou lebih jauh. "Soal itu mah tidak kuketahui."   Kakek Ou segera berpaling dan berkata.   "Kam lote, mari kita segera menyusul kesana." "Bagaimana dengan orang ini?"   Tanya Kam Liu cu. "Asalkan apa yang dia katakan adalah sejujurnya, tentu saja dia harus dibebaskan." "Aku berdiam didalam gua ini, aku tak akan berbohong,"   Seru si tikus berjalan di bawah tanah cepat-cepat.   Kakek Ou tidak sempat lagi banyak berbicara dengannya, cepat-cepat ia keluar dari gua batu itu dan bergerak menuju ke kuil Cua ti an.   Tiba dikuil Cun ti an, si kakek Ou yang berilmu tinggi dan bernyali besar itu secara langsung menerobos masuk ke dalam dengan tanpa berpikir panjang atau memerhatikan keadaan disekeliling tempat itu, ia menarik nafas panjang dan bagaikan anak panah yang melesat diudara melayang masuk ke dalam halaman.   Setelah melalui dinding pekarangan, tempat itu merupakan sebuah pelataran yang luas, ditempat itulah nampak seorang nikou setengah umur sedang berdiri menanti, agaknya seperti menunggu kedatangan seseorang.   Ketika melihat kakek Ou melayang turun di pekarangan, ia segera memberi hormat sambil berkata .   "Pinni diperintahkan oleh suhu untuk menantikan kedatangan saudara bertiga, harap sicu bertiga masuk ke dalam ruangan untuk minum teh." *** Sementara pembicaraan berlangsung, Kam Liu cu dan Tam See hoa telah beruntun masuk pula ke dalam halaman kuil. Kakek Ou segera menegur.   "Apakah suhumu adalah Tong hujin?' "Suhu kami bernama Hui im, Tong hujin adalah paman guru pinni,"   Jawab nikou setengah umur itu sambil memberi hormat. Kakek Ou sama sekali tak ambil perduli siapakah Hui im suthay dan siapa pula Tong hujin itu, dengan suara dalam ia berkata lagi .   "Apakah nona kami dan Lan Kun pit telah kalian culik!" "Asalkan lo sicu sudah masuk ke dalam, dengan sendirinya akan mengetahui sendiri." "Jangankan cuma sebuah kuil nikou yang begitu kecil, biarpun sarang naga gua harimau pun tak akan kupandang sebelah mata pun juga, Kam lote, Tam lote, mari kita masuk ke selat."   Sehabis berkata dia melangkah masuk lebih dulu ke dalam halaman.   Pagar pekarangan yang mengelilingi kuil itu paling tidak mencapai delapan depa lebih, sedangkan si nikou setengah umur itu berdiri didepan undak-undakan bangunan, mesti jarak pelataran tidak terlalu lebar, namun jarak kedua belah pinak mencapai lima enam kaki lebih.   Tapi si kakek Ou cukup dalam satu langkah saja telah berhasil mencapai di hadapan nikou setengah umur itu, terdengar ia berkata.   "Silahkan siau suhu berjalan dimuka."   Diam-diam nikou setengah umur itu merasa terperanjat juga melihat kemampuan kakek Ou untuk melangkah ke hadapanya dalam satu tindakan saja, namun perasaan kaget itu tak sempat diperlihatkan diwajahnya. Sambil tertawa hambar ujarnya.   "Lo sicu salah paham sudah lama suhu tak pernah mencampuri urusan ke duniawian, sedangkan paman guru pinni pun tidak mempunyai maksud dan tujuan yang jahat."   Kakek Ou tertawa terbahak-bahak .   Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Ha ha ha ha ... selama hidup Ou lotoa belum pernah ambil perduli terhadap maksud atau jahat apapun."   Nikou setengah umur itu tidak berbicara lagi, dia segera mengajak ketiga orang itu melewati ruang tengah dan menuju ke bangunan bagian belakang.   Ditempai itupun terdapat sebuah pelataran kecil, disisi kiri dan kanan pelataran terdapat dua deret bangunan rumah.   Nikou itu berjalan menuju ke serambi bagian kiri lantas berhenti, lalu sambil membalikkan badan ia berkata sembari menjura.   "Silahkan sicu bertiga masuk ke dalam ruangan."   Dengan langkah lebar Kakek Ou melangkah masuk kedalam ruangan tersebut diikuti Kam Liu cu, Tam See hoa dan terakhir nikou setengah umur itu.   Begitu masuk kedalam ruangan dan menyaksikan apa yang terdapat didalam tersebut, kakek Ou segera berseru tertahan.   Ternyata didalam ruang tamu yang kecil itu terdapat empat orang yang duduk berjejer.   Keempat orang itu tak lain adalah dua orang Wi Tiong hong dan dua orang So Siau hui.   Diantara mereka, seorang Wi Tiong hong dan seorang So Siau aui bangkit berdiri setelah melihat kehadiran ketiga orang itu.   Terdengar Wi Tiong hong berseru nyaring.   "Ou lotiang, Kam toako, saudara Tam, ternyata kalian telah datang semua!" "Toa suheng,"   Seru So Siau hui pula.   "bagaimana cara kalian menemukan kami berada disini?"   Tak disangsikan lagi, kedua orang ini adalah Wi Tiong hong asli serta Liu Leng poo yang menyaru sebagai So Siau hui.   Sambil tertawa Kam Liu cu segera berseru pula : "Bagaimana pula cara kalian bisa berada di sini?" "Siaute dan nona Liu telah diculik oleh Kiu tok kaucu serta Lan Sim-hu yang menyusup ke dalam selat Tok-seh sia, kisah Wi Tiong hong, untung ditengah jalan kami bertemu dengan Tong hujin yang membebaskan kami dari cengkeraman lawan, akhirnya kami berduapun dikirim ketempat ini."   Diam-diam kakek Ou menghembuskan napas lega setelah mengetahui Wi Tiong hong dan Liu Leng poo telah lolos dari mara bahaya, kemudian sewaktu menjumpai So Siau hui dan Lan Kun pit masih duduk tak berkutik dikursi masing-masing, dia lantas menduga bahwa jalan darah mereka tertotok, dengan langkah lebar dia pun berjalan menuju kehadapan So Siau hui.   Mandadak nikou setengah umur itu berseru.   "Tunggu dulu lo sicu." "Masih ada urusan apa lagi siau suhu ?" "Barusan susiok kami telah berpesan, nona So serta Lan sicu telah terkena obat pembingung pikiran buatan khas dari Liong Cay thian." "Soal ini telah lohu ketahui,"   Sahut kakek Ou.   "Obat pemabuk semacam ini hanya obat penawar khusus buatan Liong Cay thian sendiri yang bisa membebaskannya, sayang susiok kami pun tidak berdaya untuk membebaskan mereka.   Untung saja Kam tayhiap telah berhasil memperoleh dua butir pil pemunah tersebut, karena itu susiok berpesan, sebelum pengaruh obat pemunah itu lenyap, jangan sekali-kali membebaskan jalan darah mereka yang tertotok."   Diam-diam Kam Liu cu merasa terkejut juga setelah mendengar perkataan itu, pikirnya.   "Heran, darimana Tong hujin bisa tahu kalau Liong Cay thian telah menghadiahkan dua butir pil pemunah racun untukku?"   Dari sakunya dia segera mengeluarkan kedua butir pil pemunah itu dan dicekokan ke mulut kedua orang itu. Dalam pada itu kakek Ou telah menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sembari berkata.   "Ada satu persoalan yang tidak kupahami, apakah siau suhu bersedia memberi penjelasan?" "Silahkan losicu utarakan." "'Setelah susiokmu membawa mereka datang kemari, tentunya ada sesuatu persoalan yang akan disampaikan kepada kami bukan?" "Susiok kami telah mendapat kabar kalau Liong Cay thian sedang melakukan pencarian secara besar-besaran disekitar bukit, padahal tempat di mana kalian berteduh berjarak amat dekat dengan sumur kering itu, apalagi kalian hanya meninggalkan satu orang untuk menjaga disitu, andaikata jejak mereka sampai ketahuan, bukankah kedua orang ini baka! dikirim kembali kedalam selat Tok seh sia?" "Kalau begitu lohu telah menyalahkan niat dan tujuan susiokmu yang sebenarnya."   Baru selesai dia berkata, mendadak dari luar kuil kedengaran seseorang berseru dengan suara nyaring : "Liong Cay thian ada urusan hendak menyambangi Hui im lo suthay!"   Jelas suara itu adalah suaranya Liong Cay thian, ini berarti orang-orang Tok seh sia telah melakukan pencarian sampai disini. Kakek Ou segera berkata;   "Kebetulan sekali kedatangan dari orang2 she Liong itu, Kam lote, mari kita keluar dan bersama-sama mengusir mereka dari sini."   Tapi nikou setengah umur itu buru-buru mencegah : "Liong Cay thian datang untuk mencari suhuku, tak perlu menyusahkan lo sicu lagi, biar pinni yang keluar untuk mengusir mereka pergi dari sini."   Perkataan tersebut benar-benar bernada amat besar, seakan-akan si raja langit bertangan racun bisa diusirnya secara mudah dan gampang. Sementara itu nikou setengah umur itu sudah membalikkan badan sambil berpesan lagi .   "Silahkan saudara sekalian duduk disini, biar pinni keluar sebentar."   Selesai berkata dia segera melangkah ke luar dari ruangan. Menanti nikou itu sudah berlalu, kakek Ou baru berkata dengan suara lirih.   "Kam lote, ayoh kita tengok keluar, pihak Tok seh sia pasti telah datang dengan membawa jago-jago dalam jumlah yang banyak, sudah jelas siau suhu itu bukan tandingan Liong Cay thian, seandainya terjadi pertarungan nanti, kitapun bisa membantunya secara diam-diam." Kam Liu cu mengangguk.   "Benar juga perkataan lotiang, setelah kita berada disini, dengan sendirinya tak boleh membiarkan orang-orang Tok seh sia mengusik seujung rumput pun yang tumbuh dikuil Cun ti an ini." "Aku ikut,"   Seru Liu Leng poo. "Jangan,"   Cegah Kam Liu cu.   "hingga sekarang noua So dan Lan Kun pit belum sadar kembali, lebih baik sammoay bersama saudara Wi serta saudara Tam bertiga tetap tinggal ditempat ini."   Seusai berkata, ia bersama kakek Ou mengikuti dibelakang nikou setengah umur itu berjalan keluar.   Sebagaimana diketahui, ilmu silat yang dimiliki kakek Ou serta Kam Liu cu telah mencapai tingkatan yang luar biasa, dengan kemampuan yang mereka miliki sudah barang tentu nikou setengah umur itu tak akan merasa kalau secara diam-diam jejaknya di ketahui dari belakang.   Ia sama sekali tidak berpaling setelah berjalan keluar dari ruangan tengah, melewati pelataran langsung membuka pintu gerbang lalu berjalan keluar.   Dalam pada itu, kakek Ou serta Kam Liu cu telah melompat naik keatas wuwungan rumah dan menyembunyikan diri dibalik kegelapan, mereka saksikan di luar pintu kuil telah berdiri dua puluhan orang lelaki berbaju hitam yang bersenjata lengkap.   Sebagai pimpinanya ada tiga orang, yang berada ditengah adalah Raja langit bertangan racun Liong Cay thian.   Disisi kirinya adalah wakil ketua pelindung hukum Siang Bu ciu sedangkan disebelah kanannya adalah seorang pendeta asing Ci kong siansu.   Dibelakang ketiga orang itu berdiri empat orang kakek berjenggot putih berjubah hijau serta delapan orang kakek berbaju abu-abu, mereka tak lain adalah Su leng pat kong yang dilengkapi dengan ilmu pukulan beracun, anak buah Liong Cay thian.   Sambil tertawa kakek Ou segera berbisik setelah menyaksikan orang-orang itu.   "Rupanya Liong Cay thian telah mengerahkan segenap kekuatan inti yang dimilikinya." "Yang jelas kekuatan tersebut bukan disiapkan untuk menghadapi kita,"   Kata Kam Liu cu sambil tertawa pula, "sebab dia dan Kiu tok kaucu telah bermusuh bebuyutan dan bersumpah tak akan hidup berdampingan secara damai, tak heran bila mereka bernafsu untuk melanyapkan dari muka bumi."   Semenara mereka berdua masih berbincang-bincang, nikou setengah umur itu sudah melayangkan pandangan matanya sekejap sebelum berhenti diwajah Liang Cay thian, lalu setelah memberi hormat katanya dengan suara dingin: "Liong lo sicu, ada urusan apakah kau malam2 datang berkunjung kemari ?"   Biarpun raja langit bertangan racun Liong Cay thian merupakan seorang pemimpin Tok seh sia yang dikenal banyak orang dan dikenal setiap umat persilatan, namun ia tak berani bersikap angkuh dihadapan nikou setengah umur itu.   Sambil menjura buru-buru sahutnya sambil tertawa : "Seandainya tiada urusan yang gawat tentu saja lohu tak akan berani mengganggu ketenangan kuil anda, cuma saja pada malam ini dalam selat kami telah ditemukan jejak musuh."   Tidak sampai perkataan itu selesai diutarakan, nikou setengah umur itu segera menukas dengan suara dingin. "Apa hubungan antara ditemukannya jejak musuh didalam selat kalian dengan kuil kami?"   Liong Cay thian yang ketanggor batunya cepat-cepat menyahut sambil tertawa paksa.   "Orang yang menyusup kedalam selat kami itu sempat menculik dua orang, padahal anak buah lohu telah melakukan penggeledahan yang seksama pada wilayah puluhan li disekitar bukit tanpa berhasil menemukan jejak mereka, bisa jadi pihak lawan belum pergi terlampau jauh ...   " "Ooh, jadi lo sicu menaruh curiga kalau kuil kami ini telah dijadikan sarang untuk menyembunyikan orang ?"   Seru nikou setengah umur itu sambil tertawa dingin.   Nada suaranya dingin lagipula amat memojokan orang membuat Kam Liu cu yang turut mendengarkan menjadi amat keheranan.   Sebenarnya apa yang diandalkan nikou tersebut, sehingga dia begitu berani bersikap kurane ajar terhadap Rija langit bertangan racun? Liong Cay thian segera tertawa licik.   "Siau suhu telah salah paham, aku tidak bermaksud demikian."   Nikou setengah umur itu sama sekali tidak bermaksud mengalah, sambil mendengus dingin kembali katanya.   "Seandainya Liong lo sicu tidak bermaksud demikian, mengapa kau bawa begini banyak orang mendatangi kuil kami ditengah malam buta begini? Hmm, agaknya Liong lo sicu memang berhasrat untuk menggeledah kuil kami?"   Sebelum Liong Cay thian sempat menjawab. Ci kong siansu sudah habis kesabarannya setelah mendengar perkataan mana, dengan suara lantang ia segera membentak.   "Nikou kecil, tentu saja kami akan melakukan penggeledehan, ayo cepat panggil keluar suhumu." Berubah hebat paras muka nikou setengah umur itu, sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu mendadak dari balik kuil terdengar seseorang menegur dengan suara yang rendah dan berat.   "Soh gwat ada urusan apa?"   Buru-buru Nikou setengah umur itu menjura kearah dalam ruangan sambil menjawab .   "Suhu, Liong lo sicu dari Tok seh sia menyatakan kalau mereka telah kehilangan dua orang dari dalam selatnya, sekarang mereka berniat melakukan penggeledahan didalam kuil kami ...   " "Jika mereka ingin menggeledah, suruh saja mereka melakukan penggeledahan,"   Kata suara berat dan rendah itu lagi. Tiba-tiba Liong Cay thian menjura kearah ruangan kuil seraya berseru .   "Perkataan lo suthay terlalu serius, biarpun Liong Cay thian bernyali lebih besar pun tak akan berani bersikap kurang ajar di hadapan lo suthay, aku cuma kuatir kehadiran orang-orang itu akan mengagetkan lo suthay sehingga datang untuk menengok, kalau begitu biar aku memohon diri lebih dulu."   Selesai berkata dia segera mengulapkan tangannya dan mengajak semua orang untuk mengundurkan diri dari situ.   Kejadian yang berlangsung didepan mata ini seketika itu juga membuat kaket Ou dan Kam Liu cu yang bersembunyi dibalik kegelapan menjadi terkejut bercampur keheranan mereka tidak tahu siapakah suhu dari nikou setengah umur itu dan darimana asal usulnya? Nyatanya perkataan dari dalam ruangan kuil itu sudah cukup membuat si Raja langit bertangan racun Liong Cay thian mengundurkan diri dengan ketakutan.   Setelah melihat tak ada urusan lagi, kedua orang itupun secara diam-diam balik kembali keruangan tamu.   Liu Leng poo segera menyongsong kedatangan mereka sambil bertanya.   "Toa suheng, apakah Liong Cay thian telah pergi? Apakah sudah terjadi pertarungan?"   Kam Liu cu manggut-manggut, sebelum sempat menjawab, terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang, nikou setengah umur itupun telah muncul kembali didalam ruangan.   Cepat-cepat Kam liu cu mengerdipkan matanya memberi tanda kepada Liu Leng poo agar jangan bertanya.   Setibanya didalam ruangan nikou setengah umur itu segera melayangkan pandangan matanya memandang sekejap sekeliling tempat itu, akhirnya pandangan itu berhenti diwajah So Siau hui dan Lan Kun pit, katanya kemudian .   "Sicu berdua itu sudah sepertanak nasi lamanya menelan obat penawar racun, racun yang mengeram ditubuh merekapun telah punah, sekarang jalan darah mereka yang tertotok boleh dibebaskan."   Seusai berkata ia segera mendekati kedua orang itu dan melepaskan sebuah pukulan.   Sekujur badan So Siau bui dan Lan Kun pit sama-sama bergetar keras, lalu membuka mata masing-masing.   Dalam sekilas pandangan saja So Siau hui telah menjumpai Wi Tiong hong, juga melihat kakek Ou, dia segera mendesis lirih sambil serunya keheranan.   "Empek Ou, dimanakah aku sekarang?"   Kakek Ou segera memburu ke sisi tubuhnya dan menyahut .   "Aaah, nona telah mendusin kembali, kau tidak apa-apa bukan ?" "Aku tidak apa-apa."   So Siau hui mengucak matanya beberapa kali.   "aku aku seperti telah melakukan suatu impian yang buruk." Sementara itu Lan Kun pit telah membuka pula matanya, sudah barang tentu dapat melihat pula orang-orang yang berada di situ dengan jelas. Biarpun ia baru saja sadar dari pengaruh obat pembingung pikiran, namun setelah menyaksikan kehadiran beberapa orang yang berada dihadapannya sekarang dengan cepat dia pun memahami apa yang telah terjadi. Dengan cepat dia melonpat bangun, kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun juga beranjak pergi dari ruangan itu. Liu Leng Po segera menggerakkan tubuhnya siap mengejar dari belakangnya. Tapi Kam Liu cu segera mencegahnya setengah berbisik. "Sumoay, biarkan saja dia pergi!" "Tadi susiok kami telah berpesan pula,"   Kata nikou setengah umur itu tiba-tiba.   "bila nona ini telah sadar kembali maka saudara sekalian harus meninggalkan kuil kami."   Kakek Ou segera menjura dan berkata.   "Untung sekali susiokmu banyak membantu didalam usaha kami ini, sudah sepantasnya bila kuucapkan terima kasih kepadanya." "Berhubung masih ada urusan lain, susiok kami telah pergi semenjak tadi,"   Sahut sang nikou. "Bagaimana dengan suhumu? Bolehkah lohu sekalian ..."   Tidak sampai kakek Ou menyelesaikan perkataannya, nikou setengah umur itu telah menjura seraya menjawab.   "Harap lo sicu sudi memaafkan, sudah banyak tahun suhu kami tak pernah menerima tamu asing." "Kalau memang begitu, kami pun tak akan mengganggu lagi." "Harap tunggu sebentar ...   "   Seru nikou setengah umur itu.   "Siau suhu masih ada petunjuk apa lagi?" "Sebelum pergi tadi susiok telah berpesan kepada pinni untuk menyampaikan kepada sicu sekalian bahwa sepeninggalan dari kuil nanti, harap kalian pergi ke tebing Thian long peng, disitu ada seseorang sedang menunggu kedatangan kalian, bila menjumpai kesulitan, susiok kami pasti akan mengirim orang untuk membantu."   Kam Liu cu yang mendengar perkataan itu segera berpikir didalam hati .   "Seandainya rombongan kami benar-benar menjumpai kesulitan mungkin susiok mu pun belum tentu bisa memberi bantuan."   Sementara itu Liu Leng poo telah bertanya.   "Dimana sih letak tebing serigala langit itu?" "Barangkali dari sini menuju ke barat kurang lebih dua puluh dua tiga li dari sini. Kalau toh susiok mu berkata demikian, sudah tentu ada sebab-sebabnya, kalau begitu kita harus berangkat kesana,"   Kata kakek Ou kemudian. Maka berangkatlah semua orang meninggalkan pintu kuil. Setibanya diluar, nikou setengah umur itu segera memberi hormat sambil berseru.   "Maaf kalau pinni tak akan menghantar lebih lagi."   Habis berkata dia menutup kembali pintu kuilnya.   Waktu itu fajar sudah hampir menyingsing, rombongan dengan dipimpin oleh kakek Ou segera berangkat meninggalkan kuil Cun ti an menuju kearah barat.   Dalam perjalanan, Liu Leng poo sudah tidak tahan lagi untuk bertanya.   "Toa suheng. bagaimana ceritanya tadi sehingga Liong Cay thian angkat kaki dari depan kuil?"   Secara ringkas Kam Liu cu segera menceritakan kembali apa yang telah dilihatnya. Selesai mendengarkan kisah itu, Liu Leng poo pun bertanya.   "Toa suheng, menurut pendapatmu siapakah suhunya itu?'' Dengan cepat Kam Liu cu menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya.   "Rasanya memang sulit untuk menemukan orang yang bisa membuat si raja langit tangan racun Liong Cay thian menjadi begitu ketakutan ...   " "Empek Ou, bagaimana dengan kau? Apakah kau tahu?"   Tanya So Siau hui sambil berpaling. "Haah ... haah ... haah ... jika Kam lote saja tidak tahu, kami sebagai orang yang jarang melakukan perjalanan didaratan Tionggoan tentu lebih-lebih tak bisa menebak lagi."   So Siau hui segera membantah.   "Tapi tempat ini kan bukan termasuk wilayah Tionggoan, oya empek Ou aku teringat akan seseorang, entah benar atau tidak?" "Nona teringat akan siapa?"   Tanya kakek Ou. "Aku pernah mendengar ayah berkata bahwa di bukit Bu liang san yang termasuk dalam wilayah Yunan terdapat seorang nikou tua yang amat hebat." "Aah, apakah nona maksudkan Bu beng sinni?"   Seru Kam Liu cu sambil bertepuk tangan secara tiba-tiba. "Ooh, rupanya Kam toako juga tahu,"   So Siau hui tertawa.   Seperti pula Wi Tiong hong, dia pun menyambut Kam Liu cu sebagai Kam toako.   "Bu beng sinni adalah seorang tokoh sakti dari luar perbatasan yang diakui secara umum oleh setiap umat persilatan, sudah tentu aku pun pernah mendengarnya,"   Kata Kam Liu cu. Kakek Ou segera berkata pula.   "Konon semenjak sinni mengukir tiga ratus buah patung Ji lay hud di atas dinding batu bukit Bu liang san dengan tenaga sakti Bu siang sin kang nya tempo hari, dia belum pernah turun lagi dari tebing Leng san gay barang selangkah pun." "Betul,"   Ujar Liu Leng poo.   "nikou tua dan Tong hujin yang berdiam dalam kuil Ti can an tersebut merupakan kakak beradik seperguruan, bisa jadi kedua orang itu adalah ahli waris dari Bu beng sinni." "Yaa ... betul, apa yang diucapkan enci Liu memang persis sekali dengan apa yang kupikirkan didalam hati,"   Seru So Siau hui dengan perasaan girang. Liu Leng poo sama-sama Wi Tiong hong tiba2 mempercepat langkahnya seraya berseru .   "Empek Ou, aku teringat sekarang, bukankah aku telah diculik oleh seorang jahat yang menyaru sebagai Wi sauhiap? Bagaimana keadaan selanjutnya?" "Panjang sekali untuk menceritakan kembali peristiwa tersebut, itu lihat, tebing Thi an jong peng sudah hampir tiba, mari kita berbincang-bincang lagi setelah tiba di sana nanti." -oo0dw0oo-   Jilid 21 Sementara itu fajar mulai menyingsing, selapis kabut pagi yang tipis menyelimuti pegunungan yang membentang di depan sana.   Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Rombongan pun meneruskan perjalanannya dibawah pancaran sinar fajar yang masih redup.   Lebih kurang sepertanak nasi kemudian jarak sejauh dua puluhan li jalanan bukit telah dilampaui, kini mereka telah tiba di atas sebuah puncak bukit.   Tapi berhubung semua orang tidak mengetahui jalanan diatas bukit Kou lou san tersebut, sehingga mereka pun tak tahu sudah tiba di Thian long peng atau belum? Kakek Ou dan Kam Liu cu berjalan dipaling muka, baru saja mereka hendak menghentikan langkahnya untuk memperhatikan keadaan disekitar tempat itu...   Mendadak dari balik pepohonan siong di depan sana meluncur datang dua sosok bayangan manusia yang menghadang kepergian mereka sambil membentak : "Siapa yang datang?"   Kakek Ou berpaling kearah Kam Liu cu dan katanya sambil tertawa : "Mungkin mereka adalah orang orang yang sedang menanti kedatangan kita".   Dalam sekilas pandangan saja Kam Liu cu sudah melihat dengan jelas bahwa dua orang yang berada dihadapannya adalah dua lelaki berbaju ringkas warna hijau dengan pedang tersoren di punggung, pada gagang pedang terikat pula pita berwarna hijau.   Maka segera ujarnya : "Mereka adalah orang orang dari perkumpulan Ban kiam bwee."   Sementara pembicaraan berlangsung, kedua jago pedang pita hijau itu sudah melihat pula Wi Tiong hong, buru-buru mereka maju kedepan dan menyapa seraya menjura, "Ooh rupanya Wi siauhiap telah lolos dari ancaman bahaya maut."   Wi Tiong hong segera balas memberi hormat, ujarnya: "Kalian berdua hadir di sini, aku rasa Buyung congkoan tentu sudah berada disini bukan?"   O^DewiKZ^Aditya^aaa^o "BUYUNG congkoan datang kemari bersama-sama Kiamcu"   Sahut salah seorang dari jago pedang berpita hijau itu.   Mengetahui kalau Ban kiam Hwee cu pun ikut datang, Wi Tiong hong menjadi sangat gembira, cepat cepat ia bertanya lagi "Kiamcu dan Buyung congkoan berada dimana sekarang?" "Sejak kemarin malam Kiamcu dan Buyung congkoan telah masuk kedalam selat Tok seh sia, hingga kini mereka belum juga kembali."   Masuk ke selat Tok seh sia bukan terletak ditempat ini.   Tiba-tiba saja Kam Liu cu teringat kembali dengan perkataan dari Cay thian semalam, dia bilang akan membicarakan Lan Kun pit meneruskan sandiwaranya berperan sebagai Wi Tiong hong, hal ini dimaksudkan untuk memancing Wi Tiong hong beserta orang-orang yang ada hubungan dengannya agar masuk perangkap.   Waktu itu diapun berkata : "Selat Tok seh sia letaknya sangat terpencil dan rahasia, kecuali Kiy tok kaucu, tak mungkin orang-orang yang lain bisa menemukannya secara gampang."   Dikatakan pula: "Dalam urusan ini, sudah diatur persiapan lain!"   Padahal orang-orang yang yang mendapat kabar tidak berhasil menemukan selat Tok seh sia, itu berarti yang dimaksudkan Liong Cay thian sebagai sudah diatur persiapan lain adalah rencana untuk memancing para pendatang kesebuah lembah bukit yang lain, dan lembah tersebut tentulah perangkap yang telah dia persiapkan itu.   Berpikir sampai disini diam-diam ia menjadi cemas dan gelisah, ditinjau dari belum kembalinya Ban kiam bweecu hingga kini bisa di simpulkan bahwa mereka bisa jadi sudah termakan jebakan musuh.   Dalam pada itu, si jago pedang berpita hijau tersebut nampak kaget bercampur tercengang setelah mendengar dari Wi Tiong-hong bahwa selat Tok seh sia bukan terletak disitu.   Dia menengok sekejap kearah rekannya, lalu berseru : "Sungguh mengherankan sebelum masuk kedalam selat Kiamcu telah melakukan pemeriksaan dengan seksama terbukti kalau Toh seh sia memang terletak disini." "Selain Hwecu dan Buyung congkoan yg telah masuk kedalam selat, apakah dari pihak perkumpulan kalian masih ada congkoan lain yang tinggal disini?" "Congkoan pedang berpita hitam Ma koan totiang serta kedua orang wakil congkoan berada disini semua." "Dapatkah kalian berdua melaporkan kalau kami ada urusan hendak bertemu dengan Ma koan toheng?" "Kam tayhiap terlalu merendah, kalian adalah sahabat lama kiamcu, tak usah dilaporkan lagi, mari, silahkan saudara sekalian mengikuti diriku!"   Seusai berkata, dia segera membalikkan badan dan berjalan menelusuri jalan bukit.   Sedangkan jago pedang berpita hijau yg lain segera mengundurkan kembali kedalam hutan setelah memberi hormat kepada semua orang.   Dengan mengikuti dibelakang jago pedang pita hijau itu, berangkatlah semua orang menaiki bukit itu.   Sepanjang jalan Wi liong hong memperhatikan secara diam-diam, ternyata dikedua sisi jalan bukit sering ditemukan bayangan manusia yang berkelebat lewat dengan ketajaman matanya, meski cuma dalam sekilas pandangan saja namun ia dapat melihat dengan jelas bahwa bayangan manusia itu semuanya terdiri dari kawanan jago pedang berpita hijau dari perkumpulan Ban kiam hwee.   Sudah dapat dipastikan ke tiga puluh enam orang anak buah Buyung Siu telah di ajak serta semua.   Tak selang berapa saat kemudian mereka telah sampai didepan sebuah gua batu dipunggung bukit.   Jago pedang berpita hijau itu segera berhenti dan memberi hormat kearah gua batu itu seraya berseru, "Lapor congkoan, Wi siauhiap beserta Kam tayhiap dari Thian sat bun serta nona So dari Lam hay bun telah datang!" Agaknya dia hanya kenal dengan Wi Tiong hong, Kam Liu cu serta So Siau hui bertiga.   Baru selesai laporan diberikan tampak Ma koan tojin bersama Thio lohan, Khong Beng dan naga tua berekor botak To Sam sin telah melangkah keluar dari gua batu itu dengan langkah tergesa-gesa.   Ma koan tojin segera melayangkan pandangannya sekejap, lalu sambil memberi hormat serunya sambil tertawa: "Syukurlah bila Wi siauhiap telah lolos dari bahaya maut, tentunya siauhiap telah bersua dengan Kiamcu kami bukan?" "Tidak, aku belum bertemu dengan Kiamcu"   Sahut Wi Tiong hong sambil balas memberi hormat. "Kalau begitu siauhiap sudah tahu kalau kiamcu serta Buyung congkoan telah berangkat memasuki selat Tok seh sia?"   Ucap Naga tua berekor botak To Sam sin. "Mari kita berbincang-bincang didalam saja!!"   Ajak Kam Liu cu tiba-tiba.   Ma koan tojin merupakan seorang jago kawakan dari dunia persilatan yang berpengalaman sangat luas, dari nada pembicaraan Kam Liu cu dia segera sadar kalau ada sesuatu yang tak beres, cepat-cepat dia mengangguk, "Betul juga perkataan dari Kam tayhiap silahkan saudara sekalian masuk kedalam."   Sambil berkata dia lantas mempersilahkan semua orang masuk kedalam gua batu.   Ternyata ruang dalam dari gua batu itu sangat lebar dan luas, selain terdapat tumpukan ransum kering disudut sebelah kanan, bagian yang lain kosong tak terdapat sesuatu bendapun, sudah jelas tempat itu disediakan untuk melepaskan lelah.   Dengan nada minta maaf Ma koan tojin berkata lagi: "Gua ini kami temukan secara tak sengaja, selain luas, dikelilingi pula oleh pepohonan yang sangat rindang sehingga tidak mudah ditemukan lawan, maaf Wi siauhiap sekalian, terpaksa kalian dipersilahkan duduk dilantai." "Totiang tidak usah sungkan-sungkan, mari kuperkenalkan dulu dengan semua orang."   Setelah berhenti sejenak, terusnya, "Saudara Kam dan nona So tentunya sudah pernah kalian bertiga jumpai, sedangkan saudara yg ini adalah panglima sakti berlengan emas Ou lotiang yg dikenal sebagai penjaga pintu langit lautan selatan, sedangkan yang ini adalah adik seperguruan dari saudara Kam, nona Liu rasanya totiang sekalian pernah mendengar nama besar mereka bukan...?" "Padahal totiang pernah bertemu muka dengannya, sebab dia tak lain adalah nona berkerudung hitam yang menggunakan senjata Hwee hong to sewaktu bertarung di perusahaan An wan piaukiok di kota Sang siau tempo hari.   Sedangkan yang terakhir ini adalah pelindung hukum dari Thi pit pang, orang menyebutnya si pena baja Tam See boa, saudara Tam."   Diam-diam Ma koan tojin, Thi lohan Khong Beng serta naga tua berekor botak To Sam sin merasa terkejut sekejut sekali setelah mendengar perkenalan dari Wi Tiong hong ini.   Mimpi pun mereka tidak menyangka kalau kakek tua bangka yg sama sekali tidak menarik dihadapan mereka sekarang tak lain adalah panglima sakti berlengan emas Ou Swan yang sudah termashur dalam dunia persilatan semenjak tiga puluh tahun berselang.   Mereka lebih lebih tidak menyangka kalau nona yang berwajah cantik jelita ini tak lain adalah perempuan berbaju hitam yang pernah menggetarkan hati setiap orang dengan pisau terbangnya sewaktu berada di perusahaan An wan piaukiok tempo hari.   Ketiga orang itu saling berpandangan sekejap lalu cepat-cepat mengucapkan kata-kata merendah, setelah itu masing masing baru mengambil tempat duduk dilantai.   Secara ringkas dan garis besarnya kakek Ou dan Kam Liu cu pun mengisahkan kembali pengalaman mereka semenjak keluar dari kuil Cun tian hingga tiba disitu.   Sudah barang tentu Kam Liu cu tak sempat menceritakan apa yang telah di bicarakan dengan Liong Cay thian ketika itu serta rencana Liong Cay thian hendak membiarkan Lan Kun pit tetap berperan sebagai Wi tiong hong untuk memancing para jago lainnya masuk perangkap.   Tapi setelah ditemukan bahwa Ban kiam hweecu telah memasuki selat Tok seh sia dan hingga kini belum kembali, Kam Liu cu baru terperanjat dan sadar kalau Liong Cay thian telah mempersiapkan sebuah selat Tok seh sia palsu ditempat lain jauh sebenarnya.   Tentu saja selat Tok seh sia yang dipersiapkan dibukit Kou lou san ini merupakan sebuah perangkap untuk menjebak para jago.   Begitu semua orang sudah mengambil tempat duduk, Kam Liu cu segera bertanya kepada Ma koan tojin, "Apakah toheng bertiga datang bersama-sama dengan hwecu perkumpulan kalian?".   "Tatkala kiamcu mendapat kabar yang mengatakan bahwa Wi siauhiap telah diculik oleh pihak Toh seh sia, dia segera berangkat dengan tergesa, waktu itu beliau hanya memimpin Buyung congkoan beserta segenap jago pedang pita hijau ditambah pinto sekalian bertiga."   Tak terlukiskan rasa haru dan terima kasih Wi Tiong hong terhadap Ban kiam hweecu setelah mengetahui bahwa kehadirannya di kou lou san khusus untuk menolong jiwanya.   Apalagi teringat dengan seutas rambut yang diberikan kepadanya ketika berpisah tempo hari, tanpa terasa pipinya menjadi panas.   Terdengar Kam Liu cu bertanya lagi .   "Tahukah toheng dari mana hwecu mendapat kabar kalau saudara Wi Tiong hong telah diculik orang-orang Tok seh sia?" "Ban Kiam hweeeu mempunyai mata-mata yang tersebar luas diseantero dunia persilatan, tentu saja ia peroleh berita itu dari berita yang tersiar ditempat luaran." "Tidak mungkin"   Seru Kam Liu cu segera sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.   "kami baru memperoleh berita tersebut setelah berjumpa dengan dua bersaudara Bwee hoa kiam, padahal Ban kiam Hweecu telah kembali ke Kam bun waktu itu, tak mungkin kabar tersebut tersiar sedemikian cepatnya lagi pula kabar berita yang tersiar dalam dunia persilatan belum tentu akan dipercayai oleh Ban kiam Hwee cu dengan begitu saja."   Ma koan tojin segera manggut-manggut.   "Yaa, perkataan dari Kam tayhiap memang tepat sekali". Kemudian setelah mengalihkan sorot matanya memeriksa sekejap sekeliling tempat itu, dia melanjutkan dengan suara lirih : "Berhubung saudara sekalian bukan orang luar, tak ada salahnya kalau akupun berterus terang, sesungguhnya berita ini dibocorkan oleh Sah toheng kepada pinto, kemudian pinto kabarkan berita tersebut kepada Kiam cu lewat burung merpati."   Tidak sampai perkataan itu selesai diucapkan, Kam Liu cu telah bertepuk tangan sambil menukas: "Itulah dia aaai..kalau begitu Hwee cu telah termakan oleh tipu muslihatnya!" "Apa maksud Kam tayhiap berkata demikian?" "Dengan belum kembalinya hweecu kalian sampai saat ini terbukti sudah kalau ia telah terjebak oleh perangkap Liong Cay thian! Rencana tersebut benar-benar merupakan intrik busuk yang sangat berbahaya!" "Kam tayhiap, agaknya kau sudah memperoleh suatu data yang lengkap tentang peristiwa ini, dapatkah kau jelaskan kepada pinto?"   Kata Ma koan tojin terkejut. "Hweecu kalian masuk dari mana? "   Tanya Kam Liu Cu lebih jauh.   "Selat Tok seh sia mempunyai medan yg sulit serta letak yang sangat rahasia.   Bagi umat persilatan pada umumnya mereka hanya mendengar nama Tok seh sia tanpa di ketahui kalau selat tersebut sesungguhnya berada dibukit Kou lou san.   Sudah barang tentu tiada orang yang tahu letak selat tersebut secara tepat dan sebenarnya, Kiamcu masuk kedalam selat tersebut sesuai dengan pentunjuk dari Seh toheng." "Mengapa hweecu kalian dapat mempercayai perkataan dari Seh Thian yu dengan begitu saja?" Wi Tiong hong cukup mengetahui kisah Ban kiam bweecu yang berhasil menaklukkan Seh Thian yu maka cepat-cepat dia menukas, "Ban kiam hweecu pernah melepaskan budi kepada Seh Thian yu, aku pikir dia tak mungkin akan mencelakai kiamcu." "Tahukah toheng letak selat Tok seh sia, menurut keterangan dari Seh Thian yu?"   Tanya Kam Liu cu lebih jauh.   "Menurut petunjuk dari Seh Thian yu, selat Tok seh sia terletak dibelakang bukit ini." "Mana mungkin? Tempat ini bernama Thian long peng, selat Tok seh sia tidak berada disini." "Aaaai...   Semenjak dulu pinceng toh sudah bilang perkataan dari Seh Thian yu tidak bisa dipercaya!"   Kata Thi lohan Khong Beng kemudian,.   Dari pembicaraan yang berlangsung barusan Liu Leng poo segera mengambil kesimpulan kalau antara Seh Thian yu dengan pihak Ban kiam hwee tampaknya sudah saling bersekongkol.   Satu ingatan segera melintas didalam benaknya, ia jadi teringat kembali dengan surat yang dikirim lewat burung merpati dan secara kebetulan ditangkap kakek Ou pada malam itu.   Tak tahan lagi dia berseru : "Menurut dugaanku, bisa jadi Seh Thian yu telah tertimpah suatu musibah!" "Yaa...aku pikir memang begitu"   Kam Liu cu membenarkan.   "Andaikata Seh Thian yu tidak bermaksud memancing Ban kiam hweecu masuk perangkap, itu berarti dipihak Seh Thian yu sendiri telah terjadi persoalan, kalau tidak, tak mungkin ada orang yang mencatut nama Seh thian yu untuk memancing hweecu masuk ke dalam selat Tok seh sia palsu." "Padahal bukan hanya Ban kiam hweecu seorang yang menjadi sasaran, Liong Cay thian telah berencana untuk menjebak kita semua kedalam perangkapnya itu." "Toa suheng aku lihat kau seperti sudah tahu kalau peristiwa ini merupakan suatu intrik busuk mereka?"   Tanya Liu Leng poo sambil menengok ke arah Kam Liu cu dengan pandangan keheranan. "Kesemuanya ini kuperoleh langsung dari Liong Cay thian, hanya sepanjang perjalanan tadi aku belum sempat menceritakan kesemuanya itu kepadamu."   Secara ringkas diapun membeberkan apa yang telah dibicarakan Liong Cay thian kepadanya malam itu.   Mengetahui kalau Ban kiam hweecu sudah terperangkap di dalam selat Tok seh sia palsu, keningnya segera berkerut, lalu sambil mengangkat kepalanya dia berkata : "Kalau begitu didalam selat Tok seh sia palsu tentu sudah dipersiapkan pelbagai jebakan dan alat perangkap yang sangat hebat!"   Liu Leng poo tertawa.   "Liong Cay thian telah memasukkan nama Ban Kam hweecu serta toa suheng di dalam daftar hitamnya, tanpa jebakan dan alat perangkap yang sangat hebat tidak mungkin bisa membelenggu mereka berdua..." "Jika didengar dari nada pembicaraan Kam tayhiap, tampaknya kalian seperti baru saja datang dari selat Tok seh sia?"   Tiba-tiba Ma koan tojin bertanya. "Yaa betul, kami semua memang baru saja keluar dari selat Tok seh sia.."   Sahut Kam Liu cu seraya tertawa tergelak. "Benar"   Ucap kakek Ou pula.   "Kami memang baru datang dari Tok seh sia yang asli, dan sekarang akan menerobosi selat Tok seh sia gadungan. Waaah...kejadan ini pasti akan merupakan suatu peristiwa yang sangat menarik hati. Aku tidak percaya kalau perangkap dan alat jebakan yang di persiapkan Liong Cay thian ditempat tersebut begitu hebat dan luar biasanya,.."    Sepasang Garuda Putih Karya Kho Ping Hoo Maling Budiman Pedang Perak Karya Kho Ping Hoo Goda Remaja Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini