Ceritasilat Novel Online

Persekutuan Pedang Sakti 21


Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Bagian 21


Persekutuan Pedang Sakti Karya dari Qin Hong   Wi Tiong hong segera berseru pula sambil melompat bangun : "Kalau hendak berangkat mari kita segera berangkat, biar aku menjadi pelopor pembuka jalan untuk kalian semua."   Liu Leng Poo melirik sekejap kearahnya lalu katanya sambil tertawa : "Tunggu sebentar Wi siauhiap, dalam masalah ini kita tak boleh bertindak ceroboh.   Kalau ditinjau dari tekad Liong Cay thian yang berusaha keras untuk memancing musuh-musuhnya, sudah jelas telah persiapkan suatu jebakan yang sangat lihay dan aku rasa hal ini tak akan diragukan lagi." "Coba kau bayangkan kepandaian silat yg dimiliki Ban kiam hweecu serta Buyung congkoan, keduanya sama-sama tangguh dan lihay, andaikata mereka berdua terjebak pula didalam selat Tok seh sia palsu maka hal ini bisa diartikan bahwa mengandalkan ilmu silat saja adalah suatu hal yang tak berguna." "Itulah sebabnya kita harus mempunyai suatu gambaran yang jelas lebih dulu tentang masalah ini kemudian baru bertindak.   Kalau tidak, sudah pasti kita bisa masuk susah untuk keluarnya, bisa kita semua sampai terperangkap di dalam, bukankah urusan bakal bertambah runyam?"   Sambil tertawa kakek Ou berseru .   "Keberhasilan kita masuk dan keluar dari selat Tok seh sia kemarin adalah berkat siasat nona yang hebat, kali ini, kami semua akan menuruti semua perintah dari nona!" "Persoalan ini berbeda jauh dengan persoalan di Tok seh sia kemarin. Dalam hal ini aku sama sekali tak punya pegangan apa apa..." "Aku rasa kepandaian yang diandalkan pihak Tok seh sia paling banter hanya racun yang jahat!"   Kata So Siau hui. "Aaai sayang sekali pil penolak racun yang kami bawa sudah habis terpakai, kalau tidak, kita tentu tak usah kuatir dengan racun jahat lagi."   Ketika berbicara sampai disini mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, sambil berseru tertahan katanya, "Bukankah Wi siauhiap mempunyai pena ajaib Lou bin si ? Aku dengar Lou bun si dapat memunahkan berbagai racun keji yang ada didunia ini, bahkan kasiatnya jauh lebih hebat daripada pil anti racun..." "Pena ajaib Lou bun si merupakan benda wasiat milik Thi pit pang, aku telah mengembalikannya kepada Ting toako."   Sahut Wi Tiong hong. "Dan aku rasa benda tersebut sudah terjatuh ke tangan Kiu tok kaucu saat ini!"   Sambung Tam See hoa.   Sambil menggigit bibir So Siau hui berpikir sejenak, lalu katanya lagi : "Waaaah bagaimana kalau begini? Untuk bisa masuk keluar dari selat Tok seh sia dengan selamat, kita harus mempunyai pil penawar racun....ehmm...bagaimana kalau kita membuat obat disini?" "Tapi dari mana kita bisa peroleh bahan obat-obatan yang diperlukan...?" "Nona..."   Kakek Ou berseru, Tidak membiarkan pembantunya berkata lebih lanjut, sambil tertawa hambar So Siau hui berkata lagi: "Obat adalah benda yang dibutuhkan untuk menolong umat manusia aku tidak sependapat kalau resep tersebut harus dirahasiakan, apalagi musuh yang sedang kita hadapi sekarang adalah selat Tok seh sia yg tersohor karena kelihayan racunnya, kecuali kalau kita tak usah mencari gara-gara dengan mereka." "Yaa benar juga perkataan nona..."   Kakek Ou mengangguk. Satu ingatan segera melintas didalam benak Liu Leng poo, segera tanya: "Adik dari keluarga So, apakah kau mengetahui resep pembuatan obat penolak racun itu?"   So siau hui manggut manggut, sahutnya sambil tertawa; "Sejak kecil siaumoay suka melihat ayah ku membuat obat, semua bahannya telah ku ingat diluar kepala." "Waah kalau begitu bagus sekali"   Seru Liu Leng poo gembira.   "Sebelum memasuki selat Tok seh sia palsu, kita harus mengadakan persiapan dulu selengkapnya adikku, cepat kau tulis bahan obat obatan yang di butuhkan, kita segera akan mengutus orang untuk mencarinya dikota terdekat, hanya tidak di ketahui apakah bahan obat tersebut tersedia lengkap disitu?" "Bahan obat-obatan yang diperlukan apakah tersedia lengkap disitu ?" "Bahan obat-obatan yang diperlukan adalah bahan obat yang umum, dimanapun bisa kita peroleh secara mudah."   So Siau hui menegaskan. "Kalau begitu silahkan nona menulisnya, pinto segera akan mengutus orang untuk mencarinya."   Seru Ma koan tojin pula, So Siau hui tidak banyak berbicara lagi, dia mengambil sebatang pit dari sakunya, lalu mengambil selembar sapu tangan sebagai pengganti kertas dan menulis berapa puluh macam bahan obat-obatan yang diperlukan, kemudian di serahkan kepada Ma koan tojin.   Sambil menerima resep obat itu kembali Ma koan tojin bertanya.   "Apakah nona hendak berpesan lain?" "To tiang terlalu serius, pesan saja kepada kedai obat tersebut agar semua bahan obat ditumbuk menjadi bubuk.."   Ma koan tojin turun tangan sendiri keluar dari gua, lalu mengutus seorang jago pedang pita hijau untuk membeli bahan obat-obatan diluar gunung.   Menanti Ma koan tojin telah balik kembali kedalam gua, Liu Leng poo baru bertanya, "Apakah totiang tahu untuk menuju ke selat Tok seh sia palsu kita harus melalui mana?".   "Waah kalau soal itu sih pinto kurang jelas, sebab surat rahasia yang dikirim Seh toheng waktu itu kuserahkan kepada kiamcu tanpa pinto sempat membaca isinya." "Bukankah totiang datang bersama kiam cu? Masa kau tidak tahu darimana mereka masuk?" "Waktu itu kiam cu amat terburu buru ingin menolong Wi siauhiap yang terjatuh ketangan musuh sehingga dia tak sempat banyak bicara dengan kami, sebelum berangkat dia hanya memerintahkan kepada pinto sekalian bertiga agar berjaga disini, kalau didengar dari pembicaraan kiamcu tampaknya selat Tok seh sia terletak dibelakang puncak bukit itu, sedangkan jalanan yang dilalui kiamcu adalah sebuah lorong rahasia."   Sekali lagi Wi Tiong hong merasa terharu dan berterima kasih sekali terhadap Ban kiam hweecu, demi keselamatan jiwanya ternyata ia tak segan-segan menyerempet bahaya untuk berusaha menolongnya.   Kenyataan tersebut kontan saja membuat anak muda ini menjadi amat gelisah dan tak tenang duduk.   Dengan kening berkerut Liu Leng poo termenung berapa saat lamanya, kemudian berkata: "Waah, kalau begitu rada sulit, Liong Cay thian berniat memancing musuhnya masuk perangkap, sudah pasti jalan rahasia yang dilalui Ban Kiam hweecu sekalian untuk masuk kedalam selat itu sudah ditutup mati olehnya."   Kam Liu cu tertawa.   "Ji sumoay kali ini perhitunganmu keliru besar, Liong Cay thian bermaksud hendak memancing musuh-musuhnya masuk perangkap, lagipula orang yang diincar bukan cuma Ban kiam hweecu seorang, sebelum apa yang diharapkan tercapai, tak mungkin jalan rahasia tersebut disumbat mati olehnya." "Jikalau dia memang berupaya untuk memancing lawan-lawannya masuk perangkap sudah pasti jalan rahasia yang dipersiapkan bukan hanya sebuah saja...."   Kata Liu-Leng poo kemudian, "Itu sih gampang untuk diselesaikan "   Sela kakek Ou tiba tiba.   "Bila aku berhasil membekuk seorang anggota Tok seh sia, bukankah segala sesuatunya akan terbuka dengan sendirinya?"   Liu Leng poo segera menggeleng ; "Liong Cay thian adalah seorang yang licik dan mempunyai pikiran yang panjang, dia tak nanti akan membocorkan rahasia tingkat tingginya ini kepada anggota lain kecuali dia seorang." "Nona Liu.."   Ujar Wi Tiong hong kemudian.   "Aku rasa kalau toh selat Tok seh sia palsu berada dibelakang puncak bukit itu, apa salahnya jika kita mendaki ke puncak bukit itu serta memeriksanya sendiri.?" "Percuma, Liong Gay thian berniat memancing musuh-musuhnya masuk perangkap sudah pasti letak dari lembah buntu yang dipilihnya itu sudah memenuhi pelbagai syarat yang dia tentukan, itu berarti kecuali jalan rahasia yang te!ah tersedia tidak mungkin ada jalan tembus lainnya, sekali pun kita bisa saja mendaki ke puncak bukit serta menengok keadaan dari lembah tersebut paling banter yang kita hadap adalah tebing curam sedalam ratusan kaki yang tak mungkin bisa turuni." "Lantas apa yang harus kita lakukan ?" "Tentu saja kita harus naik ke atas untuk melihat keadaan lebih dahulu...."   Setelah berhenti sejenak dan menengok keluar gua dia berkata lebih jauh : "Cuma, pergi pada saat inipun percuma..." "Lantas kapan kita baru boleh pergi ke sana?" "Tunggu sampai tengah hari nanti " "Mengapa kita baru boleh kesitu setelah tengah hari?"   So Siau hui segera menutupi bibirnya sambil tertawa cekikikan, katanya menggoda, "Masa teori semacam ini pun tidak kau pahami? Bila tengah hari sudah tiba, matahari baru akan menyinari sampai di dasar lembah tersebut..." "Ooooh, rupanya begitu!"   Seru Wi Tiong hong pula sambil tertawa geli. Thi lo han Khong Beng menepuk kepala sendiri dan tertawa tergelak pula: "Haaahh...haah.., bila tidak nona ungkapkan, pinceng pun tidak akan menduga apa apa sebabnya kita menunggu sampai tengah hari nanti."   Mendekati tengah hari, Ban kiam hweecu dan Pau kiam suheng buyung Siu belum juga kembali, oleh karena ini semua orang pun semakin percaya kalau kalau Ban kiam hweecu benar-benar sudah terperangkap di dalam selat Tok seh sia palsu, Liu Leng poo memperhatikan sekejap keadaan cuaca kemudian katanya sambil bangkit beriiri, "Sekarang kita boleh naik keatas."   Tanpa terasa Liu Leng poo telah menjadi pemimpin dari rombongan tersebut, ketika semua orang mendengar perkataan itu, serentak mereka bangkit berdiri, Ma koan tojin segera berpaling kearah Naga tua berekor botak To Sam sin dan pesannya : "Lebih baik saudara To tetap tinggal disini sehingga ada yang berjaga-jaga di tempat ini, entah bagaimana menurut pendapat saudara To..." "Aku akan menaati perintah congkoan"   Maka berangkatlah rombongan tersebut meninggalkan gua batu ditemani congkoan pasukan pedang berpita hitam, Ma Koan tojin serta wakil congkoan Thi lohan Khong Beng hweeshio, mereka langsung menuju kepuncak bukit.   Puncak bukit tersebut amat terjal dan berbahaya, sejak punggung bukit boleh dibilang sudah tidak terlihat jalanan yang dapat dilalui dimana merupakan batu karang yang tajam, licin dan terjal, sungguh merupakan suatu medan yang berbahaya.   Untung saja mereka semua memiliki ilmu silat yang sangat hebat, gerakan tubuh mereka pun lincah bagaikan monyet, dalam sepertanak nasi kemudian, rombongan sudah berhasil mencapai puncak bukit.   Ternyata puncak bukit itu berupa sebuah tanah datar seluas beberapa hektar, ditengahnya terpancang sebuah batu raksasa setinggi manusia, diatasnya terukir tiga huruf besar: "THIAN LONG PENG"   Membaca tulisan itu, kakek Ou tertawa terbahak-bahak, "Haah..haah., haah., ternyata Thian long peng terletak ditempat ini!" "Aku pikir Tong hujin tentu sudah tahu kalau Ban kiam hweecu dan rombongannya telah sampai disini, itulah sebabnya dia menyuruh kita semua menyusul kemari."   Kata Kam Liu cu. Membaca tulisan "Thian long peng"   Itu, tiba-tiba Liu Leng poo teringat pula akan sesuatu.   Dia masih ingat dengan perkataan dari nikoh setengah umur dikuil Can ti an tadi.   Katanya jika mereka menghadapi kesulitan di Thian long peng, susioknya telah mengutus orang untuk membantu mereka.   Ditinjau dari sini dapat disimpulkan kalau Tong hujin telah tahu bahwa Liong Cay thian telah mempersiapkan selat Tok seh sia palsu ditempat itu.   Lantas siapakah Tong hujin itu? Dia seperti mengetahui semua gerak gerik dari Tok seh sia dengan amat jelas, tiada persoalan yang dapat mengelabuhinya.   Disebelah utara Thian long peng terdapat sebuah lembah selat yang amat kelam, biar pun di tengah hari yang terik, ternyata lembah itu tertutup oleh lapisan kabut yang amat tebal sehingga tak nampak dasarnya.   Terutama sekali dinding tebing dibagian utara, tempat itu merupakan sebuah tebing terjal ysng berdiri hampir tegak lurus, selain licin juga tajam, jangan lagi menuruninya, walaupun hanya menengok sekejap kebawahpuun sudah cukup membuat hati berdebar, mata berkunang dan kaki menjadi lemas.   Semua orang berusaha berjongkok dan melongok ke dasar lembah itu, namun biarpun sudah mengerahkan seluruh daya kemampuan mereka dan memperhatikan setengah harian lamanya, namun mereka tetap gagal untuk melihat dengan jelas keadaan sebenarnya dari dasar selat tersebut.   Tentu saja betapapun tingginya ilmu silat yang dimiliki seseorang, tak mungkin pandangan matanya dapat menembusi lapisan kabut yang tebal, apalagi menengok dari puncak yang begitu tinggi, jaraknya memang terlalu jauh.   Biarpun tak ada lapisan kabut yang menghalangi pandangan matapun, belum tentu mereka dapat melihat keadaan didasar lembah itu dengan jelas.   Kakek Ou segera menengok kearah Kam Liu cu dan ujarnya sambil tertawa.   "Kam lote, tampaknya andaikata kita gagal menemukan jalan masuk menuju kelembah tersebut, biarpun punya sayap juga belum tentu dapat mencapai tempat tersebut." "Walaupun Liong Cay thian mempersiapkan jebakan yang hebat disana, tak bisa dihindari kalau ada orang-orangnya yang keluar masuk lembah itu, dan bila ada orang yang masuk keluar maka tak sulit bagi kita untuk menemukannya.   Seperti misalnya jalan rahasia lewat sumur kering yang kita lalui tempo hari, bukankah letaknya amat rahasia? Tapi akhirnya toh berhasil kita temukan?"   Kakek Ou tertawa terbahak-bahak.   "Hah...hah...hahhh...benar juga perkataan lote, Tok seh sia merupakan pusat dari kekuatan mereka yang sebenarnya, tapi buktinya kita toh bisa keluar semuanya sendiri, aku tidak percaya kalau selat Tok seh sia palsu ini bisa sedemikian lihaynya."   Berbicara sampai disitu, mendadak ia jumpai Liu leng poo masih saja mengawasi dasar lembah itu sambil termenung dan membungkam dalam seribu bahasa, tanpa terasa tanyanya, "Nona Liu, apakah kau telah berhasil menemukan suatu jalan yang bagus?"   Liu leng poo menggeleng, setelah termenung sejenak, ujarnya, "Bila dugaanku tak salah, mungkin tempat inilah merupakan selat Tok Seh sia yang sebenarnya."   Perkataan tersebut benar-benar jauh diluar dugaan siapapun yang hadir disitu.   Dengan perasaan terkejut kakek Ou segera berkata, "Tempat ini adalah selat Tok seh sia yang asli? Apakah tempat yang kita kunjungi kemarin bukan selat Tok seh sia?" "Tentu saja tempat itu pun merupakan selat Tok seh sia, hanya tempat itu bukan tempat yaog penting bagi mereka."   Kakek Ou segera menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, katanya kemudian, "Waah, aku jadi kebingungan dibuatnya! Dapatkah nona Liu menjelaskan dengan lebih terperinci?"   So Siau hui yang berdiri disamping Wi Tiong hong segera berkata pula sambil tertawa rendah. "Wi siauhiap, apakah kau memahani apa yang dimaksudkan enci Liu.?"   Wi Tiong hong menggeleng. "Aku pun tidak mengerti."   Liu Leng poo menengok sekejap ke dua orang itu, kemudian baru ujarnya: "Tempat yang Lita kunjungi kemarin boleh dibilang merupakan selat Tok seh sia yang merupakan selat Tok seh sia yang barusan di bangun oleh Liong Cay thian." "Seperti diketahui, Liong Cay thian adalah seorang manusia licik yang banyak akal muslihatnya, diapun seorang yang berpikiran panjang.   Apalagi mempunyai ambisi untuk menguasahi seluruh dunia persilatan, tentu saja ia mesti bersiap sedia menghadapi orang orang berniat membunuh atau menyingkirkan dia dari percaturan dunia persilatan, seperti misalnya Ban kiam hweecu, toa suheng, Kiu tok kaucu dan lain lain, dia menganggap ke semuanya ini merupakan musuh yang paling tangguh." KakeK Ou manggut manggut.   Kam Liu cu pun mengangguk tanpa terasa.   Liu Leng poo segera berkata lebih jauh "Oleh karena itu aku rasa perbuatannya menyuruh Lan Kun pit menyaru sebagai Wi siauhiap guna memancing semua orang masuk perangkap hanyalah suatu peristiwa yang kebetulan saja, padahal semenjak dulu dia memang sudah punya rencana untuk memancing para jago masuk kedalam perangkapnya" "Bukankah nona Liu mengatakan bahwa tempat ini letaknya jauh lebih rahasia dari pada selat Tok Seh sia?"   Tanya Wi Tiong Hong.   "Benar!" "Kalau toh tempat ini jauh lebih rahasia letaknya ketimban Tok seh sia, apa sebabnya dia tidak membawa nona So dan Lan Kun pit masuk ketempat itu?" "Pertanyaanmu memang beralasan.   Menurut pendapatku hal ini sengaja dilakukan karena waktu dia membangun selat rahasia ini, lorong rahasia untuk masuk keluar yang dipersiapkan paling tidak terdapat tiga buah ke atas, lagi pula setiap saat bisa ditutup mati, sedangkan jebakan yang berada didalam lembah itupun jauh lebih lihay daripada selat Tok seh sia, maka dia punya rencana untuk memancing orang-orang yang menyusul kebukit Kou Lou san itu memasuki selat ini." "Orang-orang Tok seh sia hanya pandai menggunakan racun, aku tak percaya kalau Liong Cay thian masih mempunyai permainan busuk lainnya.."   Seru kakek Ou. "Lantas apakah sumoay sudah mempunyai rencana yang matang terhadap tindakan kita selanjutnya?"   Tanya Kam Liu cu pula.   "Bila kita hendak melakukan suatu tindakan, lebih baik dilakukan pada malam hari saja.   Aku ingin menggunakan kesempatan setengah hari yang tersisa ini untuk memperhatikan dulu keadaan dan situasi disekeliling lembah ini" "Apakah sumoay hendak pergi seorang diri? " "Aku pikir ingin mengajak toa suheng untuk menemaniku"   Sahut Liu Leng poo tertawa. "Bagaimana dengan kami yang lain?"   Seru kakek Ou, "Apakah nona Liu mempunyai perintah lain?" "Lotiang mempunyai sebuah tugas pula, namun harus menggunakan gerakan yang paling cepat untuk menyembunyikan diri di antara pepohonan didepan sana, jangan sekali-kali gerak-gerikmu itu ketahuan orang, apakah lotiang dapat melaksanakannya?"   Kakek Ou agak tertegun setelah mendengar perkataan itu, ujarnya kemudian : "Siang hari berbeda sekali dengan malam hari, dibawah sinar matahari biarpun kau bergerak dengan kecepatan yang paling tinggipun sudah pasti akan tetap meninggalkan setitik bayangan, bila nona menginginkan aku bergerak secepat-cepatnya tanpa ketahuan jejaknya oleh musuh, jelas tugas ini merupakan pekerjaan yang susah, tapi bila perjalanan itu pendek dan lagipula tertutup oleh rimbunnya perpohonan, mungkin saja aku dapat melakukannya." "Baiklah, perjalanan ini perjalanan yang pendek-pendek..   aku ingin kau melindungi mereka secara diam-diam." "Nona menyuruh aku lindungi siapa?"   Liu Leng poo segera menuding kearah Wi Tiong hong dan So siau hui sambil katanya, "Kedua orang ini yang kumaksud." "Nona, apakah kau hendak memberi suatu tugas?"   Wi Tiong hong segera bertanya. "Tidak berani"   Liu Leng poo tertawa.   "Aku hanya minta kau bersama nona So menuju ke timur bukit, setelah turun gunung nanti, coba periksa apakah didalam lembah tersebut terdapat pintu masuknya?"   Mendengar kalau dia akan pergi bersama Wi Tiong hong, So Siau hui menjadi gembira sekali, dengan wajah berseri tanyanya, "Enci Liu, bagaimana dengan kalian? Apakah akan menuju kearah barat?"   Liu Leng poo manggut-manggut. "Benar, kita akan melakukan pencarian secara terpisah."   So Siau hui berfikir sejenak, lalu serunya "Ya betul, jadi maksud enci Liu, kau hendak memakai kami berdua sebagai umpan untuk memancing musuh?" "Menurut pendapatku, tujuan mereka mempersiapkan lembah ini adalah utnuk memancing musuh masuk perangkap, bisa jadi mereka telah persiapkan banyak lorong rahasia disepanjang lembah tersebut".   "Walaupun toa suheng merupakan orang yang diincar Liong Cay thian, tapi Wi siauhiap dan kau berdua justru merupakan tujuan terutama bagi Liong Cay thian.   Bila dugaanku tidak salah perjalanan kalian kali ini pasti akan memberikan hasil." "Andaikata bertemu dengan musuh, apa yang harus kami lakukan?"   Tanya Wi Tiong hong.   "Hal ini harus ditentukan menurut situasi dan kondisi waktu itu, Sejak Ban Kiam hweecu masuk perangkap, pihak lawan tentu akan melakukan persiapan yang lebih ketat dan kuat dipelbagai lorong rahasianya, oleh sebab itu, pencarian kita secara terpisah ini sudah pasti akan menimbulkan pula perhatian terhadap kita, siapa tahu kalau mereka akan memperlihatkan titik kelemahan yang sengaja mereka perlihatkan agar kita masuk perangkap." "Lalu apa yang mesti kita perbuat?"   Tanya Wi Tiong hong lagi.   "Hal ini harus dibedakan dalam dua macam keadaan, pertama orang-orang mereka pura-pura kalah dan berniat memancing kalian masuk perangkap, dalam keadaan demikian kalian tidak usah melakukan pengejaran, cukup diingat saja letak jalan masuk tersebut.   Kedua, dipimpin oleh jagoan lihay mereka lakukan pengeroyokan terhadap diri kalian dengan maksud membekuk kalian dalam keadaan hidup, dalam keadaan begini, kakek Ou harus tampilkan diri untuk memberi bantuan.   Tapi ingat, menang atau kalah kalian tidak boleh masuk kedalam lorong rahasia mereka secara sembarangan."   Berbicara sampai disitu, dia segera berpaling kearah Ma koan tojin dan katanya pula.   "Toheng tetap bertahan didalam gua batu, sedang Khong beng taysu serta To lojin berdua paling baik membawa sepuluh orang jago pedang berpita hijau untuk melakukan pemeriksaan pula disekeliling lembah.   Sasarannya tidak terbatas, tapi sebelum matahari terbenam nanti semua orang harus sudah kembali ke gua batu untuk dirundingkan lebih lanjut." Menyaksikan si panglima sakti berlengan emas, Ou swan pun bersedia menuruti perintahnya, cepat-cepat Ma koan tojin memberi hormat.   "Pinto terima perintah!"   Saat itulah Liu Leng poo baru memandang sekejap kearah para jago dan berkata lagi. "Mari kita berangkat sekarang."   Sepeninggal dari tebing Thian Long peng, rombongan kembali ke gua batu.   Waktu itu si naga tua berekor botak, To sam sia telah memerintahkan anak buahnya untuk mempersiapkan ransum kering, semua orang pun bersantap dengan tergesa-gesa.   oo~^DewiKZ^Aditya^aaa^~oo DALAM pada itu, Tam See hoa duduk sambil menundukkan kepalanya dengan wajah malu dan sedih, sebab ia saksikan semua oarng sudah memperoleh tugas tinggal dia seorang yang tidak peroleh bagian apa-apa.   Dia tahu hal ini disebabkan ilmu silatnya benar-benar cetek, Hal tersebut kontan saja membuat dia malu dan kehilangan muka.   Sebagai seorang perempuan yang pintar, tentu saja Liu Leng poo dapat melihat gejala itu, tiba-tiba dia mengangkat kepalanya sambil berseru, "Saudara Tam!" "Ada urusan apa nona?"   Cepat-cepat Tam see Hoa menyahut.   "Aku ingin memohon saudara Tam untuk melaksanakn sebuah pekerjaan, apakah kiranya kau bersedia?" "Silahkan nona memberikan perintah, biarpun harus terjun kelautan api atau naik ke bukit golok, aku tidak akan menolak."   Liu Leng poo tersenyum.   "Bila saudara Tam berkata demikian, aku jadi malu menerimanya.   Tadi aku sudah memikirkan persoalan ini dengan matang, dan aku berkesimpulan bahwa terjebaknya Wi siauhiap didalam selat Tok seh sia agaknya sengaja dihembuskan pihak Tok seh sia kedalam dunia persilatan.   Sudah jelas ini sengaja mereka lakukan dengan tujuan untuk memancing para jago masuk perangkap.   Sekarang Ban kiam Hweecu telah menyusul kemari, padahal Bu tong pay yang mempunyai hubungan akrab dengan Wi siauhiap pasti akan menyusul pula kebukit Kou lou san.   Karena itu aku hendak minta kepada Ma Koan totiang agar mengutus dua orang jago pedang berpita hijau, agar bersama-sama saudara Tam bisa berjaga-jaga dibawah bukit, bila ada orang orang Bu tong pay atau jago persilatan lainnya menyusul kemari, harap saudara Tam mengajak mereka datang kemari bertemu dengan kami, jangan biarkan mereka masuk perangkap secara gegabah!"   Tam see hoa bukan orang bodoh, tentu saja dia tahu kalau tugas tersebut adalah tugas yang ringan dan tak banyak pekerjaan, sudah jelas Liu Leng poo sengaja memberi tugas ini kepadanya karena kuatir menyusahkan hatinya.   Dengan penuh rasa gembira, dia menyahut: "Aku terima perintah!"   Waktu itu tengah hari sudah lewat dan sore menjelang tiba.   Toa lohan Khong beng hweesio dan naga tua berekor botak To sam sin dengan membawa sepuluh orang jago pedang berpita hijau berangkat lebih dulu.   Tam see Hoa dengan membawa dua orang jago pedang berpita hijau pun menyusul berangkat turun gunung.   Tak lama kemudian Wi Tiong hong serta So Siau hui juga meninggalkan gua.bSesuai dengan petunjuk Liu Leng poo, mereka berangkat ke kaki bukit sebelah timur dengan kakek Ou yang melindungi perjalanan mereka secara diam-diam.   Menyaksikan semua orang sudah berangkat, Liu Leng poo baru bangkit berdiri seraya berseru; "Toa suheng, mari kita pun berangkat!"   Setelah berpisah dengan Ma koan tojin, ke dua orang itu berangkat menuju ke barat.   Setelah menembus perjalanan sekian lama, Kim Liu cu mulai mengomel dengan suara pelan.   "Ji sumoay, aku rasa tindakanmu memecah belah kekuatan kita pada hari adalah tindakan yang keliru" "Dimana letak kekeliruanku?"   Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tanya Liu Leng poo sambil mengangkat kepalanya.   "Bukankah di hari-hari biasa aku selalu bertekad akan membantu sam sumoay agar berhasil mendapatkan jodohnya, mengapa hari ini kau justru menciptakan kesempatan yang baik bagi nona So serta saudara Wi?" "Aku sih membagi tugas sesuai dengan kebutuhan yang sedang kita hadapi sekarang, terus terang saja kukatakan, dalam operasi kita kali ini kuncinya justru terletak ditangan Wi siauhiap serta adik dari keluarga So, mengapa aku mesti memberatkan soal pribadi dengan mengorbankan kepentingan umum?"   Kam Liu cu segera manggut manggut. "Ehmmm, perkataanmu memang betul juga, hanya aku jadi kuatir dengan nasib sam sumoay kita, aai..selain nona So, sekarang masih ditambah pula dengan seorang Ban kiam Hweecu.."   Liu Leng poo tertegun, matanya terbelalak lebar dan serunya keheranan, "Toa suheng, apa kau bilang? Ban kiam hweecu?" "Konon Ban Kiam hweecu juga seorang perempuan". "Darimana toa suheng dengar tentang berita tadi?"   Tanya Liu Leng poo lagi agak tertegun. "Aku rasa berita ini tak bakal salah lagi, aku mendengarnya dari Liong Cay thian"   Tiba-tiba Liu Leng poo berseru tertahan.   "Aihh, itulah dia, tak heran kalau semenjak bertemu dengan Ban kiam hweecu untuk pertama kalinya dulu, aku selalu merasa tindak tanduk dan gerak geriknya amat lembut dan halus, bahkan nada suaranya sewaktu berbicara pun tidak berat dan lantang seperti layaknya seorang lelaki sejati.   Ehmm, kalau begitu tak salah lagi jika dia menaruh perhatian yang begitu besar terhadap nasib Wi siauhiap!"   Setelah tertawa getir Kam Liu cu berseru.   "Itulah sebabnya aku lihat nasib Sam sumoay lebih banyak gelapnya dari pada suasana yang cerah" Liu Leng poo segera berpaling dan katanya.   "Aku rasa bila urusan disini telah selesai, lebih baik toa suheng mencari suatu kesempatan dan bicarakan persoalan ini dengan Wi siauhiap"   Baru selesai ia berkata, mendadak Kam Liu cu menarik lengan Liu Leng poo dan segera melompat kebelakang.   Tertarik oleh betotan yang muncul secara tiba-tiba ini, seluruh badan Liu Leng poo segera terjatuh kedalam pelukan Kam Liu cu.   Dengan wajah bersemu merah karena jengah, gadis itu segera berseru tertahan, "Toa suheng, mengapa kau?"   Sambil membimbing tubuh Liu Leng poo, Kam Liu cu berjalan masuk kedalam hutan dan bersembunyi di balik, sebatang pohon besar yang berada disisi kanan, ujarnya kemudian. "Ji sumoay, coba kau lihat, benda apakah itu?"   Liu Leng poo segera mengalihkan sorot matanya kearah mana yang ditunjuk, ternyata diatas batang pohon tersebut telah tertancap puluhan batang jarum beracun yang lembut seperti rambut dan panjangnya lebih kurang dua inci.   Kejadian ini segera mengejutkan hatinya, ia segera berpikir, "Heran, darimana datangnya segenggam jarum terbang beracun itu? Mengapa aku tidak merasakan apa pun? Di tinjau dari serangan yang dilancarkan tanpa menimbulkan suara, bisa diketahui bahwa ilmu silat yang dimiliki orang itu pasti lihay sekali!" Sementara itu Kam Liu cu telah memperhatikan hutan lebat disisi kirinya, lalu setelah tertawa nyaring, ia membentak keras.   "Serangan jarum terbang yang sobat lancarkan benar-benar sangat hebat, tapi membokong orang secara pengecut bukan terhitung perbuatan seorang pahlawan.."   Jarak antara tempat dimana mereka berada dengan hutan disebelah kiri kurang lebih mencapai tiga empat kaki, waktu itupun sore sudah menjelang, matahari masih bersinar terang menyinari seluruh jagad, namun hutan tersebut amat gelap sehingga tidak gampang untuk melihat keadaan disitu dengan jelas.   Sambil tertawa Kam Liu cu berseru: "Bila sobat tak mau memberi muka pada aku orang she Kam, jangan salahkan bila aku akan bertindak kasar!"   Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut, tubuhnya segera melejit ke muka bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, dengan suatu gerakan cepat dia meluncur ke dalam hutan tersebut.   Liu Leng poo tak mau ketinggalan, dia segera menggerakkan pula tubuhnya menerobos masuk kedalam hutan tersebut melalui arah yang lain.   Kakak beradik satu perguruan ini memang berilmu tinggi dan bernyali besar, setelah menyerbu kedalam hutan, mereka segera melakukan pemeriksaan dengan seksama, namun tak sesosok manusiapun yang dapat ditemukan.   Agaknya disaat mereka berdua sedang memeriksa jarum beracun tadi, orang tersebut telah manfaatkan peluang yang ada untuk melarikan diri.   Setelah keluar dari hutan, kembali Kam Liu cu memperhatikan sekejap keadaan di seputar sana, namun dengan cepat dia berseru tertahan lalu sambil tertawa tergelak serunya, "Haah.haah., haah, sialan, rupanya dia telah tertarik dengan kita!"   Ke arah mana yang di perhatikan kakak seperguruannya, Liu Leng poo menyaksikan pada batang pohon dimana tertancap jarum beracun tadi, kini telah tergantung pula sebuah papan, diatas papan itu tertera tulisan yang berbunyi demikian.   "Sudah lama mendengar nama besar Kam Liu cu dari Thian sat bun, kutunggu kehadiran anda didalam lembah didepan sana"   Selesai membaca tulisan tersebut, Liu Leng poo berkata sambil tersenyum, "Toa suheng, agaknya kita sudah tertipu oleh muslihat lawan" "Kebetulan kita sedang mencari mereka, dan sekarang dia meninggalkan alamat untuk kita berdua, bukankah hal ini malah kebetulan buat kita?" "Tidak, aku maksudkan orang yang melepaskan jarum terbang serta menggantungkan papan tersebut sesungguhnya terdiri dari dua orang" "Dari mara kau bisa tahu?" "Berbicara tentang kepandaian silat yang dimiliki toa suheng dan aku bagaimana mungkin ia mempunyai waktu yang cukup untuk keluar lagi dari hutan tanpa kita ketahui, kecuali jika mereka telah bersembunyi di belakang pohon semenjak semula.   "Sudah jelas, seorang melepaskan jarum terbangnya kemudian melarikan diri, menunggu kita mengejarnya kedalam hutan sebelah kiri, maka orang kedua munculkan diri dari hutan menggantungkan papan itu disini" "Ehhmm, betul juga, tapi ditinjau dari kemampuan mereka berdua yarg berhasil meloloskan diri dari hadapan kita berdua, bisa terbukti juga kalau kepandaian silat yang mereka miliki cukup tangguh pula.."   Berbicara sampai disini, ia lalu berbisik "Ji sumoay. Ayoh kita cepat pergi!"   Dengan agak ragu Liu Leng poo menyahut "Seandainya dia berniat menjumpai dirimu, tidak mungkin ia akan melarikan diri terbirit-birit setelah melepaskan jarum terbang tadi..." "Tapi sekarang dia sudah menantang kita, sudah sepantasnya bila kita pergi untuk menjumpainya" "Aku rasa biarpun kita sudah sampai di lembah sebelah depan pun tetap tak akan menjumpai seorang manusia pun."   Liu Leng poo tertawa dingin.   Sambil berbincang-bincang kembali kedua orang itu melanjutkan perjalanannya.   Setelah melalui sebuah bukit, didepan sana mereka temukan juga sebuah jalan masuk menuju ke lembah.   Ditinjau dari keadaan luar, jalan kecil itu seperti menuju kesebuah lembah buntu, batu karang berserakan dimana-mana, keadaan amat gersang dan tak nampak tumbuhan barang sedikitpun jua, selain itu keadaan medan pun amat berbahaya, sehingga mendatangkan perasaan bergidik bagi siapapun yang melihatnya.   Tiba didepan mulut jalan, kembali mereka berdua tertegun dibuatnya, ternyata pada dinding sebelah kiri mereka, tampaklah sebuah papan yang bertuliskan "Menyambut dengan gembira kedatangan orang-orang dari Thian Set bun."   Kim Liu cu menengok sekejap kearah Liu Leng poo, lalu ujarnya sambil tertawa, "Mungkin disinilah letak lembah tersebut?"   Sambil tertawa Liu Leng poo manggut-manggut, dia segera meneruskan langkahnya menuju ketengah lembah.   Setelah melalui mulut jalan, jalanan tersebut berbelok kekiri lalu disisi kanannya terdapat sebuah jeram yang dalam.   Dengan menelusuri jeram tersebut mereka berdua berjalan melintasi tebing dengan batuan cadas yang besar dan tidak merata, lumut yang tebal melapisi hampir semua permukaan batu, sementara dari kejauhan sana berkumandang suara kicauan burung yang sangat aneh, suaranya melengking seperti jeritan setan Dengan kepandaian silat yang tinggi dan nyali yang besar kedua orang itu tidak ambil perduli terhadap suasana tersebut, setelah berjalan setengah li kemudian, jalanan yang terbentang nampak membelok lalu keadaan medan pun melebar, disitu ditemukan lagi sebuah lembah kecil.   Luas lembah ini mencapai berapa hektar, pepohonan yang tumbuh disitu hampir semuanya mengering dan berwarna putih keabu-abuan, dahan yang gundul dan mengering memberi kesan seram bagi yg memandang, seolah olah tiada suasana kehidupan ditempat tersebut.Kam Liu cu mencoba untuk memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, namun tak sesosok bayangan manusia pun yang terlihat.   Sambil tersenyum Liu Leng poo segera berkata: "Coba kau lihat toa suheng, walaupun kita sudah sampai ditengah lembah toh belum nampak juga sesosok bayangan manusia pun?" "Dia sengaja memancing kita berdua datang kemari, masa dengan lembah sekecil ini mereka sanggup mengurung kita berdua?" "Tujuan mereka yang sebenarnya bukan ingin mengurung kita ditempat ini!" "Lantas apa maksudnya?" "Tentu saja dia berharap bisa memancingmu masuk lebih kedalam"   Sabut si nona sambil tertawa. "Bukankah tempat ini merupakan dasar lembah? Mereka hendak memancing kita masuk kemana lagi?" "Siapa tahu kalau dia masih mempunyai permainan busuk lainnya..?"   Belum habis perkataan tersebut diucapkan, mendadak dari balik hutan yang kering itu berkumandang suara menggerutuk yang aneh sekali.   Serta merta Kam Liu cu mengalihkan sorot matanya kearah hutan kering dimana berasalnya suara aneh tersebut.   Ternyata ditengah hutan terletak dua buah peti mati yang amat besar, penutup peti mati itu terbuka lebar dan dari balik peti tersebut pelan-pelan muncul dua sosok mayat hidup yang berwajah pucat pias seperti mayat.   Di tengah hari bolong ternyata muncul mayat hidup yang bisa duduk dari balik peti mati.   Sudah jelas kalau hal ini merupakan permainan dari manusia hidup.   Biarpun Liu Leng poo bernyali besar dan berilmu tinggi, bagaimanapun juga dia adalah seorang wanita yang penakut, tanpa terasa nona itu mundur dua langkah kebelakang, setelah bersandar disisi Kam Liu cu, serunya sambil tertawa dingin, "Heh..heeeh..,heeh...tak nyana kalau Liong Cay Thian akan menggunakan permainan rendah semacam ini untuk menghadapi kami!"   Dimulut dia mengatakan tidak takut, tapi bulu kuduknya pada bangun berdiri semua.   Kam Liu cu segera tertawa tergelak dan serunya.   "Aku she Kam sudah terlalu banyak mengalami pelbagai pertarungan di dalam dunia persilatan, lebih baik sobat tak usah berlagak menjadi setan untuk menakuti-nakuti orang lagi"   Kedua sosok mayat hidup itu masih tetap duduk kaku didalam peti mati, mereka tidak pula melakukan sesuatu gerakan apapun.   Karena tegurannya berulang kali tidak peroleh tanggapan, lama kelamaan Kam Liu cu menjadi gusar sendiri, segera teriaknya kembali keras keras.   "Sobat, sudah kau dengar perkataanku ini? Kalau masih saja berlagak pilon, jangan salahkan aku she Kam akan bertindak kurang ajar kepadamu.."   Kedua sosok mayat itu masih tetap tidak berbicara maupun bergerak, bahkan menggubrispun tidak, dan lembar wajahnya yang dingin dan pucat itu tidak menampilkan perubahan mimik apapun, Dari sakunya Liu Leng poo segera mempersiapkan dua bilah pisau terbangnya, kemudian berseru: -oo0dw0oo-   Jilid 22 "TOA SUHENG tak perlu banyak bicara lagi dengannya, biar kuhadiahkan sebilah pisau terbang untuk mereka!"   Sambil berkata dia pun bersiap sedia melontarkan pisau terbang tersebut kemuka. "Tunggu dulu ji sumoay!"   Tiba tiba Kam Liu cu mencegah dengan setengah membentak. "Mengapa toa suheng menghalangiku?"   Kembali Kam Liu cu mengamati kedua mayat itu dengan seksama, kemudian bisiknya: "Bisa jadi dibalik kesemuanya ini masih terselip siasat lain." "Jadi kau anggap mereka berdua bukan anggota selat Tok seh sia ?" "Lebih baik kita maju kedepan dan memperhatikan mereka dengan lebih seksama lagi."   Kedua orang itu segera berjalan memasuki hutan gersang, mendekati peti mati itu diatas dada kedua sosok mayat tadi, segera dijumpai selembar kertas kuning yang tertempel disitu.   Ketika diamati lebih seksama lagi maka terbacalah diatas kertas itu tertera beberapa huruf yang berbunyi: "Tewas diujung pisau terbangnya Thian sat bun."   Kam Liu cu segera berpaling dan memandang sekejap kearah Liu Leng poo, katanya kemudian ; "Apakah ji siaumoay berhasil menentukan sesuatu gejala yang mencurigakan?" "Tampaknya kesemuanya ini sengaja di persiapkan untuk menjebak kita.   Sudah jelas Liong Cay thian sedang menggunakan siasat meminjam pisau membunuh orang.   Entah siapakah kedua orang itu?"   Rupanya setelah mendekati kedua sosok mayat itu, mereka baru dapat menyaksikan dengan jelas bahwa kedua orang yang berada dalam peti mati itu sudah di dandani orang dengan melabur wajah mereka dengan kapur putih, sehingga kalau diliat dari kejauhan, wajah mereka pucat menyeramkan.   Sebaliknya bila ditinjau dari pakaian yg dikenakan kedua orang tersebut, yang di sebelah kiri mengenakan jubah panjang berwarna hijau sedangkan yang di sebelah kanan memakai baju merah keperak-perakan, tampaknya seorang wanita.   Ketika mereka berdua melihat Kam Liu cu dan Liu Leng poo berjalan mendekat, sepasang bahu mereka segera bergerak-gerak berusaha meronta.   Ternyata sepasang tangan mereka telah dibelenggukan diatas tubuh masing masing dengan berapa utas tali yang kuat.   Tak heran kalau mereka tak mampu bergerak sedikitpun jua.   Setelah mengamati kedua orang itu dengan seksama, Liu Leng poo segera berseru tertahan : "Aaah! Rupanya mereka adalah Bwee hoi kiam Thio Kun kay kakak beradik, heran, mengapa mulut mereka pun disumbat orang dengan kapas...?" "Benar, mereka adalah Thio tayhiap kakak beradik mengapa mereka bisa di permainkan orang macam begitu? Ji sumoay cepat kau putuskan tali temali yang membelenggu tubuh mereka berdua."   Liu Leng poo segera menggerakan tangannya membebaskan diri dari belenggu tubuh kedua orang itu.   Thio Kun kay kakak beradik segera menggerakkan tangannya membebaskan diri dari belenggu, setelah mengeluarkan kapas dari mulut masing masing mereka menggerakkan pula keempat anggota badannya untuk melemaskan otot otot yang telah kaku sebelum melompat keluar dari dalam peti mati.   Kata mereka kemudian sambil memberi hormat; "Thio Kun kay kakak beradik mengucapkan banyak terima kasih atas pertolongan yang telah diberikan Kam tayhiap.   Kami telah dipermainkan oleh penjahat." "Mengapa kalian berdua bisa sampai di sini?"   Tanya Kam Liu cu kemudian.   "Sebetulnya kami berdua datang kemari mengikuti susiok, tapi belum lama memasuki gua sudah terkena sergapan musuh sehingga ditawan mereka." "Jadi susiok kalian Thian cu totiang pun telah datang? Apakah kalian datang kemari untuk membantu saudara Wi yang tertawan oleh pihak Tok seh sia?"   Bwee hoa kiam hio Kun kay segera manggut-manggut.   "Kami berdualah yang pulang kegunung memberi laporan, maka suhupun memerintahkan kepada susiok untuk datang memberi pertolongan." "Bagaimana ceritanya sampai kalian berdua tertawan? Dapatkah kalian menjelaskan secara terang-terangan?"   Thio Kun kay berpikir sebentar kemudian baru katanya: "Yang datang kemari bersama susiok adalah empat kakek seperguruan dari angkatan 'Keng' tapi berhubung semua orang belum pernah datang kebukit Kou lou san maka tak diketahui dimanakah letak selat Tok seh sia tersebut! Ketika mencapai bukit sebelah depan situ kamipun bertemu dengan seorang pemburu." "Apakah dia yang memberi petunjuk kepada kalian agar datang kemari?"   Tanya Liu Leng poo.   "Betul, dia bilang selat Tok seh sia letaknya sangat rahasia dan keempat penjurunya dikelilingi tebing yang curam, katanya cuma ada dua jalan untuk menuju kesitu, satu diantaranya berada dibalik hutan kering ini." "Jiko, apakah kau lupa dengan dua patah katanya yang berbunyi.   "Hutan kering tiada jalan setapak, berapa li memasuki bukit awan?"   Seru Lak jiu im eng Thio Man pula. "Yaa, tampaknya daya ingatanmu memang lebih baik, benar dia memang berkata begitu."   Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali terusnya: "Ketika kami serombongan sampai didalam hutan kering ini betul juga ditengah hutan situ kami berhasil menemukan sebuah tugu batu."   Ketika berbicara sampai disini, diapun menuding kearah belakang peti mati itu.   Mengikuti arah yang ditunjuk, kedua orang itu berpaling, benar juga dibelakang kedua peti mati itu berdiri sebuah tugu batu, diatas tugu itu tertera dua baris kata-kata yang amat besar, dan isinya memang berbunyi demikian: "Hutan kering tiada jalan setapak berapa li memasuki bukit awan" "Apakai tugu batu ini merupakan pintu masuk mereka?"   Tanya Kam Liu cu kemudian, "Ketika kami sampai disini mengikuti susiok kami tahu kalau sudah tiba ditempat tujuan, tapi kami tak tahu apakah tugu batu itu mesti digeser sebelum menemukan pintu masuknya." "Oleh karena itu kamipun beramai-ramai mendorong dan menggeser batu tadi siapa tahu tugu batu itu sama sekali tidak bergerak dari posisinya semula, kemudian entah siapa yang menyentuh alat rahasia secara tak disengaja, ternyata tugu batu itu bergeser dengan sendirinya hingga muncul sebuah gua, susiok kamipun segera masuk kedalam gua itu lebih dulu." "Apakah Thio tayhiap kakak beradik berjalan dipaling belakang?"   Tanya Liu Leng-poo kemudian. "Perkataan lihiap memang benar, kami berdua memang mempersilahkan para suheng dari angkatan 'Keng' untuk berjalan lebih dulu dimuka."   Sahut Thio Kun kay.   "Apakah ada orang yang secara tiba-tiba turun tangan serta menyergap kalian berdua dari belakang?" "Setelah semua orang memasuki gua itu, atas perintah susiok setiap orang wajib menjaga jarak antara lima sampai delapan depa untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang tak diinginkan hingga tidak menjadi saling berdesakan satu sama lainnya." "Ketika kami baru berjalan seperminum teh lamanya, mendadak kudengar adikku yang berada di belakang mendengus tertahan, cepat-cepat dia membalikkan badan sambil melakukan pemeriksaan, siapa tahu baru saja kami membalikkan tubuh, pinggangku sudah terasa kaku, jalan darahkupun telah ditotok orang."   Sambil berpaling ke arah Kam Liu cu, Liu Leng poo segera berkata sambil tertawa "Toa suheng.   Nyata sekali kelicikan dari kebusukan hati Liong Cay thian, dia sengaja mendandani Thio tayhiap kakak beradik sebagai mayat hidup yang disiapkan didalam peti mati, seandainya kita sampai turun tangan dan salah melukai mereka tadi itu berarti kitalah yang membunuh mereka berdua.   Atau dengan perkataan lain kita termakan oleh siasat meminjam golok membunuh orangnya." "Sebaiknya bila mereka berdua tidak sampai terbunuh oleh kita berdua, maka merekapun bisa memakai keterangan dari kedua orang saudara ini untuk memancing kita masuk perangkap atau dengan perkataan lain termakan oleh siasat pancingannya.   Nyata sekali bahwa dia memang mempersiapkan siasat berganda ini secara cermat dan lihay sekali " "Apa si siasat meminjam mulut memancing orang itu?"   Tanya Lak jiu im eng Thio Man dengan perasaan kaget bercampur keheranan.   Liu Leng poo tertawa.   "Bukankah kalian telah memberitahukan kepada kami bagaimana cara memasuki pintu gua itu ? Nah, disinilah terletak tujuan yang utama dari Liong Cay thian dengan memerankan kalian sebagai mayat hidup, padahal tempat ini bukanlah Tok seh sia yang kalian duga semula." Thio Kun kay segera merasakan tubuhnya bergetar keras sesudah mendengar penjelasan itu, serunya tertahan : "Tempat ini bukan selat Tok seh sia? Lantas tempat apakah ini...? " "Tentu saja tempat ini merupakan perangkap yang telah dipersiapkan Liong Cay thian secara matang." "Kalau begitu susiok kamipun sudah terjebak pula oleh perangkap mereka?"   Seru Thio Kun kay semakin terkejut. "Aku rasa tak bakal meleset dari dugaan kami."   Sambung Kam Liu cu segera.   "Ban kiam hweecu dan rombongan yang memasuki selat sejak semalam pun hingga kini belum ada kabar beritanya." "Waaah, kalau begitu tentu lebih banyak ancaman bahayanya daripada kemujuran?"   Seru Thio Kun kay semakin panik. -oo0dw0oo- "Aku pikir meskipun orang-orang yang telah memasuki selat itu sudah tertawan semua, hingga kini keselamatan mereka belum sampai merupakan suatu ancaman."   Kata Liu Leng poo lagi. "Apakah Wi siauhiap terkurung pula didalam sana?"   Tanya Lak jiu im eng Thio Man tiba-tiba, wajahnya nampak gelisah dan sangat tidak tenang.   Kam Liu cu segera tertawa setelah mendengar perkataan itu : "Sesungguhnya orang yang kalian jumpai waktu itu tak lain adalah Lan Kun pit yg sedang menyamar sebagai saudara Wi, kini Lan Kun pit sendiripun sudah berhasil di tolong." Mencorong sinar terang dari balik mata Lak jiu im eng Thio Man setelah mendengar ucapan tersebut, cepat-cepat dia bertanya : "Kam tayhiap, tahukah kau di manakah Wi siauhiap sekarang?"   Dengan pandangan seperti sengaja tidak sengaja Kam Liu cu melirik sekejap kearah Liu Leng poo, lalu sahutnya sambil tertawa : "Sebelum malam tiba nanti, kalian pasti akan bersua dengannya, dan sekarang kami harus melakukan pemeriksaan lebih dulu atas batu tugu ini."   Selesai berkata, dia segera berjalan menuju kebatu tugu itu dengan langkah lebar.   Setelah mendapat janji bahwa sebelum hari gelap nanti ia sudah dapat bersua dengan Wi Tiong hong, Lak jiu im eng Thio Man kelihatan jauh lebih tenang dan berlega hati, mereka bertiga pun mengikuti di belakang Kam Liu cu mendekati batu tugu yang dimaksud.   Dengan suatu pemeriksaan yang teliti dan seksama Kam Liu cu memperhatikan sekejap sekeliling batu tugu itu, ternyata batuan itu terbentuk persegi yang terbuat dari batu hijau, tak nampak sama sekali suatu tanda atau bekas yang mencurigakan.   Tanpa terasa dia mengulapkan tangannya dan siap untuk meraba....   "Toa suheng, jangan kau raba dengan tangan telanjang !"   Mendadak Liu Leng poo mencegah, "Aku masih ingat dengan jelas."   Kata Lak jiu im eng Thio Man kemudian dengan keras.   "beberapa orang suheng kami dari angkatan 'Keng' melakukan dorongan dan tarikan disekitar batu tugu itu, bahkan ada pula yang mencoba untuk menariknya ke atas entah bagaimana kemudian ternyata terbuka pintu gua yang amat besar disini."   Liu Leng poo tidak menanggapi keterangan tersebut, dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah sarung tangan kulit menjangan yang berwarna putih dan dikenakan di atas tangannya, lalu sambil berjongkok dia mulai meneliti batu tugu itu dengan seksama.   Sementara itu matahari sudah condong ke barat, hutan kering yang gundul memantulkan sinar yang panas menyengat dan menyinari batu tugu itu dengan jelas.   Dari tulisan "Hutan kering tanpa jalan setapak, berapa li memasuki bukit awan", Liu Leng poo segera menemukan bahwa pada hurup "ji"   Atau memasuki kelihatan bersinar dan lebih licin permukaannya, seakan-akan orang sering meraba huruf tersebut khususnya.   Sebagai seorang yang teliti penemuan tersebut membuat Liu Leng poo segera mengerti bahwa tombol rahasia untuk membuka pintu rahasia disitu terletak pada huruf "ji"   Tersebut. Berpikir sampai disini, diapun segera meraba huruf "ji"   Tadi dengan towelan ujung jarinya.   Rabaan tersebut dilakukan sangat ringan dan sama sekali tidak dibutuhkan tenaga yang terlalu besar, namun begitu rabaannya selesai, mendadak dari bawah tugu itu berkumandang suara gemuruh yang amat keras.   Pelan-pelan batu tugu itu bergeser kesebelah kanan dan muncullah sebuah lubang bawah tanah yang gelap gulita dibalik pintu gua terdapat undak-undakan baru yang menjorok turun kebawah sana.   Dengan perasaan girang Kam Liu cu segera berseru, "Ji sumoay, ternyata kau memang hebat!"   Liu Leng poo tertawa dingin sahutnya, "Toa suheng, coba kemarilah dan tengoklah!" "Apa yang berhasil kau temukan?"   Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Ia mendekati lorong bawah tanah itu, pada undak-undakan yang pertama segera dijumpai sebuah papan yang bertuliskan; "Bila anda memiliki keberanian, silahkan memasuki jebakan."   Kam Liu cu segera tertawa terbahak-bahak: "Haaah, haaaah...bila ingin menggunakan siasat memanasi hati orang untuk menghadapi aku orang she Kam, maka cara tersebut tak akan memberikan manfaat apapun."   Sedangkan Liu Leng poo sengaja berseru dengan menghadap kedalam gua itu. "Malam nanti kita akan datang lagi, sekarang lebih baik ditutup kembali, dari pada dibukanya pintu gua ini akan mengejutkan mereka yang bercokol didalam sana."   Habis berkata dia mendorong kembali batu tadi, pelan pelan pintu gua itupun merapat kembali. Sambil bangkit berdiri Liu Leng poo berkata kemudian: "Toa subeeg ayoh kita pergi sekarang."   Mereka berempat segera berjalan meninggalkan tempat itu dan keluar dari hutan gersang. Didalam perjalanan kembali, tiba-tiba Kam Liu cu berkata ; "Ji Sumoay, apakah kau tidak kuatir perkataanmu tadi akan terdengar mereka?"   Sambil mencibirkan bibirnya Liu Leng poo segera tertawa, dia balik bertanya. "Kau anggap pintu batu itu benar-benar aku yang mendorong sehingga menutup kembali?" "Jadi bukan kau?"   Kam Liu cu balik bertanya dengan perasaan terkejut.   "Pintu batu itu hanya bisa dibuka dari luar tak dapat ditutup dari luar, sudah barang tentu orang yang bersembunyi dibalik lorong itu yang menutupnya kembali." "Lantas apa sebabnya kau memberitahukan kepadanya bahwa malam nanti kita akan melakukan tindakan?"   Kembali Liu Leng poo tertawa.   "Bila kita tidak masuk pada saat ini berarti kita baru akan bergerak menjelang malam nanti, tak usah kukatakan pun mereka dapat menduga sendiri lantas apa salahnya bila sengaja kuutarakan lebih dahulu.?" "Didalam soal ini aku merasa kurang setuju."   Kata Kam Liu cu sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. Sekali lagi Liu Leng poo tertawa ringan.   "Aku tahu Liong Cay thian adalah seseorang yang banyak menaruh curiga inilah yang dibilang palsu itu benar, benar itu sesungguhnya palsu."   Berbicara sampai disini, dia segera berpaling kearah Bwee hoa kiam Thio Kun kay kakak beradik sambil katanya lagi: "Lebih baik kalian berdua ikut bersama kami menuju ketebing Thian long peng, di sana kita dapat merundingkan persoalan ini bersama sama." "Jika perkataan enci Liu memang benar mari kita ikut bersama mereka!"   Ajak Lak jiu im eng Thio Man, Setelah keluar dari hutan gersang, keempat orang itu segera kembali ke tebing Thian long peng.   Wi Tiong hong, So Siau hui serta Thio lohan Khong Beng hweesio dan si naga tua berekor botak To Sam Sin belum kembali kemarkas, bahkan sipena baja Tam See hoa yang ditugaskan kebawah gunung pun belum kembali.   Tentu saja waktu itu matahari belum turun gunung waktu yang tersedia masih cukup panjang.   Ketika Ma koan tojin menyaksikan Bwee hoa kiam Thio Kun kay kakak beradik datang bersama Kam Liu cu berdua cepat-cepat dia maju menyambut sambil katanya.   "Rupanya Thio tayhiap kakak beradikpun telah menyusul kemari, maaf kalau pinto tidak menjemputmu dari kejauhan." "Thio ki co totiang dari Bu tong pay telah memasuki lembah pula semalam."   Kam Liu cu menerangkan.   "aku kuatir mereka sudah terkurung disana."   Dengan rasa kaget Ma koan tojin berseru "Jadi Thian ki cu totiangpun baru semalam memasuki lembah? Kalau begitu waktunya hampir bersamaan dengan keberangkatan Kiamcu kami....."   Secara ringkas Thio Kun kay berdua pun menceritakan kembali pengalamannya yang baru dialami.   Setelah mendengar penuturan tersebut.   Ma koan tojin segera berkata sambil menghela napas, "Aaai...   kalau begitu selat Tok seh sia gadungan ini benar-benar sudah dipasang dengan pelbagai alat rahasia serta jebakan-jebakan menakutkan, sehingga diantara mereka yang memasukinya, delapan sampai sembilan puluh persen tentu terperangkap."   Liu Leng poo tertawa.   "Akulah yang mengundang kehadiran Thio tayhiap kakak beradik kemari, sekarang kita harus merundingkan bersama bagaimana caranya memasuki selat tersebut dan bagaimana pula keadaan didalam lembah itu, buat apa sih kalian membicarakan masalah yang sama sekali tak ada sangkut pautnya ?"   Kam Liu cu tahu kalau sumoaynya ini seorang yang teliti dan pintar, dia bukan termasuk seorang yang suka berbicara secara langsung dan blak-blakan, ketika secara tiba-tiba ia mengucapkan beberapa patah kata itu kontak saja dia menjadi tertegun.   Sementara itu Ma koan tojin telah berkata : "Perkataan lihiap memang tetap sekali."   Liu Leng poo tertawa, kemudian sambil berpaling ujarnya kembali "Thio tayhiap baru saja keluar dari lembah, sedang kamipun ingin sekali mengetahui keadaan didalam lembah yang seharusnya, bersediakah Thio tayhiap untuk memberikan keterangan dengan sejelas-jelasnya?"   Sekali lagi Kam Liu cu dibuat tertegun, pikirnya lagi : "Bukankah Thio Kun kay kakak beradik sudah tertawan oleh musuh ketika baru saja memasuki gua dimana akhirnya mereka di dandani sebagai mayat hidup.   Tapi kalau di dengar dari pembicaraan ji sumoay agaknya dia seperti mencurigai kedua orang ini?"    Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Tiga Dara Pendekar Siauwlim Karya Kho Ping Hoo Sepasang Garuda Putih Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini