Ceritasilat Novel Online

Persekutuan Pedang Sakti 22


Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Bagian 22


Persekutuan Pedang Sakti Karya dari Qin Hong   Sementara itu Bwee hoa Kiam Thio Kun kay telah menjawab, "Kami berdua sudah kena disergap hingga roboh tak sadarkan diri ketika baru saja memasuki gua.   Bukan saja tidak mengetahui secara jelas keadaan didalam gua itu, bahkan lorong yang menghubungkan gua itupun tak sempat terlihat secara jelas.   Bukankah pengalamanku telah kuutarakan tadi?" "Betulkah demikian?"   Jengek Liu Leng poo tiba-tiba sambil senyum tak senyum. "Perkataan jikoku memang benar"   Lak jau Im eng Thio Man segera menyambung "Baru saja memasuki lorong dibawah tanah jalan darah kami sudah ditotok.   sampai kalian datang tadi jalan darah kami baru dibebaskan sudah barang tentu kami tidak akan mengetahui keadaan yang sebenarnya didalam lembah itu." "Adik cilik, aku percaya kau memang tidak tahu, tapi Thio tayhiap bisa jadi mengetahui lebih banyak lagi."   Paras muka Thio Kun kay segera berubah hebat, serunya segera dengan nada tak senang: "Apakah Liu lihiap menaruh curiga kalau aku sengaja menyembunyikan keterangan?"   Ssmentara itu Kam Liu cu telah berpikir kembali: "Thio Kun kay adalah seorang jago bu tong pay yang cukup ternama didalam dunia persilatan tindakan dari ji sumoay memang terlalu kelewat batas."   Berpikir demikian, diapun mendongakkan kepalanya siap berbicara lagi, Tapi Liu Leng poo segera memberi tanda dengan kerdipan mata agar dia jangan berbicara dulu, kemudian sambil tertawa merdu katanya lebih iauh: "Benarkah Thio tayhiap tidak secara sengaja menyembunyikan suatu keterangan?" "Semua pengalaman dan musibah yang kami berdua alami telah dibeberkan semua, apalagi yang lihiap curigakan?" "Yang ingin kutanyakan ada1ah soal Thio tayhiap pribadi, jangan kau sangkut pautkan dengan adik kecil ini." "Lihiap!"   Ujar Thio Kun kay kemudian dengan wajah tak senang hati.   "Kau sengaja membeda-bedakan kami dua bersaudara, sebenarnya apa maksudmu?"   Liu Leng poo tertawa dingin.   "Dan apa pula maksud Thio tayhiap dengan tidak bersedia membeberkan keadaan yg sesungguhnya didalam lembah?"   Ketika Lak jiu im eng Thio Man menyaksikan Liu Leng pon cekcok sendiri dengan jikonya, buru buru dia berseru: "Enci Liu, jiko ku benar-benar tidak tahu!" "Adik cilik, Kau tak usah membantunya berbicara. Sebentar lagi kau toh akan mengerti sendiri."   Kata Liu Leng poo sambil tersenyum manis, Bwee hoa kiam Thio Kun kay nampak semakin gusar lagi segera teriaknya: "Tampak Liu lihiap menaruh curiga terhadap kami berdua biarpun susiok kami sudah terperangkap didalam lembah, Bu tong pay kami tidak butuh bantuan kalian, Hmmm...   Adikku ayoh kita pergi saja."   Sehabis berkata, ia segera bangkit berdiri Lak jiu im eng Thio Man menjadi serba salah dibuatnya, sebentar dia memandang kakaknya sebentar lagi memandang Liu Leng poo, lalu serunya dengan ragu-ragu "Jiko..." "Adikku tak usah banyak bicara lagi, ayoh berangkat!"   Tukas Thio Kun kay sambil mengulapkan tangannya.   Kam Liu cu tidak menyangka kalau kedua orang itu bakal ribut sampai sejauh itu, baru saja dia ingin berbicara....   Liu Leng poo telah berseru kembali sambil tertawa dingin : "Lebih baik Thio tayhiap sedikit tahu diri, setelah kau datang kemari, tak akan segampang itu untuk pergi kembali!"   Sekali lagi paras muka Thio Kun kay berubah hebat, mendadak ia cengkeram pergelangan tangan kiri Lak jiu im eng Thio Man sambil serunya! "Ayoh kita pergi!"   Dia segera menyeret gadis itu dan keluar dari ruangan gua...   Lak jiu im eng Thio Man segera merasa cengkeraman jikonya begitu kuat bagaikan jepitan baja, membuat pergelangan tangannya yang tercengkeram menjadi sakit sekali.   Tanpa terasa dia kena terseret sehingga maju beberapa langkah ke depan.   Dengan gelisahnya cepat-cepat dia berteriak lagi ; "Jiko kau..."   Tanpa menggeserkan tubuhnya dari posisi semula, Liu Leng poo telah berkata lagi sambil tertawa, "Dia bukan jiko mu !" Lak jiu im eng Thio Man menjadi terkejut sekali, mendadak dia menghentikan langkahnya seraya berpaling ke arah Thio Kun kay.   Sementara itu Thio Kun kay telah mencengkeram pergelangan tangan kiri Thio Man semakin kencang, sementara tangan yang lain cepat-cepat ditempelkan ke atas punggung gadis itu, katanya kemudian sambil tertawa seram : "Barang siapa berani menghalangi kepergianku, akan kuhancurkan isi perutnya lebih dulu!" "Kau bajingan laknat, siapakah kau sebenarnya?"   Jerit Lak jiu im eng Thio Man dengan geramnya. Liu Leng poo masih kelihatan amat tenang, katanya kemudian sambil tertawa merdu : "Kau tak akan dapat meloloskan diri dari sini lebih baik bebaskan adik kecil itu."   Thio Kun kay gadungan segera melayangkan pedangnya dan memandang sekejap ketiga orang itu tampak Liu leng poo Kam Liu cu maupun Ma koan tojin telah mengambil posisi mengurung dari jarak satu kaki, namun tak seorangpun diantara mereka yang berani berusaha untuk menyerobot si nona dari cengkeramannya.   Maka setelah tertawa dingin katanya, "Tak usah kuatir aku tak akan melukai jiwanya, asal kau bersedia menghantarku menempuh sekian jauh, otomatis aku akan membebaskan dirimu, nah sekarang ikutilah aku tanpa membantah."   Pelan-pelan Liu Leng poo mengeluarkan sebilah pisau terbang tipis dari sakunya, lalu membentak keras ! "Berhenti, kusuruh kau membebaskan dirinya, apakah kau dengar?" "Sekarang aku akan menghitung sampai bila kau belum juga melepaskan dirinya, pisau terbang hwe hong to dari Thia sat bun segera akan berbicara, aku yakin kau pasti pernah mendengar tentang kelihayan pisau terbang ini bukan?"   Setelah berhenti sejenak, dia kembali berteriak keras : "Satu...Dua.."   Sejak melihat Liu Ling poo meloloskan pisau terbangnya tadi, Thio Kun kay gadungan sudah nampak gugup dan panik, tiba-tiba dia mendorong tubuh Lak jiu im eng Tnio Man dengan telapak tangan kanannya seraya membentak keras .   "Ayoh cepat jalan!"   Oleh dorongan tersebut, terpaksa Lak jiu im eng Thio Man bergerak menuju kemuka, Tetapi pada saat itulah mendadak terdengar Kam Liu cu membentak sambil tertawa terbahak-bahak ; "Roboh kau!!!"   Rupanya menggunakan kesempatan disaat seluruh perhatian Thio Kun kay gadungan tertuju ke pisau terbang ditangan Liu Leng poo, secara diam-diam ia telah mengeluarkan ilmu totokan dari udara kosong untuk menghajar jalan darah pada tubuhnya.   Tak ampun lagi Thio Kun kay gadungan segera terkena totokan dan roboh terjungkal ke atas tanah.   Lak jiu im eng Thio Man sendiri pun cepat-cepat membebaskan diri dari cengkeraman tangan lawan dan melompat ke samping.   Menanti lawan sudah roboh, Ma koan to jin baru berseru memuji : "Ilmu tenaga dalam yang dimiliki Kam tayhiap memang hebat sekali!"   Pelan-pelan Kam Liu cu berjalan menuju ke samping Thio Kun kay gadungan lalu mencopot topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya.   Serentak sorot mata dari Liu Leng poo, Ma Koan tojin serta Lak jiu Im eng Thio Man ditujukan keatas wajah orang itu.   Ternyata orang itu berwajah bersih dan lembut seperti wajah perempuan, tapi usianya di antara dua puluh dua tahunan.   Kam Liu cu menjadi tertegun setelah menyaksikan hal ini, serunya kemudian dengan kening berkerut, "Mirip sekali dengan seorang wanita!"   Liu Leng poo manggut-manggut.   "Betul, dia memang seorang wanita.   Sewaktu masih berada didalam hutan gersang tadi, aku berdiri sangat dekat dengannya dan lamat-lamat dapat ku endus bau harum semerbak yang memancar keluar dari badannya, lalu ketika keperhatikan gayanya sewaktu berjalan, ternyata dia tak bisa melangkah tegap sebagaimana layaknya kaum lelaki, maka aku pun segera yakin kalau dia adalah seorang wanita yang sengaja berperan sebagai Thio tayhiap untuk mengelabuhi kita." "Selain putri Liong Cay thian, belum pernah kudengar kalau di dalam selat Tok seh sia masih terdapat perempuan lain."   Kata Kam Liu cu selanjutnya. "Yaa, aku sendiripun merasa bahwa orang ini amat mencurigakan."   Sembari berkata dia lantas berjongkok dan menggeledah seluruh isi saku perempuan itu, segera ditemukan sebutir bola besi sobesar buah tho dan kantong kecil yang indah. Liu Leng poo segera menekan bola besi itu dan tiba tiba...   "Criiing"   Memancar keluar serentetan cahaya berwarna keperak-perakan. Ternyata bola besi itu merupakan sebilah senjata panjang yang mirip pedang bukan pedang, golok bukan golok, tapi tipis dan tajamnya luar biasa. "Itu adalah golok besi tipis."   Seru Kam Liu cu.   Liu Leng poo manggut-manggut, ketika dia menekan kembali tombolnya, secara otomatis golok perak itu menyusup kembali dan berubah lagi jadi sebuah bola besi.   Ketika da mencoba untuk memeriksa isi katung kecil itu, ternyata isinya berupa dua buah botol kecil terbuat dari porselen, belasan batang paku beracun serta sebuah lencana besi berwarna hitam gelap.   Liu Leng poo memperhatikan sekejap lencana besi itu, kemudian sambil di lontarkan kearah Kam Liu cu katanya: "Toa suheng, coba kau lihat benda ini.."   Kam Liu cu segera menerimanya serta diperhatikan dengan seksama, mendadak paras mukanya berubah hebat, serunya tertahan. "Jangan-jangan dia adalah anak murid dari perguruan Kiu siang bun.." "Ya, kemungkinan besar memang benar,"   Tiba-tiba Ma koan tojin merasakan seluruh tubuhnya bergetar keras, selanya. "Apakah perguruan Kiu siang bun yang Kam tayhiap maksudkan adalah..."   Belum habis perkataan itu diucapkan, mendadak perempuan yang jalan darahnya tertotok itu sudah melompat bangun, menyerobot kembali lencana besi itu, lalu secepat kilat panah yang terlepas dari busurnya melesat keluar dari dalam gua.   Perubahan yang terjadi amat mendadak, sama sekali diluar dugaan siapa pun, di tambah lagi perempuan itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, membuat semua orang menjadi gelagapan dibuatnya.   Sambil membentak keras, Liu Leng poo segera bersiap sedia melakukan pengejaran.   Tapi Kam Liu cu cepat-cepat menggoyang-goyang tanganaya sambil mencegah: "Ji sumoay, tak usah dikejar, biarkan dia pergi!"   Dengan kening berkerut Liu Leng poo segera berseru dengan perasaan mendongkol "Hmm, dalam posisi saling berhadapan muka pun, dia berhasil meloloskan diri dari cengkeraman kita, kali ini kita benar benar sudah dipecundangi orang!" "Bagi yang belum pernah dipecundangi orang apa salahnya kalau dipecundangi sekali ini?"   Kata Kam Liu cu sambil tertawa terbahak-babak.   "Kalau dibilang memalukan, sesungguhnya akulah yang mesti malu, bukan saja jalan darah yang kutotok berhasil dia bebaskan, malahan berhasil pula menyerobot benda yang berada ditanganku."   Setelah mendengar perkataan itu, semua orang baru tahu kalau lencana besi itupun kena diserobot kembali.   Dengan wajah serius Kam Liu cu berkata lebih jauh: "Anak murid dari perguruan Kiu siang bun ternyata bisa muncul ditempat ini, tampaknya persoalan yang kita hadapi sekarang tak boleh dianggap enteng." "Hmmnn, mungkin saja siluman tua Kiu siang masih teringat dengan dendam sakit hatinya terhadap suhu dimasa lampau, sehingga dia sengaja bersekongkol dengan pihak selat Tok seh sia untuk menghadapi perguruan Thian sat bun kita." "Ji sumoay, kita tak boleh sembarangan berbicara sebelum duduknya persoalan menjadi jelas."   Buru-buru Kam liu cu mencegah.   "Bukankah duduknya persoalan sudah tertera jelas didepan mata? Apa lagi kita pun sudah berhasil menemukan papan tulisan yang khusus ditujukan kepada kita? Hmm...mereka malah berulang kali berkoar hendak menjumpai Thian sat bun kita, apakah hal ini bukan bukti yang jelas?" "Pada mulanya aku masih mengira kesemuanya ini merupakan siasat busuk dari Liong Cay thian kalau dipikirkan sekarang, bukankah sudah jelas kelihatan bahwa siluman tua Kiu siang lah yang berniat ustuk menghadapi Thian sat bun kita?"   Kam Liu cu mengerutkan dahinya rapat-rapat: "Apakah ji sumoay sudah lupa dengan putusan dari suhu dia orang tua? berulang kali dia telah berpesan agar kita jangan mencari gara-gara lagi dengan mereka andaikata bertemu dengan orang-orangnya?"   Kembali Liu Leng poo mendengus, "Tapi dalam peristiwa ini bukan kita yang mengusik orang lain, justru orang lainlah yang mencari gara-gara lebih dulu dengan kita."   Ma koan tojin adalah seorang jago berpengalaman, dia tidak mengetahui perselisihan apakah yang sebetulnya sudah terjadi antara pihak Thian sat bun dengan Kiu siang bun, karena itu diapun merasa tak enak untuk ikut menimbrung di dalam percekcokan antara kakak adik seperguruan ini.   Sebaliknya Lak jiu im eng Thio Man belum pernah mendengar kalau didalam dunia persilatan terdapat perguruan yang bernama Kiu siang bun, timbul rasa ingin tahu didalam hatinya sehingga tak tahan lagi segera tanyanya: "Enci Liu, mengapa aku belum pernah mendengar tentang perguruan Ku siang bun??"   Kam Liu cu segera berkata.   "Perguruan Kiu siang bun sudah banyak tahun tak pernah melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan, biarpun dari saku perempuan tadi kita berhasil mendapatkan sebuah tanda kepercayaan dari perguruan Kiu siang bun, tapi benarkah dia berasal dari perguruan tersebu, toh tidak kita ketahui."   Lak jiu im eng Thio Man masih ingin bertanya lagi, tapi pada saat itulah dari luar gua telah muncul seorang jago pedang berpita hijau..   Ma koan tojin segera maju menyongsong kedatangannya seraya bertanya, "Apakah saudara Lo berhasil meramu obat?" "Hamba telah berhasil meramunya.."   Jago pedang berpita hijau segera memberi hormat.   Selesai berkata dia mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam sakunya dan segera diangsurkan kedepan.   Setelah menerima bungkusan obat itu, Ma koan tojin berkata lagi.   "Sudah merepotkan saudara Lo sekian lama, sekarang silahkan beristirahat di luar."   Jago pedang berpita hijau itu mengiakan dan siap mengundurkan diri dari situ. Mendadak Kam liu cu berseru, "Lo cuangcu, tunggu sebentar."   Jago pedang berpita hijau itu segera menghentikan langkahnya setelah mendengar perkataan itu, sambil menjura kearah Kam liu cu katanya, "Kam tayhiap, ada urusan apa?"   Sambil menunjuk keujung baju sebelah kirinya, Kam liu cu berseru, "Sepanjang jalan tadi apakah saudara Lo telah bertemu dengan seseorang?"   Ketika jago pedang berpita hijau itu mengangkat pergelangan tangan kirinya, dia segera menjumpai sebatang jarum telah menancap di situ.   Pada gagang jarum tertera selembar kupu kupu berwarna hitam yang terbuat dari kertas.   Perlu diketahui, semua jago pedang berpita hijau dari perkumpulan Ban kiam hwee adalah jago-jago lihay yang memiliki ilmu pedang sangat hebat, ilmu silat mereka sudah cukup disebut jago kelas satu dalam dunia persilatan, otomatis pengetahuan mereka pun amat luas.   Dalam sekilas pandangan saja dia sudah mengenali kalau kupu-kupu hitam di ujung jarum tersebut merupakan lambang dari seorang jago persilatan, tapi nyatanya orang itu berhasil menancapkan jarumnya di ujung baju tanpa dirasakan sama sekali olehnya.   Tanpa terasa dengan wajah bersemu merah sahutnya: "Mungkin lantaran terburu-buru melakukan perjalanan, sehingga tidak kuketahui kalau ada orang yang telah berbuat usil terhadap diriku."   Seraya berkata dia segera mencopot jarum berkupu-kupu hitam itu dari ujung bajunya.   Kam Liu cu bermaksud menghalangi perbuatannya itu, sayang keadaan sudah terlambat.   Jago pedang Berpita hijau itu membalik kupu-kupu hitam tadi dan tiba-tiba membaca: "Kiu siang tiada tandingannya."   Mendadak kakinya menjadi lemas lalu roboh terjungkal keatas tanah.. Ma koan tojin menjadi amat terkejut setelah menyaksikan kejadian ini, serunya tertahan: "Apakah dia keracunan?"   Dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat Kim Liu cu melompat ke samping tubuhnya, kemudian merobek selembar kain dan diambilnya jarum berkupu-kupu hitam dari tangannya. "Toheng, cepat berikan obat penawar racun itu kepadanya."   Perintah Liu Leng poo segera.   "Kalau sampai terlambat mungkin tak akan tertolong lagi!" "Apakah obat ini dapat menawarkan racun tersebut?"   Tanya Ma koan tojin sambil memegang bungkusan obat yang baru diramu itu.   "Pil emas penolak racun dari Lam hay bun mampu menawarkan segala jenis racan di dunia ini.   Aku yakin pasti berkasiat." "Tapi mungkinkah obat ini adalah pil emas penolak racun?" "Sekalipun tak sampai diolah lebih lanjut, tapi bahan dasarnya tak bakal salah."   Ma koan tojin tidak banyak berbicara lagi, cepat-cepat dia membuka bungkusan kertas itu, ternyata isinya adalah sebungkus besar bubuk obat berwarra hitam.   Tak sempat banyak berpikir lagi, dia segera mengambil sedikit bubuk obat itu lalu di cekokkan kedalam mulut si jago pedang berpita hijau itu.   Sementara itu Lik jiu im eng Thio Man telah menuang secawan air matang, Ma koan tojin segera menerima cawan tersebut dan pelan-pelan dilolohkan kedalam mulut orang itu.   Kam Liu cu sendiri dengan berhati-hati segera memeriksa kupu-kupu hitam tadi seraya membolak-baliknya berulang kali.   Pada punggung kupu-kupu itu memang tertera empat huruf besar yang berbunyi.   "Kiu siang bu tek"   Atau Kiu siang tanpa tandingan. Tanpa terasa lagi dia menghela napas panjang sambil katanya: "Aaaai... tampaknya memang ulah dari anak murid perguruannya.." "Masa baru sekarang kau mau percaya?"   Sela Liu Leng poo sambil mengerling sekejap kerahnya.   Daya kerja obat penawar racun itu memang sangat hebat, tak selang seperminum teh kemudian jago pedang berpita hijau itu sudah mendusin kembali dari pingsannya.   Setelah menghembuskan napas panjang dan bangun duduk, gumamnya.   "Ooooh, sungguh lihay racun tersebut!"   Melihat ia telah mendusin, cepat-cepat Ma koan tojin berseru: "Saudara Lo coba kau atur pernapasan, apakah ada sesuatu yang masih kurang beres?"   Jago pedang berpita hijau itu menurut dan segera memcoba untuk mengatur pernapasan, tak lama kemudian ia sudah bangkit berdiri seraya katanya: "Hamba telah sembuh sama sekali."   Selesai berkata dan memberi hormat, ia segera mengundurkan diri dari situ. Ma koan tojin sendiri dengan girang segera berseru. "Waah, nampaknya bubuk obat ini memang benar-benar pil emas penolak racun dari Lam hay bun."   Pelan-pelan Liu Leng poo mengalihkan sorot matanya keatas angkasa dimana sinar senja telah membiaskan cahaya kemerah-merahan, setelah menghela napas panjang katanya: "Hari sudah mulai gelap, mengapa sampai sekarang mereka belum juga kembali?" "Ji sumoay, apakah kau kuatir bila terjadi sesuatu atas diri mereka?"   Tanya Kam Liu cu.   "Ya bisa jadi telah terjadi hal-hal yang tak diinginkan.." "Kalau begitu biar aku pergi memeriksanya." "Seandainya terjadi sesuatu, biar toa suheng pergi kesana pun tak bakal akan menjumpai apa-apa." "Tapi-kan paling tidak harus kuperiksa bagaimanakah keadaannya..."   Habis berkata tergesa-gesa dia keluar dari gua.   Tak selang berapa saat kemudian si pena baja Tam See hoa beserta kedua orang jago pedang berpita hijau telah kembali kedalam gua.   Tam See hoa segera menjura kepada Liu Leng poo seraya katanya; "Aku dan kedua orang kiamsu sudah setengah harian lamanya menjaga dibawah bukit, namun tak seorang manusia pun yang kami jumpai, karenanya terpaksa kembali ke sini uatuk memberi..."   Liu Leng poo tertawa. "Orang-orang Bu tong pay sudah memasuki selat semalam, sudah barang tentu saudara Tam tak akan bertemu dengan siapa-siapa."   Sementara itu kedua orang jago pedang berpita hijau itu sudah memberi hormat sambil mengundurkan diri.   Kini langit sudah semakin gelap.   Wi Tiong hong, Thio lo han Khong beng hweesio maupun rombongan dari si naga tua-berekor botak To Sam sin belum juga tampak kembali ke gua.   Liu Leng poo segera dapat merasakan betapa gawatnya situasi yang mereka hadapi.   Ma koan tojin yang dihari-hari biasa pandai mengendalikan perasaan sendiri dan tak pernah memperlihatkan sikapnya kepada orang lain, kali ini nampak juga amat gelisah, lama-kelamaan dia mulai tak tenang duduk serta mondar mandir tiada hentinya.   Liu Leng poo tetap membungkam, saat itu Ma koan tojin turut membungkam, mereka berdua duduk disitu sambil membisu dalam seribu bahasa.   Lak jiu im eng Thio Man serta pena baja Tam See hoa tak berani mengganggu, terpaksa mereka berduapun duduk membungkam diri.   Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Suasana dalam gua itupun jadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.   Entah berapa lama sudah lewat, tiba-tiba muncul bayangan manusia yang berkelebat lewat dari luar gua, ternyata Kam Liu cu, dan kakek Ou muncul pada saat yang bersamaan.   Dari munculnya si kakek Ou seorang diri, Liu Leng poo segera sadar bahwa suatu musibah telah menimpa Wi tiong hong serta So siau hui, Namun ia tetap membungkam diri.   Dengan napas tersengal dan wajah sangat gelisah kakek Ou segera berseru, "Nona Liu, kali ini aku si tua betul-betul telah dipecundangi orang, aku benar-benar malu untuk memberi laporan kepadamu.   Jangan lagi memberi laporan, kesempatan untuk beradu jiwa dengan merekapun tak berhasil kusalurkan, karena tak sesosok bayangan setanpun yang kujumpai, akhirnya saking mendongkolku, semua pepohonan dihutan itu sudah ku obrak abrik." Liu leng poo mengerti bahwa orang tua ini sedang dipengaruhi emosi, sehingga didalam marah dan gelisahnya perkatan yang disampaikan menjadi tak jelas.   Maka setelah tersenyum katanya kemudian, "Silahkan lotiong duduk dulu sebelum berbicara, apakah Wi siauhiap serta nona So telah tertimpa musibah?"   Kakek Ou duduk dengan wajah masih mendongkol, setelah menghembuskan napas panjang ia baru berkata.   "Perkataan nona memang benar, saudara Wi serta nona kami tahu tahu saja hilang lenyap dengan begitu saja, coba bayangkan, aku situa yang mendapat tugas untuk melindungi mereka secara diam-diam apa tidak menjadi panik dibuatnya?" "Harap lotiang menceritakan kembali kejadian yang sebenarnya kepada kami, siapa tahu dari ceritamu itu kita berhasil menemukan tanda-tanda yang bisa jadi petunjuk?"   Kakek Ou berpikir sejenak, kemudian katanya: "Setelah meninggalkan tempat ini, kami lantas berangkat menuju kesebelah timur, saudara Wi dan nona kami berjalan di muka sedangkan aku yang mendapat perintah dari nona Liu secara diam-diam mengikuti dibelakang mereka hingga pihak lawan tak berhasil mengetahui jejakku.." "Mungkin sistim ini telah kita terapkan secara keliru sehingga berakibat terjadinya peristiwa ini."   Kata Liu Leng poo dengan kening berkerut.   Kakek Ou segera berkata lebih lanjut.   "Dalam keadaan beginilah kami berjalan melalui beberapa bukit tanpa menemukan sesuatu yang mencurigakan, bahkan sesosok bayangan manusia pun tidak kami jumpai, hingga akhirnya sampailah kami dalam sebuah selat yang sempit, saudara Wi serta nona kami langsung memasuki selat tersebut.   Berhubung selat itu gundul dan gersang, tak sebatang pohon pun yang tumbuh disitu, terpaksa aku mengikuti mereka dari kejauhan saja.   Siapa sangka dua tikungan kemudian tahu-tahu bayangan tubuh mereka sudah hilang lenyap tak berbekas." "Menunggu aku menyusul kedalam lembah tersebut dari balik hutan yang tumbuh disitu kudengar suara bentakan-bentakan keras dari saudara Wi, aku segera sadar kalau sudah terjadi sesuatu yang tak diharapkan, maka cepat-cepat menyusul pula kedalam hutan itu, siapa tahu suasana didalam hutan itu amat sepi, hening dan sama sekali tak terjadi sesuatu apa pun." "Apakan kau tidak salah mendengar kalau suara tersebut adalah suara bentakan dari saudara Wi?"   Tanya Liu Leng poo.   "Tidak salah...sudah jelas suara itu adalah suara bentakan dari saudara Wi yang berasal dari dalam hutan, tapi anehnya tak seorang manusiapun yang tampak.   Aku telah melakukan pemeriksaan atas seluruh dasar lembah itu tanpa berhasil menemukan sesosok bayangan manusia pun.   Peristiwa sedemikian anehnya ini baru pertama kali ini kujumpai, hampir saja aku menjadi gila saking cemasnya.."   Liu Leng poo termenung sebentar, kemudian katanya lagi; "Apakah lotiang tidak berhasil menemukan sesuatu yang mencurigakan didalam hutan itu?"   Kakek Ou menggelengkan kepalanya berulang kali: "Tidak.. suasana didalam hutan itu sangat tenang, bahkan setiap batang rumput dan pepohonan yang tumbuh disana pun, kelihatan sangat tenang. Tak ada yang bisa dilihat atau pun dicurigakan."   Liu Leng poo segera berpaling kearah Kam Liu cu, kemudian katanya pula; "Apakah toa suheng berhasil menemukan Ou lotiang didalam selat tersebut?" "Benar.   sepanjang jalan kulakukan sampai diselat tersebut, dan kakek Ou ternyata masih berada di sana." "Tentunya toa suheng telah melakukan pemeriksaan pula disekitar lembah itu, apa yang berhasil kau temukan?"   Kam Liu cu segera mengangkat bahunya;   "Tatkala aku sampai disitu. Seluruh lembah tersebut boleh dibilang sudah porak poranda tak karuan lagi bentuknya, sedangkan Ou lotiang dengan wajah penuh amarah masih saja melepaskan pukulan kiri kanan membabat pepohonan yang berada dalam hutan tersebut, dalam posisi yang begitu porak poranda, bagaimana mungkin aku bisa melakukan pemeriksaan?"   Mendengar keterangan ini Liu Lem poo ikut mengernyitkan alis matanya ia berpikir "Aaaai...   Padahal kalau hutan itu tidak di porak porandakan mungkin saja akan ditemukan hal-hal yang mencurigakan, kalau sudah begini, semua pertanda pasti sudah hancur berantakan."   Tiba-tiba Kam Liu cu melayangkan pandangannya sekejap keseluruh ruangan gua, kemudian katanya, "Apakah rombongan dari Khong beng hweesio serta saudara To juga belum kembali?"   Liu Leng poo tidak menjawab, dia hanya menggelengkan kepalanya berulang kali.   Tiba-tiba suasana didalam gua itu menjadi hening kembali, sampai lama sekali belum juga terdengar suara, agaknya semua orang sedang memikirkan masalah besar yang sedang mereka hadapi sekarang ini.   Lebih kurang seperminum teh kemudian, kakek Ou tak dapat menahan diri lagi, sambil menggosok-gosok tangannya dia berseru.   "Nona Liu, menurut pendapatmu apa yang mesti kita lakukan sekarang..?" "Tak disangkal lagi Wi siauhiap serta adik dari keluarga So telah terperangkap oleh jebakan musuh." "Andaikata didalam hutan itu memang terdapat jebakan, mengapa aku tak dapat melihatnya?" "Mungkin setelah mereka berdua terperosok kedalam perangkap, permukaan tanah itu menutup kembali seperti sedia kala, sudah barang tentu lotiang tak akan menemukannya."   Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata lebih jauh: "Biarpun Wi siauhiap dan adik dari keluarga So ikut terjebak oleh perangkap lawan, tapi dengan demikian jumlah yang tertawan meliputi Ban kiam hweecu, Pau kiam suseng serta Thian ki cu totiang sekalian dari Bu tong pay, itu berarti untuk menurut dugaanku, bisa jadi kita akan mengalami serangan musuh yang amat tangguh pada malam nanti!" "Benar juga perkataan Liu lihiap, pinto sendiripun mempunyai firasat yang sama."   Sambung Ma koan tojin, "Tiga kelompok orang orang kita yang dikirim hari ini tak serombongan pun yang kembali dengan selamat, sudah dapat dipastikan mereka pun berniat untuk menangkap juga kita semua yang berada dibukit Kou lou san ini." "Jika mereka berani datang, hal ini lebih baik lagi."   Seru kakek Ou dengan gusar.   "Akan kusuruh mereka roboh satu persatu diatas tanah, Bila tidak mampu berbuat demikian, jangan panggil aku Ou Lotoa!!"   Liu Leng poo segera mendongakkan kepalanya dan berseru: "Sejak lotiang mendemonstrasikan kelihayanmu dengan merobohkan semua pohon yang berada didalam lembah tersebut, pihak lawan pasti sudah mempertinggi kewaspadaannya.." "Waktu itu aku sedang diliputi amarah yang tak terkendalikan.   Tapi apa sangkut pautnya dengan rencana mereka untuk melakukan penyerbuan malam nanti?" "Tentu saja erat sekali hubungannya, setelah mereka berhasil menjebak Ban kiam hweecu serta Buyung congkoan, Kemudian di susul pula dengan tertangkapnya Wi siauhiap, Khong beng taysu dan To hu congkoan sekalian pada hari ini, mereka pasti sudah memperhitungkan bahwa yang masih tersisa disini tinggal Ma koan totiang, toa suheng dan aku bertiga, itu berarti mereka pasti akan mengirim beberapa orang jago yang berkepandaian amat tinggi untuk menghadapi kami malam nanti." "Tapi setelah lotiang memperlihatkan kelihayan sinkangmu dengan mengobrak-abrik pepohonan didalam hutan, atau dengan perkataan lain seolah-olah kita sudah memberitahukan kepada mereka bahwa pada malam nanti akan dilakukan perubahan.   Itulah sebabnya bila musuh tidak datang pada malam nanti, mungkin keadaannya masih mendingan, tapi begitu datang menyerang, sudah pasti dibalik penyerangan mereka terdapat pula siasat lain".   "Apakah Liu lihiap telah berhasil menemukan cara yang terbaik untuk menghadapi serangan lawan ini?"   Tanya Ma koan tojin.   Liu Leng poo segera menggelengkan kepalanya berulang kali: "Orang kuno bilang Tahu diri sendiri tahu keadaan lawan, setiap pertarungan baru akan meraih kemenangan.   Lama sudah aku putar otak untuk mencoba menduga rencana busuk apakah yang akan dipersiapkan lawan, tapi usaha ini tak berhasil, tentu saja aku pun tak tahu bagaimana mesti menanggulangi terjangan mereka malam nanti." "Kebanyakan orang Tok seh sia pandai menggunakan racun,"   Kata kakek Ou.   "Ohya. Apakah kiamcu yang pergi meramu obat telah kembali?" "Sudah, dia sudah kembali." "Kalau begitu kita tak usah kuatir mereka mempergunakan racun lagi Totiang, tolong kau bagikan obat tersebut kepada semua orang agar ditelan lebih dulu." "Yaa.."   Kata Liu Leng poo pula.   "kalau memang obat tersebut bisa digunakan untuk mencegah keracunan, untuk menjaga segala sesuatu yang tak diinginkan memang paling baik kita telan obat itu lebih dulu, tapi menurut pendapatku, seandainya ada musuh tangguh yang menyerang kita malam nanti, kesempatan mereka untuk menggunakan racun tidak banyak.." "Tapi mungkinkah bagi orang-orang Tok seh sia itu untuk meninggalkan kebiasaan mereka dengan memilih jalan beradu tenaga untuk melawan kita?"   Tanya kakek Ou.   "Tentu saja mereka pun tak akan beradu otot dengan kita, tapi bisa jadi mereka akan menggunakan segala macam permainan licik atau busuk untuk menghadapi kita" "Permainan licik atau permainan busuk? Aaa yang kau maksudkan?" "Pernahkah lotiang mendengar seorang jago yang bernama Kiu siang poo..?"   Tanya Liu Leng poo kemudian, Dengan sepasang mata melotot kakek Ou segera berseru: "Tidak banyak jago persilatan yang kukenal, tapi seringkali kudengar tentang si nenek siluman ini. Mengapa nona menyinggung tentang siluman tua itu secara tiba-tiba?"   Secara ringkas Liu Leng poo segera menceritakan perbuatan dari anak murid Kiu siang bun yang telah menyaru sebagai Thio Kun kay tadi..   -oo0dw0oo- Selesai mendengar penuturan tersebut, kakek Ou segera berkata, "Yaa, siluman tua itu memang rada hebat dan sesat, mungkinkah ia sudah bersekongkol dengan Liong Cay thian?" "Kejadian yang sejelasnya tentu saja tak dapat kita duga, tapi bila ditinjau dari munculnya anak buah nenek siluman itu ditempat ini, jelas sudah kalau dia telah bersekongkol dengan pihak Tok seh sia."   Mencorong sinar tajam dari balik mata Kakek Ou, dia memandang sekejap kesemua orang, lalu katanya.   "Andaikata malam nanti si nenek siluman itu muncul sendiri, aku tak percaya dengan tahayul dan pasti akan mengajaknya bertarung mati-matian.   Padahal jumlah kekuatan kita pun tidak sedikit.   Kecuali si nenek siluman itu, sisanya masih dapat dihadapi kalian semua, tak ada salahnya bila kita sambut serangan musuh diluar gua saja."   Sebagaimana diketahui, julukannya adalah panglima sakti berlengan emas yang menjaga pintu langit selatan, boleh dibilang dia terhitung jago kelas satu didalam Lam hay bun, jadi perkataannya itupun bukan bualan belaka.   Liu Leng poo segera berkata: "Ilmu silat yang lotiang miliki sangat hebat, boleh dibilang kau termasuk jago kelas satu didalam dunia persilatan, tapi kalau berbicara tentang kemungkinan yang bakal terjadi malam nanti, kebetulan sekali apa yang lotiang duga justru berkebalikan dengan jalan pemikiranku...."   Sejak keberhasilan Liu Leng poo dalam merencanakan serbuan ke selat Tok seh sia tempo hari, tampaknya kakek Ou- sudah menaruh perasaan kagum dan percaya terhadap kemampuan nona ini, dia segera menggaruk-garuk kepalanya sambil tertawa setelah mendengar ucapan tersebut, katanya kemudian: "Kalau toh nona sudah mempunyai rencana yang bagus, mengapa tidak kau utarakan agar akupun ikut mendengarkannya?"   Liu Leng poo tertawa.   "Lotiang tak perlu menempelkan emas di wajahku, rencana bagus apa sih yang berhasil kuperoleh? Cuma saja didalam keadaan serba salah dan kehabisan daya semacam ini, rasanya cara itu memang rada baik kalau digunakan untuk menghadapi ancaman lawan." "Enci Liu, rencana apa sih yang berhasil kau peroleh?"   Seru Lak jiu im eng Thio Man pula sambil berkerut kening, "Sudahlah, kau tak usah jual mahal, cepatlah dibeberkan keluar." "Sesungguhnya rencana ku ini tidak terhitung sangat hebat dan jitu, tapi rasanya kecuali cara tersebut memang tidak terdapat rencana lain yang lebih baik lagi."   Ia berbicara pelan-pelan, dan setiap penghuni gua itu mendengarkan dengan seksama, sinar mata semua orang telah ditujukan ke atas wajahnya. -oo0dw0oo-   Jilid 23 Setelah berhenti sejenak Liu Leng poo meneruskan kembali kata katanya: "Hingga sekarang sudah tak sedikit jumlah orang-orang kita yang pergi tidak kembali lagi, semuanya sudah terjatuh ketangan mereka, boleh dibilang kejadian tersebut sudah merupakan suatu kerugian yang amat besar untuk pihak kita, oleh sebab itu aku pikir bila kita dapat membekuk pula pihak lawan yang menyerang kita malam nanti, kemungkinan besar posisinya bisa sedikit berubah."   Kakek Ou segera bertepuk tangan tanda setuju, teriaknya penuh kegirangan, "Benar....benar, nona Liu memang tidak malu disebut Cu kat Liang diantara wanita, beberapa patah katamu meski sederhana tapi penuh dengan arti yang mendalam..   prinsipmu telah membangkitkan semangat kita semua didalam menghadapi lawan malam nanti." Liu Leng poo segera tersenyum, katanya kemudian : "Lotiang terlalu memuji."   Lalu sambil berpaling kearah Ma koan Tojin ia bertanya lagi "Mula mula aku ingin bertanya dulu kepada toheng, sampai kini masih ada beberapa orang kiamsu yang masih berada di sini?" "Yang datang bersama-sama kiamcu hanya tiga puluh enam orang saudara dari jago pedang berpita hijau selain dua puluh orang saudara yang pergi mengikuti khong beng taysu serta saudara To tadi, kini masih ada enam belas orang."   Liu Leng poo manggut-manggut.   "Ehmm jumlah kita masih terhitung cukup lumayan, dan sekarang aku rasa satu hal yang paling perlu kita lakukan dengan segera adalah setiap orang harus menelan obat penawar racun lebih dulu untuk mencegah jangan sampai keracunan ditengah lawan nanti." "Kemudian langkah kedua adalah membagi tugas masing masing, didalam hal ini aku akan membeberkan dulu masalahnya kemudian baru mengajak kalian semua untuk merundingkannya bersama-sama sebelum diambil keputusan." "Tak usah dirundingkan lagi"   Sela kakek Ou cepat, "silahkan nona memberi komando, kita semua akan melaksanakannya tanpa membantah"   Kam Liu cu yang selama ini hanya membungkam diri tanpa berbicara, tiba-tiba menyela pada waktu itu.   "Ji sumoay tidak usah sungkan-sungkan lagi, jika kau punya rencana baik, langsung saja diutarakan keluar" "Siasat yang kumaksud adalah, 'Dengan palsu menjadi kenyataan' Makoan totiang bersama saudara Tam, adik dari keluarga Thio serta delapan jago pedang berpita hijau berjaga-jaga didalam gua batu ini, andaikata ada musuh tangguh yang menyerang gua, biar toa suheng dan aku yang keluar menghadapinya, Ma koan totiang hanya berjaga-jaga sambil melindungi kami dari sergapan lawan, asalkan musuh tidak menerjang masuk ke dalam gua, kita jangan sekali-kali turun tangan...."   Ma koan totiang adalah seorang jago kawakan yang sudah berpengalaman luas di dalam dunia persilatan, dia pun pandai sekali mengatur siasat, maka setelah mendengar pembicaraan dari Liu Leng poo tersebut, dia mengerti bahwa nona itu berniat mempertahankan gua batu ini.   Padahal gua batu itu hanya merupakan tempat sementara untuk beristirahat, berarti tempat ini sama sekali tidak penting artinya, mengapa harus dipertahankan mati-matian ? Berpikir sampai disitu diapun segera bertanya: "Liu lihiap minta kepada pinto untuk mempertahankan gua ini apakah ada petunjuk lain?" "Ucapan toheng memang betul.."   Kata Liu Leng poo sambil tertawa "Gua ini mempunyai kegunaan lain bagiku."   Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh: "Sedangkan delapan orang jago pedang berpita hijau lainnya, harap toheng perintahkan untuk bersembunyi disisi kiri dan kanan hutan diluar gua sana.   Tanpa mendapat perintah, mereka di larang untuk menampakkan diri." "Pinto terima perintah." "Enci Liu"   Seru Lak jiu im eng Thio Man pula.   "Tam tayhiap serta siau moay yg bertugas menjaga didalam gua kan tak ada pekerjaan?" "Adik dari keluarga Thio tidak usah terburu napsu, tak usah kuatir pokoknya kau pasti akan sibuk nanti."   Sahut Liu Leng poo sambil tertawa.   Kemudian sambil berpaling kearah kakek Ou, katanya pula ; "Sekarang adalah tiba giliran lotiang, jarak enam-tujuh kaki dari sini bukankah terdapat beberapa batang pohon besar? Nah..lotiang boleh menyembunyikan diri diatas pohon, kalau bisa jangan sampai ketahuan orang." "Tanah diluar gua ini tidak begitu luas, entah berapapun jumlah musuh yang datang nanti, biar aku serta toa suheng yang menghadapinya..."   Tidak sampai perkataan itu selesai di utarakan, kakek Ou sudah menyela sambil menggelengkan kepalanya berulang kali : "Tidak bisa, tidak bisa, masa nona suruh aku bersembunyi diatas pohon sambil menonton pertarungan?" "Aku toh belum selesai berbicara, harap lotiang jangan lupa bahwa malam ini kita mempuyai satu tujuan." "Baik, baik, katakanlah lebih jauh." "Bukankah tadi sudah kukatakan, kalau bisa malam ini kita bekuk semua kawanan musuh yang menyerang tiba, oleh sebab itu disaat aku dan toa suheng menghadapi serangan musuh nanti, lotiang yang bersembunyi diatas pohon segera menggunakan ilmu totokan dari udara kosong untuk menotok jalan darah mereka satu persatu" "Bagus...bagus...   Siasat ini bagus sekali..."   Puji kakek Ou kegirangan.   Liu Leng poo segera berkata pula kepada Lok jiu ini eng Thio Man yang berada di sampingnya, "Dan waktu itu, Ma koan toheng segera perintahkan empat orang kiamsu di bawah petunjuk saudara Tam dan adik dari keluar gua ini untuk membekuk mereka yang tertotok itu serta menyeretnya kedalam gua batu.   "Sebaliknya Ma koan totiang serta keempat kiamsu lainnya hanya bertugas untuk berjaga-jaga, kalian dilarang meninggalkan gua batu itu biar setengah langkah pun.   Andaikata para penyerang menarik diri dan segera mundur dari sini maka delapan jago pedang pita hijau yang bersembunyi dalam hutan segera turun tangan menghadang jalan mundur mereka begitu mendapat perintah dariku."   Tanpa terasa Ma koan tojin memuji tak hentinya setelah mendengar rencana mereka itu, katanya : "Liu Lihiap, siasatmu ini benar-benar sempurna dan luar biasa dengan persiapan semacam ini, kita tak usah kuatir menderita kegagalan lagi pada malam nanti." "Itu sih baru merupakan perhitunganku saja, bagaimana gerakan musuh nantinya , toh belum diketahui." "Baiklah, Kita putuskan demikian saja."   Kata kakek Ou pula.   Selesai makan rangsum kering, Ma koan tojin segera membagi-bagikan obat penawar racun itu kepada setiap orang untuk ditelan.   Kemudian dia memerintahkan delapan orang jago pedang berpita hijau untuk menyembunyikan diri dalam hutan sambil menunggu perintah, setelah itu baru mengundurkan diri.   "Sekarang waktunya sudah makin mendekat, aku rasa Ou lotiang juga harus pergi ke tempat tugas lebih dulu!"   Kata Liu Leng poo kemudian, Kakek Ou segera tertawa, "Nona tak usah kuatir, aku tak bakal sampai melakukan kesalahan didalam tugas."   Selesai berkata diapun berjalan keluar dari gua itu.   Akhirnya Liu Leng poo baru berkata kepada semua orang, "Mumpung masih ada waktu, harap kalian beristirahat sejenak sambil mengatur napas mungkin pada malam ini nanti kita tak punya waktu lagi untuk beristirahat."   Lentera didalam gua tersebut dipadamkan dan semua orang menurut perintah dengan duduk bersila didalam gua sambil mengatur pernapasan...   Lak jiu im eng Thio Wan betul-betul merasa sangat tegang, sebentar ia meraba pedangnya sebentar meraba senjata rahasia disakunya.   Tak sedikitpun perasaannya dapat menjadi tenang.   Malam semakin larut, angin gunung berhembus makin kencang, suasana diluar gua terasa gelap gulita tak nampak setitik cahaya pun, malam itu adalah sebuah malam yang tanpa rembulan.   Setengah kentongan sudah lewat dengan begitu saja, namun belum nampak adanya sesuatu gerakan apapun.   Liu Leng poo mencoba untuk mengamati sekejap sekitar tempat itu, lalu berpikir dengan keheranan : "Saat ini kentongan kedua sudah lewat, andaikata pihak lawan hendak melakukan sesuatu gerakan, saat inilah seharusnya waktu mereka untuk bertindak !"   Baru saja ingatan tersebut berkelebat lewat, tiba-tiba terdengar suara pekikan nyaring berkumandang datang dari kejauhan.   Suara itu amat tajam dan melengking dan kedengarannya berasal dari bawah bukit sana.   Dengan perasaan terkejut Lak jiu im eng Thio Man segera berbisik lirih: "Enci Liu, mereka telah datang !" "Tampaknya suara pekikan itu dipancarkan dengan ilmu menyampaikan suara yang berasal dari sebelah timur."   Kata Kam Liu cu pula "Orang yang berpekik itu paling tidak masih berada tiga li dari sini, namun suaranya bisa dipancarkan kemari tanpa membuyar, dari sini bisa dilihat betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki orang itu."   Dengan perasaan kaget Ma koan tojin segera berkata : "Ilmu menyampaikan suara? Waah...bukankah kepandaian itu sudah lama punah dari dalam dunia persilatan? Andaikata pihak lawan hendak melakukan penyerbuan secara sergapan, mengapa pihak lawan memperdengarkan suara pekikannya dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara? paling tidak kan suara pekikan tersebut dapat meningkatkan kewaspadaan kita?" "Perkataan toheng benar juga"   Kam Liu cu menanggapi "Jangan lagi kita sudah membuat persiapan pada malam ini.   Biarpun tanpa persiapan setelah mendengar pekikkan tajam tadi niscaya kita akan meningkatkan kewaspadaan" "Betul...   Situasi yang kita jumpai pada malam ini memang rada aneh." Lak jiu im eng Thio Man yang tidak mengerti segera turut bertanya pula, "Enci Liu.   Apanya yang aneh dengan situasi pada malam ini?" "Agaknya ada orang sedang memberi peringatan kepada kita." "Biar kutengok keluar!"   Kata Kam Liu cu kemudian. Mendadak terdengar suara kakek Ou berkumandang dari jarak sejauh lima kaki dengan ilmu menyampaikan suara. "Kam lote tak usah pergi, mereka telah datang!"   Waktu itu dia berada lima kaki dari gua, Namun semua pembicaraan dalam gua bisa terdengar olehnya, malah sempat memberi peringatan pula, kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki orang tua ini jelas mengerikan sekali.   Perkataan dari kakek Ou barusan dapat didengar setiap orang yang berada dalam gua, serentak mereka melompat bangun dan bersiap siaga sambil mengawasi diluar gua.   Ditengah kegelapan malam, tampak tiga gosok bayangan manusia munculkan diri dari kaki bukit, dalam waktu singkat mereka telah berada dimuka gua.   Ketiga orang itu mengenakan pakai berwarna hitam dengan kain kerudung muka berwarna hitam pula, sehingga yang nampak hanya sepasang matanya saja.   Dua orang yang berada disebelah kanan dan kiri membawa pedang terhunus, hanya orang di sebelah tengah yang bertangan kosong belaka, sebilah pedang tersoren dipunggungnya.   Ketiga orang itu baru berhenti setelah berada tiga kaki didepan gua, serentak mereka berdiri berjajar.   Dari perawakan tubuh ketiga orang itu, Kam Liu cu sudah mengetahui bahwa mereka bukan manusia biasa karena gerakannya begitu cepat dan ringan, tanpa terasa pikirnya : "Agaknya ketiga orang ini bukan berasal dari selat Toh seh sia .."   Sementara itu Liu Leng poo telah berbisik : "To suheng. Mari kita keluar."   Kedua orang itu segera melangkah keluar bersama dari dalam gua. Setibanya diluar ruangan gua, Kam Liu cu pun memberi hormat seraya menegur. "Sobat bertiga, ada urusan apa kalian datang kemari ditengah malam buta begini?"   Tiga orang manusia berkerudung hitam itu cuma berdiri dengan mulut membungkam, seakan-akan tidak mendengar teguran tersebut, bahkan tak seorang yang membuka suara.   Melihat hal ini Lu Leng poo segera berseru pula sambil tertawa dingin ; "Sobat mengapa kalian sengaja mengenakan kain kerudung muka untuk menyembunyikan wajah aslinya? Apakah kalian mempunyai sesuatu kejelekan yang takut diketahui orang?"   Tiga manusia berkerudung dengan keenam matanya cuma mengawasi kedua orang itu tanpa berkedip, mulut mereka tetap membungkam dalam seribu bahasa. Akhirnya Liu Leng poo berkata .   "Harap toa suheng melindungi diriku, akan kutemui dulu ketiga orang ini." Seusai berkata dia segera berjalan maju kedepan ketiga manusia berkerudung itu, lalu sambil mengulapkan tangannya dia membentak. "Kalian bertiga boleh maju bersama-sama! "   Mendadak manusia berkerudung yang berada ditengah mengulapkan tangannya dua orang manusia berkerudung yang berada di sebelah kiri dan kanan itu segera melompat, kedepan tanpa mengucapkau sepatah kata pun, pedang mereka langsung diayunkan melancarkan tusukan kilat....   Liu Leng poo mendengus dingin, sepasang tangannya segera dipisahkan dengan jurus "Gadis langit menyebar bunga"   Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Langsung memunahkan dua serangan dari musuh.   Tampaknya kedua orang itu mempunyai kesempurnaan yang luar biasa didalam permainan ilmu pedang, begitu serangannya dipunahkan Liu Leng poo dua bilah pedang tersebut tiba-tiba berputar kekiri dan kanan lalu melancarkan serangan kembali.   Liu Leng poo sama sekali tak bergerak mundur, telapak tangannya diayunkan berulang kali melancarkan dua pukulan bertenaga lembut.   Lagi-lagi serangan pedang dari kedua orang itu berhasil dibendung semua.   Tidak sampai Liu Leng poo melancarkan serangan balasan, secepat kilat kedua manusia berkerudung itu memutar pedang masing masiug, kali ini didalam waktu singkat mereka telah melancarkan empat buah serangan berantai.   Kam Liu Cu merasa amat terperanjat setelah menyaksikan permainan pedang lawan, tiba-tiba ia berseru "Ji sumoay, Ilmu pedang yang mereka gunakan adalah Ji gi kiam hoat dari Bu tong pay.."   Begitu seruan itu berkumandang, manusia berkerudung yang berdiri dihadapannya itu segera mendesis dingin lalu mencabut pedangnya dan menerjang ke muka.   Tiga kuntum bunga pedang secepat sambaran petir menyerang tiga buah jalan darah penting ditubuh Kam Liu cu.   Kaget sekali Kam Liu cu menghadapi ancaman tersebut, pikirnya, "Orang ini dapat menggunakan pedangnya sehebat dan sesempurna ini, aku tak boleh memandang enteng dirinya!"   Cepat-cepat telapak tangan kanannya di ayunkan kedepan melepaskan sebuah pukulan untuk membendung serangan pedang dari manusia berkerudung itu, lalu bentuknya lagi : "Apa hubunganmu dengan Bu tong pay?"   Manusia berkerudung itu sama sekali tidak berbicara, tiba-tiba saja pedangnya di ayunkan menciptakan selapis cahaya pedang yang sangat tebal dan menyerang kembali secara garang.   Tapi Kam Liu cu adalah murid tertua dari Thian sat bun, ilmu silat yang dimiliki telah mencapai tingkatan yang sempurna juga.   Biarpun serangan pedang dari manusia berkerudung itu sangat gencar dan hebat, toh tak berhasil mendesaknya mundur barang selangkah saja malah sebaliknya mengikutinya ayunan pukulannya, ancaman lawan itu segera buyar dan lenyap tak berbekas.   Setelah bertarung berapa gebrakan mendadak manusia berkerudung itu memperketat serangannya, cahaya pedang segera memancar kemana-mana membiaskan bayangan pedang setinggi bukit, diiringi desingan tajam yang memekikkan telinga langsung menyergap lawannya habis habisan.   Setelah bertarung beberapa gebrakan, Kam Liu cu segera sadar bahwa dibalik setiap jurus serangan yang dilancarkan pihak lawan semuanya mengandung tenaga pukulan yang sangat kuat.   Maka sambil melepaskan serangkaian serangan untuk membendung ancaman pedang lawan, diam-diam pikirnya dengan keheranan : Tenaga dalam yang telah dimiliki orang ini paling tidak sudah mencapai puluhan tahun hasil latihan, mustahil dia adalah seorang anak buah perguruan Bu tong pay, tapi nyatanya jurus serangan yang dipergunakan adalah jurus-jurus ilmu pedang asli dari Bu tong pay ... Sementara dia masih termenung, Liu Leng poo yang bertarung melawan dua orang musuhnya dengan tangan kosong, setelah lewat beberapa gebrakan dia berhasil melancarkan ilmu sentilan mautnya serta merobohkan kedua orang lawan.   Pena baja Tam See hoa serta Lak jiu im eng Thio Man serentakan menerjang kemuka serta menawan kedua orang itu.   Siapa tahu pada saat itulah manusia berkerudung yang sedang bertarung melawan Kam Liu cu itu membentak keras, pergelangan tangannya digetarkan keras-keras menciptakan selapis cahaya pedang untuk melindungi seluruh badan, kemudian sambil meninggalkan Kam Liu cu, dia langsung menyerbu kedalam gua, Kam Liu cu tertawa nyaring, dua buah pukulan dahsyat dilontarkan untuk mencegah gerakan diri manusia berkerudung itu, Sekali lagi manusia berkerudung itu membentak keras, pedangnya diayunkan berulang kali dan menyerang Kam Liu cu semakin garang dan ganas lagi.   -oo0dw0oo- TAMPAKNYA dia sudah menyerang dengan penuh amarah, selain serangan pedangnya bertambah dahsyat, pun dilepaskan secara bertubi-tubi.   Serentak Kam Liu cu merentangkan sepasang telapak tangannya melancarkan serangkaian pukulan berantai, dengan begitu dia baru berhasil membendung datangnya serangan bertubi-tubi lawannya.   Mendadak mencorong sinar tajam dari balik matanya, dengan suara menggeledek bentaknya; "Ilmu pedang Tay khek hui kiam! Sesungguhnya siapa kau?"   Perlu diketahui, ilmu pedang Tay khek hui kiam merupakan ilmu pedang simpanan dari Bu tong pay, kecuali seorang ciangbun jin, hanya para tianglo serta pelindung hukum yang berbakat saja boleh mempelajari kepandaian tersebut, bahkan menurut peraturan orang yang boleh mempelajari ilmu tersebut pun cuma dibatasi dua orang saja.   Dan sekarang, manusia berkerudung itu telah menggunakan ilmu simpanan dari Bu tong pay, hal ini membuktikan bahwa orang ini adalah salah satu diantara Bu liong sam cu.   Tapi diantara Bu tong sam Cu Thian goan cu berasal dari perguruan Siu lo bun.   Kehebatan ilmu silatnya tidak berada di bawah kemampuan gurunya sendiri sudah jelas orang ini bukan Thian goan cu.   Sebaliknya Thian beng cu adalah ciang bunjin dari Bu tong pay, dia tak akan turun gunung begitu saja, sehingga hal ini pun tidak mungkin.   Sebaliknya Thian khi cu sudah terperangkap didalam selat Tok seh sia palsu semalaman....   Lantas orang ini adalah...   Kam Liu cu dengan mengandalkan sepasang tangan kosong bertarung seru melawan permainan pedang lawan, terutama sekali setelah pihak lawan mengeluarkan ilmu Tay khek hui kiam dari Bu tong pai yang sangat hebat itu, boleh dibilang untuk menangkap dirinya terasa sulit sekali.   Adapun pertarungan yang berlangsung di antara mereka pun tidak secepat dan seru, pada permulaan pertarungan itu lagi, mereka berdua bertarung makin lama semakin lambat.   Tapi dalam kenyataan juueru dibalik gerakan yang sangat lambat inilah kedua belah pihak sama-sama menggunakan jurus serangan masing-masing yang terhebat disertai segenap tenaga dalam yang dimilikinya, begitu hebatnya pertarungan tersebut, sehingga sedikit saja salah bertindak bisa berakibat fatal bagi lawannya.   Pada saat itulah tampak Lak jiu im eng Thio Man berlarian keluar dari dalam gua sambil berseru : "Enci Liu, enci Liu...   ternyata kedua orang manusia berkerudung itu adalah Keng hian suheng serta Keng siu suheng, padahal mereka berdua ikut terperangkap didalam selat Tok seh sia..." Orang yang terjebak didalam selat Tok seh sia, ternyata malah membantu pihak Tok seh sia melancarkan sergapan, peristiwa semacam ini benar-benar luar biasa dan sama sekali tidak terduga oleh siapapun.   Liu Leng poo merasa terkejut sekali setelah mendapat laporan tersebut, sambil membalikkan tubuhnya dia berseru: "Adik Thio, apakah kau tidak salah melihat? Hati-hati kalau muncul lagi manusia gadungan." "Tidak bakal salah, mereka adalah benar-benar kedua orang suheng dari angkatan Keng." "Betul!!"   Seru Kam Liu cu tiba-tiba. "Orang yang sedang bertarung melawan diriku sekarang bisa jadi adalah Thian Khi cu!"   Sepasang telapak tangannya segera dipentangkan lebar-lebar dan memberi perlawanan semakin gencar.   Waktu itu manusia berkerudung hitam tersebut sudah terdesak hebat sehingga cuma bisa mempertahankan diri belaka tatkala mendengar Kam Liu cu mengucapkan kata Thian Khi cu, ia nampak agak tertegun, kemudian serunya: "Kau biang apa? Thian Khi cu?.   Siapakah Thian Khi cu itu.?" "Kau bukan Thian Khi cu?"   Kam Liu cu balik bertanya. "Yaa, aku seperti merasa amat kenal dengan nama itu."   Berhubung gerak serangan pedangnya melambat, tak ampun lagi sebuah pukulan dahsyat dari Kam Liu cu segera bersarang di atas tubuh pedangnya.   "Criiingh.!" Diiringi suara dentingan yang amat nyaring, pedangnya mencelat ketengah udara bagaikan bianglala perak dan terlempar jatuh keatas tanah.   Kam Liu cu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, tangannya segera diputar kencang melancarkan sebuah totokan kedepan.    Alap Alap Laut Kidul Karya Kho Ping Hoo Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo Pendekar Gila Dari Shantung Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini