Ceritasilat Novel Online

Persekutuan Pedang Sakti 23


Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Bagian 23


Persekutuan Pedang Sakti Karya dari Qin Hong   Mendadak manusia berkerudung itu tersadar kembali dari lamunannya, cepat dia mengegos kesamping untuk menghindari serangan jari lawannya, bahkan telapak tangan kirinya diputar satu lingkaran langsung dibacokan ke tubuh Kam Liu cu.   Serta merta Kam Liu cu mengayunkan pula telapak tangannya untuk menyambut serangan tersebut dengan keras lawan keras, "Blaaam...   !"   Ditengah benturan keras, manusia berkerudung hitam itu segera meminjam tenaga pantulan yang dihasilkan untuk melejit kebelakang. "Haa haa haaa...hendak kabur kemana sobat?"   Jengek Kam Liu cu sambil tertawa tergelak Ia membalikkan badan siap melakukan pengejaran. Tapi saat itulah terdengar suara Kakek Ou membentak lirih : "Kam lote ada orang lagi!"   Sesosok bayangan manusia meluncur turun dari tengah udara.   Liu Leng poo mendengus dingin, dia segera menjejakkan kakinya keatas tanah dan menyongsong kedatangan orang tersebut.   Tatkala menerjang turun dari atas udara tadi, yang menjadi sasaran orang itu sesungguhnya adalah Kam Liu cu.   Karenanya saat serangan hampir mencapai kepala Kam Liu cu itulah tiba-tiba dia meloloskan pedangnya dan diiringi kilatan cahaya sinar ia langsung membacok ke bawah.   Liu Leng poo menerjang dengan gerakan yang tak kalah cepatnya, dia mencabut keluar pedangnya ditengah udara lalu diayun kedepan menyambut datangnya tusukan tersebut, "Traaang, traaang, traaang...!"   Terdengar tiga kali bentrokan nyaring yang menimbulkan percikan bunga api ditengah udara.   Dalam waktu yang singkat kedua orang itu sudah saling bertarung sebanyak tiga gebrakan labih.   Tiba-tiba bayangan manusia berpisah dan masing masing sudah melayang turun sejauh satu kaki dari posisi semula.   Menanti kedua orang itu sudah melayang turun ke atas tanah, semua orang baru dapat melihat jelas bahwa orang yang saling beradu pedang dengan Liu Leng poo ditengah udara tadi adalah seorang lelaki berkerudung hitam pula.   Tampak orang itu memiliki gerakan tubuh yang sangat ringan dan cekatan, begitu mencapai tanah ia segera mendesak maju lagi kedepan, pedangnya di putar kencang dan secara beruntun melancarkan beberapa buah serangan lagi.   Terkesiap juga perasaan Liu Leng poo setelah mengetahui bahwa orang itu berilmu silat sangat tinggi dan permainan pedangnya cepat bagaikan sambaran kilat, pikirnya : "Ilmu pedang apakah ini?" Berpikir sampai disitu, dia segera mengayun pula tangannya melancarkan serangan balasan.   Dalam waktu singkat terjadilah suatu pertarungan sengit diantara mereka berdua.   Semua kejadian ini berlangsung dalam sekejap mata, tetapi pada saat itu pula bala bantuan lawan telah berdatangan semua dalam jumlah yang cukup besar.   Sebagai pemimpin adalah seorang manusia bertubuh jangkung yang menyoren pedang dipinggangnya, dua orang yang mengikuti dibelakangnya adalah seorang bertubuh gemuk sedang satunya lagi bertubuh kurus dan kecil.   Mereka bertiga mengenakan juga kain kerudung hitam sehingga tidak kelihatan raut wajah aslinya, tapi semua orang dapat mengetahui bahwa manusia bertubuh jangkung itu adalah congkoan jago pedang berpita hijau si sastrawan pemeluk pedang Buyung Siu yang bersama-sama Ban kiam hweecu terjerumus ke dalam selat Tok seh sia semalam.   Sedangkan dari dua orang lainnya, yang gemuk jelas adalah Khong beng taysu, hu congkoan dari dari pasukan jago pedang berpita hitam sebaliknya yang kurus kecil adalah si naga tua berekor botak To Sam siu.   Dibelakang ketiga orang itu mengikuti pula dua puluh lelaki berkerudung hitam semuanya menyoren pedang dipunggungnya, kecuali kain kerudung yang menutupi wajah mereka, dilihat dari dandanannya sudah dapat diketahui bahwa mereka adalah pasukan jago pedang berpita hijau dari perkumpulan Ban kiam hwee.   Atau dengan perkataan lain, mereka tak lain adalah kedua puluh orang jago yang lenyap sore tadi.   Tentu saja kenyataan yang muncul di hadapan mereka ini membuat Liu Leng poo sekalian terasa amat terperanjat.   Setelah tertegun berapa saat, Kam Liu cu segera maju menyongsong snmbil bentaknya keras-keras : "Yang datang apakah Buyung congkoan?"   Orang yang berada ditengah itu sama sekali tidak menjawab, tiba-tiba saja ia mencabut pedangnya dengan satu gerakan amat cepat, lalu diiringi kilatan cahaya tajam, sebuah tusukan kilat sudah dilancarkan.   Cepat-cepat Kam Liu cu menangkis serangan tersebut dengan sebuah pukulan dahsyat kemudian bentaknya : "Buyung congkoan, apakah kalian sudah dipengaruhi orang lain hingga kehilangan kesadaranmu?"   Dalam bentakan tersebut, orang itu sudah melancarkan tiga buah serangan kilat secara berantai, cahaya pedang bagaikan daun yang berguguran meluncur keluar tiada hentinya, sunggug dahsyat ancaman ini.   Kam Liu cu terdesak mundur sejauh dua langkah dari posisi semula.   Tentu saja dia cukup mengetahui akan kelihayan dari si sastrawan pemeluk pedang ini sehingga tak berani melayani dengan tangan kosong belaka, cepat-cepat dia mencabut pedang pendek dan membendung datangnya ancaman.   Begitu sastrawan pemeluk pedang sudah turun tangan, dua manusia berkerudung gemuk dan kurus yang berada dibelakangnya segera meloloskan pula senjata masing-masing serta maju menyongsong dengan langkah lebar.   Senjata yang digunakan lelaki gemuk itu adalah sebilah golok Ciat to, sedangkan senjata yang digunakan si kurus adalah sebuah senjata cakar naga.   Di tinjau dari dua macam senjata tersebut, terbuktilah sudah bahwa mereka berdua benar-benar adalah Thi lohan Khong Beng taysu serta si naga tua berekor botak To Sam siu.   Sementara itu dua puluh orang lelaki berkerudung lainnya telah meloloskan pula senjata masing-masing sambil menyerbu kedepan.   Ma koan tojin serta delapan jago pedang berpita hijau yang berjaga-jaga diluar gua menjadi terkejut bercampur gelisah setelah menyaksikan peristiwa ini, sambil berpaling ia segera berseru; "Sudara Tam dan nona Thio tetap berada didalam gua, biar pinto keluar untuk menyambut mereka."   Lalu kepada kedelapan jago pedang berpita hijau itu serunya pula, "Kalian ikuti aku!"   Setelah bergerak maju kemuka untuk menyongsong serbuan tersebut, bentaknya dengan suara dalam. "Engkoh tua berdua, apakah kalian telah diselomoti lawan..?"   Lelaki gemuk dan kurus itu tidak berbicara, mendadak mereka memisahkan diri lalu tanpa mengucapkan sepatah katapun mereka lancarkan serangan gencar kedepan.   Begitu juga dengan si kurus, tanpa membuang waktu cakar naganya langsung mengancam ke arah dada.   Ma koan tojin menjadi kaget sekali, teriaknya lagi keras-keras: "Hey, apakah kalian sudah gila semua?"   Dalam waktu singkat sudah bertarung seru melawan kedua orang rekannya ini.   Dalam pada itu kedua puluh orang manusia berkerudung lainnya telah membubarkan diri, setelah melewati Mi koan tojin, mereka langsung menyerbu kearah delapan orang jago pedang berpita hijau lainnya.   Serentak ke delapan orang jago pedang berpita hijau itu menggetarkan pedang masing-masing, seraya berseru keras: "Empat samudra berasal satu sumber, selaksa pedang menjadi satu..."   Inilah slogan dari orang-orang Ban kiam hwee, semestinya bila orang-orang itu berasal dari Ban kiam hwee maka serentak mereka akan berhenti sambil balas mengucap dengan slogan yang sama.   Tapi dalam kenyataan kedua puluh orang manusia berkerudung itu tetap bergerak maju ke depan, mereka seolah-olah tidak mendengar slogan tersebut, malahan sambil mengayunkan pedang, orang-orang itu langsung melancarkan serangan.   Dalam waktu singkat terjadilah pertarungan massal yang amat seru, bentrokan senjata yang amat nyaring bergema silih berganti, suasana disitupun menjadi amat ramai....   Sesungguhnya semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata, waktu itu Liu Leng poo baru bertarung sebanyak tiga puluh gebrakan melawan lelaki berkerudung tadi, Ia merasa gerak serangan lawan makin lama semakin bertambah aneh, hal ini membuatnya merasa gelisah sekali.   Ketika dia mencoba memeriksa keadaan di sekitar situ, ternyata pertarungan massal sudah terjadi, padahal kakek Ou yang bersembunyi diatas pohon sama sekali tidak melakukan sesuatu gerakan pun.   Kesemuanya ini membuat kecurigaannya semakin bertambah..   Di kala pikirannya bercabang itulah, mendadak dia merasa pedang ditangannya seolah-olah tergiling oleh gerakan pedang lawan sehingga pertahanannya terbuka lebar.   Disusul kemudian cahaya pedang tampak berkelebat, tahu-tahu ujang pedang lawan sudah berada didepan dadanya.   Dengan perasaan yang kaget sekali Liu Leng poo segera menjerit tertahan, "Kau adalah Wi siauhiap!!"   Dalam kagetnya telapak tangan kirinya segera diayunkan kemuka menghantam tubuh pedang tersebut "Crriinnggg...!"   Diiringi suara dentingan nyaring, pedang dari manusia berkerudung itu sudah kena tertangkis olehnya.   Begitu berhasil dengan serangannya, Liu Leng pco tidak memberi kesempatan lagi kepada lawannya untuk berganti jurus, tangan kanannya dengan jurus Tay ho membalik ke muda, dia putar pedangnya seratus delapan puluh derajat kemudian secepat petir menotok jalan darah Cian keng hiat dibahu lawan.   Setelah mengetahui bahwa orang yang sedang bertarung melawannya tak lain adalah Wi Tiong hong yang lenyap sore tadi, terpaksa dia harus menotok jalan darahnya dengan gagang pedang.   Akan tetapi ilmu silat yang dimiliki manusia berkerudung itu pun sangat hebat, begitu pedangnya kena di hantam oleh serangan balasan dari Liu Leng poo, dia tidak menjadi panik karena ancaman tersebut, mendadak tubuhnya bergerak mundur sejauh tiga langkah.   Kemudian telapak tangan kanannya disiapkan dan melancarkan sebuah pukulan yang sangat kuat ketubuh Liu Leng poo.   Tentu saja Liu Leng poo pun dapat mengenali kepandaian itu sebagai ilmu andalan dari Wi Tiong hong yakni Siu lo to.   Dengan sigap dia berkelebat kesamping untuk menghindarkan diri, lalu bersiap sedia lagi menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.   Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara kakek Ou bergema dari sisi tubuhnya, "Nona Liu, cepat bekuk dia."   Sebelum manusia berkerudung itu sempat mengeluarkan ilmu Siu lo tonya, mendadak sambil mendengus tertahan tubuhnya roboh terjungkal keatas tanah.   Begitu mendengar suara kakek Ou, Liu Leng poo tak berani berayal lagi, cepat-cepat dia melompat kedepan mencengkeram manusia berkerudung itu, kemudian secepat hembusan angin mengundurkan diri kedalam gua.   Tam See hoa segera maju menyambut kedatangannya.   Dengan suara lirih Liu Leng poo berbisik, "Saudara Tam, orang ini adalah Wi siauhiap, cepat kau bopong dia masuk ke dalam."   Tam See hoa amat terkejut setelah mendengar perkataan itu, cepat-cepat dia menerima tubuh manusia berkerudung itu.   Waktu itu Liu Leng poo tak ada waktu untuk banyak berbicara lagi, sebab pertarungan massal sudah terjadi, sedang lawannya tak lain adalah rekan-rekan mereka sendiri yang pikirannya terpengaruh, dia kuatir dengan jago pedang berpita hijau itu bukan tandingannya.   Maka setelah menyerahkan Wi Tiong hong ketangan Tam See hoa, cepat-cepat dia lari keluar lagi.   Sementara itu dengusan tertahan telah bergema silih berganti, kembali lima-enam orang yang sudah roboh tertotok.   Melihat hal ini, cepat-cepat dia berseru keras, "Para cuangsu berpita hijau, kalian berusahalah membekuk mereka, tak usah dilayani lagi pertarungannya"   Dalam bentakan mana tubuhnya mendesak kemuka sambil mengayunkan pedangnya berulang kali, sementara jari tangan kirinya bekerja capat menotok roboh dua orang lawan.   Rupanya kedelapan jago berpita hijau itu mati kutunya, sebab mereka tahu kalau orang yang dihadapi adalah rekan-rekan sendiri mereka tak tega untuk saling membantai diantara rekan sendiri.   Itulah sebabnya si nona ini mereka cuma menangkis belaka tanpa berusaha untuk melancarkan serangan balasan.   Sebaliknya pihak lawan justru menyerang dengan sepenuh tenaga, dengan kekuatan delapan orang melawan dua puluh orang otomatis mereka merasa sangat kepayahan.   Di tengah mereka bertahan dengan susah payah itulah tiba-tiba mereka jumpai rekan-rekannya yang berkerudung seorang demi seorang roboh terjungkal keatas tanah.   Apalagi setelah mendengar seruan dari Liu Leng poo, tanpa terasa semangat mereka berkobar kembali, serentak mereka turun tangan mengempit rekan-rekannya yang tertotok serta mengundurkan diri dari situ.   Ketika Liu Leng poo maju kedepan, kebetulan sekali dia bertemu dengan tujuh-delapan orang manusia berkerudung yang sedang mengejar, pedangnya langsung diayunkan kian kemari serta melakukan serangkaian serangan yang dahsyat.   Diantara sekian orang, pertarungan antara Kam Liu cu melawan sastrawan pemeluk pedang berlangsung paling seru, disekitar tubuh mereka berdua tampak cahaya pedang berkilauan, sehingga sulitlah untuk melihat dengan jelas bayangan tubuh mereka.   Ma koan tojin sendiri yang seorang diri harus menghadapi kerubutan dari Thio Lohan Khong beng taysu serta naga tua berekor botak To Sam Siu merasa kepayahan sekali, mulai keteteran hebat sehingga hatinya menjadi sangat gelisah.   Dalam situasi yang amat kritis itulah, mendadak terdengar Si naga tua berekor botak To Sam siu mendengus tertahan lalu roboh terjengkang keatas tanah, ia menjadi amat girang dan cepat-cepat mengayunkan ujung bajunya melepaskan dua pukulan yang menahan sepasang golok dari Thio lo han Khong beng taysu, lalu dengan suara keraa bentaknya: "Kalian cepat bawa pergi tubuh To loko!"   Seorang jago pedang berpita hijau cepat-cepat lari mendekat dan membopong tubuh To Sam siu untuk dilarikan ke dalam gua.   Thi lohan Khong beng taysu membentak keras sambil menerjang ke muka, sekali lagi dia terlibat dalam pertarungan yang amat seru melawan Ma koan tojin.   Dalam pada itu kakek Ou telah melepaskan totokan udara kosongnya secara beruntun untuk merobohkan belasan orang lawan, ketika dilihatnya situasi sudah teratasi, dia pun menotok jalan darah To San sin, tetapi pada saat itu juga terasa olehnya segulung desingan hawa serangan yang amat tajam menyergap tiba dari belakang.   Belum lagi angin serangan tiba, terasa desingan tajam telah menderu-deru yang membuat dahan dan ranting dibelakang tubuhnya terpapas kutung oleh cahaya pedang tersebut.   Dengan perasaan terkejut cepat-cepat dia menarik napas panjang sambil melejit ke udara, disitu dia berjumpalitan dan menoleh kebelakang, tampaklah serentetan cahaya pedang diiringi kelebatan bayangan manusia sudah menerjang tiba dengan cepatnya.   Tanpa terasa ia tartawa tergelak: "Haah..   haah..haah....sudah sedari tadi ku nantikan dirimu!"   Dengan suatu gerakan cepat ia cengkeram belakang tubuh orang itu.   Ketika gagal dengan tusukan pedangnya ternyata orang itu memutar badan mengikuti gerakan pedangnya itu, dengan suatu gerakan yang sangat ringan dia berkelit kesamping, sesudah itu pedangnya kembali diputar membabat pergelangan tangan kakek Ou.   Melihat hal itu, kakek Ou tertawa terbahak-bahak: "Untuk menghadapi diriku, kau perlu memiliki nyali yang cukup besar.."   Dengan kelima jari tangan yang dipentangkan lebar-lebar dia cengkeram pedang tersebut dengan keras lawan keras.   Terdengar orang itu menjerit kaget dan cepat-cepat menarik tangannya sambil melompat kebelakang, lalu sambil merendahkan badannya mendadak dia melayang kebawah pohon.   Bagaikan seekor butung rajawali yang mengincar anak ayam, kakek Ou segera menukik kebawah sambil menubruk.   Gerakan tubuh orang itu benar-benar sangat ringan dan cekatan, begitu mencapai permukaan tanah dia segera membentak nyaring, cahaya pedangnya berkelebat dan langsung menyambar sepasang kaki kakek Ou.   Berada ditengah udara tak mungkin bagi kakek Ou untuk menghindarkan diri, dan dia menekuk tubuh lalu kaki kirinya menendang secara tiba-tiba.   "Criiinng.!"   Pedang itu terkena tendangan secara tepat sehingga mencelat ke udara bagaikan sebuah bianglala berwarna perak, Tampaknya orang itu tidak menyangka kalau ilmu silat yang dimiliki lawannya begitu hebat, sambil menjerit kaget cepat-cepat dia melarikan diri kesisi kiri hutan seperti seekor burung walet.   Dalam pada itu situasi dalam arena sudah terjadi suatu perubahan yang sangat besar, dua puluhan orang manusia berkerudung itu sudah tertotok roboh secara beruntun sisanya sejumlah belasan orang meski masih bertarung sengit namun oleh serangan pedang Liu Leng poo yang bertubi tubi sudah terdesak hingga tak banyak pula.   Sementara itu pertarungan antara Ma koan tojin melawan Thio lohan Khong beng hweesio pun sudah terjadi perubahan, dia mulai menempati posisi yang lebih menguntungkan.   Hanya pertarungan antara Kam Liu cu melawan sastrawan pemeluk pedang saja masih berlangsung cukup sengit, karena orang itu sudah bertarung hampir ratusan gebrakan lebih tanpa berhasil menentukan siapa yang jauh lebih unggul.   Mendadak dari hutan sebelah kanan terdengar bunyi sumpritan yang ditiup keras-keras, Begitu suara sumpritan itu bergema, kawanan manusia berkerudung yang masih bertarung sengit itu mendadak seperti memperoleh perintah, sambil berteriak keras, serentak mereka menarik diri kebelakang dan berusaha untuk melarikan diri.   Liu Leng poo segera mengayunkan pedangnya berulang kali menciptakan selapis cahaya pedang yang berlapis-lapis, teriaknya keras keras: "Kalian cepat halang kepergian orang-orang itu..."   Manusia berkerudung yang bertarung melawan Kam Liu cu itu sudah meraung penuh amarah, pedangnya dayunkan berulang kali memaksa gerakan pedang Kam Liu cu terbendung, kemudian secara tiba-tiba tubuhnya melejit ketengah udara dan meluncur pergi.   Gerakan tubuhnya benar-benar sangat cepat, hanya didalam berapa kali lompatan saja bayangannya sudah lenyap tak berbekas.   Kedelapan sembilan orang manusia berkerudung yang masih tersisa itu berniat kabur pula dan situ, tapi dua diantaranya berhasil dirobohkan oleh Liu Leng poo, sementara sisanya sudah keburu melarikan diri turun gunung.   Delapan jago pedang berpita hijau yang bersembunyi didalam hutan berniat maju menghadang pula, namun berhubung semua orang adalah orang sendiri, mereka segan untuk menghalanginya, terpaksa orang-orang itu dibiarkan berlalu dengan begitu saja.   Tinggal Toa lo han seorang yang tak mampu meloloskan diri, karena serangan gencar dari Ma koan tojin membuatnya sama sekali tak mampu berkutik.   Sementara itu, Liu Leng poo baru saja merobohkan dua orang manusia berkerudung tatkala dilihatnya Thio lo ban khong beng hwesio masih bertempur seru melawan Ma koan tojin, serta merta dia membalikkan badan dan menotok jalan darahnya.   Terdengar ujung baja terhembus angin bergema tiba, tampak sesosok bayangan manusia melayang turun dari tengah udara, ternyata orang itu adalah kakek Ou.   Dia muncul sambil mengempit seseorang, ketika sorot matanya dialihkan kesekeliling tempat itu, segera tanyanya: "Berapa orang yang berhasil melarikan diri?" "Kurang lebih ada delapan sampai sembilan orang."   Jawab Kam Liu cu cepat, "Aai, kalau dibilang sungguh memalukan, aku tak berhasil menghadang kepergian Buyung congkoan."   Liu Leng poo yang sedang membereskan rambutnya yang kusut segera berkata sambil tertawa; "Justru kesulitan kita terletak pada pertarungan itu sendiri, kita hanya bisa membekuk mereka hidup-hidup dan tak dapat melukainya, padahal ilmu pedang yang dimiliki Buyung congkoan sangat hebat, sudah barang tentu bukan suatu pekerjaan yang gampang uptuk membekuknya hidup-hidup." "Lotiang, siapakah orang ini?"   Tanyanya kemudian sambil berpaling kearah orang yang berada dalam kempitan kakek Ou. "Dia adalah seorang wanita, ilmu silat yang dimilikinya tangguh sekali!" "Kalau begitu mari kita masuk dulu sebeium dibicarakan lebih lanjut.."   Semua orang segera masuk kedalam gua, sementara itu Tam See hoa serta Lak jiu im eng Thio Man telah merobek pula kain kerudung hitam yang dikenakan orang-orang itu.   Kawanan manusia yang tertotok itu duduk berjajar disisi kanan gua dengan mata terbelalak lebar-lebar.   Diantaranya nampak Keng hian totiang, Keng siu totiang dari Bu tong pay, Thi lo ban Khong beng hwesio, Wi Tiong hong, naga tua berekor botak To Sam siu serta dua belas orang jago pedang berpita hijau..   Dengan kening berkerut Ma koan tojin segera berkata: "Aku lihat persoalan ini cukup hebat.   Tampaknya mereka sudah dicekoki dengan obat pemabok sehingga sama sekali kehilangan kasadarannya..." "Mari kita periksa dulu siapakah orang ini?"   Kata kakek Ou kemudian.   Dia menurunkan orang yang berada dalam kempitannya itu, lalu dengan cepat merobek kain kerudung yang menutupi wajahnya.   Begitu dirobek kain kerudungnya maka tampaklah selembar wajah yang ayu dan mungil.   Ternyata dia tak lain adalah Hek bun kun Cho Kiu moay.   Setelah memandang sekejap kearah nona itu, kakek Ou segera berseru: "Bukankah dia adalah salah seorang dayang dari Ban kiam hweecu..?" "Benar, dia bernama Hek bun kun Cho Kiu moay"   Sahut Liu Leng poo cepat. "Tak heran kalau ilmu pedang maupun ilmu meringankan tubuhnya sangat tangguh. Hhmmnn....Malam ini Ban kiam hweecu tidak ikut datang..!"   Mendadak Liu Leng poo seperti teringat akan sesuatu, dia segera berpaling ke arah Ma koan tojin sambil ujarnya, "Saudara Toheng, tolong kumpulkan juga kedelapan jago pedang berpita hijau yang berada didepan hutan sana, aku ingin berbincang-bincang dengan mereka."   Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ma koan tojin mengangguk, ia segera memanggil seorang jago pedang berpita hijau untuk melaksanakan perintah tersebut.   Dalam pada itu Lak jiu im eng Thio Man sedang bermuram durja, tiba-tiba dia mengangkat kepalanya dan bertanya dengan kening berkerut kencang, "Enci Liu, sekarang mereka sudah terkena obat pembingung sukma, apa yang mesti kita lakukan?" "Tidak apa-apa, bukankah kita sudah meramu sebungkus besar bubuk obat?"   Seru kakek Ou cepat.   "Obat itu adalah obat emas penolak racun dari Lam hay bun kami, aku rasa obat pembingung sukma bukan obat yang kelewat ganas, asal diberi sedikit obat itu, niscaya mereka akan menjadi sadar kembali." "Begitu manjurkah obat tersebut?"   Tanya Lak jiu im eng Thio Man gembira.   "Pil emas penolak racun dari Lam hay bun merupakan obat mujarab yang dapat memunahkan pelbagai macam racun di dunia ini, sebab itulah setiap orang yang ahli dalam penggunaan racun tentu akan pusing kepala bila menghadapi Lam hay bun kami sebab racun mereka tak pernah akan berfungsi secara baik."   Dengan cepat Ma koan tojin mengeluarkan bungkusan obat itu dan Tam See Hoa serta Thio Man pun segera bekerja untuk mencekokkan ke mulut masing-masing orang.   Sementara itu jago pedang berpita hijau yang mendapat perintah tadi telah berjalan balik kepada Ma koan tojin katanya sambil memberi hormat: "Lapor congkoan, saudara-saudara yang berada dibawah telah datang semua." "Suruh mereka masuk."   Jago pedang berpita hijau itu mengiakan dan segera berjalan menuju ke depan gua, lalu serunya. "Congkoan mempersilahkan kalian masuk."   Kedelapan orang jago pedang berpita hijau itu serentak masuk kedalam gua.   Ma koan tojin pun menuding ke arah Liu Leng poo seraya berkata; "Nona ini adalah Liu lihiap dari Thian sat bun, keberhasilan kita pada malam ini sebagian besar adalah berkat petunjuk dan pemimpin dari Liu lihiap, sekarang dia hendak membicarakan sesuatu dengan kalian semua."   Kedelapan orang jago pedang berpita hijau itu serentak menjura pada Liu Leng poo. Sambil tertawa Liu Leng poo berkata: "Apa yang hendak kukatakan tertuju juga untuk kedelapan jago yang berada digua ini."   Kedelapan jago pedang berpita hijau yang berada dalam gua serentak memberi hormat seraya berseru: "Kami semua siap menanti perintah dari lihiap"   Sambil menunjuk ke sisi kanan ruang gua itu Liu Leng poo berkata kemudian: "Tadi kita telah berhasil menangkap dua orang toyu dan Bu tong pay, Wi siauhiap, Khong beng taysu, To loko serta sepuluh orang jago pedang berpita hijau, kemudian panglima sakti berlengan emas Ou lotiang pun berhasil membekuk nona Cho, sekarang semua yang berhasil ditangkap berada disini.   Selain itu diantara yang muncul malam ini masih terdapat Thian ki cu totiang dari Bu tong pay serta Buyung congkoan kalian, aku rasa tentu kalian sudah melihat sendiri bukan?" "Sudah!"   Kembali ke enam belas jago pedang berpita hijau itu menjawab bersama. "Dan tentunya kalian pun sudah melihat bahwa mereka telah terpengaruh kesadarannya bukan?"   Sekali lagi Liu Leng poo bertanya. -oo0dw0oo- Ke enam belas orang jago pedang berpita hijau itu kembali mengangguk. "Yaa...sudah melihat." "Bagus sekali kalau begitu."   Ucap Liu Leng poo tertawa, "Situasi yang kita hadapi malam ini sesungguhnya berbahaya sekali, pihak lawan tak muncul sendiri untuk menghadapi kita sebaliknya justru menggunakan obat- obatan untuk mempengaruhi rekan-rekan kita sendiri kemudian dipakai untuk menghadapi kita, ini namanya siasat adu domba yang sangat jahat dan keji..."   Kemudian setelah berhenti sejenak, pelan-pelan sorot matanya dialihkan ke wajah ke enam belas jago pedang berpita hijau itu, lanjutnya; "Kalian sebagai para jago pedang berpita hijau dari ban kiam hwee tentunya sudah memahami pula akan permainan busuk ini tanpa mesti kujelaskan lagi, tapi berhubung situasi yang kita hadapi betul-betul berbahaya sekali, mau tak mau aku mesti memperingatkan sekali lagi kepada kalian." "Adapun sistim perlawanan yang kita pakai sekarang adalah menggunakan sikap tenang untuk menghadapi setiap perubahan, entah situasi macam apa pun yang kita hadapi, harap kalian jangan bertindak ceroboh atau panik sehingga kesempatan itu dipergunakan lawan."   Tiba-tiba seorang jago pedang berpita hijau bertanya, "Bolehkah kami tahu kemungkinan apakah yang akan dilakukan pihak lawan didalam menghadapi kita pada malam nanti?" "Soal ini sulit untuk dikatakan, orang kita masih banyak yang berada ditangan lawan, lagi pula kesadarannya terpengaruh, setiap saat bisa jadi kita akan mendapatkan serangan mereka." "Liu lihiap bermaksud menghadapinya dengan cara bagaimana?"   Kembali seorang jago pedang berpita hijau bertanya.   "Kalau berbicara soal jumlah kekuatan, kita masih mampu untuk menghadapi mereka, sekalipun dipihak lawan terdapat jago-jago yang hebat, jangan harap mereka bisa peroleh keuntungan apa-apa dari kita, tapi yang paling dikuatirkan adalah perbuatan licik orang itu, bukankah kita masih mempunyai orang yang terjatuh di tangan mereka? Oleh sebab itulah kuharap disaat kalian bertemu dengan siapa saja, jangan sekali-kali sampai membiarkan dirinya terperangkap oleh siasat lawan."   Serentak keenam belas orang jago pedang berpita hijau itu menjawab bersama; "Segala sesuatunya kami akan menuruti perkataan Liu lihiap.."   Liu Leng poo segera tertawa.   "Asalkan kalian bersedia mengingat baik-baik ucapanku itu sudah cukup, sekarang kalian pun tak usah bersembunyi didalam hutan lagi, silahkan berjaga-jaga didepan gua.   Apa bila musuh datang lagi biar aku dan kakek Ou yang menghadapi"   Keenam belas orang jago pedang berpita hijau itu segera mengiakan, lalu satelah memberi hormat, mereka bersama-sama mundur dari gua itu, Sepeninggal keenam belas orarg jago pedang itu, Ma koan tojin baru bertanya: "Kalau dilihat dari sikap Liu Lihiap yang tidak mengijinkan mereka berjaga-jaga lagi didalam hutan, tapi menghuninya disini.   Apakah Liu lihiap beranggapan bahwa musuh akan datang menyerang lagi secara besar-besaran?"   Liu Leng poo segera menggeleng, "Bukan begitu, aku cuma menganggap orang-orang Tok seh sia lebih menguasahi keadaan disini.   Mustahil mereka akan menyerang secara besar-besaran, tapi bisa jadi akan menggunakan siasat yang lebih keji lagi untuk menghadapi kita.   Oleh sebab itu mau tak mau kita mesti berjaga-jaga.." "Bagaimana nona Liu akan mengatur orang? Apakah masih seperti pembagian tugas tadi?"   Tanya kakek Ou. "Tidak perlu, enam belas jago pedang berpita hijau sudah berjaga-jaga diluar gua, lebih baik kita menunggu disini saja." "Enci Liu"   Lak jiu im eng Thio Man berkata pula, "Setelah diberi obat penawar racun, mengapa hingga sekarang mereka belum sadar juga..?" "Mungkin daya kerja obat itu belum menyebar.."   Sahut Liu Leng poo cepat.   "Tidak benar, pil emas penolak racun kami merupakan obat penawar racun yang mujarab sekali, racun yang bagaimana pun kejinya, cukup didalam seperminum teh saja dapat di punahkan.   Sekalipun hari ini obat obat tersebut diramu seadanya sehingga kemujarabannya tidak bisa menandingi obat yang dibuat majikan kami sendiri, tapi seharusnya obat pembingung sukma dari Tok seh sia dapat dipunahkan." "Tapi sampai sekarang sudah lewat dua per minum teh lamanya, mengapa tidak nampak berkasiat?"   Tanya Lak jiu im eng Thio Man lagi. Kakek Ou segera garuk-garuk kepalanya yang tak gatal, ujarnya kemudian, "Waah, kalau soal itu mah sulit untuk kujelaskan lagi, kecuali kalau mereka bukan terkena obat racun pembingung sukma" "Ya benar!"   Kata Liu Leng poo pula.   "Mungkin obat pembingung sukma yang mereka telan bukan termasuk jenis obat racun."   Kakek Ou tertawa dan gelengkan kepalanya berulang kali, segera ujarnya kembali: "Padahal setiap obat pembingung sukma termasuk racun, asalkan obat itu mengandung unsur racun, pil emas penolak racun pasti dapat memunahkannya."   Kam Liu cu termenung sejenak, kemudian katanya; "Ji sumoay, apa yang diucapkan Ou lotiang betul juga, mungkin yang di berikan Liong Cay thian kepada mereka bukan bubuk pembingung sukma buatannya tapi benda lain." "Tapi bagaimana cara mereka untuk menghilangkan kesadaran orang-orang itu?"   Seru Liu Leng poo tertegun, "Apakah ji sumoay sudah lupa dengan anggota perguruan Kiu siang bun yang berhasil melarikan diri sore tadi? Dilihat dari kesemuanya ini, besar kemungkinannya Kiu siang poo memang berada didalam selat tersebut."   Liu Leng poo segera mengangkat kepalanya dan berkata: "Maksud toa suheng, mereka sudah terluka oleh suatu ilmu sesat dari siluman tua Kiu Siang itu?"   Kam Liu cu manggut-manggut.   "Yaa, menurut apa yang kuketahui, ilmu silat dari perguruan Kiu siang bun sangat aneh dan beraneka ragam, bisa jadi orang-orang itu sudah dilukai oleh ilmu saktinya." "Yaa, akupun jadi teringat dengan perkataan majikan tua dulu, konon dalam dunia persilatan terdapat semacam ilmu sakti yang bisa membuat orang lain kehilangan kesadaran otaknya hingga menurut saja dengan perintah orang yang melakukan ilmu tersebut, seandainya benar-benar terluka oleh ilmu tadi, majikan kami tentu bisa mengobatinya..."   Yang dimaksudkan.   "majikan tua"   Olehnya adalah ciangbunjin Lam hay bun angkatan yang lalu, sedangkan "majikan"   Adalah ketua sekarang, So Siu jiu.   Sementara itu Lak jiu im eng Thio Man kelihatan gelisah sekali setelah melihat pil emas penolak racun sama sekali tak berhasil menolong orang-orang itu, cepat tanyanya.   "Apakah tak ada obat penawarnya? Lantas bagaimana sekarang?" -oo0dw0oo-   Jilid 24 "KALAU DI BILANG terluka oleh semacam ilmu silat, otomatis yang dimaksudkan adalah salah satu jalan darah mereka tertotok,"   Kata Kam Liu cu.   "Atau dengan kata lain begitu jalan darahnya dibebaskan otomatis kesadaran mereka akan pulih kembali sebab jalan darah yang tertotok pasti berhubungan langsung dengan kerjanya otak yang membuat kesadaran menjadi kaku dan ingatannya kabur. Tapi...bila tidak memahami rahasianya, bagaimana mungkin kita dapat membebaskan mereka?" "Itu sih mudah saja....."   Seru Kakek Ou.   "Biar kuperiksa dulu, jalan darah manakah yang sudah tertotok, kemudian baru dirundingkan lebih jauh.." "Bagaimana cara lotiang melakukan pemeriksaan?"   Tanya Thio Man kembali. "Aku akan menggunakan tenaga dalamku untuk mengerakkan hawa darah mereka, dengan cara demikian segera akan kutemukan jalan darah yang tersumbat."   Sambari berkata dia segera mendekati Wi Tiong hong dan duduk bersila disisinya lalu dia tempelkan telapak tangannya diatas jalan darah pay sim hiat dan memejamkan matanya sambil menyalurkan hawa murni itu kedalam tubuh Wi Tiong hong.   Semua orang yang hadir bersama sama membelalakkan matanya sambil mengawasi kakek Ou siapapun tidak berbicara sehingga suasana didalam gua itu benar-benar hening sekali.   Tapi pada saat itulah tiba-tiba nampak bayangan manusia berkelebat dari pintu gua lalu kelihatan seorang jago pedang berpita hijau masuk dengan langkah tergesa-gesa.   Begitu memberi hormat, dia segera melaporkan.   "Dibawah bukit telah muncul jejak musuh, agaknya mereka sedang bergerak menuju kearah kita" "Ada berapa orang?"   Tanya Liu leng poo "Masih kurang begitu jelas, tapi ada belasan lebih." "Baik keluarlah dulu, tunggu mereka hingga tiba didepan gua sebelum dibicarakan lagi."   Jago pedang berpita hijau itu segera memberi hormat dan segera mengundurkan diri dari situ. "Toa suheng."   Kata Liu leng poo kemudian "Kau bersama Ma koan toheng dan aku keluar menghadapi musuh sedangkan saudara Tam serta adik Thio berdua berjaga-jaga disini!" Kam Liu cu mendongakkan kepalanya dan memperhatikan situasi sekejap, kemudian katanya; "Kedatangan mereka terlalu cepat ji-sumoay, mari kita segera keluar untuk menyambut kedatangannya!"   Baru saja mereka bertiga keluar dari gua, tampaklah belasan sosok bayangan manusia secepat sambaran kilat telah meluncur datang dari bawah bukit sana.   Didalam waktu singkat mereka sudah makin mendekat, tapi apa yang terlihat kemudian kontan saja membuat Kam Liu cu, Liu leng poo, serta Ma koan tojin menjadi tertegun.   Ternyata orang yang berjalan dipaling depan adalah seseorang yang memakai jubah perlente berpedang dipinggang dan berwajah semu emas, dia tak lain adalah Ban Kiam hweecu.   Sementara dibelakangnya mengikuti tiga orang berbaju ringan yang menggembol pedang, semuanya mempunyai pita pedang berwarna kuning karena ketiga orang itu adalah tiga diantara empat dayang kepercayaan kiamcu.   Di bagian agak belakang mengikuti seorang sastrawan setengah umur yang mengenakan jubah berwarna hijau, dia menyoren pedang yang berpita hijau pula, orangnya nampak halus lembut dan gagah karena dia tak lain adalah congkoan pasukan pedang berpita hijau dari perkumpulan Ban kiam hwee si sastrawan pemeluk pedang Buyung Siu adanya.   Dibelakangnya mengikuti pula delapan orang jago pedang berpita hijau, ditengah kegelapan malam dan hembusan angin gunung, pita-pita pedang mereka kelihatan berkibar-kibar sehingga menambah kegagahan rombongan tersebut.   Kali ini rombongan tersebut muncul secara blak-blakan, tak seorangpun diantara yang mengenakan kain kerudung hitam.   Begitu melihat kemunculan Ban kiam hweecu, Ma koan tojin segera memberi hormat seraya berseru : "Hamba menjumpai kiamcu!"   Sedangkan ke enam belas jago pedang berpita hijau lainnya serentak pula menurunkan pedang masing-masing dan mengikuti jejak Ma koan tojin, memberi hormat kepada ketuanya.   Liu Leng poo yang menyaksikan kejadian tersebut kontan saja berpikir kaget "Aduuh celaka !"   Ban kiam hweecu muncul dengan langkah tegap dan lebar, dalam waktu singkat ia sudah muncul dihadapan mata, setelah mengangguk sekejap ke arah Ma koan tojin, dia segera merangkap tangannya memberi hormat dan berkata sambil tertawa, "Kam tayhiap, nona Liu, rupanya kalian pun berada juga disini...."   Sewaktu berbicara, langkahnya sama sekali tidak berhenti, dengan tindakan lebar dia berjalan menuju ke depan ketiga orang itu.   Ketika Liu Leng poo mendengar dari nada pembicaraannya seakan-akan tidak terpengaruh oleh ilmu pembingung sukma, kontan saja hatinya merasa keheranan maka sambil menyongsong kedatangannya diapun berkata : "Apakah hweecu datang dari selat Tok seh sia?"   Ia masih melanjutkan langkahnya menuju kehadapan ketiga orang itu, agaknya tidak terlintas ingatan dalam benaknya untuk menghentikan perjalanannya itu.   Dengan cepat Liu Leng poo menghadang dihadapannya sambil membentak keras, "Hweecu harap berhenti!"   Mau tak mau terpaksa Ban kiam hweecu harus menghentikan langkahnya, lalu sambil mengangkat kepala dia bertanya : "Ada urusan apa nona Liu ?"   Liu Leng poo segera tersenyum lembut, sembari meraba gagang pedangnya dia berkata : "Hweecu, setelah kau berhasil lolos dari bahaya, ada baiknya bila kau tuturkan dulu pengalamanmu selama ini, agar semua orang ikut mendengar pula." "Hey, tampaknya nona Liu seperti menaruh curiga terhadap siaute...?" "Yaa, apa boleh buat, keadaan yang memaksaku untuk berbuat demikan, Hweecu, setelah kau berhasil lolos dari bahaya, lebih baik bila kau tuturkan dulu kisah pengalamanmu hingga berhasil lolos dari bahaya kepada kami semua." "Siaute pulang bersama-sama mereka, masa ada orang yang mencatut diriku?" "Yaa, aku tahu, palsu sih tidak mungkin palsu, tapi aslipun belum tentu benar." "Nona Liu, apa maksudmu berkata begitu?"   Ban kiam hweecu segera menegur dengan wajah tak senang hati. Liu Leng poo segera tertawa cekikikan.   "Haaa haaa haaa.... mungkin hweecu tak tahu, malahan Buyung congkoan serta kedelapan jago pedang itu pun baru saja melarikan diri dari sini?" "Nona Liu memang pandai bergurau, kapan sih aku telah berkunjung kemari?"   Seru Buyung Siu cepat.   Ia berbicara dengan wajah bersungguh-sungguh, seakan-akan terhadap kejadian yg baru saja dialaminya itu sudah lupa sama sekali, Melihat perkataan itu diucapkan dengan bersungguh hati, Liu Leng poo menjadi sangat keheranan, kembali dia bertanya: "Buyung congkoan, baru setengah jam berselang kau bertarung melawan toa suhengku masa secepat ini kau telah melupakannya?."   Buyung Siu segera berkerut kening kemudisn tertawa nyaring, ucapnya : "Nona Liu, ucapanmu makin lama semakin aneh dan mengherankan, kapan sih Bu yung Siu pernah bertarung melawan saudara Kam?"   Liu Leng poo segera berpaling dan memandang sekejap kearah Kam Liu cu, lalu katanya : "Bila kau tak percaya silahkan bertanya sendiri kepada toa suhengku, malahan Ma koan toheng serta enam belas jago pedang berpita hijau anak buahmupun ikut menyaksikan dari tepi arena."   Agaknya Kam Liu cu juga telah melihat bahwa dibalik peristiwa itu ada sesuatu yg tak beres, dengan cepat sambungnya, "Apa yang dikata Ji sumoayku memang benar.   Tadi ada orang menyerbu kemari pada mulanya tiga orang, mereka terdiri dari Thian kicu, Keng hian dan Keng siu totiang dari bu tong pay, semuanya mengenakan kain kerudung hitam, akhirnya Keng hian dan Keng siu totiang berhasil kami berdua bekuk hidup-hidup hanya Thian kicu seorang yang berhasil melarikan diri."   Dengan sorot mata tajam tanpa berkedip Ban kiam hweecu mengawasi wajah Kam Liu cu tanyanya : "Bagaimana kemudian?" "Kemudian di bawah pimpinan Buyung congkoan serta Khong beng taysu dan To loko bertiga, mereka datang pula kemari dengan membawa serta dua puluhan jago pedang berpita hijau, diantara yang turut datang terdapat pula saudara Wi serta anak buah dari hwecu, Hek bun kun nona Cho." "Akhirnya hampir sebagian besar kawanan jago itu berhasil ditahan disini, sementara Buyung congkoan sendiri dengan membawa serta kedelapan orang jago pedangnya segera mengundurkan diri dari sini setelah mendengar bunyi sumpritan dikejauhan sana."   Ketika mendengar keterangan tersebut, tiba-tiba saja Ban kiam hweecu mendongakkan kepalanya lalu tertawa nyaring. Cepat-cepat Ma koan tojin memberi hormat seraya berseru ;   "Harap kiamcu maklum, apa yang dikatakan Kam tayhiap semuanya merupakan kenyataan."   Dengan sorot mata dingin Ban kiam hweecu segera berpaling, lalu tegurnya ketus, "Ma koan tojin besar amat nyalimu!"   Ma koan tojin menjadi terkesiap dan buru-buru membungkukkan badan memberi hormat, "Hamba tidak berani "   Kembali Ban kiam hweecu tertawa dingin "Heeeh....heeeh...heeee....aku hendak bertanya kepadamu, semenjak kapan kau telah menjadi anggota perguruan Thian sat bun ?"   Ma koan tojin semakin terperanjat, setengah ketakutan cepat-cepat dia berseru, "Atas kemurahan bati kiamcu hamba telah diberi jabatan sebagai congkoan pasukan pedang berpita hitam, bagaimana mungkin hamba berani berhati cabang?" "Hmmm, kau telah bersekongkol dengan orang-orang Thian sat bun untuk menculik Wi Tiong hong, Kho Kiu moay, Khong beng taysu dan To Sam sin sekalian, apakah perbuatan ini tidak menunjukkan bahwa hatimu telah bercabang?"   Ma koan tojin ketakutan setengah mati, kembali dia berseru dengan suara gemetar, "Harap kiamcu maklum, Wi sauhiap, nona Kho, Khong beng taysu serta Toako sekalian telah kehilangan pikiran dan kesadarannya karena ulah orang-orang Tok seh-sia." "Hmm, yang benar Wi Tiong hong sekalian sudah terpengaruh oleh ilmu sesat dari Thian sat bun, kau anggap aku tidak tahu?"   Tukas Ban kiam hweecu dengan sikap lebih garang.   Sekalipun Ma koan tojin merupakan jago kawakan yang sudah berpengalaman luas di dalam dutia persilatan, kali ini tak urung dibuat kaget dan tercengang juga oleh kejadian tersebut, cepat cepat ia membungkukan badannya memberi hormat sembari berkata: "Kiamcu, telah terjadi kesalah pahaman pada dirimu, Hamba benar-benar tidak berbobong, kalau tidak percaya, Panglima sakti berlengan emas Ou lotiang dari Lam hay bun serta Lak jiu im eng nona Thio dari bu tong pay bisa diminta sebagai saksi."   Agaknya Ban kiam hweecu sudah habis kesabarannya, tiba-tiba dia membentak: "Kalau toh kau tidak menghianati diriku, mengapa tidak segera kau serahkan Wi Tiong hong sekalian sekarang juga?" "Soal ini...."   Ma koan tojin segera menunjukkan sikap serba salah.   Dengan wajah berubah menjadi amat serius, Liu leng poo segera berkata dengan suara rendah: "Ma koan toheng tak perlu berbicara lagi, semenjak terjatuh ketangan orang-orang Tok seh sia, hweecu kalian sudah di pengaruhi jalan pikirannya oleh siluman tua Kiu siang lo yau masa hal ini pun tak dapat kau lihat?" "Lantas apa yang mesti kuperbuat sekarang?"   Tanya Ma koan tojin dengan perasaan terkesiap.   Baru selesai dia berkata, kakek Ou sudah melangkah keluar dari gua dengan tindakan lebar, dia memandang sekejap ke arah Ban kiam hweecu sekalian, kemudian tanyanya, "Bagaimana? Apakah Ban kiam hweecu pun sudah terjadi suatu masalah ..?" "Kedatangan lotiang memang tepat sekali"   Kam Liu ci segera berseru.   "Kemungkinan besar mereka sudah terpengaruh oleh ilmu sesat dari Kiu Siang poo". Kakek Ou segera manggut-manggut, "Yaa, kemangkinan memang begitu, apa yang kalian bicarakan telah kudengar seluruhnya." "Apakah lotiang berhasil menemukan di manakah letak luka yang mereka derita?!!"   Tanya Liu Leng poo kemudian, "Aku telah mencoba melakukan pemeriksaan dengan mengerahkan tenaga murniku, kutemukan jalan darah Nau juang hiat di batok kepala saudara cilik Wi seperti mendapat sumbatan sehingga tak dapat berjalan lancar, selain itu tidak kutemukan luka di bagian lain." "Sewaktu kuperiksa mereka yang lain, ternyata keadaannya pun demikian juga, menurut dugaanku, bisa jadi hal ini merupakan sejenis ilmu totokan yang melukai jalan darah penting diotak besar sehingga membuat kesadaran dan pikiran orang itu terpengaruh..."   Liu Leng poo segera mencibirkan bibirnya sambil menengok kearah Ban kiam hweecu sekalian lalu katanya pula : "Lantas bagaimana dengan mereka? Apakah merekapun dilukai oleh sejenis ilmu totokan yang istimewa?"   Kakek Ou segera menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, katanya, "Aku rasa mungkin masih ada sejenis ilmu totokan yang lain lagi, kalau saudara cilik Wi sekalian sama sekali tak tahu menahu terhadap manusia dan persoalan yang sedang dihadapi, maka mereka justru memiliki kesadaran yang baik serta pikiran yang sangat terang."   Dalam pada itu Ban kiam hweecu sudah habis kesabarannya tiba-tiba dia menegur, "Apakah kalian sudah selesai berunding?" "Hweecu.."   Ucap Kam Liu cu kemudian dengan kening berkerut kencang "Apakah kau masih dapat mengingat kembali semua kejadian yang kau alami sebelum terperangkap didalam selat Tok seh sia?" "Heeehh, heeehh, tentu saja aku masih dapat mengingatnya semua."   Jawab Ban kiam hweecu sambil tertawa dingin.   Kam Liu Cu segera tertawa.   "Kalau begitu seharusnya hweecu juga masih tahu bukan, jauh-jauh datang kebukit Kou lou san ini sebenarnya dengan maksud dan tujuan apa? Tentunya kau bukan datang kesini hanya khusus untuk bermusuhan dengan pihak Thian sat bun kami bukan?"   Dengan marah Ban kiam hweecu mendengus: "Hmm, memang benar, kami datang kemari untuk menyelamatkan Wi Tiong hong dari ancaman bahaya, tapi kenyataannya sekarang, Wi Tiong hong telah terjatuh kembali ditangan kalian!" "Sore tadi saudara Wi terjebak didalam selat Tok seh sia dan kini pikiran dan kesadarannya telah terpengaruh.."   Kata Kam Liu cu. "Tapi yang jelas Wi Tiong hong sudah berada ditangan kalian, siapa yang sudi percaya dengan perkataanmu itu?"   Berbicara sampai disitu tiba-tiba ia berpaling kearah dua deret jago pedang berpita hijau yang berdiri didepan gua batu itu kemudian bentaknya dengan suara dalam: "Ma koan tojin telah menghianati perkumpulan, apakah kalian sebagai jago-jago pedang berpita hijau pun bermaksud mengkhianati pula diriku untuk bergabung dengan pihak Thian sat bun?" "Hamba tidak berani!"   Sahut keenam belas jago pedang berpita hijau serentak sambil memberi hormat. "Bagus sekali!!"   Kata Ban kiam hweecu kemudian dengan wajah serius.   "Kalau memang kalian tidak berniat menghianati perkumpulan, sekarang bekuk dulu Ma koan tojin!"   Liu Leng poo yang mendengar perkataan itu segera berteriak keras-keras : "Kalian jangan lupa dengan pesanku tadi, Kiamcu kalian telah terpengaruh oleh ilmu sesat dari siang kiu poo sehingga kehilangan pikiran dan kesadarannya.   Kalian jangan mau percaya dengan perkataannya dengan begitu saja."   Ke enam belas orang jago pedang berpita hijau itu menjadi saling berpandangan muka setelah mendengar ucapan mana, sesungguhnya mereka memang sudah menaruh kecurigaan yang mendalam sekali terhadap Ban kiam hweecu, hanya untuk sesaat mereka tak tahu apa yang mesti dilakukan..   Melihat ke enam belas jago pedang berpita hijau itu tidak turun tangan seperti apa yang diperintahkan, Ban kiam hweecu menjadi naik darah, segera bentaknya : "Liu leng poo, orang lain mungkin takut dengan kalian orang-orang dari Thian sat bun, tapi Ban kiam hwee belum temu takut dengan kalian?!"   Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Ditengah bentakan itu dia mencabut pedangnya lalu sambil menuding kedepan serunya lantang; "Kalian segera turun tangan dan bekuk orang ini lebih dulu."   Suara gemerincingan nyaring berkumandang dari belakang tubuhnya diiringi tiga kali dentingan suara pedang, Jin Kim moay, Kho Hui moay serta Lim Thian moay ketiga orang dayangnya serentak meloloskan pedang, dan menerjang maju kedepan, mereka segera menyerang Liu leng poo dengan dahsyatnya.   Tentu saja Liu leng poo tak akan berpeluk tangan belaka, pedangnya digetarkan menyongsong datangnya ancaman tersebut dalam waktu singkat terjadilah suatu pertarungan sengit disitu.   Dalam pada itu Ban kiam hweecu menuding kembali dengan pedangnya sambil membentak: "Buyung congkoan, kau boleh pimpin mereka untuk menyerbu kedalam gua dan menolong orang, sedang tempat ini serahkan saja kepadaku untuk menghadapi."   Sastrawan pemeluk pedang Buyung Siu segera meloloskan pedangnya dari sarung lalu sambil menggetarkan lengannya ia membentak : "Saudara sekalian, ayoh ikut aku.."   Dengan suatu gerakan cepat dia melejit ke tengah udara lalu menyerbu lebih dulu ke depan.   Ke delapan jago pedang berpita hijau itu serentak mengikut pula dibelakangnya.   Kam Liu cu yang melihat kejadian tersebut buru-buru berteriak pula dengan suara lantang : "Ma koan toheng, cepat kau suruh para jago pedang untuk menghalangi mereka!."   Sembari berseru dia lepaskan sebuah pukulan dahsyat untuk menghadang jalan pergi si sastrawan pemeluk pedang kemudian bentaknya lagi keras-keras, "Saudara Buyung, kalau kau tetap nekad untuk maju kemuka jangan salahkan bila aku she Kam tidak akan sungkan-sungkan" Cahaya gerak berkelebat lewat tahu-tahu dalam genggamannya telah bertambah dengan sebilah pedang.   Buyung siu segera tertawa terbahak-bahak "Haaah..haaahh...saudara Kam kau sengaja menghalangi jalan pergiku, ini berarti kau sengaja hendak mencari gara-gara dengan pihak Ban kiam hweecu kami!" "Sreeeet!"   Diiringi suara desingan tajam, ia sambut kedatangannya dengan sapuan tajam.   Kam liu cu segera mengangkat pedangnya untuk menangkis sementara tangan kirinya dengan sebuah sodokan jari langsung menotok tubuh si sastrawan pemeluk pedang..   Dengan berkobarnya pertarungan antara kedua orang itu, delapan orang jago pedang berpita hijau yang berada dibelakang sastrawan pemeluk pedang itu serentak menyebarkan diri dan melalui sisi kedua orang yang sedang bertarung itu, mereka menyerbu kedalam gua.   Menghadapi situasi seperti ini, terpaksa Ma koan tojin harus mengulapkan tangannya sembari berseru, "Saudara sekalian, mari kita hadang jalan pergi mereka, tapi jangan sampai melukai mereka"   Berada dalam situasi yang amat rumit dan kacau ini terpaksa ke enam belas jago pedang berpita hijau itu harus turun tangan untuk menghadang jalan pergi rekan-rekannya lebih dulu.   Enam belas orang harus menghadapi delapan orang, ini berarti dua lawan satu untuk menghalangi jalan pergi mereka saja, tentu bukan suatu masalah yang sulit, Dihari hari biasa, para jago pedang berpita hijau itu selalu berkumpul bersama sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang mereka miliki boleh dibilang satu sama lainnya mengetahui dengan jelas.   Tapi keadaan saat ini jauh berbeda, berada dalam keadaan kesadaran dan pikiran yang terpengaruh ternyata kedelapan orang itu jauh lebih berani dan nekad, Otomatis ilmu silat yang dimiliki orang-orang itu pun menjadi berapa kali lipat lebih tangguh, biarpun ada dua orang menghadapi satu lawan hampir saja mereka tak mampu mengendalikan diri.   Dipahak lain, Liu Leng poo yang mesti mengbadapi tiga orang dayang kepercayaan dari Ban kiam hwee kelihatan payah sekali apa lagi dia sebagai Kunsu dalam pertempuran malam ini, di samping harus melayani pertarungan, iapun tak dapat mengesampingkan situasi dari pihak lain.   Maka sambil mengerahkan segenap kekuatannya untuk menghadapi lawan, diapun mesti mengalihkan sorot matanya untuk memperhatikan keadaan disekitar tempat itu.   Tiba-tiba serunya kepada kakek Ou dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suara, "Ou lotiang, untuk membekuk musuh tangkaplah pentolannya lebih dulu.   Malam ini kau harus berusaha membekuk Ban kiam hweecu lebih dulu sebelum membereskan yang lain."   Dibawah serangan gencar dari ketiga orang musuhnya, hampir saja Liu leng poo menderita luka diujung senjata lawan setelah dua kali menjumpai mara bahaya disaat ia sedang mengungkapkan beberapa patah kata.   Dipihak lain, Ban kiam hweecu telah memanfaatkan kesempatan dikala masing masing pihak sedang bertarung sengit tiba-tiba dia menjejakkan kakinya keatas tanah, kemudian seperti seekor burung rajawali sedang menerkam kelinci, tubuhnya langsung menerjang masuk kedalam gua.   Baru saja dia menggerakkan tubuhnya, kakek Ou melejit pula ketengah udara dengan gerakan tubuh yang jauh lebih cepat, tangannya langsung menyambar kemuka dan secepat kilat mencengkeram lengan kanan Ban kiam hweecu.   Berada ditengah udara dia tertawa terbahak-bahak, begitu tiba dipermukaan tanah, sambil mengangkat tinggi tubuh Ban kiam hweecu, bentaknya lantang: "Semua berhenti, kiamcu kalian sudah menjadi tawananku, apakah kalian tidak segera melepaskan senjata?"   Baru saja ia selesai membentak, terdengar Ban kiam hweecu telah berkata dengan suara rendah; "Percuma, kesadaran serta pikiran mereka sudah terpengaruh, mereka tak akan menuruti perkataanmu."   Kam Liu cu serta Liu Leng poo sama sekali tidak menyangka kalau kakek Ou bakal turun tangan sedemikian cepatnya, bahkan dalam waktu singkat telah berhasil membekuk Ban kiam hwecu, ketika mendengar suara bentakan itu otomatis mereka pun menghentikan serangannya dengan cepat, Sementara itu congkoan pasukan pedang berpita hijau Buyung Siu beserta ketiga orang dayang Ban kiam hweecu sama sekali tidak menggubris terhadap bentakan dari kakek Ou itu, malahan terhadap peristiwa dibekuknya kiamcu merekapun seolah olah tidak melihat.   Menggunakan kesempatan disaat kedua orang lawannya menarik diri, tiba-tiba saja mereka melancarkan serangannya lebih hebat dan lebih gencar.   Tindakan tersebut tentu saja jauh diluar dugaan kedua orang itu, Kam Liu cu yang bertarung melawan Buyung Siu segera menggerakkan tubuhnya menghindarkan diri ke samping, sementara tangan kirinya di ayunkan ke depan melepaskan sebuah bacokan kilat Liu Leng poo sendiri, meski ilmu silatnya terhitung cukup lihay namun lawannya justru merupakan tiga orang dayang kepercayaan dari Ban kiam hweecu, dari pita kuning yang menghiasi ujung pedang mereka bertiga, dapat diketahui bahwa ketiga orang itu memiliki ilmu pedang yang amat sempurna.   Sejak Liu Leng poo harus menghadapi tiga orang lawannya seorang diri, ia sudah merasa amat kepayahan di dalam anggapannya setelah kiamcu mereka tertawan, otomatis ke tiga orang dayang itupun akan bersama-sama menghentikan serangannya.   Siapa tahu walaupun dia sudah menarik diri, ke tiga orang dayang itu justru memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melarncarkan serangannya dengan lebih sengit.   Kontan saja nona itu menjadi terperanjat dan tergopoh-gopoh mengayunkan pedangnya untuk melindungi badan, biar begitu tubuhnya toh terdesak mundur juga sejauh tiga langkah sebelum benar-benar berhasil lolos dari ancaman lawan.    Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo Kemelut Blambangan Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini