Persekutuan Pedang Sakti 27
Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Bagian 27
Persekutuan Pedang Sakti Karya dari Qin Hong Buru-buru Kam Lui cu menjura seraya berkata; "Selamat berjumpa Pit tayhiap, saudara kecil Wi telah kehilangan kesadaran pikirannya karena terluka oleh ilmu Ciang Siang Ci hingga kini kesadarannya belum pulih kembali.." Dengan sorot mata berkilat Pit Ci beng segera mengalihkan pandangan matanya ke arah wajah Kiu siang poo, kemudian bentaknya dengan penuh amarah: "Nenek siluman, kau.." "Pit tayhiap, kau jangan menyalahkan aku," Jerit Kiu siang poo dengan suara melengking. "Sesungguhnya aku sendiri pun menjadi korban penindasan orang lain" Kam Liu cu segera menambahkan pula. "Pit tayhiap, apa yang terjadi hanya suatu kesalahan paham belaka. Dewasa ini terdapat banyak jago kita yang terluka oleh Ciang liong ci, dan sekarang kita semua sudah datang kemari untuk mencari orang tersebut." "Siapakah orang itu?" Tanya Pit Ci beng keheranan. Secara ringkas Kam Liu cu membeberkan duduk persoalan yang sebenarnya terjadi. Dalam pada itu, So Siau hui, Liu Leng po dan Liok Khi bertiga dengan dipimpin oleh Siau cu hujin telah berjalan masuk ke dalam. Setelah melalui sebuah serambi yang sangat panjang, semua orang merasakan pandangan matanya menjadi silau, ternyata mereka telah memasuki sebuah ruangan tidur yang indah dan mewah, disisi kiri pintu merupakan sebuah pembaringan dengan kelambu dan seprei yang halus dan indah, tampaknya merupakan kamar tidur Siau cu hujin. Siau cu hujin menghentikan langkahnya dan memandang sekejap searah semua orang, kemudian sambil menuding kearah sederet jendela panjang dia berkata. "Dua kali orang itu munculkan diri dari balik jendela, semula kucurigai kalau menyelinap masuk lewat luar jendela, maka deretan jendela panjang ini tak pernah kubuka kembali". So Siau hui berjalan mendekat, sementara dia masih meneliti dengan seksama, terdengar Siau cu hujin telah berkata lagi sambil menunjuk kearah sebuah rak bunga. "Belakangan ini, dia selalu munculkan diri dari depan rak ini." Rak tersebut terletak di sisi kiri kamar tidur, belum habis perkataan itu diucapkan, mendadak ia menyelinap masuk kebalik tirai dengan kecepatan luar biasa, Liu Leng poo segera membentak dan melepaskan sebuah pukulan dahsyat kebelakang tubuhnya Kakek Ou tidak ketinggalan, sambi1 membentak dia barsiap siap untuk menerjang ke muka. Namun dengan cepat So Siau hui menggoyangkan tangannya berulang kali sambil katanya "Dia tak bakal boleh, biar aku saja yang menjadi petunjuk jalan buat kalian" Sehabis berkata, dia berjalan masuk ke dalam ruangan. Perabot dalam ruang tidur itu sangat mewah, disamping cermin berlapis kemala, pembaringan pun amat indah, bahkan keindahannya tak kalah dengan keraton raja, tapi disitu sudah tak tampak lagi bayangan tubuh dari Siau su hujin. "Aaah, dia benar benar berhasil meloloskan diri" Seru Liok Khi sambil menghentak-hentakkan kakinya berulang kali. So Siau hui berjalan masuk pula kedalam ruangan itu, mendadak dia mengamati cermin berlapis kemala itu dengan kening berkerut, kemudian gumamnya: "Aaah, mengapa dia justru menjerumuskan diri kejalan kematian..?" Liu Leng poo maupun Sie Hui jin sekalian menjadi amat tercengang setelah mendengar perkataan tersebut, belum sempat mereka mengajukan sesuatu pertanyaan, tampak So Siau hui mendorong cermin itu dengan pelan.. Segera terdengarlah suara gemerincingan nyaring bergema memecahkan keheningan, cermin tadi bergeser kesamping secara tiba-tiba hingga muncullah sebuah pintu rahasia yang sempit. Pada saat saat inilah tiba-tiba tampak sesosok bayangan manusia berjalan sempoyongan keluar dari pintu sempit itu, lalu roboh terjengkang didepan pintu dan tidak bergerak lagi. Orang itu bukan lain adalah Siau cu hujin yang berdandan menyolok itu. Wajahnya saat ini berwarna pucat pias seperti kertas. Tubuhnya mengejang keras dan memperlihatkan rasa kesakitan yang luar biasa, dengan terbata-bata ia berpekik. "Dia...diaaa. yang meng..mengajarkan kepadaku untuk melarikan diri disaa..saat berbahaya..tak tahunya aku..aku tertipu". Suara bisikannya makin lama semakin bertambah lemah, jelas tubuhnya telah terkena senjata beracun sehingga jiwanya tidak tertolong lagi. Menyaksikan hal ini, Liu Leng poo pun berkata. "Orang ini sengaja mengatur segala sesuatunya secara cermat, jelas dia kuatir kalau perempuan ini sampai membocorkan rahasianya. Oleh sebab itu sejak semula ia telah mempersiapkan jebakan untuk membungkam mulutnya" "Apakah kita perlu masuk kedalam?" Tanya Liok Khi. So Siau hui menggeleng, "Tidak usah. Jalan ini merupakan jalan kematian" "Adikku dari keluarra So" Ujar Liu Leng poo kemudian, "aku yakin dalang dari semua peristiwa ini pasti menyembunyikan diri di sana, coba telitilah apakah dlsekitar tempat ini terdapat jalan tembus lainnya..?" So Siau hui mengerutkan dahinya kencang-kencang, dia seperti akan mengucapkan sesuatu tapi kemudian niat tersebut diurungkan kembali. Seluruh perhatian para jago bersama-sama dialihkan kearah So Siau hui serta memperhatikan gerak geriknya, sebab hanya dia seorang yang dapat menemukan alat rahasia yang terdapat ditempat itu. Liu Leng poo yang mengikuti dibelakang nona tersebut, dengan cepat dapat menangkap suatu perubahan aneh atas diri So Siau hui sejak memasuki ruangan itu, perubahan tersebut sempat mencengangkan hatinya, namun dia segan untuk bertanya lebih jauh. Setelah termenung beberapa saat, So Siau hui baru berkata: "Sebenarnya siapakah orang itu? Aku bertekad akan mencarinya sampai ketemu" Begitu selesai berkata, dia segera mendorong cermin itu hingga balik kembali pada posisinya semula, lalu pelan pelan duduk di depan cermin tadi serta membuka laci di sekitarnya dan melakukan pemeriksaan yang teliti atas sekeliling tempat itu. Sudah jelas tombol rahasia yang mengendalikan pintu rahasia tersebut terletak di sekeliling cermin tembaga ini, karenanya perhatian semua orang bersama-sama ditujukan kearahnya dan tak seorangpun yang bersuara. Selang berapa saat kemudian, tiba-tiba terdengar suara "klik", rupanya tombol rahasia yang dicari telah berhasil ditemukan, dari sisi cermin itu muncullah sebuah lubang kecil yang berbentuk pintu rahasia, Dengan wajah terkejut bercampar kaget So Siau hui merabai sekeliling dinding gua tadi, kemudian pelan-pelan berkata; "Aku hanya berdasarkan daya ingatanku saja untuk mencari tombol rahasia guna membuka pintu rahasia ini, mungkin saja masih terdapat ancaman bahaya lain, lebih baik kalian semua mundur saja kebelakang.." Sementara pembicaraan masih berlangsung, mendadak terdengar suara gemerincing nyaring berkumandang dari dasar tanah, cermin kemala putih yang berada disisi dinding tersebut tiba-tiba tenggelam kebawah dan lenyap tak berbekas. Dengan lenyapnya dinding tersebut maka muncullah sebuah pintu yang lebih lebar lagi. Atas peringatan dari So Siau hui tadi, serentak semua orang menyingkir ke samping. So Siau hui sendiripun telah mengundurkan diri sejauh tujuh depa lebih, bersamaan waktunya dengan tenggelamnya cermin kemala putih itu. Begitu pintu yang lebar itu muncul, serentetan cahaya berkilauan segera berhamburan keluar dari balik pintu tersebut. Ternyata sekumpulan jarum beracun. Jarum beracun itu jumlahnya sangat banyak, lagipula menyembur keluar dalam bentuk kipas dan disertai kekuatan yang maha dahsyat serangan itu baru rontok dan kehilangan tenaganya, setelah menyembur sejauh delapan kaki lebih. Memandang beribu-ribu batang jarum beracun yang berserakan diatas tanah, diam-diam Liu leng poo merasa amat terkesiap, pikirnya "Heran, kenapa adik So menguasahi sekali terhadap segala peralatan rahasia yang berada ditempat ini?" Dalam pada itu So Siau hui telah mendekati pintu rahasia serta melongok kedalam, disitu tertera sebuah undak-undakan batu yang menjorok jauh kebawah sana, maka sambil berpaling katanya. "Sekarang kita sudah boleh turun kebawah." Sembari berkata, dia turun ke bawah tanah lebih dahulu. Liu Leng roo serta Sie Hui jin sekalian segera menyusul di belakang So Siau hui serta beruntun turun pula ke dalam lubang tanah. Rombongan tersebut harus berjalan sejauh sepuluh kaki lebih sebelum mencapai ujung undak-undakan tersebut, So Siau hui segera menyulut obor dan melanjutkan kembali perjalanannya menelusuri lorong. Kembali mereka berjalan belasan kaki, kalau sebelum keadaan medan mendadak bertambah lebar, sekeliling lorong punya luas hampir belasakan kaki, sementara didepan terdapat sebuah gua batu dengan dua belah pintu terbuat dari batu hijau. Diatas pintu tergantung pula sebuah papan nama yang bertuliskan: "Istana pemersatu dunia persilatan" Membaca tulisan itu, Sie Hui jin mendengus dingin, jengeknya, "Huuh besar amat lagak oraag ini". Sebaliknya Kam Liu cu berkata sambil tertawa terbahak bahak. "Haah..haah.heeh...kali ini kita telah bertemu dengan si dalang yang sesungguhnya" "Tapi sungguh aneh" Kata Pit Ci beng setelah termenung sejenak. "Kalau toh orang ini berambisi hendak mempersatukan seluruh dunia persilatan, apa sebabnya ia justru menyembunyikan diri dibawah tanah.?" "Mungkin dia menganggap waktunya belum matang" Kata Liu Leng poo sambil berpaling. "Kuharap kalian semua meningkatkan kewaspadaannya masing-masing." Tiba-tiba So Siau hui memperingatkan "Setelah kita memasuki gua ini, kemungkinan besar akan bertemu dengan alat perangkap yang maha dahsyat setiap saat, mungkin juga setiap waktu kita akan menghadapi sergapan maut dari lawan". Sambil tertawa, kakek Ou berkata, "Nona telah memperoleh seluruh ilmu rahasia majikan tentang alat perangkap dan ilmu jebakan, aku yakin kemampuan orang ini tak akan lebih hebat daripada majikan kita, tentang serangan musuh tangguh., ha haa haah...dengan andalkan kemampuan kita semua, biar pun harus bertemu dengan musuh yang bagaimanapun tangguhnya, aku rasa juga tak ada yang perlu ditakuti". So Siau hui menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya, "Sesudah kuperhatikan semua alat jebakan yang kita jumpai sepanjang jalan, dapat kurasakan bahwa kepandaian yang dimiliki orang ini rasanya tidak berada dibawah kemampuan ayah!" Berbicara sampai disitu, dia segera meloloskan pedang pendeknya dan melanjutkan perjalanannya menelusuri lorong gua itu. Kakek Ou takut terjadi sesuatu atas dirinya, dengan cepat ia menyusul dibelakang So siau hui. Kiu Leng poo, Sie Hui jin dan Liok Khie sekalian serentak menyusul pada dibelakangnya. Semua orang sadar, setelah memasuki gua itu berarti setiap saat ada kemungkinan bertemu dengan sergapan musuh tangguh, oleh karena itu gerak gerik mereka sangat berhati-hati, setiap orang menjaga suatu jarak yang tertentu dan berjalan dengan berhati-hati sekali. Setelah memasuki gua itu sejauh beberapa kaki, didepan sana muncul sebuah penyekat yang terbuat dari batu yang halus seperti cermin, diatas batu itu tertera beberapa huruf besar yang berbunyi: "Mati bagi siapa pun yang masuk kedalam". Setelah melewati batu penyekat tersebut, disitu terbentang lagi sebuah lorong yang lebar, disisi dinding lorong tergantung lentera sutera kristal yang memancarkan sinarnya kemana-mana, terhubung dinding lorong sangat halus bagaikan kaca maka sinar memancar lebih jauh lagi. Sudah sekian lama So Siau hui menelusuri lorong tersebut tanpa menjumpai sesuatu apapun, tanpa terasa ia berpaling sambil katanya, "Enci Liu, tampaknya ada sesuatu yang tak beres!" "Apakah kau menganggap di dalam istana pemersatu dunia persilatan ini seharusnya mempunyai penjagaan yang ketat?" "Benar!" So Siau hui manggut-manggut. "Mengapa tak ditemukan sebuah penjagaan atau jebakan apapun disini?" Sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka telah tiba disebuab tikungan, mendadak terlihat bayangan manusia berkelebat lewat, kemudian tampak sekilas cahaya golok menyapu lewat membacok kepala So Siau hui. Bacokan golok tersebut datangnya sangat mendadak dan sama sekali tidak terduga, dalam gugupnya So Siau hui segera menggerakkan pedangnya untuk menangkis. "Criiing.." Begitu bentrokan terjadi, golok tersebut segera terpapas kutung menjadi dua bagian, ujung golok yang patah itu segera mencelat ketengah udara. Namun orang itu tidak menghentikan serangannya karena patahnya golok tersebut, dengan bagian golok yang masih ada, dia membacok kembali dengan kecepatan luar biasa. Seandainya bacokan ini mengenai sasaran, niscaya tubuh So Siau hui akan terbacok kutung menjadi dua bagian. Kekek Ou sangat terkejut setelah menyaksikan kejadian ini, sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kedepan menghajar gagang golok tersebut hingga bengkok ke belakang. Menggunakan peluang ini So Siau hui menggetarkan pedangnya sambil menusuk dada orang tersebut. Siapa tahu pedangnya belum lagi dicabut keluar, orang itu sudah menggerakkan lagi gagang goloknya yang bengkok untuk melancarkan serangan lagi. -oo0dw0oo- Kakek Ou tidak membiarkan serangan lawan mengenai sasarannya, dengan cepat dia melontarkan kembali sebuah serangan dahsyat kedepan. "Braakkk!" Orang itu terhantam sampai remuk dan mengundurkan diri ke sudut dinding dengan gerakan cepat. So Siau hui segera menjerit kaget. "Aaah, ternyata sebuah orang-orangan dari kayu, aai... dengan mundurnya dia ke tempat semula, maka tanda bahaya pasti sudah dibunyikan..." "Sejak kita memasuki gua ini, aku yakin penghuni gua ini telah mengetahuinya." Sahut Liu Leng poo. "Tidak, asalkan kita berhasil membabat habis semua alat rahasia yang ada di sepanjang jalan ini, maka orang yaag berada didalam gua itu tak akan mengetahui apa gerangan yang telah terjadi" Selesai berkata, ia segera menggerakkan tubuhnya dan meluncur kedepan dengan kecepatan tinggi. Sejak itu, tiap berjarak berapa kaki selalu ditemukan sebuah tikungan, dan disudut tikungan terdapat satu atau dua buah orang-orangan kayu, ada yang membawa senjata tajam, ada pula yang membawa alat pembidik otomatis. Jelas isinya adalah senjata rahasia yang amat keji dan beracun. Tapi So Siau hui sebagai puteri kesayangan dari ketua Lam hay bun sudah mempelajari ilmu peralatan jebakan semenjak masih kecil dengan dipimpin olehnya dan mengandalkan sebilah pedang mestika yang amat tajam, ia berhasil membabat habis semua orang-orangan kayu itu sebelum alat-alat tersebut sempat melakukan sesuatu tindakan. Tak selang berapa saat kemudian, hampir puluhan buah tikungan telah mereka lalui, "Sungguh hebat" Seru kakek Ou tertahan lagi "Ternyata dia telah mempersiapkan orang orangan kayu sebanyak ini disepanjang lorong tersebut". So Siau hui tertawa. "Empek Ou, jangan kau pandang enteng orang-orangan kayu itu, bila kau tak berhasil memutuskan alat pengontrol otomatisnya, sekali pun kau tusuk dengan berapa tusukan pedangpun tak nanti mereka akan mundur, ancaman dari benda benda tersebut jauh lebih hebat dari pada manusia sesungguhnya." "Andai kata adik tidak menguasahi peralatan rahasia ini, orang orangan kayu tersebut memang benar benar tidak mudah dihadapi," Seru Liu Leng poo pula. Kembali So Siau hui tertawa "Sekarang sudah tak ada lagi ketujuh puluh dua buah tikungan telah berhasil kubocorkan semua, kecuali orang orangan kayu pertama yang kita hadapi telah dibuat mundur ketempat semula sehingga benda ini sempat menyiarkan tanda bahaya, selanjutnya semua alat rahasia lainnya belum sempat digerakan, mungkin orang yang berada dalam gua itu mengira kita semua telah masuk perangkap." "Benar, bila kita dapat menyerbu kedalam markas mereka tanpa terduga sebelumnya, sudah pasti kita dapat bekuk benggelan tersebut secara mudah." Sambung Liu Leng poo. Sementara berbicara, dia segera memberi tanda pada orang orang yang berada di belakang semua orang mempercepat langkahnya, Dalam pada itu, So Siau Hui, Kakek Ou, Liu Leng poo, Sie Hai jin dan Liok Khi sekalian yang berjalan dipaling depan telah tiba didepan pintu sebuah istana yang gemerlapan bermandikan cahaya emas. Empat buah lentera keraton memancarkan sinar keemas emasan yang gemerlapan menyinari empat penjuru, membuat suasana di sekitar sana terasa lebih anggun dan megah. Waktu itu tampak ada dua orang dayang berdandan baju keraton dengan membawa kebutan kemala sedang berjalan menelusuri serambi ruangan istana tersebut. Kakek Ou segera melompat masuk ke dalam pintu istana sambil bentaknya keras, "Hey, cepat suruh majikan kalian ke luar" Tampaknya kedua orang yang berdandan baju keraton itu tak pernah menyangka kalau ada orang bakal menyusup kesitu, mereka nampak tertegun kemudian cepat-cepat mengundurkan diri dari sana dan lenyap di balik ruangan. Tak lama kemudian berkumandanglah suara dentangan lonceng yang bertalu-talu, disusul kemudian tampak bayangan emas berkelebatan lewat diluar ruangan, tahu-tahu muncul sembilan orang gadis berbaju emas disana. Ke sembilan perempuan itu semuanya memakai pakaian ringkas berwarna emas dengan rambut disanggul model keraton dan bertorehkan mutiara serta batu menikam, sepatunya berwarna emas, sementara pedang yang digunakan memancarkan pula sinar emas, mereka berdiri dalam kedudukan Kiu kiong. Dalam pada itu orang-orang yang mengikuti dari belakang telah masuk semua kedalam ruang istana, sementara mereka semua masih tertegun, mendadak.. "Blaamm". Pintu keraton tertutup rapat-rapat. Dengan tubuh gemetar keras So Siau hui mundur dua langkah kebelakang, lalu jeritnya kaget: "Barisan Kim kiu kiong tin." Liu Leng poo tidak mengetahui sampai dimanakah kehebatan dari barisan Kim kiu tiong tin, melihat perubahan mimik muka si nona yang aneh, cepat-cepat ia bertanya: "Hebatkah barisan Kim kiu kiong tin ini?" So Siu hui tidak menjawab, tiba tiba saja dia membalikkan badannya dan menjatuhkan diri kedalam pelukan Wi Tiong hong sambil berseru lirih. "Cepat peluk diriku erat-erat.." Pada saat itulah dari balik ruangan keraton berkumandang datang suara bentakan yang amat nyaring. "Ou Swan, besar amat nyalimu!" Ketika semua orang berpaling, tampaklah seorang manusia berjubah emas telah berdiri ditengah ruangan dengan wajah penuh kegusaran, tapi tiada seorangpun diantara para jago yang mengenali siapakah orang tersebut. Kakek Ou nampak agak tertegun, lalu secara tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut serta menyembah berulang kali sambil katanya, "Budak tua tidak menyangka kalau majikan yang berada disini, budak tua pantas mati." Diluar dugaan semua yang hadir, ternyata manusia berjubah emas itu adalah ketua Lam hay bun, So Siu jin atau ayah kandung dari So Siu hui.. Terdengar manusia berjubah emas itu berseru lagi sambil mendengus dingin; "Hmm, kau dan si budak cilik itulah yang telah menggagalkan semua rencana besarku" Sekarang Liu Leng poo baru mengerti, pikirnya kemudian: "Tak heran kalau adik So menunjukkan sikap yang aneh semenjak membuka cermin kemala tadi, rupanya dia sudah merasakan bahwa semua pengaturan alat jebakan disini berasal dari ilmu rahasia Lam hay bun mereka.." Sementara dia masih berpikir, terdengar Manusia berjubah emas itu membentak lagi. "Anak Hui, kemari kau!" So Siau hui sama sekali tidak menjawab atau menggubris, dia malah membenamkan kepalanya kedalam pelukan Wi Tiong hong. "Budak kecil" Dengus manusia berjubah emas itu penuh amarah. "Sekali pun aku harus menderita kehilangan anak kandung, akan kutumpas mereka semua sampai ludas." Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Baru sekarang Liu Leng poo mengerti apa sebabnya secara tiba-tiba So Siau hui menjatuhkan diri kedalam pelukan Wi tiong hong, mendengar ucapan tersebut segera katanya dengan suara dingin "Kau benar-benar seorang manusia yang berhati sekeras baja!" Pit Ci beng tertawa tergelak, serunya pula: "Haah..haah..haah., dengan barisan yang dipersiapkan olehnya itu, belum tentu mereka sanggup melukai kita semua.." Manusia berjubah emas itu tertawa dingin: "Hmmnn, biarpun ilmu silat yang kalian miliki cukup hebat, namun tidak akan menyusahkan diriku." Mendadak So Siau hui berseru dengan suara yang mengenaskan; "Ohh ayah, yang kau pikirkan hanya ambisimu untuk menguasahi dunia persilatan, masa kau lupa dengan pesan ibu sebelum meninggal? Bukankah kau telah berjanji akan merawat putrimu secara baik baik?" Berubah hebat paras muka Manusia berjubah emas itu setelah mendengar perkataan sinona, tiba tiba saja ia bersikap murung dan sedih. Terdengar So Siau hui berseru lagi sambil menangis: "Oh, ibu! Lebih baik aku mati saja. aku ingin menyusulmu, dari pada hidup di-sia sia ayah. Lebih baik aku kembali kepangkuanmu." Keluhannya yang begitu memedihkan hati sekali lagi membuat paras muka manusia berjubah emas itu berubah, dipandangnya So Siau Hui sambil mendongakkan kepalanya dan menghela napas panjang ia berkata. "Jerih payah ayah selama sepuluh tahun akhirnya harus punah ditanganmu semua!" Berbicara sampai disitu diapun mengulapkan tangan kanannya, pintu keraton yang semula tertutup rapat mendadak terbuka kembali, sambil mengangkat kepalanya diapun berkata "Kalian boleh pergi dari sini, hari ini juga aku akan mengajak putriku pulang ke Lam hay, hutang piutang diantara kita impas sampai disini saja" Pit Ci beng segera tertawa nyaring. "Haahh...haah...haah..enak betul perkataanmu itu, begini banyak orang sudah kehilangan kesadaran pikirannya gara-gara ilmu totokan Ciang liong ci mu, apakah kau hendak angkat kaki dengan begitu saja?" "Aku membiarkan kalian pergi meninggalkan tempat ini pun sudah untung, apa urusannya orang-orang yang kehilangan pikirannya itu dengan diriku?" Sie Hui jin tertawa dingin, serunya. "Kau anggap kami betul-betul takut kepadamu?" Liok Khi juga menggetarkan alat pengailnya sambil berseru. "Enci Sie, kita tak usah banyak bicara lagi dengannya, biar kupancing dulu tubuhnya..." "Sim sumoay, jangan mencari gara-gara" Bentak Kam Liu cu cepat. Sedang So Siau hui berseru pula. "Oooh ayah, bila kau orang tua masih menyayangi putrimu sembuhkanlah orang-orang yang kehilangan pikirannya ini" Sementara tubuhnya bersandar dalam pelukan Wi Tiong hong, tangannya mencengkeram pergelangan tangan pemuda itu erat erat. Dilain sinar mata berkilat manusia berjubah emas itu memperhatikan Wi Tiong hong sekejap, lalu tanyanya. "Anak Hui, siapakah bocah muda itu?" "Ia bernama Wi Tiong hong, beberapa kali telah menyelamatkan jiwaku..." Manusia berjubah emas itu menggerakkan bibirnya hendak berkata, namun saat itu telah muncul serombongan manusia dari luar pintu istana, orang yang berjalan dipaling depan adalah seorang kakek kekar berjubah sutera yang menyoren sebilah pedang berpita emas. Dibelakangnya mengikuti tiga orang, yang menyoren pedang berpita ungu adalah congkoan dari perkumpulan Ban kiam hwee, si Ji lay bertangan emas Huan Kong bu, yang menyoren pedang berpita merah adalah congkoan pasukan pedang berpita merah Kiong Thian ciu, sedangkan orang yang menyoren pedang berpita putih adalah congkoan pasukan pedang berpita putih si Terbang dibalik awan Liok Im lin. Ketika Sie Hui jin melihat kemunculan kakek berjubah perlente itu, ia segera memanggil ayah sambil buru-buru menyongsongi kedatangannya. Sambil menggandeng tangan Sie Hui jin, kakek berjubah perlente itu segera berpaling kearah manusia berjubah emas dan berkata sambil tertawa terbahak-bahak. "So loko, rupanya kau putar otak mempersiapksn segala sesuatunya ini tak lebih khusus untuk menghadapi kami ayah dan anak berdua?" Orang ini tak lain adalah ayah kandung Sie Hui jin, yaitu Ban kiam hweecu yang belum pernah munculkan diri di dalam dunia persilatan cuman mempunyai nama besar yang sanggup menggetar seluruh dunia persilatan.. Manusia berjubah emas itu, So Siu jin segera tertawa terbahak-bahak. "Haah.haah..haah..akhirnya saudara Sie datang juga, hanya sayang kedatanganmu terlambat selangkah, aku telah berjanji tak akan memusuhi semua jago persilatan dari daerah Tionggoan lagi." Sementara itu congkoan pasukan pedang berpita merah Kiong Thian ciu telah memandang sekejap ke arah Pit Ci beng, tiba-tiba ia berseru tertahan: "Pit Ji-te, rupanya kaupun berada disini? Mana anak Wi? Apakah sudah terperangkap disini?" Bergetar keras sekujur badan Pit Ci beng, matanya terbelalak dan serunya agak tertegun. "Kau..kau adalah enso..." Pelan-pelan Kiong Thian ciu melepaskan selembar topeng kulit manusia dari atas wajahnya, kemudian melepaskan pula ikat kepalanya, ternyata congkoan pasukan pedang berpita merah dari perkumpulan Ban Kiam hwee adalah seorang perempuan setengah umur yang berambut putih. Sekalipun wajahnya sudah penuh dengan kerutan, namun mirip sekali dengan wajah Wi Tiong hong. Sie Hui jin terbelalak pula matanya lebar-lebar, serunya kaget, "Ayah, jadi Kiong congkoan adalah ibu kandung Wi toako?" Sambil tersenyum Ban Kiam hweecu manggut-manggut, sahutnya, "Betul, Pui Toanio adalah ibu kandung Wi siauhiap." Sementara itu Pit Ci beng telah menuding kearah Wi Tiong hong sambil berkata : "Enso anak Wi berada disini, cuma kesadaran pikirannya telah hilang...." "Kalau begitu dia...dia telah terkena obat pembingung sukma dari orang she So itu?" Tanya Hong toanio (congkoan pasukan pedang berpita merah Kiong Thian ciu) dengan air mata bercucuran. Dipihak lain, kakek Ou telah membisikkan sesuatu kepada So Siu jin sambil menunjuk, ke arah Wi Tiong hong. Kemudian tampak So Siu jin dengan sorot mata berkilat mengawasi Wi Tiong hong dari atas hingga ke bawah sambil manggut-manggut tiada hentinya. Menanti Hong toako berseru, So Siu jin telah menjura dan berkata sambil tertawa tergelak. "Tentunya kau adalah ibu kandung Wi siauhiap bukan? Sesungguhnya Wi Siauhiap hanya menderita totokan sebuah jalan darahnya saja hingga kehilangan pikirannya, tapi kau tak usah kuatir, serahkan saja soal ini kepadaku. Hanya sebelumnya ada sebuah persoalan hendak kurundingkan dulu dengan enso" "Persoalan apakah itu?" "Aku hanya mempunyai seorang putri dan kudengar hubungannya dengan putramu sangat akrab, maksudku hendak kujodohkan putriku kepada putramu itu entah bagaimanakah pendapat enso?" Begitu perkataan tersebut diutarakan, Sie Hui jin, Liok Khi, Lak jiu Im eng, Thian Men serta Liong Hiang kun sama sama berubah hebat paras mukanya. Terdengar Ban kiam hweecu berseru tiba-tiba sambil tertawa tergelak. "Haah..haah..haah.kali ini saudara So terlambat satu langkah, sedari semula aku telah membicarakan persoalan ini dengan enso Hong, diapun sudah setuju kalau putriku Hui In menjadi istri Wi siauhiap" "Bagus sekali, kalau begitu kawinkan saja putrimu dengan seorang bloon anak Hui, kita pergi.." Tapi So Siu hui masih tetap memegangi badan Wi Tiong Hong erat-erat, serunya sambil menangis. "Ayah." "Anak Hui" Seru So Siu jin marah "Apa kau takut sebagai putri So Siu jin tak laku kawin?" Cepat-cepat Kam Liu cu menengahi persoalan tersebut sambil tertawa tergelak. ------------------------------------------------------------------------------ Hal 75-78 Hilang ------------------------------------------------------------------------------ lain adalah untuk membalaskan dendam gurunya serta merebut kembali markas gurunya. Sebaliknya Tong hujin adalah putri kandung si pedang beracun Kok Hui, dia khusus mencari si raja langit bertangan racun untuk membalaskan dendam sakit hati ayahnya. Tadi mereka telah saling menyebarkan bubuk beracun terdahsyat yang dimilikinya untuk merobohkan lawan, tapi akhirnya mati sendiri karena keracunan, atau dengan perkataan lain mereka telah saling bunuh membunuh satu dengan lainnya, berarti dendam kesumat diantara mereka pun impas, itulah sebabnya kuanjurkan kepada nona agar menyudahi persoalan tersebut sampai disini saja" "Bagaimana dengan kau sendiri? Sudah jelas kaulah dalang dari semua kekacauan ini, apakah kau bermaksud cuci tangan?" So Siu jin mengalihkan sorot matanya dan memandang sekejap kearah para jago, kemudian katanya sambil tertawa: "Nona keliru, apa yang telah terjadi hanya suatu kesalahan paham, mungkin kalian belum jelas persoalan yang sebenarnya. Sepuluh tahun berselang, Raja langit bertangan keji Liong Cay thian ada maksud untuk mengembangkan sayapnya dengan mengundang kedatangan Kiu siang poo untuk jadi tulang panggungnya, sebagai persiapan dari ambisinya dia telah membuat selat Tok seh sia baru yang letaknya disini. "Waktu itu kebetulan aku sedang datang ke Tionggoan dan bertemu Liong Cay thian, sebagai seorang yang ahli dalam ilmu jebakan maka akupun persiapkan segala sesuatunya didalam selat ini, disamping membangun pula sebuah istana bawah tanah. "Setelah berjalan berapa waktu, aku berhasil mendapat tahu kalau Liong Cay thian khusus membangun selat ini karena dia sedang tergila-gila oleh seorang perempuan yang kemudian jadi Siau cu hujin. "Aku yang kebetulan punya permusuhan dengan pihak Ban Kiam hwee, segera memanfaatkan pula keadaan selat ini untuk menghadapi mereka, maka kutaklukan perempuan itu, mengajari ilmu silat kepadanya dan menyuruhnya menaklukan Kiu siang po serta Liong Cay thian. Aaai.... kalau terbukti Thian tidak berkenan dengan ambisiku ini, yaa, apa boleh buat lagi?" Sementara pembicaraan masih berlangsung, Wi Tiong hong dan Cho Kiu moay telah sadar kembali. Hong toanio segera memeluk Wi Tiong hong sambil serunya diiringi irik tangis yang sedih. "Nak, kau telah sadar? Oohh, sudah lima belas tahun aku tak pernah bersua denganmu" Sementara Wi Tiong hong masih tertegun, Pit Ci beng segera menjelaskan. "Anak Wi, dia adalah ibu kandungmu!" "Oohh ibu" Wi Tiong hong segera berseru. "Apakah kau orang tua sudah mengetahui berita ayah?" "Menantuku, kau tak usah sedih" Timbrung So Siu jin cepat. "Sebelum ajalnya Tong hujin telah meninggalkan pesan terakhirnya diatas meja yang berpesan kepadamu agar pergi ketempat yang dulu untuk menjemput ayahmu, terimalah sebutir pil It goan hu si wan-ku yang mujarab ini. Racun yang mengeram dalam tubuh ayahmu pasti akan punah semua" Sambil menerima pil itu, Wi Tiong hong segera berseru; "Ibu, mari kita segera berangkat ke Tay Ong bun san untuk menyambut ayah!" "Anak, apakah kau tidak menjumpai kedua orang ayah mertuamu dulu?" Tanya Hong toanio sambil tertawa. Dengan wajah bersemu merah Wi Tiong-hong segera memberi hormat kepada Ban Kiam hwee dan So Siu jin. Mengawasi menantunya yang tampan dan gagah, dua orang jago itu segera tertawa terbahak-bahak dengan girangnya. Sementara berbicara, kakek Ou, congkoan pasukan pedang berpita hijau Buyung Siu, Than Khi cu, Thio Kun kay, Seh Thian yu serta ketiga orang dayang dari Ban kiam hwee telah muncul secara beruntun. Ketika mereka dengar Wi Tiong hong telah mendapat jodoh berbondong-bondong mereka datang memberi selamat, kemudian mereka pun memutuskan untuk menyerahkan selat Tok seh sia kepada Liong Hiang kun. Tapi Liong Hiang kun bersikeras menolak, dia ngotot hendak berkumpul terus dengan So Hui jin sekalian dan hidup sebagai kakak beradik, tentu saja nona itu mempunyai tujuan yang lain. Sejak itu Wi Tiong hong-pun menggunakan nama yang sebenarnya yaitu Pui Wi. Dengan mendampingi ibunya langsung berangkat ke gunung Tay Eng bun san, Pendekar berbaju putih Pui Thian jin yang menderita keracunan hebat segera sembuh kembali begitu dicekoki pil mustika dari Lam hay bun, dengan punahnya racun, kesadarannya pun menjadi segar kembali. Dengan begitu mereka sekeluarga pun dapat berkumpul kembali sesudah banyak tahun hidup berpisah dipermainkan nasib. Sekembalinya kerumah mereka dulu di Phu kang, pesta perkawinan pun diselenggarakan dengan meriah. Selain Sie Hui jin, So Siau hui dan Liok Khi, Pui Wi sijago muda kita ternyata mempersunting pula Lak jiu in eng Thio Man dan Liong Hiang kun sebagai istrinya. Bayangkan saja, seorang laki-laki didampingi lima orang istri yang cantik dan menawan hati, siapa yang tidak akan merasa bahagia dengan kehidupannya? Dan sampai disini pula kisah cerita kita ini, sampai ketemu di lain cerita. TAMAT -oo0dw0oo- Document Outline Jilid 1 Jilid 2 Jilid 3 Jilid 4 Jilid 5 Jilid 6 Jilid 7 Jilid 8 Jilid 9 Jilid 10 Jilid 11 Jilid 12 Jilid 13 Jilid 14 Jilid 15 Jilid 16 Jilid 17 Jilid 18 Jilid 19 Jilid 20 Jilid 21 Jilid 22 Jilid 23 Jilid 24 Jilid 25 Jilid 26 Jilid 27 Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo Wanita Iblis Pencabut Nyawa Karya Kho Ping Hoo