Pedang Karat Pena Beraksara 29
Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID Bagian 29
Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya dari Tjan I D Ke delapan orang pendekar pedang berpita biru itu mengiakan bersama, bagaikan harimau-harimau yang buas, serentak mereka melompat ke depan dan melakukan pengepungan disekeliling tempat tersebut. Dua belas orang pendekar pedang berpita putih pun turut berlompatan keluar dari ruangan itu dan berdiri dalam dua barisan dimuka gedung ruangan. Perubahan yang berlangsung sangat mendadak dan sama sekali diluar dugaan ini disambut oleh Chin Tay-seng bagaikan guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, dengan perasaan bingung dan panik dia mengawasi sekejap sekeliling tempat itu, kemudian serunya keras-keras: "Kalian sudah jelas telah meneguk air teh yang bercampur dengan racun..." Dari dalam saku-nya Ban kiam hwecu mengeluarkan sebatang pena kemala yang berwarna hijau, kemudian sambil diperlihatkan kepada lawan, ujarnya tertawa terbahak-bahak. "Haah... hahh... haahh... Semua orang yang datang kemari bersama aku sudah minum air yang bercampur pena Lou bun si terlebih dulu, bahkan racun yang mengeram dalam tubuh Bu yung congkoan sekalian pun sudah berhasil dipunahkan, sekarang apabila Bau kiam hwe begitu gampang tertipu dan masuk perangkap, percuma saja kami berdiri dalam dunia persilatan sebagai salah satu kekuatan." Chin Tay seng benar-benar merasakan sukmanya bagaikan melayang meninggalkan raganya, mendadak dia menjejakkan kakinya ke atas tanah dan buru-buru melarikan diri kedalam lorong rahasia tersebut. Ban kiam hwecu sama sekali tidak memberi komentar apa-apa, sedangkat semua orang yang hadir disanapun tiada yang bergerak untuk menghalangi jalan perginya. Namun kedua puluh orang pendekar pedang berpita hitam yang berdiri dimulut lorong bukan saja tidak melindunginya untuk melarikan diri, mereka malah memutar pedangnya bersama-sama dua puluhan batang pedang yang berkilauan tajam serentak ditujukan keatas ulu hati Chin Tay seng. "Harap congkoan berhenti dulu." Bentak mereka bersama-sama, Mimpinpun Chin Tay seng tidak pernah menyangka kalau pendekar pedang berpita hitam yang dididiknya selama ini dalam keadaan yang terakhir bisa berbalik mengkhianatinya, dengan perasaan terkesiap ia menjerit: "Eei, apa-apaan kalian?" Ma koan tojin turut memburu kesitu, serunya pula dengan nada menyeramkan: "Congkoan toh sudah menyerahkan mereka kepadaku? Tentu saja mereka hanya mendengarkan perintah hamba, barusan hamba telah memberitahukan kepada mereka, sebelum memperoleh perintah hamba. siapapun tak boleh dibiarkan berlalu dari tempat ini. Sekarang congkoan hendak melarikan diri, sudah seharusnya kau memberitahukan dahulu niatmu tersebut kepada hamba, sehingga bamba, sehingga hamba dapat menitahkan kepada mereka untuk segera mengundurkan diri" "Sekarang kau toh boleh memerigntahkan kepada iuntuk mundur.?"h seru Chin Tay seng. Ma koan tojin membetulkan letak pakaiannya, kemudian berkata: "Congkoan, aku ingin bertanya dulu kepadamu, benarkah congkoan telah meracuni hamba sekalian?" "Kau cepat suruh mereka menyingkir, pokoknya aku berjanji akan memberi obat penawar racun untuk kalian." Ma koan tojin kembali tertawa. "Sekarang kami sudah tidak membutuhkan obat penawar racun lagi, tadi bukankah congkoan telah menyaksikan hamba sekalian meneguk secawan arak ? Nah, di dalam arak itulah sudah ada campuran Lou bun si yang telah menawarkan racun didalam tubuh kami." Chin Tay seng semakin gelisah, tapi setelah mendengar ucapan tersebut, saking cemasnya peluh dingin sampai jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya, agak gemetar dia berseru: "To-heng bertiga, masih ingatkah kau. oleh karena jaminan siaute dihadapan Kiamcu, kau baru bisa diangkat menjadi wakil congkoan dalam perkumpulan kami ? Mengapa to heng membalas air susu dengan air tuba ?" "Dua puluh tahun berselang Huan congkoan memberikan jaminannya dihadapan Kiamcu sebelum kau dapat diterima sebagai congkoan pedang berpita hitam, sekarang bukankah kau pun berkhianat ? Apalagi Kiamcu telah menjanjikan kepada pinto asal mata-mata sudah dapat dilenyapkan maka berbicara soal jasa, pinto masih ada harapan untuk menjadi congkoan !" "Omintohud !" Ujar Thi lohan Kwong beng hwesio pula sambil merangkap tangannya di depan dada. "benar-benar Buddha maha pengasih, kali ini pinceng dan saudara To pasti akan diangkat sebagai wakil congkoan !" Sekujur badan Chin Tay-seng gemetar keras, matanya berputar Iiar, tapi semua orang yang hadir disitu hanya tersenyum dan duduk tak bergerak ditempat semula sanbil mengawasi gerak-geriknya. Kini dimulut lorong sudah berdiri dua puluh jago pedang berpita hitam, diluar gedung berderet sepuluh orang pendekar pedang berpita putih. Yang jauh tak perlu disinggungg, yang dekat deingan dirinya sahja sudah terdapat tiga orang pendekar pedang berpita hijau serta belasan orang pendekar pedang berpita hitam. Walaupun sampai detik ini mereka masih berdiri tak berkutik di tempat masing- masing, namun sorot matanya mengawasi terus gerak-geriknya tanpa berkedip, tampaknya mereka sedang menunggu perintah dari Kiamcu. Paras mukanya segera berubah menjadi pucat keabu-abuan, sorot matanya memancarkan sinar kaget dan ngeri, sedemikian takut dan seramnya dia sehingga hampir saja jatuh tak sadarkan diri. Mendadak dia memburu ke hadapan Ban kiam-hweecu, kemudian sambil menjatuhkan diri berlutut dan mengangguk-anggukan kepalanya berulang kali katanya: "Harap Kiamcu maklum, hamba telah berbuat tolol sehingga banyak menyusahkan perguruan, harap Kiamcu sudi mengampuni kesalahan hamba." Ban kiam hweecu segera tertawa dingin. "Chin Tay-seng, kau anggap aku akan mengampuni selembar jiwamu ?" Jengeknya. Kembali Chin Tay seng menganggukkan kepalanya berulangkali sehingga keningnya beradu dengan tanah, kembali dia berseru dengan suara gemetar. "Harap Kiamcu maklum hamba dipaksa untuk berbuat demikian, semua kejadian bukan atas kemauan hamba sendiri, sesungguhnya hamba bukan Chin Tay seng yang sesungguhnya." Perkataan "hamba bukan Chin Tay seng -yang sesungguhnya" Ini sungguh berada diluar dugaan semua orang, kontan saja suasana menjadi gempar dan orang-orang yang berada disitu menjadi tertegun. "Lantas siapakah kau?" Tegur Ban Kiam hwee cu kemudian dengan kening berkerut. Orang yang menyaru sebagai Chin Tay seng itu buru-buru membersihkan obat penyaruan dari wajahnya, setelah itu ujarnya sambil menyembah berulang kali. "Hamba adalah pendekar pedang berpita hitam Ciu Toa nian." "Sejak kapan Chin Tay seng menitahkan kepada kamu untuk menyaru sebagai dia?" Tanya Huan Kong phu tiba-tiba. "Pagi tadi, diaw menyuruh hambay menyaru mukanyxa, kemudian menyekap diri hamba didalam sebuah kamar kosong, barusan dia masuk secara tergopoh-gopoh dan mengajarkan hamba untuk berbicara kemudian hambapun disuruh ke luar dari kamar dan bersandiwara disini. Hamba telah keracunan hingga mau tak mau harus menuruti perintahnya, kejadian ini tak ada hubungannya sama sekali dengan hamba." "Jadi kalau begitu, orang yang menyambut kami tadi masih yang asli?" Seru Huan Kong phu amat gusar. "aaai... tahu begini, seharusnya dia sudah dibekuk sedari tadi" "Bisa jadi dia masih bersembunyi didalam sana" Ujar congkoan pedang berpita putih Lok Im lin. "mari kita menggeledah seluruh loteng dan menyeretnya keluar lebih dulu." "Chin congkoan adalah manusia yang amat licik" Kata congkoan pedang berpita hijau Bu yung Siu. "ditinjau dari tindakannya yang menyuruh orang menyaru sebagai dirinya, ini menunjukkan kalau mereka sudah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, atau dengan perkataan lain dia takut kita sudah mempersiapkan diri maka dia sendiri bersembunyi di tempat kegelapan sambil mengawasi gerak-gerik kita, tapi sekarang rencananya sudah mengalami kegagalan total, aku yakin dia pasti sudah merat dan menyelamatkan diri." Huan Kong pho bertepuk tangan keras-keras sambil berseru pula. "Betul, baik didepan bukit maupun dibagian belakarg bukit, seluruhnya terdapat sembilan buah jalan tembus..." Belum habis dia berkata, tiba-tiba nampak seorarg pendekar pedang berpita putih lari masuk dengan tergopoh-gogoh, kemudian setelah memberi hormat katanya: "Lapor congkoan, menurut laporan yang datang dari pos penjagaan sebelah barat, dikatakan ada dua puluhan orang pendekar pedang berpita hitam sedang melarikan diri ke arah barat, sekarang menanti perintah selanjutnya." Congkoan pedang berpita putih Lok im lim segera berseru "Apa yang diucapkan saudara Buyung memang betul, dia benar-benar melarikan diri" Huan Kong phu segera melompat bangun, kemudian bentaknya keras-keras: "Ayo kita kejar ..." Ban kiam hweecu segera menggoyangkan tangannya berulang kali, ujarnya dengan tenang: "Chin Tay seng tidak bakal bisa meloloskan diri." Kemudian setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh: "Bila dugaanku tidak salah, musuh tangguh akan segera mendesak tiba." "Kiamcu maksudkan orang-orang dari Tok-seh sia ?" Tanya Huan Kong phu. Ban Kiam hweecu manggut-manggut. "Betul, bisa jadi mereka akan melancarkan serangan secara besar-besaran terhadap kita." "Datang tentara kita hadang dengan panglima, datang air bah kita bendung dengan tanah, Memangnya kita harus takut terhadap orang-orang Tok seh sia ?" Dengan sorot matanya yang tajam bagaikan sembilu Ban kiam hweecu mengawasi sekejap semua orang yang hadir disana kemudian katanya. "Tak mungkin dua jagoan akan hidup berdampingan, cepat atau lambat bentrokan kekerasan antara Ban kiam hwee dengan Tok seh sia bakal terjadi juga, tapi hari ini kita semua sudah meneguk air pemunah racun dari Lou bun si, jadi serbuan mereka pada hari ini sesungguhnya merupakan hari yang paling menguntungkan untuk kita" Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata Iebih jauh: "Kalau toh hari ini merupakan hari yang paling menguntungkan buat kita, sedangkan kita pun sudah mengikat tali permusuhan yang lama dan dalam dengan pihak Tok seh sia, mengapa tidak kita manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk melukai musuh sampai seakar-akarnya?" "Ucapan kiamcu memang benar, kalau kita tak menghajar mereka sampai kalang kabut, dianggapnya Ban kiam hwee kita hanya terdiri dari manusia tempe belaka!" Buyung Siu tersenyum. "Aku pikir, Kiam cu pasti mempunyai cara yang paling bagus untuk mematahkan serangan musuh?" "Sebenarnya aku sudah gmempunyai suatui rencana yang mhatang, tapi setelah menduga datangnya serangan musuh pada hnri ini secara besar-besaran, aku pikir, rencana aku semula mungkin sudah tidak begitu baik lagi...." Mendadak dia menutup mulutnya sambil berpaling ke arah Ciu Toa nian yang menyaru sebagai Chin Tay-seng, setelah itu tegurnya lagi: "Bukankah kau mengharapkan aku mengampuni selembar jiwamu..?" Ciu Toa-nian yang berdiri di samping buru-buru menjatuhkan diri berlutut, sambil menyembah berulang kali serunya: "Berbesarlah jiwa kiamcu, ampunilah selembar nyawaku..." "Bagus sekali, sekarang aku mempunyai satu tugas yang harus kau lakukan, asal tugas tersebut dapat kau laksanakan dengan baik, maka jasa tersebut dapat pakai untuk menebus dosamu." "Hamba siap menunggu perintah dari Kiamcu" "Kau tetap menyaru sebagai Chin Tay seng, bawalah dua puluh orang jago pedang berpita hitam dan senja nanti berangkat ke kuil Sik jin tian, bekuk Chin Tay seng serta dua puluh penghianat tersebut" Pucat pias selembar wajah Ciu Toa nian sesudah mendengar perkataan itu, serunya dengan cepat: "Ilmu silat yang Chin congkoan miliki sangat lihay, bagaimana mungkin hamba dapat menandingi kepandaiannya ?" Ban kiam hwee cu tersenyum. "Benar saja, aku akan mengutus Khong beng taysu dan To Sam-seng dua orang huhoat untuk berangkat bersamamu, bagaimana ?" Ciu Toa nian segera memperlihatkan sikap keberatan, dia seperti ingin mengucapkan sesuatu lagi. Belum sempat dia berbicara, Thi lohan Khong beng taysu dan Naga tua berekor botak To Sam seng sudah membungkukkan badannya seraya berkata: "Hamba akan turut perintah !" Terpaksa Ciu Toa nian harus megmbungkukkan pulia badannya membheri hormat, katanya kemudian. "Bila dua orang huhoat bersedia menemani kami, tentu saja hamba pun akan bersedia melaksanakan perintah kedua orang huhoat." "Bukan begitu" Tukas Ban kiam hwee cu sambil menggeleng. "Kau toh sedang menyaru sebagai Chin Tay seng, maka kedudukanmu masih tetap merupakan congkoan pita hitam, kedua orang huhoat tersebut tidak lebih hanya membantumu menangkap orang, jadi segala kekuasaan masih tetap berada ditanganmu." Ciu Toa nian memandang sekejap ke arah Thi lohan dan naga tua berekor botak, kemudian kemudian ujarnya ketakutan: "Hamba tidak berani ..." "lni merupakan perintahku, jadi kau cukup melaksanakan perintah saja." Ciu Toa nian mengiakan berulang kali dan segera mengundurkan diri ke samping. Huan Kong phu, Buyung Siu dan Lo In lim tiga orang congkoan serta Wi Tiong hong yang menyamar sebagai congkoan pedang berpita merah jadi keheranan sekali setelah menyaksikan kejadian tersebut ... Padahal disitu hadir banyak jago lihay, mengapa Kiamcu tidak memilih orang Iain sebaliknya malah mengutus Ciu Toa nian untuk memburu Chin Tay seng? Sambil tersenyum Ban Kiam hweecu berkata. "tapi oleh karena congkoan pedang berpita hitam Chin Tay seng telah menghianati perkumpulan, maka kedudukan sebagai congkoan bisa dijabat oleh Ma Koan toheng, sedangkan Khong beng taysu dan saudara To boleh menjadi wakilnya." Buru-buru Ma koan tojin berseru sambil memberi hormat: "Harap Kiamcu maklum, hamba belum lama bergabung dengan perkumpulan, hamba kuatir kemampuanku masih terbatas sehingga tak mampu menanggung tugas berat ini" Ban Kiam hweecu kembali tertawa. "Kalian bertiga sudah lama termashur dalam dunia persilatan, aku pikir untuk menjabat sebagai congkoan pedang berpita hitam masih lebih dari cukup, harap toheng tak usah menampik lagi..." Huan Kang phu twertawa terbahaky-bahak, dengan xcepat timbrungnya dari samping: "To heng, kionghi untukmu, kalau toh Kiamcu sudah berkata demikian, kalian bertiga pun tak usah merendah lagi." Buyung Siu sekalian segera maju ke muka dan bersama-sama memberi selamat. Ma koan tojin dan Thi lohan serta Naga tua berekor botak buru-buru balas memberi hormat sambil mengatakan tidak berani. "Malam ini, bila ada musuh tangguh melancarkan serangan" Kata Ban kiam hweecu kemudian. "Ma koan tojin boleh memimpin segenap jago pedang berpita hitam yang ada untuk melindungi ruangan ini, harap perintah ini dilaksanakan dengan sebaik- baiknya..." Sambil berkata dia mengelus jenggotnya dan berpaling ke arah Ma koan tojin, sementara bibirnya bergerar membisikan sesuatu, agaknya bagian yang paling rahasia disampaikan dengan ilmu menyampaikan suara. Ma koan tojin segera membungkukkan badan memberi hormat, sahutnya cepat: "Hamba akan turut perintah." Ban kiam hweecu segera berpaling kembali, kepada congkoan pedang berpita putih Lok-In In, katanya: "Lok congkoan !" Dengan cepat Lok Im lin melompat bangun sambil menyahut. "Siap !" "Kau boleh memimpin segenap jago pedang berpita putih berangkat meninggalkan tempat ini, sebelum senja menjelang tiba, kau harus sampai di Poan kiau phu sebelah tenggara bukit Pit bu san untuk menanti perintah." Kemudian dengan ilmu menyampakkan suara kembali dia membisikkan sesuatu yang rahasia" Buru-buru Lok In lin membungkukkan badannya memberi hormat. "Hamba siap menerima perintah." Kemudian Ban kiam hwecu berkata pula kepada congkoan pedang berpita hijau Buyung Siu: "D barat dari bukit Pit bu san terdapat sebuah tempat yang bernama Ciang sucia, jaraknya tujuh delapan Ii dari sini, harap Buyung congkoan memimpin segenap jago pedang berpita hijau untuk berangkat ke situ dan tiba sebelum senja." Selesai berkata, lagi-lagi dia berkemak-kemik dengan mempergunakan ilmu menyampaikan suara. Buyung Siu segera membungkukkan badan dan memberi hormat sambil menyahut: "Hamba terima perintah" "Bila dugaanku tidak keliru" Ujar Ban kiam hwecu lebih jauh. "di sebelah timur laut sana? daerahnya paling terpencil dan sepi, apabila orang-orang Tok seh sia hendak melakukan serangan secara besar-besaran, maka besar kemungkinan mereka akan mempergunakan jalan tersebut sebagai jalan mundurnya apabila menderita kekalahan." "Perkataan kiamcu tepat sekali, tempat itu memang sebuah kempleks tanah pekuburan. Ban kiam hwecu manggut-manggut, kepada Huan Kong phu dia segera berseru: "Huan congkoan boleh memimpin segenap anak buahmu untuk mempersiapkan perangkap diatas sebelum senja nanti, jangan kau lepaskan seorang manusia pun" Tentu saja selesai berkata dia pun berkemak kemik mengirim pesan dengan ilmu menyampaikan suara. Mencorong sinar tajam dari balik mata Huan Kong phu setelah mendengar bisikan itu, serunya sambil tertawa terbahak-bahak. "Haah ..haah..haah... bila hamba membiarkan seorang saja diantara mereka berhasil lolos, hamba bersedia menerima hukuman yang paling berat dari Kiamcu." "Hasil dari pertarungan malam ini mempunyai pengaruh yang amat besar, walaupun saat ini hari masih siang, namun aku harap semuanya mulai bersiap sedia" Berbicara sampai disitu, dia lgantas berpesan ikepada ketiga ohrang pendekar pedang berpita hijau. "Kalian simpan benda itu dimana ?" "Tinggal diruang depan dan dijaga secara bergilir oleh jago pedang berpita putih." Sahut seorang pendekar pedang berpita hijau sambil membungkukkan badannya. "Bagus sekali, sekarang kalian boleh menggotongnya masuk ke dalam ..." Ketiga orang jago pedang berpita hijau itu mengiakan dan bersama-sama menuju ke ruang depan. Tak selang berapa saat kemudian, muncul tiga orang ke dalam ruangan itu, seorang membawa pedang terhunus melakukan perlindungan sementara dua orang yang lain menggotong masuk sebuah karung goni besar. Tiada seorang pun yang tahu apa isi karung goni tersebut, Ciu Toa nian yang berdiri disamping pun hanya bisa melirik sekejap ke arah karung tersebut dengan diam2, sebelum mereka turunkan karung goni itu ke atas tanah, Ban-kiam hweecu telah memerintahkan kembali: "Kirim dia ke dalam kamar beristirahatku!" Tiga orang pendekar pedang berpita hijau itu mengiakan dan segera melanjutkan perjalanannya menelusuri lorong rahasia. "Kiong congkoan, harap ikut aku masuk ke dalam" Ucap Ban kiam hweecu kemudian sambil berpaling ke arah Wi Tiong-hong. Selesai berkata, dia membalikkan badan dan berjalan masuk ke dalam lorong. Wi Tiong hong menerima perintah dan mengikuti dibelakang Ban kiam hweecu, sedangkan ke empat dayangnya menyusul dibelakang Wi Tiong hong. Mereka bersama-sama menelusuri lorong rahasia dan memasuki ruang tamu Ban kiam hwee-cu yang indah dan mungil itu. Dalam pada itu, ke tiga orang pendekar pedang berpita hijau tadi sudah meletakkan karung goni tersebut keatas lantai. Sambil mengangkat kepalanya Ban kiam hwee-cu segera memerintahkan: "Sekarang kalian boleh berjaga di depan pintu, entah siapa pun, sebelum memperoleh ijinku dilarang masuk ke dalam" Para gpendekar pedangi berpita hijau hitu mengiakan dan segera mengundurkan diri. Sepeninggal orang-orang itu, Ban kiam hweecu baru menjura kepada Wi Tiong hong sambil berkata. "Saudara Wi, silahkan duduk sebentar siaute akan berganti pakaian lebih dulu sebelum menemani saudara lagi" "Betul" Kata Hek bun kun Cho Kiu moay pula sambil tertawa merdu. "hamba pun merasa sesak sekali dan kurang leluasa mengenakan pakaian ini, lebih baik bertukar pakaian dulu." Hingga detik ini, Wi Tiong hong masih belum mengetahui sesungguhnya Ban kiam hweecu seorang pria atau wanita?, dia merasa orang ini adalah seorang yang sangat misterius. Buktinya ketika ia menyamar sebagai Hek bun kun Cho Kiu moay, mungkin Cho Kiu moay sendiripun kalah luwes dan lemah gemulai ketimbang dia. Apalagi sewaktu menyamar sebagai Soat ji si nona dusun, pada hakekatnya mirip sekali dengan seorang nona dusun sungguhan. Tapi begitu dia pulih kembali kedudukannya sebagai Ban kiam hwecu, kewibawaan dan keangkerannya segera pulih kembali, bahkan setiap perintahnya dapat membuat semua orang tunduk dan takluk. Tapi ketika ia bersikap sebagai sahabat terhadap dirinya ternyata gayanya berbeda lagi, senyumannya kelihatan jauh lebih lebar dan cerah. Berpikir demikian, untuk beberapa saat lamanya dia memandang wajah Ban kiam hwecu dengan tertegun, untuk beberapa saat lamanya dia sampai lupa menjawab. Ban kiam-hweecu segera tersenyum, katanya: "Saudara Wi, silahkan duduk !" Pelan-pelan dia berjalan masuk kedalam kamar, sedang Hek bun kun Ciu Kiu moay juga segera menyusul dibelakangnya. Wi Tiong hong merasakan pipinya menjadi panas, cepat dia mengambil bangku dan duduk. Seorang dayang muncul menghidangkan air teh, sambil disodorkan ke hadapannya ia berbisik: Buru-buru Wi Tiwong hong bangkiyt berdiri. "Terxima kasih banyak nona Jin, aku tak berani menerima penghormatanmu ini" Serunya tersenyum. Jin Kiam moay segera mengerdipkan matanya berulang kali, kemudian serunya agak tercengang. Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Sauhiap, kau kenal aku ?" Lim Thian moay yang berdiri disisinya segera mencibirkan bibir sambil berseru: "Yaa betul, Wi sauhiap sudah lama kenal denganmu. Merab padam selembar wajah Jin Kiam moay, diam-diam dia mendesis Iirih. Wi Tiong hong segera berkata: "Empat dayang pribadi Ban-kiam-hweecu sudah termashur namanya dalam dunia persilatan, siapa bilang aku tidak mengenalnya." Sementara pembicaraan masih berlangsung Hek bun kun Cho Kiu moay sudah berganti pakaian berwarna hitam gelap dan munculkan diri dalam ruangan. "Toaci, sejak kapan kau kenal dengan Wi sauhiap?" Tanya Lim Thian moay kemudian. Cho Kiu moay melirik sekejap kearah Wi Tiong hong, lalu sahutnya sambil tertawa: "Sudah sejak lama aku kenal dengannya." Jawaban mana kontan saja menimbulkan gelak tertawa cekikikan dari Kiam moay, Kho Hui moay dan Lim Thian moay bertiga. Merah padam selembar wajah Cho Kiu moay mendengar gelak tertawa tersebut, segera bentaknya: "Hei, apa sih yang menggelikan?" Sementara itu Ban-kian-hweecu sudah berganti pakaian kebesaran dan keluar dari kamar dengan langkah lebar, setelah duduk di kursi kebesaran, katanya sambil menuding ke arah karung goni besar itu: "Coba kalian bebaskan orang itu" "Didalam berisi orang? siapakah dia?" Seru Cho Kiu moay keheranan. Kho Hui moay dan Lim Thian moay sudah maju ke depan membuka tali pengikat karung goni itu, dari dalamnya mereka menyeret keluar seseorang." Dengan mata terbelalak lebar Cho Kiu moay segera berseru: "Aaaah, rupanya Hek sat seng Sah Thian yu, Kiam cu! Kau berhasil membekuk Sah Thian yu?" (Agar pembaca tidak bingung perlu kami jelaskan bahwa Cho Kiu moay yang memantek Ma koan tojin dipintu serta membekuk Sah Thian yu di rumah petani tempo hari sesungguhnya adalah hasil penyaruan dari Ban kiam hwecu, sedang Cno Kiu moay yang asli menyaru sebagai Ban kiam hwecu gadungan dan tetap berada di bukit Pit bu san.) Diam-diam Wi Tiong-hong mengangguk, dia sudah menduga kalau isi karung goni itu adalah Sah Thian yu, tapi siapa pula Sah Thian yu yang menerjang pintu dan melarikan diri tempo hari..? Mendadak dia teringat akan seseorang, jangan-jangan Sah Thian-yu yang melarikan diri tempo hari adalah hasil penyaruannya . " "Siapakah orang itu? Tak ada salahnya pembaca menerka sendiri, jawaban akan diketahui pada bagian lain. Sementara itu Ban kiam hwecu sudah mengangkat cawan air teh dan meneguk secegukan, kemudian pelan-pelan dia berkata: "Bebaskan jalan darahnya" Kho Hui moay menurut dan segera membebaskan seluruh jalan darah Sah Thian yu yang tertotok, kemudian dengan gerakan cepat ke empat dayang itu balik kembali ke kedua belah sisi Ban Kiam hwe cu sambil bersiap sedia. Hek sat seng Sah Thian Yu segera menggerakkan ke empat anggota badannya dan membuka matanya kembali, setelah duduk dan memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu mendadak dia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. Ke empat dayang dari Ban Kiam hweecu sudah tahu kalau Sah Thian-yu adalah salah satu di antara empat racun Su tok thian ong, ilmu silatnya lihay sekali. Maka secara diam-diam mereka tgelah membuat peirsiapan secara hdiam-diam, asalkan dia berniat melakukan perlawanan maka dia akan segera turun tangan. Sah Thian yu tertawa terbahak-bahak sambil menjura ujarnya: "Rupanya siaute sudah diundang oleh perkumpuan kalian, tempat ini gelap dan tidak nampak sinar matahari, kalau dugaanku tak salah, seharusnya tempat ini adalah perut bukit Pi bun san.." Mau tak mau Wi Tiong hong harus mengangguk juga setelah menyaksikan gembong iblis itu begitu sadar lantas dapat berbincang-bincang dengan santai pikirnya: "Tua bangka ini benar-benar seorang manusia yang luar biasa." "Sah totiang, silahkan duduk" Kata Ban kiam hwecu kemudian sambil bangkit berdiri dan menjura. Tanpa sungkan-sungkan Sah Thian yu duduk di sebuah kursi persis di hadapan Wi Tiong hong. Lim Thian moay segera maju dan menuangkan secawan air teh baginya. "Aku sering mendengar orang bilang empat dayang yang mengiringi Ban kiam hweecu memiliki ilmu pedang yang luar biasa, nama harumnya termashur dalam dunia persilatan, tak berani aku merepotkan nona untuk menuangkan air teh bagiku." "Setelah Sah totiang sampai disini, berarti kau adalah tamu agung kiamcu kami." Sah Thian yu segera tertawa terbahak-bahak. "Haahahaha... kalian berani membebaskan jalan darah siaute dikarenakan banyak orang hadir disini dan tidak kuatir siaute melarikan diri, apa lagi diluar ruangan banyak tersebar barisan yang sakti dengan perangkap yang bersusun-susun. "Sekalipun aku orang she Sah ingin kabur sekali pun, tidak mungkin bisa lolos dari sini dengan selamat. Nona masih menyebutku sebagai tamu agung, padahal dalam kenyataan aku orang she Sah tidak lebih hanya tawanan kalian, bukankah demikian?" Berbicara sanpai disini dia lantas berpaling kearah Cho Kiu moay dan serunya menjura: "Nona Cho memang berilmu tinggi, buktinya siaute pun berhasil kau tangkap dalam keadaan hidup, siaute benar-benar merasa kagum sekali." Cho kiu moay segera tertawa terkekeh sesudah mendengar perkataan itu, serunya: "Dugaan Sah lotiang kali ini salah besar, aku pernah mencoba kepandaian silatmu selagi berada diperusahaan An wan piau kiok.g Dengan mengandialkan kepandaiahnku ini, bagaimana mungkin aku mampu membekuk lotiang dalam keadaan tangan kosong belaka?" "Kalau bukan nona Cho, lantas siapa dia?" "Orang itu adalah Kiamcu kami." Kata Cho Kiu moay sambil tertawa ringan. Sah Thian yu segera mengalihkan sorot matanya yang penuh keheranan itu kearah Ban kiam hwee cu, kemudian sahutnya sambil manggut-manggut: "Ya betul, hanya Kiamcu pun berapa gelintir manusia saja yang mampu membekuk siaute dengan tangan kosong belaka dalam dunia persilatan dewasa ini." Bankiam hweecu tersenyum. "Saudara Sah terlalu memuji." "Hwcecu... kau berhasil membekuk siaute, jalan darahku sudah kau bebaskan pula, sebenarnya kau ingin menanyai diriku ataukah masih ada petunjuk yang lain?" Ban kiam hweecu tertawa hambar. "Barusan pihak Tok seh sia telah mengirim surat yang isinya mengajak siaute bekerja sama." Berbicara sampai disini sengaja dia berhenti berbicara. Di singgung kembali oleh ketuanya, Cho Kiu moay baru teringat pula kalau surat tersebut ditanda tangani pula oleh Sah Thian yu, hal ini membuatnya keheranan sehingga mengalihkan sorot matanya kewajah Sah Thian yu. Hanya Wi Tiong-hong yang memahami hal yang sebenarnya, sekulum senyuman segera menghiasi wajahnya. Berkilat sepasang mata Sah Thian yu. katanya sambil tertawa seram: "Bila hweecu mau bekerja sama dengan pihak kami, jelas hal ini merupakan suatu kejadian yang baik, apakah hweecu telah menyetujui usul mana?" Dari nada pembicaraannya, sudah kedengaran kalau dia merasa amat bangga. "Ucapan saudara Sah memang betul, kerja sama memang sesuatu yang baik cuma orang-orang Ban kiam hwee tidak sudi ditekan atau ditindas orang lain" "Yaa, tentu saja" Sengaja Sah Thian yu berseru. "anak buah hwecu kan semuanya merupakan jago-jago pedang kelas satu dalam dunia ini-tentu saja kalian tak sudi ditindas atau ditekan orang lain" Pelan-pelan Banw kiam hwaecu beyrkata: "Pihak kxalian telah mengirim orang untuk meracuni orang-orang kami, bukan saja semua jago pedang berpita hijau yang berada di bukit Pit bu san keracunan, para jago pedang berpita putih dan merah yang datang memberi bantuanpun ikut menderita celaka." Mendengar sampai disini, Sah Tnian yu tak kuasa menahan rasa bangganya lagi, dia tertawa terbahak-bahak. "Jadi maksud hweecu aku hendak dijadikan sebagai sandera untuk memperoleh obat penawar atau kah ingin memaksa siaute untuk menyerahkan obat penawar tersebut?" "Semuanya bukan" Jawab Ban kiam hweecu tenang, siaute hanya curiga jangan-jangan aku sudah salah menangkap orang, siapa tahu kau bukan Sah Thian yu yang sesungguhnya, maka aku ingin bertanya sampai jelas?" Bergetar keras seluruh badan Sah Thian yu setelah mendengar ucapan tersebut. serunya: "Mengapa hweecu berkata demikian?" Dari sakunya Ban kiam hwecu mengeluarkan sepucuk surat dan diangsurkan ke depan, peIan-pelan katanya: "Aku curiga karena di atas surat ini pun tercantum nama dari Sah Thian-yu" Sah Thian yu menerima surat itu dan dibacanya sejenak, kemudian dengan wajah keheranan dan curiga dia bergumam seorang diri." "Aneh, siapakah orang ini ? Yaa... sungguh mengherankan, siapakah orang ini ?" Siapakah orang yang telah menanda tangani surat dengan mencatut nama Sah Thian yu ? Atau mungkin orang ini adalah Sah Thian yu gadungan ? Untuk mengetahui keadaan yang lebih jelas tentang hal ini serta untuk mengetahui kisah selanjutnya tentang Wi Tiong hong, silahkan baca lanjutannya dalam cerita: "PERSEKUTUAN PEDANG SAKTI" T A M A T Pedang Pusaka Thian Hong Karya Kho Ping Hoo Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo