Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bego 20


Pendekar Bego Karya Can Bagian 20


Pendekar Bego Karya dari Can   "Kalau memang sudah berhasil, mau apa kau mengendon terus ditempat itu?"   "Kitab pusaka Sang yang kiam hoat tersebut masih berada ditangan orang she Coa tersebut!"   Jawab Be Siau soh. Pada saat itu lah terdengar Coa Thian tam mengigau.   "Siau soh, benarkah kau akan memberikan anak untukku...?"   Merah jengah selembar wajah Be Siau soh ia mendamprat lirih.   "Sialan kau..."   Sangkoan Bu cing berpura pura tidak mendengar, serunya malah.   "Hayo kita segera berangkat!"   Dalam keadaan demikian, Be Siau soh tak dapat menunggu sampai ia berhasil mencuri kitab pusaka Sang yang kiam hoat lagi, bersama Sangkoan Bu cing cepat cepat mereka kabur meninggalkan kuil tersebut.   Dengan keberhasilan mendapatkan pedang mustika itu, dikemudian hari mereka telah menerbitkan banyak sekali pembunuhan mengerikan dalam dunia persilatan.   Dalam pada itu keesokan harinya ketika Ong It sin bangun dari tidurnya dan tidak menjumpai Be Siau soh berada disana, buru buru ia lari keluar dari kuil itu untuk mencarinya.   Namun kemanapun ia mencari, bayangan tubuh Be Siau soh tidak ditemukan juga, ini membuat hatinya merasa semakin gelisah.   "Siau soh! Siau soh!"   Teriaknya berulang kali.   "kau berada dimana...a"   Oleh karena suaranya nyaring, sampai sampai membuat Coa Thian tam yang berada dalam kuil pun terbangun olehnya. Dengan cepat ia memburu keluar kuil sambil bertanya.   "Ong lote, apa yang telah terjadi?"   "Siau soh telah hilang"   Jawab Ong It sin dengan wajah hampir menangis karena sedihnya. Melihat itu, Coa Thian tam menjadi tertegun, katanya.   "Aaah! tidak mungkin, masa orang sebesar itu bisa lenyap tak berbekas dengan begitu saja?"   "Akupun berpendapat demikian, tapi sudah kucari kian kemari, jangankan menjumpainya, bayangan tubuhnya pun tidak berhasil kutemukan"   Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan.   "Jangan jangan ia sudah dibunuh orang?"   "Aaah... aku pikir hal ini tak mungkin, kalau orang itu hendak mencelakai Siau soh, kenapa ia tidak mencelakai pula kita berdua?"   Sebenarnya dia hendak berkata.   "Kecuali dia berniat hendak pergi meninggalkan dirimu!"   Tapi setelah menyaksikan sikap Ong It sin yang termangu mangu seperti orang bodoh itu, ia menjadi tak tega.   Sebab itu, kata kata yang sudah berada di tepi bibir segera ditelan kembali.   Sejak itu, Coa Thian tam dengan menemani si tolol yang romantis ini menjelajahi hutan dan gunung untuk mencari jejak Be Siau soh, tapi setengah bulan sudah lewat, bayangan si nona belum juga ditemukan.   Dalam keadaan begini, Coa Thian tam terpaksa berkata.   "Ong lote, jika dia tak ingin mengikuti dirimu, sekalipun ia kau cari juga tak ada gunanya. sebaliknya kalau ia ditangkap orang maka pertama tama kau musti belajar silat lebih dulu, kemudian baru menolongnya..."   Karena merasa perkataan itu benar juga, maka Ong It sin pun menghentikan usaha pencariannya.   Coa Thian tam segera membawanya menuju ke puncak bukit Handankorli.   Puncak bukit itu merupakan bukit utama dari rentetan pegunungan Thian sam, ketinggiannya mencapai tujuh ribu dua ratus meter dari permukaan laut.   Karena letaknya yang sangat tinggi, maka sepanjang tahun tempat itu diselimuti oleh lapisan salju yang sangat tebal.   Baik Coa Thian tam maupun Ong It sin dapat berjalan dengan kecepatan luar biasa, maka setelah mendaki selama tiga hari penuh, sampailah mereka diatas puncak bukit itu.   Ketika tiba ditempat tujuah, magrib telah menjelang tiba.   Bunyi genta yang nyaring lamat lamat berkumandang datang dari balik kuil kuno di puncak bukit tersebut, suaranya merdu dan mengejutkan siapapun yang mendengarkan.   Menyaksikan kuil yang angker itu, tanpa terasa Ong It sin bertanya dengan keheranan.   "Coa toako, apakah kuil inilah yang kau maksudkan?"   "Inilah puncak Handankorli, tiada kuil Sian gwan si kedua ditempat ini...!"   Jawab Coa Thian tam! Sambil berbicara, kedua orang itu menelusuri jalan bukit dan menuju ke kuil kuno itu. Belum sampai dipintu kuil seorang hwesio setengah umur telah muncul sambil menyambut kedatangannya, kepada Coa Thian tam ia berkata.   "Sicu, sungguh cepat kedatanganmu kali ini!"   "Apakah sin-ceng bisa menerima tamu pada saat ini?"   Tanya Coa Thian tam cepat.   "Dapat pinceng justru mendapat petunjuk dari sinceng untuk menyambut kedatangan sicu berdua!"   "Toa hwesio, kau maksudkan sinceng dapat meramalkan kejadian yang akan datang?"   Tanya Ong It sin terkejut bercampur keheranan.   "Sebagai orang beragama pinceng tak biasa berbohong, betul, sinceng memang memiliki kepandaian untuk meramalkan nasib dan keadaan yang akan datang."   Demikianlah, dengan dipimpin oleh hwesio setengah umur itu, mereka berdua memasuki ruang depan dan menuju kemar belakang sepanjang perjalanan mereka menjumpai ada enam tujuh orang hwesio sedang melakukan sembahyangan malam diruang tengah.   Melihat kesemuanya itu, Ong It sin lantas berpikir.   "Mereka hidup ditempat yang terpencil, heran darimana mereka dapatkan bahan makanan?"   Belum habis ingatan tersebut melintas di dalam benaknya, hwesio setengah umur itu telah berseru dengan penuh rasa hormat di depan pintu.   "Coa sicu berdua telah datang!"   "Suruh mereka masuk!"   Jawab seseorang dari dalam ruangan dengan suara nyaring.   "Sinceng mempersilahkan kalian berdua masuk kedalam kamar, maaf pinceng tak akan menemani lebih jauh"   Hwesio setengah umur itu segera berkata. Setelah hwesio setengah umur itu mengundurkan diri Coa Thian tam baru mengajak Ong It sin masuk kedalam ruangan sambil menyembah sujud.   "Boanpwe telah berhasil mengundang Ong lote untuk datang menjumpai sinceng"   Katanya.   Sewaktu menyembah Ong It sin sempat menyaksikan wajah si hwesio tua yang angker dan penuh kewibawaan itu.   Selesai memberi hormat, mereka berdua lantas berdiri penuh rasa hormat disisi ruangan.   Dengan sorot mata yang tajam, hwesio tua itu mengawasi Ong It sin beberapa saat lamanya, kemudian sambil manggut manggut katanya.   "Pilihan Coa tayhiap memang tepat, bukan saja orang ini berbakat alam dan merupakan bahan paling baik untuk belajar silat, diapun berhati jujur dan baik, sungguh sungguh merupakan sebuah batu kemala yang belum digosok!"   Kemudian dengan kening berkerut katanya lebih jauh.   "Sayang jalan pemikiran orang ini masih belum terbuka, seandainya tidak dioperasi dulu, selamanya tak akan menghasilkan apa apa"   "Tak heran ketika si dewa cebol memberi pelajaran jurus Liong seng kiu cu kepadanya, walaupun sudah dilatih dua puluh kali ia juga tak berhasil menguasainya, setelah mendengar penjelasan dari Sinceng sekarang, pikiran boanpwe baru benar benar terbuka"   "Loceng merasa berterima kasih sekali atas bantuanmu untuk membawanya datang kemari"   Kata hwesio tua itu kemudian.   "orang ini akan kuterima sebagai muridku!"   Mendengar kata kata tersebut dengan cepat Ong It sin berseru.   "Untuk menjadi muridmu tentu saja aku suka, tapi hwesio tua... kau musti berjanji dulu, aku cuma mau menjadi muridmu tapi tak mau mencukur rambut menjadi hwesio, sebab kalau kepalaku gundul tentu akan susah mencari bini!"   Melihat pemuda itu berbicara secara kasar dan tak tahu kesopanan, buru buru Coa Thian tam membentak.   "Ong lote, lain kalu kau musti memanggil suhu kepada sinceng, mengerti?"   Belum sempat Ong It sin menjawab, hwesio tua itu telah menggelengkan kepalanya berulang kali: Lolap tidak terbiasa dengan segala tata cara, biarkan saja ia berbicara semaunya sendiri! Oya, setelah melakukan perjalanan jauh, kalian tentu sangat lelah bukan? Pergilah bersantap sedikit kemudian beristirahat dulu."   Coa Thian tam segera mengajak Ong It sin mengundurkan diri dari ruangan itu.   Selesai bersantap, merekapun pergi beristirahat.   Tengah hari keesokan harinya, Hwesio tua itu mengundang kembali Coa Thian tam untuk menghadap kepadanya, ia berkata: Coa tayhiap, lolap telah mempersiapkan segala sesuatunya, malam ini akan kubukakan jalan pikiran It sin yang tersumbat itu, nanti datanglah untuk membantuku"   Buru buru Coa Thian tam mengiakan. Sebelum meninggalkan ruangan, dari sakunya Coa Thian tam mengeluarkan kitab pusaka Sang yang kiam hoat itu dan diserahkan kepada Sinceng sambil berkata.   "Sebenarnya kitab ilmu pedang itu berada menjadi satu dengan pedang antik Hu si ku kiam, tidak beruntung pedang antik itu telah dilarikan Be Siau soh, untung kitab ini telah diserahkan kepada boanpwe lebih dulu, aku tahu kalau saudara It sin itu orangnya bodoh, daripada terjatuh ke tangan orang yang jahat dan menyebabkan timbulnya bencana bagi umat persilatan, aku sengaja menahannya lebih dulu"   Pendeta suci itu menerima kitab tadi dan dibalik balik sebentar, kemudian katanya.   "Ilmu pedang Sang yang kiam hoat adalah ciptaan dari seorang jago pedang yang lihay sekali, bila ketujuh puluh dua jurus ilmu pedang ini berhasil dipelajari, kemudian digunakan bersama sama pedang antik Hu si ku kiam, maka tak seorangpun manusia dalam dunia ini yang bisa menandinginya, rejeki bocah ini benar benar besar sekali"   "Yaa, untung saja pada malam itu dia serahkan kitab ini kepadaku dan minta aku untuk menyimpannya baik baik, coba kalau sampai dibawa kabur oleh Be Siau soh, entah bagaimana jadinya, mungkin inilah kehendak ilahi"   Pendeta suci itu manggut manggut dan menyatakan persetujuannya dengan pendapat itu.   Maka Coa Thian tam pun mohon diri.   Malam itu ketika tengah malam sudah tiba, Pendeta suci muncul dalam kamar tamu, begitu melangkah ke dalam ruangan, secara beruntun dia menotok ketiga ratus enam puluh lima buah jalan darah ditubuh Ong It sin.   Sementara itu Coa Thian tam telah berdiri menunggu disisinya, semua jendela dan pintu telah ditutup rapat.   "Tanggalkan semua pakaian yang ia kenakan!"   Perintah pendeta itu.   Setelah semua pakaian yang dikenakan Ong It sin ditanggalkan, dari sakunya Pendeta itu mengeluarkan sebilah pedang kecil yang berbentuk aneh, selapis cahaya emas lamat lamat memancar keluar dari balik senjata tersebut.   Kemudian ia mengeluarkan pula sebatang jarum yang bercahaya tajam, jarum itu diletakkan diatas sebuah baki kemala.   Setelah duduk bersila dibelakang tubuh Ong It sin, pendeta itu menempelkan telapak tangannya yang kurus kering itu keatas jalan darah Thian leng hiat, kepada Coa Thian tam pesannya.   "Dikala aku menyalurkan tenaga dalam ketubuh Ong It sin nanti, kau harus mulai menghitung dari angka satu sampai seratus kemudian, gunakan pedang emas Muni kin kiam untuk membelah kulit perutnya, setelah itu gunakan jarum Ling long hui ciam untuk menusuk hatinya sebanyak tujuh kali setiap tusukan harus sampai tembus, mengerti?"   Coa Thian tam cukup mengetahui akan kemampuan sipendeta suci itu, setelah mengiakan, ia mulai bekerja.   Walaupun sesungguhnya dia hanya disebut sebagai pembantu, namun dalam kenyataan dialah yang melakukan operasi itu.   Menanti Coa Thian tam sudah mulai menghitung dari angka satu sampai seratus, Ong It sin yang sudah tertidur nyenak itu penuh dialiri hawa panas yang berkobar kobar.   Sedikit banyak tangannya agak gemetar juga, apalagi pedang Muni kim kiam itu tajam sekali hanya sedikit merobek, perut Ong It sin sudah terbelah.   Dari antara isi perut yang beraneka ragam itu, dengan cepat ia berhasil menjumpai hati yang berwarna merah darah itu.   Meminjam sorotan cahaya lampu yang mencorong dalam ruangan, seperti apa yang diucapkan sipendeta suci tadi, ternyata hati pemuda itu semuanya tersumbat dan buntu sama sekali.   Coa Thian tam memang seorang penotok jalan darah yang ahli, dengan jarum Ling long hui ciam ia mulai menusuk hati itu sebanyak tujuh kali, semuanya dilakukan sampai tembus, sebagai seorang ahli tentu saja tusukan itu dilakukan secara jitu.   Selesai melakukan itu, Coa Thian tam melemparkan pedang Muni kim kiam dan jarum Ling long hui ciam keatas baki, setelah merapatkan kembali mulut luka itu, dia baru berbisik lirih.   "Operasi sudah selesai!"   Si Pendeta suci tersenyum dan bangkit berdiri hawa murninya segera disalurkan kembali ke dalam telapak tangannya, kemudian digosok gosokkan di sekitar mulut luka bekas operasi, tak lama kemudian mulut luka itu menutup kembali.   Menanti semua pekerjaan telah selesai, baik si pendeta suci maupun Coa Thian tam sudah bermandikan keringat karena lelah.   Coa Thian tam menyelimuti badan Ong It sin, kemudian berkata lagi.   "Walaupun Ong lote memiliki hati yang terbuka dan pintar sekarang, sayang wajahnya terlalu jelek sehingga siapapun enggan membaikinya, apakah sin ceng mempunyai sesuatu cara yang bisa membuatnya berubah wajah?"   Lama sekali si pendeta suci itu mengawasi raut wajah Ong It sin sampai lama sekali... tiba tiba seperti menjumpai sesuatu, ia berseru memuji keagungan sang Buddha.   "Omintohud! Hampir saja lolap terkecoh, rupanya It sin tidak jelek semenjak dilahirkan melainkan ia mengenakan selapis kulit manusia yang amat sempurna pembuatnya."   "Tidak mungkin!"   Seru Thian tam setelah tertegun sejenak.   "masa dia sendiripun tidak tahu akan hal ini?"   "Lolap akan segera membuktikan untukmu!"   Sambil berkata pendeta suci itu lantas menyeka diatas wajah Ong It sin, selembar kulit manusia dengan cepat terlepas dari wajahnya itu.   Begitu muka aslinya terbentang didepan mata, baik Coa Thian tam maupun si pendeta suci itu sama sama tertegun dibuatnya.   "Oooh... tidak kusangka kalau didunia masih terdapat pemuda setampan ini"   OooooodeOwioooooo Tiga tahun lewat tanpa terasa, meskipun tiga tahun itu sangat pendek, namun dunia persilatan telah mengalami suatu perubahan yang besar sekali.   Secara beruntun para jago golongan hitam yang sudah tersohor namanya dalam dunia persilatan selama hampir dua puluh tahun lamanya seperti Ih lwe siang mo (sepasang iblis dari jagad) yang bermukim dibukit Tay heng san, Tee lang kun pocu dari benteng Khek po, Say siu jin mo, Lam huang pat yau (delapan siluman dari Lam huang) tujuh siluman yang tersisa dari empat siluman Jit sia cap si yau berturut turut telah menggabungkan diri dengan perkumpulan Ki thian kau.   Konon kaucu dari perkumpulan Ki thian kau ini adalah seorang manusia yang amat misterius, pelbagai berita tersebar dalam dunia persilatan tentang orang ini.   Ada yang bilang ketua Ki thian kau adalah seorang iblis tua berkepala tiga berlengan enam! Ada yang bilang dia adalah seorang siluman aneh berambut merah bermata hijau.   Ada pula yang bilang dia adalah seorang perempuan genit yang jalang...   Sebenarnya macam apakah orang itu, mungkin hanya Tee lwe siang mo, Tee leng kun, Say siu jin mo...   dan sementara beberapa gembong iblis yang tahu.   Terlepas dia itu laki atau perempuan, tua atau muda, yang pasti ilmu silatnya luar biasa sekali.   Ini terbukti dari kemampuannya untuk menaklukkan pelbagai gembong iblis dari segala penjuru dunia, tanpa kungfu yang lihay, tak mungkin gembong iblis itu sudi tunduk di bawah perintahnya.   Tapi sejenak gembong gembong iblis itu menyerah dan menyatakan kesanggupannya untuk bergabung diri, pelbagai kawanan iblis lain pun berbondong bondong datang bergabung serta menyatakan kerelaan mereka untuk masuk partai.   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Dalam waktu singkat, kekuatan Khi thian kau dalam dunia persilatan pun mengalami perubahan seratus delapan puluh derajat.   Dalam keadaan demikian, para jago dari golongan lurus tak berani bergerak secara terang terangan lagi dalam dunia persilatan.   Sepuluh partai besarpun melarang anak muridnya untuk meninggalkan gunung barang selangkahpun.   Kendatipun demikian, banjir darah masih berlangsung terus tiada hentinya.   Pengaruh serta kekuasaan Ki thian kau makin lama semakin hebat, tindak tanduk merekapun semakin brutal, segenap umat persilatan dan perkumpulan yang enggan takluk kepada mereka, dibasmi dan dibantai secara kejam, mereka ditumpas keakar akarnya.   Kebrutalan dan kebuasan mereka boleh dibilang tiada keduanya dalam sejarah persilatan.   Seperti misalnya bulan berselang.   Siok tiong It liong (naga sakti dari Siok tiong) Cui Long, salah seorang dari ih lwe su eng yang enggan takluk kepada mereka, dalam kenyataannya satu keluarga yang terdiri dari seratus tiga puluh orang jiwa telah dibantai secara brutal oleh orang orang Ki Thian kau.   Tak lama kemudian, benteng Ang yap poo mendapat gilirannya.   Ya li kiam Tang Siau wan yang cantik juga jatuh korban, sebelum dibunuh gadis malang ini digagahi secara bergilir oleh delapan siluman dari Lam huang.   Kini, serombongan besar laki laki berbaju merah beralis mata merah, kembali sedang bergerak menuju ke bukit Thian bok san.   Tak usah ditanya jelaslah sudah, bahwa mereka hendak menghadapi Pek lek to (golok halilintar) To Hu hiong.   Sejak mendengar kabar tentang terbunuhnya Ciu Long dan Tang Siau wan, Si golok halilintar To Hu hiong sudah tahu cepat atau lambat kawanan iblis itu bakal datang mencarinya, maka jauh hari sebelumnya dia telah melakukan suatu persiapan yang matang.   Jangan dilihat To Hu hiong orangnya berangasan ternyata cara kerjanya sangat rapi, mula mula dia perkuat dulu pertahanan disekitar lembah Lo sian kok Setelah itu, secara khusus dia membuat pula busur busur otomatis yang dinamakan Cu kat nu.   Pek lek pat ciang (delapan panglima halilintar) mendapat tugas siang malam menjaga keadaan dalam lembah tersebut.   Selain itu, Pek lek to To Hu hiong juga tahu cepat atau lambat lembah po sian kok pasti akan menjumpai pengepungan yang ketat, maka baik soal persediaan senjata maupun persediaan makanan telah dipersiapkan secara pertama.   Tapi, bagaimanapun cermatnya persiapan dari To Hu hiong, toh hatinya gelisah juga memikirkan keadaannya yang kian lama kian bertambah gawat itu.   Dalam keadaan demikianlah, tiba tiba masuk laporan yang mengabarkan akan kedatangan Coa Tayhiap.   Pek lek to To Hu hiong menjadi girang sekali, buru buru ia munculkan diri untuk menyambut kedatangannya.   "Toako, selama banyak tahun ke mana saja kau? Tahukah kau Ciu sam te dan Tang Su moay sekeluarga telah mengalami musibah?"   Menyinggung kembali peristiwa tersebut, tanpa terasa titik titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya. Dengan wajah sedih dan murung, Coa Thian tam manggut manggut sahutnya.   "Dalam perjalanan menuju kemari, aku mendengar pula tentang kematian dari Sam te dan su moay, aai...! Siapa yang mengira kalau dalam tiga tahun yang begitu singkat, dunia persilatan telah mengalami perubahan sebesar ini..."   Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan "Beberapa tahun belakangan ini aku hanya berada dalam kuil Sian gwan si dipuncak bukit Handankorli"   "Oooh... kau telah bertemu dengan pendeta suci Liong mong sin ceng..."   "Benar, aku telah mendapat pesan dari beliau untuk mengajar ilmu silat kepada seorang muridnya"   "Apakah dia adalah orang yang dicari cari sin ceng selama ini?"   "Benar!"   "Siapakah orang itu?"   "Dia bernama Ong It sin, keponakan Si dewa perak Li Liong yang berdiam di wilayah Su cuan"   Kemudian secara ringkas dia menceritakan kembali apa yang telah dialaminya selama ini... Seusai mendengar cerita itu, To Hu hiong lantas berkata.   "Toako! Mengapa kau tidak mengajaknya untuk kembali ke daratan Tiong goan?"   "Ling mong sin ceng telah berkata, bahwa dia masih harus mempelajari ilmu pertabiban dan ilmu barisan"   "Oooh... berapa lama lagi yang dibutuhkan untuk mempelajari ilmu ilmu tersebut?"   "Yaa, siapa tahu?"   Coa Thian tam geleng gelengkan kepalanya sambil mengangkat bahu.   "Aku rasa hanya murid yang diutus oleh Sin ceng baru bisa mengatasi pertumpahan darah yang sedang melanda dalam dunia persilatan dewasa ini, tapi... kuil Sian gwan si terletak begitu jauh dipuncak Handankorli yang berada digunung Pak thian san, darimana mereka bisa tahu tentang peristiwa yang sedang menimpa daratan Tionggoan?"   Coa Thian tam segera tertawa.   "Bukankah sudah kukatakan bahwa Sin ceng pandai ilmu perbintangan? Apalagi sejak hati Ong It sin ditembusi, kecerdikannya luar biasa, apa yang diajarkan kepadanya segera dapat dipahami dalam waktu singkat, sejak ia belajar ilmu pertabiban dan ilmu barisan, sampai sekarang tiga bulan sudah lewat, siapa tahu kalau dia turun gunung jauh lebih awal?"   Sementara pembicaraan sedang berlangsung, dalam ruang tamu muncul seorang nyonya setengah umur serta seorang pemuda berbaju biru.   Kedua orang ini adalah istri To hu hiong yang bernama Lan hoa jiu (sitangan sakti penotok jalan darah) Liu Bun ing serta putranya To hu Beng.   Setelah saling memberi hormat, Coa Thian tam pun bertanya.   "Te moay, persediaan rangsum kita sanggup bertahan selama beberapa waktu?"   "Kami telah menyiapkan rangsum untuk setengah tahun lamanya"   "Bagus sekali kalau begitu..."   Sesudah berhenti sejenak, kembali dia bertanya "Apa kalian sudah tahu, markas besar perkumpulan Ki thiam kau letaknya dimana?"   "Konon kantor cabang mereka ada dikota Leng an, sedang markas besarnya jarang diketahui orang sampai sekarangpun siaute sendiri juga kurang begitu tahu.   "Kau juga tahu siapakah Thamen dari kantor cabang ini?"   Dari sakunya To hu Hiong mengeluarkan secarik kartu pemberitahuan, kartu itu segera diberikan kepada rekannya.   Coa Thian tam menerimanya dan membaca isi kartu itu, dimana secara garis besarnya dinyatakan agar Pek lek to serta anak buahnya menyerah kalah, kalau tidak mereka hendak mencuci lembah Lo sian kok dengan darah.   Dibawah kartu itu dicantumkan nama ketua kantor cabangnya yakni Kim san sia kiam (kipas emas pedang sesat) Thio Pin.   "Oooh... rupanya lotoa dari Lam huang pat yau!"   Pekik Coa Thian tam.   "kalau begitu kedepalan siluman dari Lam huang ini pasti sudah lama sekali mengincar lembah Lo sian kok"| "Toako, walaupun hanya delapan siluman saja namun lebih dari cukup untuk membuat kita pusing kepala, ketahuilah bahwa kungfu mereka berdelapan tidak berada dibawah kepandaian kita dalam keadaan demikian bisa jadi posisi kita akan bertambah gawat!"   OooookOzoooo Sekalipun kita kalah dalam jumlah kekuatan, toh bisa dilawan dengan kecerdasan"   Kata Coa Thian tam.   "misalnya kita buat parit parit yang dalam untuk menjebak mereka atau menyerang mereka dengan busur busur otomatis dari tempat atas, aku pikir satu satunya jalan yang bisa mereka gunakan hanya memutuskan jalur rangsum kita, meski demikian kita toh bisa mengulur waktu sambil melihat situasi, asal It sin lote sudah sampai di Tionggoan asal dia berseru seluruh partai dan perkumpulan silat disini tentu akan bersatu, saat itu apalagi yang musti kita takuti?"   "Aaai... semoga saja demikian!"   Kata To hu Hiong lirih. Malam itu lewat dengan tenang. Tapi keesokan harinya, seorang penjaga datang melapor.   "Kantor cabang perkumpulan Ki thian kau untuk kota Leng an telah memimpin anak buahnya datang menyerang gunung kita!"   Mendengar laporan tersebut, Pek lek to dan Coa Thian tam dengan membawa kedelapan orang panglimanya berangkat ke mulut lembah untuk memimpin langsung pertahanan ditempat itu.   Tak lama kemudian, Lam huang pat yau dengan memimpin ratusan orang jagonya telah muncul disana.   Kim san sia kiam Thio pin yang merupakan pimpinan rombongan segera mencemplak kudanya maju ke depan, setelah itu dengan lantang dia berseru.   "Wahai orang orang Lo sian kok, dengarkan baik baik perkataanku ini, beritahu kepada Pek lek to To hu Hiong agar tampil ke muka untuk menyambut kedatangan kami!"   Pek lek to segera munculkan diri dari balik jendela benteng, kemudian sahutnya.   "Pun kokcu berada disini, mau apa, kalau ingin berkentut, silahkan cepat cepat melepaskan kentutmu itu!"   "Sejak Ki thian kau didirikan, cita cita kami adalah membebaskan seluruh wilayah Tionggoan dari segala macam pertikaian, banyak sudah jago jago persilatan yang bergabung dengan kami, ketahuilah Lo sian kek hanya suatu tempat yang kecil, apakah kalian hendak melakukan perlawanan?"   "Kau dapat memberitahukan dulu siapa nama kaucu kalian?"   Seru Pek Lek to To hu Hiong dengan suara lantang.   "Kaucu kami adalah keturunan dewa, seorang manusia aneh yang tiada taranya didunia ini, setelah kau menyerah, masa tak akan kau ketahui siapa orangnya?"   Mendengar itu, To hu Hiong segera tertawa dingin tiada hentinya.   "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... tak berani menyebutkan nama kaucunya menunjukkan kalau perkumpulan kalian cuma perkumpulan tikus tikus yang tak tahu malu, buat apa kau musti menyerah kepada kawanan tikus?"   Begitu ucapan tersebut membuat segenap anggota Ki thian kau menjadi marah sekali. Li yau hu (siluman rase) Ay Bi yang pertama tama tak tahan, dengan suara merdu segera bentaknya.   "Kau menusia bangsat yang tak tahu diri berani benar mencacimaki kaucu kami? Hm! Kalau kau tidak mengibarkan bendera putih sekarang juga kami akan menyerang!"   "Ucapan sam ci tepat sekali!"   Sambung seorang perempuan berperawakan tinggi besar, kita buat nasib mereka sama dengan nasib perkampungan Boan liong ceng serta Ang yap poo!"   Orang yang barusan berbicara adalah anggota keenam dari Lam huang pat yau, orang menyebutnya It cing hong (satu kaki merah) Sim Jit nio...   Dengan suaranya yang keras dan lantang ucapan itu dapat didengar pula oleh Pek lek to dan Coa Thian tam yang ada diatas benteng.   Kontan saja To hu Hiong naik darah, sambil membentak keras, ia bersiap siap hendak keluar dari lembahnya untuk melangsungkan pertarungan melawan kedelapan siluman itu.   "Jangan"   Buru buru Coa Thian tam mencegah "kalau kau pergi seorang diri, itu berarti kau sudah terperangkap oleh siasat musuh yang licik!"   Untung saja To hu Hiong cukup mengetahui akan bahaya tersebut, sebisanya ia kendalikan hawa amarah didalam dadanya.   "Kau kuatir tak ada kesempatan untuk menghajar mereka?"   Kembali Coa Thian tam berbisik, jangan kuatir, malam nanti tak ada salahnya kalau kita perlihatkan kehebatan kita, agar mereka tahu bahwa kita bersaudara bukan manusia yang gampang dipermainkan dengan begitu saja"   To hu Hiong cukup mengetahui akan kecerdasan Coa Thian tam yang tersohor karena banyak akalnya itu, maka diapun tidak banyak berbicara lagi.   Dalam pada itu, Lam huang pat yau merasa amat gusar sekali karena seruan mereka tidak digubris, terutama Kim san sia kiam Thio Pon sendiri.   Dengan nada mengejek dia lantas menyindir kembali.   "Hey, bukankah kau sudah meraung gusar tadi? Kenapa tiada kelanjutannya? Kalau aku menjadi kau, sedari tadi sudah melompat turun untuk beradu jiwa...!"   Tapi, bagaimanapun para siluman itu berteriak menantang perang, para jago dari pihak To hu Hiong tiada yang menggubris, mereka tetap berjaga di posnya masing masing dengan penuh kewaspadaan.   Oleh karena tantangannya sama sekali tidak mendapat tanggapan, terpaksa Kim san sia kiam Thio Pin menitahkan anak buahnya untuk melakukan penyerbuan.   Sayangnya, meski penyerbuan itu dilakukan secara besar besaran oleh pihak Kim tham kau, namun semua serangan itu berhasil dipatahkan oleh hujan panah yang dimuntahkan dari busur busur otomatis.   Banyak korban yang berjatuhan akibat dari serangan ini, gagal mencapai niatnya, terpaksa Kim san sia kiam Thio Pin menitahkan anak buahnya untuk mundur.   Menjelang senja, penyerbuan dilakukan sekali lagi namun kali inipun puluhan orang iblis menderita luka parah akibat hujan panah yang deras dalam keadaan begini untuk kedua kalinya terpaksa Kim san sia kiam menghentikan penyerbuan.   Mereka mundur keluar selat dan mendirikan tenda tenda disana.   Malam itu udara sangat gelap, diudara hanya ada segaris rembulan yang redup serta beberapa bintang.   Angin gunung berhembus kencang, udara kian lama kian bertambah dingin, dalam keadaan begini, kecuali beberapa puluh orang yang bertugas melakukan patroli, yang lain sudah terlelap tidur karena lelah.   Kurang lebih mendekati kentongan ketiga tiba tiba dari atas benteng dalam lembah Lo sian kok meluncur turun dua sosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.   Dengan gerak gerik yang sangat berhati hati, kedua orang itu menelusuri tempat kegelapan dan merobohkan peronda peronda yang berada disekeliling tempat itu.   Kemudian mereka mengeluarkan panah panah berapinya dan dibidikkan ke arah tenda disekeliling tempat itu.   Dalam waktu singkat api berkobar dengan hebatnya membakar semua tenda ditempat tersebut.   Dalam tidurnya yang nyenyak, Lam huan pat yau dibuat terperanjat oleh kebakaran itu, pakaian dan sepatu tak sempat dikenakan senjata tajam dan senjata rahasia tak sempat dibawa, mereka melarikan diri kebirit birit meninggalkan tempat itu.   Suasana menjadi gaduh dan ribut tak karuan dalam keadaan panik dan serba kacau ini, dua orang manusia bercadar itu tanpa ampun menggerakkan pedangnya membacok kesana kemari, diantara berkelebatnya cahaya golok dan pedang, dalam waktu singkat tiga empat puluh orang sudah tewas dalam keadaan yang mengerikan sekali.   Waktu itu, lo jit dari Lam huang pat yau yaitu To gon to (si golok kerbau) dan Lo jin hui lun (kakek beroda terbang) Ho To hoa bertugas melakukan patroli, ketika melihat ada orang menyerbu ke tenda mereka dan sekejap mata banyak korban telah berjatuhan, serentak mereka menerjang ke arah manusia bercadar itu.   Begitu pertarungan berkobar, jeritan ngeri berkumandang memecahkan keheningan, Ho To hoa yang berjulukan kakek beroda itu roboh terkapar bermandikan darah, sedangkan golok kerbau yang masih melakukan perlawanan makin terdesak dibawah angin, tampaknya sebentar lagi ia bakal menderita kekalahan total.   Untunglah disaat yang kritis, terdengar bentakan bentakan nyaring berkumandang dari empat arah delapan penjuru, Kim san sia kiam Thio Pin dengan memimpin Tok jiau kou hu (cakar racun perenggut nyawa), Hek yau hun (siluman rase hitam), Sang sim *i (seruling berhati lara), It tiang hong (sejengkal merah) dan Hiat im (si bayangan darah) menyerbu masuk kedalam arena.   Tiba tiba salah seorang manusia bercadar yang bersenjata pedang itu berseru.   "Setelah peroleh keuntungan, kalau tidak pergi mau tunggu sampai kapan lagi"   Dalam pada itu, si manusia berkerudung yang bersenjata golok itu telah berhasil meninggalkan sebuah bekas bacokan yang dalam sekali ditubuh si golok kerbau, setelah tertawa terbahak bahak, ia lantas melayang mundur dari situ.   Tak terlukiskan kegusaran para siluman setelah menyaksikan keadaan demikian dengan geram mereka berteriak.   "Kejar terus!"   Pengejaran secara besar besaran segera dilakukan oleh para siluman untuk menyusul kedua orang manusia berkerudung itu.   Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah masuk kedalam lembah, lentera merah segera dinaikkan dan hujan panah berhamburan menyongsong kedatangan Lam huang pat yau sekalian yang sedang melakukan pengejaran.   Sekalipun mereka adalah jago jago kelas satu dari golongan hitam, namun gembong gembong iblis itu tak berani memandang remeh kelihayan dari panah panah otomatis tersebut, dalam keadaan demikian terpaksa mereka hanya bisa membiarkan kedua orang buronannya kabur ke dalam lembah itu.   Dengan terjadinya peristiwa ini kekuatan para siluman terpukul sekali mereka tak berani pandang enteng kekuatan lawan lagi, sekalipun demikian merekapun tak berani memohon bala bantuan.   Mengapa demikian? Karena kantor cabang kota Tiong khing yang dipimpin oleh Tujuh siluman dari tujuh selat berhasil membasmi Siok liong It liong Ciu Long.   Sedang kantor cabang Kim hoa yang dipimpin Ciong lay su sia (empat sesat dari Ciong lay) berhasil menumpas benteng Ang yap poo.   Padahal berbicara soal mutu kekuatan, maka kantor cabang kota Leng ang yang dipimpin oleh Lam huang pat yau jauh lebih hebat.   Otomatis mereka malu mencari bala bantuan, sekalipun kekuatan mereka sekarang sudah porak poranda.   Dalam keadaan demikian, Kim san sia kiam Thio Pin memutuskan untuk menunggu terus sambil berusaha mencari kesempatan baik yang lain.   ooodOwoooo Fajar baru saja menyingsing, sang surya baru muncul diufuk sebelah timur...   Ditengah tebalnya kabut yang menyelimuti angkasa, diatas jalan raya yang lenggang tiba tiba muncul satu rombongan besar laki perempuan berpakaian ringkas yang berwarna ungu.   Bukan saja mereka bersenjata lengkap, pada pakaian bagian dadanya tertera pula sebuah sulaman bunga tho yang masih kuncup.   Dengan mengiringi sebuah kereta kencana berwarna merah darah, berangkatlah rombongan tersebut menuju ke kota Tiong kwan.   Sepanjang jalan, para rakyat bersama sama menyembunyikan diri ketika menyaksikan munculnya rombongan besar berwarna merah itu, mereka cukup tahu akan kekejaman dan kebrutalan orang orang itu.   Ketika rombongan hampir memasuki kota, mendadak terdengar seseorang berseru dengan suara lantang.   "Besar amat lagaknya! Padahal tak lebih cuma serombongan kelinci dan kawanan tikus!"   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Mendengar seruan itu sepasang muda mudi bersenjata pedang yang berada tak jauh dari sana segera berpaling.   Ternyata orang yang barusan berbicara itu masih muda belia, usianya lebih kurang dua puluh satu dua tahunan, sayang hidungnya pesek dengan mulut seperti congor babi, matanya melotot keluar dengan dahi sempit, suatu potongan wajah yang jelek sekali.   Sebaliknya sepasang muda mudi itu memiliki wajah yang kebalikannya, yang pria ganteng dan menawan, sedang yang perempuan cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, dilihat dari raut wajah mereka tampaknya kedua orang itu adalah saudara sekandung.   Muda mudi ini berpakaian ringkas dan bersenjata, ini menunjukkan bahwa mereka adalah jago jago dari dunia persilatan.   Sedangkan pemuda jelek itu berpakaian kasar dan berdandan sederhana seperti anak petani, ia tidak bersenjata dan tidak memiliki tanda tanda sebagai seorang yang pandai bersilat.   "Sobat!"   Pemuda tampan itu segera menegur.   "tahukah kau, siapa manusia manusia itu?"   Pemuda jelek itu segera tertawa dingin.   "Hm, siapa yang tidak kenal dengan kawanan cecunguk dari Ki thian kau...?"   Sahutnya.   "Meskipun apa yang saudara katakan tadi benar, tapi tahukah kau apa akibatnya bila sampai kedengaran oleh kawanan iblis itu? Kau bisa dibunuh secara keji"   "Terima kasih banyak atas kebaikan saudara!"   Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.   "Cuma, tahukah kalian hendak berangkat ke manakah kawanan pencoleng dari Ki thian kau itu?"   "Besar kemungkinan mereka hendak menyerbu bukit Hoa san!"   "Kim liong lojin dari bukit Hoa san dan Gin liong su kiam meski bukan termasuk manusia manusia lemah, walaupun nama besar mereka telah tersohor diseluruh dunia persilatan, tapi aku rasa belum tentu mereka sanggup untuk membendung serbuan dari kawanan iblis ini"   "Dari mana kau bisa berkata demikian?"   "Konon Ki thian kau adalah suatu organisasi yang terdiri dari kawanan iblis berilmu tinggi"   Tutur pemuda jelek itu.   "kalau mereka tidak lihay, darimana Khong tong pay, Im san pay, heng san pay bisa dibasmi dalam waktu semalam? Dari sini dapat diketahui bahwa nasib Hoa san pay pun bakal menyerupai mereka"   Kontan saja pemuda tampan itu mendengus dingin.   "Hmmm! Kalau dulu, mungkin ucapanmu benar... tapi sekarang..."   "Bagaimana sekarang?"   Sambil menunjuk kearah gadis cantik disisinya, kata pemuda tampan itu.   "Setelah adikku pulang kegunung, Partai kami pasti akan terhindar dari bencana!"   Gadis cantik itu bermaksud untuk mencegah kakaknya berbicara, sayang terlambat kata kata itu toh dikeluarkan juga. Dengan nada tak percaya pemuda jelek itu lantas berkata.   "Selihay lihaynya kungfu yang dimiliki adikmu, kehebatannya juga ada batas batasnya..."   "Kau tahu apa? Adikku adalah murid Koan tiau kek di Lam hay, ia memiliki ilmu pedang yang tiada taranya didunia ini..."   "Oooh...! Rupanya nona adalah murid Teng tiau kek dari Lam hay, kalau begitu aku tak usah kuatir lagi, semoga dalam pertarungan ini nona berhasil mengalahkan kawanan iblis itu"   Ucap pemuda jelek itu. Seusai berkata, ia lantas menyelinap ditengah lautan manusia dan lenyap dari pandangan. Sepeninggal pemuda jelek itu, sinona segera mengomel.   "Engkoh Kiam siu sebelum berangkat suhu toh berulang kali telah berpesan agar kita jaga rahasia sehingga pihak Ki thian kau tak tahu bila partai kamipun terlibat dalam pertikaian ini barusan kenapa kau berani berbicara begitu terhadap seseorang yang tidak kau kenal tanpa mempertimbangkan akibatnya?"   Dengan cepat pemuda tampan itu menjawab "Setelah lewat satu kota lagi kita akan tiba di Hoa im setelah berada didepan rumah sendiri, apa yang musti ditakuti? Lagi pula..."   "Sudahlah, tak usah dibicarakan lagi... lebih baik kita cepat cepat pulang gunung"   Tukas gadis itu kemudian.   Ternyata sepasang muda mudi ini adalah cucu lelaki dan cucu perempuannya Kim liong lojin (kakek naga emas) Bwe Hoa loh dari bukit Hoa san.   Sang pemuda tampan bernama Bwe Kiam ciu, sedang sinona cantik bernama Bwe ling soat.   Sejak kecil Bwe Ling soat telah berada di Lam hay menjadi muridnya Kekcu dari pagoda Loan tiau kek, disana ia belajar ilmu pedang dan tak pernah meninggalkan perguruan.   Dasarnya Bwe Ling soat memang berbakat bagus, apalagi tulangnya memang cocok untuk belajar ilmu, Koan tiau kekcu merasa senang sekali kepadanya sehingga segenap kepandaian yang dimiliki diwariskan kepadanya...   Perlu diketahui, Koan tiau kekcu dari Lam hay, Biau tam sinni dan Liang mong Seng ceng dari bukit Pak Thian san bersama sama disebut orang persilatan sebagai Ih lwee ji seng (dua orang suci dari jagad).   Untuk melatih muridnya agar lebih berpengalaman dan matang dalam mempergunakan ilmunya, Biau tam sinni menitahkan Ling soat turun gunung serta berbuat amal.   Kebetulan kakaknya berkunjung kesana, maka setelah diberi pesan agar jagan membocorkan identitas mereka berangkatlah sepasang muda mudi itu pulang ke Hoa san.   Siapa tahu, dalam suatu pertemuan yang tak disengaja Bwe Kiam ciu telah membocorkan rahasianya, ini menyebabkan gadis itu harus mempertingkat kewaspadaannya untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.   Bulan sembilan yang dingin telah menjelang tiba, angin berhembus kencang menggugurkan dedaunan disepanjang jalan.   Makin mendekati desa kelahirannya, Bwe Ling soat merasa makin gembira, sehingga tanpa terasa ia mulai bersenandung dengan suara yang lirih tapi merdu...   "Soat moay!"   Bwe Kiam ciu segera menegur.   "aku rasanya amat murung, kenapa kau masih punya kegembiraan untuk bersenandung?"   "Kau tak perlu bermuram durja"   Hibur Bwe Ling soat.   "bukankah kita sudah berhasil mendahului rombongan Ki thian kau"   Mendadak ia menjerit tertahan. Ketika gadis itu berpaling, maka tampaklah pemuda bertampang jelek yang dua jam berselang berjumpa dengan mereka di kota Tong kwan kini sudah berada jauh di depan mereka.   "Apa yang kau lihat?"   Bwe Kiam ciu segera melarikan kudanya mendekati seraya bertanya.   "Aaah tidak apa apa, hanya seorang yang tiada sangkut pautnya dengan kita, lebih baik kita tidak membuang waktu lebih lama lagi"   Bwe Kiam ciu tidak bertanya apa apa lagi, dia segera melarikan kudanya kencang kencang menuju ke kota Hoa im.   Tak lama kemudian mereka sudah keluar dari kota utara dan naik ke bukit Hoa san.   Baru sampai ditengah bukit, Gin Liong su kiam telah menyongsong kedatangan mereka sambil menyapa.   "Kiranya kongcu dan siocia telah pulang tepat pada waktunya, dengan demikian ciangbunjin pasti akan merasa lega."   "Orang orang Ki thian kau sudah siap menyerbu kemari, kalian telah bersiap sedia?"   Tanya Bwe Kiam ciu. Tio Beng hau, lotoa dari Gin tiong su kiam menjawab.   "Waah! Kalau cuma berita semacam itulah tidak berhasil kita ketahui, bukankah kita sudah habis sedari dulu?"   Tak lama kemudian mereka telah tiba di ruang Kim liong teng. Waktu itu Kim liong lo jin sedang mengumpulkan sekitar dua ratus orang muridnya untuk diberi instruksi dan pembagian tugas.   "Yaya!"   Dengan suara keras gadis itu menjerit. Tak terlukiskan rasa gembira Kim liong lo jin setelah mengetahi kalau cucu perempuannya telah pulang, dia segera memeluknya dengan penuh kasih sayang.   "Suhumu memperbolehkan kau pulang, nah ini benar benar merupakan suatu kemujuran buat Hoa san pay!"   Pekiknya sangat gembira.   "Yaya begitu percayakah kau dengan kemampuan Soat ji?"   Kata Bwe Liang soat aleman "Bagaimana tidak percaya? Paling tidak kau toh sudah dua belas tahun belajar ilmu dipagoda Koan tiau kek masa bisa salah lagi pandanganku?"   "Barusan Soat ji melihat yaya bagaimana kekuatan dari jago jago kita untuk menjaga beberapa puluh buah pos penjagaan apakah yaya tidak merasa kalau cara semacam ini justru memperlemah kekuatan kita sendiri? Untuk menghadapi perkumpulan perkumpulan biasa mungkin saja manjur, cara ini bukan suatu cara yang baik"   "Lantas bagaimana menurut pendapatmu, Soat-ji?"   Tanya Kim liong lojin cemas.   "Menurut pendapat Soat ji, lebih baik himpun segenap kekuatan ditengah lapang di muka ruang naga emas, jadi andaikata sampai bentrok kita bisa maju bersama."   Kim liong lojin termenung dan berpikir sebentar, kemudian dia manggut manggut tanda setuju.   "Ehmm...! Cara ini memang ada baiknya juga..."   Ia lantas menurunkan perintah untuk mengumpulkan segenap anak muridnya agar berkumpul ditengah lapangan.   "Dalam pertarungan yang bakal berlangsung nanti, keadaannya pasti sengit dan berbahaya!"   Kembali Bwe Ling soat berkata "lebih baik, keadaan apapun yang bakal terjadi dalam ruang naga emas, kalian jangan sekali kali bertindak secara sembarangan sehingga mengacaukan keadaan kita"   Para jago pun manggut manggut tanda mengerti.   Tak lama kemudian, kawanan jago dari Ki thian kau dengan tanpa peroleh perlawanan telah tiba pula didepan ruang naga emas.   Dengan cepat kawanan iblis itu menyebarkan diri kesekeliling tempat itu dan melakukan pengepungan yang rapat sekali.   Para anggota Ki thian kau yang laki laki berkumpul disebelah kiri, sedangkan yang perempuan disebelah kanan, kaum pria bersenjata golok, sedang kaum wanita bersenjata pedang.   Cukup ditinjau dari cara berpakaian, cara bersenjata dan gerak geriknya rapi, dapat diketahui bahwa orang orang itu telah peroleh latihan yang amat ketat.   Menyaksikan kesemuanya itu, diam diam Kim tiong lojin mengerutkan dahinya rapat rapat.   Menyusul kemudian, muncul kembali delapan orang lelaki setengah umur yang tinggi pendek tak tentu.   Laki laki itu semuanya berwajah bengis bermata seram, hidung bengkok bercambang dan rata rata menggembol sebuah bungkusan yang berbentuk panjang.   Dalam sekilas pandangan saja, Kim liong lojin dapat mengenali kedelapan orang ini sebagai Pat tay ong (delapan raja besar) yang biasanya malang melintang diwilayah Kanglam.   Delapan orang ini tersohor karena kejahatannya dan kebuasannya, bukan saja banyak melakukan pelanggaran hukum merekapun merupakan pembunuh pembunuh berdarah dingin.   Sadarlah Kim liong lojin bahwa keadaannya gawat sekali, ditinjau dari keadaan tersebut tipis agaknya harapan mereka untuk lolos dengan selamat.   Begitulah, setelah delapan orang munculkan diri, dibelakangnya muncul dua orang manusia bercadar hitam, salah satu diantaranya ternyata adalah seorang pendeta tua.   Dilihat dari potongan badan mereka berdua, Kim liong lojin segera dapat menebak kalau mereka berdua tentulah It bok siansu dari partai Heng san serta Mo thian tiau (rajawali langit) Leng Cok itu ciangbunjin dari partai Khong tong yang telah menyerah kepada musuh.   Tak terkira rasa gusar Kim liong lojin setelah menyaksikan kemunculan mereka, apalagi membantu kaum iblis untuk melakukan kejahatan, dengan marah katanya.   "Sobat lama berdua, masih punya mukakah kalian untuk berkunjung ke bukit Hoa san?"   Mendengar perkataan itu, sekujur tubuh kedua orang itu segera bergetar keras. Tiba tiba terdengar seseorang menjawab dengan suara parau.   "Orang bilang, semuanya itu tentu akan tiba pada gilirannya, siapa tahu kalau besok Kim liong kiam Bwe Hoa boh juga akan mengikuti jejak mereka berdua?"   Berbareng dengan selesainya perkataan itu, dari luar pintu menggelinding masuk sepasang mahluk aneh yang berbentuk bola daging.   Sepasang mahluk aneh itu tak lain adalah Tee ih siang mo (sepasang iblis dari jagad) Tau Chin dan Tau Coh dua orang iblis.   Menyaksikan kedatangan dua orang iblis bengis itu, paras muka Gin liong su kiam segera berubah menjadi pucat pias seperti mayat.   Kim liong lojin juga merasakan hatinya sangat berat, seandainya tahu kalau sepasang mahluk aneh itu bakal munculkan diri, tak nanti dia titahkan Bwe Kiam ciu untuk memanggil pulang Bwe Ling soat dari Lam hay.   Disamping itu diapun menjadi tahu mengapa Khong tong dan Heng san pay telah menyerah kalah tanpa syarat.   Dengan cepat, dia mengambil keputusan dalam hati kecilnya, dengan suara lantang ia berkata.   "Huuuh, kau tak usah bermimpi, Tee ih siang mo itu manusia apa? Kau anggap lo hu bakal menyerah kalah? Jangan toh pertarungan hari ini belum diketahui siapa yang bakal menang, siapa bakal kalah, sekalipun partai kalian yang menang, juga jangan harap kalian bisa memaksa lohu untuk menyerah kalah."   "Punya semangat!"   Puji Tau Cho sambil mengacungkan jempolnya.   Kim liong lojin mendengus dingin baru saja dia akan balas menyindir, tiba tiba dari kejauhan sana berkumandang datang suara putaran roda kereta yang ramai sekali, dalam waktu isngkat sebuah kereta kencana telah masuk kedalam arena.   Itulah sebuah kereta kencana berwarna merah darah.   Pintu dibuka, dari balik ruang kereta melangkah keluar seorang perempuan yang cantik jelita.   Perempuan itupun mengenakan baju berwarna merah darah, dengan gaun panjang berwarna merah pula.   Potongan badannya ramping tapi padat dan berisi, dilihat dari balik kain cadar merah yang menutupi wajahnya dapat dilihat bibirnya yang kecil mungil dan hidungnya yang mancung.   Dengan lemah gemulai dia mendekati Kim liong lojin dan berhenti lebih kurang delapan kaki dihadapannya, setelah melirik sekejap kearah kawanan jago Hoa san pay dengan mata yang genit, katanya merdu.   "Orang she Bwe apakah kau hendak melawan kekuatan partai kami dengan mengandalkan beberapa gelintir manusia ini?"   "Benar, kenapa? Kurang cukup?"   Dengus Kim liong lojin. Setelah berhenti sejenak, katanya lagi.   "Kalau didengar dari nada ucapan nona, agaknya kau merupakan pemimpin rombongan, boleh aku tahu siapa namamu?"   "Selama ini aku hanya berdiam dipulau San hu to dilautan timur, sekalipun kusebutkan namaku, juga belum tentu kau akan tahu!"   Baru saja Kim liong lojin merasa tertegun Bwe Ling soat ada disampingnya telah menyela.   "Yaya, adalah Ing hun lo sat (iblis perempuan baju merah) Hoa Long jin!"   "Oooh...! Rupanya nona yang mendirikan Ki thian kau? Aku masih menduga siapa yang memiliki kekuatan sehebat ini?"   Seru Kim liong lojin terkejut. Dengan cepat Hoa Long jin menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Kau keliru besar orang she Bwe, Ki thian kaucu bukan aku!"   "Bukan kau?"   Seru Kim long lojin tercengang.   "lantas siapa?"   Tiba tiba ia teringat akan tiga orang iblis perempuan lainnya, dengan cepat katanya.   "Jangan jangan dia adalah Pek tok bi kui (bunga mawar seratus bisa)...?"   "Bukan!"   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Hoa Long jin menggeleng.   "Kalau begitu dia adalah Hong liu kau hu (si janda yang cabul)?"   "Kau tak usah menduga duga, berikut Leng hiat siancu (dewi berhati dingin), kami hanya menduduki jabatan sebagai empat tongcu dalam perkumpulan kami"   Kim liong lojin makin tercengang lagi dibuatnya.   Sekalipun kalau berbicara soal kedudukan, keempat orang iblis perempuan ini masih setingkat dibawah Tee leng kun, Say siu jin mo, dan Tee ih siang mo, namun bila dibandingkan kaum sesat lainnya, mereka adalah momok perempuan yang disegani.   Tapi kenyataannya sekarang, empat momok perempuan itu tak lebih cuma seorang tongcu, bisa dibayangkan betapa luar biasanya ketua Ki thian kau tersebut.   Sementara dia masih termenung si iblis perempuan baju merah Hoa Tong jin telah berkata lagi.   "Kau tak usah putar otak lagi ke masalah tersebut, lebih baik pertimbangkan dulu mau bertempur? Ataukah mau menyerah?"   "Lohu sudah mempertimbangkan beribu ribu kali, aku pikir lebih baik hancur sebagai kemala daripada utuh sebagai batu"   "Bwe ciangbunjin, rasanya kau tentu sudah mengetahui bukan tentang nasib partai Khong tong, Im san dan Hem san?"   "Mataku belum buta, telingaku belum tuli, kenapa aku tidak tahu? Kalau hendak bertarung hayo cepat bertarung, buat apa banyak ngebacot terus?"   Begitu ucapan tersebut diucapkan, seorang lelaki kekar segera tampil ke depan sambil tertawa seram. ooooOoooo "Tua bangka sialan!"   Teriaknya.   "kau ingin menahan kereta sebagai seekor walang? Hmm, pun hiangcu akan bereskan dulu selembar nyawa anjingmu!"   Sambil melepaskan sepasang godam bajanya dia pasang kuda kuda dan menantang dengan garang. San tian giu liong (naga perak kilat) Li Ki Liat dari Hoa san su kiam segera tampil ke depan bentaknya.   "Kau ini manusia apa? Berani benar berlagak sok dihadapan ciangbunjin kami"   Bunyi gemerincing memecahkan keheningan serentetan cahaya pelangi berwarna perak segera mengurungi sekujur badan lelaki kekar itu.   Hoa san pay sebagai salah satu dari tujuh partai pedang memang benar benar memiliki jago yang hebat, terutama dalam permainan pedang, kelihayannya tak terlukiskan dengan kata kata.   Lelaki kekar itu terkesiap, buru buru dia menangkis dengan senjata godamnya sambil berteriak.   "Tunggu sebentar!"   "Apa yang hendak kau katakan?"   Sambil terkekeh kekeh lelaki itu berkata.   "Dalam setiap kali pertarungan, aku selalu mempunyai suatu kebiasaan, yakni bertaruh sebelum pertarungan dimulai"   "Oooh, rupanya kau adalah si raja bertaruh Siok Cay lay dari antara delapan raja besar, selamat berjumpa!"   Setelah berhenti sejenak, si naga perak berkata lagi.   "Lalu apa yang hendak kau pakai sebagai barang taruhan?"   "Bagaimana kalau kita bertaruh atas menang kalahnya partai kami serta partai Hoa san?"   Diam diam sinaga perak Li Ki liat mengerutkan dahinya dan berpikir.   "Bajingan ini benar benar jumawanya luar biasa..."   Berpikir demikian, dia lantas bertanya.   "Bagaimana seandainya partai kami berhasil menangkan pertarungan hari ini?"   "Aku Siok Cay lay akan merangkak turun dari bukit Hoa san! Tapi, bagaimana kalau partai kalian yang kalah?"   "Jika sampai demikian, aku sinaga perak pasti akan memenggal batok kepalaku sendiri!"   "Bagus, bagus, meski rada keenakan dirimu tapi tak apalah, aku setuju!"   Sepasang godamnya segera dibenturkan satu sama lain kemudian secepat kilat melancarkan tiga buah serangan berantai.   Si Raja bertaruh Siok Cay lay memang seorang yang tak punya aturan, begitu selesai bicara dia lantas melancarkan serangan lebih dahulu.   Li Ki liat mendengus karena marah, ia tak berani pandang enteng musuhnya sambil miringkan badan menghindar, dia gunakan jurus Pek wan sian ko (monyet putih menyembah buah) untuk membuat tubuh lawan.   Sedemikian cepatnya sambaran itu nyaris jari tangan si Raja bertaruh kena terpapas.   Dengan Si Raja bertaruh Siok Cay lay melompat kebelakang, meski demikian, peluh dingin sempat mengucur keluar membasahi sekujur badannya Tapi dengan cepat ia sudah membentak keras sambil mengerahkan segenap kepandaiannya, dia lantas melancarkan serangkaian serangan secara bertubi tubi.   Cahaya perak berkelebat silih berganti, si Naga perak sedikitpun tak sudi menunjukkan kelemahannya seperti naga sakti diangkasa, pedang mestikanya menyambar kian kemari mengancam tempat tempat mematikan ditubuh lawan.   Si Raja bertaruh Siok Cay lay terkesiap dan mundur kebelakang, sayang musuhnya bertindak lebih cepat sambil melangkah keposisi tiong kiong dia tusuk paha lawan.   Siok Cay lay menjerit kesakitan, dengan darah bercucuran dia kabur ke belakang menyelamatkan diri.   Dengan kemenangan ini, para jago dari Hoa san pay segera bersorak sorai kegirangan.   Ciu ong (si Raja arak) Kim hoa peh dengan setengah mabuk segera terbahak bahak serunya.   "Kemenangan macam begitu juga digembar gemborkan, jangan terburu napsu, permainan bagus masih ada dibelakang! Hey Hoa san su kiam, kami bersaudara hendak menantang kalian secara bersama!"   Diiringi bentakan keras, delapan raja besar dari Kanglam segera tampil semua ke muka.   Tiga jago pedang lainnya dari Hoa san tak mau memperlihatkan kelemahan, serentak mereka maju pula ke tengah arena.   Pertarungan dengan cepat berkobar kembali, meski Hoa san su kiam kalah dalam jumlah orang ternyata memiliki suatu kerja sama yang amat ketat, bagaimanapun Kanglam Pat tay ong menyerang, mereka tak pernah berhasil untuk meraih kemenangan.   Iblis perempuan berbaju merah Hoa Long jin memandang sekejap kearena pertarungan, dia sadar bahwa pertarungan itu tak bisa ditentukan menang kalahnya dalam waktu singkat, maka kepada It bok siancu dari Heng san pay dan Mo thian tiau (rajawali langit) Teng Cok dari Khong tong pay ujarnya.   "Kalian berdua adalah anggota baru perkumpulan kami, inilah saat baik kalian untuk membuat jasa, sebagai ketua dari suatu perkumpulan besar tentunya kalian tak akan lebih lemah dari Kim liong lojin bukan...?"   Mendengar perkataan itu, baik It bok siansu maupun Mo thian tiau Teng cok sama sama terkesiap, namun mereka tak berani membangkang, terpaksa dengan mulut membungkam dalam seribu bahasa kedua orang itu tampil kearena. 0oooodwoooo0   Jilid 19 BWE Ling soat sebenarnya hendak munculkan dirinya untuk menyambut kedua orang itu, tapi Kim liong lojin segera berkata.   "Nak, biar aku dan kiam ciu yang menghadapi mereka berdua, kau harus hati hati menghadapi dua bersaudara Tau tersebut!"    Jaka Galing Karya Kho Ping Hoo Si Tangan Halilintar Karya Kho Ping Hoo Satria Gunung Kidul Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini