Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bego 22


Pendekar Bego Karya Can Bagian 22


Pendekar Bego Karya dari Can   Siau Hong hong berasal dari seorang pelacur yang beroperasi disekitar wilayah Kanglam, entah berapa banyak perbuatan terkutuk yang telah ia lakukan selama ini.   Disampingnya adalah Ui siok tongcu yang bernama Hong liu kua bu (Janda cabul) Sin kim ciu.   Adapun kedatangan mereka berdua ke karesidenan Leng kok adalah untuk melakukan inspeksi perjalanan ke kantor kantor cabang mereka di daerah, secara tak terduga mereka telah menemukan jejak Ong It sin dan Bwe Ling soat dalam rumah penginapan tersebut.   Terdengar Sin Kim ciu berkata kepada Ciau Hong hong.   "Bila menilai orang dari wajahnya, maka akan hilang nilainya, apalagi dia toh bukan berwajah demikian yang sebenarnya!"   "Benarkah itu?"   Tanya Ciau Hong hong keheranan, bila ia benar benar cuma mengenakan topeng kulit manusia, dilihat dari potongan badannya yang gagah perkasa, dapat dipastikan dia adalah seorang lelaki tampan, hayo kita segera bekuk dirinya..."   "Jangan bertindak gegabah"   Seru janda cabul Sin Kim ciu tidak setuju.   "coba kau lihat pedang Kim liong kiam yang digembol pemuda itu, sudah pasti dia adalah seorang jago muda dari Hoa san pay, kita tak boleh bertindak gegabah"   "Aaah, apalah artinya seorang murid Hoa san? seru Ciau Hong hong penasaran, sekalipun ia sudah mewarisi segenap kepandaian dari Kim liong lojin, masa kita tak mampu untuk merobohkannya?"   "Bukan begitu maksudku, aku rasa kurang baik buat kita untuk turun tangan ditengah keramaian kota."   Lantas bagaimana menurut maksud Toucu Sin Kim ciu segera membisikkan sesuatu ke sisi telinganya, mendengar itu Ciau Hong hong mengangguk tiada hentinya.   Yaa, memang ini merupakan suatu rencana yang bagus sekali.   oooOooo Dalam pada itu Ong It sin masih berjalan jalan di serambi sambil menghitung masih berapa lamakah baru akan tiba di bukit Thian hok san bagian barat.   Tiba tiba...   Terdengar suara rintihan tertahan berkumandang dari arah depan sana, kemudian tampaklah seorang nyonya berbaju hitam yang memakai sekuntum bunga putih disanggulnya roboh tak sadarkan diri lebih kurang tujuh jengkal dihadapannya.   Entah lantaran terserang penyakit aneh ataukah karena kesedihan yang kelewat batas, yang pasti perempuan itu sudah roboh terkulai di atas tanah.   Ong It sin memang seorang pemuda yang berhati mulia, sudah barang tentu dia tak akan berpeluk tangan belaka, apalagi pada waktu itu di sepanjang serambi tidak nampak orang lain.   Ong It sin segera memburu ke depan, membungkukkan badan dan memeriksa nyonya muda yang pingsan tersebut, dilihatnya ia roboh dengan mata terpejam rapat, denyutan jantungnya amat lirih dan wajah pucat.   Dengan cepat pemuda itu memeriksa dengusan napasnya...   Oh, apa yang terjadi? Pemuda itu merasakan gawatnya keadaan nyonya itu, bila tidak segera diberi pertolongan, niscaya jiwanya akan melayang.   Pada saat itulah tiba tiba muncul kembali seorang dayang berbaju merah, sambil memburu datang serunya dengan panik.   "Hujin! Hujin! Mengapa kau?"   Melihat dayangnya sudah datang, Ong It sin segera merasa agak lega, buru buru katanya.   "Ia sudah jatuh pingsan!"   Dayang berbaju merah itu terlalu kurus dan kecil, sudah beberapa kali ia mencoba untuk membopong tubuh majikannya, namun ia selalu gagal untuk membopongnya bangun. Melihat itu, Ong It sin lantas berkata.   "Biar aku yang membopongkan!"   Dirangkulnya tengkuk nyonya itu dan tangan yang lain memeluk sepasang pahanya, kemudian membopongnya bangun.   "Kalian tinggal dikamar nomor berapa?"   Tanyanya. Ciok bok ci yan Ciau Hong hong yang menyaru sebagai dayang itu segera menuding ke depan seraya menjawab.   "Dalam ruang sebelah barat!"   Walaupun pemilik penginapan juga dibuat terkejut oleh kejadian itu, tapi setelah dilihatnya ada orang yang telah mengurusi persoalan itu, diapun buru buru angkat kaki.   Kejadian semacam ini sudah sering berlangsung, jadi siapapun tidak menaruh perhatian lagi.   Akan tetapi, sejak masuk ke dalam kamar sebelah barat, pemuda berwajah jelek itu tak pernah muncul kembali.   Tak lama kemudian, Bwe Leng soat pun kembali ke penginapan.   Ia pulang sambil membawa beberapa bungkusan besar, dengan wajah berseri gadis itu membuka kamar nomor tujuh sambil serunya.   "Ong toako, hayo makan, aku telah belikan kueh buah tho kegemaranmu...!"   Tapi walaupun dipanggil beberapa kali tak kedengaran juga suara sahutan, maka ia membuka pintu sambil melangkah masuk, ternyata kamar itu kosong, Ong toakonya sama sekali tidak ada disana. Tanpa terasa Bwe Ling soat lantas berpikir.   "Jangan jangan ia keluar rumah karena terlalu lama menunggu kedatanganku."   Maka diapun kembali ke kamar sendiri, ketika seorang pelayan datang membawa air teh, Bwe Ling soat lantas bertanya.   "Apakah kau melihat Ong siangkong?"   Dengan wajah keheranan pelayan itu balik bertanya.   "Ada apa? Masa Ong siangkong belum kembali..."   Dari ucapan tersebut, Bwe Ling soat segera merasakan ada sesuatu yang tak beres buru buru tanyanya lagi "Cepat katakan, dia telah pergi ke mana?"   "Nona persennya dulu sebelum bertanya!"   Seru pelayan itu sambil mengangsurkan tangannya. Buru buru Bwe Leng soat mengeluarkan sekeping uang perak dan diberikan kepada pelayan tersebut.   "Nah, ambillah sekarang kau boleh menjawab pertanyaanku bukan?"   Katanya. Rupanya pelayan itu juga tahu kalau si nona cantik tersebut adalah seorang jago silat yang lihay, secara jelas dia lantas menceritakan apa yang telah berlangsung tadi. Mendengar itu, Bwe Leng soat segera berkata.   "Sekalipun tujuannya menolong orang, masa sampai sekarang juga belum pulang?"   "Yaa, itulah sebabnya aku pikir pasti ada sesuatu yang tidak beres..."   Bisik pelayan itu. O00odwo00O   Jilid 20 APANYA yang tidak beres? "Nona rupanya kau tidak sering melakukan perjalanan? Dalam masyarakat sekarang banyak sekali terdapat penipu dan pembohong, aku lihat besar kemungkinan Ong siangkong sudah dibius orang!"   Sekalipun perasaannya agak tergerak dengan serius Bwe Ling soat toh berseru juga.   "Hey pelayan, jangan sembarangan berbicara, Ong toako kami adalah seorang yang jujur..."   Ia lantas mengulapkan tangannya menitahkan pelayan itu untuk pergi.   Tergesa gesa gadis itu menuju ke meja kasir dan memeriksa buku daftar tamu.   Dari catatan disana dapat diketahui bahwa orang yang tinggal diruang kamar sebelah barat adalah dua orang perempuan muda.   Yang seorang bernama Sin Kiam ciu berusia dua puluh tujuh tahun, berasal dari Kang siok.   Sedangkan yang lain bernama Ciau Hong hong cuma berusia dua puluh tahun dan berasal dari Oh lam.   Sekalipun gadis ini belum pernah bertemu dengan kedua orang ini tapi kecurigaannya lantas timbul.   Maka tanpa menimbulkan sesuatu yang menyolok, ia kembali kedalam kamarnya, mengambil pedang dan melayang keluar lewat jendela sebelah belakang...   Dengan cepatnya ia telah tiba diruangan kamar sebelah barat dan bersembunyi ditempat kegelapan.   Ketika melongok kedalam dilihatnya cahaya lampu belum dipadamkan, terdengar ada dua orang sedang berbisik bisik.   Salah seorang diantaranya kedengaran sedang bertanya.   "Hong hong, bagaimana dengan rencana ini?"   "Tentu saja luar biasa hebatnya"   Jawab perempuan yang bernama Hong hong Itu dengan suara girang. Setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih lanjut.   "Cuma kau bilang dia mengenakan topeng kulit manusia, mengapa aku tidak berhasil menemukannya?"   Perempuan cantik yang sesungguhnya tak lain adalah Sim Kiam ciu itu berjalan ke depan pembaringan disana seorang pemuda berwajah jelek sedang berbaring, kemudian setelah diamatinya sekejap, gumamnya sambil mengangguk.   "Yaa, tak salah lagi, topeng ini memang dibuat terlalu indah dan sempurna, hampir saja aku Sin Kiam ciu terkecoh!"   "Sin Kiam ciu?"   Pikir Bwe Ling soat diluar jendela dengan hati tergerak.   "bukankah dia adalah sijanda cabul dari Kim thian kau? Konon dia adalah salah seorang dari keempat tongcu perkumpulan itu"   Belum habis dia berpikir, si janda cabul sudah menggerakkan tangannya untuk mengusap diatas wajah Ong It sin.   Selembar topeng kulit manusia segera terlepas, dan wajah sang pemuda yang sebenarnya pun segera jelas.   Agaknya siapapun tidak menyangka kalau selembar wajah dibalik topeng kulit manusia yang jelek itu adalah wajah tampan rupawan yang susah rasanya ditemukan tandingannya didunia ini.   Ciau Hong hong menjadi tertegun.   Janda cabul Sin Kim ciu lebih terperana lagi, tapi dari balik matanya yang genit tampak pancaran sinar gembira.   Terutama sekali Bwe Ling soat yang bersembunyi diluar kamar, saking gembiranya hampir saja dia akan menerjang masuk ke dalam kamar untuk menyelamatkan pemuda itu dari cengkeraman kedua orang iblis perempuan tersebut.   Tapi pikiran lain segera melintas dalam benaknya.   "Mengapa aku tidak membiarkan ia menerima percobaan ini agar lebih berpengalaman?"   Setelah mempunyai ingatan tersebut maka untuk sementara waktu Bwe Ling soat membatalkan niatnya untuk memberi pertolongan.   Sementara itu si Janda cabul Sin Kim siu yang berada dalam ruangan agaknya sudah terangsang oleh ketampanan pemuda tersebut, kepada Ciok bok ci yan Ciau Hong hong katanya.   "Sesungguhnya tindakan kita kali ini cuma terdorong oleh perasaan ingin tahu saja, tak tahunya yang kita dapat adalah seorang pemuda yang begini tampannya, kau telah membuatku sehingga usaha kita kali ini berhasil dengan sukses sepantasnya kalau kuberi bagian pula kepadamu, cuma sayang kau sudah ada pemiliknya apakah kau tidak kuatir kalau sampai ketahuan pemilikmu itu?"   Sudah jelas dengan ucapannya itu, dia bermaksud untuk mengangkangi korbannya seorang diri dihari hari biasa Ciau Hong hong mempunyai pilihan yang amat tinggi, tapi setelah berjumpa dengan pemuda yang begini tampan tak urung berdebar juga hatinya karena tak tahan.   Mendengar ucapan tersebut, buru buru sebutnya.   "Hmm! Kalau dia berani cemburu, aku segera akan menceraikannya, memang aku takut dengannya?"   Dari jawaban ini dapat diketahui bahwa diapun telah bertekad untuk meminta bagian. Janda cabul Sin Kim ciu lantas tertawa lebar, katanya kembali.   "Kalau begitu, apakah kau bermaksud untuk menyingkir lebih dulu?"   Ternyata jawaban dari Ciau Hong hong cukup taktis.   "Aaah, kenapa harus menyingkir? Aku justru ingin banyak belajar darimu, silahkan saja kau mulai bekerja!"   Si Janda cabul Sin Kiam ciu pun tidak banyak berbicara lagi, dia lantas turun tangan melepaskan semua baju dan celana yang dikenakan Ong It sin sehingga berada dalam keadaan bugil.   Sementara itu si Janda cabul sendiripun juga sudah melepaskan semua pakaiannya hingga berada dalam keadaan telanjang bulat.   Bisa dilihat sepasang payudaranya yang besar dan masih kencang itu bergoyang kesana kemari mengikuti gerakan tubuhnya, kulit badannya cukup putih dan mulus, terutama bagian pahanya yang halus dan mengkilap, tentu saja tak ketinggalan lembahnya yang penuh dengan hutan bakau itu...   Agaknya sebentar lagi suatu pertarungan yang seru akan segera berlangsung dalam ruangan itu...   Tiba tiba Bwe Ling soat yang berada dipersembunyannya mendengar ujung baju tersambar angin yang bergema lewat, cepat cepat dia menyembunyikan dirinya rapat rapat.   Ketika mendongakkan kembali, maka terlihat olehnya bahwa orang itu bukan lain adalah Ang hun lo sat Hoa long jin.   Begitu masuk kedalam ruangan dan menyaksikan adegan dalam kamar itu, kontan saja Hoa Long jin berseru sambil tertawa cekikikan.   "Sin Tongcu, rupanya kau sudah tak tahan untuk berada dalam kesepian..."   Mula mula si Janda cabul agak terkejut, tapi setelah diketahui bahwa orang itu bukan orang asing, dia lantas menggoda.   "Tampaknya Hoa tongcu adalah seorang perempuan yang suci bersih, bila kurang berkenan dihati, silahkan untuk menyingkir dulu ke kamar sebelah"   "Tak usah gugup"   Seru Hoa Long jin lagi sambil tertawa.   "akan kulihat dulu barangnya, kalau berkwalitet bagus tentu saja aku akan turut ambil bagian!"   Selesai berkata ia lantas mendekati pembaringan...   Seorang lelaki tampan yang bertubuh kekar berbaring diatas ranjang dalam keadaan telanjang bulat, ototnya penuh dengan badan yang kekar, sekalipun demikian kulitnya putih mulus dan menyenangkan, apalagi dengan wajahnya yang ganteng serta hawa kelaki lakiannya yang merangsang, sungguh merupakan suatu mangsa yang mengkelik hati.   "Apa yang telah kalian berikan kepadanya?"   Hoa Long jin segera bertanya setelah memperhatikan pemuda itu sekejap.   "Aaah, tidak terhitung seberapa, kami cuma memberi secawan teh yang bercampur dengan obat penghilang sukma"   "Oooh, tak heran kalau dia kehilangan kesadarannya, ternyata sudah kalian cekoki dengan obat pemabuk, lebih baik sekarang diberi obat penawarnya dulu!"   "Bila ia sudah sadar dan kalau tak mau melayani kita?"   Tanya si Janda cabul rada sangsi.   "Dengan kecantikan kita serta potongan badan yang kita miliki tak seorang lelakipun yang tak akan tergiur, masa pemuda ingusan ini bisa lolos dari perangkap kita?"   "Betul, betul kalau begitu akan kuberi obat pemunah dulu kepadanya..."   Kata Janda cabul kemudian.   Seraya berkata dia lantas mengeluarkan obat pemunahnya dan diserahkan kepada Ciau Hong hong.   Dengan menggunakan air teh, Ciau Hong hong segera meloloh obat penawar itu kedalam mulut sang pemuda.   Sementara itu, si Janda cabul Sin Kim ciu seperti teringat akan sesuatu urusan, tiba tiba ia bertanya.   "Hoa tongcu, bukankah kau membawa sepasukan jago untuk menaklukkan Khong tong pay, Heng san pay dan Hoa san pay? Kenapa bisa muncul ditempat ini?"   "Aku mendapat perintah dari Hu kaucu untuk membawa Tee lwe siang mo berangkat kebukit Thian bok san sebelah barat untuk membantu Lam huang pat yau, secara kebetulan kami lewat tempat ini"   "Kemana perginya Tau hu hoat sekalian?"   "Mereka sudah berangkat selangkah lebih duluan, kebetulan kudengar laporan dari seorang anggota perkumpulan kita yang mengatakan kalian berdiam disini, maka aku pun lantas mampir ke sini"   "Dalam serbuan kalian ke utara kali ini, tentu tak kecil jasa yang berhasil kalian raih?"   "Partai Khong tong dan Heng san mah sudah berhasil ditaklukkan, tapi di Bukit Hoa san kami justru menderita kekalahan total!"   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Aaah, masa?"   Seru si Janda cabul terkejut bercampur heran.   "siapa yang telah membantu pihak Hoa san?"   "Kalau dibicarakan sebenarnya tidak terhitung memalukan, sebab mereka adalah murid murid dari kuil Sian goan si dipuncak Handankorli di bukit Thian san serta Koan tiau kek dari Lam hay"   Si Janda cabul Sin Kim ciu semakin terkejut serunya tertahan.   "Ooh... rupanya murid murid Ih lwe ji seng? Aaah... kalau mereka sampai melibatkan diri usaha perkumpulan kita untuk menjagoi seluruh dunia persilatan pasti akan menjumpai hambatan!"   "Ya memang begitu makanya Hu kaucu lantas menitahkan kami untuk cepat cepat menyelesaikan persoalan di lembah Lo sian kok"   Ciau Hong hong yang selama ini membungkam terus, tiba tiba bertanya.   "Tahukah kau siapa nama mereka?"   "Murid Koan tiau kek dari Lam hay adalah seorang gadis, dia adalah cucu perempuan Kim liong lojin dari Hoa san yang bernama Bwe Ling soat, wajahnya cantik jelita bak bidadari dari kahyangan"   "Tak usah disebut lagi, yang seorang pastilah seorang hwesio cilik"   Sambung si Janda genit.   "Bukan, bukan hwesio cilik..."   "Kalau begitu dia pasti seorang koncu yang tampan dan gagah?"   Sambung Ciau Hong hong. Kembali Ang hun lo sat Hoa Long jin menggelengkan kepalanya.   "Bukan, bukan, meski orang itu juga masih muda beliau kira kira berusia dua puluh tiga empat tahunan, tapi mukanya jelek sekali, bibirnya seperti moncong babi, hidungnya pesek, matanya melotot keluar dan keningnya sempit, pokoknya asal kita orang perempuan yang bertemu dengannya, sepuluh tahun pun tak akan terlupakan!"   Satu ingatan segera melintas dalam benak si Janda cabul Sin Kim ciu, ujarnya cepat.   "Hoa tongcu, masih ingatkah kau? Senjata apa yang dipergunakan kedua orang itu?"   "Ih lwe ji seng adalah tokoh tokoh persilatan yang termashur dalam dunia persilatan karena tenaga dalamnya yang sempurna, masa mereka akan menggunakan senjata tajam yang lain?"   "Jadi kalau begitu muda mudi ini yang satu cantik yang lain jelek semuanya menggunakan pedang?"   Tanya si Janda cabul dengan dahi berkenyit. Berbicara sampai disitu dia lantas menunjuk ke arah sianak muda yang berbaring diatas ranjang itu seraya bertanya "Hoa tongcu, coba lihatlah siapa dia?"   Ang hun losat Hoa Long jin bukannya belum melihat tampang pemuda itu, tapi berhubung wajahnya tidak sama dengan orang yang dicari, maka ia tidak memperhatikan dengan lebih seksama lagi.   Akan tetapi setelah disinggung kembali oleh si Janda cabul Sim Kim ciu diapun beranjak dan menghampiri pemuda itu.   Sesudah diamati sekian lama, tiba tiba ia merasa pemuda itu sedemikian mempesona hatinya, bahkan makin dilihat semakin suka rasanya.   Pemuda itu bukan cuma tampan saja bahkan bagus, gagah dan menyenangkan, belum pernah ia jumpai lelaki sebagus ini.   Cuma diapun merasa bahwa dibalik ucapan Sin Kim ciu tadi tampaknya mengandung maksud yang dalam, maka dengan cepat pikirnya.   "Jangan jangan orang ini adalah dia? Tapi jelas tidak mungkin, tampang orang itu jeleknya tidak ketolongan, sedang dia mana tampan, bagus, gagah lagi... aaah! Tidak masuk akal!"   Berpikir demikian, ia lantas menggelengkan kepalanya sambil bergumam lirih.   "Mana mungkin orang ini adalah dia?"   Tiba tiba si Janda cabul menjawab, bahkan jawabannya sangat mengejutkan hati.   "Pemuda inilah si ahli waris dari Leng mong sin ceng yang kau maksudkan tadi!"   "Sin tongcu, padahal kau kan tak pernah bertemu dengannya? Darimana kau bisa yakin kalau orang ini adalah orang yang kumaksud? Apakah kau lupa bahwa aku pernah berkata jika orang itu bertampang jelek sekali seperti babi?"   "Yaa, aku masih ingat!"   Sahut si Janda cabul sambil tertawa.   "Lantas, mengapa kau begini yakin?"   Halaman ga ada .likkan badan dan mengapa kesana sebentar"   Walaupun Ang hun lo sat Hoa Long jin merasa amat curiga, untuk sesaat ia tak bisa menduga permainan busuk apakah yang sedang dipersiapkan Sin Kim ciu, maka dia pun segera membalikkan badannya tanpa membantah.   Tapi ketika ia memutar badannya lagi dan mengalihkan sorot matanya ke atas ranjang, dengan cepat perempuan itu berseru kaget, matanya terbelalak lebar lebar.   Ternyata pemuda tampan yang berbaring di atas ranjang tadi, kini sudah berubah menjadi si pemuda jelek Ong It sin yang pernah dijumpainya di bukit Hoa san itu.   Ang hun lo sat Hoa Long jin segera berseru.   "Aku masih mengira tampangnya betul betul sangat jelek seperti babi, tak tahunya dia cuma mengenakan topeng belaka"   Mendadak ia teringat akan sesuatu, cepat tanyanya.   "Sebetulnya apa yang telha terjadi? Bagaimana mungkin orang ini bisa kalian bekuk?"   Secara ringkas si Janda cabul Sin Kim ciu lantas menceritakan perasaan ingin tahunya yang kemudian mengatur siasat untuk menjebak sianak muda itu. Seusai mendengar penuturan tersebut, Ang hun lo sat segera berkata dengan cemas.   "Jadi kalau begitu, perempuan tersebut masih tinggal dalam rumah penginapan ini? Masa sampai sekarang dia masih belum tahu kalau rekannya sudah diculik orang?"   Ciau Hong hong yang selama ini hanya membungkam terus itu tiba tiba menyela.   "Sekalipun dia sudah tahu masa tahu kalau orangnya berada ditangan kita?!"   Dengan wajah serius Ang hun losat berkata.   "Apakah kalian lupa bahwa si perempuan kasir penginapan menyaksikan juga peristiwa ini? Bila dugaanku tidak salah, besar kemungkinan orangnya sudah sampai disini!"   Ciau Hong hong tetap tidak percaya serunya.   "Hoa tongcu, rupanya kau sedang menakut nakuti kami?"   "Mau percaya syukur tidak percaya juga tidak mengapa..."   Baru saja ia berkata sampai disitu si Janda cabul Sim Kim ciu telah mengusulkan.   "Begini saja daripada tidak percaya sama sekali apa salahnya kalau kita anggap hal itu mungkin terjadi? Aku dan Hoa tongcu sementara melakukan penggeledahan dikamar, Hong hong, kau tetap tinggal dikamar untuk mengawasinya!"   Selesai berkata ia lantas membuka pintu dan melangkah keluar dari ruangan untuk melakukan pemeriksaan.   Dengan sebilah pisau terhunus, Ciok bok ci yan Ciau Hong hong berjaga jaga disisi Ong It sin.   Tapi ketika dilihatnya tampang pemuda itu makin dilihat semakin menarik, tanpa terasa ia menjadi pesona sehingga teledor dalam penjagaannya.   Pada saat itulah, sesosok bayangan manusia telah menerobos masuk kedalam ruangan.   Menanti Ciau Hong hong menyadari bahwa orang itu adalah Bwe Ling soat tahu tahu tiga buah jalan darah penting didepan dadanya sudah berada dibawah ancaman pedang lawan.   Bwe Ling soat segera memeriksa keadaan Ong It sin, ketika dilihatnya pemuda itu masih belum sadasr, ia segera membopongnya keatas punggung, belum sempat kabur dari ruangan itu Ang hun losat dan si janda cabul telah balik kembali kesitu.   Dengan cepat mereka telah menyumbat jalan keluar gadis tersebut, kemudian bentaknya.   "Siapa yang berani memasuki kamar tidur pun tongcu secara lancang...?"   Bwe Ling soat meloloskan pedangnya, kemudian menjawab ketus.   "Perempuan perempuan yang tak tahu malu, bukan saja berani menculik Ong toakoku secara licik, berani pula melakukan perbuatan mesum dengannya, hmm! Betul betul perempuan nakal yang tak tahu malu. Kalian mau mundur atau tidak?"   Ang hun losat Hoa Long jin amat tergetar perasaannya dan tidak menjawab barang sepatah katapun. Sebaliknya si Janda cabul segera terkekeh kekeh dengan seramnya, dia berkata.   "Kau mendamprat kami tak tahu malu, kami mengakuinya, tapi kau? Seorang gadis perawan membopong seorang lelaki bugil, huuh... bila kejadian ini sampai tersiar ke Koan tiau kek di Lam hay, dengan wajah apa kau hendak bertemu dengan gurumu?"   Bwe Ling Soat sambil menggigit bibir segera sahutnya.   "Kalau hatiku lurus, peduli apa yang kulakukan toh akhirnya tetap lurus, emas murni tak akaan kuatir dibakar dengan api. Terserah apa mau kalian katakan!"   Sambil berkata dia membalikkan badan dan berjalan keluar lewat pintu depan. Ang hun losat dan si Janda cabul segera melintangkan pedang mereka untuk menghalangi jalan perginya, kembali mereka berkata.   "Bila kau merasa punya kepandaian yang hebat, silahkan dicoba untuk menerobosi pertahanan kami, bila merasa tak mampu lebih baik tak usah dicoba!"   Seandainya Bwe Ling soat hanya seorang diri, bukan kesulitan baginya untuk menerobosi pertahanan mereka.   Tapi sekarang dia harus membopong Ong It sin yang masih berada dalam keadaan tak sadar, sudah barang tentu keadaannya jauh berbeda.   Diam diam dia lantas berpikir.   "Jika aku tetap ngotot untuk menerjang keluar secara kekerasan, bukan saja belum tentu berhasil apalagi masih ada Ong It sin, keselamatannya sulit untuk dijamin..."   Setelah mengetahui akan keadaan tersebut, dengan cepat dia mengundurkan diri lagi ke dalam kamar.   Sesudah membaringkan Ong It sin diatas ranjang, dengan pedang terhunus ia menerjang keluar lagi dari situ.   Pergelangan tangannya digetarkan, pedangnya segera memancarkan bunga pedang yang memenuhi seluruh angkasa.   Ang hun lo sat serta si Janda cabul terhitung jago jago kelas satu dalam dunia persilatan, tapi kenyataannya mereka tidak tahan untuk menghadapi gencarnya serangan lawan.   Untung saja Bwe Ling soat tak sanggup menggunakan tenaga sepenuhnya karena sempit serta terbatasnya ruang gerak dalam ruangan itu, sehingga nyawa mereka berdua tak sampai terancam.   Lama kelamaan nyali kedua orang iblis perempuan itu semakin besar, mereka mulai berteriak dengan lantang.   "Wahai orang she Bwe, jangan harap kau lolos"   "Hmm! Hanya mengandalkan kekuatan kami berdua?"   Ejek Bwe Ling soat sambil menggigit bibir.   "Tentu saja tidak... kau tahu, sudah berapa banyak jago yang kami persiapkan disekitar tempat ini?"   Seru Ang hun losat bermaksud untuk menggertak. Sudah barang tentu tak ada kenyataannya sebab perempuan itu hanya mengaco belo belaka.   "Dimana orangnya?"   Tanya Bwe Ling soat sambil tertawa.   Ketika datang kesitu, gadis tersebut sudah melakukan pemeriksaan yang seksama disekitar sana dan terbukti ditempat itu tiada orang lain kecuali mereka.   Siapa tahu, baru selesai dia berkata, tiba tiba terdengar suara tertawa seram berkumandang memecahkan kesunyian.   "Heeehh... heeehh... heeehh... orangnya berada disini!"   Seseorang menjawab. Begitu mendengar suara tersebut, baik Ang hun lo sat maupun si Janda cabul segera dapat mengenali sebagai suara dari Tee lwe siang mo tak terlukiskan rasa girang mereka setelah mengetahui akan hal ini.   "Tau huhoat"   Teriak mereka segera.   "cepat datang kemari, kami sudah mulai tak tahan!"   Tee lwe siang mo dengan seorang membawa pedang yang lain membawa ruyung serentak menerjang masuk ke dalam arena untuk menggantikan posisi Ang hun lo sat dan si Janda cabul yang makin terdesak.   Sembari melepaskan babatan kilat dengan pedangnya, Tau Chin berkata dengan suara menyeramkan.   "Bagaimanapun juga, serasa dunia ini memang sempit, akhirnya kita bersua kembali disini!"   "Hmm! Prajurit yang kalah perang, sekalipun ketemu lagi kenapa?"   Dengus Bwe Ling soat. Kulit muka dari Tau Chin segera mengejang keras, katanya dengan menyeramkan.   "Hmmm... jadi kau anggap betul betul sudah berhasil menangkan kami...? Nona Bwe kini keadaan sudah berubah aku kuatir dendam bacokan tersebut akan kami tuntut kembali pada malam ini"   Bwe Ling soat kembali mendengus dingin.   "Itu kan hasil karya Ong toako ku tapi bila kau perhitungkan diatas namaku juga tak menjadi soal, nonamu bersedia untuk membikin perhitungan dengan kalian!"   Pedangnya segera diputar kian kemari melancarkan serangkaian serangan yang demikian dahsyatnya sehingga ibaratnya ada hujan badai, badannya juga tak akan basah lantaran terlindung dibalik lapisan hawa pedangnya yang tebal.   Untuk sesaat lamanya Tee lwe siang mo dibikin tak berdaya sehingga tak mampu banyak bertingakah.   "Sin tongcu!"   Tiba tiba Ang hun losat berkata.   "pintu ini sudah cukup ditahan oleh dua bersaudara Tau huhoat mari kita terobos masuk lewat jendela dan menjagai orang she Ong Itu lebih dulu!"   "Baik!"   Jawab si Janda cabul.   Dua orang dengan empat buah telapak tangan segera dilontarkan ke depan menjebol daun jendela setelah itu mereka melompat masuk ke dalam ruangan, yang seorang menolong Ciau Hong hong sedang lainnya membacok Ong It sin yang berbaring diatas pembaringan.   Seandainya sampai terbacok niscaya badan Ong It sin akan hancur berkeping keping.   Tanpa terasa Bwe Ling soat menjerit kaget.   Pada saat dia sedang teledor itulah, Tee lwe siang mo telah berhasil menerjang masuk kedalam ruangan.   Tiba tiba sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dari hadapan mata mereka.   Mula mula semua orang mengira Ong It sin yang datang, siapa tahu setelah diamati lebih cermat, mereka bertambah tercengang.   Ternyata orang itu tak lain adalah Ang hun lo sat Hoa Long jin adanya.   Sewaktu Bwe Ling soat mendongakkan kepalanya, ditemukan Ong It sin yang semula berada diatas pembaringanpun kini sudah lenyap tak berbekas.   Malah pakaian yang berada diujung pembaringan pun kini sudah lenyap semua tak berbekas.   Tee lwe siang mo masih belum tahu apa gerangan yang telah terjadi, sebaliknya si Janda cabul segera berkata.   "Kemungkinan besar bajingan itu sudah sadar, bukankah kita sudah memberi obat pemunah kepadanya?"   Ang hun lo sat menjadi amat tertegun sambil menahan diri segera serunya dengan lantang.   "Tau huhoat, cepat kita mundur dari sini, bila terlambat lagi mungkin kita akan terkurung disini!"   "Hoa huhoat, apakah kau terluka? Masih sanggup untuk melakukan perjalanan sendiri"   "Tidak dapat, tulang igaku telah patah. lebih baik boponglah aku untuk pergi meninggalkan tempat ini..."   Tau Chin segera menyambar tubuh Ang hun lo sat dan membopongnya, kemudian bersama iblis iblis lainnya serentak melarikan diri dari tempat itu.   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Bwe Ling soat tidak mengejar lebih jauh, dari atas tanah dipungutnya topeng kulit manusia itu lalu diamatinya topeng itu dengan seksama.   Tiba tiba sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, menyusul Ong It sin melangkah masuk ke dalam ruangan.   "Ke mana kaburnya penjahat penjahat itu?"   Tanyanya.   "Sudah kabur semua! Karena mereka tahu setelah mengenakan pakaian kau akan kembali ke sini"   Ong It sin segera mendepak depakkan kakinya dengan gemas, katanya.   "Aku tidak semestinya pulang ke kamar dulu untuk mengambil kim liong kiam, sehingga memberi kesempatan kepada mereka untuk melarikan diri dari sini"   Sambil menggertak gigi menahan rasa jengkel dan bencinya, dia menambahkan.   "Aku benar benar amat membenci kepada mereka!"   Bwe Ling soat segera tertawa merdu serunya.   "Tapi aku justru merasa amat berterima kasih kepada mereka!"   "Nona, apa maksudmu berkata demikian?"   Tanya Ong It sin dengan perasaan tidak mengerti.   "Sebab bagaimanapun juga, berkat mereka maka aku mendapat kesempatan untuk menyaksikan raut wajah Ong toako yang sebenarnya!"   "Nona sedang mentertawakan aku karena aku bermain perempuan diluar...?"   Kata Ong It sin dengan wajah memerah.   "Aku tahu kau sudah terkena oleh siasat busuk orang lain, kenapa aku harus mentertawakanmu?"   Ong It sin menjadi semakin bertambah tidak mengerti, serunya.   "Kalau begitu, aku semakin tidak paham dengan maksud perkataanmu itu...!"   Lalu kemudian katanya lagi.   "Ong toako, lebih baik kau melihat sendiri!"   Ong It sin menerima cermin tersebut dan segera memandangnya...   Diatas permukaan cermin tersebut segera muncul seraut wajah tampan yang amat mempesona hati dengan bibir yang merah, gigi putih, mata jeli dan hidung mancung, jelas raut wajah seorang pria yang amat tampan.   Ong It sin menjadi tercengang, dengan perasaan tidak habis mengerti serunya.   "Nona Bwe apa yang telah terjadi?"   Ketika dilihatnya pemuda itu bersikap demikian, disangkanya Ong It sin sedang berlagak pilon dengan nada tak senang serunya.   "Kenapa kau musti bertanya kepadaku? Semestinya kau harus bertanya kepada dirimu sendiri!"   Ong It sin semakin kebingungan setengah mati, sepasang matanya terbelalak lebar lebar, diawasinya wajah sinona dengan termangu mangu. Melihat keadaan tersebut, Bwe Ling soat lantas berpikir.   "menurutmu jelek atau tampan?"   Maka dia perlihatkan topeng kulit manusia itu dihadapan sang pemuda, kemudian tanyanya.   "Kau kenal dengan benda ini?"   "Tidak!"   Jawab Ong It sin sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. Bwe Ling soat segera mengenakan topeng kulit manusia itu diatas wajahnya sendiri, kemudian sambil menuding ke arah wajah sendiri katanya lagi.   "Ong toako, mengapa kau tidak amati wajahku sekarang? Coba lihat, siapakah aku ini?"   Ketika Ong It sin mendongakkan kepalanya ia menjadi tertegun.   Itulah seraut wajah yang jelek sekali, mulut seperti congor babi, hidung mancung ke dalam, mata melotot dan dahi sempit, siapa lagi kalau bukan raut wajahnya sendiri? Tiba tiba dia menjadi mengerti, katanya kemudian.   "Nona Bwe, jadi kau maksudkan dimasa masa yang lalu aku selalu mengenakan topeng kulit manusia sehingga wajahku tampak amat jelek?"   Bwe Ling soat manggut manggut.   "Yaa, benar. Tapi kalau dilihat bahwa kau sendiripun tidak tahu itu berarti orang yang mengenakan topeng tersebut ke atas wajahmu adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan dirimu"   Setelah termenung dan berpikir sebentar dia melanjutkan kembali kata katanya.   "Masih ingatkah kau? sejak kapan ayahmu mengantar kau menuju ke tempat tinggalnya pamanmu Gin sin (si dewa perak) Li Liong?"   "Ketika aku berusia sepuluh tahun!"   "Anak yang berusia sepuluh tahun masih kecil sekali!"   "Yaa, benar tapi semenjak kedatanganku di lembah keluarga Li tak pernah ada orang yang menyukai aku"   Bwe Ling soat melepaskan kembali topeng kulit manusia itu dan mencoba untuk menariknya, ditemukan bahwa topeng kulit manusia itu mempunyai sifat mulur yang amat tinggi bisa dibesarkan bisa pula dikecilkan, tak heran kalau seorang manusiapun tak pernah mengetahui bahwa wajah pemuda itu mengenakan sebuah topeng.   Maka gadis itupun mulai menduga duga.   "Kemungkinan besar ayahmu yang memakaikan topeng ini keatas wajahmu mungkin juga lantaran kotak kemala tersebut, ia sudah tahu kalau cepat atau lambat dirinya pasti akan ketimpa musibah, itulah sebabnya demi keselamatanmu, ia telah mengenakan topeng berwajah jelek itu diatas wajahmu"   Akhirnya Ong It sin dapat memahami pula keadaan tersebut, namun ia sama sekali tidak merasa bangga karena memiliki seraut wajah yang tampan tersebut. Dengan cepat topeng kulit manusia itu diminta kembali dari tangan Bwe Ling soat.   "Jangan dikenakan lagi"   Pinta Bwe Ling soat sambil tertawa.   "bukankah lebih baik berwajah seperti sekarang ini?"   Siapakah manusia didunia ini yang tak suka dengan kebagusan? Demikian pula dengan Ong It sin, sebab dia tak lebih hanya seorang manusia biasa, maka topeng kulit manusia tersebut segera dimasukkan kembali ke dalam sakunya.   Setelah saling berpandangan dan tertawa, mereka baru meninggalkan ruang kamar sebelah barat untuk kembali kekamar masing masing.   Keesokan harinya, ketika fajar baru menyingsing mereka telah melanjutkan kembali perjalanannya.   Tapi ketika mereka tiba dilembah Lo sian kok dibukit See thian bok san tampaklah anggota Ki thian kau dibawah tunjangan Tee lwe siang mo sedang menyerang mulut lembah habis habisan, bahkan tampaknya sebentar lagi mereka akan berhasil menyerbu kedalam lembah itu.   Ketika Ang hun lo sat menyaksikan kemunculan Ong It sin dan Bwe Ling soat disana, ia menjadi terkejut dan ketakutan setengah mati buru buru teriaknya.   "Murid murid Siau goan si dan Koan tiau kek telah datang...!"   Baik Lam huang pat yau maupun Tee lwe siang mo yang mendengar kabar tersebut menjadi amat terperanjat, mereka tidak menyangka kalau Ong It sin dan Bwe Ling soat bisa menyusul mereka sampai kesitu.   Tok jiau kou hun (cakar beracun pembetot sukma) Siau Im pada dasarnya adalah seorang serigala perempuan, ketika menyaksikan kecantikan Bwe Ling soat yang ibaratnya bidadari dari kahyangan itu, kontan saja ia menjadi terpesona seakan akan sukmanya telah melayang meninggalkan raga, tanpa mempedulikan mara bahaya dia segera maju menghampirinya seraya menegur.   "Apakah kau yang bernama Bwe Ling soat murid dari Lam hay Koan tiau kek?"   Menyaksikan orang itu bermata licik berhidung elang dan bicara tak tahu sopan santun, timbul perasaan muak dalam hati Bwe Ling soat, sahutnya ketus.   "Benar, memang nona orangnya!"   "Ada urusan apa kau mendatangi bukit See thian bok sen in?"   "Aneh betul kau ini, bukit See thian bok san toh bukan tanah warisan kakek moyangmu, buat apa kau mengurusi diriku?"   "Aaah... bukan kami ingin mencampuri urusan nona, adalah karena kami sedang menyelesaikan suatu pertikaian tentang masalah dunia persilatan, maka kuanjurkan kepada nona agar jangan mencampurinya"   "Andaikata aku tetap hendak ke sana, mau apa kau?"   Tok jiau kau hun Siau Im segera mengayunkan cakar setannya ke tengah udara, lalu sahutnya.   "Terpaksa aku hendak mencoba merasakan kelihayan dari ilmu pedang Koan tiau kekmu itu!"   "Bagus, akan kulayani dirimu dengan tangan kosong!"   Mendengar jawaban tersebut, Tok jiau kou hun Siau Im segera berpikir dihati.   "Kalau berbicara soal senjata tajam kemungkinan besar aku tak bisa menandingimu tapi kalau soal kepalan. Hmmm...! Aku akan suruh kau mengetahui akan kelihayanku!"   Berpikir sampai disitu, sepasang lengannya segera diayunkan ke depan, dengan sepasang cakar tajam yang berwarna hitam pekat dia langsung mencengkeram ke atas sepasang payudara diatas dada Bwe Ling soat, serangan tersebut mana kotor, tak tahu malu, tengik lagi.   Sikap cabul musuhnya ini segera menggusarkan Bwe Ling soat, dengan cepat jari tengah dan jari telunjuknya dikeraskan bagaikan tombak, kemudian meneroboskan ke depan menembusi bayangan cakar yang menyelimuti angkasa itu.   Kendatipun ia tidak menggunakan pedang akan tetapi hawa pedang yang menggidikkan hati itu segera memancar keluar dari ujung jari tangannya itu.   Tok jiau kau hun Siau Im sama sekali tidak menyangka kalau malaikat elmaut telah mengancam selembar jiwanya, dia malah tertawa terkekeh kekeh sembari mengejek.   Nona Bwe, ketahuilah bahwa Thian long jiau (cakar serigala langit) yang kumiliki ini tak pernah menjumpai tandingannya dikolong langit, belum pernah ada orang yang sanggup meloloskan diri dari cengkeramanku ini dalam keadaan selamat, untung saja aku lihat nona berparas cantik dengan payudara yang montok, coba kalau tidak kuingat tubuh nona yang mungkin nikmat bila ditindihi, mungkin jiwa nona sudah melayang sedari tadi..."   Siapa tahu, belum habis ucapan tersebut selesai diucapkan, serangan dahsyat dari nona tersebut sudah menghajar telak diatas dadanya, tak ampun ia menjerit lengking karena kesakitan, darah segar segera berhamburan ke empat penjuru, tak selang beberapa lama kemudian robohlah si manusia cabul itu dan tewas seketika itu juga.   Kim sau sia kiam (kipas emas pedang sesat) Thio Pin merasa amat terkejut menyaksikan kejadian tersebut, ia tak mengira kalau Jite (adik kedua) nya tewas belum tahu apakah adik angkatnya itu menemui ajalnya.   Ketika dia melayang masuk ke arena dan membopong jenasah dari Tok jiau kou hun Siau Im, dijumpainya warna merah darah sudah melapisi alis mata adiknya itu, ia menjadi amat terkesiap sekali.   "Budak sialan, kau telah membunuhnya dengan hawa pedang dari Koan tiau kek?"   Teriaknya.   "Membunuh seorang manusia cabul, sama artinya dengan melenyapkan bibit bencana dari muka bumi mengapa tidak?"   Kim san sia kiam Thio Pin merasa gusar sekali, saking geramnya sekujur badan sampai ikut gemetar keras.   Dalam pada itu, It ciang kim (serombak hijau) Sim Jit nio dan Hiat im ci (jari bayangan darah) Wang Ling telah menerjang masuk ke arena sambil melancarkan serangan.   Terutama sekali Si It ciang kim Sim Jit nio, dengan mata merah membara karena dendam ia memutar sepasang golok tipisnya Sambil meneter terus musuhnya dengan serangan yang mematikan, teriaknya setengah menyumpah.   "Perempuan rendah yang tak tahu malu, kau telah membunuhnya secara keji, aku bersumpah tak hidup berdampingan denganmu, hari ini aku akan mencincang tubuhmu menjadi berkeping keping"   Hiat im ci Wong Leng sendiripun tidak banyak berbicara, bayangan jari tangannya menyambar kesana kemari dengan membawa dengan desingan angin tajam yang memekikkan telinga.   Ong It sin selama ini hanya berpeluk tangan belaka, dia tahu dengan kemampuan yang dimiliki Bwe Ling soat, dia masih sanggup untuk melayani kedua orang musuhnya itu tanpa kuatir musti kalah.   Pada mulanya Hek yau hu (siluman rase hitam) Ay Bi masih mengira Bwe Ling soat itu tidak seberapa hebatnya, tapi selewatnya belasan jurus dan menyaksikan Ngo moay dan Lak te nya semakin keteter hebat, dia lantas berkata kepada Siang to (sepasang golok) Yu To.   "Hayo kita juga turun tangan untuk menyelesaikan dulu nyawa si budak ingusan itu!"   Siang to (sepasang golok) Yu To segera mengiakan, dengan cepat mereka menerjunkan diri pula ke arena pertarungan.   Dari Lam huang pat yau kini sudah ada empat orang siluman yang terjun ke arena untuk mengerubuti Bwe Ling soat, menghadapi kerubutan ini gadis tersebut segera berpekik nyaring, mendadak badannya melayang ke udara selincah burung hong, kemudian tangannya berkelebat dan tahu tahu pedangnya sudah diloloskan dari sarung.   Begitu senjatanya berada ditangan dengan cepat situasi dalam arena pertarungan pun mengalami perubahan besar.   Bukan saja keempat orang siluman itu gagal meraih keuntungan, bahkan keteter hebat sehingga terdesak mundur berulang kali.   Cahaya pedang bagaikan air bah menggulung datang dari empat penjuru sekalipun keempat orang siluman itu berusaha menahan dengan senjata masing masing, namun serangan demi serangan yang dilancarkan Bwe Ling soat itu mendesak tiba terus tiada hentinya.   Baru saja serangan pertama berhasil dihadapi, serangan kedua sudah tiba, baru berhasil dengan serangan kedua itu dibendung, serangan berikutnya telah menyusul datang, walau hanya belasan jurus namun keempat orang siluman itu sudah kepayahan setengah mati.   Agaknya Kim san sia kiam dapat menyadari mara bahaya yang sedang mengancam saudara saudaranya, dia segera berseru.   "Suatu ilmu pedang yang bagus biar pun huthamcu yang akan menghadapi beberapa jurus ilmu pedang nona!"   Dengan tangan kiri memainkan kipas emas yang menciptakan selapis cahaya emas, pedang ditangan kananpun diayunkan ke muka bersama waktunya. Pikirnya.   "Aku Lam huang pat yau sudah menggerakkan lima orang jago, bila gadis she Bwe itu belum berhasil juga ditaklukkan, bisa jadi nama besar Lam huang pat yau akan rontok ditangannya"   Sekalipun ia telah mengeluarkan tanda rahasia untuk memperketat serangan dan daya tekanannya, namun semua usahanya itu belum berhasil juga menentangkan hasil seperti apa yang diharapkan.   Suatu ketika, Sam sim ti (seruling penyedih hati) Thian Sin yang berada ditepi arena mengira ada kesempatan baik untuk menyergap musuhnya, tiba tiba ia melompat ke samping Bwe Ling soat sambil menotok jalan darah Ki kut hiat diatas bahunya sambil menggunakan ilmu Tay ki na jiau hoat untuk merampas pedang lawan.   Kim san sia kiam Thio pit yang menyaksikan kecepatan gerak su te nya itu menjadi amat girang, apalagi setelah menjumpai bahwa serangan yang dilancarkan menggunakan gerak lurus yang ganas dan buas.   Siapa tahu pada saat itulah tiba tiba cahaya merah berkelebat lewat, tahu tahu pedang Bwe Ling soat bagaikan seekor ular sakti menerobos kemuka lantas menyelinap kebelakang punggung Sam sin ti Thian Sin.   ooooOoooo Padahal segenap perhatian dan kekuatan yang dimiliki Thian Sin ketika itu sedang tertuju untuk merebut pedang lawan, apalagi didalam ilmu Ki na jiau hoat tersebut telah disertakan juga tenaga dan kemampuan yang luar biasa didalam perkiraannya ancaman itu pasti tak akan meleset.   Tapi sayang ia sudah menilai terlalu rendah murid dari Lam hay Koan tiau kek ini.   Mendadak Bwe Ling soat menggerakkan pergelangan tangannya kebawah dengan jurus To piau hui wan (memutar gagang membalikkan waktu).   Akibatnya selain Sang Sim ti Thian Sim gagal untuk merebut senjata lawan, malahan sebaliknya pergelangan tangan kirinya kena terbabat kutung.   Ia menjerit kesakitan, darah segar berhamburan memenuhi seluruh permukaan tanah, saking sakitnya dia sampai jatuh tak sadarkan diri...   Dengan begitu, maka dari Lam huang pat yau sudah ada dua orang anggota yang tewas.   Menyaksikan keadaan tersebut Ang hun lo sat Hoa Long jin segera berkata dengan suara dingin.   "Nah, sekarang kalian baru percaya bukan bahwa ucapan pun tongcu bukan tipuan belaka? Sekarang dengarkan perintahku, segera mengundurkan diri dari sini!"   Seorang Bwe Ling soat saja sudah sedemikian hebatnya, apalagi jika Ong It sin turut serta melancarkan serangan dan bekerja sama dengan Pek lek to To Hu hong yang ada dalam lembah Lo sian kok, sudah bisa dipastikan segenap pasukan mereka akan punah ditempat itu.   Sudah cukup banyak kehebatan lawan yang diketahui kawanan iblis tersebut, dalam keadaan seperti ini, siapapun enggan untuk mencari penyakit lagi bagi diri sendiri.   Ditengah bentakan nyaring, serentak kawanan iblis itu angkat kaki dan mengundurkan diri dari tempat itu.   Dengan kaburnya para iblis, Ong It sin dan Bwe Ling soat segera meneruskan perjalanannya menuju ke mulut lembah.   Sambil tertawa lebar Coa Thian tam munculkan diri sambil menyambut kedatangan mereka katanya.   "Ong lote, bila kau datang terlambat selangkah saja, niscaya dalam lembah Lo sian kok ini akan bertambah dengan beberapa ratus lembar setan penasaran. Persoalan apa yang telah menangguhkan perjalananmu selama ini?"   Ong It sin segera maju ke depan dan mencekal tangan Coa Thian tam erat erat, sahutnya.   "Ketika siaute lewat di bukit Hoa san, secara kebetulan kujumpai Tee lwe siang mo dan rombongan yang baru berhasil menumpas Khong tong pay dan Heng san pay itu sedang bergerak ke bukit Hoa san untuk melakukan penumpasan"   "Oooh... kalau begitu lote telah turun tangan untuk menolong Hoa san dari ancaman bahaya maut"   Ong It sin segera menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Kau salah menduga, justru nona inilah yang telah membebaskan Hoa san dari mara bahaya!"   Katanya.   Dalam pada itu, Pek lek to To Hu hiong kebetulan telah berjalan mendekati ketika mendengar perkataan tersebut, bersama Coa Thian tam mereka sama sama menjerit kaget.   Bagaimanapun juga mereka tidak menyangka kalau seorang gadis cantik yang lemah gemulai tersebut sanggup menghadapi serangan gabungan dari kawanan iblis yang rata rata berilmu tinggi itu.   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Lo te, dapatkah kau memperkenalkan kepada kami?"   Ujar Coa Thian tam kemudian.   "Tentu saja, nona ini bukan lain adalah cucu perempuan Kim liong lojin, ketua dari partai Hoa san yang bernama Bwe Ling soat..."   Mendengar jawaban tersebut, baik Coa Thian tam maupun To Hu hiong sama sama menjadi melongo, pikir mereka hampir berbareng.   "Sekalipun Hoa san terhitung juga sebagai suatu perguruan kenamaan, tapi bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk menandingi kelihayan dari lwe siang mo..."   Itulah sebabnya dengan perasaan terkejut bercampur tercengang mereka awasi wajah gadis itu tak berkedip. Ong It sin segera tertawa kembali ujarnya.   "Walaupun begitu, ilmu silat nona Bwe bukan berasal dari Hoa san pay, dia adalah murid kesayangan dari Biau tau Seng ni dari Koan tiau kek di Lam hay!"   Sesudah mendengar perkataan yang terakhir ini Coa Thian tam serta To Hu hiong baru memahami keadaan yang sesungguhnya, dengan perasaan menghormat mereka lantas berkata.   "Rupanya nona adalah anak murid dari Koan tiau kek, kalau begitu dunia persilatan benar benar dapat tertolong dari bencana kemusnahan...!"   Dengan nada merendah Bwe Ling soat buru buru berseru.   "Aku dan It sin toako masih berpengalaman cetek, dikemudian hari kami masih banyak membutuhkan petunjuk dari Coa tayhiap serta To hu tayhiap..."   "Haaahh... haaahh... haaahh... tentu saja, tentu saja"   Jawab Coa Thian tam sambil tertawa tergelak.   "lo ji mengapa kau tidak mempersilahkan tamu kita masuk ke dalam perkampungan?"   Jelas perkataan yang terakhir itu ditujukan kepada Pek lek to To hu Hiong...   "Aaah betul hampir saja aku menjadi lupa saking senangnya lantaran musuh musuh tangguh berhasil dipukul mundur, silahkan Ong sauhiap dan Bwe lihiap masuk ke dalam perkampungan untuk minum teh"   Kabar berita tentang berhasil dipukul mundurnya kaum iblis itu dengan cepat telah tersiar ke dalam lembah, ketika rombongan mereka baru tiba di pintu perkampungan, segenap isi kampung baik laki perempuan tua muda bersama sama munculkan diri untuk menyambut kedatangan tamu agung...   Andaikata si penjaga mulut lembah tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, siapa yang akan percaya kalau sepasang muda mudi itu sungguh membuat Tee lwe siang mo yang tersohor karena kelihayan dan kekejamannya itu kabur terbirit birit.   Setelah masuk ke ruang tamu dan mengambil tempat duduk, nyonya To hu bersama putra dan putrinya muncul untuk bertemu.   Walaupun To hu hujin bukan orang persilatan, namun putra putrinya pernah belajar silat semua, terutama putra sulungnya To hu Lian, permainan golok Pek lek to hoatnya boleh dibilang setaraf dengan kehebatan bapaknya.   Sedang kedua putrinya yang seorang bernama To hu Bi, yang lain bernama To hu Siu, kedua duanya masih remaja.   Pek lek to To hu Hiong segera menitahkan orang untuk menyiapkan perjamuan.   Ditengah perjamuan tersebut, Coa Thian tam berkata.   "Sungguh tak disangka kita Ih lwe su eng telah kehilangan Ciu sam te dan sang su moay, bahkan tak seorangpun dari anggota keluarganya dibiarkan hidup. perbuatan dari orang orang Ki thian kau sungguh keji sekali, entah siapakah kaucu mereka?"   "Aku pun pernah mencari tahu soal itu dari para anggotanya"   Kata Ong It sin, tapi kenyataannya tak seorangpun yang tahu, tampaknya orang ini benar benar merupakan seorang manusia yang misterius"   "Peduli bagaimanapun rahasia dan misteriusnya orang itu, kita sudah menyebar surat undangan Bu lim tiap untuk menghimpun segenap kekuatan yang ada dalam dunia persilatan untuk bersama mencari markas besarnya, bila sarang rasenya sudah ketahuan masa dia tak akan menampakkan diri?"   Kata Pek lek to To hu Hiong.   "Dimana markas besar mereka?"   Tanya Coa Thian tam. Ong It sin berseru.   "Apa susahnya? Asal kita berhasil membekuk seorang tongcu atau Huhoat mereka, tidak sulit untuk memaksanya untuk memberi tahu kepada kita..."   "Yaa, benar! Agaknya kita memang terpaksa musti berbuat demikian..."   Bwe Ling soat yang selama ini cuma membungkam, tiba tiba mengusulkan.   "Aku lihat perkumpulan Ki thian kau berambisi untuk merajai dunia persilatan, cepat atau lambat mereka toh pasti akan melakukan pergerakan lagi, menurut pendapatku yang bodoh, asal kita bisa mendapat tahu apakah rencana mereka selanjutnya dan sasaran manakah yang selanjutnya akan mereka serang, asal kita siapkan jebakan disitu niscaya semua pasukan musuh dapat dimusnahkan. Dengan terjadinya pelajaran tersebut, masakah kaucu mereka tetap menyembunyikan diri?"   "Yaa, walaupun Khong tong pay, Heng san pay, Bu tong pay Cing sia pay, Tiong lam pay dan Go bi pay yang belum diganggu, kendatipun partai partai tersbut telah mendapat surat peringatan yang terakhir untuk menyerah"   "Go bi pay dan Cing sia pay terletak jauh di wilayah Szechwan bagian baarat, membawa pasukan menyerang ke tempat yang jauh merupakan pantangan terbesar bagi siasat pertemputan sebab gampang bocor beritanya maka menurut pendapatku mereka pasti akan menangguhkan rencananya untuk menyergap ke dua partai tersebut!"   Kata Ong It sin.   "jadi andaikata mereka hendak menyerang sudah pasti sasarannya adalah Siau lim pay atau Bu tong pay. Asal kedua partai besar ini bisa mereka taklukkan, keadaan dunia persilatan akan gawat jadinya"   "Kalau begitu, asal kita berjaga jaga disepanjang jalan raya yang menuju kekota Kay hong, entah mereka akan menyerang ke Siau lim pay ataukah Bu tong pay pasti akan melewati tempat itu"   Seru Coa Thian tam.   "Tepat sekali perkataan Coa toako, bagaimana kalau sekarang juga kita berangkat?"   Tiba tiba Bwe Ling soat berkata.   "Kemungkinan besar para gembong iblis yang menyerang kita tadi masih meninggalkan sebagian kekuatannya disekitar tempat ini. Demi keamanan, aku rasa sebelum tindakan selanjutnya kita ambil, terlebih dahulu kantor kantor cabang mereka harus dimusnahkan lebih dulu!"   Mendengar ucapan tersebut, Coa Thian tam yang pertama tama menyatakan persetujuannya.   Pek lek to To Hu hiong juga amat setuju dengan usul itu.   Pada saat itulah seorang Centeng yang dikirim turun gunung untuk mencari berita telah kembali.   Menurut laporan yang didapat, katanya markas kantor cabang Ki thian kau untuk kota Ling an terletak disebuah kuil bobrok di luar kota.   Malah katanya Te lwe siang mo dan Ang hun losat telah pergi meninggalkan tempat itu...   Coa Thian tam segera berkata.   "Lam huang pat yau adalah manusia manusia terkutuk yang sudah banyak melakukan kekejaman, dalam operasi rahasia yang kita adakan kali ini, kalau bisa jangan membiarkan seorangpun dari antara mereka yang dapat lolos dengan selamat"   Begitulah, setelah melakukan persiapan yang matang, malam itu juga berangkatlah mereka meninggalkan bukit See thian bok san dengan jalan menyamar.   Lebih kurang menjelang kentongan ketiga sampailah mereka di kota Ling an.   Sementara itu, Kim san sia kiam (kipas emas pedang sesat) Thio Pin sedang menghibur It ciang cin Sim Jit nio yang sedang dilanda kesedihan itu, katanya.   "Ngo moay, jangan bersedih hati, meskipun Siau ji te sudah tewas, aku toh tak akan sampai menyia nyiakan dirimu"   Sim Jit nio mengerling sekejap ke arahnya, kemudian menjawab.   "Toako, aku sekarang sudah bertubuh rapuh dan jelek, apakah kau tidak jemu kepadaku?"   Mendengar ucapan tersebut, Kim san sia kiam Thio Pin segera tertawa terkekeh kekeh, katanya.   "Justru kematangan seorang perempuan ada diatas umur, makin bertambah umur makin menarik dalam pandanganku, betul dibawah matamu sudah muncul keriput, tapi dadamu masih begitu montok dan padat berisi, buat seseorang yang lebih memandang kenyataan, mengapa aku musti keberatan untuk menerima dirimu?"   It ciang kim Sim Jit nio menjadi malu sekali bisiknya lirih.   "Toako jahat, senang amat kau mengajak orang untuk bergurau..."   "Kini sam moay, lak te dan jit te sudah pada tidur, mari kedalam kamarku, kita teruskan permainan diatas ranjang saja mau bukan?"   "Aaah... jangan toako jahat!"   Walaupun dimulut dia berkata begitu, tapi tubuhnya yang montok dengan payudara yang besar itu sudah ditempelkan diatas tubuh Thio Pin bahkan menjatuhkan diri dalam pelukannya.   "Apakah kau tidak kuatir sam ci cemburu?"   "Jangan urusi dia, rase binal itu mungkin sedang bermesrahan dengan lo lak!"   Seraya berkata dia lantas membopong tubuh perempuan itu dan masuk kedalam kamar tidurnya. Tak lama setelah pintu kamar tertutup, dari dalam ruangan itu terdengarlah suara rintihan lirih serta dengusan napas memburu yang penuh membawa merangsang.   "Hayo kita turun tangan!"   Coa Thian tam yang sementara itu sudah bersembunyi disana segera berseru.    Pedang Pusaka Thian Hong Karya Kho Ping Hoo Wanita Iblis Pencabut Nyawa Karya Kho Ping Hoo Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini