Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bego 25


Pendekar Bego Karya Can Bagian 25


Pendekar Bego Karya dari Can   Kata Ong It sin dengan kening berkerut.   "tolong tanya taysu, orang itu bertenaga dalam sempurna, tapi wajahnya berwarna hitam, apakah yang menyebabkan mereka demikian?"   "Oooh, kedua orang itu adalah susiok lolap dengan gelar Thian yan serta Thian ih mereka berdua adalah tianglo angkatan Thian dari kuil kami"   "Oooh rupanya mereka adalah Tionggak ji seng (dua malaikat dari daratan tengah), entah mereka sudah terkena racun apa?"   Seru Bwe Leng soat kemudian.   "Mereka sudah terkena racun Hong wi tok ciam dari si kelabang hitam Be Ji nio"   "Oooh, bagaimana baiknya sekarang?"   Jerit Bwe Leng soat kaget.   "kecuali obat penawarnya, mungkin nyawa Thian yan cianpwe tak bisa diselamatkan lagi!"   Sangkoan Bu cing yang berada ditempat kejauhan segera tertawa licik, serunya.   "Nona, ternyata kau tahu juga akan keadaan, sayang nyawa mereka tak ada cadangannya, mungkin terpaksa kita harus menyaksikan Thian yan mampus akibat keracunan"   "Aku tidak percaya kalau didunia ini tiada obat lain yang bisa memunahkan racun tersebut"   Kata Ong It sin sambil tertawa hambar.   "Kau berani bertaruh denganku?"   Tantang Sangkoan Bu cing.   "Aaah... masakah persoalan semacam ini juga bisa dipertaruhkan?"   Ong It sin pura pura sangsi. Melihat pemuda itu tak berani memastikan Sangkoan Bu cing segera memancing lebih jauh sindirnya.   "Huuuh tadi saja masih omong besar, mengapa sekarang malah mundur teratur?"   Agak memerah wajah Ong It sin karena jengah serunya kemudian mendongkol.   "Baik, dengan apa kau hendak mengajak aku bertaruh?"   "Bagaimana jika kita menggunakan maju mundurnya kalian berdua didalam peristiwa ini sebagai barang taruhan?"   "Apa maksudmu?"   Ong It sin pura pura semakin tidak mengerti.   "Sederhana sekali, jika kau berhasil memunahkan racun yang mengeram ditubuh Thian yan, maka perkumpulan kami segera akan menarik diri dari kuil Siau lim si"   "Setuju sekali!"   Seru Ong It sin cepat.   "Bagaimana kalau kau tak mampu memunahkan racun dari Hong wi tok ciam tersebut?"   "Kamipun tak akan mencampuri urusan ini"   "Nah kau sendiri yang berkata demikian, nanti jangan menyesal lagi..."   "Memangnya kau menganggap aku pasti kalah?"   Seru Ong It sin tidak terima. Sangkoan Bu cing segera mengangkat bahunya seraya menyahut.   "Tentu saja, kalau tidak, buat apa aku musti bertaruh denganmu?"   Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan.   "Lebih baik cepat cepat mendemonstrasikan kelihayan ilmu pengobatanmu itu!"   Ong It sin tidak banyak berbicara lagi, dengan mulut membungkam dia lantas menghampiri Thian yan sinceng yang masih duduk bersila itu. Dengan cepat Bwe Leng soat menghampirinya sambil menegur dengan suara dalam.   "Ong toako, apakah kau yakin pasti berhasil?"   "Yaa tanggung seratus persen pasti berhasil!"   "Kau tidak seharusnya mengibul!"   "Nona Bwe apakah kau sendiripun tidak percaya?"   "Ini bukan masalah percaya atau tidak melainkan kau..."   Ketika berbicara sampai disitu tiba tiba dia lantas bertanya.   "Ong toako apakah kau mengerti tentang ilmu pertabiban?"   "Tidak!"   Jawab Ong It sin sambil menggeleng.   "Apakah gurumu telah membuat pil yang khusus untuk memunahkan racun itu?"   Sekali lagi Ong It sin menggeleng. Dengan wajah serius Bwe Leng soat segera berseru.   "Kalau begitu apa yang Ong toako andalkan?"   "Nona Bwe, kau tak usah kuatir"   Kata Ong It sin dengan suara dalam.   "tanda sesuatu keyakinan masa aku aku akan bertaruh dengannya? Sebentar kau akan tahu sendiri"   Seraya berkata dia lantas mengambil sebutir pil dan dimasukkan ke dalam mulut Thian yan sianceng.   Dengan cepat Thian yan sianceng menelan pil itu ke dalam perutnya.   Sungguh mujarab sekali obat itu, tak selang berapa saat kemudian, seluruh racun jahat itu sudah tersapu lenyap, kemudian beberapa waktu lagi dia sudah melompat bangun dalam keadaan segar bugar.   Melihat kejadian itu, para hwesio dari partai Siau lim segera bersorak sorai dengan riang gembira.   Thian ih sinceng juga merasa gembira sekali.   Tay gi berulang kali menyatakan rasa terima kasihnya, sedang Thian yang sinceng yang baru lolos dari lubang jarum, sudah barang tentu sangat terima kasih sekali.   Sebaliknya para iblis dari Ki thian kau diam diam merasa keheranan bercampur tidak habis mengerti, terutama si kelabang hitam Be ji nio serta Hu kaucu Sangkoan Bu cing.   "Heran!"   Gumam Be ji nio.   "padahal tak seorang manusiapun didunia ini yang sanggup memunahkan racun dari Hong wi tok ciam kecuali aku sendiri, dari mana bocah keparat itu bisa memperoleh obat penawar tersebut...?"   Sangkoan Bu cing juga mulai merasa keder pikirannya.   "Waaah... celaka, jika racun Hong wi tok ciam sudah tidak manjur lagi, mana mungkin aku bisa menangkan pertarungan ini? Apalagi dipihak lawan telah bertambah dengan dua orang jago tangguh?"   Sementara dia masih berpikir, Coa Thian tam dan Pek lek to To Hu hiong telah menyusul sampai disitu. Buru buru Bwe Leng soat memperkenalkan kedua orang itu kepada Hongtiang dari kuil Siau lim si.   "Mereka adalah Coa Thian tam tayhiap serta To hu Hiong tayhiap, semuanya adalah Sahabat Ong toako yang paling akrab, mereka sengaja datang kemari untuk membantu Siau lim pay memukul mundur kaum iblis dari Ki thian kau"   "Ooh... rupanya Ih lwe su eng"   Seru Tay gi siansu.   "maaf kalau lolap tak menyambut dari jauh... maksud baik kalian berdua tak akan kami lupakan untuk selamanya"   Sementara itu Ong It sin telah berbincang bincang kembali dengan Sangkoan Bu cing. Kata Ong It sin sambil tertawa.   "Sudah kau lihat sendiri, Thian yan sinceng telah bebas dari pengaruh racun Hong wi tok ciam, apakah sekarang kau bisa memenuhi janjimu...?"   Sekalipun Sangkoan Bu cing enggan berbuat demikian, namun keadaan membuatnya tak mampu berkata apa apa lagi. Terpaksa sahutnya dengan penuh kebencian.   "Orang she Ong, kau jangan keburu berbangga hati, jika kaucu kami sudah selesai dengan semedinya, heeehh... heeehh... heeehh... saat itulah dia akan mencarimu untuk membuat perhitungan!"   "Siapakah kaucu kalian? Apakah boleh kuketahui namanya?"   Sangkoan Bu cing segera mengangkat bahunya seraya berseru.   "Sampai waktunya, kau bakal tahu sendiri"   Tiba tiba Ong It sin seperti teringat akan satu hal, dengan terkejut dia lantas bertanya.   "Apakah kalian telah membunuh nona Bwe Siau soh serta merampas pedang Hu si ku kiam dan sarung Cian nian liong siau miliknya?"   Sangkoan Bu cing merasa geli sekali setelah mendengar perkataan itu.   "Waah... kelihatannya kau masih belum dapat melupakan Be Siau soh...!"   Serunya. Ong It sin tidak menyangkal katanya lagi.   "Bila dia masih hidup, aku ingin sekali berjumpa dengannya cuma... apakah kalian telah membinasakannya?"   "Maaf, soal ini tak bisa kuberitahukan untuk sementara waktu, sekarang aku hanya ingin bertanya kepadamu, darimana kau bisa tahu kalau Be Siau soh berada didalam perkumpulan kami?"   "Menurut guruku, ilmu Ngo heng sin kang hanya terdapat digagang pedang Hu im si kiam serta sarung pedang Cian nian liong siau. Padahal kedua benda itu justru akulah yang telah menghadiahkannya kepada Be Siau soh maka setelah kuketahui kalau ilmu itu kalian pelajari juga, terlintas dalam ingatanku, jangan jangan Siau soh sudah terjatuh ke tangan kalian?"   Mendengar uraian tersebut, segera terlintas perasaan iri dan cemburu dalam hati Sangkoan Bu cing, biji matanya segera berputar, kemudian katanya.   "Dia memang sudah tertawan didalam perkumpulan kami dan disekap dalam markas besar kami, hei orang she Ong, apakah kau berhasrat untuk menolong gadis itu?"   Sesungguhnya tindakannya itu boleh dibilang merupakan suatu siasat yang sangat licin, selain dia bermaksud untuk memancing kedatangan Ong It sin ke dalam markasnya agar bisa dibunuh, diapun ingin mengadu domba antara Ong It sin dengan Bwe Leng soat, agar mereka cekcok dan akhirnya berpisah.   Sebab dia dapat melihat kalau Bwe Leng soat menaruh rasa cinta kepada pemuda itu.   "Dimana letak markas besar kalian?"   Ong It sin segera menegur.   "Heeehh... heeehh... heeehh... pertanyaan seorang bocah! Kau anggap aku bisa memberi jawaban untukmu? Apa gunanya kau musti banyak bertanya?"   "Kau anggap aku tak bisa menyelidiki sendiri?"   "Kalau memang begitu mengapa tidak kau selidiki sendiri?"   Seusai berkata dia lantas memberi perintah untuk mengundurkan diri dari tempat itu.   Dalam waktu singkat kawanan jago iblis dari perkumpulan Ki thian kau telah mengundurkan diri dari kuil Siau lim si.   Sepeninggal kawanan iblis itu Tay gi siansu memerintahkan anak muridnya untuk mengubur mereka yang mati, kemudian mengundang Ong It sin Bwe Leng soat, Coa Thian tam dan To hu Hiong masuk kedalam kuil untuk minum teh.   Setelah semuanya duduk, berkatalah Tay gi siansu Hongtiong dari kuil Siau lim si.   "Berkat bantuan dari sicu sekalian, partai Siau lim berhasil lolos dari musibah, budi kebaikan ini tak terlukiskan besarnya, lolap merasa tak punya apa apa untuk membalas budi itu, maka bila dikemudian hari sicu membutuhkan bantuan partai Siau lim, anak murid kami pasti akan membantu dengan sekuat tenaga"   Sambil berkata dia lantas memerintahkan seorang hwesio kecil maju sambil membawa sebuah baki tembaga, diatas baki tembaga itu terdapatlah sebuah lencana Giok hud leng, sebuah tanda kekuasaan yang paling tinggi didalam partai Siau lim.   Kembali Tay gi siansu berkata.   "Lencana ini merupakan lencana yang paling tertinggi bagi partai Siau lim, barang siapa membawa lencana Giok hud leng ini maka dari murid sampai ketuanya tunduk atas perintahnya, silahkan Tayhiap menerimanya!"   Semula Ong It sin menolak, tapi setelah didesak akhirnya ia menerima juga.   Tengah hari selesai bersantap siang merekapun berpamitan dengan Tay gi siansu.   Setelah meninggalkan bukit Siong san, malam itu mereka menginap disebuah rumah penginapan di kota Teng hong.   Selama ini Ong It sin selalu bermuram durja dan mengunci diri didalam kamar.   Sementara itu Coa Thian tam dan Pek lek to To hu Hiong sedang keluar mengunjungi teman.   Bwe Leng soat segera masuk kedalam kamar pemuda itu sambil bertanya.   "Ong toako, apakah kau ada persoalan yang mengganjal di dalam hatimu...?"   Ong It sin tidak menyangkal, sahutnya sambil mengangguk.   "Yaa, aku sedang memikirkan bagaimana caranya untuk menyelamatkan Be Siau soh yang tertawan oleh mereka itu"   "Apakah Be Siau soh calon istrimu?"   Tanya Bwe Leng soat lagi dengan perasaan cemas. Merah padam selembar wajah Ong It sin setelah mendengar perkataan itu, ia menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Bukan, dia cuma seorang sahabat karibku dimasa lalu!"   "Sampai dimanakah hubungan kalian? Apakah sudah menyinggung soal perkawinan?"   Tanya Bwe Leng soat lagi dengan perasaan kecut bercampur sedih.   "Dia sudah menjadi nyonya orang lain!"   "Apa? Dia sudah kawin?"   Seru Bwe Leng soat terkejut.   "Benar, suami Be Siau soh adalah Pocu dari benteng Khek po, Tee leng kun adanya, malah mereka telah berputra seorang"   Tadi Bwe Leng soat pernah menyaksikan wajah jelek dari si kakek ceking itu, ia menjadi tercengang sesudah mendengar perkataan itu, katanya kemudian.   "Seorang gadis cantik kenapa mau kawin dengan manusia macam itu? Bukankah keadaan tersebut ibaratnya sekuntum bunga mawar ditancapkan diatas tahi kerbau?"   "Menurut apa yang kuketahui dia bisa kawin dengan Tee leng kun lantaran ingin mendapatkan pedang antik Hu si ku kiam!"   "Aaah...! Masa hanya disebabkan sebilah pedang, dia begitu rela mengorbankan kesucian tubuhnya, apakah tindakannya ini tidak terlalu goblok? kemudian apakah dia berhasil mendapatkan pedang itu?"   "Dapatnya sih memang didapatkan cuma sayang"   "Sayang kenapa?"   Tanya nona itu "cuma sebilah pedang palsu"   Bwe Leng soat menjadi sangat terkejut, serunya kemudian.   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Jadi kalau begitu, temanmu Be Siau soh sudah tertipu mentah mentah...?"   Setelah berhenti sebentar, dengan perasaan simpatik lanjutnya.   "Ketika dia mengetahui kalau pedang itu cuma pedang palsu, entah bagaimana perasaannya waktu itu?"   Ong It sin termenung sebentar seperti mengenang kembali kejadian masa lampau, kemudian sahutnya.   "Waktu itu dia sendiri acuh tak acuh, sedang aku kebetulan sekali berkenalan dengannya dia minta agar aku membawa anaknya kembali kebenteng Khek po"   "Kalau begitu hubungan kalian toh tidak terlalu mendalam?"   Merah padam selembar wajah Ong It sin, katanya lagi.   "waktu itu dia telah mempergunakan badannya untuk menipu cintaku, membuat aku dengan rela dan setia berbakti kepadanya"   "Ong toako, apakah kau tidak merasakannya pada waktu itu?"   Ong It sin segera menghela napas panjang.   "Aaai...! Pada waktu itu, tak seorang manusiapun didunia ini yang sudi memandang diriku mereka menganggap aku sebagai manusia yang paling gobok didunia ini, mereka menjadikan aku sebagai bahan tertawaan, bayangkan saja nona Bwe, ketika secara tiba tiba ada seorang gadis cantik bak bidadari dari kahyangan yang mencintai aku merayuku dan memperhatikan diriku, salahkan jika akupun membalas cinta kasihnya itu dengan bersungguh hati?"   "Bukankah kau pernah berkata bahwa ayahmu Kwan gwa tayhiap Kim to bu tek Ong Tang thian telah tewas ditangan si Kelabang hitam Be Ji nio? Kemungkinan besar Be Siau soh ada hubungannya dengan perempuan jalang itu."   "Yaa, benar! Mereka adalah ibu dan anak!"   Paras muka Bwe Leng soat segera berubah menjadi amat serius, katanya kemudian.   "Ong toako, dendam kesumat yang lebih dalam dari samudra itu hendak kau tuntut balas atau tidak?"   Menyinggung kembali soal dendam kesumat ayahnya, Ong It sin merasakan darahnya kembali mendidih, dengan mata melotot besar sahutnya dengan penuh perasaan dendam.   "Dendam kesumat tentu saja harus dibalas!"   "Lantas apa rencanamu selanjutnya?"   "Ini tergantung pada tingkah laku ibunya!"   "Seandainya ibunya telah bertobat dan kembali ke jalan yang benar?"   "Maka akupun akan mengampuni selembar jiwanya!"   "Seandainya Be Siau soh bukan berpura pura mencintaimu, tapi cintanya tulus dan murni, bagaimana caramu untuk menyelesaikan persoalan ini?"   "Akan kukawini dirinya!"   Bwe Leng soat merasa sedih sekali, hatinya bagaikan diiris iris dengan pisau, tapi dia masih tetap menahan diri katanya lagi.   "Semoga saja dia bersungguh hati mencintaimu! Cuma... seandainya dia hanya berpura pura saja, bahkan karena berhasil mempelajari ilmu Ngo heng sinkang dia berbuat kejahatan didalam dunia persilatan, Ong toako bagaimana sikapmu terhadapnya?"   OodoOooow Ong It sin merasakan hatinya bergetar keras setelah mendengar perkataan itu, dia segera menarik tangan Bwe Leng soat sambil berseru.   "Nona Bwe, kau maksudkan kaucu dari perkumpulan Ki thian kau adalah Be Siau soh?"   "Aku tidak berkata begitu, aku cuma bertanya seandainya..."   "Aaai... meski cuma seandainya, tapi kejadian itu benar benar menakutkan sekali"   "Bukankah kau pernah berkata bahwa Hu si ku kiam dan Cian nian liong siau telah kau hadiahkan kepada Be Siau soh? Sedangkan sampai sekarang orang persilatan belum tahu siapa gerangan kaucu dari Khi thian kau tersebut, tapi kalau dilihat nama perkumpulan itu, tampaknya kaucu mereka adalah seorang perempuan!"   "Tapi kita toh tak bisa menuduhnya?"   "Tentu saja, kau masih ingat racun apa yang diderita Thian yan sinceng dari Siau lim pay? Bukankah racun itu adalah Hong wi tok ciam? Dari sini bisa kita ketahui kalau mereka ibu dan anak sudah pasti berada dalam perkumpulan itu, seandainya Siau soh ditawan, apakah Be Ji nio bersedia membuktikan diri kepada perkumpulan itu... lagipula, ketika kau menyinggung soal Be Siau soh, suara Hu kaucu itu segera berubah, apakah tak bisa mendengarkan?"   Bagaikan baru sadar dari impian, Ong It sin segera berseru.   "Kalau begitu, aku pasti kenal juga dengan Hu kaucu tersebut!"   Xxx-dw-xxx   Jilid 23 "SIAPAKAH dia?"   "Bila dugaanku tidak salah, hu kaucu dari Ki thian kau yang selalu memakai cadar hitam itu pastilah Sangkoan Bu cing, putranya Bwe hoa kiam kek (jago pedang bunga sakura) Sangkoan Tin!"   Bwe hoa kiam kek Sangkoan Tin menyukai bunga bwe sampai akhirnya tergila gila dengan tumbuhan tersebut, meski Bwe Leng soat belum pernah berjumpa dengan orang itu, sudah pernah ia dengar namanya. Ia menjadi tertegun, serunya keheranan.   "Aku dengar Bwe hoa kiam kek adalah seorang pendekar dari golongan lurus, mengapa putranya bisa masuk ke dalam aliran sesat?"   Sambil mencibirkan bibirnya Ong It sin tertawa dingin, katanya.   "Bukankah Beng cu berwatak luhur, Siancu berwatak jahat Bu cing sebagai namanya bukan saja tidak berperasaan, diapun licik, keji dan berwatak busuk, tentu saja manusia semacam ini hanya pantas bila berkumpul dengan kaum laknat!"   "Kau begitu mengeritik dirinya, seakan akan kau sudah hapal dan paham sekali dengan wataknya?"   "Yaa, siapa bilang tidak?"   Jawab Ong It sin sambil tertawa getir.   Berbicara sampai disitu, secara ringkas dia lantas menceritakan semua pengalaman yang dialaminya selama bergaul dengan Sangkoan Bu cing...   Selesai mendengar kisah tersebut Bwe Leng soat berpikir sebentar, kemudian katanya.   "Sekarang, apakah kau masih ada rencana untuk mengunjungi markas besar Ki thian kau?"   Ong It sin segera menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Kalau memang dia sudah menjadi dalangnya persoalan ini, buat apa kau kesana?"   Bwe Leng soat berpikir sebentar, kemudian katanya.   "Bila dugaanmu tidak salah dan kaucu mereka benar benar adalah Be Siau soh, sudah sepantasnya kalau kau menasehatinya dengan kata halus agar dia mau kembali ke jalan yang benar, seandainya dugaanmu betul, kita bisa menolongnya sekalian menarik kembali pedang Hu si ku kiam tersebut, bukankah ini bagus sekali?"   "Apakah kau akan mengikuti aku masuk ke dalam sarang harimau?"   Tanya Ong It sin.   "Rencana ini aku yang ajukan, tentu saja akupun berhak untuk memilih..."   "Kalau begitu kau bersedia untuk mengikuti aku menyerempet bahaya ini?"   Bwe Leng soat segera manggut manggut. Tiba tiba Ong It sin berkerut kening, lalu serunya.   "Bisa saja kita putuskan demikian, tapi di manakah letak markas besar mereka?"   "Tiada rahasia didunia ini yang bisa disimpan terus dengan rapat, asal kita mau bersusah payah, apakah kau kuatir tak akan mengetahuinya...!"   "Coa toako punya pergaulan yang luas sekali didalam dunia persilatan, mengapa kita tidak minta bantuannya?"   Baru saja pemuda itu menyelesaikan kata katanya, pintu kamar telah dibuka orang. Dari depan pintu muncul dua orang lelaki ternyata mereka bukan lain adalah Coa Thian tam serta Pek lek to To hu Hiong.   "Bagus sekali!"   Seru Coa Thian tam.   "aku tidak berada disini, kalian berdua berani mencaci maki aku dari belakang!"   "Coa tahiap, kau jangan sembarangan memfitnah orang"   Seru Bwe Leng soat.   "untuk memuji dirimu saja kami tak sempat, masa berani mencaci maki dirimu!"   "Aku terang terangan mendengar Ong lote sedang membicarakan aku, apa sebabnya kalian menyebut namaku tanpa alasan?"   "Tanyakan sendiri kepadanya!"   Seru Bwe Leng soat sambil menuding kearahnya. Ong It sin kuatir dia menaruh salah paham maka buru buru serunya dengan cepat.   "Siaute hanya ingin minta pertolongan dari Coa toako saja!"   "Tentang soal apa?"   "Aku sedang berpikir tidak masuk ke gua harimau, mana mungkin bisa mendapat anak macan?"   "Oooh... Jadi Ong lote ingin menyelidiki alamat dari markas besar perkumpulan Ki thian kau?"   "Benar!"   "Aku rasa soal ini sukar diselidiki!"   "Kenapa?"   "Sebab hingga kini belum ada seorang manusiapun yang mengetahui letak markas besar perkumpulan Ki thian kau"   Tiba tiba Ong It sin merasa menyesal sekali, serunya.   "Aaah! Sayang, kenapa aku tidak menguntil dibelakang mereka waktu itu..."   "Ong lote tak usah menyesal, tanggung sebelum kentongan ketiga nanti kita bakal mendapat kabar!"   Kejut dan girang Ong It sin setelah mendengar perkataan itu, segera ujarnya.   "Apakah Coa toako secara diam diam telah mengirim orang untuk mengadakan pengintaian?"   "Keliru besar kau lote, sobatku pasti adalah seorang lelaki sejati...!"   Seru Ong It sin dengan rasa hormat.   "Benar, temanku itu berjiwa ksatria dan penuh kesetiaan kawan, kalau kusebut namanya mungkin Ong lote dan nona Bwe juga mengetahui tentang dirinya, dia bukan lain adalah Sin heng tay poo (pangeran pejalan sakti) Tay Lip"   Ketika masih berada dirumah pamannya dulu, Ong It sin sudah banyak mendengar tentang nama orang orang kenamaan, nama orang itupun pernah didengar olehnya. Tapi sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu Bwe Leng soat telah berkata lebih dulu.   "Orang itu pernah berkunjung ke kuil Koan siau kek kami, menurut suhu katanya ilmu Siu heng sut yang dimiliki orang ini merupakan suatu kepandaian sakti yang tersendiri didalam dunia persilatan, asal dia turun tangan sendiri aku yakin misinya pasti akan berhasil"   "Coa toako, kau bilang pada kentongan ketiga malam nanti pasti ada kabar yang diterima, apakah sebelumnya kalian sudah ada janji?"   Tanya Ong It sin.   "Benar!"   "Tapi bukankah kau selalu melakukan perjalanan bersama kami?"   Seru pemuda itu keheranan.   "sedari kapan kau berjumpa dengan sikaki terbang itu?"   "Ketika kau dan nona Bwe memberi bantuan kedalam kuil Siau lim si, aku telah berjumpa dengan lo Tay dibawah puncak bukit"   "Oooh... tak aneh kalian begitu terlambat datangnya, ternyata sudah berhenti di tengah jalan"   "Sekarang baru kentongan kedua, itu berarti masih harus menunggu satu kentongan lagi"   Kata Bwe Leng soat. Pada saat itulah dari depan pintu kamar terdengar suara langkah kaki manusia, ternyata yang muncul adalah pelayan rumah penginapan. Terdengar ia berkata.   "Tay ya, Koaya dan teman temannya tinggal di kamar tujuh sampai sembilan, silahkan kau masuk sendiri!"   Ketika Coa Thian tam yang berada dikamar mendengar Tay Lip sudah datang, buru buru dia membuka pintu seraya menyapa.   "Saudara Tay, silahkan masuk!"   Seorang lelaki jangkung segera melangkah masuk ke dalam kamar. Setelah menutup pintu dan memperkenalkan dengan Ong It sin serta Bwe Leng soat, dia bertanya.   "Saudara Tay, apakah berhasil menemukan titik terang?"   "Sekalipun alamatnya belum begitu jelas, tapi markas besar dari perkumpulan Ki thian kau sudah pasti berada disekitar kota Si ciu!"   Jawab Sin heng tay poo.   "Ini menurut taksiranmu sendiri atau kenyataan?"   Tanya Coa Thian tam lagi.   "Waktu itu aku bersembunyi dibalik kegelapan, perkataan itu dibocorkan oleh Ang hun lo sat tanpa sengaja. Oleh karena itu dari kota Kay hong aku segera berangkat kembali ke sini"   "Bagus sekali, asal kita sampai di kota Si ciu, tidak kuatir tak berhasil menemukan jejak mereka"   "Disekitar markas besar mereka pasti terdapat banyak sekali jaringan mata mata mereka, untuk melakukan penyelidikan, lebih baik kalian pecah menjadi dua rombongan dan masing masing menyaru wajahnya sendiri sendiri"   Semua orang setuju sekali dengan usul dari Sin hong tay poo ini, maka setelah menyaru wajahnya masing masing, mereka pun membagi diri menjadi dua rombongan untuk melakukan perjalanan.   odooOowoo Si ciu terletak di keresidenan Si sian.   Tempat itu merupakan suatu persimpangan jalan perdagangan yang penting sekali artinya, oleh karena itu suasana kota cukup ramai.   Hari itu dari pintu selatan kota Si ciu untuk sepasang suami istri yang baru datang dari dusun.   Yang lelaki adalah seorang kakek berusia enam puluh tahunan yang bermuka hitam, bergigi kuning, berhidung pesek dan bermata juling, sehingga dia kelihatan jelek sekali.   Istrinya adalah seorang nenek berusia lima puluh tahunan, meskipun rambutnya telah beruban tapi sisa kecantikannya masih tertampak nyata, bisa diketahui kalau dimasa mudanya dulu ia pasti berwajah cantik rupawan.   Kedua orang itu masing masing membawa sebuah tongkat yang besarnya selengan bocah, sambil terbungkuk bungkuk mereka berjalan menelusuri jalanan.   Akhirnya mereka pun menaiki rumah makan Cui ang loo.   Sepasang suami istri tua ini duduk dekat jendela, mereka memesan sepoci arak Tay pek ciu dan dua macam sayur.   Tay pek ciu adalah arak berkwalitet paling rendah, juga merupakan minuman dari golongan masyarakan rendah.   Diantara rumah makan itu terdapat pula beberapa orang lelaki yang berbaju keren, tapi perhatian mereka hanya tertuju pada orang orang yang menurut anggapan mereka menyolok.   Tentu saja tak seorang pun yang memperhatikan sepasang suami istri dari dusun yang sudah tua itu.   Tapi si kakek jelek itu dengan matanya yang tajam tiada hentinya memperhatikan keadaan disekeliling tempat itu.   Ketika sorot matanya membentur dengan seorang kakek tinggi besar berambut merah yang duduk seorang diri disisi ruangan, ia tampak agak terkejut.   "Bukankah orang itu adalah Say siu jin mo Kwik Cing?"   Demikian ia berpikir. Buru buru disikutnya si nenek, lalu pesannya dengan suara lirih.   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Sebelum mengadakan kontak dengan Coa toako, lebih baik kita jangan bocorkan penyamaran kita dulu. Orang itu adalah Hu hoat dari perkumpulan Ki thian kau"   Si nenek itu berpaling, setelah melihat sasarannya, diapun berkata dengan serius.   "Lebih baik kita cepat cepat tinggalkan tempat ini daripada rahasianya kita ketahuan!"   Pada saat itulah dari mulut anak tangga mendadak muncul sepasang lelaki perempuan.   Yang lelaki berwajah tampan bermuka merah giginya putih dan sangat gagah, dia memakai baju ringkas dengan sebilah pedang tersoren dipinggangnya, senyuman bangga tersungging diujung bibirnya.   Sedang yang perempuan baru berusia delapan belas tahunan, memakai baju ringkas berwarna kuning dengan mantel berwarna hitam, rambutnya hitam pekat dan mukanya bundar dengan mata yang besar, meski tidak memakai pupur atau gincu, wajahnya tampak cantik menawan hati.   Dalam dunia persilatan jarang sekali dapat menjumpai lelaki perempuan seperti ini.   Bwe Leng soat yang menyaru sebagai nenek desa itu segera menyikut si kakek seraya berbisik.   "Ong toako, aku lihat kedua orang ini bukan termasuk anggota Ki thian kau!"   Tak bisa disangkal lagi si kakek jelek itu bukan lain adalah penyaruan dari Ong It sin mendengar perkataan itu dia manggut.   "Tentu saja bukan, mereka adalah suheng moay..."   "Kau kenal dengan mereka?"   Seru Bwe Leng soat dengan wajah tercengang dan nada berat. Ong It sin manggut manggut.   "Benar, sedikit banyak mereka masih ada sangkut pautnya dengan diriku...!"   "Siapakah mereka?"   "Nona Bwe kau pernah mendengar tentang tiga jagoan lihay dari luar perbatasan?"   "Aku tahu mereka adalah Sio Siau (cambuk sakti) Li Ji. Seng hong tianglo serta ayahmu Kim to bu tek (golok emas tanpa tandingan) Ong Tang thian..."   Ketika berbicara sampai disitu, satu ingatan dengan cepat melintas didalam benaknya, dengan suara dalam segera serunya.   "Apakah kedua orang ini ada hubungannya dengan Kwan gwa sam hiap tersebut?"   "Tepat sekali perkataan nona, kedua orang itu bukan lain adalah anak murid dari Seng hong tianglo, yang lelaki bernama Lau Hui sedangkan yang perempuan bernama Bwe Yau"   "Bagaimana kalau kita menyapa mereka?"   Ong It sin segera menggeleng.   "Seharusnya kita memang pantas untuk munculkan diri dan berjumpa dengan mereka, akan tetapi tugas perjalanan kita kali ini adalah menyelidiki letak dari markas besar perkumpulan Ki thian kau, bila rahasia penyamaran kita sampai ketahuan, bukankah usaha kita selama ini menjadi sia sia belaka... apalagi kedua orang ini selalu melakukan pergerakan diluar perbatasan, mengapa mereka bisa muncul disini? Siapa tahu kalau mereka memang telah bersekongkol dengan pihak Ki thian kau? Lebih baik kita nantikan dulu perkembangan selanjutnya!"   Bwe Leng soat merasa ucapan tersebut ada benarnya juga maka merekapun tidak melakukan sesuatu gerakan apa apa lagi.   Sementara mereka sedang bercakap cakap, Lau Hui dan Bwe Yau telah mengambil tempat duduk tak jauh dari situ dan memesan hidangan.   Terdengar Bwe Yau berkata.   "Suko, setelah bersantap, apakah kita akan langsung menuju ke pagoda Cui ang teng?"   "Tentu saja, kita akan berpesiar selama sepuluh sampai setengah bulan lamanya di sini sebelum berangkat menuju ke Kanglam"   "Kota gunung ini tak lebih cuma sebuah desa pemabuk, apanya yang indah ditempat ini?"   "Sumoay, kenapa kau musti terburu napsu, bila sungguh sungguh ingin berpesiar maka kita harus kunjungi tempat yang indah dan kenamaan, kalau bermain sambil lalu, tentu saja tak akan terasa menyenangkan"   Sambil berkata dia berjalan menuju ke arah meja ciangkwee.   Tampak pemuda itu membisikkan sesuatu kepada sang kasir, kemudian mengeluarkan sebuah benda dari sakunya dan diangsurkan kepadanya.   Kasir itu menyambur dan dilihatnya sebentar, entah apa yang kemudian dibicarakan, Lau Hui segera menjura dan balik kembali ke tempat duduknya.   "Suko, sudah kau tanyakan dimanakah letak mata air tersebut?"   Bwe Yau segera bertanya.   "Konon berada disuatu tempat sepuluh li dari pintu sebelah utara kota"   "Selesai bersantap kita pesan kamar kemudian berpesiar sepuasnya ditempat tempat kenamaan tersebut!"   "Tentu saja!"   Seru Lau Hui sambil memperlihatkan senyuman liciknya.   "kali ini kita harus bermain sepuas puasnya sebelum pulang"   Selanjutnya kedua orang itu segera membungkam dan masing masing menghabiskan santapannya sendiri.   Setelah membayar rekening, merekapun berangkat meninggalkan tempat itu.   Baru saja sepasang muda mudi itu berangkat, si kakek berkepala besar berambut merah tadipun segera beranjak sambil menggumam "Bocah keparat, kau ingin bermain setan apa lagi? Setelah berjumpa dengan diriku sekarang, jangan harap kau bisa bertindak sesuka hatimu...!"   Dia melempar sekeping hancuran perak ke meja, kemudian buru buru meninggalkan tempat itu. Ong It sin segera berbisik.   "Eeeh... bagaimana kalau secara diam diam kita ikuti dibelakang mereka untuk menonton keramaian?"   "Terserah kepadamu..."   Kedua orang itu segera memanggil pelayan membayar rekening dan kemudian meninggalkan pula rumah makan Cui ang lo tersebut.   Dari kejauhan mereka menyaksikan simanusia aneh berkepala besar berambut merah itu masih berjalan didepan sana.   Tapi Lau Hui dan Bwe Yau yang berada didepannya seperti sama sekali tidak menyadari akan hal itu.   Terutama sekali Bwe Yau, dia masih polos dan lincah, mana mungkin dia menyangka kalau bencana sudah berada didapan mata? Sesudah keluar melalui pintu kota sebelah utara, jauh memandang ke depan hanya tanah perbukitan yang tampak, tanpa terasa gadis itu segera memuji.   "Oooh... betapa indahnya pemandangan alam disini"   "Kalau pemandangan alam disini tidak indah, mana mungkin Ouyang Siu mau menjadi pembesar dikota gunung seperti ini?"   Bwe Yau memandang sekejap sinar matahari senja yang sudah hampir lenyap dibalik bukit, kemudian tanyanya lagi.   "Apakah kita sempat untuk pulang kekota nanti?"   "Apalah arti sepuluh li buat kita? Pasti masih sempat untuk pulang ke kota, apalagi kita kan sudah memesan kamar, mana takut tak kebagian tempat tidur?"   Ditengah remang remangnya cuaca, kedua orang itu segera melanjutkan perjalanannya menuju ke tanah perbukitan tersebut.   Suasana disekitar tempat itu sangat sepi dan hening, tak seorang manusia pun yang kelihatan.   Lama kelamaan Bwe Yau merasa heran juga dia lantas menegur.   "Suko, kenapa sampai sekarang belum nampak juga sumber mata airnya?"   "Mungkin saja sebentar lagi akan sampai siapa tahu kita melakukan suatu perjalanan yang salah?"   Dengan sangsi Bwe Yau melanjutkan kembali perjalanannya menuju ke depan sana.   Setelah berbelok sebuah tikungan bukit, maka tampaklah didepan mata muncul serombongan lelaki berbaju merah serta sekawanan perempuan berbaju hijau.   Bwe Yau menjadi keheranan setelah menyaksikan kesemuanya itu, dia lantas berpikir.   "Jangan jangan orang orang Ki thian kau itupun seperti diriku, sedang berpesiar di tempat ini...?"   Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya, rombongan didepan itu sudah menyongsong kedatangan mereka.   Dalam waktu singkat mereka sudah berada didepan Bwe Yau serta Lau Hui, dan berhenti.   Terdengar salah seorang perempuan berbaju hijau itu segera menegur.   "Lau Hui, diakah adik seperguruan itu?"   Bwe Yau menjadi semakin terperanjat, pikirnya lagi.   "Heran, kenapa orang orang Ki thian kau tersebut bisa kenal dengan suheng? Apalagi kalau didengar dari suara pembicaraan mereka, tampaknya mereka sudah kenal lama?"   Tanpa terasa dia mendongakkan kepalanya dan memperhatikan perempuan itu dengan meminjam sinar rembulan yang ada.   Tampak perempuan berbaju hijau itu meski berwajah cantik tapi genit sekali, gerak geriknya tampak sangat jalang.   Tanpa terasa dia berpikir lebih jauh.   "Jangan jangan suheng telah bersekongkol dengan perempuan ini untuk memancing aku kemari?"   Kenyataan dengan cepat terbentang didepan mata Pada saat itulah Lau Hui sudah melangkah maju kedepan, sesudah memberi hormat sahutnya.   "Hamba Lau memberi laporan kepada Sin tong cu, orang ini memang sumoayku Bwe Yau!"   Dengan wajah dingin dan kaku, Bwe Yau segera membentak keras.   "Siapa yang kesudian menjadi sumoaymu? Aku Bwe Yau tak sudi punya seorang suheng macam kau... Hmm! Kalau kau ingin menjerumuskan diri kelembah kesesatan, terjun saja sendirian, mengapa kau harus memancing pula kedatanganku kemari?"   Dia segera meloloskan pedangnya yang tersoren dipunggung, kemudian sambil mengurat tanah serunya lagi.   "Mulai detik ini, hubungan kita sebagai sesama saudara seperguruan putus sampai disini saja"   Paras muka Lau hui segera berubah hebat dengan wajah memelas dia lantas memohon.   "Sumoay, kenapa kau musti marah besar? Kali ini aku menghubungkan diri dengan Ki thian kau tak lain adalah demi masa depanmu dikemudian hari!"   "Kentut busuk!"   Bentak Bwe Yau sangat gusar.   "karena aku Huuuh... kau anggap aku tidak tahu kalau kau sudah terpikat oleh siluman rase itu?"   Sesungguhnya, ucapan tersebut memang tepat sekali.   Kiranya, pada suatu ketika sewaktu masih berada diluar perbatasan dulu, tanpa sengaja Lau Hui telah berjumpa dengan Hong lu kua hu (janda genit) Sin Cing ciu dari Ui kiok tongcu perkumpulan Ki thian kau, semenjak hari itulah dia terjerumus dalam rangkulan maut perempuan siluman itu dan tak dapat melepaskan diri lagi.   Kebetulan waktu itu Ki Thian kau sedang mencari orang orang berbakat diseantero jagad dengan tujuan untuk menguasai dunia persilatan.   Ketika Hong liu kua hu Sin Cing ciu mengusulkan hal itu, Lau Hui segera meluluskan permintaannya dan masuk menjadi anggota perkumpulan.   Siapa tahu Hu kaucu Sangkoan Bu cing tertarik kepada Bwe Yau, maka diturunkan perintah untuk berusaha memancing sumoaynya datang ke kota Si ciu.   Kebetulan sekali pada waktu itu Seng hong tianglo sedang pergi meninggalkan kuil Po kek si untuk berpesiar, maka Lau Hui pun menggunakan bujuk rayunya memancing Bwe Yau untuk meninggalkan rumah.   Bwe Yau tidak sadar kalau Lau Hui telah menghianatinya, kalau tidak entah bagaimana gusarnya gadis itu.   Maka ketika melihat adik seperguruannya memberi perlawanan, buru buru Lau Hui memberi tanda kepada Hong liu kua hu agar menaklukkan adik seperguruannya itu dengan ilmu silat.   Tentu saja Hong liu kua hu memahami kode tersebut, dia lantas maju kedepan dan tegurnya sambil menarik muka.   "Nona Bwe, kau berani bersikap kurangajar di hadapan pun tongcu?"   Bwe Yau melotot besar.   "Kau pun takusah banyak berlagak dihadapanku, jangan dianggap nona takut kepadamu."   "Huuuh... kau anggap beberapa jurus ilmu pedang rongsokanmu itu bisa diandalkan? Jangankan kau, sekalipun gurumu sendiri Seng hong Tianglo juga tak akan tahan menyambut sebuah serangan pun tongcu"   Bwe Yau tidak percaya dengan perkataan itu, dia segera membentak keras.   "Kau tak usah sombong lebih dulu, kalau punya kemampuan, hayolah bertarung dengan nonamu!"   Hong liu kua hu Sin Cing ciu tertawa hambar dengusnya.   "Kau masih belum pantas untuk bertarung melawanku!"   Berbicara sampai disitu dia lantas berpaling ke arah seorang gadis berbaju hijau disisinya seraya berkata.   "The hiangcu mengiakan dan segera beranjak, tiba lima jengkal dari hadapan Bwe Yau, golok mestikanya segera diloloskan dari sarungnya."   Kalau dilihat dari gerakannya ketika meloloskan golok, dapat diketahui bahwa ilmu silat yang dimiliki orang itu masih jauh diatas kepandaian Bwe Yau sendiri. Kendatipun demikian, gadis itu pantang menyerah dengan begitu saja.   "Maaf!"   Bentaknya nyaring.   Pedangnya segera digetarkan menciptakan serangkaian cahaya bianglala yang amat tajam diangkasa.   The Hiangcu tersebut bukan lain adalah Kim sian li (perempuan benang emas) The Yong Hong yang belum lama menggabungkan diri dengan perkumpulan Ki thian kau.   Selama ini dia berkecimpung dalam dunia hitam, golok mestika yang diandalkan itu memiliki jurus jurus serangan yang luar biasa saktinya, entah berapa banyak jago lihay yang berhasil dirobohkan olehnya selama ini? Tentu saja dia tidak pandang sebelah matapun terhadap kemampuan gadis tersebut.   Ketika dilihatnya Bwe Yau melancarkan serangannya, dia tertawa ringan, katanya.   "Nona Bwe, aku lihat pedangmu bagus sekali!"   Seraya berkata dia melepaskan sebuah bacokan ke depan untuk memunahkan datangnya serangan ganas dari gadis tersebut.   Secara beruntun Bwe Yau melepaskan delapan belas buah serangan berantai, walaupun dia berhasil mendesak musuhnya untuk melancarkan tangkisan demi tangkisan, namun sedikitpun tak berhasil mengapa apakan lawannya.   Lama kelamaan gadis itu mulai merasa panik dan gugup sekali...   apalagi ketika Kim sian hi The Yong Hong mengejek.   "Bayangkan nona, dengan kemampuanku saja kau hanya sanggup bertahan seimbang, apalagi jika Sin tongcu turun tangan sendiri? Aku lihat, lebih baik kau sedikitlah tahu diri dan menyerah saja"   Bwe Yau menjadi nekad, teriaknya tiba tiba.   "Nonamu lebih suka mati dimedan pertempuran daripada menyerah kepada kalian manusia sesat!"   Pedangnya kembali diputar kencang dan serangan semakin membabi buta, agaknya dia sudah nekad untuk beradu jiwa.   Sesungguhnya ilmu silat yang dimiliki The Yong hong sangat lihay, akan tetapi berhubung ada perintah untuk tidak melukai lawannya, dia menjadi tak bisa mengembangkan permainan jurus serangannya sebagaimana mestinya, otomatis untuk sesaat lamanya diapun tak bisa banyak berbuat terhadap musuhnya itu.   Pertarungan sengit tak bisa dihindari lagi, serang menyerang terjadi dengan amat gencarnya.   Hong liu kua hu Cing ciu yang menyaksikan kejadian itu segera berkerut kening, teriaknya.   "Nona Bwe Hu kaucu ada perintah untuk cepat atau lambat menangkap dirimu, jangan harap kau bisa meloloskan diri dari tempat ini dengan selamat!"   Setelah melangsungkan pertarungan sengit sekian lama, napas Bwe Yau sudah terengah engah, tapi dia tetap berkeras kepaa untuk berteriak juga.   "Kalau ingin yang sudah mampus boleh, jangan harap selama aku masih hidup... Hmm! Lebih baik kalian tak usah bermimpi disiang hari bolong..."   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Saat itulah Lau Hui turut menganjurkan, teriaknya.   "Sumoy, buat apa menjadi orang yang harus serius? Apa salahnya kalau menyerah saja?"   "Cuhh...! Bedebah, kau tak usah berbicara lagi denganku, kau murid murtad, lebih baik tutup saja bacotmu yang bau itu!"   Teriak Bwe Yau sambil meludah. Dari malu Lau Hui menjadi naik pitam, teriaknya pula.   "Sin tongcu, lebih baik kau saja yang turun tangan sendiri untuk memberi pelajaran yang setimpal kepada budak keparat itu!"   "Baiklah"   Sahut Hong liu kua hu kemudian.   "tak ada salahnya kalian saksikan bagaimana caraku memberi pelajaran kepada budak ini"   Seusai berkata dia lantas menitahkan kepada The Yong hong agar mundur. oodoOooeo Hong Liu Kua Hu Sin Ciu sama sekali tidak mempergunakan senjata tajam, dengan sikap yang amat santai dia melangkah maju ke tengah arena, kemudian katanya.   "Nona, berhati hatilah kau!"   Jangan dilihat ayunan tangannya itu seakan akan sama sekali tak berkekuatan, terasalah segulung angin puyuh yang dingin dan menyengat badan segera merasuk ke tulang sumsum.   Bwe Yau segera merasakan sekujur badannya menggigil keras karena kedinginan.   Jelas ilmu silat yang dimiliki Sia Tongcu jauh lebih lihay daripada ilmu silat yang dimiliki The Yong hong tadi.   Tapi gadis itu tetap mengigit bibir sambil mempergunakan ilmu pedang Lok yap kiam dari perguruannya.   Tapi sayang, bagaimanapun rapatnya lapisan hawa pedang yang dibentuk olehnya untuk melindungi badan, toh ada juga angin pukulan yang berhawa dingin yang sempat menerobos masuk kedalam tubuhnya.   Dengan cepat hawa dingin tersebut membuat peredaran hawa murni didalam tubuhnya seakan akan tersumbat.   Apalagi sebelum itu Bwe Yau sudah bertarung hampir ratusan jurus dengan The Yong hong, banyak sudah tenaga dalamnya yang dihamburkan dengan percuma.   Dan kini dia harus berhadapan dengan musuh yang tangguhnya bukan kepalang, otomatis dia menjadi kalang kabut dibuatnya.   Dengan keadaan yang dihadapinya sekarang soal tertangkap adalah soal waktu belaka.   Justru Hong liu kua hu tidak segera menyelesaikan pertarungan itu secepatnya, dia sengaja jual lagak dihadapan Lau Hui, bahkan seringkali menyindir gadis itu dengan mengatakan ilmu silatnya masih kekanak kanakan mungkin saja dia amat mencintai suhengnya dan sebagainya.   Ejekan ejekan tersebut kontan saja menggusarkan Bwe Yau sehingga membuat dia merasa dadanya seakan akan mau meledak.   Semakin amarahnya berkobar, semakin payah juga permainan pedangnya...   Peluh sebesai kacang kedelai telah jatuh bercucuran membasai seluruh tubuhnya, sepasang lengannya terasa lemas tak bertenaga...   Jangankan tusukannya tak ada yang mengena di sasaran, sekalipun mengenai sasaran yang tepatpun belum tentu akan tembus ke perut lawan...   Hong liu kua hu Sin Cing ciu membalikkan pergelangan tangannya, kemudian dengan suatu gerakan yang sangat gampang tahu tahu ia sudah berhasil mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan Bwe Yau.   Sambil tertawa terkekeh kekeh karena bangga, segera ejeknya lagi.   "Nona sekarang tentunya kau sudah tahu bukan bahwa aku bukan cuma pandai mengibul belaka?"   Setelah urat nadi pada pergelangan tangannya tercengkeram, otomatis pedangnya juga jatuh ke tanah. Meski demikian, ia tak mau menyerah dengan begitu saja, sambil tertawa dingin serunya.   "Kalau kau memang punya kepandaian mengapa tidak sekalian kau bunuh diriku?"   Hong liu kua hu Sin Ciu segera tertawa misterius, sahutnya.   "Kau toh tahu kalau hu kaucu kami amat menyukai dirimu, bila kau mati ditangan kami, dengan apa pula kami harus memberikan pertanggung jawaban nanti?"   "Kau... kau seorang perempuan sundal yang tak tahu malu... kau perempuan lacur"   Saking gusarnya dengan tanpa sungkan sungkan lagi, gadis itu segera mencaci makinya dengan ucapan yang kotor.   Seandainya orang lain yang dimaki seperti itu sudah pasti mereka tak akan kuat menahan diri, tapi berbeda dengan Hong liu kua hu, dia sama sekali tak acuh, malahan bisanya tertawa terkekeh kekeh.   "Hei... rupanya kau sedang mencaci maki diriku? Perempuan macam aku tentu saja jauh berbeda dengan perempuan perawan seperti kau? Hei nona... apalah gunanya menolak arak kehormatan dengan memilih arak hukuman bagi dirimu sendiri?"   "Perempuan siluman yang tak tahu malu!"   Bentak Bwe Yau sangat marah.   "perbuatanmu itu sungguh membuat perempuan didunia ini kehilangan mukanya!"   Berbicara sampai disitu mendadak ia menundukkan kepala dan menggigit bahu Hong liu kua hu keras keras. Karena kesakitan hebat, Hong liu kua hu Sin Cing ciu segera melemparkan tubuh Bwe Yau sejauh beberapa kaki dari tempat semula.   "Lonte busuk"   Makinya dengan gusar.   "kau anggap aku benar benar tak berani menghabisi nyawamu?"   Berbicara sampai disitu dia lantas maju kedepan dan melancarkan sebuah tendangan dahsyat ke tubuh Bwe Yau yang sedang tergeletak diatas tanah itu.   Agaknya hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajahnya.   Seandainya tendangan tersebut sampai kena sasaran, sudah bisa dipastikan Bwe Yau akan kehilangan nyawanya.   Pada detik terakhir itulah, mendadak suatu peristiwa aneh telah terjadi.   Tiba tiba muncul segulung angin yang berhembus lewat, tahu tahu tubuh Bwe Yau yang tergeletak di tanah itu sudah lenyap tak berbekas.   Ketika tendangannya mengenai sasaran yang kosong, Hoa liu kua hu Sin Cing ciu merasa amat terperanjat.   dengan cepat ia mendongakkan kepalanya ke depan, tapi dengan cepat dia berdiri bodoh.   Ternyata Bwe Yau sudah berdiri beberapa kaki didepan sana, disampingnya berdiri seorang manusia aneh berkepala besar dan berambut merah...   "Kwik huhoat!"   Hong liu kua hu Sin Cing ciu segera membentak.   "kau juga datang untuk membantu lonte kecil itu menganiaya diriku?"   Dia mengira orang itu adalah Say siu jin mo Kwik Cing. Siapa tahu manusia aneh berambut merah itu segera tertawa terkekeh kekeh.   "Sin tongcu, kau anggap aku ini siapa?"   Serunya. Hong liu kua hu segera mengerling sekejap ke arahnya, kemudian serunya dengan manja.   "Aku toh belum buta, masa tidak kenal dirimu sebagai Say siu jin mo Kwik toa hu hoat?"   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kau tidak salah melihat?"   "Aaah! Masa didunia ini masih terdapat Say siu jin mo yang kedua..."   "Kalau memang Sin tongcu berkata begitu, nona Bwe akan kubawa pergi...!"   Hong liu kua hu seperti hendak mencegah, tapi Lau Hui yang ada disampingnya segera membujuk.   "Sin toa nio, sudah lama kita berpisah, sepantasnya kalau kita mencari kamar untuk bermesrahan, apalah artinya cekcok? Biar saja dia yang membawa sumoay untuk diserahkan kepada hu kaucu!"   "Huuh, kau ini memang pandai mencari hati!"   Omel Hong liu kua hu sambil menowel pipi Lau Hui.   Sebenarnya dia masih belum mau menyudahi persoalan tersebut disitu saja, akan tetapi setelah diperingatkan kekasihnya, apalagi membayangkan adegan panas diranjang, kontan saja dia melemparkan sebuah kerlingan maut kearah pemuda itu.   Menyaksikan kerlingan itu, Lau Hui merasakan tulangnya seolah olah menjadi lemas semua.   Sementara mereka masih kasak kusuk, menggunakan kesempatan itu si orang aneh berambut merah itu sudah membawa Bwe Yau berlalu dari sana, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata...   Belum lama manusia aneh itu pergi, mendadak dari jalan gunung sana berkumandang suara teriakan nyaring.   "Hu kaucu tiba!"   Hong liu kua hu segera memimpin semua anak buahnya untuk menanti ditepi jalan.   Menyusul kemudian, dari balik bukit situ muncul dua orang manusia, yang didepan adalah hu kaucu Sangkoan Bu cing, sedangkan dibelakangnya ternyata adalah si manusia aneh berambut merah Say siu jin mo.   Sementara Hong liu kua hu sedang tercengang mengapa Say siu jin mo secepat itu sudah kembali kemari, bahkan bersama Hu kaucu lagi...   Tiba tiba terdengar Sangkoan Bu cing bertanya.   "Sin tongcu konon nona Bwe sudah sampai di kota Si ciu, dimanakah orangnya?"   Hong liu kua hu menjadi tertegun.   "Bukankah sudah dibawa pergi oleh Kwik huhoat?"   Serunya. Si manusia aneh berambut merah Say siu jin mo segera berteriak keras keras.   "Sin tongcu, apa kau bilang?"   "Aku bilang belum lama berselang aku telah menyerahkan nona Bwe Yau kepadamu untuk diserahkan kepada Hu Kaucu, mengapa kau musti berlagak pilon?"   "Sin Cing ciu!"   Teriak Say siu jin mo keras keras.   "sebenarnya permainan busuk apa yang sedang kau lakukan? Selama ini lohu berada bersama sama Hu kaucu, setengah jengkalpun tak pernah berpisah, kalau kau bilang nona Bwe Yau sudah diserahkan kepadaku, bukankah ucapanmu itu merupakan suatu ucapan yang bohong besar?"   "Aaah... masa aku sudah ketemu setan?"   "Kalau kau masih kurang percaya, tanyakan sendiri kepada Hu kaucu..."   "Kau kira aku tidak berani bertanya...? Tolong tanya Hu kaucu benarkah ucapan dari Kwik Hu hoat barusan?"   "Yaa, benar! Ia memang tak pernah meninggalkan tempat ini barang setengah langkahpun"   Hong liu kua hu semakin keheranan.   "Kalau begitu aneh sekali sesaat sebelum Kwik huhoat datang kemari, ia memang sudah membawa pergi nona Bwe Yau, jika Hu kaucu tidak percaya dengan perkataan hamba, silahkan bertanya kepada semua orang yang berada di sini!"   Ketika Sangkoan Bu cing menanyakan hal ini, ternyata jawaban semua orang adalah sama seperti apa yang dikatakan oleh Hong liu kua hu tadi.   Dengan demikian suasana menjadi gempar dan semua orang merasa keheranan setengah mati.   Kebetulan Tee leng kun juga datang setelah menanyakan persoalannya, sambil mendepak depakkan kakinya ke atas tanah dia berseru.   "Yaa, benar dia, memang tak salah lagi!"   "Im huhoat!"   Sangkoan Bu cing segera berseru.   "bagaimana kalau kau bicara sedikit agak jelas...? Sebenarnya siapakah orang itu?"   "Orang yang menculik nona Bwe Yau adalah Say siu jin mo!"   "Omong kosong"   Seru Sangkoan Bu cing tak senang hati.   "selama ini Kwik huhoat tak pernah pergi meninggalkan diriku, mana mungkin dia yang melakukan?"   "Hamba bukan maksudkan Kwik huhoat yang ini!"   "Kalau memang begitu, bukankah ucapanmu itu sama artinya cuma ngaco belo? Siapa yang tidak tahu kalau Kwik huhoat itu adalah Say siu jin mo...?"   Tee leng kun mengangkat bahunya berulang kali, kemudian katanya.   "Apa salahnya. Karena didunia ini memang terdapat dua orang Say siu jin mo, sedang orang yang melarikan nona Bwe Yau sekarang barulah Say siu jin mo yang asli"   Begitu ucapan tersebut diutarakan, paras muka semua orang berubah hebat sekali. Terutama Say siu jin mo sendiri, ia merasa malu sekali. Sangkoan Bu cing segera berpaling kearah Kwik Cing sambil bertanya.   "Benarkah apa yang dikatakan oleh Im huhoat itu?"   Mau tak mau Say siu jin mo gadungan itu musti mengaku.   "Benar!"   Sahutnya.   "dia adalah Kwik Sui. Ketika sepuluh tahun berselang dia dikerubuti oleh perguruan perguruan besar hingga terjatuh kedalam jurang yang beratus ratus kaki dalamnya sehingga mati hidupnya tidak diketahui, aku bertekad hendak membalaskan dendam bagi kematian kakakku itulah sebabnya akupun berlatih Kiu thian to suo sing kang disamping menerima empat orang murid dengan nama Ciong lay su siong pula. Siapa tahu ketika aku hendak membalas dendam baginya dia telah muncul kembali dalam keadaan selamat"   "Tidak baikkah kau?"   "Tapi semenjak muncul dalam dunia persilatan wataknya sama sekali telah berubah, semua sifat jahatnya dulu kini sudah lenyap tak berbekas, sebagai gantinya dia malah banyak melakukan perbuatan kebajikan selayaknya seorang pendekar!"   "Kau pernah berjumpa dengannya?"   Say siu jin mo manggut manggut.   "Lantas kepandaian silat siapa diantara kalian berdua yang lebih hebat...?"   Tanya Sangkoan Bu cing lagi.   "Kami belum pernah mencoba untuk mengukur ilmu"   Hong liu kua hu yang berada disampingnya, segera menyela.   "Hu kaucu, jangan bertanya melulu, yang penting sekarang adalah menyusul kembali orang itu."   "Benar!"   Teriak Sangkoan Bu cing sambil melompat kedepan.   "mari kita kejar dirinya!"   Tiga sosok bayangan manusia dengan kecepatan yang maha dahsyat segera berlalu dari situ.   Hong liu kua hu sendiri, setelah memberi beberapa pesan kepada anak buahnya segera menarik tangan Lau Hui dan berangkat menuju ke kota Si ciu.   Menanti semua gembong iblis itu sudah berlalu semua, Bwe Leng soat yang bersembunyi dibalik kegelapan baru berkata.   "Ong toako, perlu tidak kita susul mereka untuk melihat keadaan yang sebenarnya?"   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Tentu saja!"   Sehabis berkata pemuda itu segera mengejar ke arah mana Sangkoan Bu cing melenyapkan diri tadi.   Akan tetapi sekalipun sudah disusul sampai ditanah perbukitan, bayangan tubuh mereka belum juga ditemukan.   Mereka berdua berusaha untuk mencari di luar kota, ternyata disanapun tidak ditemukan jejak mereka.   "Mungkin mereka sudah berangkat menuju kedalam kota Si ciu?"   Tiba tiba Bwe Leng soat berseru. Ucapan tersebut dengan cepat menyadarkan kembali mereka berdua dari impian.   "Mari kita segera berangkat!"   Buru buru Ong It sin berseru.   Dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat mereka berdua berangkat menuju ke arah kota Si ciu, tak selang berapa saat kemudian sampailah mereka didepan pintu utara.   Tapi waktu itu sudah mendekati kentongan keempat.   Ketika mereka berdua sedang menelusuri sebuah lorong kecil, tiba tiba terdengar suara rintihan lirih berkumandang datang.   Ong It sin segera menghentikan gerakan tubuhnya dan mulai melakukan pencarian disekeliling tempat itu.   Akhirnya disuatu sudut dinding rumah mereka saksikan ada sesosok tubuh terkapar disana.   Ketika Ong It sin mencoba untuk memeriksa orang itu, dengan cepat dia berseru tertahan.   "Oooh, rupanya berada disini!"   Bwe Leng soat segera menyusul kedepan benar juga, mereka saksikan simanusia aneh berkepala besar berambut merah itu terkapar disana tanpa berkutik.   Dengan cepat dia mengulurkan sebutir pil dan dijejalkan kemulut manusia aneh tersebut kemudian serunya.   "Ong toako, bagaimana kalau kita bawa dia masuk kedalam kota untuk memperoleh pengobatan?"   Ong It sin segera menghela napas panjang.   "Aaai... tampaknya kita datang terlambat, terpaksa memang begitulah yang bisa kita lakukan!"   Maka Ong It sin segera membopong tubuh manusia aneh berambut merah itu.   "Ong toako, tunggu sebentar!"   Tiba tiba Bwe Leng soat berseru tertahan.   "Ada apa?"   "Kita toh sudah tahu kalau manusia aneh Say siu jin mo terdapat dua orang, ilmu silat mereka sama sama hebatnya, apakah kau tahu dia adalah yang asli?"   Pada mulanya Ong It sin agak sangsi, kemudian sahutnya.   "Tentu saja!"   Kali ini giliran Bwe Leng soat yang tertegun, dengan cepat tanyanya lebih jauh.   "Ong toako, kau begitu yakin dengan pendapatmu apakah ada alasannya"   "Ada!"    Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Tawon Merah Bukit Hengsan Karya Kho Ping Hoo Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini