Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bego 35


Pendekar Bego Karya Can Bagian 35


Pendekar Bego Karya dari Can   Diam diam Be Siau soh merasa terkejut sekali, pikirnya.   "Tajam sekali perkataan dari orang ini, tampaknya dia tak bisa dihadapi lagi dengan gampang seperti dahulu!"   Biji matanya segera diputar, senyuman yang menghiasi bibirnya juga tetap seperti sedia kala ujarnya kemudian.   "Aku selamanya berbicara cita luhur dan ingin banyak melakukan kebajikan bagi umat persilatan, bila kau beranggapan bahwa cita cita serta tujuan dari perkumpulanku ini kurang baik, aku pasti akan menuruti usulmu dan melakukan perombakan besar besaran"   "Hmmm... ucapanmu lain dimulut lain dihati, kau anggap aku akan mempercayai perkataanmu itu dengan begitu saja?"   Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.   "Lagipula sekalipun aku mengusulkan suatu perombakan, toh belum tentu kau akan menurutinya!"   "Aaah, belum tentu,"   Seru Be Siau soh cepat cepat. Dengan wajah serius Ong It sin segera berseru.   "Sekarang usulku yang pertama adalah membubarkan perkumpulan Ki thian kau..."   Begitu ucapan tersebut diutarakan, serentak pula jago lihay dari perkumpulan Ki thian kau berteriak teriak keras, suasana menjadi amat gaduh sekali. Terdengar teriakan teriakan masih saja berkumandang.   "Bocah keparat itu betul betul lagi mengigau disiang hari bolong, kaucu bunuh saja bangsat itu, dia selalu memusuhi perkumpulan kita... jagal saja sampai mampus..."   Dengan cepat Be Siau soh mengangkat tangannya untuk menenangkan kembali para jagonya, setelah itu dia baru berkata kepada Ong It sin! "Adik Sin, usulmu itu betul betul menyusahkan aku, dan lagi tak mungkin bisa kupenuhi"   Ong It sin berpikir sebentar, kemudian dia berkata lebih jauh.   "Kalau toh anak buahmu sudah terperosok sedalam itu, kejahatan mereka tak mungkin bisa diampuni lagi, sedang kaupun tak usah mengorbankan diri demi mereka, lebih baik lepaskan saja jabatanmu sebagai kaucu, kemudian biar aku yang menghadapi mereka, dengan demikian, kau toh tak usah merasa serba salah dibuatnya?"   Ucapan ini betul betul lihay sekali. Bagaimanapun liciknya Be Siau soh, dalam keadaan demikian, semua kelicikan tersebut tak mampu dia gunakan, akhirnya wajah yang sebenarnya pun ditampilkan. Dengan wajah sedingin es dia berkata.   "Sungguh tak disangka dalam tiga tahun yang teramat singkat, bukan cuma orangnya saja yang telah berubah, hatipun turut berubah, kalau toh kau begitu tak berperasaan jangan salahkan kalau akupun tak akan mengasihi dirimu pula"   "Kaucu, apa yang ingin kau lakukan?"   "Aaa... kekasihku, sungguh tak disangka kita harus berjumpa diujung senjata"   Kata Be Siau soh sambil menghela napas panjang.   "Maksudmu kau menantang aku untuk berduel diujung senjata?"   Kata Ong It sin menegaskan.   "Kecuali jalan ini, apakah masih ada jalan lain yang bisa ditempuh lagi...?"   Sesudah berhenti sejenak, diapun berkata lebih lanjut.   "Begini saja, bila kau berhasil menangkan aku, maka aku bersedia untuk meluluskan permintaanmu dan ikut bersamamu..."   Begitu ucapan tersebut diutarakan, dua orang gadis Bwe yang berada dibawah panggung menjadi amat gelisah, pikir mereka hampir berbareng.   "Andaikata engkoh Sin benar benar sampai membawa serta perempuan siluman itu untuk hidup bersama, bagaimana dengan penghidupan kami selanjutnya...?"   Sementara itu Ong It sin telah melayang naik ke atas panggung sambil berseru.   "Andaikata aku yang kalah?"   Be Siau soh segera tertawa terkekeh kekeh "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kalau sampai begitu, terpaksa aku akan menjadikan dirimu sebagai budak dalam kamar tidurku"   Berbicara pulang pergi, tampaknya perempuan jalang itu berusaha untuk menempeli sang pemuda. Bwe Yau menjadi mendongkolnya setengah mati, dia segera menyumpah dengan lirih.   "Betul betul perempuan sialan yang tak tahu malu!"   "Tak usah gelisah dulu"   Hibur Bwe Leng soat cepat cepat.   "Engkoh Sin toh belum tentu akan membiarkan dirinya dibelenggu oleh perempuan jahanam tersebut"   "Kalau memang begitu, kenapa dia tak mau menolak saja syarat tersebut tegas tegas?"   "Sebab keadaan yang sedang kita hadapi sekarang amat gawat"   Sahut Bwe Leng soat dengan suara dalam.   "bila perempuan itu didesak kelewat batas, hal mana justru akan merugikan posisi kita"   Sementara pembicaraan masih berlangsung kedua orang itu sudah terlibat dalam suatu pertarungan yang sengit.   Walaupun ilmu Hu si ku kiam yang dimiliki Be Siau soh sangat lihay dengan kekuatan yang luar biasa, oleh karena semua orang telah menyaksikan kehebatannya, maka kelihayan mana tidak sampai mendatangkan rasa cengang lagi dalam hati mereka.   Lain halnya dengan penampilan ilmu pedang Sang yang kiam hoat yang ditunjukkan Ong It sin, dimana bukan cuma aliran gerakannya yang lain daripada yang lain, di balik tipuan ternyata terselip pula tipuan lain, begitu dipergunakan, kontan saja semua orang menjadi ternganga dibuatnya.   Tampak cahaya tajam yang memancarkan panca warna bergumul dan saling menindih dengan bunga bunga pedang berwarna emas.   Yang seorang merupakan kaucu dari perkumpulan Ki thian kau yang terhitung pentolan gembong iblis dari kaum sesat.   Sebaliknya yang lain adalah ahli waris dari Ji seng dan merupakan bintang tenar bagi dunia persilatan.   Dalam waktu singkat, hawa pedang yang terpancar keluar dari arena pertarungan itu membuat para jago yang berada puluhan kaki jauhnya dari sanapun turut merasakan kedinginn.   Diantara pancaran cahaya dingin yang menggidikkan hati itu, diam diam semua orang bergidik juga dibuatnya.   Pertarungan ini benar benar merupakan pertarungan yang mengerikan hati.   Makin bertarung Be Siau soh merasakan hatinya semakin terkesiap, dia benar benar tidak menyangka kalau kepandaian silat yang dimiliki lawannya begitu lihay dan hebat.   Ia telah merasakan daya kekuatan yang terpancar keluar dari ujung pedang lawan makin lama semakin kuat, bila dibandingkan dengan pertarungannya melawan Biau si sinni atau Leng mong sinceng, maka hal tersebut boleh dibilang selisih jauh sekali.   Jika menghadapi dua orang malaikat tadi maka semakin bertarung kekuatan musuhnya makin lemah, seakan akan mereka terpengaruh oleh tekanan kekuatan yang terpancar keluar dari Hu si ku kiam sehingga sama sekali tak mampu berkutik, maka dalam menghadapi pemuda ini, bukan saja kekuatan lawannya makin meningkat, bahkan seakan akan sama sekali tidak terpengaruh oleh kekuatan yang terpancar dari pedang mestikanya itu.   Terutama sekali adalah jurus jurus serangan yang digunakan Ong It sin hampir semuanya merupakan jurus jurus tangguh yang dapat mendahului gerakannya, malahan menyudutkan posisinya hingga tak mampu berkutik secara bebas.   Ih lwe ji seng dan Ay sian sekalian terhitung jago jago persilatan yang berilmu tinggi, dengan ketajaman mata mereka yang melebihi orang lain, dengan cepat mereka dapat memahami apa yang telah terjadi.   Tampak cahaya emas yang terpancar keluar dari ujung pedang Giok bin sin liong Ong It sin sedemikian tajamnya sehingga amat menyilaukan mata, ibarat naga sakti yang terbang di angkasa dengan perkasa, hampir seluruh arena telah dipenuhi oleh cahaya pedang tersebut.   Tampaknya ilmu pedang Sang yang kiam hoat telah memperlihatkan kemampuannya untuk mematahkan kelihayan lawannya yang menyerang dengan pedang mestika Hu si ku kiam tersebut.   Berada dalam keadaan seperti ini, rasanya sulit bagi Be Siau soh bila ingin menolong kembali posisinya yang terdesak itu menjadi lebih baikan lagi...   Menyaksikan kejadian itu, semua orang segera menunjukkan wajah yang berseri karena girang.   Tempik sorak yang gegap gempita berkumandang memenuhi angkasa, keadaannya menjadi gaduh sekali.   Be Siau soh tertawa dingin tiada hentinya sementara perasaan waswas telah timbul dalam hatinya, diam diam dia berpikir.   "Mungkin hal ini disebabkan pengaruh dari ilmu pedang Sang yang kiam hoat yang maha dahsyat itu... aaai, bodohku sendiri mengapa buku mestika itu tidak sekalian kubawa kabur? Sekarang hal itu justru mendatangkan bibit bencana bagiku sendiri..."   Karena pikirannya bercabang tanpa terasa permainan pedangnya pun turut mengendor. Tiba tiba Ong It sin membentak keras.   "Kena!"   Serentetan cahaya tajam yang berkilauan segera menyambar kedepan dan mengancam tujuh buah jalan darah penting didada lawan Menghadapi ancaman itu, Be Siau soh menjadi terkesiap dan ketakutan setengah mati.   Dia tahu bagaimanapun juga sulit baginya untuk meloloskan diri dari ancaman pedang lawan.   Dalam kritisnya, tiba tiba muncul selintas ingatan didalam benaknya, mendadak dia membusungkan dadanya sambil berseru dengan suara sedih.   "Kekasihku, bunuhlah aku, bagaimanapun juga kau toh sudah mendapatkan yang baru dan melupakan yang lama"   Berada dalam keadaan seperti ini, Giok bin sin liong Ong It sin menjadi tak tega untuk melanjutkan serangannya, tanpa terasa dia menghela napas panjang seraya berkata.   "Aku tidak tega untuk melukai dirimu, Siau soh kau harus memenuhi janjimu sendiri, lepaskanlah ambisimu untuk menguasahi seluruh dunia persilatan"   Sambil menggetarkan pergelangan tangannya, pedang Kim liong kiamnya segera ditarik kembali, setelah itu dia mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak, suaranya keras menggetarkan seluruh lembah.   Melihat masa kritis telah lewat, tiba tiba timbul niat jahat dalam hati Be Siau soh sambil diam diam menyiapkan segenggam jarum beracun ekor lebah dia pura pura berteriak kaget.   "Adik Sin hati hati menghadapi serangan senjata rahasia yang datang dari arah belakang..."   Sembari berseru, pergelangan tangannya segera diayunkan kedepan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.   Segulung cahaya biru yang menyilaukan mata dengan cepat menyambar kedepan dan tepat menghantam wajahnya.   Menyaksikan serangannya berhasil menghajar musuhnya secara telak, dengan amat bangga Be Siau soh tertawa dingin tiada hentinya.   Tampak Ong It sin menggigit bibirnya kencang kencang dan tak sanggup tertawa lagi.   Be Siau soh segera berkata.   "Nah kekasihku, bagaimanapun juga pengalamanmu memang kurang matang, sekarang tubuhmu sudah terkena jarum beracun Hong wi tok ciam milikku, apalagi tempat yang terkena serangan adalah diatas ketujuh lubang inderamu, dalam tiga jam mendatang kau bakal mati secara mengenaskan disini, cuma... heeehh... heeehhh... aku mah tak ingin menghukum mati dirimu, boleh saja kuberikan obat penawarnya kepadamu..."   Ong It sin tidak berbicara maupun berkutik, seolah olah saking kagetnya sampai untuk berbicarapun dia sudah tak mampu lagi. Sekali lagi Be Siau soh tertawa dingin, katanya.   "Kekasihku, bila kau menginginkan obat penawar tersebut, maka kau harus menyerah kepadaku..."   Dia tahu Ong It sin adalah seorang lelaki sejati yang tak pernah mencla mencle dalam setiap perkataannya, bila ia telah meluluskan permintaannya untuk menyerah, sampai matipun janji tersebut tak akan diingkari.   Ong It sin segera meludah keatas tanah, setelah itu baru ujarnya.   "Perempuan siluman, kau betul betul berjiwa sosial, ternyata masih bersedia untuk memberi obat penawar kepadaku..."   Sementara itu suasana dibawah panggung sana menjadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, semua orang merasakan peluh dingin telah membasahi telapak tangannya, terutama sekali dua orang gadis she Bwe, saking gelisahnya mereka menjadi gugup sekali.   Terdengar Be Siau soh berkata.   "Kekasihku, dulu ketika kau masih berwajah jelekpun aku pernah beberapa kali bermesrahan kepadamu, apalagi saat ini kau sudah menjadi begini bagus tampan dan gagah, mana aku tega untuk membunuhmu? Tapi kau jangan keburu senang, sebab perkataanku belum selesai kuucapkan!"   Paras muka Ong It sin sama sekali tidak berubah, dengan suara dingin dia berkata.   "Apa saja syaratmu itu, cepat kau katakan!"   Be Siau soh tertawa ringan katanya.   "Sungguh suatu jawaban yang berterus terang, baik, akupun tak akan berusaha untuk memutar kayun lagi, kekasihku, cepat kau serahkan kitab pusaka ilmu pedang Sang yang kiam hoat tersebut kepadaku"   "Kau tidak memberikan obat penawar tersebut kepadaku, mana mungkin aku akan mengatakannya?"   Paras muka Be Siau soh agak berubah tapi dengan cepat tak menjadi tenang kembali, katanya kemudian.   "Aaah, aku telah melupakan hal itu, nah ambillah!"   Sambil berkata dia lantas melemparkan sebutir pil berwarna hijau ke depan. Dengan cepat Ong It sin menerimanya dan dimasukkan ke dalam mulut, setelah itu dia berkata.   "Sekarang racun itu sudah punah, maka akupun akan berterus terang memberi tahukan kepadamu, kitab pusaka ilmu pedang Sang yang kiam hoat tersebut telah kubakar sampai habis"   Mendengar perkataan itu, Be Siau soh menjadi kecewa sekali, tapi dengan cepat sekulum senyuman licik menghiasi ujung bibirnya, dia berkata dengan cepat.   "Aku telah menduga kalau kau akan berbuat demikian, maka pil pemunah yang kuberikan kepadamu tadi pun bukan obat penawar yang sebenarnya, obat tersebut tadi tak lebih hanya suatu obat yang bisa mencegah menjalarnya racun itu selama satu jam"   Ong It sin segera menarik wajahnya, lalu berkata dengan sedih.   "Siau soh, kalau toh kemenangan sudah berada dipihakmu, paling tidak kau harus teringat kalau aku telah mengampuni selembar jiwamu tadi, serahkanlah obat penawar yang sebenarnya kepadaku, kemudian persoalan selanjutnya baru kita bicarakan lagi"   Be Siau soh segera tertawa terbahak bahak setelah mendengar perkataan itu, katanya.   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... aku mah tak akan bertindak sebodoh itu, kesempatan baik tak boleh disia siakan dengan begitu saja, apalagi kesempatan semacam itu belum tentu akan terulang kembali, hari ini asal aku berhasil menguasahi dirimu, berarti dunia persilatan sudah berada ditanganku!"   "Jadi kalau begitu, kecuali kau suruh aku menyerahkan diri, maka obat penawar itu tak akan kau berikan kepadaku?"   "Benar!"   "Apakah kau juga tak akan mengingat ingat hubungan kita dimasa yang lalu?"   "Benar!"   "Dengan berbuat demikian, apakah kau tidak merasa menyesal atau sedih...?"   Be Siau soh segera tertawa terbahak bahak.   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kalau tidak kejam bukan perempuan namanya, kau anggap aku benar benar masih menaruh perhatian kepadamu? Padahal asal dunia persilatan sudah terjatuh ke tanganku, mau mencari berapa banyak lelaki tampan pun tidak susah..."   Ketika ucapannya sampai disitu, mendadak Ong It sin membentak keras.   "Perempuan siluman kau tertipu mentah mentah, kau anggap aku benar benar sudah terkena racun dari jarum ekor lebahmu itu? Hmmm... tak usah bermimpi disiang hari bolong, bila kau tidak percaya, silahkan memeriksa sendiri keatas panggung diantara ludah yang kuludahkan keluar tadi, jarum jarum beracun tersebut berada diantaranya..."   Paras muka Be Siau soh sama sekali tidak berubah sambil tertawa dingin ia berkata.   "Kau jangan berharap hendak memancing aku untuk membungkukkan badan lalu secara tiba tiba melancarkan serangan, siasat semacam itu sudah tak ada artinya lagi bagiku bila ucapanmu itu memang tak salah, kenapa kau tidak mengambilnya sendiri untuk diperlihatkan kepadaku? Asal kau bisa membuktikannya sendiri kepadaku, aku baru akan percaya!"   Ong It sin segera naik keatas panggung dan mengambil sebatang jarum lembut berwarna biru yang terjatuh diatas panggung baru saja digoyangkan dibawah cahaya matahari, maka tampaklah cahaya tajam berkilauan memancar kemana mana...   Begitu dilihatnya benda memang benar benar merupakan jarum beracunnya, ia lantas membentak keras sambil menubruk ke depan, tangan kirinya segera diayunkan ke depan melepaskan segulung hujan yang menyelimuti seluruh angkasa.   Tiba tiba Ong It sin menarik napas panjang panjang sambil melambung ketengah udara, cahaya perak yang berkilauan itupun segera menyambar lewat dari bawah kakinya Dengan telapak tangan disebelah kiri, pedang ditangan kanannya, sekali lagi Be Siau soh melangsungkan suatu pertarungan yang amat sengit melawan Ong It sin.   Beberapa puluh gebrakan kemudian kembali ia terdesak dan terperosok dibawah angin.   Ong It sin segera mengembangkan permainan pedangnya semakin ketat, dia bermaksud untuk mengurung musuhnya dibalik kabut pedangnya yang mengelilingi seluruh arena.   Siapa tahu, pada saat itulah Be Siau soh melompat ke samping arena, kemudian bentaknya nyaring.   "Tahan!!!"   "Apa lagi yang hendak kau katakan?"   Tegur Ong It sin.   "Aku bersiap siap untuk beradu jiwa dengan kau lelaki yang tak berperasaan, cuma aku harus menyerahkan dulu pesan pesan terakhirku kepada mereka, tentunya kau tidak keberatan bukan?"   Ong It sin masih tetap mempertahankan ketenangan serta kegagahannya, dia menjawab.   "Pergilah tapi jangan membuang waktu terlalu lama!"   Setelah mengundurkan diri dari atas panggung, Be Siau soh segera mengundang datang ketiga orang wakil ketuanya dan membisikkan sesuatu.   Kemudian menanti Sangkoan Bu cing, Seng Meh cu dan Siau Mi lek telah beranjak pergi sambil manggut manggut, dia baru melompat kembali ke hadapan Ong It sin seraya berseru dengan suara pedih.   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Pepatah mengatakan, dua jago tak mungkin bisa berdiri bersama, aku Be Siau soh tidak mau mengaku kalah dengan begitu saja, aku bertekad hendak mengadu jiwa denganmu"   "Betul betul ucapan yang luar biasa, aku pasti akan pertaruhkan nyawaku untuk mengiringi keinginanmu itu,"   Jawab Ong It sin sambil tertawa hambar.   Be Siau soh tidak banyak berbicara lagi dan segera menggerakkan pedang mestika Hu si ku kiam miliknya dan sekali lagi melancarkan serangan dengan gencar.   Perempuan ini memang selain licik, gagah dan kejam.   Siapa berani mengusiknya sama halnya dengan mengusik sarang lebah saja.   Walaupun Ong It sin termasuk pemuda yang pemberani, tak urung dia dibikin bergidik juga.   Dalam waktu singkat sepuluh jurus sudah lewat.   Kemudian lima puluh juruspun berlalu.   Ketika pertarungan sudah meningkat sampai seratus jurus, menang kalah masih sukar untuk ditentukan.   Tanpa terasa semua orang segera memusatkan perhatiannya keseluruh arena pertarungan.   Dalam keadaan demikian, mereka sama sekali tidak menyadari kalau para jago dari pihak Ki thian kau telah mengundurkan diri secara diam diam.   Dalam pada itu, semakin bertarung Ong It sin nampak semakin kosen, angin pukulannya menderu deru sampai keseluruh arena, pedang Kim liong kiam yang berada ditangannya juga menyambar kesana kemari tanpa ampun.   Menyaksikan kejadian itu, Kim liong lojin segera bergumam.   "Wahai pedang mustikaku, akhirnya kau telah menemukan majikan yang paling tepat"   Seratus gebrakan kembali sudah lewat ketika Ong It sin mencoba untuk mengamati pihak lawan, tampak butiran air keringat telah membasahi jidat perempuan itu.   Cuma tenaga dalam yang dimiliki lawannya memang amat sempurna, sehingga untuk sesaat lamanya sukar untuk ditaklukkan.   Paling tidak sekalipun harus bertarung seratus jurus lagi pun belum tentu menang kalah bisa ditentukan.   Sementara dia masih termenung sambil mencari jalan untuk mengalahkan musuhnya mendadak Be Siau soh mengerahkan tenaganya sambil secara beruntun melancarkan beberapa bacokan, begitu kabut pedang menyelimuti seluruh angkasa, dia segera membalikkan badan dan melarikan diri dari tempat itu.   Tampak perempuan itu berlarian dengan kecepatan luar biasa, dalam dua tiga kali lompatan saja ia telah tiba ditepi hutan.   Ong It sin segera berpikir.   "Sebelum sampai menderita kekalahan total, kenapa secara tiba tiba melarikan diri? Jangan jangan dibalik kesemuanya itu terdapat siasat busuk lainnya"   Sementara dia masih ragu ragu, Be Siau soh telah menyusup masuk kedalam hutan.   Menanti Ong It sin menyusul kesana bayangan tubuh orang itu sudah lenyap tak berbekas.   Ketika mereka mencoba untuk memeriksa para anggota Ki thian kau ternyata tak seorang manusiapun yang masih tertinggal di sana, semuanya telah meninggalkan tempat itu.   Si Dewa cebol Cu Lian ci segera berseru dengan mendongkol.   "Kawanan cucu kura kura itu cepat betul kaburnya"   "Mungkin pihak lawan telah mempersiapkan suatu rencana busuk menunggu kita masuk perangkap"   Kata Leng mong sinceng kemudian.   "Mungkin mereka telah menanam bahan peledak didalam tanah sekitar tempat ini!"   Seru Cing hoa loni tiba tiba. Ucapan tersebut dengan cepat menyadarkan kembali semua orang. Seketika itu juga semua orang menjadi gugup dan berusaha hendak menyelamatkan diri sendiri. Dengan cepat Biau si sinni berseru.   "Harap kalian jangan gugup dan melarikan diri secara gegabah, terutama sekali tempat tempat yang tampaknya seperti bisa dipakai untuk menyembunyikan diri, tempat semacam itu lebih berbahaya lagi, cara yang terbaik adalah secepatnya mengundurkan diri dari lembah Jit hwee kok ini!"   Begitu mendengar ucapan tersebut, tidak menunggu komando lagi, serentak semua orang berlarian menyusuri jalan semula.   Lembah Jit hwe kok ini letaknya berliku liku, sekalipun tidak luas namun untuk menelusurinya memakan waktu yang cukup lama.   Belum lagi tiba di mulut lembah, dari atas puncak tebing telah terdengar seseorang berseru dengan genit.   "Dengarkan baik baik para enghiong hohan yang berkumpul disini, sekarang kalian sudah terperangkap oleh siasatku, ibaratnya ikan dalam jaring, katak dalam keranjang, jangan harap kalian bisa meloloskan diri lagi dari tempat ini, tapi bila kalian bersedia untuk menyerahkan diri, akupun tak akan merenggut jiwa kalian"   Ketika Ong It sin mendengar orang yang berbicara itu adalah Be Siau soh, cepat dia berseru.   "Andaikata kami menampik permintaanmu itu?"   "Ooh kekasihku yang manis"   Ujar Be Siau soh cepat.   "Aku kuatir kalau kau akan berubah menjadi seekor itik panggang!"   "Aku benar benar menyesal telah memberi sebuah kesempatan kepadamu untuk hidup kembali"   Seru Ong It sin dengan gusar. Kembali Be Siau soh tertawa, katanya.   "Perasaan welas macam perempuan begitu justru merupakan titik kelemahan bagi kaum pendekar macam kalian, aku mah enggan menerima kebaikanmu itu!"   "Apakah kau yakin bisa membakar mati diriku?"   "Kalau senjata api biasa mungkin masih bisa ada harapan baginya untuk melarikan diri, tapi hari ini kau telah berjumpa dengan seorang ahli dalam ilmu senjata api, aku yakin kau pasti mati!"   "Maksudmu, kau telah mengundang kedatangan Ciok yong li sin Ouwyang Yan hun?"   "Kau memang bukan seorang pemuda pikun yang bodoh, sekali tembak lantas benar sayang sekali walaupun kau memiliki kepandaian yang lihay namun tak akan lolos dari kematian yang mengenaskan, cuma... bila kau sampai mati nanti, putraku Siau poh pasti akan menyembah didepan layonmu..." 00ooood00woooo00   Jilid 33 TAMAT ONG It sin segera tertawa terbahak bahak.   "Kau tak usah membohongi orang Ciok yong li sin selamanya tinggal dalam lembah Hwe yan kok, mana mungkin dia mau diperalat olehmu?"   Be Siau soh segera tertawa cekikikan.   "Betul betul menggelikan sekali, rupanya ketajaman pendengaran kalian kurang baik ketahuilah Ciok yong li sin sudah lama menggabungkan diri dengan perkumpulan kami, malah dia bersedia untuk turun tangan sendiri menghadapi kalian"   "Aku tidak percaya"   "Kalau tidak percaya, mengapa tidak kau tengok kesana?"   Seru Be Siau soh sambil menunjuk kearah tebing seberang.   Ong It sin dan para jago menengok ke depan, betul juga seorang perempuan tua berbaju merah sedang berdiri tegak disitu.   oooodOwoooo Perempuan tua itu rambutnya telah memutih semua, dipunggungnya menggembol sebuah buli buli besar, sedang dibawah pinggangnya terdapat beberapa kantung kulit.   Dia memang tak lain adalah Ciok yong li sin.   "Kau benar benar hendak membunuh para jago dengan senjata berapimu itu...?"   Ong It sin segera mendongakkan kepalanya menegur. Mencorong sinar bengis dan dendam dari balik wajah Ciok yong li sin, dengan wajah menyeringai seram dan mata melotot penuh rasa dendam dia berteriak.   "Bocah keparat lebih baik kau tak usah berlagak lagi dihadapanku. Hmmm... ketahuilah, hari ini aku sengaja datang kemari untuk membalaskan dendam bagi kematian muridku, hayo jawab, mengapa kau bunuh murid kesayanganku itu?"   Mula mula Ong It sin agak tertegun, rupanya ia tidak mengerti apa yang dimaksudkan lawannya, tapi setelah berpikir sekian lama, mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya, dia lantas berseru dengan suara lantang.   "Oooh... rupanya kau maksudkan Tho bin yau hu (siluman rase berwajah tho)...? Jadi kau sengaja hadir disini untuk membalas dendam atas kematian perempuan siluman itu?"   Sebagaimana diketahui, Tho bin yau hu adalah gundik kesayangan Thian tok tay ong.   Selain sebagai gundik kesayangan dari gembong iblis tersebut, sesungguhnya dia adalah murid kesayangan dari Ciok yong li sin.   Bulan berselang, ketika Ong It sin menghancurkan kota ular berbisa, pemuda ini merasa benci sekali atas kekejian lawannya yang telah menggunakan senjata rahasia berapi untuk menghadapinya dalam pertarungan tersebut akhirnya dia berhasil membunuh musuhnya itu.   Betul betul diluar dugaan, ternyata kematian dari Tho bin yau hu tersebut justru mengakibatkan munculnya gembong iblis tua ini untuk membantu pihak Ki thian kau.   Sementara itu, Ciok yong li sin telah naik pitam, dengan wajah merah membara dia berseru.   "Kau tak usah banyak berbicara lagi, seandainya lonio tidak bermaksud untuk membalaskan dendam bagi kematian muridku, memangnya kau anggap aku khusus datang kemari hanya untuk berterima kasih atau bersalam salaman dengan dirimu?"   Berkerut kening Ong It sin setelah mendengar perkataan itu, dia merasa ucapan itu amat tak sedap didengar. Setelah termenung sesaat, diapun berkata lagi.   "Oooh... jadi kalau begitu, kehadiranmu disini hanya bertujuan untuk mencari aku dan membalaskan dendam bagi kematian muridmu itu? Bagus, bagus sekali, memang paling baik kalau urusan ini kita selesaikan secara pribadi kita sendiri, sebab kebetulan sekali aku memang telah berhasil menguasahi semacam ilmu sakti yang tak mempan direndam dalam air, tak hangus dibakar dengan api, tentunya kau tidak keberatan untuk melayani diriku satu lawan satu bukan?"   Ciok yong li sin merasa geram sekali, kalau bisa dia ingin menerjang anak muda itu serta mencincang tubuhnya menjadi berkeping keping. Begitu mendengar tantangan tersebut, tanpa berpikir panjang lagi dia menyahut.   "Baik, kululuskan permintaanmu itu! Hmmm, jangan kau anggap aku jeri untuk berduel melawanmu"   Menyaksikan lawannya sudah termakan oleh bandingannya yang memang bertujuan untuk memanaskan hati lawan itu, Ong It sin tidak menyia nyiakan kesempatan baik itu dengan begitu saja, dengan cepat dia berkata lebih lanjut.   "Ucapan seorang Kongcu, ibaratnya kuda yang dicambuk, sekali ucapan terlepas keluar, sampai matipun tak akan menyesal. Sebelum pertarungan dilangsungkan, aku ingin mengajukan satu syarat, dan aku harap kau bersedia menerima syaratku ini"   "Apa syaratmu itu? Cepat katakan saja berterus terang..."   Seru perempuan tua itu cepat.   "Permintaanku sederhana sekali, yakni sebelum pertarungan kita berakhir dan sebelum menang kalah diantara kita berdua berhasil ditentukan, aku minta kau jangan sembarangan menggunakan senjata rahasia berapimu untuk mencelakai para jago yang hadir disini, tentunya permintaanku ini tidak terlampau merugikan dirimu bukan?"   Ciok yong Li sin tidak langsung menjawab, dia termenung beberapa saat lamanya, setelah itu pelan pelan baru mengangguk.   "Baiklah, untuk membuktikan kalau aku memang tidak takut kepadamu, kukabulkan permintaanmu itu"   Melihat pihak lawan telah menyepakati permintaannya, paling tidak Ong It sin merasa agak lega, sebab bagaimanapun juga untuk sementara waktu dia tak perlu menguatirkan keselamatan dari para jago yang hadir disana lagi.   Sorot matanya segera dialihkan memandang sekejap sekeliling tempat itu, dilihatlah empat penjuru tempat itu berupa bukit bukit terjal yang menjulang tinggi ke angkasa.   Hanya jauh dibawah tebing diseberang sana tampak ada sebuah tanah lapang yang cukup luas, paling tidak luas tanah lapang itu mencapai beberapa ban...   Menyusul kemudian, dibelakang tanah lapang tadi terbentang sebuah hutan yang cukup lebat.   Menyaksikan keadaan medan yang terbentang disekeliling tempat itu, dengan cepat Ong It sin menyusun suatu rencana yang sempurna guna menanggulangi ancaman lawan.   Setelah termenung sejenak, dia baru berseru.   "Bagaimana kalau kita langsungkan saja pertarungan ini ditengah tanah lapang sana agar jangan sampai pertarungan tersebut mengakibatkan kerugian atau cedera pihak mereka yang tidak tersangkut dalam persoalan ini..."   Ciok yong li sin mendongakkan kepalanya memandang sekejap tanah lapang didepan sana, kemudian manggut manggut.   "Baik, kita boleh bertarung ditempat itu."   Pelan pelan Ong It sin beranjak dan menuju ketanah lapang tersebut kemudian setelah duduk bersila sambil mempersiapkan diri, diapun berkata dengan tenang.   "Nah, aku telah mempersiapkan diri sebaik baiknya, bila kau telah siap, silahkan kau lancarkan seranganmu itu"   Sebagaimana diketahui, ilmu senjata rahasia berapi yang dimiliki Ciok yong li sin sudah amat termashur namanya diseluruh kolong langit, semua orang tahu bahwa senjata rahasia tersebut sanggup menghancur lumatkan tubuh manusia.   Maka ketika dilihatnya Ong It sin bermaksud untuk menggunakan tubuhnya menghadapi serangan senjata api lawannya, sedikit banyak para jago dibuat terkesiap juga sehingga tanpa terasa peluh dingin diam diam bercucuran membasahi tubuh mereka.   Selain daripada itu, mereka semua juga tahu kalau Ong It sin berbuat demikian tak lain bertujuan untuk menyelamatkan semua orang dari bencana yang tak diinginkan.   Kebesaran jiwa dan semangat juang yang diperlihatkan anak muda itu, dengan cepat mengharukan setiap orang, diam diam para jago tersebut merasa semakin kagum lagi terhadap kegagahan dan kebesaran jiwa anak muda itu.   Kontan saja ada beberapa orang yang terpengaruh oleh dorongan emosi meluap dalam dada mereka, mendadak melompat kedepan dan siap mendekati si anak muda itu.   Ih lwee ji seng (Dua malaikat dari kolong langit) yakni Leng mong sinceng gurunya Ong It sin dan Biau Tam sinni gurunya Bwe Leng soat beserta dewa cebol menjadi terperanjat sekali.   Buru buru mereka memencarkan diri dengan niat untuk menghalangi, setelah menjamin kalau tiada mara bahaya yang mengancam, barulah perasaan mereka menjadi tenang kembali.   Sementara dipihak sini sedang ribut ribut, dari atas puncak bukit karang itu kedengaran Ciok yong li sin sedang berseru dengan suara yang keras seperti geledek.   "Bocah keparat, kau tak usah tekebur dan tidak memandang sebelah matapun kepada orang lain, coba kau rasakan dahulu beberapa butir peluru pek lek siau gi tan milikku ini, lihatlah sampai dimanakah enaknya peluru peluruku itu!"   Berbareng dengan selesaikan perkataan tersebut, tampaklah bayangan hitam dari beberapa butir peluru itu segera berhamburan ke bawah dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.   Ong It sin hanya duduk tenang tenang saja dibawah pohon siong, terhadap datangnya ancaman mana dia tidak ambil peduli, seakan akan serangan tersebut bukan suatu ancaman yang bisa membahayakan jiwanya.   Tapi begitu peluru peluru sakti tersebut sudah hampir menyentuh permukaan tanah, mendadak ujung bajunya dikebaskan ke depan, lalu disambar ke samping dan tahu tahu peluru peluru tadi sudah berpindah ke dalam sakunya tanpa meledak.   Menyaksikan demonstrasi yang amat mengagumkan itu, serentak para jago bersorak sorai kegirangan, teriaknya berulang kali.   "Benar benar kepandaian yang hebat! Benar benar suatu kepandaian yang luar biasa!"   Ciok yong li sin mendengus dingin ia merasa penasaran sekali menyaksikan kelihayan lawannya itu.   "Hmmm...! Aku masih mengira bocah keparat ini punya kepandaian yang amat luar biasa, rupanya hanya mengandalkan ilmu silat untuk menyambut sambitan senjata rahasia... sialan, tampaknya kau memang benar benar sudah bosan hidup,"   Serunya.   Begitu selesai berkata, secara beruntun dia lantas mengayunkan tangannya berulang kali melepaskan dua puluhan biji peluru peledak ke arah bawah bukit.   Bagaikan hujan gerimis, peluru peluru sakti itu segera bertaburan keatas tanah.   Tapi sekali lagi Ong It sin mengayunkan ujung bajunya, betul betul aneh sekali, peluru peluru peledak yang semula berhamburan seperti hujan gerimis itu tahu tahu membentuk dua garis lurus dan masuk kedalam bajunya tanpa meledak.   Ibarat batu yang dilemparkan kedalam samudera luas, seketika itu juga lenyap tak berbekas.   Itulah kepandaian Ban liu kui tiong yang maha dahsyat dari aliran kuil Sian gwan si.   Sekali lagi terdengar suara tempik sorak yang gegap gempita memecahkan keheningan, semua jago bersorak memuji kehebatan anak muda itu.   Lama kelamaan Ciok yong li sin berkerut kening juga, apalagi serangan yang dilancarkan berulang kali mengalami kegagalan total.   Setelah termenung beberapa saat lamanya sambil menggigit bibir menahan emosi, dia lantas berteriak dengan penuh kegusaran.   "Bocah keparat, tidak heran kalau kau jumawa angkuh dan tekebur bukan buatan, rupanya kepandaian yang kau miliki terhitung hebat juga. Heeehh... heeehh... heeehh... cuma kau jangan anggap lo nio sudah kau bikin keok sehingga kehabisan akal dan tak bisa berbuat apa apa lagi... hmm bila kau sampai berpendapat demikian, maka perhitungan swiepoamu itu keliru besar sekali"   Seraya berkata tangan kirinya segera merogoh kedalam saku kulit macan tutulnya dan mengeluarkan tujuh butir benda berbentuk burung yang besar masing masing benda itu sekepalan tangan.   Burung burungan itu berwarna merah darah dan mempunyai sepasang sayap yang dipentangkan lebar lebar.   Begitu perempuan tersebut mengeluarkan benda benda tersebut, Be Ji nio yang berada disisinya menjadi keheranan, dengan perasaan tidak habis mengerti dia lantas bertanya.   "Hei, Ouyang Seng coan, benda apakah itu?"   Dengan sikap hormat Ciok yong li sin segera menjura, kemudian sahutnya pelan.   "Menjawab pertanyaan dari Tay sang kaucu, benda ini merupakan sebuah benda ciptaan mendiang guruku dimasa tuanya dulu, benda itu bernama Liat hwee sin yaa (gagak sakti menyembur api), apabila dia terbang terhembus angin maka segera akan timbul kobaran api yang besar sekali, benda apa saja yang kena disambar olehnya segera akan terbakar sangat hebat, barang siapa terkena api itu maka tubuhnya akan hancur menjadi arang, hmmm... aku akan menggunakan benda ini untuk menghadapi keparat tersebut, ingin kulihat dengan cara apakah dia hendak menanggulangi ancamanku kali ini...?"   Sambil berkata dia lantas persiapkan benda itu, kemudian dengan mempergunakan suatu kepandaian yang aneh dan luar biasa ia menyambit ketujuh ekor gagak sakti penyembur api itu ke bawah tebing dan menyambar ke arah pepohonan dimana Ong It sin berada sekarang.   Benar juga, begitu ketujuh ekor burung gagak sakti penyembur api tersebut dilepaskan ke bawah, dengan cepat mereka menukik sedalam tiga depa ke bawah jurang, setelah itu dari sekujur badannya menyembur keluar jilatan api yang amat dahsyat dan mengerikan.   Pendekar Bego Karya Can di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Dengan membentuk satu gerakan busur yang tajam, burung burung gagak sakti itu menukik ke bawah dan langsung menyambar ke arah pepohonan siong yang tumbuh di sana.   Menyaksikan kedahsyatan dari senjata rahasia tersebut, serentak semua jago menjadi tercekat dan berdiri termangu dengan mata terbelalak besar dan mulut melongo.   Ong It sin sama sekali tidak gentar menghadapi ancaman tersebut, dia masih tetap duduk tenang dibawah pohon seperti tak pernah terjadi apa apa...   Menanti ancaman lawan sudah semakin mendekat, dia baru mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak.   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... gagak api wahai gagak api, janganlah kalian hanya berhenti saja ditengah angkasa mari ke mari... datang saja kemari!"   Sepasang tangannya segera digape ke atas, seperti tujuh ekor burung gagak yang sudah memperoleh latihan yang matang saja, mendadak mereka pentangkan sayapnya dan meluncur kearah tangannya Tapi begitu menukik ke bawah, benda benda itu segera hancur menjadi abu dan berguguran ke atas tanah.   Apa yang sebenarnya telah terjadi? Ternyata tak seorang manusiapun yang melihat jelas.   Ciok yong li sin baru merasa amat terperanjat setelah menyaksikan serangan burung gagak berapi yang selama ini paling diandalkan pun mengalami kegagalan total, tanpa terasa bulu kuduknya pada bangun berdiri dan peluh dingin jatuh bercucuran membasahi tubuhnya.   Mimpipun dia tidak menyangka kalau kepandaian silat yang dimiliki pihak lawan telah mencapai ketingkatan yang begitu hebat.   Diam diam dia lantas berpikir.   "Sudah puluhan tahun lamanya aku malang melintang dalam dunia persilatan, selama ini belum pernah ada seorang manusiapun yang sanggup meloloskan diri dari serangan dua macam senjata rahasia apiku dalam keadaan selamat, apalagi hidup segar bugar, tapi heran bocah keparat she Ong ini sama sekali tidak terpengaruh oleh serangan seranganku ini, benarkah ilmu silat yang dimilikinya telah mencapai puncak yang luar biasa sekali sehingga senjata rahasia apiku sama sekali tidak mempan terhadap dirinya? Aaai... sudah tahu begini, kenapa aku musti menghamburkan senjata rahasia apiku dengan percuma?"   Berpikir sampai disitu dia lantas memutuskan untuk menghadapi si anak muda itu dengan mempergunakan senjata yang jauh lebih tangguh lagi.   Tangannya segera merogoh ke dalam kantong kulit yang berada disebelah kanan, dalam kantong kulit itu berisikan dua belas batang anak panah Siau thian hwee siam (panah api membakar langit).   Yang dimaksudkan sebagai panah api membakar langit adalah semacam senjata api yang mempunyai daya bakar sangat tinggi, asal benda itu sudah dibidikkan maka sekalipun batu karang atau tanahpun akan terbakar hangus bila tersentuh.   Meski demikian, perempuan itu juga tahu kalau Ong It sin selain memiliki ilmu Ban liu kiu tiong yang bisa dipergunakan untuk menyambut datangnya ancaman senjata rahasia, diapun memiliki kekuatan sakti untuk menggiring serangan kearah lain.   itu berarti setiap serangan yang dilancarkan olehnya bila tidak kena ditangkap, maka kena digiring ke tempat lain dan meledak jauh dari posisi tubuhnya, dengan sendirinya semua kegunaan dan kehebatannya jadi tak berguna sama sekali.   Menyadari akan kelihayan musuhnya serta keistimewaan yang dimilikinya, Ciok yong li sin memutuskan untuk mempergunakan kedua belas batang panah api membakar langit itu dengan sebaik baiknya Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya.   "Aah... benar, bukankah keparat itu telah berhasil menyambut dua puluh biji peluru Liat hwee pek lek tan milikku? Betul peluru tersebut baru akan meledak bila sampai tersentuh atau membentur suatu benda, tapi bukankah itupun tak tahan menghadapi suhu yang terlalu panas? Yaa, kenapa tidak kugunakan panah berapi itu untuk menyerangnya? Asal suhu udara disana menjadi tinggi, bukankah peluru peluru yang telah disambutnya tadi akan meledak semua?"   Berpendapat demikian, dia lantas bertindak cepat.   Enam batang panah berapi yang maha dahsyat tadi dengan cepat dibidikkan kesekeliling tempat duduk Ong It sin.   Panah panah berapi itu memang luar biasa dahsyatnya, begitu menyentuh tanah, kobaran api segera membakar semua benda yang dijumpainya.   Hanya didalam waktu singkat, sekeliling tubuh Ong It sin sudah dikurung oleh api yang makin lama semakin membara itu.   Pada mulanya Ong It sin masih belum memahami maksud dan tujuan dari lawannya ini, akan tetapi ketika tangannya menyentuh kedua puluhan biji peluru Pek lek tan yang belum meledak dan masih berada dalam sakunya itu, dengan cepat dia menjadi paham, apa gerangan yang sebenarnya diharapkan oleh pihak lawan.   Diam diam Ong It sin menjadi amat geli pikirnya.   "Oooh... rupanya kau mengandung maksud jahat kepadaku? Kau anggap peluru peluru yang berada dalam sakuku ini akan meledak bila tersentuh oleh udara panas yang sengaja kau ciptakan disini? Haaahh... haaahh... haaahh... percuma saja semua perbuatanmu itu kau tak pernah akan menyangka kalau didalam sakuku aku menyimpan bola inti es yang tak terlukiskan dinginnya"   Setelah berhenti sebentar, kembali dia berpikir lebih jauh.   "Sebetulnya santai saja untuk bertarung adu kemampuan dengannya tapi... seandainya pihak lawan sampai naik pitam lantaran malu kemudian mengingkari janji dan menyerang kawanan jago yang berkumpul disitu, bukankah suatu pertumpahan darah yang mengerikan akan segera terjadi disana? Yaa, aku tak boleh tidak harus sedia payung sebelum hujan, kalau terjadi apa apa dengan mereka, akulah yang bakal menanggung dosanya"   Karena berpendapat demikian, sepasang matanya segera diputar memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian dengan suatu gerakan yang cepat mempergunakan ilmu Ciu sui bu liang (air sejuk tanpa riak) dia menyelinap ke arah hutan belukar di samping arena pertarungan itu.   Sebelum meninggalkan tempat itu, dia pun sengaja meninggalkan beberapa butir peluru Pek lek tan yang maha dahsyat itu ke atas tanah, dengan demikian bila dia sudah meninggalkan tempat itu, maka peluru peluru mana akan meledak keras, seolah olah dirinya yang terjebak.   Betul juga, belum lama dia melompat pergi meninggalkan tempat itu, mendadak terdengarlah suara ledakan keras yang amat memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan.   Untuk memberikan kesan seakan akan peristiwa itu benar benar terjadi, bersamaan dengan menggemanya suara ledakan itu, dia segera menjerit ngeri seakan akan menderita luka yang parah.   Dengan terjadinya keadaan itu, kontan saja semua jago menjadi terperanjat sekali dibuatnya, semua orang mengira si anak muda itu benar benar sudah tewas oleh ledakan yang luar biasa tadi Terutama Bwe Leng soat dan Bwe Yau mereka menyangka pemuda kekasihnya telah tewas ditengah ledakan, isak tangis yang memilukan hati segera berkumandang memecahkan keheningan.   Tapi pada saat itulah, mendadak mereka dengar ada seorang berbisik dengan suara lirih.   "Adik Soat adik Yau, kalian tak usah bersedih hati, aku tidak mati sungguhan, aku hanya bermaksud untuk membohongi pihak lawan belaka... tapi, tak ada salahnya bila kalian hendak berlagak seakan akan bersedih hati, agar pihak musuh mengira aku betul betul menemui ajalnya... dalam keadaan demikian Ciok yong li sin pasti akan mengendorkan kewaspadaannya nah menggunakan kesempatan yang amat baik itulah aku akan berusaha untuk membekuknya. Sebab bila aku tidak berbuat demikian maka keadaan kita semua akan berbahaya sekali!"   Setelah mendengar bisikan itu, dua orang gadis cantik itu baru merasa lega. Seperti apa yang diminta Ong It sin dengan berlagak sedih, mereka sengaja menuding ke arah Ciok yong li sin sambil mencaci maki.   "Siluman perempuan tua yang berhati hitam bertangan kejam... kau perempuan laknat perempuan sialan, tak tahu malu... kalau berani hayo bertarung secara jagoan... kau telah membakar engkoh Sin dengan cara yang rendah dan terkutuk, ingat saja dendam sakit hati ini, suatu ketika aku pasti akan membalas dendam akan kucincang tubuhnya menjadi hancur berkeping keping."   Ciok yong li sin tertawa terbahak bahak.   "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... kau anggap aku si nenek adalah seorang yang takut urusan? Hmm, bila aku takut urusan, sudah sejak lama aku hidup mengasingkan diri dan tak pernah keluar dari rumah lagi... Ong It sin saja mampus ditanganku, apalagi kalian... haaahhh... haaahhh... memangnya kalian bisa berbuat apa kepada diriku...?"   Sementara itu dari arah tebing seberang sana, terdengar ketua dari perkumpulan Ki thian kau, Be Siau soh sedang berseru sambil menyampaikan selamat.   "Ciok yong li sin kau memang hebat dan berjasa besar sekali buat perkumpulan kita kiong hi, kiong hi! Atas jasamu itu, pun kaucu memberi kedudukan yang paling mulia dalam perkumpulan untukmu, selain akan menerima pula keinginanmu, semua kebutuhan serta rasa hormat dari segenap perkumpulan kami!"   Mendengar ucapan tersebut, diatas wajah Ciok yong li sin yang penuh keriput terlintas rasa bangga yang amat tebal, sambil tertawa sahutnya cepat.   "Kuucapkan banyak banyak terima kasih lebih dulu atas kebaikan hati kaucu itu"   "Terhadap kawanan manusia berotak udang berkepala baja dalam lembah itu, apakah kaupun mempunyai suatu cara yang baik untuk menyelesaikannya?"   Kembali Be Siau soh bertanya dengan suara lantang: Ciok yong li sin segera menepuk buli buli besar yang berada dipunggungnya kemudian menjawab.   "Soal itu tak usah kau murungkan benda ini merupakan senjata api yang paling lihay didalam lembah Hwee gan kok kami yang disebut Ngo lui liat hwee biau (bibit api lima geledek), hanya cukup dengan setitik cahaya api saja, seluruh padang rumput bisa terbakar sampai musnah, apalagi kalau kusiramkan lebih banyak bibir api lagi, niscaya seluruh lembah Jit hwee kok ini akan berubah menjadi larutan api, jangankan manusia, semut yang berada didalam tanahpun akan turut musnah pula menjadi abu dan arang... Dengan suara lantang Be Siau soh segera berseru kembali dari tebing seberang sana.   "Ciok yong li sin, kenapa tidak kau demonstrasikan kelihayanmu itu, agar semua anggota perkumpulan kita bisa membuka matanya lebar lebar serta menambah pengetahuan serta pengalaman mereka."   Dengan penuh kegembiraan Ciok yong li sin segera menyahut.   "Jangan kuatir kaucu, hamba memang ada maksud untuk membasmi kawanan manusia yang menganggap dirinya sebagai jagoan golongan lurus dan kaum pendekar dari golongan putih ini menjadi abu, tak perlu kaucu perintahkan lagi!"   Setelah berkata sampai disitu, wajahnya segera menunjukkan sikap buas, kejam dan menyeringai mengerikan, pelan pelan dia menurunkan buli buli besarnya dari atas punggung, kemudian sambil menghadapkan moncong buli bulinya itu kehadapan kawanan jago, dia mengejek dingin.   "Hari ini jangan harap kalian semua dapat meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat..."   Baru saja ia hendak membuka penutup buli buli besarnya itu, mendadak...   "Aku rasa belum tentu demikian!"   Seorang mengejek sinis dari belakang tubuhnya diiringi suara tertawa dingin yang mendirikan bulu roma.   Dengan cepat dia berpaling ke belakang begitu mengetahui siapa yang berada dihadapan itu, kontan saja sekujur badannya gemetar keras, serunya agak tergagap.   "Kau... kau adalah sukma gentayangan dari Giok bin sin liong... kau belum mati?"   Giok bin sin liong (naga sakti berwajah kemala) Ong It sin segera tertawa dingin, dengan suatu gerakan yang cepat dia merampas buli buli besar itu dari tangannya, kemudian mengejek dingin.   "Aku sama sekali tidak menyangka kalau hatimu sebenarnya begitu busuk dan kejam... Hmmm! manusia terkutuk macam kau tak boleh dibiarkan hidup lagi didunia ini, sebab kau hanya akan menyebarkan dosa belaka bagi umat manusia, nah sekarang, kaupun tak usah hidup terlalu lama lagi, sana, turun saja ke bawah!"   Sebuah pukulan yang amat dahsyat segera diayunkan kedepan dan tepat menghajar punggung Ciok yong li sin.   Seketika itu juga perempuan berhati kejam itu menjerit lengking dengan suara yang memilukan hati, darah kental muncrat keluar dari mulutnya, sementara seluruh tubuhnya terpental ke udara dan jatuh ke dalam jurang dibawah sana.   Mungkin karena perbuatan jahat yang dilakukan sudah kelewat banyak, maka ketika terjatuh ke bawah tadi, persis tubuhnya terjatuh ke dalam arena yang sedang terjilat api.   Seketika itu juga seluruh tubuhnya terbakar hebat, diiringi jeritan jeritan yang memilukan hati dia berguling ke sana kemari Tapi api bukannya padam malahan berkobar makin dahsyat, akhirnya hancurlah perempuan kejam itu menjadi abu arang Si kelabang hitam Be Ji nio yang menyaksikan adegan seram itu menjadi ketakutan setengah mati, dia merasa bulu kuduknya berdiri semua sementara badannya gemetar keras tanpa banyak pikir lagi dia membalikkan badan dan segera melarikan diri terbirit birit Ong It sin tertawa dingin.   "Heeehhh... heee... heeehhh... kau ingin kabur?"   Jengeknya.   "manusia macam kau lebih lebih tak boleh dibiarkan kabur, nah, roboh saja kamu disitu!"   Sebuah totokan segera dilancarkan kedepan.   Desingan angin serangan yang maha dahsyat dengan cepat meluncur kedepan dan menghajar telak ditubuh lawan.   Seketika itu juga si Kelabang hitam Be Ji nio merasakan jalan darahnya menjadi kaku, tubuhnya tergeletak dan tak mampu berkutik lagi tapi mulutnya masih bisa bersuara dia berseru.   "Bocah keparat Lo nio merasa menyesal sekali mengapa tidak kubunuh dirimu ketika aku datang kelembah keluarga Li dulu"   "Itulah yang dinamakan perhitungan manusia tak bisa menangkan perhitungan takdir, memang beginilah takdir yang akan menentukan nasibmu..."   Sementara itu, empat orang toa huhoat dari perkumpulan Ki thian kau, yakni Say siu jin mo, Tee leng kun, Tee lwe siong mo menyaksikan Ciok yong li sin tewas dalam keadaan mengerikan sedang Tay sang pangcu mereka sudah terjatuh ketangan lawan, serentak berbondong bondong maju kedepan untuk memberi pertolongan.   Ong It sin segera mempersiapkan sebutir peluru Pek lek tan sambil mengancam.   "Siapa berani bergerak secara sembarangan, akan segera kuperseni sebutir peluru peledak untuknya!"   Ancaman ini segera menggetarkan hati keempat orang iblis itu tanpa banyak berbicara lagi mereka berpekik nyaring kemudian bersama sama melarikan diri kebelakang.   Menanti musuhnya sudah pergi, Ong It sin baru mengempit tubuh kelabang hitam Be Ji nio menuju keatas bukit karang itu, tanpa membuang waktu lagi dia segera turun tangan membasmi kawanan pemanah yang berada disana Dimana cahaya emas berkelebat lewat, kepala manusia bergelindingan keatas tanah, kejadian ini membuat musuh musuh lainnya menjadi ketakutan dan segera melarikan diri terbirit birit.   Dalam waktu singkat, seluruh bagian diatas tebing karang sebelah sini telah bersih dari musuh.   Ketika Ki thian kaucu yakni Be Siau soh yang berada dibukit seberang menjadi terkejut sekali menghadapi serentetan perubahan situasi yang sama sekali tak diduga olehnya itu.   Mimpipun dia tak pernah menyangka kalau segala persiapan yang telah diaturnya dengan rapi dan matang ini, akhirnya harus berantakan tak karuan lagi bentuknya.   Padahal kemenangan seharusnya sudah berada dipihaknya, tapi kenyataannya sekarang bukan saja jago jago andalannya banyak yang tewas, bahkan dari pihak yang menang sekarang dia terdesak hebat.   Yang lebih payah lagi adalah ibunya berhasil ditawan musuh dan anak buahnya dijagal dia hanya bisa menyaksikan semua peristiwa itu berlangsung tanpa sanggup memberi pertolongan, untuk sesaat menjadi gelagapan dan tak tahu apa yang musti dilakukan.   Akhirnya dengan sorot mata memancarkan sinar kegusaran, dia bersumpah dalam hatinya.   "Bangsat, tunggu saja tanggal mainnya, aku akan menggunakan gigi untuk membalas dengan gigi"   Sesungguhnya didalam lembah Jit hwe kok tersebut sudah ia persiapkan bahan peledak yang ditanam dalam lembah tersebut.   Tapi setelah para jago mengambil tindakan lebih baik berdiri ditanah lapang daripada menyembunyikan diri ditempat yang tersembunyi, sehingga sebagian besar diantara mereka tidak berada dalam lingkaran tanah yang ditanami bahan peledak, maka pertama dia tak ingin "memukul rumput mengejutkan ular"   Kedua dia percaya dengan kemampuan Ciok yong li sin, akhirnya langkah itu tidak dipersiapkan lebih jauh.   Siapa tahu usaha Ciok yong li sin mengalami kegagalan total, bukan keuntungan yang berhasil diraih malah sebaliknya Ong It sin berhasil menyelundup keatas bukit diseberang sana dan menghabisi semua orang orangnya yang dipersiapkan di sana.   Dalam keadaan yang sangat terdesak ini, akhirnya ia turunkan perintah untuk melancarkan serangan.   Dalam waktu singkat dari atas bukit berjatuhan batu batu cadas dan kayu kayu balok yang amat besar, selain itu dicampuri pula hujan panah dan senjata api yang berhamburan keseluruh lembah.   Tentu saja bahan peledak yang ditanam dalam bumi yang diledakkan sekaligus.   Suara gemuruh yang memekikkan telinga diikuti goncangan gempa yang dahsyat seketika itu juga membuat suasana dalam lembah itu menjadi kacau balau tak karuan.   Menghadapi ancaman semacam ini, Giok bin sin liong Ong It sin segera berpekik nyaring dan melejit ketengah udara dan segera melesat kedepan sana.   Dalam waktu singkat dia sudah berhasil menembusi beberapa bukit karang itu mencapai tepian seberang.   Pedang naga emasnya segera bekerja keras, tidak mengenal ampun lagi ia tebas segenap musuh musuhnya yang dijumpai sepanjang jalan.   Jeritan jeritan ngeri yang memilukan hati segera bergema memecahkan keheningan, darah segar berhamburan membasahi seluruh permukaan bumi, kutungan badan, kaki, tangan berserakan disana sini, tumpukan mayat membukit, darah menganak sungai, pemandangan ditempat itu benar benar mengerikan sekali.   Menyaksikan keganasan dari si anak muda itu, siapa lagi yang berani menentang maut untuk membendung serbuannya? Apalagi setelah menyaksikan rekan rekan mereka yang berada di bukit seberang terbasmi tak terampunkan lagi kontan saja semua orang lari tunggang langgang berusaha menyelamatkan diri sendiri.   Dalam keadaan demikian, peduli amat dengan tugas, yang penting adalah menyelamatkan selembar jiwa sendiri...    Pendekar Dari Hoasan Karya Kho Ping Hoo Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo Satria Gunung Kidul Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini