Perintah Maut 7
Perintah Maut Karya Buyung Hok Bagian 7
Perintah Maut Karya dari Buyung Hok "Nona baru kembali ?" "Ya !" Orang yang menyamar menjadi Kang Han Cing adalah seorang wanita, maka gadis pelayan ini memanggilnya sebagai nona. Kang Han Cing palsu segera lompat masuk kedalam kamar itu. Dan sekejap kemudian, jendelapun sudah ditutup kembali. *** SI GADIS pelayan berbaju hijau membukakan sepatu sang majikan, maka tampak kakinya yang kecil. Kini, Kang Han Cing palsu membuka baju luarnya, tampak tubuh montok berpakaian ringkas. Dadanya membusung ke-depan, pinggangnya ramping, pinggulnya nonjol keluar, sangat menarik pria.265 Dia duduk disebuah kursi, dan membuka topi, rambutnya yang panjang hitam jengat terurai panjang. Gadis ini mempunyai wajah yang cantik memikat, mempunyai potongan tubuh yang padat. Setelah memperhatikan itu semua Kang Han Cing melayang masuk, ia harus segera bisa membongkar penyamaran jahat. Si gadis pelayan berbaju hijau bisa melihat adanya pria yang nyelonong itu, sret, ia mengeluarkan pisau belati, ter-kaing2 dan desingan, membawa deru serangan, pisau menusuk Kang Han Cing di tiga tempat. Kang Han Cing mengelakkan serangan itu, tangkas dan cepat. Si gadis yang menyamar Kang Han Cing sudah membereskan ikat rambutnya ia mengeluarkan panggilan . "Siao Siang mundur, kau bukan tandingannya !" Ternyata ia bisa melihat dan menduga asal usul Kang Han Cing. Peringatannya sudah terlambat ! Pelayan berbaju hijau yang dipanggil Siao Siang sudah menusukkan belatinya, Kang Han Cing menggerakkan tangan, dengan dua jari menjepit pisau itu. Siao Siang berusaha menarik kembali pisaunya tapi tidak berhasil. Dicabutnya, juga tidak berhasil.266 Dua jari jepitan Kang Han Cing seperti berakar keras, tidak bergeming. Siao Siang memiliki ilmu kepandaian cukup kuat, ia segera melepaskan pisaunya lalu kedua jarinya dikeraskan, menotok jalan darah Kang Han Cing. Serangan ini mengenai sasaran, terdengar suara, puk, tapi Siao Siang yang kaget, se-olah2 membentur besi, tangan itu hampir patah, ia berteriak, aduh, dan mundur kebelakang. Kang Han Cing melepaskan jepitannya menjatuhkan pisau dilantai. Gadis berbaju hijau yang menyamar Kang Han Cing tertawa dingin, diperhatikannya pemuda itu dan berkata . "Ilmu kepandaian hebat ! Sedang berdemontrasi !" "Hei," Berkata Kang Han Cing. "Dengan maksud apa kau mencelakakan orang ?" "Maksudmu ?" Bertanya si gadis berbaju hijau. "Aku ingin mengetahui jelas, siapa yang melakukan perkosaan dan pembunuhan di Ciok- cuk-am." Gadis berbaju hijau berkata dingin . "Hendak memeriksa hal perkosaan ? Ha, kau salah cari." "Mengapa salah cari ?" Bertanya Kang Han Cing.267 Selembar wajah gadis berbaju hijau itu menjadi merah, membanting kaki dan berkata . "Nah ! Kau sudah ketahui. Aku juga seorang wanita. Mana mungkin bisa memperkosa wanita?" Keterangannya memang tepat. Tapi siapa yang memperkosa Yen Siu Lan ? Siapa yang membunuhnya ? Sedangkan Kang Han Cing sudah mengikuti bayangan gadis berbaju hijau ini, gadis ini dengan menyamar dan menggunakan kedok tipis, hampir saja ia mencelakakan Ciok Sim Taysu dan Put-im Suthay. Kalau saja tidak ada Goan Tian Hoat yang meng-ojok2 sang toako, fitnah jatuh pula keatas dirinya. "Kang jiekongcu," Berkata si gadis berbaju hijau. "Kau sudah mengikutiku lama ?" "Ya," Berkata Kang Han Cing. Gadis berbaju hijau itu bertanya lagi . "Apa maksudmu ?" "Mudah saja," Berkata Kang Han Cing. "Kupersilahkan kau menggunakan kedok tipis tadi, mengenakan pakaian yang sepertiku. Dan turut aku." "Dengan alasan apa? Aku harus turut dirimu?" Si gadis menantang. "Lebih baik nona mengikuti saja." Berkata Kang Han Cing perlahan. "Kalau tidak, bagaimana ?" Bertanya gadis berbaju hijau itu.268 "Apa boleh buat, aku harus menggunakan kekerasan." Berkata Kang Han Cing. "Eh, mau ngajak berantam ?" "Nona sendiri yang memaksa," Berkata Kang Han Cing. "Dalam keadaan apa boleh buat, harus juga kulakukan." "Bagus." Berkata si gadis berbaju hijau. "Sudah lama kudengar ilmu kepandaian silat Kang jiekongcu yang hebat, tapi belum kucoba. Mari kita bergebrak beberapa jurus." "Boleh saja," Berkata Kang Han Cing. "Kalau nona tidak bisa mengambil kemenangan kuharap saja bisa turut aku." "Tentu." Berkata si gadis berbaju hijau. "Nah ! Mulailah." "Silahkan kau yang mulai !" Berkata Kang Han Cing. "Baik. Terima seranganku." Pedangnya disentak sedikit, menusuk perut Kang Han Cing. Kang Han Cing tidak pernah gentar, sret, ia mengeluarkan pedang, dan menepuk serangan pedang si gadis. Gadis berbaju hijau itu tertawa cekikikan, pedangnya sebagai seekor ular yang licin, bergelut dan meluncur kebawah, dari sana meletik keatas, cahaya kilatan pedang berkelebat, mengancam tenggorokan. Kang Han Cing terkejut, kecepatan ilmu pedang gadis ini sungguh luar biasa, karena itu, untuk269 mengimbanginya ia pun bergerak cepat menutup kearah luar. Si gadis tidak berhenti sampai disitu, di tengah jalan ia mengubah arah, tusukan pedang mengancam, kini menggores dari atas kebawah. Se-olah2 mau membelah perut Kang Han Cing. Kang Han Cing menubruk tempat kosong, rasa kagetnya tidak kepalang. Cepat2 menyedot perut mundur satu langkah. Inisiatif penyerangan masih berada di tangan si gadis berbaju hijau, pedangnya ber-kilat2, sekaligus menyerang ditujuh tempat. Setiap tempat yang diarah adalah tempat yang berbahaya. Betapa bunga hati si gadis berbaju hijau, menyaksikan kecepatan gerakannya yang berhasil menekan Kang Han Cing, si pemuda sudah berada didalam situasi posisi terjepit, tentu saja si gadis tidak melepaskan kesempatan baik, terus menerus menyerang lagi, mulutnya membentak, tangannya terayun, membuat gerakan istimewa, terjadi delapan kali getaran pedang, ujung pedang mengancam delapan tempat, delapan tempat itu adalah delapan jalan darah kematian Kang Han Cing. Bilamana salah satu dari kedelapan ancaman serangan pedang itu mengenai sedikit saja tubuhnya, Kang Han Cing akan luka parah. Dan bila serangan pedang si gadis berhasil menusuk sedikit, Kang Han Cing akan mati segera. Ancaman hebat dan luar biasa !270 Tapi disaat inilah, terdengar suara Kang Han Cing. "Awas nona !" Terdengar suara tang, tang, ting, ting, semua serangan pedang si gadis ditangkis dengan baik. Hanya dengan me-nyentil2 ujung pedang serangan istimewa si gadis berbaju hijau punah dan hancur. Secepat itu pula, pedang Kang Han Cing berhasil menekan pedang si gadis dengan kekuatan raksasa. Si gadis berbaju hijau tidak menyangka kalau Kang Han Cing ini masih mempunyai banyak ilmu simpanan, ia hendak menarik pulang pedangnya, tapi sudah terlambat. Pletok.....pedangnya tertekan dan jatuh berdentang dilantai. Apa boleh buat gadis berbaju hijau melepaskan pegangan lompat jauh ke belakang. Kang Han Cing sangat yakin kepada ilmu kepandaian yang dimiliki, tidak mengejar gadis tersebut, ia berdiri tenang, dengan kalem berkata . "Nona sudah menderita kekalahan, mari turut aku !" "Siapa yang kalah ?" Berkata si gadis berbaju hijau. "Nah ! Lihat lain acaraku!" Tangannya terayun, jalur2 merah mengarungi ruangan itu, menelungkup kearah Kang Han Cing. Menduga kepada datangnya senjata rahasia Kang Han Cing menggerakkan pedang, dengan tertawa dingin menangkis serangan2 itu.271 Dugaan Kang Han Cing meleset, jalur2 merah yang ditaburkan oleh si gadis adalah jalur2 yang sangat halus, semacam sutera halus, terpecah dan buyar disekitar kepalanya, mengeluruk jatuh. Yang lebih hebat, jalur2 sutera halus itu mempunyai kaitan2 kecil, kaitan tersebut khusus untuk menangkap orang, siapa saja yang terkait, tidak mungkin mengelakkan diri, dan selanjutnya bisa meringkusnya. Kang Han Cing kurang pengalaman Kang-ouw, ia tidak kenal dari mana senjata luar biasa tadi. Berulang kali pedangnya menangkis, tubuhnyapun mundur ke belakang. Si gadis berbaju hijau tertawa cekikikan dan berkata . "Jalaku ini bernama jala penembus langit, dewa dan iblispun tidak bisa mengelakkan. Apalagi seorang manusia? Menyerahlah !" Dengan senjata yang aneh luar biasa itu, si gadis berbaju hijau mendesak Kang Han Cing. Berulang kali Kang Han Cing menabas jala berlapis langit, jala itu aneh, alot, dipotong tidak putus, ditabas menjadi lembek, pedangnya tidak berdaya. Yang lebih hebat lagi, kalau menangkis datangnya jala itu, ujung kaitannya yang tajam melengkung datang, semakin cepat ia bergerak, semakin cepat pula reaksinya, kecuali berlompatan kesana kemari, tidak ada lain jalan untuk memecahkan senjata aneh itu!272 Bekerjanya jala penembus langit memang aneh luar biasa, si gadis berbaju hijau sudah melatih diri selama tahunan, mengurung Kang Han Cing. Kang Han Cing berusaha mengelakan datangnya kurungan2 itu, terlalu sulit, ia berlompatan kian kemari, pedangnya menangkis dan memotong, tokh tidak berdaya. Ia harus mengelakan datangnya kaitan2 kecil itu lagi, lebih2 sulit lagi. Pedang Kang Han Cing juga termasuk pedang pusaka, pedang yang bisa memutuskan segala benda2 keras. Menghadapi jala2 halus itu, ia tidak berdaya. Tiba2 pikiran Kang Han Cing tergerak, dia tidak bisa membabat putus jala sutera halus. Tapi kaitan2 yang ber-bengkok adalah terbuat dari logam, kini diincarnya logam2 itu. Trang, sebuah kaitan yang datang berhasil dibabat putus. Trang, lagi2 sebuah kaitan dari ujung jala penembus langit dipapas putus. Trang, trang, trang..... Kang Han Cing membabat putus kaitan2 yang berada diujung jala penembus langit itu. Dengan terpapasnya kaitan2 logam pada jala itu, bobot berat yang menggerakkan jalur2 sutera menjadi lenyap, si gadis berbaju hijau kualahan, betapa hebatpun ilmu kepandaian tenaga dalam, ia tidak bisa lagi memainkan, sutera-sutera halus itu tiada bertenaga. Kini kaitan2nya sudah terpapas273 habis, ia menjadi sangat marah, dilemparkan senjata istimewa itu, dengan marah membentak. "Kang Han Cing! Bukan maksud kami membunuh dirimu. Tapi kau keliwatan, apa boleh buat. Nah! Terima ini !" Begitu tangannya merogoh saku, ia melempar kearah Kang Han Cing, terjadi hujan jarum beracun, jarum-jarum itu sangat halus, bertaburan seperti air hujan. Jarak mereka terlalu dekat, seharusnya tidak mudah mengelakkan serangan jarum beracun itu, tapi Kang Han Cing selalu sudah siap sedia, tangan kirinya diluncurkan, dengan tenaga dalam memukul jarum-jarum beracun yang sudah menyambar terdepan, tubuhnya berjumpalitan, meluncur ke belakang. *** SI GADIS berbaju hijau telah memperhitungkan sesuatu, ia berani memalsukan Kang Han Cing, tentu mempunyai ilmu kepandaian yang cukup tinggi. Sesudah pedang, jala penembus langit dan jarum beracun tidak berhasil, kini tangannya telah memegang sebilah belati, dengan belati ini, ia menyerang Kang Han Cing, membarengi serangan jarum beracunnya, ditujukan kearah si pemuda. Disaat itu, tubuh Kang Han Cing sedang melengkung kebelakang, datangnya serangan belati sangat mendadak, sulit mengelakkannya, hal ini sudah termasuk salah satu perhitungan si gadis berbaju hijau, maka ia menusuk dengan pisau belati.274 Ada dua cara untuk menangkis datangnya serangan itu. Cara yang pertama adalah menggunakan senjata memukul pergi belati lawan, cara yang kedua adalah bergulingan ditanah, menjatohkan diri, tapi cara ini lebih celaka. Kang Han Cing tidak menggunakan cara2 yang lazim, tiba2 saja badannya yang melengkung itu ditempangkan kembali ! Celaka ! Ini berani memajukan perutnya untuk ditublas oleh belati si gadis berbaju hijau. Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Si gadis berbaju hijau menjadi kaget, mana mungkin ada cara perlawanan yang seperti itu? Menjerit keras. Ia bingung untuk meneruskan serangan belatinya yang sudah disodorkan ke depan itu. Tak....... Didalam situasi kebingungan itu, tiba2 jari Kang Han Cing menyentil belati si-gadis. Belati itu jatuh terbang. Kang Han Cing sudah berdiri berhadap- hadapan, jarak mereka cukup dekat, hampir bersampokkan kulit. Dengan ilmu kepandaiannya yang tinggi, Kang Han Cing berhasil mengelakan segala macam bahaya. Ia sudah berada diambang pintu kemenangan, dengan sombong berkata . "Nona, apa lagi permainanmu ? Silahkan..." Sebelum kata2 Kang Han Cing dilepas habis, lain senjata rahasia lagi melepus, tangan kiri si275 gadis terayun, benda merah menghampiri Kang Han Cing. Kang Han Cing sedang ber-pikir2 senjata rahasia macam apa lagi yang dikeluarkan ? Tangannya menyaup, menerima datangnya gumpalan merah itu. Aaaaa . Ternyata selembar saputangan merah, bau harum parfum seorang gadis menusuk hidung. Hanya selembar saputangan merah yang digunakan untuk menyerang ? Saputangan merah ini bukan saputangan biasa, hawa bau harum itu telah mendapat olahan2 istimewa pula, disaat Kang Han Cing mengendus bau harum itu, tiba2 sepasang kakinya menjadi lemas, ia terjatuh duduk. Kang Han Cing keracunan secara halus. Giliran gadis berbaju hijau yang tertawa cekikikan, katanya . "Hi, Hi......... Kang-jie kongcu, sampai disini sajakah pertempuran kita?" Kedua tangan dan kedua kaki Kang Han Cing tidak bertenaga lagi, ia bisa melihat ia bisa mendengar, bisa bersuara, tapi tidak bisa menggerakan tenaga. Kekuatannya telah dihancurluluhkan oleh gumpalan racun itu. Si gadis berbaju hijau memandang ke arah Kang Han Cing, kemudian menoleh kearah pelayannya dan berkata:276 "Siao Siang, Kang jiekongcu adalah tamu kita, mana pantas membiarkan seorang tamu duduk numprah ditanah, Hayo ! Lekas bawakan kursi ! Bangunkan dan dudukkan diatas kursi." Si pelayan Siao Siang bisa bekerja cepat menyeret sebuah kursi, diletakkan di-tengah2 lalu memayang Kang Han Cing yang sudah tiada daya, didudukkan diatas kursi itu. Sesudah selesai, Siao Siang mengeluarkan keluhan dan berkata. "Uh, orang ini berat sekali !" Si gadis berbaju hijau mendelikkan mata, mendatangi Kang Han Cing dan berdiri didepan si pemuda, ia tertawa. "Jiekongcu, apa masih ingin menyeret aku ke Ciok-cuk-am ?" Kang Han Cing mengatupkan mata, tidak menggubris cemoohan tadi. Si gadis berbaju hijau berkata lagi . "Saputangan merahku tidak mempunyai daya bius, hanya bisa menjinakkan seseorang yang galak. Mengapa Kang jiekongcu menutup mata, tidak berani menerima kenyataan ?" Suaranya merdu, sangat menarik hati. Kang Han Cing merentangkan kedua mata, ia membentak . "Bah! Mengapa tidak berani ?" "Hi, hi....." Gadis itu tertawa lagi.277 "Ilmu kepandaian Kang jiekongcu memang hebat. Sudah boleh membanggakan diri di dalam dunia Kang-ouw." Dengan marah Kang Han Cing membentak. "Aku telah tertipu olehmu, kalau mau bunuh lekas bunuh, jangan banyak cingcong." "Maaf !" Berkata si gadis berbaju hijau. "Tidak seharusnya aku menggunakan obat pelemas itu menjatuhkan jiekongcu. Tapi.....tidak ada jalan lain. Terpaksa aku harus menahan jiekongcu." "Kau hendak menahan aku disini?" Bertanya Kang Han Cing. Gadis berbaju hijau itu menganggukkan kepala. "Maksudmu ?" "Ayah angkatku ingin bertemu." Hati Kang Han Cing tergerak, ternyata si gadis berbaju hijau hanya dalang, ia masih mempunyai seorang ayah angkat. Ayah angkat itu hendak bertemu ? Apa maksud tujuannya ? Siapakah orang yang menjadi ayah angkat si gadis ? Mungkinkah lengcu Panji Hitam? Kang Han Cing menentang sepasang sinar mata si gadis yang jeli, ia bertanya. "Lengcu Panji Hitam yang kau maksudkan ?" "Tidak perlu ter-buru2," Berkata si gadis. "Sebentar lagi kalian segera bertemu." "Siapa nama ayah angkatmu ?" Bertanya Kang Han Cing.278 "Tanya saja kepadanya, kalau ayah angkatku bersedia memberi tahu, ia bisa bicara sendiri. Tidak perlu meminta keteranganku." Hati Kang Han Cing tergerak, dari pembicaraan tadi, ia bisa membuktikan bahwa ayah si gadis berbaju hijau bukanlah lengcu Panji Hitam. Siapa ? Oh!...mungkinkah orang yang menjadi pemimpin dari lengcu Panji Hitam ? Sekali lagi Kang Han Cing menatap gadis didepannya, gadis itu sangat cantik, cukup menarik, badannya padat dan gempal, memiliki ilmu kepandaian silat yang cukup tinggi. Berani menyamar dirinya, membuat fitnah yang jahat. Rasa sakit hati Kang Han Cing itu segera mereda. Mereka saling pandang sebentar, cepat2 Kang Han Cing bertanya . "Bagaimana sebutan nona?" "Ouw ..... aku lupa memberi tahu." Berkata si gadis. "Aku Suto Lan." Nama si gadis berbaju hijau adalah Suto Lan ! Apa maksud tujuan Suto Lan menggunakan wajah Kang Han Cing, mencelakakan Kang Han Cing? Inilah yang harus diselidiki. "Kapan aku bisa bertemu dengan ayah angkat nona ?" Bertanya lagi Kang Han Cing. Gadis berbaju hijau Suto Lan berkata. "Tidak lama. Tunggulah beritanya. Lebih baik jiekongcu menetap disini dahulu, sesudah kuberi279 tahu ayah angkatku itu, nanti jiekongcu akan mendapat panggilan." Sesudah itu, dari dalam saku bajunya, Suto Lan mengeluarkan sebuah botol obat, dituangnya, dari sana meluncur sebutir obat berwarna putih, diletakkan ditangan dan diserahkan kepada Kang Han Cing, ia berkata . "Inilah obat, agar kau bisa bebas dari pengaruh racun lemas itu !" Kang Han Cing memandang obat itu dan bertanya . "Apa kau tidak takut aku melarikan diri ?" Dengan tertawa Suto Lan berkata. "Obat lemas itu sangat istimewa, tidak bisa membius orang, kerjanya juga sangat lambat, tapi penyembuhannya pun sangat lambat. Kau harus membutuhkan waktu tiga hari, maka kau baru bisa bebas kembali. Sekarang obat yang kuberikan hanya sebutir, kau hanya bisa menyembuhkan sepertiga dari kelumpuhan2 itu. Kau bisa bergerak, tapi tidak bisa mengerahkan tenaga. Belum boleh menggunakan tenaga." Dengan dingin Kang Han Cing berkata. "Pantas saja nona begitu royal !" "Jangan salahkan aku." Berkata Suto Lan. "Kau boleh menjadi tamu ditempat ini." Suto Lan menjulurkan tangannya, menjudukan obat itu dan berkata . "Bersediakah kau makan obat ini ?"280 Keadaan Kang Han Cing begitu mengenaskan, ia duduk numprah dibangku, mengangkat tangannya saja sudah tidak bisa, apalagi untuk berjalan ? Mendapat sodoran obat, ia segera merentangkan mulut. Per-lahan2 Suto Lan meletakkan obat itu kedalam mulut Kang Han Cing, diberi minum dan ia berkata . "Maafkan ! Aku masih ada lain urusan. Disini ada Siao Siang yang melayani segala kebutuhan jiekongcu, kalau perlu sesuatu, panggil saja dirinya." Sesudah itu, ia berpesan kepada Siao Siang . "Siao Siang, jiekongcu masih belum makan. Lekas siapkan barang santapan." Siao Siang segera mengiyakan perintah itu, lari keluar untuk membuat makanan. Suto Lan meninggalkan tempat itu ! Bekerjanya obat tadi sangat cepat sebentar kemudian Kang Han Cing bisa menggerakkan tangan dan kaki. Tapi ia masih tidak bisa menggunakan tenaga, pengaruh bau harum semerbak dari saputangan merah itu memang hebat. Kang Han Cing tidak menjadi khawatir atas kesulitan dirinya, ia harus membongkar rahasia, siapa orang yang membuat fitnah jahat itu? Bintik2 terang mulai menampak, kalau saja ia meneruskan penyelidikannya, tidak sulit281 menemukan biang keladi dari segala biang kekerokan. Si gadis berbaju hijau Suto Lan hanya sebuah pion, orang telah memalsukan dirinya, dengan maksud memperdalam fitnah-fitnah itu. Kang Han Cing berjalan mundar-mandir diruangan tadi. Ia sedang berusaha, bagaimana membebaskan diri dari kehilangan tenaga? Tidak lama kemudian, tampak pintu terbuka, Siao Siang berjalan masuk dengan makanan. Pelayan itu berkata . "Jiekongcu, silahkan makan !" Kang Han Cing memang mulai merasakan perutnya keroncongan, tidak segan2 melahap semua makanan itu. Siao Siang menantikan disamping, menunggu sampai selesai, si pelayan bertanya . "Jie-kongcu masih mau tambah apa lagi ?" "Tidak. Sudah cukup." Siao Siang memberesi sisa2 makanan. Menggunakan kesempatan ini, Kang Han Cing mengajukan pertanyaan . "Siao Siang, apakah ditugaskan melayani kebutuhan nona Suto Lan tadi ?" "Sekarang ditugaskan untuk melayani jie kongcu," Berkata Siao Siang tertawa.282 "Karena majikanmu takut aku melarikan diri, maka kau mendapat tugas untuk mengawasiku, bukan ?" "Jie kongcu jangan sampai memikir kesitu." Berkata Siao Siang. "Nonaku berlaku baik budi, sampaipun kamarnya diserahkan kepadamu. Terus terang saja aku bicara padamu, biasanya nona Suto Lan itu dingin dan angkuh, belum pernah berlaku baik kepada siapapun juga. Walau saudara2 seperguruannya, iapun acuh tak acuh. Terkecuali kau ! Jie-kongcu !" Dari pembicaraan ini, Kang Han Cing bisa mengetahui lain rahasia, ternyata Suto Lan bukan seorang diri, si gadis berbaju hijau itu masih mempunyai banyak saudara seperguruan. Siapakah saudara2 seperguruannya ? Inilah yang perlu diselidiki. *** "OH....." Berkata Kang Han Cing, membawakan sikapnya yang terkejut. "Tempat ini menjadi kamar nona Suto Lan ?" "Tentu saja kamar nona Suto Lan. Apa kau tidak mempunyai mata melihat?" Berkerutkan alis, Kang Han Cing berkata . "Oh! Maaf! Mana baik mengangkangi kamar orang, lebih baik aku dipindahkan ke kamar lain saja." Dengan tertawa misterius Siao Siang berkata :283 "Inilah perintah nona Suto Lan. Dikatakan olehnya, waktu sudah malam. Mencari kamar lain tidak mudah, juga harus memberes2kan. Takut kalau Jiekongiyu tidak betah maka ia menjediakan kamar ini." "Sebelumnya, aku Kang Han Cing mengucapkan banyak terima kasih." "Nanti saja, berterima kasih kepada nona Suto Lan," Berkata Siao Siang tertawa kecil. "Oh ! Gedong ini apa milik ayah angkat nona Suto Lan ?" "Boleh dianggap seperti itu." Jawab Siao Siang dengan nada diplomatik. "Aku belum pernah bertemu dengannya, tentunya jago silat luar biasa." "Entah ya." "Apa hartawan kaya?" "Majikan tua kami..." Tiba2 Siao Siang merasakan keceplosan bicara, ia menutup suaranya. Hati Kang Han Cing memaki, pikirnya pelayan ini sangat ber-hati2. Dan ia tidak bicara lagi. Sesudah memberesi sisa makanan, Siao Siang meninggalkan kamar itu. Menunggu kepergiannya Siao Siang, Kang Han Cing mengunci pintu, dan ia membaringkan diri ditempat tidur.284 Inilah pembaringan yang biasa digunakan oleh Suto Lan, bau parfum dari seorang gadis terasa hangat merangsang. Harumnya bedak dan gincu, terus menerus menyerang hidung Kang Han Cing. Paling susah menerima kebaikan budi seorang gadis. Demikianlah istilah ini bisa Kang Han Cing rasakan. Tidur ditempat yang begitu empuk, dengan bau2 harum yang semerbak membuat pikirannya me-layang2 jauh. Berkresak-kresek setengah malaman, Kang Han Cing belum bisa tertidur. Karena itu akhirnya ia meninggalkan pembaringan, per-lahan2 memeriksa didalam kegelapan. Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Waktu kentongan kedua sudah lewat, sebentar lagi kentongan ketiga akan dipukul. Gedung itu sangat sunyi dan sepi, tenang tidak terdengar sedikit suarapun. Kang Han Cing tidak menyalakan lampu, matanya yang lihai sudah biasa memeriksa sesuatu di tempat kegelapan. Ia mem-buka2 laci, memeriksa kalau2 menemukan obat pemunah pelemas badan itu. Setengah malaman Kang Han Cing ngaduk kamar Suto Lan, tentu saja ia tidak berhasil mendapatkan benda yang dicari, Suto Lan itu menggunakan obat pelemas melenyapkan kekuatan menjatuhkan Kang Han Cing, tentu ia tidak menaruh obat penawar racun tersebut didalam kamarnya.285 Mengetahui akan hal ini, akhirnya Kang Han Cing berbaring kembali di tempat tidur. Kang Han Cing berusaha menenangkan pikirannya, sedapat mungkin ia memeramkan mata, mata meram dengan pikiran yang melayang- layang, tentu saja ia tidak mudah tidur. Beberapa saat kemudian terdengar ayam berkokok. Tanpa disadari baru Kang Han Cing jatuh tertidur. Kang Han Cing bangun sesudah matahari di- tengah2 langit, ia turun dari pembaringan dan membuka pintu. Dipintu kamar Siao Siang sudah menanti, melihat Kang Han Cing yang sudah bangun, pelayan itu memberi hormat, dengan tertawa berkata . "Jiekongcu bisa tidur nyenyak ?" Wajah Kang Han Cing menjadi merah kalau saja teringat bagaimana ia gulang-guling ditempat tidur yang banyak pikiran kusut itu, ia menjadi malu kepada diri sendiri, dengan cengar-cengir berkata . "Nonamu sudah kembali ?" "Lebih dari satu kali." Jawab Siao Siang. "Kami takut mengganggu ketenangan jie-kongcu, maka tidak membangunkan." "Eh, mengapa tidak mau mengetok pintu ?" Dengan tertawa misterius Siao Siang berkata . "Inilah perintah nona Suto Lan. Dia melarang hamba mengganggu ketenangan jie-kongcu."286 Dengan masih tertawa misterius, Siao Siang berkata . "Inilah perintah nona, hamba dilarang mengganggu kesenangan tidur Kongcu." Sesudah itu, Siao Siang berkata lagi. "Biar hamba ambilkan air buat cuci muka." Pinggulnya diputarkan, meninggalkan Kang Han Cing. Tidak lama kemudian Siao Siang membawa air buat cuci muka. Sesudah itu ia mengundurkan diri. Tak lama kembali dengan ransum makanan. Kang Han Cing bercuci muka, membersihkan diri. Setelah selesai membersihkan diri ia duduk dimuka meja menghabisi makanan pagi yang tersedia. "Dimana nonamu ?" Begitu Siao Siang menongolkan kepala, Kang Han Cing mengajukan pertanyaan. Sebelum Siao Siang menjawab, dipintu telah menongol seorang, itulah gadis berbaju hijau Suto Lan. Hari ini Suto Lan mengenakan pakaian yang ketat, juga berwarna hijau muda, tepat di bagian dada terlukis sepasang burung Hong, indah sedang menari2. Berbeda dengan semalam, kalau itu waktu Suto Lan mengenakan pakaian ringkas, gagah dan keren, ini kali Suto Lan membawakan sikapnya seorang gadis remaja, seorang gadis putri287 hartawan. Mukanya dipupur, bibirnya dipoles merah, semakin cantik, semakin menarik. Kedua sinar mata saling bertumbukkan, Suto Lan menundukkan kepala dan bertanya . "Jiekongcu bisa tidur pulas ?" Kang Han Cing mengelakkan lirikan mata itu, tertawa tawar berkata . "Terima kasih. Bagaimana ? Apa nona sudah bertemu dengan ayah angkat nona?" "Mengapa begitu ter-buru2 ?" Bertanya Suto Lan. "Tidak betah disini ?" "Urusanku masih banyak." Berkata Kang Han Cing. "Secepat mungkin bisa menemui ayah angkat nona ! Dan cepat nona berikan obat penawar racun lemas itu." "Tidak lama lagi. Sesudah bertemu dengan ayah angkatku, tentu saja kuberi obat penawar racun lemas itu." Tiba2 Kang Han Cing teringat sesuatu, mengangkat kepala, memandang dengan berani pada wajah yang menarik itu, ia bertanya. "Ada sesuatu yang aku tidak mengerti, bisakah nona memberi keterangan?" "Keterangan apa?" "Tentang perkosaan dan pembunuhan di vihara Ciok-cuk-am. Siapakah yang sudah melakukannya?" Dengan tertawa kecil Suto Lan berkata:288 "Oh! Tidak enak didengar." "Mungkinkah bukan perkosaan?" "Apa kau sudah melihat dengan mata sendiri ?" Balik tanya Suto Lan. Selembar wajah si gadis menjadi merah. Kang Han Cing masih belum bisa men-duga2, bagaimana hal itu bisa terjadi ? Segera ia berkata . "Disaat aku tiba ditempat itu, Yen Siu Lan sudah terbaring didalam keadaan telanjang, ia mati. Inilah yang kusaksikan." "Kau hendak tahu urusan kematian Yen Siu Lan?" "Didalam soal ini menyangkut nama baikku. Tentu saja harus tahu." Suto Lan berkata. "Yen Siu Lan mati dibawah kami." Kang Han Cing merentangkan sepasang matanya lebar2, gadis secantik inikah yang membunuh orang? Dia hampir tidak percaya karena itu meminta ketegasan, katanya. "Nona yang membunuh Yen Siu Lan?" "Eh, tidak percaya ?" Bertanya Suto Lan. "Betul2 sulit diterima." "Dengar." Berkata Suto Lan perlahan. "Karena Yen Siu Lan sudah berkhianat kepada golongan, karena itu harus mendapat hukuman kematian."289 "Oh !" Kang Han Cing terkejut. "Yen Siu Lan juga termasuk salah satu dari anggota kalian?" Suto Lan memberikan satu kerlingan mata yang menarik, ia berkata. "Hanya ini yang bisa kuberitahu kepadamu. Lain tidak." "Golongan apakah nama golongan kalian itu ?" Bertanya Kang Han Cing. "Maaf ! Untuk sementara masih harus dirahasiakan !" Berkata Suto Lan. "Belum waktunya memberitahu kepadamu." Hati Kang Han Cing mengeluh, ia sedang berhadapan dengan sesuatu golongan yang misterius, golongan baru yang tidak dikenal olehnya. Suto Lan membiarkan Kang Han Cing termenung seperti itu, beberapa saat kemudian ia bertanya perlahan. "Aku juga ada sesuatu yang hendak ditanyakan, bisakah kau memberi jawaban yang memuaskan?" "Urusan apa?" Bertanya Kang Han Cing. Sepasang mata Suto Lan yang jeli terputar, tidak henti2nya mengirim kerlingan mata. Ia berkata. "Ilmu kepandaian jiekongcu betul menakjubkan. Orang pertama yang mendapatkan pujianku, siapakah yang berhasil mendidik kongcu seperti itu, bagaimana sebutan dan nama suhu jiekongcu ?"290 Kang Han Cing berkata . "Suhu tidak berkelana didalam rimba persilatan, namanya tidak mau diketahui orang. Sampaipun aku juga tidak mengetahui jelasnya." "Bohong !" Berkata Suto Lan tertawa. "Mana ada murid yang tidak tahu nama gurunya ? Tentu jiekongcu tidak mau memberitahu." "Sungguh." Berkata Kang Han Cing. "bukan tidak mau memberitahu. Kenyataan memang tidak tahu. Bilamana nona bertanya kepada toako, ia juga memberi keterangan yang seperti ini." Suto Lan melicini bibirnya dan berkata . "Hi, hi....kau pandai bicara." Pembicaraan itu terputus kembali. Mereka duduk berhadap2an. Beberapa lama kejadian yang canggung itu diputuskan oleh tertawanya Suto Lan, ia berkata . "Jiekongcu, kita mengganti bahan pembicaraan, bagaimana ?" "Apa yang nona hendak percakapkan ?" Bertanya Kang Han Cing. "Apa saja, seperti........" Tiba2 terdengar suara derap langkah kaki yang bergerak cepat tiba di pintu dan ter-batuk2. Itulah suara Siao Siang. "Nona Suto Lan......" Panggil Siao Siang perlahan. "Ada apa?" Bentak Suto Lan.291 Horden tersingkap, Siao Siang berjalan masuk, ia memberi hormat dan berkata. "Baru saja hamba menerima perintah khungcu, ia memberitahu kalau mengharap kedatangan nona dan jiekongcu. Segera !" Suto Lan memperlihatkan sikapnya yang terkejut, dengan heran berkata. "Biasanya ayah jarang mau menemui tamu. Baru saja ia melatih diri, hendak bertemu dengan Kang jiekongcu ?" Sesudah itu ia bangkit dari tempat duduknya, berkata kepada Kang Han Cing. "Mungkin ayah kangen kepada nama besar Kang jiekongcu, maka pagi2 sudah hendak bertemu. Mari kuajak." Pikiran Kang Han Cing juga masih kacau, tenaganya juga sudah tiada, ia menjadi tawanan halus. Dari rombongan baru yang tidak diketahui asal usulnya ini, karena itu ingin sekali bisa mengetahui yang lebih banyak : Siapa ayah Suto Lan yang misterius ? *** SUTO LAN mengajak Kang Han Cing meninggalkan kamar itu. Mereka melalui lorong- lorong panjang, tiba disebuah ruangan. Dan disini Suto Lan berkata . "Inilah kamar ayah angkatku." Didepan pintu berdiri dua orang gadis, masing2 menyoren pedang dipinggang, melihat kedatangan292 Suto Lan, kedua gadis pelayan itu memberi hormat. Suto Lan menganggukkan kepala, mengajak Kang Han Cing memasuki ruangan tengah. Dari dalam terdengar satu suara yang sangat dingin dan kaku. "Suto Lan yang datang?" "Ya." Jawab Suto Lan. "Anakmu telah membawa Kang jiekongcu." "Suruh dia masuk." Suara dingin dan ketus itu berkata. Suto Lan menoleh kearah Kang Han Cing dan berkata . "Itulah ayah angkatku. Mari masuk." Ruangan itu serba sederhana, diatas sebuah bangku panjang yang terbuat dari kayu jati, dikedua ujung terdapat pot bunga, dengan bunga lain yang semerbak, meresap dan menusuk hidung. Didepan bangku panjang itu terdapat empat kursi, terukir dengan baik. Kini, diatas bangku panjang berduduk seorang tua bermuka keren, ia mengenakan pakaian hijau. Tubuhnya tinggi besar, jenggotnya yang putih terurai panjang ke bawah. Matanya bercahaya, menyorot ke arah Kang Han Cing. "Kau inikah Kang jiekongcu ?" Ia bertanya.293 Kang Han Cing menganggukkan kepala dan berkata . Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Betul. Boanpwee Kang Han Cing." Dengan nada yang dingin dan kaku, orang tua itu berkata. "Silahkan duduk !" Tanpa diperintah kedua kali, Kang Han Cing mengambil kursi dan duduk disana. Suto Lan juga mengambil kursi lain dan merendengi Kang Han Cing, mereka duduk berhadapan dengan orang tua itu. Orang tua bermuka keren itu berkata . "Selamat datang atas kunjungan Kang-jie kongcu ke rumah ini, aku mengucapkan selamat." Kang Han Cing memperhatikannya beberapa saat, ia bertanya . "Bolehkah boanpwee bertanya ? Bagaimana sebutan cianpwee yang mulia ?" Dengan dingin dan ketus orang tua berbaju hijau itu berkata . "Aku tidak suka memberitahu kepada orang lain." Jawabnya temberang. "Ho, ho......." Kang Han Cing mengeluarkan dengusan dari hidung. "Aku paling tidak suka bicara dengan orang yang tak mempunyai nama." Wajah orang tua itu berubah, ia berkata keras . "Hei, berani kau berlaku kurang ajar ?"294 "Kukira, orang yang kurang ajar itu adalah orang yang tidak bernama." "Dihadapanku, kau berani mengucapkan kata2 ini lagi ?" Dengan menantang Kang Han Cing berkata . "Mengapa tidak? Ambil saja golok, pasang dileherku, akan kuucapkan lagi seribu kali, mau?" "Bagus....bagus...." Orang tua itu merengus. "Hendak kulaksanakan permintaanmu itu." Mendengar kata2 tadi, cepat2 Suto Lan berteriak . "Ayah....." Si orang tua berbaju hijau melirik ke arah Suto Lan, ia berkata . "Ada urusan apa ?" Suto Lan berkata . "Bukankah kau hendak merundingkan sesuatu dengan Kang jiekongcu?" "Uh !" Orang tua berbaju hijau itu menganggukkan kepala. Dengan perlahan Suto Lan berkata . "Maka bercakaplah baik2. Jangan bersitegang." Orang tua berbaju hijau tertegun, sepasang sinar mata yang tajam menatap kearah sang puteri, dan pindah ke wajah Kang Han Cing, wajah itu sangat tampan, orangnya gagah, sikapnya baik. Kedua muda mudi dihadapannya adalah pasangan295 yang setimpal, tanpa terasa, ia menganggukkan kepala, mengurut jenggotnya dan berkata . "Ho, ho... ayahmu bukan bermaksud mengganggunya." Selembar wajah Suto Lan menjadi merah menoleh kearah Kang Han Cing dan berkata . "Jiekongcu, bisakah kau bersabar sedikit. Kita ber-cakap2 secara ramah tamah, bukankah lebih baik dari pada bersitegang." Terdengar suara Kang Han Cing . "Ada urusan apa yang hendak dirundingkan oleh ayah angkatmu, silahkan saja katakan." Kini wajah orang berbaju hijau yang marah tadi mereda kembali, suaranyapun didatarkan serata mungkin, per-lahan2 berkata . "Aku ada sedikit kesulitan yang hendak meminta keterangan Kang jiekongcu, kuharap saja kau bisa berterus terang." "Urusan apakah itu ?" Bertanya Kang Han Cing. Orang tua berbaju hijau berkata. "Aku juga pernah bertemu muka beberapa kali dengan ayahmu. tiga bulan yang lalu tersebar berita tentang kematiannya. Dikatakan dia sudah almarhum. Apa betul ada kejadian yang seperti ini ?" Kang Han Cing terpaksa berpikir sekali lagi, hatinya mengeluh. "Dia masih menganggap ayah belum mati."296 Untuk menjaga kehormatan dirinya, ia menjawab pertanyaan itu. "Kesehatan ayah belum pernah terganggu. Mendadak ia menghembuskan napas yang terakhir, memang keadaan ini sangat membingungkan orang. Aku dan toako mendampinginya, mana mungkin bisa kematian palsu?" Tampak sinar mata orang tua berbaju hijau itu menatap Kang Han Cing tajam-tajam, ia hendak me-nimbang2 benar tidaknya dari keterangan yang diberikan oleh si pemuda, mulutnya berdehem sebentar, ia berkata . "Betul2 Kang toa sianseng sudah meninggal dunia !" Hati Kang Han Cing berkata sendiri . "Dari kata2nya ia masih meragukan kematian ayah. Mungkinkah orang2 ini mempunyai hubungan erat dengan hilangnya mayat ayah." Dugaan Kang Han Cing tepat ! Sedari ia meninggalkan gedung keluarga Kang ber-sama2 Goan Tian Hoat, berulang kali mendengar cerita tentang manusia2 palsu. Dari yang pertama2 manusia imitasi Ban Ceng San, dari manusia palsu Than Hoa Toh, dan manusia palsu dari si gadis berbaju hijau Suto Lan yang menyamar menjadi dirinya, dan hubungan2 itu ternyata mengkaitkan dirinya dalam serentetan pemalsuan-pemalsuan besar.297 Orang2 pemalsu ini adalah turunan Su-khong Eng, tokoh misterius berkerudung hitam didalam cerita Pembunuh Gelap. Untuk mengetahui cara2 pemalsuan, para pembaca bisa mencari buku cerita dengan judul PEMBUNUH GELAP, dimana dituturkan dengan terperinci, partai Raja Gunung menyamar diri mereka, dan mengubah wajah mereka. Kang Han Cing menantang sepasang sinar mata orang tua berbaju hijau itu, dengan dingin ia berkata . "Lotiang masih meragukan kematian ayah ? Alasan apa kalau kematian ayah itu adalah kematian palsu ?" Wajah orang tua berbaju hijau tetap dingin beku, sepatah demi sepatah ia berkata . "Orang yang mempunyai pikiran ini bukan aku seorang, kukira merekapun mempunyai pikiran yang sama." Alis Kang Han Cing yang lentik terangkat, dengan marah ia bergeram. "Dugaan yang tidak masuk diakal." Orang tua berbaju hijau itu mengurut jenggot, ia berkata . "Dimana yang tidak masuk akal. Sesudah kematian ayahmu, peti mati itu kosong. Inilah kenyataan." Sepasang mata Kang Han Cing ber-kilat2, ia membentak :298 "Ternyata tindakan lengcu Panji Hitam yang membongkar peti mati ayahku adalah instruksimu!" Nah! Orang tua berbaju hijau ini adalah salah satu tokoh penting dari golongan Perintah Maut. Orang inilah yang sudah menyuruh lengcu Panji Hitam membongkar peti mati Datuk selatan Kang Sang Fung. Orang ini juga yang menyuruh Suto Lan menyamar Kang Han Cing mempermainkan Put-im suthay dan Ciok Sim taysu. Orang tua berbaju hijau itu tertawa tawar, ia berkata . "Sesudah kematian ayahmu, peti mati itu kosong melompong. Apa salahnya aku menyuruh orang memeriksa?" "Memeriksa ? Apa lagi yang diperiksa di kelenteng Ciok-cuk-am ? Mengapa menyuruh orang mencelakakan diriku ? Mengapa menyuruh orang memancing aku ke tempat itu? Sesudah membunuh Yen Siu Lan ! Mengapa mengundang Put-im suthay dan Ciok-sim taysu, menjebak diriku ?" "Terlalu banyak sekali pertanyaan itu." Berkata orang tua berbaju hijau. "Kematian Yen Siu Lan hanya suatu kebetulan, kebetulan kau datang kesana. Salahmu sendiri." "Dengan alasan apa kalian membunuh Yen Siu Lan ?" Bentak Kang Han Cing. "Yen Siu Lan adalah salah satu anggota kami yang sudah berkhianat. Kematian Yen Siu Lan299 tidak ada hubungannya denganmu, Kang jie- kongcu." "Huh !" Kang Han Cing mengeluarkan dengusan dari hidung. Terdengar lagi suara orang tua berbaju hijau . "Undanganku kepadamu adalah untuk merundingkan sesuatu." "Katakan lekas !" "Kudengar cerita tentang ilmu kepandaianmu yang hebat, bagaimana kalau kau masuk menjadi anggota kita? Aku mendapat tugas untuk mengajak dirimu." Hati Kang Han Cing tergerak, ternyata orang tua berbaju hijau ini juga bukan pimpinan tertinggi, ia hanya mendapat perintah saja. Memandang kepadanya dan bertanya . "Siapakah yang memberi instruksi untuk mengajak aku?" "Ketua Perintah Maut." "Siapa yang menjadi ketua perintah Maut ?" "Sebelum kau bersumpah menjadi anggota Perintah Maut, urusan ini tetap menjadi suatu rahasia." "Bagaimana anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Perintah Maut? Apa yang menjadi panji hidup Perintah Maut ?! Bagaimana haluan politik Perintah Maut ?"300 "Legakan hatimu, golongan Perintah Maut adalah wadah untuk menampung semua tokoh- tokoh silat yang ada, menyatukan persengketaan2 yang terjadi didalam rimba persilatan. Kalau saja kau mau menjadi salah satu anggota, tidak nanti mengecewakan. Kukira kedudukanmu tidak berada dibawahku." Kang Han Cing tidak segera memberikan jawaban, ia sedang memikir, golongan Perintah Maut adalah golongan baru, semboyannya masih gelap, dari tindak-tanduk yang dilakukan orang2 itu, golongan ini bukanlah golongan betul. Ia tidak mau terjerumus kedalam kehinaan, sudah seharusnya ia menolak. Sebelum Kang Han Cing membuka suara, orang tua berbaju hijau itu berkata lagi . "Bagaimana ?" Kang Han Cing mendongakkan kepala dan bertanya . "Aku dipaksa harus masuk ?" Orang tua berbaju hijau masih merocos terus, katanya . "Bukan paksaan, hanya berapa anjuran. Kalau saja kau menerima tawaran ini, kedudukanmu sangat baik. Kedudukan hu-huat !" "Apa artinya huhuat ?" Bertanya Kang Han Cing. "Huhuat hanya berada dibawah ketua, sama saja dengan wakil ketua, kecuali ketua pribadi, kau bisa menggerakkan seluruh anggota kita." "Oh......" Orang tua berbaju hijau berkata lagi :301 "Lebih jelas lagi kuceritakan. Beberapa tahun yang lalu, aku juga yang mendapat tugas menyambangi ayahmu, kukatakan kepada ayahmu, golongan kita menyediakan tempat huhoat kepadanya, dengan maksud agar ia bisa menerima jabatan itu........." "Ayah tidak akan menerima tawaran itu !" Potong Kang Han Cing singkat. (Bersambung 5) Jilid 5 "HA, HA ! Keluarga Lie di Ho-peh adalah seorang dari empat datuk persilatan yang sangat disegani orang. Mana bisa memandang pada partay kecil seperti Hay yang-pay ? Kedatanganku kesini untuk berobat, bukan hendak mengadu kekuatan atau kebesaran nama !" "Bila kau merasa penasaran marilah kita bertanding ! Tidak akan ada yang menghalang- halangi pula kalau kalian dapat mengalahkan diriku." Berkata si pemuda she Lie. "Ha, Ha ! Dari tadi saja kau katakannya. Hendak kulihat, apa kehebatan ilmu silat dari keluarga Lie, yang telah menggemparkan daerah utara ini, hingga membuat turunannya besar kepala !" Ucap Jen Pek Coan mengejek. "Hm ! Hanya dengan kemampuanmu saja?" Ucap pemuda itu dengan mata menyorot tajam. "Aku sendiri pun telah cukup untuk melawanmu !" Kata Jen Pek Coan.302 "Lebih baik kalian maju berbareng !" Melihat sedikitpun orang tidak memandang mata, hati Jen Pek Coan bergelora panas, ia mencabut pipa rokok yang terselip dipinggang, katanya sengit . "Jangan omong besar, kau robohkanlah aku lebih dulu !" Pemuda itu mengerutkan alis, katanya lirih . "Untuk merobohkan dirimu tidak terlalu sulit ! Bila kau dapat bertahan dua puluh jurus seranganku, biarlah Lie Wi Neng mengaku kalah !" Betapa marahnya Jen Pek Coan diejek serta dihina demikian. Ia berkelana di dunia kangouw puluhan tahun, belum pernah menemukan orang yang besar kepala seperti Lie Wi Neng ini. Tiba2 kupingnya dapat mendengar suara suhengnya yang diucapkan dari jauh dengan kikang . "Hati2lah jite. Ia berani omong besar tentu mempunyai kehebatan ilmu silat yang tidak boleh dipandang enteng !" Jen Pek Coan adalah jago persilatan yang berpengalaman luas, ia jadi malu pada diri sendiri karena gampang terpengaruh oleh hawa panas hingga melanggar pantangan yang harus memiliki ketenangan jiwa bila hendak bertanding. Cepat2 Jen Pek Coan menenangkan hatinya yang terbakar panas, dengan menjura ia berkata :303 "Aku yang bodoh meminta petunjuk dari Lie kongcu !" Berbareng dengan ucapannya, tangan kanan mendorong kedepan. "Wutt !" Tempat bako dari pipa itu melayang memukul kearah musuh. Inilah jurus "Liu sing cui nyet" Atau bintang mengejar rembulan. Jurus ini sebenarnya tidak akan cepat ia gunakan keluar, hanya karena Lie Wi Neng sangat memandang enteng hingga ia berniat bisa lebih cepat mengalahkannya. Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dalam hati Jen Pek Coan menduga, lawannya tentu akan terkena pancingan, maka berbareng pipa rokok itu memukul sangat cepatnya. Lie Wi Neng tertawa dingin, tiba2 ia membukakan kipas yang dipegangnya, lalu mengi- baskan kearah meluncurnya tempat bakok sambil kakinya melangkah maju setindak. "Wutt !" Tempat bakok itu terpukul hingga mental berbalik. Betapa terkejutnya hati Jen Pek Coan, sungguh ia tidak duga sebelumnya, kalau lawannya mempunyai tenaga sinkang demikian besar, hingga hanya mengibaskan kipas saja bisa memukul kembali serangan senjatanya. Untuk menahan senjatanya sudah tidak keburu, cepat ia miringkan tubuh serta melompat mundur setengah tindak ! "Hm !" Lie Wi Neng tertawa dingin berbarengan tubuhnya mencelat maju sangat cepatnya, kipas304 ditangannya itu ditutupkan kembali lalu menotok kearah dada lawannya. Gerakannya sedemikian cepat, hingga membuat Jen Pek Coan kuwalahan. Cepat ia menyedot napas lalu tubuhnya melompat kebelakang delapan tombak. Putra Lie Kong Tie Lie Wi Neng hanya berdiri tenang, dia tidak mau menguber. Ia tertawa dingin serta berkata sambil mengipas2. "Ini baru jurus kesatu !" Si tangan sakti Jen Pek Coan adalah wakil ketua dari Hay yang-pay yang sangat disegani oleh kaum bulim di daerah utara. Kini baru satu jurus telah dibuat terdesak oleh seorang anak muda dari keluarga Lie. Hatinya sungguh merasa malu serta penasaran. Darahnya tambah mendidih diejek lawannya. Tanpa pikir lagi, ia menerjang maju, menyerang pemuda itu dengan pukulan2 yang luar biasa cepatnya, hingga angin pukulan menderu2 dan senjata pipa itu berobah menjadi sinar putih mengurung lawannya ! Lie Wi Neng tetap berdiri tenang, tidak menghiraukan serangan lawan, begitu serangan itu mendekat, ia hanya miringkan tubuh serta kipasnya ditutup kembali, lalu balas menyerang dengan totokan2 yang tidak kalah cepatnya ! "Trak ! Trak !" Senjata mereka beradu dua kali hingga mengeluarkan suara yang amat keras.305 Tiba2 berkelebat bayangan kipas menempel pada pipa, kemudian meluncur turun, menotok ke arah jalan darah telapak tangan kanan Jen Pek Coan. Kecepatan yang tiada tara ! Jen Pek Coan terkejut, sedikitpun tidak dapat melihat bagaimana lawannya melakukan serangan ilmu silat yang aneh, serta sangat cepat ini. Ia hanya merasai serangan pipa bakonya dielakannya dengan mudah. Terpaksa Jen Pek Coan cepat menarik senjatanya serta melompat ke samping satu tindak. Lie Wi Neng memandang lawan yang sudah dikalahkan itu, sikapnya sangat angkuh dengan suara yang dingin, ia mengejek dengan lirih. "Hm ! Tidak disangka, pandanganku meleset, aku kira kau bisa bertahan sampai duapuluh jurus ! Dilihat dari kemampuanmu, paling kuat hanya sanggup bertahan sepuluh jurus saja ini baru jurus yang kedua !" Ucapan itu beralasan, serta merupakan kenyataan yang tidak bisa dibantah. Walaupun baru dua jurus, tapi untuk menghadapi ilmu silatnya yang serba aneh dan luar biasa hebatnya, Jen Pek Coan bukanlah tandingan dari pemuda berbaju biru itu. Karena pertandingan itu ia lebih banyak hanya pertahankan diri daripada menyerang. Kenyataan ini tidak bisa disangkal, Kuo Se Fen pun mengakuinya. Ia merasa kuatir serta gelisah,306 takut jitenya benar2 tidak bisa bertahan sampai sepuluh jurus menghadapi serangan pemuda ini ! Kuo Se Fen menduga2, siapakah gerangan suhu dari Lie Wi Neng ? Memang, ilmu tangan kosong dari keluarga Lie kehebatannya sangat tersohor didunia kang ouw, hingga Lie Kong Tie dapat julukan si telapak tangan dewa ! Biarpun ilmu cakar elang dari Hay yang-pay tidak sehebat dengan ilmu telapak tangan dewa tapi tidaklah mungkin kalah sedemikian jauhnya ! Kuo Se Fen belum pernah mendengar bahwa si telapak tangan dewa itu mahir dalam segala senjata, lebih2 senjata yang aneh2 seperti kipas putranya ini. Maka ia dapat menduga putra si telapak tangan dewa ini tentu masih mempunyai suhu, selain mendapat pelajaran dari ayahnya sendiri. Tapi hatinya dibikin bingung karena dalam dunia kangouw boleh dikata orang yang menggunakan kipas sebagai senjata sangat jarang, lebih2 yang mempunyai ilmu silat demikian anehnya ! Ketika Kuo Se Fen sedang berpikir-pikir, nampak Goan Tian Hoat dan Kang Han Cing yang berada dalam depot pun sedang merundingkan sesuatu, sambil berbisik, Kang Han Cing menggoyang-goyangkan jari tangannya pula diatas meja batu itu. Goan Tian Hoat mendengarkannya dengan penuh perhatian dan kadang2 kepalanya manggut-manggut.307 *** Bab 6 SEBAGAI orang yang telah lama berkecimpungan di dunia Kangouw, bagaimanapun Jen Pek Coan memiliki ketenangan dalam menghadapi segala hal maupun kesulitan. Setelah bertanding dua jurus, maklumlah ia bahwa kini sedang berhadapan dengan seorang yang memiliki ilmu kepandaian sangat tinggi, yang sebelumnya belum pernah ia temui. Lebih2 yang sedang dihadapinya kali ini adalah ilmu silat yang sangat aneh dan selama hidup belum pernah dilihatnya. Maka dalam hati ia mengambil keputusan dalam pertempuran ini akan bertahan serta membela diri saja. Karena ia maklum menyerang akan lebih membahayakan dirinya. Maka dalam pertempuran selanjutnya Jen Pek Coan hanya bertahan dan melindungi rapat seluruh bagian tubuh yang penting, walaupun mendapat serangan gencar dan hebat ia dapat mengelak setiap serangan, hingga membuat lawannya penasaran. Sekejap saja pertempuran telah berlangsung hampir sepuluh jurus. Lie Wi Neng yang menghadapi lawan hanya bertempur dengan bertahan, ia jadi sengit dan tidak sabar, ia maklum, bila tidak berhasil merobohkan lawannya dalam sepuluh jurus ini, niscaya ia akan mendapat308 malu besar atas kata2 sombong yang pernah diucapkan. Berpikir demikian, hatinya jadi gelisah, darahnya mendidih panas, hingga wajah yang putih bersih itu berobah merah padam, air mukanya nampak beringas ! Tiba2 tubuhnya berputar sangat cepat, disusul dengan suara bentakannya yang melengking . "Lepas !" Bagaikan bintang meluncur jatuh, kipasnya menyabet ke arah pundak kanan Jen Pek Coan ! Secepat itu pula Jen Pek Coan membabatkan pipanya, menangkis datangnya serangan kipas, tempat bakoknya berkelebat meluncur ke pundak lawan pula ! Tapi diluar dugaan, Lie Wi Neng tiba2 menarik serangannya dengan mengedutkan sedikit tangan, serangan kipas itu balik menyabet ke atas. "Trak !" Terdengar suara beradunya dua senjata hingga mengeluarkan suara yang menggetarkan ulu hati. Jen Pek Coan merasai betapa besarnya tenaga pukulan kipas lawan, hingga hampir saja melepaskan senjatanya. Begitu senjata tertangkis, Lie Wi Neng tidak memberi kesempatan untuk lawannya bisa siap bertahan, berbarengan selagi senjata lawannya terbentur keras, cepat bagaikan halilintar,309 tangannya meluncur turun menotok pundak kanan lawan ! Pundak kanan Jen Pek Coan terasa kesemutan, sangat nyeri, tanpa bisa dihindari senjatanya terlepas dari genggamannya, mental tinggi keatas udara ! Hati Jen Pek Coan sangat gelisah, darahnya mendidih panas, sambil membentak keras jari tangan kiri yang terpentang bagai cakar elang itu menyerang ke dada lawan. Lie Wi Neng terkejut, sungguh ia tidak sangka, kalau sang lawan yang sudah tertotok masih dapat membalas mengirimkan serangan mautnya itu. Dengan gesit ia mengelak datangnya serangan itu dengan miringkan tubuh sedikit. Akan tetapi terlambat, serangan jari tangan lawan berhasil menjambret sebagian baju didadanya hingga sobek ! Kalau saja Jen Pek Coan yang tertotok serangan Lie Wi Neng tidak memiliki tenaga sinkang besar, tidak mungkin ia bisa bertahan setelah pundaknya berhasil ditotok. Tadi, begitu Jen Pek Coan merasakan pundaknya nyeri, cepat ia menahan napas serta memusatkan tenaga sinkangnya keatas tangan kiri untuk menyerang dengan cakar mautnya. Akan tetapi sial ! Ia hanya berhasil membeset robek baju lawan saja. Kakinya terasa lemas hingga jatuh duduk diatas tanah.310 Melihat bajunya sobek dicakar lawan, Lie Wi Neng jadi bertambah beringas, matanya melotot, bentaknya dingin . "Hm ! Bedebah ! Kau kira bisa bertahan sampai sepuluh jurus dengan menyobek bajuku !" Tiba2 ia melangkah maju setindak, kakinya menendang Jen Pek Coan. "Tahan, Lie kongcu !" Kuo Se Fen berseru kaget tubuhnya mencelat maju. Jen Pek Coan yang masih terduduk ditanah, begitu melihat lawan menendang dengan keras, cepat2 ia bergulingan menghindarkan ancaman bahaya maut dengan menggunakan jurus "Keledai menggelinding malas", setelah serangan tendangan lawan berhasil dielakan, ia lompat bangun lalu berkata . "Cukup ! Sudah sepuluh jurus bukan?" Ternyata jalan darah Jen Pek Coan tidak terkena totokan, ia jatuh duduk hanya karena kakinya merasa agak lemas akibat pukulan kipas diatas pundaknya. Dengan wajah cemberut dingin, Lie Wi Neng mengipas2kan dirinya, sorot matanya berpindah kearah diri Kuo Se Fen, katanya sombong . "Selanjutnya giliranmu, bukan ?" Dihina demikian, Kuo Se Fen menjadi marah, wajahnya berubah. Akan tetapi ia menyadari keadaan sangat menguatirkan, ia maklum pemuda ini memiliki ilmu kepandaian yang luar biasa tingginya hingga sukar ditaklukan. Bila mana ia311 tidak bisa memenangkan pertandingan ini habislah pamor serta nama baik partay Hay yang-pay di bawah tangannya. Untuk mengundurkan diri dari sengketa ini juga tidak mungkin, karena dirinya akan ditertawai sebagai pengecut. Setelah berpikir sejenak kemudian mengelus2 jenggotnya ia berkata . "Ya. Dengan sendirinya aku minta pelajaran darimu !" Baru saja ucapannya habis, tiba2 Goan Tian Hoat bangkit dari tempat duduknya lalu melangkah menghampiri suhunya . "Itio, untuk menghadapi bocah ini, tidak perlu itio turun tangan sendiri. Biarlah siauwte yang melayaninya lebih dulu !" Kuo Se Fen mengerutkan kening. Pikirnya . "Susiokmu sendiri bukan tandingannya, lebih2 kau, bukankah berarti hanya mengantarkan jiwa mentah2." Setelah berpikir begitu Kuo Se Fen menggelengkan kepala perlahan, katanya . "Jaga saja saudaramu baik2, biarkan aku yang turun tangan." Goan Tian Hoat bagai tidak mendengar kata2 suhunya, ia tetap berdiri tenang, katanya . "Itio bila berhadapan dengan Lie cuangcu sudah sepantasnya itio sendiri yang turun tangan. Akan tetapi untuk melayani orang she Lie dari kaum312 muda, sebagai seorang ketua dari Hay yang pay, sungguh menurunkan harga diri itio, juga akan jadi buah tertawaan kaum bulim. Biarlah siauwte saja yang mewakili diri itio !" Mendengar kata2 Goan Tian Hoat hati Kuo Se Fen tergerak, serta ber-pikir2 . Sejengkal Tanah Percik Darah Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo