Pusaka Gua Siluman 3
Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo Bagian 3
Berkali-kali Kwee Cun Gan mendesak hebat untuk membuka jalan darah, namun Auwyang Tek yang sudah dapat menduga, mencegahnya mencari kesempatan. Pemuda ini mendesak hebat, melancarkan pukulan-pukulan Hek-tok-ciang yang hawanya mempengaruhi keadaan di sekelilingnya. Liem Hoan sendiri pada suatu saat terkena sambaran angin pukulan Hek-tok-ciang, mengeluh dan terhuyung-huyung. Seorang pengawal menusuknya dengan tombak. Baiknya Liem Hoan masih dapat menguasai diri, begitu melihat tombak meluncur, ia terus melempar diri ke belakang dan melakukan gerakan poksai (bersalto) sampai tiga kali.
"Bagus...!"
Panglima pengawal yang menombaknya itu berteriak memuji Memang indah sekali gerakan Liem Hoan tadi. Dalam keadaan limbung dan lagi sedang memondong sebuah jenazah, masih dapat melakukan gerakan poksai seperti itu, benar-benar hanya dapat dilakukan oleh seorang ahli akrobat yang pandai.
Juga Kwee Cun Gan mulai terdesak hebat. Jenazah yang dipondongnya merintangi gerakannya, padahal ilmu pedangnya dari Kun Lun pai itu mengandalkan kelincahan dan kecepatan gerakan. Betapapun juga, ilmu pedangnya benar-benar lihai.
Dua kali sudah seorang pengawal mencoba-coba untuk membantu Auwyang Tek, akan tetapi tiap kali seorang pengawal maju, ia roboh terkena sinar pedang yang gemilang itu. Terpaksa pengawal-pengawal yang lain mundur tak berani sembrono mendekati pertempuran hebat itu Dua orang yang bertempur ini tingkatnya sudah terlampau tinggi sehingga hawa pukulan masing-masing saja sudah tak tertahankan oleh para pengawal.
Sementara itu, lima orang kawan Kwee Cun Gan sudah terdesak hebat oleh pengeroyokan para pengawal. Biarpun mereka inipun gagah perkasa dan setiap orang dari mereka sudah merobohkan sedikitnya tiga orang lawan sehingga di tempat itu sudah bergelimpangan tubuh para pengawal, namun fihak lawan terlampau banyak dan mereka sendiri sudah luka-luka. Jalan keluar tak mungkin dibuka, pengepungan terlampau rapat. Oleh karenanya, sebuah serampangan toya membuat ia jatuh terguling bersama jenazah anaknya yang masih itu, para anggota Tiong-gi-pai ini menjadi nekat dan bertempur mati-matian. Tingkat kepandaian mereka sedikit lebih rendah dari pada Liem Hoan dan dalam pertemputan mati-matian, seorang demi seorang dari lima anggota Tiong-gi-pai ini roboh!
Kwee Cun Gan menjadi marah dan jengkel sekali. Untuk menolong anak-anak Liem Hoan, ternyata sekarang anak-anak itu tidak tertolong malah ia kehilangan kawan-kawannya! Bukan itu saja, melihat keadaannya, agaknya dia sendiri dan Liem Hoan takkan mampu keluar dari sini. Sebetulnya dia dan Liem Hoan masih dapat mempertahankan diri oleh karena Auwyang Tek berseru kepada orang-orangnya supaya yang dua ini ditawan hidup-hidup. Setelah mengetahui bahwa yang datang adalah Kwee Cun Gan ketua Tiong-gi-pai, tentu saja Auwryang Tek menghendaki tokoh ini tertawan hidup-hidup agar ia dapat menikmati jasanya ini di depan ayahnya dan juga di depan kaisar.
Liem Hoan tak dapat mempertahankan diri lebih lama lagi. Beberapa kali jenazah Siang Lan terlepas dari pondongannya, akan tetapi untuk ke sekian kalinya ia selalu menyambar pula jenazah puterinya sambil mengamuk terus, tidak perduli akan luka-luka di tubuhnya. Hebat amukan guru silat ini sehingga sejak bertempur sedikitnya ada tujuh orang pengawal sudah dirobohkannya. Akhirnya, sebuah serampangan toya membuat ia jatuh terguling bersama jenazah anaknya yang masih dipeluknya.
Juga Kwee Cun Gan sudah payah sekali keadaannya, Kini Auwyang Tek dibantu oleh empat orang panglima pengawal yang cukup tangguh menggunakan tombak dan toya panjang mengurung dan mendesaknya. Ketua Tiong-gi-pai ini benar-benar gagah perkasa. Ia sudah lelah sekali, dan dua kali sudah pundaknya kena serempet hawa pukulan Hek-tok-ciang yang membuat ia merasa panas, namun pedangnya masih diputar cepat melindungi seluruh tubuhnya. Semua ini ia lakukan dengan memondong sebuah jenazah, benar-benar mengagumkan sekali.
"Ha-ha-ha, Kwee Cun Gan. Lebih baik kau melempar pedang dan berlutut menyerah Kalau kau menyerah kalah, takluk dan selanjutnya menunjukkan di mana adanya teman-temanmu, tentu kaisar akan mengampunimu,"
Kata Auwyang Tek mentertawakan. Namun Kwee Cun Gan tidak menjawab, melainkan memainkan pedangnya lebih cepat lagi sehingga seorang pengawal roboh terbabat pedang, putus pinggangnya berikut tombak yang tadi dipegangnya!
"Setan, kau benar-benar sudah bosan hidup!"
Seru Auwyang Tek marah sekali dan secepat kilat ia mengerjakan kedua tangannya, bergantian melancarkan pukulan Hek-tok-ciang ke arah lawannya. Saking marahnya, Auwyang Tek tidak perduli lagi apakah ketua Tiong-gi-pai itu akan mati terkena pukulannya. Sudah terlalu banyak pengawal tewas dalam pertempuran ini.
Pada saat itu, Kwee Cun Gan sedang menangkis serangan dari kanan kiri dengan memutar-mutar pedangnya menjadi sinar melebar dari kanan ke kiri. Ketika pukulan Auwyang Tek mencuit bunyi anginnya menyambar dari depan, ia cepat mengumpulkan tenaganya melakukan gerakan menangkis. Namun ia sudah terlalu lelah dan pukulan bertubi-tubi itu terlalu kuat. Biarpun Kwee Cun Gan berhasil menyelamatkan diri sehingga pukulan itu tidak tepat mengenai dadanya, namun hawa pukulan yang dahsyat itu membuatnya limbung.
Sodokan tombak yang hendak memasuki perutnya masih dapat ia tangkis dengan pedang sehingga tombak itu patah tengahnya, namun serampangan toya besi pada kakinya tak dapat ia hindarkan lagi dan ia roboh terguling dengan pedang masih di tangan. Namun dalam robohnya Kwee Cun Gan masih berusaha menyelamatkan diri, cepat ia bergulingan menjauhkan diri dari musuh-musuhnya dan terpaksa ia melepaskan jenazah Kui Lan yang tak dapat dipertahankannva lagi. Sambil tertawa-tawa mengejek Auwyang lek melangkah maju perlahan lahan menghampiri Kwce Cun Gan.
Pada saat itu, terdengar suara ketawa bergelak-gelak. Suara ini datangnya dari jauh akan tetapi demikian nyaring sehingga suara ketawa Auwyang Tek tertindih. Auwyang Tek tertegun, sejenak mengira bahwa gurunya yang datang. Gurunya, Tok-ong Kai Song Cinjin adalah seorang sakti yang kadang-kadang kalau ketawa juga mendatangkan pengaruh luar biasa sekali. Akan tetapi ia tahu betul bahwa pada saat itu gurunya sedang pergi ke Tibet, baru dua pekan perginya, mana mungkin sudah kembali? Betapapun juga, suara ketawa itu membuat Auwyang Tek berhenti sebentar dan
(Lanjut ke Jilid 03)
Pusaka Gua Siluman (Cerita Lepas)
Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Jilid 03
melupakan Kwee Cun Gan. Ternyata suara ketawa inilah yang menolong nyawa ketua Tiong-gi-pai itu karena kalau tidak tentu ia akan mati dalam tangan Auwyang Tek dan anak buahnya.
Selenyapnya gema suara ketawa, terdengar bentakan keras.
"Siokhu (paman), siauwtit (keponakan) datang membantu!"
Auwyang Tek tertegun karena entah dari mana datangnya tahu-tahu di depannya menghadang seorang kakek botak tua sekali yang membawa sebuah guci tuak. Begitu ia muncul, di sekitar tempat itu berbau tuak yang amat wangi dan keras. Kakek ini tertawa dan ternyata suara ketawa tadi adalah suaranya, ketawanya lembut namun nyaring menusuk telinga dan ketika ia tertawa, bau arak makin menyengat hidung sampai beberapa orang pengawal terbatuk-batuk, padahal mereka itu bukanlah orang-orang yang tidak doyan arak.
Akan tetapi bau arak ini benar-benar amat kerasnya. Hanya Auwyang Tek yang Iweekangnya sudah tinggi masih dapat menahan, dan ia marah sekali melihat kakek ini. Sebelum ia menegur, melayanglah dari atas bayangan seorang pemuda berpakaian sasterawan yang halus gerak-geriknya, di tangan kanannya nampak sebatang pedang panjang. Begitu pemuda itu turun, ia diserbu oleh para pengawal, akan tetapi sekali pedang berkelebat empat orang pengawal roboh dengan senjata patah-patah.
Auwyang Tek maklum bahwa ada orang pandai hendak menolong ketua Tiong-gi-pai, maka cepat ia berseru keras sainbil melancarkan pukulai Hek-tok-ciang sekuatnya ke arah kakek itu. Pukulan ini bukan main kerasnya sehingga pemuda yang baru turun itu nampak terkejut sekali dan melompat ke samping agar jangan terkena hawa pukulan yang luar biasa itu. Akan tetapi kakek yang dipukul itu tersenyum saja, guci arak yang berukir-kan gambar naga itu diangkat tinggi lalu dituang-nya ke mulutnya, setelah itu ia menyemburkan arak ke depan.
Semua ini dilakukan dengan gerakan lembut namun terjadi amat cepatnya. Semburan arak ini mengandung kekuatan khikang yang tidak terukur kuatnya, namun ternyata pukulan Hek-tok-ciang itu tertahan. Hawa pukulan itu tidak kelihatan, yang kelihatan hanyalah uap arak yang disemburkan itu terhenti di tengah-tengah untuk sesaat lalu maju lagi mengejar Auwyang Tek!
Karuan saja pemuda putera menteri itu kaget sekali. Maklum menghadapi seorang lawan tangguh ia cepat memutar tubuh dan melompat keluar dari ruangan itu, dikejar oleh uap arak! Akan tetapi sekejap mata Auwyang Tek sudah lenyap dari situ ditelan kegelapan malam. Juga para pengawal melihat tuan mudanya lari, berserabutan lari tergesa-gesa.
Kakek botak itu tertawa lalu menyambar tubuh Liem Hoan yang pingsan dengan jenazah Siang Lan. Adapun pemuda sasterawan yang tampan sekali itu memanggul tubuh Kwee Cun Gan yang patah tulang kakinya, tidak lupa mengempit jenazah Kui Lan. Dengan cepat sekali, kakek dan pemuda itu berkelebat dan lenyap dari ruangan yang segera menjadi sunyi itu.
Pemuda tampan berpakaian sasterawan itu bukan lain adalah Kwee Tiong, seorang pemuda yatim piatu keponakan Kwee Cun Gan. Kwee Tiong ini adalah putera Kwee Hai kakak Kwee Cun Gan, dan dahulunya juga seorang patriot pejuang yang gagah perkasa di samping isterinya, seorang murid Siauw-lim yang gagah pula. Suami isteri yang gagah ini gugur di medan juang meninggalkan Kwee Tiong yang menjadi sebatangkara dan yatim piatu. Kwee Cun Gan yang tidak menikah dan tidak mempunyai anak, lalu merawat Kwee Tiong dan memberi pelajaran ilmu surat kepada bocah itu sehingga Kwee Tiong berhasil menempuh ujian dan menjadi siucai.
Akan tetapi Kwee Cun Gan tidak memberi pelajaran ilmu silat kepada keponakannya ini, bukan karena ia tidak mau menurunkan ilmunya, melainkan karena ia ingin mencarikan guru yang pandai untuk keponakan yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri itu. Akhirnya, ketika Kwee Tiong berusia empat belas tahun, tercapailah cita-cita Kwee Cun Gan ini dan ia berhasil mencari Pek Mao Lojin seorang kakek tua tokoh pantai timur yang sakti. Melihat Kwee Tiong, kakek itupun suka menjadi gurunya, bahkan kakek pemabokan yang luar biasa ini bersimpati kepada Tiong-gi-pai. Demikianlah Kwee Tiong dibawanya ke pantai timur dan mendapat gemblengan ilmu silat tinggi oleh gurunya, Pek Mao Lojin.
Pada malam hari itu, kebetulan sekali Kwee Tiong pulang ke Nan-king untuk menjenguk pamannya yang sudah lima tahun ia tinggalkan la datang bersama suhunya. Ketika tiba di kuil tua ia mendapat kabar bahwa pamannya itu sedang menyerbu ke istana Auw-yang-taijin. Maka ia segera menyusul bersama gurunya dan berhasil menolong Kwee Cun Gan dan Liem Hoan pada saat yang tepat.
Pada keesokan harinya, mayat lima orang anggauta Tiong-gi-pai digantung oleh Auwyang Tek di tengah-tengah tempat ramai agar semua orang melihatnya dan membuat gentar mereka yang memusuhi golongannya atau golongan ayahnya. Akan tetapi, juga di tempat yang ramai ini Kwee Tiong bersama suhunya memperlihatkan kepandaian, berhasil merampas lima jenazah itu yang dibawa lari keluar kota.
"Kwee-sicu harap jangan gegabah,"
Berkata Pek Mao Lojin memberi nasihat kepada Kwee Cun Gan setelah mengobati bekas pukulan Hek-tok-ang yang membuat tubuh ketua Tiong-gi-pai itu sedikit banyak kemasukan hawa beracun. Pihak kaum bangsawan korup seperti Auwyang Peng itu tidak holeh dipandang ringan. Selain mereka telah berhasil mempengaruhi kaisar, juga mereka ini dibantu oleh golongan shia pai (partai kotor) yang mempunyai banyak tokoh besar. Lohu tadinya mendengar bahwa Tok ong Kai Song Cinjin. itu raja racun dari Tibet sudah pula turun gunung dan membantu golongan kan-sin (menteri dorna) yang didukung oleh para ok pa (hartawan jahat), dan terus terang saja lohu masih kurang percaya. Masa seorang tokoh besar sakti seperti Tok-ong sudi diperalat oleh orang-orang yang berkedudukan dan beruang. Akan tetapi, melihat Hek-tok-ciang dari orang -muda tadi, keraguanku lenyap. Hanya Tok-ong yang bisa mengajarkan ilmu pukulan sejahat itu."
"Memang benar apa yang diucapkan oleh locianpwe. Siauwte sudah mendengar bahwa Auwyang Tek putera Menteri Auwyang itu adalah murid Tok-ong Kai Song Cinjin,"
Jawab Kwee Cun Gan.
Pek Mao Lojin mengangguk-anggukkan kepalanya yang botak.
"Berbahaya sekali! Kalau Si Raja Racun itu kebetulan berada di sana, biarpun aku pertaruhkan kepalaku yang botak, sicu takkan dapat tertolong. Mulai sekarang harap sicu jangan mencari perkara dengan mereka. Memang harus menolong rakyat, akan tetapi hal ini dapat dilakukan secara sembunyi, jangan menentang mereka secara berterang sebelum fihak kita cukup kuat. Pula, lohu mendengar bahwa keadaan di Peking lebih baik, kalau Kaisar Thai Cu di sini terpengaruh oleh para kan-sin. sebaliknya para tiong-sin (menteri bijaksana) sebagian besar mengungsi ke utara untuk membantu raja muda di sana yang bijaksana. Kalau demikian halnya, bukankah lebih baik sicu sekalian membantu bintang baru yang gemilang dari pada menunggu bulan yang sudah tertutup mendung?"
"Locianpwe bicara tepat sekali, terima kasih banyak atas segala petunjuk dan pertolongan locianpwe. Akan tetapi siauwte dan kawan-kawan tidak tega meninggalkan rakyat selatan yang terhisap oleh lintah-lintah darat, buaya-buaya yang sekarang menjadi pembesar korup itu. Kami tidak akan bertindak secara berterang, akan tetapi kalau kami dapat membujuk orang-orang gagah dan menundukkan orang-orang sesat dari partai shia-pai, itupun merupakan bantuan yang besar artinya untuk mengangkai nasib rakyai dari lembah penindasan."
Setelah memberikan janjinya untuk mendukung pergerakan Tiong-gi-pai dan untuk kelak kalau perlu menyumbangkan tenaga di bawah pimpinan Souw-taihiap yang masih dicari-cari, Pek Mao Lojin lalu mengajak pergi muridnya. Mereka hanya berkumpul tiga hari tiga malam dengan orang-orang Tiong-gi-pai. Yang paling berduka adalah Liem Hoan. Selain kehilangan dua orang puterinya. juga Liem Han Sin tidak diketahui ke mana perginya.
"Jangan-jangan puteraku itu menjadi korban pula..."
Keluhnya.
"Kurasa tidak demikian,"
Kwee Cun Gan menghibur.
"kalau belul puteramu itu tewas, tentu jenazahnya akan digantung pula seperti jenazah kawan-kawan lain. Agaknya puteramu itu dapat melarikan diri."
Akan tetapi sepekan kemudian, pada menjelang tengah malam, Liem Hoan terbangun dari tidurnya mendengar seruan puteranya.
"Ayah......!"
La mengira sedang mimpi, akan tetapi alangkah herannya ketika ia melihat wajah Liem Han Sin di luar jendela tersenyum kepadanya. Ketika ia melompat ke jendela, ia mendengar angin menyambar dan bayangan puteranya lenyap. Cepat ia menyalakan lilin dan..... di atas meja dalam kamar itu telah terdapat coretan-coretan huruf dengan tinta hitam yang indah sekali gayanya. Itulah empat baris sajak yang berbunyi demikian:
Bertemu menteri dorna, menderita sakit hati seluas lautan
Putera tunggal bertemu jodoh penuntun ke arah kemajuan
Peristiwa suka dan duka sudah ditentukan Thian
Ayah dan putera lima tahun lagi adakan pertemuan
Membaca tulisan ini, Liem Hoan menjadi terhibur. Ia maklum bahwa puteranya telah bertemu guru yang sakti dan puteranya itu akan dibawa selama lima tahun untuk menjadi murid guru itu. Hanya sayangnya, ia tidak tahu siapakah gerangan orang sakti yang membawa pergi puteranya. Akan tetapi ketika Kwce Cun Gan melihat tulisan ini, pendekar ini berseru kaget dan hampir tidak percaya akan apa yang dilihatnya.
"Betul-betul diakah yang datang? Aneh dan hampir tak masuk di akal!"
Katanya.
"Siapakah dia itu?"
Liem Hoan bertanya tak sabar.
Kwee Cun Gan menggeleng-geleng kepalanya.
"Aku belum berani memastikan bahwa beliau yang menulis sajak ini, akan tetapi coba lihat saja. Biarpun huruf-huruf ini ditulis dengan pit bulu, akan tetapi bekas bulu menggurat dalam-dalam pada meja tanda bahwa penulisnya adalah seorang ahli Iweekeh yang jarang tandigannya, dapat membuat bulu pit menjadi seperti kawat kerasnya. Pula, bentuk huruf ini aneh, tintanya mendoyong dan menyiprat ke kanan kiri demikian rata seperti ditiup atau dikipasi selagi masih basah. Akan tetapi cipratannya demikian rata seperti kembang. Di dunia ini hanya ada seorang tokoh saja yang sudah terkenal dengan senjata anehnya, pit dan kipas ... akan tetapi ia kabarnya menghilang di luar daratan, di antara pulau-pulau kosong di lautan. Bagaimana dia bisa muncul di sini..........?"
Liem Hoan nampak kaget.
"Apakah yang kau maksudkan itu locianpwe Im-yang Thian-Cu...?"
Kwee Cun Gan mengangguk, kalau berkata.
"Kau beruntung, saudara Liem. Kalau betul puteramu itu menjadi murid beliau, benar-benar penasaranmu telah terobati. Pada masa ini, kedudukan Im-yang Thian-cu amat tinggi, kiranya tidak kalah saktinya kalau dibanding dengan Pek Mao-Lojin yang menjadi guru keponakanku."
Demikianlah, hati Liem Hoan agak terhibur dan ia mengharapkan puteranya kelak akan menjadi orang pandai dan selain dapat membalaskan sakit hatinya, juga dapat menjadi pahlawan rakyat yang patriotik. Dan demikian pula "perkenalan"
Pertama antara fihak Tiong-gi-pai dengan fihak Auwyang-taijin dan semenjak itu. Auwyang-taijin mengerahkan seluruh orangnya untuk menyelidiki dan mengawasi gerak gerik perkumpulan ini.
Setahun telah lewat dan Liem Hoan kini menjadi anggauta Tiong-gi-pai yang biarpun berdiri dalam rahasia, makin lama makin banyak pendukungnya yang terdiri dari orang-orang kang-ouv yang merasa prihatin melihat kesengsaraan rakyat di bawah penghisapan lintah-lintah darat berupa pembesar-pembesar korup.
Karena sudah mendapat petunjuk dari Pek Mao Lojin, Kwee Cun Gan membatasi gerakannya dengan membantu rakyat yang membutuhkan pertolongan, juga ia telah mengadakan hubungan dengan Raja Muda Yung Lo, putera selir dari Kaisar Thai Cu yang mendapat tugas menjaga tapal batas utara. Raja Muda Yung Lo juga melarang orang-orang gagah memusuhi ayahnya, karena maklum bahwa ayahnya itu pada dasarnya seorang patriot, hanya pada waktu ini terpengaruh oleh para kan-sin (menteri dorna). Raja Muda Yung Lo di Peking hanya minta kepada Kwee Cun Gan supaya berusaha mencari Souw Teng Wi, bahkan menjanjikan hadiah seribu tail emas bagi siapa yang dapat membawa Souw Teng Wi, menghadap kepadanya.
Di lain fihak, Auwyang-taijin juga menjanjikan hadiah lebih besar lagi, yaitu duaribu tail dan kedudukan tinggi bagi siapa yang dapat membawa ia "pemberontak"
Souw Teng Wi! Dari dua janji ini saja dapat diukur bagaimana pentingnya seorang seperti pahlawan Souw Teng Wi itu. Kurang lebih setahun setelah peristiwa yang di alami oleh keluarga Liem di kota raja. Seperti sudah diceritakan, selama itu Liem Hoan menjadi anggauta setia dari Tiong-gi-pai. la bekerja dengan baik, menjadi kepercayaan Kwee Cun Gan sendiri.
Pada Suatu hari Liem Hoan yang melakukan penyelidikan tentang Souw Teng Wi tiba di kota Ki-liang. la pergi bersama seorang anggauta Tiong-gi-pai yang dulu pernah menjadi anak buah Souw-taihiap ketika berjuang melawan penjajah Mongol. Secara kebetulan sekali mereka bertemu dengan Lo Houw yang berjalan tergesa-gesa. Thio Sek Eng, kawan Liem Hoan itu mengenal Lo Houw bekas kawan seperjuangannya dan cepat menegur.
"Lo Houw, kau hendak ke mana?"
Lo Houw terkejut akan tetapi menjadi girang ketika mengenal Thio Sek Eng. Segera dua orang kawar, lama ini bercakap-cakap.
"Lo Houw, tahukah kau di mana adanya tai-hiap sekarang?"
Tanya Thio Sek Eng serta-merta.
"Akupun sedang mencarinya,"
Jawab Lo Houw, kemudian dengan suara perlahan ia melanjutkan.
"Juga Haminto Losu dan Souw-siocia mencarinya..."
Tiba-tiba ia menghentikan kata-katanya dan nampak menyesal sambil melirik ke arah Liem Hoan yang tak dikenalnya. Lo Houw merasa sudah bicara terlalu banyak.
"Apa kau bilang Haimnto Losuhu datang ke selatan bersama Souw-siocia....? Souw-siocia yang mana? Apakah benar isteri taihiap sudah mempunyai anak perempuan?"
Didesak demikian itu Lo Houw menjadi bingung.
"Aku.... hanya mendengar berita angin saja, benar tidaknya entahlah"
Kemudian dengan tergesa gesa ia minta diri dan pergi tanpa dapat ditunda lagi. Mendengar berita itu. Liem Hoan dan Thio Sek Eng cepat-cepat memberi kabar kepada Kwee Cun Gan yang menjadi girang sekali,
"Kita harus mencari orang tua itu, dia mertua Souw-taihiap dan terutama sekali puteri Souw-taihiap harus kita lindungi Kalau fihak shia-pai dan para kaki tangan kan-sin (menteri dorna) tahu bahwa Souw-taihiap mempunyai seorang puteri, mereka tentu akan mencoba untuk mengganggunya. Lekas panggil kawan-kawan untuk berkumpul malam nanti di Bukit Ratu Menara!"
Demikianlah, pada malam hari itu beberapa belas orang gagah para anggauta Tiong-gi-pai berkumpul di sebuah bukit di mana terdapat batu karang-batu karang yang bentuknya seperti menara. Malam itu bulan hanya muncul sepotong kecil saja, namun orang-orang gagah ini membuat api unggun besar sehingga keadaan di bukit itu menjadi terang. Tempat pertemuan mereka adalah di tempat terbuka, tempat duduk mereka hanya batu-batu gunung. Seorang demi seorang datang dan tanpa banyak cakap mereka mencari tempat duduk di sekeliling api unggun. Selelah cukup empat belas orang anggauta Tiong-gi-pai yang tergolong para pemuka berkumpul, Kwee Cun Gan yang memimpin pertemuan itu berkata,
"Kawan-kawan, kita berkumpul untuk membicarakan tiga hal yang amat penting. Pertama-tama adanya berita buruk bahwa para dorna telah membawa-bawa hongsiang (kaisar) sehingga beliau kena mereka pengaruhi dan menganggap Tiong-gi-pai sebagai partai pemberontak. Sekarang, thaicu (putera mahkota) sendiri yang mengepalai para suwi (pahlawan istana) berusaha menangkap kita, dibantu oleh Auw yang-taijin dan kaki tangannya."
"Ah, tidak aneh!"
Tiba-tiba seorang hwesio berkata lantang dan marah.
"Thaicu bukan manusia baik-baik, segolongan dengan manusia-manusia macam Auwyang Tek dan ayahnya!"
Hwesio yang usianya tiga puluh tahun lebih itu adalah Thian Le Hosiang, seorang anak murid Siauw-lim-pai yang menggabung pada Tiong-gi-pai karena bersimpati dengan usaha orang-orang gagah ini.
"Sudah banyak pinceng mendengar berita buruk tentang keganasan pangeran sulung itu."
Kwee Cun Gan menarik napas panjang.
"Memang sayang sekali, semenjak bergaul dengan Auwyang Tek, thaicu menjadi tersesat. Benar-benar merupakan awan gelap bagi Kerajaan Beng, mempunyai calon junjungan seperti itu. Akan tetapi kita tidak perlu takut, karena kita berada di fihak benar. Sekarang soal ke dua yang lebih menggembirakan. Raja Muda Yung Lo yang mulia telah berkenan mengirim utusan dari utara dan kabarnya pada malam hari ini akan tiba di sini Kita bersiap untuk menyambut utusan agung itu."
Mendengar ini, semua orang kelihatan gembira. Berbeda sekali dengan putera sulung atau thaicu (putera mahkota) Kerajaan Beng, Raja Muda Yung Lo yang menjabat kedudukan raja muda di Peking itu adalah seorang gagah lahir batinnya, karenanya menentang pembesar-pembesar bawahan ayahnya sendiri yang korup dan menindas rakyat. Karena didesak oleh para dorna yang meminjam tangan kaisar, kini Tiong-gi-pai berpaling ke utara dan minta bantuan raja muda itu. Dengan gembira empat-belas orang itu bercakap-cakap membicarakan hal ini dan menduga-duga siapa gerangan yang dijadikan utusan Raja Muda Yung Lo.
"Di utara terdapat banyak sekali orang gagah,"
Kata Liem Hoan guru silat akrobat yang sering kali merantau ke utara.
"Dan dengan adanya raja muda bijaksana, tentu mereka semua serempak membantu beliau. Dapat diduga bahwa utusan itu tentulah seorang yang berilmu tinggi."
Setelah cukup mempercakapkan persoalan ini, Kwee Cun Gan bicara tentang soal ke tiga. Wajahnya berubah keren dan sungguh-sungguh ketika ia berkata.
"Kawan-kawan, setelah lama mencari-cari kini ada sedikit berita mengenai keluarga Souw-taihiap."
Suara berisik orang-orang itu tiba-tiba terhenti dan semua telinga mendengarkan penuh perhatian.
"Silahkan saudara Thio Sek Eng menceritakan pertemuannya dengan Lo Houw."
Kata pula Kwee Cun Gan.
Thio Sek Eng yang duduk di dekat Liem Hoan lalu bercerita.
"Lo Houw adalah bekas kawan seperjuanganku ketika kami dahulu berjuang di bawah pimpinan Souw-taihiap. Kemarin ketika aku dan Liem lo-enghiong berada di Ki-liang, kami melihat Lo Houw berjalan dan cepat aku tanya dia tentang Souw-taihiap. Dari Lo Houw inilah aku mendengar bahwa Haminto Losu, ayah mertua Souw-taihiap seorang tokoh Bangsa Hsi-sia. telah masuk ke Tiong-goan bersama cucu perempuannya, puteri Souw-taihiap, untuk mencari Souw-tai hiap pula."
"Di mana mereka berada sekarang?"
Serentak orang-orang bertanya.
"Itulah sayangnya. Lo Houw tergesa-gesa dan segera berlari pergi, tak sempat memberi tahu dengan Jelas."
Semua orang juga merasa sayang dan menyesal karena mendengar berita tentang puteri Souw-taihiap, semua orang ingin bertemu dengan puteri pendekar besar itu.
"Betapapun juga, kita sudah mendengar bahwa Souw-taihiap mempunyai seorang anak perempuan, dan lebih penting lagi, anaknya itu bersama kongkongnya sekarang telah berada di Tiong-goan (pedalaman Tiongkok). Oleh karena itu kita jangan kurang waspada, harus memberi tahu kepada seluruh kawan kita untuk membuka mata dan telinga, di mana saja mendengar adanya Souw-sio-cia, kita harus segera mendapatkannya dan melindunginya,"
Kata Kwee Cun Gan.
Tiba tiba Kwee Cun Gan dan Thian Le Hosiang serentak berdiri, wajah mereka tegang memandang ke arah selatan. Di antara semua yang hadir Kwee Cun Gan memiliki kepandaian yang paling tinggi, kemudian menyusul Thian Le Hosiang murid Siauw-lim-pai itu. Oleh karena itu, hanya dua orang ini yang lebih dulu mendengar sesuatu yang mencurigakan.
"Heh-heh-heh, orang-orang gagah berkumpul mengelilingi api unggun, sungguh menarik dan asyik. Heh-heh-heh!"
Tiba-tiba terdengar suara ini dan Muncullah seorang gundul tua yang menggandeng tangan seorang dara cilik yang berpipi merah. Orang gundul ini bukan lain adalah Bu Lek Hwesio dan dara cilik itu tentu saja Souw Lee Ing. Sebelum datang ke tempat ini, lebih dulu Bu Lek Hwes o menotok ya-hiat di leher gadis itu sehingga seketika Souw Lee Ing kehilangan suaranya dan menjadi gagu! Kemudian ia memegang pergelangan lengan gadis itu dengan erat. Lee Ing tentu saja kaget sekali, juga heran mengapa orang gundul yang katanya hendak menjadi gurunya, juga hendak membawanya kepada ayahnya ini tahu-tahu mengandung maksud yang tidak baik, buktinya telah menotoknya dan memegang lengannya demikian erat. Mau apakah orang gundul ini, akan tetapi Lee Ing tidak berdaya, tidak kuasa berteriak, tidak dapat bergerak. terpaksa melangkah dan menurut saja sambil memandang ke arah orang-orang yang duduk mengelilingi api.
Mendengar suara Bu Lek Hwesio, orang-orang di situ menjadi kaget dan menoleh. Liem Hoan yang duduknya paling dekat, memutar tubuh dan meraba gagang pedangnya, akan tetapi hwes o gundul itu hanya tertawa-tawa saja.
"Kawan-kawan, tenang jangan bergerak!"
Kata Kwee Cun Gan yang merasa khawatir kawan-kawannya akan turun tangan secara lancang. Kemudian ia menjura ke arah hwesio itu dan berkata.
"Losuhu yang baru datang ini siapakah dan apakah ada keperluan penting?"
Bu Lek Hwesio tertawa lagi.
"Heh-heh-heh pinceng Bu Lek Hwesio, ingin bertemu dengan Kwee Cun Gan ketua Tiong-gi-pai. Bukankah kalian ini anggauta-anggauta Tiong-gi-pai? Heh-heh-heh."
Mendengar pertanyaan ini. tahulah semua orang bahwa hwesio yang baru datang ini belum kenal Kwee Cun Gan, maka Liem Hoan cepat melangkah maju dan berkata.
"Losuhu ada keperluan apa mencari Kwee pangcu (ketua Kwee) Memang kami orang-orang Tiong-gi-pai dan kalau ada keperluan, cukup losuhu bicara dengan kami untuk disampaikan kepada ketua kami."
Liem Hoan mendahului kawan-kawannya karena ia berlaku hati-hati tidak ingin Kwee Cun Gan dikenal orang luar. Bu Lek Hwesio memandang tajam kepada Liem Hoan dan matanya menyapu ke arah pedang yang tergantung di pinggang guru silat itu. Ia pernah mendengar bahwa Kwee Cun Gan adalah seorang setengah tua yang berpakaian sederhana, berjenggot panjang dan selalu membawa pedang, persis seperti orang yang kini berdiri tegak di depannya ini. Akan tetapi Bu Lek Hwesio masih ragu-ragu dan cepat ia mendorong dengan tangan kirinya ke arah dada Liem Hoan sambil berkata.
"Pergilah!"
Liem Hoan adalah seorang yang kepandaian silatnya sudah tinggi menghadapi dorongan dari jarak dua meter ini ia maklum bahwa hwesio itu seorang ahli Iweekeh, maka cepat ia menangkis dengan tangannya. Akan tetapi, tetap saja dorongan angin pukulan yang dahsyat membuat kuda-kudanya tergempur dan tubuh Liem Hoan terhuyung mundur sampai tiga tindak tanpa dapat la cegah lagi.
"Heh-heh-heh-heh, kau bukan Kwee Cun Gan!"
Kata Bu Lek Hwesio tertawa mengejek dan maklumlah Liem Hoan dan yang lain-lain bahwa hwesio ini tadi hanya mencoba tenaga saja. Namun Liem Hoan yang merasa terhina menjadi marah. dicabutnya pedang dari pinggangnya dan cepat ia menyerang dengan tusukan ke leher hwesio itu.
Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bagus, ilmu pedangmu tidak buruki"
Seru Bu Lek Hwesio sambil mengelak ke kanan, akan tetapi dengan amat cepatnya Liem Hoan memutar pedang melakukan serangan membacok. Dan pada saat itu Souw Lee Ing biarpun tak dapat bersuara dan lengan kirinya sudah dipegang erat-erat, melihat ada orang menempur hwesio ini, tidak mau menyia-nyiakan kesempatan baik dan mengirim tendangan dengan kakinya ke arah lutut Bu Lek Hwesio,hal yang tak disangka sama sekali oleh Bu Lek Hwesio.
Biarpun kepandaian Lee Ing belum tinggi namun dara cilik ini pernah menerima gemblengan Haminto Losu dan tendangan merupakan kepandaian istimewa dari Haminto Losu, maka tendangan Lee Ing ini bukan tidak berbahaya. Apa lagi gerakan pedang dari Liem Hoan juga cepat dan mantap. Dengan marah. Bu Lek Hwesio menyendal tangan Lee Ing sehingga tubuh gadis itu terayun, tendangannya gagal dan kini tubuh gadis itu dipergunakan oleh Bu Lek Hwesio untuk menangkis datangnya pedang Liem Hoan yang membacok ke arahnya.
Datangnya pedang dan tubuh demikian cepat sehingga biarpun Liem Hoan menjadi amat kaget, namun ia tak kuasa menarik kembali pedang itu. Agaknya tak dapat dicegah lagi tubuh dara cilik itu tentu akan terbacok pedang.
"Traaanggg...!"
Pedang terpental dari tangan Liem Hoan dan menancap di atas lantai, bergoyang-goyang gagangnya. Liem Hoan mencelat mundur dan memandang kepada Kwee Cun Gan yang kini sudah berdiri dengan tenang. Pedangnya tetap berada di punggungnya, akan tetapi semua orang tadi melihat betapa dengan kecepatan kilat Kwee Cun Gan sudah menangkis pedang Liem Hoan lalu menyarungkan lagi pedang itu.
"Bagus sekali kiam-hoat itu."
Bu Lek Hwesio memuji melihat gerakan tadi, kemudian "sett...
sett.."
Kedua kakinya melangkah maju ke arah Kwee Cun Gan dan kembali tangan kirinya mendorong ke depan, ke arah dada ketua Tiong-gi-pai itu.. Kwee Cun Gan tidak mengelak maupun menangkis, melainkan mengerahkan khikangnya bertahan. Hawa pukulan Bu Lek Hwesio membalik ketika bertemu dengan sinkang yang dikerahkan oleh Kwee-pangcu, membuat Bu Lek Hwesio merasa telapak tangan kirinya tergetar.
"Heh-heh-heh-heh..."
Ia tertawa terkekeh girang sekali.
"Lweekangmu tinggi, kiam-hoatmu indah, tidak bisa lain, kaulah tentu orangnya yang bernama Kwee Cun Gan ketua Tiong-gi-pai yang pinceng cari!"
Mendengar ini, untuk sejenak Kwee Cun Gan berdebar hatinya. Inikah utusan Raja Muda Yung Lo? Mengapa begini macamnya? Ah. tak mungkin raja muda itu mengutus seorang kasar dan sombong macam ini!.
"Benar, aku bernama Kwee Cun Gan. Losuhu ini datang-datang membuat ribut ada urusan apakah dengan aku orang she Kwee?"
Katanya terus terang.
"Heh-heh, baru saja pinceng mendengar kalian bicara tentang anak perempuan Souw Teng Wi. Nah, pinceng datang untuk menyerahkan anak perempuan Souw Teng Wi yang kalian bicarakan itu. Heh-heh-heh!"
Ia berkata demikian sambil mendorong Lee Ing ke depan, akan tetapi pergelangan tangan kiri gadis itu masih dipegangnya, kini lebih erat lagi. Semua orang terkejut dan serentak mereka bersiap-siap.
"Lepaskan dia!"
Teriak beberapa orang yang sudah mencabut pedang dan senjata lain.
"Heh-heh, gentong-gentong kosong! Kalian mau apa?"
Bu Lek Hwesio mengejek sambil memencet pergelangan tangan Lee Ing lebih keras sehingga gadis itu mukanya mengernyit kesakitan.
"Saudara-saudara, tahan senjata!"
Kwee Cun Gan berseru, mukanya berubah pucat ketika ia memandang kepada Lee Ing. Kemudian kepada Bu Lek Hwesio ia berkata.
"Losuhu, bagaimana kami dapat yakin bahwa nona ini benar-benar Souw-siocia?"
Bu Lek Hwesio sambil terkekeh-kekeh lalu menggerakkan tangan membebaskan totokan pada leher Lee Ing. Dara ini biarpun merasa lehernya masih sakit dan serak, cepat berkata.
"Cu-wi jangan percaya pada hwesio ini. Dia penipu, katanya hendak membawa aku kepada Souw Teng Wi, ternyata dia malah menawanku. Serang saja dia!"
Akan tetapi Kwee Cun Gan yang menjadi girang, juga kaget mendengar pengakuan gadis itu. cepat berkata kepada Bu Lek Hwesio.
"Bu Lek Hwesio, kau datang membawa Souw-siocia kepada kami dengan maksud bagaimanakah?"
"Heh-heh Kwee Cun Can. Jangan kira aku menghendaki uang hadiah. Pinceng datang dengan maksud baik, mengadakan pertukaran yang adil. Pinceng hendak menukarkan bocah ini dengan Lian-cu-sam-kiam (Ilmu Pedang Tiga Tikaman Berantai)."
Kwee Cun Gan terkejut sekali. Di antara ilmu pedang Kun-lun-pai, terdapat tujuh belas ilmu pedang yang paling lihai dan jarang sekali ada anak murid Kun-lun-pai mampu memainkan. Dan Lian-Su-sam-kiam adalah tiga di antara tujuh-belas yang paling lihai itu, yang merupakan inti ilmu pedang Kun-lun-pai dan yang selama ini mengangkat nama besar Kwee Cun Gan. Biarpun namanya hanya ""Tiga Tikaman Berantai"
Namun setiap tikaman mengandung dua belas pecahan sehingga ilmu pedang ini seluruhnya ada tiga puluh enam jurus yang sukar dilawan. Bagaimana ia dapat memberikan ilmu ini begitu saja kepada seorang hwesio yang dari gerak-geriknya dapat diketahui bukan orang baik-baik?
"Lopek (paman tua), jangan dengarkan omongannya! Serang dan bunuh dial"
Lee Ing berseru sambil meronta-ronta, tidak perduli tangannya terasa sakit sekali. Orang-orang Tiong-gi-pai dibangunkan semangatnya oleh suara Lee Ing ini. juga mereka menganggap permintaan hwesio itu kurang ajar, dan tidak patut, maka Serentak mereka bangkit. Thian Le Hosiang yang tinggi kepandaiannya sudah memutar toyanya hendak menyerang. Akan tetapi, sambil menggereng marah Bu Lek Hwesio menggerakkan tangan dan tubuh Lee Ing kembali terayun, diputar-putar seperti kitiran cepatnya, dipergunakan sebaga senjata!
"Cu-wi enghiong, jangan perdulikan aku. Serang dia! Bunuh dia. biar aku matipun tidak apa!"
Benar-benar hebat semangat bocah perempuan itu. Dia diputar-putar, selain lengannya sakit sekali rasanya, juga kepalanya menjadi pening, namun ia masih dapat memberi dorongan semangat kepada orang-orang Tiong gi pai. Menyaksikan kegagahan luar biasa ini. hati Kwee Cun Gan yang tadinya masih meragukan apakah betul bocah itu puteri Souw Teng Wi. kini menjadi percaya dan yakin. Hanya keturunan orang gagah luar biasa yang memiliki nyali dan semangat seperti dara remaja itu.
"Tahan!"
Serunya keras.
"Bu Lek Hwesio. aku terima syaratmu!"
Bu Lek Hwesio tertawa terkekeh-kekeh, lalu melepaskan tubuh Lee Ing. Begitu dilepas, Lee Ing terhuyung-huyung karena masih pusing. Tanah yang diinjaknya berputaran seperti ada gempa bumi besar.
"Bagus. Kwee Cun Gan. Lekas keluarkan Lian-cu-sam-kiam itu untuk pinceng lihat!"
Kwee Cun Gan dengan terpaksa lalu menyuruh kawan-kawannya pergi. Kemudian dengan perlahan ia bersilat pedang yang tiga puluh enam jurus banyaknya itu di depan Bu Lek Hwesio yang memandang penuh perhatian. Bagian-bagian yang kurang dimengertinya ia minta ketua Tiong-gi-pai itu mengulang. Dengan terpaksa Kwee Cun Gan terus melayani permintaan Bu Lek Hwesio. biarpun keringatnya sudah memenuhi muka dan lehernya. Bu Lek Hwesio cerewet sekali dan ia menyuruh Kwee Cun Gan mengulang sampai setengah malam penuh. Menjelang pagi barulah ia merasa puas.
"Nah, kau terimalah bocah ini!"
Serunya sambil mendorong Lee Ing ke arah Kwee Cun Gan. Dara remaja yang sudah lemas karena menderita lahir batin itu roboh pingsan dalam pelukan Kwee Cun Gan, sedangkan Bu Lek Hwesio cepat melarikan diri. Di kaki gunung ia disambut oleh Thian Le Hosiang dan kawan-kawannya yang tanpa banyak cakap segera menyerangnya!
"Heh-heh-heh, orang-orang Tiong-gi-pai tak tahu malu! Mana sifat kegagahan kalian?"
Bentaknya sambil melawan. Kepandaiannya yang tinggi membuat dia dengan mudah merobohkan dua orang pengeroyok dan Cepat ia melarikan diri. Betapapun juga ia khawatir kalau sampai Kwee Cun Gan mengejar ke situ, sukarlah baginya meloloskan diri.
"Kawan-kawan, lepaskan dia! Janji laki-laki harus dipegang teguh!"
Terdengar Kwee Cun Gan berseru keras. Mendengar ini, para anggauta Tiong-gi-pai menahan senjata dan mengurungkan niat mereka mengejar dan menyerang dengan senjata rahasia. Kemudian mereka menolong kawan-kawan yang terluka lalu menghampiri Kwee Cun Gan.
"Nona ini harus kita rawat baik-baik, agaknya ia lelah sekali. Menurut pengakuannya tadi, dia benar-benar puteri Souw-taihiap."
Lee Ing membuka matanya dan melompat bangun.
"Aku memang benar puteri Souw Teng Wi, namaku Souw Lee Ing. Tadinya aku datang bersama kongkongku, Haminto Losu, akan tetapi kena tertipu oleh hwesio keparat tadi. Dia pura-pura hendak mengambil murid kepadaku dan mengajakku ke tempat ayah, tidak tahunya...."
Tiba-tiba terdengar bunyi "tarrr!!"
Tarrl!"
Seperti cambuk, akan tetapi lebih keras dan nyaring sekali, disusul suara gerengan seperti singa yang memekakkan telinga. Semua orang terkejut. Suara ini membuat jantung mereka merasa berhenti berdetik dan kedua kaki mereka emas.
"Apa itu....???"
Tanya seorang dengan suara gemetar. Memang hebat sekali suara tadi, membuat hati seorang yang bagaimana tabahpun menjadi takut.
"Celaka..."
Kata Thian Le Hosiang perlahan sekali, wajahnya pucat.
""Jangan-jangan iblis itu.." Baru saja ia berkata demikian, terdengar suara... tar..!!"
Yang keras sekali, lalu kelihatan sinar hitam menyambar disusul pekik Thian Le Hosiang dan ketika semua orang melihat... ternyata kepala hwesio itu sudah pecah berantakan dan tubuhnya terguling menjadi mayat. Dapat dibayangkan betapa terkejutnya semua orang melihat kejadian hebat ini.
Ilmu kepandaian Thian Le Hosiang hwesio Siauw-lim-pai itu bukannya rendah, kalau dibandingkan dengan yang lain, hanya Kwee Cun Gan seorang yang dapat mengatasinya. Namun dengan sekali serang dapat menghangurkan kepalanya, benar-benar musuh hebat
Sementara itu, Kwee Cun Gan dan yang lain-lain sudah mencabut pedangnya dan memandang tajam ke depan. Entah dari mana munculnya, di dalam cuaca pagi yang remang-remang itu muncul seorang yang wajahnya seperti setan, atau lebih tepat lagi seperti singa.
Rambutnya hitam mengkilat dan panjang, digelung ke atas kepala dan dibungkus kain, matanya besar-besar dilindungi alis yang menjulang ke depan hidungnya besar dan mulutnya meringis seperti mulut singa, di dagunya tumbuh rambut menjungkat ke depan seperti janggut kambing bandot. Tubuhnya tinggi besar, tertutup oleh pakaian yang longgar dan gedobyoran. Di tangan kanannya terdapat sebatang cambuk yang mengerikan, yaitu cambuk kelabang yang pada kanan kirinya dipasangi duri-duri tajam. Cambuk inilah yang tadi berbunyi nyaring dan cambuk ini pula yang sekali dipukulkan telah menghancurkan kepala Thian Le Hosiang.
Melihat cambuk dan muka orang itu, Kwee Cun Gan menjadi pucat. Pernah ia mendengar seorang tokoh menyeramkan, seorang manusia yang dianggap iblis, bernama Toat-beng-pian Mo Hun. Dari julukan Toat-beng-pian (Pian Pencabut Nyawa) saja dapat dibayangkan betapa hebatnya joan-pian (ruyung lemas) itu. Kabarnya manusia iblis ini menyembunyikan diri di batu-batu karang dekat laut selatan, bagaimana ia bisa muncul di sini?
"Hayaaaa, si gundul lancang mulut, masa aku disebutnya iblis. Dasar dia mencari mampus sendiri!"
Katanya bersungut-sungut, kemudian matanya yang besar itu menjuling dan tubuhnya digerakkan sehingga baju luarnya tersingkap. Tersirab darah semua orang melihat bahwa baju luar yang tadi menggembung itu ternyata menutupi kepala seorang wanita. Kini karena jubah itu tersingkap maka kepala itu terputar ke bawah dan tergantung pada ikat pinggang dengan rambutnya yang panjang, sebuah kepala wanita yang agaknya baru saja dipotong lehernya karena masih ada tanda-tanda darah merah basah. Mata besar juling ini tertuju kepada Lee Ing yang biarpun amat tabah menjadi gemetar juga menyaksikan manusia iblis yang dahsyat ini.
"liiihhh. kepala manusia untuk apa...?"
Seru gadis itu tanpa terasa lagi saking jijik dan ngerinya. Iblis itu tertawa, suara ketawanya seperti singa mengaum dan Kwee Cun Gan sendiri yang lwee-kangnya sudah kuat tergetar juga oleh suara ketawa ini. Ia ingat bahwa ada ilmu lweekang yang disebut Saicu-hokang, yaitu ilmu mengeluarkan suara mengaum seperti singa yang dilakukan dengan tenaga lweekang serta khikang tinggi sekali. Orang yang meyakinkan ilmu ini sampai sempurna, sekali menggertak akan cukup menaklukkan lawan yang menjadi mengkeret nyalinya. Kalau saikong ini sudah memiliki Saicu-hokang, alangkah tinggi kepandaiannya dan tahulah Kwee Cun Gan bahwa mereka semua bukanlah lawan manusia aneh ini.
Orang aneh itu memang betul Toat-beng-pian Mo Hun, seorang tokoh besar selatan yang selama ini menyembunyikan diri di tepi laut selatan, memperdalam ilmu-ilmunya setelah ia pernah dikalahkan oleh seorang pendekar muda bernama Bu-beng Sin-kun (Tangan Sakti Tak Bernama). Dengan tekun Mo Hun ini mempelajari bermacam-macam ilmu silat untuk kelak mencari Bu-beng Sin-kun dan menebus kekalahannya. Bahkan akhir-akhir ini ia melakukan semacam ilmu hitam yang amat mengerikan Ilmu hitam ini kalau sudah dipelajari sempurna akan membuat tubuhnya kebal dan usianya panjang dan awet muda. Akan tetapi syaratnya juga gila, yaitu ia harus makan otak orang-orang muda yang sehai, otak segar dari kepala yang baru dipenggal.!
"Sudah lama aku ingin mempunyai murid, kau selain cantik jelita dan bertulang bersih, juga nyalimu besar Kau ikut aku!"
Kata Toat-beng-pian Mo Hun dan begitu jari-jari tangannya bergerak, pian kelabangnya tergulung mengkeret dan lenyap di balik bajunya, kemudian mengulurkan tangan kanan ke arah Lee Ing. Gadis ini kaget dan coba mengelak, akan tetapi lengan itu tiba-tiba mengeluarkan bunyi berkerotokan dan menjadi lebih panjang tiga puluh senti lebih! Tanpa dapat dicegah lagi pinggang Lee Ing kena dijambret lalu ditarik sehingga pada lain saat gadis itu telah dikempit pinggangnya oleh lengan kanan kakek sakti itu yang tertawa-tawa gembira.
"Muridku, haa-ha, muridku."
Dengan langkah lebar kakek ini meninggalkan bukit batu karang itu. Tentu saja Kwee Cun Gian tidak mau tinggal diam saja dan cepat melompat mengejar. diikuti oleh Liem Hoan dan kawan-kawan lain.
"Locianpwe, harap sudi mendengarkan kami,"
Kata Kwee Cun Gan, tidak berani sembrono atau berlaku lancang. Toat-beng-pian Mo Hun menghentikan tindakannya, memutar tubuh menghadapi mereka, matanya berkedip-kedip menakutkan.
"Kalian mau apa? Ada yang iri melihat si gundul kuberi hadiah dan ingin ikut dengan dia?"
Kata kakek ini menyindir, mulutnya yang meringis itu makin lebar sehingga nampak dua gigi seperti taring di kanan kiri. Benar-benar kakek ini dikurniai wajah seperti iblis!
"Kawan kami Thian Le Hosiang tewas oleh locianpwe karena dia bicara lancang dan karena kepandaian locianpwe yang tinggi. Mana kami orang-orang lemah berani mengantarkan nyawa sia-sia? Akan tetapi nona itu, kami harap locianpwe sudi melepaskan dan membebaskannya!"
"Dia muridku, keparat!"
Kata kakek itu memandang penuh ancaman kepada Kwee Cun Gan.
"Akan tetapi dia adalah puteri tunggal dari Souw Teng Wi taihiap, kami harus melindunginya, biarpun untuk itu kami harus berkorban nyawa. Kalau dia locianpwe bawa, bagaimana kami harus mempertanggungjawabkan kalau Souw taihiap kelak menanyakan dia?"
"Mana dia, Souw Teng Wi?"
Tiba tiba kakek ini bertanya penuh gairah.
"kami sedang mencari-carinya, ini hari bertemu dengan puterinya kami sudah merasa amat girang, maka harap locianpwe sudi melepas kannya."
"Ha ha, bagus sekali. Jadi ini puteri orang she Souw yang menjemukan? Ha-ha, biar anaknya menjadi muridku. dia anak baik, cantik manis berkulit halus pipinya merah. Ayahnya biar kutangkap belakangan..."
Jantung Kwee Cuu Gan dan yang lain-lain serasa berhenti berdetik Celaka, pikir mereka. Tidak tahunya kakek iblis inipun memusuhi Souw Teng Wi. Kalau begini percuma saja minta dia melepaskan Lee Ing. Dengan nekat Kwee Cun Gan mencabut pedangnya, akan tetapi ia didahujui oleh Thio Sek Eng. Orang she Thio ini seperti diketahui adalah bekas anak-buah Souw Teng Wi dan ia masih mempunyai hati setia kepada pendekar itu.
Mendengar ada orang memusuhi Souw Teng Wi dan menculik puterinya, timbul keberanian dan kenekatannya. Sambil memaki.
"Saikong siluman lepaskan Souw-siocia!"
Ia menyerbu dengan senjata siang-to (golok kembar) dengan gerakan cepat dan kuat.
Golok menyambar dari atas dan tengah, akan tetapi Mo Hun tidak bergerak, hanya tertawa bergelak dengan suara ketawanya yang seperti setan-setan menangis di neraka. Akan tetapi begitu dua batang golok itu mendekati bajunya, ia menggerakkan tangan kiri ke arah golok-golok itu dan.... bagaikan dipegang oleh tangan yang tidak kelihatan tiba-tiba saja dua batang golok itu membalik tanpa dapat dicegah lagi oleh pemegangnya dan langsung menyerang leher dan dada Thio Sek Eng sendiri. Orang she Thio ini menjerit keras, dadanya tertancap golok lalu lehernya terbabat sampai hampir putus. Dilihat begitu saja, Thio Sek Eng seakan-akan mati membunuh diri, padahal sebetulnya dia terkena hawa pukulan yang lihai sekali dari Toat-beng-pian Mo Hun.
Dengan nekat dan marah Kwee Cun Gan dan kawan-kawannya menyerbu. Lagi-lagi kakek itu
mengangkat tangan kiri, kini ujung lengan baju dikebut-kebutkan ke depan, angin dingin menyambar-nyambar, mula-mula dari depan menyambar keras membuat mereka tak dapat membuka mata, kemudian hawa pukulan yang mendatangkan angin itu berputaran seperti puyuh dan belasan orang itu terguncang dan terhuyung saling tabrak. Di antara putaran angin ini terdengar suara pletak-pletok dan senjata-senjata di tangan mereka patah-patah.
Hanya Kwee Cun Gan dan Liem Hoan saja yang masih dapat memegang pedangnya, biarpun mereka juga limbung dan terhuyung kesana-kemari, ini menandakan bahwa Iweekang mereka sudah lebih tinggi dari pada kawan-kawan mereka. Dan hanya Kwee Cun Gan seorang yang dapat melihat gerakan kakek itu dan dia pula yang melihat kakek itu pergi dengan langkah lebar sambil membawa Lee Ing. Yang lain-lain hanya tahu kakek itu sudah lenyap setelah angin puyuh berhenti. Dengan tubuh sakit-sakit mereka merangkak bangun, karena tadinya, kecuali Kwee Cun Gan dan Liem Hoan, sudah roboh saling tindih!
"Hebat...!"
Kwee Cun Gan menghela napas. Kemudian ia membanting-banting kaki dengan gemas.
"Souw-siocia dibawanya, bagaimana kita harus merampasnya kembali? Celaka... celaka, tak menduga nasib Souw-suheng (kakak seperguruan) demikian buruknya..."
Tak terasa lagi sepasang mata pendekar Berhati Emas Bertangan Baja ini mengalirkan air mata? Kawan-kawannya yang mendengar dan melihat sikap ini menjadi terharu dan barulah mereka tahu bahwa sebetulnya Kwee Cun Gan masih terhitung saudara seperguruan dengan Souw Teng Wi. Kenyataan ini saja sudah menimbakan kekaguman yang makin mendalam.
"Aku harus minta bantuan para locianpwe di Kun-Iun-san."
Katanya kemudian.
"Kalau manusia seperti Toat-beng-pian Mo Hun sudah turun gunung, ditambah lagi dengan Auwyang Tek yang menjadi murid Tok ong Kai Song Cinjin yang kiranya malah lebih sakti dari pada Mo Hun tadi, hanya para couwsu di Kun-lun-pai saja yang dapat menandingi mereka Souw suheng sekeluarga perlu ditolong, tidak saja karena dia seorang anak murid Kun-lun-pai, akan tetapi terutama sekali karena tenaga Souw-suheng perlu didatangkan untuk memimpin kita melawan para menteri dorna. Terutama sekali, kita harus memperkuat diri untuk menghadapi merajalelanya para menteri dorna dengan kaki tangan mereka yang demikian lihai "
"Mungkinkah Mo Hun tadipun kaki tangan para kan sin?"
Tanya Liem Hoan ragu-ragu.
"Siapa tahu? Para pembesar korup itu sudah kelebihan harta benda yang dapat mereka hamburkan untuk mempertahankan kedudukan mereka."
Kwee Cun Gan menarik napas panjang, lalu katanya.
"Aku Kwee r"un Gan hai i ini terpaksa membocorkan rahasia Ilmu Pedang Lian-cu-sam-kam kepada seorang rendah semacam Bu Lek Hwesio, kemudian terpaksa kehilangan puteri Souw-suheng. Benar-benar penasaran, aku Kwee Cun Gan kalau belum dapat membunuh Bu Lek Hwesio selama ludup akan merasa menyesal. Kawan-kawan, mari kita segera pergi, siapa tahu mata-mata Auwyang taijiin mengetahui tempat pertemuan kita ini."
Dengan hati gelisah dan kecewa, orang-orang gagah itu berpencaran turun dari bukit itu. Akan tetapi tiba-tiba terdengar suara dari jauh.
"Cu-wi enghiong, tunggu dulu!"
Mereka behenti dan menengok. Dari kaki bukit itu datang berlarian dua bayangan orang yang amat cepat dan gesit gerakannya. Kwee Cun Gan tertegun. Lagi-lagi datang orang-orang yang tinggi kepandaiannya, lawan atau kawankah yang datang lagi ini? Setelah dekat ternyata bahwa mereka itu adalah seorang laki-laki gagah setengah tua, kurang lebih empat puluh lima tahun usianya, memakai topi berbentuk batok, di sebelah kirinya berlari seorang wanita cantik dan gagah berusia empat puluh tahun lebih. Begitu berhadapan dengan Kwee Cun Gan dan kawan-kawannya, orang itu menjura dengan hormat.
"Apakah siauwte berhadapan dengan para enghiong dari Tiong-gi-pai?"
Perkumpulan Tiong-gi-pai adalah perkumpulan rahasia yang tidak boleh diperkenalkan kepada orang asing begitu saja, maka Kwee Cun Gan menjawab singkat.
"Sahabat siapa dan dari manakah, datang mencari siapa?"
Orang itu mengerling, kepada wanita gagah di sebelahnya sambil tersenyum, lalu memandang ke arah dua gundukan tanah yang baru digali, agaknya baru saja untuk mengubur orang, yaitu kuburan dari Thian Le Hosiang dan Thio Sek Eng yang dibuat oleh para anggauta Tiong-gi-pai baru saja sebelum mereka pergi.
"Saudara-saudara Tiong gi-pai benar-benar teliti dan hati-hati. Agaknya baru saja terjadi sesuatu yang hebat. Bekas-bekas tangan Toat-beng-pian Mo Hun masih nampak jelas, agaknya lagi-lagi pian pencabut nyawa dari iblis tua itu sudah mendapat korban di antara saudara-saudara Tiong-gi-pai. Cu-wi enghiong harap jangan menaruh curiga kepada kami, kiranya cu-wi mengenal tanda ini?"
Orang itu mengeluarkan sebuah lengki (bendera tanda utusan raja) kecil dari saku bajunya. Melihat ini, Kwee Cun Gan dan kawan-kawannya terkejut. Kiranya dua orang inilah utusan-utusan dari Raja Muda Yung L o di Peking.
"Harap taijin maafkan kami yang tidak mengenal dan tidak menyambut sepatutnya,"
Kata Kwee Cun Gan yang hendak menjatuhkan diri berlutut di depan utusan raja itu. Akan tetapi orang itu cepat-cepat memegang pundaknya sambil berkata,
"Sahabat-sahabat Tiong-gi-pai jangan terlalu banyak sungkan. Bangunlah agar kita enak bicara."
Ketika kedua tangannya memegang pundak Kwee Cun Gan, ketua Tiong-gi pai ini merasa sepasang telapak tangan yang lunak, namun di dalamnya mengandung tenaga menarik yang dia sendiri tak mampu mempertahankan sehingga terpaksa ia bangkit lagi lalu menjura.
"Taijin benar-benar telah memberi pelajaran, hamba merasa tunduk."
"Adakah kau yang bernama Kwee Cun Gan?"
Tanya orang itu sambil memandang tajam.
"Betul, hamba yang rendah adalah Kwee Cun Gan."
Mendengar ini, orang itu memegang tangan Kwee Cun Gan dengan girang lalu berkata,
"Kwee sicu. Buang jauh-jauh itu segala sebutan taijin dan hamba-hambaan! Copot jantungku mendengar aku disebut-sebut taijin utusan raja. Dengarlah, aku bukan seorang pembesar biarpun kini terpilih menjadi utusan raja. Tentu Kwee-sicu dan kawan-kawan lain sudah mendengar namaku, Siok Beng Hui. Dan ini isteriku Tan Sam Nio."
Kwee Cun Gan dan kawan-kawannya makin terkejut, akan tetapi bercampur girang. Siapa pula yang belum mendengar nama Siok Beng Hui yang berjuluk Pek-kong-sin-kauw (Senjata Kaitan Sakti Bersinar Putih) dan isterinya, Tan Sam Nio yang berjuluk Ang-lian-ci (Biji Teratai Merah)? Sepasang suami isteri yang mempunyai saham besar dalam jasa mengusir orang-orang Mongol di utara! Nama mereka amat terkenal karena selain Siok Beng Hui merupakan "raja kaitan"
Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pendekar Bunga Merah Karya Kho Ping Hoo Tawon Merah Bukit Hengsan Karya Kho Ping Hoo Pendekar Super Sakti Karya Kho Ping Hoo