Ceritasilat Novel Online

Cheng Hoa Kiam 26


Cheng Hoa Kiam Karya Kho Ping Hoo Bagian 26



"Kau memasuki jala emas adalah kesalahanmu sendiri, seperti ikan sudah masuk jala, mana bisa dilepas? Kalau ada kepandaian, boleh coba melepaskan diri."

   Wi Liong marah dan dari dalam jalanya ia menerjang maju, tak dapat melangkah leluasa hanya melompat bersama jalanya. Akan tetapi Kui-bo Thai-houw menggerakkan tangan dan di lain saat ia sudah memegang ujung jala dan memutar tali jala itu di atas kepalanya. Tubuh Wi Liong di dalam jala itu ikut terputar di udara, di atas kepala Kui-bo Thai-houw! Sambil tersenyum-senyum dan diikuti pandang mata kagum dari para pengikutnya, wanita ini berjalan terus sambil memutar-mutar jala berikut tubuh Wi Liong itu, seperti seorang anak nakal bermain-main.

   Wi Liong mendongkol tak usah diceritakan lagi, akan tetapi apa dayanya? Ia berada di dalam sebuah jala yang luar biasa kuatnya, yang terbuat dari pada benang-benang halus yang tak dapat diputus, dan selain itu berada dalam tangan seorang sakti yang berilmu tinggi lagi. Ia hanya mengharapkan akan dapat kesempatan bertemu muka dan bertanding secara seimbang dengan Ratu Ban-mo-to ini.

   Kui-bo Thai-houw membawanya terus ke taman bunganya yang hebat. Bukan hanya taman bunga, lebih patut dinamakan kebun raya, karena di situ selain terdapat seribu macam tanaman kembang serba indah, juga terdapat pohon-pohon besar segala macam yang tumbuh dengan megahnya, merupakan sebuah hutan kecil akan tetapi semua tanaman dan pepohonan teratur rapi. Dengan gerakan ringan seperti burung walet, Kui-bo Thai-houw melompat ke atas sebuah pohon yang besar dan tinggi, kemudian ia mengikatkan ujung jala itu berkali-kali ke sebuah dahan sehingga jala berikut tubuh Wi Liong itu tergantung! Pemuda itu marah-marah dan menuntut supaya dilepaskan, namun percuma saja, Kui-bo Thai-houw hanya tersenyum dan berkata.

   "Kau bocah nakal harus diberi hajaran biar kapok!"

   Kemudian pergi dari situ melenggang memanas hati.

   Selagi Wi Liong marah-marah dan tak berdaya seperti seekor burung dalam kurungan itu, tiba-tiba pohon itu dahannya tergoyang dan ia melihat seorang gadis melompat ke atas dahan di mana jalanya tergantung.

   "Nona Eng Lan.........!"

   Wi Liong berseru kaget heran, dan girang.

   "Ssttt........."

   Gadis manis itu mengisyaratkan dengan jari di depan bibir menyuruh Wi Liong jangan berisik.

   "Bagaimana kau bisa sampai di sini dan ditawan dengan jala emas!"

   Bisiknya.

   "Mereka curangi aku!"

   Jawab Wi Liong gemas.

   "Nona Eng Lan, lekas kau bantu aku putuskan tali-tali ini dari luar dengan pedangmu."

   Eng Lan menggeleng kepalanya.

   "Percuma, jala ini terbuat dari pada benang yang berasal dari sutera ular emas. Pedang biasa saja takkan mampu memutusnya. Ah, kalau saja Cheng-hoa-kiam......... kau tunggulah, aku akan berusaha mengambil Cheng-hoa-kiam."

   Gadis itu hendak pergi lagi.

   Wi Liong tertegun memandang gadis itu meloncat turun dan lenyap di antara gerombolan pohon. Ia bingung Bagaimana Eng Lan bisa bebas saja di situ? Apakah yang telah terjadi di Pulau Ban-mo-to ini? Di mana yang lain-lain? Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepala Wi Liong, marilah kita mundur sebentar dan mengikuti pengalaman-pengalaman Eng Lan.

   Telah dituturkan di bagian depan bagaimana Eng Lan yang tak berdaya karena totokan Hak Lui, telah disambar dan dibawa lari oleh Kun Hong yang datang bersama Kui-bo Thai-houw membasmi Ngo-tok-kauw dan merampas Ngo-heng-giokcu.

   Biarpun tubuhnya tak dapat bergerak, akan tetapi Eng Lan masih ingat dan semenjak melihat kedatangan Kun Hong, gadis ini sudah merasa terheran-heran kemudian menjadi amat gelisah melihat betapa pemuda itu seakan-akan menjadi boneka hidup, menurut dan taat saja atas kehendak dan perintah wanita setengah tua yang lihai itu, Kui-bo Thai-houw. Ia mandah saja dibawa lari dan dipondong oleh kekasihnya, sungguhpun hatinya tidak rela karena ia masih penasaran hendak mendengar penjelasan semua itu dari mulut Kun Hong. Di balik rasa keraguan dan kegelisahan ini, iapun merasa bahagia sekali, bukan karena dapat melepaskan rindunya dalam pondongan orang yang dikasihinya, akan tetapi terutama sekali karena melihat kekasihnya itu selamat dan agaknya sehat-sehat saja. Sudah sembuhkah Kun Hong? Mengapa sekarang seperti menjadi kaki tangan wanita siluman itu?

   Kun Hong yang memondong Eng Lan, di tengah jalan diam-diam membuka jalan darah gadis itu, lalu memberi isyarat supaya Eng Lan jangan banyak membantah.

   "Kau bawa aku ke mana.........?"

   Gadis ini berbisik setelah dapat menormalkan kembali peredaran darahnya.

   "Diamlah, sayang......... diamlah dan serahkan saja kepadaku........."

   Jawab Kun Hong sambil mendekap tubuh kekasihnya erat-erat pada dadanya. Untuk sejenak Eng Lan meramkan matanya, merasa berbahagia sekali. Akan tetapi kembali timbul keraguan dan kesangsian hatinya dan ketika ia membuka mata. ia melihat Kun Hong memandang kepadanya dengan mesra. Akan tetapi di balik kemesraan ini ia melihat sesuatu yang ganjil memancar keluar dari mata pemuda itu, seperti orang marah, seperti orang iri, seperti orang cemburu.

   Ketika Kui-bo Thai-houw melihat pemuda itu memondong Eng Lan. keningnya berkerut akan tetapi senyumnya manis dan suaranya lembut ketika bertanya.

   "Kau bawa gadis ini?"

   Kun Hong mengangguk.

   "Dia kawan baikku, aku suka padanya, biar tinggal di pulau bersama kita."

   "Siapa namanya?"

   Tanya pula Kui-bo Thai-houw, garis kerut-merut pada keningnya makin jelas.

   "Pui Eng Lan,"

   Jawab Kun Hong singkat.

   Kui-bo Thai-houw mengangguk-angguk.

   "Sudah pernah kumendengar nama itu kau sebut-sebut dalam tidurmu."

   Lalu wanita ini melanjutkan perjalanan dan tidak memperdulikan lagi pada Kun Hong dan Eng Lan. Kui-bo Thai-houw tidak seperti Thai Khek Sian yang membolehkan kekasih-kekasihnya bermain gila dengan siapapun juga. Wanita ini amat cemburu. Akan tetapi terhadap Kun Hong ia tidak berani melarang. Hal ini adalah karena ia terlampau sayang kepada pemuda itu yang sudah menjadi kekasih, anak angkat dan murid sekaligus.

   Pernah ia melihat Kun Hong berkasih-kasihan dengan seorang pengikutnya. Ia marah. Pelayan itu dibunuhnya dan melihat ini Kun Hong memberontak, hampir minggat dari pulau. Kui-bo Thai-houw menyesal dan selanjutnya berjanji takkan melarang pemuda itu berkasihan dengan siapapun juga asalkan tidak meninggalkan dirinya dan selalu taat! Kun Hong yang masih belum mendapatkan pengobatan Im-yang-giok-cu, merasa seperti diikat kaki tangannya. Ia terpaksa tunduk kepada wanita aneh ini. Selain menanti datangnya saat pengobatan untuk menyambung nyawanya, juga di samping ini ia masih menambah kepandaiannya dari Kui-bo Thai-houw yang tidak segan-segan menurunkan ilmunya kepada pemuda itu.

   Inilah sebabnya mengapa Kun Hong berani membawa Eng Lan bersamanya ke Ban-mo-to dan Kui bo Thai-houw tidak melarangnya. Akan tetapi kalau Kun Hong merasa gembira dapat membawa Eng Lan bersamanya, adalah gadis itu yang menjadi panas hatinya dan sakit perasaannya, dibakar api cemburu.

   Ia memberontak dari pondongan Kun Hong. Kun Hong mencegahnya.

   "Kalau kau lari, Thai-houw akan membunuhmu!"

   Ia memperingatkan.

   "Aku tidak sudi kau pondong!"

   Jawab Eng Lan yang cukup cerdik untuk menahan diri tidak lari, karena iapun maklum bahwa menghadapi orang-orang sakti itu ia takkan berdaya melarikan diri. Eng Lan mengikuti rombongan itu berjalan kaki dan Kun Hong berjalan di sampingnya.

   "'Kenapa kau bisa melakukan perjalanan bersama Wi Liong? Ada apa antara kau dan dia?"

   Tak tertahan lagi Kun Hong mengajukan pertanyaan ini karena ia dibakar oleh api cemburu sejak tadi melihat Eng Lan dan Wi Liong menjadi tawanan Ngo-tok-kauw. Suaranya jelas membayangkan cemburu dan iri hatinya, dan hal ini diketahui baik oleh Eng Lan yang menjadi lebih marah lagi.

   "Manusia tak tahu diri!"

   Desisnya perlahan.

   "Kau yang katanya pergi mencari obat, kiranya hidup mewah dan senang di dekat siluman-siluman itu. menjadi orang hina-dina. Dan semua itu masih kau tambah lagi dengan pikiran yang rendah dan bukan-bukan terhadap diriku? Sungguh memualkan!"

   Dan gadis ini jalan menjauhi Kun Hong tidak sudi menengok lagi.

   Merah wajah Kun Hong. Ia mengerti bahwa Eng Lan sudah dapat menduga akan keadaannya dengan Kui-bo Thai-houw. Ia ingin bicara banyak, ingin menerangkan isi hatinya kepada Eng Lan, akan tetapi karena mereka sedang berjalan bersama rombongan Kui-bo Thai-houw, tentu saja tidak leluasa baginya untuk bicara di situ. Maka ia diam saja dan hanya menjaga agar Eng Lan jangan sampai melarikan diri.

   Demikianlah, Eng Lan dibawa ke Ban-mo-to, mendapatkan kebebasan karena ia dianggap kekasih Kun Hong. Tak seorangpun mengganggunya. Akan tetapi mana sudi Eng Lan didekati Kun Hong? Ia malah selalu menjauhkan diri dari pemuda itu dan berkeliaran di atas Pulau Ban-mo-to yang indah. Pernah Kun Hong berhasil menjumpainya seorang diri dan pemuda ini berkata perlahan,

   "Eng Lan, kau pertimbangkan keadaanku baik-baik. Aku memang mencari obat dan satu-satunya orang di dunia ini yang bisa mengobati aku dan menyambung nyawaku hanyalah Thai-houw. Oleh karena itu, mana bisa aku tidak mentaatinya? Selain pengobatan, akupun menerima petunjuk ilmu silat. Budi yang begitu besar, apakah tidak patut kalau dibalas? Harap kau jangan cemburu, aku......... aku tetap mencinta padamu. Percayalah, kalau ada gadis yang kucinta sepenuh jiwaku, kaulah gadis itu."

   Dengan sinar mata berapi gadis itu memandang Kun Hong.

   "Siapa perduli? Siapa perduli kau mau apa? Mau jungkir-balik di sini, mau hidup sebagai pangeran, mau menjadi begundal atau......... kekasih siluman-siluman di sini...... tidak perduli aku!"

   Air matanya mulai bercucuran.

   "Aku......... aku lebih suka melihat kau mati karena lukamu.........!"

   Tak tertahan lagi Eng Lan menangis sambil berlari pergi menjauhi Kun Hong.

   Pemuda ini berdiri bengong. Hatinya risau dan ia tidak tahu harus berbuat apa. Memang sesungguhnya pengakuannya tadi. Semenjak bertemu dengan Eng Lan, hatinya sudah terisi dan tidak ada lain wanita di dunia ini yang dapat merebut cinta kasihnya. Kalau ia menjadi kekasih Kui-bo Thai-houw dan wanita-wanita lain, itu bukanlah cinta kasih hanya sekedar menuruti hati muda dan terutama sekali karena ia terpaksa menuruti kehendak hati Kui-bo Thai-houw yang ia butuhkan untuk menolongnya memberi obat. Demikianlah pentingnya pendidikan. Kun Hong yang semenjak mudanya terdidik oleh orang-orang sesat dan hidup di dalam lingkungan orang-orang seperti Bu-ceng Tok-ong, Tok-sim Sian-li, dan Thai Khek Sian, jalan pikirannyapun terpengaruh dan baginya, bermain gila dengan wanita-wanita penghuni Ban-mo-to, bukanlah apa-apa dan tak perlu dipusingkan oleh Eng Lan. Ia belum dapat menjajaki hati Eng Lan dan menyelami isi hati yang murni dari seorang gadis sopan dan putih bersih seperti Eng Lan. Selama ini Kun Hong hanya mengenal isi hati wanita-wanita seperti Tok sim Sian li!

   Di lain fihak. biarpun hatinya terasa perih dan sakit sekali melihat keadaan Kun Hong di Ban-mo-to, namun cinta kasih yang bersemi dalam hati Eng Lan sudah amat mendalam. Ia boleh kecewa, boleh berduka, akan tetapi tak dapat ia membenci Kun Hong. Boleh mulutnya memaki-maki dan sinar matanya berapi hendak membakar pemuda itu, namun hatinya tetap sejuk dan tidak bisa ia melempar atau membuang bayangan Kun Hong dari lubuk hatinya. Cinta kasihnya terhadap pemuda itu sudah mendarah daging, sudah terlalu mendalam sehingga gadis ini malah tidak mempunyai ingatan untuk mencoba melarikan diri dari Ban-mo-to. Kun Hong berada di situ, iapun tidak mau pergi, biarpun ia harus menderita kesengsaraan hati dan selalu bersikap benci dan menjauhi Kun Hong. Memang cinta kasih bisa membikin banyak macam dongeng dan menimbulkan banyak macam perangai yang aneh-aneh pada orang-orang muda.

   Beberapa hari kemudian, sebuah perahu besar mendekati Pulau Ban mo-to. Hal ini menimbulkan geger di pulau itu. Para gadis penjaga pantai yang melihat perahu ini terheran-heran. Belum pernah ada perahu asing berani mendekati Ban-mo-to, apa lagi mendarat, karena mendarat berarti mengantar nyawa dengan sia-sia. Mereka cepat-cepat mengirim laporan kepada Kui-bo Thai-houw dan sebagian pula mempersiapkan perlawanan dan memperkuat penjagaan.

   Yang pertama kali keluar dari perahu itu adalah seorang kakek tinggi besar. Thai It Cinjin diikuti oleh Im yang Siang-cu. Kemudian muncul Pak-thian Koai-jin dan See-thian Hoat-ong, di belakangnya menyusul puteranya yaitu Kong Bu yang nampak pucat dan lemah karena lukanya bekas pukulan Hek-tok-sin-ciang dari Thai Khek Sian.

   Para gadis penjaga pantai tentu saja mengenal Thai It Cinjin, maka mereka tidak berani sembarangan bergerak. Namun tetap saja mereka tidak bisa membiarkan pulau yang mereka anggap keramat ini didatangi orang-orang begitu saja. Mereka membentuk barisan menghadang di jalan dan seorang gadis yang berpakaian merah berkata,

   "Pulau Ban-mo-to tidak boleh didatangi orang tanpa seijin Thai-houw!"

   Melihat barisan gadis-gadis cantik ini, Thai It Cinjin dan kawan-kawannya berhenti. Thai It Cinjin tertawa bergelak lalu berkata.

   "Nona-nona manis, lekas laporkan kepada Thai-houw bahwa aku Thai It Cinjin dari Kim-Ie-san dan beberapa orang kawan sengaja datang berkunjung untuk membalas kebaikan kunjungan Thai-houw ke Kim-Ie-san tempo hari,"

   Sebelum ada yang menjawab dari tengah pulau itu terdengar suara halus akan tetapi berpengaruh sekali, suara Kui-bo Thai-houw.

   "Biarkan mereka datang menghadap!"

   "Terima kasih, Tiai-houw yang baik, terima kasih. Kami datang menghadap!"

   Kata Thai It Cinjin sambil berjalan menuju ke tengah pulau, diikuti oleh kawan-kawannya.

   Seperti sudah dituturkan terdahulu, Kong Bu. See-thian Hoat-ong, dan Pak-thian Koai-jin yang hendak menolong Eng Lan pergi ke Ban-mo-to lebih dulu mampir di Kim-Ie-san minta bantuan Thai It Cinjin dan dua orang sutenya, Im-yang Siang-cu. Kong Bu yang minta tolong kepada Thai It Cinjin. Tadinya Thai It Cinjin segan membantu karena maklum bahwa menentang Kui-bo Thai-houw bukanlah hal yang mudah dan tidak berbahaya. Akan tetapi ketika ia mendengar bahwa dua orang muridnya terculik oleh Thai Khek Sian dan kini sedang dikejar oleh seorang pemuda murid Thian Te Cu, ia menjadi tidak enak juga kalau tinggal peluk tangan. Thai It Cinjin orangnya cerdik sekali maka seketika itu juga ia mendapatkan akal.

   "Boleh saja dan tentu aku suka membantu kalian,"

   Katanya.

   "Akan tetapi karena Kui-bo Thai-houw tak boleh dipandang ringan, harap kalian bersabar dan biarkan aku menghadapinya dengan jalan damai. Jangan ada yang bersikap sembrono dan mengambil keputusan sendiri. Setuju?"

   Demikianlah, dengan langkah tenang dan muka ramah Thai It Cinjin memimpin kawan-kawannya menuju ke tengah pulau. Setelah dekat dengan perumahan Kui-bo Thai-houw dan anak buahnya; di kanan kiri jalan berderet barisan gadis-gadis cantik, sikap mereka keren dan gagah, tangan kanan memegang pedang tangan kiri bertolak pinggang! Thai It Cinjin dan Pak-thian Koai-jin tersenyum-senyum, yang lain memandang kagum. Benar-benar sebuah pulau wanita yang aneh dan indah, orangnya cantik-cantik dan tetanaman di pulau itu kesemuanya tidak ada yang liar, semua terawat dan teratur indah.

   Tiba-tiba melompat bayangan yang gesit dan Eng Lan muncul, langsung maju menghadap Pak-thian Koai-jin.

   "Suhu.........!"

   Melihat muridnya bebas lepas, malah pedangnya masih dibawa di pinggang, bergerak begitu saja seperti menjadi seorang di antara penghuni-penghuni pulau, Pak-thian Koai-jin menjadi bengong terlongong. Tentu saja hal ini sama sekali tak pernah disangkanya, ia susah-susah datang untuk menolong muridnya yang disangkanya terculik orang jahat eh, tidak tahunya muridnya itu bebas saja kelihatan enak-enak di pulau ini!

   "Kau......... tidak apa-apa.........!"

   Tanya Pak-thian Koai-jin kepada muridnya, memandangi muridnya itu dari kepala sampai ke kaki.

   Eng Lan menggeleng kepala, tersenyum akan tetapi matanya menitikkan dua butir air mata! Gadis ini lalu ikut berjalan bersama suhunya, mengikuti Thai It Cinjin yang hanya terganggu sebentar oleh kedatangan Eng Lan. Baginya, munculnya Eng Lan yang membuat Pak-thian Koai-jin girang sekali itu tidak ada artinya.

   "Suhu, teecu telah bertemu dengan........ Kun Hong........."

   "Hemm, di sini? Bagus, karena itukah kau bisa bebas?"

   Jawab Pak-thian Koai-jin dengan suara berbisik pula.

   Eng Lan mengangguk.

   "Suhu, dia......... dia berubah sekali........ dia......."

   Eng Lan menahan-nahan, akan tetapi pipinya tahu-tahu sudah basah oleh air mata.

   Pak-thian Koai-jin adalah seorang yang sudah banyak pengalamannya. Ia tadi melihat adanya banyak gadis-gadis cantik di pulau ini dan ia dapat menduga orang macam bagaimana adanya Kun Hong murid Thai Khek Sian.

   "Bangsat muda itu tidak pantas untukmu........."

   Celanya.

   "Suhu.........!"

   Pak thian Koai-jin menarik napas panjang sambil menggeleng-geleng kepalanya.

   "Hemmm, baiklah........... baiklah.......... aku takkan mencela pilihanmu itu."

   "Suhu. teecu biarpun bebas akan tetapi tidak bisa pergi dari Ban-mo-to. Di sini berbahaya sekali, Kui-bo Thai-houw lihai bukan main. Harap suhu berhati-hati."

   "Aku hanya datang untuk minta kau dibebaskan. Mudah-mudahan Thaihouw tidak membikin urusan menjadi sengketa,"

   Kata Pak-thian Koai-jin, suaranya terdengar biasa dan tenang-tenang saja. akan tetapi sebetulnya ia gelisah sekali. Bukan gelisah menghadapi musuh berat seperti Kui-bo Thai-houw karena bagi tokoh besar seperti dia ini, menghadapi lawan-lawan berat bukanlah hal yang asing lagi. Akan tetapi yang membuat ia gelisah adalah keadaan muridnya ini mengenai diri Kun Hong.

   Juga Eng Lan gelisah bukan main. Belum tentu gurunya kalah oleh Kui-bo Thai-houw, melihat bahwa gurunya datang bersama orang-orang pandai. Akan tetapi biarpun andaikata suhunya menang dan ia diperbolehkan meninggalkan Ban-mo-to, apa artinya baginya kalau Kun Hong tetap berada di situ? Apa artinya baginya kalau dengan mendapatkan kembali kemerdekaannya ia kehilangan Kun Hong?

   Rombongan itu telah tiba di depan rumah besar tempat tinggal Kui-bo Thai-houw dan berhenti di situ karena di depan pekarangan yang lebar terjaga oleh belasan orang gadis pelayan yang memegang tombak. Akan tetapi tidak lama mereka tertahan di situ karena tampak Kui-bo Thai-houw dalam pakaian seindah- indahnya berjalan keluar dari pintu rumahnya dengan langkah halus. Mukanya baru dibedak, putih kemerahan, matanya bersinar bibirnya tersenyum, ia diikuti oleh Kun Hong, kemudian di belakangnya berjalan empat orang nenek kembar dan belasan orang pelayan cantik-cantik barisan serba empat. Benar-benar amat ganjil melihat Kun Hong di antara sekian banyaknya wanita. Satu-(Lanjut ke Jilid 28)

   Cheng Hoa Kiam (Cerita Lepas)

   Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo

   Jilid 28

   satunya pria dalam sebuah dunia wanita! Kui-bo Thai-houw duduk di atas sebuah kursi kuning yang sudah disediakan di pekarangan itu, yang lain-lain berdiri di belakangnya. Setelah itu barulah dia memberi isyarat ke depan supaya tamu-tamu disuruh masuk.

   Pintu pekarangan dibuka dan masuklah rombongan itu, Thai It Cinjin di depan, baru yang lain-lain.

   "Thai It Cinjin, apa maksud kau dan kawan-kawanmu datang mengganggu kami di sini?"

   Kui-bo Thai-houw menegur dan dari suaranya saja sudah dapat diketahui bahwa wanita ini merasa tidak senang hatinya. Matanya menyambar ke aran semua tamunya dan sekilas ia memandang Eng Lan yang berdiri di sebelah kiri suhunya. Wajah Kun Hong menjadi berubah sedikit ketika ia melihat Eng Lan bersama rombongan itu, akan tetapi aneh, pemuda ini tidak memandang lama dan selanjutnya bersikap tidak mengacuhkan hal itu sama sekali. Bukan main mendongkolnya hati Eng Lan.

   Thai It Cinjin cepat memberi hormat kepada wanita cantik itu, lalu berkata, mukanya ramah tersenyum.

   "Thai-houw yang baik. harap maafkan aku dan kawan-kawanku. Aku datang untuk memberi hormat, untuk membalas kunjunganmu beberapa bulan yang lalu, dan untuk mengagumi pulaumu yang indah ini."

   "Tak usah plintat-plintut panjang lebar, hayo katakan apa keperluanmu!"

   Kui-bo Thai-houw membentak dengan suara masih halus.

   Thai It Cinjin menjadi gugup juga. Bukan main wanita ini. tidak bisa diajak bersopan-sopan, la menarik napas panjang untuk menenangkan hatinya yang berguncang. Lalu ia melangkah maju dan berkata,

   "Dahulu Thai-houw sudah datang mengunjungi Kim-Ie-san dan dalam kesempatan itu aku melihat kelihaian Thai-houw, Juga ketika itu aku tidak jadi menewaskan saudara muda ini,"

   Ia menuding ke arah Kun Hong.

   "karena ternyata dia ini sudah menjadi sahabat-sahabat baik kedua orang muridku Hui Nio dan Hui Sian. Urusannya dengan Beng Kun Cinjin adalah urusan ayah dan anak dan kami tidak ikut campur. Baiknya Thai-houw keburu datang sehingga saudara muda ini selamat dan sekarang malah berada di sini. Aku merasa girang melihat hal ini dan........."

   "Cukup, jangan berbelit-belit. Apa maksudmu sebenarnya?"

   Thai-houw memotong tak sabar lagi.

   Thai It Cinjin melanjutkan kata-katanya dengan tergesa-gesa.

   "Saudara muda ini murid Thai Khek Sian. akan tetapi sungguh aneh sekali, beberapa hari yang lalu Thai Khek Siansu dan Beng Kun Cinjin datang dan menculik kedua orang muridku dan melukai tunangan muridku, Kong Bu ini,"

   Ia menuding calon suami Hui Nio.

   "Karena mengingat bahwa murid-muridku itu sahabat baik saudara muda ini, mengingat pula akan kelihaian Thai-houw dan nama besar Thai-houw yang tentu saja tidak kalah oleh Thai Khek Siansu. maka kedatanganku ke sini selain kunjungan penghormatan juga hendak minta kemurahan hati Thai-houw untuk mengobati Kong Bu yang terkena pukulan Hek-tok-sin-ciang dan kemudian menggunakan pengaruh Thai-houw untuk minta kedua orang muridku dibebaskan,"

   Kun Hong mengerutkan alisnya. Tak senang hatinya mendengar gurunya. Thai Khek Sian, menculik Hui Nio dan Hui Sian. Juga ia merasa aneh bagaimana gurunya bisa datang bersama Beng Kun Cinjin. Hatinya panas dan ingin ia segera mengejar 4ce Pek-go-to mencari ayahnya yang amat dibencinya itu, akan tetapi ia berada dalam kekuasaan Kui-bo Thai-houw, tak dapat ia pergi sembarangan saja.

   Mendengar omongan Thai It Cinjin itu, Pak-thian Koai-jin tersenyum pahit. Ia maklum bahwa urusan Eng Lan sama sekali tidak diperdulikan oleh orang tua itu maka tidak disebut-sebut.

   Adapun Kui-bo Thai-houw memandang sejenak ke arah Kong Bu, kemudian ia menatap wajah See-thian Hoat-ong dan Pak-thian Koai-jin, pandang matanya menduga-duga dan menaksir-naksir, Im-yang Siang-cu tak ditolehnya.

   "Saudara yang seperti panglima perang gagah perkasa ini siapakah?"

   Tanyanya menuding See-thian Hoat-ong.

   "Aku adalah ayah Kong Bu yang luka ini, namaku Kong Lek In........."

   
Cheng Hoa Kiam Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Thai-houw mengingat-ingat. Dahulu dia tinggal di istana kaisar dan dia paling memperhatikan urusan negara maka banyak ia mengenal nama-nama panglima besar yang berkuasa dan terkenal.

   "Kau dari Sin-kiang?"

   Tanyanya tiba-tiba, teringat.

   Kong Lek In mengangguk hormati.

   "Mohon kemurahan hati Thai-houw untuk mengobati puteraku yang terluka,"

   Katanya.

   "Ah, kau tentu See-thian Hoat-ong, bukan?"

   Ketika Kong Lek In kembali mengangguk, wanita itu kelihatan gembira.

   "Bagus, bagus! Sudah lama mengenal nama, dahulu tiada kesempatan bertemu. Dan pengemis ini siapa?"

   Ia menuding ke arah Pak-thian Koai-jin.

   Kakek ini mengangguk-angguk sambil tertawa, menggerak-gerakkan mangkok butut di tangan kanan seperti seorang pengemis sedang meminta-minta.

   "Kiranya Thai-houw bersifat pemurah, buktinya Cinjin (orang berkedudukan tinggi) dan Hoat-ong pada datang minta berkah. Aku seorang pengemis mana mau ketinggalan? Tongkat pembantu jalan sudah kubawa, mangkok tempat sedekah sudah kupegang! Thai-houw, aku Pak-thian Koai-jin datang minta kau bebaskan muridku ini sekalian menghaturkan terima kasih bahwa selama ini muridku sudah menjadi tamumu di sini."

   Ucapan yang agak aneh dan berputar-putar ini tidak memarahkan Kui-bo Thai-houw, malah wanita ini kelihatan tercengang dan gembira.

   "Ah, kiranya tokoh-tokoh besar belaka yang datang ke sini."

   Tiba-tiba sikapnya berubah, nampak keren dan sepasang mata yang indah itu mengeluarkan sinar berapi.

   "Semua bilang mohon, minta pada hakekatnya menuntut! Boleh saja kalian membuka mulut, akan tetapi mana aku takut terhadap tuntutan kalian? Hemm, Thai It Cinjin, soal Thai Khek Sian adalah urusanku sendiri untuk mengajar adat atau tidak, tak perlu kau membawa-bawa aku dan Kun Hong. Juga tentang mengobati puteramu, See-thian Hoat-ong, tergantung dari sikapnya dalam beberapa hari ini di sini. Aku yang memutuskan kelak hendak diobati ataukah tidak. Dan kau, pengemis dari utara, sudah lama aku mendengar nama besarmu, kiranya kau hanya seorang pengemis yang tidak mampu mengajar adat pada murid. Kalau aku tidak mau membebaskan muridmu, kau mau apakah?"

   Menarik sekali kalau memperhatikan muka tiga orang tokoh besar itu pada saat mendengar kata-kata ini. Muka Thai It Cinjin berubah pucat, muka See-thian Hoat-ong yang sudah kemerahan itu menjadi merah sekali dan muka Pak-thian Koai-jin bergerak-gerak tersenyum lebar.

   "Thai-houw. jawabannya berada di mulutmu. Sebenarnya kau menghendaki apakah?"

   Pak-thian Koai-jin bertanya.

   Bagi orang lain. kiranya pertanyaan ini akan dianggap kurang ajar, akan tetapi tidak bagi Kui-bo Thai-houw. Ia malah tersenyum mengangguk-angguk.

   "Tak percuma kau berjuluk Koai-jin (Orang Aneh). Kau sudah dapat menangkap kehendakku, Dengarlah, kalian hari ini datang sebagai tamu-tamu tak diundang, karenanya harus mentaati undang-undangku, begini : Siapapun juga berani menginjak pulau ini tanpa seijinku, harus mati!"

   Tentu saja Thai It Cinjin, Im-yang Siang-cu, See-thian Hoat-ong, dan Pak-thian Koai-jin marah sekali mendengar "undang-undang"

   Seenaknya sendiri saja ini, akan tetapi mereka diam saja. ingin mendengarkan apa yang selanjutnya akan diucapkan oleh wanita cantik akan tetapi berhati iblis ini. Setelah berhenti sebentar untuk melihat bagaimana sikap tamu-tamunya mendengar ucapannya tadi, sambil tersenyum Kui-bo Thai-houw melanjutkan kata-katanya.

   "Akan tetapi, karena kalian adalah tokoh-tokoh penting di dunia kangouw dan datang dengan permintaan-permintaan, biar kurobah sedikit undang-undang itu. Kalian tidak akan mati begitu saja, akan tetapi diberi kesempatan membela diri. Malah ada pahalanya. Karena kalian adalah ahli-ahli silat, biarlah kalian seorang demi seorang melawan anak angkatku ini. Kalau kalian kalah, tak perlu bicara lagi, berarti mati. Kalau menang, selain kuanggap sebagai tamu yang kuundang, juga permintaan. permintaanmu tadi akan dipertimbangkan."

   Kaget bukan main para tamu itu mendengar keputusan ini. Lebih-lebih Eng Lan, gadis ini menjadi pucat dan memandang ke arah Kun Hong dengan mata terbelalak. Kemudian ia melompat maju dan menghunus pedangnya menghadapi Kun Hong.

   "Dia ini yang akan maju menjadi jagonya? Baik sekali, biar dia mengadu jiwa dulu dengan aku. baru dengan suhu!"

   Dengan marah sekali Eng Lan melompat maju menerjang dan menyerang Kun Hong dengan pedangnya. Sukar sekali untuk menduga bagaimana rasa hati dan perasaan Kun Hong di saat itu. Pemuda ini berdiri tanpa bergerak, memandang kepada Eng Lan dengan mata sayu dan bibir gemetar, akan tegapi ia tidak mengelak sedikitpun dari tusukan pedang yang mengarah ulu hatinya! Pedang litu dengan cepat dan kuatnya meluncur ke depan dan agaknya sudah pasti akan menembus ulu hati Kun Hong.

   "Plak! Traaanggg..........!"

   Pedang itu tiba-tiba terlepas dan terlempar ke atas tanah sedangkan tubuh Eng Lan terhuyung mundur.

   "Tangkap si liar ini, masukkan dulu di kamar tahanan jangan boleh keluar!"

   Perintah Kui bo Thai-houw yang tadi menggerakkan tangan menangkis pedang itu dan menyelamatkan Kun Hong. Wajah wanita ini merah sekali karena ia marah melihat Kun Hong diam saja tidak melawan, rela mati di bawah tangan gadis itu.

   "Akan tetapi jangan ganggu dia!"

   Terdengar suara Kun Hong cukup berpengaruh karena diucapkan dengan nada ancaman ketika ia melihat Eng Lan dipegang oleh dua orang gadis pakaian putih.

   Kui-bo Thai-houw melirik kepadanya lalu berkata perlahan kepada gadis- gadis itu.

   "Yaaaah, jangan ganggu dia."

   Pak-thian Koai-jin tadinya hendak memberontak melihat muridnya ditangkap, akan tetap melihat sikap Kun Hong dan mendengar kata-kata tadi, ia menahan diri. Ia cukup cerdik unluk menginsyafi bahwa tidak ada gunanya mempergunakan kekerasan di sini karena takkan menang. Apa lagi ia berada di pulau orang dan tadi nyonya rumah sudah mengajukan syarat-syarat.

   Pak-thian Koai-jin dan See-thian Hoat-ong sudah pernah merasai kelihaian Kun Hong, maka tentu saja syarat yang diajukan tadi terasa berat bagi mereka dan membuat mereka ragu-ragu. Akan tetapi tidak demikian dengan Thai It Cinjin dan dua orang sutenya. Im-yang Siang-cu yang berkepandaian lebih tinggi. Mereka ini, terutama Thai It Cinjin, merasa akan sanggup mengalahkan Kun Hong. maka mereka tersenyum dan bersiap-siap.

   Thai It Cinjin melangkah maju dan berkata dengan senyum.

   "Thai-houw malah mengajukan murid Thai Khek Sian menjadi jago untuk menguji kami? Baiklah kalau demikian kehendakmu. Orang muda, majulah."

   Kun Hong sudah pernah bertanding melawan Thai It Cinjin dan dalam pertandingan dahulu itu, ia terdesak oleh kakek yang lihai ini. Ia masih merasa penasaran dan sekarang terbuka kesempatan baginya untuk menebus kekalahannya.

   "Kun Hong, kau tahu bagaimana harus mengalahkan dia. Majulah,"

   Kata Kui-bo Thai-houw dengan muka berseri dan mata bersinar penuh harapan. Kun Hong mengangguk, lalu meloloskan pedangnya. Cheng-hoa-kiam. Memang, selama berada di Ban-mo-to ia tidak hanya menghabiskan waktunya untuk bersenang. senang saja. Ia telah menerima banyak petunjuk ilmu silat dari Kui-bo Thai-houw. malah telah mewarisi berbagai ilmu pukulan yang hebat-hebat dan selain ini, pernah ia membicarakan tentang kekalahannya dari Thai It Cinjin dahulu dan mendapat petunjuk-petunjuk bagaimana umtuk menghadapi kakek dari Kim-Ie-san ini.

   Melihat Kun Hong sudah bersiap di depannya, tanpa sungkan-sungkan lagi Thai It Cinjin lalu membuka serangan dengan sepasang ujung lengan bajunya yang ampuh. Kun Hong juga menggerakkan tubuh dan pedangnya dan di lain saat keduanya sudah saling terjang dengan hebat. Baru beberapa gebrakan saja Thai It Cinjin terkejut. Benar-benar ia telah melihat perubahan luar biasa dalam gerakan pemuda ini. Dahulu ketika ia menghadapi pemuda ini, ia masih dapat mengenal ilmu pedang dan gerakan-gerakan pukulan aneh dari Thai Khek Sian, akan tetapi seaneh-anehnya masih berdasarkan ilmu silat dari Wuyi-san dan sebagai seorang yang pernah menerima pelajaran dari Gan Yan Ki, tentu saja ia dapat menghadapi ilmu silat warisan Wuyi-san biarpun sudah amat berubah. Akan terapi sekarang: menghadapi dia, agaknya pemuda ini tidak mau lagi mempergunakan ilmu silat Wuyi-san, melainkan mainkan ilmu silat lain yang amat aneh akan tetapi di dalam gerak-gerik yang halus terkandung pukulan-pukulan maut yang amat ganas dan tak kenal ampun. Ia dapat menduga bahwa ini tentulah ilmu dari Ban-mo-to karena sifatnya serasi benar dengan keadaan Kui-bo Thai-houw, halus lemah lembut namun kejam dan keji luar biasa.

   Memang dugaan tokoh besar ini tepat. Kun Hong sekarang mainkan Ilmu Pedang Giok li-coan-ciam (Dewi Kemala Menusuk Jarum) yang ia pelajari dari Kui-bo Thai-houw. Ilmu pedang ini adalah ilmu simpanan dari Kui-bo Thai-houw dan baru diajarkan kepada Kun Hong seorang saking sayangnya ia kepada pemuda itu. Sesuai dengan namanya, ilmu pedang ini halus gerak-geriknya seperti gerak-gerik seorang dewi, akan tetapi ganas dan kejam seperti jarum menusuk-nusuk kain tanpa kenal ampun lagi!

   Thai It Cinjin mulai terdesak. Ia masih menduga-duga dan masih mempelajari gerakan-gerakan lawan, sebaliknya Kun Hong tentu saja dapat mengenal dasar gerakan-gerakannya. Biar-pun dalam hal lweekang maupun ginkang ia tidak kalah akan tetapi kekalahan ilmu silat ini benar-benar membuat ia terdesak hebat. Sambil menggereng keras Thai It Cinjin lalu mencabut sebatang pedang dari pinggangnya. Kakek ini memang jarang sekali menggunakan pedang, biasanya dengan kedua tangan berikut ujung lengan baju saja ia, sudah jarang terkalahkan. Akan tetapi sebagai seorang lokoh Bu-tong-pai, tentu saja iapun seorang ahli ilmu pedang dan selalu membawa pedang yang jarang ia keluarkan.

   Setelah memegang pedang di tangan. Thai It Cinjin lalu mainkan ilmu pedang Bu-tong-pai yang paling lihai, masih dibantu lagi dengan ujung lengan baju tangan kirinya. Keadaan menjadi makin ramai karena sekarang keduanya menggunakan pedang dan biarpun sudah mengenal Bu-tong Kiam-hoat (Ilmu Pedang Bu-tong). namun tidak sampai sedalam-dalamnya, maka sekarang Kun Hong harus bersilat dengan lebih hati-hati lagi. Karena Thai It Cinjin memang lihai sekali, perlahan-lahan Kun Hong mulai terdesak.

   Tiba-tiba pemuda ini mengeluarkan seruan keras dan tangan kirinya bergerak cepat. Sinar kuning emas menyambar ke arah muka Thai It Cinjin yang menjadi kaget sekali dan cepat menangkis sambil melompat mundur.

   Hampir ia mendamprat karena mengira lawan menggunakan senjata rahasia, akan tetapi ketika ia memandang, ternyata itu bukanlah senjata gelap, melainkan sebuah tali pengikat pinggang dari benang sutera kuning yang tadi dipergunakan oleh Kun Hong.

   Sekarang pemuda ini telah berlambah sebuah senjata lain di tangan kiri, senjata yang menjadi keistimewaan Kui-bo Thai-houw. Ternyata bahwa pemuda yang pintar ini dalam waktu singkat saja, selain mewarisi Ilmu Pedang Giok-lt coan-ciam, juga telah mahir ilmu silat mempergunakan tali ikat pinggang yang lihai Itu!

   Pertandingan dilanjutkan dan keadaan berubah lagi. Kun Hong telah mulai dapat mendesak lagi, akan tetapi karena lawannya memang seorang tokoh besar yang amat lihai, tetap saja masih sukar baginya untuk mencapai kemenangan walaupun pertandingan sudah berlangsung hampir duaratus jurus. Akhirnya ia melihat tanda-tanda bahwa lawannya kehabisan napas. Maklum Thai It Cinjin sudah tua dan napasnya tidak sepanjang dahulu, tenaganyapun terbatas Melihat ini Kun Hong mengerahkan semangat dan menerjang dengan hebat.

   Tiba-tiba terdengar seman marah dan dua bayangan orang, Im Thian Cu dan Yang Thian Cu dua orang kakak beradik tokoh Bu-tong-pai yang menjadi sute Thai It Cinjin, menyerbu ke dalam kalangan pertempuran membantu kakak seperguruan mereka. Mereka semenjak tadi menahan hati. akan tetapi akhirnya tidak kuat melihat suheng mereka mulai terdesak dan mandi keringat.

   Penyerbuan mereka dalam keroyokan ini tidak menguntungkan Thai It Cinjin yang tidak keburu mencegah. Hampir berbareng terdengar suara ketawa halus, dua sinar merah menyambar dan Im Yang Siang Cu berdua roboh terguling. Thai It Cinjin terkejut sekali dan kesempatan baik ini dipergunakan oleh Kun Hong untuk menotok pundaknya dengan ujung tali ikat pinggangnya, tepat mengenai jalan darah dan tubuh Thai It Cinjin yang tinggi besar terhuyung ke belakang lalu roboh lemas.

   "Jangan bunuh mereka!"

   Bentak Kun Hong keras sekali yang membuat Kui-bo Thai-houw menoleh kepadanya dengan heran sambil menahan sabuk benang sutera merahnya yang sudah akan ia gerakkan untuk membunuh tiga orang itu.

   "Kun Hong, kau kenapa?"

   Tanyanya heran dan agak gelisah.

   "Thai-houw, harap kau penuhi permintaanku ini. Para tamu ini jangan dibunuh. Memang mereka melanggar peraturan Thai-houw, akan tetapi pelanggaran yang tidak begitu hebat. Kalau dibunuh, aku akan merasa tidak enak dan tidak senang selalu. Kalau Thai-houw hendak menghukum mereka, hukumlah dan penjarakan mereka, akan tetapi jangan sekali-kali dibunuh."

   Menarik sekali untuk mempelajari wajah Kui-bo Thai-houw di saat itu. Cahaya merah berubah pucat berganti-ganti, alis yang melengkung hitam itu bergerak-gerak naik turun, bibirnya yang masih manis sekali bergerak-gerak perlahan, matanya melirik ke kanan kiri. Akhirnya ia menatap wajah Kun Hong dan menarik napas panjang.

   "Aku bodoh sekali, akan tetapi aku tak sampai hati membikin kau tidak senang."

   Ia lalu menoleh ke arah Thai It Cinjin dan berkata, suaranya lantang berpengaruh.

   "Thai It Cinjin, kau sudah berdosa besar. Seharusnya kau dihukum mati, akan tetapi mengingat permintaan anak angkatku, kau mendapat keringanan. Kau dihukum satu tahun dalam kamar tahanan di pulau ini, dan Kim-Ie-san semenjak sekarang menjadi hak milik dan wilayah kami. Im-yang Siangcu dihukum satu tahun pula dan setelah itu harus cepat pergi jangan sampai memperlihatkan diri lagi. Sekali lagi bertemu dengan kami berarti mengantar nyawa dan harus mati!"

   Setelah berkata demikian ia memberi isyarat dengan tangannya. Belasan orang gadis pelayan beraneka warna pakaiannya memburu datang dan segera tiga orang kakek yang sudah tak berdaya itu diseret dan dimasukkan ke dalam kamar tahanan!

   "Ha, sudah kukatakan berkali-kali, muridku yang berhati keras telah salah pilih. Orang muda untuk aku pengemis hina tak perlu kau mintakan ampun. Hayo maju dan bertanding mengadu nyawa kalau kalian tidak mau membebaskan Eng Lan dari pulau siluman ini!"

   Pak thian Koai jin melangkah maju dengan marah.

   "Pak-thian Koai jin, bawalah muridmu itu pergi dan sini dan selanjutnya jangan ganggu kami!"

   Kata Kui-bo Thai-houw yang sebetulnya tidak suka melihat Kun Hong tergila -gila kepada gadis itu.

   "Tidak boleh!"

   Kun Hong menbantah, suaranya gemetar.

   "Thai-houw, aku tidak rela kalau Lam-moi dia bawa pergi. Dahulu juga hampir saja Lam-moi celaka oleh Ngotok kauw tanpa gurunya ini dapat membela. Harap tangkap dan penjarakan saja Pak-thian Koai-jin!"

   Mendengar ini, Pak-thian Koai-jin marah sekali dan tanpa banyak cakap lagi ia menerjang Kun Hong dengan tongkat bambunya. Kun Hong cepat mengelak dan melawan.

   Kui-bo Thai-houw terheran mendengar ucapan Kun Hong tadi, akan tetapi ia girang juga bahwa pemuda itu tidak membela pengemis ini malah suruh memenjarakan.

   "Kun Hong, kalau begitu bunuh saja pengemis tua bangka ini!"

   Perintahnya.

   Kun Hong terkejut. Bukan maksudnya demikian. Ia sengaja hendak menahan Pak-thian Koai-jin agar Eng Lan juga tidak pergi dan di samping itu, kelak kalau tiba saatnya ia memberontak terhadap Kui-bo Thai-houw, yaitu kalau ia sudah mendapat pengobatan, ada kawan-kawan yang tangguh membantunya. Kalau ia selalu membantah, akhirnya Kui-bo Thai-houw akan kehilangan kesabarannya. Ia sudah mengenal betul watak wanita ini. Amat sayang kepadanya dan beberapa buah permintaannya selalu diluluskan. Akan tetapi kalau wanita ini sudah marah dan hilang kesabarannya, segalanya bisa gagal dan rusak.

   Sambil menghadapi serangan-serangan Pak-thian Koai-jin, ia mencari akal dan akhirnya berkata.

   "Thai-houw, beberapa bulan lagi akan ada pentemuan puncak antara tokoh-tokoh di Pek go to. Para lo-enghiong yang hari ini datang ke sini termasuk tokoh-tokoh penting dan ternama. Kalau kita ini hari membunuhnya, bukanlah kelak hal ini akan. dapat dipergunakan orang untuk menurunkan derajat dan merendahkan nama besar Thai-houw? Lebih baik kita penjarakan mereka ini semua dan kita lepaskan menjelang pertemuan puncak itu."

   Sampai lama Kui-bo Thai-houw diam saja, hanya memandang ke arah pertempuran itu. Kun Hong diam-diam gelisah sekali, apa lagi karena Pak-thian Koai-jin mendesaknya dengan hebat. Ilmu kepandaian Pak-thian Koai-jin juga istimewa sekali, apa lagi mangkok bututnya yang selain merupakan "lambang"

   Kedudukannya sebagai pengemis aneh, juga merupakan senjata yang tidak boleh dipandang ringan. Tongkat bambu yang amat ringan itu bergerak cepat bagaikan kilat menyambar sehingga biarpun tingkat kepandaian Kun Hong lebih tinggi, namun tetap saja pemuda ini harus mencurahkan perhatiannya kalau tidak mau celaka. Pedang Cheng-hoa-kiam lagi-lagi memperlihatkan keunggulannya, berubah menjadi gulungan sinar terang yang melindungi tubuhnya.

   Sebelum ada keputusan dari Kui-bo Thai-houw, pemuda ini tidak berani sembarangan memutuskan sendiri. Ia berani membantah dan mengajukan usul hanya bermodalkan kasih sayang wanita itu terhadapnya. Kalau wanita itu tidak setuju, iapun tidak berdaya apa-apa. Ia tahu betul akan kelihaian Kui-bo Thai-houw dan mengerti bahwa apa bila ia menggunakan kekerasan, ia akan celaka dan takkan dapat menang. Biarpun dibantu oleh Eng Lan. Pak-thian Koai-jin, See-thian Hoat-ong, Kong Bu, Thai It Cinjin dan kedua Im yang Siang-cu agaknya mereka semua takkan berdaya menghadapi Kui-bo Thai-houw yang juga banyak sekali pembantunya yang lihai- lihai.

   Akhirnya Kui-bo Thai-houw yang tahu bahwa pemuda itu masih menanti keputusannya berkata.

   "Usulmu baik, Kun Hong. Robohkan dan tawan mereka semua seperti kehendakmu."

   Bukan main girangnya hati Kun Hong. Tadinya ia sudah khawatir sekali oleh kedatangan rombongan ini yang dianggapnya amat sembrono. Dia sendiri biarpun dianggap anak angkat, murid, juga kekasih, sebetulnya hanyalah seorang tawanan yang tak mampu melarikan diri dari situ. Ia sengaja membawa Eng Lan karena selain ia merasa rindu dan ingin terus berdekatan, juga ia baru merasa aman kalau melihat Eng Lan selamat. Semenjak ada Eng Lan di situ, makin tekun ia belajar dengan maksud kelak dapat mengatasi Kui-bo Thai-houw dan selain membebaskan diri sendiri, juga diri Eng Lan. Ia merasa yakin hal ini tak lama lagi akan dapat ia lakukan, yaitu kalau dia sudah mendapat pengobatan Im-yang giok-cu dari Kui-bo Thai-houw. Maka kedatangan rombongan ini membikin dia bingung sekali. Baiknya dia bisa membujuk Kuii'bo Thai-houw sehingga mereka tidak dibunuh. Hal ini baik sekali karena kelak mereka ini boleh diharapkan bantuannya menghadapi wanita iblis yang amat lihai itu.

   "Pak-thian Koai-lo-enghiong, apakah kau masih tidak mau mengalah? Thai-houw mengampuni kalian semua dan hanya menghukum satu tahun, Tidak ada satu tahun malah, sampai menjelang pertemuan di Pek go-to. Asal saja muridmu dalam selamat, kau mau apa lagi? Harap jangan bodoh!"

   Kata Kun Hong sambil menangkis serangan tongkat dibarengi dengan gerakan memutar sehingga tongkat bambu itu tak dapat ditahan lagi terlepas dari pegangan kakek itu. Pak-thian Koai-jin melompat ke belakang dan menarik napas panjang berulang-ulang.

   "Seorang gagah tidak menarik kembali omongannya. Aku sudah kalah, terserah kepadamu. Mau bunuh boleh bunuh, mau hukum boleh hukum asal Eng Lan jangan diganggu."

   Tanpa banyak bantahan lagi ia lalu mengikuti rombongan penjaga yang membawanya ke kamar tahanannya!

   Melihat semua kejadian ini, See-thian Hoat-ong yang berwatak keras, bekas seorang panglima perang, menjadi tak senang hatinya. Ia berdiri tegak di dekat puteranya, menatap wajah Kui-bo Thai-houw dengan muka merah lalu berkata, suaranya lantang dan tegas,

   "Aku datang bersama anakku selain untuk menemani Pak-thian Koai-jin minta pembebasan muridnya, juga untuk minta tolong kepada Thai-houw supaya suka menggunakan Ngo-heng giok-cu mengobati luka anakku karena pukulan beracun. Kalau fihak nyonya rumah menganggap aku sebagai tamu. aku minta diperlakukan sepantasnya, tidak semestinya dihina. Kalau aku dan puteraku datang dianggap musuh, aku orang she Kong selamanya belum pernah takluk kepada musuh tanpa mempertaruhkan nyawa. Seribu kali lebih baik tewas dari pada menaluk kepada musuh!"

   Kui bo Thai-houw adalah bekas selir kaisar. Melihat sikap ini, mendengar omongan yang gagah, memandang orang tinggi besar gagah perkasa bersama puteranya yang tampan dan gagah itu, timbul rasa kagumnya. Akan tetapi dia orang aneh dan kehendaknya selalu ingin ditaati orang saja. Baiknya Kun Hong yang melihat sinar kagum di mata Thai-houw. cepat-cepat ia maju dan berkata.

   "Biar aku mewakili Thai-houw agar tidak membikin beliau lelah bicara denganmu, See-thiau Hoat-ong. Ketahuilah, terhadap orang orang gagah seperti kau dan puteramu, kami mana tidak menghormat? Adalah karena kalian melanggar larangan mengunjungi pulau ini yang membikin Thai-houw marah. Kau minta tolong pengobatan puteramu. Pukulan itu adalah Hek-tok-sin-ciang yang hebat Apa kau kira gampang saja mengobatinya? Sedikitnya makan waktu berbulan. Kalau kau mau puteramu diobati, harus taat kepada peraturan. Tamu-tamu tidak boleh berkeliaran sesukanya, harus tinggal di kamar khusus. Setelah puteramu sembuh, baru kalian boleh pergi. Kalau tidak suka akan aturan ini, lebih baik kau dan puteramu pergi saja membawa luka-luka itu."

   Thai-houw mengangguk-angguk puas. Setidaknya ucapan Kun Hong itu masih mengangkat derajatnya dan membayangkan dengan jelas akan besarnya pengaruhnya. See-thian Hoat-ong orangnya jujur dan agaknya Kun Hong yang memang cerdik itu dapat menduga akan hal ini, maka sengaja pemuda itu tadi mengeluarkan kata-kata seperti itu. Menurut jalan pikiran See-thian Hoat-ong, ucapan tadi mengandung banyak cengli (aturan yang betul) juga. Dia datang untuk mengobatkan puteranya, tentu saja ia harus mentaati peraturan yang akan menolongnya.

   "Hemm, kalau begitu baiklah. Aku dan Kong Bu akan tinggal untuk sementara di sini, mengobati luka-lukanya. Di mana kamar kami?"

   Beberapa orang pelayan datang dan membawa mereka pergi dari situ. Kun Hong tersenyum lega dan memandang kepada Kui-bo Thai-houw dengan wajah berseri.

   "Bagus sekali, Thai-houw. Hari ini urusan dapat diselesaikan tanpa banyak membuang tenaga, bukan?"

   Kui-bo Thai-houw berdiri dan membelai dagu pemuda itu penuh kasih sayang.

   "Kau hampir membikin marah aku karena Eng Lan. Akan tetapi apa yang kau lakukan tadi memang cerdik. Biar mereka tahu rasa dalam tahanan dan tidak lagi berani memandang ringan orang-orang wanita!"

   Akan tetapi Kun Hong tidak khawatir akan keselamatan para tawanan itu. Dia boleh dibilang "kenal baik"

   Dengan semua pelayan yang berkuasa dan ia dapat memesan mereka supaya memperlakukan para tawanan dengan baik. Adapun tentang luka yang diderita oleh Kong Bu, dia adalah murid terkasih dari Thai Khek Sian, tentu saja ia mengenal luka pukulan Hek-tok-sin-ciang itu dan tahu cara pengobatannya. Malah tadi sepintas lalu ia melihat bahwa gurunya tidak bermaksud membunuh Kong Bu, dan luka itu hanyalah luka di luar yang tidak akan membahayakan nyawanya.

   Demikianlah, para tawanan itu sebetulnya tidak seperti tawanan nasibnya. Mereka tinggal di dalam kamar-kamar tersendiri di bawah tanah, kamar-kamar yang indah dan mewah, mendapat makan minum yang amat baik. dilayani oleh gadis-gadis cantik Hanya penjagaan amat kuat dan mereka betul-betul dikurung, tak dapat keluar dari ruangan di bawah tanah. Eng Lan sendiri yang bebas di luar, biarpun tahu bahwa suhunya dan yang lain. lain terkurung di dalam ruangan-ruangan di bawah tanah, namun ia tidak diperkenankan masuk untuk menengok.

   Beberapa hari kemudian datanglah Phang Ek Kok, kakak dari empat orang nenek kembar pelayan Kui-bo Thai-houw, di Pulau Ban-mo-to. Beberapa tahun sekali kakek pendek gemuk gundul ini tentu datang mengunjungi empat orang adiknya di pulau itu. Dia datang bersama seorang gadis cantik yang masih muda, gadis yang sikapnya pendiam dan nampak berduka saja. Ketika ia muncul di depan Kui-bo Thai-houw bersama Ek Kok, Kun Hong memandang dengan mata terbelalak, kaget bukan main karena ia mengenal Kwa Siok Lan dalam diri gadis ini! Muka itu tiada bedanya dengan muka Kwa Siok Lan, seperti pinang dibelah dua, hanya sanggul rambut dan cara berpakaian saja yang lain, dan gadis ini lebih muda. Bentuk tubuh dan potongan muka persis tidak ada bedanya sedikitpun juga sampai Kun Hong memandang dengan bengong. Gadis itu sendiri setelah menjura di depan Kui-bo Thai-houw, berdiri menundukkan mukanya, sama sekali tidak perduli kepada pemuda yang memandangnya dengan bengong itu.

   "Kun Hong, kau melihat apa?"

   Tegur Kui-bo Thai-houw. bibirnya tersenyum akan tetapi pada matanya terbayang lagi iri hati.

   Kun Hong sadar dan mukanya menjadi merah.

   "Aku......... aku seperti sudah pernah bertemu dengan nona ini......... lupa lagi entah di mana........"

   Phang Ek Kok tertawa terkekeh kekeh, persis seperti empat orang adiknya kalau tertawa, hanya dia ini lebih besar suara ketawanya.

   "Dia puteriku, selamanya berada di samping ayahnya ini, mana pernah bertemu dengan kau? Orang muda, jangan ngawur!"

   Phang Ek Kok tidak lama berada di Pulau Ban-mo-to. Pertama karena memang Kui-bo Thai-houw tidak begitu suka dengan orang aneh ini, keduanya karena Thai-houw khawatir kalau kalau Kun Hong tertarik oleh gadis langsing puteri Ek Kok itu. Maka baru sehari di situ, ia lalu memberi tugas kepada Phang Ek Kok untuk "mengawasi"

   Dan menjaga wilayah Kim-Ie-san bekas tempat tinggal Thai It Cinjin yang telah dirampasnya.

   Demikianlah keadaan di Pulau Ban-mo-to sebelum Wi Liong datang ke pulau itu dan tertangkap oleh jaring emas Kui-bo Thai-houw. Dan sekarang mari kita lanjutkan cerita ini dan mengikuti pengalaman Wi Liong lebih lanjut.

   Seperti sudah dituturkan di bagian depan, munculnya Eng Lan yang sudah mendapat kebebasan lagi setelah gurunya dan yang lain-lain ditahan dalam ruangan-ruangan bawah tanah, membuat Wi Liong terheran-heran, juga ia merasa girang sekali karena ada harapan tertolong keluar dari dalam jala yang mujijat itu. Kalau ia tidak dapat keluar lebih dulu dari dalam jala emas itu, bagaimana ia bisa bergerak leluasa menghadapi musuh-musuh yang demikian lihainya seperti Kui-bo Thai-houw dan anak buahnya?

   Akan tetapi malang baginya. Selagi ia menanti kembalinya Eng Lan penuh harapan, tiba-tiba muncul Kui-bo Thai-houw dan seorang pemuda, berjalan-jalan sambil bergandeng tangan, tertawa-tawa bersendau-gurau di bawah pohon-pohon itu. Ketika Wi Liong menggerakkan tubuh agar jala yang mengurung dirinya berputar sehingga ia dapat melihat mereka dengan jelas, pemuda ini terkejut, heran, dan marah sekali. Ternyata bahwa pemuda yang bersendau-gurau dengan Kui-bo Thai-houw, yang bercakap-cakap dan tersenyum-senyum mesra itu bukan lain adalah Kun Hong!

   "Aku tadi mendengar orang-orang bicara tentang Thai-houw menjala ikan. Tidak sari-sarinya Thai-houw suka menangkap ikan. Ikan apa sih yang begitu menarik hati?"

   Terdengar Kun Hong bertanya.

   Kui-bo Thai-houw tertawa genit.

   "Tidak ada ikan di dunia ini yang dapat menarik perhatianku seperti engkau, anak manis. Memang ikan itu istimewa dan aku mengajakmu ke sini juga untuk memperlihatkannya kepadamu."

   "Aah. Souw Niang. harap kau jangan main-main,"

   Kata Kun Hong dengan sikap merayu. Jika berada berdua saja, memang Kun Hong tidak lagi menyebut Thai-houw, melainkan memanggil nama kecil wanita itu.

   "Souw Niang, untuk apa bicara tentang ikan? Aku sudah sering kali melihat ikan. Ada urusan yang lebih penting dari pada itu, yang selalu menggelisahkan hatiku........."

   Kui-bo Thai-houw berseri wajahnya dan melebar senyumnya, kelihatan senang sekali dirayu pe-muda ini.

   "Kun Hong, apa sih yang menggelisahkan hatimu? Bukankah aku berada di sampingmu?"

   "Souw Niang, kau berjanji hendak mengobati lukaku dengan Im-yang-giok-cu. Mengapa sampai sekarang belum juga kaulakukan? Souw Niang, lupakah kau bahwa luka ini bisa mendatangkan kematian bagiku?"

   Suara Kun Hong memohon.

   Kui bo Thai-houw tertawa kecil.

   "Pemuda bodoh. Kalau aku berada di sampingmu selamanya, apa lagi yang kautakuti? Biar Giam-lo-ong (Raja Akhirat) sendiri yang datang, ia tidak akan mampu merampas kau dari hatiku. Jangan kau bingung, kekasih........."

   Wi Liong merasa terkejut, heran dan muak sekali sampai ia menggigit bibirnya. Tak disangkanya bahwa Kun Hong adalah pemuda serendah itu. pemuda tak tahu malu yang benar-benar di luar dugaannya. Memang ia tahu bahwa Kun Hong semenjak kecil hidup di antara orang-orang jahat. Akan tetapi sampai menjadi kekasih Kui-bo Thai-houw hanya untuk mencari obat, merayu wanita tua itu dan melupakan Eng Lan, benar-benar mendatangkan kemarahan luar biasa dalam hati Wi Liong. Saking marahnya ia tidak dapat melihat lagi ke arah dua orang itu dan terpaksa meramkan mata karena tidak dapat membalikkan tubuhnya.

   Kun Hong hendak membantah lagi, akan tetapi wanita itu mencegahnya dengan kata-kata lirih.

   Cheng Hoa Kiam Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Ssttt, hal itu kita bicarakan lagi nanti. Sekarang mari kaulihat ikan yang kutangkap. Tanggung kau akan tertarik sekali."

   Sambil berkata demikian. Kui bo Thai-houw memegang lengan pemuda itu dan sekali tubuhnya bergerak, ia telah melompat ke atas pohon sambil menggandeng Kun Hong!

   "Eh........eh.........kenapa lihat ikan ke pohon? Ikan atau burung yang......."

   Tiba-tiba Kun Hong tak dapat melanjutkan kata-katanya saking heran dan terkejutnya melihat Wi Liong di dalam jala, tergantung dan terayun-ayun pada cabang pohon, persis seperti seekor burung dalam sangkar!

   Tak dapat ditahan lagi saking geli hatinya, Kun Hong tertawa terbahak-bahak ketika bersama Kui-bo Thai-houw ia duduk di atas sebuah cabang pohon yang melintang tepat di depan Wi Liong.

   

Pendekar Bodoh Karya Kho Ping Hoo Jodoh Si Mata Keranjang Karya Kho Ping Hoo Pendekar Bodoh Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini