Ceritasilat Novel Online

Anak Berandalan 6

Anak Berandalan Karya Khu Lung Bagian 6


ilihat, ada apakah yang menjadikan
sang kawan bertanya seperti itu "
Apa yang dilihatnya dibelakang Liong It San "
Sepasang sinar mata yang bersinar bercahaya, berkilat-kilat dan memancarkan benih
kebenaran bergantung di tempat itu !
Sepasang mata bercahaya ini tidak jauh dari tiga tombak, menatapnya dengan wajah yang
sangat dingin. Bulu tengkuk Liong It San bergerinding bangun, ia adalah ahli ilmu meringankan tubuh kelas
satu, kali ini bisa diikuti orang tanpa sadar, inilah satu bukti bahwa orang itu memiliki satu
kepandaian yang luar biasa.
Pendekar kilat Liong It San sudah bisa membedakan bayangan yang membuntutinya adalah
bayangan seorang manusia.
Pendekar guntur Lie Ban Tong juga mengeluarkan sepasang senjata Lui-kong-ciok, ia
bergeram keras :
"Siapa " Apa maksud tujuanmu ketempat ini ?"
Suara bentakan Lie Ban Tong yang seperti guntur, tentu saja mengejutkan Sim Pek Kun,
menyadarkan sang ratu rimba persilatan dari lamunannya.
Didalam perahu telah bertambah seseorang, bukan, bukan seorang, tapi dua orang. Seorang
menggendong tubuh kawannya, bukan, bukan kawannya, itulah mayat.
mayat pelayan rumah penginapan. Jenazah si pelayan rumah penginapan yang sudah menjadi
korban. Seseorang telah datang dengan membawa mayat si pelayan rumah penginapan !
Setelah berdamping-dampingan, Lie Ban Tong dan Liong It San menggeretek, mereka
menghadapi orang itu. Orang yang didepan mereka adalah seorang laki-laki berambut
panjang, berkumis sedikit, pakaiannya tidak teratur, ia menggendong seseorang yang sudah
mati, walau demikian, tanpa bisa mengurangi kecepatan tubuhnya, orang itu bisa berjalan
dengan ringan, tanpa bisa disadari oleh Liong It San yang dibuntuti olehnya.
Siapakah orang ini "
Inilah si jago berandalan, Siauw Cap it long !
Siauw Cap it long merentangkan sepasang sinar matanya yang besar dan tajam, ia berjalan
mendekati kearah Liong It San.
Liong It San sedang dirundung oleh rasa takut yang tidak terhingga, ia selalu mengagulkan
diri, karena ilmu meringankan tubuhnya yang sangat mahir, bisa dibuntuti tanpa berisik.
Bahkan orang yang membuntuti itu adalah seorang yang menggendong sesosok mayat, mayat
yang baru saja dibunuh olehnya.
Lie Ban Tong sudah siap menggerakkan Lui Kong Ciok, tiba-tiba terdengar suara bentakan
Sim Pek Kun : "Tunggu dulu ! Dia adalah kawanku !"
Sim Pek Kun tidak mengetahui bahwa orang yang membuntuti Liong It San ini adalah Siauw
Cap it long. Menyaksikan wajah yang sangat berkesan itu, rasa girangnya tidak kepalang.
Lie Ban Tong menghentikan gerakannya, ia tidak berani mengambil langkah ceroboh. Rasa
takutnya Liong It San masih belum mereda, ia mundur lagi, terjatuh di kursi, duduk dengan
lemas. Siauw Cap it long menurunkan jenazah yang digendong, perlahan-lahan diletakkan ditanah,
wajahnya menatap muka Sim Pek Kun, tanpa sekejap katapun yang keluar dari mulutnya.
Sim Pek Kun berteriak girang :
"Kau..... kau juga tiba kemari ?"
Siauw Cap it long menganggukkan kepala. Membenarkan pertanyaan Sim Pek Kun.
"Bagaimana kau bisa membuntuti aku tiba disini ?" bertanya lagi Sim Pek Kun.
Siauw Cap it long menyengir, dengan suara yang sangat perlahan, ia berkata : "Aku juga tidak
tahu, bagaimana aku bisa berada ditempat ini."
Jawaban yang sangat tidak berkesan. Tapi penuh arti dalam.
Didalam hati Sim Pek Kun berpikir :
"Aku memaki dirinya, aku telah membuat ia sakit hati, tapi ia masih begitu prihatin...."
Sim Pek Kun tidak bisa meneruskan pikiran-pikiran yang mulai melayang-layang jauh.
Rasa hangat Sim Pek Kun terasa, ia kini bukan seorang diri. Ternyata masih ada seorang
kawan yang begitu memperhatikan dirinya.
Tertojos oleh cahaya pelita, wajah Sim Pek Kun bersemu merah, semakin menarik. Sebagai
ratu rimba persilatan, Sim Pek Kun memang sangat cantik, sangat menarik, disaat ini ia lebih
cantik, lebih menarik lagi. Pendekar kilat Liong It San dan pendekar guntur Lie Ban Tong
saling pandang, mereka bingung menghadapi perubahan situasi.
Didalam hati Lie Ban Tong mencela perbuatan Liong It San, mengapa sang kawan berlaku
ceroboh, membunuh orang tanpa melihat kanan dan kiri.
Didalam hati Liong It San sedang berdebar-debar, apa hubungannya bocah ini " Mengapa bisa
kenal kepada seorang nyonya agung yang seperti Sim Pek Kun " Sepintas lalu, hubungan
mereka itu bukan hubungan biasa, apakah hubungan mereka "
Akhirnya Sim Pek Kun mengelakkan sinar mata Siauw Cap it long, ia menundukkannya
memandang lantai, maka jelaslah terpeta, siapa mayat yang digendong datang itu, itulah si
pelayan rumah penginapan yang baik hati, pelayan rumah penginapan yang mencarikannya
kereta, pelayan penginapan yang mengantarnya pulang ke kampung Sim kee chung.
"Aaah.... siapa yang membunuh ?" Ia berteriak kaget.
Pelayan rumah penginapan adalah tokoh kecil yang tidak mengerti sesuatu, hubungannya
lepas dari rimba persilatan, tidak ada permusuhan, tidak ada dendam, siapa yang mau
membunuh laki-laki seperti si pelayan rumah penginapan "
Siauw Cap it long tidak membuka mulut. Pertanyaan itu tidak perlu dijawab. Ia menoleh
memandang kepada si Pendekar Kilat Liong It San.
Mengikuti arah pandangan mata itu, Sim Pek Kun juga memandang Liong It San.
"Kau?" ia berteriak. "Kau yang membunuh" Mengapa kau membunuhnya" Mengapa"...."
Pendekar kilat Liong It San terbatuk-batuk, akibat apa yang akan timbul bila rahasia ini
sampai terbongkar. Memang tugas mereka. Apa boleh buat, ia harus mengambil sikap berani,
ia berkata keras :
"Hujin kenal dengan tuan ini " Yah, apa boleh buat. Tapi, ia telah membikin fitnah. Bukan
aku yang membunuh."
Pendekar Kilat Liong It San hanya pandai dalam ilmu meringankan tubuh, ilmu silatnya
hanya ilmu silat biasa, tapi mulut dan lidahnya sangat hebat.
Hal ini betul-betul meragu-ragukan, Sim Pek Kun menoleh kembali kepada Siauw Cap it long
dan bertanya : "Siapa yang membunuhnya ?"
Ia masih tidak mengerti, siapa yang membunuh si pelayan rumah penginapan.
Dari sepasang sinar mata Siauw Cap it long, cahaya itu memberi tahu, bahwa orang yang
membunuh pelayan rumah penginapan adalah si pendekar kilat Liong It San. Dan pendekar
kilat Liong It San menyangkal tuduhan itu. Ia mengatakan bahwa Siauw Cap it long telah
memfitnah dirinya.
Sebelum Siauw Cap it long memberikan jawaban, dengan suaranya yang keras seperti guntur,
Lie Ban Tong bergeram :
"Adikku tidak membunuhnya, adikku bukan seorang pembunuh. Sepasang pendekar Kilat dan
guntur dari telaga Tay ouw bukanlah pembunuh-pembunuh. Setiap kata dari kami boleh
dipercayakan."
Liong It San juga berkata :
"Seperti apa yang toako tahu, kita belum pernah berbohong kepada orang, semua tokoh silat
dari rimba persilatan juga tahu. Biar saja dunia memberi penilaian."
Lie Ban Tong berkata :
"Saudaraku tidak membunuh pelayan itu, Siapakah yang membunuhnya" Mungkinkah Hujin
tidak tahu ?"
Siauw Cap it long membiarkan hujan-hujan fitnah, ia menunggu reaksi dan kepercayaan Sim
Pek Kun Tetapi si Ratu rimba persilatan kurang yakin, pendiriannya mulai goyah, memandang Siauw
Cap it long dan bertanya :
"Kau yang membunuhnya" Mengapa?"
Wajah Siauw Cap it long berubah, lagi-lagi ia tidak mendapat kepercayaan. Apa boleh buat,
kambing hitam itu adalah permainan biasa. Fitnah itu adalah layak baginya. Ia berkata
perlahan : "Kau lebih percaya keterangannya, kau kira aku bisa membunuh pelayan rumah penginapan
yang baik hati ini " Kau kira aku membikin fitnah ?"
"Aku........aku tidak tahu." Berkata Sim Pek Kun.
"Tentu saja kau tidak tahu." berkata Siauw Cap it long. "Karena kau tidak kenal kepadaku.
Kau tidak percaya kepadaku, kau belum mengetahui siapa dan bagaimana asal usulku."
"Aku tahu....aku tahu...." tiba-tiba terdengar satu suara orang berteriak, itulah suara Sim Thian
Tiok. Ia bangkit dari tempat duduknya, sepasang sinar matanya menunjukkan ketakutan,
seolah-olah iblis yang hendak menelan mangsa.
Hati Lie Ban Tong tergerak, segera ia berkata :
"Kau kenal " Kau kenal kepadanya " Siapakah orang ini ?"
Sim Thian Tiok mengangkat sedikit tangannya yang gemetaran, semakin lama gemetar itu
semakin keras, ia menudingkan kearah Siauw Cap it long dan berteriak.
"Inilah si pembunuh ! Inilah penghancur kampung Sim kee chung ! Inilah Siauw Cap it long
!" "Haaa.........."
Ternyata laki-laki yang mempunyai sepasang sinar mata yang menarik ini adalah Siauw Cap
it long ! Anak berandal yang sangat kurang ajar ! Anak berandal yang tidak tahu aturan !
Orang yang sering membunuh tokoh-tokoh rimba persilatan !
___ FAKTA DAN BUKTI
Selama bergaul dengan Siauw Cap it long, belum pernah Sim Pek Kun tahu, siapa nama lakilaki
itu. Kini Sim Thian Tiok berteriak, mengatakan bahwa laki-laki yang mempunyai sepasang sinar
mata yang menarik itu adalah Siauw Cap it long, sang Ratu rimba persilatan membelalakkan
mata, ia bertanya keras :
"Kau.......... kau yang bernama Siauw Cap it long ?"
Siauw Cap it long mengeluarkan helaan napas panjang, mengeluarkan semua rasa sesal
didalam hatinya, ia menganggukkan kepala, berkata perlahan :
"Ya. Aku Siauw Cap it long !"
"Kau.... kau...."
Hawa amarah Sim Pek Kun naik mendadak, menudingkan jarinya kearah Siauw Cap it long,
ia membentak : "Kau yang bernama Siauw Cap it long " Kau yang membunuh orang " Kau yang
menghancurkan kampung Sim kee chung ?"
Siauw Cap it long menggoyang-goyangkan kepala.
"Tidak."
"Kau tidak membunuh orang ?" bertanya Sim Pek Kun.
"Bukan mengatakan bahwa aku belum pernah membunuh orang." berkata Siauw Cap it long.
"Aku pernah membunuh orang. Tapi bukan ini yang dibunuh olehku."
Tiba-tiba Sim Thian Tiok menjerit :
"Luka ditubuhku ini adalah hadiah pemberiannya, ia yang membacok. Sim Thay hujin juga
mati dibawah tangannya. Huh...... golok yang ada padanya itu adalah golok yang melukai
kami. Itulah golok pembunuhnya !"
Tiba-tiba Sim Pek Kun berteriak, mengeluarkan pisau belati, ditarik dan ditusukkan kebadan
Siaw Cap It Long.
Kejadian tadi sungguh sangat-sangat mengherankan. Siaw Cap It Long tidak menghindarkan
dari tusukan pisau, entah disengaja, entah tidak disengaja, ia membiarkan dirinya tertusuk.
Tetapi tusukan pisau sangat dingin sekali.
Siaw Cap It Long merasakan dinginnya tusukan pisau itu, menembus kulitnya, melukai
dagingnya, menyerempet tulang didalam.
Tusukan ini seperti telah menghancurkan dirinya, ia diam tidak bergerak, diam mematung
disitu, seolah-olah menjadi seorang manusia besi.
Sim Pek Kun juga terbelalak, ia kurang percaya, bahwa tusukannya tadi betul-betul telah
melukai Siaw Cap It Long.
Ia telah menyaksikan, betapa hebatnya ilmu kepandaian Siaw Cap It Long, dengan menyentil
ujung jarinya saja, Siaw Cap It Long bisa memukul jatuh pisau itu. Pisau tersebut bisa
diterbangkan, hingga bisa lenyap dari pandangan mata.
Maka, ia telah menusukkannya, menusukkan dalam keadaan amarah meluap-luap. Ia tidak
percaya, bahwa tusukan itu bisa mengenai Siaw Cap It Long.
Tapi tusukan Sim Pek Kun betul-betul telah mengenai Siaw Cap It Long ! mengapa ia tidak
menangkis " mengapa ia tidak mengelakkan dirinya "
Siaw Cap It Long masih berdiri. Diam. Tidak berteriak. Seperti sebuah patung besi.
Sepasang sinar mata Siaw cap It Long yang bersinar terang itu tidak memperlihatkan
kemarahan, tapi penuh penyesalan, penuh rasa sakit, sakit diluka dan sakit dihati.
Belum pernah Sim pek Kun melihat sinar mata seperti apa yang Siaw Cap It Long
perlihatkan. Dengan satu kali tusukan, Sim Pek Kun berhasil melukai rampok besar Siaw cap It Long.
Seharusnya ia bertepuk tangan gembira.
Tapi kenyataan tidak, hatinyapun sakit. Ia tidak tahu, adalah perbuatan itu sebagai satu
perbuatan yang salah "
Pisau Siaw cap It Long masih tertancap didada orang yang bersangkutan.
terdengar suara tertawa berkakakan Sim Thian Tiok.
"Hua, ha, ha, ...... Siauw Cap it long ! ternyata kau juga menemui hari yang naas.... ternyata
kau juga bisa dibunuh orang. Hayo, tusuk sekali lagi, hendak kulihat, bagaimana Siauw Cap it
long mati didepanku."
Tangan Sim Pek Kun gemetaran.
Tangan Sim Pek Kun dirasakan menjadi sangat lemas, mulai gemetaran.
Sim Thian Tiok berteriak girang :
"Dia adalah orang yang telah membunuh nenekmu, hayo bunuh. Tunggu apa lagi?"
Sim Pek Kun mengertek gigi, menarik tangannya, mencabut pisau belati.
Darah muncrat bersemburan, membuat seluruh baju Sim Pek Kun menjadi merah.
Tubuh Siauw Cap it long tetap kaku, dagingnya seperti beku, ia masih diam seperti patung
ditempat itu. Hanya sepasang biji matanya saja yang berputar, memandang kearah Sim Pek Kun, dengan
rasa penuh kekecewaan.
Mengapa ia tidak mau mengelakkan serangan itu" Mengapa ia tidak mau menyingkirkan diri
dari serangan itu" Mengapa ia rela mati dibawah tangan Sim Pek Kun"
Tangan Sim Pek Kun semakin lemas, gemetarannya semakin keras, air matanya bercucuran
tusukan kedua tidak bisa digerakkan; biar bagaimanapun Siauw Cap it long itu telah menanam
budi yang terlalu besar. Tidak bisa ia membalas air susu dengan air tuba.
Tusukan berikutnya tidak bisa disambung. Sim Pek Kun tidak bisa mematikan orang yang
telah berulang kali membantu dirinya.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan Lie Ban Tong :
"Hujin tidak tega membunuhnya" Biar aku saja!"
Bersamaan dengan suara Lie Ban Tong kedua tangannya digerakkan, kedua senjata Lui Kong
Ciok menyerang kearah dada Siauw Cap it long.
Serangan Lie Ban Tong sangat dahsyat sekali.
Sepasang mata Siauw Cap it long ditujukan kepada Sim Pek Kun, ia tidak menengok dan
memperhatikan adanya serangan Lie Ban Tong, walaupun demikian, seolah-olah memiliki
mata dibelakang , tangannya digerakkan menampar kearah pipi si pendekar guntur.
Gerakan tangan Siauw Cap it long adalah gerakan biasa, tidak istimewa. Tapi tak bisa
dielakkan oleh Lie Ban Tong. Plak..... hidungnya kena tamparan, Buk..... tubuhnya terpental
kebelakang, Braak.... memecahkan jendela perahu pesiar itu.
Jendela yang terkena tubuh Lie Ban Tong tidak bisa menahan berat orang itu pecah, meluncur
terus tubuh Lie Ban Tong, terdengar lagi Plung...... Lie Ban Tong jatuh kedalam air.
Wajah Liong It San menjadi pucat, ia terpatung ditempatnya.
Sim Thian Tiok juga mengatupkan mulutnya, ia tidak bisa berteriak lagi.
Betapa hebatnya Siauw Cap it long, semua orang bisa mengira-ngira, tapi kenyataan itu lebih
hebat lagi, hanya sebuah tamparan tangan saja, Siauw Cap it long bisa mengelakkan serangan
Lui kong ciok si pendekar guntur, menampar pipi jago itu, menerbangkan tubuhnya,
menceburkan kedalam telaga.
Didalam hati Sim Pek Kun semakin kalut, ia berpikir :
"Didalam keadaan luka yang begitu berat ia bisa memukul orang tanpa bisa dielakkan.
Mengapa ia tidak mau mengelakkan tusukanku " Mengapa...?"
Si Nyonya agung menoleh lagi, menatap wajah Siauw Cap it long. Wajah itu masih seperti
sedia kala, membeku ditempatnya.
Sim Pek Kun masih berpikir :
"Bila betul orang ini yang menghancurkan kampung Sim kee chung " Mengapa ia tidak mau
membunuhku " Mengapa ?"
Sedari munculnya Sim Pek Kun didalam perahu besar itu, Sim Thian Tiok selalu terbaring
dengan selimut, ini waktu tiba-tiba bangkit bangun, molos keluar dari lobang selimutnya,
gerakkannya gesit dan cepat, tidak ada tanda-tanda bahwa ia menderita luka, jauh berbeda
dengan keadaan yang diperlihatkan kepada Sim Pek Kun, bahwa ia itu betul-betul luka parah,
terluka oleh karena penyergapan yang terjadi atas kampung Sim kee chung.
Sepasang mata Sim Thian Tiok berkilat-kilat, dengan kebencian meluap-luap, melototkan
Siauw Cap it long.
Sim Pek Kun yang menyaksikan adanya dendam kemarahan dari Sim Thian Tiok berteriak :
"Awas !"
Ia telah bisa mengira-ngira, terjadinya persoalan ini bukan jalan yang lurus, masih berlikuliku
dan banyak problem yang tidak diketahui olehnya.
Teriakan Sim Pek Kun itu terlambat, Sim Thian Tiok sudah mengeluarkan sebilah pisau,
tubuhnya mencelat tinggi, pisau tadi diarahkan keleher Siauw Cap it long !
Liong It San menyeret tombak yang dibaringkan tidak jauh dipojok kursi, tangan kirinya
menarik keluar pedang lemas yang terikat diluar, ia menggunakan dua macam senjata
panjang, dengan tangan kanan memegang tombak, tangan kiri menjaga diri dengan pedang
lemasnya. Inilah ilmu kepandaian istimewa, yang satu keras, yang satu lemas. Sulit untuk
mempermainkan kedua macam senjata yang tidak sama ini. Pedang panjang itu ditusukkan ke
iga Siauw Cap it long, dan pedang lemas disamping diputar, maksudnya untuk menjaga diri,


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

agar tidak mendapat serangan balasan dari musuh.
Senjata seseorang mempunyai hubungan baik dengan kepribadian orang yang memiliki
senjata itu. Tubuh Liong It San tinggi besar, tapi nyalinya sangat kecil, ia seorang penakut.
Liong It San mendapat julukan pendekar kilat dari telaga Tay ouw, untuk meyakinkan ilmu
kepandaian meringankan tubuhnya hebat, ilmu lari yang tercepat, tentu saja dengan maksud
agar ia bisa lari didepan orang, siapa yang bisa menandingi kecepatan larinya "
Senjata yang digunakan oleh Liong It San juga sangat panjang, panjang tombak ditujukan
untuk menyerang orang, pedang lemas spesial untuk menjaga diri sendiri. Sengaja ia
mengambil jarak jauh, bilamana penyerangan itu gagal, lebih mudah melarikan diri.
Disana, merosot turun dari pembaringan bale-bale perahu, Sim Thian Tiok telah berguling
ditanah, lengannya tersebar, delapan bintik yang bercahaya terang, dengan membawa
desingan suara keras, menyerang Siauw Cap it long.
Gerakan Liong It San, Sim Thian Tiok, dan Sim Thian Ciok terjadi didalam waktu yang
sangat bersamaan.
Darah Siauw Cap it long masih mengucur keluar dari bekas luka tusukan, tangan Sim Pek
Kun yang memegang pisau masih tidak jauh dari tempatnya, dikiri ada serangan Sim Thian
Tiok, dan dibelakang ada serangan Sim Thian Ciok.
Ia terancam dari empat penjuru
Semua jalan keluar untuk mengelakkan diri memang tidak ada lagi. Siauw Cap it long masih
berdiri tegak ditempatnya, matanya seperti mata seorang linglung, kurang ingatan, tertuju ke
arah si ratu rimba persilatan Sim Pek Kun.
secepat itu pula tangan Sim Pek Kun bergerak, tapi tidak diarahkan kepada Siaw Cap It Long,
ia meukul golok Sim Thian Tiok.
Bila dipikirkan masak-masak, sim Pek Kun pribadipun tidak dimengerti, mengapa ia harus
membela siperampok besar Siaw cap It Long.
gerakan Sim Pek Kun terlalu cepat, badannya sangat lemah, begitu pisau itu diajukan
tubuhnya terjengkang jatuh.
Pembelaan ini adalah akibat yang besar, sepasang sinar mata Siaw Cap It Long yang sudah
meredup, tiba-tina hidup kembali, bersinar melebihi cahaya bintang.
Bledak .......... tubuh Sim Pek Kun jatuh digeladak perahu.
Menyambung suara itu terdengar suara pletak bug, aduh.....Sim Thian Tiok, Sim Thian ciok,
Liong It Sian sudah bergelimpangan.
Begitu cepat gerakan Siaw Cap It Long, tiba-tiba tangan kanannya menjulur keluar
mencenkeram Sim Thian Tiok, sesudah itu pletak, ia mematahkan lengan orang yang berpurapura
menderita parah itu.
Tombak Liong It San yang panjang menyerang datang, tapi terjepit diantara sela-sela
ketiaknya, darisana menyembur keluar tenaga yang tidak terlihat, memakan dirinya maju
kedepan. Dengan demikian, Siaw Cap It Long telah menyeret Liong It san kebelakang, ia menjadikan
Liong It San sebagai tameng hidup, serangan senjata rahasia Sim Thian ciok, tertuju kearah
Liong It San. Sim Thian Ciok berteriak kaget. Tubuhnya mencelat bangun, disaat itu pula terdengar suara
ciat......Siaw Cap It Long mengangkat tangan, menyeret tombak panjang Liong It San
diarahkan kepadanya.
Terdengar suara aduh...............tubuh Sim Thian Ciok menjadi korban penyerangan tombak
kaeannya. Disaat yang sama. Liong It San juga tidak berdaya menghindarkan senjata rahasia Sim Thian
Ciok, tujuh biji besi telah bersarang ditubuhnya, ia berteriak, ia menghembuskan nafasnya
yang penghabisan.
Disana hanya seorang Sim Thian Tiok yang memegang tangan kanannya yang patah, ia
merintih-rintih dilantai.
Siaw Cap It Long masih berdiri ditempat kedudukannya semula. Kedua langkah kakinya tidak
bergeser satu sentipun.
Siaw cap It Long adalah manusia luar biasa, tusukan Sim Pek Kun itu telah mengenai bagian
yang parah, darisana masih keluar darah. Walau demikian, ia masih berdiri tegak.
Siaw cap It Long mempertahankan mempertahankan keadaannya yang seperti itu, hingga
merobohkan ketiga penyerangnya. Ia heran dan tidak mengerti mengapa Sim Pek Kun begitu
benci kepadanya. Mengapa Sim Pek Kun kurang yakin kepada bantuan yang telah diberikan
kepadanya "
Sesudah merobohkan musuh-musuh itu, mengetahui keadaannya yang tidak berbahaya lagi, ia
tidak bisa mempertahankan diri, tubuhnya mulai oleng miring dan jatuh kearah meja.
TETAP DIBAYANGI
Disaat Siaw Cap It Long roboh kearah meja, terdengar satu suara tertawa :
"ha..ha.........bagus ! memang ilmu kepandaian hebat, terima lagi seranganku, betul-betul aku
akan takluk kepadamu."
Inilah suara sipendekar guntur Lie Ban tong.
"Hut...." dari luar jendela melayang masuk bayangan Lie Ban Tong, sekujur tubuhnya basah
kuyub, kedua tangannya memegang sepasang senjata Lui Kong Ciok, dihantamkan kearah
batok kepala Siaw cap It Long.
Siaw Cap It Long telah kehabisan tenaga, ia besandar kepada meja. Tidak mungkin dapat
mengelakkan datangnya serangan itu.
Sim Pek Kun menjadi kaget, ia melemparkan pisau kearah Sia Cap It Long,
"terima senjata ini," ia berkata, dengan maksud memberi senjata, agar Siaw Cap It Long bisa
membikin perlawanan senjata.
Siaw Cap It Long menyambuti datangnya operan senjata, dengan sekuat tenaga ia
membalikkan dan ditusukkan kearah Lie Ban Tong.
Lie Ban Tong seperti orang nekad, tidak mengelakkan adanya serangan pisau itu. Bleg....pisau
tersebut masuk kedalam dada ambles hingga gagang-gagangnya.
Lie ban Tong mati didalam tusukan Siaw Cap It Long. Yang aneh, Lie Ban Tong tidak
menjerit. Ia masih menerkam dengan galak, sepasang Lie kong ciok diketukkan kearah Siaw
Cap It long. Mungkin Lie Ban Tong kebal mati " Siaw Cap it Long menjadi kaget sekali, pundaknya dan
punggungnya terkena keprukan senjata Lie kong ciok, tubuhnya menjadi kesemutan,
menggeloso jatuh.
Betapa kuatpun Siaw Cap It Long, ditusuk, dipukul, dan dijadikan bulan-bulanan oleh orangorang
itu, akhirnya ia meloso jatuh dilantai perahu, ia tidak bisa bangun kembali. Tidak bisa
merambat naik kemeja yang ada disebelahnya.
Dengan masih ada kejadian aneh, tubuh Lie Ban Tong yang sudah tertembus pisau itu,
bergelantungan, sekujur badannya basah kuyub, darah mengalir dari bagian depan dadanya,
toh tubuh itu bergantung-gantungan, melayang pulang pergi.
"Nah," katanya "Siaw Cap It Long ! kau akan mati."
Lie Ban Tong mengucapkan kata-kata yang seperti ini, tapi mulutnya kaku, dan tidak
bergerak. Terjadinya pertempuran-pertempuran didalam perahu itu telah mengucar-ngacirkan perabot,
tiga pelita telah jatuh padam hanya ada sebuah pelita pojok jauh, memancarkan sinar yang
kelap-kelip suram. Dari penerangan cahaya itu, bisa menyaksikan keadaan Lie Ban Tong
wajahnya berkerinyut menyeramkan, itulah bukan wajah orang hidup, itulah wajah orang
yang mati penasaran.
Siaw Cap It Long masih bisa menguasai diri, ia menatap wajah Lie Ban Tong itu.
Sim Pek Kun menjerit, ia tidak percaya, didalam dunia itu ada seseorang yang tidak bisa mati.
Terdengar lagi suara Lie Ban Tong : "Siaw cap It Long ! mengapa kau masih belum mau mati
" hayo, matilah !"
Wajah Lie ban Tong telah membeku, mulutnya begitu rapat, sepasang matanya melotot
keluar, seperti mata ikan maskoki yang mau jatuh, tapi ia masih bisa bersuara, entah dari
mana suara itu "
Siaw Cap It Long mempertahankan genggamannya, ia masih tidak mau mati, untuk
menimpali tantangan tadi, ia berkata :
"Aku tidak bisa mati."
Tiba-tiba.......
Terdengar satu suara yang nyaring dan merdu, suara itu adalah suara seorang gadis,
membisingkan seluruh isi perahu.
Lie Ban Tong yang suaranya begitu keras tiba-tiba terjadi perubahan, hal ini sangat
mengejutkan, membuat seluruh bulu-bulu roma bangun berdiri.
Siaw Cap It Long mengeluarkan keluhan nafas panjang, ia tahu siapa yang memegang
peranan dibelakang mayat Lie Ban Tong itu. Dengan menyengir sedih ia berkata :
"Kau ! lagi-lagi kau yang memegang peranan ini !"
Belum selesai kata-kata Siaw Cap It Long tubuh Lie Ban Tong meloso jatuh.
Kini tersingkaplah tabir permainan sandiwara, siapa yang memegang peranan dibelakang Lie
Ban Tong. Disana berdiri gadis cantik, itulah Siaw kongcu
Suara tertawa cekikian tadi adalah suara Siaw Kongcu.
Siaw kongcu berdiri disana, memandang Siaw Cap It Long, dan menoleh kearah Sim Pek
Kun. Kulitnya begitu alus, seperti tidak tahan ditowel, tertawanya begitu manis, tapi ia mempunyai
hati yang lebih jahat dari ular berbisa.
Bertemu Siaw kongcu, seolah-olah bertemu dengan iblis jejadian hidup.
Sim Pek Kun takut setengah mati.
Ternyata Lie Ban Tong yang sudah mati itu dijinjing oleh Siaw kongcu, terbang pelang pergi,
maka seperti hantu yang bersliweran diatas perahu.
Terdengar suara Siaw kongcu yang nyaring merdu.
"Ya. Aku datang kembali. Aku tetap menjadi bayanganmu."
Perlahan-lahan, ia mendekati Siaw Cap It Long. Siaw Cap It Long tidak bisa bergerak lagi,
karena itu dengan rasa yang sangat puas dan bangga, Siaw kongcu mendekati lebih dekat lagi,
menjulurkan tangannya, mengusap pipi Siaw Cap It Long dengan tertawa garing ia berkata :
"Kau adalah orang impianku. Siang malam kurindukan. Satu haripun tidak bisa berpisah
denganmu. Bagaimana aku tidak datang kembali ?"
Suara Siaw kongcu seperti kacang garing, seperti burung kenari, sangat merdu, lebih enak
dari mendengar suara biduan wanita yang manapun juga.
Sim Pek Kun menjerit kaget, teriaknya :
"kau....kau juga seorang wanita ?"
Siaw kongcu lebih sering mengenakan pakaian pria, maka orang menyebutnya bernama Siaw
kongcu yang berarti kongcu kecil. Sim Pek Kun bertemu berulang kali dengannya, didalam
keadaan penyamaran, hanya kali ini ia membuktikan sendiri, bagaimana Siaw kongcu
menggunakan pakaian yang asli. Pakaian wanita.
Siaw kongcu menganggukkan kepala, ia berkata :
"Baru tahu " ha..ha......kalau aku seorang laki, bagaimana mempunyai itu kekejaman untuk
menyiksa dirimu, hanya seorang wanita yang berlaku kejam kepada wanita. Mengertikah kau
dalih ini."
Sim Pek Kun mendelikkan mata. Ia tertegun dan terpaku ditempat itu. Terdengar elahan nafas
panjang, Siaw kongcu bergoyang-goyang kepala sebentar, ia berkata :
"Ratu dari rimba persilatan Sim Pek Kun memang seorang wanita yang cantik. Sayang sekali,
kau tidak mengerti, bagaimana harus memegang peranan seorang wanita, kau kurang
romantis, mana bisa memenangkanku ?"
Menoleh kearah Siaw Cap It Long, Siaw kongcu berkata :
"Siaw Cap It Long, mengapa kau bisa jatuh cinta kepadanya " Apakah kau tidak cinta
kepadaku ?"
Siaw Cap It Long menyengir dan membuka mulut dan berkata :
"Aku...."
Siaw Cap It Long tidak bisa meneruskan kata-katanya, terasa dada begitu nyeri, itulah luka
bekas tusukan Sim Pek Kun. Butiran-butiran keringat berguguran, ia menahan rasa sakit yang
luar biasa. "Hayo........" Siaw kongcu menjerit kolokan.
"Kau juga sudah menderita luka " siapa yang melukai kekasihku " siapa yang begitu kejam
melukai kekasihku ?"
Suaranya merdu sekali, bila seseorang yang tidak pernah menyaksikan kekejaman Siaw
kongcu, pasti tertarik, pasti menduga sesuatu yang bukan-bukan, pasti menduga bahwa Siaw
kongcu ini adalah seorang yang baik hati, seorang yang romantis.
Siaw kongcu telah menggunakan Lie Ban Tong melukai Siaw Cap It Long, toh masih
dilukainya. Siaw kongcu juga tahu, Siaw Cap It Long telah menderita luka pertama dibawah tangan Sim
Pek Kun. Sengaja ia berolok-olok seperti itu.
Sim Pek Kun tidak bisa tergoda kembali dengan suara keras ia berteriak :
"Aku yang telah melukainya."
Siaw kongcu mengirim kerlingan mata, memandang Sim Pek Kun. Ia membawa suara yang
tidak percaya. "Oow..?" iamenggeleng-gelengkan kepala
"Tidak mungkin, tidak mungkin terjadi. Ia sangat baik dan ia begitu sayang kepadamu.
Mengapa kau melukainya " Dengan alasan apa kau mau membunuh ".......Kulihat kau bukan
wanita yang begitu kejam, bukan ?"
Sim Pek Kun menggertek gigi, ia berteriak keras :
"lain kali, bila ada kesempatan, tetap aku hendak membunuhnya"
"eh, mengapa ?" bertanya Siaw kongcu.
Wajah Sim Pek Kun menjadi keras, sepasang matanya merah membara, dengan gemetaran ia
berkata : "Dendamnya begitu besar, bagaimana aku,....."
"Ouw.....kalian mempunyai dendaman " siapa yang memberi tahu ?" bertanya Siaw kongcu.
Dengan dingin Sim Pek Kun menjawab pertanyaan itu :
"Empat pendekar Lu Tong Su Gie, sepasang pendekar kilat dan guntur dari Tay Ouw dan
lain-lainnya, mereka adalah saksi-saksi."
Siaw kongcu menghela nafas, ia berkata :
"Siaw Cap It Long telah menolongmu sehingga berulang kali. Tapi kau tidak percaya kepada
dirinya. kau lebih percaya obrolan orang-orang itu."
"Tapi....tapi...." Sim Pek Kun kehabisan bahan berdebat.
"Ia telah mengaku bahwa dialah Siaw Cap It Long."
"Ya." berkata Siaw kongcu .
"Inilah Siaw Cap It Long ! jago berandalan luar biasa, orang menyebutnya sebagai penjahat
besar. Kepala rampok. Tapi orang yang telah membakar kampungmu,orang yang telah
merusak rumahmu,orang yang membunuh nenekmu bukanlah Siaw Cap It Long ini."
Sim Pek Kun tertegun, menoleh kearah Siaw kongcu dan berkata :
"Siapa ?"
"Tentu saja aku." berkata Siaw kongcu tertawa.
"Kecuali aku, Siaw kongcu, siapa lagi yang bisa melakukan perbuatan-perbuatan luar biasa ?"
Sekujur badan Sim Pek Kun gemetaran, marah, kesal, penasaran, dan aneka ribu macam
perasaan lainnya.
Siaw kongcu berkata :
"Empat pendekar Lu Tong Su Gie, sepasang pendekar kilat dan guntur dari Tay Ouw dan
lain-lainnya, mereka adalah orang-orang yang sudah kubeli. Sengaja kuatur tipu siasat yang
seperti ini, sengaja menjerumuskan dirimu kedalam kenistaan, sengaja membuat hatimu benci
kepada Siaw Cap It Long, kukira obrolan mereka pasti tidak bisa masuk kedalam telingamu,
karena Siaw Cap It Long begitu baik. Mana aku tahu, bahwa kau lebih percaya kepada
cecunguk-cecunguk itu, aku tahu, kau tidak bodoh,mengapa begitu pikun ?"
Seperti jarum-jarum yang sangat tajam, sepatah demi sepatah kata-kata Siaw kongcu itu
menusuk kedalam lubuk hati si ratu rimba persilatan Sim Pek Kun.
Kini sadarlah dirinya, kesalahan apa yang telah dilakukan olehnya.
Dimisalkan, kata-kata ini bila keluar dari mulut Siaw Cap It Long, mungkin ia tidak percaya.
Tapi keluar dari mulut Siaw kongcu, tidak bisa tidak percaya.
Dihubungkan kejadian-kejadian lama dengan apa yang telah diketahui, ternyata Sim Thian
Ciok tidak terluka, terbukti, sesudah mengetahui Siaw Cap It Long tidak berdaya jago itu
molos keluar dari balik selimutnya, menyerang secara ganas.
Ternyata betul-betul sipendekar pedang kilat dari Tay Ouw telah membunuh pelayan rumah
penginapan itu. Inilah orang yang dipercayakan olehnya, seorang kecil yang baik hati.
"Oh...." Sim Pek Kun mengeluh.
Sim Pek Kun menyesal atas perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan, menyesal atas
perbuatan yang telah dilakukan kepada Siaw Cap It Long.
Sim Pek Kun pernah berjanji kepada diri sendiri, ia tidak mudah diojok-ojok orang, ia telah
berjanji, ia akan lebih percaya kepada Siaw Cap It Long,ia akan percaya kepada laki-laki yang
mempunyai sepasang sinar mata terang itu.
Dahulu, Sim PekKun belum tahu, siapa itu laki-laki yang berulang kali menolong dirinya.
Ternyata Siaw Cap It Long yang menolong dirinya. Siaw Cap It Long yang dikatakan oleh
banyak orang sebagai kepala rampok, sebagai bajingan besar. Apa yang tersebar luas diantara
rimba persilatan itu adalah suatu kebohongan. Siaw Cap It Long yang ditemukan bukanlah
Siaw Cap It Long dalam cerita.
Terbayang kembali sepasang sinar mata Siaw Cap It Long yang redup, Siaw Cap It Long
sangat bersedih hati atas reaksi yang diterimanya. Siaw cap It Long bersedih karena Sim Pek
Kun tidak mempercayainya.
Ya! Sim Pek Kun terlalu mudah ditipu orang. Terlalu percaya kepada fakta buatan. Akhirnya
ia telah menjerumuskan diri sendiri kedalam penyesalan.
Ingin sekali Sim Pek Kun meremas-remas diri sendiri, ingin sekali ia bisa mati segera untuk
menebus dosa-dosanya.
Siaw kongcu memperhatikan sesuatu diwajah si ratu rimba persilatan Sim Pek Kun, ia
memperhatikan gerak-gerik Sim Pek Kun, apa yang Sim pek Kun rasakan itu bisa dimaklumi
oleh Siaw kongcu, kini Siaw kongcu berkata :
"Tentunya kau ingin mati segera, bukan " Sayang "....Tidak bisa....!...Mengambil
perumpamaan, kau bunuh diri, kau mati. bagaimana kau bisa membalasbudi-budinya yang
telah dilepas kepadamu " Dimisalkan kau tidak ada SIaw Cap It Long, berapa kalikah kau
sudah mati ?"
Sim Pek Kun mengucurkan air mata, sangat sedih sekali, ia menyesal. Apa bisa dikata, segala
sesuatu sudah terjadi, menyesalpun tiada guna.
"Bunuhlah!...Bunuhlah aku!" ia berteriak.
Siaw kongcu menganggukkan kepala,
"Sebelumnya,aku ada niatan untuk membunuhmu, tapi.....sekarang, aku mangganti


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maksuditu, aku menghapuskan rencana semula."
".......Mengapa," Sim Pek Kun bertanya sedih.
Siaw kongcu berkata :
"Aku lebih suka melihat kau hidup, lebih suka bagaimana kau hidup sengsara, bagaimana kau
hidup tersiksa, bagaimana kau hidup penuh penderitaan."
"kau....kau kejam." SimPek Kun menggertekgigi.
"Aku masih suka kepadamu." berkata Siaw kongcu.
Tiba-tiba Siaw Cap It Long turut menyahut pembicaraan diantara dua wanita itu. Ia berkata :
"Tapi aku sudah tidak suka kepadanya. Aku benci, kepada seorang manusia yang tidak
mengenal budi aku benci sekali."
"Kau benci kepadanya ?" bertanya Siaw kongcu tertawa.
"Usirlah dia" berkata Siaw Cap It Long menahan rasa sakit yang tidak terhingga. Lukanya
sangat parah sekali.
Hati Sim Pek Kun dirasakan semakin lebih sedih.Ia mengerti apa maksud tujuan Siaw Cap It
Long, bila mana Siaw kongcu mau mengikuti anjurannya, mengusirnya pergi, itulah satu
keringanan. Ia akan bebas dari siksaan Siaw kongcu yang kejam.
"Biar bagaimana jahat kuperlakukannya tetap ia berusaha menolong diriku." berkata Sim Pek
Kun didalam hati.
"Aku telah memakinya, memukulnya, melukainya, dan hampir saja membunuhnya. Tapi ia
tidak menanam rasa sakit hati ini."
Biar bagaimanapun, Sim Pek Kun tidak habis mengerti, bagaimana seorang yang dicap
sebagai perampok besar begitu baik hati.
Siaw kongcu mendekati Siaw Cap It Long, orang yang terakhir ini meringis sakit, lukanya
sangat berat. "Eh, bagaimana keadaan lukamu ?" berkata Siaw kongcu mesra.
"Aku cinta kepadamu."
"Dimisalkan kau betul-betul cinta, usirlah wanita tidak tahu diri itu." berkata Siaw Cap It
Long. "Sangat memuakkan orang saja. Usirlah jauh-jauh."
Siaw kongcu juga seorang wanita cerdik, mana mungkin tidak tahu tipu muslihat Siaw Cap It
Long " Mengusir Sim Pek Kun berarti membebaskan Sim Pek Kun.
Dengan suara yang sangat merdu sekali, Siaw kongcu berkata :
"Untuk menyenangkan dirimu, seharusnya aku membebaskan ratu rimba persilatan ini.
Sayang sekali. Aku tidak mempunyai itu keberanian untuk melanggar perintahnya."
"Melanggar perintah ?" bertanya Siaw Cap It Long.
"Ya." berkata Siaw kongcu.
"Dia adalah orang yang dikehendaki oleh guruku."
"Mati atau hidup, aku harus membawa tubuhnya, diserahkan kepada guruku. Inilah perintah.
Aku tidak bisa membangkang tugas ini."
"Kau hendak pergi ketempat gurumu lagi ?" bertanya Siaw Cap It Long.
Kini jelaslah sudah, siapa yang memegang peranan penting dibelakang layar, siapa yang
mengkambing hitamkan Siaw Cap It Long, siapa yang menghancurkan kampung Sim Ke
Cung " Tokoh terpenting adalah guru Siaw kongcu !
Siaw kongcu adalah ahli sandiwara, ia berkata perlahan :
"Aku mempunyai maksud untuk lari darinya, aku hendak mengasingkan diri disuatu tempat
yang sunyi dan sepi, bersembunyi, kita saling cinta-mencintai, hidup sebagai sepasang suami
istri, Tapi...."
Siaw kongcu menghela nafas dalam-dalam, bagai menyambung pembicaraannya :
"Biar bagaimanapun, aku tidak bisa melaksanakan rencana ini. Kau juga tahu, guruku itu
adalah seorang tokoh silat serba bisa, kemanapun aku melarikan diri, tidak mungkin bisa
mengelakkan pengejarannya."
Siaw Cap It Long memaksakan diri untuk bertahan, betapapun sulit untuk dipertahankan, ia
harus mengetahui,siapa tokoh silat yang begitu jahat.
"Siapakah orang yang menjadi gurumu itu ?" ia bertanya.
"Betulkah ia memiliki kepandaian begitu hebat ?"
"Mungkin tidak percaya untuk diceritakan." berkata Siaw kongcu.
"Ilmunya luar biasa."
"Aku juga bukan manusia biasa." berkata Siaw Cap It Long.
"Kecuali guruku, kau adalah tokoh silat nomor satu." berkata Siaw kongcu
"Kecerdikanmu tiada tara, tidak ada seorang yang bisa menandingimu. Kecuali guruku, hanya
guruku seorang yang bisa memenangkanmu, untuk ilmu silatnya, selisih kalian jauh berbeda.
Mungkin..........mungkin juga kau bisa bertahan sampai duapuluh jurus, atau tiga puluh jurus,
tapi tidak mungkin bisa membikin perlawanan sampai empat puluh jurus. Didalam waktu
empat puluh jurus ini, ia akan merengut jiwamu."
Siaw Cap It Long menyengir,ia berkata :
"Kau terlalu memandang rendah kepada Siaw Cap It Long."
"Dengar dahulu." Siao kongcu memberi keterangan. "Semua tokoh silat di dalam rimba
persilatan, belum ada yang bisa menahan sampai dua puluh jurus. Sudah kuperhitungkan kau
bisa sanggup sampai tiga puluh jurus. Inilah suatu keagungan, suatu pujian untukmu."
"Aku tidak percaya" berkata Siauw Cap-it-long.
"Percaya atau tidak percaya, terserah kepada dirimu." berkata Siao kongcu. "Biar bagaimana,
aku tidak bisa memberi tahu namaku. Semakin kau ingin mengetahui, semakin sulit
kuberitahu. Sekarang aku merasa menang, aku telah berada di atas angin."
Jilid 8_____________
SIAUW CAP-IT-LONG gagal mengorek keterangan. Ia mengatupkan sepasang matanya,
tidak bicara. Setiap menggerakkan bibir, luka didada segera merembas, nyeri sekali. Tapi biar bagaimana,
tetap dipertahankan. Ia hendak mengetahui, siapa itu manusia jahat yang mengacau rimba
persilatan"
Kecerdikan Siao-kongcu tiada tandingan. Kekejaman Siao-kongcu tiada tara, ilmu silat Siaokongcu
sulit menemukan pasangan.
Terbukti dari banyaknya jago2 silat ternama yang tunduk dibawah kekuasaannya.
Thio Bu Kek, Hay-leng-tju, empat pendekar Lu Tong Su Gie, dan sepasang pendekar kilat
dan guntur dari Tay-ouw, semua adalah tokoh2 silat ternama untuk masa itu. Tapi tidak ada
satu yang tidak tunduk dibawah kekuasaan Siao-kongcu. Mereka berhamba kepada Siaokongcu,
mereka telah menjalankan semua perintah Siao-kongcu, mereka adalah hamba-hamba
Siao-kongcu. Suatu bukti betapa hebat kekuasaan Siao-kongcu.
Lain bukti betapa hebat pula kekuasaan guru Siao-kongcu.
Siauw Cap-it-long membawakan sikapnya yang seperti orang tenang. Hatinya tidak tenang.
Didalam kamus pikiran Siauw Cap-it-long tidak mungkin menemukan istilah kata-kata sulit
atau susah. Kecuali berhadapan musuh yang seperti guru Siao-kongcu. Betul-betul ia tidak percaya.
Mulai terpetalah kata-kata sulit, mulai terbayang kamus susah.
UDARA YANG BAIK
MENJELANG sore hari.
Diufuk sebelah barat memerah, matahari memancarkan cahayanya yang penghabisan, ia
sudah siap turun tachta, akan digantikan keadaan gelap-gulita, maka sebagai pameran, ia
mencahayakan apa yang biaa dipantulkannya.
Cahaya matahari yang kuning keemas-emasan menyinar bunga-bunga seruni.
Bunga seruni mempunyai aneka macam warna, yang kuning, yang putih, ada juga yang lila
dan ada juga seruni hitam.
Mendapat keseimbangan warna matahari senja, bunga-bunga seruni itu semakin bersaing.
Apa lagi dimusim rontok, masa jayanya bunga seruni diantara bau harum semerbak,
menyaksikan panorama alam adalah suatu pemandangan menarik.
Untuk seumur hidupnya, belum pernah Sim Pek Kun menyaksikan keindahan bunga seruni
seperti apa yang sekarang ia saksikan.
Ia berada ditaman bunga seruni.
Dikeempat keliling tempat itu terbenteng oleh gunung-gunung, hawa dingin tertahan diluar,
tidak bisa memasuki daerah taman bunga seruni, bau harum semerbak menyerang hidung,
tertiup oleh angin sepoi2, kadang-kadang lenyap, dan kadang-kadang timbul kembali.
Hawa terlalu sejuk, pemandangan begitu cantik. Disana duduk tiga orang, mereka duduk
diatas tikar yang sangat mahal. Orang pertama adalah Sim Pek Kun, didepannya adalah Siauw
Cap-it-long dan Siao-kongcu.
Didepan mereka terdapat makanan dan minuman, terdapat juga kepiting rebus yang sangat
besar. Sim Pek Kun mengenakan pakaian yang sangat tipis, memperhatikan daerah tempat itu,
dengan pikiran yang tidak habis mengerti.
Walau didalam keadaan taman yang begitu indah, Sim Pek Kun seperti hidup dalam neraka.
Biar bagaimana, Sim Pek Kun tidak mengetahui atas sikap yang diperlihatkan oleh Siaokongcu.
Selama beberapa hari, Siao-kongcu memberi makan kepada mereka serba komplit, arak-arak
yang harum, makanan-makanan yang lezat, pakaian yang indah, pemandangan yang menarik.
Walau demikian, rasa takutnya Sim Pek Kun semakin menghebat, teristimewa Sim Pek Kun
mengkhawatirkan keselamatan Siauw Cap-it-long.
Betul-betul Siao-kongcu memperlakukan Sim Pek Kun seperti seorang ratu, segala
kebutuhannya dicukupi, hidangan-hidangannya disertai dengan makanan yang sangat lezat,
pakaiannya disediakan corak yang paling baru, penghidupannya dilayani dengan
pemandangan yang indah.
Mungkinkah ia bisa puas mendapat pelayanan yang seperti itu"
Tidak! Sim Pek Kun sedang melirik kearah Siauw Cap-it-long yang berada didepannya, laki-laki
yang mempunyai sepasang mata menarik itu mengenakan pakaian tebal, menutup badannya
rapat-rapat, ia mengantongi beberapa jumlah bunga seruni, bilamana angin yang terkembang
datang, hawa seruni itu terkembang biak.
Tercampur pula hawa laki-laki.
"Oh, aku telah mencelakakannya," demikian Sim Pek Kun mengeluh.
Sim Pek Kun dan Siauw Cap-it-long adalah orang tawanan Siao-kongcu. Tapi Siao-kongcu
memperlakukan mereka secara istimewa. Selalu memberi makanan udang dan kepiting,
menyediakan arak dan anggur.
"Aku mencelakakan dirinya!" lagi-lagi Sim Pek Kun mengeluh. Ia tidak bisa merasakan
kelezatan makanan2 itu. Ia tidak bisa menikmati kemurnian anggur2 itu.
Seorang yang menderita luka, tidak bisa dibiarkan mendapat makanan yang mengandung
racun, dan makanan yang mengandung isi racun adalah udang dan kepiting, dan cumi dan
lain-lainnya. Siao-kongcu menghidangkan makanan-makanan itu.
Apa akibatnya bagi Siauw Cap-it-long bilamana ia memakan semua barang yang ada
mengandung unsur racun"
Siao kongcu bersandar di sebelah Siauw Cap-it-long, mungkin bersifat mencemburui Sim Pek
Kun. Bentuk tubuhnya yang begitu kecil dan ramping, tampak sangat molek sekali. Wajahnya
yang begitu cantik, tampak menarik.
Kadangkala, Sim Pek Kun mempunyai tanggapan lain, Siao kongcu itu adalah jodoh yang
paling tepat bagi Siauw Cap-it-long.
Sayang sekali! Di balik kelemah-gemulaian Siao kongcu, terdapat juga kekejaman yang tidak
terhingga. Di balik kebaikkan Siao kongcu, tersembunyi sesuatu yang lebih jahat.
Sim Pek Kun mengertek gigi, mendendam semua kebencian.
Siao kongcu memperhatikan gerak-gerik Sim Pek Kun. Tiba-tiba ia tertawa.
"Hei," ia menowel Siauw Cap-it-long. "Coba lihat." berkata Siao kongcu. "Ratu kita begiti
jijik. Sudah kukatakan, lekas kau berganti pakaian. Kau sangat bandel tidak mau. Maunya
bercumbu rayu terus menerus, sehingga orang menjadi lebih sakit hati lagi. Pakaian yang
kotor akan memuakkan kawan-kawan. Bagaimana kau enak hati, mengawani makan dan
minum tanpa ganti pakaian?"
Siauw Cap-it-long bungkam.
Hati Sim Pek Kun seperti ditusuk oleh jarum. Kata-kata Siao kongcu sangat menyakiti
dirinya. Mungkinkah Siauw Cap-it-long ada seorang yang seperti itu" Mungkinkah Siauw
Cap-it-long sudah tertarik kepada Siao kongcu"
Tidak mungkin. Mengapa aku harus menjadi cemburu" Demikian berpikir Sim Pek Kun. Apa
hubungan Siauw Cap-it-long dengan aku" Tidak ada alasanku menjadi marah.
Sim Pek Kun menundukkan kepala, menekan gejolak hatinya, memperhatikan kemarahan itu.
Siao kongcu tertawa lagi, ia berkata:
"Lihat, pemandangan begini indah. Tepatlah mengatakan bahwa bunga-bunga itu adalah hak
milik wanita. Karena setiap macam bunga itu memiliki sifat-sifat perangai wanita, terkecuali
bunga seruni."
Perlahan-lahan, Siao kongcu mengambil seekor kepiting di piring, mengambil batu dan
mengetoknya batok kepiting itu, dengan capit yang terbuat dari perak, ia mengeluarkan isi
kepiting, dengan sikapnya yang halus dikeluarkannya kepiting itu, disodorkan kedalam mulut
Siaw Cap It Long. Baru menyambung pembicaraannya :
"Seruni tidak memiliki sifat wanita. Seruni lebih tepat memiliki sifat pria. Ia seperti seorang
cendikiawan yang mengasingkan diri, juga tidak mau bertanding dan bersaing. Suatu tanda
bahwa hidupnya menyendiri. Tidak bisa disamakan dengan lain-lain bunga. Ia tidak gentar
kepada angin dimusim rontok, menandakan betapa kuatnya dia."
Siaw kongcu menuang anggur dengan sikap yang mesra, dengan sikap yang kolokan, ia
merangkul Siaw Cap It Long, memberi minum anggur, kepada sijago berandalan. Dengan
suaranya yang begitu merdu, ia berkata :
"Kubawa kalian ketempat ini, dengan maksud membandingkan seruni dengan sifat-sifatmu.
Karena kau juga cinta kepada bunga seruni."
Siaw Cap It Long tidak pernah menolak barang antaran semua dimakan, ia memakan kepiting
dan memakan anggur itu, dengan tertawa-tawa ia berkata "
"Aku suka seruni, lebih suka lagi dimakan, saringan bunga seruni bisa dimakan dicampur
dengan kepiting atau ikan, ikan hidup, sesudah kita memakan bunga seruni yang bercampur
dengan ikan itu, rasanya hawa semakin segar."
Dengan wajahnya yang begitu cantik, Siaw kongcu tertawa.
Siaw Cap It Long berkata lagi :
"Orang lain menilai bunga seruni dengan sepasang mata, tapi aku Siaw Cap It Long menilai
bunga seruni dengan lain cara, aku meresapi sarinya, aku menggunakan mulut meresapinya."
"Kau selalu mengacau suasana." berkata Siaw kongcu tertawa,tertawa lagi cekikikan,
menyusupkan kepalanya kedalam pelukan Siaw Cap It Long.
"Tapi disinilah letak kepribadianmu. Apapun yang kau lakukan, pasti tidak sama dengan
orang lain. Didalam dunia, mungkin ada dua orang Lie Pek. Mungkin dua orang Koan Kong.
Tapi tidak mungkin ada dua orang Siaw Cap It Long. Laki-laki yang seperti kepribadianmu
ini, bagaimana tidak bisa memikat hati gadis, gadis manakah yang tidak pernah terpikat
olehmu ?" Siaw kongcu menolehkan kepala, dengan matanya yang disipitkan kecil-kecil ia memandang
Sim Pek Kun, berkata kepada sang ratu rimba persilatan :
"Betulkah keteranganku ?"
Dengan dingin Sim Pek Kun menutup pembicaraan :
"Aku sudah bukan gadis lagi, Tidak mempunyai minat kepada laki-laki. Aku tidak tahu."
Jawaban Sim Pek Kun yang begitu ketus, seharusnya membuat Siao Kongcu menjadi marah,
tetapi kenyataannya berbeda, Siao Kongcu memperlihatkan wajahnya yang cantik dan molek,
bentuk tubuhnya yang ramping indah itu semakin menggiurkan. Tertawanya semakin girang.
"Seseorang wanita yang tidak bisa menyelami hati pria, bagaimana bisa mendapatkan
cintanya." ia berkata , "Akupun heran, Lian Seng Pek mempunyai seorang isteri yang telah
dinobatkan menjadi ratu rimba dunia persilatan. Mengapa ia tidak mau mendampingi isteri
cantik " Mengapa ia berjalan seorang diri saja " Kini aku mengerti apa alasannya" Aku
mengerti, ternyata ...... "
Siao kongcu tidak lagi meneruskan pembicaraannya, ia menutup sampai disitu. Tapi sudah
jelas dan mudah diterka itu adalah kata-kata yang terlalu merendahkan diri Sim Pek Kun,
diartikan Sim Pek Kun tidak bisa menyelami hati seorang pria. Tidak bisa menilai seseorang
pria, maka Lian Seng Pek tidak bisa terikat, Lian Seng Pek lebih suka berjalan seorang diri,
daripada mendampingi Sim Pek Kun yang dikatakan tidak bisa meresapi hati seorang suami.
Sim Pek Kun sudah berusahan, ia hendak menekan semua kemarahannya, Walau demikian,
dikicok pulang pergi, wajahnya menjadi matang biru, marah.
Siao Kongcu mengambil botol lain, botol arak yanh terbuat sangat bagus. Menuangkan isinya,
berkata : "Inilah arak istimewa yang ku sengaja datangkan dari negara Sie-liang. Mengapa hujin tidak
mau minum arak " Sayang! Seseorang yang belum pernah meminum arak itu berarti orang
yang belum mengenal kehidupan, percuma saja hidup di dalam dunia."
Hujin adalah istilah panggilan untuk seorang nyonya, disini panggilan untuk Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun mengatupkan bibirnya rapat-rapat, sangat rapat sekali. Ia takut, befitu berbicara,
maka mulutnya itu bisa nyerocos terus menerus, memaki Siao Kongcu.
"Marah ?" Siao kongcu menggeleotkan tubuhnya di atas Siauw Cap It long. Kini ia sengaja
duduk diatas paha Siauw Cap It long, bicara kepada Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun membuang muka. Dia mengucurkan airmata.
"Eh, marah semakin hebat ?" berkata Siao kongcu tertawa. Dia melirik kearah Siauw Cap It
long, baru meneruskan pembicaraannya, "Kalau aku duduk di atas paha Lian Seng Pek, kau
mempunyai itu hak marah, ..... tapi, dia ini ....." , ia melirik kearah Siauw Cap It long, "Dia
adalah laki-laki yang belum kawin, Dia bukan suamimu, mengapa hujin marah kepadaku "
mengapa boleh cemburu ?"
Seluruh ujung-ujung jari Sim Pek Kun terasa menjadi dingin, ia berusaha menahan gejolak
hatinya, tapi tidak tahan lagi, akhirnya ia menoleh, memandang ke arah Siauw Cap It long.
Wajah Siauw Cap It long juga sangat pucat pasi. Wajahnya berkeringat, sedang menanggung
resiko derita yang hebat, kadang-kadang berdenyut. Sakitnya Siauw Cap It long bisa
dirasakan juga.
Siauw Cap It long sedang tersiksa, Siauw Cap It long masih sangat menderita.
Siauw Cap It long tidak pernah mengutarakan segela derita hidupnya, Siauw Cap It long
belum pernah mengatakan kesusahan hidupnya, semua kesusahan dan penderitaan itu di telan
didalam hati. Sim Pek Kun bisa menduga sesuatu, ia berkata kepada Siauw Cap It long:
"Bagaimana dengan keadaan lukamu itu " Mungkinkah memberat ?"
Siauw Cap It long menggoyang kepala. ia memaksa tertawa.


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak." katanya. "Luka apa " luka yang sepele itu sudah kulupakan."
Sim Pek Kun tidak percaya. Secara tiba-tiba saja, iamenerjang kearah Siauw Cap It long,
menerjang dengan semua kekuatan yang ada, menarik baju luar Siauw Cap It long, baju luar
yang selalu mengerudungi tubuh laki-laki itu. Baju luar yang sudah agak lapuk, baju yang
dikatakan oleh Siao Kongcu bisa memuakkan orang. Baju yang tidak mau diganti oleh bahan
tipis. Baju luar Siauw Cap It long tersingkap. Disana masih tampak luka bekas tusukan Sim Pek
KUn, Luka yang membengkak dan membesar, bernanah.
"Aaaah, kau..... " Sim Pek Kun mengeluarkan jeritan melengking. Belum pernah ada
seseorang yang mendengar jeritan yang begitu menyeramkan, begitu menyedihkan, begitu
menyayat hati. Daging didada Siauw Cap It long telah membengkak, matang biru, hampir saja dilanda
belatungan. Luka-luka itu sudah mulai membusuk, dengan tersingkapnya baju luar tadi, bau
busuk yang menyerang hidung, bang bengkak dan borok yang bernanah.
Sim Pek Kun semakin bersedih, inilah hasil perbuatannya. Karena tusukan pisaunya, maka
Siaw Cap It Long terluka.
Mengertilah Sim Pek Kun, mengapa Siaw Cap It Long tidak mau menukar baju, ia hendak
menutupi luka-luka ini.
Betapa kuatpun hati seseorang, manakala ia sudah menyaksikan luka Siaw Cap It Long, pasti
orang itu menjadi lemas.
Sim Pek Kun tidak terkecuali, hampir ia jatuh roboh, hampir ia menjadi pingsan.
Sim Pek Kun bukan seorang tabib, tapi ia bisa merasakan bagaimana hebat penderitaanpenderitaan
Siaw Cap It Long.
Selama beberapa hari ini, Siaw kongcu melolohnya dengan makanan-makanan yang berbau
amis, ikan, kambing, kepiting, udang dan lain-lainnya. Tidak pernah Siaw Cap It Long
menolak makanan-makanan itu. Adakah seseorang seperti ini " mungkin seorang yang terbuat
dari besi "
Siaw Cap It Long belum pernah merintih. Tapi mudah dibayangkan, bagaimana penderitaan
luka-lukanya. Mengapa " Mengapa Siaw Cap It Long mau menuruti semua kemauan Siaw
kongcu " Karena Siaw Cap it Long tidak bisa menolak, membantah akan berakibat yang lebih hebat.
Menyerah dan menekan semua gangguan-gangguan.
Sim Pek Kun tidak bisa melepaskan rasa sakitnya, ia menangis menggerung-gerung,
menangis seorang diri, menangis didepan Siaw kongcu dan Siaw Cap It Long.
"Eh." Siaw kongcu menggoyang-goyangkan kepala.
"Mengapa menangis mendadak " Sudah cukup dewasa. Tidak lama lagi, kau akan melahirkan
seorang putra. Mengapa boleh sembarangan menangis " Tidakkah takut ditertawakan orang ?"
Sim Pek Kun menggigit bibir, dari sana keluar darah, terlalu keras gigitan itu, melampiaskan
hawa panas didalam hati, memelototkan mata kearah Siaw kongcu, dengan suara gemetaran ia
membentak : "Kau...kau kejam !"
Pada wajah Siaw kongcu yang sangat cantik jelita itu, tidak memperlihatkan kemarahan,
semakin dicemoohkan ia semakin girang, katanya :
"Aku "! Aku yang kejam " He......he...Siapa yang lebih kejam " Kau atau aku " Siapa yang
melukainya, siapa yang menggunakan pisau menusuk dadanya ?"
Seluruh badan Sim Pek Kun menjadi gemetaran, ia berteriak :
"Lihat ! Lukanya telah membengkak ! Lukanya telah bernanah, mengapa kau tidak membeli
obat." Siaw kongcu menghela nafas nafas, ia berkata perlahan-lahan :
"Siaw Cap It Long lebih suka kepadamu. Selalu mementingkan dirimu. Demi menolong
jiwamu, ia rela mengorbankan diri sendiri. Tapi apa yang sudah diperlihatkan pada diriku " Ia
mendampingiku seperti mendampingi seorang iblis, aku tahu, hatinya benci kepadaku. Bisa
saja membunuh aku."
Siaw kongcu menghela nafas panjang. Matanya didongakkan keatas, seolah-olah melamun, ia
berguman : "Dimisalkan, kebaikan yang dicurahkan kepadamu itu dicurahkan kepadaku atau sebagian
kecil saja perhatian yang dicurahkan kepadaku, biar bagaimana, aku juga tidak berani
mengganggunya. Tapi keadaan jauh berbeda....bukan aku yang melukainya, bukan " Sesudah
kau menusuk orang ini, mengapa melepas diri " Mengapa mesti aku yang memberi obat "
Betul-betul aku tidak mengerti, kau lebih kejam dari aku."
Dengan suara yang serak karena kehabisan tenaga Sim Pek Kun berkata :
"Jangan kau menyiksanya lagi. Jangan kau memberi minumnya. Jangan kau menuangkan arak
dan anggur lagi. Jangan kau memberi kepiting dan udang itu lagi."
"Eh, mengapa " Kau cemburu " Kau mengiri ?"
Sim Pek Kun kalah berdebat.
Siaw kongcu berkata lagi :
"Jangan kau salah paham. Lihat ! Pernah ia menolak pemberianku " Inilah suatu bukti, aku
lebih cinta darimu, Siaw Cap It Long suka meminum arak, maka aku menyediakan arak dan
anggur-anggur, ia suka bunga seruni yang dicampur dengan kepiting hidup. Maka aku
menyediakannya makanan itu. Ia tidak pernah menolak ucapanku " Mengapa kau banyak usil
" Saksikanlah, adakah sseorang istri yang begitu baik hati, mau melayani kebutuhannya
seperti apa yang kulakukan terhadap Siaw Cap It Long ?"
Sim Pek Kun menangis semakin sedih, menangis diluar dan menangis didalam.
"Kau juga seorang yang mengerti perkara, kau mengetahui bahwa daging-daging yang amis
bisa mempercepat proses keracunan, bisa memperlambat sembuhnya luka. Orang-orang yang
terluka, pantang memakan anggur, arak kepiting dan udang. Mengapa orang yang makan
barang amis itu bisa membikin besar lukanya. Mengapa kau memberi kepadanya. Sengaja kau
hendak mencelakakannya."
"Aku tidak tahu, siapa yang mencelakakan Siaw Cap It Long " Yang penting, memberi
service yang istimewa. Aku memberi makanan yang paling enak. Aku memberi minuman
yang paling enak...."
Bencinya Sim Pek Kun kepada Siaw kongcu begitu dalam. Dendamnya begitu dalam. Tapi ia
tidak berdaya, ilmu kepandaian Siaw kongcu sepuluh kali lipat diatas dirinya, ia tidak bisa
membikin perlawanan.
Siaw Cap It Long menoleh kearah Sim Pek Kun. Sepasang sinar mata yang sudah redup itu,
tiba-tiba bercahaya kembali. Bersinar seperti lampu pelita, Siaw Cap It Long memperlihatkan
senyumannya, senyuman bangga, senyuman puas ada perhatian dari si ratu rimba persilatan.
Tiba-tiba Siaw Cap It Long berguman :
"Seseorang akan hidup berarti manakala ia telah melewatkan waktu-waktunya itu selama
tidak terganggu, apa artinya hidup dirinya " Seseorang yang berumur pendek belum tentu
lebih susah dari yang berumur panjang. Mengapa kita harus hidup lama, bilamana menderita
terus menerus. Tapi kita lebih suka hidup berumur pendek, manakala hidup kita bangga,
hidup dengan perasaan puas. Bilamana kita bisa bersenang-senang sesuatu hari, tentu saja
lebih meresap dari bersusah-susah seratus hari."
Siaw kongcu bertepuk tangan, ia menyetujui filsafat hidup Siaw Cap it Long, katanya :
"Tepat ! inilah jiwa seorang laki-laki. Siaw Cap It Long memang bukan manusia biasa, kalau
saja karena menderita luka sedikit, harus takut meminum arak, orang itu bukan Siaw Cap It
Long !" Perlahan-lahan, dengan caranya yang sangat halus, Siaw kongcu mengusap-usap pipi Siaw
Cap It Long, dengan sikap mesra dan suara penuh cinta kasih ia berkata "
"Selama kau masih hidup, aku akan memberi pelayanan yang secukupnya. Akan kuusahakan,
kau hidup gembira. Apa yang kau kehendaki, kemana kau mau pergi, pasti ku taati."
Siaw Cap It Long menoleh kearah Siaw kongcu, ia bertanya :
"Begitu baikkah kau kepadaku ?"
"Tentu saja baik. Aku lebih suka melihat kau gembira." berkata Siaw kongcu.
"Maka aku harus baik-baik kepadamu."
Siaw kongcu memandang kearah jauh, disana sinar senja yang kuning keemas-emasan
menguasai jagat alam. Menyertai dan menghidupkan semua yang ada.
Dengan alunan suara yang enak, Siaw kongcu berkata "
"Seperti sinar senja ini yang menyayangi alamnya, aku manyayang dirimu, akan kujaga baikbaik.
Tetap ia bercahaya. Tetap ia bersinar."
Siaw kongcu mengoceh seorang diri. Tapi, cahaya senja itupun mulai meredup. Sinar yang
kuning keemas-emasan menyurut, akhirnyapun lenyap. Jagad menjadi hitam, malampun tiba.
.................
Sim Pek Kun mengenang senja yang sudah hilang. Demikianlah konstruksi hidupnya, timbul
dan tenggelam, senang sengsara silih berganti, ia menjadi sedih, tanpa terasa ia mengucurkan
air mata. Siaw Cap It Long memandang jauh kedepan, perlahan-lahan ia berguman :
"Aku bukan seorang penyair, juga bukan seorang cendikiawan ternama, hidupku sebagai
pantulan manusia biasa. aku dibesarkan ditegalan luas, hidup dalam kumpulan binatang buas,
didalam pandangan mataku, tempat yang paling indah adalah tempat yang terbentang luas,
disana membujur rumput-rumput hijau, tidak ada orang, sepi dan sunyi. Tempat itu lebih
indah dari istana."
"Hebat !" Siaw kongcu memuji.
"Kau memang seorang yang hebat. Segala-galanya memang hebat, kau memiliki ciri-ciri yang
khas tersendiri. Ciri-ciri yang tidak pernah dimiliki oleh orang kedua."
Siaw Cap It Long tertawa. Ia berkata :
"Karena aku memiliki sifat-sifat yang aneh, maka kau tertarik ?"
Siaw kongcu tengkurap didalam dada Siaw Cap It Long, dengan suara yang merdu ia berkata
: "Ya. Aku semakin tertarik, apapun permintaanmu akan kuturuti."
"Aku hendak melihat bagaimana kampung halamanku." berkata Siaw Cap It Long.
"Disana terdapat hawa-hawa yang beracun. Terdapat cairan yang mengandung zat jahat. Ingin
sekali aku bisa melihat kembali tempat yang melahirkanku. sesudah itu matipun rela."
"Baik." berkata Siaw kongcu.
"aku bersedia mengiringi kemauanmu. Aku akan antar kau ditempat itu, dalam keadaan segar
bugar. Tentu saja tidak mengharapkan kau mati."
"Aku lebih suka mati disana." berkata Siauw Tjap-it-long.
"Jangan berkata seperti itu." berkata Siao kongcu.
DIANTARA ADIL DAN TIDAK ADIL
Siao Kongcu mengajak Siauw Tjap-it-long ketempat daerah yang melahirkan jago berandalan
itu. Turut serta juga ratu rimba persilatan Sim Pek Kun.
Mereka lewati daerah2 yang lembab. Mengarungi pegunungan2 yang tinggi, menjelajahi
lembah2 yang curam.
Kabut2 putih yang mengandung racun bertebaran disekitar daerah itu.
Siauw Tjap-it-long bisa memilih jalan yang tepat, ia memberi petunjuk kepada Siao kongcu.
Dengan hati yang kejam, keras seperti baja, Siauw Tjap-it-long mempertahankan diri dari
godaan2 hidup. Ia selalu siap untuk menderita, entah permainan apapun yang hendak
ditonjolkan oleh Siao kongcu"
Luka bekas tusukan Sim Pek Kun pada dada Siauw Tjap-it-long membengkak. Makanan2
yang bisa menambah menjalarnya luka tidak merapat. Ikan yang amis, udang dan kepiting
yang beracun, arak yang membakar tubuh, semua itu diloloh kedalam mulut Siauw Tjap-itlong.
Disini letak kekejaman Siao kongcu.
Mungkin, tidak seorang yang bisa percaya, tanpa menyaksikan dengan mata sendiri
bagaimana Siao kongcu menyiksa Siauw Tjap-it-long.
Wajahnya begitu cantik, tubuhnya begitu mungil menarik, suaranya lembut gemulai.
Mengapa memiliki hati yang seperti hati ular"
Mungkinkah ujian dari yang maha kuasa"
Dimana letaknya keadilan dan kebenaran"
Banyak terdengar cerita, konon, orang yang menanam bibit kebaikan, akan menerima
hasilnya, ia akan mendapatkan kebaikan pula.
Dikatakan, seseorang yang melakukan kejahatan2, dia akan mendapat balasan yang setimpal.
Ia tersiksa dan sengsara selama hidupnya.
Adakah dalih dan rumus yang seperti itu"
Pikiran Sim Pek Kun sedang berkecamuk dengan pepatah2 orang tua itu. Pikirannya kusut
dan kalut. Dimisalkan adanya keadilan dan kebenaran abadi, mengapa Siao kongcu yang begitu buruk
perangai, mendapat jaminan kuat" Mengapa ia tersiksa"
Terbayang sepasang sinar mata Siauw Tjap-it-long. Dengan kebaikan2 hati si jago
berandalan, mengapa tidak diberkahi Tuhan"
Didepan mereka menjulang tebing tinggi, tapi tidak mungkin bisa dicapai, sebuah jurang
curam yang menjadi pemisah diantara kedua jarak itu, penuh ditumbuhi dengan semak2
belukar. Siauw Tjap-it-long dituntun oleh Siao kongcu. Mereka hendak menyaksikan, tempat tinggal
Siauw Tjap-it-long.
Dibelakang Siauw Tjap-it-long dan Siao kongcu, turut serta juga Sim Pek Kun.
Siauw Tjap-it-long bersiul-siul kecil, melagukan irama yang tidak dikenal. Didalam keadaan
yang seperti ini, lagu itu sangat sedih, lagu seorang yang kesepian.
Wajah yang diperlihatkan oleh Siauw Tjap-it-long adalah satu wajah yang sangat tenang. Ia
tidak mengutarakan gundah gulana hatinya.
Siao-kongcu mendampingi laki2 berdada bidang itu, tanpa bisa ditahan lagi, ia mengajukan
pertanyaan: "Betul2 kau dilahirkan didaerah ini?"
"Ng...." Siauw Tjap-it-long menganggukkan kepala.
Siao-kongcu menghela napas ia berkata
"Seseorang yang dibesarkan didaerah yang seperti ini, sungguh tidak mudah sekali."
Bibir Siauw Tjap-it-long memperlihatkan senyuman sinis, ia berkata tenang:
"Tentu saja. Hidup seseorang lebih susah daripada mati."
Sepasang mata Siao kongcu berputar jeli, ia berkata:
"Setiap orang tidak bisa mengelakkan kematian. Cepat atau lambat, maut itu akan
mencengkerammu. Tapi, kematian itu tidak semudah apa yang kau bayangkan."
Siauw Tjap-it-long berkata:
"Untuk mereka yang segan menghadapi kematian, tentu saja tidak mudah mencapai
kematian."
Siao kongcu mendelikkan mata, tertawa kearah Siauw Tjap-it-long dan berkata:
"Mungkinkah kau sudah merencanakan kematian" Aku tidak percaya."
Siauw Tjap-it-long tertawa tawar, ia berkata:
"Sejujurnya, belum pernah terbayang oleh tentang adanya kematian itu. Tidak tahu apa yang
dikerjakan sesudah mati. Aku tidak pernah berpikir, haruskah aku" Atau bertahan hidup?"
"Dimisalkan kematian itu adalah suatu pekerjaan mudah." berkata Siao kongcu "Mengapa
kau tidak pergi mati" Mengapa aku bisa bertahan hidup sampai sekarang?"
Siauw Tjap-it-long bungkam. Tidak bicara.
Siao kongcu tertawa, berkata:
"Kau masih hendak menuju ketempat tebing depan itu. Kurasa sudah tidak mungkin! Tidak
ada jalan, untuk kita maju kedepan."
Siauw Tjap-it-long bungkam beberapa saat, akhirnya iapun berkata:
"Ya, sudah tidak ada jalan. Mengapa aku masih hendak bertahan terus menerus?"
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Siao kongcu.
"Aku hendak pergi sekarang ini, tanpa bantuanmu. Aku hendak mengenang kejadian2 semasa
kecil." "Kau masih kuat berdiri?" bertanya Siao kongcu.
Memang! Didalam keadaan yang seperti itu. Tidak memungkinkan Siauw Tjap-it-long berdiri
tanpa mendapat bantuan dan dukungan. Pertanyaan Siao kongcu masuk diakal.
Siauw Tjap-it-long memperhatikan kearah sigadis binal itu, ia berkata:
"Bisakah kau melepaskan pegangan agar aku dapat mencobanya?"
Sepasang sinar mata yang seperti bola berputar, akhirnya Siao kongcu melepaskan Siauw
Tjap-it-long. Dengan tertawa ia berkata:
"Hati2, ya! Jangan sampai terjatuh. Bilamana kau jatuh kedasar jurang, mana mungkin bisa
mencari jenasahmu. Siauw Tjap-it-long yang hidup sudah kusaksikan. Tapi Siauw Tjap-itlong
yang mati belum kutemukan. Entah bagaimana keadaan Siauw Tjap-it-long yang sudah
tidak berjiwa, akupun hendah melihatnya."
Siauw Tjap-it-long meringis. Ia harus bertahan sedapat mungkin. Menggunakan sisa
kekuatannya yang masih ada, berdiri dipinggiran tebing itu. Menoleh kearah Siao kongcu, ia
berkata: "Orang yang mati lebih dengar kata daripada orang yang hidup. Tapi, orang mati tidak patut
dipandang, bilamana kau hendak melihat kematianku, kukira kau bisa menjadi benci."
Sesudah itu, Siauw Tjap-it-long melirik kearah Sim Pek Kun. Tertawa sebentar, sesudah itu ia
menerjunkan diri kedalam jurang yang curam....
Tanah yang dipijak oleh Sim Pek Kun terasa seperti amblas, sukmanya hampir terbang dari
tempat semula. Seperti apa yang sudah diduga, kedatangan Siauw Tjap-it-long ketempat ini dengan maksud
tujuan untuk bunuh diri.
"Akulah yang menjadi gara2..... aku yang menjadi biang keladi kematiannya......"
Kata2 ini selalu mendengung ditelinga Sim Pek Kun. Mendengung terus menerus.
Dia sudah mati, apa guna aku mempertahankan hidupku"..... Bagiamana pertanggungan
jawabku kepadanya" Berapa lama aku bisa bertahan hidup" Ancaman apa yang akan
dilakukan oleh Siao kongcu" Siapa pula yang bisa memberikan pertolongan"...... Oh...."
Terbayang kembali kekejaman Siao kongcu, maka semua tidak terpikirkan lagi, dengan
semua sisa tenaga yang ada Sim Pek Kun lari kedepan turut terjun kedalam jurang. ...........
Yang heran, sesaat sebelum kematian Sim Pek Kun, ia tidak pernah memikirkan Lian Seng
Pek. Sim Pek Kun tidak pernah membayangkan bagaimana reaksi sang suami atas kematiannya.
Mungkinkah Lian Seng Pek bersedih"
Siao Kongcu berdiri ditepian tebing, menengok dan memandang kearah bawah. Disana hanya
kabut2 dan uap yang mengandung hawa beracun, tidak ada perobahan.
Lama sekali, Siao kongcu mempertahankan posisi yang seperti itu, entah apa yang
diharapnya"
Suatu saat, Siao kongcu memungut batu yang besar, dicemplungkannya kedepan.
Beberapa lama kemudian, baru terdengar reaksi dari lemparan itu...... plung.........
Siao kongcu memperlihatkan senyumnya yang puas, ia berjalan balik, meninggalkan tempat


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. Dengan langkah ringan, Siao kongcu meninggalkan tepi tebing itu.
Ia tidak mau tahu, apa akibatnya dari terjunnya Siauw Tjap-it-long" Ia tidak mau tahu, apa
akibat dari bunuh diri Sim Pek Kun.
Sudah tentu, harapan hidup Siauw Tjap-it-long dan Sim Pek Kun kecil sekali. Kematian
Siauw Tjap-it-long dan kematian Sim Pek Kun tidak perlu diragukan.
Siao kongcu kembali untuk memberi laporan kepada pemimpinnya.
Betulkah Siauw Tjap-it-long jatuh mati" Betulkah Sim Pek Kun mati"
Tidak! Berada diluar dugaan Siao kongcu, Siauw Tjap-it-long dan Sim Pek Kun tidak mati.
Juga berada diluar dugaan Sim Pek Kun, betul2 ia tidak mati.
Kematian bukanlah pekerjaan yang mudah. Dikala Sim Pek Kun terjun kedasar jurang yang
dalam, ia mengharapkan kematian. Tapi kenyataan tidak seperti apa yang diharapkan.
Jatuhnya Sim Pek Kun hanya mengakibatkan sedikit goncangan, ia jatuh pingsan. Tapi tidak
terasa sekali. Sim Pek Kun sadar dari pingsannya, terasa keadaan yang sangat ngeri. Dasar dari jurang
curam tadi adalah cairan berlumpur, tidak ada pohon, tidak ada rumput. Tidak ada kehidupan
ditempat itu. Yang ada hanyalah udara lembar yang basah. Bau air yang membusuk dan kabut
putih yang mengandung sedikit hawa racun.
Siauw Tjap-it-long dan Sim Pek Kun jatuh didalam telaga rawa2 tenggelam.
Jatuhnya keair rawa2 itu, sangat sakit. Tapi Sim Pek Kun tidak merasakan, karena ia terjatuh
didalam keadaan pingsan. Kini rasa sakit dan nyeri itu mulai terasa. Ia siuman.
Sim Pek Kun terendam di air rawa2. Yang aneh, ia tidak tenggelam. Rawa yang menadah
jatuhnya Sim Pek Kun mempunyai cairan yang berwarna pekat, berat jenisnya lebih besar,
seperti cairan sagu, cukup menahan bobot berat orang.
Karena adanya cairan air yang seperti inilah menyebabkan Sim Pek Kun tidak mati, walau
jatuh dari tebing tinggi.
Sim Pek Kun mulai mengenang kejadian lama, ia agak heran. Ia tidak merasakan sesuatu
yang aneh, air rawa2 yang berbau busuk ini tidak menyebabkan sesuatu, bahkan kebalikan
dari pada itu, bau ini menambah nyamannya, luka dikaki sudah tidak terasa sakit.
Air rawa2 yang berada didasar jurang curam mengandung unsur pengobatan, bisa
meringankan rasa sakit orang.
Teringat akan cerita Siauw Tjap-it-long yang pernah menjumpai seekor srigala, srigala yang
menderita luka itu merendam diair kubangan rawa, terakhir srigala yang menderita luka itu
bisa menyembuhkan lukannya.
Mungkinkan kubangan rawa2 yang kini merendam dirinya" Yang dimaksudkan oleh Siauw
Tjap-it-long"
Siauw Tjap-it-long adalah jago ajaib luar biasa. Tentu ia bisa menemukan jalan keluar dari
segala kesulitan. Termasuk dari cengkeraman tangan maut Siao kongcu.
Karena itulah Siauw Tjap-it-long menerjunkan diri dari tebing curam. Sangkanya hendak
bunuh diri. Kenyataannya bukan bunuh diri, hendak menolong diri.
Gejolak hati Sim Pek Kun berlompat girang.
Teringat kembali cerita Siauw Tjap-it-long, seekor hewan bisa menjaga diri sendir tanpa
bantuan pengobatan orang, bagaimana ia harus menghadapi kesulitan2 dari penghidupan yang
fana. Mungkinkah kubangan yang telah menyembuhkan luka srigala itu"
Kekuatan hidup Sim Pek Kun bangkit kembali. Ia percaya, segala langkah2 kebijaksanaan
Siauw Tjap-it-long adalah langkah2 yang paling tepat.
Dan ia percaya betul bahwa Siauw Tjap-it-long masih berada disekitar dirinya.
Ia hendak berteriak, mencari Siauw Tjap-it-long. Tapi takut dapat didengar oleh Siao kongcu
diatas tebing, karena itu ia menahan gejolak hatinya.
Mulut Sim Pek Kun tidak berani berteriak tapi hatinya tetap berteriak:
"Siauw Tjap-it-long! Dimana kau berada?"
Mendampingi Siauw Tjap-it-long seperti mendampingi sendi kehidupan. Tanpa adanya Siauw
Tjap-it-long, dunia ini dirasakan menjadi kosong.
Sim Pek Kun mengayun langkah, hendak mengangkat kaki mencabut dari rendaman air
kubangan itu. Ia yakin dan percaya, Siauw Tjap-it-long tidak jauh dari tempatnya, ia harus menemukan sang
jago berandalan.
Sim Pek Kun mengangkat kaki, hendak mencabut diri dari tenggelaman air itu.
Keanehan terjadi. Manakala ia membiarkan dirinya terapung. Tubuhnya tidak tenggelam.
Tapi manakala ia mengangkat kaki hendak menaiki cairan lengket itu, terasa daya tarik
kebawah, semakin ia berontak kekuatan daya tarik itu semakin keras, kini tubuhnya mulai
tenggelam. Napasnya menjadi sesak. Seolah2 ada tangan ajaib yang berada didasar rawa2,
menyeret kearah dasar air telaga itu.
Sedikit lagi, hidungnyapun akan kelelap.
Kini tidak mungkin Sim Pek Kun berani bergerak.
Sim Pek Kun tidak tahu, berapa lama lagi ia bisa bertahan didalam keadaan yang seperti itu.
Sebelum menerjunkan diri kedasar telaga rawa2 lengket, tekad Sim Pek Kun untuk bunuh diri
begitu nekad. Tapi kekuatan hidup seseorang timbul kembali manakala mempunyai
kesempatan hidup.
Sim Pek Kun masih belum menjumpai Siauw Tjap-it-long. Kerena itulah, ia ingin sekali bisa
bertemu dengan sijago berandalan.
Didalam hati Sim Pek Kun berjanji, mulai saat ini, ia akan betul2 mentaati semua perintah
Siauw Tjap-it-long. Ia akan mempercayai segala langkah kebijaksanaan Siauw Tjap-it-long.
Sim Pek Kun mempasrahkan diri.
Kiranya, Sim Pek Kun akan segera mati dalam telaga rawa2 lengket itu.
Tiba2, sebuah bayangan terpeta didepannya, itulah bayangan Lian Seng Pek.
Baru sekarang, Sim Pek Kun terkenang kepada bayangan suaminya.
Tapi Sim Pek Kun yakin, ada atau tidak hadirnya dirinya, tidak menjadi soal bagi Lian Seng
Pek. Lian Seng Pek mempunyai kedudukan yang baik, mempunyai ilmu kepandaian yang
tinggi, mempunyai kawan2 yang berjumlah besar.
Kehilangan seorang istri yang cantik tidak begitu berarti, bagi Lian Seng Pek, hadir atau tidak
hadirnya itu sama saja.
Tiba2, Sim Pek Kun teringat kepada putra didalam perut.
Setiap wanita menjadi bahagia, manakala ia yakin bahwa didalam perutnya telah berisi satu
kehidupan baru.
Tapi ia tidak mempunyai kesempatan untuk melahirkan bayi Lian Seng Pek.
Sim Pek kun memeramkan matanya.
Sim Pek Kun mempunyai harapan hidup. Tapi harapan hidup itu terlalu tipis. Demikianlah ia
menyerahkan diri.
Kekuatan dasar telaga rawa-rawa yang menyedot Sim Pek Kun masih menurunkan beban
berat sang ratu rimba persilatan, tapi sikap Sim pek Kun begitu tenang, ia memeramkan mata.
Disaat inilah, telinga Sim Pek Kun bisa menangkap satu suara yang tidak terlalu asing. Itulah
suara Siauw Cap-it-long.
"Jangan menggunakan tenaga ! Sekali-kali, jangan menggunakan tenaga ! Untuk berontak
dari keadaan semula...."
Suara Siauw Cap-it-long berkumandang dekat sekali !
Rasa girangnya Sim Pek Kun tidak terkekang, ia hendak menengok memandang kearah
datangnya suara itu.
Terdengar suara Siauw Cap-it-long berkumandang lagi :
"Jangan sekali-kali mencoba untuk menengok kebelakang, jangan sekali-kali kau hendak
berusaha mencari dimana aku berada. Lepaskan semua kekuatan. Legakan semua hati,
ringankan bobot berat badan, lepaskan semua kekuatan yang hendak berontak. Tenaga-tenaga
jangan dikerahkan, boleh diumpamakan, kini kau sedang berbaring disebuah sofa yang amat
empuk...... berada dalam pangkuan ibumu, tidak ada kesusahan, tidak ada kegaduhan. Apapun
jangan dipikirkan, tidak ada orang yang bisa mengganggu keamananmu. Maka, kau akan
bebas dari penyedotan air telaga rawa-rawa lengket."
Sepatah demi sepatah, kata-kata Siauw Cap-it-long mengiang ditelinganya. Suaranya itu
mempunyai arti yang baru, suara yang memiliki kekuatan ajaib.
Sim Pek Kun yakin dan percaya kepada kata-kata Siauw Cap-it-long.
Sim Pek Kun melepaskan keinginannya yang hendak bebas dari cengkeraman telaga rawarawa
lengket itu. Ia mengendorkan semua otot-ototnya. Menurunkan kembali kaki yang
hendak diangkat itu.
Tapi ia belum bisa mengosongkan pikirannya.
Maka, kekuatan ajaib yang menyedot kedasar telaga bebas kembali.
Sim Pek Kun mengeluarkan elahan napas lega, ia bertanya perlahan :
"Bisakah aku bicara ?"
"Semua kata-kata harus diucapkan perlahan-lahan." berkata Siauw Cap-it-long. "Boleh saja.
Suara yang perlahanpun sudah cukup untuk memasuki pendengaran telingaku."
Suara Siauw Cap-it-long semakin mendekat.
Sim Pek Kun berkata :
"Aku bisa mengendorkan semua ototku. Aku bisa saja tidak menggerakkan tenaga. Tapi aku
tidak bisa mengosongkan isi pikiran."
"Apa yang sedang kau pikirkan?" bertanya Siauw Cap-it-long.
"Sedang kupikir," berkata Sim Pek Kun "Dimisalkan kita bergerak, maka kekuatan penyedot
dari dasar telaga ini menyeret kita kebawah. Bagaimana kita bisa meninggalkan rawa-rawa
lengket ini " Mungkinkah kau sudah mempunyai cara untuk membebaskan diri ?"
"Tentu saja !" berkata Siauw Cap-it-long.
"Hatiku makin lega." berkata Sim Pek Kun. "Ternyata kau mempunyai cara untuk
membebaskan diri."
Tiba-tiba, didepan Sim Pek Kun ada sepasang cahaya yang bersinar terang. Itulah sepasang
mata Siauw Cap-it-long !.
Rasa girangnya Sim Pek Kun tidak kepalang, gejolak hatinya seperti hendak lompat keluar.
Tiba-tiba wajahnya menjadi merah.
Tidak disangka, jarak mereka begitu dekat. Hampir saja bersampokan muka.
Sim Pek Kun juga bisa merasakan penyedotan hawa napas Siauw Cap-it-long.
Siauw Cap-it-long mengelakkan pandangan mata Sim Pek Kun, ia berkata perlahan :
"Sudah kau bisa melihat kearahku ?"
"Ya."
"Itulah. Jarak kita sebetulnya jauh. Kini sudah mulai mendekat."
"Bagaimana kau bergerak datang ?" bertanya Sim Pek Kun.
"Aku mempasrahkan diri. Aku tidak bergerak." berkata Siauw Cap-it-long. "Setiap gerakan
akan membawa akibat buruk, bisa menenggelamkan kita."
"Kau tidak bergerak, bagaimana caranya bisa tiba kesini."
"Perhatikan baik-baik, air telaga ini seperti sangat tenang. Kenyataan tidak. Ia tetap bergerak,
hanya saja pergerakkan itu perlahan sekali, sehingga tidak terasa oleh kita."
"Karena aku diam tidak bergerak..... maka bisa mengikuti arus air telaga terapung kemari.
Bilamana berontak, tentu tenggelam. Kau bergerak, maka tetap ditempat asalnya, semakin
lama semakin tenggelam, maka kau tidak terbawa oleh arus air telaga, kau diam disini."
Sim Pek Kun diam tidak bicara, hatinya bersyukur, karena keadaan yang tak diduga itu.
Pikirnya : "Bilamana aku juga tidak berontak-rontak, membiarkan diriku terapung ketempat jauh,
bagaimana aku bisa bertemu denganmu ?"
Siauw Cap-it-long berkata lagi :
"Tidak jauh didepan kita, adalah tepian, tenangkan hatimu, kosongkan pikiranmu, maka kita
akan segera tiba ditempat itu. Kita bisa tertolong. Bertahanlah, bersabarlah. Aku percaya, kau
bisa mentaati ini."
Mau tidak mau, Siauw Cap-it-long menoleh kembali, menatap sepasang sinar mata Sim Pek
Kun. Sim Pek Kun juga sedang memperhatikan pemuda itu, keempat sinar mata bertumbukan.
Sim Pek Kun diam tidak bicara. Hatinya yang memberi wakil.
"Demi kepentinganmu, akan kuusahakan."
Suara hati nurani bisa terpantulkan dari cahaya sinar mata, inilah panca indera ketujuh. Suara
yang tidak bisa ditangkap oleh pendengaran telinga.
Orang yang bisa menangkap suara dari sinar mata ini tidak terlalu banyak.
Tapi Siauw Cap-it-long bisa menangkap suara hati nurani Sim Pek Kun.
__ TEMPAT TINGGAL SIAUW CAP-IT-LONG
Sim Pek Kun tidak bicara, tapi sepasang sinar matanya bisa menyuarakan apa yang terpikir
olehnya. Siauw Cap-it-long bisa mengerti akan perpaduan hati nurani itu.
Mereka mengosongkan pikiran, mereka menelentangkan badan.
Arus air telaga rawa-rawa tenggelam menghanyutkan kedua orang itu ketepi.
Arus air telaga rawa-rawa tenggelam sangat perlahan, pergerakannya lambat sekali. Tak lama
kemudian, Sim Pek Kun menghela napas dan berkata :
"Hingga saat ini, aku bisa menyesal akan perbuatanku yang salah."
"Apa ?"
"Aku merasa bersalah."
"Apa yang salah ?" bertanya Siauw Cap-it-long.
"Aku pernah mengutuk Tuhan, kukatakan Yang Berkuasa itu sering-sering melakukan ketidak
adilan. Ternyata pikiranku itu salah. Biar bagaimana Tuhan itu tetap adil."
Dengan perlahan-lahan Siauw Cap-it-long berkata :
"Tuhan itu tetap adil."
Sesudah itu, mereka tidak bercakap-cakap lagi. Perlahan demi perlahan, tubuh kedua orang
terapung. Kedua kaki dan kedua tangan terentang dipermukaan air, seperti dua bangkai
celentang. Pergerakkan air rawa-rawa tenggelam terlalu perlahan, senti demi senti
menghanyutkan mereka.
Siauw Cap-it-long memeramkan mata.
Sim Pek Kun juga mengatupkan sepasang matanya, hatinya masih berpikir terus, ia masih
meragukan sesuatu, bisakah pergerakan air yang sangat lambat itu menepikan mereka "
Tapi Sim Pek Kun lebih yakin kepada Siauw Cap-it-long, karena itu ia mempasrahkan diri
kepada si jago berandalan.
Ia paling suka dengan sepasang sinar mata Siauw Cap-it-long yang bisa memantulkan cahaya
kemurnian. Ia tidak berani menantang adanya sinar mata itu, sinar mata itu seperti senjata yang sangat
tajam, menembus hatinya, menembus badannya, sepasang sinar mata itu yang membuat
hatinya berdebar-debar keras.
Seharusnya Siauw Cap-it-long mengajaknya bicara. Tapi Siauw Cap-it-long tidak bicara.
Mengapa " Akhirnya Sim Pek Kun tidak tahan, ia memanggil perlahan :
"Hei....."
Siauw Cap-it-long membuka kembali sepasang sinar mata yang dikatupkan itu, memandang
kearah sang ratu rimba persilatan ia bertanya :
"Ada apa ?"
"Kukira....." Sim Pek Kun menghentikan suaranya. Tidak ada bahan pembicaraan yang lebih
menarik. Mereka saling pandang beberapa waktu. Lama sekali.
"Tahukah kau, siapa yang menolong kita berdua ?" bertanya Siauw Cap-it-long.
"Tentu saja.....kau." berkata Sim Pek Kun.
Daya tangkap telinga Sim Pek Kun juga merasakan perobahan deburan hati Siauw Cap-itlong
yang bertambah keras, napasnya Siauw Cap-it-long juga agak memburu.
Hati Sim Pek Kun menjadi bingung.
Siauw Cap-it-long menggoyangkan kepala, ia berkata :
"Bukan."
Sim Pek Kun membelalakkan mata, ia bertanya :
"Siapa ?"
"Srigala itu." berkata Siauw Cap-it-long
Siauw Cap-it-long mengenangkan kejadian lama, sepasang matanya dialihkan mengarah
ketempat yang sangat jauh, Ia teringat bagaimana srigala itu merendam diri ditelaga ini,
bagaimana sang binatang menyembuhkan luka-lukanya.
"Aku pernah mendengar cerita tentang srigala itu." berkata Sim Pek Kun.
"Srigala tersebutlah yang menolong kita. Dari pelajaran itu, aku mengetahui didalam air
telaga ini terdapat unsur-unsur pengobatan yang luar biasa. Bagaimana aku harus bertahan
dari penderitaan, air telaga ini bisa menyembuhkan sesuatu luka-luka."
"Sangat kebetulan." berkata Sim Pek Kun.
"Bukan kebetulan." berkata Siauw Cap-it-long. "Seseorang yang hendak mempertahankan
hidupnya harus kuat, karena ia harus kuat bertahan dari segala gangguan, kuat bertahan dari
segala kesepian, dapat kuat bertahan dari segala hinaan-hinaan, serta kuat bertahan dari segala
macam penderitaan."
"Pelajaran-pelajaran yang kau tarik dari cerita srigala sangat menarik." berkata Sim Pek Kun.
"Tentu saja. Sebagai seorang manusia kita memiliki otak yang lebih cerdik dari srigala,
srigala itu bisa menyembuhkan luka-lukanya didalam air yang mengandung unsur obatobatan,
mungkinkah kita tidak bisa ?"
"Kau menaruh salut kepada srigala ?"
"Srigala adalah binatang yang menyendiri, kadang-kadang mereka juga bisa berkumpul
mencari mangsa, tapi sesudah itu, masing-masing memisahkan diri pula, hidupnya tidak
kompak. Lebih suka hidup menyendiri, daripada hidup berdua atau hidup berkelompok."
"Kau juga hendak hidup menyendiri ?"
"Hidup menyendiri bisa bebas dari segala gangguan-gangguan yang ada. Manusia itu
memiliki sifat ketamakan, sifat kejahatan, itulah letak kesalahan."
"Disini letak perbedaan antara manusia dan srigala ?"
Siauw Cap-it-long berkata :
"Orang benci kepada srigala. Dikatakan srigala itu mempunyai hati yang kejam, kukatakan
tidak ! Manusialah yang lebih kejam dari srigala, boleh dibayangkan, seekor srigala hanya
menikah satu kali. Hidup satu suami dan satu isteri. Mereka tidak berpisah. Dimisalkan
srigala jantan mati, sang betina akan menyendiri terus menerus, sehingga mengakhiri
hidupnya. Ia tidak akan kawin lagi, demikian juga keadaan srigala jantan, bilamana sang
betina mati, sang jantan juga tidak akan mencari isteri muda."
Sesudah itu, dengan suara sinis, Siauw Cap-it-long melanjutkan ceritanya :


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Adakah sifat-sifat srigala ini dimiliki oleh manusia " Oh...... tidak !.... berapakah laki-laki
yang setia kepada isterinya " Bini muda, gula-gula, dan wanita piaraan, tersebar diseluruh
pelosok. Anggapnya ia seorang besar, bisa memiliki isteri yang banyak. Sebaliknya,
memang bisa dihitung dengan jari wanita yang menyeleweng dari suaminya, tapi dimisalkan,
seseorang yang kehilangan suami, bisakah ia hidup menyendiri " kukira tidak. Dengan alasan
untuk menyambung hidup, ia kawin lagi."
Sim Pek Kun tidak membuka mulut.
Siauw Cap-it-long berkata lagi :
"Hidup yang tekad adalah hidup suami isteri, bilamana hidup suami isteri tidak mempunyai
kesepakatan, hidup suami isteri penuh dengan curiga mencurigai. Apalagi hidup dengan lainlainnya,
bagaimana manusia dengan manusia " Manusia lebih jahat dari srigala."
Lama sekali Sim Pek Kun terdiam, kini ia membuka mulut.
"Kadangkala, srigala juga bisa memakan seekor srigala lainnya."
"Bagaimana keadaannya manusia " Mungkinkah tidak memakan kawan ?" berkata Siauw
Cap-it-long. "Seekor srigala akan menggerogoti daging kawannya, bilamana didalam keadaan
terpaksa, bilamana daya tahan laparnya tidak tertahan lagi. Tapi manusia tidak mempunyai
sifat itu, manusia bisa makan kawan didalam keadaan perut kenyang, walaupun perut
kenyang, walaupun ia hidup didalam serba kecukupan, bisa saja ia memakan kawan."
Sim Pek Kun menghela napas; ia berkata :
"Kau lebih banyak mengenal sifat-sifat srigala, daripada mengenal sifat-sifat manusia."
"Oh " ! ......."
"Tidak semua manusia itu jahat." berkata Sim Pek Kun. "Dan kebetulan, manusia manusia
yang kau jumpai adalah manusia jahat. Mungkin sedikit sekali manusia baik yang berada
didekatmu."
Giliran Siauw Cap-it-long menutup mulutnya rapat-rapat.
"Hei," berkata Sim Pek Kun. "Jangan ceritakan tentang srigala saja. Mengapa kau tidak
ceritakan tentang keadaanmu ?"
"Aku "!" berkata Siauw Cap-it-long. "Tidak ada sesuatu yang bisa kuceritakan." "Ya."
berkata Sim Pek Kun. "Bagaimana keadaan kedua orang tuamu ?"
"Mereka tidak ada." jawab Siauw Cap-it-long.
"Dimana saudara atau saudarimu ?"
"Mati ! Semua sudah mati !"
Sepasang sinar mata Siauw Cap-it-long berubah menjadi liar, seperti hendak memancarkan api.
Hati Sim Pek Kun seperti ditusuk. Terbayang kembali, kedua orang tua Siauw Cap-it-long,
tentunya telah dibunuh oleh manusia-manusia tamak dan celaka.
Percakapan itu terhenti sampai disitu.
Tanpa mereka sadari air dari telaga rawa-rawa tenggelam bergerak, walau perlahan, gerakan
itu tetap ada. Akhirnya menepikan kedua manusia yang mereka ombang-ambingkan.
Siauw Cap-it-long merambat naik ketepi, menyeret Sim Pek Kun dan membantu nyonya
tersebut meninggalkan telaga rawa-rawa tenggelam.
Sim Pek Kun mendongakkan kepala, mereka berada di dasar tebing yang curam. Disekeliling
mereka terkurung oleh gunung-gunung tinggi, hawa disitu tidak menjadi dingin, hangat.
Tempat ini adalah suatu tempat yang sangat indah, tidak terjadi perobahan hawa. Tidak ada
angin puyuh, keadaan tenang , sunyi dan sepi.
Lembah gelap ! Demikianlah Siauw Cap-it-long menamakan tempat itu !
Sebuah air terjun yang kecil mengalirkan airnya, air itu jatuh berpercik disekitar mereka.
Melupakan keadaannya yang basah kuyup, melupakan pakaiannya yang kotor dan dekil,
melupakan lumpur-lumpur dari air telaga yang berbau busuk itu, Sim Pek Kun terpesona atas
panorama yang disaksikan.
Lama sekali Sim Pek Kun mematung ditempat itu, lupa kepada dirinya sendiri.
"Tidak kusangka !" akhirnya ia mengeluarkan keluhan panjang. "Masih ada satu tempat yang
seindah ini."
"Sebelumnya juga tidak kusangka." berkata Siauw Cap-it-long. "Bilamana tidak ada
bantuannya......."
"Lagi-lagi cerita srigala." potong Sim Pek Kun.
Mereka menuju kesebuah bangunan. bangunan itu terbuat dari kayu, bangunan yang terletak
dicabang-cabang pohon besar.
"Oh!" Sim Pek Kun agak terperanjat "Ada orang yang tinggal disini ?"
Siauw Cap-it-long menggelengkan kepala, ia berkata :
"Kecuali kita berdua. Tidak ada orang ketiga yang bisa berada disini."
Sim Pek kun menoleh kearah Siauw Cap-it-long, menatap wajah pemuda itu, seolah-olah
hendak bertanya, bagaimana ada bangunan didalam lembah curam "
"Itulah tempat tinggalku." Siauw Cap-it-long memberi keterangan. "Semua orang memiliki
rumah, bukan " Dan aku juga memiliki rumah. itulah rumahku."
"Rumahmu ?"
"Pertama kali aku mendatangi tempat ini, aku mulai tertarik." berkata Siauw Cap-it-long.
"Hidupku sebatang kara, maka aku membangun rumah disini."
Sim Pek Kun bisa menerima keadaan yang seperti itu, ia menganggukkan kepala berkata :
"Disini ada buah dan sayur-sayur. Disini ada air terjun yang jernih. Inilah tempat yang sangat
indah. Aku yakin dan percaya, kau suka tempat ini."
"Karena aku tidak bisa hidup bersama-sama manusia." berkata Siauw Cap-it-long tertawa
nyengir. Sim Pek Kun mulai bisa menduga, apa yang menyebabkan hidup kesepian Siauw Cap-it-long.
"Kukira, manusia itu tidak memiliki sifat srigala, srigala juga tidak memiliki sifat manusia."
berkata Siauw Cap-it-long.
"Karena kau percaya, bahwa kau adalah seorang manusia." berkata Sim Pek Kun mesra.
"Sesuatu yang dilakukan oleh srigala, tidak mungkin diturut olehmu, bukan ?"
Siauw Cap-it-long bergumam :
"Betul. Manusia tetap seorang manusia. Srigala tetap binatang srigala. Tidak mungkin srigala
mengikuti kehidupan manusia, tidak mungkin manusia mengikuti jejak binatang."
Siauw Cap-it-long mengajak Sim Pek Kun ketempat tinggalnya, ia siap naik ke bangunan itu :
"Sudah lama rumah ini kutinggalkan. Tentu sangat kotor, tebal debu mungkin sampai
beberapa dim, biar kusapu dulu. Eh... kau sudah bisa berjalan seorang diri ?"
Sim Pek Kun menggerak-gerakkan kakinya, luka yang diderita telah sembuh. Ia berkata :
"Tuhan itu adil. Adil kepada srigala, dan adil pula kepada manusia. Air dari telaga rawa-rawa
tenggelam bisa menyembuhkan luka srigala, tentu saja bisa menyembuhkan luka manusia
pula. Lukaku telah sembuh."
"Baik." berkata Siauw Cap-it-long. "Bilamana kau hendak membersihkan diri, pergilah ke air
terjun itu. Kau bisa membersihkan pakaian dan membersihkan diri. Aku hendak menyapu
rumah, kutunggu kedatanganmu di dalam."
Hanya kata-kata ini sudah cukup menggirangkan Sim Pek Kun.
Suara Siauw Cap-it-long adalah suara yang penuh daya tarik, tidak pernah ada satu yang tidak
memikat. Sesudah meninggalkan pesan tadi, Siauw Cap-it-long meninggalkan Sim Pek Kun. Ia lompat
kedalam rumahnya, dengan maksud membersihkan segala apa yang sudah terbengkalai itu.
Sim Pek Kun menuju kearah air terjun, sebagai seorang wanita yang sangat menjaga
kebersihan, keadaannya sudah tidak sepadan lagi, ia harus bisa membawa diri, membersihkan
baju dan mencuci pakaian, menghilangkan lumpur-lumpur dan bau air telaga rawa-rawa
tenggelam yang berbau busuk itu.
Diantara rumah bangunan dan air terjun terdapat jarak yang cukup jauh. Disana Sim Pek Kun
bebas membuka pakaian. Menyembunyikan diri dibalik semak-semak ia membersihkan
badan. Waktu Sim Pek Kun sering terbuang percuma. Hidupnya dengan Lian Seng Pek sering
dilanda kekosongan.
Dimasa kecilnya, sering Sim Pek Kun duduk didepan pintu. Menunggu kembalinya sepasang
orang tua yang suka mengembara.
Kedua orang tua Sim Pek Kun adalah pendekar-pendekar pengembara yang sering melakukan
kebajikan dan kebaikan-kebaikan.
Sim Pek Kun duduk didepan pintu rumah, menantikan kedatangan kedua orang itu, tentu saja
menanti-nanti didalam waktu yang sangat lama.
Seringkali, Sim Pek Kun harus menunggu sampai berhari-hari, sehingga berbulan-bulan.
Sim Pek Kun sering menantikan kehadiran sang ayah yang ramah, sang ibu yang manja.
Merangkulkan dirinya didalam rangkulan kedua orang tua itu, menerima cinta kasihnya.
Demikian tunggu menunggu, hingga terjadinya suatu hari, mulai saat itu ia tidak akan
menunggu lagi, tidak mungkin ayah dan ibunya bisa ditunggu.
Hari itu Sim Pek Kun menunggu, yang datang bukanlah kedua orang tuanya, tapi kedua peti
mati yang muncul didepannya
Kedua orang tua Sim Pek Kun yang di tunggu-tunggu itu tidak tiba, yang kunjung datang
adalah dua buah peti mati, dua buah peti mati yang berisi orang tuanya.
Mulai saat itu, Sim Pek Kun tidak pernah menunggu kembalinya kedua orang tua.
Ia mulai dewasa, tapi tetap menunggu. Kini yang ditunggu bukan kedua orang tuanya lagi,
yang ditunggu adalah sang nenek.
Setiap pagi, ia harus mengucapkan selamat pagi kepada si nenek, sesudah itu balik ke
kamarnya. Demikian makan siang, menunggu sehingga datangnya siang, sesudah makan siang ia bisa
bertemu dengan neneknya. Menunggu lagi sehingga datangnya malam, maka ia bisa bertemu
dengan nenek itu.
Nah itulah waktunya yang paling gembira.
Sim Pek Kun duduk dipangkuan sang nenek, mendengar cerita-cerita yang aneh-aneh. Sang
nenek bercerita kepadanya, bagaimana rahasianya jarum keluarga Sim yang hebat !
Waktu malampun datang, tapi tidak terlalu lama, ia harus tidur, ia harus menunggu sehingga
keesokan malamnya.
Semakin lama, Sim Pek Kun mulai mengerti. Ia dewasa.
Apa pula yang harus ditunggu sesudah Sim Pek Kun dewasa "
Seperti gadis-gadis lainnya, wanita itu hendak melewati jenjang perkawinan. Nasib Sim Pek
Kun lebih baik, ia mendapat seorang calon suami yang dijunjung orang. Sim Pek Kun kawin
dengan Lian Seng Pek.
Lian Seng Pek adalah seorang pemuda gagah, seorang laki-laki ideal, memiliki harta
kekayaan yang cukup banyak, ia dilengkapi dengan ilmu kepandaian silat yang tinggi.
Kedudukannyapun baik.
Siapa yang menjadi istri Lian Seng Pek, tentu merasa bahagia dan bangga.
Karena itulah, Sim Pek Kun bangga dan bahagia. Sifatnya menunggu itu tetap ada, kini sering
Sim Pek Kun menunggu tepian jendela menunggu kembalinya sang suami yang penuh
kependekaran itu.
Kadang-kadang, Lian Seng Pek pergi mengembara, seperti menunggu kembalinya kedua
orang tua dahulu. Sim Pek Kun menunggu kembalinya sang suami, sekali tunggu, berhari-hari
atau berbulan-bulan.
Bayangan kelam terpeta kembali, Sim Pek Kun takut bisa menunggu kembalinya sebuah peti
mati. Ia paling takut akan munculnya peti mati.
Harapan itu tidak diharapkan, tapi bayangan itu tetap ada.
Kekuatan menunggu Sim Pek Kun telah terlatih lama, bagaimana rasanya menunggu orang "
Sim Pek Kun lebih bisa meresapi hari-hari itu. Menunggu bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah dilaksanakan.
Menunggu membutuhkan ketekunan yang luar biasa.
Sim Pek Kun sudah biasa menunggu, karena itulah, ia paling takut mendapat tugas
menunggu. Hanya, kedudukan Sim Pek Kun telah ditakdirkan untuk menunggu. Dari
menunggu sang jenazah kedua orang tua, menunggu cerita sang nenek dimalam hari,
menunggu hadirnya sang suami dan lain-lainnya.
Sekarang, Sim Pek Kun masih membersihkan diri. Pakaiannya yang basah sudah dikeringkan.
Apalagi yang ditunggu olehnya " Hari ini ia bebas tunggu. Giliran orang yang menunggu
dirinya. Sim Pek Kun bisa maklum, Siauw Cap-it-long sedang menunggu kembalinya.
Berapa lama ia mandi dan berganti pakaian, tidak perlu ragu. Tetap akan ditunggu oleh Siauw
Cap-it-long. Kapan saja ia kembali, kapan saja ia mendatangi rumah didasar lembah gelap itu, disana akan
muncul seorang, disana akan ditunggu seorang. Siauw Cap-it-long tidak akan absen.
Tempat tinggal Siauw Cap-it-long bukanlah tempat yang mewah, Siauw Cap-it-long tidak
mempunyai hubungan keluarga, tapi kesannya kepada Siauw Cap-it-long sangat baik. Terasa
keadaan yang aman dan tenteram.
Sim Pek Kun tidak lagi menunggu. Tapi ditunggu.
Sim Pek Kun hidup didalam dasar lembah gelap itu bukan sebatang kara, masih ada orang
yang mengawaninya. Inilah yang menjadikan ia aman dan tenteram.
PERTEMUAN DAN PERPISAHAN
KECUALI sebuah tapang, didalam rumah itu tidak ada lain perabot, sangat kosong. Setiap
kali Siauw Cap-it-long kembali, bisa saja ia merasakan hal itu.
Semakin lama, hatinya semakin kalut.
Tentu saja Siauw Cap-it-long bisa menambah perabot rumah tangga, agar keadaan itu lebih
meriah. Tapi ia tidak melakukan hal tersebut. Karena ia tahu, penuhnya perabot rumah tangga
bukan berarti penuh isi hatinya, kekosongan hati tanpa menjadikan keserasian yang cocok. Isi
rumah yang kosong agak sesuai dengan isi hatinya yang hampa.
Kekosongan rumah itu tidak dirasakan Siauw Cap-it-long. Jarang ia kembali, tempat ini hanya
sebagai tempat istirahat. Tidak terlalu lama, sesudah itu ia berangkat lagi. Mulai dengan
petualangannya.
Karena itulah, sebuah bale2 itu cukup digunakan sebagai tempat tidur.
Sekarang, sangat dirasakan sekali, keadaan rumah seperti sediakala, tapi sangat dirasakan
kosong. Dan menyimpang dari kebiasaan, hati yang hampa itu seperti sudah padat terisi. Kini Siauw
Cap-it-long betul2 merasa, ia masih memiliki rumah!
Untuk pertama kalinya, Lembah Gelap itu dianggap sebagai rumah.
Perasaan pulang kerumah sangat nyaman, ternyata kembali kerumah begitu bahagia.
Siauw Cap-it-long sudah selesai membersihkan isi perabot rumah tangga, yang dikatakan
perabot hanyalah bale-bale tempat tidur itu.
Kini Siauw Cap-it-long menunggu, tapi hatinya tenang, ia menunggu dengan penuh
kesabaran. Karena ia tahu, orang yang ditunggu itu tidak terlalu lama, pasti, pasti sekali, orang
yang ditunggu itu akan tiba.
Didalam satu rumah yang kosong, akan terjadi perubahan, manakala rumah itu bertambah
penghuni. Apalagi penghuni wanita.
Betapa buruknya rumah yang ditinggali oleh seorang wanita, betapa sempitnya rumah yang
ditinggali oleh seorang wanita, rumah buruk dan sempit itu tidak akan dirasakan lagi. Hanya
wanitalah yang betul2 bisa meresapi dan menghiasi serta mengurusi isi rumah.
Hanya wanita yang bisa menghangatkan badan seorang laki-laki.
Karena itulah, Tuhan menciptakan Hawa.
Laki itu bersifat malas, tidak mau mengurus rumah tangga, karena itu tanpa adanya wanita,
rumah akan dirasakan menjadi kosong.
Untuk mengisi kekosongan ini, perlu mendapatkan seorang wanita. Terlebih-lebih wanita
yang sangat dicintai.
Tidak perlu disebutkan, mengapa Siauw Cap-it-long bisa menjadi rajin, mengurus rumah
tangga. Didalam sekejap mata, tempat itu telah bertambah dengan meja dan kursi, diatas bale-bale
juga bertambah rumput penutup agar lebih empuk.
Inilah rumahnya. Ia akan menghias, merawat rumah ini lebih sempurna.
Mulai saat itulah, Siauw Cap-it-long merasa bahwa ia telah memiliki sebuah rumah.
Sim Pek Kun tiba didalam bangunan itu sesudah Siauw Cap-it-long membersihkan sesuatu
dengan baik. Disana telah bertambah meja, diatas meja tersedia jambangan bunga, didalam pot itu
tertancap bunga2.
Jilid 9___________________
Dikala mereka makan, disana telah tersedia piring, mangkok, cangkir. Semuanya terbuat dari
kayu Makanan selalu tersedia, kadang kala, tersedia juga ikan kering, daging bakar, dan sayur
mayur. yang menjadi kekurangan adalah garam. Tidak mungkin mereka bisa menemukan garam
ditempat itu. Walau makanan itu kurang garam, tapi rasanya tetap segar.
Siaw Cap It Long memiliki sepasang tangan yang lincah, sekeping papan yang jatuh kedalam
tangannya, didalam sekejap mata bisa menjadi pot bunga yang indah, atau menjadi piring
mangkok yang cocok.
Bisa disaksikan, rumput-rumput bila dikehendaki oleh Siaw Cap It Long didalam sekejap
mata bisa menjadi makanan-makanan yang lezat.
Sim Pe Kun juga tidak ketinggalan, dengan sepasang tangannya dia juga menganyam rumput,
itulah taplak meja.
Luka mereka sembuh dengan cepat.
Tentu saja obat luka mereka adalah air telaga rawa lengket itu. Disamping pengobatan yang
sempurna, hati mereka yang girang juga menambah proses penyembuhan mereka.
Mereka hidup tenang dan bahagia
Sehingga tiba pada suatu hari , dikala Siaw Cap It Long membuka matanya, tampak Sim Pek
Kun sedang menyelimutkan rumput yang baru dibuat.
Sepasang sinar mata mereka bertumbukan. Wajah Sim Pek Kun menjadi merah,
menundukkan kepalanya, ia berkata dengan suara rendah :
"Hawa malam sangat jahat, nanti kau bisa masuk angin."
Ternyata Siaw Cap It Long menyerahkan rumahnya kepada Sim Pek Kun. Sedangkan ia
sendiri duduk diluar rumah.
Siaw cap It Long menatap sang ratu rimba persilatan itu, tanpa sekecap kata keluar dari
mulutnya. Kepala Sim Pek Kun ditundukkan semakin rendah, ia berkata :
"Mengapa kau tidak membangun satu rumah lagi ! mengapa kau lebih suka tidur dibawah
embun pagi dan angin malam ".Mengapa kau menyerahkan rumah ini membiarkan aku hidup
senang, dan menyiksa dirimu sendiri ?"
Mulai dari saat itu, Siaw cap It Long semakin repot.


Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dibangunan kecil yang sudah ada, terbangun lagi lain cangkrang rumah.
Seorang manusia tidak bisa mengembangkan kepintarannya, apabila tidak diliputi oleh
kesenangan-kesenangan. Kebahagiaan manusia akan mempercepat proses kehidupan.
Cepat sekali, bangunan rumah baru hampir selesai.
Satu waktu, Siaw cap It long menimba air, tiba-tiba ia melihat sim pek Kun sedang disamping
air terjun, menundukkan kepala, memandang dan memperhatikan perutnya sendiri.
Sim Pek Kun lupa, situasi apa yang mengekang dirinya ! Tidak sadar akan kedatangan Siaw
Cap It Lng. Siaw Cap It Long mengajukan pertanyaan :
"Apa yang sedang kau pikirkan ?"
Sim Pek Kun terlompat bangun, wajahnya memperlihatkan perubahan-perubahan yang aneh.
Lama sekali, Ia menggeser pandangan matanya, dengan dipaksakan tertawa ia berkata :
"Tidak apa-apa. Tidak ada sesuatu yang kupikirkan."
Siaw Cap It Long tidak bertanya lagi.
Pertanyaan yang sudah terlanjur dilepas keluar itu adalah pertanyaan yang kurang pantas.
Siaw cap It Long menyesal, karena ia tahu, apa artinya dari ucapan kata tidak apa-apa..
seorang wanita yang mengucapkan tidak memikirkan apa-apa, kebalikan daripada itu, terlalu
banyak yang dipikirkan. Hanya pikiran-pikiran itu tidak ingin diketahui oleh orang lain.
Tapi sangat mudah diduga, apa yang sedang dipikirkan oleh Sim PekKun.
Tentu saja Siaw cap It long bisa menduga apa yang dipikirkan oleh Sim pek Kun.
Hari berikunya, Sim pek Kun bisa menyaksikan, bagaimana bangunan baru yan
Istana Pulau Es 14 Istana Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Jodoh Rajawali 20

Cari Blog Ini