Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung Bagian 5
g adalah suhuku."
"Hmm, kau tidak usah menjual kembangan yang tidak karuan dihadapan loohu. Sewaktu untuk pertama kalinya aku bertemu dengan dirimu aku mengakui kau memang betul-betul muridnya sekarang yang aku tanyakan adalah
perguruanmu setelah kau dipukul jatuh oleh Heng-san It-hok dari atas tebing tersebut."
"Soal ini maafkan aku tidak bisa memberitahu."
"Haaa.... haa.... kau tidak mau bicarapun loohu sedikit mengetahui, seru kakek tua berjubah hitam itu sambil tertawa terbahak-bahak Sekarang aku bertanya lagi suhumu itu seorang yang masih hidup atau seorang yang sudah mati" dia punya pesan terakhir apa yang diberikan kepadamu misalnya saja sejarah dari perguruan itu serta persoalan persoalan tentang suheng te bekas seperguruan."
Tan Kia-beng sama sekali tidak menyangka kalau dia bisa membicarakan persoalan itu, pikirnya diam-diam di dalam hatinya.
"Apa mungkin dia" Hmmm, tentu dia sedang memancing diriku untuk menyebutkan perguruanku, sebelum aku menetahui keadaanmu yang sesungguhnya kau jangan mimpi bisa mengetahui sesuatu tentang diriku."
Setelah termenung berpikir keras beberapa saat lamanya dia baru menjawab dengan suara yang lantang.
"Aku orang she Tan tidak akan berbohong terhadap dirimu, telah terjatuh ke dalam jurang aku memang pernah
mengalami suatu kejadian yang aneh tetapi belum pernah secara resmi mengangkatnya sebagai guru, sampai saat ini aku cuma mendapatkan barang-barang peninggalan dari dia orang tua saja."
Tiba-tiba terlihatlah air muka kakek tua berjubah hitam itu berubah amat sedih sekali gumamnya seorang diri....
"Ooooh suhu.... tidak kusangka kau orang tua sudah menemui ajalnya sehingga membiarkan manusia berdosa dari perguruan merasakan penyesalan untuk seumur hidup."
Mendadak dia maju ke depan mencekal pergelangan tangan dari Tan Kia-beng ujarnya lagi dengan mata terharu
"Saudara cilik.... suhu.... suhumu itu di dalam surat wasiatnya apakah pernah mengungkat.... mengungkat persoalan tentang kakek seperguruanmu?"
Mendengar perkataan itu tidak terasa lagi di dalam benak Tan Kia-beng teringat akan sesuatu urusan dia melirik sekejap ke arahnya lalu mendengus dingin, "Menurut surat wasiatnya dia memang mempunyai seorang murid tertua yang sudah diusir keluar dari perguruan."
Air muka kakek tua berjubah hitam amat mengerikan sekali mendadak dia tertawa terbahak-bahak dengan amat seramnya
suaranya tinggi keras dan nyaring laksana pekikan hantu malam, seperti juga suara auman srigala kelaparan sedih....
seram.... dan mengerikan sekali, jika didengar dari suara tertawanya itu agaknya jauh lebih mirip dengan suara tangisan yang tidak sedap didengar.
Sebetulnya Tan Kia-beng adalah seorang berhati welas asih, melihat suara tertawa seramnya yang sama sekali tidak mirip manusia, ini hidungnya terasa menjadi terkejut hampir butiran air mata menetes keluar membasahi wajahnya.
Kakek tua berjubah hitam itu setelah tertawa tergelak dengan amat seramnya beberapa saat lamanya mendadak dia menutup mulutnya kembali.
Selang tidak lama kemudian dia gembar gembar pula sambil memaki dirinya sendiri
"Bagus sekali hukuman ini, bagus sekali ha haa haa....
hukuman yang paling tepat manusia yang berani menghianati perguruan memang seharusnya dijatuhi hukuman yang paling berat, haa, haaa, haaa, hukuman yang paling berat, haaa...."
Tan Kia-beng yang ada di samping tahu, kenapa dia bisa demikian hapalnya dengan mata terbelalak dia berdiri termangu-mangu memandang ke arahnya.
Agaknya kakek tua berjubah hitam itu segera merasakan dirinya sudah ketelanjuran mengumbar kesedihannya, air mukanya dengan cepat berubah menjadi tenang kembali bahkan jauh lebih adem dan kaku.
"Hey bocah cilik," serunya dingin. "Apakah kau tidak mengetahui kalau aku sedang meneteskan air mata membaca cerita menaruh rasa sedih buat orang dahulu?"
Mendengar perkataan itu diam-diam Tan Kia-beng merasa amat geli pikirnya, "Kau kira aku tidak tahu siapakah kau?"
Tetapi wajahnya sama sekali tidak berubah dia cuma tersenyum.
"Semoga saja penampakan rasa sedih yang baru saja kau perbuat ini merupakan urusan yang benar-benar keluar dari hati kecilnya, sehingga dengan demikian tidak menghilangkan semangat kejantananmu."
Dengan gemasnya kakek tua berjubah hitam itu melotot sekejap ke arahnya, tetapi Tan Kia-beng tetap tenang-tenang sja tanpa memperlihatkan sedikit perubahan.
Tiba-tiba.... "Siapa?" bentak kakek tua berjubah hitam itu dengan keras.
Di tengah suara sambaran pedang ujung baju yang
tersampok angin dengan amat cepatnya dia terus menerjang keluar dari hutan hampir hampir pada waktu yang bersamaan pula tubuh Tan Kia-beng bagaikan bertiupnya angin ringan yang ikut menubruk keluar dari hutan tersebut. Ketika mereka berdua tiba di luar hutan segera terlihatlah Sam Koang Sin nie yang membantu mereka meloloskan diri dari kepungan sewaktu berada digunung Thay-san tempo hari dengan memegang sebuah hut tim yang sedang berjalan masuk ke dalam hutan itu dengan langkah perlahan.
Tetapi mereka berdua yang sudah mempunyai kepandaian amat tinggi segera mengetahui kalau apa yang didengarnya tadi bukanlah suara langkah kaki melainkan suara
tersampoknya ujung pakaian yang amat perlahan sekali, tidak terasa lagi mereka pada saling bertukar pandangan Air muka Sam Koang Sin nie amat tenang sekali, dengan perlahan dia
berjalan mendekati gadis berbaju putih itu ujarnya dengan suara yang halus
"Ouw, sungguh kasihan.... sungguh kasihan sekali, siapa yang sudah melukai dirinya sehingga sedemikian rupa?"
Dengan cepat kakek tua berjubah hitam itu berkelebat menghalangi perjalanannya.
"Dia adalah putriku tidak perlu kau banyak cakap atau ikut campur di dalam urusan ini" teriaknya dingin.
Tidak menunggu Sam Koang Sin nie berbicara dia sudah menambah lagi.
"Luka dari Siauw li amat parah sekali loohu harus cepat-cepat membawanya pulang untuk diobati, apa maksud tujuanmu datang kemari" Cepat katakan loohu tidak punya waktu untuk menunggu lebih lama lagi."
Selesai berkata dengan sinar mata yang amat tajam dia memandang wajah Sam Koang Sin nie itu, agaknya sedikit ada pembicaraan yang tidak cocok dia segera turun tangan melancarkan serangannya.
Sam Koang Sin nie segera merangkap tangannya memberi hormat, ujarnya dengan suara yang amat halus, "Pinnie sengaja datang kemari untuk minta petunjuk beberapa persoalan dari saudara berdua, jikalau luka dari putri kesayanganmu untuk sementara tidak menguatirkan harap kalian mau berdiam disini beberapa saat lagi."
Berbicara sampai disini sinar matanya dengan perlahan menyapu sekejap ke arah mereka berdua, kemudian
sambungnya lagi, "Pinnie bukanlah seorang manusia yang tidak tahu aturan, dikarenakan keadaan yang sangat berbahaya saat ini, sedikit tidak ada kecocokan paham segera
akan terjadi suaru pertempuran sengit yang bakal
menimbulkan banjir darah maka.... Oouw, benar, biarlah Pinnie turun tangan menolong menyembuhkan luka nona itu terlebih dahulu."
Mendadak kakek tua berjubah hitam itu putar badannya mendekati badan gadis berbaju putih itu lalu bagaikan sambaran kilat cepatnya berturut turut dia menotok beberapa buah jalan darah.
Tan Kia-beng serta Sam Koang Sin nie yang berdiri disampingnya cuma melihat sepasang tangannya bergerak tidak henti hentinya, hanya di dalam sekejap saja serluruh jalan darah penting dibadannya sudah kena tertotok.
Kemantapan serangannya serta ketepatan arah totokannya sangat hebat sekali membuat kedua orang itu diam-diam merasa sangat kagum.
Si kakek tua berjubah hitam itu yang baru saja
menggunakan ilmu tunggal perguruannya untuk melancarkan jalan darah putrinya dalam hati dia tahu untuk beberapa saat lamanya gadis berbaju putih itu tidak akan mendapatkan perubahan yang menguatirkan, karenanya dengan cepat dia putar tubuhnya.
"Kau ada perkataan apa" cepat katakanlah!" ujarnya dengan amat dingin. "Loohu tidak punya waktu yang lebih banyak."
Sam Koang Sin nie pun tahu kalau perkataan ini tidak bohong, dia segera tersenyum ramah.
"Setiap tahun satu kali sicu dengan membawa putri kesayanganmu berpencar ke daerah Kang Lam dengan
menunggang kereta kencana, hal ini sudah Pinnie ketahui benar-benar walaupun setiap tahunnya ada banyak jago yang
terbinasa dengan amat mengerikan ditanganmu tetapi hal ini adalah urusan yang jamak, Pinnie tidak mau mengungkat ungkatnya kembali."
"Oouw, jadi kau sengaja datang kesini untuk membicarkan dosa yang telah loohu perbuat?" mendadak potong kakek tua berjubah hitam dengan tidak sabaran, "hee.... heee.... loohu kalau sudah berani berbuat tidak akan takut pula ada orang yang mencari diriku. Hmm, jikalau ada yang mau membalas dendam silahkan datang kemari, loohu akan menerimanya semua."
Dengan gusar Sam Koang Sin nie goyangkan tangannya berulang kali. Untuk sementara waktu sicu jangan memotong dahulu omonganku, dengarlah omongan dari Tiu nie dulu.
Dia menghela napas panjang, kemudian sambungnya.
"Persoalan yang mencurigakan hati Pinnie dan ingin minta penjelasan dari sicu adalah pertama, jika mengikuti pengalaman sejak dahulu kecuali setiap tahun pada musim semi sicu melakukan perjalanan satu kali salamanya tidak pernah keluar lagi dari perkampungan Cui-cu-sian, kenapa tahun ini kereta kencana itu berturut turut sudah munculkan dirinya berulang kali?"
"Kedua, walaupun kepandaian silat dari sicu amat tinggi tetapi selamanya tidak ingin merebut nama besar di dalam Bulim kenapa tahun ini sudah mengirim surat undangan yang menantang para ciangbunjin dari partai partai besar" apakah kau mempunyai minat untuk merebut julukan sebagai Bulim Tat It Kiam?"
Alis yang dikerutkan kakek tua berjubah hitam itu semakin mengencang lagi kemudian tak tertahan lagi dia tertawa panjang dengan amat kerasnya.
"Kalau memangnya Sinnie sudah menyelidiki perbuatan aku orang she Hu sehingga demikian jelasnya buat apa bertanya lagi?" serunya keras. "Munculnya kereta kencana di jalan raya Cing Sian pada waktu itu adalah hasil perbuatan dari saudara kecil ini, sebaliknya tentang undangan yang mengajak tujuh orang ciangbunjin dari tujuh partai besar untuk bertemu di atas gunung Thay-san tidak lain merupakan siasat yang sedang mereka susun waktu itu dan bermaksud hendak mengandalkan jumlah yang banyak bersama-sama
mengerubuti diriku, sedangkan mengenai julukan Bulim Tat It Kiam" hee hee aku orang she Hu sama sekali tidak tertarik"
"Terhadap urusan ini Pinnie pun mengetahui amat jelas, sekarang Pinnie masih ada satu pertanyaan lagi, apakah pada musim guguran ini sicu pernah menunggang kereta kencana menyerbu kuil Siauw-lim-si dan kuil Kun Yen Koan di atas gunung Go-bie" nona yang berhasil ditawan Go-bie Ngo Cu apakah putri kesayanganmu?"
Dengan sombongnya kakek tua berjubah hitam itu
gelengkan kepalanya berulang kali.
"Siauw lim serta Go-bie walaupun orang-orang Bulim menganggapnya amat tinggi tetapi aku orang she Hu sama sekali tidak memandang sebelah matapun, sedang Go-bie Ngo Cu itu sekalipun terhitung jago nomor wahid di dalam dunia kangouw tetapi jikalau ingin menawan putriku.... haaa....
haaa.... bukannya Loohu bicara membual mereka masih ketinggalan jauh aku kira tentunya mereka sengaja menyiarkan berita ini agar aku menghantarkan diri kemulut macan."
"Urusan ini memang benar-benar terjadi" tiba-tiba timbrung Tan Kia-beng dengan keras, "Cayhe melihat hal itu dengan mata kepala sendiri bahkan ada orang kakek tua berjubah
hitam dan berkerudung sudah menolong juga lolos dari tawanan mereka."
"Kakek tua berjubah hitam yang berkerudung?"
"Benar," sahut Tan Kia-beng mengangguk. "Sewaktu
diadakannya pertemuan para jago di atas gunung Thay-san cayhepun pernah melihat dirinya naik ke atas gunung bersama-sama dengan seorang perempuan berbaju putih akhirnya setelah bergebrak aku tidak melihat dia muncul muncul juga sehingga dalam hatiku sudah menaruh rasa curiga, menanti aku mau tanyakan urusan ini kepadamu saat itu kau sudah pergi dari sana."
"Manusia busuk, ternyata dia berani mempermainkan aku Hu Hong. Hm.... aku pingin mengetahui siapakah sebenarnya orang itu?"
Mendadak dia menghela napas panjang, ujarnya lagi,
"Sejak istriku menuju kedunia Barat Loohu sudah pusatkan seluruh perhatianku kepada Siauw li, loohu tidak ingin dia merasakan kesedihan atau siksaan yang menambat hatinya.
Persoalan adanya pertemuan di atas gunung Thay-san loohu sama sekali tidak membiarkan dia tahu perempuan mana yang pergi kesana bukanlah Siauwli, dia tentulah orang lain yang sengaja menyamar sebagai putriku."
Sam Koang Sin nie yang mendengar tanya jawab diantara mereka di dalam hati merasa semakin jelas lagi.
"Di dalam hati Pinnie sejak semula sudah menaruh curiga kemungkinan sekali masih ada kereta kencana yang lain ujarnya dengan perlahan, dan orang itu sengaja munculkan dirinya di dalam Bulim dengan menyamar sebagai Hu sicu hanya orang ini amat sukar diduga, maksud dan tujuannyapun
tidak jelas, Pinnie menduga tentunya dia mempunyai suatu rencana tertentu disamping hendak mencelakai diri sicu."
"Urusan ini loohupun sudah merasa, ini hari loohu bisa salah melukai siauw li hal inipun disebabkan sedang mengejar siluman perempuan berbaju putih itu."
Berbicara sampai disini mendadak sepasang matanya melotot keluar dan menoleh ke arah hutan,
Bagaikan sambaran angin cepatnya Tan Kia-beng segera meluncur ke depan, sewaktu dia tiba disamping hutan tampaklah sesosok bayangan putih dengan amat cepatnya berkelebat masuk ke tengah gerombolan pepohonan.
Dia tidak mau melepaskan begitu saja orang itu dengan cepat dia melakukan pengejaran terus ke depan tetapi beberapa saat kemudian selain semak belukar yang amat lebat tidak tampak sesosok bayangan manusiapun disana. dia tahu sekalipun mengejar lebih lanjut juga tidak berguna karenanya terpaksa dia kembali lagi ke tempat semula.
Sam Koang Sin nie segera merangkap tangannya memuji keagunagn Buddha.
"Jikalau dugaan Pinnie tidak meleset, tentunya siluman perempuan berbaju putih itu sedang mencuri dengar dari hutan sebelah sana," ujarnya.
Tan Kia-beng segera mengangguk.
Perempuan ini kemungkinan sekali adalah perempuan berbaju putih yang ditawan Go-bie Ngo Cu.
Kakek tua berjubah hitam itu mendengus berat berat, mendadak dia mengempit tubuh gadis berbaju putih yang mengeletak di atas tanah dan meloncat pergi dari sana.
Menanti setelah bayangannya lenyap dari pandangan Sam Koang Sin nie baru menoleh ke arah Tan Kia-beng, tanyanya sambil tersenyum, "Siauw sicu, apakah satu perguruan dengan dirinya?"
"Sama sekali tidak kenal, ini hari cayhe baru saja bertemu muka dengan dirinya."
"Kalau begitu terhadap segala galanya kau sama sekali tidak tahu?"
"Sampai namanyapun cayhe tidak tahu?"
"Orang ini she Hu bernama Hong kenapa dalam silat yang dimilikinya sangat tinggi sekali, entah dia termasuk dari perguruan mana, tetapi jadi orang suka marah, suka senang tak menentu sifatnya amat kukoay dan paling gemar membunuh."
"Katanya dia mempunyai seorang istri yang sangat cantik sekali, cuma sayang usianya pendek, pada suatu saat dia meninggal dunia karena menemui kesukaran sewaktu
melahirkan, karena itu cinta kasihnya lantas dialihkan seluruhnya kepada putrinya ini, dia mengunci putrinya itu di dalam perkampungan Cui-cu-sian, setiap tahun pada musim semi saja dengan mengendarai kereta kencana mereka melakukan perjalanan satu kali."
"Dia bertempat tinggal di perkampungan Cui-cu-sian dan jarang sekali melakukan perjalanan di dalam dunia kangouw bagaimana dia bisa mengikat permusuhan yang demikian banyaknya?" tiba-tiba tanya Tan Kia-beng.
Sam Koang Sin nie segera menghela napas panjang.
"Urusan ini salah terletak ditangan gadis berbaju putih itu, karena kepandaian silat yang dimilikinya sangat tinggi bahkan
sifatnya amat sombong sekali bahkan wajahnya amat cantik bagaikan bidadari, maka setiap kali muncul dalam dunia kangouw, tentu akan menimbulkan banyak urusan yang merepotkan, Hu Hong yang menyintai putrinya seperti menyintai nyawanya sendiri, sama sekali tidak membiarkan dia menaruh cinta atau sayang terhadap seseorang, misalnya menaruh rasa simpatik terhadap dirinya maka orang itu tentu akan segera menemui ajalnya, jikalau dia menaruh rasa sayang dan senang dengan sebuah kuil atau sebuah hutan yang berpemandangan indah, maka hutan itu ataupun kuil tersebut pasti akan dihancur lumurkan, bahkan sampai seekor anjing atau seekor kucing pun jikalau putrinya menaruh rasa sayang kepadanya dia tentu turun tangan membinasakannya."
Dikarenakan setiap tahun kereta kencana itu melakukan perjalanan yang amat jauh sekali maka semua orang dunia kangouw memberikan julukan kepadanya sebagai si Penjagal Selaksa Li.
Saat itulah Tan Kia-beng baru paham kembali kenapa si kakek tua berjubah hitam itu sudah menanam rasa dendam yang demikian banyak orang Bulim, di dalam hatinya tidak terasa lagi sudah timbul rasa anti patinya, seketika itu juga alisnya dikerutkan rapat rapat, serunya, "Orang ini amat bengis dan kejam sekali, bagaimana kita boleh membiarkan dirinya berbuat jahat lagi terhadap Bulim."
"Walaupun dia gemar membunuh tetapi selamanya asalkan tidak ada orang yang mengganggu dirinya dia tidak akan mengganggu orang lain sifat sebetulnya tidak jelek Pinnie serta Loa Lim Sin Ci mempunyai maksud untuk melenyapkan peristiwa ini dari dalam dunia kangouw, disamping itu Pinnie masih ada satu urusan yang benar-benar menyedihkan hatiku."
Berbicara sampai disini sinar matanya dengan perlahan beralih ke atas wajah Tan Kia-beng, ujarnya setelah berseru memuji keagungan Buddha, "Usia siauw sicu masih sangat muda sekali, kepandaian silatnyapun sudah mencapai pada taraf kesempurnaan, harap kau bisa baik-baik berjaga diri."
Tan Kia-beng yang melihat dia tak melanjutkan
perkataannya, segera tahu kalau dia sudah menaruh rasa curiga terhadap asal usulnya. karenanya diapun tidak bertanya lebih lanjut segera dia tersenyum.
"Terima kasih atas perhatian dari Sin nie boanpwee merasa diriku tidak akan sampai terjerumus ke dalam jalan yang tidak benar."
"Semoga saja Sicu mengikuti perkataan tersebut, sehingga tidak mensia-siakan pelajaran ilmu silatmu...."
Selesai berkata dia merangkap tangannya memberi hormat dan berlalu dari sana dengan cepatnya.
---0-dewi-0--- JILID: 9 Sam Koang sin Nie ini merupakan salah satu manusia aneh yang paling dihormati di dalam Bulim saat ini, kali ini dia sengaja menguntit diri kakek tua berjubah hitam serta Tan Kia-beng sebenarnya hanya bertujuan untuk membuktikan keragu raguan serta kecurigaan yang memenuhi hatinya.
Karena munculnya seorang pemuda yang berkepandaian sangat tinggi semacam Tan Kia-beng ini amat mengherankan sekali hati mereka, apalagi kepandaian seilatnya yang dimiliki si Penjagal Selaksa Li Hu Hong, dia segera menaruh curiga kalau dia adalah tunggal seperguruan dengan Hu Hong ini.
Siapa tahu ternyata orang itu sama sekali tidak saling mengenal. hatinya semakin curiga lagi dia menduga kemungkinan sekali Tan Kia-beng termasuk di dalam salah satu partai yang bersembunyi karena itu baru saja berkata sampai di tengah jalan ia tidak melanjutkan kembali kata-katanya dan dengan tergesa gesa berlalu dari sana.
Tan Kia-beng yang baru untuk pertama kali terjun ke dalam dunia kangouw terhadap urusan Bulim boleh dikata sama sekali tidak tahu ditambah lagi dengan persoalan dari saudara seperguruan yang banyak ini membuatnya dia semakin bingung lagi dibuatnya.
Saat itu dia merasa urusan harus cepat-cepat diselidiki pada saat ini adalah soal kereta rencana yang satunya itu beserta si kakek tua berjubah hitam dan perempuan berbaju putih itu karena dia berani menyamar sebagai Hu Hong sudah tentu kepandaian silatnya rada mirip lalu apakah diapun merupakan anak murid dari Teh-leng-bun"
Baru saja dia berpikir keras dan kebingungan mendadak telinganya dapat menangkap suara gerakan yang aneh dan mencurigakan sekali bahkan secara diam-diam mulai bergerak mendekati dirinya, tidak terasa lagi dia tertawa dingin.
"Saudara sekalian, bilamana khusus datang kemari untuk mencari gara gara dengan aku orang she Tan, silahkan cepat munculkan dirinya untuk bertemu, bersembunyi seperti cucu kura kura boleh dihitung manusia macam apa" Hmm."
Suara bentakannya baru saja selesai diucapkan dari empat penjuru mendadak berkumandang keluar suara tertawa seram yang mengerikan sekali....
Mendadak.... Dari empat penjuru bermunculan segerombolan manusia berbaju hitam yang memakai kerudung hitam dan dengan perlahan mendekati dirinya.
Dandanan serta tindak tanduk dari orang-orang ini aneh sekali, gerak geriknyapun amat misterius, kecuali memperdengarkan suara tertawa aneh yang amat
menyeramkan ternyata tak seorangpun di antara mereka yang berbicara, bahkan tidak tahu pula siapakah pemimpinnya diantara orang tersebut.
Di tengah kegelapan mejelang pagi hari terlihatlah segerombol bayangan hitam bergerak maju selangkah demi selangkah, gerakannya persis seperti setan gentayangan yang sedang mencari mangsa, membuat setiap orang merasa bergidik bulu romanya pada berdiri.
Sekalipun Tan Kia-beng memiliki kepandaian silat yang amat tinggi tetapi diapun dibuat terkejut juga oleh gerak gerik orang yang sangat aneh ini
Sinar matanya dengan perlahan menyapu sekejap
kesekeliling tempat itu lalu bentaknya dengan suara nyaring,
"Kalian segerombol manusia tidak mirip manusia, setan bukan setan sebetulnya mau berbuat apa terhadap diriku?"
Tetapi jawaban yang diperoleh cuma suara tertawa aneh semakin menyeramkan.... suara tertawa yang mendirikan bulu roma.
Saking khekinya tidak terasa lagi alisnya dikerut rapat rapat, diapun segera memperdengarkan suara tertawanya yang amat keras sekali.
Mendadak dia membentak keras, telapak tangannya dibabat melancarkan satu pukulan dahsyat yang disertai hawa dingin yang membekukan seluruh tubuh
Lelaki berbaju hitam yang berada dibarisan paling depan segera terkena gulungan dan hantaman hawa pukulan itu Agaknya orang itu sudah mengetahui kalau tenaga
dalamnya sangat sempurnya sekali, tubuhnya dengan cepat miring ke samping lalu meloncat ke atas berturut-turut dia melancarkan tiga buah serangan gencar yang semuanya menggunakan jurus jurus serangan dari aliran Teh-leng-bun
"Iiih?"
Tak kuasa lagi Tan Kia-beng berteriak kaget.
Dari belakang badannya segera terasalah angin pukulan yang menderu menghantam tubuhnya, ada dua orang lelaki berbaju hitam lagi yang bergerak menyerang dari samping kiri serta samping kanan jurus2 serangan dari aliran Teh-leng-bun.
Tan Kia-beng segera kilatkan tangan miringkan tubuh ke samping dengan gerakan serangan dibalas serangan dia memunahkan datangnya serangan dari kedua orang yang ada dibelakang badannya itu.
Di dalam hati diam-diam dia merasa sangat terperanjat sekali, bukankah di dalam surat wasiat dari Han Tan loojien dia pernah mengungkat kalau aliran Teh-leng-bun yang pernah berdiri di dalam dunia kangouw beberapa saat lamanya cuma mempunyai dua orang ahli waris saja tetapi bagaimana saat ini bisa muncul begitu banyak orang yang bisa menggunakan ilmu silat dari aliran Teh-leng-bun"
Pada waktu dia berdiri tertegun nan memikirkan banyak urusan itulah manusia manusia berbaju hitam yang ada diempat penjuru sudah mulai melancarkan serangan gencar dan pada mengerubut ke depan, serangannya sama sekali tidak mengandung belas kasihan arah yang diserang pun merupakan jalan darah penting yang mematikan. Bahkan jurus
serangan yang mereka gunakan adalah jurus-jurus serangan ganas dari aliran Teh-leng-bun.
Sebenarnya semula dia masih mengira secara kebetulan saja jurus serangan mereka hampir mirip dengan jurus serangan dari alirannya tetapi sekarang ini dia sudah bisa membuktikan kalau jurus serangan yang digunakan pihak lawan memang benar merupakan ilmu silat dari aliran Teh-leng-bun.
Dikarenakan dia sangat takut sampai serangannya sudah salah melukai orang-orang dari Teh-leng-bun mendadak sepasang telapak tangannya melancarkan dua serangan gencar menghantam mundur musuh musuh yang sudah
semakin mendesak ke depan tubuhnya itu
Mendadak tubuhnya meloncat ke atas lalu putar setengah lingkaran dan kembali melancarkan dua serangan dahsyat.
"Tahan!" bentaknya dengan keras.
Suara benturan laksana guntur yang membelah bumi
membuat seluruh lembah tergetar denagn amat kerasnya, dedaun serta ranting pada rontok dan berguguran ke atas tanah
Saking terkeutnya manusia berbaju hitam itu pada menarik kembali serangannya dan mengundurkan diri ke belakang tidak ada seorangpun dianatara mereka yang berbuka mulut mengucapkan sesuatu
Sepasang mata dari Tan Kia-beng segera memancarkan sinar kemilauan yang sangat tajam dan menyapu para manusia berkerudung hitam itu dengan amat dinginnya.
"Hmmm, kalian berasal dari perguruan mana?" bentaknya dengan suara yang amat berat. "Cepat katakan sehingga jangan sampai aku melukai orang"
Sewaktu berkata dia sudah menyambut keluar seruling pualam putih peninggalan Han Tan Loojien dan diangkatnya tinggi tinggi
Seruling ini merupakan senjata yang paling diandalkan Teh Leng Kauwcu tempo hari juga merupakan tanda kepercayaan dari Kauwcu aliran Teh-leng-bun bilamana gerombolan manusia berbaju hitam betul-betul merupakan anak murid dari Teh Leng Kauw maka sudah seharusnya mengenali barang tersebut
Tetapi setelah dia mengangkat tinggi tinggi seruling pualam putih itu bukannya berhasil mengejutkan orang-orang itu sebaliknya malah memancing keinginan para penjahat tersebut untuk merebut seruling itu terengar suara tertawa aneh yang amat menyeramkan kembali memenuhi angkasa sekali lagi mereka bergerak maju melancarkan serangan gencar
Bayangan telapak serta angin pukulan segera memenuhi seluruh permukaan haaw pukulannya kali ini jauh lebih dahsyat lagi dari keadaan semula.
Tan Kia-beng menjadi betul-betul mendongkol, diapun segera tertawa dingin
"Hmmm.... hmmm.... bilamana kalian mengandung maksud tidak baik janganlah siauw yamu akan turun tangan telengas"
Dia menyelipkan kembali seruling pualam putihnya ke arah pinggang lalu bergerak maju menyambut datangnya serangan tersebut
Dan tidak ingin menggunakan jurus jurus serangan dari aliran lain untuk mengalahkan orang-orang itu serangan yang dilancarkan keluar semuanya merupakan jurus serangan dahsyat yang termuat di dalam kitab pusaka Teh leng Cin Keng.
Seketika itu juga seluruh angkasa dipenuhi dengan gulungan angin pukulan berhawa dingin yang menggulung laksana ombak di tengah samudra dan mendesak orang-orang berbaju hitam sehingga pada kalang kabut dan sukar untuk maju lebih dekat lagi
Dengan tenaga dalam yang dimiliki Tan Kia-beng sekarang ini dimana dia bisa bertempur sebanyak tiga, lima ratus jurus dengan iblis nomer wahid, saat itu Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong tanpa terkalahkan bahkan di dalam jurus jurus seranganpun sudah memperoleh keuntungan yang luar biasa, sudah cukup membuktikan kalau dia bukanlah manusia sembarangan.
Kini menghadapi serangan dari orang berkerudung itu, dia tidaklah merasa terlalu berat karena setiap jurus serangan yang dilancarkan pihak lawan dia sudah memahami benar seluk beluknya menanti dia menggunakan salah satu jurus serangan untuk memusnahkan pihak lawan tentu akan dibuat kelabakan tidak keruan.
Untung saja Tan Kia-beng tidak mau melukai orang lain secara sembarangan sehingga tidaklah terjadi suatu pertempuran berdarah yang mengalirkan darah
Orang berkerudung hitam itu sewaktu melihat kepungan mereka sama sekali tidak membawa hasil mendadak bersama-sama bersuit panjang yang saling menyahut keluar senjata tajamnya dan bergerak maju lagi tanpa memperdulikan keselamatannya sendiri.
Serbuannya kali ini jauh lebih ganas dan lebih hebat dari semua bahkan boleh dikata hampir menyerupai suatu pertempuran ngawur ngawuran yang mengadu jiwa
Di dalam sekejap saja sinar golok serta bayangan pedang berkelebat dengan rapatnya memenuhi seluruh angkasa sekeliling tempat itu seketika itu juga terbentuk sebuah dinding bayangan yang amat kuat dan memancarkan sinar berkilauan yang menusuk mata.
Sebenarnya Tan Kia-beng masih menaruh belas kasihan terhadap mereka dan tidak ingin melukai orang-orang dari perguruannya sendiri tetapi saat ini dia tidak bisa berbuat begitu terus tekanan yang menghantam tubuhnya semakin lama terasa semakin berat sedikit tidak waaspada saja nyawanya terancam berbahaya maut.
Diam-diam pikirnya dalam hati, "Orang-orang ini tidak mau berbicara merekapun tahu kalau ilmu silat yang aku gunakan adalah ilmu silat alirang Teh-leng-bun tentu ada sebab yang lain memaksa mereka tetap membisu dan melancarkan serangan gencar ini."
Berpikir sampai disitu seruling pualam putihnya segera dicabut keluar lagi bentaknya keras, "Bilamana kalian tak tahu diriku terus menerus janganlah salahkan siauw yamu, akan menggunakan senjata dari Kauwcu untuk memberi hajaran kepada kalian"
Tetapi jawaban yang diperoleh adalah semakin gencarnya serangan yang menghajar dan menekan badannya. Tan Kia-beng benar-benar dibuat gusar dia tertawa dingin serulingnya bagaikan kitiran berebut maju menyerang ke depan.
Seketika itu juga ilmu seruling Uh Yeh Cing Hun sam Ciat Can yang paling diandalkan Han Tan Loojien tempo hari
bagaikan berkelebatnya malaikat iblis dengan dahsyatnya melanda keluar.
Tampaklah pelangi putih menembus angkasa berubah
menjadi bayangan seruling yang menyilaukan mata disertai dengan suara sambaran angin dan guntur yang memekikkan telinga serangannya dengan dahsyat mengurung kepala orang-orang itu.
Begitu jurus pertama Hong Bok Ci Pei atau angin kayu membawa kesedihan dilancarkan keluar, suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera bergema memenuhi angkasa seketika itu juga ada empat, lima orang yang bergeilnding di atas tanah tidak berkutik lagi.
Saat ini napsu untuk membunuh sudah meliputi Tan Kia-beng, dia tak menaruh belas kasihan lagi terhadap orang-orang itu, di tengah suara tertawa panjangnya yang amat nyaring seruling pualamnya dibabat ke depan dengan menggunakan jurus Kiam Kong Nu Bok atau malaikat sakti melirik gusar lalu beralih dengan menggunakan jurus Cun Lok Ciu Siang atau Semi bermunculan gugur kedinginan.
seketika itu juga suara angin dan sambaran geledek memenuhi angkasa disertai suara desiran angin serangan yang menggoncangkan hati setiap orang....
Sekali lagi suara teriakan ngeri yang sangat menyayatkan hati bergema memenuhi angkasa darah segar memancur mengotori seluruh permukaan, kembali ada lima enam orang pada menggeletak ke atas tanah.
sebetulnya kawanan manusia berbaju hitam ini sengaja diperintah kesana untuk menyelidiki aliran ilmu silat dari Tan Kia-beng dan bukanlah membiarkan mereka mengerubuti secara sungguh sunggh tetapi orang yang berlatih silat
kebanyakan memiliki sifat ingin menang melihat Tan Kia-beng cuma seorang pemuda yang kelihatannya amat lemah mereka segera mengira kalau dia gampang dipermainkan mana mereka mau memandang tinggi dirinya lagi!
Karenanya mereka segera mengambil keputusan untuk bersama mengeroyok dan sekaian menawan dirinya siapa sangka begitu pihak lawannya turun tangan ternyata sudah puluhan orang yang menggeletak di atas tanah tak terasa nyali mereka pada pecah. saking ketakutannya orang-orang itu pada putar badan dan melarikan diri terbirit birit ke dalam hutan.
Kejadian ini benar-benar membuat Tan Kia-beng
kebingungan dan tidak mengerti maksud tujuan mereka segera berjongkok untuk membuka kain kerudung yang menutupi wajah wajah orang berbaju hitam itu
Terlihatlah wajah mereka amat buas dan kejam sekali yang kini binasa dengan meringis menyeramkan tetapi tidak seorangpun dari antara mereka yang dia kenal
Mendadak.... Criiing dari dalam saku itu menggelinding jatuh sesuatu barang dengan cepat dia memungutnya.
Terlihatlah sebuah tanda pengenal yang terbuat dari tembaga dengan di atasnya terukir sebuah naga hitam yang mementangkan cakarnya tetapi separuh badan tertutup di tengah awan tebal muncul dihadapannya dia tidak tahu apa kegunaan dari benda itu merupakan tanda pengenal dari orang-orang tersebut karenanya dia segera memasukkan barang tersebut ke dalam sakunya.
Kejadian yang ditemuinya malam ini benar-benar sangat banyak sekali untuk sesaat lamanya dia tidak tahu bagaimana pula dia merasa badannya sedikit lelah karena itu dengan
cepat dia berarti turun gunung dan beristirahat di dalam rumah penginapan di dalam kota Go kie san itu.
---0-dewi-0--- Kita balik pada tujuh ciangbunjin yang pada berkumpulan dikuil Kun Yen Koan di atas gunung Go-bie mereka yang secara mendadak mengetahui kalau seruling pualam putih yang merupakan senjata andalan dari Teh Leng Kauwcu tempo hari ternyata sudah muncul ditangan Tan Kia-beng dalam hati pada merasa amat terkejut sekali.
Sekembalinya ke dalam kuil Kun Yen Koan mereka pada saling berpandangan. tak seorangpun yang mengucapkan kata-kata apalagi untuk menyelesaikan persoalan ini.
Pada waktu semula mereka semua tidak tahu berasal dari manakah ilmu silat dari kakek tua berjubah hitam itu, setelah mengalami kejadian ini mereka baru sadar kalau ilmu silat yang digunakan oleh dia bukan lain adalah ilmu silat dari aliran Teh-leng-bun
Air muka Ci Si Thaysu dari partai Siauw lim berubah amat serius sekali terdengar dia memuji keagungan Buddha dengan perlahan lalu berkata.
Urusan ini memang membuat orang sukar untuk
mempercayainya, pada beberapa bulan yang lalu sewaktu Loolap bersama-sama dengan anak murid dari Kun-lun-pay bersama-sama mencegat sipenjegal selaksa Li Hu Hong di daerah Hoo Lam waktu itu loolap melihat pedang pusaka Kiam Cian Giok Hun Kiam yang ada di tangannya diperebutkan oleh orang banyak walaupun kepandaian silatnya waktu itu lumayan juga, tetapi dibandingkan dengan saat ini sangat berbeda jauh.
Bagaimana hanya di dalam setengah tahun saja dia sudah berhasil memperoleh seluruh ilmu silat dari aliran Teh Leng Kauwcu yang tempo hari pernah menggetarkan seluruh dunia kangouw masih hidup dunia"
Urusan ini memang ada kemungkinan demikian sambung Pau Cing thaysu dari Ngo Thaysan sambil mengangguk. Kalau tidak sekalipun bocah itu memperoleh penemuan aneh tidaklah mungkin cuma di dalam setengah tahun saja tenaga dalamnya berhasil memperoleh tambahan seperti hasil latihan selama puluhan tahun lamanya. Pin ceng kira di dalam aliran Leng Kauw tentunya secara tersembunyi sudah muncul seorang manusia aneh yang mengatur kesemuanya ini, jikalau orang itu bukan Teh Leng Kauwcu sendiri kemungkinan juga orang lain yang kepandaian silatnya lumayan juga.
Sedangkan soal penyerbuan ke atas kuil Siauw-lim-si serta pameran kekuatan di atas gunung Go-bie pinceng kira tentunya mereka sedang menjajal kekuatan sendiri Pinceng berani memastikan pertemuan puncak para jago digunung Huang san yang akan datang dari pihak Teh Leng Kau tentu ada orang yang bagaikan Pendekar Satu Jari Ko Cian Djien sambil mengelus jenggotnya tiba-tiba menghela napas pajang.
Beberapa tahun ini dikarenakan peristiwa kereta maut sudah menimbulkan angin topan serta banjir darah di dalam dunia kangouw, ujarnya perlahan, "Tidak disangka baru saja, peristiwa kerea maut yang kedua sudah munculkan dirinya kembali bahkan bertambah pula dengan seorang pemuda, yang asal usulnya tidak jelas tetapi memiliki kepandaian silat yang begitu dahsyatnya. Jika ditinjau dari gerak gerik serta tindak tanduknya agaknya pemuda tersebut, bukan satu jalan dengan iblis tua itu teapi aliran ilmu silatnya mirip sekali bahkan sampai kereta maut yang menyerbu kekuil Siauw-limsi pun mempunyai ilmu silat yang selairan pula perkataan dari Phu Cing thay su tadi Loohu rasa ada kemungkinan demikian."
Leng Hong Tootiang dari Bu-tong-pay yang selama ini angkat kepalanya berpikir keras saat ini dengan perlahan berkata, "Bilamana beberapa orang iblis itu memangnya bertujuan utnuk merebut julukan sebagai jagoan nomor wahid dikolong langit hal itu tidaklah perlu terlalu dikuatirkan Pinto kuatir maksud tujuan mereka tidak terletak dalam hal ini"
"Di dalam Bulim saat ini cuma bakat kita orang tujuh partai saja yang paling bagus hubungan persahabatanpun paling erat pihak ternyata selalu sengaja menunjukkan kalau mereka sama sekali tdiak pandang sebelah matapun kepada kita orang-orang dari tujuh partai besar, lalu ini kita mau tidak mau harus mengadakan persiapan juga."
"Sedangkan mengenai pemuda she Tan ini, dia membawa pedang pusaka Kiem Cing Giok Hun Kam yang diingini oleh setiap jago di dalam Bulim dan ternyata begitu berani munculkan dirinya di dunia persilatan secara terang terangan hal ini jelas menunjukkkan kalau dia tidak takut ada orang yang sengaja datang merebut disamping itu menurut apa yang pinto ketahui seruling pualam putih itu merupakan tanda atau bukti kepercayaan dari Kauwcu dari aliran Teh Leng Kauw tempo hari kini benda tersebut sudah terjatuh ketangannya hal ini berarti juga dia sudah menjabat sebagai kauwcu dari Teh Leng Kauw."
"Haaa.... haaa buat apa tentang soal ini saudara sekalian berpikir keras?" tiba-tiba teriak Loo Hu Cu sambil tertawa terbahak-bahak, "coba kalian bayangkan, Teh Leng Kauwcu itu yang mempunyai nama sudah enam puluh tahun lamanya jika dihitung hitung sampai sekarang usianya sudah lebih dari seratus tahun lamanya mana mungkin dia masih hidup di
dalam dunia" bahkan muncul seorang muridnya yang masih begitu muda?"
"Pinto berani memastikan kalau bangsat cilik itu pastilah anak murid dari iblis tua itu, sedangkan kereta maut yang digunakan pun tentunya hasil permainan busuk dari dilaut larut kembali, harap dari setiap partai segera mengirim jago berkepandaian tinggi untuk bersama-sama menyerbu
perkampungan Cui Cu Sian dan membasmi iblis tua itu sehingga tidak meninggalkan bencara dikemudian hari!"
Leng Hong Tootiang yang mendengar perkataan ini cuma bungkam diri tidak berbicara.
Siok Hok Tootiang dari Heng-san-pay yang teringat kembali akan kematian suhengnya Heng-san It-hok ditangan si Penjagal Selaksa Li Hu Heng sebenarnya dalam hati sudah merasa mendendam, kini mendengar usul dari Loo Hu Cu ini dia segera berteriak keras, "Perkataan dari Loo Hu Too heng sedikitpun tidak salah, kalau anak iblis itu adalah anak muridnya sudah tentu saat ini dia ikut iblis tua itu kembali keperkampungan Cui Cu Sian, Tujuh partai besar dari daerah Tionggoan selamanya memimpin dan menjagoi seluruh Bulim.
Kita tidak bisa melihat kaum iblis malang melintang dan unjuk gigi tanpa campur tangan dari kita, kita harus cepat-cepat turun tangan memberikan tindakan yang keras kepada mereka."
Selama puluhan tahun ini para jago dari setiap partai yang binasa ditangan si Penjagal Selaksa Li, Hu Hong berada dalam jumlah yang tidak sedikit, Partai Siauw Lim, Bu tong serta Ngo thay sekalipun biasanya melakukan tindakan dengan sangat berhati-hati sekali, tetapi mereka tidak bisa menolak usul dari partai lain yang hendak membalas dendam atas dari kematian murid muridnya.
Demikianlah akhirnya tujuh partai besar segera
merundingkah soal penyerbuan keperkampungan Cui Cu sian ini dan mengambil ketetapan.
Tetapi dengan adanya rencana inilah di dalam Bulim sekali lagi akan terjadi pergolakan yang amat dahsyat kerugian yang bakal diterima oleh setiap partai amat besar sekali dan tidak pernah ditemui selama ratusan tahun ini. tentang urusan tersebut untuk sementara tidak kita bicarakan dulu.
---0-dewi-0--- Kita balik pada Tan Kia-beng yang kembali ke dalam rumah penginapan dan tertidur dengan pulasnya sampai sore hari setelah bangun tidur dia segera meminta beberapa macam sayur untuk berdahar seorang diri di dalam kamar, otaknya dengan tiada henti hentinya berputar memikirkan beberapa persoalan.
Pertama. Menurut kepandaian silat yang dimiliki si Penjagal Selaksa Li Hu Hong serta perubahan mimik wajahnya kemarin malam jelas sekali menunjukkan kalau orang ini adalah salah satu murid yang diterima Teh Leng Kauwcu tempo hari hal ini tidak bisa diragukan kembali
Jika dilihat sifat serta tindak tanduknya walaupun dia agak sombong, keras kepala dan kasar tetapi agaknya tidak terlalu dingin, entah apakah dia menantu dari Han Loodjie.
Kedua. Manusia manusia berkerudung hitam yang secara tiba-tiba menyerang dirinya itu sebetulnya berasal dari golongan mana" Jika ditinjau dari sikapnya jelas mereka mencari satori dengan dirinya lalu merekapun tentu tahu asal usul dari perguruannya, jika demikian adanya maka gerak geriknya mulai hari ini harus lebih berhati-hati lagi.
Ketiga. sekalipun seluruh orang dan jago di dalam dunia kangouw menganggap si Penjagal Selaksa Li itu sebagai seorang iblis yang amat kejam dan ganas tetapi dia merasa orang itu sama sekali tidak menaruh permusuhan dengan dia kenapa dirinya tidak secara terang terangan pergi membicarakan persoalan ini dengan dirinya" kemungkinan sekali dari mulutnya bisa diperoleh sedikit titik terang mengenai keadaan Teh Leng Kauw tempo hari
Setelah mengambil keputusan ini dia segera merasa semangatnya sudah pulih kembali apa lagi selama satu harian penuh dia sudah tidur nyenyak kenapa dia tidak mau melakukan perjalanan malam menuju keperkampungan Cu Cu Siang"
Demikianlah pada malam itu juga dia melanjutkan
perjalanannya menuju ke perkampungan Cu Cu sian, dia yang selama satu harian penuh sudah tertidur pulas dan kini melakukan perjalanan pula dimalam hari, secara tidak sengaja dia sudah meninggalkan banyak kesulitan dari gangguan orang-orang kangouw yang membuntuti dirinya.
Berita tentang dirinya yang memiliki pedang pusaka Kiem Cing Giok Hun Kiam sejak dulu sudah tersiar luas di dalam Bulim senjata tersebut memangnya sejak dulu sudah di ncar oleh banyak orang Bulim sudah tentu pada saat ini mereka pun tidak mau melepaskan begitu saja
Orang-orang yang pada bermunculan kuil Kun Yen Koan tempo hari sebetulnya tidak lebih cuma sebagian kecil saja yang mengincar pedang pusakanya, dibalik semuanya masih ada beberapa banyak orang yang mengawasi dirinya secara bersembunyi diapun tidak tahu.
Sewaktu dia meninggalkan Kun Yen Koan dan di tengah perjalanan secara kebetulan bertemu dengan Si Penjagal
Selaksa Li sehingga sudah tertunda satu malaman kata itu membuat orang-orang yang membuntuti dirinya terus itu langsung mengejarnya ke bawah gunung, ditambah pula selama satu harian penuh sekembalinya di kota Go-bie dia sudah tertidur pulas membuat orang-orang yang mengejar dirinya semakin tertinggal jauh lagi. ada diantara mereka yang sudah berangkat lebih dulu ada pula yang malah ketinggalan semakin jauh dari Tan Kia-beng
Karenanya selama di dalam perjalanan ini dia sama sekali tidak mendapatkan gangguan apapun, hari itu dia tiba kembali di kota Tiang-sah.
Mendadak di dalam benaknya teringat kembali dengan gedung Cun Ong-hu itu diam-diam pikirnya, "Orang tua itu entah ada disana tidak" jikalau misalnya masih ada aku mau mencari kabar tentang bagaimana tempo hari Cun ong dibinasahkan oleh orang lain"
Dikarenakan dia setiap saat memikirkan Mo Tan-hong terus membuat dirinya kepingin sekali memberikan suatu bantuan yang amat berharga buat dirinya.
Jikalau dari mulut si orang tua itu bisa mendapat tahu bagaimana Mo Cun ong atau si raja muda she Mo itu mengikat permusuhan dengan orang lain tempo hari, di kemudian hari bilamana dia berhasil membantu Mo Tan-hong belajar silat dia bisa juga membantu dirinya untuk membalas dendamnya.
Sesampainya di depan pintu bangunan Cun Ong-hu itu terlihatlah pintu depan tertutup rapat rapat dan penuh dikotori oleh sarang laba laba yang amat banyak, debu menempel entah beberapa tebalnya, tidak terasa lagi dalam hati dia rada merasa kecewa.
"Sesampai di tempat ini kenapa aku tidak masuk untuk melihat?" pikirnya dalam hati
Demikianlah akhirnya dengan amat ringannya dia meloncat masuk melalui tembok pekarangan, terlihatlah di dalam bangunan itu sudah sama sekali tidak terawat, rumput tumbuh dengan lebatnya memenuhi seluruh tempat. rontokan dedaunan serta ranting dan debu yang melengket disemua tempat menambahkan suasana yang menyeramkan dan
mengerikan di sekeliling tempat itu
Dengan bergendong tangan Tan Kia-beng berjalan dengan perlahannya melalui halaman tengah di dalam benaknya sekali lagi teringat keadaan dimana tempo hari dia bertempur dengan Chuan Lam Sam Koay
Tiba terdengar suara tangisan yang amat menyayatkan hati berkumandang masuk ke dalam telinganya, dia menjadi sangat terperanjat sekali
Bukankah bangunan rumah itu sudah dikunci dari depan, bagaimana bisa muncul suara tangisan di tempat itu" Jikalau suara tangisan itu benar-benar ada tentunya kalau bukannya hantu pastilah sebangsa siluman.
Dengan cepat dia mencabut keluar seruling pualam
putihnya lalu berjalan ke arah dimana berasalnya suara tangisan tersebut
Tampaklah dibelakang sebuah gunung gunungan seorang perempuan berbaju merah sedang menangis tersedu sedu, kemungkinan ada sesuatu yang memancing kesedihan hatinya disana.
Tan Kia-beng yang melihat adanya seorang perempuan sedang menangis disana. hatinya merasakan semakin kaget.
tubuhnya yang meluncur ke depan pun semakin cepat lagi,
sehingga membuat ujung bajunya yang tesempok angin mengakibatkan bergugurannya bunga serta dedaun disekitar tempat itu
Hanya sedikit suara angin yang amat ringan saja
perempuan berbaju merah itu sudah merasakannya dia menjadi kaget dan menolak ke belakang.
Ketika melihatnya Tan Kia-beng muncul disana agaknya dia merasa urusan ada diluar dugaannya, dengan cepat tubuhnya meloncat ke atas lalu berkelebat menuju ke belakang gunung gunungan hanya di dalam sekejap saja dia sudah lenyap dari pandangan.
Di dalam sekejap pandang inilah Tan Kia-beng segera mereasakan kalau potongan badan gadis itu sangat dikenal olehnya cuma sayang wajahnya tertutup oleh secarik kain hijau tipis sehingga tak bisa melihat jelas wajahnya.
Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan cepat dia mempertambah kecepatan larinya
bagaikan sebatang anak panah yang lepas dari busurnya dengan cepat tubuhnya menerjang ke belakang gunung gunungan tersebut
Siapa tahu, baru saja dia tiba disamping gunung gunungan itu.... tiba-tiba....
Segulung angin pukulan dingin yang menusuk tulang dengan dahsyatnya menghantam ke atas tubuhnya, tidak terasa lagi Tan Kia-beng jadi amat terkejut sekali. di dalam keadaaan yang amat gugup kakinya menyapu di tengah udara bersamaan pula pinggangnya ditarik ke belakang tangannya membabat ke depan, tubuhnya dengan meminjam
kesempatan itu melayang mundur lima depa ke belakang Pada saat ini di depan benaknya sudah dipenuhi dengan pikiran tentang setan, iblis serta sebangsanya, sehingga tak
terasa dia sudah dibuat berdiri tertegun oleh tiupan angin dingin itu.
Aaah.... apa mungkin betul-betul ada setan di tempat ini"
pikirnya dalam hati
Setelah berdiri tertegun beberapa waktu lamanya
mendadak di dalam benaknya berkelebat satu bayangan
"Setan.... kurang ajar," serunya di dalam hati, "Bukankah jelas hawa pukulan dingin tadi adalah ilmu pukulan sakti Sian Im Kong Sah Mo Kang dari alirang Teh-leng-bun?"
Nyalinya jadi bertambah besar kembali sambil menyilangkan telapak tangannya melindungi dada untuk kedua kalinya dia menubruk ke depan.
sesampainya dibelakang gunung gunungan itu ternyata suasana amat sunyi dan tenang sekali, seorangpun tidak tampak untuk kedua kalinya dia dibuat tertegun.
Lama sekali dia baru melanjutkan langkahnya ke depan, baru saja matanya mulai menyapu sekeliling tempat itu untuk melakukan pemeriksaan mendadak dari atas kepalanya berkumandang datang suara tertawa merdu yang amat nyaring sekali.
Dengan terburu-buru dia dongakkan kepalanya ke atas, tampak gadis berbaju putih itu dengan gaya yang
menggiurkan sedang berdiri di atas gunung gunungan itu ujung bajunya berkibar ditiup angin membuat keadaannya mirip sekali dengan bidadari yang turun dari kahayangan Tan Kia-beng yang berkali kali digoda olehnya lama lama hatinya merasa gusar juga dibuatnya tubuhnya dengan cepat meloncat ke atas gunung gunungan itu lalu serunya dengan
suara kurang senang, "Tadi kau sudah melancarkan serangan kepadaku"
"Ehmm...."
"Kenapa?"
"Mengajak kau guyon"
"Kau melihat seorang gadis berbaju merah yang
berkerudung?"
"Hmm, tentu kau sedang membohong bukan" Kalau
memangnya kau berada di belakang gunung gunungan ini kenapa tidak melihatnya."
"Kalau begitu anggap saja aku sudah melihat!"
"Kau tau siapakah dia?"
Mendadak gadis berbaju putih itu tertawa cekikikkan dengan gelinya.
"Agaknya kau menaruh perhatian khusus kepadanya, bukan begitu?" serunya keras.
"Cuma sayang wajahnya berkerudung, entah wajahnya jelek atau cantik" Hii.... hii...."
Selesai berkata dari wajahnya sekali lagi terlintas satu senyuman yang amat misterius sekali.
Tan Kia-beng sebetulnya adalah seorang budiman dan lelaki sejati.
Walaupun pada mulutnya dia bercakap-cakap dengan gadis tersebut tetapi sinar matanya tidak berani memperhatikan dirinya terus menerus, karena itu diapun tidak bisa melihat air muka dari dia
Saat itu dia merasa tidak enak untuk mendesak lebih lanjut lagi. karenanya dia cepat-cepat dia sudah berganti bahan pembicaraan.
"Ada urusan apa kau datang kemari?" tanyanya kemudian Gadis berbaju putih itu dengan perlahan membenahkan rambutnya yang awut awutan tertiup angin, setelah bergesar beberapa langkah lalu dia duduk di atas sebuah batu besar, ujarnya sambil menepuk nepuk batu yang besar
disampingnya, "Kebun bunga ini amat sunyi dan aneh sekali, bagaimana kalau kita ngomong ngomong sambil duduk disini?"
Tan Kia-beng segera gelengkan kepalanya dia selama ini merasa gadis ini amat lincah tetapi ada beberapa bagian membawa hawa kemisteriusan yang membuat orang merasa bingung dan ragu ragu.
Sewaktu gadis berbaju putih itu melihat dia tidak mau duduk, dia segera mencibirkan bibirnya.
"Hmm, kau sungguh aneh sekali, usiamu masih begitu muda tapi jadi orang mirip dengan kakek kakek tua bangka."
"Siapa yang bilang aku seperti tua bangka?" teriak Tan Kia-beng tidak senang. "Dengan orang lain mungkin aku masih mau berkawan, tetapi dengan kau" cayhe lebih baik pergi berkawan dengan setan malaikat saja dari pada berkawan dengan kau"
"Kenapa?"
"Ayahmu bisa mencabut nyawaku."
Mendengar perkataan itu air muka gadis berbaju putih itu segera berubah sangat hebat dengan gemasnya dia menangis tersedu sedu.
"Oooh Tia, kau patut dikasihani, ooh Tia kau sungguh amat kejam, kenapa sifatmu yang buruk itu selamanya tidak mau diubah, kenapa untuk selamanya kau melarang aku bermain dengan siapapun tetapi kaupun tidak ingin sering membawa aku keluar untuk bermain..... coba kau lihat menjengkelkan hatiku tidak" uuh.... uuh."
Dia menangis dengan amat sedihnya, membuat Tan Kia-beng yang ada disana dibuat garuk garuk rambutnya yang tidak gatal. dia bingung harus berbuat bagaimana baiknya untuk menghadapi sang gadis.... akhirnya dia maju mendekati badannya dan menepuk pundaknya.
"Sudah sudahlah kau jangan menangis lagi hiburnya dengan suara yang halus. Walapun sifat dari ayahmu sangat dingin dan tidak suka bergaul tetapi dia amat sayang sekali terhadap dirimu."
"Sekarang kau mau bermain dengan aku bukan" Tiba-tiba gadis berbaju putih itu tertawa lagi dengan manisnya. Kau tidak takut dengan ayahku lagi bukan?"
"Kita bergaul dengan tenang dan tidak ada sesuatu yang tersembunyi dibalik kita masing-masing, kenapa aku harus takut kepadanya?" tiba-tiba Tan Kia-beng tertawa dengan amat kerasnya. "Sekalipun saat ini dia muncul disini aku orang she Tan juga tidak akan takut.
Dengan perlahan-lahan gadis berbaju putih itu menjatuhkan diri ke dalam pelukan Tan Kia-beng.
"Kau sungguh baik sekali." ujarnya dengan rasa penuh berterima kasih. "Sudah banyak orang yang aku temui tetapi mereka selalu mengucapkan kata-kata yang galak sekali bukannya bilang mau membinasakan ayahku mereka tentu bilang mau membawa aku kabur ke tempat yang jauh sekali,
akhirnya mereka semua pada binasa dibawah serangan ilmu pukulan Sian Im Kong Sah Moh Kang dari ayahku;
Dia sebetulnya adalah seorang nona yang suci bersih dan amat lincah sekali, tetapi dikarenakan dibesarkan ditanah pegunungan yang sunyi dan tidak ada yang mengajak dia bermain maka dia selalu mengharapkan ada orang yang mau bermain main dengan dirinya sehingga sama sekali tidak tahu batas kesopanan antara lelaki dan perempuan, semakin tidak tahu lagi persoalan diantara lelaki dan perempuan Perasaan terima kasih yang dipancarkan olehnya terhadap Tan Kia-beng inipun muncul dari dasar lubang hatinya tanpa ada perasaan lainnya.
Tetapi beberapa patah perkataannya tadi seketika itu juga membuat Tan Kia-beng merasa bergidik dia merasakan bulu kuduknya pada berdiri semua.
Jika menurut omongannya ini, entah ada berapa banyak orang yang sudah menjadi korbannya dalam hatinya berpikir.
Perempuan cabul seperti ini tidaklah kalau harus mendapatkan penjagaan dan pengawaasan yang lebih ketat dari ayahnya.
Seketika itu juga dari dalam hatinya sudah muncul satu perasaan benci yang tidak terhingga, dengan kasar dia mendorong tubuhnya bangun.
Jikalau kau mau berbicara haruslah berbicara dengan sedikit tahu aturan serunya kurang senang. Janganlah berbuat begitu mesra dengan kulit dan tubuh berdempetan.
Mendengar perkataan tersebut gadis berbaju putih itu menjadi melengak.
"Kau bilang apa?" tanyanya keheranan.
"Kau sudah berbuat baik dan mesra mesraan dengan
banyak orang bukan?" tiba-tiba tanya Tan Kia-beng dengan suara amat dingin sekali.
"Ehemm.... cuma sayang orang-orang itu tidak bisa diajak bermain lebih lama lagi, karena sebentar saja mereka sudah pada mati"
"Haa.... haa.... inilah yang dinamakan mati dibawah bunga mawar, sekalipun mati juga tidak merasa rugi."
Mendadak dia teringat kembali sewaktu menghantar Cuncu Mo Tan-hong menuju keibu kota pernah di atas keretanya tertancap dua kuntum bunga mawar serta munculnya angin pukulan San Im Kong Sah Mo Kang secara misterius dari dalam kereta tersebut, tidak terasa lagi dia segera bertanya.
"Hey, aku mau tanya sewaktu aku menghantar Mo Tan-hong menuju ke Ibu kota apakah permainan permainan yang sudah terjadi adalah hasil perbuatanmu?"
Tidak tertahan lagi Hu Siauw-cian segera tertawa cekikikan kegelian.
"Kau membantu orang jadi pengawal, aku pun bisa membantu kau jadi pengawal mu ada apa" apa kau tidak ingin menerima budiku itu?"
"Sudah seharusnya aku menerima budi kebaikanmu, tetapi ini hari ada urusan apa kau datang kemari lagi?"
Setelah Tia berhasil menyembuhkan lukaku dia orang tua lantas pergi lagi, katanya dia mau pergi mencari kakek tua berjubah hitam yang berkerudung itu serta gadis berbaju putih untuk bikin perhitungan, aku yang seorang diri ada di dalam rumah segera merasa amat kesal sekali, lalu diam-diam aku keluar untuk mencari dirimu Tidak disangka di tengah jalan
aku sudah bertemu dengan beberapa orang dunia kangouw yang secara diam-diam berunding untuk mencari sesuatu barang di dalam Ong Hu ini, karena hatiku tertarik maka sengaja aku menguntit mereka datang kemari.
"Sesampainya di tempat ini bukannya aku menemukan kedua orang dari dunia kangouw itu sebalinya malah menemukan dia sedang menangis disana, lalu kaupun datang kemari"
"Iiihh"!" kedua orang dari Bulim itu ada apa mau datang kesini?" tanya Tan Kia-beng keheranan
Tapi sebentar kemudian dia sudah menjelaskan buat dirinya sendiri, "Aaai.... kemungkinan sekali maksud mereka pun sama dengan maksud datang mencari orang tua itu?"
Dengan cepat dia memikirkan urusan itu sepintas lalu, karena terhadap Hu Siauw-cian dia sudah mempunyai bayangan yang kurang sedap, maka dia tidak ingin banyak berbicara lagi dengan dirinya, dengan cepat dia bangkit berdiri.
"Aku ada urusan penting yang harus cepat-cepat diselesaikan, aku tidak dapat menemani kau lebih lama lagi, selamat tinggal!"
Sehabis berkata dia berjalan meninggalkan tempat itu dengan langkah lebar, dengan cepat Hu Siauw-cian menarik tangannya.
"Maukah kau menemani aku duduk sebentar lagi disini?"
tanyanya dengan suara yang sangat sedih.
Dengan cepat Tan Kia-beng mengebutkan ujung bajunya melepaskan cekalannya.
"Aku tidak punya waktu yang banyak untuk menemani kau bermain main," serunya dingin.
Sehabis berkata tubuhnya segera meloncat ke tengah udara, dengan melewati tembok pekarangan dia berlalu dari sana.
"Hmm, aku tahu tentu kau terus menerus sedang memikirkan dia, teriak Hu Siauw-cian dengan gemas sembari mendepakkan kakinya ke atas tanah dengan keras, kau kira aku tidak tahu justru aku sengaja akan mengacau agar kalian tidak bisa bisa akur, agar kalian tidak bisa bersatu terus Dengan cepat dia meloncat ke atas dan lenyap dibalik pepohonan
---0-dewi-0--- Kita balik pada Tan Kia-beng, setelah meloncat keluar dari kebun bunga Cun Ong-huo itu dengan mengambil jalan besar dengan cepatnya dia melakukan perjalanan menuju ke perkampungan Cui-cu-sian.
Kebiasaan dari manusia adalah bilalmana ada seseorang sudah menaruh ingatan busuk terhadap seseorang maka biasanya terhadap segala perkataannya sering tidak mau mempercayainya.
Terang terangan dia mendengar Hu Siauw-cian bilang ayahnya, Si Penjagal Selaksa Li tidak ada di dalam perkampungan Cui-cu-siang tetapi dia tidak ingin mengubah rencananya tersebut.
Dengan cepatnya Tan Kia-beng melakukan perjalanan terus, sampai pada tengah malam hari ketujuh akhirnya sampai juga dia di perkampungan Cui-cu-sian.
Saat ini suasana di sekeliling tempat itu amat sunyi sekali, kecuali beberapa pekikan burung malam yang memecahkan kesunyian tidak terdengar suarapun di sekeliling tempat itu.
Mendadak satu keadaan yang sama sekali berbeda dari keadaan biasanya membuat hatinya merasa amat terperanjat sekali, menurut apa yang diketahui olehnya perkampungan Cui-cu-sian ini cuma ditinggali oleh Si Penjagal Selaksa Li serta putrinya berdua saja kenapa saat ini diempat penjuru dan depan pintunya sudah berkumpul demikian banyak orang"
Bahkan orang-orang itu pada berdiri di tempatnya masing-masing seperti patung arca, sedikitpun tidak bergerak"
Dalam hati dia merasa curiga, dengan segera dia
mempercepat langkahnya, Bagaikan kilat cepatnya menubruk ke arah depan pintu
Tetapi sebentar saja dia sudah dibuat melongo-longo dengan mata terbelalak lebar seluruh bulu kuduknya pada berdiri....
Tampak bambu bambu yang tumbuh di depan pintu rumah sudah dibabat orang setinggi satu kaki, pada tiap ujung bambu itu diruncingi dan tertancaplah sebutir batok kepala manusia, darah segar membasahi seluruh batok kepala manusia itu bahkan disetiap bambu tersebut terukirlah nama serta sebutan atau gelar dari sang korban.
Walaupun terhadap orang-orang dunia kangouw dia sama sekali tidak paham tetapi menurut dugaannya orang-orang itu tentunya jago-jago Bulim yang sudah mempunyai nama yang terkenal sekali
Untuk sesaat lamanya terasa darah panas berontak dengan amat kerasnya di dalam hati. seluruh rambutnya pada
berdiri.... matanya melotot membara, tak kuasa lagi dia berpekik panjang dengan amat kerasnya.
"Iblis bajingan... hatimu sungguh kejam.... kau binatang buas.... aku bunuh kau!"
Dengan cepat tubuhnya berkelebat menubruk ke dalam halaman, terlihatlah di dalam rumah itu tersulutlah sebuah lilin berukirkan naga serta burung hong yang amat besar sekali, ditangahnya sudah teratur sebuah meja perjamuan dengan di atas tanah berselimutkan sebuah permadani berwarna merah darah, agaknya di tempat itu sedang berlangsung satu perayaan!
Ketika dia berjalan mendekati meja perjamuan itu
terlihatlah di atas meja sudah diatur tiga pasang sumpit yang terbuat dari gading, disamping setiap sumpit terletaklah sebuah batok kepalanya yang masih mengalirkan darah segar, bagian tengah dari batok kepala itu sudah dilubangi dan diisi penuh dengan arak.
Segulung bau amis darah yang memuakkan bercampur
dengan bau arak yang keras berkelebat yang menusuk kehidung Tan Kia-beng membuat dia terasa begitu
terangsang, hampir hampir matanya dibuat memerah dan tak henti hentinya bersin.
Ketika memandang lagi ke arah sayur yang dihidangkan di tengah meja hatinya semakin bergidik lagi, mana mungkin benda benda tersebut disebut sebagai sayur" yang ada di dalam piring tidak lebih adalah otak manusia jantung, hati, usus, serta ginjal yang masih berlepotan darah.
Keadaan yang amat mengerikan dan menyeramkan ini
seketika itu juga membuat urat sarafnya terangsang hebat, sambil mengaum keras dia melancarkan satu pukulan dahsyat
menghancurkan meja tersebut lalu meloncat masuk ke dalam rumah sambil gembar gembor dengan keras, "Hey Hu Hong....
kau bajingan iblis terkutuk, ayoh cepat menggelinding keluar."
Sesampainya di dalam ruangan itu tampaklah lampu
dengan amat terangnya menyinari seluruh tempat bahkan sampai kamar tidur dari Hu Siauw-cian kelihatan terang benderang cuma saja tidak tampak sesosok bayangan manusiapun yang ada disana.
Bagaikan seekor harimau kalap dengan kawannya dia mencari dibeberapa buah kamar lagi tetapi tidak tampak sesosok bayangan manusia yang ada disana, dengan cepat dia melayang keluar dari dalam ruangan.
Tampaklah kereta kencana tersebut masih berada
ditempatnya semula bahkan di depannya kereta itu sudah berikat seekor kuda jempolan yang siap berangkat, hal ini membuktikan kalau mereka asan beranak memang ada di dalam rumah tersebut, hal ini membuat hatinya semakin lama terasa gusar lagi.
"Hmmm, betul Hu Siauw-cian pernah bilang kalau ayahnya tidak ada dirumah dan sedang pergi membunuh orang-orang ini. pikirnya dalam hati, ini hari jikalau aku tidak bisa mencuci bersih perguruanku dan membasmi bajingan ganas ini aku tidak punya muka lagi untuk bertemu dengan suhu yang ada ditanah baka."
Dengan amat gusar dan buasnya dia berjalan keluar lagi dari rumah tersebut.
Mendadak.... Suara pujian kepada Sang Buddha yang amat nyaring bergema memenuhi seluruh tempat tampaklah diluar halaman berdiri sejajar tujuh orang yang bukan lain adalah tujuh orang
ciangbunjin dari tujuh partai besar yang namanya sudah amat terkenal di dalam Bulim.
"Hu sicu ada dirumah?" terdengar Ci Si Thaysu dengan wajah yang amat angker dan berwibawa bertanya dengan suara yang amat berat.
Terhadap ciangbunjin dari Siauw-lim-pay ini sejak semula Tan Kia-beng sudah menaruh rasa simpatiknya. karena itu dengan cepat dia menjura.
"Boanpwee pun sedang mencari dirinya sahutnya dengan hormat"
"Hee.... hee kau sedang menipu siapa?" tiba-tiba Loo Hu Cu nyeletuk dengan suara yang amat dingin, "Jika dia tidak ada dirumah bagaimana kereta kencananya ada di dalam halaman dalam?"
Tak Kia-beng melirik sekejap ke arahnya lalu tertawa dingin tak henti hentinya.
"Kalau kau tahu dia ada dirumah kenapa tidak masuk sendiri untuk pergi mencari sendiri" ada sangkut pautnya apa di dalam urusan ini dengan aku orang she Tan?" ujarnya ketus.
Mendadak Siong Hok Tootiang dari Heng-san-pay maju satu langkah ke depan sambil mengaum keras;
"Tidak perduli iblis tua itu ada atau tidak, kita tangkap dulu Anakan iblis itu!"
Sebetulnya Tan Kia-beng sendiri juga sedang merasa mendongkol gemas dan gusar terhadap peristiwa yang telah terjadi pada malam ini, kini mendengar Siong Hok Tootiang dengan tanpa membedakan mana yang putih mana yang hijau
sudah mendesak terus dirinya, tidak terasa lagi seperti api yang terkena bensin hawa amarahnya semakin berkobar.
Dia segera angkat kepalanya tertawa terbahak-bahak.
"Haa.... haa.... haa.... kau rasa dengan tenagamu sudah cukup untuk melawan diriku?" ejeknya.
Diejek dengan kata-kata ini Siong Hok Tootiangpun menjadi amat gusar, dengan mata melotot, mendadak dia maju dua langkah ke depan.
"Hutang lama belum diberesi dendam baru bertumpuk kembali, malam ini jikalau pinto tidak berhasil menghancur lebiurkan kau anakan iblis rasa benci di dalam hatiku tak akan lenyap!"
"Sreet....!" pedang Ciang Kan Kiam yang tersoren dipunggungnya segera dicabut keluar dari dalam sarungnya lalu dengan amat buasnya setindak demi setindak mendesak maju ke depan.
Pada saat itulah dari luar tembok pekarangan terdengar suara pujian kepada Budha laksana guntur yang membelah bumi disusul usara desingan ujung baju yang tersampok oleh angin, bagaikan kawanan burung elang tampak dengan cepatnya orang-orang itu melayang turun ke atas tanah dan berdiri berjajar,
Orang-orang itu bukan lain adalah kedelapan belas Loo Han dari Siauw-lim-pay yang amat terkenal itu.
Baru saja hwesio hwesio ini berdiri tegak di atas tanah mendadak....
"Sreet.... sreet.... dari tembok sebelah kanan terasa sampokan angin yang amat keras, Kun lun Pat Too dari Kunlun-pay laksana delapan kuntum teratai merah sudah melayang masuk ke dalam kalangan.
Walaupun kepandaian silat dari Tan Kia-beng amat lihay nyalinyapun amat tebal, tetapi sewaktu melihat barisan musuh yang demikian banyak dan rapatnya tidak terasa diam-diam merasa terkejut juga.
Saat ini Siong Hok Tootiang sudah semakin mendesak ke depan sehingga tidak lebih tiga depa di depan tubuhnya, bagaimanapun juga dia yang berkedudukan sebagai seorang ciangbunjin tidak mau menggunakan kesempatan sewaktu orang tidak bersiap siaga untuk melancarkan serangan bokongan, segera bentaknya dengan gusar, "Hey anak iblis cepat cabut senjatamu aku mau bunuh kau bajingan cilik."
Tan Kia-beng sebenarnya memang tidak memandang
sebelah matapun terhadap dirinya, mendadak dari sepasang matanya memancar keluar sinar yang berapi api pertanda hawa amarahnya sudah mencapai pada puncaknya, dengan dinginnya dia menyapu sekejap keseluruh kalangan lalu memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang amat menyeramkan.
"Hemm.... kalian mau berkelahi dengan aku.... hee.... aku orang she Tan tidak akan jeri, tetapi haruslah kalian ketahui terlebih dahulu, peristiwa ngeri yang terjadi malam ini adalah hasil perbuatan dari si Penjagal Selaksa Li Hu Hong seorang diri tanpa ada bantuan dari orang lain, aku orang she Tan pun sengaja datang kemari untukmenyelidiki urusan ini.
Saat ini semua orang dari tujuh partai besar sudah merasa amat gusar sekali atas kekejaman dari kedua orang iblis guru dan murid yang telah melakukan pembunuhan masal ini, mereka mana mau mendengarkan perkataannya lagi, belum
habis dia berkata terdengar suara bentakan gusar yang amat ramai sudah memutuskan perkataannya.
Tidak perduli dia benar atau bukan yang sudah melakukan permbunuhan ini, iblis ganas semacam ini buat apa dibiarkan hidup terus dalam dunia kangouw" buat apa dia dibiarkan hidup jika selalu jadi penyebab bencana" malam ini bilamana kembali kita membiarkan dia oran glolos dari cengkeraman kita maka dikolong langit bakal sukar untuk mencari seorang yang bisa menandingi dirinya. silahkan ciangbunjin segera memberi perintah kita segera basmi anaknya iblis ini.
Mendadak Ci Si Thaysu pun berseru dengan suara lantang,
"Batok kepala sebagai cawan, darah segar sebagai arak sungguh suatu perbuatan yang sangat ganas dan amat kejam sekali, sekalipun pinceng mempunyai hati yang welas kasih tetapi terhadap pekerjaan yang sama sekali tidak berperi kemanusiaan ini pinceng pun tidak bisa berbuat apa apa lagi."
Ujung jubahnya dengan perlahan segera dikebut ke depan.
dari tengah kalangan seketika itu juga terdengar suara pujian kepada sang Buddha yang amat nyaring sekali, tampak kepala gundul pada bergoyang memenuhi kalangan kedelapan belas Loo Han dari Siauw-lim-pay itu dengan cepat sudah mengurung Tan Kia-beng di tengah kalangan.
Siong Hok Tootiang yang melihat dari pihak Siauw-lim-pay sudah turun tangan terpakasa diapun cepat-cepat menarik kembali pedangnya dan mengundurkan diri dari sana.
Tan Kia-beng yang melihat penjelasannya sama sekali tidak mendatangkan hasil bahkan sebaliknya memperoleh kepungan rapat dari pihak Siauw-lim-pay seketika itu juga sifat sombongnya muncul kembali dengan jumawanya dia angkat kepala dan tertawa terbahak-bahak dengan seramnya.
"Pada mulanya aku orang she Tan masih menaruh beberapa bagian rasa hormat terhadap tujuh partai besar yang memimpin dunia Bulim" ujarnya ketus. "Sungguh tidak kusangka kalian tidak lebih cuma orang-orang kerdil yang dungu dan tidak punya otak, kalian beraninya mengandalkan jumlah banyak untuk mengerubuti seseorang! naaah, haah....
ayoh cepat kalian pada maju semua. Lebih baik kalian semua maju bersama-sama saja! siapa yang lemah dialah yang mati terlebih dulu siapa yang kuat dia akan tetap bertahan, kita masing-masing boleh menggunakan seluruh kepandaian kita untuk bergebrak. kalianpun boleh menjajal kelihayan dari ilmu sakti aliran Teh Leng Bun."
Semula dia tidak ingin di dalam waktu yang singkat ini mengutarakan asal usul yang sebenarnya tetapi dikarenakan banyaknya urusan yang terjadi mempunyai sangkut paut dengan Teh Leng Bun membuat dia mau tidak mau harus menyebutnya juga, dia takut jikalau dia tidak mengutarakan asal usulnya yang sebenarnya maka hal ini bakal memancing banyak kesealahan paham terhadap dirinya.
"Tetapi.... sekalipun dia sudah mengatakan kedudukan yang sebenarnya tetapi hal ini sama sekali tidak memancing perhatian khusus dari orang-orang yang hadir di tengah kalangan pada saat ini, karena mereka semua sejak semula sudah menganggap dia sebagai anak murid dari Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong. bersamaan pula merekapun menemukan kalau kepandaian silat dari Penjagal Selaksa Li ini berasal dari aliran Teh Leng Bun.
Baru saja Tan Kia-beng tertawa seram mendadak terasalah segulung angin.
Pukulan yang amat dahsyat melanda datang.
Dia pernah melihat Cap Pwee Loo Han ini mengurung Si Penjagal Selaksa Li tempo hari dimana mereka
memperlihatkan kedahsyatan serta kehebatan dari barisannya karena itu melihat datangnya serangan dia tidak berani berlaku gegabah.
Dengan cepat serluruh perhatiannya dipusatkan jadi satu titik. tenaga murninya disalurkan kesepasang lengannya lalu dengan perlahan didorong ke depan melancarkan satu pukulan gencar memunahkan datangnya serangan lawan bersamaan pula tubuhnya miring ke samping mendadak berubah ke arah kanan mengancam keenam orang hwesio yang berada disana.
Gerakannya ini dilakukan amat cepat sekali laksana kilat yang menyambar. terlihatlah bayangan telapak berkelebat memenuhi angkasa setiap jalan darah dibadan keenam orang hweesio itu tidak ada yang lolos dari ancaman bayangan telapaknya. suasananya sungguh amat hebat dan
menegangkan sekali.
Kedelapan belas orang hweesio ini semuanya merupakan hweesio hweesio Siauw lim dari angkatan Teh Leng yang mempunyai bakat yang amat bagus dan memiliki tenaga dalam hasil latihan selama tiga, empat puluh tahunan kelihayan mereka yang terutama di dalam menghadapi musuh musuhnya yang tangguh adalah mengutamakan ilmu serangan gabungan.
Begitu serangan tersebut berkelebat memenuhi angkasa segera terasalah tiupan angin yang amat santer menghantam ke depan, baru saja tenaga pukulan dari Tan Kia-beng mencapai di depan tubuh keenam orang hwesio tersebut mendadak dari arah samping menggulung datang kembali serentetan angin pukulan yang dengan cepatnya memunahkan datangnya serangan itu, sedang dua gulung angin pukulan
lainnya yang amat kuat dengan diikuti suara berkelebatnya kilat dan bergetarnya guntur mendesak ke arah tubuhnya.
Terpaksa dia mengubah gerakan serangannya ditangah jalan, badannya laksana sebuah kitiran dengan cepat berputar beberapa kali di tengah kalangan lalu kirim kembali satu pukulan yang amat lihay.
Sreet.... bagaikan segulung angin taupan tenaga pukulan itu menggulung dari atas tanah menuju ke atas mencapai pada sasaran yang kosong, dalam hati Tan Kia-beng segera tahu keadaan tidak beres sehingga dengan cepat lengannya dikebaskan ke depan lalu mundur ke belakang.
Bersamaan itu pula berturut turut dia melancarkan tiga serangan berantai mengancam seluruh tubuhnya, mendadak dia merasakan isi perutnya tergetar amat keras telinganya berdengung disertai suara dengusan yang sangat berat, tak kuasa lagi badannya mundur dua langkah ke arah samping.
Kiranya ketiga pukulan berantainya tadi dengan amat cepat sekali suah terbentur dengan serangan bokongan yang mengancam dari sisi punggungnya, karena kesalahan satu gerakan inilah seketika itu juga tubuhnya terjerumus ke dalam kepungan angin pukulan dan bayangan telapak yang
menyilaukan mata.
Terlihatlah seluruh kalangan sudah dipenuhi dengan kepala kepala gundul yang berkelebat tak henti hentinya, angin pukulan sebentar keras sebentar lunak mengalir dengan derasnya dari empat penjuru sehingga terasa amat berat laksana bayangan gunung Thaysan yang menindih seluruh badannya.
Tan Kia-beng cuma merasakan semua pukulan yang
dilancarkan keluar olehnya sudah berhasil dipunahkan semua
oleh pihak lawan, perduli dia menggunakan tenaga pukulan yang bagaimana dahsyatnyapun setelah terjerumus ke dalam lingkungan angin pukulan yang serasa membabi buta seketika itu juga hilang lenyap tak berbekas seperi sebuah batu besar yang tenggelam ditangan samudra bebas.
---0-dewi-0--- JILID: 10 Tidak sampai seperminum teh kemudian dia sudah benar-benar terdesak suatu keadaan yang benar-benar kepepet, hampir hampir seluruh serangan yang mengancam tubuhnya tak sebuahpun yang berhasil dibalas, di dalam keadaan seperti ini siapa saja yang melihat segera akan tahu, bilamana waktu lebih lama lagi Tan Kia-beng tentu akan terluka ditangan kedelapan belas Loo Han dari Siauw-lim-pay ini.
Haruslah diketahui Cap Pwee Loo Han dari Siauw-lim-pay ini masing-masing orang boleh dihitung sebagai jagoan nomor satu di dalam Bulim orang yang bisa menahan serangan gabungan dari delapan belas orang secara bersama-sama sampai saat ini boleh dikata belum bisa dicari berapa orang yang benar-benar mau, apalagi Tan Kia-beng.
Tan Kia-beng yang terkurung di dalam kepungan yang amat rapat itu semakin bertempur hatinya semakin cemas, pikirnya,
"Jika cuma jago-jago aliran kedua, ketiga dari Siauw-lim-pay saja aku tidak bisa memperoleh kemenangan, lalu apa gunanya aku ikut merebut gelar jagoan nomor wahid di dalam kolong langit?"
Dalam keadaan yang amat cemas sekali mendadak dia menyadari akan sesuatu, tiba-tiba hawa murninya dikerahkan ke arah bawah dan berdiri sepasang matanya dengan amat
tajamnya memperhatikan para hwesio yang berputar terus menerus itu.
Kedelapan belas Loo Han yang sedang mulai mempersempit lingkaran barisan mereka melihat Tan Kia-beng menjadi tenang kembali hal ini sungguh sungguh berada di luar dugaan mereka, tanpa terasa gerakan dari barisan merekapun menjadi sedikit mengendor.
Pada saat yang amat kritis dan cepat itulah tiba-tiba Tan Kia-beng membentak keras, sepasang telapak tangannya bersama-sama didorong ke depan dengan menggunakan jurus Jiet Tiong Ceng Thian segulung angin Khie kang yang amat dahsyat disertai suara gemuruhnya guntur yang membelah bumi dengan amat hebatnya menerjang ke arah enam orang hwesio yang berdiri dihadapannya.
Keenam orang hwesio itu dengan cepat menyalurkan hawa murninya ke arah tangan lalu enam buah telapak bersama-sama didorong ke depan menyambut datangnya serangan tersebut dengan keras melawan keras.
Tan Kia-beng segera tertawa terbahak-bahak tubuhnya berputar di tengah udara, jurus kedua Thiat Bhe Kiem Ko atau kuda baja tombak emas berbareng dihantam ke depan.
Ilmu sakti dari Ceng Kong Mie yang berhasil dipelajari dari sarung pedang Giok Hun Kiam ini ternyata mempunyai kedahsyatan yang sukar diduga, walaupun keenam orang hwesio itu bersama menyambut datangnya serangan secara gabungan tetapi dikarenakan gerakan serangan mereka yang agak perlahan dan setiap serangan tentu ada terpaut siapa depan siapa belakang seketika itu juga membuat dua orang hwesio yang ada dipaling depan terkena sapuan dari segala angin pukulan itu mencelat sejauh tujuh delapan depa dari tempat semula.
Menanti hwesio dari kedua belah samping bersama-sama melancarkan serangan gabungan yang jauh lebih dahsyat Tan Kia-beng sudah berhasil berkelebat lolos dari kepungan mereka.
Seluruh kejadian ini hanya berlangsung di dalam sekejap mata saja baru saja ujung kaki dari Tan Kia-beng mencapai di atas permukaan tanah tiba terasalah desiran angin pedang yang amat tajam mengancam dari empat penjuru, kedelapan bilah pedang dari Kun lun Pat to bagaikan sambaran kilat sudah mengancam seluruh tubuhnya.
"Hmm.... sebaik kalian maju bersama-sama saja," seru Tan Kia-beng sambil tertawa dingin alisnya dikerutkan rapat rapat.
"Sreeet....!" dengan disertai satu pukulan dahsyat dia memukul ke samping datangnya dua serangan pedang dari pihak musuh. tubuhnya dengan meminjam gerakan ini berputar satu lingkaran ujung kakinya menutul ke depan menendang miring datangnya serangan pedang dari arah kanan
Tetapi tenaga serangan gabungan dari Kun lun Pat To bukanlah mudah dipecahkan dengan begitu mudahnya bahkan kehebatannya hanya terpaut sedikit saja dengan
kehebatannya dari Cap Pwee Loo Han dari pihak Siauw-lim-pay.
Begitu serangan mereka mulai melanda seketika itu juga terasalah angin dan guntur bergema memenuhi sekeliling tempat itu, segulung tembok pedang yang amat tajam berkelebat memenuhi angkasa sehingga terasalah angin yang menusuk tulang menggulung dan melanda tubuh sang
pemuda, delapan bilah pedang bagaikan sarang laba laba dengan amat rapatnya menutup serluruh jalan mundurnya.
Tan Kia-beng yang melihat serangannya tidak mencapai hasil bahkan sebaliknya sang badan terjerumus ke dalam barisan pedang yang kuat dia menjadi cepas bercampur gusar, napsu membunuh mulai menyelimuti wajahnya, diam-diam pikirnya dengan mendongkol
Mereka ini tidak ada ada yang pakai aturan semua! agaknya malam ini aku tidak bisa berlaku ramah lagi terhadap mereka, sedikit aku mengalah keadaanku akan bertambah payah....
Sifatnya yang sebetulnya dari Tan Kia-beng ini memang ada sedikit sombong dan dingin kaku, kini dia melihat tujuh partai besar terus menerus ingin mencabut nyawanya di dalam hati dia lantas mengambil keputusan untuk mengadakan satu pengacauan secara besar besaran tanpa memperdulikan bagaimana akibatnya.
Dengan cepat dia melancarkan sembilan buah serangan berantai yang mengakibatkan menderunya angin pukulan memenuhi angkasa, debu serta kerikil pada terbang melayang memenuhi angkasa, daun dan ranting pada berguguran ke atas tanah
Kecepatannya luar biasa kedahsyatannya menggetarkan hari seketika itu juga terdengarlah suara dengungan pedang yang menggetarkan seluruh ruangan, sinar yang menyilaukan mata berkelebat mengacaukan mata, delapan bilah pedang bersama-sama terpental mundur ke belakang
Pada waktu delapan orang toosu itu terdesak mundur itulah Tan Kia-beng sudah mencabut keluar suling pualam putihnya saat ini napsu membunuhnya sudah sungguh sungguh
meliputi seluruh wajah Tan Kia-beng
Terdengar dia bersuit nyaring, seruling pualam ditangannya laksana seekor naga yang membelah angkasa dengan
menotok, memukul, membabat, menusuk di dalam sekejap saja sudah melancarkan dua belas serangan gencar.
Ilmu sakti dari Teh Leng Kauwcu yang pernah digunakan tempo hari sewaktu mengetarkan dunia Bulim ini sungguh sungguh mempunyai kedahsyatan yang sukar untuk
dipikirkan, di tengah suara dengungan yang amat santar sinar pedang bagaikan ombak memecah kedua belah samping delapan orang toosu bersama-sama terpencar mundur sedang lingkaran kepungan hanya di dalam sekejap saja dari satu kaki kini meluas menjadi dua kaki.
Terdengar suara jeritan yang gegap gempita menggetarkan seluruh angkasa disusul suara benturan senjata tajam yang amat ramai, diantara delapan bilah pedang panjang sudah ada lima batang yang terpukul patah bahkan tangan ketiga orang toosu sudah terkena sambaran sehingga terluka
Tetapi kedelapan orang toosu dari Kun-lun-pay ini bukanlah manusia yang mudah dipukul mundur sekalipun pedang yang ditangannya sudah terpapas putus tetapi mereka dengan cepat membuang potongan pedang dan menggunakan
sepasang kepalannya kembali melancarkan serangan gencar.
angin pukulan laksana menderunya ombak di tengah
samudera dengan amat dahsyatnya menerjang kenerjang ke depan kehebatannya tidak dapat dipandang remeh."
Tan Kia-beng yang ada seruling pualam ditangan
keadaannya mirip dengan harimau yang tumbuh sayap, jurus jurus serangan yang dilancarkan ke depan kecepatannya laksana kilat menyambar, berturut turut dia melancarkan sembilan jurus serangan diikuti dengan suara suitan panjang yang memekikkan telinga tubuhnya meloncat ke tengah udara lalu menerjang ke arah pintu halaman.
Sekonyong konyong, sekali lagi terdengar suara pujian kepada Sang Buddha yang gegap gempita laksana
menggelegarnya guntur, delapan belas orang Loo Han dari Siauw-lim-pay masing-masing dengan membawa sebatang toya yang memancarkan sinar keemasan yang menyilaukan mata sudah mengehalangi perjalanannya.
"Bajingan ganas! malam ini kau masih ingin pergi?" bentak mereka berbareng
Sinar mata Tan Kia-beng dengan cepat berkelebat,
terlihatlah toya yang ada ditangan para hweesio itu sama sekali berbeda dengan toya yang dilihat biasanya Toya yang biasa digunakan paling panjang ada enam depa sebaliknya toya yang digunakan kedelapan belas orang hwesio ini cuma ada dua depa delapan cun saja, di tengah berkelebatnya sinar emas yang menyilaukan mata jelas menunjukkan benda tersebut, bukanlah barang sembarangan
Sebetulnya dia tidak bermaksud untuk melarikan diri dari tempat itu, ia cuma tidak ingin bentrok dengan orang dari tujuh partai besar, ia akan menerjang ke depan tujuh orang ciangbunjin dari tujuh partai besar itu untuk menjelaskan persoalan yang sebenarnya.
Kini mendengar perkataan yang amat menyakitkan hati dari para hweesio itu seketika itu juga membuat hawa amarahnya memuncak, dia segera tertawa terbahak-bahak dengan seramnya.
"Aku orang she Tan bukanlah seorang pembunuh, juga tidak punya maksud untuk meloloskan diri, kalian terus menerus mendesak diriku.... Hmmm.... hmm, mungkin mau mendesak aku orang she Tan melakukan pembunuhan secara masa?"
Seruling pualam putihnya digetarkan sehingga seketika itu juga berubah menjadi beribu ribu batang seruling bersama-sama menerjang ke arah para jago setelah ada pengalaman yang terdahulu dia sama sekali tidak mau memberi
kesempatan lagi bagi para hwesio untuk mengerubuti dirinya.
Dengan cepat dia menggunakan ilmu langkah Mao Hoo Sin Li yang digabungkan dengan ilmu seruling Ut Yeh Jing Hu yang amat hebat dengan gesit dan lincahya dia meloncat kekiri menghantam kekanan dan menotok ketimur babat kebarat di dalam sekejap saja jurus aneh yang tiada pernah ditemui sudah memenuhi seluruh angkasa.
Para hwesio Siauw lim yang terkena ribut kesempatan baiknya untuk beberapa saat lamanya cuma bisa memainkan toyanya masing-masing menjadi segulung sinar berkilauan untuk melindungi dirinya sendiri untuk sementara waktu mereka tidak punya kesempatan untuk balas melancarkan serangan
Bagaimanapun juga pengalaman dari Tan Kia-beng masih amat cetek jikalau waktu ini cepat-cepat dia menerjang keluar dari dalam kalangan tentunya tidak bakal terjadi urusan, tetapi dikarenakan dia terlalu memandang rendah kehebatan dari kedelapan belas orang Loo Han itu ditambah lagi dalam hatinya dia sudah bermaksud untuk mengobrak abrik mereka terlebih dahulu baru mau berhenti maka bukannya melarikan dirinya sebaliknya serangan yang dilancarkan semakin gencar.
Makin lama akhirnya di tengah serangan angin pukulan yang amat gencar dan menyesakan napas itulah mereka berhasil mendapatkan satu kesempatan untuk balas
melancarkan serangan
Sekonyong konyong suara pujian kepada Budha kembali memenuhi angkasa dari kedudukan bertahan mereka berubah
menjadi kedudukan menyerang, delapan belas buah toya yang memancarkan sinar keemasan yang meyilaukan mata dengan disertai menderunya angin pukulan yang menyakiti badan bagaikan mengamuknya gelombang menghantam tepi pantai menggulung datang dengan mengerikan.
Seketika itu juga sinar yang meyilaukan mata memenuhi seluruh tempat diikuti suara guntur membelah bumi yang menekan dari empat penjuru, rentetan serangan kali ini kalau dibandingkan dengan serangan dengan menggunakan kepalan tadi jauh lebih hebat.... jauh lebih menyeramkan.
Tenaga dalam dari kedelapan belas orang Loo Han itu rata rata sudah mencapai pada taraf kesempurnaan semua, ditambah lagi senjata toya yang ada ditangan mereka merupakan salah satu senjata yang berat apalagi melancarkan serangan sevara bersama-sama segera terasalah bagaikan berjuta juta ekor kuda bersama-sama menerjang ke depan jurus jurus serangannya mengacaukan pandan angin
pukulannya memekikkan telinga sehingga dada terasa sesak seperti ditindih dengan sebuah gunung Thay-san
Tan Kia-beng menjadi cemas bercampur gusar, hawa
murninya ditarik dari pusar lantas disalurkan keseluruh tubuh, seruling pualam putih yang ada ditangannya menyerang semakin kencang, sekali lagi ilmu seruling Uh Yet Cing Hun dilancarkan keluar, seruling pualamnya laksana seekor ular putih dengan gesit dan lincahnya bergulung dan berkelebat di tengah sinar emas yang kemilauan.
Pertempuran yang terjadi kali ini benar-benar amat seru dan sengit sekali, mau tidak mau Tan Kia-beng terpaksa mengeluarkan semua jurus lihay yang diketahui untuk mendesak pihak musuh, telapak kirinya diputar dan dimainkan sehingga mengakibatkan timbulnya bayangan tangan laksana
gunung, dengan terpaksa ia menahan dan menutup seluruh sinar berkilauan dari tenaga gabungan kedelapan belas buah toya emas itu sebentar saja suara bentrokan besi yang amat ramai berkumandang tak henti hentinya.
Di dalam sekejap saja masing-masing pihak sudah sama saling serang menyerang sembilan puluh jurus banyaknya, walaupun kedelapan belas orang Loo Han itu sudah
menggabungkan seluruh tenaga mereka tetapi mereka masih belum juga sanggup untuk mengalahkan Tan Kia-beng, sedangkan Tan Kia-beng sendiripun untuk beberapa saat lamanya berlum berhasil juga untuk memperoleh kemenangan Saat ini Kun lun Pat to sudah berganti dengan pedang yang baru lengan yang luka pun sudah dibalut rapat rapat, dengan perlahan mereka mulai menyebar kembali kesekeliling tempat itu siap-siap menggantikan kedudukan dari hwesio hwesio Siauw-lim-pay.
Sebalik perhatian dari tujuh orang ciangbunjin dari tujuh partai besar kini betul-betul terhisap oleh keanehan serta kesaktian dari ilmu silat Tan Kia-beng
Terdengar Ci Si Thaysu dari Siauw-lim-pay menundukkan kepalanya memuji keagungan Buddha, ujarnya, "Dengan kepandaian silat yang dimiliki bocah ini digunakan dengan baik-baik dan lurus pinceng berani tanggung tidak sampai sepuluh tahun dia pasti berhasil memimpin dunia kangouw dan jadi seorang manusia aneh yang sukar ditemui selama ratusan tahun mendatang ini."
Air muka dari Leng Hong Tootiang itu ciangbunjin dari Butong-pay berubah amat berat dan tegang sekali, lama sekali ia memandang ke tengah kalangan lalu mendadak menhela napas panjang
"Dengan bakatnya yang sedemikian aneh bagaimana
mungkin dia bisa terjerumus ke dalam aliran iblis" Pinto kira di dalam hal ini tentu ada hal hal yang tidak beres."
Pada saat itulah dari tengah kalangan mendadak terdengar suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati disusul muncratnya darah segar mengotori empat penjuru dua batok kepala gundul dengan membawa serentetan darah yang memancur keluar laksana sumber air melayang ke tengah udara lalu menggelinding di atas tanah
Ci Si Thaysu serta Leng Hong Tootiang yang melihat hal itu tidak terasa lagi sudah menjerit kaget.
Kiranya di dalam keadaan yang amat gusar Tan Kia-beng sudah mencabut keluar pedang pusaka Kiem Cing Giok Hun Kiam nya pedang yang amat kuno dan sangat antik ini amat tajam sekali, terlihatlah sinar yang amat dingin berkelebat di tengah angkasa, segera tampak darah segar muncrat ke tengah udara dan berceceran mengotori permukaan tanah, kembali ada tiga orang hwesio yang dengan beserta toyanya terpapas putus menjadi dua bagian....
Diantara kedelapan belas orang Loo Han kini sudah ada dua yang binasa dan tiga orang yang terluka parah sebentar saja suasana menjadi kalut sedangkan barisanpun menjadi kocar kacir tidak karuan.
Melihat kejadian yang mengerikan itu tidak kuasa lagi Ci Si Thaysu menghela napas panjang.
Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Menurut keadaan saat ini mau tidak mau pinceng harus turun tangan sendiri"
Ujung jubahnya dikebutkan ke depan laksana seekor bangau yang menembus awan tubuhnya dengan amat
cepatnya menerjang ke tengah kalangan.
"Kalian cepat menyingkir!" bentaknya nyaring. "Biar pinceng coba-coba menerima beberapa jurus serangannya."
Sewaktu para hwesio dari Cap Pwee Loo Han melihat ciangbunjin mereka mau turun tangan sendiri segera pada menarik kembali toyanya dan mengundurkan diri ke belakang Ci Si Thaysu tidak malu disebut sebagai seorang pendeta yang beribadat tinggi, walaupun dalam hati dia merasa amat gusar tetapi air mukanya masih tetap tenang, perlahan-lahan dia merangkap tangannya di depan dada, lalu ujarnya, "Sicu turun tangan dengan begitu kejamnya apa tidak takut mendapat hukuman dari Thian?"
"Jikalau cayhe yang terluka ditangan para hwesio itu mungkin kalian akan menganggapnya sebagai takdir bukan?"
sambung Tan Kia-beng sambil tertawa dingin
Air muka Ci Si Thaysu tidak terasa lagi sudah berubah memerah yang dimaksudkan dengan "keadilan" oleh Tan Kia-beng ini sudah tentu diapun merasakannya.
Cukup dilihat dari kejadian yang baru terjadi dimana delapan belas orang loo Han dari Siauw-lim-pay yang sudah mempunyai punya nama besar di dalam Bulim harus bersama-sama menyerang seorang pemuda dari angkatan muda hal ini sudah merupakan satu peristiwa yang sama sekali tidak adil ditambah lagi ucapan dari Tan Kia-beng, yang bernadakan tajam seketika itu juga membuat dia bungkam diri
Lama sekali baru dia berkata lagi
"Ilmu kepandaian silat dari sicu betul-betul mengejutkan sekali Pinceng akan menggunakan sepasang telapak besi ini untuk coba-coba menjajal kedahsyatan dari pedang pusaka itu."
"Haaaahh....haaahh. kepandaian silat Siauw-lim-pay sudah menjagoi Bulim hampir ratusan tahun lamanya" ujar Tan Kia-beng tertawa terbahak-bahak dan memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarung. "Ini malam cayhe bisa memperoleh petujuk dari Thaysu benar-benar merupakan satu kejadian yang patut dibanggakan. kenapa harus memaksa aku memainkan golok menggerakkan pedang?"
Ci Si Thaysu kembali memuji keagungan Budha sepasang telapak tangannya dengan perlahan disilangkan di depan dadanya....
Tiba-tiba.... Suara bentakan keras memecahkan kesunyian sambil
menenteng pedang tahu-tahu Siong Hok Tootiang sudah muncul disamping badan dari Ci Si Thaysu.
"Hmm, orang ini terlalu menghina kami dari golongan Heng-san-pay ujarnya dengan gemas. Harap untuk sementara waktu thaysu menyingkir sebentar. biar pinto mencari balas atas hutang hutang yang dahulu terlebih dulu"
Dengan cepat dia alihkan pedangnya menuding ke depan wajah Tan Kia-beng, bentaknya lagi, "Cepat cabut keluar pedangmu!"
Tan Kia-beng segera angkat kepalanya tertawa terbahak-bahak.
"Kau silahkan melancarkan serangan sesukamu," ujarnya dengan amat dingin. "Bilamana aku merasa aku harus mencabut pedang, buat apa kau banyak bacot lagi?"
Perkataannya ini amat menghina sekali atas dirinya, Siong Hok Tootiang sebagai seorang ciangbunjin dari Heng-san-pay mana bisa tahan atas ejekan dan hinaan ini pedang
panjangnya digetarkan dengan disertai suara desiran yang amat tajam lalu dengan amat hebatnya dia menusuk ke arah dadanya.
Bagaimanapun juga permainan pedang dari seorang ahli pedang jauh lebih hebat dari orang lain, serangan ini ternyata sama sekali tidak mengandung keganasan dan kedahsyatan kelihatannya hanya biasa saja tidak ada yang aneh mirip pula dengan satu serangan main mainan saja.
Tetapi di dalam pandangan Tan Kia-beng dia tahu justru serangan inilah sudah mengandung satu tenaga serangan yang amat lihay yang mengancam seluruh jalan darah penting pada bagian atas tubuhnya, saat ini ia tidak berani berlaku gegabah lagi.
Tubuhnya segera miring ke samping menghindarikan diri dari hadapan ujung pedangnya, telapak tangan kanannya sedikit digetarkan menutup datangnya serangan pedang itu sedang tangan yang lain bagaikan kilat cepatnya
mengecengkeram urat nadinya.
Orang yang bergebrak dengan menggunakan senjata tajam paling takut diserang dengan jarak dekat, Siong Hok Tootiang yang melihat baru saja jurus pertama dia sudah didesak oleh musuhnya dalam hati merasa hatinya bergidik, dengan cepat dia mendengus dingin pedangnya diayun dengan disertai sinar pelangi yang menyilaukan mata dia balas membabat jalan darah Chi Tien ditubuh pihak musuhnya, sedangkan tangan kirinya dengan menggunakan rahasia ilmu pedang berturut turut menotok jalan darah "Thian Tuh" serta "Chian Cing" dua buah jalan darah.
Dengan gesitnya Tan Kia-beng melayang tiga langkah kesamping, mendadak sambil putar tubuh dia melancarkan serangan kembali dengan menggunakan telapak serta kakinya,
di dalam sekejap saja dia sudah melancarkan delapan buah pukulan serta menendang lima kali tendangan kilat, keanehan dari jurus serangannya serta kecepatan dari gerakan tubuhnya benar-benar membuat orang menjadi bingung dan sukar untuk menduga
Karena masih ada banyak musuh tangguh yang mengawasi dirinya disamping kalangan dia harus berusaha untuk membereskan musuh yang dihadapannya di dalam waktu yang sesingkatnya mungkin sebab itulah begitu melancarkan serangan dia sudah menggunakan seluruh kepandaiannya.
Terasa angin dingin menderu deru memenuhi angkasa.
seketika itu juga seluruh tubuh dari Siong Hok Tootiang tergulung di dalam bayangan telapak yang membingungkan.
Siong Hok Tootiang sebagai ciangbunjin dari Heng-san-pay mempunyai pengalaman yang amat luas sekali sejak semula dia sudah menduga maksud hati yang mengandung di dalam benak Tan Kia-beng, saat ini seluruh nama besar dirinya serta kejayaan dari partainya tergantung di dalam pertempuran kali ini membuat hatinya terasa amat berat sekali
Saat ini dia hendak menyerang dulu tapi mempertahankan dirinya terus menerus pedangnya dengan cepat digerakkan sehingga seluruh tubuhnya terbungkus di dalam selapis hawa pedang yang amat tajam dan sukar untuk ditembus
Seketika itu juga suatu pertempuran sengit antara naga dan harimau sudah berlangsung, masing-masing menggunakan kepandaian silat yang paling lihay untuk berusaha menundukkan pihak lawannya, semakin bertempur semakin cepat dan semakin rapat, tidak selang seperminum teh lamanya, keadaan sudah mencapai pada puncaknya.
bayangan manusia berkelebat dengan kaburnya sehingga
sukar dibedakan mana Tan Kia-beng mana Siong Hok
Tootiang. Tan Kia-beng yang mempunyai rejeki bagus, bukan saja sudah memperoleh tenaga murni dari Han Tan Loojin yang dilatihnya selama hampir mendekati seratus tahun serta pil ular yang usianya sudah mendekati ribuan tahun lamanya bahkan mendapatkan pula seluruh inti sari dari ilmu silat yang dimuat dalam kitab pusaka Teh Leng Cin Keng walaupun untuk sementara waktu dia tidak berhasil menggabungkan keseluruhannya tetapi tenaga dalam yang dimiliki saat ini benar-benar sudah amat tinggi sekali;
Sejak terjunkan dirinya ke dalam Bulim dia sudah berulang kali menemui pertempuran pertempuran sengit yang
menegangkan hal itu membuat pengalamannya di dalam menghadapi musuh semakin bertambah semakin bergebrak dia semakin lancar, setiap serangan yang digunakanpun tentu amat tepat sekali.
Keenam orang ciangbunjin lainnya yang menonton jalannya pertempuran dari samping semuanya merupakan para ahli ilmu silat yang sudah mengadakan penyelidikan dan latihan selama hidupnya sudah tentu pandangan mereka amat tajam sekali.
Mereka merasa Tan Kia-beng yang berturut turut harus bertempur melawan Kun lun Pat Too serta kedelapan belas Loo Han dari Siauw-lim-pay bukan saja tenaga dalamnya tidak berkurang malah sebaliknya semakin lama semakin bertambah dahsyat, jurus jurus serangan lihay yang digunakan pun semakin lama semakin banyak bahkan banyak diantaranya yang belum pernah melihatnya untuk selamanya.
Melihat kejadian itu dalam hati mereka semua amat terperanjat sekali, terdengar Ci Si Thaysu gelengkan kepalanya berulang kali sambil memuji keagungan Budha.
"Sungguh aneh! sungguh aneh...." serunya perlahan.
Wajah dari Loo Hu Cu yang berkeriput pun kelihatan sedikit bergerak gerak.
"Bilamana orang ini tidak dibasmi secepatnya keadaan dari tujuh partai tentu amat berbahaya sekali" ujarnya dingin. Di kemudian hari mungkin sekali kita tidak berdaya untuk tetap tancapkan kaki di dalam dunia kangouw"
Mungkin dikarenakan di dalam hati mereka sudah timbul rasa serakah dan rasa iri hati yang berlebih lebihan ternyata keenam orang ciangbunjin dari keenam partai besar itu diamdiam sudah mengambil keputusan untuk membinasakan Tan Kia-beng, bahkan sampai Ci Si Thaysu, yang merupakan seorang pendeta yang beribadat tinggi pun tidak terkecuali Sudah tentu di dalam hati ini ada sangkut pautnya juga dengan peristiwa berdarah yang baru saja terjadi
diperkampungan Cui-cu-sian ini dimana keadaan yang amat mengerikan itu
Air muka Ci Si Thaysu ebrubah tidak henti hentinya lalu sedikit menganggukkan kepalanya, tiba-tiba....
"Sicu jangan turun tangan kejam." teriak dengan keras.
Ujung jubahnya dikebut ke depan, bagaikan meluncurnya bintang bintang di langit dia berkelebat menuju ke tengah kalangan
Tetapi keadaan sudah terlambat, terdengar suara dengusan yang amat berat pundak dari Siong Ho Toojien sudah kena hantam dari pukulan Tan Kia-beng yang amat dahsyat itu
sehingga tergetar mundur ke belakang sejauh lima enam depa dengan sempoyongan. Traaang.... dengan menancapkan pedangnya ke atas tanah dia berusaha mempertahankan dirinya.
Dengan tergesa gesa Ci Si Thaysu mengejar datang dan membimbing dirinya.
"Bagaimana dengan keadaan luka Too-heng?" tanyanya cemas.
Air muka dari Siong Hok Tootiang berubah menjadi pucat pasi bagaikan mayat, ia cuma menghela napas panjang saja tanpa memberikan jawaban mendadak dari mulutnya dia muntahkan darah kental yang berwarna merah kehitam hitaman.
Dengan Ci Si Thaysu merogoh ke dalam sakunya
mengambil keluar sebutir pil lantas diangsurkan kepadanya.
"Pil ini adalah pil
Pendekar Kembar 11 Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan K L Kekaisaran Rajawali Emas 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama