Ceritasilat Novel Online

Laron Pengisap Darah 10

Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin Bagian 10


am gelang besi tersebut.
Dia mencoba menarik gelang itu ke belakang.
Sama sekali tidak ada reaksi, pintu batu itu sama sekali
bergeming, ketika dicoba untuk mendorong ke depan, hasilnya
tetap sama. Terpaksa dia pun memutar gelang besi itu ke samping, dia
ingin tahu apakah pintu itu bereaksi.
"Kraaak!" betul juga, begitu gelang besi diputar ke kanan,
dari balik pintu batu segera bergema suara nyaring menyusul
kemudian pintu itu perlahan lahan terbuka lebar.
Dibalik pintu batu itu merupakan sebuah lorong yang
gelap......tempat apakah itu"
Siang Huhoa melepaskan genggamannya atas gelang besi
itu, namun dia belum menggeserkan tubuhnya, lentera yang
ada ditangan kiri segera disodorkan masuk ke balik pintu.
648 Dalam waktu singkat suasana dibalik pintu pun terlihat
jelas. Permukaan lantai ruangan itu merupakan ubin berbentuk
bunga, sebuah motif lantai yang tidak asing bagi Siang Huhoa,
namun untuk sesaat dia tidak bisa membayangkan pernah
melihat lantai semacam ini dimana.
Selangkah demi selangkah dia berjalan masuk ke dalam
ruangan, jangan dilihat dia seakan berjalan santai, padahal
semua gerak geriknya dilakukan dengan sangat berhati hati.
Ko Thian-liok, Liong Giok-po dan Nyo Sin segera mengikuti
di belakangnya degan amat berhati hati.
Baru saja mereka berlima masuk ke balik pintu, mendadak
terdengar Siang Huhoa yang berada dipaling depan berseru
tertahan, seruan itu amat keras, tampaknya dia telah
menyaksikan sesuatu hal yang membuatnya tercengang.
"Sebetulnya tempat apakah ini?" tanya Ko Thian-liok tanpa
terasa. "Gudang kecil di belakang kamar tidur Jui Pak-hay suami
istri" jawab Siang Huhoa.
Sementara itu Nyo Sin, Tan Piau dan Yau Kun pun segera
dapat mengenali ruangan tersebut, tanpa sadar mereka ikut
berseru: "Aaah betul, memang ruang kecil itu"
0-0-0 Bagian luar dari pintu batu sebenarnya merupakan dinding
sisi kiri dari ruangan kecil itu, bangunan loteng terletak persis
diatas kepala mereka.
649 Walaupun Ko Thian-liok belum pernah mendatangi tempat
tersebut, namun dia sudah hapal sekali dengan situasi
ruangan, dia mempelajari situasi itu dari laporan kasus
pembunuhan yang diberikan anak buahnya.
Laporan yang dibuat Tu Siau-thian memang sangat teliti
dan terperinci, untuk membuat laporan yang lengkap dan
terperinci, Tu Siau-thian memang sudah membuang banyak
pikiran dan tenaga.
Maka dia sangat menguasahi situasi ditempat kejadian,
bahkan pemahamannya atas tempat itu jauh diatas
pemahaman Nyo Sin.
Begitu mendengar ucapan dari Siang Huhoa tadi, dia
segera mendongakkan kepalanya mengawasi bangunan loteng
itu, kemudian ujarnya:
"Apakah jenasah Jui Pak-hay beserta sekelompok Laron
Penghisap darah itu kalian temukan dalam loteng tersebut?"
"Benar!" sahut Nyo Sin cepat.
"Blaaammm!" entah apa sebabnya mendadak pintu rahasia
itu menutup dengan sendirinya.
Semua yang hadir segera berpaling.
Dengan perasaan terkejut teriak Nyo Sin:
"Baru saja kita berenam keluar dari situ, siapa.....siapa
yang telah menutup kembali pintu rahasia tersebut?"
"Yang pasti bukan perbuatan manusia" sahut Siang Huhoa.
"Kalau bukan perbuatan manusia, memangnya ulah setan
iblis?" bisik Nyo Sin dengan wajah berubah.
Siang Huhoa kontan tertawa tergelak.
"Mana ada setan di dunia ini" Pintu batu itu sudah
dilengkapi alat rahasia"
650 "Sungguh?" Nyo Sin setengah percaya.
"Justru karena sudah dilengkapi alat rahasia, maka secara
otomatis pintu itu akan menutup kembali setelah dilewati
seseorang"
Nyo Sin menghembuskan napas lega setelah mendengar
penjelasan itu, tapi tanyanya lagi:
"Darimana kau bisa tahu" Sejak kapan kau mengetahui
akan hal ini?"
"Sejak membuka pintu batu itu aku sudah tahu"
"Mungkin jauh hari sebelum membuka pintu itu dia sudah
tahu" tiba-tiba Liong Giok-po menimbrung dari samping.
"Oya?"
"Kalau tidak, masa dia seakan hapal sekali dengan segala
situasi yang sedang dihadapinya?" lanjut Liong Giok-po.
Agak ragu Nyo Sin segera berpaling dan mengawasi wajah
Siang Huhoa. Namun Siang Huhoa tidak meladeni perkataan itu, dia
hanya membungkam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Melihat itu Liong Giok-po tertawa bangga, tertawa dingin
tiada hentinya.
Mendadak Ko Thian-liok memotong suara tertawa dari
Liong Giok-po itu, ujarnya:
"Setelah pintu batu itu menutup kembali, seharusnya diatas
dinding ruangan akan muncul jejak atau celah yang kecil,
kenapa tidak nampak sesuatu yang aneh" Kenapa dinding itu
kelihatan rata kembali?"
"Kalau ada, pintu rahasia ini sudah kutemukan ketika
memeriksa dinding ruangan tersebut tempo hari" sahut Siang
Huhoa. 651 "Aaai.....kemampuan Jui Pak-hay merancang alat rahasia
memang sangat hebat dan mengagumkan" puji Ko Thian-liok
sambil menghela napas panjang.
Siang Huhoa tidak menyangkal, sahutnya:
"Menurut pandanganku, keberhasilannya menguasahi
kepandaian ini mungkin masih jauh diatas kemampuan
gurunya sendiri Hian kicu"
"Luar biasa, luar biasa.... dia bisa disebut orang berbakat
yang luar biasa diantara orang berbakat lainnya" puji Ko
Thian-liok lagi.
"Di tempat inipun masih ada seorang lagi yang berbakat
luar biasa, jauh melebihi orang berbakat lainnya" timbrung
Liong Giok-po tiba-tiba.
Siapa pun tahu siapa yang dimaksudkan orang ini.
"Kelihatannya besar amat rasa curigamu" sindir Siang
Huhoa sambil tertawa dingin.
"Memang besar"
"Kau tetap merasa yakin akulah yang telah mencuri seluruh
harta karun yang tersimpan dalam ruang rahasia itu?"
"Yakin seyakin-yakinnya!"
"Selain karena alasan yang sudah kau kemukakan, apakah
masih ada alasan lainnya?"
"Kenyataannya kau bisa mengajak kami semua tiba
ditempat ini, bukankah bukti ini merupakan sebuah alasan
yang sangat tepat?"
"Jadi inipun kau anggap sebagai sebuah alasan?"
"Jika kau tidak pernah melalui lorong rahasia ini, kenapa
bisa mengajak kami untuk melalui lorong rahasia tersebut
dengan begitu mudah dan lancar?"
652 "Jadi kau anggap dengan mudah kuajak kalian sampai
disini?" kembali Siang Huhoa tertawa dingin.
"Benar, mudah sekali" seru Liong Giok-po, setelah berhenti
sejenak, lanjutnya:
"Kalau pun di dunia ini benar benar terdapat setan iblis,
tidak nanti mereka akan mencuri harta karun milik manusia,
sekalipun Laron Penghisap darah benar benar bisa makan
manusia, menghirup darah manusia seperti apa yang
diceritidakan dalam dongeng, tidak nanti mereka akan melalap
harta karun itu sampai ludas. Jelas dan tidak bisa diragukan
lagi hilangnya harta karun itu merupakan ulah tangan
manusia" Kemudian setelah menarik napas panjang, tambahnya:
"Hanya orang yang suka akan intan permata baru akan
berpikiran jahat untuk mengangkangi harta karun milik orang
lain" Siang Huhoa menggetarkan bibirnya seakan hendak
berbicara, tapi sebelum dia sempat mengucapkan sesuatu,
Liong Giok-po sudah bicara lagi:
"Tentu saja bukan pekerjaan yang gampang bila mengincar
harta karun milik Jui Pak-hay ini, selain dia mesti mengerti
tentang alat perangkap, menguasahi ilmu meringankan tubuh
yang hebat, orang itupun mesti punya akal dan agak pintar"
Nada ucapannya berubah makin berat dan dalam,
terusnya: "Di tempat ini hanya ada satu orang yang memenuhi
kriteria dan prasyarat tersebut, orang itu tidak lain adalah kau,
saudara Siang!"
"Tempat ini yang kau maksudkan meliputi daerah mana
saja?" tanya Siang Huhoa sambil tertawa dingin.
"Tentu saja meliputi seluruh keresidenan"
653 "Rasanya magrib tadi kau baru tiba di sini bukan?"
"Betul"
"Begitu sampai disini, kau langsung menuju ke kantor
pengadilan dan belum pernah meninggalkan kantor barang
selangkah bukan?"
"Benar!"
"Aneh, kenapa kau bisa begitu hapal dan menguasahi
wilayah tempat ini?"
Liong Giok-po segera terbungkam.
"Mungkin saja sebagian besar orang yang berada diwilayah
ini merupakan orang orang yang cerdas" ujar Siang Huhoa
lagi. Liong Giok-po kembali tertawa dingin.
"Tapi hingga detik ini hanya satu orang yang patut
dicurigai, orang itu adalah kau, Siang tayhiap!"
"Lalu mau apamu?"
"Aku sih cuma seorang rakyat kecil, seorang rakyat kecil
bisa berbuat apa?"
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Nyo Sin,
terusnya: "Orang yang bertanggung jawab atas keamanan wilayah ini
adalah komandan Nyo, biar dia yang selesaikan urusan ini"
Tanpa sadar Nyo Sin segera membusungkan dadanya.
Kembali Liong Giok-po bertanya kepada Nyo Sin:
"Menurut komandan Nyo, apa yang pantas kita perbuat
terhadap seorang tersangka macam begini?"
"Tentu saja harus dibekuk dan ditahan.........." jawab Nyo
Sin tanpa sadar.
654 Tapi begitu ucapan tersebut meluncur keluar, dia baru
teringat kalau Siang Huhoa adalah seorang jagoan yang
sangat tangguh, kontan saja dia menutup kembali mulutnya.
Dalam pada itu Liong Giok-po sudah berkata lebih jauh:
"Dengan pengalaman yang dimiliki komandan Nyo, jika kau
anggap tindakan ini yang paling tepat, aku rasa memang
tindakan itulah yang harus kita lakukan sekarang"
"Soal ini......." Nyo Sin jadi tergagap.
"Kenapa?"
"Ilmu silatnya sangat tangguh, jika dia enggan
menyerahkan diri, kamipun tidak bisa berbuat apa-apa"
"ooh, rupanya persoalan ini yang dikuatirkan komandan
Nyo......."
Tampaknya dia masih akan bicara lebih lanjut, tapi sebelum
dia sempat berkata Nyo Sin kembali sudah menukas:
"Aaah benar, aku hampir lupa dengan Liong kongcu, aku
dengar kau adalah jago nomor wahid dari Kanglam, asal Liong
kongcu mau membantu, persoalan ini malah lebih gampang
penyelesaiannya"
Kalau dilihat dari mimik mukanya, dia seolah benar benar
ingin menangkap Siang Huhoa.
Semenjak kasus pembunuhan ini terjadi, khususnya sejak
kehadiran Siang Huhoa disana, Nyo Sin sebagai komandan
opas nyaris tidak ada kesempatan untuk angkat bicara, hal
mana sudah membuat hatinya sangat mengganjal dan tidak
suka hati, entah sudah berapa kali dia berusaha mencari
kesempatan untuk menjatuhkan pamor Siang Huhoa.
Sekarang kesempatan yang langka itu sudah muncul di
depan mata, tentu saja dia tidak ingin melepaskannya dengan
begitu saja. 655 Di dalam anggapannya, Liong Giok-po sebagai jago
tangguh yang tanpa tandingan di wilayah Kanglam pasti
memiliki kepandaian silat setara dengan kemampuan Siang
Huhoa, itu berarti bila terjadi pertempuran, jagoan dari
Kanglam ini bisa memaksakan satu pertarungan yang
seimbang. Bila ditambah dengan golok panjang, tombak pendek dari
Yau Kun dan rantai besi dari tanpoh, dia merasa sudah lebih
dari cukup untuk membekuk Siang Huhoa.
Begitu keputusan diambil, dia pun segera memberi tanda
kepada Tan Piau dan Yau Kun.
Tanda itu dimaksudkan agar mereka bersiap siap untuk
turun tangan. Tanpa terasa Yau Kun dan Tan Piau saling bertukar
pandangan sekejap dengan wajah tertegun, khususnya Yau
Kun, dia kelihatan teramat kikuk.
Sekali lagi Nyo Sin mengalihkan pandangan matanya ke
wajah Liong Giok-po, dia menunggu jagoan dari Kanglam itu
melancarkan serangan terlebih dulu, kemudian dia bersama
kedua anak buahnya akan maju mengembut.
Ternyata Liong Giok-po sama sekali tidak bereaksi,
bergerak pun tidak.
Nyo Sin menunggu lagi berapa saat, melihat tiada reaksi
juga dari jagoan tersebut, tidak tahan dia segera menegur:


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Liong kongcu!"
Mimik muka Liong Giok-po kelihatan mengejang keras,
namun dia tetap membungkam dan tidak melakukan gerakan
apapun. Saat itulah Siang Huhoa mengejek, katanya:
"Jika dia mampu turun tangan, sedari tadi dia sudah
menyerang aku"
656 "Kenapa dia tidak mampu turun tangan?" tanya Nyo Sin
makin keheranan.
"Sebab dia sudah bukan Liong Giok-po yang dulu lagi"
Nyo Sin semakin tercengang, dengan nada tidak habis
mengeri tanyanya lagi:
"Apakah identitasnya bermasalah" Bukankah tadi sudah
kau buktikan kalau dia asli?"
"Aku tidak pernah mempermasalahkan identitasnya, dia
memang Liong Giok-po yang asli"
"Lalu dimana letak perbedaannya dengan Liong Giok-po
yang dulu?"
Siang Huhoa tidak langsung menjawab, sorot matanya
dialihkan ke wajah Liong Giok-po dan menatapnya sekejap,
kemudian tanyanya:
"Liong-heng, kau yang akan menjelaskan sendiri atau aku
yang memberikan penjelasan?"
Sekali lagi mimik muka Liong Giok-po nampak mengejang
keras, bukannya menjawab dia malah bertanya:
"Sejak kapan kau tahu akan hal ini?"
"Sejak masuk ke lorong bawah tanah, aku sudah curiga"
"Lantaran langkah kakiku berat?"
"Itu hanya salah satu alasan, ketika kujumpai kau
menyusulku naik ke undak undakan batu tadi, keyakinanku
semakin besar"
Liong Giok-po nampak tergagap dan tidak bisa bicara lagi.
"Apakah lantaran pengaruh bubuk lima racun dari Tok
tongcu?" "Benar!"
657 "Sungguh dahsyat dan menakutkan bubuk lima racun itu!"
pekik Siang Hu-hoa terkesiap.
"Memang sangat hebat, segenggam bubuk lima racun
bukan saja telah menghancurkan wajahku, juga membuyarkan
seluruh tenaga dalam yang kumiliki"
Setelah berhenti sejenak, terusnya:
"Sekarang aku lemah tidak bertenaga, jangan lagi
bertempur, tenaga untuk menangkap ayam pun tidak punya.
Dibandingkan dengan kemampuanku sewaktu malang
melintang di wilayah Kanglam dulu, aku ibarat dua orang yang
berbeda" "Oooh....." sekarang Nyo Sin baru sadar apa yang telah
terjadi, paras mukanya langsung berubah hebat.
Dengan hilangnya kekuatan dari Liong Giok-po, bagaimana
mungkin mereka bertiga sanggup menghadapi Siang Huhoa"
Pada saat itulah mendadak Siang Huhoa berpaling ke arah
pintu kamar tidur sambil menghardik:
"Siapa disitu?"
Seseorang menyahut sambil mendorong pintu dan berjalan
masuk. Ternyata orang itu adalah Jui Gi!
Cahaya lentera menerangi wajah Jui Gi, entah karena
pantulan sinar atau lantaran alasan lain paras muka Jui Gi
kelihatan pucat pias seperti mayat, tapi sikapnya sangat
tenang. Belum sempat Siang Huhoa mengucapkan sesuatu, Nyo Sin
sudah menegur lebih dulu:
"Jui Gi, mau apa yang sembunyi di luar pintu?"
"Aku bukan lagi bersembunyi" bantah Jui Gi sambil
goyangkan tangannya berulang kali.
658 "Lalu sedang apa kau disitu?"
"Barusan kebetulan aku sedang lewat diluar pintu, ketika
melihat ada sinar lentera bergeser didalam kamar ini, kukira
ada pencuri yang nyelonong masuk, maka akupun menyusul
kemari untuk melakukan pemeriksaan"
"Tajam amat matamu" jengek Nyo Sin.
"Gerakan tubuhnya juga hebat" Siang Huhoa
menambahkan, "seandainya dia tidak menyentuh pintu kamar
secara tidak sengaja, akupun tidak sadar kalau diluar kamar
ada orangnya"
"Semasa masih hidup dulu, majikan sering mengajarkan
ilmu silat kepadaku" Jui Gi menjelaskan sambil tertawa.
"Kenapa begitu kutegur kau langsung membuka pintu dan
berjalan masuk" tidak kuatir orang yang menegurmu adalah
pencoleng?"
"Mana ada pencoleng bernyali besar?" Jui Gi tertawa
tergelak. Setelah berhenti tertawa, dia berpaling ke arah Ko Thianliok
sambil menyapa:
"Tayjin, rupanya kaupun ikut datang?"
"Benar" sahut Ko Thian-liok, "barusan kau telah pergi ke
mana?" "Setelah bersantap aku berjalan mengelilingi
perkampungan"
"Kau tidak meninggalkan pesan kepada anggota
perkampungan lainnya?"
"Karena tidak pergi jauh, maka aku tidak meninggalkan
pesan" "Sewaktu kembali tadi, apakah ada yang beritahu
kepadamu kalau kami telah datang kemari?"
659 "Aku masuk melalui pintu belakang, maka tidak berjumpa
dengan mereka"
Tiba-tiba Ko Thian-liok bertanya lagi:
"Apakah kau tidak merasa keheranan, kenapa kami bisa
muncul di tempat ini?"
Jui Gi menghela napas panjang.
"Buat apa aku mesti merasa heran" Sudah terlalu banyak
kejadian aneh yang terjadi disini berapa hari belakangan"
katanya. Ko Thian-liok manggut berulang kali, kembali tanyanya:
"Apakah kau juga tahu kalau dari ruang rahasia dimana
majikanmu menyimpan harta karun terdapat sebuah lorong
rahasia yang menghubungkan tempat tersebut dengan
ruangan ini?"
"Lorong rahasia"' sekali lagi Jui Gi tertegun, cepat-cepat dia
menggeleng. "Jadi majikanmu belum pernah menyinggung soal ini?"
"Belum pernah"
"Kenapa?"
"Di waktu biasa, majikan jarang sekali berbicara, yang
dibicarakan biasanya hanya urusan sehari-hari"
Ko Thian-liok tidak bertanya lebih jauh, dia segera
mengulapkan tangannya seraya berseru:
"Kalau begitu menyingkirlah untuk sementara waktu"
Jui Gi sangat penurut, dia segera mengundurkan diri ke
samping. Kini Ko Thian-liok mengalihkan pandangan matanya ke
wajah Liong Giok-po.
Melihat itu Liong Giok-po segera berseru:
660 "Apa yang kukatakan tadi semestinya sudah tayjin dengar
semua bukan?"
Ko Thian-liok mengangguk.
Liong Giok-po berkata lagi:
"Sekarang keadaanku tidak berbeda dengan kebanyakan
orang, sudah bukan jago persilatan lagi, aku pun sudah tidak
memiliki kemampuan yang cukup untuk melindungi harta dan
nyawa sendiri"
"Lalu kenapa?"
"Tentu saja aku berusaha mendapat jaminan keamanan
dari hukum, seperti kebanyakan orang yang lain"
"Belum tentu harapanmu merupakan satu hal yang
menguntungkan bagimu"
"Tentunya tayjin memandang aku sama seperti rakyat
kebanyakan bukan?" kembali Liong Giok-po mendesak.
"Tentu saja"
"Itu berarti tayjin akan memutuskan masalah ini dengan
seadil adilnya bukan?"
"Pasti" Ko Thian-liok mengangguk, "aku sudah sepuluh
tahun menjabat sebagai pembesar negeri, aku selalu bersikap
adil terhadap siapa pun dan masalah apa pun"
"Kalau begitu aku bisa berlega hati sekarang"
"Kau memang tidak usah kuatir"
"Sekarang, apa yang hendak tayjin lakukan terhadap Siang
Hu-hoa?" desak Liong Giok-po kemudian.
Ko Thian-liok tidak menjawab, dia cuma termenung.
"Apakah tayjin menganggap Siang Huhoa tidak pantas
dicurigai?" kembali Liong Giok-po bertanya.
"Benar"
661 "Apa alasannya?"
"Aku yakin tidak salah menilai orang"
"Apakah tayjin akan putuskan kasus ini hanya berdasarkan
pertimbangan dan penilaian pribadi?"
"Tentu saja tidak"
Liong Giok-po segera tertawa dingin, jengeknya:
"Menurut pandanganku, lebih baik tayjin menahan Siang
Huhoa terlebih dulu, tersangka macam dia bisa berbahaya
kalau tidak dijebloskan dulu ke dalam tahanan, selain itu nama
besar tayjin juga.......hmmmm....hmmm!"
"Terhadap persoalan ini tayjin harus mempertimbangkan
dulu dengan seksana" kata Nyo Sin pula menimpali.
Ko Thian-liok tetap membungkam, dia hanya termenung
terus. Tiba-tiba Siang Huhoa tertawa tergelak, selanya:
"Saudara Liong, kelihatannya kau belum puas kalau belum
melihat aku masuk penjara?"
"Aku rasa saudara Siang toh sudah terbiasa dengan
suasana dalam penjara" jengek Liong Giok-po tertawa dingin.
"Sebaliknya, aku justru sangat asing"
Liong Giok-po segera tertawa tergelak.
"Hahahaha..... aku hampir saja lupa kalau saudara Siang
memang memiliki kemampuan yang luar biasa, seorang
penyamun ulung macam saudara Siang pasti mempunyai
kemampuan yang luar biasa untuk meloloskan diri dari setiap
tuduhan yang dialamatkan kepadamu"
Siang Huhoa tidak menanggapi.
662 "Aku rasa kali inipun tidak terkecuali!" kembali Liong Giokpo
menambahkan. Tiba-tiba Siang Huhoa tertawa, ujarnya:
"Salah atau benar, suatu ketika pasti akan terungkap juga,
aku yakin kalau diriku bersih, baiklah, kalau aku diminta
masuk penjara, sekarang juga aku akan masuk penjara"
Begitu perkataan itu diucapkan, semua orang malah
tertegun dibuatnya.
Kembali Siang Huhoa berkata:
"Bagaimana pun juga sudah lama aku memang ingin
mendapatkan kesempatan semacam ini, merasakan
bagaimana enaknya masuk penjara"
"Saudara Siang........" Ko Thian-liok berseru tertahan.
"Saudara Ko tidak usah menguatirkan diriku" tukas Siang
Hu-hoa cepat, setelah menghembuskan napas panjang,
terusnya: "Apalagi berada dalam penjara pasti jauh lebih tenang
daripada berada ditempat lain, sekarang aku memang
membutuhkan satu tempat yang tenang untuk beristirahat,
dengan begitu aku baru bisa memikirkan kembali semua
kejadian yang berlangsung selama beberapa hari ini"
Liong Giok-po segera menyikut Nyo Sin sambil berseru:
"Komandan, apa lagi yang kau tunggu?"
Nyo Sin agak tertegun tapi segera teriaknya:
"Pengawal, borgol dia!"
Baik Yau Kun maupun Tan Piau, semuanya membawa
borgol dipinggangnya dan mendengar dengan jelas perintah
itu, namun ke dua orang opas itu hanya berdiri mematung
tanpa bergerak.
663 Nyo Sin baru sadar akan tindakannya setelah ucapan
tersebut meluncur keluar dari mulutnya, mau dibatalkan pun
sudah terlambat.
Terpaksa dia melotot ke arah Tan Piau dan Yau Kun sambil
hardiknya: "Apa yang sedang kalian lakukan" Kenapa hanya berdiri
melongo" Cepat borgol dia"
Yau Kun nampak sangat rikuh, dia seakan hendak
melangkah maju tapi segera diurungkan kembali niatnya,
sementara Tan Piau telah melepaskan rantai borgol dari
pinggangnya. Tidak seperti Yau Kun, Tan Piau memang tidak mempunyai
hubungan yang terlalu akrab dengn Siang Huhoa.
Mengawasi rantai borgol yang disodorkan ke hadapannya
Siang Huhoa bertanya:
"Bagaimana" Aku pun harus mengenakan benda ini?"
"Atas perintah komandan, terpaksa hamba harus
menjalankan perintah" sahut Tan Piau sambil tertawa paksa.
Liong Giok-po yang berada disamping kembali
menimbrung: "Borgol melambangkan hukum, jika kau tidak mengenakan
borgol itu sama artinya kau tidak menganggap hukum"
Siang Huhoa hanya tertawa, dia segera meluruskan
tangannya ke depan.
Tampaknya dia sama sekali tidak ambil perduli terhadap
semua kejadian itu.
Baru saja Tan Piau maju ke depan, Ko Thian liok telah
menghardik keras:
"Tunggu sebentar!"
664 Tan Piau segera menghentikan langkahnya.
Kembali Ko Thian-liok berkata:
"Kau anggap Siang tayhiap itu siapa" Apa yang telah dia


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setujui tidak bakal disesali kembali, tidak mungkin dia bakal
kabur ditengah jalan, kalau dia sudah bersedia bekerja sama,
kenapa mesti menyusahkan dirinya lagi?"
Tan Piau melirik Nyo Sin sekejap kemudian menundukkan
kepalanya. Nyo Sin menundukkan pula kepalanya sambil menjawab
agak tergagap: "Tapi peraturan......."
"Peraturan apa"' kembali Ko Thian-liok menghardik, "kalau
ada kejadian, biar aku yang bertanggung jawab"
Kemudian dengan memperberat nada suaranya ia berkata
lagi: "Selama masih ada aku disini, belum tiba giliranmu untuk
mengambil keputusan, pergi, semuanya pergi dari
hadapanku!"
Tergopoh gopoh Nyo Sin mengundurkan diri dari situ,
apalagi Tan Piau.
Kembali Ko Thian-liok berpaling ke arah Siang Huhoa,
katanya: "Saudara Siang, kau tidak perlu masuk penjara"
"Aku rasa lebih baik masuk saja"
"Aku rasa hal ini akan menyiksa dirimu"
"Saudara Ko, tampaknya kau merasa begitu yakin kalau
persoalan ini sama sekali tidak ada kaitannya denganku"
"Aku percaya dugaan dan analisaku tidak bakal salah"
665 "Tapi, seperti apa yang dikatakan saudara Liong, orang
yang paling mencurigakan saat ini hanyalah aku seorang,
tersangka macam aku mana boleh tidak dijeblokkan ke dalam
penjara?" kata Siang Hu-hoa tertawa.
Melihat suara tertawanya begitu riang, tidak kuasa lagi Ko
Thian-liok menghela napas panjang, katanya:
"Kalau kudengar dari nada pembicaraanmu, seakan kau
malah senang sekali dapat masuk penjara?"
"Sekarang aku memang merasa gembira"
"Selama menjadi pembesar hampir sepuluh tahun lamanya,
baru pertama kali ini kujumpai ada orang malah senang
karena akan dijebloskan ke dalam penjara"
"Orang bilang pengalaman itu penting bagi kehidupan
manusia, selama ini aku belum punya pengalaman masuk bui,
apa salahnya kalau menggunakan kesempatan ini aku
menambah pengalamanku?"
"Baiklah, kalau memang itu maumu, aku pasti akan
perintahkan mereka untuk melayanimu secara baik baik" kata
Ko Thian-liok kemudian.
Siang Huhoa tertawa tergelak, tanpa banyak bicara lagi dia
segera beranjak pergi dari situ.
0-0-0 Bab 36. Kuncup bunga Tho mulai mekar.
Ko Thian-liok segera menyusul ke samping Siang Huhoa,
tanyanya kemudian:
666 "Saudara Siang berencana akan menggeledah tempat mana
lagi?" "Sekarang aku hanya butuh sebuah tempat yang tenang
untuk beristirahat"
Tergerak hati Ko Thian-liok, buru-buru bisiknya:
"Apakah saudara Siang berhasil menemukan sesuatu titik
terang?" Siang Huhoa hanya termenung tanpa menjawab.
"Sebenarnya apa penemuanmu itu?" desak Ko Thian-liok
lagi. Siang Huhoa termenung sesaat, setelah menghela napas
katanya: "Sekarang aku masih belum tahu bagaimana mesti
menjawab pertanyaanmu itu"
"Kenapa bisa begitu?"
"Benar saat ini aku telah menemukan beberapa titik terang
yang patut dilacak, tapi aku belum berhasil menyimpulkan
apa-apa" Sekali lagi Ko Thian-liok menatap sekejap ke arahnya,
kemudian katanya sambil menghela napas:
"Kasus ini memang aneh, rumit dan penuh misteri, bisa
menemukan berapa titik terang sudah merupakan sebuah
prestasi yang luar biasa"
Setelah berhenti sejenak dan tertawa, kembali tambahnya:
"Kelihatannya kau memang benar benar membutuhkan
sebuah tempat yang tenang untuk memikirkan kasus ini, kau
perlu waktu untuk menyambung semua penemuan yang
berhasil kau kumpulkan"
667 "Bukankah sel penjara merupakan tempat yang paling
ideal?" bisik Siang Huhoa.
"Hahahaha..... kau memang pandai memilih tempat"
Siang Huhoa hanya tertawa tanpa menjawab, dia
melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan itu.
Sesudah keluar dari ruangan, Ko Thian-liok memanggil
dengan suara keras:
"Tan Piau !"
"Tayjin ada perintah apa?"
"Kembalilah dulu ke kantor pengadilan, suruh berapa orang
bersihkan sebuah sel yang paling baik kemudian perintahkan
orang untuk siapkan sebuah kamar tamu untuk Liong kongcu"
Tan Piau menyahut dan siap berlalu, tiba-tiba Liong Giok-po
mencegah: "Aku rasa tidak usah siapkan kamar buat aku"
"Liong kongcu, untuk mempermudah pelayanan, lebih baik
menginap saja dalam kantor pengadilan kami"
"Harta karun sudah dicuri orang, sekarang aku tidak punya
apa apa, memangnya masih ada orang yang mengincar diriku
sebagai sasaran?"
Setelah berkilat sepasang matanya dan tertawa dingin,
lanjutnya: "Ooh.... atau mungkin tayjin anggap aku pun termasuk
kategori orang yang patut dicurigai, maka ada baiknya tetap
tinggal di kantor pengadilan agar gampang diawasi?"
"Baiklah" ujar Ko Thian-liok kemudian dengan suara yang
hambar, "kalau toch Liong kongcu beranggapan begitu, kami
pun tidak akan memaksa lagi"
"Benarkah begitu?" jengek Liong Giok-po lagi.
668 Ko Thian-liok segan menggubris lagi ucapan orang itu, dia
segera berpaling ke arah Tan Piau sambil ulapkan tangannya.
"Sana, cepat berangkat!"
Tan Piau menyahut dan segera beranjak pergi.
Pada saat itulah Jui Gi melangkah maju ke depan seraya
berseru: "Tayjin......."
"Kau ada urusan?" tanya Ko Thian-liok seraya berpaling.
"Hamba tidak ada urusan lain, hanya ingin bertanya apakah
tayjin masih ada pesan atau perintah lain?"
"Saat ini hanya ada satu hal yang perlu kau lakukan"
"Katakan saja tayjin apa perintahmu"
"Tolong hantar kami sampai di pintu gerbang"
"Oooh.. kalau soal ini tanpa diperintah pun akan hamba
lakukan" "Kecuali soal ini, untuk sementara waktu belum ada tugas
untukmu, tapi kuanjurkan kepadamu ada baiknya selalu
berada dalam perkampungan Ki po cay, sebab setiap saat aku
akan memanggilmu untuk diinterogasi"
"Hamba hanya kadangkala berjalan-jalan diseputar tempat
ini, sementara sisa waktu yang lain kebanyakan berada dalam
perkampungan. Bila tayjin memang perintahkan begitu,
baiklah, mulai sekarang hamba tidak akan meninggalkan
rumah barang selangkah pun"
"Memang paling baik jika mau bekerja sama, bila kasus ini
sudah terungkap, tentu saja kau boleh pergi lagi dengan
bebas" "Terima kasih tayjin!" sahut Jui Gi sambil beranjak pula
meninggalkan ruangan.
669 Baru saja Siang Huhoa sekalian berjalan keluar dari
halaman bagian dalam, mendadak mereka saksikan Tan Piau
muncul lagi dari ujung kebun sebelah depan sana sambil
berjalan menuju ke arah mereka.
Nyo Sin yang tajam matanya berteriak paling duluan:
"Lho, bukankah orang itu adalah Tan Piau?"
"Yaa benar, memang Tan Piau" sahut Ko Thian-liok.
"Mau apa dia balik lagi?" sambung Yau Kun keheranan,
"masa dia tidak tahu jalan untuk keluar dari sini?"
"Dia bukan tersesat" tiba-tiba Siang Huhoa menyela.
"Lalu......."
"Dia muncul bersama orang lain" kembali tukas Siang
Huhoa. Betul juga, di belakang Tan Piau mengikuti dua orang
gadis, belum lagi orangnya berjaan mendekat, suara
tertawanya sudah berderai.
Suara tertawa yang merdu merayu, enak dalam
pendengaran. Jui Gi merasa tidak asing dengan kedua orang gadis itu,
apalagi Siang Huhoa, begitu menangkap suara tertawanya dia
segera tahu siapa yang telah datang.
Mereka memang tidak lain adalah kedua orang
pembantunya, Siau-sin dan Siau-tho.
......Ada urusan apa mereka menyusulnya sampai di
perkampungan Ki po cay"
Dengan pandangan penuh tanda tanya Siang Huhoa
mengawasi ke dua orang gadis itu, belum lagi dia menegur,
dari kejauhan sana Siau-sin sudah berteriak sambil tertawa
merdu: 670 "Cengcu, kami telah datang"
"Mereka sedang berbicara dengan siapa?" Ko Thian-liok
bertanya keheranan.
"Dengan diriku!" sahut Siang Huhoa.
"Siapa mereka berdua?"
"Dua orang sahabatku!"
"Yang dia maksudkan sebagai sahabat adalah
komplotannya!" sindir Liong Giok-po dari samping.
Siang Huhoa sama sekali tidak meladeni sindiran itu,
sepasang keningnya nampak berkerut kencang, tampaknya
dia sedang memikirkan sesuatu.
Terdengar Liong Giok-po berkata lagi:
"Bukankah sejak awal sudah kukatakan, dia itu punya
komplotan"
"Tapi mereka hanya dua orang gadis yang lemah lembut,
dihembus angin saja sudah gontai" sela Nyo Sin.
Liong Giok-po tertawa tergelak:
"Hahahaha..... perempua macam begitupun dibilang
lemah" Kalau mereka tidak tahan ditiup angin, memangnya
komandan tahan dengan tiupan angin?"
"Apa maksud perkataanmu itu?" seru Nyo Sin sambil
menarik muka. "Mereka itu tidak lain adalah Heng kang It ok Li ong hong
(Seonggok lebah ratu dari sungai besar), dua lebah yang amat
beracun!" Liong Giok-po menjelaskan.
"Tapi kelihatannya tidak mirip"
"Jika kurang percaya, apa salahnya jika kau jajal ilmu silat
mereka" "Soal ini......."
671 Sambil tertawa dingin Liong Giok-po melanjutkan:
"Mau menjajal sih gampang saja, cuma kau mesti berhatihati,
kalau sampai tersengat sekali saja, nyawamu bisa
melayang" Mendengar perkataan itu diam-diam Nyo Sin bergidik,
namun dia tidak mau unjuk kelemahan sendiri, dadanya malah
dibusungkan. Terdengar Liong Giok-po berkata lagi:
"Pagutan ular bambu hijau, sengatan lebah batu termasuk
racun yang jahat, tapi kalau dibilang mana yang paling
beracun, hati perempuan lah yang paling mematikan"
Sekali lagi Nyo Sin bergidik sehabis mendengar perkataan
itu. Melihat opas itu mulai merinding, Liong Giok-po segera
menambahkan lagi:
"Mereka berdua selain perempuan, terkenal juga sebagai
lebah batu yang sangat beracun, kuanjurkan kepadamu, bila
tidak yakin bisa menangkan mereka berdua, lebih baik jangan
sembarangan berkutik"
Nyo Sin benar benar tidak berani berkutik, malah dadanya
yang sudah terlanjurkan dibusungkan pun pelan-pelan ditarik
kembali. "Sekarang bayangkan lagi" ujar Liong Giok-po lebih jauh,
"dengan bantuan dua orang komplotan macam begini, kirakira
sanggupkah dia untuk memintahkan seluruh harta karun
itu dari dalam ruang rahasia?"
Nyo Sin tidak menjawab karena ke dua orang gadis itu
sudah tiba dihadapan mereka.
Siang Huhoa menunggu hingga mereka berdua tiba
dihadapannya baru menegur:
672 "Mau apa kalian berdua datang kemari?"
Siau-tho dan Siau-sin kelihatan tertegun, kemudian serunya
bersama: "Bukankah cengcu telah mengutus orang untuk
mengabarkan kepada kami agar segera berangkat ke sini?"
"Tidak, tidak ada kejadian seperti ini" sahut Siang Huhoa
tertegun pula. Liong Giok-po tertawa dingin, timbrungnya:
"Urusan sudah berkembang jadi begini, biar pun saudara
Siang mau menyangkal atau memungkiri juga tidak ada
gunanya" Tidak menunggu Siang Huhoa membela diri, dia segera
berpaling ke arah Siau-tho dan Siau-sin sambil bertanya:
"Sewaktu kirim orang untuk menyampaikan berita kepada
kalian, apakah cengcu kalian juga beritahu disuruh membantu
soal apa?"
"Katanya suruh membantu memindahkan barang, tapi tidak


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dijelaskan barang apa yang mau dipindahkan.......aaaah!"
Mula-mula dia tidak terlalu memperhatikan wajah si
penanya, tapi setelah menyaksikan wajah Liong Giok-po yang
menyeramkan dia jadi ketakutan hingga menjerit tertahan.
Saat itulah Siau-sin telah melihat jelas wajah Liong Giok-po,
meski dia lebih bernyali tidak urung pucat pias juga selembar
wajahnya. "Makhluk macam apa kau ini?" tegurnya kemudian.
"Aku bukan makhluk apa apa, aku hanya seorang manusia"
jawab Liong Giok-po cepat.
"Jadi kau bukan setan?"
"Bukan"
673 Sekarang Siau-sin baru bisa menghembuskan napas lega.
"Kelihatannya sekarang kau sudah tidak takut lagi
kepadaku?" tegur Liong Giok-po kemudian setelah
menyaksikan ke dua orang gadis itu menatapnya tajam.
"Tentu saja kami tidak perlu tidakut lagi" jawab Siau-tho
cemberut, "sebab kami tahu kalau kau cuma seorang manusia,
kenapa kami mesti takut dengan manusia"
"Hahaha.....besar juga nyalimu!"
"Kalau tidak bernyali bagaimana cara kami mengembara
dalam dunia persilatan?"
"Menurut apa yang kuketahui, kalian berdua adalah dua
lebah beracun, betul bukan?" kata Liong Giok-po lagi.
"Jika sudah tahu lebih baik berhati-hatilah kalau bicara"
"Aku pun tahu, selain memiliki ilmu silat yang sangat hebat,
kalian pun memiliki tenaga dalam yang luar biasa, khususnya
nona Siau-tho, aku dengar kehebatanmu jauh melebihi
kekuatan Bu Siong sewaktu membunuh harimau, khususnya
peristiwa di bukit Tionglam san tempo dulu, dengan satu
tendangan membuat buta seekor harimau hingga mencelat
masuk ke dalam jurang"
"Oooh, rupanya kau pun mengetahui juga peristiwa ini"
"Aku mendengar dari cerita orang orang Tionglam san,
mereka sering menceritakan kisah mu sebagai cerita
kepahlawanan"
"Ooh, jadi kau pun berdiam diseputar gunung Tionglamsan?"
"Bukan" Liong Giok-po menyeringai seram, "jangankan
tinggal diseputar sana, mendekati gunung Tionglam-san pun
tidak pernah, hanya secara kebetulan saja sewaktu berjumpa
denganmu, aku sedang jalan bersama seorang sahabat dari
Tionglam-san"
674 "Siapa sih kau ini?" tanya Siau-tho tiba-tiba.
"Aku dari marga Liong bernama Giok-po, orang persilatan
memanggilku Liong Sam-kongcu"
"Jadi kau adalah Liong sam-kongcu?" wajah Siau-tho
tampak agak ragu.
"Aaah, rupanya wajah seseorang begitu penting bagi
pandangan sementara orang" keluh Liong Giok-po sambil
menghela napas.
"Mengapa wajahmu bisa berubah jadi begini rupa?" Siautho
mencoba bertanya.
"Kalau ingin tahu yang jelas, tanyakan saja kepada cengcu
kalian, aku telah menerangkan segala sesuatunya secara
jelas" Setelah memperhatikan Siau-tho dan Siau-sin sekejap,
lanjutnya sambil tertawa:
"Tidak dapat disangkal, kalian berdua memang merupakan
pembantu handal bagi Siang Huhoa, sayang kedatangan
kalian tidak pada waktunya sebab barang-barang itu sudah
diangkut orang lain"
Dengan perasaan tidak habis mengerti Siau-tho dan Siausin
berpaling ke arah Siang Huhoa.
Siang Huhoa menghela napas panjang, katanya:
"Sebenarnya siapa yang menyampaikan pemberitahuan itu
kepada kalian?"
"Orang dari penginapan"
"Berupa surat atau pesan?"
"Pesan!" jawab Siau-sin.
"Dan kalian percaya?"
"Tidak alasan bagi kami untuk tidak percaya"
675 "Oya?"
"Sebab orang itu memang orang dari rumah penginapan
dan biasanya memang dia yang mengirim berita kepada kami"
Menurut dia, siapa yang menyuruhnya menyampaikan
pesan tersebut?"
"Katanya dari cengcu"
"Aku?" Siang Huhoa melengak.
"Benar" sambung Siau-tho pula, "konon cengcu yang
perintahkan dia secara langsung, bahkan memberi persen
sepuluh tahil perak"
"Dia benar-benar pernah bertemu aku?"
"Jadi tidak?" Siau-sin balik bertanya.
Siang Huhoa mengangguk.
"Aneh" gumam Siau-sin lagi, "dia sudah bertemu cengcu
beberapa kali, masa bisa salah melihat orang?"
Siang Huhoa tidak berbicara lagi. Dia tahu, sorot mata
semua orang sedang tertuju kepada dirinya, sorot mata penuh
curiga dan tanda tanya.
Dalam keadaan begini dia hanya bisa tertawa getir, selain
tertawa getir dia memang tidak sanggup berbuat apa apa lagi.
Dalam pada itu Ko Thian-liok sudah berpaling lagi ke arah
Tan Piau sambil serunya:
"Sekarang tamu sudah diantar kemari, berarti sudah tidak
ada urusanmu disini, cepat pulang!"
"Baik!" sahut Tan Piau sambil beranjak pergi.
Sesaat sebelum meninggalkan tempat itu, dia sempat
melemparkan sebuah pandangan penuh curiga ke arah Siang
Huhoa. 676 Menyaksikan hal ini Siang Huhoa hanya bisa tertawa getir
sambil mengeluh:
"Kelihatannya aku memang harus masuk penjara"
Liong Giok-po maupun Nyo Sin hanya tertawa dingin tiada
hentinya. "Cengcu........" dengan perasaan heran bercampur kaget
Siau-sin dan Siau-tho serentak menoleh ke arah majikannya.
Belum sempat mereka menanyakan sesuatu, Siang Huhoa
sudah menukas duluan:
"Perkampungan Ki po cay telah kehilangan sejumlah harta
karun, kebetulan tersangka yang paling mencurigakan adalah
aku, sekarang kalian menyusul kemari, hal ini semakin
memperberat tuduhan dan kecurigaan itu, rasanya masuk
penjara memang tidak bisa dihindari lagi"
"Tapi cengcu sama sekali tidak mencuri harta karun itu"
seru Siau-sin. "Darimana kalian bisa tahu?" sela Nyo Sin cepat.
"Kalau cengcu yang mencuri harta karun itu, dia pasti akan
mengakuinya"
"Hahahaha......" Nyo Sin tertawa tergelak, "sudah sekian
tahun aku jadi opas, sudah beribu orang penyamun yang
kutangkap, tidak satu pun diantara penyamun itu yang mau
mengakui perbuatannya, Hmmm, mana ada perampok
mengaku sebagai perampok?"
"Siapa sih namamu?" tegur Siau-sin sambil mengerling
sekejap ke arahnya.
"Nyo Sin, komandan opas tempat ini"
"Ooh, aku masih mengira kau adalah Tu Siau-thian"
"Jadi kau kenal dengan Tu Siau-thian?"
677 "Tidak, tapi pernah mendengar namanya. Aku pun tahu
opas paling hebat dan paling tersohor ditempat ini bernama
Tu Siau-thian"
Kontan Nyo Sin mendengus dingin, hatinya sangat
mendongkol. Terdengar Siau-sin berkata lebih jauh:
"Seandainya kau adalah Tu Siau-thian, dia pasti akan
mempertimbangkan kembali keputusannya setelah mendengar
penjelasan ku, sayang kau bukan dia"
"Memang patut disayangkan...." kembali Nyo Sin
mendengus dingin.
"Apa yang kau sayangkan?"
"Sayang bukan cuma aku seorang yang mencurigai dirinya"
Siau-sin menyapu sekejap sekeliling tempat itu, kemudian
tegurnya: "Apakah kalian semua mencurigai cengcu kami?"
Belum sempat orang lain menjawab, Nyo Sin telah
menjawab duluan:
"Belum terlambat untuk mengetahui saat ini"
"Aku tahu, orang bodoh, orang blo'on memang banyak
sekali jumlahnya" sindir Siau-sin sambil tertawa.
"Kau berani menghina petugas negara?" teriak Nyo Sin
sewot. "Berarti kau sudah mengaku kalau dirimu memang goblok
dan blo'on?" Siau-sin tertawa semakin keras.
Kontan Nyo Sin terbungkam dalam seribu bahasa.
Kembali Siau-sin berkata sambil tertawa:
"Kalau betul barang barang itu dicuri cengcu kami, apalagi
diapun sudah mengakui perbuatannya, kenapa dia masih
678 berdiri disini dan membiarkan kalian menggelandangnya
masuk bui?"
"Masa kau tidak tahu kalau secara tiba-tiba dia pingin
merasakan masuk bui?"
Dengan pandangan keheranan Siau-sin menoleh
mengawasi wajah Siang Huhoa, lalu tanyanya perlahan:
"Benarkah apa yang dia katakan?"
Siang Huhoa mengangguk.
Kontan Siau-sin tertawa getir:
"Aku dengar masuk bui itu tidak enak"
"Aku pun dengar begitu" sahut Siang Huhoa sambil
tertawa, "tapi Ko tayjin telah perintahkan bawahannya untuk
membersihkan ruang sel, bahkan berjanji akan melayani aku
secara baik"
"Aaah, benarkah begitu?" seru Siau-sin.
0-0-0 Bab 37. Bayangan teror muncul kembali.
"Kalau keadaannya semacam itu, kenapa aku mesti takut
masuk bui" ujar Siang Huhoa lagi sambil tertawa.
Siau-sin tertawa getir dan menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Kami berdua adalah komplotanmu, apakah kami pun harus
ikut masuk penjara?" tiba-tiba Siau-tho bertanya.
679 "Tentu saja harus masuk semua......." seru Nyo Sin tanpa
sadar. Belum selesai dia berkata, Ko Thian-liok sudah menukas
duluan: "Hingga sekarang kita masih belum menemukan bukti apa
pun, aku rasa bila saudara Siang enggan masuk bui, kau
memang tidak perlu ke situ, apalagi ke dua orang nona ini"
"Ooh, rupanya kaulah Ko thayjin" sapa Siau-tho sambil
berpaling ke arah pejabat itu.
"Benar"
"Dalam sekilas pandang saja aku sudah tahu kalau kau
memang seorang pejabat yang baik" puji Siau-tho sambil
tertawa. Ko Thian-liok jadi sangat kikuk dibuatnya.
Kembali Siau-tho berkata sambil tertawa:
"Kamipun ingin sekali mencicipi bagaimana rasanya masuk
penjara, apakah tayjin mengijinkan kami berbuat begitu?"
"Bagus sekali kalau memang rela masuk penjara sendiri!"
seru Nyo Sin cepat sebelum Ko Thian-liok sempat menjawab.
Siau-tho sama sekali tidak menggubris ocehan pembesar
itu, sorot matanya hanya tertuju ke wajah Ko Thian-liok
seorang. "Kalian ingin melayani cengcu?" tanya Ko Thian-liok
kemudian. Siau-tho dan Siau-sin serentak mengangguk.
"Kalau soal itu mah tidak menjadi masalah, yang aku
kuatirkan justru kalian tersiksa karena hal tersebut"
"Kami tidak tidakut"
680 "Aku rasa ada baiknya kalian bertanya dulu kepada cengcu
kalian" "Tidak usah ditanya lagi, cengcu pasti setuju........" tukas
Siau-tho sambil tertawa.
Belum selesai dia berkata, Siang Huhoa sudah memotong
sambil tersenyum:
"Dugaanmu justru keliru"
"Cengcu......." seru Siau-tho dan Siau-sin serentak.
"Tidak usah banyak bicara lagi" tukas Siang Huhoa sambil
beranjak pergi.
Siau-tho dan Siau-sin segera mengikuti di belakangnya,
sementara Nyo Sin dan Liong Giok-po juga tidak mau kalah,
mereka turut membuntuti dari belakang, hanya Ko Thian-liok,
Yau Kun dan Jui Gi yang berjalan dipaling belakang.
Sepanjang perjalanan Siang Huhoa tidak berkata apa-apa,
tapi dia tertawa terus, senyumannya kelihatan aneh dan
membingungkan. Siau-tho dan Siau-sin tidak mau menyerah dengan begitu
saja, mereka membuntuti terus sambil merengek, namun
kecuali tertawa, Siang Huhoa sama sekali tidak memberi
pernyataan apapun.
Setelah keluar dari pintu gerbang perkampungan Ki po cay,
Siang Huhoa masih juga tertawa tiada hentinya.
Akhirnya Siau-tho tidak dapat mengendalikan diri, segera
tegurnya: "Sebetulnya apa yang sedang kau tertawakan?"
Siang Huhoa tetap membungkam, namun tertawanya
makin menjadi. 681 "Kalau ada masalah yang menggelikan, kau semestinya
mengutarakan keluar, agar kami pun ikut gembira" pinta Siautho.
"Betul" seru Siau-sin pula, "masalah apa sih yang tidak
boleh kami tahu?"


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bukan, bukan begitu" akhirnya Siang Huhoa berkata
seraya menggeleng.
"Lalu persoalan apa yang membuatmu begitu gembira?"
"Siapa bilang aku gembira?"
"Tapi kau tertawa terus"
Siang Huhoa segera menarik kembali senyumannya dan
berkata: "Aku terpaksa hanya tertawa karena aku pun tidak tahu
mimik muka macam apa yang mesti kutampilkan sekarang
selain tertawa"
Setelah menghela napas panjang, tambahnya:
"Sekarang, kepalaku betul betul pusing sekali"
"Lantaran masuk penjara maka kau pusing?" tanya Siausin.
"bukan, masuk penjara sebenarnya merupakan kemauanku
sendiri" "Lantas karena apa?"
"Aku butuh sebuah tempat yang tenang untuk bisa
beristirahat dengan tenang"
"Kamipun butuh tempat semacam itu"
"Kenapa kau melarang kami berdua untuk melayanimu?"
seru Siau-tho pula dari samping.
"Kalau ada kalian berdua, mana mungkin aku bisa
tenangkan pikiran" jawab Siang Huhoa sambil tertawa.
682 "Cengcu, apakah kau sudah membenci kami?" tiba-tiba
sepasang mata Siau-sin memerah, tampaknya sebentar lagi
dia bakal menangis.
"Bukan begitu, aku ada tugas lain yang harus kalian
kerjakan" bisik Siang Huhoa lirih.
"Ooh... rupanya begitu" kontan sepasang mata Siau-sin
berbinar kembali.
"Cengcu, kenapa tidak kau katakan dari tadi" seru Siau-tho
pula sambil tersenyum, "untung kami tidak sampai menangis"
"Aku baru bisa bicara sekarang karena kini baru ada
kesempatan untuk berbicara"
Tanpa terasa Siau-tho dan Siau-sin melirik sekejap ke arah
belakang. Waktu itu meski Nyo Sin dan Liong Giok-po mengikuti dari
belakang, tapi mereka sudah ketinggalan sejauh tujuh depa.
"Sekarang kau bisa bicara bukan?" bisik Siau-tho.
Siang Huhoa manggut-manggut.
"Jangan sekarang" cegah Siau-sin cepat, "konon ilmu silat
yang dimiliki Liong Giok-po sangat lihay, kau tidak kuatir
kedengaran dia?"
"Jangan kuatir, sejak terkena bubuk racun Ngo tok san dari
Tok tongcu, bukan saja wajahnya hancur berantidakan, ilmu
silatnya juga telah punah, ketajaman mata dan
pendengarannya sudah tidak seperti dulu"
"Cengcu, kau bisa bicara sekarang"
Sambil mempercepat langkah kakinya bisik Siang Hu-hoa:
"Kalian masih ingat dengan manusia yang bernama Thio
Kian-cay?"
683 "Apakah orang tua yang bekerja sebagai tabib itu?" tanya
Siau-tho. "Kau masih punya bayangan tentang orang ini?"
"Kalau tidak salah dia masih punya nama lain yaitu Thio Ittiap"
"Bagus sekali daya ingatmu" puji Siang Huhoa sambil
manggut- manggut, "ilmu pertabibannya amat hebat dan
sempurna, selama ini memang cukup minum obat satu tiap,
segala macam penyakit segera akan lenyap"
"Apakah cengcu menderita suatu penyakit?"
"Kalau manusia macam aku sampai sakit dan penyakit itu
baru sembuh bila memanggil Thio Kian-cay, itu menandakan
kalau aku sudah hampir mampus, masa masih bisa berbicara
dengan kalian?"
"Kenapa secara tiba-tiba cengcu menyinggung soal tabib
ini?" "Tunjukkan sebuah benda kepadanya!"
"Benda apakah itu?"
"Sekuntum bunga!"
"Sekuntum bunga" Siau-sin maupun Siau-tho
membelalakkan matanya bulat-bulat.
"Selain ampuh dalam ilmu pertabiban, Thio Kian-cay lihay
juga dalam hal pertanaman, khususnya tentang aneka bunga"
"Apakah dia lebih lihay ketimbang cengcu?"
"Bahkan satu tingkat diatas kemampuanku" Siang Huhoa
menjelaskan, "dia sudah banyak mengunjungi pelbagai
daerah, bahkan banyak tempat yang belum pernah kudengar
sebelumnya, pengetahuan nya tentang jenis bunga pun
sangat luas"
684 "Jadi cengcu tidak mengetahui asal usul bunga itu?"
"Benar"
"Dan cengcu suruh kami menyelidiki asal usul bunga itu?"
"Benar"
"Apakah bunga itu berhubungan erat dengan kasus yang
sedang kita hadapi sekarang?"
"Bukan cuma berhubungan erat, bahkan bisa jadi
merupakan salah satu kunci utama untuk mengungkap misteri
kasus ini"
"Masa sedemikian pentingnya bunga itu?"
"Itulah sebabnya kalian harus selidiki hingga jelas"
"Tapi aku masih menguatirkan satu hal" bisik Siau-sin.
"Kuatir dia pun tidak kenal dengan asal usul bunga itu?"
"Benar"
Siang Huhoa segera tertawa, ujarnya kemudian:
"Kalau sampai terjadi hal begini yaa sudahlah, apa boleh
buat, memangnya kita bisa paksa dia untuk mengenali benda
yang tidak dia kenal" Apalagi aku cukup paham dengan
wataknya, kalau dia tidak tahu, tidak nanti dia akan
memberikan keterangan yang menyesatkan"
"Waah, paling enak berhubungan dengan manusia macam
begini" "Maka dari itu, jika dia tahu asal usulnya maka kalian harus
catat semua keterangan yang dia berikan"
"Masalahnya dia masih ingat tidak dengan kami" tanya
Siau-sin ragu. "Tidak usah kuatir, daya ingat orang ini jauh lebih bagus
ketimbang aku" berbicara sampai disitu dia segera
mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dari dalam sakunya.
685 Bungkusan itu tidak lain adalah saputangan yang
digunakan untuk membungkus bunga berwarna kuning itu,
bunga kuning yang tumbuh dibelakang rumah penginapan
Hun-lay. Bunga yang semula berwarna kuning kini sudah luntur
warnanya, maklum sudah berhari hari bunga itu berada dalam
gembolannya. Mungkinkah Thio Kian-cay bisa mengenali asal usul sejenis
bunga dari kuntum bunga yang sudah kusut macam begini"
Siang Huhoa tidak perlu kuatir, sebab pada malam itu juga
dia telah bubuhkan semacam obat diatas kuntum bunga itu.
Kuntum bunga yang telah diberi obat tersebut biasanya
warna aslinya bisa bertahan paling tidak sampai setengah
hingga satu tahun lamanya.
Baru saja Siau-sin menerima bungkusan kecil itu, dari arah
belakang sudah terdengar Nyo Sin membentak nyaring:
"Barang apa itu?"
Dengan kecepatan bagaikan kuda yang terlepas dari ikatan,
dia segera memburu maju ke depan.
Jangan dilihat kepala opas ini berkepala ubi, ketajaman
matannya benar-benar cukup mengagumkan.
Siau-sin menjengek dingin, dia segera melejit ke udara dan
langsung melambung ke atas atap rumah penduduk ditepi
jalan. Siau-tho tidak tinggal diam, dia segera menyusul di
belakang rekannya dan melambung pula ke tengah udara.
Nyo Sin tidak melakukan pengejaran, sambil berdiri
disamping Siang Huhoa bentidaknya lagi:
"Cepat turun!"
686 "Huhhh, kenapa aku mesti turun?" jawab Siau-sin setengah
mengejek. "Apa yang kau takuti dari aku?" tanya Nyo Sin lagi.
"Aku takut kau akan merampas barang milikku"
"Memangnya kalau kalian tidak turun lantas aku tidak bisa
mengejarmu?"
Siau-sin tertawa cekikikan.
"Kalau bisa mengejarku, ayoh cepat mengejar, asal bisa
menyusulku, tidak usah dirampaspun barang ini akan
kuserahkan kepadamu"
Sambil berkata dia tunjukkan bungkusan kecil itu kemudian
bersama Siau-tho sekali lagi tubuh mereka melambung ke
udara. Sekalipun berteriak teriak ternyata Nyo Sin tidak melakukan
pengejaran, sebab dia tahu ilmu meringankan tubuh yang dia
miliki masih belum mencapai tingkatan sehebat itu.
Dia hanya bisa menyaksikan tubuh Siau-tho dan Siau-sin
bagaikan kupu kupu yang menari di angkasa, hanya dalam
sekejap mata kemudian sudah lenyap dari pandangan mata.
Dalam keadaan begini, saking jengkelnya dia cuma bisa
berdiri melongo dengan mata terbelalak dan wajah menghijau.
Tiba-tiba dia berpaling ke arah Siang Hu-hoa, melotot ke
arahnya sambil menegur:
"Benda apa yang kau serahkan kepada mereka" Intan
permata atau mutu manikam?"
"Jangan kuatir, bukan intan permata"
"Lalu benda apakah itu?"
"Maaf, tidak bisa kukatakan sekarang"
687 Dalam pada itu Liong Giok-po sudah tiba pula ditempat
kejadian, sambil tertawa dingin segera serunya:
"Kalau barang itu memang barang yang tidak melanggar
hukum, kenapa takut diucapkan keluar?"
Kini ilmu silatnya sudah buyar, rupanya apa yang
dibicarakan Siang Huhoa bertiga tadi sama sekali tidak
terdengar olehnya.
Siang Huhoa hanya membungkam dalam seribu basa, dia
seakan merasa segan untuk berdebat melawan Liong Giokpo,.
Melihat pihak lawan membungkam, tampaknya Liong Giokpo
tidak mau melepaskan dengan begitu saja, kembali
jengeknya sambil tertawa dingin:
"Kau merasa tidak mampu untuk berbicara bukan" Baiklah,
bagaimana kalau aku saja yang mewakilimu untuk berbicara?"
Siang Huhoa tidak memberikan pernyataan apa pun.
Terdengar Liong Giok-po berkata lebih jauh:
"Benda itu kalau bukan intan permata atau mutu manikam,
sudah pasti termasuk barang mahal lainnya hasil curianmu,
kau takut kena digeledah setelah masuk ke dalam penjara
nanti, maka kau suruh ke dua orang komplotanmu untuk
membawanya kabur terlebih dulu"
Siang Huhoa tetap membungkam dalam seribu basa.
"Kenapa tidak kau jawab pertanyaanku?" kembali Liong
Giok-po mendesak.
Siang Huhoa melirik sekejap ke arahnya dengan pandangan
dingin, akhirnya dia buka suara, sahutnya:
"Karena sekarang aku sudah tahu, ternyata kau adalah
seorang manusia bodoh yang tidak mau pakai otak, bicara
688 dengan manusia macam begini hanya bikin lidahku lelah,
percuma!" Tidak terkirakan rasa geram Liong Giok-po mendengar kata
umpatan itu, saking jengkelnya, untuk sesaat dia tidak
sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Kembali Siang Huhoa mengalihkan pandangan matanya ke
wajah Nyo Sin, katanya lagi:
"Kalau aku yang melakukan pencurian itu, kalau benda
tersebut adalah barang hasil curian, sekarang aku sudah kabur
ke ujung langit"
Sesudah tertawa dingin, kembali ujarnya:
"Hanya menghadapi komplotanku pun kalian tidak mampu,
seandainya aku yang mau pergi dari sini, memangnya kau
sanggup menahanku?"
Merah padam selembar wajah Nyo Sin saking
mendongkolnya, tapi dia tidak mau kalah, teriaknya pula
dengan suara lantang:
"Aku tidak perduli apa yang hendak kau katakan, setelah
konco koncomu kabur, kau si pentolan harus tetap tinggal
disini" "Buat apa kau sewot" Toh aku tidak pernah bilang mau
pergi dari sini?" jengek Siang Huhoa dingin, sekali lagi dia
beranjak pergi dari situ.
"Mau pergi ke mana kau!" hardik Nyo Sin, ternyata orang
ini jauh lebih tidak punya otak ketimbang Liong Giok-po.
Siang Huhoa betul betul dibuat kewalahan oleh ulah
manusia tidak berotak macam begini.
Untunglah pada saat itu terdengar seseorang berseru dari
arah belakang sana:
689 "Saat ini bukankah saudara Siang sedang berjalan menuju
ke arah kantor pengadilan" Memangnya kau sudah melupakan
hal itu?" Mendengar teguran tersebut, api kemarahan Nyo Sin
kontan padam sebagian.
Perlahan Ko Thian-liok jalan menghampiri Siang Huhoa,
katanya kemudian:
"Silahkan saudara Siang!"
Siang Huhoa tersenyum dan kembali beranjak diikuti Ko
Thian-liok di belakangnya.
........ Benarkah Siang Hu-hoa sama sekali tidak tersangkut
dalam kasus hilangnya harta karun itu"
........ Jangan-jangan dugaanku selama ini keliru besar"
Tanpa terasa Nyo Sin mulai berpikir, dia mulai sangsi
dengan pendapatnya selama ini.
........ seandainya bukan Siang Huhoa yang melakukan
pencurian itu, lalu siapa yang telah melarikan harta karun itu"
........ Jangan-jangan perbuatan setan iblis atau siluman"
Nyo Sin merasa hatinya bergidik, tanpa terasa dia
celingukan sendiri ke sana kemari macam orang kebingungan.


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada saat itulah tiba-tiba dia saksikan sesosok bayangan
manusia berkelebat lewat di ujung lorong sebelah depan.
"Siapa?" hardiknya keras.
Baru selesai dia membentak, bayangan manusia itu sudah
melambung di tengah udara dan langsung menerkam ke
arahnya. Belum lagi bayangan itu menghampirinya, bau busuk darah
yang amis dan memuakkan sudah menerjang ke arah
tenggorokannya.
690 "Setan!" tanpa sadar Nyo Sin menjerit keras.
Waktu itu Siang Huhoa dan Ko Thian-liok sedang berjalan
sambil berbincang, begitu mendengar teriakan aneh dari Nyo
Sin, serentak mereka berdiri tertegun.
Bersamaan waktunya itulah Siang Huhoa pun menyaksikan
ada sesosok bayangan manusia menerjang datang dari arah
mulut lorong. Dia memang memiliki ketajaman mata dan pendengaran
yang luar biasa, gerakan tubuhnya juga terhitung gesit dan
cepat, baru saja pedangnya akan dicabut keluar, dia sudah
mendengar Nyo Sin meneriakkan kata "setan"
Dia dapat menangkap jeritan dari Nyo Sin itu penuh
dicekam perasaan takut dan ngeri yang luar biasa, jeritannya
sudah tidak mirip suara manusia, apalagi ditengah malam buta
seperti ini, jeritan itu membuat suasana makin terasa
menyeramkan. Kata "setan" memang mudah menimbulkan rasa ngeri bagi
siapa pun yang mendengar, tidak terkecuali Siang Huhoa.
Menanti ia berhasil mengendalikan diri, sang "setan" sudah
menerjang tiba. Bau amisnya darah terendus makin tebal,
membuat siapa pun merasa muak.
0-0-0 Bab 38. Rahasia dibalik surat wasiat.
Untung reaksi dari Siang Huhoa amat cepat, tidak sempat
lagi mencabut pedangnya, buru-buru dia dorong tubuh Ko
Thian-liok ke samping.
691 Waktu itu Ko Thian-liok masih berdiri tertegun disamping
Siang Huhoa, dorongan tersebut kontan saja membuat
tubuhnya mencelat sejauh satu kaki.
Sedikit banyak Ko Thian-liok pernah belajar silat, walaupun
dorongan itu membuat badannya mundur terhuyung, paling
tidak dia tidak sampai jatuh terjerembab.
Begitu selesai mendorong tubuh Ko Thian-liok tadi, hampir
pada saat yang bersamaan Siang Huhoa turut mengigos ke
samping. Pada saat itulah dengan kecepatan luar biasa sang "setan"
itu menerobos lewat melalui antara tubuh mereka berdua dan
langsung menerkam ke arah Nyo Sin yang berada persis di
belakang ke dua orang itu.
Orang pertama yang melihat kemunculan "setan" itu adalah
Nyo Sin, orang pertama yang meneriakkan kata "setan" juga
Nyo Sin, tapi sekarang setelah setan itu menerjang ke
arahnya, ternyata dia masih berdiri mematung, apakah dia
sudah ketakutan setengah mati hingga tidak sanggup
bergerak lagi"
Dalam waktu singkat "setan" itu sudah menerkam keatas
tubuhnya, dengan sekali sambaran tangan setan itu sudah
mencekik lehernya.
Sebuah tangan yang amat dingin dan membeku, sebuah
tangan yang seolah tidak punya kehangatan darah bahkan
membawa bau busuk yang luar biasa.
Nyo Sin betul betul sudah pecah nyali, saat ini kendatipun
dia tidak sampai jatuh pingsan namun seluruh tubuhnya sudah
lemas tidak bertenaga, dia cuma bisa duduk terpekur ditanah
dengan tubuh amat lemas.
"Setan" itu tidak berhenti begitu saja, dia tetap menindih
diatas badannya bahkan wajah setannya yang berbau busuk
itu nyaris menempel diatas wajah Nyo Sin.
692 Bau busuk semakin menusuk hidung bahkan membuat
perut semakin mual rasanya.
Selang berapa saat kemudian Nyo Sin baru dapat
menguasahi diri, sekarang dia sudah dapat melihat jelas wajah
setan itu. "Tu Siau-thian!" jeritnya lengking.
Sekalipun wajah setan itu sangat menyeramkan, namun dia
masih dapat mengenalinya sebagai wajah dari Tu Siau-thian.
Ternyata "setan" itu tidak lain adalah Tu Siau-thian!
Belum selesai Nyo Sin menjerit kaget, setan Tu Siau-thian
sudah melambung lagi dari atas tubuhnya.
Tubuh itu benar benar melambung ke udara, bukan
merangkak bangun, apalagi bangkit berdiri.
Nyo Sin semakin ketakutan, sambil menjerit jerit seperti
babi yang mau disembelih dia berguling bercampur merangkak
berusaha kabur dari situ, tapi beberapa kali baru merangkak
setengah jalan, tubuhnya terjerembab lagi ke tanah.
Saat ini seluruh tulang belulangnya nyaris sudah menjadi
lemas semua, jangankan merangkak, bau bangkit pun sudah
tidak mampu. Untung saja setelah melambung ke udara, setan itu tidak
menerjang lagi ke arahnya.
Sebenarnya setan dari Tu Siau-thian itu bukan melambung
sendiri ke udara, tapi tubuhnya dibetot orang dari belakang
dan mengangkatnya ke atas.
Kecuali Siang Huhoa, tentu saja tidak ada orang kedua
yang mempunyai keberanian sebesar ini.
Ko Thian-liok merasa kagum sekali dengan keberanian
orang itu, tanpa terasa pujinya:
"Nyali mu benar benar amat besar"
693 Siang Huhoa tidak menanggapi pujian itu sebaliknya malah
bertanya: "Coba perhatikan, benarkah tubuh ini adalah mayat dari Tu
Siau-thian?"
Ko Thian-liok segera manggut-manggut.
Sekarang mereka sudah dapat melihat dengan lebih jelas
lagi, Tu Siau-thian tidak berubah jadi setan, tubuh yang
meluncur datang itu tidak lebih hanya mayat dari Tu Siauthian.
Raut muka mayat itu sudah mulai membusuk dan banyak
kulit wajahnya mulai mengelupas, tapi mereka semua masih
dapat mengenalinya dengan jelas, dia memang Tu Siau-thian.
Sambil gelengkan kepalanya berulang kali kata Ko Thianliok
kemudian: "Tidak kutemukan sebab kematiannya"
"Aku pun tidak menemukan sebab musababnya" ujar Siang
Huhoa pula sambil mengerutkan hidungnya.
Kondisi mayat Tu Siau-thian memang amat mengenaskan,
dari seluruh badannya, hanya kondisi wajahnya yang sedikit
lebih mending. Walaupun dikatakan mending kondisinya, sesungguhnya
raut muka itu sudah tidak mirip wajah seorang manusia,
bukan saja sudah mulai membusuk, banyak kulit dan
dagingnya mulai mengelupas, wajah itupun nampak putih
pucat, kelopak matanya cekung ke dalam sementara biji
matanya menonjol keluar, lamat lamat dari balik biji matanya
yang suram terpancar perasaan benci dan dendam yang luar
biasa. Kecuali raut wajah itu, nyaris seluruh badan Tu Siau-thian
sudah tidak memiliki sekerat daging pun yang utuh.
694 Mengawasi kondisi mayat ini, tanpa terasa Siang Huhoa
turut bergidik.
Perlahan lahan dia mengalihkan sorot matanya ke tangan
kiri Tu Siau-thian, dia tidak menjumpai darah dibagian tubuh
lainnya, tapi tangan kiri itu justru berdarah.
Biarpun cairan darah itu sudah membeku namun masih
memancarkan sinar darah yang merah menyala, bahkan
terendus bau busuk yang sangat aneh.
Tangan itu berada dalam posisi mengepal, mengepal
dengan kencangnya, dia seolah sedang menggenggam sebuah
benda. Terdorong rasa ingin tahu yang sangat kuat, Siang Huhoa
segera membuka genggaman tangannya itu.
Ternyata dibalik genggaman tangan kirinya itu terdapat
sebuah benda, seekor bangkai laron!
Sayap yang berwarna hijau pupus dengan mata yang
merah darah. Laron Penghisap darah!
Tapi kini kondisi laron itupun dalam keadaan hancur,
hancur karena genggaman yang sangat kuat.
Untuk pertama kalinya paras muka Siang Huhoa berubah
hebat. Dalam pada itu Yau Kun sudah menarik tangan Nyo Sin dan
membangunkan tubuhnya dari atas tanah.
Tapi begitu mereka saksikan bangkai Laron Penghisap
darah yang berada dalam genggaman mayat Tu Siau-thian,
paras muka mereka berdua pun berubah hebat, tidak kuasa
lagi mereka menjerit keras:
"Laron Penghisap darah!"
695 "Sekarang aku bisa menduga ke mana hilangnya cairan
darah yang berada dalam tubuhnya" kata Ko Thian-liok
sambil tertawa pedih.
"Apakah kau beranggapan darah itu dihisap semua oleh
Laron Penghisap darah?"
"Apakah kau mempunyai penjelasan yang lain?"
"Tidak ada" Siang Huhoa menggeleng.
"Kawanan Laron Penghisap darah itu pasti mempunyai
rahasia yang lain dan rahasia tersebut berhasil dia bongkar,
karena ketahuan maka dia pun berubah jadi begini"
"Ehmm benar, aku rasa begitulah kejadiannya"
"Tapi ada berapa hal yang tidak kupahami" ujar Ko Thianliok
lagi. "Katakan saja"
"Jelas sudah Tu Siau-thian sudah mati!"
"Bahkan dia sudah mati lama sekali!"
"Kenapa dia bisa muncul dari ujung lorong dan menerjang
kemari dengan kecepatan luar biasa?"
"Kalau ada orang memegangi dari punggungnya, tentu saja
dia bisa bergerak dengan cepat" sahut Siang Huhoa tanpa
ragu. "Jadi maksudmu di ujung lorong sana masih ada orang
lain?" "Aku rasa inilah penjelasan yang paling bisa masuk diakal"
"Ehmm, benar, memang masuk diakal" Ko Thian-liok
manggut manggut, dia segera memberi tanda, "ayoh kita
geledah!" 696 "Aku rasa tidak perlu digeledah lagi" cegah Siang Huhoa
sambil menarik lengannya, "sekalipun analisaku benar seperti
kenyataan, aku yakin saat ini dia sudah kabur ke ujung dunia"
"Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Siang Huhoa berpikir sejenak, kemudian ujarnya:
"Lebih baik kita hantar dulu jenasah Tu Siau-thian agar bisa
dilakukan autopsi, aku berharap dengan dilakukan bedah
mayat maka bisa kita telusuri sebab kematiannya yang
sebenarnya"
"Kemudian kita baru melacak jejak Tu Siau-thian tempo
hari?" sambung Ko Thian-liok.
"Benar, dan aku harap semua laporan bisa dihantar ke
dalam penjara" Siang Huhoa menambahkan lagi.
Selesai berkata dia membaringkan kembali jenasah Tu
Siau-thian lalu beranjak dari situ dengan langkah lebar.
"Kau akan masuk penjara sekarang juga?" teriak Ko Thianliok.
Sekali lagi Siang Huhoa menghela napas.
"Kalau tidak, apa lagi yang harus kutunggu?" jawabnya.
Ko Thian-liok ikut menghela napas sambil menyusul dari
belakang. 0-0-0 Matahari sudah berada ditengah udara, kini tengah hari
sudah menjelang tiba.
Cahaya matahari menerobos masuk ke dalam langit langit
penjara, menyinari persis diwajah Siang Huhoa.
697 Akhirnya Siang Huhoa membuka matanya dan bangun
terduduk, sekarang semangat dan tenaganya telah segar
kembali. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang ribut
berkumandang datang dari luar penjara, mendengar itu Siang
Huhoa segera berjalan menuju ke pintu penjara.
Berbareng dengan berhentinya suara langkah kaki itu,
terdengar suara gembokan pintu dibuka orang.
Tidak selang berapa saat kemudian empat orang sudah
muncul di depan pintu.
Ko Thian-liok, Nyo Sin, Yau Kun dan Tan Piau! Mereka
berdiri dengan wajah serius.
Begitu bertemu Siang Huhoa, Ko Thian-liok segera
menegur: "Saudara Siang sudah bangun?"
"Darimana kau tahu kalau aku sudah tertidur dalam
penjara?" sahut Siang Huhoa sambil tertawa.
"Aku hanya menduga" meskipun jawaban itu agak santai
namun tidak bisa menutupi ketegangan dan keseriusan yang
mencekam wajahnya.
"Sudah terjadi peristiwa besar?" tanya Siang Huhoa.
"Benar!"
"Peristiwa apa yang telah terjadi?"
"Pembunuhan berdarah!"
"Siapa korbannya?" desak Siang Hu-hoa.
"Liong Giok-po!"
"Tewas di mana" Dalam kamar tamu kantor pengadilan?"
"Benar!"
698 "Cepat bawa aku ke sana!" teriak Siang Huhoa lantang.
Begitu selesai berkata, dia sudah menerjang keluar dari
pintu penjara. Betapa pun cepatnya Siang Huhoa memburu ke tempat
kejadian, hal itu tidak ada gunanya, meski dia pun mengerti


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ilmu pertabiban, sayang kepandaiannya terbatas, dia tidak
punya kemampuan untuk menghidupkan kembali orang yang
telah mati. Jangankan dia, seandainya tabib sakti Hoa Tuo hidup
kembali pun belum tentu dia bisa menghidupkan Liong Giokpo.
Sebab Liong Giok-po sudah seratus persen menjadi mayat,
mayat yang sudah membeku sejak berapa jam berselang.
Sebilah pisau belati menancap diatas ulu hatinya, sebilah
pisau belati yang amat sederhana dan umum, tidak ada
keistimewaan apa pun.
Dengan wajah tertegun Siang Huhoa mengamati pisau
belati itu tanpa berkedip, dalam waktu sekejap dia seakan
telah berubah menjadi sesosok boneka kayu yang tidak
bernyawa. Suasana hening mencekam seluruh ruangan, entah berapa
saat sudah lewat, akhirnya Yau Kun yang pertama kali tidak
dapat menahan diri, tegurnya:
"Tuan Siang, apa yang berhasil kau temukan?"
Siang Huhoa tidak menjawab, sebaliknya malah bertanya:
"Petugas autopsi sudah melakukan pemeriksaan atas mayat
ini?" "Sudah!"
"Menurut analisa mereka, dia sudah mati berapa lama?"
"Menurut perkiraan, peristiwa itu terjadi kemarin malam"
699 "Semalam apakah ada orang yang mendengar suara yang
mencurigakan?"
"Tidak ada"
"Memang mudah sekali bila ingin membunuh orang ini" ujar
Siang Huhoa kemudian, setelah menghela napas panjang,
terusnya: "Semestinya aku harus menduga sampai ke situ"
Ko Thian-liok, Yau Kun, Tan Piau serta Nyo Sin hanya bisa
saling berpandangan dengan sorot mata keheranan, mereka
tidak habis mengerti apa maksud perkataan itu.
Siang Huhoa tidak menggubris rasa heran orang orang itu,
kembali tanyanya:
"Bagaimana hasil autopsi atas mayat Tu Siau-thian" Apakah
berhasil menemukan sesuatu?"
"Mereka tidak berhasil menemukan penyebab kematiannya"
sahut Yau Kun cepat, "tapi dari balik sepatunya ditemukan
selembar daun dan dua kuntun bunga kecil"
"Bawa kemari!"
Dari dalam sakunya Yau Kun mengeluarkan sebuah
bungkusan kertas.
Setelah menerima bungkusan tersebut, Siang Huhoa segera
membukanya, ternyata benar juga, isi bungkusan itu adalah
daun berwarna hijau pupus dengan bunga kecil berwarna
kuning. Dia merasa tidak asing dengan bunga dan daun tersebut,
karena daun dan bunga kuning itu pernah dijumpai di
halaman belakang rumah penginapan Hun-lay.
Dengan sepasang mata berbinar tanyanya lagi:
"Sudah diketahui jejak yang dilalui Tu Siau-thian tempo
hari?" 700 "Tidak terlalu jelas, hanya diketahui dia pernah lewat di
pintu gerbang kota sebelah timur"
"Kota timur!" Siang Huhoa nyaris melompat ke atas.
"Benar, kota timur!"
"Ada apa dengan kota timur?" tidak kuasa Ko Thian-liok
turut bertanya.
Siang Huhoa tidak menjawab pertanyaan itu, dia hanya
berkata: "Ayoh ikut aku pergi ke suatu tempat dan menjumpai
seseorang"
"Ke mana?"
"Perkampungan Ki po cay!"
"Mencari siapa?" tanya Ko Thian-liok lagi.
"Jui Gi!"
Selesai bicara dia langsung menerjang keluar dengan
kecepatan tinggi, Ko Thian-liok berempat tidak mau
ketinggalan, cepat cepat mereka mengikuti di belakangnya.
Baru keluar dari pintu kantor pengadilan, dua ekor kuda
yang dilarikan kencang telah menerjang tiba.
Ke dua orang penunggang kuda itu tidak lain adalah Siautho
dan Siau-sin. Begitu melihat kedatangan dua orang gadis itu, Siang
Huhoa segera berseru keras:
"Tepat waktu kedatangan kalian berdua"
Sepak terjang dan gerak geriknya saat ini tidak berbeda
dengan orang sinting.
Sebelum Siau-tho dan Siau-sin mengucapkan sesuatu,
kembali Siang Huhoa telah berteriak keras:
701 "Kalian telah bertemu dengan Thio Kian-cay?"
"Sudah, kami sudah bertemu" jawab Siau-sin.
"Dan dia kenal dengan jenis bunga itu?"
Sekali lagi Siau-sin mengangguk.
"Apa yang dia katakan?" desak Siang Huhoa lebih jauh.
"Semuanya sudah tertulis dalam surat ini" sahut Siau-sin
sambil mengambil keluar sepucuk surat dari sakunya.
"Bawa kemari!" sambil berseru Siang Huhoa segera
merebut surat itu.
"Cengcu, duduklah dulu kemudian baru pelan-pelan dibaca
isi surat itu" bujuk Siau-sin.
"Tidak, tidak usah, kita sambil berjalan sambil membaca"
dia langsung merobek sampul surat dan mengeluarkan isinya.
"Cengcu, kita akan ke mana sekarang?" buru-buru Siau-sin
bertanya. "Perkampungan Ki po cay!" jawab Siang Huhoa tanpa
berpaling. Sementara pembicaraan berlangsung, dia telah selesai
membaca isi surat tersebut, sekulum senyuman segera tampil
diujung bibirnya.
Apa isi surat itu"
0-0-0 Bab 39. Semuanya jadi jelas.
702 Jui Gi berada di dalam perkampungan Ki po cay.
Waktu itu dia sedang berada di tengah pepohonan di
halaman belakang, mimik mukanya kelihatan sangat aneh,
seolah ada yang sedang direnungkan.
Ketika seorang pelayan menyusul tiba dan berhenti
dihadapannya, dia baru seolah tersentak kaget dan sadar dari
lamunan. "Ada apa?" tegurnya.
"Ada orang datang kemari mencari tuan"
"Siapa yang mencari aku?"
"Aku!" jawaban nyaring berkumandang dari kejauhan sana.
Ketika Jui Gi menengok ke arah berasalnya suara itu, dia
pun segera melihat Siang Huhoa, Siau-sin, Siau-tho, Ko Thianliok,
Nyo Sin dan Tan Piau sudah muncul disana.
Berubah hebat paras mukanya setelah melihat kehadiran
orang orang itu, sahutnya kemudian:
"Rupanya Siang-ya yang datang mencari aku, ada urusan
apa?" "Ingin mengajukan pertanyaan kepadamu"
"Tanyakan saja"
"Mengapa kau bunuh Liong Giok-po?"
Begitu pertanyaan tersebut diutarakan keluar, semua yang
hadir disisinya jadi tertegun karena keheranan.
Berubah hebat paras muka Jui Gi, dia tertawa paksa sambil
katanya: "Siang-ya, aku tidak mengerti maksud pertanyaanmu itu"
"Jui Gi, aku berani bicara begini tentu saja karena sudah
kuperoleh bukti yang sangat kuat!"
703 Kini Jui Gi tidak sanggup tertawa lagi, dia terbungkam
dalam seribu bahasa.
Kembali Siang Huhoa berkata:
"Kemarin malam, bukankah sewaktu ada diluar pintu kau
sempat mendengar kabar kalau ilmu silat yang dimiliki Liong
Giok-po telah punah?"
Jui Gi tetap membungkam.
Melihat orang itu tidak komentar, Siang Huhoa berkata
lebih jauh: "Ketika Ko thayjin mempersilahkan Liong Giok-po menginap
di kamar tamu kantor pengadilan, kaupun sempat hadir disitu,
hal ini tentu saja amat membantu pelaksanaan rencana
busukmu itu"
Akhirnya Jui Gi mengangguk.
"Benar!" sahutnya.
Dengan jawaban itu sama artinya dengan dia telah
mengaku sebagai pembunuh Liong Giok-po.
"Seandainya kau tidak tahu kalau ilmu silatnya telah punah,
beranikah kau turun tangan membunuhnya?" tanya Siang
Huhoa lagi. "Aku tidak berani"
"Aaai....." Siang Huhoa menghela napas panjang, "tidak
disangka gara-gara sebuah perkataanku, selembar nyawa
manusia telah melayang dengan sia sia!"
"Masih banyak hal yang tidak akan kau duga" jengek Jui Gi.
"Kau bersedia memberitahukan kepadaku akan hal hal yang
tidak terduga itu?"
"Tidak bersedia"
704 "Hmm, tidak bersedia pun tetap harus bersedia" timbrung
Nyo Sin cepat. "Oya?"
"Sekarang kau sudah tidak punya jalan lain........" jengek
Nyo Sin lagi. "Perkataan komandan Nyo keliru besar" sela Jui Gi sambil
tertawa lebar, "berada dalam kondisi dan situasi sejelek apa
pun, paling tidak bagi kita masih mempunyai sebuah jalan
yang bisa ditempuh"
"Hmm, jalan apakah itu?" seru Nyo Sin sambil tertawa
dingin. "Jalan kematian!" begitu selesai bicara, tubuh Jui Gi sudah
roboh terjengkang ke atas tanah.
Entah sejak kapan dalam genggaman tangan kanannya
telah bertambah dengan sebilah pisau belati, dan sekarang
pisau belati itu sudah dihujamkan ke atas ulu hati sendiri.
Sewaktu Jui Gi mengucapkan kata "mati" tadi, sebenarnya
Siang Huhoa sudah melambung ke udara dan melayang turun
persis disisi tubuh Jui Gi.
Semua gerakan tubuhnya dia lakukan secepat anak panah
yang terlepas dari busurnya!
Sayang ketika Jui Gi mengucapkan kata "mati" tadi, ujung
pisau belatinya sudah dihujamkan menembusi dadanya.
Menyaksikan tubuh Jui Gi yang roboh terkapar ditanah,
Siang Huhoa hanya bisa gelengkan kepala sambil menghela
napas panjang, katanya:
"Sebenarnya kau adalah seorang pembantu yang sangat
baik dan setia, sayang kau telah menggunakan kematian
untuk membungkam mulutmu sendiri........."
705 Sementara itu Ko Thian-liok sudah menatap wajah Siang
Huhoa sambil bertanya:
"Siang-heng, atas dasar apa kau begitu yakin kalau
pembunuh Liong Giok-po adalah dia?"
"Bila orang tidak tahu kalau ilmu silat yang dimiliki Liong
Giok-po sudah punah, siapa yang begitu bernyali berani
membunuhnya didalam kantor pengadilan?" Siang Huhoa balik
bertanya. "Aku percaya tidak bakal ada"
"Hingga sekarang, punahnya ilmu silat yang dimiliki Liong
Giok-po merupakan satu rahasia yang amat besar" kata Siang
Huhoa lebih jauh, "kalau tidak, entah sudah berapa ribu kali
dia mati dibantai orang, kalau memang ada yang
menginginkan nyawanya, kenapa orang itu tidak turun tangan
sebelum kubongkar rahasia besar itu" Padahal ketika kita
singgung soal rahasia punahnya ilmu silat Liong Giok-po,
selain kalian yang hadir disini, hadir pula Jui Gi. Maka aku
segera simpulkan bahwa orang yang paling mencurigakan
adalah dia!"
"Betul" Ko Thian-liok membenarkan juga, "sewaktu aku
usulkan Liong Giok-po menginap di kantor pengadilan, saat itu
Jui Gi juga hadir disampingku"
"Nah itulah dia, berdasarkan dua hal ini saja sudah jelas
menunjukkan kalau dialah pembunuhnya, betul perbuatannya
memang kebangetan, tapi aku rasa pengalamannya kelewat
cetek sehingga belum apa apa sudah salah tingkah sendiri"
"Berarti dia bunuh diri lantaran ketakutan?"
"Bagaimana pun juga dia memang tidak pengalaman dalam
hal seperti ini, padahal selama dia pungkiri perbuatan itu, kita
pun tidak bisa berbuat apa-apa"
"Satu titik terang telah mati gara-gara ketakutan, kita jadi
kehilangan jejak lagi...." keluh Ko Thian-liok.
706 "Belum tentu begitu!" tukas Siang Huhoa, sambil berkata
dia membalikkan tubuhnya dan beranjak pergi dari situ.
"Apa rencanamu sekarang?" tanya Ko Thian-liok kemudian.
"Pergi ke tempat kedua, mencari orang kedua!"
"Tempat ke dua itu berada dimana?"
"Penginapan Hun-lay!"
"Siapa yang kau cari kali ini?"
"Si Siang-ho!" jawab Siang Huhoa sepatah demi sepatah.
0-0-0 Tidak selang berapa saat kemudian, rombongan itu sudah
tiba didepan rumah penginapan Hun-lay.
Siang Huhoa segera maju ke depan pintu dan mulai
mengetuk keras keras.
"Siapa?" seseorang menjawab, suaranya aneh dan serak
basah, jelas suara dari Si Siang-ho.
"Aku, Siang Huhoa!"
Pintu segera dibuka orang, Si Siang-ho menongolkan
kepalanya dari balik pintu. Bau arak yang sangat kuat segera
menerpa wajah Siang Huhoa.


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si Siang-ho muncul dengan tangan kanan memegang
sebuah guci arak, lagi-lagi dia meneguk arak.
Siang Huhoa tidak melakukan apa pun, dia hanya menatap
wajah orang itu lekat lekat.
Si Siang-ho dengan matanya yang penuh rona merah balas
menatap wajah Siang Huhoa, mendadak dia tertawa lebar dan
menegur: 707 "Hahahaha..... rupanya memang Siang tayhiap, apakah
datang untuk mengambil bunga itu dan mau dibawa pulang ke
perkampungan selaksa bunga?"
"Tidak, aku datang untuk mencari orang!" jawab Siang
Huhoa sambil menggeleng.
"Mencari siapa?"
"Seorang sahabat lamaku!"
"Tapi disini hanya ada aku seorang"
"Benar, karena orang yang sedang kucari adalah kau"
"Lalu mengapa kau mengatakan aku adalah sahabat
lamamu?" tanya Si Siang-ho dengan wajah keheranan.
"Sekarang memang sudah bukan sahabatku lagi"
"Berarti dulu aku adalah sahabatmu?"
"Saudara Jui!" tegur Siang Huhoa dengan wajah membesi,
"keadaan sudah berkembang jadi begini rupa, apakah kau
masih ingin berlagak terus?"
Panggilan "saudara Jui" yang meluncur keluar dari mulut
Siang Huhoa seketika membuat seluruh jago yang hadir di
arena jadi tertegun.
Mimik wajah Si Siang-ho kelihatan berubah jadi aneh sekali,
namun dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Sambil menatap tajam wajah orang itu kembali Siang
Huhoa berkata: "Topeng kulit manusia yang kau kenakan itu akan kau lepas
sendiri atau aku yang melepaskan untukmu?"
Lama sekali Si Siang-ho menatap wajah lawannya, sesaat
kemudian dia baru berseru lantang:
"Siang Huhoa, ternyata kau memang lihay!"
708 Bersama dengan selesainya perkataan itu, kulit wajah Si
Siang-ho mendadak retak jadi berapa bagian kemudian
mengelupas selembar demi selembar.
Walaupun berada disiang hari bolong, namun kejadian ini
membuat perasaan hati semua orang jadi bergetar keras,
tidak terkecuali Siang Huhoa.
Setelah kulit wajah yang lama mengelupas semua, kini
muncullah selembar wajah yang lain!
Si Siang-ho segera membersihkan sisa sisa kulit wajah
lamanya yang belum mengelupas, ketika semua kotoran
sudah bersih maka muncullah raut muka aslinya.
Wajah orang itu sangat dikenal oleh semua yang hadir
kecuali Siau-sin dan Siau-tho, tidak heran kalau semua orang
berdiri dengan mata terbelalak dan mulut melongo.
Tentu saja Siang Huhoa terkecuali, ketika dia tatap wajah
orang itu, mimik mukanya nampak berubah jadi amat kalut,
entah dia sedang merasa sedih atau pedih atau marah"
Tidak ada yang bicara, suasana terasa amat hening, amat
sepi, seakan akan dengus napas semua orang turut berhenti.
Sampai lama kemudian Ko Thian-liok baru berbisik lirih,
suaranya mirip orang merintih:
"Jui Pak-hay!"
Ternyata orang yang menyebut dirinya sebagai Si Siang-ho
itu tidak lain adalah penyaruan dari Jui Pak-hay!
Kenyataan ini betul betul membuat siapa pun merasa tidak
percaya. Sambil menatap wajah Jui Pak-hay lekat lekat tanya Nyo
Sin lirih: "Bukankah kau sudah mati?"
709 Jui Pak-hay sama sekali tidak menggubris Nyo Sin, dia
hanya menatap wajah Siang Huhoa tanpa berkedip, mendadak
ujarnya sambil tertawa:
"Baru hari ini kau berhasil membongkar penyamaranku?"
"Benar!" Siang Huhoa sama sekali tidak menyangkal.
"Apakah aku telah memperlihatkan titik kelemahan yang
mendatangkan kecurigaanmu?"
"Padahal sejak permulaan kau sudah menunjukkan banyak
kelemahan"
"Di mana?"
"Dalam keempat belas gulung lukisan yang menceritakan
kisahmu" "Oya?"
"Apakah kau masih ingat apa warna dari ke empat belas
gulung lukisanmu itu?"
"Hijau pupus"
"Benar" Siang Huhoa segera menambahkan, "kertas
berwarna hijau pupus dengan kedua ujungnya diberi tali
kuncir berwarna merah"
"Apa salahnya dengan warna warna itu?"
"Apa warna mata dan sayap dari Laron Penghisap darah?"
"Matanya berwarna merah, sayapnya berwarna hijau"
"Itulah dia, biasanya orang yang takut dengan tikus akan
sangat muak menghadapi warna yang mirip dengan tikus.
Padahal kau amat membenci Laron Penghisap darah, kaupun
takut dengan kawanan Laron Penghisap darah, tapi mengapa
kau justru memilih warna yang mirip dengan Laron Penghisap
darah untuk gulungan kertas catatanmu itu" Maka dari itu
710 sejak awal aku sudah curiga akan kebenaran dari semua isi
catatanmu itu"
"Ehm, pengamatanmu amat teliti" gumam Jui Pak-hay.
"Kalau begitu di dunia ini memang benar-benar tidak ada
siluman laron bukan?" timbrung Nyo Sin tidak tahan.
"Dalam benak kita bisa muncul gambaran dan bayangan
tentang siluman laron karena semuanya ini terpengaruh oleh
isi catatan yang dia tulis dalam gulungan kertas itu, padahal
catatan tersebut merupakan rekayasa dia" Siang Huhoa
menerangkan. "Oooh......"
"Tidak bisa disangkal dia memang sangat berbakat untuk
menulis cerita dongeng, dia pun sangat berbakat membunuh
orang" lanjut Siang Huhoa, "dengan sekali timpukan dia telah
membunuh lima ekor burung, coba bayangkan, siapa lagi yang
bisa menciptakan peluang sehebat dia?"
Setelah menghela napas panjang katanya lagi:
"Sampai seluruh harta karun yang ada dalam ruang rahasia
itu hilang tercuri, aku baru mulai curiga bahwa dia
sesungguhnya belum mati"
"Apa alasanmu berpikiran demikian?" tanya Nyo Sin lagi.
"Kecuali dia, siapa lagi yang bisa mempergunakan alat
perangkap dalam ruang rahasia itu sekehendak hati sendiri"
Siapa lagi yang bisa mengangkut keluar seluruh harta karun
itu selain dia?"
Nyo Sin segera manggut-manggut, tapi sebentar kemudian
katanya lagi sambil menggeleng:
"Tadi kau bilang sekali timpuk dapat lima ekor burung, apa
maksud perkataan itu" Aku tidak mengerti"
711 "Semalam, aku harus peras otak semalaman suntuk
sebelum berhasil memahami semua persoalan yang telah
terjadi, sekarang aku hanya bisa mengutarakan semuanya
berdasarkan analisaku, bila keliru tolong bisa diralat"
Jelas perkataan yang terakhir itu ditujukan kepada Jui Pakhay
karena sorot matanya telah dialihkan ke wajah orang itu.
Namun Jui Pak-hay tidak memberikan pernyataan apapun.
0-0-0 Setelah semua orang mengambil tempat duduk, Siang
Huhoa baru melanjutkan kembali perkataannya:
"Kisah ini harus dimulai dari kejadian pada tiga tahun
berselang, waktu itu kami empat belas orang sahabat karib
berhasil merampas harta karun Kim tiau beng dari tangan
Liong Giok-po dan komplotannya, sebenarnya kami sudah
berjanji sejak awal akan menukar harta karun itu dengan
ransum untuk menolong kaum miskin dan rakyat jelata yang
tertimpa musibah banjir di sepanjang sungai Huang-ho, siapa
tahu begitu aku pergi meninggalkan tempat itu, sahabat
karibku ini ternyata mengangkangi sendiri seluruh harta karun
itu, secara diam diam dia bawa kabur seluruh mestika itu"
Setelah menghela napas panjang, katanya lagi:
"Persoalan inilah yang menyebabkan hubungan
persahabatan kami berdua menjadi retak dan memburuk"
"Bagaimana kemudian?" tanya Ko Thian-liok.
"Aku sih tidak apa apa, paling tidak gara-gara kejadian ini
aku berhasil mengetahui watak asli dirinya, berbeda dengan
Liong Giok-po dan komplotannya, mereka tidak mau
menyudahi persoalan tersebut dengan begitu saja, tidak lama
712 kemudian Liong Giok-po berhasil melacak hingga ke tempat
tinggalnya"
"Benar" Jui Pak-hay membenarkan.
"Liong Giok-po saja dapat melacak hingga menemukan titik
terang, apalagi bagi manusia cerdas macam kau, mana
mungkin kau tidak menyadari akan kejadian ini?" ujar Siang
Huhoa lebih jauh, "akhirnya kau mengambil keputusan untuk
mendahului turun tangan, diam-diam kau bantai Wan Kiampeng"
0-0-0 Bab 40. Misteri seputar Laron Penghisap darah.
"Benar, akulah yang telah membunuh Wan Kiam-peng!" Jui
Pak-hay tidak berusaha menyangkal.
Tapi selama ini kau tidak berani bertindak sesuatu terhadap
Liong Giok-po"
"Karena aku cukup mengetahui kondisi dan kemampuanku"
"Kau sadar masih bukan tandingannya bukan?" jengek
Siang Hu-hoa. "Benar, kalau bukan karena itu dialah orang pertama yang
akan kubunuh!"
"Jadi waktu itu kau kuatir dia datang mencarimu?"
"Aneh kalau aku tidak merasa kuatir"
"Waktu itu, perasaan hatimu masih terganjal lagi oleh satu
masalah, masalah yang amat pelik bagimu"
713 "Kau kira masalah apakah itu?"
"Masalah yang menyangkut hubungan Kwee Bok dan Gi
Tiok-kun" Ujung mata Jui Pak-hay kelihatan bergetar keras.
"Waktu itu kau pasti sudah berhasil menyelidiki kalau
kegadisan Gi Tiok-kun sebenarnya sudah direnggut Kwee Bok"
ujar Siang Huhoa lebih jauh, "dengan watakmu, sudah pasti
kau tidak akan menyudahi persoalan sampai disitu saja
"Padahal waktu itu Liong Giok-po mengejar mu semakin
dekat, untuk menghadapi musuh setangguh ini cara terbaik
yang bisa digunakan adalah berpura-pura mati, dari rencana
berpura-pura mati kaupun manfaatkan kesempatan ini untuk
menfitnah Kwee Bok dan Gi Tiok-kun, lalu terpikir olehmu
untuk membuat surat wasiat, dari surat wasiat kaupun
mengatur perangkap untuk mencelakai musuhmu satu per
satu termasuk diriku sendiri.....kau memang berkepe-ntingan
untuk menghabisi aku sebab terlalu banyak persoalanmu yang
kuketahui, tidak bisa disangkal aku adalah duri dalam daging
bagimu!" "Tentu saja aku harus mencabut duri dalam daging ini" sela
Jui Pak-hay. Siang Huhoa mendengus dingin, lanjutnya:
"Ketika semua rencana sudah siap maka kaupun
laksanakan semua rencana tersebut satu demi satu.... mula
mula kau ciptakan isu seolah ada sekelompok Laron Penghisap
darah yang membuat keonaran, kemudian pada malam bulan
purnama yaitu tanggal lima belas, kau ciptakan sesosok mayat
untuk menggantikan posisimu......."
"Lalu mayat yang kita temukan itu adalah mayat dari......."
tukas Nyo Sin. "Mayat itu sebenarnya mayat dari Si Siang-ho!" Siang
Huhoa segera menambahkan.
714 "oooh...?"
"Si Siang-ho pasti masih mendendam atas peristiwa yang
menimpanya dimasa lampau, dia pasti berusaha mencari
kesempatan untuk membalas dendam"
"Kenyataan memang begitu" Jui Pak-hay membenarkan.
"Kau pasti sudah menduga kalau Si Siang-ho mempunyai
niat tersebut, maka kau habisi nyawanya lalu menggunakan
mayatnya untuk menggantikan posisimu!"
"Tepat sekali"
"Kau memang sengaja meletakkan mayat itu diatas loteng
belakang kamar tidurmu, dengan begitu jika mayat tersebut
ditemukan orang, Kwee Bok dan Gi Tiok-kun pasti akan
menjadi tersangka dan akhirnya masuk penjara.
"Padahal jauh sebelum kejadian itu, kau sudah menyamar
menjadi Kwee Bok untuk melakukan pelbagai persiapan yang
dengan sengaja meninggalkan bukti dan saksi dimata orang
banyak, agar bila suatu hari diperlukan, kesaksian orang
banyak bisa memperberat dosa dari Kwee Bok. Hmmm.... baru
berpisah selama tiga tahun, tidak kusangka ilmu menyaru
muka mu sudah maju sedemikian pesat"
"Kau terlalu memuji"
Setelah menarik napas panjang, kembali Siang Huhoa
berkata: "Setelah kejadian, kau menyusup masuk ke dalam penjara,
membunuh Gi Tiok-kun dan Kwee Bok, meninggalkan bangkai
Laron Penghisap darah disana, agar orang lain mengira
mereka berdua benar-benar adalah jelmaan dari siluman
laron" Jui Pak-hay hanya membungkam tanpa membantah.
Kembali Siang Huhoa berkata:
715 "Kau bisa masuk ke dalam penjara dengan leluasa, aku
percaya keberhasilanmu pasti karena mengandalkan ilmu
menyaru muka bukan"
"Selain ilmu menyaru muka, harus ditambah pula dengan
bubuk pemabok" Jui Pak-hay menambahkan.
"Sebenarnya waktu itu kau menyusup masuk ke dalam


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penjara dengan identitas sebagai siapa?"
"Sebagai Oh Sam-pei!"
"Lalu apa yang telah kau lakukan dengan Kwee Bok dan Gi
Tiok-kun?"
"Tentu saja membantai mereka berdua"
"Mayat mereka berdua berada dimana sekarang?"
"Komplek pekuburan terbengkalai di barat kota!"
"Sampai disini, anggap saja permainan babak pertama
sudah berakhir" kata Siang Huhoa sambil menghela napas
panjang, "selanjutnya giliran permainan babak kedua yaitu
aku dan Liong Giok-po yang harus tampil di atas panggung.
Liong Giok-po berhasil melacak jejakmu, sudah pasti diapun
berhasil melacak diriku, bila secara tiba-tiba harta karun itu
lenyap dari ruang rahasia, antara aku dan dia pasti akan
terjadi bentrokan hebat, paling tidak pertarungan adu jiwa
akan berlangsung diantara kami berdua"
"Aku memang berharap kalian bisa gontok-gontokan
sendiri" sahut Jui Pak-hay sambil menyeringai seram.
"Sayang pengharapanmu itu tidak akan terwujud, kau mesti
menerima kenyataan ini dengan perasaan kecewa, dengan
tewasnya Liong Giok-po maka urusan pun berubah jadi makin
sederhana dan gampang"
"Apa" Liong Giok-po sudah mati?" teriak Jui Pak-hay
terperanjat, agaknya dia belum tahu akan kejadian ini.
716 "Benar, kejadiannya berlangsung pagi hari tadi" Siang
Huhoa menerangkan.
"Siapa yang punya kepandaian sedemikian hebatnya hingga
sanggup membunuhnya?"
"JuiGi!"
"Apa" Jui Gi?" kontan Jui Pak-hay tertawa terbahak-bahak,
"mana mungkin Jui Gi memiliki kepandaian sehebat itu?"
"Rupanya kau belum tahu kalau Liong Giok-po pernah
bertarung sengit melawan Tok tongcu?"
"Aku tahu akan kejadian ini, itulah sebabnya aku sangat
kuatir ketika tahu dia sedang mencariku"
"Apakah kau pernah dengar juga kalau dia sudah terkena
bubuk lima racun dari Tok tongcu sehingga bukan saja
wajahnya hancur berantakan, bahkan seluruh ilmu silatnya
telah punah?"
Mendengar perkataan itu Jui Pak-hay segera
menghentakkan kakinya berulang kali ke atas tanah sambil
menghela napas panjang.
"Kau tidak perlu berkeluh kesah, juga tidak usah menghela
napas, begitu Jui Gi mengetahui rahasia ini, semalam dia telah
mewakilimu untuk membunuhnya"
Sekali lagi Jui Pak-hay menghela napas panjang.
"Aaaai.... tidak dapat disangkal dia memang seorang
pembantuku yang paling setia, tapi dengan berbuat begitu,
keuntungan apa yang bisa kuperoleh?"
"Bagimu mungkin tidak bermanfaat, tapi bagiku sangat
bermanfaat"
"Aku mengerti, justru karena peristiwa ini, kau semakin
yakin kalau aku masih hidup di dunia ini!" sambung Jui Pakhay
cepat. 717 Siang Huhoa manggut manggut.
"Padahal sejak awal hingga sekarang" ujarnya lagi, "asal
kita mau berpikir secara cermat, sebetulnya tidak sulit untuk
menemukan beberapa kejanggalan yang patut dicurigai"
Setelah menelan air liurnya, dia melanjutkan:
"Dalam hal ini, berulang kali Tu Siau-thian dan Nyo Sin
telah menyinggungnya"
"Sebenarnya kesimpulan dan analisa yang kalian lakukan
selama ini sudah benar dan masuk diakal" kata Jui Pak-hay,
"tapi lantaran terpengaruh oleh isu seputar kehadiran Laron
Penghisap darah, maka kalian tidak yakin dengan analisa
tersebut" "Kenyataan memang begitu" Siang Huhoa membenarkan,
"sejak awal aku sudah mencurigai gulungan lukisan itu, maka
aku selalu beranggapan bahwa analisa pihak pengadilan
tentang kasus ini kuranglah tepat, hanya aku merasa segan
untuk mengenalkannya.... misalnya saja mereka pernah
menganggap kejadian yang berlangsung selama ini
merupakan ulah dari siluman laron yang berwujud sebagai
Kwee Bok dan Gi Tiok-kun, jelas analisa semacam ini
merupakan analisa yang ngawur sekali, kemudian dibilang
pikiranmu kalut karena siang malam kau diteror oleh Laron
Penghisap darah, padahal menurut dugaanku, mungkin kau
malah tidak pernah menjumpai seekor Laron Penghisap darah
pun seperti apa yang kau catat dalam gulungan kertas itu"
"Kau bisa berpendapat begitu karena kau selalu
menganggap apa yang tercatat dalam gulungan kertas itu
hanya sebuah catatan, kenyataannya bagaimana sulit
dibuktikan sebab tidak ada barang bukti" ujar Jui Pak-hay.
Siang Huhoa manggut-manggut seraya menghela napas
panjang, kembali ujarnya:
718 "Akupun tidak bisa menyangkal untuk mengakui dirimu
sebagai seseorang yang amat cerdas.... menyamar menjadi
Kwee Bok, Si Siang-ho lalu Jui Pak-hay.... satu orang dengan
tiga identitas, satu orang seakan berubah jadi tiga orang yang
berbeda, sebuah kejadian yang sungguh diluar dugaan
siapapun, terutama ketika kau tampil sebagai Kwee Bok yang
memelihara ribuan ekor Laron Penghisap darah lalu tampil
sebagai seorang korban yang diteror ribuan ekor Laron
Penghisap darah, dua karakter yang sesungguhnya bertolak
belakang, tapi kenyataannya kau bisa memerankan semua
karakter itu secara sempurna"
"Tapi darah dari kawanan Laron Penghisap darah........"
kembali Nyo Sin menyela.
"Betul, darah itu memang darah dari Laron Penghisap
darah" "Tapi kenapa warna darahnya persis sama seperti darah
manusia?" "Darah tersebut berwarna merah karena terpengaruh oleh
sejenis benda" Siang Huhoa menerangkan, dia segera
mengeluarkan bungkusan kecil yang baru saja dikembalikan
Siau-sin kepadanya.
"Apa isi bungkusan itu?" tanya Nyo Sin sambil menatap
tajam bungkusan kecil itu.
Ketika Siang Huhoa membuka bungkusan kecil itu,
sekuntum bunga kecil berwarna kuning dan selembar daun
kecil berwarna hijau segera terjatuh dari balik bungkusan itu.
"Aaah, bukankah bunga itu adalah bunga kuning yang
tumbuh di belakang halaman rumah penginapan Hun-lay?"
teriak Nyo Sin.
"Tepat sekali!" setelah menghembuskan napas panjang
kembali Siang Huhoa berkata, "aku yang banyak mengetahui
jenis tumbuhan pun tidak kenal dengan jenis bunga tersebut,
719 kenapa bunga tadi justru banyak tumbuh di pekarangan
rumah penginapan" Bukankah kejadian ini sangat aneh" Maka
aku pun mengutus Siau-sin dan Siau-tho untuk berangkat ke
rumah seorang sahabatku dan minta tolong kepadanya untuk
mengenali jenis bunga ini"
"Apakah dia kenali bunga itu?"
"Betul" Siang Huhoa mengangguk, "dia telah menulis
seluruh yang diketahuinya dalam sepucuk surat dan suruh
mereka serahkan kepadaku"
Sambil menatap tajam wajah Jui Pak-hay kembali terusnya:
"Bunga ini disebut siok-hong, aslinya merupakan tumbuhan
alam, bunganya berwarna kuning dan berduri, daunnya mirip
bulu angsa, ketika putik bunga itu diambil getahnya maka
akan muncul cairan merah seperti darah, cairan getah itu
disebut air siok-bok, biasanya orang pribumi menggunakan
getah itu sebagai bahan pewarna. Lantaran kawanan Laron
Penghisap darah itu setiap hari menghisap cairan getah siokbok
sebagai minumannya, tidak heran kalau darah ditubuhnya
berwarna merah juga seperti darah manusia"
"Apakah temanmu itu bernama Thio Kian-cay?" tiba-tiba Jui
Pak-hay bertanya.
"Betul. Apakah semua yang dia katakan merupakan
kenyataan?"
"Yaa, semuanya memang kenyataan"
"Tidak dapat disangkal dalam hal Laron Penghisap darah
tampaknya kau telah membuang waktu keringat dan waktu"
"Jika ingin berhasil dengan suatu rencana besar, kau
memang mesti persiapkan dulu senjata andalan"
Siang Huhoa menghela napas panjang, gumamnya
kemudian: 720 "Kadangkala aku berpikir, kau sebenarnya termasuk orang
yang amat cerdas atau seorang yang betul-betul sudah gila?"
Jui Pak-hay mendongakkan kepalanya dan tertawa
tergelak: "Hahahaha....... ke dua duanya benar, kalau aku tidak
cerdas, tidak nanti bisa kurancang sebuah skenario yang
begitu hebat, tapi kalau aku bukan seorang gila, mana
mungkin aku bisa menulis catatan harian terlebih dulu
sebelum melaksanakan rencana yang penuh kekejian dan
maut ini?"
Siang Huhoa gelengkan kepalanya berulang kali sambil
tertawa getir. "Kini Jui Gi berada dimana?" tiba-tiba Jui Pak-hay bertanya
lagi. "Dia sudah bunuh diri untuk membungkam diri"
Berapa saat lamanya Jui Pak-hay berdiri termangu,
akhirnya dia baru berkata:
"Kalau aku sendiripun tidak menyangka akan berakibat
sehebat ini, tentu saja diapun tidak pernah bisa menduganya,
terlepas dia masih hidup atau sudah mati, kehadirannya tidak
akan mempengaruhi seluruh jalannya skenario ku ini, sebuah
akhir tetap merupakan sebuah akhir"
Perlahan-lahan dia bangkit berdiri.
Tan Piau, Yau Kun serentak melompat bangun sambil
bersiap siaga, yang satu menghunus rantai baja, yang lain
mempersiapkan sepasang tombaknya.
Jui Pak-hay sama sekali tidak menggubris mereka, melirik
sekejap pun tidak, kepada Siang Huhoa ujarnya:
"Harta karun itu berada di penjara bawah tanah,
bagaimana kalau kau ikut bersamaku untuk melihatnya?"
721 "Hanya untuk melihat harta karunmu itu?" Siang Huhoa
balik bertanya.
"Tentu saja sekalian menyelesaikan budi dan dendam kita
selama ini, penjara bawah tanah merupakan sebuah tempat
yang paling tepat untuk menggunakan pedang" selesai
berkata dia segera beranjak pergi.
Siang Huhoa menghela napas panjang, akhirnya dia
bangkit berdiri, menguntn di belakang Jui Pak-hay.
Sebab dia tahu, kejadian semacam ini sudah tidak mungkin
bisa dihindari lagi.
Dari sela-sela batu cadas Jui Pak-hay mencabut keluar
sebilah pedang. Jit seng coat mia kiam"
"Mana pedangmu?" tanya Jui Pak-hay sambil menatap
tajam lawannya.
Siang Huhoa menyahut dan segera meloloskan pedangnya.
"Selama banyak tahun, aku selalu bukan tandinganmu"
kata Jui Pak-hay kemudian, "sekarang, kecuali muncul suatu
kemukjijatan rasanya hasil terakhir pun setali tiga uang"
Kemudian dengan suara yang berat dan dalam, sepatah
demi sepatah kata dia melanjutkan:
"Oleh sebab itu aku rela menerima akhir seperti ini!"
Siang Huhoa mengerti apa yang dia katakan.
Mendadak tubuh Jui Pak-hay melambung ke tengah udara,
Siang Huhoa tidak ketinggalan, pada saat yang bersamaan dia
melambung pula ke tengah udara.
Ditengah kegelapan malam terlihat dua kilatan cahaya
membelah bumi. Mendadak dibawah "sinar rembulan" muncul
tujuh buah titik bintang.
Bintang yang memancarkan cahaya tajam! Bagaikan
halilintar yang membelah angkasa, dua senjata saling
722 membentur satu dengan lainnya, suara gemerincingan nyaring
diikuti rontoknya bintang bagaikan hujan segera memenuhi
seluruh ruangan.
Hanya sekali kilatan cahaya berkelebat lewat, tahu tahu
bayangan manusia telah meluncur balik ke bawah, hinggap di
posisi semula. Yang berbeda hanya ke tujuh butir bintang
yang semula berada di pedang jit seng coat mia kiam milik Jui
Pak-hay, kini sudah menempel semua diatas pedang milik
Siang Huhoa. Paras muka Jui Pak-hay pucat keabu-abuan, pucat
bagaikan mayat, dengan wajah mendelong dan kecewa dia
awasi ke tujuh bintang yang menempel ditubuh pedang Siang
Huhoa itu tanpa berkedip, sampai lama kemudian dia baru
berteriak keras:
"Bagus, bagus sekali!"
Siang Huhoa tetap membungkam.
Kembali sekilas cahaya pedang melintas di angkasa dan
menyambar lewat, pedang dari Jui Pak-hay!
Pedang itu diayunkan dari atas menuju ke bawah, hanya
satu kali tebasan, dia nyaris membelah tubuhnya sendiri
menjadi dua bagian.
Darah segar segera berhamburan ke mana-mana.
Darah yang berwarna merah segar, tampak jauh lebih
menawan, jauh lebih menyilaukan mata dibawah cahaya
rembulan. Suara dengungan keras segera bergema memenuhi seluruh
angkasa, kawanan Laron Penghisap darah yang semula
beterbangan mengelilingi "sang rembulan", kini bagaikan
kesurupan serentak menerjang ke bawah, bagaikan sudah
kalap saja menerjang ke tubuh Jui Pak-hay dan menghisap
darahnya yang masih berhamburan ke mana mana.
723 Tidak selang berapa saat kemudian, didalam penjara
bawah tanah itu hanya berkumandang semacam suara yang
sangat aneh, suara aneh yang selama hidup belum pernah
didengar Siang Huhoa!


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

........ Laron Penghisap darah!
Apakah analisa dan dugaannya selama ini keliru besar" Apa
benar kawanan Laron Penghisap darah itu betul-betul
menghisap darah manusia dan melahap daging tubuh
manusia" Siang Huhoa merasakan sekujur tubuhnya bergidik, dia
merasa badannya seakan sedang terendam didalam air dingin
yang dipenuhi balok es!
0-0-0 Malam hari didalam penjara bawah tanah ternyata siang
hari diluar rumah penginapan, matahari bersinar hangat
menerangi seluruh jagad.
Biarpun sudah berada dibawah sang surya yang hangat,
Siang Hu-hoa tetap merasakan hatinya sedingin salju. Dia
tidak mengucapkan sepatah kata putu
Siau-sin dan Siau-tho mendampinginya di sisi kiri dan
kanan, mereka pun tidak berbicara apa-apa, paras muka ke
dua orang gadis itu nampak pucat pasi.
Entah berapa jauh mereka telah berjalan, akhirnya Siang
Huhoa berpaling dan menengok sekejap ke belakang. Rumah
penginapan Hun-lay sudah tidak terlihat lagi. Dia merasa
dirinya seakan baru sadar dari sebuah impian yang buruk.
Akhirnya mimpi buruk sudah berlalu, hilang dari pikirannya.
724 Setelah hari ini, apakah dikemudian hari akan muncul lagi
mimpi buruk seperti ini"
Siang Huhoa tidak tahu, tidak seorang pun yang tahu.
Tidak ada orang yang mengharapkan mimpi buruk
semacam ini, satu impian saja sudah terasa berat apalagi
kalau lebih dari satu.
Yaa, siapa sih manusia di dunia ini yang berharap akan
mengalami mimpi buruk seperti ini"
TAMAT. Bandung, 3 Desember 2006 Salam hormat
Kisah Pendekar Bongkok 5 Rahasia Peti Wasiat Karya Gan K L Pendekar Satu Jurus 5

Cari Blog Ini