Ceritasilat Novel Online

Misteri Bayangan Setan 7

Misteri Bayangan Setan Karya Khu Lung Bagian 7


-bahak. "Ha haa haaa Sin Tou heng serta Cuncu suka ikut campur di dalam persoalan ini, hal ini menandakan sudah mendatangkan rejeki buat kita orang-orang dari kalangan Bulim. Tadi antara Tan Sauw hiap dengan Yen Yen Thaysu hanya terjadi sedikit kesalah pahaman saja, mari kita bicarakan di dalam ruangan!"
"Hmmm! Aku si pencuri tua tiada waktu untuk mengajak kalian bergurau sambil tertawa haha hihi." dengus Su Hay Sin Tou dingin. "Terus terang saja aku beritahukan kepada kalian, kami semua tidak perlu bersikeras menuduh orang lain sudah membocorkan rahasiamu. kalian sendiri sudah jatuh kecundang oleh kekuatanmu sendiri.... haaa...."
Berbicara sampai disitu ia lantas menarik tangan Tan Kia-beng.
"Toako! Mari kita pergi!"
Tubuhnya dengan cepat mencelat ke tengah udara. laksana tiga batang anak panah dengan cepatnya mereka sudah berada di atas wuwungan rumah ruangan tengah.
Melihat kejadian itu dengan gusar Yen Yen Thaysu segera membentak keras, "Kembali semua!"
Badanpun ikut bergerak siap hendak menghadang jalan pergi mereka bertiga, tetapi kecuru kena ditahan oleh Thian Liong Tootiang.
"Sudah.... sudahlah! Jika didengar dari nada ucapan si pencuri tua itu, agaknya dari kekuatan tujuh partai besar sudah muncul penghianat, urusan ini bagaimanapun kita harus melakukan pemeriksaan dengan teliti!" katanya.
Kembali Yen Yen Thaysu tertawa dingin tiada hentinya.
"Jangan percaya omongan setan mereka, peraturan perguruan dari tujuh partai besar sangat ketat dan keras untuk menerima muridpun diteliti dengan copet, mana mungkin bisa terjadi peristiwa semacam ini?"
Sejak keluar ruangan besar tadi Ci Sin Sangjien selalu berdiri sambil merangkap tujuannya dan memejamkan sepasang matanya tanpa mengucapkan sepatah katapun. saat
ini mendadak sambil membuka matanya kembali ujarnya,
"Persoalan ini kita harus anggap serius, sewaktu pinceng berada di dalam ruangan tadi aku merasa jantungku merasa berdebar sangat keras. Kenapa ini hari sejak pagi sampai malam belum kelihatan juga seorang anak muridpun yang datang kemari memberi laporan?"
"Heei.... jika bukannya Sangjien mengungkap persoalan ini pinto sendiripun hampir hampir saja melupakan persoalan ini"
sambung Leng Hong Tootiang pula sambil menghela napas panjang. "Kita cuma tahu duduk bersemedi di tempat ini dan menyerahkan seluruh persoalan kepada anak murid kita, hal ini membuat kita berubah jadi seorang yang tuli lagi buta!"
Ketika itulah semua orang baru merasakan peristiwa sudah berubah sangat tegang dan kritis, sampai Yen Yen Thaysu yang terkenal akan keketusannyapun bungkam dalam seribu bahasa.
Ketika itulah, mendadak....
Dari atas wuwungan rumah sekali lagi berkumandang datang suara tertawa dingin seseorang yang sangat menyeramkan.
"Hee.... heee.... hee.... setiap orang yang sudah tiba digunung Ui-san, semuanya telah terdaftar di dalam daftar kematian, jikalau kalian sayang pada nyawa sendiri, untuk menggelinding pergi pada saat ini masih belum terlambat, jika ngotot tetap tinggal di tempat ini terus, hmm! jangan harap kalian bisa lolos dalam keadaan hidup dari tangan orang-orang Isana Kelabang Emas.
"Siapa?" bentak Loo Hu Cu keras.
Badannya dengan cepat mencelat ke atas wuwungan
rumah. Terdengarlah suara tertawa aneh bergema dengan amat seramnya, di dalam sekejap mata orang itu sudah berkelebat pergi sejauh puluhan kaki, dengan demikian Loo Hu Cu sudah menubruk tempat kosong.
Setelah melayang kembali ke atas permukaan tanah ia saling berpandangan dengan orang-orang disana.... diam-diam hatinya merasa rada bergidik juga menemui peristiwa semacam ini.
Dengan wajah serius perlahan-lahan Leng Hong Tootiang menggeleng, sambil memandang wajah Loo Hu Cu ujarnya,
"Jika ditinjau dari situasi pada saat ini siapa yang bakal menang dan siapa pula yang bakal kalah di dalam pertemuan puncak para jago digunung Ui-san kali ini sukar ditentukan Walaupun pihak Isana Kelabang Emas berulang kali
menggunakan berbagai macam cara untuk menakut-nakuti diri kita rasanya merekapun bukan cuma pentang mulut
menggertak belaka, mulai saat ini kita harus memikirkan selanjutnya kita hendak menggunakan cara apa untuk menghadapi mereka?"
Loo Hu Cu menyapu sekejap ke arah Yen Yen Thaysu serta Thian Liong Tootiang sekalian, akhirnya iapun menghela napas panjang.
"Kelalaian yang terjadi kali ini sudah menyangkut rencana kita yang maha besar, maksud pinto, lebih baik kita ikuti saja perkataan dari pihak Isana Kelabang Emas, malam ini juga kita tinggalkan gunung Ui-san sambil mengawasi gerak-gerik dari anak murid kita, setelah itu dengan tindakan yang tak terduga kita naik kembali ke atas gunung melalui mulut gunung sebelah Utara mungkin sekali dengan tindakan kita ini pihak Isana Kelabang Emas akan merasa kaget dan dibuat gelagapan sendiri."
"Ehmm! inipun merupakan suatu cara yang bagus" sahut Thian Liong Tootiang setuju. "Entah bagaimana dengan pendapat kalian semua?"
Para partai-partai besar lainnya karena sudah mendengar perkataan dari Su Hay Sin Tou maka masing-masing pihak kepingin sekali melihat keadaan dari anak muridnya sendiri-sendiri. Setelah ditanyai demikian rata-rata mengatakan setuju semua.
Bahkan sampai Yen Yen Thaysu yang terkenal akan keras kepalapun tidak memperlihatkan reaksi tidak setuju.
Demikianlah pada malam itu juga pentolah dari tujuh partai besar dibawah pimpinan Liok Lim Sin Ci segera berangkat meninggalkan gunung Ui-san.
---ooo0dw0ooo--Kita balik pada Tan Kia-beng yang melayang keluar dari kuil bersama-sama dengan Su Hay Sin Tou serta Pek-tok Cuncu.
Setelah melakukan perjalanan beberapa saat lamanya sampailah mereka disebuat lekukan gunung yang terhindar dari tiupan angin.
Mendadak Su Hay Sin Tou menghentikan larinya.
"Sst.... di tempat ini!" bisiknya lirih.
Dengan cepat ia masuk ke dalam gua tersebut terlebih dahulu, gua ini terhitung sebuah gua alam yang besar, di dalam sana hawa terasa kering dan segar.
Begitu mereka berjalan masuk, dari dalam gua segera terdengarlah si pengemis aneh tertawa terbahak-bahak.
"Haaa.... haaa.... haaa.... Loo-te, kau benar-benar membuat aku si pengemis tua harus menanti dengan hati cemas.
Dengan cepat Tan Kia-beng berjalan masuk ke dalam gua tersebutk, sekali ia pandang menemukan Hong Jen Sam Yu sedang duduk dideretan sebelah kanan sedang Hu Siauw-cian serta si sastrawan yang bernama Ih Jie itupun duduk disana dengan berdempet dempetan, sikap mereka amat mesrah sekali
Sewaktu melihat Tan Kia-beng berjalan masuk, mereka bersandar lebih rapat lagi bahkan kedua orang itu sambil memandang ke arah sang pemuda sambil tertawa tiada hentinya.
Pada saat ini Tan Kia-beng sedang dibuat bingung oleh peristiwa yang semakin lama berubah semakin tegang, ia cuma tersenyum sambil mengangguk kemudian kepada Su Hay Sin Tou tanyanya, "Sam ko! kau mencari aku datang kemari apakah ada urusan penting yang hendak
dirundingkan?"
"Ehmmm....!" Su Hay Sin Tou mengangguk serius, senyuman yang semula menghiasi di atas bibir sudah lenyap tak berbekas. "Kini peristiwa yang terjadi digunung Ui san semakin lama berubah semakin tegang, kau duduklah terlebih dahulu, tidak lama kemudian Hay Thian Loo-jie pun segera akan datang kemari."
Sinar matanya perlahan-lahan dialihkan ke atas wajah si sastrawan yang bernama Ih Jien tersebut, kemudian sambil menghela nafas panjang sambungnya lebih lanjut, "Hingga saat ini di atas gunung Ui San semuanya ada tiga golongan kekuatan yang saling berbeda, kekuatan pertama adalah pihak Isana Kelabang Emas, kekuatan kedua adalah pihak tujuh
partai besar yang ada di dalam Bulim, dan kekuatan yang ketiga bukan lain adalah pihak Toako sini, tetapi kekuatan ini harus mempunyai kerja sama yang erat baru menghasilkan daya pengaruh yang hebat, tidak sukar bagi kita untuk memperoleh kemenangan!"
Kembali ia merandek sejenak, setelah tukar nafas baru tambahnya lagi, "Menurut apa yang aku si pencuri tua ketahui, Ui Liong Tootiang, Hay Thian sin Shu, beserta suhengmu Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong pun sudah pada berdatangan ke gunung Ui San. Jikalau kekuatan kita bisa bergabung jadi satu.
Hmmm! jangan dikata sebuah kekuatan yang kecil seperti Isana Kelabang Emas. sekalipun ada kekuatan yang jauh lebih besar pun kita masih sanggup untuk membereskannya. Kini persoalannya hanya tinggal asal Kita Bersatu teguh, bercerai kita runtuh, diantara kekuatan kita sendiri harus ada seseorang yang memimpin dan mengatur rencana baru kekuatan tersebut bisa memperlihatkan daya kekuatan"
Tan Kia-beng mendengar perkataan ini diam-diam lantas membatin. ia mengerti sikap serta sifat orang-orang ini siapapun tak suka tunduk kepada yang lain.
Walaupun Ui Liong Tootiang adalah seorang cianpwee, tetapi di dalam pandangan Su Hay Sin Tou sekalian dia tidak lebih merupakan kawan kawan Bulim yang seangkatan dengan mereka, sudah tentu kedua orang siluman tua ini tak akan suka tunduk kepada mereka.
Oleh sebab itu beberapa kali ia hendak buka suara tetapi akhirnya ditahan kembali.
Pek-tok Cun-su si Rasul Selaksa Racun yang melihat pemuda tersebut termenung berpikir keras, segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaa.... haaa.... haaa.... karena urusan ini aku sudah berunding sangat lama sekali dengan si pencuri tua, ia merasa di dalam persoalan ini bagaimanapun juga kita harus mengangkat seseorang untuk mengatur seluruh persoalan tersebut dengan demikian kita baru berhasil maju. setelah pikir pulang balik akhirnya kami merasa hanya Toako seorang saja yang paling cocok."
"Haaa.... haaa.... haaa.... kalian jangan bergurau" Tan Kia-beng tertawa keras "Mana mungkin aku seorang boanpwee bisa mengatur seluruh persoalan yang sedemikian besarnya?"
"Untuk keadilan belum tentu harus tunduk pada sang guru, kenapa kau tidak boleh duduk sebagai pimpinan?" seru Pek-tok Cuncu dengan serius. "Terus terang saja aku katakan, selamanya aku serta si pencuri tua itu belum pernah mencampuri urusan dunia kangouw, tetapi kali ini kami berdua suka menjual nyawa kami demi Toako. disamping itu suhengmu Hu Hong, Ui Liong Tootang serta Hay Thien pun bukan manusia manusia yang suka ribut dengan orang lain, kedatangan mereka kali ini bukankah dikarenakan
hubunganmu dengan Cuncu" oleh karena itu setelah kami ungkap persoalan rata rata mereka sudah menyetujuinya. ini kau tunggulah sebentar, tidak lama kemudian mereka bakal datang kemari semua".
Baru saja perkataannya selesai diucapkan dari tempat kejauhan mendadak terdengarlah suara suitan keras berkumandang datang.
Aaakh.... haa.... haa.... si Iblis Tua sudah datang" seru Su Hay Sin Tou sambil tertawa.
Dengan gemas Pek Ih Loo Sat melototi sekejap ke arah si orang tua tersebut hal ini membuat Su Hay Sin Tou tertawa semakin keras lagi.
"Haaa.... haaa.... haa.... haa.... orang lain semua panggil dia dengan sebutan itu, lalu apa bedanya kalau aku si pencuri tuapun ikut panggil dengan sebutan tersebut?" serunya.
Ketika itulah terdengar suara ujung baju tersampok angin, Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong sudah melayang masuk ke dalam gua.
Buru-buru Tan Kia-beng bangun berdiri menyambut
kedatangannya. "Suheng! Sudah lama kita tak bertemu, selama ini kau baik-baik bukan?" sapanya.
Dengan khekinya Hu Siauw-cian mengerling sekejap ke arah pemuda tersebut, dengan cepat ia bangun berdiri lalu menubruk ke dalam pangkuan ayahnya.
"Tia! Kenapa sampai saat ini kau baru datang?" serunya manja.
"Sudah.... jangan perlihatkan sifat kekanak kanakan lagi"
sahut Hu Hong sambil membelai rambut putri kesayangannya.
"Tia masih ada urusan yang hendak dibicarakan dengan susiokmu!"
Perkataan "susiok" dua kata ini laksana beribu ribu batang pisau yang bersama-sama menancap di dalam ulu hatinya membuat gadis tersebut merasakan hatinya sangat menderita.
Sewaktu ia mendengar Tan Kia-beng menyapa ayahnya dengan kata-kata Suheng dalam hatinya sudah merasa tidak senang, apalagi kini ayahnya mengucapkan kata-kata tersebut hal ini membuat hatinya semakin hancur lagi.
Seluruh harapannya yang sudah tertanam sejak dahulu pada saat ini buyar bagaikan air mata dan kepala tertunduk rendah rendah balik kembali ke tempatnya semula.
Si Penjagal Selaksa Li yang melihat keadaan putrinya sama sekali tidak ambil perhatian, ia anggap putrinya lagi ngambek dan perlihatkan sifat kekanak kanakannya.
Setelah menganggap sejenak ke arah kedua orang siluman tua itu, dengan langkah lebar ia lantas berjalan mendekati Tan Kia-beng.
"Tahukah kau, bahwa urusan kembali terjadi suatu perubahan yang sangat besar?" tanyanya.
"Sudah terjadi peristiwa apa lagi?" teriak Tan Kia-beng terperanjat.
"Menurut berita burung yang aku dengar, pihak Isana Kelabang Emas dengan mengambil kesempatan sewaktu para cianbunjien partai besar sedang berkumpul semua digunung Ui-san, ternyata mereka sudah bersekongkol murid-murid partai yang berhianat untuk masing-masing dijabatkan sebagai ciangbunjin di dalam tujuh partai besar yang ada, karena waktu itu Ih-heng terburu-buru hendak melakukan perjalanan maka tak kuselidiki lebih jelas lagi persoalan ini"
"Tentang peristiwa ini si pencuri tua sudah dengar"
timbrung Su Hay Sin Tou dari samping, "Hanya saja aku tak berhasil membuktikan kebenaran dari peristiwa tersebut"
Mendadak.... Bayangan manusia berkelebat memasuki mulut gua, Ui Liong-ci serta si asap dan mega selaksa li, Lok Tong bersama-sama sudah melayang datang diikuti ujung baju tersampok angin. Hay Thian Sin Shu ayah beranak pun sudah tiba semua.
Di dalam sekejap mata gua yang kecil jadi penuh sesak dengan manusia.
Setelah saling memberi hormat dan mengucapkan kata-kata merendah, bahan penbicaraanpun kembali kebahan
pembicaraan yang pokok.
Ui Liong-ci ternyata jadi orang bersifat terbuka, sambil mengelus jenggot ia tertawa terbahak-bahak.
"Haa.... haaa.... haaa.... di dalam pertemuan puncak para jago digunung Ui San kali ini, entah sudah ada berapa banyak jago-jago lihay Bulim yang berkumpul disini, peristiwa ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang maha besar dan belum pernah terjadi selama ratusan tahun ini. Yang jelas lagi tertera adalah di dalam pertemuan para jago kali ini bukannya diselenggarakan untuk saling mengadu kepandaian tetapi merupakan suatu pertarungan besar besaran antara golongan lurus melawan golongan sesat.
"Bilamana peristiwa ini terjadi pada hari hari biasa.
kemungkinan sekali cukup muncul salah seorang kawan-kawan lama yang berada disini pada saat ini urusan akan dibikin jadi beres, tetapi jika dibicarakan menurut keadaan yang kita hadapi sekarang, bukannya Pinto sengaja merendahkan kekuatan kita. Mungkin dengan mengandalkan kekuatan gabungan kitapun belum tentu bisa meredakan suasana".
Berbicara sampai disitu ia mendehem sejenak, kemudian perlahan-lahan sambungnya kembali, "Kawan-kawan serta saudara saudara semua merupakan jago-jago lihay yang tiada maksud untuk merebut nama, tujuan kita untuk ikut serta di dalam persoalan ini pun yang separuh dikarenakan
hubungannya dengan Raja muda Mo dan yang separuh lagi karena Tan Sauw-hiap sebagai ahli waris dari Han Tan cianpwee. Tetapi perduli bagaimanapun tujuan kita adalah sama yaitu melawan majikan Isana Kelabang Emas. Demi
tercapainya satu kesepakatan, menurut pendapatku yang bodoh kita harus memilih seorang untuk duduk sebagai pimpinan menurut saudara sekalian siapakah diantara kita yang rasanya paling sesuai?"
Sinar mata si awan dan mega selaksa li menyapu sekejap keseluruh gua. lalu sambungnya, "Menurut pendapat siauw-te Hay Thian cianpwee lah yang paling sesuai entah bagaimana dengan kalian semua?"
Pek-tok Cuncu mendengus dingin dan tidak memberikan pendapatnya, sedangkan Su Hay Sin Tou si pencuri sakti segera tertawa terbahak-bahak.
"Bilamana dilihat dari nama besar yang sudah terkenal di dalam Bulim rasanya siapapun pantas, tetapi aku rasa siapapun tak bakal bisa melaksanakan tugas ini" katanya.
Hay Thian Sin Shu jadi orang paling suka menyendiri dan mempunyai watak sangat aneh, sewaktu ia mendengar si Ban Lie Im Yen mengusulkan dirinya, sepasang kening segera dikerutkan rapat-rapat.
"Haaa.... haaa.... haaa.... Lok heng! buat apa kau mengucapkan kata-kata tersebut" apakah kau tidak tahu bagaimanakah watak Loohu?" serunya sambil tertawa tergelak. "Selamanya loohu paling tidak suka menurut perintah orang lain dan tidak suka pula memerintahkan orang lain!"
Seketika itu juga suasana di dalam gua terasa tidak cocok dan saling bertentangan. Tetapi dalam hati Ui Liong Tootiang suka mempunyai persiapan yang mateng.
Perlahan-lahan sambil tersenyum ia alihkan sinar matanya ke arah Hay Thian Sin Shu
"Persoalan yang kita hadapi pada saat ini bukannya terletak pada siapa memerintahkan kepada siapa tetapi mengharapkan dari kerja sama kita mempunyai seseorang yang memimpin sehingga semua orang dapat bekerja dengan teratur dan menurut rencana. Bukan saja dengan berbuat demikian kekuatan kita bakal berlipat ganda, bahkan bisa pula mengurangi penyakit penyakit yang tidak diinginkan, Menurut perasaanp pinto kalau memang semua orang begitu sayang terhadap bocah she Tan, bagaimana kalau kita suruh dia saja yang pegang pimpinan?"
"Benar....! benar....!" teriak Leng Poo Sianci sambil bertepuk tangan kegirangan "Jikalau engkoh Beng yang bertindak sebagai pimpinan, aku tanggung ia tentu setuju."
Selama hidup Hay Thian Sin Shu paling sayang terhadap putrinya ini, dan selama ini selalu pandang dia sebagai permata digenggamnya.
Sejak masih berada di tengah gurun pasir tempo dulu, secara diam-diam ia sudah mengetahui rahasia hati putrinya ini, karena itu sewaktu melihat dia sudah mewakili dia berbicara, tak terasa lagi ia tertawa tergelak.
"Budak busuk!" makinya "Kau benar-benar tidak punya aturan, di depan sebegini banyak cianpwee apakah kau anggap punya hak untuk ikut campur angkat bicara?"
Leng Poo Sianci sama sekali tidak dibuat marah oleh makian ayahnya ini, sebaliknya ia malah tertawa terkekeh-kekeh.
"Aku tahu Tia tentu setuju, bahkan mereka semuapun tak bakal ada yang menolak!"
"Haaa.... haaa.... haaa.... perkataan nona sedikitpun tidak salah" sambung Su Hay Sin Tou sambil tertawa terbahak-bahak. "Aku serta siular beracun nomor satu paling setuju."
Kejadian ini benar-benar diluar dugaan siasap dan mega selaksa li, mendengar muridnya yang dicalonkan ia jadi cemas setengah mati.
"Hal ini mana boleh jadi" urusan ini tak boleh dianggap sebagai suatu bahan lelucon!" serunya berulang kali.
Mendengar si orang tua itu berkata demikian kontan saja Leng Poo Sianci mencibirkan bibirnya yang kecil, baru saja ia ada maksud berseru mendadak Hay Thian Sin Su sudah melotot ke arahnya.
"Bocah cilik, jangan bicara sembarang" bentaknya cepat.
Hal ini membuat dia jadi takut dan buru-buru menelan kembali ucapannya itu.
Pada waktu itulah Tan Kia-beng segera bangun berdiri dan mengucapkan rasa terima kasihnya.
"Berkat kepercayaan dan rasa sayang dari Loocianpwee sekalian, boanpwee merasa sangat berterima kasih sekali.
Tetapi urusan ini menyangkut suatu kejadian yang amat besar, mana mungkin boanpwee sanggup untuk memikulnya?"
Medadak air muka Pek-tok Cuncu berubah menjadi amat serius.
"Toako! Kau harus tahu" serunya dingin "Semua orang bisa bersikap demikian baik terhadap dirimu, disamping karena dengan dirimu mempunyai hubungan yang erat, hal lain adalah disebabkan hubunganmu dengan Han Tan Loojien, kalau tidak siapa yang suka menggubris persoalan yang tiada berharganya ini?"
"Ehmm.... benar!" sela Si Penjagal Selaksa Li pula. "Situasi di dalam Bulim pada saat ini amat kritis, kaupun tak usah
menolak lagi terhadap usul semua orang ini, kita harus segera merundingkan persoalan yang jauh lebih penting."
Tan Kia-beng yang melihat sikap mereka semua sudah demikian teguh ia tahu menolapun tak bisa.
Akhirnya ia mengalihkan sinar matanya ke arah suhunya siasap dan mega selaksa li Lok Tong minta persetujuannya.
Padahal yang benar, dalam hatipun Lok Tong berkeinginan agar murid kesayangannya bisa menonjol diantara para angkatan tua yang ada, karena itu dengan cepat ia putar haluan mengikuti tiupan angin.
"Kalau memang para cianpwee sekalian memandang dirimu, lebih baik kau terimalah dengan senang hati!" serunya.
"Kalau begitu aku harus mengucapkan terima kasih atas perhatian para cianpwee sekalian," buru-buru Tan Kia-beng bangun berdiri dan menjura kesemua orang yang hadir disana.
Setelah merandek sejenak, dengan wajah serius kembali katanya, "Sewaktu boanpwee masih berada di gurun pasir pernah dengar orang berkata bahkan pihak Isana Kelabang Emas hendak menggunakan kesempatan sewaktu
diadakannya pertemuan puncak para jago di gunung Ui-san ini untuk membasmi seluruh kekuatan dan jago-jago andalan yang ada di dalam Bulim pada saat ini. Mereka bisa berbuat demikian katanya hendak membalas dendam buat rakyat suku Biauw mereka. Sedangkan mengenai siapakah Majikan Isana Kelabang Emas hingga kini tak seorangpun yang bisa menduga.
Tetapi menurut dugaan dia tentu mempunyai hubungan dengan peristiwa penyerbuat Raja muda Mo tempo dulu untuk menindas pemberontakan di daerah Biauw.
"Sedangkan mengenai pihak Isana Kelabang Emas hendak menggunakan cara apakah hendak melakukan pembasmian besar-besaran ini, sampai sekarang akupun belum
memperoleh berita yang sebetulnya. tetapi dapat dipikir siasat mereka tentu sangat kejam dan ganas.
"Disamping itu menurut apa yang dikatankan oleh Leng Hong Tootiang dari partai Bu-tong pay, diselenggarakannya pertemuan puncak para jago digunung Ui San kali ini merupakan siasat yang direncanakan oleh Yen-Yen Thaysu serta Liok lim Sin Ci, mereka hendak menggunakan
kesempatan sewaktu diadakan pertemuan digunung Ui san ini hendak melakukan suatu pertempuran penentuan melawan orang-orang Isana Kelabang Emas dan mempunyai cita-cita untuk melenyapkan kekuatan serta pengaruh jahat pihak Isana Kelabang Emas dari Tionggoan
Dengan amat teliti dan jelas ia mulai menerangkan keadaan yang dihadapi masing-masing pihak hingga saat ini, kemudian mengungkap pula beberapa pendapat, "Menurut keadaan yang dihadapi saat ini ada beberapa persoalan yang segera dilaksanakan, Pertama: mencari berita dengan menggunakan cara dan tindakan apakah pihak Isana Kelabang Emas hendak menghadapi orang-orang Bulim didaratan Tionggaon"
Kedua: Dengan kekuatan yang ada pada tujuh partai besar saat ini, apakah sanggup untuk melawan kekuatan dari pihak Isana Kelabang Emas"
Ketiga: Kita hendak menggunakan cara dan tindakan apa untuk mengatasi persoalan ini?"
"Tidak lama berselang, pihak Isana Kelabang Emas pernah mengguankan cara yang paling rendah untuk turun tangan membokong Sam Kuang Sin nie dan menculik pergi Mo Cuncu"
timbrung Ui Liong-ci mendadak, "Karena persoalan ini pinto
bersama-sama dengan Hu heng serta Lok heng telah
melakukan pengejaran ke gurun pasir, tetapi sewaktu tiba di tengah perjalanan telah bertemu dengan seorang aneh yang mengatakan Mo Cuncu berhasil ditolong bahkan sudah berangkat ke gunung Ui san. Tan si-heng, apakah kau sudah bertemu dengan dirinya?"
Perlahan-lahan Tan Kia-beng menggeleng.
"Karena persoalan ini pihak Isana Kelabang Emas telah memaksa boanpwee untuk bertukar syarat dengan melarang aku ikut campur di dalam peristiwa di atas gunung Ui san, tetapi hingga ini hari aku masih belum berjumpa dengan dirinya!"
Mendadak hatinya rada bergerak, ia lantas menoleh ke arah Pek Ih Loo Sat.
"Siauw Cian, bukankah kau tahu jejak dari Mo Cuncu"
sekarang dia berada dimana?" tanyanya.
Pada saat ini Pek Ih Loo Sat sedang merasa berduka, mendengar Tan Kia-beng menanyakan soal Mo Tan-hong ia melirik sekejap ke arah sang sastrawan tersebut kemudian dengan kheki menggeleng.
"Aku tidak tahu!" serunya.
Walaupun Tan Kia-beng tidak tahu, tapi lirikan dari Hu Siauw-cian ini tak bakal lolos dari ketajaman mata Ui Liong Tootiang tampak sinar matanya berkilat kemudian tertawa tergelak.
"Haaa.... haaa.... haaa.... budak yang bernyali kau berani main setan dihadapan pinto" ayoh cepat memberi hormat buat paman serta empek sekalian!"
Si sastrawan yang bernama Ih-jien itu tertawa, kemudian bangun berdiri dan memberi hormat kepada Ui Liong Tootiang.
"Tit-li menghunjuk hormat buat Supek!" katanya lirih.
Ia memakai pakaian lelaki, perempuan gerak geriknya adalah gaya seorang perempuan.
Hal ini sudah tentu memancing suara gelak tertawa dari semua orang yang berada di dalam gua.
Hanya Tan Kia-beng seorang yang masih belum tahu
siapakah dia, tak terasa lagi diam-diam pikirnya, "Siapakah dia?"
Ketika itu Ui Liong-ci sudah menarik kembali suara gelak tertawanya.
Dengan cepat ia memperkenalkan gadis tersebut kepada semua orang.
Dia adalah satu satunya keturunan dari Raja Muda Mo yang masih hidup, nona Mo Tan-hong" katanya.
Gadis itu kembali memberi hormat kepada semua orang.
"Boanpwee Mo Tan-hong menghunjuk hormat buat Paman serta Empek sekalian...." ujarnya perlahan.
Ketika itulah Tan Kia-beng baru mengerti bila sang sastrawan tersebut bukan lain adalah Mo Tan-hong, tak terasa lagi diam-diam makinya, "Hu Siauw-cian sibudak cilik ini patut dihantam!"
Leng Poo Sianci yang bersandar disisi Hay Thian Sin Shu pada saat itu sebaliknya merasakan hatinya agak gusar.
"Bagus sekali" pikirnya diam-diam, "Katanya kalian sudah bekerja sama untuk mempermainkan diriku. Hmmm, jika aku
tidak kasi sedikit hajaran buat kalian tentu kamu semua tidak tahu kelihayan dari aku Leng Poo Sianci!"
Dengan cepat ia bangun berdiri dan berjalan ke sisi Mo Tan-hong.
"Kau yang bernama Mo Tan-hong, Mo Cuncu?" tanyanya lirih.
Dengan kebingungan Mo Tan-hong mengangguk, setelah itu ia menoleh pula ke arah Hu Siauw-cian.
"Dan kau bernama Pek Ih Loo Sat?" tanyanya pula.
"Sedikitpun tidak salah" jawab Hu Siauw-cian dingin.
Mendadak air mukanya Leng Poo Sianci berubah jadi dingin kaku.
"Nonamu adalah Leng Poo Sianci" serunya perlahan. "Kalian berani benar mempermainkan diriku. Hmmm! pada satu hari aku akan suruh kalian merasakan kelihayan dari nonamu!"
Watak Mo Tan-hong rada halus dan selamanya tidak suka beribut dan mencari gara gara, mendengar perkataan tersebut iaj adi tertegun, sebaliknya Hu Siauw-cian jadi amat gusar, ia tertawa dingin tiada hentinya.
"Bagus.... setiap saat tentu akan aku layani nonamu akan menungguk petunjukmu!"
"Baik, kita tentukan setelah bulan delapan tanggal lima belas pertemuan puncak digunung Ui san selesai!"
Setelah mengucapkan kata-kata tersebut Leng Poo Sianci lantas balik lagi ke tempat duduknya semula.
Para jago lainnya yang hadir di dalam gua tersebut rata-rata merupakan cianpwee-cianpwee yang lanjut usia, terhadap perjanjian mereka pribadi tak seorangpun yang mengambil
gubris, mereka tetap melanjutkan pembicaraannya tentang rencana untuk menghadapi pihak musuh.
Pada saat ini Su Hay Sin Tou telah menceritakan seluruh keadaan dan kejadian yang diketahuinya selama beberapa hari ini disekitar gunung Ui-san, bersama itu pula tambahnya dengan wajah serius, "Kali ini demi tegaknya panji-panji keadilan, pihak Kay-pang dengan tiada sayang telah mengerahkan seluruh kekuatan yang ada untuk melakukan pengawasan yang ketat terhadap seluruh gerak gerik pihak Isana Kelabang Emas, aku rasa mereka tentu sudah
menemukan hal hal yang jauh lebih banyak lagi!"
Si pengemis aneh yang selama ini duduk dipojokan tanpa membuka suara, saat inilah baru menghela napas panjang.
"Heeei.... bila dibicarakan sungguh amat memalukan sekali"
katanya perlahan. "walaupun pihak Kay-pang telah mengerahkan seluruh kekuatan yang ada, kecuali mereka yang mati dan terluka rasanya tiada mendapatkan hal hal yang patut dikatakan berharga."
"Haaa haaa haaa.... kini kita adalah orang sendiri, buat apa kau mengucapkan kata-kata merendah?" seru Su Hay Sin Tou sambil tertawa terbahak-bahak.
Sang pengemis aneh angkat bahu dan menggaruk
rambutnya dengan tangan yang kurus dan hitam bagaikan arang itu, akhirnya kembali ia menghembuskan napas panjang.
"Sejak aku si pengemis tua terjunkan diri ke dalam dunia Kangouw, baru untuk pertama kali ini menemui musuh yang tangguh dan sukar diajak bertempur semacam ini. Penderitaan yang diterima pihak Kay-pang kali ini benar-benar sangat besar."
"Sudah sudahlah tidak perlu unjukkan kekuatan Kay-pang mu," kembali Su Hay Sin Tou menimbrung. "Cepat laporkan seluruh kejadian yang kau ketahui selama beberapa ini kepada Toako kami!"
"Eeei, buat apa kau ikut ribut?" teriak sang pengemis aneh sambil mendelik.
Ia merandek sejenak, kemudian kepada Tan Kia-beng sambungnya lebih jauh, "Yang ingin aku katakan hanya ada tiga hal saja: Pertama, menurut laporan yang diterima anak murid Kay-pang kami, selama beberapa hari ini jago-jago lihay pihak Isana Kelabang Emas yang mendatangi gunung Ui san kurang lebih berjumlah lima, enam puluh orang banyaknya, sedang mengenai apakah Majikan Isana Kelabang Emas sendiri sudah tiba atau belum hingga saat ini belum dapat kami pastikan. Kedua, seluruh jagoan lihay dari tujuh partai besar beserta Liok lim Sin Ci baru saja meninggalkan gunung, apakah maksud mereka hal ini tidak dilaporkan kepada orang-orang perkumpulan kami. Dan yang ketiga, kedatangan kalian siluman siluman tua ke gunung Ui san sudah berhasil diketahui oleh orang-orang Isana Kelabang Emas, kemungkinan sekali mereka akan pusatkan seluruh kekuatan dan perhatian terhadap pihak kita, terutama sekali kau Loo te. kau sudah menjadi paku di depan mata majikan Isana Kelabang Emas, mereka berhasrat hendak cabut dirimu secepatnya"
"Haaa.... haaa.... haaa.... perduli mereka punya maksud untuk memperhatikan kami atau tidak, baik sekarang maupun nanti akhirnya aku ingin juga bergebark mati-matian melawan sang majikan Isana Kelabang Emas itu" seru Tan Kia-beng sambil kerutkan alisnya.
Ia menarik kembali suara gelak tertawanya, kemudian dengan keras serunya.
"Kalau memang benar saudara sekalian sudah meminta Boanpwee yang atur siasat maka sekarang juga aku akan turunkan perintah!"
Selsai berkata ia merangkap tangannya mohon maaf, setelah itu baru ujarnya, "Jika ditinjau dari munculnya racun ganas di atas pedang Giok Hun Kiam ku, maka aku pikir dipihak Isana Kelabang Emas tentu ada seorang yang pandai menggunakan racun, maka mulai sekarang Jie-ko harus selalu waspada dan mengamat-amati mereka terus sehingga tidak sampai orang-orang Isana Kelabang Emas keburu melepaskan racun sebelum diadakannya pertemuan puncak para jago."
"Aku si ular beracun terima perintah" buru-buru Pek-tok Cuncu bangun diri menjura.
"Hay Thian Cianpwee mempunyai hubungan yang paling erat dengan orang-orang tujuh partai besar serta orang-orang dari kalangan Hek-to, harap secara diam-diam kau suka mengadakan hubungan dengan mereka bila perlu sampai waktunya kau kumpulkan saja seluruh kekuatan yang ada untuk bergebrak mati-matian melawan pihak Isana Kelabang Emas"
Hay Thian Sin Shu melirik sekejap ke arah Leng Poo Sianci, kemudian perlahan-lahan baru bangun berdiri.
"Loolap terima perintah" sahutnya hormat.
"Ui Liong Supek mempunyai hubungan yang paling erat dengan Raja muda Mo urusan ini setiap orang Bi-lim mengetahuinya sangat jelas, setelah dibukanya pertemuan puncak para jago nanti, harap kau suka mengumumkan kepada seluruh jago Bulim di kolong langit tentang peristiwa terbunuhnya raja muda Mo dan membongkar siasat jahat dari
pihak Isana Kelabang Emas. Di dalam soal ini kita paling mengutamakan semangat yang berkobar!"
"Sedang Hu suheng serta Sin Tou Sam ko karena jejaknya paling sukar dicari maka kalian sejak ini hari harus menyaru sebagai orang berkerudung dan setiap saat mengontro di sekeliling gunung Ui san, kalian bertugas melindungi keselamatan dari orang-orang yang datang ke gunung melihat keramaian, bilamana perlu gunakanlah suitan panjang sebagai tanda bahaya.
Hu Hong serta Su Hay Sin Tou bersama-sama terima
perintah, setelah itu sinar mata Tan Kia-beng perlahan-lahan baru dialihkan ke atas wajah Hu Siauw-cian, Mo Tan-hong serta Leng Poo Sianci bertiga. dengan nada serius sambungnya, "Untuk menghindarkan hal hal yang tidak diinginkan, mulai ini hari sampai selesai diadakannya pertemuan puncak, kalian bertiga dilarang sembarangan bergebrak melawan orang lain dan tidak boleh pula lari semaunya sendiri!"
Mo Tan-hong tersenyum dan mengangguk sedang Hu
Siauw-cian dengan wajah adem mendongakkan kepalanya memandang dinding gua.
Sebaliknya Leng Poo Sianci segera mencibirkan bibirnya.
"Hmmm! kau tidak berhak mengurusi diriku!"
Tak terasa lagi dengan gemas Hay Thian Sin Shu melototi sekejap ke arahnya.
Terhadap kejadian itu Tan Kia-beng pura-pura tidak melihat, ia lantas bangun berdiri.
"Jikalau loocianpwee sekalian tiada persoalan yang lain sekarang boleh berlalu, setiap malam kita harus berkumpul satu kali disini" katanya.
Demikianlah, masing-masing orang lantas bangun berdiri dan bubaran, di dalam sekejap mata di dalam gua tinggal Hu Siauw-cian, Mo Tan-hong serta Tan Kia-beng tiga orang.
Menanti semua orang sudah bubar, Tan Kia-beng baru putar badan dan berjalan ke hadapan Mo Tan-hong.
"Sejak aku mendapatkan kabar berita yang mengatakan kau kena diculik orang-orang Isana Kelabang Emas, hatiku benar-benar sangat cemas, maukah kau menceritakan bagaimana kau bisa lolos dari mara bahaya?" katanya perlahan.
Perlahan-lahan Mo Tan-hong menghela nafas panjang.
"Heei.... tempo dulu Ui Liong Supek terus menerus mendesak aku kembali kebiara kiranya hal ini terkandung suatu maksud yang sangat mendalam Setelah aku bertemu dengan suhu barulah dalam hati aku mengerti bila pihak Isana Kelabang Emas ada maksud hendak menculik diriku. Ketika itu aku hanya memperhatikan berlatih ilmu silat dan sama sekali tidak menggubris persoalan tersebut. Siapa sangka orang-orang Isana Kelabang Emas ternyata sudah berhasil mendapatkan beritaku. Malam itu menggunakan kesempatan sewaktu suhu sedang bersemedi mereka melancarkan
serangan mendadak sehingga mengakibatkan suhu terluka dan aku terjatuh ketangan mereka. Heei....! Jikalau bukannya di tengah jalan aku berhasil ditolong oleh seorang pendekar aneh yang sangat misterius, entah bagaimanakah
kelanjutannya?"
"Apakah kau berhasil melihat jelas wajah dari pendekar misterius tersebut?"
"Tidak....! Aku cuma mendengar suaranya amat halus dan ramah agaknya seorang kakek tua, tetapi kemungkinan sekali seorang hweesio."
"Ehmm....! Kalau begitu benarlah sudah." Tan Kia-beng mengangguk. "Semua peristiwa ini kemungkinan sekali hasil dari pekerjaan dia seorang."
"Apakah kau kenal dengan dirinya?"
"Tidak kenal, cuma aku sudah memperoleh banyak sekali bantuannya yang sangat berharga."
"Benar! Kepandaian silat orang ini benar-benar sangat lihay," mendadak Pek Ih Loo Sat menimbrung pula dari samping. "Sewaktu aku dengan Tia masih berada di gurun pasir iapun pernah bantu kami lolos dari kepungan."
Mendengar perkataan tersebut dalam hati Tan Kia-beng merasa semakin keheranan lagi.
"Siapakah sebenarnya orang itu?" pikirnya dalam hati.
"Setiap kali ia selalu membantu orang tetapi tak sekalipun memperlihatkan wajah aslinya sendiri. Jika ditinjau dari kepandaian silat yang dimilikinya jelas sudah mencapai pada puncak kesempurnaan yang tiada taranya, sekalipun Ui Liong Tootiang serta Hay Thian Sin Shu yang berhasil melatih ilmunya mencapai taraf kesempurnaan jika dibandingkan dengan orang ini masih kalah satu tingkat."
Berpikir sampai disini rasa waspada segera timbul di dalam hatinya, ia merasa untuk menghadapi Majikan Isana Kelabang Emas dirinya tak boleh terlalu percaya pada kekuatan sendiri.
Bilamana kepandaian dari majikan Kelabang Emas sama lihaynya dengan jagoan misterius yang selalu membantu dirinya, bukankah dirinya bakal mati konyol"
Hu Siauw-cian yang melihat pemuda tersebut terus
menerus termenung tak terasa lagi sudah mendorong badannya.
"Eeei.... aku lihat kau setiap hari dari pagi sampai malam terus menerus seperti kehilangan semangat, mana punya kegagahan untuk pimpin para jago di seluruh kolong langit, mungkin menjadi penjaga pintu perkampungan orang lain tak suka menggunakan dirimu...."
"Oouw.... begitu....?" sahut Tan Kia-beng sekenanya.
Di dalam hatinya ia tetap termenung dan berpikir keras, ia bermaksud hendak menyelidiki dahulu keadaan serta situasi dipihak Isana Kelabang Emas kemudian baru mengambil keputusan kembali.
Sekali lagi Pek Ih Loo Sat mendorong pemuda tersebut, tetapi sewaktu dilihatnya ia cuma tertawa saja tanpa mengucapkan sepatah katapun dengan gemas lantas
melengos dan tidak menggubris dirinya lagi.
Sebaliknya Mo Tan-hong yang mempunyai watak halus, ia mengerti pemuda itu tentunya sedang memikirkan satu persoalan yang maha berat.
Karenany ia lantas menarik tangan Siauw Cian untuk diajak berjalan keluar.
"Siauw Cian! mari kita jalan-jalan di tempat luaran dan jangan ganggu dirinya lagi"
Sejak kecil Hu Siauw-cian dibesarkan seorang diri dan selamanya tidak mempunyai saudara untuk diajak bermain.
Keadaan di sekelilingnya membuat ia mempunyai watak dingin, kaku, sombong dan kasar.
Tetapi sejak berkenalan dengan Mo Tan-hong, lama
kelamaan wataknya yang kasar berhasil sedikit demi sedikit dilarutkan oleh watak Mo Tan-hong yang halus tapi agung itu sehingga didasar hatinya timbullah suatu perasaan kagum terhadap gadis tersebut.
Dan boleh dikata terhadap omongan dari gadis keturungan Mo Cun-ong ini ia sangat penurut. dengan berjalan bergandengan mereka berdua lantas berjalan keluar dari gua Mendadak Mo Tan-hong teringat kembali dengan janji mereka terhadap Leng Poo Sianci, tak terasa lagi dengan nada mengomel ujarnya lirih, "Tadi, tidak seharusnya kau menyanggupi nona Cha untuk adu kepandaian. Sebetulnya urusan ini tidak lebih cuma suatu kesalah pahaman belaka.
setelah dijelaskan bukankah akan jadi terang kembali, kenapa harus diselesaikan dengan suatu perkehalian?"
Hu Siauw-cian mengerutkan dahinya kemudian mendengus dingin.
"Hmm! justru aku paling tidak betah melihat gerak geriknya yang sombong dan ingin cari menang sendiri itu, bergebrak ya bergebrak, kenapa harus takuti dirinya?" serunya dingin.
Tetapi selesai berkata kembali ia sudah tertawa cekikikan, sambungnya, "Ia sangat baik sekali dengan engkoh Beng."
Dengan cepat gadis ini lantas menceritakan seluruh kisahnya sewaktu berada di dalam gua dimana ia menggoda gadis tersebut.
Tak kuasa lagi Mo Tan-hong pun dibuat tertawa.
"Cis! tidak tahu malu.... soal inipun kau bisa-bisanya menceritakan kembali kepadaku" omelnya.
Kembali mereka berdua tertawa terpingkal-pingkal.


Misteri Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tan Kia-beng setelah termenung dan berpikir lama sekali baru dongakkan kepalanya kembali. Sewaktu dilihatnya Mo Tan-hong berdua sudah tak berada di dalam gua iapun lantas berjalan menuju keluar.
Ketika itu kedua orang gadis tersebut sedang bercakap-cakap sambil bergurau. karena tidak ingin mengganggu mereka maka secara diam-diam ia lantas berlalu keluar dari lembah tersebut dan menuji ke dalam sebuah lembah lain yang misterius.
Ia merasa daerah sekelilingnya licin tak bertumbuhan sedang disebelah kirinya tumbuhlah pohon pohon besar yang amat lebat.
Selagi ia sedang siap-siap hendak menentukan arah itulah mendadak terdengar suara yang amat lirih bergema masuk ke dalam telinganya.
Buru-buru ia mendongak, dari balik pohon yang lebat tampaklah sesosok bayangan manusia berkelebat mendatang.
Bayangan tersebut langsing, kecil dan mungil. tampaklah dengan ragu-ragu orang tersebut memperhatikan sekejap suasana di sekeliling hutan itu kemudian dengan sebat meluncur ke arah gua yang ditempati Tan Kia-beng tadi.
Gerakan badannya lincah, gesit dan cepat sekali kelebatan sudah mencapai sejauh tiga empat kaki.
Ketika itu Tan Kia-beng sedang murung karena tidak tahu di tempat manakah orang-orang Isana Kelabang Emas sudah
bermarkas, melihat munculnya seseorang dalam hati jadi sangat girang.
"Jika aku tangkap orang ini bukankah diriku tidak usah repot repot lagi untuk mengetahui alamat markas mereka?"
pikirnya dalam hati.
Hanya di dalam sekejap mata orang itu sudah berada tidak jauh dari dirinya, kiranya orang itu adalah seorang siucay yang berbadan kurus.
Karena ingin menangkap dirinya hidup-hidup sehingga bisa ditanyai dengan jelas rahasia pihak musuh maka pemuda kitapun tidak menggubris peraturan Bulim lagi.
Mendadak badannya mencelat ke tengah udara kemudian menubruk ke arah bawah, tangannya laksana sambaran kilat mencengkeram ujung baju sebelah belakangnya.
Orang itu agaknya sama sekali tidak menduga ada orang yang turun tangan membokong dirinya, di dalam keadaan gugup ia menjerit tertahan kemudian buru-buru tundukkan kepalanya dan berpaling beberapa kali di atas tanah, di dalam sekejap mata ia sudah menyingkir sejauh dua kaki lebih.
Tetapi, kendati begitu tak urung tutup kepalanya kena dijambret juga oleh Tan Kia-beng sehingga rambutnya yang panjang terurai.
Sekali pandang Tan Kia-beng segera kenali kembali dirinya bukan lain adalah Yen Giok Fang salah seorang dari sepasang gadis cantik dari daerah Biauw-leng yang pernah bergebrak melawan Hu Siauw-cian sewaktu berada dibekas kebun bangunan keluarga Cau.
"Iih" kiranya kau?" serunya tertahan.
Setelah rasa terkejut lenyap dari dalam hati, dengan membelalakkan sepasang matanya yang jeli Yen Giok Fang memperhatikan Tan Kia-beng dari atas hingga ke bawah, beberapa saat kemudian ia baru bertanya"
"Eeei.... apa hubunganmu dengan Hong Jen Sam Yu?"
"Kawan!"
"Kau kenal dengan sijagoan pedang yang membasmi bibit iblis Tan Kia-beng?"
"Apa maksud mencari diriku?" dalam hati Tan Kia-beng mulai berpikir dengan hati ragu-ragu.
Tetapi diluaran ia tetap tenang tidak menunjukkan reaksi apa apa.
"Kenal! Apa maksudmu mencari dirinya?"
"Ada urusan penting yang hendak ajak dia berunding.
Maukah kau tolong aku untuk panggil dia datang kemari?"
Tan Kia-beng adalah kawan cayhe yang paling akrab. Bila kau ada urusan katakan saja kepadaku."
"Tidak bisa jadi. Aku harus bertemu sendiri dengan dirinya."
"Jika dilihat wajahnya yang cemas dan tak tenang mungkin benar-benar ada urusan penting", pikir Tan Kia-beng kembali di dalam hatinya. "Kemungkinan sekali dari mulutnya aku berhasil mendapatkan sedikit berita yang penting."
Karena itu dengan wajah yang serius ujarnya, "Jika maksud nona mencari dirinya karena hendak melaporkan berita mengenai Isana Kelabang Emas, cayhe segera akan carikan dia untuk bertemu dengan dirimu, kalau cuma urusan pribadi, maaf cayhe tak akan menggubris dirimu lagi."
Sudah tentu urusan yang menyangkut Isana Kelabang Emas" seru Yen Giok Fang cemas. "Saat ini waktu sangat berharga bagaikan emas. siapa yang punya waktu untuk ngobrol lagi dengan dirimu, cepatlah kau undang dia kemari"
"Haaa.... haaa.... haaa orang she Tan yang nona cari jauh ada diujung langit dekat ada di depan mata, cayhe adalah orangnya" ujar Tan Kia-beng sambil tertawa terbahak-bahak.
Dengan ragu ragu Yen Giok Fang memperhatikan sekejap ke arahnya, mendadak ia mencibirkan bibirnya.
"Hmm! Mengandalkan watakmu semacam itu, kau tak becus untuk jadi dirinya." teriaknya gusar.
Dari dalam pinggang Tan Kia-beng lantas mencabut keluar seruling pualamnya.
"Kalau benda ini rasanya tidak bakal palsu bukan?" serunya sambil menggoyang goyangkan senjata tersebut.
Kembali Yen Giok Fang memperhatikan sekejap ke arahnya, terakhir ia menghela napas panjang.
"Heei.... kau sungguh keterlaluan, orang lain lagi cemas setengah mati kau malah mengajak aku bergurau."
"Nona! Sebetulnya apa maksudmu mencari diriku?" Ketika itulah dengan wajah serius Tan Kia-beng berjalan maju kesisiya. "Sekarang kau utarakanlah keluar, asalkan bukan suatu permintaan yang berat pasti akan cayhe sanggupi."
"Tolonglah Leng-tiong It-koay serta si Hakim Pualam berwajah ketawa kemudian hantarlah kami kakak beradik turun gunung."
"Eei.... apa maksudmu?" seru Tan Kia-beng dengan hati terperanjat. "Bukankah kalian sama-sama orang dari pihak Isana Kelabang Emas" Kenapa harus minta tolong kepadaku?"
"Heei.... bila diceritakan sungguh amat panjang sekali."
kembali Yen Giok Fang hela napas panjang. "Hari itu setelah kami berempat mendapat perintah untuk berangkat kekebun bekas bangunan keluarga Cau untuk membinasakan Hong Jen Sam Yu, siapa tahu dari tengah kau sudah bercampur tangan sehingga merusak pekerjaan kami, sekembalinya kemarkas karena melihat kami mengundurkan diri tanpa membawa luka, maka majikan Isana Kelabang Emas lantas menaruh curiga kami berdua secara diam-diam sudah menaruh bibit cinta terhadap dirimu. Dengan cepat Leng-tiong It-koay berdua ditangkap lalu dikurung sedang kami kakak beradik walaupun karena ada suhu sehingga tidak dihukum tetapi secara tidak kelihatan sebenarnya kami ditahan secara halus, tindak tanduk kami tidak sebebas dahulu lagi."
"Lalu bagaimana sekarang kau bisa keluar?"
"Majikan Isana Kelabang Emas duah meninggalkan gunung, sedang para jago-jago lainnyapun karena ada urusan sudah pergi semua, karena itu aku baru berani menyelundup kemari."
"Majikan Isana Kelabang Emas sudah meninggalkan gunung?" seru Tan Kia-beng dengan sinar mata keheranan.
"Dia sudah pergi kemana?"
"Rahasia tingkat tinggi semacam ini mana mungkin aku bisa tahu?"
"Eei....! sebenarnya kau suka membantu diriku tidak?"
"Kini pihak Isana Kelabang Emas sedang memandang diriku seperti paku di depan mata, aku tak boleh percaya omongannya begitu saja" diam-diam Tan Kia-beng memperingatkan dirinya sendiri.
Tetapi diluaran ia tetap tersenyum.
"Jikalau menurut semangat jantan seorang lelaki sejati dan demi tertegaknya panji panji keadilan" ujarnya cepat "Memang ada seharusnya cayhe turun tangan menolong mereka, tetapi ada beberapa urusan yang mencurigakan hatiku harap kau suka memberi jawaban.
---ooo0dw0ooo--JILID: 14 PERTAMA: Siapakah suhu nona" Secara bagaimana kalian kakak beradik bisa masuk sebagai anggota Isana Kelabang Emas"
KEDUA: Untuk minta pertolongan kau bisa pula mencari orang lain, kenapa justru hanya mencari aku seorang"
KETIGA: Kalau memang kau bisa keluar secara bebas, kenapa tak sekalian melarikan diri" Sebaliknya harus menolong dulu Leng-tiong It-koay serta si Hakum Pualam berwajah ketawa berdua?"
Yen Giok Fang yang mendengar pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan itu, dalam hatinya lantas mengerti bila pemuda tersebut masih belum percaya terhadap dirinya, tak terasa lagi ia menghela napas panjang.
"Aku tahu, kalau hatimu masih menaruh curiga terhadap kejujuranku." ujarnya perlahan. "Tetapi soal ini tak bisa salahkan padamu, jika aku adalah kau, akupun tak akan suka pergi menempuh bahaya buat seorang yang persahabatannya tak begitu mendalam."
Sehabis berkata ia membereskan rambutnya yang terurai, setelah berganti napas lalu sambungnya kembali, "Siapakah suhu kami kakak beradik berdua untuk sementara waktu tak
dapat kami utarakan, cuma aku dapat beritahukan padamu bahwa ia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan majikan Isana Kelabang Emas, tetapi watak mereka berdua sama sekali berbeda, soal ini aku harap kau suka memaafkan."
"Leng-tiong It-koay serta si Hakim Pualam berwajah ketawa bisa masuk ke dalam pihak Isana Kelabang Emas tidak lebih karena hubungannya dengan suhuku. Sudah tentu kami kakek beradik berdua tak akan suka melihat mereka berdua menemui bencana tanpa ditolong!"
"Sedangkan mengapa aku tidak langsung minta bantuan dari tujuh partai besar sebaliknya mencari kau" Soal ini bukannya aku hendak mencari muka dihadapanmu, saat ini orang yang bisa melawan kekuatan Isana Kelabang Emas cuma kau seorang, dan hanya kau pula yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan beberapa orang
loocianpwee, sedang orang yang paling diperhatikan juga kalian semua."
"Sewaktu berada di kota Thian Lam tempo dulu, kami sudah mendengar bahwa kau adalah seorang yang berbudi, oleh karena itu bagaimanapun kami lebih baik datanga mencari bantuan kepada dirimu."
Berbicara sampai disini dengan perasaan jengah ia tertawa, sejenak kemudian tambahnya, "Sebetulnya kami kakak beradik mempunyai banyak rahasia yang hendak
diberitahukan kepadamu, tetapi kami tak bisa berbuat demikian dan kami hanya berharap bisa lolos dari gunung Ui san dalam keadaan selamat setelah itu akan mengasingkan diri tidak ikut campur lagi urusan apapun, dengan berbuat demikian aku tidak ingin berbuat salah terhadap Majikan Isana Kelabang Emas juga tak ingin pula berbuat salah terhadap kawan kawan Bulim lainnya. Terus terang aku katakan
padamu. Jika kau suka berbuat demikian hanya akan mendatangkan keuntungan saja buat dirimu. Mau percaya atau tidak ini terserah pada dirimu sendiri."
Diam-diam Tan Kia-beng ambil perhitungan di dalam hatinya, ia merasa menyanggupi gadis ini jauh lebih menguntungkan karena dengan berbuat demikian bukan saja ia bisa menyelidiki markas dari Isana Kelabang Emas di atas gunung Ui-san ini disamping itu menggunakan kesempatan tersebut iapun bisa berkenalan dengan kawan Bulim yang berasal dari Thian Lam, bukankah hal ini sangat
menyenangkan sekali"
"Kalau memang nona demikian pandang tinggi diri cayhe sehingga sengaja datang minta bantuanku, jika cayhe tidak menyanggupi tentu akan dipandang terlalu pandang rendah kalian, kini urusan tak boleh terlambat lagi. Mari kita segera berangkat" ujarnya dengan gagah.
"Tan-heng bisa bersikap begitu gagah hal ini benar-benar membuat Siauw moay merasa amat kagum" kata Yen Giok Fang kembali. "Cuma pada saat ini pihak Isana Kelabang Emas sedang pusatkan seluruh kekuatan yang ada untuk
menghadapi rombongan kalian, harap di dalam setiap tindakan kau suka berhati-hati. Ucapan siauw moay cukup sampai disini saja, mari kita segera berangkat!"
Tetapi.... baru saja selesai berkata, mendadak terdengarlah suara tertawa seram berkumandang datang memecahkan kesunyian.
"Hee.... hee.... hee.... kini sudah terbukti Biauw-leng Siang-ciauw mengadakan hubungan dengan pihak musuh, aku mau lihat sekarang kau bisa mungkir lagi tidak?"
Diiringi suara gelak tertawa yang amat menyeramkan, sesosok bayangan manusia dengan cepat meluncur datang ke hadapan mereka.
Melihat munculnya dua orang tersebut air muka Yen Giok Fang segera berubah hebat.
Kiranya orang yang baru saja munculkan dirinya itu bukan lain adalah siluman berjubah merah Tolunpah adanya.
Cuma pada saat ini Tolunpah sama sekali tidak tahu kalau si pengemis cilik tersebut bukan lain hasil penyaruan dari Tan Kia-beng, oleh karena itu ia sama sekali tidak melirik sekejappun ke arahnya.
Diiringi suara tertawa seram ia sudah berkelebat dan melayang turun dihadapan Yen Giok Fang, kemudian sambil tertawa cabul ujarnya, "Kini, cuma ada dua jalan saja untuk kau pilih. jalan yang pertama, ikutilah permintaan Hud-ya mu dan puaskan napsuku, terhadap peristiwa yang terjadi malam ini Hud ya pasti tak akan membocorkan kepada siapapun, bahkan akan memberikan banyak kebaikan kebaikan serta kepuasan kepuasan untukmu. Sedangkan jalan yang kedua....
aku rasa tentu kau tahu sendiri bukan?"
Terhadap sepasang gadis cantik dari daerah Biauw-leng, sejak dahulu Lhama ini sudah bermaksud tidak baik, cuma saja dikarenakan suhu mereka kakak beradik paling sukar dilayani bahkan hubungannya sangat kuat sekali dengan Majikan Isana Kelabang Emas, maka ia tak berani bertindak secara gegabah.
Kini sesudah ia berhasil mencekal kesalahan gadis tersebut, sifat jahat serta cabulnyapun segera ketahuan bahkan sekali pentang mulut lantas mengutarakan maksud hatinya, hal ini
diam-diam membuat Yen Giok Fang merasakan hatinya bergidik.
Selangkah demi selangkah Tolunpah kembali mendesak maju ke depan, sedang mulutnya tetap cengar cengir dengan amat menyeramkan.
Tadi sewaktu Yen Giok Fang melihat menghianatnya
terhadap Isana Kelabang Emas ketahuan orang lain, saking terperanjatnya air mukapun sudah berubah pucat, nyali terasa melayang dari dalam rongga dada.
Tetapi kini, setelah melihat lagak dari Tolunpah yang mendesak ke arahnya dengan wajah penuh kecabulan dalam hati jadi merasa amat gusar, ia lantas bulatkan tekad dan membentak keras, "Jika kau berani maju satu langkah lagi, nonamu segera akan cabut nyawa anjingmu!"
Pada saat ini napas panjang dari Tolunpah sudah berkobar kobar sukar ditahan ia sama sekali tidak perduli terhadap ancaman tersebut.
Dengan sepasang mata yang terpentang lebar-lebar
memancarkan cahaya kemerah-merahan, perlahan-lahan ia mendesak maju ke depan.
Sepasang tangannya dibentangkan lebar-lebar sedang dari tenggorokannya mengeluarkan suara tertawa aneh yang tidak sedap didengar.
"Plaaak! Plooook!" diiringi suara tamparan yang nyaring, wajah jelek dari Tolunpah sudah kena diperseni sehingga bengkak dan sembab merah. Hal ini membuat matanya jadi berkunang kunang dan kepala terasa pening.
Jika kalau dibicarakan dari kepandaian silat yang dimilikinya, tidak mungkin Yen Giok Fang bisa menghantam
dirinya dengan demikian mudah, tetapi berhubung pada waktu itu ia sedang dipengaruhi oleh napsu dan hanya tertuju untuk menyelesaikan maksudnya apalagi menganggap Yen Giok Fang merupakan makanan yang paling lejat, maka sama sekali dia tidak ambil persiapan.
Setelah terkena gaplokan, napsunya kontan saja lenyap tak berbekas sedangkan hawa amarah segera memuncak.
"Lonte yang tidak tahu diri!" teriaknya gusar. "Hudya bermaksud baik untuk bantu dirimu, tidak disangka kau berani benar mencari gara-gara dengan Hud-ya mu! kau jangan salahkan kalau Hud-ya mu segera akan turun tangan merusak perawanmu dengan kekerasan!"
Tangannya yang besar dan berbulu kontan digerakkan untuk mencengkeram dadanya....
Pada saat ini dalam hati Yen Giok Fang sudah bulatkan tekad, sambil membentak nyaring ia mencelat ke samping sedang golok lengkungnya yang berwarna biru itupun segera dicabut keluar.
"Selama beberapa hari ini nonamu sudah bosan dengan bau busukmu yang sangat memuakkan itu" bentaknya sambil menuding Tolunpah.... "Malam ini jika bukan kau yang mati tentu akulah yang hidup ayoh keledai gundul turun tanganlah sekuat tenagamu, Nonamu tentu akan melayani dirimu"
"Heee.... heee.... heee.... kau jangan sombong dulu" seru Tolunpah sambil tertawa seram. "Apakah tindakan Isana Kelabang Emas terhadap orang yang berhianat rasanya tentu kau sudah tahu bukan" kini Hud-ya mu sengaja hendak membuka satu jalan hidup buat dirimu. siapa sangka kau lonte busuk tidak tahu diri bahkan berani gaplok wajahku. Hmm!
kini kau jangan kira bisa lolos dari cengkeraman diriku, aku
akan tangkap kau untuk diserahkan kepada Majikan Isana Kelabang Emas!"
Terhadap soal ini sudah tentu Yen Giok Fang mengerti, tetapi sejak semula ia sudah singkirkan persoalan mati hidup dari pikirannya, karena itu setelah mendengar perkataan tersebut ia tertawa dingin tiada hentinya.
"Kau tidak usah bersikap kucing menangisi tikus, sekalipun nonamu mati juga tak bakal suka menerima maksud baikmu, sudah tidak usah banyak bicara lagi, lihat serangan!"
Cahaya biru berkelebat lewat, golok lengkungnya dengan membentuk serentetan cahaya yang tajam segera membabat ke arah depan.
Mendadak.... Dari sisi kalangan menggulung datang satu pukulan berhawa lembek yang langsung menggetarkan golok lengkung tersebut ke samping diikuti tampak bayangan manusia berkelebat lewat.
Tahu-tahu Tan Kia-beng sudah berdiri diantara kedua orang itu, kepada Yen Giok Fang ujarnya kemudian sambil mengulapkan tangannya.
"Nona, untuk sementara kau beristirahatlah, biar aku yang melayani dirinya!"
Badannya dengan cepat berputar. kepada Tolunpah yang berdiri dihadapannya ia tertawa dingin.
Jadi maksud saudara hendak memaksa nona ini untuk memenuhi permintaanmu itu?" tanyanya ketus.
"Urusan ini kau tidak perlu ikut campur" Bentak Tolunpah sambil memicingkan Hud-ya mu sedang menjalankan
peraturan perguruan dari Isana Kelabang Emas, jika kau
masih tidak tahu diri dan tidak mau undurkan diri lagi dari sini, Hmmm! mungkin kau sendiripun bakal sulit untuk meloloskan diri dari cengkeramanku"
"Haaa.... haaa.... haaa....cuma sayang aku si pengemis cilik sudah terbiasa dengan tulang-tulang kereku ini, kalau aku ngotot tak mau mundur lalu kau hendak berbuat apa?" ejek Tan Kia-beng sambil tertawa terbahak-bahak.
Tolunpah tertawa seram, telapak tangannya perlahan-lahan diangkat ke atas siap-siap melancarkan satu pukulan dahsyat.
Walaupun terang-terangan Tan Kia-beng melihat kejadian ini tetapi ia pura-pura tidak tahu, bahkan berdiri sambil berpeluk tangan.
Yen Giok Fang yang takut ia menderita rugi, buru-buru berteriak memberi peringatan
"Tan heng, hati-hati terhadap serangan bokongan dari keledai gundul ini...."
Baru saja teriaknya selesai dilancarkan keluar, Tolunpah sudah membentak keras, sepasang telapak tangannya bersama-sama didorong ke depan dengan sepenuh tenaga.
Karena ia merasa si pengemis cilik ini sudah mengacau maksud hatinya, maka ia berusaha keras untuk menggunakan kesempatan yang baik ini guna membinasakan dirinya.
Tampaklah segulung angin pukulan yang amat dahsyat laksana ombak yang menggulung di tengah samudra dengan cepat menerjang datang. hal ini membuat ujung pakaian dari Tan Kia-beng berkibar kencang.
Tetapi sebelum angin pukulan tersebut bersarang ditubuh lawan, mendadak terasalah sepasang matanya jadi kabur tahu-tahu bayangan musuh sudah lenyap tak berbekas.
disusul suara bentrokan yang keras di atas tanah membuat pasir serta kerikil beterbangan memenuhi angkasa.
Tolunpah yang berkeyakinan di dalam serangannya ini pasti akan berhasil membinasakan pihak musuh siapa sangka ternyata hanya mencapai pada sasaran yang kosong, hatinya jadi amat terperanjat.
Buru-buru badannya berputar kemudian mundur sembilan depa ke arah belakang.
Ketika ia menoleh ke belakang maka tampaklah entah sejak kapan si pengemis cilik itu sudah ada dibelakang tubuhnya sesuatu memandang ke arah dengan mulut tersungging satu senyuman dingin.
Kontan saja hatinya jadi cemas bercampur gusar, ia bersuit pentang badannya sekali lagi menerjang maju ke depan sambil mengirim tujuh delapan buah serangan berantai secara serabutan.
Di dalam sekejap mata Tan Kia-beng sudah tergulung di dalam bayangan telapak yang berkelebat memenuhi seluruh angkasa itu.
Yen Giok Fang mengerti bila tenaga dalam yang dimiliki hweesio ini amat sempurna wataknyapun amat ganas, Karena takut Tan Kia-beng tak berhasil menangkap dirinya sehingga ia berhasil lolos dan menimbulkan banyak kesulitan, maka dengan cepat ia maju ke depan dan berdiri di pinggir kalangan.
"Tan-heng harap kau suka berhati-hati jangan sampai membiarkan bajingan ini berhasil meloloskan diri" teriaknya nyaring.
Tan Kia-beng mengerti apa maksud dari perkataannya ini, ia berharap dirinya bisa membinasakan silhama berjubah merah ini sehingga rahasianya tidak sampai terbongkar.
Tak terasa lagi ia tertawa tergelak.
"Nona boleh berlega hati, bangsat hweesio ini tak bakal bisa lolos dalam keadaan hidup"
Sembari berbicara secara diam-diam ia mulai mengerahkan ilmu sakti Jie Khek Kun Yen Sian Thian Cin Khie nya, kemudian diarah depan.
Suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memenuhi angkasa, tubuh Tolunpah bagaikan sebuah bola besar menggelinding ke tengah udara kemudian roboh ke atas tanah dengan amat keras.
Kaki tangannya tampak menggeliat sejenak, akhirnya menegang dan seketika itu juga menemui ajalnya.
Ilmu yang amat dahsyat ini kontan saja membuat Yen Giok Fang jadi berdiri mematung disana, untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun
"Lihay.... sungguh amat lihay!" beberapa saat kemudian gadis tersebut baru berseru sambil menepuk dada sendiri
"Eeei.... ilmu kepandaian macam apakah yang baru saja kau gunakan" sungguh menakutkan sekali"
"Kau tidak perlu memuji diriku lagi" kata Tan Kia-beng sambil tertawa tawar, "Kepandaian barusan bukan dikarenakan kepandaian silat yang cayhe miliki terlalu lihay tetapi sang Lhama ini sendiri yang sudah menggunakan tenaga terlalu besar!"
Ia lantas membungkuk dan menyeret mayat Tolunpah yang penuh berlepotan darah untuk dibuangnya ke dalam sebuah gua batu setelah itu serunya kepada Yen Giok Fang.
"Mari sekarang juga kita berangkat, jika terlambat kita bakal kecandang lagi!"
Yen Giok Fang sendiripun merasa ia sudah keluar terlalu dalam, tak kuasa lagi harinya merasa amat cemas.
"Celaka....! aku sudah keluar sangat lama sekali, jikalau sampai diketahui oleh pihak mereka tentu enci ku lah pertama-tama yang bakal menerima siksaan!" serunya penuh rasa kuatir.
Sembari berseru badannya laksana sebatang anak panah yang terlepas dari busur meluncur ke arah depan.
Gadis ini sejak kecil dibesarkan di daerah Biauw yang berpegunungan berlari di atas gunung serta tebing-tebing yang curam sudah merupakan kepandaiannya yang
menunggal. Hanya di dalam sekejap mata ia sudah berhasil melewati beberapa buah bukit serta tebing tebing yang curam, sewaktu ia menoleh ke arah belakang maka tampaklah Tan Kia-beng selama ini masih menguntil terus dibelakangnya dengan tenang.
Pada saat ini ia sudah merasa sangat lelah sehingga keringat mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, nafaspun mulai memburu, tetapi sebaliknya pihak lawan masih tetap tenang-tenang saja, hal ini menandakan bila kepandaian pemuda tersebut benar-benar amat lihay sekali.
Tak terasa lagi dengan perasaan jengah ia menoleh dan tersenyum, ujarnya dengan hati kurang enak, "Aku.... baru
saja berlari tidak seberapa jauh sudah kecapaian macam begini, hal ini benar-benar mentertawakan sekali!"
"Nona! buat apa kau terlalu merendahkan diri?" seru Tan Kia-beng serius. "Dengan ilmu meringankan tubuh yang nona miliki pada saat ini boleh terhitung sebagai seorang jagoan kelas wahid di dalam dunia persilatan. Tenaga dalampun belum berhasil mencapai puncak kesempurnaan hal ini bukan salahmu, watakmu berlalu masih terlalu pendek, dan asalkan selanjutnya kau mau sungguh-sungguh berlatih, tidak susah bagimu untuk memperoleh kemajuan"
Ia merandek sejenak, kemudian dengan nada kuatir ujarnya kembali, "Jikalau perjalanan masih sangat jauh, cayhe rela untuk keluarkan sedikit tenaga untuk menggandeng tangan nona, entah bagaimana maksudmu?"
Sejak pertemuan dibekas kebun bangunan keluarga Cau dalam hati Yen Giok Fang diam-diam sudah menaruh rasa simpatik terhadap sang pemuda yang memiliki kepandaian ilmu silat amat tinggi dan mempunyai nama amat terkenal di dalam dunia kangouw ini. justru disebabkan rasa tertarik, ia ada maksud mencari kesempatan untuk menjajaki kepandaian silat yang dimiliki pihak lawan.
Kini mendengar Tan Kia-beng akan menggendeng
tangannya untuk bantu ia melakukan perjalanan, tak terasa lagi dalam hati pikirnya, "Sampai suhuku sendiripun tidak berani pentang mulut hendak melakukan perjalanan sambil menyeret seseorang, aku ingin melihat kau hendak
menggunakan cara apa untuk menolong diriku?"
Setelah mengambil keputusan, ia lantas tertawa.
"Hingga sampai saat ini kita baru melakukan perjalanan hanya sepertiganya saja aku sudah demikian dewasa rasanya tidak enak kalau kau harus bantu menggandeng tanganku?"
Pada saat ini di dalam hati Tan Kia-beng hanya memikirkan bisa cepat-cepat dia tiba dimarkas orang-orang Isana Kelabang Emas, melihat gadis tersebut tidak menunjukkan reaksi menolak, ia pun lantas tersenyum.
"Ayoh jalan! bukankah ada pihak ketiga yang melihat"
Kenapa harus malu?"
Tangannya dengan cepat menyambar lengannya yang halus kemudian membentak keras, "Ayo jalan!"
Badannya dengan lincah dan sebat meloncat ke tengah udara meluncur sejauh lima kaki lebih melakukan perjalanan melalui sebuah jalan gunung yang kecil.
Yen Giok Fang hanya merasakan badannya sangat enteng dan seperti didorong oleh segulung kekuatan yang tak berwujud untuk meluncur ke arah depan, telinganya cuma mendengar deruan angin kencang berseliwaran di pinggir telinga, pemandangan di kedua belah samping laksana kilat menyambar ke arah belakang, hanya di dalam sekajap mata mereka berdua sudah berada ratusan kaki jauhnya.
Kecepatannya pada saat ini bila dibandingkan dengan larinya tadi walaupun sudah menggunakan sepenuh tenaga hampir boleh dikata jauh lebih cepat satu kali lipat, tak terasa lagi hatinya merasa terperanjat bercampur girang.
Diam-diam ia merasa beruntung karena berhasil
menemukan seseorang yang memiliki kepandaian ilmu silat sedemikian lihaynya, rasanya tidak akan begitu sukar lagi baginya untuk meloloskan diri dari mulut macan dan memperoleh kemerdekaan kembali.
Karena kegirangan iapun tanpa terasa sudah menoleh ke arah samping memandang wajah pemuda tersebut tajam tajam.
Kebetulan ketika itu Tan Kia-beng pun sedang menengok ke arahnya, empat mata bertemu jadi satu.... ia merasa pihak lawan masih tenang-tenang saja dan sama sekali tidak kelihatan ngotot. bahkan mungkin pemuda ini belum menggunakan seluruh tenaganya yang ada, hal ini membuat hatinya semakin kagum lagi.
Dibawah petunjuk Yen Giok Fang, tidak selang beberapa saat kemudian sampailah mereka disuatu tempat yang dijadikan markas besar oleh orang-orang Isana Kelabang Emas.
Ternyata tempat itu merupakan sebuah kuil yang berdiri dengan angker dan megahnya, kuil tersebut berdiri disebuah lekukan tebing gunung yang jauh menjorok ke dalam oleh karena itu jika tidak didekati sulit untuk menemukan bila di tempat itupun terdapat sebuah kuil.
Baru saja mereka berdua tiba tidak jauh dari kuil tersebut, Yen Giok Fang segera menahan larinya Tan Kia-beng lalu berbisik dengan suara lirih, "Di sekeliling tempat ini terdapat penjagaan yang sangat ketat, sekali kurang berhati-hati paling mudah diketahui jejaknya oleh mereka, jika sampai terjadi demikian maka untuk menolong orang akan menemui
kesulitan, mari kau ikutilah diriku baik-baik"
Tan Kia-beng bungkam dalam seribu bahasa,
kedatangannya ini hari adalah hendak membantu gadis tersebut menyelesaikan pekerjaannya, sudah tentu segala tindak tanduk dan gerak geriknya harus mengikuti usulnya.
Sejak timbulnya peristiwa dengan Tolunpah tadi, pemuda kita sudah benar-benar menaruh rasa kepercayaan terhadap Sepasang gadis cantik dari daerah Biauw-leng ini, oleh karena itu ia menurut saja atas semua siasat yang sudah diatur.
Dibawah sorotan cahaya rembulan, tampaklah dua sosok bayangan berwarna keabu abuan laksana kilat menyambar dan berkelebat menuju keantara batu-batuan yang tersebar meluas di sekeliling kuil.
Hanya di dalam sekejap mata mereka sudah berhasil menyebrangi tembok pendek yang mengelilingi kuil tersebut, kemudian meminjam bayangan gelap tumbuhan bambu mulai bergerak ke depan dengan berhati-hati sekali.
Semakin lama mereka bergerak semakin mendekati sebuah bangunan rumah yang pendek dan kecil dihadapannya, tidak usah dijelaskan lagi kedua sosok bayangan manusia tersebut bukan lain adalah Tan Kia-beng serta Yen Giok Fang adanya.
Mereka berdua bersembunyi dibalik tumbuhan beraneka warna bunga yang tersebar meluas disana lalu dari tempat ini mulai mengintai keadaan di sekeliling rumah kecil tersebut, akhirnya mereka menemukan dibawah serambi bangunan rumah itu tempat dua orang bu-su suku Biauw sedang berbicara dan bergurau dengan suara yang lirih.
Perlahan-lahan Yen Giok Fang menyenggol badan Tan Kia-beng lalu angkat kedua buah jarinya menuding kedua orang bu su tersebut, setelah itu melakukan gerakan tangan membabat ke arah bawah.
Maksudnya ia suruh pemuda tersebut membinasakan dulu kedua orang tersebut.
Tan Kia-beng mengerti maksudnya, ia mengangguk
kemudian dengan gerakan badannya mendatar ia meluncur ke arah depan langsung menubruk kedua orang Bu-su itu.
Gerakan badannya barusan cepat laksana sambaran petir, menanti kedua orang Bu-su tersebut merasakan dirinya diserang dan siap hendak berteriak, jalan darah mereka tahu-tahu sudah kena tertotok.
Serangan yang baru saja dilancarkan ini cepat tiada terhingga, walaupun Yen Giok Fang meloncat keluar hampir pada saat yang bersamaan waktunya, tetapi menanti ia tiba di atas serambi tersebut persoalan sudah diresmikan.
Tak terasa hatinya merasa semakin kagum lagi, ia merasa nama besar dari pemuda yang berada dihadapannya betul-betul bukan nama kosong belaka.
Diam-diam kedua orang itu menyeret badan kedua orang Bu su tersebut untuk disembunyikan kesuatu tempat yang tersembunyi setelah itu mendorong pintu berjalan masuk ke dalam.
Bangunan rumah kecil ini, pada mulanya digunakan sebagai gudang penyimpan bahan makanan oleh para Toosu yang menghuni di dalam kuil ini, tetapi sekarang oleh orang-orang Isana Kelabang Emas telah digunakan sebagai tempat tahanan.
Dengan sepasang mata Tan Kia-beng yang tajam, sekali pandang ia sudah menemukan bila dibalik ruangan yang gelap secara samar-samar menggeletak dua sosok bayangan manusia.
Dengan cepat ia menarik tangan Yen Giok Fang untuk diajak ikut masuk ke dalam, sedikitpun tidak salah kedua
orang tersebut bukan lain adalah Leng-tiong It-koay serta si Hakim Pualam berwajah ketawa.
Hanya saja pada saat ini sepasang kaki serta tangan mereka sudah dirantai dengan besi bahkan jalan darah bisupun sudah kena tertotok.
Diam-diam Tan Kia-beng segera kerahkan tenaga dalamnya untuk memutuskan rantai rantai tersebut, setelah itu bantu pula membebaskan jalan darah yang kena tertotok.
Tetapi berhubung badan Leng-tiong It-koay berdua sudah terlalu lama ditotok dan dirantai, sekalipun sudah dibebaskan ia masih menggeletak tak berkutik.
"Tiong Loo cianpwee!" sapa Yen Giok Fang dengan suara yang amat lirih. "Kau sudah bisa bergerak" aku adalah Yen Giok Fang yang sengaja datang kemari bersama-sama sijagoan pedang pembasmi bibit iblis Tan Sauw hiap untuk menolong dirimu!"
Bagaimanapun juga mereka berdua adalah jago-jago kosen dari dunia persilatan, setelah melemaskan otot-ototnya yang kaku sebentar saja sudah dapat bergerak kembali.
Terdengar Leng-tiong It-koay mendengus dingin.
"Hmmm! terima kasih atas bantuan dari nona. Loolap percaya masih bisa mempertahankan diri sendiri.
"Bangat kejam yang tidak tahu diri!" maki si Hakim Pualam berwajah ketawa pula sambil bangun berdiri, "Ternyata mereka telah menggunakan tindakan yang sedemikian rendahnya untuk menghadapi kami berdua.... Hmmm! asalkan aku orang she Cu masih bisa bernapas, aku bersumpah akan membalas dendam sakit hati ini"
"Jangan keburu menuntut perhitungan!" buru-buru cegah Yen Giok Fang. "Sekarang lebih baik kita berusaha untuk meloloskan diri dulu dari mara bahaya, setelah itu perhitungan ini baru kita tuntut kembali secara perlahan-lahan"
Pada waktu itu Tan Kia-beng pun sudah buka suara,
"Menggunakan kesempatan sewaktu mereka belum menemukan keadaan ini, lebih baik kita buru-buru mundur dari sini...."
Sehabis berkata pertama tama ia malayang keluar dulu dari dalam ruangan tersebut.
walaupun kuil kuno ini bukan merupakan tempat penting dari pihak Isana Kelabang Emas, tetapi sebagian besar kekuatan mereka sudah dialihkan ke atas gunung Ui san, oleh karena itu kewaspadaan mereka sama sekali tak dikendorkan sedikitpun.
Tidak lama setelah Tan Kia-beng menotok rubuh kedua orang Bu-su suku Biauw itu mereka sudah ditemukan oleh dua orang bu-su lainnya yang sedang melakukan perondaan, kemudian dengan cepat melaporkan kejadian ini kepada para jago-jago lihay yang berkumpul di dalam ruangan besar.
Sebaliknya Tan Kia-beng sekalian sama sekali masih tidak tahu kalau di sekeliling ruangan tersebut sudah dikelilingi oleh jago-jago lihay pihak musuh.
Sewaktu Tan Kia-beng menerjang keluar dari ruangan itulah, di sekeliling ruangan sudah menani berpuluh-puluh orang jago yang segera melancarkan serangan serangan gencar dengan senjata rahasianya.
Cahay keemas-emasan seketika itu juga beterbangan memenuhi angkasa dan menyilauka mata setiap orang....
Sekali pandang Tan Kia-beng sudah mengenali kembali kalau cahaya emas tersebut bukan lain adalah senjata rahasia yang paling beracun dari pihak Isana Kelabang Emas, Pek Cu Kiam Wu Ciam.
"Saudara-saudara, hati-hatilah" bentaknya keras. "Awas terhadap serangan senjata rahasia Pek Cu Kiem Wu Yen Wie Ciam!"
Telapak tangannya dengan cepat membalik mengirim satu pukul angin taupan yang maha dahsyat menggetarkan seluruh jarum lembut laksana rambut tersebut sehingga terpental dan bermuncratan keempat penjuru.
Yen Giok Fang serta Leng-tiong It-koay sekalian yang juga pernah jadi orang-orang Isana Kelabang Emas sudah jauh lebih mengerti keadaan disana, tidak perlu diperingati lagi oleh Tan Kia-beng mereka sudah mengirim angin-angin pukulan yang gencar menahan datangnya serangan senjata rahasia tersebut kemudian menerjang keluar dari dalam ruangan.
Ketika itu empat penjuru sudah diramaikan dengan suara bentakan-bentakan keras....
Dengan sikap yang amat tenang Tan Kia-beng melirik sekejap keempat penjuru, lalu serunya dengan nada berat,
"Saudara saudara sekalian terjanglah terus keluar, aku rasa anjing-anjing Isana Kelabang Emas yang tidak becus ini tak bakal bisa mengapa apakan diriku"
Ketika itu senyuman di atas ujung bibir si Hakim Pualam berwajah ketawa sudah lenyap tak berbekas, tangannya pada saat ini sudah mencekal senjata pencabut nyawa, ia membentak keras kemudian menerjang keluar dari balik tembok.
Leng-tiong It-koay pun dengan rambut pada berdiri saking marahnya ikut meloncat keluar mengikuti dari belakangnya.
"Aduuuh celaka!" mendadak Yen Giok Fang menjerit kaget.
"Aku sudah lupa memberi tahu enciku!"
"Hiii.... hiii.... hiii.... kau boleh berlega hati" Mendadak dari tempat kegelapan berkumandang datang suara tertawa cekikikan. "Enci mu tak bakal menemui kerugian ditangan mereka!"
Sreeet! sesosok bayangan manusia yang kecil langsing sudah meluncur datang dari balik pepohonan.
Melihat kejadian itu Yen Giok Fang jadi kegirangan, serunya manja, "Enci, bagaimana kau bisa tahu kalau kami telah tiba?"
"Saat ini tiada banyak waktu untuk berbicara, mari kita cepat terjang keluar dari sini menggunakan kesempatan sebelum mereka berkumpul," seru Yen Giok Kiauw sambil menggetarkan angkin merahnya.
Mendadak.... Dari balik tempat kegelapan kembali berkumandang datang suara bentakan berat dari seseorang tua.
"Hmm! Di kolong langit tidak bakal ada urusan yang sedemikian mudahnya!!!"
Sesosok bayangan manusia dengan cepat melayang datang, lalu sambil menuding ke arah sepasang Gadis cantik dari daerah Biauw-leng bentaknya gusar, "Budak lonte yang tidak tahu diri! Kalian benar-benar bernyali berani bersekongkol dengan pihak orang luar untuk menghianati pihak Istana kami, apakah kalian tak takut dengan siksaan digigit seratus semut serta lima tangan perogoh nyawa?"
Tan Kia-beng mengenali kembali kalau si orang tua tersebut bukan lain adalah Sam Biauw Ci Sin salah seorang pelindung Hukum dari pihak Isana Kelabang Emas.
Karena takut kedua orang kakak beradik itu menemui bencana, mendadak ia meloncat maju ke depan.
"Nona! kalian cepat-cepatlah berlalu. di tempat ini biarkanlah aku yang hadapi"
Pada waktu itu Sam Biauw Ci SIn tak dapat mengenali lagi jika si pengemis cilik yang berada dihadapannya bukan lain adalah Tan Kia-beng, mendengar perkataan tersebut sepasang matanya kontan mendelik dan memancarkan cahay kehijau-hijauan.
"Heee.... heee.... heee.... bangsat cilik pengemis kere! kau lagi bermimpi" teriaknya sambil tertawa seram. "Barang siapa yang berani menari setori dengan orang-orang Isana Kelabang Emas selamanya tidak pernah lolos dari sini dalam keadaan hidup hidup"
"Haaa.... haaa.... haaa.... jangan dikata sebuah kuil kecil yang sudah bobrok, sekalipun Isana Kelabang Emas yang ada di gurun pasir siauw-ya tetap bisa masuk keluar sesuka hati"
ejek Tan Kia-beng tertawa tergelak.
Mendengar perkataan tersebut dalam hati Sam Biauw Ci Sin merasa amat terperanjat, diam-diam pikirnya, "Siapakah si pengemis cilik ini" Jika dilihat dari sikapnya yang gagak dan matanya memancarkan cahaya tajam, ia pasti seorang jagoan yang mempunyai asal usul terkenal. Kalau tidak iapun tak bakal berani mencari gara gara dengan kami orang-orang Isana Kelabang Emas."
Sewaktu ia sedang berpikir dengan perasaan ragu ragu, sepasang gadis cantik dari daerah Biauw-leng bersama-sama sudah meloncat keluar dari balik tembok pekarangan
"Budak bangsat, kalian masih ingin lari?" bentak Sam Biauw Ci Sin dengan teramat gusar.
Telapak tangannya dengan cepat dibabat dari tempat kejauhan, seketika itu juga segulung angin pukulan yang maha dahsyat serasa angin puyuh menghantam badan
sepasang kakak beradik itu.
"Heee.... heee.... heee.... aku rasa dengan mengandalkan kepandaian silatmu yang sangat jitu masih belum sanggup untuk menahan mereka disini" ejek Tan Kia-beng sambil tertawa dingin.
Telapak tangannya perlahan-lahan diayunkan ke depan segulung hawa pukulan yang amat dingin dengan cepat meluncut dari samping mencegah datangnya angin pukulan pihak musuh.
Sewaktu angin pukulan yang maha dahsyat itu terbentur dengan hawa pukulan dingin dari pemuda kita, kontan kekuatannya lenyap tak berbekas.
Melihat kejadian ini Sam Biauw Ci Sin jadi terperanjat, ia sama sekali tidak menduga kalau seorang pengemis cilik yang tidak pernah didengar memang bisa memiliki tenaga lweekang yang demikian dahsyatnya.
Dalam hati ia lantas merasa bahwa peristiwa malam tidak mudah untuk dibereskan tetapi pada saat ini di dalam kuil hanya tinggal dia seorang saja yang memiliki kepandaian silat paling tinggi, mau tidak mau ia harus juga keraskan kepala menerjang ke luar.
Diam-diam hawa murninya lantas disalurkan keseluruh tangan siap-siap melancarkan serangan.


Misteri Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Heee heee heee.... tidak kusangka kaupun masih mempunyai beberapa jurus yang bisa diandalkan. Tidak nyana loohu sudah salah melihat!" serunya sambil tertawa seram.
Ketika itu dibalik tembok pekarangan sudah berlangsung suatu pertarungan yang amat sengit, suara bentakan bentakan keras serta jeritan jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema memecahkan kesunyian di tengah malam buta....
Tan Kia-beng sama sekali tidak mengetahui jika di dalam kuil pada saat ini cuma tinggal Sam Biauw Ci Sin seorang yang memiliki kepandaian tinggi, karena dalam hati menaruh rasa kuatir terhadap keselamatan dari Leng-tiong It-koay sekalian, ia tidak suka banyak ribut lagi disana.
Mendadak pemuda itu tertawa panjang.
"Sukma gentayangan yang suka lolos dari telapak tanganku, siauw-ya mu tiada waktu untuk banyak ribut lagi dengan dirimu, selamat tinggal!"
Baru saja perkataan terakhir diutarakan keluar badannya sudah melayang keluar saja dari balik tembok pekarangan.
Sewaktu ia melayang turun dibagian sebelah depan, tampaklah si Hakim Pualam berwajah ketawa serta Leng-tiong It-koay sekalian sedang melangsungkan suatu pertarungan mati-matian melawan jago-jago kangouw berbaju hitam.
Walaupun orang-orang ini hanyalah jago kelas tiga serta kelas empat dari pihak Isana Kelabang Emas, tetapi berhubung jumlah mereka begitu banyak ditambah pula jalan darah Leng-tiong It-koay barusan saja dibebaskan sehingga
peredaran darahnya kurang lancar, maka mereka mulai kedesak dibawah angin.
Kedatangan Tan Kia-beng ke tempat itu tidak lain hanyalah ingin menolong orang saja, dihatinya sama sekali tiada maksud untuk melukai pihak musuh.
Sewaktu ia siap-siap maju ke depan untuk membantu mereka meloloskan diri dari kepungan, mendadak....
Sesosok bayangan manusia meluncur datang dari balik hutan, gerakannya kelihatan sangat lambat padahal kecepatannya melebihi sambaran petir, hanya di dalam sekejap mata ia sudah meluncur masuk ke dalam kalangan diikuti suara jeritan ngeri dari si Hakim pualam berwajah ketawa.
Badannya bagaikan sebuah bola lempar mencelat ke tengah udara setinggi dua kaki lebih kemudian jatuh kembali ke atas tanah dengan menimbulkan suara yang amat keras.
Seketika itu juga dari tujuh buah lubangnya mengucur keluar darah segar, ternyata hanya di dalam satu jurus saja ia sudah kena dibinasakan oleh serangan orang tersebut.
Belum sampai kejadian pertama berlalu kembali suara dengusan berat berkumandang keluar. Tubuh Leng-tiong It-koay dengan sempoyongan mundur delapan depa ke arah belakang, agaknyapun ia sudah menderita luka dalam yang sangat parah.
Tan Kia-beng yang kedatangannya rada terlambat satu langkah sehingga membuat orang yang ditolong satu binasa dan satu terluka, dalam hati merasa cemas bercampur gusar.
Ia membentak keras kemudian langsung menerjang ke arah orang itu.
Tetapi orang tersebut ketika itu sudah berputar arah dan melayang kehadapan sepasang gadis cantik dari daerah Biauw-leng.
Bersamaan waktunya pula ada beberapa orang jagoan kangouw berbaju hitam yang menubruk ke arah Leng-tiong It-koay menggunakan kesempatan sewaktu ia sedang menderita luka parah.
Setelah menimbang berat entengnya suasana, akhirnya memutuskan untuk menolong Leng-tiong It-koay terlebih dulu.
Ujung kakinya dengan cepat menjejak tanah kemudian bagaikan gulungan angin puyuh melayang kesisi tubuh Leng-tiong It-koay.
Telapak tangannya bersama-sama didorong di depan
melancarkan satu pukulan lwekang yang maha dahsyat.
Begitu angin pukulan tersebut mengenai tubuh orang-orang berbaju hitam itu, kontan saja sudah jeritan ngeri bergema memenuhi angkasa. laksana peluruh saja mereka mencelat balik ke arah belakang.
Tan Kia-beng yang berhasil mengundurkan serangan musuh di dalam satu jurus, tangan lainnya dengan cepat
membimbing bangun tubuh Leng-tiong It-koay.
"Bagaimana dengan lukamu?" tanyanya kuatir.
Kembali Leng-tiong It-koay muntahkan darah segar, mendadak ia bungkukkan badan dan menghela nafas
panjang.... "Loolap tak bisa mempertahankan diri lagi, harap Siauwhiap suka cepat-cepat pergi menolong Biauw-leng Siang-ciauw!"
Dalam hati Tan Kia-beng pun mengerti bila sepasang gadis cantik dari daerah Biauw-leng bukan tandingan dari orang
tersebut. tetapi iapun tak dapat meninggalkan Leng-tiong It-koay begitu saja.
Sewaktu ia sedang bediri dengan kebingungan itulah, orang tersebut telah tiba dihadapan Biauw-leng Siang-ciauw.
"Budak rendah! kalian benar-benar bernyali dan bersekongkol dengan orang luar untuk menghianati istana kami. Hmm dosa kalian tak dapat diampuni lagi" bentaknya keras. "Sekarang kalian ingin ambil tindakan sendiri ataukah hendak menunggu aku yang turun tangan?"
Sepasang gadis cantik dari daerah Biauw-leng yang terkenal berwatak keras setelah bertemu dengan orang itu, ternyata air mukanya sudah berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat, badannya gemetar kepalanya tertunduk rendah-rendah. tak sepatah katapun bisa diutarakan keluar.
Sewaktu mereka sedang mengadakan tanya jawab itulah Tan Kia-beng berhasil melihat jelas kalau orang itu bukan lain adalah seorang sastrawan berkerudung hijau yang menutupi hampir seluruh wajahnya, tak terasa lagi hatinya rada bergerak.
"Dialah Majikan Isana Kelabang Emas?" diam-diam pikirnya dalam hati.
Si sastrawan berkerudung yang melihat sepasang gadis cantik dari daerah Biauw-leng hanya tundukkan kepala saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun, kembali tertawa dingin dengan nada yang menyeramkan.
"Heee heee.... memandang di atas wajah suhu kalian, aku kasih satu kekecualian buat kalian dan memberikan sebuah mayat yang utuh buat kamu berdua."
Ujung jubahnya perlahan-lahan dikebutkan ke depan, kelihatannya sepasang gadis cantik dari daerah Biauw segera akan terluka di bawah serangan sastrawan tersebut....
Mendadak.... Dari balik hutan berkumandang datang suara tertawa dingin yang tidak kalah seramnya, bahkan suara ini kedengarannya mirip dengan jeritan kuntilanak.
"Heee.... heee.... heee.... tidak kusangka kau masih teringat dengan diriku, tetapi walaupun anak muridku tidak becus, selamanya aku paling tidak suka orang lain ikut serta mencampuri persoalan tersebut."
Terdengar suara ujung baju tersampok angin, dari balik hutan muncullah seorang nenek tua yang rambutnya sudah beruban semua, begitu badannya menerjang datang telapak tangannyapun mengirim satu pukulan memunahkan
datangnya angin pukulan dari si sastrawan berkerudung itu.
"Hmmm, kalian dua orang manusia yang tidak berguna masih tidak menggelinding pergi juga dari sini, apakah kalian sedang menantikan saat kematian?" bentaknya keras.
Ketika kedua gulung angin pukulan tersebut bertemu di tengah udara seketika itu juga di tengah kalangan terjadi suara ledakan yang memekikkan telinga....
Di tengah kibaran ujung baju yang amat keras, dengan mengikuti arah angin tersebut kembali si nenek tua itu melayang pergi kemudian lenyap dibalik hutan.
Sejak munculkan diri menolong orang kemudian melayang pergi lagi dari sana tidak lebih hanya menghabiskan waktu amat singkat, bahkan gerakannya cepat bukan alang kepalang.
Hal ini membuat Tan Kia-beng merasa sangat terperanjat!
Si sastrawan berkerudung itu sama sekali tidak
mengadakan pengejaran, ia hanya tertawa dingin dengan suara yang amat menyeramkan.
"Sudah beberapa tahun tidak bertemu ternyata kepandaian ilmu silatmu benar-benar sudah memperoleh kemajuan yang amat pesat.
"Hmmm! sekarang aku tiada maksud untuk bikin
perhitungan dengan dirimu, lain kali kita bicarakan lagi persoalan ini."
Selesai berkata badannya dengan cepat melayang maju ke depan, hanya di dalam sekejap mata telah berada dihadapan Tan Kia-beng
"Heee.... heee.... kau si pengemis cilik anak murid dari siapa di dalam perkumpulan Kay-pang?" tegurnya dingin,
"Berani benar kau mendatangi tempat ini untuk mencari keonaran dengan orang-orang Isana Kelabang Emas, nyalimu betul-betul tidak kecil."
Tan Kia-beng yang dikarenakan kuatir atas keselamatan diri si gadis cantik dari daerah Biauw-leng maka hingga saat itu ia sama sekali tidak meninggalkan semenanti munculnya si nenek tua berbaju hitam itu iapun kena terhisap perhatiannya oleh kedahsyatan ilmu silatnya, oleh karena itu untuk beberapa saat ia sudah melupakan keadaan disekitarnya yang sangat berbahaya.
Menanti sang sastrawan berkerudung tersebut telah tiba dihadapannya, ia baru merasa menyesal karena sudah bertindak terlalu gegabah, jikalau di tempat itu cuma dia seorang saja sudah tentu tak akan takut terhadap segala macam kejadian.
Tetapi kini disisinya masih ada Leng-tiong It-koay yang menderita luka parah setelah bertemu dengan musuh tangguh, ini berarti pula ia harus buang tenaga dan pecahkan perhatian untuk menjaga keselamatannya.
Tetapi urusan sudah berlangsung jadi begini, menyesalpun tiada guna karena itu ia lantas tertawa panjang.
"Haa haaa haaa.... siapakah aku si pengemis cilik rasanya tiada pentingnya untuk diberitahukan kepadamu, aku cuma ingin bertanya benarkah kau adalah Majikan Isana Kelabang Emas?"
Si sastrawan berkerudung itu sama sekali tidak menjawab, ia hanya menggunakan sepasang matanya yang memancarkan cahaya tajam untuk memperhatikan diri pemuda tersebut dari atas sampai ke bawah.
Kebetulan sekali ketika itu Sam Biau Ci Sin berada dibelakang tubuhnya, dengan cepat ia menoleh lalu bertanya,
"Tahukah kau asal usul dari si pengemis cilik ini?"
"Loohu tidak berhasil mengenalnya!?"
"Sudah dicoba kepandaian silatnya?"
"Belum, cuma kelihatannya ia rada sedikit punya pegangan."
Mendadak sang sastrawan berkerudung itu mendongakkan kepalanya tertawa panjang.
"Haaa.... haaa.... haaa.... kalau sudah masuk ke dalam tungku berapi kenapa sekalian tidak dibuat keras bagaikan baja" biarlah sekarang juga aku paksa dia untuk unjukkan diri."
Mendadak badannya bergerak maju ke depan, tangannya laksana sambaran petir meluncur ke depan mencengkeram pergelangan tangan dari Tan Kia-beng.
Tan Kia-beng yang melihat sikap serta tindak tanduknya penuh dengan nada memerintah lantas menduga kalau dia bukan Majikan Isana Kelabang Emas sudah tentu orang penting di dalam Isana Kelabang Emas karena itu secara diam-diam ia mulai mengadakan persiapan.
Melihat ia melancarkan serangan mendadak ke arah
pergelangan tangannya, dengan cepat tangannya berputar tangan kirinya laksana kilat menutup diri rapat rapat sedang tangan kanannya meminjam kesempatan itu menerobos keluar menghantam jalan darah "Cian Cing Hiat" di atas pundak kanannya.
Si sastrawan berkerudung itu mendengus dingin,
serangannya yang sudah ada di tengah jalan mendadak dirubah menjadi serangan kepalan, lalu berubah pula dari mencengkeram menjadi sentilan.
Lima gulung hawa pukulan yang maha dahsyat kontan menerobos ke depan mengancam jalan darah "Ci Ti Hiat" pada lengan kiri Tan Kia-beng, sedang pundak kanannya mendadak menekan ke bawah. kakinya menginjak kedudukan Ci Wu melayang kesebelah kiri badan pemuda tersebut.
Tan Kia-beng sama sekali tidak menduga ia bisa berubah jurus dengan begitu cepatnya. dalam hati merasa rada berdesir.
Kakiya dengan cepat meluncur mundur sejauh lima depa ke belakang untuk meloloskan diri dari serangan gencar tersebut, siapa sangka belum sempat ia berdiri tegak tubuh dari si
sastrawan berkerudung itu bagaikan bayangan setan sudah menguntil datang.
Telapak tangannya bersama-sama ditekan ke arah depan, sedang mulutnya memperdengarkan suara tertawa dingin yang tidak sedap didengar.
"Hee.... hee.... hee.... bagaimana kalau coba-coba dulu seranganku ini?"
Tan Kia-beng yang terlalu pandang rendah pihak musuh segera membuat dirinya terpelosok ke dalam kurungan serangan pihak lawan, ia merasa datangnya pukulan barusan ini seperti kosong padahal mengancam seluruh jalan darah penting dalam tubuhnya dan mengurung seluruh badannya di bawah kurungan angin pukulan yang sangat menderu deru.
Bukan begitu saja iapun merasakan telapak tangan yang lain dari pihak lawan sudah bersiap sedia setiap saat melancarkan hantaman, perduli ia hendak menyingkir kemanapun tentu akan terpukul oleh serangan tersebut.
Boleh dikata jalan mundur buat dirinya sudah tertutup sama sekali.
Melihat sikap pihak lawan yang menganggap serangan ini tentu mencapai hasil, tak terasa lagi alisnya dikerutkan.
Mendadak telapak tangannya dibalik lalu didorong ke arah depan.
"Hee.... hee.... hee.... sepuluh jurus pun tidak mengapa"
serunya sambil tertawa dingin.
Terdengar suara bentrokan keras berkumandang memenuhi angkasa, kedua gulung angin pukulan tersebut masing-masing sudah terbentur satu sama lainnya membuat mereka berdua sama-sama merasakan hatinya tergetar sangat keras.
Dengan cepat bagaikan sambaran kilat mereka berpisah, tetapi dihati masing-masing pun sudah mempunyai
perhitungan sendiri.
Di dalam bentrokan keras lawan keras itulah, masing-masing merasa telah menemukan musuh tangguh yang belum pernah dijumpai selama ini, oleh karena itu masing-maisng pihak sama-sama tidak berani turun tangan secara gegabah.
Di dalam pandangan Tan Kia-beng, ia merasa terperanjat karena kedahsyatan dari kepandaian silat yang dimiliki pihak lawan, agaknya tidak berada dibawah dirinya.
Sebaliknya rasa kaget di hati sastrawan berkerudung itu jauh melebihi Tan Kia-beng.
Menurut berita yang ia dapat sampai sekarang, walaupun ia tahu di kolong langit ada seorang pemuda bernama Tan Kia-beng yang merupakan satu satunya musuh tangguh dari pihak Isana Kelabang Emas pada saat ini, tetapi ia sama sekali tidak menduga kalau dari pihak Kay-pang pun memiliki seseorang jagoan yang sedemikian lihaynya, karena itu dalam hatinya merasa sedemikian terperanjatnya.
Napsu membunuh mulai menyelimuti seluruh wajahnya, ia tertawa dingin tiada hentinya.
"Heee.... heee.... heee.... tidak kusangka kau pun merupakan seorang jagoan yang tidak suka menonjolkan diri, hal ini membuat kami dari pihak Isana Kelabang Emas merasa menyambut kurang hormat terhadap dirimu...."
"Haaa.... haaa.... haa.... terima kasih terima kasih....
kenapa pada saat ini saudara tidak suka unjukkan diri dengan memperlihatkan wajahmu yang asli?"
Ketika itulah mendadak dari samping telinganya
berkumandang datang serentetan suara pembicaraan manusia yang amat kecil seperti bisikan semut serta lalat, "Bocah cilik, jangan terlalu lama berdiam disana, lebih baik cepat-cepatlah berlalu isi perut dari Leng-tiong It-koay sudah bergeser, jikalau tidak cepat ditolong mungkin nyawanya sukar dipertahankan lagi. orang ini akan mendatangkan kegunaan yang amat besar bagi dirimu."
Nada suara orang itu sangat dikenal olehnya karena dia bukan lain adalah orang yang berulang kali menolong dirinya.
Diam-diam ia melirik sekejap ke arah Leng-tiong It-koay, sedikitpun tidak salah air mukanya pada saat ini sudah berubah hebat.
Pikirannya dengan cepat berputar. mendadak ia meloncat kesisi tubuh Leng-tiong It-koay kemudian membopongnya ke atas punggung setelah itu laksana sambaran kilat meluncur keluar dari hutan.
Si sastrawan berkerudung yang melihat dia melarikan diri, tak terasa lagi sudah tertawa dingin tiada hentinya.
"Heee.... heee.... ingin melarikan diri" aku rasa tidak akan segampang itu!"
Di tengah berkelebatnya bayangan biru laksana anak panah yang terlepas dari busur ia menubruk datang dari tengah udara.
Sewaktu badannya masih ada di tengah udara, ujung bajunya mendadak dikebutkan ke arah bawah. Segulung hawa pukulan berwarna hijau yang amat tebal bagaikan selapis kabut mengurung seluruh tubuh pemuda tersebut.
Tan Kia-beng yang harus menggendong beban seseorang di atas punggungnya tentu gerakannya tidak segesit keadaan biasa, sewaktu dirasakan adanya segulung hawa tekanan menyesak pernapasan membokong punggungnya dengan
cepat ia putar kepala sekejap ke arah belakang.
Seketika itu juga ia menemukan kalau seangkasa sudah tertutup oleh selapis hawa kabut berwarna hijau dan sedang menerjang ke arah badannya, tak terasalah hatinya merasa sangat terperanjat.
---ooo0dw0ooo--JILID: 15 "Hong Mong Cie Khie?" serunya tak tertahan.
Hawa murninya buru-buru disalurkan keluar dari pusar mengelilingi seluruh tubuh, hawa lweekang Jie Khek Kun Yen Cian Kie pun segera dipersiapkan di sepasang telapak tangan siap-siap dikirim keluar.
Mendadak.... "Jangan gegabah, biar pinto yang menahan datangnya serangan tersebut...." dari balik hutan tiba-tiba muncul Ui Liong Tootiang yang dengan cepat meluncur datang.
Ujung jubahnya dengan cepat dilamparkan ke depan, segulung hawa pukulan tak berwujud dengan cepat
menggulung datangnya kabut warna hijau itu.
Walaupun tenaga dalam dari Ui Liong Tootiang amat sempurna, tetapi mana dia sanggup untuk menahan
datangnya angin pukulan dari aliran Sian Bun Sian Thian Cin Khie tersebut"
Sewaktu kedua gulung angin pukulan itu hendak terbentur satu sama lainnya mendadak dari balik hutan kembali menggulung datang sebuah pukulan berhawa lunak yang buatan Toosu tersebut menerima datangnya gulungan kabut hijau tersebut.
"Braaak....!" di tengah suara bentrokan yang amat kersa, hawa tekanan dari kabut warna hijau itupun kontan dipunahkan lenyap tak berbekas.
Tetapi, walaupun demikian tidak urung Ui Liong Tootiang merasakan hatinya tergetar keras juga, diam-diam ia merasa amat terperanjat.
Pada saat yang bersamaan si sastrawan berkerudung itupun sudah melayang turun ke atas tanah, ia tidak mengerti kalau dibalik kejadian ini masih ada orang lain yang turun tangan membantu, di dalam anggapannya angin pukulan kabut hijaunya sudah dipunahkan oleh sang toosu tua yang berada di hadapannya pada saat ini.
Dalam hati diam-diam ia merasa sangat terperanjat, sambil melototi Ui Liong Tootiang tajam-tajam, tegurnya, "Siapakah saudara?"
"Pinto adalah Ui Liong-ci. Saudara sungguh dahsyat benar ilmu pukulan Hong Mong Ci Khiemu itu!"
Perkataan ini seketika itu juga membuat si sastrawan berkerudung tersebut kembali merasa sangat terperanjat, ia tidak menyangka pihak lawan bukan saja berhasil
memunahkan angin pukulan "Hong Mong Ci Khie"nya bahkan mengenali pula kepandaiannya tersebut, hal ini jelas menunjukkan bila kepandaian silatnya sudah mencapai puncak kesempurnaan.
Tetapi dasar sifatnya yang licik, dan banyak akal, kendati dalam hati masih belum berhasil mengetahui hebat tidaknya kepandaian pihak lawan, tetapi ia tidak ingin pula turun tangan mencoba-coba.
"Oouw.... kiranya saudara adalah Ui Liong Tootiang yang telah memperoleh kitab pusaka 'Sian Tok Poo Liok', selamat bertemu, selamat bertemu!" serunya sambil tertawa tawar.
"Setelah bertemu muka dengan dirimu biarkanlah aku sudahi sampai disini dulu peristiwa ini malam ini, kita bertemu kembali pada pertemuan puncak para jago digunung Ui-san, bulan delapan tanggal lima belas yang akan datang!"
Sehabis berkata ia lantas menjura kemudian putar badan mengundurkan diri dari tempat itu.
----ooo0dw0ooo---Ui Liong Tootiang mengerti bila si sastrawan berkerudung itu dibuat mundur karena terperanjat atas kedahsyatan angin pukulan berhawa lunak tersebut, mengambil kesempatan itu iapun putar haluan mengikuti tiupan angin.
"Saudara suka memandang tinggi Pinto, dalam hati aku merasa amat berterima kasih!"
Suatu badai yang bakal berlangsung dengan demikian sirap kembali, dengan air muka serius Ui Liong-ci lantas mengajak Tan Kia-beng berdua untuk meninggalkan tempat itu.
Tan Kia-beng sambil menggendong Leng-tiong It-koay dengan mengikuti Ui Liong Tootiang segera berlalu dari kuil orang-orang Isana Kelabang Emas dan berhenti disebuah hutan sunyi yang rada tersembunyi.
Ketika itulah dengan wajah serius Ui Liong-ci menghela nafas panjang.
"Heei.... apabila malam ini tak ada orang yang sudah turun tangan secara diam-diam, entah bagaimanakah akibat dari pertarungan tersebut...."
"Hmmm! Walaupun tenaga pukulan dari si sastrawan berkerudung itu sudah berhasil mencapai kesempurnaan tujuh, delapan bagian, tetapi boanpwee percaya masih bisa menandinginya, supek kenapa harus turunkan pamor sendiri?"
kata Tan Kia-beng rada kurang puas.
Perlahan-lahan Ui Liong Tootiang menggeleng lalu
menghela napas panjang.
"Heee.... walaupun tenaga murni Jie Khek Kun Yen Cin Thie mu itu juga termasuk kepandaian tingkat tertinggi dari golongan Sian Bun, tetapi belum berhasil mencapai kesempurnaan seperti apa yang berhasil ia miliki kemungkinan sekali kau masih bukan tandingannya. Heee.... hanya seorang jagoan dari Isana Kelabang Emas saja sudah memiliki kepandaian silat yang sedemikian dahsyatnya, bagaimana pula dengan kepandaian yang dimiliki Majikan mereka?"
Setelah mendengar perkataan dari Ui Liong Tootiang ini, kepercayaan pada diri sendiri yang terkandung dalam hati Tan Kia-beng pun hampir-hampir saja goyah....
Padahal apa yang dilihat oleh Ui Liong-ci tidak lebih hanyalah kelihayan dari ilmu pukulan Jie Khek Kun Yen Cin Khi pada mulanya, sejak ia kena racun tempo dulu sehingga pil pusaka dari ular seribu tahunnya pecah maka tenaga dalam yang dimiliki Tan Kia-beng pada saat ini betul-betul sudah memperoleh kemajuan yang luar biasa pesatnya hanya saja ia sendiripun tidak merusak akan hal ini.
Ui Liong Tootiang adalah orang yang paling dihormati olehnya, kini perkataan tersebut diucapkan olehnya, hal ini sudah tentu membuat pemuda itu percaya penuh.
Setelah saling bertukar pandangan sejenak mendadak Ui Liong-ci bertanya, "Siapakah orang yang kau bopong itu?"
"Si manusia aneh dari Leng Tiong, Tiong Khie!"
Setelah ditegur oleh Ui Liong-ci, Tan Kia-beng baru teringat bila ia masih membopong seseorang pada punggungnya, buru-buru ia menurunkan badan sang manusia aneh tersebut dan dibaringkan ke atas tanah.
Setelah itu ia baru menceritakan kisahnya dimana Sepasang gadis cantik dari daerah Biauw-leng datang minta bantuannya.
Akhirnya Ui Liong Tootiang menghela napas panjang....
"Heee.... walaupun watak Leng-tiong It-koay sangat aneh dan suka menyendiri, tetapi ia tidak bisa dikatakan seseorang manusia yang tidak berperasaan."
Sembari berkata ia lantas berjongkok bantuk memeriksakan lukanya, setelah itu dari dalam sakunya mengambil keluar sebutir pil Sak Leng Tan dan dijejalkan ke dalam mulutnya.
"Masih beruntung tenaga dalamnya amat sempurna sehingga jantungnya tidak sampai tergetar putus, sekarang keadaannya sudah tidak berbahaya lagi" ujarnya kemudian sambil bangkit berdiri.
Kurang lebih setelah seperminum teh kemudian kedua orang itu berjaga-jaga disisinya, perlahan-lahan Leng It Koay
Pendekar Cacad 15 Pendekar Sadis Karya Kho Ping Hoo Petualang Asmara 20

Cari Blog Ini