Naga Kemala Putih Karya Gu Long Bagian 1
" Karya: Gu Long Judul : Naga Kemala Putih
Judul Asli : Bai Yu Diao Long
Judul Barat : White-Jade Carved Dragon
Tahun Terbit : 1981
Saduran: Tjan I.D
Lanjutan dari HARIMAU KEMALA PUTIH
Bab 1. Kebetulan atau Penyelidikan"
Bulan lima tanggal satu.
Malam yang sangat gelap, malam tanpa rembulan. Ketika
angin berhembus lewat, awan mulai bergerak menuju ke sudut
langit, pelan-pelan cahaya bintang mulai tampak di angkasa,
menyebar meliputi seluruh langit. Siapa pun tahu, malam seperti ini
adalah tanda akan turunnya hujan yang lebat. Siapa yang mau
berada di luar rumah" Siapa yang tak mau berkumpul dengan anak
isteri dan keluarga dalam rumah"
Ada! Di cuaca seperti ini ternyata masih ada orang yang
tidak berada dalam rumah, bukan saja tidak di dalam rumah, bahkan
sedang mendekam di wuwungan rumah. Orang ini berpakaian hitam
ketat, kepalanya dibungkus kain hitam, mulutnya juga tertutup kain
hitam. Yang tampak hanya sepasang lubang hidung serta sepasang
mata yang lebih tajam dari mata kucing.
Mata yang sangat tajam itu sedang mengawasi sesuatu,
mengawasi seseorang yang sedang duduk termangu-mangu di
dalam kamar. Walaupun orang yang duduk itu memandang ke luar
jendela, bahkan pandangan matanya tepat terarah ke tempat
sembunyi si baju hitam itu, nampaknya ia sama sekali tidak
merasakan atau menyadarinya.
Karena dia sedang termenung, karena segenap pikiran dan
perasaannya sedang tenggelam dalam lamunannya. Mengingat
suatu kejadian yang amat menggetarkan hati. Peristiwa yang amat
menggetarkan hati itu terjadi pada malam itu juga, kira-kira tiga jam
sebelumnya. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini membuat
dia terpana, mimpi pun dia tak pernah menyangka akan mengalami
kejadian seperti itu.
Sasaran yang diburu dan dicarinya dengan susah payah
selama ini, tiba-tiba saja menguap dan lenyap tanpa bekas setelah
terjadinya perubahan itu! Bahkan kenyataan yang didapatnya justru
memutarbalikkan segala sesuatu yang telah didapatnya selama ini.
Segala sesuatu terjadi begitu mendadak, tak heran kalau sedari
senja sampai sekarang dia masih duduk termangu di situ. Begitu
terpananya ia hingga ketika orang datang menyalakan lampu
baginya saja tak terasakan olehnya.
Kini ia sedang berada dalam sebuah kamar, kamar itu ada di
dalam Benteng Keluarga Tong. Dengan susah payah ia mendatangi
Benteng Keluarga Tong, tujuannya adalah untuk membunuh musuh
besar yang telah membinasakan ayahnya. Tapi perubahan di luar
dugaan yang terjadi tiga jam sebelumnya membuat ia menemukan
satu rahasia kecil, sehingga bukan saja ia tidak bisa membunuh
musuh besar yang telah membantai ayahnya itu, malah sebaliknya ia
harus menggunakan semua kekuatan dan pikiran yang dimilikinya
untuk melindungi orangku!
Kejadian ini benar-benar membuat hatinya tergoncang.
Sejak mengetahui rahasia itu sampai ia kembali ke kamar itu, ia
hanya duduk tercenung di situ. Siapakah yang telah menyalakan
lampu baginya" Ia tak tahu. Ia hanya duduk termangu-mangu
sambil memandang keluar, ke taman. Segenap pikiran dan
perasaannya tenggelam dalam perenungan yang menekan,
menyedihkan dan sangat menyakitkan.
Kenapa urusan bisa berubah sampai jadi seperti ini" Ia terus
merenung, ia mulai menulah rangkaian peristiwa, membayangkan
kembali semua kejadian itu satu bagian demi satu bagian....
Tak seorang pun di dunia peralatan yang tidak mengenal
Tayhong-tong, Perkumpulan Angin Topan. Tayhong-tong bukan
partai atau perkumpulan biasa, kelompok ini adalah sangat besar
dan sangat rahasia. Pengaruhnya meliputi wilayah yang sangat luas.
Tujuan dan semboyan Tayhong-tong sangat sederhana, "Menolong
Kaum Lemah, Menentang Golongan Kuat"
Karena itu tidak saja Tayhong-tong amat disegani orang,
kaum persilatan pun menaruh hormat kepada mereka. Ada tiga
orang yang bertanggung jawab atas segala sepak terjang Tayhongtong,
yaitu Tio Kian, Sugong Siau-hong serta Sangkoan Jin.
Dan pemuda ini, Tio Bu-ki, tak lain adalah putera tunggal Tio
Kian. Hari itu, hari terjadinya peristiwa itu, adalah tepat hari
pernikahannya. Dia akan menikah dengan seorang gadis yang
cantik, jadi hari itu adalah hari kegembiraan keluarga besar Tio.
Hampir semua anggota keluarga Tio, dari tertua sampai
termuda, tampil dengan wajah berseri-seri dan senyum riang. Wajah
Tio Bu-ki juga dipenuhi senyum riang karena ia segera akan
menikah, mengawini Wi Hong-nio, seorang gadis rupawan yang
termasyhur akan kecerdasan serta kecantikan wajahnya. Sayang,
senyum yang menghiasi wajah Tio Bu-ki tidak dapat bertahan hingga
saat upacara pernikahan akan dilangsungkan.
Ketika itu, di gedung utama tempat akan berlangsungnya
upacara pernikahan, ketika ia melihat ayahnya belum hadir, dengan
senyum masih menghias wajahnya, ia menyusul ke kamar baca.
Ketika di situ ayahnya tak ditemukan, senyumnya masih menghias
wajahnya, sebab hari Itu dia benar-benar sangat gembira.
Ketika lemari buku di dinding sebelah kiri mulai bergeser ke
samping, ketika ia masuk ke dalam ruang rahasia dan menemukan
tubuh ayahnya, senyum di wajahnya baru lenyap tak berbekas.
Karena tubuh yang ditemukannya adalah tubuh tanpa
kepala. Hanya empat orang yang mengetahui ruang rahasia ini.
Selain Tio Bu-ki, mereka adalah Tio Kian, Sugong Siau-hong serta
Sangkoan Jin. Ruang rahasia ini adalah ruang yang paling rahasia
dalam gedung Tayhong-tong, tempat diadakannya rapat-rapat
penting. Itu berarti pembunuhnya hanya mungkin dua orang. Kalau
bukan Sangkoan Jin, pasti Sugong Siau-hong. Tapi mungkinkah Itu"
Sangkoan Jin, Sugong Siau-hong dan Tio Kian adalah tiga saudara
angkat yang sangat erat hubungannya. Mungkinkah mereka berbuat
sekejam ini terhadap saudara angkat sendiri"
Tapi kecuali Sangkoan Jin dan Sugong Siau-hong, siapa lagi
yang bisa melakukun pembunuhan itu" Dari dua orang ini, Sangkoan
Jin lebih mencurigakan, sebab sore itu hanya Sangkoan Jin yang
berada bersama Tio Kian.
Yang lebih mencurigakan lagi, sejak itu Sangkoan Jin ikut
lenyap tak berbekas. Setelah dilakukan penyelidikan, ternyata
memang Sangkoan Jin yang telah membunuh Tio Kian. Bahkan
dengan menggunakan batok kepala yang dipenggalnya sebagai
hadiah, ia telah bergabung dengan Keluarga Tong di Sucoan.
Keluarga Tong dan Sucoan adalah musuh besar Tayhongtong.
Maka tanpa berpikir panjang, Tio Bu-ki segera berangkat
meninggalkan Gedung Tio dan pergi menuju Benteng Keluarga Tong
di Sucoan untuk membalas dendam atas kematian ayahnya. Ia
tinggalkan isterinya yang belum resmi dikawini, meninggalkan juga
adik kesayangannya Tio Cian-cian, tanpa mengindahkan tentangan
anggota-anggota yang lain. Ketika ia pergi meninggalkan rumah,
yang terpikir olehnya saat itu hanya dua kata, "Balas Dendam!"
Tapi ada satu hal yang ia pahami benar-benar. Jika ilmu
silatmu tak mampu menandingi lawan, tak usah berharap dendam
itu bisa terbalas! Maka dengan menggunakan segenap kemampuan
yang dimilikinya, ia pergi belajar ilmu pedang tanpa mengenal lelah.
Siang malam ia belajar dan belajar terus, sampai Wi Hong-nio yang
pergi mencarinya pun tak mengenalinya sewaktu berjumpa dengan
pemuda ini, karena dari pemuda tampan yang gagah dan kekar, kini
ia telah berubah menjadi lelaki kurus kering yang wajahnya dipenuhi
cambang. Ia berhasil menguasai ilmu pedang maha sakti dan dengan
menyamar sebagai seorang pembunuh bayaran pengembara, ia
berhasil menyusup masuk ke dalam Benteng Keluarga Tong.
Menyusup masuk ke dalam Benteng Keluarga Tong bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah. Mula-mula ia harus membunuh Tong Giok
lebih dulu, kemudian dengan menggunakan berbagai taktik, siasat
dan akal muslihat, dengan susah payah ia mendekati Tong Koat,
sebelum akhirnya diterima oleh Tong Koat sebagai anggota
perkumpulannya.
Dia mengaku bernama Li Giok-t ong, berasal dari Cisi Satu
hal yang membuatnya tak habis mengerti adalah walaupun hasil
penyelidikan yang dilakukan orang-orang Benteng Keluarga Tong
memastikan bahwa Li Giok-tong dari Cisi jelas seorang gadungan,
kenapa orang semacam itu tetap bisa ada di situ"
Ia tidak berusaha untuk meneliti urusan ini sampai leta,
sebab ia beranggapan bahwa sekalipun pihak Benteng Keluarga
Tong sengaja ingin rnembohoginya atau malah mungkin sejak awal
sudah mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya, dia
beranggapan semua itu tidak penting. Yang terpenting baginya saat
ini adalah menemukan Sangkoan Jin. Bukan saja ia berhasil
berjumpa dengan Sangkoan Jin, bahkan dia pun memperoleh
kesempatan untuk membunuh orangku.
Pada saat yang paling menentukan itu, entah disengaja atau
tidak, putri Sangkoan Jin, Siangkoan Ling-ling, menggunakan
tubuhnya untuk menahan datangnya tusukan pedang yang ia
lancarkan untuk menembus jantung musuhnya itu.
Saat itulah tiba-tiba Tio Bu-ki teringat sesuatu, suatu
masalah penting yang seharusnya sudah diingatnya sejak awal.
Sugong Siau-hong pernah menyerahkan Harimau Kemala Putih
kepadanya dan berpesan, "Sebelum kau bunuh Sangkoan Jin,
rahasia Harimau Kemala Putih harus sudah berhasil kau pecahkan
dan kau pahami dulu."
Ternyata ia telah melupakan pesan ini, rasa benci dan
dendam telah mengaburkan pikirannya, melupakan masalah yang
sangat penting itu.
Seandainya Siangkoan Ling-ling tidak menghalangi tusukan
mautnya, mungkin ia sudah membunuh Sangkoan Jin dan
membalaskan dendam atas kematian ayahnya. Tapi seandainya ia
benar-benar berbuat demikian, lalu bagaimana pertanggungjawabannya
nanti kepada almarhum ayahnya"
Ternyata rahasia Harimau Kemala Putih adalah bahwa Tio
Kian sebenarnya mengidap suatu penyakit yang tak mungkin bisa
disembuhkan. Sekalipun diobati, paling banyak ia hanya bisa hidup
setengah tahun lagi. Maka mereka bertiga, Tio Kian, Sangkoan Jin
dan Sugong Siau-hong merencanakan sebuah siasat, suatu siasat
yang sangat hebat untuk memusnahkan musuh-musuhnya.
Musuh besar paling tangguh perkumpulan Tayhong-tong
adalah Keluarga Tong. Keluarga Tong tak mungkin bisa
dimusnahkan memakai kekerasan, keluarga itu hanya bisa diatasi
dengan akal muslihat. Kalau saja mereka bisa mengirim seseorang
masuk ke dalam Keluarga Tong sebagai musuh dalam selimut dan
berhasil mempengaruhi anggota-anggota Keluarga Tong hingga
menerimanya dalam kedudukan yang penting, maka semua rahasia
pasti akan terkuasai. Untuk menemukan orang seperti ini harus
dicari seorang pengkhianat, seseorang yang punya peran dan
kedudukan sangat penting dalam Tayhong-tong sehingga ketika
orang itu mengkhianati Tay-hong-tong lalu bergabung dengan
Keluarga Tong, orang-orang
Benteng Keluarga Tong pasti akan memandang tinggi orang
itu, sebab orang itu banyak mengetahui rahasia Tayhong-tong.
Seandainya orang itu datang bergabung sambil membawa batok
kepala Tio Kian sebagai persembahan, pihak Benteng Keluarga Tong
tak mungkin akan menaruh curiga pada orang itu.
Kalau pada akhirnya Tio Kian harus mati dan kematian itu
sudah diketahui akan terjadi paling lama setengah tahun kemudian,
mengapa ia tidak mati dengan lebih bermakna" Mati sebagai
pembela kaumnya" Seorang pahlawan" Jadi mereka lalu
memutuskan akan menjalankan rencana besar itu tepat saat
keluarga itu sedang menyelenggarakan pesta perkawinan puteranya.
Rencana ini mereka namakan Harimau Kemala Putih.
Rencana ini mereka laksanakan di luar sepengetahuan Tio
Bu-ki, satu keputusan yang sangat cerdas. Ketika Tio Bu-ki
mengetahui bahwa ayahnya dibunuh Sangkoan Jin, ia pasti
tergoncang kesadarannya, pikiran dan perasaannya pasti akan
terbakar oleh rasa dendam, ia pasti akan berusaha mencari
Sangkoan Jin dan berusaha mati-matian untuk menuntut balas. Asal
saja Tio Bu-ki memperlihatkan reaksi tersebut, berita itu dengan
cepat akan diketahui oleh orang-orang Benteng Keluarga Tong, dan
pihak Keluarga Tong tentu akan semakin mempercayai Sangkoan
Jin. Memang ini akan menyengsarakan Tio Bu-ki. Tapi demi kejayaan
Tayhong-tong, pengorbanan ini rasanya masih cukup berharga untuk
dilaksanakan. Ternyata terjadi sesuatu yang sama sekali di luar dugaan
Sangkoan Jin bertiga. Mereka selalu menganggap bahwa Benteng
Keluarga Tong adalah perkumpulan yang amat ketat dan kuat
penjagaannya. Sekalipun Tio Bu-ki ingin membalas dendam,
mustahil bagi pemuda itu akan bisa masuk Benteng Keluarga Tong
dengan gampang. Di luar dugaan, ternyata Tio Bu-ki berhasil
menyusup ke dalam Benteng Keluarga Tong, malahan ia berhasil jadi
congkoan (kepala pengurus rumah tangga), congkoan dari Keluarga
Tong! Dengan adanya perubahan di luar dugaan ini, seluruh
rencana Harimau Kemala Putih terancam gagal total. Sejak berhasil
masuk Benteng Keluarga Tong, meskipun Sangkoan Jin telah
berhasil mendapat kepercayaan besar Keluarga Tong, ia belum
berhasil menyelidiki dengan jelas semua rahasia Benteng Keluarga
Tong. Sampai saat itu, Sangkoan Jin belum pernah bertemu dengan
tokoh utama Keluarga Tong, tokoh yang menjadi otak semua sepakterjang
Keluarga Tong selama ini, Tong Ou.
Bukan karena Tong Ou segan bertemu dengannya, namun
ketika Sangkoan Jin datang untuk bergabung sambil membawa
batok kepala Tio Kian, Tong Ou sudah pergi dari situ. Kabarnya ia
sedang berke?liling ke pelbagai wilayah untuk menghimpun
dukungan serta menyempurnakan rencana besarnya untuk
menggempur markas Tayhong-tong!
Kini Tio Bu-ki sudah berhasil menyusup masuk. Sekalipun
pihak Keluarga Tong telah berulang kali melakukan penyelidikan dan
pemeriksaan, Sangkoan Jin selalu berhasil mengelabui orang-orang
Keluarga Tong. Hanya saja kenyataan sebenarnya tetap saja belum
jelas. Apakah orang-orang Keluarga Tong sesungguhnya sudah
mengetahui identitas asli Bu-ki dan pura-pura tidak tahu, atau
memang benar-benar tidak tahu"
Mengapa Tong Koat mengangkat Bu-ki menjadi congkoan"
Mungkinkah di balik pengangkatan itu terselip suatu rencana keji
lain" Jika Keluarga Tong memang sengaja mengatur demikian,
sudah tentu secara rahasia mereka akan menugaskan orang untuk
mengawasinya secara diam-diam Apabila memang Bu-ki mencari
Sangkoan Jin untuk membalas dendam, maka mereka akan segera
tahu bahwa orang yang mengaku bernama Li Giok-tong ini
Naga Kemala Putih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebenarnya adalah Tio Bu-ki dari Tayhong-tong.
Sebaliknya jika setelah Bu-ki melakukan pembalasan
dendamnya terhadap Sangkoan Jin lalu Tio Bu-ki menemukan bahwa
tak ada orang dari pihak Keluarga Tong yang mengawasi mereka,
maka ini menunjukkan bahwa pihak Keluarga Tong sama sekali tidak
tahu bahwa kedatangan pemuda itu sebenarnya adalah untuk
membalas dendam pada Sangkoan Jin. Tapi kalau pihak Keluarga
Tong memang sudah tahu pasti identitas Bu-ki yang sesungguhnya
dan kini apakah mereka sengaja menggunakannya untuk menguji
Sangkoan Jin"
Sekarang apa yang harus dilakukan Bu-ki" Tindakan apa
yang sebaiknya harus ia lakukan agar tidak melakukan kesalahan
fatal" Seandainya keselamatan jiwa Sangkoan Jin terancam, apakah
ia harus berusaha melindunginya dengan mati-matian ataukah lebih
baik ia berpeluk-tangan saja"
Setelah urusan berkembang sejauh ini, apakah dia masih
perlu membunuh Sangkoan Jin" Bagaimanapun juga, sudah jelas
bahwa Sangkoan Jin memang orang yang telah membunuh ayahnya.
Apabila dilihat bahwa hubungan mereka bertiga begitu akrab,
sekalipun gagasan siasat Harimau Kemala Putih muncul dari benak
ayahnya, tetap saja tidak seharusnya Sangkoan Jin bertindak begitu
tega terhadap saudara angkat sendiri.
Mana yang lebih penting, urusan Tayhong-tong atau
hubungan persaudaraan" Urusan perkumpulan menyangkut jangka
waktu yang panjang sedangkan tali persaudaraan hanya
berlangsung dalam waktu singkat. Juga jika ditinjau dari sudut
pandang lain lagi, sebenarnya apakah tujuan Sangkoan Jin hingga
dia rela memikul dosa sebagai seorang pengkhianat yang dicaci
orang banyak karena begitu tega membunuh saudara angkat
sendiri" Apakah ia harus memuji tindakan Sangkoan Jin itu, ataukah
mencerca dan mengutuknya" Dia tak tahu. Setelah menghela napas
panjang ia bangkit berdiri lalu menengadahkan kepalanya
memandang kegelapan malam yang mencekam jagad.
Ketika Bu-ki menengadahkan kepalanya, semestinya orang
berbaju hitam yang bersembunyi di atas wuwungan rumah itu
berusaha menyembunyikan diri dari pandangannya. Tapi ternyata
orang itu tidak berbuat demikian, mungkinkah dia punya andalan
yang kuat sehingga tak perlu merasa takut" Atau dia beranggapan
suasana terlalu gelap sehingga gerak-geriknya tak akan terlihat oleh
Bu-ki" Atau mungkin dia memang sengaja berbuat begitu agar
ketahuan oleh Bu-ki"
Bu-ki tidak menyadari kehadirannya, karena meskipun ia
mendongakkan kepalanya, namun sorot matanya kosong. Entah apa
yang sedang direnungkan olehnya waktu itu"
Tepat saat itulah tiba-tiba orang berbaju hitam itu melesat
ke depan lalu melayang turun ke serumpun bunga di sisi kanan Buki,
kembali sebuah tindakan yang amat mengherankan! Mengapa ia
justru melompat turun pada saat itu, sewaktu Bu-ki sedang
menengadahkan kepalanya memandang ke atas"
Sisi kanan dan rumpun bunga itu adalah jalan menuju ke
kamar tidur Sangkoan Jin. Bukan saja orang berbaju hitam itu
muncul di saat itu, bahkan dia seperti sengaja mematahkan
sebatang ranting pohon sehingga menimbulkan suara keras.
Saat itu, bila Tio Bu-ki masih belum mendengar juga, dia
bukanlah Tio Bu-ki yang masih hidup tapi seseorang yang entah
sudah mati berapa kali. Dengan cepat pemuda itu bereaksi,
mencabut pedang, memadamkan lampu lalu berdiri di tepi dinding
dan memeriksa keadaan di luar jendela.
Tampaknya sasaran orang berbaju hitam itu adalah
Sangkoan Jin, bukan Tio Bu-ki. Begitu sampai di muka tanah,
kembali ia melejit dan langsung menerobos ke dalam kamar tidur
Sangkoan Jin melalui jendela sebelah kanan.
Selincah seekor kelinci Tio Bu-ki meluncur ke belakang orang
berbaju hitam itu, jarak mereka berdua sebenarnya tidak terlalu
dekat, tapi gerakan tubuh orang berbaju hitam itu jauh lebih lambat
dibandingkan dengan gerak tubuh Bu-ki Karenanya sewaktu orang
berbaju hitam itu bersiap melompat ke dalam kamar, tusukan
pedang Bu-ki telah mengancam punggungnya.
Kembali satu peristiwa aneh terjadi...
Orang berbaju hitam itu dengan cepat membalikkan
pedangnya menangkis tusukan itu dan dengan meminjam tenaga
tusukan Bu-ki, ia melesat ke sisi kiri kemudian dengan sekali
menjejak pagar taman, tubuhnya sudah naik lagi ke atas wuwungan
rumah. Tanpa menunggu Bu-ki berhasil berdiri tegak, bayangan
tubuh orang berbaju hitam itu sudah lenyap tak berbekas.
Pada saat itulah mendadak terdengar Sangkoan Jin
membentak gusar sambil menerobos keluar dari kamarnya.
"Siapa di situ?"
Menyusul kemudian tubuhnya menerobos keluar dari dalam
kamar lewat daun jendela sebelah kiri. Diam-diam Tio Bu-ki merasa
kagum dan memuji dalam hati, sebab kalau dilihat dari rambut serta
pakaiannya yang acak-acakan, jelas Sangkoan Jin sudah tertidur
tadi. Setelah mengalami peristiwa yang luar biasa tegangnya
beberapa jam yang lalu, kemudian juga harus merawat luka yang
diderita puterinya, mestinya Sangkoan Jin tentu sudah sangat lelah.
Tapi dalam keadaan seperti itu pun ternyata ia masih mampu
bereaksi begitu cepat, bahkan bisa memperhitungkan secara tepat
dari mana dia harus keluar. Ini membuktikan bahwa pengalaman
serta nama besarnya memang bukan nama kosong belaka.
Begitu keluar dari kamar dan bertemu Bu-ki, Sangkoan Jin
segera bertanya.
"Siapa?"
"Entah!" Bu-ki menggeleng, "seseorang berbaju hitam yang
mengenakan kerudung hitam, lihay sekali ilmu meringankan
tubuhnya!"
"Ayo, masuk dulu baru bicara," ajak Sangkoan Jin. Setelah
menyalakan lampu dan mengenakan mantel luarnya.
Sangkoan Jin duduk di hadapan Bu-ki.
"Hebat sekali ilmu meringankan tubuh orang itu!" kata Bu-ki
setelah termenung sebentar.
Sangkoan Jin tidak menjawab.
"Dia tidak seharusnya mengeluarkan suara begitu berisik,"
kembali Bu-ki berkata.
"Suara berisik apa?"
"Sewaktu melayang turun ke tanah, tidak seharusnya ia
menyentuh ranting pohon hingga mengeluarkan suara berisik.
Tampaknya dia sengaja berbuat begitu untuk memancing
perhatianku."
"Kenapa" Bukankah dia hendak membokongku?"
"Keliru, walaupun dia melakukan gerakan seolah-olah
hendak menerobos masuk ke dalam kamarmu, tapi ketika
kulancarkan tusukan tadi, ia justru menangkisnya dengan cepat lalu
dengan meminjam daya pantul seranganku, ia kabur dari sini.
Memang betul tujuannya seolah-olah hendak membokongmu, tapi
aku merasa, tampaknya ia sedang menyelidiki reaksiku."
"Siapa yang melakukan hal itu?" kata Sangkoan Jin,
"Jangan-jangan masih ada orang dari Keluarga Tong yang menaruh
curiga kepada kita berdua?"
"Aku memang berpendapat begitu."
"Apa alasanmu?"
"Aku masih ingat perkataan Tong Koat, dia bilang bahwa
masuk ke Benteng Keluarga Tong tidak susah, tapi kalau ingin ke
dalam 'taman bunga', barulah susah sekali!"
"Di sinilah taman bunga!"
"Benar! Hanya tamu terhormat yang bisa sampai di sini Aku
sendiri pun harus melalui pemeriksaan yang amat ketat, kemudian
setelah mendapat ijin dari nenek Tong Koat, yaitu Lo-cocong, Si
Nenek Moyang dan diangkat menjadi congkoan, baru aku diijinkan
masuk kemari. Dari sini bisa disimpulkan bahwa orang yang baru
datang itu pasti berasal dari Keluarga Tong!"
"Seharusnya pihak Keluarga Tong tak mungkin menaruh
curiga lagi kepadamu maupun aku, sebab segala sesuatu yang
menyangkut asal-usulmu sudah kututupi dengan menyuap orang
yang diutus ke Cisi untuk menyelidiki asal-usulmu. Mestinya
sekarang mereka sudah tidak mencurigai lagi asal-usulmu!"
"Tapi orang yang tadi menyusup itu jelas bertujuan untuk
melakukan penyelidikan, tapi apa yang sedang dia selidiki" Bila
mereka mencurigai aku sebagai Tio Bu-ki, maka seharusnya mereka
juga tahu kalau tujuan kedatanganku kemari adalah untuk
membunuhmu."
"Jika orang yang datang tadi adalah utusan yang dikirim
pihak Keluarga Tong untuk melakukan penyelidikan, mungkin dia
ingin tahu, seandainya ia membokong aku apakah kau akan turun
tangan menolongku, jika kau berpangku tangan saja berarti kau
adalah Bu-ki, sebaliknya bila kau datang menolong, berarti kau tak
ingin melihat aku mati, maka..."
"Berarti aku benar-benar adalah Li Giok-tong, bukan Tip Buki!"
potong Bu-ki cepat.
Sangkoan Jin tertawa, tapi di balik senyuman itu masih
tersembunyi sedikit rasa kuatir. Sayang Tio Bu-ki tidak melihatnya.
Apa yang masih dikuatirkan Sangkoan Jin"
Bab 2. Pembicaraan antara Tong Koat dan
Neneknya "Lapor Lo-cocong!" kata Tong Koat, "aku menemukan dua
persoalan!"
"Dua persoalan?" tanya si nenek.
"Pertama, sejak masuk ke dalam kebun bunga, tiba-tiba Li
Giok-tong nampak banyak pikiran, dia melamun terus."
"Kemudian?"
"Dia benar-benar telah turun tangan menolong Sangkoan
Jin!" "Oh ya?"
"Jadi sekarang asal-usulnya tak perlu dicurigai lagi bukan?"
"Kau yakin?"
"Tentu saja, kalau dia tak ingin Sangkoan Jin mati, berarti
dia bukan Tio Bu-ki!"
"Hanya karena dia tak ingin Sangkoan Jin mati, lalu kau
menyim?pulkan dia pasti bukan Tio Bu-ki?" tanya Lo-cocong.
"Masa masih ada dugaan lain?"
"Tentu saja masih ada!"
"Aku tidak mengerti," seru Tong Koat.
"Siapa tahu dia memang tak ingin melihat Sangkoan Jin mati
di tangan orang lain?"
"Selain itu?"
"Mungkin dia tak ingin Sangkoan Jin mati begitu cepat dan
begitu gampang."
"Nenek Moyang, kau memang hebat!" puji Tong Koat cepat.
"Kau tak perlu jilat pantat, aku lihat kau masih belum terlalu percaya
dengan perkataanku!"
"Aku... Nenek Moyang, bukankah kita telah mengutus orang
untuk melakukan penyelidikan di Cisi" Bukankah sudah terbukti
bahwa Li Giok-tong memang dia?"
"Siapa yang mengatakan begitu?" tanya si nenek.
"Kami telah mengutus Wan Sam untuk membuktikan hal
ini." "Kau tahu berapa banyak anggota Tayhong-tong yang telah
kita beli?"
"Empatpuluh tujuh orang!"
"Kita bisa membeli anggota Tayhong-tong, memangnya
pihak Tayhong-tong tidak bisa membeli orang-orang kita?"
"Maksud nenek, Wan Sam telah menerima suap dan
memberikan keterangan palsu?"
"Aku tidak berkata begitu!"
"Lalu..."
"Aku hanya mengatakan kemungkinan seperti ini bukannya
tidak mungkin terjadi," si nenek menjelaskan.
"Tapi tak ada orang yang tahu kalaukita mengutus Wan
Sam!" "Ada!"
"Siapa?"
"Sangkoan Jin!"
"Dia" Mana mungkin dia" Mana mungkin dia membantu Tio
Bu-ki untuk merahasiakan identitasnya?"
"Jalan pikiran kita terlalu sederhana dan hanya tertuju satu
hal, bagaimana kalau seandainya dia bukan Tio Bu-ki?"
"Lo-cocong, kau membuat aku makin lama semakin
bingung," keluh Tong Koat dengan perasaan tak habis mengerti.
"Menurut laporan yang kita terima dari mata-mata, Tio Bu-ki
benar-benar hendak membunuh Sangkoan Jin untuk membalaskan
dendam sakit hati ayahnya, bukan begitu?"
"Benar!"
"Mengapa Sangkoan Jin bergabung dengan kita?"
"Karena dia beranggapan perkumpulan Tayhong-tong cepat
atau lambat akhirnya akan dimusnahkan oleh kita, maka dia
membunuh Tio Kian untuk menunjukkan kesetiaannya bergabung
dengan kita!"
"Moga-moga saja dia memang bermaksud begitu..." kata si
nenek pelan. "Masa dia hanya berpura-pura?"
"Dalam menghadapi persoalan apa pun, tak ada salahnya
kalau kita bertindak lebih hati-hati."
"Lantas baru saja kau mengatakan..."
"Aku kuatir Sangkoan Jin punya rencana dan tujuan lain,
siapa tahu Li Giok-tong memang khusus menyusup kemari untuk
bisa bergabung dengannya?"
"Mana mungkin bisa begitu" Kita sendiri yang mengangkat Li
Giok-tong menjadi congkoannya Sangkoan Jin."
"Itulah yang aku katakan tadi." sela si nenek cepat, "jalan
pikiran kita selalu tertuju ke satu arah saja. Selama ini kita hanya
menduga dia adalah Tio Bu-ki, maka dari itu kita sengaja mengirim
dia untuk melayani Sangkoan Jin sambil mengawasi reaksinya, jika
seandainya dia bukan Tio Bu-ki dan tujuannya kemari hanya ingin
menyusup jadi mata-mata, bukankah perkiraan kita jadi keliru
besar?" "Aku tidak percaya kalau kedatangan Sangkoan Jin hanya
untuk menjadi mata-mata," seru Tong Koat.
"Sebetulnya aku sendiri juga tidak percaya," si nenek
menyambung, "tapi yang baru saja terjadi itu menimbulkan kembali
rasa curigaku!"
"Kejadian apa?"
"Wan Sam telah hilang, suratnya dikirim balik melaku burung
merpati, tapi orangnya hingga hari ini belum juga kembali."
"Oh ya?"
"Oleh sebab itu aku mulai menaruh curiga lagi terhadap
Sangkoan Jin dan Li Giok-tong."
"Betul, jika Wan Sam sampai terbunuh maka orang yang
paling dicurigai adalah Sangkoan Jin."
Lo-cocong mengangguk.
Naga Kemala Putih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak salah, cuma... Wan Sam adalah seorang penjudi, bisa
saja dia sedang kecanduan main judi hingga pulangnya tertunda."
"Terus..."
"Oleh sebab itu aku putuskan untuk menunggu satu hari
lagi. Besok pasti ada berita tentang dia, entah berita itu dibawa cha
sendiri atau berita tentang kematiannya karena dibunuh orang!"
"Berarti nenek sudah mengutus orang untuk melakukan
penyelidikan?"
"Besok, besok baru akan kukirim!"
"Lantas apa yang harus kita lakukan terhadap Li Giok-t
ong?" "Apa pun tidak kita lakukan, tunggu."
"Tunggu" Menunggu apa?"
"Tunggu seseorang!"
"Seseorang" Siapa?" tanya Tong Koat keheranan.
"Tong Ou!"
"Kenapa harus menunggu toako?"
"Sebab selama ini perhitungannya tak pernah meleset!"
"Perhitunganku juga tak pernah meleset, kenapa kau lebih
membela dia" Apakah nenek menganggap aku tak mampu bekerja?"
"Sudah, pergilah tidur..." tukas si nenek.
Bab 3. Catatan Harian Wi Hong-nio
Perjalanan hidup manusia memang aneh, Wi Hong-nio
adalah seorang gadis berhati luhur dan rupawan. Ia tak pernah
mengharapkan kekayaan, tak pernah mengharapkan kemuliaan, ia
hanya berharap bisa mpnikah dengan seorang pemuda yang
mencintainya, walaupun harus hidup sederhana dan jauh dan
keramaian dunia ia akan merasa sangat puas.
Tapi justru gadis polos seperti ini harus mengalami kejadian
hebat yang amat memilukan hati, belum sempat upacara pernikahan
dilangsungkan ayah Bu-ki sudah ditemukan mati terbantai.
Walaupun Bu-ki telah pergi meninggalkan rumah untuk mencari
balas, bahkan sewaktu pergi meninggalkan dirinya, jangan lagi
mengucap sepatah kata, memandang ke arahnya sekejap pun tidak,
tapi Wi Hong-nio tahu, Bu-ki sangat mencintainya karena hanya
orang yang benar-benar mencintainya yang mampu melakukan
tindakan seperti itu.
Ia tahu mengapa Bu-ki tidak mau memandang ke arahnya,
jaga tahu mengapa ia tidak mengucapkan sepatah kata pun, Bu-ki
pasti khawatir ia akan mengucapkan kata-kata yang bernada
menahan kepergian pemuda itu dan jika dia memohonnya, Bu-ki
pasti tak tega dan akhirnya urung pergi membalas dendam.
Sebenarnya dugaan Bu-ki keliru besar, apa pun yang akan
dilakukan pemuda itu Wi Hong-nio pasti akan mendukungnya. Tapi
ia sama sekali tak menyalahkan Bu-ki, bahkan ia juga tak punya
pikiran untuk mengeluh kepada Thian atas ketidak-adilan yang
menimpanya, sebab dia tahu kebahagiaan hanya bisa diperoleh bila
ia mau memperjuangkannya. Menyalahkan orang lain tak ada
gunanya, kebahagiaan tak mungkin diperoleh hanya dengan
menyalahkan orang lain.
Karena itu, dia bersama Cian-cian, adik perempuan Bu-ki,
berangkat untuk mencarinya. Biarpun kebahagiaan hanya bisa
diperoleh melalui suatu perjuangan, bukan berarti bahwa dengan
melakukan suatu perjuangan lalu kebahagiaan akan didapat. Begitu
juga dengan Wi Hong-nio. Mimpi pun dia tak mengira bahwa
perjalanan hidupnya harus mengalami banyak siksaan dan
penderitaan. Mengikuti petunjuk-petunjuk yang diperolehnya, bersamasama
Cian-cian ia berhasil mencapaj bukit Kiu-hoa-san. Ketika tiba di
bukit Kiu-hoa-san, ia berpisah dari Tio Cian-cian tapi bertemu
dengan Siau Tang-lo.
Siau Tang-lo boleh dibilang seorang cacad, karena tubuhnya
harus ditopang sebatang tongkat untuk bisa berdiri tegak, biarpun
begitu, dia masih nampak gagah dan penuh wibawa sehingga orang
tidak berani memandang enteng dirinya.
Ketika Wi Hong-nio bertemu dengannya, pada waktu itu Buki
telah belajar ilmu pedang. Tapi ia tidak memberitahukan hal ini
kepada Hong-nio, ia hanya berpesan kepada gadis ini bahwa asal dia
mau menunggu di situ, cepat atau lambat pasti dapat berjumpa
dengan Bu-ki. Mungkin penampilan serta cara berbicara Siau Tang-lo
sangat meyakinkan sehingga Hong-nio sangat mempercayai katakatanya
itu, maka tinggallah nona itu di bukit Kiu-hoa-san. Hong-nio
memangg seorang perempuan seperti ini, dengan tenang dan tabah
ia tinggal di bukit Kiu-hoa-san, tak ada apa-apa lagi yang ia
pertanyakan. Kadang-kadang ia sangat merindukan masakan dari desanya
dan asal ia membuka suara menyatakan keinginannya itu, pada
makan malam berikutnya masakanyang ia inginkan itu sudah
terhidang. Ia tahu Siau Tang-lo pasti bukan orang sembarangan,
sebab ia tinggal dalam sebuah gua tapi kelengkapannya tak kalah
dibandingkan istana kaisar. Semua arak simpanannya adalah arak
pilihan semua pembantunya rata-rata memiliki ilmu silat tinggi,
terutama yang bernama Toat-beng-keng-hu (Pemukul Kentongan
Pencabut Nyawa) Liu Sam keng, biarpun matanya buta tapi
kelihayannya beberapa ratus kali lipat daripada orang biasa.
Di dasar hatinya ia punya banyak pertanyaan dan prasangka
atas penghuni serta keadaan gua itu, tapi ia tak pernah bertanya,
urusan ini hanya dipendamnya di hati, dicatat di buku hariannya.
Menulis catatan harian adalah pekerjaan yang dilakukan
olehnya setiap hari.
Bulan lima tanggal satu.
Sudah banyak hari tinggal bersama Siau Tang-lo di bukit
Kiu-hoa-san. Selama ini perasaanku belum juga tenang. Hari itu,
Siau Tang-lo mengajakku masuk kebagian gua paling dalam untuk
menengok seseorang. Orang itu kurus kering, rambutnya kusut tidak
karuan, ia begitu mabuk dengan ilmu pedangnya sehingga tak
menyadari kehadiranku disana. Dia adalah Bu-ki yang kuimpikan
siang dan malam.
Selama banyak hari hatiku selalu terusik pemandangan itu,
hanya saja hari ini, setelah pindah kerumab penginapan ini, tiba-tiba
saja muncul perasaan menyesalku. Mengapa saat itu aku tidak
memanggilnya, "Bu-Ki!" Aku ingin tahu bagaimana
tangsppansertaperasaannya.
Ai! Bu-ki, seandainya orang itu benar kau, aku benar-benar
telah melewatkan kesempatan yang sangat untuk berkumpul
kembali dengan dirimu!
Satu-satunya yang bisa menghibur hatiku hanyalah katakata
Siau Tang-lo bahwa asal Bu-ki berhasil mempelajari ilmu
pedangnya, dia pasti akan menjumpaiku lagi. Kalau memang kegitu,
apakah orang ituBu-ki atau bukan, kemunculanku bisa-bisa hanya
akan mengacaukan pikiran serta konsentrasinya
Ai! Kenapa ingatan yang selalu muncul di dalam benakku
belakangan ini selalu hanyalah rasa kangenku kepada Bu-ki"
Mengapa rasa kangenku teihadapnya kian hari kian mendalam"
Aku tahu sikap Siau Tang-lo sangat baik terhadapku, tapi
seharusnya dia juga tahu kalau hati dan perasaanku hanya milik Buki
seorang. Beberapa hari belakangan aku selalu berada di samping
Siau Tang-lo, apa yang akan dipikir Bu-ki seandainya ia menyaksikan
hal ini" Aku tidak tahu, aku hanya merasa hatiku sangat tenteram
sekarang Lebih baik aku menulis apa yang terjadikan ini! Tempat yang
kukunjungi hari ini sangat menarik, kami menaiki semacam
Kendaraan yang disebut "bambu luncur', yaitu dua batang bambu
yang diikatkan melintang pada sebuah bangku sehingga orang dapat
duduk di situ sementara dua pemikul menyangga bambu itu dari sisi
kiri dan kanannya.
Jalanan perbukitan sangat sulit dilalui tapi pemikul "bambu
luncur' dapat berjalan seperti ditempat yang rata saja, sungguh luar
biasa! Aku tahu 'bambu luncur' adalah kendaraan yang biasa
digunakan orang Sucoan untuk bepergian. Ini berarti kami telah
memasuki wilayah Sucoan selatan, namun mau apa kami masuk ke
wilayah ini"Aku tidak tahu. Yang kuketabui hanya bahwa Keluarga
Tong tinggal di Sucoan, paman Siangkoan berada disitu dan aku
juga tahu, bila Bu-ki telah berhasil mempelajari ilmu pedangnya, ia
pasti akan mendatangi Keluarga Tong untuk rnembuat perhitungan.
Mungkinkah Siau Tang-lo sedang menuju ke Benteng
Keluarga Tong"
Kalau ditmjau dari cara hidupnya yang mewah bagai hidup
dalam istana, tidak seharusnya ia mendatangi Keluarga Tong.
Tapi ketika tiba disebuah losmen, aku mendenga rLiu Samkeng
berbicara dengan seseorang yang amat sangat gemuk.
"Kami telah datang lagi!" kata Liu Sam-keng. "Apa yang
kalian bawa kali ini?" tanya sigemuk.
"Seseorang!"
"Orang" Kami tidak mau!"
"Kami tidak mungkin memberikan orang ini kepadamu, kami
hanya ingin menunjukkan orang ini kepada kalian!''
"Ohya?"
"Bukankah kalian sedang menyelidiki asal-usul seseorang"
Orang yang kami bawa sangat cocok untuk membantu penyelidikan
ini, asalkan ia muncul, maka asal-usul yang kalian selidiki segera
akan ketahuan."
"Siapa orang itu?"
"Dia she Wi."
"Bagus sekali, barang kami akan segera dihantar malam
nanti!" 'Tidak usah, Tee-Ciang Pouwsat bilang barang baru diambil
setelah urusan selesai."
"Bagus, bagus sekali, ha ha ha..."
Siapakah yang dimakud Liu Sam-keng sebagai orang she
Wi" Mungkinkah aku yang dimaksud" Aah, mustahil, aku bisa bantu
penyelidikan apa"
Tentu saja Wi Hong-nio tak tahu kalau orang yang gemuk
sekali itu adalah Tong Koat. Kedatangan Siau Tang-lo ke sana adalah
untuk mengambil obat pemunah racun karena sejak ia terbokong
musuh, setiap tahun ia harus datang ke sana untuk mengambil obat.
Obat pemunah racun dari Keluarga Tong itu bukan untuk dirinya
tetapi diberikan kepada si 'Mayat Hidup'.
'Mayat Hidup' sebenarnya juga orang, seseorang yang
terkena bokongan senjata rahasia beracun, hanya saja berhubung
tenaga dalam yang ia miliki sangat tinggi dan hebat, racun yang
bersarang di tubuhnya berhasil dihimpun jadi satu. Tapi setiap tahun
dia masih perlu menelan obat pemunah racun dari Keluarga Tong.
'Mayat Hidup' memiliki kepandaian istimewa, ia mampu
menotok setiap jalan darah besar maupun kecil di tubuh seseorang
dalam waktu yang amat singkat.
Kebetulan tiap tahun Siau Tang-lo perlu melancarkan
seluruh jalan darahnya satu kali, maka setiap tahun dia harus pergi
ke Sucoan untuk mengambil obat penawar racun dari Keluarga Tong
lalu mene?mui si 'Mayat Hidup' dan bertukar barang.
Tiap kali mendatangi Keluarga Tong, Siau Tang-lo selalu
membawa aneka macam mestika dan barang langka untuk
ditukarkan dengan obat pemunah. Tapi kali ini, karena ia mendengar
Keluarga Tong sedang menyelidiki asal-usul seseorang dan orang itu
dicurigai sebagai Tio Bu-ki, maka ia pun mengajak Wi Hong-nio
berkunjung ke situ. Siapa lagi selain Wi Hong-nio yang bisa lebih
jelas untuk memastikan identitas Tio Bu-ki yang sebenarnya" Tentu
saja Wi Hong-nio sendiri pun tahu dengan jelas sekali.
Karenanya ia meneruskan pekerjaannya mencatat semua
kejadian itu dalam buku hariannya...
Malam ini makan malam dirundung suasana murung dan
menekan, entah mengapa, Siau Tang-lo selalu menampilkan
wajahnya yang murung dan banyak pikiran. Setelah menelan suapan
nasi yang terakhir dengan susah payah, Siau Tang-lo baru
meletakkan kembali sumpitnya dan memandang wajahku dengan
pandangan yang sangat aneh.
Sampai lama sekali ia termenung kemudian baru ujarnya,
"Bu-ki telah berhasil mempelajari ilmu pedang!"
Begitu mendengarnama Bu-ki', jantungku berdebar makin
cepat, aku merasa darah yang mengalir dalam tubuhku bergolak
keras, aku ingin sekali bertanya kepadanya dari mana ia bisa tahu
Bu-ki saat ini berada" Tapi aku juga tahu, bila aku bertanya,
mungkin dia malah tak akan menjawab, sebab dia orang yang suka
jual mahal tapi juga suka jual tampang maka aku berusaha
mengendalikan perasaanku, aku tak bertanya apa-apa, aku hanya
memandangnya tanpa berkedip.
Kurasa mungkin dia telah melihat harapanku yang tak
sengaja terbersit dari balik sorot mataku. Aku dapat menangkap rasa
tak senang yang muncul dalam hatinya, tapi perasaan tak senang itu
hanya berlangsung sekejap, karena perasaan tadi segera
disembunyikannya lagi.
Sesudah itu ia barulah bertanya lagi kepadaku, "Kenapa kau
tidak bertanya kepadaku, dari mana aku bisa tahu?"
Untuk menjawab pertanyaan ini, aku sempat termerumg dan
memutar otak sejenak, sejenak baru kujawab, "Aku bertanya atau
tidak, kau toh tetap akan memberitahukannya kepadaku!"
"Bagus sekali bila kau bisamemahamiperasaankul," kata Siau
Tang-lo kemudian sambil tertawa.
Aku tak berani mengucapkan sepatok kata pun, aku hanya
memandangnya lekat-leka.
Dengan cepat ia segera menyambung, "Sebab dia sudah
lama meninggalkan bukit Kiu-hoa-san!"
Baru aku membuka mulutku setengah, dia sudah tahu apa
yang ingin kutanyakan, maka lanjutnya, "Betul, orang yang kau
jumpai ketika berada di gua waktu itu memang dia! Ia datang ke
Kiu-hoa-san mencari aku untuk belajar ilmu pedang karena dia tahu
hanya dengan menguasai ilmu pedang yang maha sakti, ia baru bisa
membalaskan dendam sakit hati atas kematimayahnya, maka dia
berlatih terus tanpa memikirkan makan, minum maupun istirahat .
Kau sudah melakukan tindakan yang benar ketika tidak
menyapanya, kalau tidak ia sudah runtuh sejak itu, atau bahkan bisa
mengalami cau-hwee-jip-mo (jalan api menuju neraka) dan akan
cacad seumur hidup!"
Aku benar-benar sangat kaget, untung saja aku berhasil
menahan gejolak perasaanku waktu itu dan tidak memanggil Bu-ki,
kalau tidak, sungguh tak terbayang akibat yang harus dideritanya.
Sekarang aku baru sadar, ternyata Siau Tang-lo adalah
seseorang yang sangat lihay dan luar biasa.
Dia menyukai aku, tapi sengaja bersikap seakan-akan tak
akan menggunakan paksaan untuk membuat aku menyukainya. Ia
tahu bahwa dalam hati aku hanya mencintai Tio Bu-ki seorang,
karena itu dia mencoba menggunakan cara itu untuk mencelakai Buki
Aku mulai membencinya!
Tampaknya kembali ia berhasil menebak jalan pikiranku,
katanya kemudian, "Untuk mendapatkan cinta seseorang, untuk
mendapatkan seseorang, kadang-kadang kita harus menggunakan
sedikit siasat dan langkah. Apalagi waktu itu Bu-ki begitu tergila-gila
pada ilmu pedangnya, dalam pandanganku ketika itu, dia tak ada
Naga Kemala Putih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bedanya dengan seorang cacad!"
Apayang dia katakan memang benar, tapi... menggunakan
cara selicik itu untuk menyingkirkan orang yang sangat kucintai"
Bagaimanapun juga, aku tak bisa memaafkan dirinya! Tentu saja aku
tidak mengutarakan jalan pikiranku, aku hanya memandangnya
dengan termangu-mangu dan mulut bungkam.
Sebentar kemudian dia berkata lagi kepadaku, "Aku benarbenar
tak mengira kalau Bu-ki memiliki bakat setinggi itu, tak lama
setelah kita tinggalkan bukit Kiu-hoa-san, dia ikut meninggalkan
bukit itu. Dia berbasil dua bulan lebih awal dari perkiraanku semula!''
Mendengar sampai di sini aku tak bisa menahan diri lagi,
semua kecurigaan dan keraguan yang membelit hatiku selama ini
kulontarkan keluar, aku bertanya kepadanya, "Jadi kau sengaja
mengajakku pergi meninggalkan bukit Kiu-hoa-san" Jadi kau takut
kami saling bertemu setelah ia berhasil mempelajari pedangnya?"
Siau Tanglo segera tertawa.
"Kau jangan memandangku kelewat rendah. Mana mungkin
aku manusia serendah itu" Sebelum berangkat pun aku sudah
berkata kepadamu bahwa aku tak ingin memaksamu untuk pergi
bersamaku!"
Setelah tertawa getir, kembali ia melanjutkan, "Kau juga
tahu, semua urat-uratku harus dilancarkan kembali peredaran
darahnya setahun satu kali, kalau tidak berbuat demikian, aku bisa
mati karena peredaran darah yang tersumbat"
Aku menjawab bahwa aku tidak tahu.
Dia berkata lagi, "Dalam dunia persilatan saat ini hanya
orang yang bernama Mayat Hidup yang mempunyai kemampuan
untuk melancarkan peredaran darah di sekujur badanku dalam
waktu singkat. Kebetulan sekali tiap tahun diapun butuh sebutir pil
pemunah racun untuk membebaskan pengaruh racun dalam
tubuhnya dan penawar racun itu hanya dimiliki Keluarga Tongdi
Sucoan!" "Tapi kita toh tidak perlu meninggalkan bukit Kiu-hoa-san
sedini itu!" tak tahan aku berseru.
"Kenapa kita mesti berputar sejauh itu sebelum balik
kembali ke sini?"
"Kau kira aku memang ingin berputar dulu sejauh itu" Kau
kira setelah tiba disini lalu tanpa syarat apapun pibak Benteng
Keluarga Tong akan menyerahkan obat penawar racun itu
kepadaku" Aku berputar sejauh itu tak lain karena aku harus
mencari beberapa jenis barang berharga atau barang langka untuk
ditukar dengan obat itu."
Aku bertanya, apakah barang yang dicarinya sudah
ditemukan"
Ia menjawah bahwa ia sudah mencari lama sekali tapi tak
berhasil menemukan barang yangcocok, akhirnya ia mendengar
Benteng Keluarga Tong kedatangan seorang asing dan pihak
Keluarga Tong sedang kesulitan untuk mengetahui asal-usul orang
asing itu, sebab mereka curiga apakah orang ini Tio Bu-ki atau
bukan. Ia berkata kepadaku, "Tahukah kau, dengan cara apa
mereka dapat segera membuktikan orang itu Bu-ki atau bukan?"
Akupun menjawab, "Suruh paman Siangkoan mengenali
orang itu, bukankah dia segera akan memberikan jawaban yang
pasti"' Katanya cara ini memang merupakan cara yang sangat baik,
tapi seandainya karena sesuatu alasan, Sangkoan Jin enggan
memberikan keterangan yang sejujumya"
Dalam hal ini aku tidak paham,apa alasan paman Siangkoan
tak mau memberi keterangm yang sejujurnya. Mungkinkah dia masih
teringat hubungan persaudaraan mereka di masa lalu" Tapi aku
tidak bertanya soal ini, aku hanya bertanya, "Cara apalagi yang bisa
digunakan?"
"Kau!"
Aku yang dia tunjuk!
Aku benar-benar sangat terkejut, tapi setelah kupikir sejenak
aku langsung paham dengan tujuannya. Betul, sekalipun Bu-ki bisa
berlagak pilon setelah berjumpa denganku, tapi bila aku dapat
bertemu dengannya, wajahku pasti, terkejut dan perasaanku pasti,
tak terbendung lagi.
Berpikir akan bal tersebut, aku semakin merasa betapa licik
dan munafiknya SiauTang-lo, sungguh tak nyana dia bisa
menemukan akal seperti ini Tapi dengan cepat aku berpikir lagi,
seandainya dia memang seorang licik yang munafik, semestinya dia
tak perlu mengungkap rahasia ini dihadapanku, dia bisa langsung
mengajak aku ke sana dan menjalankan rencananya. Mengapa dia
harus menjelaskannya dulu kepadaku"
Aku tak tahan, segera tegurku, "Mengapa kau beritahukan
masalah ini padaku?"
Kembali Siau Tang-lo tertawa getir, tampaknya ia memang
gemar tertawa getir, sahutnya, "Aku kuatir kau akan sangat
membenciku!"
Setelah menatapku sampai lama sekali, kembali dia berkata,
"Ketika pertama kali aku berpikir menggunakan cara ini untuk
ditukar dengan obat, aku hanya rnemikirkan keselamatan jiwaku
sendiri. Tapi semakin dekat dengan Benteng Keluarga Tong
perasaanku semakin tak tenang..."
"Kenapa?" aku bertanya.
"Karena ini sama saja dengan memperalat dirimu! Mana bisa
aku memperalat kau"Bagairnana mungkin aku, Siau Tang-lo, bisa
memperalat seorang wanita untuk kepentingan pribadi?"
"Apa kau sudah tak membutuhkan obat itu?" tanyaku.
"Tentu saja aku sangat butuh"
"Berarti kau tetap akan memperalat aku?"
"Karena itu aku harus menjelaskan dulu masalah ini
kepadamu agar kau bisa bersiap-siap. Tentu saja aku tak berani
memastikan orang itu pasti Tio Bu-ki, kalau memang benar tentu
saja paling baik, seandainya memang dia, kuharap kau bisa
rnengendalikan gejolak perasaan dan emosimu di dalam hati saja."
Apa mungkin aku bisa mengendalikan gejolak perasaan itu"
Sudah begitu lama kami tak bertemu, pikiran dan perasaanku kini
sudah bergolak bagai gulungan ombak di samudera luas bagaimana
caranya rnengendalikannya"
Tampaknya dia dapat melihat pikiran dan perasaanku waktu
itu, maka katanya lagi, "Kau boleh menolak untuk pergi kesana!"
"Bila aku tidak pergi, bukankah kau akan gagal
mendapatkan obat itu?"
Ternyata dia cukup jujur, sahutnya, "Tentu saja aku paling
berharap kau bisa pergi, bahkan sangat berharap kau dapat
mengendalikan gejolak perasaan hatimu, kau bisa bersandiwara di
hadapan mereka. "
Aku bertanya kepadanya, bukankah hal ini sama artinya
dengan membohongi orang orang Keluarga Tong"
Ia menjawab, "Tak mungkin kita mengharapkan segalas
esuatu bisa berhasil dengan sempurna, kadangkala urusan bisa
gagal bila kita tidak mau menggunakan sedikit akal dan pikiran. Tapi
demi ketenteraman hatiku, untuk memastikan agar setelah kejadian
ini kau tidak membenciku, aku harus mengulangisekali lagi
perkataanku ini, kau boleh menolak untuk pergi!"
"Tidak, aku tetap pergi!"jawabku bersikukuh.
Aku tak tahu kenapa pada waktu itu aku begitu bersikukuh
untuk pergi, apakah hal ini disebabkan ia terlalu baik kepadaku"
Mungkinkah aku berbuat begini karena ingin membalas budi
kebaikannya" Atau mungkin karena alasan lain" Aku tak tahu, aku
benar-benar tak tahu.
Mungkin inilah yang disebut takdir kehidupan! Mungkinkah
garis takdirku menyuruh aku untuk mengenali orang itu betul Bu-ki
atau bukan" Dan garis takdir orang itu segera akan diputuskan oleh
keputusan yang kuambil"
Ohh, takdir! Kenapa kau tak adil" Kenapa kau harus
mengaturku untuk berbuat seperti ini"
Hari mulai terang sekarang aku baru teringat, aku lupa
bertanya kepada Siau Tang-lo, kapan kami akan pergi bertemu
dengan orang itu. Seandainya orang itu betul-betul adalah Bu-ki, apa
yang harus kuperbuat" Aku sendiri pun tak tahu, biarlah takdir yang
mengaturkan bagiku!
Bab 4. Pilihan Tong Ou yang Tepat
Bulan lima tanggal dua.
Sejak fajar tadi, suasana di dalam Benteng Keluarga Tong
sudah sangat ramai, sebelum hari menjadi terang, Lo-cocong si
nenek moyang telah berpesan kepada bawahannya untuk tetap
menghangat?kan sarapan, karena dia ingin sarapan bersama Tong
Ou. Lo-cocong tidak menyangka secepat itu Tong Ou tiba di
rumah, dia mengira paling cepat orang itu baru tiba di Benteng
Keluarga Tong pagi harinya. Ternyata masih ada satu hal yang tidak
disangka olehnya, dia tidak mengira sebelum sarapan siap
dihidangkan, Tong Ou sudah tiba di rumah.
Yang dimaksud tiba di rumah adalah sampai di pintu
gerbang Benteng Keluarga Tong. Selama ini Keluarga Tong bisa
menancapkan kakinya dengan kokoh dalam percaturan dunia
persilatan tentu saja mereka memiliki kelebihan yang tak dipunyai
orang lain, contohnya urusan kecil ini saja sudah bisa disaksikan
betapa hebatnya Keluarga Tong.
Ketika Tong Ou baru saja melangkah masuk ke pintu
gerbang Benteng Keluarga Tong, berita ini sudah tiba di telinga Lococong,
sebab Lo-cocong membuat satu peraturan yang sangat
ketat, yaitu peristiwa apa pun yang terjadi di dalam benteng, apa
pun yang dilakukan orang itu, harus segera dilaporkan kepadanya.
Lo-cocong adalah orang pertama yang dibangunkan dari tidurnya.
Begitu Lo-cocong bangun dari tidurnya, petugas dapur langsung
menjadi amat sibuk, buru-buru mereka siapkan hidangan sarapan
pagi. Ketika Tong Ou melangkah masuk ke taman bunga Keluarga
Tong, sarapan telah disiapkan, sewaktu memasuki gardu Bo-tanteng
(Gardu Bunga Botan), ia sudah melihat senyuman Lo-cocong
yang menunggu kedatangannya. Sesudah mengucapkan selamat
pagi ia duduk di hadapan Lo-cocong, waktu itu bubur dengan
cakwee panas telah dihidangkan di atas meja.
Setelah memperhatikan sejenak wajah Tong Ou, Lo-cocong
hanya mengucapkan dua patah kata, "Makan dulu!"
Tong Ou tidak banyak bicara, ia cukup memahami watak Lococong,
kalau dia ingin kau sarapan dulu lebih baik kau kenyangkan
dulu perutmu sebelum berbicara lagi, kalau tidak nenek itu akan tak
suka hati. Maka dia pun mulai menyumpit cakwee yang dicelupkan ke
dalam buburnya dan mulai bersantap, dalam waktu singkat dia
habiskan delapan biji cakwee ditambah daging masak angsio hingga
peluh jatuh bercucuran karena kepanasan, tapi dengan begitu
semua rasa letihnya lenyap, yang tertinggal hanya sinar tajam yang
memancar dari wajahnya.
Saat itu barulah Lo-cocong berkata, "Bila semangat orang
mulai luntur, jalan pikirannya tentu gampang kacau!"
"Aku tahu!" Tong Ou manggut-manggut.
"Tentunya kau sudah tahu masalah tentang Sangkoan Jin
bukan?" "Benar, karena itu siang malam aku melakukan perjalanan
untuk segera pulang ke rumah."
"Oh! Kau menemukan suatu rahasia besar?"
"Benar, secara garis besar aku telah mengetahui keadaan
perkumpulan Tayhong-tong, di luar sana aku telah mempersiapkan
segala sesuatunya dengan sempurna, rencananya pada perayaan
Peh-cun nanti serangan gelombang pertama dilakukan."
"Apa hubungannya dengan perjalananmu siang malam
menuju ke rumah" Sampai di rumah besok pun sama saja..."
"Hari ini sudah tanggal dua, bila dapat pulang lebih awal
berarti aku bisa lebih awal melakukan penyelidikan melalui Sangkoan
Jin. Aku ingin tahu apakah masih ada hal lain dalam perkumpulan
Tayhong-tong yang belum kita ketahui."
"Lebih awal melakukan persiapan memang benar, tapi
sewaktu mencari keterangan dari Sangkoan Jin, kau mesti lebih
berhati-hati."
"Oh ya" Kenapa" Apakah Lo-cocong masih belum percaya
kepadanya?"
"Sebenarnya aku sudah menaruh kepercayaan kepadanya,
sebab dia datang dengan membawa batok kepala Tio Kian, ini
membuktikan kesungguhan hatinya untuk bergabung dengan kita,
tapi dalam berapa hari terakhir ini telah terjadi sedikit masalah."
"Masalah apa?"
Lo-cocong segera menceritakan dengan jelas semua ikhwal
keda?tangan Tio Bu-ki dalam Benteng Keluarga Tong hingga apa
yang telah dilakukannya.
Selesai mendengar penuturan itu, Tong Ou segera bertanya,
"Apakah sudah ada kabar dari Wan Sam?"
"Hingga kini belum ada, tapi orang yang kutugaskan
melakukan penyelidikan paling lambat tengah hari nanti sudah
pulang kemari."
"Kalau begitu aku baru akan menemui Sangkoan Jin nanti
malam!" "Benar, makin hati-hati makin baik, kali ini kita harus
berhasil menumpas seluruh kekuatan yang dimiliki Tayhong-tong,
dengan demikian Keluarga Tong kita baru bisa merajai seluruh dunia
persi?latan!"
"Kau tak usah kuatir Lo-cocong," hibur Tong Ou, "aku pasti
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik."
"Aku percaya kemampuanmu. Oh ya, kebetulan kemarin
Tong Koat melaporkan kedatangan Siau Tang-lo."
"Dia datang untuk mengambil obat" Aku rasa lebih baik kali
ini kita serahkan semua obat penawar racun itu kepadanya, buat apa
kita mesti kemaruk dengan barang-barang langka miliknya?"
"Sebenarnya tujuan utamaku bukan lantaran kemaruk
dengan barang-barang langka miliknya, kau toh tahu juga, awalnya
kita minta barang-barang langka darinya hanya karena ingin obat
kita bisa dijual dengan harga tinggi karena dengan memperoleh
banyak uang berarti kita bisa memelihara lebih banyak orang dan
menambah kekuatan kita. Tapi kemudian tiba-tiba aku punya satu
pikiran aneh, dan sekarang telah menjadi kenyataan."
"Pikiran apa?"
"Siau Tang-lo itu manusia aneh, tentunya kau masih ingat
kedudukan serta asal-usulnya yang begitu tinggi bagai seorang
kaisar, orang aneh semacam dia seringkali bisa membawa barangbarang
yang aneh juga."
"Kali ini dia membawa barang aneh juga?"
"Benar!"
"Barang apa itu?"
"Satu orang!"
"Orang" Siapa dia?"
"Wi Hong-nio!"
"Bakal istri Tio Bu-ki yang belum sempat dikawini secara
resmi itu?"
Naga Kemala Putih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Betul!"
"Apa tujuannya membawa Wi Hong-nio datang kemari?"
"Ia mendengar kita sedang menyelidiki seseorang apa benar
Tio Bu-ki atau bukan, lalu ia mengajak Wi Hong-nio datang kemari."
"Ehmm, cara ini memang jitu!"
"Tepat sekali! Kau mau bertemu Siau Tang-lo?"
"Baik, tengah hari nanti akan kuundang dia makan siang di
loteng Ie-hiang-lo, dia sendiri saja."
"Hanya dia sendiri" Tidak mengundang Wi Hong-nio?" tanya
Lo-cocong dengan heran.
"Ya, hanya dia sendiri. Aku punya rencana lain."
"Baiklah, kalau begitu segala sesuatu kuserahkan padamu.
Masih ada urusan lain yang harus dikerjakan" Kalau tak ada, lebih
baik pergilah beristirahat dulu."
"Aku ingin mengundang Cu-sianseng untuk membuat lukisan
wajah Li Giok-tong, suruh dia selesaikan lukisan itu sebelum tengah
hari!" Cu-sianseng adalah Cu Cu-tan, seorang pelukis dari Benteng
Keluarga Tong, dia sangat mahir dalam melukis wajah orang. Semua
orang penting di Benteng Keluarga Tong dibuatkan sebuah lukisan
wajah olehnya dan lukisan itu digantung di sebuah ruangan dalam
Benteng Keluarga Tong yang dinamakan 'Ruang Lukisan'.
Hanya orang penting yang dilukis wajahnya oleh Cusianseng.
Lo-cocong semakin tercengang setelah mendengar
permintaan itu, tak tahan lagi tanyanya, "Kenapa kau ingin membuat
lukisan wajahnya" Kenapa tidak menunggu setelah dia bertemu
dengan Wi Hong-nio saja nanti?"
"Lo-cocong!" ujar Tong Ou sambil tersenyum, "bolehkah aku
sedikit jual mahal dengan melaporkan urusan ini malam nanti?"
Lo-cocong seperti juga nenek-nenek lain di kolong langit,
walaupun sedikit bernada menegur tapi sahutnya juga dengan
gembira, "Menghadapi urusan sepenting ini masih jual mahal" Tapi...
baiklah, aku percaya kau pasti sudah punya rencana yang matang,
akan kutunggu laporanmu malam nanti!"
"Nenek, kau memang sangat memahami perasaanku!" Tong
Ou tertawa. "Tak usah merayuku lagi, sana, pergi istirahat!"
Ketika terjaga dari tidurnya, tengah hari sudah hampir tiba,
dengan semangat dan tubuh yang segar Tong Ou berangkat menuju
ke loteng Ie-hiang-lo. Belum lama dia duduk, Siau Tang-lo dengan
dipapah dua orang telah tiba juga di situ.
Selesai bertukar kata sopan-santun biasanya, mereka mulai
bersantap. Selama makan siang itu mereka hanya membicarakan
masalah-masalah yang berhubungan dengan dunia persilatan.
Ketika air teh mulai dihidangkan, Tong Ou baru
mengeluarkan sebuah botol yang diserahkannya kepada Siau TangKANG
ZUSI website http://cerita-silat.co.cc/
lo sambil berkata, "Obat yang ada dalam botol ini cukup untuk
digunakan selama enampuluh enam tahuni."
Siau Tang-lo tahu, isi botol itu adalah obat pemunah racun
yang akan dia berikan kepada si "Mayat Hidup". Mendengar bahwa
obat yang diberikan Tong Ou kepadanya kali ini cukup untuk
digunakan selama enampuluh enam tahun, ia jadi sangat girang, dia
percaya inilah berkah yang diperolehnya lantaran mengajak Wi
Hong-nio ke sini.
Karena itu segera bertanya, "Kapan kau akan bertemu
dengan Wi Hong-nio?"
"Aku tidak berencana untuk menjumpainya."
"Tidak menjumpainya" Lalu siapa yang akan menemuinya?"
tanya Siau Tang-lo tercengang.
"Tak ada seorang pun dari Benteng Keluarga Tong kami
akan bertemu dengannya."
Siau Tang-lo semakin melengak, dia betul-betul tak habis
mengerti. "Siapa pun tak akan menemuinya" Mengapa?"
"Aku rasa itu tidak perlu."
"Apakah kalian telah berhasil membuktikan orang itu bukan
Tio Bu-Ki?"
"Belum!"
"Lantas..."
"Aku hanya tak ingin membuktikan sesuatu dengan
mempercayai omongan seorang wanita."
Begitu mendengar perkataan tersebut, Siau Tang-lo segera
menyentilkan jari tengahnya ke depan, botol berisi obat penawar
racun itu segera bergeser kembali ke hadapan Tong Ou, kemudian ia
baru berkata, "Kalau begitu, aku pun tidak bisa menerima
pemberianmu ini."
Tong Ou tertegun, ia mengawasi Siau Tang-lo tanpa bicara.
Setelah tertawa, kembali Siau Tang-lo berkata, "Aku sangat
berterima kasih atas niat baikmu itu, tapi selama hidup aku tak
pernah mau menerima pemberian orang secara cuma-cuma."
Tong Ou agak gelagapan juga menghadapi sikap lawannya,
untung dia adalah seorang tokoh utama yang mengatur seluruh
sepak-terjang Benteng Keluarga Tong dan dalam bingungnya, dia
masih sempat memutar otak mencari jalan lain. Suatu rencana
segera diperolehnya.
Ia segera berkata kepada Siau Tang-lo, "Aku sangat
berharap kau mau menerimanya!"
Kemudian ia dorong kembali botol berisi obat itu ke hadapan
Siau Tang-lo. Kali ini Siau Tang-lo tidak bicara lagi, hanya sepasang
matanya menatap lekat Tong Ou.
"Baiklah!" kata Tong Ou kemudian, "kalau toh kau baru mau
menerima niat baikku jika kami pun mau menerima niat baikmu,
begini saja, malam nanti aku akan mengatur agar orang itu bertemu
dengan Wi Hong-nio!"
Siau Tang-lo segera tersenyum, ia menerima botol berisi
obat itu dan berkata, "Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih!"
"Seharusnya akulah yang berterima kasih kepadamu," balas
Tong Ou sambil tersenyum.
Bab 5. Teka-Teki di Balik Lukisan Wajah
Sewaktu Bu-ki melihat Tong Koat dan Cu Cu-tan masuk ke
dalam ruangan menghampirinya, ia melihat paras muka Tong Koat
sangat jelek dan tak enak dipandang, seolah-olah ada orang yang
baru saja merampas pengantin perempuannya.
Hal ini bisa dimaklumi karena ketika bangun pagi tadi, Tong
Koat mengira Lo-cocong pasti akan mengundangnya untuk sarapan
bersama sekalian mendengarkan penuturan kakaknya tentang hasil
yang diperoleh sepanjang perjalanan, paling tidak saat itu dia pun
bisa memberikan sedikit saran dan tanggapan.
Siapa tahu Lo-cocong sama sekali tidak mengundangnya,
memanggil pun tidak.
Sepagian Tong Koat sudah dibuat sangat marah bercampur
dongkol hingga sarapan pun segan dimakan, yang lebih bikin jengkel
hatinya adalah ketika menjelang tengah hari, dia melihat koki
kembali sibuk menyiapkan hidangan dan ia tak tahan untuk bertanya
buat siapa hidangan itu disiapkan. Ketika tahu orang yang dijamu
adalah Siau Tang-lo dan hidangan cuma disiapkan untuk dua orang,
ini membuktikan bahwa kakaknya, Tong Ou, sama sekali tak berniat
mengundangnya untuk turut serta dalam perjamuan ini, ia jadi
makin jengkel dan marah hingga paras mukanya berubah jadi merah
padam seperti hati babi.
Rasa dongkolnya semakin menjadi-jadi ketika Lo-cocong
memerintahkan ia bersama Cu Cu-tan untuk pergi membuat lukisan
wajah Li Giok-tong, apa artinya ini" Ini membuktikan bahwa
kakaknya, Tong Ou, telah berhasil membuktikan Li Giok-tong bukan
Tio Bu-ki, karena dengan terlukisnya wajah orang itu, berarti secara
resmi orang itu telah diterima menjadi anggota Keluarga Tong.
Mengapa Tong Ou tidak mengajaknya berunding dulu sebelum
menerima Li Giok-tong menjadi anggota Keluarga Tong"
Oleh sebab itu ketika Bu-ki dengan perasaan ingin tahu
bertanya kepada Tong Koat, mengapa ia harus dibuat lukisan
wajahnya, Tong Koat sama sekali tidak mempedulikan pertanyaan
itu, dia hanya berteriak dengan penuh kejengkelan, "Pokoknya biar
dia lukis wajahmu, titik. Orang Keluarga Tong paling benci kalau
ditanya ke sana kemari.
Melihat sikap dan nada suaranya, Bu-ki tahu kalau orang itu
sedang dongkol dan marah karena sesuatu, tapi jawaban tersebut
tidak membuat Bu-ki jadi marah, pikirnya, "Mau dilukis atau
diapakan, terserah, cepat atau lambat toh jawab?nya segera akan
kuketahui."
Selesai dilukis, ia segera pergi mencari Sangkoan Jin dan
menceritakan kejadian itu kepadanya. Mendengar penuturan
tersebut, Sangkoan Jin sangat gembira, ia berseru sambil menepuknepuk
bahu pemuda itu, "Selamat! Selamat! Kionghi, kionghi!"
"Kenapa mesti kionghi kepadaku" Memangnya Benteng
Keluarga Tong hendak menggunakan lukisan wajahku untuk
mencarikan jodoh bagiku?"
"Tentu saja bukan begitu!"
"Lantas, apa yang mesti dibikin gembira?"
"Dalam Keluarga Tong ada satu kebiasaan, mereka akan
membuat lukisan wajah bagi setiap orang yang dianggap penting
dalam kelompoknya, lukisan itu akan digantung dalam sebuah
ruangan agar setiap orang bisa melihat serta mengenali wajahnya."
"Oh, jadi paman Siangkoan juga telah dilukis wajahnya?"
"Betul, ini menandakan mereka telah mempercayai identitas
palsumu, bahkan sangat menghargai kemampuanmu!"
Bu-ki betul-betul sangat gembira, dari penuturan Sangkoan
Jin tadi, dia menjadi tahu bahwa pihak Keluarga Tong sangat
menghargai kemampuannya dan akan memandang penting
peranannya, bahkan dia semakin gembira lagi ketika Tong Ou
ternyata mengundangnya untuk bertemu.
Sekalipun dalam hati kecilnya ia merasa amat gembira,
namun perasaan tersebut tidak sampai kelewat ditampilkan ke
wajahnya, sebab selama berapa waktu belakangan ini ia sudah
belajar bagaimana mengendalikan emosi serta tidak menampilkan
setiap perubahan perasaan hatinya, apalagi ketika sedang
berhadapan dengan musuh, ia harus bisa mempertahankan
ketenangan serta kesigapannya untuk menghadapi setiap
perubahan. Maka sewaktu dia berjalan masuk ke ruangan tempat Tong
Ou ingin berjumpa dengannya, pemuda itu telah berhasil
menenangkan perasaan hatinya, dia telah mengubah dirinya bagai
anak panah yang sudah dipentang di busurnya, setiap waktu dan
setiap saat dia bisa menggunakan seluruh tenaga dan
kemampuannya untuk melindungi diri.
Ketika melangkah masuk ke dalam ruangan, ia segera dapat
melihat wajah Tong Ou, diam-diam ia bersorak memuji dalam
hatinya. Ditilik dari penampilannya, Tong Ou berusia sekitar
tigapuluh tahunan, wajahnya nampak gagah dan tampan, sorot
mata yang terpancar keluar seakan-akan mengandung rasa percaya
diri yang sangat kuat.
Begitu melihat kehadiran Bu-ki, Tong Ou segera menegur,
"LiGiok-tong?"
"Betul!" sahut Bu-ki sambil bersojah, "aku adalah Li Gioktong
dariCisi!"
"Selamat datang di Benteng Keluarga Tong!"
"Aku merasa amat bangga dan gembira atas sambutan ini."
"Mari, kita bicara di dalam saja," ajak Tong Ou kemudian.
"Di dalam?"
"Benar, di kamar sebelah sana."
Tong Ou menggerakkan tangannya memberi tanda
mempersi-lahkan, Tio Bu-ki pun tanpa berpikir panjang segera
melangkah masuk ke dalam ruangan. Tong Ou menunggu sampai
Bu-ki sudah melangkah dua tindak, baru bertepuk tangan memberi
isyarat, seseorang segera muncul di tengah ruangan.
Kepada orang itu Tong Ou berkata, "Segera undang Cusianseng
untuk masuk!"
Bu-ki berhenti di depan pintu, menanti Tong Ou sudah
membukakan pintu, baru dia melangkah masuk. Ternyata ruangan
itu penuh dengan lukisan wajah yang tergantung di seluruh dinding.
Sambil menuding ke atas lukisan lukisan wajah itu, Tong Ou
berkata, "Semua wajah yang terlukis dalam ruangan ini adalah jagojago
pilihan dari Benteng Keluarga Tong kami."
Bu-ki melihat wajah Sangkoan Jin ikut terpampang di situ,
lukisan wajahnya tergantung pada dinding sebelah kiri.
"Lukisan wajahmu ada di meja!" kembali Tong Ou berkata.
Bu-ki sudah melihat lukisan itu ketika Cu Cu-tan selesai
melukis tadi, karena itu walaupun ia melihat di atas meja ada sebuah
lukisan, namun ia tidak berniat untuk menghampiri dan melihatnya
lagi. "Silahkan duduk!" kembali Tong Ou berkata sambil
menunjuk bangku di sisi meja.
Bu-ki pun duduk, karena berada di tepi meja, maka tanpa
sadar ia pun melirik sekejap ke lukisan wajah yang berada di sisinya.
Wajah dalam lukisan itu nampak sangat kurus dan penuh cambang,
ketam?panan wajahnya di masa lampau sudah sama sekali tak
terlihat. "Bagaimana hasil lukisan Cu-sianseng, hebat bukan?" ucap
Tong Ou kemudian setelah ikut duduk di hadapannya.
"Betul, hebat dan kelas satu!"
"Sesuai dengan peraturan Keluarga Tong kami, asalkan dia
orang yang pandai, hebat dan bisa diandalkan, kami pasti akan
buatkan lukisan wajahnya dan digantungkan dalam ruangan ini."
Bu-ki hanya memandang lukisan wajahnya tanpa menjawab.
"Hanya saja," kembali Tong Ou berkata, "tujuan kami untuk
membuat lukisan wajahmu kali ini, belum tentu dimaksudkan untuk
digantung di sini."
"Oh ya?" dalam hati kecilnya Bu-ki mulai merasa kecewa
bercampur curiga. Kenapa belum tentu digantung dalam ruangan
ini" Sekalipun begitu, dia sama sekali tidak menampilkan perasaan
heran bercampur curiganya di wajahnya.
"Inilah untuk pertama kalinya kami Benteng Keluarga Tong
membuatkan lukisan wajah orang luar."
"Berarti merupakan satu kehormatan dan kebanggaan
tersendiri bagiku?"
"Mungkin, kau ingin tahu kenapa?"
"Kau bersedia memberitahukan kepadaku?"
"Tentu saja bersedia."
Sementara itu, Cu Cu-tan sudah berjalan ke dalam ruangan,
di tangannya ia masih membawa beberapa gulung lukisan wajah.
"Mari kita ke sana sambil melihat-lihat dan beromongomong,"
ajak Tong Ou sambil menuding ke arah sebuah meja besar
dekat dinding ruangan.
Tiba di depan meja besar itu, Cu Cu-tan mulai
membentangkan semua lukisan yang dibawanya, selembar demi
selembar dipaparkan di atas meja, semuanya berjumlah lima lembar
lukisan. Lembaran lukisan yang paling ujung adalah seseorang
berwajah kurus, semakin ke kanan wajah itu kelihatan semakin
bertambah gemuk.
Bu-ki segera kenali dua lembar lukisan yang paling kanan
Naga Kemala Putih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
adalah lukisan wajah dari Tong Koat, orang paling gemuk di dalam
Benteng Keluarga Tong, sedang tiga lembar lukisan di sisi kirinya
memiliki raut muka yang mirip dengan Tong Koat, namun Bu-ki tak
berani memastikan kalau lukisan tersebut adalah lukisan wajahnya.
"Kelima lembar lukisan ini semuanya adalah lukisan wajah
adikku, Tong Koat, yang berada di paling kiri adalah lukisan
wajahnya kira-kira sepuluh tahun yang lalu waktu dia masih sangat
kurus, sedang luk isan yang berada di paling kanan adalah lukisan
wajahnya pada setahun silam, dia sudah berubah jadi begitu
gemuk!" Bu-ki tidak tahu apa sebab serta tujuan Tong Ou
memperlihatkan lukisan-lukisan itu padanya, tapi dia yakin, pada
akhirnya Tong Ou pasti akan memberikan penjelasan atas semua
teka teki tersebut, oleh sebab itu dia sama sekali tidak gelisah
bahkan mulutnya tetap membungkam seribu bahasa.
Menanti Cu Cu-tan selesai menggulung kembali kelima
lembar lukisan itu, Tong Ou baru berjalan balik ke meja pertama dan
mengambil lukisan wajah Bu-ki yang lalu dibentangkannya di atas
meja besar, sementara Cu Cu-tan sudah mempersiapkan alat tulis
serta selembar kertas baru.
Setelah meletakkan peralatan gambarnya di atas meja, Cu
Cu-tan mulai mengambil selembar kertas kosong dari tumpukan
kertas yang dibawanya, kemudian membentangkan kertas baru itu
tepat di atas lukisan wajah Tio Bu-ki.
"Kertas ini sangat tipis," Tong Ou menjelaskan, "sedemikian
tipisnya sehingga lukisan yang berada di bawahnya dapat terlihat
dengan jelas."
Kembali Cu Cu-tan mengambil dua lembar kertas kosong
dan diletakkan di atas serta di bawah kertas kosong pertama, lalu
setelah mengambil alat gambarnya, ia memandang ke arah Tong Ou
menunggu perintah.
Terdengar Tong Ou berkata lagi kepada Bu-ki, "Cu-sianseng
sangat mahir dalam melukis wajah manusia, maka pengamatannya
terhadap raut wajah seseorang sangat teliti dan cermat, dan
sekarang, berdasarkan pengalaman yang dimilikinya selama ini, dia
akan melukis raut wajahmu ketika kau bertambah gemuk nanti."
Bu-ki sangat kaget, pikirnya, "Mau melukis wajahku ketika
gemuk" Jika lukisannya tepat, bukankah Tong Ou segera akan tahu
kalau aku adalah Tio Bu-ki" Tapi... mungkinkah dia dapat melukis
wajahku yang sebenarnya dengan tepat?"
Tampak Cu Cu-tan mulai menggerakkan alat tulisnya
membuat coretan-coretan pada kertas baru itu, tak selang berapa
saat kemudian, raut wajah seorang pemuda yang tampan dan gagah
segera tampil di atas lembaran kertas lukisan itu. Kali ini Bu-ki betulbetul
sangat terperanjat, sebab raut wajah yang tertera pada lukisan
itu mirip sekali dengan wajahnya setahun lalu, sekalipun tidak tepat
secara keseluruhan, paling tidak kemiripannya mencapai tujuhdelapan
bagian. "Mirip bukan?" tegur Tong Ou kemudian, sambil memandang
wajah Bu-ki. "Dari mana aku bisa tahu?" jawab Bu-ki.
"Kenapa kau tidak tahu?"
"Sejak kecil aku sudah sekurus ini, dari mana aku bisa tahu
bagaimana raut wajahku bila menjadi gemuk?"
"Sungguh?"
"Menurut kau, setampan itukah wajahku?"
"Ehmm, aku rasa mirip sekali."
"Oh ya?"
"Coba ikut aku."
Tong Ou mengambil kertas tambahan itu dan membawa
lukisan yang baru selesai dilukis itu ke ruang tamu. Mereka tiba di
sisi kiri ruang tamu, di situ ia mendorong sebuah pintu dan masuk ke
dalam sebuah ruangan yang di dalamnya penuh dengan rak yang
dipenuhi lukisan wajah manusia.
Sambil melangkah masuk, kembali Tong Ou menjelaskan,
"Isi rak yang ada di dalam ruangan ini juga lukisan wajah manusia,
hanya bedanya lukisan yang berada di sini adalah lukisan wajahwajah
musuh besar Benteng Keluarga Tong."
Bu-ki tidak berbicara lagi, dalam hatinya ia sudah paham apa
yang bakal terjadi, lukisan wajah Tio Bu-ki dari Perkumpulan
Tayhong-tong pasti berada di situ juga. Ketika melangkah ke dalam
ruangan, ia segera dapat melihat tulisan-tulisan yang ditempelkan
pada rak-rak lukisan itu, ada lukisan dari Hui-hong-pang, Sin-liongpang...
dan tentu saja dari Tayhong-tong.
Benar juga, Tong Ou langsung menuju ke rak lukisan yang
dicantumi label Tayhong-tong, ia membuka laci keempat dari rak
tersebut dan mengeluarkan segulung lukisan wajah, kemudian
katanya kepada Bu-ki, "Inilah lukisan wajah Tio Bu-ki dari
perkumpulan Tayhong-tong."
Bu-ki masih tetap menjaga ketenangan hati dan
penampilannya, padahal di hati kecilnya ia sudah merasakan
ketegangan yang luar biasa hingga tanpa sadar peluh dingin
membasahi telapak tangannya. Sementara itu Tong Ou sudah
melepaskan tali merah yang mengikat gulungan lukisan itu,
kemudian dengan tangan kiri memegang lukisan tersebut, tangan
kanannya memegang lukisan hasil karya Cu Cu-tan. Dia mengamati
kedua lukisan itu bergantian, lalu memandang juga ke wajah Bu-ki,
seakan-akan dia ingin melihat bagaimana perubahan wajah pemuda
itu. Paras muka Bu-ki sama sekali tidak berubah, dia bersikap
seakan-akan sedang ikut menikmati dua lukisan wajah yang sama
sekali tak ada hubungan dan sangkut pautnya dengan dirinya.
Tiba-tiba terdengar Cu Cu-tan yang berdiri di belakang Bu-ki
menjerit kaget, "Aaah, mirip, mirip sekali, kau adalah Tio Bu-ki!"
Tio Bu-ki segera tertawa keras.
"Kau masih bisa tertawa?" seru Tong Ou.
"Apa kau tidak merasa kejadian ini sungguh menggelikan"
Kau tidak menganggap peristiwa ini sebagai sesuatu yang konyol
dan ngawur?"
"Tidak, aku sama sekali tidak merasakan." Sambil menuding
ke arah Cu Cu-tan, kembali Bu-ki berkata, "Bukankah lukisan wajah
Tio Bu-ki dari Tayhong-tong dilukis juga olehnya?"
"Benar!"
"Itulah dia," kata Bu-ki, "selama ini kalian menaruh curiga
bahwa aku adalah Tio Bu-ki, maka sewaktu dia menambah lukisan
tadi, pikirannya sudah terpengaruh oleh bayangan wajah Tio Bu-ki,
tidak aneh jika hasil lukisannya mirip sekali dengan Tio Bu-ki. Coba
kalau kalian mencurigai aku sebagi Oh Tun dari Hui-hong-pang, aku
yakin hasil lukisan yang dibuatnya pasti sangat mirip dengan Oh
Tun, percaya tidak?"
"Aku percaya, cuma dalam satu hal kau keliru."
"Dalam hal apa?"
"Cu-sianseng sama sekali tidak tahu urusan tentang Tio Buki,
kami hanya beritahu kepadanya bahwa kau adalah Li Giok-tong,
kemudian menyuruhnya berdasarkan pengalaman yang dimilikinya,
untuk melukiskan wajah Li Giok-tong seandainya menjadi gemuk
nanti." Bu-ki tidak bicara lagi, kalau urusan telah berkembang jadi
begini, apa lagi yang bisa dia katakan"
"Sekarang kau sudah mengaku bukan bahwa dirimu adalah
Tio Bu-Ki?" tegas Tong Ou.
Bu-ki tidak menjawab pertanyaannya itu, ia balik bertanya,
"Kalau toh sedari awal kau sudah menduga seperti itu mengapa
tidak kau bunuh saja diriku sekarang?"
"Ada dua alasan aku tidak membunuhmu, pertama karena
sejak kau masuk kemari, aku sudah merasakan hawa pembunuhan
yang sangat tebal memancar dari tubuhmu, aku tak yakin bisa
mengalahkan dirimu dalam satu kali serangan, sekalipun pada
akhirnya aku berhasil mengalahkan kau, jika kau merasa tak
mungkin bisa mundur dari sini dengan selamat, aku yakin kau akan
mengajakku untuk mengadu jiwa, jelas aku Tong Ou tak sudi
berbuat demikian."
"Oh" Lantas apa alasanmu yang kedua?"
"Alasan kedua inilah yang merupakan alasan yang
sesungguhnya."
Setelah berhenti sejenak, ia kembali meneruskan, "Aku
paling tak suka melakukan serangan bokongan, bila ingin membunuh
seseorang, aku akan menantangnya bertempur secara jantan."
"Kalau begitu kau ingin menantangku untuk berduel?"
"Benar!"
"Kau sudah sangat yakin kalau aku adalah Tio Bu-ki?"
"Aku tak ambil peduli kau Tio Bu-ki atau bukan, aku tetap
akan menantangmu untuk bertarung!"
"Kenapa?"
"Kesenanganku yang paling utama adalah mengadu pedang
dengan semua jago yang ada di kolong langit."
"Apakah aku pantas untuk menerima tantanganmu itu?"
"Tentu saja sangat pantas, cukup melihat keberanianmu,
aku rasa sudah lebih dari pantas."
"Kau terlalu memandang tinggi kemampuanku," seru Bu-ki.
"Jadi kau sudah menerima tantanganku untuk berduel?"
"Masih mungkin bagiku untuk menolak?"
"Baiklah, kalau begitu kita putuskan begini saja. Tengah hari
tanggal tujuh bulan tujuh di puncak gunung Thay-san!"
"Baik, aku akan menepati janji!"
"Jika kau sudah berjanji akan menepati janji kita, lebih baik
jagalah dirimu baik-baik!"
"Aku tak mengerti dengan perkataanmu itu!"
"Kenapa tidak mengerti?"
"Kenapa kau suruh aku baik-baik menjaga diri" Kalau tak
terjadi suatu peristiwa yang mendadak, siapa pun pasti akan
berusaha untuk menjaga diri."
"Tepat sekali perkataanmu itu," Tong Ou manggut-manggut,
"Justru karena aku tahu kalau kau bakal menghadapi suatu peristiwa
yang hebat, maka sengaja kuingatkan agar kau bisa menjaga diri
baik-baik."
"Peristiwa hebat apa?" tanya Bu-ki tak habis mengerti.
"Ada beberapa kejadian yang akan kau alami secara
beruntun, kejadian pertama adalah malam nanti. Aku akan
mengajakmu men?jumpai seseorang."
"Menjumpai seseorang" Haruskah aku menjumpai orang
itu?" "Aku telah berjanji kepada orang itu agar kau pergi
menjumpainya."
"Bila aku menolak untuk bertemu?"
"Menolak juga tak apa apa, paling-paling aku akan membuat
kecewa orang itu dan tidak menepati janjinya. Tapi aku percaya kau
pasti ingin sekali bertemu dengan orang itu."
Bu-ki tidak bertanya siapakah orang itu, sebab dia tahu
bertanya pun tak ada gunanya, Tong Ou pasti akan jual mahal
dengan tidak menyebut siapa orang itu, maka katanya kemudian,
"Baik, aku akan menjumpai orang itu!"
"Terima kasih banyak. Kejadian kedua adalah setelah
bertemu orang itu, maka kau harus segera meninggalkan Benteng
Keluarga Tong, pergi seorang diri."
"Maksudmu Benteng Keluarga Tong sudah tak suka
menerima kehadiranku di tempat ini?"
"Tidak, kami sangat gembira bisa menerima kau sebagai
tamu kami, justru aku yang kuatir kau tak ingin tinggal lebih lama
lagi di sini."
"Kenapa?"
"Sebab aku masih akan memberitahukan satu kejadian lagi
kepadamu dan aku yakin, setelah kau mendengar kata-kataku nanti,
kau pasti akan gelisah seperti semut di atas kuali panas!"
"Gelisah juga tak ada gunanya, toh aku telah berjanji
kepadamu akan menjumpai orang itu nanti malam dan aku akan
pergi setelah bertemu dengannya, pergi dari sini seorang diri."
Tong Ou tertawa tergelak.
"Kau memang sangat cerdas, satu kejadian yang sangat
menyenangkan bila aku dapat berduel melawan orang semacam
kau." "Kini, segala sesuatunya sudah berada dalam
cengkeramanmu, aku tidak gembira."
"Maka dari itu aku harus membuat segala sesuatunya
nampak sangat adil, dengan begitu pertarungan kita baru sah di
mata orang banyak."
Bu-ki tidak berkata apa-apa lagi, dalam hatinya ia mulai
berpikir, "Selama ini Benteng Keluarga Tong tersohor dalam dunia
persilatan karena kemahirannya menggunakan senjata rahasia, obat
racun serta rencana licik, mana mungkin bisa muncul seorang yang
gagah dan sangat adil seperti Tong Ou" Jangan-jangan di balik
semua ini masih tersimpan rencana busuk lainnya?"
Sementara dia masih memikirkan persoalan ini, kata-kata
yang diucapkan Tong Ou berikutnya membuatnya selain lebih
terkejut, juga penuh rasa curiga, sebenarnya Tong Ou ini tokoh
utama Benteng Keluarga Tong atau bukan"
"Dalam berapa hari ini, kemungkinan besar kami akan
menyerang markas besar Tayhong-tong secara besar-besaran,
apakah kau tak ingin buru-buru pulang ke rumah untuk membuat
persiapan?" kata Tong Ou sambil tertawa.
Mengapa Tong Ou harus membeberkan rahasia besar ini
kepadanya, bahkan rahasia itu baru disampaikan setelah dia yakin
kalau dirinya adalah Tio Bu-ki" Mungkinkah dia memang
menginginkan suatu pertarungan yang adil" Bu-ki tidak tahu, untuk
membuktikan hal ini memang dibutuhkan waktu yang cukup lama.
Setelah keadaan berkembang menjadi begini, Bu-ki sadar
sudah tak ada gunanya lagi merahasiakan identitas dirinya sebab
seperti yang dikatakan Tong Au, setelah mengetahui Benteng
Keluarga Tong akan menyerang Tayhong-tong secara besar-besaran,
dia memang harus segera berangkat pulang, dia harus pulang untuk
mendampingi saudara-saudara seperguruannya untuk bersamasama
menyambut serangan musuh dan bertarung hingga titik darah
penghabisan. Bila hal ini sampai terjadi, siapa pun tentu akan tahu kalau
dia adalah Tio Bu-ki. Lagipula benar atau tidaknya dia sebagai Tio
Bu-ki sudah menjadi urusan yang tak penting bagi Tong Ou, karena
Tong Ou sudah menyuruhnya pergi dari Benteng Keluarga Tong. Jika
seseorang sudah tidak tinggal di dalam Benteng Keluarga Tong,
maka tidak peduli siapa pun orang itu, dia tak akan mendatangkan
ancaman lagi bagi Keluarga Tong.
Itulah sebabnya Bu-ki telah bersiap-siap untuk pergi dari
situ. "Nanti dulu, nanti dulu, jangan terburu-buru," cegah Tong
Ou sambil merentangkan tangannya menghalangi kepergian pemuda
itu, "agar adil, setelah aku memberitahukan banyak persoalan
kepadamu, sudah sepantasnya bila kau pun menjawab satu
pertanyaanku."
"Tanya saja!"
"Kenapa kau belum juga turun tangan membunuh Sangkoan
Jin?"
Naga Kemala Putih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tampaknya kau sudah tahu tentang semua kejadian di sini
walaupun kau tidak ada di Benteng Keluarga Tong!"
"Kau kira nama besar Benteng Keluarga Tong yang selama
ini tersohor dalam dunia persilatan sekedar nama kosong belaka?"
"Baik, kalau begitu akan kujawab pertanyaanmu itu. Aku
belum menemukan kesempatan yang baik untuk turun tangan,
percaya tidak?"
"Tentu saja aku percaya, Sangkoan Jin bukan manusia
sembarangan, tentu saja dia tak akan semudah itu membuka
peluang padamu untuk turun tangan."
"Karena itu aku pun perlu memberitahumu bahwa aku masih
akan terus mencari kesempatan untuk datang kemari dan membalas
dendam." "Aku harap kau bisa menyatukan dulu seluruh pikiran dan
perhatianmu untuk menghadapi pertarungan besar yang akan
segera berlangsung. Aku tidak berharap seranganku untuk
menghancurkan markas besar Tayhong-tong bisa berlangsung
dengan gampang dan empuk seperti memotong tahu."
"Kenapa?"
"Bila sesuatu bisa diperoleh dengan mudah, permainan jadi
tidak menarik, urusan yang terlalu gampang hanya menandakan
ketidakmampuan mu untuk mengolah pasukan yang kau miliki. Bila
aku mesti membunuh ayam menggunakan golok penjagal sapi,
bukankah perbuatanku jadi terlalu bodoh dan tak bermutu?"
"Karena itu kau sengaja melepaskan aku pulang ke markas
besar Tayhong-tong?"
"Benar!"
"Tampaknya kau sangat yakin bisa memenangkan
pertarungan ini!"
"Bertindak setelah membuat perencanaan matang, meraih
pahala setelah melakukan tindakan, itulah prinsip kerjaku, orang she
Tong!" "Bagus sekali! Aku suka sekali manusia macam dirimu!"
"Yaa, sayang sekali kita tak bisa jadi teman."
"Banyak sekali urusan di dunia ini berjalan jauh dari
keinginan orang. Bisa berhadapan denganmu sebagai musuh sudah
merupakan kejadian yang luar biasa!"
"Betul, seringkah ingin menjadi musuh seseorang pun bukan
pekerjaan yang mudah!"
"Tapi aku pasti akan selalu mengingat dan merindukan
musuh semacam kau!"
"Apa maksudmu berkata begitu?" tanya Tong Ou cepat.
"Itu menandakan bahwa aku pun sama seperti kau,
mempunyai keyakinan yang besar untuk memenangkan
pertempuran ini. Bila aku berhasil mengalahkan mu, yang tersisa
hanyalah kenangan serta rinduku kepadamu."
Tong Ou segera mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak.
"Ha ha ha... bagus, bagus sekali!" serunya, "sekarang,
bersediakah kau ikut aku pergi ke suatu tempat?"
"Ke mana?"
"Sebenarnya aku berencana akan mengajakmu menjumpai
dia pada malam nanti, tapi sekarang tiba-tiba aku berubah pikiran,
kuharap kau bisa berangkat sekarang juga."
"Kau ingin aku pergi menjumpai orang yang kau maksudkan
itu sekarang juga?"
"Tidak, lebih baik bertemu malam nanti saja."
"Lalu, kenapa harus berangkat sekarang juga?"
"Sebab aku ingin kau menunggunya di sana."
"Ooh, jadi kau ingin menahan dan mengurungku lebih dulu?"
"Kau tidak berani?"
"Kenapa tak berani" Aku hanya menduga, rupanya kau takut
aku akan melakukan suatu perbuatan selama waktu penantian ini?"
"Benar, aku kuatir kau secara tiba-tiba mendapatkan
kesempatan yang baik untuk membunuh Sangkoan Jin dan bila
peristiwa seperti itu sampai terjadi, bukankah hal ini akan menjadi
kerugian yang teramat besar bagi Benteng Keluarga Tong?"
"Kalau begitu mari kita berangkat sekarang juga!"
Bab 6. Tong Ou dan Sangkoan Jin
Perasaan Tong Ou saat ini gembira sekali, ya, urusan apa
yang lebih menggembirakan daripada keberhasilannya
mem?bongkar identitas orang. Dia sama sekali tidak kuatir bahwa
tindakannya melepaskan Tio Bu-ki akan mempengaruhi pertempuran
yang akan dilakukannya, dia sangat percaya dengan perhitungan
serta pengamatannya, dia lebih yakin lagi dengan kemampuan yang
dimilikinya. Sampai hari ini sudah ada empatpuluh tujuh orang anggota
Tayhong-tong yang telah berhasil dibeli olehnya, bila terjadi serbuan
besar nanti, dia yakin mereka semua akan melakukan kerjasama
yang erat dengan melakukan serangan dari dalam. Selain ku,
ditambah pula dengan pengetahuan Sangkoan Jin tentang seluk
beluk Tayhong-tong yang sempurna, dia yakin pertempuran kali ini
sudah dimenangkan olehnya sejak awal.
Yang dilakukannya sekarang seperti kucing yang
mempermainkan seekor tikus, membebaskan Bu-ki tak lebih
daripada hanya ingin menambah keasyikan serta unsur hiburan
dalam pertempuran yang akan dilakukannya nanti. Selain itu, dia
pun berjanji di dalam hatinya untuk tidak membunuh Tio Bu-ki
dalam pertempuran nanti, sebab Tio Bu-ki telah mempelajari ilmu
pedang dan Siau Tang-lo, bagaimana pun juga dia ingin Tio Bu-ki
tetap hidup agar bisa diajak bertarung satu lawan satu dengan dia
sendiri. Tong Ou bisa membayangkan betapa kalut dan gugupnya
pikiran serta perasaan Bu-ki saat ini, terutama setelah berjumpa
dengan orang itu nanti malam. Pikiran maupun perasaannya pasti
akan semakin kalut dan gelagapan, apalagi jika Tong Ou sengaja
menahan orang itu di Benteng Keluarga Tong, dia yakin pikiran dan
perasaan Tio Bu-ki pasti sedemikian bingung dan kacaunya hingga
tak akan tahu apa yang harus dilakukannya.
Perhatian yang terpecah merupakan pantangan paling besar
dalam ilmu kemiliteran. Dengan berbekal perasaan riang gembira
seperti inilah Tong Ou berjalan menuju ke tempat yang ia janjikan
untuk bertemu dengan Sangkoan Jin. Satu belokan lagi ia akan tiba
di tempat tujuan, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya.
Satu masalah tiba-tiba melintas dalam benaknya. Sekarang
terbukti sudah kalau Li Giok-tong adalah Tio Bu-ki, tetapi mengapa
Sangkoan Jin tidak melaporkan penemuan tersebut sejak dulu-dulu"
Dia tak percaya Sangkoan Jin tak berhasil mengetahui kalau Li Gioktong
adalah penyamaran dari Tio Bu-ki.
Dengan munculnya masalah ini, masalah lain segera muncul
pula di dalam benaknya. Siapa yang telah menyuap Wan Sam" Atau
siapa yang telah membunuh Wan Sam kemudian membawa berita
palsu itu kembali ke Benteng Keluarga Tong"
Menurut penuturan Lo-cocong, hanya tiga orang yang tahu
kalau mereka mengutus Wan Sam pergi melakukan penyelidikan,
ketiga orang itu adalah Lo-cocong, Tong Koat serta Sangkoan Jin.
Mungkinkah Sangkoan Jin yang melakukan" Mengapa dia harus
berbuat begitu" Tong Ou memutuskan akan menyelidiki persoalan ini
hingga tuntas dan jelas.
Ia pun berdiam sejenak untuk mengatur kembali semua
jalan pikiran serta rencananya, kemudian sambil mengulum
senyumnya kembali di wajahnya, ia melanjutkan ayunan kakinya
berbelok pada tikungan terakhir menuju ke tempat yang dijanjikan.
Sangkoan Jin sudah duduk menanti di situ, setelah berbasabasi
sebentar, Tong Ou langsung mengajukan masalah yang
dicurigainya secara terang-terangan.
"Aku telah berhasil mengetahui identitas Li Giok-tong yang
sesungguhnya," kata Tong Ou kemudian.
"Oh ya?" seru Sangkoan Jin dengan perasaan terkejut.
"Ya, ternyata dia adalah Tio Bu-ki dari Tayhong-tong!"
Hanya sekejap rasa terkejut melintas di wajah Sangkoan Jin,
dengan cepat ia berhasil menguasai gejolak hatinya dan dengan
sikap yang sangat tenang balik bertanya, "Dia sudah mengaku?"
"Sudah, dia sudah mengaku!"
"Berarti kau pasti ingin bertanya kepadaku, kenapa aku tidak
mengenalinya sejak awal?" sambung Sangkoan Jin cepat.
"Ya, masalah itu adalah salah satu pertanyaan yang
mengganjal di hatiku."
"Sebenarnya alasannya sederhana sekali. Ada dua alasan,
pertama aku ingin membuktikan sejauh mana kemampuan dan
kehebatan orang-orang Benteng Keluarga Tong dalam menyelidiki
identitas seseorang, aku ingin tahu apakah kalian betul-betul mampu
membongkar identitas dia yang sebenarnya."
"Terima kasih kau telah memberikan kesempatan itu kepada
kami!" "Kedua adalah alasan pribadiku sendiri, aku ingin tahu
sejauh mana kemampuan yang dimiliki Tio Bu-ki, sehingga dia
berani menyerempet bahaya dengan jauh memasuki sarang
harimau." "Hasilnya bagaimana" Kau berhasil menemukan sesuatu?"
tanya Tong Ou. "Yaa, aku menjumpai banyak perubahan telah terjadi pada
diri Tio Bu-ki, dia sudah bertindak lebih hati-hati, serius dan tidak
cero?boh, dia lebih pandai mengendalikan emosi bahkan sewaktu
bertemu dengan aku pun dia bisa berlagak pura-pura tidak kenal,
aku tahu, ia sedang mencari kesempatan untuk turun tangan, ia
selalu mengincarku untuk balas dendam. Tentu saja aku tak sudi
memberikan kesempatan ini kepadanya."
"Aku telah berjanji untuk membiarkan dia pergi dari sini,
menurut pendapatmu, betul tidak tindakanku ini?"
"Kau pasti sudah mempunyai keyakinan untuk bisa
memenangkan pertempuran kali ini, hingga berani melepaskan dia
pergi dari sini."
"Tentu saja, aku selalu percaya diri dan yakin dengan
kemampuan yang kumiliki!"
"Sekalipun punya keyakinan dan percaya diri, yang lebih
penting lagi adalah perencanaan yang lebih teliti dan matang."
"Itulah sebabnya aku datang mencarimu, aku ingin
mengajakmu untuk berunding dan meneliti kembali semua rencana
yang telah kubuat dalam serbuan besar kita untuk menghancurkan
markas besar Tayhong-tong."
"Meskipun markas besar Tayhong-tong sangat banyak,
namun kekuatan utama yang sesungguhnya cuma ada empat, selain
benteng-benteng milikku, Tio Kian dan Sugong Siau-hong, yang
keempat adalah lembah Boanliong-kok (lembah naga melingkar).
Sasaran pertamamu akan menyerang yang mana?"
"Lembah Boanliong-kok!"
"Kenapa kau pilih lembah Boanliong-kok?"
"Pertama, letak lembah Boanliong-kok paling dekat dengan
lingkaran pengaruh Benteng Keluarga Tong kita, kemungkinan
terjadinya bentrokan besar juga sangat besar, maka bila kita berhasil
memusna?kan Boanliong-kok lebih dahulu, berarti radius duaratus li
di seputarnya akan menjadi milik kita sehingga bagi pihak kita
keadaan itu akan sangat menguntungkan. Jika harus maju terus, kita
akan lang?sung mencapai titik pusat markas besar Tayhong-tong,
jika mesti mundur kita langsung tiba di wilayah kekuasaan sendiri,
dengan begitu selain punya daya serbu yang besar, kita juga bisa
menekan angka pengorbanan serendah mungkin."
"Ehm, sangat masuk di akal, lalu rencanamu kapan kita
mulai bergerak?"
"Bulan lima tanggal lima, tepat hari peh-cun, ketika orangorang
dalam lembah Boanliong-kok sedang merayakannya, kita
serang mereka secara tiba-tiba!"
"Bagus sekali!" teriak Sangkoan Jin memuji.
Tong Ou tertawa bangga, katanya kemudian, "Untuk itulah
aku ingin mengetahui lebih jelas seluk-beluk lembah Boanliong-kok!"
Maka Sangkoan Jin pun segera menjelaskan semua keadaan
dan keletakan tentang Boanliong-kok secara terperinci.
Tong Ou manggut-manggut berulang-ulang dengan
perasaan puas, sebab ia telah berhasil menyuap tujuh orang dari
Boanliong-kok dan laporan yang diberikan ketujuh orang itu ternyata
sesuai dengan uraian yang diberikan Sangkoan Jin. Lebih dari itu,
uraian yang diberikan Sangkoan Jin jauh lebih luas dan lebih
terperinci. Kini Tong Ou semakin percaya bahwa Sangkoan Jin memang
sungguh-sungguh ingin bergabung dengan perkumpulannya, karena
itu persoalan tentang Wan Sam yang semestinya hendak ia
utarakan, akhirnya ia batalkan sebab kecurigaannya telah lenyap.
Sangkoan Jin sendiri juga sangat paham dengan situasi yang
sedang dihadapinya, dia tahu Tong Ou sengaja menggunakan
urusan ini untuk mencoba sejauh mana kesetiaannya terhadap
mereka. Tentu saja ia harus memberikan uraian panjang lebar
serinci dan selengkap mungkin.
Selain itu, sekarang ia sudah memegang sebuah kartu as,
dia tahu Benteng Keluarga Tong akan menyerang lembah Boanliongkok
pada bulan lima tanggal lima nanti. Asalkan sebelum serangan
dilancarkan ia bisa menyampaikan berita ini ke Boanliong-kok hingga
mereka bisa mempersiapkan diri sebaik-baiknya, belum tentu
Keluarga Tong bisa meraih kemenangan secara mudah. Yang
menjadi masalah sekarang adalah bagaimana caranya ia
menyampaikan berita ini ke Boanliong-kok"
Pemimpin Boanliong-kok adalah Si Kiong, dia sahabat karib
Sangkoan Jin selama banyak tahun, hanya saja Si Kiong tidak tahu
tentang rencana Harimau Kemala Putih. Kalau Si Kiong tahu bahwa
berita tentang serangan ini berasal dari Sangkoan Jin, dia pasti tak
akan percaya, bahkan mungkin akan mengira pemberitahuan itu
sebagai bagian dari suatu rencana kejinya.
Selain itu Si Kiong terkenal karena tabiatnya yang
berangasan dan gampang naik darah, bila ia memberitahukan
rahasia tentang rencana penyerbuan Keluarga Tong kepadanya, Si
Kiong pasti tak bisa mengendalikan diri dan pasti akan memberitahu
semua orang tentang berita ini. Bila hal ini sampai terjadi, maka
orang-orang yang telah disuap Keluarga Tong pasti akan ikut
mendengar dan melaporkan kejadian ini ke pihak Keluarga Tong,
akibatnya Tong Ou pasti akan mencurigainya. Jelas soal ini sangat
sulit dan tak gampang diselesaikan.
Namun sesulit apa pun masalahnya, Sangkoan Jin merasa
perlu untuk menyampaikan berita ini ke tangan pihak Boanliong-kok,
dia percaya bahwa dengan kekuatan serta kemampuan yang ada di
Boan?liong-kok, asalkan ada persiapan yang matang sebelumnya,
pihak Benteng Keluarga Tong tak akan berhasil meruntuhkan
mereka dengan mudah. Malah andaikan mereka punya rencana
untuk melancarkan serangan balik pun rasanya tak sulit untuk
dilakukan. Tapi... bagaimana peringatan dini ini harus disampaikan ke
pihak Boanliong-kok tanpa diketahui oleh orang-orang yang telah
disuap Keluarga Tong bahwa si penyampai berita adalah dirinya"
Berpikir sampai di situ, tak dapat tidak Sangkoan Jin mengerutkan
dahinya sambil termenung.
Walaupun perubahan sikap itu hanya berlangsung amat
Naga Kemala Putih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
singkat, rupanya Tong Ou telah mengetahuinya. Ia segera menegur,
"Tuan Siangkoan, ada masalah apa yang membuatmu risau" Apa
kau masih menganggap perencanaan kita kali ini masih kurang
sempurna atau kurang meyakinkan"''
Reaksi yang ditunjukkan Sangkoan Jin pun tak kalah
cepatnya, "Oh tidak, aku hanya sedikit berkuatir tentang Tio Bu-ki!"
"Kenapa harus menguatirkan dia?"
"Kau telah memberitahunya tentang rencana penyerbuan
kita ke markas besar Tayhong-tong, padahal kau pun membiarkan
dia pergi dari sini, jika kemudian secara kebetulan dia menuju ke
Boanliong-kok lebih dulu, bukankah pihak lembah Boanliong-kok
akan melakukan persiapan lebih dini?"
"Kekuatiran tuan Siangkoan memang sangat tepat dan
beralasan, hanya saja..."
Berbicara sampai di sini, di ujung bibir Tong Ou segera
tersungging senyuman bangga.
Melihat senyum di wajah Tong Ou, Sangkoan Jin kembali
menyela, "Atau mungkin kau sudah mempunyai cara yang jitu untuk
menga?tasi soal ini?"
"Tepat sekali, malam nanti aku akan memberi sedikit
permainan untuk Tio Bu-ki, agar sekeluarnya dari sini, tak mungkin
ia akan langsung menuju Boanliong-kok."
"Oh ya" Begitu yakin kau dengan rencanamu?"
"Bila kita tahu kekuatan musuh dan tahu kekuatan sendiri,
maka tiap pertempuran pasti akan kita menangkan. Aku mempunyai
keyakinan seratus persen akan rencana yang akan kulaksanakan."
"Kalau begitu, tak ada salahnya kalau kita minum dulu
secawan arak kegembiraan!" kata Sangkoan Jin.
"Tepat sekali! Aku percaya kau pasti belum pernah
berkunjung ke loteng Pek-hoa-lo (Loteng Seratus Bunga) dari
Benteng Keluarga Tong bukan?"
"Ya, belum pernah!"
"Kalau begitu, malam nanti aku akan mengundang tuan
Siangkoan untuk minum secawan arak di loteng Pek-hoa-lo"
"Baik!"
Tong Ou segera berpamitan, sewaktu pergi dari situ, tibatiba
sekilas senyum amat licik terlintas di wajahnya. Senyuman itu
kebetulan diperlihatkan ketika ia berdiri membelakangi Sangkoan Jin
sehingga Sangkoan Jin sama sekali tidak mengetahuinya.
Saat ini pikiran dan perhatian Sangkoan Jin sedang tertumpu
pada satu persoalan, yaitu bagaimana caranya menyampaikan
peringatan dini ke Boanliong-kok.
Baru saja dia menjawab pertanyaan Tong Ou dengan
mengatakan kekuatirannya atas Bu-ki, dia pun segera berpikir,
mengapa tidak menggunakan Bu-ki sebagai tamengnya dengan
memberitahukan berita tentang penyerbuan Keluarga Tong ke
Boanliong-kok sebagai ulah Bu-ki"
Tapi kata-kata selanjutnya dari Tong Ou segera
memadamkan niatnya itu. Dia percaya sebelum Bu-ki pergi
meninggalkan tempat itu, tak mungkin dia punya kesempatan untuk
bertemu sekali lagi dengannya. Lalu, apa yang harus dilakukannya
sekarang" Ia berjalan mendekati jendela lalu melemparkan pandangan
matanya ke tengah aneka warna bunga yang tumbuh subur di
taman, pikiran dan perasaannya saat ini betul-betul sangat kalut.
Bab 7. Penantian
Menanti adalah pekerjaan yang paling membosankan, waktu
selalu terasa begitu lambat berlalu, apalagi tempat Bu-ki menanti
adalah ruang batu yang keempat penjurunya tertutup rapat.
Ketika Tong Ou mengajak Bu-ki ke tempat itu, sesaat
setelah berada dalam sebuah lorong yang panjang, sempit dan
gelap, ia berkata kepada pemuda itu, "Tempat ini mirip sekali
dengan kamar tahanan, kau berani menanti di tempat semacam ini?"
Bagi Tio Bu-ki tak ada urusan yang tak berani dia lakukan,
dengan pertaruhkan nyawa menyelinap masuk ke dalam Benteng
Keluarga Tong saja sudah merupakan satu perbuatan yang sangat
berani, kenapa dia mesti takut untuk memasuki sebuah ruang batu
yang kecil"
Tio Bu-ki segera mendengus, sahutnya sambil tertawa,
"Rasanya tak ada yang perlu kutakuti!"
"Kau tidak kuatir aku akan mengurungmu di sini?" kembali
Tong Ou bertanya.
"Sekarang kau sudah berhasil mengetahui identitasku yang
sebenarnya, aku rasa bukan satu perkara yang gampang bila aku
ingin meninggalkan Benteng Keluarga Tong, sedang kau pun sudah
berjanji akan membiarkan aku pergi dari sini, jika sekarang kau
benar-benar akan mengurungku di tempat ini, tampaknya aku pun
harus menerima kenyataan ini!"
"Bagus sekali! Kalau begitu aku perlu memberitahumu
bahwa tempat ini adalah tempat rahasia yang biasa dipakai Keluarga
Tong untuk merundingkan masalah-masalah penting atau urusanurusan
sangat rahasia, dinding kelilingnya terbuat dari bebatuan
cadas yang tebal lagi kuat, tak akan ada orang yang bisa mencuri
dengar semua pembicaraan yang sedang berlangsung di tempat ini."
Tong Ou mengajak Bu-ki masuk ke dalam ruang batu itu, di
dalamnya terdapat sebuah meja batu dengan enam buah bangku
yang juga terbuat dari batu, di atasnya tersedia sebuah teko berisi
air teh panas. Bentrok Para Pendekar 8 Pendekar Kembar Karya Gan K L Hikmah Pedang Hijau 12
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama