Ceritasilat Novel Online

Neraka Hitam 2

Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 2


jelas bukan?" kata Kok See-piau lagi pelan-pelan.
Hoa In-liong segera mengerutkan dahinya, "Apakah Sinkun
hendak menggunakan kesempatan ini untuk melakukan
penyelesaian atas hutang-hutang lama kita?"
"Hmm?".jangan kau pandang begini rendah karakter aku
orang she Kok?"?"
Hoa In-liong tidak berbicara lagi, sinar matanya segera
dialihkan mengamati sekejap orang-orang yang berada di
sekelilingnya. Ia menyaksikan orang pertama yang duduk di sebelah kiri
Kok See-piau adalah seorang kakek tinggi besar berjubah
panjang, disampingnya adalah kakek berambut keperakperakan
dan berwajah merah seperti bayi, sebaliknya Toan
bok See liang sebagai Cong thamcu dan Beng Wi cian dari
Thian ki thamcu rupanya bukan termasuk manusia manusia
penting, ini terbukti dari tingkat kedudukan mereka yang
rendah. Diam-diam terkejut juga anak muda itu, segera pikirnya,
"Kalau dilihat dari pancaran sinar mata mereka, jelas orangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
78 orang itu adalah kawanan jago yang berilmu tinggi, padahal
yang datang sekarang cuma segelintir manusia belaka..,?"
Berpikir sampai disitu, sambil tersenyum ia lantas berkata,
"Aku yakin semua orang yang hadir di tempat ini sekarang
adalah kawanan jago yang berilmu tinggi, sayang yang bodoh
dan tidak mengenali mereka satu persatu, dapatkah Sinkun
memperkenalkan mereka kepada ku?".?"
"Seharusnya memang demikian!" sahut Kok See-piau
sambil mengangguk berulang kali.
Tiba-tiba kakek nomor satu di sebelah Kok See-piau itu
menyela dari samping, "Sinkun, maafkanlah daku, harap nama
hamba jangan disebutkan dihadapan orang lain."
Kok See-piau segera mengangguk.
"Pun Sinkun dapat memahami maksud hati dari Hu-kaucu!"
Ia lantas berpaling sambil berkata lebih lanjut, "Setelah Hu
kaucu kami memberi pertanyaan yang keberatan jika namanya
disebutkan, Pun Sinkun tak bisa memaksa lebih jauh, harap
Hoa kongcu bisa memakluminya."
Tiba-tiba Hoa In-liong bangkit berdiri dan menjura kepada
kakek itu, katanya, "Ga bu kaucu, masa cuma nama pun mesti
di rahasiakan" Apakah aku Hoa Yang memang belum pantas
untuk mendengar nama mu?"
Setelah mengucapkan kata-kata tadi, si kakek yang
dipanggil sebagai "Wakil ketua" tadi pejamkan kembali
matanya dan duduk tak berkutik.
Tapi sekarang tiba-tiba saja matanya melotot besar dan
memancarkan sinar mata setajam sembilu, ditatapnya Hoa InTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
79 liong sekejap, kemudian katanya, "Nama besar Hoa kongcu
memang bukan cuma kosong belaka, untuk mengetahui nama
margaku saja tidak banyak anggota perkumpulanku yang
mengetahuinya?""
Setelah berhenti sejenak, ia menambahkan, "Aku bernama
Go Tang-cwan!"
Selesai berkata kelopak matanya terpejam, kembali dan
sinar tajampun seketika lenyap tak berbekas.
Hoa In-liong segera berpikir, "Manusia yang bernama Go
Tang-cwan ini pastilah suaminya Thia Siok-bi kemungkinan
besar lantaran ia menggabungkan diri dengan perkumpulan
Hian-beng-kau, dalam jengkelnya I hia losianpwe lantas
mengasingkan diri menjadi pendeta."
Dalam pada itu Kok See-piau telah menuding kakek
bermuka merah seperti bayi itu sambil memperkenalkan, "Dia
adalah Lau-san-in-siu (pertapa sakti dari bukit Lau-san)!"
Mendengar nama itu, Hoa In-liong seperti merasakan
hatinya bergetar keras dengan cepat ia memberi hormat
seraya berseru, "Ooooh?"". rupanya Ui Shia-ling Locianpwe,
sudah lama kudengar akan nama besarmu."
Lau san in sia Ui Sin Ling sambil tersenyum segera balas
memberi hormat..
"Hoa kongcu masih muda belia tapi sangat lihay dan
tersohor sampai dimana mana, sudah lama aku pun
mengagumi nama besarmu!"
Hoa In-liong tersenyum.
80 "Aku lihat rupanya ketenangan Ui locianpwe dalam
pertapaan sudah mulai terganggu?" sindirnya.
Pertapa sakti dari bukit Lau san Ui Shia ling cuma tertawa
tawa dan tidak memberi komentar apa-apa.
Ketika Hoa In-liong menyaksikan sindirannya tidak
mendapatkan reaksi apa apa, segera sadarlah anak muda itu
bahwa Lau san in sia Ui Shia ling adalah seorang manusia
yang sukar dihadapi.
Menyusul kemudian secara beruntun Kok See piku
memperkenalkan pula tiga orang jagoan tangguhnya, yakni
seorang iman tua berjilbab kuning yang bernama "Ci Siau cu",
dan dua orang iman tua berjubah hitam yang tampaknya
seperti bersaudara sebagai Im san siang koay (sepasang
manusia aneh dari bukit Im san), jelas mereka adalah o-rang
orang yang berasal dari luar perbatasan.
Empat orang sisanya adalah Cong thamcu dari Hian-bengkau,
Thamcu dari Ruang langit serta bumi, lalu Toan bok See
liang dan akhirnya adalah Beng Wi ciau.
Hoa In-liong sudah mengetahui bahwa Tang Bong liang
adalah Thumcu dari ruang Jin tham, sedang yang seorang lagi
seorang kakek kurus kering adalah Thamcu dari ruang Tee
tham yang bernama Cui Heng.
Diam-diam Hoa In-liong berpikir, "Kalau ditinjau dari segala
sesuatu yang tertera di depan mata sekarang, tampaknya
kekuatan yang dimiliki Hian-beng-kau jauh di atas kekuatan
dari Kia im kau maupun Mo kau, aku tak boleh gegabah dan
musti bertindak sangat hati hati?"?"."
Setelah ucapan perkenalan selesai, dengan lantang Hoa Inliong
berkata, "Malam ini, aku Hoa Yang bisa berkenalan
81 dengan sekian banyak jago tangguh dari perkumpulan
saudara, hal ini sungguh merupakan suatu kebanggaan bagi
diriku, cuma kalau boleh aku ingin tahu ada maksud apa
Sinkun mengundang kehadiranku ini?"
"Sesungguhnya tak ada urusan lain, cuma kalau toh Hoa
kongcu telah berkata demikian, Pun Sinkun ingin
mengungkapkan tentang suatu persoalan kecil."
"Harap Sinkun terangkan!"
Kok See-piau tertawa berat.
"Tahukah Hoa kongcu, julukan Sinkun yang kugunakan
sekarang ini berasal dari siapa?"
Hoa In-liong segera tertawa ringan.
"Sejak dulu sampai sekarang hanya ada Kiu-ci Sinkun
seorang dalam dunia persilatan. Tentu saja aku tahu,"
jawabnya. Kembali Kok See-piau tertawa dingin.
Heeehh?"heeehh"..heeehh?""kalau aku orang she-Kok
bisa mewarisi ilmu silat mendiang guruku, apakah hasil karya
dari mendiang guruku boleh juga Pun Sinkun teruskan"
Sebagai muridnya, tentu saja hasil karya dari mendiang
gurunya boleh dipergunakan.
Diluar ia berkata demikian, sementara dalam hati kecilnya
diam-diam tertawa dingin.
Heeeh"heeehh".heeeh ".padahal semua orang tahu, obat
mustika maupun kitab pusaka yang dimiliki Kiu ci Sinkun
82 didapatkan dari hasil merampok sungguh tak kusangka kau
Kok See-piau begitu tebal muka dan mengaku barang barang
itu sebagai hasil karya gurunya"..Huuh, sungguh tak tahu
malu. Sementara ia masih termenung, Kok See-piau telah berkata
lagi, "Kalau memang kau telah berkata demikian, maka aku
ingin bertanya kepadamu, konon sebuah tempat alas duduk
guruku yang terbuat dari kemala kini berada di rumahmu,
dapatkah Sinkun men dapatkannya kembali,
Hoa In-liong bukan orang bodoh, tentu saja ia dapat
menangkap nada sindiran yang terkandung di balik perkataan
itu, dimana seolah olah Kok See-piau mencemooh keluarga
Hoa yang dikatakan telah mencuri barang milik orang,
"Haaah",haaahh"..haaahh"..Tentu saja setiap waktu
Sinkun dapat memperolehnya kembali, cuma aku kuatir kalau
terlampau berat!"
Ciu Hoi lotoa yang berdiri dibelakang Kok See-piau tiba-tiba
menyela dengan ketus"
"Hmmm" sebuah alas duduk kemala sekecil itu masih lebih
berat dari sebuah bukit Thay san" Hakekatnya kau sedang
mengaco belo tak karuan"
Hoa In-liong tidak menjawab, dia hanya memandang ke
arah Kok See-piau sambil tersenyum.
Dengan suara yang menggeledek Kok See-piau Segera
membentak, "Disini tak ada kesempatan bagimu untuk ikut
menimbrung tahu" Tutup bacotmu!"
83 Ketika menyaksikan gurunya naik darah, Ciau Hoa lotoa
segera menutup mulutnya dan tak berani berbicara lagi, dia
hanya melotot ke arah Hoa In-liong dengan gemasnya.
Paras muka Kok See-piau kembali berubah menjadi tenang
kembali, ia tertawa tawa.
"Aku tahu, jago tangguh yang berkumpul dalam gedung
rumahmu sangat banyak tak terhitung jumlahnya, apalagi ilmu
silat ayah mu memang tidak tandingannya dikolong langit,
tentu saja alas duduk kursi itu tak mungkin bisa diangkut oleh
siapapun juga."
Dengan pengakuannya yang berterus terang bahwasanya
ia tak mampu mengangkut alas duduk kumala sebagai "Yang
dipertuan dalam dunia persilatan" itu, sama pula artinya
bahwa di dunia persilatan dewasa ini tak ada yang mampu
menandingi kelihayan keluarga Hoa, kontan saja ke delapan
orang menunjukan rasa tidak puas, cuma mereka tak berani
ikut ambil bicara
Hoa In-liong mulai menyadari bahwa bekas murid Bu Liang
siokun dan Kini menjadi Kui ci sin-kuo ini hakekatnya memang
seorang pemimpin yang hebat dalam dunia persilatan, jauh
berbeda dengan bayangannya semula sebagai seorang siaujin
yang sok bergaya dan sombongnya luar biasa.
Kewaspadaan semakin dipertingkatkan dalam benaknya
sambil tertawa ia lantas berkata,
"Yang Kumaksudkan bukanlah demikian!"
"Oooh"..Lantas bagaimanakah yang kau maksudkan" Pun
Sinkun merasa tidak habis mengerti," kata Kok See-piau
sambil tertawa.
84 Hoa In-liong mengerutkan dahinya, lalu setelah termenung
sebentar katanya dengan lantang, "Tahukah Sinkun bahwa
hati manusia di dunia ini lebih berat dari jagad".?"
Paras muka Kok See-piau agak membesi sesudah
mendengar perkataan itu, lama sekali ia cuma membungkam
diri tanpa mengucapkan sepatah katapun"..
Tiba-tiba Ciu Hoa kedelapan yang berada dibelakang Kok
See-piau tertawa katanya, "Heehh?". heeeh?"..
heeeh?".. kalian orang-orang dari keluarga Hoa tidak lebih
cuma segerombolan manusia munafik yang pura-pura berhati
mulia, dengan kebijaksanaan dan kegagahan yang palsu
kalian membohongi rekan persilatan dalam dunia agar
memihak kalian, apanya yang patut dibangga-kan dengan
perbuatan semacam itu?"
Hoa In-liong berpaling, ia lihat Ciu Hoa yang berbicara itu
agaknya adalah Ciu Hoa lo pat, tampangnya ganteng dan
perawakan tubuhnya gagah, bahkan sorot matanya
memancarkan sinar berkilat, dalam sekilas pandangan saja ia
sudah mengetahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki orang ini
jauh lebih sempurna dari pada rekan-rekan lainnya. Dengan
suara lantang Kok See-piau segera menegur, "Hei, Lo pat!
Sampai dimana sih kepandaian silat yang kau miliki" Berani
betul memberi pandangan dan kesimpulan yang menuruti
suara hatimu sendiri" Hayo cepat minta maaf kepada Hoa
kongcu!" Diam-diam Hoa In-liong berpikir lagi, "Kalau didengar dari
nada pembicaraan Kok See-piau, rupanya ia menaruh rasa
sayang dan manja kepada muridnya yang paling kecil ini,
jangan-jangan dia memang me nirukan sejarah lama yang
menimpa diri Kiu ci Sinkun?"
85 Sambil menahan rasa mendongkol dan marahnya yang
meluap-luap, Ciu Hoa lo-pat menjura sambil berkata, "Aku
masih muda dan tak punya pengalaman, harap Hoa kongcu
sudi memaafkan kesalahanku tadi."
Sambil tertawa Hoa In-liong balas memberi hormat.
"Orang yang kelewat banyak memang susah dikontrol,
ucapan dari Pat kongcu pasti akan kami perhatikan sebaikbaiknya
dan keluarga Hoa kami pasti akan semakin ketat
mengontrol diri, terima kasih banyak atas perhatianmu."
Betapa gemas dan jengkelnya Ciu Hoa lo-pat, sinar mata
kebencian yang disertai hawa nafsu membunuh memancar
keluar dari balik matanya, sambil menggertak gigi ia tertawa
dingin tiada hentinya.
Sikap permusuhan yang luar biasa ini segera
mencengangkan Hoa In-liong, dia lantas, berpikir,
"Tampaknya ia sangat benci kepadaku, kalau dibilang lantaran
sakit hati perguruan, rasanya tidak mirip?"?"
Pikir punya pikir tiba-tiba bayangan tubuh dari Kok Gi-pek
melintas dalam benaknya,ia lantas menyadari akan sesuatu,
kembali pikirnya, "Kalau dilihat dari potongan mukanya serta
kepandaian silatnya, jelas ia paling punya harapan untuk
mempersunting sumoaynya, yaa dia pasti sudah mengetahui
tentang sikap Kok Gi-pek kepadaku, maka timbul rasa dendam
dalam hatinya?"".kalau begitu orang yang meracuni arakku
tentu dia pula biang keladinya, yaa sekarang aku baru tahu,
rencana untuk mengundangku ke sinipun pasti muncul dari
idenya." Ternyata apa yang diduga Hoa In-liong sembilan puluh
persen memang benar, dalam anggapan Ciu Hoa lo pat,


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan tampangnya yang ganteng dan ilmu silat yang paling
86 menonjol diantara sesama saudara seperguruan, ia mengira
dialah yang pasti akan menarik perhatian sumoaynya Kok Gi
pek, malah dia menganggap untuk mempersunting
sumoaynya, hal ini lebih gampang dari membalikkan telapak
sendiri. Siapa tahu kebiasaan bergurau dan bercanda yang setiap
hari mereka lakukan tiba-tiba berubah sama sekali
sekembalinya dari bepergian beberapa hari terselang.
Bahkan sepulangnya dari bepergian ia mohon kepada
gurunya agar mewariskan ilmu silat yang le-bih hebat
kepadanya, kemudian mengasingkan diri dan tak mau
berjumpa dengan siapapun.
Mula-mula ia menaruh curiga, tapi setelah mengetahui
bahwa somoaynya amat membenci kepada Hoa In-liong dan
bermaksud untuk membalas dendam, kewaspadaan dan
kecurigaannya jauh berkurang.
Siapa tahu belum sampai beberapa hari menutup diri, tibatiba
Kok Gi Pek pergi lagi tanpa pamit, hasil penyelidikannya
kemudian menunjukkan bahwa adik seperguruannya sedang
mengadakan janji dengan Hoa In-liong seorang musuh besar
perguruan mereka, betapa cemburu dan marahnya pemuda
itu. Ia lantas menitahkan kepada Tang Bong liang untuk
mencelakai Hoa In-liong dengan mencampurkan racun Hwe
cian tin dan Im leng dalam minumannya, sekalipun sebelum
kejadian itu ia su-dah mendengar bahwa Hoa In-liong kebal
terhadap segala macam racun, tapi ia tidak terlampau
percaya. Malam ini setelah ia berjumpa sendiri dengan Hoa In-liong,
biasanya kalau ia menganggap dirinya sebagai seorang lakiTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
87 laki tampan maka setelah menyaksikan kegantengan Hoa Inliong
yang ber lipat lipat kali melebihi ketampanannya, timbul
rasa rendah diri di hati kecilnya, secara otomatis rasa
dengkinya pun semakin menebal.
Dengan sorot mata yang dingin Kok See-piau memandang
sekejap wajah Hoa In-liong dan muridnya, diam-diam ia
mengeluh sebab bila dibandingkan ji kongcu dari keluarga Hoa
ini, maka muridnya ketinggalan jauh sekali?"
Sementara ia masih termenung, Hoa In-liong telah menjura
sambil berkata, "Ada suatu hal ingin kutanyakan kepada
Sinkun, aku harap kau bersedia untuk menerangkan."
"Katakan puo Sinkun siap mendengarkan pertanyaanmu!"
"Aku ingin tahu tentang peristiwa sekitar pembunuhan
berdarah atas keluarga Suma siek ya ku."
Kok See-piau segera tertawa hambar.
"Istri Suma siok ya mu yang bernama Kwa Gi hun adalah
bekas anggota Kiu im kau, tahukah Hoa kongcu tentang hal
ini?" katanya.
Hoa In-liong mengangguk.
Yaa, aku pernah mendengar tentang hal ini.
"Kalau memang begitu, kenapa tidak Hoa kongcu tanyakan
langsung kepada Kiu-im kau Ci" Tindakanmu menuntut
kepada pun-sikun bukan suatu tindakan yang tepat!"
Hoa In-liong segera berpikir, "Kalau ditinjau dari caranya
berbicara, persoalan ini tampaknya terdapat banyak hal yang
mencurigakan."
88 Berpikir sampai disitu, ia lantas berkata, "Sudah kutanyakan
persoalan ini kepada Kiu im kaucu"."
"Kalau memang begitu, semua duduk persoalan kan sudah
menjadi jelas, kenapa engkau musti menuntut lagi kepadaku?"
tukasnya. "Ia bilang perkumpulan Hian-beng-kau terlibat juga dalam
peristiwa pembunuhan ini, lagipula apa yang diterangkan
kurang jelas, maka terpaksa aku musti bertanya pula kepada
Sinkun." "Ia benar-benar berkata demikian?" seru Kok See-piau
dengan wajah agak gusar.
"Kalau Sinkun tidak percaya, kenapa tidak mengutus orang
untuk menyelidikinya?"
Hawa amarah masih menghiasi di atas wajah Kok See-piau,
ia termenung sejenak lalu katanya kemudian.
"Kalau begitu jika Hoa kongcu hendak menuntut balas atas
peristiwa tersebut, tak ada salahnya.
Diam-diam Hoa In-liong menaruh curiga katanya lagi,
"Sinkun aku dengar dibalik perkataanmu masih terkandung
maksud lain, dapatkah kau terangkan."
"Dibicarakan memang bukan menjadi persoalan, tapi belum
tentu Hoa kongcu mau mempercayainya, maka apa pula
gunanya untuk banyak bicara yang tak berguna?"
"Mungkinkah dibalik peristiwa ini terdapat latar belakang la
innya?" pikir Hoa In-liong kemudian.
89 Ia lantas berkata, "Dengan kedudukan Sinkun yang
terhormat masa kau akan membohongi diriku" Tentu saja aku
percaya." Kok See-piau segera tertawa.
"Ucapan Hoa kongcu terlalu berlebihan, sudah menjadi
rahasia umum kalau seseorang menggunakan kata-kata
bohong untuk menutupi perbuatannya, bukan cuma aku,
siapapun juga bisa melakukan hal ini."
Setelah berhenti sejenak, dengan wajah serius, dia lantas
berkata lebih jauh, "Percayalah Hoa koasen bila Pun Sinkun
katakan bahwa dalam peristiwa kematian Suma Tiang-sing,
pihak perkumpulan kami sama sekali tidak terlibat" Sekalipun
muridku pernah menyebarkan bubuk racun di dalam peti mati,
hal itu kami lakukan sesudah peristiwa pembunuhan itu
berlangsung?"
Diam-diam Hoa In-liong berpikir lagi setelah mendengar
jawaban tersebut, "Ahh". kalau kata-kata macam begitu sih
tak bisa dipercayai, jelas ia sudah disisipkan pengakuan
bohong dalam kata-katanya itu. sebab menurut data yang
berhasil dikumpulkan, justru pihak Hian-beng-kau yang paling
mencurigakan dalam peristiwa ini."
Berpikir sampai disitu, dia lantas berkata, "Masa aku tak
percaya dengan ucapan dari seorang ketua perkumpulan yang
terhormat" Cuma kalau berbicara dan ucapan Sinkun barusan,
jadi dalam peristiwa itu hanya orang-orang dari Kiu-im kau
yang terlibat".?"
Kembali Kok See-piau tertawa.
"Menurut pendapatku, peristiwa berdarah itu bukan hasil
pekerjaan dari Kiu-im kau, juga bukan perbuatan dari Mo-kau"
90 Hoa In-lioag menjadi tertegun, serunya tercengang,
"Masakah kecuali Hian-beng-kau, Kiu im kau dan Mo-kau
masih ada perkumpulan keempat" Aku rasa Sinkun pasti
mempunyai data tentang peristiwa tersebut, dapatkah Sinkun
memberi sedikit petunjuk kepadaku agar apa yang
membingungkan diriku selama ini bisa terbuka?"
Kok See-piau mengangkat cawan araknya, lalu tersenyum.
"Dendam sakit hati antara keluarga Hoa dengan diriku telah
diketahui setiap orang dalam dunia persilatan, cepat atau
lambat pertarungan tak bisa dihindari lagi, maka akupun
rasanya tak usah berbicara bohong. Meskipun sudah lama
kupersiapkan segala sesuatunya untuk bertarung dengan
keluarga Hoa, tapi sebelum aku yakin bisa memenangkan
pertarungan itu, hubungan tak ingin ku bikin retak sendiri
mungkin, karena itu antara perkumpulan kami dengan pihak
Kiu-im-kau dan Mo-kau sudah terjalin kesepakatan untuk tidak
bertindak secara gegabah. Sebab itu tak mungkin kubunuh
Suma Siok ya mu sehingga rencanaku terbengkalai" Nah,
kalau dugaanku tidak salah, pasti ada orang yang sengaja
hendak mengadu domba kita, agar ia bisa menjadi nelayan
yang beruntung dan tinggal memetik hasilnya."
Perkataan dari Kok See-piau ini diucapkan cukup gamblang
sekalipun Hoa In-liong tidak mempercayainya seratus persen,
toh timbul juga kecurigaan dalam hatinya.
Ia tak menyangka kalau sebelum duduknya persoalan
menjadi jelas, pembunuhnya belum berhasil dilacaki, kini,
timbul kembali perubahan yang sama sekali tak terduga.
Jilid ke 3 91 Tapi ia tidak menjadi gelisah atau panik karenanya, sebab
dengan dasar hiolo kumala yang diperoleh disisi mayat Suma
Tiang cing, ia bisa minta keterangan dari Giok teng hujin yang
kini sudah merubah nama menjadi Tiang heng Tokeh,
sekalipun belum tentu pembunuhnya bisa ditemukan, paling
sedikit ia bisa mengorek keterangan tentang nyonya Yu dan Si
Leng jin"..
Berpikir sampai disitu, sadarlah pemuda kita bahwa Kok
See-piau memang sengaja berkata demikian karena
mengandung maksud-maksud tertentu, cuma apa maksudnya
tidak berhasil ditebak olehnya. Setelah termenung sebentar,
katanya kemudian sambil tertawa, "Dalam dunia persilatan
dewasa ini hanya ada tiga perkumpulan besar yang menjadi
motornya, bila ada orang ingin beradu akal dengan Kui im
kaucu, hakekatnya perbuatan orang itu adalah perbuatan dari
seorang manusia goblok"
Lau san in siu Ui Shia leng yang selama ini cuma
membungkam, tiba-tiba ikut menimbrung, "Pada umumnya
orang lebih suka mengbaikan fakta atau bukti yang telah
berada di depan mata dengan mencari fakta yang jauh
darinya, mungkin orang itu memahami akan hal tersebut
sehingga secara berani melakukan tindakan diluar peri
kemanusiaan itu."
"Haaahh"haaah"haaahhh.. Kaucu kalian adalah seorang
manusia berbakat yang sangat cerdik, mana boleh
menyamakan dia dengan orang-orang biasa."
"Jadi Hoa kongcu menaruh kecurigaan dan sangsi terhadap
apa yang diucapkan oleh Sinkun barusan?" tanya Ci Siucu.
Hoa In-liong segera berpaling, kemudian katanya dengan
wajah bersungguh sungguh, "Kaucu kalian adalah seorang
92 manusia yang jempolan, tokoh yang terhormat, mana
mungkin orang terhormat semacam dia sengaja menciptakan
kabar bohong untuk menipu orang" Tentu saja aku sangat
mempercayai perkataannya itu dan sekarang justru aku
sedang siap menantikan penjelasan berikut-nya dari Sinkun.
Selama ini Kok See-piau hanya mengamati mimik wajah
Hoa In-liong dari samping ternyata ia gagal menemukan
perubahan wajah anak muda itu, sehingga dia sendiripun tak
tahu apa yang sedang diper-timbangkannya sekarang, tak
kuasa lagi dampratnya di dalam hati.
"Huuh".licik amat bajingan cilik ini!"
Sementara itu terdengar Hoa In-liong berkata kembali,
"Ketika Suma siok-ya suami istri terbunuh, mayat mereka
telah kuperiksa dengan seksama, kalau ditinjau dari bekas
gigitan yang begitu rata pada tenggorokannya, jelas mereka
tewas karena gigitan sejenis makhluk buas, kemudian akupun
telah berjumpa dengan seorang perempuan she-Yu yang
membopong seekor kucing hitam, orang itu jelas adalah anak
buah dari Kiu-im kau"."
"Yu-si memang amat mencurigakan, cuma ia bukan
pembunuh yang sesungguhnya," kata Kok See-piau.
"Aneh benar orang ini?"" Hoa In-liong lantas berpikir,
"kenapa ia berusaha keras membersihkan Kiu im kau dari
keterlibatan peristiwa ini" Entah apa maksud dan tujuannya?"
"Hoa kongcu!" Ci Soat-cu lantas berkata "sepanjang
perjalanan pinto pulang kedaratan Tionggoan dari luar
samudra, telah kujumpai beberapa orang manusia baju hitam
berkerudung yang mencurigakan sekali gerak geriknya, ilmu
silat mereka sangat tinggi, jelas merupakan jago-jago tangguh
berilmu tangguh!"
93 "Ah".masa benar?" tegur Hoa In-liong.
"Benar, aku berbicara apa adanya!" Ci Soat-cu menegaskan
kembali dengan wajah serius.
Dapatkah tootiang memberi penjelasan lebih lanjut"
Ci Soat cu termenung dan berpikir sebentar, kemudian
katanya, "Tahun berselang ketika pinto sedang berada di luar
kota Ciok kun, tiba-tiba kusaksikan ada sesosok bayangan
manusia bergerak lewat, aku merasa tertarik sekali dan segera
menyusulnya?"."
Tootiang, sebagai murid Sim-cing koang masih besar amat
rasa ingin tahumu!" sindir Hoa In-liong sambil tertawa.
Hmm"! Keturunan orang kaya ternyata kebanyakan
memang tak tahu sopan santun, damprat Toa-koay dari Imsiang
kay dengan nada ketus".
Tapi Hoa In-liong pura pura berlagak tidak mendengar,
sorot matanya masih tetap tertuju ke arah toosu tadi.
Ci Soat-cu sendiri juga tidak terlalu memperhatikan sindiran
tadi, sambil tertawa tergelak katanya, "Bukan berarti pinto
sangat besar rasa ingin tahunya, adalah karena Sinkun
berpesan agar sepanjang perjalanan bertindak lebih berhatihati
maka dari itu setelah menjumpai kejadian tersebut, tentu
saja pinto tak dapat melepaskannya dengan begitu saja."
Setelah berhenti sebentar, kembali lanjutnya, "Setelah
pengejaran dilakukan sekian lama akhirnya sampailah di
depan sebuah rumah gubuk di dalam hutan, bayangan hitam
itu berkelebat masuk ke dalam rumah dan pintopun segera
menyusul ke situ, ternyata di dalam rumah telah berkumpul
94 lima orang manusia berbaju hitam, cuma kain cadar mereka
telah dilepaskan, sayang pinto terlalu jarang berkelana dalam
dunia persilatan, jadi orang-orang itu tidak kukenali pula siapa
nama-nama mereka, meski demikian raut wajahnya sempat
kuinngat selalu, beberapa orang itu berusia sekitar lima puluh
tahunan, mukanya sangat biasa cuma salah seorang
diantaranya bercodet pada pipi kirinya mungkin pernah
tersambar tusukan pedang hingga mata kiripun ikut lenyap, ia
berjenggot dan ru panya merupakan pemimpin rombongan."
Hoa In-liong sendiripun tidak dapat menduga, apakah jago
persilatan dengan raut wajah semacam itu, maka pikirnya,
"Hmmm?"." Siapa tahu kalau kau cuma mengarang saja
yang bukan bukan?"?"?"
"Setelah berbicara beberapa patah kata masalah ringan,


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka mulai berunding."
Ci Soat-ca melanjutkan, "Pinto yang berhasil menyadap
pembicaran mereka merasa amat terkejut, ternyata dalam
pembicaraan itu mereka berencana hendak memusuhi tiga
perkumpulan besar serta keluarga Hoa kongcu, bahkan bila
perlu mereka hendak mengajak beradu jiwa sehingga musuhmusuhnya
dapat dilenyapkan satu persatu?""."
"Dapatkah tootiang menjelaskan pembicaraan diantara
kelima orang itu secara lebih terperinci?" sela Hoa In-liong
tiba-tiba. CiSoat-cu tertegun, kemudian katanya, "Pinto sudah tidak
terlalu ingat lagi!"
"Aaah?"".! Masa terhadap masalah penting seperti itu,
dengan kecerdasan totiang-pun bisa terlupakan?"
95 Ci Soat-cu tahu kalau Hoa In-liong menaruh curiga
terhadap pembicaraannya dan ingin menemukan titik
kelemahan dari balik perkataannya, maka ia cuma tersenyum
dan tidak menanggapi.
Ji-koay dari Im san siang-koay tidak terima dengan cepat
katanya, "Lupa adalah suatu kejadian yang umum dijumpai
dalam kehidupan manusia, apa yang musti diherankan?"
Hoa In-liong segera tertawa nyaring.
"Haaahh?".haaahhh?"".haaahh?"..maklumlah,
lantaran urusan ini sangat luar biasa, jadi jangan salahkan
kalau terpaksa aku orang She Hoa musti berhati-hati."
Setelah berhenti sebentar, katanya lagi dengan suara
dalam. "Dengan kepandaian silat yang dimiliki tootiang, kenapa
tidak kau tangkap seorang diantara mereka untuk diperiksa?"
Ci Soat cu tertawa getir.
"Apa yang musti kulakukan" Pinto merasa menyesal karena
dihari-hari biasa telah melantarkan pelajaran silatku, aaai?".!
Ketika Pinto telah menginjak patah ranting pohon, dengan
cepat jejakku diketahui oleh kelima orang tersebut. Sungguh
amat hebat ilmu silat mereka, dibawah kerubutan mereka
berlima, Pinto harus berjuang mati matian untuk
menyelamatkan diri, bisa kabur dari kepunganpun sudah
termasuk untung, apa lagi berbicara soal menangkap salah
seorang diantara mereka untuk diperiksa?"
Hoa In-liong tertawa.
96 "Sejak rahasia mereka tertahan, orang-orang itu tentu
semakin menghilangkan jejak mereka dalam dunia persilatan,"
katanya. Lau-san in siu Ui Shia ling segera terbahak-bahak.
"Haa-h"..haah"..haaahh"..sejak dulu sampai sekarang
orang-orang yang menganggap dirinya cukup tangguh dan
berilmu, selamanya tak suka mengasingkan diri hidup
menyendiri, bagi mereka berlaku prinsip lebih baik mampus
daripada tidak melakukan sesuatu pekerjaan yang besar dan
cemerlang."
Hoa In-liong manggut-manggut.
"Betul, kemungkinan besar mereka malah melaksanakan
perbuatan tersebut secara terbuka!"
Tiba-tiba Kok See-piau menyesal dengan hambar. "Kalau
toh Hoa kongcu tetap menaruh curiga, banyak bicara juga tak
ada gunanya, untung saja kata-kata tersebut bukan sengaja
dibuat buat dengan dasar kecerdasan Hoa kongcu asal mau
menaruh perhatian secara khusus, rasanya tidak sulit untuk
menemukan gejala gejala tersebut."
Ci Soat cu mengebalkan senjata Hud timnya dan menyahut.
"Ucapan Sinkun ada benarnya juga, baiklah pinto akan
mengakhiri ceritaku sampai disini saja."
Hoa In-liong yang menyaksikan kejadian tersebut, diamdiam
berpikir dalam hati, "Kebanyakan perbuatan mereka itu
cuma sandiwara yang telah diatur terlebih dulu, hmm?".!
Memang kalian anggap aku orang she Hoa adalah orang
bodoh yang gampang dikelabuhi" Jangan bermimpi disiang
hari bolong " ".!"
97 Berpikir sampai disitu, katanya sambil tersenyum,
"Sesungguhnya aku ingin mohon petunjuk, cuma tidak
kuketahui bagaimana caranya untuk buka suara!"
Sambil mengelus jenggotnya Ci Soat cu tertawa.
"Waaah".pinto sama saja, dibuat harus mengingkari katakata
sendiri, silahkan Hoa kongcu bertanya,"
Hoa In-liong berpikir sebentar, tiba-tiba katanya sambil
tertawa, "Dari pembicaraan orang-orang itu , tootiang berhasil
menemukan soal apa yang dirasakan penting?"
Ci soat cu berpikir sebentar, kemudian sahutnya,
"Sesungguhnya tidak terlalu banyak yang berhasil pinto
dengar, aku hanya sempat mendengar sebutan Cong tongkeh
sebanyak beberapa kali."
Mendengar itu, Hoa In-liong manjadi sangat terkejut.
"Oooh"jadi Hong im hwe hendak munculkana diri kembali
dalam dunia persilatan."
"Pinto sendiripun pernah menduga sampai ke situ!"
Hoa In-liong kembali berpikir, "Kemungkinan besar Hong im
hwa hendak munculkan diri kembali ke dalam dunia persilatan
dan mungkin saja Hian-beng-kau diminta untuk menyelidiki
gejala gejala dalam dunia persilatan pada umumnya?"
Berpikir sampai disini, dia lantas mengalihkan pokok
pembicaraan ke soal lain, katanya, "Dalam surat undangan
sie-kun mengatakan hen dak Cu ciu lun kiam (minum arak
sambil membicarakan ilmu pedang), entah dengan cara
apakah kalian hendak membicarakan soal ilmu pedang?"
98 "Ilmu silat Hoa kongcu sangat lihay, aku rasa pasti sudah
memperoleh seluruh kepandaian warisan ayahnya bukan?"
kata Kok See-piau dengan kening berkerut.
Ilmu silat Sinkun merajai seluruh dunia, aku mengaku
masih bukan tandingannmu, entah pertandingan ini akan
dilakukan secara lisan saja ataukah?"..
"Sebenarnya hendak diselenggarakan secara lisan saja,"
tukas Kok See-piau sambil tertawa, "sayangnya ilmu silat
aliran Kiu ci ki Ong sangat aneh dan asing bagi pendengaran
orang, aku kuatir sekalipun jurus-jurus serangan kusebutkan,
belum tentu orang luar mengetahuinya."
"Kalau begitu pertandingan akan diselenggarakan dimana"
Silahkan Sinkun memberi petunjuk."
Kok See-piau ikut bangkit lalu katanya sambil tertawa,
"Umum kalau pemuda itu berdarah panas, jadi kalau ingin
cepat-cepat angkat nama bukan lagi suatu kejadian aneh."
Sesudah ketuanya bangkit Ui-san-in-siu, Lau-san-siangkoay
dan jago-jago lainnya ikut bangkit berdiri, dipimpin oleh
Kok See-piau yang jalan bersanding dengan Hoa In-liong,
berangkatlah mereka tinggalkan ruangan tersebut.
Turun dari ruang tengah mereka melalui sebuah jalan
sempit dan tiba disebuah tanah datar yang beralaskan batubatu
hijau, luasnya cuma sepuluh kaki, dan suasananya terang
benderang karena kawanan jago Hian-beng-kau telah
mengelilingi sekitar sana sambil mengangkat tinggi oborobornya.
Jika Hoa In-liong ingin menjajal kepandaian Kok See-piau,
maka Kok See-piau ingin mengetahui taraf kepandaian silat
99 Hoa Thian-hong dari kepandaian yang dimiliki Hoa In-liong
sekarang, dengan demikian kedua belah pihak sama-sama
berhasrat untuk menyelidiki taraf kemampuan masing-masing
pihak. Setelah berada di tengah lapangan batu, dua orang itu
berdiri saling berhadapan, kemudian berkatalah Hoa In-liong,
"Apakah Sinkun sendiri yang hendak memberi petunjuk
kepadaku?""
Sebenarnya lohu ingin turun tangan sendiri tapi akupun
kuatir kalau orang mengatakan aku si-tua menganiayai simuda.
Sementara itu Go Tang cuan, Ci Soat cu, Ui Shia-ling
dan sekalian jago telah berdiri pula di sekitar gelanggang,
tiba-tiba Ciu-hoa lompat tampil kedepan, setelah memberi
hormat kepada Kok See-piau katanya, "Suhu, kenapa kau
musti turun tangan sendiri" Tecu bersedia mewakili dirimu."
"Tapi kau masih bukan tandingan Hoa kongcu?" kata Kok
See-piau dengan kening berkerut.
Hoa In-liong putar otak dengan cepat, tiba-tiba ia
menengadah dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh?",haaahhh,".haaahhh?"..maaf kalau aku
orang she Hoa terpaksa omong besar, pada hakekatnya ke
delapan orang murid Sinkun tak akan mampu menahan tiga
puluh gebrakan seranganku, tapi jika kalian tidak percaya
dengan pendapatku orang she Hoa, tentu saja tidak ada
halangannya jika muridmu dipersilahkan turun kearena."
Ciu Hoa sekalian menjadi gusar sekali setelah mendengar
perkataan itu, ditatapnya Hoa In-liong dengan sepasang mata
melo tot besar, kalau bisa mungkin mereka ingin menelan si
anak muda itu bulat-bulat.
100 Kok Shee piau juga bukan orang bodoh diam-diam ia lantas
berpikir pula, "Aneh, kenapa secara tiba-tiba bajingan cilik ini
menjadi takabur" Sudah pasti ada sebab musababnya!"
Berpikir sampai disitu dia lantas siapkan tangannya sambil
berkata, "Kalau begitu terimalah ketiga puluh jarus
serangannya, kalau sudah kalah cepat mundur, jangan
dipaksakan terus"
Ciu Hoa lo pat memberi hormat sambil menerima perintah.
kemudian ia memutar badan sambil maju dua langkah katanya
dengan suara menyeramkan, "Hoa kongcu, maaf!"
"Silahkan!" kata Hoa In-liong sambil megulapkan
tangannya, sikapnya sangat santai seakan akan musuhnya tak
dipandang sebelah mata pun.
Semenjak tadi Ciu Hoa lo pat sudah menahan rasa cemburu
dan irinya yang meluap-luap, tentu saja ia tidak sungkan
sungkan lagi, telapak tangannya segera dikepalkan dan
langsung menghantam ke dada lawan.
Hoa In-liong miringkan badannya ke samping menghindari
ancaman itu, kemudian telapak tangan kanannya disodok ke
depan menangkis datangnya ancaman musuh itu.
Sejak gerakan yang pertama Kok See-piau sekalipun sudah
mengetahui bahwa ilmu silat yang di miliki Hoa In-liong jauh
melebihi kepandaian Ciu Hoa lo pat, dalam tiga puluh
gebrakan kemungkinan Ciu Hoa lo pat memang bisa
dikalahkan, bergetar juga perasaan batinya.
"Jika seorang bocah muda dari keluarga Hoa pun memiliki
ilmu silat setangguh ini, apalagi Hoa Thian bong pribadi?"
demikian pikirnya.
101 Ciu Hoa lo-pat sendiripun merasakan juga betapa
tangguhnya ilmu silat lawan, akan tetapi ia enggan
mengundurkan diri dengan begitu saja, sambil membentak
keras ia keluarkan ilmu Kiu-ci-sin ciang (pukulan sakti dari
istana Kiu ci) yang maha sakti itu, jurus demi jurus semuanya
dilancarkan dengan gerakan aneh.
Hoa In-liong masih tetap bersikap santai dengan entengnya
ia sambut semua serangan demi serangan, pikirnya,
"Kelihatanrya ilmu pedang mereka diciptakan berasal dari ilmu
pukulan, wah, kalau begitu ilmu kepandaian tersebut bisa juga
di bandingkan dengan ilmu Su-siu-heng huan ciang dari
keluarga Coa."
Tapi si anak muda itu sama sekali tidak mengeluarkan ilmu
pukulan Su-siu-huan heng ciang, dia hanya melayani
serangan-serangan musuh dengan ilmu Sian kici lip dan Mie
tiong toa jiueng yang, tercatat dalam kitab Thian-bua-cha-ki,
rupanya selama beberapa hari belakangan ini, sebagai
persiapan untuk menghadapi Mo Kau ia khusus melatih ilmu
silat tersebut sebagai bekal.
Dalam waktu singkat dua puluh gerakan sudah lewat, Hoa
In-liong yang teringat bahwa ia telah sesumbar dengan
mengatakan akan mengalahkan muridnya Kok See-piau dalam
tiga puluh gebrakan, segera membentak keras, ilmu
pukulannya lantas berubah dengan jurus Kuo sia ci tau
(perlawanan binatang terkurung) ia menghantam tubuh
lawan. Dari deruan angin pukulan yang begitu dahsyat Ciu Hoa lo
pat sudah tahu bahwa sulit baginya untuk menahan ancaman
tersebut, padahal kepandaian silatnya merupakan yang
tertinggi diantara ketujuh orang saudara seperguruannya,
jelas bukan kepandaian sembarangan.
102 Maka dengan jurus Moay im kiu-huan (bayangan iblis
berubah sembilan) telapak tangannya menyambar dari
samping mengancam iga kiri Hoa In-liong, sementara
tubuhnya berkelabat lewat meng-hindari serangan dahsyat
musuh itu. Secara beruntna Hoa In-liong menyerang musuhnya
dengan tiga jurus Kun siu ci tau.
kemudian secara tiba-tiba gerakkannya berubah menjadi
jurus It yong bu wi (satu kegunaan tak berkedudukan),
tubuhnya menerjang ke muka dan jari tangannya menekan di
atas jalan darah Hiat bun siang ki ditubuh Ciu Hoa Lo pat,
setelah itu sambil tertawa ringan ia menarik kembali
serangannya sambil mundur ke belakang.
Jurus jurus serangan itu semuanya dilancarkan secara
bersambungan antara yang satu dengan lainnya, sedikitpun
tidak ditemukan tanda-tanda yang bisa ditunggangi oleh
lawan, sekalipun Goau cing taysu yang menyaksikan sendiri,
tak urung akan memuji juga, apalagi Kok See-piau sekalian,
mereka lebih lebih tertarik lagi.
"Apakah sudah melampaui jurus ketiga puluh?" tanya Hoa
In-liong sambil putar badan dan tertawa.
"Baru jurus yang ke dua puluh sembilan jawab Kok Seepiau
hambar. Merah padam selembar wajah Ciu Hoa lo pat, tiba-tiba ia
membentak keras lalu menerjang ke depan, dengan sekuat
tenaga ia lancarkan sebuah pukulan ke tubuh lawan dengan
jurus Hun yu-kiu yu (sukma bergentayangan ke neraka tingkat
sembilan) sebuah jurus tangguh dari ilmu pukulan Kiu ci sin
ciang. 103 "Hmmm".. manusia yang tak tahu diri!" hardik Kok Seepiau
gusar. Secepat sambaran kilat ia cengkeram bahu kiri Ciu Hoa lo


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pat, lalu".
"Plok! Plok!" ia tempeleng wajah muridnya keras-keras, lalu
sambil melemparkun tubuhnya ke luar gelanggang hardiknya,
"Enyah kau dari sini!"
Ciu Hoi Lo pat terlempar jatuh diluar lapangan berbatu,
secara beruntun ia harus mundur beberapa langkah sebelum
akhirnya berhasil berdiri tegak secara paksa, ia berpaling dan
melotot sekejap ke arah Hoa In-liong dengan penuh kebencian
kemudian putar badan dan kabur ke halaman belakang".
Air muka Kok See-piau tetap tenang dan tidak menunjukan
perubahan apa apa katanya malah, "Muridku tidak tahu kalau
Hoa kongcu telah mengampuni selembar jiwanya, maka untuk
kelancangan serta ketidak tahuanya itu itu lohu mohon maaf
pula untuk diri Hoa koagcu."
"Apakah Siukun telah bersedia untuk memberi petunjuk
sendiri kepadaku".."
Kok See-piau tersenyum, dengan mata memancarkan sinar
tajam jawabnya, "Lohu akan mohon petunjuk lima puluh
jurus dari kongcu."
Arti dari kata-kata tersebut adalah dalam lima puluh jurus
pasti ia akan berbasil mengalahkan Hoa In-liong.
Terkesiap pula si anak itu, pikirnya!
Dalam pertempuran barusan, aku belum mempergunakan
segenap kekuatanku, tapi Kok See-piau berani mengatakan
104 bahwa dalam lima puluh gebrakan ia bisa mengalahkan diriku,
bila tiada kenyakinan sebesar tujuh delapan puluh persen tak
nanti ia berani bicara sesumbar, apalagi sebagai ketua dari
suatu perguruan besar, tentu saja dia tak mau kalau
perkataannya sampai dibuat bahan tertawa orang lain?"
Karena berpikir, ia segera memusatkan segenap pikiranya
untuk menghadapi lawan, katanya sambil memberi hormat,
"Silahkan."
"Lohu sudah siap menantikan petunjukku?"
Kok See-piau memberi hormat pula.
Tiba-tiba Lau san in sin Ui Shia ling berteriak, "Hoa
kongcu!! Siokun! Harap tunggu sebentar!"
Sambil berkata ia lantas memburu maju ke depan dan
menghadang di tengah antara Kok See-piau dengan Hoa Inliong,
kemudian sambil memberi hormat kepada ketuanya dia
berkata, "Tiba-tiba saja hamba merasa gatal tangan, bolehkah
aku beradu kepandaian dengan Hoa kongcu?"
Kok See-piau mengerutkan dahinya.
"Selayaknya Ui lo boleh saja melayani dia jika kalau benar
merasa gatal tangan, akan tetapi dengan demikian bukankah
sama artinya bahwa pun sin-kuo telah melayani Hoa kongcu
dengan cara ber gilir?"
"menurut pendapat bodoh hamba, lebih baik pertarungan,
antara Siakun melawan Hoa kongcu ditunda sampai lain
waktu saja. Hoa In-liong yang menyaksikan kejadian tersebut, kembali
berpikir dalam hatinya, "Agaknya Ui Shia-ling dan Ci Soat-cu
105 sekalipun tidak yakin jika Kok See-piau sanggup mengalahkan
diriku dalam lima puluh gebrakan, maka sengaja mereka
tampilkan diri untuk menggantikan kedudukkannya."
Sorot matanya segera dialihkan kembali ke tengah
gelanggang, dia ingin tahu apakah Kok See-piau mengijinkan
permintaan tersebut atau tidak.
Tampak Kok See-piau termenung dan berpikir sebentar,
kemudian seraya berpaling katanya sambil tertawa.
"Bagaimana pula dengan pendapat Hoa kongcu?"
Hoa In-liong tertawa, "Buat aku sih sama saja?""
Diluar berkata begitu, dalam hati pikirnya, "Sudah pasti Kok
See-piau tidak mempunyai keyakinan untuk menangkan aku
dalam lima puluh gebrakan, sedang kata-kata sumbarnya
hanya di pakai untuk mencari kembali mukanya yang hilang,
coba kalau berganti Ting Kwik siu dan Kiu im kaucu, sekalipun
bisa menangkap diriku juga bukan urusan gampang, masa dia
sehebat itu?"
Berpikir sampai disitu, lagi ia merasa bahwa Kok See-piau
yang dihadapinya sekarang mempunyai jalan pikiran yang
lebih dalam dari samudra, jelas manusia semacam ini tak
boleh dihadapi secara gegabah.
Sementara itu Ui Shia ling telah berkata lagi sambil
memberi hormat, "Hoa kongcu dengan tak tahu diri, lolap
ingin memohon petunjuk ilmu silat dari Liok-soat sanceng,
semoga kau bersedia mengampuni selembar jiwa tuaku dalam
setangan seranganmu nanti."
106 "Aaah?"kepandaian silatku amat terbatas, justru Ui locian
pwelah yang harus mengampuni jiwaku?"?"?" kata Hoa
In-liong dengan cepat sambil tertawa lebar.
Sesungguhnya ucapan ucapan dari Ui Shia ling tadi hanya
merupakan kata-kata untuk sopan san-tun, siapa tahu Hoa Inliong
sebagai anak muda yang belum lama terjun ke dalam
dunia persilatan telah menganggapnya sungguhan, ini
membuatnya menjadi tertegun.
"Lantas menurut anggapan Hoa kongcu?"." katanya.
Hoa In-liong tertawa nyaring.
"Haahhh". haahhh" haahh" dalam suatu pertempuran
sang anak tak akan mengenali sang ayah, aku rasa segala
macam kata-kata sopan santun lebih baik jangan dibicarakan."
Sungguh amat gusar Ui Shia ling mendengar perkataan itu,
makinya di dalam hati, "Sombong amat bocah keparat ini!"
Tapi diluar wajahnya ia tetap tersenyum ramah, katanya
kemudian sambil mengelus jenggotnya, "Kalau begitu, biarlah
kuturuti saja kehendak Hoa kongcu."
Kok See-piau sendiri telah mengnndurkan! diri ketepi arena,
pikirnya, "Konon meski bocah ini binal dihari biasa, tak pernah
sikapnya sombong atau tinggi hati sewaktu berhadap dengan
musuh, kenapa secara tiba-tiba sikapnya berubah sesombong
itu" Dia maksudnya ingin memancing amarah pun sinku agar
kau mendapat kesempatan untuk mencuri lihat tinggi
rendahnya ilmu silatku, maka anggap saja keinginanmu itu
cuma sia-sia belaka."
Sementara ia berpikir sampai kesitu, Hoa In-liong sudah
berkata, "maaf" lalu menyerbu kemuka dan sebuah pukulan
107 langsung di lontarkan ke depan tapi sebelum mencapai pada
sasarannya serangan itu telah berubah menjadi serangan jari."
Hoa In-liong tahu bahwa Ui shia- ling pastilah salah
seorang diantara lima orang jago paling tangguh dalam
perkumpulan Hian-beng-kau, ia tak berani bertindak gegabah,
begitu maju melancarkan serangan, ia langsung
mempergunakan "Menyerang sampai mati bagian pertama"
dari ilmu Ci yu-jit-ciat (tujuh kupasan jari Ci yu)
Ui Shia ling adalah seorang jago tangguh yang bermata
tajam, dalam sekilas pandangan saja ia sudah tahu kalau
serangan pertama adalah serangan kosong sedang ancaman
yang mematikan berada di belakang, maka ketika
menyaksikan datangnya serangan jari yang begitu dahsyat, ia
segera membentak nyaring, "Bagus!"
Telapak tangan kirinya menyambar ke depan mengancam
pergelangan tangan lawan, kelima jari tangannya menyentil
bersama dan desingan angin tajam pun menderu-deru
menembusi angkasa langsung menyambar ketubuh lawan,
sedemikian hebatnya ancaman tersebut, sungguh tak malu
disebut sebagai seorang jago tangguh.
Jurus serangan Hoa In-liong kembali berubah, ibu jarinya
direntangkan kaku, desingan angin tajam langsung menerobos
kedepan mengancam jalan darah Tay-ik-hiat di tubuh Ui Shialing.
Sebelum melepaskan serangan tadi, Ui Shia-ling telah
menyiapkan jalan mundur bagi diri sendiri, ia segera tertawa
terbahak-bahak, disaat yang kritis tiba-tiba badannya bergeser
setengah depa ke samping menghindari ancaran desingan jari
tangan musuh, kemudian pikirnya, "Rangkaian ilmu jari ini
benar-benar merupakan serangkaian ilmu silat yang amat
hebat!" 108 Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah terlibat dalam
suatu pertarungan sengit yang betul-betul amat seru.
Tenaga dalam yang dimiliki kedua orang itu boleh dibilang
sudah mencapai puncak kesempurnaan, Kok See-piau sebagai
seorang tokoh persilatan yang maha sakti segera dapat
mengetahui bahwa pertarungan tersebut merupakan sebuah
pertarungan menarik, seluruh perhatiannya segera di tujukan
untuk memperhatikan gerakan serangan dari Hoa In-liong.
Siapa tahu empat puluh gerakan kemudian Hoa In-liong
masih tetap berada dibawah angin meskipun dengan
mengandalkan satu dua macam gerakan aneh ia berhasil
mempertahankan diri, namun wajahnya tampak begitu cemas
dan gelisah. Setelah mengikuti jalannya pertarungan sekian lama Go
Tang cuan lantas berbisik kepada Kok See-piau dengan ilmu
menyampaikan suara, "Jelas si bocah cilik dari keluarga Hoa
sengaja sedang menyembunyikan ilmu silatnya."
Kok See-piau manggut-manggut, lalu menggunakan ilmu
menyampaikan suara katanya pula, "Menurut pendapatmu,
berapa hebatnya ilmu silat bocah itu?"
Go lang cuan mengalihkan kembali sinar matanya ke
tengah gelanggang dan memperhatikan sekejap gerakan
tangan Hoa In-liong, lalu seraya berpaling sahutnya, "Aku rasa
tidak berada dibawah kepandaiaan Ui Kim."
"Kalau begitu pandanganmu?"." Kok See-piau manggutmanggut.
109 Setelah berhenti sebentar, katanya lagi, "Kalau begitu,
tenaga dalam yang dimiliki Hoa Thian-hong tentu berkembang
jauh lebih hebat lagi."
"Bagaimana kalau Siakun lukai secara diam-diam si bocah
tersebut dengan ilmu Kiu ci im jiu (Tangan pembunuh dari
Kiu ci), dari pada meninggalkan bibit bencana dikemudian
hari?" "Kurang cocok!" Kok See-piau menggeleng "orang pandai
dari keluarga Hoa sangat banyak, bocah itu sendiri, juga
bukan manusia sembarangan, sulit rasanya untuk bertindak
tanpa meninggalkan jejak, padahal persiapan kita sekarang
belum sempurna, tidak baik jika menimbulkan perpecahan
dengan pihak keluarga Hoa terlalu awal"
"Lantas bagaimana dengan kejadian hari ini" Apakah
hendak dilaksanakan seperti apa yang kita rencanakan
semula?" Sementara Kok See-piau sedang termenung untuk
mengambil keputusan, tiba-tiba muncul seorang anggauta
perkumpulan yang menghampiri Toan bok See-liang secara
tergesa-gesa, kemudian katanya, "Lapor kaucu, diluar
perkampungan ditemukan segerombolan besar jago persilatan
yang menyembunyikan diri dibalik hutan, sudah enam tujuh
buah pos penjagaan kita yang kena dibereskan oleh mereka."
"Kawanan manusia macam apakah yang telah datang?"
tanya Toan-bok See-liang dengan kening berkerut.
"Hamba belum melakukan pemeriksaan yang seksama!"
"Berapa besar jumlah kekuatan mereka?" sela Heng Wi-cian
tiba-tiba. 110 "Paling sedikit juga mencapai dua sampai tiga puluh
orang!" Beng Wi-cian lantas berpaling ke arah Toan-bok See liang
seraya berkata pula, "Kemungkinan besar mereka adalah
sahabat sahabat dari si bocah dari keluarga Hoa, padahal letak
perkampungan kita cukup rahasia, selama kita bawa bocah itu
menuju kemari, sepanjang perjalananpun su-dah dilakukan
pengawasan serta pengamatan yang amat teliti serta rahasia,
kenapa begitu cepat pihak lawan bisa mengetahui tempat kita
ini" Tong-boa Heng, lebih baik kita laporkan saja kepada
siakun" Padahal Kok See-piau sudah mendengar pembicaraan
mereka, seraya berpaling dan tertawa tawa katanya, "Orangorang
pandai dipihak mereka sangat banyak, kejadian ini tak
perlu diherankan."
"Berbicara atas dasar kekuatan kita sekarang,
sesungguhnya tidak sulit untuk melenyapkan semua musuh
yang menyerang datang Sinkun"."
"Jika ingin menggunakan kekerasan, kenapa kita mesti
menunggu sampai sekarang?" tukas Kok See-piau, "sama
sekali tak boleh kita lakukan segala tindakan secara gegabah."
Setelah berhenti sejenak, kepada Tang Bong liang katanya
pula, "Tang bong liang, cepat turunkan perintah, jangan
sampai bentrok secara langsung dengan para pendatang."
Tang Bong liang membungkukkan badan menerima
perintah, kemudian mengundurkan diri dari situ.
Toan bok See liang dan Beng Wi cian meski merasa
tindakan tersebut terlampau melemahkan semangat sendiri,
111 akan tetapi setelah Kok See-piau memutuskan demikian tentu
saja mereka tak berani banyak berbicara lagi.
Berbeda hanya dengan Lau san siang koay (sepasang
manusia aneh dari Lui san) ini, sebagai tamu agung dalam
perkumpulan Hian-beng-kau, mereka lebih bebas bergerak
dan tak perlu menguatirkan apa apa, ketika menyaksikan
kejadian itu langsung saja Toa koy berteriak, "Sebagai orang
utara aku adalah manusia yang punya sepatah kata
mengucapkan sepatah kata ha-rap Sinkun jangan menjadi
gusar. Sesungguhnya sampai dimanakah kelihayan Hoa Thianhong"
Kenapa Sinkun musti jeri kepadanya?"
Kok See-piau segera tersenyum.
"Meskipun Hoa Thian-hong itu sangat lihay Pun Sinkun tak
sampai jeri kepadanya. Cuma selama dua puluh tahun terakhir
ini daya pengaruh serta kekuasaan keluarga Hoa sudah mulai
berakar dalam du nia persilatan, segala yang telah berakar
biasanya sukar dihilangkan, maka tanpa rencana serta
perhitungan yang matang lebih baik jangan bertindak
sekehendak hati sendiri."
Tiba-tiba dari tengah arena berkumandang suara bentakan
Ui Shia ling yang amat nyaring, Lohu tidak percaya kalau tak
sanggup memaksamu untuk menggunakan segenap kekuatan
tubuh yang kau miliki.
Kata terakhir belum diucapkan, tiba-tiba ia mengeluarkan
ilmu simpanan dari aliran Lau-san yang disebut ilmu pukulan
Hay-eng kun-hoat, setiap jurus pukulan yang dilancarkan


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

selalu disertai dengan tenaga dalam yang cukup sempurna,
ibaratnya gulungan ombak di tengah samudra, segulung demi
segulung datang menerjang tiada hentinya.
112 Dalam waktu singkat, Hoa In-liong sudah terjebak dalam
posisi yang sangat membahayakan jiwanya, suasana menjadi
gawat" Hoa In-liong mengernyitkan sepasang alis matanya, tibatiba
diapun mengembangkan ilmu pukulan saktinya secara
beruntun ia per gunakan jurus-jurus Pian-tong-put-ki (berubah
tidak menetap), Jit gwat-siang-tui (matahari dan saling
mendorong) dan To-yau-siu jut (pompa angin keluar masuk).
Dalam waktu singkat semua pukulan dari Ui Shia ling
terbendung dan tidak mampu dikembangkan kembali, dari
posisi di atas angin seketika itu juga ia malah berbalik ada
dibawah angin. Semenjak semula Kok See-piau sudah mendapat laporan
dari Beng Wi cian tentang kehebatan ilmu pukulan tersebut,
maka ketika dilihatnya si anak muda itu mengembangkan
permainannya dengan mempergunakan kehebatan ilmu
pukulan itu, dengan sinar mata yang tajam dan perhatian
yang terpusatkan menjadi satu, ia memperhatikan perubahan
gerak dari kepandaian tersebut maksudnya ia berusaha
menemukan bagian-bagian dari ilmu pukulan tadi.
Hoa In-liong meski berada dalam keadaan yang gawat,
akan tetapi setiap detik dan setiap saat ia selalu
memperhatikan gerak-gerik Kok See-piau, menyaksikan
keadaan itu segera pikirnya, "Hmm"..! Kau anggap ilmu silat
maha sakti peninggalan dari malaikat ilmu silat bisa kau tebak
dengan begitu saja" Jangan bermimpi disiang hari bolong.
Cuma?"akupun tak boleh terlalu menyolok!"
Berpikir sampai disini ia lantas menyerang dengan jurus
kuo siu ci tau, kemudian dengan ilmu langkah Gi beng huan wi
(mengeser badan berganti tempat) dia berkelebat mundur
beberapa kaki jauhnya.
113 Aku orang she Hoa mengaku kalah!" serunya.
Ui Shi ling sebagai seorang jago lihay dari angkatan tua,
hampir boleh dibilang telah mempergunakan segenap
kekuatan tubuhnya untuk menggencet lawan, tapi ia selalu
gagal untuk mengalahkan si anak muda itu, terutama setelah
di desak mundur pada beberapa jurus serangan yang terakhir,
batinya semakin tak puas.
Mendengar perkataan itu ia lantas tertawa dingin, lalu
katanya, Hoa kongkcu, membuat apa kau menyindir diri ku"
Sudah terang aku yang tak sanggup menandingimu, cuma" Ui
Shi ling tak tahu diri, aku ingin mohon beberapa petunjuk lagi.
Tiba-tiba Kok See-piau berteriak, "Kalau memang Hoa
kongcu enggan memberi petunjuk lagi kepadamu, Ui-lo!
Silahkan kembali saja!"
Padahal Ui Shia-Iing sendiripun tahu bahwa kesempatannya
untuk merebut kemenangan tipis cuma dia tak mau mundur
dengan begini saja karena kuatir kehilangan muka, dan kini
setelah memperoleh kesempatan baik, cepat katanya, "Setelah
kaucu berkata demikian, baiklah akupun mengaku kalah!"
OO000O000OO Bab 42 Hoa In-liong tertawa ewa.
"Aaah?"?" mana mungkin aku bisa menandingi
kelihayan Ui lo?" katanya merendah. Sementara itu Kok Seepiau
telah berkata, "Diluar perkampungan telah kedatangan
sejumlah jago lihay tampaknya mereka adalah sahabatsahabat
Hoa kongcu, untuk menghindari segala
114 kesalahpahaman, bagaimana kalau Hoa kongcu
mempersilahkan mereka masuk ke dalam perkampungan?"
Hoa In-liong tahu bahwa gerombolan jago yang muncul
diluar perkampungan itu sudah pasti adalah Ho Kee siau, Coa
Cong gi dan kawan-kawannya yang kuatir Hian-beng-kau
bersikap tidak menguntungkan baginya maka bersiap-siap
diluar perkampungan untuk menghadapi segala kemungkinan.
Lantaran diapun kuatir kalau mereka sampai menyerbu ke
dalam perkampungan Karena lama tidak melihatnya keluar
dari perkampungan sehingga keadaan waktu itu tak
terlainkan, segera katanya pula, "Yaa, aku memang harus
menjumpai mereka apakah Sinkun juga ingin bertemu dengan
kawan kawan persilatan?"
Kok See-piau termenung sejenak, lalu katanya sambil
tertawa, "Salah satu tujuan dari kemunculanku kembali di
dalam dunia persilatan adalah menjumpai kawan kawan lama,
tentu saja setiap ke sempatan baik seperti ini tak akan
kulepaskan dengan begitu saja."
"Yaa, jejak dari empok Hoo sekalian sudah tentu tak bisa
mengelabui Kok See-piau," pikir Hoa In-liong.
Dengan tenang diapun melangkah pergi dari tanah lapang
tersebut. Kok See-piau miringkan tubuhnya ke samping memberi
jalan lewat, lalu dia ulapkan tangannya, tiba-tiba saja Ci Sooat
cu, Ui Shian ling dan Ciu Hoa sekalian membungkukan
badannya memberi hormat dan membubarkan diri ke serambi
samping, para jago Hian-beng-kau yang membawa obornya
tanpa menimbulkan sedikit suarapun membubarkan diri.
115 Sejak awal sampai akhir kecuali Ciu Hoa lo pat seorang
yang kena dampratan Kok See-piau hampir boleh dikata sama
sekali tidak menunjukkan perubahan aneh atau gerak-gerik
yang mencurigakan, jelas semua orang-orang itu sudah
pernah memperoleh pendidikan disiplin yang ketat.
Dalam sekejap mata lapangan berbatu itu sudah pulih
kembali dalam kegelapan, hanya sebuah lampu kecil dibawah
serambi sana yang memancarkan sedikit sinar yang redup.
Hu kaucu dari Han beng kau, Go Tang cuan masih tetap
berdiri kaku dibawah ruang tengah sana.
Ketika kedua orang itu masuk ke dalam ruangan, Go Tang
cuan baru mundur setengah langkah.
Kok See-piau melirik sekejap meja perjamuan dalam
ruangan, lalu katanya sambil tertawa, "Sebenarnya aku ingin
mengaajak Hoa kongcu minum arak sambil
membicarakan soal para eng-hiong dalam dunia
persilatan"..
Hoa In-liong tertawa nyaring.
"Haaahh?"haaahh?"haaahh?". entah manusia macam
apakah yang dapat disebut sebagai enghiong dalam hati
Sinkun?" Waktu itu dari bawah ruangan sampai ke-pintu gerbang
gedung telah berjajar barisan laki-laki berbaja ungu, di tangan
kiri membawa obor di tangan kanan mereka membawa golok,
suasananya jauh berbeda dengan sewaktu masuk ke dalam
gedung tadi, cahaya golok menyiarkan suasana yang
menggidikkan hati.
116 Menyaksikan adegan tersebut, diam-diam ia lantas berpikir,
"Situasi yang diatur Kok See-piau sekali ini sungguh
menggelikan sekali."
Terdengar Kok See-piau telah berkata, "Menurut
pandanganku yang bodoh, yang di maksudkan sebagai
enghiong adalah orang yang berjiwa besar, berlapang dada,
berotak cerdas berilmu silat tinggi dan mempunyai bakat,
kebijaksanaan serta pengetahuan yang amat luas."
"Waah"..jika harus mengikuti apa yang diucapkan Sinkun,
dewasa ini sulit sekali untuk menemukan seorang enghiong
semacam itu."
Tiba-tiba Kok See-piau menghentikan langkahnya, Hoa Inliong
tertegun dan segera ikut berhenti pula, terlihatlah Kok
See-piau dengan sinar mata yang amat tajam, sepatah demi
sepatah sedang berkata.
"Selama beratus tahun belakangan ini hanya ayahmu yang
dapat disebut sebagai engbiong sungguhan, seorang manusia
yang jantan betul-betul hebat".."
"Ayahku pernah berkata bahwa pujian orang luar
terhadapnya pada hakekatnya terlalu berlebihan kata Hoa Inliong
dengan nada serius, "padahal beliau sendiri merasa
bahwa ia tidak memiliki ke ampuhan apa apa yang bisa
disebut sebagai seorang enghiong oleh karena itulah seringkali
ia memberi nasehat agar anak cucunya bisa berbuat apa yang
bisa dilakukan sebagai manusia."
Kok See-piau menarik kembali sinar matanya sambil
melanjutkan perjalanan ke depan, katanya sambil tertawa
hambar. 117 "Sifat ketidak puasan pada diri sendiri yang di miliki
ayahmu juga sudah menjadi rahasia umum dalam dunia
persilatan."
Hoa In-liong ikut beranjak mengikuti disampingnya, diamiam
ia berpikir, "Sekalipun ia membenci ayahnya hingga
merasuk ke tulang sumsum tapi dimulutnya selalu memuji
ayah setinggi langit, mungkin inilah yang disebut sebagai
imbauan hati nurani, tapi jelas dia bukan termasuk seorang
manusia yang berjiwa besar?"."
Sekalipun dia mengikutii terus disisi tubuhnya kemanapun
ia pergi, namun tubuhnya selalu ketinggalan setengah langkah
di belakang, hal ini sebagai persiapan untuk menghindari
sergapan maut dari Kok See-piau.
Kok See-piau sendiri berpura-pura tidak menyadari, kembali
katanya, "Ayah harimau anaknya tentu harimau juga,
enghiong yang akan datang sudah pasti akan menjadi milik
Hoa kongcu."
"Sinkun terlalu memuji!" Kok See-piau tertawa berat
katanya, "Apalagi berbicara dari ulah Hoa kongcu sewaktu ada
di kota Si-kiu, dari kegagahanmu itu terbuktilah sudah bahwa
perkataanku ada benarnya juga?"."
Tiba-tiba Hoa In-liong merasakan nada aneh dibalik
perkataan Kok See-piau, terkesiap hatinya, segera ia berpikir,
"Rupa rupanya ia sudah berniat untuk membinasakan diriku.
Kok See-piau memang sudah dipengaruhi oleh hawa nafsu
membunuh, cuma ia masih ragu untuk mengambil keputusan,
sekalipun tujuan dari kemunculannya kali ini adalah untuk
mengadu kepandaian dengan Hoa Thian-hong, tapi entah
mengapa dari dasar hatinya tiba-tiba muncul suatu perasaan
takut yang sangat aneh, bukan lantaran kuatir akan kehebatan
118 ilmu silat Hoa Thian-hong saja, tapi termasuk juga oleh
kegagahan Hoa Thian-hong.
Sebab itu, sekalipun berhadapan dengan Hoa In-liong ia
merasa seakan-akan bertemu dengan Hoa Thian-hong waktu
itu, hingga hawa nafsu membunuhnya segera berkobar.
Seandainya bangsat ini benar-benar adalah seorang
manusia hidung belang yang lebih suka bermain perempuan
daripada menghadapi masalah besar, apalagi malam ini
kewaspadaannya mengendor, jelas merupakan kesempatan
baik bagiku untuk turun tangan cuma?""
Baru berpikir sampai disjtu, mereka sudah tiba di depan
pintu, maka iapun mengambil keputusan, apabila Hoa In-liong
secara kebe tulan berjalan lewat dari sebelah sisi tubuhnya
nanti, dia hendak melukai si anak muda itu dengan ilmu Kiukiim-satnya yang maha sakti.
Kiu-ki-im-sat atau hawa pukulan dingin dari istana Kiu-ci
termuat dalam kitab pusaka Kiu-ci-cin-keng, pukulan itu bisa
melukai isi perut orang tanpa disadari oleh sang korban
sendiri, biasanya kendatipun pihak musuh memiliki tenaga
sim-hoat yang sangat sempurna, pukulan tersebut sulit juga
diatasi dan masa kerja dari luka itu biasanya menuruti
kehendak hati si pelancar serangan, bila belum bekerja
keadaan masih biasa tapi begitu mulai bereaksi maka
dahsyatlah akibatnya.
Sesungguhnya ilmu itu merupakan suatu llmu pukulan yang
jahat sekali, apalagi setelah dicampur dengan ilmu pukulan
beracun yang memang dimiliki Kok See-piau sebelumnya, hal
ini semakin menambah ke dahsyatan pukulan itu.
119 Akan tetapi Hoa In-liong selalu dua langkah berada
dibelakangnya, saat itu dia sedang bertanya, "Sobat-sobatku
kini berada dimana?"
Kok See-piau berpikir, "Seandainya bocah keparat ini
benar-benar dapat menebak maksud hatiku sehingga sedia
payung sebelum hujan, ia lebih-lebih tidak boleh diampuni
lagi." Dalam hati ia berpikir demikian, diluaran katanya,
"Sahabatmu sudah banyak sekali menangkapi anggota
perkumpulan kami, mungkin mereka sedang bersembunyi
dibalik hutan."
Kemudian sambil memperkeras suaranya ia berkata lagi
diiringi gelak tertawa nyaring,
"Haahh"..haahh?"haahh?"Hoa kongcu sudah keluar dari
gedung dengan selamat, silahkan kalianpun munculkan diri
pula." Gelak tertawa nyaring menggema pula dari balik hutan
sana, dipimpin oleh Ho Kee-si an serentak kawanan jago itu
munculkan diri dan berhenti kurang lebih lima kaki dihadapan
kedua orang itu, dengan sorot mata tajam ia menyapu sekejap
ke arah Hoa In-liong ketika dilihatnya si anak muda itu tetap
sehat tidak kekurangan sesuatu apapun, legalah hatinya,
menyusul kemudian setelah memandang sekejap ke arah Kok
See-piau ia menghela nafas panjang.
"Adik In-liong, kau tidak apa-apa bukan?"
"Hey, siapakah orang yang berada disampingmu itu?"
Sambil berkata ia melompat lebih maju ke depan disusul
kemudian oleh Si Jin-kiu, Yu Siau-lam dan lain lainnya, mereka
120 berdiri dibelakang Ho Kee-sian sambil melotot ke-arah Kok
See-piau. Hoa In-liong tersenyum, katanya, "Dia bukan lain adalah
Hian-beng-kaucu kiu ci Sinkun!"
Sebenarnya Kok See-piau dengan orang-orang penting
dalam tubuh Sin-ki-pang adalah kenalan lama, hubungan
mereka tidak terlalu jelek, cuma kemudian hubungan itu kian
lama kian bertambah renggang dan asing hingga pada
pertemuan dua puluh tahun kemudian mereka harus
berhadapan sebagai musuh bebuyutan.
Meskipun Kok See-piau berhati licik dan keji, tapi bayangan


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuh Pek Kun-gi dimasa muda dulu masih terbayang selalu
dalam benaknya, sedikit banyak tertegun, juga untuk sesaat
lamanya setelah bertemu dengan rekan-rekan lamanya ini.
Tapi hanya sejenak kemudian ia sudah sadar kembali dari
lamunannya, ditatapnya sekejap sekeliling hutan itu dengan
tatapan tajam, kemudian katanya lantang.
"Kawan-kawan yang bersembunyi di dalam hutan, kenapa
tidak sekalian munculkan diri?"
Gelak tertawa nyaring menggelegar memecahkan
kesunyian, bayangan manusia berkelebat lewat daun dan
ranting bergoyangan, dalam sekejap mata Hoan TSong, Bu
tim tootiang Cia Yu cong, Kongsun peng dan sekalian jago
bermunculan dari mana-mana dan segera memenuhi sekeliling
gedung tersebut, jumlah mereka diantara enam tujuh puluhan
orang lebih. Kiranya Hoo Kee sian dan Yu Siau-lam sekalian merasa
tidak tega untuk membiarkan ia pergi penuhi janji sendirian,
maka bukan saja rekan-rekan bekas seperkumpulannya
121 dikumpulkan semua bahkan juga memberi kabar kepada Huan
Thong Bu tim tootiang, Cia Yu cong dan Kongsun Peng
sekalian agar segera berkumpul, tanpa perundingan lebih jauh
semua jago itu diboyongnya menuju ke situ.
Diam-diam Hoa In-liong merasa amat berterima kasih atas
kesetia kawanan rekan-rekan lainnya, dengan suara lantang
dia lantas berseru, "Urusan sekecil itupun harus merepotkan
saudara sekalian untuk memburu kemari, sungguh membuat
hatiku tak enak"
"Sebagai sesama umat persilatan sudah sepantasnya kalau
saling bantu membantu, apa lagi urusan Hoa kongcu ini
menyangkut masalah yang amat penting sekali artinya!"
Kongsun Peng segera menanggapi dengan lantang.
Bagi Kok See-piau sendiri walaupun gerombolan manusiamanusia
tersebut masih belum dipan-dang sebelah mata pun
olehnya, namun diam-diam ia merasa tercengang juga
menyaksikan kesemuanya itu.
Tiba-tiba Ci Soat cu, Im sansiang koay dan sekalian jago
muncul kembali dibelakang Kok See-piau, menyusul kemudian
kawanan jago dari Hian-beng-kau lainnya ikut pula muncul
dibelakang barisan Kok See-piau, seakan akan dua pasukan
besar yang telah berhadapan muka siap bertempur.
Hoa In-liong berpikir sebentar untuk menghadapi keadaan
tersebut, ia merasa inilah kesempatan yang terbaik baginya
untuk meninggalkan tempat itu, maka sambil menjura kepada
Kok See-piau katanya, "Pertemuan pada hari ini biarlah kita
akhiri sampai disini saja, aku tak mau mengganggu lebih
lanjut" Kok See-piau termenung sejenak, akhirnya dia pun
mengangguk. 122 "Baiklah kalau dilihat situasinya sekarang, jelas pertemuan
memang tak dapat dilanjutkan."
Sementara di hati kecilnya ia berpikir,
"Sayang?"..sayang,?"?"aku telah membuang suatu
kesempatan baik untuk turun tangan."
Dalam penggalian harta karun di bukit Kiu-ci-san tempo
hari, Huan Tong sempat turut serta dalam peristiwa besar itu,
ia pernah berjumpa dengan Kok See-piau dan mengetahui
pula sampai dimana dalamnya permusuhan antar Kok Seepiau
dengan keluarga Hoa, ketika dilihatnya jarak antara Hoa
In-liong dengan Kok See-piau cuma dua depa tak sampai, dia
kuatir si anak muda itu kena dilukai, maka segera teriaknya,
"Hoa Kongcu, cepat kemari kau!"
Hoa In-liong tersenyum, pelan-pelan dia maju menghampiri
ke arahnya. Sorot mata semua orang segera ditujukan ke arah Kok Seepiau,
meskipun berulang kali Kok See-piau hendak nekad
untuk membinasakan Hoa In-liong, tapi akhirnya ia menghela
napas dan membuyarkan kembali hawa sakti Im-sat sinkangnya.
Ketika semua orang menyaksikan Hoa In-liong telah
kembali dengan selamat, merekapun dapat menghembuskan
napas lega. Cia Cu cong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haahh"hhaah"..hhhaaah".. rupanya saudara adalah
Hian-beng-kaucu.
123 Kok See-piau hanya mendengus sinis, ia berlagak seolaholah
tidak mendengar teguran itu.
Toa koay dari Im san siang koay segera mendengus dingin,
katanya "Kau itu manusia apa" Belum berhak untuk berbicara
dengan kaucu kami!"
Paras muka Cia Yu conG berubah hebat, lalu setelah
tertawa dingin katanya, "Dalam dunia persilatan dewasa ini
belum ada seorang manusiapun yang bisa menandingi
kemashuran Hoa tay hiap, tapi belum pernah didengar bahwa
Hoa tayhiap bersikap sesombong itu seperti lagakmu ini."
Selama hidup Kok See-piau paling benci kalau mendengar
ada orang mengatakan bahwa ia tak bisa menandingi Hoa
Thian-hong mendengar ucapan tersebut, dengan sinar mata
setajam sembilu ditatapnya wajah Cia Yu cong lekat-lekat.
Terkesiap pula Ci Yu cOng melihat ketajaman mata orang,
dengan perasaan tercekat dia mundur selangkah.
Toa koay dari Im san siang koay menyeringai dan tertawa
seram, kemudian katanya, "Bajingan cilik, mulutmu kotor dan
tak bisa diampuni, lebih baik lohu hantar kau pulang ke langit
berat untuk menjumpai Ji-lay hud saja"."
Seraya berkata selangkah demi selangkah ia maju
menghampirinya.
Hoa In-liong cukup mengetahui bahwa kepandaian Ci Yu
cong masih selisih jauh bila dibandingkan dengan Im san
siang koay, tentu saja ia tak akan membiarkan mereka sampai
terlibat dalam pertarungan, tiba-tiba serunya, "Sinkun, apakah
kau menginginkan pertarungan mati-matian antara pihakmu
124 melawan pihakku agar orang lain yang mendapat keuntungan
dalam peristiwa ini?"
Kok See-piau mengernyitkan alis matanya, lalu memanggil,
"Sim lo, kembali!"
Toa koay tak berani membantah, terpaksa dengan uringuringan
dia berjalan balik. Hoa In-liong kembali berpikir, ?"Jika
keadaan semacam ini dibiarkan berlarut-larut terus, suatu
pertarungan massal sudah pasti akan berkobar, lebih baik
cepat cepat pergi saja"
Berpikir demikian ia lantas berkata, "Terima kasih banyak
atas petunjuk Sinkun tentang masalah pembunuhan tersebut,
bila duduknya persoalan telah beres, lain waktu aku pasti akan
berkunjung lagi kemari."
Kok See-piau memang berharap demikian, maka diapun
berkata, "Silahkan, silahkan!"
Dari pihak para pendekar, Hoa In-liong merupakan
pemimpinnya karena dia hendak pergi maka orang lainpun
tidak memberi komentar apa apa, mereka menelusuri jalan
kecil dan mundur dari hutan tersebut.
Hoa In-liong kuatir Kok See-piau bertindak sesuatu yang
tidak menguntungkan orang-orangnya maka bersama Coa
Cong gi, Ho Kee siao dan lain-lainnya mereka berjaga
dibelakang.. Sepintas lalu pertemuan antara Hoa In-liong dan Kok Seepiau
cuma begitu saja padahal kedua belah pihak sama-sama
menggunakan akal dan tipu muslihat yang disusun melalui
pemikiran yang seksama, siapakah yang berhasil meraih
keuntungan besar dari pertemuan itu, ini harus dilihat dalam
perkembangan dihari-hari kemudian.
125 Dengan gencar Coa Cong gi mendesak Hoa In-liong agar
menceriterakan keadaan yang telah terjadi, ini semua dijawab
oleh si anak muda itu dengan senyuman dikulum.
Baru keluar dari hutan, tiba-tiba Hoa In-liong mendengar
ada suara lembut seperti bisikan nyamuk berkumandang disisi
telinganya. "Liong ji, setelah menghantar pergi semua, secepatnya
datang menjumpai diriku."
Dari suara orang itu Hoa In-liong segera mengetahui siapa
dia diam-diam pikirnya, "Paman dari See-ih berbicara melalui
ilmu menyampaikan suara, rupanya ia enggan bertemu
dengan semua orang, entah apa sebabnya?"
Ketika Coa Cong gi menyaksikan secara tiba-tiba pemuda
itu menghentikan langkahnya dengan keheranan dia lantas
bertanya, "Ada urusan apa kau?"
Hoa In-liong tertawa.
"Ooh," ada seorang cianpwe memanggilku harap kalian
berangkat duluan?"..
"Cianpwe dari manakah itu" Kenapa tidak munculkan diri
untuk menjumpai kami?" tanya Coa Cong gi keheranan.
Ho Kee sian juga kuatir kalau Hoa In-liong cuma
menggunakan hal tersebut sebagai alasan agar bisa
meninggalkan rombongan serta menyusup kembali ke dalam
gedung Kok See-piau, dengan cepat selanya pula, "Liong
saunya! kenapa tidak kau undang cianpwe itu untuk berjumpa
dirumah penginapan saja?"
126 Hoa In-liong tertawa lebar, cepat katanya, "Empek Ho tak
usah kuatir, dewasa ini tiada kepentingan bagiku untuk
mencari kabar tentang Hian beng kau dengan menempuh
bahaya, sebenarnya benar-benar memang ada seorang
cianpwe memanggilku kesana."
"Kalau begitu aku ikut tetap tinggal disini," kata Hoa Kee
sian setelah merenung sejenak.
Ketika dilihatnya ia bersikeras ingin tetap tinggal disini, Hoa
In-liong pun tidak banyak berbicara lagi, buru-buru disusulnya
Huan-Thong sekalian yang sudah beberapa kaki jauhnya itu
meninggalkan beberapa pesan.
Setelah itu bersama Ho Kee sian menembusi hutan dan
menuju ke arah tenggara sejauh beberapa puluh kaki.
Benar juga, disana duduk bersila seorang laki-laki setengah
umur yang berwajah gagah, orang itu bukan lain adalah
pamannya dari wilayah See ih, siapa lagi kalau bukan
Haputule. Haputule adalah seorang jago yang berasal dari suku Fabuo
diwilayah see ih, tiga puluh tahun berselang ia merupakan
murid ter kecil dari seorang pendekar aneh yang pernah
mengobrak-abrik dunia persilatan lantaran sebilah pedang
emas kecil, yakni It ki-Lim kay tionggoan (pedang sakti yang
meliputi daerah Tionggoan) Siang Tang lay.
Meskipun ilmu silat milik Siang Tang lay sangat tinggi, akan
tetapi setelah dikeroyok dan disergap oleh pek Siau thian, JinHian, Thian Ik-cu, Bu liang Sinkun dan Ciu It beng
mengakibatkan ia menderita cacat seumur hidup, untung
jiwanya ditolong oleh kakek Hoa In-liong yang bernama Hoa
Goan liu dan di bawa pulang ke See ih.
127 Belasan tahun kemudian, ia muncul kembali didaratan
tionggoan, sekalipun sakit hatinya berhasil dibalas, namun
akhirnya ia sendiri tewas di tangan Pia Leng cu dari Thong
thian-kau, keenam orang muridnya secara beruntun juga
tewas dibunuh orang hingga akhirnya tinggal Haputule
seorang yang masih hidup.
Semenjak itulah Haputule ikut Bun Tay-kun belajar silat
selama lima tahun sebelum pulang ke See-ih, karena itu
hubungan keluarga mereka boleh dibilang intim sekali.
Disamping Haputule duduk seorang kakek berjubah kuning,
dalam sekilas pandangan saja Hoa In-liong segera
mengenalinya sebagai kakek yang telah bertarung
melawannya dengan mengandalkan senjata Jit-gwat-bu-hu an
tersebut, tentu saja ia menjadi tertegun.
Sambil tersenyum Haputule segera menegur.
"Dia adalah Ting Ji-san cianpwe, Liong-ji! Cepat maju dan
memberi hormat kepadanya."
Hoa In-liong buru-buru maju kedepan dan memberi
hormat, katanya, "Kenapa kau orang tua tak mau menjelaskan
asal usulmu" Kalau bukan demikian, tentu akupun tak sampai
bersikap kurang hormat kepadamu."
"Oooh".rupanya kalian sudah pernah saling bertemu!" kata
Haputule tercengang.
Hoa In-liong tertawa.
"Ting locianpwe malah sudah memberi pelajaran pula
kepada keponakan!" katanya.
Ting Ji-san segera mendengus.
128 "Hmm! Aku segan memberi pelajaran kepadamu."
Tiba-tiba ucapannya terhenti di tengah jalan dan tangannya
diulapkan berulang kali.
"Liong-ji, kesalahan apa yang telah kau perbuat kepada
cianpwee ini?" tegur Haputule.
Dengan cepat Ting in san gelengkan kepalanya berulang
kali. "Ia tidak berbuat salah apa-apa akulah yang telah menjajal
kepandaian silatnya."
"Yaa, mana Liong-ji berani melakukan perbuatan kurangajar
kepada Ting locianpwe?" sambung Hoa In-liong cepatcepat.
Haputule kembali tersenyum, ia lantas berpaling ke arah Ho
Kee-sian seraya berkata, "Ho Thongcu, selama Liong ji
berbuat onar di kota Si-ciu, terima kasih banyak atas
bantuanmu."
Buru-buru Ho Kee-sian goyangkan tangannya berulang kali,
katanya sambil tertawa, "Ilmu silat dan kecerdasan Liong
sauya boleh dibilang amat luar biasa, bantuan apa lagi yang
bisa kuberikan kepadanya?"
Setelah berhenti sebentar, katanya lagi sambil tertawa,
"Sejak dulu aku sudah bukan menjadi Thian-leng thongcu dari
perkumpulan Sin-ki-pang, panggilan semacam itu lebih baik
dihapuskan saja."
"Ooohho"kalau begitu maafkanlah aku bila sudah salah,
berbicara!" Haputule segera menjura sambil tertawa.
129 Ting Ji san dulunya juga pernah berjumpa dengan Hoa Kee
siao, sekali pun antara mereka terlihat sedikit perselisihan
karena urusan sudah lewat, maka merekapun tidak
mempersoalkannya kembali, sambil saling menjura mereka


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanya tertawa. "Ada urusan apa paman mengundang keponakan kemari?"
"Soal ini nanti saja, sekarang ada baiknya kau jelaskan dulu
apa arti dari "orang lain yang mendapat keuntungan"!"
"Yang kau katakan kepada Kok See-piau si gembong iblis
itu" Apakah dibalik tewasnya Suma tayhap masih terdapat
kejadian-kejadian lain yang mencurigakan?"
"Kejadian yang menyimpang sih tidak ada, cuma memang
rada mencurigakan sekali."
Setelah berpikir sebentar, si anak muda itupun
menceritakan apa yang dituturkan Kok See-piau dan Ci-soat
cu tanpa mengurangi sepatah katapun.
Haputule naengangguk tidak hentinya, ia berkata, "Yaa,
memang tak bisa dipercaya, memang tak bisa dipercaya."
Sedang Ting Ji-san tertawa dingin.
"Heehhh..heeehh".heeehh.. pada hakekatnya cuma
memutar balikan duduknya persoalan, anak kecilpun tak akan
kena ditipu."
Sementara Po Kee-sian berkata, "Ucapan tersebut jelas
merupakan kata-kata yang sengaja dicari cari, Kok See-piau
kuatir ji kohnya turun tangan, maka diaturlah siasat
tersebut"..
130 "Boanpwe mempunyai pendapat lain," kata Hoa In-liong.
Dengan kening berkerut Haputule lantas berkata, "Sejak
kecil kau memang banyak tipu muslihatnya, dalam bidang ini
rasanya sudah cukup berpengalaman, coba katakan
bagaimana menurut pendapatanmu?"
Hoa In-liong berpikir sebentar, lalu katanya, "Menurut
pendapat keponakan, Kok See-piau yang sekarang adalah
seorang manusia dengan jalan pikiran yang lebih dalam dari
samudra.."
Haputule mendengus dingin.
"Hmmm! Aku tidak percaya orang she Kok itu bisa
memperoleh kemajuan sedemikian pesat, huuuuh".. paling
banter juga tak lebih dari pada seorang bajingan tengik"
"Paman, kau jangan menganggap enteng orang itu," kata
Hoa In-liong sambil tertawa, "cukup ditinjau dari
kemampuannya untuk mengum pulkan jago lihay sebanyak
itu, bisa diketahui bahwa orang itu bukan manusia
sembarangan, semenjak tadi paman telah bersembunyi
disamping arena, tentunya semua kejadian sudah diikuti
dengan jelas, entah bagaimana pendapat paman tentang ilmu
silat Kok See-piau?"
"Sebelum pertandingan dilakukan, dari mana aku bisa
tahu?" "Maaf kalau keponakan bicara kurangajar, tapi keponakan
yakin bahwa paman masih bukan tandinggannya Kok Seepiau."
131 Haputule mengerutkan dahinya seperti tidak puas dengan
perbandingan itu, tapi ujarnya juga sambil tertawa, "Lebih
baik urusan ini ditunda untuk sementara waktu, coba akan
kudengarkan dulu pendapatmu."
Dengan otak Kok See-piau yang tajam, mana mungkin ia
tidak tahu kalau dibalik kesemuanya itu masih terdapat
banyak titik kelemahan" Untuk menciptakan suatu
pembicaraan yang sempurna sesungguhnya bukan pekerjaan
yang menyulitkan untuk mereka, maka menurut dugaanku
pastilah ucapan itu merupakan kenyataan, tentu saja ia
selipkan juga rencana busuknya disana sini secara
lembut?"?".."
Haputule tertawa terbahak-bahak memotong
pembicaraannya yang belum selesai, katanya, "Aku lihat kau
adalah orang pinter yang menjadi keblinger, darimana
datangnya tetek bengek semacam itu" Hanya ada sepatah
kata untukmu, kau sudah ditipu Kok See-piau."
Hoa In-liong tertawa pula.
"Bagaimanapun juga tujuannya adalah menunda
pertarungan yang bakal berlangsung, hal ini jelas sangat
cocok dengan jalan pikiranku, jadi siapa yang sesungguhnya
tertipu, hanya thianlah yang tahu."
Haputule menjadi tertegun.
Baginya mungkin saja menunda pertarungan yang bakal
terjadi, tapi bagaimana pula dengan dirimu"
"Keengganan ayah turun gunung merupakan sebuah
masalah bagiku dan mau tak mau memaksa aku untuk
melakukan perlawanan, keponakan percaya bahwa tenaga
dalamku masih kalah setingkat jika dibandingkan dengan milik
132 Kok See-piau tapi kesempatan untuk maju jauh lebih
menguntungkan bagiku dan rugi bagi Kok See-piau, kalau
memang begitu kenapa kita tidak mengulur waktu terus
terusan?" Haputule gelengkan kepalanya berulang kali sambil
mengeluh. "Payah! Payah! Urusan sebesar inipun telah kau anggap
sebagai permainan kawan kawan."
Tiba-tiba ia mengulurkan tangannya sambil membentak,
"Ulurkan tanganmu, aku ingin tahu sampai dimanakah
kemajuan yang berhasil kau capai sehingga berani bicara
sesombong itu!"
Sambil tersenyum Hoa In-liong segera menjulurkan
tangannya, dan kedua orang itupun saling berjabatan tangan
sebentar lalu masing masing menarik kembali tangannya.
"Aaah?".!" Haputule menjerit tertahan.
"Sungguh tak kusangka tenaga dalammu telah peroleh
kemajuan sedemikian pesatnya sungguh berada diluar
dugaanku."
Ternyata dari biji mata orang dia sudah tahu kalau tenaga
dalam Hoa In-liong telah memperoleh kemajuan, cuma ia
tidak percaya kalau dalam waktu sesingkat itu ia bisa
memperoleh kemajuan sedemikian pesatnya.
Ting Ji-san segera tertawa terbahak-bahak.
"Haahh?".,.haahn?""haahh?""aku yang terlibat
dalam pertarungan sengit pun tidak berhasil mendapat
keuntungan apa apa, lote, lebih baik jangan buang tenaga
133 dengan percuma, kini ilmu silatnya sudah cukup bisa
diandalkan asal mau berhati-hati rasanya bukan persoalan
baginya untuk menembusi seluruh kolong langit."
Jilid 4 Tapi Haputule kembali mendengus. "Hmm ".! Kebanyakan
orang muda menjadi sombong karena menganggap ilmu silat
kucing kaki tiganya sudah cukup untuk membuat keonaran
dalam dunia persilatan, Ting lo! Kau tak usah membesar
kesombongannya!"
Setelah termenung sejenak, ia lantas berkata,
"Sesungguhnya aku sangat tidak setuju dengan perbuatanmu
yang berani menantang tiga perkumpalan besar untuk
berduel, adapun kedatanganku kemari adalah untuk
menghalangi niatmu itu, tapi sekarang, terserahlah apa yang
hendak kau lakukan!"
"Bagaimana dengan hasil latihan dari kedua orang sute"
Kenapa paman tidak mengajaknya serta untuk menambah
pengalaman serta pengetahuan mereka?"
"Ilmu silat mereka masih terlampau rendah, aku kuatir
mereka akan dibuat bingung oleh keme-gahan dan
kemewahan dalam dunia persilatan, biarkan mereka berlatih
tekun selama banyak tahun lagi di atas bukit yang terpencil"
"Untuk kebijaksanaan paman yang suka memandang tinggi
segala persoalan keponakan merasa kagum sekali."
Haputule mendengus dingin, kemudian dengan wajah
serius katanya, "Aku ingin bertanya kepadamu, sepanjang hari
134 kau menerbitkan keonaran saja dalam dunia persilatan, sudah
lupakah kau dengan masalah pokok yang sebenarnya?"
Hoa In-liong agak tertegun, tanyanya dengan nada
tercengang, "Bukankah sekarang keponakan sedang
menyelesaikan masalah pokok yang serius?"
"Hmm?".! Bagaimana penyelesaianmu tentang persoalan
yang menyangkut Giok-teng Hujin?"
Hoa In-liong agak tertegun, lalu katanya sambil tertawa
getir, "Keponakan telah bertemu dengan bibi Ku, tapi?"
"Hmm?""!" tukas Haputule sambil tertawa dingin, "dihari
hari biasa aku pandai bermanis mulut, tentunya Giok teng
hujin telah berhasil kau nasehati sehingga berbalik hati
bukan?" Hoa In-liong segera tertawa lebar, "Paman, bukankah
pertanyaanmu ini sama artinya sudah tahu tapi pura-pura
bertanya lagi!"
Ho Kee siao yang selama ini cuma membungkam, tiba-tiba
menyela, "Bila seorang telah bertekad dalam suatu persoalan
selama puluhan tahun, maka mungkinkah sepatah kata saja
sudah dapat menggerakkan hatinya"
Dalam masalah ini Liong sauya tak dapat disalahkan.
Ting Jit san manggut-manggut.
"Betul sekali ucapan tersebut" katanya pula, "Lo te, kau
jangan terlalu menyalahkan dia."
Haputule menghela napas panjang.
135 "Aaiai?".. kalian berdua terlalu melidunginya, jika begini
terus keadaannya, entah sampai dimanakah sifat
kebinalannya itu?"
Kemudian setelah mengawasi wajah Hoa In-liong dan
termenung sebentar, ia bangkit seraya berkata lagi.
"Tak ada gunanya membicarakan soal-soal seperti itu
dalam keadaan sekarang, lebih baik kau bicarakan dulu
masalah Giok teng hujin itu denganku.
Lantaran masalahnya menyangkut masalah urusan pribadi
keluarga Hoa, sebagai orang luar, Ting Ji-san serta Ho Keesian
merasa kurang enak untuk mencampurinya, maka
merekapun mohon diri lebih dulu.
Sedangkan Hoa In-liong mengikuti Haputule ke luar dari
hutan berangkat menuju ke kota.
Di tengah jalan Hoa In-liong bertanya, "Apakah bibi Ku juga
sudah tiba di kota di ciu?"
Haputule menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Yang akan kita jumpai sekarang adalah Pui Che-giok,
kaucu dari perkumupulan Cian li kau, sampai kini aku belum
pernah bertemu dengan Giok teng hujin."
"Oooh"..rupanya dia! Aku sudah pernah bertemu dengan
cianpwe itu," kata sang pemuda sambil tertawa.
Tiba-tiba Haputule berseru dengan nada mendongkol,
"Semalam, ketika aku tiba di kota Si ciu sesungguhnya akan
segera menemuimu, tapi secara kebetulan aku telah berjumpa
dengan Pui Che-giok di tengah jalan. Waktu pertarungan di
lembah cu bu kok, aku pernah bertemu sekali dengannya,
136 meski sudah lewat banyak tahun, ternyata raut wajannya tidak
mengalami banyak perubahan, maka sekilas pandangan saja
aku dapat segera mengenalinya kembali, selesai memberi
hormat aku segera mohon kepadanya agar bisa berjumpa
dengan Ku Ing-ing, siapa tahu ia telah menampik permohonan
ku itu, hmm"..hmm"..! Mungkin dia melihat aku adalah
orang dari suhu Fibulo, maka dianggapnya bisa di permainkan
kehendak hatinya."
Diam-diam Hoa In-liong tertawa geli, pikirnya, "Dihari-hari
biasa paman selalu tinggi hati dan permohonannya tak pernah
ditampik orang, tak aneh kalau ia menjadi marah-marah, yaa,
pasti baru pertama kali ini ia ketanggor batunya."
Cepat nian gerakan tubuh kedua orang itu, sementara
pembicaraan masih berlangsung mereka sudah masuk ke
dalam kota. Haputule tidak menghentikan gerakan tubuhnya, dia
langsung lari menuju ke kota sebelah barat, dalam waktu
singkat sampailah mereka di depan sebuah gedung bangunan
dengan loteng yang bertingkat, bangunan tersebut indah,
megah dan kokoh, dalam sekilas pandangan saja Hoa In-liong
segera mengenali sebagai bangunan yang dihuni oleh Cia Sauyan.
Haputule tidak langsung menuju ke pintu gerbangnya
untuk mengetuk pintu, melainkan melompati pagar
pekarangan dan langsung menuju ke depan sebuah ruangan
mungil yang terang benderang bermandikan cahaya lampu
lentera. Hoa In-liong segera mengikuti pula dari belakang.
137 "Sahabat dari manakah yang telah berkunjung kemari?"
bentakan nyaring segera menggelegar memecahkan
kesunyian. "Haputule beserta keponakanku Hoa yang datang untuk
menjumpai pui kaucu!" jawab Haputule nyaring.
Dari dalam bangunan mungil itu kembali berkumandang
suara tertawa yang amat merdu.
"Oooh?"." rupanya See-ih tayhiap, serta Hoa ji kongcu
yang menggetarkan dunia persilatan telah berkunjung kemari,
sungguh kami memperoleh kunjungan tamu yang langka!"
Bersamaan dengan ucapan tersebut, dari balik pintu
ruangan muncul seorang nyonya cantik berbaju ungu yang
bergaun panjang sekali, begitu munculkan dirinya lantas
memberi hormat.
Haputule tertawa getir.
"Aku telah mengganggu ketenanganmu berulang kali, tidak
pantas dikatakan sebagai tamu yang langka," katanya, "nona
Pui?"."
"Terlepas apakah See ih Tayhiap menaruh perasaan tak
puas terhadap diriku, silahkan masuk ke dalam untuk minum
teh lebih dulu sebelum melanjutkan pembicaraan ini," tukas
Pui Che giok sambil tertawa.
Kemudian sepasang biji matanya yang jeli dialihkan
kewajah Hoa In-liong yang berada dihadapannya.
"Buru-buru Hoa In-liong maju memberi hormat seraya
panggilnya dengan mesra, "Bibi Pui!"
138 Pui Che-giok segera menyingkir ke samping menghindari
penghormatan tersebut.
"Aku tak berani menyambut penghormatan besarmu ini!"
katanya. "Aku rasa sambutan itupun tidak pantas untukku!"
Hoa In-liong berkerut kening, bibirnya segera bergerak
seperti hendak mengucapkan sesuatu.


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi sebelum ia sempat mengutarakan sesuatu, dari dalam
ruangan telah kedengaran suara dari Cia sau-yan menyela,
"Suhu, kau juga kebangatan, masa beginikah cara Cian-li-kau
menyambut tamu kehormatannya" Mana kita boleh
membiarkan mereka berdiri diluar pintu sambil minum angin.
Pui Che giok tertawa geli.
Oya, betul juga perkataan budak ini, saudara berdua
silahkan masuk!" dengan wajah serius ia lantas
mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam ruangan.
Hoa In Hong dan Haputule saling berpandangan sekejap
sambil tertawa, lalu mereka bersama-sama melangkah masuk
ke dalam ruangan.
Indah dan megah ruangan tersebut, semua peralatan dan
perabot diatur sangat arsistik dengan permadani berwarna
merah menutupi lantai, tirai sutera melambai-lambai, semua
alat perabot terbuat dari kayu esadana nomor satu, selain dari
pada itu benda antik pun bertengger disana sini.
Belasan orang gadis sedang duduk dalam ruangan itu,
ketika melihat kemunculan mereka berdua, serentak gadis
gadis itu bangkit berdiri sambil memberi hormat.
139 Sambil tertawa Pui Che-giok lantas berkata, "Murid muridku
tidak kenal adat kesopanan, harap kalian berdua sudi
memaafkan!"
Hipatule hidup membujang paling pusing kalau musti
berhubungan dengan kaum perempuan, ma-ka begitu
dilihatnya begitu banyak gadis yang berada dalam ruangan
itu, dengan kening berkerut ia lantas berpaling ke arah Hoa
In-liong, artinya ia minta si anak muda itu yang pegang
peranan sebagai juru bicara.
Diam-diam Hoa In-liong tertawa geli, katanya kemudian,
"Paman dan keponakan bukan orang luar, harap bibi pui tak
usah menggunakan segala macam tata cara, kita bersikap
bebas saja."
Pui Che-giok manggut-manggut.
"Kalau memang ji-kongcu tidak keberatan, sudah barang
tentu aku Pui Che-giok lebih senang lagi," katanya.
Lantaran Cia In tidak berada disitu, maka diantara muridmurid
Pui-Che-giok boleh dibilang Cia Sau-yan merupakan
orang tertua, cepat cepat ia menitahkan adik adik
seperguruannya agar memindahkan bangku-bangku kecil,
menghidangkan air teh, dan mempersilahkan tamunya untuk
duduk. Setelah ketiga orang itu duduk, Cia Sau-yan sekalipun
sama-sama berdiri di belakang Hui Che giok.
Hoa In-liong memandang sekejap gadis-gadis itu, lalu
ujarnya kepada Pui Che-giok, Waaah?""kalau musti
membiarkan cici sekalian berdiri, siaw tit jadi tidak tenteram
hatinya." 140 Pui Che-giok tersenyum manis.
"Kalau begitu biar kuturuti kehendak-mu kongcu, hey
budak sekalian, duduklah semua!"
Jelas hubungan diantara Hui Che-giok dengan muridmuridnya
memang tidak dibatasi segala macam peraturan,
apalagi mereka memang tidak menganggap Hoa In-liong dan
Haputule sebagai orang luar, begi tu Pui Che giok
mengutarakan maksudnya, serentak mereka mengiakan dan
mencari tempat duduk masing-masing.
Setelah suasana hening, Haputule baru menggerakan
bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat
tersebut akhirnya dibatalkan sambil menghela napas berpaling
ke arah Hoa In-liong seraya katanya, "Aaaai". aku tidak tahu
bagaimana musti mulai dengan pembicaraan ini, lebih baik
kau saja yang pegang peranan!"
Hoa In-liong tidak langsung menjawab, hanya pikirnya
dalam hati, "Persoalan ini mana boleh disampaikan secara
terburu-buru. Demi". paman memang".
Tiba-tiba Pui Che giok berkata, "Sebelum pembicaraan
dimulai, terlebih dulu hendak ku singgungkan bahwa masalah
apapun yang hendak kalian bicarakan, pasti akan kulayani
dengan sebaik-baiknya, hanya soal yang menyangkut tentang
nona kami, maaf kalau aku tak dapat menurutinya."
Cerdik amat perempuan itu untuk menjaga segala
kemungkinan yang tidak diinginkan, ia telah menutup mulut
kedua orang itu lebih dahulu.
Haputule menjadi amat gelisah, ia hendak membuka suara
untuk mengucapkan sesuatu, tapi dengan cepat dicegah oleh
141 Hoa In-liong dengan bisikan melalui ilmu menyampaikan
suara, "Harap paman legakan hati, biar keponakan yang
hadapi mereka!"
"Apakah kau yakin pasti berhasil?" tanya Haputule cepat
dengan ilmu menyampaikan suara pula.
"Persoalan ini harus dibicarakan pelan-pelan, keponakan
percaya cepat atau lambat pasti akan berhasil"
"Kalau terlambat jelas tak mungkin, kira kira beberapa lama
yang kau butuhkan?"
Hoa In-liong berpikir sebentar, kemudian jawabnya,
"Paman jangan gelisah, keponakan pasti akan
mengusahakan secepat mungkin?""
Sekalipun Pui Che giok tidak dapat mendengarkan
pembicaraan mereka berdua yang dilakukan dengan ilmu
menyampaikan suara, tapi ia dapat menebak enam sampai
tujuh bagian, segera pikirnya, "Hmmm". Asal kututup mulut
rapat-rapat, akan kulihat dengan akal apa kalian hendak
memancingku untuk berbicara?"
Sementara itu Hoa In-liong telah berpaling ke arahnya
sambil tersenyum, lalu katanya, "Bibi Pui, kau selalu menyebut
Siau tit sebagai ji-kongcu, apakah kau bermaksud
memperolok-olok keponakan?"
Haputule yang mendengar perkataan ini segera berpikir
dalam hati kecilnya, "Aku suruh kau menanyakan masalah
tentang Giok teng hujin, kau malah mempersoalkan masalah
lain"bagaimana sih bocah ini?"
Ia menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan
sesuatu, tapi niat tersebut akhirnya dibatalkan.
142 Pai Che giok sendiri pun agak tertegun, lalu sambil tertawa,
jawabnya, "Berbicara menurut kedudukanku, sebutan jikongcu
adalah sebutan paling tepat dan cocok"
Hoa In-liong segera berpura-pura tercengang.
"Eeh" bukankah bibi Pui adalah adik angkat bibi Ku,
lagipula kau adalah Cian-li kauci, siau-tit jadi merasa tak habis
mengerti, dimanakah letak kecocokan tersebut?"
Pui Che-giok hendak menjawab, tapi niat itu segera di
batalkan, setelah termenung dan berpikir sebentar katanya
dengan ketus, "Bibi Ku mu sesungguhnya adalah nona aku Pui
Che Giok, mana berani menyebutnya sebagai kakak angkatku"
Dengan sendirinyaa akupun tidak pantas untuk menerima
sebutan "Bibi" dari ji-kongcu. Aku Pu Che-giok berasal dari
tingkatan rendah aku tidak berani melupakan asalku dan tak
berani pula bersikap sok, sekarang tentunya ji-kongcu sudah
memahami bukan?"
Di balik ucapan tersebut jelas terkandung nada mendongkol
dan marah, bahkan menyindir pula ketidak bertanggung
jawaban Hoa Thian-hong, sebagai orang-orang pintar, sudah
barang tentu Haputule serta Hoa In-liong dapat menangkap
arti dari ucapan tersebut.
Tapi Hoa In-liong berlagak tidak mengerti, sambil
mengernyitkan alis matanya dia berkata, "Bibi Pui, kau
demikian merendahkan dirimu, apakah sudah memikirkan juga
bagi kepentingan para cici sekalian?"
Pui Che-giok tidak menyangka kalau secara tiba-tiba dia
mengajukan pertanyaan tersebut, sambil berpaling diliriknya
Cia Sau-yan sekalian sekejap kemudian katanya dengan
143 hambar, "Tentu saja akupun suruh mereka selalu teringat
dengan tingkat kedudukan sendiri."
Setelah berhenti sebentar, katanya lebih lanjut, "Sedangkan
mengenai bagaimana sikap ji-kongcu terhadap mereka, soal
ini aku tak mau turut campur"
Ucapan itu diutarakan secara tegas dan tandas, sedikitpun
tidak memberi kesempatan kepada Hoa In-hong untuk bersilat
lidah lebih lanjut, sementara dalam hatinya berpikir, "Nona
mengatakan kau cerdas dan berotak tajam, aku tidak percaya
permainan busuk apa yang bisa kau lakukan dihadapanku."
Siapa tahu Hoa In-liong yang licik ternyata bertindak
"mengembangkan layar mengikuti angin", katanya sambil
tertawa, "Waah, tidak bisa jadi, siau tit membahasai anak
muridmu sebagai kakak atau adik, sudah sepantasnya kalau
kusebut kau sebagai bibi sebab hal ini berturutan dan tak bisa
dibiarkan dengan begitu saja".."
Pai Che giok tertegun, lalu gelengkan kepalanya berulang
kali. "Keinginan yang terlalu dipaksakan tanpa persetujuan
kedua belah pihak dianggap tidak sah, aku tak dapat
menerima konsepmu itu!"
"Nah"..naah.. ..sekarang kata-katanya mulai terpojok dan
posisinya mulai terdesak" pikir Hoa In-liong, "aku tak boleh
memaksanya keterlaluan bagaimanapun juga sekali gagal lain
waktu masih ada kesempatan, lama kelamaan pasti akan
berhasil juga rencanaku ini.
Haputule sendiripun merasa, kecuali berbuat demikian
rasanya tiada jalan lain yang lebih baik, karena merasa
144 kehadirannya disitu tak berguna maka ia memutuskan untuk
berlalu lebih dulu.
Sambil bangkit katanya kemudian, "Anak Liong, kau
tinggallah disini untuk berbicara pelan-pelan aku akan pergi
dahulu." Sekarang hari sudah larut malam, rasanya tidak baik kalau
kita mengganggu Bibi Pui lebih jauh, siau tit rasa lebih baik
ikut pergi," kata Hoa In-liong sambil iku bangkit berdiri.
Dengan paras muka membesi Haputula segera berkata,
"Tinggallah disini dengan tenang, rekan-rekan sealiran situ
biar kuwakilimu untuk memberitahu-kannya!"
"Jelas paman bermaksud agar aku bisa pusatkan segenap
kemampuanku untuk menasehati bibi Ku agar berubah
pikiran," pikir Hoa In-liong, tapi usaha untuk menumpas tiga
perkumpulan besar adalah suatu usaha yang maha penting?"
Berpikir sampai disitu ia menjadi ragu ragu, katanya
kemudian, "Sekarang Kiu im kau, Mo kau dan Hian-beng-kau
telah bersatu padu, jumlah kekuatan mereka bertambah
besar..,?".
"Tak usah kuatir" tukas Haputule, "aku datang kemari
karena mengikuti jejak dari si iblis tua Seng sut hay, jadi
duduknya persoalan lebih jelas dari padamu, dalam waktu
singkat mereka masih belum berani melakukan suatu tindakan
yang tidak menguntungkan buat kita."
Hoa In-liong kembali berpikir, "Kalau semua pihak memang
telah berkumpul di kota Si-ciu, hal ini jelas bukan suatu
hadangan besar untuk pihak kita."
145 Karena berpikir demikian, diapun mengangguk, katanya,
"Kalau begitu aku musti merepotkan paman?"
Tiba-tiba Pui Che-giok menyela sambil tertawa, "Hey, kalian
berdua masih belum bertanya kepadaku, bersediakah
menyambut kedatanganmu atau tidak!"
Haputule tertegun setelah mendengar perkataan itu,
sedangkan Hoa In-liong segera tertawa.
"Haaahh"haahh"haaahh"..bibi Pui, bagaimanapun juga
kau harus menahan aku si tamu yang datang tanpa
diundang!"
"Kalau aku menolak, mau apa kau?" katanya.
Kembali Hoa In-liong tersenyum.
"Keponakan akan bersikeras tetap mengendon disini, akan
kulihat bagaimana caramu untuk mengusir diriku. Tentunya
kau tidak enak hati bukan untuk tidak menyiapkan hidangan
bagi ku?" Pui Che giok tertegun juga dibuatnya, dia sendiripun kuatir
kalau Hoa In-liong menasehati dan mendesaknya setiap hari.
Tentu dia menginginkan si anak muda itu cepat-cepat pergi,
siapa tahu pemuda itu malah bersikeras untuk mengendon
disitu, pusing juga jadinya.
Sebagai anak gadis, yang masih berusia sangat muda, geli
juga Cia Sau-yan dan Cia Wan sekalian setelah menyaksikan
adegen ter sebut, kontak saja semua orang tertawa cekikikan.
Haputule sendiripun tersenyum, ia lantas memberi hormat
kepada Pui Che giok untuk mohon diri, Hoa In-liong
menghantarnya sampai keluar rumah.
146 Ketika Haputule melihat Pui Che-giok tetap tinggal dalam
ruangan, dia termenung sejenak, kemudian katanya,
"Persoalan mengenai Giok teng hujin adalah masalah penting,
mungkin kau masih kurang jelas"
Tiba-tiba ia menghela napas panjang, kemudian katanya
lebih jauh, "Aku sendiripun agak segan untuk membicarakan
persoalan itu, pokoknya ringkasnya saja Giok teng hujin telah
melepaskan budi kebaikkan yang amat besar untuk keluarga
Hoa, kalian kau jangan lupa untuk menyanyangi Giok teng
hujin berikut segenap anak buahnya, maka kau harus
berusaha keras untuk mmbantu perkumpulan Cian li kau
dalam segala bidang"."
"Liong ji akan mengingatnya selalu dalam hati," kata Hoa
In-liong dengan wajah serius.
Haputule manggut-manggut, dia lantas menggerakkan
sepasang bahunya untuk melompat keudara, dalam beberapa
kali lompatan saja tubuhnya sudah lenyap dibalik kegelapan
malam. Ketika Hoa In-liong balik ke dalam ruangan, ia temui Pui
Che giok masih duduk termangu-mangu disana, ia kuatir
perempuan itu tak senang hati maka dengan suara lembut
katanya "Bibi Pui, apakah kau sedang mencari akal untuk
mengusirku pergi?"
Pui Che giok tertawa geli, "Kau si bocah binal kalau bisa
ingin kugebuk dirimu setengah mati, tapi hatiku tak tega
berbuat demikian."
147

Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tahu bibi pui dan bibi Ku memang selamanya
menyayangi aku," kata Hoa In-liong sambil tertawa.
Tiba-tiba Pui Che giok waspada, kembali pikirnya, "Bocah
ini terlalu licik dan cerdik kalau terlalu banyak bicara, bisa jadi
aku bakal tertipu."
Berpikir sampai disitu dengan wajah serius ia lantas
barkata, "Ji kongcu, meskipun kau berada disini bukan berarti
setiap kali bisa berjumpa denganku, makanya aku berkata
duluan agar ji kongcu jangan menuduh aku tidak menemani
tamunya." Ketika dilihatnya perempuan itu kembali menyebut Ji
kongcu kepadanya, Hoa In-liong lantas berpikir, "Ulet juga
perempuan ini, tampaknya aku musti menguji kesabaran serta
kecerdasanku!"
Sambil tertawa ia lantas berkata, "Bagus sekali! Berkumpul
dengan para cianpwe memang kurang leluasa, mana musti
tunduk mana tak bisa berkutik, aku memang ingin bermain
dengan cici sekalian!"
Pui Che giok tersenyum, ia lantas berpaling ke arah Cia
Sau-yan sembari katanya, "Perintahkan orang untuk
membereskan ruangan sebelah barat, siapkan kelambu dan
selimut, sementara waktu biar Hoa kongcu menginap di
tempat itu?".."
Cia Sau-yan segera membungkukkan badannya sambil
mengiakan, Hoa In-liong pun tidak banyak bicara lagi, karena
waktu sudah menunjukkan kentongan ke empat, mengikuti
Cia Sau-yan ia melewati jalan beralas batu dihalaman tengah
dan menuju ke halaman lain.
148 Tiba-tiba Hoa In-liong teringat dengan pesan Cia In yang
hendak disampaikan oleh Cia Sau-yan kepadanya, ia lantas
bertanya, "Enci Yan, pesan apakah yang hendak kau
sampaikan kepadaku dari sucimu itu?"
Sambil tersenyum Cia Sau-yan melirik sekejap ke arahnya
kemudian berkata dengan murung, "Kemarin pagi kau masih
memanggil kepada kami, dan sekarang panggilanmu sudah
semesrah itu, rupa rupanya kau hendak menggunakan kami
untuk mencapai tujuanmu?"
"Waduuh?"?"..enci Yan memdang pandai membikin
orang menjadi penasaran, masa kau anggap siau-te adalah
manusia semacam itu?" kata Hoa In-liong sambil tersenyum.
Cia Sau-yan ikut tertawa. "Sekalipun benar juga tidak
mengapa, kenapa musti mungkir?"?" katanya lembut.
Hoa In-liong cuma tertawa-tawa dan tidak berbicara lagi.
Waktu itu mereka sedang menyeberangi sebuah jembatan
kecil, tiba-tiba Hoa In-liong berhenti sambil mengawasi gardu
di ujung jembatan sana dengan sinar mata tajam.
"Kenapa?" Cia Sau-yan segera menegur dengan kening
berkerut, "masa cuma kata-kata gurauan semacam itu juga
membuatmu menjadi marah?"
Hoa In-liong gelengkan kepalanya berulang kali sambil
menatap terus ke muka dengan wajah serius tiba-tiba ia
membentak dengan suara dalam dan berat, "Mau apa kau
datang kemari?" Cia Sau-yan sangat terkejut, dengan cepat
dia mengalihkan sorot matanya kea-rah yang dituju,
ternyata dalam gardu tersebut entah sejak kapan telah duduk
seorang kakek berlengan sepanjang lutut, bermuka kering dan
berwajah menyeramkan.
149 "Oooh"..!" dengaa terkesiap gadis itu menjerit kaget, tapi
setelah menyaksikan ikat pinggangnya yang bersimbol naga
perak dan mengetahui bahwa orang itu adalah Seng To-cu,
kakak seperguruan dari Tang Kwik siu, barulah hatinya
menjadi lega. Sementara itu Seng To cu sambil membentangkan
sepasang matanya yang kecil berkata dengan suara
menyeramkan, "Kau tak usah takut, lohu tak akan
melancarkan serangan terhadap seorang siau pwee (angkatan
muda) seperti kau!"
"Aku orang she Hoa juga bukan manusia munafik yang jeri
terhadap orang lain, silahkan turun tangan kalau ingin turun
tangan, orang lain tidak akan menuduhmu menganiaya kaum
siau pwe!"
Seng So-cu segera mendengus dingin.
"Hmm..! Kau masih belum pantas, dimana hwesio tua itu?"
jengeknya sinis.
"Oooh.. rupanya ia sedang mencari Kongkong, jelas ingin
menggunakan kesempatan dikala orang sedang lemah untuk
mencari keuntungan bagi diri sendiri," pikir Hoa In-liong.
Agaknya Seng To cu dapat menebak suara hati Hoa Inliong,
kembali katanya, "Hey Siau pwe! Kau tak usah menduga
yang bukan-bukan, toh tak nanti akan turun tangan terhadap
seseorang yang belum pulih kembali tenaga dalamnya."
"Dia Orang tua tidak berada di kota Si-ciu tampaknya bakal
membuat kekecewaanmu," kata si anak muda itu ketus.
150 "Aku tidak percaya, hwesio tua itu telah menganggapmu
sebagai calon menantunya keluarga Coa, masa ia tidak akan
memperdulikan keselamatan jiwamu?"
Hoa In-liong segera tertawa.
"Lucu amat perkataanmu aku orang she Hoa juga bukan
bocah yang berusia tiga tahun, masa aku tak dapat mengurusi
diriku sendiri."
Setelah berhenti sejenak, katanya lagi sambil tertawa,
"Ayahku berada diperkampungan Liok-soat sanceng, bila kau
ingin beradu kepandaian apa salahnya kalau langsung
mencarinya dibukit Im tiong san,?"!"
Jelas dibalik ucapan tersebut dia maksudkan bahwa Seng
To cu jeri terhadap Hoa-Thian-hong.
Di atas wajah Seng To cu yang kaku dan tanpa emosi itu
terlintas sedikit perubahan, sepasang matanya yang kecil
segera dipentangkan lebar lebar, cahaya hijau yang
menyeramkan segera memancar keluar, jelas ia sudah dibuat
naik darah. Hoa In-liong segera mangerahkan tenaga dalamnya bersiap
sedia, pikirnya dalam hati, "Sorot matanya mencurigakan,
entah kepandaian iblis apa yang dia yakinkan?"
Timbul kewaspadaan dalam hatinya, dengan pancaran sinar
tajam ia balas menatap wajah Seng To cu, sedikitpun tidak
terlintas rasa takut dalam hatinya.
Beberapa kali Cia Sau-yan main memanggil rekan
rekannya, tapi ia takut tindakan tersebut menimbulkan nafsu
membunuh dalam hati Seng To-ca, hatinya menjadi masgul
dan tak tahu apa yang musti dilakukan.
151 Setelah saling bertatapan sekian lama akhirnya Seng To cu
menarik kembali sorot matanya, wajahnya pulih kembali
menjadi kaku, tanpa emosi setelah membebaskan ujung
bajunya, bayangan hitam berkelebat lewat dan tahu-tahu ia
sudah lenyap tak berbekas.
Ia datang secara mendadak, pergi secara Tiba-tiba, pada
hakekatnya para penjaga dari Cian li kau tidak mengetahui
atas kehadiran maupun kepergiannya.
Kesal juga perasaan Hoa In-liong pikirnya, "ilmu silat yang
dimiliki gembong iblis ini sungguh amat lihay, wah kalau Mo
kau sam pai ditunjang oleh jago selihay ini, bahaya juga pihak
mereka itu!"
Cia Sau-yan menghembuskan napas lega, katanya, "Pergi
datangnya gembong iblis ini sangat tiba-tiba dan
mengherankan,aaii?". perkumpulan kami benar-benar telah
dipecundangi olehnya?"?"
Hoa In-liong tersenyum.
"Berbicara dari tingkat kepandaian silat yang dimiliki
gembong iblis itu, sudah barang tentu para peronda biasa tak
akan me-ngetahui jejaknya, untungnya para gembong
gembong iblis tersebut tidak suka menganiaya siaupwee."
"Segera kulaporkan kejadian ini kepada suhu!"
Romantika Sebilah Pedang 3 Golok Halilintar Karya Khu Lung Kisah Pedang Di Sungai Es 11

Cari Blog Ini