Ceritasilat Novel Online

Pendekar Sakti Dari Lembah Liar 7

Pendekar Sakti Dari Lembah Liar Karya Liu Can Yang Bagian 7


Goan Ang berkata:
"Pusaka alam, orang yang berbudi yang baru dapat memilikinya. Jika aku harus mendapatkannya, buat apa
menunggu sampai hari ini, apa lagi adik Pek mempunyai tugas berat, batu pusaka yang didapat karena nasib ini, pasti akan berguna bagi adik Pek, simpanlah, temanmu mungkin sedang dalam bahaya, kita tidak bisa menunggu lagi."
Karena Goan Ang bersikeras tidak mau menerimanya, Pek Soh-jiu juga tidak enak memaksa terus, terpaksa dia menyimpan batu pusaka, mengikuti Goan Ang dan lainnya berlari menuju goa es, keadaan goa es tetap seperti semula, yang berbeda adalah orang yang terkena racun dingin, mereka tampak bertambah kepayahan, setelah mendapat pertolongan Goan Ang menggunakan obat penawar khusus, maka mereka berturut-turut sadar kembali, tianglo Siauw-lim-sie Pek Can taysu pelan-pelan bangkit berdiri, sambil mengangkat alis panjangnya, menyebutnama Budha berkata:
"Goan Sicu akhirnya bisa sadar dan kembali ke jalan benar, aku harus berterima kasih pada Budha atas......"
"Ha ha ha!" Goan Ang tertawa keras dan berkata panjang, "Aku tidak berani membohongi taysu, Aku orang she Goan memang sudah sadar, namun kalau taysu mengatakan atas jasanya pada Budha, orang she Goan sulit bisa menyetujuinya."
"Hemm!" Pek Can taysu berkata, "Sicu berkata begini, tidak tahu apa tujuannya?"
"Mudah sekali, aku menolong kalian semua, hanya untuk menghormati tujuannya adikku saja, ketua tidak tanya dulu sebabnya, malah mengambil kesimpulan sendiri memberikan jasanya pada Budha, bukankah itu akan membuat orang yang memberikan budi, hatinya jadi merasa dingin!"
Pek Soh-jiu tersenyum berkata:
"Kau ini kenapa" Loko, Aku tidak bermaksud menolong orang mengharapkan imbalan......"
Ketua Siauw-lim-sie Pek Hui taysu menegakan satu telapaknya, menyapa pada Pek Soh-jiu berkata:
"Sicu kecil tidak mengingat perlakuan jahat yang telah lewat, kebesaran hatinya begitu besar, selanjutnya aliran Siauw-lim-sie selamanya akan menjadi teman setianya Sicu kecil."
"Terima kasih, tapi......"
Goan Ang menggoyangkan tangan berkata:
"Ketua Siauw-lim-sie sekali bicara akan memegang teguh janjinya, adik kecil tidak perlu menjelaskannya lagi."
Sejenak menghentikan kata-katanya, lalu mengepal tangan menghormat pada Pek Can taysu berkata:
"Dalam peristiwa Yun-liu, Orang she Goan sama sekali tidak ada niat menfitnah Siauw-lim, hanya saja Toa-hweesio kebetulan hadir dipertemuan itu, mengenai nama baik Toa-hweesio, orang she Goan tentu saja akan bertanggung jawab menjernihkannya."
Tiga angkatan tua Bu-tong juga bersamaan mengucapkan terima kasih pada Pek Soh-jiu, mereka juga bersedia membantu pekerjaan Pek Soh-jiu di dunia persilatan dengan sekuat tenaganya dan seluruh kekuatan perguruan.
Goan Ang mengambil kesempatan ini menjelaskan niat Pek Soh-jiu mengatasi mala petaka dunia persilatan, dan juga membalas dendam kematian ayahnya, akan pergi ke bukit Thian-ciat, berharap Siauw-lim dan Bu-tong bisa bersama-sama mendukung-nya, tentu saja masalah ini tidak bisa ditolak, maka dua perguruan besar yang pemimpin dunia persilatan ini, menggabungkan diri ke dalam rombongan Pek Soh-jiu.
Mereka melalui lorong es, hingga ke mulut goa, tapi tidak menemukan Thian-ho-sat-kun dan putrinya, Ouwyang Yong-it dan Sangguan Ceng-hun, setelah berbelok ke lorong rahasia lain, baru bisa berkumpul dengan mereka, ternyata Thian-ho-sat-kun banyak akalnya, dia tidak saja bisa menghindarkan serangan hawa dingin, juga bisa menemukan jalan rahasia menuju ke belakang lembah, ini malah jadi menghindarkan beberapa kesulitan.
Sekarang, serombongan pesilat tinggi yang terdiri dari orang biasa, hweesio dan pendeta To, berada dalam perjalanan menuju ke bukit Thian-ciat, di pimpin seorang tua tinggi besar, rambutnya putih berbaju merah, dibelakangnya mengikuti tiga laki-laki tiga wanita, dengan baju berkibar-kibar, berjalan memimpin di depan.
Di belakang mereka ada Jit-kaw Kokcu, Pek-tok-lo-cia Bong San-san dengan delapan pesilat tinggi dari lembah Jit-kaw, mereka semuanya adalah laki-laki bertubuh tegap, berrambut panjang terurai menutup bahu, berbaju ketat menyandang pedang, di belakang orang-orang lembah Jit-kaw, tampak Goan Ang dan Im-yang-sam-ih, Peng-kok-pat-hiong, paling belakang adalah murid-muridnya Siauw-lim dan tiga angkatan tua Bu-tong.
Kekuatan rombongan ini sangat mengejutkan, jika mengatakan masih ada orang yang berniat mengusik mereka, ini tidak bedanya dengan serangga menerjang api, mencari jalan mati sendiri, tapi Pek Soh-jiu sedikit pun tidak berani berpikiran gegabah, dia tahu di dalam dunia persilatan, banyak sekali orang-orang tidak menggunakan aturan, yang melihat keuntungan lupa kesetia kawanan, dari tempatnya sekarang ke bukit Thian-ciat jaraknya masih ribuan lie, hidup mati beruntung atau mala petaka, masih dalam tanda tanya.
Bukit Thian-ciat tadinya adalah nama gunung Suku, sepuluh li diutara kabupaten Jin-ciu provinsi Su-cuan, di puncak gunung ada tebing batu seperti benteng kota, makanya juga disebut gunung Si-ceng, diakhir dinasti Si-wie, pejabat Kang-ciu Lu-teng menyerang pemberontak Liauw-jin, para orang-orang Liauw menduduki gunung untuk bertahan, ada seorang jendral yang mampu menahan serangan ribuan tentara karena keadaan gunungnya, setelah Lu-teng dan The Cu-lo memancing musuhnya dibawah gunung, baru dapat mengalahkannya. Bisa dibayangkan keadaan gunungnya yang begitu strategis, untungnya Thian-ho-sat-kun, tadinya juga pemilik gunung Thian-ciat ini, dia hafal sekali akan keadaan gunungnya, maka kesulitannya tidak terlalu banyak.
Mereka merencanakan dari Jin-hoa, melalui selatan An-hwi, menerobos Ho-pak langsung ke Su-cuan, namun baru saja tiba di sebelah tenggara Yam-su, sudah bertemu dengan beberapa orang yang mencari masalah.
Masih berjarak setengah lie dari kabupaten Yam-su, di pinggir jalan ada sebuah hutan yang lebat, Wie Pui-hoa dan Giok Ie-ko dari Thian-ho-leng memimpin sepuluh lebih pesilat tinggi, sedang menanti di pinggir hutan menunggu kedatangan mereka.
Begitu bertemu musuh, mata menjadi sangat terang, Giok Ie-ko langsung datang menyambut sambil
mengangkat alis berkata:
"Orang she Pek, hari ini bisa melarikan diri, besok tidak akan lolos, aku akan memberi kau satu kesempatan lagi."
Satu sinar membunuh, menyorot keluar dari sepasang matanya Pek Soh-jiu, berkata:
"Aku sedang mendengarkannya."
"Bawa istrimu dan ikut aku ke Thian-ciat-leng untuk menerima hukuman......."
"Mmm, memang benar satu kesempatan yang bagus sekali, tapi aku juga ada satu permintaan kecil pada nona!"
"Ooo, coba katakan."
"Nona dengan Sucimu, akan kuberi kelonggaran, kalau orang yang lain" Cukup tinggalkan sedikit tanda mata saja."
Selesai berkata itu, terdengar sebuah suara teriakan yang seperti geledek, lalu melayang keluar satu bayangan orang yang kurus, gerakan dia menimbulkan angin keras, keadaannya sangat menakutkan orang, dalam hati Pek Soh-jiu tahu ilmu silat orang ini sangat hebat, diam-diam memusatkan tenaga dalamnya, lalu melihat pada orang itu.
Dia adalah seorang yang tinggi kurus seperti sebatang bambu, dibawah bajunya yang sampai kelutut, tampak sepasang kaki dibungkus kulit berbulu hitam, tampangnya membuat orang tidak ingin melihatnya, wajahnya yang kurus hanya ada kulit tanpa daging, tertanam dua butir mata yang bersinar, dia melotot pada Pek Soh-jiu, berkata dingin:
"Bocah! Kau ini yang ingin kutinggalkan sedikit tanda"
He he he, biar aku congkel dulu sepasang matamu."
Habis berkata orang ini langsung mengeluarkan serangan, gerakannya sangat lincah, lengan kanannya dijulurkan, malah bisa mencapai lima kaki, lima jarinya yang kurus kering dengan angin serangannya, hampir saja menotok diatas wajahnya Pek Soh-jiu.
Wajah Jit-kaw Kokcu Bong San-san sedikit berubah, dia takut Pek Soh-jiu tidak tahu kelihayannya orang ini, buru buru teriak:
"Adik Pek! Dia adalah seekor naga beracung sepuluh jarinya telah dioles dengan racun mematikan, ilmu Tong-pik-kang (ilmu memanjangkan tangan) dan Tai-eng-jauw (Elang cakar besar) nya bisa disebut salah satu ilmu terhebat di dunia persilatan! Kau harus hati-hati sedikit!"
Tangan yang telah dijulurkan oleh Tok-jauw-kauw-liong (Cakar beracun naga durhaka), mendadak ditarik kembali, sepasang bola matanya berputar-putar, menatap Bong San-san dengan bangganya berkata:
"Nona Bong! Kau mengatakan bocah ini adalah adikmu"
Keek, kenapa bukan dari tadi kau katakan, hampir saja Ciang Pu-hai melakukan kesalahan besar!"
"Hemm!" dengan dingin sekali Bong San-san berkata,
"Kau tidak perlu memuji, Bong San-san juga tidak akan menerima penghormatanmu."
Tok-jauw-kauw-liong Ciang Pu-hai "Ha ha ha!" Nona Bong! Kita sama-sama orang ternama di dunia persilatan, sepuluh tahun berhubungan, tidak terhalang oleh panas atau dingin, apakah kau sedikit pun tidak ada perasaan?"
Bong San-san mencibirkan bibirnya:
"Kau lebih baik mengaca dulu dalam air kencing sendiri, lihat wajahmu yang sejak dilahirkan sudah memalukan."
Wajah Ciang Pu-hai berubah, dengan marahnya
menatap pada Pek Soh-jiu berkata:
"Bagus, bagus, biar aku bunuhmu dulu, supaya putus harapan wanita kecil itu." Habis bicara, bayangan telapak memecah angin, lima jari sedahsyat gunung runtuh, gelombang laut menerjang, mencengkram ke arah bahu Pek Soh-jiu.
Pertama-tama Pek Soh-jiu mengerahkan tenaga
dalamnya untuk mengerakan sinar ungu Thian-can-cu di dalam dadanya, lalu sembarangan memungut sebatang ranting pohon, pergelangan tangan sedikit digetarkan, dengan cepat menotok keluar, ujung ranting memecah angin seperti anak panah, langsung menusuk kearah telapak tangannya Ciang Pu-hai yang datang.
Ciang Pu-hai mendengus, lengan kanannya ditarik, telapak tangan kiri berganti menyerang keluar, meski jaraknya kurang lebih lima kaki, tapi begitu menjulurkan tangan, langsung mencapainya, terlihat hanya dalam sekejap, jari kurus keringnya itu, sudah mencapai dibawah ketiaknya Pek Soh-jiu.
Pek Soh-jiu terkejut, dia tidak menduga Tong-pik-kang nya Ciang Pu-hai sedemikian lihaynya, sekali tidak menduganya, hampir saja dia terkena serangan lawan.
Untungnya dia memiliki tenaga dalam latihan seratus tahun, jalan darahnya bisa dengan otomatis berubah tempat, jika tidak, hanya dalam satu jurus ini saja, dia sudah tidak bisa mundur dengan selamat.
Namun hati Ciang Pu-hai lebih terkejut, sebab dia sudah mengerahkan delapan puluh persen tenaga dalamnya, tepat mengenai jalan darah besar Thian-su lawannya, asalkan tubuh manusia yang dibentuk oleh darah dan daging, walau tidak mati, juga akan mengalami luka parah, apa lagi diatas jarinya, telah dilumuri racun mematikan, walau pun punya tenaga dalam pelindung tubuh, juga sulit menahan serangan racunnya, sekarang dibawah dua serangan mematikan, dia malah sedikit pun tidak berhasil, malah jari tangan kiri dan tulang pergelangannya, telah remuk oleh getaran tenaga dalani, lawannya.
Tok-jauw-kauw-liong yang sudah sepuluh tahun meraja lela di dunia persilatan, malah telah diremukan sebelah
tangannya oleh seorang Boanpwee dalam satu jurus, bukan saja ini penghinaan yang tidak pernah dia alami seumur hidupnya, juga hal yang hampir membuat orang sulit untuk bisa mempercayainya, namun kenyataannya sudah terjadi di depan mata, sakit yang menyayat hati membantah keraguan hatinya, tapi dasar sifatnya licik, dia sudah biasa tidak mempedulikan aturan dunia persilatan, dalam hati walau pun bencinya sampai ingin memakan bulat daging Pek Soh-jiu, akhirnya ditahan sebab ilmu silatnya kalah dari musuhnya, sambil memegangi tangan yang remuk dia mundur tiga langkah kebelakang, mulutnya tertawa aneh berkata:
"Orang she Pek, berani sekali diam-diam kau melukai orang" Baiklah, lewat hari ini masih ada hari esok, asal aku tidak mati, pasti akan membalaskan dendam ini."
Pek-tok-lo-cia dengan sinis berkata:
"Aku dengar sekecil apa pun dendam Tok-jauw-kauw-liong pasti membalasnya, dendam karena tangan remuk, buat apa menunggu hari lainnya?"
Ciang Pu-hai marah sekali, dia teriak:
"Wanita hina! Walau pun aku terkena serangan gelap, ingin membunuhmu itu bukan hal yang sulit."
"Hemm!" Pek-tok-lo-cia berkata dingin, "Walau aku tidak suka memukul anjing yang sudah jatuh kedalam air, jika kau bersiteguh ingin mencari mati, terpaksa aku meluluskan." Dari dalam satu kantong kulit, dia mengeluarkan sarung tangan yang mengeluar-kan sinar perak, dengan gerakan yang sangat cepat memakainya, lalu dengan wajah dingin, berkata:
"Menyesal" Orang she Ciang panggil tiga kali nona besar, merangkak di tanah menyembah dua kali, asal Bong
San-san senang, mungkin akan mengampuni nyawa anjingmu."
Ciang Pu-hai jadi sedikit sedikit menyesal, sebab ilmu silatnya tidak lebih tinggi dari Bong San-san, sekarang tangan kirinya tidak bisa digunakan, bagai-mana dia bisa melawan Jit-kaw Kokcu! Hanya saja kata katanya Bong San-san terlalu keji, walau kulit wajah lebih tebal lagi, juga sulit bisa menahan amarah ini. terpaksa sepasang ahli menggunakan racun ini, melaku-kan pertarungan yang amat sengit.
Disisi lain, Wie Pui-hoa dengan Siau Yam juga sedang bersitegang, sudah diambang pertarungan. Sebabnya adalah Wie Pui-hoa dengan kedudukannya sebagai kakak tertua di perguruan, ingin Siau Yam menerima hukuman peraturan perguruan, karena Siau Yam sudah tahu akar persoalannya, tentu saja tidak mau menyerah begitu saja, terakhir, Wie Pui-hoa dengan mengeluh panjang berkata:
"Sam-sumoi begini keras kepala tidak mau sadar, Suci jadi tidak bisa mempertimbangkan hubungan kita sebagai saudara seperguruan." Thian-ho-leng di tangannya dilambaikan ke belakang, sepuluh lebih pesilat tinggi dari perguruan Thian-ho yang berwajah sadis, semuanya langsung maju menyerang.
"Ha ha ha!" Ouwyang Yong-it tertawa, "Adik Sangguan!
Mari kita ikut meramaikannya."
Sangguan Ceng-hun menyahut:
"Baik." Maka mereka bersama-sama keluar maju", menerjang, menyambut pesilat tinggi perguruan Thian-ho bertarung sengit.
Pek Soh-jiu, Siau Hun, Siau Yam, Su Lam-ceng, juga meloncat keluar, masing-masing menghadang beberapa musuh, melakukan pertarungan seru.
Pek Soh-jiu tetap dengan ranting pohonnya, melawan lima pesilat tinggi, ranting pohonnya bergerak kemana, menimbulkan angin keras, walau lawannya banyak, dia tetap saja masih kelebihan tenaga.
Siau Hun bertarung dengan tiga orang pesilat tinggi, Su Lam-ceng juga menggunakan pedang Im-cu, memaksa dua orang murid perguruan Thian-ho mempertahankan nyawanya, hanya Siau Yam bertarung satu lawan satu, dengan Ji-sucinya Giok Ie-ko, Suci dan Sumoi ini bertarung seimbang, didalam perguruan Thian-ho satu satunya yang tidak bertarung, tinggal Wie Pui-hoa seorang, dengan sepasang alis berkerut, wajahnya serius, diam tidak bersuara mengawasi seluruh lapangan pertarungan, dia tampak terkejut keheranan.
Dia didalam hati dia berpikir, prajurit yang berpisah tiga hari, sungguh harus dilihat dengan mata yang berbeda, tingginya kepandaian Pek Soh-jiu, sudah membuat hatinya terkejut, malah dengan penampilan Siau Yam hari ini belum tentu dia bisa menandinginya, kelihatannya pertarungan hari ini, murid-murid perguruan Thian-ho akan mengalami kekalahan total.
Tapi, sebagai murid tertua perguruan Thian-ho, walau pun mati berlumuran darah dalam pertarungan, juga tidak boleh melarikan diri, maka dia menghentakan kakinya, akan langsung menerjang ikut kedalam pertarungan.
Mendadak, satu tiupan angin yang dingin sekali, pelan-pelan meniup kerubuhnya, dalam pikirannya dia ingin menghentakan kaki, melayangkan bendera menyerang musuh, tapi dia tidak bisa memerintahkan tubuhnya, jelas
jelas dia merasakan akan meloncat, hasilnya malah sedikit pun tidak bergerak, keterkejutan ini, hampir membuat dia mati ketakutan, hingga sampai Thian-ho-sat-kun melangkah ke depan dia, baru sadar ketika angin dingin menerpa dirinya, jalan darah dia sudah tertotok.
Thian-ho-sat-kun mengambil bendera Thian-ho-leng dari tangannya, mulutnya dengan tegas membentak:
"Kau murid perguruan Thian-ho?"
"Benar, Cianpwee."
"Lalu siapa pemilik Thian-ho-leng ini?"
"Guru ku Ang-kun-giok-hui Hai Keng-sim."
"Baik, kau pulang beritahu dia, dalam waktu setengah tahun, aku pribadi akan datang ke Su-ceng."
"Sebutan Cianpwee adalah......"
"Siau Ji-po."
"Aku sudah mengingatnya."
"Baik, pergilah."
Satu angin dingin yang lembut namun tidak bisa ditahan, menerbangkan pada dirinya, dia tidak mampu
menghentikan tubuh, tapi merasakan tenaga dalamnya mulai lancar, jalan darahnya sudah terbuka kembali, maka dengan menusatkan tenaga dalamnya, di saat luncuran tubuhnya akan habis, dengan pelan dia turun di atas tanah, tempat dia berdiri, sudah menjauh sepuluh tombak lebih dari lapangan pertarungan.
Dengan bengong dia menatap Giok Ie-ko yang lari.
sempoyongan mendekatinya, lalu melihat mayat-mayat'
anak buah Thian-ho-leng yang bergelimpangan dilapangan pertarungan, rasanya seperti mimpi buruk, lama... dua
orang Suci Sumoi yang lolos dari maut, dengan sedih lari meninggalkan tempat itu.
Untuk pertama kalinya Pek Soh-jiu mencoba
kepandaiannya setelah dia sukses melatih ilmu silat. Thian-ho-leng yang disegani oleh ratusan perguruan itu tampak seperti rumput kering, sehingga setelah pertarungan di Yam-su, dia menjadi seorang pesilat hebat yang diketahui oleh semua orang, perguruan yang tidak mau diperbudak Thian ho-Ieng, tidak tanggung lagi datang menggabungkan diri, kekuatan dan ketenarannya bisa dikatakan tidak pernah ada di dalam sejarah.
0-0dw0-0 BAB 9 Pertarungan di pegunungan Thian-ciat.
Ci Leng-sia, disebut juga Ih-leng, berada dua puluh lima li di barat daya Ih-tiang provinsi Ho-pak, adalah pintu pertama sungai Kau mengalir masuk ke Cuan, aliran sungai dari hulu turun mengalir deras setelah lewat Ci Leng-sia baru alirannya menjadi datar, makanya Ci Leng-sia biasa disebut juga Peng-san-pa.
Saat ini matahari senja bersorot, awan bergelombang di depan Peng-san-pa, berlabuh sepuluh lebih perahu kecil berlayar tunggal, mereka seperti pasukan perahu yang terorganisir, saat bergerak, tampak sangat teratur dan rapi.
Satu suara seruling yang memekak seperti membelah batu, terdengar dari salah satu perahu kecil, seperti awan melayang, air mengalir, di langit, di sungai, di bukit yang menjulang ke awan, menggema!
"Gunung menyapa awan tipis, langit menambah gelombang kotor, di sudut gambar suara terputus di pintu.
Sementara menghentikan peperangan, untuk memancing keluar gentong mas. Berapa banyak masa lalu di dunia persilatan, hanya gema kosong, asap bergulung gulung. Di luar mentari senja, beberapa gagak terbang, aliran atf memutar di kampung menyendiri..."
Ini adalah sebuah Boan-teng-pui, syair yang langsung diciptakan menurut pemandangan yang di lihat, sangat menyentuh hati, sayang di dalam syairnya penuh rasa malas-malasan dan sedih kesepian.
"Haai!" baru saja suara seruling berhenti, seorang nyonya muda yang berpakaian ringkas warna biru langit mengeluh:
"Adik Ciu! Harapan membalaskan dendam sudah ada di depan mata, dendam akan segera terselesaikan, kau.......seharusnya bisa berlega hati."
Remaja baju putih yang meniup seruling terdiam sejenak berkata:
"Kata-kata Cici Hun benar, namun di dunia persilatan ini banyak perubahan-dan jebakan, Thian-ciat-leng bukan saja sangat berbahaya seperti goa macan, To Cu-an juga seorang yang tidak mudah dihadapi! Apa lagi membalas dendam adalah masalah kita, sekarang..."
"Adik Ciu jadi orang jangan merendahkan diri sendiri, dengan kepandaian kita suami istri, menghadapi para kecoa ini rasanya tidak perlu khawatir."
Sepasang suami istri yang sedang berbincang ini adalah Pek Soh-jiu dan Siau Hun yang datang dari lembah es, mereka berdua sambil meniup seruling, berbicara terhadap masalah yang akan datang, tampaknya diam-diam sedikit merasa khawatir, saat ini Su Lam-ceng dan Siau Yam sudah
datang ke depan perahu, mencibirkan bibir munggilnya, Siau Yam berkata:
"Ada apa" kita sekarang ini bukan sedang mengadakan pertemuan, Kenapa harus merasa gelisah segala?"
Su Lam-ceng melanjutkan:
"Perjalanan, kita ini sudah membuat tidak sedikit perhatian teman-teman dunia persilatan, orang orang ini campur aduk, ada yang baik ada yang tidak, maksud tujuannya juga sulit diduga, apa lagi kecuali To Cu-an, hubungan kita dengan Thian-ho-leng sangat rumit, Ciu koko kenapa tidak mengambil sebuah keputusan terhadap orang-orang ini, semua orang ini tolak saja secara halus!"
Pek Soh-jiu berkata:
"Benar adik Ceng, aku juga sedang berpikir demikian."
Dia segera memusatkan tenaga dalamnya, lalu bersiul panjang seperti dengungan naga, diatas perahu perahu kecil itu, tidak lama bayangan orang datang berseliweran, semuanya keluar oleh siulan Pek Soh-jiu, lalu mata Pek Soh-ciu menyapu ke sekeliling, dengan keras berkata:
"Kalian jauh-jauh sudah datang kemari, ingin bersama-sama melakukan pekerjaan menegakan kebenar an, aku she Pek terlebih dulu mengucapkan banyak terima kasih atas kesetia kawanan kalian."
Berhenti sejenak lalu melanjutkan:
"Namun membalas dendam, menagih hutang, adalah masalah pribadiku, tujuan kalian walau pun baik, namun aku she Pek sulit menerimanya......"
"Menghabisi setan melindungi kebenaran, wajib bagi setiap orang, Pek Siauhiap bagaimana boleh menolak orang?"
Pek Soh-jiu melihat orang yang bicara itu, adalah Gin-ie-siu-su (Sastrawan baju perak) Gouw Soh-cian, maka dia mengepal sepasang tangan berkata:
"Mana berani aku tidak sopan begitu, hanya saja " tidak berani menanggung tanggung jawab karena bantuan orang lain, jika kalian berkeinginan keras mendatangi Thian-ciat-leng, silahkan kalian melalui jalan lain, bagaimana?"
Ketua perkumpulan Ci-yan Liu Giauw-kun yang berada diatas perahu kecil lainnya, berkata:
"Sebutan berhasil karena bantuan orang lain, malah kami merasa pantas, tapi seperti anak panah yang sudah di pasang diatas busurnya mau tidak mau harus dilepas, Pek Soh-jiu ingin menghindar dari kita, mungkin sulit memenuhi harapannya."
Siau Hun mengangkat alis berkata:
"Mungkin hal ini tidak bisa kau putuskan sendiri."
perkataannya berhenti sejenak, lalu melanjut-kan:
"Jika kalian bisa menuruti apa yang dikatakan suamiku, kami akan tetap menerima persahabatan kalian, tapi jika ada orang yang masih berani mengikuti di belakang kami suami istri, maka jangan salahkan kami berbalik menjadi marah!"
Siau Hun mengangkat sepasang alisnya, mata-nya mengandung hawa membunuh, Leng-bin-sin-ni yang namanya telah menggemparkan dunia persilatan, kharismanya masih tetap menakutkan orang, dibawah wajahnya yang serius, Liu Giauw-kun tidak berani berbicara lagi!
Perahu-perahu kecil pun bubar, setelah beberapa saat, di depan Peng-san-pa, hanya tinggal orang-orang lembah es,
Jit-kaw-kok, Siauw-lim, Bu-tong, dan Pek Soh-jiu, yang menggunakan empat perahu
Keesokan harinya, mereka melaju naik melawan arus, terus sampai tiba di Pat-tong, tidak terjadi peristiwa apa-apa, dilanjutkan naik keatas. Bu-sia yang ternama diseluruh negeri itu, panjang keseluruhannya seratus enam puluh li, kedua sisi tebingnya menjulang tinggi ke langit, batu cadasnya berlapis lapis, matahari pun tidak bisa menembus, disaat hari terang, hutan tidak dingin, sering terdengar pekikan suara monyet kesepian, membuat orang merasa pilu, makanya ada dongeng yang mengatakan, "Tiga lembah Pat-tong, panjangnya Bu-sia, kera menyerit tiga kali, air mata membasahi baju".
Empat hari kemudian, mereka mendapatkan angin yang searah, sehingga empat perahu berbaris, melaju masuk ke dalam Bu-sia.
Di Bu-sia aliran airnya deras dan berputar, sangat berbahaya sekali untuk dilalui, namun pemandangannya indah dan megah, pemandangan indah yang sulit seumur manusia hidup, Pek Soh-jiu yang pertama kali datang kesini, tentu saja sangat menikmati pemandangan ini.
Melewati Cian-ce di Bu-sia, pendayung perahu harus menepikan perahu ke pantai, untuk pergi kekota kabupaten membeli perbekalan makanan, setelah pergi beberapa jam, tidak nampak ada tanda-tanda mereka kembali, hingga awak perahu lainnya menyusul pergi kekota kabupaten, tapi dari tengah hari hingga hari menjadi gelap, dua gelombang awak perahu yang mau membeli perbekalan malah seperti burung terbang entah kemana, jelas, kota kecil kabupaten yang terpencil ini, mungkin satu tempat yang mencurigakan, sehingga, Pek Soh-jiu membawa kakak beradik Siau, dengan Goan Ang, Bong San-san, Ouwyang
Yong-it, Sangguan Ceng-hun, pergi kekota kabupaten untuk menyelidiknya. *
Kota kabupaten Bu-san tidak besar, namun karena^
berada diantara Ku-tang-sia dan Bu-sia, perahu yang naik turun disungai, kebanyakan berhenti disini sehingga rumah makan dan penginapan, menjadi usaha yang paling menonjol di kota kabupaten ini.
Pek Soh-jiu dan kawan-kawannya berkeliling satu putaran di kota kabupaten ini, sepuluh lebih awak perahu itu, seperti mendadak hilang diatas bumi, sampai mencari ke setiap pelosok kota, juga tidak menemukan jejak mereka, yang paling mengherankan adalah muridnya Kai-pang ada diseluruh dunia, tapi dikota ini, malah satu pun tidak ada jejak pengemis, Sangguan Ceng-hun tidak bisa menemukan satu orang pengemis pun.
Akhirnya mereka berkumpul di satu rumah makan yang namanya Ki-cian, Ouwyang Yong-it pertama memesan dulu tiga kati arak putih yang paling bagus, lalu ditambah dengan beberapa masak masakan kecil, siapa tahu pelayan rumah makan dengan sekali mendengus dingin berkata:
"Maaf, masakan di rumah makan kami telah habis, silahkan ke rumah makan lain saja."
Ouwyang Yong-it sedikit tertegun, dia berkata:
"Pelayan, kau takut kami tidak mampu bayar?"
Pelayan itu dengan kaku berkata:
"Walau uang anda segunung, sayang rumah makan kami tidak beruntung bisa menikmatinya!"
Ouwyang Yong-it melihat tamu lainnya, masih tetap sedang menambah masakan dan araknya, tidak tahan dia menjadi marah berkata:
"Ini artinya kalian tidak ingin berdagang dengan kami.
Betul tidak?"
"Anda betul, terhadap orang yang tidak jelas asal usulnya, kami tidak melayani."
"Ha ha ha!" Ouwyang Yong-it tertawa katanya:
"Tidak diduga kota kecil di gunung ini, bisa ada banyak jagoannya, pelayan! Apakah kau tahu siapa kau ini?"
Pelayan melirik padanya dengan dingin berkata: "Oh-kui, tidak bisa dihitung sebagai orang yang terpandang, berada dikota kami, anda lebih baik merendah hati sedikit!"
Ouwyang Yong-it terkejut, dia menyadari kota kecil ini, benar-benar tidak sederhana, namun orang seperti dia yang namanya sudah termasyur di dunia persilatan, mana bisa menerima penghinaan dari seorang pelayan seperti ini, walau pun tahu lawan tidak mudah ditaklukan, tapi bagaimana pun dia tidak bisa menerima penghinaan ini, maka segera sepasang tangannya menekan meja, tubuh melayang tangan dijulurkan, lima jarinya dibuka, dengan keras mencengkram ke arah bahu pelayan itu.
"Aku sudah katakan, anda lebih baik merendah hati, sekarang...he he he, terpaksa aku memberimu sebuah pelajaran."
Seorang pelayan, malah bisa bicara dengan nada yang mengejutkan orang, Pek Soh-jiu dan kawan kawan yang melihat dari pinggir, walau semuanya marah, namun Ouwyang Yong-it sudah bergerak duluan, terpaksa mereka sementara jadi penonton, tidak diduga pesilat tinggi ternama seperti Ouwyang Yong-it ini, dalam marahnya mencengkram, malah sudut baju pelayan ini pun tidak terkena.
Ouwyang Yong-it tertegun, lalu dia tertawa keras berkata:
"Tidak disangka salah seorang dari Kang-pak-siang-eng (Sepasang pendekar dari utara sungai), malah mau merendahkan diri menjadi seorang pelayan rumah makan!
Akhir dari seorang petualang, sungguh mem-buat orang prihatin......"
Wajah pelayan itu berubah, katanya:
"Ikan yang berenang di dalam tempurung, berani juga berbicara sembarangan, sungguh tidak sayang nyawanya!"
Goan Ang tertawa memotong:
"Setelah berpisah di Yun-liu, ternyata Ki Tayhiap sudah mendapatkan majikan kuat, sungguh hal yang sangat menggembirakan, kita tidak perlu banyak basa basi lagi, mahon tanya siapa majikan anda itu" Silahkan panggil keluar, biar kita berkenalan."
Ki Ie-beng berkata dingin:
"Sama-sama, orang she Ki memang rela menjadi bawahan orang, bukankah Goan Tayhiap juga sama menjadi budak orang!"
Goan Ang berkata tawar:
"Kang-pak-siang-eng bisa dihitung terhebat di antara angkatan muda, tidak diduga sekali jatuh semakin hari semakin dalam, tampaknya kelakuan seseorang sehari-hari, sedikit pun tidak boleh tidak lengah!"
Wajah Ki Ie-beng kembali berubah lagi, dari dalam dadanya mengeluarkan sebuah bendera kecil dari sutra, begitu tangannya terayun, bendera sutra itu mengeluarkan suara berdesis terbang kearah dada Pek Soh-jiu.
Ouwyang Yong-it dan Goan Ang melihat dia mengarah ke Pek Soh-jiu, mereka tersenyum saling pandang, lalu mundur ke tempat mereka semula, mereka tahu ilmu silatnya Pek Soh-jiu, di dunia persilatan masa kini, mungkin sudah tidak ada orang yang bisa menandinginya, Ki Ie-beng mengarahkan pada dia, bukankah sama dengan mencari jalan mati sendiri!
Tapi sebelum Pek Soh-jiu bergerak, Siau Yam yang ada disisinya sudah mengulurkan tangannya, menerima bendera sutra yang datang dengan kekuatan dahsyat, terlihat diatasnya tertulis:
"Orang she Pek, jika bukan kau yang hidup, pasti aku yang hidup, aku tunggu kau di bukit Song-boan, yang tidak datang adalah anak kura-kura."
Nada tulisannya kasar, jelas yang menulis sedang marah, di bagian bawah bendera sutra, ada gambar seekor srigala yang sedang beraksi.
Wajah Siau Yam menjadi dingin, telapaknya digetarkan sambil berkata:
"Kukembalikan." Ssst..... bendera sutra itu dengan bentuk lemparan berbeda, melayang pelan ke arah Ki Ie-beng, baru saja Ki Ie-beng akan mengulurkan tangan menangkap, mendadak terdengar suara "Paak!", bendera kecil itu hancur menjadi potongan kecil-kecil, seperti dilemparkan dengan jurus Boan-thian-hoa-ie, semuanya mengarah pada jalan darah kematikannya Ki Ie-beng, saudara tertua dari Kang-pak-siang-eng ini, tidak ada kesempatan membela dirinya, nyawanya begitu saja melayang sia-sia.
Tentu saja, di dalam rumah makan Ki-cian ini, bukan hanya ada Ki Ie-beng saja, namun kehebatan ilmu silat Siau Yam tadi terlalu mengejutkan semua orang, kecuali
terdesak sekali, siapa pun tidak berani mempertaruhkan nyawanya, maka pesanan masakan mereka jadi mendapat pelayanan dan menyediakan beberapa masakan untuk orang-orang di dalam perahu.
Setelah makan kenyang, mereka berniat akan pergi ke bukit Song-boan, jika Oh-long berani muncul, Pek Soh-jiu bagaimana pun tidak akan melepaskan otak pembunuh ayahnya ini.
Dari dua belas bukit Bu-san, bukit Coh-yang paling tinggi, bukit Sin-ni paling indah, bukit Song-boan paling berbahaya. Jika Oh-long menduduki tempat yang paling berbahaya ini, pasti telah menyiapkan satu strategi yang sangat keji. Tapi istilahnya, meski tahu di dalam gunung ada harimau, tetap saja ingin masuk mengambil kayu bakar, mana mungkin Pek Soh-jiu takut pada Oh-long!
Berangkat dari kota kabupaten, sampai di pegunungan sudah nampak hari akan gelap, dalam hati Pek Soh-jiu tahu di dalam dua belas bukit yang megah ini, mungkin telah penuh dengan jebakan mematikan, apa lagi jarak pandangan kurang jelas, suasananya tepat untuk menggunakan Ngo-tok-tui-hun-cian, maka dia melepaskan Sian-giok, menyuruh ular pintar itu membuka jalan, membersihkan musuh yang tersembunyi.
Mulai dari bukit Sin-cian, ular pintar Sian-giok sudah menampakan kehebatannya, para penyerang gelap yang bertopeng hitam yang menghadang jalan itu, tidak satu pun bisa lolos dari kematian, Sian-giok meloncat-loncat berkelebat, bolak-balik menggigit, di dalam bebatuan yang gelap, tidak henti-hentinya terdengar suara jeritan mengerikan.
Hal ini sulit bisa diduga oleh Oh-long To Cu-an, jaringan penyerang gelap yang sudah diatur dengan susah payah,
sebelum melihat bayangan musuh, semua sudah tewas tidak tersisa.
Sekarang, Sian-giok sudah kembali, di dalam kegelapan hening sekali.
Mereka melewati bukit-bukit Sin-cian, Teng-lung, Ki-in, Hui-hong, masuk ke dalam hutan yang pohon-pohonnya besar-besar.
Seperti setan iblis berteriak mengeluh kesedihan, pekikan kera yang kesepian, membuat hati orang menjadi tegang, malam yang gelap terasa menyeramkan, juga mengandung banyak suasana misterius.
Tentu saja, dalam pandangan para jago-jago dunia persilatan, semua ini tidak ada pengaruhnya. Tapi yang paling terasa diantara mereka, ada tiga orang wanita yang agak lemah!
Malam gelap gulita, takut serangga dan ular, adalah kelemahan umum para wanita. Walau kakak beradik Siau, Bong San-san, adalah orang yang telah menggemparkan dunia. Namun saat di tempat ini, tetap saja tidak bisa terlepas dari kelemahan sifat wanita yang alami, mungkin karena ilmu silat Pek Soh-jiu yang paling tinggi, bukan saja kakak beradik Siau, sampai Jit-kaw Kokcu Bong San-san pun, setiap langkahnya terus menempel di dekat Pek Soh-jiu.
Setelah lewat dua jam, mereka masih berlari di dalam hutan lebat, yang lebatnya sampai langit pun tidak terlihat, dan jarak pandangnya semakin terbatas, akhirnya sampai mengulurkan tangan juga tidak bisa melihat lima jarinya.
Setelah beberapa saat berjalan meraba-raba, dalam hati Pek Soh-jiu berteriak celaka, karena menurut pendengaran dia yang tajam, yang mengikuti di belakang dia, hanya
tinggal satu suara derap kaki yang lemah, dia mendadak menghentikan langkah berkata:
"Apakah ini adik Yam" Dimana cici Hun dan yang lainnya?"
"Tidak tahu, Ciu......aku takut......" sebuah tangan yang lembutnya seperti tidak ada tulangnya, merangkul lengannya, tubuh yang seperti ular, menempel padanya, menggosok-gosok rubuhnya seperti yang ingin masuk ke dalam tubuhnya saja.
"Jangan takut, adik Yam! Di dalam hutan lebat ini, mungkin adalah satu barisan yang sangat rumit, kau duduklah terlebih dulu, biar aku dengan tenang memikirkannya."
"Sudah tidak keburu, Ciu koko, kau dengar...."
Tidak salah, musuh sudah datang tidak sedikit, terdengar suara langkah kaki yang sangat ringan sekali, mungkin mereka pesilat tinggi yang ilmu silatnya sangat tinggi sekali.
Satu hawa pembunuhan yang dahsyat, keluar di wajahnya, dia mendengus sekali, berkata:
"Ikuti terus aku, adik Yam, kita......bunuh......"
"Tapi...... Ciu koko, aku......telah kehilangan senjata......"
"Jangan khawatir, gunakan pedang panjang ku saja."
"Tidak, di dalam rimba yang lebat, pedang panjang lebih berguna dari pada Pouw-long-tui, kau berikan saja Pouw-long-tui padaku, aku ikuti kau, mungkin aku tidak perlu ikut bertarung!"
"Baik." Dia memberikan Pouw-long-tui pada orang di sisinya, mulutnya berteriak nyaring, langsung menggulung kearah tempat suara langkah kaki.
Pedang panjang seperti naga marah, melakukan serangan dahsyat yang membabi buta, dia hanya mengandalkan pendengarannya, namun gerakan pedangnya tidak satu pun meleset.
Musuh walau pun orang orang pilihan, tapi tidak satu pun yang mampu lolos dari tiga jurus serangannya, tubuh seperti batang pohon satu persatu jatuh ketanah.
Demi membalas dendam, dia melupakan segalanya, sambil berteriak dia menyerang sengit, membuat hutan lebat yang menutup langit ini, menyebarkan bau amis darah yang menyeramkan.
Mendadak, terdengar suara ringan ssst.... Di depan matanya tampak satu garis sinar merah, satu bau khas mesiu, menggulung masuk ke dalam penciumannya, hatinya bergetar keras, matanya pun timbul serat darah.
"Oh-long yang sangat keji, asalkan masih ada nafas, aku bersumpah akan menghancurkan dirimu..."
Tapi makiannya tidak akan bisa menyelesaikan masalah, letusan mesiu akan menghancurkan harapan dia tanpa ampun, sehingga, dia harus segera memutuskan, cepat kakinya melangkah, lengannya balik merangkul sesosok tubuh yang hangat dan harum, yang telah menempel di dadanya yang berotot itu.
"Ke kanan belakang enam belas tombak, cepat......."
Ada apa di kanan belakang enam belas tombak" Dia...
tubuh yang menempel di dadanya, bagaimana bisa tahu di kanan belakang enam belas tombak ada apa sajat Tapi dia tidak ada waktu memikirkannya, dalam waktu sekejap ini, reaksi di dalam otaknya, hanya merasakan kanan belakang enam belas tombak pasti dapat menghindar dari ledakan mesiu itu. Maka dengan reflek dia menggunakan ilmu
meringankan tubuh Co-yang-kiu-tiong-hui, melayang menempel tanah, kecepatannya seperti kilat, suara ledakan yang menggetarkan telinga, memecahkan gelapnya malam, dia sudah merasakan di bawah tubuhnya kosong, dia telah jatuh di atas jaring yang sangat elastis.
"Hmm ini sebuah jebakan lagi, bagaimana aku bisa menyerah begitu saja!" di saat sekejap tubuhnya terlontar ke atas, dia sudah mengerahkan Ji-ie-sin-kang yang disalurkan ke badan pedang, tidak menunggu jatuh kembali di atas jaring, pedang panjangnya sudah diayunkan.
"Tidak, kau tidak bisa......"
Teriakan terkejut orang di dalam pelukannya, tidak dapat dengan tepat waktu mencegah gerakannya yang sangat cepat, jaring otot sapi yang ada dibawah tubuh mereka, pecah oleh sabetan pedang yang bertenaga, tidak bisa di tahan lagi maka tubuh mereka jatuh kebawah menerobos keluar dari lubang i tu.
"Haai......"
Tubuh yang lembut hangat itu, di dalam pelukannya bergetar ringan, dua buah lengan lembut, memeluk dia dengan eratnya, suara ledakan sudah lewat, hutan telah kembali menjadi hening, kecuali suara kiblatan baju mereka yang jatuh ke bawah, hanya ada suara keluhan ringan tadi.
"Jangan gelisah, adik Yam, walau pun lembah penuh dengan pisau tajam, kita juga akan seperti melangkah di tanah datar, sekarang......peluklah lebih ketat lagi......"
Dia memasukan kembali pedangnya ke dalam sarung, dengan lengan kiri memeluk pinggangnya yang langsing dan licin itu, mulutnya bersuara "heh!" dengan sembilan puluh persen tenaga dalamnya dia memukul.
Tenaga pululan sangat dahsyat, aliran angin dari tenaga baliknya, malah membuat tubuh mereka yang jatuh seperti meteor itu terhenti di udara, mengambil kesempatan yang sedetik ini, tubuhnya diayunkan di udara, berputar cepat seperti kincir.
Kecepatan jatuhnya sudah melambat, diperkirakan menurut waktunya, tempat mereka jatuh, pasti sebuah lembah maut yang kera pun tidak bisa mencapainya.
Terakhir, bluur.... mereka terjun ke dalam air yang dinginnya menusuk tulang, untungnya tenaga dalam dia, sudah mencapai tingkat tertinggi, walau pun beberapa kali mengalami perubahan, tapi masih tetap mampu lolos dari maut, saat ini dia merayap naik keatas sebuah batu cadas, dengan lembut melepaskan orang dalam pelukannya.
"Tidak, adik ciu, aku dingin......"
Dia tetap merangkulnya dengan erat, tubuhnya bergerak-gerak di dalam pelukannya seperti ular, tapi:
"Siapa kau?"
Sekarang Pek Soh-ciu telah mendengar dengan jelas, dia ternyata bukan Siau Yam, keadaan terkejut dan marah, mendadak dengan kuat dia melontarkan tubuhnya keatas, getaran tenaga dalam ratusan tahun, dahsyatnya bisa dibayangkan, hanya terdengar praak... lalu terdengar rintihan kesakitan, tubuh yang lembut seperti tidak bertulang itu, menjadi pingsan sambil memuntahkan darah segar.
Lama.....:.......
"Haay....istrimu tidak salah mengatakannya, kau ini sungguh orang yang tidak tahu kasih sayang
perempuan......"
"Kau siapa" Apa yang kau perbuat pada Siau Yam?"
"Saudara kecil ini sungguh orang penting jadi pelupa, sampai suaraku juga sudah tidak kenal?"
"Kau ini Giok-ki-sian-cu (Dewi berkulit giok) Sai-hoan?"
"Akhirnya kau ingat, aku ini orang yang tidak beruntung......"
"Aku tanya, kau apakan istriku Siau Yam?"
"Haai, saudara kecil, walau cici tidak bisa mendapatkan kasih sayangmu, bagaimana pun kau tidak bisa membalas budi dengan dendam! Jika cici tidak menunjukan tempat untuk menghindar, apakah kau mampu menahan ledakan mesiu yang bertenaga ribuan kati itu?"
"Hemm, mungkin aku harus membunuhmu, jika aku tidak memecahkan jebakan kalian, sekarang ini mungkin aku telah menjadi tawanan kalian!"
"Ini......bukan aku yang mengusulkan......"
"Apakah Oh-long To Cu-an?"
"Benar."
"Apa dia ada di bukit Song-boan?"
"Mungkin disana, mungkin tidak."
"Apa maksudmu?"
"Orang ini licik sekali, banyak siasatnya, walau pun bukit Song-boan adalah sarang Hek-it-kau, tapi bukan markas pusat, di dalam setengah bulan ini cici juga tidak pernah melihat Oh-long."
"Istri Siau-yauw-tee-kun, seharusnya punya kedudukan tinggi didalam Thian-ho-leng, kau malah berada dibawah


Pendekar Sakti Dari Lembah Liar Karya Liu Can Yang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perintah ketua Hek-it-kau, sungguh membuat orang sulit percayai."
"Adik Ciu! Kau benar-benar tidak tahu, atau sudah tahu tapi sengaja bertanya?"
"Masalah di dalam Thian-ho-leng, tentu saja aku benar-benar tidak tahu."
"Dulu dalam pertarungan di kuil Goan-in, Ang-kun-giok-hui merasa kami suami istri telah memalukan perintah perguruan kami, Hoan Liu telah dihukum mati, cici......haai, malah hidup dalam kehidupan yang lebih baik mati dari pada hidup......"
"Hal ini sungguh sangat menyesalkan, sebenarnya, ini juga akibat dari orang-orang yang membantu melakukan kejahatan......"
"Adik Ciu! Dalam aliran Budha ada kata-kata, lepaskan golok pembunuh, segera berpaling menjadi Budha, apakah kau tidak memberi kesempatan pada cici untuk bertobat?"
"Aku adalah angkatan muda di dunia persilatan, terhadapmu mungkin ada keinginan besar tapi tidak ada kemampuan."
"Kau tidak ingin menangkap Oh-long?"
"Tentu aku percaya aku mampu menangkapnya......kita tidak bicarakan ini, hujin! Teman-teman aku, apakah dalam bahaya?" '
"Jika istrimu dan teman-temanmu tidak maju terus, mungkin tidak akan berbahaya......"
"Apakah hujin bisa mengatakan lebih jelas lagi?"
"Dari sini pergi ke bukit Song-boan, harus melalui tiga halangan besar yaitu Api pemisah arwah, Racun tanpa bayangan, dan Senjata pemusnah mayat, bagaimana pun
manusia terbentuk dari darah dan daging, adik Ciu walau tenaga dalammu sudah hebat sekali, mungkin juga akan kesulitan melewati jebakan yang sangat sadis dan berlapis-lapis ini!"
"Bagus, aku malah ingin mencoba Senjata pemusnah mayat itu, bagaimana kelihayannya."
"Adik Ciu! Jika Oh-long To Cu-an tidak berada di bukit Bu-san, menempuh bahaya secara sembarangan rasanya tindakan yang kurang pintar."
"Lalu markas pusat Hek-it-kau sebenarnya berada dimana?"
"Bukit Thian-ciat."
"Berarti berada di dalam Thian-ho-leng."
"Tidak salah."
"Terima kasih, aku pamit dulu."
"Tempat ini tebingnya curam dan berbahaya, lembahnya dalam sekali, adik Ciu sebagai orang dari aliran lurus, seharusnya tidak meninggalkan orang yang bermaksud bertobat!"
"Ini.. .kita laki dan perempuan ada perbedaan..."
Benar, tebing curam berbahaya tidak menjadi kesulitan bagi Pek Soh-jiu yang berilmu tinggi, tapi jika harus membawa orang bersama-sama mendaki tebing curam, maka tidak akan terhindarkan terjadi sentuhan tubuh.
Terdiam beberapa saat, Giok-ki-sian-cu perlahan mengeluh, katanya:
"Ci-huan menyadari wajahnya jelek, tidak berani ada pikiran yang bukan-bukan pada adik Ciu, tapi melihat
orang dalam kematian dan tidak menolong, apa didalam hatimu tidak akan merasa menyesal"
Walau Pek Soh-jiu tidak suka kelakuannya, tapi dia juga tidak tega pergi begitu saja, dalam keadaan apa boleh buat terpaksa dia menggendongnya, dengan mengibaskan sepasang lengannya, tubuhnya naik lima tombak, terus mengayunkan tangan menekan tebing, kembali naik tiga tombak lebih, saat tenaganya akan habis, lalu ssst.... lima jarinya sudah ditancapkan pada dinding tebing yang keras, setelah melalui beberapa kali istirahat, akhirnya dia sudah mencapai puncak tebing, lalu menurunkan Giok-ki-sian-cu, berkata tawar:
"Kewajiban ku sudah selesai, hujin...."
"Terima kasih adik Ciu! kuharap kita masih bisa bertemu lagi." Kata Giok-ki-sian-cu, dia masih merasa sedih terhadap perpisahan ini, tapi dia tahu merindukan nya hanya akan menambah kesedihan, maka dengan sedikit menggigit bibir, dia melayangkan lengan bajunya yang indah, tubuh langsingnya berputar menerobos hutan berlari meninggalkan tempat itu.
Pek Soh-jiu terdiam sesaat, lalu bersiul panjang, getaran suara yang dikeluarkan dengan tenaga dalam latihan ratusan tahun, dalam kegelapan malam menggema sampai jauh sekali, dia juga melepaskan ular pintar Sian-giok, menyuruh dia mencari istri dia dan teman-temannya.
Yang pertama datang adalah Siau Hun, wanita cantik yang ternama dengan sikap dinginnya, pada wajahnya masih nampak hawa pembunuhan, setelah melihat Pek Soh-jiu, dia seperti telah berhasil memetik bintang, kegembiraannya sulit bisa ditutup tutupi, tapi tetap dengan wajah marah berkata:
"Kau lari kemana saja" Membuat orang bisa mati karena terlalu gelisah, kau seperti tidak punya tanggung jawab saja!"
"Toa-ci harus baik-baik tanyakan pada dia, kulihat kebanyakan dia telah terpikat lagi oleh wanita genit sehingga sampai tersesat!"
Pek Soh-jiu tidak perlu melihat kebelakang, dia sudah tahu orang yang melanjutkan perkataan itu adalah Siau Yam yang liar, maka dengan wajah tersipu-sipu dia tertawa berkata:
"Cici Hun jangan dengarkan dia, karena menghindarkan ledakan mesiu, tidak sadar jatuh ke dalam satu lembah maut, lihat bajuku yang basah kuyup, cici tentu tahu apa yang aku katakan tidak bohong."
Saat ini Goan Ang, Bong San-san, Ouwyang Yong-it, dan Sangguan Ceng-hun juga berturut-turut datang, Siau Yam mencibirkan bibir munggilnya:
"Aku melihat ada satu bayangan yang ramping, berlari keluar dari hutan ini, Ouwyang Lo-ko! Kau katakan, bayangan itu betul tidak seorang wanita?"
"Ha ha ha!" Ouwyang Yong-it tertawa, "Adik ipar sungguh tajam matanya, tidak salah, dia memang adalah seorang wanita....."
Wajah Siau Hun berubah:
"Hemm!" Dia marah berkata, "Kata-kata Ouwyang Lo-ko, mungkin akan merugikanmu!"
Ouwyang Yong-it berkata:
"Lo-ko sudah hidup begini tua, bagaimana bisa sembarangan berkata!"
"Keek! Sangguan Ceng-hun batuk-batuk, berkata, "Lo-ko kerjakan masalah serius, buat apa terus banyak bicara yang tidak ada artinya."
Ouwyang Yong-it melototkan sepasang matanya berkata:
"Siapa bilang aku bicara yang tidak ada guna-nya! Dia memang seorang wanita, hanya saja sedikit tua, jika mundur lima puluh tahun, dijamin pasti seorang wanita cantik, tapi bagaimana pun karena dia terlalu tua jadi mengatakan dia bukan wanita!"
Siau Hun mendengarnya jadi tertegun, wajahnya yang dingin penuh salju itu, melebur seperti ditiup angin musim semi, Sangguan Ceng-hun mengambil kesempatan ini tertawa:
"Saudara! Kita ini sudah banyak menghabiskan waktu tidak berguna oleh hutan iblis itu, bukit Song-boan masih terhalang oleh beberapa gunung, jika ingin kesana, sudah harus cepat-cepat berangkat."
Pek Soh-jiu berkata:
"Sebelum aku jatuh ke dalam jurang, pernah menangkap seorang anak buahnya Hek-it-kau, menurut dia Oh-long sama sekali tidak berada di Bu-san, markas pusat mereka ada di bukit Thian-ciat, sepertinya kita tidak perlu membuang-buang waktu disini."
Goan Ang berkata:
"Aku juga merasa Bu-san hanya satu jebakan Oh-long saja, jika kau sudah mendapatkan kabar yang benar', lebihbaik langsung saja pergi ke bukit Thian-ciat."
Mereka menghentikan langkah kuda di tepi tebing ini dan kembali pulang, gerakan ini tidak terduga oleh musuh, sehingga sepanjang perjalanan kembali, sedikit pun tidak
mendapat halangan, tapi, keadaannya kota kabupaten, tetap saja sangat buruk, mereka tidak bisa membeli makanan, juga tidak bisa menemukan sepuluh lebih awak perahu yang hilang, berlayar di sungai pegunungan, harus ada awak perahu yang sudah berpengalaman berlayar di sungai pegunungan. Meski mereka memiliki ilmu silat yang tinggi, tetap saja masuk dalam situasi maju mundur salah.
Yang lebih celaka lagi adalah para pesilat tinggi dari berbagai perguruan yang diusir mereka, semuanya juga telah tiba dikota pegunungan ini, tadinya mereka juga sudah berniat jahat, saat ini menampakan wajah mereka yang bengis, hingga membuat penduduk seluruh kota tidak bisa berdagang, langit marah, manusia gelisah.
Tentu saja, Pek Soh-jiu dan kawan-kawan dari aliran pendekar menjadi sasaran mereka, tapi mereka tidak berani terang-terangan berhadapan, dengan cara licik membuat orang sulit menghadapinya, apa lagi seluruh kota dan Busan, sudah dibawah kekuasaannya Hek-it-kau, dalam pemandangan yang indah itu, mengandung bahaya yang tidak terhingga, di pantai sungai, Thian-ho-sat-kun mengadakan pertemuan darurat untuk menghadapi keadaan ini, masalah yang pertama diusulkan oleh orang tua itu adalah bagaimana caranya meninggalkan Bu-san.
Kota kabupaten Bu-san berada di sebelah utara Tiang-kang, melalui jalan pegunungan bisa langsung menuju kota Pek-tee, jika melalui jalan air, harus melalui Ku-tang-sia, tapi aliran sungai diantara tebing itu baik bahaya atau tidak, karena tidak ada awak kapal, mereka hanya dapat mengeluh memandangi sungai, terpaksa mereka semua setuju, menuju kota Pek-tee melalui jalan pegunungan.
Masalah lainnya, para awak kapal yang hilang itu entah hidup atau mati, seharusnya kewajiban mereka menyelidikinya, apa lagi masalah makanan harus bisa
diselesaikan, melalui jalan pegunungan juga harus mempersiapkan perbekalan, sehingga, mereka memutus kan untuk bertarung dengan Hek-it-kau dikota pegunungan.
Mereka dibagi jadi empat kelompok, berangkat menuju ke empat arah, kelompok pertama adalah Thian-ho-sat-kun memimpin Pek Soh-jiu dan istri dengan Ouwyang, Sangguan dua orang, langsung menuju ke kantor bupati.
Karena orang kota kabupaten melakukan pemogokan, walau di siang hari, di jalan raya sulit bisa menemukan satu orang pun, tapi di ujung jalan dan ganggang yang gelap, sering terlihat ada bayangan orang, tidak perlu ditanya, itu pasti para anak buahnya Hek-it-kau yang mengawasi mereka.
Pintu kantor kabupaten adalah terbuka, tapi sepi sampai orang yang menjaga pintu pun tidak ada, Thian-ho-sat-kun pertama-tama yang melabrak masuk, tidak berduli ada orang atau tidak, langsung berlari masuk ke pintu kedua.
Mendadak..... "Mundur." Satu rentetan suara pegas terdengar membawa sepuluh lebih anak panah beracun, melesat kehadapan mereka, Thian-ho-sat-kun berteriak marah, lengan bajunya yang besar dikibaskan, bayangan merah menutup udara, anak panah yang seperti kuda lari itu, semuanya telah digulung ke dalam lengan bajunya, bersamaan waktu bayangan orang berkelebat, kakak beradik Siau secara berpasangan menerjang maju, dalam sekejap, sepuluh lebih anak buahnya Hek-it-kau yang sembunyi di balik pintu, semuanya telah ditotok jalan darahnya oleh mereka.
Di pintu kedua ada pekarangan yang luas sekali, puluhan orang bertopeng hitam, sedang berdiam berdiri menunggu
mereka, Thian-ho-sat-kun menghentikan langkahnya, dia berkata dingin:
"Dimana Bupati disini" Kalian para penjahat, apa bersungguh-sungguh akan memberontak!"
Terdengar tawa aneh, dalam kelompok orang bertopeng hitam melangkah keluar seorang yang tubuhnya seperti raksasa, sepasang matanya yang bersinar memperhatikan sejenak pada Thian-ho-sat-kun berkata:
"Apakah kau ingin melakukan sidang" Orang tua! Aku inilah Bupati kabupaten ini, ada perkara apa" Katakan saja!"
"Hemm!" Thian-ho-sat-kun berkata, "Orang asing juga berani menghina hukum Tionggoan, jika aku tidak memberi sedikit hukuman padamu, kau akan mengira di Tionggoan tidak ada orang."
Siau Hun maju dua langkah berkata:
"Ayah! Kau mengatakan dia itu orang asing?"
"Mendengar logat bicaranya, mungkin adalah bangsa Tong-it." Kata Thian-ho-sat-kun.
Orang bertopeng itu tertawa sejenak:
"Tidak diduga orang tua ini punya sedikit pengetahuan, tidak salah, aku memang orang Tong-it, memandang remah aku, betul tidak" Mari, kita mencoba nya!"
Siau Hun mengangkat alisnya:
"Kau tidak pantas bertarung dengan ayahku, biar aku yang habisi kau."
Orang Tong-it itu mendengus, kakinya dengan ringan melangkah, dengan kuat memukul, kepalannya yang seperti godam itu, mengeluarkan suara huut... terlepas dari
tubuhnya, terbang datang menyerang, saat bayangan tinjunya melayang, angin tenaganya sudah menyentuh bahu Siau Hun.
Hati Siau Hun terkejut kakinya dihentakan ringan, meloncat mundur delapan kaki lebih, reaksinya walau tepat, tapi bagian yang tersentuh bayangan kepalan terasa seperti dibakar api, kakinya jadi sempoyongan, berturut-turut dua kali seperti gemetar dingin, usianya walau belum tua, namun tidak sedikit dia melawan pesilat tinggi, ilmu aneh yang diperagakan orang Tong-it ini, sungguh belum pernah dilihatnya.
Dia tertegun, matanya muncul dua api dingin, mengawasi kearah kepalan yang super besar orang Tong-it itu.
Ototnya menonjol keluar, penuh dengan bulu hitam, sepasang lengannya yang panjang, jelas-jelas tumbuh diatas bahunya, tadi kepalannya yang terbang, apakah karena mata sendiri yang salah lihat"
Walau pun ini hal yang aneh yang mengejutkan orang, tapi dengan ilmu silat Siau Hun yang tinggi, pengalamannya yang banyak, akhirnya bisa mengerti bagaimana kepalan itu terbang itu, alasannya adalah lengan orang Tong-it ini panjangnya melebihi orang biasa, kekuatan kecepatan gerakan kepalannya, dari seluruh perguruan yang ada di Tionggoan, tidak terpikirkan perguruan mana yang bisa menandinginya, kalau hanya sekilas melihatnya, maka tidak akan terhindar terjadi salah pemikiran terhadap kepalan terbang itu, tapi sesudah mengerti hal ini, kepalan orang Tong-it yang cepat dan dahsyat itu, sungguh tidak bisa dipandang enteng, untung saja luka bahunya tidak parah, sambil mulutnya berteriak, dia langsung maju menerkam.
Saat ini dia telah mengerahkan tenaga dalam Ji-ie-sin-kangnya sampai batas tertinggi, tiga kaki di sekeliling tubuhnya, telah diselimuti oleh hawa keras seperti tong baja, lalu sepasang telapaknya" bersamaan dijulurkan, memukul dengan dua tenaga yang satu lembut yang satunya lagi keras, seperti dua ekor naga marah, menyerang kearah dada orang Tong-it itu.
Orang Tong-it berteriak keras:
"Bagus." Sepasang tinjunya diayunkan, angin pukulannya bergerak kemana-mana, dalam sekejap telah melancarkan delapan pukulan, setiap jurus seperti godam besi memukul gunung, dahsyanya sungguh bisa membuat angin dan awan berubah warna.
"Hujin! Kau hebat, kita......he he......harus bertarung sepuasnya, he he......"
Sambil bicara, dia mengerakan tangannya menyerang habis-habisan, berteriak-teriak. Telapak Siau Hun sudah beberapa kali mengenai tubuhnya, tapi semua seperti menggaruk di atas sepatu, dia sedikit pun seperti tidak merasakan sakit.
Keringat mulai mengucur di pelipis Siau Hun, wajah yang dingin seperti salju, telah menjadi merah.
Dia tidak bisa mempertahankan posisinya, tekanan yang amat dahsyat, memaksa dia mundur ke belakang, keadaan ini sangat mengejutkan orang, dengan ilmu silat Siau Hun yang amat tinggi, malah tidak bisa menahan pukulannya seorang asing, kelihatan-nya di dalam Hek-it-kau, sudah menjaring tidak sedikit orang-orang hebat.
Pek Soh-jiu melihat Siau Hun sudah nampak kewalahan, buru-buru meloncat, melayang masuk ke dalam
pertarungan, telapaknya dengan ringan diayunkan,
berturut-turut menahan serangan sepasang kepalan orang Tong-it itu, dia sepertinya tidak peduli akibat dari pertarungan ini, segera membalikan tubuh memapah tubuhnya Siau Hun berkata:
"Kau tidak apa-apa" Cici istirahatlah dulu, biar aku yang membereskan si bodoh itu."
Siau Hun dengan manis tersenyum:
"Kau sudah datang, tentu saja tidak apa-apa, hati-hati, orang ini ilmu silatnya rada aneh, kita jangan membiarkan dia lolos!"
Pek Soh-jiu tertawa:
"Jangan khawatir, kau istirahatlah."
Melihat Siau Hun telah mundur, Pek Soh-jiu dengan pelan memutar tubuh, melihat pada orang Tong-it yang seperti tugu besi, terlihat sepasang matanya melotot, mulutnya menganga lebar, dengan bengong melihat pada Pek Soh-jiu, saat ini dia sepertinya baru tersadar, mulutnya berteriak keras berkata:
"Jurus apa yang tadi kau gunakan, kita bertaning lagi biar aku bisa melihatnya!"
Pek Soh-jiu berkata dingin:
"Jurus ini disebut membunuh babi menyembelih anjing, kau ingin melihatnya" bersiaplah." Sebelah telapaknya dihentakan mendatar sejajar dada, satu tenaga yang lembut seperti angin musim semi, berhembus keluar.
Orang Tong-it bengong memperhatikan seben-tar, baru saja akan mengejek serangan Pek Soh-jiu yang kelihatannya tidak bertenaga itu, mendadak dia merasakan dadanya menjadi sasak, seperti ada sebuah geledek mendadak menyambar, menyusup masuk ke dalam paru-parunya, dia
hanya merasakan sebuah suara yang menggelegar, bluuk.....
dia sudah tidak sempat bereaksi langsung roboh, rohnya sudah berpindah ke dunia lain.
Dalam satu jurus saja, Pek Soh-ciu sudah membunuh mati seorang pesilat tinggi kelas wahid Hek-it-kau, di dunia siapa lagi yang mampu menahan sebuah pukulannya"
Orang-orang bertopeng hitam yang melihat, jadi ketakutan, mereka semua memegang senjata, tapi tidak ada seorang pun yang berani maju, melawan anak muda tampan yang penuh dengan hawa membunuh ini.
"Anak Ciu......" Thian-ho-sat-kun merasa khawatir malam panjang akan banyak mimpinya, dia ingin memerintah melakukan penyerangan total:
"Anak buahnya Hek-it-kau, semuanya pantas mati, walau ingat langit yang memberikan kehidupan, tapi tidak bisa membiarkan ilmu silat mereka mencelakai manusia, jangan ragu lagi, kita bertindak."
Satu pertarungan yang brutal telah terjadi, para anggota Hek-it-kau demi mempertahankan ilmu silat-nya, melakukan pertahanan mati-matian, dalam jumlah orang, Hek-it-kau berada dalam posisi menguntungkan sekali, dan disekeliling pekarangan, masih tersembunyi tidak sedikit anggota yang memegang Ngo-tok-tui-hun-cian.
Tapi karena Pek Soh-jiu pernah mengalami kekejaman panah ini, saat sebelum menyerang ke dalam pekarangan, dia terlebih dulu membersihkan pemanah yang
bersembunyi di sekelilingnya, lalu dengan kekuatan seperti membabat rumput kering, dia membabat musuh yang ada di dalam pekarangan.
Selain para pemanah, mereka tidak membunuh satu pun musuh, tapi tawanan yang mereka tangkap, malah
jumlahnya mencapai empat puluh sembilan orang, Pek Soh-jiu membuka topeng-topeng mereka, dia terkejut menemukan diantara mereka malah termasuk orang-orang penting dari berbagai perguruan, seperti ketua perguruan Ci-yan Liu Giauw-kun, Toat-hun-san Liu Ti-kie, Giam-ong-leng Sai Hong, Tiam-cong, Bu-tai, dan beberapa orang ternama dari aliran hitam.
"Kenapa?" ini pertanyaan yang membingung-kan, seorang yang berkedudukan terhormat di perguruan, seorang penguasa setempat, kenapa sudi membantu melakukan kejahatan, melakukan perbuatan hina yang melanggar rasa setia kawan dunia persilatan, membuat orang merasa jijik"
"Haai......" Giam-ong-leng Sai Hong menghela napas panjang berkata, "Atas pertolongannya pendekar muda, orang she Sai sedikit pun tidak berani melupakannya, tapi masalah hari ini, sungguh terpaksa sekali......"
Pek Soh-jiu berkata tawar:
"Perbuatan yang kumelakukan tidak ada niat mendapat balasan, anda tidak perlu menaruh di dalam hari, jika anda bisa menjelaskan alasan terpaksanya, aku akan sangat menghargai!"
Sai Hong mengangkat sepasang matanya, melihat pada seorang laki-laki besar berjanggut pendek berwajah bengis, matanya menyorot sadis, dia ingin bicara tapi tidak jadi, dia hanya menghela napas, tampak tampangnya kesulitan sekali.
Sangguan Ceng-hun mendadak maju dua langkah, menyatukan jari telunjuk dan jari tengah, menotok jalan darah mematikan Huan-ki di depan dada orang itu, bersamaan kakinya menyapu, menendang mayat orang itu ke dalam hutan, berkata:
"Apa masih ada yang menghalangi" Saudara Sai."
Sai Hong berkata:
"Didalam Hek-it-kau, selain pengikut setia Oh-long To Cu-an, kebanyakan perguruan-perguruan melakukan kejahatan dalam keadaan terpaksa......"
Sangguan Ceng-hun berkata:
"Melakukan perbuatan karena terpaksanya pasti sangat serius sekali."
"Haai... istri disandera, diri sendiri dikendalikan oleh racun, mala petaka yang dialami kami semua, tidak ada yang lebih dari ini......"
Pek Soh-jiu mengangkat alis:
"Seekor Oh-long yang sangat keji sekali, Toako! Aku pikir......"
Sangguan Ceng-hun berkata:
"Apa kau berniat menggunakan daun Leng-ci menyembuhkan racun mereka?"
"Aku memang berpikir begitu."
Holeng-ci adalah benda pusaka, demi sehelai daun, entah sudah mengorbankan berapa banyak nyawa orang-orang persilatan, tapi Pek Soh-jiu malah tanpa merasa sayang sedikit pun ingin menggunakan daun Leng-ci menolong musuhnya, seberapa besar lapang dadanya!
Seberapa agung sifatnya! Saat ini kebetulan Goan Ang dan kawan-kawan dengan tiga kelompok lainnya telah tiba dikantor kabupaten, Bong San-san mendengar Pek Soh-jiu ingin menggunakan daun Leng-ci menolong orang maka dengan "Keek!" batuk sekali, berkata:
"Jangan terburu-buru, biar kakak mencobanya terlebih dulu."
Terhadap menggunakan racun Pek-tok-lo-cia memang punya kelebihan dari orang, empat puluh orang lebih, orang-orang dari berbagai perguruan yang terkena racun ini, akhirnya telah tertolong, tapi, apakah mereka bisa bertobat"
Apakah dapat menyelesaikan persoalan dengan Hek-it-kau selanjurnya" Pek Soh-jiu sulit bisa memastikannya, dia sudah berusaha semampunya, asal sudah bisa melakukan hal yang tidak menyesalkan hati saja dia sudah merasa cukup.
Terakhir, mereka mendapatkan awak perahu yang ditahan, tapi mereka tetap tidak merubah rencana semula, melalui jalan pegunungan menuju ke kota Pek-tee.
Jebakan yang telah diatur oleh Hek-it-kau jadi sia-sia, Oh-long To Cu-an mungkin tidak berani menunjukkn kekuatannya lagi, sehingga setelah sampai di kabupaten Jin-ciu, mereka hampir tidak terlihat satu pun orang-orang Hek-it-kau, sedikit pun tidak ada pergerakan dari lawan, namun di dalam kelompok mereka, Thian-ho-sat-kun beserta anaknya, setiap orang merasakan tekanan berat, sebab Oh-long To Cu-an berada di bawah perlindungan Thian-ho-leng, dan hubungan Ang-kun-giok-hui dengan mereka juga begitu ruwetnya.
Di Jin-ciu setelah beristirahat dua hari, mereka akhirnya menginjakan kaki di jalan bukit Thian-ciat, seperti perahu tiba di tengah sungai dengan sendirinya akan berjalan lurus, mereka terpaksa maju selangkah demi selangkah.
Di dunia persilatan, Thian-ho-leng tadinya adalah sebuah perguruan misterius yang tidak meng-injakan kakinya di dunia persilatan, Thian-ho-leng sebuah kelompok yang berada diluar lingkaran, tapi semenjak Angkun-giok-hui berhasil mengambil kedudukan ketua, di dunia persilatan, bertambah banyak peristiwa kejahatan dan pembunuhan, sekarang Thian-ho-sat-kun kembali ke bukit Thian-ciat, gunung yang megah pepohonan dan rumput yang menghijau, semua terasa asing olehnya, dalam hatinya, dia merasa-kan satu perasaan kesepian yang sulit diutarakan.
Semenjak pagi hingga siang hari, mereka telah tiba di Touw-goan bukit Thian-ciat, ini adalah satu lubang retakan di tengah tebing yang curam, langit hanya terlihat sebuah garis saja, asalkan gerbang ini ditutup, setinggi apa pun ilmu silat orang itu, jika ingin melewati gerbang, mungkin lebih sulit dibandingkan naik keatas langit.
Thian-ho-sat-kun melihat sekali pada Touw-goan, lalu membalikan kepala berkata pada Siau Yam:
"Anak Yam, apa kode untuk membuka gerbang" Kau pergi mencobanya!"
Siau Yam menyahut dia meloncat ke depan gerbang, kaki sedikit dihentakan, tubuhnya seperti burung walet terbang kelangit, sesudah meloncat setinggi tiga tombak lima kaki, satu tangannya dengan cepat menekan, jari telunjuk dan jari tengah tepat menekan diatas sebuah batu bulat berwarna merah gelap.
Ini adalah kode untuk memanggil penjaga gerbang, asalkan menggunakan tenaga dalam menekan batu bulat itu, di dalam gerbang akan terdengar serentetan suara bel, penjaga gerbang pertama akan membuka dulu satu jendela batu, setelah melihat dengan jelas siapa yang membunyikan bel, lalu memutar roda besi, membuka pintu batu yang berat sekali.
Tapi baru saja Siau Yam menyentuh batu bulat, mendadak terdengar suara ringan ssst.... diatas dinding
tebing itu, menyemprot beberapa asap tebal yang berbau amis menyengat hidung, Siau Yam terkejut dan berteriak keras, lalu seperti layang-layang putus talinya jatuh ke bawah.
Kejadian ini sangat mengejutkan orang, siapa pun tidak menduga Siau Yam yang besar di bukit Thian-ciat, bisa mendapat kecelakaan saat membunyikan bel, untung Siau Hun tidak jauh dari dinding tebing, dia segera meloncat, kecepatannya laksana angin, sepasang telapaknya digetarkan, dengan enteng meringankan terlebih dulu tenaga jatuhnya tubuh Siau Yam, lalu membuka lengannya, menyambut tubuh Siau Yam.
Rupanya asap tebal itu adalah semacam racun yang sangat mematikan, hanya dalam sekejap, wajah cantiknya Siau Yam sudah berubah menjadi warna ungu tua.
Pek-tok-lo-cia membuka kelopak mata Siau Yam, melihatnya sebentar lalu berkata:
"Tidak disangka di atas bukit Thian-ciat ini ada ahli racun yang sehebat ini, tidak aneh bibi Siau bisa meraja lela di dunia."
Pek Soh-jiu dengan wajah gelisah berkata:
"Cici San! Dia......"
Bong San-san tersenyum:
"Jangan gelisah Adik Ciu! Julukan Pek-tok-lo-cia tidak mudah didapat, Kiu-ih-bi-sin-san (Bubuk sembilan dewa linglung), masih belum bisa menyulitkan cici."
Dia membuka kantong kulit dipinggangnya,
mengeluarkan sepuluh macam lebih obat penawar racun, menimbang-nimbang dengan teliti lalu mencampurnya,
pekerjaannya menghabiskan tidak sedikit waktu, setelah jadi baru obatnya disuapkan ke dalam mulut Siau Yam.
Lama.... Siau Yam siuman kembali, warna di wajahnya juga berubah semakin merah, tapi semangat dia tetap lesu, jelas... bukit Thian-ciat sudah menganggap dia sebagai seorang penghianat.
Su Lam-ceng tahu isi hati Siau Yam, maka dia menghiburnya:
"Adik Yam tidak perlu khawatir, asalkan kita bisa bertemu dengan bibi, segala kesalah pahaman pasti akan terselesaikan, saat ini yang paling penting adalah bagaimana caranya masuk ke dalam Touw-goan, coba adik Yam pikir! Kecuali tempat ini, apakah masih ada jalan lainnya?"
"Ada sih ada, tapi yang aku tahu, dalam sepuluh tahun ini, tidak ada orang yang mampu melewati Thian-cian-ciat-ih."
Thian-ho-sat-kun berkata:
"Anak Yam, yang kau katakan itu apakah lembah maut Lam-san, seratus tombak pasir meng-ambang?"
"Benar, ayah, tapi di belakang seratus tombak pasir ngambang, sekarang telah ditambah lagi empat barisan besar yang mematikan, yaitu Thian-lui (Guntur langit) Bu-im (Tanpa bayangan) Sin-liong (Dewa naga) dan Thiankong-tee-sat (pembunuh langit bumi)."
Thian-ho-sat-kun tertegun:
"Apa yang disebut empat barisan besar mematikan itu?"
"Barisan Thian-lui dipasang di belakang seratus tombak pasir mengambang, disana di timbun puluhan ribu kati mesiu, di dalam mesiu, dicampur dengan bahan bakar yang
mudah terbakar, asalkan tersentuh benda yang sangat ringan saja, maka akan mengakibat-kan ledakan dahsyat yang dapat menghancurkan gunung, barisan Bu-im dibangun di belakangnya Thian-lui, adalah barisan racun tanpa bayangan, walau pun merupakan sebuah tempat yang sangat tenang, tapi tingkat bahayanya, lebih dahsyat dari pada barisan Thian-lui, barisan Sin-liong adalah wilayah ular, ular-ular beracunnya ribuan jenis, menutupi seluruh celah bebatuan dan rerumputan, membuat orang sulit untuk menghindar, yang terakhir adalah Thian-kong-tee-sat nya Thian-ho-leng, menurut perhitungan perputaran semesta, dibentuk sebuah barisan Ho-to-si-hiang, ditambah dengan Racun tanpa bayangan dan Ngo-tok-tui-hun-cian, keampuhannya, bisa dikatakan tidak ada yang menandingi di dunia."
Orang-orang di lapangan ini tidak ada satu pun yang tidak memiliki ilmu silat hebat, tapi setelah Siau Yam menerangkan dengan singkat empat barisan besar itu, semuanya jadi bengong dengan mulut menganga, terperanjat sampai wajahnya berubah.
Empat barisan besar ini, tidak mungkin bisa dilawan dengan kekuatan manusia, hanya bicara seratus tombak pasir mengambang saja, mungkin ketua Siauw-lim yang menguasai tujuh puluh dua macam ilmu silat terhebat di dunia persilatan, juga tidak akan mampu menyeberanginya!
Pek Soh-ciu bisa melihat wajah mereka yang putus asa, tidak tertahan dia berteriak marah sambil berkata:
"Seratus tombak pasir mengambang, empat barisan besar, belum tentu bisa menghadang kita, silahkan kalian tunggu disini sebentar, biar aku pergi mencoba terlebih dulu, ada seberapa hebat barisan itu."
Siau Yam berteriak terkejut, segera menangkap lengan baju dia berkata:
"Kau ini kenapa, Ciu koko" Ini bukan main-main!"
Pek Soh-jiu menghela napas:
"Tebing disini tidak bisa dibuka, di sana juga ada berlapis-lapis barisan maut menghadang, kita jauh-jauh datang kesini, apakah mau menyerah begitu saja?"
Siau Hun batuk sekali berkata:
"Kenyataannya memang begitu, kita tidak boleh karena emosi......"
Su Lam-ceng berkata:
"Menurut pendapatku, jika Ciu koko seorang diri melabrak barisan maut itu, sangat mungkin bisa berhasil, lebih baik kita pergi dulu ke Lam-san, lalu mendiskusikan satu cara yang sempurna."
Siau Yam membelalakan sepasang matanya, berkata:
"Cici Ceng! Kau sudah gila" Seratus tombak pasir mengambang, burung terbang pun sulit melewati-nya...."
Thian-ho-sat-kun menggoyangkan tangannya:
"Apa yang dikatakan Lam-ceng tidak salah, kita pergi dulu ke Lam-san."
Thian-ho-sat-kun lalu mengayunkan langkah-nya berlari menuju ke Lam-san, yang lainnya walau masih banyak pertanyaan, juga tidak bisa mengajukan pertanyaan, terpaksa mengikuti ke Lam-san.
Lam-san adalah lembah mati yang tidak ada rumput atau pohon, bahkan mahluk hidup pun tidak ada, lapangan pasir kuning, luasnya diatas seratus tombak lebih, udara yang dingin, membuat orang bisa merinding.
Di luar lembah, batu-batu tajam bertebaran bersilangan, pemandangannya sangat tandus, Thian-ho-sat-kun mendapatkan satu tempat yang tersembunyi,
mempersilahkan semua orang duduk diatas tanah, lalu mengerutkan alis, katanya:
"Anak Ciu! Coba kau uraikan terlebih dulu rencanamu."
Pek Soh-jiu menenangkan pikirannya, lalu berkata:
"Aku bicarakan kemampuan kita terlebih dulu." Sejenak dia menghentikan perkataannya, kemudian melanjutkan perkataannya, "Adik Ceng banyak sekali kepandaiannya, hafal dengan barisan, barisan Thiankong-tee-sat walau pun sangat berbahaya, sebenarnya tidak menakutkan, tiba di barisan Sin-liong, aku bisa menggunakan seruling dewa Ci-cu mengusir ular, hadangan yang tampak berbahaya ini, sebenarnya bisa diatasi."
Pek-tok-lo-cia Bong San-san menambahkan: "Bagus sekali! Untuk Racun tanpa bayangan, biar aku yang mengatasinya.
"Aku ucapkan terima kasih dulu pada cici San, sekarangan tinggal barisan Thian-lui, dan seratus Tombak pasir mengambang."
Ketua Siauw-lim Pek Hui taysu mengucap Budha berkata:
"Di dunia ini, mungkin sulit bisa menemukan seorang yang mampu melintasi seratus tombak pasir mengambang, apa lagi kedahsyatannya Lui-ho itu...... haai......"
Pek Soh-jiu tersenyum berkata:
"Kata-kata taysu tidak salah, seratus tombak pasir mengambang, burung terbang pun sulit melintasinya. Tapi
jika bisa meminjam tenaga luar, melintas diatasnya, itu bukanlah hal yang tidak mungkin!"
Dia sembarangan memungut beberapa potong dahan kering, dan dua butir batu gunung sebesar telur angsa, tubuhnya berkelebat, tampak bayangan putih melintas di udara, menggunakan ilmu meringankan tubuh dari Sin-ciu-sam-coat yang tiada taranya, dia meloncat melintasi pasir mengambang itu.
Gerakan dia yang tiba-tiba ini, sungguh mengejutkan orang, kecuali teriakan-teriakan terkejut, tidak ada orang yang bisa menghentikannya, terlihat satu kilatan putih melayang, dia telah melayang sejauh tiga puluh tombak lebih, tubuhnya bersalto sekali, dengan kecepatan sekali meluncur seribu lie, dia meloncat ke pinggir pasir mengambang, saat tenaga dalam dia akan habis, tubuhnya dari terbang lurus berubah jadi turun ke bawah, mendadak dia melayangkan telapak tangan kanannya, dua butir batu gunung dengan kuat di lemparkan ke arah barisan Thian-lui, lalu melemparkan sepotong dahan kering pohon, ujung kakinya menotol meminjam tenaga, maka tubuhnya sudah memutar meloncatkembali balik ke mulut lembah.
Pek Soh-ciu dengan gampang bolak-balik melewati seratus tombak pasir mengambang, jika bukan menyaksikan dengan mata kepala sendiri, mungkin siapa pun sulit mempercayainya, hal ini masih belum terhitung hal yang sangat mengejutkan orang, peristiwa yang mengejutkan orang sedang datang.
Sinar api berkilat-kilat tampak di dalam barisan Thian-lui, suara ledakan dahsyat yang memekakan telinga sedang menggetarkan bumi.
Batu gunung dan debu, berterbangan di atas langit, satu demi satu suara ledakan membuat bumi bergetar.
Barisan Tian-lui sudah menampakan kedahsyatannya, sayang kecuali dua butir batu gunung sebesar telur angsa yang dilemparkan oleh Pek Soh-jiu, satu mahluk hidup pun tidak ada yang dilukainya.
Lama... semuanya kembali tenang, dan barisan Thian-lui, telah berubah menjadi jalan datar yang lebar.
Sekarang.... sedikit demi sedikit kegembiraan timbul di dalam hati, nampak di wajah orang-orang, akhirnya, mereka tidak tahan berteriak tertawa keras. lupa diri, bersorak mengitari Pek Soh-jiu yang telah menciptakan satu keajaiban.
Hanya Siau Yam yang terkecuali, dia mengucurkan air mata emosi, mengangkat sepasang kepalannya, seperti memukul genderang dipukulkan di dadanya Pek Soh-jiu.
"Ciu koko, aku benci, kenapa kau mau menempuh bahaya, apakah tidak terpikirkan olehmu, tindakan gila itu bisa membuat orang mati gelisah" Aku tidak mau, aku ingin kau menggantinya......"
Mengganti apa" Dia tidak menjelaskan, tapi Pek Soh-jiu, Siau Hun, Su Lam-ceng, sampai Jit-kaw Kokcu Bong San-san itu, sedang tersenyum mengerti.
Akhirnya Pek Soh-jiu sambil membopong tubuhnya Siau Yam berkata:
"Adik Yam, ayo bantu aku mengambil rotan gunung, kita harus menggunakan untuk menyeberangi seratus tombak pasir mengambang."
Siau Yam menyatakan baik, tapi dia tetap berada tidak beranjak, sebab Im-yang-sam-ih, Peng-kok-pat-hiong, dan para pesilat tinggi dari Jit-kawkok, sudah pergi mengambil rotan gunung, tentu saja Siau Yam jadi ongkang-ongkang kaki, tidak perlu bekerja..
Rotan gunung telah terkumpul, lalu Pek Soh-jiu menyambungkannya, ujung satunya diikatkan disatu batu besar di mulut lembah, lalu meloncat terbang, membawa ujung satunya melintasi pasir mengambang. Karena beratnya rotan gunung, beberapa kali dia harus meminjam tenaga dahan pohon kering, baru berhasil tiba diseberang pasir mengambang, hasilnya, sebuah jembatan terbuat dari rotan gunung berhasil dibangun diatas pasir ngambang.
Mereka lalu melintas seratus tombak pasir mengambang, berjalan melewati barisan maut Thian-ciat, setelah lewat barisan Racun tanpa bayangan yang dingin mengerikan, kembali menghadang jalan mereka.
Bong San-san mengeluarkan sebuah botol giok berwarna kehijauan, menumpahkan sepuluh butir lebih pil berkilap membagi-bagikan, lalu berkata:
"Obat penawar racun yang aku bawa tidak banyak, tidak bisa membersihkan seluruh Racun tanpa bayangan, harap kalian menempel di belakangku, siap!"
Lalu jarinya dijentikan, sebuah sinar sekelebat timbul di depan dirinya langsung menghilang, pinggang nya sedikit diputar, dia meluncur kedepan beberapa tombak, dengan cara ini, sekelompok para pendekar yang ingin membalas dendam, kembali dengan selamat melintasi satu hadangan maut. Sekarang, angin bau amis menyebar dimana-mana, ular berbisa samar-samar kelihatan, dengan mata hijau lidah merah bergerak gerak diantara bebatuan dan pepohonan, Pek Soh-jiu mengeluarkan seruling dewa Ci-cu, baru saja akan meniupnya, Su Lam-ceng mendadak tertawa berkata:
"Tunggu, Ciu koko! Kenapa kita tidak mengguna kan racun menyerang racun!"
Pek Soh-jiu keheranan berkata:
"Bagaimana caranya?"
Su Lam-ceng berkata:
"Kau gunakan seruling dewa Ci-cu mengusir ular, lalu suruh Sian-giok menghadang di sekeliling, supaya para ular berbisa itu berlari masuk ke dalam barisan Thian-kong-tee-sat, bukankah akan menghemat tidak sedikit tenaga kita!"
Pek Soh-jiu menganggukan kepala:
"Cara bagus." Dia segera melepaskan Sian-giok, lalu meniup serulingnya dengan lagu pengusir ular yang suaranya menggema ke seluruh gunung.
Berpuluh ribu ular berbisa, besar kecil menyusup keluar dari tempat persembunyiannya, di bawah hadangan Sian-giok, semuanya menyusup masuk ke dalam strategi Thiankong-tee-sat, puluhan ribu ular berbalik menggigit orang-orang di dalam barisan yang mematikan itu, hingga menimbulkan kekacauan yang amat sangat, dalam waktu sekejap, barisan Thian-kong-tee-sat jadi hancur berantakan, anak buah setia Ang-kun-giok-hui yang diandalkan, yang biasa melakukan kejahatan di dunia persilatan, juga berhasil dilukai atau dibunuh dalam jumlah yang amat banyak.
Tanpa ada kerja keras berturut turut telah menghancurkan empat barisan besar, sehingga membuat Thian-ho-leng yang meraja Iela di dunia persilatan, pertama kalinya merasa-kan ancaman maut, tentu saja, Ang-kun-giok-hui tidak rela menerima kekalahan ini, dia mengumpulkan orang-orang Hek-it-kau, dan pasukan inti dari Thian-ho-leng, berniat membalas dengan sekuat tenaga.
Gedung Thian-ciat adalah tempat tinggal sehari harinya ketua Ang-kun-giok-hui, di dalam Thian-ho-leng, selain tempatnya yang tertinggi, juga adalah markas pusat yang sangat misterius, jika melihat wajah luarnya, gedung itu
memang sangat indah dan megah, tapi bangunan di dalamnya, dimana-mana ada jebakan yang berbahaya.
Di atas bukit Thian-ciat sedang dipenuhi oleh hawa pembunuhan yang dahsyat, Ang-kun-giok-hui Hai Keng-sim akan melakukan satu serangan habis habisan dengan cara kilat.
Lapangan batu di depan gedung Thian-ciat, sedang berdiri lautan manusia dengan tanpa bersuara, mereka adalah para anak buahnya Thian-ho-leng dengan seragam baju ringkas merahnya, setengahnya lain adalah anggota Hek-it-kau yang bertopeng.
Ang-kun-giok-hui Hai Keng-sim dengan wajah dingin berdiri diatas lapangan batu, penjahat nomor satu di dunia ini walau pun usianya sudah tua, namun tetap tampak masih cantik, tetap masih ada kelebihannya.
Di sebelah kiri dia, adalah seorang tua bertopeng hitam, tubuhnya tinggi kurus, dua sorot mata yang dingin berputar-putar di dalam topeng hitamnya.
Di belakang orang tua kurus kering, berbaris tujuh orang bertopeng berbaju hitam, tidak berbeda jauh dengan orang-orang Tong-it yang berada di kota kabupaten di Bu-san.
Di belakang Ang-kun-giok-hui, selain Wie Pui-hoa, Giok Ie-ko dua orang muridnya, masih ada sembilan orang wanita baju merah yang usianya di atas setengah baya, memperkirakan menurut sorot mata mereka yang bersinar, setiap orang pasti memiliki ilmu silat yang mengejutkan.
Saat ini Thian-ho-sat-kun memimpin Pek Soh-jiu dan kawan-kawan dengan langkah tenang naik ke atas lapangan batu, dia melihat sekali pada Ang-kun-giok-hui, orang tua yang sangat terbuka ini, wajahnya tampak sedikit emosi, dia
melayangkan tangan menghentikan Pek Soh-jiu dan kawan-kawan, maju dua langkah berkata:
"Keng-sim! Apa maksudnya ini" Apakah tidak senang atas kembalinya aku?"
"Heeh!" dengan dingin Ang-kun-giok-hui berkata:
"Siapa dirimu" kau bicara lebih baik sedikit hati-hati, bukit Thian-ciat bukan tempat kalian mengacau!"
Thian-ho-sat-kun tertegun berkata:
"Hai Keng-sim! Kau sungguh sudah tidak kenal aku lagi?"
Ang-kun-giok-hui berteriak marah, berkata:
"Sembarangan masuk ke dalam bukit Thian-ciat, dosanya sudah tidak bisa diampuni, disini masih berani sembarangan bicara, orang tua tengik, kau sungguh sungguh tidak tahu mati."
Thian-ho-sat-kun marah sekali, dia tidak menduga istrinya bisa berbalik muka tanpa perasaan sedikit pun, sesaat amarahnya meledak, tidak tahan dia mengangkat kepalanya menhadap ke langit, sambil tertawa keras berkata:
"Wanita hina yang kejam sekali, kau sampai tidak mengakui anak dan suami, lima anak buah setiaku itu juga pasti telah dibunuh olehmu, jika kau sudah mencari jalan mati sendiri, aku jadi tidak perlu mempedulikan perasaan cinta dahulu." Orang tua dengan mantel merahnya jadi mengembang, meski tanpa ada angin berhembus, tampak marah sekali, dia mengangkat lengan kanan, saat akan menghantam, terlihat satu bayangan putih berkelibat, Pek Soh-jiu sudah berdiri disisinya berkata:
"Gak-hu (mertua) harap sabar dulu, nanti setelah aku menyelesaikan perhitungan dengan ketua Hek-it-kau, baru kita perhitungan di dalam perguruan sendiri."
Walau Thian-ho-sat-kun marah sekali terhadap Ang-kun-giok-hui, tapi tetap masih ada sedikit perasaan hubungan suami istri, apa lagi Pek Soh-jiu ingin membalas dendam ayahnya dulu, seharusnya masalah-nya dikedepankan terlebih dulu, sehingga untuk sementara dia menahan amarahnya mundur kebelakang.
Pek Soh-jiu mengangkat alisnya, wajahnya menghadap pada orang bertopeng disisi Ang-kun-giok-hui berkata:
"Aku Pek Soh-jiu, berharap ketua Hek-it-kau Oh-long To Cu-an menjawab pertanyaanku."


Pendekar Sakti Dari Lembah Liar Karya Liu Can Yang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ang-kun-giok-hui teriak sekali, berkata:
"Bocah yang masih bau kencur, juga berani menampilkan cakarnya di bukit Thian-ciat, heh... tidak sulit mau bertemu dengan ketua Hek-it-kau, aku ingin perhitungkan dulu dengan kau, masalah hutang lama diantara kita."
Namun Pek Soh-jiu tidak berani kurang ajar terhadap Ang-kun-giok-hui, bagaimana pun, dia adalah ibu mertuanya, sehingga dengan mengepal sepasang tangan dia berkata:
"Cianpwee ingin bagaimana menghukumnya, aku tidak akan mengelak, hanya saja dendam mem-bunuh ayah tidak bisa diampuni, harap Cianpwee bisa memakluminya."
"Heh!" Ang-kun-giok-hui berkata, "Kata-kataku sekali keluar tidak bisa dirubah, ingin bertemu dengan ketua Hek-it-kau, harus lunasi dulu hutang pada perguruanku."
Pek Soh-jiu berkata tawar:
"Oh-long To Cu-an, juga adalah seorang yang ternama, Cianpwee demikian melindunginya, walau pun sementara bisa menghindar dari kematian, di dalam dunia persilatan, mungkin tidak akan ada lagi sebutan Oh-long ini!"
Orang dunia persilatan, kebanyakan lebih mementingkan nama dari pada nyawa, bagaimana Oh-long To Cu-an bisa menerima hinaan tanpa perasaan dari Pek Soh-jiu! Dia meminta izin dulu pada Ang-kun-giok-hui, lalu meloncat, melesat seperti kilat, dalam jarak lima tombak, seperti hanya dalam satu langkah sudah berada dihadapan.
Oh-long To Cu-an bisa menduduki kursi ketua Hek-it-kau, dan menjadi alat kejahatannya Ang-kun-giok-hui di dunia persilatan, memang kepandaiannya tidak bisa dianggap enteng, dia menghentikan langkah, dengan mendengus dingin berkata:
"Bocah, apa kau anak haramnya Sin-ciu-sam-coat" Bagus sekali, ini yang disebut ada jalan surga tidak mau kau tempuh, malah ingin masuk neraka, mari.... Biar aku coba, kau sudah berhasil mendapatkan berapa banyak ilmu silat dari tiga setan tua itu!"
Pek Soh-jiu dengan sorot mata membunuh, berteriak marah:
"Jadi kau bangsat yang menjadi otak serangan gelap di perumahan Leng-in saat itu! Betul tidak?"
To Cu-an dengan bangga bersuara "Hemm!" berkata,
"Tidak salah."
"Giam-lo-cun-cia juga kau bangsat tua yang diam-diam menyiksanya?"
"Bocah, kematian kau sudah didepan mata, masih berani menimbulkan masalah, sungguh terlalu tidak tahu diri!"
"Baik, bangsat tua, kau harus mati......"
Pek Soh-jiu mengerahkan tenaga dalam ke seluruh tubuhnya, setelah tenaga memenuhi sepasang lengan, telapak tangan kanannya pelan-pelan diangkat, Kong-hong-sam-si yang menggemparkan dunia persilat-an dikerahkan, bersiap akan menyerang.
Mendadak, "Tunggu." Dua bayangan orang yang seperti pagoda besi, dengan membawa angin kencang bergulung datang, pada Oh-long To Cu-an mereka berkata, "Kami ingin membalaskan dendam kakak kami, harap ketua bisa mengalah untuk kami."
To Cu-an melihat pada mereka, lalu membalikan kepala, berkata pada Pek Soh-jiu:
"Tiga pengawal pribadiku, satu telah dibunuh olehmu, jika mereka ingin membalaskan dendam, aku tidak bisa menghalanginya, begini saja, jika kau bisa selamat dari tangan mereka, aku yang akan mengantar mu ke akherat."
Dia tidak peduli apakah Pek Soh-jiu setuju atau tidak, ujung kaki dihentakan, maka sudah meloncat kembali ke tempat semula, walau dia menghadap pada Pek Soh-jiu, tapi loncatan dia ke tempat semula, jarak dan tempatnya, hampir semili pun tidak salah.
Saat ini dua orang Tong-it yang tinggi besar dengan dua telapak yang sangat besar sekali, sudah menyerang dari kiri dan kanan, kekuatan telapaknya dahsyat sekali, seperti kapak putih membelah gunung, kecepatan serangannya, ketepatan mengarah pada jalan darah, dibandingkan dengan Tong-it, sepertinya lebih tinggi tiga puluh persen.
Hawa membunuh membayang diantara alisnya Pek Soh-jiu, wajahnya yang tampan setampan Goan-ie itu ada sekelumit senyuman yang sulit diartikan, tubuhnya tegak berdiri seperti gunung, terhadap empat buah serangan
telapak yang bisa membelah gunung itu, sepertinya tidak memandangnya, sampai telapak lawannya hampir menyentuh tubuh, anginnya ingin merobek baju, terlihat kilatan putih berkelebat, tubuhnya yang tegap itu, seperti roh melesat keluar dari serangan telapak. Cara dia melepaskan diri ini, sungguh terlalu tiba-tiba, dua orang Tong-it itu ingin menarik kembali pukulannya, tapi bagaimana bisa menariknya, tidak tertahan mereka sudah saling menyerang, sesudah dua telapak nya bentrok baru bisa memisahkan diri, walau tidak mendapatkan luka, tapi juga membuat hal yang memalukan sekali.
Setelah berteriakan seperti macan terluka, mereka kembali menyerang, tapi saat menyerang kembali mereka telah bertambah hati-hati. Dalam sekejap puluhan jurus telah lewat, Pek Soh-jiu hanya melenggok di antara dua raksasa itu, bajunya berkibar-kibar, tidak saja tidak membalas menyerang, tampang-nya juga sangat santai sekali.
Setelah lewat puluhan jurus, Pek Soh-jiu tidak lagi menghindar, dengan satu siulan nyaring, dua orang raksasa itu diputar oleh sebelah tangannya, malah telah terbang ke udara, jatuh tepat di tempat mereka berdiri semula dibelakangnya Oh-long, ketajaman matanya, penggunaan tenaganya yang tepat, sungguh jarang tandingannya.
Oh-long To Cu-an melihat dua orang itu sudah tidak bernyawa lagi, topeng hitamnya tidak tahan bergetar karena marah dan terkejut, walau dia sudah tahu ilmu silatnya Pek Soh-jiu hebat sekali, tapi tidak menduga bisa sehebat ini.
dia lalu mengangkat sudut bibirnya, lima orang laki-laki besar yang ada dibelakang dia, bersamaan menerjang keluar.
Sangguan Ceng-hun yang melihat berteriak marah berkata:
"Sungguh tidak tahu malu, bertarung menggunakan cara bergilir, sungguh tidak jantan sekali, saudara Ciu! Lima orang ini serahkan saja pada Toako, kau cepat bereskan Oh-long saja."
Ouwyang Yong-it, murid murid dari Siauw-lim dan Bu-tong, semuanya meloncat keluar, para pesilat tinggi Hek-it-kau, juga bersama sama ikut kedalam pertarungan, lapangan batu yang dikelilingi oleh pegunungan ini, segera terjerumus kedalam pertarungan kacau-balau.
Pek Soh-jiu tidak ragu ragu lagi, mendadak tubuhnya berkelebat, seperti kuda langit berjalan dilangit, dalam sekelebat, sudah berada di depan Oh-long, dia mengeluarkan Pouw-long-tui, sepasang alisnya diangkat, berkata dingin:
"Bangsat keji, yang pergi ke Liong-bun, bercerita lagi semangat di tahun itu, adalah ucapanmu bukan" Mana semangatmu itu" Heh heh......"
Dia pelan-pelan mendesak maju, tapi setiap
melangkahnya, menimbulkan angin keras sampai tiga kaki di depan dirinya seperti dinding baja.
Sepanjang hidupnya, Oh-long melakukah kejahatan, pesilat tinggi yang telah dia hadapi tidak terhitung banyaknya, kecuali Ang-kun-giok-hui Hai Keng-sim, yang bisa bertahan lebih dari tiga jurusnya, tentu orang itu bisa dihitung orang ternama, tidak salah, ditahun itu dia pernah mengalami kekalahan dari tangan
Sin-ciu-sam-coat, tapi sakarang ada berapa banyak pesilat tinggi yang seperti Sin-ciu-sam-coat!
Dia sudah terkejut, tapi dia sedikit pun tidak merasa menyesal, sifat jahatnya yang terhimpun dari kejahatan selama bertahun-tahun, membuat keinginannya tidak
pernah gagal, maka dia mengeluarkan senjata khususnya Bu-ceng-put-ho-soat (Senjata pemusnah mayat tanpa ampun), mulutnya teriak:
"Bocah, pergilah susul ayahmu!" dalam sinar kuning yang menyilaukan mata, berturut-turut menyerang sembilan jurus dahsyat.
Pek Soh-jiu bersiul panjang, Pouw-long-tui dengan sinar kemilau hitam memenuhi langit, memo-tong masuk ke dalam sinar kuning, lalu terdengar suara beberapa bentrokan yang keras sekali, cepat sekali mereka telah bertarung sebanyak dua puluh jurus lebih.
Serangan senjata Bu-ceng-put-ho-soat dari Oh-long biasanya tidak pernah gagal, jurusnya telah dia latih dengan keras selama puluhan tahun, tidak di duga, meski telah menyerang dengan sekuat tenaga, sedikit pun dia tidak bisa mendapatkan keuntungan.
Dia jadi putus asa, seperti jatuh ke dalam lubang es, dia merinding dua kali. Sebagai laki-laki besar yang bisa tegak bisa bungkuk, jika ilmu silatnya kalah dari orang, terpaksa menggunakan siasat terakhir, maka dia telah memutuskan menggunakan jurus ke tiga puluh enam, yaitu melarikan lari, Put-ho Soat nya di tegakan, dengan seluruh tenaganya, melakukan satu serangan.
Ini adalah rencana yang dia siapkan sendiri, asalkan bisa mendesak Pek Soh-jiu mundur beberapa langkah, maka dia tidak akan sulit lari melepaskan diri, sayang perkiraan dia kali ini salah, Pek Soh-jiu justru menggunakan cara bertempur kucing mempermainkan tikus, sejak pertarungan dimulai, dia belum mengerahkan seluruh tenaganya.
Serangan Oh-long To Cu-an ini, bisa dikatakan mempercepat kematian sendiri, Pek Soh-jiu melihat dia begitu berani, maka dia tidak ingin lagi menghabiskan
waktu, lengan berototnya diayunkan, Pouw-long-tui seperti gemuruh guntur, di dalam satu bentrokan logam, telapak tangan Oh-long sudah pecah berdarah, Bu-ceng-put-ho-soat sudah terlepas dari tangannya terpental jatuh ke dalam jurang.
Terjerumus ke dalam keadaan buntu, dia masih bisa menghadapinya dengan tenang, dia seorang penjahat ulung, memang berbeda dari pada orang biasa, saat Put-ho-soat terlepas dari tangannya, dia dengan cepat mengayunkan sepasang lengannya, melemparkan segenggam jarum baja beracun, rubuhnya bersamaan waktu meloncat ke atas, meloncat ke arah sisi bukit yang banyak batu berserakan.
"Hemm!" Pek Soh-jiu marah sekali, membentak:
"Tinggalkan nyawamu, bangsat keji." Dengan kuat dia mengayunkan telapak tangan kanannya, jarum baja beracun itu terpukul jatuh semuanya oleh Pouw-long-tui, berbareng telapak tangan kirinya menghantam, Pouw-ci-sin-kang melesat tepat mengenai jalan darah Khi-hai di tubuh Oh-long.
Dari kejauhan menjentikan jari, bukan saja telah menahan Oh-long, juga telah menghancurkan jalan darah Khi-hainya, memusnahkan ilmu silat yang biasa digunakan untuk melakukan kejahatan, lalu dia menangkap dan menotok beberapa jalan darah dia.
Pek Soh-jiu telah berhasil menangkap otak pembunuhan, harapannya telah terkabul, pertarungan sengit yang terjadi di lapangan, juga bersamaan waktunya selesai,. Karena Hek-it-kau telah kehilangan ketuanya, seperti menjadi naga tidak ada kepalanya, para anggota yang sedang bertarung, juga terpaksa melepaskan perlawanannya.
Lalu Su Lam-ceng menggaet tangan Siau Hun, Siau Yam, sambil tertawa menyambut Pek Soh-jiu berkata:
"Selamat, Ciu koko! Kau serahkan dulu Oh-long pada Sangguan toako, aku ingin mendiskusikan satu hal yang sangat penting denganmu."
Pek Soh-jiu menurut, menyerahkan Oh-long pada Sangguan Ceng-hun, membalikan kepala bertanya pada Su Lam-ceng:
"Hal apa yang sangat penting itu" Adik Ceng."
"Menurutmu kenapa Subo mau melakukan hal yang tidak ada perasaan itu?"
Pek Soh-jiu diam-diam melihat pada Ang-kun-giok-hui yang wajahnya sangat serius berkata:
"Ini......... masih perlu petunjuk hebat dari Li Cukat."
Su Lam-ceng tertawa:
"Memperkirakan menurut keadaan tadi, ketika kita menghabisi Hek-it-kau, para anggota Thian-ho-leng tidak ada satu pun yang melibatkan diri, pertentangan diantara Suhu dan Subo mungkin terjadi karena masalah sepele, karena berbeda pendapat, sehingga masing masing memaksa berjalan ke ujung yang berbeda, sebenarnya Subo masih sangat mencintai Suhu, jika kita bisa membuat Suhu mengalah sedikit pada Subo, segala salah paham ini pasti akan bisa diuraikan."
Siau Hun berkata:
"Apakah adik Ceng bisa memperkirakan, apa penyebab yang membuat kedua orang tua berselisih?"
"Mungkin karena Suhu hobinya melancong ketempat jauh, membuat Subo merasa kesepian......pokoknya, tidak jauh dari cinta kasih, dua kata ini, wanita lebih memandang penting cinta, betul tidak?"
Siau Hun menghela napas berkata:
"Adik Ceng pikiranmu sangat teliti, bisa menguraikan masalah sampai ke masalah yang kecil, memang pantas disebut Li Cukat, tapi bagaimana kita melakukannya?"
Su Lam-ceng berkata:
"Di pihak Suhu, biar aku yang bertanggung jawab membujuknya, di pihak Subo, harus Ciu koko yang tampil, minta dukungan dari ketua Siauw-lim, tiga tetua Bu-tong pergi membujuknya, pasti akan berhasil membuat keluarga kembali berkumpul."
Kata Pek Soh-ciu:
"Aku" Kalau ada Siauw-lim dan Bu-tong beberapa Cianpwee yang tampil, tentu saja aku tidak perlu tampil."
Su Lam-ceng tersenyum manis:
"Siapa bilang" Mertua wanita melihat menantu, semakin melihat semakin senang, kau tidak bisa tidak harus tampil."
Perhitungan Li Cukat tidak pernah salah.
Setelah Pek Soh-ciu menghadap Ang-kun-giok-hui dan dengan sabar membujuk, dengan kecakapan dan
kesopanannya, akhirnya hati Ang-kun-giok-hui yang keras seperti batu, bisa lumer seperti air, rencana Su Lam-ceng telah berhasil, sehingga di atas bukit Thian ciat, akhirnya dipenuhi dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
Dunia persilatan menjadi aman dan damai, sekali waktu tampak jejak mereka, muncul di dunia persilatan sebagai pendekar kebenaran.
Tamat Bandung, 25 April 2008 Salam Hormat
(SeeYanTjinDjin)
Pendekar Bayangan Setan 4 Kuda Putih Karya Okt Pedang Darah Bunga Iblis 10

Cari Blog Ini