Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong Bagian 11
Nikou setengah umur itu tidak berbicara lagi, dia segera mengajak ketiga orang itu melewati ruang tengah dan menuju ke bangunan bagian belakang.
Ditempai itupun terdapat sebuah pelataran kecil, disisi kiri dan kanan pelataran terdapat dua deret bangunan rumah.
Nikou itu berjalan menuju ke serambi bagian kiri lantas berhenti, lalu sambil membalikkan badan ia berkata sembari menjura. "Silahkan sicu bertiga masuk ke dalam ruangan."
Dengan langkah lebar Kakek Ou melangkah masuk kedalam ruangan tersebut diikuti Kam Liu cu, Tam See hoa dan terakhir nikou setengah umur itu.
Begitu masuk kedalam ruangan dan menyaksikan apa yang terdapat didalam tersebut, kakek Ou segera berseru tertahan.
Ternyata didalam ruang tamu yang kecil itu terdapat empat orang yang duduk berjejer.
Keempat orang itu tak lain adalah dua orang Wi Tiong hong dan dua orang So Siau hui.
Diantara mereka, seorang Wi Tiong hong dan seorang So Siau aui bangkit berdiri setelah melihat kehadiran ketiga orang itu.
Terdengar Wi Tiong hong berseru nyaring. "Ou lotiang, Kam toako, saudara Tam, ternyata kalian telah datang semua!"
"Toa suheng," seru So Siau hui pula, "bagaimana cara kalian menemukan kami berada disini?"
Tak disangsikan lagi, kedua orang ini adalah Wi Tiong hong asli serta Liu Leng poo yang menyaru sebagai So Siau hui. Sambil tertawa Kam Liu cu segera berseru pula :
"Bagaimana pula cara kalian bisa berada di sini?"
"Siaute dan nona Liu telah diculik oleh Kiu tok kaucu serta Lan Sim-hu yang menyusup ke dalam selat Tok-seh sia, kisah Wi Tiong hong, untung ditengah jalan kami bertemu dengan Tong hujin yang membebaskan kami dari cengkeraman lawan, akhirnya kami berduapun dikirim ketempat ini."
Diam-diam kakek Ou menghembuskan napas lega setelah mengetahui Wi Tiong hong dan Liu Leng poo telah lolos dari mara bahaya, kemudian sewaktu menjumpai So Siau hui dan Lan Kun pit masih duduk tak berkutik dikursi masing-masing, dia lantas menduga bahwa jalan darah mereka tertotok, dengan langkah lebar dia pun berjalan menuju kehadapan So Siau hui.
Mandadak nikou setengah umur itu berseru, "Tunggu dulu lo sicu."
"Masih ada urusan apa lagi siau suhu ?"
"Barusan susiok kami telah berpesan, nona So serta Lan sicu telah terkena obat pembingung pikiran buatan khas dari Liong Cay thian."
"Soal ini telah lohu ketahui," sahut kakek Ou.
"Obat pemabuk semacam ini hanya obat penawar khusus buatan Liong Cay thian sendiri yang bisa
membebaskannya, sayang susiok kami pun tidak berdaya untuk membebaskan mereka. Untung saja Kam tayhiap telah berhasil memperoleh dua butir pil pemunah tersebut, karena itu susiok berpesan, sebelum pengaruh obat pemunah itu lenyap, jangan sekali-kali membebaskan jalan darah mereka yang tertotok."
Diam-diam Kam Liu cu merasa terkejut juga setelah mendengar perkataan itu, pikirnya: "Heran, darimana Tong hujin bisa tahu kalau Liong Cay thian telah menghadiahkan dua butir pil pemunah racun untukku?"
Dari sakunya dia segera mengeluarkan kedua butir pil pemunah itu dan dicekokan ke mulut kedua orang itu.
Dalam pada itu kakek Ou telah menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sembari berkata: "Ada satu persoalan yang tidak kupahami, apakah siau suhu bersedia memberi penjelasan?"
"Silahkan losicu utarakan."
"'Setelah susiokmu membawa mereka datang kemari, tentunya ada sesuatu persoalan yang akan disampaikan kepada kami bukan?"
"Susiok kami telah mendapat kabar kalau Liong Cay thian sedang melakukan pencarian secara besar-besaran disekitar bukit, padahal tempat di mana kalian berteduh berjarak amat dekat dengan sumur kering itu, apalagi kalian hanya meninggalkan satu orang untuk menjaga disitu, andaikata jejak mereka sampai ketahuan, bukankah kedua orang ini baka! dikirim kembali kedalam selat Tok seh sia?"
"Kalau begitu lohu telah menyalahkan niat dan tujuan susiokmu yang sebenarnya."
Baru selesai dia berkata, mendadak dari luar kuil kedengaran seseorang berseru dengan suara nyaring :
"Liong Cay thian ada urusan hendak menyambangi Hui im lo suthay!"
Jelas suara itu adalah suaranya Liong Cay thian, ini berarti orang-orang Tok seh sia telah melakukan pencarian sampai disini.
Kakek Ou segera berkata; "Kebetulan sekali kedatangan dari orang2 she Liong itu, Kam lote, mari kita keluar dan bersama-sama mengusir mereka dari sini."
Tapi nikou setengah umur itu buru-buru mencegah :
"Liong Cay thian datang untuk mencari suhuku, tak perlu menyusahkan lo sicu lagi, biar pinni yang keluar untuk mengusir mereka pergi dari sini."
Perkataan tersebut benar-benar bernada amat besar, seakan-akan si raja langit bertangan racun bisa diusirnya secara mudah dan gampang.
Sementara itu nikou setengah umur itu sudah membalikkan badan sambil berpesan lagi : "Silahkan saudara sekalian duduk disini, biar pinni keluar sebentar."
Selesai berkata dia segera melangkah ke luar dari ruangan.
Menanti nikou itu sudah berlalu, kakek Ou baru berkata dengan suara lirih: "Kam lote, ayoh kita tengok keluar, pihak Tok seh sia pasti telah datang dengan membawa jago-jago dalam jumlah yang banyak, sudah jelas siau suhu itu bukan tandingan Liong Cay thian, seandainya terjadi pertarungan nanti, kitapun bisa membantunya secara diam-diam."
Kam Liu cu mengangguk. "Benar juga perkataan lotiang, setelah kita berada disini, dengan sendirinya tak boleh membiarkan orang-orang Tok seh sia mengusik seujung rumput pun yang tumbuh dikuil Cun ti an ini."
"Aku ikut," seru Liu Leng poo.
"Jangan," cegah Kam Liu cu, "hingga sekarang noua So dan Lan Kun pit belum sadar kembali, lebih baik sammoay bersama saudara Wi serta saudara Tam bertiga tetap tinggal ditempat ini."
Seusai berkata, ia bersama kakek Ou mengikuti dibelakang nikou setengah umur itu berjalan keluar.
Sebagaimana diketahui, ilmu silat yang dimiliki kakek Ou serta Kam Liu cu telah mencapai tingkatan yang luar biasa, dengan kemampuan yang mereka miliki sudah barang tentu nikou setengah umur itu tak akan merasa kalau secara diam-diam jejaknya di ketahui dari belakang.
Ia sama sekali tidak berpaling setelah berjalan keluar dari ruangan tengah, melewati pelataran langsung membuka pintu gerbang lalu berjalan keluar.
Dalam pada itu, kakek Ou serta Kam Liu cu telah melompat naik keatas wuwungan rumah dan
menyembunyikan diri dibalik kegelapan, mereka saksikan di luar pintu kuil telah berdiri dua puluhan orang lelaki berbaju hitam yang bersenjata lengkap.
Sebagai pimpinanya ada tiga orang, yang berada ditengah adalah Raja langit bertangan racun Liong Cay thian. Disisi kirinya adalah wakil ketua pelindung hukum Siang Bu ciu sedangkan disebelah kanannya adalah seorang pendeta asing Ci kong siansu.
Dibelakang ketiga orang itu berdiri empat orang kakek berjenggot putih berjubah hijau serta delapan orang kakek
berbaju abu-abu, mereka tak lain adalah Su leng pat kong yang dilengkapi dengan ilmu pukulan beracun, anak buah Liong Cay thian.
Sambil tertawa kakek Ou segera berbisik setelah menyaksikan orang-orang itu: "Rupanya Liong Cay thian telah mengerahkan segenap kekuatan inti yang dimilikinya."
"Yang jelas kekuatan tersebut bukan disiapkan untuk menghadapi kita," kata Kam Liu cu sambil tertawa pula,
"sebab dia dan Kiu tok kaucu telah bermusuh bebuyutan dan bersumpah tak akan hidup berdampingan secara damai, tak heran bila mereka bernafsu untuk melanyapkan dari muka bumi."
Semenara mereka berdua masih berbincang-bincang, nikou setengah umur itu sudah melayangkan pandangan matanya sekejap sebelum berhenti diwajah Liang Cay thian, lalu setelah memberi hormat katanya dengan suara dingin:
"Liong lo sicu, ada urusan apakah kau malam2 datang berkunjung kemari ?"
Biarpun raja langit bertangan racun Liong Cay thian merupakan seorang pemimpin Tok seh sia yang dikenal banyak orang dan dikenal setiap umat persilatan, namun ia tak berani bersikap angkuh dihadapan nikou setengah umur itu.
Sambil menjura buru-buru sahutnya sambil tertawa :
"Seandainya tiada urusan yang gawat tentu saja lohu tak akan berani mengganggu ketenangan kuil anda, cuma saja pada malam ini dalam selat kami telah ditemukan jejak musuh."
Tidak sampai perkataan itu selesai diutarakan, nikou setengah umur itu segera menukas dengan suara dingin.
"Apa hubungan antara ditemukannya jejak musuh didalam selat kalian dengan kuil kami?"
Liong Cay thian yang ketanggor batunya cepat-cepat menyahut sambil tertawa paksa. "Orang yang menyusup kedalam selat kami itu sempat menculik dua orang, padahal anak buah lohu telah melakukan penggeledahan yang seksama pada wilayah puluhan li disekitar bukit tanpa berhasil menemukan jejak mereka, bisa jadi pihak lawan belum pergi terlampau jauh ... "
"Ooh, jadi lo sicu menaruh curiga kalau kuil kami ini telah dijadikan sarang untuk menyembunyikan orang ?"
seru nikou setengah umur itu sambil tertawa dingin.
Nada suaranya dingin lagipula amat memojokan orang membuat Kam Liu cu yang turut mendengarkan menjadi amat keheranan.
Sebenarnya apa yang diandalkan nikou tersebut, sehingga dia begitu berani bersikap kurane ajar terhadap Rija langit bertangan racun"
Liong Cay thian segera tertawa licik. "Siau suhu telah salah paham, aku tidak bermaksud demikian."
Nikou setengah umur itu sama sekali tidak bermaksud mengalah, sambil mendengus dingin kembali katanya.
"Seandainya Liong lo sicu tidak bermaksud demikian, mengapa kau bawa begini banyak orang mendatangi kuil kami ditengah malam buta begini" Hmm, agaknya Liong lo sicu memang berhasrat untuk menggeledah kuil kami?"
Sebelum Liong Cay thian sempat menjawab. Ci kong siansu sudah habis kesabarannya setelah mendengar perkataan mana, dengan suara lantang ia segera membentak. "Nikou kecil, tentu saja kami akan melakukan penggeledehan, ayo cepat panggil keluar suhumu."
Berubah hebat paras muka nikou setengah umur itu, sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu mendadak dari balik kuil terdengar seseorang menegur dengan suara yang rendah dan berat. "Soh gwat ada urusan apa?"
Buru-buru Nikou setengah umur itu menjura kearah dalam ruangan sambil menjawab : "Suhu, Liong lo sicu dari Tok seh sia menyatakan kalau mereka telah kehilangan dua orang dari dalam selatnya, sekarang mereka berniat melakukan penggeledahan didalam kuil kami ... "
"Jika mereka ingin menggeledah, suruh saja mereka melakukan penggeledahan," kata suara berat dan rendah itu lagi.
Tiba-tiba Liong Cay thian menjura kearah ruangan kuil seraya berseru : "Perkataan lo suthay terlalu serius, biarpun Liong Cay thian bernyali lebih besar pun tak akan berani bersikap kurang ajar di hadapan lo suthay, aku cuma kuatir kehadiran orang-orang itu akan mengagetkan lo suthay sehingga datang untuk menengok, kalau begitu biar aku memohon diri lebih dulu."
Selesai berkata dia segera mengulapkan tangannya dan mengajak semua orang untuk mengundurkan diri dari situ.
Kejadian yang berlangsung didepan mata ini seketika itu juga membuat kaket Ou dan Kam Liu cu yang bersembunyi dibalik kegelapan menjadi terkejut bercampur keheranan mereka tidak tahu siapakah suhu dari nikou setengah umur itu dan darimana asal usulnya"
Nyatanya perkataan dari dalam ruangan kuil itu sudah cukup membuat si Raja langit bertangan racun Liong Cay thian mengundurkan diri dengan ketakutan.
Setelah melihat tak ada urusan lagi, kedua orang itupun secara diam-diam balik kembali keruangan tamu.
Liu Leng poo segera menyongsong kedatangan mereka sambil bertanya. "Toa suheng, apakah Liong Cay thian telah pergi" Apakah sudah terjadi pertarungan?"
Kam Liu cu manggut-manggut, sebelum sempat
menjawab, terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang, nikou setengah umur itupun telah muncul kembali didalam ruangan.
Cepat-cepat Kam liu cu mengerdipkan matanya memberi tanda kepada Liu Leng poo agar jangan bertanya.
Setibanya didalam ruangan nikou setengah umur itu segera melayangkan pandangan matanya memandang sekejap sekeliling tempat itu, akhirnya pandangan itu berhenti diwajah So Siau hui dan Lan Kun pit, katanya kemudian : "Sicu berdua itu sudah sepertanak nasi lamanya menelan obat penawar racun, racun yang mengeram ditubuh merekapun telah punah, sekarang jalan darah mereka yang tertotok boleh dibebaskan."
Seusai berkata ia segera mendekati kedua orang itu dan melepaskan sebuah pukulan.
Sekujur badan So Siau bui dan Lan Kun pit sama-sama bergetar keras, lalu membuka mata masing-masing.
Dalam sekilas pandangan saja So Siau hui telah menjumpai Wi Tiong hong, juga melihat kakek Ou, dia segera mendesis lirih sambil serunya keheranan. "Empek Ou, dimanakah aku sekarang?"
Kakek Ou segera memburu ke sisi tubuhnya dan menyahut : "Aaah, nona telah mendusin kembali, kau tidak apa-apa bukan ?"
"Aku tidak apa-apa." So Siau hui mengucak matanya beberapa kali, "aku " aku seperti telah melakukan suatu impian yang buruk."
Sementara itu Lan Kun pit telah membuka pula matanya, sudah barang tentu dapat melihat pula orang-orang yang berada di situ dengan jelas.
Biarpun ia baru saja sadar dari pengaruh obat pembingung pikiran, namun setelah menyaksikan kehadiran beberapa orang yang berada dihadapannya sekarang dengan cepat dia pun memahami apa yang telah terjadi.
Dengan cepat dia melonpat bangun, kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun juga beranjak pergi dari ruangan itu.
Liu Leng Po segera menggerakkan tubuhnya siap mengejar dari belakangnya.
Tapi Kam Liu cu segera mencegahnya setengah berbisik.
"Sumoay, biarkan saja dia pergi!"
"Tadi susiok kami telah berpesan pula," kata nikou setengah umur itu tiba-tiba, "bila nona ini telah sadar kembali maka saudara sekalian harus meninggalkan kuil kami."
Kakek Ou segera menjura dan berkata: "Untung sekali susiokmu banyak membantu didalam usaha kami ini, sudah sepantasnya bila kuucapkan terima kasih kepadanya."
"Berhubung masih ada urusan lain, susiok kami telah pergi semenjak tadi," sahut sang nikou.
"Bagaimana dengan suhumu" Bolehkah lohu sekalian
..." Tidak sampai kakek Ou menyelesaikan perkataannya, nikou setengah umur itu telah menjura seraya menjawab.
"Harap lo sicu sudi memaafkan, sudah banyak tahun suhu kami tak pernah menerima tamu asing."
"Kalau memang begitu, kami pun tak akan mengganggu lagi."
"Harap tunggu sebentar ... " seru nikou setengah umur itu.
"Siau suhu masih ada petunjuk apa lagi?"
"Sebelum pergi tadi susiok telah berpesan kepada pinni untuk menyampaikan kepada sicu sekalian bahwa sepeninggalan dari kuil nanti, harap kalian pergi ke tebing Thian long peng, disitu ada seseorang sedang menunggu kedatangan kalian, bila menjumpai kesulitan, susiok kami pasti akan mengirim orang untuk membantu."
Kam Liu cu yang mendengar perkataan itu segera berpikir didalam hati : "Seandainya rombongan kami benar-benar menjumpai kesulitan mungkin susiok mu pun belum tentu bisa memberi bantuan."
Sementara itu Liu Leng poo telah bertanya, "Dimana sih letak tebing serigala langit itu?"
"Barangkali dari sini menuju ke barat kurang lebih dua puluh dua tiga li dari sini. Kalau toh susiok mu berkata demikian, sudah tentu ada sebab-sebabnya, kalau begitu kita harus berangkat kesana," kata kakek Ou kemudian.
Maka berangkatlah semua orang meninggalkan pintu kuil.
Setibanya diluar, nikou setengah umur itu segera memberi hormat sambil berseru. "Maaf kalau pinni tak akan menghantar lebih lagi."
Habis berkata dia menutup kembali pintu kuilnya.
Waktu itu fajar sudah hampir menyingsing, rombongan dengan dipimpin oleh kakek Ou segera berangkat meninggalkan kuil Cun ti an menuju kearah barat.
Dalam perjalanan, Liu Leng poo sudah tidak tahan lagi untuk bertanya, "Toa suheng. bagaimana ceritanya tadi sehingga Liong Cay thian angkat kaki dari depan kuil?"
Secara ringkas Kam Liu cu segera menceritakan kembali apa yang telah dilihatnya.
Selesai mendengarkan kisah itu, Liu Leng poo pun bertanya: "Toa suheng, menurut pendapatmu siapakah suhunya itu"''
Dengan cepat Kam Liu cu menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya. "Rasanya memang sulit untuk menemukan orang yang bisa membuat si raja langit tangan racun Liong Cay thian menjadi begitu ketakutan ... "
"Empek Ou, bagaimana dengan kau" Apakah kau tahu?" tanya So Siau hui sambil berpaling.
"Haah ... haah ... haah ... jika Kam lote saja tidak tahu, kami sebagai orang yang jarang melakukan perjalanan didaratan Tionggoan tentu lebih-lebih tak bisa menebak lagi."
So Siau hui segera membantah: "Tapi tempat ini kan bukan termasuk wilayah Tionggoan, oya empek Ou aku teringat akan seseorang, entah benar atau tidak?"
"Nona teringat akan siapa?" tanya kakek Ou.
"Aku pernah mendengar ayah berkata bahwa di bukit Bu liang san yang termasuk dalam wilayah Yunan terdapat seorang nikou tua yang amat hebat."
"Aah, apakah nona maksudkan Bu beng sinni?" seru Kam Liu cu sambil bertepuk tangan secara tiba-tiba.
"Ooh, rupanya Kam toako juga tahu," So Siau hui tertawa.
Seperti pula Wi Tiong hong, dia pun menyambut Kam Liu cu sebagai Kam toako.
"Bu beng sinni adalah seorang tokoh sakti dari luar perbatasan yang diakui secara umum oleh setiap umat persilatan, sudah tentu aku pun pernah mendengarnya,"
kata Kam Liu cu.
Kakek Ou segera berkata pula: "Konon semenjak sinni mengukir tiga ratus buah patung Ji lay hud di atas dinding batu bukit Bu liang san dengan tenaga sakti Bu siang sin kang nya tempo hari, dia belum pernah turun lagi dari tebing Leng san gay barang selangkah pun."
"Betul," ujar Liu Leng poo, "nikou tua dan Tong hujin yang berdiam dalam kuil Ti can an tersebut merupakan kakak beradik seperguruan, bisa jadi kedua orang itu adalah ahli waris dari Bu beng sinni."
"Yaa ... betul, apa yang diucapkan enci Liu memang persis sekali dengan apa yang kupikirkan didalam hati,"
seru So Siau hui dengan perasaan girang.
Liu Leng poo " " " sama-sama Wi Tiong hong tiba2
mempercepat langkahnya seraya berseru : "Empek Ou, aku teringat sekarang, bukankah aku telah diculik oleh seorang jahat yang menyaru sebagai Wi sauhiap" Bagaimana keadaan selanjutnya?"
"Panjang sekali untuk menceritakan kembali peristiwa tersebut, itu lihat, tebing Thi an jong peng sudah hampir tiba, mari kita berbincang-bincang lagi setelah tiba di sana nanti."
-oo0dw0oo- Jilid 21 Sementara itu fajar mulai menyingsing, selapis kabut pagi yang tipis menyelimuti pegunungan yang membentang di depan sana.
Rombongan pun meneruskan perjalanannya dibawah pancaran sinar fajar yang masih redup.
Lebih kurang sepertanak nasi kemudian jarak sejauh dua puluhan li jalanan bukit telah dilampaui, kini mereka telah tiba di atas sebuah puncak bukit.
Tapi berhubung semua orang tidak mengetahui jalanan diatas bukit Kou lou san tersebut, sehingga mereka pun tak tahu sudah tiba di Thian long peng atau belum"
Kakek Ou dan Kam Liu cu berjalan dipaling muka, baru saja mereka hendak menghentikan langkahnya untuk memperhatikan keadaan disekitar tempat itu...
Mendadak dari balik pepohonan siong di depan sana meluncur datang dua sosok bayangan manusia yang menghadang kepergian mereka sambil membentak :
"Siapa yang datang?"
Kakek Ou berpaling kearah Kam Liu cu dan katanya sambil tertawa :
"Mungkin mereka adalah orang orang yang sedang menanti kedatangan kita".
Dalam sekilas pandangan saja Kam Liu cu sudah melihat dengan jelas bahwa dua orang yang berada dihadapannya adalah dua lelaki berbaju ringkas warna hijau dengan pedang tersoren di punggung, pada gagang pedang terikat pula pita berwarna hijau. Maka segera ujarnya :
"Mereka adalah orang orang dari perkumpulan Ban kiam bwee."
Sementara pembicaraan berlangsung, kedua jago pedang pita hijau itu sudah melihat pula Wi Tiong hong, buru-buru mereka maju kedepan dan menyapa seraya menjura,
"Ooh rupanya Wi siauhiap telah lolos dari ancaman bahaya maut."
Wi Tiong hong segera balas memberi hormat, ujarnya:
"Kalian berdua hadir di sini, aku rasa Buyung congkoan tentu sudah berada disini bukan?"
o^DewiKZ^Aditya^aaa^o
"BUYUNG congkoan datang kemari bersama-sama Kiamcu" sahut salah seorang dari jago pedang berpita hijau itu.
Mengetahui kalau Ban kiam Hwee cu pun ikut datang, Wi Tiong hong menjadi sangat gembira, cepat cepat ia bertanya lagi
"Kiamcu dan Buyung congkoan berada dimana sekarang?"
"Sejak kemarin malam Kiamcu dan Buyung congkoan telah masuk kedalam selat Tok seh sia, hingga kini mereka belum juga kembali."
Masuk ke selat Tok seh sia bukan terletak ditempat ini.
Tiba-tiba saja Kam Liu cu teringat kembali dengan perkataan dari Cay thian semalam, dia bilang akan membicarakan Lan Kun pit meneruskan sandiwaranya berperan sebagai Wi Tiong hong, hal ini dimaksudkan
untuk memancing Wi Tiong hong beserta orang-orang yang ada hubungan dengannya agar masuk perangkap.
Waktu itu diapun berkata :
"Selat Tok seh sia letaknya sangat terpencil dan rahasia, kecuali Kiy tok kaucu, tak mungkin orang-orang yang lain bisa menemukannya secara gampang."
Dikatakan pula:
"Dalam urusan ini, sudah diatur persiapan lain!"
Padahal orang-orang yang yang mendapat kabar tidak berhasil menemukan selat Tok seh sia, itu berarti yang dimaksudkan Liong Cay thian sebagai sudah diatur persiapan lain adalah rencana untuk memancing para pendatang kesebuah lembah bukit yang lain, dan lembah tersebut tentulah perangkap yang telah dia persiapkan itu.
Berpikir sampai disini diam-diam ia menjadi cemas dan gelisah, ditinjau dari belum kembalinya Ban kiam bweecu hingga kini bisa di simpulkan bahwa mereka bisa jadi sudah termakan jebakan musuh.
Dalam pada itu, si jago pedang berpita hijau tersebut nampak kaget bercampur tercengang setelah mendengar dari Wi Tiong-hong bahwa selat Tok seh sia bukan terletak disitu.
Dia menengok sekejap kearah rekannya, lalu berseru :
"Sungguh mengherankan sebelum masuk kedalam selat Kiamcu telah melakukan pemeriksaan dengan seksama terbukti kalau Toh seh sia memang terletak disini."
"Selain Hwecu dan Buyung congkoan yg telah masuk kedalam selat, apakah dari pihak perkumpulan kalian masih ada congkoan lain yang tinggal disini?"
"Congkoan pedang berpita hitam Ma koan totiang serta kedua orang wakil congkoan berada disini semua."
"Dapatkah kalian berdua melaporkan kalau kami ada urusan hendak bertemu dengan Ma koan toheng?"
"Kam tayhiap terlalu merendah, kalian adalah sahabat lama kiamcu, tak usah dilaporkan lagi, mari, silahkan saudara sekalian mengikuti diriku!"
Seusai berkata, dia segera membalikkan badan dan berjalan menelusuri jalan bukit.
Sedangkan jago pedang berpita hijau yg lain segera mengundurkan kembali kedalam hutan setelah memberi hormat kepada semua orang.
Dengan mengikuti dibelakang jago pedang pita hijau itu, berangkatlah semua orang menaiki bukit itu.
Sepanjang jalan Wi liong hong memperhatikan secara diam-diam, ternyata dikedua sisi jalan bukit sering ditemukan bayangan manusia yang berkelebat lewat dengan ketajaman matanya, meski cuma dalam sekilas pandangan saja namun ia dapat melihat dengan jelas bahwa bayangan manusia itu semuanya terdiri dari kawanan jago pedang berpita hijau dari perkumpulan Ban kiam hwee.
Sudah dapat dipastikan ke tiga puluh enam orang anak buah Buyung Siu telah di ajak serta semua.
Tak selang berapa saat kemudian mereka telah sampai didepan sebuah gua batu dipunggung bukit.
Jago pedang berpita hijau itu segera berhenti dan memberi hormat kearah gua batu itu seraya berseru,
"Lapor congkoan, Wi siauhiap beserta Kam tayhiap dari Thian sat bun serta nona So dari Lam hay bun telah datang!"
Agaknya dia hanya kenal dengan Wi Tiong hong, Kam Liu cu serta So Siau hui bertiga.
Baru selesai laporan diberikan tampak Ma koan tojin bersama Thio lohan, Khong Beng dan naga tua berekor botak To Sam sin telah melangkah keluar dari gua batu itu dengan langkah tergesa-gesa.
Ma koan tojin segera melayangkan pandangannya sekejap, lalu sambil memberi hormat serunya sambil tertawa:
"Syukurlah bila Wi siauhiap telah lolos dari bahaya maut, tentunya siauhiap telah bersua dengan Kiamcu kami bukan?"
"Tidak, aku belum bertemu dengan Kiamcu" sahut Wi Tiong hong sambil balas memberi hormat.
"Kalau begitu siauhiap sudah tahu kalau kiamcu serta Buyung congkoan telah berangkat memasuki selat Tok seh sia?" ucap Naga tua berekor botak To Sam sin.
"Mari kita berbincang-bincang didalam saja!!" ajak Kam Liu cu tiba-tiba.
Ma koan tojin merupakan seorang jago kawakan dari dunia persilatan yang berpengalaman sangat luas, dari nada pembicaraan Kam Liu cu dia segera sadar kalau ada sesuatu yang tak beres, cepat-cepat dia mengangguk,
"Betul juga perkataan dari Kam tayhiap silahkan saudara sekalian masuk kedalam."
Sambil berkata dia lantas mempersilahkan semua orang masuk kedalam gua batu.
Ternyata ruang dalam dari gua batu itu sangat lebar dan luas, selain terdapat tumpukan ransum kering disudut sebelah kanan, bagian yang lain kosong tak terdapat sesuatu
bendapun, sudah jelas tempat itu disediakan untuk melepaskan lelah.
Dengan nada minta maaf Ma koan tojin berkata lagi:
"Gua ini kami temukan secara tak sengaja, selain luas, dikelilingi pula oleh pepohonan yang sangat rindang sehingga tidak mudah ditemukan lawan, maaf Wi siauhiap sekalian, terpaksa kalian dipersilahkan duduk dilantai."
"Totiang tidak usah sungkan-sungkan, mari kuperkenalkan dulu dengan semua orang."
Setelah berhenti sejenak, terusnya,
"Saudara Kam dan nona So tentunya sudah pernah kalian bertiga jumpai, sedangkan saudara yg ini adalah panglima sakti berlengan emas Ou lotiang yg dikenal sebagai penjaga pintu langit lautan selatan, sedangkan yang ini adalah adik seperguruan dari saudara Kam, nona Liu rasanya totiang sekalian pernah mendengar nama besar mereka bukan...?"
"Padahal totiang pernah bertemu muka dengannya, sebab dia tak lain adalah nona berkerudung hitam yang menggunakan senjata Hwee hong to sewaktu bertarung di perusahaan An wan piaukiok di kota Sang siau tempo hari.
Sedangkan yang terakhir ini adalah pelindung hukum dari Thi pit pang, orang menyebutnya si pena baja Tam See boa, saudara Tam."
Diam-diam Ma koan tojin, Thi lohan Khong Beng serta naga tua berekor botak To Sam sin merasa terkejut sekejut sekali setelah mendengar perkenalan dari Wi Tiong hong ini.
Mimpi pun mereka tidak menyangka kalau kakek tua bangka yg sama sekali tidak menarik dihadapan mereka sekarang tak lain adalah panglima sakti berlengan emas Ou
Swan yang sudah termashur dalam dunia persilatan semenjak tiga puluh tahun berselang.
Mereka lebih lebih tidak menyangka kalau nona yang berwajah cantik jelita ini tak lain adalah perempuan berbaju hitam yang pernah menggetarkan hati setiap orang dengan pisau terbangnya sewaktu berada di perusahaan An wan piaukiok tempo hari.
Ketiga orang itu saling berpandangan sekejap lalu cepat-cepat mengucapkan kata-kata merendah, setelah itu masing masing baru mengambil tempat duduk dilantai.
Secara ringkas dan garis besarnya kakek Ou dan Kam Liu cu pun mengisahkan kembali pengalaman mereka semenjak keluar dari kuil Cun tian hingga tiba disitu.
Sudah barang tentu Kam Liu cu tak sempat
menceritakan apa yang telah di bicarakan dengan Liong Cay thian ketika itu serta rencana Liong Cay thian hendak membiarkan Lan Kun pit tetap berperan sebagai Wi tiong hong untuk memancing para jago lainnya masuk perangkap.
Tapi setelah ditemukan bahwa Ban kiam hweecu telah memasuki selat Tok seh sia dan hingga kini belum kembali, Kam Liu cu baru terperanjat dan sadar kalau Liong Cay thian telah mempersiapkan sebuah selat Tok seh sia palsu ditempat lain jauh sebenarnya.
Tentu saja selat Tok seh sia yang dipersiapkan dibukit Kou lou san ini merupakan sebuah perangkap untuk menjebak para jago.
Begitu semua orang sudah mengambil tempat duduk, Kam Liu cu segera bertanya kepada Ma koan tojin,
"Apakah toheng bertiga datang bersama-sama dengan hwecu perkumpulan kalian?".
"Tatkala kiamcu mendapat kabar yang mengatakan bahwa Wi siauhiap telah diculik oleh pihak Toh seh sia, dia segera berangkat dengan tergesa, waktu itu beliau hanya memimpin Buyung congkoan beserta segenap jago pedang pita hijau ditambah pinto sekalian bertiga."
Tak terlukiskan rasa haru dan terima kasih Wi Tiong hong terhadap Ban kiam hweecu setelah mengetahui bahwa kehadirannya di kou lou san khusus untuk menolong jiwanya. Apalagi teringat dengan seutas rambut yang diberikan kepadanya ketika berpisah tempo hari, tanpa terasa pipinya menjadi panas.
Terdengar Kam Liu cu bertanya lagi : "Tahukah toheng dari mana hwecu mendapat kabar kalau saudara Wi Tiong hong telah diculik orang-orang Tok seh sia?"
"Ban Kiam hweeeu mempunyai mata-mata yang tersebar luas diseantero dunia persilatan, tentu saja ia peroleh berita itu dari berita yang tersiar ditempat luaran."
"Tidak mungkin" seru Kam Liu cu segera sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. "kami baru memperoleh berita tersebut setelah berjumpa dengan dua bersaudara Bwee hoa kiam, padahal Ban kiam Hweecu telah kembali ke Kam bun waktu itu, tak mungkin kabar tersebut tersiar sedemikian cepatnya lagi pula kabar berita yang tersiar dalam dunia persilatan belum tentu akan dipercayai oleh Ban kiam Hwee cu dengan begitu saja."
Ma koan tojin segera manggut-manggut: "Yaa, perkataan dari Kam tayhiap memang tepat sekali".
Kemudian setelah mengalihkan sorot matanya
memeriksa sekejap sekeliling tempat itu, dia melanjutkan dengan suara lirih :
"Berhubung saudara sekalian bukan orang luar, tak ada salahnya kalau akupun berterus terang, sesungguhnya berita ini dibocorkan oleh Sah toheng kepada pinto, kemudian pinto kabarkan berita tersebut kepada Kiam cu lewat burung merpati."
Tidak sampai perkataan itu selesai diucapkan, Kam Liu cu telah bertepuk tangan sambil menukas:
"Itulah dia aaai..kalau begitu Hwee cu telah termakan oleh tipu muslihatnya!"
"Apa maksud Kam tayhiap berkata demikian?"
"Dengan belum kembalinya hweecu kalian sampai saat ini terbukti sudah kalau ia telah terjebak oleh perangkap Liong Cay thian! Rencana tersebut benar-benar merupakan intrik busuk yang sangat berbahaya!"
"Kam tayhiap, agaknya kau sudah memperoleh suatu data yang lengkap tentang peristiwa ini, dapatkah kau jelaskan kepada pinto?" kata Ma koan tojin terkejut.
"Hweecu kalian masuk dari mana" " tanya Kam Liu Cu lebih jauh.
"Selat Tok seh sia mempunyai medan yg sulit serta letak yang sangat rahasia. Bagi umat persilatan pada umumnya mereka hanya mendengar nama Tok seh sia tanpa di ketahui kalau selat tersebut sesungguhnya berada dibukit Kou lou san. Sudah barang tentu tiada orang yang tahu letak selat tersebut secara tepat dan sebenarnya, Kiamcu masuk kedalam selat tersebut sesuai dengan pentunjuk dari Seh toheng."
"Mengapa hweecu kalian dapat mempercayai perkataan dari Seh Thian yu dengan begitu saja?"
Wi Tiong hong cukup mengetahui kisah Ban kiam bweecu yang berhasil menaklukkan Seh Thian yu maka cepat-cepat dia menukas,
"Ban kiam hweecu pernah melepaskan budi kepada Seh Thian yu, aku pikir dia tak mungkin akan mencelakai kiamcu."
"Tahukah toheng letak selat Tok seh sia, menurut keterangan dari Seh Thian yu?" tanya Kam Liu cu lebih jauh.
"Menurut petunjuk dari Seh Thian yu, selat Tok seh sia terletak dibelakang bukit ini."
"Mana mungkin" Tempat ini bernama Thian long peng, selat Tok seh sia tidak berada disini."
"Aaaai... Semenjak dulu pinceng toh sudah bilang perkataan dari Seh Thian yu tidak bisa dipercaya!" kata Thi lohan Khong Beng kemudian,.
Dari pembicaraan yang berlangsung barusan Liu Leng poo segera mengambil kesimpulan kalau antara Seh Thian yu dengan pihak Ban kiam hwee tampaknya sudah saling bersekongkol. Satu ingatan segera melintas didalam benaknya, ia jadi teringat kembali dengan surat yang dikirim lewat burung merpati dan secara kebetulan ditangkap kakek Ou pada malam itu.
Tak tahan lagi dia berseru :
"Menurut dugaanku, bisa jadi Seh Thian yu telah tertimpah suatu musibah!"
"Yaa...aku pikir memang begitu" Kam Liu cu membenarkan, "Andaikata Seh Thian yu tidak bermaksud memancing Ban kiam hweecu masuk perangkap, itu berarti dipihak Seh Thian yu sendiri telah terjadi persoalan, kalau
tidak, tak mungkin ada orang yang mencatut nama Seh thian yu untuk memancing hweecu masuk ke dalam selat Tok seh sia palsu."
"Padahal bukan hanya Ban kiam hweecu seorang yang menjadi sasaran, Liong Cay thian telah berencana untuk menjebak kita semua kedalam perangkapnya itu."
"Toa suheng aku lihat kau seperti sudah tahu kalau peristiwa ini merupakan suatu intrik busuk mereka?" tanya Liu Leng poo sambil menengok ke arah Kam Liu cu dengan pandangan keheranan.
"Kesemuanya ini kuperoleh langsung dari Liong Cay thian, hanya sepanjang perjalanan tadi aku belum sempat menceritakan kesemuanya itu kepadamu."
Secara ringkas diapun membeberkan apa yang telah dibicarakan Liong Cay thian kepadanya malam itu.
Mengetahui kalau Ban kiam hweecu sudah terperangkap di dalam selat Tok seh sia palsu, keningnya segera berkerut, lalu sambil mengangkat kepalanya dia berkata :
"Kalau begitu didalam selat Tok seh sia palsu tentu sudah dipersiapkan pelbagai jebakan dan alat perangkap yang sangat hebat!"
Liu Leng poo tertawa.
"Liong Cay thian telah memasukkan nama Ban Kam hweecu serta toa suheng di dalam daftar hitamnya, tanpa jebakan dan alat perangkap yang sangat hebat tidak mungkin bisa membelenggu mereka berdua..."
"Jika didengar dari nada pembicaraan Kam tayhiap, tampaknya kalian seperti baru saja datang dari selat Tok seh sia?" tiba-tiba Ma koan tojin bertanya.
"Yaa betul, kami semua memang baru saja keluar dari selat Tok seh sia.." sahut Kam Liu cu seraya tertawa tergelak.
"Benar" ucap kakek Ou pula, "Kami memang baru datang dari Tok seh sia yang asli, dan sekarang akan menerobosi selat Tok seh sia gadungan. Waaah...kejadan ini pasti akan merupakan suatu peristiwa yang sangat menarik hati. Aku tidak percaya kalau perangkap dan alat jebakan yang di persiapkan Liong Cay thian ditempat tersebut begitu hebat dan luar biasanya,.."
Wi Tiong hong segera berseru pula sambil melompat bangun :
"Kalau hendak berangkat mari kita segera berangkat, biar aku menjadi pelopor pembuka jalan untuk kalian semua."
Liu Leng Poo melirik sekejap kearahnya lalu katanya sambil tertawa :
Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tunggu sebentar Wi siauhiap, dalam masalah ini kita tak boleh bertindak ceroboh. Kalau ditinjau dari tekad Liong Cay thian yang berusaha keras untuk memancing musuh-musuhnya, sudah jelas telah persiapkan suatu jebakan yang sangat lihay dan aku rasa hal ini tak akan diragukan lagi."
"Coba kau bayangkan kepandaian silat yg dimiliki Ban kiam hweecu serta Buyung congkoan, keduanya sama-sama tangguh dan lihay, andaikata mereka berdua terjebak pula didalam selat Tok seh sia palsu maka hal ini bisa diartikan bahwa mengandalkan ilmu silat saja adalah suatu hal yang tak berguna."
"Itulah sebabnya kita harus mempunyai suatu gambaran yang jelas lebih dulu tentang masalah ini kemudian baru bertindak. Kalau tidak, sudah pasti kita bisa masuk susah
untuk keluarnya, bisa kita semua sampai terperangkap di dalam, bukankah urusan bakal bertambah runyam?"
Sambil tertawa kakek Ou berseru : "Keberhasilan kita masuk dan keluar dari selat Tok seh sia kemarin adalah berkat siasat nona yang hebat, kali ini, kami semua akan menuruti semua perintah dari nona!"
"Persoalan ini berbeda jauh dengan persoalan di Tok seh sia kemarin. Dalam hal ini aku sama sekali tak punya pegangan apa apa..."
"Aku rasa kepandaian yang diandalkan pihak Tok seh sia paling banter hanya racun yang jahat!" kata So Siau hui.
"Aaai sayang sekali pil penolak racun yang kami bawa sudah habis terpakai, kalau tidak, kita tentu tak usah kuatir dengan racun jahat lagi."
Ketika berbicara sampai disini mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, sambil berseru tertahan katanya,
"Bukankah Wi siauhiap mempunyai pena ajaib Lou bin si " Aku dengar Lou bun si dapat memunahkan berbagai racun keji yang ada didunia ini, bahkan kasiatnya jauh lebih hebat daripada pil anti racun..."
"Pena ajaib Lou bun si merupakan benda wasiat milik Thi pit pang, aku telah mengembalikannya kepada Ting toako." sahut Wi Tiong hong.
"Dan aku rasa benda tersebut sudah terjatuh ke tangan Kiu tok kaucu saat ini!" sambung Tam See hoa.
Sambil menggigit bibir So Siau hui berpikir sejenak, lalu katanya lagi :
"Waaaah bagaimana kalau begini" Untuk bisa masuk keluar dari selat Tok seh sia dengan selamat, kita harus
mempunyai pil penawar racun....ehmm...bagaimana kalau kita membuat obat disini?"
"Tapi dari mana kita bisa peroleh bahan obat-obatan yang diperlukan...?"
"Nona..." Kakek Ou berseru,
Tidak membiarkan pembantunya berkata lebih lanjut, sambil tertawa hambar So Siau hui berkata lagi:
"Obat adalah benda yang dibutuhkan untuk menolong umat manusia aku tidak sependapat kalau resep tersebut harus dirahasiakan, apalagi musuh yang sedang kita hadapi sekarang adalah selat Tok seh sia yg tersohor karena kelihayan racunnya, kecuali kalau kita tak usah mencari gara-gara dengan mereka."
"Yaa benar juga perkataan nona..." kakek Ou mengangguk.
Satu ingatan segera melintas didalam benak Liu Leng poo, segera tanya:
"Adik dari keluarga So, apakah kau mengetahui resep pembuatan obat penolak racun itu?"
So siau hui manggut manggut, sahutnya sambil tertawa;
"Sejak kecil siaumoay suka melihat ayah ku membuat obat, semua bahannya telah ku ingat diluar kepala."
"Waah kalau begitu bagus sekali" seru Liu Leng poo gembira. "Sebelum memasuki selat Tok seh sia palsu, kita harus mengadakan persiapan dulu selengkapnya adikku, cepat kau tulis bahan obat obatan yang di butuhkan, kita segera akan mengutus orang untuk mencarinya dikota terdekat, hanya tidak di ketahui apakah bahan obat tersebut tersedia lengkap disitu?"
"Bahan obat-obatan yang diperlukan apakah tersedia lengkap disitu ?"
"Bahan obat-obatan yang diperlukan adalah bahan obat yang umum, dimanapun bisa kita peroleh secara mudah."
So Siau hui menegaskan.
"Kalau begitu silahkan nona menulisnya, pinto segera akan mengutus orang untuk mencarinya." seru Ma koan tojin pula,
So Siau hui tidak banyak berbicara lagi, dia mengambil sebatang pit dari sakunya, lalu mengambil selembar sapu tangan sebagai pengganti kertas dan menulis berapa puluh macam bahan obat-obatan yang diperlukan, kemudian di serahkan kepada Ma koan tojin.
Sambil menerima resep obat itu kembali Ma koan tojin bertanya.
"Apakah nona hendak berpesan lain?"
"To tiang terlalu serius, pesan saja kepada kedai obat tersebut agar semua bahan obat ditumbuk menjadi bubuk.."
Ma koan tojin turun tangan sendiri keluar dari gua, lalu mengutus seorang jago pedang pita hijau untuk membeli bahan obat-obatan diluar gunung.
Menanti Ma koan tojin telah balik kembali kedalam gua, Liu Leng poo baru bertanya,
"Apakah totiang tahu untuk menuju ke selat Tok seh sia palsu kita harus melalui mana?".
"Waah kalau soal itu sih pinto kurang jelas, sebab surat rahasia yang dikirim Seh toheng waktu itu kuserahkan kepada kiamcu tanpa pinto sempat membaca isinya."
"Bukankah totiang datang bersama kiam cu" Masa kau tidak tahu darimana mereka masuk?"
"Waktu itu kiam cu amat terburu buru ingin menolong Wi siauhiap yang terjatuh ketangan musuh sehingga dia tak sempat banyak bicara dengan kami, sebelum berangkat dia hanya memerintahkan kepada pinto sekalian bertiga agar berjaga disini, kalau didengar dari pembicaraan kiamcu tampaknya selat Tok seh sia terletak dibelakang puncak bukit itu, sedangkan jalanan yang dilalui kiamcu adalah sebuah lorong rahasia."
Sekali lagi Wi Tiong hong merasa terharu dan berterima kasih sekali terhadap Ban kiam hweecu, demi keselamatan jiwanya ternyata ia tak segan-segan menyerempet bahaya untuk berusaha menolongnya.
Kenyataan tersebut kontan saja membuat anak muda ini menjadi amat gelisah dan tak tenang duduk.
Dengan kening berkerut Liu Leng poo termenung berapa saat lamanya, kemudian berkata:
"Waah, kalau begitu rada sulit, Liong Cay thian berniat memancing musuhnya masuk perangkap, sudah pasti jalan rahasia yang dilalui Ban Kiam hweecu sekalian untuk masuk kedalam selat itu sudah ditutup mati olehnya."
Kam Liu cu tertawa.
"Ji sumoay kali ini perhitunganmu keliru besar, Liong Cay thian bermaksud hendak memancing musuh-musuhnya masuk perangkap, lagipula orang yang diincar bukan cuma Ban kiam hweecu seorang, sebelum apa yang diharapkan tercapai, tak mungkin jalan rahasia tersebut disumbat mati olehnya."
"Jikalau dia memang berupaya untuk memancing lawan-lawannya masuk perangkap sudah pasti jalan rahasia yang dipersiapkan bukan hanya sebuah saja...." kata Liu-Leng poo kemudian,
"Itu sih gampang untuk diselesaikan " sela kakek Ou tiba tiba, "Bila aku berhasil membekuk seorang anggota Tok seh sia, bukankah segala sesuatunya akan terbuka dengan sendirinya?"
Liu Leng poo segera menggeleng ;
"Liong Cay thian adalah seorang yang licik dan mempunyai pikiran yang panjang, dia tak nanti akan membocorkan rahasia tingkat tingginya ini kepada anggota lain kecuali dia seorang."
"Nona Liu.." ujar Wi Tiong hong kemudian. "Aku rasa kalau toh selat Tok seh sia palsu berada dibelakang puncak bukit itu, apa salahnya jika kita mendaki ke puncak bukit itu serta memeriksanya sendiri.?"
"Percuma, Liong Gay thian berniat memancing musuh-musuhnya masuk perangkap sudah pasti letak dari lembah buntu yang dipilihnya itu sudah memenuhi pelbagai syarat yang dia tentukan, itu berarti kecuali jalan rahasia yang te!ah tersedia tidak mungkin ada jalan tembus lainnya, sekali pun kita bisa saja mendaki ke puncak bukit serta menengok keadaan dari lembah tersebut paling banter yang kita hadap adalah tebing curam sedalam ratusan kaki yang tak mungkin bisa turuni."
"Lantas apa yang harus kita lakukan ?"
"Tentu saja kita harus naik ke atas untuk melihat keadaan lebih dahulu...."
Setelah berhenti sejenak dan menengok keluar gua dia berkata lebih jauh :
"Cuma, pergi pada saat inipun percuma..."
"Lantas kapan kita baru boleh pergi ke sana?"
"Tunggu sampai tengah hari nanti "
"Mengapa kita baru boleh kesitu setelah tengah hari?"
So Siau hui segera menutupi bibirnya sambil tertawa cekikikan, katanya menggoda,
"Masa teori semacam ini pun tidak kau pahami" Bila tengah hari sudah tiba, matahari baru akan menyinari sampai di dasar lembah tersebut..."
"Ooooh, rupanya begitu!" seru Wi Tiong hong pula sambil tertawa geli.
Thi lo han Khong Beng menepuk kepala sendiri dan tertawa tergelak pula:
"Haaahh...haah.., bila tidak nona ungkapkan, pinceng pun tidak akan menduga apa apa sebabnya kita menunggu sampai tengah hari nanti."
Mendekati tengah hari, Ban kiam hweecu dan Pau kiam suheng buyung Siu belum juga kembali, oleh karena ini semua orang pun semakin percaya kalau kalau Ban kiam hweecu benar-benar sudah terperangkap di dalam selat Tok seh sia palsu,
Liu Leng poo memperhatikan sekejap keadaan cuaca kemudian katanya sambil bangkit beriiri,
"Sekarang kita boleh naik keatas."
Tanpa terasa Liu Leng poo telah menjadi pemimpin dari rombongan tersebut, ketika semua orang mendengar perkataan itu, serentak mereka bangkit berdiri, Ma koan tojin segera berpaling kearah Naga tua berekor botak To Sam sin dan pesannya :
"Lebih baik saudara To tetap tinggal disini sehingga ada yang berjaga-jaga di tempat ini, entah bagaimana menurut pendapat saudara To..."
"Aku akan menaati perintah congkoan"
Maka berangkatlah rombongan tersebut meninggalkan gua batu ditemani congkoan pasukan pedang berpita hitam, Ma Koan tojin serta wakil congkoan Thi lohan Khong Beng hweeshio, mereka langsung menuju kepuncak bukit.
Puncak bukit tersebut amat terjal dan berbahaya, sejak punggung bukit boleh dibilang sudah tidak terlihat jalanan yang dapat dilalui dimana merupakan batu karang yang tajam, licin dan terjal, sungguh merupakan suatu medan yang berbahaya.
Untung saja mereka semua memiliki ilmu silat yang sangat hebat, gerakan tubuh mereka pun lincah bagaikan monyet, dalam sepertanak nasi kemudian, rombongan sudah berhasil mencapai puncak bukit.
Ternyata puncak bukit itu berupa sebuah tanah datar seluas beberapa hektar, ditengahnya terpancang sebuah batu raksasa setinggi manusia, diatasnya terukir tiga huruf besar:
"THIAN LONG PENG"
Membaca tulisan itu, kakek Ou tertawa terbahak-bahak,
"Haah..haah., haah., ternyata Thian long peng terletak ditempat ini!"
"Aku pikir Tong hujin tentu sudah tahu kalau Ban kiam hweecu dan rombongannya telah sampai disini, itulah sebabnya dia menyuruh kita semua menyusul kemari." kata Kam Liu cu.
Membaca tulisan "Thian long peng" itu, tiba-tiba Liu Leng poo teringat pula akan sesuatu. Dia masih ingat dengan perkataan dari nikoh setengah umur dikuil Can ti an tadi. Katanya jika mereka menghadapi kesulitan di Thian
long peng, susioknya telah mengutus orang untuk membantu mereka.
Ditinjau dari sini dapat disimpulkan kalau Tong hujin telah tahu bahwa Liong Cay thian telah mempersiapkan selat Tok seh sia palsu ditempat itu.
Lantas siapakah Tong hujin itu" Dia seperti mengetahui semua gerak gerik dari Tok seh sia dengan amat jelas, tiada persoalan yang dapat mengelabuhinya.
Disebelah utara Thian long peng terdapat sebuah lembah selat yang amat kelam, biar pun di tengah hari yang terik, ternyata lembah itu tertutup oleh lapisan kabut yang amat tebal sehingga tak nampak dasarnya.
Terutama sekali dinding tebing dibagian utara, tempat itu merupakan sebuah tebing terjal ysng berdiri hampir tegak lurus, selain licin juga tajam, jangan lagi menuruninya, walaupun hanya menengok sekejap kebawahpuun sudah cukup membuat hati berdebar, mata berkunang dan kaki menjadi lemas.
Semua orang berusaha berjongkok dan melongok ke dasar lembah itu, namun biarpun sudah mengerahkan seluruh daya kemampuan mereka dan memperhatikan setengah harian lamanya, namun mereka tetap gagal untuk melihat dengan jelas keadaan sebenarnya dari dasar selat tersebut.
Tentu saja betapapun tingginya ilmu silat yang dimiliki seseorang, tak mungkin pandangan matanya dapat menembusi lapisan kabut yang tebal, apalagi menengok dari puncak yang begitu tinggi, jaraknya memang terlalu jauh.
Biarpun tak ada lapisan kabut yang menghalangi pandangan matapun, belum tentu mereka dapat melihat keadaan didasar lembah itu dengan jelas.
Kakek Ou segera menengok kearah Kam Liu cu dan ujarnya sambil tertawa.
"Kam lote, tampaknya andaikata kita gagal menemukan jalan masuk menuju kelembah tersebut, biarpun punya sayap juga belum tentu dapat mencapai tempat tersebut."
"Walaupun Liong Cay thian mempersiapkan jebakan yang hebat disana, tak bisa dihindari kalau ada orang-orangnya yang keluar masuk lembah itu, dan bila ada orang yang masuk keluar maka tak sulit bagi kita untuk menemukannya. Seperti misalnya jalan rahasia lewat sumur kering yang kita lalui tempo hari, bukankah letaknya amat rahasia" Tapi akhirnya toh berhasil kita temukan?"
Kakek Ou tertawa terbahak-bahak.
"Hah...hah...hahhh...benar juga perkataan lote, Tok seh sia merupakan pusat dari kekuatan mereka yang sebenarnya, tapi buktinya kita toh bisa keluar semuanya sendiri, aku tidak percaya kalau selat Tok seh sia palsu ini bisa sedemikian lihaynya."
Berbicara sampai disitu, mendadak ia jumpai Liu leng poo masih saja mengawasi dasar lembah itu sambil termenung dan membungkam dalam seribu bahasa, tanpa terasa tanyanya,
"Nona Liu, apakah kau telah berhasil menemukan suatu jalan yang bagus?"
Liu leng poo menggeleng, setelah termenung sejenak, ujarnya,
"Bila dugaanku tak salah, mungkin tempat inilah merupakan selat Tok Seh sia yang sebenarnya."
Perkataan tersebut benar-benar jauh diluar dugaan siapapun yang hadir disitu.
Dengan perasaan terkejut kakek Ou segera berkata,
"Tempat ini adalah selat Tok seh sia yang asli" Apakah tempat yang kita kunjungi kemarin bukan selat Tok seh sia?"
"Tentu saja tempat itu pun merupakan selat Tok seh sia, hanya tempat itu bukan tempat yaog penting bagi mereka."
Kakek Ou segera menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, katanya kemudian,
"Waah, aku jadi kebingungan dibuatnya! Dapatkah nona Liu menjelaskan dengan lebih terperinci?"
So Siau hui yang berdiri disamping Wi Tiong hong segera berkata pula sambil tertawa rendah.
"Wi siauhiap, apakah kau memahani apa yang dimaksudkan enci Liu.?"
Wi Tiong hong menggeleng.
"Aku pun tidak mengerti."
Liu Leng poo menengok sekejap ke dua orang itu, kemudian baru ujarnya:
"Tempat yang Lita kunjungi kemarin boleh dibilang merupakan selat Tok seh sia yang merupakan selat Tok seh sia yang barusan di bangun oleh Liong Cay thian."
"Seperti diketahui, Liong Cay thian adalah seorang manusia licik yang banyak akal muslihatnya, diapun seorang yang berpikiran panjang. Apalagi mempunyai ambisi untuk menguasahi seluruh dunia persilatan, tentu saja ia mesti bersiap sedia menghadapi orang orang berniat membunuh atau menyingkirkan dia dari percaturan dunia persilatan, seperti misalnya Ban kiam hweecu, toa suheng, Kiu tok kaucu dan lain lain, dia menganggap ke semuanya ini merupakan musuh yang paling tangguh."
KakeK Ou manggut manggut.
Kam Liu cu pun mengangguk tanpa terasa.
Liu Leng poo segera berkata lebih jauh "Oleh karena itu aku rasa perbuatannya menyuruh Lan Kun pit menyaru sebagai Wi siauhiap guna memancing semua orang masuk perangkap hanyalah suatu peristiwa yang kebetulan saja, padahal semenjak dulu dia memang sudah punya rencana untuk memancing para jago masuk kedalam perangkapnya"
"Bukankah nona Liu mengatakan bahwa tempat ini letaknya jauh lebih rahasia dari pada selat Tok Seh sia?"
Tanya Wi Tiong Hong.
"Benar!"
"Kalau toh tempat ini jauh lebih rahasia letaknya ketimban Tok seh sia, apa sebabnya dia tidak membawa nona So dan Lan Kun pit masuk ketempat itu?"
"Pertanyaanmu memang beralasan. Menurut pendapatku hal ini sengaja dilakukan karena waktu dia membangun selat rahasia ini, lorong rahasia untuk masuk keluar yang dipersiapkan paling tidak terdapat tiga buah ke atas, lagi pula setiap saat bisa ditutup mati, sedangkan jebakan yang berada didalam lembah itupun jauh lebih lihay daripada selat Tok seh sia, maka dia punya rencana untuk memancing orang-orang yang menyusul kebukit Kou Lou san itu memasuki selat ini."
"Orang-orang Tok seh sia hanya pandai menggunakan racun, aku tak percaya kalau Liong Cay thian masih mempunyai permainan busuk lainnya.." seru kakek Ou.
"Lantas apakah sumoay sudah mempunyai rencana yang matang terhadap tindakan kita selanjutnya?" tanya Kam Liu cu pula.
"Bila kita hendak melakukan suatu tindakan, lebih baik dilakukan pada malam hari saja. Aku ingin menggunakan kesempatan setengah hari yang tersisa ini untuk memperhatikan dulu keadaan dan situasi disekeliling lembah ini"
"Apakah sumoay hendak pergi seorang diri" "
"Aku pikir ingin mengajak toa suheng untuk menemaniku" sahut Liu Leng poo tertawa.
"Bagaimana dengan kami yang lain?" seru kakek Ou,
"Apakah nona Liu mempunyai perintah lain?"
"Lotiang mempunyai sebuah tugas pula, namun harus menggunakan gerakan yang paling cepat untuk menyembunyikan diri di antara pepohonan didepan sana, jangan sekali-kali gerak-gerikmu itu ketahuan orang, apakah lotiang dapat melaksanakannya?"
Kakek Ou agak tertegun setelah mendengar perkataan itu, ujarnya kemudian :
"Siang hari berbeda sekali dengan malam hari, dibawah sinar matahari biarpun kau bergerak dengan kecepatan yang paling tinggipun sudah pasti akan tetap meninggalkan setitik bayangan, bila nona menginginkan aku bergerak secepat-cepatnya tanpa ketahuan jejaknya oleh musuh, jelas tugas ini merupakan pekerjaan yang susah, tapi bila perjalanan itu pendek dan lagipula tertutup oleh rimbunnya perpohonan, mungkin saja aku dapat melakukannya."
"Baiklah, perjalanan ini perjalanan yang pendek-pendek..
aku ingin kau melindungi mereka secara diam-diam."
"Nona menyuruh aku lindungi siapa?"
Liu Leng poo segera menuding kearah Wi Tiong hong dan So siau hui sambil katanya,
"Kedua orang ini yang kumaksud."
"Nona, apakah kau hendak memberi suatu tugas?" Wi Tiong hong segera bertanya.
"Tidak berani" Liu Leng poo tertawa, "Aku hanya minta kau bersama nona So menuju ke timur bukit, setelah turun gunung nanti, coba periksa apakah didalam lembah tersebut terdapat pintu masuknya?"
Mendengar kalau dia akan pergi bersama Wi Tiong hong, So Siau hui menjadi gembira sekali, dengan wajah berseri tanyanya,
"Enci Liu, bagaimana dengan kalian" Apakah akan menuju kearah barat?"
Liu Leng poo manggut-manggut.
"Benar, kita akan melakukan pencarian secara terpisah."
So Siau hui berfikir sejenak, lalu serunya
"Ya betul, jadi maksud enci Liu, kau hendak memakai kami berdua sebagai umpan untuk memancing musuh?"
"Menurut pendapatku, tujuan mereka mempersiapkan lembah ini adalah utnuk memancing musuh masuk perangkap, bisa jadi mereka telah persiapkan banyak lorong rahasia disepanjang lembah tersebut".
"Walaupun toa suheng merupakan orang yang diincar Liong Cay thian, tapi Wi siauhiap dan kau berdua justru merupakan tujuan terutama bagi Liong Cay thian. Bila dugaanku tidak salah perjalanan kalian kali ini pasti akan memberikan hasil."
"Andaikata bertemu dengan musuh, apa yang harus kami lakukan?" tanya Wi Tiong hong.
"Hal ini harus ditentukan menurut situasi dan kondisi waktu itu, Sejak Ban Kiam hweecu masuk perangkap, pihak lawan tentu akan melakukan persiapan yang lebih ketat dan kuat dipelbagai lorong rahasianya, oleh sebab itu, pencarian kita secara terpisah ini sudah pasti akan menimbulkan pula perhatian terhadap kita, siapa tahu kalau mereka akan memperlihatkan titik kelemahan yang sengaja mereka perlihatkan agar kita masuk perangkap."
"Lalu apa yang mesti kita perbuat?" tanya Wi Tiong hong lagi.
"Hal ini harus dibedakan dalam dua macam keadaan, pertama orang-orang mereka pura-pura kalah dan berniat memancing kalian masuk perangkap, dalam keadaan demikian kalian tidak usah melakukan pengejaran, cukup diingat saja letak jalan masuk tersebut.
Kedua, dipimpin oleh jagoan lihay mereka lakukan pengeroyokan terhadap diri kalian dengan maksud membekuk kalian dalam keadaan hidup, dalam keadaan begini, kakek Ou harus tampilkan diri untuk memberi bantuan. Tapi ingat, menang atau kalah kalian tidak boleh masuk kedalam lorong rahasia mereka secara
sembarangan."
Berbicara sampai disitu, dia segera berpaling kearah Ma koan tojin dan katanya pula.
"Toheng tetap bertahan didalam gua batu, sedang Khong beng taysu serta To lojin berdua paling baik membawa sepuluh orang jago pedang berpita hijau untuk melakukan pemeriksaan pula disekeliling lembah. Sasarannya tidak terbatas, tapi sebelum matahari terbenam nanti semua orang harus sudah kembali ke gua batu untuk dirundingkan lebih lanjut."
Menyaksikan si panglima sakti berlengan emas, Ou swan pun bersedia menuruti perintahnya, cepat-cepat Ma koan tojin memberi hormat.
"Pinto terima perintah!"
Saat itulah Liu Leng poo baru memandang sekejap kearah para jago dan berkata lagi.
"Mari kita berangkat sekarang."
Sepeninggal dari tebing Thian Long peng, rombongan kembali ke gua batu.
Waktu itu si naga tua berekor botak, To sam sia telah memerintahkan anak buahnya untuk mempersiapkan ransum kering, semua orang pun bersantap dengan tergesa-gesa.
oo~^DewiKZ^Aditya^aaa^~oo
DALAM pada itu, Tam See hoa duduk sambil
menundukkan kepalanya dengan wajah malu dan sedih, sebab ia saksikan semua oarng sudah memperoleh tugas tinggal dia seorang yang tidak peroleh bagian apa-apa.
Dia tahu hal ini disebabkan ilmu silatnya benar-benar cetek, Hal tersebut kontan saja membuat dia malu dan kehilangan muka.
Sebagai seorang perempuan yang pintar, tentu saja Liu Leng poo dapat melihat gejala itu, tiba-tiba dia mengangkat kepalanya sambil berseru,
"Saudara Tam!"
"Ada urusan apa nona?" cepat-cepat Tam see Hoa menyahut.
"Aku ingin memohon saudara Tam untuk melaksanakn sebuah pekerjaan, apakah kiranya kau bersedia?"
"Silahkan nona memberikan perintah, biarpun harus terjun kelautan api atau naik ke bukit golok, aku tidak akan menolak."
Liu Leng poo tersenyum.
"Bila saudara Tam berkata demikian, aku jadi malu menerimanya. Tadi aku sudah memikirkan persoalan ini dengan matang, dan aku berkesimpulan bahwa terjebaknya Wi siauhiap didalam selat Tok seh sia agaknya sengaja dihembuskan pihak Tok seh sia kedalam dunia persilatan.
Sudah jelas ini sengaja mereka lakukan dengan tujuan untuk memancing para jago masuk perangkap.
Sekarang Ban kiam Hweecu telah menyusul kemari, padahal Bu tong pay yang mempunyai hubungan akrab dengan Wi siauhiap pasti akan menyusul pula kebukit Kou lou san.
Karena itu aku hendak minta kepada Ma Koan totiang agar mengutus dua orang jago pedang berpita hijau, agar bersama-sama saudara Tam bisa berjaga-jaga dibawah bukit, bila ada orang orang Bu tong pay atau jago persilatan lainnya menyusul kemari, harap saudara Tam mengajak mereka datang kemari bertemu dengan kami, jangan biarkan mereka masuk perangkap secara gegabah!"
Tam see hoa bukan orang bodoh, tentu saja dia tahu kalau tugas tersebut adalah tugas yang ringan dan tak banyak pekerjaan, sudah jelas Liu Leng poo sengaja memberi tugas ini kepadanya karena kuatir menyusahkan hatinya.
Dengan penuh rasa gembira, dia menyahut:
"Aku terima perintah!"
Waktu itu tengah hari sudah lewat dan sore menjelang tiba.
Toa lohan Khong beng hweesio dan naga tua berekor botak To sam sin dengan membawa sepuluh orang jago pedang berpita hijau berangkat lebih dulu.
Tam see Hoa dengan membawa dua orang jago pedang berpita hijau pun menyusul berangkat turun gunung.
Tak lama kemudian Wi Tiong hong serta So Siau hui juga meninggalkan gua.bSesuai dengan petunjuk Liu Leng poo, mereka berangkat ke kaki bukit sebelah timur dengan kakek Ou yang melindungi perjalanan mereka secara diam-diam.
Menyaksikan semua orang sudah berangkat, Liu Leng poo baru bangkit berdiri seraya berseru;
"Toa suheng, mari kita pun berangkat!"
Setelah berpisah dengan Ma koan tojin, ke dua orang itu berangkat menuju ke barat.
Setelah menembus perjalanan sekian lama, Kim Liu cu mulai mengomel dengan suara pelan.
"Ji sumoay, aku rasa tindakanmu memecah belah kekuatan kita pada hari adalah tindakan yang keliru"
"Dimana letak kekeliruanku?" tanya Liu Leng poo sambil mengangkat kepalanya.
"Bukankah di hari-hari biasa aku selalu bertekad akan membantu sam sumoay agar berhasil mendapatkan jodohnya, mengapa hari ini kau justru menciptakan kesempatan yang baik bagi nona So serta saudara Wi?"
"Aku sih membagi tugas sesuai dengan kebutuhan yang sedang kita hadapi sekarang, terus terang saja kukatakan, dalam operasi kita kali ini kuncinya justru terletak ditangan Wi siauhiap serta adik dari keluarga So, mengapa aku mesti memberatkan soal pribadi dengan mengorbankan kepentingan umum?"
Kam Liu cu segera manggut manggut.
"Ehmmm, perkataanmu memang betul juga, hanya aku jadi kuatir dengan nasib sam sumoay kita, aai..selain nona So, sekarang masih ditambah pula dengan seorang Ban kiam Hweecu.."
Liu Leng poo tertegun, matanya terbelalak lebar dan serunya keheranan,
"Toa suheng, apa kau bilang" Ban kiam hweecu?"
"Konon Ban Kiam hweecu juga seorang perempuan".
"Darimana toa suheng dengar tentang berita tadi?" tanya Liu Leng poo lagi agak tertegun.
"Aku rasa berita ini tak bakal salah lagi, aku mendengarnya dari Liong Cay thian"
Tiba-tiba Liu Leng poo berseru tertahan.
"Aihh, itulah dia, tak heran kalau semenjak bertemu dengan Ban kiam hweecu untuk pertama kalinya dulu, aku selalu merasa tindak tanduk dan gerak geriknya amat lembut dan halus, bahkan nada suaranya sewaktu berbicara pun tidak berat dan lantang seperti layaknya seorang lelaki sejati. Ehmm, kalau begitu tak salah lagi jika dia menaruh perhatian yang begitu besar terhadap nasib Wi siauhiap!"
Setelah tertawa getir Kam Liu cu berseru.
"Itulah sebabnya aku lihat nasib Sam sumoay lebih banyak gelapnya dari pada suasana yang cerah"
Liu Leng poo segera berpaling dan katanya.
"Aku rasa bila urusan disini telah selesai, lebih baik toa suheng mencari suatu kesempatan dan bicarakan persoalan ini dengan Wi siauhiap"
Baru selesai ia berkata, mendadak Kam Liu cu menarik lengan Liu Leng poo dan segera melompat kebelakang.
Tertarik oleh betotan yang muncul secara tiba-tiba ini, seluruh badan Liu Leng poo segera terjatuh kedalam pelukan Kam Liu cu.
Dengan wajah bersemu merah karena jengah, gadis itu segera berseru tertahan,
"Toa suheng, mengapa kau?"
Sambil membimbing tubuh Liu Leng poo, Kam Liu cu berjalan masuk kedalam hutan dan bersembunyi di balik, sebatang pohon besar yang berada disisi kanan, ujarnya kemudian.
"Ji sumoay, coba kau lihat, benda apakah itu?"
Liu Leng poo segera mengalihkan sorot matanya kearah mana yang ditunjuk, ternyata diatas batang pohon tersebut telah tertancap puluhan batang jarum beracun yang lembut seperti rambut dan panjangnya lebih kurang dua inci.
Kejadian ini segera mengejutkan hatinya, ia segera berpikir,
"Heran, darimana datangnya segenggam jarum terbang beracun itu" Mengapa aku tidak merasakan apa pun" Di tinjau dari serangan yang dilancarkan tanpa menimbulkan suara, bisa diketahui bahwa ilmu silat yang dimiliki orang itu pasti lihay sekali!"
Sementara itu Kam Liu cu telah memperhatikan hutan lebat disisi kirinya, lalu setelah tertawa nyaring, ia membentak keras.
"Serangan jarum terbang yang sobat lancarkan benar-benar sangat hebat, tapi membokong orang secara pengecut bukan terhitung perbuatan seorang pahlawan.."
Jarak antara tempat dimana mereka berada dengan hutan disebelah kiri kurang lebih mencapai tiga empat kaki, waktu itupun sore sudah menjelang, matahari masih bersinar terang menyinari seluruh jagad, namun hutan tersebut amat gelap sehingga tidak gampang untuk melihat keadaan disitu dengan jelas.
Sambil tertawa Kam Liu cu berseru:
"Bila sobat tak mau memberi muka pada aku orang she Kam, jangan salahkan bila aku akan bertindak kasar!"
Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut, tubuhnya segera melejit ke muka bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, dengan suatu gerakan cepat dia meluncur ke dalam hutan tersebut.
Liu Leng poo tak mau ketinggalan, dia segera menggerakkan pula tubuhnya menerobos masuk kedalam hutan tersebut melalui arah yang lain.
Kakak beradik satu perguruan ini memang berilmu tinggi dan bernyali besar, setelah menyerbu kedalam hutan, mereka segera melakukan pemeriksaan dengan seksama, namun tak sesosok manusiapun yang dapat ditemukan.
Agaknya disaat mereka berdua sedang memeriksa jarum beracun tadi, orang tersebut telah manfaatkan peluang yang ada untuk melarikan diri.
Setelah keluar dari hutan, kembali Kam Liu cu memperhatikan sekejap keadaan di seputar sana, namun dengan cepat dia berseru tertahan lalu sambil tertawa tergelak serunya,
"Haah.haah., haah, sialan, rupanya dia telah tertarik dengan kita!"
Ke arah mana yang di perhatikan kakak seperguruannya, Liu Leng poo menyaksikan pada batang pohon dimana tertancap jarum beracun tadi, kini telah tergantung pula sebuah papan, diatas papan itu tertera tulisan yang berbunyi demikian.
"Sudah lama mendengar nama besar Kam Liu cu dari Thian sat bun, kutunggu kehadiran anda didalam lembah didepan sana"
Selesai membaca tulisan tersebut, Liu Leng poo berkata sambil tersenyum,
"Toa suheng, agaknya kita sudah tertipu oleh muslihat lawan"
"Kebetulan kita sedang mencari mereka, dan sekarang dia meninggalkan alamat untuk kita berdua, bukankah hal ini malah kebetulan buat kita?"
"Tidak, aku maksudkan orang yang melepaskan jarum terbang serta menggantungkan papan tersebut sesungguhnya terdiri dari dua orang"
"Dari mara kau bisa tahu?"
"Berbicara tentang kepandaian silat yang dimiliki toa suheng dan aku bagaimana mungkin ia mempunyai waktu yang cukup untuk keluar lagi dari hutan tanpa kita ketahui, kecuali jika mereka telah bersembunyi di belakang pohon semenjak semula.
"Sudah jelas, seorang melepaskan jarum terbangnya kemudian melarikan diri, menunggu kita mengejarnya kedalam hutan sebelah kiri, maka orang kedua munculkan diri dari hutan menggantungkan papan itu disini"
"Ehhmm, betul juga, tapi ditinjau dari kemampuan mereka berdua yarg berhasil meloloskan diri dari hadapan kita berdua, bisa terbukti juga kalau kepandaian silat yang mereka miliki cukup tangguh pula.."
Berbicara sampai disini, ia lalu berbisik
"Ji sumoay. Ayoh kita cepat pergi!"
Dengan agak ragu Liu Leng poo menyahut
"Seandainya dia berniat menjumpai dirimu, tidak mungkin ia akan melarikan diri terbirit-birit setelah melepaskan jarum terbang tadi..."
"Tapi sekarang dia sudah menantang kita, sudah sepantasnya bila kita pergi untuk menjumpainya"
"Aku rasa biarpun kita sudah sampai di lembah sebelah depan pun tetap tak akan menjumpai seorang manusia pun."
Liu Leng poo tertawa dingin.
Sambil berbincang-bincang kembali kedua orang itu melanjutkan perjalanannya. Setelah melalui sebuah bukit, didepan sana mereka temukan juga sebuah jalan masuk menuju ke lembah.
Ditinjau dari keadaan luar, jalan kecil itu seperti menuju kesebuah lembah buntu, batu karang berserakan dimana-mana, keadaan amat gersang dan tak nampak tumbuhan barang sedikitpun jua, selain itu keadaan medan pun amat berbahaya, sehingga mendatangkan perasaan bergidik bagi siapapun yang melihatnya.
Tiba didepan mulut jalan, kembali mereka berdua tertegun dibuatnya, ternyata pada dinding sebelah kiri mereka, tampaklah sebuah papan yang bertuliskan
"Menyambut dengan gembira kedatangan orang-orang dari Thian Set bun."
Kim Liu cu menengok sekejap kearah Liu Leng poo, lalu ujarnya sambil tertawa,
"Mungkin disinilah letak lembah tersebut?"
Sambil tertawa Liu Leng poo manggut-manggut, dia segera meneruskan langkahnya menuju ketengah lembah.
Setelah melalui mulut jalan, jalanan tersebut berbelok kekiri lalu disisi kanannya terdapat sebuah jeram yang dalam.
Dengan menelusuri jeram tersebut mereka berdua berjalan melintasi tebing dengan batuan cadas yang besar dan tidak merata, lumut yang tebal melapisi hampir semua permukaan batu, sementara dari kejauhan sana berkumandang suara kicauan burung yang sangat aneh, suaranya melengking seperti jeritan setan
Dengan kepandaian silat yang tinggi dan nyali yang besar kedua orang itu tidak ambil perduli terhadap suasana tersebut, setelah berjalan setengah li kemudian, jalanan yang terbentang nampak membelok lalu keadaan medan pun melebar, disitu ditemukan lagi sebuah lembah kecil.
Luas lembah ini mencapai berapa hektar, pepohonan yang tumbuh disitu hampir semuanya mengering dan berwarna putih keabu-abuan, dahan yang gundul dan mengering memberi kesan seram bagi yg memandang, seolah olah tiada suasana kehidupan ditempat tersebut.Kam Liu cu mencoba untuk memperhatikan sekejap sekeliling
tempat itu, namun tak sesosok bayangan manusia pun yang terlihat.
Sambil tersenyum Liu Leng poo segera berkata:
"Coba kau lihat toa suheng, walaupun kita sudah sampai ditengah lembah toh belum nampak juga sesosok bayangan manusia pun?"
"Dia sengaja memancing kita berdua datang kemari, masa dengan lembah sekecil ini mereka sanggup mengurung kita berdua?"
"Tujuan mereka yang sebenarnya bukan ingin mengurung kita ditempat ini!"
Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lantas apa maksudnya?"
"Tentu saja dia berharap bisa memancingmu masuk lebih kedalam" sabut si nona sambil tertawa.
"Bukankah tempat ini merupakan dasar lembah" Mereka hendak memancing kita masuk kemana lagi?"
"Siapa tahu kalau dia masih mempunyai permainan busuk lainnya..?"
Belum habis perkataan tersebut diucapkan, mendadak dari balik hutan yang kering itu berkumandang suara menggerutuk yang aneh sekali.
Serta merta Kam Liu cu mengalihkan sorot matanya kearah hutan kering dimana berasalnya suara aneh tersebut.
Ternyata ditengah hutan terletak dua buah peti mati yang amat besar, penutup peti mati itu terbuka lebar dan dari balik peti tersebut pelan-pelan muncul dua sosok mayat hidup yang berwajah pucat pias seperti mayat.
Di tengah hari bolong ternyata muncul mayat hidup yang bisa duduk dari balik peti mati. Sudah jelas kalau hal ini merupakan permainan dari manusia hidup.
Biarpun Liu Leng poo bernyali besar dan berilmu tinggi, bagaimanapun juga dia adalah seorang wanita yang penakut, tanpa terasa nona itu mundur dua langkah kebelakang, setelah bersandar disisi Kam Liu cu, serunya sambil tertawa dingin,
"Heh..heeeh..,heeh...tak nyana kalau Liong Cay Thian akan menggunakan permainan rendah semacam ini untuk menghadapi kami!"
Dimulut dia mengatakan tidak takut, tapi bulu kuduknya pada bangun berdiri semua.
Kam Liu cu segera tertawa tergelak dan serunya.
"Aku she Kam sudah terlalu banyak mengalami pelbagai pertarungan di dalam dunia persilatan, lebih baik sobat tak usah berlagak menjadi setan untuk menakuti-nakuti orang lagi"
Kedua sosok mayat hidup itu masih tetap duduk kaku didalam peti mati, mereka tidak pula melakukan sesuatu gerakan apapun.
Karena tegurannya berulang kali tidak peroleh tanggapan, lama kelamaan Kam Liu cu menjadi gusar sendiri, segera teriaknya kembali keras keras.
"Sobat, sudah kau dengar perkataanku ini" Kalau masih saja berlagak pilon, jangan salahkan aku she Kam akan bertindak kurang ajar kepadamu.."
Kedua sosok mayat itu masih tetap tidak berbicara maupun bergerak, bahkan menggubrispun tidak, dan
lembar wajahnya yang dingin dan pucat itu tidak menampilkan perubahan mimik apapun,
Dari sakunya Liu Leng poo segera mempersiapkan dua bilah pisau terbangnya, kemudian berseru:
-oo0dw0oo- Jilid 22 "TOA SUHENG tak perlu banyak bicara lagi dengannya, biar kuhadiahkan sebilah pisau terbang untuk mereka!"
Sambil berkata dia pun bersiap sedia melontarkan pisau terbang tersebut kemuka.
"Tunggu dulu ji sumoay!" tiba tiba Kam Liu cu mencegah dengan setengah membentak.
"Mengapa toa suheng menghalangiku?"
Kembali Kam Liu cu mengamati kedua mayat itu dengan seksama, kemudian bisiknya:
"Bisa jadi dibalik kesemuanya ini masih terselip siasat lain."
"Jadi kau anggap mereka berdua bukan anggota selat Tok seh sia ?"
"Lebih baik kita maju kedepan dan memperhatikan mereka dengan lebih seksama lagi."
Kedua orang itu segera berjalan memasuki hutan gersang, mendekati peti mati itu diatas dada kedua sosok mayat tadi, segera dijumpai selembar kertas kuning yang tertempel disitu.
Ketika diamati lebih seksama lagi maka terbacalah diatas kertas itu tertera beberapa huruf yang berbunyi:
"Tewas diujung pisau terbangnya Thian sat bun."
Kam Liu cu segera berpaling dan memandang sekejap kearah Liu Leng poo, katanya kemudian ;
"Apakah ji siaumoay berhasil menentukan sesuatu gejala yang mencurigakan?"
"Tampaknya kesemuanya ini sengaja di persiapkan untuk menjebak kita. Sudah jelas Liong Cay thian sedang menggunakan siasat meminjam pisau membunuh orang.
Entah siapakah kedua orang itu?"
Rupanya setelah mendekati kedua sosok mayat itu, mereka baru dapat menyaksikan dengan jelas bahwa kedua orang yang berada dalam peti mati itu sudah di dandani orang dengan melabur wajah mereka dengan kapur putih, sehingga kalau diliat dari kejauhan, wajah mereka pucat menyeramkan.
Sebaliknya bila ditinjau dari pakaian yg dikenakan kedua orang tersebut, yang di sebelah kiri mengenakan jubah panjang berwarna hijau sedangkan yang di sebelah kanan memakai baju merah keperak-perakan, tampaknya seorang wanita.
Ketika mereka berdua melihat Kam Liu cu dan Liu Leng poo berjalan mendekat, sepasang bahu mereka segera bergerak-gerak berusaha meronta.
Ternyata sepasang tangan mereka telah dibelenggukan diatas tubuh masing masing dengan berapa utas tali yang kuat. Tak heran kalau mereka tak mampu bergerak sedikitpun jua.
Setelah mengamati kedua orang itu dengan seksama, Liu Leng poo segera berseru tertahan :
"Aaah! Rupanya mereka adalah Bwee hoi kiam Thio Kun kay kakak beradik, heran, mengapa mulut mereka pun disumbat orang dengan kapas...?"
"Benar, mereka adalah Thio tayhiap kakak beradik mengapa mereka bisa di permainkan orang macam begitu"
Ji sumoay cepat kau putuskan tali temali yang membelenggu tubuh mereka berdua."
Liu Leng poo segera menggerakan tangannya
membebaskan diri dari belenggu tubuh kedua orang itu.
Thio Kun kay kakak beradik segera menggerakkan tangannya membebaskan diri dari belenggu, setelah mengeluarkan kapas dari mulut masing masing mereka menggerakkan pula keempat anggota badannya untuk melemaskan otot otot yang telah kaku sebelum melompat keluar dari dalam peti mati.
Kata mereka kemudian sambil memberi hormat;
"Thio Kun kay kakak beradik mengucapkan banyak terima kasih atas pertolongan yang telah diberikan Kam tayhiap. Kami telah dipermainkan oleh penjahat."
"Mengapa kalian berdua bisa sampai di sini?" tanya Kam Liu cu kemudian.
"Sebetulnya kami berdua datang kemari mengikuti susiok, tapi belum lama memasuki gua sudah terkena sergapan musuh sehingga ditawan mereka."
"Jadi susiok kalian Thian cu totiang pun telah datang"
Apakah kalian datang kemari untuk membantu saudara Wi yang tertawan oleh pihak Tok seh sia?"
Bwee hoa kiam hio Kun kay segera manggut-manggut.
"Kami berdualah yang pulang kegunung memberi laporan, maka suhupun memerintahkan kepada susiok untuk datang memberi pertolongan."
"Bagaimana ceritanya sampai kalian berdua tertawan"
Dapatkah kalian menjelaskan secara terang-terangan?"
Thio Kun kay berpikir sebentar kemudian baru katanya:
"Yang datang kemari bersama susiok adalah empat kakek seperguruan dari angkatan 'Keng' tapi berhubung semua orang belum pernah datang kebukit Kou lou san maka tak diketahui dimanakah letak selat Tok seh sia tersebut! Ketika mencapai bukit sebelah depan situ kamipun bertemu dengan seorang pemburu."
"Apakah dia yang memberi petunjuk kepada kalian agar datang kemari?" tanya Liu Leng poo.
"Betul, dia bilang selat Tok seh sia letaknya sangat rahasia dan keempat penjurunya dikelilingi tebing yang curam, katanya cuma ada dua jalan untuk menuju kesitu, satu diantaranya berada dibalik hutan kering ini."
"Jiko, apakah kau lupa dengan dua patah katanya yang berbunyi: "Hutan kering tiada jalan setapak, berapa li memasuki bukit awan?" seru Lak jiu im eng Thio Man pula.
"Yaa, tampaknya daya ingatanmu memang lebih baik, benar dia memang berkata begitu."
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali terusnya:
"Ketika kami serombongan sampai didalam hutan kering ini betul juga ditengah hutan situ kami berhasil menemukan sebuah tugu batu."
Ketika berbicara sampai disini, diapun menuding kearah belakang peti mati itu.
Mengikuti arah yang ditunjuk, kedua orang itu berpaling, benar juga dibelakang kedua peti mati itu berdiri sebuah tugu batu, diatas tugu itu tertera dua baris kata-kata yang amat besar, dan isinya memang berbunyi demikian:
"Hutan kering tiada jalan setapak berapa li memasuki bukit awan"
"Apakai tugu batu ini merupakan pintu masuk mereka?"
tanya Kam Liu cu kemudian,
"Ketika kami sampai disini mengikuti susiok kami tahu kalau sudah tiba ditempat tujuan, tapi kami tak tahu apakah tugu batu itu mesti digeser sebelum menemukan pintu masuknya."
"Oleh karena itu kamipun beramai-ramai mendorong dan menggeser batu tadi siapa tahu tugu batu itu sama sekali tidak bergerak dari posisinya semula, kemudian entah siapa yang menyentuh alat rahasia secara tak disengaja, ternyata tugu batu itu bergeser dengan sendirinya hingga muncul sebuah gua, susiok kamipun segera masuk kedalam gua itu lebih dulu."
"Apakah Thio tayhiap kakak beradik berjalan dipaling belakang?" tanya Liu Leng-poo kemudian.
"Perkataan lihiap memang benar, kami berdua memang mempersilahkan para suheng dari angkatan 'Keng' untuk berjalan lebih dulu dimuka." sahut Thio Kun kay.
"Apakah ada orang yang secara tiba-tiba turun tangan serta menyergap kalian berdua dari belakang?"
"Setelah semua orang memasuki gua itu, atas perintah susiok setiap orang wajib menjaga jarak antara lima sampai delapan depa untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang tak diinginkan hingga tidak menjadi saling berdesakan satu sama lainnya."
"Ketika kami baru berjalan seperminum teh lamanya, mendadak kudengar adikku yang berada di belakang mendengus tertahan, cepat-cepat dia membalikkan badan sambil melakukan pemeriksaan, siapa tahu baru saja kami membalikkan tubuh, pinggangku sudah terasa kaku, jalan darahkupun telah ditotok orang."
Sambil berpaling ke arah Kam Liu cu, Liu Leng poo segera berkata sambil tertawa "Toa suheng. Nyata sekali kelicikan dari kebusukan hati Liong Cay thian, dia sengaja mendandani Thio tayhiap kakak beradik sebagai mayat hidup yang disiapkan didalam peti mati, seandainya kita sampai turun tangan dan salah melukai mereka tadi itu berarti kitalah yang membunuh mereka berdua. Atau dengan perkataan lain kita termakan oleh siasat meminjam golok membunuh orangnya."
"Sebaiknya bila mereka berdua tidak sampai terbunuh oleh kita berdua, maka merekapun bisa memakai keterangan dari kedua orang saudara ini untuk memancing kita masuk perangkap atau dengan perkataan lain termakan oleh siasat pancingannya. Nyata sekali bahwa dia memang mempersiapkan siasat berganda ini secara cermat dan lihay sekali "
"Apa si siasat meminjam mulut memancing orang itu?"
tanya Lak jiu im eng Thio Man dengan perasaan kaget bercampur keheranan.
Liu Leng poo tertawa.
"Bukankah kalian telah memberitahukan kepada kami bagaimana cara memasuki pintu gua itu " Nah, disinilah terletak tujuan yang utama dari Liong Cay thian dengan memerankan kalian sebagai mayat hidup, padahal tempat ini bukanlah Tok seh sia yang kalian duga semula."
Thio Kun kay segera merasakan tubuhnya bergetar keras sesudah mendengar penjelasan itu, serunya tertahan :
"Tempat ini bukan selat Tok seh sia" Lantas tempat apakah ini..." "
"Tentu saja tempat ini merupakan perangkap yang telah dipersiapkan Liong Cay thian secara matang."
"Kalau begitu susiok kamipun sudah terjebak pula oleh perangkap mereka?" seru Thio Kun kay semakin terkejut.
"Aku rasa tak bakal meleset dari dugaan kami." sambung Kam Liu cu segera, "Ban kiam hweecu dan rombongan yang memasuki selat sejak semalam pun hingga kini belum ada kabar beritanya."
"Waaah, kalau begitu tentu lebih banyak ancaman bahayanya daripada kemujuran?" seru Thio Kun kay semakin panik.
-oo0dw0oo- "Aku pikir meskipun orang-orang yang telah memasuki selat itu sudah tertawan semua, hingga kini keselamatan mereka belum sampai merupakan suatu ancaman." kata Liu Leng poo lagi.
"Apakah Wi siauhiap terkurung pula didalam sana?"
tanya Lak jiu im eng Thio Man tiba-tiba, wajahnya nampak gelisah dan sangat tidak tenang.
Kam Liu cu segera tertawa setelah mendengar perkataan itu :
"Sesungguhnya orang yang kalian jumpai waktu itu tak lain adalah Lan Kun pit yg sedang menyamar sebagai saudara Wi, kini Lan Kun pit sendiripun sudah berhasil di tolong."
Mencorong sinar terang dari balik mata Lak jiu im eng Thio Man setelah mendengar ucapan tersebut, cepat-cepat dia bertanya :
"Kam tayhiap, tahukah kau di manakah Wi siauhiap sekarang?"
Dengan pandangan seperti sengaja tidak sengaja Kam Liu cu melirik sekejap kearah Liu Leng poo, lalu sahutnya sambil tertawa :
"Sebelum malam tiba nanti, kalian pasti akan bersua dengannya, dan sekarang kami harus melakukan pemeriksaan lebih dulu atas batu tugu ini."
Selesai berkata, dia segera berjalan menuju kebatu tugu itu dengan langkah lebar.
Setelah mendapat janji bahwa sebelum hari gelap nanti ia sudah dapat bersua dengan Wi Tiong hong, Lak jiu im eng Thio Man kelihatan jauh lebih tenang dan berlega hati, mereka bertiga pun mengikuti di belakang Kam Liu cu mendekati batu tugu yang dimaksud.
Dengan suatu pemeriksaan yang teliti dan seksama Kam Liu cu memperhatikan sekejap sekeliling batu tugu itu, ternyata batuan itu terbentuk persegi yang terbuat dari batu hijau, tak nampak sama sekali suatu tanda atau bekas yang mencurigakan.
Tanpa terasa dia mengulapkan tangannya dan siap untuk meraba....
"Toa suheng, jangan kau raba dengan tangan telanjang !"
mendadak Liu Leng poo mencegah,
"Aku masih ingat dengan jelas." kata Lak jiu im eng Thio Man kemudian dengan keras, "beberapa orang suheng kami dari angkatan 'Keng' melakukan dorongan dan tarikan
disekitar batu tugu itu, bahkan ada pula yang mencoba untuk menariknya ke atas entah bagaimana kemudian ternyata terbuka pintu gua yang amat besar disini."
Liu Leng poo tidak menanggapi keterangan tersebut, dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah sarung tangan kulit menjangan yang berwarna putih dan dikenakan di atas tangannya, lalu sambil berjongkok dia mulai meneliti batu tugu itu dengan seksama.
Sementara itu matahari sudah condong ke barat, hutan kering yang gundul memantulkan sinar yang panas menyengat dan menyinari batu tugu itu dengan jelas.
Dari tulisan "Hutan kering tanpa jalan setapak, berapa li memasuki bukit awan", Liu Leng poo segera menemukan bahwa pada hurup "ji" atau memasuki kelihatan bersinar dan lebih licin permukaannya, seakan-akan orang sering meraba huruf tersebut khususnya.
Sebagai seorang yang teliti penemuan tersebut membuat Liu Leng poo segera mengerti bahwa tombol rahasia untuk membuka pintu rahasia disitu terletak pada huruf "ji"
tersebut. Berpikir sampai disini, diapun segera meraba huruf "ji"
tadi dengan towelan ujung jarinya.
Rabaan tersebut dilakukan sangat ringan dan sama sekali tidak dibutuhkan tenaga yang terlalu besar, namun begitu rabaannya selesai, mendadak dari bawah tugu itu berkumandang suara gemuruh yang amat keras.
Pelan-pelan batu tugu itu bergeser kesebelah kanan dan muncullah sebuah lubang bawah tanah yang gelap gulita dibalik pintu gua terdapat undak-undakan baru yang menjorok turun kebawah sana.
Dengan perasaan girang Kam Liu cu segera berseru,
"Ji sumoay, ternyata kau memang hebat!"
Liu Leng poo tertawa dingin sahutnya,
"Toa suheng, coba kemarilah dan tengoklah!"
"Apa yang berhasil kau temukan?"
Ia mendekati lorong bawah tanah itu, pada undak-undakan yang pertama segera dijumpai sebuah papan yang bertuliskan;
"Bila anda memiliki keberanian, silahkan memasuki jebakan."
Kam Liu cu segera tertawa terbahak-bahak:
"Haaah, haaaah...bila ingin menggunakan siasat memanasi hati orang untuk menghadapi aku orang she Kam, maka cara tersebut tak akan memberikan manfaat apapun."
Sedangkan Liu Leng poo sengaja berseru dengan menghadap kedalam gua itu.
"Malam nanti kita akan datang lagi, sekarang lebih baik ditutup kembali, dari pada dibukanya pintu gua ini akan mengejutkan mereka yang bercokol didalam sana."
Habis berkata dia mendorong kembali batu tadi, pelan pelan pintu gua itupun merapat kembali.
Sambil bangkit berdiri Liu Leng poo berkata kemudian:
"Toa subeeg ayoh kita pergi sekarang."
Mereka berempat segera berjalan meninggalkan tempat itu dan keluar dari hutan gersang.
Didalam perjalanan kembali, tiba-tiba Kam Liu cu berkata ;
"Ji Sumoay, apakah kau tidak kuatir perkataanmu tadi akan terdengar mereka?"
Sambil mencibirkan bibirnya Liu Leng poo segera tertawa, dia balik bertanya.
"Kau anggap pintu batu itu benar-benar aku yang mendorong sehingga menutup kembali?"
"Jadi bukan kau?" Kam Liu cu balik bertanya dengan perasaan terkejut.
"Pintu batu itu hanya bisa dibuka dari luar tak dapat ditutup dari luar, sudah barang tentu orang yang bersembunyi dibalik lorong itu yang menutupnya kembali."
"Lantas apa sebabnya kau memberitahukan kepadanya bahwa malam nanti kita akan melakukan tindakan?"
Kembali Liu Leng poo tertawa, "Bila kita tidak masuk pada saat ini berarti kita baru akan bergerak menjelang malam nanti, tak usah kukatakan pun mereka dapat menduga sendiri lantas apa salahnya bila sengaja kuutarakan lebih dahulu.?"
"Didalam soal ini aku merasa kurang setuju." kata Kam Liu cu sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
Sekali lagi Liu Leng poo tertawa ringan: "Aku tahu Liong Cay thian adalah seseorang yang banyak menaruh curiga inilah yang dibilang palsu itu benar, benar itu sesungguhnya palsu."
Berbicara sampai disini, dia segera berpaling kearah Bwee hoa kiam Thio Kun kay kakak beradik sambil katanya lagi:
"Lebih baik kalian berdua ikut bersama kami menuju ketebing Thian long peng, di sana kita dapat merundingkan persoalan ini bersama sama."
"Jika perkataan enci Liu memang benar mari kita ikut bersama mereka!" ajak Lak jiu im eng Thio Man, Setelah keluar dari hutan gersang, keempat orang itu segera kembali ke tebing Thian long peng.
Wi Tiong hong, So Siau hui serta Thio lohan Khong Beng hweesio dan si naga tua berekor botak To Sam Sin belum kembali kemarkas, bahkan sipena baja Tam See hoa yang ditugaskan kebawah gunung pun belum kembali.
Tentu saja waktu itu matahari belum turun gunung waktu yang tersedia masih cukup panjang.
Ketika Ma koan tojin menyaksikan Bwee hoa kiam Thio Kun kay kakak beradik datang bersama Kam Liu cu berdua cepat-cepat dia maju menyambut sambil katanya.
"Rupanya Thio tayhiap kakak beradikpun telah menyusul kemari, maaf kalau pinto tidak menjemputmu dari kejauhan."
"Thio ki co totiang dari Bu tong pay telah memasuki lembah pula semalam." Kam Liu cu menerangkan, "aku kuatir mereka sudah terkurung disana."
Dengan rasa kaget Ma koan tojin berseru
"Jadi Thian ki cu totiangpun baru semalam memasuki lembah" Kalau begitu waktunya hampir bersamaan dengan keberangkatan Kiamcu kami....."
Secara ringkas Thio Kun kay berdua pun menceritakan kembali pengalamannya yang baru dialami.
Setelah mendengar penuturan tersebut. Ma koan tojin segera berkata sambil menghela napas,
"Aaai... kalau begitu selat Tok seh sia gadungan ini benar-benar sudah dipasang dengan pelbagai alat rahasia serta jebakan-jebakan menakutkan, sehingga diantara
mereka yang memasukinya, delapan sampai sembilan puluh persen tentu terperangkap."
Liu Leng poo tertawa.
"Akulah yang mengundang kehadiran Thio tayhiap kakak beradik kemari, sekarang kita harus merundingkan bersama bagaimana caranya memasuki selat tersebut dan bagaimana pula keadaan didalam lembah itu, buat apa sih kalian membicarakan masalah yang sama sekali tak ada sangkut pautnya ?"
Kam Liu cu tahu kalau sumoaynya ini seorang yang teliti dan pintar, dia bukan termasuk seorang yang suka berbicara secara langsung dan blak-blakan, ketika secara tiba-tiba ia mengucapkan beberapa patah kata itu kontak saja dia menjadi tertegun.
Sementara itu Ma koan tojin telah berkata :
"Perkataan lihiap memang tetap sekali."
Liu Leng poo tertawa, kemudian sambil berpaling ujarnya kembali "Thio tayhiap baru saja keluar dari lembah, sedang kamipun ingin sekali mengetahui keadaan didalam lembah yang seharusnya, bersediakah Thio tayhiap untuk memberikan keterangan dengan sejelas-jelasnya?"
Sekali lagi Kam Liu cu dibuat tertegun, pikirnya lagi :
"Bukankah Thio Kun kay kakak beradik sudah tertawan oleh musuh ketika baru saja memasuki gua dimana akhirnya mereka di dandani sebagai mayat hidup. Tapi kalau di dengar dari pembicaraan ji sumoay agaknya dia seperti mencurigai kedua orang ini?"
Sementara itu Bwee hoa Kiam Thio Kun kay telah menjawab,
"Kami berdua sudah kena disergap hingga roboh tak sadarkan diri ketika baru saja memasuki gua. Bukan saja tidak mengetahui secara jelas keadaan didalam gua itu, bahkan lorong yang menghubungkan gua itupun tak sempat terlihat secara jelas. Bukankah pengalamanku telah kuutarakan tadi?"
"Betulkah demikian?" jengek Liu Leng poo tiba-tiba sambil senyum tak senyum.
"Perkataan jikoku memang benar" Lak jau Im eng Thio Man segera menyambung "Baru saja memasuki lorong dibawah tanah jalan darah kami sudah ditotok. sampai kalian datang tadi jalan darah kami baru dibebaskan sudah barang tentu kami tidak akan mengetahui keadaan yang sebenarnya didalam lembah itu."
"Adik cilik, aku percaya kau memang tidak tahu, tapi Thio tayhiap bisa jadi mengetahui lebih banyak lagi."
Paras muka Thio Kun kay segera berubah hebat, serunya segera dengan nada tak senang:
"Apakah Liu lihiap menaruh curiga kalau aku sengaja menyembunyikan keterangan?"
Ssmentara itu Kam Liu cu telah berpikir kembali:
"Thio Kun kay adalah seorang jago bu tong pay yang cukup ternama didalam dunia persilatan tindakan dari ji sumoay memang terlalu kelewat batas."
Berpikir demikian, diapun mendongakkan kepalanya siap berbicara lagi,
Tapi Liu Leng poo segera memberi tanda dengan kerdipan mata agar dia jangan berbicara dulu, kemudian sambil tertawa merdu katanya lebih iauh:
"Benarkah Thio tayhiap tidak secara sengaja menyembunyikan suatu keterangan?"
"Semua pengalaman dan musibah yang kami berdua alami telah dibeberkan semua, apalagi yang lihiap curigakan?"
"Yang ingin kutanyakan ada1ah soal Thio tayhiap pribadi, jangan kau sangkut pautkan dengan adik kecil ini."
"Lihiap!" ujar Thio Kun kay kemudian dengan wajah tak senang hati. "Kau sengaja membeda-bedakan kami dua bersaudara, sebenarnya apa maksudmu?"
Liu Leng poo tertawa dingin: "Dan apa pula maksud Thio tayhiap dengan tidak bersedia membeberkan keadaan yg sesungguhnya didalam lembah?"
Ketika Lak jiu im eng Thio Man menyaksikan Liu Leng pon cekcok sendiri dengan jikonya, buru buru dia berseru:
"Enci Liu, jiko ku benar-benar tidak tahu!"
"Adik cilik, Kau tak usah membantunya berbicara.
Sebentar lagi kau toh akan mengerti sendiri." kata Liu Leng poo sambil tersenyum manis,
Bwee hoa kiam Thio Kun kay nampak semakin gusar lagi segera teriaknya:
"Tampak Liu lihiap menaruh curiga terhadap kami berdua biarpun susiok kami sudah terperangkap didalam lembah, Bu tong pay kami tidak butuh bantuan kalian, Hmmm... Adikku ayoh kita pergi saja."
Sehabis berkata, ia segera bangkit berdiri
Lak jiu im eng Thio Man menjadi serba salah dibuatnya, sebentar dia memandang kakaknya sebentar lagi memandang Liu Leng poo, lalu serunya dengan ragu-ragu
"Jiko..."
"Adikku tak usah banyak bicara lagi, ayoh berangkat!"
tukas Thio Kun kay sambil mengulapkan tangannya.
Kam Liu cu tidak menyangka kalau kedua orang itu bakal ribut sampai sejauh itu, baru saja dia ingin berbicara....
Liu Leng poo telah berseru kembali sambil tertawa dingin :
"Lebih baik Thio tayhiap sedikit tahu diri, setelah kau datang kemari, tak akan segampang itu untuk pergi kembali!"
Sekali lagi paras muka Thio Kun kay berubah hebat, mendadak ia cengkeram pergelangan tangan kiri Lak jiu im eng Thio Man sambil serunya!
"Ayoh kita pergi!"
Dia segera menyeret gadis itu dan keluar dari ruangan gua...
Lak jiu im eng Thio Man segera merasa cengkeraman jikonya begitu kuat bagaikan jepitan baja, membuat pergelangan tangannya yang tercengkeram menjadi sakit sekali. Tanpa terasa dia kena terseret sehingga maju beberapa langkah ke depan.
Dengan gelisahnya cepat-cepat dia berteriak lagi ;
"Jiko kau..."
Tanpa menggeserkan tubuhnya dari posisi semula, Liu Leng poo telah berkata lagi sambil tertawa,
"Dia bukan jiko mu !"
Lak jiu im eng Thio Man menjadi terkejut sekali, mendadak dia menghentikan langkahnya seraya berpaling ke arah Thio Kun kay.
Sementara itu Thio Kun kay telah mencengkeram pergelangan tangan kiri Thio Man semakin kencang, sementara tangan yang lain cepat-cepat ditempelkan ke atas punggung gadis itu, katanya kemudian sambil tertawa seram :
"Barang siapa berani menghalangi kepergianku, akan kuhancurkan isi perutnya lebih dulu!"
"Kau bajingan laknat, siapakah kau sebenarnya?" jerit Lak jiu im eng Thio Man dengan geramnya.
Liu Leng poo masih kelihatan amat tenang, katanya kemudian sambil tertawa merdu :
"Kau tak akan dapat meloloskan diri dari sini lebih baik bebaskan adik kecil itu."
Thio Kun kay gadungan segera melayangkan pedangnya dan memandang sekejap ketiga orang itu tampak Liu leng poo Kam Liu cu maupun Ma koan tojin telah mengambil posisi mengurung dari jarak satu kaki, namun tak seorangpun diantara mereka yang berani berusaha untuk menyerobot si nona dari cengkeramannya.
Maka setelah tertawa dingin katanya,
"Tak usah kuatir aku tak akan melukai jiwanya, asal kau bersedia menghantarku menempuh sekian jauh, otomatis aku akan membebaskan dirimu, nah sekarang ikutilah aku tanpa membantah."
Pelan-pelan Liu Leng poo mengeluarkan sebilah pisau terbang tipis dari sakunya, lalu membentak keras !
"Berhenti, kusuruh kau membebaskan dirinya, apakah kau dengar?"
"Sekarang aku akan menghitung sampai bila kau belum juga melepaskan dirinya, pisau terbang hwe hong to dari Thia sat bun segera akan berbicara, aku yakin kau pasti pernah mendengar tentang kelihayan pisau terbang ini bukan?"
Setelah berhenti sejenak, dia kembali berteriak keras :
"Satu...Dua.."
Sejak melihat Liu Ling poo meloloskan pisau terbangnya tadi, Thio Kun kay gadungan sudah nampak gugup dan panik, tiba-tiba dia mendorong tubuh Lak jiu im eng Tnio Man dengan telapak tangan kanannya seraya membentak keras : "Ayoh cepat jalan!"
Oleh dorongan tersebut, terpaksa Lak jiu im eng Thio Man bergerak menuju kemuka,
Tetapi pada saat itulah mendadak terdengar Kam Liu cu membentak sambil tertawa terbahak-bahak ;
"Roboh kau!!!"
Rupanya menggunakan kesempatan disaat seluruh perhatian Thio Kun kay gadungan tertuju ke pisau terbang ditangan Liu Leng poo, secara diam-diam ia telah mengeluarkan ilmu totokan dari udara kosong untuk menghajar jalan darah pada tubuhnya.
Tak ampun lagi Thio Kun kay gadungan segera terkena totokan dan roboh terjungkal ke atas tanah.
Lak jiu im eng Thio Man sendiri pun cepat-cepat membebaskan diri dari cengkeraman tangan lawan dan melompat ke samping.
Menanti lawan sudah roboh, Ma koan to jin baru berseru memuji :
"Ilmu tenaga dalam yang dimiliki Kam tayhiap memang hebat sekali!"
Pelan-pelan Kam Liu cu berjalan menuju ke samping Thio Kun kay gadungan lalu mencopot topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya.
Serentak sorot mata dari Liu Leng poo, Ma Koan tojin serta Lak jiu Im eng Thio Man ditujukan keatas wajah orang itu.
Ternyata orang itu berwajah bersih dan lembut seperti wajah perempuan, tapi usianya di antara dua puluh dua tahunan.
Kam Liu cu menjadi tertegun setelah menyaksikan hal ini, serunya kemudian dengan kening berkerut,
"Mirip sekali dengan seorang wanita!"
Liu Leng poo manggut-manggut.
"Betul, dia memang seorang wanita. Sewaktu masih berada didalam hutan gersang tadi, aku berdiri sangat dekat dengannya dan lamat-lamat dapat ku endus bau harum semerbak yang memancar keluar dari badannya, lalu ketika keperhatikan gayanya sewaktu berjalan, ternyata dia tak bisa melangkah tegap sebagaimana layaknya kaum lelaki, maka aku pun segera yakin kalau dia adalah seorang wanita yang sengaja berperan sebagai Thio tayhiap untuk mengelabuhi kita."
"Selain putri Liong Cay thian, belum pernah kudengar kalau di dalam selat Tok seh sia masih terdapat perempuan lain." kata Kam Liu cu selanjutnya.
"Yaa, aku sendiripun merasa bahwa orang ini amat mencurigakan."
Sembari berkata dia lantas berjongkok dan menggeledah seluruh isi saku perempuan itu, segera ditemukan sebutir bola besi sobesar buah tho dan kantong kecil yang indah.
Liu Leng poo segera menekan bola besi itu dan tiba tiba... "Criiing" memancar keluar serentetan cahaya berwarna keperak-perakan. Ternyata bola besi itu merupakan sebilah senjata panjang yang mirip pedang bukan pedang, golok bukan golok, tapi tipis dan tajamnya luar biasa.
"Itu adalah golok besi tipis." seru Kam Liu cu.
Liu Leng poo manggut-manggut, ketika dia menekan kembali tombolnya, secara otomatis golok perak itu menyusup kembali dan berubah lagi jadi sebuah bola besi.
Ketika da mencoba untuk memeriksa isi katung kecil itu, ternyata isinya berupa dua buah botol kecil terbuat dari porselen, belasan batang paku beracun serta sebuah lencana besi berwarna hitam gelap.
Liu Leng poo memperhatikan sekejap lencana besi itu, kemudian sambil di lontarkan kearah Kam Liu cu katanya:
"Toa suheng, coba kau lihat benda ini.."
Kam Liu cu segera menerimanya serta diperhatikan dengan seksama, mendadak paras mukanya berubah hebat, serunya tertahan.
"Jangan-jangan dia adalah anak murid dari perguruan Kiu siang bun.."
"Ya, kemungkinan besar memang benar,"
Tiba-tiba Ma koan tojin merasakan seluruh tubuhnya bergetar keras, selanya.
"Apakah perguruan Kiu siang bun yang Kam tayhiap maksudkan adalah..."
Belum habis perkataan itu diucapkan, mendadak perempuan yang jalan darahnya tertotok itu sudah melompat bangun, menyerobot kembali lencana besi itu, lalu secepat kilat panah yang terlepas dari busurnya melesat keluar dari dalam gua.
Perubahan yang terjadi amat mendadak, sama sekali diluar dugaan siapa pun, di tambah lagi perempuan itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, membuat semua orang menjadi gelagapan dibuatnya. Sambil membentak keras, Liu Leng poo segera bersiap sedia melakukan pengejaran.
Tapi Kam Liu cu cepat-cepat menggoyang-goyang tanganaya sambil mencegah:
"Ji sumoay, tak usah dikejar, biarkan dia pergi!"
Dengan kening berkerut Liu Leng poo segera berseru dengan perasaan mendongkol
Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hmm, dalam posisi saling berhadapan muka pun, dia berhasil meloloskan diri dari cengkeraman kita, kali ini kita benar benar sudah dipecundangi orang!"
"Bagi yang belum pernah dipecundangi orang apa salahnya kalau dipecundangi sekali ini?" kata Kam Liu cu sambil tertawa terbahak-babak, "Kalau dibilang memalukan, sesungguhnya akulah yang mesti malu, bukan saja jalan darah yang kutotok berhasil dia bebaskan, malahan berhasil pula menyerobot benda yang berada ditanganku."
Setelah mendengar perkataan itu, semua orang baru tahu kalau lencana besi itupun kena diserobot kembali.
Dengan wajah serius Kam Liu cu berkata lebih jauh:
"Anak murid dari perguruan Kiu siang bun ternyata bisa muncul ditempat ini, tampaknya persoalan yang kita hadapi sekarang tak boleh dianggap enteng."
"Hmmnn, mungkin saja siluman tua Kiu siang masih teringat dengan dendam sakit hatinya terhadap suhu dimasa lampau, sehingga dia sengaja bersekongkol dengan pihak selat Tok seh sia untuk menghadapi perguruan Thian sat bun kita."
"Ji sumoay, kita tak boleh sembarangan berbicara sebelum duduknya persoalan menjadi jelas." buru-buru Kam liu cu mencegah.
"Bukankah duduknya persoalan sudah tertera jelas didepan mata" Apa lagi kita pun sudah berhasil menemukan papan tulisan yang khusus ditujukan kepada kita" Hmm...mereka malah berulang kali berkoar hendak menjumpai Thian sat bun kita, apakah hal ini bukan bukti yang jelas?"
"Pada mulanya aku masih mengira kesemuanya ini merupakan siasat busuk dari Liong Cay thian kalau dipikirkan sekarang, bukankah sudah jelas kelihatan bahwa siluman tua Kiu siang lah yang berniat ustuk menghadapi Thian sat bun kita?"
Kam Liu cu mengerutkan dahinya rapat-rapat:
"Apakah ji sumoay sudah lupa dengan putusan dari suhu dia orang tua" berulang kali dia telah berpesan agar kita jangan mencari gara-gara lagi dengan mereka andaikata bertemu dengan orang-orangnya?"
Kembali Liu Leng poo mendengus,
"Tapi dalam peristiwa ini bukan kita yang mengusik orang lain, justru orang lainlah yang mencari gara-gara lebih dulu dengan kita."
Ma koan tojin adalah seorang jago berpengalaman, dia tidak mengetahui perselisihan apakah yang sebetulnya sudah terjadi antara pihak Thian sat bun dengan Kiu siang bun, karena itu diapun merasa tak enak untuk ikut menimbrung di dalam percekcokan antara kakak adik seperguruan ini.
Sebaliknya Lak jiu im eng Thio Man belum pernah mendengar kalau didalam dunia persilatan terdapat perguruan yang bernama Kiu siang bun, timbul rasa ingin tahu didalam hatinya sehingga tak tahan lagi segera tanyanya:
"Enci Liu, mengapa aku belum pernah mendengar tentang perguruan Ku siang bun?""
Kam Liu cu segera berkata.
"Perguruan Kiu siang bun sudah banyak tahun tak pernah melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan, biarpun dari saku perempuan tadi kita berhasil mendapatkan sebuah tanda kepercayaan dari perguruan Kiu siang bun, tapi benarkah dia berasal dari perguruan tersebu, toh tidak kita ketahui."
Lak jiu im eng Thio Man masih ingin bertanya lagi, tapi pada saat itulah dari luar gua telah muncul seorang jago pedang berpita hijau..
Ma koan tojin segera maju menyongsong kedatangannya seraya bertanya,
"Apakah saudara Lo berhasil meramu obat?"
"Hamba telah berhasil meramunya.." Jago pedang berpita hijau segera memberi hormat.
Selesai berkata dia mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam sakunya dan segera diangsurkan kedepan.
Setelah menerima bungkusan obat itu, Ma koan tojin berkata lagi.
"Sudah merepotkan saudara Lo sekian lama, sekarang silahkan beristirahat di luar."
Jago pedang berpita hijau itu mengiakan dan siap mengundurkan diri dari situ.
Mendadak Kam liu cu berseru,
"Lo cuangcu, tunggu sebentar."
Jago pedang berpita hijau itu segera menghentikan langkahnya setelah mendengar perkataan itu, sambil menjura kearah Kam liu cu katanya,
"Kam tayhiap, ada urusan apa?"
Sambil menunjuk keujung baju sebelah kirinya, Kam liu cu berseru,
"Sepanjang jalan tadi apakah saudara Lo telah bertemu dengan seseorang?"
Ketika jago pedang berpita hijau itu mengangkat pergelangan tangan kirinya, dia segera menjumpai sebatang jarum telah menancap di situ. Pada gagang jarum tertera selembar kupu kupu berwarna hitam yang terbuat dari kertas.
Perlu diketahui, semua jago pedang berpita hijau dari perkumpulan Ban kiam hwee adalah jago-jago lihay yang memiliki ilmu pedang sangat hebat, ilmu silat mereka sudah
cukup disebut jago kelas satu dalam dunia persilatan, otomatis pengetahuan mereka pun amat luas.
Dalam sekilas pandangan saja dia sudah mengenali kalau kupu-kupu hitam di ujung jarum tersebut merupakan lambang dari seorang jago persilatan, tapi nyatanya orang itu berhasil menancapkan jarumnya di ujung baju tanpa dirasakan sama sekali olehnya.
Tanpa terasa dengan wajah bersemu merah sahutnya:
"Mungkin lantaran terburu-buru melakukan perjalanan, sehingga tidak kuketahui kalau ada orang yang telah berbuat usil terhadap diriku."
Seraya berkata dia segera mencopot jarum berkupu-kupu hitam itu dari ujung bajunya.
Kam Liu cu bermaksud menghalangi perbuatannya itu, sayang keadaan sudah terlambat.
Jago pedang Berpita hijau itu membalik kupu-kupu hitam tadi dan tiba-tiba membaca:
"Kiu siang tiada tandingannya."
Mendadak kakinya menjadi lemas lalu roboh terjungkal keatas tanah..
Ma koan tojin menjadi amat terkejut setelah menyaksikan kejadian ini, serunya tertahan:
"Apakah dia keracunan?"
Dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat Kim Liu cu melompat ke samping tubuhnya, kemudian merobek selembar kain dan diambilnya jarum berkupu-kupu hitam dari tangannya.
"Toheng, cepat berikan obat penawar racun itu kepadanya." perintah Liu Leng poo segera, "Kalau sampai terlambat mungkin tak akan tertolong lagi!"
"Apakah obat ini dapat menawarkan racun tersebut?"
tanya Ma koan tojin sambil memegang bungkusan obat yang baru diramu itu.
Bukit Pemakan Manusia 13 Pendekar Super Sakti Serial Bu Kek Siansu 7 Karya Kho Ping Hoo Sepasang Pedang Iblis 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama