Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong Bagian 9
Liong Cay thian segera tertawa licik. "Selat kami letaknya sangat rahasia, selain Kiu tok kaucu yang kemungkinan besar mengenali jalan-jalan rahasia disini, yang lain tak mungkin bisa menemukan tempat ini secara mudah, dalam persoalan ini siacu telah memberikan petunjuknya. sampai waktunya nanti saudara Lan akan tahu dengan sendirinya."
Bagaimana pun juga Raja langit bertangan racun Liong Cay-thian adalah seekor rase tua yang licik dan banyak akal muslihatnya. sudah barang tentu kunci dari semua perencanaannya itu enggan diutarakan keluar dengan begitu saja.
Diam-diam Kam Liu cu mendengus. lalu pikirnya;
"Hmm, kau melimpahkan semua persoalan ini kepada saucu, memangnya kau anggap aku belum tahu kalau siacu adalah putrimu sendiri , .?"
Namun berhubung pihak lawan tak mau banyak
berbicara, dirinva sebagai tamu yang baru datang pun merasa canggung untuk bertanya lebih jauh.. .
Kembali semua orang minum arak, sementara waktu sudah menunjukkan menjelang fajar. maka diiringi oleh Liong Cay-Thian. Kam Liu-cu segera diantara kekamar tamu untuk beristirahat.
Setelah mempergunakan siasat "menggeser bunga menyambung dahan" Wi Tiong hong menggantikan kedudukan Lan Kun-pit didalam ruangan batu, ia segera menutup pintunya dan memandang sekejap sekeliling tempat itu dengan seksama.
Ia merasa hanya Lan Kun-pit seorang yang berdiam didalam rumah batu itu. bagian luar merupakan sebuah kamar tidur yang sederhana tapi dengan perlengkapan yang lengkap.
Disamping ruangan terdapat pula sebuah meja rias dengan beberapa jilid buku dan perlengkapan alat tulis menulis yang lengkap. Tampaknya pihak Tok seh sia bukan saja memberikan perlayanan yang baik terhadap Lan Kun-pit. bahkan semuanya diatur dengan sebaik-baiknya, hal ini membuat Wi Tiong-hong merasa agak lega.
Tentu saja bagi Lan Kuun-pit yang sudah dicekoki obat pembingung sukma, tak mungkin akan timbul niat untuk memberontak lagi, tidak heran kalau mereka begitu percaya dan tak kuatir membiarkannya berdiam seorang diri didalam kamar.
Wi Tiong-hong segera menyembunyikan pedang Jit siu kiamnya dibalik badan, kemudian membaringkan diri diatas ranjang.
Diam-diam pikirnya:
"Akhirnya tanpa menimbulkan sesuatu gejala atau suara pun aku berhasil menyusup kedalam lembah ini, langkah kedua yang harus kulakukan sekarang adalah bagaimana menyelidiki kabar berita tentang ayahku, Sekali pun dia tidak tahu dimanakah letak kamar tahanan dalam selat Tok Seh sia tersebut, namun dia yakin selat Tok seh sia tidak terlalu besar, setelah berada disitu dia yakin tempat yang dimaksud pasti dapat ditemukan."
Berpikir demikian. dia pun memejamkan matanya dan tertidur.
Tidurnya kali ini sungguh amat nyenyak, ketika bangun kembali, fajar sudah menyingsing, cepat-cepat dia melompat turun dari ranjang dan membuka pintu kamar.
Tampak seorang bocah kecil sudah meenunggunya diluar kamar, ketika melihat Wi Tiong-hong sudah bangun, cepat-cepat dia memberi hormat sambil menyapa;
"Selamat pagi Wi sauhiap!"
Wi Tiong hong segera manggut-manggut kearahnya.
Setelah tertawa rahasia, bocah kecil itu berkata lagi:
"Barusan nona Liong telah datang kemari, tapi berhubung siauhiap masih tidur maka hamba tak beani mengusikmu."
"Nona Liong yang dimaksudkan olehnya mungkin putri dari Liong Cay-thian" Tapi... tidak benar, putri Liong Cay Thian adalah Tok seh siacu, sudah sepantasnya bila orang ini memanggil siacu kepadanya, atau munkin didalam Tok seh sia masih terdapat nona lain yang kedua?"
Sejenak kemudian iapun berpikir lebih jauh.
"Yaa, benar, putri Liong Cay-thian yang menyaru sebagai Tok seh siacu tentu selalu muncul dengan tampang seorang kakek berjenggot putih dan berjubah hitam, rahasia ini pun tidak diketahui oleh Sah Thian-yu yang berkedudukan tinggi, mana mungkin seorang kacung bisa turut mengetahuinya" Mungkin semua orang Tok seh sia ada yang menyangka kalau siacu mereka yang sebenarnya adalah hasil penyaruan dari nona Liong."
Sementara itu. si kacung yang tidak menemukan suatu reaksi dari Wi Tiong hong segera berkata lagi sambil tertawa paksa:
"Nona Liong bilang. sebentar lagi dia akan datang kembali."
"Ehmm, aku tahu, ada urusan apa dia datang mencariku?" Kata Wi Tiong-hong dengan wajah tanpa emosi.
"Nona Liong bilang, kemarin dia telah berjanji denganmu, maka pagi-pagi buta begini sudah datang kemari."
"Kemarin sudah berjanji?"
Diam-diam Wi Tiong hong tertegun setelah mendengar perkataan itu, dia tak tahu apa janji nona Liong dengan Lam Kun-pit"
Maka dengan suara lirih diapun berbisik; "Benarkah dia adalah putri dari sang Huhoat?"
Pertanyaan ini diajukan sedikit menyerempet bahaya.
namun wajahnya berlagak se-akan2 tidak mempunyai sesuatu maksud tertentu dengan pertanyaannya itu.
Si kacung semakin terperanjat lagi, dia balik bertanya.
"Apakah nona Liong tidak pernah memberitahukan soal ini kepadamu. .?"
"Tidak!" Wi Tiong-hong menggeleng.
"Bila ia tidak memberitahukan kepadamu. Hamba pun tak berani berbicara."
"Kau sangat takut kepadanya?"
"Yaa, setiap orang yang berada dalam selat ini sama-sama takut kepadanya. sebab nona Liong adalah murid dari siacu."
Bagaimana pun juga dia adalah seorang bocah, sekalipun dimulut mengatakan tak berani berbicara. toh akhirnya perkataan tersebut diutarakan juga.
Diam-diam Wi Tiong hong tertawa geli, sambil sengaja mengiakan dia berkata:
"Ooh, rupanya dia adalah murid siacu. tak heran kalau kulihat banyak orang menaruh hormat kepadanya", Kacung itu kembali tersenyum. "Selama ini nona Liong selalu bersikap dingin dan kaku terhadap siapa pun. belum pernah bersikap demikian baik kepada orang lain, dulu dia selalu bersembunyi dalam istana dan jarang keluar, namun semenjak kedatanganmu disini, setiap hari nona Liong justeru datang kesini terus." '
Berbicara sampai disini, cepat-cepat dia berseru lagi:
"Hamba segera akan mengambilkan air untuk mencuci muka."
Sambil membalikan badan cepat-cepat ia beranjak pergi dari ruangan tersebut.
Sementara itu Wi Tiong hong merasa serba salah, pikirnya kemudian didalam hati.
"Kalau didengar dari nada pembicaraan kacung kecil itu tampaknya secara diam2 nona Liong sudah jatuh hati kepada Lan Kun-pit, padahal Lan Kun-pit sedang menyaru sebagai diriku, dalam hal ini, nona Liong sebagai jelmaan dari Tok seh siacu tentu sudah mengetahuinya pula sejak permulaan. Dan aku sekarang harus menyaru sebagai diriku sendiri dengan menggantikan kedudukan diri Lan Kun-pit, dalam soal lain sih masih mendingan, tapi dalam cinta kasih antara muda-mudi ini. bagaimana mungkin aku bisa mewakili Lan Kun pit untuk berpacaran?"
Sementara masih termenung, kacung tadi sudah muncul kembali dengan membawa sebaskom air untuk mencuci muka.
Cepat-cepat Wi Tiong-hong mencuci muka dan
membersihkan mulut, kemudian kacung tadi muncul dengan sarapan yang berupa semangkuk bubur dan sejumlah bakpao di tambah empat macam sayur.
Wi Tiong-hong memang sedang lapar, maka diapun duduK dekat meja siap2 hendak bersantap.
Tiba-tiba pintu dibuka orang dan segulung angin berbau harum berhembus masuk ke dalam ruangan. sesosok bayangan manusia yang kecil mungil sudah muncul didalam ruangan.
Dia adalah seorang nona muda berbaju merah keperak-perakan, dia membawa sebuah kantung kain dan langsung menghampiri Wi Tiong-hong.
Cepat-cepat kacung itu memberi hormaat sambil berseru;
"Nona Liong telah datang."
Gadis itu segera melotot kearahnya dan berseru.
"Tadi aku kan sudah berkata kepadamu, hari ini kau tak perlu menyiapkan sarapan buat Wi sauhiap. apakah kau tidak mendengar perkataanku itu?"
Pucat pias selembar wajah si kacung setelah mendengar perkataan tersebut. dengan kata2 tergagap, katanya;
"Hamba sudah mendengar. . mendengar dengan jelas. , sarapan ini di. .dikirim langsung dari dapur."
Didalam sekilas pandangan saja Wi Tiong-hong sudah mengenali gadis itu sebagai nona yang menyaru sebagai Tok seh siacu di puncak bukit Pit bu san tempo hari dan berhasil disingkap penyaruannya.
Dikemudian hari dia baru tahu kalau dia adalah putri kesayangan dari Raja langit bertangan racun Liong Cay thian, cong-huhoat selat Tok seh sia. yaitu Tok seh siacu yang sebenarnya.
Begitulah. setelah mendengus dingin kepada kacung itu, nona Liong baru berpaling kembali. dengan wajah manja katanya:
"Apakah dia sudah memberitahukan kepadamu, bahwa aku telah datang kemari?"
"Sudah, sudah disampaikan kepadaku nona tak usah menyalahkan dia.,." Cepat-cepat Wi Tiong hong berseru.
Nona Liong segera mencibirkan bibir; "Huuh, kemarin kau sudah berjanji, masakan sudah melupakannya."
Diam2 Wi Tiong-hong berpikir: "Kalau kau berjanji dengan Lan Kun pit darimana aku bisa tahu tentang persoalan ini."
Maka sambil tertawa getir, lalu katanya: "Aku telah tidur agak terlambat..."
Dengan gemas nona Liong mendepak-depakan kakinya keatas tanah kemudian berseru dengan mendongkol;
"Coba lihat, kau masih juga duduk dikursi, ayoh! segera beranjak, kita bersantap di atas puncak bukit saja, aku telah mempersiapkan sarapan yang lesat untukmu, Hmm, orang lain sudah bangun sejak pagi dan menunggu sampai sekarang, kau tahu akupun belum sarapan..."
Rupanya mereka berjanji akan mendaki bukit.
Sebenarnya Wi Tiong hong tidak berminat sama sekali untuk keluar rumah bersama nona itu, tapi setelah mendengar akan naik gunung, tergerak juga hatinya, dia segera berpikir:
"Dia mengajakku naik gunung, sudah pasti aku akan keluar dari selat Tok seh sia, dengan ditemaninya aku pasti dapat melihat seluruh pemandangan Tok seh sia dari puncak bukit itu, dan siapa tahu dari mulutnya aku bisa memperoleh sedikit kabar berita?"
Berpikir demikian. Dia pun turut bangkit seraya berkata:
"Baiklah !"
Nona Liong tertawa cekikikan, dia segera membalikkan badan dan beranjak keluar dari ruangan sambil berseru;
"Ayoh cepatan sedikit!"
Setelah keluar dari rumah batu itu, nona Liong berjalan bersanding dengan pemuda tersebut sambil mengerling, padanya sambil tertawa ringan;
"Coba kau lihat, cuaca hari ini sanggat indah, matahari bersinar amat cerah, meski angin berhembus lewat, rasanya tidak dingin."
Kalau seorang gadis mulai membicarakan soal cinta, maka hatinya akan terasa menjadi sangat hangat sekali.
Wi Tiong-hong mengalihkan pandangan matanya ke depan. matahari yang merah nampak baru muncul dari balik dua puncak yang tinggi dan memancarkan sinar keemas-emasan keempat penjuru, pemandangan alam saat itu benar-benar indah dan sangat menawan hati.
Menggunakan kesempatan tersebut dia memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, tampak olehnya lembah yang begitu luas dan bermandikan cahaya tarsebut justru nampak sepi dan tidak kelihatan sesosok bayangan manusia pun, hal ini membuat perasaannya diam-diam menjadi keheranan.
Mendadak nona Liong berpaling sambil menegur:
"Mengapa kau tidak berbicara?"
"Aku sedang menikmati keindahan matahari."
"Benar sudah berapa hari disini aku belum pernah melihat matahari, terus terang saja, ditempat ini setahun empat musim belum tentu bisa menjumpai matahari beberapa kali."
"Mengapa bisa begitu?"
"Kecuali musim gugur dimana awan hilang kabut pun lenyap sehingga matahari bisa bersinar kemari, sepanjang tahun Selat ini selalu tertutup oleh awan dan kabut yang tebal."
Diam-diam Wi Tiong-hong mengangguk sambil berpikir.
"Mungkin disebabkan alasan inilah maka sulit orang luar untuk menemukan letak selat Tok seh sia."
Maka diapun berkata; "Oooh, rupanya begitu."
Dengan berjalan bersanding mereka melanjutkan kembali perjalanannya kedepan. Sepanjang jalan Wi Tiong hong dapat mengendus bau harum semerbak yang tiada hentinya memancar keluar dari tubuh gadis itu, sedang si nona pun berulang kali berpaliag kearahnya sambil melemparkan sekulum senyuman yang manis.
Berbicara yang sesungguhnya, dibawah sinar matahari pagi, wajah nona tersebut makin dipandang semakin menarik hati, senyuman yang manis cukup menggetarkan sukma orang, Wi Tiong-hong benar-benar tak berani memandang terlalu lama kearahnya.
Sekali pun tidak dipandang. namun jantungnya terasa berdebar keras dan pikirannya mengambang kemana-mana.
Mereka berjalan memutari hutan bambu dan menelusuri jalanan setapak, nona Liong berjalan dimuka sebagai petunjuk jalan menuju kearah bukit sana.
Wi Tiong-hong segera melihat bahwa jalanan yang dilewati mereka sekarang tak lain adalah jalanan yang ditempuh mereka semalam.
Tak lama kemudian sampailah mereka disebuah jalanan berbukit yang dilapisi dengan pasir putih.
Wi Tiong-hong segara berlagak gembira dan sengaja berseru:
"Aah, tak nyana setelah tiba disini, jalanan menjadi bertambah lebar."
Nona Liong nampak terkejut sekali, sambil menyambar lengannya dia berseru:
"Kau jangan kesana."
"Mengapa ?"
"Pasir itu sangat beracun."
Wi Tiong-hong yang memperoleh jawaban itu segera berpikir dalam hati:
"Mungkin dia menganggap aku sudah menelan obat racun mereka sehingga berbicara tanpa tedeng aling-aling, tampaknya asal kugunakan sedikit akal dan tipu muslihat, niscaya banyak rahasia yang akan kuketanui dari mulutnya, siapa tahu aku pun akan mengetahui pula tempat penyekapan ayahku ?"
Nona Liong segera mengajaknya menelusuri sebuah jalan setapak yang semakin kecil dan sempit macam usus kambing saja. Boleh dibilang jalanan disitu berbahaya sekali. tebingnya curam dan dicning karang sangat terjal.
pada hakikatnya ihnya satu orang saja yang bisa melalui jalanan sekecil tersebut.
Kedua orang itu sama2 memiliki ilmu meringankan tubuh yang sempurna, tak heran kalau dengan kelincahan
tubuh mereka, perjalanan dapat ditempuh dengan gampang sekali.
Biar pun keadaan medan sangat tinggi dan terjal, hanya didalam waktu sepertanak nasi saja mereka sudah dapat mencapai ke atas puncaknya.
Sementara itu nona Liong sudah kecapaian seperti napasnya terengah-engah dan mukanya berubah menjadi merah dadu, dengan selembar sapu tangan, tiada hentinya dia menyeka keringat yang membasahi seluruh tubuhnya.
Wi Tiong-hong yang menyaksikan peristiwa itu, diam-diam segera berpikir; "Tenyata tenaga dalam yang dimilikinya tidak lebih dari apa yang semula kubayangkan."
Maka dia pun sengaja berpura-pura kehabisan tenaga pula, sambil bertolak pinggang dia menghembuskan napas panjang berlagak mengatur napasnya yang tersengal, sementara sorot matanya dilayang kebawah memperhatikan selat Tok seh sia yang sempit memanjang dan membentang dibhdapan matanya.
Namun apa yang terlihat segera menimbulkan
kecurigaan dalam hati kecilnya.
Ternyata selat tersebut terletak diantara himpitan dua buah bukit yang tinggi dan hakekatnya merupakan sebuah lembah buntu, bagian tengahnya nampak agak sempit memanjang pada hakekatnya tidak nampak jalan keluar disana.
Padahal kalau didengar dari pembicaraan kakek itu, sumur kering dimana mereka lewat semula bukan merupakan jalan utama mereka yang sebenarnya, lantas dari manakah mereka masuk keluar dihari-hari biasa..."
Tiba-tiba terdengar nona Liong berseru:
"Hey, apakah kau merasa lapar" Ayoh cepat kemari."
Ketika Wi Tiong-hong berpaling, ia jumpai gadis itu sedang mengeluarkan sebuah kotak makanan yang indah dari dalam kantungan bajunya dan diletakkan diatas batu besar. kemudian sambil menepuk batu disisinya dia berkata;
"Ayoh cepat duduk disini, bagaimana kalau kita menikmati pemandangan alam sembari bersantap?"
Wi Tiong-hong yang menyaksikan tempat yang tersedia baginya adalah sebagian batu disisi gadis tersebut, ia menjadi sangsi, hingga untuk sesaat hanya berdiri mematung saja.
Nona Liong segera mengerling sekejap kearahnya dengan perasaan tak senang, kemudian menegur:
"Hay. bagaimana sih kau ini, seakan-akan dengan kemarin sudah berubah seperti dua orang yang lain?"
Wi Tiong-hong terkejut sekali setelah mendengar perkataan itu, dia segera berpikir, "Aduh celaka, entah bagaimanakah sikap Lan Kun pit terhadapnya kemarin"
Benar Lan Kun pit adalah seorang laki-laki hidung bangor.
dia pasti memperlihatkan sikap yang mesra dan hangat kepadanya, kalau begitu akupun harus bersikap agak mesra dan hangat pula terhadap dirinya."
ooOdwOoo BERPIKIR sampai disitu, tanpa terasa ia tersenyum kepadanya dan pelan2 maju kedepan dan duduk disampingnya, kemudian dengan suara lembut dia berkata:
"Dalam hal yang manakah nona menganggap aku kurang beres?"
Nona Liong segera tertawa cekikikan, matanya menjadi merah tapi segera godanya: "Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan barusan."
Dengan perasaan agak rikuh dan jengah Wi Tiong-hong duduk disampingnya, lalu katanya sambil tertawa:
"Aah, mana mungkin aku sedang memikirkan sesuatu?"
"Kau tak usah membohong, aku tahu dengan pasti"
Sambil berkata nona itu segera membuka kotak makanannya. ternyata kotak tersebut terbagi menjadi empat bagian yang masing-masing berisikan Lumpia, udang goreng, kuah pia isi tausah dan kuah manis.
Sambil mendongakkan kepalanya dia pun berseru:
"Ayoh makan, sukakah kau yang manis?"
"Suka." Wi Tiong-hong manggut-manggut.
Nona Liong segera tertawa cekikikan,
"Semenjak kecil aku suka yang manis, tahu kalau kaupun suka makan yang manis, aku tentu membawa yang manis, dua macam hidangan kecil yang asin ini khusus kusediakan untukmu."
-oo0dw0oo- Jilid 17 "Kalau begitu silahkan nona makan yang manis. biar yang asin untuk-ku, aku toh suka juga yang asin."
Nona Liong segera tertawa manis:
"Kau memang pintar bicara, aaah betul masih ingatkah kau sewaktu kau mencopot kerudung mukaku dipuncak
bukit Pit bu-kan tempo hari" Kau tahu, waktu itu aku bencinya setengah mati kepadamu!"
Wi Tiong hong sangat terkejut sesudah mendengar perkataan itu, segera pikirnya,
"Perkataan semacam ini mah bukan di tujukan buat Lao kun pit, jangan-jaagan dia sudah mengetahui akan penyaruanku?"
Cepat cepat dia berpaling, terlihat olehnya nona Liong sedang tertawa manis dan memandangnya dengan penuh perasaan cinta yang lembut.
Terdengar nona itu berkata lagi: "Sungguh tak pernah kusangka hanya beberapa bulan kemudian, aku malah...."
Dengan wajah tersipu sipu karena malu dia
menundukkan kepalanya rendah rendah.
Wi Tiong hong bukanlah seekor ayam dungu yang tidak memahami perasaan orang. sudah barang tentu diapun mengerti perkataan apa yang tidak dilanjutkan gadis tersebut.
Kontan saja hatinya dibikin terkesiap diam diam ia segera berpikir:
"Jangan jangan dia belum tahu kalau Lan Kun pit menyaru sebagai diriku" Tapi rasanya hal ini tidak mungkin, Ketika kakek Ou menyusup kedalam selat Tok Seh sia semalam, jelas dia mengatakan bahwa rahasia penyaruan dari Lan Kun pit sudah terbongkar.."
Padahal Wi Tiong hong mana tahu Liong Cay thian memang sengaja mengelabuhi putrinya dalam peristiwa tersebut. sebab sejak kembali dari bukit Pit bu san Ciong say thian segera menemukan kalau putrinya dalam keadaan
benci bercampur cinta cara diam diam nona itu sudah jatuh hati kepada Wi Tiong hong.
Menanti Wi Tiong hong yang berhasil ditawan ternyata hanya penyaruan dari Lan Kun pit, dia lantas teringat bahwa ayah Lan Kun pit, Lan Sim hu adalah seorang tokoh persilatan di wiiayah Bun lam yang ahli didalam penggunaan racun.
Disamping itu Lan Sim hu pun masih terhitung cihu (suami kakak perempuan) dari ketua Lam hay bun saat ini So Siu jin, apabila ia berhasil menarik Lan Sim bu untuk berpihak secara otomatis pihak Lam Hay bun pun akan berpihak kepadanya pula.
Perawakan badan serta potongan wajah Lan Kun pit sama sekali tidak kalah dari Wi Tiong hong, maka dari itu dia hendak manfaatkan kesalahan ini untuk menjodohkan putrinya kepada Lan Kun pit.
Maka diapun sama sekali tidak memberi tahukan kepada putrinya bahwa Wi Tiong Hong yang mereka tangkap sebenarnya adlah penyaruan dari Lan Kun pit.
Dia berharap bila cinta kasih mereka berdua telah berkembang lebih jauh barulah secara diam diam dia beberkan keadaan yang sebenarnya, ia yakin perkawinan tersebut tentu akan berhasil seratus persen.
Sementara itu Wi Tiong hong merasa terkejut sekali setelah mendengar perkataan nona itu sambil menggigit sepotong lumpia, pelan pelan diapun berkata:
"Bukankah nona biiang sudah lapar sedari tadi" Tempat ini anginnya terlalu deras, ayoh cepatan sedikit makan"
"Sejak kemari aku sudah memberitahukan kepadamu.
aku bernama Hiang kun, panggil saja namaku secara
langsung, jangan nona nona melulu, kedengarannya kurang sedap?"
"Soal ini.."
"Tak utah ini itu lagi, kau panggil namaku, akupun memanggil namamu, bukan kah ini lebih bagus?"
"Ya.. bagus.. bagus sekali." Wi Tiong Hong segera mengangguk berulang kali.
"Asal bagus itu lebih baik lagi." Liong Hiong Kun tertawa manis. "Oya, aku ingin bertanya tentang sesuatu, cuma kau mesti menjawab dengan jujur."
"soal apa?"
Liong Hiong kun mengerling sekejap dengan manja, lalu katanya lagi sambil tersenyum.
"Bila aku salah berbicara, harap kau jangan marah yaa...."
"Aaaah, masa aku berani...." sahut Wi Tiong Hong dengan muka memerah.
"Aaaah, kau ini jangan selalu merendah terus, aku paling tak suka mendengar orang merendahkan diri terus menerus!" seru Liong Hiong kun sambil cemberut.
"Baik, aku tak akan marah, nah tanyalah sekarang!"
Setelah mengerdipkan matanya berulang kali, Tiong Hiang Kun berkata pelan : "Aku dengar.... aku dengar..."
"Kau mendengar soal persilatan bilang"
"Entah apa apa yang di bicarakan orang persilatan?"
Kembali Wi Tiong hong menukas dengan penuh
kecurigaan "Mereka bilang.. mereka bilang kau"
Wi Tiong hong segera menggelengkan kepalanya beruiang kali menyaksikan keraguan si nona, bahkan kemudian mendesah lirih
Paras muka Liong Hiong kun berubah semakin
memerah. katanya kemudian :
"Mereka semua bilang kau mempunyai seorang adik misan yang cantik sekali, dan adik misanmu itu baik denganmu, benarkah demikian?"
Pertanyaan tersebut segera menyulitkan Wi Tiong hong untuk memberikan jawabannya
Memang suatu masa dia pernah bergaul dengan Liok Khi bahkan selalu pergi kemana mana bersama gadis tersebut, terhadap orang lain Liok Khi pun selalu mengaku sebagai adik misannya, tidak heran kalau banyak jago persilatan yang mengetahui tentang persoalan tersebut.
Andaikata Liong Hiong kun tidak mengetahui kalau Lan Kun pit sedang menyaru sebagai dirinya maka adik misan yang dia maksudkan sudah tentu Liok Khi.
Sebaliknya kalau dia mengetahui bahwa Lan Kun pit sedang menyaru sebagai dirinya dan dirinya sekarang adalah Lan Kun Pit, maka adik misan yang di maksudkan berarti So Siau hui.
Meskipun sama sama sebagai "adik misan" namun keduanya menyangkut perbedaan yang sangat besar sekali dia salah menjawab akan berakibat timbulnya kecurigaan atas dirinya.
Ketika Liong Hiong kun menyaksikan pemuda itu membungkam sampai lama sekali, dengan suara lembut segera ujarnya :
Aku hanya bertanya secara sembarangan, bila kau keberatan untuk menjawab, kau tidak usah memaksakan diri"
"Aaaah, nona salah paham.... "
Liong Hiong kun segera berkerut kening tidak sampai pemuda itu menyelesaikan kata katanya dia sudah berkata lagi sambil tertawa cekikikan
"Aku sih tak akan salah paham, masih ada lagi Ban kiam hweecu konon diapun seorang nona yang mempunyai hubungan sangat baik dengan mu."
Paras muka Wi Tiong hong berubah semakin memerah.
Tapi sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, Liong Hiong kun telah berkata lebih jauh :
"Selain itu masih ada lagi So Siau hui dari Lam hay bun, ayahnya memaksa dia untuk berbaik dengan kakak misan sendiri, tapi dia justru kabur untuk berbaikan denganku"
Dengan wajah memerah Wi Tiong hong merasakan hatinya sangat terkejut. diam diam ia berpikir :
"Kalau ditinjau dari perkataannya itu, sudah jelas dia telah menganggap diriku sebagai Wi Tiong hong sungguhan. atau mungkin dia sudah mengetahui jejakku yang sebenarnya" Atau dia memang benar benar tak tahu kalau Lan Kun pit sesungguhnya menyaru sebagai diriku?"
Sekarang ia sudah mempunyai pengalaman yang cukup luas didalam dunia persilatan, dengan menghindari jawaban secara langsung, sengaja tanyanya dengan hambar.
"Dari siapa kau mendengar kesemuanya ini?"
"Aku cuma ingin bertanya kepadamu. sebenarnya kau suka dengan yang mana?"
"Yang satu adalah adik misanku sendiri, sedang Ban kiam hweecu sama sekali tidak kuketahui kalau dia adalah wanita, dengan So Siau hui pun cuma bertemu dua kali, coba bayangkan sendiri bagaimana aku mesti menjawab pertanyaanmu itu?"
Dengan segala upaya yang dimilikinya dia berusaha untuk menirukan gaya Lan Kun pit yang menyaru sebagai dirinya, atau paling tidak beberapa patah kata yang terakhir ini jelas bukan nada pembicarasn yang khas dirinya.
Tanpa terasa sekulum senyuman yg amat manis tersungging diujung bibir Liong Hiong-kun, dia seakan-akan sedang berusaha untuk menutupi rasa gembira didalam hatinya
Setelah tertawa dia berkata lagi sambil menggigit bibir,
"Kau berbicara setulus hati?"
"Aku berbicara dengan sejujur hatiku."
"Lantas siapa yang sebenarnya kau cintai?" tanya Liong Hiong kun kemudian lirih
Wi Tiong hong segera menatap wajah gadis itu dan berdiri agak termangu mangu, bisiknya : "Aku...."
Untuk sesaat dia tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan tersebut, namun Liong Hiong kun telah salah mengartikan sikap tersebut, dianggapnya sang pemuda itu sedang mengawasinya dengan penuh perasaan... itu berarti..
Rasa gembiranya seketika tak terbendung lagi. dengan muka berubah menjadi merah padam segera bisiknya :
"Aaah, aku sudah tahu !"
Dia segera bangkit berdiri dan tertawa cekikikan dengan penuh perasaan gembira.
Wi Tiong hong ikut bangkit berdiri pula mereka berdua berjaian jalan diatas puncak bukit itu dengan mulut membungkam. Puncak bukit tersebut tidak terlalu lebar.
tiga penjuru merupakan jurang yang dalamnya mencapai ribuan kaki hanya pada arah dimana mereka naik tadi terdapet sebuah jalanan sempit diantara celah celah dinding karang.
Bila dilihat dan tebing tebing terjal yg begitu tajam dan tegak lurus, jangan lagi manusia, burung pun belum tentu mampu untuk melewatinya.
Diam diam Wi Tiong hong mengangguk. tidak heran kalau selat Tok seh sia tidak mudah ditemukan, hal ini disebabkan letak selat tersebut terjepit diantara kurungan bukit karang yang terjal, tanpa jalan penghubung dari luar, otomatis tempat itu sangat tidak mudah ditemukan letaknya Berpikir demikian, tanpa terasa sorot matanya dialihkan ke sekeliling lembah untuk melakukan pemeriksaan.
Pelan pelan Liong Hiong kun menyandarkan diri diatas bahu pemuda itu, kemudian tanyanya :
"Apa yang sedang kau lihat?"
"Aku sedang menyaksikan kedua buah bukit tersebut, apakah bukit bukit itu bersambungan satu sama lainnya pada bagian pertemuan itu "
Sepintas lalu ia telah memperhatikan keadaan dari selat tersebut dengan jelas, ia lihat bagian timur selat Tok seh sia mempunyai dataran yang lebih lebar, diantara celah dua bukit terdapat sebuah air terjun dengan air yang deras sekali.
Dibawah air terjun merupakan sebuah telaga yang lebar, lebih kurang setengah kali dari telaga merupakan tanah berbatu dan pasir, mirip tempat untuk menyekap orang.
Hanya dibagian barat pada pertemuan dua bukit yang nampak cocok sebagai tempat bangunan, meski tanahnya rada sempit namun bisa dipakai untuk dua deret ramah Satu ingatan segera melintas dalam benak Wi Tiong hong, pikirnya kemudian ;
"Daratan bagian tengah dari Tok seh sia terhitung paling besar dengan istana racun sebagai pusatnya, empat penjuru sekelilingnya penuh dengan bangunan rumah. tampaknya semua anggota selat berdiam disana."
"Jarak antara dua deret bangunan batu dengan bukit kecil disampingnya mencapai setengah li, sedangkan tanah antara setengah li tersebut terdiri dari batuan dan pasir, sebaliknya ujung selat itu merupakaa tanah gundul yang gersang, mengapa ditempat yang gersang justeru didirikan dua deret bangunan rumah?"
Memandang kedua deret bangunan rumah tersebut, lambat laun pemuda itu merasakan hatinya mulai goncang.
"Tempat itu merupakan daerah terlarang bagi selat kami." pelan pelan Liong Hiong kun menerangkan Ketika kata "daerah terlarang" menyusup ke telinga Wi Tiong hong, dia segera merasakan hatinya bergetar keras, serunya tanpa sadar :
"Daerah terlarang. tempat apakah itu?"
"Masa daerah terlarang pun tidak kau ketahui" tempat tersebut merupakan suatu daerah yang tidak boleh dikunjungi oleh siapa pun tanpa suatu ijin khusus."
Wi Tiong hong seperti memahami akan sesuatu, dengan nada menyelidik dia segera bertanya lagi ;
"Aaah. betul, mungkin tempat itu adalah tempat tinggal dari siacu kalian?"
"Bukan!!" Liong Hiong kun menggeleng. Tampaknya dia enggan banyak berbicara tentang persoalan ini.
Wi Tiong hong sendiripun tidak bertanya lebih jauh setelah berhasil membuktikan kecurigaan sendiri.
Mendadak Liong Hiong kun berseru tertahan, kemudian katanya
"Aaah, hampir saja aku lupa memberitahukan kepadamu, didalam selat kami terdapat tiga tempat yang tak boleh dikunjungi, bila kau tidak lagi bersamaku jangan sekali kali kau kunjungi tempat itu secara sembarangan."
"Ketiga tempat mana saja?"
"Pertama adalah hutan bambu yang berada dikaki bukit kecil itu, kemudian pada bagian timur dan barat, tempat yang berpasir dan sama sekali tak berbangunan, kau pun tak boleh kesitu,"
Sekali lagi Wi Tiong hong merasakan hatinya tergerak, dia pernah mendengar dari Seh Thian yu bahwa dibalik hutan bambu yang mengitari istana racun tersebut mempunyai kekuatan yang melebihi racun manapun juga.
Sewaktu mereka masuk kedalam sumur dan menembusi selat tersebut, pernah dijumpai sebagian tanah yang dilapis pasir putih, menurut perkataan kakek Ou, pasir tersebut mengandung racun yang sangat jahat, itulah sebabnya dia telah mempergunakan bebatuan besar yang diletakkan diatas pasir sebagai jembatan penyeberangan.
Ditinjau dari sini maka dapat dibilang bahwa tanah berpasir yang dilarang olehnya untuk ditempuh sudah pasti mengandung racun yang jahat sekali.
Disetiap sudut selat tok seh sia terdapat pasir beracun.
rasanya seperti juga namanya memang demikianlah kenyataannya.
Maka setelah berpikir sejenak diapun bertanya lagi:
"Mengapa demikian?"
"Tak ada salahnya kuberitahukan kepadamu, didalam pasir tersebut mengandung racun yang amat jahat"
Perempuan memang selalu condong ke luar, rasanya perkataan ini tak salah lagi, buktinya rahasia yang begini besar dan pentingpun dia utarakan kapada orang lain dengan begitu saja.
Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wi Tiong hong segera berkata lagi: "Oooh, rupanya begitu!"
Sementara dalam hati kecilnya dia ber-pikir;
"Itu mah tak akan menyusahkan diriku. asal kugunakan batu besar sebagai alas pada pasir tersebut, toh tiada kesulitan bagi untuk menyeberanginya."
Sementara itu Liong Hiong kun telah berkata lebih jauh:
"Setiap anggota selat kami mengenakan pakaian dan sepatu yang terbuat khusus, Sepatu itu tidak takut dengan pasir beracun, sekembalinya kerumah nanti aku akan menyuruh mereka membuatkan sepasang untukmu."
"Itu sih tidak perlu" kata Wi Tiong hong dengan hambar,
"aku toh tiada urusan apa apa yang memerlukan untuk berjalan kian kemari"
"Tidak mengapa. dengan memakai sepatu khusus tersebut maka kau akan lebih leluasa lagi. Hanya pesanku, sekalipun kau sudah mengenakan sepatu anti racun lebih baik jangan pergi juga kehutan bambu tersebut "
"Tak betul." pikir Wi Tiong hong segera "dibalik hutan bambu adalah istana racun aku mendengar Seh Thian yu yang mengatakan sekeliling istana racun terkandung racun diantara racun. sekalipun anggota Tok seh sia sendiripun tak nanti berani masuk kesitu tanpa perintah khusus."
Dia pun manggut manggut.
"Akan kuingat selalu.."
Lambat laun waktu pun mendekati tengah hari sambil memandang keadaan cuaca, Wi Tiong hong segera berkata
: "Aasah. sudah mendekati tengah hari kita harus turun sekarang."
"Mengapa sih mesti tergesa gesa," Liong Hiong kun tersenyum. "apa salahnya untuk duduk sebentar lagi"
Tengah hari nanti aku punya urusan...akupun tidak terburu buru. aaaah, apakah kau sama sekali tidak bergairah?"
Sambil membereskan rambutnya yang panjang dia segera bangkit berdiri.
Kembali Wi Tiong hong merasakan hatinya tergerak, segera ujarnya cepat cepat : "Selama berapa hari ini berdiam terus didalam lembah, aku memang merasa agak sumpek dan masgul, bagaimana kalau kau sering sering saja mengajakku berjalan jalan keluar lembah?"
"Kalau kau ingin keluar lembah, maka mesti menunggu sampai mereka sudah selesai mempersiapkan sepatu khusus untukmu"
"Mengapa harus menunggu sampai terdapat sepatu khusus?"
Sambil tertawa Liong Hiong kun menunjuk kesebelah timur dan berkata ;
"Tanpa sepatu khusus tersebut, maka untuk melewati setengah li di situ terpaksa aku mesti menggendongmu."
"aah, hal ini mana boleh?"
Sementara dalam hati kecilnya berpikir "Ternyata jalan keluar mereka berada di air terjun sana, hanya tidak diketahui bagaimana caranya untuk melewatinya?"
"Apakah kau merasa kaheranan?" tiba tiba Liong Hian kun bertanya.
"bila kami hendak keluar, disitu perlu naik perahu dulu."
Wi Tiong hong kuatir gadis itu menaruh curiga kepadanya, maka diapun tidak bertanya lebib jauh.
ooo0dw0ooo SEBALIKNYA Liong Hiong kun yang menyaksikan pemuda itu hanya membungkamkan diri segera kuatir dia merasa tak senang hati, sambil berpaling segera ujarnya:
"Hari ini sudah tidak sempat lagi, bagaimanapun kalau besok saja" Sekembalinya dari sini akan selesai dibuat."
"Aaahh, aku cuma bergurau saja, bila setengah hari nanti kau ada urusan lebih baik kita pulang sekarang juga."
Liong Hiong kun segera tertawa manis
"Dulu aku membencimu setengah mati, padahal aku baik sekali orangnya!"
Walaupun Wi Tiong hong tidak bersikap serius terhadap nona tersebut tak urung hatinya berdebar juga setelah mendengar perkataannya yang terakhir ini
Liong Hiong kun segera membereskan kotak
makanannya, kemudian barsama sama Wi Tiong hong
menuruni bukit itu. Baru tiba dibawah gunung, tampak seorang dayang buru buru menyambut kedatangan mereka sambil berkata "Cong huhoat sudah berapa kali mencari nona. lebih baik kau cepat cepat pulang."
"Bukankah aku sudah kembali sekarang ?"
Wi Tiong hong yang mendengar perkataan itupun segera berkata pula :
"Aaaai. sungguh menjemukan !" seru Liong Hiong kun dengan perasaan gemas. Ia segera menyerahkan kotak makanannya ketangan si dayang kemudian baru serunya:
"Aku sudah tahu, sebenarnya aku akan kesana "
Meski berkata begitu namun dia masih tetap berjalan bersanding dengan Wi Tiong hong dan mengantarnya sampai di depan pintu baru berhenti melangkah. katanya dengan kening berkerut :
"Sore nanti mungkin aku tak punya waktu luang untuk datang kemari ..."
"Silahkan nona berlalu."
Liong Hiong kun memandangnya sekejap lagi, kemudian baru membalikkan badan dan buru buru berlalu dari situ.
Ketika Wi Tiong hong melangkah masuk ke dalam ruang batu bocah kecil itu menyambutnya sambil berkata ;
"Oooh siauhiap telah pulang, hamba telah mempersiapkan air teh untukmu"
Wi Tiong hong manggut manggut tanpa menjawab, Kacung kecil itu segera berkata lagi:
"Apakah siauhiap ingin bersantap?"
"Ehhmmm, boleh juga "
Tergesa gesa kacung itu beranjak pergi, tak lama kemudian dia sudah muncul dengan membawa sayur dan baki
Wi Tiong hong yang sedang murung dan pikirannya dibebani dengan persoalan sama sekali tidak bersantap, setelah makan beberapa suap nasi diapun menghentikan kembali perbuatannya.
Kacung itu segera membereskan sisa nasi dan sayur kemudian mengundurkan diri dari situ.
Kembali ke kamarnya Wi Tiong hong segera
merebahkan diri ke atas ranjang. sementara dalam hatinya berpikir. bagaimanapun juga perjalanannya kali ini tidak sia-sia belaka. sebab dengan cepat dia telah berhasil memperoleh banyak keterangan yang berharga
Seandainya ayahnya benar benar berada di selat Tok seh sia tak disangkal lagi pasti berada dibalik dua deretan rumah batu sebelah barat selat tersebut
Namun yang membuat hatinya risau adalah sewaktu di bukit Tay eng bun san, di rumah kediaman Kok hujin situ, dia pernah berjumpa pula seorang yang lemah ingatan, Menurut Kok hujin, orang itu adalah ayahnya yang menjadi demikian karena sewaktu keracunan ular tidak sempat ditolong pada waktunya sehingga pikiran dan kesadarannya menjadi pudar dan tak bisa pulih kembali.
sekalipun berjumpa muka pun sulit untuk diketahui asli atau tidaknya.
Bila kita pikirkan kembali apa yang di katakan Kok hujin tempo hari, rasanya banyak masalah yang dapat dipercayai, tapi Liong Cay thian sudah dua kali memberitahukan kepadanya bahwa ayahnya berada di selat Tok seh sia.
Andaikata orang yang disekap di dalam rumah batu itupun seorang manusia bodoh yang tidak sadar pikirannya; bukankah dia tetap tak dapat menentukan secara pasti apakah orang itu ayahnya atau bukan. Lantas apa yang mesti diperbuat sekarang"
Padahal perjumpaannya dengan Ibunya baru bisa dilangsungkan pada bulan tiong ciu tahun depan kecuali ibunya. mungkin tiada seorang pun yang bisa menentukan secara pasti.
Untuk sesaat pikirannya menjadi ruwat dan kacau tak karuan, berbagai persoalaa lain pun segera berdatangan semua,
Terutama masalah tentang Liong Hiong Kun
Kalau ditinjau dari keadaannya hari ini, jelas dia menaruh perasaan cinta yang mendalam terhadapnya, jangan dibilang ayahnya Liong Cay thian adalah musuh besarnyapun belum tentu dia dapat menerima cinta kasihnya.
Meskipun apa yang dilakukannya hari ini timbul karena keadaan yang terpaksa, namun bagaimana pun juga dia telah menipu perasaan gadis tersebut.
Pikir punya pikir tanpa terasa dia terlelap tidur, ketika mendusin kembali waktu malam sudah menjelang tiba.
Selesai santap malam, kacung itu datang dengan menyiapkan sepoci air matang baginya, lalu setelah mengucapkan selamat malam, dia mengundurkan diri dari sana.
Wi Tiong hong tahu, orang orang selat Tok Seh sia mengira Lan Kun pit sudah menelan obat pembingung sukma mereka maka tidak perlu dijaga lagi tentang tindak
tanduknya, itulah sebabnya hanya seorang kacung kecil yang ditugaskan untuk melayani segala kebutuhannya...
Ketika kentongan pertama menjelang, Wi Tiong hong segera berpura pura sudah tidur dia memadamkan lampu mempersiap Lan Jit siu kiam dan siap sedia keluar rumah Mendadak pintu kamarnya dibuka orang lalu nampak sesosok bayangan manusia menyelinap masuk kedalam kamar dengan gerakan tubuh yang amat cepat.
Sepasang mata Wi Tiong hong dapat digunakan untuk melihat dalam kegelapan
Dalam sekilas pandangan saja dia sudah melihat kalau orang itu adalah Liu Leng Poo, kontan saja hatinya menjadi sangat gembira cepat cepat dia maju menyongsong sambil berseru ;
"Nona Liu..."
Liu Leng poo menutup kembali pintu kamar lalu berkata dengan suara lirih. "Saat ini mereka sedang menyelenggarakan perjamuan untuk menyambut
kedatangan toako diruang tengah istana racun, sekaranglah kesempatan yang terbaik bagi kita untuk menyelidiki jejak ayahmu."
"Aku telah berhasil mendapatkan sedikit berita, agaknya tempat yang mereka gunakan untuk menyekap orang terletak diujung selat sebelah barat, dibalik dua deret bangunan rumah batu "
"Darimana kau peroleh kabar tersebut?" tanya Liu Leng poo sambil memutar biji matanya.
Secara ringkas Wi Tiong hong segera menceritakan apa yang telah di alaminya pagi tadi.
Liu leng poo segera manggut-manggut seraya berkata :
"Aku hanya kuatir bila mereka sengaja menyiarkan berita tersebut kepadamu dengan maksud hendak mencoba dirimu, kalau memang Liong Hiong Kun sudah jatuh hati kepada Lan Kun pit aku rasa hal ini tak bakal salah lagi, urusan tak boleh ditunda lagi mari kita segera berangkat."
Mereka berdua segera menutupi wajah mereka dengan kain kerudung hitam. kemudian menyelinap keluar dari ruangan batu dan berangkat menuju ke barat.
Untung saja dari mulut Liong Hiong kun mereka mendapat tahu kalau jalanan sepanjang setengah li merupakan daerah pasir beracun jahat, karena itu mereka persiapkan banyak sekali batu besar disepanjang jalan.
Dengan dipimpin oleh Liu Leng poo dan mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang sempurna berangkatlah mereka menembusi tanah berpasir itu dengan melompati batu-batu yang telah mereka persiapkan semula.
Setiap bongkahan batu itu diletakkan pada jarak satu kaki, sedangkan gadis itu lewat bagaikan capung menutul permukaan air, semuanya dilakukan dengan ringan dan indah.
Demonstrasi ilmu meringankan tubuh yang diperlihatkan nona itu segera mengundang perasaan kagum bagi Wi Tiong hong, pikirnya kemudian didalam hati
"Semula aku masih berencana sambil berjalan dengan melemparkan bebatuan tersebut dan menyebrang dengan ilmu meringankan tubuh, sama sekali tidak kupikirkan kalau batu yang dilemparkan keatas dapat menyebarkan debu beracun kemana-mana."
"bila aku berbuat demikian, rasanya sulit untuk menjamin sama sekali bebas dari debu beracun tersebut,
seandainya tiada ketelitian dari nona Liu, mungkin aku benar-benar sudah dibikin keracunan hebat."
Berpikir demikian dia segera menghimpun tenaga dalamnya lalu mengikuti dibelakang Liu Leng poo melayang ke depan.
Tak sampai seperminum teh kemudian, mereka sudah menyeberangi selat berpasir tersebut.
Kini mereka dihadapkan dengan medan yang makin lama semakin sempit ditengah kegelapan, tampak dua baris rumah batu itu terdiri dari lima buah ruangan yang dibangun dengan menempel bukit ditengahnya terdapat sebuah jalan sempit yang hanya bisa dilewati dua orang secara bersanding.
Saat itu suasana dibalik rumah rumah batu itu amat sepi dan gelpa seakan akan ditempat tersebut sama sekali tiada penghuninya...
Mereka berdua segera mendekati rumah batu itu, Liu Leng poo memberi tanda kepada Wi Tiong hong, kemudian mereka melompat naik keatas atap rumah dan bersembunyi dibalik kegelapan.
Wi Tiong hong tak berani berayal, sepasang tangannya segera didayang dan tubuhnya melompat naik pula keatas atap rumah.
Sesudah menyembunyikan diri baik baik, Liu Leng poo baru berbisik lirih.
"sekarang malam sudah semakin kelam, andaikata dalam ruangan terdapat seseorang , orang itupun tentu sudah tidur, bagaimana pun juga kita tak dapat mengetuk pintu dan memasukinya satu persatu bukan?"
Wi Tiong hong segera dibuat tertegun oleh perkataan tersebut, tanyanya kemudian
"Lantas bagaimanakah baiknya?"
"Sudah tentu kulihat dengan jelas disini, terdapat sebelas ruang batu" Aku pikir pada bilik yang paling ujung tentu merupakan tempat tinggal dari si penjaga, asalkan kita berhasil membekuk orang ini, aku yakin banyak keterangan yang tentu bisa kita korek dari mulutnya."
Benar juga perkataan ini, Wi Tiong hong manggut-anggut, kalau begitu harap nona Lau tetap berada disini untuk melindungi diri."
Mendadak Liu Leng poo berbisik lirih :
"Cepat sembunyikan diri, ada orang sedang datang kemari!"
Wi Tiong hong menurut dan segera menjatuhkan diri mendekam, kemudian menengok keluar, benar juga tampak dua sosok bayangan manusia satu didepan yang lain di belakang, bergerak mendekat dengan cepat.
Sesungguhnya langkah dari kedua orang lelaki berpakaian ringkat warna hitam ini tidak terlalu cepat, namun mereka berjalan dengan langkah lebar.
Begitu sampai diruangan paling ujung, merekapun segera menghentikan langkahnya.
Orang yang berada didepan segera mengetk pintu beberapa kali sambil berseru
"Oh koansi, harap buka pintu, komandan Kim datang melakukan pemeriksaan."
Dari balik ruangan segera terdengar orang menyebut dan lenterapun dipasang orang.
Didepan pintu ruangan muncul seorang kakek baju hitam berusia liam puluh tahunan yang menyambut dengan gugup, dia menjura kepada lelaki baju hitam yang berada di belakang itu sambil serunya:
"Komandan Kim, silahkan masuk dan duduk didalam."
Dengan gaya yang angkuh komandan Kim manggut manggut dan melangkah masuk kedalam ruangan, kakek berbaju hitam bernama Kim Koansi sekalian segera mengikuti pula dibelakangnya dan menutup pintu rapat-rapat..
Liu Leng poo yang menyaksikan kejadian ini segera berbisik lirih.
"Ayoh kita turun dan tengk kebawah."
Wi Tiong hong mengangguk dan cepat-cepat melayang turun keatas tanah lalu menyelinap kedepan jendela.
Pada jendela yang terbuat dari batu itu terdapat pula selapis papan, Wi Tiong hong segera mencari celah diantara papan tersebut dan segera mengintip kedalam.
Tampak Komandan Kim dan manusia berbaju hitam yang mengikuti dibelakangnya segera setelah berada dalam ruangan memberi hormat kepada manusia berbaju hitam yang disebut Oh Koansi tadi sambil berkata
"Hamba Kim It beng menjumpai komandan."
Wi Tiong hong yang menyaksiakn kejadian tersebut menjadi sangat keheranan, pikirnya:
"Bukankah dia sendiri sudah menyebut bahwa dia adalah Komandan Kim, mengapa setelah berada dalam ruangan justru menyebut Oh Koansi sebagai komandannya"
Tapi setelah berpikir sebentar dengan cepat menjadi paham kembali, nampaknya dahulu Oh koansi adalah
komandan mereka dan sekrang setelah dia menjadi pengurus rumah tangga dari tempat itu, orang she Kim itupun dinaikkan pangkatnya menjadi komandan.
Terdengar Oh koansi berkata pelan.
"Kim lote, tidak usah banyak adat, mari kita segera membicarakan masalah yang serius. adakah sesuatu berita pada malam ini?"
Wi Tiong hong segera merasakan hatinya tergerak, cepat-cepat dia memusatkan perhatiannya untuk mendengarkan dengna seksama.
Terdengar Komandan Kim berkata:
"Lapor komandan, barusan Li suhu dari dapur telah datang membawa sebuah wortel."
"Apa yang dikatakan dalam wortel itu?"
"Majikan telah datang!" bisik komandan Kim dengan merendahkan suaranya.
"Aaaa...." Oh Koansi segera menunjukkan wajah terkejut bercampur gembira. "Benarkah majikan akan melakuakn suatu tindakan.?"
Komandan Kim menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Majikan menyuruh Li suhu untuk memberitahukan semuanya bahwa didalam dunia persilatan saat ini telah muncul Kiu tok kau yang dandannya sama dari majikan kita."
"Selain itu kemungkinan juga dia akan memaparkan suatu rencana tertentu terhadap selat Tok seh sia, oleh sebab itu apapun yang bakal terjadi apabila tiada perintah dari lencana tembaga majikan, harap kalian semua jangan bertindak secara sembarangan."
Wi Tiong hong yang mendengarkan pembicaraan tersebut, diam-diam segera berpikir dalam hati.
"Entah siapakah majikan mereka" Kalau didengar dari nada pembicaraan mereka, tampaknya didalam selat Tok seh sia ini masih terdapat komplotan mereka, bahkan jumlahnya tidak sedikit,"
Sementara itu Oh Koansi telah berkata dengan nada gusar,
"Manusia macam apakah Kiau tok koancu itu" Berani amat berdandan seperti majikan kita?"
"Hamba harus segara berangkat sekarang ." tiba-tiba Komandan Kim berbisik.
"Baik!! kau boleh membawa serta benda itu!"
Selesai berkata dia menyulut sebuah lentera dan membalikan badan membuka pintu.
Cepat cepat Wi Tiong hong menyelinap kebalik kegelapan untuk menyembunyikan diri, tampak komandan Kim dengan gaya yang dibuat-buat berjaan keluar dari dalam ruangan.
Dibelakangnya mengikuti seorang lelaki berbaju hitam dan Oh koansi berdua, ketika sampai diruang batu nomor satu di sebelah kanan, tampak dia mengulapkan tangannya, cepat-cepat Oh konasi maju kedepan dan mengambil anak kunci dari sakunya untuk membuka kunci gembokan dan mendorong pintu kayu tersebut, serunya:
"Li Tiong hoat, ayoh bangun, komandan Kim datang melakukan pemeriksaan."
Seseorang menyahut dari dalam ruangan, Oh Koansi segera masuk dengan mengangkat tinggi lenteranya, menyusul kemudian komandan Kim ikut masuk pula
kedalam , seorang lelaki yang lain berdiri didpean pintu sambil bertolak pinggang.
Wi Tiong hong turut memperhatikan kearah dalam ruangan itu, tampak komandan Kim sedang memeriksa seorang manusia yang berambut amat kusut, tapi sejenak kemudian ia sudah mengundurkan diri.
Oh Koansi segera mengunci kembali pintu ruangan itu dan pindah ke ruangan kedua seperti semula dia membangunkan penghuninya lalu komandan Kim masuk, setelah bertanya beberapa patah kata, merekapun mengundurkan diri kembali.
Agaknya orang-orang yang disekap didalam kelima buah ruangan batu itu semuanya adalah anggota selat Tok seh sia yang telah melakukan kesalahan, oleh sebab itu komandan Kim selalu melakukan pemeriksaan terhadap jumlahnya diapun memelrukan untuk memeriksa sendiri satu persatu.
Selesai memeriksa kelima buah ruangan disebelah kanan, sekarang giliran ruang pertama disebelah kiri.
Sesudah membuka pintu kamar, kali ini Oh Koansi tidak menyebutkan nama terhukum melainkan langsung masuk kedalam ruangan tersebut.
Komandan Kim dengna langkah lebar segera mengikuti pula dibelakang Oh Koansi melangkah masuk kedalam ruangan.
Dibawah cahaya lentera, Wi Tiong hong segera dapat melihat sesauat yang membuat emosinya segera bergolak keras.
Ternyata orang yang disekap didalam ruangan ini adalah seorang lelaki setengah umur berbaju putih.
Berhubung didepan pintu ruangan ada manusia berbaju hitam yang melakukan pemeriksaan, maka Wi Tiong hong tak berani terlalu mendekati ruangan tersebut.
Dengan ketajaman mata yang dimilikinya dia merasa potongan wajah lelaki berbaju putih itu kurus kering, tidak seperti manusia berbaju putih yang dijumpai di bukit Tay Eng bun san tempo hari, dimana orang tersebut gemuk lagi pula, hanya saja raut wajah mereka memang mirip antara yang satu dengan yang lainnya. Bahkan wajah itu juga mirip dengan wajah sendiri.
Nyatanya Liong Cay thian tidak bohong, di dalam selat Tok Seh sia masih terdapat pula seorang manusia berbaju putih.
Tapi siapakah diantara kedua orang itu yang merupakan ayah kandungnya"
Wi Tiong hong berusaha untuk menenangkan
pikirannya, namun hatinya justru berdebar semakin keras sehingga napaspun ikut memburu, kalau bisa dia ingin sebera menerjang kemuka dan menyelidiki persoalan ini sampai jelas.
Pada saat itulah tiba-tiba ia mendengar Liu Leng poo berbisik disisi telinganya dengan suara lirih.
"Wi siauhiap, tenangkan pikiranmu, jangan bertindak terlalu gegabah.."
Sementara itu sejak komandan Kim memasuki ruangan tersebut, diapun tidak banyak berbicara, dengan cepat dia mengeluarkan secarik kertas dari balik sakunya dan menyusupkan kedalam tangan manusia berbaju putih itu.
Sebaliknya manusia berbaju putih itu hanya duduk dikursi sambil mengawasi dua orang yang berada
dihadapannya dengna termangu,dia tidak berbicara pun tidak bergerak.
Mendadak komandan Kim membungkukan badannya lalu memungut sebuah batu gunung dari sisi bangku manusia berbaju putih itu dan cepat-cepat disembunyikan kedalam sakunya, kemudia ia baru mengulapkan tangannya kepada Oh Koansi.
Dengan cepat Oh Koansi mengundurkan diri lebih dulu dari situ disusul komandan Kim dibelakangnya.
Tampaknya deretan rumah batu lainnya berada dalam keadan kosong semua, maka komandan Kim tidak melakukan pemeriksaan lebih jauh, sembari menjura katanya kemudian:
"Sudah merepotkan Oh Koansi saja."
"Komandan Kim terlalu merendah, hal ini sudah merupakan kewajiban diriku." sahut Oh Koansi sambil buru-buru memberi hormat.
Komandan Kim tidak berbicara lagi, dia segera membalikkan badan dan mengajak seorang lelaki berbaju hitam yang lain beranjak keluar dari situ.
Oh Koansi menghantar mereka sampai dimulut selat, kemudian baru berkata sambil tertawa.
"Silahkan berangkat komandan."
Menanti kedua orang itu sudah pergi jauh, dia baru membawa lentera balik ke ruang batu dan menutup pintunya rapat-rapat.
Orang ini memang tidak malu kalau disebut rase tua yang amat licik dan banyak akal muslihatnya.
Dalam sekejap mata itulah mendadak dia merasakan ada sesuatu yang tidak beres, ia membalikkan bandanya
melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke arah belakang sambil bentaknya keras-keras.
Diantara desingan angin tajam seorang manusia berkerudung hitam telah muncul dan mendesak kearahnya, sebuah serangan dahshyat dilontarkan pula kearah bahu kanan Oh Koansi.
"Sobat, besar amat nyalimu, berani sekali menyelundup kedalam daerah terlarang selat Tok seh sia kami!" bentak Oh koansi dengan suara keras.
Telapak tangan kirinya diayunkan kedepan untuk menyongsong datangnya ancaman dari lawan, berbareng itu juga badannya mengegos kesamping dan kelima jari tangan kanannya yang kuat seperti kaitan menyambar kemuka dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Manusia berkerudung hitam itu mendengus dingin, dia segera menambahi tenaga pada tangan kanannya dan mengayunkan sebuah pukulan keras ke depan.
"Plaakk..!!:
Dengan cepat kedua buah telapak tangan itu sudah saling bersatu sama lainnya, sementara itu tangan kirinya melepaskan sebuah totokan kilat menyodok kesikut lawan.
Selama ini Oh Konasi menganggap kepandaian silat yang dimilikinya cukup tangguh, dalam anggapannya asalkan musuh berani beradu tenaga dengannya, niscaya pihak lawan akan dibikin keok.
Siapa tahu setelah bentrok kekerasan terjadi, ia segera merasakan sesuatu yang tak beres, rupanya tenaga pukulan yang terpancar keluar dari balik serangan musuh begitu kuat dan dahsyatnya sehingga hampir saja dia tak mampu menahan diri.
"Blaamm..."
Dalam waktu singkat kedua gulung tenaga besar itu sudah saling beradu satu sama lainnya.
Akibat dari bentrokan tersebut, menusia berkerudung itu maju selangkah kedepan, sebaliknya Oh Koansi dibuat bergelak darah didalam tubuhnya, setelah mendengus tertahan, tubuhnya mundur sejauh empat lima langkah ke belakang.
Dalam pada itu manusia berkerudung hitam tersebut segera mendesak lebih ke depan.
Sesudah berhasil memukul mundur Oh Koansi dengan serangannya itu, tangan kirinya diayunkan kemuka dan segulung desingan angin tajam segera meluncur kedepan dan menotok jalan darah ciang tay hiat di dada kanan Oh koansi.
Pada saat itu Oh koansi sedang merasakan gejolak hawa darah didalam dadanya dan pusing kepalanya akibat bentroka kekerasan dengan manusia berkerudung itu, sudah barang tentu sulit juga baginya untuk menghindarkan diri.
Begitu berhasil menotok jalan darahnya, manusia berkerudung hitam itu segera mengerakkan tangan kanannya untuk mencengkram urat nadi pada pergelangan tangan kanan Oh koansi, lalu tegurnya dingin :
"Oh koansi, aku rasa kau pasti tahu bukan bagaimana caranya untuk melindungi keselamatan jiwa sendiri?"
"Sobat siapakah kau?" tegur Oh Koansi sambil mengawasi manusia berkerudung hitam itu lekat-lekat.
"Hm, kau tidak usah tahu siapakah aku".
"Lantas ada urusan apa sobat kemari ?"
"Apabila kau ingin hidup terus, maka setiap pertabyaan yang kuajukan harus kau jawab dengan sebaik baiknya"
"Apa yang ingin sobat tanyakan?"
"Siapakah yang berdiam diruang batu nomor satu disebelah ujung kiri itu.
"Pendekar berbaju putih Pui Thian jin" jawab Go koansi tanpa berpikir panjang.
Manusia berkerudung hitam itu nampak tergetar keras hatinya, segera tegurnya lagi.
"Sudah berapa tahun dia berada disini?"
"Kurang lebih sudah belasan tahun lamanya"
"Siapa yang membawanya kemari?"
"Soal ini tidak begitu kuketahui, sejak di kirim kemari, dia sudah berdiam disini"
"Apakah dihari hari biasa pun dia tak pernah berbicara denganmu...?"
"Tidak pernah."
Manusia berkerudung hitam itu segera mencengkeram urat nadi Oh koansi dengan lebih keras lagi, lalu menegur ketus
"Apakah semua jawaban itu kau berikan sejujurnya?"
"Tentu saja sejujurnya" sahut Oh Koansi sambil menggertak kencang kencang.
"Kalau ia tak pernah berbicara denganmu, darimana pula kau bisa tahu kalau dia adalah Pendekar berbaju putih Pui Thian jin?"
"Diatas buku catatan tertulis nama itu, tentu saja aku tak bakal salah lagi"
"Bagus sekali, bilamana kau berani berbohong setengah patah kata saja, aku pun tidak usah membunuhmu dengan tangan sendiri, aku cukup memberitahukan kepada Liong Cay thian bahwa kalian sedang menyusup ke dalam tok seh sia karena suatu maksud tertentu..."
"Sobat, sebenarnya siapakah kau?" tanya Oh koansi segera dengan tubuh bergetar keras.
"Jangan kuatir, asal kau bersedia untuk bekerja sama denganku secara baik baik. seharusnya kita adalah sahabat bukan musuh"
"Sobat bagaimana aku harus bekerja sama denganmu?"
Manusia berkerudung itu mengendorkan
cengkeramannya atas pergelangan tangan lawan, lalu katanya:
"Coba kau maju kedepan dan membuka kunci yang menggantung dipintu nomor satu sebelah kiri"
"Apakah kau hendak menyelamatkan dirinya?" tanya Oh koansi dengan perasaan terkejut.
"Tentang soal ini mah untuk sementara waktu aku belum bisa mengambil keputusan."
"Lantas apa yang hendak kau lakukan?"
"Kau tak usah banyak bertanya"
Oh koansi memandang sekejap kearah manusia
berkerudung itu, lalu ujarnya:
"Dia adalah seorang yang lemah pikirannya, selain makan dan tidur, pekerjaan apa pun tidak ia ketahui"
Begitu kata "lemah pikiran" menyelinap kedalam telinga manusia berkerudung itu, dia segara dibuat tertegun
sepasang matanya agak berkaca kaca, namun segera ucapnya lagi dengan tegas:
"Bagaimana pun juga, aku harus masuk melihatnya sendiri"
"Baik. akan kuajak kau untuk masuk kedalam" Manusia berkerudung itu segera menepuk bebas jalan darah Oh Koansi yang tertotok, kemudian baru ujarnya dengan dingin; "Lebih baik kau berjalan dimuka" Berkilat sepasang mata Oh koansi. tiba tiba dia mendongakkan kepalanya seraya berkata.
"Aku sih boleh boleh saja mengajak sobat masuk kedalam, tapi paling baik kalau lentera ini jangan disulut, daripada mengusik perhatian orang"
Manusia berkerudung itu berpikir sejenak, kemudian sahutnya:
"Baiklah, kau boleh memadamkan lentera itu lebih dulu sebelum pergi kedalam".
Oh Koansi tidak banyak berbicara lagi, dia segera menghembus lentera tersebut hingga padam.
Mendadak terdengar suara tertawa menyeramakn berkumandang memecahkan keheningan, secepat kilat tubuhnya bergeser kesamping.
Kemudian tangan kanannya diayunkan ke depan dan lima jari tangannya dipentangkan lebar lebar, segulung jarum yang lembut bagaikan bulu kerbau segera meluncur kemuka dan langsung menyambar ketubuh manusia berkerudung itu.
Meskipun ilmu silat yatg dimiliki manusia berkerudung itu melebihi siapapun, namun kewaspadaannya terhadap sergapan lawan sama sekali tidak dimiliki.
Untung saja dia memiliki ketajaman matanya, ia dapat melihat didalam kegelapan, begitu lampu padam dan melihat Oh koansi melompat kesamping dari posisi semula, satu ingatan dengan cepat melintas didalam benaknya.
Tapi pada saat itulah dia menyaksikan segulung cahaya kilat yang berwarna hitam bagaikan hujan bintang telah menyerang dirinya tanpa menimbulkan sedikit suara pun.
Manusia berkerudung itu menjadi gusar sekali setelah menyaksikan peristiwa ini, telapak tangan kanannya segera diayunkan ke muka dan melepaskan sebuah pukulan dahsyat kearah kilatan cahaya tajam tarsebut.
Serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar ini boleh dibilang telah mempergunakan tenaga sebesar delapan bagian.
segulung angin pukulan yang maba dahsyat segera menggulung kemuka dan memancarkan segumpal jarum yang sedang mengancam dirinya itu.
Padahal didalam perkiraan Oh Koansi. tindakan yang dilakukan olehnya kali ini pasti tak akan meleset, siapa tahu mimpi pun ia tidak mengira kalau jarum jarum beracun yang dihantam sampai mencelat balik oleh tenaga pukulan lawan.
Dalam kegelapan ia tak sempat melihat jelas keadaan yang sebenarnya, sudah barang tentu dia pun tak sempat lagi untuk menghindarkan diri, diiringi jeritan ngeri yang memilukan hati, tubuhnya segera roboh terjengkang keatas tanah.
Tampakaya manusia berkerudung itu sama sekali tidak menyangka kalau serangan yang dilancarkan olehnya dapat begitu hebatnya.
Ketika ia menundukkan kepalanya dan memeriksa keadaan musuhnya, tampak tubuh Oh koansi sudah terkena oleh segengam senjata rahasia baracun yang lembut seperti bulu kerbau sehingga keadaannya tak berbeda seperti landak, tentu saja nyawanya pan turut melayang dari raganya.
Diam diam manusia berkerudung hitam itu mendengus dingin, kemudian serunya:
"Benar benar manusia bedebah..."
Dia segera merogoh kedalam saku Oh koansi dan mengeluarkan sesenggam kunci kemudian membuka pintu ruangan.
Tiba tiba dari atas rumah melayang turun sesosok bayangan manusia, kemudian terdengar Liu Leng poo bertanya dengan suara lirih,
"Wi sauhiap, apa yang dia katakan?"
Manusia berkerudung itu bukan lain adalah Wi Tiong hong, ia segera menggelengkan kepalanya berulang kali seraya berkata;
Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oh Koansi sudah mati, dia sendiripun tidak tahu?"
"Ada apa" kau telah membunuhnya."
"Tidak, ia mati oleh senjata rahasianya sendiri!"
"Aaah, betul, mungkin dia bermaksud membunuhmu untuk melenyapkan saksi?"
Wi Tiong hong manggut manggut dan tidak berbicara lagi. mereka segera mendekati ruangan pertama, Wi Tiong hong membuka gembokannya lalu menerobos masuk kedalam.
Begitu Liu Leng poo menyelinap ke dalam ruangan, dia segera menutup pintu ruangan kemudian mengeluarkan alat penerangan yg disebut Jian li hwee tong (tabung api seribu api) dan menyulutnya, sinar terang segera memancar kemana-kemana.
Ternyata ruangan itu berbentuk persegi panjang, pada bagian belakang, dekat dinding terdapat sebuah pembaringan kayu, di sisi pembaringan terletak seubah kursi yang beralasan tebal. rasanya benda inilah merupakan satu-satunya pelayanan yang khusus bagi pendekar baju putih, Selain itu tidak nampak sesuatu benda yang lain.
Pendekar baju putih.. adalah seorang lelaki bertubuh kurus, mukanya yang putih memang tampak ada beberapa bagian mirip dengan wajah Wi Tiong hong.
Ketika cahaya api memancar dalam ruangan dan tahu tahu disitu telah bertambah dua orang manusia berkerudung, manusia baju putih yang sedang duduk dibangku itu nampak rada kaget bercampur keheranan.
Menyaksikan sikap manusia berbaju putih yang duduk termangu dibangkunya, meski Wi Tiong hong belum tahu benarkah orang ini adalah ayahnya, namun sebagai seorang pemuda yang berbakti, apalagi setelah menyaksikan kejadian tersebut, sedikit banyak timbul juga perasaan sedih didasar hati kecilnya.
Dengan meminjam cahaya api yang menerangi ruangan, diamatinya manusia berbaju putih itu dengan seksama.
Lelaki ini berusia empat puluh lima-enam tahunan, rambutnya panjang dan jenggotnya panjang pula, dia tidak mirip seperti lelaki berbaju putih yang ditemui di bukit Tay eng san, dibawah perawatan Kok hujin yang seksama, lelaki berbaju putih itu nampak segar dan gemuk, tidak seperti
orang yang dijumpainya sekarang, kurus, lesu lagi pula pucat mukanya.
Wi Tiong hong sendiripun tidak termasuk, oleh sebab itu dia merasa manusia berbaju putih yang dijumpainya sekarang jauh lebih mirip dibandingkan dengan manusia berbaju putih yang dijumpai dibukit Tay eng san tempo hari.
Lantas benarkah orang yang berada dihadapannya sekarang adalah ayah kandungnya"
Gejolak perasaan karena luapan emosi membuat kelopak matanya lambat laun jadi basah dan mengembang air mata, diawasinya manusia berbaju putih itu dengan termangu, lalu diam-diam pikirnya"
"Apa yang mesti kulakukan sekarang?"
Karena Wi Tiong hong tidak berbicara, sudah barang tentu manusia berbaju putih itu pun tidak akan berbicara.
Sesudah termenung dan membungkam beberapa saat, akhirnya Liu Leng poo tidak tahan dan segera berkata:
"Wi siauhiap, mengapa kau tidak bertanya kepadanya, benarkah dia adalah pendekar berbaju putih, Pui Thian jin?"
Wi Tiong hong segera berpaling sambil menjawab,
"Ketika ayahku terkena racun ular tempo dulu, berhubung agak terlambat dalam pertolongan, racun jahat itu sudah merasuk ke tulang sehingga kesadarannya jadi hilang."
Ketika berbicara sampai disini, air matanya sudah tak terbendung lagi sehingga jatuh bercucuran.
"Kejadian yang sebenarnya sudah pernah kudengar dari penuturanmu dulu, waktu itu ayahmu hanya terlambat sedikit dalam menelan obat penawar racun sehingga masih
sisa-sisa racun yang belum lenyap, sehingga kini kejadiannya sudah berlangsung banyak tahun, asalkan dia masih hidup, aku percaya sari racun yang mengeram didalam tubuhnya lambat laun akan semakin berkurang.
"Sekalipun kesadarannya belum pulih dan ia tak bisa bersuara, aku percaya terhadap nama dan asal-usul sendiri sedikit banyak masih dapat mengingatnya juga, kalau tak percaya, kau boleh bertanya kepadanya, dia akan tahu."
"Dia kan tak bisa berbicara, bagaimana caranya menjawab?"
"Kau memberitahukna dulu kepadanya, bila dia mengetahui apa yang kau tanya suruhlah dia mengangguk, jika tak tahu menggeleng kepala, aku percaya dia tentu dapat melakukan gerakan tersebut."
"Seandainya...."
"Waktu sangat berharga, mengapa kau tidak segera bertanya?" Liu Leng poo menukas cepat.
Wi Tiong hong menurut dan berjalan menuju kesisi manusia berbaju putih itu, lalu berkata pelan,
"Ada beberapa patah kata hendak kutanyakan kepadamu, bila perkataanku benar, harap kau mengangguk, bila tidak benar kau menggeleng. bisa bukan?"
Sepasang mata manusia berbaju putih itu menatap wajah Wi Tiong hong lekat lekat, lalu mengangguk dengan pandangan kosong.
Wi Tiong hong merasa amat girang, pikirnya:
"Apa yang diduga oleh nona Liu ternyata memang tepat sekali!"
Maka dia pun bertanya lagi:
"Benarkah kau bernama pendekar berbaja putih Put Thian jin?"
Manusia berbaju putih itu termenung sambil berpikir sejenak kemudian mengangguk.
"Ketika Liong Cay thian mangincar mutiara penolak pedangmu, apakah kau terluka di ujung ruyung ularnya?"
Manusia berbaju putih itu memutar biji matanya kemudian sekali lagi mengangguk.
Air mata segera bercucuran membasahi wajah Wi Tiong hong, tanyanya lebih jauh.
"Masih ingatkah kau dengan anak Wi....?"
Manusia berbaju putih itu memandangi wajah Wi Tiong hong. kembali dia mengangguk
Bertanya sampai disini, Wi Tiong hong tidak bertanya lebih lanjut, air matanya telah jatuh berderai, agak sesenggukan dia berkata lirih :
"Dia..dia betul betul adalah ayahku..."
"Wi siauhiap, kau harus bersikap lebih tenang" kata Liu Leng poo cepat, "biar aku yang bertanya kepadanya"
Dengan langkah yang lemah gemalai dia berjalan menuju ke hadapan manusia berbaju putih itu, kemudian menegur dingin
"Kau sudah pandai berbicara, mengapa enggan menggunakan mulutmu itu untak mulai berkata!"
Manusia berbaju putih itu memandang wajah Liu Leng poo dengan pandangan kosong. kemudian menggeleng geleng.
"Kau tak bisa berbicara" Mungkin bisa menulis bukan?"
kembali Liu Ling po berkata.
Sekali lagi manusia berbaju putih itu menggeleng.
Kontan saja Liu Leng po mendengus dingin, jengeknya.
"Kau tak bisa menulis" Mengapa diatas batu itu tertera tulisan.?"
Tiba tiba air muka manusia berbaju putih itu berubah hebat namun kembali dia menggeleng.
Wi Tiong hong yang mendengarkan pembicaraan tersebut menjadi sangat keheranan, dia segera mengangkat kepalanya seraya berkata.
"Nona Liu...."
"Sesungguhnya orang ini bukan ayahmu.." seru Liu Leng poo sambil tertawa dingin.
Belum selesai ia berkata, tiba tiba saja manusia berbaju putih itu sudah menggerakan tangan kanannya.
Namun gerakan dari Liu Leng poo jauh lebih cepat, tangan kanannya segera bertindak kilat dengan melancarkan sentilan jari berulang kali, sedemikian cepat gerakan serangan tersebut ibarat sambaran kilat ditengah udara.
Di dalam waktu singkat dia telah menotok berapa buah jalan darah penting disikut kanan dan dada manusia berbaju putih itu. Wi Tiong hong yang menyaksikan adegan tersebut menjadi sangat terperanjat, segera teriaknya tertahan:
"Nona Liu."
Dengan suatu gerakan yang cepat Liu Leng Poo menelikung lengan kanan manusia berbaju putih itu, kemudian dari balik ujung baju mengeluarkan sebuah tabung menyembur jarum sebesar ibu jari, katanya kemudian;
"Nah. sudah kau lihat benda tersebut" Coba perhatikan, benda apakah ini?"
Selesai berkata dengan wajah berubah menjadi serius dia memandang kembali kewajah manusia berbaju putih itu, jengeknya sambil tertawa dingin.
"Kalau hanya mengandalkan kepandaian kucing kaki tiga macam begitu mah masih belum cukup untuk mengelabui sepasang mata Liu Leng poo, mengerti?"
Sedangkan Wi Tiong hong berseru dengan rada kaget bercampur keheranan *,
"Bagaimana nona bisa tahu kegadungannya?"
"Tentunya kau masih ingat dengan batu bertulisan yang kita temukan tadi bukan" Mungkin tulisan itu adalah hasil karyanya, tidakkah kau lihat komandan Kim mengambil pula sebuab batu dari bawah bangkunya tadi?"
-ooo0dw0oo- Jilid 18 WI TIONG HONG segera manggut-manggut.
"Padahal semenjak tadi sudah kuketahui bahwa sikap kebodoh-bodohan yang diperlihatkan orang ini cuma pura-pura dan dibuat-buat saja" kata Liu Leng Poo lebih jauh,
"hanya saja aku belum yakin apakah ia adalah ayahmu atau bukan itulah sebabnya kuminta kau saja yang mengajukan pertanyaan. Siapa tahu ternyata dia benar-bebar orang yang menyamar sebagai ayahmu" Berbicara sampai disini, dia lantas menepuk bebas jalan darah didepan dada manusia berbaju putih itu lalu bentaknya: ?"sobat berlakulah lebih wajar dan terbuka bila kau enggan berlaku jujur lagi jangan
salahkan kalau aku akan bertindak keji dan buas kepadamu"
Manusia berbaju putih itu menengok sekejap kearahnya, kemudian menggeleng.
"Ploookkk"
Tahu-tahu Liu Leng Poo sudah menempeleng wajah orang berbaju putih itu keras-keras, ujarnya dengan ketus:
"Apakah kau masih ingin berlagak edan dan sinting dihadapan kami...?" Tempelengan itu dilepaskan cukup keras dan kuat sehingga membuat manusia berbaju putih itu terhuyung ke samping, cucuran darah segar segera menyembur keluar dari mulutnya.
Dengan mata bersinar merah dan wajah meringis menahan sakit, mendadak ia membentak keras: "Setelah Pui Thian Jin terjatuh ke tangan kalian, mau dibunuh mau dicingcang silahkan kalian lakukan. Jangan harap membuat she Pui mengerutkan dahi!"
Mendengar orang tersebut mengakui sebagai Pui Thian Jin kembali Wi Tiong Hong merasakan hatinya bergetar sangat keras.
Sekali lagi Liu Leng Poo mengayunkan tangannya menghadiahkan sebuah tempelengan lagi kewajah orang itu, jengeknya dingin: "Kau masih berani mergakui dirimu sebagai pendekar berbaju putih" Hmm. sekali lagi kau berani mengaku-aku akan kusuruh kau rasakan bagaimana tersiksanya orang yang hidup tak bisa matipun tak dapat"
"Apapun yang hendak kau perbuat terhadap aku she Pui, silahkan dilakukan, tetapi jangan harap membuatku merintih minta ampun". teriak manusia berbaju putih itu dengan penuh amarah yang membara.
Sekali lagi dia membahasai diri sebagai orang she Pui.
hal mana segera membuat Tiong Hong merasakan hatinya berdebar dengan perasaan tegang. Di awasinya itu dengan pandangan setengah percaya setengah tidak.
Terdengar Liu Leng Poo berkata lagi: "Kami hanya berharap kau suka menjawab beberapa buah pertanyaan kami secara jujur. Asal kau bersedia menjawab, kamipun bersedia mengampuni selembar jiwamu"
"Apa yang kaiian ingin tanyakan?" tanya manusia berbaju putih itu.
"Sebenarnya kau adalah Pendekar baju putih Pui Thian Jin atau bukan?" sela Wi Tiong Hong mendadak.
Manusia berbaju putih itu segera tertawa nyaring.
"Setiap orang yang mengenakan baju putih dan melakukan beberapa macam perbuatan mulia dan sosial didalam dunia persilatan, dia pasti akan peroleh julukan sebagai pendekar baju putih secara mudah tapi nama Pui Thian Jin memangnya dapat dipalsukan orang lain?"
Wi Tiong Hong merasa bahwa orang in memang tidak mirip gadungan, sehingga tanpa terasa dia berbalik kearah Liu Leng Poo.
Dengan kenlng berkerut Liu leng Poo segera berkata:
"Lebih baik aku saja yang mengajukan pertanyaan kepadanya"
Ketika kepalanya didongakkan kembali, tampak dari balik matanya tiba-tiba mencorong keluar sepasang sinar mata yang tajam dan menggidikkan hati. ujarnya kemudian dengan suara yang menyeramkan: "sekali lagi nona perlu memberitahukan kepadamu. Asalkan kau sanggup menahan ilmu potongan nadi Ngo Im Cay Meh Jiu Hoat-ku ini, silahkan saja kau berperan lebih jauh"
Sambil menggertakkan gigi menahan diri. manusia berbaju putih itu segera berkata: "Aku orang she Pui tak pernah berganti marga tak pernah berubah nama, kepandaian macam apapun yang kau miliki silahkan saja kau pergunakan kepadaku, tauya-mu tak bakal berkerut kening"
Tiba tiba Liu Leng Poo berkata sambil tertawa merdu:
"kalau didengar dari nada pembicaraanmu itu, sudah jelas kau bukan Pendekar berbaju putih. Nona lihat kau memang seorang manusia yang tak akan mencucurkan air mata sebelum melihat peti mati".
Tiba-tiba saja jari tangan dan telapak tangannya digunakan bersama-sama dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, berikut menghantam juga menotok. Ia totok delapan belas buah jalan darah penting didada, lambung, kaki dan tangan manusia berbaju putih itu
Gerak serangan yang di lancarkan olehnya benar-benar dilakukan dengan kecepatan luar biasa, sampai Wi Tiong Hong yang berdiri disisinyapun tak sempat melihat dengan jelas. Tidak urung hatinya dibuat terkejut juga, diam-diam ia berpikir: "Kepandaian apakah yang dia pergunakan itu?"
Ketika selesai melepaskan totokannya tadi, Liu Leng Poo mengawasi manusia berbaju putih itu dan berkata sambil tertawa dingin, "Selama sobat menempuh perjalanan di dalam dunia persilatan, tentunya kau pernah mendengar tentang ilmu pemotongan nadi Ngo im cay meh jiu hoat bukan" Nah apakah kau bersedia mengaku secara terus terang atau tidak, terserah kepada keputusanmu sendiri!"
ooOdwOoo Dalam sekejap mata itulah sekujur badan manusia berbaju putih itu gemetar keras. Paras mukanya berubah hebat dan peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran
membasahi seluruh jidatnya. Sepasang matanya merah membara seperti mau keluar darah. Sambil mengawasi Liu Leng Poo, dia berseru dengan gemetar: "Aku bernama Pui Thian Jin, sekalipun kau lebih keji pun..."
Belum habis perkataan itu diutarakan, mendadak saja sekujur badannya mengejang keras lalu sambil berteriak keras ia terguling dari kursinya dan roboh tak sadarkan diri.
Ketika Wi Tiong Hong meiihat orang itu selalu mengaku dirinya bernama Pui Thian Jin, timbul juga perasaan dihati kecilnya bahwa orang itu bukan gadungan.
Cepat cepat dia berpaling kearah Liu Leng Poo dan katanya:......
Cepat cepat Liu Leng Poo menggoyangkan tangannya berulangkali mencegah dia berkata lebih jauh kemudian katanya sambil tertawa: "Saudara Wi, pengalamanmu di dalam dunia persilatan masih belum cukup sehingga mudah ditipu orang seperti misalnya kejadian ini dengan kelicikan dan kebebatan orang tersebut, bila kita tidak memberi sedikit siksaan kepadanya, tak nanti dia akan berterus terang. Lebih baik kau jangan banyak berbicara biar aku saja yang menghadapinya"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, manusia berbaju putih itu sudah mulai merintih
Ketika ia mendusin kembali dari pingsannya terasa seluruh otot badannya mengejang keras. Keempat anggota badannya berkerut menjadi satu dan matanya melotot sementara terggorokannya memperdengarkan suara gemeretuk keras, keadaannya benar-benar mengerikan hati....
"Nah, tentunya sudah kau rasakan bagaimana enaknya bukan" Ayo sekarang mau berbicara tidak?" kata Liu Leng-Poo dingin.
Manusia berbaju putih itu menggigit bibirnya kencang kencang. Sepasang matanya memancarkan sinar kebencian yang luar biasa, namun mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Menyaksikan sikap yang ditunjukkan orang itu, tak urung Liu Leng Poo berkerut kening juga dibuatnya, sambil tertawa dingin dia lantas berseru: "Nonamu hanya menotok tiga buah nadi im meh-mu, itu berarti masih menaruh rasa belas kasihan kepadamu. Apakah kau anggap aku tak berani menyiksamu lebih jauh?"
Dengan kecepatan bagaikan kilat ke dua jari tangannya segera disodokkan ke muka. Kali ini, manusia berbaju putih itu benar-benar tak sanggup menahan diri lagi.
Dalam waktu singkat dia merasa seperti ada orang memotong-motong seluruh otot dalam tubuh dan tulangnya dengan ujung pisau yang tajam setiap inci setiap bagian diiris dengan pelannya, akhirnya lama-kelamaan dia tidak mampu menahan diri lagi dan mulai mengerang kesakitan.
Erangannya terdengar amat menyedihkan bagaikan lolongan srigala diwaktu malam ataupun jeritan babi yang mau disembelih. Pada hakekatnya suara tersebut tidak mirip suara jeritan manusia, membuat siapa saja yang mendengarkan segera akan merasakan hatinya bergetar dan ngerinya luar biasa.
Selama hidup belum pernah Wi Tiong Hong
menyaksikan siksaan sedemikian kejamnya. Dia merasa agak tak tega tapi berhubung Liu Leng Poo telah berpesan tadi agar dia tutup mulut, maka dengan perasaan tak tenang pikirnya dihati. "caranya menyiksa orang begitu kejam dan
tidak berperasaan, andaikata orang ini benar benar adalah ayahku. apa yang harus kuperbuat sekarang?"
Dalam pada itu Liu Leng Poo telah membentak lagi sambil bertolak pinggang. "Sebenarnya kau bersedia menjawab atau tidak?"
Suara rintihan dan erangan kesakitan dari manusia berbaju putih itu kian lama kian bertambah lemah. Dengan sepasang mata yg memancarkan sinar minta belas kasihan ditatapnya wajah Liu Leng Poo, lalu dengan suara yang terputus putus dia berkata: "Baik, aku berbicara... aku berbicara"
"Memang seharusuya kau berbicara semenjak tadi!"
jengek Liu Leng Poo sambil tertawa dingin.
Sepasang telapak tangannya diayunkan berulang kali menepuk jalan darah Hian ki hiat Leng tay hiat dan Im ciau hiat sekaligus lima buah jalan darah penting. Sekali lagi manusia berbaju putih itu merintih. Keempat anggota badannya yang semula mengejang kini sudah berhenti bergerak. Seorang diri ia duduk ditanah dengan nafas tersengal-sengal.
Liu Leng Poo menunggu sampai napasnya yang
tersengal itu agak mereda, kemudian ia baru mengeluarkan sebuah botol kecil dari sakunya dan diserahkan kepada Tiong Hong sambil berkata "Isi botol ini adalah cairan pencuci obat penyaru muka. Coba kau bersihkan dulu wajahnya dari obat penyaru muka sebelum bertanya lebih jauh."
Sebetulnya dalam saku Wi Tiong Hong pun terdapat pil untuk menyaru muka, namun dia tahu ilmu menyaru muka berbeda-beda dan lain pula cara serta bahan obat yang digunakan digosokkan kewajah manusia berbaju putih itu.
Begitu digosok maka keadaan yang sebenarnyapun tertera dengan jelas.
Dari atas wajah manusia berbaju putih yang kurus kering itu segera terhapus selapis bubuk berwarna putih sehingga muncullah wajah aslinya yang berwarna kuning itu.
Diam-kiam Wi Tiong Hong menghembuskan napas panjang, lalu bentaknya dengan gusar: "Ternyata bajingan ini benar benar manusia yang menyaru sebagai ayahku!"
Lin Leng Poo menggigit bibirnya sambil termenung sejenak, kemudian ia baru berkata: "Aku rasa perbuatan orang ini dengan menyaru sebagai ayahmu bukan perbuatan biasa. Dibalik kesemuanya ini tentu ada hal2
yang luar biasa."
"Liong Cay Thian menyuruh dia menyamar sebagai ayahku, sudah jelas tujuannya ialah untuk memancing aku masuk perangkap"
"Aku kira bukan begitu persolannya!" sahut Liu Leng Poo sambil menggeleng
"Lantas bagaimanakah pendapat nona Liu?" tanya Wi Tiong Hong agak tertegun.
Sambil menunjuk bangku yang di duduki manusia berbaju putih itu, kata Liu Leng "Coba kau lihat bangku yang ditempatnya. Bangku itu sudah ditempati sampai berkilap dan licin, sedangkan pakaian yang dikenakan pun turut robek pada bagian pantatnya, hal ini membuktikan kalau dia sudah menyaru sebagai ayahmu selama dua tiga tahun lamanya."
Diam-diam Wi Tiong Hong harus mengagumi juga atas kejelian mata gadis itu, katanya kemudian: "Tapi mengapa begitu?"
"Aku rasa Liong Cay Thian sendiripun turut dikelabui olehnya kalau tak percaya tanyakan sendiri kepadanya."
Sementara itu keadaan dari manusia berbaju putih itu berangsur menjadi pulih kembali, nafasnya yang tersengkal telah mereda, paras mukanyapun sudab pulih kembali. Dia sedang dilantai sambil mengawasi dua orang yang berada dihadapannya
Wi Tiong Hong segera bertanya: "Sobat, mengapa kau harus menyaru sebagai pendekar berbaju putih?"
"Aku hanya melaksanakan tugas menurut perintah"
"Perintah dari siapa?"
"Tentu saja perintah dari siacu."
"Apa sebabnya siacu kalian menyuruh kau menyaru sebagai pendekar berbaju putih?"
"Kalau soal itu aku mah kurang tahu"
"Sudah berapa tahun kau menyaru sebagai pendekar berbaju putih?"
"Kurang lebih sudah dua tahun lebih" sahut manusia berbaju putih itu sambil memutar biji matanya Liu Leng Poo segera mendengus dingin, "Hmmmm.
hanya omongan kosong karangan sendiri. Jika kau enggan menjawab secara baik baik, jangan salahkan kalau kuberi siksaan yang lebih hebat lagi untukmu"
"Aku telah mengaku dengan berterus terang" seru manusia berbaju putih itu panik.
"Hmmmm, kalau begitu coba kau jawab pendekar baju putih yang sesungguhnya telah kalian culik ke mana?" seru Liu Leng Poo lebih jauh dengan suara dingin "Apa tujuan mu dengan menyaru sebagai pendekar berbaju putih dan
menyeludup kemari boleh saja tak kami tanyakan, tapi kau harus menerangkan jejak berbaju putih yang asli..."
Berubah hebat paras muka manusia berbaju putih itu, cepat-cepat dia berseru: "Tidak... tidak, tak pernah ada kejadian seperti ini!"
Sekali lagi Liu Leng Poo mendengus dingin: "Berada dihadapanku lebih baik tak usah berbohong. Kuanjurkan kepadamu untuk menjawab saja secara jujur, siapa yang telah memberi perintah kepadamu dan sejak kapan menukar pendekar berbaju putih yg asli dengan dirimu?"
Wi Tiong Hong menjadi amat cemas setelah mendengar Liu Leng Poo mengatakan bahwa orang ini menyaru sebagai ayahnya setelah menukar ayahnya dari situ Serta merta dia mengangkat bahu manusia berbaju putih itu lalu digoncang-goncangkan keras sambil membentak
"Ayo, mengapa tidak segera menjawab?"
Untung saja Liu Long poo segera menggoyangkan tangannya sambil mencegah. "Harap Wi sauhiap jangan terlalu terburu napsu. Kita tak usah kuatir dia tidak mengaku terus terang pada malam ini"
Sementara itu paras muka manusia berbaju putih itu telah berubah dari pucat menjadi hijau, kemudian dari hijau berubah menjadi abu-abu serunya agak tergagap: "Soal ini...
Soal ini..."
"Tak usah ini itu lagi" bentak Liu Leng Poo makin gusar
"ayoh cepat menjawab. Aku tak akan mempunyai kesabaran sedemikian baiknya!"
Sembari berkata jari tangannya yang lentik mulai digerak-gerakkan dihadapan mukanya berbuat seolah-olah hendak turun tangan hehdak melancarkan serangan.
Mendadak manusia berbaju putih itu berseru sambil menggertak gigi kencang kencang, "Baik. aku bersedia menjawab!" Ia lantas bangkit dan duduk dilantai, agaknya dia telah mengambil suatu keputusan yang sangat besar didalam hatinya, katanya kemudian "Aku hanya tahu mendapat perintah untuk menyamar sebagai pendekar berbaju putih, namun aku benar-benar tidak tahu siapakah majikanku itu"
"Kalau toh majikan saja tidak kau ketahui, bagaimana mungkin kau bisa menuruti perintahnya?".
"Diantara orang-orang kami semuanya mempunyai tanda pengenal yang khusus"
"benda pengenal apakah itu"
Manusia berbaju puiib itu merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah bungkusan kecil berwarna hitam.
Sambil membuka bungkusan itu dia mengangkat kepalanya sambil menyahut: "Benda inilah tanda pengenal itu!".
Mendadak dia melompat bangun sambil melepaskan sebuah pukulan dengan sekuat tenaga kearah dada Wi Tiong Hong sementara itu tangan kirinya dengan cepat mengambil sebutir pil dari dalam bungkusan kertas tadi dan dijejalkan kedalam mulut.
Kali ini dia telah mempertaruhkan selembar jiwanya untuk melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga.
Wi Tiong Hong sama sekali tidak menduga sampai kesitu. Melihat datangnya pukulan yang sangat kuat itu, serta merta ia menangkis dengan kekerasan sambil membentak: "Cari mampus rupanya kau!"
Begitu kepalan dan telapak tangan itu saling bertemu, manusia berbaju putih itu segera terpental sejauh empat
lima langkah dari posisi semula, punggungnya tak ampun menumbuk diatas dinding ruangan keras-keras.
"Blaaaammmni....!"
Diiringi suara benturan yang amat nyaring, pelan-pelan tubuhnya terperosok ke bawah dan terduduk dilantai. Liu Leng Poo tidak berayal lagi secepat itu dia mendesak maju kemuka, menghampiri manusia berbaju putih itu dan memeriksa keadaannya. Tapi sejenak kemudian dia sudah bangkit berdiri sambil berkata pelan: "Dia sudah mampus!"
"Aneh betul" seru Wi Tiong Hong terkejut "mengapa secepat ini dia sudah mampus" Padahal seranganku tadi tidak terlalu kuat...."
"Dia mampus karena menelan obat racun untuk bunuh diri" Liu Leng Poo menerangkan.
"Oooh, jadi benda yang dikeluarkan tadi adalah obat beracun?" kata Wi Tiong Hong agak tercengang.
"Aaaai, semuanya ini kesalahanku yang bertindak kelewat ceroboh. Sejak dia menolak untuk membocorkan rahasia tadi, seharusnya aku sudah sadar kalau dia mempunyai tekad untuk mati. Andaikata dia tidak sengaja mengatakan punya tanda pengenal khusus, pada hakekatnya dia tak akan mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan obat racun itu dari dalam sakunya"
"Entah siapakah majikan yang dia maksudkan tadi" Dia bilang tidak kenal siapakah majikannya itu".
"Hemm, apa yang di katakan sejak tadi cuma omongan setan belaka, tak sepotong katapun yang sungguh2 dan boleh dipercaya" seru Liu Leng Poo penuh geram.
"Sekalipun kita gagal mendapatkan keterangan apa-apa dari mulutnya, namun perjalanan kita kali inipun tidak sia
sia belaka. Paling tidak kita berhasil membuktikan bahwa orang yang dikurung dalam selat Tat Seh Sia ini hanyalah seseorang yang menyamar sebagai ayahku...!"
Liu Leng Poo tertawa. "Sekalipun demikian, namun kita masih terhitung kena di pecundangi orang juga, bahkan tanpa hasil yang mantap kita telah mengorbankan dua lembar jiwa manusia dengan percuma."
Berbicara sampai disini dia berhenti sejenak kemudian lanjutnya lebih jauh: "Sekarang waktu sudah tidak pagi lagi.
Mari kita segera pergi dari sini!"
Dengan tergesa-gesa kedua orang itu mengundurkan diri dari situ. Sepanjang jalan semuanya lancar dan tanpa menimbulkan kecurigaan apa-apa. Mereka telah kembali ketempat masing-masing. Sesudah berpisah dengan Liu Leng Poo, Wi Tiong Hong masuk kedalam ruangannya menutup kembaii pintu kamar dan duduk di atas jendela dengan kemalas malasan.
Saat ini dia sama sekali tidak ada niat untuk tidur, pikirannya di penuhi pelbagai persoalan, terutama tindakan orang tersebut dengan memindahkan ayahnya dari situ dan dia sendiri menyaru sebagai ayahnya kemanakah dia telah membawa pergi ayah nya"
Tapi ditinjau dari hal ini, terbukti sudah bahwa ayahnya memang sudah kehilangan kesadarannya dan tidak mampu bergerak akibat racun ular yang merasuk ke tulang.
Kini terbukti sudah kalau manusia berbaju putih yang berada dalam selat Tok Seh Sia adalah gadungan. Tapi bagaimanapula dengan manusia berbaju putih yang berada di Tay eng bun san tempat kediaman Kou hujin itu"
Untuk sesaat pikiran dan perasaannya di sangat kalut.
Sebagai seorang anak, ternyata untuk membedakan mana
ayahnya yang aslipun tak sanggup. Kejadian seperti ini sungguh memalukan disamping menggenaskan sekali.
Lambat laun sepasang matanya menjadi berkaca kaca dan dipenuhi air mata yang meleleh keluar.
Pada saat itulah mendadak terdengar ada orang mengetuk pintu ruaugannya dengan pelan.
Walaupun suara itu sangat pelan, namun dengan ketajaman pendengaran yang dimiliki Wi Tiong Hong, ia sudah mendengar kalau ada orang sedang menyusup kesana. Diam diam ia tertawa dingin dan tetap duduk tak berkutik ditempat semula.
Dalam waktu singkat dia sudah mendengar suara langkah kaki manusia yang sangat pelan berjalan mendekati kamar tidumya dari luar ruangan.
Wi Tiong Hong yang mampu melihat dalam kegelapan segera mendongakkan kepalanya dan memperhatikan keadaan muka.
Seorang kakek kurus berjubah panjang warna biru langit dengan jenggot putih menghiasi dagunya telah berdiri dimuka pintu ruangan. Dalam kegelapan malam sorot matanya kelihatan bersinar. Melihat kemunculan orang itu ia menjadi sangat girang. Cepat-cepat ia bangkit berdiri dan menyambut kedatangannya sambil menegur lirih :
"Kedatangan saudara Kam sangat kebetulan!"
Ternyata orang itu adalah Kam Liu Cu yang menyaru sebagai Lam Sim bu dan kini menjadi tamu agung dari selat Tok Seh Sia.
Dengan sorot mata yang tajam Kam Liu Cu
mengawasinya sekejap lalu berseru. "Apa maksudmu?"
"Barusan siaute bersama nona Liu telah mengunjungi tempat tahanan dari selat ini. Ternyata bangsat itu cuma orang yang menyaru sebagai ayahku"
Perasaan keheranan dan tercengang segera menghiasi seluruh wajah Kam Liu Cu. Ditatapnya wajah Wi Tiong Hong dengan pandangan tajam, lalu tegurnya dengan suara dalam: "siapa yang berani menyaru diriku?"
Wi Tiong Hong gantian tertegun. Dia segera menatap lawannya lekat lekat lalu berseru "Jadi kau bukan saudara Kam?"
"Tentu saja aku bukan manusia dari marga Kam!"
Diam diam Wi Tiong Hong merasa terkejut, segera tegurnya lagi: "Lantas siapakah kau?"
"Masa ayahmu sendiri pun tidak kau kenal?" Kam Liu Cu balik bertanya agak tertegun.
Dengan cepat Wi Tiong Hong menjadi paham. Orang yang berada dihadapannya bukan Kam Liu Cu, melainkan Lam Sim Hu asli yang telah menyusul kesitu.
Maka sambil menjura katanya: "Aku bernama Wi Tiong Hong, bukan Lan Kun Pit!"
"Aku sudah mendengar kesemuanya ini dari gurumu.
Kau sedang menyaru sebagai Wi Tiong Hong bukan?"
"Tidak, aku adalah Wi Tiong Hong yang asli"
Melihat kesemuanya ini Lam Sim Hu segera menghela napas panjang, katanya kemudian: "Nak, rupanya kau sudah dicekoki obat pembingung sukma oleh Liong Cay Thian sehingga ingatan yang sebenarnya telah kau lupakan semua"
"Aku sama sekaii tidak menelan obat pembingung sukma macam apapun juga"
"Tanpa kau sadari kau telah menelan obat pembingung sukmanya, sudah barang tentu kau tak akan tahu"
"Tapi aku sama sekali tidak kehilangan pikiran dan kesadaranku"
"Bila kau tidak kehilangan pikiran dan kesadaranmu mengapa kau tidak kenali ayahmu sendiri?"
Benar runyam keadaannya. Ternyata Lam Sim Hu telah menganggap Wi Tiong Hong sebagai Lan Kun Pit, bahkan merasa yakin kalau putranya telah dicekoki obat pembingung sukma sehingga terhadap ayahnya sendiripun tidak kenal.
Atas kejadian ini biarpun Wi Tiong Hong menyangkal dengan alasan apapun, sudah tentu Lan Sim Bu tak akan percaya.
Melihat orang itu bersikeras mengatakan kalau dia adalah putranya, Wi Tiong Hong benar-benar merasa mendongkol disamping geli. Cepat dia menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berseru: "Lotiang salah paham, aku adalah Wi Tiong Hong yang sebenarnya..."
Tentu saja Lan Sim Bu tak akan mempercayai dengan begitu saja. Ditatapnya Wi Tiong Hong dengan pandangan tajam lalu katanya lagi: "Suhumu juga telah datang, sekarang waktu kita tak banyak lagi, ayoh cepat ikut aku keluar dari sini..."
"Berulang kali sudah kukatakan kepadamu aku bukan Lan Kun Pit, mengapa sih kau tak bisa percaya juga?"
Perasaan sedih dan murung segera menyelimuti wajah Lan Sim Bu. Setelah menghela napas katanya: "betul betul keji dan lihay racun obat itu. Tak nyana seorang bocah yang sehat bisa dirubah menjadi begini pikunnya hingga ayah sendiri pun tidak dikenali. Tiong Cay Thian, bila aku tak
bisa mencincang tubuhmu hingga hancur berkeping-keping, aku sumpah tak akan hidup sebagai manusia"
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berpaling dan katanya lebih jauh: "Nak aku datang untuk menyelamatkan dirimu dan kaupun tak usah banyak berbicara lagi. Ayoh cepat turut ayah keluar dari sini. Suhumu pandai sekali dalam ilmu racun dan jauh mengungguli kemampuan Liong Cay Thian sudah pasti ia dapat memusnahkan racun yang membuat kau kehilangan kesadaran"
Seraya berkata dia menggerakan pergelangan tangan kanannya dan menyambar pergelangan tangan Wi Tiong Hong.
Dengan cepat Wi Tiong Hong mundur selangkah, kemudian dengan kening berkerut bentaknya: "Siapa sih yang bernama Lan Kan Pit" Mengapa lotiang begitu semberono dan tak tahu diri?"
Setelah Lan Sim Bu menganggap Wi Tiong Hong sebagai putranya yang kehilangan ingatan, tentu saja tak mau percaya dengan begitu saja semua perkataan dan alasan yang dikemukakan Wi Tiong Hong.
Melihat cengkeramannya mengenai sasaran kosong dia segera mendesak maju kemuka sambil melepaskan serangan berikut.
"KAU anggap ayahmu telah salah melihat?" serunya dengan penuh amarah. "kau tahu, pikiranmu jadi nyeleweng gara-gara diracuni Tiong Cay Thian?"
Tangan kanannya menyambar ke muka dengan
kecepatan yang jauh lebih hebat. Sedangkan ilmu yang dipergunakan adalah ilmu Tay ki na jiu hoat yang hebat.
Langsung mengancam bahu Wi Tiong Hong.
Melihat pihak lawan berulang kali mendesaknya sebelum duduknya persoalan dibikin jelas lebih dulu, lama-kelamaan berkobar juga hawa amarah Wi Tiong Hong, ia segera membentak keras. "Lotiang, mengapa sih kau bekerja secara begitu sembrono" Bikin jelas dulu duduk persoalan"
Dengan cekatan dia miringkan badannya kesamping untuk menghindari serangan tersebut.
Lambat laun paras muka Lan Sim Bu dicekam amarah juga dengan suara dalam lalu ia membentak: "sekarang ikuti dulu ayahmu keluar dari sini. Setelah berjumpa dengan gurumu nanti segala sesuatunya akan menjadi jelas".
Gagal dengan cengkeraman yang pertama dia segera melepaskan cengkeraman berikutnya. Kali ini dia mengancam urat nadi pada pergelangan tangan Wi Tiong Hong. Lagi-lagi ilmu yang digunakan adalah Ki na ji hoat yang dilepaskan secepat kilat.
Dengan penuh amarah, Wi Tiong Hong segera
membentak, "Apabila lotiang mendesak terus menerus, jangan salahkan kalau aku akan melancarkan serangan balasan"
"Binatang!" hardik Lam Sim Bu, "Apakah kau anggap bapakmu bakal menipu kau?"
Tiba tiba saja dia mendesak kemuka, tangan kanannya diayunkan dan segera tercipta selapis bayangan jari tangan yang segera terpisah mengancam beberapa buah jalan darah penting ditubuh Wi Tiong Hong.
"Hee... hee... hee.. tampaknya lotiang memang memaksa aku untuk turun tangan" seru Wi Tiong Hong sambil tertawa dingin.
Tangan kirinya mengeluarkan jurus Jiu hui ngo-hian (lima senar dipetik bersama) untuk mengunci datangnya ancaman, lalu berbalik menyapu pergelangan tangan Lan Sim Bu.
Melihat serangan balasan yang dilancarkan Wi Tiong Hong bukan saja amat cepat bagaikan kilat, lagi pula semua ancaman yang tertuju merupakan nadi-nadi penting yang harus dilindungi, Lan Sim Bu nampak tertegun. Tiba tiba saja tangan kanannya ditarik kebelakang dan menarik kembali serangan tangan kanannya secara terpaksa.
Sekalipun serangannya sangat cepat, ternyata gerakannya sewaktu menarik kembali ancaman jauh lebih cepat lagi.
Tatkala sapuan dari Wi Tiong Hong untuk membendung serangan tersebut dilancarkan, ternyata ia tak berhasil menyentuh ujung baju lawannya.
Begitu tangan kanannya ditarik kembali tangan kiri Lan Sim Bu secepat petir sudah menggerakkan kelima jari tangannya yang sudah dipentangkan lebar-lebar seperti kaitan langsung mengancam bagian yang mematikan didada Wi Tiong Hong.
Menghadapi ancaman tersebut, sepasang kaki Wi Tiong Hong tetap memantek di atas tanah sementara tubuh bagian atasnya menjatuhkan diri kebelakang. Tangan kiri disilangkan dimuka dada sementara tangan kanannya dipersiapkan membabat tangan Lin Sim Bu yang mengancam tiba.
Begitu serangan dilepaskan, terasa segulung angin pukulan yang amat kuat menembusi teiapak tangan tersebut dan langsung menerjang keluar.
Merasakan betapa kuatnya tenaga serangan yang dilepaskan Wi Tiong Hong, Lan Sim Bu segera meningkatkan kewaspadaannya. Dari cengkeraman dia
Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rubah menjadi pukulan telapak dan menyambut datangnya serangan dari Wi Tiong Hong itu dengan keras lawan keras.
"Blaaam!"
Begitu sepasang teiapak tangan itu saling beradu, segera bergemalah suara benturan yang sangat kuat. Akibatnya tubuh kedua orarg itu sama sama bergetar keras dan mundur selangkah kebelakang
Pertarungan yang berlangsung antara kedua orang ini di langsungkan dalam jarak dekat sehingga kendatipun tak nampak adanya daya pengaruh yang mengerikan hati, namun kedua belah pihak sama-sama menyerang dengan kecepatan tinggi dan perubahan jurus yang luar biasa.
Sedikit terlambat saja bisa berakibat fatal untuk salah satu pihak.
Bentrokan yang berlangsung dua jurus banyaknya ini berlangsung dalam sekejap mata saja.
Sebagai bapaknya, sudah barang tentu Lin Sim Bu mengetahui aliran ilmu silat yang dipelajari Lan Kun Pit maka dalam sekilas pandangan saja ia sudah tahu kalau aliran ilmu silat yang digunakan Wi Tiong Hong berbeda sekali dengan aliran ilmu silat dari putranya. Bahkan pemuda yang berada dihadapannya sekarang justru memiliki ilmu silat tingkat atas.
Dengan perasaan terkejut bercampur terkesiap dia mundur dua langkah kebelakang lalu menatap wajah Wi Tiong Hong dengan sorot mata tajam bagaikan kilat, katanya kemudian dingin: "Kau benar benar bukan anak Pit!"
"Semenjak tadi sudah kukatakan kalau aku bukan putramu!"
"Lalu apa sebabnya kau mencatut nama putraku?"
dengan wajah berubah hebat Lan Sim Bu mendengus marah.
"Perkataan lotiang sungguh menggelikan" kata Wi Tiong Hong sambil tertawa, "kapan sih aku mencatut nama putramu... semestinya putramu itulah yang telah menyaru sebagai aku dan mencatut namaku".
Sekali lagi Lan Sim Bu memperhatikan pemuda itu sekejap lalu mendengus dingin "Jadi kau adalah Wi Tiong Hong yang baru-baru ini dikabarkan dalam dunia persilatan sebagai orang yang mampu mematahkan ilmu Hui hong to dari Thian Cay Thian serta mengalahkan pedang Emas Ban Kiam hweecu?"
"Tidak berani, keberhasilanku yang lalu hanya suatu keberuntungan saja. Aku memang Wi Tiong Hong"
"Bagus sekali" Lan Sim Bu manggut-manggut "kalau begitu ikutlah aku pergi dari sini"
"Lotiang datang untuk menyelamatkam putramu kini sudah kau ketahui bahwa aku bukan putramu, jadi tak usah Lotiang repot-repot menolongku. Tentu saja aku pun tak akan mengikuti lotiang untuk pergi dari sini"
"Aku paling benci banyak berbicara. Pokoknya kau harus ikuti aku pergi dari sini" balas Lan Sim Bu tak sabar
"Silahkan lotiang pergi sendiri. Saat ini aku belum bermaksud untuk meninggalkan Tok Seh Sia"
"Anak muda aku suruh kau ikuti aku pergi dari sini, berarti kau harus ikuti diriku mengerti?" bentak Lan Sim Bu lagi.
Berubah paras muka Wi Tiong Hong setelah mendengar ucapan ini, dengan marab dia berkata: "Mengingat kau
adalah seorang tua, maka aku selalu mengalah kepadamu.
Tapi jika kau mendesak terus menerus jangan salahkan bila aku memberikan perlawanan kau tak usah salah mengira aku takut kepadamu"
"Waktu sudah tak banyak lagi, bila kau enggan pergi dari sini, terpaksa akupun akan menangkapmu dengan kekerasan"
"Jadi lotiang hendak menyerangku?"
"Kau berhati hatilah!"
Mendadak dia maju kedepan sambil menyerobot, telapak tangannya langsung disodok ke muka.
Wi Tiong Hong mengetahui kalau ilmu silat yang dimiliki lawannya amat lihay. Sedari tadi dia sudah menghimpun hawa murninya sambil bersiap sedia menghadapi setiap ancaman yang tak diduga. Begitu melihat serangan tiba dia segera merasakan deruan angin serangan yang amat kuat datang.
Ia segera sadar, kalau tadi lawan masih menganggap dia sebagai putranya maka serangan yang digunakan hanya terbatas ilmu mencengkeram saja, tapi sekarang mengetahui kalau dia bukan putranya, sekarang otomatis serangan yang digunakan pun jauh lebih hebat dan dahsyat....
Tentu saja ia tak berani bertindak gegabah. Cepat-cepat telapak tangan kirinya menghadapi ancaman, sementara tangan kanannya memusnahkan tenaga serangan musuh dengan jurus Thian gwan lay im (mega datang dari luar langit). Disamping memunahkan serangan juga melancarkan serangan balasan
Lan Sim Bu mendengus dingin, telapak tangan kanannya yang melancarkan serangan tiba-tiba berubah jurus ditengah jalan dan berganti menjadi bacokan yang menyapu keluar
dengan jurus "Mendorong ombak membantu gelombang"
Seguung tenaga serangan yang sangat besar menggulung datang dan mencegat jalan mundur Wi Tiong Hong lebih dulu. Kemudian tangan kirinya diputar dan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah secepat kilat dia sodok jalan darah Hiat ki hiat dan Ciang tay hiat ditubuh lawan.
Dalam sebuah serangan, dua jurus dipergunakan bersama hingga terwujud dua aliran serangan yang tergabung menjadi satu.
Terutama sekali jurus "mendorong ombak membantu gelombang" dari tangan kanannya itu telah menyumbat jalan mundur Wi Tiong Hong kearah kiri dan belakang, sedang angin serangan jari menjojoh datang dan arah kanan. Pada hakekatnya selain menyambut ancaman dengan kekerasan, tiada jalan lain lagi baginya untuk menghindar.
Wi Tiong Hong segera menjejak sepasang kakinya keatas tanah dan melejit empat depa keangkasa untuk menghindari sapuan angin pukulan dari Lan Sim Bu. Belum lagi badannya turun kebawah, sepasang kakinya sudah melancarkan serangkaian tendangan berantai...
Pada tendangan yanq pertama dia langsung mengarah ulu hati lawan. Bersamaan waktunva dia menarik napas panjang dan menpergunakan kesempatan itu tububnya melayang kembali ka udara. Tendangan kedua pun secepat kilat dilepaskan kembali mengarah wajah lawan.
Serangkaian tendangan berantai dari anak muda itu sama sekali berada diluar dugaan Lan Sim Bu. Hal mana memaksa dia mau tak mau harus mundur dua langkah.
Mendadak ia membentak keras. Sepasang telapak tangannya diayunkan bersama-sama menyerang kemuka secara mendatar untuk menyongsong datangnya tubuh Wi
Tiong Hong yang masih berada di udara. Belum lagi serangannya tiba, angin pukulan yang kuat sudah menyesakkan napas. Gerak serangan yang digunakan Wi Tiong Hong tadi pada hakekatnya merupakan tindakan menyerempet bahaya. Selagi masih berada ditengah udara tentu saja ia tak berani menyambut ancaman musuh dengan kekerasan. Sepasang kakinya yg menendang keluar segera diputar dan berjumpalitan berapa kali diangkasa, lalu meluncur turun sejauh beberapa depa dari posisi semula.
Lan Sim Bu membentak gusar, diantara jubah birunya yang berkibar dia menyusup ke depan, sepasang lengannya dipentangkan sambil menyerang secara beruntun dia lepaskan beberapa buah serangan berantai.
Semenjak masih kecil dulu, Wi Tiong Hong hanya belajar Ji-gi Kiam Hoat dari Bu Tong Pay serta Tay Kek Kun belaka.
Inilah hasil dari tindakan pamannya Pit It Beng untuk merahasiakan identitasnya, sehingga selain sim hoat tenaga dalam sama sekali tidak mengajarkan ilmu silat lain kepadanya.
Tapi dibalik ilmu pedang Ji-gi Kiam Hoat tersebut justru terselip ketiga jurus ampuh suacunya yakni Kam Sam Ceng, sebaliknya dibalik ilmu Tay Kek Kun terselip pula ilmu Siu Lo To yang maha dahsyat.
Dengan mengandalkan kedua macam ilmu silat inilah Wi Tiong Hong berkelana dan mendapat nama, sehingga kalau dibicarakan sebetulnya hal itu diperoleh karena nasibnya yang mujur saja.
Ketika melihat datangnya serangan berantai dari sepasang telapak tangan Lan Sim Bu sekarang, serta merta dia memutar sepasang tangannya dan menghadapl
ancaman lawan dengan ilmu pukulan Tay Kek Kun yang dimilikinya.
Tapi Lan Sim Bu merupakan seorang pemimpin untuk wilayah In lam, sudah barang tentu kepandaian silat yang dimilikinya bukan kemampuan sembarangan orang.
Betapa pun Wi Tiong Hong memutar tangan kiri dan kanannya untuk melindungi diri secara ketat, namun dia selalu terbentur dengan jurus jurus serangan Lan Sim Bu yang datang menggencet dari dua aliran yang terbeda.
Istana Pulau Es 14 Bahagia Pendekar Binal Karya Khu Lung Jodoh Rajawali 12
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama