Ceritasilat Novel Online

Riwayat Lie Bouw Pek 15

Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu Bagian 15


mengasokan diri.
Selagi pemuda ini bersantap malam, ia terima surat yang
Khu Kong Ciauw perintah orang sampaikan kepadanya. Dalam
suratnya Kong Ciauw menyatakan menyesal tadi ia sedang
bepergian, hingga ia tidak bisa ketemui si anak muda, sedang
sekarang, sesudah malam, ia tidak bisa datang lantaran
lukanya baru sembuh. Tentang Siauw Hong, Kong Ciauw kaia
bahwa bahaya jiwa tidak ada. Untuk melindungi keluarga Tek,
ia telah minta bantuannya Yo Kian Tong, tapi dengan
datangnya si anak muda ia tidak usah berkuatir lagi. Akhirnya
Kong Ciauw tulis, bila perlu, setiap waktu ia akan bekerja
untuk Siauw Hong, ia minta Bouw Pek jangan pandang ia
sebagai orang luar.
Bouw Pek puas membaca surat itu. Nyata benar Kong
Ciauw adalah sahabat sejati, walaupun orang she Khu ini
seorang bangsawan dan dengan Siauw Hong tadinya ia tidak
mempunyai hubungan kekal.
Sehabis bersantap, Bouw Tek pergi kedalam akan ketemui
Tek Naynay, akan beritahukan bunyi surat Khu Kong Ciauw
itu, iapun hiburkan nyonya rumah agar hatinya jadi tetap.
Sekembalinya kekamarnya, Bouw Pek mengasokan diri,
tetapi ia tidak tidur, ingat kejadian tadi siang ia kuatir Moh Ko
Kun atau Oey Kie Pok nanti kirim orang akan bokong ia, maka
ia selalu siap. Ia tidak salin pakaian, malah ia dandan dengan
ringkas, pedangnya tidak terpisah jauh dari dirinya. Empat
atau lima kali ia naik kelenteng dan meronda disekitar gedung.
Ia tertawakan dirinya sendiri, kapan ia dapatkan tidak ada
gerakan apa juga.
"Aku ketakutan pada bayanganku sendiri" pikir ia "Siauw
Hong kasi tahu padaku yang semua buaya darat disini sangat
takuti aku, boleh jadi itu benar, sekarang karena aku berada
disini, tidak ada seorang juga yang berani datang mengadu
biru. Tapi Oey Kie Pok lain, ia tukang main dibelakang layar
dimuka umum ia pendiam, siapa tahu isi perutnya" Bisa jadi ia
sedang berdaya bikin aku celaka. Aku mesti berhati2. Aku
dapat bantuannya Tiat Pweelek dan Khu Kong Ciauw disatu
fihak dan Sun Ceng Lee dilain fihak, nyata aku tidak
bersendirian lagi, sementara sedikit hari lagi Yo Kian Tong
juga tentu akan datang.
Meski demikian, sampai dekat fajar barulah Bouw Pek naik
kepembaringan dan tidur. Ia bisa pules. Siang itu ia tidak
keluar, hanya diwaktu lohor ia tengok Siauw Hong dipenjara,
antaranya ia kasi tahu, bahwa kemarin ia telah hajar Moh Po
Kun dan PhangLiongdan bikin Phang Hoay tidak berdaya,
bagaimana ia telah robek surat hutang.
Mendengar itu Siauw Hong menjadi masgul.
"Dengan perbuatanmn itu, hiantee, kau bikin Oey Kie Pok
jadi makin membenci kau" ia kata "Mana ia mau mengerti dan
mau berhenti berdaya upaya" Baiklah kau berlaku hati2. Kau
mesti pergi pada Tiat-Pweelek dan Khu Kong Ciauw, guna
beritahukan kejadian itu, agai kapan perlu mereka bisa
lindungi kau"
Bouw Pek tidak setuju pikirannya sahabat itu, tetapi untuk
tidak bikin jengkel sahabat itu ia tidak mau membantah.
"Tidak usah kau pesan toako, aku sudah tahu" begitu ia
kata dengan pendek. Kemudian ia kasi tahu, yang Kong Ciauw
tulis surat dan minta bantuannya Yo Kian Tong, kedatangan
siapa sedang ditunggu.
"Kalau Yo Kian Tong datang, ia akan jadi pembantu besar"
kata Siauw Hong dengan girang "Aku didalam penjara, aku
tidak perlu bantuan apa, adalah kau diluar yang butuhkan itu"
Baru sekarang orang the Tek itu bisa bersenyum. Kemudian ia
tambahkan "Kau tahu, katanya Kim chio Thio Giok Kin belum
pulang ke Holam, ia hanya mampir pada Hek-houw To Hong
di Poteng. To Hong itu adalah muridnya Kim-too Phang Bouw,
Oey Kie Pok sering utus orang menyampaikan barang2 upeti
pada mereka itu di Poteng, entah apa maksudnya, tapi
tentulah tidak lain daripada berikhtiar untuk menghadapi kita.
Katanya juga Oey Kie Tok sudah tarik Say-Lu Pou Gin Hong
Siang pada fihaknya Hanya sebenarnya aneh sebab aku tahu
betul, Gui Hong Siang sebetulnya paling benci Oey Kie Pok,
sebabnya yalah ia telah kena dikalahkan oleh Khu Kong Ciauw.
Pertempuran diantam Hong Si-ing dan Kong Ciauw itu adalah
atas bisanya Kie Pok. Karena kalah, Hong Siang telah
tinggalkan piauw-to ang dan tinggal digunung Kie-yong kwan
San menjidi berandal, disana ia senantiasa ganggu barangnya
Kie Pok. Kabarnya sekarang Gui Hong Siang berada bersama
To Hong dan Kie Pok telah gunai ketika ini dan sering2
menyumbang. Aku suka geli sendiri, kalau ingat bagaimana
sulit keadaan dikalangan kangouw, yalah orang sering
bersahabat, bermusuhan dan bersahabat lagi"
"Hal sebenarnya tidak aneh" kata Bouw Pek, yang
tersenyum ewah "Bisa jadi Gui Hong Siang baik pula sama
Oey Kie Pok, sebagai kesudahan ia rubuh ditanganku baru2
ini, mereka mestinya mau saling andalkan guna hadapi aku.
Biar mereka datang semua, aku tidak takut, mereka semua
pecundangku"
"Dalam hal ini aku tidak bicarakan soal kau takut atau
tidak" Siauw Hong kasi mengerti. "Dan aku juga insyaf, suatu
waktu bentrokan tak dapat dicegah lagi. Aku hanya ingin kau
bersabar dan tunggu ketikanya. Belum lama ini aku kenal
seorang pengangguran yang perkenalkan diri Siauw Gia Kang,
ia kenal semua jalanan dikota Pakkhia ini, ia pandai mencari
tahu segala apa, kalau kau nanti ketemu dia kau boleh kasi
beberapa renceng uang padanya dan mana ia cari tahu
kabaran2 dari fihaknya Oey Kie Pok.
"Aku kenal orang itu" Bouw Pek manggut. "Sekarang aku
telah dapatkan pembantu, toako jangan kuatirkan apa juga"
Ia lalu kasi tahu perihal kedatangannya Ngo-jiauw-eng Sun
Ceng Lee. Siauw Hong girang akan ketahui orang she Sun itu adalah
muridnya Jie Hiong Wan.
"Coba Siu Lian ada disini, dan ia tinggal juga dirumahku,
betapakah berfaedahnya! orang Boan ini ngelamun. "Dengan
ia dirumahku, kecuali bisa lindungi rumah tanggaku, ia pun
bisa jadi penghibur bagi isteri dan ibuku....."
Kendati ia memikirkan Siu Lian, Siauw Hong tidak berani
sebut namanya si nona. Ia tahu, disebutnya nama itu akan
bikin Bouw Pek berduka dan boleh jadi tidak betah berdiam
dirumahnya. Selagi dua sahabat ini bicara, datanglah Tek Lok, wakilnya
Tiat Pweelek. Melihat orang ini Bouw Pek lantas ingat
masanya ia dipenjara dan Tek Lok inilah yang hampir setiap
hari kunjungi ia.
"Dulu aku jadi korbannya Kie Pok dan Poan Louw Sam,
adalah Tiat Pweelek dan Siauw Hong yang bekcrja keras akan
menolongi aku" demikian ia ingat, "kalau tidak Siauw Hong
tanggung aku dengan jiwanya, barangkali Tiat Jie-ya tidak
mampu berbuat banyak. Sekarang Siauw Hong mendekam
dipenjara dan jiwanya terancam, kini adalah kewajibanku akan
tolong dan lindungi dia....."
Memikir begitu, pemuda ini jadi jengkel dan ibuk.
Diandaikan Siauw Hong bukan orang Boan dan pernah pangku
pangkat, serta tidak punya anak-isteri, ibu dan harta-benda,
pasti ia sudah telad Su Poan ttu dahulu, yalah serbu penjara
dan ajak Ngo-ya ini minggat. Sekarang ia tidak bisa berbuat
getas seperti itu, karena adanya rupa2 keberatan itu.
Tek Lok tidak bicara banyak, ia lantas pulang.
Bouw Pek bicara pula sekian lama, lantas ia pamitan. Selagi
keluar pintu penjara, ia ingat piauwceknya di Poancay Hotong
Selatan. "Ia jadi Heng-pou Cu-su, barangkali ia bisa berbuat apa2
guna Siauw Hong" pikir ia, yang terus sewa kereta dan pergi
kerumah pamannya itu. Kebetulan baginya, paman itu baru
saja pulang, maka ia bisa lantas menemui paman dan bibinya
itu. Mula2 mereka bicara urusan kesehatan dan pamili. setelah
itu Bouw Pek tanya sang paman perihal Tek Siauw Hong dan
apa yang paman itu dapat berbuat.
"Perkaranya Tek Siauw Hong tidak membahayakan
jiwanya" kata piauwcek itu, "ia baru disangka dan buktinya
tidak ada, sedang difihak lain Tiat Pweelek dan Khu Kong
Ciauw bantu ia. Ia ternama di Pakkhia ini, orang kantor tidak
berani main gila. Cuma teiang Oey Kie Pok sangat musuhkan
ia dan Thio Congkoan menindih keras, entah berapa banyak
uang sogokan ia dapat dari si orang she Oey itu"
Karena mendongkol, berulang2 Bouw Pek kasi dengar
gerutuan menghina.
"Sekarang ini semua fihak tahu, sebab permusuhan
diantara Oey Kie Pok dan Tek Siauw Hong adalah urusan kau"
Kie Thian Sin kata lebih jauh. "Kau harus berhati2, Oey Kie
Pok liehay luar biasa, kalau ia bisa bikin Tek Siauw Hong
ngeram dipenjara, berapa susahnya apabila ia mau ganggu
kau juga! Dulu dalam perkara kau katanya Poan Louw Sam
yang dakwa kau, sebenarnya dibelakang layar Oey Kie Poklah
yang jadi dalang. Perkara ini semua orang tahu dengan baik.
Dikantor sekarang semua orang ingat nama kau. Mengenai
kebinasaannya Poan Louw Sam dan Cie Sielong, banyak orang
yang duga kau pembunuh mereka, coba kau tidak bersender
kepada Tiat Pweelek, satu hari juga kau tidak bisa tancap kaki
di Pakkhia ini. Maka sekarang, setelah kembali disini,
berlakulah hati2 jangan kau terbitkan onar pula!"
Bouw Pek tidak puas, tetapi dihadapan sang paman ia tidak
kata apa. "Aku mengerti" kata ia, yang lalu minta si paman bantu
Siauw Hong. "Aku tahu tidak usah kau pesan" paman itu jawab.
"Dikantor semua orang ingin berbuat baik terhadap Siauw
Hong, kesatu ia berharta, kedua ia hamba dari Lweebuhu,
hingga orang percaya, satu waktu ia akan bangun pula! Siapa
tidak mau menjadi sahabatnya?"
Bouw Pek senang mendengar keterangan ini, maka setelah
bircara lagi sebentar, ia lantas pamitan Ia tadinya pikir mau
cari tahu kuburannya Siam Nio, tetapi karena kuatirkan
rumahnya Siauw Hong, ia batalkan niatnya itu, ia terus
pulang. Ketika sampai digedung, orang bilang tidak ada yang
datang mengganggu, maka hatinya jadi lega. Seterusnya ia
berdiam dikamar tulis. Terus sampai malam ia tidak keluar
lagi, dan malamnya, seperti malam pertama, ia terus
berjaga2. Malam itu juga lewat dengan tenteram.
Dihari kedua sewaktu siang Bouw Pek kunjungi pula Siauw
Hong dipenjara. Lohornya, ketika ia berada dirumah, Siauw
Gia Kang mencarinya. Si Kala kecil ini lantas berkata padanya :
"Diwarung teh aku dengar beberapa orangnya Oey Kie Pok
pasang omong, katanya setelah dengar toaya datang, dua hari
lamanya Kie Pok tidak pernah keluar dari rumahnya, sebabnya
yalah ia berkuatir dan mendongkol, karena ia dengar toaya
sudah hajar Moh Po Kun dan saudara2 Phang serta robek
surat hutang. Mereka ini bilang, katanya Oey Kie Pok lelah
nyatakan bahwa selanjutnya ia tidak mau perhatikan lagi Tek
Siauw Hong, sebagai gantinya, ia hendak satronkan toaya
seorang. Disini kecuali Moh Po Kun dan dua saudara Phang, ia
dapat tenaga baru yaitu piauwsu Ngo jiauw-eng Sun Ceng
Lee, difihak lain, ia sudah undang Lau w Cit Thay-swee dari
Tokciu, Hek-houw To Hong dari Poteng dan rombongan Kimchio
Thio Giok Kin juga. Boleh jadi tidak sampai lagi setengah
bulan mereka itu akan sudah berkumpul disini. Ia sendiri
sekarang setiap hari lagi yakinkan senjata gaetan hu-chiu
kauw, yang hendak dipakai adu jiwa dengan toaya!
Mendengar itu Lie Bouw Pek bersenyum.
"Baik, aku nanti tunggu mereka itu!" ia kata sambil
manggut2 "Aku berterima kasih untuk kabarmu ini, sekarang
kau boleh pergi akan mencari tahu lebih jauh"
dan Bouw Pek kasih upah beberapa renceng uang pada si
Kala kecil ini.
Siauw Gia Kang membilang terima kasih, ia berlalu dengan
girang. "Oey Kie Pok berlatih diri, ia telah undang orang yang aku
kenal itulah lucu" pikir Bouw Pek, selagi renungkan pikiran.
"Tapi ia seorang licin, apa ia bukannya sengaja keluarkan
cerita, supaya aku jadi alpa" Siapa tahu kalau ia lagi mengatur
tipu dan Aku harus jaga diri baik2"
Belum lama setelah herlalunya Siauw Gia Kang, Sun Ceng
Lee datang pada pemuda kita. Ia ini pun bawa kabar, bahwa
Oey Kie Pok lagi undang orang.
"Aku tidak takut!" kata Bouw Pek.
"Bila sudah tiba waktunya. aku nanti bantu toako akan
hajar mereka itu" Sun Ceng Lee nyatakan.
"Terima kasih" kata Bouw Pek. "Aku memang mau minta
bantuan Sun Toako"
Seperginya Sun Ceng Lee, sehingga sore tidak ada kejadian
apa2 dan malam itu lewat dengan tenteram. Karena tni esok
paginya Bouw Pek ambil putusan akan cari kuburannya Siam
Nio dan mengunjunginya untuk penghabisan kali, ia keluar
dengan bawa pisau belati nona itu. "Tapi lebih dulu ia menuju
kepenjara Heng-pou akan tengok Siauw Hong. Ia berdiam
disini tidak lama ia naik keretanya puya.
Dari Cian-mui ia pergi ke Hun-pong Liu lie-kay, baru saja ia
masuk dimulut gang, hatinya sudah goncang, sebab ia lantas
ingat riwayatnya dahulu, yang seperti impian saja.
Tempo Bouw Pek sampai didepan rumah yang dulu
ditinggali oleh Siam Nio, ia lihat seorang penjual minyak, yang
ternyaia Ie Jie adanya Ia ini melihatnya dan segera
menghampirkan. Lie Toaya!" Ie Jie berseru "Sudah lama aku tidak lihat kau!
Apa kau pergi keluar kota dan sekarang baru kembali?"
Bouw Pek suruh keretaiya berhenti, tapi ia tidak turun.
"Apakah Cia mama ada ?" ia tanya. "la sudah tidak ada, ia
menutup mata pada akhir tahun yang lalu" Ie Jie jawab. "Kami
yang urus mayatnya, yang di kubur dikuburan umum di Lamheewa, di sampingnya Siam Nio..."
Bouw Pek terharu mendengar kematiannya Cia Loo-mama.
"Apa kau senggang sekarang?" ia tanya. "Apa kau bisa
antarkan aku ke Lam-hee wa" Aku mau lihat kuburannya Siam
Nio dan bakar kertas disana"
"Bisa bisa toaya ".sahut Ie Jie berulang". "Aku selalunya
senggang" Ia panggil seorang anak untuk bawa masuk botol
minyaknya, dengan tidak pakai thungsha lagi ia naik atas


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keretanya Bouw Pek.
"Keselatan" kata ia pada tukang kereta.
Mereka keluar dari Hun-pong Liu-lie-kay, menuju ketegalan
disebelah selatan, yalah Lam-hee-wa. Belum lama, mereda
sudah sampai. Pemandangan alam indah-karena waktu itu
dipermulan bulan ketiga. bunga2 toh dan lie sedang mekar,
yangliu berdaun hijau, rumput senuanya hijau dan segar.
Dikuburan alang2 tumbuh lebat dan sang angin timur
menyampok pergi datang.
Ie Jie tanyakan halnya si nona Jie dan perkaranya Siauw
Hong, semua itu Bouw Pek tidak jawab, hanya ia perintah Ie
Jie pergi ke warung didalam kampung didekat situ, akan beli
hio dan kertas. Kemudian kereta dijalankan lagi sedikit
ketimur, di mana turut katanya Ie Jie berada kuburannya Cia
mama dan Siam Nio.
Benar2 tempat ini sepi sekali. Kuburan tidak keruan
macam, ada yang terbongkar, ada yang petinya kelihatan dan
pecah... "Disini" kata Ie Jie. "Silahkan toaya turun"
Ie Jie loncat dari kereta, diturut oleh Bouw Pek.
"Kenapa kuburan disini tidak ada yang urus?"
"Ini kuburan umum, untuk orang miskin, siapa yang mau
rawat?" Ie Jie baliki sambil tertawa "Malah disini kebanyakan
dikubur nona2 bercelaka dari rumah pelesiran. Diwaktu hidup
mereka muda jelita, pakai bagus, muka medok setiap tamu
datang mereka makan minum dengan gembira, mereka
melayani orang bersantap, minum dan nyanyi diantaranya ada
yang lebih elok dari pada Siam Nio, tetapi satu kali mereka
rubuh dan binasa, siapa mau perdulikan mayatnya" Peti
matinya hanya empat lembar papan, dikuburnyapun secara
serampangan. Sekalipun lobang kubur tidak digali cukup
dalam, hingga sesudah tertimpa hujan dan angin, terjemur
mata hari, anjing bongkar dan geragoti uang dan dagingnya!
Kuburan 2 di sini tidak sampai dua tahun umurnya akan sudah
rata kembali dengan bumi ! Kalau tidak begini bagaimana si
nona bunga raya bisa dimakan si roman elok tapi nasib
buruk"...."
Ie Jie ngoce terus kalau Bouw Pek tidak tegor ia, sedang
pemuda ini terharu bukan main.
"yang mana kuburannya Siam Nio?"
"Disini toaya" sahut pengantar itu. Dan ia jalan sambil
menghitung kuburan "Satu, dua, tiga, empat, lima.... Nah,
toaya ini kuburannya si Siam dan itu kuburan ibunya...."
Bouw Pek memandang tanah munjul yang diunjuk, yang
penuh dengan rumput hijau, diantaranya ada setangkai bunga
shag weelan. Syukur kuburannya Siam Nio belum rusak,
begitupun kuburannya Cia Loo-mama.
Jadi di dalam itu rebah mayat dari nona yang tadinya cantik
jelita yang dibuat perebutan sebab manis romannya, menarik
potongan tubuhnya..."
Bouw Pek mengawasi dengan diam, hingga ia bisa
bayangkan bagaimana eloknya si Cui Siam itu, yang halus budi
pekertinya, yang jadi bunga latar sebab terpaksa korbannya
Biauw Sin san yang ganas.
"Keadaan sekitarnya bikin Siam Nio anggap akupun orang
jahat, baiknya disaat terakhir ia bisa insyafi kekeliruan
anggapannya itu..."
Lantas Bouw Pek suruh Ie Jie bakar kertas, hingga abunya
itu ditiup berserakan oleh sang angin, sesudah apinya
berkobar2 sebentar.
Bouw Pek rabah dadanya, dimana ia simpan pisaunya Siam
Nio, tetapi bukannya pisau yang dikeluarkan, hanya uang yang
ia serahkan pada situkang minyak itu.
"Ambil ini buat kau" ia kata pada pengantar itu "Dulu kau
telah bantu urus mayatnya Siam Nio, aku sebenarnya mau
kasi upah padamu, tetapi sebelum sempat mengasi, aku
keburu pergi. Anggaplah ini juga sebagai tanda terima kasih
dari Siam Nio. Hanya kalau kau suka, satu waktu baik kau
tengok kuburan ini, tambahkan tanah urukannya, supaya
kuburannya tidak terbongkar seperti yang lain.
Ie Jie terima uang itu sambil mengucap terima kasih dan
berjanji akan perhatikan permintaannya pemuda yang baik itu,
selagi ia main dengan uang itu dengan kegirangan, Bouw Pek
bertindak kedepan, di sebelah selatan dimana ada sebuah
empang yang pinggirannya penuh pohon gelaga. Ia keluarkan
pisaunya Siam Nio dan melemparkannya keempang itu. Dan
terdengar suara air karena jatuhnya pisau, ia putar tubuhnya
akan balik kekeretanya.
"Mari kita pulang" ia kata "Ke Sam-tiauw Hotong!"
Tukang kereta menurut saja, ia tidak tahu apa2,
kendatipun merasa heran. Ie Jie diturunkan ditengah jalan.
Selama dalam kereta, Bouw Pek duduk terpekur, tanda
pikirannya kusut sekali. Adalah pelahan2 ia bisa lupai Siam
Nio, karena ia seperti ingat pula urusannya Siauw Hong dan
hal dirinya, yang mesti awas terhadap sepak terjangnya Oey
Kie Pok. Kereta dikasi jalan dengan cepat, Bouw Pek merasa senang
ketika ia sudah masuk di Cian-mui, lagi lewat jalan Tiang-an
timur ia akan lekas masuk kemulut gang Tong-sa Sam-tiauw.
Baru saja kereta hendak menikung, dengan sekonyong2
disebelah belakang terdengar berketoprakannya kaki-kaki
kuda, yang sedang mendatangi dengan lekas dan kemudian,cepat sekali, terdengar sudra memanggil yang nyaring tapi
halus: "Lie Bouw Pek! Lie Toako"
PEMUDA ITU TERRCFNGANG.
"Siapakah dia?" ia menduga.
Baru saja ia mau perintah keretanya supaya berhenti dan
selagi ia menoleh, si penunggang kuda sudah berada
didekatnya, hingga ia bisa lantas lihat penunggangnya adalah
nona muda dengan kepala dibungkus sapu tangan hijau
sebagaimana baju dan celananya hijau juga, sedang
sepatunya yang menampak diinjakan kaki dari tembaga yang
berkemerlapan. Diujung sela, kecuali tergantung pauhok, pun
tercantel juga sepasang golok. Dan sipenunggang kuda
sendiri, meski saputangannya penuh debu, menampakkan
keelokannya. Ia itu bukan orang lain daripada nona Jie Siu
Lian dari Kie lok!
Dalam terperanjatnya, Bouw Pek merasa likat sendirinya
dan berbareng masgul. Ia heran kenapa sinona dalang ke
Pakkhia dan rupanya seperti baru sampai. Dan ia likat dan
masgul, karena ia segera ingat kejadian ditengah jalan,
diwaktu turun salyu. Waktu itu si nona telah susul ia dan
menantang berkelahi. Tapi aneh sekarang menemui ia, si nona
telah panggil2 ia dan susul dia! Dari sepatunya yang putih ia
tahu si nona dirumahnya terus hidup menyendiri, melewatkan
hari2 yang sunyi...
Juga si nona nampaknya sedikit likat. Sebelah tangannya
menahan les kuda, sebelah yang lain memegang cambuk.
"Aku tidak tahu yang Lie Toako sudah berada dikota raja!"
berkata nona itu dengan sikapnya yang polos "Bila aku
mengetahui di tengah perjalanan tidak nanti aku berlaku
sangat terburu2. Bagaimanakah dengan perkaranya Tek Ngoko?"
Baru sekarang Bouw Pek dapat tahu datang nya si nona
berhubung dengan Siauw Hong:
"Mestinya ini juga hasil peranan dari Su Kian si gemuk" pikir
ia^ "Sore itu diwaktu hujan ia datang padaku akan memberi
kabar, lantas ia pisahkan diri tentu buat cari Siu Lian di Kielok.
la datang, ini lebih baik sebab ia bisa lindungi kelurga Tek jauh
lebih leluasa daripada aku..."
"Cuma nona ini beradat keras" pikir ia lebih jauh "Seperti
dahulu, begitu lekas sampai di Pakkhia ia sudah bunuh Teng
couw-hie, BiauwCin San! Mestinya ia telah dengar
omongannya Su Poan-cu, perihal kejahatannya Oey Kie Pok, ia
tentunya sedang murka, maka aku kuatir disini ia nanti
terbitkan onar pula... Bila itu terjadi, sungguh berbahaya,
karena ia tidak saja tidak akan mampu melindungi keluarga
Tek, sebaliknya ia akan menambah bencana.
Meski ia pikir demikian, Bouw Pek tak dapat berbuat apa2
untuk menentangnya. Maka sembari kasi kereta jalan pelahan,
dengan si nona mengikuti, ia tuturkan segala apa dengan
jelas. Hanya diakhirnya, ia minta si nona sabar dan berpikir
panjang. Ia kata:
"Kita sekarang ada sedang mendongkol dan murka,
walaupun demikian, kita harus bisa kendalikan diri. Kita mesti
tunggu sampai perkaranya Tek Ngoko sudah diputus, baru kita
ambil tindakan terhadap Oey Kie Pok, guna lampiaskan
kemendongkolan yang sudah terpendam lama itu!"
Diluar dugaannya anak muda ini Siu Lian kelihatannya
tenang, lebih banyak masgul daripada murka.
"Lie Toako" katanya dengan pelahan, "sekarang ini adatku
tidak lagi keras sebagaimana dulu2... Pada tahun yang baru
selama aku masih bocah, maka juga ketika aku kejar kau
selagi jagat penuh salju aku yang jatuh karena kudaku
terpeleset, aku marah2 terhadapmu dan mehentang kau....
Belakangan, sesudah
menjadi sabar, baru aku mengerti kekeliruanku, aku
menyesal Dengan unjuk sikap keras itu akupun malu terhadap
ayahku sendiri, ayah yang telah menutup mata.... Aku ingat,
di Jie-sie-tin, selagi ayah hendak tinggalkan kita. ia telah
pesan aku dihadapan toako sendiii, yalah supaya aku
selanjutnya pandang toako sebagai engko yang berbudi....."
Sampai dtsitu nona Jie jadi sangat berduka, hingga ia
hampir menangis. Ia tunduk, rupanya karena malu dan
bersusah hati. Bouw Pek mengawasi dengan keheranannya belum lenyap.
Ia tidak nyana si nona benar2 telah berubah.
Siu Lian kemudian meneruskan kata2nya;
Belakangan aku dapat tahu Beng Su Ciauw telah meninggal
dunia, hatiku menjadi tawar, tawar untuk segala apa.
Begitulah, waktu aku pulang kerumahku, aku keram diri, tidak
pernah aku bepergian lagi, sehingga keluar pintupun tidak.
Demikianlah meski Lie Toako tinggal di Lamkiong yang
letaknya dekat Kielok, aku tidak rnengunjungi, sedang
seharusnya aku mesti menemui kau untuk meminta maaf.
Waktu itu aku sangat berduka. Pada bulan yang baru lewat
Lauw Keng dari Soanhoa dan beberapa piauwsu telah datang
ke Kielok dengan bawa layonnya ayah dan ibu. Kami terlalu
repot urus penguburan, aku juga tidak sempat kasi kabar
padamu, Lie Toako. Tadinya aku sudah pikir hendak berdiam
dirumah berkabung sampai tiga tahun lamanya, baru aku
keluar pula akan balas budi toako, begitupun budi
kebaikannya Tek Ngo-ko dan enso Tek, apa mau kejadian
tidak mengijinkan aku mengaso. Belum ada sepuluh hari, tiba2
Su Poan cu datang, hingga lantas saja aku berangkat kesini.
Umpama kata toako tidak ada disini, lantaran ingin lekas
menolong Ngo-ko, bisa jadi aku lakukan suatu apa yang
sembrono, tapi sekarang aku ketemu toako, hatiku lega.
Selanjutnya segala apa yang terjadi diluar aku tidak mau tahu,
toako boleh urus sendiri, aku hanya mau berdiam didalam
rumah, melindungi keselamatannya Tek Ngoko, loo-thaythay
dan anak2nya Ngo-ko. Selanjutnya melangkah keluar dari
pintupun aku tidak mau! Aku juga tidak niat kunjungi Ngoko
didalam penjara, apa yang aku ingin dengar adalah penuturan
toako tentang semua apa yang terjadi di Pakkhia ini, agar
hatiku menjadi tenang...."
Hatinya Bouw Pek terbuka apabila ia sudah dengar
omongan si nona. Benar Siu Lian telah berubah, sebagaimana
katanya barusan. Iapun senang yang sinona demikian
menghargakan dia. Hanya memikirkan peruntungannya nona
itu ia masgul sendirinya. Riwayat mereka begitu memang
kusut sekali, Meluluskan permintaan itu. Bouw Pek ceritakan
segala apa, antaranya ada yang ia telah ulangkan iapun kasi
tahu, bahwa Sun Ceng Lee sekatang berada di Pakkhia dan
peranan apa yang Ngo-jiauw-eng sedang lakukan.
"Oh, Sun Toako juga ada disini?" berseru Siu Lian dengan
girang, "aku mesti ketemui dia"
"Sebentar ia tentu akan datang cari aku, waktu itu nona
boleh ketemukan ia" Bouw Pek kasi tahu. "Bagaimana dengan
Su Poan-cu ?"
"Su Poan-cu ?" Siu Lian terangkan. "Ketika hari itu Su Poancu
datang cari aku, kebetulan akupun kedatangan sutit
ayahku, Yok Thian Kiat dari Holam. ia sengaja datang guna
bantu aku utus upacara penguburan sudah selesai, Su Poancu
dan Yok Thian Kiat tidak lantas berlalu. Nyata mereka
berdua kenal satu pada lain, dari itu mereka bisa pasang
omong dengan getol. Dilain harinya, waktu aku berangkat
kemari, mereka berdua masih berada bersama. Tapi Su Poancu
pernah kasi tahu aku, bahwa iapun akan menyusul ke
Pakkhia...."
Bouw Pek manggut, nampaknya ia sedikit masgul.
"Kalau ia datang kemari, tidak nanti ia berani muncul
secara terang" ia kata.
Siu Lian agaknya heran mendengar itu"
"Eh kenapakah?" ia tanya.
Sebelum Bouw Pek sempat menjawab, kereta sudah
sampai dan berhenti didepan gedung.
Perihal lelakonnya si Ular Gunung, Bouw Pek memang
belum bertutur pada nona itu, tidak heran kalau Siu Lian tidak
mendapat tahu Sekarangpun Bouw Pek tidak dapat
kesempatan akan bercerita tentang Pa-san-coa. Ia turun dari
keretanya dan ketok pintu. Ia mesti menunggu sedikit lama,
sebelum Siu Jie muncul membuka pintu.
"Oh nona, kau datang?" kata hamba ini dengan kegirangan,
apabila ia tampak nona Jie. Dan ia segera maju akan unjuk
hormatnya. "Toa-naynay harap nona bukan main!"
Siu Lian loncat turun dari kudanya dan terus bertindak
masuk, karena gedung itu sudah tidak asing lagi baginya.
Siu Jie telah bayar sewaan kereta, ia panggil bujang lelaki
akan tuntun kudanya sinona keistal, ia sendiri turunkan
pouwhok dan siangtoo nona itu buat dibawa kedalam.
Bouw Pek sendiri langsung menuju kekamar tulisnya.
Dengan beradanya Siu Lian, hatinya Bouw Pek kurang
tenteram, akan tetapi mengenai keluarga Tek ia merasa puas,
karena sekarang ada Siu Lian sebagai pelindung Mengenai
Siam Nio hatinya lega bukan main sebab riwayatnya sampai
disini telah berakhir. Sekarang tinggal pekerjaannya menolong
Siauw Hong dan menjaga diri terhadap akal muslihatnya Siu
Bie-too yang licin dan busuk.
Hari itu Sun Ceng Lee tidak datang, maka itu esoknya Bouw


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pek suruh Hok Cu undang orang she sun itu. Ketika Ngojiauweng telah sampai dan ia undang Siu Lian keluar agar
mereka itu bikin pertemuan, ia sendiri ambil ketika buat pergi
kepenjara akan tengok Siauw Hong untuk sekalian
beritahukan kedatangannya nona Jie.
Benar saja Tek Siauw Hong terima kabar kedatangannya
sinona dengan girang sekali. Ia telah merasa, dengan adanya
si nona, ia tidak usah kuatirkan apa, lagi mengenai ibu, isteri
dan anaknya Difihak lain isterinya pun bisa dapat hiburan.
Anak yang ia sedikit kuatirkan adalah adat keras dari si nona,
tetapi Bouw Pek telah tuturkan padanya, yang nona Jie telah
menjadi sabar dan lain dari pada dulu.
"Siu Lian bilang padaku, ia hanya mau urus didalam dan
tidak mau keluar" demikian Bouw Pek jelaskan.
Mendengar itu hatinya Siauw Hong jadi tetap.
"Kalau sebentar kau pulang, tolong sampaikan terima
kasihku pada nona Jie," ia bilang "Harap kau beritahukan si
nona agar ia jangan kuatir aku dan jangan gusar dengan
duduknya perkara"
Bouw Pek manggut Kemudian ia berlalu dari penjara akan
terus cari Tiat Pweelek dan Khu Kong Ciauw, pada siapa
antaranya ia kasih tahu hal kedatangannya Jie Siu Lian.
"Bagus ia datang, tapi mintalah supaya ia jangan menjadi
gusar dan jangan terbitkan perkara, supaya perkaranya Siauw
Hong tidak dapat gangguan" demikian Tiat Pweelek dan Khu
Kong Ciauw pesan pada anak muda kita.
Ketika Bouw Pek pulang ia tidak masuk kepedalaman akan
menemui nona Jie. Siu Lian sendiri telah buktikan
perkataannya akan tidak keluar, ia selalu keram diri di dalam,
hanya kalau sore dan malam, beberapa kali ia membawa
goloknya pergi meronda, sampaipun naik kegenteng. Ia
benar2 tidak pernah keluar pintu.
Oleh karena si nona bersikap anteng, Bouw Pek jadi leluasa
sekali akan bepergian untuk dengar2 kabar, buat lakukan apa
saja untuk Siauw Hong.
Setengah bulan telah lewat dan sekarang perkaranya Siauw
Hong telah mulai menjadi terang, malah kabarnya tidak lama
lagi putusan akan dikeluarkan. Maka itu orang menantikan
keputusan itu dengan berdebar2.
Sementara itu Yo Kian Tong sudah datang dan ia berdiam
digedungnya Khu Kong Ciauw, yang menjadi muridnya
berbareng sahabat karib.
Dari fihak Oey Kie Pok, gerakan apa juga tidak terdengar
dan Kie Pok sendiri benar2 tidak pernah tertampak dimuka
imum juga tidak ada kabar suaru apa perihal Lauw Cit
Thayswee, To Hong dan Thio Giok Kin, yang katanya diundang
buat kepung Bouw Pek.
Phang Hoay, Phang Liong dan Moh Po Kun, yang telah rasai
tangannya Bouw Pek, juga pada keram diri didalam
piauwtiam. Bouw Pek bisa bersenyum sendiri ketika ia telah
mengetahui semua itu.
"Mereka tidak cari aku, tidak ada perlunya akan aku cari
mereka" demikian ia pikir. "Hanya urusanku dengan Oey Kie
Pok, aku akan tunggu sehingga nanti sudah datang saatnya
akan bikin perhitungan"
Melainkan Sun Ceng Lee seorang yang menjadi gatel kaki
dan tangan, karena ia menantikan dengan sia2 saatnya untuk
tempur Oey Kie Pok atau orangnya Siu Bie-too. Ia mau bantu
Bouw Pek, tetapi ia tidak bisa wujudkan bantuannya itu. Ia
berniat datangi Kie Pok dirumahnya, tetapi Bouw Pek
mencegah. Karena tidak mampu melampiaskan
kemendongkolannya, ia cari Moh Po Kun didalam piauwtiam,
akan cari gara2 terhadap saudara angkat itu Tapi Po Kun tahu
niatnya keras, ia tidak mau meladeni hanya ia tinggal ngeioyor
pergi.... Beberapa hari kembali lewat dan bersama hari2 itu lewat
juga musim semi, sebagai gantinya munculah musim kedua
dengan hawanya yang panas. ialah dimusim panas ini, dalam
tahun yang lalu. Bouw Pek telah datang dari Lamkiong ke
Pakkhia untuk pertama kali, akan bawa lelakonnya yang
menggemparkan. Sekarang ini Bouw Pek pun masgul hingga ia kehilangan
kegembiraannya, sebab kemendongkolan tidak bisa
dilampiaskan, dan ia tunggu putusan perkaranya Siauw Hong,
tetapi putusan masih juga belum dikeluarkan.
Hidup nganggur dan pikiran pepat lama-lama mengganggu
juga kesehatannya, hal ini menimbulkan kedukaannya. Sejak
keluar dari penjara tubuhnya memang sudah tidak
sebagaimana mestinya, benar Beng Su Ciauw telah merawati
ia selagi sakit, waktu itu ia belum sembuh betul, sedang
halnya Su Ciauw dan Siam Nio mengganggu hatinya. Dan
sekarang ia dibikin duka dengan perkaranya Siauw Hong yang
hebat, ia juga mendongkol sekali karena kelicinannya Siu Bietoo.
Meskipun begini Bouw Pek insyaf, bahwa apabila ia
sampai rubuh karena sakit, ia akan tidak berdaya, Siauw Hong
akan tidak ada yang tilik, dan sakit hatinya terhadap Kie Pok
entah sampai kapan baru bisa lampiaskan, maka ia buatkan
hatinya akan rawat diri baik2.
Tiap hari Bouw Pek sedikitnya satu kati menyengok Siauw
Hong dipenjara, ia pergi ke Pweelek-hu akan minta Tiat Siauw
Pweelek berdaya terus, atau ia pergi pada pamannya guna
dengar kabar, selain dari itu ia berdiam dirumah akan
beristirahat. Beberapa hari kemudian, selagi Bouw Pek tidur tengah hari,
Siu Jie datang membanguni dia dari tidurnya. Dengan air
muka terang bahna kegirangan, kacung ini berkata:
"Paman toaya kirim orang datang kemari mengabarkan,
bahwa perkaranya looya sudah diputuskan!"
Semangatnya Bouw Pek terbangun dengan mendadak.
"Suruh dia masuk!" ia kata dengan cepat.
Hambanya Kie Thian Sin sedang berdiri menunggu diluar, ia
dengar suaranya Bouw Pek, maka tidak menunggu sampai Siu
Jie datang, ia sudah lantas bertindak masuk. Lebih dahulu ia
unjuk hormat pada pemuda itu, kemudian ia berkata;
"Lie Toaya. looya kita sepulangnya dari kantor terus
perintah aku datang kemari Looya kasi tahu, bahwa
perkaranya Tek Ngo-ya sudah diputuskan dan barang kali
dalam satu dua hari ini putusan akan Sudah dikeluarkan....."
"Apakah kau ketahui, bagaimana putusan itu?" Bouw Pek
potong. "Looya bilang bahwa Ngo-ya dapat keentengan. Dua
thaykam bersama seorang sie wie telah dijatuhi hukuman
mati, nanti dimusim ketiga, mereka akan jalani hukuman
mereka itu. Yo Cun Jie telah dijatuhkan hukuman jiret leher.
Seorang sie-wie she Pek bersama Ngo-ya telah dijatuhi
hukuman dibuang ke Sin-kiang....."
Mendengar itu, air matanya Bouw Pek mengembeng.
Hukuman buang bukannya hukuman mati, tetapi karena itu
Siauw Hong mesti bikin perjalanan jauh dan hidup sendirian
diluar Tionggoan, didaerah asing dan mestinya penuh dengan
penderitaan, terpisah dari isteri dan anak, dari sekalian
sahabat. "Buat Ngoya, dibuang ke Sinkiang tidak berarti penderitaan
hebat" berkata hamba Kie Thian Sin. "Looya bilang karena
Ngoya seorang anggota Lwee-bu-hu, di Sin-kiang ia akan
tuntut penghidupan leluasa, meskipun tidak seperti dikota
raja, dan asal ia bisa pakai uang, ia tak akan menderita. Looya
kata juga, dalam satu atau dua tahun, kalau dikota raja
diikhtiarkan terus, Ngo-ya tentu akan bisa kembali dengan
merdeka" Bouw Pek manggut2.
"Apakah pamanku tahu, setelah keluarnya putusan, berapa
hari lagi Ngoya baru berangkat ke Sin-kiang?" ia tanya.
"Barangkali cepat toaya" sahut hamba itu. "begitulah kira2
satu bulan kemudian. Baik toaya jangan kuatir, benar
perjalanan dilakukan dimusim panas, tetapi itu lebih baik
daripada Ngoya terus mendekam didalam penjara"
Lagi sekali Bouw Pek manggut, setelah mengasi persen ia
suruh hamba itu pergi. Ia pesan akan sampaikan terima
kasihnya pada pamannya.
"Kabar ini tidak bisa disangsikan lagi" pikir Bouw Pek
seperginya hambanya Kie Thian Sin itu. "Apa aku mesti lantas
mengasi tahu pada Tek Naynay atau harus sabar dahulu?"
Kalau ia mengetahui ini, entah berapa hebat kagetnya dan
kedukaannya, tetapi sebaliknya, apabila ia tahu suaminya
luput dari hukuman mati, ia mestinya bergirang dan
bersyukur"
Setelah bersangsi sebentar, Bouw Pek lantas pergi
kepedalaman akan menemui Tek Naynay, siapa justeru berada
bersama2 Jie Siu Lian. Ia tidak berayal akan sampaikan kabar
hal putusan pengadilan dan menghibur, bahwa hukuman
buang di Sinkiang lebih baik daripada dikeram dalam penjara.
Benar seperti dugaannya anak muda ini mula2 Tek Naynay
kaget dan air matanya turun deras, tetapi lekas juga ia bisa
sabarkan diri dan tepas air matanya itu.
Bouw Pek lalu menghibur lebih jauh, suaranya dengan
bilang, kalau pengaruh uang digunai, bisa jadi Tek Siauw
Hong tidak akan dibuang lama2 di Sinkiang dan akan lekas
kembali. Dan hiburan ini juga masuk dalam otaknya nyonya
itu. Akhirnya Tek Naynay kata "Ya, itu pun ada baiknya.... Biar
ia berdiam satu atau dua tahun di Sinkiang untuk menyingkir
dari gangguannya Oey Kie Pok, dengan begini kita disini juga
tentu akan bebas dari gangguan terlebih jauh..."
"Tentang gangguan yang kau sebutkan, Ngoso, kau jangan
kualir!" kala Siu Lian dengan suaranya yang gagah. "Satu hari
yang Ngoko tidak ada dirumah ini, satu hari juga aku tidak
akan berlalu dari sini! Sebegitu lama aku berada disini, Ngoso
jangan takuti apa juga! Biarlah orang datang mencari gara2
disini!" "Ya tetapkan hatimu enso" Bouw Pek menghibur pula.
Setelah itu Bouw Pek undurkan diri, akan suruh Hok Cu
siapkan kereta, dengan apa ia terus pergi kepenjara. Ia
menemui Tek Siauw Hong, guna sampaikan kabar. Tadinya ia
sangka Siauw Hong mestinya akan terima kabar dengan kaget
dan duka, sebab putusan hukuman itu berarti orang Boan ini
mesti tinggalkan rumah-tangga dan anak isteri dan akan
tinggal dinegara yang banyak salyunya. Diluar dugaan Siauw
Hong justeru terima kabar itu dengan girang, air mukanya
terang, tersungging dengan senyuman. Malah sambil tertawa,
Tek Ngo-ya ia kata
"Inilah bagus! Ketika ini bikin aku jadi bisa melancong ke
Sinkiang, untuk pesiar"
"Sebagai orang Boan, yang mesti urus rangsum, aku tidak
dapat ketika buat pesiar, dan orang tidak ada tuah aku malah
dilarang pergi keluar kota raja. Ini sebabnya kenapa
bangsaku, dalam sepuluh orang tidak ada sembilan yang
pernah melangkah keluar kota Pakkhia ini! Aku sendiri,
berhubung dengan tugasku, cuma bisa pergi ke Tongleng dan
Seeleng serta Jiathoo dan Sin-tek. Pada tahun yang lampau,
ketika kau pulang ke Lamkiong, aku pun tidak bisa sambangi
kau, sedang Lamkiong tak terpisah jauh dari Pakkhia. Tetapi
sekarang jangan kata dibuang ke Sinkiang, ketempat yang
lebih jauh lagi pun aku senang! Aku ingin bisa lintaskan Titlee,
pergi ke Shoasay, masuk ke Tong kwan melalui See-an-hu, Ie
liang, terus sampai di Sinkiang! Dengan begini aku bisa pesiar
di Thaygoan-hu, Hong Hoo, Hoa San, Kie Lian San, Ban Lie
Tiang Shia, Giokbun-kwan juga. Aku harap bisa menambah
pemandangan dan pengalaman, bergaul dengan sahabat
baru! Betapa menyenangkan! Dirumahku tidak ada yang aku
kuatirkan maka itu, hiantee, kau jangan pikirkan perihal rumah
tanggaku, jangan karena itu hari depanmu jadi terhalang. Kau
merdeka untuk mencari kemajuan! Rumahku sudah cukup
dilindungi dengan adanya nona Jie satu orang! Sekalipun aku
korbankan selaksa tail, aku tidak akan mampu cari nona yang
lebih sempurna daripada nona Jie itu sebagai pelindung
rumahku! Dasar untungku bagus ! Maka hiantee, jangan
berduka, kau jasteru mesti kasi selamat padaku! Di Sinkiang
aku akan berdiam dua atau tiga tahun, nanti kita bertemu
pula. Waktu itu. entah berapa besar kegirangan kita!..."
Lantas orang Boan itu tertawa terbahak bahak.
Bouw Pek tertegun menampak kegirangannya Siauw Hong
yang tak disangka. Ini menandakan, bahwa sahabat ini
mempunyai pikiran yang luas, hatinya terbuka. Maka ia pun
turut menjadi gembira.
"Sekarang hiantee lekas pergi kepada Khu Kong Ciauw dan
Tiat Pweelek, sampaikan kabar putusan perkaraku ini" kata
Siauw Hong kemudian, sesudah mereka bicarakan hal2 lain
lagi. "Sampaikan kepada mereka, apa yang jadi harapanku
yalah supaya mereka jangan berduka dan berkuattr!"
Bouw Pek menyanggupi maka dengan naik keretanya ia
terus pergi ke Pak-kauw yan dan menemui Khu Kong Ciauw,
yang sedang pasang omong dengan Yo Kian Tong. Ia lantas
menyampaikan kabar seraya unjuk, bagaimana putusan itu
diterima dengan girang oleh Siauw Hong.
"Memang demikian sifatnya Tek Siauw Hong" Kong Siauw
kata. "Ia pandai berpikir dan melegakan hati. Ia masih muda,
rumah tangganya ada yang tilik, memang tiada halangannya
buat ia pergi jauh. Hanya yang dikuatirkan adalah ditegah
perjalanan. Aku tahu benar, diluar kota Taja, Oey Kie Pok
punya banyak sahabat dikalangan penjahat, ada kemungkinan
Siauw Hong nanti dapat gangguan dan dibinasakan!
Penjagaan oleh pengantar hamba negeri saja tidak berarti,
aku pikir kita mesti kirim pengantar kita untuk melindungi dia"
Bouw Pek tercengang mendengar ucapannya Gin chio
Ciangkun Kekuatiran ini memang beralasan. Ia sudah mau
lantas utarakan, bahwa ia bisa pergi sebagai pelindung, akan
tetapi ia urungkan itu. Karena ia sudah pikir lama, seperginya
Tek Siauw Hong ke Sinkiang, ia hendak cari Oey Kie Pok, guna
lampiaskan dendamannya
"Kasihlah aku yang antar Tek Siauw Kong" kata Sin chio Yo
Kian Tong. "Sekarang sudah musim panas, aku banyak
nganggur, kalau ada kerjaan, orang2ku cukup untuk urus itu.
Dengan bawa tumbakku, aku akan antar ia sampai di
Sinkiang. dimusim ketiga aku akan sudah kembali"
Bouw Pek girang mendengar ucapan itu.
"Kalau Yo Sam ya yaog pergi mengantarkan memang juga
tidak ada apa2 lagi yang harus dibuat kuatir" ia bilang.
"Hanya, karena perjalanan ini Sam ya pasti kau keluarkan


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

banyak tenaga...."
"Itu tidak ada artinya" Kian Tong kata sambil geleng
kepala. "Kong Ciauw ketahui, persahabatanku dengan Siauw
Hong bukan baru satu atau setengah tahun, maka adalah
seharusnya aku berbuat apa2 untuk dia Lagi pula sebagai
piauwsu perjalanan jauh tidak berarti banyak bagiku
"Kian Tong yang temani Siauw Hong itu baik sekali" Khu
Kong Ciauw kata. "Diluar Kian Tong punya banyak sahabat
dan kenalan, dimana ia sampai, ia tentu akan dapat
pelayanan"
Dengan begitu telah ditetapkan Yo Kian Tong yang akan
antar Siaw Hong.
Tapi Bouw Pek masih sangsi. Ia tahu Yo Kian Tong gagah
dan banyak kenalannya, tetapi kalau piauwsu ini dicegat oleh
banyak musuh, bagaimana Yo Kian Tong dapat melayani
mereka" Maka ia segera ingat Sun Ceng Lee.
"Aku pikir Yo Sam ya baik dapat kawan" kata ia kemudian.
"Aku punya sahabat, yalah Ngo-jiauw-eng Sun Ceng Lee. ia
adalah murid almarhum Jie Loo-piauwtauw atau suhengnya
Jie Siu Lian, ia bertubuh tinggi dan tenaganya besar,
bugeenya juga cukup baik, orangnya jujur. la sekarang tinggal
bersama Moh Po Kun di Su Hay Piauw Tiam, tetapi sebenarnya
ia tidak suka berdiam lama disana, sebab ia tahu kelakuannya
Po Kun buruk, maka kalau aku minta ia ikut, ia bisa jadi
pembantunya Sam-ya."
itulah bagus" Yo Kian Tong nyatakan. "Ceng Lee adalah
muridnya Tiat-cie tiao almarhum, bugeenya mestinya tidak
bisa dicela. Aku harap, Lie hiantee, lekaslah kau undang ia
supaya aku bisa berkenalan dengan dia"
Sampai disitu Bouw Pek masih berdiam sekian lama akan
pasang omong, kemudian dengan kerelanya ia pergi ke Antengmui akan kunjungi Tiat Pweelek.
Siauw-hong-jiam Tiat Pweelek ada diistananya, ia girang
akan kedatangannya anak muda kita.
"Bouw Pek, apakah kau ketahui perkaranya Siauw Hong
sudah diputuskan?" demikian ia menegor selapi anak muda itu
baru saja memberi hormat padanya
"Ya aku sudah tahu" Bouw Pek menyahut sambil manggut.
"Katanya ia akan dibuang ke Sinkiang. Barusan aku pergi
tengok Siauw Hong, tempo ia dengar hal putusan itu, ia
nampaknya girang sekali....."
Orang bangsawan itu manggut2.
"Aku juga ingin Siauw Hong pergi cari pengalaman" ia
nyatakan. "Jika ia tetap tinggal dikota raja ini, aku kuatir ia
nanti terbitkan onar lagi. la jiatsim terhadap sahabatnya,
tetapi ia kurang pemandangan. Terbukti dalam perkara ini, ia
tersangkut karena persahabatannya dengan Yo Cun Jie yang
ia hendak tolong"
Bouw Pek beranggapan bahwa pweelek ini belum mengerti
betul tabeatnya Siauw Hong terhadap sahabat.
"Biar Siauw Hong pergi, untuk icipi rasanya orang
menderita" kata Tiat Pweelek pula, pun ia perlu dapat orang
untuk melindungnya diperjalanan Memang sukar dipikir bahwa
ada penjahat yang bernyali besar, yang berani ganggu hamba
negeri yang sedang antar perantaian, tetapi didalam halnya
Siauw Hong, ini Ia telah tanam terlalu banyak bibit
permusuhan. Umpama Kim-chio Thio Giok Kin kalau ia
mengganggu di tengah jalan apa Siauw Hong tidak akan
celaka?" "Tentang itu kami sudah pikir" Bouw Pek kasi tahu "Tadi
dirumahnya Khu Kong Ciauw kami sudah berdamai matang.
Disaat Siauw Hong berangkat, ia akan diamar oleh Yo Kian
Tong serta Ngo jiauw-eng Sun Ceng Lee. Orang she Sun ini
adalah suhengnya nona Jie"
Jilid 24 MENDENGAR ITU, Tiat Pweelek mendongak.
"Yo Kian Tong yang antar Siauw Hong, itulah baik" ia kata.
"Cuma aku pikir, kalau kau sendiri yang antar ia, barulah hati
semua orang menjadi tetap....."
Bouw Pek tertegun mendengar itu, tetapi setelah berpikir,
ia geleng kepala.
"Aku tidak bisa turut Siauw Hong" ia kata. "Memang
mengingat kebaikannya, aku mesti antar ia, tetapi aku masih
ada urusan maka aku kuatir diliari ia berangkat urusanku
masih belum selesai"
Mendengar itu Tiat Siauw Pweelek bersenyum.
"Bouw Pek, aku dapat dengar apa yang kau pikir dalam
hatimu" ia kata. "Kau tentu hendak tunggu putusan
perkaranya Siauw Hong keluar dan Siauw Hong berangkat
lantas kau hendak satroni Oey Kie Pok. Benarkah begitu?"
Wajahnya Bouw Pek berubah sedikit, tetapi dihadapan
pangeran itu ia tidak mau mengaku. Ia coba tertawa.
"Bukan, bukan" demikian sangkalannya. "Buat hadapi Kie
Pok, kenapa aku mesti menunggu begitu lama, kenapa aku
mesti tunggu berangkatnya Siauw Hong?"
Tetapi Siauw hong jiaum bersenyum terus.
"Sudah, aku sudah ketahui!" kata ia. "Kau sekarang sedang
menahan sabar menunggu putusan perkaranya Siauw Hong,
setelah itu kau mau cari Kie Pok. Kie Pok sekarang setiap hari
dengan rajin berlatih ilmunya menggunai gaetan hok-chiu
kauw, guna nanti layani kau. Aku tahu, sakit hati diantara kau
berdua memang sukar dibereskan secara damai. Aku juga
ketahui perbuatan Oey Kie Pok selama ini melewati batas, aku
ingin ada orang yang berikan hajaran padanya. Cuma kau
harus pikir masak2, kau sebenarnya tidak harus ladeni dia.
Kau masih muda, hari kemudian kau penuh harapan.... Kie
Pok itu orang macam apa" Ia melulu andalkan uangnya, lain
tidak! Maka aku pikir baik kau sabar terus dan lebih utamakan
hari kemudianmu"
Bouw Pek kagumi pangeran ini yang pikiranya luas, ucapan
siapa bikin hatinya tergerak.
"Benar2 Tiat Siauw Pweelek sayangi aku" ia pikir. "Memang
tidak ada harganya buat layani Oey Kie Pok. Cuma selama Oey
Kie Pok belum disingkirkan, selama itu juga Tek Siauw Hong
tidak akan merasai hari2 yang aman, dan selama Oey Kie Pok
masih hidup, kota raja ini terus diancam bencana. Siapa tahu,
berapa banyak orang lagi yang akan jadi korban
kejahatannya?"
Kendati ia berpikir demikian, Bouw Pek toh tidak utarakan
itu, ia hanya kata ia mau coba bersabar. Kemudian sesudah
bicara lagi sekian lama ia berbangkit untuk pamitan.
"Buat kedatanganmu ini, aku sebenarnya hendak adakan
perjamuan" kata Tiat Pweelek, "hanya karena ada urusannya
Tek Siauw Hong, aku telah tunda itu. Mana kita bisa
bersenang-senang" Tapi sekarang lain, putusan sudah keluar,
maka mari kita dahar sama2, supaya kita bisa bicara lebih
lama. Ini bukannya perjamuan, perjamuan itu, kita mesti
tunggu lagi satu atau dua tahun, setelah nanti Siauw Hong
kembali dari sin kiang, waktu itu pasti aku akan jamu kau
orang segara besar2an !"
Melihat kebaikannya tuan rumah. Bouw Pek berduduk pula,
tidak berani tampik itu. Tapi mendengar ucapannya pangeran
itu... "lagi satu atau dua tahun...." ia jadi berpikir.
"Sekarang ini belum ada satu tahun, perkara telah datang
saling menyusul, maka selewatnya satu atau dua tahun
kemudian, entah apa yang akan terjadi lebih jauh
Tapi juga pikiran ini ia tidak mau utarakan.
Tiat Pweelek bicara pula sebentar, lantas minta Bouw Pek
duduk menantikan, ia sendiri bertindak kedalam sampai sekian
lama baru ia keluar pula, sekarang seorang kacung ikuti ia,
tangannya kacung itu membawa dua batang pedang yang
terbungkus kain merah.
Didepan si anak muda, Tiat Siauw Pweelek buka bungkusan
kedua pedang itu yang ia hunus, akan kasi lihat pada
tamunya. "Dua pedang ini adalah senjata yang tersohor. Aku pernah
minta pertolongan ahli2, akan memeriksa, dan mereka bilang
pedang2 semacam ini sukar didapatkan. Apabila dipadu
dengan yang duluan aku kasikan padamu, kedua pedang ini
jauh lebih baik"
Pangeran Boan ini bicara dengan air muka terang, dengan
senyuman. Dengan hati2 Bouw Pek periksa kedua pedang itu, bagian
tajamnya berwarna hijau gelap, bagian tubuhnya ditabur
dengan tujuh bintang emas. Itulah benar2 pedang tua yang
berharga. Tapi berbareng dengan ini ia tunduk sambil berpikir.
Karena Tiat Pweelek sebut2 pedang persenannya yang dahulu,
mengingatkan ia pada riwayatnya waktu itu. Sang pedang
bikin ia berkenalan dengan Beng Su Ciauw dan yang akhirnya
ternyata menyedihkan.
Tiat Pweelek heran melihat orang diam saja dan seperti
berduka, lantas ia dapat menduga sebabnya. Maka ia lantas
suruh kacungnya bawa kedua pedang itu buat disimpan dan
Tek Lok diperintah lekas sajikan barang hidangan.
Tidak antara lama, arak dan makanan sudah teratur rapi
diatas meja. "Mari kita minum " berkata tuan rumah yang hendak
hiburkan tamunya. Dan ia ]alu bicarakan urusannya Siauw
Hong, yang kemudian menjurus pada halnya si pemuda
sendiri. "Kalau kau tetap tidak mau antar Siauw Hong, baik kau
tinggal bersama aku disini" kata orang bangsawan itu
akhirnya. "Setiap hari aku nanti hadiahkan kau dua ratus tail
perak, aku percaya jumlah itu cukup buat kau gunai untuk
segala keperluanmu. Kau harus mengerti, meski begini aku
tidak ingin kau menjadi cinteng atau pahlawanku, aku akan
tetap pandang kau sebagai tamuku"
"Apa yang jadi keinginanku adalah agar kita berdua setiap
waktu bisa berada bersama, supaya aku bisa sering2 minta
pelajaran tipu2 silat darimu. Hal itu akan bikin aku girang
sekali" Lie Bouw Pek berterima kasih buat kebaikannya pweelek
ini, tetapi ia kata:
"Jie-ya sangat baik terhadap aku, budi kau tidak nanti aku
lupakan. Mengenai keberangkatannya Tek Siauw Hong, aku
tidak kuatirkan suatu apa, karena ia sudah dapatkan
bantuannya Yo Kian Tong dan Sun Ceng Lee. Aku juga merasa
bertetap hati buat keluarganya Siauw Hong, lantaran di sana
ada Siu lian yang melindungi. Maka itu aku telah pikir,
seberangkatnya Siauw Hong nanti, akupun niat pergi ke
Kanglam akan sambangi pehhu Kang Lam Hoo. Nanti saja,
sekembalinya ia dari Kanglam, aku tinggal bersama Jieya
disini" Tiat Siauw Pweelek manggut2.
"Tentang jago tua Kang Lam Hoo aku pernah dengar
banyak" ia berkala, "selama beberapa puluh tahun hingga kini,
ia adalah jago Kamlam yang tidak ada tandingannya. ia adalah
orang yang aku sangat kagumi. Tapi aku tidak pernah dengar
yang ia pernah datang ke Utara, ia pasti sudah berusia sangat
tinggi, jangan2 ia sudah tidak ada didalam dunia ini, dari itu
aku kuatir di Kanglam kau tidak akan dapat ketemui dia......"
"Tapi aku percaya bahwa aku akan dapat jumpai dia." Lie
Bouw Pek bilang. "Ketika dahulu aku baru berumur delapan
tahun, ayah dan ibuku telah menutup mata karena serangan
penyakit, adalah ia yang tolong aku. Pehhu Kang Lam Hoo
adalah saudara angkat almarhum ayahku Hong Kiat, sesudah
ia tolong urus dan kubur jenazah orang tuaku, ia bawa aku ke
Utara, dimana aku diserahkan pada pamanku untuk dipiara, ia
sendiri berangkat terus. Kemudian almarhum guruku Kie Kong
Kiat datang ke Lamkiong untuk mengajar silat. Sebenarnya
kedatangan guruku itu adalah untuk memenuhi keinginan
pehhu Kang Lam Hoo, supaya ia bisa didik aku. Maka itu, ayah
dan ibu adalah yang lahirkan aku, tetapi orang yang didik aku
adalah pehhu seorang. Sejak berpisah dari pehhu Kang Lam
Hoo, sampai sekatang ini sudah dua puluh tahun, bila nanti
kami saling bertemu, bisa jadi ia sudah tidak mengenali aku,
begitupun aku. Toh aku berniat pergi kesana, kesatu guna cari
dan sambangi pehhu dan kedua buat sekalian pesiar. Kanglam
punya banyak tempat yang indah dan tersohor."
Dimulutnya, Bouw Pek mengucap demikian, didalam
hatinya, dengan likat sendirinya, ia berpikir. "Dahulu aku mau
pergi ke Kanglam, maksud itu terhalang karena aku tidak
punya uang. Sekarang uang ada kendati juga uangnya Tek
Siauw Hong apa mau disini aku telah terbitkan lelakon, sakit
hatiku belum terbalas, hingga aku tidak tahu, disini aku akan
terbinasa atau beruntung panjang umur. Maka itu bagaimana aku
bisa pastikan bahwa aku bisa pesiar ke Kanglam"...."
Siauw-hong-jiam urut2 kumisnya apabila ia dengar
pengutaraan itu.
"Baiklah" kata ia setelah berpikir, sampai manggut.
"Dengan pergi ke Kanglam kau pasti peroleh pengalaman.
Nanti, sesudah balik dari Selatan, kau kemudian bersama aku
disini" Lantas tuan rumah undang tamunya keringi cawan arak. Ia
tidak menjadi tidak senang kendati orang telah tampik
undangannya. Tapi justeru sikap laki2 ini yang bikin Bouw Pek
tambah2 berterima kasih pada orang bangsawan Boan ini.
Tiat Pweelek telah omong banyak, arak pun ia tenggak
tidak kurang banyaknya, tetapi Lie Bouw Pek bisa kendalikan
diri dengan minum berbatas, karena ia tahu ia masih
berkewajiban melindungi Tek Siauw Hong dan mesti hadapi
Oey Kie Pok. Sehingga waktunya api dipasang, baru Bouw Pek
berbangkit untuk pamitan dari tuan rumah, pada siapa ia telah
haturkan terima kasih. Cuaca remeng2. Didepan istana Hok Cu
si kusir tidak kelihatan.
"Kemana ia pergi ?" ia tanya pengawal pintu.
"Ia pergi dahar nasi" sahut orang yang ditanya.
Mendengar begitu, Bauw Pek tertawa.
"Aku lupa!" pikir ia. "Hok Cu turut aku seharian, ia
menunggui lama disini dan aku tidak keluar" tidak heran
apabila ia kelaparan"
Lantas ia berdiri menunggu disamping kereta.
Tidak lama kemudian Hok Cu muncul sambil tertawa.
"Maafkan aku toaya" kata ia. "Barusan aku pergi kewarung
nasi ditimur sana akan dahar nasi"
"Tidak apa" sahut pemuda ini sambil bersenyum. "Aku
justeru yang mesti minta maaf darimu, karena kau telah mesti
menantikan lama sekali"


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itulah tidak mestinya toaya. Sebagai kusir, aku tidak boleh
takut akan menunggu lama. Dahulupun sering aku ikut looya
pelesiran dan menunggu lama, malah pernah ia keluar pagi
dan sampai tengah malam baru pulang....."
Lantas ia rapikan keretanya dan silahkan Bouw Pek naik.
Perkataannya si kusir barusan hal looyanya suka pelesiran
bikin ia ingat riwayatnya sendiri ketika untuk pertama kali ikut
Siauw Hong kerumah pelesiran dimana akhirnya ia bersobat
dengan Siam Nio....
Hok Cu larikan keretanya dengan menerbitkan suara roda
yang ramai, karena jalanan jelek. Tanpo kereta sampai di Pak
Kio, baru saja mau menikung kejurusan selatan, mendadak
Hok Sin Cu menjerit karena kaget dan kemudian terus
menanya: "Siapa"
Roda kereta berhenti dengan segera.
Pertanyaan itu dapat jawaban dari beberapa batang anak
panah yang menyambar tenda kereta.
Ketika Lie Bouw Pek ketahui adanya serangan gelap itu. ia
kasi dengar tertawa menyindir, karena ia sangat mendongkol.
"Bagus!" ia berseru "Rupanya Oey Kie Pok sudah tidak
tahan sabar, maka ia telah mendahului cari aku!"
Dengan hati2 pemuda ini turun dari keretanya jok kereta ia
tarik, ia suruh Hok Cu sembunyi didalam kereta itu. ia pasang
mata kejurusan dari mana serangan datang. Ditepi jalan ia
lihat ada berdiri belasan orang, diantaranya kelihatan golok
dan pedang yang berkeretan. Lagi beberapa anak panah.
panah tangan datang menyambar, tetapi dengan jok keret.
Bouw Pek luputkan diri dari senjata itu. Serangan ini bikin ia
gusar, maka kendati ia tidak bekal senjata, dengan tidak jerih
sedikitpun ia lari memburu ketepi jalan itu, jok kereta ia
jadikan tameng.
"Apa kau kawanan begal" Kenapa berani pegat kereta
ditengah jalan" Apa kau orang2 suruhannya Oey Kie pok?"
demikian ia menegor.
Tegoran itu tidak dapat jawaban mulut melainkan jawaban
senjata. Dua orang yang bersenjata tumbak tiga orang yang pegang
golok dan beberapa orang lain bergegaman toya sudah maju
menyerang. Dua penyerang yang bersenjata tumbak dengan
saling susul telah maju dimuka.
Selagi senjata musuh hendak mengenainya, dengan tangan
kiri yang pegang jok ia lindungi diri, tangan kanannya ia ulur
akan sambar senjata musuh itu, tubuhnya lompat maju
dengan nyamping sedikit. Ia gesit dan gagah, sambarannya
berhasil ma ka hanya dengan satu gerakan ia bisa rampas
tumbak musuh. Sekarang ia punya senjata, maka ia lempar
joknya, dengan cekal tumbak ia segera balas menyerang!
Pihak penyerang tidak mundur, bahkan mengurung, senjata
mereka turun dengan bergantian atau berbareng.
Bouw Pek melayani sampat sepuluh jurus lebih, ia dapat
lukai dua musuhnya, atas mana tiga belas orang musuh yang
lain jadi keder, antaranya ada yang berteriak: "Lekas lari,
Lekas lari!"
Sebagai kesudahan beberapa orang menyusul angkat
kaki... Bouw Pek mengejar, lagi seorang musuh ia bikin rubuh,
adalah setelah datang serangan anak panah terpaksa ia
berhenti menguber.
Tiga musuh maju pula, kapan mereka lihat pemuda ini
diam. Mereka masing2 bersenjata golok dan toya. Yang
pegang golok dua orang Mereka menyerang dengan lantas.
Bouw Pek masih gusar, ia sambut serangan itu dan terus
mendesak, disaat hendak merubuhkan musuh2nya, dari
kejauhan kelihatan mendatangi beberapa penunggang kuda,
yang oidepan membawa lentera besar.
"Ada pembesar negeri! Ada pembesar negen!" berteriak
tiga penjahat itu yang terus saja lempar senjatanya dan kabur,
mulut mereka masih berteriak berulang2, rupanya sebagai
tanda bagi kawan mereka.
Bouw Pek mengerti bahaya, iapun lemparkan tumbaknya,
ia lari kekereta dan loncat naik keatas itu.
"Lekas larikan kereta kita!" ia berkata pada Hok Cu.
Kusir itu terkena anak panah pada pahanya, sakitnya bukan
main kendati anak panah itu ia sudah cabut, tapi karena Bouw
Pek perintah ia, dengan menahan sakit ia keprak kudanya
buat larikan keretanya. Melewati Pak Sin Kio, kereta ditujukan
langsung kearah selatan, selagi mendekati Sam tiauw Hotong,
Tong Supay-lauw, beberapa penunggang kuda dibelakang
yang mengejar hampir dapat menyandak.
Nyata hamba2 negeri itu adalah orang2 nya Kiu bun
Teetok. Bouw Pek perintah Hok Cu tahan keretanya, ia tunggu
sampai orang datang dekat lantas tongolkan diri. Ia bisa unjuk
roman menang. "Kenapa kau lari?" hamba negeri menegor "Apa kau yang
melukai beberapa orang di tengah jalan itu?"
"Tidak" Bouw Pek meyyahut sambil geleng kepala "Aku
tidak tahu siapa yang luka. Aku orang she Lie, namaku Bouw
Pek, aku tinggal di Tong-su Sam-tiauw dirumah keluarga Tek.
Baru saja aku kembali dari istananya Tiat Siauw Pweelek,
dimana pweelek undang aku bersantap. Ini juga sebabnya
kenapa aku pulang malam. Di Pak Sin Kio aku lihat beberapa
orang berkelahi, mereka gunai juga panah tangan, maka
kusirku telah kena panah nyasar pada pahanya. Karena tidak
mau dapat perkara, aku perintah kusirku larikan kereta ini
untuk menyingkir dari orang2 yang sedang berkelahi itu. Coba
kau orang lihat, dikeretaku ini ada tumbak atau tidak! Atau
kau boleh pergi ke Pweelekhu akan tanya Tiat Siauw Pweelek,
ketika aku berkunjung padanya aku bawa senjata atau tidak"
Sebenarnya hamba2 teetok itu berniat bawa Bouw Pek
kekantor, tetapi ketika mereka dengar disebutnya nama Tiat
Siauw Pweelek, hati mereka jadi ciut dan pikiran mereka
berubah. Mereka tidak berani lancang, mereka lantas
berdamai. Satu diantaranya yang bawa lentera mendekati
kereta dan memeriksa dalamnya. Ia lihat pemuda kita
bersikap tenang. Karena tiada jalan untuk menangkapnya,
dengan mendongkol ia berkata:
"Lie Bouw Pek, kau benar cerdik! Apa pekerjaanmu, kita
semua tahu! Sekarang kau boleh teruskan perjalananmu,
tetapi besok, bila antara yang terluka ada yang binasa, kau
bisa cari kau! Kau tentu tidak bisa menyingkir dari Pakkhia!"
Mendengar demikian Bouw Pek jadi gusar.
"Kurang ajar!" ia berseru "Dijalan besar ada orang
berkelahi, bukannya kaucari sipenyerang, kau justeru ganggu
aku yang sedang lewai! Aya begini macam kewajibannya
hamba negeri" Baik, aku nanti minta Tiat Jie-ya pergi tegor
Teetok Tayjin, apa begini mesiinya kelakuan hamba negeri !"
"Apa" Kau berani melawan?" membentak hamba negeri
yang gusar, Bawa ia pergi!"
Tetapi seorang hamba lain cegah kawannya itu.
"Sudah, kau pergilah!" kata hamba ini pada Bouw Pek.
Karena Bouw Pek tidak ingin meladeni mereka itu, ia suruh
Hok Cu jalankan keretanya akan pulang. Sesampainya
dirumah ia suruh Siu Jie ambil obat luka buat Hok Cu, agar ia
ini mengobati lukanya.
Tidak lama kemudian Siu Jie telah kembali.
"Apa telah terjadi ditengah jalan ia tanya Bouw Pek. Siapa
yang lukai Hok Cu?"
Tapi Bouw Pek sedang mendongkol, ia tidak mau
menjawab. "pergi kau keluar" ia menitah. Ia duduk seorang diri,
pikirannya kerja keras. Sukar buat ia untuk tenangkan diri. ia
pikir : "Ini tentu perbuatannya Oey Kie Pok! Rupanya ia telah
dengar putusan perkaranya Tek Siauw Hong dan ia tidak puas,
yang Siauw Hong tidak dihukum mati, maka sekarang ia
limpahkan kemarahannya kepadaku, yang ia tahu masih
berada dikota raja ! Ia sangat jahat, ia ingin aku binasa!
Terang ia tahu aku telah pergi pada Tiat Pweelek, maka ia
kirim belasan orang akan pegat aku di Pak Sin Kio, karena ia
tahu belasan orang itu bukan tandinganku ia perintah bokong
aku dengan panah! Tidak begitu saja, ia tentu sudah
mengatur lebih dahulu dengan hamba2 negeri itu, supaya
mereka datang disaat yang tepat, guna pergoki aku! Kalau
tidak, kenapa lama2 itu lantas kejar aku dan bukannya mereka
periksa dahulu orang2 yang luka" Oey Kie Pok sudah pikir, ia
akan tidak berhasil memegat aku, ia mau gunai pengaruh
pembesar negeri akan bekuk aku! Syukur aku dapat akal,
kalau tidak pastilah kembali aku akan meringkuk dalam kamar
tahanan......."
Memikir sampai disini Bouw Pek jadi makin mendongkol.
"Apapun akan terjadi, aku mesti hajar Oey Kie Pok" kata ia
dalam hatinya. "Untuk kebaikannya penduduk Pakkhia ia mesti
disingkirkan".
Karena kejadian ini, malam itu Byuw Pek tidak bisa tidur
pulas sekejabpun.
Mulai esoknya ia berlaku siap waspada, kalau ia keluar ia
tidak lupakan pedangnya.
Hok Cu mesti rawat lukanya sehingga selengah bulan, baru
sembuh betul. Tapi selanjutnya tidak ada kejadian apa juga.
HARI ITU ADALAH PERTENGAHAN bulan enam, selagi hawa
udara sangat panas diterima kabar, bahwa Tek Siauw Hong
bersama Pek Siewie hendak diberangkatkan ketempat
pembuangan di Sinkiang, hari ketetapannya adalah lusa.
Lie Bouw Pek, mendongkol bukan main, apabila ia dengar
warta itu. "Hawa udara sedang sangat panasnya dan perantaian mau
diberangkatkan ketempat hukuman, apa itu bukan seperti
hendak bikin orang mampus kepanasan ditengah jalan?" pikir
ia dengan sengit.
Lantas Lie Bouw Pek pergi ke Pweelekhu untuk menemui
Tiat Siauw Pweelek, dengan harapan pangeran Boan itu bisa
dayakan agar hari atau waktu keberangkatan bisa ditunda dan
dirubah sampai nanti musim ketiga. Tapi orang bangsawan itu
menerangkan padanya
"Hari keberangkatan yang sudah ditetapkan tidak bisa
diubah lagi, kecuali jikalau Tek Siauw Hong sakit. Menurut
aku, lebih baik Siauw Hong berangkat sekarang, karena
apabila ia berdiam terus dalam penjara ia akan menderita
hebat sebab gangguan antik dan kutu busuk dan pikirannya
terus pepat. Hawa didalam penjara juga panas sekali. Orang2
polisi yang antar ia manusia juga, hawa panas demikian pun
akan dirasakan oleh mereka, mereka pasti cari tempat yang
teduh untuk mengaso. Kau tahu, apabila kejadian orang
perantaian binasa ditengah perjalanan karena gangguan hawa
panas, mereka sendiri pasti akan mengalami kejadian tidak
enak" Bouw Pek bisa berpikir, ia anggap keterangan pweelek ini
beralasan maka ia tidak mau mendesak, ia lain pamitan akan
pergi kekantor Hengpou, akan tengok Siauw Hong didalam
penjara. Ia ingin dengar ptkirannya sahabat itu. Tapi sekali ini,
beda dengan dulu2, pembesar penjara tidak mengijinkan ia
menengok sahabat itu, sebab tanggal keberangkatannya
sudah ditetapkan, maka terpaksa ia pergi kerumah
piauwceknya Kie Cusu, akan minta perantaraannya paman ini
Kie Thian Sin kirim hambanya pergi kepenjara akan
menemui Tek Siauw Hong, akan tanya pikirannya orang Boan
ini. Hamba itu kembali dengan bawa jawabannya Siauw Hong.
Kie Cusu sampaikan jawaban itu kepada keponakannya.
"Aku telah kirim orang menemui Tek Siauw Hong" demikian
katanya "nyata Siauw Hong, suka lakukan perjalanan jauh,
malah ia pesan dihari ia berangkat ia minta supaya jangan ada
orang, sanak atau sahabat yang mengantarnya, cukup asal
disediakan uang guna keperluan ditengah jalan atau ditempat
pembuangan."
Mendengar kabar itu Bouw Pek jadi berduka. Ia lekas
pulang akan menyampaikan kabar dan beri keterangan pada
Tek Naynay, siapa telah menangis sebab berdukanya.
Selagi nyonya Tek buka kopernya akan keluarkan uang
simpanannya. Bouw Pek sendiri ambil buku uang dan perintah
orang pergi ke cian-chong akan tukar itu dengan uang tunai.
Ia telah dapat kumpul sejumlahnya dua ribu lima ratus tail
perak. Ia tahu seorang perantaian tidak boleh bawa jumlah
uang yang besar, bahwa itu pun berbahaya dalam perjalan,
dari itu Boyw Pek pergi pada Khu Khong Ciauw
Bouw Pek pergi pada Khu Kong Ciauw minta tolong atur
dengan toko yang besar yang punya hubungan dagang
dengan Sinkiang, agar kota itu bisa kirim uang. supaya
uangnya Siauw Hong bisa terima ditempat pembuangan. Ia
telah kirim duaribu tail.
Khu Kong Ciauw bersedia akan kirim uang itu.
Dengan bawa uang lima ratus tail Bouw Pek pergi pada Kie
Cu-su, minta supaya uang itu yang tiga ratus tail diterimakan
pada Tek Siauw Hong didalam penjara, yang. seratus buat
persen untuk hamba polisi yang antar Siauw Hong, dan yang
seratus lagi untuk cusu itu sendiri.
"Bilang pada keluarga Tek, janganlah menghadiahkan uang
padaku" Kie Cusu tampik uang yang diperuntukkannya. "Aku
tidak bisa terima uangnya. Aku suka menolong pun
disebabkan aku pandang kau"
Tapi Bouw Pek tahu paman itu anggap jumlah itu terlalu
sedikit, maka ia pulang akan minta lagi seratus tail pada Tek
Naynay, yang ternyata diterima oleh cusu itu dengan tidak
malu2 lagi.....
Bouw Pek merasa kecewa karena kerakusan pamannya itu,
ia malu terhadap Tek Naynay"
Esoknya Tiat Siauw Pweelek kirim Tek Lok kerumahnya
Siauw Hong buat beritahukan Bouw Pek, bahwa setelah bicara
dengan pembesar dari Heng-pou Siauw Hong diperkenankan
membawa dua bujang atau pengikut, sedang empat ratus tail
dibekalkan oleh bangsawan Boan itu untuk keperluannya
Siauw Hong. Warta itu di terima dengan bersyukur oleh Bouw Pek dan
pihak Tek Naynay.
Bersama2 Tek Naynay dan Siu Lian Bouw Pek betdamai
siapa yang mesti disuruh ikut Siauw Hong. Mereka dapat
kecocokan akan suruh Siu Jie dan Siu Jie pun mufakat. Siu
Lian usulkan Sun Ceng Lee, tetapi Bouw Pek tidak setuju,
karena Ngo-jiauw eng beradat keras, mudah terbitkan onar.
"Nanti aku pergi kerumahnya Khu Kong Ciauw" kata Bouw


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pek. Ia pikir untuk berdamai dengan Yo Kian Tong. Dan ia
lantas pergi. "Aku suka temani Siauw Hong" kata Sin-chio Yo Samya.
"Bilamana tidak leluasa untuk bawa tumbakku, aku akan bawa
golok saja. Diperjalanan, apabila ada orang jahat, aku pasti
tidak akan mau kasi ampun pada mereka!"
"Aku kira ditengah jalan, andai kata benar ada orang jahat,
mereka tidak nanti ganggu perantaian" Kong Ciauw
menyatakan dugaannya.
"Mereka tentu ketahui sendiri, tidak ada orang hukuman
yang punya banyak uang. Yang dikuatirkan adalah kalau Oey
Kie Pok perintah orang jahat meacelakakan Siauw Hong"
Hatinya Bouw Pek bercekat. Ini memang hal yang ia
kuatirkan. Sampai disitu putusan telah diambil, maka pada Yo Kian
Tong Bouw Pek serahkan uang duaratus tail untuk keperluan
di perjalanan. Setelah ia kasi tahu, buat berangkat esoknya, ia
pamitan dari tuan rumah dan piauwsu yang gagah itu. Ia tidak
terus pulang, melainkan pergi keluar Cianmui, ke lay Hin
Piauw-tiam di Tah-mo ciang, disini ia minia pertolongannya loo
piauw-tauw Lauw Kie In akan kirim orang ke Su Hay Piauwtiam
untuk panggil Sun Ceng Lee.
Ngo jiauw-eng datang dengan cepat.
"Besok Tek Siauw Hong akan berangkat ketempat
pembuangan di Singkiang" Bouw Pek kasi tahu suhengnya Jie
Siu Lian, "sebagai kawan dan pelindungnya, Sin chio Yo Kian
Tong akan turut dia. Tapi ia sendirian saja, kami kualir
ditengah jalan akan terjadi apa2, dengan sendirian ia tentu
terlalu repot, maka untuk itu aku minta kau turut bersama2.
Tidak sebagai Yo Kian Tong, kau tidak usah bercampur-baur
dengan hamba negeri, kau banya melindungi secara diamdiam.
Selama diperjalanan kau boleh menyamar sebagai
saudagar yang kebetulan berangkat berbareng. Dengan begini
kau jadi lebih merdeka"
Dengan tidak pikir2 lagi Sun Ceng Lee nyatakan bersedia
akan membantu "Bagus" kata Bouw Pek, yang terus serahkan dua ratus tail
perak padanya. Dengan tidak malu2 kucing Sun Ceng Lee terima uang itu.
"Sekembalimu dari Sinkiang baik kau tinggal disini
membantu aku" kemudian kata Lauw Kie In pada Sun Ceng
Lee, "kau tidak usah pergi lagi ke Su Hay Piauwtiam dan
bercampur gaul dengan Mah Po Kun dan kawannya."
"Itulah bagus" Sun Ceng Lee jawab. "Biar kau tidak kasi
uang padaku, aku senang membantu kau, Tay Hin Piauwtiam
adalah tempat dimana dahulu almarhum guruku telah berikan
tenaganya, apabila sekarang aku bisa bekerja disini aku bisa
bantu bikin bertambah cahayanya pamornya guruku itu!"
Lauw Kie In girang mendengar jawaban itu. Kemudian ia
tahan Bouw Pek dan Ceng Lee untuk bersantap tencah hari
setelah mana pemuda itu pulang kerumahnya Siauw Hong.
Hari itu Tek Naynay repot sediakan pauwhok untuk
suaminya. Esok paginya, Bouw Pek lantas ajak Siu Lian pergi kekantor
Heng-pou, didepan mana mereka berdiri menantikan. Siu Jie
telah siap dengan pauwhoknya Siauw Hong dan pauwhoknya
sendiri. Tidak lama kelihatan Tek Lok datang bersama sie-wie, yang
diutus oleh Tiat Siauw Pweelek. Sie-wie itu langsung masuk
kedalam kantor akan menemui hamba negeri yang akan antar
Siauw Hong guna sampaikan pesanan dari pangeran Boan itu.
Tidak antara lama Khu Kong Ciauw pun kelihatan datang
bersama Yo Kian Tong.
Khu Kong Ciauw telah samperi Bouw Pek, dengan siapa ia
pasang omong sambil goyang kipasnya, dengan begitu sambil
berdiri didepan kantor mereka menunggui.
Dari dalam kantor keluar beberapa hamba, mereka sengaja
datang menemui orang bangsawan she Khu itu untuk unjuk
hormat dan sekalian undang Kong Ciauw masuk dan duduk
dalam kantor. Tapi Gin-chio Ciangkun menampik.
"Terima kasih, terima kasih" ia kata. "Tidak usah aku
masuk kedalam, disini saja aku tunggu keluarnya Tek Ngoko,
aku hendak bicara sedikit padanya, setelah mana aku mau
lantas pulang"
Sementara itu tidak jauh dari situ ada beberapa sahabat
dan sanaknya Pek sie-wie, yang akan dibuang bersama Tek
Siauw Hong. Mereka ini pada bicara dengan suara pelahan
soal perkaranya Siauw Hong. karena perkenalann ya dengan
Bouw Pek menjadikan ia bermusuhan dengan Oey Kie Pok.
Bouw Pek dapat dengar pembicaraan itu, ia merasa hatinya
seperti ditusuk-tusuk.
Dtmuka penjaga berbaris lima buah kereta kaldi yang
memakai tenda, diperuntukkan perjalanan jauh. Kereta yang
paling belakang adalah kereta yang Khu Kong Ciauw sewa
untuk Yo Kian Tong dan Siu Jie.
Orang mssti menantikan lama juga, baru kelihatan siewienya
Kong Ciauw keluar dengan tindakan terburu, ia
hampirkan cu kongnya, memberi hormat seraya berkata: "Tek
Ngoya akan lekas keluar!"
Boleh dibilang selagi sie-wie ini bicara, itu kantor telah
dipentang dan dari situ muncul dua puluh orang polisi, setelah
itu kelihaian Tek Siauw Hong dan Pek sie-wie diiringi keluar.
Siauw Hong pakai pakaian biasa, ia telah mendekam dalam
penjara sekian lama, tetapi pakaiannya tetap bersih, hanya
mukanya nampak sedikit pucat dan perok, tetapi semangatnya
tidak terganggu. Ia pakai rantai yang enteng. Ia unjuk
senyumannya apabila melihat orang yang papak ia, pada Kong
Ciauw dan sie wie wakilnya Tiat Siauw Pweelek ia menjurah.
"Terima kasih banyak atas perhatian dan kebaikan jiewie"
ia berkata dengan perasaan sangat bersyukur. "Hawa udara
begini panas, kenapa cuwie mesti datang sendiri"
Khu Kong Ciauw menghampirkan sampai dekat.
"Segala apa aku telah atur" ia kasi tahu. "Yang penting
ialah ditengah perjalanan kau mesti hati2 dan Sinkiang
berlakulah sabar dan legakan pikiran. Kau boleh percaya,
bahwa sekalian sahabatmu disini akan terus bsrdaya untuk
kebaikanmu. Paling banyak satu tahun aku harap kita bisa
bikin kau pulang Ngoko"
Sambil berkata begitu Khu Kong Ciauw juga serankan kipas
wangi dari tulang dan dua dos obat yang ia sengaja bawa
untuk perbekalan sahabat ini.
Tek Siauw Hong sambuti dua rupa barang itu, ia mengucap
terima kasih sambil menjurah, kemudian ia serahkan barang2
itu pada Siu Jie untuk disimpan.
"Jin heng. silahkan kau kembali" ia kata pada sie-wie
wakilnya Tiat Siauw Pweelek. "Tolong sampaikan kepada Jie
ya, bahwa nanti sekembaliku dari Sinkiang aku akan berdaya
membalas budi kebaikan Jie-ya yang besar ini"
Bouw Pek terharu melihat sahabat itu, siapa tapinya hunjuk
air muka terang, senantiasa bersenyum2.
"Shako, dengan temani aku, melulu aku bikin kau cape,
sungguh aku merasa tidak enak hati" kemudian Siauw Hong
kata pada Yo Kian Tong, kepada siapa ia unjuk hormatnya.
"Tapi kita bersaudara, baiklah, aku tidak usah kata apa lagi"
Yo Kian Tong hendak merendahkan diri, tetapi ia lantas
kata : "Ngoko, kau tidak usah banyak Pikir. Kaupun jangan
berkuatir, ditengah jalan ada aku, yang nanti perhatikan
segala kepentinganmu."
"Ditengah jalan tidak nanti terjadi apa juga" Siauw Hong
bilang. "Ini adalah perjalananku yang pertama ketempat jauh,
aku tidak kuatir. Akupun tidak kuatirkan rumah tanggaku"
Setelah berkata begitu, Siauw Hong lantas menoleh pada
Lie Bouw Pek. "Hiantee, koko kau tidak ada kata2 yang akan diucapkan
padamu" ia berkata. "Apa yang aku harapkan adalah kau jaga
baik dirimu, supaya kalau kau hadapi perkara apa juga, kau
bisa berlaku tenang seperti aku ini. Pikir masak2 dan
memandang ketempat jauh. Paling benar sepergiku kau pun
baik lantas berlalu dari Pakkhia, jangan berdiam disini lebih
lama pula. Tentang enso dan keponakan, tentang pehbo,
mereka semua nona Jie Siu Lian yang urus, aku tidak kuatir
apa juga! Harap kau dengar perkataanku, lebih baik lagi!
Nanti, satu atau dua tahun kemudian, kalau aku sudah pulang,
aku nanti kirim orang akan undang kau datang pula......"
Sesudah berkata begitu Siauw Hong kasi hormat pada Khu
Kong Ciauw, lantas bertindak kekereta yang ketiga dan naik.
Pek Sie-wie telah naik atas kereta yang kedua. Ditiap
kereta sudah ada orang polisi. Karena kesatu dan kereta
keempat semuanya dinaiki oleh orang2 polisi yang mengiring.
Yo Kian Tong bersama Siu Jie duduk dikereta kelima.
Dari dalam kereta Tek Siauw Hong lagi unjuk hormat,
sembari tertawa ia berkata :
"Cuwie, silahkan kembali! Sampai ketemu ! Sampai ketemu
pula" Hampir dengan berbareng lima buah kereta sudah lantas
berangkat dengan beruntun.
Khu Kong Ciauw bersama2 Tek Lok dan sie-wie dari
Pweelekhu lantas pulang, tapi Lie Bouw Pek berjalan kaki,
dengan kedukaan yang hebat, mengikuti kereta sampai keluar
dari Ciang-gie-mui, ditempat mana dahulu Tek Siauw Hong
antar ia, ketika ia mau berlalu dari Pakkhia
Dahulu dimusim dingin, angin meniup meresap ketulang2,
tetapi sekarang dimusim panas, hawa panas membikin kulit
perih rasanya. Sambil susuti mukanya yang penuh keringat
Bauw Pek berdiri ditepi jalan, matanya yang ngembeng air
memandang terus kekereta, yang berjalan dengan tenang.
Adalah sesudah kereta pergi jauh, dengan lesu ia balik
bertindak kejurusan kota. Dijalan dekat masuk kota ia
berpapasan dengan seorang penunggang kuda, yang
bertubuh tinggi dan besar, kepalanya
ditutup dengan rumput yang lebar, berpakaian baju warna
hijau yang gerombongan, hingga ia mirip seorang saudagar.
Hanya yang agak ganjil ia itu membekal golok
Ia bukan lain dari pada Ngo-jiauw-eng Sun Ceng Lee.
Melihat Lie Bouw Pek, Ngo-jiauw-eng tertawa, ia tidak
berkata apa2. "Kereta belum pergi jauh Sun Toako" Bouw Pek kata. "Kau
tidak usah datang terlalu dekat, asal jangan terpisah terlalu
jauh!" Sun Ceng Lee manggut, ia kasi kudanya jalan terus.
Dengan tidak menoleh lagi Bouw Pek lanjutkan
perjalanannya masuk kedalam kota, terus pulang. Ia segera
turunkan Tek Naynay dan Su Lian hal keberangkatannya Tek
Siauw Hong barusan.
Nyonya Tek sangat berduka, ia menangis, hingga Siu Lian
mesti membujukinya.
Bouw Pek balik kekamarnya, duduk seorang diri, berpikir
apa yang harus ia lakukan. Sekian lama ia awasi pedangnya,
yang berduka bukan main, tetapi sesaat kemudian ia bisa
tenangkan diri. Ia mau tunggu tiga hari, setelah Tek Siauw
Hong sudah terpisah cukup jauh dari Pakkhia ia, ia hendak cari
Oey Kie Pok. Kalau Kie Pok dapat disingkirkan, sepulangnya
dari pembuangan Siauw Hong bisa tinggal dengan tenang
dirumahnya, sedang penduduk Pakkhia sendiri tidak usah
kuatirkan apa2 lagi. Tentang dirinya asal bisa bunuh Kie Pok,
ia tidak pikir banyak, karena ia tidak takut hukuman.
Pemuda ini boleh atur rencananya, tetapi jalannya dunia
kadang2 bertentangan dengan kehendak atau pikiran kita.
Demikian magrib hari itu selagi ia duduk dengan tenang, tiba2
datang juru kabarnya Siauw-Gia-kang si Kala Kecil. Dia ini
cuma bicara sedikit, lantas Bouw Pek sambar pedangnya,
dengan tidak pakai thungsha lagi ia ikut pembawa kabar ini.
Mereka pergi ke Cong-bun-mui, disebelah timur, sampai
dipojok ranggon kota, ditempat yang dipanggil Pauw-cu-hoo
Itu adalah tegalan belukar, disitu tidak ada barang sebuah
rumah orang. Tempat itu lebih sunyi daripada suatu kampung
Hawa udara sebenarnya panas sekali, hanya diluar kota
ditempat terbuka agak lebih teduh. Jagad baru remang2,
maka orang masih dapat melihat satu pada lain.
Dari kaki tembak kota segera kelihatan mendatangi seorang
yang berupa sebagai bayangan. tubuhnya tidak tinggi tetapi
potongannya kasar sekali.
"Su Poan-cu !" ia mendahului menegor. "Kembali kau
datang! Ada apa?"
Bayangan itu benar Pa-san-coa Su Kian, si Ular Gunung
atau si Gemuk, suaranya dengan lidah Shoasay sudah lantas
masuk kekuping pemuda kita Ia tertawa lebih dahulu,
kemudian berkata:
"Sudah sekian lama aku berada dfkota Pakkhia ini! Aku
sebenarnya niat bantu kau sayang aku tidak mampu bekerja
lantas!" "Tapi urusan sudah beres" Bouw Pek bilang "Tek Siauw
Hong sudah berangkat ketempat pembuangan! Apa lagi yang
kau hendak kerjakan?"
Su Poan yu tertawa berkakakan. Ditempat sepi ini ia
merdeka. "Perkara tidak bisa beres begini macam seperti apa
yangkau katakan!" kata ia. Ia tertawa, tetapi tidak mengejek,
begini memang sifat jenakanya "Kau ada bermusuhan hebat
dengan Oey Kie Pok, apa kau kira permusuhan itu dapat
dengan mudah dibikin habis, Bila bisa demikian itulah
syukur..."
Bouw Pek tidak memotong pembicaraan orang.
"Sekarang aku hendak tanya toaya" Pa-san-coa berkata
pula "Kau dengan Tek Ngo ya bersahabat paling kekal,
sekarang ia telah dibuang ke Sinkiang, kenapa kau tidak pergi
mengantar ia?"
"Ada Sin-chio Yo Kian Tong yang iringi ia, perlu apa aku
mesti turut juga?" Bouw Pek balik tanya "Aku mesti berdiam
disini akan tilik rumahnya"
Mendengar jawaban itu Su Poan-cu tak setuju, tetapi ia
masih bisa bersenyum.
"Lie Toaya, kau adalah seorang yang sangat sukar untuk
dijadikan sahabat" ia berkata. Ia bicara dengan berani
"Kenapa hingga kini, kau masih belum mau bicara secara
terus-terang kepadaku" Aku tahu Sin-chio Yo Kian Tong dari
Yankeng, dengan menyamar sebagai bujang, ada ikut Tek
Ngoya! Tidak dia saja! Masih ada si orang she Sun yang turut


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebagai pelindung!"
Mau atau tidak, Bouw Pek menjadi heran.
"Kupingnya si Gemuk ini benar liehay!" pikir ia "Bagaimana
ia tahu semua ini" Tidak bisa salah lagi, pasti Siauw Gia-kang
telah kasi tahu ia segala apa!..."
Ingat begini, anak muda kila lantas tertawa, Su Poan-cu
tidak gubris orang heran atau tidak, ia melanjutkan;
"Tidak saja Tek Ngo-ya ada yang melindungi didalam
perjalanannya juga keluarga Tek itu kau tidak usah kuatirkan
lagi toaya!" demikian kata si Gemuk ini "Bukankah Beng Jie
Siauwnay nay Jie Siu Lian berada didalam rumahnya Tek Ngo
ya" Dengan adanya nona Jie disana, apa masih mesti
dikuatirkan lagi ada macan tutul yang berani loncat masuk
kedalam rumah itu. Bouw Pek tertegun, terutama karena Su Poan-cu
bahasakan Jie Siu Lian dengan Seng Jie Siauw-naynay" Segera
ia teringat pada Beng Su Ciauw, sahabat yang riwayat
hidupnya bikin ia sangat berduka itu.
"Toaya, aku juga ketahui apa yang kau pikir" berkata pula
Soe Poan cu "Kau memang sengaja berdiam dikota raja ini,
kau hendak tunugu setelah Tek-Ngo-ya sudah pergi jauh
lantas kau hendak bekerja seorang diri saja. Kau mau cari Siu
Bie to Oey Kie Pok! Lie Toaya. Lie Toaya yang baik, kau
seorang enghiong, aku kagum betul terhadap kau! Tapi,
sekarang mau ada urusan lain yang memerlukan bantuan
tenagamu!"
Ucapan ini sangat menarik hati, maka Bouw Pek
mendengari dengan penuh perhatian.
"Lie Toaya, baik aku jelaskan padamu, dalam perjalanannya
ini Tek Ngo ya terancam bahaya besar" berkata Su Poan-cu
"Oey Kie Pok sudah bersekongkol dengan Kim-chio Thio Giok
Kin, Hek-houw To Hong dan Say-Lu-Pou Gui Hong Siang, juga
Lauw Cit Thay swee, yang aku kenal dari Tokciu Mereka itu
semua sudah makan banyak uangnya Oey Kie Pok, mereka
sudah bermufakat, akan cegat dan ganggu Tek Ngo-ya.
Mereka telah atur mata-mata disepanjang jalan. Menurut
rencana, mereka akan pegat kereta Tek Ngo ya di Poteng.
Diantara mereka itu, barangkali Hek-houw To Hong tidak akan
turun tangan, kesatu sebab lukanya bekas bacokan nona Jie
Siu Lian pada tahun yang lampau masih belum sembuh betul,
kedua gurunya yaitu Kim-too Phang Bouw telah pesan ia
untuk selanjutnya jangan lakukan apa yang memalukan
kalangan kangouw. Meski demikian aku kuatir Thio Giok Kin,
Gui Hong Siang dan kambrat2nya bukanlah orang yang Yo
Kian Tong berdua Sun Ceng Lee sanggup layani"
Sekarang Bouw Pek tidak kaget lagi, karena ia sudah tahu
semua, ia manggut "Sekarang pintu kota sudah ditutup, aku
mesti tunggu sampai besok akan susul mereka"
"Bagus!" memuji Su Poan-cu "Besok kau mesti berangkat
pagi2, dengan menunggang kuda kau tentu bisa candak
mereka itu. Nanti, sesudahnya Thio Giok Kin sekalian bisa
diusir pergi, apabila keretanya Tek Ngo ya telah lewatkan
Poteng dengan selamat, urusan sudah beres. Nah waktumu,
sekembalinya kekota raya, aku nanti bantu kau singkirkan SiuBie-too Oey Kie Pok"
"Terima kasih banyak buat kebaikanmu, tapi aku tidak perlu
bantuanmu" kata Bouw Pek.
Su Poan-cu tidak gusar, sebaliknya ia tertawa.
"Baiklah" ia bilang "Karena kau tidak ijinkan aku bantu kau
aku mau beristirahat!......"
"Sekarang dimana kau tinggal ?" Bouw Pek tanya.
"Aku tidak punya tempat kediaman yang tentu!" sahut si
Gemuk sambil tertawa. "Buat kota Pakkhia aku adalah seorang
gelap, sesudah hari berganti malam dan petang, barulah aku
muncul!...."
Bouw Pek bersenyum, ia tidak tanya2 iagi. Ia angkat kedua
tangannya. "Sekarang aku mau kembali! Sampai ketemu pula ?"
"Sampai ketemu pula! Sampai ketemu pula!" Su Poan-cu
membalas hormat.
Bouw Pek pulang kerumah sesudah larut malam, tetapi
terus masuk kedalam akan cari Tek Naynay dan Jie Siu Lian.
"Besok pagi aku mau pergi ke Poteng" ia kasih tahu "aku
hendak cari sahabat, pertolongan siapa aku hendak minta
agar ia suka jaga keperluannya Tek Ngoko kapan Ngoko lewat
disitu kota. Barangkali sampai empat atau lima hari baru aku
bisa kembali."
Tek Naynay tak dapat mencegahnya mesti sebenarnya ia
lebih suka pemuda ini berdiam saja dirumahnya. Ia kuatir,
seperginya anak muda ini, dirumah nanti terjadi perkara yang
tak terduga. Tapi Jie Siu Lian seperti bisa duga hati orang, sedang ia
tahu Poteng adalah tempat dimana Thio Giok Kin dan To Hong
biasa malang melintang Ia duga pemula itu tentu hendak cari
mereka. Maka ia lantas berkata;
"Jikalau kau anggap itu penting, Lie Toako, silahkan kau
pergi! Disini kau tidak usah buat pikiran, aku sendiri sudah
cukup!" Bouw Pek manggut.
"Aku harap rona suka sedikit capekan diri" ia kata. Lantas ia
undurkan diri akan balik kekamarnya.
"Benar2 Siu Bie-too jahat sekali ! Bagaimana ia sampai
dapat pikir akan beli Thio Giok Kin dan Gui Hong Siang akan
celakai Tek Siauw Hong ditengah jalan" Ya, benar aku mesti
psrgi sendiri!"
Dalam mendongkol dan murkanya, kalau bisa Bouw Pek
ingin dalam sesaat saja sampai di Poteng untuk labrak orang
jahat itu, karena ini malam itu ia tidak dapat tidur dengan
baik. Esoknya, pagi2 ia lantas peiintah Hok Cu siapkan
kudanya, sedang pada pengawal pintu ia pesan: "Aku hendak
pergi dalam segala hal kau mesti hati2, bila diluar ada terjadi
apa2, kau mesti lekas cari nona Jie !"
Begitulah dengan bawa pedangnya dan pakai topi rumput
yang lebar, dengan naik kudanya Bouw Pek berangkat
meninggalkan Pakkhia, menuju ke Poteng. Batara Surya baru
saja mulai muncul, meskipun ada angin harus hawa sudah
lantas jadi panas. Maka juga belum sampai di Ciang-ge mui ia
sudah mandi keringat. Sekeluarnya dan pintu itu ia kaburkan
kudanya. Lari kira2 belasan lie, Bouw Pek sampai disebuah jembatan,
dimana ditambat seekor kuda hitam, dan terdapat seorang
gemuk, ialah Su Poan-cu.
"Benar2 seorang aneh!" pikir pemuda dari Lamkiong ini.
"Kenapa dengan tidak mengenal cape, dengan buang tempo
dan ongkos, ia suka bantu aku?"
Lalu sembari bersenyum ia dekati si Ular Gunung.
"Aku memang sudah duga, bahwa pagi ini kau mesti
tunggui aku disini !" ia kata. "Hayo kita berangkat, kau boleh
temankan aku pergi ke Poteng!"
Su Poan-cu seperti biasanya, lantas tertawa.
"Hari ini Lie Toaya, omongan bikin aku girang?" ia bilang.
"Sebenarnya, kalau sudah tiba saatnya aku barangkali tidak
bisa turun tangan akan bantu kau! Tetapi aku suka temani kau
pergi supaya Kau tidak terlalu masgul....."
Su Poan-cu lantas tancap kipasnya dipinggangnya, dari sela
kuda ia tarik topi rumputnya yang lebar, yang terus
dicebloskan dikepala, kemudian setelah loloskan les kuda dari
tambatan ia loncat naik atas binatang tunggangannya itu dan
jalan berendeng menuju kesehatan, dalam hawa udara yang
panas itu. Si Gemuk bertubuh besar dan tcrokmok, jalan belum
seberapa jauh ia sudah mandi keringat ia buka bajunya,
hingga mesti pertontonkan punggungnya yang penuh daging
dan minyak dan kulitnya hitam itu. Toh ia tidak mau mengaso
ia jalan terus.
Diwaktu tengah hari, dua orang ini mampir disebuah
warung teh kampungan, disitu mereka minta disediakan nasi.
Sehabis bersantap, Su Poan-cu nguap
"Baiklah aku tidur dahulu, sebentar baru kita lanjutkan
perjalanan kita" kata Lie Bouw Pek pada kawannya itu.
"Kereta nya Tek Ngoya jalan paling cepat mendahului enam
atau tujuh puluh lie, kuda kita bisa lari keras, sebentar sore
aiau besok mungkin kita dapat candak mereka. Kita tidak usah
terburu2."
Tapi Su Poan-cu agaknya tidak mau mengaku lelah.
"Tidak usah" ia kata, dan lantas minta air dingin dengan
apa ia guyur mukanya hingga jadi segar pula.
Dua2 kuda mereka berbulu hitam, dibawah teriknya
matahari keduanya lari keras. Maka tidak heran, sore itu
mereka telah bisa susul Sun Ceng Lee. Bouw Pek lantas
memperkenalkan Ngo-jiauw-eng pada Pa san-coa.
"Berapa jauh jarak antara kita dengan keretanya Tek
Ngoya?" tanya Bouw Pek.
"Kira2 empat atau lima lie," sahut Sun Ceng Lee.
"Sekarang tidak usah kita susul mereka" pemuda kita kasi
tahu. "Kita pun baik jalan berpencaran supaya orang tidak curigai
kita" Mereka lanias cari rumah penginapan, dengan terpecah dua
Su Poan-cu, tetap ikut Bouw Pek Roman Sun Ceng Lee luar
biasa, sebab saudagar bukan, piauwsu juga bukan........
Esoknya pagi orang berjalan seperti saling susul. Mereka
jalan belum seberapa lama, lantas didepan ditegalan kosong,
mereka lihat lerotan kereta perantaian sedang jlan beruntun2.
Bouw Pek dan Su Poan cu tahan masing2 kudanya mereka
mengawasi sampai lerotan kereta didepan telah melalui kira2
dua lie, barulah mereka jalan pula dengan perlahan2.
esoknya dua rombongan itu sudah masuk dalam daerah
Tokciu. "Kita juga baik berpisahan" Su Poancu kata pada Bouw Pek.
"Di Tokciu ini ada Lauw Cit Thay-swee, yang ada menjadi
kenalanku, biasanya kalau lewat disini, aku tentu mampir
untuk beberapa hari. Terhadap aku ia baik sekali Tapi pada
tahun yang sudah, karena ia telah bertempur dengan nona Jie
dan kena dibacok, ia membenci sangat, nona itu Sekarang ini,
lantaran ia dendam, oleh Oey Kie Pok, ia pun membenci kau
dan Tek-Ngoya, dari itu ia suka bantu Thio Giok Kin Kalau ia
sudah pergi ke Poteng, itulah bisa dibilang baik juga, tapi
kalau ia masih ada dirumah, apabila ia lihat aku jalan bersama
toaya, aku bisa dapat susah Ia bisa bunuh aku! Ia punya
banyak mata2 dan kaki tangan, ia sendiri pandai menggunai
golok" Melihat orang begitu jerih terhadap Lauw Cit Thayswee,
Bouw Pek bersenyum ewah.
"Baik, mari kita berpencar" ia kata seraya manggut. "Kau
boleh jalan pelahan2, aku jalan lebih dulu!"
Lantas pemuda kita keprak kudanya dan tinggalkan si
Gemuk dibelakang. Dengan cepat ia telah datang dekat pada
lerotan kereta perantaian. ia kasih kudanya jalan dengan
perlahan, tapi ia tidak mau pisahkan diri jauh2, karena ia telah
ketahui didaerah Tokciu ini, dimana Lauw Cit Thayswee jadi
dato, sembarang waktu Tek Siauw Hong bisa hadapi beniyana.
Ia senantiasa pasang mata keempat penjuru, akan lihat kalau
ada orang yang sikapnya mencurigai.
Tapi didaam satu hari Tokciu telah dilalui dengan selamat.
Malam itu Bouw Pek singgah di Khopay tia m.
Tak lama kemudian Su poan cu datang menyusul, dengan
warta bahwa Lauw Cit Thayswee sudah berangkat ke Poteng,
tetapi tak mau membantu, malah orangnya juga dilarang
campur tangan. Oleh karena ini, hampir2 To Hong berbentrok dengan Thio
Giok Kin" Pa-san-lyoa terangkan lebih jauh "To Hong ambil
sikap ini oleh karena ia menaati pesanan gurunya, Kim-too
Phang Bouw"
Mendengar itu, diam2 Bouw Pek kagumi Phang Bouw.
"Tidaklah kecewa Phang Bouw menjadi hoohan dikalangan
Sungai Telaga" memuji Bouw Pek dalam hatinya. "Dahulu di
Pakkhia aku telah rubuhkan ia, tidak saja ia tidak bersakit hati
terhadap aku, malah ia telah pegang ucapannya akan
undurkan diri. Sekarang ia cegah muridnya runtuhkan Tek
Siauw Hong, sikapnya ini harus dipuji. Dibelakang hari, kalau
ada ketika, aku mesti cari ia untuk dijadikan sahabatku"
Esoknya dalam perjalanan Su Poan-cu menjadi kawan,
sebab si Ular Gunung tidak kuatirkan lagi Lauw Cit Ihayswee.
Dua hari lelah lewat, mereka telah lalui Teng-hin dan
masuk dalam daerah Cie-siu. Karena hebatnya musim kering,
dijalan sedikit sekali orang yang berlalu lintas. Di kiri kanan
jalanan, pohon2 padi pada kering, berdiri tegak laksana mayat
hidup. Mereka telah melalui lima atau enam lie, ketika dari jurusan
barat, dimana ada persimpangan jalan, mendadak tertampak
debu mengulak naik, disertai ramainya kaki2 kuda yang lari
keras, Kemudian dengan lekas kelihatan munculnya empat
penunggang kuda dimulut simpang jalan iiu, mereka semua
berpakaian ringkas dan bertudung lebar. Mereka menuju
kearah selatan sembari kaburkan kuda mereka, sering2
mereka menoleh kebelakang, boleh jadi disebabkan mereka
lihat ada dua penunggang kuda dibelakangnya, yalah Lie
Bouw Pek dan Su Kian
Dengan matanya yang awas, Bouw Pek juga lihat empat
penunggang kuda itu cekal senjata, dua antaranya bawa
senjata panjang. Ia seperti kenalkan satu diantaranya sebagai
Say Lu Pou Gui Hong Siang yang ia telah pecundangi di Seehoo
shia! Oleh karena menduga pasti, bahwa ia sedang berhadapan
dengan komplotan yang hendak bikin celaka Tek Siauw Hong,
Bouw Pek siap dengan pedangnya. la pikir hendak terjang
mereka. Tapi Su Poan-cu, yang pun awas, segera tahan kudanya.
"Tahan dulu!" kata si Gemuk, yang wajahnya berubah
dengan nyata. Dengan tangannya ia segera menunjuk. "Lihat
itu yang pakai celana hitam" ia tambahkan "Dia itu Kim-chio
Thio Giok Kin! Tiga yang lain aku tidak kenal.... Ah, mereka
rupanya telah dapat lihat kita!"
Bouw Pek kurang senang agaknya menampak
ketakutannya sahabat ini.
"Sekarang kita bertemu musuh ditempat begini, kini
waktunya buat hajar dan singkirkan mereka!" ia kata dengan
sengit Dengan singkirkan mereka disini kita jadi tidak usah


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bikin Tek Ngoya kaget. Loo Su, kenapa kau ketakutan eh?"
Sembari kata begitu, Bouw Pek keprak kudanya akan dikasi
lari melayu sambil berteriak: "Tuan2 didepan tahan!" Iapun
sudah lantas hunus pedangnya.
Empat penunggang kuda itu tahan kuda mereka,
kelihatannya mereka bicara satu pada lain, mungkin Gui Hong
Siang mengenali Lie Bouw Pek dan beritahukan itu pada Thio
Giok Kin, kemudian mereka lomyat turun dari masing2
kudanya dan siap dengan senjata mereka.
Dengan cekal tumbaknya Thio Giok Kin berdiri ditengah
jalan besar. "Kau mundur!" ia berkata pada kawannya "Biarkan aku
sendiri lawan Lie Bouw Pek, aku hendak lihat berapa tinggi
kepandaiannya!"
Tapi Gui Hong Siang, yang kelihatannya marah besar, tak
memperdulikan, ia maju terus.
"Hari ini aku mesti balas sakit hatiku!" ia berkata dengan
nyaring. Lie Bouw Pek datang dekat dengan lekas, ia lihat orang
telah turun dari kudanya dan siap, ia juga lantas loncat dari
kudanya sendiri, kemudian maju mendekati, ia segera tuding
Gui Hong Siang "Kau adalah peryundangku, kau baik jangan antarkan jiwa
lebih dulu!" ia kata dengan menghina.
"Yang mana Thio Giok Kin?"
Thio Giok Kin angkat tumbaknya seraya berkata:
"Aku Kim-chio Thio Toa thayya ! Apa kau Lie Bouw Pek?"
"Benar, aku Lie Bouw Pek" sahut pemuda kita dengan
berani. "Aku telah dengar hal kau, yalah pada tahun yang lalu
kau telah disewa oleh Oey Kie Pok dan telah datang kekota
raja, sayang waktu itu aku tidak berada disana, lantaran ada
urusan penting yang memaksa aku mesti berlalu dari kota
raja, tetapi waktu itu kau telah kuarkan diluaran, bahwa aku
takut padamu dan tidak berani ketemukan kau! Ocehanmu itu
bikin aku mendongkol, tetapi urusanku yang penting bikin aku
tidak sempal cari kau, kawanan manusia rendah, untuk bikin
perhitungan. Sekarang ini, kembali aku dengar bahwa kau
sudah kena disogok sogok oleh Oey Kie Pok untuk cegat dan
celakai Tek Siauw Hong ditengah jalan. Perbuatan ini adalah
perbuatan manusia rendah, maka itu aku telah datang
menyusul akan cari kau! Tapi aku seorang pemurah dan
sabar, diantara kita juga tak ada permusuhan besar, dari itu
apabila kau mau sadar dan tidak lagi musuhkan Tek Siauw
Hong, akupun tidak mau jiwamu. Baiklah ketahui adatku,
apabila kita bertempur, sukar dibilang, bahwa aku tidak akan
bunuh kau !"
Bouw Pek bicara dengan setulusnya ketika ia mengucap
demikian, karena ia ingat musuhnya hanya Oey Kie Pok
seorang dan orang2 lain tidak seharusnya ia musuhkan juga
sebagai Siu Bie too. Tapi ia telah bicara keras, sedang Thio
Giok Kin beradat keras juga,
Kim chio menjawab dengan gusar:
"Thio Toa-thayya buka piauwtiam di Holam, untuk itu aku
tidak perlu pulang, sebab tidak lain adalah untuk menunggui
kau, supaya kita bisa adu kepandaian! Jikalau tidak ada kau
siang2 tentu aku sudah bunuh Jie Lauw Tiauw guna balas
sakit hati mertua lelakiku! Jie Siu Lian dan Tek Siauw Hong
telah hinakan Oey Soeya, mereka telah bunuh iparku dan lukai
sahabatku Lauw Cit ya dan To Toaya, semua itu sebab mereka
andalkan keangkeran kau! Sekarang kita bisa bertemu, jikalau
bukannya kau yang mampus tentu aku! Mari, orang she Lie,
jangan banyak lagak!"
Ucapan Thio Giok Kin itu ditutup berbareng bergeraknya
tumbaknya, yang ujungnya menyambar tenggorokan Bouw
Pek! Oleh karena sudah siap, dengan mudah Lie Bouw Pek
sampok senjata itu, berbareng membalas menikam kearah
dada. Thio Giok Kin berkelit mundur sampai dua tindak, tetapi
karena geganannya panjang ia bisa menusuk pula, guna
menyerang lebih jauh. Diluar dugaan Bouw Pek tidak mundur,
hanya berkelit kesamping, kasi lewat tusukan, ia maju seraya
ulur tangan kirinya, akan sambar tumbak itu yang ia terus
pegang ! Menampak demikian Gui Hong Siang maju dengan
tumbaknya akan tusuk musuh yang ia benci. Dengan jalan ini
ia pun hendak tolong Thio Giok Kin, supaya kawan ini bisa
tarik lolos tumbaknya.
Lie Bouw Pek berlaku gagah dan berani, tidak perduli ia
dikerubuti berdua, ia tidak mau lepaskan tumbaknya Kim-chio
si Tumbak Emas. Dengan sebelah tangan ia tangkis
tumbaknya Gui Hong Siang, ketika tumbak musuh terpental ia
barengkan lompat maju sambil pedangnya membacok bekas
pecundangnya itu!
Thio Giok Kin sangat penasaran, dengan kedua tangannya
ia menarik dengan keras akan melepaskan senjatanya dan
dengan kakinya ia dupak musuhnya. Tapi Bouw Pek tidak mau
lepaskan tumbak itu, tidak perduli orang telah berontak!
Dua konconya Gui Hong Siang melihat dua kawannya tidak
berdaya, mereka maju membantu mereka menyarang dengan
golok. Dengan tetap gunai sebelah tangannya, Lie Bouw Pek
tangkis sesuatu serangan. Percobaan Thio Giok Kin akan
membetot lolos tumbaknya tidak menjadikan halangan
baginya, cekalannya tetap keras, kudanya tangguh! Malah
dengan kegesitannya, baru saja sekali menangkis ia telah
rubuhkan satu konco dari Gui Hong Siang.
Adalah setelah musuh tinggal bertiga, Lie Bouw Pek
lepaskan cekalannya, sembari berbuat demikian, ia loncat
pada Gui Hong Siang untuk rubuhkan cekas pecundang itu,
yang berulang2 coba menusuknya dengan tombak. Ia ingin
rubuhkan Say Lu Pou, agar bisa layani si Tumbak Emas
dengan leluasa.
Gui Hong Siang berkelahi dengan mati2an, ia kerjakan
tumbaknya seperti orang kalap, senjata itu menusuk
berulang2 dengan gencar, tetapi dengan caranya ini ia melulu
membangkitkan hawa amarahnya Bouw Pek, siapa jadi sengit
sekali, hingga serangannya jadi sangat hebat!
Satu kali tumbak menikam, Bouw Pek menangkis dengan
keras, selagi tumbak terpental, anak muda ini lompat seraya
membacok pula dengan cepat sekali.
Gui Hong Siang sangat terperanjat, ia tak dapat menangkis,
bahkan berkelit pun sudah tidak ada kesempatan. Dengan
satu jeritan, iga kanannya kena dibacok, tubuhnya ikut robuh
berbareng dengan terlepas tumbaknya Dengan tubuh tak
berkutik lagi napasnya berhenti jalan....
Thio Giok Kin telah dapat pulang tumbaknya ia pun kaget
dan gusar melihat rubuhnya konconya dan sahabat karib itu,
maka itu ia jadi sengit sekali, justeru Lie Bouw Pek,
membelakanginya dengan bengis ia kirim tikamannya pada
punggung lawannya.
Akan tetapi Bouw Pek, setelah rubuhkan Gui Hong Siang,
segera putar tubuhnya dengan sebat, maka itu menampak
datangnya tumbak ia tangkis serangan itu. Ia pun sengit,
semangatnya seperti dapat emposan, maka setelah menangkis
ia balas menikam dan menYesak!
Keduanya sekarang bertempur pula dengan seru.
Beruntung bagi Lie Bouw Pek, konco kedua dari Gui Hong
Siang tidak punya guna, setelah melihat kawannya rubuh dan
Gui Hong Siang menggeletak, ia tidak berani maju lagi. Maka
itu pemuda kita jadi bisa layani si Tumbak Emas satu lawan
satu. Dlluar dugaannya pemuda kita, Thio Giok Kin namanya saja
tersohor, menghadapi dia kepandaiannya tidak bisa digunai
secara semestinya Dengan lekas si Tumbak emas kena
didesak, tidak perduli senjatanya panjang dan ia termasyhur
karena ilmu tumbaknya itu.
Atas desakan itu Thio Giok Kin mesti main mundur, malah
satu kali ia mundur sambil loncat sedikit jauh guna menarik
napas. Tapi lawannya tidak mau mehgasi hati, sambil
berloncat juga ia didesak terus. Percuma ia menusuk, saban2
tumbaknya dengan mudah kena ditangkis, atau kalau musuh
berkelit ia mesti cepati tarik pulang senjatanya itu, sebab ia
takut Bouw Pek nanti dapat memegangnya pula!
Sesudah rangsakan tiga atau empat jurus Bouw Pek bikin
matanya Thio Giok Kin menjadi kabur dan permainan
tumbaknya menjadi kalut, hingga hatinya si Tumbak Emas
menjadi gentar. Akhirnya, dengan terpaksa orang she Thio
berteriak: "Tahan dulu ! Aku hendak bicara"
Apa mau, selagi ucapan itu dikeluarkan, pedangnya Bouw
Pek sedang menusuk dengan hebat, maka Giok kin kaget,
sambil menjerit ia menangkis secara kelabakan, tidak urung
ujung pedang telah menyambar iga kiri. atas nama Thio Giok
Kin lagi sekali menjerit, tumbaknya terlempar, kedua
tangannya dipakai menekap iganya itu! Ia rubuh dengan
mandi darah dan bergelisahan!
Bouw Pek lihat orang rubuh, pedangnya ia ayun pula akan
habiskan jiwa musuh itu, tapi disaat pedang mau dikasi turun
mendadak ia batalkan, karena ingat bahwa dengan si orang
she Thio ini ia tidak bermusuh hebat, hingga tidaklah perlu
untuk habiskan jiwanya.
Konconya Gui Hong Siang, yang tinggal sendirian jadi mati
daya, lekas ia lempar goloknya, menghampirkan anak muda
kita ia bertekuk lutut akan minta ampun.
"Kau bangun!" menitah Bouw pek. "Jangan takut aku tidak
nanti bunuh kau! Melukai mereka itu saja Ialah karena
terpaksa, aku bukan orang kejam ! Sekarang dengar
perkataanku, aku yang melukai mereka, aku bertanggung
jawab, dimuka pembesar negeri atau perkara mau ditarik
panjang dihabiskan diantara kita sendiri, aku bersedia turuti
kehendak kau orang! Didalam tenpo sepuluh hari aku nanti
menunggu di Pakkhia! Ketahui olehmu orang luar tiada
sangkutnya dengan urusan ini!"
Konconya Gui Hong Siang manggut berulang2.
"Baik, baik aku mengerti" sahut ia.
Bouw Pek lantas bereskan pakaiannya dengan bawa
pedangnya ia hampirkan kudanya, ia baru mau loncat naik
atas binatang tunggangan itu, ketika ia lihat Su Poan-iyu terus
balap mendatangi dengan kudanya. Dari jauh si Ular Gunung
sudah perdengarkan teriakannya berulang"
"Lie Toaya, lekas Lekas, diselatan sana orang sedang
berkelahi! Lauw Cit thayswee...!"
Bouw Pek dengar ucapan itu dengan nyata, dengan tidak
ayal lagi ia loncat naik atas kudanya yang ia terus kasi kabur
kejurusan dimana beradanya lerotan kereta perantaian. Ia
mesti melalui tiga-empat lie, ketika ia lihat orang bertempur
dalam dua rombongan, sedang lima kereta telah berhenti
berbaris ditengah jalan. Ia memburu terus sambil kasi dengar
seruannya. Cepat sekali pemuda kita sudah sampai, ia loncat turun dari
kudanya dan maju menerjang dengan pedangnya Secara
mudah ia rubuhkan dua orang.
Lauw Cit Thayswee, dengan tubuh separoh telanjang,
sedang bertempur dengan Sun Ceng Lee, kelihatannya mereka
sebanding. Yo Kian Tong, yang mesti lindungi Tek Siauw Hong, mesti
berkelahi didekat kereta, lawannya adalah beberapa orangnya
Lauw Cit. Tentu sekali karena itu ia tidak bisa bantu Sun Ceng
Lee, siapa, menghadapi Lauw Cit Thayswee dan agaknya
mesti bertarung secara mati2an.
Tapi suhengnya Jie Siu Lian telah dapat tahu datangnya
bala bantuan, malah bantuan itu berupa Lie Bouw Pek, orang
yang tak disangka2! Sekejap saja semangatnya bangun, tidak
heran kalau sekarang ia berbalik bisa desak musuhnya secara
hebat. "Kau mundur!" berteriak Bouw Pek, yang telah maju
menghampiri Lauw Cit, karena tidak ada orang yang berani
dekati ia begitu lekas ia sudah minta dua korban. Sembari
berteriak begitu ia lompat kejurusannya Lauw Cit sambil
pedangnya terus dikasi berkerja
Menghadapi serangan berbahaya seperti itu, selagi ia
sendiri terdesak. Lauw Cit Thay swee tidak dapat ketika untuk
menangkis, maka terpaksa ia buang dirinya kesamping, tetapi
diluar dugaannya Sun Ceng Lee yang serang ia sudah
membacok berbareng dengan tusukan pedangnya Bouw Pek,
dari itu golok telah mengenai punggungnya dengan ia tak
berdaya sama sekali, hingga dengan keluarkan jeritan yang
mengerikan tubuhnya rubuh terguling.......
Sun Ceng Lee menjadi kalap, setelah rubuhkan musuh yang
tangguh itu ia amuk kawannya Lauw Cit, beberapa orang
mendapat luka2. Apabila Bouw Pek tidak mencegahnya, ia
tentu masih kerjakan goloknya dengan tidak mengenal
kasihan. Memang sangat benci kejahatan!
Diantara orang2nya Lauw Cit Thayswee banyak yang dapat
luka parah. yang masih rebah pingsan diatas tanah, lukanya
hebat, dagingnya hampir terpotong putus!
Dalam sengitnya Sun Ceng Lee hampirkan musuh itu yang
ia hendak bikin kutung dua tubuhnya.
"Jangan !" mencegah Bouw Pek, yang merampas. goloknya
dan menancapkaunya disela kuda. "Sekarang pergi kau maju
lebih dulu!"
Sun Ceng Lee mengerti, bahwa Bouw Pek ingin ia tetap
jangan unjuk diri sebagai pelindung dari Tek Siauw Hong. Ia
tertawa dan loncat naik atas kudanya, setelah susuti keringat
dimukanya, ia kasi kudanya berlalu dari tempat adu jiwa itu.
Sementara itu Siauw Hong sudah turun dari keretanya,
bersama ia juga beberapa orang polisi yang menjadi
pengantarnya orang Boan itu, untuk haturkan terima kasih
pada pemuda itu.
Diam2 Bouw Pek perhatikan semua hamba negeri itu, pada
wajah mereka sedikit pun tidak ada roman kaget atau
berkuatir, ia mengerti akan hal ini.
"Oey Kie Pok bersekongkol dan kirim rombongannya Thio
Giok Kin pegat Siauw Hong buat binasakan ditengah jalan,
tentang niatan itu pasti semua hamba negeri ini telah
mendapat tahu. Rupanya mereka juga sudah makan uangnya
Siu-Bie-too, maka mereka tidak ambil tindakan apa"
Karena ini Bouw Pek jadi mendongkol dan murka, melulu
sebab bisa kendalikan dirinya, maka ia hanya unjuk senyuman


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ewah. "Tuan silahkan kau orang lanjutkan perjalanan" kata ia
dengan suara menyindir. "Jangan kuatir didepan tidak akan
terjadi onar pula ! Thio G;ok Kin dan Gui Hong Siang aku telah
bunuh mati !" ia acungkan pedangnya. "Maka tuan2, harap
kau orang berlaku hati2 sedikit, tidak perduli siapa, siapa
berani berlaku tidak selayaknya terhadap Tek Ngo ya,
Pendekar Naga Mas 3 Kilas Balik Merah Salju Karya Gu Long Pendekar Laknat 13

Cari Blog Ini