Ceritasilat Novel Online

Riwayat Lie Bouw Pek 6

Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu Bagian 6


datang dan telah antar cita, dia kuatir anak itu gusar.
"Ya, looya, kau jangan pergi dulu," iapun kata. "Bila kau
merasa lelah, kau boleh rebahkan diri . . . ."
"Aku tidak lelah " Bouw Pek jawab.
Cui Siam lantas rapikan pakaian dan rambutnya, dia ikut
ibunya pergi. Bouw Pek jadi duduk sendirian saja, dalam kesunyian dia
jadi masgul dia juga sebal mendengar hujan, yang tetap tidak
mau berhenti. "Aku sudah pikir buat jarang datang ke-tempat begini, aku
toh laki laki, tidak tahu-nya sekarang aku kembali berada di
sini . . ." dia berpikir. "Entah bagaimana, romannya
Cui Siam menyebabkan aku selalu merasa kasihan
terhadapnya. Sudah Siu Lian sekarang Siam Nio ... . Secara
begini, bagaimana nanti aku bisa majukan diri?"
Kemudian dia lalu ingat orang yang dipanggil Cie Tayjin itu.
"Beberapa kali aku senantiasa dapatkan karcis namanya,
dia tentunya Cie Sie long yang Tek Siauw Horg sering sebut,"
dia pikir. "Ia memangku pangkat, dia kuatir ada giesu yang
dakwa, maka itu, buat berpelesiran dengan Siam Nio, dia
saban saban undang Siam Nio datang ketempatnya. Bersama
Cie Tayjin ini ada Louw Sam Looya siapa dia ini, apa
pekerjaannya " Apakah dia Poan Louw Sam, yang katanya
punya enam chian thong dikota selatan " Cui Siam punya
banyak kenalan jempolan, kenapa dia masih ketarik padaku ?"
Bouw Pek tidak bisa menduga dengan cocok, maka dia jadi
lelah sendirinya. dia lantas rebahkan diri dipembaringannya
Cui Siam, tangannya meraba bantal.
"Eh, kenapa bantal ini berat ?" pikirnya. dia bangun, dia
angkat bantal itu, yang terbikin dari kayu yang dicat hitam.
Beda dari bantal lain, bantal ini kosong dalamnya dan berupa
seperti peti, oleh karena tidak dikunci, dia buka tutupnya. dia
heran dan jadi ingin dapat tahu. dia tercengang ketika dia lihat
isi nya bantal itu : bukannya uang, bukan barang perhiasan,
hanya sebuah pisau belati yang tajam mengkilap, panjangnya
delapan cun ! "Heran, apa perlunya Siam Nio dengan senjata ini?" pikir
dia yang lekas lekas rapi kan pula bantal itu. "Apakah dia
benar2 bu?nga raya yang gagah " ia lemah lembut. Rahasia
apa dia simpan dalam hatinya " Apa kah tidak bisa jadi dia
punya lelakon penghidupan yang menyedihkan dan hebat,
yang menyebabkan dia sekarang menjadi bunga raya" Apakah
bisa jadi dia telah ketahui atau telah menduga aku orang
macam apa, maka terhadap aku dia telah tumplekkan per
hatiannya secara istimewa ?"
Sia sia saja Bouw Pek menduga duga.
"Cuma Siam Nio yang bisa jelaskan semua ini padaku,"
akhirnya dia pikir.
Sekarang hujan sudah mulai berhenti, suara nyanyian
dikamar sebelah pun sudah sirap Po Hoa Pan telah menjadi
sunyi, kecuali suara rincik2 air hujan.
Tidak antara lama, ditangga lauwteng ter dengar tindakan.
Menduga Cui Siam pulang, Bouw Pek pura pura tidur. yang
datang be?nar si nona, yang baru pulang dari tempat nya Cie
Tayjin. "Oh, Lie Toaya tidur," kata ia, kapan ia lihat orang sedang
rebah dengan diam saja.
Ia lantas pentang kelambu, dan ambil selimut, buat
kerobongi tubuh orang. Tapi berbareng dengan itu anak muda
kita buka matanya.
"Aku baru saja rebah2an. tidak merasa lagi jadi pulas,"
katanya. "Apakah kau hendak tidur pula ?" si nona tanya.
Bouw Pek bangun, Cia Mama bawakan air teh.
"Tidak," dia kata kemudian. "Sekarang su?dah malam, aku
perlu pulang."
Ia berbangkit dan rapikan pakaiannya, lantas bertindak.
Tapi Siam Nio tarik dia, ketika dia lihat mukanya si nona,
muka itu bersemu merah, nampaknya seperti gusar bukan,
tertawa bukan........
"Hujan belum berhenti betul, jalanan becek dan licin.
bagaimana kau bisa pulang sekarang ?" tanya si nona.
Ditanya begitu, air mukanya anak muda ini pun menjadi
merah. Cui Siam tarik tubuh orang, buat disuruh duduk dikursi.
"Bagaimana juga, sekarang aku tidak bisa ijinkan kau
pulang !" berkata dia sambil tersenyum.
Bouw Pek sebenarnya tidak tahu bagaimana perasaannya,
tetapi dia tertawa.
Hujan betul2 bandal, dia turun terus antero malam dan
sampai esok paginya tidak mau berhenti. Maka itu, buat bisa
pulang ke Hoat Beng Sie, Bouw Pek mesti sewa kereta.
Sejak itu, persobatan diantara kedua anak muda itu jadi
makin kekal. Bouw Pek pernah tanya hal ihwalnya si nona,
tetapi Cui Siam tidak mau menutur lebih dari sebagaimana dia
sudah omong, dia hanya ganda menangis. hingga mengetahui
kedukaan orang, si anak muda tidak berani menanyakan lebih
jauh. Menyimpang dari janjinya pada diri sendiri, sekarang Bouw
Pek berniat datang setiap hari pada si nona, sebaliknya,
sekarang adalah si nona yang cegah dia datang terlalu sering
Sebabnya adalah Cui Siam tahu dia datang ke Pakkhia untuk
mencari pekerjaan, tetapi pekerjaan belum dapat, sedang
keuangannya tidak kuat. Maka pertemuan hanya terjadi
apabila sudah selang dua hari, Bouw Pek turuti kehendak si
nona, Kalau Cui Sam bisa robah cara hidup nya, dia pantas buat
jadi isteriku, pikir anak muda ini. Hatinya lega apabila dia
memikir demikian, tetapi hati itu segera jadi pepat, apabila dia
ingat dari pamannya tidak kabar apa2, sedang dia sudah
berdiam lama juga di kota raja.
"Pengharapan seperti tidak ada bagaimana aku bisa
berdiam lama2 disini " satu kali Bouw Pek berpikir. "Benar aku
punya sobat, yang bisa tolong aku, akan tetapi apakah daya
sempurna buat terus2an harapkan bantuan sobat " Tidak, aku
mesti berdaya !"
Bouw Pek lantas kunyungi Siauw Hong.
"Toako, kau kenal banyak orang di Pak-khia, apa kau bisa
pujikan aku pada salah satu rumah buat mengajar silat ?" dia
tanya. Diluar sangkaan, Siauw Hong geleng kepala apabila dia
dengar pertanyaan itu.
"Kerjaan guru bagi kau tidak cocok," kata orang Boan ini.
"Disini mereka yang menjadi guru adalah sebab didalam
penghidupan mereka sudah tampak kesukaran hebat. Kau
telah jadi sobatku, ini juga salah satu sebab kenapa aku mesti
cegah kau menjadi guru silat! Mana aku punya muka akan
antap sobatku bekerja pada orang lain, melulu untuk dapatkan
beberapa tail " Sekarang, saudaraku, kau jangan sibuk tak
karuan, kalau sampai duaratus tail perak, aku masih sanggup
bantu kau. Apabila saja kau perlu uang, lantas beritahukan
padaku. Sekarang kau sabar saja menganggur, tunggu nanti
sampai aku sudah pulang dari Tong leng, kita nanti kumpul
sejumlah uang, buat buka piauwkiok buat kau kepalai.
Tidakkah itu lebih baik daripada kau jadi guru silat dari
sembarangan orang ?"
Mendengar perkataan itu, Bouw Pek tidak berani
mendesak. Sepuluh hari kemudian, selagi Bouw Pek berdiam digereja,
Siauw Hong kirim Hok Djie membawa kereta buat sambut dia,
begitu bertemu orang Boan itu kata :
"Saudaraku, besok aku hendak berangkat ke Tongieng.
Bersama aku akan berangkat beberapa anggota lalu dan
Lwee-bu hu, maka itu besok kau tidak usah mengantar aku.
Kepergianku paling lama dua bulan atau barang kali aku bisa
pulang dalam tempo duapuluh hari. yang sudah pasti adalah
aku mesti kembali sebelumnya Pee gwee Tiong Ciu. Maka,
saudaraku, aku minta kau suka menunggu sampai aku pulang,
terutama karena aku mau minta supaya kau tolong tilik
rumahku. Di sebelah itu, ada satu hal penting, yang aku
hendak beritahukan kau. Kita telah kebentrok dengan lima
harimau dari keluarga Phang dari Cim cu, sudah terang tiap
waktu Kim to Phang Bouw akan datang menganggu kita.
Biarlah aku bicara terus terang. Melihat kepandaian kau,
saudaraku, aku percaya kau sanggup rubuhkan Phang Bouw,
tetapi di sebelah itu kau mesti ingat pergaulannya yang luas,
sobatnya banyak. Aku percaya, orang sebagai Phang Bouw
bisa lakukan segala apa yang dia mau !, segala apa yang
berada diluar sangkaan kita. Maka aku sudah pikir, adalah
lebih baik kita akan jangan pusing dari pihak dia itu.
Andaikata dia benar datang cari kau, saudara, kau baik
timpahkan segala apa atas diriku, kasi tahu saja supaya dia
menunggu sampai aku sudah pulang dari Tong leng. Perihal
Cu Siam andaikata kau niat ambil dia sebagai isterimu, aku
mufakat, cuma sebelumnya ambil putusan, baik kau berlaku
hati2 dan coba dulu. Kau tahu sendiri sifatnya kebanyakan
bunga raya, yang kebanyakan tidak bisa terlalu dipercaya
Kabarnya Cie Sie long mau ambil Cui Siam, tetapi juga ada
kabar yang Louw Sam mau ambil dia sebagai isteri. Biar ini
semua kabar angin, tetapi tidak ada halangannya buat kau
perhatikan, agar kau berlaku hati2... .Cie Sie long dan Poin
Louw Sam semua orang2 yang berharta besar dan
berpengaruh, kendati bagaimana juga. kita tidak boleh
sembarangan main gila terhadap mereka. Mereka semua tidak
boleh dipandang enteng......"
Bouw Pek tidak puas terhadap omongan sobatnya itu,
kendati demikian tidak membantah, karena di sebelah semua
itu, ia tahu Pek Siauw Hong bicara karena kejujurannya dan
sifatnya yang ber hati2.
"Kalau dia sudah pergi, aku bisa berbuat apa yang aku
suka" pikirnya, yang lalu dengan sembarangan saja barjanji
yang dia akan perhatikan nasehatnya sobat ini. Sampai sudah
bersantap malam, barulah Bouw Pek pulang kepondoknya.
Diwaktu dia mau pergi, Siauw Hong serahkan sejilid buku
chiancung padanya,
,Kapan saja kau perlu kau boleh ambil uangnya," kata
sobat ini. Bouw Pek pulang seorang diri, tetapi esok paginya ia
datang pula. "Looya kita telah pergi sejak pagi tadi," pengawal kasi tahu.
"Biarlah " sahut Bouw Pek. "Tapi ingat, kalau ada orang
yang tak dikenal datang kemari buat terbitkan onar, kau mesti
lekas pergi keluar kota cari aku !"
"Diwaktu mau berangkat looya juga pesan, kalau ada apa2
kami diminta lekas pergi cari Lie Toaya," pengawal itu bilang.
Setelah itu, anak muda ini pulang kebio.
Tentu saja anak muda kita menjadi sa?ngat kesepian,
perginya Tek Siauw Hong membikin dia tidak punya sobat lain
lagi yang bisa diajak omong dan pesiar. Pada paman nya dia
tidak mau sembarangan pergi. Maka itu, kalau sangat iseng
dia pergi cari Cui Siam, buat berkumpul dengan sinona manis.
Oleh karena dia taruh perhatian pada Cie Sie long dan Poan
Louw Sam, satu kali Bouw Pek minta keterangan dari Siam Nio
tentang dua orang itu.
Menurut Cui Siam, Cie Sie long adalah langganannya, dia
bisa diundang buat menyanyi dan menemani bersantap, lebih
tidak. Poan Louw Sam sobatnya Cie Sie long, maka itu si
Teromok ini juga kenal dia, sebab dia itu hampir selalu berada
bersama sama si sielong.
Oleh karena Cie Sie long seorang pembesar negeri, yang
tidak merdeka buat keluar masuk rumah hina, dia selamanya
diundang dengan pakai karcis nama dan yang datang
mengundang sering juga Poan Louw Sam sendiri. Pertemuan
biasa terjadi di rumah makan atau di rumah lain dari Poan
Louw Sam. Cie Sie long seorang yang berusia enam puluh lebih,
hidupnya mewah, apa pula dia ber kenalan baik dengan
seorang ongya atau raja muda, tidak heran bila Louw Sam si
Teromok selalu berdampingan pada sielong ini Buat Louw Sam
adalah sangat berfaedah akan tempel orang berpangkat dan
berpengaruh, disatu pihak mudah buat keperluan apa2, dilain
pihak dengan sendirinya dia turut dapat pengaruh.
"Diluaran orang bilang, kau berniat ikut Cie Sielong." kata
Bouw Pek yang berlaku terus terang.
Ditanya begitu, Matanya si nona menjali merah.
"Sama sekali aku tidak pernah pikir buat ikut Cie Sie long"
katanya. "Disebelah itu, Cie Sielong sendiri sudah punya dua
gundik dan dia tidak inginkan gundik ketiga. Adalah Poan
Louw Sam punya bisa, yang hendak gunai diriku buat bisa
rapati sielong itu, agar dia bisa membalas budi............"
Mendengar perkataan si nona. Bouw Pek jadi benci Louw
Sam. "Kalau aku dapat ketika bertemu dia, aku mesti kasi
hajaran padanya," pikirnya. Tidak terlalu lama dia pamitan dan
pulang. Dihari kelima sedari berangkatnya Tek Siauw Hong. hari itu
hawa udara sangat panas. Lie Bouw Pek keluar dari kamarnya
dan pergi berangin diluar, dengan gelar tikar dia rebahkan diri,
dengan kipas mengkipasi tubuhnya.
Pelataran didepan kamarnya Bouw Pek ini sangat sunyi. dia
memang biasa berada dalam kesunyian, karena dia tidak
punya kawan bi?cara, sedang hweeshio2 disitu pun jarang
suka pasang omong dengannya. Ada juga ka?wannya ialah
patung Buddha tua dipendopo serta peti mati di kedua
samping pendopo itu ........
Rebah telentang, Bouw Pek memandang langit dimana
sang awan yang putih terbang melayang layang Disini dia
merasai juga hawa sejuk, maka lama lama matanya ngantuk.
Ada lah disaat dia layap2 hendak pulas, kupingnya dengar
suara ramai dari banyak tin?dakan kaki, yang mendatangi
kejurusan kamarnya itu. Karena itu, dengan buka kedua
matanya dia memandang kejurusan dari mana suara itu
datang. tiga orang kelihatan sedang mendatangi, satu diantaranya
seorang jang usianya kurang lebih tiga puluh tahun bajunya
putih, tangan nya mencekal kipas, tubuhmu tidak tinggi,
mukanya yang kurus berkulit hitam, matanya ber
cahaya. dia kelihatannya bersemangat.
Bouw Pek lantas ingat siapa dia itu. Dia adalah Siu Bie to
Oey Kie Pok, yang kata nya sangat ternama didalam kota


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pakkhia ini. Tentu sekali dia heran atas kedatangan orang ini, dia
segera berbangkit.
"Cari siapa, heh ?" dia tanya seraya kancingkan baju
pendeknya. Siu Bie to datang bersama dua pengikutnya, dia
menghampirkan. "Tuan, apakah kau Lie Bouw Pek Lie ya?" dia tanya sembari
bersenyum. ,Benar, aku Lie Bouw Pek," sahut anak muda kita, yang
balas hormat orang. dia menduga duga, tamu ini datang
dengan maksud baik atau sebaliknya.
Kembali Oey Kie Pok unjuk hormatnya dengan rangkap
kedua tangannya.
"Sudah lama aku telah dengar nama kau, Lie ya !" kata dia
dengan manis. Tapi dia pandang anak muda kita dari atas
kebawah. "Aku Kim Long Cay," dia kemudian perkenalkan diri.
Didalam hatinya Bouw Pek tertawa, kenapa orang mesti
membohong dengan pakai nama lain "
Tamu itu rupanya tidak duga, atau tidak perduli apa yang
orang pikir tentang dirinya, rupanya dia tidak kenal baik
namanya. Dia bicara terus.
"Aku gemar ilmu silat, maka itu terhadap orang2 gagah dari
kalangan Sungai Telaga aku sangat menaruh harga,"
demikian dia kata pula. "Begitulah, dengan maksud serupa,
sekarang aku telah datang berkunjung kemari. Selama ini, Lie
ya, kau bersobat rapat dan bergaul kekal dengan Tek Siauw
Hong, hingga lantaran itu Siauw Hong telah anggap dirinya
menjadi enghiong nomer satu di Pakkhia. Lain dari itu, tuan
aku juga telah dengar yang di Seeho shia kau telah rubuhkan
Sey Lu Pou Gui Hong Siang dan di Lam hwee wa sudah lukai
Hoa chio Phang Liong, serta kau telah sesumbar hendak
takluki Sie Bie to Oey Kie Pok, Ginchio Ciang kun Khu Kong
Ciauw dan Kim too Phang-Bouw ! Apakah ini benar?"
Beda daripada mula2 diwaktu menanya, Oey Kie Pok telah
unjuk senyuman tawar, sikapnya sungguh2 sekali.
Sampai disitu Lie Bouw Pek lantas duga yang orang datang
dengan maksud tidak baik terbukti dugaan sikapnya yang
demikian aneh dan dengan tukar nama juga. Oleh karena dia
tidak takut, dia lalu angkat dada .
"Benar," dia akui "benar semua ucapan itu aku telah
keluarkan ! yang lain lain aku tidak pikir, kecuali Siu Bie to Oey
Kie Pok. Dia ini, mengandalkan pengaruh uangnya, sudah
bawa tingkah seperti juga satu pa ong, satu raja jagoan,
hingga tingkahnya itu aku tidak bisa lihat ! Tunggulah sampai
nanti hawa udara sudah berobah menjadi sedikit sejuk, pasti
aku nanti cari padanya, buat kita coba" !"
Oey Kie Pok dengar ucapan itu, dengan air muka berobah
menjadi merah, karena berdepan orang telah damprat dia.
"Tidak usah, tuan, tidak usah kau cari Oey Kie Pok," dia lalu
bilang. Oey Su ya itu sebenarnya seorang baik2, yang hati nya
murah dan suka mengamal ! dia tentu sekali sebagai orang
baik baik tidak nanti mau pie-bu dengan orang tidak ternama
dari kalang?an Sungai Telaga ! Aku sobatnya, sebagai
so?batnya. aku tidak bisa lihat yang orang pan?dang enteng
padanya, aku tentu tidak mau mengerti. Tapi, sobat, kau
sobatnya Tek Siauw Hong. karena itu kita juga tidak boleh
tidak me?mandang persobatan. Maka itu sekarang aku datang
melulu dengan maksud buat ,main2, buat minta pengajaran
dari kau ! Jikalau kau bisa menangkan aku, tuan, sudah pasti
sekali juga Siu Bie to Oey Kie Pok akan pandang hormat pada
kau . . .!"
Bouw Pek bersenyum dingin.
"Nyatalah Oey Kie Pok ini seorang yang licin." Pikirnya "Ia
mau piebu padaku, tetapi dia tidak mau perkenalkan diri, dia
lebih suka memakai nama palsu. Tapi ini lebih baik lagi, aku
jadi tidak usah berlaku sungkan lagi. sebentar sesudah coba
coba. baru kita bicara pula bagaimana baiknya
Karena dia berpikir demikian, dia lantas menjawab:
"Baiklah, tuan Kim, aku bersedia akan iringi kehendak kau
!!" Oey Kie Pok manggut, kelihatannya dia puas sekali, dengan
tidak kata apa apa lagi dia buka baju luarnya yang panjang
dan gerombongan, bersama sama kipasnya dia serahkan baju
itu pada dua pengikutnya. dia ternyata sudah siap dengan
pakaian yang ringkas, hingga tinggal gulung tangan bajunya
saja. "Saudara Lie, silahkan maju !" dia menan?tang setelah dia
maju beberapa tindak dan pasang kuda kudanya.
Memandang gerakan2 orang, Bouw Pek duga Siu Bie to
mesti punya kepandaian yang berarti, tetapi dia tidak takut,
setelah gulung tangan bajunya diapun lantas maju
menghampirkan, Dengan benar benar tidak sungkan sungkan
lagi dia kirim jotosannya. Sudah tentu dia mengancam untuk
mencoba coba dulu, akan cari tahu, pelajaran Oey Kie Pok dari
golongan mana. Begitu tonjokan sampai, Oey Kie Pok berkelit kekiri, dari
sini dia maju pula dengan cepat, kedua tangannya diangkat
dan dibuka buat ganjal iga si anak muda iga yang ter?buka
karena tonjokan maju kedepan !
Segera juga Lie Bouw Pek lihat gerakan Patwa tiang itu, dia
lantas tahu bagaimana mesti melayani. Dengan enjotan kaki
kanan dan kaki kiri terangkat naik dia perlihatkan
kepandaiannya lompat tinggi yang luar biasa, karena tubuhnya
sudah mencelat keatas, melewati kepalanya si orang she Oey
siapa ber bareng pun mendek, bahna kegetnya menam?pak
gerakan istimewa dari lawan itu ! Tapi Kie Pok bisa menduga
niatan musuh, maka di satu pihak menarik pulang kedua
tangannya di pihak lain dia lekas balik badan. dia ternyata
bisa berlaku sebat, tapi baru saja dia putar tubuhnya, atau
kepalan Lie Bouw Pek sudan menyambarnya. Sebab anak
muda itu, setelah turun menginjak tanah, sudah lantas
balikkan badan terus menyerang punggung orang.
Menangkis tangan kiri lawan, Oey Kie Pok bikin gerakan
menggaet, buat betot lengan musuh. Tenaganya besar sekali,
cekalannya keras, hingga Bouw Pek merasa lengannya itu
seperti gemetar. Tapi dia tidak takut, dengan tidak gubris
gaetan musuh itu, dia pasang kuda kudanya. dia tidak berkelit
atau menyerang, dia hanya kasi dirinya dibetot !.
Siu Bie to diam diam terkejut mengetahui kuda kuda orang
yang tangguh, karena kendati dia telah keluarkan antero
tenaga nya dia tak mampu bikin bergeming tubuh lawan itu,
yang tadinya dia hendak betot supaya rubuh ngusruk ! Tapi
dia tidak mau adu tenaga, mengetahui musuh tangguh, lekas
lekas dia angkat kaki kanannya akan dupak perut orang !
Bouw Pek unjuk kesebatannya, dengan satu gerakan
memutar lengan dia bikin lengannya telepas dari gaetan
musuh. berbareng dengan itu dia gerakkan kedua kakinya,
lompat kesamping. Tapi setelah lolos dari gaetan dan bebas
dari dupakan. dia balas menyerang. Cepat luar biasa dia maju
dan tonjok da?da lawan itu tidak berdaya sama sekali !
Berbareng dengan suara keras: "Duk !" dari samping ada
orang menjerit dengan lidah Shoasay yang nyata sekali: "
Bagus !" Oey Kie Pok rasai kepalanya pusing, tubuh nya menjadi
limbung, dia tentu sudah rubuh jikalau dua pengikutnya tidak
lekas lompat menubruk. Dia meringis, bahna menahan sakit
pada dadanya, mukanya menjadi pucat se?perti kertas
Kendati demikian dia masih bisa melirik kesamping, buat lihat
orang yang memuji bagus itu, yang bicara dengan lidah
Shoasay. Orang Shoasay itu punya tubuh tidak ting?gi, akan tetapi
mukanya bundar dan montok atau tembem, bajunya yang
putih d sambung dengan kun putih juga Dari dandanan dan
romannya terang dia seorang pedagang kecil. tapi entah
kapan masuknya sampai dia mendadak berada didalam bio
itu. "Sobat, bukankah kau menyerah kalah "'' tanya Bouw Pek
sambil tertawa, dengan sengaja unjuk sikap jumawa.
Mukanya Oey Kie Pok menjadi merah, bahna malu dan
gusar. "Ya, aku kalah !" kata dia dengan sengit. "Tapi Siu Bie to
Oey Kie Pok tidak nanti mau menyerah, segera dia akan
datang buat cari kau......!"
Mendengar demikian, Lie Bouw Pek tertawa berkakakan.
"Oey Kie Pok terlalu menghina !" dia kata dengan keras.
"Apakah kau sangka aku tidak kenal kau, kau Oey Kie Pok
sendiri !"
Bukan main malunya Sie Bie to. yang rahasianya di beber di
hadapannya sendiri, dia hampir tidak punya tempat akan taruh
mukanya itu ! Maka akhirnya dia menghela napas, ia diam
saja waktu dua pengikutnya pepayang dia buat diajak keluar,
akan berlalu dari gereja itu.
Sekarang si gemuk si orang Shoasay, hampirkan Lie Bouw
Pek, tangannya diangkatnya , jempolnya diacungkan.
"Lie Toaya, aku kagum betul!" kata dia sambil tersenyum.
"Kemarin ini kau telah lukai Hoa-chio Phang Liong, sekarang
kau rubuhkan Siu Bie to Ui Kie Pok. maka di kota Pakkhia ini.
apabila orang bicara tentang ilmu silat, nama kau mestinya
ditaruh di tingkatan paling atas !"
"Tetapi kepandaianku tidak berarti." kata Bouw Pek, yang
tapinya tertawa dengan puas. "Orang yang berkepandaian
sejati tidak nanti berani buka mulut besar. Siu Bie to namanya
saja besar dia hanya beranggapan, bahwa dikolong langit
tidak ada orang lain yang bisa rendengi padanya, dia tidak
tahu. orang pandai bukanlah dia sendiri saja. Maka orang
seperti dia satu kali mesti diajar adat. supaya tahu rasa !"
Lantas dia tunjuk tikarnya. ..Tuan, silahkan duduk ! Mari kita
pasang omong !"
ORANG Shoasay ini, yang kate dan gemuk, sebenarnya
adalah pengusaha sebuah warung arak diluar Siosiang
Hootong sebelah utara, karena lidahnya masih saja lidah
Shoasay Selatan, bisa dimengerti yang dia belum lama
berdiam di Pakkhia. Warung araknya yang berupa satu
ruangan, diurus oleh dia sendiri serta satu pengawasnya.
Beberapa kali Lie Bouw Pek telah pergi kewarung araknya
akan minum dan beli kue, atau di situ dia sekalian dahar,
maka itu dia kenal pemilik warung itu, siapa ternyata seorang
yang pandai omong hingga dia bisa dijadikan teman kongkouw.
Tidak tahu bagaimana jalannya, tukang warung ini telah
mendapat tahu yang di Lam hwee wa si orang muda sudah
kasi hajaran pada Hoa chio Phang Liong, dengan sendirinya
timbullah perasaan suka pada pemuda ini. yang dibuat kagum,
yang dia hargakan.
"Tadi aku lihat Siu Bie to Oey Kie Pok naik kereta datang
kegereja ini, aku lantas duga dia tentu mau cari Lie Toaya
buat adu silat" kata tukang warung ini, "karena ingin
menonton aku lantas tinggalkan warungku dengan tidak
keburu saling pakaian lagi aku tadinya pikir sebab Siu Bie to
salah satu orang yang tersohor di Pakkhia, buat rubuhkan dia
toaya mestinya akan gunai banyak tenaga dan tempo, maka
ha ha ha ! ada lah diluar dugaanku, baru dua tiga gebrakan
saja dia sudah mesti rasai kepalan toaya, sampai hampir
rubuh akan berkenalan dengan tanah Lie Toaya, kau begini
pandai, kau sebenarnya belajar pada guru silat yang mana sih
!" "Aku tidak punya guru," Bouw Pek tertawa. "ketika aku
tinggal dikampungku, di sana aku yakinkan silat dengan
membuta beberapa tahun .........Tapi tuan," dia sambungi,
"kita berdua sering bertemu dan sering duduk bicara, tapi
sampai sebegitu jauh aku masih belum ketahui she dan
namamu! Tuan kau sebenarnya siapa ?".
"Terima kasih buat perhatian kau toaya!" tukang arak itu
tertawa. "Sheku Su. Aku punya nama, tetapi karena sudah
banyak ta?hun orang tidak pernah panggil aku dengan
namaku itu, aku sendiri sampai lupa ! Umum nya orang
panggil aku Su Toa atau Su Poan cu, si Gemuk ........"
"Su Ciangkui," kata Bouw Pek kemudian, "aku lihat silat kau
juga tidak bisa dicela, bukankah ?"'
Ditanya begitu tukang warung ini unjuk roman kaget atau
heran. "Toaya. apa kau bilang ?" dia tegasi. "Perdaganganku " Ya,
boleh dibilang tidak bisa dicela ! Langganan cukup banyak !
Dari arak aku tidak bisa tarik keuntungan besar ! Dari sayuran,
Ya, boleh juga ! Tapi kami cuma berdua, aku dan orang tuaku,
untuk hidup kami berdua bisa dibilang cukupan ! ...."
Bouw Pek tertawa.
"Apa yang aku bilang, Su Ciangkun, bukan hal-nya
perdaganganmu" dia jelaskan. "Aku maksudkan ilmu silatmu
permainan totok, tumbak, kepalan dan kaki ! Bukankah kau
punya kepandaian yang sempurna ?"
Tukang warung itu tertawa.
"Toaja, janganlah kau angkat angkat aku !" dia kata.
"Tubuhku begini gemuk, buat jalan saja aku hampir tidak
kuat, bagaimana aku masih punya kemampuan gerakkan
golok dan kepalan " yang benar adalah, bahwa aku paling
kagumi kepandaian orang lain, malah segala tukang jual silat,
sampaipun wayang, aku paling suka nonton !"
"Bagaimana kau bisa kenal Siu Bie-to ?" tanya Bouw Pek,
yang lalu tukar pembicaraannya.
"Sebenarnya aku tinggal di Pakkhia ini sudah hampir dua
tahun," Su Poan cu aku, "maka itu jangan toaya heran, jikalau
aku kenal atau ketahui banyak orang, apa pula Siu Bie to.
Toaya sendiri duga niscaya telah dengar namanya Siu Oey Su,
jalan Siu Bie to Oey Kie Pok di kota timur laut dan Poan Louw
Sam si Terokmok di kota selatan Mereka itu dua malaikat uang
Pakkhia. Poan-Louw Sam buka beberapa kantor tempat tukar
uang, dia kenal banyak orang mewah, meskipun begitu nama
besarnya masih kalah dari Oey Kie Pok. Umpamanya saja Oey
Kie Pok pun terkenal dalam hal bugee, dalam hal mengamal,
dalam hal memperbaiki rumah-berhala, Poan Louw Sam kalah
jauh !" Di-sebutanya nama Poan Louw Sam membikin Bouw Pek
jadi kumat kebenciannya terhadap si Terokmok itu.
"Sekarang aku telah rubuhkan Oey Kie Pok, lain kali mesti
datang gilirannya Poan Louw Sam buat diajar adat ! dia
berpikir. .Mereka itu tidak boleh di antap berpengaruh dengan
uangnya, mereka mesti dikasi mengerti, agar mereka jangan
tidak pandang mata pada semua orang !"


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kendati dia pikir demikian anak muda ini kata pada si
Gemuk : "Menurut pemandanganku, karena Oey Kie Pok dan Poan
Lauw Sam barharta besar dan berpengaruh, perbuatan
mereka se-hari2 tentunya busuk ?"
"Itulah ada benarnya", Su Poan-cu jawab. "Diantara
mereka, Oey Kie Pok masih mendingan, kendati karena
uangnya dia suka menghina sesamanya, dia masih kenal
persobatan dan masih suka mengamal. Sampaipun nona2 dari
Han kee thoa, di Cio tauw Hoo tong kendati mereka benci
sebut namanya Poan Louw Sam, mereka tidak berani banyak
omong. Sekarang ini baik orang berpangkat maupun orang
berharta, kalau dia mau ambil nona2 manis buat jadi istri atau
gundiknya, tidak perduli si nona sendiri setujui, lebih dulu dia
mesti cari tahu si nona yang tersangkut itu punya
perhubungan dengan Poan Louw Sam atau tidak, asal yang
Poan Louw Sam kenal, siapa juga lantas tidak berani ambil."
Bouw Pek awaskan sobat ini, ucapan siapa bikin dia heran
dan berbareng kurang percaya. dia memang tidak boleh
sembarangan dengar omongan orang.
Su Poan cu tidak perdulikan apa yang orang pikir, dia kata
pula; "Sekarang ini. Lie Toaya oleh karena kau telah rubuhkan
Oey Kie Pok, selanjutnya kau harus berlaku hati hati. kau
mesti ber?siaga, kalau kalau dia gunai satu atau lain daya
untuk balas sakit hati nya ini !....."
"Aku tidak takut !" kata Lie Bouw Pek. sambil goyang
kepala dengan tersenyum ewah "Aku sebatangkara, paling
banyak juga mereka bisa bikin aku tidak mampu tancap kaki
lebih lama disini ! Andaikata kejadian mereka main tipu usir
aku, disaat aku hendak angkat kaki aku mesti lakukan suatu
apa yang mengejutkan, supaya segolongannya bisa lihat !"
Tadinya Su Poan cu hendak berkata kata pula, tetapi ia
lihat seorang hweeshio lagi mendatangi, dia lantas saja
terbangkit. "Baiklah, toaya, sarnpai kita bertemu pula !" katanya.
Bouw Pek pun berbangkit.
"Baiklah sampai bertemu pula " dia kata Maaf, aku tidak
antar kau."
Seberlalunya si Gemuk, si hweeshio yang telah datang
dekat telah menjura pada Bouw Pek, gerak gerakannya mirip
sebagai dia sedang unjuk hormatnya pada Budha.
"Kabarnya Oey Su ya tadi datang kemari," berkata dia. Oey
Su ya seorang dermawan yang gemar menderma dan
mengamal, sebagai mana belakangan ini dia sudah perbaiki
Tay Cu Sie dan Tiauw In Am. Kau kenal Oey Su ya. Lie Looya
kami mau minta pertolongan kau. Sukalah kau omong pada
Oey Su ya, supaya ia suka menderma atau memperbaiki
gereja kami ini. Umpama kata Oey Su ya suka menulis
beberapa ratus tail perak dalam buku urunan kami, lantas
dengan leluasa kami bisa bawa buku urunan itu untuk
memungut derma di tempat2 lain."
Paderi ini lantas unjuk bagian mana yang perlu diperbaiki,
bagian mana yang mesti di cat lagi, omongannya manis dan
menghormat. Bouw Pek tertawa didalam hatinya.
"Kasihan paderi tolol ini," dia pikir. "Baru saja aku hajar Oey
Kie Pok atau dia seka?rang suruh aku pergi pada cabang atas
itu buat mintakan derma, apa ini tidak lucu ! Mana aku bisa
pergi dan Oey Kie Pok sudi ladeni aku ?"
Tapi dia tidak mau bikin paderi itu kecele.
"Baiklah," dia menyahut. "lain kali, pelahan lahan, aku nanti
bicara dengan hartawan she Oey itu. Hari ini pertemuanku
yang pertama, aku tidak boleh sembarangan buka mulut
terhadap dia."
"Baiklah, toaya, aku harap betul peranta?raan kau. buat itu
terlebih dulu aku hatur?kan beribu ribu terima kasih," berkata
paderi. itu, yang lantas saja permisi undurkan diri.
Lie Bouw Pek duduk lagi sendirian saja. dia menghela
napas. "Benar2 dunia aneh," pikirnya. "Siapa nyana, bahwa antara
orang2 suci juga ada mereka yang perlu membaiki orang
hartawan " Oey Kie Pok dan Poan Louw Sam orang biasa saja
mereka tidak punya kepandaian, mereka bukannya orang2
bangsawan, melulu kerena uangnya, mereka lantas bisa bawa
lagak seperti orang2 agung, apa ini tidak ganjil " Sebaliknya
aku. aku punya kepandaian, silat dan surat, kenapakah buat
jadi juru tulis saja aku masih tidak mampu " Bukankah
andaikata aku tidak dapatkan Tek Siauw Hong yang mula
sebagai kenalan, sekarang ini aku akan sudah menjadi
pengemis, atau sedikit nya aku sudah kekurangan makan dan
pakaian tidak keruan?"
Memikir demikian Bouw Pek jadi uring uringan, dia
mendongkol. dia berbangku buat masuk kedalam kamarnya,
dia ambil pedang nya, apabila sudah keluar pula, dengan
pedangnya itu dia lantas bersilat, begitu lama, sampai dia
keluar keringat. Kemudian, dengan mata menyala, dia awasi
pedangnya yang tajam itu.
Pikiran anak muda ini jadi tidak tente?ram, beberapa kali
dia menghela napas, dia letakkan pedangnya diatas tikar, dia
lalu jalan mondar mandir akan kendalikan napasnya. Coba dia
tidak mampu kendalikan diri, barang kali dia sudah pergi
kesuatu tempat dan terbitkan onar !
Memungut pedangnya, Bouw Pek pergi ke dalam kamarnya
akan taruh senjata itu, setelah pakai baju luar dia bertindak
kewarung arak dari Su Poan cu. Disitu ada dua buah media
serta empat bangku panjang, disitu sudah ada delapan orang,
yang sedang duduk sambil pasang omong.
Melihat kursi meja sudah penuh, anak muda kita niat
berlalu lagi. Tapi Su Poan cu, dengan pakaiannya yang biasa,
telah lihat dia, tukang arak ini segera juga berteriak
memanggil, katanya :
"Lie Toaya, mari ! mari, Lie Toaya, disini ada tempat untuk
kau!" "Kalau tidak ada tempat sebentar saja aku datang lagi !'
Bouw Pek kata sambil tertawa.
"Ada, toaya, ada tempat !" Su Poan cu kata pula seraya
menghampirkan. Lie Bouw Pek tidak jadi berlalu, dia terima tawaran itu.
Nyata dia telah dibawa ma?suk ketempatnya tuan rumah
sendiri, dimana ada satu bangku kecil.
"Apakah toaya suka duduk disini ?" si Gemuk tanya.
"Dengan aku duduk disini, sama juga aku gantikan kau jadi
tukang warung !" Bouw Pek kata sambil tertawa.
"Itulah tidak ada halangannya toaya !" Su Poan cu juga
tertawa. Malah kalau benar kau menggantikan aku. tidak bisa
ti?dak, warungku ini mesti dirombak dibikin menjadi sembilan
ruangannya dan besar pintunya!"
Karena gemuknya, selagi tertawa, dagingnya Su Poan cu
pada bergerak gerak.
Pembicaraan mereka membikin tamu2 lain, pada menoleh,
rupanya rupanya mereka ada yang mengenali pemuda kita,
mereka lantas saja bicara sambil berbisik.
Su Poan cu tidak perdulikan sikapnya sekalian tamu itu, dia
terus bawa caranya sendiri. dia layani Lie Bouw Pek sebagai
juga pemuda ini tamu agung : dia tolong bukakan baju
luarnya, dia ambilkan kipas, kemudian dengan lekas dia
sedukan arak dan beberapa rupa sayuran sebagai temannya.
ia juga layani isikan cawannya.
Bouw Pek merasa tidak enak diperlakukan dengan hormat
dan telaten begitu.
"Sudah, Su Ciangkui, kau tidak usah layani aku," dia
berkata. "Sebentar tolong kau suruh pegawaimu pergi
kesebelah buat belikan aku kue."
"Baiklah, toaya," sahut tuan rumah itu.
Bouw Pek lantas irup araknya pelahan2 cawannya dia isikan
pula. Iapun duduk sambil kipasi diri. Ketika dia telah tenggak
habis satu poci, dia rasai mukanya panas, karena kuatir jadi
sinting, dia lantas tidak minum pula.
Sebentar kemudian beberapa tamu telah berlalu, dengan
begitu Su Poan cu tidak Ingin repot seperti tadi dia bisa
pasang omong dengan pemuda kita,
"Lie Toaya kau dengar kabar atau tidak?" katanya, agaknya
dia anggap pembicaraannya penting sekali. "Di Cay sie kauw
ada sebuah toko cita merk Po lek, tuan tokonya tadi telah
binasa karena telan candu !"
Bouw Pek tahu toko itu, yang terpisah tak seberapa jauh
dari warungnya Su Poan cu.
"Bukankah perdagangannya toko itu maju?" ia tanya.
,.Ya, kelihatannya maju !" si Gemuk jawab "Sebenarnya,
sudah sekian lama toko itu menghadap kesukaran, hingga
hasilnya tidak bisa dipakai menutup bunga saja ia telah pakai
ongkos besar, untuk itu dia telah pinjam uang sampai
beberapa ribu tail perak dan sumber uangnya adalah toko
chiancung kepunyaan Poan Louw Sam."
Bouw Pek menjadi luar biasa tertarik, karena namanya
Louw Sam si terokmok disebut sebut.
"Kabarnya bunganya pinjaman besar sekali" Su Poan cu
omong lebih jauh.
"Pokok dan bunga sekarang telah berjumlah mendekati
sepuluh ribu. Sudah dua hari lamanya Poan Louw Sam
mendesak supaya hutang2 itu dibayar. Bunga sudah dibayar
betul, tetapi Louw Sam masih tidak mau mengerti, dia ingin
dibayar pokoknya sekalian Kabarnya belakangan tuan toko
sudah lunaskan separuh dari hutangnya, tetapi Louw Sam
tetap tidak mau mengerti, kabarnya dia sudah mengancam
mau bikin dakwaan pada pembesar negeri dan mau tutup toko
itu, dengan si tuan toko sendiri mau ditangkap untuk di tahan.
Inilah rupanya yang menjadikan sebab tuan toko jadi
mendongkol malu dan takut dengan berbareng sampai
akhirnya dia nekat. Tadi sehabis bersantap tengah hari dia
masuk ke dalam kamarnya, katanya buat tidur tidak tahunya
dia tidur untuk se lama2nya. Entah kapan dia sudah telan
candu yang menewaskan jiwanya.
Jilid 9 SU POAN CU cerita seperti pembawa kabar saja, tidak
tahunya Bouw Pek dengari itu dengan sungguh2 dan hatinya
panas bukan main. ia telah tenggak pula araknya, sedang
tadinya dia sudah mau berhenti minum.
"Kiranya dengan cara beginilah Louw Sam bikin dirinya
kaya" kata dia dengan bersenyum ewah. "Baiklah, nanti
datang waktunya yang aku akan bikin Poan Louw Sam kenal
siapa adanya aku !"
Ketika itu datang dua tamu, Su Poan cu tinggalkan
sobatnya akan layani dua orang itu.
"Catat saja semua apa yang aku dahar dan minum," kata
Bouw Pek kemudian. dia berbangkit dan pakai baju luarnya,
lantas bertindak keluar dari warung arak itu. dia bertindak
dibawah sinar bulan dan bintang yang guram, dia jalan
pelahan, hatinya masih panas, sedang pengaruh arak
menambah panesnya hati itu.
Dengan pulang kegereja, apa aku mesti lakukan" pikir dia
"Lebih baik aku pergi pada Siam Nio dan kongkouw dengan
sinona. Ingat Cui Siam. hatinya anak muda ini goncang. Tapi dia
jalan terus menuju ke Hin-kie thoa. Ketika sampai didepan Po
Hoa Pan, dia lihat api terang dan orang yang keluar masuk
banyak. Di depan rumah juga ada menunggu beberapa
kereta. "Boleh jadi Cui Siam sedang layani tamu" pikir anak muda
kita. Tapi, biar bagaimana juga, aku mesti ketemukan dia."
Dia bertindak masuk, atas mana jongos segera sambut dia.
"Lie Toaya datang !" dia berkata sambil tertawa. "Nona Cui
Siam ada tamunya !"
"Siapakah tamu itu ?" Bouw Pek tanya.
"Louw Sam ya sahut jongos itu, kembali sambil tertawa.
"Boleh jadi tidak lama kemudian dia akan berlalu. Baiklah
toaya pergi dulu kekamar sebelah......."
Hatinya Bouw Pek memukul.
"Kalau tamu itu Louw Sam-ya, tidak apa !" dia bilang. "Aku
kenal Louw Sam ya, nanti aku sekalian ketemukan dia !"
"Kalau begitu, silahkan toaya naik ditangga dengan
tindakan berlari lari itu, yang terus saja dongak dan
menyerukan : "Tamu buat nona Cui Siam !"
Bouw Pek sementara itu sudah naik di tangga dengan
tindakan perlahan2, dengan lekas dia sampai diatas, baru saja
dia berada didepan pintu kamarnya Cui Siam, Cia Mama telah
papak dia. Pada muka yang kisut dan kurus dari nyonya tua ini
tersugging senyuman, tentu saja senyuman yang di-bikin2.
Hampir seperti berbisik, dia kata pada tamunya :
"Lie Toaya, baik kau datang lain kali saja. Sekarang Louw
Sam ya ada dikamarnya si Siam."
Bouw Pek mendongkol, hingga mukanya menjadi merah.
Belum sampai dia buka mulutnya, kupingnya segera dengar
tertawa yang keras dan kaku, datangnya dari kamarnya Siam
Nio, suara tertawa mana segera disusul dengan suara tertawa
yang empuk. Tentu saja suara tertawa itu melulu menambah
ke mendongkolannya. dia gusar bercampur iri hati.
"Apa " Poan Louw Sam ada didalam ?" dia kata dengnn
suara keras. "Dia itu mahluk apa" Aku tidak takut dia. Suruh
Cui Siam keluar, aku mau bicara padanya, tidak lama, aku
akan lantas pergi lagi!"
Sikapnya anak muda ini bikin Cia Loo mama menjadi sibuk
bukan main, hingga dia banting2 kakinya.
"Lie Looya," katanya, "bicaralah pelahan sedikit........"
Suara tertawa didalam kamar berhenti dengan mendadak,
sebagai gantinya kere disingkap dan satu tubuh yang tinggi
dan terokmok muncul keluar. Diterangnya lampu, dia kelihatan
berusia empatpuluh lebih, tidak piara kumis, matanya kecil.
mulutnya lebar, kedua pipinya nonjol jauh hingga umpama
kata melebihi mancungnya hidungnya Pakaiannya dan
dandanannya menyatakan dia seperti seorang besar. Dengan
mata yang dibuka lebar dia awasi anak muda kita.
"Apa kau mau, eh ?" dia menegor.
Bouw Pek hampir angkat tangannya akan hajar muka
tembem itu, baiknya dia masih bisa kerdilkan diri. dia angkat
dada. "Aku Lie Bouw Pek, aku sobatnya Cui Siam!" dia
perkenalkan diri.
Dengan pelahan, Poan Louw Sam manggut manggut.


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadinya kaulah yang dipanggil Lie Bouw Pek !" kata dia
dengan angkuh. "Selama beberapa hari ini segala pengemis
ditengah jalan ramai bicarakan nama kau katanya kau doyan
sekali berkelahi ! Aku tanya kau, apakah kau yang barusan
sebut2 namaku Poan Louw Sam ?"
"Betul !" sahut Bouw Pek dengan sikap menantang. "Aku
memang tahu kau adalah Poan Louw Sam si Terokmok, kau
berniat membeli Siam Nio, yang kau hendak serahkan pada
Cie Sie long, yang kau sedang tempel ! Kaulah yang
menyebabkan matinya tuan toko di Cay sie kauw tadi !
Ketahuilah, Poan Louw Sam, aku memang datang cari kau,
untuk coba2 sama kau !"
Louw Sam adalah saorang yang belum pernah dihina
dimuka umum, dia belum pernah mendapat malu dimuka
orang banyak, maka itu bisa dimengerti, kendati dia jeri
terhadap anak muda kita, dia toh tidak mau mengalah
secara mentah2. Begitulah dia kasih dengar suara dihidung,
mulutnya dia buat maju.
"Orang she Lie, kau benar bernyali besar !" kata dia sambil
berseru, dia bawa aksi buat tutupi tembaganya. "Tapi
sekarang aku tidak punya tempo buat layani kau, nanti saja
kita cari lain waktu ! ......"
Setelah kata begitu, Poan Louw Sam putar tubuhnya,
masuk kembali kekamarnya Cui Siam.
"Kembali !" membentak Bouw Pek, yang sambar panggung
orang, yang ditarik dengan mendadak.
Poan Louw Sam bertubuh besar dan berat, tetapi tangan
Bouw Pek yang kuat bikin dia tidak mampu bertindak terus,
dia mesti berbalik dengan terpaksa. Mukanya menyadi merah
dan pucat, bahna mendongkol berbareng malu, hatinya
goncang. "Kau mau apa?" dia masih tanya dengan suara nyaring.
Sebagai jawaban, sebelah tangannya Bouw Pek melayang
pada pipinya, atas mana terdengarlah gaplokan yang nyaring,
sampai si Terokmok meringis bahna kesakitan. Tapi dia jadi
nekad, dia ulur tangannya dengan niatan sambar anak muda
itu buat digoeyeng.
"Hai ! Kau berani pukul aku! Dia menjerit dengan susah.
Bouw Pek tidak jawab tegoran itu, hanya tangan orang dia
segera tangkap dan betot, kakinya berbareng mendupak
lututnya. atas mana si terokmok lantas jatuh ngusruk, terus
berlutut ! "Sekarang Lie Toaya mau hajar kau sampai mampus !" dia
berseru kemudian.
Seruan ini disusul dengan dupakan pada batok kepalanya,
maka sambil menjerit Poan Louw Sam jatuh ngusruk kejubin
lauwteng. Ketika dupakan lain menyusul, lagi2 dia menjerit !
"Mati aku!" demikian suaranya.
Si Terokmok ini telah mati daya !
Sampai disitu Cia Mama dan beberapa jongos serta
beberapa tamu dan nona2 manis telah keluar dan merubung,
karena mereka telah dengar ada orang berkelahi.
Cui Siam lari keluar, dia tubruk Bouw Pek buat dipeluk!.
"Jangan, Lie Looya. kau jangan pukul dia lagi," dia kata
sambil menangis. "Kalau kau pukul lagi, nanti dia mati......"
"Apa artinya dia mampus?" kata Bouw Pek dengan
mendelu. "Tidak lebih tidak kurang. aku hanya bikin kotor
tempat kau ini kalau dia mampus, aku Lie Bouw Pek bersedia
buat ganti jiwanya !"
Sembari kata begitu, Bouw Pek tendang paha Poan Louw
Sam yang penuh minyak, hingga dengan tubuh bergulingan si
terokmok itu menjerit kesakitan.
Dua tamu segera maju akan cegah Bouw Pek menendang
lebih jauh. dan beberapa jongos hampirkan Louw Sam buat
pimpin dia bangun.
Melihat begitu banyak orang, Louw Sam menjadi berani
lagi. "Hayo kau wakilkan aku hajar dia lagi !" dia berteriak
seraya tuding anak muda kita, dia menitah pada kawanan
jongos dan tamu tamu lainnya. "Jangan takut, kendati kau
hajar dia sampai mampus ! Malah aku akan kasihkan upah
seratus tail perak tiap orang nya !"
Dalam keadaan biasa, janji itu pasti akan bikin orang
meluruk maju. Siapa tidak mau bermuka muka terhadap
hartawan yang berpengaruh ini " Tapi sekarang lain. Semua
jongos tidak berani main gila terhadap Lie Bouw Pek. apa pula
dia ini sobat kekal dari Pek Siauw Hong maka, sebaliknya dari
pada dengar perintah, mereka malah membujuki:
"Sudah Sam ya, sudah, harap kau jangan gusar. Lie Looya
orang asing disini, dia juga tentu sedang mabok arak, harap
Sam ya jangan ladeni dia. Mari Sam ya naik kereta dan
pulang, besok sam ya boleh, datang pula dengan ajak orang
untuk bikin perdamaian, supaya dengan begitu urusan
menjadi habis Lie Looya seorang muda, baiklah Sam ya
berlaku sabar terhadapnya.
Tukang kereta Louw Sam telah datang, karena dia telah
dapat tahu apa yang terjadi di lauwteng, maka sebelumnya
majikan itu kata apa , dia bantu membujuki, dari itu separoh
dipaksa si terokmok ini telah di dukung turun dari lauwteng,
dibawa kekeretanya buat terus diantar pulang. Tapi karena
masih penasaran, selagi mau berlalu dia pentang bacot lebar2
: "Orang she Lie, hati2 kau ! Jangan kau bertingkah, kau
nanti lihat dan kenalkan Louw Sam ya !"
Bouw Pek gusar, dia mau hajar hartawan itu, tetapi Cui
Siam pegangi keras2.
"Jangan, looya. Jangan" kata si nona sambil menangis.
"Sukalah kau pandang aku, jangan kau serang dia pula......"
"Ya, jangan kau serang dia, looya," Cia Mama turut
berkata. "Louw Sam ya seorang yang berharta besar, kita
tidak boleh main gila terhadap dia !"
Tapi Lie Bouw Pek bersenyum tawar.
Orang lain boleh takut padanya, tetapi aku tidak !" dia
berseru. "Ia punya uang, aku punya kepalan, coba lihat,
uangnya yang lebih keras atau kepalanku ! "
Setelah kata begitu, dia tarik Siam Nio, dia ajak masuk
kedalam kamar. Maka semua nona2 lain, tamu2 dan jongos
lantas pada berlalu dan turun dari lauwteng. Semua nona dan
tamu balik kekamarnya masing2 dengan terus bicarakan
kejadian itu, begitu juga kawanan jongos.
Orang she Lie itu tidak saja liehay bugee nya, dia mestinya
berpengaruh juga," demikian orang men-duga2. Jikalau dia
tidak punya pengaruh, bagaimana dia berani hajar Poan Louw
Sam !" "Biasanya di kota selatan, Poan Louw Sam lebih
berpengaruh dan malaikat uang, lebih berkuasa daripada Giam
Lo Ong, siapa sangka hari ini dia mesti rasai orang gaplok dan
dupak dia pergi datang !" kata yang lain. "Karena dia telah
rubuh, hingga namanya jadi merosot, dia tentunya tidak akan
mau mengerti, boleh jadi sebentar dia datang pula dengan
bawa banyak orang, atau dia kirim orang2nya buat hajar si
orang she Lie ini !
Diantara orang didalam rumah pelesiran itu, Cia Loo mama
adalah yang paling sibuk dan kuatir sampai hatinya
tergoncang terus, air mukanya juga terus pucat, sebab takut.
"Lie-ya," demikian dia kata pada anak muda kita, "Menurut
aku, baiklah kau menyingkir saja buat sedikit
waktu......Sebentar Louw Sam tentu akan datang pula
bersama orang2 nya. ia punya banyak orang, yang kabarnya
semua bangsa kasar ! Mereka itu andaikata membunuh orang
tidak ada perkaranya ! Buktinya jalan kejadian kemarin ini,
atas dirinya seorang nona dari satu rumah pelesiran lain. Nona
itu berani main gila, lantas Louw Sam ya kirim orang nya, buat
cambuki si nona sampai tubuhnya matang biru dan berdarah2,
sedang barang perabotan dikamarnya dirumah
pelesiran itu telah diubrak abrik juga ! Tamu si nona telah di
hajar setengah mati. Kemudian, beberapa orang dari rumah
pelesiran itu telah ditangkap, dibawa pergi......."
Bouw Pek mendongkol mendengar ucapan itu.
"Kau jangan takut !" dia kata. "Aku percaya Louw Sam atau
kawan2nya tidak akan datang pula! Kalau dia berani datang
lagi mustinya banyak orang jadi ketahui urusannya ini, dia
tentu merasa malu. Paling juga Louw Sam berdaya cari akal
buat bikin aku celaka, umpama dia adukan aku pada
pembesar negeri, supaya aku ditangkap dan ditahan, atau dia
perintah orang bokong dan serang aku di tengah jalan. Biar
bagaimana, aku tidak takut !"
Bouw Pek bicara dengan unjuk roman puas sekali.
Cui Sam duduk disampingnya anak muda ini, dia menangis
dan gunai sapu tangan buat susut air mata nya.
"Kau juga jangan takut," Bouw Pek hiburkan kekasihnya
itu. "Tidak perduli siapa, siapa berani main gila terhadap kau,
aku nanti hajar dia, bila perlu jiwanya aku nanti kehendaki !
Umpama kata kau takut akan berdiam terus disini, tidak ada
halangannya, kau dan ibumu berdua boleh turut aku, kemana
saja kita sampai, aku tanggung kau tidak akan bersengsara !"
Ia bermaksud menghibur, siapa tahu, mendengar hiburan
itu, Cui Siam jadi rnenangis makin sedih..........
Sampai sekian lama sinona masih saja menangis, hingga
bosan menghiburnya, Bouw Pek jadi dapat anggapan lain.
"Buat urusan kecil seperti ini dia menangis tidak mau
berhenti, apakah dia anggap tidak seharusnya aku hajar Poan
Louw Sam ?" demikian dia berpikir. "Apakah hatinya jadi
terluka, karena Louw Sam telah kena kuhajar ?"
Ia duduk bingung, dia tidak bisa tahu hati nya si nona.
Tempo dia melirik. Siam Nio masih menangis, air matanya
turun dengan deras. Terang nona ini sangat berduka, entah
apa sebabnya. Juga Cia Loo mama, yang duduk disamping. turut
menangis. Nyonya tua ini nampak nya tidak puas, karena dia
sudah terbitkan onar.
Melihat keadaan disekitarnya, Bouw Pek jadi tidak senang.
dia tadi nya mau minta keterangan, tetapi lekas juga dia
batalkan itu. dia anggap Cui Siam dan ibunya orang orang
perempuan lemah yang harus dikasihani, tidak ada perlunya
dia desak mereka itu. Karena memikir begini, dia lalu
menghela napas. dia taruh selembar uang kertas dimeja dan
berbangkit, lantas bertindak keluar terus turun dari lauwteng.
Biasanya apabila anak muda ini mau berlalu, Cui Siam tidak
saja pesan dia besok datang pula, si nona juga mengantar
sambil meloneng dilankan dan tangannya dilambai lambaikan
dengan air muka tersungging senyuman, tetapi sekali ini
bukan saja nona itu tidak keluar mengantar, dia malah duduk
terus dan menangis saja, Cuma Cia Loo mama masih juga
menegor dengan suara tidak sewajarnya, katanya ;
"Lie Looya, apa besok kau akan datang, pula !"
Dengan paksakan diri. Bouw Pek menyahut juga "Ya", tapi
dia jalan terus.
Dibawah lauwteng beberapa jongos sambut pemuda ini.
agaknya mereka ngeri, karena sekarang terbukti lagi
kegagahannya tamu ini.
"Lie Looya, kau mau pulang ?" mereka tanya sembari
tertawa. "Ya," sahut pemuda kita. "Kalau kejadian Poan Louw Sam
datang pula dengan ajak orang orangnya, kamu boleh kasi
tahu supaya dia cari aku di Hoat Beng Sie di Sinsiang
Hootong. Kamu jangan takut, ada apa juga, aku sendiri yang
nanti tanggung jawab, kamu tidak akan kerembet rembet !"
"Baiklah, looya, kami tahu," sahut beberapa jongos itu.
"Looya juga baik jangan kuatir. Poan Louw Sam mestinya
telah ketahui, yang looya tidak boleh dibuat permainan, ia
pasti tidak akan berani datang pula, karena datang pula buat
dia berarti cari susah sendiri ......
Bouw Pek manggut dia lantas berlalu dari Po Hoa Pan dia
tetap masih mendongkol, ketika sampai didalam kamarnya dia
tidak bisa lantas tidur, percuma dia coba meramkan mata.
"Selama dua bulan ini, perbuatanku bisa dibilang keliru,"
begitu dia jadi ngelamun. "Aku seorang miskin, hak apa aku
punya akan keluar masuk rumah hina " Lagi makin lama aku
berkenalan dengan Cui Siam, makin keras hatiku tertarik.
Maka lagi seketika lama, bisa2 ludaslah semangat laki2ku. Ciu
Siam Nio adalah bunga yang terkenal; banyak kenalannya,
seperti Cie Sie long dan Poan Louw Sam, apa bisa dengan
sebenarnya dia jatuh hati padaku, tidak perduli aku masih
muda dan jujur" Umpama kata benar dia menyinta aku, tetapi
kalau aku mesti ajak dia merantau, apakah dia sudi "
Memikir demikian, hatinya pemuda ini menjadi sedikit
tawar. Adalah karena ini, baru sampai tengah malam dia bisa
meramkan mata dan pulas.
Kapan esoknya pagi Bouw Pek mendusin dari tidurnya, dia
lantas ingat perbutannya kemarin, ialah dengan bergantian dia
telah rubuhkan Oey Kie Pok dan Louw Sam, dua orang yang
terkenal di Pakkhia. "Benar kejadian itu bikin aku puas, tetapi
bagaimana dengan mereka berdua?" demikian dia pikir.
"Mereka tentu tidak puas dan tentu sekali akan berdaya buat
bikin aku celaka. Mau tidak mau, aku mesti berlaku hati2 .......
" Hari itu hawa udara panas sekali, kendati begitu, kecuali
pergi kewarungnya Su Poan cu, Bouw Pek tidak pergi kemana
mana lagi. maka berdiam dikamarnya dia merasa tak keruan.
Oleh karena ini sorenya dia lantas pergi ke Po Hoa Pan.
Sekali ini, sikapnya Cui Sam beda sekali daripada yang
sudah dia dingin sekali, sepasang alisnya senantiasa
mengkerut, pada tampang mukanya tidak pernah tertampak
tertawa atau senyuman. Duduk sekian lama, anak muda kita
jadi tidak gembira, maka dia lantas angkat kaki , ditengah
perjalanan dia mampir diwarungnya Su Poan cu.
Su Poan cu ternyata telah dapat tahu, Yang kemarin di Po
Hoa Pan si anak muda telah berikan hajaran pada Louw Sam
yang tersohor, ketika dia tanyakan ini Bouw Pek merasa
heran. "Su Ciangkui, kupingmu betul liehay dia kata. "Bagaimana
kau bisa lekas ketahui yang aku telah hajar Poan Louw Sam",.
Setiap hari kau repot dengan daganganmu, kau mesti layani
tamu, kau tidak pernah keluar, dari mana kau dengar hal itu
?" Su Poan cu gembira sekali dengan pertanyaannya sobat
langganan ini. "Lie Toaya, janganlah kau anggap, karena aku setiap hari
tidak pernah tinggalkan warungku, lantas aku tidak ketahui


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segala apa!" dia kata sambil tertawa. "Yang benar adalah,
banyak orang telah datang membawa warta
padaku" Bouw Pek masih saja tidak mengerti.
"Sebenarnya siapakah yang mengasi kabar pada kau ?" ia
tegasi. "Toaya seorang pintar, kenapa hal ini toaya masih tidak
mengerti ?" Su Poan cu tertawa pula. "Warungku ini kecil.
tetapi peruntunganku si Gemuk cukup baik, maka juga, kecil
warungku, langgananku banyak. Beberapa sobat langganan
suka datang kemari, sembari minum mereka pasang omong,
mereka obrolkan apa saja yang mereka masing2 dengar
diluaran. Coba kemarin ini toaya hajar orang lain, barang kali
masih ada orang yang tidak atau belum ketahui, tetapi kerena
yang terima hajaran adalah Poan Louw Sam si Teromok,
Selama beberapa tahun ini di kota raja tidak ada kejahatan
yang Poan Louw Sam tidak lakukan, keadaan begitu, ke marin
adalah buat pertama kalinya dia terima bagiannya, maka itu
lantas saja semua orang ketahui kejadian ini, asal satu orang
mendapat tahu, lantas banyak orang mendapat tahu juga, dan
semua orang yang dengar tidak ada yang tidak gembira,
Toaya tahu, siapa ceritakan kejadian itu, dia tentu tonjolkan
jempolnya buat puji toaya !"
Sembari kata begitu, si Gemuk ini juga tonjolkan
jempolnya, Maka mau atau tidak, Bouw Pek jadi tersenyum.
dia memang senang mendengar warta itu.
"Lie Toaya," kata pula si tukang warung "apakah toaya
ketahui bahwa nona Cui Siam dan Po Hoa Pan, karena
ihtiarnya Poan Louw Sam, hendak dirangkap jodohnya dengan
Cie Toalooya, bekas Lee pou Sielong?"
Mendengar ini, Bouw Pek merasa tidak puas. dia memang
sedang masgul. "Aku memang tahu Poan Louw Sam mau serahkan Cui
Siam pada Cie Sie long, supaya dia bisa tempel bekas sielong
itu," dia jawab. "Tadi Cui Siam sendiri telah kasi tahu padaku,
sukar buat Cie Sielong mau ambil dia sebagai gundik. Sielong
itu sudah tua dan dirumahnya sudah punya dua gundik. Cui
Siam sendiri telah kasi tahu. apa juga akan terjadi, dia tidak
sudi menikahi Cie Sielong." Su Poan cu manggut2.
"Aku pun pernah dengar yang nona Cui Siam bukannya
bunga raya seperti yang kebanyakan" dia bilang, loaya kau
kenal baik nona itu, kenapa kau tidak mau keluarkan uang
buat tebus dirinya, supaya dia bisa turut kau " Tidakkah ini
lebih baik dari pada kau berdiam sendirian saja didalam bio ?"
Ditanya begitu, Bouw Pek tertawa.
"Sekarang ini aku masih repot akan piara mulutku sendiri,
bagaimana aku bisa ambil isteri. apa pula nona dari rumah
pelesiran ?" katanya.
"Lie Toaya, kau terlalu merendahkan diri!" Su Poan cu kata
pula. .. dengan kepandaian kau ini sebenarnya mudah sekali
kau dapat hidup mewah ! Apakah artinya sambut satu isteri "
Asald ia suka bersabar sekian lama, kau pasti bisa dapatkan
uang buat tebus dia ...... "
Bouw Pek bersenyum dan irup araknya, beberapa cawan.
dia tidak kata apa apa lagi, sampai dia berjalan pulang. Su
Poan cu juga tidak bicara lebih jauh.
Esoknya Bouw Pek mesti duduk dalam kamarnya yang
sunyi dengan membaca buku, Hawa udara panas mengendas.
Melihat cuaca, rupanya sang air langit berniat turun akan
membasahi bumi.
Kira2 jam sepuluh diluar kamar ada suara orang menanya :
"Apakah Lie Toaya ada didalam ?"
Suara itu asing, Bouw Pek lantas saja keluar. Dilatar
didepan kamarnya dia lihat satu keranjang buah semangka,
yang pikul seorang dengan dandanan sebagai bujang. Di situ
juga berdiri Siu Bie to Oey Kie Pok bersama seorang
pengikutnya. Itu adalah si Bie to kurus, yang kemarin ini dia
hajar kenal dengan kepalannya. Oleh karena itu dia
mengawasi dengan tidak ucapkan sepatah kata.
Oey Kie Pok dandan dengan rapi, ketika dia lihat tuan
rumah muncul, dia angkat kedua tangannya memberi hormat,
tampangnya tersungging dengan senyuman.
"Saudara Bouw Pek," berkata dia dengan lantas, agaknya
seperti sahabat karib. "Dengan kesampingkan kejadian
kemarin ini, sekarang aku sengaja datang mengunjungi kau!
Aku bawa semangka, buat kau hilangkan dahaga dihari hari
yang panas ini !"
Bouw Pek tetap merasa heran, karena sikap orang adalah
luar biasa. Tapi karena orang telah berlaku hormat, dia juga
lantas angkat tangannya, balas kehormatan itu.
"Silahkan masuk," dia mengundang, "mari kita duduk di
dalam" Dengan menghaturkan terima kasih, Oey Kie Pok terima
baik undangan itu, dia ikut masuk kedalam dan duduk dikursi
yang ditunjuk. "Saudara Bouw Pek, sudah lama aku dengar nama besar
kau" dia berkata pula. "Sebenarnya sudah sekian lama aku
ingin jumpakan kau, tapi niatan itu aku selalu mesti tunda,
karena kau selalu berada bersama sama Tek Siauw Hong.
Siauw Hong itu juga sobatku. aku kuatir dia tidak ijinkan
yang kita main2. Kemarin ini aku dengar Siauw Hong
berangkat ke Tongleng, lantas aku datang padamu. Aku
memang sengaja pakai nama palsu. Sesudah nya kita
bertempur, saudara Bouw Pek, barulah aku ketahui betul,
bahwa bugee kau jauh lebih tinggi dari pada apa yang aku
bisa, maka juga aku jadi sangat kagumi kau. Sudah begitu
kemarin pun aku dengar, saudara. kau telah hajar Poan Louw
Sam, orang hartawan dan ternama dikota selatan, aku jadi
lebih kagum lagi! Demikianlah hari ini, dengan kehormatan
setulusnya, aku datang berkunjung Kalau kau bisa lupai
kejadian kemarin , saudara aku ingin sekali menjadi sobat
kekal kau !".
Bouw Pek jujur dan manis budi, melihat sikap orang itu,
kendati dia kurang mengerti, dia pun berlaku hormat.
"Kau terlalu memuji tuan Oey," dia ber kata. "Dalam
kejadian kemarin ini, sebenar nya akulah yang paling
sembrono dan lancang ..."
"Tidak, saudara Bouw Pek, kejadian itu tidak berarti sama
sekali," Kie Pok kata pula. "Bicara tentang sembrono, akulah
yang paling lancang. Kita tadinya belum pernah ketemu satu
sama lain, datang2 aku lantas menantang piebu Coba orang
lain ketahui hal ini, mereka pasti akan tertawakan aku. Meski
begitu, dengan tidak terlebih dulu berkelahi, mana kita bisa
saling berkenalan " Nanti, saudara, sesudah kau bergaul
cukup lama dengan aku, barulah kau ketahui aku ini orang
macam apa ! Biasa bagiku, apa yang keluar di mulut, tidak
ada didalam hati, aku jujur. Siauw Hong kenal aku baik sekali,
kau tunggu sampai nanti dia pulang, kau boleh tanya padanya
dan dia akan berikan keterangannya seperti apa yang aku
katakan ini."
"Nama kau, saudara Oey, aku memang dengar pada
sebelumnya aku datang ke Pakkhia Ini," Bouw Pek bilang.
"Ketika baru baru ini aku ikut saudara Siauw Hong pesiar ke
Jie kap, disana aku juga pernah lihat kau."
"Oh, kalau begitu saudara sendiri yang hari itu berada
bersama sama Siau Hong " kata Siu Bie to, yang unjuk roman
heran. "Hari itu aku bersama dua sobatku, lantaran tidak
dapat kesempatan aku jadi tidak bisa samperi saudara Siauw
Hong buat pasang omong. Kalau tidak demikian, tentulah
waktu itu kita sudah berkenalan."
Demikian mereka bicara, sampai Oey Kie Pok tanya hal
ichwal orang dan maksud ke datangannya ke kota raja.
Bouw Pek menjawab pertanyaan orang secara ringkas saja.
Dengan ucapannya, dengan sikapnya, Oey Kie Pok unjuk
bahwa dia sangat menaruh perhatian pada pemuda kita, yang
iapun kasi nasehat supaya jangan putus asa, karena sampai
sebegitu jauh maksudnya masih belum tercapai.
"Tunggulah sampai saudara Siauw Hong pulang kita nanti
pikir pula bagaimana baik nya," kata Siu Bie to lebih jauh.
"Percaja aku, saudara, aku nanti berdaya supaja kau peroleh
suatu kedudukan."
Mereka bicara sehingga tengah hari, lantas Oey Kie Pok
undang tuan rumah pergi kerumah makan buat bersantap
sama2. "Aku sudah makan, terima kasih," Bouw Pek menampik.
"lain hari saja aku nanti balas kunjungan kau, saudara Oey."
Sampai disitu Oey Kie Pok pamitan, dia ajak dua orangnya
pulang. Bouw Pek antar tamunya sampai diluar, dimana menanti
keretanya. Bouw Pek balik kamarnya, di susul oleh seorang
hweeshio dari bio itu.
"Oh, Oey Su ya antarkan semangka !" kata paderi ini.
"Semangkanya besar besar !" Sembari kata begitu, sambil, dia
bertindak masuk. "Apa tadi kau omong sama Oey Su-ya
tentang pesananku kemarin ini ?"
"Sudah, aku sudah bicara," sahut Bouw Pek dengan
pelahan. dia terpaksa mendusta, "Oey Su ya bilang dia mau
pikir pikir dulu baberapa hari, kemudian dia akan kasi kabar
padaku." Jawaban itu bikin si paderi girang sekali.
"Kami mengharap betul bantuan kau, Lie Toaya ! berkata
ia. "Kau akan lakukan satu perbuatan baik !"
Bouw Pek bersenyum.
"Aku tidak bisa makan habis semua semangka ini, suhu
boleh ambil beberapa biji, dia kata.
"Terima kasih toaya !" kata hweeshio itu. yang lantas
berlalu dengan kegirangan, tangan memondong beberapa biji
semangka. Bouw Pek duduk pula seorang diri, pikirannya kusut, karena
dia mesti pikirkan sikap nya Oey Kie Pok barusan, sikap mana
dia duga duga apa maksud yang sebenarnya.
"Dia berlaku manis di mulut, apa kata hatinya " Aku belum
kenal dia dengan baik. paling betul adalah aku jangan bergaul
terlalu rapat padanya . . .
Karena dia tidak berbuat apa apa, Bouw Pek naik
kepembaringan dan tidur, waktu dia mendusin dia lantas
dandan. dia pakai baju panjang. dia keluar dari bio terus
menuju ke Poan cay Hootong selatan, akan tengok pamannya:
Ia mesti mengetok pintu, baru bujang muncul.
"Oh, siauwya," kata hamba itu, yang mengasi hormat.
"Sudah dua hari Siauwya tidak datang kemari, kenapa ?"
"Dalam dua hari ini aku punya urusan lain," Bouw Pek
sahuti. Dia lantas mau bertindak masuk. Tapi bujang itu
mencegah. "Looya pergi, dia masih belum kembali," dia terangkan.
"Dan thaythay sedang tidur, dia masih belum bangun . . . ",
Mendengar itu, Bouw Pek jadi melongo. Kalau sang paman
pergi, kenapa bujangnya ini tidak diajak sebagaimana
biasanya "
"Jangan jangan sengaja piauwcek mau menyingkir dari aku
. . . ." akhirnya dia menduga duga. "Ia tentu telah dengar
kabar aku telah rubuhkan Oey Kie Pok dan hajar Poan Louw
Sam, dia tentu kuatir, karena onar itu dia nanti terbawa bawa.
tidak salah lagi, ini mesti sebabnya kenapa dia sungkan
ketemui aku. . ." Karena ini dia jadi mendongkol. "Baiklah !"
dia kata, dan terus putar tubuhnya dan pergi.
"Apakah siauwya akan datang lagi ?" tanya si bujang.
Dengan berpura pura tidak dengar pertanyaan itu, Bouw
Pek jalan terus, dia mendongkol berbareng bertawar hati. dia
terus pulang kegereja.
"Aku berdiam disini sudah hampir satu bulan. kerjaan
belum dapat, sobat dalam bepergian, lantas sekarang
piauwcek juga tidak mau ketemui aku, kalau begitu apa
perlunya aku berdiam lebih lama pula disini " baiklah aku
pulangkan buku uang Siauw Hong, lantas aku bebenah dan
berangkat meninggalkan kota Pakkhia ini !.. . . ."
Dalam keadaan itu Bouw Pek lantas ambil putusan, cuma
berangkatnya dia tetapkan dalam satu atau dua hari lagi.
Seraya dia pergi kewarungnya Su Poan cu buat berdahar
sambil minum arak dan kongkouw dengan tukang warung itu.
dia telah kasi tahu putusan nya akan meninggalkan kota raja.
"Sebenarnya juga, berdiam saja dikota ini dengan tidak
bekerja suatu apa tidak ada artinya," kata tukang warung itu.
"Dengan punyai kepandaian seperti apa yang kau punyakan,
toaya adalah pantas untuk kau pergi mengembara, guna cari
suatu usaha. Cuma buat keberangkatan selagi Tek Siauw
Hong tidak ada dirumah, inilah kurang cocok. Sebagai sobat
baik, yang dipercayakan rumah tangganya bagaimana kau
bisa tinggal kan kewajibanmu itu " Menurut aku, baik toaya
tunggu sehingga Siauw Hong sudah pulang. Kau masih punya
tempo buat menunda."
Bouw Pek goyang kepala. "Ia pergi ke Tong leng buat urus
kepentingan Sri Baginda, pulangnya belum ketentuan kapan.
Dirumah nya melainkan ada ibu dan isterinya serta dua anak,
lainnya semua bujang atau budak sampai sebegitu jauh
mereka tidak kurang suatu apa, aku rasa tidak ada
halangannya akan aku tinggal pergi. Diwaktu dia mau pergi,
Tek Siauw Hong serahkan buku uang padaku, buku itu besok
aku hendak pulang kan pada loo thaythay. Besok juga aku
hendak kunjungi Oey Kie Pok, buat ambil selamat tinggal. dia
benar pernah berkelahi dengan aku dan aku telah bikin dia
rubuh, tetapi tadi pagi dia telah kunjungi aku untuk
kehormatan dan ajak aku menjadi sobatnya, dari itu aku tidak
boleh sia siakan manis budinya itu. Sekalipun pada Cui Siam di
Po Hoa Pan aku hendak pergi untuk pamitan. dia bunya raya,
sejak aku hajar Poan Louw Sam dia berlaku tawar terhadap
aku, kendati demikian, pada hari hari yang telah lalu dia
berlaku baik sekali padaku, maka kebaikan itu aku tidak boleh
lupakan. Aku ingin terangkan pada Siam-Nio sebabnya aku
hendak berlalu dari Pakhia ini. Pada Hoa chio Phang Liong dari
Cun Goan Piauwtam aku mau pergi, aku hendak jelaskan
bahwa aku adalah orang yang telah lukai ia, apabila dia
mempunyai kepandaian, dia boleh cari dan seterukan aku,
sekali kali dia tidak boleh musuhi Tek Siauw Hong"
Mendengar ucapannya pemuda gagah itu, tiba tiba si
Gemuk ingat suatu hal.
"Hampir aku lupa kasi toaya tahu," berkata dia. "Kemarin
aku telah dengar kabar dari seorang yang berkata padaku.
Menurut orang itu, sekarang ini Kim too Phang Bouw dari
Cimciu sudah berangkat menuju ke Pakkhia.w


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bouw Pek melongo mendengar warta ini,
"Kalau benar Phang Bouw mau datang, betul betul aku
tidak boleh meninggalkan kota ini," pikirnya. Lantas dia kata
pada sobatnya itu: "Kalau benar dia telah berangkat dari
Cimciu kemari, tidak lain maksudnya pasti adalah buat coba
lawan aku. Karena dia akan datang, aku mesti tunda
keberankatanku. Orang pasti akan katai aku takut, apabila aku
paksa berangkat juga! Baiklah, disini aku nanti tunggu dia
sampai tiga hari, dalam tempo tiga hari, apabila dia tidak
muncul aku akan berangkat menuju ke Cimciu, akan papaki
dia di tengah jalan !"
Su Poan cu nampaknya berpikir, keras dan dia berkata:
"Menurut pemandanganku, apabila sesampainya dikota raja
ini Kim too Phang Bouw lantas dapat dengar yang Siu Bie to
Oey Kie Pok telah kena toaya pukul rubuh, ia tentu tidak
berani cari toaya. Selama beberapa tahun ini , Kim too Phang
Bouw telah menyagoi dipropinsi Titlee. namanya sama
terkenalnya sebagai Kim chio Tio Giok Kin dipropinsi Holam."
Mendengar disebutnya nama Kim chio Tio Giok Kin. Bauw
Pek lantas ingat pamili Ho, ialah musuh musuhnya Jie Hong
Wan almarhum. dan ingat almarhum piauwsu tua itu, dia jadi
teringat pada anak daranya, Bagaimana keadaannya Jie Siu
Lian sekarang" dia jadi masgul apabila ingat sinona itu yang
umpama kata dia boleh lihat tetapi tidak boleh pegang,
barsama si nona sudah ada yang punya.
"Jikalau Kim too Phang Bouw ingat nama beliau. pasti
sekali dia tidak akan sembarangan adu kepandaian dengan
orang yang sudah terang berkepandaian tinggi," Su Poancu
nyatakan pula. Dia mesti ingat, satu kali dia kalah, lantas namanya jadi
rusak, pamornya jadi turun, hingga habislah semua
pengharapannya !"
Tapi Bouw Pek tertawakan sobat ini.
"Semua itu terserah pada dia sendiri !" dia bilang "Buat
aku, sedikit juga aku tidak takut ! Sekarang aku mau pergi ke
Po Hoa Pan".
Benar benar Bouw Pek bertindak keluar dari warung arak,
akan menuju ke Han kee hoa. Begitu masuk di pintu rumah
peleSIr, paling dulu dia tanya jongos Poan Louw Sam datang
lagi atau tidak.
Jongos itu melihat keseputarnya lantas dia tertawa.
"Sejak dia kena dihajar, Poan Louw Sam belum pernah
datang pula kemari" kemudian dia menyahut "Boleh jadi dia
ngeram di rumah, akan obati lukanya, atau karena dia jerih
terhadap kau, toaya . . ."
Bouw Pek tertawa dia tidak kata apa apa, hanya dia naik di
lauwteng. Mulai didepan kamarnya Cui Siam. dia sudah
pasang kuping, akan dengar didalam ada tamu atau tidak,
apabila dia dapatkan kamar sepi saja, dia bertindak masuk
dengan tidak mengasi tanda apa2 lagi.
Dengan baju dadunya yang marong Cui Siam sedang duduk
sendirian menghadapi api, nampaknya dia sangat masgul atau
bersedih kapan dia lihat datangnya si anak muda. dia
terbangkit dengan ayal ayalan, agaknya dia lesu atau ogah
ogahan. Tapi dia menghampirkan, akan bantui tamunya
membuka baju luarnya.
Bouw Pek mengasi tanda dengan ulapan tangan buat
mencegah. dia hampirkan kursi dia duduk disitu.
Cui Siam ambil teh, yang dia angsurkan pada anak muda
itu, kemudian ia berdiri di sampingnya, romannya tetap
berduka, alisnya mengkerut, mulutnya berat buat dibuka akan
ucapkan kata2, Bouw Pek irup tehnya, baru dia bicara, dengan sabar.
"Aku datang buat kasi kabar pada kamu," demikian
katanya, "hari ini juga aku niat berangkat meninggalkan
Pakkhia, dan itu aku mau ambil selamat berpisah darimu !"
Biar bagaimana juga, mendengar pengutaraan itu Cui Siam
terperanjat. Dengan mata yang mengembeng air.
menandakan beratnya hati, dia awasi anak muda itu, tangan
siapa ia pegangi.
"Kau mau pergi kemana, looya ?" dia tanya. "Kau akan
balik lagi atau tidak?" Bauw Pek merasa seperti dirinya kena di
pengaruhi, akan tetapi dia coba kandalikan diri.
"Untuk sementara ini aku tidak niat pulang kerumahku, aku
belum tetapkan kemana aku hendak pergi," dia menyahut.
"Boleh jadi dibelakang hari aku akan datang pula ke Pakkhia
ini, cuma itu tentunya akan kejadian lagi tiga atau lima
tahun....."
Matanya Cui Siam menjadi merah.
"Aku mesti pergi, tidak bisa tidak," Bouw Pek jelaskan.
"Tinggal disini, aku merasa penghidupan tawar, tidak ada
artinya. Cuma, sebelumnya aku berangkat, sebenarnya aku
niat omong banyak pada kau. Kau harus ketahui, aku
bukannya seperti kebanyakan pemogor. Mereka itu boleh
datang kapan mereka suka, mereka boleh pergi begitu lekas
mereka mau pergi, dimata mereka kau orang bangsa bunga
raya tidak lagi dipandang sebagai manusia. sehabisnya dibuat
main kau boleh dilempari. Aku sebaliknya lain tidak nanti aku
berbuat demikian ! Bicara terus terang, selama aku kenal kau,
aku telah mencinta dan kasihan padamu, umpama kata aku
punya uang, seandainya kau juga ingin, aku ingin sekali tolong
kau berlalu dari lautan kesengsaraan ini, supaya kita berdua
bisa menjadi suami isteri. Tapi, sekarang hal yang demikian
tidak nanti bisa berwujud ! Sejak aku hajar Poan Louw Sam,
aku telah dapat lihat bagaimana sikapmu terhadap aku telah
menyadi tawar ! . . . .
Mendengar itu, air matanya Siam Nio lantas saja turun
menetes, sebutir dengan sebutir, dia menangis sesenggukan,
hingga dia tidak bisa buka mulutnya kendati nampaknya dia
ingin bicara ya, bicara banyak ....
Bouw Pek menghela napas.
"Oleh karena aku lihat kau beda dari nona2 yang
kebanyakan, maka itu aku telah bicara begini rupa pada kau,"
dia kata pula. "Seorang perempuan paling tidak beruntung jika
dia telah menjadi bunga raya, kesengsaraannya yang sudah2,
penderitaannya saat2 sekarang semua itu tidak usah disebut
sebut lagi, yang penting adalah dia harus pikirkan hari2nya
yang akan datang, ialah hari kemudiannya. Beberapa lama
satu nona bisa pertahankan usia mudanya " Orang2 sebangsa
Poan Louw Sam dan Cie Sie long, bagaimana mereka bisa
mengerti nasib orang " Bagaimana mereka bisa diharap punya
perasaan " Maka buat kamu nona, adalah seharusnya apabila
kau lekas lekas cari seorang yang muda dan jujur, tidak peduli
dia kaya atau miskin asal dia bisa perlakukan kau sebagai
manusia !"
Siam Nio menangis makin hebat, hingga sia2 saja dia niat
buka mulutnya. dia tidak lagi sesenggukan, hanya ter-seduh2.
"Pendeknya, apa juga yang terjadi. kau tidak boleh
menikah dengan Poan Louw San atau Cie Sie long !" kata
Bouw Pek. "Kita telah kenal satu sama lain, tidak nanti aku
ijinkan kau, seorang parempuan yang pintar, menjadi barang
permainan segala lelaki tak keruan ! Umpama lain waktu
mereka gunai pengaruhnya uang akan kangkangi kau, asal
aku dapat tahu, aku akan segera kembali ke Pakkhia ini, aku
nanti ambil jiwa mereka !"
Adalah setelah itu. kendatipun dengan terputus putus, Sam
Nio bisa juga bicara.
"Kau jangan kuatir," demikian dia bilang, "pasti sekali aku
tidak akan ikut si tua bangka she Cie itu ! Tapi barusan kau
bilang, bahwa selama beberapa hari ini aku berlaku tawar
terhadap kau, dengan ucapanmu itu kau bikin aku penasaran !
. . . ." Ia berhenti bicara, karena ia tangisannya mendesak,
kepalanya bergerak gerak.
Bouw Pek menjadi terharu menampak kedukaannya itu.
tetapi dia coba sekuatnya buat akan bikin teguh hatinya.
"Melulu dipemandangan mataku, kau nampaknya tawar."
dia mengulangi.
"Aku memang tahu, terhadap aku kau bersikap baik
sekali......" Hatinya lantas saja menjadi lemah. dia tambahkan:
"Meskipun aku berangkat, aku toh tidak akan bisa lupa kan
kau, asal aku ada tempo, aku akan lekas lekas kembali."
"Asal kau mau kembali, meski tiga atau lima tahun, aku
nanti tunggu kau !" Siam Nio bilang.
Hatinia Bouw Pek menjadi lemah, hampir dia batalkan
niatnya pergi. Tapi, setelah berpikir sebentar, dia tertawa.
,,Tidak usah kau tunggui aku," dia bilang. "Sudah cukup
apabila kau harap harap yang dibelakang hari kita dapat
bertemu pula...."
Siam Nio susut air matanya, dia pandang anak muda itu.
"Sebenarnya, kenapa kau sekarang mau pergi ?" dia
tegaskan. "Kemanakan kau hendak menuju " Apa benar kau
tidak boleh tidak berangkat"''
Bouw Pek bingung.
"Sebenarnya tidak barangkatpun boleh," dia jawab
kemudian. .,Cuma, tinggal disini bagiku tidak ada artinya.
Baiklah aku omong terus terang padamu. Aku siucay dari
Lamkiong, tetapi berbareng aku punya pengertian ilmu silat.
Kau ketahui sendiri, aku datang kesini belum ada dua bulan,
dengan beruntun aku telah rubuhkan Say Lu Pou Gui Hong
Siang, Hoa Chio Phang Long dan Siu Bie to Oey Kie Pok,
semuanya orang orang gagah dari Utara ini. sekarang masih
ada lagi satu lawanku, yang belum bertarung, yaitu Kim too
Phang Bouw dari Cimciu, Buat dia itu, aku akan berdiam lagi
tiga hari disini, andaikata dalam tiga hari dia tidak datang, aku
akan berangkat ke Cimciu, akan papaki dia ditengah jalan.
Sesudahnya pertempuran dengan orang she Phang itu, aku
berniat pulang dulu kekampungku. Atau barangkali aku
kembali kesini ...."
Selagi berkata demikian, anak muda kita telah unjuk
sikapnya yang gagah, tidak saja air mukanya telah berobah
jadi keren, kedua tangannya pun digerak2i.
Sebaliknya, air mukanya Siam Nio telah jadi sangat guram,
dia telah diliputi kesedihan hebat.
Justru itu Cia Mama bertindak masuk, tangannya
memegang selembar kertas merah.
Melihat kertas itu, Siam Nio ulur tangan nya dengan cepat
bukannya buat terus dibaca. hanya segera dibejek bejek.
Bouw Pek telah menyaksikan, dia bisa menduga. Itu
mestinya karcis namanya Poan Louw Sam atau Ciu Sie-long
yang memanggil sinona. dia tidak mau menanya, karena dia
sudah mengerti. dia hanya berbangkit dengan segera.
"Rupanya kau mau keluar," dia kata. "Aku juga mau pergi.
Biarlah lain hari saja kita bertemu pula !.
Tapi Siam Nio tahan lengannya.
"Bukankah kau barusan bilang mau tunggu lagi tiga hari
dan baru berangkat?" dia tanya, roman dan suaranya sedih
sekali. "Apa kah besok kau tidak akan datang pula ?"
Bouw Pek tidak lantas menjawab, dia hanya berpikir.
"Aku tidak bisa pastikan bisa datang lagi atau tidak"
akhirnya dia menjawab. "Aku punya beberapa urusan yang
mengenai diriku. yang mesti diselesaikan dulu dalam dua hari
ini. sesudah semua itu beres, baru aku berangkat dengan hati
lega. karena segala apa aku telah lakukan untuk sobatku."
Cia Loo mama disamping awasi anak muda itu dan anak
perempuannya Lie Looya, kenapa kau hendak bikin perjalanan ?" dia
tanya. "Aku ingin lakukan suatu perjalanan di luaran" Bouw Pek
jawab. "Tentu saja, aku akan balik selekas bisa."
Sembari kata begitu, anak muda ini pandang Cui Sam.
siapa pun sedang mengawasi dia dengan matanya yang celi.
"Baiklah, kalau kau hendak pergi !" kata nona ini akhirnya,
cekalannya dia lepaskan,
Bouw Pek tidak bisa duga apa yang si nona pikir, benar dia
merasa berat, tetapi sifat lakinya masih berkuasa atas dirinya.
"Aku Lie Bouw Pek, kenapa aku mesti jadi seorang yang
berpikiran cupat, yang mesti berati orang perempuan melebihi
segala apa ?"
Setelah pikir demikian, dia manggut, lantas bertindak
keluar, dengan tidak menoleh lagi dia jalan terus turun
ditangga lauwteng.
"Eh, Lie Looya, kau hendak pulang ?" menegor beberapa
jongos. Anak muda ini manggut, dia jalan terus, dari pintu dia
menuju kebarat, niatannya adalah pulang terus kegereja. Tapi
baru saja jalan beberapa tindak, tiba2 ada orang cekal
lengannya. yang terus dipegangi dengan keras, hingga dia
terperanjat ! DISAAT anak muda kita ini menoleh dan hendak lepaskan
lengannya, orang itu mendadak tertawa berkakakan seraya
berkata : "Lie Toaya, aku !"
"Ah, kau sobatku !" dia berseru karena dia segera kenali Su
Poan-cu, si tukang warung arak yang gemuk. Sinar bulan
guram, tetapi dia masih bisa melihat dengan nyata. "Su
Ciangkui, ada apa kau sengaja cari aku "
"Benar, toaya, aku memang sengaja cari kau !" sahut si
gemuk itu. Bouw Pek melongo dia heran.
"Ada apa kau cari aku, ciangkui ?" dia tanya.
"Aku hendak kasi kabar penting. Lie Toaya, tapi kau jangan
terkejut," sahut orang she Su itu. "Sekarang orang2 fihak
lawanmu sedang tanggui kau dimulut gang Sian-sian Hootong
!" Bagaimana juga, anak muda kita merasa heran.
"Siapa mereka?" ia tanya. "Apakah itu Kim-too Phang Bouw
?" "Benar dia," Su Poan-cu manggut. "Phang Bouw sudah
sampai di kota raja, tadi aku lihat dia bersama dua kawannya
sedang menunggui sambil jalan mundar mandir di mulut gang
Oleh karena kuatir kau tidak bersiaga dan nanti terkena
bokongan, aku lekas cari kau buat menberi tahu."
"Terima kasih buat kebaikanmu, sobatku" kata Bouw Pek.
dia sangat tidak senang. Kenapa Phang Bouw cari dia malam2
" Kenapa si Golok Emas itu mesti tunggui dia diwaktu malam
buta rata itu " "Baiklah," dia tambah kan. "Sekarang juga aku
pergi ketemui dia ! Aku mau dia bisa bikin apa atas diri ku i"
Setelah kata begitu Bouw Pek lantas mau berangkat.
"Tunggu dulu, Lie Toaya," Su Poan-cu mencegah, seraya
tarik tangan orang. "Tadi aku lihat mereka itu pada bekal


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

senjata golok, dan tumbak. kau sendiri tidak bawa barang
sepotong besi, kalau sampai terjadi pertempuran apa kau
tidak, kewalahan.
Di tanya begitu Bouw Pek merandek, pikirannya bekerja.
Memang biasanya baginya, kalau keluar, siang atau malam,
dia tidak pernah bawa pedangnya sedang sekarang dia akan
hadapi Phang Bouw. yang tidak boleh disamakan dengan
sembarang orang. Namanya orang she Phang itu demikian
tersohor, kepandaiannya mestinya juga tinggi. "Dengan
tangan kosong, bagaimana aku bisa tandingi dia ?" tapi. lekas
juga dia berpikir lain dia segera ingat Jie Siu Lian, yang
dengan tangan kosong bisa layani empat lima musuh !
tidakkah si nona perempuan yang tubuhnya lemah " Kenapa
nona itu bisa rampas senjata musuh dan lukai musuh2 nya
itu" Kenapa aku mesti bernyali kecil " Apa aku kalah terhadap
seorang perempuan !"
Oleh karena pikiran demikian bikin hatinya panas dan
semangatnya terbangun, Bouw Pek lantas pandang Su Poan
cu, sambil unjuk senyumnya
"Su Ciangkui," katanya, "apakah kau anggap, dengan tidak
bersenjata aku jadi tak punya guna " Tidak apa, sobatku,
sekarang juga aku mau ketemui mereka itu, buat lihat apa
yang mereka kehendaki......"
Su Poan cu tidak mencegah lagi, sebaliknya diapun
mengikuti anak muda itu. dia percaya pemuda ini lihay dan
berani, maka juga Phang Bouw dipandang tidak sebelah mata.
dia cuma masih tidak tetap betul hatinya, maka disepanjang
jalan dia masih mengasi nasehat, katanya :
"Lie Toaya, kapan sebentar kejadian kau piebu dengan Kim
too Phang Bouw, aku minta sukalah kau berlaku hati2.
Tenaganya besar seperti kerbau, ilmu goloknya pun istimewa.
Disebelah itu aku dengar dia seorang jujur dan terhormat,
barangkali dia tidak sampai sudi gunai akal busuk........ "
Sembari jalan terus, dengan hati masih mendongkol, Bouw
Pek sahuti kawannya :
"Apa kau percaya orang semacam dia bisa berlaku jujur"
dia mau piebu. kenapa dia tidak ambil jalan terus terang,
secara laki2" Kenapa dia tidak mau kunjungi aku, buat
damaikan suatu tanggal dan suatu tempat terbuka, dimana
kami bisa adu kepandaian " Kau lihat, sekarang sudah gelap,
kenapa dia justeru tunggui aku di gang " Apakah dengan
begini dia bukannya mau gunai akal busuk ?"
Selagi bicara, mereka tahu2 sudah sampai dimulut utara
Sin siang Hootong. Jalanan disitu gelap, karena sang puteri
malam telah bersembunyi dialingan mega. Biasanya Sin-siang
Hootong tidak sepi seperti itu, ini disebabkan ketikanya sudah
jam dua, jadi orang yang keluar malam sudah tidak ada.
"Su Ciangkui, baiklah sekarang kau pulang saja." berkata si
anak muda pada kenalannya itu. "Kalau kau terus ikut aku,
nanti orang curigai kau berada difihakku, dengan begitu kau
jadi kena kerembet rembet"
Su Poan cu setujui pikiran itu.
"Baiklah, aku akan pulang," dia jawab. "Aku harap, toaya.
jangan sekali kau pandang enteng Kim too Phang Bouw !"
"Aku tahu" sahut Bouw Pek seraya manggut.
Jalan lebih jauh, masuk di dalam gang, anak muda kita
bikin kendor tindakannya. Dengan pasang mata dia berlaku
hati2. Tapi disitu dia tidak lihat orang.
"Apakah bisa jadi Su Poan cu salah mata ?" dia berpikir.
Ia jalan terus sampai didepan Hoat Beng Sie. dia mengetok
ngetok pintu gereja. dia tidak dapat jawaban dari dalam,
hanya dari belakangnya, secara mendadak, dia dapat tegoran
dengan suara yang keras dan bengis :
"He, apa kau bikin ?" demikian suara itu.
Bouw Pek lekas putar tubuhnya. dia segera lihat tiga orang
lagi mendatangi dari jurusan selatan. Mereka semua pakai
pakaian ringkas warna hitam, karena gelapnya jagat maka
mereka itu tidak dapat dilihat tegas. dia berdiri di tangga
sambil mengawasi dengan tajam, seraya siap sedia.
"Sam wie, apakah kau dari Cun Goan Piauwtiam ?" dia
menegor. "Apakah samwie sedang cari aku, Lie Bouw Pek ?"
Dengar pertanyaan itu, tiga orang itu merandak, agak
tercengang. "Nyalakan api !" kemudian satu diantaranya berkata.
Seorang yang jalan dibelakang lantas sulut api dan pasang
tengloleng, yang dibawa oleh orang yang kedua. Lentera ini
cukup buat bikin mereka bisa melihat nyata satu pada lain,
tiga orang itu bisa lihat Bouw Pek dengan sikapnya yang
gagah, dan anak muda kita bisa pandang mereka, yang semua
bertubuh sedang dan usianya masing2 kurang lebih tiga puluh
tahun, dengan tubuh kekar dan roman keren. Satu diantara
mereka membawa tiga batang golok yang berserangka, yang
satu pegang lentera, yang ketiga tertangan kosong dia ini
bajunya terbuka bagian dada, dengan begitu kelihatan nyata
dadanya yang banyak uratnya.
"Sobat, apakah kau Kim too Phang Bouw?" akhirnya Bouw
Pek tanya. "Kau sudah kenal aku, Phang Su Thayya, kenapa kau tanya
lagi ?" balik menanya orang, yang berada paling depan,
suaranya menyatakan dia gusar.
Bouw Pek tidak senang karena orang bahasakan diri
"Thayya".
"Eh, sobat, mulutmu berlakulah sedikit see jie !" dia
menegor. "Janganlah kau sebut sebut thayya ! Kau telah cari
aku. apa kehendakmu " Kau telah ketemu aku, kau boleh bikin
apa kau suka ! Dengan bertangan kosong dan tidak ada orang
yang bantui aku, kau boleh maju dengan, berbareng ! Jikalau
aku Lie Bouw Pek jerih sedikit saja, aku bukannya muridnya
Kie Kong Kiat dan bukan keponakan murid Kang Lam Hoo !"
Phang Bouw terperanjat akan dengar di sebutnya nama
kedua lauw hiap, jago tua, yang tersohor itu, kendati demikian
dia tertawa dingin.
"Kau sebut namanya Kie Kong Kiat dan Kang Lam Hoo, apa
dengan begitu kau hendak bikin jerih aku?" dia mengejek.
Kemudian dia lanjuti : "Baiklah, karena kau juga orang2 yang
punya nama, aku suka main dengan kau, dengan begini bukan
saja aku jadi bisa coba lampiaskan penasarannya shako
dan ngotee, aku juga ingin coba kepandaian kau, kau yang
katanya muridnya Kie Kong Kiat, akan ketahui berapa tinggi
kepandaianmu itu !"
Bouw Pek bisa lihat yang sikapnya jadi lebih sabar.
"Sudahlah baik kau jangan ucapkan kata kata yang tak ada
perlunya !" dia bilang "Aku kasi tahu pada kau, sejak hari aku
lukai saudara kau. Hoa Chio Phang Liong, aku memang
sengaja tunggu kedatanganmu, malah aku sudah ambil
putusan, andaikata kau tidak datang aku hendak berangkat ke
Cimciu buat papaki kamu ! Tapi sekarang kita sudah bertemu,
inilah bagus, aku jadi tidak perlu susul kau lagi. Sekarang aku
hendak tanya kau, kau sebenarnya niat adu jiwa atau hendak
piebu " Apabila kau berniat adu jiwa, nah, silahkan hunus
senjatamu dan majulah kau semua dengan berbareng !"
Tapi atas tantangan itu, Phang Bouw tertawa berkakakan.
"Apakah kau anggap Kim too Phang Bauw pithu yang cupat
pikirannya dan busuk hatinya?" dia tanya dengan mata
melotot, dengan senyuman menghina. "Sekarang sudah
tengah malam buta rata dan kau tidak bersenjata, taruh kata
kami mampu hajar kau, kami bukannya enghiong !
Kau benar sudah hinakan saudaraku, kendati demikian.
Phang Su Thayya bukannya orang yang sembarangan mau
bunuh orang ! Aku juga bukannya hendak kepung kau !
jikalau kau punya nyali, apakah besok pagi kau berani datang
ke Cun Goan Piauw tiam di Ta mo ciang, supaya disana kita
bertanding dihadapan sobat2 ?"
Bouw Pek tertawa ber gelak2 dengan tiba2.
"Bagus !" dia berseru. Besok pagi jam barapa " Kau boleh
sebutkan waktunya, aku pasti datang !"
"Besok pagi jam delapan !" Phang Bouw kasi tahu "Kau
boleh ajak Tek Siauw Hong datang bersama sama kau !"
"Tek Siauw Kong tidak ada dikota raja. dia sedang lakukan
perjalanan dinas" anak muda kita kasi tahu. "Disebelah itu,
urusan kita ini tidak ada sangkut pautnya dengan orang she
Tek itu ! Apabila kau tidak puas. kau boleh berurusan padaku
satu orang she Lie, Besok aku nanti datang pada jam yang di
tentukan !"
Phang Bouw buka matanya lebar2.
"Apakah pasti kau akan datang besok pagi ?" dia tegaskan.
"Kenapa tidak ?" Bouw Pek bersenyum ewah. "Satu kuncu.
apabila dia sudah ucapkan perkataannya, tak nanti jadi
menyesal !"
"Baiklah!" jago Cimciu itu manggut. Lantas dia menoleh
pada dua kawan nya : ,,Hayo kita pulang !"
Dua orang itu dengan tidak kata apa2 ikut Kim too Phang
Bouw ngeloyor pergi, menuju keutara.
Bouw Pek tunggu sampai orang sudah pergi jauh juga,
baru ia balik tubuhnya akan ketok pintu pula, yang berselang
sedikit lama dibukai oleh seorang paderi.
"Lie Toaya, tadi ada tiga orang cari kau," kata hweeshio ini.
"Aku tahu, aku telah ketemu mereka itu," Bouw Pek
manggut. dia jalan terus.
"Lie Toaya, apa hari ini kau ketemu Oey Soeya ?" tanya
pula si hweshio sembari jalan setelah dia kunci pintu.
"Hari ini aku tidak ketemu dia," sahut anak muda kita, yang
tidak sabaran. "Tentang pesananmu kau jangan kuatir apabila
ada ketikanya aku nanti desak dia."
"Terima kasih, toaya" kata paderi itu yang lantas ngeloyor
pergi. Bouw Pek masuk kedalam kamarnya buat paling dulu
nyalakan api. dia lantas saja pikirkan segala apa yang terjadi
hari itu, terutama halnya Phang Bouw barusan.
"Aku lihat dia benar seorang laki2. Kalau besok aku bisa
rubuhkan dia, aku tidak boleh bikin dia terluka. Aku harap
besok urusan dapat dibikin beres, selanjutnya aku merdeka
aku bisa berlalu dari Phakkia. Tapi kemana aku mesti pergi ?"
Pertanyaan itu bikin anak muda kita bingung sendirinya.
"Bagaimana dengan Siu Lian sekarang ?" kemudian dia
ingat si nona, yang dia percaya tentu berada dalam kedukaan,
ia telah minta bantuannya Tek Siauw Hong, akan cari tahu
halnya Beng Su Ciauw, dia masih tidak peroleh kabar suatu
apa. meski juga orang Boan itu punya pergaulan luas.
"Sebenarnya, hidup atau mati dia mesti ada kabarnya Dengan
dia tidak pulang, Siu Lian bisa terlantar seumur hidupnya.
Kalau dia sudah mati, kepastian mesti ada, supaya orang tidak
tunggu tunggu lagi......"
Bouw Pek anggap dia tidak punya alasan akan pergi lagi ke
Soanhoa, yang memang dia tidak ingin. Pergi kesana berarti
bertemu dengan Nona Jie Tidakkah pertemuan itu berarti luka
kumat ". "Lagi dua hari akan merantau, akan cari Su Ciauw," dia
ambil putusan. "Biarlah aku berhasil, supaya pada Siu Lian aku
bisa kasi kabar yang pasti ....."
Ingat Siu Lian, anak muda itu jadi ingat Cui Siam.
"Kenapa aku hadapi dua nona saling ber ganti " Kenapa
mereka mesti ada hubungannya dengan aku " Coba tidak
urusannya Siu Lian, yang bikin aku berduka, tidak nanti aku
ketemu Cui Sam. Siu Lian aku bisa lupakan, bagaimana
dengan nona Cia itu " Dalam keadaan seperti sekarang,
kendati aku mau, aku tidak mampu angkat si nona dari
pecomberan. Ciu Siam sendiri, entah bagaimana sikapnya, dia
agaknya tak bersungguh2 akan ikut aku ......"
Selama ngelamunnya, Bouw Pek tidak tahu sudah lewat
berapa jam, dia masih belum bisa tidur pulas. Lilin diciaktay
juga sudah mulai habis, sisanya berkelak kelik. Memandang
ketembok, dia lihat pedangnya. Ini ada baiknya. Setiap kali
lihat pedargnya, semangatnya jadi terbangun.
"Ha, kenapa aku mesti pikirkan saja urusan orang
perempuan ?" akhirnya dia tegor dirinya sendiri. "Besok aku
mesti tempur Kim too Phang Bouw. hoohan terkenal dari
Titlee. Kalau aku kalah, hari itu juga aku nanti pulang
kekampungku bantu paman bercocok tanam, selanjutnya aku
tidak sudi omong lagi tentang ilmu surat dan ilmu silat, tapi
bila aku menang, tidak bisa lain, aku mesti merantau, terus
sampai ke Utara, buat cari Beng Su Ciauw, Atau boleh juga
aku pergi ke Kanglam. akan cari tahu halnya susiok Kang Lam
Hoo, buat dapat kepastian dia masih hidup atau sudah tidak
ada didunia ini".
Dengan pikiran ini sebagai putusan, Bouw Pek kunci pintu,
padamkan sisa lilin dan rebahkan diri. Sekarang dia bisa
singkirkan segala pikiran, dengan lekas dia telah bisa pulas.
Kendati dia naik tidur sampai malam, di waktu fajar anak
muda kita sudah mendusin seperti biasa. dia cuci mulut dan
muka. dia singsatkan pakaiannya, dengan menenteng pedang
dia pergi kelatar. Sendirian dia berlatih diri, mula2 dengan
pedang, kemudian dengan tangan kosong dia berasa dirinya
sehat seperti biasa, hingga dia merasa pasti bahwa sebentar
dia akan bisa kalahkan Phang Bouw. Kemudian dia masuk
akan dandan, setelah pakai baju luar, dengan bawa
pedangnya dia berangkat pergi.
Buat lebih dulu tangsal perutnya, Bouw Pek menuju
kewarungnya Su Poan cu. Si Gemuk, dengan tubuh telanjang
sebatas dada dan memakai kun, seperti biasanya, berdiri
didepan pintu. Kapan dia lihat anak muda kita, segera dia
tertawa dan menegor duluan :
"Lie Toaya, kau datang pagi pagi sekali !"
Sikapnya manis senantiasa bergembira.
Sambil bersenyum, Bouw Pek masuk ke dalam warung itu.
"Su Ciangkui, tolong kau kasikan aku dua tail arak dan
sepering sayur," dia kata. Tolong juga perintah pegawaimu
pergi kesebelah belikan aku kue "
Tatkala itu masih belum ada pembeli lain, maka Su Poan cu
bisa layani langganan atau sobat kekalnya ini, dengan cepat,
sedang orangnya dia sudah lantas perintah pergi beli kue yang
diminta. "Kenapa hari ini toaya pesan arak sedikit sekali?" berkata
tuan rumah sambil tertawa "Apakah toaya mau tunggu
sesudah rubuhkan Kim too Phang Bouw baru kau mau datang
pula kemari akan minum puas2an "
"Ah, si gemuk ini benar2 cerdik " pikir pemuda kita dia
manggut dan berkata. "Benar" dia menyahut. "Tadi malam
setelah kau antar aku dan pergi, aku lantas dapat ketemu
Phang Bouw, dia datang bersama dua kawan-nya. dia benar


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

laki2. dia tidak mau bartempur malam2, dia juga tidak mau
kerubuti aku, dia hanya janjikan aku akan pagi ini datang ke
Cun Goan Piauwtiam, buat adu kepandaian di kantor piauw
kiok itu. dia kata,. dia mau undang beberapa sobat selaku
saksi, supaya piebu kami ada yang saksikan. Su Ciangkui, bila
kau ada tempo, mari turut aku !"
Su Poan-cu goyang2 kepala dan tangannya.
"Aduh, aduh, aku tidak berani pergi nonton!" dia berkaok.
Toaya gunai pedang. Phang Bouw gunai sepasang golok,
berdua kau ada pasangan, mustahil kamu tidak akan
bertempur dengan seru sekali ! Sebagai penonton, aku berdiri
dipinggiran, andaikata ada senjata nyasar dan aku terluka,
apakah itu tidak Sia2 dan penasaran bagi diriku" kau tahu
sendiri, toaya, tubuhku begini gemuk, dagingku mana
sanggup lawan pedang atau golok?"
Bouw Pek tertawa mendengar banyolan itu, dia tidak kata
apa2. Pegawai yang diperintah beli kue telah balik, maka anak
muda kita lantas dahar kue nya makan sayur dan minum
araknya. Su Poan-cu terus dampingi anak muda ini, tubuh nya yang
penuh daging saban2 bergerak gerak.
"Lie Toaya, urusan dikalangan Sungai Telaga adalah asing
bagiku," dia kata kemudian "tetapi namanya Kim too Phang
Bouw aku telah dengar sejak lama, maka kalau sebentar toaya
berhadapan, aku minta sukalah kau jangan pandang enteng
padanya, kau mesti hati2 dengan gerakan tangannya !"
Bouw Pek manggut, dia bersukur buat peringatan itu.
Aku tahu, kau jangan kuatir," dia bilang. "Jangan kata baru
Kim too Phang Bouw, kendati ditambah satu orang lagi, yang
lebih gagah daripadanya. aku percaya aku akan sanggup
jatuhkan dia !"
Anak muda ini sedang bersemangat, hingga dia bicara
secara tekebur. dia berbangkit sambil tolak kesamping cawan
araknya. "Uangnya sebentar malam saja kita perhitungan," katanya.
"Jangan pikirkan itu toaya," kata Su Poan cu "Nah, sampai
sebentar malam !"
Tuan rumah ini mengawaskan perginya anak muda itu
dengan kagum. Sekeluarnya dari warung. Bouw Pek lantas sewa kereta,
dengan apa dia pergi ketimur. Tidak lama dia telah lewatkan
Cay-sie-kauw dan menuju keutara, akan sampai di Ta mo
ciang Di gang ini. kecuali rumah2 penginapan dan beberapa
piauw tiam, ada bengkel bengkel alat senjata, maka juga
orang yang mondar mandir disini kebanyakan mereka
kalangan Sungai Telaga.
Belum lama masuk kedalam gang, kereta nya Bouw Pek
telah sampai didepan sebuah rumah dengan pintu pekarangan
yang besar, didepan mana berdiri dua orang. Pintu itu berada
disebelah selatan jalanan Dua orang itu sedang mengawasi
kesana sini, kapan mereka melihat pemuda kita mereka lantas
maju menghampirkan buat terus unjuk hormat.
"Lie ya, tolong kau tahan dulu keretamu, kami ingin bicara
sebentar," mereka kata.
Bouw Pek menjadi keheranan, karena dia tidak kenal dua
orang itu. dia lantas menduga pada orang2nya Cun Goan
Piauw-tiam. dia perintah kusir tahan keretanya.
"Apakah kau dari Cun Goan Piauw tiam ?" dia tanya.
"Bukan," sahut salah satu dari dua orang itu, Kami dari Tay
Hin Piauw tiam ini." dia menunjuk pada rumah didepan mana
mereka berdiri. "Loopiauw tauw kami, Lauw Kie lu, dapat tahu
toaya mau piebu dengan Kim too Phang Bouw. dia perintah
kami tunggu toaya disini, buat minta toaya sudi mampir
sebentar di piauw tiam ingin bicara sedikit pada toaya."
Jawaban itu bikin Bouw Pek bertambah heran. Tapi dia
kenali Tay Hin Piauw tiam, salah satu piauwkiok yang
tersohor, sebab dulu Jie Hong Wan pernah menjadi piauw su
disini. "Baiklah " dia menyahut sambil manggut. dia ingin sekali
tengok piauw-tiam itu dan piauwsunya. dia lompat turun dari
keretanya dan terus bayar uang sewanya, kemudian dia ikut
dua orang itu, yang persilahkan dia masuk.
Difihak lain, sudah ada orang yang masuk kedalam kasi
kabar pada Lauw Kie In, maka piauwsu tua itu segera juga
kelihatan muncul buat sambut tamunya. dia telah berusia
enam puluh tahun atau lebih, kumisnya dan jenggotnya,
rambutnya, sudah putih semua, kendati begitu dia nampaknya
masih gagah. Bouw Pek angkat kedua tangannya buat kasi hormat.
"Apakah loocianpwee Lauw Loo-piauw-tauw ?" dia tanya.
Lauw Kie In lekas2 balas hormat itu.
"Itulah aku yang rendah " sahut tuan rumah dengan manis
"Apakah tuan Lie Bouw Pek sendiri " Sudah lama aku dengar
nama kau yang besar !"
Lantas tuan rumah ini undang tamunya duduk, pegawainya
sudah lantas menyuguhkan teh.
Dengan mengucap terima kasih, Bouw Pek terima
undangan itu. "Sudah sekian lama aku dengar dari sobat ku tentang kau
tuan Lie, namamu yang besar bikin aku kagum," berkata Lauw
Kie In. "Aku juga dengar tuan muridnya kedua lauwhiap Kang
Lam Hoo dan Kie Kong Kiat, adakah itu benar ?" Bouw Pek
manggut, dia menyahut ;
"Kang Lam Hoo adalah saudara angkat guruku almarhum,"
dia kasi keterangan. "Kie Kong Kiat Lauwhiap adalah guruku.
Di Lamkiong, kampung kelahiranku, aku telah ikuti Kie
Lauwhiap empat lima tahun lamanya."
"Jadi tuan asal Lamkiong," berkata orang tua itu, yang
kelihatan tertarik perhatiannya. "Lamkiong adalah tetangga
dari Kielok. Di Kielok ada Tiat Cie Tiauw Jie Hiong Wan,
apakah tuan ketahui dia itu ?"
Bouw Pek kurang puas yang orang telah undang dia, tetapi
bukannya langsung bicara maksud undangannya, hanya
omong perihal urusan lain, apapula akan sebut sebut Jie Hong
Wan. siapa bisa menyebabkan dia teringat pada Jie Siu Lian.
"Jie Loopiauwtauw juga sobatnya guruku almarhum" dia
terpaksa menyahut, tetapi dengan ringkas. "Dua kali aku
pernah kunjungi orang tua itu. katanya sekarang orang tua itu
sudah meninggal dunia,"
Lauw Kie In terkejut, sampai dia berseru:
"Apa " Jie Lauwko menutup mata ?" tanyanya, "Dua puluh
tahun yang lalu. Jie Loopiauwtauw telah bantu ayahku
almarhum mendirikan Tay Hin Piauw tiam ini. Ketika itu aku
masih muda aku pernah terima pimpinan silat dibawahnya
orang tua itu. Belakangan dia pulang kekampungnya dan telah
dirikan piauwtiam sendiri sejak itu aku jarang pergi ke Titlee
Selatan dan dia juga tidak pernah datang lagi ke Pakkhia ini,
maka dengan sendirinya kami jadi jarang bertemu,
perhubungan kami selanjutnya dilakukan dengan saling
mengirim surat dan mengantar barang. Baru beberapa hari
yang lalu aku pikir buat kirim barang pada Jie Lauwko sekalian
tengok dia, sapa nyana sekarang dia sudah menutup
mata......'"
Lauw Kie In bersedih sampai air matanya meleleh keluar.
"Lieya, apakah kau tahu Jie Lauwko menutup mata karena
sakit apa ?" dia tanya pula.
Bouw Pek sebenarnya tidak mau omong banyak dan juga
tidak sudi sebut sebut halnya jago tua dari Lamkiong itu,
tetapi dia terpaksa mesti ceritakan bagaimana jago tua itu
meninggal ditengah jalan, disebabkan terutama
permusuhannya dengan pamili Ho.
Karena berduka, berulang ulang Lauw Kie In menghela
napas. Supaya tidak usah berdiam lama lama di situ dan agar tuan
rumah tidak menanyakan lebih jauh halnya Jie Hiong Wan,
Bouw Pek lantas tanya, ada urusan apa tuan rumah undang
dia. Ditanya begitu, Lauw Kie In bisa kesampingkan
kedukaannya. "Aku undang kau. Lie ya, untuk minta sedikit perhatianmu,"
dia menyahut. "Kalau benar Lie ya berhadapan dengan Kimtoo
Phang Bouw, aku minta sukalah kau menaruh belas kasihan
sedikit padanya. Phang Bouw itu sobatku buat banyak tahun,
benar dia sedikit jumawa, akan tetapi dia seorang baik hati,
dikalangan Sungai Telaga dia suka lakukan berbagai bagai
kebaikan, dia suka menolong yang lemah, sama sekali dia
belum pernah lakukan kejahatan. Sebagai sobat. Phang Bouw
juga jujur dan setia. Kemarin sobatku itu baru sampai, dia
sudah lantas mengundang aku akan pagi ini datang ke Coan
Goan Piauwtiam akan saksikan dia piebu, dengan kau, Lie ya.
Aku telah dengar Lie ya muridnya Kie Kong Kiat lauwhiap dan
keponakan murid Kang Lam Hoo lauwhiap, aku jadi kuatirkan
sobatku itu, yang aku takut namanya jadi rusak. Aku telah kasi
nasehat supaya dia jangan piebu, agar masing2 bisa
lindungkan nama baiknya. ia tidak bilang suatu apa mengenai
nasehatku itu. kendati demikian, sebentar aku masih hendak
coba nasehati dia lebih jauh. Andaikata dia suka dengar aku,
aku mau minta supaya Lie ya jangan lagi gusar terhadap dia
...... " Mendengar ucapan itu, Bouw Pek jadi tertawa.
"Aku memang tidak niat cari permusuhan dengan dia,
adalah dia sendiri yang datang cari aku!" dia jawab. "Kalau dia
suka batalkan tantangannya dan urungkan piebu, aku pasti
bersedia mengiringi, Memang siapa sih yang ingin menanam
permusuhan ?"
"Lie ya sungguh berhati mulia !" kata tuan rumah. "Baiklah,
sekarang hayo kita pergi bersama sama ke Cun Goan Piauw
tiam !" "Baiklah," sahut Bouw Pek.
Maka bersama sama dengan jalan kaki mereka keluar dari
Tay Hin Piauw tiam. Mereka jalan ke timur belum seberapa
jauh, mereka sudah sampai dipiauwkiok dari Hoa chio Phang
Liong. Piauwtiam ini punya pintu pekarangan yang besar, tetapi
sudah tua. Begitu masuk dipintu, lantas kelihatan pekarangan
yang lebar, Rumah2 berada disebelah utara. Didepan rumah
didirikan gubuk seperti paseban, dimana kedapatan beberapa
senjata serta tiga buah meja patsian kietoh berikut kursi2nya,
diatas itu ada barang santapan. Beberapa orang kelihatan
sedang duduk menghadapi meja makanan itu mereka ini
berbangkit buat menyambut, ketika mereka lihat Lauw Kie ln
datang bersama seorang anak muda, diantara mereka ada
yang kenal anak muda kita.
Jilid 10 HAMPIR di waktu itu belasan orang muncul dari dalam,
diantaranya ada Kim-too Phang Bouw sendiri, begitupun dua
saudaranya, Cat-kun Phang Hoay dan Hoa-khio Phang Liong.
Lauw Kie In segera perkenalkan Bouw Pek pada beberapa
orang itu, diantaranya ada Siang Pek Ie dari Kong Sun Piauwtiam.
Tio Lie San dari Thay Pheng Piauwtiam, Lauw Cit Sek
dari Su Hay Piauwtiam, dan kauwsu Cin Khin Goan, guru silat
famili Gin-thyio Ciaogkun Khu Siauw-houwya......
Bouw Pek serahkan pedangnya pada seorang pegawai, ia
angkat tangannya akan unjuk hormat pada sekalian piauwsu
Itu. Phang Hoay dan Phang Liong pandang tamunya dengan sikap
bermusuh, tetapi Phang Bouw sambi1 tertawa unjuk
hormatoya dengan manis budi. Ia lantas undang semua orang
ambil tempat duduk.
Semua piauwsu dapat anggapan baik, apabila mereka telah
pandang anak muda kita, tetapi umumnya mereka anggap
pemuda ini lebih mirip anak sekolahan daripada orang yang
mengerti silat. Mereka anggap, dipadu dengan Pedang Bouw
tamu ini kalah jaub. Kim-too bertubuh kekar, dagingnya
berurat, dadanya mumbul.
"Tidak bisa lain, orang she Lie ini, dimana keduanya sama2
kian mereka pikir.
Phang Bouw sendiri tidak panyang mau pada bakal lawannya
itu, sesudah isikan cawanya semua tamu, ia lantas berbangkit
buat angkat bicara. Ia kata :
"Sudah dua tahun aku tidak pernah datang ke Pakkhia kalau
sekarang aku berada d sini itulah disebabkan tuan Lie Bouw
Pek ini telah lukai saudaraku dan katanya ia ingin ketemu
aku!" "Maka juga bsgitu aku di Cim cin menerima kabar, aku segera
berangkat kemari!
" Tadinya aku tidak kenal orang she Lie ini, aku tidak
sesalkan ia, yang ia telah lukai adiku. Dalam hal itu, aku hanya
sesalkan adikku, yang ilmu silatnya masih sangat rendah. Tapi
ia bilang, ia ingin ketemu aku, inilah lain. Kemarin, begitu
datang, aku lantas cari tuan Lie ini, buat janjikan piebu disini
pada pagi ini. Tuan2, aku telah undang kau, muksudku adalah
buat minta kau suka menjadi saksi. Lebih dulu akupun hendak
terangkan, kami berdua akan bikin piebu, kami bukannya mau
adu jiwa, kendati demikian, kedua fihak mesti unjuk
kepandaiannya yang sejati, tidak boleh ada yang gunai senjata
gelap, tidak boleh ada yang berlaku curang, siapa kalah ia
mesti mengaku kalah, andai kata kejadian ada yang binasa, ia
hanya boleh terima nasib saya !........"
"Kau benar. Phang Su-ya!" berseru beberapa orang.
"Memang, didalam kalangan kita. kalau kita adakan piebu, kita
perlu omong lebih dulu dengan jelas!"
Bouw Pek mendengari saja, ia tidak buka mulut, ia melainkan
bersenyum. Sikapnya tenang dan enteng, hingga orang bisa
sangka bukanlah ia yang sebenarnya akan bertanding dengan
Kim too Phang Bouw, si Golok Emas yang termashur
namanya. Cuma Lauw Kie In seorang, yang nampaknya sibuk bukan
main. "Menurut aku, baiklah piebu hari ini dibatalkan, dibikin habis
saja," ia kata. suaranya kurang lempias. "Barusan saja aku
telah bicara dengan tuan Lie Beuw Pek, ternyata ia bersobat
baik dengan Tiat-cie tiauw Jie Loo piawsu, hingga dengan
bagitu kita bisalah dibilang dari satu golongan. Phang Su-ya
adalah enghiong ternama dari Titlie, dan Lie-ya adalah hoohan
yang baru datang ke Pakkhia ini, dimana keduanya sama2
orang terkenal, jiewie jadi mirip dengan pepatah yang bilang,
kalau dua harimau bertarung, salah satu mesti terluka! Jiewie


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sama2 orang dari kalangan Sungai Telaga, nama besar jiewie
dapatkan bukan Secara mudah, dari itu kenapa jiewie mesti
piebu" Aku minta jiewie suka pandang aku si orang tua, piebu
ini baik dibatalkan lantas diganti oleh persobatan. Tidakkah
cara ini caranya laki-sejati"........"
Phang Bouw sedang hirup araknya ketika ia dengar
perkatannya piauwsu tua itu, yang bikin ia mendongkol, lekas
ia letakkan cawannya.
Pedang Golok Yang Menggetarkan 2 Kisah Si Bangau Putih Bu Kek Sian Su 14 Karya Kho Ping Hoo Hati Budha Tangan Berbisa 9

Cari Blog Ini