Ceritasilat Novel Online

Istana Yang Suram 14

Istana Yang Suram Karya S H Mintardja Bagian 14


kepada kuda-kuda itu untuk mendaki terus, meskipun
tidak begitu cepat, namun di beberapa bagian yang
datar, kuda itu berpacu lebih cepat lagi.
Seperti yang diperhitungkan oleh Ki Wirit, sebelum
fajar, mereka telah mendekati padukuhan Karangmaja,
dan seperti yang dikatan oleh Ki Wirit pula, maka
merekapun telah mencari tempat untuk menitipkan kuda
mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Mudah-mudahan orang yang biasa aku titipi kudaku, tidak berkeberatan untuk menyimpan tiga ekor kuda sekaligus dan menyediakan rumput bagi mereka" berkata Ki Wirit.
Mula-mula orang yang dititipi kuda itu agal berkeberatan, tetapi ketika Ki Reksabahu memberikan beberapa keping uang, maka orang itupun kemudian terdiam.
"Kita akan mendekati padukuhan Karangmaja"
berkata Ki Wirit "Mungkin akan dapat terjadi sesuatu setpai saat, tetapi aku kira tidak malam ini, karena malam ini, adalah malam yang pertama bagi kedua kelompok itu, sehingga mungkin keduanya masih harus mengatur diri, mereka harus mencoba menyesuaikan kedudukan masing-masing, bahkan mungkin mencari keterangan tentang kekuatan dan kelemahan lawannya.
Ki Ajar Respati dan Ki Reksabahu mengangguk-angguk, merekapun sependapat, bahwa yang sebaik-baiknya mereka lakukan adalah mendekati istana kecil yang suram itu.
"Tetapi apakah kita akan berhubungan dengan Panon dan Rancangbandang?" bertanya Ki Ajar Respati.
"Aku sudah pernah berhubungan, jika perlu, aku minta mereka yang ada di dalam halaman istana itu untuk memberikan isyarat" jawab Ki Wirit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Wiritpun telah menceritakan kedudukan dua orang yang bernama Sangkan dan Pinten yang menurut Panon keduanya memiliki kedudukan yang khusus dan harus diperhitungkan.
Ki Ajar Respati menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Ada semcam hubungan yang membingungkan yang telah terjadi diatas bukit itu, jika seorang bangsawan yang bernama Raden Kuda Rupaka berdiri di pihak Cengkir Pitu dan bangsawan lain, Pangeran-pangeran yang kita lihat itu berada diantara orang-orang Kumbang Kuning, maka persoalannya tentu akan menjadi gawat, tetapi Raden Kuda Rupaka tidak berdiri diantara para bangsawan.
Ki Wirit menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Memang agak membingungkan bahwa Raden Kuda Rupaka berada dipihak Cengkir Pitu, hampir tidak masuk akal, mungkin hubungan antara Raden Kuda Rupaka dan Cengkir Pitu baru saja terjadi dalam persoalan pusaka itu, tetapi aku kira bahwa Raden Kuda Rupaka bukan murid dari perguruan Cengkir Pitu"
Ki Reksabahu dan Ki Ajar Respati tidak menjawab, mereka sama sekali tidak mempunyai bahan yang cukup untuk ikut membicarakannya, karena itu mereka lebih banyak mendengarkan saja keterangan Ki Wirit yang ternyata masih merupakan teka-teki yang belum terjawab.
Namun dalam pada itu, ketiga orang itupun berjalan perlahan-lahan mendekati padukuhan Karangmaja, Ki Wirit yang cacat kaki, tidak dapat berjalan terlalu cepat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
meskipun kadang-kadang geraknya sangat
mengherankan, jika mereka menjumpai lereng yang
terjal, justru Ki Wirit kadang-kadang telah membuat
sesuatu yang aneh, meskipun kakinya cacat, tetapi ia
mampu mendaki tidak kalah tangkasnya dengan mereka
yang tidak cacat kaki.
"Jika matahari nanti terbit, kita akan dapat
beristirahat dicelah-celah bukit, tetapi kita sudah tidak
akan terlalu jauh lagi dari istana kecil itu. Mudahmudahan, meskipun secara kebetulan, kita akan dapat
berhubunga dengan mereka yang berada di dalam
istana" berkata Ki Wirit.
"Kita dapat masuk" desis Ki Reksabahu.
"Kita memang dapat memasuki halaman istana itu jika
kita ingin, tetapi di dalam halaman itu ada Sangkan dan
Pinten yang mungkin mempunyai tanggapan yang lain
atas kehadiran kita, jika terjadi salah paham, maka
akibatnya akan dapat merugikan kita sendiri, karena
menurut keterangan yang aku dengar, Sangkan dan
Pinten itupun nampaknya bukan orang-orang tamak
seperti orang-orang Kumbang Kuning dan Cengkir Pitu,
meskipun semuanya masih harus saling mencurigai"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, ia dapat
mengerti keberatan Ki Wirit, ternyaya karena di dalam
istana itu ada dua orang anak muda yang tidak banyak
mereka kenal, karena menurut pertimbangan mereka
dua orang anak muda yang mengaku anak Nyi Upih itu,
tentu tidak sekedar berdiri sendiri, sehingga mungkin
akan dapat timbul salah paham justru akan menyulitkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Demikianlah, sebelum matahari terbit, mereka telah
mencari tempat untuk beristirahat di celah-celah dua
buah punuk kecil, diantara rimbunnya dedaunan dan
gerumbul-gerumbul yang hijau, sehingga tidak mudah
nampak dari beberapa bagian di sekitarnya.
"Hari ini kita berada disini, jika hari ini tidak terjadi
sesuatu, maka dihari-hari berikutnya, kita akan dapat
mengatur diri, mungkin bukan kita seluruhnya berada
disini, tetapi kita dapat mengatur waktu dan mungkin
dengan cara-cara yang lain" berkata Ki Wirit.
Kedua orang kawannya mengangguk-angguk.
"Aku tidak mengira bahwa kita akan menjadi bertiga"
berkata Ki Wirit kemudian.
Kedua kawannya tidak menjawab, tetapi mereka
mulai mencari tempat untuk duduk dan bersandar.
Sebuah batu yang besar merupakan sandaran yang baik
dan bahkan memungkinkan untuk tidur barang sejenak.
"Beristirahatlah" berkata Ki Wirit "Aku akan
mengamati keadaan"
Kedua orang yang duduk bersandar batu itu
mengangguk, namun diluar sadar, mereka saling
berpandangan, seolah-olah berjanji tanpa diucapkan
untuk beristirahat bergantian, bagaimanapun juga,
mereka masih belum banyak mengenal orang yang
menyebut dirinya Ki Wirit itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sementara itu Ki Wirit tidak menghiraukan kedua orang itu lagi, bahkan ia maju beberapa langkah dan mencoba melihat istana kecil itu dari jarak yang agak jauh, tetapi tempat agak lebih tinggi.
Tetapi Ki Wirit tidak melihat sesuatu yang mencurigakan , meskipun demikian ia tidak dapat lengah, karena hari itu memang baru mulai, masih akan banyak kemungkinan dapat terjadi pada hari yang masih panjang itu.
Karena itu, maka ia tetap duduk di tempat yang agak tinggi di sela-sela tetumbuhan yang rimbun yang dapat sekedar mekindunginya.
Untuk beberapa lama ia duduk di tempatnya, pandangan matanya ternyata tidak sekedar melekat pada istana yang dikelilingi oleh dinding batu itu, tetapi ia sempat mengedarkan pandangan matanya ke arah bukit-bukit yang hijau, bukit-bukit yang dutumbuhi perdu dan beberapa batang pepohonan yang mulai tumbuh dengan subur meskipun sebagian besar hanya tergantung pada siraman air hujan.
"Jika pohon2 itu kemudian tumbuh terus dan berdaun rimbun, maka pegunungan gundul ini akan segera berubah wajah" berkata Ki Wirit di dalam hatinya.
Dengan penuh minat ia memandang cahaya matahari yang bagaikan menyiram seluruh puncak-puncak bukit seribu yang berserakan seperti ongokan tanah yang ditaburkan di tepi selatan pulau besar ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Bab 43 Tiba-tiba saja Ki Wirit terkejut dan bergeser setapak, ketika ia melihat debu yang mengepul.
"Sekelompok orang-orang berkuda" desisnya.
Iapun kemudian memberikan isyarat kepada Ki Ajar Respati dan Ki Reksabahu yang sedang beristirahat sambil bersandar sebongkah batu yang besar.
Sejenak kemudian kedua orang itu telah berada di sampingnya, dengan jantung yang berdebaran mereka memperhatikan beberapa orang berkuda mendekati gerbang istana kecil yang suram itu.
"Siapakah mereka Ki Wirit?" bertanya Ki Ajar Respati.
"Aku tidak dapat menyebutnya, tetapi menilik sikap dan ujud yang nampak dari kejauhan, agaknya mereka bukan orang-orang Kumbang Kuning."
"Maksudmu, mereka orang-orang Cengkir Pitu?"
bertanya Ki Reksabahu.
Ki Wirit termenung sejenak, namun kemudian iapun mengangguk sambil menjawab "Agaknya itulah yang aku lihat saat mereka datang, orang-orang Cengkir Pitu, karena di dalam kelompok orang-orang Kumbang Kuning nampak seorang yang agak lain dari kawan-kawannya menilik pakaiannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Reksabahu dan Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, merekapun melihat seorang yang nampaknya adalah pemimpin dari kelompok Kumbang Kuning itu, disamping dua orang-orang bangsawan.
"Mereka akan memasuki istana itu" desis Ki Wirit.
"Ya, aku harus mengetahui apa yang terjadi, karena adikku ada disana" sahut Ki Ajar Respati.
Ki Wirit tidak menyahut, dengan tajamnya ia memperhatikan derap beberapa ekor kuda yang menyusul jalan berliku-liku mendekati halaman istana kecil itu.
Namun tiba-tiba perhatiannya tertarik kearah yang lain, ternyata ia melihat beberapa orang berkuda muncul dari balik sebuah bukit kecil, sehingga dengan serta merta ia menggamit kedua kawannya dan memberikan isyarat agar mereka berusaha untuk bersembunyi di balik gerumbul.
Ki Ajar Respati dan Ki Reksabahu segera melihat sekelompok orang yang berada di sela-sela puncak bukit di tempat yang agak jauh dari mereka, orang-orang itupun kemudian segera meloncat turun dan dengan berhati-hati maju beberapa langkah sementara yang lain mengikat kuda-kuda mereka di pepohonan perdu.
"Itulah orang-orang Kumbang Kuning" desis Ki Wirit.
Ki Ajar Respati menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Keadaan benar-benar menjadi gawat, sebentar lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
orang-orang Guntru Geni dalam yang besar akan
berdatangan pula"
Ki Wirit mengusap wajahnya yang berkeringat,
perlahan-lahan ia berdesis "Benar-benar suatu perebutan
yang tidak kenal unggah-ungguh. Di istana itu masih
tinggal isteri Pangeran Kuda Narpada, tetapi orang-orang
itu memperlakukan seolah-olah mereka sedang berburu
di tengah-tengah hutan yang liar, mereka sama sekali
tidak menghormati kehadiran pemilik istana itu dengan
keluarganya yang tinggal"
"Aku kurang mengetahui dengan pasti, apakah yang
ada di dalam istana itu, yang aku ketahui adikku ada
disana, aku tidak boleh membiarkannya, seperti Ki Wirit
tentu tidak akan membiarkan muridnya mengalami
kesulitan meskipun mulai timbul di dalam hatiku
pertanyaan, kenapa Ki Wirit telah memerintahkan
muridnya ikut menejebak dirinya sendiri ke dalam sarang
hantu itu"
"Pertanyaan itu memang memerlukan jawaban Ki
Ajar, aku akan memberikkan jawaban dengan jelas, jika
semuanya sudah selesai kelak, karena masalahnya
menyangkut banyak segi" jawab Ki Wirit.
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, meskipun
jawaban Ki Wirit itu tidak dapat menghapuskan
kecurigaannya, namun rasa-rasanya masih ada juga
kepercayaannya kepada orang-orang yang cacat kaki itu.
Sementara itu, orang-orang berkuda dari kelompok
perguruan Cengkir Pitu telah berada di depan regol
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
istana kecil itu, sementara orang-orang Kumbang Kuning
mengawasi saja dari kejauhan.
Namun dalam pada itu, Ki Wirit dan kedua kawannya
telah dapat menduga, bahwa orang-orang Kumbang
Kuning yang agaknya merasa dirinya tidak sekuat orangorang Cengkir Pitu, menunggu saja benturan yang dapat
terjadi antara orang-orang Cengkir Pitu dan orang-orang
yang berada di halaman istana kecil itu, meskipun
akhirnya orang-orang Cengkir Pitu akan berhasil
memusnahkan orang-orang yang berada di dalam
halaman istana kecil itu, tetapi kekuatan Cengkir Pitupun
tentu akan sudah berkurang, karena mereka yang ada di
dalam istana itupun bukannya sekedar orang-orang
kebanyakan. Dalam pada itu, orang-orang Cengkir Pitu sudah
berada di depan gerbang istana kecil itu, maka seluruh isi
istana kecil menjadi berdebar-debar, Panon terpaksa
menjadi sangat berhati-hati, ia telah memaksa Panji Sura
Wilaga dengan kekerasan untuk memanjat dan
bersembunyi diatas atap, kemudian mengikat dan
menyumbat mulutnya.
"Maaf Raden Panji" desis Panon "Aku terpaksa
melakukan ini, agar Raden tidak menjadi hambatan bagi
kami, justru karena ada persoalan yang harus kami atasi"
Sangkan yang sependapat dengan tindakan Panon
itupun ikut pula naik keatas atap dengan sebilah keris di
tangannya, wajahnya nampak sungguh-sungguh seolaholah Sangkan yang menggenggam keris telanjang di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
depan dada Panji Sura Wilaga itu, bukan Sangkan yang
sehari-hari dikenalnya.
Setelah mengikat Panji Sura Wilaga di atap, maka
kedua anak-anak muda itupun segera turun.
Dalam pada itu, di tangga pendapa Ki Mina berdiri
menunggu peristiwa apakah yang bakal terjadi, ia
melihat beberapa orang berkuda sudah berhenti di depan
regol halaman, namun ia masih tetap berdiri di
tempatnya, wajahnya nampak tegang, sementara tangan
kanannya menjadi gemetar, di lambungnya nampak
bukan saja kerisnya, tetapi juga sebilah pedang.
Sementara Ki Mina menunggu dengan tegang di
tangga pendapa, Pinten berdiri di pintu pringgitan, ia
menyandang pedang di lambung, wajahnyapun
menyorotkan kesungguhan tatapan matanya atas orangorang yang berdatangan.
Di belakangnya Inten Prawesti berdiri dengan
gemetar. "Puteri" berkata Pinten tanpa berpaling "Masuklah ke
dalam bilik bersama ibunda, selaraklah pintu dan jangan
dibuka jika puteri tidak yakin, bahwa yang mengetuk
pintu adalah salah seorang dari kami penghuni istana ini"
"Aku takut Pinten" desis Inten Prawesti.
"Puteri akan aman bila berada di dalam bilik ibunda,
justru diluar bilik, keadaan akan semakin berbahaya bagi
puteri" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Inten termangu-mangu sejenak, tetapi lewat lubang pintu, iapun melihat beberapa orang berkuda menghampiri regol halamannya.
"Cepatlah puteri, kami tidak tahu, apa yang bakal terjadi, mungkin mereka sekedar melihat-lihat keadaan di istana ini, tetapi mungkin bakal terjadi benturan kekerasan"
"Mereka lebih banyak dari kalian berempat"
"Apapun yang bakal terjadi, kita tidak akan dapat membiarkan mereka berbuat sesuatu di halaman ini, meskipun ia menyebut dirinya Raden Kuda Rupaka"
Inten termangu-mangu, dan iapun ternyata melihat seorang anak muda diantara beberapa orang berkuda itu justru berada yang paling depan.
"Kamas Kuda Rupaka ada diantara mereka" desisnya.
"Mereka adalah orang-orang dari perguruan Cengkir Pitu" sht Pinten "Diantaranya adalah Raden Kuda Rupaka"
Inten termangu-mangu sejenak, kekecewaan yang dalam terhadap Raden Kuda Rupaka telah mencengkam hatinnya.
"Puteri" desak Pinten kemudian "Cepatlah, sebelum mereka memecahkan pintu gerbang dan menghambur memasuki halaman, kakang Sangkan sudah bertekad
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tidak akan membuka pintu regol, tetapi kita semua yakin
bahwa mereka akan memecahkan pintu itu"
"Kenapa pintu itu tidak dibuka saja?"
"Tidak puteri, dengan demikian kami akan melihat
dengan jelas sebagai suatu bukti, bahwa mereka berniat
buruk, jika mereka tidak mempunyai niat buruk, mereka
tidak akan memecahkan pintu, karena seharusnya
mereka mengetahui , bahwa jika pintu itu tidak dibuka,
itu berarti bahwa kita tidak mau menerima mereka"
Inten masih termangu-mangu.
"Cepatlah, sebentar lagi pintu itu akan jebol"
Dengan ragu-ragu Inten kemudian bergeser
selangkah, namun iapun kemudian segera berlari
menghambur masuk ke dalam biliknya.
"Inten" desis ibunya yang menyongsongnya "Apa
yang terjadi?"
"Orang-orang Cengkir Pitu berdatangan ibunda,
mereka akan memecah pintu gerbang, Pinten menyuruh
aku menyelarak pintu bilik.
Ibundanya ragu-ragu sejenak, namun kemudian iapun
mengangguk-angguk kepalanya.
Dengan tangan gemetar, Inten menyelarak pintu
biliknya dan kemudian dengan tergesa-gesa mendekati
ibundanya dan duduk berdesakan dengan cemas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sementara itu Sangkan dan Panon yang sudah turun
dari atap istana kecil itu, langsung memencar dan turun
ke halaman di sebelah menyebelah pendapa.
Ki Mina berpaling, ketika ia mendengar langkah
mendekat, ia menarik nafas dalam-dalam ketika ia
melihat Panon dan Sangkan berada di sisi pendapa yang
berseberangan, apalagi kemudian iapun melihat Pinten
yang sudah berdiri di pendapa dengan pakaiannya yang
khusus dan sepasang pedang di lambung.
Ki Mina mengerutkan keningnya, ia belum pernah
melihat Pinten sedemikian garangnya dengan sepasang
pedang, tetapi kini agaknya ia merasa perlu menyatakan
dirinya dalam kelengkapan serupa itu.
Sementara itu sekelompok orang-orang berkuda telah
berada di muka regol halaman, yang paling depan adalah
seorang anak muda yang dikenal baik oleh penghuni
istana kecil itu, Raden Kuda Rupaka.
Sejenak Raden Kuda Rupaka termangu-mangu,
namun kemudian iapun berteriak, "He, orang-orang yang
berada di dalam istana, bukankah kalian mengenal aku",


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukalah pintu gerbang ini, aku inging menghadap bibi
Kuda Narpada"
Orang-orang yang berada di halaman itu termangumangu sejenak, namun Sangkanlah yang kemudian
malangkah maju sambil menjawab "Raden Kuda Rupaka,
kedatangan Raden kali ini sama sekali tidak
menguntungkan kami"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kenapa?" bertanya Raden Kuda Rupaka "Kami
datang dengan maksud baik, aku telah memanggil
beberapa orang kawan-kawan dan pembantuku untuk
menjaga istana ini dari kemungkinan yang lebih buruk,
kami sudah mendapat berita keberangkatan orang-orang
Guntru Geni, dalam jumlah yang besar dan orang-orang
dari perguruan Kumbang Kuning"
Sangkan memandang orang-orang orang-orang yang
berada di luar pintu regol dari lubang papan yang sudah
lapuk, meskipun agak kurang jelas, tetapi ia melihat
wajah-wajah yang kasar dan penuh kebencian, namun ia
melihat juga wajah-wajah yang memancarkan derajad
kebangsawanannya, seperti wajah Raden Kuda Rupaka.
"Sangkan" teriak Raden Kuda Rupaka "Apakah kau
sudah gila, bukalah pintunya, aku tidak datang seorang
diri, jika aku mau, maka istana ini akan menjadi abu
dalam sekejap"
Kedatangan Raden benar-benar tidak kami harapkan
berkata Sangkan "Silahkan Raden pergi saja"
"Gila, kau sudah gila. Aku akan menghadap bibi, kau
tahu akibat apa yang dapat terjadi jika kau memaksa
kami mempergunakan kekerasan"
"Raden memang sudah mempergunakan kekuatan,
maaf jika kami tidak dapat mempercayai Raden lagi"
"Gila, cepat. Aku dapat berbuat apa saja atas kalian"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan termangu-mangu sejenak, tetapi ia sudah siap menghadapi segala kemungkinan apapun yang akan terjadi.
Sementara itu Raden Ayu Kuda Narpada, menjadi gelisah di dalam biliknya, ia mendengar pembicaraan di halaman, kemudian ia berkata kepada Inten Prawesti
"Inten, tidak seharusnya aku tetap berada di dalam bilik ini, angger Kuda Rupaka agaknya benar-benar ingin menemui aku"
"Tetapi itu berbahaya sekali ibunda"
"Aku kira tidak akan ada bedanya, seandainya kita berdua bersembunyi di dalam bilik ini, jika terjadi benturan kekerasan, maka akan jatuh korban yang sebenarnyanya tidak bersalah, mungkin Sangkan, mungkin Panon dan bahkan mungkin Pinten"
Puteri Inten Prawesti yang memegangi lengan ibundanya berkata terbata-bata "Tetapi Pinten minta agar kita berada di dalam bilik ini saja"
Puteri yang ketakutan itu menjadi heran, ketika tiba-tiba saja ibunda tersenyum, ia sama sekali tidak mengerti makna dari senyum itu, meskipun nampak betapa senyum itu menyimpan kepalsuan perasaan.
Sebenarnyanyalah kepedihan hati ibundanya sudah menjadi seakan-akan jenuh Raden Ayu Kuda Narpada tidak dapat menampung lagi kecemasan dan ketika bagi peristiwa-peristiwa yang mendatang, bahkan tiba-tiba saja seolah-olah ia menemukan kekuatan untuk berbuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sesuatu, karena ia merasa bahwa tidak akan ada
gunanya lagi menghindari kesulitan yang bakal datang,
yang semakin lama justru semakin bertimbun.
"Inten" berkata ibundanya sambil mengusap kepala
anaknya "Aku sudah tua, aku tidak tahu, apakah yang
sebaiknya aku akukan, tetapi apapun yang terjadi atasku,
tentu tidak akan banyak berakibat bagi istana ini"
"Tidak ibu, tentu akibatnya akan sangat parah bagiku,
apapun yang akan ibunda lakukan, aku akan ikut serta,
hidup atau mati"
Ibundanya menarik nafas dalam-dalam, kemudian
katanya "Inten, kau sajalah yang tinggal di dalam bilik
ini, aku akan minta Pinten mengawanimu, ia adalah
seorang gadis yang luar biasa, ia memiliki kemampuankemampuan seperti laki-laki, bahkan ia dapat
mengalahkan laki-laki"
"Tidak, tidak ibunda, aku akan ikut kemana ibunda
pergi" Sejenak Raden Ayu Kuda Narpada termangu-mangu,
namun hatinya menjadi semakin berdebar-debar ketika ia
mendengar orang-orang di luar istana itu berbicara
semakin keras dan kasar.
"Aku harus mencegahnya" desis Raden Ayu Kuda
Narpada. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi ketika Raden Ayu Kuda Narpada berdiri, Inten ikut berdiri pula, ia selalu berpegangan lengan ibundanya dan tidak mau melepaskannya.
"Inten" berkata ibundanya "Tinggallah di dalam bilik ini, sebentar akan lagi Pinten akan datang, bagimu dalam saat seperti ini Pinten lebih berguna dari padaku"
"Tidak ibunda, aku ikut bersama-sama ibunda"
Raden Ayu Kuda Narpada termangu-mangu, namun suara-suara yang semakin keras seakan-akan telah memaksanya untuk segera melangkah keluar.
Namun Inten tetap berpegangan tangannya, ketika ibundanya berlari keluar, maka Intenpun ikut pula keluar.
Ketika mereka sampai di pintu pringgitan, mereka melihat beberapa orang yang marah berada di luar pintu regol, smmt itu Pinten masih berdiri tegak di pendapa.
Langkah keduanya telah mengejutkan Pinten, karena itu, maka iapun segera berpaling, dengan tegang ia melihat kedua puteri itu justru keluar pintu.
"Masuklah, cepat" desis Pinten.
Tetapi keduanya tidak sempat menjawab, yang terdengar kemudian adalah derak pintu regol yang pecah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sejenak kemudian., maka menghamburlah beberapa ekor kuda memasuki halaman, diantara mereka adalah Raden Kuda Rupaka
Ki Mina, Sangkan dan Panon yang berada di halaman telah bersiap menghadapi segala kemungkinan, bahkan Pintenpun kemudian melangkah maju beberapa langkah, namun sekali lagi ia berpaling sambil berdesis "Cepat mereka tidak dapat di kekang lagi"
Tetapi Raden Ayu Kuda Narpada justru berlari menyusul Pinten sambil berteriak "Angger Kuda Rupaka, apakah yang kau kehendaki sebenarnyanya?"
Semua orang berpaling kepadanya, sementara itu, Raden Ayu Kuda Narpada maju beberapa langkah lagi dan justru berdiri di bibir pendapa.
Semua orang menjadi heran melihat kehadirannya, bahkan Raden Kuda Rupakapun menjadi heran pula.
"Anak mas" terdengar lagi suaranya "Apakah yang memaksa angger untuk datang lagi bersama dengan beberapa orang kawanmu?"
Raden Kuda Rupaka ragu-ragu sejenak,
dipandanginyanya Raden Ayu Kuda Narpada, lalu katanya "Bibi aku mempunyai hanya kepentingan dengan istana ini. Di dalam istana tni tersimpan pusaka yang seharusnya sudah diserahkan kepada kalangan istana Demak. tetapi sampai sekarang, pusaka itu masih belum kembali ke gedung perbendaharaan pusaka, bahkan
paman Kuda Narpada telah menyembunyikan diri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bersama paman Cemara Kuning dan Paman Sendang
Prapat bersama pusaka itu"
"Anakmas" jawab Raden Ayu Kuda Narpada "Kakanda
Kuda Narpada sama sekali tidak menyembinyikan diri,
tetapi kakanda Kuda Narpada telah diajak oleh kedua
pangeran itu sehingga saat ini tidak kembali lagi"
"Ah, bibi dapat saja mengatakan begitu, tetapi jika
benar bibi menganggap bahwa paman Kuda Narpada
tidak berusaha menyembunyikan pusaka itu, cobalah
tunjukkan kepada kami, dimanakah pusaka itu. karena
sebenarnyanyalah kami datang bersama Pangeran Sora
Raksa Pati, yang mendapat tugas langsung dari Sultan
Demak untuk mengambil pusaka itu, atau menemukan
pamanda Kuda Narpada hidup atau mati"
Wajah Raden Ayu Kuda Narpada menjadi pucat,
namun kemudian jawabnya "Apakah benar diantara
kalian terdapat utusan langsung dari Sultan Demak?"
"Ya" jawab seorang yang bertubuh tinggj kekar,
berkumis dan berjanggut lebat "Akulah Sora Raksa Pati,
aku sudah jemu menunggu kedatangan angger Kuda
Rupaka yang sudah mendahului perjalanku, sementara
Sultan selalu mendesakku untuk segera menyerahkan
pusaka itu, aku kira mengambil pusaka istana ini dengan
perintah mempersoalkan bukannya pekerjaan yang
mendapat kesulitan apapun, ternyata bahwa tugas Kuda
Rupaka mendapat banyak hambatan disini, agaknya
keluarga Kuda Narpada sendiri tidak membantu
kelancaran yang dibebankan kepadanya atas perintah
Sultan" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Ayu Kuda Narpada menjadi semakin pucat, lalu katanya "Aku mohon ampun, tetapi sebenarnyanyalah bahwa aku tidak tahu menahu letak pusaka yang sedang dicari itu, itulah soalnya, bukan menghambat dan apalagi dengan sengaja menghalang-halangi"
"Apapun alasan yang dikemukakan, tetapi kenyataan yang dihadapi Sultan adalah, bahwa pusaka itu sampai kini masih belum dapat diserahkan, sedangkan Sultan sudah tahu pasti, bahwa oleh Maharaja Majapahit Pamungkas pusaka itu diserahkan kepada Kuda Narpada, tentu kami tidak akan dapat mengemukakan alasan apapun juga kepada Sultan yang menghendaki pusaka itu kembali ke perbendaharaan istana Demak" berkata Sora Raksa Pati.
Raden Ayu Kuda Narpada merasa semakin terdedak, tetapi iapun menjawab "Pangeran, sebenarnyanyalah bahwa kepergian kakanda Kuda Narpada bukannya menyembunyikan diri, jika Pangeran dapat bertemu dengan Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran Sendang Prapat, maka persoalannya akan sedikit dapat terungkap"
"Apakah kami masih harus mencari Cemara Kuning dan Sendang Prapat, keduanya telah hilang sejak lama, tentu keduanya telah bersembunyi bersama Kuda Narpada"
"Tidak, itu tidak benar, jika memang diperlukan, aku akan menghadap Sultan sendiri dan menerangkan apa yang telah terjadi" bantah Raden Ayu Kuda Narpada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Itu tidak mungkin, kau sangka Sultan akan dapat
menerima setiap orang", hanya orang-orang yang
penting dan diperlukan sajalah yang dapat menghadap"
sahut Sora Raksa Pati.
"Tetapi persoalan yang akan aku kemukakan adalah
persoalan yang sangat penting, jika bukan persoalan
yang sangat penting maka Sultan tentu tidak akan
mengutus beberapa orang bangawan untuk datang"
"Itu tidak perlu, soalnya adalah, serahkan pusaka itu,
atau kami akan bertindak dengan kasar"
Raden Ayu Kuda Narpada menjadi gemetar, namun
tiba-tiba saja hatinya yang telah beku itu tidak lagi dapat
disusupi oleh perasaan takut, bahkan dengan dada
tengadah ia berkata "Pangeran, jika pangeran
menganggap perlu melakukan kekerasan, lakukanlah,
tetapi jangan terhidup orang lain, kecuali aku sendiri,
karena akulah yang menjadi sumber dari persoalan yang
sedang kalian hadapi sekarang ini"
"Jika orang-orang lain tidak ikut campur, maka
akupun tidak akan menyentuh mereka, coba katakan
kepada mereka, agar mereka keluar dari halaman istana
ini, suruhlah mereka pergi dan sama sekali tidak
mengganggu perkerjaan kami, maka kamipun tidak akan
mengganggu mereka"
Raden Ayu Kuda Narpada termangu-mangu sejenak,
dipandanginyanya beberapa orang yang berada di
halaman, kemudian dengan suara gemetar ia berkata "Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sanak yang selama ini telah memberikan banyak
pertolongan kepadaku, aku tidak dapat berbuat lain dari
pada mempersilahkan kalian meninggalkan halaman ini,
Panon, Ki Mina, Sangkan dan Pinten, bahkan aku ingin
menitipkan Inten kepada kalian agar iapun tidak akan
tersentuh oleh persoalan yang tidak diketahuinya, juga
aku ingin kalian membawa Nyi Upih berserta kalian"
Tiba-tiba saja terdengar teriakan Inten yang menusuk
"Tidak, ibunda, aku akan selalu bersama ibunda"
"Inten" desis ibundanya "Pergilah bersama Pinten, ia
akan dapat melindungimu jauh lebih baik dari ibumu"
Raden Ayu Kuda Narpada menjadi termangu-mangu
sejenak "Namun dalam pada itu Sora Raksa Pati berkata
"Biarlah ia tinggal disini, kami tidak akan mggnya, tetapi
suruhlah yang lain meninggalkan tempat ini. Raden Kuda
Rupaka akan melakukan penelitian lebih seksama di
halaman istana ini"
Dalam pada itu, Raden Ayu Kuda Narpada dan Inten
Prawesti dicengkam oleh ketegangan dan keragu-raguan,
terdengar Sangkan berkata "Raden Kuda Rupaka, jangan
mencoba memaksa dengan cara apapun juga, jangan
menakut-nakuti dengan orang yang bernama Sora Raksa
Pati dan berkedudukan sebagai seorang pangeran. Sultan
Demak pasti tidak akan memberikan perintah kepada
orang-orang semacam kalian"
"Gila, kau anak budak yang bodoh, meskipun kau
memiliki kemampuan dalam olah kanuragan, tetapi apa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
yang kau ketahui tentang perintah Sultan dan urutan
kekuasaan para bangsawan?"
"Aku memang orang-orang hamba kecil, aku adalah
anak seorang pelayan, tetapi justru karena biyungku
adalah pelayan di dalam lingkungan seorang bangsawan
sejak aku bayi, maka akupun mengerti serba sedikit
masalah yang menyangkut tugas-tugas kebangsawanan
apalagi orang-orang petugas dari istana"
"Jangan mencampuri persoalan yang tidak kau
ketahui, anak gila" bentak Kuda Rupaka.
"Raden" potong Sangkan "Yang aku ketahui sampai
saat ini, yang ada pada Raden adalah ciri-ciri perguruan
Cengkir Pitu, batu-batu akik dan ciri-ciri olah kanuragan
yang Raden perlihatkan, tetapi Raden sama sekali tidak
memperlihatkan ciri-ciri dari duta Sultan Demak, misalnya
cincin kerajaan atau benda-benda yang bersifat khusus,
pusaka kerajaan atau sungsang barat Sultan sendiri"
"Gila, kau benar-benar gila, semua benda-benda itu
tidak akan dapat keluar dari istana, bawat hanya akan
hadir besma Sultan sendiri, apalagi cincin kerajaan, atau
pusaka-pusaka yang lain"
Tetapi Sangkan menggeleng, katanya "Tidak tuantuan, cincin istana atau pedang Candrakasih akan dapat
dilimpahkan kepada utusan terpercaya"
Jawaban Sangkan itu benar-benar mengejutkan,
dengan wajah yang tegang Raden Kuda Rupaka maju
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
beberapa langkah, katanya "Darimana kau dapat
menyebutkan benda-benda itu?"
"Aku pernah mendengar, justru karena aku adalah
anak seorang pelayan yang ada di dalam lingkungan
kebangsawanan itu pula"
"Tetapi pendengaranmu tidak lengkap, tanda kerajaan
itu akan diberikkan bagi utusan yang melakukan tugastugas kerajaan dalam hubungan yang setingkat atau
hampir setingkat"
Sangkan termangu-mangu sejenak, namun kemudian
jawabnya "Raden Kuda Rupaka, aku kira bagi Sultan
Demak, kedudukan Pangeran Kuda Narpada cukup tinggi
meskipun tidak setingkat dengan Sultan sendiri,
seandainya masih tidak cukup kuat sebagai alasan utk
memberikan pertanda tertinggi, maka tentu ada tandatanda lain yang diberikan, agar Raden Kuda Rupaka
mendapat kepercayaan sebagai utusan Sultan yang
sebenarnyanya" ia berhenti sejenak sambil memandang
pangeran Sora Raksa Pati, lalu "Nah, tanpa tanda-tanda
itu, maka Raden Kuda Rupaka tidak ubahnya dengan
Kidang Alit, dan sudah tentu bahwa Raden Ayu tidak
akan membiarkan orang-orang yang tidak seharusnya
melakukan kewajiban dari kerajaan itu akan berbuat
sekehendak hatinya di dalam istana ini"
"Persetan" desis Raden Kuda Rupaka "Kau memang
orang yang dungu tetapi sombong, kau sama sekali tidak
tahu tatanan dan apalagi urutan limpahan kekuasaan
dari Sultan kepada para senapati dan perwira-perwira
tinggi, sekarang, minggirlah, aku akan melakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tugasku, jika kalian tidak mingir, maka aku akan
membunuh semuanya yang ada di halaman istana ini,
agar aku dapat melakukan dengan tenang"
"Tuan tidak akan dapat melakukan dengan tenang,
karena sebentar lagi, setelah kami semuanya terbunuh
dan kekuatan tuan akan tinggal separuh dari yang
sekarang, karena kamipun akan membunuh sebelum
mati, maka akan datanglah Kidang Alit dengan kekuatan
padepokan Kumbang Kuning, Nah, apa katamu Raden",
akan datang giliran kalian dibantai oleh Kidang Alit dan
kawan-kawannya."
Wajah Kuda Rupaka menjadi tegang, tetapi kata-kata
itu benar-benar telah menyentuh hatinya, hampir diluar


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sadarnya ia memandang berkeliling, kemudian seolaholah ia sedang menghitung kekuatuan yang ada
padanya. "Tidak lebih dari empat orang yang terbaik" katanya
di dalam hati "Tetapi yang lain harus diperhitungkan oleh
lawan, meskipun mereka tidak sebaik paman Panji, tetapi
lima orang dari mereka akan sama dengan tiga orang
paman Panji, jika keempat orang ini sudah dapat
diselesaikan, maka paman Panji akan dapat kami
lepaskan sebelum kami berhadapan dengan orang-orang
Kumbang Kuning"
"Tuan mulai ragu-ragu" berkata Sangkan "Tetapi
agaknya tuan telah mulai mempertimbangkan dengan
nalar" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jangan mengigau, dengarlah Sangkan, kau masih mempunyai kesempatan beberapa saat sebelum lehermu terpisah dari tubuhmu, paman Panji yang kau sembunyikan, akan segera kami bebaskan. Ia akan melepaskan dendamnya terhadap Pinten, sementara aku akan dapat membawa diajeng Inten Prawesti lembali ke Demak, agaknya tempat ini terlalu buruk baginya"
"Tuan" berkata Sangkan "Aku tidak tahu apakah yang aku lakukan dianggap baik atau tidak oleh Raden Ayu Kuda Narpada, tetapi aku tidak mengijinkan tuan melakukan apapun di halaman istana ini"
"Bukalah matamu, Sangkan. aku tidak datang sendiri, atau hanya berempat, aku datang dalam jumlah yang lebih dari kelipatan jumlah kalian"
"Jumlah bukan ukuran mutlak, tetapi sudah aku katakan, lakukanlah yang akan tuan lakukan, sebelum tuan dibantai oleh orang-orang Kumbang Kuning"
"Tidak ada or Kumbang Kuning diatas bukit ini" Raden Kuda Rupaka berteriak, tetapi suaranya menunjukkan keragu-raguannya karena sebenarnyanyalah ia mengetahui bahwa orang-orang Kumbang Kuning telah berada di Karangmaja pula.
Namun tiba-tiba hatinya gemetar, ketika ia mendengar jawaban dari luar regol "Tuan keliru, orang-orang Kumbang Kuning telah ada di sekitar istana ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Setiap orangpun kemudian berpaling, yang mereka lihat adalah dua orang yang berdiri di regol halaman yang rusak.
Sebelum Raden Kuda Rupaka bertanya, Panon telah berteriak "Ki Ajar?"
Ki Ajar Respati tersenyum, ia maju beberapa langkah diikuti oleh Ki Reksabahu.
"Aku datang karena aku sudah rindu kepada adikku, aku tidak sabar lagi menunggu, sehingga akupun mencarinya kemari"
Ki Mina termangu-mangu sejenak, kemudian jawabnya "Kedatangan kakang Ajar Respati sangat menggembirakan hati justru pada saat yang gawat ini, mungkin aku harus minta diri untuk mati, tetapi aku masih mempunyai sati keinginan, membunuh lawan sebanyak-banyaknya"
"Jangan terlalu bernafsu untuk membunuh
Rancangbandang, sebaiknya kau mencoba menghindari persilisihan, tetapi apbila tidak mungkin, cobalah menyelamatkan diri, jangan memikirkan untuk membunuh"
"Gila, kau orang gila" teriak Sora Raksa Pati "Kuda Rupaka, aku sudah jemu dengan permainan gila ini, sekarang, jika kita harus membunuh, siapakah yang harus kita bunuh?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Suasana meningkat semakin tegang, namun tiba-tiba saja Raden Ayu Kuda Narpada berlari turun ke halaman sambil berkata lantang "Bunuhlah aku pangeran, aku tidak ingin melihat apapun yang akan terjadi"
Inten yang melihat ibundanya berlari ke halaman, ingin ikut pula menyusul, demikian tiba-tiba, sehingga hentakan ibundanya telah melepaskan pegangannya, namun ketika ia akan berlari menghambur ke halaman pula, sebuah tangan yang kuat telah menahannya.
"Jangan puteri"
Inten berpaling, ia tidak menduga bahwa tangan itu adalah tangan Pinten, angan yang lembut jika sedang bermain-main dengan kecik saat mereka bermain dakon, namun yang tiba-tiba bagaikan jari-jari besi yang melingkar di lengannya.
"Lepaskan, lepaskan"
"Tidak puteri, kakang Sangkan akan memohon ibunda puteri untuk naik ke pendapa"
Netapapun Inten meronta, tetapi tangan Pinten tidak dapat lepas, bahkan kemudian Pinten memeganginya dengan kedua belah tangannya pada kedua belah lengannya.
"Lepaskan aku, lepaskan" teriak Inten Prawesti.
Tetapi ternyata, tangan itu justru menjadi semakin kuat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Suara Inten telah menarik perhatian ibundanya, sehingga iapun berpaling.
"Kuda Rupaka" Pangeran Sora Raksa Patilah yang berteriak "Cepat lakukanlah sesuatu, wanita itu sudah menjadi gila, tetapi jika harus dibunuh, maka biarlah ia dipenggal lehernya"
Bab 44 Kata-kata kasar itu benar-benar telah membakar penghuni istana kecil itu , sehingga Panon yang sejak semula berdiri dengan tegang berteriak "Lakukanlah jika kalian mampu, jumlah kami tiba-tiba saja telah bertambah dengan dua orang meskipun secara kebetulan"
"Bukan secara kebetulan" sahut Ki Ajar Respati "Aku melihat kedatangan orang-orang Cengkir Pitu, dan akupun melihat kedatangan orang-orang Kumbang Kuning yang kini sedang memperhatikan kita semuanya, mereka sedang mengharap kita bertempur dan saling membunuh, maka diantara bangkai yang berserakan di halaman ini, orang-orang Kumbang Kuning akan menari bersuka ria"
"Omong kosong"
"Angkatlah wajah tuan-tuan kearah barat, disebelah gerumbul perdu yang mulai rimbun di puncak bukit kecil sedang menunggu orang-orang Kumbang Kuning,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mereka sudah tidak sabar lagi seperti tuan yang
bertubuh kekar itu, kapan kita saling membunuh"
Kata-kata Ki Ajar itu telah menyentuh hati orangorang Cengkir Pitu, dengan serta merta mereka
menengok ke barat keatas bukit kecil.
Orang-orang Cengkir Pitu itu sempat melihat sepintas
bayangan orang-orang yang sedang memperhatikan
istana ini dan terlihat sangat jelas.
Ternyata kata-kata Ki Ajar itu bukannya sekedar
menakut-nakuti orang Cengkir Pitu yang sedang tegang,
dalam pandangan mereka sekilas orang-orang Cengkir
Pitu dapat menduga, bahwa orang-orang yang sedang
mengawasi itu adalah orang-orang Kumbang Kuning.
Sangkan yang juga melihat mereka, tiba-tiba saja
tertawa, katanya "Nah, ternyata bahwa Kidang Alit kini
tidak lagi bersama-sama Raden Kuda Rupaka, ia ternyata
berada diantara kawan-kawannya, sebelum orang-orang
Cengkir Pitu dan Kumbang Kuning datang, maka Raden
Kuda Rupaka dan Kidang Alit merupakan dua orang
sahabat baik"
Orang-orang Cengkir Pitu menjadi tegang, sementara
itu, Raden Ayu Kuda Narpada termangu-mangu, ia jg
sempat melihat sesuatu di balik gerumbul pohon perdu
itu, tetapi ia tidak melihat dengan jelas.
Dalam pada itu, selagi orang-orang Cengkir Pitu
termangu-mangu, Sangkan tiba-tiba saja memberikan
isyarat sambil memanggil "Biyung, jangan tertunduk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
disitu, cobalah mengatur perasaan, meskipun biyung
ketakutan setengah mati, tetapi cobalah mengajak Raden
Ayu untuk naik ke pendapa"
Dalam pada itu, dari samping pendapa, Nyi Upih yang
ketakutan, muncul lewat pintu butulan, berjalan dengan
gemetar, namun ia memaksa diri untuk mendekat Raden
Ayu Kuda Narpada, sementara Sangkan mengamatinya
dengan kesiagaan sepenuhnya, jika seseorang meloncat
menerkam puteri itu, maka iapun telah siap untuk
melawannya. Tetapi tidak ada seorangpun yang bergerak, dengan
tangan yang gemetar pula Nyi Upih membimbing Raden
Ayu Kuda Narpada, yang seakan-akan telah kehilangan
kesadaran dirinya dan berjalan menurut saja langakah
Nyi Upih yang menariknya ke pendapa.
Raden Ayu itu baru sadar, ketika Inten yang
dilepaskan oleh Pinten segera berlari memeluknya sambil
menangis. "Marilah puteri" ajak Nyi Upih "Masuklah, suasana di
luar sama sekali tidak menguntungkan"
Kedua puteri itu masih saling berpelukan tanpa
beranjak dari tempatnya.
Dalam pada itu, nampaklah orang-orang Cengkir Pitu
dicengkam oleh keragu-raguan, hampir diluar sadarnya
Raden Kuda Rupaka memperhatikan orang-orang di
sekitarnya, Sangkan, Panon, Ki Mina, Pinten di pendapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dan dua orang yang baru datang itu masih saja berada di
muka regol halaman.
"Jumlah kalian masih terlalu banyak" berkata Panon
tiba-tiba "Tetapi kami sudah siap menghadapi segala
kemungkinan, akupun telah menjadi pening berdiri
tegang tanpa berbuat sesuatu, jika kalian akan mulai,
mulailah, jika kalian akan pergi, pergilah, mungkin Raden
Kuda Rupaka masih sempat membuat perjanjian baru
dengan Kidang Alit, sebelum datang untuk kedua kalinya"
"Kubunuh kau anak tikus" teriak pangeran Sora Raksa
Pati. Hampir diluar dugaan, Pintenlah yang menjawab
"Sejak semula kau memang berniat membunuh kami,
tetapi kau tidak berbuat apa-apa selain berteriak, apalagi
setelah kalian menyadari, bahwa orang-orang Kumbang
Kuning sedang memperhatikan kita semuanya, seperti
yang dikatakan oleh Ki Ajar yang belum aku kenal
sebelumnya, mereka akan menari diatas bangkai kita
semuanya, karena yang masih tetap hidup tentu akan
dibunuhnya pula"
Wajah Raden Kuda Rupaka benar-benar menjadi
tegang, namun tiba-tiba ia berteriak "Pendapatmu bagus
sekali Pinten, aku akan menemui Kidang Alit, kami akan
datang dalam kelompok yang besar, dengan mudah kami
akan menumpas kalian, jika sesudah ini kami harus
membinasakan orang-orang Kumbang Kuning"
Sangkan segera menyahut "Rencana yang bagus
sekali, kapan kalian akan melaksanakannya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Persetan" wajah Kuda Rupaka menjadi merah
padam, namun katanya kepada pangeran Sora Raksa
Pati "Kita harus mempertimbangkan jalan itu paman"
Orang yang disebut pangeran Sora Raksa Pati itu
menegang sejenak, dipandanginyanya wajah Raden Kuda
Rupaka dengan tegangnya, namun kemudian katanya
"Jadi apakah maksudmu kita akan meninggalkan tempat
ini tanpa berbuat sesuatu?"
Raden Kuda Rupaka ragu-ragu sejenak, namun
kemudian jawabnya "Kita menunda tindakan yang akan
memberikan kepastian, kita akan menghubungi orangorang Cengkir Pitu"
"Gila. Jadi apakah kita akn membiarkan orang-orang
gila ini tetap hidup?"
"Untuk sementara paman, kita akan menyusun
rencana yang jauh lebih baik dari membunuh mereka
sekarang ini"
Pangeran Sora Raksa Pati termangu-mangu, tetapi
iapun kemudian berkata "Terserahlah kepadamu Kuda
Rupaka, kau yang telah cukup lama berada disini, kau
tentu dapat membuat perhitungan yang lebih baik dari
padaku" "Kita akan meninggalkan halaman ini dan menjumpai
orang-orang Kumbang Kuning, kita akan membunuh
orang-orang yang ada di halaman istana ini bersamaTiraikasih Website http://kangzusi.com
sama sebelum kita akan melenyapkan orang-orang
Kumbang Kuning"
Halaman itu menjadi tegang, semua orang
memandang pangeran Sora Raksa Pati, seakan-akan
mereka menggantungkan seluruh keadaan kepadanya.
Sejenak kemudian pangeran itupun berkata "Baiklah,
marilah kita cepat menyelesaikan tugas ini, aku harus
cepat menghadap Sultan di Demak".
Pangeran Sora Raksa Pati tidak menunggu lebih lama
lagi. Iapun segera memacu kudanya meninggalkan
halaman istana kecil itu"
Ki Ajar Respati dan Ki Reksabahu bergeser menepi
ketika beberapa kuda itu dengan tergesa-gesa
meninggalkan halaman.
Demikian kuda-kuda itu lenyap, maka tiba-tiba saja
Nyi Upih berteriak "Pinten tolong"
Ternyata Raden Ayu Kuda Narpada yang dicengkam
oleh ketegangan itu tidak dapat bertahan lama lagi,
karena itu iapun tiba-tiba menjadi pingsan.
Semua orangpun menjadi sibuk, Sangkan berlari-lari
mendekat pula, sementara puteri Inten Prawesti
menangis sejadi-jadinya.
"Jangan menangis puteri" Pinten mencoba
menghiburnya "Ibunda puteri tidak apa-apa, ibunda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
hanya pingsan karena ketegangan yang tidak
tertahankan"
Ketika Raden Ayu Kuda Narpada diangkat masuk
kedalam biliknya, maka Intenpun menangisinya tidak
henti-hentinya, sementara itu Nyi Upih sibuk menggosok
Raden Ayu dengan jahe di kakinya, dan kemudian
tengkuk dan pelipisnya.
Akhirnya perlahan-lahan Raden Ayu itupun sadar,
ketika ia membuka matanya, maka yang dilihatnya
adalah pturunya, sambil memeluknya air mata Raden
Ayu tidak dapat ditahannya.
Tetapi orang-orang yang merawatnya menarik nafas
dalam-dalam, seolah-olah mereka telah terlepas dari
himpitan yang pepat.
Sementara ini, Sangkan telah keluar dari bilik Raden
Ayu, ia melihat Panon sedang sibuk menemui orang yang
bernama Ki Ajar Respati dan Ki Reksabahu.
Ketika Sangkan mendekat, maka iapun segera
diperkenalkan dengan kedua orang yang baru datang itu,
meskipun Sangkan mengangguk-angguk hormat, tetapi
nampak sekilas kecurigaan memancar diwajahnya.
"Siapakah sebenarnyanya kalian, dan apakah
hubungan kalian dengan Panon?" bertanya Sangkan.
Kecurigaan Sangkan dapat dimengerti, karena itu,
maka Ki Ajarpun menjawab "Angger, aku adalah kakak
dari Rancangbandang yang juga dipanggil Ki Mina, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sudah terlalu lama pergi, sehingga aku menjadi cemas,
itulah sebabnya aku mencarinya, adalah kebetulan
bahwa aku melihat orang-orang Cengkir Pitu dan
Kumbang Kuning"
"Maaf Ki Ajar" berkata Sangkan "Kita yang sekarang
berada di atas Pegunungan Sewu ini sedang saling
mencurigai, akupun sebenarnyanya juga mencurigai
kedua orang yang baru aku kenal hari ini, justru ketika
kami sedang berada dalam puncak ketegangan, tetapi
nampaknya kalian bukan orang-orang tamak meskipun
pengenalanku itu bukannya ukuran yang pasti"
"Kami menyadari, dan kami tidak merasa berkecil
hati, bahwa kami telah dicurigai, bahkan kami wajib
membuktikan bahwa kami tidak akan berbuat sesuatu
sehingga kami akan lepas dari kecurigaan selanjutnya"
Sangkan mengangguk-angguk, katanya "Baiklah, kita
akan mencoba hidup dalam satu atap dengan rukun dan
baik, kita akan saling membutuhkan untuk
mempertahankan hidup kita masing-masing dan
melindungi istana ini meskipun aku tidak tahu menahu,
apakah ada gunanya, tetapi menilik sifat dan sikap orang
yang setiap kali datang dengan ancaman kekerasan itu,
maka kita memang wajib melindungi isi istana kecil ini"
Dengan demikian maka Sangkan tidak menolak
kehadiran kedua orang itu di dalam istana itu, namun Ki
Wirit yang berada di luar istana itu, masih belum
bersedia memasuki halaman. bahkan ia berpesan agar Ki
Ajar dan Ki Reksabahu tidak mengatakan apanya juga
tentang guru Panon yang masih mengawasi keadaan dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kejauhan, ialah yang mengusulkan agar Ki Ajar dan Ki
Reksabahu memasuki istana meskipun semula ia tidak
menyetujui, tetapi kehadiran orang-orang Cengkir Pitu di
halaman itu telah membuatnya cemas dan bahkan ialah
yang menganjurkan agar Ki Ajar dan Ki Reksabahu
mendekat dan membantu jika diperlukan.
Sementara itu di saat berikutnya, istana kecil itu
selalu dicengkam oleh ketegangan yang semakin
memuncak.

Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sangkan dan Pinten tidak pernah lagi nampak
bergurau dan berbuat aneh-aneh, mereka nampak
bersungguh-sungguh dan justru merasa bertanggung
jawab atas segala peristiwa yang terjadi di halaman
istana kecil itu.
Dalam pada itu Panonpun selalu siap dengan
senjatanya, Ki Mina, Ki Ajar dan Ki Reksabahu masih
sibuk dengan persoalan mereka sendiri, tetapi
merekapun tidak menjadi lengah, karena mereka sadar
bahwa mereka berada di dalam panasnya api ketamakan
dan kedengkian.
Sementara itu Nyi Upihpun tidak dapat beranjak dari
bilik puteri Inten Prawesti yang selalu berada di dalam
pelukan ibundanya, ia harus mengawaninya dan bahkan
kadang-kadang harus menghibur mereka meskipun Nyi
Upih sendiri selalu dicengkam oleh kegelisahan.
Dalam pada itu, Sangkan dan Pinten yang berada di
ruang dalam sedang asyik dengan persoalan yang
mereka hadapi, dengan wajah yang tegang Sangkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
berkata "Agaknya aku tidak dapat menunda lagi, jika
merpati itu sampai di Prambanan menjelang senja, maka
mereka memerlukan waktu setengah malam untuk
sampai ke tempat ini"
Tetapi mereka tentu sudah mengetahui bahwa orangorang Cengkir Pitu dan Kumbang Kuning sudah naik
keatas Pegunungan Sewu"
"Tetapi kita sudah berjanji untuk memberikan isyarat
itu" Pinten tidak menjawab, tetapi ia mengangguk kecil.
Sejenak kemudian maka keduanyapun segera pergi
ke kandang di belakang, setelah mereka yakin tidak ada
seorangpun yang melihat, maka Sangkanpun segera
memanjat keatas. Dimana ia menyembunyikan sebuah
kotak kayu. Ketika ia turun, maka ditangannya telah tergenggam
seekor merpati yang berwarna putih memplak.
"Kasihan" desis Pinten "Burung itu menjadi agak
kurus" "Kita akan dapat memberinya makan dengan teratur,
tetapi burung ini cukup sehat, ia akan dapat terbang
kembali ke kandangnya, dan orang-orang di Prambanan
itu tentu akan menemukannya segera, karena mereka
selalu mengawasi kandangnya setiap saat"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Setelah mengikat kaki burung merpati itu dengan sesobek kain berwarna putih pula, maka burung itupun dilepaskannya.
Hanya sesaat kemudian burung itu telah membubung tinggi di udara, burung itu berputar sekali, namun kemudian terbang dengan cepatnya pulang kembali ke kandangnya di Prambanan.
Tidak ada orang yang mengetahui, karena itu, maka tidak ada seorangpun yang menjadi semakin curiga akan tingkah laku Sangkan dan Pinten.
Dalam pada itu, ketika Sangkan memasuki biliknya ia melihat orang-orang yang sedang berbicara dengan sungguh-sungguh di dalam bilik itu, sejenak ia ragu-ragu, tetapi Ki Ajar kemudian memanggilnya.
"Marilah ngger, kita sedang berbicara tentang kemungkinan yang paling pahit yang dapat terjadi di halaman istana ini"
Sangkan kemudian melangkah masuk dan duduk diantara mereka, sementara Pinten pergi ke bilik Raden Ayu Kuda Narpada.
"Bagaimana dengan Raden Panji Sura Wilaga?"
bertanya Panon kepada Sangkan.
Dengan wajah yang tegang Sangkan menjawab "Biar sajalah untuk sementara ia disana, kita tidak akan mempunyai waktu untuk mengurusnya apabila keadaan menjadi semakin gawat"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Itulah ngger" berkata Ki Ajar "Mungkin kita dapat
berbicara, kaulah yang paling banyak mengetahui
tentang istana ini, dan kaulah sekarang yang menjadi
pemimpin kami"
Sangkan mengerutkan keningnya, tetapi iapun
kemudian tersenyum sambil menjawab "Kenapa aku
yang harus menjadi pemimpin disini?"
"Tidak apa-apa, tetapi agaknya itulah yang paling
pantas" sahut Kiai Rancangbandang.
"Kita semua akan menjadi pemimpin disini, dan
marilah kita berbicara selanjutnya"
Sangkanpun kemudian ikut melibatkan diri dalam
pembicaraan tentang rencana yang semakin gawat.
Kita tidak boleh membiarkan leher kita dipenggal oleh
orang-orang Kumbang Kuning atau orang-orang Cengkir
Pitu: berkata Sangkan "Jika kita lengah sedikit saja, maka
yang akan terjadi adalah malapetaka, karena itu, apabila
kalian sudah bertekad untuk mempertahabkan istana ini,
maka kalian tidak mempunyai pilihan lain kecuali
bertempur melawan siapapun yang bakal datang. Dan
untuk itu, taruhannya adalah nyawa kita, namun kita
tidak akan mati begitu saja, kita akan mati dalam
pelukan kewajiban yang kita bebankan kepada diri kita
sendiri dan atas kehendak kita sendiri"
"Kita tidak akan ingkar Sangkan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kita tidak tahu, kapan orang-orang Kumbang Kuning yang dihubungi oleh orang-orang Cengkir Pitu itu akan datang bersama-sama, karena itu setiap saat kita harus siap menghadapi mereka, sementara ini kita akan menunggu dengan hati yang tegang, tetapi malam nanti adalah kemungkinan yang paling besar, bahwa mereka akan datang bersama untuk menghancurkan istana ini seisinya"
Panon menarik nafas dalam-dalam, ia masih mengharap gurunya akan datang dalam keadaan yang paling gawat, meskipun dengan kehadirannya jumlah yang bergabung akan tetap jauh lebih banyak.
"Jika guru datang, kita semua akan berjumlah tujuh orang" berkata Panon di dalam hatinya.
Dalam pada itu, seperti yang dikatakan, maka orang-orang Cengkir Pitu benar-benar langsung pergi menemui orang-orang Kumbang Kuning, agaknya orang-orang Kumbang Kuning yang langsung dapat dilihat oleh orang-orang Cengkir Pitu sedang mengintip dari celah-celah gerumbul perdu itu tidak dapat menghindar lagi, sehingga merekapun kemudian dengan kesiap siagaan sepenuhnya telah menunggu kedatangan orang-orang Cengkir Pitu.
Ketika kedua kelompok itu kemudian bertemu, maka mereka telah dicengkam oleh ketegangan, baik orang-orang Cengkir Pitu maupun orang-orang Kumbang Kuning telah siap melakukan apa saja, jika mereka pada saat itu harus langsung bertempur sebelum mereka menemukan pusaka yang mereka cari itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sejenak mereka saling berpandangan, namun
kemudian orang yang berpakaian agak lain di dalam
kelompok orang-orang Kumbang Kuning itupun bertanya
"Apakah yang kau kehendaki pangeran Sora Raksa Pati?"
"Kenapa kalian berbuat licik?" bertanya Sora Raksa
Pati. "Apakah yang sudah kami lakukan?"
"Ajar Sukaniti" berkata pangeran Sora Raksa Pati "Aku
tahu, bahwa kau memang menunggu kami bertempur
melawan anak-anak ingusan yang berada di dalam istana
itu, anak-anak padesan yang sedikit memiliki
kemampuan yang agaknya mereka pelajari dari guruguru mereka di padesan pula, namun demikian, maka
benturan itu tentu akan mengurangi kekuatan perguruan
Cengkir Pitu, sehingga kalian menganggap, bahwa
setelah kami mendapatkan pusaka itu, kalian dengan
mudah akan dapat merampasnya"
Ajar Sukaniti tersenyum, jawabnya "Tepat sekali,
tetapi aganya kalian tidak berani menghadapi anak-anak
yang kau sebut ingusan itu"
"Kau benar. bukan karena kami takut mati, tetapi
kami tidak rela melihat pusaka itu jatuh ke tanganmu"
Jadi apakah maksudmu sekarang?" bertanya Ajar
Sukaniti. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apakah kita akan bertempur?" Kidang Alitpun bertanya pula.
Pangeran Sora Raksa Pati mengerutkan keningnya, namun katanya kemudian "Itu tidak menguntungkan"
Ajar Sukaniti masih tersenyum, jawabnya "Itu sikap yang bijaksana"
"Jika kita bertempur" berkata Kidang Alit "Maka kita semuanya tentu akan gagal, karena sisa diantara kita yang masih hidup tidak akan dapat melawan orang-orang ingusan yang ada di dalam halaman istana itu, karena aku yakin bahwa kalian juga mempunyai akal, maka aku sudah menduga, bahwa pada suatu saat kalian tentu akan datang menemui kami"
"Persetan" teriak Raden Kuda Rupaka
"Jangan marah Raden, tentu ada s\timbal baliknya, jika bukan kalian menemui kami, maka kamilah yang akan menemui Raden"
Kuda Rupaka menahan kemarahannya di dalam dadanya, karena itu ia menyadari apa yang sedang mereka hadapi.
"Baiklah" berkata pangeran Sora Raksa Pati "Apapun yang kalian katakan, kita sekarang sudah bertemu"
Ajar Sukaniti menarik nafas dalam-dalam, kemudian dengan dada yang tengadah ia berkata "Apakah kita harus maju jika aku katakan saja bahwa sebaiknya kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menyerang istana itu bersama-sama, siapakah yang lebih
dahulu menemukan pusaka itu di dalam istana itu, maka
ialah yang memilikinya"
Pangeran Sora Raksa Pati knd, tetapisebelum ia
menjawab, maka terdengar seorang yang berada di
sebelah Ajar Sukaniti berkata "Sudahlah kamas
pangeran, kita harus mengakui bahwa kita masingmasing akan sulit untuk dapat menguasai pusaka itu.
meskipun salah satu pihak kita akan dapat menumpas
orang-orang yang ada di halaman istana itu, namun kita
tentu akan kehilangan jumlah yang besar pula, sehingga
dengan demikian tidak ada diantara kita yang akan
berani mendahului memasuki halaman istana untuk
bertempur melawan orang-orang gila yang ada di
dalamnya yang sampai saat ini belum kita ketahui
maksud yang sebenarnyanya, apakah mereka juga
mengingingkan pusaka itu, atau mereka mempunyai
tujuan yang lain"
Sejenak tempat itu menjadi sepi, rasa-rasanya
pangeran Sora Raksa Pati sedang berpikir.
"Apakah ada kemungkinan lain?" bertanya Kidang Alit.
"Aku harus membawa pusaka itu ke Demak" berkata
Raden Kuda Rupaka "Apakah tidak ada kesetiaan paman
berdua sedikitpun kepada Sultan, sehingga paman
berdua justru tidak membantu kami untuk mendapatkan
pusaka itu?"
Orang itu tersenyum, katanya "Apakah di wajahku
tersirat ujud kesetiaan itu anak muda", jika kau benar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mendapat tugas dari Sultan bersama kakangmas
pangeran Sora Raksa Pati, maka lakukanlah, aku belum
pernah mengenalmu, dan aku tidak akan dapat
mempercayaimu, jika kesetiaan itu ada padaku, maka
tentu aku sendirilah yang akan membawa pusaka itu ke
Demak dan menyerahkannya kepada Sultan"
"Atau barangkali pusaka itu justru sudah paman
dapatkan beberapa tahun yang lalu, ketika paman
membawa paman pkn dan barangkali membunuhnya"
Orang itu mengerutkan keningnya, sesaat ia
memandang berkeliling, bahkan ketika ia melihat wajah
Ajar Sukaniti ia menjadi termangu-mangu.
Namun katanya kemudian "Anak muda, kau memang
pandai melontarkan persoalan, kau tentu akan
mengatakan bahwa yang aku akukan sekarang adalah
sekedar membuang perhatian orang-orang terhadapku,
tetapi kau salah, setiap orang tidak akan dapat
mempercayainya, jika aku sudah mempunyai pusaka itu,
maka aku tentu sudah berhasil menyusun kekuatan
selama waktu yang beberapa thn itu sampai saat ini"
Ajar Sukanitipun kemudian memotong "Sudahlah, kita
sudah hamir mencapai persetujuan"
Sejenak suasana menjadi semakin tegang, namun
kemudian kedua belah pihak tidak mempunyai pilihan
lain kecuali untuk sementara mencoba harus bekerja
bersama. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Pangeran" berkata Ajar Sukaniti "Daripada kita bertengkar, lebih baik kita membuat rencana, apa yang akan kita akukan dan kapan, aku kira, jika kita bekerja bersama, kita tk akan terlalu sulit untuk menghancurkan seisi istana itu, selebihnya siapakah yang menang pantas untuk menerima wahyu kekuasaan diatas tanah ini. kita tidak perlu berpura-pura untuk menunjukkan kesetiaan kita kepada Demak. bahkan kita akan berterus terang bahwa kita akan melakukan sesuatu yang mungkin kita akukan mumpung Demak masih goyah"
Sejenak orang-orang yang masih dicengkam ketegangan itu saling berpandangan, namun kemudian pangeran Sora Raksa Pati berkata "Baiklah. Kita untuk sementara tidak mempunyai persoalan lagi, kita akan bekerja bersama, aku sadar, bahwa kedudukan tertinggi dalam hubungan trah Majapahit ada di kedua belah pihak diantara kita"
Pangeran Sendang Prapat tersenyum, katanya
"Sudahlah kamas pangeran, lebih baik kita beristirahat, tetapi sebelumnya kita akan menyusun rencana kapan kita harus bertindak.
"Apa rencanamu Ajar Sukaniti?" bertanya pangeran Sora Raksa Pati.
"Kita bersama-sama memasuki halaman istana itu, kita membunuh setiap orang yang ada di dalam istana itu kecuali wanita" jawab Ajar Sukaniti
"Apakah Pinten juga kita biarkan hidup?" bertanya Raden Kuda Rupaka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kidang Alit tertawa, sebelum orang lain menjawab,
maka ia telah mendahului "Biarlah aku akan menjinakkan
kuda binal itu"
Ajar Sukaniti mengerutkan keningnya, namun
kemudian katanya "Terserahlah kepada Pangeran
Sendang Prapat"
Pangeran Sendang Prapat memandang Kidang Alit
sejenak, lalu katanya "Kau masih saja dijangkiti penyakit
terkutuk itu, tetapi tanpa penyakitmu, kau tidak akan
dapat berbuat apa-apa"
Kidang Alit tertawa, tetapi Raden Kuda Rupaka
mengumpat "Kau akan mati dalam pelukan wanita"
Suara tertawa Kidang Alit semakin keras, tetapi
suaranya terputus ketika pangeran Sora Raksa Pati
membentak "Coba katakan, apakah rencana kita
menumpas semua orang yang ada di dalam istana itu,
laki-laki atau wanita?"
Ajar Sukaniti tersenyum, katanya "Jangan cepat panas
pangeran, baiklah, kita akan menyusunnya bersama,
bagaimana pendapat pangeran jika besok pagi-pagi kita
kepung istana itu, kita akan masuk lewat setiap sudut
dan membinasakan semua penghuninya?"
"Terlalu lamban, nanti malam kita akan memasuki
halaman istana itu" jawab pangeran Sora Raksa Pati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Pangeran tentu tergesa-gesa, semakin tua pangeran tidak menjadi semakin sabar, tetapi justru sebaliknya"
"Apakah gunanya kita menunggu sampai besok pagi, kami semua sudah siap, kalian sudah siap, tgu apalagi"
"Kita menunggu saat yang paling baik, jika kita datang sekarangpun kita sudah siap, tetapi orang-orang yang ada di dalam istana itupun tentu sudah siap menerima kita pula, demikian juga malam nanti, orang-orang di dalam istana itu tentu sudah memperhitungkan bahwa kia akan menyerang mereka menjelang malam turun, jika kita tidak datang sekarang, menjelang malam adalah waktu yang dapat dianggap paling baik. mungkin kita akan mempergunakan kekuatan sirep atau semacamnya, tetapi yang tentu tidak akan dapat mempengaruhi mereka, kecuali wanita cengeng itu, karena itu pangeran, kita menunggu agar mereka menjadi jemu dan lengah. Menjelang fajar menyingsing barulah kita akan menyergap masuk dan menyerang dengan tiba-tiba."
"Kenapa kau tiba-tiba saja menjadi mengecut Ajar Sukaniti, menurut pengenalanku atas Ki Ajar yang masih cukup muda ini, ia tidak pernah mengenal takut dan pertimbangan semacam ini"
"Pangeran salah, aku adalah orang yang selalu mempertimbangkan semua langkah dengan perhitungan yang matang, juga kali ini, kami harus mengurangi korban sampai sekecil-kecilnya, aku kira pangeranpun harus demikian, karena kita masing-masing masih harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menghemat tenaga untuk persoalan yang mungkin dapat
timbul kemudian"
Pangeran Sora Raksa Pati mengerutkan keningnya,
wajahnya menjadi semakin garang, namun kemudian
katanya "Baiklah, kita akan menyerang menjelang fajar,
aku tidak peduli apakah mereka akan menjadi lengah
atau tidak. tetapi aku sudah tidak akan mau
mengundurkan waktunya lagi, jika kalian dengan sengaja
menggagalkan rencana itu, maka kami akan menyerang
kalian lebih dahulu sebelum kami akan memasuki istana
iu" "Jangan sebut itu lagi, karena kita tentu akan
bersama-sama hancur sebelum kita sempat menjenguk
istana itu"
Sejenak mereka terdiam, wajah yang tegang itu saling
berpandangan, namun kemudian pangeran Sora Raksa
Pati berkata "Aku akan kembali ke padukuhan, aku
menunggu sampai saat kalian memanggil kami untuk
berangkat menjelang fajar, kami akan selalu siap
kapanpun kalian memerlukan kami"
Pangeran Sora Raksa Pati tidak menunggu jawaban,
ia segera mengerahkan kendali kudanya, sehingga
sejenak kemudian ia sudah meninggalkan tempat itu
diikuti oleh orang-orang Cengkir Pitu yang lain termasuk
Raden Kuda Rupaka.
Orang-orang Kumbang Kuning memandang debu
yang mengepul, tetapi mereka masih tetap berada di
tempatnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pangeran Sendang Prapat yang masih termangu-mangu, kemudian berdesis "Kamas pangeran Sora Raksa Pati adalah orang yang kasar, tetapi kali ini ia mendapat kepercayaan dari pengikutnya , sejak ia mewarisi perguruan Cengkir Pitu dan mendapat limpahan kekuasaan, baru kali ini ia melakukan sesuatu yang berarti"
"Ia memang orang terkuat" desis Ajar Sukaniti "Tetapi bagiku, tidak ada orang yang harus disegani, aku percaya bahwa pangeran berdua dan Raden Warujupun bersikap demikian"
Pangeran Sendang Prapat dan Pengeran Cemara Kuning hanya tersenyum saja, sementara wajah Kidang Alit tiba-tiba menegang.
"Sekarang kita masih mempunyai kesempatan untuk beristirahat" berkata Ajar Sukaniti "Malam nanti kita akan terlibat dalam pergulatan yang barangkali akan menjadi berbelit-belit dan kisruh, tetapi kita sudah punya landasan. Orang lain diluar lingkungan kita harus dibunuh, siapapun orang itu, kecuali jika Arya Waruju menghendaki lain, atas gadis yang bernama Pinten itu misalnya"


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ah" Kidang Alit berdesis, tetapi ia tidak menjawab.
"Waktu yang tersisa akan kita pergunakan sebaik-baiknya, mungkin kita dapat makan sekenyangkenyangnya, kita dapat mengambil apa saja yang kita perlukan di Karangmaja pada hari-hari terakhir, karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mungkin nanti malam menjelang fajar, aku atau kalianlah
yang tidak akan dapat menikmati segarnya air hangat
dan enaknya daging panggang" berkata Ajar Sukaniti
sambil tertawa.
Orang-orang Kumbang Kuning itupun kemudian,
mempersiapkan diri, mereka mengambil kuda mereka
yang disembunyikan. Sekilas mereka memandang
halaman istana dari kejauhan, masih nampak dua orang
yang melintas di halaman istana, tetapi mereka tidak
menghiraukannya lagi. Hanya Kidang Alit yang
memandangnya hampir tidak berkedip, karena menurut
penglihatannya keduanya adalah Pinten dan Sangkan.
"Sangkan harus digantung sampai mati, tetapi Pinten
terlalu cantik, kecantikan yang lain, tetapi mempunyai
nilai yang sama dengan Inten Prawesti. Aku ingin
memiliki keduanya" berkata Kidang Alit di dalam hatinya.
Sekilas terbayang Raden Kuda Rupaka yang
barangkali juga menginginkan Inten Prawesti, namun ia
berkata kepada diri sendiri "Aku sendirilah yang akan
membunuh Raden Kuda Rupaka"
Sejenak kemudian maka orang-orang Kumbang
Kuning itupun meninggalkan tempatnya, mereka
memang agak kecewa, karena orang Cengkir Pitu itu
tentu ada yang terbunuh, karena orang-orang yang
berada di halaman itu bukannya orang yang tidak
berilmu, bahkan menurut Kidang Alit, mereka adalah
.orang-orang gila yang sulit dilawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ketika orang-orang Kumbang Kuning itu sampai ke padukuhan, mereka segera pergi ke rumah Ki Buyut, mereka tidak menghirauq sama sekali beberapa orang yang ketakutan dan menghindar, mereka juga tidak menghirauq anak-anak muda yang ada di halaman rumah Ki Buyut dengan tergesa-gesa menyingkir kelongkangan.
Bab 45 "Ki Buyut" Kidang Alitlah yang berteriak "Kau harus memotong seekor kambing dan tiga ekor ayam, dan dimasak oleh oleh orang yang paling ahli memasak di seluruh Karangmaja, kemudian hidangkan di banjar"
Ki Buyut menarik nafas dalam-dalam
"apakah kau keberatan, Ki Buyut" " bertanya Kidang Alit.
Ki Buyut menatap wajah Kidang Alit dengan penyesalan, bahkan hampir diluar sadarnya ia berkata
"Kau sudah berubah Kidang Alit, Raden Kuda Rupaka yang baru saja datang juga sudah berubah"
"Apa yang berubah?"
"Ketika kau datang, kami seisi padukuhan ini menumpukan harapan kepadamu, setelah kau berhasil mengobati anak muda yang hampir cacat seumur hidupnya karena tingkah orang-orang Guntur Geni, tetapi kau ternyata sekarang menakut-nakuti kami"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Sudahlah Ki Buyut, jika semuanya sudah selesai,
maka aku akan kembali kepada sikapku semula, aku
akan dapat memberikan banyak pertolongan kepada Ki
Buyut, aku akan dapat melayani lebih banyak gadis-gadis
yang tergila-gila kepadaku, dan kemudian memberi
kesempatan kepadanya untuk kawin dengan hadiah
seekor atau dua ekor lebu, tetapi kali ini, lakukanlah
perintah kami" Kidang Alit berhenti sejenak, lalu "tetapi
apakah yang dilakukan oleh Raden Kuda Rupaka disini?"
"Tidak jauh berbeda, aku harus memotong dua ekor
lembu" Kidang Alit tertawa, katanya "Bagus, kau akan dapat
memasaknya sekaligus, daging kambing panggang
adalah kesukaan kami, agaknya juga orang-orang
Cengkir Pitu"
Ki Buyut menjawab, tetapi wajahnya membayangkan
perasaannya yang tertekan.
"Ki Buyut" bertanya Pangeran Sendang Prapat
"dimanakah orang-orang Cengkir Pitu itu tinggal?"
"Karena banjar sudah kalian pergunakan, maka
mereka berada di rumah diujung padukuhan ini" jawab Ki
Buyut. Pangeran Sendang Prapat mengangguk-angguk,
katanya "Kita akan menunggu sampai mereka mengajak
kami" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kidang Alit mengangguk-angguk kecil, katanya kemudian "Marilah, kita beristirahat sejenak menunggu sambil menunggu masakan kita matang"
Sejenak kemudian orang-orang berkuda itu telah meninggalkan halaman rumah Ki Buyut yang sedang muram.
Dalam pada itu, orang-orang Kumbang Kuning yang dipimpin langsung oleh Ajar Sukaniti itupun kemudian pergi ke banjar untuk beristirahat.
Agaknya, orang-orang Kumbang Kuning itu benar-benar mempergunakan waktu itu sebaik-baiknya, selain orang yang bertugas mengamati keadaan, maka yang lainpun telah berbaring dimana saja di dalam banjar itu dan tidur dengan nyenyaknya. Suara dengkur yang bersahut-sahutan rasa-rasanya sangat mengganggu Ajar Sukaniti yang masih saja berbincang dengan Pangeran Sendang Prapat dan Pangeran Cemara Kuning.
Tetapi merekapun tidak berbincang lebih lama lgi, sejenak kemudian merekapun pergi kebagian belakang banjar itu untuk beristirahat.
"Bangunkan aku jika orang-orang Karangmaja itu datang membawa makanan" berkata Pangeran Sendang Prapat kepada Kidang Alit yang sedang menguap di sebelahnya.
"Aku juga akan tidur, paman. Penjaga itu tentu akan membangunkan kita semua"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Orang-orang Cengkir Pitu itu tentu menunggu masakan itu pula, biarlah mereka makan sekenyang-kenyangnya, seperti kita sebelum mereka nanti datang kemari"
"Kita yang akan datang kepada Pangeran Sora Raksa Pati"
"Kenapa kita", biarlah mereka yang datang kemari"
"Kita sudah berjanji" Kidang Alit berhenti sejenak, lalu
" Maksudku, Pangeran Sora Raksa Pati minta kita datang kepadanya, waktu itu kita tidak sempat menjawab, karena Pangeran Sora Raksa Pati itu segera meninggalkan kita"
"Apa salahnya, biarlah aku yang mengatakannya kepada Ki Ajar, tetapi aku kira untuk sementara tidak ada pilihan lain"
Kidang Alit tidak menjawab, matanya sudah mulai terpejam, dan kata-kata Pangeran Sendang Prapat itu tidak lagi didengarnya.
Tetapi ada juga juga yang menyahut, Pangeran Cemara Kuning ternyata mendengar juga kata-kata Pangeran Sendang Prapat itu dan langsung menjawab
"Mungkin kamas Sora Raksa Pati dapat diajak berbicara, siapakah diantara kita menemukan pusaka itu, ialah yang memilikinya dan mengharapkan wahyu keraton akan datang kepadanya, sehingga Majapahit akan tegak kembali menggantikan Demak yang hanya hadir untuk sementara, selagi Majapahit mengalami kesulitan, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
itu bukan berarti bahwa kita akan melupakannya atau
sebaliknya, bukankah raja itu memang hanya seorang,
tetapi disamping raja ada Mahapatih ada Mahamenteri
bertiga dan para menteri yang lain, bukankah dengan
demikian kita semuanya harus mempertimbangkan
kemungkinan untuk bekerja bersama?"
Pangeran Sendang Prapat tidak segera menjawab,
namun kemudian kepalanya terangguk-angguk kecil,
katanya "Kemungkinan memang ada, tetapi aku tidak
tahu, apakah kemungkinan itu akan dapat terwujud, kita
masing-masing kadang-kadang tidak dapat melihat
kenyataan dengan nalar yang bening, bahwa
sebenarnyalah, hanya ada seorang yang dapat menerima
wahyu kerajaan, dan kita semuanya mengharap agar kita
semuanya mendapatkan wahyu itu"
Pangeran Cemara Kuning mengerutkan keningnya,
namun iapun kemudian tertawa, katanya "Lucu sekali,
akupun sebenarnyanya ingin sekali menjadi raja, dengan
jujur aku mengaku, bahwa aku berharap bahwa akulah
yang akan menemukan pusaka itu, meskipun mungkin
akan tumbuh akibat yang lain"
Pangeran Sendang Prapat tertawa, katanya "Jika kau
yang menemukan pusaka itu atau siapapun diantara kita
disini, aku tidak akan kecewa, aku akan menyerahkan
semua kebijaksanaan kepadanya meskipun aku
mengharapkan bahwa akulah yang mendapatkan wahyu"
ia berhenti sejenak, lalu "Tetapi apakah hal itu dapat
juga dibicarakan dengan kakangmas Sora Raksa Pati dan
Kuda Rupaka?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Mungkin saja, kenapa tidak?" desis Pangeran Cemara Kuning, namun kemudian katanya "Tetapi aku mulai dirayapi oleh keragu-raguan"
"Apa yang kau ragukan?"
"Apakah pusaka itu memang ada di halaman istana kecil itu, ingat, di halaman istana kecil itu ada beberapa orang yang tinggal dan berkeliaran siang dan malam, apakah kau kira mereka tidak mengingingkan pusaka itu itu pula" Jika pusaka itu memang ada tentu merekalah yang akan menemukan lebih dahulu"
Tetapi Pangeran Sendang Prapat tertawa, katanya
"Tidak semudah itu untuk memilikinya, mereka satu sama lain tentu saling mengintai pula, tidak seorangpun yang akan mendapat kesempatan untuk menemukan pusaka itu tanpa diketahui oleh pihak yang lain"
Pangeran Cemara Kuning tertawa, desisnya "Kau benar, aku membayangkan, betapa tertekannya hati mereka masing-masing"
"Tetapi mudah-mudahan kita tidak gagal lagi, Pangeran Kuda Narpada memilih mati daripada menunjukkan pusaka itu kepada kita, dan itu memang sudah nasibnya, agaknya isterinyapun akan berbuat demikian pula, dari kejauhan kita dapat melihat apa yang sudah terjadi di halaman istana itu, meskipun kita tidak mendengarkan apa yang dikatakannya, tetapi agaknya isternya itu telah menantang kamas Sora Raksa Pati"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pangeran Cemara Kuning menarik nafas dalam-dalam, desisnya "Jika kematian yang mereka pilih, apaboleh buat, sebelum maut itu menjamah kita pula"
"Kenapa kau mulai berputus asa", orang-orang Cengkir Pitu itu bukan hantu yang tidak dapat terkalahkan"
"Kita berdualah yang melakukannya untuk pertama kali, tetapi rasa-rasanya bukan kitalah yang akan mendapatkannya"
Kedua Pangeran itu tmn sejenak, namun bayangan-bayangan yang buram mulai mengganggu angan-angan mereka, mereka mulai membayangkan bersama-sama dengan orang-orang Cengkir Pitu memasuki halaman istana kecil yang suram itu, mereka kemudian harus bertempur melawan orang-orang yang ada di halaman istana itu.
"Jumlah kita jauh lebih banyak" desis Pangeran Cemara Kuning di dalam hati.
Tetapi iapun membayangkan bahwa orang-orang yang ada di istana itu bukan orang-orang dungu, mereka tentu akan mempergunakan cara yang paling baik untuk melawan jumlah yang lebih besar.
"Mereka akan berada di satu lingkaran pertempuran, sehingga mereka mendapat kesempatan untuk membela diri dalam paduan kemampuan mereka" berkata Pangeran Cemara Kuning di dalam hatinya, lalu "Mereka tentu mengetahui pula, bahwa dalam keadaan demikian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tidak menguntungkan untuk bertempur berpencar,
karena orang-orang dari mereka harus melawan
sedikitnya tiga orang"
Sementara itu, di bagian belakang istana kecil itu,
Sangkan duduk berdua dengan Panon, dengan wajah
yang tegang mereka memandang dedaunan yang
bergoyang-goyang disentuh angin, sementara Ki Mina
berada di kebun untuk mengawasi bagian belakang
istana itu, sedangkan Ki Ajar Respati dan Ki Reksabahu
duduk di pendapa sekaligus mengawasi halaman depan
istana kecil itu, sementara Pinten berada di dalam bilik
bersama kedua Puteri yang ketakutan dan Nyi Upih.
"Mereka akan datang malam nanti" desis Sangkan.
"Mungkin, tetapi agaknya mereka akan benar-benar
bergabung" jawab Panon.
"Kita akan menghadapi lawan yang terlalu banyak
jumlahnya" berkata Sangkan kemudian.
Panon menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Apaboleh buat, tidak ada pilihan lain, mungkin kita akan
tertumpas habis, tetapi kita akan berbuat sejauh yang
dapat kita lakukan"
Sangkan mengangguk-angguk, namun kemudian
katanya "bagaimana dengan Ki Ajar Respati, Ki
Reksabahu dan Ki Mina yang ternyata bernama Kiai
Rancangbandang itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Panon termenung sejenak, lalu katanya "Aku juga memikirkan mereka, apakah sudah sewajarnya mereka ikut mengorbankan diri mereka dalam keadaan seperti ini, padahal mereka sama sekali tidak bersangkut paut dengan istana kecil ini dan seisinya"
"Tetapi apakah kau juga bersangkut paut?" tiba-tiba saja Sangkan bertanya.
Panon memandang wajah Sangkan sejenakm
kemudian jawabnya "Ya, aku memang mempunyai sangkut paut meskipun tidak langsung, seperti kau juga mempunyai sangkut paut meskipun yang tidak langsung, jika benar kau anak Nyi Upih"
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, ia tidak dapat mengingkari kecurigaan yang masih saja ada diantara mereka, karena itu, maka Sangkanpun berusaha untuk tidak mempertajam perasaan curiga itu, sehingga iapun mengulangi pertanyaannya "bagaimana dengan orang-orang tua itu", Apakah kita akan mempersilahkan mereka meninggalkankan halaman ini sebelum malapetaka itu datang"
"Aku tidak yakin jika mereka bersedia" jawab Panon
"Seperti Kiai Rancangbandang yang atas kehendak sendiri mengikuti perjalanku kemari, ke daerah yang menurut keterangannya sendiri adalah daerah yang berbahaya, karena aku belum pernah melihat dan mengetahui daerah pegunungan ini"
"Marilah kita coba bertemu dengan mereka" ajak Sangkan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
keduanyapun kemudian pergi ke pendapa menemui Ki Ajar Respati dan Ki Reksabahu.
Tetapi ketika hal itu dikemukakan kepada kedua orang tua itu, maka Ki Ajar Respati menjawab sambil tersenyum "Anak muda, Ki Reksabahu adalah orang yang paling tidak senang mencampuri persoalan orang lain, namun jika ia sudah terlibat di dalamnya, maka ia tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum persoalannya selesai"
"Tetapi keadaan yang akan kita hadapi dapat membahayakan jiwa Kiai berdua, bukan maksudku mengatakan bahwa Kiai berdua mencemaskan kematian yang bakal datang, tetapi sebenarnyalah Kiai berdua tidak bersangkut paut dengan peristiwa yang bakal terjadi itu"
Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, kemudian katanya dengan nada datar "Aku memang tidak ingin mati, tetapi aku malas pergi menjelang malam yang gelap di pegunungan, aku lebih senang duduk memeluk lutut disini, meskipun mungkin harganya akan terlalu mahal, karena itu, jangan usir kami dari pendapa ini, diluar cahaya langit menjadi semakin redup"
Sangkan menggigit bibirnya, orang tua itu nampaknya acuh tidak acuh saja terhadap peristiwa yang dapat merenggut jiwanya tanpa kekuatiran yang berarti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apalagi Kiai Rancangbandang" desis Panon karena itu, maka iapun sama sekali tidak bermaksud menghubungi Kiai Rancangbandang.
Dengan demikian, maka mereka merasa tetap terikat pada halaman istana kecil itu, mereka merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu meskipun mereka sama sekali tidak mempunyai sangkut paut.
"Beristirahatlah" justru Ki Reksabahu yang berbicara memecah sepi, "Kita akan berjaga-jaga bergantian, sebentar lagi malam akan turun, dan kita akan bekerja keras"
Kedua anak muda itu masih tetap termenung, lalu Sangkanpun berkata "Kiai berdua sajalah yang beristirahat"
Tetapi Ki Ajar Respati tertawa, katanya "Aku biasanya tidur disenja hari, karena itu, aku lebih senang berjaga-jaga sekarang, nanti di senja hari, aku akan tidur sampai kalian membangunkan aku"
Sangkan dan Panon tidak memaksa kedua orang itu untuk meninggalkan tempatnya, keduanyapun kemudian dibiarkannya duduk di pendapa sambil berbincang dengan tenangnya, seolah-olah mereka tidak menyadari bahaya yang dapat menerkam istana kecil itu.
Bahkan sejenak kemudian Sangkan dan Panonpun meninggalkan mereka menuju ke kebun belakang, mereka menemukan Ki Mina yang berjaga-jaga di
belakang justru sedang menyiangi pohon nyidra sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mengambil akarnya yang sudah cukup tua untuk menjadi
makanan tambahan ya manis.
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, katanya "masih
sempat juga Ki Mina menyiangi pohon nyidra?"
Ki Mina meletakkan cangkulnya, sambil tersenyum ia
menjawab "Adalah menjemukan sekali untuk merenung
disini, dengan menyiangi dam memetik nyidra, kita akan
mendapatkan sesuatu, jika malam datang, kita akan
merebusnya dan merupakan kawan berbincang yang
menyenangkan."
"Aku akan memetik gayam dahulu" tiba-tiba saja
Sangkan menyambung.
"Bagus juga, kita akan makan sekenyang-kenyangnya
sebelum kita menghadapii peristiwa yang bakal cukup
gawat" Panon maju selangkah, sambil memandang Sangkan,
ia memberi isyarat apakah ia harus mengatakan juga
kepada Ki Mina seperti yang dikatakannya kepada Ki Ajar
Respati dan Ki Reksabahu.
Sangkan termenung sejenak, namun kemudian iapun
mengangguk. Dengan hati-hati Panonpun kemudian mengatakan
kemungkinan yang mungkin akan sangat parah,
sementara Ki Mina sama sekali tidak mempunyai sangkut
paut dan kepentingan apapun dengan istana kecil itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi Ki Mina justru tertawa, katanya "Aku sudah menyadari sejak aku menyediakan diri mengikutimu naik ke Pegunungan Sewu ini, bahaya yang bagaimanapun juga, rasa-rasanya tidak akan dapat aku tinggalkan, apalagi setelah aku melihat, bahwa Gusti Puteri keduanya memang memerlukan perlindungan. Nah itulah kepentingan dan sangkut paut yang ada antara aku dan istana kecil ini. bukankah menjadi kewajiban setiap orang untuk melakukan sesuatu yang dapat memberikan perlindungan kepada yang lemah yang sedang terancam bahaya?"
Panon mengangguk-angguk, katanya dalam nada dalam "Terima kasih Ki Mina, mudah-mudahan kita menemukan jalan keluar dari peristiwa yang mungkin akan terjadi"
"Sudahlah" jawab Ki Mina, lalu katanya kepada Sangkan "Sangkan, jika kau memetik gayam, silahkan aku akan mencari nyidra lebih banyak lagi"
Sangkan menarik nafas dalam-dalam kepalanya, namun kepala itupun kemudian terangguk-angguk kecil, suaranya seolah-olah tidak terloncat dari bibirnya, meskipun Ki Mina dapat mendengarnya "Baiklah Ki Mina, aku akan memetik bayam yang ada di sudut belakang itu"
Sangkan dan Panonpun kemudian meninggalkankan Ki Mina yang kembali sibuk dengan cangkulnya.
Ketika orang-orang di dalam istana itu menghadapi nyidra dan gayam yang telah direbus oleh Nyi Upih dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pinten, maka di padukuhan, orang-orang Cengkir Pitu
dan perguruan Kumbang Kuning sedang sibuk pula
makan daging panggang. dengan lahapnya masingmasing yang tinggal terpisah itu makan sekenyangkenyangnya, seolah-olah mereka ingin mengisi perut
mereka untuk beberapa hari sekaligus.
"Ayo, makanlah, kita tidak usah pura-pura tidak tahu,
bahwa diantara kita mungkin ada yang tidak dapat keluar
lagi dari halaman istana itu, karena itu, pergunakan
kesempatan ini sebaik-baiknya, makan daging
sekenyang-kenyangnya, jika kita masih sempat keluar
dari istana itu, apalagi dengan pusaka yang kita cari,
maka kita akan makan lebih banyak lagi, tidak hanya
untuk waktu-waktu tentu, tetapi kita akan mukti di dalam
sebuah istana yang bakal juga akan disebut Majapahit
kedua, atau kerajaan yang lain yang justru lebih megah
dari Majapahit yang runtuh itu" berkata beberapa orang
diantara mereka.
Ternyata bahwa, orang-orang Cengkir Pitu dan
Kumbang Kuning telah memanfaatkan keadaan sebaikbaiknya, makan, minum dan kembali berbaring, mereka
tidak tergesa-gesa berbuat sesuatu, karena mereka baru
akan bergerak lewat tengah malam, sehingga justru
ketika senja turun dan gelap mulai menyelubungi
Pegunungan Sewu, mereka mulai berbaring lagi selain
yang bertugas. Tetapi dalam pada itu, pemimpin-pemimpin mereka
mulai menjadi tegang, Pangeran Sora Raksa Pati yang
memimpin perguruan Cengkir Pitu nampak berbincang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dengan sungguh-sungguh bersama beberapa orang
terpercaya dan Raden Kuda Rupaka"
"Kita tidak boleh membiarkan semuanya berlalu
begitu saja" berkata Pangeran Sora Raksa Pati "yang
terjadi bukan sekedar memperebutkan pusaka itu, tetapi


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga benturan pengaruh antara kita dengan Pangeran
Cemara Kuning dan Pangeran Sendang Prapat yang
memiliki pula darah kediri itu, meskipun saat terakhir
mereka adalah bangsawan-bangsawan Majapahit yang
terpercaya seperti juga Pangeran Kuda Narpada, tetapi
meskipun demikian tidak mustahil jika kita pada suatu
saat menemukan suatu cara yang paling bak untuk
bekerja bersama"
"Itu tentu sekedar pura-pura paman "sahut Raden
Kuda Rupaka "mungkin kita dapat membuat perjanjian,
tetapi jika diantara kita dan perguruan Kumbang Kuning
itu telah timbul selisih kekuatan dan pengaruh, maka
goncangan tentu akan timbul"
"Mungkin, namun dalam rasa tenang itu, kita tidak
boleh tinggal diam, itulah namanya suatu cara, suatu
akal yang dapat kita pergunakan meskipun orang lain
akan menyebutnya licik"
Raden Kuda Rupaka tidak menyahut, tetapi wajahnya
nampak menjadi tegang.
"Kau tidak sependapat?" bertanya Pangeran Sora
Raksa Pati. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Bukan aku tidak sependapat" jawab Raden Kuda Rupaka "Tetapi kita harus hati-hati, mungkin sekali sebelum kita siap, mereka telah menikam kita lebih dahulu"
"Jangan khawatir, kita tahu berapa besar kekuatan mereka"
Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk, namun kemudian katanya " "Kita sudah kehilangan paman Panji Sura Wilaga:
"Apakah ia sudah dibunuh?"
"Aku tidak tahu pasti, tetapi jika mereka kemudian menjadi berputus asa, maka kemungkinan itu dapat terjadi, apalagi sebelumnya paman Panji Sura Wilaga sudah menunjukkan kebenciannya kepada Sangkan, bahkan beberapa kali ia akan membunuhnya"
Pangeran Sora Raksa Pati mengerutkan keningnya, kemudian katanya "kakang Aji Demung mungkin mempunyai sikap"
Orang yang disebut Aji Demung mengerutkan keningnya, sekilas ia memandang Pangeran Sora Raksa Pati dpdnya Raden Kuda Rupaka, katanya kemudian "Aku tidak mempunyai sikap tentu, tetapi bahwa dengan demikian kita akan mendapat kesempatan untuk berpikir lebih panjang, mungkin akan berguna"
"Jadi, bagaimana maksud paman" " bertanya Pangeran Sora Raksa Pati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Seperti yang dikatakan Pangeran Sora Raksa Pati"
Raden Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam, lalu
katanya "Memang mungkin kitia akan dapat
mencobanya, tetapi masih tergantung kepada orangorang Kumbang Kuning"
"Mudah-mudahan mereka akan datang tepat pada
waktunya" desis Aji Demung.
"Mereka tidak akan terlalu bodoh untuk mendahului
masuk ke dalam halaman istana itu, mereka akan
memberikan korban terlalu mahal, karena di halaman itu
ada beberapa orang yang akan dapat mencegah maksud
mereka, tanpa kita, mereka tidak akan dapat menembus
pertahanan orang-orang gila di halaman itu" berkata
Raden Kuda Rupaka.
Aji Demung mengangguk-angguk, di halaman itu ada
beberapa orang yang nampaknya benar-benar telah
bersiap mengorbankan jiwanya untuk mempertahankan
pusaka yang menjadi rebutan itu, sadar atau tidak sadar.
Waktu yang sempit rasa-rasanya berkepanjangan dan
tidak berkesudahan, Pangeran Sora Raksa Pati rasarasanya tidak sabar lagi menunggu tengah malam,
namun iapun tidak akan dapat berbuat apa-apa,
sementara iapun menyetujui, bahwa sebaiknya mereka
memasuki halaman itu lewat tngah malam, bahkan
menjelang dini hari, setelah orang-orang yang ada di
halaman itu menjadi jemu berjaga-jaga dan menjadi
lengah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sementara itu di halaman istana kecil itu, beberapa orang tengah berjaga-jaga dengan penuh kewaspadaan, mereka tidak boleh lengah, setiap saat bahaya yang sebenarnya akan dapat menerkam.
Di halaman depan Ki Ajar Respati duduk memeluk lututnya bersandar tiang pendapa, sementara itu Ki Reksabahu berjalan-jalan hilir mudik di halaman.
"Kau tidak tidur?" bertanya Ki Reksabahu.
Ki Ajar Respati tersenyum, jawabnya "Baru saja aku menjawab pertanyaan Sangkan yang serupa, ketika aku mengambil minuman ke dapur"
"Apa yang ditanyakan?"
"Kenapa aku tidak tidur?"
"Apa jawabmu?"
"Kali ini aku tidak dapat tidur, bukan oleh kegelisahan, tetapi ternyata disini nyamuknya banyak sekali"
"Kau merasa gigitan nyamuk?"
"Kenapa tidak?"
Ki Reksabahu tertawa, katanya "Menurut
pendengarku, Ki Ajar Respati adalah orang yang kebal, yang tidak dapat dilukai dengan jenis senjata apapun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tetapi ternyata gigitan nyamuk telah membuatnya tidak
dapat tidur"
"Ah, kau mengigau, meskipun kau tidak tidur,
beberapa bln yang lalu, jari-jariku hampir putus
tersentuh cangkul, jika aku kebal, maka cangkullah yang
seharusnya yang patah"
Ki Reksabahu tertawa, katanya "Apakah kau tidak
kebal", atau kau memang belum mengetrapkan kekuatan
ilmumu?" "Sudahlah, agaknya kaulah yang sudah mengantuk,
sehingga kau perlu berbuat sesuatu untuk mengusir
perasaan kantukmu"
Ki Reksabahu tertawa, lalu tiba-tiba saja ia mendekat
sambil bertanya "Apakah minuman itu masih ada?"
"Masih ada, ambillah, tetapi mungkin sudah mulai
dingin" Ki Reksabahu itupun kemudian pergi ke dapur,
disudut belakang ia melihat Sangkan sedang berbicara
dengan Ki Mina yang duduk berselimut kain panjangnya
di dalam bayangan kegelapan"
"Dingin sekali" desis Ki Mina.
Ki Reksabahu mengangguk "Ya, itulah sebabnya aku
akan mencari minuman panas" ia berhenti sejenak, lalu
"Dimana Panon"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ia ada di sisi samping istana ini"
"Sendiri?"
Ki Reksabahu tidak menunggu jawaban, tetapi ia langsung masuk ke dapur mengambil minuman dan dibawanya ke halaman depan.
Tetapi untuk memperpanjang langkahnya, ia tidak mengambil jarak yang pendek, sehingga karena itu, maka iapun berjalan melingkari istana itu.
Dalam kegelapan Ki Reksabahu melangkah sambil memandang dinding istana yang tidak terlampau tinggi itu, jika dikehendaki, maka orang-orang Kumbang Kuning dan Cengkir Pitu itu akan dapat memasuki istana itu dari segala penjuru.
"Jika benar mereka akan datang bersama-sama, kami yang berada di halaman ini akan mengalami kesulitan, meskipun Ki Wirit yang cacat kaki itu akan ikut serta membantu kami, namun kekuatan orang-orang Cengkir Pitu dan Kumbang Kuning yang bergabung tentu merupakan kekuatan yang tidak mudah diimbangi"
gumam Ki Reksabahu ditujukan kepada diri sendiri.
Ketika ia kemudian melingkari sudut istana itu, maka tiba-tiba saja ia tertegun dan terkejut. Dua sosok bayangan yang agaknya sedang asyik bercakap-cakap terkejut pula karena kehadiran Ki Reksabahu yang tiba-tiba itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"O" Ki Reksabahu termenung, ia tidak dapat melangkah kembali justru kedua orang itu telah melihatnya.
Salah seorang dari keduanya menarik nafas dalam-dalam kepalanya dalam-dalam sambil beringsut, sementara yang lain bertanya "Dari mana Kiai?"
"Eh, maaf Panon, aku sedang mengambil minuman dari dapur, maksudku aku ingin melihat-lihat dalam kegelapan belakang istana"
Panon mengangguk, jawabnya "Silahkan, apakah Kiai akan ke pendapa?"
"Ya, aku akan ke pendapa"
"Tetapi Kiai" Panon menghentikan langkah Ki Reksabahu yang sudah mengayunkan kakinya "Aku sedang mendengar pendapat Pinten, apakah yang sebaiknya kita lakukan, jika kita berpencar, agaknya kita justru akan mengalami kesulitan, karena mereka akan dapat bertempur berpasangan untuk melawan setiap diantara kita, dengan demikian maka kita akan benar-benar terdesak, apalagi jika jumlah mereka lebih banyak lagi, kita seorang harus melawan mungkin tiga orang, mungkin lebih"
Ki Reksabahu mengangguk-angguk, jawabnya "Kau benar Panon. dan agaknya pikiran Pinten itu harus mendapat perhatian"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Yang seorang lagi sedang menundukkan wajahnya, berpaling kearah Ki Reksabahu, bahkan iapun kemudian menarik nafas lega, karena Panon telah mendapatkan jalur pembicaraan yang wajar dalam keadaan seperti itu.
Tetapi Ki Reksabahu yang sudah banyak makan garam kehidupan itupun mengetahui, bahwa agaknya kedua anak-anak muda itu sedang disentuh perasaan yang lain dari perasaan dua orang yang sekedar senasib dalam kesulitan menghadapi ancaman yang mungkin akan berakibat sangat parah.
Karena itu, maka sambil tersenyum ia bertanya lebih lanjut "Panon, apakah menurut Pinten kita juga harus bertempur berpasangan untuk mengimbangi lawan?"
Dengan serta merta Panon menjawab "Ya. Kiai, agaknya hal itu akan lebih baik"
"Dua-dua berpasangan?"
"Ah" Panon berdesah, sedangkan Pinten kembali menundukkan kepalanya sambil beringsut setapak.
"Maksudku" Panon menjelaskan dengan suara yang terbata-bata "Kita dapat melawan mereka dalam satu kelompok, kita melawan mereka bersama-sama, sehingga garis sentuhan antara kita dengan mereka menjadi sempit, dengan demikian mereka tidak sempat melawan kita masing-masing dari arah yang merugikan"
Ki Reksabahu masih tersenyum, katanya "Aku sependapat, Panon. tetapi jika demikian, bagaimanakah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dengan Gusti Puteri", jika kita tinggalkan bersama, maka
satu dua orang dari mereka akan dapat mengganggunya
dan bahkan mungkin mempergunakannya untuk
melemahkan perlawanan kita, tetapi jika satu dua
diantara kita harus menjaganya, maka akibatnya kita
akan terpecah lagi, dan merekapun akan melumpuhkan
kita bagian demi bagian"
Pinten mulai tertarik kepada pembicaraan yang
semula dianggapnya sekedar untuk melepaskan diri dari
dugaan yang kurang baik dari Ki Reksabahu atas dirinya
dan Panon, namun agaknya Ki Reksabahu yang
memahami perasaan anak-anak muda itu sama sekali
tidak menyinggung persoalan itu, bahkan justru agaknya
ia menganggap beberapa hubungan itu wajar meskipun
dengan sikap bergurau.
"Kiai" berkata Pinten kemudian dengan memaksa diri
"bagaimana jika hal ini kita bicarakan dengan sungguhsungguh bersama kakang Sangkan, Ki Mina dan Ki Ajar,
mumpung kita masih mempunyai beberapa saat lagi
sebelum orang-orang itu benar-benar datang"
"Aku sependapat, baiklah, aku akan mengatakannya
kepada Ki Ajar di pendapa, dan katakanlah kepada
Sangkan dan Ki Mina yang berada disudut sana"
"Baik, Kiai" jawab Panon.
Ki Reksabahu kemudian melanjutkan langkahnya
menuju ke pendapa sambil membawa mangkuk
munuman, namun dalam pada itu ia berdesis kepada diri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sendiri "Kalau aku tahu, aku akan memilih jalan lain agar
aku tidak mengganggu anak-anak muda itu"
Dalam pada itu, sepeninggal Ki Reksabahu, Pinten
bergeser menjauh, sekilas ia memandang wajah Panon
yang samar dalam kegelapan.
"Kita temui kakang Sangkan, Panon. Tetapi aku akan
lewat ruang dalam"
Bab 46 Panonpun memandang wajah Pinten sejenak,
kemudian jawabnya "Masuklah, aku akan pergi
menemuinya pula, mungkin ia sedang berbincang
dengan Ki Mina"
Pintenpun kemudian masuk lewat pintu butulan,
ketika ia menutup pintu, maka sekali lagi ditatapnya
wajah Panon yang kehitam-hitaman oleh kegelapan
malam. Sejenak kemudian, maka orang-orang yang ada di
halaman istana itupun mulai membahas apakah yang
sebaiknya mereka lakukan guna menghadapi keadaan
yang menjadi gawati itu.
"Memang kita tidak dapat berpencar" berkata
Sangkan kemudian "Tetapi jika kita berada di dalam satu
lingkaran, bagaimana dengan Gusti Puteri Inten
Prawesti?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tidak seorangpun yang dapat menjawab, namun kening mereka nampak berkerut memikirkan cara yang sebaiknya untuk mengatasi kesulitan itu.
Tiba-tiba saja Pinten mengangkat wajahnya, dengan ragu-ragu ia berkata "Bagaimanakah jika keduanya kita sembunyikan seperti Panji Sura Wilaga?"
"Diatas atap?"
Pinten tidak menyahut, tetapi nampaknya ia yakin, bahwa cara itu adalah cara yang paling baik.
"Mereka memang tidak akan mengira bahwa
keduanya berada diatas atap" desis Panon kemudian.
Sejenak mereka merenungkan pendapat itu, namun kemudian Sangkan berdesis "Asal keduanya sama sekali tidak bersuara, Panji Sura Wilaga dapat kita sumbat mulutnya, tetapi bagaimanakah dengan kedua Puteri itu", jika mereka ketakutan dan tidak dapat mengendalikan diri, mungkin mereka akan berteriak"
"Kita mohon agar mereka berdiam diri, apalagi mereka tidak melihat pertempuran yang terjadi, bakal mereka tidak akan berteriak atau berbuat sesuatu" sahut Panon.
Kembali mereka merenungkan rencana itu, dengan nada datar Ki Ajar berdesis "Tentu tidak akan dapat kita sembunyikan diluar halaman istana, karena dengan demikian justru mereka akan lebih dekat dengan bahaya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun tiba-tiba Kiai Rancangbandang bertanya
"Bagaimanakah, jika dalam keadaan mata gelap mereka membakar istana ini?"
Pinten menggelengkan kepalanya, jawabnya "Tentu tidak, mereka sedang mencari pusaka, mereka akan membongkar seluruh isi istana ini, tetapi tidak membakarnya"
Wajah-wajah itu menjadi tegang, namun kemudian Sangkan berkata "Aku kira kita harus mempertimbangkan untung dan ruginya, dengan menyembunyikan keduanya diatas atap, aku kira kita akan dapat bertempur lebih leluasa apapun yang akan terjadi atas kita"
Sejenak orang-orang itu saling berpandangan, namun kemudian mereka mulai mengangguk-angguk kecil, Kiai Rancangbandang berkata ragu "Sebaiknya kita coba bertanya apakah keduanya bersedia naik keatas atap"
"Jika tidak ada pilihan lain, maka aku kira keduanya akan bersedia" jawab Sangkan "Tetapi biarlah Pinten menyampaikannya"
"Lalu, bagaimana dengan biyung" " bertanya Pinten.
"Tentu kita ikut sertakan dengan kedua Puteri itu"
jawab Sangkan. Pinten termenung sejenak, namun kemudian katanya
"Aku akan bertemu dengan Gusti Raden Ayu, jika perlu kita akan memaksanya, kita akan meletakkannya dilekukan atap sebelah depan, diantara pendapa dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pringgitan, karena karena dibagian belakang telah kita
pergunakan untuk menyembunyikan Panji Sura Wilaga"
"Tetapi bukankah atap itu tidak akan runtuh?" tibatiba saja Ki Ajar bertanya.
Panon mengerutkan keningnya, namun kemudian
katanya "Aku kira atap itu masih cukup kuat untuk
menahan berat keduanya, tetapi Nyi Upih harus berada
di tempat yang agak jauh agar berat tubuh mereka tidak
dibebankan pada tempat yang sama"
Ki Ajar mengangguk-angguk, sementara Pintenpun
kemudian berkata "Aku akan menghadap sekarang,
waktunya sudah sangat sempit, mungkin mereka
sekarang sudah berada diluar regol"
Pintenpun kemudian dengan tergesa-gesa
menghadapi kedua Puteri yang masih duduk berdesakan,
di sebelah mereka, Nyi Upih duduk bersimpuh sambil
menyilangkan tangan di dadanya, sementara itu Panon
dan Sangkan telah mempersiapkan tangga yang akan
dipergunakan untuk memanjat keatas.
Mula-mula Raden Ayu keberatan dengan usul Pinten,
tetapi karena tidak ada cara lain, dan bahkan Pintenpun
agak memaksanya pula, maka Raden Ayu itu mulai raguragu. "Gusti" Nyi Upih mencoba membantu "Untuk
keselamatan Gusti berdua, memang tidak ada cara lain
yang dapat ditempuh, mungkin memang aneh, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Gusti harus mengingat, bahwa Puteri Inten masih terlalu
muda bagi orang-orang yang buas itu"
"Kenapa kami harus melakukannya Nyai" suara Inten
tersendat-sendat.
"Puteri" sahut Nyi Upih "Jika mereka dengan
garangnya membunuh Puteri berdua, aku kira persoalan
sudah selesai, tetapi mungkin mereka tidak akan
melakukannya, mungkin mereka akan membawa Puteri
kemanapun yang mereka inginkan, itulah yang lebih
berbahaya daripada mati itu Puteri"
ibundanyapun memeluk Inten Prawesti erat-erat,
terbayang dipelupuk matanya jika hal itu terjadi, mati
akan terasa lebih baik dan mulia, tetapi bagaimanakah
jika mereka tidak sempat memilih mati.
Karena itu, akhirnya Raden Ayu itu terdapat dapat
mengelak lagi, meskipun dengan ragu-ragu mereka
akhirnya memenuhi permintaan Pinten.
"Tetapi jangan sampai Gusti membuat suara apapun"
pesan Pinten "Sebab dengan demikian, maka mereka
akan segera mengetahui, karena mereka tentu
mempunyai pendengaran yang sangat tajam"
Kedua Puteri itu tidak menjawab, tetapi mereka
mengangguk kecil penuh keragu-raguan.
Sementara itu, tanggapun telah disiapkan dan Panon
memanjat lebih dahulu sambil membawa beberapa helai


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

papan yang diambilnya dari dinding ruang, kemudian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
papan itupun dilintangkan diatas talang yang dibuat dari
batang pucang yang cukup besar dan panjang, agar
kedua Puteri itu dapat duduk dengan baik.
Baru kemudian kedua Puteri itu dibantu naik keatas,
Pintenlah yang membantu mereka seorang demi
seorang, kemudian menempatkan mereka diatas papan
yang sudah diatur dengan baik dan kuat.
Yang terakhir adalah Nyi Upih, sambil membawa kain
untuk selimut, ia naik tangga dengan susah payah,
namun kemudian iapun berhasil merangkak keatas talang
dan duduk beberapa langkah dari kedua Puteri yang
gemetar. "Kemarilah Nyai" panggil Inten.
"Biarlah aku disini Puteri, agar beban talang di tempat
itu tidak terlampau berat"
Inten masih akan berbicara lagi, tetapi Nyi Upih
meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya.
Dengan demikian, maka mereka yang berada di
halaman istana menjadi agak tenang, siapapun tentu
tidak akan mengira bahwa kedua Puteri itu bersembunyi
diatas atap. "Asal mereka tidak bersuara" desis Pinten.
"Tetapi Panji Sura Wilaga itu dapat menarik perhatian,
ia akan dapat menghentakkan kaki atau tangannya yang
terikat sehingga jika ada orang yang berdiri di bawah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
talang bagian belakang, ia tentu akan mendengarnya"
berkata Ki Reksabahu.
Tetapi Sangkan menggeleng, jawabnya "Tidak Kiai, ia
tidak akan bersuara untuk waktu yang cukup lama,
mungkin sampai saatnya matahari sepenggalah, ia masih
belum akan terbangun"
"Kenapa?" Ki Ajar bertanya.
"Aku telah memberinya minum yang aku ramu
dengan biji kecubung, ia menjadi mabuk dan kemudian
tertidur untuk waktu yang lama, karena itu, ia tidak akan
dapat menimbulkan gangguan apapun juga"
Mereka yang mendengar jawaban itu menarik nafas
dalam-dalam, agaknya Sangkan dan Panon telah
berusaha membuat Panji Sura Wilaga tertidur nyenyak
untuk waktu yang cukup lama, sehingga tidak akan
dapat menimbulkan bahaya bagi Puteri yang ada diatas
talang kayu pucang itu.
Dalam pada itu, orang-orang yang merasa ikut
bertanggung jawab atas keselamatan istana itupun
segera berkumpul di pendapa, mereka tinggal
menunggu, kapan orang-orang Cengkir Pitu dan
Kumbang Kuning akan datang.
"Sekarang kita justru mendapat kesempatan untuk
beristirahat" tiba-tiba Kiai Rancangbandang memecah
sepinya malam. "Kenapa?" bertanya Ki Ajar Respati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Sebelumnya kita harus membagi diri mengawasi
setiap sudut dan Pinten menunggui Puteri di dalam
biliknya, sekarang kita dapat berkumpul dan bersepakat
untuk bertempur dalam sati lingkaran, dengan demikian,
kita akan bergantian berjaga-jaga, jika bahaya itu
datang, maka kita akan dibangunkannya"
Sangkan mengangguk-angguk, jawabnya "Baiklah"
Dan Kiai Rancangbandang menyahut "Kita semua
akan tidur, dua orang akan berjaga-jaga, sebelum kita
mendapat kepastian kedatangan orang-orang Cengkir
Pitu dan orang-orang Kumbang Kuning.
"Siapakah yang akan tidur lebih dahulu?" bertanya Ki
Ajar Respati. "Kita semuanya yang tua-tua, dan biarlah Sangkan
beristirahat pula"
Semula mereka mendengar kata-kata itu tidak begitu
memperhatikan maksudnya, namun kemudian terdengar
Pinten berdesah "Ah, Kiai, masih saja mengganggu"
Tiba-tiba saja suara tertawa Sangkan meledak,
namun iapun segera bangkit dan berlari menjauh ketika
Pinten bergeser mendekatinya.
"Pinten, jangan. Diluar orang-orang Kumbang Kuning
dan orang-orang Cengkir Pitu sudah mengintai"
"Kau yang mendahului" geram Pinten.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kisah Sepasang Rajawali 30 Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas Pedang Darah Bunga Iblis 13

Cari Blog Ini