Ceritasilat Novel Online

Jago Kelana 5

Jago Kelana Karya Tjan I D Bagian 5


panjang, badannya berkelebat lari kedepan ia tahu
sastrawan itu pasti mengejar, tapi justru tujuannya adalah
memancing sastrawan itu agar mengejar.
Karena setelah terhajar senjata rahasia seperti itu, asal ia tidak bergerak mulut lukanya akan rapat seperti sedia kala, lain halnya kalau ia mengejar, darah akan bergerak cepat
membuat lempengan baja tadi bergeser sehingga mengakibatkan mulut luka semakin besar.
Karena itu sambil melarikan diri, Loei Sam tertawa
mengejek tiada hentinya memancing pengejaran dari
sastrawan tersebut.
Melihat dirinya terbokong, sastrawan itu mendendam, ia
pun segera sadar apa yang diucapkan Loei Sam tadi hanya
kata2 bohong belaka, tentu saja ia mengejar kedepan.
Demikianlah, dua sosok bayangan manusia laksana
sambaran kilat meluncur kedepan dengan kecepatan
laksana kilat, dalam sekejap mata lima tujuh li sudah
dilewati sementara jarak antara mereka berduapun semakin
dekat. Tiba2 sastrawan itu mengepos napas, badannya mencelat
kedepan mendekati Loei Sam hanya berapa depa
dibelakangnya. Sayang seribu kali sayang, pada saat itulah iganya terasa
amat sakit, selembar lempengan besi menyembur keluar
menyambar lewat dari balok kepala Loei Sam.
Bersamaan dengan menyembur keluar lempengan besi
tadi, darah segarpun muncrat keluar dari mulut luka
bagaikan sumber mata air, sastrawan itu seketika
merasakan hawa murninya menyusut berbareng dengan
semburan darah dari tubuhnya.
Rasa kejut yang dirasakan sastrawan tersebut bukan
alang kepalang, buru2 ia berhenti mengejar. sepasang kaki
terasa jadi lemas dan akhirnya jatuh mendeprok diatas
tanah, hawa murninya sudah menyusut enam, tujuh bagian.
Menanti ia sudah menotok jalan darahnya untuk
menyetop penyemburan darah secara sia2, bayangan tubuh
Loei Sam telah lenyap tak berbekas, bahkan gelak
tertawanya pun sudah tak kedengaran lagi.
Sastrawan itu mulai merasakan kepalanya pusing tujuh
keliling, ia roboh keatas tanah sementara permukaan salju
yang putih telah berubah merah oleh ceceran darahnya, ia
menghembuskan napas panjang dengan sekuat tenaga
dicobanya angkat kepala.
Lama sekali ia berusaha, ketika itulah ia temukan dari
balik pohon siong dipinggir jalan muncul seorang gadis
wajahnya pucat pasi dan penuh rasa terperanjat dengan
sepasang mata terbelalak lebar2 sedang memandang
kearahnya, orang itu bukan lain Sie Soat Ang.
Si Soat Ang kelihatan ragu2 beberapa saat lamanya,
setelah yakin disekitar sana tak ada orang lain, ia baru
berjalan keluar dan menghampiri sastrawan tersebut,
serunya sambil memayang bangun orang itu.
"Kau . . . bagaimana kau bila menderita separah ini ?"
Sastrawan itu tertawa getir.
"Aku . . . karena kurang hati2, aku kena di bokong
olehnya !"
Sebetulnya watak Si Soat Ang tidak lebih baik daripada
perbuatan Loei Sam, hanya disebabkan berulang kali ia
mendapat bencana, bagaimanapun juga saat ini muncullah
serangkaian kata2 yang keluar dari liang-simnya:
"Kau . . kau . . kalau bukan demi menolong diriku,
kaupun tidak akan dicelakai olehnya !"
"Kau . . . bimbinglah aku bangun !"
Sekuat tenaga Si Soat Ang memayang bangun sastrawan
tersebut, namun karena goncangan tersebut darah segar
kembali menyembur keluar dengan derasnya dari mulut
luka membuat seluruh badan Si Soat Ang berlepotan darah.
Si Soat Ang terperanjat, ia menjerit keras dan buru2 lepas
tangan mengundurkan diri ke belakang.
Sekali lagi badan sastrawan tadi roboh keatas tanah,
darah segar mengucur keluar semakin deras lagi.
Ia tak tahu siapakah sastrawan berbaju putih ini, rasa
terima kasihnya orang ini pun tidak seberapa, apa yang
dipikirkan saat ini adalah cepat-cepat tinggalkan tempat itu.
Sebelum ia bertindak, tiba2 muncul sesosok bayangan
manusia dari tempat kejauhan, gerakan orang itu cepat
bagaikan sambaran kilat, dalam sekejap mata sudah hampir
dekat dengan tempat tersebut sementara sastrawan baju
putih itu jatuh tidak sadarkan diri.
Menanti Sie Soat Ang dapat melihat siapakah orang itu,
sepasang kakinya jadi lemas, tenaga untuk melarikan diri
seketika lenyap tak berbekas.
Orang yang munculkan diri saat ini bukan lain adalah
Hoat Goan Sinkoen yang punya wajah lima bagian mirip
manusia tujuh bagian mirip setan itu.
Hoat Goan Sinkoen menyapu sekejap wajah sastrawan
itu, mendadak ia melangkah setindak kedepan, sepasang
tangannya bergerak cepat menotok tujuh delapan tempat
jalan darah ditubuh sastrawan tersebut.
Setelah itu dengan sepasang mata yang tajam ia melototi
wajah Si Soat Ang, mulutnya menyeringai seram membuat
gadis itu ketakutan sampai jantungnya berdetik semakin
keras. "Hmm! kembali kau yang turun tangan terhadap
dirinya!" hardik Hiat Goan Sinkoen.
"Bukan, bukan . . . perbuatanku! Loei Sam yang turun
tangan kepadanya peristiwa ini tak ada sangkut paut dengan
diriku," buru2 goyangkan tangannya berulang kali.
Mendengar disebutnya nama Loei Sam, air muka Hiat
Goan Sinkoen berubah hebat, "Dimana sekarang ia
berada?" tegurnya.
"Ia melarikan diri kearah depan sana."
Hiat Goan Sinkoen bersuit nyaring, tubuhnya laksana
sambaran kilat meluncur kearah mana yang ditunjuk oleh
Sie Soat Ang. Baru saja gadis itu bisa berlega hati mendadak Hiat Goan
Sinkoen yang sudah berlalu balik lagi kehadapannya.
Begitu tiba disana, sepasang tangan Hiat Goan Sinkoen
bergerak cepat mencengkeram bahu Si Soat Ang membuat
gadis ini merasakan seluruh tubuhnya sakit bukan main.
"la betul2 lari ke sana . . . Loei Sam . . . Loei Sam
memang lari kearah situ!" serunya dengan gemetar.
"Kau tak usah urusi kemana Loei Sam pergi, orang ini
terluka parah, kau harus mengantar pulang kerumah
gurunya, aku hendak mengejar Loei Sam dan tak bisa urusi
dirinya, kau bisa lakukan pekerjaan ini ?"
"Aku tahu, kau bisa lakukan pekerjaan ini" buru2 gadis itu menyahut, sementara hatipun biia lega.
"Hmm ! kau jangan anggap pekerjaan gampang, pertama
lukanya sangat parah setiap saat bisa mati, sepanjang jalan kau harus hati2 merawat dirinya."
Yang dipikirkan Si Soat Ang hanyalah bagai mana
meloloskan diri, oleh sebab itu buru2 ia menyahut : "Aku tahu, aku bisa baik2 merawat dirinya."
Mendadak Tiat Goan Siakoen menyeringai keji
ancamnya : "Kalau kau bisa lakukan pekerjaan ini baik2 aku tidak
akan banyak bicara, kalau tidak . . . Hmm ! akan kubongkar
dan kusiarkan peristiwa pembunuhanmu atas diri Kan Loo
jie." Si Soat Ang tertegun dan jatuh mendeprok ke atas tanah
dengan badan lemas, sementara Hiat Goan Sinkoen tertawa
dingin, ia berputar kehadapan sastrawan berbaju putih itu
dan menjejalkan sesuatu kedalam mulutnya, setelah itu
laksana kilat badannya meluncur kembali kedepan, dalam
sekejap mata saja sudah lenyap tak berbekas.
Si Soat Ang yang mendeprok diatas tanah segera
meronta bangun setelah dirasakan Hiat Goan Sinkoen telah
pergi jauh, ia menghembuskan napas panjang, putar badan
dan angkat kaki melarikan diri dari sana.
Mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya
membuat ia kaget dan berhenti, pikirnya.
"Aduh celaka, ilmu silat Hiat Goan Sinkoen sangat lihay wataknya pun sangat kukuh bahkan tahu pula rahasiaku, ia
memerintahkan aku kirim orang ketempat gurunya kalau
aku membangkang sampai konangan, bukankah aku yang
bakal berabe."
Tetapi pikiran lain berkelebat pula dalam benaknya "Aku tidak tahu dimanakah rumah guru nya, sedangkan Hiat
Goan Sinkoen pun tidak beri tahu kepadaku. aku harus
menghantarnya ke mana" Nah inilah kesempatan bagiku
untuk melarikan diri, sedangkan tanggung jawab lelaki ini
pun tidak akan terjatuh kepundakku."
Ia segera putar badan dan enjotkan badan untuk angkat
kaki. "Nona. jangan pergi dulu" tiba2 sastrawan berbaju putih itu merintih dan berseru.
Si Soat Ang tertegun kemudian berhenti, terlihat olehnya
ketika itu si sastrawan sedang meronta bangun, ingin duduk
namun setiap kali gagal untuk memenuhi keinginannya.
Lama sekali gadis itu tertegun, akhirnya karena takut
Hiat Goan Sinkoen muncul kembali disana, ia maju dan
memayang pemuda itu duduk.
"Nona, terima kasih atas kesudianmu untuk menghantar
aku pulang kerumah guruku, budi ini tak akan kulupakan
sepanjang hidup" kata sastrawan berbaju putih itu dengan napas ter-engah2.
Si Soat Ang kembali terkesiap, ia tidak menyangka apa
yang diucapkan dengan Hiat Goan Siokoen dapat didengar
semua olehnya. Hatinya sangat mendongkol, namun tak berani diumbar
terpaksa ia tertawa.
"Aaah, kenapa kau bisa bicara begini." serunya. "Demi menolong aku, kau telah terluka parah apakah tidak pantas
kalau aku menghantar diri mu pulang ?"
"Aah, kalau begitu terima kasih atas kesediaan nona"
kata sastrawan itu penuh rasa terima kasih.
"Guruku adalah si Bongkok Sakti berangasan berdiam
dibukit sebelah timur gunung Lok Ban San, perjalanan dari
tempat ini sangat jauh sekali."
Si Soat Ang adalah putri Thiat It Poocu-yang amat
tersohor diluar perbatasan, orang Bu-lim yang singgah
ditempat mereka amat banyak, tidak aneh kalau
pengetahuan gadis ini amat luas sekali.
Ketika mendengar disebutnya nama "Sibongkok
berangasan" air mukanya berubah hebat, ia merasa untung tadi tidak ditinggal pergi, kalau tidak sekalipun Hiat Goan sinkoen bisa dihindari, bilamana si Bongkok Sakti
Berangasanpun tahu persoalan ini, maka jalan kematian
yang bakal ia terima.
Setelah merandek sejenak, ia baru berkata : "Aaah,
kiranya Cuang su adalah keturunan Si bongkok Sakti
Berangasan, aku she Si bernama Soat Ang, ayahku bernama
Si Liong."
"Jadi kau adalah putri kesayangan dari Si Poocu" kenapa keparat tadi bilang. . ."
"Dia bilang apa ?"
"Dia bilang nona Si adalah istrinya !"
"Cis ! mukanya begitu tebal, berani mengaku seenak hati sendiri Hmm, siapa yang sudi jadi istrinya !"
Sementara Si Soat Ang amat gusar, sastrawan berbaju
putih itu menghembuskan napas panjang seakan2 telah
melepaskan suatu tanggungan berat belaka.
Si Soat Ang tidak memperhatikan sampai disitu, ia
bertanya kembali:
"Cuang-su, kau bisa berjalan ?"
"Nona Si jangan panggil aku Cuang-su. aku she Tong
Poei bernama Pek."
Si Soat Ang mengiakan. sedang otaknya berputar
kencang, ia merasa tugas menghantar sampai kegunung Lak
Ban San agaknya tak terhindar lagi, sekalipun begitu ia
harus pulang ke benteng Thian It Poo dahulu untuk
menjumpai ayahnya.
Dengan paksakan diri Tong Poei Pek merangkak
bangun, badannya serasa sangat berat sekali, baru saja ia
bangun berdiri badannya jadi lemas dan tak kuasa roboh
kearah mana gadis itu berdiri.
Buru2 Si Soat Ang memayangnya.
"Aah. tak kusangka aku bisa kena dikecudangi orang
sampai terluka demikian parah !" desis Tong Poei Pek
sambil tertawa getir.
"Kau...apakah kau kena dikecudangi oleh Loei Sam
sampai terluka macam begini ?"
"Apa" Loei Sam " orang tadi bernama Loei Sam ?" seru Tong Poei Pek dengan tubuh tergetar keras.
"Benar dia adalah anak murid Si Thay sian-seng, tetapi. .
." Bagaimanapun juga Si Soat Ang adalah seorang gadis, ia
merasa kurang enak untuk bercerita bagaimana Loei Sam
telah menodai sumoay nya, karena itu sembari membungkam wajahnya berubah merah jengah.
"Aku sudah tahu." Tong Poei Pek segera menyambung,
"Si Thay sianseng telah mengabarkan kepada semua orang Bu-lim agar menangkapnya kembali kegunung Go bie,
Aaai! agaknya pembalasan dendam atas bokongannya ini
tak bisa kutuntut dengan tangan sendiri !"
Maksud ucapan tersebut amat jelas sekali pada akhirnya
Loei Sam tidak bakal lolos dari tangan Si Thay sianseng.
Si Soat Ang yang mendengar ucapan itupun merasa
berlega hati, sebab sepanjang hidupnya ia tak pernah takut
kepada orang lain kecuali seorang yaitu Loei Sam. .
Sambil gertak gigi serunya:
"Manusia macam ini sudah seharusnya mendapat
pembalasan yang setimpal. . ."
Tiba2 seluruh tubuhnya gemetar keras teringat akan
kata2 "Pembalasan yang setimpal" iapun teringat kembali perbuatan terkutuk yang pernah ia lakukan, segera ujarnya:
"Lukamu sangat parah, bagaimana kalau kita beristirahat dahulu didalam benteng Thian It Poo?"
"Nona Si, aku . . . aku ingin cepat2 kembali ketempat
kediaman guruku, kalau tidak aku pasti takkan kuat
menahan diri!" buru2 Tong Poei Pek berseru sambil tertawa sedih.
"Tentu saja kita tak boleh lama2 dibenteng Thian It Poo, bagaimana juga berangkat keselatan kita harus melalui


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benteng Thian It Poo, disana kita persiapkan kereta serta
kuda bukankah perjalanan malah semakin cepat lagi?"
Karena ucapan ini sangat cengli, Tong Poei Pek pun
tidak membantah lagi, ia mengangguk.
"Terima kasih atas perhatian nona Si yang mau pikirkan cara tersebut!"
Demikianlah dengan dipayang Si Soat Ang dan dibantu
oleh sebatang ranting kayu sebagai tongkat, selangkah demi
selangkah Tong Poei Pek bergerak ke depan, berhubung
lukanya amat parah mereka sangat lambat sekali untuk tiba
dibenteng Thian It Poo mereka membutuhkan beberapa jam
lamanya. Benteng Thian It Poo yang pada hari2 biasa selalu ramai
dikunjungi orang, saat ini sunyi senyap tak kelihatan
sesosok manusiapun, pintu tebal yang besar kini tinggal
sebelah, sepi. . . hening kelihatan amat menyeramkan.
Melihat kesemuanya itu Si Soat Ang tertawa getir,
serunya keras2: "Tia ! Ayah ! kau ada di mana ?"
Suaranya menggema di seluruh benteng yang kosong,
namun tak ada jawaban, suasana tetap sepi, sunyi bagaikan
di kuburan. Melihat tiada jawaban yang muncul, firasat jelek segera
berkecamuk dalam benak Sie Soat Ang, seluruh badannya
jadi merinding.
Dengan memayang Tong Poei Pek mereka masuk
kedalam benteng, beberapa saat kemudian tibalah didepan
ruang tengah, tangga batu sudah banyak yang hancur akibat
pertarungan sengit antara Ciang Oh melawan Hiat Goan
Sinkoen tadi. Dalam ruangan semakin tidak keruan, semua barang
hancur berantakan dan tinggal puing2 yang berserakan.
Melihat kesemuanya ini, Tong Poei Pek terkesiap,
serunya tak tertahan:
"Nona Si, sebenarnya apa yang telah terjadi ?"
"Aai...kisahnya amat panjang, kau beristirahatlah
dahulu. aku hendak pergi mencari ayahku"
Dengan terpaksa Tong Poei Pek mengangguk, namun
ditambahi pula dengan beberapa patah kata:
"Nona Si. aku lihat ayahmu sudah tidak berada disini
lagi, lebih baik kita cepat2 tinggalkan tempat ini !"
Kontan Si Soat Ang naik pitam setelah mendengar
perkataan itu, pikirnya:
"Bangsat ! yang kau pikirkan cuma cepat2 sampai
digunung Lak Ban San dan menyelamatkan selembar jiwa
anjingmu, kau anggap jiwa ayahku bukan jiwa manusia ?"
Walaupun ia tak berani mengumbar hawa amarahnya,
namun ia depakkan kakinya juga keatas tanah sambil
berseru ketus: "Tidak bisa jadi, sehari aku tidak temukan ayahku, satu hari pula tak akan kutinggalkan benteng Thian It Poo ini !"
Melihat kekerasan hati gadis itu, Tong Poei Pek cuma
bisa menghela napas panjang. sementara Si Soat Ang telah
berkelebat keluar.
Gadis ini masih ingat, ayahnya tertarik oleh ucapan Loei
Sam dan pergi mencari Ciang Oh untuk selanjutnya tidak
pernah muncul kembali. Kemungkinan besar ia masih
berada disana. Karena itu segera berkelebat kearah tembok pekarangan
yang tinggi itu, dari sana ia berteriak memanggil ayahnya.
Tapi ia tidak memperoleh jawaban, gadis itu mulai
mendengar se olah2 ada seorang sedang menghembuskan
napas, ia segera mundur dua langkah kebelakang kemudian
enjotkan badannya melayang kedalam.
Keadaan halaman dibalik tembok tinggi itu luar biasa,
seluruh permukaan salju telan berubah merah oleh darah,
dua orang manusia penuh berlepotan darah berguling2
diatas tanah. Dalam sekilas pandang, siapapun akan tahu kalau
mereka berdua sudah kehabisan tenaga, karena itu gerak
gerik mereka sangat lambat, sambil berguling masing2
pihak berusaha untuk merobohkan lawannya, tetapi
serangan mereka sama sekali tak bertenaga, walaupun
bersarang telak di tubuh lawan, namun tidak mendatangkan
reaksi apa2 kecuali dengusan napas mereka makin keras.
Melihat peristiwa tersebut Sie Soat Ang terkesiap sebab
dalam sekilas pandang ia kenali salah satu diantara mereka
berdua bukan lain adalah ayahnya Thiat Poocu.
Si Soat Ang berteriak keras, ia meloncat turun dan
menginjak punggung orang itu keras2 kemudian sekali
sambar ia angkat badan orang tadi dan dilemparkan jauh2
dari kalangan. Ternyata orang itu bukan lain adalah sitelapak berdarah
Tong Hauw adanya.
Segera tubuh ayahnya dipayang, namun badan Si Liong
sudah lemas tak bertenaga, seluruh wajahnya penuh dengan
darah beku. Melihat keadaan dari ayahnya, Si Soat Ang tercelos
hatinya, ia merasa seluruh badannya gemetar keras,
mulutnya terbentang lebar namun tak sepatah katapun
dapat diutarakan.
"Soat Ang . . ." Akhirnya Si Lionglah yang buka suara lebih dahulu, "Aku . . aku tak bisa . . tak bisa mengurusi dirimu lagi, sungguh menggemaskan . . Liem Hauw Seng . .
keee . . . keparat licik itu . . ."
Berada dalam keadaan seperti ini ternyata ayahnya
masih mengingat Liem Hauw Seng, hal ini membuat Si
Soat Ang amat sedih, ia gertak giginya kencang2.
"Tia. kau tak bakal mati!" serunya.
Si Liong tertawa sedih.
"Aku sudah hampir mati, Ang-jie, ada suatu persoalan
ini tak pernah kuceritakan kepadamu kau . . . kau . . ."
Napasnya terengah-engah,
sulit baginya untuk meneruskan kembali kata2nya.
"Tia. bicaralah per-lahan2?" ujarnya kemudian setelah tertegun beberapa saat.
"Tidak bisa, aku harus berbicara dulu lalu baru. . . baru mati, Ang-jie, sewaktu tempo dulu aku . . aku pergi
kedaerah Biauw tujuan terutama bukan lain untuk mencari
kitab pusaka Sam Poo Cinkeng yang diberitakan orang
lenyap di daerah tersebut, banyak orang Bu lim berangkat
kedaerah Biauw untuk mengadu untung termasuk aku
sendiri, setibanya disana, aku gagal menemukan kitab
pusaka Sam Poo Cin-keng tetapi membawa pulang seorang
perempuan, dia adalah Ciang Ooh . . ."
"Tentang kisah itu aku sudah tahu." tukas Sie Soat Ang sambil memayang ayahnya kepinggir tembok, "Tia, kau tak usah bercerita aku sudah mengerti."
Si Liong mencekal sepasang tangan putrinya erat2 lalu
ujarnya. "Tidak, ada satu persoalan yang belum aku ketahui
selama banyak tahun ini ilmu silat dari Ciang Ooh sehari
lebih lihay dari hari2 berikutnya tetapi ia jadi makin gila, aku curiga . . . . curiga..."
"Tia, apakah kati curiga kitab pusaka Sam Poo Cin keng tersebut sudah terjatuh ketangan Ciang Oh ?" seru Si Soat Ang tersebut.
"Bukannya curiga, tapi suatu kenyataan" jawab Si Liong sambil mengangguk. "Soat Ang, Ciang Oh adalah seorang
nenek gila, ia tidak tahu kehebatan dari kitab pusaka Sam
Poo Cin-keng tersebut, hanya menirukan lukisan yang
adapun sudah berhasil melatih dirinya selihai itu, apa lagi mempelajarinya secara sungguh2 . . . Soat Ang, kau harus
berusaha untuk mendapatkan kitab pusaka Sam Poo Cin
keng tersebut. . ."
"Tia, saat ini Ciang Oh berada dimana ?" buru buru Si Soat Ang bertanya dengan jantung dag dig dug.
Namun Si Liong tidak menggubris pertanyaan putrinya
ini, ia meneruskan kata2nya:
"Kitab pusaka Sim Poo Cin-keng tersebut memuat
rahasia ilmu hawa murni tingkat tinggi, seandainya kau bisa mendapatkannya kemudian membuang waktu beberapa
tahun untuk mempelajarinya, niscaya kau jadi manusia
tanpa undangan dikolong langit, kaupun tak . . tak usah
dibawah orang. ."
Bicara sampai disitu mendadak seluruh tubuhnya
menjadi kejang. sepasang jari tangannya yang mencekal
diatas lengan kiri Si Soat Ang makin keras sehingga terasa
amat keras sehingga terasa amat sakit diikuti ia
menghembuskan napas panjang, sepuluh jarinya mengendor badannya roboh keatas tanah dan tak berkutik
lagi. Buru2 gadis itu memeriksa pernapasannya ternyata
orang tua she-Si itu sudah menghembuskan napas yang
terakhir. Lambat2 Si Soat Ang bangun berdiri, dalam sedetik
waktu tersebut ia tak tahu harus menangiskan atau tidak...
Dua hari berselang dia masih seorang nona besar yang
dimanja dan dihormati setiap orang, dua hari kemudian
perubahan yang terjadi amat besar seakan2 dikolong langit
yang demikian luas nya ini hanya tertinggal dia seorang.
Lama sekali ia berdiri mematung sambil menangis hatin
entah berapa waktu sudah lewat ia sendiripun tak tahu
mendadak terdengar gelak tertawa aneh dari Ciang Ooh.
Pada mulanya gelak tertawa Ciang Ooh yang
menyeramkan itu membuat seluruh badannya gemetar
keras, diikuti teringat kembali olehnya akan pesan terakhir Si Liong sesaat putus nyawa.
Ia tarik napas panjang, saat ini gadis tersebut sadar
persoalan paling penting yang harus segera ia kerjakan
adalah mendapatkan kitab pusaka "Sam Poo Cin-keng"
tersebut. Setelah memandang sejenak jenasah ayahnya ia enjot
badan kemudian meluncur kearah mana berasalnya suara
tertawa itu. Dalam benteng Thian li Poo banyak terdapat ruangan,
namun Sie Soat Ang sudah sangat hapal, dalam beberapa
belokkan saja suara gelak tertawa dari Ciang Oh sudah
kedengaran semakin nyata.
Menanti ia keluar dari balik tembok tinggi, tampaklah
Ciang Oh sedang berdiri ditengah halaman sambil tertawa
ter-gelak2. Ia merandek sejenak, kemudian selangkah demi
selangkah mendekati perempuan itu sampai akhir ya
berhenti empat, lima depa dibelakangnya.
Tiba2 Ciang Oh putar badan, dengan sepasang mata
melotot ia awasi Sie Soat Ang, hingga membuat gadis itu
mengkirik rasanya. tetapi sewaktu teringat kembali akan
kitab pusaka "Sam Poo Cin-keng" rasa takutnya kontan lenyap tak berbekas, sambil keraskan kepala ia tertawa dan
berkata. "Kau . . . apakah kau ingin bertemu dengan putrimu?"
Ia tahu Ciang Ooh sangat kuatir terhadap keselamatan
putri kandungnya, karena itu dengan ucapan tersebut ia
coba memancing perempuan itu buka suara.
Sedikitpun tidak salah, Ciang Ooh segera tertawa
menyeringai sehingga kelihatan sebaris giginya yang putih.
"Dia berada dimana?" tanyanya.
"Aku dapat membawa kau untuk pergi menjumpai
dirinya, tetapi aku tak mau membantu dirimu dengan sia2
belaka." buru2 Si Soat Ang menyahut.
Agaknya Ciang Ooh tidak tahu apa maksud gadis itu
berkata demikian lewat lama sekali ia berkata: "Kau . . ."
Si Soat Ang tertawa paksa.
Mendadak dari belakang tubuh Ciang Ooh berkumandang datang gelak tertawa yang amat nyaring,
gelak tertawa tersebut membuat selembar nyawa Si Soat
Ang seraya melayang dari rongga badannya dan tak kuasa
ia mundur selangkah ke belakang, hampir2 saja gadis ini tak sanggup angkat kepalanya.
Sebab dari suara tersebut, ia dapat tahu kalau Loei Sam
telah tiba disana, lama sekali ia baru berani angkat kepala.
Tampak Loei Sam sedang duduk diatas tiang penglari
sambil memandang kearahnya, wajah maupun sikapnya
tenang sekali. Mungkin sejak semula Loei Sam sudah berada disana,
hanya saja berhubung perhatiannya ditujukan kepada Ciang
Ooh seorang, maka ia tidak menaruh perhatian.
Hatinya tercelos, sebab ia tahu saat ini Tong Poei Pik
terluka parah, tak mungkin ada orang yang bisa menolong
dirinya kecuali Ciang Ooh siperempuan gila tersebut
seorang. Setelah berusaha untuk menenteramkan hati nya ia
berkata: "Ciang Oooh, dengarkan perkataanku bukankah kau
hendak menjumpai putrimu " nah! hajar dahulu orang yang
duduk diatas tiang penglari tersebut"
Perlahan-lahan Ciang Ooh berpaling, dan memandang
sekejap kearah Loei Sam, sementara pemuda itu sambil
tertawa hahahihi memandang kearah perempuan tersebut
tanpa menunjukkan sikap apapun.
Tiba2 Ciang Oh berpaling, dengan wajah penuh
kegusaran ia menghardik "Omong kosong!"
Mendengar secara tiba-2 Ciang Ooh menegur dirinya, Si
Soat Ang amat terperanjat buru2 serunya.
"Kau. . bukankah kau ingin menjumpai putrimu ?"
"Omong kosong !"
Si Soat Ang jadi amat cemas, pada saat itulah terdengar
Loei Sam tertawa ter bahak2. ia melayang turun dari atas
tiang penglari dan berseru:
"Nona Si, sungguh amat sayang rencana kejimu untuk
pinjam golok membunuh orang menemui kegagalan total!"
Melihat Loei Sim meloncat turun dan Ciang Ooh tak
mau mendengarkan perkataannya. Si Soat Ang semakin
terperanjat sehingga sukar di lukiskan dengan kata2, buru2
ia mundur ke belakang.
"Tangkap gadis itu !" mendadak Loei Sam berseru.
Terhadap ucapan Si Soat Ang, perempuan gila itu sama
sekali tidak menggubris sebaliknya begitu Loei Sam berkata.
Ciang Ooh segera bergerak kedepan dibarengi kelima jari
tangannya laksana cakar elang mencengkeram pundak
gadis itu. Serangan ini bukan saja cepat laksana kilat bahkan
diiringi segulung angin serangan yang amat tajam membuat
Si Soat Ang tak dapat bernapas, sedikit ia merandak
pundaknya terasa sakit dan ia sudah kena dicengkeram oleh


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ciang 0h. Cengkeraman tersebut makin lama semakin kencang, Si
Soat Ang merasakan tulang bahunya hampiri saja retak,
saking tak tahannya ia menjerit keras2.
Di tengah jeritan itulah selangkah demi selangkah Loei
Sam berjalan menghampiri ia tertawa menyeringai.
setibanya di hadapan gadis itu dengan tangan ia meraba
pipinya kemudian mengecup bibirnya yang kecil.
"Nona Si !" katanya, "Aku sudah tahu bahwa suatu ketika kau pasti akan kembali kebenteng Thian It Poo, eeei.
ternyata dugaanku sedikitpun tidak meleset !"
Bahu Si Soat Ang kena dicengkeram tak sanggup ia
meronta, terpaksa buru2 gadis ini melengos.
Tetapi dengan paksa Loei Sam putar kembali kepala
gadis itu sehingga berhadap2an kembali dengan dirinya.
"Nona Si !" ia berkata "Rencanamu sungguh bagus sekali, hendak meminjam tenaga untuk menghadapi diriku,
hanya sayang tindakanmu itu sungguh sangat terlambat
selangkah, ia sudah percaya hanya aku seorang yang bisa
temukan putrinya, bukan begitu ?"
Perempuan gila itu mengangguk tiada henti nya. "Tentu
saja cuma kau seorang !"
Sie Soat Ang serunya, ia tahu kali ini benar2 ia
mengantar diri kemulut macam.
Dengan bangga Loei Sam tertawa tergelak, tiba-tiba ia
mencengkeram pergelangan tangan Sie Soat Ang dan
serunya terhadap Ciang Oh:
"Lepas tangan !"
Ciang Oh sangat penurut, ia segera melepaskan jari
tangannya dan mengundurkan diri dari kalangan.
"Nona Si !" Seru Loei Sam kemudian sambil tertawa cabul. "Kamar tidurmu berada dimana " bawalah aku
kesana, bagaimana kalau kita guna kan kamar tidurmu
sebagai kamar pengantin kita?"
Mendengar ucapan itu Sie Soat Ang merasakan
pandangan matanya jadi gelap, hampir2 saja ia jatuh tidak
sadarkan diri. "Heeeee... heee... nona Si, apakah kau merasa malu"
heee... semakin malu. kau kelihatan semakin cantik."
Sambil berkata, ia cekal dahi gadis itu dan siap
diciumnya kembali
Mendadak... "Loei... Sam.... !" seruan seseorang muncul memecahkan kesunyian.
Suara itu lemah sama sekali tak bertenaga, walaupun
cuma dua patah kata namun diantara nya orang itu harus
merandek sejenak guna tukar napas.
Loei Sam berpaling tampak olehnya orang itu bukan lain
adalah Tong Poei Pek, air mukanya pucat pasi bagaikan
mayat, pakaiannya yang berwarna putih separuh bagian
sudah dilepoti darah. Waktu itu ia berdiri dengan bantuan
tongkat, seluruh badannya gemetar dan sempoyongan boleh
dikata setiap saat kemungkinan bisa roboh kembali keatas
tanah. Melihat keadaan tersebut Loei Sam tertawa ter bahak2.
Sie Soat Ang pun tahu Tong Poet Pek sudah terluka parah
tak mungkin pemuda itu menolong dirinya namun ia masih
mempunyai harapan dengan napas ter-engah2 serunya:
"Loei Sam ! dia adalah putra si Bongkok Sakti
Berangasan, kau telah melukai dirinya dengan senjata
rahasia masih juga kau berani berada disini " ayoh cepat
melarikan diri."
Mendengar disebutnya nama "si Bongkok Sakti
Berangasan", air muka Loei Sam berubah hebat.
Melihat hal tersebut, timbul harapan didalam hati Sie
Soat Ang. Namun kejadian itu hanya berlangsung sekejap mata.
kembali Loei Sam mendongak sambil tertawa ter bahak2.
"Haaa... haaa... haaa... terima kasih atas peringatanmu, dengan adanya ucapan tersebut maka akupun harus
membasmi rumput ke akar2 nya. kalau tidak besok
dikemudian hari hanya mendatangkan banyak kerepotan
saja buatku."
"Loei Sam !" Seru Tong poei Pek dengan napas terengah2, "Hiat Goan Sinkoen sudah berada disekitar sini ."
"Aku tahu, Hiat Goan Sinkoen sudah datang, namun ia
bisa dihadapi oleh Ciang Oh, apa yang perlu ditakuti?"
"Loei Sam lepaskanlah Sie Soat Ang, aku tidak akan
pikirkan soal luka ini didalam hati, dan... akupun tidak
akan mengungkapnya kepada orang lain."
Loei Sam mendongak tertawa ter bahak2.
"Haa...haa...haa...suruh aku melepaskan dirinya" hal ini tak bisa kulakukan, aku lebih suka kau pikirkan soal
terlukamu itu didalam hati."
Selesai bicara ia ayun telapak tangannya melancarkan
sebuah babatan kedepan
Angin pukulan men-deru2 dan meluncur kearah mana
Tong Poei Pek sedang berdiri . walaupun pemuda itu masih
ada kesempatan untuk meloloskan diri namun berhubung
lukanya sangat parah tak sanggup ia berkelit
Tidak ampun lagi badannya tersapu oleh serangan
tersebut dan mencelat beberapa tombak jauhnya. kemudian
menggeletak tak berkutik lagi.
Sehabis menghajar Tong Poei Pek, Loei Sam berpaling
kembali sambil tertawa tengik godanya:
"Nona Si. sekalipun kau tak mau beritahu kepadaku
dimanakah letak kamar tidurmu, akupun bisa menemukannya sendiri"
Sambil menyeret Si Soat Ang ia berjalan kedepan. belum
beberapa langkah ia berpaling kembali dan pesannya
kepada Ciang Ooh:
"Kau tunggu saja aku disini, jangan pergi !"
Ciang Oh mengangguk. Demikianlah Loei Sam segera
menyeret Si Soat Ang berjalan masuk ke dalam ruangan,
setiap menjumpai kamar ia memeriksanya dengan teliti
sampai terakhir sampailah mereka di sebuah kamar yang
indah dan menyiarkan bau parfum perempuan, sekilas
pandang siapapun tahu kamar ini adalah kamar tidur
seorang gadis. "Ha ha ha ha bukankah berada disini ?" ujar Loei Sam sambil tertawa terbahak2.
Si Soat Ang menjerit keras, ia berusaha untuk meronta,
namun usahanya gagal sebab seluruh tenaganya serasa
lenyap tak berbekas.
"Kalau kau tidak mau turuti kemauanku, aku bisa
menotok jalan darahmu. bahkan akupun masih punya cara
lain untuk membuat malu diri mu, ayoh kau berani menjerit
lagi tidak ?" ancamnya.
Seluruh tubuh gadis she Si itu gemetar keras,
"Kau. . . lepaskanlah diriku !"
"Tidak dapat, aku tidak akan melepaskan setiap gadis
yang sudah aku pilih, kau tak usah berpikir yang bukan2
lagi !" "Kau... kau..."
Ia cuma bisa berkata "Kau" belaka. atau secara tiba2
Loei Sam mencengkeram badannya kemudian membanting
tubuhnya keatas pembaringan.
Ambil kesempatan itu ingin sekali Si Soat Ang meloncat
bangun, namun gerakan Loei Sam jauh lebih cepat
sepasang tangannya telah bergerak menekan bahunya
sambil menunjukan senyuman menyeringai.
Berada dalam keadaan seperti itu hampir2 saja Si Soat
Ang jatuh semaput, dengan sekuat tenaga ia coba meronta
namun gagal, teriaknya:
"Cepat lepaskan diriku, aku . . . aku akan beritahu
kepadamu berita tentang kitab pusaka Sam Poo Cin-keng!"
Perkataan ini sungguh manjur sekali, tiba2 Loci Sam
lepas tangan dan mengundurkan diri. Buru2 Si Soat Ang
bangun berdiri sambil membereskan rambutnya ia ter
engah2. "Ooouw... kiranya kitab pusaka Sam Poo Cinkeng
berada dibenteng Thian It Poo..." Kata Loei Sam sambil tertawa seram, "Bagus sekali, asalkan kau serahkan kitab pusaka Sam Poo Cin keng tersebut kepadaku, kau akan
kulepaskan."
Soat Ang bangun berdiri dan melangkah keluar, ujarnya:
"Kan lebih baik perkataanmu bisa dipercaya."
"Haa.haa...haa...padahal kaupun seorang gadis perawan
yang suci dan patut disayang, berapa kali kau serahkan diri buat Liem Hauw Seng dan minta pemuda itu menjamah
badanmu, namun Liem Hauw Seng tidak mau. kau kira aku
tidak tahu tentang persoalan ini ?"
Ucapan ini sangat menghina dan menusuk perasaan Sie
Soat Ang, sebab justru perkataan inilah tak ingin ia dengar orang lain mengungkapnya.
Namun berada di bawah ancaman Loei Sam. sekalipun
hawa amarah sudah serasa mau meledak, gadis itu tidak
berani banyak berkutik ia bungkam dalam seribu bahasa.
"Baiklah" ujar Loei Sam kembali sambil tertawa.
"beritahu kepadaku dimana kitab pusaka itu berada, asalkan Sam Poo Cin-keng berhasil kudapat, tak akan kuganggu
dirimu barang seujung rambutpun"
Si Soat Ang pun tabu siapa yang mendapatkan kitab
pusaka Sam Po Cin-keng tersebut, berarti dialah yang bisa
malang melintang dikolong langit tanpa tandingan,
seandainya Loei Sam berhasil mendapatkan kitab tersebut,
maka ia tak jeri terhadap Hiat Goan Sinkoen maupun Si
Thay sian seng, tetapi dalam keadaan seperti ini ia merasa
menolong diri sendiri jauh lebih penting, karena itu ujarnya dengan cepat:
"Kau... kau harus mengangkat sumpah keji lebih dahulu, kemudian akan kuberitahukan soal ini kepadamu!"
"Bocah bagus, kau janganlah tidak tahu diri kalau
membuat aku jadi mendongkol akan kunodai dahulu
badanmu, setelah kau jadi milikku, akupun tidak akan takut
kau tak suka beritahu kepadaku dimana kitab pusaka Sam
Poo Cin-keng tersebut disimpan."
Mendengar ancaman itu Si Soat Ang sangat terperanjat
buru2 ia goyangkan tangannya berulang kali.
"Jaa... jangan... jangan... aku akan berbicara kitab
pusaka Sam Poo Cing keng tersebut berada didalam kamar
rahasia dipuncak pagoda yang biasanya digunakan untuk
mengurung Ciang Ooh, ayahkulah yang meletakkannya
disitu." Apa yang diucapkan Si Soat Ang bukan kata2
sejujurnya, namun berada dalam keadaan seperti ini,
terpaksa dengan keraskan kepala ia menambahkan:
"Aku tak akan membohongi dirimu".
"Haah... haa... haaa... aku percaya kau tidak akan berani berbohong, tetapi kau harus tahu watakku sangat kukoay
sekali. kalau suruh aku mempercayai perkataanku begitu
saja sih tidak begini mudah kau katakan kitab pusaka Sam
Poo Cin-keng berada dipuncak pagoda kalau begitu mari
kita bersama2 setelah kitab tersebut kudapatkan tentu saja
aku tidak akan menyusahkan dirimu."
Mendengar perkataan itu Sie Soat Ang mengeluh, ia
hanya bermaksud membohongi Loei Sam agar ada
kesempatan baginya untuk melarikan diri, siapa sangka
pemuda itu minta ia pergi berbareng.
Namun gadis inipun cukup cerdik, ia bersikap masa
bodoh dan seakan2 tidak pernah terjadi sesuatu
peristiwapun. "Baik, mari kita pergi ber -sama2 !" jawabnya.
Loei Sim adalah seorang manusia licik, sewaktu
mengutarakan beberapa patah kata tersebut dengan telitinya
ia memperhatikan perubahan wajah Sie Soat Ang, ia
temukan gadis tersebut sama sekali tidak kelihatan gugup,
se olah2 apa yang diucapkan adalah kenyataan, hatinya jadi
sangat kegirangan.
Sebab apabila kitab pusaka Sam Poo Cin-keng berhasil
didapatkan, maka ia ingin berbuat apa semuanya akan
berhasil "Bocah-manis mari kita pergi cari bersama" serunya sambil tertawa dan menarik tangan gadis tersebut. Berada
dalam keadaan seperti ini Sie Soat Ang pun tidak
membantah. ia segera berjalan keluar lebih dahulu.
Tidak selang beberapa saat kemudian sampailah mereka
dibawah pagoda, pintu pagoda tertutup rapat, namun
dengan sekali tendangan pintu tadi terbuka lebar. Suasana
dalam pagoda gelap gulita, bau apek segera tersiar keluar
begitu terbuka lebar.
"Mengapa kuncinya sudah putus ?" tanya Loei Sam
dengan nada curiga.
Si Soat Ang tertawa getir, ia tahu mulai sekarang ia
harus bertindak lebih hati2 lagi, sedikit saja ia bertindak salah berarti mendatangkan bencana buat diri sendiri.
"Ruang rahasia ini sebenarnya merupakan tempat tinggal Ciang Ooh." ia menjawab perlahan "Se... sekarang ia sudah pergi. tentu saja kuncinyapun putus !"
Loei Sam tidak banyak bicara lagi, ia menarik tangan Si
Soat Ang dibawanya masuk ke dalam pagoda.
Suasana dalam pagoda tersebut bukan saja berbau apek
dan lembab bahkan gelap gulita sehingga hampir tak
kelihatan apapun. Sie Soat Ang dan Loei Sam berdiri
dengan menempel di dinding, setelah lewat seperminum teh
kemudian mereka mulai dapat melihat secara lapar2,
ruangan tersebut dihubungkan dengan sebuah tangga yang
menghubungkan ketempat tadi dengan tingkat lebih atas.
Dari tingkat pertama menuju ketingkat kedua tingginya
ada tujuh, delapan tombak. dengan cermat Loei Sam
memeriksa keadaan disekitar sana, kemudian tanyanya.
"Apakah benda itu ada ditingkat paling atas?" sampai saat inilah Si Soat Ang belum berhasil menemukan cara
untuk meloloskan diri.
Perasaannya sangat kalut, terpaksa ia mengangguk.
"Benar!"
"Baik, kalau begitu mari kita naik keatas " ujar Loei Sam sambil tertawa "Seandainya dalam ruang rahasia itu tidak ada. Hmm... hmm apa yang bakal terjadi dalam ruangan
tersebut tentu kau paham bukan?"
Sembari berkata Loei Sam mencengkeram pergelangan
tangan Si Soat Ang erat2 kemudian menyentaknya sekuat
tenaga, seketika itu juga gadis tersebut merasakan seluruh
tubuhnya jadi kaku.
"Aku tahu aku tahu!" serunya berulang kali, ia ingin sekali menangis tersedu-sedu, namun sekuat tenaga
ditahannya maksud tersebut.
Sambil menarik gadis Soat Ang, Loei sam berkelebat
naik keloteng dalam sekejap mata mereka sudah berada
diseparuh pagoda sementara Si Soat Ang belum berhasil
juga mendapat kesempatan untuk meloloskan diri hatinya
mulai kebat kebit.
Sebentar kemudian mereka sudah tiba dipuncak paling
atas, sambil berhenti didepan pintu tanya Loei Sam:
"Apakah ditempat ini?"


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan hati kebat kebit terpaksa Si Soat Ang
mengangguk. "Benar, memang ada disitu namun kau tak boleh masuk
kedalam begitu saja, disana banyak dipasang alat rahasia."
Mendengar perkataan itu Loei sam tertegun, namun
sebentar kemudian ia sudah tertawa.
"Nona Si. buat apa kau membobongi diriku" seandainya
dalam ruang rahasia ini, ada alat rahasianya pantai kalau
kau suruh aku masuk kedalam, mengapa kau malah suruh
aku berhati-hati?"
"Kalau kau tidak percaya ya sudahlah, silahkan dorong
pintu dan masuk sendiri kedalam."
Ucapan ini diutarakan dalam keadaan apa boleh buat,
namun bagi Loei Sam perkataan itu malah menggerakkan
hatinya, mungkinkah dalam ruangan benar2 ada alat
rahasianya "
Ia segera tertawa dingin.
"Bagus sekali, kalau begitu, kau masuklah lebih dahulu !"
Ia ayun tangannya mendorong tubuh Si Soat Ang
kedepan ruangan, gadis itu tidak menyangka sang pemuda
tersebut bisa melakukan hal ini, tak tahan lagi dengan
sempoyongan ia terjatuh kedalam ruang rahasia itu.
Si Soat Ang adalah seorang gadis cerdik, begitu terjatuh
kedalam pintu ia segera sadar inilah kesempatan baik
baginya untuk meloloskan diri.
Begitu badannya terjatuh kedalam ruangan, kaki kiri dan
kaki kanannya berputar cepat menutup pintu itu kemudian
sang badan berputar kencang menyantek pintu tersebut
rapat2. Loei Sam yang ada diluar sadar dirinya tertipu sambil
meraung keras ia melancarkan sebuah pukulan dahsyat
keatas pintu, Betapa dahsyatnya tenaga pukulan itu, sampai
Si Soat Ang yang ada di balik pintupun terpental mundur
tiga, lima langkah dan jatuh terlentang diatas sebuah
pembaringan. Berhubung besarnya tenaga pantulan itu, maka sewaktu
badannya terjatuh diatas pembaringan dengan menimbulkan suara keras pembaringan tersebut patah jadi
dua, barang2 yang ada disekitarnya menindih badannya
semua. Buru2 ia mengesampingkan barang2 yang menindihi
badannya kemudian meloncat bangun.
Ketika ia meloncat bangun, mendadak gadis ini
menemukan selembar kain sutera menggeletak diatas tanah,
diatas kain mantera tadi terlukislah pelbagai macam bentuk
manusia yang aneh, sekalipun lukisan itu amat sederhana
namun dapat dilihat semuanya berdandankan toosu!
Kain sutera adalah benda tipis seandainya di cekal
mungkin cuma segenggam. namun kalau dibentangkan
tentu panjang sekali, Hati Si Soat Ang rada bergerak, segera ia ambil benda tadi lebih dekat, tampak beratus ratus tulisan kecil tertera disana.
Jantung Si Soat Ang berdebar keras, tidak sempat dibaca
lebih jauh ia segera masukkan benda tadi kedalam saku dan
angkat kepala mencari jalan keluar.
Sementara itu Loei Sam sedang mengetuk pintu dengan
sekuat tenaga, dengan menimbulkan getaran keras
menggoncangkan pintu tiada henti.
Setiap saat ada kemungkinan terpukul jebol, Si Soat Ang
yang belum berhasil menemukan jalan keluar diam2
mengeluh. Dalam ruang rahasia itu kecuali sebuah pintu hanya
terdapat sebuah jendela kecil. sedang diatas jendela
terpancang besi yang kuat dan kasar..
"Braak..." tiba2 pintu ruangan terpukul jebol sebuah lubang, namun Loei Sam tidak langsung masuk kedalam,
sambil mengintip kedalam ia tertawa haha hihi.
"Hai nona Si. apakah kau baik2 saja ?"
Si Soat Ang tersudut, tak mungkin baginya untuk
meloloskan diri dari ruangan itu, segera di sambarnya
sebuah rak lilin kemudian sekuat tenaga disambit kedepan.
Loei Sam menyengir, tangannya bergerak cepat
menangkap rak lilin tadi kemudian berseru kembali:
"Nona Si, mengapa kau buang rak lilin ini " nanti lilin pengantin kita akan dipasang dimana?"
Si Soat Ang makin ketakutan, tiba2 teriaknya: "Kalau
kau berani masuk, aku...aku akan bunuh diri !"
"Haa...haa...haa...baik, baik kalau begitu aku tidak akan masuk kedalam"
Sembari berkata pemuda itu benar2 menarik kembali
badannya. Si Soat Ang tertawa getir, mungkinkah nasibnya begitu
baik " sementara ia masih berpikir mendadak . . , Plak !
jalan darah lemas dipinggangnya jadi kaku, diikuti seluruh
badannya tak dapat berkutik
Kiranya sembari mengundurkan diri kebelakang tadi
Loei Sam telah mengambil sekeping kayu dan disambit
kedepan, seketika itu jalan darah Si Soat Ang tertotok dan
badannya tetap tersandar diujung tembok.
Melihat mangsanya tak berkutik lagi. Loei Sam kerahkan
tenaganya mendorong pintu ruangan itu dan menerobos
masuk kedalam. Dengan langkah lebar ia berjalan mendekati Si Soat Ang.
tangan kirinya bekerja keras memeluk pinggang gadis itu
sementara tangan kanannya dengan berani menerobos
bajunya dan siap menggerayangi alat vital gadis iiu,
Sejak dipeluk oleh Loei Sam, Si Soat Ang merasa
kepalanya pusing tujuh keliling, hampir2 ia jatuh tidak
sadarkan diri, saat ini kena digerayangi alat vitalnya ia
semakin lemas. Bagaimanapun dia masih seorang gadis perawan, selama
hidup belum pernah ada laki-laki yang pernah menjamah
badannya namun apa gunanya cemas atau gelisah dalam
keadaan seperti ini " jalan darahnya telah tertotok.
Tangan Loei Sam yang telah berada didalam dada Sie
Soat Ang mendadak tersentuh dengan kain sutra tersebut,
pada mulanya pemuda itu tidak menaruh perhatian, sambil
tertawa gelak ujarnya: "Ooouw, banyak benar benda yang ada didalam sakumu."
Ia ambil keluar kain sutra tadi kemudian di buang,
namun pada saat itulah ia telah menemukan gambar
manusia diatas kain tersebut
Ia agak tertegun, buru2 Sie Soat Ang dilepaskan dan
memungut kembali kain sutra tadi, dengan cepat ia
membentang kain tadi, berhasil menemukan empat tulisan
kuno yang bertuliskan Sam Poo Cin Keng.
Loei Sam kegirangan setengah mati saking girangnya
sampai sukar dilukiskan dengan kata2.
Lama sekali ia tertegun, kurang lebih seperminuman teh
kemudian ia baru bisa tenangkan hati dan angkat kepala.
Tiba2 ia tersentak kaget, sebab entah sejak kapan
didepan pintu telah berdiri Ciang Oh dengan seramnya:
Terpaksa Loei Sam menunjukkan senyuman paksa,
namun sepasang mata Ciang Oh dengan tajam memperhatikan terus diatas kain sutera itu.
"Lepaskan" serunya dengan suara dingin. "Barang itu milikku !"
"Eeeei . . . apakah kau tidak ingin aku carikan kembali putrimu ?"
Ciang Oh tertegun, tetapi dengan cepat kembali
membentak: "Lepaskan, aku suruh kau letakkan kembali barang itu.
jangan kau ambil barang milikku itu !"
Pada saat ini Loei Sam betul serba salah, sekarang ia
telah mendapatkan kitab pusaka "Sam Poo Cin-keng" asal dilatih beberapa tahun lagi kepandaian silatnya tentu
memperoleh kemajuan pesat. suruh ia lepas tangan tentu
saja tidak sanggup.
Otaknya berputar keras, mendadak ujarnya sambil
tertawa: "Baiklah, letakkan kembali ya letakkan kembali, barang ini memangnya bukan barang berharga."
Sembari berkata ia letakkan kembali kitab pusaka Sam
Poo Cin-keng itu keatas meja, ia ada maksud sewaktu
Ciang Ooh tidak perhatikan nanti, kitab tersebut akan dicuri kembali.
Siapa sangka baru saja ia letakkan kain tadi keatas meja,
laksana kilat Ciang Ooh telah merampasnya kembali.
"Kaupun bukan manusia baik" teriaknya dengan mata melotot, "Terang2an benda ini adalah barang mustika,
kenapa kau katakan tidak berguna."
Diam2 Loei Sam terperanjat, namun wajahnya tetap
tenang2 saja. "Apa anehnya dengan barang semacam ini, apakah kau
suka karena sulamannya indah " sulaman itu kalah jauh
dengan permadani."
"Kau tahu barang apakah ini ?"
Loei Sam menduga Ciang Ooh hanya seorang gadis suku
Biauw yang tak tahu kalau benda itu adalah kitab Sam Poo
Cin-keng suatu mustika dalam belajar silat, karena itu ia
tertawa. "Barang apakah itu" kan tidak lebih cuma kain siluman
belaka!" sahutnya.
"Haa , , haa , . kain siluman" terus terang kuberitahu kepada-mu, benda ini adalah Sam Poo Cin-keng kalau kita
lakukan seperti gambar yang tertera diatas kain ini maka
bertemu dengan siapapun tidak akan takut."
Loei Sam makin terperanjat ia tahu kesempatan untuk
mendapatkan kitab Sam Poo Cin-keng itu semakin tipis,
keringat dingin mulai mengucur keluar membasahi seluruh
tubuhnya. Namun ia masih tertawa paksa.
"Aaah, kau sedang bergurau. siapa yang bilang?" ia berseru.
"Loo Liong-tauw yang bilang."
"Siapakah Loo Liong tauw itu?"
"Loo Liong-tauw adalah seorang manusia aneh di karang
bunga bwee, katanya ia telah berusia seratus dua puluh
tahun, dia paling suka diriku karena itu benda ini
dihadiahkan kepadaku sedangkan dia dapatkan barang itu
dari seorang toosu tua yang hampir mati, waktu itu aku
baru berusia sepuluh tahun, ia pesan kepadaku agar jangan
bercerita kepada siapapun."
"Lalu apa sebabnya sekarang kau berbicara padaku,"
Balik tanya Loei Sam sambil tertawa. Pada dasarnya Ciang
Ooh memang gila, kena ditanya Loei Sam ia tak dapat
menjawab akhirnya ia berkata:
"Tadi kau bilang hendak membawa aku mencari putriku,
sekarang putriku ada dimana cepat katakan?"
Suatu ingatan berkelebat dalam benak Loei Sam,
mendadak ia menuding keluar pintu.
"Coba kau lihat, bukankah dia adalah putri kesayanganmu!"
"Dimana!"
Sambil berseru ia berpaling, pada saat itulah secepat kilat Loei Sam mencabut keluar pisau belatinya kemudian
menubruk kedepan melancarkan sebuah tusukan.
Serangan bokongan ini datangnya laksana kilat. lagi pula
Ciang Ooh tidak bersiap sedia, tusukan pisau belati itu
dengan telak bersarang di punggungnya sementara pukulan
telapak kirinya pun mengenai sasarannya.
Tubuh Ciang Ooh terpental kedepan diikuti tubuh Loei
Sam berkelebat keluar terdengar, suara hiruk pikuk dianak
tangga, lama sekali suara itu baru sirap.
Walaupun Si Soat Ang tertotok jalan darahnya namun
semua peristiwa dapat dilihat dengan jelas, ia melihat pisau belati itu bersarang di-punggung Ciang Ooh hingga
terbenam seluruh-nya. bahkan sebuah hantaman Loei Sam
bersarang pula ditubuhnya.
Ia menduga Ciang Ooh tak bakal bisa hidup, kitab Sam
Poo Cin keng pasti terjatuh ke tangan Loei Sam,
mungkinkah pemuda itu suka lepaskan dirinya setelah
mendapatkan kitab mustika"
Inilah kesempatan baik bagi dia untuk melarikan diri,
namun justru pada saat ini sedikit tenagapun tak sanggup
dikerahkan, hatinya jadi sangat gelisah.
Mungkinkah Loei Sam naik keloteng lagi " maukah
pemuda itu melepaskan dirinya " dua pertanyaan ini
berbolak balik tiada hentinya didalam hati.
Suasana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun , ,
. begitu sepi se akan2 dunia sudah kiamat.
Dengan hati berdebat Sie Soat Ang salurkan hawa
murninya mengelilingi seluruh badan, beberapa saat
kemudian jalan darahnya telah bebas, ia segera meloncat
bangun dan melongok kebawah loteng.
Suasana tenang sunyi, tak kelihatan sesosok bayangan
manusiapun. Sie Soat Ang berkelebat turun kebawah, sampai tingkat
terakhir, namun bukan saja Loei Sam tidak kelihatan,
jenasah Ciang Oh pun lenyap tak berbekas.
Suatu misteri menyelimuti benaknya, namun dalam
keadaan seperti ini tak ada waktu baginya untuk berpikir,
kembali ia berlari ke depan.
"Kemana aku harus pergi ?" ingatan tersebut berkelebat dalam benaknya.
Benteng Thian It Poo sudah buyar, ayahnya sudah mati
dan tak mungkin ia berdiam disitu lagi, kemana ia harus
pergi " Tiba2 bayangan Tong Poei Pek berkelebat dalam
benaknya, suhu pemuda ini adalah si Bongkok Sakti
seorang jago yang tersohor dikolong langit, seumpama ia
dapat mengantar si pemuda itu sampai gunung Lak Ban
San, bukan dengan demikian si Bongkok sakti akan
berhutang budi kepadanya "
Teringat akan hal ini dengan cepat ia lari kedepan
tembok dimana Tong Poei Pek menggeletak, ternyata
pemuda itu masih belum putus nyawanya, dengan cepat
gadis itu memayangnya bangun.
"Tong Poei Toako !" ia berseru keras.
Sie Soat Ang tidak sempat berpikir panjang lagi, buru2 ia
lari kedalam kamarnya untuk membereskan sedikit


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

buntalan obat2an, kemudian mencari sebuah kereta,
melayang Tong Poei Pek kedalam kereta, menjejalkan
obat2an kedalam mulut pemuda itu dan melarikan
keretanya meninggalkan benteng Thian It Poo.
Kereta dilarikan kearah selatan, sehari semalam berjalan
terus tiada hentinya sampai senja hari kedua sampailah
mereka disebuah kota kecil.
Sie Soat Ang langsung menjalankan keretanya kedepan
sebuah rumah penginapan, menanti ia loncat turun dari
kereta dan memeriksa keadaan Tong Poei Pek, pemuda itu
dalam keadaan keritis, napasnya sudah tinggal sedikit,
bahkan sebentar lagi nyawanya bakal melayang.
Ia segera berpaling kearah pemilik rumah penginapan itu
dan berkata: "Temanku sedang sakit parah, apakah disini ada tabib
kenamaan ?"
"Ada, ada, silahkan beristirahat dahulu kedalam"
Dengan dipayang sang gadis, Tong Poei Pek dibawa masuk
kedalam rumah penginapan, walaupun kedai itu kecil
namun bersih dan nyaman,
Ketika itulah mendadak pemuda she-Tong Poei merintih
lirih. Mendengar suara itu, Si Soat Ang kegirangan, buru2
teriaknya: "Tong-poei Toako !"
Ia berteriak beberapa kali, namun tak kedengaran
jawaban. sepasang mata pemuda itu per-lahan2 membentang, wajahnya pucat pias dan kelihatan kurus
sekali, matanya cekung, sinar matanya pudar, lama sekali ia memandang Si Soat Ang dengan terpesona namun
mulutnya tetap membungkam.
Beberapa saat kemudian ia pejamkan matanya kembali
dan mendesis lirih:
"Aku.. aku ada dimana ?"
"Kau berada dirumah penginapan aku sedang menghantar kau pulang kegunung Lak Ban-san."
Namun sayang apa yang dikatakan gadis itu tidak
terdengar. pemuda itu kembali bergumam seorang diri:
"Aku... aku ingin bertemu dengan seseorang aku...
sebelum mati aku ingin berjumpa sekali lagi dengan dia..."
Si Soat Ang tertegun, ia tak tahu apa yang dimaksudkan
dengan Tong-poei Pek... Terdengar pemuda itu menghembuskan napas berulang kali, lalu ujarnya kembali.
"Suhu, aku... aku ingin bertemu dengan nona Si... Si
Soat Ang... nona Si!"
Merah padam selembar wajah dan itu dalam keadaan
seperti ini timbul suatu perasaan aneh pula dihati Si Soat
Ang buru2 dicekalnya tangan Tong-poei Pek yang dingin
bagaikan es itu.
"Tong poei toako, aku ada disini, aku berada disisimu."
Perlahan-lahan Tong poei Pek buka matanya, biji
matanya berputar kesana kemari dengan payah, seakanakan sedang mencari sesuatu namun ia tidak melihat bahwa
gadis yang dicari sebenarnya ada didepan mata.
Melihat kejadian itu Si Soat Ang amat bersedih hati.
"Tong poei toako, aku sudah berpesan kepada pemilik
rumah penginapan untuk mengundang tabib, baik2lah kau
beristirahat."
Tong poei Pek menghembuskan napas panjang matanya
dipejamkan kembali sementara mulutnya tetap bergumam
memanggil nama Si Soat Ang.
Walaupun Soat Ang seorang gadis keji, namun ia tetap
seorang dara muda, sejak kehilangan Liem Houw Seng ia
selalu merana, merana seorang diri, sekarang tiba2 dalam
hatinya yang kosong terisi oleh pemuda lain, timbul suatu
perasaan aneh dalam benaknya perasaan itu makin lama
semakin menebal, tiap kali Tongpoei Pek menyebut
namanya, rasa aneh itu semakin menebal.
Kurang lebih setengah jam kemudian terdengar suara
langkah manusia berkumandang datang diikuti seorang
sang pemilik rumah penginapan:
"Nyonya cilik, tabib sudah datang."
Sekali lagi merah padam selembar wajah Si Soat Ang,
hatinya mangkel dan ingin marah namun teringat bahwa
dia benda sekamar dengan Tong-poei Pek, tak bisa
disalahkan kalau pemilik rumah penginapan itu menyebut
demikian kepadanya.
Dalam pada itu si pemilik rumah penginapan dengan
membawa seorang kakek tua kurus berusia enam puluh
tahunan berjalan masuk kedalam kamar.
Kakek tua itu melirik sekejap ke arah Tong Poei Pek,
gelengkan kepalanya berulang kali.
"Orang ini sudah tak berguna lagi buat apa panggil aku?"
"Barusan saja dia masih bicara dengan diriku siapa yang bilang sudah tak berguna ?" Kontan Si Soat Ang sangat
gusar. Melihat dandanan Soat Ang mengerikan dimana bajunya
singsat dengan sebilah pedang menggembol dipunggungnya, buru2 tabib itu mencekal urat nadi Tong
Poei Pek dan memeriksa denyutan jantungnya, namun
kembali ia menggeleng.
"Thayhu, bagaimana?" gadis itu bertanya.
"Sudah tidak ketolong lagi, paling banter tinggal satu jam."
"Thay hu coba carikan akal agar ia bisa hidup beberapa hari lagi asalkan bisa hidup tujuh delapan hari lagi, aku bisa menghantar dia kesuatu tempat yang pasti dapat
menyelamatkan jiwanya."
Sekali lagi tabib itu menggeleng, "Raja akhirat sudah
tentukan mati pada kentongan ketiga, siapa yang dapat
menahan sampai kentongan kelima " namun... namun...
seandainya kau bisa mendapatkan jinsom berusia seratus
tahun dan setiap hari menolongnya dengan cairan jin som
kental maka usianya mungkin bisa diperpanjang tujuh
delapan hari lagi."
"Kalau begitu bagus sekali, apakah jinsom semacam itu
bisa dibeli dikedat obat ?"
"Nyonya cilik jinsom semacam itu adalah benda mustika
mana mungkin bisa dibeli pada kedai obat biasa?" tabib itu tertawa, "Beruntung daerah ini adalah penghasil jinsom yang paliag banyak, kalau kau ingin mencari mungkin
masih didapat..."
Bicara sampai disitu mendadak tabib itu membungkam.
Melihat tabib itu ragu, Si Soat Ang tidak sabaran segera
serunya: "Hey, katakan saja jinsom itu terdapat dimana, kenapa
bicara tidak keruan begitu?"
Melihat alis gadis itu berkerut walaupun kelihatan cantik
namun galak. tabib itu ketakutan, buru2 sambungnya:
"Nyonya cilik, dengarkan dulu perkataanku sampai
selesai." "Baik, cepat katakan!" Seru Si Soat Ang mendongkol.
"Diujung jalan kota sebelah barat terdapat satu keluarga she Ciang yang kaya raya dan khusus berdagang jinsom
kemungkinan besar dirumah mereka tersimpan jinsom
berusia seratus tahun, asalkan nyonya cilik punya uang
emas, tidak sulit untuk mendapatkan delapan, sembilan
batang . . . ."
Belum habis ia bicara Si Soat Ang sudah cabut keluar
pedangnya, kepada pemilik rumah penginapan itu pesannya
"Baik2 merawat dirinya aku sebentar lagi akan kembali!"
Laksana kilat ia meluncur keluar dari ruangan kemudian
dalam sekejap mata lenyap tak berbekas.
Sementara itu setelah ada diluar rumah penginapan,
dengan mengikuti jalan raya gadis itu lari terus ke sebelah Barat, akhirnya sampailah didepan sebuah bangunan yang
megah dan kukuh, sepintas lalu kelihatan begitu
mengerikan. Ketika dia tiba didepan pintu masuk, empat orang
pelayan segera maju menyambut kedatangannya sambil
mengamati gadis itu dari atas sampai kebawah.
Melihat sikap serta lagak yang tengik dari pelayan2 itu,
dalam hati Si Soat Ang sangat mendongkol namun teringat
kehadirannya untuk mohon bantuan, maka ia tahan rasa
dongkol tersebut.
"Apakah majikan kalian ada dirumah ?" ia bertanya.
"Hi...hii... hii... nona mencari majikanku ada urusan apa
?" Goda seorang pelayan sambil tertawa menyengir.
"Asalkan kau membawa aku berjumpa dengan
majikanmu sudah cukup !"
"Majikan kami sangat peramah, sedang nona berwajah
cantik..."
Ucapan tengik selanjutnya belum sempat diutarakan Si
Soat Ang sudah tak tahan lagi, tangannya membalik
langsung memerseni sebuah tempelengan keatas wajah
pelayan tadi. "Plook!" pelayan itu menjerit kesakitan dan jatuh terjengkang kebelakang, darah segar tetes demi tetes
mengucur keluar dari ujung bibirnya, tamparan tersebut
amat berat sekali.
Tiga orang pelayan lainnya melihat kejadian itu
bersama2 meraung dan menunjuk ke depan, Si Soat Ang
tidak kasih hati, pedangnya diloloskan dari sarung
bersamaan itu pula tangan kiri nya meraba cambuk
dipinggang, asalkan mereka bertiga meluruk berbareng, dia
akan menghajar orang itu habis2an.
Disaat tegang itulah mendadak dari dalam ruangan
muncul seseorang yang langsung menjura kearah Si Soat
Ang. "Nona tunggu sebentar, ada perkataan kita rundingkan
per-lahan2"
Si Soat Ang melirik sekejap kearah orang itu dia adalah
seorang lelaki berusia empat puluh tahunan, wajahnya
putih dan halus, sepintas lalu seakan2 seorang pelajar,
namun sepasang matanya bersinar tajam, siapapun akan
tahu kalau ia memiliki ilmu silat sangat lihay.
Gadis itu terkesiap, sewaktu datang pertama kali tadi,
dalam hatinya menganggap rumah itu adalah milik
pedagang biasa, siapa nyana pedagang tersebut bukan
pedagang biasa.
Dalam pada itu lelaki setengah baya itu sudah menjura
dan bertanya: "Nona datang kemari entah ada maksud apa ?"
"Aku ingin berjumpa dengan majikan rumah ini, ada
sedikit permintaan yang ingin kuajukan" Sahut gadis itu sambil balas menjura.
"Aaah, benar. Eeei pelayan, siapkan dua puluh tail perak dan berikan kepada nona ini sebagai ongkos jalan."
Merah padam selembar wajah Si Soat Ang, dengan agak
jengkel segera teriaknya:
"Hey. siapa yang bilang aku datang kemari untuk minta
ongkos jalan " apa maksudmu yang sebenarnya ?"
Lelaki setengah baya itu tertegun, sebelum sempat
menjawab, terdengar dari dalam ruangan berkumandang
datang suara yang tidak sedap di dengar.
"Ciang Loo sam, kau sungguh keterlaluan sekali,
terhadap nona Si dari Benteng Thian It Poo masa kau cuma
kasih dua puluh tahil perak, bukankah hal ini keterlaluan
pandang enteng dirinya."
Kata2 itu sangat menusuk perasaan namun terasa
dikenal, gadis itu berpaling, terlihatlah olehnya didepan
pintu telah muncul seorang manusia kate berbadan gemuk
dan berwajah buas, orang itu bukan lain adalah si Malaikat
Kelabang Emas Li Siauw.
Sementara Sie Soat Ang masih tertegun, lelaki setengah
baya itu sudah mendongak tertawa ter bahak-bahak.
"Haaa.. haaa... haaa... aku betul2 punya mata tak kenal gunung Thay san, kiranya anda adalah Sie Soat Ang, nona
Si, kalau bukan ditegur Li Sin koen, mungkin aku
sendiripun tidak mengenali diri nona."
Sie Soat Ang belum tahu pihak lawan berasal dari aliran
mana, namun ditinjau dari kehadiran si Malaikat Kelabang
Emas disana, ia tahu pihak lawan bukan manusia baik.
"Andakah tuan rumah bangunan ini ?" gadis itu bertanya dengan nada berat.
"Ooouw bukan... bukan kalau masalah besar biasanya
diputuskan oleh toako, namun kalau cuma masalah tetek
bengek biasa. cayhe bisa memutuskan sendiri."
"Baik, kalau begitu aku bicara terus terang saja, aku
dengar orang bilang kalian berdagang jinsom. Seorang
sahabatku terluka parah, atas petunjuk tabib ia membutuhkan tujuh delapan batang jin som seratus tahun.
karena itu sengaja aku datang kemari untuk mohon dari
kalian." Air muka Ciang Loo sam berobah hebat haruslah
diketahui sejak kecil Si Soat Ang dibesarkan dalam
lingkungan kemewahan ia tidak tahu bagaimana susahnya
seseorang mendaki gunung untuk memetik jinsom, bahkan
kadang kala harus mengorbankan jiwa, sebatang jinsom
kalau dijual kedalam perbatasan mungkin harganya
mencapai selaksa tahil perak, tentu saja mereka jadi kaget
setelah gadis itu buka suara minta tujuh-delapan batang
sekaligus. "Tentang soal ini., tentang soal ini...hee...hee... entah sahabat anda telah menderita luka apa?" kata Ciang Loosam tergagap, "Kemungkinan sekali kami mempunyai obat
lain yang bisa menyembuhkan lukanya. Jinsom seratus


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahun hanya bisa perpanjang usia, tak mungkin bisa
digunakan menyembuhkan luka."
"Soal itu tidak mengapa. asalkan sahabatku bisa hidup
sepuluh hari saja sudah cukup, aku hendak menghantar
kerumah suhunya digunung Lak Ban-san. gurunya tentu
bisa turun tangan menyembuhkan lukanya."
Kata2 "Lak Boan San" seketika membuat air maka Ciang Loo-sam berubah hebat, namun Si Soat Ang sebagai
seorang jago yang tidak berpengalaman sama sekali tidak
memperhatikan hal tersebut.
"Apakah sahabatmu itu tinggal digunung Lak Boan san"
entah siapakah namanya?" tanya Ciang Loo sam setelah
menanti gadis itu selesai berbicara
"Dia adalah Tonghong Pek murid dari Si Bongkok Sakti
berangasan."
"Apa dia?" Teriak Ciang Loo sam sambil mundur
selangkah kebelakang- "Sekarang dia ada dimana?"
Walaupun merasa urusan sedikit aneh, Si Soat Ang tidak
ambil perhatian.
"Dia berada dirumah penginapan Thay lay . ." sahutnya.
Baru saja perkataan itu diutarakan, dari balik pintu
muncul dua puluh orang bersenjata lengkap, diikuti Ciang
Loo sam berteriak keras:
"Tong poei Pek ada dirumah penginapan Thay lay, ia
terluka pula, namun kalian harus bekerja hati-2"
Seorang lelaki berbaju hitam dengan sebuah sulaman
tengkorak di depan dadanya munculkan diri pula dari balik
pintu, gerakannya cepat lagi gesit bagaikan bayangan setan, tahu2 ia sudah berada disisi gadis itu.
"Loosam !" serunya, "Apakah Tong-poei Pek menghantarkan diri " dia ada dimana . . ."
"Jie-ko, dia berada dirumah penginapan Thay lay, kali
ini kita tak boleh dia loloskan diri dalam keadaan selamat."
Lelaki itu menjerit aneh kemudian berkelebat lenyap.
Sewaktu menjumpai lelaki itu munculkan diri, hati Si
Soat Ang sudah kebat kebit, saat ini ia tak tahan diri lagi serunya.
"Dia. . . dia bukan . . . bukan dia adalah Soat San Hwie Mo " si Tengkorak emas Ciang Ling im."
"Ketajaman mata nona Si luar biasa, dia memang Jie-ko
ku," sahut lelaki setengah baya di hadapannya.
Hati gadis itu tercekam.
"Lalu anda adalah, . . kau adalah ."
"Cayhe Ciang Huan, orang2 menyebut diriku Tengkorak
kumala." Si Soat Ang kaget, tak kuasa ia mundur dua langkah
kebelakang, namun bagaikan bayangan setan si Tengkorak
kumala telah mengikuti maju kedepan.
Ia tidak menyangka orang2 yang semula diduga
pedagang jinsom biasa ternyata adalah sarang iblis keji
bahkan orang yang dijumpai pertama kali bukan lain adalah
si tengkorak kumala yang paling memusingkan kepala.
Si Soat Ang sangat cemas, tiba2 teriaknya keras-keras:
"Li Sin koen!"
Si Malaikat kelabang emas pura2 berlagak pilon, ia
melengos dan tidak menggubris, hal ini membuat Si Soat
Ang makin cemas, keringat dingin mulai mengucur keluar
membasahi seluruh tubuhnya.
-ooo0dw0oo- Jilid 8 SI TENGKORAK kumala Ciang Huan mendengus
dingin ujarnya :
"Nona Si. kau tak usah kaget. walaupun kami bertiga
sangat mengerikan, namun selalu bekerja pakai cengli. yang
kami cari cuma Tong-poei Pek seorang, kenapa nona harus
begitu cemas dan gelisah ?"
Mendengar ucapan itu, Si Soat Ang rada berlega hati,
namun ia berkata pula:
"Lalu...kalian...kalian hendak apakan Tong poei Pek ?"
"Heee. . . heee . . . mungkin kubeset kulitnya mungkin dijebol oleh tarikan lima ekor kuda, mungkin pula "kubedah isi perutnya pokoknya kami suka berbuat bagaimana akan
kami lakukan. nona Si. aku lihat kau adalah seorang gadis
cerdik lebih baik jangan campurkan diri dalam persoalan ini sehingga mendatangkan kesialan buat dirimu."
"Tetapi . . . tetapi ia menderita luka parah aku hendak menghantar dirinya kegunung Lak Boan sao, rumah
kediaman si Bongkok sakti Berangasan gurunya."
"Kalau begitu katakan kepada si Bongkok sak ti
berangasan katakan muridnya telah ditahan oleh kami tiga
bersaudara." tukas Ciang Huan dengan nada keras.
Sembari berkata, ujung bajunya dikebas kedepan,
segulung tenaga dahsyat menggulung tubuh gadis itu
membuat Si Soat Ang tak tahan mundur tujuh, delapan
langkah kebelakang dengan sempoyongan.
"Cepat pergi," kembali si tengkorak kumala menghardik.
Bentakan itu bagaikan guntur membelah bumi. Si Soat Ang
tercekat tanpa banyak bicara lagi ia putar badan dan
melarikan diri ter-birit2 dari situ.
Menanti ia sudah tiba diluar kota dan tidak melihat ada
yang mengejar barulah gadis itu berhenti berlari, ia tahu
Tong-poei Pek yang ada di rumah penginapan tentu
ditawan atau dibunuh oleh Soat-san Sam Mo. apa yang
harus ia lakukan sekarang " memberi kabar kepada si
Bongkok sakti Berangasan digunung Lak boan-san "
Lama sekali ia berdiri ragu2, akhirnya gadis itu menghela
napas panjang dan ambil keputusan untuk berangkat
kegunung Lak-boan-san.
Setelah ambil keputusan, malam itu juga ia kembali
kerumah penginapan, melepaskan kuda tunggangan sendiri
dan kaburkan binatang tunggangan itu cepat2.
Empat hari kemudian ia sudah keluar dari perbatasan,
sepanjang jalan gadis ini menjumpai banyak hal yang baru
dan belum pernah dilihat sepanjang hidupnya.
Hari itu, tepat satu bulan ia tinggalkan Tong-poei Pek.
sampailah ia digunung Lak Boan san, ia tahu sibongkok
sakti berangasan tinggal dibukit sebelah selatan, namun
tempatnya dimana ia kurang tahu.
Per-lahan2 Si Soat Ang maju kedepan, sampai tengah
malam tibanya ditepi telaga yang jernih, air telaga tidak
begitu dalam dan bening, sambil memandang riak
dipermukaan ia menghela napas panjang.
Pelbagai persoalan berkecamuk dalam benaknya, ia
teringat bagaimana hidup di benteng Thian It Poo dengan
riang gembira bagaimana Liem Hauw Seng melarikan diri
bersama Giok Djien, kemudian teringat Loei Sam dan
akhirnya Tong poei Pek.
Terbayang Tong-poei Pek, ia jadi memikirkan diri
sendiri, sejak melewati perbatasan boleh di kata dia tak
bersanak dan berkeluarga, apakah dikemudian hari ia harus
melewati sisa hidupnya sebatang kara "
Teringat sampai disitu tak kuasa ia menghela napas
panjang, tiba 2 suara bentakan keras berkumandang dalang
dari tempat kejauhan, bentakan itu keras seperti guntur
yang membelah bumi disiang hari bolong, membuat ia
begitu terkejut sampai lama sekali berdiri mendelong.
Menanti ia berhasil tenangkan hati, terdengar suara yang
keras tapi kembali berkumandang datang.
"Perempuan sialan mana yang datang mengacau kesini "
hela napas panjang pendek disitu, hanya mengacau
ketenangan orang saja !"
Si Soat Ang kembali kaget, ia merasa telinganya
berdengung keras sehingga hampir2 saja ia tak sanggup
angkat kepala. Dibawah sebatang pohon siong, tampaklah dua orang
sedang duduk saling berhadapan, diantara kedua orang itu
terletak sebuah papan persegi seperti papan catur, salah
seorang diantaranya sedang pusatkan perhatiannya keatas
catur sementara yang lain melotot bulat2 kearah Si Soat
Ang. Jarak diantara kedua orang itu dengan sang gadis terpaut
empat lima tombak jauhnya, lagi pula waktu itu malam hari
telah tiba, suasana sangat gelap, wajah kedua orang itu tak terlihat jelas, namun sepasang matanya kelihatan begitu
tajam bagaikan dua buah lampu lentera, hal ini
menunjukkan betapa sempurnanya tenaga lwekang yang ia
miIiki. Si Soat Ang paksa diri untuk tenang, lalu ujar nya
tergagap: "Aku sedang memikirkan banyak urusan, hatiku kesal,
dan tak tahu disini ada orang, seandainya mengganggu
harap kalian suka memberi maaf."
"Hmmm. kalau kau berani berbicara sekali lagi coba lihat saja bagaimana kurobek bibirmu itu."
Dalam pada itu orang yang berada dihadapannya sambil
tertawa telah berkata:
"Eei bongkok, kau terlalu kasar dan cari menang sendiri.
kau anggap gunung Lak-Boan san milikmu seorang, orang
lain sedang menghela napas, apa salahnya terhadap dirimu
" kau kalah sepuluh kali atas diriku. kalau mau marah,
marah lah kepadaku, kenapa harus dilimpahkan kepada
orang lain " perbuatan ini bukan perbuatan seorang laki2
sejati !" "Emangnya aku bukan lelaki sejati, kau bicara demikian kepadaku bukankah sama saja seperti lagi kentut ?" teriak orang itu marah2.
Mendengar orang itu dipanggil "Si bongkok" hati Si Soat Ang rada bergerak, buru2 serunya:
"Apakah anda adalah Si Bongkok Sakti Berangasan ?"
"Kalau sudah tahu diriku, lebih baik cepat enyah dari
sini, dari pada mendapat perlakuan kasar dariku." teriak orang itu dengan suara kasar.
Si Soat Ang terkejut bercampur girang, baru2 teriaknya:
"Si bongkok cianpwe aku memang datang ke mari untuk
mencari dirimu, aku datang dari luar perbatasan, dengan
ribuan li datang kemari..."
Belum habis ia bicara, terdengar si bongkok sakti
berangasan telah berteriak keras:
"Sudah..sudah, tidak main lagi, tidak main lagi. aku ada urusan. anggap saja permainan catur kali ini aku yang kalah
!" Diikuti bagaikan segulung angin puyuh ia meluncur
turun kebawah. Gerakan tubuhnya amat cepat bagaikan sambaran kilat.
sebelum Si Soat Ang sadar apa yang telah terjadi,
dihadapannya telah bertambah dengan seorang lelaki
bercambang, berambut awut2an dan berwajah bengis,
sepasang matanya tajam bagaikan kilat, pokoknya
mengerikan sekali.
Si Soat Ang tarik napas panjang2, ia mundur selangkah
kebelakang, sebelum sempat mengucapkan sesuatu, si
Bongkok Sakti berangasan itu sudah membentak keras:
"Aku sama sekali tidak kenal dengan dirimu. apa
maksudmu datang mencari aku ?"
Si Soat Ang mengeluh, pikirnya:
"Kalau tahu sibongkok sakti begitu mengerikan, aku
tidak akan datang.."
Namun urusan sudah ada didepan mata, terpaksa
ujarnya dengan cepat:
"Aku adalah sahabat Tong-poei Pek, kami berkenalan
diluar perbatasan."
Mendengar disebutnya nama Tong-poei Pek. sikap
sibongkok sakti rada lunak sedikit namun ia bertanya
kembali dengan nadi menekan.
"Kiranya kau adalah sahabat keparat cilik itu kalau dia masih ingat diriku, masih berapa lama ia baru pulang?"
"Dia . . . dia . . ."
"Ayoh cepat jawab!" hardik si bongkok sakti berangasan tidak sabaran lagi, "Kalau bicara dihadapanku lebih baik berterus terang dan lancar, kalau mandek2 lagi, jangan
salahkan aku kalau kutampar pipimu!"
"Baik, baik," jawab Si Soat Ang ketakutan. wajahnya pucat menghijau, "Maksudku . . . Tong poei Pek tidak bakal pulang lagi."
"Hmm! tidak akan pulang lagi" kenapa" apakah dia
sudah angkat guru lain?"
"Bukan, dia sudah mati." jawab sang gadis dengan hati sedih.
"Apa?" teriak sibongkok sakti, badannya mencelat dua tombak ketengah udara, kemudian se cepat kilat kelima
jarinya mencengkeram bahu gadis itu erat2.
Si Soat Ang merasakan kelima jari tangan si bongkok
sakti itu kuat bagaikan jepitan besi, saking sakitnya seluruh badan gemetar keras, tak kuasa lagi ia menjerit keras.
Namun jeritannya sirap oleh teriakan aneh dari si
bongkok sakti yang keras bagaikan geledek itu.
"Apa yang kau katakan?" teriak si bongkok sakti, "Tong poei Pek telah mati" bagaimana dia bisa mati?"
Sementara itu dari atas pohon siong kembali melayang
turun seseorang, sambil mencelat datang iapun berseru.
"Tongpoei Pek bagaimana bisa mati" eeeeeii bongkok,
lepaskan nona itu, biarlah dia berbicara per-lahan2.
Waktu itu saking sakitnya hampir2 Si Soat Ang jatuh
tidak sadarkan diri, untung orang itu datang tepat pada
waktunya. Mendengar teguran tersebut, si bongkok sakti segera
lepaskan tangannya, dengan sempoyongan ia mundur
beberapa langkah kebelakang.
Ketika itulah ia dapat melihat orang yang berada disisi si
bongkok sakti adalah seorang kakek berusia lima puluh
tahunan yang punya perawakan tinggi kurus, bajunya
sederhana namun kelihatan sangat berwibawa.
"Nona, siapakah namamu ?" tanya orang itu halus.
"Aku bernama Si Soat Ang."
"Ooouw . , . . nona Si, kau datang dari luar perbatasan entah apa sangkut pautnya dengan Si Liong dari benteng
Thian It Poo ?"
Mengungkap soal ayahnya, gadis itu teramat sedih.
"Dia adalah ayahku almarhum !"
"Aaaah, kiranya Si Poocu sudah meninggal, kapan
terjadinya peristiwa itu ?"
Si Soat Ang amat sedih, isak tangisnya menjadi keras,
belum sempat ia menjawab, si bongkok sakti sudah tidak
sabaran lagi ia naik pitam, sambil menarik tubuh kakek tua
itu teriaknya: "Eeeei Cioe Lo-jie, dari mana datangnya begitu banyak
omongan tak berguna ?"
Dasarnya Si Soat Ang cerdik, mendengar sebutan "Cioe
Loo-jie" itu, ia teringat akan seseorang buru2 serunya:
"Cianpwee, bukankah anda adalah Im Tiong Hok atau
burung Bangau ditengah Mega Tjioe Jie-hiap diantara
Tiong Tiauw Sam Yu ?"
"Benar, aku pernah berjumpa muka dengan ayahmu
beberapa tahun berselang ?"
Kini Si Soat Ang jadi gembira, sebab ia tahu ilmu silat
Tiong Tiauw Sam Yu amat lihay, lagi pula si elang ditengah
megah Tjioe Piao Thian adalah sahabat ayahnya,
kemungkinan besar ia dapat belajar silat darinya.
Karena ada rencana ini. buru2 ia jatuhkan diri berlutut.
"Menjumpai paman Tjioe Jie Siok."


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sibongkok sakti makin tidak sabaran lagi, ia mencak2
kegusaran, teriaknya kalang kabut.
"Maknya, , . neneknya, . . kenapa sih kalian bicara
melulu, bagaimana dengan nasib Teng-poei Pek, kenapa
tidak disebutkan terus?"
"Hey bongkok, kenapa kau mencak2 terus ." tiba2 Tjioe Pian Thian berpaling dan menegur gusar, "Tong-poei Pek sudah mati, buat apa kau begitu gelisah " dianggapnya
setelah berbuat begitu lantas dia bisa hidup lagi ?"
Si bongkok sakti amat mendongkol, ia gertak giginya
keras 2. "Tong poei Pek bergebrak dulu melawan Loei Sam" tiba2
Si Soat Ang menimbrung,
"Neneknya, siapakah Loei Sam itu ?"
"Dia adalah murid dari Si Thay sianseng."
"Apa . . . " Si bongkok Sakti menjerit keras badannya mencelat lima, enam tombak ketengah udara, telapak
tangan bergerak berbareng , . . , Kraaak sebuah batang
pohon yang amat besar tak ampun lagi kena terbabat putus
jadi dua bagian.
"Si Thay , , , Si Thay , , , kurang ajar. lihat saja nanti.
aku akan adu jiwa dengan dirimu" teriaknya keras 2.
Sementara itu Coe Pian Thian cuma menggeleng
berulang kali, "Hian tit-li. Si Thay sianseng adalah tokoh sakti dari aliran lurus" katanya "Mana mungkin muridnya bila bergebrak melawan Tong-poei Pek " mungkin kau salah
mendengar."
"Tadi aku belum habis bicara." Si Soat Ang tertawa getir,
"Loei sam memang anak murid Si Thay sianseng, namun ia sudah memperkosa putri kesayangan Si Thay sianseng dan
kemudian melarikan diri, Si Thay sianseng sendiripun
sudah mengutus anak muridnya untuk menangkap ia
kembali." Setelah menghantam patah batang pohon tadi, tubuh si
bongkok sakti langsung meluncur keluar, ditinjau dari
sikapnya jelas ia hendak berangkat kegunung Go bie untuk
bikin perhitungan dengan Si Thay sianseng.
Namun, beberapa patah kata terakhir dari sang gadis
menahan badannya bergerak lebih jauh, sambil berpaling
teriaknya: "Seberapa lihay ilmu silat yang dimiliki keparat cilik itu "
kok begitu hebat bisa merobohkan Tong-poei Pek ?"
"Dia bukan tandingan Tong-pei Pek, toako terbokong
olehnya sehingga terluka parah. Si Hiat goan-sin koen lah
yang memerintahkan aku mengirim dia balik kegunung Lak
Boan san" "Ehmm , . , si monyet tua ini rada baikan hati." Si bongkok sakti mengangguk. "Akhirnya bagaimana ia bisa
mati ?" "Setibanya di kaki gunung Soat San, napas Tong-poei
Pek tinggal senin kemis, aku dengar orang bilang hanya
dengan jinsom seratus tahun saja dapat menahan jiwanya
sampai sepuluh hari, aku lantas pergi cari jinsom, siapa
sangka salah memasuki sarang Soat-san Sam Mo, sedang
Tong poei Pek pun ada ikatan dendam dengan mereka..."
"Kalau begitu Tong poei Pek mati ditangan orang itu"
kembali si Bongkok sakti berteriak.
"Aku tidak tahu, aku hanya melihat si tengkorak emas
Ciang Ling membawa anak buahnya berangkat kerumah
penginapan untuk menangkap Tong poei Pek aku duga
Toog-poei Pek pasti sudah terjatuh ke tangan mereka aku...
aku tidak tahu bagaimana keadaannya yang pasti..."
"Setelah jatuh ke tangan mereka bertiga tentu saja mati,"
gembor sibongkok sakti marah2, "Neneknya. apa yang kau lakukan" mengapa tidak kau selamatkan jiwanya" bukankah
kau mengatakan dirimu adalah sahabatnya?"
Si Soat Ang tidak menyangka Si bongkok sakti dapat
menegur dirinya, pucat pias selembar wajahnya, ia tunduk
rendah rendah. "ilmu silatku rendah, aku sadar bukan tandingan mereka, adu jiwapun percuma saja !"
"Sudahlah..." buru 2 Tjioe Pian Thian me nimbrung
"Kalau diapun ikut adu jiwa, siapa yang datang
mengabarkan kematian Tong poei Pek kepadamu, kalau
sampai diapun mati, kan Soat-san Sam Mo yang enakan?"
"Baik, kalau begitu aku akan berangkat kesana, akan
kubeset kulit kepala Soat-san Sam Mo."
Sambil berteriak ia melotot kearah Tjioe Pian Tbian,
seakan-akan sedang berkata:
"Kali ini kau hendak mengucapkan apa lagi untuk
mencegah kepergianku."
Tjioe Pian Thian tertawa.
"Eeeeei bongkok, bukan saja Soat san Sam Mo berani
mengganggu anak muridmu, berani pula melepaskan gadis
ini untuk memberi kabar kepadamu, aku lihat mereka tentu
mempunyai tulang punggung dibelakangnya."
"Aaaah benar," Si Soat Ang segera menambahi, "Aku lihat si Malaikat kelabang emas Li-Siauw pun berada
disana." "Hmm. manusia macam apakah malaikat itu" mau apa
kalau kubeset sekalian kulit kepalanya"
"Bukannya aku tak suruh kau kesana, seandainya mau
berangkat sudah sepantasnya kalau beri kabar dulu pada
hujien sana." ujar Tjioe Pian Thian, "Lagi pula persoalan ini menyangkut murid murtad dari Si Thay sianseng, sudah
sepantasnya kalau kaupun kasi kabar pula kepada Si Thay
sianseng."
Begitu Tjioe Pian Tbian mengungkap soal istrinya, sikap
sibongkok sakti ini seketika jadi luluh, bahkan nada
perkataanpun jauh lebih halus.
"Aaah benar ucapanmu sedikitpun tidak salah " ia
membenarkan, "Namun apa yang harus kukatakan " kalau
mengatakan Tong-poei Pek bocah keparat ini terjadi
peristiwa diluar dugaan ia tentu bersedih hati."
"Ajukan saja alasan yang rasa2nya rada sesuai."
"Baiklah, tentang Si Thay sianseng sana, terpaksa harus merepotkan dirimu untuk memberi kabar." kata si Bongkok sakti sambil mengangguk. "Nona cilik, kemarilah kau
sangat berguna untukku."
Si Soat Ang tidak mengerti apa maksud ucapan dari si
bongkok sakti, belum sempat ia bertanya tangannya sudah
ditarik untuk diajak pergi, gerakannya cepat seakan2 diajak terbang di angkasa saja.
Angin men deru2. entah berapa jauh telah mereka lewati,
tahu2 si bongkok sakti itu berhenti disuatu lembah gunung
yang indah. Sekeliling lembah tertutup oleh bukit yang menjulang
tinggi keangkasa, ia tak tahu si bongkok sakti itu masuk dari mana ditengah lembah terdapat dua sumber air yang
menciptakan sebuah sungai kecil langsung menuju sebuah
telaga yang indah dan berair jernih, pohon siong merata di
seluruh bukit, puluhan ekor burung bangau ber-main2 ditepi
telaga, suatu pemandangan yang menawan hati.
Sebelah timur telaga terbentang sebuah tanah lapang
yang penuh dengan bunga aneka warna, maju tidak
seberapa jauh merupakan sebuah hutan bambu, ditengah
hutan bambu berdiri beberapa petak rumah bambu.
Sejak kecil Si Soat Ang dibesarkan diluar perbatasan
yang dingin dan gersang, walaupun sejak memasuki
perbatasan banyak pemandangan indah yang telah ia lihat,
namun pemandangan seindah dan sehebat ini belum pernah
dijumpai. Yang membuat ia tercengang adalah bangunan rumah
sibongkok sakti itu, ditinjau dari wataknya yang begitu
berangasan dan kasar, tak nyana bisa memiliki tempat
kediaman begitu tenang, indah dan menawan hati.
Setelah berhenti berlari. si bongkok sakti berpesan:
"Heei, dengarkan baik2. berada dihadapan istri ku jangan sekali2 kau sebut tentang kematian Tong poei Pek, kalau
tidak akan kukubur dirimu hidup2, bisa diingat ?"
Wajah sibongkok sakti yang sadis dan seram ditambah
ancaman yang begitu mengerikan, membuat seluruh tubuh
sang gadis gemetar keras.
"Aku tahu, aku tahu" buru2 sahutnya.
Demikianlah Si Bongkok Sakti lantas menarik tangan Si
Soat Ang untuk diajak memasuki hutan bambu.
"Toako. apakah kau sudah pulang ?" tiba2 terdengar suara seorang nyonya yang lembut, halus dan merdu
berkumandang datang.
"Benar, Cioe Loo jie bukan tandinganku hanya dalam
sekejap mata aku berhasil menangkan tiga set permainan
akhirnya ia berlalu dengan kepala terlunglai"
Suatu hal membuat Si Soat Ang kaget bercampur
tercengang. sewaktu mengucapkan kata2nya barusan si
bongkok sakti menunjukkan sikap halus, ramah dan begitu
menarik. Jauh berbeda dengan sikapnya yang bengis sadis
dan kasar semacam tadi.
"Nah . . . nah . . . toako, kembali kau membohongi diriku agar hatiku gembira." terdengar perempuan itu tertawa
merdu "Aku tahu, dalam permainan catur melawan Tjioe
jie-ko yang kalah tentu kau, tidak mungkin kau bisa
menang." Merah padam selembar wajah si bongkok sakti, ia jadi
begitu jengah, se akan2 bocah cilik yang ketangkap basah
sedang melakukan perbuatan salah, keadaannya sangat
menggelikan sekali.
Setelah berdiri dengan beberapa saat lamanya si bongkok
sakti maju mendekat dan berkata:
"Adikku sayang, ada satu persoalan ingin kuberi tahukan kepadamu ".
"Kau ada urusan apa " katakan saja kepadaku didengar
dari suaramu, kembali kau hendak membohongi diriku,
toako, benar bukan ?"
Makin merah selembar wajah si bongkok sakti sehingga
hampir2 seperti babi panggang, buru2 ia goyangkan
tangannya berulang kali.
"Bukan, . . bukan ?"
Si Soat Ang yang selama ini berdiri disamping, hatinya
dibikin keheranan setengah mati, pikirnya:
"Persoalan aneh yang ada dikolong langit sungguh
banyak sekali macam si bongkok sakti yang tak takut langit, tak takut bumi, ilmu silatnya begitu lihay dan sifatnya
begitu kasar dan berangasan, ternyata begitu penurut, halus dan dibikin gelagapan didepan istrinya, Sungguh aneh."
Dalam pada itu terdengar suara langkah kaki dari balik
hutan bambu, diikuti munculnya seorang perempuan
berbaju putih dengan membawa sebuah bambu, langkahnya
amal lambat sekali.
la memakai baju warna putih mulus dan tipis,
langkahnya lambat. ditengah hembusan angin gunung yang
sepoi2 keadaannya mirip bidadari turun dari kahyangan.
Perempuan itu berusia empat puluh tahunan, kulitnya
putih mulus, wajahnya
cantik, sepasang
matanya memandang kedepan dengan mendelong, sedangkan biji
matanya sama sekali tidak bergerak, siapapun akan tahu dia
adalah seorang buta.
Ketika melihat istrinya munculkan diri, sibongkok sakti
makin gelisah dibuatnya, ia garuk sana garuk kemari
dengan hati tak tenteram.
Perempuan itu terus berjalan kedepan dan berhenti lima,
enam depa dihadapan sibongkok sakti, wajahnya halus,
tenang dan penuh senyuman, sama sekali berbeda dengan
keadaan suaminya.
Setelah berdiri tegak ia berkata:
"Baiklah, toako. kau hendak mengucapkan persoalan apa
" sekarang katakanlah kepadaku."
Sibongkok sakti makin jengah buru2 sahutnya: "Adikku
sayang aku bukan sedang berbohong, kau tahu bukan kalau
disampingku ada orang lain ?"
"Aku tahu" perempuan itu mengangguk, "Didengar dari hembusan napasnya, dia tentu seorang nona yang amat
cantik, lincah dan cerdik !"
Begitu ucapan tadi diutarakan, Si Soat Ang tersentak
kaget, buru2 ia maju kedepan sambil menjura:
"Menjumpai Loo-cianpwee !"
Sembari berkata dalam hati ia tercengang, terang2an ia
tahu perempuan itu adalah seorang buta, sedang ia berdiri
disana bukan saja tidak buka suara bahkan maju
selangkahpun tidak. bagaimana dia bisa tahu kalau dia
adalah seorang perempuan " suatu kejadian yang
mencengangkan hati.
"Nona, aku rasa kaupun pernah belajar silat, bukankah
begitu " tak usah banyak adat ," ujar perempuan itu sambil lantas menjura.
"Benar, aku pernah ikut ayah belajar ilmu silat."
"Adikku sayang." ujar si bongkok sakti sambil
kesempatan itu, "Ayahnya dibunuh mati oleh musuh
besarnya, ia datang mohon diri ku untuk balaskan dendam
tersebut mau tak mau aku harus pergi, karena itu paling
sedikit aku harus tinggalkan dirimu selama setengah bulan."
Dengan tenang perempuan itu mendengar perkataannya
sampai selesai, setelah itu baru tersenyum.
"Toako, cerita bohongmu ini disusun kurang sempurna,
tak dapat membohongi diriku."
"Bagaimana kurang sempurna susunannya ?" tanya si bongkok sakti cemas.
Begitu ucapan ini diutarakan, bahkan Si Soat Ang pun
hampir2 tertawa dibuatnya, terang2an ia sudah mengaku
telah berbohong dalam ucapan barusan, sementara ia
sendiri masih belum merasa.
Tentu saja Si Soat Ang tak berani tertawa, dengan sekuat
tenaga ia menahan rasa geli itu dalam hatinya.
"Toako, kau jangan marah." ujar perempuan itu sambil tertawa "Coba kau pikir, seandainya ayah nona ini tidak kau kenal, mana kau suka membalaskan dendamnya sedang
kalau kau kenal mengapa aku tidak tahu?"
Si bongkok sakti tersudut oleh ucapan itu, seketika itu
juga ia membungkam dalam seribu bahasa Kembali
perempuan itu tertawa.
"Toako sebenarnya apa sebabnya kau hendak meninggalkan tempat ini" cepat katakan padaku."
Si bongkok sakti amat malu, mendadak dari rasa malu ia
jadi gusar teriaknya keras2:
"Neneknya... mak nya... lebih baik kau jangan bertanya."
"Aaaai..." perempuan itu menghela napas panjang.
"Toako, kau adalah suamiku, sedang aku adalah istrimu, kau hendak meninggalkan diriku seumpama aku tidak
bertanya hal ini mana boleh jadi."
Hati si bongkok sakti melunak kembali.
"Benar . , benar harus bertanya . . harus ditanya . .
memang patut ditanya . . patut ditanya . . ."
"Nah kalau begitu katakanlah sekarang."
"Tentang soal ini. . . aaai adikku Tong-poei Pek telah mengalami celaka diluar perbatasan!"
Sewaktu mengajak Si Soat Ang memasuki hutan bambu
tadi. ia berpesan wanti2 kepada gadis itu untuk jangan
mengungkap persoalan tentang Tong poei Pek, bahkan
mengancam hendak menguburnya hidup2.
Namun sekarang, setelah ia berbohong rahasia itu malah


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia sendiri yang mengaku terus terang dihadapan perempuan
itu. Mendengar Tong poei Pek mengalami celaka. seluruh
tubuh perempuan itu gemetar keras, air mukanya berubah
pucat pias bagaikan mayat.
"Apa " Pek Jie mengalami celaka " dia. . . kenapa dengan dia " Aaai. . . peristiwa apa yang menimpa dirinya ?"
"Nona ini yang datang memberi kabar."
Tiba2 perempuan itu maju kedepan dan menangkap
tangan Si Soat Ang, gerakannya lambat sekali namun
sangat tepat dan telak.
"Nona" ujarnya dengan suara gemetar. "Apa-apa . .
kejadian apa yang telah menimpa dirinya" cepat beritahu
kepadaku?"
Dalam keadaan seperti ini Si Soat Ang dibikin serba
salah, seumpama ia mengaku secara terus terang, si
bongkok sakti tentu naik pitam namun kalau tidak
diutarakan ia merasa salah, tak kuasa ia melirik sekejap
kearab sibongkok sakti berangasan.
Pada saat itu si bongkok sakti pun sedang mengerling
kearahnya memberi tanda.
Bagainanapun dasarnya Si Soat Ang adalah seorang
manusia cerdik, ia segera dapat menangkap makna lirikan
itu, tanpa ragu2 lagi sahutnya:
"Tong poei toako terluka !"
"Aaah. dia terluka" apakah sangat parah?"
"Tidak, tidak terlalu parah?"
"Lalu apa sebabnya tidak kau hantar pulang kerumah"
mengapa kau berangkat seorang diri"
"Walaupun lukanya tidak begitu parah, namun tak
sanggup melakukan perjalanan jauh sebab hal ini bisa
mendatangkan celaka baginya."
"Dia. . . sekarang dia berada dimana ?" Kembali Si Soat Ang melirik sekejap kearah si Bongkok Sakti Berangasan.
sementara dalam hati mengeluh.
"Dia . . . dia ada dikaki gunung Soat san" sahutnya kemudian "Sekarang sedang merawat lukanya dirumah
seorang teman."
Setelah mengetahui pemuda itu selamat perempuan itu
melepaskan sang gadis dan putar badan kepada si bongkok
sakti serunya: "Toako, nah berangkatlah cepat ". bawa dia pulang, lebih baik merawat lukanya dirumah saja, toako, aku mohon
kepadamu !"
"Adikku, apa maksud ucapanmu " tentu saja aku segera
berangkat, dan kemudian cepat2 kembali."
Si Soat Ang kembali dibuat tercengang, ia tahu Tongpoei
Pek adalah murid Si bongkok Sakti Berangasan, dengan
demikian istri sibongkok sakti adalah Su-nio dari Tong poei Pek.
Tapi apa sebabnya perempuan itu malah mohon bantuan
sibongkok sakti untuk menolong Tong poei Pek "
mungkinkah diantara mereka bertiga pernah terdapat suatu
hubungan yang aneh sekali "
Meskipun dalam hati menaruh curiga, gadis itu tak
berani banyak bertanya.
"Adikku, aku hendak berangkat !" kembali si bongkok sakti berseru.
"Kau... kau sendiripun harus ber-hati2, seandainya aku memiliki ilmu silat tentu akan kusertai kepergianmu ini."
"Lebih baik kau menantikan kabar baikku disini saja,
aku akan tinggalkan nona Soat Ang untuk menemani
dirimu, asalkan Tiong-tiauw Sam Yu ada waktu, tentu
mereka datang menjenguk diri mu, Nah, aku pergi dahulu
!" Sembari berkata dengan berat hati ia mundur selangkah
demi selangkah kebelakang, kemudian putar badan dan
laksana kilat berlalu dari sana, dalam sekejap mata lenyap
tak berbekas. Setelah sibongkok sakti berlalu, dalam hutan bambu itu
tinggal Si Soat Ang serta perempuan itu dua orang.
Sambil mencekal tangan sang gadis, ujar perempuan itu:
"Kemarilah, ceritakan kisah tentang Tong poci Pek
kepadaku?"
Si Soat Ang amat bersedih hati, namun ia menjawab
juga: "Baik cianpwee !"
"Ah tak usah menyebut diriku sebagai cianpwee
bagaimanapun aku tak kenal ilmu silat, sedang si
berangasan she Aow... nona Sie, coba ceritakan bagaimana
kau bisa kenal dengan Tong-poei Pek?"
"Bibi Hu. berhubung Tong-poei toako harus menolong
aku, maka ia mengikat dendam dengan seorang yang
bernama Loei Sam !"
"Aaaai...manusia yang bernama Loei Sam itu apakah
berkepandaian sangat lihay ?"
"Kepandaiannya sih tak bisa menandingi Tong poei
toako, namun siasat serta akal liciknya banyak sekali. Tongpoei toako kena dibokong olehnya, karena itu ia terluka
parah." Sembari berkata kedua orang itu berbareng menerobosi
hutan bambu, beberapa kali Soat Ang ingin membimbing
perempuan itu namun setiap kali ditolaknya dengan halus.
Begitulah mereka berdua memasuki hutan bambu dan
tiba didepan beberapa pucuk rumah bambu yang sunyi dan
bersih itu. Perempuan itu berhenti didepan rumahnya, kemudian
berkata: "Nona Si beritahu kepadaku, sebenarnya bagaimana
keadaan Tong poei Pek?"
Mendapat pertanyaan seperti ini secara mendadak,
jantung Si Soat Ang berdebar keras ia jadi kelabakan
dibuatnya. "Kan tadi sudah kukatakan dia... dadanya terluka
parah!" "Nona Si apakah hubungan kalian berdua sangat erat?"
tanya perempuan itu lagi sambil mencekal tangan Si Soat
Ang. "Be. . . benar!"
"Aaaai . . . engkoh berangasan memang sangat baik
terhadap diriku, namun... namun seandainya Tong poei Pek
tertimpa nasib malang maka aku , , . aku...."
Bicara sampai disitu ia menangis terisak, walaupun
ucapannya tidak diteruskan, namun Si Soat Ang pun
mengerti apa yang hendak di ucapkan lebih jauh.
Rasa curiga yang menyelimuti benak Si Soat Ang makin
tebal sejak semula ia dapat menemukan kalau adanya
hubungan istimewa antara perempuan ini dengan Tong
poei Pek, kini setelah melihat dia menangis, curiganya
makin menghebat.
Pastilah hubungan kedua orang itu bukan terbatas
sampai hubungan murid dengan ibu gurunya belaka.
Walaupun dalam hati keheranan, Si Soat Ang tidak enak
banyak bertanya, ia tetap membungkam dalam seribu
bahasa. Setelah menangis beberapa saat lamanya, perempuan itu
baru melanjutkan langkahnya masuk kedalam ruangan dan
duduk diatas sebuah kursi bambu.
Si Soat Ang rada kelabakan dibuatnya, terpaksa ia hanya
berdiri tegak dihadapannya dengan wajah mendelong.
Lewat beberapa saat kemudian terdengar perempuan itu
berkata kembali, "Nona Si, mungkin kau tidak tahu, Tong Poei Pek adalah putraku!"
Si Soat Ang sangat terperanjat, untuk sesaat ia tak tahu
apa yang harus dilakukan, beberapa waktu kemudian ia
baru berkata. "Kau, . . tadi bukankah kau beritahu kepada ku, kalau
Lie Hwiee cianpwee she Auw ?"
"Benar, namun Tong-poei Pek kulahirkan sebelum
menikah dengan toako bongkok !"
Si Soat Ang merasa amat jengah, bagaimana pun dia
masih gadis perawan bahkan barusan saja berkenalan
dengan perempuan ini namun perempuan itu sudah
mengajak dia untuk membicarakan banyak persoalan yang
seharusnya tidak pantas diceritakan kepada orang lain.
Si Soat Ang tak bila mengatakan ia ia kecuali berseru.
"Ooooow . . kiranya demikian."
Kembali perempuan itu menghela napas panjang.
"Nona Si, perkataan semacam ini sebetulnya tidak pantas bagiku untuk menceritakan kepada orang lain, namun
berhubung kau sangat baik terhadap Tong poei Pek maka
kuutarakan kepadamu."
"Bibi, kau terlalu merasa kuatir, aku pikir. . setelah cianpwee berangasan tiba diluar perbatasan, ia tentu bisa
membawanya pulang."
"Nona Si seandainya kau berjumpa lagi dengan dirinya,
jangan sekali2 menceritakan apa yang kuutarakan kepadamu barusan kepadanya, selama ini ia tak tahu kalau
aku adalah ibu kandungnya."
"Bibi, mengapa kau mengelabuhi dirinya ?" tanya gadis itu dengan nada tercengang.
Perempuan itu menghela napas panjang, ia membungkam dalam seribu bahasa.
Mengetahui perempuan itu tentu mempunyai rahasia
yang tidak enak diceritakan kepada orang lain, Si Soat Ang
pun tidak bertanya lebih jauh.
Kedua orang itu duduk saling berhadapan dengan mulut
membungkam, suasana hening, sunyi . . . sepi...
Beberapa saat kemudian perempuan itu baru berkata
lagi: "Berada bersama diriku, tak usah kau repot melayani
segala keperluanku, walaupun sepasang mataku buta.
namun sudah lama tinggal disini, ketajaman perasaanku
tidak kalah dengan pandangan mata orang lain, hanya
sayang aku tak bisa melihat dirimu."
Bicara sampai disitu mendadak ia membungkam dan
pusatkan perhatiannya untuk mendengar.
"Eeei... sungguh aneh sekali, kenapa ada orang datang ?"
Pada saat ini Si Soat Ang tidak mendengar apapun juga,
ia jadi tertegun dibuatnya.
"Apa yang telah berhasil kau dengar " apakah ada
sesuatu ?"
"Benar, ada dua orang datang mendekati rumah kita."
"Mungkin Tiong tiauw Sam Yu datang menjenguk
dirimu ?" "Tidak, tidak mungkin" buru2 perempuan itu menggeleng. "seandainya orang yang sudah kenal, maka
sejak semula mereka sudah buka suara.
Si Soat Ang jadi sangat terperanjat.
"Apakah ditempat ini seringkali kedatangan orang yang
tidak dikenal ?" tanyanya.
"Tidak, selama sepuluh tahun aku berdiam di sini baru
untuk pertama kali ini tempat kediamanku kedatangan
orang luar. ditinjau dari langkah kakinya yang ringan dan
cepat, jelas orang itu adalah tokoh dunia persilatan, kau tak usah gelisah biarlah aku yang menghadapi kedatangan
mereka." "Kau... bagaimana kau bisa tahu kalau hatiku sedang
gugup dan gelisah ?" tanya gadis itu sambil tertawa getir.
"Dari napasmu yang memburu, walaupun aku tak dapat
melihat bagaimanakah perubahan air mukamu pada saat
ini, namun aku dapat mendengar semua gerak gerikmu
dengan jelas, coba kau dengar, bukankah langkah kaki
kedua orang itu sudah semakin mendekati kediaman kita ?"
Dengan pusatkan perhatiannya Si Soat Ang mendengarkan namun kecuali angin sepoi2 yang berhembus lewat menimbulkan suara berisik dari bambu
yang bergoyang tiada suara lain bergema memecahkan
kesunyian. Lama sekali ia memperhatikan namun tidak menangkap
sesuatupun. "Tidak ada aku . . tidak ada..."
Belum selesai ia berbicara, mendadak ia mendengar
adanya suara langkah kaki manusia berkumandang datang,
langkah kaki itu datangnya sangat cepat dan gesit, dalam
sekejap mata mereka sudah makin dekat, diikuti dari luar
hutan bambu berkelebat lewat bayangan manusia.
"Mereka sudah datang !" bisik Si Soat Ang lirih.
"Apakah kau sudah menemukan mereka ?" tanya
perempuan itu dengan suara lirih pula.
"Tidak begitu jelas, sebab hutan bambu terlalu rapat,
namun aku sudah dapat melihat warna pakaian yang
mereka kenakan agaknya mereka memakai baju warna biru.
Aaaah, , . salah satu diantaranya mencekal sebilah golok
yang memancarkan cahaya tajam."
Perempuan itu segera tertawa getir.
"Barusan saja engkoh bongkok berangkat, sudah ada
orang asing mendatangi tempat ini, sungguh aneh sekali !"
"Apakah perlu aku kejar kembali si cianpwee berangasan yang barusan Berangkat ?"
"Tidak usah, kau takkan berhasil menyandak dirinya,
kita lihat saja apa yang hendak dilakukan kedua orang ini"
Kembali Si Soat Ang- menoleh kearah kedua orang itu,
tampak mereka berdua sedang menyingkap daun bambu
dan berjalan makin mendekat.
Tingkah laku mereka berdua sangat hati2 selangkah demi
selangkah mereka maju mendekat, sementara senjata tajam
disiapkan dalam cekalan.
Tidak selang beberapa saat kemudian sampai lah mereka
didepan rumah, sementara Si Soat Ang dapat melihat jelas
raut wajah mereka berdua, ke dua orang itu adalah lelaki


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setengah baya. Perawakan kedua orang itu tidak begitu tinggi namun
kekar penuh berotot, mereka berhenti dua tombak didepan
rumah. Setelah saling bertukar pandangan sekejap, salah satu
diantaranya berteriak lantang...
"Apakah sibongkok sakti berangasan ada dirumah ?"".
"Tentu saja tak ada dirumah" jawab nyonya sibongkok dengan suara halus dan tenang. "Seandainya dia ada
dirumah, kalian berdua tak mungkin bisa mendekat tempat
ini bukankah begitu ?"",
Si Soat Ang yang bersembunyi disamping jendela dapat
melihat keadaan diluar dengan amat jelas, tampak air muka
kedua orang itu berubah hebat, salah satu diantaranya
kembali bertanya:
"Kalau begitu anda tentunya nyonya sibongkok sakti
bukan ?". "Sedikitpun tidak salah, entah siapakah kalian berdua ?"
Kedua orang itu sama2 tertawa kering, selangkah demi
selangkah kembali mendekati gubuk itu sampai lima enam
langkah. "Hujien tak usah bertanya siapakah kami, ada seseorang mengundang hujien untuk pergi menjumpainya." kata
mereka berbareng.
"Sepasang mataku sudah buta, siapapun tak dapat
kulihat lagi, lebih baik kalian pergi saja dari sini."
"Tidak bisa jadi, orang itu sudah berpesan kepada kami seandainya hujien tak mau pergi maka terpaksa kami harus
mengundang dengan kekerasan, harap hujien jangan
menyalahkan kami."
"Heee, heee, , . hee, walaupun Tuow cu toako tak ada
dirumah, namun ia bakal pulang juga, diantara kalian
berdua apakah merasa sanggup untuk menandingi dirinya
?" seru nyonya si bongkok sakti sambil tertawa dingin, "Aku lihat lebih baik kalian berdua cepat2 berlalu, setelah ia
kembali aku akan menganggap tak pernah terjadi suatu
persoalan apapun, saat itu kalian berdua masih bisa
melewati hidup dengan aman tenteram ."
Air muka kedua orang itu berubah tiada hentinya, lewat
beberapa saat kemudian mereka baru menghela napas
panjang. "Kamipun dipaksa orang untuk berbuat demikian."
katanya. "Keadaan kami serba salah entah bagaimana baiknya,
kami harap hujien suka pergi sejenak saja. kami tanggung
takkan terjadi peristiwa apapun."
Sementara itu Si Soat Ang telah mempersiapkan cambuk
lemasnya ditangan, tempat mereka berdiri tepat dibelakang
pintu seandainya kedua orang itu bertindak nekat dan
menerjang masuk kedalam ia siap melancarkan serangan
bokongan. Oleh karena itu ia tahan napas agar jangan
kedengaran sedikit suarapun.
"Sudah kukatakan aku tidak ingin berjumpa dengan
siapapun, mengapa kalian banyak bicara ?" seru nyonya
sibongkok. Kedua orang itu saling tukar pandangan
kemudian berjalan kedepan.
"Seandainya hujien benar2 tak mau pergi, terpaksa kami berdua harus membuat salah kepada sibongkok sakti dan
paksa hujien untuk pergi kesana."
Mendengar ancaman itu nyonya sibongkok tertawa geli,
terhadap ketenangan yang diperlihatkan perempuan itu,
diam2 Si Soat Ang yang ada di samping merasa sangat
kagum. Karena ia tahu kedatangan kedua orang itu membawa
maksud tidak baik, jelas suatu bencana kemungkinan besar
akan menimpa dirinya, namun nyonya sibongkok sakti ini
masih tertawa se akan2 tak pernah terjadi suatu apapun,
suatu ketenangan yang patut dipuji.
"Bagus sekali !" terdengar perempuan itu berseru,
"Tolong tanya siapakah nama besar kalian berdua " Berani benar menyalahi sibongkok sakti, aku pikir kalian tentu
manusia luar biasa !".
Kedua orang itu tertawa sahutnya:
"Kami hanya prajurit2 tak bernama, lebih baik tak usah kami sebutkan siapakah nama kami".
Bicara sampai disitu salah seorang diantaranya telah
mendorong pintu ruangan tersebut setelah membuka pintu
ia tidak langsung masuk badannya berhenti diluar
sedangkan pedangnya segera didorong kedalam, ujung
pedang mengancam depan dada nyonya sibongkok sakti itu.
Pada waktu itu Si Soat Ang sedang berdiri di belakang
pintu, jaraknya dengan pedang tersebut cuma terpaut dua
depa belaka. Ia bisa melihat pihak lawan, sebaiknya orang itu tak
dapat melihat dia yang bersembunyi di situ.
Setelah orang itu menempelkan ujung pedang nya
didepan dada perempuan tadi, kembali serunya:
"Nyonya sibongkok, terpaksa kami harus melakukan
kesalahan terhadap dirimu."
Belum habis ia berbicara, mendadak Si Soat Ang putar
pergelangannya, cambuk lemas yang berada ditangannya
dengan disertai hembusan angin tajam menyambar kearah
lengan orang itu.
Kepandaian Si Soat Ang dalam permainan cambuk tidak
lemah. sewaktu berada dibenteng Thian It Poo seringkali ia
berlatih ilmu cambuk tersebut melawan puluhan ekor anjing
srigala, dengan telak serangan cambuk tadi bersarang diatas pergelangan tangan orang itu.
"Trang . ." cekalannya jadi kendor, dan pedang itu jadi terjatuh keatas tanah, sementara diatas pergelangannya
tertera bekas cambuk yang merah sebab membengkak
sakitnya luar biasa.
Saking tak tahannya orang itu menjerit keras dan
meloncat mundur kebelakang dengan sempoyongan.
"Cepat lari... cepat lari..." teriaknya keras-2. "Si bongkok sakti ada didalam rumah !"
Namun rekannya masih tetap tenang terdengar ia
berseru: "Eeeei... kenapa kau " bukankah sibongkok sakti telah
berlalu, bukankah kita berdua melihatnya dengan mata
kepala sendiri ?".
Tangan orang itu gemetar keras badannya sempoyongan
keringat dingin setetes demi setetes mengucur keluar
membasahi seluruh tubuhnya.
"Coba kau lihat" ia berseru, "Pergelangan tanganku jadi begini, kemungkinan besar si bongkok sakti telah kembali
dengan melalui bukit sebelas belakang".
"Jangan bicara sembarangan."
hardik rekannya "Seumpamanya sibongkok sakti berada disini, niscaya ia sudah tunjukkan diri dan me-robek2 kita jadi dua bagian,
apakah kau lupa akan gelarnya, dia disebut orang si
Bongkok sakti yang berangasan " aku lihat mungkin ada
orang lain sedang main gertak terhadap kita."
Bicara sampai disitu ia lantas pertinggi suaranya dan
berteriak: "Sahabat dari aliran manakah yang berada didalam
ruangan " persoalan ini tidak ada sangkut pautnya dengan
dirimu, aku harap kalian jangan campur tangan, kalau tidak
niscaya kami tak akan sungkan2 lagi terhadap dirimu !".
Ingin sekali Si Soat Ang buka suara menjawab
pertanyaan itu, namun dengan cepat si-nyonya bongkok
sudah memberi tanda kepadanya agar jangan bersuara,
diikuti perempuan itu berkata:
"Kalian berdua sudah tahu lihay dia adalah seorang
sahabat karib dari toako bongkok, selama hidup orang ini
paling pantang berjumpa dengan manusia2 asing macam
kalian berdua oleh karena itu barusan memberi sedikit
peringatan kepada kalian, kalau kamu berdua masih nekad
juga... yaa apa boleh buat lagi."
Diam2 Si Soat Ang kagum akan ucapan nyonya bongkok
ini, maka ia membungkam, keadaannya semakin misterius,
pihak lawanpun semakin was-was terhadap dirinya.
Terdengar kedua orang itu dengan wajah merengek
berseru: "Nyonya bongkok kau pasti tahu bukan bagaimanakah
tabiat orang itu, seandainya kami gagal mengundang
kehadiranmu... mungkin baru saja tinggalkan tempat ini,
jiwa kami berdua sudah melayang."
Air muka perempuan itu dalam sekejap mata berubah
pucat pias bagaikan mayat, tubuhnya gemetar keras sedang
keringat mulai mengucur keluar.
Melihat hal tersebut Si Soat Ang keheranan, ia tahu jelas
perempuan itu sama sekali tidak takut, namun apa sebabnya
secara tiba2 berubah jadi begini " tentu dibalik ucapan
orang2 itu terselip suatu masalah yang tak ingin dia ketahui.
Namun apa yang diucapkan kedua orang itu " mengapa
ia gagal untuk menemukan keistimewaan tersebut "
Terdengar lelaki yang terluka pergelangan tangannya itu
berkata: "Nyonya bongkok, hitung2 kau telah mengorbani jiwa
kami, bagaimanapun juga kau kan kenal dengan dirinya,
sedang sibongkok sakti pun tak ada dirumah, pergilah
jumpai sekejap dirinya..."
Belum habis ia berkata, nyonya bongkok yang duduk
diatas kursi mendadak jatuh tertelungkup keatas tanah,
ternyata ia jatuh tak sadarkan diri.
Si Soat Ang terkesiap, buru2 ia maju dan memayang
nyonya itu. Namun, baru saja ia memayang bangun perempuan itu,
mendadak dari belakang punggung terasa angin tajam
menyambar datang, jelas ada orang sedang melancarkan
bokongan. Si Soat Ang terkesiap cambuknya kontan dibalik balas
menyerang kebelakang diikuti badannya berputar kencang.
Tampak kedua orang lelaki itu sudah berada didalam
ruangan ketika menjumpai diri Si Soat Ang, tak kuasa
mereka berseru berbareng:
"Siapakah nona ?"
Si Soat Ang tidak ingin banyak bicara dengan orang2 itu,
pergelangannya berputar cepat. Sreet ! Sreet ! Sreet ! secara beruntun ia mengirim tiga buah serangan berantai.
Angin serangan men-deru2 cahaya kilat menyambar kian
kemari, bayangan cambuk memenuhi angkasa, kedua orang
itu terdesak hebat, dan mundur ke belakang dengan
sempoyongan, Pepatah kuno mengatakan: Sekali bergebrak akan
diketahui berisi atau tidak, tiga buah serangan berantai dari Si Soat Ang walaupun gencar dan dahsyat, permainan
cambuknya boleh dikata sempurna, namun bukan termasuk
ilmu silat kelas satu.
Dalam sekilas pandang, kedua orang itu berhasil
menemukan banyak titik kelemahan diantara permainan
cambuknya. Kedua orang itu saling bertukar pandangan, kemudian
Hati Budha Tangan Berbisa 14 Pendekar Gila Karya Cao Re Bing Pendekar Super Sakti 21

Cari Blog Ini