Ceritasilat Novel Online

Jaka Lola 14

Jaka Lola Karya Kho Ping Hoo Bagian 14


Yosiko dan Siu Bi dengan pedang terhunus sudah melompat maju meng-hadapi Cui Sian.
Gadis dari Thai-san ini menjadi merah mukanya. Dengan pedang menuding ke depan ia memaki, "Sungguh kebetulan Sekali! Memang besar keinginanku membasmi kalian berdua perempuan yang tak tahu malu!"
"Sombong!" bentak Yosiko. "Kaukah yang bernama Cui Sian" Hemmm, kemati-' an sudah di depan mata masih berani berlagak!" Setelah berkata demikian Yo-siko menggerakkan pedang dan melolos-kan sabuk suteranya. Siu Bi juga sudah melangkah majudengan sikap mengancam. la membenci Cui Sian yang dianggapnya hendak menjauhkan Swan Bu dari padanya.
Hebat penyerangan Yosiko dan Siu Bi, terdorong oleh kebencian hati mereka. Namun, makin kuat ia diserang, makin kuatlah pertahanan Cui Sian. Liong-cu-kiam di tangannya laksana halilintar menggulung-gulung dan gerak Ilmu Pedang Sian-li Kiam-sut dimainkan dengan indahnya seakan-akan ia menjadi seorang dewi yang menari-nari. Dengan gaya permainannya yang ampuh ini ia sama sekali tidak memberi kesempatan kepada senjata lawan untuk dapat mendekatinya. Betapapun juga, ketika Cui Sian menyaksikan gerakan pedai. Yosiko mainkan jurus-jurus yang serupa, yaitu jurus-jurus campuran dari Sian-li Kiam-sut, tergeraklah hatinya. Teringat ia akan penuturan Tan Hwat Ki, bahwa gadis ini adalah puteri Tan Loan Ki yang masih terhitung saudara misannya sendiri, masih sedarah!
Teringat ia akan penuturan orang tua-nya tentang paman tua (uwaknya) Tan Beng Kui, yaitu ayah Tan Loan Ki atau kakek gadis ini! Dengan bentakan keras ia menangkis, sehingga terpentallah pe-dang kedua orang lawapnya, kemudian ia meloncat mundur.
"Tahan dulu!"
"Mau bicara apa lagi?" bentak Yosiko.
"Yosiko, bukankah kau ini puteri enci Tan Loan Ki" Tahukah engkau bahwa aku masih bibimu sendiri" Dan kau, Siu Bi, kau sudah berjanji hendak menanti Swan Bu. Beginikah Koleksi Kang Zusi495
Jaka Lola Kho Ping Hoo kesetiaanmu kepadanya?"
"Bibi macam apa engkau ini! Aku tidak peduli, kau adalah musuh Kipas Hitam!" balas Yosiko.
"Tan Cui Sian, kaulah yang memisah-kan Swan Bu dari sampingku!" bantah Siu I Bi.
"Ah, dua bocah liar! Kalian jahat....."
"Cukup! Apa kau takut menghadapi kami?" ejek Yosiko.
"Hemmm, boleh ditambah sepuluh Orang lagi macam kalian aku takkan mundur. Aku hanya mengingat bahwa kau masih terhitung keponakanku, dan Siu Bi..... ah, aku ingat Swan Bu maka aku mau bicara!"
"Cerewet!" Yosiko membentak dan menerjang lagi, diikuti Siu Bi. Kembali mereka bertanding dengan seru. SemSn-tara itu, dengan tanda suitan Yosiko sudah mengundang anak buahnya sehingga tempat itu kini terkurung oleh kurang lebih lima puluh orang bajak! Namun mereka tidak ada yang turun tangan sebelum mendapat perintah pemimpin mereka.
"Yosiko! Slu Bi! .Mundur.....!!" Tiba-tiba berkelebat bayangan putih dan orang ini bukan lain adalah Yo Wan! Kagetlah kedua orang gadis itu ketika melihat munculnya Yo Wan.
"Kau?"
Yosiko berseru. "Kau..... membelanya?"
"Tentu saja! Yosiko, kenapa kau be-lum juga mau insyaf" Siu Bi, kenapa kau ikut-ikut?"
"Dia membawa pergi Swan Bu. Dia memisahkan kanu.....!" Siu Bi bingung menjawab. Gentar hatinya kalau harus menghadapi Yo Wan, apalagi kalau diingat bahwa Yo Wan yang telah menolong-nya sehingga ia tidak terbunuh dahulu oleh Lee Si dan Cui Sian.
Tiba-tiba dua orang pimpinan bajak dengan pedang di tangan menerjang Yo Wan. Serangan ini mendadak sekali, dilakukan dari belakang. Namun dengan gerakan ringan Yo Wan menggeser kaki, tanpa menengok tangannya bergerak ke belakang dan kakinya menendang. Akibat I gerakan ini, sebatang pedang terampas! dan dua orang pimpinan bajak itu terlempar oleh tamparan dan tendangannya!
Ributlah para . bajak. Seorang yang bercambang bauk dan bermata lebar me-lompat maju dengan golok besar di tangannya, diikuti anak buahnya!
"Bong-twako, jangan serang!" bentak Yosiko.
Koleksi Kang Zusi496
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Tapi....." bantah si cambang bauk.
"Tidak ada tapi, mundur semua!" ben-tak Yosiko yang segera memimpin anak buahnya pergi dari situ, diikuti oleh Siu Bi yang bSberapa kali memandang ragu ke arah Yo Wan.
Dalam waktu sebentar saja tempat itu telah menjadi sunyi kem-bali setelah Yosiko dan anak buahnya menghilang di balik pohon-pohon besar di hutan tepi pantai. Hanya tinggal Yo Wan dan Cui Sian berdua yang masih berdiri di situ.
"Bagus, akhirnya kita bertemu juga. Nah, kebetulan kau sudah mendapatkan pedang. Lihat seranganku!" Setelah ber-kata demikian, Cui Sian lalu menyerang Yo Wan dengan pedangnya!
Bukan main kagetnya hati Yo Wan. "Eh.....! Bagaimana ini.....?" la cepat mengelak ketika melihat betapa gadis itu tidak main-main, serangannya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan amat ber-bahaya.
"Tak perlu pura-pura kaget! Kau ber-sekutu dengan kepala Kipas Hitam?" kata Cui Sian marah. "Karena itu kau adalah musuh kann!" Kembali ia menyerang dengan gerakan kilat.
Kembali Yo Wan mengelak dan mengelebatkan pedang rampasannya untuk menangkis. la maklum bahwa pedang di tangan Cui Sian adalah sebuah pedang pusaka yang ampuh, sedangkan pedang yang di tangannya hanya-lah pedang biasa yang tajam. Sekali ber-adu tentu akan patah. Oleh karena itu, dia sengaja mengerahkan sinkangnya de-ngan tenaga lemas sehingga ketika ter-bentur, pedangnya hanya membalik dan tidak menjadi rusak. Hal ini bagi Yo Wan adalah merupakan hal yang amat mudah, dan memang di sini terletak kelihaiannya sehingga jangankan sebuah pedang baja, sedangkan sebatang pedang kayu merupakan senjata yang dapat meng-hadapi pusaka-pusaka ampuh jika berada di tangannya. Ketika kedua pedang ber-temu dan pedang di tangan Yo Wan ti-dak rusak, diam-diam Cui Sian kaget dan kagum sekali. Sebagai seorang ahli silat tinggi, ia pun dapat menduga bahwa pe-muda ini sudah mahir dalam memindahkan tenaga sakti ke dalam benda yang di-pegangnya. Hal ini membutuhkan Iweekang yang mendalam dan kiranya hanya orang-orang setingkat ayahnya atau Pendekar Buta saja yang manipu melakukan hal itu!
"Eh, nanti dulu...... Sian-moi (adik Sian)..... sejak kapan aku bersekutu dengan kepala Kipas Hitam?"
"Pembohong pandai berpura-pura..... laki-laki mata keranjang! Jai-hoa-cat (penjahat pemetik bunga)!" Cui Sian menusukkan pedangnya ke arah dada Yo Wan.
Yo Wan begitu kaget mendengar tuduhan ini sehingga dia meloncat ke atas, akan tetapi dia segera menangkis pedang Cui Sian, mengerahkan tenaga dan pedangnya berhasil menindas Koleksi Kang Zusi497
Jaka Lola Kho Ping Hoo pedang gadis itu ke bawah. Betapapun Cui Sian me-ngerahkan tenaga, ia tidak mampu meng-angkat pedangnya yang tertihdas itu!
"Wah, nanti dulu, Sian-moi! Apa arti-nya tuduhan .jai-hoa-cat dan mata keran-jang itu?" Yo Wan bertanya gugup.
"Hemmm, apa kau hendak menyangkal bahwa kau tinggal siang malam berdua saja dengan..... dengan..... ketua Kipas Hitam yang cantik itu?"
Yo Wan menarik napas panjang. Hal ini sudah dia khawatirkan. la melepaskan pedangnya dan berkata,
"Aahhh, kau salah duga, Moi-moi. Kaudengarlah penjelasanku, atau kalau kau tidak percaya lagi kepadaku, boleh kaugunakan pedangmu itu menusuk mam-pus padaku, aku takkan melawan lagi!"
Cui Sian meragu, memandang tajam, pedangnya tidak bergerak, ia menanti. Dengan tenang Yo Wan lalu menuturkan pengalamannya ketika dia mencari Swan Bu, betapa di terigah jalan dia melihat fan Hwat Ki dan sumoinya menyerang sarang Kipas Hitam, betapa dia menolong Tan Hwat Ki dan Bu Cui Kim, kemudian dia mengejar Yosiko dan terluka, lalu dirawat oleh gadis yang menjadi kepala Kipas Hitam itu.
"Memang kasihan gadis itu, semenjak kecil terdidik liar. Dia dan ibunya ber-anggapan bahwa pemuda yang dapat me-ngalahkan mereka adalah calon jodoh-nya.....," demikian Yo Wan menutup ceri-tanya sambil menarik napas panjang. "Akan tetapi aku tentu saja menolak-nya..... aku bukan mata keranjang atau jai-hoa-cat....."
Cui Sian tersenyunn mengejek, akan tetapi wajahnya sudah ditinggalkan kemuramannya.
"Siapa percaya kau akan menolak seorang gadis yang begitu cantik jelita?"
"Sian-moi.....!!"
"Sudahlah, percaya atau tidak, apa bedanya" Kau suka menjadi jodohnya atau tidak, sebetulnya aku pun tidak pe-duli. Bukan urusanku, kan?"
Hampir Yp Wan tertawa bergelak menyaksikan sikap ini. Tadi gadis ini-rnenyerangnya hebat, hampir membunuh-nya karena cemburu, akan tetapi sekarang setelah menerima penjelasan, mengatakan bahwa ia tidak peduli dan bukan urusan-nya! Memang aneh sekali watak perem-puan, pikirnya.
"Sian-moi....," Yo Wan memegang tangan Cui Sian, yang berkulit halus lunak dan yang tidak ditarik ketika dia-pegang, "kuharap kau tidak kehilangan kepercayaanmu kepadaku. Sian-moi, tahu-kah kau mengapa Yosiko tadi hendak mengeroyok dan membunuhmu" Karena Koleksi Kang Zusi498
Jaka Lola Kho Ping Hoo aku secara terus terang menolak usul perjodohannya dan mengatakan bahwe di dunia ini hanya seorang; gadis yang kucinta dan kuharapkan menjadi calon jodohku, yaitu gadis yang bernama Tan Cui Sian. Dia menjadi marah dan hendak, membunuhmu, bahkan ibunya juga marah| lalu pergi hendak menemui suhu agar| suka memaksaku. Akan tetapi ibunyaS tidak tahu akan pengakuanku tentang| kau, hanya mengira aku menolak begitu , saja. Sian-moi, apa pun yang terjadi, siapapun yang akan menggodaku, tak mungkin aku mengubah pendirian hatikuj yang sudah teguh bagaikan karang di[ pantai laut. Lihat, benda inilah yang menjadi saksi akan kesetiaanku kepadamu, Moi-moi!"
Cui Sian tidak mengangkat mukanya, yang sejak tadi menunduk, hanya mata-nya mengerling kepada benda yang di-keluarkan Yo Wan dari sakunya. Ternya-ta benda itu adalah sehelai saputangan, saputangannya yang ia berikan kepada pemuda itu ketika Yo Wan menghadapi lawan-lawan sakti, di antaranya Bhok Hwesio. Kepala itu makin menunduk.
"Sian-moi...... percayakah kau kepadaku kini?"
Cui Sian tidak menjawab dengan mulut, akan tetapi dua titik air mata yang terjatuh di tangan Yo Wan ketika kepala itu mengangguk perlahan merupakan jawaban yang cukup meyakinkan.
Sampai beberapa lama keduanya hanya berdiri saling berpegang tangan, tidak ada suara keluar dari mulut mereka, namun hati masing-masing dipenuhi kebahagiaan. Akhirnya, setelah agak terlambat karena selalu menolak para pemuda yang merayunya, Cui Sian mendapatkan juga jodohnya.
Akhirnya Cui Sian juga yang memecahkan kesunyian karena terdorong rasa sungkan dan malu di samping rasa bahagianya. la menarik tangannya, mengangkat muka dan sepasang mata bintang bersinar-sinar menentang wajah Yo Wan, bibirnya tersenyum. Yo Wan meiribalas dengan pandang mata mesra dan tersenyum pula senyum dan sinar mata itu cukup mewakili hati, menyampaikan seribu satu macam bahasa yang penuh madu asmara.
"Ah, kita melamun sampai melupakan urusan!" kata Cui Sian, wajahnya men-jadi merah sampai ke telinganya. la me-masukkan pedangnya dan berkata, "Hati-ku masih bingung memikirkan keadaan Swan Bu dan Siu Bi si gadis liar itu. Aku berjumpa dengan mereka sedang berdua, dan agaknya Swan Bu merasa berat untuk berpisah dari Siu Bi. Pada-hal ayah bundanya tentu saja mengharap-kan agar Swan Bu dapat mencuci segala kesalahfahaman dan noda akibat fitnah jahat dengan jalan mengawini Lee Si....."
Yo Wan mengangguk-angguk dan me-narik napas panjang. "Kita tidak mungkin dapat menyalahkan Swan Bu. Moi-moi, kalau hati sudah menyerah kepada kasih, apalagi yang dapat menjadi halangan" Banyak sudah contoh-contohnya kita dapat petik daripada cerita lama. Tentu kau tahu akan riwayat ayahmu sendiri yang diombang-ambingkan oleh asmara, Koleksi Kang Zusi499
Jaka Lola Kho Ping Hoo ke-mudian riwayat suhu yang juga menjadi korban kasih tak sampai. Dan aku mak-lum benar bahwa pada dasarnya, gadis-gadis seperti Siu Bi dan Yosiko bukanlah jahat. Hanya karena mereka sejak kecil terdidik dalam suasana yang kasar dan liar, mereka menjadi orang yang ber-watak liar dan keras. Soal Swan Bu dan Siu Bi, biarlah kita urus perlahan-lahan dan kita bicarakan bersama dengan orang-orang tua bagaimana baiknya."
Cui Sian mengangguk-angguk. Dia sendiri sedang diamuk cinta, tentu saja ia dapat merasakan keadaan Siu Bi sehingga rasa bencinya berkurang.
"Akan tetapi bagaimana tentang Yo-siko" Biarpun dia itu masih keponakanku sendiri, bagaimana aku bisa membenarkan-nya kalau dia menjadi ketua gerombolan bajak laut"
Apakah kita harus mendiam-kannya saja" Kurasa hal ini amat tidak sejalari dengan sikap yang harus diambil orang gagah menghadapi kejahatan. Biarpun keluarga sendiri, kalau jahat, harus ditentang!"
Yo Wan memandang kekasihnya de-ngan bangga. "Kau seorang pendekar wanita sejati, Moi-moi. Memang seharus-nya demikianlah. Akan tetapi, sebelum mengambil jalan kekerasan, marilah kita mencari jalan yang lebih halus dan agaknya aku melihat jalan yang baik sekali' untuk mengatasi hal ini. Kalau kita bisa mengaturnya....." la lalu bercerita tentang pertemuan dan pertandingan antara Bun Hui dan Yosiko, menyatakan dugaannya bahwa Bun Hui tertarik dan suka kepada ketua Kipas Hitam yang cantik itu.
Sambil berjalan perlahan kembali ke perkemahan bersama Yo Wan, Cui Sian mendengarkan cerita kekasihnya. Per-temuan antara Yo Wan dan orang-orang gagah di situ amatlah menggembirakan, terutama Swan Bu dan Tan Hwat Ki. Mereka bercakap-cakap sampai jauh ma-lam, akan tetapi tidak sepatah kata pun Yo Wan atau Cui Sian bicara tentang diri Siu Bi.
"Apakah kalian tidak percaya lagi kepadaku?" terdengar Yosiko membentak marah dan meloncat turun dari atas batu yang tadi ia duduki. Di depannya, puluh-lanorang bajak yang dipimpin oleh empat orang laki-laki tampak bersungut-sungut.
Empat orang ini adalah empat orang kepala bajak yang kini menggabungkan diri dengan Kipas Hitam untuk bersama-sama menghadapi dan melawan pasukan kota raja yang dipimpin Bun Hui dan te-inan-temannya. Orang pertama adalah si cambang bauk yang bernama Bong Ji Kiu yang berjuluk Kim-bwee-liong (Naga Berekor Emas). Mungkin julukanini diadapat-kan karena dia bersenjatakan sebatang golok besar yang bergagang emas, golok yang terukir dengan gambar naga dan ekornya tiba di gagang yang terbuat daripada emas. la tadinya seorang kepala bajak Sungai Kuning dan terkenal akan kelihaian dan kekejamannya.
Tiga orang yang lain adalah kepala-kepala bajak laut yang selama ini meng-ganas di pantai selatan. Seorang di an-tara mereka, yang kurus pucat adalah adik kandung Bong Ji Kiu Koleksi Kang Zusi500
Jaka Lola Kho Ping Hoo bernama Bong Kwan, sedangkan yang dua lagi adalah teman-teman yang sudah mengangkat saudara. Mereka ini juga bukan orang-orang lemah. Kalau Bong Kwan, seperti kakaknya, pandai pula bermain golok, adalah dua orang temannya yangbernama Tio Khong dan Yauw Leng merupakan ahli-ahli bermain pedang.
Empat orang pimpinan bajak itu, kini menghadapi Yosiko yang kelihatan marah-marah.
Mula-mula adalah Bhong Ji Kiu sij cambang bauk yang menyatakan tidakl puasnya terhadap pimpinan ini karena Yosiko melarang Bong Ji Kiu dan anak buahnya mengeroyok Yo Wan dan Cui Sian.
"Mengapa Pangcu (Ketua) kelihatan memihak musuh" Terang bahwa mereka adalah sahabat-sahabat pimpinan pasukan musuh, kenapa tidak menangkap atau membunuh mereka?" Bong Ji Kiu yang mewakili tiga orang temannya dan juga puluhan orang anak buahnya mengajukan tuntutan ini dengan suara menantang, sehingga Yosiko menjadi marah dan mem-bentak apakah mereka tidak percaya lagi kepadanya.
"Kalau tidak percaya lagi kepada Pangcu, kiranya kita tidak akan berkumpul di sini," jawab Bhong Ji Kiu. "Sayang toanio (nyonya besar) tidak berada di Ssini, kalau ada tentu dapat kami mintai pertimbangan. Hendaknya Pangcu ingat bahwa anak buah Pangcu kini tinggal sedikit, sudah banyak yang tewas, tinggal dua puluh orang lebih saja. Apakah Pangcu tidak merasa sakit hati" Jika tidak ada kami yang membantu dengan orang-orang kami yang semua mendekati seratus orang jumlahnya, bagaimana kita dapat melawan pasukan pemerintah?"
"Hemmm, Bong-twako! Apa perlunya kau bersikap mengancam" Habis, apa yang kalian kehendaki" Apa yang kalian ingin lakukan?" "
"Kami hanya menghendaki supaya Pangcu sungguh-sungguh berdaya upaya untuk menghancurkan mereka, bukan melindungi mereka. Buktikan bahwa Pang-cu tidak miring hatinya terhadap pimpin-an pasukan pemerintah atau kalau tidak demikian, kami terpaksa akan meninggalkan Pangcu dan tidak mau lagi bekerja sama menghadapi musuh."
"Boleh! Kalian boleh tinggalkan aku, aku masih mempunyai anak buah yang setia!" bentak Yosiko marah.
Tiba-tiba Kamatari, jagoan Kipas Hitam, bangsa Jepang yang terkenal dengan samurai Cakar Naga, maju dan memberi hormat kepada Yosiko, sikapnya tenang dan tegas, kata-katanya nyaring.
"Pangcu, terus terang saja kami me-lihat gejala-gejala tidak baik terhadap diri Pangcu.
Agaknya Pangcu memilih musuh menjadi sahabat, bahkan Pangeu hendak memilih jodoh dari golongan mu-suh. Hal ini mengecewakan hati kanu dan kami membenarkan ucapan Bong-twako bahkan kami pun akan berfihak kepadanya kalau terjadi perpecahan."
Koleksi Kang Zusi501
Jaka Lola Kho Ping Hoo Pucatlah wajah Yosiko. Baru kali ini semenjak ia kecil, anak buahnya beranij mencelanya.
Kalau tidak ingat akan jasa-jasa Kamatari, tentu ia sudah turun ta-ngan membunuhnya di saat itu juga. Melihat keadaan Yosiko ini, Siu Bi maju menghampiri dan berkata perlahan,
"Sudahlah, Yosiko, biarkan mereka itu semua pergi. Apa sih enaknya menjadi kepala bajak?"
Ucapan ini membuat para bajak men-jadi marah. Mereka sudah berdiri dan slkap mereka mengancam, seakan-akan mereka siap untuk mengeroyok dua orang nona cantik itu.
Melihat gelagat tidak baik ini, Yosiko lalu mengangkat tahgan-nya dan berkata nyaring,
"Baiklah, kalian orang-orang tiada guna! Kalian berani menghinaku, berani mengira bahwa Yosiko memihak musuh" Biar kubuktikan bahwa aku tidak takut terhadap musuh. Kamatari, kausampaikan surat tantanganku kepada panglima pasu-kan musuh. Biar kutantang dia maju dan bertanding satu lawan satu denganku, sampai dia atau aku yang mampus. Selama dia bertanding denganku, karena tidak ada pimpinan, tentu pasukannya juga lengah.
Nah, pada saat itu boleh Bong-twako memimpin orang-orangnya mengadakan serbuan besar-besaran. Bagaimana?"
Wajah orang-orang di situ menegang. Kamatari yang diam-diam menaruh rasa sayang kepada Yosiko berkata, "Tapi..... tapi..... bukankah itu berbahaya sekali" Pemimpin mereka, panglima muda itu, kabarnya lihai bukan main."
"Siapa takut dia" Lakukah perintah-ku, habis perkara!" Yosiko lalu menyuruh anak buahnya menyediakan alat tulis, ke-mudian dengan huruf-huruf tebal ia me-nulis surat tantangan yang ditujukan ke-pada "Panglima muda she Bun" dari Tai-goan! Panglima muda itu ditantang untuk mengadakan "duel" di tepi laut untuk menentukan siapa lebih unggul antara pemimpin bajak laut dan pemimpin pasukan kota raja.
Malam hari yang gelap gulita itu menyembunyikan gerak-gerik Kamatari yang menancapkan surat tantangan itu dengan sebatang anak panah di batang pohon besar yang tumbuh di luar per-kemahan pasukan pemerintah. Keesokan harinya, ributlah para pasukan pemerintah ketika melihat surat ini dan cepat-cepat mereka menyampaikan kepada Bun Hui.
Bukan main bingungnya hati panglima niuda ini ketika membaca surat tantangan Yosiko. la ingin mencari jalan damai dengan gadis kepala bajak yang telah merebut hatinya itu, siapa kira si gadis malah menantangnya untuk melakukan pertandingan secai'a terbuka! la maklum bahwa gadis itu kepandaiannya tinggi, dan bahwa belum tentu dia dapat menang.
Hal ini bukan merupakan hal yang mengecilkan hatinya, akan tetapi dengan adanya surat tantangan ini, habislah jalan untuk dapat mengadakan perdamaian, untuk dapat menginsyafkan Yosiko.
Kalau surat tantangan macam itu tidak dia terima, tentu dia akan menjadi bahan ejekan orang. Kalau dia terima dan mereka bertanding, tentu seorang diantara mereka akan tewas!
Koleksi Kang Zusi502
Jaka Lola Kho Ping Hoo Selagi Bun Hui kebingungan dan ter-menung di dalam kamarnya, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk orang dan ter-nyata orang ini adalah Yo Wan. Bun Hui cepat mempersilakan pendekar ini de-ngan ramah.
"Saudara Bun, niengapa bingung me-inikirkan pertandingan melawan Yosiko?" tpgu" Yp Wan sambil tersenyum. Muka Bun Hui menjadi merah ketika dia men-jawab dengan pertanyaan pula.
"Yo-twako bagaimana tahu bahwa aku bingung memikirkan pertandingan itu?"
"Ah, aku tahu semua, saudara Bun. Jangan khawatir, aku mendapat akal agar kau dapat mengalahkan Yosiko dengan mudah seperti yang terjadi kemarin dulu."
Sejenak Bun Hui melongo, kemudian dte tersenyum maklurn dan meloncat dari tempat duduknya, memegang tangan Yo Wan. "Wah, kiranya kau yang telah mem-bantuku, Yo-twako" Ah, pantas saja be-gitu mudah aku mendapat kemenangan! Mengapa kaulakukan itu, Yo-twako?"
"Bun-lote, ada sebabnya mengapa aku membantumu. Seperti juga engkau, aku merasa sayang melihat Yosiko dan tidak ingin melihat dia tersesat lebih jauh. Dia sebetulnya adalah seorang gadis baik, ke-turunan keluarga Raja Pedang, berdarah pendekar. Sayang dia terdidik dalam ling-kungan liar. Oleh karena itu, aku akan merasa girang sekali kalau kau berhasil menundukkan dia, Bun-lote, membujuknya kembali ke jalan benar dan membubarkan anak buahnya. Kauhadapilah dia dan kau akan menang!"
"Tapi..... aku belum yakiri bahwa aku akan bisa menang, Yo-twako. Ilmu pe-dangnya hebat dan karenanya aku tahu bahwa yang menjatuhkannya kemarin dulu bukanlah aku. Tanpa bantuanmu, belum tentu aku menang, atau andaikata dapat mencapai kemenangan juga, kiranya harus inelalui pertandingan mati-matian dan seorang di antara kami harus tewas di ujung pedang!" Keperihan hati Bun Hui terbayang pada wajahnya yang tampan dan diam-diam Yo Wan merasa geli. Cinta kasih memang tidak memilih bulu, tidak memandang pangkat, kedudukan, atau pun keadaan orang yang dicinta. Melihat kedudukannya, semestinya Bun Hui menganggap Yosiko sebagai musuh besar yang harus dibasminya, akan tetapi bahkan rintangan berat ini dapat dilalui dengan mudah oleh cinta kasih.
"Bun-lote, kau cinta kepada Yosiko, bukan?"
Ditanya begini langsung Bun Hui rasa seakan-akan diserang tusukan pedang yang langsung menembus jantungnya. Wa-jahnya menjadi merah sampai ke telinga-nya, dan dengan gagap dia menjawab, "Aku..... aku tertarik kepadanya....."
Koleksi Kang Zusi503
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Kau cinta padanya?"
"Aku..... aku suka....."
"..... dan cinta padanya?" Akhirnya Bun Hui mengangguk. "Nah, karena itu kau harus menang-kan dia, Lote. Yosiko seorang gadis yang cukup pantas dilindungi. la memang berwatak aneh dan akan tunduk jika kau dapat memenangkannya. Karena itu, kau harus menang."
"Bagaimana caranya" Aku belum tentu dapat....."
"Waktu yang ia tentukan untuk bertanding masih tiga hari lagi. Biarlah aku menurunkan beberapa jurus ilmu pukulan pedang kepadamu. Aku sudah hafal akan ilmu pedang Yosiko, pernah aku bertan-ding melawan dia dan aku tahu di mana letak kelemahan-kelemahannya.
Memang dia pandai, ilmu pedangnya adalah Sian-li Kiam-sut yang sudah tercampur ilmu lain, juga ia pandai Ilmu Langkah Hui-thian-jip-te. Akan tetapi dengan ilmu pedangmu Kun-lun Kiam-sut, kau tentu dapat menghadapnya dan mempertahankan diri. Jika kau melihat kesempatan baik, nah, kaugunakan jurus-jurus yang kuajarkan, tentu ia akan roboh. Kau perlihatkan baik-baik, Lote. Kalau kau melihat dia berada dalam kedudukan langkah seperti ini, nah, kau lalu pergunakan jurus ini sebagai paneingan, dan tentu dia akan bergerak begini, maka kau cepat-cepat menekan pedangnya dan me-nyapu kaklnya dengan jurus ini." Sambil bicara Yo Wah memberi contoh gerakan yang diperhatikan baik-baik oleh Bun Hui.
Yo Wariitienurunkan lima jurus serangan, disesuaikan dengan keadaan atau posisi yang akan dilakukan Yosiko. Dengan tekun Bun Hui mempelajarinye selama tiga hari sehingga dia hafal betul.
"Kau pasti akan berhasil, Bun-lote. 5 Andaikata tidak, percayalah, aku takkan berada jauh dan akan ncienggunakan akal lain. Kalau dia sudah mengaku kalah, kaubujuk dia supaya membubarkan anak buahnya dan mengusir mereka dari wilayah ini, kemudian kauajak dia pergi ke Thai-goari menghadap ayahmu untuk kaumintakan ampun. Tentang bagaimana kau membujuk ayahmu supaya mengambilnya sebagai mantu, terserah....." Yo Wan tertawa melihat Bun Hui menjadi merah mukanya.
"Terima kasih, Yo-twako. Baru satu kali aku b.ertemu denganmu, akan tetapi kau sudah begini baik kepadaku....."
"Bukan satu kali, Bun-lote. Pernah aku mengunjungi gedung ayahmu beberapa bulan yang lalu, mengunjungi tempat tahanan untuk membebaskan adik Siu Bi.
"Ahhh.....!" Bun Hui berseru kagum. "Kiranya kau yang melakukan halitu, Yo-twako" Kau Koleksi Kang Zusi504
Jaka Lola Kho Ping Hoo benar-benar lihai! Akan te-tapi..... mengapa kau menolong nona Siu Bi?" Bun Hui mengerutkan kening lalu menyambung, "Kau adalah murid Pende-kar Buta, sedangkan nona Siu Bi bermak-sud membalas dendam kepada Pendekar Buta sekeluarga, bahkan kini berhasil inembuntungi lengan Swan Bu."
Yo Wan meriarik napas panjang. "Dia hidup sebatangkara, seperti aku, patut dikasihani.
Tentang dendam dan balas membalas itu, ahhh...... bukan salah Siu Bi. la hanya menjadi korbah pendidikan keliru,seperti..... Yosiko. Kasihan Siu Bi, dan kasihan Swan Bu....."
Bun Hui mengerti apa yang dimaksud-kan Yo Wan, maka keduanya berdiam sejenak, tenggelam dalam keharuan hati masing-masing. Kemudian Bun Hui kem-bali berlatih jurus-jurus yang dia terima dari Yo Wan sampai Yo Wan merasa puas karena gerakan Bun Hui sudah boleh dibilang cukup memenuhi syarat.
Saat pertandingan antara pimpinan bajak dan pimpinan pasukan pemerintah tiba, seperti yang diajukan dalam surat tantangan Yosiko. Tempatnya di tepi laut, di mana tiga hari yang lalu Bun Hui sudah mengadu ilmu melawan Yosiko.
Pagi hari itu, Bun Hui dengan di-temani Tan Hwat Ki, Kwa Swan Bu, Tan Cui Sian, dan Bu Cui Kim, mendatangi tempat itu dengan langkah kaki tenang. Tentu saja Bun Hui besar dan tabah karena di sebelahnya berjalan empat orang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi, sehingga andaikata terjadi penge-royokan, dia tidak usah merasa khawatir. Sesungguhnya, andaikata para bajak laut itu melakukan pertempuran secara ter-buka, dia dengan bantuan empat orang muda perkasa ini, apalagi ditambah de-ngan Yo Wan sudah cukup untuk mem-basmi para bajak laut. Akan tetapi cela-kanya, para bajak laut itu tidak pernah meiakukan pertempuran terbuka, melain-kan melakukan penyerangan tiba-tiba dan di waktu malam secara diam-diam dart curang! Ini yang menyebabkan sukarnya usaha pembasmian para bajak itu.
Di lain fihak, Yosiko sudah muncul pula dengan pakaian serba putih yang ringkas, sikapnya gagah dan wajahnya cantik sekali, membuat jantung Bun Hui makin berdebar kencang, seakan-akan dia merasa bahwa pertemuaririya dengan Yo-siko ini bukan pertemuan untuk bertan-ding, melainkan pertemuan sebagai pe-ngantin! Yosiko diiringkan oleh empat orang pula, yaitu empat orang kepala bajak, sedangkan belasan orang anggauta bajak pilihan kelihatan agak jauh di bela-kang, merupakan pasukan pengawal.
Swan Bu sudah mendengar bahwa Siu Bi berada bersama Yosiko, kini tidak melihat kekasihnya itu muncul bersama Yosiko, dia tidak dapat menahan kesabar-an hatinya lagi lalu melangkah maju dan bertanya,
"Kaukah pangcu dari Hek-san-pang"
Aku mendengar bahwa Siu Bi bersamamu. Di mana kau menahan dia" Lekas bebas-kan dia Koleksi Kang Zusi505
Jaka Lola Kho Ping Hoo dan jangan bawa-bawa dia dalam kejahatanmu!"
Yosiko hanya memandang tajam dan sebelum ia sempat menjawab, dari se-belah kirinya, terdengar Bong Kwan si kepala baJak pucat kurus membentak marah, agaknya menunjukkan wibawa.
"Bocah buntung mengapa banyak nr?u-lut" Tutup mulutmu, atau aku akan membuntungi lenganmu yang sebelah lagi!"
Penghinaan yang tak tersangka-sangka ini membuat Yosiko dan fihak Bun Hui terkejut sekali sehingga mereka tak da-pat berkata-kata.
Swan Bu dengan muka tenang seperti biasa, akan tetapi sepasang matanya memancarkan api, bertanya,
"Kau siapakah, orang gagah?"
Bong Kwan yang pucat kurus membusungkan dada, karena ucapan Swan Bu yang merendah itu dia anggap sebagai tanda gentar terhadap dirinya. "Aku Bhong Kwan berjuluk Si Ular Terbang!"
"Dengan apa kau hendak membuntungi lenganku yang sebelah ini?" Swan Bu bertanya lagi, wajahnya masih tenang seperti biasa, hanya suaranya agak ge-metar, tanda bahwa dia menahan ke-inarahan yang meluap-luap.
"Dengan apa" Hah, dengan golokku ini!" kembali Bong Kwan menyombong sambil mencabut goloknya.
Inilah agaknya yang dikehendaki Swan Bu. Terdengar ucapannya, "Bersiaplah!" dan tubuhnya berkelebat lenyap, yang tampak hanya gulungan sinar pedang ber-kelebat hagaikan halilintar menyambar ke depan, ke arah Bong Kwan.
Kejadian ini begitu cepatnya sehingga tidak ada yang dapat mencegah. Bong Kwan sendiri segera menggerakkan golok-nya membacok sinar berkeredepan yang menyambarnya itu.
Terdengar bunyi 'Tranggg!" diiringi pekik kesakitan dan ketika semua orang memandang, ternyata Swan Bu sudah melesat kembali dan berdiri seperti biasa, pedangnya masih tergantung di dalam sarung pedang, wa-jahnya biasa seperti tadi. Akan tetapi di fihak sana, Bong Kwan berkelojotan dan mengerang-erang kesakitan, golok berikut lengan kanannya telah terbabat buntung!
Kejadian ini terjadi amat cepatnya sehingga semua orang melongo dan kaget. Pasukan bajak laut lalu berlarian datang, dan atas perintah Bong Ji Kiu si cambang bauk yang raarah sekali Koleksi Kang Zusi506
Jaka Lola Kho Ping Hoo melihat adiknya menjadi buntung, mereka meng-gotong pergi Bong Kwan dari tempat itu.
Diam-diam Yosiko kagum bukan niain. Ilmu pedang si pemuda buntung kekasih Siu Bi itu hebat bukan main, membuat ia merasa gentar juga. Dia sendiri merasa yakin bahwa dia bukanlah lawan pemuda buntung putera Pendekar Buta yang luar biasa itu, dan bergidiklah ia kalau meng-ingat betapa Bun Hui didampingi orang-orang yang begitu lihai. Alangkah banyak-nya orang lihai di dunia ini dan ia ter-ingat akan ucapan Yo Wan betapa kelirunya kalau ia memilih jodoh orang yang teriihai kepandaiannya. Di dunia ini kira-nya sukar dicari orang yang paling pan-dai, karena tentu ada saja yang melebihinya.
"Ah, tidak keliru Siu Bi memilih!" Ucapan ini tak terasa keluar dari mulut Yosiko. "Kau putera Pendekar Buta yang bernama Swan Bu" Jangan khawatir, Siu Bi tidak ditahan, ia tidak ikut muncul karena takut kepada dia ini!" la menu-dingkan telunjuknya ke arah Cui Sian sambil mengerling nakal. "Dia galak benar sih! Akan tetapi Siu Bi titlp pesan bahwa dia selalu menantimu dengan setia."
Wajah Swan Bu berseri mendengar ini, akan tetapi dia hanya mengangguk, merasa agak malu untuk menjawab.
"He, Bun-ciangkun, kau datang ber-sama begini banyak orang lihai, apakah kau roerasa jerih terhadap aku dan hen-dak mengandalkan pengeroyokan mereka ini untuk mengalahkan aku?"
"Ihhh, sombongnya!" Cui Sian mem-bentak. "Aku sendiri pun cukup untuk membereskan orang seperti kau ini, masa harus mengeroyok?"
Yosikp tersenyum kepadanya. "Aku bicara dengan Bun-ciangkun, siapa minta kau turut campur" Eh, Bun-ciangkun, bagaimana jawabmu?"
"Mereka hanya menemaniku sebagai saksi," jawab Bun Hui. "Kulihat kau juga nnembawa teman, apa bedanya?"
"Kalau begitu biar kita suruh mereka menyingkir mundur yang jauh. Aku hanya ingin bicara dan bertanding denganmu, yang lain-lain tak boleh mencampuri!"
Tanpa diminta Cui Sian lalu mengajak Swan Bu, Hwat Ki, dan Cui Kim untuk mengundurkan diri dan berdiri dari jauh, hanya untuk menjaga kalau-kalau musuh niieropergunakan tipu curang. Dari tempat mereka berdiri, mereka hanya dapat melihat, akan tetapi tidak dapat men-dengar kata-kata mereka berdua. Juga Bong Ji Kiu dan dua orang temannya lalu mengundurkan diri di tempat pasukan anak buah mereka, juga cukup jauh dari tempat pertandingan.
"Nah, sekarang kita hanya berdua.-Bebas untuk bicara. Nona Yosiko,sebetulnya apakah Koleksi Kang Zusi507
Jaka Lola Kho Ping Hoo maksudmu mengadakan tantangan seperti ini" Sudah kukatakan da-hulu bahwa aku tidak ingin bermusuhan denganmu, malah ingin menawarkan perdamaian."
"Hemmm, pertandingan antara kita tempo hari belum selesai. Sekarang kita selesaikan dengan perjanjian, kalau kau kalah, kau harus menarik pulang pasu-kanmu dan jangan mengganggu kami lagi."
"Kalau kau yang kalah?"
"Kalau aku yang kalah, aku tetap memegang janjiku lima hari yang lalu, aku menyerah dan menurut segala ke-hendakmu."
"Nona...., betulkah itu" Kaii takkan melanggar Janji?"
"Janji lebih berharga daripada nyawa."
Gemetar suara Bun Hui ketika dia berkata, "Nona, kalau Thian mengabulkan dan aku berhasil nienangkan engkau, aku hanya rninta agar kau membubarkan semua bajak, melarang mereka melakukan perbuatan jahat lagi, kemudian kau ikut bersamaku ke Thai-goan, kuhadapkan ayah, kumintakan ampun..... bagaimana, setujukah engkau?"
Yosiko mengangguk. "Aku sudah ber-janji, dan aku menurut segala kehendakmu."
"Bagus! Mari kita mulai, mudah-mudahan aku akan menang," kata Bun Hui gembira. Mereka mencabut pedang masing-masing dan memasang kuda-kuda.
"Akan tetapi kau harus memperguna-kan ilmu pedang, jangan menggunakan ilinu sihir seperti dahulu," kata Yosiko sebelum mulai.
Bun Hui tersenyum. Yahg disangka llmu sihir itu tentulah bantuan Yo Wan secara diam-diam. "Tidak, aku hanya akan menggunakan ilmu silatku, akan tetapi kau pun harap jangan menggunakan senjata gelap dan segala racun."
"Baiklah, mulailah!"
Bun Hui menggerakkan pedangnya menyerang dan beberapa menit kemudian mereka sudah saling terjang dengan hebat dan seru. Sebetuljiya hanya Yosiko yang terus-menerus melakukan penyerang-an, karena mentaati pesan Yo Wan, Bun Hui tidak mau menyerang, hanya me-lindungi tubuhnya dengan Ilmu Pedang Kun-lun Kiam-sut yang amat kuat. Pedangnya membentuk benteng baja yang sukar ditembus sehingga makin penasaran-lah hati Yosiko. Namun, biarpun hanya mempertahankan diri, Bun Hui selalu mengincar kedudukan kaki Yosiko untuk menanti kesempatan seperti yang diajarkan oleh Yo Wan.
Koleksi Kang Zusi508
Jaka Lola Kho Ping Hoo Kesempatan pertama terbuka ketika Yosiko menyerangnya dengan mengenn-bangkan lengan kiri dan menusukkan pedang ke dadanya. Kedudukan kaki dan posisi badan gadis itu persis seperti yang diajarkan Yo Wan kepadanya. Cepat dia miringkan tubuh ke kiri seperti diajarkan Yo Wan, kemudian pedangnya berkelebat menyabet lengan kiri gadis yang dikembangkan itu dengan cepat sekali.
Kagetlah Yosiko menghadapi serangan balasan ini. Lengan kirinya terancam bahaya dan serangan balasan yang tiba-tiba ini sama sekali tidak pernah iasang-ka karena justeru kelemahan kedudukan-nya adalah pada lengan kiri itu. Tepat seperti diperhitungkan dan diajarkan Yo Wan kepada Bun Hui, gadis itu menarik lengan kirinya dan melangkah mundur setindak dengan kaki kiri pula. Bun Hui niempergunakan kesempatan itu untuk mencengkeram dengan tangan kirinya ke arah pedang 'si gadis sambil berseru, "Lepaskan pedang!"
Kembali Yosiko terkejut sekali dan cepat ia menarik gagang pedangnyasam-bil menggoyang pergelangan tangan untuk menangkis cengkeraman itu dengan mata pedang. Akan tetapi ternyata cengke-raman itu hanya gertakan belaka karena tahu-tahu yang, betul-betul menyerang adalah pedang di tangan kanan Bun Hui. Pedang itu berkelebat dan..... putuslah sabuk sutera yang mengikat pinggang Yosiko, putus kedua ujungnya yang berkibar-kibar!
"Ihhh.....!!" Yosiko meloncat lagi air mukanya menjadi merah sekali.
"Maaf...... tidak sengaja....." kata Bun Hui sambil tersenyum.
"Aku belum kalah!" kata Yosiko menutupi rasa malunya dan pedangnya ber-kelebat lagi melakukan serangan yang lebih hebat. Bun Hui yang sudah siap cepat memutar pedangnya melindungi tubuhnya dan kembali mereka bertanding dengan seru. Pedang mereka berkali-kali bertemu mengakibatkan bunyi nyaring dan percikan bunga api.
Kesempatan ke dua tiba ketika Bun Hui melihat posisi menyerang lawannya dengantubuh miring. Cepat ia "memasuki" lowongan dengan memukulkan tangan kirinya ke arah pundak sambil menangkis pedang Yosiko. Tepat seperti yang di-ajarkan Yo Wan. Yosiko mengelak sambil menusukkan pedangnya dari samping. Cepat bagaikan kilat karena sudah menduga akan perubahan atau perkembangan kaki Yosiko, Bun Hui menekan pedang lawan ke bawah dan selagi gadis itu, mengerahkan tenaga untuk menarik pedangnya, kaki Bun Hui menyapv dan...., terjungkallah Yosiko! Namun gadis itu dapat cepat nielompat berdiri dan memandang dengan mata terbelalak. la terheran-heran karena seakan-akan pe-muda itu mengenal baik jurus-jurusnya dan tahu pula akan perubahannya, kalau tidak demikian bagaimana dapat tahu bahwa pada saat itu kelemahannya ter-letak pada kedudukan kakinya sehingga dapat melakukan penyerangan yang begitu tepat"
Koleksi Kang Zusi509
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Maaf.....!" untuk kedua kalinya Bun Hui berkata perlahan.
"Aku tetap belum mengaku kalah!" kata pula Yosiko yang merasa penasaran dan cepat menerjang lagi. Diam-diam Bun Hui menarik napas panjang. Tepat, betul penafsiran Yo Wan tentang gadis ihi. Keras dan liar wataknya, namun gerak-geriknya benar-benar telah mencengkeram hati Bun Hui.
la telah melakukan pesan Yo Wan dengan baik. Menurut petunjuk Yo Wan, dia tidak boleh sekaligus merobohkan gadis ini, karena hal itu akan melukai harga dirinya. Maka setelah dua kali memperlihatkan keunggulannya, baru Bun Hui menanti kesempatan baik untuk mengalahkannya. Kesempatan itu tiba se-telah Ycisiko mulai mengeluarkan jurus-jufusnya yang paling ampuh. Memang sudah diperhitungkan oleh Yo Wan bahwa setelah dua kali berturut-turut menderita kekalahan, pasti Yosiko yang keras hati itu akan mengeluarkan jurus-jurus yang paling hebat dan oleh karena inilah untuk menjatuhkan Yosiko, dia sengaja mengajar Bun Hui untuk menghadapi jurus yang paling berbahaya. Pada saat Yosiko menerjang dengan bacokan pedang ke arah leher diteruskan sabetan ke ba-wah mengarah pinggang dibarengi dengan dorongan-dorongan tangan kiri yang me-ngartdung hawa pukulan jarak jauh, terbukalah kesempatan ke tiga itu bagi Bun Hui.
Tepat seperti ajaran Yo Wan yang sudah dilatihnya baik-baik, karena tahu bahwa pedang lawan yang rnembacok leher itu akan terus menyabet pinggang, otomatis pedang Bun Hui menjaga leher dan pinggang sehingga dua serangan itu otomatis gagal. Adapun gukulan atau dorongan tangan kiri Yosiko itu oleh Bun Hui sengaja diterima dengan pundak kanannya. Girang sekali hati Yosiko karena ia melihat bahwa ia bakal menang, karena sekali pukulannya mengenai pundak, tak dapat tidak pemuda itu tentu akan roboh, sedikitnya terhuyung-huyung se-hingga memudahkan dia untuk mendesak terus.
Akan tetapi alangkah kagetnya ketika pada saat pukulannya mampir ke pundak, tangan kiri Bun Hui dengan kecepatan luar biasa telah menotok bawah siku kanannya, membuat lengan kanannya setengah lumpuh dan sebelum ia dapat mencegahnya, tangan kiri pemuda itu sudah berhasil merampas pedangnya dari tangan kanan yang setengah lumpuh itu. Memang betul pukulan kirinya tepat mengenai pundak Bun Hui dan membuat pemuda itu terhuyung ke belakang dengan muka pucat, akan tetapi pedangnya telah berada di tangan kiri pemuda itu. Hal ini berarti ia kalah mutlak!
Dengan pandang mata penuh kekaguman Yosiko berdiri memandang Bun Hui. Tak mungkin ia melawan terus setelah pedangnya terampas. Jelas bahwa pemuda ini lebih lihai dari padanya!
"Kau lihai sekali, Nona. Pundakku terluka oleh pukulanmu!" kata Bun Hui merendah sambil mengangsurkan pedang rampasannya kepada Yosiko.
"Tidak, aku telah kalah dan aku mengaku kalah. Tak dapat aku menerima kembali Koleksi Kang Zusi510
Jaka Lola Kho Ping Hoo pedangku. Aku sudah berjanji dan biarkan aku kembali untuk membubarkan mereka, besok baru aku akan datang kepadamu dan selanjutnya terserah."
Saking girangnya Bun Hui tak dapat berkata-kata, hanya memandang dengan sinar mata penuh kebahagiaan dan dia hanya dapat menjura ketika nona itu mengundurkan diri. Dari tempat dia berdiri, dia melihat Yosiko memberi tanda dengan tangan kepada anak buahnya dan mereka lalu menghilang di balik semak-semak di hutan.
Cui Sian dan yang lain-lain segera lari menghampiri.
"Selamat, saudara Bun Hui, kau telah menang!" kata Tan Hwat Ki girang.
"Setelah ia kalah, apa yang akan ia lakukan?" tanya Cui Sian.
"la telah berjanji akan membubarkan anak buahnya, dan ia sendiri menyerahkan diri besok untuk menjadi tawanan dan dibawa ke kota raja," kata Bun Hui. "Semua ini adalah jasa Yo-twako. Ehhh, Yo-twako mengapa tidak muncul?" la menoleh ke arah belakang di mana terdapat banyak pohon besar. la menduga bahwa Yo Wan tentu bersembunyi di situ dalam persiapannya membantunya apabila rencananya gagal.
Benar saja, Yo Wan muncul dari balik pohon dan tertawa girang. "Kau berhasil baik, Bun-lote. Bagus sekali! Kurasa seorang seperti Yosiko akan memegang janjinya. Alangkah baiknya urusan ini dapat dibereskan dengan jalan damai se-hingga daerah ini akan bebas daripada gangguan bajak laut tanpa banyak banjir darah."
"Betapapun juga, aku sangsi apakah jalan ini cukup baik dan menjamin keamanan.
Andaikata para bajak itu betul-betul mau pergi dari sini, kiranya mere-ka akan mengganas di tempat lain," kata Cui Sian menyatakan pendapatnya.
"Setuju sekali dengan ucapan Bibi," sambung Hwat Ki, "membasmi pohon jahat harus sampai ke akar-akarnya, kalau tidak tentu akan tumbuh kembali. Penjahat-penjahat itu kalau tidak dibasmi habis, kelak tentu akan melakukan kejahatan pula."
Yo Wan menggeleng-geleng kepalanya, lalu berkata, suaranya sungguh-sungguh, "Kurasa tidak demikian persoalannya. Kejahatan bukanlah suatu sifat daripada jiwa. Tidak adalah manusia yang lahir sudah jahat atau selama hidupnya setiap saat ia jahat. Kejahatan adalah kebodoh-an atau penyelewengan daripada kesadaran hati nurani oleh keadaan yang terdorong oleh nafsu-nafsu keduniawian. Memang sudah menjadi kewajiban kita yang mempelajari ilmu dan mengabdi kebenaran dan keadilan untuk mennberan-tas kejahatan-kejahatan, akan tetapi bukanlah cara yang sempurna kalau kita harus niembunuhi setiap orang yang melakukan kejahatan yang sesungguhnya hanya kebodohan itu. Hal ini akan merupakan pekerjaan sia-sia belaka, bahkan membunuh itu sendiri pun termasuk Koleksi Kang Zusi511
Jaka Lola Kho Ping Hoo kebodohan yang berdasar kebencian, jadi pada umumnya juga disebut jahet! Yang kita musnahkan bukanlah orangnya melainkan kebodohannya itulah." Yo Wan berhenti sebentar mengumpulkan ingatannya tentang filsafat yang pernah dia pelajari ketika dia bertapa di Himalaya.
Orang-orang muda yang gagah mendengarkan dengan tertarik.
"Yo-twako, teruskanlah, aku masih belum dapat memahami filsafatmu ini." kata Bun Hui.
"Anggapan bahwa orang yang sekarang dianggap jahat akan menjadi jahat selamanya, dan anggapan bahwa orang yang sekarang dianggap baik akan menjadi baik selamanya, adalah anggapan yang sempit. Apa yang disebut jahat maupun baik hanyalah akibat daripada kesadaran si orang itu pada saat itu, apabila dia lupa dan lemah, bodoh mengha mbakan diri pada hamba nafsu, maka dia melakukan perbuatan yang dianggap jahat. Sebaliknya apabila pada saat itu ia sadar dan kuat menghadapi godaan nafsu, ia akan ingat dan menjauhi perbuatan yang dianggap jahat. Jadi hanyalah akibat sementara saja daripada kesadaran. Tidak akan selamanya begitu. Yang sadar mungkin lain waktu akan lupa, sebaliknya yang sekarang lupa tentu saja mungkin sekali lain waktu akan sadar. Saudara-saudaraku yang baik, pada hakekatnya, apakah itu yang disebut baik dan jahat" Dari manakah timbulnya sebutan ini" Ingat, banyak sekali di antara kita yang menyalahtafsirkan istilah baik dan jahat ini, bahkan banyak yang menyeleweng daripada kebenaran dan keadilan dalam menentukan tentang orang baik dan orang jahat,"
"Bagaimana ini" Baru sekarang aku mendengarnya. Yo-koko, coba kau beri penjelasan," kata Cui Sian dengan hati tertarik sehingga ia lupa bahwa ia menggunakan sebutan mesra sekali, yaitu sebutan "koko". Baiknya semua orang pun sedang dalam keadaan tertarik oleh filsafat Jaka Lola sehingga tidak ada yang memperhatikan sebutan itu.
"Sebelumnya maaf. Kalian adalah putera-puteri pendekar-pendekar sakti yang berilmu tinggi, tentu sudah menerima gemblengan-gemblengan batin yang dalam. Akan tetapi, tiada salahnya kalau sekarang kita bertukar pikiran untuk memperlengkapi ilmu dan mencari persesuaian pendapat. Yang kumaksud penyelewengan dalam penilaiatt seseorang terhadap orang lain yang dianggap baik dan jahat, adalah karena sebagian besar manusia menilai orang lain berdasarkan nafsu kokati (egoism)....."
"Nanti dulu, Yo-twako. Apa artinya kokati?" tanya Hwat Ki.
"Nafsu kokati adalah nafsu memen-tingkan diri pribadi, demi kesepangan sendiri, demi keuntungan sendiri, demi kepentingan sendiri tanpa menghiraukan orang lain. Orang menilai orang lain sebagai orang baik kalau orang lain itu mendatangkan keuntungan atau kesenangan kepadanya. Dan orang menilai orang lain sebagai orang jahat kalau orang lain itu mendatangkan kerugian atau kesusahan kepadanya."
Koleksi Kang Zusi512
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Tentu saja, bukankah itu wajar?" Bun Hui berkata.
Yo Wan mengangguk. "Wajar bagi penilaian yang berdasarkan kokati. Memang ini menjadi kesalahan atau penye-lewengan yang tak terasa lagi oleh manusia yang dalam setiap geraknya dikendali oleh nafsu kokati. Akan tetapi sebetulnya tidak wajar bagi orang yang mengabdi kepada kebenaran dan keadilan!"
"Mengapa begitu?" tanya Hwat Ki.
"Agaknya persoalan ini sulit dimengerti. Baiklah aku menggunakan eontoh. Ada seorang yang menjadi perampok, meram-pasi barang lain orang dengan jalan ke-kerasan. Orang ini pada umumnya disebut jahat, bukan" Akan tetapi orang ini amat baik kepadamu, tidak saja merampokmu, malah mennbantumu, menolongmu dengan ikhlas. Nah, saudara Hwat Ki, bagaimana penilaianmu terhadap orang ini" Tentu kau akan sukar sekali menganggap dia orang jahat, dan akan inenerima dia sebagai seorang yang baik karena memang ia amat baik terhadapmu. Sebalik-nya, andaikata ada seorang yang oleh umum dianggap baik, suka menolong orang lain, akan tetapi justeru kepadamu orang itu berbuat hal yang merugikan, misalnya menghina atau menyusahkan. Bukankah kau akan sukar sekali menilai dia sebagai orang baik, Bun-lote" Kiranya akan lebih mudah bagimu untuk menilai dia sebagai seorang yang jahat ka-rena ia kauanggap amat jahat kepadamu. Nah, bukankah jelas bahwa penilaian saudara Hwat Ki dan Bun-lote ini menyeleweng daripada kebenaran dan keadilan"
Karena penilaian ini hanya mendasarkan kepada untung atau rugi bagi dirinya sendiri!
Bagaimana pendapat kalian?"
"Betul sekali! Baru sekarang aku dapat mengerti!" kata Cui Sian, sepasang matanya berseri penuh kekaguman.
"Memang betul apa yang dikatakan Yo-twako. Aku pun pernah mendengar filsafat seperti ini diwejangkan oleh ayah," kata Swan Bu.
Yo Wan mengangguk. "Suhu adalah seorang yang bijaksana. Sungguhpun suhu kehilangan kedua alat penglihatannya, namun mata batinnya terbuka lebar sehingga tidak mudah suhu terperosok ke
dalam jurang penyelewengan. Banyak orang yang kedua matanya awas, namun mata batinnya seperti buta sehingga terjadilah di dunia ini perebutan kebenar-an yang diperebutkan itu adalah kebenar-an palsu, kebenaran diri sendiri yang bukan lain hanyalah penyamaran daripada nafsu kokati juga. Kebenaran sejati tidak diperebutkan orang, karena sesungguhnyalah bahwa siapa yang merasa diri tidak benar, dialah yang paling dekat kepada kebenaran sejati! Perasaan bahwa diri sendiri tidak benar ini menghilang atau Koleksi Kang Zusi513
Jaka Lola Kho Ping Hoo setidaknya mengurangi nafsu yang amat buruk, yaitu nafsu raembencl orang lain. Tentu saja orang lain dibenci karena dianggap jahat. Kalau kita merasa bahwa diri kita sendiri pun tidak benar, maka tidak mudah menilai orang lain jahat dan karenanya pun berkuranglah rasa benci. Hapuskan rasa benci dari dalam lubuk hati, dan kita akan mudah menerinna cahaya kasih, yaitu kasih sayang kepada sesama manusia, dan ini merupakan jembatan yang akan membawa kita kepada kebenaran sejati."
Hening sejenak karena orang-orang muda itu seakan-akan terpesona dar ter-pengaruh hikmat kata-kata yang mengandung filsafat hidup itu. Kemudian dengan perasaan kagum dan bangga Cui Sian tertawa, memecah suasana yang tercekam oleh kesunyian itu.
"Wah-wah, mengapa kita jadi menyimpang jauh dari persoalan pokok" Bukan-kah kita tadi bicara tentang bajak-bajak itu?"
Yo Wan juga tertawa, hatinya gembira karena dia dapat menangkap suara kekasihnya yang mengandung kekaguman dan kebanggaan. "Kita tidak menyimpang karena apa yang kita bicarakan tadi juga ada hubungannya dengan para bajak. Aku tidak membenci mereka, namun kasihan terhadap kebodohan dan penyelewengan mereka. Aku akan merasa lebih bersyukur apabila mereka itu dapat diinsyafkan dan dapat ditunjukkan jalan benar. Kalau hal ini tidak berhasil, tentu saja kita harus mencegah mereka melakukan kejahatan, menggunakan kepandaian kita. Cuma baiknya kalau tidak terpaksa sekali untuk mempertahankan diri, tidak perlu membunuh lain orang."
"Wah, nasihat Yo-twako sama benar dengan nasihat ayah, kata Swan Bu lagi.
"Memang aku murid ayahmu, tentu saja sependirian."


Jaka Lola Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Malam ini tidak terjadi sesuatu, akan tetapi pada keesokan harinya pagi-pagi sekali menjelang subuh, di waktu ayam hutan ramai berkokok, tiba-tiba terjadi penyerbuan besar-besaran dari fihak bajak laut'. Para penjaga malam di per-kemahan pasukan kota raja yang hanya berjumlah dua puluh orang lebih, tak dapat menahan serbuan ratusan bajak itu sehingga dalam waktu beberapa puluh menit saja dua puluh orang lebih penjaga itu telah tewas. Ributlah keadaan pasu-kan ketika malam keadaan masih nanar karena baru bangun tidur secara men-dadak menghadapi musuh-musuh menyerbu itu.
"Wah, agaknya Yosiko tidak pegang janji!" seru Cui Sian marah sambil men-" cabut pedangnya setelah para orang muda gagah itu berkumpul di ruangan depan.
"Belum tentu," jawab Yo Wan. "Mari''' kita berpencar, kita tahan serbuan mereka dari empat penjuru, membantu Bun Hui yang sudah pergi lebih dulu mengatur pasukannya."
Orang-orang muda itu lalu berloncatan ke luar di dalam cuaca yang: masih gelap itu. Hwat Koleksi Kang Zusi514
Jaka Lola Kho Ping Hoo Ki dan sumoinya berlari ke arah barat untuk menahan gelombang serangan bajak laut dari arah iii. Cui Sian berlari k^varah utara sedangKan Yo Wan berlari ke Selatan. Swan Bu sendiri yang sejak malam tadi gelisah memikirkan Siu Bi, kini mehghilang seorang diri dengan tujuan untuk ihencari kekasihnya di antara para bajak laut.
Hebat perang kecil yang terjadi di pagi buta yang masih gelap itu. Banyak anggauta pasukan pemerintah roboh kare-na hujan anak panah, akan tetapi setelah orang-orang muda perkasa itu keluar turun tangan, keadaan berubah dan banyak bajak laut yang roboh dan banyak pula yang mengundurkan diri. Akan tetapi tak seorang pun di antara para muda perkasa itu melihat Yosiko. Bahkan pimpinan bajak laut yang lain hanya dua orang yang muncul, yaitu Thio Kong dan Yauw Leng, sedangkan yang dua orang lagi, Bong Ji Kiu dan adiknya Bong Kwan yang lengannya kanan kemarin buntung oleh serangan kilat Swan Bu, juga tidak tampak batang hidungnya.
Bun Hui memimpin anak buahnya mengamuk dan mengejar bajak-bajak yang melarikan diri. Karena tidak melihat Yosiko memimpin mereka, setelah merobohkan Thio Kong, Bui Hui, mgmbentak kepala bajak yang terluka ini, "Hayo katakan, di mana adanya Hek-san-pangcu Yosiko?"
Biarpun sudah terluka parah, Thio Kong masih tertawa mengejek, "Kau takkan melihat dia hidup lagi! Dia menjadi tawanan Bong Ji Kiu di dalam gua di tepi laut!"
Bukan main kagetnya hati Bun Hui. Di samping kaget dan khawatir akan keselamatan Yosiko, diam-diam dia juga lega. Ternyata gadis itu tidak meng-ingkari janji, tidak mengkhianatinya, me-lainkan menjadi tawanan bawahannya Sendiri yang memberontak!
"Hayo kau-tunjukkan aku di mana gua tempat ia ditawan!" bentaknya sambil mengempit tubuh Thio Kong yang terluka dan nem-bawanya lari. Pasukannya itu ikut pula ffiengejar para bajak, dan selebihnyt lalu mengikuti komandan mereka ke tepi laut.
Di depan sebuah gua yang besar dan gelap, Bun Hui berhenti. Dengan napas empas-empis Thio Kong berkata, "Di situlah tempatnya..... Bong-twako pesan bahwa kau sendiri harus memasuki gua melawannya kalau kau ingin bertemu dengan Yosiko. Kalau membawa pasukanmu menyerbu, dia akan dibunuh..... Setelah berkata demikian, Thio Kong roboh pingsan.
Bun Hui memerintahkan anak buahnya untuk menawan Thio Kong. Kemudian dia menghampiri mulut gua. Gua ini lebar, akan tetapi gelapnya bukan main. Dari luar tidak tampak apa-apa, hanya hitam gelap menyeramkan, agaknya ada tero-wongannya. Gua batu karang itu merupa-kan mulut naga yang mengerikan dan tahulah Bun Hui bahwa memasuki gua ini merupakan bahaya benar. Akan tetapi mengingat akan nasib Yosiko di tangan Bong Ji Kiu, tak mungkin dia berdiam diri saja di luar gua.
Koleksi Kang Zusi515
Jaka Lola Kho Ping Hoo Pada saat itu, Yo Wan dan Hwat Ki berlari-lari menghampiri Bun Hui. Dua orang muda ini tadinya bersama Cui Kim dan Cui Sian, bertemu setelah merekapun berhasil mengundurkan para bajak laut. Akhirnya Yo Wan mengajak Hwat Ki untuk membantu Bun Hui, sedangkan Cui Sian mengajak Cui Kim untuk mengejar ke lain jurusan sambil mencari Swan Bu yang belum tampak.
Pada saat Yo Wan dan Hwat Ki tiba di tempat itu, Bun Hui sudah mulai meloncat memasuki gua setelah dia memerintahkan anak buahnya menjaga di luar. "Bun-lote! Ke mana kau?" Yo Wan berteriak heran.
Akan tetapi Bun Hui yang khawatir kalau-kalau Yo Wan dan Hwat Ki akan merintanginya jika mendengar bahwa Yosiko tertawan di dalam dan hanya dia yang boleh masuk seorang diri, tidak mempedulikan seruan ini dan terus melompat ke dalam.
Yo Wan bukan seorang sembrono. Cepat dia menghampiri seorang kepala regu dan bertanya apa maksudnya semua itu.
"Siauw-ciangkun masuk gua untuk menolong nona Yosiko yang menjadi tawanan bajak!"
Orang itu menerangkan cepat. "Orang lain tak boleh masuk....."
Yo Wan cepat melompat ke depan gua, berteriak, "Bun-lote! Kembalilah eepat, kau terjebak.....!"
Akan tetapi terlambat sudah terdengar suara keras dan dari sebelah atas di dalam gua itu tiba-tiba runtuhlah batu-batu karang yang besar dan berat menutupi mulut gua di mana tadi Bun Hui lari masuk! Debu mengebul tinggi keluar dari gua disertai pecahan-pecahan batu yang berhamburan ke sana ke mari. Yo Wan menggerakkan kakinya melompat keluar sehingga terhindar daripada hujan batu kecil yang hancur beterbangan tertimpa batu karang besar dari atas itu.
Selagi Yo Wan, Hwat Ki dan para perajurit tertegun dan gelisah, tiba-tiba terdengar suara nyaring dari belakang, "Apa yang terjadi" Mana Yosiko anakku?"
Ketika Yo Wan menengok, ternyata yang datang ini adalah wanita setengah tua yang pernah menguji kepandaiannya, yaitu Tan Loan Ki, ibu dari Yosiko. Wanita ini wajahnya pucat, agaknya sudah mendengar tentang perang antara pasu-kan pemerintah dengan anak buah bajak laut, dan kini niencari Yosiko.
"Dia tertawan oleh Bong Ji Kiu dan berada di dalam gua ini. Komandan pasukan, Bun-ciangkun sedang berusaha menolongnya, akan tetapi terjebak ke dalam gua," kata Yo Wan.
Wanita itu mengeluarkan seruan marah keras sekali, lalu tiba-tiba ia lari dari tempat itu! Yo Koleksi Kang Zusi516
Jaka Lola Kho Ping Hoo Wan tidak mempedulikanya lagi, lalu maju dan bersama Hwat Ki memimpin para perajurit untuk membongkar runtuhan batu-batu dari atas yang menutup gua.
Bagaimanakah Yosiko bisa tertawan oleh Bong Ji Kiu" Betulkah ia tertawan" Memang sebetulnyalah. Setelah kalah bertanding melawan Bun Hui, hati gadis ini kagum sekali dan ia sudah mengannbil keputusan untuk membubarkan orang-orangnya dan meneuci tangan, menyerah kepada Bun Hui yang bersikap baik terhadap dirinya.
la tidak pedulikan anak buahnya yang tampak tidak puas. Dengan kata-kata singkat ia berkata kepada Bong Ji Kiu dan yang lain-lain,
"Aku lelah sekali. Biarlah aku mengaso malam ini dan besok kau kumpulkan semua kawan, aku mau bicara penting sekali. Jangan bergerak dan jauhkan dari pasukan kota raja agar tidak terjadi bentrokan."
Yang kelihatan tidak puas sekali adalah Bong Ji Kiu. Adik kandungnya telah kehilangan lengan kanan dan kini pemimpin ini tampaknya tidak mempedulikan, bahkan tadi dalam pertandingan kelihatan mengalah terhadap musuh!
Malam itu Yosiko tidur di dalam pondoknya, bersama Siu Bi. Gadis ini tak dapat tidur, apalagi ketika ia tadi mendengar dari Yosiko tentang Swan Bu yang masih berada bersama pasukan kota raja, malah Yosiko memuji-muji Swan Bu dan menceritakan betapa pemuda buntung itu dengan hebatnya telah membuntungi lengan Bong Kwan yang menghinanya.
"Pilihanmu tidak keliru, Siu Bi. Putera Pendekar Buta itu hebat. Akan tetapi, Bun-ciangkun lebih hebat. Mereka memang orang-orang yang mengagumkan." demikian kata Yosiko menutup ceritanya sebelum gadis kepala bajak itu pulas. Siu Bi tak dapat pulas, gelisah hatinya. Mungkin sekali kekasihnya akan salah sangka, mengira bahwa dia kini menjadi bajak pula membantu Yosiko. Padahal ia berSama Yosiko karena tadinya hendak bersama-sama memusuhi Cui Sian. Aku harus pergi dari sini, pikirnya. Tidak ada gunanya lagi berkumpul dengan Yosiko.
Tiba-tiba Siu Bi mencium sesuatu yang harum sekali. la menjadi curiga dan cepat ia mengerahkan sinkang menahan nafaS. Dilihatnya Yosiko bernapas panjang dan tenang dalam tidurnya. Ada asap kekuningan memasuki kamar itu dari celah-celah dinding. Siu Bi makin curiga. Dengan masih menahan napasnya, ia mengguncang-guncang tubuh Yosiko.
Akan tetapi alangkah heran dan kagetnya ketika ia melihat Yosiko membuka sedikit matanya akan tetapi gadis itu lemas dan tidak mampu bangun.
"Asap beracun!" bisik Siu Bi kaget. Cepat ia mencabut pedangnya dan meloncat turun dari pembaringan, terus menerjang ke arah pintu. Ternyata di depan pintu sudah menanti banyak anak buah bajak, dipimpin oleh Bong Ji Kiu yang langsung menyerangnya dengan pengeroyokan, Siu Bi memutar pedangnya,, akan tetapi karena ia memang sudah mengambil Koleksi Kang Zusi517
Jaka Lola Kho Ping Hoo keputusan untuk pergi dari tempat itu, setelah berhasil merobohkan dua orang pengeroyok, ia lalu melompat ke dalam gelap, terus melarikan diri. Kemudian di dalam hutan itu ia mendengar keributan dan perang tanding antara bajak-bajak laut melawan pasukan pemerintah. la tetap bersembunyi.
Adapun Yosiko yang sudah menjadi korban asap beracun itu, sama sekali tidak dapat melawan ketika Bong Ji Kiu membelenggunya dan memanggulnya pergi. Andaikata gadis ini tidak berada dalam keadaan tidur pulas, seperti halnya Siu Bi, tentu ia takkan menjadi korban. Akan tetapi dalam keadaan pulas, ia telah menyedot asap beracun dan terbius dalam keadaan setengah pingsan.
Ketika melihat anak buahnya terdesak hebat dan banyak yang tewas, akhirnya Bong Ji Kiu maklum bahwa fihaknya akan kalah. Maka dia lalu menibawa Yosiko lari ke dalam gua rahasia dan berhasil menjebak masuk Bun Hui. la hendak menggunakan Bun Hui dan Yosiko untuk menjadi janunan menyelamatkan diri.
Sementara itu, Swan Bu yang lebih dulu menyerbu ke daerah musuh dalam usahanya mencari Siu Bi, menjadi gelisah karena dia tidak melihat gadis itu di antara para bajak. Juga dia tidak melihat Yosiko. Pemuda ini mengamuk dan setiap orang bajak yang berani meng-hadangnya tentu roboh dengan sekali ge-rakan. Banyak sudah dia merobohkan anak buah bajak, menangkap mereka dan bertanya di mana adanya kekasihnya, Siu Bi. Akan tetapi para bajak itu tidak ada yang tahu, atau tidak ada yang mau memberi tahu sehingga Swan Bu menjadi makin bingung.
Akhirnya dia dikepung oleh belasan orang bajak yang dipimpin oleh kepala bajak Yauw Leng yang bertubuh tinggi besar dan memegang sepasang pedang. Yauw Leng kemarin ikut dengan rombongan Yosiko, karena itu dia mengenal pemuda buntung ini yang kemarir telah n-iembuntungi lengan kanan temannya, Bong Kwan. Maka melihat pemuda ini, marahlah Yauw Leng dan ingin membalas dendam sahabatnya. la lalu mengerahkan anak buahnya mengepung. Akan tetapi kasihan bajak-bajak kecil itu. Mereka seakan-akan merupakan serombongan laron yang menerjang api lilin. Api itu hanya bergoyang-goyang, sama sekali tidak padam, akan tetapi laron-laron itu satu demi satu roboh! Swan Bu berpikir bahwa sebagai pemimpin bajak, tentu orang tinggi besar yang kemarin datang bersama Yosiko ini sedikitnya tahu akan Siu Bi. Maka dia lalu mempercepat per-mainan pedangnya, merobohkan para bajak dan dengan gerakan yang tak ter-sangka-sangka dia meloncat ke depan Yauw Leng yang tadinya hanya memberi komando dari jarak aman.
Bajak laut itu kaget setengah mati. Tak disangkanya pemuda buntung itu dengan mudahnya mampu menembus ke-pungan belasan orang anak buahnya dan tahu-tahu sudah berkelebat di depannya. la cepat menggerakkan sepasang pedang-nya menyerang, pedang kanan menyerang tubuh lawan, pedang kiri menyerang bagian atas. Gerakannya cepat dan ganas, tenaganya besar sehingga sepasang pe-dangnya mengeluarkan bunyi berdesingan.
Koleksi Kang Zusi518
Jaka Lola Kho Ping Hoo Namun hal ini bajak laut yang biasa-nya jarang menemukan lawan dengan se-pasang pedangnya yang dahsyat itu, me-nemui lawan yang ilmu kepandaiannya jauh lebih tinggi dari padanya. Biarpun Swan Bu telah kehilangan lengan kirinya, namun kalau baru lawan setingkat bajak laut ini, biar ada sepuluh orang rnacann Yauw Leng kiranya dia takkan Kalah. Pedang Kim-seng-kiam, berkelebat bagai-kan halilintar menyambar, dari mulutnya keluar bentakan yang nienggetarkar jantung, kemudian terdengar bunyi nyaring dan tahu-tahu sepasang pedang di tangan Yauw Leng telah patah-patah, disusul pekik kesakitan ketika bajak itu tertotok roboh oleh gagang pedang Swan Bu.
Para anak buah bajak berteriak-teriak menyerbu, namun sekali memutar pedang, empat orang bajak laut roboh. Kemudian Swan Bu menyambar tubuh Yauw Leng dan sekali dia berkelebat, lenyaplah dia dari depan para bajak laut yang n enjadi kebingungan karena kehilangan pinpinan. Akhirnya mereka itu lari cera.-berai ketika melihat pasukan pemerintah sudah berlari-lari dari lain jurusan dengan senjata diacung-acungkan penuh ancaman!
"Hayo katakan, di mana adanya nona Siu Bi yang tadinya bersama ketuamu Yosiko" Katakan sebenarnya, kalau tidak .....akan kucincang hancur tubuhmu!" Swan Bu rnengancam setelah dia berada di tempat sunyi dan membanting tubuh bajak ke bawah.
Yauw Leng mengeluh panjang, lalu berkata, "Dia..... dia tertawan oleh..... Bong Kwan yang kemarin kaubuntungi lengannya! Dia tentu akan tewas oleh Bong Kwan yang sakit hati kepadamu kalau tidak lekas kau tolong....."
"Di mana dia" Di mana bangsat itu dan di mana Siu Bi ditawan?" tanya Swan Bu dengan gugup.
"Apa gunanya aku memberi tahu kalau kau akhirnya toh membunuhku" Berjanji dulu bahwa kau takkan membunuhku, baru aku mau menunjukkan tempatnya."
Karena amat khawatir akan keadaan Siu Bi, Swan Bu segera berkata, "Baiklah kau akan kubebaskan. Lekas tunjukkan tempatnya."
la menotok bebas bajak itu dan menyeret tangannya diajak lari ke tempat yang ditunjukkan oleh Yauw Leng. Tibalah mereka di depan batu-batu karang di tepi laut, di mana terdapat banyak sekali" gua-gua batu karang yang liar. Kadang-kadang kalau ombak laut besar, air laut sampai di mulut gua-gua ini, dan batu-batu karang di tempat ini amat runcing, tajam dan licin.
"Di sinilah tadi malam Bong Kwan membawa Siu Bi. Kaucarilah sendiri ke dalam gua, aku tidak berani," kata Yauw Leng.
Cepat bagaikan kilat menyambar, tangan kanan Swan Bu menotok Yauw Leng roboh. "Akan Koleksi Kang Zusi519
Jaka Lola Kho Ping Hoo kubuktikan, kalau kau tidak membohong, kau kubebaskan. Akan tetapi awas kalau kau bohong!"
Dengan pedang di tangan, Swan Bu lalu meloncat memasuki gua itu dengan gerakan tangkas. la meloncat ke atas batu-batu karang yang runcing, terus . memasuki gua yang amat dalam itu.
"Siu Bi.....!!'' la memanggil. Tidak ada jawaban kecuali gema suaranya dari da-lam gua. la meloncat ke atas batu karang sebelah dalam lagi.
"Siu Bi.....!'"
Mendadak telinganya menangkap suara yang terdengar dari jauh.
"Swan Bu.....!!"
Itulah suara Siu Bi! Tak salih lagi! Gemetar kaki Swan Bu mendengar suara ini, suara yang sukar diketahui dari mana datangnya, akan tetapi terpengaruh oleh keterangan Yauw Leng tadi, ia menduga bahwa suara itu pasti datang dari dalam gua ini. Dengan cepat dia meloncat te-rus, memasuki bagian yang gelap.
Tiba-tiba terdengar angin menyarnbar dari kanan kiri. Swan Bu terkejut, pedangnya bergerak cepat, diputar sedemikian rupa sehingga dia berhasil menangkis banyak anak panah yang beterbangan dari kanan kiri menyambarnya. Anak-anak panah itu runtuh ke bawah dan dia meloncat lagi ke depan. Sekali lagi dia menangkis sambaran senjata-senjata gelap yang terbang dari depan.
Tiba-tiba terdengar suara keras dan asap hitam tebal memenuhi tempat itu. Swan Bu terbatuk-batuk dan cepat me-nahan napas, maklum bahwa asap itu beracun, akan tetapi karena tempat itu gelap, ketika meloncat ke atas batu karang di sebelah kanan yang kelihatah hanya hitam saja, dia tergelincir. Pada, saat itu dia merasa pundak kanannya sakit.
Sebatang senjata piauw telah menancap di pundaknya. Tak tertahan lagi Swan Bu roboh terguling, tubuhnya terbanting di atas batu-batu karang yang runcing dan tajam. Lalu sunyi senyap!
Bagaikan terbang cepatnya, Siu Bi datang berlari-lari. la tadi mendengar suara Swan Bu yang memanggilnya dan ia telah menjawab dengan menyerukan nama pemuda itu sambil berlari ke arah datangnya suara. Ketika ia tiba di depan gua, dari dalam gua berlompatan empat orang bajak yang tadi bersembun di situ dan menghujankan anak panar ke pada Swan Bu.
Siu Bi marah sekali Melihat Yauw Leng menggeletak oalarn keadaan tertotok, pedangnya menyambar dan putuslah leher kepala bajak itu. Empat orang bajak menjadi marah, beramai menyerbu. Namun Siu Bi memutar pedangnya dan dalam beberapa menit saja empat orang Koleksi Kang Zusi520
Jaka Lola Kho Ping Hoo bajak itu sudah roboh tak bernyawa lagi, mandi darah!
"Swan Bu." Siu Bi menjerit ke dalam gua.
Tiba-tiba dari dalam gua itu terdengar suara orang tertawa bergelak, menyeramkan suara ini.
"Ha-ha-ha, Manis! Kau mencari kekasihmu" Si buntung lengan" Ha, ha, ha, ; dia di sini.
Masuklah!" Siu Bi terkejut. Itulah suara Bong Kwan yang katanya kemarin dibuntungi lengannya oleh Swan Bu. la tidak percaya dan memanggil lagi.
"Swan Bu.....!!"'
"Ha-ha-ha, kau tidak percaya" Lihat, apakah ini?" Dari dalam gua itu melayang sebatang pedang yang mengkilap putih, menyambar ke arah Siu Bi. Dengan cekatan Siu Bi menyambar pedang itu dengan tangan kirinya. Tangannya menggigil. Itulah pedang Kim-seng-kiam, pedang kekasihnya!
"Swan Bu.....!"
"Masuklah kalau hendak menemui kekasihmu!" kembali suara Bong Kwan mengejek.
Pada saat itu, Cui Sian dan Cui Kim datang berlari-lari. Melihat Siu Bi dengan sepasang pedang berdiri di depan gua, timbul kemarahan mereka berdua. Gadis liar ini telah bersekutu dengan Yosiko dan terang bahwa Yosiko telah bersikap curang, melanggar janji dan diam-diam melakukan penyerbuan yang menewaskan banyak perajurit. Terang bahwa Siu Bi ini membantu penyerbuan Yosiko.
"Gadis jahat!" Cui Sian melompat maju hendak menyerang. Kemudian ia mengenal pedang Kim-seng-kiam di tangan Siu Bi.
"Eh, itu pedang Kim-seng-kiam milik Swan Bu! Di mana dia" Kauapakar dia?" bentaknya.
Muka Siu Bi pueat sekali. "Dia..... dia..... entah bagaimana keadaannya, tapi..... dia..... dia di dalam gua ini, ditawan.....!" Sambil berkata demikian,. Siu Bi lalu melonopat memasuki gua dengan sepasang pedang di tangan.
"Swan Bu.....!" la berseru lagi sambil berlari dan berloncatan dari batu karang ke batu karang sebelah dalam.
Tiba-tiba terdengar ledakan keras dan asap hitam memenuhi tempat di sebelah dalam gua di mana Siu Bi berdiri. Gadis ini menjadi limbung, pandang matanya gelap dan dalam Koleksi Kang Zusi521
Jaka Lola Kho Ping Hoo keadaan matanya gelap dan dalam keadaan setengah sadar itu, tiba-tiba ia merasa dadanya sakit sekali. la terhuyung-huyung dan terbanting roboh di samping Swan Bu yang menggele-tak pingsan di antara batu-batu karang.
"Swan Bu.....'." Siu Bi merintih lemah, merangkak dan merangkul pemuda itu.
Cui Sian dan Cui Kim terkejut sekali. Mereka lalu meloncat masuk pula dengan pedang terhunus, bergerak hati-hati sekali. Cui Sian di depan, Cui Kim di belakangnya.'
"Mundur.....!" teriak Ciui Sian sambil melompat keluar lagi ketika dia mencium bau yang memuakkan, bau asap hitam yang masih tergantung tebal di dalam gua. Terpaksa keduanya melompat keluar lagi dan berdiri bingung.
Tiba-tiba berkelebat bayangan dan tahu-tahu di depan gua itu sudah berdiri sepasang suami isteri yang gagah perkasa. Mereka ini bukan lain adalah Pendekar Buta sendiri bersama istermya'
Kedatangan mereka ini sebetulnya ber-sama Tan Loan Ki. Seperti kita ketahui. Tan Loan Ki mencari Pendekar Buta untuk memaksa pendekar ini menjodohkan muridnya, Yo Wan dengan puterinya, Yosiko. Mendengar permintaan yang aneh ini, Pendekar Buta yang kebetulan bertemu di jalan dengan Tan Loan Ki sepulang mereka dari Thai-san, segera ikut dengan wanita aneh itu. Perjalanan dilakukan cepat bukan main karena biarpun sudah setengah tua, Tan Loan Ki masih berwatak keras dan tidak mau kalah, maka dia seakan-akan mengajak suami-isteri dari Liong-thouw-san itu berlumba adu lari cepat!
Setiba di daerah Po-hai, melihat kekacauan dan peperangan, Tan Loan Ki merasa khawatir sekali dan cepat-cepat ia mencari puterinya sehingga ia ber-temu Yo Wan di depan gua di mana puterinya tertawan. Adapun Pendekar Buta dan isterinya, mendengar keterang-an dari para perajurit bahwa Swan Bu putera mereka juga berada di situ malah ikut bertempur. Atas petunjuk para pera-jurit inilah mereka berdua mencari dan akhirnya mereka bertemu dengan Cui Sian dan Cui Kim yang berloncatan keluar dari dalam gua yang penuh asap hitam beracun!
"Cui Sian...... apa yang terjadi" Apa kau melihat Swan Bu?" tanya Hui Kauw, isteri Pendekar Buta, tak sabar lagi.
"Saya khawatir..... Swan Bu berada di dalarn gua..... dan Siu Bi baru saja meloncat masuk untuk mencarinya, akan tetapi agaknya..... agaknya dia mengalami kecelakaan. Gua ini penuh asap hitam beracun...."
"Ahhh.....!" Hui Kauw rnencabut pedangnya dan bergerak hendak meloncat masuk, akan tetapi cepat Kwa Kun Hong si Pendekar Buta menyambar lengan isterinya.
Koleksi Kang Zusi522
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Tunggu! Biar aku yang masuk!" katanya dan sebelum isterinya sempat membantah, tubuhnya sudah bertindak ke depan, dengan hati-hati dia melangkah masuk, meraba-raba dengan kedua kakinya. Segera dia mencium bau asap hitam yang beracun.
"Bahan ledak berbahaya....." katanya perlahan, kemudian Pendekar Buta menggerak-gerakkan kedua tangannya, mendorong ke dalam gua. Asap hitarr itui yang tadinya mengambang di dalam gua, menjadi buyar, terdorong oleh angin pu-kulan dahsyat yang memenuhi gua. Karena dorongan ini, asap itu lalu terbang keluar gua dan sebentar saja habislah' asap hitam itu. Kemudian dari dalam gua menyambar senjata-senjata rahasia piauw bagaikan hujan lebatnya. Namun, iianya dengan gerakan kedua tangannya yang mengeluarkan angin pukulan luar biasa, semua piauw itu terpental, ada pula yang membalik dan menyambar lebih eepat lagi ke dalam gua. Terdengar pekik ke-sakitan ketika piauw-piauw beracur itu menyambar tubuh Bong Kwan sendiri yang segera terjungkal dari atas batu karang di sudut gua, tewas seketika itu juga.
Pada saat itu, matahari telah naik tinggi dan sinarnya memasuki gua. Hui Kauw, Cui Sian dan Cui Kim sudah berani memasuki gua setelah asap hitam itu buyar semua.
"Swan Bu.....!" Hui Kauw menjerit ketika melihat puteranya yang kini sudah buntung lengannya itu menggeletak seperti mayat, dipeluki oleh Siu Bi yang tubuhnya mandi darah.
Sekali lagi Kun Hong mencegah isterinya, malah dia berjongkok dan memeriksa puteranya dengan rabaan tangannya. Hati lega karena luka di pundak puteranya tidak berbahaya. Swan Bu hanya pingsan karena ketika tadi terguling, kepalanya tertumbuk batu. Hanya keadaan Siu Bi yang payah. Ketika Kun Hong memeriksanya sebentar, pendekar ini rnengerutkan keningnya.
"Biarkan dia sebentar....." katanya, hatinya penuh keharuan. Tiga batang piauw beracun yang menancap di dada Siu Bi tak mungkin dapat dicegah pengaruhnya lagi.
"Swan Bu....." Siu Bi berbisik, tetap merangkul leher pemuda itu erat-erat.
"Swan Bu...... aku hanya punya engkau....."
Ucapan ini gemetar dan lemah, mendatangkan rasa haru kepada mereka yang menyaksikan dan mendengar. Mata gadis itu penuh air rnata, akan tetapi sinarnya sudah redup. Jari-jari tangannya dengan lemah meraba-raba muka Swan Bu yang masih pingsan.
"Swan Bu..... aku tidak punya apa-apa lagi..... hanya ingin punya engkau..... masa tidak boleh....." Swan Bu..... kenapa diam saja....." Kau marah kepadaku" Swan Bu..... ah, kau.....
kau terluka..... kau mati" Aku pun ikut..... Swan Bu..... aku ikut!!" Gadis itu lalu berkelojotan, Koleksi Kang Zusi523
Jaka Lola Kho Ping Hoo menjerit-jerit, "Aku ikut! Aku ikut!!" Pelukannya mengeras, akan tetapi hanya sebentar, tubuhnya menjadi lemas dan kata-kata terakhir yang keluar dari bibir-nya hanya helaan napas dan bisikan, "Swan Bu kekasihku..... aku..... ikut....."
Terdengar sedu-sedan dari kerongkongan Hui Kauw yang memeluk dua tubuh itu, tubuh Siu Bi yang sudah tak ber-nyawa lagi dan tubuh Swan Bu yang masih pingsan. Juga Cui Sian menangis terisak-isak, ingat betapa tadinya ia membenci Siu Bi. Baru kini dia sadar betapa Siu Bi patut dikasihani, seorang gadis yatim piatu yang hidup sebatangkara di dunia ini, tidak punya apa-apa, tidak punya orang yang dikasihinya, tidak punya harapan. Sekali lagi ia sadar betapa benar pendapat kekasihnya, Yo Wan. Adapun Cui Kim berdiri bengong, air matanya juga membasahi pipinya.
"Sudahlah, mari kita angkut keluaf mereka. Swan Bu perlu diobati," kata Pendekar Buta. Hui Kauw memondong tubuh puteranya, Cui Sian memondong mayat Siu Bi dan mereka keluar dari gua itu, terus menuju ke perkemahan di dalam hutan. Di sepanjang jalan Hui Kauw menangis sesunggukan, menangisi putera-nya yang kehilangan lengan tangan, me-nangisi Siu Bi yang betapapun juga sampai di akhir hidupnya membuktikai cinta kasih dan pengorbanan yang besar kepada Swan Bu. Hanya Pendekar Buta yang berjalan dengan muka tunduk itu diam-diam berterima kasih kepada Tuhan bahwa Tuhan telah mengatur sedemikian rupa demi kebaikan. Memang sebaiknya begini. la tahu bahwa puteraciya mencinta Siu Bi, akan tetapi dia tahu pula bahwa demi kebenaran, demi menjaga kerukunan keluarga, demi mencuci bersih nama dan kehormatan keluarga Raja Pedang, Swan Bu harus berjodoh dengan Lee Si.
Dengan pengerahan tenaga para pera-jurit, dan dia sendiri pun menggunakan kepandaiannya untuk menggulingkan batu-batu yang besar dan berat, akhirnya sejam kemudian, Yo Wan berhasil mem-bongkar batu-batu karang yang tadi menutupi gua. Cepat dia menerjang masuk dan apa yang dia lihat" Tempat itu kini sudah terang, diterangi oleh dua buah obor yang dipasang di kanan kiri. Di atas sebuah batu karang halus tampak duduk seorang wanita yang bukan lain adalah Tan Loan Ki, duduk sambil tersenyum-senyum. Di depannya berlutut dua orang yang bergandeng tangan, Bun Hui dan Yosiko! Adapun di sudut ruangan gua itu menggeletak mayat si cambang bauk Bong Ji Kiu, lehernya putus! Yo Wan berdiri tertegun, namun hatinya merasa lega.
Apakah yang terjadi" Kiranya ketika Bun Hui memasuki gua itu, Bong Ji Kiu menggerakkan sebuah alat rahasia dan runtuhlah batu-batu dari atas menutupi gua, sebagian dari batu-batu itu menimpa Bun Hui yang cepat melompat ke dalam akan tetapi karena keadaan gelap, di" tidak dapat menghindarkan serangan Bong Ji Kiu. Sambaran golok Bong Ji Kiu melukai pahanya dan sebuah tendangai mengenai dadanya, membuat Bun Hui terpelanting dan roboh tak dapat bangun pula. Kemudian Bong Ji Kiu menyalakan obor dan dengan hati penuh kegelisahan Bun Hui melihat betapa Yosiko benar benar berada di situ, terbelenggu kaki tangannya!
Koleksi Kang Zusi524
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Ha-ha-ha, kau berani datang untuk melihat kekasihmu" Kau mencinta Yosiko, bukan" Ha-ha, bagus sekali. Kau saksikanlah betapa nona manis ini rnenjadi isterlku, kemudian kaU
mampus! Kaukira akan dapat mengalahkan Kim-bwee-liong Bong Ji Kiu" Ha-ha-ha!"
Kemudian secara kasar kepala bajak ini memeluk dan men-ciumi Yosiko.
"Bangsat! Kalau kau laki-laki, jangan mengganggu wanita! Hayo bertanding secara laki-laki, jangan menggunakan kecurangan!" Bun Hui memaki sambil merangkak bangun dengan susah payah. la berhasil berdiri setelah mengambil pedangnya, lalu meloncat menggunakan sebelah kaki menyerang kepala bajak itu.
Sambil tertawa Bong Ji Kiu menangkis dengan goloknya. Tangkisannya keras sekali dan karena Bun Hui masih pening . dan luka di pahanya parah serta dadanya masih membuat napasnya sesak, tangkisannya ini saja cukup niembuat pedangnya terlepas dan kembali dia terguling roboh karena tendangan lawan.
"Ha-ha-ha, maeam kau berani melawan aku?" Bong Ji Kiu melangkah maju dengan golok di tangan.
"Bong Ji Kiu!" Yosiko berseru kerasi. "Kalau kaubunuh dia, aku bersumpah akan mencari kesempatan menghancurrkan kepalamu sampai lumat!"
"Ha-ha-ha, kiranya kau benar-benar mencinta bocah ini" Ah, Yosiko, kau benar-benar aneh sekali dan mengecewakan hati. Sepatutnya kau, anak bajak laut, berjodoh dengan bajak laut pula. Akan tetapi kau memang tak kenal budi, tak menghargai kawan sendiri. Dulu Shatoku, murid ayahmu sendiri tewap di tangan Tan Hwat Ki dan kau tidak peduli, padahal Shatoku ainat mencintamu. Juga kau tidak mau pedulikan lamaranku, sebaliknya kau mencinta bocah ini, padahal dia ini adalah komandan pasukan kerajaan yang sengaja datang hendak mennbasmi kita! Ah, di mana kegagahan ayahmu" Mana setia kawanmu?" Setelah berkata demikian, Bong Ji Kiu menggunakan sehelai tambang untuk mengikat kaki tangan Bun Hui yang sudah tidak berdaya. lagi. Kemudian dia meraih hendak memeluk Yosiko lagi untuk menyiksa hati Bun Hui.
"Jangan sentuh aku! Dengar, Bong Ji Kiu, aku hanya bersedia menjadi isterimu kalau kau membebaskan Bun Hui dan jangan menyentuhku di depannya. Kalau kau melanggar pantangan ini, biarpun kau akan memaksaku, pasti akan tiba saatnya aku merobek dadamu dan mengeluarkan jantungmu!"
"Ha-ha-ha, baiklah, Manisku. Akan tetapi tidak bisa aku membebaskan dia sekarang. Dia harus ikut dengan kita ke pantai dan ke perahu. Aku akan mem-bawamu lari ke pulau selatan di mana kita dapat membuat sarang baru yang aman, sebagai suami isteri bajak laut. Dia harus menjamin keselamatan kita sampai kita berlayar, baru dia kubebas-kan.
Mari, mari kita pergi, Manisku!"
Koleksi Kang Zusi525
Jaka Lola Kho Ping Hoo Bong Ji Kiu memondong tubuh Yosiko dan menyeret tubuh Bun Hui melalui terowongan yang kasar sehingga dapat dibayangkan betapa tersiksanya Bun Hui.
Diam-diam Yosiko cemas sekali. Terowongan rahasia ini adalah peninggalan kakeknya dahulu, tidak ada yang tahu kecuali dia dan ibunya, dan anak buahnya. Agaknya Kamatari telah membocorkan rahasia ini sehingga kini dipergunakan oleh Bong Ji Kiu untuk menjebak Bun Hui dan melarikan diri melalui terowongan rahasia. Kalau sampai Bong Ji Kiu dapat menggunakan Bun Hui sebagai jaminan, agaknya apa yang dikatakan bajak ini akan terlaksana!
Akan tetapi tiba-tiba terdengar suara ketawa yang menyeramkan. Bong Ji Kiu kaget bukan main sehingga pondongannya terlepas, tubuh Yosiko terguling di dekat tubuh Bun Hui.
Bajak laut itu menghunus golok besarnya dan membentak,
"Siluman dari mana berani mengganggu Kim-bwee-liong?"
"Bong Ji Kiu, kematian sudah di depan mata masih berani berlagak?"
Suara itu terdengar aneh karena bereannpur dengan kumandangnya, seperti suara yang dating dari alam lain.
"Keluarlah dan makan golokku ini.....!" Tiba-tiba suara Bong Ji Kiu terhenti dan matanya terbelalak lebar ketika dia melihat bayangan berkelebat dan tahu-tahu Tan Loan Ki telah berdiri di depannya dengan pedang di tangan!
"Toa..... Toanio.....! Saya terpaksa menangkap Yosiko karena dia berkhianat dan bersekutu dengan pasukan kota raja, dan..... dan ini..... komandan pasukan juga sudah saya tangkap....."
"Setan kaul Anakku boleh memilih jodoh siapa juga, peduli apa dengan kau" Keparat! Hayo berlutut menerima kematian!"
Menggigil sepasang kaki Bong Ji Kiu. ..... tidak, Toanio..... ini tidak adil! Aku..... aku....."
Akan tetapi terpaksa dia menghentikan kata-katanya karena Tan Loan Ki dengan kemarahan meluap-luap sudah menerjangnya dengan serangan kilat.
Terpaksa Bong Ji Kiu melawan dan memutar goloknya. Terjadilah pertempur-an mati-matian yang amat seru di dalam ruangan gua yang kini diterangi obor itu. Bong Ji Kiu berlaku nekat, akan tetapi mana mungkin dia dapat menandingi Tan Loan Ki" Belum tiga puluh jurus, sam-baran pedang merobek kulit lengan dan hampir membuntungi pergelangan tangannya sehingga golok besarnya terbang.
Koleksi Kang Zusi526
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Ti..... tidak..... Toanio..... ampun.....
Bong Ji Kiu meloncat ke belakang de-ngan tubuh gemetaran dan muka pucat. Akan tetapi Tan Loan Ki menghampirinya dengan mata berapi-api dan langkah-langkah lambat sampai akhirnya Bong Ji Kiu tak dapat lari lagi karena punggungnya menyentuh dinding di sudut.
Pedang Tan Loan Ki berkelebat, hanya tampak cahayanya dan tahu-tahu tanpa dapat sambat lagi Bong Ji Kiu terguling dengan kepala terpisah dari tubuh!
Tan Loan Ki cepat membebaskan dua orang muda itu dan dengan genibiia sekali Yosiko menceritakan kesernuanya kepada ibunya.
"Ibu, aku memilih dia ini menjadi suamiku. Kalau tidak dijodohkan dengan, Bun Hui, aku lebih baik mati! Ibu, permintaanku hanya sekali ini kepadamu, harap kau suka mengabulkan."
"Hemmm..... kau bocah aneh. Mula-mula Tan Hwat Ki, kemudian Yo Wan, dan sekarang Bun Hui komandan pasukan kota raja. Bagaimana ini?"
"Dulu aku tidak tahu, Ibu. Kukira hanya laki-laki yang dapat mengalahkanaku saja yang patut menjadi jodohku, akan tetapi setelah mendengarkan nasihat Yo Wan, dan mendengar pula penuturan Siu Bi, aku..... aku tahu bahwa tanpa cinta tak mungkin menjadi isteri orang.
Dan aku..... aku mencinta Bun Hui!" Bukan main girang hati Bun Hui mendengar pengakuan ini, pengakuan yang begini terus terang, terbuka, membayangkan kejujuran dan kepolosan hati gadis ini. Yo Wan benar, pikirnya, gadis ini jujur dan baik, hanya liar karena pengaruh pendidikan dan lingkungan.
"Bun Hui, kau anak siapa?"
"Ibu, dia itu cucu ketua Kun-lun-pai, bukan pemuda sembarang pemuda!" Yosiko yang menjawab cepat.
"Ehhh?" Tan Loan Ki tercengang. "Kalau begitu, kau ini putera Bun Wan?"
"Betul, Bibi," jawab Bun Hui, girang dan heran bahwa ibu Yosiko ini kiranya mengenal ayahnya.
"Hemmm, dia juga baik dan boleh saja. Tapi..... eh, Bun Hui, anakku mencintamu, apakah kau juga cinta kepadanya?"
"Dia tentu cinta kepadaku, Ibu, dia..... dia membujukku untuk insyaf dan dia hendak membawaku ke Thai-goan.....
Koleksi Kang Zusi527
Jaka Lola Kho Ping Hoo "Diam kau! Harus dia sendiri yang menjawab. Bagaimana, Bun Hui" Apakah kau mencinta Yosiko?"
"Saya..... saya mencintanya, Bibi."
Yosiko meloncat dan memegang tangan Bun Hui, wajahnya berseri gembira dan ia mengguneang-guncang lengan itu. "Betulkah itu, Bun Hui" Ah, alangkah bahagia dan lega hatiku. Tadinya..... tadinya kukira kau tidak mencintaiku.... aku sudah khawatir sekali....."
Tan Loan Ki tertawa dan berkata, "Anak-anakku, aku girang melihat Kalian bahagia. Bun Hui, kau tidak memberi hormat kepada ibu mertuamu?"
Bun Hui dengan muka merah, dengan tangan masih digandeng Yosiko, aegera berlutut di depan wanita itu. Mereka berbahagia, tidak peduli akan suara hiruk-pikuk dari Yo Wan dan para perajurit yang membongkar batu-batu di depan gua. Demikianlah, ketika akhirnya Yo Wan menerjang masuk dengan hati penuh kekhawatiran menyaksikan adegan yang tenteram bahagia, yang membuatnya bengong terlongong keheranan!
Bajak laut menjadi kocar-kacir setelah kehilangan pimpinan. Apalagi ketika Tan Loan Ki dan Yosiko keluar dan menyerukan perintah agar rnereka menyerah, sebagian besar di antara mereka lalu membuang senjata dan berlutut, menyerah.
Bun Hui cukup bijaksana untuk menyerahkan urusan mereka kepada Yosiko dan ibunya, yang membubarkan Hek-san-pang dan perkumpulan bajak laut yang lain, kemudian harta kekayaan yang ada oleh Yosiko dibagi-bagikan kepada mere-ka dengan peringatan agar mereka me-mulai hidup baru, jangan melakukan ke-jahatan lagi.
Adapun Swan Bu setelah sadar dan melihat kekasihnya, Siu Bi, meninggal karena membelanya, menjadi berduka sekali. Namun, sebagai seorang yang telah menerima gemblengan batin dari orang tuanya, apalagi di situ terdapat Pendekar Buta yang menasihati dan menghiburnya, dia menerima kenyataan pahit ini yang meninnpa dan mendukakan hatinya. Semenjak saat itu, Swan Bu berubah menjadi seorang yang pendiam, seorang yang masak jiwanya, dan biarpun dia kehilangan lengan kiri dan kehilangan Siu Bi yang dikasihinya, namun dia mendapatkan pengalaman hidup yang nnembuat dia menjadi seorang yang kuat lahir batin
Orang-orang gagah ini berpisahan dari daerah pantai Po-hai ketika para bajak laut sudah dibubarkan. Bun Hui memimpin sisa pasukannya ke kota raja, tentu saja selain membawa kemenangan lahir juga kemenangan batin, karena di sebelahnya ikut pula Yosiko dan ibunya, sedangkan di dalam sakunya terdapat sebuah surat dari Pendekar Buta untuk ayahnya, surat yang membantu dan mengusulkan agar Bun Wan memperkenankan perjodohan antara Bun Hui dan Yosiko.
Koleksi Kang Zusi528
Jaka Lola Kho Ping Hoo Tan Hwat Ki dan sumoinya, yang masing-masing menyimpan rahasia kebahagiaan sendiri, yang dalam perjalanan kali ini telah menemukan cinta kasih mereka satu kepada yang lain, buru-buru kembali ke Lu-liang-san, dengan pengharapan besar mendapat restu ayah dan guru mereka, dengan lamunan dan cita-cita yang muluk-muluk!
Pendekar Buta dengan isterinya dan puteranya, kembali ke Liong-thouw-san. Tentu saja Swan Bu membawa keperihan hati karena dia harus meninggalkan Siu Bi di dalam gundukan tanah kuburan di dalam hutan tepi pantai. la merasa kasihan sekali kepada kekasihnya ini.
Sampai mati pun harus bersunyi sendiri, dikubur di tempat sunyi. la baru mau pergi bersama ayah bundanya setelah dia menemani kuburan Siu Bi semalam suntuk, di mana dia duduk bersamadhi di dekat gundukan tanah kuburan baru itu. Masih terngiang di telinganya ketika dia mulai sadar, dia sempat mendengar jeritan Siu Bi berkali-kali, "Swan Bu, aku ikut..... aku ikut.....!" Kenangan inilah yang akhirnya membesarkan hatinya karena ketika dia melakukan perjalanan pulang, dia merasa seakan-akan Siu Bi benar-benar mengikutinya.
Biarpun bukan Siu Bi dalam kenyataan, atau bayangannya, namun setidaknya cinta kasih gadis itu selalu mengikutinya!
Sebelum pergi, Pendekar Buta memanggil Yo Wan, lalu berkata, di depan Cui Sian yang menundukkan mukanya karena jengah. "Muridku, Yo Wan. Aku sebagai wakil orang tuamu, telah membicarakan urusan perjodohanmu dengan Tan Beng San locianpwe. Beliau berkenan menjodohkan Cui Sian denganmu. Segala hal telah kami rundingkan dengan masak-masak, dan sekarang, kauajaklah calon isterimu itu kembali ke Thai-san. Kelak pada saat pernikahan kalian, sudah pasti aku akan datang ke sana menghadirinya. Yo Wan, aku merasa bangga kepadamu dan aku sungguh-sungguh merasa bahagia bahwa dahulu aku ikut mendidikrnu sehingga sekarang kau menjadi seorang yang benar-benar tak mengecewakan. Arwah ibumu akan ikut bahagia, muridku."
Yo Wan tak dapat menjawab, hanya berlutut dan memeluk kaki gurunya itu dengan air mata bertitik yang cepat-cepat dihapusnya. "Banyak terima kasih atas budi kebaikan Suhu dan Subo. Semoga Thian yang akan membalasnya kalau teecu tidak mampu membalas."
Maka berangkatlah Yo Wan. dan Cui Sian berdua, sebagai orang-orang terakhir yang meninggalkan tempat itu, menuju ke Thai-san, tentu saja dengan hati penuh kebahagiaan dan perjalanan itu merupakan perjalanan yang paling menyenangkan selama hidup mereka, karena bukankah di depan mereka terbentang masa depan yang penuh madu" Memang tidak ada kebahagiaan yang melebihi bagi orang muda selain kebahagiaan meng-hadapi hidup baru berdampingan, mem-bina rumah tangga bersama, mendayung biduk rumah tangga mengarungi samudra hidup, menempuh gelombang dan ombak samudera bersama-sama, menuju pantai cita yaitu keluarga bahagia. Susah sama diderita, senang sama dirasa, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
Koleksi Kang Zusi529
Jaka Lola Kho Ping Hoo Biarlah kita mendoakan mereka itu, Bun Hui dan Yosiko, Hwat Ki dan Cui Kim, Swan Bu dan Lee Si, Yo Wan dan Cui Sian, semoga orang-orang muda yang gagah perkasa, pengabdi kebenaran dan keadilan itu, akan menjadi pasangan suami isteri yang rukun dan menurunkan manusia-manusia yang selalu akan sadar dan ingat. Sadar sebagai manusia yang harus bertindak dengan dasar prikemanusiaan, dan ingat selalu kepada Yang Maha Kuasa. Karena hanya manusia yang sadar dan ingat demikianlah yang akan menjadi manusia-manusia berdua bagi dunia dan akhirat.
Sampai di sini, pengarang mengakhiri cerita JAKA LOLA ini yang merupakan bagian terakhir daripada rangkaian cerita RAJA PEDANG, RAJAWALI EMAS, PENDEKAR BUTA, dan JAKA LOLA.
Harapan pengarang, semoga cerita-cerita tersebut di samping memberi kepada para pembaca sebagai cerita khayal hiburan ringan yang tegang romantis, juga sedikit banyak mengandung teladan dan sumbangan bagi pembangunan moral.
Teriring salam bahagia pengarang dan sampai jumpa di lain cerita.
Tamat Koleksi Kang Zusi530
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 7 Asmara Berdarah karya Kho Ping Hoo Amanat Marga 7

Cari Blog Ini