Ceritasilat Novel Online

Badai Laut Selatan 19

Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 19


lebih hebat kegesitan tubuh J"k" Wand iro. Tubuh pe muda ini
seketika lenyap bagi pandangan Dewi dan ad ik-adik serta anak
buahnya yang menonton dar i jauh dengan mata terbelalak
dan muka pucat.
Tubuh pe muda itu lenyap berubah menjadi bayangan hitam
yang berkelebat menyelinap di antara tangan dan kaki yang
banyak itu. Sungguh merupakan pemandangan yang bagus,
aneh, dan menyeramkan. Pertandingan ini jauh leb ih hebat
daripada pertandingan antara J"k" Wandiro dan Endang
Patibroto. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau dalam pertandingan antara J"k" Wandiro dan
Endang Patibroto, pemuda ini banyak mengalah, selalu
menge lak dan tak pernah me mbalas dengan sungguhsungguh, adalah pertandingan sekarang ini dilakukan dengan
mati-matian. Keduanya menyerang dengan serangan maut.
Juga J"k" Wandiro selalu me mba las sedapat mungkin dengan
pukulan-pukulan
ampuh. Namun karena lawannya menggunakan ilmu silat yang liar dan ganas seperti tanpa
diatur lagi, ia terdesak dan hanya dapat me mbalas satu kali
untuk penyerangan lima kali.
Makin la ma Dibyo Mamangkoro ma kin penasaran. Sungguh
di luar perkiraannya bahwa pemuda ini demikian hebat.
Memang ia tahu bahwa murid Narota ma ini seorang yang
berbakat baik ketika dahulu ana k ini me ngalahkan Wirokolo,
dan ia sudah mengkhawatirkan bahwa muridnya, Endang
Patibroto, tentu akan bertemu tanding yang kuat dalam diri
anak ini. Akan tetapi siapa kira bahwa dia send iri setelah
mengerahkan tenaga dan kepandaian, setelah lewat seratus
jurus lebih, belum juga berhasil merobohkannya. Dengan
gerakan marah ia kembali menubruk, kemudian mengirim
pukulan disertai pekik dahsyat. Itulah pekik Sardulo Bairowo
(Pekik Har imau) yang disertai pukulan me matikan!
J"k" Wandiro terkejut. Berbahaya kalau mengelak pukulan
ini, karena pukulan ini mengandung hawa yang menghadang
semua jalan keluar. Di sa mping itu, ia harus pula menghadapi
getaran hebat dari pekik Sardulo Bairowo. ?"k" iapun
me me kik dengan pengerahan Aj i Dirodo Meto, kemudian
mengangkat tangannya menangkis pukulan itu. Dua buah
tangan yang amat kuat, mendorong ke depan dan dua telapak
tangan bertemu di udara!
"Bressss....... !!"
Kalau tubuh Joko Wand iro yang ta mpak kecil apab ila
dibandingkan dengan tubuh lawannya itu terlempar seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
daun kering tertiup angin, hal ini masih tidak mengherankan
setelah pertemuan dua tenaga dahsyat itu. Akan tetapi adalah
amat aneh me lihat tubuh kakek raksasa itupun terlempar
seperti layang-layang putus talinya, tidak kalah jauhnya oleh
tubuh Joko Wandiro. Benturan tenaga mujijat itu me mbuat
mereka terlempar ke be lakang sa mpa i sepuiuh meter lebih!
Bukan ma in marahnya Dibyo Mamangkoro. Ia merangkak
bangun, dadanya turun naik, napasnya menggos-menggos
seperti kuda habis me mba lap, matanya jelilatan merah,
mulutnya menyeringai dan ada busa put ih di kedua ujungnya.
J"k" Wandiro juga sudah melompat lag i. Seperti juga
lawannya, iapun tidak terluka, namun terkejut oleh kehebatan
hawa pukulan lawan. Kini dengan tenang ia berdiri menentang
pandang mata la wannya.
"Bocah keparat, boleh juga kepandaianmu. Akan tetapi kau
berhati-hatilah terhadap seranganku kali ini!"
Sambil berkata demikian, Dibyo Mamangkoro me nggosokgosok kedua tangannya dan tampaklah asap tebal mengepul
dari gosokan kedua telapak tangan itu. Mula-mula kedua
tangan yang besar itu tampak kemerahan sampai ke kukukukunya seperti me mbara, makin la ma menjadi ma kin
menghita m dan terasalah hawa panas di sekitar kakek ini.
Itulah Aji W isangnolo yang hebatnya menggila!
Untung bagi J"k" Wandiro bahwa dia pernah bertanding
me lawan Endang Patibroto yang seakan-akan merupakan
Dibyo Mamangkoro ke dua. Karena itu maka ia mengenal
gerakan-gerakan kakek itu, menge nal pula kehebatan
Wisangnolo yang berhawa panas. Ia makin berhati-hati dan
dia m-dia m ia me mbaca mantera dan mengerahkan aji
kesaktian Bojro Dahono ke dalam kedua lengan tangannya.
Kemudian, untuk me mperlihatkan pada lawan bahwa ia
sama sekali tidak takut menghadapi kedua tangan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menge luarkan asap tebal itu, Joko Wan diro mendahului
lawannya me langkah maju!
Setelah jarak di antara mereka tinggal tiga meter lagi, tibatiba Dibyo Mamangkoro menge luarkan pekik dahsyat Sardulo
Bairowo dan tubuhnya mence lat ke atas. Bagaikan terbang
saja kakek raksasa ini me loncat tinggi dan dari udara ia
menya mbar turun sambil menghanta mkan kedua tangannya
berturut-turut ke arah Joko Wandiro. Pemuda ini merasa
betapa hawa panas menyambar ke arahnya. Cepat ia
me loncat sambil menangkis. Walau tangan mereka tidak
bersentuhan dan tubuh mereka mence lat di udara, namun
dalam gerakan ini me reka telah saling tangkis dengan ilmuilmu pukulan jarak jauh yang amat berbahaya.
Keduanya kini terpelanting dan berjungkir balik sehingga
dapat berdiri kembali di atas tanah. Tanpa membuang waktu
lagi, keduanya berlomba untuk me mbalikkan tubuh dan
kembali mereka saling serang mati-matian. Gerakan me reka
kini tidak secepat tadi, bahkan amat lambat seperti orang
sedang latihan atau sedang menari saja. ?"k pernah kedua
tangan itu bersentuhan, namun mereka itu ternyata sedang
mengadu kesaktian dengan cara mati-matian. Tentu saja
kedua pasang tangan itu tak se mpat bersentuhan karena
didahului oleh hawa pukulan jarak jauh yang amat kuat.
Dibyo Mamangkoro adalah tokoh besar Kerajaan Wengker,
sebuah kerajaan yang dirajai oleh manusia siluman, yaitu
Prabu Boko yang makanannyapun daging bayi! Tentu saja
ilmu kepandaiannya hebat, tergolong seorang datuk kalangan
hitam yang me miliki ber maca m-maca m ilmu kesaktian yang
aneh-aneh. Ilmu silatnyapun banyak ragamnya dan kini
setelah mendapat kenyataan bahwa lawannya yang muda
belia ini ternyata benar-benar sakti mandraguna, Dibyo
Mamangkoro menjad i penasaran dan keluarlah se mua
ajiannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkali-kali kake k raksasa ini menukar gerakannya dengan
bermaca m ilmu silat yang aneh-aneh. Ia menang latihan dan
menang penga la man sehingga dengan cara ini ia berhasil
me mbuat Joko Wandiro kebingungan. Selain itu, pengalamannya yang luas itu me mbuat ia mudah mengenal
ilmu orang. Setelah lewat puluhan jurus, kake k itu sudah
mengenal inti daripada Ilmu Silat Bramoro Seto yang
dimainkan pe muda itu, ma ka pada jurus berikutnya setelah ia
tahu bagaimana perubahan selanjutnya dari gerakan lawan,
kakek ini me ndahului dengan sebuah dupakan yang tepat
mengenai pundak kiri Joko Wand iro.
"Ble kkk.......!!"
Tubuh Joko Wandiro seperti disambar petir, terputar-putar
sampai lima kali baru roboh bergulingan di atas tanah. Dan
jauh terdengar jerit- jerit mengerikan dar i Dewi dan e mpat
orang adiknya. Mereka ngeri menyaksikan orang yang mereka
kasihi itu tertendang sampai berputaran dan bergulingan
seperti itu. Akan tetapi mereka tidak jadi lar i mengha mpiri ketika
me lihat betapa pemuda itu sudah melompat bangun lagi
dengan sigapnya.
Pada saat itu, kaki kiri Dibyo Mamangkoro sudah
menyusulkan sebuah tendangan lagi ke arah kepala J"k"
Wandiro yang dimaksudkan sebagai tendangan maut. J"ko
Wandiro miringkan kepaia dan jari tangannya yang terbuka
dikipatkan ke arah betis lawan.
"Plakkk....... ! Auuggghhh........ !!!"
Kakek ra ksasa itu berjingkra k-jingkrak dengan kaki kanan
sambil mengangkat-angkat kaki kiri yang terasa amat nyeri
dan panas karena dicium jari-jari tangan yang mengandung Aji
Pethit Nogo. Terdengar sorak-sorai Dewi dan e mpat orang adiknya,
diikuti oleh tiga puluh orang wanita anak buahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dibyo Mamangkoro marah bukan main lalu menubruk maju
dan kemba li ia mengganti gerakan ilmu siiatnya. Kini ilmu
siiatnya itu amat aneh karena ia menyerang sambil
menggulingkan tubuh ke atas tanah. Sambil bergulingan ia
menerjang, mende kati lawan lalu tiba-tiba dari bawah
mengirim pukulan, tendangan, atau cengkeraman. Joko
Wandiro kemba li dibuat bingung oleh gerakan-gerakan ini.
Terpaksa pe muda ini meloncat ke sana ke mari untuk
menyelajnatkan diri tanpa mendapat kesempatan untuk
me mba las serangan lawan. Ia menanti kesempatan untuk
balas menyerang dan ketika ia me lihat pada suatu saat kakek
itu agak la mbat menggulingkan diri, ia segera melangkah
maju dan menendang punggung kakek itu.
Akan tetapi, siapa duga, gerakan melambat itu adalah
sebuah pancingan. Beg itu Joko Wandiro me nendang, kakek itu
tiba-tiba mengulur kedua tangan ke depan dan..... kaki kanan
pemuda yang menendang itu telah tertangkap oleh tangan kiri
Dibyo Mamangkoro dan sebelum pe muda itu lenyap kagetnya,
kaki kirinya sudah ditangkap pula oleh tangan kanan!
"Hua-ha-ha-ha, kubeset kau me njadi dua potongi" kakek itu
yang masih rebah di atas tanah tertawa sambil mengerahkan
tenaga pada kedua lengannya.
Tentu saja Joko Wandiro tidak sudi tubuhnya dirobek
menjad i dua seperti orang merobek kedua paha ayam saja.
Iapun mengerah kan seluruh tenaga dan me mpertahankan
kedua kakinya. Celaka baginya, kakek yang amat licik itu tibatiba menyentakkan kakinya. ?"k dapat ditahan iagi,
tergulinglah J"k" Wandiro dengan kedua kaki masih d ipegangi
lawan! Saat itulah yang amat berbahaya karena kalau tidak kuatkuat ia me mpertahankan, tubuhnya tentu akan benar-benar
robek menjadi dua! Ia sudah merasa sakit pada selangkangannya, maka cepat-cepat tangannya meraih ke
pinggang dan ia sudah mencabut keris pusaka Megantoro,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keris lekuk tujuh yang ia dapat dari gurunya, Ki Patih
Narotama. Ia menekuk pinggangnya dan keris itu ia ayun ke
arah kedua tangan lawan yang masih me megangi kaki.
"Heehhhhh........ !"
Dibyo Mamangkoro menggereng dan cepat melepaskan
pegangannya sambil me lompat bangun.
Kembali mereka sudah saling berhadapan. Dibyo
Mamangkoro penuh peluh leher dan mukanya. J"k" Wandiro
agak pucat, dan basah dahinya. Kedua kakinya terasa nyeri
dan perih. Biarpun ia sudah berhasil menyelamatkan diri,
namun pergelangan kedua kakinya yang tadi kena
dicengkera m oleh dua tangan yang mengandung Aji
Wisangnolo, kini menjadi merah se perti terbakar!
"Huah-ha-ha! Engkau kewalahan dan me megang pusaka?"
Raksasa itu mengejek.
"Engkau memang digdaya, Mamangkoro. Akan tetapi aku masih
belum kalah. Keluar kanlah
senjatamu dan mari kita
lanjutkan!" jawab Joko
Wandiro dengan s ikap
tenang dan pandang mata
penuh keberanian.
Dibyo Mamangkoro menarik napas panjang,
mengge leng-geleng
kepalanya. "Hebat! Baru ini seumur hidupku berte mu
tanding seorang muda begini hebat. Kalau aku kalah oleh
seorang muda seperti engkau, Joko Wandiro, agaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mang sudah sepatutnya aku lenyap dari per mukaan bumi
ini." Setelah berkata demikian, kedua tangannya meraba
pinggang dan di lain saat kedua tangannya sudah me megang
sepasang tombak pendek yang dipegang pada tengahtengahnya. Tombak pendek yang me mpunyai dua mata di
depan dan belakang itu kini diputar-putar di kedua tangannya
dan ia menerjang maju sambil mengeluarkan pekik dahsyat.
J"k" Wandiro cepat menge lak dan keris pusaka di
tangannya meluncur maju mencar i sasaran melalui bawah
tangan lawan yang menyambar. Setelah digembleng oleh Ki
Tejoranu, tangan pemuda itu amat gapah mainkan senjata.


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Senjata keris Megantoro adalah senjata pusaka pemberian
Ki Patih Narota ma, tentu saja ampuh sekali.
Namun menghadap i sepa sang tombak pendek yang
dimainkan secara hebat luar biasa itu, sebentar saja J"k"
Wandiro sudah terdesak hebat! Ia kini hanya dapat menangkis
dari mengelak saja, dicecer terus secara bertubi-tubi oleh
lawannya. Di dalam hati ia sudah khawatir karena maklum
bahwa dalam hal ilmu s ilat maupun tenaga, ia masih kalah
seusap oleh jagoan tua ini. Ia hanya mengharapkan menang
napas dan menang daya tahan.
Akan tetapi kalau ia teringat akan cerita bahwa dahulu
Dibyo Mamangkoro sanggup me layani gurunya, Ki Patih
Narotama sa mpai dua hari dua malam da la m pertandingan
mati- matian, ia menjadi bimbang ragu. Mungkinkah ia dapat
menang dalam hal keuletan"
Mereka sudah bertanding sela ma t iga ja m lebih. Kini Dibyo
Mamangkoro yang makin bernafsu mengakhiri pertandingan
dengan kemenangan di fiha knya, terus-menerus menyerang
dengan pengerahan seluruh tenaga. Napasnya mendengusdengus, peluhnya me mercik ke sana ke mar i dan mula ilah
J"k" Wandiro melihat hal yang melegakan hatinya. Gerakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakek itu mulai ge metar dan angin pukulannya tidaklah
sehebat tadi. Jelas bahwa kakek itu mulai berkurang
tenaganya, mula i lelah dan kehabisan napas!
Akan tetapi, dasar ia masih muda, dalam kegirangannya
J"k" Wandiro lupa bahwa perasaan ini juga merupakan
pantangan dalam ilmu bertanding. Tidak hanya kemarahan
yang me mbikin kacau perhatian, juga rasa girang akan
mendapatkan kemenangan ini me mbuat ia kurang waspada.
?"k" kagetlah ia ketika keris nya menang kis to mbak kiri
lawan yang menusuk perutnya, tombak kanan lawan tahutahu sudah menyambar dada! Ia tahu bahwa ia telah
me mbuat kesalahan. Tidak seharusnya ia menangkis to mbak
kiri yang merupakan serangan pe mbuka. Serangan pe mbuka
harus dielakkan dan barulah serangan penutup kalau perlu
boleh ditangkis. Ia telah lupa dan me nangkis serangan
pembuka sehingga ketika serangan penutup menyusul ke arah
dada, ia menjad i bingung.
Cepat ia miringkan tubuhnya, namun kurang cepat!
"Desss. ....... !!"
Pundak kirinya dihajar mata tombak lawan. Biarpun ia
sudah menyalurkan tenaga dalam ke arah pundak, tetap saja
baju berikut kulit dan dagingnya robek, tulang pundaknya
retak! Tubuhnya terguling dan terdengar ia mengeluh.
"Huah-ha-ha-ha! Hanya sekian saja kepandaian mu" Ha-haha, bersiaplah untuk mati di tangan Dibyo Mamangkoro, hehheh-heh. J"k" Wandiro, engkau tidak ma lu mati dan kalah
oleh Dibyo Mamangkoro karena telah melakukan perlawanan
yang mengagumkan!"
Setelah berkata demikian, Dibyo Mamangkoro me mutarmutar kedua tombak pendeknya dan melangkah lebar ke
depan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi J"k" Wandiro sudah bangun kembali. Pundak
kirinya sakit bukan main, lengan kirinya lumpuh tak dapat
digerakkan, akan tetapi tangan kanannya masih menggenggam gagang Megantoro erat-erat. Tiba-tiba pemuda
ini me mbelalakkan mata, me mandang lawan penuh wibawa.
Kaki kanannya menggedrug (menjejak) tanah tiga kali dan
terdengar suaranya berpengaruh,
?"?" engkau bilang, Dibyo Mamangkoro" Engkau dapat
menga lahkan AKU?" Engkau akan dapat me mbunuh AKU?"
Hemm, engkau kira siapakah kau ini, Mamangkoro, maka akan
dapat me mbunuh AKU" Buka mata mu, pandanglah AKU ba ikbaik, Mamangkoro. Lihat siapa AKU ini, dan kalau engkau
berani, cobalah engkau melawan AKU!!"
Luar biasa sekali a kibatnya. Dibyo Mamangkoro tiba-tiba
terbelalak, matanya melotot dan mulutnya ternganga,
mukanya pucat sekali, tubuhnya menggigil. Dala m pandang
matanya, ia melihat J"k" Wandiro telah berubah menjadi
raksasa yang besar sekali, mengerikan dengan muka yang tak
terhitung banyaknya, dengan mulut dan mata yang
menye mburkan ap i, dengan tangan yang tak terhitung
banyaknya memegang segala maca m senjata yang ada di
mayapada ini! J"k" Wandiro melangkah maju, keris di tangannya
bergerak dua kali ke depan. Dibyo Mamangkoro berusaha
menang kis, namun dengan putaran pergelangan yang amat
cepat, keris itu menyelinap dan menusuk lengan kakek
raksasa itu. Dua kali tusukan tepat mengenai kedua lengan
dan terlepaslah tomba k-tombak pende k itu dari kedua tangan
Dibyo Mamangkoro.
Pada saat itu, kakek raksasa yang sakti mandraguna ini
sudah dapat menguasai dirinya kembali. Ia tadi telah
terpengaruh oleh aji kesaktian yang mujijat, yang terpaksa
dipergunakan oleh J"k" Wandiro untuk meno long dirinya.
Itulah aji kesaktian Triwikrama dari me ndiang Sang Prabu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Airlangga atau Sang Resi Gentayu! Akan tetapi karena kurang
latihan dan kurang penga la man, pengaruhnya hanya sebentar
saja terhadap seorang sakti seperti Dibyo Mamangkoro.
Dengan lengking panjang maca m lengking iblis, Dibyo
Mamangkoro yang bertangan kosong itu sudah melompat ke
depan, menubruk J"k" Wand iro dengan kemarahan meluapluap. Kedua lengannya terluka oleh keris pusaka, namun tidak
mengurangi tenaganya. Hebat bukan ma in terkaman ini
sehingga J"k" Wand iro tak se mpat me ngelak sama sekali.
Tahu-tahu kedua tangan raksasa itu, dengan jar i-jari
tangan yang besar-besar lagi kuat, sudah mence kik lehernya!
J"k" Wandiro terguling roboh, tertindih oleh tubuh kakek
raksasa itu yang terus mencekik sekuat tenaga.... J"k"
Wandiro mengerahkan tenaga menjaga leher, kemudian
tangan kanannya bergerak menusuk dalam keadaan setengah
sadar karena cekikan itu benar-benar telah menghentikan
jalan darahnya ke kepa la.
Tiga kali ia menusuk dalam-da la m, dan tusukan yang ketiga
kalinya tak dapat diulangi lag i karena kerisnya tertinggal di
dalam rongga dada Dibyo Mamangkoro, tinggal gagangnya
saja sedangkan J"k" Wandiro sendiri juga sudah pingsan!
Ketika sadar dari pingsannya, yang teringat oleh J"k"
Wandiro adalah bahwa ia bertanding mati-matian dengan
Dibyo Mamangkoro dan bahwa kerisnya patah tertinggal di
dalam dada lawan yang tubuhnya menindih tubuhnya,
sedangkan lehernya tercekik ha mpir patah dan pundak kirinya
sakit sekali me mbuat lengan kirinya lumpuh.
Ketika ia sadar, ia merasa betapa pundaknya masih sakit,
lengan kirinya mas ih tak dapat digerakkan, lehernya juga
masih kaku dan nyeri-nyeri, akan tetapi dadanya tidak
tertindih lagi. Masih hidupkah ia" Ataukah sudah mati" la tidak
akan merasa heran kalau mendapatkan dirinya sudah mati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dibyo Mamangkoro luar biasa saktinya. Terlalu sakti
baginya. Pertandingan tadi hebat dan belum pernah selama
hidupnya ia mengala mi pertandingan sebehat itu.
"Dia bergerak........ !"
"Dia sadar ke mbali.......!"
"Dia hebat sekali, dapat menga lahkan kakek sakti itu."
"Pertandingan yang mengerikan dan seru bukan main."
"Dia benar-benar perkasa, patut men jadi junjungan kita."
Suara percakapan ini merd u dan halus, suara wanita.
Kemudian jari-jari tangan yang ha lus lunak meraba-rabanya,
me mbe lainya. Tercium harum ra mbut wanita ketika bibir yang
hanyat menyentuh dahinya. J"k" Wandiro tersenyum. Ia
teringat, ini tentu Dewi, Lasmi, Mini, Sari dan Sundari! Lima
orang gadis jelita yang hebat. Ia tidak marah lagi mereka belai
dengan mesra. Lima orang gadis iri telah me mbuktikan cinta kasih dan
kesetiaan mereka. Bahkan mereka telah menyelamatkan
nyawanya pada saat terakhir ketika tadi ia dikempit dari
belakang oleh Dibyo Ma mangkoro.
Mereka menolongnya dengan taruhan nyawa, karena
meno longnya berarti melawan Dibyo Mamangkoro yang masih
kakek pa man Dewi sendiri!
Ia me mbuka matanya. Kiranya Dewi yang menciumnya.
Tanpa disadarinya, J"k" Wandiro memba las rangkulannya dan
mencium pipi Dewi sambil berbisik,
"Sudahlah, Dewi, jangan menang is. Aku tidak apa-apa
lagi......."
Dewi mengangkat mukanya, me mandang dengan air mata
berlinang, la lu tersenyum manis sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau tadi kau yang ka lah dan mati, ka mi sudah siap untuk
mengadu nyawa dengan eyang Dibyo Mamangkoro!"
"Dibyo Mamangkoro" Ah, di ma na dia sekarang......?"
"Dia sudah tewas, sudah ka mi kubur di lereng wetan."
J"k" Wandiro menar ik napas lega. Kiranya luka-lukanya
telah dirawat dengan baik-baik oleh Dewi dan adik-adiknya,
bahkan ketika ia masih p ingsan, tulang pundaknya telah diberi
obat penyambung tu lang.
Untuk menunggu pulihnya tulang pundaknya, ia harus
rebah untuk beberapa hari la manya. Setiap hari, tak pernah
lima orang gadis itu me mbiarkan ia seorang diri. Mereka itu
secara bergilir menjaganya, siang malam, dengan penuh
perhatian, penuh kesetiaan dan penuh cinta kasih yang mesra.
Kini J"k" Wandiro tak pernah menolak s ikap mereka yang
mencinta. Dia mulai mengenal keadaan hati lima orang gadis
ini. Mereka itu adalah orang-orang yang haus akan cinta kasih,
semenjak kecil tak pernah mengenal cinta kasih maka
sekarang, begitu bertemu dengan dia yang mereka kagumi,
mereka menumpahkan seluruh perasaan itu kepadanya
dengan harapan untuk mendapatkan cinta kasih.
Karena ia tahu betapa mereka itu a mat setia kepadanya,
bahkan ia telah berhutang budi, ia tidak tega mengecewakan
hati mereka. Bahkan seringkali, darah muda di tubuhnya
mendesak dan mendorong agar dia menga mbil ?"" yang
disodorkan kepadanya, agar dia me mpergunakan kesempatan
itu untuk menyenangkan diri sendiri dan me nikmatinya.
Namun, J"k" Wandiro sebagai murid Ki Patih Narotama
selalu menekan dan menentang perasaan ini, selalu teringat
bahwa sekali ia dikalah kan nafsunya sendiri, ia akan
me iakukan penyelewengan-penyelewengan daripada jalan
kebenaran. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena inilah, J"k" Wand iro selalu kuat bertahan. Dia
mengimbangi pernyataan kasih sayang Dewi dan adik-adiknya,
namun da la m batas-batas tertentu dan tidak terpeleset ke
dalam bujukan iblis nafsu berahi yang akan menyeretnya
me lalui batas-batas kesusilaan.
0"odwo--0 Endang Patibroto yang mendapat tugas dari sang prabu di
Jenggala untuk me mimpin pasukan menyerbu Nusabarung
dan menawan Adipati Jagalmanik yang hendak me mberontak,
hanya menyuruh para senopati menyiapkan seribu orang
perajurit pilihan.
Dia sendiri lalu bergegas melakukan pengejaran setelah
menerima laporan penyelidik bahwa tiga orang sakt i la in yang
menjad i sekutu Durgogini dan Nogogini, yang tadinya juga
me mbantu Kerajaan Jenggala, telah melarikan diri setelah
mendengar akan tewasnya Ni Durgogini dan Ni Nogogini.
Mereka bertiga ini bukan la in adalah Cekel Aksomolo, Ki
Krendoyakso dan Ki Gendroyono. Menurut rencana persekutuan itu se mula, setelah Ni Durgogini dan Ni Nogogini
berhasil melemahkan Kerajaan Jenggala dengan menggoda
rajanya, maka pada saat yang baik dan telah ditentukan,
Adipati Jagalman ik akan me lakukan penyerbuan dengan bala
tentaranya, sedangkan tiga orang kakek sakti ini sebagai
pembantu-pe mbantu Jenggala akan me lakukan gerakan
me mbantu dari da la m.
Siapa kira, usaha Ni Durgogini dan Ni Nogogini yang sudah
hampir berhasil itu tiba-tiba hancur dan gagal, bahkan
menewaskan mere ka. Hal ini se lain mengejut kan, juga
menggiriskan hati tiga orang kakek sa kti itu, maka mereka
cepat-cepat melarikan diri dengan ma ksud menggabungkan
diri dengan Adipati Jagalmanik di Nusabarung. Mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menunggang tiga ekor kuda yang kuat dan meninggalkan
Jenggala di ma la m har i yang gelap.
Pada keesokan harinya, di waktu pagi, mere ka telah keluar
dari wilayah Jenggala dan menjalankan kuda mereka yang
sudah lelah itu per lahan-lahan. Ketika mereka lewat di pinggir
sebuah hutan, tiba-tiba tampak sinar hijau berkelebat dan
kuda mereka mer ingkik keras lalu roboh ! Sebagai orangorang sakti, tentu saja tiga orang kakek ini tidak ikut roboh,
me lainkan dapat cepat melompat turun.
Mereka kaget sekali me lihat betapa tiga ekor kuda mereka
berkelojotan lalu mati ! Kiranya tiga batang panah tangan
menancap di leher kuda. Marah sekali tiga orang ini. Mereka
adalah orang-orang sakti, tokoh-tokoh besar. Siapa berani
begitu kurang ajar menyerang mereka dan me mbunuh kuda
tung- gangan mereka" Serentak mereka mencabut senjata
masing-masing. "Babo-babo, si keparat pengecut dari mana berani mati
menyerang kami?" Cekel Aksomolo berseru dengan suaranya
yang tinggi sambil me mutar- mutar tasbehnya yang ampuh.
Juga Ki Krendoyakso telah me megang penggadanya Wojo
Ireng yang besar dan berat. Adapun Ki Warok Gendroyono
sudah mengudar kolor jimatnya Ki Bandot! Tiga orang sakti ini
sudah siap menghajar orang yang berani menewaskan kuda
tunggangan mereka.


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"He mm, tiga orang tua bangka tak tahu ma lu! Siapakah
yang pengecut" Aku atau kalian yang melarikan diri seperti
tiga orang maling kesiangan?"
Suara ini ha lus merdu, keluar dari bibir merah Endang
Patibroto. Namun amat mengejutkan tiga orang itu yang
cepat-cepat membalikkan tubuh karena gadis ini muncul dari
belakang mereka.
Meiihat betapa gadis itu hanya seorang diri, bertangan
kosong pula, tiga orang tokoh itu dapat menenangkan hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka ma klum bahwa gadis ini adalah murid Dibyo
Mamangkoro yang sakti, dan gadis ini pula yang telah
menewaskan sekutu mereka, Ni Durgogini dan Ni Nogogini.
?"k" di sa mping rasa kaget me i hat gadis ini, juga timbul
kemarahan mereka. Ki Waro k Gendroyono yang berdiri paling
dekat, tanpa mengeluarkan kata-kata pula sudah menggerakkan senjata kolor maut nya ke atas, me mutarnya
beberapa kali lalu menghanta mkannya ke arah kepala Endang
Patibroto. "Blarrrr....... ! "
Hebat bukan main sa mbaran senjata kolor maut ini. Namun
dengan gerak tubuh amat ringan cekatan, Endang Patibroto
sudah me mutar tubuh menge lak. Gadis ini tersenyum-senyum
mengejek la lu ber kata,
"Bagus, akan terbalaslah sakit hati eyang Resi Bhargowo.......!"
Ucapan ini mengejutkan mereka bertiga dan serentak
mereka menahan gerakan senjata masing-masing.
"Uuh-huh, bocah denok yang so mbong! ?"" kaukatakan
tadi" Mengapa engkau me musuhi kami dan ?"" hubunganmu
dengan Bhargowo?" Cekel Aksomolo yang sudah ompong itu
bertanya. Endang Patibroto berdiri tegak, kedua tangan bertolak
pinggang. "Masih ingatkah ka lian belasan tahun yang lalu ketika ka lian
mengeroyok secara curang eyang Resi Bhargowo" Ketika itu
aku sudah bersumpah akan me mba las kalian berena m.
Durgogini dan Nogogini sudah ma mpus di tanganku, sekarang
kalian bertiga mendapat giliran. Hanya masih kurang seorang
lagi. Jokowanengpati, dia sudah lebih dahulu ma mpus di
tangan ibuku. Sayang sekali! Ketahuilah, aku ada lah cucu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
eyang Resi Bhargowo yang dahulu kalian keroyok di Pulau
Sempu." Tiga orang itu benar-benar terkejut, juga terheran-heran.
"Kalau begitu, me ngapa engkau me mbantu Jenggala"
Eyangmu se lalu me musuhi Jenggala."
"Bukan urusanmu!" bentak Endang Pa tibroto dan tiba-tiba
tubuh gadis ini sudah menya mbar ke depan, mengirim
pukulan Pethit Nogo ke arah leher orang terdekat, yaitu Ki
Krendoyakso. Tentu saja kepala ra mpok Bagelen ini ma klum akan
dahsyatnya serangan lawan, maka ia menghindar sambil
menyabetkan Wojo Ireng ke arah kepala lawan. Pada saat itu,
sambil berteriak keras Ki Warok Gendroyono juga sudah
menerjang maju dengan kolor mautnya, sedangkan Cekel
Aksomolo sudah pula me mutar tasbehnya dan menyerbu ke
depan. Endang Patibroto adalah seorang gadis yang memiliki
keberanian luar biasa dan sed ikit banyak ia ketularan watak
gurunya yang terlalu yakin akan kepandaian sendiri serta
me mandang rendah orang lain.
Inilah sebabnya mengapa ia hanya bertangan kosong saja
menghadap i tiga orang tokoh besar yang terkenal sakti ini.
Kini ia bagaikan seekor burung pipit yang dijadikan rebutan
tiga ekor kucing besar.
Ditubruk sana me lejit ke sini, diterkam sini terbang ke sana.
Ia hanya mengandaikan Kelincahannya yang me mang a mat
mengagumkan itu untuk berkelebat menyelamatkan diri.
Gerakannya amat cepat, tidak kalah cepatnya oleh gerakan
senjata tiga orang lawannya sehingga tubuhnya lenyap
berubah men jadi bayangan hitam yang berkelebat menyelinap
di antara gulungan sinar senjata tiga orang lawannya.
Senjata di tangan Ki Krendoyakso amat mengerikan.
Penggada Wojo Ireng yang amat besar dan berat itu bersiutan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menya mbar-nyambar laksana seekor burung garuda mencari
korban. Rambut kepala Endang Patibroto sampai berkibaran
setiap kali kena sa mbar hawa pukulan yang mendahului
penggada raksasa itu. Namun, keganasan penggada Ki
Krendoyakso ini mas ih kalah oleh ketangkasan kolor maut di
tangan Ki Warok Gendroyono.
Biarpun kolor itu terbuat daripada bahan le mas dan ringan,
namun jangan dikira kalah a mpuh oleh penggada yang besar
dan berat. Kolor ini seolah-olah hidup di tangan Ki Warok
Gendroyono, menyambar-nya mbar
seperti seekor ular
terbang, meledak-ledak di udara ketika melecut dan
mengandung hawa yang amat panas.
Kalau Endang mas ih berani menya mpok penggada dengan
telapak tangannya, ia sama sekali tidak berani sembrono
untuk menang kis kolor maut ini.
Namun, harus diakui bahwa yang paling a mpuh dan
berbahaya adalah tasbeh di tangan Cekel Aksomolo. Kakek ini
sudah tua sekali, kalau berdiri biasa sudah "buyuten"
(gemetar), akan tetapi ternyata ketika bertanding, sepak
terjangnya masih hebat menggiriskan hati. Tasbehnya
menya mbar-nyambar dan berputar-putar, mengeluarkan suara
mengge litik aneh yang amat menyakitkan telinga lawan,
sedangkan hawa pukulan yang keluar dari gerakan tasbeh ini
me lingkar-lingkar dan berpusing me mbingungkan lawan.
Endang Patibroto me mang seorang gadis sakti mandraguna
dan sudah mewarisi sebagian besar ilmu kesaktian Dibyo
Mamangkoro. Namun, menghadapi pengeroyokan tiga orang
kakek sakt i ini, akhirnya ia terdesak dan kewalahan juga. Ia
hanya ma mpu mengelak ke sana ke mari men gandalkan
kegesitannya, sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk
balas menyerang.
Ia mulai penasaran dan marah, namun kemarahannya ini
ma lah melemah kan pertahanannya sehingga ketika ia
me loncat ke atas menghindarkan diri dari serampangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penggada ke arah pinggangnya, kemudian di atas ia
berjungkir balik untuk menge lak sa mbaran kolor maut sambil
me ma ki-ma ki, ia berlaku agak lengah dan pundaknya tercium
tasbeh. "Treekkk........ !"
Tasbeh itu hanya mencium punda k, tidak mengenai secara
jitu. Namun tubuh gadis itu berputar-putar seperti gasing lalu
roboh dan bergulingan di atas tanah.
Pundaknya serasa hancur, kemudian rasa panas yang amat
menyakit kan merangsang dari pundak menyerbu ke dalam
dada. Endang Patibroto terkejut bukan main, cepat ia
mengerahkan hawa sakti di da la m tubuhnya, disalurkan ke
arah pundak untuk me mulihkan tenaganya. Ia masih dalam
keadaan setengah berbaring setengah duduk ketika kolor
maut melecut dari atas dan menghantam ke arah kepa lanya
dengan bunyi ledakan dahsyat, disusul dalam detik ber ikutnya
oleh hantaman penggada Wojo Ireng yang menggebug ke
arah dadanya. Keadaan itu amat berbahaya bagi Endang Patibroto.
Betapapun saktinya, kalau sampai kolor ma ut itu mengenai
kepalanya, tentu akan hancur kepalanya. Juga penggada yang
berat itu kalau sampai mengenai dadanya, tentu akan remuk
tulang iganya. Biarpun pundaknya mas ih terasa sakit dan
kepalanya pening, Endang Patibroto tidak kehilangan
kewaspadaan dan kegesitannya. Cepat ia membanting
tubuhnya ke atas tanah sehingga kolor maut itu menyambar
lewat hanya sejengkal di atas kepalanya. Akan tetapi pada
detik itu, penggada Wojo Ireng sudah datang menyambar
hendak me lumatkan tubuhnya yang denok! Angin sambaran
penggada sudah mengibarkan ujung kain dan kemben. Tidak
ada kesempatan lagi untuk menghindar kini dan agaknya
tubuh gadis itu akan hancur ditu mbuk penggada baja!
Pada detik yang amat berbahaya itu, Endang Patibroto
yang masih rebah telentang, cepat sekali menggerakkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua kakinya ke atas dan pada detik terakhir, kedua telapak
kakinya yang halus dan kemerahan itu sudah menang kis
penggada, diayunkan ke bawah sedikit lalu dilanjutkan dengan
tendangan ke atas sambil mengerahkan tenaganya.
"Hehhhh....... !!"
Ki Krendoyakso terkejut bukan main. Tadinya ia sudah
menyeringai kegirangan karena sudah me mperhitungkan
bahwa kali ini gadis perkasa ini akan re muk oleh senjatanya.
Siapa kira, ketika senjatanya sudah hampir mengenai sasaran,
yaitu dada yang me mbusung itu, tiba-tiba diterima oleh dua
telapak kaki yang terasa lunak.
Tenaga pukulannya seperti tenggelam, kemudian disedot
dan selanjutnya malah terdorong ke atas oleh tendangan
gadis itu sehingga ha mpir saja penggadanya terlepas dari
tangannya kalau saja ia tidak cepat-cepat meloncat mundur
sambil me ngeluar kan seruan kaget.
"Trekk-trekkk.......!!"
Tasbeh di tangan Cekel Aksomolo sudah menya mbar lagi
ketika kake k ini melihat betapa kedua orang kawannya tidak
becus menghabis kan gadis yang sudah ia robohkan itu.
Akan tetapi tubuh Endang Patibroto sudah melesat bangun
sambil menge lak menjauhi tasbeh yang berbahaya itu.
Keringat dingin me mbasahi dahi dan leher Endang Patibroto.
Bermaca m perasaan mengaduk hatinya. Ia merasa menyesal
mengapa ia me mandang rendah tiga lawan ini yang ternyata
me miliki kesaktian yang me lebihi kepandaian Ni Durgogini dan
Ni Nogogini. Karena me mandang rendah
tadi ha mpir saja
ia mengorbankan nyawanya. Di samping perasaan ini, juga
kemarahannya bangkit. Kini sepasang matanya mengeluarkan
cahaya berapi-api, senyum mulutnya manis sekali dan lesung
pipit di kedua pipinya tampak bersama lekuk-le kuk di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dagunya. Inilah tanda bahwa Endang Patibroto sudah
me muncak kemarahannya!
"Tua bangka-tua bangka jahanam! Sekarang bersiaplah
untuk ma mpus!!" bentaknya dengan suara tetap halus merdu
namun mengandung ancaman yang menyera mkan.
Tiga orang kake k itu yang merasa menang kuat, tertawa
berkakakan melihat sikap dan mendengar omongan gadis
yang menganca m mereka ini.
"Uuuh-huh-huh-huh, denok montok ayu kuning, galak dan
sombongnya bukan kepalang. Uuuhhh-huh, eman-eman
(sayang) kalau mati muda. Yang mau kau buat menang saja
?"", cah ayu" Lebih baik kau takluk dan ikut dengan Cekel
Aksomolo, uuh-huh, kutanggung kau akan senang, kutanggung kau akan menikmati surga dunia, dan tentang
me mperdalam ilmu, uuh-huh, kau jadilah muridku, cah manis.
Cekel Aksomolo adalah gudang segala ilmu. Menyerahlah,
jangan sampai tubuhmu yang denok itu hancur luluh terkena
senjataku yang ampuh!"
"Ha-ha-ha, cucu Resi Bhargowo tentu saja sombong dan
angkuh! Sudah hampir ma mpus masih banyak lagak. Heh,
bocah, ?"" kau tidak tahu betapa kami tadi sudah banyak
menga lah" Kalau kami kehendaki, tadipun kau sudah
ma mpus!" Ki Warok Gendroyono juga tertawa mengejek.
"Hua-ha-ha! Kalau dia bosan hidup, biarlah dia ma mpus!
Akan tetapi jangan lumatkan dagingnya, jangan habiskan
darahnya! Daging dan darah perawan ini tentu banyak
khasiatnya untukku, hua-ha-ha!" Ki Krendoyakso juga
mengejek sambii men ggerak-gerakkan penggadanya.
Ejekan tiga orang kake k itu bagaikan minyak dis ira mkan
pada api yang sudah bergolak. Kemarahan Endang Patibroto
hampir me mbuat gadis ini menang is. Tiba-tiba mulutnya
menge luarkan suara
melengking tinggi
menyeramkan, me mbuat tiga orang kakek itu terkejut sekali dan me masang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuda-kuda bersikap waspada. Itulah pekik dahsyat Sardulo
Bairowo yang menggetarkan pohon-pohon di sekeliling te mpat
itu, lebih hebat daripada pekik harimau betina yang sedang
marah. Kemudian, menyusul pekik ini, tangan Endang Patibroto
menggerayang (meraba) pinggang dan di lain saat ia sudah
menerjang ma ju dengan keris pusaka Brojol Luwuk di tangan
kanan! Tiga orang kakek ini sa ma sekali tidak mengenal keris
pusaka Brojol Luwuk. Melihat betapa keris itu hanya sebuah
senjata kecil keris lekuk tujuh, mereka me mandang rendah
dan menya mbut terjangan Endang Patibroto sambil tertawa
mengejek. Akan tetapi mendadak suara ketawa mereka terhenti dan
mere ka kaget setengah mati ketika hawa yang panas luar
biasa menerjang mereka dan me mbuat tubuh mereka gemetar


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan setengah lumpuh. Barulah mereka sadar bahwa keris itu
adalah sebuah senjata pusaka yang ampuhnya menggila, akan
tetapi kesadaran ini sudah terlambat karena Endang Patibroto
sudah menerjang dengan dahsyat!
Ki Krendoyakso yang paling hebat terpengaruh kea mpuhan
Brojol Luwuk sudah habis tenaganya, namun ia masih
berusaha menangkis dengan penggada Wojo Ireng sa mbil
berseru, "Celaka......!"
Ki Warok Gendroyono berusaha me mbaca mantera dengan
suara menggigil, juga kolor mautnya ia ayun untuk me nangkis
keris pusaka yang kelihatannya seperti halilintar menyambar
itu. Adapun Cekel Aksomolo yang paling tinggi ilmunya, sudah
me mutar- mutar tasbehnya sehingga terdengar suara nyaring
sedangkan ia mengerah kan tenaga menjejak tanah melompat
ke belakang sa mpai lima meter, menjauhi pusaka yang
panasnya menggila itu.
"Tringggg syeeetttt....... aauuuggghhh....... !!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hebat bukan main akibatnya. Dalam detik-detik menger ikan
itu, penggada Wojo Ireng pecah dan terlempar jauh dari
tangan Ki Krendoyakso, juga kolor maut putus-putus dan
hangus, kemudian dis usul robohnya tubuh Ki Krendoyakso
yang tinggi besar seperti raksasa ketika dadanya tersentuh
ujung keris pusaka Brojol Luwuk. Ia terjengkang roboh dan
tewas seketika dengan dada hangus seperti disambar petir!
Ki Warok Gendroyono yang merasa tangannya terbakar
ketika kolor mautnya bertemu keris pusaka, kini mundurmundur dengan muka pucat. Namun Endang Patibroto tidak
me mber i a mpun lag i. Gadis ini dengan muka beringas sudah
menyerbu lagi ke depan, didahului keris pusakanya yang
menger ikan. Ki Warok Gendroyono bukanlah seorang penakut, juga ia
terkenal sakti mandraguna. Namun sela ma hidupnya baru kali
ini ia berhadapan dengan pusaka yang sedemikian a mpuhnya.
Menghadapi gadis ini saja kalau ia seorang diri, ia takkan
menang. Apalagi sekarang gadis itu me mbawa sebuah keris
pusaka yang luar biasa. Namun ia ma klum bahwa jalan keluar
tidak ada iagi, maka ia lalu menggereng seperti harimau dan
dengan nekat ia me nubruk maju.
Akan tetapi perbuatannya ini sa ma dengan mengantar
nyawa karena sebelum ia dapat mencengkeram gadis itu,
hawa yang keluar dari keris pusaka sudah me mbuat tubuhnya
seakan-akan lumpuh dan di lain saat iapun me ngeluarkan
pekik dahsyat,terjengkang dan ia roboh tewas di de kat mayat
Ki Krendoyakso!.
"Cekel busuk ! Kau hendak lar i ke mana...... ?" "
Cekel Aksomolo cukup cerdik. Melihat betapa dua orang
kawannya roboh sedemikian mudahnya, ia maklum bahwa
menghadap i gadis dengan pusakanya yang ampuhnya
menggila itu, jalan paling baik adalah lar i menyelamatkan diri!
?"k" ia sudah men ga mbil langkah seribu me larikan diri ke
selatan. Siapa kira, gadis itu me miliki gerakan yang jauh lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gesit dan tangkas daripada kedua kakinya yang sudah tua dan
buyuten, maka dalam be lasan kali loncatan saja Endang
Patibroto sudah dapat mengejarnya! Terpaksa kake k ini
me mba likkan tubuhnya, kedua kakinya menggigil ketakutan
dan wajahnya pucat!
"Huuuh-huh-huh....... tobat-tobat....... Endang Patibroto,
engkau mau apakah awakku yang sudah tua renta ini" Auhhh,
bocah ayu, bocah denok, kau jangan terlalu kejam, ya" Aku
sudah tua, umurku tak berapa la ma lagi, tidak diapa-apakan
juga akan mati sendiri! Masa kau tega me mbunuhku, anak
rnanis......! "
Muak rasa perut Endang Patibroto menyaksikan sikap
pengecut Cekel Aksomolo ini. Ia sudah banyak mendengar
tentang sepak terjang cekel tua ini yang amat menjijikkan.
Betapa si tua bangka ini banyak disuguhi wanita-wanita muda
yang cantik-cantik, yang menjadi kegemarannya. Dia bagaikan
seekor bandot tua yang makin tua makin gila, makin suka
makan daun-daun muda, bagaikan seekor kumbang tua yang
suka mengisap madu kembang-ke mbang yang baru mekar.
Juga ia banyak mendengar betapa kakek ini dapat bersikap
galak dan kejam tak mengenal a mpun. Masih terbayang
olehnya betapa dahulu, di Pulau Sempu, mereka yang
mengeroyok eyangnya juga dipimpin oleh kakek ini.
"Cekel Aksomolo, tak perlu banyak cerewet lagi. Hadapilah
kematian mu seperti seorang yang ber ilmu!"
Setelah berkata demikian, Endang Patibroto siap menerjang. Na mun ia didahului oleh Cekel Akso molo.
Karena merasa bahwa bujuk dan minta a mpun akan
percuma belaka, kakek ini sudah men dahului de ngan serangan
jarak jauh yang hebat. Tasbehnya diputar dan dihantamkan ke
arah Endang Patibroto, disusul tangan kirinya yang
menggunakan gerak dorong disertai hawa sakt i sehingga
serangkum angin pukulan yang dahsyat menyambar ke arah
Endang Patibroto.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis perkasa ini terkejut. Hebat juga pukulan jarak jauh
lawan ini. Iapun cepat mengerahkan tenaga di tangan kiri dan
mendoro, ke depan untuk rnelawan pukulan jarak jauh kakek
itu, kemudian keris pusaka Brojol Luwuk ia gerakkan dari
samping yang men imbulkan serangkaian hawa panas
me mbara "me motong " dari samping. Berkat hawa panas dan
keampuhan keris sakt i ini, bobollah tena ga pukulan jarak jauh
Cekel Aksomolo sehingga me mungkinkan gadis itu terus
menerjang ma ju.
"Aauuuuh, kau benar-benar kejam me mbunuhku..... " "
teriak Cekel Aksomolo, na mun teriakannya ini hanya untuk
me mbuyarkan perhatian lawan karena tasbehnya sudah
berputar cepat me mbentuk lingkaran-lingkaran berbahaya
yang mengirim serangan-serangan maut secara bertubi-tubi
ke arah tubuh Endang Patibroto. Gadis ini setelah tadi
menga la mi kekalahan pahit karena kurang waspada, kini tidak
berani me mandang rendah lagi dan cepat-cepat keris
pusakanya digerakk?" menangkis.
Begitu keris itu bergerak, serangkum hawa panas
menya mbar dan tasbeh itu terpental sebelum bertemu dengan
keris. Cekel Aksomolo terkejut bukan ma in. Tasbehnya adalah
senjata yang ampuh, merupakan barang pusaka yang dua kali
sepekan ia beri sesajen. Akan tetapi kini berhadapan dengan
pusaka di tangan gadis itu, tasbehnya menjadi melempe m
seperti kerupuk bertemu air, lenyap wibawa dan dayanya.
Mendadak kakek tua renta itu me mbunyikan tasbehnya
dengan nyaring se kali. Betapapun perkasanya, Endang
Patibroto merasa telinganya sakit dan cepat ia mengerahkan
hawa murni di tubuhnya. Hal ini me mbuat kakek itu mendapat
kesempatan untuk me loncat ke be lakang dan ketika Endang
menerjang maju, tangan kiri kakek itu bergerak dan
me luncurlah belasan s inar hitam yang menya mbar ke arah
bagian-bagian berbahaya dari tubuh Endang Patibroto. Itulah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senjata rahasia ganitri (biji tasbeh) yang amat hebat dan
berbahaya! "Haaaiiittt......... !!"
Endang Patibroto berseru keras sa mbii cepat-cepat
me mutar senjata kerisnya di depan tubuhnya. la maklum
betapa hebat dan berbahayanya sinar-sinar hitam itu, maka ia
menganda lkan keampuhan pusa kanya. Benar saja, hawa
panas pusakanya yang diputar di depan tubuh merupakan
benteng yang amat kuat sehingga se mua ganitri runtuh di
atas tanah sebelum me nyentuh keris nya.
Dengan marah Endang Patibroto mengeluarkan panah
tangan dan sekaligus ia melepas tujuh batang panah tangan
yang diluncurkan menjad i tiga rombongan mengarah tubuh
bawah, tengah dan atas!
"Uuhhhh........ !"
Cekel Aksomolo kaget sekali. Ia meiihat betapa tiga
rombongan panah tangan itu me luncur cepat dan kiranya
akan sukar kalau ia mengelak sero mbongan de mi
serombongan, ?"" pula menangkis, maka ia lalu berteriak
keras dan tubuhnya mencelat t inggi keudara seh ingga tiga
rombongan panah itu me luncur cepat jauh di bawah kakinya.
Akan tetapi, Endang Patibroto yang sudah menduga bahwa
lawannya tentu akan menghindarkan serangan panahnya itu
dengan meloncat tinggi ke atas, segera meme kik nyaring dan
tubuhnya juga mence lat tinggi ke depan, menerjang tubuh
kakek yang masih melayang itu. Betapa kagetnya Cekel
Aksomolo ketika melihat sinar abu-abu yang mengerikan
me luncur ke arah dadanya.
Cepat ia menggerakkan tasbehnya dengan nekat
menang kis keris pusaka Brojol Luwuk.
"Cringgg....... bretttt........ !!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tasbeh itu putus dan biji tasbehnya runtuh se mua ke atas
tanah. Kakek itu menjerit, akan tetapi jeritnya terhenti di
tengah-tengah ketika ujung keris pusaka Brojol Luwuk sudah
mencium ulu hatinya dan sekaligus menyedot darah serta
menghanguskan dadanya. Cekel Aksomolo telah tewas
sebelum tubuhnya terbanting di atas tanah!
Dengan hati puas dan sikap tenang Endang Patibroto
me mandang mayat tiga orang bekas lawan itu sa mbil
menyimpan keris pusaka Brojol Luwuk setelah men cium
gagang keris dan mene mpelkar mata ker is di atas kepalanya.
Pada saa itu terdengar sorak-sorai dan kiranya barisan dari
Jenggala sudah tiba di situ. Sorak-sorai makin menggegapgempita ketika para pasukan Jenggala meiihat betapa tiga
orang sakti yang dari kawan menjad i lawan itu telah
mengge letak mati di pinggir jalan, tewas di tangan senopati
mereka, puteri Endang Patibroto yang sakti mandraguna.
Makin besar hati mereka dengan adanya bukti kesaktian
pemimpin mereka.
Endang Patibroto la lu me loncat naik ke atas kuda,
kemudian ia me mimpin pasukan Jenggala menuju ke se latan,
ke Nusabarung. o)-oodwoo-(o Pulau Nusabarung terletak di sebelah timur, di Laut
Selatan. Endang Patibroto sengaja mengambil jalan ke selatan
karena ia teringat akan Pulau Sempu dan ada keinginan di
hatinya untuk singgah di pulau itu. Ia ingin melihat pulau
bekas tempat tinggal eyangnya, Resi Bhargowo di mana ia
bersama J"k" Wand iro dige mbleng sela ma ha mpir dua tahun.
Juga diam-dia m ia mengharapkan akan dapat menemukan
patung kencana yang disimpan di pulau itu oleh J"k" Wand iro!
Dari pantai selatan di mana tampa k Pulau Se mpu yang tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berapa jauh dari pantai, ia akan memimpin pasukan ke timur
sampai di Nusabarung.
Karena pasukan yang banyak itu tak dapat melakukan
perjalanan cepat, maka Endang Patibroto menyerah kan
pimpinan pasukan kepada perwira-perwira pe mbantunya. Ia
me mber i perintah agar pasukan terus ke selatan sampa i di
pantai laut, di mana ia akan menanti pasukan d i pantai, tepat
berhadapan dengan Pulau Se mpu. Kemudian ia me mbalapkan
kudanya mendahului ke selatan.
Maksud hatinya, ia hendak singgah sebentar di Se mpu dan
pada waktu pasukan tiba di pantai, tentu ia sudah ke mbali dari
pulau itu. Ia akan menyeberang ke Se mpu seperti yang
dilakukan oleh gurunya dahulu, yaitu dengan bantuan
mancung kelapa!
Ketika ia t iba di pegunungan selatan, sudah tak jauh lagi
dari pantai selatan dan melalui sebuah hutan kecil, dari jauh ia
me i hat seorang wanita berjalan seorang diri. Ia menjadi
heran karena di pegunungan seperti itu mengapa seorang
gadis berkeliaran seorang diri" Dan dari jauhpun sudah
tampak bahwa gadis itu bukan seorang gadis dusun atau
gunung. Pakaiannya indah, dan dar i jauh sudah dapat terlihat
bahwa gadis itu seorang yang cantik. Ia menjadi tertarik dan
mengeprak kudanya mengha mpiri. Setelah dekat, gadis itu
me mba likkan tubuh menghadap kepadanya dan dua-duanya
tercengang ketika saling men genai. Gadis itu bukan lain
adalah Ayu Candra!
Endang Patibroto mengena i gadis cantik jelita ini. Inilah
gadis yang dahulu ia serang dengan panah tangan di Telaga
Sarangan. Inilah gadis yang runtang-runtung dengan Jok"
Wandiro. Inilah gadis kekasih J"k" Wandiro. Ia terbayang
ketika J"k" Wandiro me meluknya di hutan itu, membelai dan
menciumi ra mbutnya dari belakang. Dia disangka kekasihnya.
Tentu disangka gadis inilah! Endang Patibroto sebetulnya tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengenal Ayu Candra, tidak pula ada hubungan sesuatu
antara dia dan Ayu Candra. Akan tetapi, entah bagaimana,
kenyataan bahwa gadis itu
kekasih J"k" Wandiro,
men imbulkan benc i di da la m hatinya. Ia tersenyum mengejek
dan me mandang dengan sinar mata taja m.
Di lain fiha k, Ayu Candra menahan kebencian hatinya yang
me luap-luap ketika ia me lihat bahwa yang datang berkuda
adalah Endang Patibroto. Inilah wanita yang telah me mbunuh
ibunya! Ketika J"k" Wandiro muncul dan bertanding dengan Ki
Jatoko, Ayu Candra telah menyembunyikan diri. Kemudian ia
lari dan di dalam hutan secara kebetulan se kali ia menyaksikan
pertempuran antara J"k" Wandiro dan Endang Patibroto,
me lihat betapa J"k" Wand iro kakak kandungnya itu me me luk
Endang Patibroto yang disangka dirinya. Kemudian mendengar
percakapan mereka.
Betapa hancur hatinya ketika J"k" Wandiro secara terangterangan menyatakan kepada Endang Patibroto bahwa


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

biarpun pemuda yang menjadi kakaknya itu tahu bahwa puteri
perkasa ini yang me mbunuh ibu kandung mereka, kakaknya
itu tidak akan me mbalas denda m ! Jadi gadis inilah yang
me mbunuh ayah bundanya. Gadis ini yang pernah melukainya
pula dengan panah tangan!
Karena hatinya kecewa meiihat kakak kandungnya, ia tidak
kuat mendengarkan percakapan mereka lebih lanjut sehingga
tidak se mpat menyaksikan pertandingan antara J"k" Wandiro
dan Endang Patibroto, tidak tahu pula bahwa J"k" Wandiro
hampir tewas dalam pertandingan itu oleh kecurangan Ki
Jatoko. Ia sudah mendengar "ukup jelas. Ia tahu bahwa ia
tidak akan dapat melawan Endang Patibroto, maka ia
menga mbil keputusan untuk mencari ke Pulau Se mpu, untuk
me mba las dan me mbunuh ibu gadis itu yang menurut
percakapan itu telah pindah dan berse mbunyi ke Sempu.
Dapat dibayangkan betapa kagetnya ketika ia melihat
munculnya Endang Patibroto yang ia sang ka tentu mengejar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kini menyusulnya. Biarpun ia tahu bahwa ia tidak menang
menghadap i Endang Patibroto, namun Ayu Candra sudah
bulat tekatnya untuk me mbalas denda m atas kematian ayah
bundanya. la telah melakukan perjalanan yang penuh
kesukaran dan a mat la mbat.
Ia tidak berani melakukan perjalanan di siang hari, takut
kalau-kalau tersusul oleh Ki Jatoko atau Endang Patibroto atau
J"k" Wandiro yang mengejarnya.
Di waktu siang ia bersembunyi, di waktu ma la m saja ia
me lanjutkan perjalanan ke Se mpu. Setelah dekat dengan
pantai selatan, barulah beberapa hari ini ia melakukan
perjalanan di siang har i. Siapa kira, di sini ia tersusul musuh.
"Perempuan keji!" Tiba-tiba Ayu Candra menda mprat, ia
tidak tahan melihat senyum mengejek dan me nghina itu.
"Turunlah dari kuda mu dan mari kita bertanding mengadu
nyawa. Aku untuk me mbalas kematian ayah bundaku di
tanganmu, dan engkau untuk me mperbesar dosa-dosamu
sebagai seorang iblis betina!"
Endang Patibroto hanya mengenal Ayu. Candra sebagai
kekasih Joko Wandiro, ia malah tidak tahu siapa nama gadis
ini dan dari mana. Maka tentu saja ia men jadi terheran-heran
mendengar ucapan itu. Dengan gerakan ringan ia melompat
turun dari atas kudanya, lalu me mbiar kan kudanya makan
rumput. Ia sendiri mengha mpiri Ayu Candra yang sudah
menghunus keris, lalu bertanya, lebih heran dan ingin tahu
daripada marah,
"Eh, eh, kau ini bocah lancang mulut! Dahulu engkau
kupanah karena lan cang mulut, sekarang mungkin akan
kubunuh karena lancang mulut pula. Siapakah engkau ini dan
mengapa kau bilang hendak membalas kematian ayah
bundamu di tanganku" Siapa mereka?"
"Perempuan iblis! Dengarlah baik- ba ik. Namaku Ayu
Candra dan ayahku adalah Ki Adibroto, ibuku Listyokumolo.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena mereka itu sudah kaubunuh, sekarang aku minta ganti
jiwamu atau kau bunuh sekal an a ku! "
Setelah berkata demikian, Ayu Candra sudah menerjang
maju dengan tusukan ker isnya.
o)O---dw---O(o Jilid 35 Endang Patibroto hanya miringkan tubuh menge lak lalu
menang kis lengan Ayu Candra. Perlahan gerakan ini namun
cukup me mbuat Ayu Candra terhuyung ke depan. Endang
Patibroto menjadi terheran-heran kemudian mendongkol
sekali. Jadi gadis inikah yang disebut-sebut oleh Ki Jatoko"
Gadis inikah yang oleh Ki Jatoko dikatakan adik kandung juga
kekasih Joko Wancfiro" Tak salah lagi. Gadis ini mengaku
sebagai puteri Listyokumolo, sedangkan Joko Wand iro juga
putera listyokumolo. Mereka ini seibu lain ayah, akan tetapi
saling me ncinta!
"Aha, jadi engkaukah yang bernama Ayu Candra" Hendak
me mba las kematian ayah bundamu" Hemm, boleh sekali.
Majulah!" Ayu Candra sudah menerjang lagi, mengerahkan se luruh
tenaganya menusukkan kerisnya ke arah perut Endang
Patibroto. Tentu saja ilmu kepandaian Ayu Candra bukan apaapa bagi Endang Patibroto. Tanpa mengelak, ia menggunakan
tangan kirinya menangkap perge langan tangan lawan yang
me megang keris dan sekali tangan kanannya menyambar
dengan dua buah jarinya mengetuk leher, Ayu Candra
menge luh per lahan dan roboh terguling, pingsan!
Ketika sadar dari pingsannya, Ayu Candra mendapatkan
dirinya diseret-seret di atas tanah. Untung ia tidak lama
pingsan sehingga kulit punggungnya tidak terluka parah,
hanya lecet sedikit. Cepat ia mengerahkan tenaga dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk me lindungi punggungnya yang tersangkut-sangkut
tanah kasar dan rumput serta duri. Kedua tangannya ternyata
terbelenggu pada pergelangannya. Kemudian ia me loncat
bangun dan terpaksa me langkah ke depan.
Endang Patibroto memegang i ujung tali yang mengikat
kedua tangan Ayu Candra. Ia menunggang kudanya yang
dijalankan perlahan. Dari gerakan pada tali yang dipegangnya
ia maklum bahwa orang yang menjadi tawanannya itu telah
siuman, akan tetapi Ejpdang Patibroto diam saja, pura-pura
tidak tahu. "Endang Patibroto pere mpuan keji! Kalau kau seorang
wanita gagah dan bukan pengecut rendah, hayo kaulepaskan
aku dan mari kita bertanding sampai seorang di antara kita
mengge letak tak bernyawa lag i!"
Akan tetapi Ending Patibroto tidak menjawab, menengo kpun tidak, hanya me mpercepat jalannya kuda
sehingga terpaksa Ayu Candra berlari-lari kecil men gikuti kuda
karena kalau tidak de mikian ia tentu akan jatuh dan diseretseret seperti tadi! Ayu Candra memaki-maki dan menantangnantang namun s ia-sia belaka. Endang Patibroto. tidak
menjawabnya. "Iblis betina, kalau begitu kaubunuh saja aku! Perlu apa
kautawan aku" Hayo, bunuhlah aku. Ayu Candra tidak takut
mati!" teriak Ayu Candra yang sudah tak kuat menahan
kemarahannya lagi sehingga suaranya mengandung isak.
Kini Endang Patibroto menoleh, tersenyum mengejek.
"Me mbunuhmu" Hah,
mudah sekali kalau a ku mau
me mbunuhmu. Akan tetapi tidak begitu enak saja, Ayu
Candra! Engkau tidak akan kubunuh, melainkan akan
kujadikan mangsa orang buntung yang men jijikkan itu!"
Ayu Candra tercengang. Orang buntung" Bukankah Ki
Jatoko yang dimaksudkan wanita iblis itu" Agaknya Endang
Patibroto juga dapat menduga apa yang dipikirkan Ayu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Candra. Ia menahan kudanya dan berkata, suaranya nyaring
penuh ejekan, "Benar dugaan pikiran mu, Ayu Candra. Orang yang kau
anggap manusia baik-baik, Ki Jatoko itu, hi-hi-hik dia tergilagila kepadamu dan ingin menjadikan engkau isterinya! Ah, aku
seribu kali lebih suka melihat engkau menjad i isteri si buntung
yang mukanya seperti serigala itu daripada melihat kau mati!"
Setelah berkata
demikian, kembali Endang Patibroto
menja lankan kudanya agak cepat. Ayu Candra terguling roboh
dan terseret sampai beberapa meter, akan tetapi ia segera
me loncat dengan sigapnya dan kembali ia harus berlarian
untuk mencegah jangan sampai terseret-seret. Tadi ia
terlongong sehingga terseret jatuh. Ia terlalu heran. Ki Jatoko
menghendaki aku menjad i isterinya" Ia masih amat heran dan
merasa ngeri juga. Akan tetapi berbareng timbul harapannya.
Ia masih belum percaya penuh bahwa Ki Jatoko me mpunyai
niat seperti itu. Siapa tahu kalau orang buntung itu akan
meno longnya apabila me lihat dia menjadi tawanan Endang
Patibroto. Namun, betapapun juga, hatinya merasa tidak enak
karena ia teringat akan sikap si buntung itu yang terlalu manis
kepadanya, bahkan kini terngiang di telinganya ucapan Ki
Jatoko pada waktu mereka berada di bukit Anjasmoro. Ucapan
yang dikeluar kan dengan suara me nggetar penuh perasaan,
"...sisa hidupku ini kuperuntukkan dirimu seorang. Asal
kelak engkau dapat mengasihi seorang buntung seperti a ku,
ahhh....... rela aku ber korban apa saja untukmu, manis."
Teringat ini se mua bulu tengkuk Ayu Candra mere mang.
Jangan-jangan benar ancaman Endang Patibroto itu! Janganjangan si buntung tua bangka itu benar-benar mengandung
niat keji terhadap dirinya! Mula ilah Ayu Candra menyesal.
Bayangan Joko Wandiro me menuhi pandang matanya dan
beberapa titik air mata men impa kedua pipinya. Mengapa ia
men inggalkan Joko Wandiro" Mengapa ia tidak menggantungkan nasib dirinya dalam perlindungan kakak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kandung, bekas kekasihnya itu" Mengapa ia terlalu percaya
kepada Ki Jatoko" Kalau saja ia bersa ma Joko Wand iro, tiada
seorangpun akan berani mengganggunya. Sambil berlari-lari
cepat mengikuti larinya kuda, Ayu Candra menangis penuh
sesal di hatinya. Ia tidak takut mati, na mun ia merasa ngeri
mendengar anca man tadi, ngeri dan takut. Sebagai puteri Ki
Adibroto yang mengge mblengnya sejak kecil dengan watak
satria dan pendekar, ia sanggup menghadapi maut dengan
mata terbuka. Akan tetapi sebagai seorang wan ita, ia merasa
ngeri sekali menghadapi anca man yang lebih hebat daripada
maut itu. Diperisteri si buntung yang buruk rupa Ki Jatoko!
Dan dalam keadaan bagaimanapun juga, ia ma klum bahwa ia
bukan lawan Endang Patibroto maupun Ki Jatoko sehingga
me lawanpun akan sia-sia. Lebih baik ia bunuh diri! Akan
tetapi, bahkan bunuh diripun takkan mungkin kalau ia berada
di dekat dua orang yang sakti ini!
0o-d-w-o0 Di kaki Gunung Bromo sebe lah timur, dalam sebuah hutan
yang amat angker di mana terdapat sumber mata air Sungai
Bondoyudo, di situlah tempat pertapaan Bhagawan Kundilomuko, yang sekaligus menjad i pusat atau markas para
pengikutnya yang jumlahnya mende kati seratus orang! Di
dalam hutan itu dibangun pondok-pondok ba mbu yang banyak
jumlahnya, menge lilingi sebuah bangunan kayu yang besar
dan megah, yang berdiri di dekat mata air Sungai Bondoyudo
di mana tu mbuh sebatang pohon waringin yang besar sekali.
Bangunan kayu inilah tempat sang bhagawan bertapa dan
ber- senang senang, dan di situ pula terdapat sebuah ruangan
yang luas sekali, tempat para pengikutnya berkumpul dan
tempat diadakannya upacara-upacara keagamaan. Hutan ini
disebut hutan Durgaloka. Selain hutan Durgaloka yang
menjad i pusat, sang bhagawan mempunyai pula sebuah
tempat bertapa di mana ia sering kali pergi mengas ingkan diri,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya diikuti beberapa orang muridnya tersayang, yaitu di
hutan Gumukmas yang berada di tepi pantai Laut Se latan.
Sang Bhagawan Kundilomuko ada lah seorang kakek yang
sudah berusia tinggi.
Tidak ada seorangpun tahu berapa usia kakek ini. Banyak
di antara para muridnya menduga bahwa sedikitnya kake k itu
tentu sudah berusia seratus tahun! Tubuhnya tinggi kurus,
akan tetapi masih tegak dan na mpak kuat. Rambutnya
panjang terurai, sudah putih semua, halus seperti benang
sutera. Kumis dan jenggotnya juga panjang dan putih se mua.
Namun ra mbut, kumis dan jenggot itu selalu terpelihara baikbaik, biarpun terurai, na mun halus dan bersih, tidak kumal
berkat pemeliharaan para murid- muridnya terkasih yang
setiap waktu menyis iri ra mbut itu. Wajahnya yang kurus masih
me mbayangkan garis-garis wajah laki-laki tampan, tidak
tampak kisut, masih segar seperti wajah seorang muda.
Bahkan sepasang matanya sama sekali be lum la mur, masih
tajam dan penuh semangat. Hanya gerak-geriknya yang halus,
suaranya yang lemah lembut itu saja yang menyatakan bahwa
dia seonang kakek pertapa yang berilmu tinggi.
Inilah dia pendeta yang menjadi ayah Ni Durgogini dan Ni
Nogogini! Dan agaknya dua buah anting-anting yang
tergantung di kedua telinganya itulah yang me mbuat ia
me mpunyai sebutan Kundilomuko (kundilo = anting anting).
Apabila orang bertemu dengan Bhagawan Kundilomuko,
apalagi bertemu di tempat sunyi, tentu akan mengganggap
tanpa keraguan lagi bahwa dia adalah seorang pendeta yang
hidup bers ih dan suci seorang yang berilmu dan sakti.
Memang tak dapat disangkal lagi bahwa Bhagawan
Kundilomuko adalah seorang pendeta yang berilmu dan sakti.
Akan tetapi hidup bersih dan suci" Hal ini masih disangsikan,
me lihat keadaan di pertapaan Durgaloka itu. Sebagian besar
murid-muridnya adalah wanita-wanita muda yang cantikcantik dan yang me menuhi te mpat itu. Pakaian para murid itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanyalah kain putih yang tipis dan halus seperti sutera
sehingga terbayanglah bentuk tubuh mereka. Murid-murid pria
hanya ada tiga puluh orang dan semua murid pr ia bertugas di
luar rumah sang pendeta. Memang kalau siang hari te mpat itu
tampak sunyi dan bers ih mirip te mpat-tempat pertapaan yang
keramat. Akan tetapi apabila matahari telah menghilang,
tempat itu berubah menjadi te mpat pengumbar nafsu sang
pendeta dan murid-muridnya. Lebih-lebih lag i kalau malam
bulan purnama! Sebulan sekali di waktu bulan purnama,
Bhagawan Kundilomuko mengadakan upacara keagamaan,
me muja Bathari Durgo dengan tari-tarian yang luar biasa!


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Murid-muridnya yang tercantik akan melakukan tari-tarian
yang hebat menggairahkan, penuh nafsu, dan pada purcak
tari-tarian, gadis-gadis yang bergerak bukan atas kehendak
pribadi me lainkan sudah dikuasai ke kuasaan-kekuasaan h itam
itu menangga lkan pakaian mereka sampa i telanjang bulat
sambil me nari-nari!
Bhagawan Kundilomuko adalah seorang penyembah Bathari
Durgo. Tempat pertapaannya penuh dengan arca-arca Bathari
Durgo, bahkan di ruangan yang luas, tepat di atas sumber
mata air Sungai Bondoyudo, terdapat sebuah patung Bathari
Durgo yang indah sekali buatannya, sebuah patung kayu
sebesar manusia yang seakan-akan hidup, dihias dengan e mas
intan dan sutera beraneka warna. Di sinilah pusat keramaian
upacara di malam bulan purnama me muja Sang Bathari Durgo
ratu sekalian iblis!
Namun pada pagi hari itu, pada wajah para murid sang
bhagawan, terbayang kecemasan. Mereka t idak banyak bicara,
namun pandang mata yang saling ditukar cukup menyatakan
kegelisahan hati mereka. Apakah yang telah terjadi"
Pagi tadi, pagi-pagi sekali, seorang tamu yang buruk rupa
dan buntung kedua kakinya datang mengunjungi sang
bhagawan. Ki Jatoko atau Jokowanengpati telah datang di
tempat itu. Seperti diketahui, di waktu belum cacad dahulu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jokowanengpati adalah kekasih Ni Durgogini dan sudah
mengenal pula Bhagawan Kundilomuko, bahkan sudah
beberapa kali datang mengunjungi te mpat ini. Semenjak
kakinya buntung, belum pernah ia datang.
Mengapa kini ia datang berkunjung" Ki Jatoko me mang
seorang yang cerdik bukan main. Seperti telah diceritakan di
bagian depan, dia mencari-cari Ayu Candra, akan tetapi
bertemu dengan Endang Patibroto yang dapat pula
dibujuknya. Ketika ia tiba di Kerajaan Jenggala dan
mendengar akan persekutuan yang hendak merobohkan
Jenggala, tentu saja ia lalu menanti angin ba ik dan mencari
siasat. Ia maklum bahwa tak mungkin ia seterusnya bersekutu
dengan Endang Patibroto yang memandang rendah kepadanya. Apalagi kalau kelak puteri Kartikosari ini tahu
bahwa dia adalah Jokowanengpati musuh besar ibunya, tentu
gadis yang sakti dan ganas melebihi setan itu akan
me mbunuhnya. Maka segera me mihak para pe mberontak dan
dia m-dia m menanti saat baik untuk masuk persekutuan itu.
Dia m-dia m ia me masang mata dan telinga, mencari
kesempatan. Dapat dibayangkan betapa kaget dan takutnya ketika ia
mendengar tentang matinya Ni Durgogini dan Ni Nogogini di
tangan Endang Patibroto! Tadinya ia sudah kegirangan karena
dua orang, wanita itu telah dapat menguasai sang prabu.
Maka Ki Jatoko yang cerd ikitu lalu cepat-cepat mengunjungi
Bhagawan Kundilomuko untuk mengabar kan tentang kematian
dua orang puterinya itu, sekaiian untuk menawarkan
tenaganya untuk bersekutu.
Setelah Bhagawan Kundilomuko mengadakan persekutuan
rahasia dengan Adipati Jagalmanik di Nusabarung, pertapaan
Durgaloka dijaga keras oleh anak buah atau murid-muridnya.
Oleh karena ini, ketika Ki Jatoko yang buntung dan buruk rupa
itu muncul, para murid yang menjaga menjadi curiga dan
hampir saja menyerangnya. Biarpun Ki Jatoko telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mper kenalkan d iri sebagai Jokowanengpati, na mun mereka
tidak percaya dan tidak me mperkenankan dia me masu ki
wilayah pertapaan Durgaloka.
Untung bagi Ki Jatoko bahwa pada saat itu kebetulan sekali
sang bhagawan keluar dari pondok dan melihat ribut-ribut ini
lalu mengha mpiri. Sang bhagawan adalah seorang yang
waspada dan ia mengenal Jokowanengpati yang kini telah
menjad i seorang tapadaksa, buntung dan buruk rupa. Maka
cepat ia me mpersilah kan si buntung itu masuk dan
mengikut inya ke dala m pondok.
"Raden Jokowanengpati, bagaimanakah keadaan andika
sampai seperti ini?" Setelah mereka duduk berhadapan di
dalam pondok, pendeta tua itu bertanya, memandang tajam
penuh iba hati.
Ki Jatoko mengerutkan alisnya dan mengge leng-geleng
kepala sambil menar ik napas panjang. "Aaahhh, memang
sudah dtyehendaki Dewata, paman bhagawan. Nasib buruk
terpedaya musuh sampai menjad i begini.
Akan tetapi, biarpun
tubuh sudah menjadi
begini dan na ma saya
sudah berubah menjadi
Ki Jatoko, setidaknya
saya masih hidup!. Yang lebih menyedihkan
adalah nasib kedua puteri pa man, Ni Durgogini dan Ni Nogogini, mereka telah
dibunuh orang"
"Aaauuuurrrrgggghh!
" Tiba-tiba pendeta tua itu meloncat dari bangkunya sa mpai
tinggi dan suara yang bukan menyerupai suara manusia keluar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari kerongkongannya. Ketika tubuhnya turun, ia berdiri tegak,
kedua tangan terkepal, mata menyinarkan cahaya berapi-api,
mulut yang tersembunyi di balik Jengger lebat itu
menge luarkan busa!
"Siapa pe mbunuhnya bagaimana........?""
Suaranya tersendat-sendat, sukar keluarnya.
"Ah, ketiwasan (celaka), paman bhagawan. Rencana gusti
adipati di Nusabarung dan pa man sekalian untuk menyerbu
Jenggala telah diketahui. Tadinya kedua puteri paman
me mang sudah ha mpir berhasil menguasai sang prabu di
Jenggala. Akan tetapi, celaka sekali, para pangeran sudah
dapat menduga akan rencana pe mberontakan sehingga
mereka mengutus kepala pengawal, puteri sakti Endang
Patibroto menyerbu ke taman sari istana dan me mbunuh
mereka! Bahkan Endang Patibroto telah diberi tugas untuk
me mimpin pasu kan menyerbu ke Nusabarung, pa man!"
"Babo-babo, si keparat Endang Patibroto! Seperti apa
maca mnya wanita itu........ hemmm....... akan kuhancurlumat kan tubuhnya. ......!!" Kakek tua renta itu
berkerot gigi dan mengepa l kedua tangannya.
"Ah, paman bhagawan, dia sungguh seorang wanita muda
yang sakti mandraguna, sa ma sekali tak boleh dibuat mainma in. Dia ada lah murid tungga l terkasih dari Sang Dibyo
Mamangkoro."
Terkejutlah Bhagawan Kundilomuko mendengar ini dan
sejenak ia termenung. Ia pernah bertemu dengan Dibyo
Mamangkoro dan harus ia a kui bahwa ilmu kesaktian Enbyo
Mamangkoro adaiah luar biasa sekali, jauh di atas tingkat
ilmunya sendiri. Untu k menghadap i murid raksasa itu, agaknya
sukar untuk mencar i kemenangan. Ia mengangguk-angguk
dan diam-dia m ia menga mbil keputusan untuk me mpergunakan ilmu hitamnya. Hanya dengan ilmu hitamnya,
ia akan dapat mengatasi lawan setangguh itu. Hatinya agak
cemas ketika ia mendengarkan Ki Jatoko yang mulai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menutur kan tentang kesaktian Endang Patibroto yang kini
diangkat senopati oleh Sang Prabu Jenggala untuk me mimpin
barisan menyerbu Nusabarung.
"Kalau begitu kita harus cepat-cepat memberi laporan ke
Nusabarung. Harus bersiap sedia menyambut datangnya
barisan Jenggala!"
Kakek itu dengan gugup lalu mengumpulkan anak muridnya dengan isyarat tepukan
tangan. Berserabutanlah wanita muda dan cantik datang ke
ruangan itu sehingga Ki Jatoko yang terkenal mata keranjang
sibuk menggunakan matanya berpesta-pora me mandangi
wajah yang cantik-cantik dan tubuh yang muda dan montok
menarik. Kakek pendeta itu me mbagi-bagi tugas. Ada yang
disuruh mengabarkan ke Nusabarung, ada yang disuruh
mengatur penjagaan ketat di sekitar daerah pertapaan
Durgaloka, dan lain-lain persiapan. Bahkan ada yang disuruh
mencari keterangan tentang pasukan musuh yang sedang
mendatangi. Seketika keadaan di pertapaan Durgaloka
menjad i gelisah dan semua anak murid bersiap-siap.
Melihat kegugupan kake k pendeta, Ki Jatoko diam saja,
kemudian setelah sang pendeta selesai me mbagi-bagi tugas,
ia la lu berkata,
"Harap paman tenang. Saya sudah mempunyai rencana
bagus dan jika pa man bhagawan menyetujui rencana dan
siasat saya, tanggung sekali pukul kita akan dapat me metik
dua keuntungan."
Bhagawan Kundilomuko yang merasa berduka atas
kematian kedua orang anaknya dan juga ge lisah mendengar
akan kegagalan siasat pemberontakan mereka, cepat menaruh
perhatian dan segera menarik tangan Ki Jatoko diajak
berunding di kamar dalam. Ia me mberi isyarat kepada lima
orang wanita cantik yang menjad i murid-murid terkasih untuk
men inggalkan kamar itu, ke mudian me nghadapi Ki Jatoko.
"Sekarang jelaskanlah apa rencanamu itu, Raden Joko"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Harap paman selanjutnya menyebut saya Jatoko saja,
karena nama la ma itu sudah saya kubur bersa ma....... dua
buah kaki saya."
"He mm, baiklah, anakmas Jatoko. Katakanlah bagaimana
rencanamu itu dan percayalah, kelak aku yang akan
menya mpaikan jasa-jasamu kepada adipati di Nusabarung
apabila rencana mu berhas il."
"Begini, pa man bhagawan. Siasat saya ini untuk
menghadap i tiga persoalan. Pertama untuk menanggulangi
tentara Jenggala yang dipimpin Endang Patibroto menyerbu ke
Nusabarung. Ke dua untuk me lanjutkan rencana penyerangan
kita ke Jenggala dan ke tiga untuk menghadapi Endang
Patibroto yang sakti mandraguna."
Girang hati kake k pendeta Bhagawan Kundilomuko
mendengar ini. Ia segera mendesak si buntung itu
menje laskan siasatnya. Dengan suara berbisik-bisik Ki Jatoko
yang sudah kehilangan kedua kaki na mun tidak kehilangan
muslihat dan kecerdikannya, menjelaskan siasatnya. Kakek
pendeta itu mengangguk-angguk dan dengan wajah girang
sekali ia menepuk-nepuk pundak Ki Jatoko.
"Bagus.......! Bagus sekali, anakmas Jatoko....... Ha-ha-haha, bagus sekali! Ah, sayang mengapa baru sekarang kau
muncul. Kalau dulu-dulu kau datang me mbantu, kita tidak
akan mengalami ma lapetaka seperti sekarang ini..!"
Bhagawan Kundilomuko lalu me man ggil Pusponila, seorang
di antara muridnya yang terkasih dan terpercaya. Gadis
berusia dua puluh tahun lebih ini cantik man is dan ce katan,
berkulit hita m ma nis dan ber mata tajam. Ia datang ber lutut
dan menyembah guru dan junjungannya. Pusponila ini yang
mendapat tugas untuk secepat mungkin pergi menghadap
Sang Adipati Jagalmanik di Nusabarung untuk menyampaikan
siasat yang diajukan Ki Jatoko, mempersiapkan dua pasukan.
Pasukan kecil untuk me mbantu pertapaan Durgaloka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menya mbut pasukan Jenggala, adapun pasu kan besar untuk
menyerang Jenggala.
Belum la ma Pusponila berangkat, datanglah tiga orang
murid laki-laki ber lari-lar i dengan muka pucat. Mereka datang
menunggang kuda dan tak pernah berhenti siang malam
sehingga kuda mereka roboh mati di jalan, lalu mereka terus
me lanjutkan perjalanan dengan berlari-lari cepat. Mereka
adalah sebagian dari anak murid yang bertugas di luar dan
sudah la ma mereka bertugas me mata- matai gerak-gerik
Kerajaan Jenggala. Dengan napas tersengal-sengal mereka
menya mpaikan berita tentang kematian Cekel Aksomolo, Ki
Warok Gendroyono dan Ki Krendoyakso di tengah jalan, tewas
di tangan Endang Patibroto!
Seketika pucat wajah Bhagawan Kundilomuko dan Ki
Jatoko. Sejenak mereka saling pandang dan merasa ngeri.
Betapa saktinya gadis itu yang sekaligus seorang diri telah
berhasil menewaskan tiga orang tokoh jagoan seperti orangorang sakti itu. Dan sekaligus rusaklah siasat dan rencana ke
tiga yang dikemukakan .Ki Jatoko tadi, yaitu siasat hendak
mencegat dan mengeroyok Endang Patibroto mengandalkan
bantuan tiga orang yang sekarang sudah mati itu!


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lalu bagaimana" Di mana se karang gadis iblis itu?""
Bhagawan Kundilomuko bertanya kepada tiga orang muridnya
yang masih terengah-engah. "Ataukah barangkali kalian sudah
begitu ketakutan sehingga tidak berani menyelidiki pula?"
Kalimat terakhir terdengar bengis.
"Ampunkah ha mba, bapa bhagawan yang mulia. Tidak
sekali-kali ha mba bertiga melala ikan kewajiban. Hamba
bertiga dengan susah payah mencari jejak senopati wanita itu
yang men inggalkan pasukannya. Ia menuju ke selatan dan di
tengah jalan ketika ha mba bertiga dapat menyusulnya, dia
telah menyeret-nyeret seorang puteri cantik. Hamba bertiga
lalu cepat-cepat pulang untuk melaporkan se mua itu kepada
bapa guru."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan alis putih berkerut pendeta itu lalu me mberi isyarat
menyuruh murid-muridnya pergi, kemudian ia berpaling
kepada Ki Jatoko. Ia me lihat si buntung itu termenungmenung dengan mata terbelalak dan mulut ternganga.
"Bagaimana baiknya sekarang, anakmas Jatoko?"
Ki Jatoko tampak terkejut. Ketika mendengar penuturan
murid-murid pendeta itu tentang diseret-seretnya seorang
gadis cantik oleh Endang Patibroto, seketika ia teringat kepada
Ayu Candra. Siapa lagi kalau bukan Ayu Candra yang tertawan
oleh Endang Patibroto" Tentu Ayu Candra sudah mendengar
pula percakapan di dalam hutan antara Joko Wandiro dan
Endang Patibroto, dan mengetahui bahwa musuh yang
me mbunuh ayah bundanya adalah Endang Patibroto.
Mendengar pula bahwa Kartikosari tinggal di Pulau Sempu dan
mungkin dia ingin me mba las denda mnya ke pulau itu! Maka
terkejutlah ia ketika ditegur oleh Sarig Bhagawan Kundilomuko. "Ehh.....l Jangan khawatir, paman bhagawan. Bahkan
kebetulan sekali kalau Endang Patibroto masih mendahului
pasukannya. Kalau pasukan dari Nusabarung tiba, ditambah
murid-murid pa man yang perkasa, supaya mengadakan
pencegatan seperti yang telah saya gambarkan. Adapun
tentang Endang Patibroto, karena sekarang tak mungkin kita
menggunakan kekerasan menghadapinya setelah tiga orang
paman yang kita harapkan bantuannya itu tewas semua,
biarlah saya seorang diri menghadapinya. Percayalah, paman
bhagawan, jelek-jelek Ki Jatoko sanggup me mancingnya
masu k ke pertapaan Durgaloka dan dengan akal dan kesaktian
paman bhagawan, saya harap gadis perkasa itu dapat
ditundukkan."
"Ah-ah, bagus sekali, anakmas Jatoko! Asai kau dapat
me mancingnya seorang diri me masuki tempat ini, aku punya
akal untuk menaklukkan iblis itu! Hemm.. ........ pasti dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuhancurleburkan si keparat yang telah me mbunuh dua orang
anakku!" "Eh, paman bhagawan. Saya kira paman akan berpendapat
lain kalau dia sudah masuk ke sini dan dapat ditundukkan."
"Mengapa" Bagaimana.......?"
Ki Jatoko tersenyum menyeringai. "iPa man saksikan send iri
sajalah nanti! Sekarang saya memohon doa restu pa man agar
saya berhaul me mancingnya masu k ke sini."
Segera disediakan seekor kuda yang amat baik untuk Ki
Jatoko dan biarpun ia sudah buntung kedua kakinya, tubuhnya
masih cekatan sekali ketika meloncat naik ke p unggung kuda.
Ia sudah mendengarkan lagi penje lasan-penjelasan tiga orang
anak murid Bhagawan Kundilomuko tadi dan mendengar
gambaran mereka tentang puteri jelita yang ditawan Endang
Patibroto, ia tidak ragu-ragu lagi bahwa tentulah Ayu Candra
puteri itu. Ia menanyakan di mana mereka me lihat wanita
perkasa itu, kemudian me mba iapkan kudanya meninggalkan
pertapaan Durgaloka untuk me mapaki perjalanan Endang
Patibroto dan Ayu Candra yang menjadi tawanannya. Adapun
Bhagawan Kundilomuko juga sudah bersiap-siap mengatur
semua siasat yang dijalankan Ki Jatoko. Ketika pasukan
Nusabarung tiba, ia mengerahkan anak buah atau anak
muridnya, sesuai dengan siasat dan petunjuk Ki Jatoko, untuk
ikut bersa ma pasu kan ini me nghadang barisan Jenggala yang
hendak melakukan penyerbuan ke Nusabarung.
^0odwo0^ "Endang Patibroto .....! Bagus, ternyata engkau memenuhi
janjimu, sungguh gagah perkasa!" teriak Ki Jatoko ketika
bertemu dengan gadis sakti itu di tengah ja lan. Ia
menye mbunyikan ketegangan hatinya ketika me lihat Ayu
Candra yang wajahnya pucat, rambutnya awut-awutan dan
pakaiannya robek-robek, kedua tangannya terbelenggu dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhuyung-huyung di belakang kuda. "Endang Patibroto,
kaulepaskan Ayu Candra dan jangan menyiksanya seperti itu.
Ingat, aku menghendaki dia hidup-hidup."
Endang Patibroto menahan kudanya, memandang taja m
dengan wajah tersenyum mengejek. "Ki Jatoko, perempuan ini
musuhku. Mau kubunuh atau tidak adalah urusanku sendiri.
Karena teringat akan janjimu maka aku masih belum
me mbunuhnya. Tentu saja aku me menuhi janji asal engkau
juga me mbuktikan janjimu dahulu. Hayo lekas katakan, apa
rahasia itu agar aku dapat menimbang-nimbang apakah patut
manusia maca m engkau kuberi hadiah perempuan ini!"
"Ihh, sabar dulu, Endang Patibroto......"
Ki Jatoko me ngerling ke arah Ayu Candra dengan kening
berkerut. Ucapan Endang Patibroto tadi menyulitkan
kedudukannya. Ia tidak ingin rahasia hatinya diketahui Ayu
Candra yang ia harapkan kasih sayangnya. Tentu saja ia ingin
agar gadis yang dicintanya itu menganggapnya seorang
penolong yang baik hati. "Kau dengarlah baik-baik, urusan
pribadi kita itu a mat penting dan tentu saja rahasia ini akan
kuberitahukan kepadamu. Akan tetapi, adahal yang jauh lebih
hebat dan penting lagi yang perlu kita bicarakan. Kau tahu
mengapa kau berte mu aku di sini" Akupun sedang dalam
perjalanan menuju ke Jenggala untuk menghadap sang prabu.
Ada berita penting sekali me ngenai Nusabarung."
Mau tak mau perhatian Endang Patibroto dapat dibelokkan.
Berita tentang Nusabarung tentu saja amat penting baginya,
jauh lebih penting daripada urusan Ayu Candra dan Ki Jatoko
yang ia pandang rendah.
"He mm, berita apakah?"
"Perbuatan hebat luar biasa yang kau lakukan dengan
seorang diri me mbunuh lima orang sakti yang bersekutu
dengan Adipati Jagalman ik telah diketahui oleh semua orang
di Nusabarung! Aku me mang secara diam-dia m me mata-matai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaan di Nusabarung setelah kuketahui akan komplotan
yang hendak menggulingkan sang prabu di Jenggala. Dan kini
Adipati Jagalman ik telah me ngumpulkan seluruh kekuatan
dengan bantuan banyak pasukan dari timur untuk menghadapi
Jenggala!"
Endang Patibroto tertawa. "Huh, yang begitu saja
kauributkan" Sebelum Nusabarung dapat menyentuh pintu
gerbang Jenggala, lebih dulu pasukanku akan menghancurkannya. Aku me mang me mbawa pasukan untuk
mengge mpur dan me mberi hukuma n pengkhianat- pengkhianat itu!"
Ki Jatoko menggeleng-geleng kepalanya dan diam-dia m ia
me lirik ke arah Ayu Candra yang berdiri sa mbil menundukkan
muka dan agaknya gadis itu kini mengatur napas
mengumpulkan tenaga.
"Kau tidak tahu dan karenanya kau me mandang rendah,
Endang Patibroto. Aku percaya akan kesaktianmu yang luar
biasa, akan tetapi apakah kau tahu bahwa fihak Nusabarung
sudah tahu pula bahwa engkau datang dengan membawa
pasukan" Mata- mata mereka tersebar luas dan dapat
mengirim berita dengan cepat sekali. Bahkan mereka tahu
bahwa pasukanmu hanya terdiri dari beberapa ribu orang!
Apakah artinya jumlah pasukanmu itu, dan apa yang dapat
kaulakukan dengan kesaktian mu kalau fihak musuh mengerahkan pasu kan sampa i berlaksa
orang untuk menghancurkan pasu kanmu?"
Kaget juga hati Endang Patibroto ketika mendengar berita
ini. Kalau benar demikian, sungguh berbahayaf Dia sendiri
dengan kesaktiannya mungkin masih dapat menyelamatkan
diri, akan tetapi bagaimana kalau sampa i pasukannya itu
hancur oleh musuh yang berlipat ganda jumlahnya itu"
Betapapun ia akan menga muk dengan keris pusakanya,
kiranya ia bukan seorang dewa yang dapat merobohkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlaksa orang musuh! Mulailah ia berp ikir dan a lisnya yang
berbentuk indah itu bergerak-gerak.
"Endang Patibroto, kiranya takkan percuma kau berkenalan
dengan aku! Kau telah menemukan Ayu Candra dan tak
me mbunuhnya, hai ini me mbuat aku amat berterima kasih
sehingga selain rahasia yang telah kujanjikan akan kuceritakan
nanti kepadamu, juga aku
me mpunyai akal
untuk me mbantu mu. Percayalah, dengan akalku, biarpun para
pemberontak Nusabarung me mpunyai pasu kan yang sepuluh
kali jumlahnya, kita akan dapat menghancurkan mere ka!"
Endang Patftroto boleh jadi seorang yang sakti
mandraguna dan tak kenal takut, juga bukan seorang bodoh.
Namun tentu saja ia masih kurang pengalaman sehingga
menghadap i seorang tokoh kawakan yang penuh tipu muslihat
seperti Ki Jatoko ini, ia menjad i bimbang dan ragu.
Pengalamannya yang masih dangkal belum me mungkinkan ia
mengenal manusia dari gerak-gerik dan wajah mereka.
"He mmm, kalau kau ada akal, bagaimana kah" Katakan,
akan kudengar dan pertimbangkan."
Dia m-dia m Ki Jatoko menjad i kagum.. Gadis ini benarbenar selain gagah perkasa, juga cukup cerdik sehingga tidak
mau menelan usulnya mentah-mentah begitu saja. Ia purapura me mandang ke kanan kiri lalu berkata,
"Dikabarkan orang bahwa kau me mimpin pasukan ke
Nusabarung. Endang Patibroto, mana itu pasukanmu?"
"Masih di belakang. Aku sengaja mendahului mereka."
Ki Jatoko mengangguk-angguk. "Kalau begitu marilah kau
singgah di te mpatku. Kita bicara sa mbil menanti datangnya
pasukanmu. Setelah pasukanmu tiba, baru kita atur untuk
menjebak barisan musuh, dan menghancurkan mere ka."
Melihat Endang Patibroto meragu, Ki Jatoko cepat berkata,
"Dan di sana pula akan kuceritakan rahasia itu, Endang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patibroto. Rahasia besar yang akan me mbuat kau terheranheran tentang diri pribadimu. Selain itu aku tidak ingin melihat
Ayu Candra tersiksa seperti itu. Dia harus beristirahat dan
me mulihkan kesehatannya. Aku sudah bersikap sejujurnya
kepadamu. Terserah kepadamu, apakah kau percaya
kepadaku atau tidak! Betapapun, aku tidak percaya bahwa kau
takut kalau-ka lau aku menipumu!"
Kalimat terakhir ini benar-benar mengenai sasaran.
Memang cerdik Ki Jatoko. Ia dapat meraba kele mahan gadis
perkasa yang sukar pula dibujuk itu. Maka ia melepas "panah"
terakhir, yaitu dengan cara memanas kan hati dan menantang.
Seorang gadis perkasa yang me mang pantang mundur, paling
tak senang kalau disang ka takut.
"He mm, andaikata kau men ipuku, mengapa aku mesti
takut?" Endang Patibroto mengeprak kudanya. "Baik, marilah
jalan. Hendak kulihat, pertunjukan apa yang hendak
kauperlihatkar i kepadaku!"
Girang hati Ki Jatoko. Akan tetapi kegirangan yang
bercampur kecemasan dan ketegangan. Ia maklum bahwa
kalau Bhagawan Kundilomuko gagal menundukkan gadis ini, ia
tentu akan mampus di tangan Endang Patibroto! Cepat ia
mengha mpiri Ayu Candra yang sudah dilepaskan talinya oleh
Endang Patibroto, kemudian melepaskan belenggu tangan
gadis itu dan berkata halus,
"Ayu, mari kau ikut aku na ik kuda ini...!"
Ayu Candra memandang kepada Ki Jatoko dengan mata
terbelalak penuh curiga dan kemarahan, kemudian ia
mengge lengkan kepalanya tanpa mengeluarkan jawaban.
"Ayu, kau tahu bahwa aku menolongmu, aku sayang
kepadamu, man is, aku kasihan kepada mu.."
Sinar mata gadis Itu mengeluarkan cahaya kemarahan dan
kalau tidak selemah itu tubuhnya akibat lelah dan kelaparan,
tentu ia sudah meronta dan me mukul Ki Jatoko. Ucapan kakek
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buntung Ini sekarang baginya me mpunyai arti lajn setelah ia
mendengar dari Endang Patibroto bahwa kakek buntung ini
tergila-gila kepadanya dan hendak me mperisterinyal
Karena me lihat Endang Patibroto sudah tak sabar menanti,
Ki Jatoko lalu menya mbar pinggang Ayu Candra dan meloncat
naik ke punggung kuda. Ia mendudukkan gadis itu di
depannya lalu me mbalapkan kuda. Biarpun buntung kedua
kakinya, namun Ki Jatoko di waktu mudanya adalah
Jokowanengpati yang ahli dalam hal menunggang kuda.
Ayu Candra merasa mua k dan marah sekali, akan tetapi ia
maklum bahwa meronta pada saat itu takkan ada artinya. Ia


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan menanti sa mpai kekuatannya pulih kemba li, barulah ia
akan me mberontak dan
menga muk sa mpai berhasil
me mbunuh mere ka atau terbunuh!
Hari telah malam ketika Ki Jatoko yang diikuti o leh Endang
Patibroto tiba di pertapaan Durgaloka. Keadaan di situ gelap
dan Ki Jatoko lalu mengajak Endang. Patibroto berhenti di
depan sebuah di antara pondok-pondok yang me mang
sebelumnya sudah dipersiapkan. Pondok lainnya gelap, hanya
pondok yang satu inilah yang di dalamnya dipasangi la mpuj
penerangan. Melihat Endang Patibroto me ma ndangi ke sekelilingnya, ke
arah pondok-pondok yang gelap itu, Ki Jatoko segera berkata,
"Perka mpungan ini sudah kosong penghuninya pergi
menyingkir ketika mendengar bahwa akan terjadi perang.
Hanya pondok tempat tinggalku ini yang masih ditinggali
orang, yaitu murid-murid, juga pelayan-pelayanku."
Pintu pondok terbuka dari da la m dan di bawah sinar la mpu
yang menyorot dari dalam, Endang Patibroto melihat lima
orang gadis cantik bergegas keluar menya mbut. Hati Endang
Patibroto terheran-heran ketika ia melompat turun dari
kudanya. Lima orang gadis cantik inikah murid-murid Ki
Jatoko" Gerakan mereka me mang tangkas ketika mereka
menya mbut kuda dan sikap mereka a mat hormat kepada si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buntung. Ah, kiranya si buntung ini bukan sembarang orang,
pikirnya. "Ada terjadi apakah sepergiku dari sini murid-muridku?" Ki
Jatoko bertanya.
Gadis yang paling cantik, yang kedua lengannya mema kai
gelang hitam berbentuk u lar melilit, segera menjawab dengan
suara merdu, "Tidak ada apa-apa yang luar biasa, bapa guru.
Kami yang merasa heran mengapa bapa sudah kembali"
Apakah secepat itu bapa sudah tiba di Jenggala?"
Ki Jatoko tertawa. "Kau tahu apa" Lekas sediakan makan
minum untuk dua orang nona yang menjadi tamu agung kita!"
Gadis-gadis itu tersenyum dan menyelinap perg i keluar dari
dalam pondok. Sa mbil menggandeng tangan Ayu Candra, Ki
Jatoko me mpersilahkan Endang Patibroto me masuki pondok.
Endang Patibroto menaruh curiga. Betapapun juga, ia tidak
dapat mempercaya begitu saja seorang macam Ki Jatoko ini.
Akan tetapi, karena ia me mandang rendah kepandaian Ki
Jatoko, ia tidak menjad i gentar, bahkan tersenyum mengejek.
Hendak kulihat, apa yang dapat ia lakukan terhadap diriku,
demikian pikirnya. Pondok itu ternyata cukup lebar dan bersih
dan di situi terdapat dua buah bilik besar dan di ruangan
tengah terdapat meja kursi.
"Hari sudah jauh ma la m, kulihat engkau dan terutama Ayu
Candra ini perlu beristirahat. Harap kau tidak menolak
hidangan kami yang sederhana," kata Ki Jatoko.
Endang Patibroto hendak me mbantah. Ia ingin menuntut
agar rahasia yang dijanjikan itu diber itahukan kepadanya
sekarang juga. Akan tetapi terpaksa ia menahan niatnya
me mbuka mulut ketika lima orang gadis itu sambil terseyumsenyum man is sudah berserabutan masuk ke pondok sa mbil
me mbawa ber maca m-maca m te mpat lau k-pauk, nasi, dan
sebuah kendi besar. Dengan cekatan mereka lalu s ibuk
mengatur ma kanan itu di atas meja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Heran juga hati Endang Patibroto bagaimana mereka itu
dapat me mpersiapkan hidangan secepat itu. Gadis-gadis ini
cekatan sekali. Dan hidangan berupa sayur-mayur dan daging
itu dimasak, masih mengepulkan uap yang sedap sehingga
perutnya yang memang lapar karena hampir dua hari tidak
diis i itu kini, mulai terasa lapar. Juga Ayu Candra yang
kehabisan tenaga karena lelah dan lapar, dia m-dia m merasa
berterima kasih. Ia harus me mperkuat tubuhnya, kemudian
baru ia akan menyerang Endang Patibroto, pikirnya. Tentang
Ki Jatoko, ia masih ragu-ragu. Benarkah kakek buntung ini
jahat dan mempunyai niat busuk seperti yang dikatakan oleh
Endang Patibroto" Ah, belum tentu demikian. Bagaimana ia
dapat mempercayai seorang seperti Endang Patibroto yang
demikian jahat" Akan tetapi, kalau memang Ki Jatoko seorang
baik-baik yang hendak menolongnya, mengapa pula si
buntung ini begitu baik hubungannya dengan Endang
Patibroto" Dan rahasia besar apakah gerangan yang akan
mereka bicarakan" Se mua teka-teki ini me mbuat Ayu Candra
bingung, akan . tetapi ia lalu menganggap saja bahwa Ki
Jatoko juga bukan seorang baik- baik, apalagi setelah melihat
murid-muridnya yang terdiri dari gadis-gadis muda dan cantik.
Makin curigalah ia terhadap si buntung.
Betapapun lapar perutnya, Endang Patibroto bukan seorang
yang ceroboh. Biarpun Ki Jatoko sudah me mpers ilakankannya, namun ia hanya duduk dia m dan me mandang se mua
makanan di atas meja, tanpa menyentuhnya. Melihat ini, Ki
Jatoko tertawa.
"Ha-ha-ha, Endang Patibroto. Agaknya engkau menaruh
curiga kepada hidangan yang kusuguhkan kepadamu" Kau
khawatir ka lau-kalau kucampuri racun?"
Endang Patibroto mencibirkan bibirnya yang merah. "Ki
Jatoko, aku tidak tahu siapa sebenarnya engkau ini dan orang
maca m apa sesungguhnya engkau ini, maka bagaimana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin aku dapat percaya begitu saja bersihnya hidangan
yang kausuguhkan kepadaku?"
Mendengar ini, Ayu Candra terkejut dan kagum. Biarpun
Endang Patibroto seorang iblis betina yang kejam dan ganas,
harus diakui bahwa semuda itu sudah me miliki kecerdikan dan
kewaspadaan. Ia teringat akan kakak kandungnya, Joko
Wandiro. Alangkah sepadan dua orang muda itu, Endang
Patibroto dan Joko Wandiro! Keduanya sama muda, sama
elok, sama sa kti dan dalam banyak ha l, mereka me mpunyai
banyak persamaan yang mengagumkan. Tentu saja terdapat
perbedaan yang me mbuat mereka seperti bumi dan langit,
yaitu bahwa kalau Joko Wandiro mer upakan seorang pe muda
yang berbudi mulia, adalah Endang Patibroto merupakan
seorang gadis yang jahat, ganas dan keji seperti iblis!
"Ha-ha-ha-ha! Tak salah dugaanku, dan memang sudah
sepatutnya kau menaruh curiga. Heh, murid-muridku yang
man is. Kalian yang meracik (me mbuat) semua hidangan ini,
hayo lekas kalian cicipi se mua hidangan di depan nona tamu
kita yang terhor mat!"
Sambil tertawa-tawa kecil dengan sikap genit lima orang
gadis itu lalu menciduk setiap hidangan, ditaruh di telapak
tangan dan makan se mua itu tanpa ragu-ragu lagi.
"Ha-ha-ha, biarlah air minumnya aku sendiri yang
mencicipi" kata Ki Jatoko sambil menuangkan air kendi ke
dalam te mpat minumnya, lalu me minum air ini dengan enak.
Wajah Endang Patibroto menjadi agak merah, akan tetapi
ia menggangguk-angguk puas. Lima orang gadis itu
mengundurkan diri akan tetapi tidak men inggalkan pondok,
Siap menanti perintah untuk me layani guru mereka.
"Baiklah, aku terima hidanganmu, Ki Jatoko," kata Endang
Patibroto. "Silahkan. me mang seorang yang gagah perkasa seperti
engkau ini sudah sepatutnya selalu waspada untuk men jaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keselamatan diri, Endang Patibroto. Eh, Ayu Candra, marilah.
Makan seadanya, engkau kelihatan a mat lelah."
Mereka mula i makan. Ayu Candra yang diam-dia m
bermaksud me mulihkan tenaga dan kesehatannya, tanpa
ragu-ragu lagi makan sebanyak yang dibutuhkan tubuhnya
yang terasa lemas dan le mah. Juga Endang Patibroto bukan
seorang pemalu. Gadis perkasa ini ma kan seculcupnya dan
ternyata semua hidangan itu dimasak oleh seorang ahli
sehingga terasa sedap dan enak.
"Maklumlah di dusun, yang ada hanya daun-daun dan
jamur, tidak ada hidangan yang pantas seperti ki kota." Ki
Jatoko berkata sambil me nawarkan setiap masakan.
"Cukup sedap. Murid-muridmu pandai masak, Ki Jatoko.
Belum pernah aku menikmati masakan jamur seperti ini. Tiada
ubahnya daging ayam yang ge muk." Endang Patibroto
me muji. Setelah makan kenyang dan minum air kendi, Ayu Candra
kelihatan le mas sekali dan akhirnya gadis ini men umpangkan
kepalanya di atas lengan dan ternyata sudah tertidur di atas
meja. Endang Patibroto memandang tajam, kecurigaannya
timbul ke mbali.
"Ha-ha-ha, kau lihat, Endang Patibroto. Kasihan sekali Ayu
Candra. Ia terlalu lelah dan mengantuk sampa i-sampai tertidur
di sini. Untung aku segera dapat bertemu denganmu, kalau
tidak... ah, mungkin ia akan kauseret-seret sampai mati!"
Endang Patibroto menjawab dan me man dang tak acuh,
"Dia sendiri yang mencari ma mpus"
Ki Jatoko lalu menyuruh murid-muridnya me mbawa Ayu
Candra ke dalam bilik di sebelah kiri, juga me merintahkan
mereka mengangkat semua bekas hidangan dan me mbers ihkan meja. Setelah Ayu Candra digotong masuk ke
dalam bilik dan meja sudah bersih kembali, ia berkata,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, sekarang silahkan kau mengaso, Endang Patibroto.
Besuk masih banyak waktu bagi kita untuk bicara. Kau
mengasolah di bilik sebelah kanan itu."
Endang Patibroto mengerutkan keningnya. "Aku ingin
mendengar dulu rahasia yang kaujanjikan. Ingat, aku sudah
me mbiarkan gadis itu hidup dan menyerahkannya kepada mu."
Ki Jatoko tersenyum. Rahasia besar itu perlu me makan
waktu banyak untuk menceritakannya, dan kulihat kau sudah
lelah dan mengantuk."
Barulah terasa oleh Endang Patibroto betapa kedua
matanya terasa sepet dan mengantuk. Memang, dia sudah
lelah dan alangkah akan nikmatnya kalau dapat merebahkan
diri di pe mbaringan melepas lelah. Akan tetapi ia mengeraskan
hatinya dan berkata,
"Tida k! Biarpun mengantu k, aku ingin mendengar rahasia
itu, kalau-kalau ada rahasia dan kau tidak me mbohongiku!"
Dala m ucapan terakhir ini terdengar suara mengancam
sehingga Ki Jatoko diam-dia m bergidik. Gadis ini hebat sekali
dan seandainya ia tidak tahu bahwa Bhagawan Kundilomuko
dan murid-muridnya berada di sekitar tempat itu me lindunginya, tentu ia akan me njadi gemetar ketakutan.
Ki Jatoko me narik napas panjang. "Baiklah, Endang
Patibroto. Akan tetapi kuharap engkau tidak akan menjadi
kaget dan marah kalau mendengar aku membuka rahasia
besar yang meliputi dirimu. Berjanjilah dulu bahwa kau tidak
akan marah dan bahwa aku sa ma sekali tidak menceritakan
fitnah dan penghinaan."
"He mm, kita lihat saja. Kalau me ma ng cerita mu berdasar
kenyataan, tentu saja aku tidak begitu gila untuk marahmarah kepadamu.?"
"Nah, kau bersiaplah untuk mendengar kan, Endang
Patibroto." Ki Jatoko menoleh ke arah pintu depan pondok.
Murid-muridnya sudah keluar dari pondok dan keadaan sunyi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali. Bahkan bunyi pernapasan yang amat halus dari dalam
bilik sebelah kiri, terdengar oleh telinga mereka yang terlatih.
Ayu Candra sudah tidur pulas.
"Endang Patibroto, sesungguhnya engkau bukan puteri dari
Pujo. Dia itu sama sekali bukan ayah kandungmu!"
Endang Pagitapto menegakkan tubuhnya di atas bangku
yang ia duduki. Sepasang mata yang tadinya sudah
mengantuk itu tiba-tiba me njadi terang sinarnya, me mandang
kepada wajah Ki Jatoko yang buruk penuh selidik, amat tajam
menusuk. Wajah yang cantik sekali itu menegang dan menjadi
agak pucat. "Apa alasannya engkau berani mengatakan begitu?"
Pertanyaan ini terdengar jelas satu-satu, dan diucapkan
tenang sekali, terlalu tenang sehingga menegangkan. Ki
Jatoko merasa bahwa kalau dia tidak hati-hati, sekali gadis
perkasa itu turun tangan, ia takkan dapat bercerita lagi
selamanya! "Alasannya jelas, yaitu karena aku tahu siapa ayahmu yang
sebenarnya!"
"Ki Jatoko, kalau kau me mbohong aku akan......." Endang
Patibroto marah sekali seh ingga cepat-cepat Ki Jatoko meng
angkat tangannya me motong,
"Tida k, Endang Patibroto, aku sa ma sekali t idak
me mbohong."
"Sudah jelas bahwa suami ibuku Kartikosari adalah Pujo!
Bagaimana kau berani bilang bahwa PUJO bukan ayahku?"
"Inilah yang disebut rahasia besar itu. Dengarlah baik-baik,
aku akan menceritakan peristiwa dua puluh tahun yang lalu.
Pernahkah ibumu menyebut nama Jokowanengpati?"
Endang Patibroto terkejut dan mengangguk. "Dia musuh
besar ibuku yang sudah dibunuh oleh ibu sendiri"'
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Jatoko tersenyum dan mengangguk-angguk. "Tentu
ibumu tidak pernah menceritakan kepadamu apa sebab
permusuhan itu, bukan?" Suara Ki Jatoko makin perlahan dan
sudah beberapa kali si buntung ini menutupkan telapak
tangan di depan mulut untuk menguap.
Endang Patibroto menggeleng kepala. Ia sudah tertarik
sekali. Memang benar, ibunya belum pernah mengatakan
mengapa ibunya demikian me mbenci Jokowanengpati. Melihat
Ki Jatoko beberapa kali menguap, gadis inipun t iba-tiba sadar
bahwa rasa kantuk yang berat juga menyarangnya. Namun
dengan pengerahan tenugu, ia dapat me mpertahankannya.


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"He mm, tentu saja ia tidak dapat menceritakan rahasia
besar itu. Terjadinya di dalam sebuah guha, Endang Patibroto.
Guha besar menyeramkan.... Huuaaahh! Aduh, kenapa
mengantuk benar aku" Terlalu lelah la lu ma kan kenyang,
men imbulkan kantuk!" ke mba li ia menguap.
"Teruskan cer itamu!" desak Endang Patibroto tak sabar
sambil menahan rasa kantuk yang makin hebat menekan
mata. Ki Jatoko mengucek-ngucek mata, diam-dia m ia merasa
amat kaget dan kagum melihat gadis itu. Benar-benar seorang
gadis yang sakti mandraguna dan luar biasa, bahkan
menger ikan! Se mua hidangan tadi, sampaipun air kendinya,
terutama sekali ja murnya, mengandung daya yang me mabukkan. Ayu Candra jelas terpengaruh sehingga tertidur
di atas meja. Dia sendiri bersa ma lima orang anak murid
Bhagawan Kundilomuko telah makan obat penawarnya
sebelum ma kan minum sehingga tentu saja tidak terpengaruh.
Akan tetapi Endang Patibroto enak-enak saja, kelihatannya
sama sekali tidak terpengaruh. Dan sekarang, ia tahu dari
tempat yang tidak jauh, dia m-dia m Sang Bhagawan
Kundilomuko terah me masang aji penyirepan yang luar biasa
kuatnya. Dia sendiri walaupun tahu akan usaha sang
bhagawan ini, masih tak dapat meno lak pengaruhnya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulai mengantuk sekali sampa i berkali-kali menguap. Akan
tetapi, Endang Patibroto kelihatannya tenang saja sama sekali
tidak kelihatan mengantuk! Apakah semua ilmu yang
dfcerahkan Bhagawan Kundilomuko tidak akan me mpan
terhadap gadis sakti ini" Ki Jatoko bergidik. Kalau de mikian
halnya, berbahayalah!
"Hayo teruskan cerita mu!" Kembali Endang Patibroto
me mbentak. Ki Jatoko tersentak kaget. "Uaaahhh.. mengantuk sekali
aku....... ah, ya, aku sedang bercerita. Begini, Endang
Patibroto. Ketika itu pengantin baru Pujo dan Kartikosari
me masu ki Guha Siluman tadi untuk me lakukan tapa brata.
Mereka bertapa dalam keadaan telanjang bulat, mungkin
bertapa untuk mengekalkan kasih sayang antara mereka.
Mereka tidak tahu bahwa di situ sudah ada Jokowanengpati
yang juga bertapa. Guha Siluman itu amat gelap. Di antara
Jokowanengpati yang tampan dan gagah dan Kartikosari
ibumu, me mang sebelum ibumu kawin telah ada hubungan
cinta kasih. Mereka itu masih saudara seperguruan dan pernah
saling berjumpa beberapa kali. Melihat ibumu bersa madhl
dalam keadaan telanjang bulat itu, Jokowanengpati tak dapat
menahan diri. Cinta kasihnya menggelora dan dia m-dia m ia
mende kati ibumu. Kartikosari me mang cinta kepadanya, maka
biarpun kaget, menyambutnya dengan mesra. Guha itu gelap
sekali sehingga perbuatan dua orang kekasih itu tidak ta mpak
oleh Pujo. Akan tetapi, sepasang kekasih itu dalam
mencurahkan kasih sayang terlampau melewati batas
sehingga mereka kele lahan dan tertidur saling berpelukan
sampai malam telah lewat. Sinar matahari me mbuat guha itu
agak remang-re mang dan tentu saja Pujo me lihat keadaan
mereka. Hebat kesudahannya. Terjadi pertandingan. Pujo
dirobohkan oleh Jokowanengpati yang cepat menyingkir
pergi....... auuhhhh.." Kembali Ki Jatoko menguap. Dala m
bercerita tadi, belasan kali ia menguap dan suaranya makin
le mah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Endang Patibroto mendengarkan dengan alis berdiri, mata
berkilat-kilat dan mukanya sebentar merah sebentar pucat.
Kini me lihat Ki Jatoko men ghentikan ceritanya sambil
menundukkan muka dan bernapas berat seperti orang tidur,
Endang Patibroto meloncat dan mencengkeram pundak si
buntung itu, mengguncangnya keras sekali.
"Hayo lanjutkan! Bedebah . .. kuhancurkan kepala mu kalau
tidak kau lanjutkan! Awas kau kalau berbohong...!"
Suara Endang Patibroto menggigil saking menggeloranya isi
dadanya. Ki Jatoko yang sudah ha mpir tidak kuat karena pengaruh
aji penyirepan yang kuat itu, mengangkat muka. Kesadarannya masih me mperingatkan bahwa ia harus bicara
terus, dia.......
Kartikosari lalu pergi....... dan dari perhubungannya dengan Jokowanengpati itu....... terlahirlah
engkau......."
Terdengar jerit melengking keras sekali ketika Endang
Patibroto melompat bangun dari duduknya. Demikian hebat
jerit ini sehingga Ki Jatoko yang sudah hampir tak kuat
menahan kantuknya itu seketika menjad i sadar kembali dan
me mandang dengan mata terbuka lebar penuh ketakutan.
"Kau bohong.......! Kuhancurleburkan kepala mu.......!!"
Endang Patibroto berteriak dan tangan kanannya menghantam
ke arah kepala Ki Jatoko.
"Prakkkk.......!!" Hancurlah meja dibelakang Ki Jatoko ketika
si buntung ini mengelak dengan cepat sekali. Ia menjadi pucat
dan cepat berkata
"Sabarlah,
Endang Patjjbroto. Mengapa engkau menyerangku" Sudah kukatakan bahwa ini rahasia besar. .......
jangan marah dulu dan dengarlah kata-kataku!"
Endang Patibroto menjadi agak tenang kembali. Dadanya
yang me mbusung itu turun naik seperti bergelombang. Ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdiri seperti arca me mandang Ki Jatoko yang cepat-cepat
menya mbung ceritanya.
"Endang Patibroto, ceritaku itu berdasarkan kebenaran.
Ingat saja, ketika kau masih kecil, bukan kah ibu mu terpisah
dari Pujo" Kalau ceritaku tidak betul, mengapa Kartikosari
berpisah dari Pujo di waktu me lahirkan engkau" Dan kalau
tidak ada peristiwa yang hebat sehingga me misahkan mereka
itu, mengapa pula Pujo men ikah kembali dengan Roro Luhito,
bibi dari Joko Wandiro" Endang Patibroto, pikirlah ba ik-baik.
Untuk apa aku berbohong" Aku... aku dapat .. me mbuktikan ..
aauuuuhhh.. " Ki Jatoko sudah tak dapat menahan lagi
kantuknya dan ia roboh terguling, terus saja mendengkur di
atas lantai. Sejenak Endang Patibroto berdiri tertegun. Cerita itu masih
mengukir jantung dan benaknya. Terla mpau hebat cerita itu.
Terla mpau parah batinnya terpukul. Kemudian ia me mandang
Ki Jatoko. Dengan kakinya ia mengguncang-guncang tubuh
itu. "Teruskan! Teruskan cerita mu..!!"
Ia me mbentak, akan tetapi makin la ma makin lirih dan
akhirnya ia terisak menang is! Baru se kali ini se la ma hidupnya
Endang Patibroto mengucurkan air mata. "Kubunuh kau kalau
tidak betul.. kubunuh kau.." Berkali-kali ia ber kata, suaranya
makin le mah dan ia merasa kepalanya pening, tubuhnya
le mas, matanya mengantu k sekali. Kesedihan me mpunyai
daya melemahkan tubuh dan mendatangkan kantuk, sehingga
daya itu menambah pengaruh aj i penyirepan yang a mpuh.
Melihat betapa Ki Jatoko tak mungkin dibangunkan dari
tidurnya yang nyenyak. Endang Patibroto merasa bahwa dia
harus pula beristirahat. Biar lah, besuk akan kupaksa ia
bercerita terus, demikian pikirannya yang srdah mulai tertutup
oleh kantuk. Ia terhuyung-huyung me masuki kamar sebelah,
sebuah kamar yang bersih dan di situ terdapat sebuah
pembaringan kayu bertila m yang empuk. Endang Patibroto
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghela napas panjang, menggulingkan tubuhnya di atas
pembaringan dan matanya dipejamkan. Enak dan sedap sekali
rasanya rebah di situ. Pada saat itu, Endang Patibroto
me mbuka matanya tiba-tiba dan meloncat bangun. Gadis sakti
ini dalam keadaan seperti itu masih sadar bahwa hal yang ia
alami bukan sewajarnya! Belum pernah selama hidupnya ia
diserang kantuk dan le mas seperti ini! Akan tetapi begitu
me loncat turun, ia terhuyung-huyung dan terpaksa duduk di
atas pembaringan, me megangi dahinya dengan tangan kiri,
sedangkan tangan kanannya menghunus keris pusaka Brojol
Luwuk. "Keparat, siapa berani main-main denganku..?" bentaknya.
Ia menggoyang-goyangkan kepalanya yang sudah amat berat,
lalu me ma ndang ke arah pintu. Pada saat itu, segu mpal asap
putih, melayang masuk melalui pintu dan celah-celah bilik,
asap yang berbau harum sekali, akan tetapi yang me miliki
daya, yang luar biasa, sehingga Endang Patibroto yang
mencium keharuman asap ini terkejut dan ma klum bahwa
itulah se maca m racun pe mabuk yang amat berbahaya! la
mengerahkan hawa sakti di tubuhnya, bangkit berdiri hendak
lari keluar dari kamar. Namun, kedua kakinya terasa lemas,
kepalanya pening dan kamar serasa berputaran, kemudian ia
tak dapat me mpertahankan diri lag i, roboh di atas lantai.
Endang Patibroto ma klum bahwa ia terkena racun, bahwa ia
terperosok kedalam perangkap yang dipasang lawan. Mungkin
Ki Jatoko bersekutu dengan orang lain. Ah, kubunuh dia..
kubunuh... dia! Akan tetapi ia hanya dapat merangkak, tak
dapat bangun lagi. Celaka, aku akan tertawan. Kalau pusaka
ini tera mpas musuh, habis harapan! Berpikir de mikian, gadis
Harpa Iblis Jari Sakti 30 Pendekar Panji Sakti Karya Khu Lung Harpa Iblis Jari Sakti 22

Cari Blog Ini