Ceritasilat Novel Online

Kelelawar Hijau 13

Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong Bagian 13


cepat dari kita toh kalau kita tiba dulu disana juga harus
menanti kedatangan mereka...bagaimana pendapat engkoh
Pak?" Sudah tentu Lam-kong pak menyetujui, merekapun
segera mencari tempat yang nyaman disekitar sana,
akhirnya dibalik semak mereka temukan sebuah gua.
Mereka bertiga masuk kedalam gua itu, Pek-li Hiang
membuat api unggun dan membagi rangsum kepada Lamkong
Pak berdua. Pada saat itulah tiba2 sesosok bayangan manusia
menyelinap masuk kedalam gua dengan gerak yang enteng
bagaikan sesosok sukma gentayangan, tindak tanduknya
sangat ber-hati2 dan cekatan, setibanya dimulut gua ia
mendekam tak berkutik ditanah dan mengintip gerak gerik
orang2 dalam gua itu.
Lam-kong Pak bertiga sama sekali tidak merasakan
kehadiran orang itu, mereka masih bersenda-gurau dengan
gembiranya. Tiba2 bayangan manusia yang mendekam diluar gua itu
menyeringai seram, dari sakunya dia ambil keluar sebutir
kapsul warna merah dan segera dilemparkan kedalam
onggokan api unggun.
Perlu diterangkan, onggokan api unggun itu terletak
ditengah gua sementara Lam-kong Pak bertiga duduk
disekitar api unggun itu sambil bersenda-gurau, maka tak
seorangpun yang tahu Kalau secara diam2 ada orang
melemparkan sebutir kapsul kedalam api unggun mereka..
"Bluumm.." letupan bunga api membumbung keangkasa
diikuti dari tumpukan api unggun tadi mengempul keluar
kabut tebal yang berwarna merah.
"Ehmm... wangi.. wangi sekali" Pek-li Hiang segera
berteriak. "apakah kalian juga mencium bau wangi ini?""
"Betul Wangi sekali baunya," sambung cu Li-yap.
"seperti bau dupa wangi...aneh masa diantara tumpukan
kayu bakar itu terdapat pula kayu harum?"
Sementara itu Lam-kong Pak sendiripun mencium bau
wangi yang aneh tadi, sewaktu terjadi letupan
kecurigaannya segera timbul ia hendak keluar gua untuk
periksa apa yang terjadi.
Tapi sebelum ia sempat bertindak sesuatu tiba2
ditemuinya paras muka dua orang gadis itu telah berubah
jadi merah padam seperti orang yang mabok oleh arak. biji
matanya yang bening pancarkan sorot cinta yang lembut
dan menawan. Walaupun Lam-kong Pak masih muda belia, akan tetapi
berhubung ia pernah melakukan hubungan senggama
dengan Liu Hui Yan maka boleh dikata pengalamannya
dalam soal itu cukup luas, ia tahu apa yang sedang
dibutuhkan oleh dua orang gadis itu. Tanpa terasa ia
berpikir dalam hatinya:
"Aaah hakekatnya gadis seusia mereka sudah pantas
untuk merasakan golakan birahi,. apalagi tak lama
kemudian kita akan menikah. memang kadangkala birahi
akan muncul sebelum saatnya tiba...tapi .apakah aku harus
layani kebutuhan mereka?"
Sementara ingatan tersebut masih berkelebat dalam
benaknya, dua orang gadis itu sudah menghampirinya
dengan tubuh gemetar keras, sekujur badan mereka terasa
panas menyengat badan. sedang bibirnya yang merah
mereka disodorkan kedepan,
Lam-kong Pak merasa tak tega untuk menampik
keinginan mereka itu, segera mencium mereka dengan
penuh mesra. Siapa tahu begitu bibir bertemu dengan bibir, bagaikan
besi berani baja, bibir mereka lantas lengket menjadi satu
dan tak lepas lagi, rintih kenikmatan berkumandang tiada
hentinya. Betapa terperanjatnya sianak muda itu menghadapi
kenyataan tersebut, ia segera berpikir:
"Adik Yap serta adik Hiang adalah gadis2 suci dari
golongan lurus. sekalipun napsu birahi telah menyelimuti
benak mereka, tak mungkin keinginan tersebut mereka
periihatkan secara terang2an, apalagi dengan cara yang
binal dan cabul seperti ini.., sebetulnya apa yang telah
terjadi?" Dalam pada itu Pek-li Hiang dan cu Li-yap benar2 sudah
dipengaruhi oleh napsu birahi, sekujur badan mereka
gemetar keras bahkan dengan gigi mereka menggigit bahu
pemuda itu, membuat Lam-kong Pak menjerit kesakitan.
"Hey, apa yang kalian ingiakan?" teriaknya.
Dengan sorot mata binal Pek-li Hiang bergumam tiada
hentinya: "Engkoh Pak. aku ingin. ..aku ingin gituan -..oooh
engkoh Pak sayang-..tidurilah aku aku ingin sekali.oooohh
sayang...aku ingin sekali. . ."
"Aku juga pingin.." sambung cu Li-yap dengan rintihan
melas, "engkoh Pak. penuhilah keinginan kami...ooh
sayang aku tak kuat...tidurilah aku...aku membutukan."
Lam-kong Pak makin terperanjat, sekuat tenaga ia
dorong gadis2 itu hingga jatuh terjengkang, ia loncat
bangun dan berusaha menenangkan diri.
Tiba2 pemuda itu merasakan segulung hawa panas yang
luar biasa muncul dari pusarnya, membuat tubuhnya gontai
dan hampir saja jatuh ketanah.
Tampaklah dua orang gadis itu cekikikan dengan
binalnya, bahkan yang mereka kenakan satu persatu
dilepaskan. Lam-kong Pak jadi lebih panik, urusan bakal celaka.
Dengan lantang hardiknya: "Tenangkan hati kalian-. jangan
bertingkah yang bukan2...kita kena dikerjai orang"
Siapa tahu dua orang gadis itu sama sekali tidak
menggubris teriakan tersebut. se-akan2 mereka sudah tak
mendengar lagi apa yang diucapkan pemuda itu
Dengan paras muka merah padam bagaikan kepiting
direbus mereka meliuk2kan pinggulnya dengan penuh daya
rangsang, bibirnya mereka penuh rasa menantang..
bagaikan seorang yang kehausan, matanya melirik kesana
kemari dengan liar, sementara pakaian luar yang mereka
kenakan telah terlepas.
Menyaksikan gerak gerik lawan jenisnya yang begitu
merangsang, nafsu berahi muncul dalam tubuh Lam-kong
Pak dengan termangu-mangu dia awasi orang gadis itu
tanpa berkedip.
Dalam pada itu Pek-li Hiang dan Cu Li-yap telah
melepaskan pakaiannya mereka satu demi satu, kini tinggal
celana dalam mereka yang berwarna merah saja tetap
melekat dibadanPayudara yang putih montok2 bergelantungan didada,
bentuknya indah, padat dan keras, saat itu bentuknya makin
keras dan menegang keatas dengan puting yang merah
merangsang, kulit yang putih bagaikan saiju menambah
daya pesona bagi tubuh mereka.
Rupanya kesadaran terakhir masih tetap melekat dibenak
dua orang gadis itu, maka meskipun kutang sudah dilepas
namun celana dalam yang tipis masih tetap dikenakan.
Kendati begitu goncangan payudara yang putih berisi
cukup merangsang sapapun yang melihat, Lam-kong Pak
tak kuat menahan godaan tersebut, hawa panas makin
kencang memancar keluar dari pusarnya membuat
birahinya semakin menyelimuti benak.
Dengan mata ber-kedip2 penuh birahi dua orang gadis
itu jatuhkan diri ketanah dan tidur terlentang menghadap
atas, sepasang pahanya yang putih direntangkan lebar2 siap
untuk menarik perahu masuk pelabuhan. Pemandangan
yang begitu menawan... begitu merangsang cukup
membetot sukma siapapun yadg melihat.
Jangan dibilang Lam-kong Pak yang sudah terkena bau
wangi aneh tadi, sekalipun pembaca sendiri saya rasa
keadaan tersebut cukup menegangkan syaraf dan saya yakin
tak ada yang bilang tak terangsang oleh tantangan maut
gadis setengah telanjang yang masih perawan itu.
Bukankah demikianpara pembaca sekalian yang
budiman?""
Sementata itu sinar mata yang liar dan penuh diliputi
napsu birahi yang berkobar-kobar telah menyelimuti
seluruh tubuh Lam-kong Pak. hanya satu yang dituju
pemuda itu dalam keadaan tersebut, dan tujuan itu tak lain
tak bukan terletak diantara belahan paha gadis2 manis
tersebut. Tiba2 Pek-li Hiang dan cu Li-yap merintih lirih. mereka
menggapai kearah pemuda itu agar menubruk maju,
sementara pahanya direntangkan semakin lebar, pinggulnya
mulai meliuk kekiri dan kanan dengan gaya putaran yang
maut.... Bagaimanapun juga Lam-kong Pak adalah seorang
pemuda yang berkepandaian tinggi, bawa murninya amat
sempurna dan imannya cukup kuat, sambil gigit bibir ia
berusaha melawan kemauan yang muncul dari hatinya. tapi
ia merasa bahwa pertahanan tubuhnya makin lama makin
lemah, makin lama semakin lumer.. sebab golakan hawa
panas yang merangsang tubuhnya sudah hampir mencapai
taraf yang sukar dikendalikan.
Akhirnya dengan langkah sempoyongan ia maju
kedepan- mendekati dua orang gadis yang telah siap
bertempur itu....
Pek-li Hiang serta Cu Li-yap berpekik kegirangansepasang
lengannya yang putih berusaha meraih pemuda
itu, muka mereka makin merah padam, sementara rintihan
lirih berkumandang tiada hentinya.
"oooh.. engkoh Pak.. cepatlah tiduri kami., ooch sayang.
adik sudah tidak tahan-..oooh betapa tersiksanya
bawahku... engkoh sayang cepatlah puaskan kami, kami
butuh...ooooh sayang, aku tak tahan lagi cepatlah
masukkan....."
Keadaan makin kritis, rupanya pertarungan seru segera
akan berlangsung.
Mendadak sesosok bayangan manusia munculkan diri
ditengah gua, orang itu bukan lain adalah suma Ing.
Rupanya ketika ia masih mempunyai hubungan gelap
dengan siau-hong dulu, dari dayang cabul tadi ia berhasil
mendapatkan obat perangsang yang berkadar tinggi, obat
itu sangat jahat dan besar pengaruhnya. barang siapa
mencium sedikit saja niscaya akan terangsaag dan belum
akan punah sebelum Hajadnya terpenuhi.
Sayang Lam-kong Pak belum pengalaman, sebenarnya
dengan beberapa kali penemuan anehnya ia sudah kebal
terhadap pengaruh pelbagai jenis racun, terutama sekali Tok
Se-lip yang dibuat Mo-jiu-sam-seng selama puluhan tahun,
boleh dibilang merupakan benda anti racun yang paling
mujarab. Cuma sayang kemujaraban benda itu tak dapat diserap
oleh sianak muda itu sebagai mana mestinya, andaikata
sejak pertama kali tadi ia bisa bersikap tenang dan segera
atur pernapasan, maka dengan tenaga murni yang dia miliki
pengaruh racun itu dengan gampang bisa dilenyapkanDengan suatu gerakan yang enteng Suma Ing telah
berdiri dibelakang tubuh Lam-kong Pak. ia tertawa seram
tiada hentinya, asal dia ayun telapaknya sekarang niscaya
pemuda itu akan menggeletak mati.
Tapi ia tak ingin membinasakan musuh besarnya ini
dengan begitu saja, karena semua siksaan dan penderitaan
yang dialaminya sekarang adalah hasil karya pemuda itu.
mukanya jadi buruk hingga setan tak seperti setan, manusia
tak menyerupai manusia juga berkat pemberian pemuda itu,
ia tak pernah bayangkan kejahatan yang telah dilakukan,
dia hanya tahu membalas dendam.
Tapi diantara semua siksaan yang diterima, Suma Ing
paling sakit hati ketika alat vitalnya dirusak oleh Pek-li
Hiang berdua sehingga tak berfungsi lagi, ia benci pada dua
orang gadis itu karena merekalah yang membuat dia jadi
impoten, kehilangan kegagahannya sebagai seorang pria.
Kalau tidak. niscaya kesempatan yang sangat baik ini
akan dimanfaatkan dengan se-baik2nya, dia pasti akan
menggagahi dua orang gadis perawan itu secara bergantianBerdiri menghadapi gadis2 telanjang yang sedang
terangsang oleh birahi, bajingan paling terkutuk didunia itu
mulai putar otak untuk mencari akal, ia sadar dengan
senjatanya yang sudah tak berfungsi lagi itu. tak mungkin
baginya untuk perkosa musuh2nya untuk melampiaskan
rasa dendam yang terpendam selama ini. tapi iapun tak sudi
lepaskan musuhnya dengan begitu saja tanpa mengusik
mereka. dia bersumpah akan menyiksa mereka dengan
siksaan yang paling keji didunia hingga ketiga orang itu
menderita dan akhirnya baru dibunuh,
Pikir punya pikir akhirnya Suma Ing berhasil
mendapatkan satu akal bagus, dia tahu daya pengaruh obat
rangsang itu masih bisa bertahan satu jam kemudian,
apabila birahi mereka tak dapat disalurkan penderitaan
yang mereka terima akan jauh lebih hebat.
Maka dengan cepat ia cengkeram sepasang tangan Lamkong
Pak dan diseretnya kearah lain, kemudian ia
menambah pula batangan kayu ketengah api unggun
tersebut. Kobaran api yang terpancar dari api unggun itu makin
membara, membuat suasana dalam gua itu bertambah
terang benderang, pada saat itu Pek-li Hiang serta Cu Liyap
sudah terangsang oleh napsu birahi sehingga tubuh
mereka jadi lemas, rintihan lirih yang membangkitkan daya
rangsang berhamburan dari mulut mereka.
Dari balik tubuh mereka yang telanjang seakan- akan
terpancar keluar daya rangsang dan sikap menantang yang
mendebarkan hati, namun Lam-kong Pak telah kehilangan
semua daya kemampuannya, sepasang telapak tangannya
sudah dicengkeram Suma Ing hingga ia tak bisa berkutik
lagi. Selain itu pandangan matanya sudah mulai kabur, dia
hanya perhatikan tubuh telanjang dari dua orang gadis itu.
Selain payudara serta selangkangan dara2 itu tiada
sesuatupun yang ia perhatikan atau tegasnya ia tidak berniat


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk memandang yang lain kecuali dua tempat tadi..
Api napsu yang membakar seluruh tubuh Lam-kong Pak
sudah tak dapat ditahan lagi, dalam keadaan seperti itu
rupanya ia sudah tak kenal siapakah Suma Ing, dia hanya
berusaha untuk meronta dan melepaskan diri dari
cengkeraman orang, dia hanya tahu pergi melepaskan
hajadnya yang sudah tak terbendung, namun Suma Ing
mencekalnya erat2 membuat ia sama sekali tak berkutik.
Rupanya napsu birahi yang menyelimuti benak Pek-li
Hiang dan cu Li-yap juga telah mencapai pada puncaknya,
sekujur tubuh mereka gemetar keras sementara rintihannya
makin menusuk telinga.
Suma Ing tertawa seram, rupanya ia sendiripun sudah
terangsang oleh pemandangan yang tertera didepan mata,
tapi berhubung "senjata"nya telah tak berfungsi lagi
alias...... = =Beberapa Halaman telah hilang tersobek= =
DIPIHAK lain Lam-kong Pak yang tertotok jalan
darahnya dan menggeletak disudut gua. dari bencana malah
untung. berhubung peredaran darah dalam tubuhnya
tersumbat maka sari racun yang mengeram dalam tubuhpun
tak tersalur ketempat yang lain, napsu birahi yang semula
telah menguasai benaknya ber-angsur2 lenyap dari tubuh,
sementara kesadaranpun pulih kembali seperti sedia kala,
apa yang tertera didepan matapun dapat diikuti dengan
lebih jelas. Pada dasarnya dalam tubuh pemuda itu terdapat hawa
murni bayi sakti, terdapat pula sari buah merah, cairan
empedu naga sakti dan Tok Si- lip. semuanya merupakan
benda mustika yang sulit diperoleh, hanya saja untuk
sementara waktu benda2 tadi tidak berkasiat.
Kini setelah kesadarannya pulih maka benda-benda
mustika itupun segera menunjukkan kasiatnya. sisa obat
perangsang yang masih tertinggal dalam tubuhnya sama
sekali tersapu habis,
Pertama-tama ia saksikan cu Li-yap yang terlentang
dalam keadaan setengah telanjang, gadis itu masih berliukliuk
seperti ular diatas tanah karena pengaruh obat
perangsang. kemudian ia saksikan pula suma Ing sedang
menindih diatas tubuh Pek-li Hiang yang kedua-duanya
berada dalam keadaan telanjang bulat.
Bagaikan disambar geledek disiang hari belong pemuda
itu tersentak kaget dan segera sadar kembali dari semua
pengaruh menjerit didalam hati.
"oooh.-.Thian habislah sudah Pek-li Hiang oooh adik
Hiang sayang, kasihan kau akhirnya kau termakan oleh
bajingan anjing itu, habislah sudah segala-galanya... Suma
Ing kau bangsat terkutuk "
Ia tak mampu menahan rasa sesal dan kecewa yang
berkecambuk dalam benaknya. ia benci pada diri sendiri, ia
malu pada ketololan serta ketidak becusan sendiri,
meskipun memiliki ilmu silat yang tinggi akan tetapi tak
mampu untuk melindungi keselamatan dua orang istrinya
yang tercinta. Rintihan binal dan rangsangan napsu berahi yang
memancar dari Pek-li Hiang kian menusuk pendengaran,
sementara Suma ing menggesek dan menindih tubuh dara
itu makin kalap. Menyaksikan kesemuanya itu Lam-kong
Pak hanya bisa menekan rasa sakit hatinya belaka, ia
merasa hatinya seperti di-iris2 dengan pisau tajam.
Lam-kong Pak berusaha tenangkan hati dan salurkan
hawa murninya untuk membebaskan jalan darahnya yang
tertotok. akan tetapi menghadapi peristiwa yang cukup
menggusarkan hati itu perhatiannya tak mampu disatukan
apalagi salurkan hawa murni untuk menerjang lepas
pengaruh totokan orang.
Di-saat2 seperti itulah, sesosok bayangan manusia
kembali berkelebat lewat dimulut gua, orang itu langsung
menerjang kearah Suma ing dan menotok jalan darahnya.
Tanpa memberi perlawanan pemuda Suma roboh
terjengkang keatas tanah dan tak berkutik lagi.
Sementara itu Pek-li Hiang sudah tetangsang hingga
mencapai pada titik puncaknya, ia langsung bangkit berdiri
dan menubruk kearah bayangan manusia yang baru muncul
itu. Dengan cekatan orang itu berkelit kesamping, kemudian
sambil tertawa ter-kekeh2 serunya:
"Budak ingusan, jenisku tak jauh berbeda dengan kau.
punyaku juga tonjolan seperti
punyamu..heehh...heehh...heebh.. sekalipun saat ini kau
sangat butuhkan itu.. tapi sayang aku tak bisa memberikan
apa yang kau butuhkan-.,"
SEKARANG Lam-kong Pak dapat melihat siapakah
yang datang. diam2 ia hela napas panjang dan berpikir:
"Habislah sudah Kalau sampai perempuan cabul inipun
muncul disini, ini berarti aku tak akan lolos dari bencana."
Ternyata bayangan manusia yang baru muncul bukan
lain adalah Janda kawin tujuh kali Pui Kun- sementara itu
sambil picingkan matanya ia melirik sekejap kearah dua
orang gadis yang menggeletak ditanah kemudian sambil
tertawa dingin katanya:
"Heeeh-heeeh-heeehh...Hakekatnya kalian memang
budak2 goblok Yang masih berfungsi tidak kalian Cari,
sebaliknya manusia bobrok yang sudah loyo kalian tubruk
tolol benar2 amat tolol. Ehm nampaknya rejekiku hari ini
luar biasa baiknya, malam ini aku akan makan nikmat.
ayam jejaka haaah-haaahh-haaah..."
Sambil goyang pinggul ia maju menghampiri sianak
muda itu, sebutir pil diambil dari saku dan dijejalkan
kemulutnya ... Tapi pada saat itulah kembali sesosok bayangan manusia
menerjang masuk kedalam gua. Dengan cepat Pui Kun
menyadari akan kahadiran tamu tak diundang itu, tiba-tiba
ia berpaling. Betapa terperanjatnya setelah ia tahu bahwa orang itu
bukan lain adalah Kakek ombak menggulung, perempuan
itu sadar kalau kepandaian silatnya masih bukan tandingan
orang, maka sambil mundur dua langkah serunya.
"Hey setan tua, disini terdapat tiga orang perempuan dan
seorang pria, aku rasa setelah ada dua orang gadis yang
masih muda belia, tentunya kau tak akan tertarik pada
diriku bukan" Nah, karena itu bagaimana kalau kita bagi
hasil secara adil" Dua orang bocah perempuan itu
kuberikan kepadamu, sedangkan Lam-kong Pak berikan
kepadaku dan masing masing pihak tak akan mengganggu
yang lain, tentunya setuju bukan-. .?"
Pada dasarnya Kakek ombak menggulung adalah
seorang kakek cabul yang suka main2 perempuan- apalagi
menyaksikan tubuh Pek-li Hiang yang telanjang bulat
dalam posisi siap bertempur, kontan saja napsu birahinya
berkobar dalam dada. "Senjata"nya tak ampun segera
menegang siap bekerja.
Akan tetapi diapun bukan manusia sembarangan, ia tak
sudi menerima tawaran orang dengan begitu saja, dan soal
yang terpenting ia tak tega hati kalau biarkan Janda kawin
tujuh kali tetap bermesraan secara bebas. Maka sambil
tertawa seram tiada hentinya ia berseru:
"Pui Kun. perkataanmu tak salah. Setelah tersedia dua
orang gadis muda yang begitu cantik jelita dan lagi masih
perawan, tentu saja aku tak akan tertarik oleh tubuhmu
yang sudah kendor, tapi.. heehh...heehh.. heeh.. .sebelum
bekerja. terpaksa aku harus bereskan dirimu lebih dahulu"
Janda kawin tujuh kali lebih terperanjat, ia mundur
kearah Lam-kong Pak. sementara paras mukanya berubah
hebat dan tubuhnya sangat gemetar.
"Heehh-heehh-heehh...rase tua" ejek Kakek ombak
menggulung. "kalau tahu diri, alangkah baiknya kalau jadi
seorang penurut,jangan beri perlawanan Kalau aku sudah
menyelesaikan hajadku nanti maka kaupun akan kulepas,
kesenanganmu tentu tak akan kuganggu"
Sebagai jago kawakan yang banyak pengalaman- sudah
tentu Janda kawin tujuh kali tak mau menempuh bahaya,
yaa kalau pihak lawan menepati janji dan beri kebebasan
kepadanya, kalau tidak, kan berabe?"
Walau pun begitu, diapun sadar bahwa kepandaian
silatnya masih bukan tandingan orang, cepat ia
mengundurkan diri kesamping Lam-kong Pak sedang dihati
ia berpikir: "Baiklah kalau toh kakek ombak menggulung bersikeras
akan turun tangan atas diriku. terpaksa akupun akan
bebaskan jalan darah Lam-kong Pak yang tertotok."
Dalam anggapannya bila Lam-kong Pak dibebaskan,
maka keadaan jauh lebih menguntungkan dirinya.
meskipun hasratnya menikmati ayam jejaka gagal total,
akan tetapi asalkan gembeng iblis tua tersebut berhasil
dipukul kabur, niscaya pemuda itu bersedia pula untuk
mengampuni selembar jiwanya.
Dalam pada itu selangkah demi selangkah Kakek ombak
menggulung telah maju kedepan, Janda kawin tujuh kali
segera menggigit bibir, diam2 ia tepuk bebas jalan darah
Lam-kong Pak yang tertotok.
Dipihak lain pemuda Lam-kong juga sudah menebak
maksud hati Janda kawin tujuh kali, ia tahu perempuan itu
mundur kesisinya tidak lain tidak bukan adalah hendak
bebaskan jalan darahnya yang tertotok. karenanya begitu
peredaran darah berjalan lancar, hawa murninya segera
disalurkan mengelilingi seluruh badan.
Sekalipun begitu ia masih tetap berbaring diatas tanah, ia
pura2 tak bisa berkutik dan membiarkan musuhnya makin
mendekat, Sementara itu jarak antara kakek ombak menggulung
dengan Janda kawin tujuh kali hanya terpaut dua langkah,
secepat sambaran kilat ia lancarkan satu cengkeraman maut
kedepan, Pui Kun menghindar kesamping sedang Lamkong
Pak loncat bangun dari atas tanah.
Walaupun gerak geriknya sangat cepat, akan tetapi
berhubung jalan darahnya sudah tertotok agak lama, dan
lagi peredaran darahpun baru berjalan lancar. maka
gerakannya agak terlambat setindak.
Kakek ombak menggulung tampak terperanjat,
kemudian cepat- cepat mundur beberapa langkah
kesamping dan mendekati Suma ingLam-kong Pak melirik sekejap kearah Pek-li Hiang
berdua yang masih menggeletak di tanah, ia lihat napsu
birahi yang berkobar ditubuh mereka telah pudar sekalipun
masih tidak sadarkan diri akan tetapi keadaannya jauh
mendingan, ia lantas gertak gigi dan berseru:
"Hey iblis tua,jangan harap kau bisa kabur dari gua pada
malam ini "
Kakek ombak menggulung sendiripun tahu babwa
kepandaian silatnya bukan tandingan lawan, apalagi masih
ada Janda kawin tujuh kali yang belum diketahui akan
berpihak kemana, biji matanya segera berputar melirik
kesana kemari. Sekarang Lam-kong Pak telah menghadang dimulut gua,
itu berarti tak mudah lagi baginya untuk melarikan diri dari
situ, Dalam keadaan terdesak, tiba2 iblis tua itu teringat
kembali akan diri Suma ing yang tertotok jalan darahnya
oleh Pui Kun, meskipun bajingan cilik itu sudah
menghianati dirinya tapi saat ini Lam-kong Pak sangat
membenci dirinya hingga merasuk ketulang sumsum,
dengan cepat ia bertindak, jalan darab Suma ing
dibebaskan. Begitu jalan darahnya dibebaskan, Suma ing segera
lompat bangun dari atas tanah, teriaknya.
"Sekarang kita tak usah jeri kepadanya lagi, dengan
tenaga gabungan kita berdua rasanya masih cukup untuk
menandingi bangsat itu "
"Hmm Bangsat terkutuk. kalau ingin coba silahkan
maju" Suma ing menyeringai seram, tiba2 ia berpaling kearah
Janda kawin tujuh kali dan menegur.
"Hey Pui Kun, engkau berpihak siapa ?"
"Tentu saja berpihak pada Lam-kong Pak." jawab janda
kawin tujuh kali sambil terkekeh-kekeh.
Dengan suara lantang Lam-kong Pak berkata:
"Pui Kun Kau tak usah kuatir, selamanya aku dapat
membedakan mana budi mana dendam, walaupun
perbuatanmu dimasa lampau cukup menyakitkan hati dan
kejahatanmu pantas diganjar hukuman mati, akan tetapi
kau telah selamatkan jiwaku, untuk itu akupun akan
ampuni jiwamu..Nah pergilah sekarang dari sini"
"Huuuh.. tak usah berlagak mesra. ketahuilah Lam-kong
Pak sangat mendendam kepadamu, rasa bencinya padamu
sudah merasuk ketulang sumsum. tak nanti ia lepaskan
dirimu" Janda kawin tujuh kali bukan manusia bedoh, sudah
tentu diapun telah menduga sampai kesitu, ia percaya
dengan perkataan dari Suma ing.
Hakikatnya Lam-kong Pak sendiri sama sekali tiada
maksud untuk membinasakan perempuan cabul itu.
walaupun ia pernah menaruh maksud cabul terhadapnya,
bagaimanapun juga dialah yang bebaskan jalan darahnya
yang tertotok dan itu berarti dia pula yang menyelamatkan
dua orang gadis itu dari perkosaan"Baik Aku segera pergi."
Sementara Janda kawin tujuh kali Pui Kun kabur dari
gua itu melewati samping sang pemuda, Lam-kong Pak
segera kerahkan tenaga untuk menjaga segala kemungkinan
yang tak diinginkan, pada saat itulah mendadak Kakek
ombak menggulung membentak keras ber-sama2 Suma Ing
mereka lancarkan sebuah pukulan dahsjat.
Lam-kong Pak berkelit kesamping, Suma Ing segera
manfaatkan kesempatan itu se-baik2nya. dia enjotkan
badan dan kabur keluar dari gua itu....
Lam-kong Pak sangat mendendam atas perbuatan Suma
ing. ia ingin sekali membunuh bangsat itu secara keji,
meskipun begitu ia tak dapat mengejar lawannya karena
pemuda itu kuatir Kalau Kakek ombak menggulung turun


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan terhadap dua orang gadis tersebut.
Baru saja ingatan itu berkelebat dalam benaknya. Kakek
ombak menggulung membentak keras. sekuat tenaga dia
lancarkan sebuah pukulan dahsyat lalu menerjang kearah
dua orang gadis itu.
Lam-kong Pak bertindak cepat, ia bergerak maju
kedepan untuk melindungi keselamatan gadis2 itu,
Siapa tahu rupanya Kakek ombak menggulung sedang
jalankan siasat suara ditimur memukul kebarat, baru saja
Lam-kong Pak menggerakkan tubuhnya, ia sudah tertawa
ter-bahak2 dan kabur keluar gua.
Gelak tertawanya yang amat nyaring amat menusuk
perasaan si anak muda itu. ia merasakan hatinya sakit
bagaikan di-sayat2 dengan pisau tajam. dipandangnya
sekejap dua orang gadis itu, sekujur badan gemetar keras
karena mendongkol.
Ia tahu bagaimanakah tabiat Pek-li Hiang, bila ia sadar
dan mengetahui apa yang telah menimpa dirinya niscaya
gadis itu akan bunuh diri. oleh sebab itu Lam-kong Pak
berpendapat bahwa sebelum gadis itu sadar kembali maka
mereka harus berpakaian kembali, sehingga kejadian itu
bisa dikelabui.
Dengan perasaan gusar. marah, malu bercampur
penasaran Lam-kong Pak mengenakan kembali pakaian
dari dua orang gadis itu. kemudian menguruti pula jalan
darahnya. Beberapa saat kemudian Pek-li Hiang dan cu Liyap
telah sadar kembali. Sianak muda itu segera berkata.
"Sungguh berbahaya apabila Janda kawin tujuh kali
tidak datang tepat pada waktunya jangan harap kita bisa
hidup dalam keadaan selamat"
Secara ringkas diapun menceritakan apa yang telah
terjadi, tentu saja adegan Pek-li Hiang yang ditindih dan
dinodai Suma Ing telah dirahasiakan.
Mendengar cerita tersebut, betapa malunya dua orang
gadis itu hingga mereka tundukkan kepala dengan muka
merah padam, secara lapat2 mereka masih ingat betapa
memalukannya perbuatan serta tingkah lakunya tadi,
terutama sekali Pek-li Hiang. walaupun kesadarannya telah
hilang akan tetapi lapat2 ia merasa ada seseorang telah
menindih tubuhnya.
Dengan paras muka sedih dara itu melirik sekejap kearah
Lam-kong Pak. sekuat tenaga ia berusaha untuk menahan
lelehnya air mata, sambil pura2 berlagak seperti tak pernah
terjadi sesuatu, ujarnya lirih. "Engkoh Pak, mari kita
pulang." "Engkoh Pak" seru Cu Li-yap pula, "apakah kami telah
diperkosa bajingan itu?"
Lam-kong Pak merasa hatinya amat sakit bagaikan disayat2,
tapi diluaran dia paksakan diri untuk tertawa.
"oooh... tidak Suma Ing walaupun orang pria, dalam
kenyataan anu-nya sudah tidak berfungsi lagi. dia sudah
impoten- Masa orang yang sudah impoten mampu
melakukan perbuatan itu?""
Walaupun demikian- Pek-li Hiang tetap tertawa sedih.
Karena ia merasa diantara belahan pahanya terdapat benda
cairan yang lengket seperti lem. apakah cairan kental itu
cairan yang keluar dari tubuhnya sendiri ataukah cairan itu
adalah air mani dari Suma Ing, yang terang tubuhnya sudah
ternoda, ia sudah tak suci lagi, dan tentu saja badan yang
sudah kotor tak pantas untuk dipersembahkan kepada Lamkong
Pak- Sayang Lam-kong Pak tidak menemukan perubahan
wajahnya itu, ia mengira dua orang gadis itu sedang kikuk
dan malu lantaran peristiwa tadi, maka diapun
membungkam dalam seribu bahasa.
Ketika mereka bertiga tiba ditempat yang dijanjikan,
tampaklah sepasang manusia jelek dari Hay-thian serta Loo
Liang-jen telah menunggu disana. maka mereka pun
berangkatlah kekota Lok-yang.
Rupanya Sun Han Siang telah membeli sebuah gedung
besar dikota Lok-yang sebagai persiapan perkawinan
putranya. ia bermaksud setelah beberapa orang gembeng
iblis itu dilenyapkan- mereka akan berdiam dikota itu.
Baru saja mereka masuk kekota Lok-yang Salju bulan
keenam Tong Hui telah menanti dipintu kota, maka berbendong2
mereka antar kedalam sebuah gedung mentereng
yang letaknya berdekatan dengan kebun Kim-kok-wan.
Lampu lentera, kertas warna warni bergelantungan dimana2,
gedung itu dihias dengan indahnya, disana sini
tertempel tulisan yang mengartikan pernikahan"Eeeei...apa-apaan ini?" tegur Lam-kong Pak.
"Siauhiap. masa kau lupa" beberapa cianpwee telah
menyiapkan perjamuan untuk merayakan hari
perkawinanmu, sekarang semuanya sudah slap dan hanya
menunggu kedatanganmu"
Pek-li Hiang tertawa sedih mendengar ucapan itu, ketika
semua orang masuk kedalam gedung, pertama2 pencuri tua
Pek-li Gong yang menyambut kedatangan mereka. tapi
begitu menyaksikan paras sedih yang tertera diwajah Pek-li
Hiang, ia nampak tertegun, kemudian tegurnya:
"Bocah muda, belum2 kau sudah berani menganiaya
putriku ya...bagaimana kalau sudah menikah nanti?"
Lam-kong Pak tertawa getir dan tak mampu menjawab.
semua orang segera menuju keruang tengah.
Sekilas pandangan Sun Han Siang yang banyak
pengalaman segera mengetahui pastilah sudah terjadi
peristiwa besar, dengan cepat ia menarik putranya
kesamping sambil berbisik:
"Anak Pak, apa yang telah terjadi?"
Terpaksa Lam-kong Pak menceritakan apa yang telah
dialaminya bersama dua orang gadis itu. hanya peristiwa
tentang ternodanya Pek-li Hiang sengaja ia rahasiakanSun Han Slang bukan orang bodoh, dia adalah seorang
jago kawakan yang banyak pengalamannya. dari sikap dua
orang gadis yang berbeda ia telah menduga apa yang telah
terjadi. Walaupun cu Li- yap kelihatan malu dan kikuk. akan
tetapi keadaan Pek-li Hiang jauh lebih mengenaskanAkan tetapi iapun dapat memahami perasaan putranya.
diam2 ia memuji akan kebesaran jiwanya putranya itu,
meski peristiwa ini sedikit banyak telah menodai nama
keluarga. tapi toh bukan salah gadis itu, terpaksa diapun
pura2 berlagak tenang se-akan2 tak pernah terjadi peristiwa
apa2. Hari perkawinan ditetapkan sore itu, sementara waktu
itu fajar baru saja menyingsing. Sun Han Siang mengantar
dua orang gadis itu kekamar pengantin mereka sambil
pesannya: "Yang paling penting bagi orang persilatan adalah jiwa
yang berbudi luhur, semangat yang gagah perkasa serta
tujuan yang mulia. kadangkala untuk menegakkan keadilan
dan kebenaran seseorang tak sayang untuk mengorbankan
diri, karena itu menurut anggapanku peristiwa yang terjadi
kemarin malam tidaklah terhitung seberapa. asal dalam hati
tak memikirkan nyeleweng itu sudah cukup"
Pek-li Hiang dan cu In yap hanya tundukkan kepala
dengan air mata berCucuran, mereka tetap membungkam
dalam seribu bahasa. Sun Han Siang berkata lebih lanjut:
"Beristirahatlah disini, hari baik jatuh sore nanti, sebentar
ada orang yang akan bantu kalian berdandan. kejadian ini
merupakan suatu peristiwa besar, bergembiralah... jangan
bermuram durja terus"
Sementara itu dipihak lain- Pencuri tua juga sedang
menarik Lam-kong Pak ketempat sunyi sambil menegur:
"Bocah muda, bicaralah terus terang, kemarin malam
apa yang telah terjadi?"
sekali lagi Lam-kong Pak menceritakan apa yang telah
terjadi. Mendengar penuturan tersebut Pek-li Gong segera
berseru "Aku tahu masih ada beberapa bagian Cerita yang
sengaja kau rahasiakan, ayoh Cepat katakan"
"Benar2 sudah tak ada lagi"
"Bocah muda, engkau tak perlu ragu2 dalam
pembicaraan, apapun yang terjadi sudah SepantaSnya kalau
aku sebagai mertuamu mengetahuinya, kalau tidak kau
katakan bagaimana andaikata sampai terjadi sesuatu
peristiwa yang tragis" Dan bagaimana pula aku bisa
memberikan pertanggungan jawabnya?" "
"Hakikatnya hanya itu saja, apalagi yang musti
kukatakan?" teriak Lam-kong Pak dengan lantang.
"Mereka berdua sama-sama kena dikecundangi oleh
Suma Ing. kenapa hanya Hiang-ji saja yang nampak
murung dan termangu-mangu seperti orang kehilangan
sukma" Hmm ketahuilah, aku bukan orang goblok yang
mudah dibohongi "
Lam-kong Pak putar otak mempertimbang masalah itu,
akhirnya ia berpendapat lebih baik tidak membicarakan
persoalan itu. toh dia sendiri sudah tahu kenapa orang
ketiga musti ikut tahu"
Dengan muka serius ia segera berkata. "Tiada perkataan
lain yang bisa kukatakan lagi. Gakshu legakanlah hatimU."
Dengan putus asa Pek-li Gong gelengkan kepala lalu
pergi tinggalkan pemuda itu, dia yakin masih ada cerita lain
yang sengaja dirahasiakan oleh Lam-kong Pak.
Kewaspadaannya diam2 dipertingkat, penjagaan
disekitar gedung yang sedang bergembira riapun diperketat,
sebab menurut dugaannya ada kemungkinan Bintang yang
bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng serta kakek ombak
menggulung dan Suma ing akan gunakan kesempatan itu
untuk mengacau.
Sorenya Sun Han siang turun tangan sendiri untuk
mendandani kedua orang pengantin itu, mula2 ia
membantu cu Li-yap berdandan kemudian baru masuk
kekamar Pek-li Hiang.
Apa yang dilihat disitu" gadis itu sedang menangis tersedu2
dengan sedihnya, mata merah dan muka pucat.
TerCekat hati Sun Han Siang menyakslkan kejadian itu,
suatu firasat jelek melintas dalam benaknya, walau begitu
dia berusaha untuk menghibur dengan kata2 halus:
"Hiang-ji kerugian sedikit yang kau derita masih belum
terhitung seberapa ingatlah. Asal anak Pak tidak keberatan
untuk menerima kau sebagai istrinya, soal lain tak perlu kau
pikirkan lagi dihati, cepat seka air matamu Aku akan bantu
kau berdandan."
Pek-li Hiang tak dapat menahan lelehan air mata, karena
dia telah ambil keputusan yang maha besar. dan keputusan
tersebut akan merubah jalan hidupnya.
Sun Han siang mulai turun tangan membedaki pipinya,
tapi setiap kali pupur itu lumer kena air, sampai ketiga
kalinya pupur itu baru melekat diwajah, sebab selama itu
Pek-li Hiang tak dapat menahan pedih hatinya.
Kembali Sun Han Siang harus menghibur dengan kata
lembut, dalam keadaan demikian terpaksa Pek-li Hiang
kuatkan hati dan berhenti menangis. bahkan pura2
memperiihatkan muka gembira, atas perubahan tersebut
Sun Han Siang pun dapat berlega hati.
Hari baik telah ditetapkan pukul enam sore, oei ci-hu
segera menyebar para jago untuk menjaga keamanan
disekitar gedung dengan ketat, bahkan ia sendiripun turun
tangan untuk memikul tanggung jawab itu, tentu saja
kesemuanya itu demi menghindari segala kemungkinan
yang tidak dlinginkan,
Akhirnya hari baik yang di-tunggu2 telah tiba. Lam-kong
Pak sudah berdandan, meja sembahyang diruang tengahpun
telah siap. San Han Siang memapak sendiri dua orang pengantin
dari kamarnya, namun ketika muncul kembali diruangan
tengah ternyata ia hanya membimbing cu Li- yap seorang.
Tertegun hati Pek-li Gong menyaksikan peristiwa itu,
segera tegurnya: "Sun Han Siang, bagaimana dengan
putriku?" "Jangan terburu napsu," jawab Sun Han siang, "satu
persatu secara bergilir, setelah mereka menyembah "Thiankong"
barulah Hiang-ji keluar untuk bersembahyang pula"
Begitulah pengantin laki dan pengantin perempuan bersama2
menyembah kepada Thian-kong, selesai
bersembahyang Sun Han Siang baru berseru dengan nada
serius "Hiang-ji telah pergi"
Berita ini ibaratnya guntur membelah bumi disiang hari
bolong, seketika suasana jadi gempar danpara hadirin
berseru tertahan-Dengan marah Pek-li Gong berteriak.
"Sun Han Siang, kalau toh engkau membenci putriku,
kenapa tidak kau katakan sedari dulu2. Kau anggap anakku
sudah tak laku kawin sehingga terpaksa harus kawin dengan
anakmu, IHmm...hmm sedari permulaan aku sudah tahu,
kalian pilih kasih, menghina orang miskin-.,"
"Pencuri tua " kata Sun Han siang sambil menahan
lelehnya air mata, "engkau tak usah menyindir diriku. kalau
kau lanjutkan kata2mu itu, aku jadi bosan hidup lagi -Nah
coba lihatlah dulu isi surat tersebut"
Dengan penuh kegusaran Pek-li Gong menyambar surat
itu. lalu dibaca isinya.
"Ayah, setelah kau baca suratku ini, janganlah kau
marah atau menyalahkan siapa pun, nasibku memang jelek,
ternyata sebelum hari pernikahan tubuhku telah dinodai
oleh Suma ing bangsat itu, aku merasa tubuhku sudah tak
suci lagi, tidak pantas tubuh yang ternoda ini kusembahkan
untuk engkoh Pak, biarlah adik Yap yang mendampingi
engkoh Pak sampai dihari tua nanti. Aku pergi dulu"
Tatkala kalian temukan surat ini mungkin aku sudah berada
seratus li jauhnya, jangan cari aku, keputusanku telah bulat
dan selama hidup tak akan bertemu lagi dengan kalian..ayah yang tercinta, biarlah hutang budiku kepadamu
kubayar kembali pada penitisan yang akan datang. tertanda:
Pek-li Hiang."
Titik-titik air mata membasahi kertas itu, yang lama
adalah bekas air mata dari Pek-li Hiang. sedang yang baru
adalah bekas air mata dari Pek-li Gong.
Dalam pada itu semua orang telah merubung datang,
suasana yang semula riang gembira Seketika berubah jadi


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepi dan penuh kesedihan.
Lam-kong Pak menjerit tertahan. ia putar badan dan lari
keluar pintu rumah.
Tapi dengan cepat pencuri tua itu menarik lengan
bajunya sambil berseru: "Bocah, tak usah kau cari lagi jelas
bagaimanakah watak gadis itu, kalau sudah bertekad untuk
menghindar jangan harap kau bisa temukan kembali
jejaknya sepanjang masa, sudah...biarkan dia pergi"
Lam-kong Pak tak dapat menahan diri lagi, air mata
bercucuran membasahi wajahnya.
"Gakshu. siau-say (menantu) benar2 tak becus. aku pasti
akan mencarinya hingga ketemu"
"Tak usah." tukas Pek-li Gong. "urusan itu tak usah kau
pikirkan lagi, aku yakin musuh tangguh pasti akan datang
malam nanti kalau kau pergi bagaimana dengan kami"
masa engkau tak menggubris kami lagi?"
Dalam pada itu cu Li- yap telah menangis tersedu-sedu,
kabar kesedihan menyelimuti seluruh ruang upaCara,
terpaksa Lam-kong Pak menghibur istrinya dengan katakata,
"Adik Yap. legakan hatimu, cepat atau lambat aku pasti
akan mencarinya kembali."
Perjamuan berlangsung dalam suasana kurang
menggembirakan siapapun tak punya minat untuk makan
minum, setelah berlangsung beberapa waktu maka para
tamupun pada bubar. sementara Lam-kong Pak serta cu Liyap
diantar masuk kedalam kamar pengantin. Setelah
berada sendirian, cu Li-yap berkata:
"Engkoh Pak, bagaimana keadaan yang sebetulnya saat
itu" apakah kau bersedia memberitahukan kepadaku?"
Lam-kong Pak kuatir pikiran cu Li-yap ikut tertutup
lantaran peristiwa itu. terpaksa ia bicara terus terang:
"Kemungkinan besar Suma ing berhasil mendapat obat
perangsang dari siau- hong, obat itu telah dilemparkan
kedalam api unggun sehingga mengakibatkan kabut tipis
berwarna merah menyebar Keseluruh ruangan, kabut itu
adalah racun yang keji, tak lama setelah kita keracunan
Suma ing masuk ke dalam gua..."
"Dan ia robohkan kau?" sela cu Li-yap.
"Wakku itu aku sudah tak tahan, melihat kalian lepas
pakaian- napsu birahi dalam tubuhku segera bangkit, tapi
sepasang tanganku dicengkeram oleh Suma ing hingga
tenagaku punah, saat itulah jalan darahku di totok olehnya"
"Setelah kau roboh. ia pasti turun tangan menggagahi
tubuh kami secara bergantian?" seru cu Li-yap dengan paras
muka berubah hebat.
"Benar dan ia pilih adik Hiang lebih dulu, ia menindihi
diatas tubuhnya dan...."
"Darimana adik Hiang bisa tahu akan kejadian ini?" kata
cu Li-yap sambil menggigit bibir menahan emosi.
"bukankah kesadaran kami sudah punah pada waktu itu?""
"Selama kesadaran seseorang belum seratus persen
lenyap. ia masih bisa ingat semua kejadian yang
dialaminya....apalagi bajingan terkutuk itu telah merobek
celana dalam adik Hiang, tentu saja adik Hiang mengetahui
akan hal ini...."
"Aaaii" cu Li-yap menghela nafas sedih "meskipun siaumoay
tak sampai diperkosa olehnya, akan tetapi semua
bagian tubuhku telah dilihat olehnya..,"
"Apa yang musti kau pikirkan tentang hal itu?" berkata
Lam-kong Pak dengan suara dalam, "kita sebagai orang
persilatan, dari pagi sampai malam kerjanya hanya
bergelimpangan diantara hujan golok, hujan pedang, tak
bisa terhindar bila menghadapi kejadian seperti itu,
andaikata karena urusan itu maka lantas ambil pikiran
pendek, tindakan itu lebih lebih tidak mencerminkan jiwa
besar seorang ksatria sejati."
"Engkoh Pak, setelah kau saksikan tubuhku yang
telanjang bulat serta tingkah lakuku yang begitu rendah.
masa tiada pandangan hina dalam hatimu atas diriku?"
"Adik Yap. ucapanmu sama artinya sedang memaki
diriku, coba bayangkan dengan kekuatan yang jauh
melebihi kalian berdua ternyata tak mampu untuk
menyelamatkan kalian dari ancaman bahaya, aaai... kalau
dipikir kembali aku benar-benar merasa malu sekali."
cu Li-yap jatuhkan diri kedalam pelukan Lam-kong Pak
bisiknya: "Semoga aku dapat serahkan kesucianku hanya
untukmu seorang"
"Sekarang toh belum terlambat?""
Tiba-tiba...'criing-criiing-criiing' serentetan desiran angin
tajam meluncur masuk dari luar jendela dan langsung
mengancam jalan darah penting ditubuh dua orang itu.
Lam-kong Pak amat terperanjat, ia ayun telapak
tangannya melancarkan satu pukulan dahsyat... 'criiing
criing criiing' tujuh delapan batang senjata rahasia mencelat
kesamping menghajar dinding ruangan, sementara pemuda
itu menyambar tubuh istrinya dan melayang keatas atap
rumah lewat jendela.
Ber-puluh2 tombak dihadapannya tampaklah sesosok
bayangan hitam sedang kabur kemuka, sekilas pandangan
Lam-kong Pak dapat kenali orang itu sebagai Suma Ing,
kontan pemuda itu tancap gas dan mengejar dengan
ketatnya. Suma Ing sama sekali tidak berpaling lagi, dia kabur
keluar kota dan menuju kedaerah pegunungan yang
terpencil, sepanjang jalan selisih jarak mereka tetap
seimbang. meskipun hanya puluhan tombak akan tetapi
berhubung Lam-kong Pak harus mengempit tubuh
seseorang, terpaksa ia ketinggalan terus dibelakang.
Tak Lama kemudian sampailah mereka ditepi sebuah
hutan. mendadak Suma ing berhenti dan memandang
kearah musuhnya sambil menyeringai seram,
Satu ingatan segera berkelebat dalam benak Lam-kong
Pak. dia yakin suma ing pasti telah persiapkan permainan
busuk. kalau tidak tak nanti ia berani menghadapinya
seorang lawan seorang diri.
Rasa benci dan dendam Lam-kong Pak terhadap
musuhnya boleh dibilang sudah merasuk ketulang sumsum,
sekalipUn ia tahu kehadiran lawannya sudah pasti bukan
seorang diri, namun ia tidak ambil perduli. tubuhnya
bergerak maju kedepan sambil berseru
"Suma Ing. kau makhluk terkutuk berhati srigala, kalau
malam ini tubuhmu tak kucingcang sampai hancur berkeping2,
aku bersumpah tak akan jadi manusia"
Suma Ing sama sekali tidak jeri atau gentar menghadapi
keadaan tersebut, malahan sambil tertawa seram ejeknya:
"Lam-kong Pak enak bukan perasaan hatimu pada
malam ini" Hehh..heehh.. Pek-li Hiang telah kunodai
kesuciannya tentu saja ia tak punya muka untuk kawin
dengan kau lagi... anggaplah kejadian itu sebagai
pembalasan dendamku, Lam-kong Pak sekarang telitilah
wajahku baik2, andai kata engkau yang menjadi aku, apa
yang hendak kau lakukan?"
"Siapa berani berbuat jahat dia tak boleh hidup, itulah
pembalasan yang harus diterima oleh manusia2 terkutuk
macam kau. kalau engkau sampai terjatuh kembali
ketanganku.. Hmm akan kucingcang tubuhmu jadi berkeping2
dan kusiksa engkau hingga mati tak bisa hiduppun
susah" "Lam-kong Pak. sewaktu berada dalam kebun bunga
keluarga Sick tempo hari sebetulnya aku ada niat untuk
mengadakan kontak lagi dengan Sun Han Siang. tak nyana
pencuri tua itu sudah menuturkan cerita tersebut. karena
itulah terpaksa aku harus berubah pikiran"
"Apa yang ia tuturkan adalah kenyataan yang sungguh2
terjadi. angkatan yang lebih tua mengetahui semua akan
kejadian ini...."
"Benar..justru karena kejadian itu sungguh. maka aku
harus menuntut balas"
Agak tertegun Lam-kong Pak setelah mendengar
perkataan itu, "Engkau malah hendak balas dendam setelah tahu kalau
kejadian itu" sungguh2 manusia gila yang takpunya otak.
rupanya kebejadan moralmu sudah tak dapat diobati lagi"
"Terus terang kukatakan kepadamu, dikolong langit
sebenarnya jarang ada orang baik, manusia2 yang
tergabung dalam golongan putih tidak lebih hanya
manusia2 munafik yang memakai kedok untuk berbuat
kebaikan, contohnya saja Sian-yan Peng serta Sun Han
Siang mereka telah mendirikan Pegadaian dunia persilatan
serta perkumpulan bulu hijau, tinjau saja semua tindak
tanduk serta sepak terjang kedua buah organisasi itu.
benarkah mereka bertujaan baik dan berbuat amal"
benarkah tangan mereka tidak pelepotan darah dan tak
pernah membunuh manusia seperti membabat rumput"
Hehh.., heeh..heehh.. bila sudah bosan hidup mereka
lepaskan golok pembunuh dan pura2jadi manusia budiman,
benar2 perbuatan terpuji dari seorang manusia munafik"
"Oooh jadi menurut anggapanmu. hanya kaulah
manusia paling baik dilolong langit?" damprat Lam-kong
Pak. "Tentu saja aku bukan manusia baik, dan justru karena
aku bukan manusia baik maka akulah musuh bebuyutan
dari kaum pendekar gadungan yang berjiwa munafik.
IHmm... kalau toh mereka tak akan lepaskan aku masa aku
juga sudi lepaskan mereka ?"
"Lalu apapula sebabnya cerita dari pencuri tua telah
merubah kembali jalan pikiranmu ?"
Suma ing menyeringai seram.
"Ayahku adalah Hiat-hu-tiap kupu2 darah Suma ciau.
sedang ibuku adalah Boan-cuang-hui menari diatas
pembaringan Liau Giok Ing. mereka berdua menemui
ajalnya ditangan kawanan pendekar yang katanya berjiwa
ksatria, aku dengar pula Jago angin geledek Lam-kong Liu
serta sun Han Siang ikut serta pula dalam pengeroyokan
atas orang tuaku. karena perbuatannya itu mereka lantas
pelihara aku, mereka pura-pura bersikap baik dan berbudi
kepadaku, padahal dalam kenyataan hanya ingin menutupi
perbuatan mereka yang munafik,... Hmm semakin munafik
perbuatan mereka semakin benci aku terhadap mereka."
Lam-kong Pak tak kuat mendengarkan obrolan tersebut.
dia membentak keras dan secepat kilat lepaskan satu
pukulan dahsyat kedepan.
Suma ing sama sekali tak menghindar ataupun berkelit,
diapun melancarkan sebuah pukulan kedepan-..Blaamm
dalam benturan yang amat nyaring Suma ing terpental
sejauh satu tombak dari tempat semula.
Napsu membunuh menyelimuti seluruh wajah Lam-kong
Pak, ia tak berani turunkan cu Li-yap dari kempitannya,
terpaksa sambil bertempur ia tetap mengempit tubuhnya itu.
Walau begitu, angin pukuian yang dilancarkan olehnya
sama sekali tak berkurang malahan sama dahsyatnya
dengan keadaan biasa.
Suma ing meraung keras, dia menubruk kembali
kedepan, kali ini serangannya ditujukan keatas tubuh cu Liyap.
Lam-kong Pak sama sekali tidak menghindar ataupun
berkelit, ia balas Cengkeram urat nadi lawanMenyaksikan datangnya ancaman itu Suma ing geserkan
langkah menghindar kesamping, sementara sepasang biji
matanya berputar kesana kemari dengan liar.
Lam-kong Pak tahu bajingan itu tentu sedang
menantikan bala batuannya, Cepat ia terpikir:
"Mumpung bala batuannya belum datang. lebih baik
kubereskan dahulu bajingan ini...."
Karena berpendapat demikian, maka serangannya
dipergencar, semua ancaman ditujukan ke bagian penting
ditubuh lawanSuma
ing selalu menghindar atau berkelit kian kemari,
rupanya ia sedang mengulur waktu sambil menunggu
tibanya seseorang. Lam-kong Pak mendesak kian gencar,
pukulan2 mematikan dilepaskan secara ber-tubi2. dalam
waktu singkat ia sudah mendesik musuhnya mundur enam
tujuh tombak dari tempat semula.
Sementara itu Suma ing sudah mundur ke dalam sebuah
hutan belantara, ditengah kegelapan yang mencekam
seluruh jagad sukar untuk melihat pemandangan disekitar
tempat itu, andaikata ada orang bersembunyi disanapun
mungkin tak mudah diketahui.
Sambil bertempur Suma ing mundur terus ketengah
hutan, melihat itu Lam-kong Pak tertawa dingin, serunya:
"Bajingan anjing. tak usah bermain setan lagi, aku tak
nanti termakan oleh siasat busukmu itu"
Serentetan setangan berantai yang dilepaskan memaksa
Suma ing harus membela diri dengan repotnya. sebentar
lagi ia bakal tak tahan bila keadaan berlangsung terus
seperti itu, sementara ratusan gebrakan sudah lewat.
Pada saat itulah tiba2 terdengar gelak tertawa aneh
berkumandang dari arah hutan, suaranya melengking
memekikkan telinga, diikuti kakek ombak menggulung serta
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
munculkan diri didepan mata.
Payung mustika itu masih tergantung dipunggung
Bintang yang bertaburan diangkasa, sedang muka merah
kelihatan merah membara dan matanya memancarkan
cahaya berkilat.
Lam-kong Pak amat terperanjat, ia sadar asal dua orang
gembeng iblis itu bekerja sama niscaya ia bakal keok, apa
lagi kalau pihak lawan menggunakan payung mustikanya
yang luar biasa, keadaan jauh lebih mengenaskan lagi.
Dalam pada itu Suma ing sudah mundur satu tombak
kebelakang dan berdiri disamping kakek ombak
menggulung, napasnya ngos2an seperti kerbau, mukanya
kelihatan senyum tak senyum, se-akan2 dia gembira sekali
dengan keadaan tersebut.
Lam-kong Pak bukan manusia bodoh, tentu saja ia tahu
bahwa mereka telah bersekongkol, dan Suma ing bertugas
untuk memancing kehadirannya ketempat itu.
Kalau rejeki bukan bencana, kalau sudah bencana tak
akan terhindar. itulah prinsip pemuda kita, dalam keadaan
demikian tak mungkin bagi Lam-kong Pak untuk
menghindarkan diri, apa lagi pemuda itu memang sama


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali tiada minat untuk mundur dari situ.
Setelah suasana hening sejenak. Bintang yang bertaburan
diangkasa Liok Hoa Seng berkata:
"Sute, bereskan bocah keparat itu. rasanya tanpa
bantuanku kau sudah mampu untuk membekuk dirinya
bukan?" Kakek ombak menggulung menglakan, ia segera loncat
kedepan dan melancarkan serangan dengan ilmu pukulan
Kun-tun-liat-hwe-ji-kang atau ilmu dua unsur gulungan api
membara, ditengah desiran angin tajam terselip hawa panas
yang menyengat badan, pasir dan batu beterbangan
memenuhi angkasa dan menyelimuti daerah seluas lima
enam tombak. Dengan telapak tunggal Lam-kong Pak sambut ancaman
musuh, walau begitu ia sama sekali tidak terdesak dibawah
angin bahkan dalam serangannya itu dia berhasil memukul
mundur kakek ombak menggulung sejauh dua langkah
lebar. "Engkoh Pak" terdengar cu Li-yap berseru, "turunkan
aku dari kempitanmu"
"jangan bergerak dan jangan berteriak hingga
memecahkan perhatianku"
"Kakek ombak menggulung adalah seorang manusia
yang angkuh, sayang nasibnya belakangan ini kurang mujur
dan berulang kali harus menelan kekalahan ditangan orang
muda." Mendengar sindiran tersebut apa lagi berada dihadapan
suhengnya serta Suma ing, ia jadi naik pitam, dengan muka
hijau membesi secara beruntan tujuh delapan belas buah
pukulan dilancarkan ber-tubi2.
Satu ingatan segera berkelebat dalam benak Lam-kong
Pak, pikirnya dihati:
"Aaah.. hampir saja aku tertipu, rupanya dua orang
gembeng iblis ini sedang menggunakan siasat rodi berputar
untuk memeras habis kekuatan tubuhku, kemudian Bintang
yang bertaburan diangkasa baru turun tangan menghabisi
jiwaku..Hmm aku tak boleh tertipu."
Setelah ingatan tersebut berkelebat dalam benaknya,
Lam-kong Pak pura2 menunjukkan sikap kewalahan dan
kehabisan tenaga. tubuhnya melayang kesana kemari tak
menentu, walau begitu ditengah gulungan angin pukulan
dahsyat, ia masih merasakan betapa ganasnya pukulan dari
iblis tua itu. Setelah kakek ombak menggulung menyelesaikan
pukulannya yang kedelapan belas ia baru sadar kalau
dirinya tertipu. tapi didalam keadaan gusar ia tak berpikir
lebih jauh, dia hanya tahu bagaimana harus berusaha untuk
merobohkan lawannya dalam waktu singkat.
Perbuatannya itu justru melanggar pantangan besar dari
seorang jago silat. ketika ia menerjang kembali untuk kedua
kalinya tenaga merni yang masih tersisa sudah jauh
berkurang. walau begitu ia masih tetap melepaskan tiga
puluh buah pukulan secara berantai.
Dalam waktu singkat kabut dan debu beterbangan
memenuhi angkasa, suasana berubah jadi tenang dan semua
orang tercekam dalam ketegangan yang hebat.
Menyaksikan kesemuanya itu, Bintang yang bertaburan
diangkasa Liok Hoa Seng tertawa seram,
iblis tua itu berhati keji dan berotak licik apa lagi setelah
payung sengkala terjatuh ketangannya, keadaannya ibarat
harimau tumbuh sayap.
Walaupun begitu dia masih agak jeri terhadap Lam-kong
Pak. dan dia pun tahu bahwa Kakek ombak menggulung
dan Suma ing bukan manusia2 baik, jelas mereka hanya
bertujuan untuk mengincar payung mustika itu dari
tangannya. Karena itulah ia pura2 tak tahu, dan menggunakan siasat
lawan siasat ia justru menggunakan tenaga mereka dengan
se-baik2nya. Begitulah. ia segera mengerling sekejap kearah Suma ing,
melihat kerdipan itu bajingan muda tersebut menerjang
kedepan, secara beruntun ia lepaskan tiga belas buah
pukulan berantai.
Menghadapi gerangan musuh dari muka dan belakang,
Lam-kong Pak merasakan daya tekanan yang menghimpit
tubuhnya kian lama kian bertambah berat. tapi ia tetap
teguh dan melawan dengan sekuat tenaga kadangkala ia
menerima serangan lawan dengan keras lawan keras,
kadangkala pula menghindar kekiri atau kekanan dengan
ilmu meringankan tubuhnya yang tinggi. dengan begitu
untuk sementara waktu ia masih dapat mengimbangi
kekuatan lawannya.
Keadaan dari Kakek ombak menggulung pada saat ini
ibaratnya binatang yang sudah kalap. seringkali ia
menyerang tanpa bertahan bahkan kadangkala jadi nekad
dan menyerang tanpa memikirkan keselamatan sendiri.
Sebaliknya Suma Ing masih tetap tenang. ia dapat
memahami maksud keji dari Bintang yang bertaburan
diangkasa, karena itu selama pertarungan berlangsung dia
hanya berkelit dan menghindar dengan gerakan enteng.
Dengan begitu maka sebagian besar daya tekanan yang
memancar keluar dari Lam-kong Pak hanya menindih
ditubuh kakek ombak menggulung, seratus gebrakan
kemudian napas iblis tua itu sudah ngos2an seperti kerbau.
sebaliknya Lam-kong Pak yang harus mengempit
seseorangpun mulai agak payah dan keteter.
Seratus jurus kembali sudah lewat, angin pukulan yang
terpancar keluar dari telapak tangan kakek ombak
menggulung kian berkurang, gerakan tubuhnya semakin
lemah. dalam keadaan demikian Lam-kong Pak alihkan
sasarannya pada diri Suma Ing, dengan himpunan tenaga
sebesar delapan bagian ditelapak kanannya ia hajar tubuh
bajingan itu. Jerit kesakitan bergema memecahkan kesunyian,
sebelum tubuh Suma Ing mencapai tanah. dengan gerak
jurus yang tak berbeda Lam-kong Pak menambah lagi
tenaganya sebesar dua bagian dan balik membacok Kakek
ombak menggulung.
Dua gulung angin pukulan saling membentur satu sama
lainnya menimbulkan ledakan dahsyat yang
menggocangkan seluruh permukaan bumi, belum sempat
iblis tua itu mendengus. kekuatan tubuhnya sudah mencelat
sejauh tiga tombak dari tempat semula, bagaikan biligo
matang yang terlindas pedati, batok kepalanya hancur
berantakan, darah segar tersebar di-mana2... susah untuk
membedakan lagi mana bagian kepala dan mana bagian
kaki. Lam-kong Pak sendiri mundur tujuh delapan langkah
kebelakang dengan sempoyongan, peluh membasahi
seluruh tubuhnya. uap panas mengepul keluar dari atas
kepala, rambut telah basah dan muka jadi pucat,
keadaannya mengenaskan sekali.
Dengan napas tersengal-sengal pemuda itu turunkan cu
Li-yap keatas tanah, napasnya yang memburu mengiringi
hembusan angin ditengah malam yang sunyi membuat
suasana benar2 mengerikan.
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
tertawa seram, dengan sinis ia melirik sekejap kearah Kakek
ombak menggulung serta Suma Ing, kemudian per-lahan2
maju kedepan menghampiri musuhnya.
Lam-kong Pak amat terperanjat. ia tahu meskipun pihak
lawan tak usah menggunakan payung mustika tersebut,
susah baginya untuk lolos dari bahaya, terpaksa sisa tenaga
yang dimilikinya dihimpun dan bersiap sedia menghadapi
segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Jarak mereka dari empat tombak jadi tiga tombak.. dua
tombak...satu tombak.. akhirnya saling berhadapanKeadaan dari Bintang yang bertaburan diangkasa waktu
itu ibaratnya kucing lempar yang berada ditepi gedung
berisi ikan emas, dengan penuh keyakinan ia siapkan cakar
mautnya untuk meremas mampus musuhnya.
Keadaannya saat ini amat mantap dan lebih besar
harapannya untuk menang daripada kalah, walaupun
dengan cara yang rendah ia telah singkirkan dua orang
musuhnya, toh tak seorangpun yang mengetahui
perbuatannya itu.
Dan Waktu itu sekalipun Suma Ing belum mati, tapi ia
anggap pemuda itu bukan musuh yang perlu dikuatirkan,
sebab cukup ia lepaskan satu pukulan niscaya nyawanya
sudah kabur tinggalkan raga.
Dalam pada itu cu Li-yap telah berdiri tegak dengan
penuh semangat, tiba2 ia berkelebat kedepan menghadang
didepan tubuh Lam-kong Pak. serunya dengan penuh
kebencian: "iblis tua masa sebagai seorang jago kenamaan, engkau
sudi melakukan perbuatan terkutuk seperti ini?"
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
tertawa seram. "Haaah-haaah-haaah agar aku berhasil menjagoi kolong
langit tanpa tandingan terpaksa aku harus menggunakan
cara apapua untuk mencapainya. Sekarang aku tak usah
menangkan dia dengan payung sengkala, aku rasa
keringanan yang kuberikan ini cukup mermuaskan hati
kalian bukan?"
cu Li-yap amat gusar, tiba2 ia membentak keras: "iblis
tua, sambutlah beberapa buah pukulanku"
Lam-kong Pak mendengus dingin, ia tarik kembali cu Liyap
sambil berkata:
"Adik Yap. ingatlah baik2, mulai sekarang perhatikan
keselamatanmu sendiri, asal engkau berbuat demikian
berarti pula kau sudah membantu aku. andaikata aku tak
mampu bertahan maka engkau harus segera kabur dari sisi,
ingat perkataan ini adalah perintahku, bukan perintahku..."
Ketika sepasang mata mereka saling bertemu, cu Li-yap
merasakan tubuhnya bargetar keras, ia lihat sorot mati
suaminya telah memancarkan hawa napsu membunuh yang
menggidikkan hati, mau tak mau terpaksa ia harus turuti
perkataannya itu. Terdengar Lam-kong Pak berkata lagi:
"Selain itu engkaupun harus perhatikan Suma Ing,
karena dia belum mampus."
Dengan air mata bercucuran cu Li-yap mengangguk.
Lam-kong Pak maju kedepan, serunya dengan suara
dalam: "iblis tua, sekarang kita boleh langsungkan
pertempuran, "
Sejak permulaan tadi Bintang yang bertaburan diangkasa
Liok Hoa Seng telah menghimpun tenaga dalamnya dalam
telapak tangan, baru saja Lam-kong Pak menyelesaikan
kata2nya, ia telah lancarkan sebuah pukulan dahsyat
kedepan- Tampaklah dari balik telapak tangannya terpancar keluar
tiga titik Cahaya putih, itulah sumber dari kekuatan angin
pukulan bintang tiga yang dia yakini.
Deruan angin puyuh yang menggulung ke empat penjuru
dan men-cabik2 daerah seluas sepuluh tombak disekitar
gelanggang. Lam-kong Pak tak berani menyambut datangnya
serangan itu dengan keras lawan keras. dia hanya
menggunakan empat lima bagian tenaganya untuk
menyentuh sejenak ditepi angin pukulannya, kemudian
Cepat mundur kebelakang.
Walau begitu, tulang lengannya terasa sakit bagaikan
patah, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya angin pukuian
itu. Tubuh Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa
Seng bagaikan bayangan menguntil terus kedepan, sebelum
Lam-kong Pak sempat berdiri tegak. kembali tiga gulung
angin pukulan yang maha dahsyat mengunci jalan mundur
Lam-kong Pak kesamping kiri maupun kanan
Kejadian ini dengan cepat menimbulkan semangat jantan
pemuda kita, ia himpun segenap kekuatan yang dimilikinya
dan menerima serangan tersebut dengan keras lawan keras.
"Blaamm..." benturan dahsyat menimbulkan suara
ledakan yang memekikkan telinga, bumi bergoncang keras,
Lam-kong Pak mendengus tertahan lalu mundur satu
tombak kebelakang dengan sempoyongan... mentah2 ia
telah kembali darah yang mengalir keluar dari bibirnya.
Sedangkan Bintang yang bertaburan diangkasa sendiri
hanya tergetar mundur dua langkah lebar, jelas keputusan
menang kalah telah tertera nyata.
Dalam sekejap mata itu pula bintang yang bertaburan
diangkasa telah tertawa ter-babak2, per-lahan2 ia maju
kembali kedepanSekujur badan cu Li-yap gemetar keras, walaupun ia
tahu nasib suaminya telah ditentukan dalam waktu singkat.
tapi untuk mewujudkan janjinya dan lagi tak ingin
pecahkan perhatiannya terpaksa ia hanya membungkam
dalam seribu bahasa. dapat dibayangkan betapa sedih dan
tersiksanya perasaan hati dara tersebut pada waktu itu.
Rupanya Lam-kong Pak sendiripun sadar bahwa
kekuatan tubuhnya tak sanggup untuk menyambut serangan
lawan yang menggunakan tenaga sebesar delapan bagian
itu, mau tak mau terpaksa ia melirik sekejap kearah istrinya
dengan pandangan perpisahan- ketika empat mata saling
bertemu mereka menumpahkan segenap rasa hormat,
sayang serta Cintanya dalam pandangan itu, bahkan semua
rasa Cinta dan mesrahnya dilimpahkan diatas wajah,
kendati senyuman mereka adalah senyum getir.
Sementara itu Bintang yang bertaburan diangkasa telah
menghimpun segenap kekuatannya dalam telapak tangan,
asal serangan itu dilancarkan niscaya Lam-kong Pak tak
dapat menghindar lagi, dan dalam keadaan tersebut
terpaksa ia harus melawan dengan mati2anDisaat yang amat kritis itulah, tiba2 terdengar bentakan
keras menggema diangkasa diikuti dari tengah hutan
muncul dua sosok bayangan hitam.
Waktu itu kemenangan sudah pasti berada ditangan
Bintang yang bertaburan diangkasa, ia tak pandang sebelah
mata lagi atas diri Lam-kong Pak. mendengar desiran angin
tajam muncul dari belakang ia segera berpaling. tapi...tiba2
ia berteriak kaget: "Aaah kau...."


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rasa kaget hanya sebentar melintas diatas wajahnya,
kemudian sambil menyeringai seram katanya:
"Heehh-heeeh-heeehh...bagus, sungguh kebetulan malam
ini akan kubunuh pula kau bajingan tua, hingga dengan
begitu akupun tak usah bersusah payah untuk mencari
jejakmu " Ternyata orang yang barusan munculkan diri ini bukan
lain adalah Jit-mo iblis matahari salah seorang dari Mo-jiusamseng yang masih hidup, kakek ini pula yang
menghadiahkan Tok Se-lip kepada Lam-kong Pak,
bayangan hitam yang berada disampingnya adalah ular
hitam raksasa itu.
Paras muka iblis matahari pucat pias bagaikan mayat,
Lam-kong Pak tak tega menyakslkan kakek itu mati
ditangan murid murtadnya, segera dia menjura seraya
berseru: "Locianpwee bukankah kau pernah minta bantuanku
untuk bersihkan perguruan dari manusia murtad" kalau toh
sudah kusanggupi maka itu berarti persoalan ini merupakan
tanggung jawabku, aku harap cianpwee suka jagakan
diriku." "Bocah muda, tanggung jawabmu telah selesai" seru iblis
matahari sambil mengebaskan ujung bajunya, "murid
murtadku kakek ombak menggulung telah mampus diujung
telapak tanganmu, untuk itu kuucapkan banyak terima
kasih, sedang mengenai sampah masyarakat ini...biariah
kubunuh dengan tanganku sendiri"
Lam-kong Pak tetap bersikeras untuk maju. tapi iblis
matahari segera membentak keras:
"Bocah muda, engkau harus tahu apa sebabnya Mo-jiusamseng hidup menderita selama puluhan tahun diatas
tonggak batu itu?"
Lam-kong Pak menghela nafas panjang, akhirnya tanpa
banyak bicara ia mundur ke belakang.
"Bocah muda" kembali iblis matahari berkata
"menggunakan kesempatan dlkala aku sedang bergebrak,
duduklah atur pernafasan. aku yakin engkau akan peroleh
hasil yang sama sekali diluar dugaan "
Lam-kong Pak yang berjiwa besar tentu saja tak mau
mendengarkan perkataannya ia tetap berdiri tegak ditempat
semula. Sementara itu Bintang yang bertaburan di angkasa telah
lepaskan payung sengkalanya dari punggung, kemudian
hardiknya keras2:
"Anjing tua jangan salahkan aku bertindak kejam,
andaikata sedari dulu kalian serahkan payung sengkala
kepada kami, aku dan sutepun tak nanti akan turun tangan
terhadap kalian-"
Iblis matahari berpekik sedih, gumamnya dengan lirih:
"Sute berdua, tak lama siau-heng akan menyusul kalian
masuk kedalam tanah." Begitu ucapan terakhir selesai
diutarakan ia bersiul nyaring dan ular hitam raksasa itupun
menerjang kedepan, sementara kakek itu sendiri
melepaskan pula satu pukulan dahsyat.
Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng putar
payung mustikanya sambil menyapu keluar, dalam suatu
benturan keras kedua belah pihak sama2 mundur selangkah
kebelakang. Begitu terdesak kebebelakang. dengan cepat iblis
matahari dan ular hitam itu menerjang kembali kedepan,
dari deruan angin pukulan serta kekuatan serangannya jelas
kelihatan bahwa tenaga murni yang dimiliki kakek itu tidak
berada dibawah Bintang yang bertaburan diangkasa,
ditambah pula terjangan2 maut ular hitam. untuk sesaat
menang kalah sukar ditentukan.
Dipihak lain, cu Li-yap sedang berkata kepada sianak
muda itu: "Engkoh Pak. gunakanlah kesempatan baik ini untuk
atur pernapasan- sekalipun Suma Ing telah sadar rasanya
aku masih sanggup untuk melayaninya."
Setelah berpikir sebentar Lam-kong Pak merasa ada
gunanya juga bersemedi. toh bagaimanapun sulit bagi
mereka untuk kabur dari situ, maka tanpa banyak bicara ia
segera duduk bersemadi.
Ratusan gebrakan sudah lewat, makin bertarung Bintang
yang bertaburan diangkasa makin gagah perkasa. sebaliknya
iblis matahari yang dasarnya sudah lemah kian lama kian
tak tahan. Selama ini ular hitam itu menerjang terus dengan
ganasnya untuk mengurangi daya tekanan pada diri
majikannya, sering kali ia memberikan tubuhnya untuk
digebuk. karena itulah serangan2nya tidak seganas dahulu
lagi. Diam2 cu Li-yap merasa amat gelisah, namun ia tak
berani bertindak gegabah, matanya selalu waspada
mengawasi semua gerak gerik disekeliling tempat itu.
Suatu ketika mendadak Suma Ing bangkit berdiri,
matanya yang bengis menyapu sekejap sekeliling tempat itu,
begitu dilihatnya Lam-kong Pak duduk bersila ditanah
sambil menyeringai seram ia segera maju menghampirinya.
Secepat kilat cu Li-yap menghadang didepan pemuda itu,
hardiknya dengan lantang
"Suma Ing. kau tak usah buang pikiran dengan percuma.
saat ini kepandaian silatmu masih bukan tandinganku"
Suma Ing tertawa dingin, dia maju kedepan dan
lancarkan sebuah Cengkeraman keatas dada cu Li-yap.
gadis itu tak berani berkelit, sambil gigit bibir ia sambut
serangan tersebut dengan keras lawan keras.
"Blaamm.. " benturan keras memekikan telinga, Suma
Ing tidak berhasil meraih keuntungan apa2. malahan
tubuhnya terdorong mundur selangkah.
Setelah menderita kerugian kecil, paras muka Suma Ing
berubah makin seram, sekali lagi ia menerjang kedepan dan
bertempur sengit melawan cu Li-yap. untuk bebarapa waktu
lamanya keadaan berjalan seimbang.
Dipihak lain, iblis matahari yang bertempur melawan
Bintang yang bertaburan diangkasa sudah hampir
mendekati akhir, waktu itu ular hitam raksasa tersebut
sudah menggeletak ditanah sambil bergerak lemah,
sementara kakek itu sendiri terdesak mundur terus
kebalakang. Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng
tertawa seram, suaranya amat keras hingga memekikkan
telinga. sambil mendesak maju kedepan ejeknya:
"Anjing tua, sebelum ajalmu tiba aku bendak
menanyakan satu persoalan kepadamu, kalau toh payung
mustika yang asli berada ditanganmu lalu dari manakah cu
Hong Hong mendapatkan payung sengkala dan kitab
pusaka ilmu silatnya" apakah benda itupun benda yang
asli?" "Baru2 ini aku baru tahu, kiranya payung sengkala dan
kitab pusakaku telah dicuri Awan hitam pengejar rembulan
oei ci-hu, sedangkan oet ci-hu sendiri telah menggunakan
kitab pusaka itu untuk ditukar dengan ilmu hipaotis Tongbinbu-goan-toa-hoat milik Sian-yan Peng, siapa tahu Sianyan
Peng Cuma memberitahukan ilmu hipnotis Tong-binbugoan-toa-hoatnya saja, sedang ilmu penyembuhannya
sengaja dirahasiakan. Tentu saja kitab itu adalah kitab
pusaka asli, sedang payung mustiki yang berada ditangan cu
Hong Hong hanya payung palsu bikinan oei ci-hu sendiri,
payung aslinya disimpan dalam kuil Li-sau-si.,.."
"Blaamm,." menggunakan kesempatan dikala iblis
matahari sedang berbicara, Bintang yang bertaburan
diangkata melipat payung mustikanya lalu menghajar bahu
kirinya keras2.
Hancuran pakaian beterbangan diangkasa tulangnya
langsung retak dan dagingnya hancur, dengan
sempoyongan ia mundur beberapa langkah kebelakang.
Kebetulan sekali tubuhnya mundur kebelakang suma
Ing, padahal waktu itu Suma Ing sudah terluka parah
dibawah serangan cu Li-yap yang ber-tubi2 ia sudah tak
kuasa menahan diri lagi.
Ketika merasa datangnya sesosok tubuh dibelakang
tubuhnya, sekuat tenaga ia lancarkan serangan sambil
berputar. ketika dilihatnya iblis matahari dengan wajah
menyeringai seram dan darah bercucuran dimana-mana
sedang melotot kearahnya. tanpa pikir panjang lagi
sepasang lengannya segera disodok kedepan menusuk dada
lawan- Jeritan ngeri yang menyayat hati bergema memecahkan
kesunyian, tusukan jari tangan Suma Ing dengan telak
menembusi perut iblis matahari, sebaliknya sepasang
telapak tangan iblis mataharipun menembusi dada Suma
Ing, darah segar dan isi perut segera berhamburan keluar
dan mengotori seluruh lantai, walaupun nyawa mereka
sudah tinggalkan raga namun jenasahnya masih tetap
berdiri tegak. Menyaksikan peristiwa yang sangat mengerikan itu,
untuk beberapa saat lamanya cu Li-yap maupun Bintang
yang bertaburan di angkasa Liok Hoa Seng hanya bisa
berdiri ter-mangu2.
Sesaat kemudian Bintang yang bertaburan diangkasa
telah sadar kembali dari lamunannya, sambil tertawa seram
ia maju kemuka menghampiri Lam-kong Pak yang masih
duduk bersemedi.
cu Li-yap amat terkejut, cepat2 ia maju menyongsong
kedatangan iblis tua itu. gadis itu tahu bahwa suaminya
sedang berada dalam keadaan yang paling kritis bagi
seseorang yang bersemedi, ia rela dirinya mati daripada
suaminya mati konyol ditangan orang.
Karena itu tanpa berpikir panjang lagi, dia himpun
tenaga dalamnya sebesar dua belas bagian dan melepaskan
sebuah pukulan dahsyat dengan jurus sakti payung
sengkala. Kali ini Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa
Seng tidak menggunakan payung mustikanya lagi, dengan
tenaga tujuh bagian yang dihimpun kedalam telapak tangan
kiri ia lepaskan satu pukulan dengan ilmu tiga bintang.
"Blaaamm..." benturan keras memekikkan telinga, tubuh
cu Li-yap ibaratnya daun kering yang terhembus angin
puyuh mencelat sejauh tiga tombak dari tempat semula,
iblis tua itu sama sekali tak pandang sekejappun terhadap
korbannya. setelah merobohkan cu Li-yap ia putar payung
sengkalanya dan menghantam batok kepala Lam-kong Pak.
Paras muka Bintang yang bertaburan diangkasa Liok
Hwa seng penuh dihiasi senyum kemenangan, sebab ia tahu
bila Lam-kong Pak telah mampus maka tiada jago yang
sanggup menandingi kepandaian silatnya, bahkan oei ci hu
sekalian tak terkecuali, dengan begitu maka dunia persilatan
akan terjatuh ketangannya dan dialah pemimpin tertinggi
dari dunia persilatanSiapa tahu ketika payung sengkalanya hampir mengena
diatas batok kepala Lam-kong Pak. suatu pemandangan
yang aneh telah berlangsung. tampaklah sesosok bayi kecil
warna putih yang gemuk munculkan diri dari atas
ubun2nya, dengan tangan yang kecil bayi putih gemuk itu
menyambut datangnya serangan payung tersebut,
sementara Lam-kong Pak sendiripun tiba2 bangkit berdiri.
Rupanya pada detik terakhir, sianak muda itu berhasil
menyempurnakan ilmu bayi kebal Kim-kongnya yang maha
sakti. Betapa terkesiapnya Bintang yang bertaburan diangkasa
Liok Hoa Seng menyaksikan kejadian itu, sukma serasa
melayang tinggalkan raga sementara peluh dingin
mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya.
Sekuat tenaga dia berusaha membetot kembali payung
sengkalanya yang tergenggam bayi putih itu, siapa tahu
walau segenap kekuatan sudah dikerahkan namun payung
tersebut tetap tak bergeming barang sedikitpun juga , iblis
tua itu jadi tertegun dan untuk beberapa saat lamanya ia tak
tahu apa yang musti dilakukanPada saat itulah Lam-kong Pak menjengek sinis, telapak
tangannya direntangkan kedepan dan-.. "Kreees" bagaikan
sebilah pedang mustika perut iblis itu ditusuk hingga tembus
kedalam.... bukan begitu saja, setelah berada dalam perut
telapaknya segera dipuntir dan dibetot keluar.
Isi perut dan darah segar segera memancar keluar
bagaikan sumber mata air. Bintang yang bertaburan
diangkasa Liak Hoa Seng menjerit kesakitan.
"Plook" Mayatnya ditendang hingga mencelat sejauh
sepuluh kaki dari tempat semula tubuhnya bergelejet
sebentar kemudian menjerit keras.
Jeritannya amat nyaring dan memekikan telinga. seakan2
pada saat yang terakhir ia telah mengerahkan
segenap sisa kekuatan yang dimilikinya untuk berteriak.
namun hanya sampai ditengah jalan...suara pekikan itu
berhenti dan suasanapun pulih kembali jadi sunyi.
Dengan ter-mangu2 Lam-kong Pak memandang
beberapa sosok mayat yang menggeletak diatas tanah dalam
keadaan mengerikan darah kental berceceran disana sini
dan menyiarkan bau amis. begitu tertegun pemuda itu
sampai2 ia tak merasa kalau cu Li-yap telah berdiri
disampingnya . "Sreeet sreeet Sreeet " ber-puluh2 sosok bayangan
manusia meluncur masuk kedalam gelanggang ternyata
mereka adalah oei ci-hu, Sun Han Siang serta segenap jago
lihay dari kalangan putih, ketika menyaksikan mayat2 yang
bergelimpangan diatas tanah dalam keadaan ngeri, untuk
beberapa saat kawanan jago lihay itu tertegun dan berdiri
melongo akhirnya helaan nafas panjang menggema
memecahkan kesunyian.
==000000== Suatu malam setengah bulan kemudian, di belakang
pintu gedung kediaman Lam-kong Pak suami istri telah
kedatangan seorang nikoh muda, dengan ujang bajunya dia
menutup hampir seluruh wajahnya, ketika ia tiba ditengah
kebun bunga dan melongok kejendela bangunan
dihadapannya, kebetulan sepasang bayangan sedang
berpelukan dibalik tirai, diikuti lampupun dipadamkan.
Nikoh muda itu turunkan ujung bajunya air mata


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nampak berlinang membasahi pipinya, dengan suara lirih ia
bergumam: "Semoga Buddha yang maha pengasih melindungi
umatnya, semoga mereka bisa hidup bahagia hingga akhir
tua." Angin malam berhembus sepoi, setelah bergumam nikoh
itu putar badan dan berlalu dari sana, sekejap kemudian
bayangan tubuhnya telah lenyap dibalik kegelapanSuasana dalam gedung itupun pulih kembali dalan
keheningan. kesunyian yang mencekam seluruh jagad.
Siapakah nikoh muda itu " saya rasa Pembaca yang
budiman dapat menebak sendiri Nah sampai disini pula
cerita "Kelelawar Hijau" ini, dan sampai jumpa dalam
cerita yang lain, selamat berpisah
TAMAT Dendam Iblis Seribu Wajah 11 Legenda Kematian Karya Gu Long Pendekar Sakti Suling Pualam 11

Cari Blog Ini