Ceritasilat Novel Online

Pedang Asmara 14

Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Bagian 14


Kalau orang melihat bibirnya, baru tahu bahwa yang bersila di bawah pohon itu seorang manusia, bukan arca yang indah. Bibir itu bergerak-gerak, berkemak-kemik seperti membaca doa. Padahal Siang Bwee sama sekali tidak berdoa melainkan sedang menghafal. "Mengambil kedudukan Gu-seng (bintang kerbau), bagian belakang bergerak dan mengubah menjadi kedudukan Liu-seng (bintang cemara), lengan kanan memutar dua lingkaran ke atas dada, lengan kiri meluncur ke depan menotok dan dilunjutkan cengkeraman, itulah inti gerakan jurus Bulan Purnama Memetik Bunga....., heiii, engkau sedang mengapa itu?"
Dibentak begitu, San Hong terkejut dan sadar dari lamunannya, akan tetapi karena pikirannya masih penuh dengan gambaran indah wajah dan tubuh Siang Bwee, mulutnya mengeluarkan ucapan kacau. "Eh, arca..... eh, patung dewi..... eh cantik nian....."
"Hushhh! Hong-koko, engkau ini kenapa sih" Jangan-jangan engkau kesurupan!" Siang Bwee berseru gemas melihat pemuda yang diajaknya berlatih itu bersikap seperti itu. Melihat pandang mata pemuda itu kepadanya saja, ia sudah menduga bahwa tentu pemuda yang dikasihinya itu telah "kumat" pula penyakit lamanya, yaitu tergila-gila kepadanya dan menjadi romantis! Ih, kalau ia menuruti hatinya, tentu ia pun akan menyambut sikap itu dengan penuh kebahagiaan. Kalau ia sudah berada dalam rangkulan San Hong, ia rela dalam keadaan seperti itu sampai mati! Akan tetapi ia tahu bahwa mereka masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
harus menempuh banyak tantangan sebelum tercapai apa yang mereka idam-idamkan, yaitu hidup bersama sebagai suami isteri. Waktu untuk bersenang-senang, untuk bermesraan dan bermanjaan, masih banyak dan kelak, kalau mereka sudah dapat melampaui semua ujian dengan berhasil baik, dan mereka telah menjadi suami isteri maka semua itu akan dapat mereka nikmati tanpa ada halangan apa pun lagi. Akan tetapi untuk mencapai keadaan itu, mereka masih harus menempuh banyak kesukaran dan tanpa persiapan yang baik, akan sukarlah cita cita itu tercapai!
"Ehhhh...... ohhh..... maafkan aku, Bwee-moi. Aku sampai lupa. Apa sih yang harus kulakukan" Engkau begitu cantik ketika tadi duduk bersila dan memejamkan mata, seperti sebuah arca dewi yang amat jelita dan aku....."
"Hemmm, kau anggap aku ini sebuah arca batu saja, ya"
Dan kalau tadi cantik, maka sekarang tidak lagi?"
"Eh, tidak..... tidak. Engkau bahkan lebih cantik lagi karena kini engkau hidup, engkau seorang dewi kahyangan....."
"Stop! Cukup semua rayuan itu, Koko. Ingat, kita mempunyai banyak sekali pekerjaan. Hayo cepat kaulatih semua ilmu yang kita dapat dari Pak Ong atau kita akan lupa lagi dan semua jerih payahku selama ini akan sia-sia belaka. Hayo, kau yang bergerak dan melatih diri, aku yang mengingat-ingat semua jurus yang terbaik. Selagi semua itu masih teringat olehku dan dapat kubayangkan ketika Pak Ong memainkannya. Nah, kau mulailah dengan jurus Bulan Purnama Memetik Bunga. Awas, kakimu itu keliru, Koko, kuda-kuda kakimu kurang lebar. Nah, begitu baru benar! Sekarang mengambil kedudukan Gu-seng, engkau masih ingat, bukan" Dan kau harus menggerak-gerakkan pinggulmu itu. Ih, kenapa begitu kaku" Pinggulmu besar,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bukan digoyang-goyang ke depan belakang seperti itu! Ke kanan kiri, seperti pinggul kuda, nah begitu, dan sekarang mengubah kedudukan menjadi Liu-seng. Lengan kananmu sudah benar, dua kali lingkaran ke atas dada untuk kemudian siap menotok ubun-ubun kepala lawan, sementara itu tangan kiri menyerang dengan totokan dilanjutkan cengkeraman. Nah, begitu!. Itu untuk menghadapi jurus ampuh Ang-see-ciang dari See Mo. Hayo latih lagi sampai sempurna, Koko!"
Mereka lalu berlatih, atau lebih tepat, San Hong berlatih sedangkan Siang Bwee hanya mengingatkan teori semua jurus itu. Biarpun Pak Ong mengajarkan dua ilmu yang berlainan kepada mereka secara terpisah, yaitu kepada Siang Bwee diajarkan ilmu menotok sedangkan kepada San Hong ilmu golok, namun kini Siang Bwee mendesak agar San Hong melatih diri dengan kedua macam ilmu itu.
Sedangkan ia sendiri hanya membantu pemuda itu dengan teori kedua ilmu itu, berdasarkan ingatannya yang kuat dan tajam. Gadis itu masih mampu mengingat semua jurus yang pernah dilihatnya, baik ketika Pak Ong mengajar mereka maupun ketika ia sendiri dan juga San Hong menandingi Pak Ong dalam ujian sebelumnya. Dan kini ia menggambarkan semua gerakan itu kepada San Hong dan memaksa pemuda itu agar berlatih dengan tekun. Dan San Hong memang memiliki bakat yang amat baik, maka dengan bantuan Siang Bwee, dia dapat menguasai jurus-jurus pilihan yang pernah diajarkan Pak Ong. Karena pemuda ini jauh lebih berbakat dari padanya dalam hal gerakan silat, juga karena pemuda ini memiliki tenaga sinkang yang amat kuat, terutama sekali karena ia mengharapkan pemuda pujaan hatinya ini kelak mewakili ayahnya dalam pertandingan antara para datuk besar, maka Siang Bwee menghendaki agar San Hong menguasai ilmuTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ilmu simpanan dari keempat datuk besar dan kelak memperoleh kemenangan dalam pertandingan!
Dengan tak mengenal lelah sehingga kadang amat mengagumkan hati San Hong akan tetapi juga amat melelahkan dirinya, Siang Bwee terus membujuk dan memaksa San Hong untuk berlatih setiap hari. Ketika mereka menemukan sebuah kuil tua kosong di lereng bukit di antara pohon-pohon hutan lebat, Siang Bwee mengajak San Hong tinggal di situ sampai sebulan lamanya dan setiap hari mereka berlatih!
San Hong memang berbakat sekali. Kini dia sudah menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan oleh Tung Kiam, ilmu-ilmu yang diajarkan Pak Ong dan karena ilmu Pak Ong diperuntukkan mengatasi ilmu See Mo, dengan sendirinya San Hong juga sudah siap untuk menghadapi ilmu-ilmu dari See Mo. Semua ini ditambah lagi dengan ilmu dari Nam Tok yang dia pelajari dari Siang Bwee. Maka lengkaplah sudah. San Hong sudah dapat menguasai jurus-jurus pilihan, bahkan sudah memahami inti dari ilmu-ilmu ke empat orang datuk besar itu!
Hutan di lereng itu menyediakan semua kebutuhan mereka. Butuh mandi, mencuci pakaian atau masak dan minum"
Di situ, tak jauh dari kuil terdapat mata air yang cukup besar sehingga menjadi sebuah saluran air yang amat jernih.
Butuh makanan" Banyak pula binatang buruan dan ayam hutan, juga burung, bahkan terdapat pula daun-daunan yang dapat disulap oleh Siang Bwee yang pandai menjadi sayur-mayur.
Mereka tinggal kurang lebih sebulan di kuil tua itu, dan tak pernah terganggu orang lain. Kalau malam tiba, mereka tidur di lantai kuil yang sudah mereka bersihkan, dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tilam daun-daun kering yang dikumpulkan oleh San Hong.
Api unggun menghangatkan mereka. Dalam keadaan seperti itu, alangkah kuatnya daya tarik masing-masing, dan kalau saja kesadaran mereka tidak kuat, kiranya dua orang muda yang saling mencinta itu tidak akan mampu bertahan lagi. Mereka adalah seorang pemuda dan seorang gadis yang bertubun sehat dan kuat, dan saling mencinta pula.
Mereka berada di tempat yang sunyi, bahkan kalau malam suasananya amat romantis. Betapa akan mudahnya bagi mereka untuk tergelincir dalam genangan nafsu berahi.
Namun, sungguh patut dikagumi. Mereka saling menjaga, saling mengingatkan sehingga tidak sampai terjadi pelanggaran susila!
Suatu malam, ketika itu bulan purnama, hampir saja San Hong tidak dapat menguasai dirinya lagi. Dongeng kuno mengatakan bahwa di dalam sinar bulan purnama terdapat kekuatan yang membangkitkan dan menggelorakan berahi.
Mungkin karena terlalu lama begadang di luar kuil menikmati keindahan sinar bulan purnama, maka ketika keduanya memasuki kuil dan melihat Siang Bwee merebahkan diri di atas daun-daun kering, San Hong berlutut di dekatnya dan tak dapat ditahannya lagi, dia lalu merangku dan menciumi pipi kekasihnya itu. Dan bagaikan terkena pesona pula, Siang Bwee menyambut kekasih yang amat dicintanya itu dengan kedua lengan terbuka, merangkul lehernya dan membalas ciumannya. Ketika kedua mulut itu berciuman, gairah berahi mereka sudah berkobar. Akan tetapi ketika Siang Bwee melihat bayangan mereka yang dipantulkan ke dinding oleh sinar api unggun, melihat bayangan mereka berdekapan itu, Siang Bwee tersentak dan kesadarannya pulih kembali. Dengan lembut ia lalu mendorong dada kekasihnya sambil bangkit duduk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hong-koko, awas, kita berada di tepi jurang....."
bisiknya, masih menerima ciuman terakhir kekasihnya yang jatuh pada tepi mulutnya. Mendengar bisikan ini, San Hong merasa seperti disiram air dingin pada kepalanya. Dia pun bangkit berdiri dan meloncat ke belakang, lalu membelakangi gadis itu, berulang kali menarik napas panjang untuk mengatasi gelojak berahinya.
"Uhhhhh....., betapa amat berbahayanya.....! " Akhirnya dia dapat tenang kembali, lalu membalik dan duduk bersila.
Mereka berhadapan dan saling berpandangan dengan penuh kemesraan, akan tetapi tidak lagi dibakar api berahi.
Siang Bwee tersenyum, semakin kagum dan semakin mencinta kekasihnya. Pemuda itu demikian kokoh kuat, demikian penuh pengertian, demikian penuh rasa sayang dan hormat kepadanya!
"Memang mengasyikkan dan menyenangkan, akan tetapi juga berbahaya kalau tidak mengenal batasnya, Koko. Kita saling mencinta, karena itu harus pula saling menghargai dan saling menghormati, bukan" Cinta bukan sekedar melampiaskan nafsu berahi, bukan begitu?"
"Engkau benar, Moi-moi. Engkau selalu benar!"
"Hi-hi-hik, apa engkau sudah lupa beberapa hari yang lalu di dekat sumber air" Aku yang hampir terbakar, dan engkau yang menyiramkan air dingin kepadaku! Ingat?"
San Hong tertawa. Tentu saja dia ingat. Kenangan itu sungguh manis. Bagaikan kesurupan setan, gadis itu membelai dan merayunya, seperti mabuk, merintih-rintih dan lupa diri. Dia lalu menyiramkan air sumber kepada kepala Siang Bwee yang menjadi gelagapan dan marah, akan tetapi lalu sadar dan untuk menghilangkan rasa canggung dan salah tingkahnya, ia lalu membalas dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
siraman air dan seperti dua orang anak kecil, mereka bersiram-siraman air, tidak lagi dibakar nafsu berahi.
Nafsu berahi memang sudah ada pada diri setiap manusia, seperti juga nafsu kesenangan apa pun juga.
Setiap anggauta badan, setiap panca indera memang sudah digelimangi nafsu. Ini merupakan bukti kasih sayang Tuhan kepada kita. Sejak lahir kita sudah disertai alat-alat yang lengkap, bukan saja anggauta badan yang sempurna, hati dan akal pikiran, akan tetapi juga daya-daya rendah yang menjadi alat-alat atau pelayan-pelayan kita, dan tanpa adanya daya-daya rendah yang kemudian disebut nafsu itu, kita tidak mungkin dapat hidup sebagai manusia.
Bagaimana mungkin kita dapat bebas sama sekali dari pengaruh daya benda" Kita baru layak menjadi manusia kalau kita terpenuhi kebutuhan kita akan sandang pangan papan (pakaian makanan dan perumahan) yang bukan lain adalah benda. Segala yang nampak meramaikan dunia ini, buatan atau ciptaan Tuhan melalui akal pikiran manusia, mengandung daya rendah benda. Nampaknya saja benda mati bahkan dibuat oleh tangan manusia, namun sesungguhnya, benda-benda itu yang tercakup dalam kehidupan modern, dalam bentuk UANG, mempunyai daya atau pengaruh yang luar biasa besarnya! Tidak ada syaitan yang lebih berbahaya daripada syaitan daya benda ini! Daya rendah benda inilah yang terutama sekali menimbulkan permusuhan, kebencian, pertentangan bahkan perang! Biarpun daya rendah benda ini diciptakan Tuhan dan disertakan kepada manusia sebagai alat atau pelayan dalam kehidupan manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, namun kalau sampai pelayan ini menjadi majikan, maka kita akan diseretnya dan diperhambanya sehingga kita melakukan segala hal yang bertentangan dengan kemanusiaan! Banyak kaum bijaksana menyadari bahaya yang mengancam dari pengaruh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kebendaan ini, maka diusahakan oleh kesadaran mereka untuk meninggalkan duniawi, untuk mengasingkan diri menjauhi pengaruh kebendaan, bertapa di puncak gunung, di dalam gua atau di tepi laut. Namun sia-sia. Mungkin hanya mengurangi pengaruh daya benda itu, namun tidak mungkin melenyapkannya. Di tempat sunyi pun dia masih membutuhkan benda. Selama kedua kakinya masih menginjak bumi, dia akan membutuhkan daya benda ini yang memang disertakan kepadanya untuk menjadi alat atau pelayan agar dia dapat hidup sebagai seorang manusia.
Selain daya rendah benda, ada daya rendah lain yang disertakan kepada kita oleh kemurahan Tuhan. Yaitu daya rendah tumbuh-tumbuhan atau nabati. Daya rendah ini memasuki kita melalui makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Orang berusaha mengurangi pengaruh daya rendah nabati ini dengan cara bertapa, berpuasa. Mungkin dapat mengurangi, namun tidak mungkin
menghilangkannya. Tanpa nabati yang kita makan, kita tidak akan dapat hidup dalam badan jasmani yang terdiri dari darah daging yang membutuhkan sari makanan nabati itu. Maka, daya rendah nabati merupakan satu di antara sekian daya rendah yang ada pada diri kita. Memang menjadi alat atau pelayan, namun kalau kita menibiarkan daya rendah ini menjadi majikan, kita akan diperbudak pula.
Masih ada pula daya rendah hewani, yang memasuki tubuh kita melalui makanan daging, juga melalui air yang kita minum, melalui udara yang kita hisap. Entah berapa banyaknya mahluk bernyawa termasuk binatang yang tak nampak pada mata memasuki diri kita melalui makanan, minuman dan pernapasan, bahkan juga melalui tumbuh-tumbuhan yang kita makan di mana terkandung hewan kecil-kecil dan telur-telurnya. Semua ini menjadi daya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rendah hewani yang juga menjadi alat atau pelayan dalam kehidupan kita. Amat dibutuhkan badan untuk hidup, akan tetapi, juga amat berbahaya karena daya rendah ini pun berlumba dengan daya-daya rendah lainnya untuk menjadi majikan, menguasai kita.
Kita ini bukanlah badan! Kita ini bukanlah daya-daya rendah. Kita ini bukan hati dan akal pikiran. Semua itu hanyalah alat, semua itu hanyalah perlengkapan atau juga pelayan-pelayan. Yang bersemayam di dalam semua alat itu adalah JIWA! Namun, kalau kita membiarkan daya-daya rendah itu menjadi majikan, menguasai diri kita, maka hidup kita diseret oleh daya-daya rendah itu untuk mencari kesenangan demi kekuasaan daya-daya rendah itu. Seluruh hati dan akal pikiran kita sudah bergelimang daya-daya rendah itu, bergelimang nafsu. Oleh karena itu, apa pun yang kita pikirkan, apa pun yang kita lakukan sebagai pelaksana pikiran, selalu bergelimang nafsu, selalu ditujukan untuk kesenangan pribadi, kesenangan jasmani.
Betapapun kadang diselubungi penyamaran yang muluk-muluk, diberi jubah yang bersih dan suci, namun sesungguhnya di balik semua penyamaran itu, yang bercokol adalah daya-daya rendah, syaitan-syaitan itulah yang pandai menyamar!
Jiwa akan tertutup, seperti tidur dan tidak bergerak karena seluruh diri telah dikuasai daya-daya rendah.
Kesadaran jiwa kadang-kadang memperingatkan kita akan hal ini, akan bahaya ini, hati dan akal pikiran bergerak agar kita memberontak dari pengaruh daya-daya rendah ini.
Namun, karena hati dan akal pikiran kita pun sudah bergelimang nafsu, maka semua gerakannya pun masih dalam gelembung nafsu rendah. Hati dan akal pikiran yang sudah bergelimang nafsu tidak mungkin dapat berhasil membuka jiwa yang tertutup, menggugah jiwa yang tidur.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lalu siapa yang dapat" Hanya kekuasaan Tuhan jualah yang mampu! Hanya Tuhan sajalah, dengan kekuasaannya yang tidak terbatas, yang meliputi seluruh alam mayapada, di dalam maupun di luarnya, segala isinya, yang terkecil sampai yang terbesar. Hanya Tuhan yang akan dapat membersihkan jiwa dari kabut tebal nafsu daya rendah.
Caranya" Itu adalah pekerjaan Tuhan! Tak terukur oleh akal pikiran kita. Kalau kita membuka mata, akan nampaklah seluruh kehidupan manusia ini, seluruh ciptaan Tuhan melalui manusia. Manusia mengisi dunia dengan begini banyaknya hasil rekaan akal pikirannya. Padahal, kekuatan dan kekuasaan yang ada pada hati dan akal pikiran manusia itu hanya sekelumit terkecil saja dari kekuatan dan kekuasaan Tuhan. Bandingkan besar dan luasnya samudera dengan setetes air! Kekuasaan Tuhan jauh lebih besar daripada samudera itu sedangkan kekuasaan manusia lebih kecil daripada setetes air itu!
Hanya Tuhan yang akan dapat mengubah keadaan kita, yang akan dapat membebaskan kita dari perbudakan di bawah majikan daya-daya rendah nafsu itu. Dan kita hanya dapat menyerah! Menyerah kepada kekuasaan Tuhan dengan penuh kesabaran, penuh kepasrahan dan ketawakalan, penuh keikhlasan. Kekuasaan Tuhan akan bekerja kalau kita pasrah sepenuhnya, kalau hati dan akal pikiran kita tidak berubah lagi. Kita harus "mati" kalau ingin kekuasaan itu "hidup" di dalam kita, kalau ingin merasakan kebangkitan jiwa kita.
Setelah tinggal di dalam kuil itu kurang lebih sebulan lamanya, dan setelah Siang Bwee merasa puas dengan kemajuan yang dilihatnya pada diri San Hong yang siang malam berlatih ilmu-ilmu dari Pak Ong, juga dari Tung Kiam, pada suatu pagi Siang Bwee mengajaknya melanjutkan perjalanan mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ehhh" Kita hendak ke mana lagikah" Bwee-moi, kalau mungkin, aku ingin tinggal di sini selamanya, hidup seperti ini selamanya!" kata San Hong sambil mengerutkan alisnya.
Dia merasakan kebahagiaan setiap harinya hidup di tempat sunyi itu, berdua saja dengan Siang Bwee.
Gadis itu bertolak pinggang, menghadapi San Hong dan mulutnya cemberut. "Kau ingin tinggal di sini selamanya"
Hemmm, tentu saja mungkin. Nah, kalau begitu selamat tinggal, Koko, aku akan melanjutkan perjalanan seorang diri saja."
"Heeeee! Nanti dulu! Aku ingin tinggal di sini selamanya bukan sendirian, akan tetapi bersama engkau, Bwee-moi!"
"Apa" Dan kita hidup sampai tua di sini" Engkau menjadi monyet jantan tua dan aku menjadi monyet betina tua" Tidak, aku tidak mau! Aku ingin hidup di sampingmu selamanya, Koko, akan tetapi tidak sebagai dua orang manusia hutan, melainkan sebagai suami isteri dan hidup di dunia ramai. Kita harus mempersiapkan diri untuk hadir dalam pertemuan puncak antara para datuk yang tinggal kurang dari setahun lagi. Engkau telah beruntung dapat mempelajari ilmu-ilmu dari Tung Kiam, Pak Ong, juga mengetahui rahasia kekuatan ilmu dan See Mo, juga telah mempelajari ilmu dari ayahku. Akan tetapi semua itu masih mentah dan perlu dimatangkan melalui pengalaman. Hayo, Koko, kita tinggalkan tempat ini. Di sini tidak mungkin engkau dapat memperoleh pengalaman untuk
mematangkan ilmu-ilmu itu. Hayolah!"
San Hong menarik napas panjang. Dia tidak begitu bersemangat untuk menghadapi pertandingan antara para datuk besar itu. Akan tetapi dia teringat bahwa kalau dia ingin menjadi suami Siang Bwee, dia harus dapat bertahan terhadap ujian Nam Tok, bahkan harus mampu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengalahkan tiga orang wakil atau murid dari Tung Kiam, See Mo dan Pak Ong!
Dua orang muda itu lalu meninggalkan kuil tua, melanjutkan perjalanan keluar dari dalam hutan di lereng bukit itu. Akan tetapi, ketika mereka keluar dari dalam hutan, tiba-tiba Siang Bwee menarik tangan San Hong dan mereka menyelinap di balik semak belukar. Sesosok bayangan mendaki bukit itu dengan kecepatan seperti terbang. Setelah bayangan itu agak dekat, Siang Bwee berbisik di dekat telinga San Hong.
"Tung Kiam....."
San Hong mengangguk. Dia pun sudah mengenal datuk besar itu dan jantungnya berdebar tegang. Untung bahwa kakek itu agaknya tidak tahu bahwa mereka berdua berada di situ. Kakek itu berkelebat melewati mereka dan terus mendaki puncak bukit.
"Mari kita naik....." bisik Siang Bwee.
"Ehhh?" Mau apa" Berbahaya sekali....." kata San Hong, bergidik kalau membayangkan kelihaian Tung Kiam.
"Kita harus tahu apa yang hendak dia lakukan di sini.
Mungkin penting bagi kita, atau setidaknya bagi ayah.
Hayo lah." Siang Bwee tidak sabar lagi, memegangi tangan San Hong dan menariknya keluar dari semak belukar dan berindap-indap mereka mendaki bukit itu menuju puncak melalui hutan agar tidak ketahuan oleh orang yang mereka bayangi.
Biarpun dia sendiri merasa jerih, namun San Hong sungguh mengagumi kekasihnya. Gadis ini memang tabah dan pemberani bukan main, juga amat cerdik. Kalau tidak bersama Siang Bwee, diberi upah berapa pun San Hong tidak akan mau mendaki puncak membayangi seorang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
datuk besar seperti Tung Kiam. Bukan karena dia takut atau pengecut, melainkan karena dia tidak ingin mencari perkara dengan datuk besar yang selain amat kejam, juga luar biasa lihainya itu.
Akhirnya, dengan berindap-indap, menyelinap di balik batang-batang pohon dan semak-semak belukar, akhirnya mereka tiba di puncak bukit yang sunyi itu. Dan mereka mendapatkan Tung Kiam sudah duduk bersila di bawah sebatang pohon besar dan di depannya duduk pula bersila seorang kakek lain. San Hong memperhatikan kakek yang duduk bersila berhadapan dengan Tung Kiam itu. Dia dan Siang Bwee kini mendekam berlutut di balik semak belukar, hanya dalam jarak dua puluh meter dari Tung Kiam dan kakek itu dan mereka berdua mengerahkan sin-kang untuk mempertajam pendengaran mereka, untuk dapat menangkap percakapan antara dua orang kakek itu.
San Hong memperhatikan dan melihat bahwa kakek yang ke dua itu bertubuh pendek gendut. Perutnya besar sekali! Berbeda dengan Tung Kiam yang bertubuh sedang dan tampan, juga yang berpakaian bersih, kakek gendut yang usianya sekitar enam puluh tahun itu mengenakan pakaian yang awut-awutan dan agak kotor. Akan tetapi dia mengenakan hiasan rambut gemerlapan dari emas dan intan! Dan pakaiannya juga terbuat dari sutera mahal.
Hanya amat jorok dan kotor. San Hong memandang kepada Siang Bwee dan melihat gadis itu menggunakan jari tangannya menuliskan dua buah huruf di atas telapak tangan sendiri. See Mo! San Hong terkejut dan kini dia memandang dengan hati tertarik kepada si perut gendut itu.
Kiranya itu-lah tokoh ke empat itu. See-thian Mo-ong (Raja Iblis Dunia Barat) atau disingkat See Mo, seorang di antara empat datuk besar itu! Jadi itulah tokoh yang memiliki dua macam ilmu yang amat hebat itu, yaitu senjata Huncwe
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maut dan pukulan Ang-see-ciang (Tangan Pasir Merah), yang menurut Pak Ong telah dipecahkan rahasianya dengan dua macam ilmu silat yang diajarkan Raja Utara itu kepada dia dan Siang Bwee.
Melihat betapa pemuda itu terkejut dan amat tertarik, Siang Bwee menaruh telunjuk kiri di depan mulut sebagal tanda agar pemuda itu tidak mengeluarkan suara, dan tangan kanannya menempel telinga sebagai tanda bahwa mereka harus mendengarkan percakapan kedua orang kakek itu. Tung Kiam datuk timur bercakap-cakap dengan See Mo datuk dari barat!
"Memang saat itu merupakan saat yang menentukan,"
terdengar See Mo berkata dengan suaranya yang parau dan berat seperti suara katak buduk yang besar. "Aku sudah bertemu sendiri dengan Jenghis Khan! Beliau sendiri yang memberikan Jaminan bahwa kalau aku dan engkau mau membantu sampai penyerbuannya berhasil, maka kita berdua akan menerima balas jasa yang besar. Bukan tidak mungkin kita berdua menerima anugerah pangkat yang tinggi, menteri atau bahkan menjadi Kok-cu (Penasihat atau Guru Negara)!"
Tung Kiam mengelus jenggotnya yang rapi, alisnya berkerut. "Hemmm, apakah jaminannya bahwa dia akan memegang janjinya" Bagaimana kita dapat mempercayai janji seorang Mongol?"
"Tung Kiam, jangan engkau bicara seperti itu! Engkau tidak tahu siapa Jenghis Khan! Dia seorang Khan yang amat besar kekuasaannya. Tak dapat engkau
membayangkan betapa besar kekuasaannya. Dengan sekali bertepuk tangan dia mampu mengumpulkan ratusan orang yang bersedia mati mentaati perintahnya! Dia seperti bintang baru yang cemerlang, membikin bintang-bintang lain nampak suram. Jelas bahwa dialah calon kaisar di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seluruh dunia, seorang yang akan mampu menalukkan dunia! Kalau kita tidak membantu seorang seperti dia, maka kita akan tertinggal jauh."
"Kalau begitu, agaknya memang sudah tepat kalau kita membantu seorang seperti dia. Akan tetapi, See Mo, kita adalah orang-orang kang-ouw. Bagaimana kita dapat membantu perang" Menghadapi puluhan bahkan ratusan orang mungkin kita masih akan mampu membasmi mereka, akan tetapi apa daya kita kalau berhadapan dengan pasukan musuh yang puluhan bahkan ratusan ribu orang banyaknya" Aku sama sekali tidak paham akan ilmu perang!"
See Mo tertawa, suara ketawanya aneh, terdengar mengakak seperti lehernya tercekik. "Tung-kiam, siapa ingin menjadi jenderal yang memimpin pasukan perang"
Mengenai cara kita membantu, sudah kubicarakan dengan Jenghis Khan. Bahkan beliau yang memberikan cara itu.
Aku sudah memperkenalkan namamu kepada beliau dan beliau menganjurkan bahwa kalau kita berdua benar ingin bersekutu dan membantu, kita dapat bergerak melalui dunia kang-ouw. Kita talukkan seluruh dunia kang-ouw, kemudian di manapun pasukan Mongol bergerak, kita selalu harus membantunya sebagal mata-mata, sebagai petunjuk jalan, dan mengacaukan kota yang akan diserbu oleh pasukan Mongol agar pertahanan Kerajaan Cin menjadi semakin lemah."
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Jilid XXV Tung-kiam mengangguk-angguk. "Cara yang bagus, dan kita tentu dapat melaksanakannya. Akan tetapi ingat, di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sana terdapat Nam Tok dan Pak Ong, dan kurasa dua ekor anjing tua itu tidak mau diajak membantu orang Mongol.
Mereka itu setia sampai ke tulang sumsum mereka terhadap pemerintah Han dan membenci suku asing."
Kembali terdengar suara ketawa yang menyeramkan itu, mengakak seperti suara burung gagak atau suara ular besar atau katak besar.
"Itulah yang perlu kubicarakan denganmu, Tung-kiam.
Engkau tentu ingat bahwa tahun depan pada bulan kesepuluh di malam bulan purnama, di puncak Kabut Putih di Thay-san, kurang sebelas bulan lagi kita berempat akan mengadakan pertemuan dan pertandingan di sana, bukan?"
"Tentu saja aku ingat, dan aku sudah mengambil keputusan bahwa sekali ini, akulah yang akan keluar sebagai pemenang dan menjadi datuk besar nomor satu di antara kita berempat, dengan sendirinya menjadi datuk nomor satu di selurun permukaan langit!" kata Tung-kiam dengan nada suara yang angkuh dan tinggi hati.
See Mo tertawa lagi, pendek saja namun San Hong yang bersembunyi mengintai bersama Siang Bwee harus mengerahkan sin-kangnya karena dia merasa betapa suara ketawa itu mengandung getaran yang amat kuat, yang mengguncang isi perut dan dadanya!
"Jangan sombong, Tung Kiam. Engkau lupa banwa masih ada aku di sini. Kalau diadakan pertandingan, tentu See Mo yang akan menjadi nomor satu! Akan tetapi sekali ini, bukan Tung Kiam atau See Mo yang harus menjadi nomor satu, melainkan kita berdua! Bukan hanya menjadi nomor satu untuk sekali ini, melainkan untuk selamanya."
"Eh, apa maksudmu, See Mo?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sudah kubicarakan dengan Jenghis Khan dan beliau juga sudah menyetujui cara yang akan kupergunakan. Dia berjanji akan membantu dengan pasukan panah terdiri dari seratus orang. Mereka itu pemanah-pemanah ulung. Pada saat itu di puncak Kabut Putih, yang menang adalah Tung Kiam dan See Mo, dan mereka berdua itu akan tewas!
Mereka akan mati konyol!"
Tung Kiam memandang dengan mata terbelalak. "Nam Tok dan Pak Ong akan dibunuh?"
"Tentu saja! Mereka dan murid-murid mereka. Bukan kita yang membunuh mereka! Dunia kang-ouw akan tahu bahwu mereka terbunuh oleh pasukan Mongol. Kita hanya menandingi mereka dan kalau kita berdua bersatu, baik Nam Tok maupun Pak Ong tak mungkin dapat menandingi kita. Mereka berdua itu tentu tidak sudi untuk bersatu atau bekerja sama. Satu lawan satu saja kita berimbang. Kalau kita berdua lawan satu, tentu kita menang."
Tung Kiam mengangguk-angguk. "Bagus kalau begitu, bagus sekali!"
"Curang sekali.....!" San Hong sendiri terkejut. Tanpa disengaja, ketika mendengar persekutuan itu, hatinya merasa terkejut dan begitu penasaran sehingga dalam kemarahannya, dia lupa diri dan rasa penasaran itu tersalurkan keluar lewat suaranya. Juga Siang Bwee terkejut bukan main, akan tetapi semua sudah terlambat karena dua orang kakek yang tadinya duduk bersila, tanpa bangkit lagi tiba-tiba saja mereka sudah melayang ke arah semak belukar di balik mana San Hong dan Siang Bwee bersembunyi. Dan dua orang kakek yang menyambar bagaikan dua ekor burung elang raksasa menyambar anak ayam itu, sudah menyerang mereka selagi tubuh mereka masih di udara.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tung Kiam sudah menyerang San Hong sedangkan See Mo menyerang Siang Bwee. Dua orang muda ini cepat melempar diri ke belakang lalu bergulingan menjauh dan menghindarkan diri dari serangan maut kedua orang datuk besar itu. Dua orang datuk besar itu terkejut. Jarang di dunia kang-ouw ada orang yang mampu menghindarkan diri dari serangan mereka tadi. Akan tetapi ketika mereka turun ke atas tanah dan memandang, lenyaplah rasa keheranan mereka, terganti kemarahan ketika Tung Kiam mengenal San Hong yang pernah diobatinya bahkan pernah diberi pelajaran ilmu ciptaannya. Sedangkan See Mo juga mengenal Siang Bwee puteri Nam Tok yang dia tahu amat lincah, pandai dan juga cerdik seperti setan itu.
Siang Bwee sudah dapat menguasai kembali hatinya yang kaget tadi, dan ia memandang kepada dua orang itu dengan mulut cemberut.
"Aih, kiranya paman Cu Sek Lam dan paman Kok Bong Ek yang berada di sini. Hemmm, kenapa tiada hujan tiada angin seperti kilat menyambar-nyambar kedua paman yang terhormat menyerang kami orang-orang muda" Paman Kok Bong Ek, tidak malukah Paman menyerangku" Lawanmu kelak adalah ayahku, bukan aku" Dan paman Cu Sek Lam, apakah sudah lupa kepada Kwee San Hong" Kenapa Paman menyerangnya pula?"
Akan tetapi, kini dua orang datuk besar itu tidak mudah begitu saja dikelabui oleh kecerdikan Siang Bwee. Mereka saling pandang dan mereka telah terbuka. Dua orang muda ini tadi telah mengintai dan mendengarkan percakapan mereka. Dan hal ini berbahaya sekali!
"Siang Bwee, hayo katakan, apa yang telah kaudengar dari percakapan kami tadi?" tanya Tung Kiam dengan sikap mengancam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu, melihat keadaannya, Siang Bwee maklum bahwa dua orang kakek itu khawatir sekali, banwo rahasia mereka telah ia ketahui. Maka, otaknya yang amat cerdik sudah cepat bekerja dan mendengar pertanyaan itu, ia pun segera berkata dengan sikap terheran-heran.
"Paman Cu, kami baru saja datang dan melihat paman berdua, kami takut kalau kalau paman berdua mengira kami mengintai. Maka kami segera bersembunyi dan yang terdengar oleh kami hanyalah beberapa ucapan Paman Kok dan jawaban dari Paman Cu sendiri."
Terdengar See Mo mengeluarkan suara gerengan parau.
"Heeekkk, cepat katakan apa yang telah kaudengar tadi!"
"Ih, kenapa paman berdua kelihatan begini bengis" Ingat, waktunya untuk kita berhadapan sebagai lawan masih terlalu jauh. Harap paman berdua memandang muka ayah dan tidak bersikap kejam dan kasar kepadaku....."
"Tidak perlu banyak cakap, Siang Bwee. Jawablah pertanyaan See Mo tadi. Apa yang telah kaudengar dikatakan See Mo dan dijawab olehku tadi?"
"Nanti dulu kuingat ingat," kata gadis itu sambil meraba mulutnya yang dibungkamkan, lalu dahinya. Ketika ia meraba mulut, saat itu ia melihat bahwa San Hong memandang kepadanya, maka ia harapkan pemuda itu mengerti akan isyaratnya, yaitu membungkam dan tidak bicara! Lalu ia melanjutkan! "Aku mendengar Paman Kok berkata begini..... "kita hanya menandingi mereka dan kalau kita berdua bersatu, baik Nam Tok maupun Pak Ong tak mungkin dapat menandingi kita. Mereka berdua itu tentu tidak sudi untuk bersatu atau bekerja sama. Satu lawan satu saja kita berimbang. Kalau kita berdua lawan satu, tentu kita menang". Kemudian aku mendengar jawaban Paman sendiri begini: 'Bagus kalau begitu, bagus sekali!' Nah,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itulah yang telah kudengar tadi. Bukankah begitu, Hong-ko?"
Kini San Hong dapat melinat pula akal bulus yang dilakukan gadis itu, maka dia pun mengangguk tanpa mengeluarkan kata-kata.
Dua orang kakek itu saling pandang dan jelas bahwa mereka masih belum merasa puas. Kecurigaan mereka terhadap dua orang muda itu membuat mereka khawatir sekali. Tiba-tiba Tung Kiam berkata kepada Siang Bwee.
"Siang Bwee, engkau adalah calon mantuku. See Han puteraku adalah calon suamimu, maka aku dapat memaafkanmu. Akan tetapi mulai saat ini engkau harus ikut denganku, menjadi isteri See Han. Tentang ayahmu kelak, biar aku yang akan menghadapinya. Dia tentu akan bangga berbesan denganku....."
"Tidak, Paman Cu! Harus ayah yang lebih dulu memberi ketentuan! Siapa tahu ayah lebih suka berbesan dengan paman Kok Bong Ek. Pernah ayah memuji-muji Putera See-thian Mo-ong. Eh, Paman Kok, bagaimana kabarnya dengan puteramu itu" Bukankah namanya Kok Tay Ki dan dia tampan, halus dan lihai sekali?" Memang cerdik bukan main otak Siang Bwee. la merasa tersudut oleh Tung Kiam dan melihat betapa ia terancam bahaya. ditahan oleh Tung Kiam, maka ia mencari jalan untuk meloloskan diri dan jalan yang dianggap terbaik adalah menimbulkan minat kepada See Mo untuk menjadi saingan Tung Kiam!
Di luar dugaan Siang Bwee sendiri, memang siasatnya ini tepat sekali. Ia tidak tahu bahwa See Mo memang berhasrat untuk mengambilnya sebagai mantu! Dari dua orang murid dan pembantunya, Koay-to Heng-te, See Mo mendengar bahwa putera angkatnya, yaitu Kok Tay Ki atau Kok Kongcu (Tuan Muda Kok) ingin menikah dengan puteri Nam Tok. Bahkan See Mo telah memberi perintah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada dua orang murid dan pembantunya itu untuk membantu Kok Kongcu mencari Siang Bwee, dan mau tidak mau Siang Bwee harus menjadi isteri puteranya itu.
Dan sekarang, dia sendiri bertemu dengan puteri Nam Tok, dan gadis yang cantik manis, jelita dan lincah jenaka ini memuji-muji puteranya, dan memberi harapan pula! Tentu saja dia menjadi girang dan dia pikir bahwa kalau gadis ini menjadi mantunya, maka tidak ada halangannya kalau andaikata tadi sudah mendengar percakapannya dengan Tung Kiam.
"Hoh-hoh, khek-khek-khek.....!" See Mo tertawa, suara ketawanya yang aneh seperti suara katak besar. "Bagus sekali! Memang engkau pantas menjadi mantuku,! Ang Siang Bwee! Engkau sekarang juga ikut bersamaku dan kukawinkan dengan Tay Ki puteraku, hoh-hoh-hoh! Dan bocah lancang ini harus mampus!"
"Aih, See Mo, nanti dulu!" Tiba-tiba Tung Kiam berseru, nadanya tinggi dari sepasang matanya berkilat. "Enak saja engkau bicara! Ketahuilah, puteri Nam Tok ini sudah kujodohkan dengan puteraku dan mereka sudah bertunangan! Apakah engkau begitu nekat hendak merampas calon mantuku?"
See Mo terbelalak, "Ehhh" Sudah ditunangkan?"
Suaranya mengandung kekecewaan. Biarpun dia seorang di antara empat datuk besar yang kemauannye harus ditaati dan dipenuhi, namun dia tidak begitu bodoh dan nekat untuk menentang Tung Kiam yang diharapkan menjadi sekutunya dalam membantu Jenghis Khan, apalagi kalau sampai merampas mantunya!
Tidak ada yang melihat betapa sepasang mata Siang Bwee bersinar-sinar penuh kemenangan. Gadis ini girang bukan main melihat umpannya berhasil memancing ketegangan di antara dua orang datuk besar yang sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengancam ia dan San Hong itu. Dua ekor ikan kakap itu telah menyambar umpan pancingnya, pikirnya dengan cerdik.
"Tidak, Paman Kok! Jangan percaya omongan Paman Cu. Memang dia puteranya menginginkan aku menjadi keluarganya, akan tetapi hal itu baru usul sepihak. Pihakku belum menyetujui Bahkan ayah belum tahu dan aku sendiri pun belum sepenuhnya menerima Cu See Han sebagai calon suami. Pinangan belum dilakukan, bagaimana dapat di katakan resmi" Hemmm, kalau kubanding-bandingkan, kiranya Kok Tay Ki lebih menang segala-galanya dari Cu See Han! Akan tetapi, aku sudah mengambi keputusan akan menjadi isteri seorang yang mampu mengalahkan ayahku.
Tentu saja orang itu boleh diwakili ayahnya atau gurunya!"
Mendengar ini, See Mo merasa mendapat hati dan dia pun tertawa bergelak sampai terbatuk-batuk. "Hoh-hoh hoh, Tung Kiam, ternyata gadis ini masih bebas! Dan ia memang pantas menjadi mantu See-thian Mo-ong, heh heh-heh!"
Wajah Tung Kiam berubah kemerahan Dia seorang yang tinggi hati dan sombong, tidak mau kalah menghadapi siapa-pun juga. Tidak mau kalah bukan dalam hal ilmu kepandaian saja, akan tetapi juga tidak mau kalah dalam memperebutkan apa pun juga.
"Dia lebih pantas menjadi mantuku, mantu Tung-hai Kiam-ong! Dan puteraku mencintanya!"
"O-ho-ho, puteraku juga mencintanya!" See Mo tidak mau kalah dan mereka itu, dua orang datuk besar itu, seperti lagak dua orang anak kecil bertengkar, sudah berhadapan dengan muka merah dan matu melotot.
Melihat ini, Siang Bwee menambah minyak pada api yang sudah mulai berkobar, "Kedua paman memang samaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sama kaya, mempunyai putera yang sama-sama hebat dan tampan, sehingga-sukar bagiku untuk memilih. Akan tetapi, aku lebih suka menjadi mantu orang yang paling sakti.
Agaknya, dalam hal ilmu kepandaian, Tung Kiam masih bukan tandingan See Mo, maka agaknya aku lebih suka menjadi mantu See Mo kalau dia mampu mengalahkan Tung Kiam!"
Gadis itu memang cerdik bukan main.
Ia mengenal kedua orang datuk itu. Sama-sama kaya, sama-sama sombong dan tinggi hati, akan tetapi Tung Kiam lebih pemarah dan brangasan. Oleh karena itu, ia sengaja memanaskan hati Tung Kiam dengan mengatakan bahwa Tung Kiam bukan tandingan See Mo. Ini saja sudah cukup untuk membuat Tung Kiam menjadi marah seperti gila!
"See Mo, mari kita lihat siapa di antara kita lebih pantas menjadi mertua gadis ini!" Tung Kiam berteriak dan dia mencabut pedangnya!
See Mo juga marah, akan tetapi dia masih ragu. "Tapi.....
ini belum waktunya .... "
Siang Bwee segera berkata, "Memang belum waktunya bagi empat orang datuk besar untuk mengadu ilmu, Paman Kok. Akan tetapi sudah tepat waktunya bagi See Mo dan Tung Kiam untuk menentukan, siapa yang lebih patut menjadi ayah mertuaku! Tentu saja yang takut kuanggap kalah!"
"Siapa takut?" See Mo berteriak karena ucapan terakhir Siang Bwee itu seperti menampar mukanya. "Hayo, Tung Kiam, ingin kulihat sampai di mana kemajuanmu!" dan dia pun sudah mencabut keluar senjatanya yang istimewa, yaitu sebatang hun-cwe (pipa tembakau). Itulah Huncwe Maut yang membuat nama See Mo ditakuti oleh seluruh dunia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kang-ouw dan yang membuat dia menjadi seorang datuk besar. Biasanya dia bersenjata sebatang ruyung, akan tetapi kalau menghadapi lawan tangguh, dia lebih lihai kalau mempergunakan huncwenya.
"Bagus! Kaukira aku takut kepadamu, See Mo" Sambut pedangku!" teriak Tung Kiam dan sinar pedangnya berkelebat menyambar, disambut hun-cwe sehingga terdengar suara nyaring disusul berpijarnya bunga api yang menyilaukan mata. Segera kedua orang datuk besar itu sudah saling serang dengan hebatnya. Suara senjata mereka bercuitan, sinar menyambar-nyambar dan bergulung-gulung, angin bertiup dari arah gerakan senjata mereka.
Itulah yang dikehendaki Siang Bwee. Setelah berhasil mengadu domba, atau lebih tepat lagi mengadu singa, gadis ini cepat menyambar tangan San Hong di ditariknya pemuda itu, diajak lari secepatnya meninggalkan tempat itu! San Hong yang juga agak gentar menghadapi dua orang datuk besar yang sakti itu, maklum dan dia pun menggerakkan kedua kakinya, lari secepat mungkin meninggalkan dua orang kakek yang sedang mati matian saling serang.
"Mari, Koko, cepat.....!" Siang Bwee berbisik dan mereka berlari secepatnya menuruni puncak bukit itu, memasuki hutan. Setelah merasa jauh meninggalkan dua orang datuk itu, dan berada di tengah hutan yang lebat, barulah mereka berhenti, terengah-engah, bukan saja karena berlari secepatnya, akan tetapi juga karena tegang.
"Untung..... untung kita dapat melarikan diri....." kata Siang Bwee sambil duduk di atas sebuah batu di bawah pohon.
San Hong memandang kepada gadis itu dan tersenyum
"Bwee-moi, engkau sungguh cerdik, dan juga nakal!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ucapan itu merupakan pujian yang menyenangkan hati Siang Bwee dan teringat akan apa yang dilakukannya tadi hingga ia berhasil mengadu kedua orang datuk sakti, ia pun terkekeh geli.
Akan tetapi, tiba-tiba mulut gadis yang sedang terbuka sedikit karena tertawa itu, berhenti mendadak dalam keadaan terbuka, matanya terbelalak memandang ke depan dan otomatis ia pun merosot turun dari atas batu yang didudukinya. Juga San Hong memandang dengan mata terbelalak, akan tetapi dia sudah mengepal tinju dan siap siaga. Kiranya dua orang datuk sesat yang tadi mereka tinggalkan dalam keadaan saling serang itu kini telah berdiri di depan mereka dengan senyum mengejek!
"Eh..... ohhh..... kedua paman mengapa berada di sini"
Sudah selesaikah pertandingan itu dan siapa yang unggul"
Siapa yang pantas menjadi ayah mertuaku?" Siang Bwee cepat bertanya sambil melangkah ke depan melindungi San Hong seperti tidak disengaja.
Dua orang kakek itu saling pandang, lalu keduanya tertawa bergelak. Suara ketawa Tung Kiam meninggi sampai semakin kecil seperti suling, sedangkan suara ketawa See Mo mengakak parau dan dalam. Keduanya memiliki suara ketawa yang berlawanan, akan tetapi mengandung tenaga getaran yang sama kuatnya.
"Tung Kiam, lihat betapa cerdiknya puteri Nam Tok ini.
Wah, akan puaslah kita kalau mempunyai mantu seperti ini. "
"Biarlah untuk sementara ini kita, tahan ia, kelak mudah ditentukan siapa di antara putera kita yang lebih pantas menjadi suaminya." kata Tung Kiam.
"Benar, dan pemuda tolol ini harus cepat kita bunuh. Dia sudah mengetahui rahasia kita. Yang betina kita tahan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jantan kita bunuh, dan selamatlah kita, selamatlah rahasia kita." kata See Mo.
"Tung Kiam dan See Mo!" Siang Bwee kini meloncat mundur, berdekatan dengan San Hong, maklum bahwa segala bujuk rayu dan akalnya tidak akan ada gunanya.
"Kalian ini orang-orang tua harus dapat memegang janji.
Ini belum waktunya kalian memperlihatkan kepandaian kepada kami. Masih beberapa bulan lagi. Kalian tidak boleh ganggu kami!"
"Heh-heh-heh, Siang Bwee. Kami harus bunuh pemuda ini, dan kami akan menahanmu sampai saat pertandingan tiba." kata See Mo.
"Hong-koko, kita lawan mereka!" tiba-tiba Siang Bwee berseru dan sikapnya berubah, tidak lagi mengandalkan akal bulusnya, melainkan kini setelah tahu bahwa dua orang kakek itu akan menggunakan kekerasan, ia akan mempertahankan diri mati-matian, terutama untuk mencegah mereka itu membunuh kekasihnya. San Hong juga sudah siap siaga.
Dengan gerakan yang amat gesitnya, Siang Bwee yang memang sejak tadi sudah mencari-cari dengan pandang matanya, meloncat ke kiri dan menyambar sebatang ranting pohon yang agak rendah. Ia mematahkan ranting itu dan semua daun-daunnya ia buang sehingga kini ia telah mendapatkan sebatang tongkat sebesar lengan kirinya, sepanjang satu setengah meter dan ia sudah siap dengan senjata sederhana yang merupakan senjata ampuh dari ayahnya, yaitu sebatang tongkat.
"Orang muda tolol, mampuslah engkau!" tiba-tiba See Mo menubruk ke depan dan mengirim hantaman dengan tangan kirinya ke arah dada San Hong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat betapa telapak tangan yang menghantam ke arah dadanya itu berwarna merah, tahulah San Hong bahwa Iblis Barat itu mempergunakan pukulan kejinya, yaitu Ang-see-ciang! Untung dia sudah pernah mendengar ilmu ini dari Pak Ong, bahkan dari Pak Ong dia mempelajari ilmu It-sin-ci melalui Siang Bwee, maka melihat tangan bertelapak merah itu meluncur ke arah dada, dia pun menyambut dengan totokan jari telunjuk kanan, menotok ke arah permukaan telapak tangan itu dekat pertemuan antara telunjuk dan ibu jari.
"Ehhh...?" See Mo terkejut sekali dan biarpun dia sudah menarik tangan kirinya tetap saja telunjuk pemuda itu masih menyerempet telapak tangannya dan dia merasa betapa tangan kirinya tergetar dan kesemutan! Marahlah See Mo dan dia pun memperhebat serangan-serangannya dengan kedua tangan berwarna merah. San Hong menghadapi semua serangan Ang-see-ciang (Tangan Pasir Merah) itu dengan pengerahan semua tenaga dan kepandaiannya, dan terutama sekali mempergunakan It-sin-ci. Terjadilah perkelahian yang seru dan hebat antara See Mo dan San Hong. Pemuda ini maklum bahwa lawannya adalah seorang datuk sakti yang amat tinggi tingkat kepandaiannya. Maka dia pun melawan mati-matian, maklum bahwa kakek yang gendut itu berusaha sungguh-sungguh untuk membunuhnya. Dia pun tidak sungkan-sungkan lagi dan membalas serangan kakek itu dengan serangan yang cukup hebat untuk menyelamatkan dirinya dari ancaman maut.
Sementara itu, tanpa banyak cakap lagi, Tung Kiam sudah menubruk untuk menangkap Siang Bwee. Akan tetapi, lincah bagaikan seekor burung walet, gadis itu menyelinap dan mengelak sehingga tubrukan itu luput.
Ketika Tung Kiam mengulangi usahanya menangkap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan serangan yang lebih cepat dan kuat, Siang Bwee menjadi marah.
"Awas, Tung Kiam! Ayahku akan marah sekali padamu!" Dan ia pun menyambut tubrukan Pedang Timur itu dengan totokan ujung tongkatnya ke arah ubun ubun kakek itu! Tung Kiam mendengus dan tangan kirinya menyambar untuk menangkis dan sekaligus mencengkeram tongkat, namun gadis itu sudah menarik kembali tongkatnya.
Tung Kiam tidak ingin membunuh Siang Bwee. Tadi ketika dia dan See Mo saling serang mati-matian, dialah yang lebih dulu sadar betapa mereka berdua diadu oleh puteri Nam Tok. Ketika dia melirik dan melihat betapa gadis dan pemuda itu sudah lenyap, dia pun mengerti maka dia pun membentak agar See Mo menghentikan perkelahian itu Mereka berdua sadar bahwa mereka telah dipermainkan, maka mereka lalu mengambil keputusan untuk menangkap Siang Bwee dan membunuh San Hong. Kalau tidak demikian, maka rahasia percakapan mereka tadi tentu akan bocor. Demikianlah, melihat betapa See Mo sudah menyerang untuk membunuh San Hong, dia percaya bahwa tentu See Mo akan berhasil karena bagaimanapun juga, dia tahu bahwa San Hong yang menguasai berbagai ilmu itu masih mentah. Maka dia pun segera menggerakkan tubuh untuk menangkap Siang Bwee tanpa melukainya. Akan tetapi, yang dihadapinya adalah Siang Bwee puteri Nam Tok, seorang gadis yang bukan saja cerdik dan banyak siasatnya, akan tetapi juga pemberani dan memiliki ilmu silat yang cukup tinggi. Maka, usahanya menangkap itu sama sekali tidak mudah, apalagi Siang Bwee menggunakan sebatang tongkat dan membalas dengan totokan-totokan maut!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Perkelahian antara See Mo dan San Hong berat sebelah.
Begitu kakek itu mengerahkan tenaga dari perutnya, memainkan ilmu silat dengan tubuh merendah seperti berjongkok, kadang berloncatan seperti gaya seekor katak, San Hong kewalahan. Beberapa kali, kalau kedua lengannya bertemu dengan lengan kakek gendut itu, dia terhuyung dan hampir terjungkal! Maklum bahwa dengan tangsi kosong dia tidak akan mampu menang San Hong lalu mencabut pedangnya. Pedang Pek-lui-kiam (Pedang Kilat) mengeluarkan sinar berkilauan ketika tercabut dan melihat ini See Mo tertawa girang
"Ha-ha-khek-khek-heh-heh, bagus sekali! Pergunakan senjatamu dan keluarkan semua kemampuanmu, orang muda agar engkau tidak mati penasaran." Tentu saja datuk ini merasa girang karena dia sendiri akan merasa tidak enak juga kalau sebagai seorang datuk besar, dia membunuh lawan seorang pemuda yang tidak memegang senjata.
Akan tetapi, rasa girangnya berubah menjadi kaget bukan main ketika San Hong sudah menggerakkan pedang itu untuk menyerangnya. Pedang itu menyambar dengan cepat bagaikan kilat dan sungguh merupakan serangan yang amat berbahaya. See Mo berloncatan menghindari sambil membalas dengan dorongan pukulan Ang-see-ciang, ditambah tenaga gaya katak. Namun, tetap saja dia terdesak dan sinar pedang ditangan pemuda itu seolah menjadi bayangannya sendiri yang mengejar terus kemanapun dia menghindarkan diri.
Dari kaget, See Mo menjadi marah dan penasaran. Tiba-tiba dia mengeluarkan bentakan parau dan tangannya kini sudah memegang huncwenya. Huncwe Maut, pikir San Hong dan dia pun siap siaga, karena dia maklum bahwa kakek ini akan menjadi lawan yang amat berbahaya kalau menggunakan senjata istimewa itu. Dia pun teringat akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ilmu Swat-sin-to (Golok Salju) yang dipelajarinya dari Pak Ong, ilmu yang menurut Pak Ong diciptakan untuk mengatasi ilmu Huncwe Maut dari See Mo! Dia segera mainkan ilmu itu dengan pedangnya. Kembali See Mo terkejut. Gerakan pedang pemuda itu seolah-olah merupakan tandingan ilmu huncwenya sehingga untuk belasan jurus, semua serangan huncwenya bukan saja dapat ditangkis pemuda itu, bahkan pedang yang berkilauan itu beberapa kali nyaris merobek ujung bajunya!
Betapapun juga, semua ilmu dari para datuk besar yang dipelajari San Hong belumlah matang. Maka, kini berhadapan sendiri dengan See Mo, tentu saja dia kalah pengalaman. Setelah See Mo benar benar mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya, San Hong mulai terdesak hebat dan dia hanya dapat lebih banyak menangkis daripada menyerang.
Di lain pihak, Siang Bwee kini juga terdesak. Biarpun Tung Kiam tidak ingin melukainya, namun kini Tung Kiam yang juga sudah mempergunakan pedangnya mengurung gadis itu dengan gulungan sinar pedangnya. Gerakan tongkat di tangan gadis itu makin lama semakii menyempit, sedangkan sinar pedang makin bergulung-gulung bagaikan naga bermain di angkasa. Karena tidak ingin melukai Siang Bwee apalagi membunuhnya, Tung Kiam hanya
mengurung dengan gulungan sinar pedang dan mencari kesempatan untuk merobohkan gadis itu tanpa melukainya dengan tangan kiri Akan tetapi, Siang Bwee amat cerdik. Ia sudah dapat menduga akan hal ini, maka ia menjaga diri dengan ketat agar jangan sampai terkena pukulan atau totokan tangan kiri datuk itu, sedangkan ancaman pedang itu sama sekali tidak dihiraukannya karena ia merasa yakin bahwa Tung Kiam tidak akan merobohkannya dengan bacokan atau tusukan pedang!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Selagi kedua orang muda itu terdesak hebat dan setiap saat pasti akan roboh, tiba-tiba terdengar suara orang memaki-maki.
"Huh, katak buduk See-thian Mo-ong dan srigala kudisan Tung-hai Kiam-ong, sungguh kalian bermuka tebal!"
Tentu saja makian ini membuat See Mo dan Tung Kiam terkejut dan marah bukan main. Mereka adalah datuk-datuk besar. Jangankan memaki, baru membicarakan mereka saja jarang ada yang berani, karena membicarakan mereka saja kalau tidak menyenangkan, sudah menjadi alasan cukup bagi mereka untuk membunuh orang yang membicarakan mereka. Dan kini, See Mo dimaki katak buduk, dan Tung Kiam dimaki srigala kudisan! Bahkan Siang Bwee dan .San Hong juga terkejut. Kalau saja yang muncul dan memaki-maki itu Nam Tok atau Pak Ong, masih tidak aneh. Akan tetapi ketika mereka berdua mendapat kesempatan untuk melompat mundur karena dua orang kakek itu juga menghentikan serangan mereka untuk melihati siapa yang memaki, dua orang muda itu melihat bahwa yang muncul adalah seorang kakek jembel yang amat kotor dan buruk!
Akan tetapi, kalau Siang Bwee dani San Hong merasa heran melihat ack seorang jembel pengemis tua berani memaki-maki dua orang datuk besar itu, sebaliknya See Mo dan Tung Kiam terkejut melihatnya. Mereka jarang bertemu dengan jembel busuk itu, baru beberapa kali saja, dan jalan hidup mereka bersimpangan. Akan tetapi mereka cukup tahu. siapa dia!
Kakek jembel kotor itu nampaknya saja seorang pengemis jembel yang kotor. Usianya tentu mendekati tujuh puluh tahun. Rambutnya gembel dan pakaiannya butut compang-camping. Akan tetapi muka dan kulit tubuhnya bersih! Tubuhnya tinggi kurus dan mukanya yang dipenuhi tawa itu menunjukkan bahwa dia orang yang miring
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
otaknya. Tangannya memegang sebatang tongkat butut semeter panjangnya.
"Lo-kwi.....!" kata See Mo dan Tung Kiam hampir berbareng. Lalu Tung Kiam yang berwatak tinggi hati itu membentak marah teringat akan makian tadi.
"Lo-kwi, selamanya aku tidak pernah menghalangi jalan hidupmu, dan engkau pun tidak pernah mempunyai urusan dengan aku. Kenapa kini datang-datang engkau memaki aku" Apakah engkau sudah bosan hidup?"
Lo Kwi (Setan Tua) yang sesungguhnya dikenal sebagai Lo Koay (Kakek Aneh) memandang kepada Tung Kiam dan dia pun tertawa geli sampai memegangi ke arah perutnya dengan tangan kiri, dan tongkatnya dia pukul-pukulkan ke tanah dengan tangan kanan.
"He-heh-heh-heh-ha-ha.....! Bosan hidup" Ha-ha-ha, kalau orang bosan hidup dia pun akan bosan mati, Tung Kiam kalau aku bosan hidup, apa engkau dapat mematikan aku" Heh-neh-heh, kau sendiri tidak kuasa atas nyawamu, bagaimana engkau berkuasa atas nyawaku?"
"Lo Kwi, pergilah jangan mengganggu kami, dan kami pun tidak akan mencampuri urusanmu", kata See Mo dengan suara lebih ramah karena dia sudah mendengar berita tentang kakek yang kabarnya aneh sekali dan memiliki ilmu ilmu aneh yang menggiriskan.
Kini Lo Koay atau Lo Kwi menudingkan tongkatnya ke arah perut gendut See Mo, ketawanya masih menerangi wajahnya yang kekanak-kanakan.
"Katak buduk See Mo, siapa mengganggu siapa" Aku hanya kebetulan lewat dan melihat kalian dua orang badut tua bermain-main dengan dua orang muda yang sepatutnya menjadi cucu kalian. Nah, itulah yang membuat aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tertawa geli, juga penasaran karena kalian ini sungguh bermuka tebal."
"Lo Kwi, kaukira kami takut kepadamu" Pergilah, atau terpaksa kami akan menyingkirkanmu!" bentak Tung Kiam kini marah sekali.
"Lo-cian-pwe, dua orang ini memang tak tahu malu!"
kini Siang Bwee berkata, dengan cepat ia dapat menduga bahwa tentu kakek yang disebut Lo Kwi ini lihai sekali dan bahwa dua orang datuk itu pun agaknya segan bermusuh dengan dia. Kalau tidak demikian halnya tentu sudah sejak tadi See Mo dan Tung Kiam turun tangan membunuh kakek jembel itu. "Memang mereka ini dua orang badut tua bangka yang bermuka tebal!"
Mendengar suara gadis yang nyaring sekali itu, Lo Kwi menengok dan memandang kepada Siang Bwee. Wajahnya berseri, berubah seperti seorang anak kecil bertemu kawan yang menyenangkan hatinya.
"Eh, enci yang baik!" katanya dan sikapnya tiada ubahnya seperti anak kecil, bahkan dia menyebut "enci"
kepada gadis itu, seolah dia adalah seorang anak kecil yang jauh lebih muda daripada Siang Bwee. "Kenapa engkau mengatakan dua orang badut tua bangka ini bermuka tebal"
Apakah engkau sudah meraba kulit muka mereka" Tebal mana dengan kulit muka buaya?"
"Biarpun aku belum merabanya, akan tetapi aku yakin lebih tebal daripadi kulit badak atau buaya," kata Siang Bwee, girang karena ia merasa yakin akan dapat
"mendekati" kakek jembel yang agaknya disegani dua orang datuk itu. "Bayangkan saja! Mereka itu mengaku dua orang datuk besar. Mereka sudah bersepakat dengan dua orang datuk besar lainnya untuk mengadakan pertemuan mengadu ilmu pada tahun ini bulan sepuluh dan berjanji
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk tidak saling serang sebelum pertemuan itu. Eh, sekarang mereka hendak menyerang aku dan Hong-koko ini. Itu namanya selain menyalahi janji, juga penghinaan dari yang tua kepada yang muda."
"Heh-heh heh, tentu dua yang lain itu Nam Tok dan Pak Ong, bukan" Eh, enci yang baik, siapa engkau" Siapa she dan namamu, dan Hong-kokomu itu bernama siapa?" Cara Lo Koay membuat perkenalan juga seperti sikap seorang berusia di bawah sepuluh tahun!
"Lo-cian-pwe....."
"Hushhh, kaukira aku ini sudah tua bangka dekat mati"
Orang menyebut aku Lo Koay (Kakek Aneh), akan tetapi engkau boleh menyebut aku Siauw Koay (Bocah Aneh).


Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hayo jawablah, Enci!"
Bukan karena siasat lagi, akan tetapi timbul rasa kasihan dan suka di hati Siang Bwee terhadap kakek jembel itu.
Sikapnya begitu kekanak-kanakan akan tetapi wajar, tidak dibuat-buat, seolah-olah alam pikirannya kembali kepada alam pikiran kanak-kanak. Akan tetapi kadang-kadang berpikiran dewasa bahkan tua seperti ketika tadi menegur dua orang datuk besar itu.
"Baiklah, Siauw Koay. Namaku Ang Siang Bwee, dan Hong-koko ini bernama Kwee San Hong."
Lo Koay menyeringai dan biarpun wajahnya masih seperti kanak-kanak, namun kini matanya mengeluarkan sinar kecerdikan. "Aha, engkau she Ang" Tentu engkau puteri Nam-san Tok-ong Ang Leng Ki!"
"Benar sekali! Engkau ternyata amat cerdik, Siauw Koay."
Dipuji cerdik oleh Siang Bwee, wajah kekanakan itu menjadi merah padarn Sungguh luar biasa sekali kakek ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aih, enci Bwee terlalu memujiku. Dan Kwee San Hong ini..... hemm, she Kwee" Padahal Pak-ong adalah she Ji, jelas bukan putera Pak Ong. Lalu siapa Hong koko-mu ini dan apa hubungannya dengan Empat Datuk Besar " "
"Siauw Koay, aku adalah puteri Nam Tok, sedangkan koko Kwee San Hong ini adalah murid Pak Ong. Di antara Empat Datuk Besar telah terdapat perjanjian bahwa sebelum tiba hari pertandingan yang telah ditentukan itu, mereka tidak akan saling serang, juga murid-murid mereka tidak boleh saling serang. Akan tetapi sekarang, dua orang badut tua bangka ini hendak menangkap aku puteri Nam Tok dan hendak membunuh Hong koko murid Pak Ong!
Coba pikir, apakah mereka ini tidak layak dipukul?"
"Layak dipukul, pantas dihajar!" kata Lo Koay mencak-mencak.
"Lo Kwi, engkau dibohongi gadis itu. Siang Bwee memang puteri Nam Tok, akan tetapi bocah ini bukan murid Pak Ong! Kami harus membunuhnya karena dia berani mengintai kami bercakap-cakap!" kata Tung Kiam yang kini sudah merasa menyesal bahwa oleh siasat dan bujukan Siang Bwee dia pernah mengajarkan ilmu-ilmu kepada San Hong setelah dia menyelamatkan nyawa pemuda itu dari pukulan beracun Nam Tok.
"Aku tidak bohong!" kata Siang Bwee lantang. "Yang dahulu itu aku bohong, akan tetapi sekarang tidak, Kwee San Hong ini memang murid Pak Ong."
"Apa buktinya?" tanya Tung Kiam.
"Heh-neh-hoh-hoh-hoh, buktinya mudah saja." kata Lo Koay. "Kalian ini dua orang tua, bangka tentu tahu apa ilmu silat yang paling hebat dari Pak Ong" Nah, kalau dia murid Pak Ong, tentu dia akan mampu memainkan ilmu silat Pak Ong. Heh-heh-heh!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Wah, Siauw Koay, engkau memang pandai dan cerdas bukan main! Kecil-kecil begini sudah amat cerdik, sungguh mengagumkan!" kata Siang Bwee yang sudah tahu akan
"penyakit" kakek aneh itu dan sengaja memuji-muji karena hatinya senang sekali. Tentu saja ia sudah masuk hitungan dalam benaknya! Ia berani mengaku bahwa San Hong murid Pak Ong, tentu agar dibuktikan dan diuji dengan ilmu silat Pak Ong!
Dipuji-puji oleh Siang Bwee, kembali muka kakek itu menjadi kemerahan dan dia tersenyum malu-malu kucing!
"Iiihh enci Bwee, jangan terlalu memujiku bikin malu saja ah!"
Sementara itu, mendengar usul Lo Koay, dua orang datuk besar itu merasa girang. "Bagus sekali, Lo Kwi.....!"
"Heiii, See Mo!" Siang Bwee menegur galak. "Julukan adik tua ini adalah Lo Koay atau Siauw Koay, akan tetapi engkau sengaja memanggil Lo Kwi! Apakah engkau ingin menghinanya?"
Lo Koay girang bukan main melihat "pembelaan" Siang Bwee, dan See Mo tersipu. Di depan puteri Nam Tok ini dia sungguh mati kutu dan kalah bicara Akal bulus gadis ini untuk menarik hati orang atau untuk membikin marah orang sungguh beribu macam dan tak terduga. "Baiklah, Lo Koay. Usulmu tadi memang tepat. Kalau orang muda ini pandai memainkan dua macam ilmu dari Pak Ong, berarti dia muridnya dan kami tidak akan mau mengganggunya sebelum tiba saat pertandingan. Akan tetapi kalau dia tidak mampu dan bukan murid Pak Ong, kami akan
membunuhnya dan engkau tidak boleh mencampuri."
"Tentu saja dia murid Pak Ong!" Siang Bwee mendahului. "Akan tetapi, kalau kalian menyuruh dia memainkan ilmu-ilmu simpanan Pak Ong yang belum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diajarkan kepadanya, tentu dia tidak bisa memainkannya.
Suruh dia memainkan ilmu-ilmu yang biasa saja!"
"Ah, segala macam ilmu kuda goyang yang menjadi inti ilmu Pak Ong, sudah terlalu dikenal luas dan semua orang pun dapat menirukannya!" kata Tung Kiam. "Tidak, kalau memang dia murid Pak Ong, dia harus dapat memainkan ilmu It sin-ci, ilmu ciptaan baru Pak Ong yang kabarnya amat hebat."
"Juga kabarnya dia telah menyempurnakan ilmu goloknya dengan Swat-sin-to (Golok Salju Sakti). Nah, kalau dia murid Pak Ong, dia harus pandai memainkan Swat-sin-to itu!" sambung See Mo. Kalau saja ia bukan gadis yang luar biasa cerdiknya, tentu Siang Bwee sudah bersorak girang melihat hasil pancingannya yang mengena tepat pada sasarannya itu. Ia tadi memang sengaja bicara seolah-olah ia khawatir kalau San Hong tidak mampu memainkan ilmu simpanan Pak Ong, padahal, justeru dua macan ilmu simpanan itu yang diajarkan Pak Ong kepada San Hong dan ia sendiri. Kalau San Hong disuruh memainkan ilmu silat yang biasa dari Pak Ong, malah tidak akan bisa! Akan tetapi, gadis yang cerdik ini cemberut dan kelihatan gelisah dan marah.
"Ihhh! Kalian memang benar dua orang tua yang jahat sekali!"
"Ha-ha-ha, bicaramu seperti bukan puteri Nam Tok saja, Siang Bwee!" kata Tung Kiam mengejek. "Hayo, Kwee San Hong, perlihatkan buktinya bahwa engkau murid Pak Ong dengan memainkan It-sin-ci, dan Swat-sin-to. Kalau engkau tidak mampu, kami akan membunuhmu!"
San Hong melangkah maju. "Baik, akan kucoba memainkan." Setelah berkata demikian, dia pun menggerakkan kaki tangannya dan mulailah dia memainku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jurus-jurus dari ilmu menotok jalan darah dengan satu jari.
Gerakannya tidak kaku lagi karena selama ini dia berlatih siang malam tanpa mengenal lelah berkat dorongan Siang Bwee. Dan tentu saja karena ilmu silat ini diajarkan oleh Pak Ong, maka goyang kuda yang menjadi dasar ilmu-ilmu silat Pak Ong, tetap saja nampak. Bahkan kalau sedang latihan dan pinggulnya kurang bergoyang, Siang Bwee lalu memperingatkannya. Melihat permainan ilmu It-sin-ci itu, See Mo dan Tung Kiam terbelalak keheranan. Itulah It sin-ci dari Pak Ong! Dan goyang-goyang pinggul itu jelas merupakan dasar ilmu silat Raja Utara, merupakan ciri khasnya.
Melihat gaya silat yang diperlihatkan San Hong, Lo Koay nampak gembira bukan main. "Ho-ho-ha-ha-ha, benar..... itu ilmu silat khas dari Pak Ong. Lihat pinggulnya itu.....! Cihuiiiii.....!" Dan kakek ini pun lalu menari berputar-putar sambil menggoyang-goyang pinggulnya yang kurus gepeng itu ke kanan kiri. Melihat ini, Siang Bwee juga menjadi gembira bukan main. Ia telah berhasil, San Hong telah berhasil. Bukan saja meyakinkan bahwa San Hong memang murid Pak Ong dan karenanya tidak boleh diserang, juga ia berhasil menarik Lo Koay berpihak kepadanya. Biarpun ia sendiri belum mengenal Lo Koay, belum tahu sampai di mana kesaktian kakek jembel ini, namun melihat sikap dua orang datuk besar itu yang nampak segan dan jerih, maka dapat berkawan dengan Lo Koay sungguh membesarku hati. Maka, melihat Lo Koay menari dengan pinggul bergoyang, ia pun terseret ke dalam kegembiraan itu dan Sian Bwee juga mulai menari!
"Ha-ha-ho-ho-ho! Tarianmu indah sekali, enci Bwee.
Dan pinggulmu... aduh goyangmu hebat.....!" Lo Koay seperti anak kecil tertawa-tawa melihat goyang pinggul Siang Bwee. Gadis ini memang memiliki tubuh indah, juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siang Bwee memang pandai menari. Ia pernah mempelajari seni tari dan pandai menarikan bermacam tarian rakyat, maka kini ketika ia menari sambil menggoyang pinggul dengan gaya silat khas Pak Ong, tentu saja tariannya indah menarik. Dan menggoyang pinggul gaya silat khas Pak Ong tidak sukar baginya, karena ia sudah mempelajarinya dari Pak Ong!
Dua orang datuk besar itu selain terkejut dan heran, juga marah sekali, "Cukup, coba mainkan Golok Salju!" bentak Tung Kiam.
San Hong mencabut pedangnya, "Karena aku tidak mempunyai golok, biar kucoba memainkan Swat-sin-to menjadi Swat-sin-kiam (Pedang Salju Sakti). Dan ia pun mulai memainkan pedangnya. Begitu dia mulai memainkan pedang, maka hawa dingin menyambar-nyambar dan kembali dua orang datuk besar itu terkejut. Baru hawa dingin itu saja sudah membuktikan bahwa yang dimainkan pemuda itu memang benar Swat-sin-to, walaupun dimainkan dengan pedang. Dan Lo Koay kembali menari-nari saking girangnya. Akan tetapi Siang Bwee sudah menghentikan tariannya sejak San Hong mulai bersilat pedang. Ia tahu akan kelicikan dan kecurangan See Mo dan Tung Kiam, maka ia telah siap siaga untuk melindungi San Hong kalau-kalau mereka melakukan tindakan curang.
Kekhawatiran Siang Bwee segera terbukti. Ketika Tung Kiam dan See Mo melihat betapa pemuda tinggi besar dan gagah perkasa itu ternyata mahir memainkan ilmu dari Pak Ong, tentu saja mereka menjadi semakin khawatir. Mereka tahu betapa Pak Ong membenci pemberontak, apalagi kalau yang menentang pemerintah itu orang Mongol. Betapa Pak Ong yang terkenal sebagai seorang di antara Empat Datuk Besar itu berjiwa patriot. Dan kini muridnya telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendengarkan percakapan mereka berdua tadi, maka kalau pemuda ini membocorkan rahasia mereka, berbahayalah!
"Dia bukan murid Pak Ong, dia ngawur, harus dibunuh!"
bentak See Mo dan dia sudah menggerakkan huncwe mautnya menyerang San Hong. Serangan maut! Huncwe itu menyambar dengan ganasnya ke arah kepala San Hong.
"Trakkk!" Huncwe itu tertahan dan tertangkis oleh ranting di tangan Siang Bwee yang sudah siap siaga dan melindungi San Hong. Biarpun Siang Bwee merasa betapa lengannya yang memegang ranting itu tergetar hebat ketika bertemu huncwe, namun ia telah menyelamatkan San Hong yang sama sekali tidak mengira dirinya akan diserang secara mendadak oleh See Mo.
"See Mo, kau sungguh tak tahu malu, melanggar janjimu sendiri! Berani engkau menyerang murid Pak Ong sebelum waktu bertanding?" bentak Siang Bwee dan agar jangan sampai Iblis Barat ini menyerang lagi, ia sudah mendahuluinya dan dengan nekat ia menyerang kakek itu dengan tongkatnya, seperti seekor naga betina melindungi anaknya! See Mo tidak menjawab cacian itu dan menangkis dengan huncwenya, karena sudah terlanjur, dia pun balas menyerang. Dan dia ingin merobohkan gadis itu lebih dulu, tidak membunuhnya melainkan menawannya, lalu membunuh San Hong dan biarpun di situ ada Lo Koay, dia tidak takut karena Tung Kiam tentu akan membantunya.
Memang perhitungannya tepat. Melihat betapa See Mo tadi gagal menyerang San Hong dan kini bertanding dan melawan Siang Bwee, dia pun cepat menggerakkan pedangnya menyerang San Hong tanpa bicara apa-apa lagi.
Tentu saja San Hong cepat menangkis dengan Pek-lui-kiam.
"Tranggg.....!" Pertemuan kedua pedang itu amat hebatnya dan biarpun San Hong sudah mengerahkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seluruh tenaganya, tidak urung dia terdorong sampai tiga langkah dan terhuyung.
Sementara itu, melihat betapa dua orang kakek itu telah menyerang dua orang muda yang disenanginya, Lo Koay menghentikan tariannya dan dia memandang dengan cemberut. Dan ketika San Hong mencabut Pek-lui-kiam, dia segera berteriak-teriak.
"Ho-ha-ho-ha.....! berhenti semua. Bukankah itu Pek-lui-kiam yang kaupegang, Hong-ko?" Berkata demikian, tubuhnya tiba-tiba melayang ke arah San Hong dan biarpun pemuda itu mencoba untuk mengelak, tetap saja dia merasa tangan kanannya lumpuh dan tahu-tahu pedang Pek-lui-kiam telah berpindah ke tangan Lo Koay! Lo Koay sudah memegang pedang itu dan mengamatinya, lalu mencium pedang itu.
"Heh-heh-heh, benar Engkau Pek lui kiam! Ah, betapa rinduku kepadamu, pedang baik sahabat lama!" Mendengar ini, tentu saja San Hong terkejut dan terheran. Kakek jembel itu bukan saja mampu merampas pedang dari tangannya sedemikian mudahnya, akan tetapi juga mengenal pedang Pek-lui kiam dan bahkan mengatakan bahwa. pedang itu sahabat lamanya! Timbul
kekhawatirannya bahwa kakek yang amat lihai itu akan merampas pedangnya, maka dengan suara membujuk seperti kepada anak kecil, mengingat akan sikap kakek itu dan sikap Siang Bwee, dia lalu mendekat dan berkata lembut.
'Siauw Koay, kembalikanlah, itu adalah pedang milikku."
"Singgg.....!" San Hong terkejut bukan main melihat sinar kilat itu dan sebagai seorang ahli silat yang sudah mencapai tingkat tinggi, dia tahu bahwa dirinya diserang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
secara hebat dengan pedang itu maka dia pun otomatis meloncat ke belakang. Akan tetapi, biarpun dia sudah berjungkir balik ke belakang, sinar pedang kilat itu masih membayanginya dan ketika dia menginjakkan kembali kedua kakinya di atas tanah, pedang itu tahu-tahu sudah menempel di kulit lehernya. Tentu saja San Hong terbelalak kaget dan maklum bahwa dia tidak mungkin dapat menghindarkan dirinya lagi.
"Siauw Koay, jangan bunuh dia!" Siang Bwee membentak, akan tetapi gadis ini pun tidak berani bergerak karena sedikit saja kakek aneh itu menggerakkan tangan, leher kekasihnya itu tentu akan tergorok pedang!
Akan tetapi sekali ini, agaknya Lo Koay menjadi seorang tua kembali dan lenyap sifat kekanak-kanakkannya. Dengan sinar mata mencorong dia menempelkan pedang di kulit leher San Hong dan berkata dengan suara tegas.
"Engkau murid Pak Ong bagaimana dapat memiliki Pek-lui-kiam" Hayo mengaku Engkau mencurinya, ya?"
'Tidak, sama sekali tidak.....!" San Hong cepat berseru.
"Aku..... aku menerima pedang itu dari guruku....."
"Huh! Jadi Pak Ong yang mencuri pedang itu, ya?"
"Bukan Pak Ong!" Kini San Hong tidak berani membohong lagi. "Guruku bukan Pak Ong....."
"Nah. dia berbohong, dia harus dibunuh!" kata Tung Kiam.
"Diam kau, Tung Kiam!" Lo Koay membentak dan aneh, suaranya amat berwibawa sehingga Tung Kiam sendiri segera terdiam walaupun mukanya berubah merah sekali karena marah. "Kwee San Hong, hayo katakan siapa gurumu yang memberikan pedang itu kepadamu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Yang memberikan pedang itu adalah suhu Lui-kong Kiam-sian."
"Hah.....?" Lo Koay terbelalak. "Jadi gurumu adalah Lui-kong Kiam-sian di Thian-san?"
Kini terpaksa San Hong berterus terang. "Beliau adalah seorang di antara guru-guruku. Guru-guruku adalah Thian san Ngo-sian."
Sepasang mata kakek itu makin melebar dan kini dia tertawa bergelak-gelak lalu terkekeh-kekeh. "Ha-ha-ha-heh-heh Engkau murid Thian-sian Ngo-sian dan menerima pedang ini dari Lui-kong Kiam sian" Dan Lui-kong Kiamsian menerima pedang ini dariku, ha-ha-ha! Kau tahu dia itu muridku, dan empat orang yang lain dari Thian-san Ngo-sian adalah murid-murid keponakanku!"
Tentu saja San Hong merasa terkejut girang akan tetapi juga heran. Guru gurunya itu usianya tidak lebih muda dari kakek aneh ini yang mengaku sebagai sukong (kakek gurunya)! Guru-gurunya belum pernah bercerita tentang Koay. Akan tetapi, maklum bahwa kakek aneh ini amat lihai, dia pun tidak berani menyatakan keheranan dan kesangsiannya itu. Siang Bwee yang sejak tadi mendengarkan saja, cepat mengerjakan otaknya. San Hong sudah terlanjur membuka rahasia, tentu dua orang datuk besar itu bertekad akan membunuhnya, Dan ia melihat sendiri betapa lihainya Koay dan agaknya hanya Lo Koay yang akan mampu melindunginya dari ancaman dua orang datuk besar, maka cepat ia berseru girang sekali. "Aduh senangnya engkau, Hong-koko! kau ternyata cucu murid dari Siauw Koay yang sakti seperti dewa, Hong-Ko bertemu dengan kakek guru, kenapa tidak cepat memberi hormat?"
San Hong sadar dan dia cepat menjatuhkan diri berlutut di depan kakek itu. "Sukong.....! " katanya sambil memberi hormat dengan berlutut.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kakek itu membalikkan tubuhnya membelakangi San Hong dan cemberut, sifat kekanak-kanakkannya muncul kembali! "Huh, menjemukan! Aku tidak pernah mau disembah seperti toapek-kong (arca pujaan dalam kuil).
Muridku pun tidak kuperkenankan menyembah berlutut, apalagi engkau!"
Kesempatan ini dipergunakan oleh Tung Kiam untuk menyerang San Hong "Bocah ini memang layak dibunuh!"
Melihat Lo Koay marah-marah dan membelakangi pemuda itu, Tung Kiam menganggap kesempatan terbaik untuk menyerang pemuda itu. Pemuda itu ternyata murid Thian-san Ngo-sian, bukan murid Pak Ong dan tidak ada hubungannya dengan Empat Datuk Besar. Dia sudah mencuri beberapa ilmu darinya, bahka sudah mencuri dengar persekutuannya dengan See Mo untuk membantu orang Mongol, maka harus dibunuh! Dengan pedangnya, dia menyerang dari belakang.
"Trakkk!" Kembali Siang Bwee menyelamatkan kekasihnya. Gadis ini memang selalu, siap siaga dan waspada maka begitu melihat Tung Kiam menyerang, ia sudah melompat ke depan dan menangkis serangan pedang itu. San Hong juga meloncat bangun dan pada saat itu, See Mo sudah menyerangnya dari samping, menggunakan huncwe mautnya! San Hong terpaksa melempar diri untuk mengelak, namun See Mo terus mendesak sehingga pemuda ini menjadi repot juga. Untung dia memiliki kelincahan sehingga masih mampu mengelak dan berloncatan. Akan tetapi sampai berapa lama dia bertahan" Siang Bwee sendiri mati matian menghadapi desakan pedang Tung Kiam dengan rantingnya. Kini Lo Koay sudah membalik dan dia menonton pertandingan itu sambil menyeringai senang, seolah-olah dia sedang menonton pertunjukkan yang menarik!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siauw Koay, bantulah kami!" berulang kali Siang Bwee berteriak namun kakek aneh itu hanya tersenyum simpul saja.
"Singgg..... crakkk!" Ranting di tangan Sing Bwee patah menjadi dua ketika bertemu untuk kesekian kalinya dengan pedang di tangan Tung Kiam. Melihat ini, Siang Bwee meloncat mundur, dikejar oleh Tung Kiam. Gadis itu lalu lari ke belakang tubuh Lo Koay. Ketika Tung Kiam mengejar, ia berputar-putar mengitari tubuh Lo Koay yang dijadikan perisai. Tentu saja Tung Kiam tidak mau mencari penyakit, tidak mau menyerang sampai mengenai diri kakek aneh itu. Dia hanya mengejar dan mencobs untuk menangkap gadis itu sehingga mereka berputaran di sekeliling tubuh Lo-Koay seperti dua orang anak-anak bermain-main kucing dan tikus.
"Siauw Koay, bantulah aku! Bukankah aku ini enci Bwee yang kausenangi" Bantulah aku, aku diancam oleh tua bangka busuk ini!" Siang Bwee berseru, penuh rasa gelisah, bukan untuk diri sendiri karena ia yakin bahwa Tung Kiam tidak akan berani membunuhnya, melainkan gelisah memikirkan nasib San Hong yang kini sudah makin dihimpit oleh See Mo.
"Heh-heh-heh, enci Bwee, jangan khawatir, Tung Kiam jelas tidak akan membunuhmu, tidak akan menyakitimu."
"Wuuuttt!" Hampir saja pundak Siauw Bwee dapat dicengkeram Tung Kiam akan tetapi gadis itu menyelinap di balik pinggul Lo Koay yang tanpa disengaja agak ditonjolkan, maka cengkeraman itu luput.
"Siauw Koay, tolonglah Hong-koko. Tolonglah, bukankah dia itu cucu muridmu" "
"Heh-heh-heh, aku tidak biasa menolong atau ditolong."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tolonglah, Siauw Koay, sekali ini saja, pandang ukaku....." Siang Bwee meratap, bingung dan gelisah.
Sambil menyeringai dan menggoda seperti anak nakal, Lo Koay bertanya, "Kalau aku membantu, kau mau memberi apa" Hayo katakan, engkau mau memberi apa, enci yang manis?"
Diam-diam Siang Bwee terkejut. Celaka, pikirnya.
Jangan-jangan kakek setengah gila ini selain lihai sekali juga mempunyai penyakit cabul! Hal ini tak pernah disangka-sangkanya, maka ia menjadi gugup, hampir saja lengan kirinya tertangkap Tung Kiam, akan tetapi kini, kakek aneh itu menggerakkan lengan ke depan sehingga menghalangi tangan Tung Kiam yang sudah hampir dapat menangkap lengan gadis itu.
"Apa..... apa yang kauminta.....?" tanya Siang Bwee, suaranya gugup.
"Ada dua....."
"Ya..... apa itu...?"
"Pertama, engkau harus memberi upah tarian kepadaku!"
"Menari....." Ya, ya, aku mau.... " Siang Bwee kembali menyelinap karena Tung Kiam nampaknya menjadi semakin penasaran. Akan tetapi hati gadis itu masih belum lega karena belum tahu apa permintaan ke dua. Jangan-jangan permintaan ke dua itu yang cabul!
"Yang ke dua....." Kakek itu menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat bibirnya, membuat Siang Bwee bergidik.
Lidah itu begitu panjang dan kemerahan!
"Yang ke dua apakah, Siauw Koay ?" desaknya tak sabar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Yang ke dua, kau harus..... hemm, membikinkan masakan yang lezat untukku!"
Plong rasa hati Siang Bwee dan tiba tiba ia pun tertawa cekikikan saking lega dan geli hatinya. Orang tua ini sudah benar-benar kembali seperti kanak-kanak dan ia tadi mengkhawatirkan yang bukan bukan.
"Baik, kuterima permintaanmu. Nah, bantulah kami!"
"Singgg.....!" Pedang Pek-lui-kiam di tangan Lo Koay bergerak dan nampak sinar bergulung-gulung menghadapi Tung Kiam yang menjadi terkejut sekali dan ia meloncat mundur sampai jauh. Lo Koay tidak mempedulikannya lagi, lalu kini tubuhnya berkelebat, dia sudah tiba di dekat tempat San Hong didesak See Mo.
"Tranggg......" Nampak bunga api berpijar menyilaukan mata ketika huncwe di tangan See Mo tertangkis Pek-lui-kiam, Iblis Barat itu pun agak terhuyung melangkah mundur.
Siang Bwee sudah menarik tangan San Hong, diajak mundur. Kini Lo Koay dengan pedang di tangan menghadapi See Mo dan Tung Kiam.
"See Mo dan Tung Kiam! Kalian ini tua bangka hendak menghina orang-orang muda. Hayo pergi tinggalkan mereka atau terpaksa aku akan melupakan bahwa kalian adalah dua orang di antara empat Datuk Besar!"
See Mo dan Tung Kiam saling pandang. Mereka maklum akan kesaktian kakek aneh itu dan walaupun mereka tidak takut, akan tetapi dua orang muda itu tentu akan membantu Lo Koay dan mereka juga bukan lawan yang lunak terutama San Hong. Dan andaikata mereka sampai membunuh San Hong, tentu Thian-san Ngo-sian takkan tinggal diam Kalau sampai mereka bermusuhan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengai Thian-san Ngo-sian, hal itu sungguh tidak menguntungkan mereka berdua. Juga mereka tidak berani membunuh Siang Bwee, puteri Nam Tok. Mereka membayangkan betapa akan malunya mereka, kalau sampai tidak mampu menanding Lo Koay, kakek gila itu.
Maka, yang paling menguntungkan hanya mengundurkan diri dan tidak mencari penyakit. Akan tetapi, rahasia persekutuan mereka telah didengarkan dua orang muda tadi!
"Lo Koay, kami pun bukan orang orang yang biasa menghina yang muda juga kami tidak ingin bermusuhan denganmu. Akan tetapi, dua orang muda ini telah mendengarkan percakapan rahasia kami, oleh karena itu, mereka harus berjanji dulu bahwa mereka tidak akan membocorkan rahasia kami, baru kami mau melepaskan mereka," kata Tung Kiam hati-hati.
"Tung Kiam dan See Mo, memang kalian adalah dua orang tua yang tidak layak dihormati. Biasanya aku bersikap hormat dan menyebut paman kepada kalian, akan tetapi sekarang aku tidak sudi lagi! Kalian tidak suka memegang janji, dan kalian curang! Kalian berdua membuat persekutuan untuk membantu orang Mongol, apa hubungannya hal itu dengan aku dan Hong-ko" Tanpa berjanji pun, kalian tidak usah khawatir. Kami tidak akan sudi mencampuri urusan kotor kalian!" kata Siang Bwee.
Gadis ini memang cerdik bukan main. Ia menyatakan tidak mau membocorkan rahasia mereka, akan tetapi dengan suara lantangnya ia seperti juga memberi tahu akan persekongkolan itu kepada Lo Koay! Ia dan San Hong tidak akan membocorkan, akan tapi Lo Koay kini juga mengetahui dan apa yang dapat melarang kakek miring otaknya ini untuk tidak bicara kepada oranng lain"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Heh-heh-hoh-hoh, benar sekali kau enci Bwee. Hayo kalian dua ekor anjing buduk tua ini pergi dari sini!" kata Lo Koay sambil menyeringai.
Dua orang datuk besar itu tentu saja menjadi marah dan penasaran bukan main. Selama puluhan tahun ini mereka diakui di dunia kang-ouw sebagai toko tokoh besar yang disegani dan ditakuti Biasanya merekalah yang membentak dan memerintah, biasanya mereka yang memaksakan kehendak mereka dan hampir tidak pernah ada orang berani menenti mereka. Menentang mereka berarti mati. Akan tetapi, hari ini mereka dibentak bentak, dicaci-maki oleh gadis putri Nam Tok dan oleh seorang kakek jembel.
Biarpun mereka berdua tidak ingin menderita malu kalau sampai kalah oleh Lo Koay yang mungkin akan dibantu orang muda itu, namun untuk pergi begitu saja seperti dua ekor anjing diusir dengan makian, mereka juga enggan.
"Lo Koay, kalau engkau dapat menerima serangan kami ini, baru kami mau pergi!" bentak Tung Kiam dan tanpa berunding, See Mo sudah mengerti dan menyetujui niat hati rekannya itu. Dengan berbareng, keduanya lalu mengerahkan tenaga sepenuhnya dan menerjang ke depan.
Tung Kiam menggerakkan pedangnya dan See Mo menggerakkan huncwenya. Dua buah senjata ampuh itu menyambar dahsyat seperti kilat menyambar, merupakan serangan maut yang mengancam nyawa Lo Koay. San Hong dan Siang Bwee yang melihat ini menjadi khawatir sekali. Akan tetapi serangani itu terlampau dahsyat, dan mereka berdiri di belakang Lo Koay sehingga mereka tidak sempat lagi untuk membantu, hanya memandang dengan muka pucat dan mata terbelalak.
"Tranggg..... cringgggg.....!" Mata menjadi silau karena muncratnya bunga api juga dua orang muda itu merasakan getaran hebat sekali ketika pedang Pek-lui kiam di tangan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lo Koay bertemu dengan pedang di tangan Tung Kiam dan huncwe di tangan See Mo. Pertemuan senjata itu mewakili pertemuan tenaga mereka dan akibatnya memang hebat.
Kedua orang datuk besar itu terdorong mundur sampai lima langkah dengan muka pucat, sedangkan Lo Koay sendiri pun tubuhnya bergoyang-goyang biarpun kakinya tidak sampai melangkah ke belakang.
Dua orang datuk besar itu terkejut bukan main dan tanpa banyak cakap mereka lalu berlompatan pergi, meninggalkan Lo Koay yang masih berdiri seperti patung. Setelah kedua orang datuk besar itu lenyap dan tidak nampak bayangannya lagi, barulah terdengar Koay mengeluh, kemudian dia menjatuhkan diri bersila di atas tanah lalu mengatur pernapasan. San Hong dan Siang Bwee maklum bahwa kakek itu tadi mengalami gempuran tenaga sakti yang amat dahsyat, dan kini sedang menghimpun hawa murni untuk memulihkan tenaga dan melindungi tubuh sebelah dalam dari luka yang mungkin diakibatkan oleh tenaga dahsyat tadi.
Sepuluh menit kemudian, Lo Koay mengeluarkan tarikan napas panjang, terdengar dia bergumam. "Hemmm, bukan nama kosong saja See Mo dan Tung Kiam. Melawan seorang demi seorang, mungkin aku masih menang sedikit, akan tetapi menghadapi mereka berdua, sungguh berat dan berbahaya....."
"Siauw Koay, engkau telah menyelamatkan kami berdua! Sungguh engkau hebat sekali dapat mengundurkan dua orang datuk besar itu. Kami amat berterima kasih kepadamu!"
"Aku juga menghaturkan terima kasih kepadamu, Siauw Koay." kata San Hong menirukan Siang Bwee walaupun sesungguh-nya di dalam hatinya dia amat kagum dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hormat kepada kakek itu, akan tetapi biar terasa kikuk, dia memaksa diri menyebutnya Siauw Koay.
Kakek itu bangkit berdiri dan menyerahkan Pek-lui-kiam kepada San Hong. Simpanlah pedangmu ini dan berhati-hatilah menjaganya."
Setelah San Hong menerima pedang itu dengan hormat dan menyimpannya, tiba-tiba kakek itu tertawa dan dia kembali bersikap seperti kanak-kanak, "Heh-heh-heh, sekarang aku menagih janji. Hayo kau menari yang indah untukku, enci Bwee!"
Siang Bwee tersenyum, manis sekali. Ia merasa bukan saja amat gembira karena ia dan San Hong telah terhindar dari ancaman malapetaka, akan tetapi juga ia girang bertemu dengan kakek yang ternyata amat lihai itu.
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Jilid XXVI Seorang diri mampu mengundurkan See Mo dan Tung Kiam! Bukan main! Ayahnya sendiri, Nam Tok, ia yakin tidak akan mampu menandingi pengeroyokan dua orang datuk besar itu. Maka, kalau saja San Hong dapat menerima petunjuk dan gemblengan kakek itu, tentu dia akan memperoleh kemajuan pesat dan akan berhasil mengalahkan semua wakil para datuk besar! Demikian besar perasaan kasih sayangnya kepada San Hong sehingga yang diutamakan hanyalah pemuda itu. Dan kini benaknya yang amat cerdik itu sudah mengatur siasat lagi bagaimana untuk dapat memaksa kakek aneh ini menurunkan ilmu-ilmunya kepada San Hong!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tentu saja aku akan menari untukmu, Siauw Koay.
Akan tetapi, karena aku lelah sekali, aku hanya akan menarikan sebuah tarian pendek saja untukmu ini. Lain kali aku akan menarikan tari yang lebih panjang dan lebih indah, Hong-koko, kau bantulah aku dengan tepuk tangan untuk mengatur irama nyanyian dan tarianku!"
Siang Bwee lalu mulai bernyanyi sambil bertepuk tangan mengatur irama, San Hong membantunya dan ikut pula bertepuk tangan, dan mulailah gadis itu menari, mengikuti irama tepukan tangan sambil masih terus bernyanyi. Siang Bwee memang pandai menari dan pandai pula bernyanyi dengan suaranya yang nyaring dan merdu. Akan tetapi dengan penuh perhitungan, ia hanya menarikan sebuah tarian pendek saja, padahal kakek Koay sudah mulai gembira bukan main menirukan gerakan tari gadis itu sambil tertawa-tawa gembira terseret oleh irama nyanyian dan tarian.
"Ihhh! Kenapa berhenti" Menarilah lagi, enci Bwee yang baik!" Dia merengek seperti anak kecil.
"Untuk saat ini cukup sudah. Nanti lain kali akan kunyanyikan sebuah nyanyian rakyat suku Hui berikut tariannya yang amat panas dan gembira!" Siang Bwee memancing.
"Aduh, ingin sekali aku melihat dan mendengarnya, Enci! Sekarang saja! " kakek itu kembali merengek.
"Aku lelah, Siauw Koay," Siang Bwee menghibur seperti kepada seorang anak kecil yang rewel. "Aku sudah memenuhi janjiku yang pertama, dan kini janji kedua. Aku akan masak yang enak untukmu."
"Masak" Wahhh, perutku lapar bukan main!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Akan tetapi karena aku lelah, maka harus engkau yang mencarikan bumbu bumbu yang kubutuhkan, dan engkau Hong-ko, yang mencarikan dagingnya di hutan."
Kakek itu menjulurkan lidah dan menjilati bibirnya.
"Aih, perutku sudah lapar sekali. Bumbu apa yang kaubutuhkan" Ke mana aku harus mencarinya?"
"Siauw Koay, kenapa engkau begini bodoh" Mencari bumbu tentu saja di dusun, di bawah bukit sana itu. Aku butuh garam, gula, minyak goreng. Jahe, tepung dan kecap.
Nah, pergi carilah ke sana."
"Baik, enci Bwee aku cari bumbu" Suaranya masih bergema akan tetapi orangnya sudah lenyap, demikian cepatnya kakek itu bergerak pergi, seperti menghilang saja.
San Hong memandang kagum sekali.
"Dia..... dia sakti, hebat seperti dewa saja." katanya kagum. "Karena itu kita harus dapat memanfaatkannya, Koko. Engkau turuti sajalah siasatku, pasti dia akan menurunkan ilmu-ilmunya kepadamu. Nah, sekarang engkau pergi mencari binatang hutan."
"Apa" Kijang" Kelinci?"
"Jangan. Tangkap saja seekor dua ekor burung atau ayam hutan, yang kurus saja."
"Ehhh" Kenapa tidak memberikan masakan yang paling lezat" Kenapa hanya burung atau ayam kurus?"
"Sudahlah, kataku tadi, turuti saja siasatku. Seleranya harus dibangkitkan perlahan-lahan agar dia selalu menginginkan lebih! Cepat pergi lakukanlah permintaanku itu, Koko dan jangan banyak membantah."
Biarpun hutan itu hanya dekat, karena mereka pun sudah berada di tengah hutan di puncak dan hutan yang banyak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
binatangnya berada di lereng, dan menangkap dua ekor ayam hutan itu pun bukan pekerjaan sulit bagi San Hong, cukup dengan melemparkan dua buah batu kecil saja, namun ketika dia kembali ke puncak membawa dua ekor bangkai ayam hutan, kakek itu pun sudah kembali dengan membawa bumbu-bumbu yang di pesan Siang Bwee.
Padahal dusun itu letaknya di kaki bukit!
"Mana panci dan prabot dapur untuk masak, Siauw Koay?"
"Wah, bagaimana engkau ini, enci Bwee. Tadi engkau tidak memesan semua prabot itu!"
"Ih, Siauw Koay, bagaimana engkau begini bodoh"
Biarpun tidak kupesan, sepatutnya engkau tahu sendiri kebutuhan itu. Tanpa alat masak, bagaimana aku dapat memasakkan engkau" Ingat, siang hari ini aku akan memasakkan masakan Ca Burung Hong untukmu.
Pernahkah engkau merasakan masakan Ca Burung Hong?"
Kakek itu membelalakkan matanya dan kini tak dapat ditahan lagi, dan ujung bibir menetes air liur! "Ca Burung Hong" Waduh, enci Bwee, alangkah enaknya!"
"Sedap dan lezat, maka cepat kau cari prabot itu....."
belum habis Siang Bwee bicara, kakek itu sudah lenyap dari situ.
"Ah, Bwee moi, kenapa engkau bohong dan mempermainkan dia" Mana ada burung Hong" ini hanya ayam hutan....."
"Ssstt, tutup mulut dan bantu saja aku. Cepat kau cabuti semua bulu kedua ayam hutan itu, buang ususnya dan cuci di sumber air itu sampai bersih. Aku hendak mencari daun penyedap....." Gadis itu lalu berlari memasuki hutan. San Hong menggeleng kepalanya, namun dia percaya penuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan kecerdikan gadis itu. Gadis yang hebat, dia memuji dengan hati bangga. Dan amat mencintanya!. Dan juga amat dicintanya!
Siang Bwee bekerja dengan cekatan sekali. Daging kedua ayam hutan itu. dipotong-potong dengan cepat namun hati-hati, melintang sehingga serabut daging itu terpotong, kemudian diremasinya potongan daging itu dengan dua macam pucuk daun tertentu yang mendatangkan kesedapan yang khas. Daging itu bukan saja kini mempunyai aroma yang khas, akan tetapi juga warnanya menjadi putih kemerahan segar! Dan khasiat daun-daun itu bukan saja mendatangkan kesedapan aroma, akan tetapi juga dapat membuat daging itu menjadi lunak kalau dimasak.
Ketika kakek itu datang, membawa segala macam panci, senduk besar, mangkuk sumpit dan segala macam keperluan masak dan makan, San Hong sudah membuat api unggun yang besar, sesuai dengan permintaan Siang Bwee.
Gadis itu lalu memasukkan daging yang sudah dipotong-potong itu ke dalam panci memberinya bumbu dan air, dan mulailah ia memasak dengan sikap sungguh-sungguh, kadang menggigit bibir sendiri, dan gerakan tangannya amat cekatan. Panci itu ia tutup rapat dan api diperbesar sampai terdengar suara air mendidih. Ia membiarkan air mendidih sampai beberapa lamanya, barulah dibukanya penutup panci. Uap mengepul tebal dari dalam panci menyergap ke mana-mana, Juga ke hidung San Hong dan Lo Koay. Kakek iti mendengus-dengus dan kembali air liurnya menetes.
"Waaahhhhh, sedaaappp..... aduh, baru baunya saja sudah begini lezat. Hebat sekali! Daging burung Hong sungguhankah yang kaumasak itu, enci Bwee?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siang Bwee melirik girang dan tersenyum. "Tentu saja!
Kaukira apa" Ayam tetangga" Huh, aku tidak akan masak binatang sembarangan saja!"
Setelah masakan itu matang, Siang Bwee menurunkan pancinya dari atas api unggun dan belum juga dipersilakan, Lo Koay sudah mendahului, menggunakan senduk besar mengambil daging dan kuah ke dalam mangkoknya.
Kemudian, dengan lahapnya dia makan daging, menggunakan sumpit, kadang kadang menyelingi dengan meminum kuahnya dari bibir mangkok.
"Nyam-nyammm..... waduh enaknya! Lezatnya!
Dagingnya harum, sedap, gurih..... hemmm, dan kuahnya juga enak. Bukan main......!" Cepat sekali makannya hingga kalau Siang Bwee dan San Hong baru mengambil semangkok, kakek itu sudah mengambil lima kali mangkok penuh! Dan ketika dua orang muda itu mengambil untuk ke dua kalinya, isi panci sudah kosong!
"Aduh, enak..... enak.....! Enci Bwee, kau nebat. Ahli tari, ahli nyanyi, ahli masak! Uwah, kalau aku hidup dekat denganmu, setahun saja, tentu tubuhku akan menjadi gendut gemuk seperti babi. Heh-heh-heh. Sayang, tadi tidak ada nasinya. Tapi cukuplah..... wah, enaknya di mulut dan di perut!"
Siang Bwee tersenyum dan mengerling penuh arti kepada San Hong.
"Siauw Koay, aku sudah memenuhi janjiku tadi. Aku sudah menari untukmu, dan aku sudah memasak untukmu.
Akan tetapi karena aku lelah, seperti kukatakan tadi, apa yang kuberikan ini bukan apa-apa, belum ada artinya, belum ada seperseratus semua ilmuku menari dan memasak. Siauw Koay, apa yang kutarikan tadi biasa saja.
Coba kalau engkau melihat aku menarikan tarian-tarian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rakyat dari suku-suku di empat penjuru. Dan tentang masakan" Hemmm, kalau saja engkau dapat merasakan masakanku yang istimewa, ribuan macam banyaknya.
Pernahkah engkau makan sop lidah harimau" Bestik kaki biruang" Atau masakan Ca Jamur Telinga Harimau dicampur hati naga" Atau panggang anak singa" Masih banyak lagi...."
Sepasang mata kakek itu terbelalak lebar. Selama hidupnya yang sudah enam puluh tahun lebih itu, belum pernah dia mendengar nama-nama masakan seperti itu, jangankan merasakannya. Lidahnya sudah bergoyang mendengarnya dan mulutnya basah air liur. Dia hanya menggeleng kepala dan sampai lama tak mampu mengeluarkan suara. Matanya membayangkan tarian-tarian indah seperti tarian bidadari kahyangan, dan mulutnya merasakan semua masakan istimewa itu.
"Aduh, enci Bwee yang baik. Kasihanilah aku, perlihatkanlah semua tarian itu dan beri aku masakan yang istimewa itu. Jangan kau siksa aku, Enci."
"Enaknya! Engkau mau enak sendiri saja, ya" Aku yang disuruh susah payah, dan engkau yang enak-enak nonton dan makan!"
"Habis, aku disuruh apa" Katakanlah, enci yang baik.
Disuruh apa pun aku mau asal engkau suka menari dan memasak untukku."
"Hemmm, engkau punya apa untuk diberikan kepadaku sebagai imbalannya?"
Kakek itu memandang bingung. "Punya apa" Aku tidak punya apa-apa, aku seorang yang miskin. Apa yang bisa kuberikan kepadamu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Banyak yang dapat kauberikan, asal engkau tidak kikir dan tidak mau enak sendiri. Aku memberi hiburan tarian dan makanan lezat yang hanya pantas dinikmati para raja, maka sudah sepatutnya kalau engkau pun memberikan apa yang kaumiliki kepadaku."
"Yang kumiliki" Aku hanya punya tongkat butut, pakaian butut, apa lagi.. "
"Siauw Koay, begitu bodohkah engkau" Engkau memiliki banyak macam ilmu silat. Nah, kauberikan ilmu-ilmumu yang paling tinggi, dan aku akan memberikan tarianku yang paling indah membuat masakan yang paling lezat. Setiap kali aku menari dan memasak engkau menukarnya dengan satu jurus ilmu silatmu yang paling ampuh. Bagaimana" "
Lo Koay mengangguk-angguk. "Bagus bagus, aku mau!
Tarian dan nyanyianmu dapat kunikmati, juga masakanmu.
Akan tetapi untuk apa ilmu-ilmu itu bagimu! Hanya merepotkan saja!"
"Biarlah, Siauw Koay. Aku memang orangnya suka repot. Pula, yang melatih ilmu-ilmu darimu itu bukan aku, melainkan Hong-ko. Setiap kali engkau membayar dengan ilmu-ilmu itu, agar kau berikan kepada Hong-koko untuk di latih."
"Ehhh" Engkau yang menari dan memasak, kenapa harus Hong-ko yang menerima upahnya?"
"Karena dia itu masih cucu muridmu hingga lebih berhak mempelajari ilmumu, karena aku dilarang oleh ayahku mempelajari ilmu silat orang lain....."
"Uwah! Jangan sebut-sebut dia cucu muridku. Cucu murid atau buyut murid, tidak ada hubungannya dengan penukaran ilmu ini. Ilmu menari dan memasak di tukar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ilmu silat. Dan tentang ayahmu yang melarang engkau menerima ilmu itu, akan kutangkap dia, kutelungkupkan di atas kedua pahaku, dan akan kuhajar pinggulnya sampai matang biru dan bengkak sehingga seminggu lamanya dia tidak dapat duduk!"
Akan tetapi mendengar ini, Siang Bwee tidak tertawa, bahkan ia cemberut. "Kalau kau tidak mau mengajarkan ilmu silatmu kepada Hong-ko, aku pun tidak sudi menari dan memasak untukmu, Siauw Koay. Dia lebih berbakat daripada aku. Apa engkau ingin keadaannya diputar balik, Hong-koko yang menari dan memasak untukmu, dan upah ilmu silat itu kauberikan kepadaku?"
Kakek Itu terbelalak dan dia memandang kepada San Hong sambil menggeleng geleng kepala. "Apa" Paling-paling hanya bisa goyang pinggul seperti Pak Ong dan suaranya tentu sumbang, tentang masakan, jangan-jangan yang disuguhkan masakan yang angus dan hambar. Uh, aku tidak mau diputar balik!
"Jadi engkau menerima syaratku?"
"Nanti dulu. Enci Bwee, engkau yang bersusah payah, kenapa harus Hong-ko yang menerima upahnya?" tanya pula kakek itu, penasaran.
Mendengar pertanyaan ini, dengan wajah berubah kemerahan Siang Bwe memandang kepada kakek itu dan mengerling ke arah San Hong, lalu membuat pengakuan lantang, "Karena aku cinta padanya, Siauw Koay."
"Ehhh" Ohhh" Cinta" Kalau begitu kalian akan menjadi suami isteri" "
Siang Bwee mengangguk. "Akan tetapi dia harus mampu mengalahkan murid murid para datuk besar dulu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kakek itu tertawa terkekeh-kekeh. "Heh-heh heh, kalau mempelajari ilmuku, jangankan murid para datuk besar, biar para datuk itu sendiri akan dapat dikalahkan Hong-ko.
Baik, aku terima syaratmu. Kau menari dan memasak untukku, dan aku mengajarkan ilmu kepada Hong-kokomu itu!"
Kembali gadis yang cerdik itu berhasil dan sekali ini, kegirangan hatinya tidak disembunyikan. Ia bersorak lalu langsung saja ia menari-nari di depan Siauw Koay yang menjadi gembira sekali, bertepuk-tepuk tangan membuat irama. Demikianlah, mulai hari itu, mereka bertiga tinggal di puncak bukit dan setiap hari Siang Bwee menari dan memasak untuk Lo Koay, dan sebagai upahnya, San Hong menerima pelajaran ilmu ilmu silat yang tinggi dan aneh dari Lo Koay.
-0~DewiKZ~BudiS~0oTiong Sin nampak uring-uringan, akan tetapi karena Kui Lan membalapkan kudanya sejak tadi, dia pun tidak sempat bicara, hanya menahan perasaan kecewa dan dongkolnya di dalam hati. Setelah mereka menghentikan kuda mereka di luar. sebuah hutan untuk membiarkan binatang tunggangan mereka beristirahat, barulah dia memperoleh kesempatan untuk melontarkan kedongkolan hatinya melalui mulut.
"Sumoi, sungguh aku tidak mengerti akan sikapmu.
Kenapa engkau membiarkan saja mereka itu pergi" Mereka telah menghina kita dan mereka itu layak dibunuh"
Kui Lan menggeleng kepalanya. "Aku pun tidak suka kepada puteri Nam Tok yang sombong itu, Suheng. Betapa inginku membunuhnya! Akan tetapi, kita harus memegang teguh janji antara ayahku dan para datuk besar lainnya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Janji akan mengadakan pertemuan dan pertandingan di puncak Thay-san itu Sumoi" Ihhh, apa artinya sebuah janji.
Justeru kalau kita membunuh mereka sekarang, nanti pada saat pertemuan lawan kita berkurang dan tidak begitu berat lagi!"
Kui Lan melompat seperti dipagut ular dan sepasang matanya mencorong penuh kemarahan.
"Suheng!" suaranya membentak marah. "Jangan engkau sekali-kali mengeluarkan ucapan seperti itu lagi! Kau tahu, andaikata ucapanmu tadi terdengar ayah, jangan harap engkau masih dapat hidup. Engkau akan dibunuhnya seperti aku akan membunuhmu kalau engkau berkata seperti itu lagi di depanku!"
Tentu saja Tiong Sin menjadi terkejut bukan .main sehingga wajahnya berubah pucat. "Eh, apa..... apa salahku, Sumoi?"
"Apa salahmu" Ucapanmu tadi! Ketahuilah bahwa kami adalah orang-orang yang mempertaruhkan kehormatan lebih tinggi daripada nyawa. Janji merupakan ikatan kehormatan dan sekali kami berjanji, sampai mati pun akan kami pegang teguh! Sudahlah, mari kita lanjutkan perjalanan kita."
Tiong Sin tidak berani banyak bicara lagi. Memang dia telah berhasil memikat hati Kui Lan, bahkan telah berhasil memiliki tubuh gadis itu berkat pengaruh Pedang Asmara.
Akan tetapi dia tahu bahwa gadis ini dan ayahnya adalah orang orang yang aneh. Sudah jelas Pak Ong merupakan seorang di antara empat datuk besar, seperti raja golongan sesat akan tetapi puterinya masih bicara tentang kehormatan dan memegang janji seperti itu! Sungguh dia tidak mengerti.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka melanjutkan perjalanan dengan cepat dan akhirnya tibalah mereka di tempat yang mereka tuju, yaitu Pegunungan Butai-san di Propinsi Shansi sebelah timur laut. Kui Lan yang pernah berkunjung ke tempat itu menjadi penunjuk jalan. Setelah tiba di lereng yang terjal, Kui Lan menyuruh Tiong Sin menambatkan kuda mereka di sebatang pohon, dan mengajak suhengnya melanjutkan perjalanan ke puncak dengan jalan kaki.
"Kenapa harus jalan kaki, Sumoi. Kulihat jalannya masih cukup lebar dan dapat dilalui dengan menunggang kuda."
"Engkau belum mengenal siapa bibi guru kita itu, Suheng." kata. Kui Lan sambil tersenyum manis, "la adalah seorang ahli ilmu silat beracun yang paling hebat di dunia ini! Siapapun yang belum mengenal tempat ini, jangan harap akan mampu naik ke puncak. Dia akan mati keracunan sebelum tiba di puncak. Apalagi berkuda!


Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berjalan kaki pun berbahaya sekali. Kautahu, di setiap tempat sepanjang pendakian ke puncak, terkandung jebakan dan racun yang akan mematikan tiap orang tamu, betapapun lihainya, kalau dia belum mengenal rahasia jalan pendakian itu. Karena itu, engkau baik-baik berjalan di belakangku, dan langkahmu harus selalu tepat menginjak jejak kakiku."
Tiong Sin bergidik. Demikian lihainya bibi guru yang akan mereka kunjungi itu. lebih menyeramkan daripada Pak Ong sendiri! Dia tidak berani banyak cakap lagi, lalu mengikuti jejak Kui Lan, mulai mendaki bukit yang nampak sunyi itu. Dan cara Kui Lan mendaki memang aneh. Ada jalan lurus, gadis itu memilih jalan memutar-mutar, kadang-kadang mengelilingi sebatang pohon besar!
Ia membaca tanda-tanda yang hanya dapat dibaca oleh mereka yang sudah mengenal rahasia tempat itu. Sekali saja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
salah langkah menginjak alat rahasia, maka dia akan terperangkap dan diserang bermacam senjata beracun yang amat berbahaya!
Ketika mereka tiba di puncak, Kui Lan berhenti di luar pagar pekarangan di depan sebuah bangunan putih yang besar. Nampak sunyi saja di pekarangan yang dihias bermacam pohon dan bunga itu. Kemudian, Kui Lan mengerahkan tenaga khi-kang dari dalam perutnya, dan suaranya menggetar melayang ke arah rumah putih itu.
"Su-kouw (Bibi Guru)..... keponakanmu Ji Kui Lan datang mohon menghadap.....! "
Suara yang tinggi nyaring itu bergema di empat penjuru.
Setelah gema suara itu menghilang, suasana menjadi sunyi sekali, sunyi menegangkan. Tak lama kemudian pintu depan rumah putih besar itu terbuka dari dalam dan nampak dua orang wanita membuka dan menggelar gulungan babut merah dari pintu itu menuju keluar.
Gulungan babut yang lebarnya hanya satu meter itu ternyata panjang sekali dan setelah gulungan itu habis digelar, ujungnya tiba di depan kaki liong sin dan Kui Lan"
Dua orang wanita itu itu berdiri di kedua sisi, di luar pintu pagar, membungkuk dan seorang di antara mereka berkata.
"Silakan masuk, Siocia dan Kongcu (Nona dan Tuan Muda)!"
Dengan lagak angkuh Kui Lan mengangguk lalu melangkah ke dalam pekarangan melalui atas babut merah yang digelar itu. Tiong Sin selangkah di sampingnya.
"Bukan main, suatu kehormatan besar." bisik Tiong Sin ketika mereka melangkah menuju ke pintu depan rumah besar putih itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kehormatan basar apanya?" jawab Kui Lan. "Di atas babut inilah satu-satunya jalan masuk. Tanpa babut, sebelum tiba di pintu itu engkau akan roboh tak bernyawa.
Jalan ini penuh racun!"
Wajah Tiong Sin berubah dan dia bergidik. Sungguh berbahaya bagi seorang asing, atau lawan yang mencoba-coba untuk mengganggu pemilik rumah ini, pikirnya.
Setibanya di pintu, mereka disambut seorang pelayan wanita lagi, yang usianya kurang lebih empat puluh tahun dan nampak gesit dan kuat.
"Selamat datang, Ji Siocia (Nona Ji)". kata pelayan itu ramah. "Toanio (Nyonya Besar) menunggu Ji-wi (Kalian) di ruang tamu. Silakan."
Mereka lalu memasuki rumah itu tak lama kemudian mereka tiba di sebuah ruangan tamu yang amat luas dan indah, penuh dengan lukisan dan tulisan yang tergantung di dinding putih. Ketika Tiong Sin memandang ke dalam, menjadi semakin kagum. Ruangan itu demikian luasnya sehingga selain dapat menjadi tempat duduk atau ruangan tamu yang berhawa sejuk, juga dapat pula orang bermain atau berlatih silat dengan enaknya di situ, karena lantainya ditilami permadani berwarna merah muda yang tebal. Di sebelah kiri terdapat jendela jendela berbentuk bulat, dan dari jendela itu orang dapat melihat bunga-bunga taman yang sedang mekar dengan indahnya. Sebuan kolam ikan dengan air mancur, selain mendatangkan kesejukan dan penglihatan yang indah, juga mengeluarkan bunyi air gemercik yang mengasyikkan pendengaran.
Jodoh Rajawali 13 Elang Terbang Di Dataran Luas Karya Tjan Id Kisah Pedang Bersatu Padu 9

Cari Blog Ini