Ceritasilat Novel Online

Pedang Asmara 6

Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Bagian 6


'Twako yang baik, sebetulnya, akulah yang patut ditertawakan. Akulah yang sungguh tolol....."
"Ah, tidak, Siauw moi..... " Dia cepat berkata, girang bahwa dia tidak keliru menyebut siauw-te (adik laki-laki) melainkan siauw-moi (adik perempuan), "tidak sama sekali!
Engkau adalah seorang gadis yang amat hebat, amat cerdik, dan juga memiliki kepandaian yang amat tinggi!"
"Huh, kepandaian tinggi akan tetapi kalah dan hampir mampus oleh seorang di antara Koay-to Heng-te"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Menggelikan! Aku begitu tolol sehingga mataku sepertl buta. Aku selalu berprasangka buruk dan salah menilai seseorang. Ketika berjumpa denganmu, aku sudah salah menyangka....."
"Jangan kau merendahkan diri, Siauw moi! Begitu bertemu, engkau dengan tepat sekali dapat menduga bahwa aku telah merampas emas dan perak dan gerombolan perampok!"
"Akan tetapi aku memandang rendah kepadamu! Aku mengira engkau hanya memiliki kepandaian silat rendahan saja!" Wajah yang manis itu tersipu dan berubah kemerahan.
"Akan tetapi engkau gagah perkasa sekali, Slauw-moi.
Engkau bahkan melindungi aku ketika sepasang orang kembar yang lihai itu muncul!" Cepat sekali San Hong menghibur dan memuji.
Wajah itu semakin merah karena seperti diingatkan akan ketololannya. "Ya, aku memang tolol! Aku berlagak melindungi engkau, padahal akhirnya engkau yang menyelamatkan aku dan mengusir Koay-to Heng-te itu!
Sungguh patut di pukul aku ini. Engkau yang kupandang rendah kiranya malah murid dua orang di antara Thian-san Ngo-sian!"
"Mereka berlima itu adalah guruku, siauw-moi." kata San Hong tanpa, maksud membanggakan diri.
"Aihhh....! Pantas engkau hebat!" Gadis itu berhenti sebentar, lalu disambungnya dengan suara perlahan dan pandang mata jauh, "Engkau murid lima orang kakek sakti yang berjiwa pendekar....."
"Harap jangan terlalu memuji. Engkau sudah mengetahui semua tentang diriku, namaku, dusunku dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
juga nama-nama guruku. Akan tetapi aku sama sekali tidak tahu siapa engkau. Maukah engkau menceritakan namamu dan riwayatmu kepadaku?"
"Namaku Siang Bwee, Ang Siang Bwee." jawab gadis itu pendek saja.
"Nama yang bagus sekali! Bunga Bwee memang indah, apalagi Siang Bwee yang berarti Bunga Bwee Harum, dan she mu Ang yang dapat diartikan merah. Jadi engkau adalah Bunga Bwee Merah Yang Harum!"
"Kau merayu! Hi-hi-hik, kiranya Hong-ko yang ketololan pandai pula merayu seorang gadis dan memujl-mujinya!"
Gadis itu menutupi mulutnya ketika tertawa, hal yang disesalkan San Hong karena kalau mulut itu tidak ditutupi akan nampak segala keindahan itu. Bibir merah basah merekah, gigi putih berderet rapi, rongga mulut kemerahan dan lidah yang merah jambu, lesung pipit di kanan kiri pipi!
"Aku tidak merayu, Bwee-moi (adik Bwee), melainkan bicara sejujurnya. Akan tetapi engkau belum menceritakan riwayatmu, siapa orang tuamu, gurumu, tempat tinggalmu....."
Gadis itu menghentikan tawanya dan wajah yang tadinya berseri gembira itu kini nampak murung! San Hong merasa heran bukan main. Kalau gadis ini menjadi seorang pemain panggung sandiwara, tentu akan hebat sekali.
Demikian pandainya mengubah wajah, dari gembira menjadi termenung, begitu cepat berubah seperti cuaca di musim hujan. "Ayahku, juga guruku, namanya Ang Leng Ki, akan tetapi lebih dikenal dengan julukannya, Nam-san Tok-ong atau Nam Tok saja."
Mendengar disebutnya Nam Tok, San Hong melompat berdiri seperti diserang ular berbisa! Matanya terbelalak dan wajahnya pucat dia memandang Siang Bwee seperti melihat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
iblis di tengah hari. "Nam Tok....." Nam Tok si pembunuh keparat itu?" katanya, suaranya mengandung kemarahan dan kebencian.
Melihat sikap dan mendengar ucapan ini, Siang Bwee juga melompat berdiri dan mukanya merah, matanya mencorong marah memandang wajah San Hong. "Apa kau bilang" engkau berani..... berani mencaci ayahku?"
"Ayahmu atau bukan, Nam Tok adalah seorang pembunuh kejam, seorang penjahat besar dan aku akan membunuhnya!" Dada yang bidang itu naik turun seperti ada gelombang di dalamnya. "Nam Tok seorang pengecut besar!"
"Tutup mulutmu!" Siang Bwee membentak, "Ayahku boleh jadi kejam, akan tetapi dia sama sekali bukan pengecut!"
San Hong tersenyum pahit. "Bukan pengecut, ya" Dia membunuhi orang sekampung, termasuk ayah ibuku, orang-orang yang tidak berdaya. Apakah itu bukan perbuatan hina dan pengecut?"
"Bohong!!" Gadis itu sampai lama terbelalak. Saking terkejut, heran dan marahnya, sukar baginya untuk bicara.
"Ayahku tidak mungkin melakukan hal sekeji dan serendah itu. Orang-orang yang mati di tangan ayahku memang banyak, akan tetapi matinya dalam pertandingan yang adil.
Ayahku seorang tokoh besar, paling besar di seluruh daerah selatan! Takkan membunuh orang yang tidak patut menjadi lawannya."
"Tidak perlu kau membelanya. Orang-orang dusun yang sempat melarikan diri semua menjadi saksi bahwa pembunuh orang sedusun itu adalah Nam Tok!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siang Bwee adalah seorang gadis aneh dan satu di antara watak anehnya yang diwarisi dari ayahnya adalah kekerasan hati yang membaja. Biarpun ia yakin bahwa ayahnya bukan pelaku pembunuhan itu, namun ia yang sudah menjadi marah kali, sekarang menghadapi San Hong dengan sikap angkuh.
"Hemmm, kalau engkau nekat menganggap ayah sebagai pembunuh orang tuamu dan orang-orang dusun, lalu kau mau apa" Aku adalah puterinya, anak tunggalnya! Nah, apakah engkau mau membunuh aku?"
"Tidak, sama sekali tidak" jawab San Hong dengan suara terkejut. "Yang bersalah adalah Nam. Tok, bukan engkau."
"Akan tetapi dia adalah ayahku! Setidaknya engkau tentu benci padaku, bukan?"
'Tidak, Bwee-moi, aku tidak, benci padamu. Aku juga tidak benci ayahmu, hanya aku harus membunuh Nam Tok yang telah membunuh orang tuaku dan orang-orang dusun yang tidak berdosa itu."
Sikap Siang Bwee melunak mendengar bahwa pemuda yang dikaguminya itu tidak membencinya dan tidak membenci pula ayahnya. "Hong-ko, janganlah engkau diracuni dendam. Aku yakin bahwa yang membunuh mereka itu bukan ayahku. Hong-ko, kita adalah sahabat bukan. Berjanjilah bahwa engkau tidak akan membunuh ayahku dan bersamaku akan menyelidiki siapa pembunuh yang sebenarnya."
"Tidak, Bwee-moi. Aku sudah merasa yakin karena banyak saksinya. Nam Tok pembunuhnya dan aku harus membunuh Nam Tok!"
"Tapi ia ayahku. Aku minta kepadamu, Hong-ko, dengan segala hormat aku minta padamu....." Dan gadis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aneh ini kini bersoja memberi hormat sambil membungkukkan tubuh merangkap kedua tangan di dada kepada San Hong. Hati pemuda ini terharu dan dia merasa kasihan kepada gadis itu, akan tetapi meugingat akan kematian banyak orang di dusunnya dia mengeraskan hatinya.
"Tidak, Bwee-moi. Terpaksa aku tidak dapat memenuhi permintaanmu itu. Maafkan aku."
Sikap gadis itu berubah. Ia berdiri tegak, menegakkan kepala dan membusungkan dadanya. "Bagus sekali! Kwee San Hong, jangan mengira bahwa aku harus merengek dan minta-minta padamu. Kalau engkau berkeras hendak membunuh ayahku, aku sebagai puterinya harus membelanya!" Dan ia pun sudah menyambar sebatang tongkat dari atas tanah. Mengingat betapa lihainya gadis ini dengan permainan tongkatnya, San Hong juga mencabut pedang pusakanya yang nengeluarkan sinar kilat. Melihat ini, Siang Bwee terbelalak. "Kau hendak membunuhku dengan pedangmu itu?"
"Tidak, aku hanya akan membela diri. Aku tidak akan membunuhmu, yang akan kubunuh hanyalah Nam Tok."
"Keparat!. Engkau harus membunuh aku dulu sebelum dapat membunuh ayahku!" teriak gadis itu yang cepat menyerang dengan tongkatnya yang gerakannya aneh itu.
San Hong cepat mengelak dan ketika tongkat itu dengan cepatnya terus menyambar, terpaksa dia menangkis dengan pedangnya. Siang Bwee sudah menarik kembali tongkatnya dan menyerang dari sudut lain. Bertubi-tubi gadis itu menyerang, namun selalu dapat dielakkan atau ditangkis oleh San Hong. Seteia lewat tiga puluh jurus, San Hong maklum bahwa gadis ini tidak mungkin dapat dihentikan penyerangannya yang nekad kalau tidak dirusak tongkatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiba-tiba, ketika tongkat itu menusuk ke arah perutnya, San Hong mengeluarkan bentakan nyaring, pedangnya berubah menjadi sinar kilat menyambar dari atas ke bawah.
"Trakkk!" Tongkat di tangan gadis itu patah menjadi dua potong! Siang Bwee terbelalak, menjadi makin marah.
Dibuangnya dua batang tongkat itu dan iapun menyambar sebatang tongkat lain dari atas tanah, lalu menyerang lebih ganas. Namun, tongkat ini pun dalam beberapa jurus saja telah terbabat patah. Ia berganti tongkat sampai empat kali, akan tetapi setiap kali berganti tongkat, senjata ini terpotong oleh sinar pedang kilat. Dengan gemas ia melemparkan tongkatnya dan menyerang pemuda itu dengan tangan kosong! Tentu saja ini merupakan perbuatan nekat.
Menggunakan tongkatnya yang dapat dimainkannya dengan hebat saja ia tidak mampu menang apalagi tanpa tongkat.
"Bwee-moi, aku tidak mau bermusuhan denganmu!"
berkali-kali San Hong berseru, akan tetapi gadis itu tidak peduli dan terus menyerang dengan pukulan, cengkeraman atau tendangan. San Hong menyimpan pedangnya dan melayani gadis itu dengan tangan kosong, Siang Bwee bukanlah lawan San Hong. Semua serangannya dapat dielakkan atau ditangkis oleh pemuda itu dan setiap kali lengan mereka bertemu, atau kaki gadis itu bertemu dengan lengan San Hong, gadis itu merasa betapa lengan atau kakinya nyeri sekali, seolah-olah tulang lengan dan tulang kakinya bertemu dengan baja dan mau patah rasanya. Akan tetapi, biarpun kadang-kadang Siang Bwee mengeluh dan merintih, meringis kesakitan, ia tetap nekat menyerang terus! San Hong merasa kasihan sekali, apalagi melihat betapa kedua lengan dan kaki gadis ttu sudah bengkak-bengkak!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sudahlah, Bwee-moi, untuk apa dilanjutkan" Aku tidak ingin bermusuhan denganmu."
"Engkau tidak ingin bermusuhan dengan aku, akan tetapi aku ingin bermusuhan denganmu karena engkau memusuhi ayahku!" Dan ia pun menyerang lagi sekuatnya.
Melihat kenekatan gadis itu, San Hong merasa bingung.
Tiba-tiba dia mendorong tubuh gadis itu sehingga Siang Bwee terhuyung ke samping dan ketika gadis itu dapat berdiri tegak lagi, ia melihat pemuda itu telah menyambar buntalan pakaiannya dan melarikan diri dengan cepat, beberapa kali berkelebat saja pemuda itu sudah lenyap tak nampak lagi bayangannya!
Siang Bwee berdiri mengepal tinju, hendak mengejar, akan tetapi kedua kakinya terasa nyeri bukan main, juga kedua lengannya berdenyut-denyut nyeri, panas dan perih dan ngilu. Hatinya merasa mendongkol, marah, menyesal, juga sedih dan akhirnya dara ini menjatuhkan dirinya di atas tanah, meraih buntalan pakaiannya dan mengeluarkan beberapa bungkus obat.
Mula-mula diambilnya obat bubuk berwarna merah, dibukanya bajunya dan digosoknya bekas pukulan Ang see-ciang yang masih kemerahan dengan obat bubuk itu.
Kemudian ditelannya dua butir pil hitam bulat kecil seperti kotoran kambing, diminumnya bersama air teh yang masih tersisa bekas ia makan bersama San Hong tadi. Kemudian diambilnya sebuah botol terisi minyak dan ia menggosok-gosok kedua lengan dan kakinya bergantian setelah menggulung lengan baju dan kaki celananya. Ia menggosok sambil merintih perlahan karena kaki tangannya terasa nyeri semua, dan ketika ia menggosok-gosok, ia pun teringat akan San Hong, teringat akan kebaikan pemuda itu, teringat betapa tadi makan bersama, betapa pemuda itu berlutut kepadanya untuk minta maaf agar ia tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membunuh diri. Begitu mesra, begitu manis, kemudian betapa mereka menjadi musuh, saling serang dan pemuda itu bermaksud untuk membunuh ayahnya! Sambil menggosok kakinya yang bengkak-bengkak, tak terasa lagi Siang Bwee menangis! Tidak menangis sesenggukan, melainkan air matanya mengalir turun membasahi kedua pipinya. Ia terkejut sendiri ketika air mata itu mengalir turun ke dagu, kemudian jatuh menetes ke atas punggung tangannya. Ia bukan seorang gadis cengeng! Sama sekali bukan! Ia membenci kecengengan dan kelemahan, maka seringkah ia menyamar pria. Akan tetapi sekali ini menangis! Ia mengusap kedua mata dengan punggung tangannya. Akan tetapi air mata itu mengalir terus, butir demi butir, tak tertahankan lagi.
Segala sesuatu yang terasa oleh pancaindera memang tidak kekal adanya! Termasuk pula segala macam nafsunya menimbulkan senang susah silih berganti. Nafsu mendatangkan kesenangan dan kepuasan di saat ini untuk diganti oleh kesusahan dan kekecewaan di saat lain. Hari ini mencinta, besok pagi sudah membenci. Hari ini tertawa, besok pagi menangis. Kita menjadi permainan kembar yang selalu memperebutkan kita untuk dikuasainya, si kembar yang muncul silih berganti, yang ditimbulkan oleh ulah si aku yang selalu mengejar kesenangan dan menjauhi ketidaksenangan. Si-aku yang selalu tidak puas dengan kenyataan yang ada, melainkan selalu mengejar bayangan-bayangan yang menjanjikan sesuatu yang lebih menyenangkan. Mungkinkah kita manusia ini ingat kembali ke pada Sang Maha Pencipta, mengesampingkan, biarpun sebentar, segala keremehan duniawi dan teringat kepada Tuhan, kembali kepada Tuhan karena hanya Tuhanlah yang akan mampu mengangkat kita dari cengkeraman si kembar suka dan duka" Titik api yang berada di dalam diri ini begitu rindu kepada Pusat Api, tetes api yang berada di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalam diri ini begitu rindu kepada Samudera, namun apa daya titik api yang terkurung di dalam lampu, apa daya tetes air yang terkurung di dalam kendi" Titik api takkan nampak bagai titik api lagi kalau sudah bersatu dengan Nyala Api, tetes air pun tidak akan nampak sebagai tetes air lagi kalau sudah bersatu dengan Samudera.
"Engkau kejam..... ohhh, betapa kejamnya engkau....."
Siang Bwee mengeluh sambil menggosok-gosok lengan kirinya yang matang biru dan agak bengkak bengkak itu. Ia tidak tahu bahwa sejak tadi sepasang mata memandang kepadanya dari balik sebatang pohon dan ketika sepasang mata itu melihat betapa ia menitikkan air mata, menggosok-gosok kaki tangan sambil merintih dan mengadu kemudian membisikkan kata-kata terakhir itu, sepasang mata yang mengintai itupun menjadi basah. Pemilik mata yang basah itu lalu keluar dari balik pohon menghampiri Siang Bwee lalu menjatuhkan diri berlutut menghadap ke arah gadis itu dalam jarak tiga empat meter.
"Bwee-moi, maafkan aku, Bwee-moi Sungguh mati bukan maksudku untuk menyakiti badanmu atau hatimu.
Kalau engkau menganggap aku kejam, nah inilah aku, silakan apa yang hendak kau lakukan, aku siap menerima hukuman yang akan kaujatuhkan kepadaku."
Siang Bwee terkejut melihat munculnya San Hong yang sedang memenuhi pikirannya, ia cepat menurunkan gulungan celana dan baju, meloncat berdiri dan menghapus air matanya. Ia terkejut, dan dan juga kemarahan yang tadi berubah menjadi kedukaan mulai bangkit kembali.
''Mau apa kau..... datang kembali?" Suara Siang Bwee penuh kemarahan, akan tetapi masih mengandung isak tangis. ''Apa hanya ingin menghina aku karena tidak mampu menandingimu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sama sekali tidak, Bwee-moi. Aku rasa menyesal sekali bahwa tadi kita telah berkelahi. Ah, bukankah kita telah menjadi sahabat baik" Aku menyesal tadi telah melawanmu. Maka, aku kembali untuk menyatakan penyesalanku dan minta maaf. Kalau engkau masih membenciku, dan hendak membunuhku, silakan, aku tidak akan melawan lagi."
Aneh sekali. Setelah pemuda itu datang dan menyerah, bahkan tidak akan melawan kalau dibunuh, air mata semakin deras mengucur dari sepasang mata gadis yang berpakaian pria itu. Ia merasa betapa kedua kakinya lemas dan iapun menjatuhkan diri duduk di atas tanah. Keduanya saling berpandangan dengan sinar mata sayu dan wajah muram.
"Hong-ko, berjanjilah bahwa engkau tidak akan memusuhi ayahku. Berjanjilah dan aku mau berlutut di depan kakimu untuk minta maaf....." katanya dengan lirih.
Hati San Hong seperti ditusuk-tusuk rasanya oleh perasaan haru. Gadis ini, yang demikian keras hati demikian congkak, kini demikian lembut dan lemah. Hampir saja dia menyanggupi akan tetapi bayangan ayah ibunya yang terbunuh, puluhan penduduk dusun yang tidak berdosa, menjadi korban kekejami Nam Tok, dia menggelengkan kepala keras-keras.
"Tidak, Bwee-moi, kalau itu tidak. Aku harus membunuh Nam Tok!" ucapan ini keras karena San Hong mengeraskan hatinya agar tidak runtuh oleh keharuan
"Kalau engkau membenciku dan hendak membunuhku, silakan, akan tetapi tidak mungkin aku berjanji agar tidak membunuh Nam Tok!"
Siang Bwee merasa demikian berduka hingga ia tidak lagi dapat menahan isak tangisnya. Pada saat itu, terdengar suara bergema, terdengar dari jarak jauh akan tetapi kataTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
katanya jelas dan satu-satu, "Siang Bwee.....! Engkaukah itu....." Kenapa kau menangis.....?",
Mendengar ini, Siang Bwee meloncat, wajahnya pucat, matanya terbelalak dan iapun cepat meloncat mendekati San Hong, mengguncang pundak pemuda itu dan berkata,
"Cepat! Hong-koko, cepat kau pergilah dari sini!
Bersembunyilah, cepat! Ayahku datang.....!"
Mendengar ini, San Hong Juga bangkit berdiri dan dia berkata, "Adik Bwee yang baik. Justeru aku sedang mencari ayahmu. Kalau dia datang, itu baik sekali agar urusan antara dia dan aku segera dapat diselesaikan!"
"Tidak! Engkau tidak akan menang! engkau akan tewas di tangannya, ehhh, engkau tidak tahu. Ayahku sakti, engkau bukan tandingannya!"
"Kalau aku gagal dan tewas di tangannya, aku tidak akan merasa penasaran atau menyesal."
Siang Bwee hendak membujuk lagi, akan tetapi pada saat itu terdengar lagi suara ayahnya, kini dekat sekali, "A-bwee.....!" Maka ia pun mundur, menjauhkan diri dari San Hong, dan wajahnya semakin pucat.
Orang yang muncul itu memang hebat. Begitu ada angin menyambar, nampak bayangan merah berkelebat dan dia sudah berdiri di situ! Seorang pria berusia kurang lebih enam puluh tahun. Tubuhnya tinggi besar dan gagah perkasa bajunya putih bersih, ikat pinggangnya berupa sabuk emas murni. Jubahnya merah darah, tangan kanannya memegang sebatang tongkat setinggi pundak dani kedua ujung tongkat itu dilapisi emas, gagangnya berukir kepala naga. Sepatunya baru dan mengkilap, rambutnya dihias dengan perhiasan berbentuk naga dari emas melingkari mustika batu giok. Seorang kakek yang kelihatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebagai seorang hartawan yang kaya raya, sekaligus seperti seorang yang amat gagah perkasa'
"Heiii, Siang Bwee, engkau sungguh membikin kesal ayahmu. Aku rindu padamu dan engkau tidak pulang-pulang. Bagaimana hasilnya engkau mencari calon suami"
Wah, engkau menangis tadi. Ada apakah" Siapa yang berani mengganggumu" Dan aku tadi mendengar ada orang hendak membunuh Nam Tok" Siapakah orangnya hendak membunuh Nam Tok?"
"Akulah orang itu! Aku yang hendak membunuh Nam Tok!"
Mendengar ucapan itu, Nam-san Tok-ong Ang Leng Ki atau lebih populer Nam Tok membalikkan tubuh ke kanan, menghadapi pemuda yang begitu berani mengatakan bahwa dia hendak membunuh Nam Tok. Melihat bahwa yang mengeluarkan ucapan itu hanya seorang pemuda yang usianya hanya kurang lebih dua puluh tahun, Nam Tok menjadi demikian herannya sehingga dia hanya memandang saja dengan matanya yang mencorong. Kalau yang mengeluarkan ucapan itu seorang tokoh dunia persilatan yang terkenal dan memiliki kedudukan tinggi, dia tidak akan merasa heran walaupun kiranya hanya dapat dihitung dengan jari tangan saja orang-orang yang berani mengeluarkan pernyataan hendak membunuhnya!
"Engkau" Hendak membunuh Nam Tok?" akhirnya dia bertanya.
Dengan sikap gagah San Hong maju menghampiri.
"Benar, aku hendak membunuh Nam Tok! Apakah Paman yang berjuluk Nam Tok" "
Hampir saja Nam Tok tertawa karena geli. Selama ini, dia ditakuti orang, dihormati orang secara berlebihan. Akan tetapi hari ini, di dalam hutan dan di depan puterinya pula,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ada orang yang bersikap sederhana dan biasa saja kepadanya seolah-olah dia hanya seorang kakek petani biasa, bahkan orang itu mengatakan hendak
membunuhnya! Lebih hebat lagi, orang itu hanya seorang pemuda yang menjelang dewasa! Kalau yang dihadapinya seorang tokoh besar tentu dia tidak ragu-ragu lagi dan langsung saja menyerang untuk membunuh penantang itu dengan tongkat mautnya Akan tetapi saking herannya, dia jadi ingin tahu lebih banyak.
"Orang muda, engkau tidak gila, bukan?"
Kini San Hong yang memandang heran. Kakek itu bertanya dengan serius, bukan untuk mengejek atau menghina. Dia menggeleng kepala menyatakan bahwa dia tidak gila.
"Kalau tidak gila, kenapa hendak membunuh aku?"
Tiba-tiba Siang Bwee meloncat maju, mendekati ayahnya. "Nanti dulu, biar aku yang bertanya kepada Ayah.
Ayah, engkau tentu tidak akan berbohong kepada anakmu yang kau sayang ini, bukan?" la merangkul pundak ayahnya.
"Ih, anak manja! Aku selama hidup tidak pernah berbohong!"
Gadis itu tersenyum pahit. Betapa bedanya ayahnya dengan San Hong! Baru ucapan bahwa selamanya tidak pernah berbohong itu saja sudah. merupakan kebohongan!
Mana bisa ia mengharapkan ayahnya jujur seperti San Hong" la harus memakai akal! "Aku percaya Ayah tidak akan berbohong kepadaku. Ayah, aku ingin bertanya.
Tahukah Ayah di mana letaknya dusun Po-lim-cun?"
"Hah" Po-lim-cun" Aku tidak tahu entah di mana?"
jawab ayah itu yang mengerutkan alis mengingat-ingat akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi tentu saja dia tidak mampu mengingat nama dusun kecil itu.
Gadis itu tersenyum cerah. Wajannya yang tadi pucat kini menjadi kemerahan dan ia menoleh kepada San Hong, memandang dan sinar matanya penuh kemenangan, seolah hendak berkata bahwa ayahnya bukan pembunuh itu karena ayahnya tidak tahu di mana adanya dusun Po-lim-cun! Dusunnya saja tidak tahu, bagaimana dapat membunuh penduduknya"
"Ayah, penduduk dusun Po-lim-cun dibunuh orang tanpa dosa, dan orang orang menimpakan kesalahan kepada Ayah, mengatakan bahwa Nam Tok yang
membunuh semua penduduk Po-lim-cun itu. Benarkah itu, Ayah" Tentu bukan Ayah yang melakukan pembunuhan itu!"
"Aahhh, pembunuh di dusun itu" Puluhan orang yang dibunuh! Siapa lagi kalau bukan aku. Nam Tok, yang membunuhnya" Memang aku yang telah membunuh mereka!"
Wajah Slang Bwee kembali menjadi pucat, "Tapi, Ayah!
Bukankah Ayah tadi mengatakan tidak tahu di mana letaknya dusun Po-lim-cun" Kalau tidak mengenal dusun itu, bagaimana mungkin membunuh penduduknya?"
"Mana aku hafal akan nama dusun-dusun itu" Mana aku ingat akan tempat itu" Akan tetapi tentang pembunuhan itu, aku masih ingat. Ya, aku yang membunuh mereka!"
"Ayah, harap jangan main-main dan jangan membohongi aku. Kalau memang Ayah yang membunuh mereka, katakan, siapa yang menjadi pemimpin mereka!
Dan apakah Ayah juga tahu akan seorang she Kwee bersama isterinya di antara mereka?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kakek itu kembali menggeleng kepala, "Aku tidak tahu pemimpin mereka siapa, tidak tahu pula orang she Kwee!"
"Tapi Ayah mengaku telah membunuh mereka! Lalu apa alasannya?"
Merasa disudutkan oleh anaknya, kakek itu mendengus tidak sabar. "Sudahlah. Mana aku ingat segala macam tikus she Kwee dan pemimpin orang dusun juga aku tidak tahu apa alasannya. Pendeknya aku mengamuk dan membunuhi mereka. Siapa lagi kalau bukan Nam Tok yang mampu membunuhi puluhan orang sekaligus" Ha-ha-ha, hanya Nam Tok yang mampu!"
"Ayah, aku tahu engkau bohong! Ayah telah bohong kepadaku!" Siang Bwe berseru dengan gelisah. Akan tetapi kakek itu tidak peduli dan pada saat itu San Hong yang telah menjadi marah mendengar pengakuan kakek itu, kini tidak merasa ragu-ragu lagi. Inilah pembunuh orang tuanya dan orang-orang dusunnya. Kakek yang amat jahat dan kejam, yang agaknya bahkan merasa bangga mengaku sebagal pembunuh banyak orang tanpa alasan sama sekali!
Biarpun orang ini ayah kandung Siang Bwee, akan tetapi terlalu jahat dan bahkan sekedar membalas dendam kematian puluhan orang di dusunnya itu saja kalau dia sekarang berusaha membunuh kakek ini, melainkan juga memenuhi pesan para gurunya agar dia menentang kejahatan. Dan kakek ini adalah biang kejahatan nomor satu!
"Nam Tok! Sekarang tiba saatnya engkau harus menebus dosamu dan mati di tanganku!" bentaknya dan pedang pusaka Pek lui-kiam telah berada di tangannya. Melihat pedang pusaka yang mengeluarkan sinar berkilat itu, Nam Tok mengeluarkan suara mendengus marah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bukankah itu Pek-lui-kiam" Apakah kau murid Lui-kong Kiam-sian?"
"Benar!"
"Dia juga murid para orang gagah yang terkenal dengan julukan Thian-san Ngo-sian, Ayah!" teriak Siang Bwee.
Wajah kakek itu berseri. "Bagus-bagus! Kalau begitu, biarpun masih muda, ia mewakili Thian-san Ngo-sian! Ha-ha-ha, seorang lawan yang tidak memalukan! Murid Thian-san Ngo-sian, majulah dan kerahkan seluruh kepandaian yang kau dapatkan dari lima orang gurumu itu, ha-ha-ha!"
San Hong tidak perlu diperintah lagi. Dia sudah menerjang ke depan dan memutar pedangnya,
mempergunakan ilmu pedang Pek-lui Kiam-sut yang amat hebat, sambil mengerahkan tenaga yang dilatihnya dari Thay Lek Siansu, dan kecepatan gerakan tubuhnya yang diwarisinya dari Bu Eng Sianjin! Pemuda ini telah mewarisi bermacam ilmu dari ilmu orang gurunya dan dia pandai menggabung semua ilmu ini sehingga dia amat berbahaya.
Apa lagi tangannya memegang sebatang pedang seperti Pek-lui-kiam itu
"Ha-ha-ha, akhirnya aku dapat berhadapan dengan wakil Thian-san Ngo sian yang tidak mengecewakan!" kata Nam Tok yang memang mempunyai hobby aneh yaitu mengadu ilmu dan mempertaruhkan nyawa menandingi orang orang yang paling lihai di dunia ini! Dan selama ini dia memang belum pernah terkalahkan!
Mulailah Nam Tok menggerakkan tongkatnya dan begitu tongkatnya bergerak, angin yang dahsyat menyambar dan membuat rambut dan pakaian San Hong berkibar seperti dilanda angin besar! Pemuda ini tidak menjadi gentar karena ia memang sudah siap siaga, sudah dapat menduga bahwa tentu ilmu tongkat kakek ini luar biasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekali. Baru ilmu tongkat Siang Bwee saja sudah membuat dia kewalahan, apalagi ilmu tongkat ayahnya! Oleh karena itu, dia pun memutar pedangnya sehingga membentuk gulungan sinar pedang yang melingkar seperti perisai yang lebar, yang amat kuat dan dari dalam lingkaran ini kadang-kadang mencuat sinar kilat yang melakukan serangan dari balik perisai! Dia mengeluarkan jurus-jurus paling ampuh, maklum bahwa lawannya bukan orang sembarangan!
Nam Tok sendiri terbelalak kagum, juga merasa amat gembira. Tadinya dia masih memandang rendah, akan tetapi ketika ujung tongkatnya bertemu dengan lingkaran sinar dan tertolak keras, kemudian ada kilatan sinar dari dalam lingkaran yang menyerang secara bertubi-tubi ke bagian tubuhnya yang berbahaya, dia pun menjadi kagum dan gembira. Inilah lawan yang benar-benar membutuhkan pengerahan tenaga dan kepandaian! Dia pun tidak sungkan-sungkan 1agi. Dikerahkannya tenaga sin-kangnya dia pun menyerang dengan jurus-jurus pilihan. Berbagai macam gerakan serangan yang aneh dan tidak terduga-duga di lancarkan di antara pertahanannya karena lawannya juga menyerang hebat, namun, semua serangannya dapat digagalkan atau dipecahkan oleh San Hong!
Siang Bwee yang nonton di pinggir hampir tak pernah berkedip dan menahan napas. Ia mengkhawatirkan San Hong. Ia tahu betapa lihai ayahnya, dan rasanja tidak mungkin ayahnya akan kalah oleh San Hong. Melihat betapa pemuda ini melawan dengan gigih, dan hampir dapat mengimbangi Ayahnya, diam-diam dia ini merasa semakin kagum dan suka kepada San Hong: Pemuda itu bukan saja mampu menahan semua serangan ayahnya, juga mampu membalas dengan serangan pedang yang tidak kalah dahsyatnya, membuat ayahnya kadang-kadang mengeluarkan suara menggereng karena penasaran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pertandingan itu memang seru bukan main. Apalagi bagi San Hong yang baru saja keluar dari perguruan, bahkan bagi Nam Tok sekalipun, pengalaman seperti ini jarang dirasakannya dalam perjalanan hidupnya. Yaitu, bertemu dengan lawan yang begini tangguh dan berbahaya! Untung yang menjadi saksi hanya puterinya sendiri. Kalau orangorang kang-ouw menyaksikan perkelahian ini, akan kemana dia menaruh mukanya" Nam-san Tok-ong atau yang terkenal dengan singkatan Nam Tok, dalam waktu seratus jurus belum juga mampu mengalahkan seorang lawan yang baru berusia dua puluh tahun! Tentu dia akan menjadi bahan ejekan. Sudah tua bangka, sudah loyo! Dan Nam Tok terkejut ketika merasa betapa lehernya sudah penuh dengan keringat. Memang dia telah mulai loyo, dimakan usia tua! Biarpun dia melihat betapa lawannya, pemuda itu, juga sudah mulai terengah-engah karena terlampau banyak mengerahkan tenaga.
Tiba-tiba Nam Tok mengeluarkan suara melengkung nyaring, lengking panjang dan aneh. San Hong merasa betapa suara itu menggetarkan jantungnya dan dia masih mendengar teriakan Siang Bwee
"Ayah, jangan.....!"
Akan tetapi, agaknya Nam Tok sudah marah sekali dan tidak mempedulikan puterinya yang melarang dia menggunakan ilmu simpanannya ini. Ilmu itu di sebut Hek-in Pay-san (Awan Hitam Menolak Gunung), didahului dengan teriakan melengking yang mengandung khikang sepenuhnya. San Hong melihat betapa tubuh kakek itu diliputi uap hitam dan ketika tongkat itu menyambar, tercium bau yang amis sekali, sedangkan tenaga yang terkandung dalam tongkat itu menjadi berlipat ganda kuatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siauw Bwee, terimalah pedangnya itu!" bentak Nam Tok dan tongkatnya bertemu pedang Pek lui kiam.
"Tranggg...!" terdengar suara nyaring dan pedang itupun terlepas dari tangan San Hong, terlempar ke arah Siang Bwee! Pemuda itu sendiri terdorong oleh kekuatan dahsyat hidungnya menyedot bau amis yang membuat kepalanya pening dan dia pun terhuyung ke belakang namun masih dapat menahan dirinya sehingga tidak roboh!
"Murid Ngo-sian, mampuslah kau sekarang!" bentak Nam Tok dan kini tongkatnya menyambar ke arah kepala San Hong. Pemuda ini memang sudah terdesak dan terancam bahaya maut. Namun, tidak memalukan dia menjadi murid tersayang dari Thian-san, karena dalam keadaan terhuyung dan kepalanya pening itu, dia masih dapat melihat datangnya bahaya maut dan dengan lincah dia melempar tubuh ke kanan lalu bergulingan hingga sambaran ujung tongkat itu mengenai tempat kosong!
"Ehhh.....?" Nam Tok terkejut, heran dan juga kagum.
Akan tetapi perasaan penasaran membuatnya marah dan dia pun mengejar tubuh yang bergulingan itu, beberapa kali ujung tongkatnya menyambar, namun kelincahan tubuh pemuda itu memang luar biasa, selalu dapat saja mengelak dengan loncatan-loncatan berdasarkan gin-kang (ilmu meringankan tubuh) yang tinggi. Akan tetapi, berpedang saja San Hong harus mengaku keunggulan lawan apalagi kini hanya bertangan kosong dan mengandalkan kelincahan tubuh untuk mengelak. Tongkat itu menyambar lagi dan sekali ini agaknya takkan mungkin lagi dielakkan, apa lagi ketika San Hong meloncat, kakinya tergelincir sehingga elakannya tidak tepat, dia terpelanting.
"Mampuslah kau orang muda!" bentak Nam Tok.
Tongkatnya menyambar ke arah kepala San Hong yang hanya dapat menanti datangnya maut.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tranggggg.....!?" Bunga api berpijar ketika tongkat itu tertangkis pedang. Nam Tok mengerutkan alisnya, memandang kepada puterinya dengan marah.
"Siang Bwee! Apa yang kaulakukan ini" Engkau-membelanya?" Tiba-tiba Nam Tok yang sengaja menegur puterinya agar puterinya itu kehilangan perhatian, menggerakkan tongkatnya yang menyambar lagi ke arah San Hong. Pemuda itu sedang hendak bangkit. Sambaran tongkat itu hebat sekali, akan tetapi dia masih sempat menggerakkan kepalanya.
"Dukkk!" Pundak kiri San Hong dihajar ujung tongkat dan biarpun dia sudah melindungi pundak itu dengan sinkang, tetap saja dia terbanting keras dan pundaknya terasa seperti remuk walaupun tidak ada tulang yang patah.
Rasanya nyeri menembus pundak ke dada, dan tahulah dia bahwa Racun Selatan (Nam Tok) itu memukul dengan pengerahan hawa beracun, sesuai dengan nama julukannya!
Dia tidak mampu bangkit lagi, hanya rebah dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya!
Siang Bwee menjerit ketika melihat San Hong terpukul dan ia sudah meloncat ke depan pemuda itu dengan sikap melindungi, pedangnya disilangkan dan matanya mencorong memandang ayahnya.
"Ayah, kau curang! Curang terhadap seorang lawan muda, sungguh keterlaluan!"
"Siauw Bwee (Bunga Kecil), minggir-lah kau, biarkan aku membunuh dia!"
"Tidak bisa, Ayah. Lupakah Ayah bahwa aku pergi untuk mencari jodoh" Nah, dia inilah calon jodohku, Ayah.
Oleh karena itu, Ayah tidak boleh membunuhnya dan aku akan membela dan melindunginya dengan taruhan nyawaku sendiri!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bukan hanya Nam Tok yang terkejut, juga San Hong memandang dengan mata terbelalak dan mukanya beruban merah sekali. Apa pula yang diucapkan oleh gadis aneh itu"
"Apa kau bilang, Siang Bwee" Kau..... kau memilih dia ini untuk menjadi calon suamimu?" Nam Tok berteriak, lalu memandang ke arah pemuda yang masih rebah di atas tanah itu. Seorang pemuda yang memang perawakannya gagah, tinggi besar dan harus diakuinya bahwa ilmunya tinggi, hampir dia sendiri kewalahan menghadapinya. Akan tetapi, pakaian pemuda itu demikian sederhana, sikapnya juga, bahkan wajahnya nampak bodoh.
"Benar, Ayah. Karena itu, engkau tidak boleh membunuhnya!"
"Tapi..... bagaimana engkau, anakku yang cantik jelita, pandai, kaya raya, terpandang, memiliki segala-galanya memilih calon suami seperti ini" Dia ini tentu seorang pemuda dusun yang bodoh."
"Biarpun bodoh dan dari dusun, dia jujur dan kepandaiannya tinggi !"
Kembali Nam Tok memandang kepada San Hong dan alisnya berkerut. "Engkau mencinta pemuda ini?"
Wajah gadis itu berubah merah dan diam-diam San Hong memandang dengan jantung berdebar. Rasanya tidak mungkin seorang gadis seperti itu cinta padanya Akan tetapi, dia mendengar jawab satu-satu yang amat jelas.
"Benar, Ayah. Aku cinta padanya!" Langit bumi bagaikan terbalik bagi San Hong mendengar ini dan dia pun memejamkan matanya, tidak kuasa memandang wajah gadis itu.
"Tapi, aku tidak setuju! Aku tidak sudi mempunyai mantu macam dia! Apalagi, engkau tahu sendiri, dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hendak membunuh aku. Mana mungkin seorang mantu hendak membunuh ayah mertuanya sendiri" Tidak, aku tidak setuju!"
"Itu hanya merupakan kesalahpahaman saja, Ayah.
Engkau disangkanya pembunuh orang-orang dusun Po-lim-cun."
"Memang aku pembunuhnya! Sudah, aku tidak setuju, dan aku tadi sudah bilang bahwa dia harus mampus!" Nam Tok hendak menggerakkan tongkatnya, akan tetapi puterinya menjerit.
"Ayah! Lihat, apa yang akan kulakukan kalau engkau memaksa hendak membunuhnya!" Gadis itu menodongkan pedangnya ke arah ayahnya.
Nam Tok mengerutkan alis lebih dani lagi. "Apa" Kau hendak melawanku untuk melindungi dia" Engkau takkan menang dan tidak sukar bagiku untuk merampas pedang itu?"
"Aku tidak peduli. Pendeknya, selamanya aku akan memusuhimu, dan aku tidak sudi lagi menikah, dengan siapapun juga pilihan Ayah! Akhirnya, mungkin aku akan membunuh diri!"
Menghadapi ancaman puterinya ini, Nam Tok menjadi bingung juga. Dia terlalu sayang kepada puterinya.
"Hemmm, engkau memang bocah manja dan goblok.
Memilih calon suami macam dia! Baik, aku tidak membunuhnya, akan tetapi engkau dengar sendiri, tadi aku sudah bilang bahwa dia harus mampus. Ucapan Nam Tok tidak boleh ditarik kembali Karena itu, aku masih memberi kesempatan baginya, memperpanjang usianya sampai satu tahun. Akan tetapi ada syaratnya dan engkau harus berjanji memenuhi syarat itu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siang Bwee sudah mengenal baik watak ayahnya yang keras bagaikan baja, aneh dan tidak lumrah manusia biasa.
Ia tidak melihat pilihan lain karena kalau uluran tangan ayahnya ini ia tolak, sudi pasti San Hong dibunuh ayahnya!
"Baik, katakan, apa syaratnya, Ayah! "
"Begini, karena aku sudah terlanjur mengharuskan dia itu mampus, maka aku akan melukainya sehingga dia tahan hidup satu tahun lagi. Kalau mendapatkan obat sehingga sembuh, berarti dia akan menjadi suamimu akan tetapi kalau tidak, dia akan mampus. Dengan demikian aku tidak menarik kembali ucapanku. Selain itu, engkau harus berjanji bahwa dia dapat sembuh atau tidak, engkau tidak boleh bunuh diri, dan kalau dia mampus, engkau harus menerima calon suami pilihanku."
"Itu saja, Ayah?"
"Ada satu lagi! Siapapun yang menjadi calon suamimu, dia atau orang lain, atau pilihanku sendiripun, harus dapat menahan seranganku selama dua ratus jurus!"
Gila, pikir Siang Bwee. Siapa mampu bertahan melawan ayahnya sampai dua ratus jurus"
"Ayah licik! Kalau dia itu pilihan ayah, tentu Ayah akan mengalah terhadap dia, sebaliknya kalau pilihanku dan Ayah tidak setuju, tentu Ayah akan berusaha sekuatnya untuk mengalahkan dia sebelum dua ratus jurus!"
Kakek itu tertawa bergelak. "Engkau cerdik, maka engkau harus mampu pula menandingi kecerdikan ayahmu!"
"Baik, aku terima syaratmu, Ayah. Akan tetapi awas, kalau Ayah menipuku dan memukul tewas dia, Ayah akan menjadi musuhku selama hidupku!" la mengancam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nam Tok mengangguk dan sekali berkelebat, dia sudah tiba dekat San Hong. Tangan kirinya yang berubah hitam sekali menyambar ke arah punggung San Hong. Pemuda ini berusaha mengelak, akan tetapi sia-sia saja. Tangan itu menghantam punggungnya, tidak terlalu keras, akan tetapi dia merasa seolah olah punggungnya ditusuk benda panas dan dia pun pingsan!
Siang Bwee menjerit ketika melihat pukulan ayahnya itu.
"Aihhh...... kau menggunakan Hek-in Pay-san memukulnya, Ayah! Dia akan mati.....!" Gadis itu berlutut dan memeriksa punggung pemuda itu. Baju punggungnya hangus, dan kulit punggung itu pun kehitaman seperti hangus, sebesar telapak tangan ayahnya.
"Memang dia akan mampus kalau dalam waktu setahun dia tidak menerima pengobatan yang tepat. Dia dapat bertahan sampai setahun, mengingat sin-kangnya yang cukup kuat. Nah, terserah kepadamu. Kalau engkau cerdik seperti aku, lebih baik kau tinggalkan dia, dan mari pulang bersamaku. Akan kupilihkan calon suami yang ganteng dan pandai tidak bodoh seperti kerbau ini."
"Tidak! Aku akan merawatnya, aku akan berusaha mencarikan obatnya, dan kelak aku akan membawanya menghadapmu sebagai calon suamiku!"
"Ha-ha-ha, percuma saja. Di dunia ini mungkin hanya aku yang akan mampu menyembuhkan pukulan Hek-in Pay-san!" sambil masih tertawa-tawa, Nam Tok meninggalkan tempat itu dengan langkah lebar, meninggalkan puterinya yang berlutut di dekat tubuh San Hong yang pingsan.
Setelah ayahnya pergi, Siang Bwee mencari air dan mengucurkan air pada kepala dan muka San Hong, lalu membantu pemuda yang pingsan itu minum obat yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dicampurnya dengan air. Ia pun memijat-mijat bagian tengkuk dan di sekitar luka itu, akan tetapi tidak berani memijat bagian yang luka karena maklum bahwa hal itu akan membahayakan nyawa San Hong. Cara
pengobatannya itu hanya untuk menyadarkan dan mengurangi rasa nyeri saja, sama sekali bukan untuk menyembuhkan.
San Hong mengeluh dan membuka kedua matanya.
Segera dia teringat akan segala yang telah terjadi. Dia bangkit duduk dan Siang Bwee segera membantunya.
"Kenapa kaulakukan itu?" Suara dalam pertanyaan. Ini mengandung keharuan, penyesalan dan juga kekhawatiran.
"Apa" Menyadarkanmu dan mencobs mengobatimu ini"
Engkau pun pernah mengobati aku ketika aku terpukul oleh Si Kembar."
"Bukan, bukan itu!" kata San Hong, sikapnya sama sekali tidak peduli akan keadaan dirinya yang menderita akibat pukulan maut dari Nam Tok.
"Habis apa kalau bukan pengobatan ini" Lukamu hebat dan berbahaya sekali....." Gadis itu lalu menyambung sambil tersenyum, "Ah, maksudmu kenapa aku telah melawan ayahku sendiri untuk menyelamatkanmu"
Begitukah?"
Akan tetapi, San Hong menggelengkan kepalanya yang pening, "bukan itu..... maksudku, kenapa engkau mengatakan kepada ayahmu bahwa aku..... aku..... adalah calon jodohmu?" Dia berhenti sebentar, matanya menatap wajah gadis itu penuh selidik, bahkan penuh harapan. Dia tadi sudah mendengar pengakuan gadis itu bahwa ia mencinta dirinya, dan dia ingin kepastian, ingin gadis itu mengulang pernyataan hatinya itu, kepadanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siang Bwee membalas pandang mata pemuda itu dengan heran, lalu menjawab, "Tentu saja, kalau aku tidak berkata demikian, sekarang tentu engkau sudah mati terbunuh oleh ayah. Kalau kuakui engkau sebagai calon jodohku, tentu dia tidak akan tega membunuhmu."
Jawaban ini jelas dan masuk akal, akan tetapi San Hong merasa terpukul dan kecewa. "Akan tetapi..... kau..... kau bilang bahwa engkau..... cinta padaku....."
Wajah gadis itu tiba-tiba berubah merah dan ketika ia mengangkat mukanya, ia tersenyum. "Ah, betapa bodoh engkau, Twako. Kalau aku tidak mengaku begitu, mana ayah mau percaya" Sudahlah, yang penting sekarang ini adalah mencarikan obat untuk menyembuhkan lukamu.
Kalau tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, dalam waktu satu tahun engkau akan tewas, Twako. Mari kita pergi dan akan kucarikan obatnya!'
San Hong tadi menundukkan mukanya agar tidak nampak oleh gadis itu betapa jawaban gadis itu tadi menusuk jantungnya, membuat mukanya seketika pucat sekali. Ah, dia yang tidak tahu diri! Bagaimana mungkin seorang gadis seperti Ang Siang Bwee dapat mencinta seorang pemuda bodoh dan miskin seperti dia. Harapan yang tolol dan hampa!
"Tidak usah, Nona....., biarkan aku pergi. Aku dapat mencari sendiri obatnya."
"Ah, engkau akan gagal dan engkau akan mati!"
San Hong tersenyum pahit. "Kalau memang demikian, apa salahnya" aku akan mencari obatnya, tidak usah menyusahkan dirimu....." Dia bangkit berdiri.
"Twako, engkau akan gagal! Biar suhumu sendiri, Thian-san Ngo-sian, tak kan mampu menyembuhkan lukamu. Di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dunia ini, hanya ada dua orang yang mampu
menyembuhkan akibat pukulan Hek-in Pay-san. Orang pertama adalah ayahku karena dia memang tahu dan memiliki obatnya. Orang ke dua adalah aku sendiri karena aku saja yang mengetahui, siapa selain ayahku yang akan mampu mengobatimu!"
"Biarlah, Nona. Biar akan kucari sendiri obatnya dan kalau aku gagal, paling banyak aku akan mati." kata pemuda itu yang sudah merasa amat nelangsa akibat putah hati.
"Heiii, kau kenapakah?" Siang Bwee meloncat ke depan San Hong dan menghadang, lalu menyentuh lengannya.
"Kenapa engkau menjadi begini berubah, twako" Engkau menyebut aku nona, dan engkau kelihatan seperti orang yang sudah bosan hidup!"
"Sudahlah, harap jangan menggangguku lebih lama lagi!
Aku..... aku tidak membutuhkan bantuanmu....." kata San Hong dengan suara mengandung kepahitan dan dia pun lalu melangkah lebar, menahan rasa nyeri di punggungnya dan neninggalkan gadis itu tanpa menoleh lagi. Siang Bwee berdiri termangu mangu, tidak tahu harus berbuat apa, lalu ia menggerakkan kedua pundaknya, lalu duduk kembali di atas rumput dan bibirnya cemberut, mengomel.
"Dasar pemuda tolol....."
San Hong masih dapat menangkap omelan ini dan hatinya terasa semakin tertusuk. Memang dia tolol! Tolol sekali untuk menaruh harapan, untuk merasa tertarik dan jatuh cinta kepada seorang gadis seperti Siang Bwee yang demikian tinggi hati, puteri seorang datuk sakti yang menjadi musuh besarnya. Huh, sungguh dia tak tahu diri, tidak malu tadi sempat berdebar jantungnya karena gembira mendengar gadis itu cinta padanya, memilihnya sebagai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
calon suami, dan mati-matian menentang ayah sendiri.


Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Masih melambung harapan besar dalam hatinya bahwa gadis itu benar-benar cinta padanya! Huh, kiranya hanya tipu muslihat saja. Nah, habislah sudah lamunan kosong.
Pecah dan lenyaplah sudah gelembung khayal!
Tanpa mempedulikan rasa nyeri yang masih menusuk, San Hong memaksa kedua kakinya untuk lari cepat. Akan tetapi, baru satu mil lebih dia berlari, rasa nyeri di punggungnya tak tertahankan 1agi dan dia pun terpelanting jatuh, terengah-engah dan merangkak duduk menahan sakit, tidak mempedulikan buntalan pakaiannya yang terbuka ketika dia terjatuh itu dan nampak emas dan perak berkilauan di antara pakaiannya.
Dengan kepala pening dan napas sesak San Hong melihat ada dua orang laki-laki, datang menghampirinya.
Dua orang berwajah bengis yang membawa golok di pinggang.
"Wah, banyak emas dan perak!" seru orang di antara mereka yang kumisnya tebal.
"Benar! Dia kaya raya. Ini makanan lezat!"
"Ikan kakap! Kita bunuh dulu dia, baru kita larikan hartanya!"
San Hong menjadi marah. Kiranya dua orang ini adalah perampok-perampok atau orang-orang jahat yang segera timbul pikiran untuk membunuh dan merampok begitu mata mereka melihat emas dan perak. Maka, dia pun cepat bangkit berdiri dan membentak. Patah hati dan kemurungannya karena kekecewaan melihat kenyataan bahwa Siang Bwee tidak benar benar cinta padanya itu membuat San Hong menjadi marah sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalian ini dua orang penjahat laknat! Pergilah dan jangan mengganggu aku!" Suaranya cukup berwibawa, akan tetapi rasa nyeri yang menusuk punggung membuat dia menyeringai dan menahan napas. Melihat ini, dua orang besar itu saling pandang lalu tertawa bergelak.
"Ha-ha-ha, engkau orang berpenyakitan masih mempunyai suara keras?"
"Toako, dia hanya menggertak kita. Hayo kita sikat saja!" bentak orang ke dua yang kedua matanya merah.
Melihat sikap mereka, dengan marah San Hong mengerahkan sinkangnya dan melangkah maju hendak memberi hajaran kepada mereka. Akan tetapi tiba-tiba dia mengeluarkan keluhan panjang. Begitu mengerahkan tenaga sin-kang, punggungnya seperti ditusuk pedang rasanya hingga dia terhuyung ke depan. Pada saat itu, si kumis tebal menyambutnya dengan pukulan tangan kanan ke arah dagunya.
"Dukkk!!" Pukulan itu keras sekali, membuat tubuh San Hong yang sudah lemas tak bertenaga itu terjengkang dan terbanting ke belakang. Matanya berkunang dan dia masih mencoba untuk bangkit duduk. Biarpun pukulan itu keras sekali menimpa dagunya, namun tidaklah senyeri punggungnya. Pada saat dia menggunakan sisa tenaganya untuk merangkak bangun, si mata merah sudah menghampirinya dan kakinya menendang dengan pengerahan tenaganya.
"Desss.....!" Sekali lagi kepalanya kena ditendang.
Demikian keras tendangan itu hingga kembali tubuhnya terlempar, terjengkang dan dia pun terbanting untuk ke dua kalinya. Bumi rasanya terputar, akan tetapi juga sekali ini, rasa nyeri tendangan tidak mengalahkan rasa nyeri di punggungnya. San Hong masih melihat dengan mata berkunang betapa dua orang itu mencabut golok mereka!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Toako, tubuhnya kuat juga. Pukulanmu dan tendanganku tidak membuat dia mampus. Sebaiknya kita penggal saja lehernya dengan golok!"
"Benar, biar lekas selesai!" kata kumis tebal.
Mereka berdua menggerakkan golok mereka, siap memancung kepala San Hong yang sama sekali tidak berdaya. Begitu dua batang golok itu menyambar tiba-tiba saja dua buah senjata itu berhenti di tengah udara. Sesosok bayangan berkelebat, dua buah tangan yang cepat menotok ke arah lengan yang memegang golok dan sebuah kaki melakukan tendangan dua kali dengan kecepatan kilat!
"Dukkk! Dukkk!" Dua tubuh itu terpental dan terguling-guling sampai beberapa meter jauhnya. Mereka merayap bangun, akan tetapi orang yang baru datang itu sudah menyambar dua batang golok yang tadi terlepas, mengayun golok-golok itu ke arah pemiliknya.
"Cap! Cap!" Dua orang itu terjengkang dan tewas dengan dada tertembus golok masing-masing.
San Hong masih dapat melihat bahwa yang
menyelamatkannya adalah Siang Bwee! Dia mengeluh lirih dan terkulai lemah, pingsan!
Ketika dia siuman dan membuka mata, gadis itu sudah bersimpuh di dekatnya, memijit-mijit kedua pundaknya.
Melihat San Hong siuman, Siang Bwee berkata. halus.
"Jangan sekali-kali engkau mengerahkan sin kang. Itulah pantangan yang keras, dapat memperpendek umurmu.
Akibat pukulan Hek-in Pay-san memang demikian, dilarang mengerahkan sin-kang sebelum sembuh!"
"Kenapa..... kenapa engkau menolongku?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pertanyaan aneh. Gadis itu memandang wajahnya dan tersenyum sambil mengusap wajah yang berpeluh itu dengan sehelai saputangan sutera yang berbau harum bunga. "Kenapa" Karena engkau memerlukan pertolongan.
Lehermu nyaris terbacok golok-golok itu!".
San Hong bangkit duduk, ditopang oleh Sang Bwee. Dia melihat ke arah dua orang yang telah menjadi mayat, dan menarik napas panjang. Gadis ini sungguh lihai akan .tetapi juga ganas sekali amat mudah membunuh orang. "Kau....
kau bunuh mereka?"
"Mengapa tidak" Apakah kau lebih senang kalau mereka membunuhmu, atau membunuhku" Mereka itu orang-orang jahat, keji dan pengecut, menyerang orang yang sedang terluka parah, layak dibunuh seribu kali" *
San Hong tidak membantah, merasa akan kalah berbantah dengan gadis ini Dia menatap wajah yang nampak semakin manis itu. "Nona, kenapa engkau menolongku" Bukankah engkau tidak..... cinta padaku?"
"Eh, apakah orang baru boleh menolong orang lain kalau ia mencintanya Twako, aku suka padamu, aku kagum padamu dan aku kasihan padamu, juga mendongkol dan gemas!"
San Hong tersenyum pahit. Bukan cinta yang
diperolehnya, melainkan suka kagum, dongkol dan kasihan.
"Mengapa?"
"Aku suka karena engkau jujur dan hatimu bersih, tidak berpura-pura dan tidak cabul, tidak merayu. Aku kagum karena engkau memiliki ilmu silat yang tinggi, nyaris menandingi ayah sendiri! Aku kasihan padamu karena.....
karena engkau memang patut dikasihani. Dan aku dongkol, jengkel padamu karena engkau..... keras kepala!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tapi tidak kaucinta....."
Gadis itu memandang dengan mata lebar. "Cinta" Tentu saja tidak dan belum! Twako, kaukira semudah itu orang jatuh cinta" Kita baru sehari bertemu dan berkenalan. Kita belum saling mengenal, bagaimana mungkin aku jatuh cinta" Untuk jatuh cinta, aku harus mempelajari dulu watak-watak orang itu dengan baik dan pula, dalam hal cinta mencinta, tidak sepatutnya kalau aku.....ah, Twako, engkau tahu aku seorang wanita. Seharusnya prialah yang lebih dulu mengulurkan tangan! Aih, sudahlah, bukan saatnya kita bicara tentang cinta! Lukamu bertambah parah.
Mari kita pergi. Aku yang akan mencarikan obat untukmu.
Kecuali ayah, setahuku hanya seorang saja yang akan dapat mengobatimu, dan orang itu adalah orang yan paling jahat di dunia ini! Orang yang paling curang, paling berbahaya dan paling sombong. Dia adalah Tung-hai Kian ong (Raja Pedang Laut Timur) Bu Si Lam! Raja Pedang itu memiliki ilmu kepandaian tinggi, bukan saja ahli pedang yang sukar dicari tandingannya, akan tetapi juga memiliki ilmu pengobatan dengan jarum-jarum emas yang akan mampu menyembuhkan lukamu. "
San Hong mengerutkan alisnya, mengingat-ingat. "Suhu Pek-ciang Yok-sian pernah bercerita tentang datuk sesat timur itu, akan tetapi menurut suhu orang itu berwatak aneh, memandang rendah orang lain, tidak mau tunduk kepada siapapun juga dan termasuk jahat"
Gadis itu tersenyum. "Lebih dari itu malah. Pendeknya, hanya akulah yang akan dapat memaksa dia untuk mengobatimu, Twako."
"Tapi, Nona, bagaimana caranya.....?"
"Ihhh! Engkau sungguh membikin perutku panas! Satu di antara yang menjengkelkan hatiku adalah karena kau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyebut aku nona-nona! Engkau bukan bujangku dan aku bukan nonamu!"
Melihat gadis itu marah-marah, San Hong cepat berkata,
"Maafkan aku......, Bwee-moi....."
"Nah, itu baru enak didengar! Aku pun belum pernah bertemu dengan Tung-Hai Kiam-ong. Akan tetapi aku akan mencari akal agar dia mau mengobatimu. Mari kita pergi, Twako." Gadis itu membantu San Hong mengumpulkan barangnya yang berceceran, bahkan ia menggendong buntalan pemuda itu di punggungnya, disatukan dengan buntalan pakaiannya sendiri, lalu membantu San Hong bangkit berdiri. Sejenak San Hong merasa betapa jantungnya berdebar ketika gadis itu merangkul dan membantunya bangun, dengan tubuh yang begitu dekatnya sehingga dia dapat merasakan kehangatan tubuh itu dan tubuh yang mengeluarkan bau yang sedap baginya.
"Tapi..... kenapa kau melakukan semua kebaikan ini, Bwee-moi" Kenapa kau mau susah-susah....."
Gadis itu memandang wajah San Hong beberapa lamanya. Senja telah mendatang, cuaca mulai menjadi redup. Ia menggeleng kepalanya. "Entahlah, aku sendiri tidak tahu mengapa aku begini mempedulikanmu. Mungkin karena rasa suka itu atau rasa kagum itu, mungkin juga karena kasihan....."
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Jilid XI "Atau mungkin karena aku tolol!" sambung San Hong, dan dia tersenyum sendiri karena merasa lucu. Gadis itu pun tersenyum dan akhirnya mereka berdua tertawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aih, lega hatiku engkau mau tertawa lagi bersamaku, Twako. Mari kita pergi. Makin cepat kita dapat berhadapan dengan Tung hai Kiam-ong, makin baik!"
Sekali ini San Hong tidak membantah dan mereka pun berjalan meninggalkan tempat itu, menuju ke arah timur.
Bagaimanapun juga, setelah kini dapat berkumpul lagi dengan Siang Bwee, mencinta dia atau pun tidak, ada perasaan lega dan gembira di dalam hatinya, dan harapan yang tadinya sudah hilang dari hatinya, kini mulai bertunas kembali.
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Berkat kegagahan, kecerdikan dan semangatnya yang amat besar untuk membuat bangsa Mongol menjadi bangsa yang kuat, mempersatukan semua suku dengan cara mendekati mereka dan menundukkan yang menentang, Temucin mulai memperlebar sayapnya dan mengkuat kukunya, bagaikan seekor rajawali yang mulai menjadi dewasa.
Pada waktu itu, memang di daerah utara, di luar Tembok Besar, di daerah Mougol dikuasai oleh banyak suku yang memiliki pasukan besar dan kuat. antara mereka yang terkenal adulah suku bangsa Karuit, bangsa Naiman, Merkit dan Uigur. Mereka ini merupakun suku suku bangsa yang memiliki kekuatan cukup besar dan mereka saling hantam sendiri untuk memperebutkan kekuasaan dan daerah peternakan yang subur.
Temucin, dengan siasatnya yang cerdik, berhasil mendekati kepala bangsa Karait yang bernama Togrul, kepala suku yang usianya sudah tujuh puluh tahun itu.
Togrul juga terkenal dengan nama Pendeta Yohanes, karena dia dan suku bangsa Karait yang dipimpinnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
beragama Nasrani yang sudah bercampur dengan Agama Syamanisme. Demikian pandainya Temucin mengambil hati kepala suku Karait ini sehingga dia diangkat sebagai putera! Ini merupakan suatu langkah yang amat cerdik dan Temucin memperoleh kemajuan, karena bukankah dengan demikian berarti dirinya mulai diakui dan dia memiliki sekutu yang amat kuat, yaitu bangsa Karait yang termasuk satu di utara suku bangsa yang besar dan kuat di utara"
Hubungannya sebagai putera angkat dari Togrul melicinkan jalan menuju ke arah tercapainya segala yang di-idamkannya.
Ketika suku bangsa Karait diserbu pasukan-pasukan dari barat yang bergabung dengan suku bangsa Merkit, musuh lama bangsa Karait, dan suku bangsa Karait mengalami kekalahan dan nyaris hancur, Temucin segera mengirim pasukannya di bawah panglima panglima yang terpandai untuk membantu bangsa Karait! Akhirnya, para penyerbu itu dapat dipukul mundur dan bangsa Karait akhirnya memperoleh kemenangan. Tentu saja hal ini berkat jasa Temucin yang datang menolong dengan cepatnya. Kepala bangsa Karait, Togrul atau Pendeta Yohanes semakin percaya kepada putera angkatnya ini, dan nama besar Temucin sebagai seorang pemimpin muda semakin disegani dan dihormati.
Sementara itu, di sebelah selatan Tembok Besar, daratan Cina dikuasi oleh dua dinasti, atau dua kerajaan. Di sebelah utara dipimpin oleh Kerajaan Cin, sedangkan di selatan dipimpin oleh Kerajaan Sung.
Sudah lama Kerajaan Cin diganggu oleh bangsa Tar-tar yang menyerang daerah Tembok Besar. Bangsa Tartar ini mernbuat benteng pertahanan di daerah Danau Buyar, dan gangguan-gungguan mereka sungguh memusingkan pemerintah! Kerajaan Cin, terutama sekali mengganggu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keamanan lalu lintas perdagangan. Oleh karena itu, Kaisar Cin lalu mengirim balatentara yang cukup besar jumlahnya untuk menghancurkan para penyerbu itu. Akan tetapi, biarpun pasukan besar ini mampu mengusir pasukan Tartar keluar tembok Besar, namun barisan yang sebagian besar terdiri dari perajurit perajurit tak berkuda ini sukar untuk dapat membasmi musuh yang merupakan pasukan penunggang kuda yang mahir, dengan kuda tunggangan yang gesit. Pasukan Tartar dapat melarikan diri dengan cepat kalau terdesak, kemudian kembali lagi dan membuat penyerbuan mendadak yang membuat pasukan Cin cukup menjadi kalang kabut. Perang seperti ini amat merugikan dan melelahkan pasukan Cin karena pihak musuh melakukan siasat pukul dan lari.
Dari para penyelidikannya, Temucin mendengar akan pertempuran antara bangsa Tartar dan bangsa Cin.
Kesempatan baik untuk mengangkat namanya agar bukan saja terkenal di antara bangsa bangsa di utara, akan tetapi sebagai salam perkenalannya kepada Kerajaan Cin di selatan, tidak disia-siakan oleh Temucin yang cerdik. Dia segera menghubungi Pendeta Yohanes atau Raja Togrul dari bangsa Karait itu, mengatakan bahwa bangsa Tar-tar merupakan musuh mereka bersama, apalagi karena dahulu ayahnya juga tewas di tangan bangsa Tar-tar ini. Kepala suku Karait menyetujui dan mereka berdua
menggabungkan pasukan mereka, lalu menyerang barisan Tar-tar. Tentu saja bangsa Tar-tar menjadi kalang-kabut, diserang oleh gabungan pasukan Mongol dari belakang, dan dari depan terdapat pasukan Cin. Mereka dalam keadaan terjepit, banyak yang tewas dan banyak pula menjadi tawanan dan orang-orang taklukan bangsa Mongol sisanya melarikan diri sedapatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kemenangan besar ini membuat nama Temucin semakin menonjol. Pimpinan pasukan Kerajaan Cin mengakui jasa Temucin dan Togrul. Bahkan kepala bangsa Karait itu, Pendeta Yohanes atau Togrul, oleh Raja Cin dianugerahi julukan Wang Khan (Rajanya Segala Khan) sedangkan Temucin juga menerima julukan Panglima Pembasmi Pcmberontak. Selain gelar panglima, Temucin juga menerima hadiah sebuah ayunan kanak kanak terbuat dari perak terukir dengan hiasan kain emas. Gelar dan hadiah ini menakjubkan dan membesarkan hati Temucin yang selama hidupnya belum pernah melihat benda seindah itu!
Nama besar Temucin ini menarik hati banyak kelompok yang berduyun-duyun datang untuk menggabungkan diri dengan pasukan Temucin yang jaya. Makin banyak pula pendekar gagah perkasa yang bergabung. Bahkan putera-putera Temucin juga mulai digembleng dalam ilmu pertempuran, terutama sekali oleh Chepe Noyon, seorang di antara panglima-panglima Temucin yang gagah perkasa dan amat setia.
Akan tetapi, seperti sudah lajim terjadi di dunia ini, suatu keadaan tentu ada kebalikan atau lawannya. Demikian pula dengan Temucin. Banyak orang kagum dan datang menggabungkan diri dengan pasukannya, namun tidak kurang-kurang pula yang merasa iri hati kepadanya! Iri hati yang menimbulkan kebencian, apalagi mendengar betapa Wang Khan, julukan baru kepala suku Karait, selalu memuji-muji putera angkatnya yang bernama Temucin itu!
Bahkan putera-putera dari Wang Khan sendiri merasa iri dan benci kepada Temucin. Mereka menghasut para panglima ayah mereka untuk membenci Temucin sehingga sebagian besar pasukan Karait memandang rendah orangorang Mongol di bawah pimpinan Temucin yang dianggap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membonceng kebesaran pasukan Karait dan nama Wang Khan.
Komplotan yang membenci Temucin ini perlahan-lahan berhasil pula mempengaruhi hati Wang Khan yang sudah tua itu dengan bujukan-bujukan mereka.
"Harap Ayahanda berhati-hati menghadapi seorang licik dan cerdik seperti Temucin," demikian antara lain para putera Wang Khan membujuk ayah mereka. "Lihat saja, dari orang biasa saja. dia kini telah mengangkat diri menjadi pemimpin bangsa Mongol dan agaknya dia hendak menyaingi kedudukan Ayah. Kami semua tidak merasa heran kalau akhirnya dia akan mendesak kekuasaan bangsa kami. Ayahanda memelihara seekor harimau, di waktu masih kecil jinak dan menyenangkan, akan tetapi kalau sudah besar, mungkin akan menerkam Ayah sendiri."
Akhirnya, Wang Khan yang terkena bujukan itu tidak lagi melarang atau menghalangi ketika komplotan itu mengatur siasat dan merencanakan untuk membunuh Temucin dan menghancurkan pasukannya!
Panglima yang dipercaya oleh Temucin, yaitu Chepe Noyon, mempunyai seorang putera yang sudah
digemblengnya menjadi seorang pemuda yang tegap dan gagah, bernama Yuci. Pemuda berusia dua puluh tahun ini cukup ganteng dan memiliki keahlian dalam hal berburu dan juga berperang, pantas menjadi putera seorang panglima seperti Chepe Noyon. Pemuda ini yang menjadi sasaran komplotan orang-orang Karait. Dipilih mereka seorang puteri kepala suku antara mereka, yang remaja dan cantik jelita, untuk dijodohkan dengan Yuci. Melihat betapa gadis itu amat cantik juga pandai, Chepe Noyon dan Yuci setuju. Pihak keluarga gadis itu mengajukan sebuah syarat bahwa untuk mengangkat martabat keluarganya, maka dalam pesta pernikahan itu harus dihadiri oleh Temucin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sendiri dan. semua panglima Mongol, sedangkan semua panglima Karait, sampai Wang Khan sendiri juga akan hadir dan merestui. Syarat ini diterima dan disetujui oleh Chepe Noyon setelah mendapat persetujuan dari Temucin.
Komplotan itu terdiri dari putera-putera Wang Khan sendiri yang bergabung dengan kepala suku Merkit yang bernama Toukta Beg, juga dengan Chamuka yang terkenal dengan julukan Si Cerdik, bahkan juga beberapa orang paman Temucin sendiri ikut dalam komplotan itu. Mereka bersepakat untuk membunuh Temucin apabila kepala suku bangsa Mongol yang mulai terkenal ini menghadiri pesta pernikahan, dan kalau usaha ini gagal, mereka telah mempersiapkan pasukan yang besar jumlahnya untuk menyerang pasukan Temucin dan menghancurkannya.
Namun, Temucin bukanlah seorang bodoh. Dia maklum bahwa dalam keadaan seperti itu, di waktu para pimpinan suku-suku bangsa saling berlumba dan bersaingan untuk memperebutkan kekuasaan terbesar, tidak seorang pun boleh dipercaya! Dia selalu harus bercuriga dan waspada, mengamati setiap orang baik yang dianggap saudara dan sahabat sendiri sekalipun. Dia maklum bahwa sekali dia lengah, tentu akan dipergunakan oleh pihak yang tidak suka kepadanya untuk menjatuhkannya. Maka, sikap orangorang Karait yang baik itu tidak membuatnya lepas dari kewaspadaan. Bahkan setelah ada pengikatan perjodohan antara puteri seorang suku bangsa atau kelompok suku Karait dengan Yuci putera pembantunya yang setia, Chepi Noyon, Temucin juga bersikap waspada menduga yang paling buruk, yaitu bahwa sikap itu hanya merupakan siasat saja yang harus dihadapi dengan penuh kewaspadaan.
Diam-diam dia segera mengirim lima orang perajurit penyelidik ke wilayah kekuasaan suku Karait untuk melakukan penyelidikan teliti, menguak tabir yang mungkin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menutupi sikap berbesan itu. Dan apa jadinya" Lima orang perajurit penyelidik itu tidak pernah kembali!
Agaknya sejarah akan lain jadinya dan belum tentu nama Temucin kelak akan menjadi Jenghis Khan yang maha terkenal kalau saja tidak terjadi hal yang amat tidak disangka-sangka. Lima orang penyelidik itu telah tertawan musuh dan di bawah siksaan yang amat mengerikan, akhirnya seorang di antara mereka mengaku bahwa Temucin merasa curiga dan mengutus mereka untuk menyelidiki keadaan di wilayah suku Karait, menyelidiki apakah di balik pernikahan Yuci itu tidak terkandung maksud buruk! Tentu saja pihak Karait terkejut bukan main. Hampir saja rahasia mereka diketahui Temucin!
Maka, mereka lalu berunding dan memutuskan untuk melakukan penyerbuan secara tiba-tiba.
Namun, hal yang tidak tersangka sangka itu pun terjadilah. Dua orang penggembala kuda yang melihat ditangkapnya lima orang mata-mata itu, juga mereka yang bekerja sebagai penggembala kuda milik para perwira Karait mendengar bahwa mereka harus mempersiapkan semua kuda karena akan dlpergunakan untuk menyerbu pasukan Mongol dibawah pimpinan Temucin, segera malam malam mereka melarikan diri berkunjung ke perkemahan Temucin. Mereka ada dua orang yang sudah lama mengagumi Temucin, dan mereka mendengar betapa pimpinan orang Mongol yang masih muda ini pandai sekali memimpin, adil dan juga menghargai jasa orang-orang yang membantunya. Mereka berpikir barwa kalau mereka tetap menghambakan dirinya kepada Wang Khan, mereka hanya akan menjadi penggembala kuda seumur hidup. Sebaliknya, kalau mereka menghambakan diri kepada Temucin sambil membawa berita penting yang merupakan jasa yang besar, tentu mereka akan mendapatkan kedudukan yang lebih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tinggi. Maka, malam-malam mereka meninggalkan perkemahan suku Karait, dan menghadap Temucin.
"Mereka, suku Karait dan sekutu mereka, merencanakan untuk menyerang perkemahan Paduka pada malam hari.
Mereka berniat keras untuk membunuh Paduka dan menghancurkan pasukan Paduka." demikian dua orang penggembala kuda itu melapor.
Biarpun jantungnya berdebar karena mendengar laporan ini, namun Temucin tetap tenang. "Coba ceritakan dari permulaan, bagaimana kalian dapat mengetahui akan hal itu, dan apa yang terjadi di sana."
Dua orang penggembala itu lalu bercerita tentang tertawannya lima orang mata-mata yang dikirim Temucin, kemudian tentang persiapan yang dibuat oleh pasukan Karait untuk menggempur malam hari nanti.
Temucin mengangguk-angguk, tidak meragukan lagi kebenaran laporan itu. "Berapakah besarnya pasukan mereka" "
"Besar sekali, Khan yang Mulia! Suku Karait sendiri mengerahkan sedikitnya tiga belas ribu orang, dan ditambah dengan sekutu mereka, maka hamba kira tidak akan kurang dari lima belas ribu orang!"
Temucin mengucapkan terima kasih memberi balas jasa berupa kedudukan sebagai kepala pengurus kuda seluruh pasukannya. Kepala! Tinggal mengawal dan memerintah banyak anak buah, bukan hanya penggembala kuda yang setiap hari bau keringat dan kotoran kuda! Termucin lalu mengumpulkan semua pnnglimanya untuk diajak berunding menghadap keadaan yang gawat itu.
Jumlah musuh ada lima belas ribu orang, sedangkan pasukannya sendiri hanya kurang lebih lima ribu orang saja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Satu lawan tiga! Kalau seimbang saja jumlahnya, dia akan menyambut dengan penuh semangat. Biarpun dia tahu bahwa pasukan Karait merupakan perajurit perajurit yang tangguh, namun perajuritnya sendiri merupakan orangorang gemblengan. Tentu saja kalau harus menyambut musuh yang tiga kali lipat banyaknya dari depan, merupakan bunuh diri yang bodoh. Mereka lalu mengadakan perundingan untuk mengatur siasat. Mereka harus bertindak cepat karena waktunya hanya sedikit sekali.
Dalam waktu beberapa jam saja, pihak musuh tentu sudah datang menyerbu seperti yang dikabarkan oleh dua orang penggembala kuda itu.
Setelah mengadakan perundingan masak-masak dengan para pembantunya, diambillah keputusan untuk mengungsikan semua keluarga mereka. Semua orang dibangunkan dan semua ternak disingkirkan dari perkemahan itu, dipencar-pencar. Keluarga cepat diungsikan dengan kereta-kereta, juga barang-barang berharga mereka. Mereka itu, dengan patuh sekali tanpa mengeluh, malam-malam segera melarikan diri mengungsi, berbondong-bondong mereka menuju ke perkemahan tetap mereka yang letaknya jauh dari situ.
Gerobak-gerobak sapi yang besar tidak dibawa, dibiarkan berdiri mengelilingi perkemahan mereka seperti semula.
Api unggun tetap dinyalakan, bahkan beberapa orang yang gagah berani, dengan kuda yang dapat berlari cepat, mendapat tugas menjaga agar api unggun itu tidak padam.
Setelah semua keluarga lari paling depan, barulah para panglima memimpin pasukan untuk meninggalkan perkemahan itu di bagian belakang, untuk melindungi pelarian para keluarga mereka dari serbuan musuh yang tentu akan melakukan pengejaran. Tujuan mereka adalah daerah berbukit yang berada di depan, kurang lebih sepuluh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mil jauhnya. Daerah berbukit itu akan dapat melindungi mereka, dapat mereka jadikan semacam benteng pertahanan.
Setelah pasukan Temucin menyeberang sebuah sungai, mereka membiarkan kuda mereka minum dan bahkan memberi makan dan membiarkan kuda mereka ini melepaskan lelah. Mereka amat membutuhkan tenaga kuda mereka besok maka malam ini binatang-binatang harus dapat memulihkan tenaga mereka dan tidak terlalu lelah.
Sementara itu, sesuai dengan siasat mereka, orang-orang Karait datang menyerbu lewat tengah malam, menjelang subuh. Mereka memperhitungkan bahwa waktu seperti itu, semua orang Mongol tentu sedang tidur nyenyak, apalagi hawa udara demikian dinginnya. Melihat semua api unggun masih bernyala, mereka memperhitungkan bahwa yang tidak tidur tentulah hanya beberapa orang penjaga api unggun. Dengan penuh semangat dan kegembiraan, penuh kepastian akan memperoleh kemenangan besar, pasukan Karait itu menghujankan anak panah di perkemahan itu.
Akan tetapi, mereka tidak mendapatkan perlawanan sama sekali! Mereka menyerbu ke perkemahan dan barulah mereka -melihat kenyataan yang mengherankan dan membingungkan, yaitu bahwa perkemahan itu kosong!
Atas perintah Temucin yang mengatur siasat, banyak permadani dan pelana-pelana ditinggalkan di dalam perkemahan dan keadaan kacau balau. Hal ini menjadi petunjuk bagi para penyerbu bahwa orang-orang Mongol itu tentu terkejut dan ketakutan, lalu melarikan diri cerai berai.
Karena bingung menghadapi keadaan yang sama sekali tidak mereka duga itu, dan kecewa karena mereka tidak berhasil menemukan Temucin yang akan mereka bunuh, mereka lalu mengadakan perundingan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Api unggun mereka masih bernyala peralatan berharga banyak yang mereka tinggalkan dan keadaannya kacau balau. Jelas mereka itu melarikan diri. Tentu kedudukan mereka lemah sekali. Mari kita kejar mereka!" demikian mereka mengambil keputusan.
Nampak jejak-jejak orang-orang Mongol yang melarikan diri menuju ke timur, maka pasukan orang Karait itu melakukan pengejaran, memacu kuda mereka yang sudah lelah dan tak pernah diberi waktu istirahat itu. Barisan Karait yang amat besar jumlahnya itu merupakan deretan panjang, mengejar orang orang Mongol yang mereka anggap tentu dalam keadaan kacau dan lemah, tidak teratur. Mereka seperti hendak berlumba lebih dulu membunuhi orang Mongol lebih dulu merampok harta benda dan memilih wanita yang paling cantik.
Temucin sudah siap siaga. Tentu saja dia dan para pembantunya sudah menduga akan datangnya musuh. Dari jauh mereka mengintai dan melihat pihak musuh mengejar dengan tidak teratur. Temucin memecah pasukannya menjadi dua. Mereka memacu kuda mereka yang segar dan sudah beristirahat itu, menyeberangi sungai dan menyerang musuh dengan cara menggunting dari kanan kiri.
Terjadilah pertempuran yang hebat! Andaikata Temucin dan para pembantunya belum beristirahat dan kuda mereka tidak segar seperti saat itu, apalagi degan cara penyerangan tiba-tiba dari kanan kiri, tentu pasukan Mongol itu akan mudah dihancurkan pasukan Karait yang jauh lebih besar jumlahnya. Namun, orang-orang Karait dan kuda mereka sudah lelah, dan mereka diserang oleh musuh yang mereka anggap sudah lemah dan ketakutan itu, maka mereka menjadi panik dan banyak perajurit mereka yang roboh dan tewas oleh amukan para perajurit Mongol.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun, karena jumlah orang Karait itu ternyata lebih besar daripada laporan dua orang penggembala kuda, tidak kurang dari dua puluh ribu orang, maka biarpun pasukan Mongol itu menyerang penuh semangat dengan
merobohkan banyak lawan, tetap saja mereka tidak kuat menghadapi pengeroyokan banyak musuh itu. Apalagi ketika matahari mulai terbenam setelah bertempur selama setengah hari dengan cara berlari-larian mempergunakan daerah berbukit-bukit untuk memencarkan pihak musuh, akhirnya Temucin maklum bahwa pasukannya akan habis kalau pertempuran itu di lanjutkan.
Temucin melihat bahwa satu-satunya tempat yang akan menyelamatkan pasukannya hanyalah sebuah bukit yang diberi nama Bukit Gupta, sebuah bukit yang berada di belakang pihak musuh. Bukit itu memang tempat yang amat baik untuk bertahan terhadap serangan musuh yang lebih besar. Bukit yang dikelilingi jurang yang amat curam dan jalan naik ke puncak bukit itu hanya satu, jalan sempit yang diapit tebing curam. Kalau mereka dapat mencapai bukit itu, maka mereka akan selamat. Akan tetapi siapakah yang dapat ditunjuk sebagai pelopor karena bukit itu berada di sebelah belakang musuh" Untuk mencapainya harus mencari jalan darah, yaitu harus melingkari pasukan musuh!
Majulah Guildar, kepala suku Manhut yang menjadi seorang di antara pembantu dan panglima Temucin yang setia. Guildar terkenal pandai sekali menunggang kuda, juga amat pemberani dan cerdik, ditambah pula pandai dia memainkan pedang sambil menunggang kuda.
"Khan yang mulia, biarlah saya yang akan memegang panji Paduka. Biarpun saya sudah letih, namun akan saya pergunakan seluruh sisa tenaga saya untuk memancangkan panji Paduka di puncak Bukit Gupta. Akan saya terjang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semua musuh yang menghalangi saya. Biarlah semua orang melihat keberanian dan kesetiaan saya. Kalau saya gagal dan tewas, harap Paduka suka memelihara keluarga saya!"
Temucin menghampiri dan merangkul Guildar,
kemudian menyerahkan panji dan pedangnya. Guildar menunggang kuda, disusul para perajurlt yang dipimpin para panglima, melindungi Temucin dan Guildar menerjang pasukan musuh bagian samping kiri lalu menyerang bagian belakang. Keadaan musuh menjadi kacau balau dan panik melihat keberanian Guildar dan pasukan Mongol, ditambah pula malam mulai tiba.
Akhirnya, biarpun terluka, Guildar berhasil memancangkan panji Temucin di puncak Bukit Gupta!
Pihak pasukan Karait menjadi gentar. Banyak sekali perajurit mereka yang gugur, apalagi seorang putera dari Wang Khan luka parah, maka terpaksa mereka
menghentikan penyerangan dan mundur. Bagaimanapun juga, harus mereka akui bahwa kerugian di pihak mereka lebih besar! Pada keesokan harinya, kembali mereka melakukan pengejaran. Namun semangat mereka telah melemah sehingga biarpun banyak pula perajurit Mongol yang tewas, namun Temucin dapat menyelamatkan diri berikut keluarganya! bahkan pasukan inti suku-suku yang berlindung di bawah panjinya masih utuh Akhirnya; pasukan Karait mendapat perintah dari atasan untuk menghentikan pengejaran.
"Bukan main dia itu.....!" Wang Khan menarik napas panjang ketika mendengar pelaporan tentang kegagalan membunuh Temucin itu. "Kita telah salah perhitungan.
Orang seperti Temucin itu lebih menguntungkan kalau dijadikan sekutu bukan musuh! Lebih baik dia menjadi kawan daripada lawan."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun, semua telah terlanjur dan dia tahu bahwa Temucin tidak mungkin mau melupakan atau memaafkan penyerangan yang licik dan curang itu. Dugaan raja tua ini memang tepat sekali. Bukan seorang calon raja besar kalau Temucin melupakan kecurangan seperti itu, yang mengakibatkan kekalahan yang dideritanya, kehilangan banyak perajurit harta benda. Beberapa hari kemudian semenjak terjadi piristiwa itu, Wang Khan, yaitu julukan baru yang dianugerahkan Kaisar Kerajaan Cin kapada kepala suku Karait yang tadinya bernama Toghrul atau juga Pendeta Yohanes ini, malah menerima sepucuk surat dari Temucin.
Surat itu ditulis dengan huruf-huruf yang bagus, disusun dalam kata-kata yang indah, nampaknya halus dan sopan seperti sepatutnya seorang putera angkat menulis sepucuk surat kepada ayah angkatnya yang dihormati.
"Ayahanda Wang Khan yang mulia,
Ingatkah ayahanda, ketika ayahanda dikejar musuh, bukankah saya mengirimkan para panglima saya untuk menolong ayahanda" Ayahanda datang kepada saya menunggang seekor kuda buta, dengan pakaian compang camping dan badan kurus kelaparan. Bukankah saya memberi ayahanda ternak biri-biri dan kuda dalam jumlah yang berlebihan" Dahulu, pasukan ayahanda merampas barang-barang rampasan perang yang menjadi hak pasukan saya. kemudian rampasan itu dirampas musuh-musuh ayahanda, dan para panglima saya yang berhasil mengembalikannya kepada ayahanda. Di tepi Sungai Hitam kita telah berjanji untuk bersatu, tidak mendengarkan kata-kata fitnah mereka yang hendak memisahkan kita.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Saya tidak pernah menuntut ganjaran yang lebih dari ayahanda. Andaika kekuasaan ayahanda merupakan kereta, maka saya adalah sebuah di antara roda kereta itu. Kalau kereta hilangan sebuah rodanya, takkan berjalan maju. Kenapa ayahanda marah kepada saya dan menyerang saya?"
Demikianlah bunyi surat itu, sopan halus namun mengandung penyesalan besar, bahkan merendahkan.
Ancaman yang mengerikan mulai menghantui hati Wang Khan. Dia merasa menyesal sekali mengapa menuruti bujukan para puteranya dan para musuh Temucin. Namun penyesalan yang terlambat datangnya tidak ada artinya lagi.
Temucin menyusun kekuatan yang besar sekali. Setelah melakukan penyelidikan untuk mengetahui keadaan dan kekuatan suku Karait, mulailan Temucin melakukan penyerangan.
Sebuah pertempuran hebat terjadi. Pertempuran seru dan mati-matian antara dua buah pasukan yang hampir sama besarnya dan yang saling membenci. Dua buah di antara suku-suku terbesar di daerah Mongol. Suku Karait merupakan suku yang tua dan besar, bahkan Kerajaan Cin di sebelah selatan Tembok Besar juga segan terhadap suku Karait. Kini, suku bangsa itu mengalami penyerbuan besar-besaran dari Temucin. Mereka melakukan perlawanan mati-matian. Namun, Temucin sudah memperhitungkan secara masak-masak sebelum melakukan penyerbuan itu.
Para panglimanya mengambil posisi yang tepat, mengepung pusat benteng bangsa Karait itu. Pertempuran berlangsung dari subuh, sehari penuh dan akhirnya, menjelang senja, perlawanan bangsa Karait dapat dipatahkan. Raja tua Wang Khan dan puteranya menderita luka-luka dan mereka berdua melarikan diri sebelum benteng terakhir bobol.
Perkemahan besar bangsa Karait diserbu dan diduduki.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Harta benda bangsa Karait yang ditinggalkan lari pasukan yang kalah itu dirampas, wanita-wanita ditawan. Temucin sendiri tidak membutuhkan harta benda dan para wanita itu. Dia membagi-bagikan harta dan wanita itu kepada para panglima dan perajurit yang berjasa! Bahkan perkemahan Wang Khan sendiri yang dihias dengan sulaman emas, diberikan seluruhnya kepada dua orang penggembala kuda yang pernah berjasa memberi kabar ketika pasukannya akan diserbu oleh suku Karait tempo dulu, sehingga terjadi pertempuran di Buki Gupta itu.
Pasukan Temucin mengejar sisa tentara Karait. Setelah pasukan musuh itu terkepung, Temucin yang cerdik menahan pasukannya agar tidak membasmi mereka. Dia memberi kesempatan kepada sisa pasukan Karait untuk menyerah dan menaluk, menawarkan agar mereka suka bergabung dengan pasukannya yang semakin besar dan jaya. Karena melihat betapa raja mereka sudah dihancurkan musuh, maka tidak ada pilihan lain bagi pasukan Karait untuk menaluk kepala raja baru yang besar itu.
Temucin tidak mau bertindak kepalang tanggung. Dia memerintahkan untuk mencari dan menangkap para penggerak persekutuan yang memusuhinya. Akhirnya, Chamuka, masih keponakannya sendiri yang berjuluk Si Cerdik itu, tertangkap dan melihat betapa orang ini biarpun cerdik namun amat culas dan membencinya karena iri hati, Temucin lalu menghukum mati padanya, Dia juga menyuruh orang-orangnya menyelidiki kemana larinya Wang Khan dan puteranya. Dan biarpun tidak secara terang-terangan, Temucin berhasil pula menyuruh mata-rnatanya untuk melakukan pengejaran, pencarian kemudian membunuh pula Wang Khan dan puteranya. Karena hal itu dilakukan secara rahasia, maka tidak ada yang menyangka bahwa dia yang menyuruh orang membunuh bekas ayah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
angkatnya itu. Bermacam-macam berita tentang kematian Wang Khan. Ada yang mengatakan dia dan puteranya dalam pelarian itu dibunuh perampok, ada yang mengabarkan dibunuh orang-orang Turki.
Semenjak berhasil mengalahkan suku Karait, bahkan kini seluruh sisa suku Karait bergabung di bawah panji Temucin, maka raja muda ini menjadi semakin terkenal dan besar kekuasaannya. Para kepala kelompok menjadi gentar.
Kalau suku Karait yang demikian besar dan kuat sampai dapat dikalahkan, maka pada waktu itu, kiranya tidak ada pemimpin yang akan mampu menandingi kebesaran Temucin. Semakin banyak kepala kelompok yang menakluk sebelum diserang menggabungkan diri, mengakui kekuasaan Temucin. Mereka yang tidak mau tunduki diserbu dan dihancurkan. Dalam hal ini Temucin bertangan besi. Suku yang tidak mau taluk, diserbu dan dibasmi habis kecuali para wanitanya yang dibagi-bagikan kepada para perajuritnya, dan kanak kanak yang sehat dipelihara karena kelak dapat menggantikan para perajurit yang tua.
Ternyata Temucin merupakan seorang pemimpin yang amat bijaksana. Dia memberi hadiah yang amat besar, bahkan tidak sayang memberikan barang milik pribadinya kepada panglima yang berjasa. Para panglima yang menjadi pembantu utamanya dan sudah menumpuk jasa
dihormatinya dan diberi kekuasaan mutlak sehingga mereka itu dapat saja setiap saat memasuki kemahnya! Bahkan banyak di antara para panglima berjasa ini yang melakukan kesalahan besar, yang menurut kebiasaan seharusnya dihukum mati, ternyata diampuni oleh Temucin.
Sebaliknya, kepada musuh-musuhnya, yaitu suku yang tidak mau mengakui kekuasaannya, dia bertindak kejam bukan main, membunuh mereka tanpa mengenal ampun lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Berduyun-duyun datanglan kelompok-lompok baru dan akhirnya, hampir seluruh suku di daerah Mongol yang membentang luas dari barat ke timur dan dari Tembok Besar ke utara, taluk dan bergabung dengan pasukan Temucin. Bangsa Mongol menjadi bangsa yang besar, bersatu dan amat kuat. Demikian besarnya kekuasaan Temucin sehingga suku-suku yang tadinya saling bermusuhan turun temurun, setelah mereka bergabung dengan Temucin, maka permusuhan di antara mereka itu dilupakan. Dan kelompok-kelompok yang berlainan agama, ada yang beragama Buddha dan Syaman, pemuja berhala, Kaum Muslimin dan penganut Agama Nasrani Nestorian, dapat bersatu di bawah panji Temucin!
Temucin yang hendak mengukuhkan kedudukannya itu mengusulkan untuk mengadakan rapat besar di antara para pimpinan kelompok. "Kita telah menjadi bangsa yang besar dan semua kelompok dan suku telah bersatu padu. Untuk memimpin bangsa yang besar ini, kita membutuhkan seorang pemimpin, seorang Khan (Raja) yang dapat membimbing kita menjadi bangsa yang besar, Jaya dan kuat, bukan bangsa yang berkeliaran tanpa tempat tertentu seperti kebanyakan dari kita." Demikian antara lain Temucin mengajukan usul yang diterima oleh semua kepala kelompok.
Ketika itu, bangsa Turki juga menyatakan dirinya bersatu dengan bangsa Mongol yang semakin kuat itu. Ketika diadakan sidang atau rapat besar yang terjadi dalam tahun 1206, dalam pemilihan raja, tentu saja semua pemimpin kelompok menunjuk dan memilih Temucin Tak seorang pun meragukan kemampuannya, melihat betapa pandainya Temucin memimpin bangsa Mongol selama beberapa tahun ini. Dengan suara bulat, Temucin diangkat menjadi raja dan atas usul seorang ahli nujum, Temucin diberi gelar Jenghis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kha Khan (Yang Teragung Diantara Raja) dan kemudian terkenal dalam sejarah sebagai Jenghis Khan! Dengan sikap yang agung dan hati yang besar Temucin menerima pengangkatan itu dan sejak itu dia pun menjadi raja besar Jenghis Khan yang kelak akan mengguncangkan sebagian dunia dan namanya dikenal oleh seluruh dunia.
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Tebing itu curam sekali. Hati merasa ngilu kalau orang berdiri di tepi tebing dan menjenguk ke bawah. Bukan main curamnya. Tidak kurang dari seribu kaki Dan jauh di bawah sana nampak air laut. Dari jarak sejauh itu, air laut nampak tenang sekali, seperti hamparan kain beledu biru.
Batu-batu karang nampak kecil-kecil menghias pantai di bawah. Padahal kalau orang berada di bawah tebing, air laut itu bergelora tak pernah berhenti, menghantami batu karang mengeluarkan suara berdebur keras dan mengguncangkan karang besar. Yang nampak dari atas hanya garis-garis putih, yaitu puncak alun yang membuih.
Anehnya, di atas tebing curam yang amat sunyi itu, di tepi pantai Laut Timur, berdiri sebuah bangunan yang megah. Sepi sekali tebing itu dan tidak nampak ada rumah lain. Memang daerah itu terpencil. Tentu saja tidak ada orang yang suka membangun sebuah dusun di atas tebing curam yang sunyi seperti itu Apa yang diharapkan dari tempat seperti itu" Tanahnya batu kapur yang tidak dapat ditanami. Tebingnya curam sehingga tidak mungkin orang mengharapkan pencaharian ikan di lautan. Hutannya juga tidak subur, hanya ditumbuhi pohon pohon liar yang tidak dapat dimanfaatkan, dan hampir tidak ada binatang buruan di daerah itu. Karena itu, maka sungguh aneh melihat ada sebuah rumah besar tanpa tetangga di tempat itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Rumah terpencil itu cukup besar dan megah. Genteng-gentengnya masih nampak bersih dan kuat, temboknya juga haru saja dikapur lagi. Pekarangan rumah itu ditanami bunga-bunga, pemandangan yang aneh di daerah berbatu kapur itu. Kalau orang mendekat, baru dia tahu bahwa pekarangan itu agaknya ditimbuni tanah subur yang tentu didatangkan dari bawah tebing, di daerah yang tanahnya subur lebih menengah ke daratan. Dan rupanya ada sumber air dari atas tebing itu, hal yang cukup aneh. Mungkin air itu mengalir dari puncak tebing yang lebih tinggi dan air ini ditampung dan cukup memenuhi kebutuhan penghuni rumah itu, juga untuk menyirami tanaman di pekarangan kalau musim kering tiba.
Rumah itu dikurung pagar tembok dan kalau orang memasuki rumah itu, dia akan semakin terheran-heran melihat perabot rumah yang serba indah dan mahal!
Rumah dengan prabot, seperti itu sepatutnya berada di kota, menjadi tempat tinggal keluarga bangsawan berpangkat tinggi atau setidaknya keluarga seorang hartawan besar. Apalagi melihat adanja belasan orang wanita muda yang kesemuanya cantik manis, dari usia dua puluh sampai tiga puluh tahun yang bekerja di rumah besar itu. Tentu rumah bangsawan tinggi. Dan di pintu depan nampak gardu jaga di mana terdapat lima orang penjaga yang bertubuh kekar dan bersikap bengis. Bukan, bukan pejabat, karena kalau rumah pejabat, tentu penjaganya perajurit berpakaian seragam Padahal, para penjaga ini tidak berpakaian seragam, melainkan pakaian seperi ahli silat tukang pukul.
Memang aneh keadaan rumah itu berdiri di tempat yang aneh dan tidak pada tempatnya. Akan tetapi, pemilik rumah itu memang bukan manusia biasa melainkan seorang manusia yang aneh, manusia yang ditakuti dunia kang-ow
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan dianggap seperti bukan manusia melainkan lebih mendekati iblis! Dia adalah Tung-hai Kiam-ong (Raja Pedang Laut Timur) Cu Sek Lam yang juga dianggap sebagai datuk besar wilayah timur. Dia ditakuti di dunia kang-ouw dan tidak ada tokoh sesat yang tidak tunduk kepadanya. Bahkan para pimpinan gerombolan sesat banyak yang suka mengirim bingkisan tanda kehormatan kepada datuk besar itu sehingga Tung-hai Kiam-ong yang sudah kaya raya itu tak pernah berkurang kekayaannya, bahkan makin bertambah.
Datuk ini memiliki sebuah kereta besar dan setiap tiga hari sekali, orang-rangnya mengendarai kereta pergi ke kota Si-yang, belasan li jauhnya dari tebing itu, untuk pergi berbelanja segala barang yang dibutuhkan keluarga Cu Sek Lam.
Dan biarpun rumah itu berdiri terpencil di tempat sunyi, namun penghuninya tak pernah merasa kesunyian. Hampir setiap malam tentu terdengar musik dibunyikan di ruangan belakang, di mana para pelayan wanita itu bermain musik, bernyanyi, menari dan menghibur hati majikan mereka.
Dan ternyata bahwa belasan orang wanita muda cantik bukan hanya menjadi pelayan dan mengurus rumah tangga itu, melainkan juga menjadi penghibur, pandai bermain musik pandai pula bermain silat sehingga mereka merupakan pasukan keamanan sebelah dalam rumah, dan juga mereka menjadi selir-selir Tung Kiam yang menemani tidur majikan itu setiap kali mereka dibutuhkan.
Beberapa hari sekali, ada saja tamu yang datang berkunjung. Mereka adalah tokoh-tokoh sesat, pemimpin-pemimpin gerombolan yang datang untuk menyampaikan hormat dan bingkisan mereka. Mereka itu bukan memberi dengan percuma, karena pertama, mereka tentu akan dianggap sebagai sahabat oleh datuk besar itu, dan ke dua,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sehelai surat saja dari si datuk besar sudah merupakan suatu jaminan bagi mereka. Takkan ada seorangpun berani mengganggu sahabat dari datuk besar Tung-hai Kiam-ong!
Tung-hai Kiam-ong Cu Sek Lam adalah seorang laki-laki berusia enam puluh tahun yang berperawakan sedang dan wajah tampan. Dia kelihatan pendiam, wibawa, bahkan congkak, memandang rendah orang lain dan merasa bahwa dialah orang yang paling hebat di dunia ini! Pantangannya adalah kalau ada orang memandang rendah atau tidak menghargainya. Siapapun orang itu tentu akan dicarinya, ditantang berkelahi dan dibunuhnya! Dia telah kematian isterinya, namun duda ini tidak pernah merasa kesepian karena lima belas orang wanita muda yang bekerja mengurus gedungnya merupakan selir-selir yang cantik dan menyenangkan hatinya. Tung Kiam hidup di gedung itu bersama seorang pemuda bernama Cu See Han, yaitu putera dan anak tunggalnya. Pemuda ini telah berusia dua puluh tiga tahun, tampan dan gagah seperti ayahnya, juga memiliki ilmu kepandaian tinggi mewarisi ilmu-ilmu ayahnya. Dia bahkan mempelajari pula kesusastraan sehingga dia menjadi seorang bun-bu-coan-jai (ahli silat dan sastra) yang berwajah tampan dan berkepandaian tinggi.
Selain mewarisi ilmu kepandaian ayahnya, juga Cu See Han mewarisi kesombongan ayahnya, dan ditambah lagi dia berwatak cabul dan mata keranjang! Semenjak dia remaja dan berangkat dewasa, semenjak ibu kandungnya meninggal dunia, See Han memperoleh guru-guru yang amat pandai dalam hal kecabulan, yaitu para pelayan atau selir-selir ayahnya sendiri! Dan merekalah dia menjadi hamba nafsu berahi dan mereka itu semua dengan senang hati akan suka menjadi gurunya yang penuh gairah! Tung Kiam tahu akan hal ini, tahu bahwa puteranya menjadi kekasih semua selirnya, namun dia tidak peduli dan hanya tertawa saja!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun, lima belas orang selir ayahnya itu akhirnya membosankan pula hati pemuda ini dan mulailah dia pergi ke kota Si-yang dan menjadi langganan tetap rumah-rumah pelacuran yang hanya terdapat di kota itu. Dan dia juga amal terkenal, disuka di kalangan pelacuran karena dia muda, tampan, jantan dan kaya raya, royal dengan uangnya. Karena orang-orang mengenal Cu-kongcu (tua muda Cu) ini sebagai putera datuk besar yang tinggal di tebing, tak seorang pun berani bersaing dengan dia. Inilah perbedaan antara ayah dan anak itu. Kalau si ayah selalu bersikap angkuh dan tidak mau merendahkan diri dengan berkeliaran ke rumah pelacuran, sebaliknya puteranya menjadi langganan rumah-rumah pelesir itu. Dan kalau si ayah seorang yang pendiam, sebaliknya di dalam kesombongannya Cu See Han pandai bicara dan pandai memikat hati wanita. Entah sudah berapa banyaknya wanita terjatuh ke dalam pelukan pemuda ini, baik ia wanita isteri orang, atau perawan yang belum bersuami.
Jarang ada wanita yang mampu bertahan, mampu menolak rayuan maut Cu See Han. Dan para suami yang isterinya diganggu, orang-orang tua yang anaknya diganggu, tidak ada yang berani memperlihatkan kemarahan mereka terhadap pemuda itu. Mereka hanya diam-diam menceraikan isteri mereka, atau mengusir anak mereka yang telah mendatangkan aib kepada keluarga mereka.
Tentu saja para wanita itu yang akhirnya menjadi korban karena tentu saja Cu See Han tidak pernah mau bertanggung-jawab, apalagi mengawini para wanita itu!
Kalau sudah bosan, dia pun pergi meninggalkan, mereka begitu saja. Dan dia seorang pemuda pembosan. Tak pernah ada wanita yang dapat memikatnya selama lebih dari satu bulan saja.
Beberapa bulan yang lalu, pernah Cu See Han berhasil memikat hati seorang gadis puteri seorang ahli silat yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tinggal di kota Jian-hu, sebelah selatan kota Si-yang. Gadis itu tergila-gila kepada See Han dan akhirnya seperti juga banyak wanita lain, ia terpikat dan menyerahkan diri kepada See Han. Orang yang sudah tergila-gila seperti mabuk dan tidak sadar lagi apa yang ia lakukan.
Ayah gadis itu, seorang ahli silat Bu tong-pai, terkejut dan marah ketika melihat puterinya dinodai Cu See Han.
Akan tetapi dia pun sudah mendengar siapa pemuda itu.
Sebagai seorang yang gagah dia pun langsung saja pergi berkunjung ke rumah kediaman Tung-hai Kiam-ong Cu Sek Lam untuk minta pertanggungan jawab orang tua pemuda itu. Dia cukup tahu diri, tidak memperlihatkan kemarahan hanya mohon agar datuk besar itu suka menjodohkan puterinya yang telah ternoda itu dengan See Han. Akan tetapi, Tung Kiam menyambut permohonan itu dengan marah. Akhirnya, ayah yang malang ini dengan gagah mempertahankan kehormatan puterinya dan menantang Tung Kiam! Namun, dia bagaikan seekor anjing yang pemberani menantang seekor harimau! Dalam belasan jurus saja, pedang di tangan Raja Pedang itu telah menembus jantungnya dan dia pun tewas! Mendengar peristiwa ini, gadis itu minta pertanggungan jawab See Han. Ia malah ditertawakan dan pada malam harinya, gadis itu pun menggantung diri, memilih mati menyusul ayahnya daripada hidup terhina!
Karena banyak peristiwa seperti itu terjadi, akhirnya banyak gadis yang berhati-hati. Mereka tahu akan ketampanan dan kejantanan Cu See Lam, namun mereka tahu pula bahwa pemuda itu hanya mempermainkan cinta seorang wanita, dan akhirnya setelah bosan wanita itu akan ditinggalkan begitu saja. Setelah mendapatkan nama buruk di kalangan wanita, See Han yang tampan itu terasing di kota Si-yang dan sekitarnya! Sukar sekali baginya untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendapatkan korban baru. Untuk bermain-main di rumah pelacuran tentu saja dia masih diterima dengan gembira, akan tetapi dia bosan dengan para pelacur itu. Kalau dia mau, tentu saja amat mudah baginya, untuk memaksakan kehendaknya kepada gadis atau wanita yang .manapun juga. Akan tetapi, dia tidak pernah dan tidak mau melakukan paksaan, tidak pernah mau memperkosa wanita.
Ketinggian hatinya, kepercayaan kepada diri sendiri bahwa dia tampan, kaya-raya, menarik dan pasti mampu menjatuhkan hati wanita, membuat dia merasa malu dan rendah kalau harus memperkosa wanita! Memperkosa wanita itu berarti dia mengakui bahwa wanita itu tidak mau menyerahkan diri kepadanya dengan sukarela tidak runtuh oleh rayuannya!
Mulailah Cu See Han mencari korban di lain kota, di mana dia belum dikenal orang, walaupun namanya, terutama nama ayahnya, sudah dikenal oleh seluruh dunia kang-ouw, terutama di bagian timur sepanjang pantai, dari utara sampai selatan. Mulailah dia menjelajahi kota-kota besar dan dusun-dusun yang jauh dari tempat tinggalnya, mulai dengan petualangannya menjatuhkan hati wanita, baik yang sudah bersuami maupun yang belum, dengan rayuannya. Tentu saja tidak sembarang wanita, melainkan wanita yang kecantikannya cocok dengan seleranya dan yang memikat hatinya. Dan dia pun mulai jarang berada di rumah. Namun ayahnya, yang tahu akan kesukaan puteranya dan sudah sepenuhnya percaya akan kepandaian See Han untuk berjaga diri dan akan kebesaran namanya sehingga takkan ada orang berani mengganggu puteranya, mendiamkan saja.
Pada suatu hari, ketika matahari mulai muncul di balik tebing sebelah timur yang tinggi, dua orang nampak mendaki tebing, melalui jalan raya yang sengaja dibuat oleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tung Kiam menuju ke rumah gedungnya. Jalan ini cukup baik, dan-dibuat untuk jalan kereta orang-orangnya, juga untuk para tamu yang hendak datang berkunjung. Dua orang itu bukan lain adalah Kwee Hong dan Ang Siang Bwee. Seperti kita ketahui, dalam perjumpaannya dengan Nam Tok yang dianggap musuh besar diserangnya, San Hong menderita luka pukulan Hek-in Pay-san yang amat dahsyat dan yang mengandung racun sehingga dia terluka hebat di dalam dadanja. Biarpun dia memiliki tenaga sinkang yang kuat, namun kalau dia tidak memperoleh pengobatan yang tepat, nyawanya takkan dapat lebih dari setahun umurnya tepat seperti yang dikatakan Nam-Tok-ong Ang Leng Ki atau Nam Tok musuh besar itu! Dan sebelum memperoleh pengobatan, dia menjadi seorang yang lemah karena setiap kali dia mengerahkan sin-kang, tenaga itu akan memarahkan luka di dalam dadanya yang dapat membunuhnya seketika.
Selama dalam perjalanan mereka mencari pengobatan, sikap Siang Bwee membuat San Hong merasa terharu berterima kasih sekali. Sikap gadis itu amat ramah dan menjaganya dengan penuh ketelitian. Dia merasa seperti dimanja, seperti seorang anak kecil tak berdaya, bahkan untuk makan mereka berdua saja gadis itulah yang selalu berusaha mendapatkannya. Dan hampir setiap hari gadis itu memaksanya untuk membiarkan ia mengerahkan sinkang melalui telapak tangan pada punggung yang terluka, bukan untuk menyembuhkan luka itu, hal ini tidak mungkin, melainkan untuk mengurangi rasa nyeri yang menyiksa diri San Hong.
Pagi-pagi sekali tadi mereka berdua meninggalkan kota Si-yang di mana mereka bermalam di rumah penginapan semalam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lihat, itulah rumahnya." kata.Siang Bwee sambil menudingkan telunjuknya ke arah tebing setelah mereka tiba di bawah tebing.
San Hong memandang dan jantungnya berdebar tegang.
Dia sudah pernah mendengar para gurunya bercerita tentang seorang di antara para datuk besar dunia kang-ouw yang berjuluk Tung-hai Kiam ong itu. Menurut gurunya, para datuk, besar merupakan orang-orang aneh yang kadang-kadang dapat berbuat amat kejam dan aneh. Watak mereka aneh dan sukar sekali didekati. Dia sendiri sudah merasakan keanehan dan kekejaman watak ayah Ang Siang Bwee, yaitu Nam Tok, seorang di antara para datuk besar itu. Bagaimana sekarang Siang Bwee berani membawanya ke rumah Tung Kiam yang terkenal jahat" Bukankah itu mencari penyakit saja" Bukan mengobati, bahkan mungkin mereka berdua akan mengalami celaka di tempat itu, pikirnya. Ah tetapi siapa tahu. Mungkin karena ayah Siang Bwee juga seorang datuk besar maka Tung Kiam mau memenuhi permintaan gadis itu. Dia tidak dapat berbuat lain kecuali pasrah, dan dia sudah percaya sepenuhnya kepada gadis ini, gadis berpakaian pria yang wataknya juga aneh, akan tetapi yang sejak dia tahu seorang wanita telah menjatuhkan hatinya.
"Bwee-moi, aku masih merasa khawatir sekali. Kita berdua belum pernah bertemu dengan Tung Kiam dan engkau sendiri sudah bercerita kepadaku betapa aneh dan jahat wataknya. Aku tidak khawatir terhadap diriku sendiri.
Bagaimanapun juga, aku sudah dibayangi maut, akan tetapi bagaimana kalau sampai dia mengganggumu dan sampai dia... membunuhmu?"
Siang Bwee memandang kepada pemuda itu dan
tersenyum manis. "Hong-ko, kalau aku mati, bukankah itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berarti bahwa kita tidak akan saling berpisah lagi" Aku hanya akan menemanimu mati, Hong-ko. "
Bukan main merdunya kata-kata itu terdengar oleh telinga San Hong, bagaikan tangan yang lembut mengelus hatinya. Akan tetapi pandang mata gadis itu berseri dan dia tahu bahwa dia itu hanya bergurau.
"Jangan main-main, Bwee-moi. Aku benar-benar mengkhawatirkan engkau."
"Tidak perlu khawatir, Hong-ko. Aku bukan orang yang begitu ceroboh dan bodoh. Sebelum bertindak aku selalu mempertimbangkan dan memperhitungkannya masak-masak. Aku sudah mempelajari watak-watak dari Tung Kiam maka aku berani menemuinya, bahkan aku berani menjamin bahwa dia pasti akan mengobatimu sampai sembuh! Marilah, kita percepat langkah kita agar segera dapat bertemu dengan dia. Aku pun agak tegang dan ingin cepat-cepat bertemu dan melihat dia mengobatimu."
San Hong tidak membantah lagi. Dia sendiri tidak mengkhawatirkan dirinya dan kini gadis itu menggandeng tangannya. Betapa halus tangan itu, betapa, hangat dan penuh ketulusan hati. Seorang gadis yang luar biasa! Dia tidak merasa canggung karena andaikata ada orang lain melihat mereka, apa salahnya kalau dua orang pria muda saling bergandeng tangan sebagai dua orang yang bersahabat karib"
"Bwee-moi....." Dia berkata ragu.
"Apa lagi, Hong-ko" Di depan mereka yang berada di atas itu, aku harus menyebut engkau bagaimana" Siauw-moi ataukah siauw-te?"
Siang Bwee tersenyum. "Terserah kepadamu, Hong ko.
Kalau orang lain, mungkin, dapat kukelabui dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penyamaran ini, akan tetapi siapa mampu mengelabui orang macam Tung Kiam" Seperti mengelabui ayahku, sungguh tidak mudah! Orang macam Tung Kiam dan para datuk besar itu, sekali dua kali pandang saja tentu akan tahu bahwa aku seorang wanita."
"Kalau begitu, mengapa engkau menyamar" Menghadapi seorang lo-cianpwe yang berkedudukan tinggi, bukankah lebih baik kalau berterus terang saja agar tidak menimbulkan kecurigaan" "
"Aih, engkau benar, Hong-ko. Engkau benar sekali hampir aku lupa akan hal itu! Dalam pandangan pertama, kita tidak boleh membuat dia curiga atau marah. Tunggu sebentar, aku harus berganti pakaian wanita!" Gadis itu lalu berlari ke balik sebuah batu kering di tepi jalan. Batu itu cukup besar sehingga dapat menyembunyikan dirinya. San Hong tersenyum dan dia pun duduk di atas batu dan menanti dengan jantung berdebar. Bagaimana rupanya Siang Bwee kalau berpakaian wanita, pikirnya dan jantungnya berdebar tegang. Selama ini, Siang Bwee selalu mengenakan pakaian pria dan juga rambutnya diatur seperti rambut pria sehingga sukar baginya untuk membayangkan Siang Bwee dalam pakaian wanita! Juga dia tidak mengira bahwa di dalam buntalan pakaiannya itu terdapat pakaian wanita!
Tadinya dia mengira bahwa tentu akan lama dia menanti. Bukankah menurut pendapat orang, seorang gadis itu menggunakan waktu yang lama sekali kalau berganti pakaian dan berdandan! Bahkan mendiang ibunya dahulu juga menggunakan waktu paling lama kalau berdandan, sehingga ayahnya sering mengomel kalau mereka hendak pergi bersama dan ayahnya harus menanti sampai lama!
Akan tetapi selagi dia masih melamun, tiba-tiba terdengar suara di belakangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hayo, Hong-ko!"
Dia terkejut. Memang tadi dia duduk membelakangi batu besar itu dan karena tidak menduga gadis itu akan selesai sedemikan cepatnya, maka dia agak terkejut dan membalikkan, tubuh. Dan..... ia terpesona! Hampir dia tidak percaya bahwa yang berdiri di depannya itu adalah Siang Bwee! Seorang gadis yang cantik jelita dan manis luar biasa! Wajahnya demikian manis, dengan dagu kecil meruncing, sepasang mata yang lebar dan jeli, tersenyum dengan mulut yang amat manis, dihias lesung pipit. Wajah itu dibedaki sedikit sehingga lebih putih mulus daripada biasanya.
"Heiii, Hong-ko! Kau kenapa" Melihat apa" Apakah aku buruk seperti setan maka engkau memandang terbelalak seperti itu?"
"Ah, tidak..... sama sekali tidak. Engkau..... engkau seperti..... bidadari......"
Akan tetapi wajahnya berubah lebih merah daripada wajah Siang Bwee yang menjadi kemerahan seperti bunga mawar mekar, karena dia merasa kelepasan bicara dan khawatir kalau gadis itu menjadi marah. Akan tetapi ternyata Siang Bwee tidak marah, melainkan memandang kepadanya dengan mata bersinar, wajah berseri dan bibir yang tersenyum manis sekali.
Pendekar Panji Sakti 12 Durjana Dan Ksatria Seri Thiansan Karya Liang Ie Shen Pukulan Naga Sakti 17

Cari Blog Ini