Ceritasilat Novel Online

Kucing Suruhan 7

Kucing Suruhan Karya S B Chandra Bagian 7


Kapten Siregar melirik pada Erwin yang kebetulan juga melirik dirinya. Sama-sama punya pertanyaan atau dugaan di dalam hati, tetapi tidak menyatakannya dengan lisan. Tetapi kemudian perwira itu bertanya juga kepada Erwin, apakah kedua orang yang diserang para pendatang itu punya hubungan famili atau persahabatan dengannya. Erwin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjawab sejujurnya: "Saya lebih kenal dengan kucing mereka!" Semua yang hadir, termasuk Sumarta dan Daeng Mapparuka jadi sangat heran. Dan pada saat itu Sati sedang menggesek-gesekkan badannya ke kaki Erwin. Kini timbul lebih banyak pertanyaan di dalam benak Kapten Sahata Siregar yang mengetahui cukup banyak tentang kisah-kisah manusia harimau atau harimau piaraan di Tapanuli. Dan mendengar pula bahwa kucing sesungguhnya merupakan nenek bagi harimau. Si nenek begitu manja pada cucunya.
Ada hubungan apakah antara si manusia harimau dengan kucing yang bukan kucing biasa ini" Binatang ini telah menyerang dua orang yang hendak menganiaya bahkan mungkin membunuh majikannya. Dan serangan binatang bukan buas itu, bisa mematikan. Kapten Sahata Siregar belum biasa mendengar manusia kucing. Tetapi memang diketahuinya ada kucing siluman atau setan di dalam kucing.
Apakah ini kucing setan yang tunduk kepada Sumarta" Apakah Sumarta ini seorang pemakai ilmu hitam yang dapat memerintah kucing atau barangkali merubah manusia menyerupai kucing" Dia ingin mengetahui ini, tetapi tentu bukan sekarang waktu yang tepat. Ada tiga manusia dalam keadaan cukup gawat, tambah lagi Daeng Mapparuka yang bengkak dan berdarah mukanya. Semua ini harus dikirim ke rumah sakit. Yang menyerang dan yang diserang.
"Kau yang barangkali paling banyak tahu tentang semua ini bung Erwin," kata Kapten Sahata Siregar. "Maukah anda menolong aku?"
"Dengan segala senang hati, kalau saya dapat. Tetapi saya rasa saya hanya dapat bercerita tentang apa yang saya lihat.
Saya tidak mengenal mereka ini dan saya tiba di sini pun hanya secara kebetulan!" jawab Erwin.
"Kisah yang amat menarik! Aku akan senang sekali kalau anda mau mampir ke kantorku!" kata Kapten Siregar, tetapi cepat diralatnya: "Atau singgah ke rumahku saja." Ia ingat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa ada sejumlah perwira polisi yang sudah sangat mengenal Erwin, bahkan punya urusan dengan dia. Orang ini pernah ditahan polisi dan pernah lenyap dari tahanan begitu saja, tanpa merusak apa pun. Malahan dia dalam keadaan sangat gawat ketika hilang dari tahanan. Yang lebih aneh lagi, tidak ada orang melihatnya keluar dari kantor polisi! Tetapi ada beberapa polisi yang binasa oleh serangan makhluk semacam harimau.
"Baiklah, Kalau diriku dianggap bisa membantu," kata Erwin. Ini sudah cukup untuk Kapten Sahata Siregar. Manusia harimau yang sudah sangat terkenal dalam lingkungan terbatas itu ternyata mau diajak bekerja sama. Kapten itu memandang si kucing suruhan yang kebetulan pada detik yang sama juga sedang memandangi sang perwira. Tidak kelihatan kelainan pada kucing yang dianggapnya luar biasa ini. Sama dengan Erwin yang dalam keadaan biasa juga tidak punya perbedaan apa pun dengan manusia-manusia lainnya.
Ambulans yang diminta polisi datang telah tiba. Ketiga tamu yang datang dengan niat jahat itu diangkut di bawah penjagaan cukup ketat. Kapten Siregar membisikkan kepada bawahannya agar hati-hati. Kalau mereka sampai kabur, polisi bisa kehilangan jejak. Dan Siregar yakin, orang-orang ini tidak berdiri sendiri. Ada orang kuat berdiri di belakangnya. Siapa orang kuat ini" Penjahat besar biasa ataukah manusia yang berbaju pejabat"
"Mana mungkin mereka lari pak Kapten," kata Parmo yang sudah berpangkat letnan dengan mengenakan baju preman.
"Jangan punya pendapat begitu Let," kata Siregar.
"Semuanya bisa terjadi. Jenazah pun bisa lari apalagi manusia-manusia yang cuma luka-luka dan rusak tangannya!"
Lalu katanya berbisik: "Mereka pasti punya banyak kawan.
Semoga sahabat mereka tidak berada di lingkungan kita."
Letnan Parmo mengangguk. Mengerti. Kewaspadaan maksimal sangat mutlak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apa yang dikuatirkan Kapten Siregar ternyata bukan angan-angan seorang pengarang roman yang hidupnya dari daya khayal semata-mata. Di sebuah jalan yang agak sepi ada sebuah sedan Holden Primer menyerempet ambulans, sehingga tergeser ke pinggir. Untunglah supirnya sudah diambil alih sejak berangkat tadi oleh seorang sersan yang sudah kenyang asam garam dalam permainan begitu, sementara supir aslinya duduk di sampingnya. Letnan Parmo yang mengikuti dengan sepeda motor melepaskan tembakan-tembakan peringatan. Tidak menyangka akan dilayani begitu gencar mobil yang menyerempet sendiri yang jadi terkejut dan buru-buru menyelamatkan diri. "Sialan" maki penjahat yang duduk di sisi supir. "Pasti ada mata-mata polisi di kalangan kita." Letnan Polisi Parmo merasa bangga pada dirinya dan pada pimpinannya yang punya firasat tajam itu. Ambulans masuk pekarangan rumah sakit dengan selamat. Tiga penjahat yang punya cerita amat mengasyikkan harus diselamatkan supaya "kalau polisi cukup cekatan" segala rahasia dapat dibongkar. Hasil gemilang itu akan banyak artinya bagi mengembalikan citra polisi yang di sana sini agak bernoda oleh tingkah laku sementara manusia yang ada di dalam tubuhnya sendiri. Letnan Parmo benar-benar boleh bangga atas hasil itu. Tetapi, kebanggaan itu menjadi sirna sama sekali, ketika diketahui bahwa yang dibawa para petugas rumah sakit keluar ambulans bukan orang luka, melainkan hanya tubuh yang sudah tidak bernyawa. Dan bukan hanya satu mayat. Ketiga-tiganya tawanan kelas berat itu sudah mulai kejang. Mereka telah bunuh diri dengan menelan kapsul racun yang amat keras. Rupanya begitu perintah dari atasan mereka. Tidak boleh tertangkap hidup. Berhasil menjalankan tugas dengan imbalan yang sangat memuaskan, mati di tangan lawan atau bunuh diri sebagai tawanan. Betapa pun berat mengambil nyawa sendiri, tetapi mereka tidak dapat mengelak dari perjanjian itu. Kalau mereka tidak melakukannya sesuai mufakat, maka mereka toh akan dibunuh juga dengan cara yang mungkin amat menyakitkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kenapa bunuh diri masih bisa terjadi, padahal sebelum dimasukkan ke ambulans tadi pakaian mereka telah digeledah.
Di mana mereka menyembunyikan kapsul maut itu" Mereka tidak tahu. Direkatkan di rambutkah" Ataukah di lubang telinga" Mungkin juga hanya dicelah kaus kaki mereka.
Tempat itu tadi memang tidak diperiksa. Entah karena kealpaan, entah karena dianggap
tidak mungkin. Kapten Sahata Siregar kecewa setengah mati Dia berharap akan menggulung satu komplotan yang banyak menimbulkan bencana. Bukan hanya penganiayaan dan pembunuhan.
Mungkin juga mengedarkan obat bius, mungkin melakukan tindak subversi ekonomi atau politik. Mereka pasti bukan hanya pembunuh bayaran biasa. Mereka orang-orang keras berhati dingin seperti baja. Mereka mau melakukan apa saja.
Hampir tanpa kecuali. Suatu peluang yang amat bagus telah berlalu.
*** SUMARTA menceritakan kepada Erwin seluruh peristiwa.
Juga tentang kucingnya. Tetapi dia tidak menceritakan tentang Christine yang tergila-gila kepadanya. Sebaliknya Erwin hanya mengatakan, bahwa ia sedang bersama sahabatnya ketika Sati datang dan membuat gerak seperti mengajak dia ke suatu tempat. Kiranya benar ke rumah Sumarta dan Daeng Mapparuka. Juga bah-wa dia bisa sedikit-sedikit mengobat. Tidak selalu berhasil.
Tetapi apa mau dikata. Dasar rahasia mau terbuka.
Diwaktu itu tiba sebuah sedan. Yang biasa Christine Julianty Subandrio dengan setingkat rantang berisi makanan. Erwin memandang, memang cantik perempuan ini. Kemudian ia memandang ke arah Sumarta. Tampak jelas matanya bersinar gembira. Bukan untuk berlagak terhadap Erwin, tetapi karena kegirangan semata-mata Siapa pulalah orang yang tidak akan gembira ria melihat orang yang selalu dirindukan datang di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saat hati baru terluka oleh perbuatan bajingan semacam Hidalgo dan Marhaban. Selama bergaul dengan Daeng Mapparuka banyak juga yang dipelajari Sumarta Ia segera memperkenalkan tamunya
"Ini pak Erwin," katanya. Erwin mengangguk, begitu pula Christine. "Dia orang hebat dari Sumatra. Kalau tidak oleh kedatangannya tadi, entah apa yang terjadi!"
"Ada apa?" tanya Christine. Ia belum mengetahui apa-apa, karena Daeng sudah dipapah oleh Erwin ke kamar dan diobati menurut cara yang diketahui Erwin. Sumarta menceritakan dengan ringkas apa yang terjadi. Kedatangan dua orang tak dikenal yang langsung menyerang Daeng sementara dia sendiri masih di kamar. Ketika dia keluar yang seorang menghunus pisau, tetapi tepat pada saat itu datang Sati bersama Erwin. Sati menyelamatkan dirinya sementara Erwin melumpuhkan penjahat yang bernama Hidalgo. Orang itu tegap dan beringas sekali, tetapi dengan mudah dibuat tak berkutik oleh pak Erwin ini," kata Sumarta. Erwin mengimbangi, bahwa cerita Sumarta itu dibumbui. Yang benar orang itu sedang lengah, sehingga Erwin dapat peluang memelintir tancannya.
"Lalu?" tanya Christine yang ingin tahu. Diceritakan pula oleh Sumarta bahwa polisi datang di bawah pimpinan seorang Kapten. Rupanya kapten itu kenalan Erwin pula, sehingga mereka bercakap-cakap sebagai dua sahabat.
"Itu juga dilebih-lebihkan nona," kata Erwin. "Saya kenal dengan pak Kapten itu karena saya pernah ditahan. Dia menolong saya, karena saya memang tidak bersalah. Bukan sahabat saya. Cuma kebetulan sama-sama dari Sumatra."
Christine cepat menaruh simpati pada orang muda amat sederhana dan rendah hati itu. Pada waktu itu pula sebuah jeep berhenti di depan rumah dan seorang perwira polisi turun, langsung masuk ke rumah Sumarta. Kapten Sahata Siregar datang lagi. Membuat Sumarta merasa kurang enak,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuatir kalau-kalau urusan tadi akan jadi panjang. Siregar memberi hormat kepada Christine sambil berkata: "Maafkan nona, saya mengganggu sebentar!" Perempuan itu membalas dengan anggukan dan dalam hati ia bertanya, apakah semua orang-orang Sumatra itu, yang sederhana dan yang berpangkat sama-sama mempunyai sifat hormat kepada orang lain. Kapten itu menggamit Erwin, yang lalu bangkit menghampirinya. Sahata Siregar memegang belakang Erwin, lalu dibawanya agak jauh, tetapi di dalam rumah itu juga.
Caranya itu tidak bisa lain daripada memberi kesan, bahwa mereka berdua memang bersahabat. Kalau tidak berkawan dekat, mustahil pula seorang kapten polisi melingkarkan tangannya di pinggang. Erwin merasa heran dengan cara kapten itu, tetapi tidak bertanya. Tentu ada sesuatu yang amat menarik
akan ditanyakan atau diceritakan oleh perwira polisi itu.
Erwin tidak menunggu lama. Kapten itu berbisik: "Ketiga orang tadi telah mati. Bunuh diri." Erwin kaget, jauh lebih terkejut daripada kalau diceritakan bahwa tawanan itu semua melarikan diri atas bantuan kawan-kawannya. "Aku sangat membutuhkan pertolonganmu Erwin!" katanya.
Mereka kembali ke meja tempat Sumarta dan Christine duduk. Wanita cantik itu bertanya: "Sukakah pak Kapten turut mencicipi masakan kampung?"
*** EMPAT PULUH DELAPAN
SUMARTA mempersilakan perwira itu duduk. Semula ia menolak, mengatakan bahwa ia punya tugas lain lagi, tetapi atas permintaan Erwin ia merasa lebih baik turut duduk menghadap hidangan yang sudah dipersiapkan oleh Christine.
Bagi Kapten Sahata kehadiran wanita ini menjadi tanda tanya yang jawabannya mungkin amat interessant. Sudah terang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan sahabat Erwin, karena rumah itu bukan tempat kediamannya. Ia bebas masuk ke ruang bagian belakang yang merupakan dapur serta tempat penyimpanan piring dan alat-alat lainnya. Ia bukan merupakan orang yang masih asing di rumah itu. Siapakah dia, apa hubungannya dengan Daeng atau Sumarta"
"Silakan," kata Christine setelah semua makanan terhidang.
Bagaikan orang baru sadar, Sumarta berkata:
"Maaf pak Kapten, saya belum memperkenalkan bapak dengan nona ini. Christine," dan Siregar segera mengulurkan tangan sambil menyebutkan marganya.
"Oh, bapak dari Tapanuli!" ujar Christine.
"Ya, begitulah," jawab Kapten Siregar. "Sama dengan saudara Erwin ini ia berasal dari Mandailing Godang."
"Yang banyak harimau dan penuh misteri itu?" tanya Christine.
Mendengar itu muka Erwin memerah. Mengapa ia harus mengaitkan daerah Mandailing dengan harimau" Christine mengatakan lagi, bahwa ia suka kisah-kisah ajaib, tetapi yang benar. Bukan khayalan.
"Negeri saudara itu tentu mengasyikkan sekali ya," kata wanita itu lagi. Dan kepada Sumarta ia berkata: "Kapan kita bisa berkunjung ke Mandailingnya saudara Erwin?" Kini laki-laki penjual buah dan pemilik kucing itu yang jadi kemalu-maluan. Tetapi juga merasa bangga oleh ajakan itu. Dari tadi dia belum mengatakan kepada tamu-tamunya siapa wanita ini sebenarnya. Dia malu menceritakan. Aneh memang, seorang pengagum, bahkan pencinta yang dicintai merasa begitu berat mengatakan, bahwa wanita itu kekasihnya. Apakah karena dia merasa tidak adanya keseimbangan dan kelayakan. Apakah ia menduga, bahwa jatuhnya Chirstine semata-mata karena ia telah ditaklukkan guna-guna"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumarta memandang Kapten Siregar dan Erwin. Sedikit rasa segan, lebih banyak rasa bangga. Dan pertanyaan Christine serta pandangan Sumarta sudah merupakan suatu cerita bagi perwira Polri itu, bahwa kedua manusia itu saling menyukai. Bahkan, wanita itulah yang sudah tergila-gila. Ia pun merasakan keanehan di dalam kenyataan ini. Dan dia pun yakin, bahwa Sumarta ini tentu bukan orang sembarangan.
"Sebenarnya daerah saya itu tidak menarik. Masih terbelakang. Banyak yang miskin, tetapi tidak sampai di bawah garis miskin. Harimau memang masih banyak, tetapi pada umumnya tidak berbahaya. Phyton jauh lebih menakutkan!" kata Erwin.
"Aneh, bagaimana pula harimau tidak berbahaya! Bukankah binatang buas pemakan manusia!" kata Christine. Ia benar-benar amat tertarik.
"Jarang sekali harimau memakan manusia. Bahkan tidak ada. Mangsa mereka biasanya babi hutan, rusa dan monyet!
Sesekali menerkam ternak, kalau mereka sangat kelaparan!"
kata Erwin menjelaskan.
"Mengapa begitu?" tanya Christine heran, sementara Sumarta dan Daeng Mapparuka "walaupun dalam keadaan sakit" mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Ya begitulah. Sebenarnya manusia dan harimau tidak bermusuhan. Kecuali kalau harimau diganggu. Misalnya diburu, anak-anak mereka ditangkap. Atau hutan tempat kediaman mereka dibakar. Mereka pasti akan membalas. Dan kalau kebetulan ada manusia dimakan harimau, maka biasanya oleh kesalahan manusia sendiri, misalnya mereka melakukan perbuatan mesum di desanya seperti berzinah, memperkosa, mengkhianati keluarga atau kawan baik dan semacamnya," cerita Erwin.
"Aneh sekali," kata Christine. "Saya jadi ingin mengenal daerah saudara lebih dekat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Silakan," kata Erwin, "perlu diketahui bahwa daerah kami itu miskin dan sepi. Hampir belum dijamah pembangunan."
"Kata orang, ada harimau jadi-jadian, ada yang namanya cindaku dan ada pula yang dinamakan manusia harimau. Saya bukan hanya mendengar cerita, tetapi juga membacanya.
Apakah itu benar pak Kapten," tanya Christine kepada Kapten Siregar yang sudah diketahuinya tadi, bahwa dia sedaerah dengan Erwin.
Si perwira agak terkejut, kenapa pertanyaan ini dialihkan kepada dirinya. Sebagai seorang pejabat dia tidak boleh sembarang jawab. Agak lain halnya dengan Erwin yang hanya dikenal sebagai dukun.
Agak lama kemudian baru Siregar menjawab: "Saya bukan dari Mandailing, yang letaknya di bagian selatan. Saya dari Sipirok. Kepercayaan itu terutama terdapat di selatan. Tetapi di daerah saya, misalnya di desa Arse dan yang agak jauh di pegunungan, desa Liang juga ada kepercayaan itu."
"Bapak pernah bertemu dengan harimau, cindaku atau yang namanya manusia harimau?"
Kapten Sahata Siregar tidak menjawab. Akan menjawab bagaimana" Dan tidak keluarnya jawaban itu membuat Christine jadi sangat tertarik. Berapa susahnya mengatakan
"belum" kalau dia memang belum pernah melihatnya. Begitu pula mudahnya mengatakan "sudah."
"Bapak tentu sudah pernah melihatnya ya," kata Christme,
"sedang membayangkan kembali
peristiwa itu."
Huh, perempuan ini mestinya jadi penyelidik atau anggota reserse untuk melakukan interogasi terhadap tersangka. Dan pada saat itu ia teringat pada kehadiran manusia harimau di ruangan itu. Erwin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Christine tidak melanjutkan pertanyaannya, karena merasa, bahwa perwira polisi asal Tapanuli itu agak sukar menjawab.
Dan ia menjawabnya sendiri. Kapten Siregar tentu sudah pernah bertemu dengan makhluk yang dinamakan manusia harimau. Erwin pun tak luput dari kegugupan. Perempuan ini membicarakan masalah harimau jadi-jadian dan manusia harimau. Bagaimana jadinya, kalau perempuan itu tahu, bahwa dirinya yang dipuji-puji itu sebenarnya tak kurang daripada manusia harimau.
Sumarta menjanjikan Christine untuk ke Sumatra, kalau Erwin mau mengajak. Daeng Mapparuka yang sedang sakit pun masih sempat berpikir betapa miteriusnya daerah Mandailingnya Erwin itu.
Erwin dan Kapten Siregar masih bertanya-tanya di dalam hati, apakah Sumarta benar-benar akan mempersunting Christine" Dan kalau sampai terjadi begitu, akan berapa lama mereka hidup berkasih sayang. Konon, wanita yang dikuasai melalui ilmu guna-guna hanya mencintai si lelaki, selama ilmu itu masih punya pengaruh atas dirinya. Dan waktu itu selalu terbatas. Tidak ada yang abadi. Ada yang bertahan sekedar enam bulan, tetapi juga ada yang punya pengaruh sampai bertahun-tahun lamanya.
Pada waktu itu kucing suruhan Sumarta masuk dan duduk di dekat Kapten Siregar. Mengapa dirinya yang dipilih"
Diangkatnya muka, lalu menatap si perwira polri.
"Kucing inikah yang menyerang penjahat tadi?" tanya Kapten itu.
Sumarta membenarkan tanpa memberi penjelasan.
"Apakah ia sudah pernah menyerang orang yang bermaksud jahat pada pak Marta?" tanya Siregar. Tukang jual buah itu hanya mengatakan, bahwa kucingnya memang sudah beberapa kali menyelamatkan dirinya.
"Kucing apakah namanya, kalau saya boleh tahu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kucing biasa. Saya pelihara sejak kecil." Sumarta lalu menceritakan kisah Sati secara singkat. Dan kucing itu duduk bermanja di atas paha Kapten Sahata Siregar. Pada waktu itu perwira polri itu merasakan sesuatu yang aneh. Ia biasa memangku kucing, baik masa dulu ketika ia masih kanak-kanak, maupun setelah ia menjadi dewasa. Tetapi biasa-biasa saja, tidak punya perasaan aneh seperti sekarang. Dan pada saat itu ia yakin, bahwa kucing itu memang bukan biasa.
Mereka ngomong-ngomong seperti orang-orang yang telah kenal lama dalam suasana yang cukup menyenangkan masing-masing.
Baik Erwin maupun Kapten Siregar cukup bijaksana untuk tidak bertanya hubungan keluarga bagaimanakah antara Sumarta dan Christine. Tetapi Erwin memang tidak perlu bertanyakan itu, karena ia sudah mengetahui dari supir Bajaj, bahwa Sumarta mempunyai seorang kekasih yang amat cantik dan kaya. Tentu inilah orangnya.
Setelah yakin, bahwa Sumarta dan Daeng Mapparuka menceritakan apa adanya, Kapten Siregar mohon diri dengan menyalami mereka semua.
"Aku akan jalan-jalan ke rumah saudara nanti," kata Kapten Siregar kepada Erwin. Orang muda yang kadang-kadang berubah jadi harimau itu memandangnya sambil berkata: "Aku sekarang tinggal di rumah dr Anton. Kapten kenal?"
Perwira polisi itu heran. Bagaimana pula si dukun yang manusia ajaib itu sampai tinggal di rumah seorang dokter. Ada hubungan apa di antara mereka. Hubungan keluargakah atau ada pula hubungan lain, yang semata-mata dikarenakan keanehan yang ada pada diri Erwin.
"Aku tahu rumah dokter itu. Kapan aku boleh datang?"
"Kapan saja. Aku selalu di rumah!" jawab Erwin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia bisa berkata begitu, tandanya ia mempunyai kebebasan di rumah dokter Anton. Tentu perhubungan mereka cukup dekat.
"Sampaikan salamku kepadanya, walaupun aku belum mengenalnya secara pribadi," kata Kapten Siregar. Sumarta dan Daeng yang mendengar pembicaraan itu pun terheran-heran.
Sepeninggal Kapten Siregar, suasana di ruangan itu menjadi sepi sejenak, tiada yang bicara.
Keheningan itu kemudian dipecah oleh Erwin yang bertanya kepada Sumarta, siapakah nama kucingnya itu. Ia tidak mengatakan, bahwa ia telah lebih dulu kenal pada Sati, ketika kucing itu datang ke rumahnya, sebelum ia diajak pindah oleh dr Anton.
"Ia luar biasa," kata Erwin. "Ia tadi datang ke rumah dr Anton lalu dengan caranya mengajaknya pergi, yang kemudian ternyata dibawa ke rumah majikannya."
"Dia memang setia sekali," kata Sumarta. "Tentu ada maksudnya membawa pak Erwin kemari."
"Barangkah supaya kita berkenalan! Atau dia mengetahui ada gangguan terhadap tuannya dan dia mengajak saya mempersaksikan."
Mendengar cerita ini, Sati menghampiri Erwin. Tampak jelas, bahwa ia menyukai si manusia harimau yang pernah mengabulkan permintaannya.
Diam-diam Christine sangat bersimpati pada Erwin. Dan bukan karena pengaruh guna-guna.
Ketika Christine memandang matanya bertatapan dengan mata Erwin. Hati si manusia harimau agak tergoncang.
Perasaan serupa pernah dirasakannya tatkala dia di Surabaya mengobati seorang kaya yang impoten. Kemudian isteri orang kaya dan baik hati itu tergila-gila padanya, sehingga ia merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpaksa melarikan diri untuk menghindarkan kejadian yang tidak diingininya.
Dalam berbeka-beka menjadi jelas bagi Erwin, bahwa kucing itu mempunyai kepintaran tinggi dan telah menghasilkan banyak uang untuk majikannya.
"Tahukah bapak siapa-siapa yang datang dengan cara amat kasar tadi?" tanya Erwin. Ketika Sumarta mengatakan "tidak,"
Erwin menceritakan, bahwa mereka itu pasti tenaga bayaran untuk menganiaya atau membunuh.
"Tetapi mengapa hendak membunuh kang Sumarta dan Daeng?" tanya Christine. Erwin menjawab, bahwa mungkin majikan mereka inginkan kucing sakti itu dan pak Sumarta tidak mau menjualnya. Tukang buah merangkap dukun itu menjelaskan, bahwa seorang Cina yang berbelanja ke kedainya ingin memiliki Sati, tetapi dia tidak mau menjualnya.
Ia lalu menceritakan apa yang kemudian terjadi. Tetapi tidak dikatakannya, bahwa Sati pernah disuruh masuk rumah Christine untuk menanam guna-guna. Bukan hanya di pojok-pojok rumah, tetapi juga di atas wuwungan. Itu rahasia yang harus disimpan rapi. Bagaimanapun ia akan malu sekali, kalau sampai ketahuan, bahwa wanita kaya itu tergila-gila kepadanya hanya oleh kekuatan guna-guna. Bukan oleh rasa sayang yarg asli.
Christine secara serius mengulangi, bahwa ia ingin sekali melihat kampung halaman Erwin. Ia benar-benar sangat tertarik oleh berbagai cerita yang aneh-aneh dari negeri itu.
Bukan dongeng, tetapi tersua dalam kenyataan sampai saat ini.
"Akan kita pilih waktu yang baik," kata Erwin dan ia pamit untuk pulang.
Christine menawarkan diri untuk mengantar Erwin, karena ia juga hendak pulang. Mendengar ini jantung Sumarta berdebar, cemburu. Dia telah melihat bahwa Erwin bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang sembarangan. Kalau Christine sampai jatuh hati padanya, celaka. Untunglah Erwin menolak. Tetapi dalam hati Christine mencari akal, bagaimana caranya ia bisa berhasil bicara berdua saja dengan orang dari Mandailing itu.
*** EMPAT PULUH SEMBILAN
TAK berapa lama setelah Erwin berangkat, Christine juga pulang. Ia lihat tadi orang itu naik Bajaj ke arah selatan. Jadi arah yang harus dilalui Christine untuk mencapai rumahnya.
Hati Sumarta agak tidak tenang. Seperti ada sesuatu yang dikuatirkannya. Tetapi kemudian dicobanya menghalau perasaan itu. Orang yang sedang diamuk cinta memang selalu dikejar-kejar rasa cemburu dan curiga yang berlebihan. Kerap kali tidak pada tempatnya. Bukan macam Erwin potongan laki-laki yang suka merayu wanita. Ia memang berpengetahuan tinggi, tetapi bukan untuk rayu merayu, apalagi yang sekarang dinamakan menggombal.
Tanpa diduganya Daeng Mapparuka berkata pelan: "Kang Marta, itukan type lelaki yang selalu diuber-uber wanita.
Bukan dia yang salah. Itu sudah nasib mereka yang berbintang dua ekor ikan, lahir antara jam 6 dan sepuluh pagi.
Mereka sendiri tidak banyak perhatian pada wanita. Tetapi sekali mereka tertarik, puteri raja pun akan mengikuti seperti kerbau yang diberi tali lubang hidungnya!" Srrr, darah kang Sumarta jadi tersirap.
"Menurut pandangan Daeng, apakah dia punya tampang untuk menggaet wanita kepunyaan kawannya. Macam kita ini kan sudah jadi sahabatnya. Kalau tidak untuk apa dia datang menyelamatkan kita dari bandit-bandit itu!" tanya Sumarta.
"Dia orang baik, itu sudah pasti. Ilmunya tinggi, juga sudah pasti. Ada kelainan pada dirinya!" kata Daeng Mapparuka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kelainan apa!"
"Dia seperti manusia yang punya dua kehidupan dan dua dunia!"
"Apa artinya itu Daeng."
"Saya tidak berani memastikan. Tetapi hampir dapat kupastikan, bahwa dia hidup di dalam dua dunia. Alam biasa, alam kita ini. Dan alam gaib yang penuh misteri. Dia punya ciri yang menunjukkan kesetiaan tanpa tara terhadap sahabat dan dendam yang tak kenal ampun terhadap siapa pun yang menyakiti dirinya."
"Ngomong-ngomong, ke mana Sati?" tanya Sumarta. Ia tidak melihat kucing suruhannya yang selalu pula punya inisiatip sendiri.
"Tak kutahu," jawab Daeng Mapparuka.
"Tetapi jelas dia datang tadi bersama laki-laki bernama Erwin itu,"kata Sumarta tanpa ragu-ragu.
"Apakah mereka sudah berkenalan dan bersahabat?"
"Boleh jadi. Sayang Sati tidak dapat bicara!"
"Tetapi Erwin kan dapat menerangkan!"
"Mungkin pula Sati mengikuti dia lagi. Kalau kita bertemu dengan Erwin lagi sebaiknya kita tanya!"
"Dan Erwin mempunyai hubungan baik dengan Kapten Polisi itu. Aku jadi semakin ingin tahu, apakah pekerjaan Erwin ini sebenarnya."
"Dia mendukun seperti kita, tetapi di samping itu punya kebolehan lain. Dia memiliki tenaga raksasa dan nampaknya pandai silat!" Baru selesai Daeng Mapparuka dengan kalimatnya telah menerobos masuk dua orang berpakaian rapi tetapi sangat beringas. Langsung hendak menyerang, tetapi tanpa bisa dimengerti dari mana datangnya di sana sudah ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seekor harimau berkepala manusia. Mukanya sudah tua.
Tanpa kata ba atau bu dia menyerang kedua pendatang, mengoyak dan menewaskannya di sana. Sumarta dan Daeng Mapparuka, walaupun punya ilmu, kaget bukan buatan.
Apakah artinya semua ini"
Pembunuhan oleh makhluk yang sangat aneh dan baru pertama kali tampak oleh Sumarta, dilakukan dalam tempo beberapa detik saja. Kedua bandit yang punya perawakan tinggi dan amat kasar itu pun tidak sempat menyadari siapa atau apa yang menyerang mereka. Mereka hanya sempat terpekik dan saat berikutnya mereka hanya tinggal nyawa.
"Orang ini suruhan Jaya Wijaya untuk membunuh kalian,"
kata makhluk berbadan harimau dan bermuka manusia itu.
"Karena kalian berkawan dengan anakku dan kucing suruhanmu bekerja sama dengan anakku itu, maka aku datang membantu kalian."
"Siapakah tuan?" tanya Daeng Mapparuka. "Ayah Erwin, yang teman baik kucing kalian itu. Sudahlah tak usah tanya banyak-banyak. Lebih baik kalian panggil polisi dan katakan bahwa aku yang membunuh kedua penjahat bayaran Jaya Wijaya ini. Polisi tahu siapa Jaya Wijaya!"
"Kalau mereka tanyakan siapa nama tuan, apa jawab kami?"
"Katakan, yang membunuh itu Dja Lubuk dari Mandailing.
Kalau bisa katakan ini kepada perwira Polisi yang bernama Kapten Sahata Siregar," lalu makhluk itu menghilang.
Setelah Dja Lubuk menghilang, Daeng Mapparuka termenung dan ingat apa yang telah pernah terjadi atas dirinya. Ketika ia di Jalan Slipi dihadang oleh makhluk semacam ini, yang kemudian memecahkan kaca mobil sehingga mukanya agak luka-luka. Karena ia pada waktu itu mempunyai niat untuk membunuh Erwin yang anak manusia harimau itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku sudah pernah bertemu dengannya," kata Daeng Mapparuka kepada Sumarta. Dan dia menceritakan pengalamannya ketika naik taksi. "Kang Sumarta tahu, bahwa menurut cerita, kucing merupakan nenek dari harimau" Itulah makanya mereka bisa bersahabat, dan bahkan mungkin bekerja sama dalam menghadapi musuh-musuh kita."
*** BAGI Christine bukanlah pekerjaan sulit mengejar Erwin yang hanya naik Bajaj. Ia menghentikan mobilnya dan menawarkan Erwin untuk naik. Bagaimanapun Erwin berkeras menolak, akhirnya ia menurut juga, karena kelihatan nyata bahwa wanita itu sangat kecewa.
"Mengapa mas. menolak naik mobil bersamaku?" tanya Christine.
"Aku minta dipanggil dengan nama saja," kata Erwin.
"Tidak pantas aku dipanggil dengan mas. Aku hanya orang kampung sangat sederhana. Tidak punya kekhususan apa pun!"
"Tetapi sebutan "mas" itu hanya pengganti "kakak." Bukan apa-apa!" kata Christine ringan sambil tertawa kecil.
"Aku tahu, tetapi aku merasa masih terlalu janggal juga.
Namaku saja, sudah cukup. Dan aku jadi tidak merasa kikuk!"
Sejak itu Christine hanya menyebutnya dengan nama.
"Kau katakan tadi, kau serumah dengan dokter Anton. Apa hubunganmu dengannya" Bersahabat atau bersaudara?" tanya Christine.
"Berkawan saja! Dia seperti kasihan padaku, walaupun aku tidak ingin dikasihani. Aku gelandangan, lalu dibawanya ke rumahnya. Begitu saja!" jawab Erwin.
Christine agak kaget mendengar. Gelandangan" Setahunya gelandangan itu tiada lain daripada orang-orang terlantar yang tidak memiliki tempat tinggal tertentu. Atau sedikitnya tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat yang layak. Misalnya saja di gerbong-gerbong kereta api. Di kolong jembatan. Atau di rumah-rumah dari kertas di tembok rumah orang. Senyampang di bawah pohon yang rindang. Lebih tepat kalau dikatakan rumah-rumahan. Separah itukah keadaan Erwin sebelum ia diberi tempat berteduh oleh dokter Anton" Dia, yang oleh cerita bang Sumarta-nya dengan mudah melumpuhkan bandit yang hendak merenggut nyawanya.
"Kau berkelakar atau merendahkan diri secara berlebihan,"
ujar Christine.
"Tidak. Aku berkata yang sebenarnya. Kurasa tidak mesti malu mengatakan keadaan kita yang sebenarnya, walaupun bagaimana miskinnya! Aku tidak merasa hina. Kurasa derajat manusia tidak ditentukan oleh keadaan lahiriahnya. Tetapi aku tahu juga, bahwa nilai diri seseorang kerapka-li diukur dari kedudukan atau nasibnya. Apakah nona menganggap hina pada seorang miskin yang mati di kaki lima karena kelaparan"
Yang bukan lagi kemungkinan kurang makan. Katakanlah orang malang itu telah keliling mencari pekerjaan apa saja untuk dapat meneruskan hidupnya, tetapi seperti jutaan manusia lainnya ia tidak bertemu dengan dewi lowongan kerja. Ia tak punya sanak atau saudara. Tak punya handai dan taulan. Kalaupun pernah ada, sudah tidak mengenalnya lagi atau sengaja pura-pura tidak kenal. Dia tidak mau mengemis.
Karena ia mempunyai harga diri yang terlalu tinggi untuk hidup dari mengemis. Lalu matilah dia di kaki lima atau pinggiran jalan. Di lingkungannya mundar-mandir mobil dan aneka kendaraan lainnya dengan orang-orang kenyang atau kekenyangan. Kalau saya hanya menilainya sebagai insan yang bernasib malang. Bukan buatannya," kata Erwin menguraikan pendapatnya tentang gelandangan. Heran dan kagum Christine. Gelandangan bisa berfalsafah begitu"
"Di mana kau menuntut ilmu tinggi itu Erwin?" tanya Christine.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu bukan ilmu nona. Apa lagi ilmu tinggi Itu hanya penilaian dan pendapat. Bukan dari guru. Hanya dari lingkungan tempat kita hidup. Kurasa, kalau mau dinamakan sekolah, lingkungan merupakan sekolah yang terbaik. Dia mengajar orang melihat, berpikir lalu menilai. Penglihatan bisa sama bagi semua orang. Tetapi berpikir dan menilai bisa berlainan. Itu tergantung lagi dari perasaan dan sifat-sifat pribadi seseorang."
Christine kian kagum. Menurut pendapatnya apa yang dikatakan Erwin benar. Lalu teringat dan terbayang olehnya apa yang pernah dilihatnya. Tak kurang dari tiga kali ia melihat orang tak bernyawa dipinggir jalan. Ada yang tubuhnya ditutupi dengan tikar buruk atau kertas-kertas koran oleh orang yang mengiba hati. Ada yang hanya wajahnya ditutupi kertas. Ada pula yang terbujur begitu saja. Orang-orang melaluinya, menoleh sesaat pada mayat. Ada yang dengan sedikit atau sangat sedih. Ada yang melihat hanya dengan mata tanpa perasaan. Erwin juga terkenang kembali pada mayat-mayat orang lapar atau sakit tanpa pernah ada yang menghiraukannya. Tuh, terbujur di trotoar.
Setelah merasa dekat dengan rumah dr Anton, manusia harimau yang sedang merupakan manusia biasa dengan cara berpikirnya yang penuh kelembutan itu mohon agar ia boleh turun di situ saja. Tetapi Christine menolak. Ia berkeras hendak mengantarkan laki-laki itu sampai ke tempat tinggal.
"Lebih baik jangan Nona. Aku hanya menumpang di situ.
Aku malu!" kata Erwin.
"Apakah dokter itu akan marah" Tidak pantaskah orang yang hanya seperti aku ini mengantarkan anda?" tanya Christine. Erwin jadi salah tingkah. Wanita ini ternyata lihay dalam menyindir, membuat Erwin tidak dapat menolak ajakannya. Dia menyerah. Dan Christine merasa menang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun bukan rumahnya, sekedar basa-basi Erwin menawarkan apakah Christine mau masuk dulu. Terasa celaka baginya, perempuan kaya itu tidak menolak.
"Dengan senang hati," kata Christine, membuat Erwin jadi merah padam. "Asal saja sahabatmu yang dokter itu tidak marah!"
"Oh tidak, dia baik sekali!" Bersamaan dengan itu dr Anton kebetulan keluar dan mendengar ucapan Erwin. Lalu ia kontan berkata: "Saya tidak sebaik yang dikatakan sahabat saya, tetapi silakan masuk." Hatinya tertanya-tanya siapakah gerangan perempuan muda yang cakep dan nyetir sendiri ini"
Tentu bukan pacar Erwin, pikirnya yakin. Tanpa maksud merendahkan kawannya yang memang tidak punya apa-apa berupa materi.
"Saya Juli, sahabat bung Erwin," kata Christine menyebut nama kecilnya sambil mengulurkan tangan. Erwin jadi merasa malu, tetapi juga terharu mendengar Christine menyebutnya sebagai sahabat. Padahal baru tadi saja bertemu. Masuk di beranda depan, Lydia Savatsila keluar. Berpakaian sangat sederhana, yang justru tambah menonjolkan kecantikannya.
Christine yakin, bahwa perempuan ini tentulah isteri dr Anton.
Betapapun mirip dengan orang Indonesia, ia yakin bahwa wanita ini pasti bukan asli sini. Barangkali blasteran atau orang Vietnam. Mungkin juga orang Thai. Di sana banyak wanita cantik yang konon lebih mempesona dari gadis-gadis Priangan. Tetapi soal kecantikan kan sangat relatip.
"Saya Lydia," kata Wanita Thai itu ramah memperkenalkan dirinya. "Lydia Savatsila," katanya melengkapi. Christine menyebut namanya dengan tak kalah hormat.
"Nona atau nyonya tentu dari Muangthai!" kata Christine.
Perempuan dari Chiangmai itu mengangguk. "Sedikit hari lagi kami akan ke negeri saya. Maksud saya, dr Anton, tuan Erwin dan saya. Mereka ingin melihat gajah belang yang hanya ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seekor di seluruh negeri saya. Dialah raja dari semua gajah,"
kata Lydia. Christine heran mendengar ada gajah belang. Dia yang kaya lalu ingin melihat gajah aneh itu. Dia ingin minta turut, tetapi merasa terlalu pagi untuk mengatakan itu. Baru kenal.
Tetapi, dengan amat menakjubkan perasaan Christine, wanita Thai itu berkata: "Kalau saya tidak salah lihat, nona ingin melihat gajah yang saya ceritakan itu. Nenek kami itu memang lain. Kalau dia bersenang hati, semua tanaman padi berhasil. Kalau dia marah dan menghentakkan kakinya maka kampung serasa digoncang gempa.
Christine terheran-heran lalu menduga, bahwa perempuan ini walaupun masih muda dan cantik pasti mempunyai ilmu luar biasa. Erwin memandang pacar Sumarta, lalu memandang Lydia pula.
Di waktu mereka berbeka-beka itu, masuk pekarangan sebuah mobil pick up tertutup diiringi sebuah sedan dengan empat orang yang tidak mempunyai tanda-tanda punya maksud baik.
Erwin-mengawasi dengan tajam. Mau apa mereka ini. Lydia takut. Apakah dia akan ditawan untuk diserahkan kembali kepada Jaya Wijaya"
*** LIMA PULUH LYDIA tambah terkejut dan menjadi pucat, ketika mengenal seorang di antara mereka sebagai Kam Leng, salah satu dari pekerja Jaya Wijaya. Apa lagi maksud mereka, kalau bukan mau mengambil dia kembali.
"Aku kenal yang satu itu Anton," katanya ketika keempat tamu itu sedang mengatur strategi. Kam Leng yang memerintah. Dua di antara keempat orang itu pergi ke arah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakang gedung. Seorang menunggu kendaraan. Kam Leng dan Uhuk bergerak ke arah rumah. Mereka tidak tahu, bahwa kedatangan mereka jelas dilihat oleh penghuni rumah, karena kaca itu tembus pandang dari dalam, tetapi tidak dari luar.
"Tenanglah," kata Erwin. Dia minta supaya Lydia dan Christine masuk sementara dia sendiri dan dr Anton duduk, seolah-olah tidak tahu apa yang sedang dan akan terjadi.
Pintu diketuk pelan-pelan, dengan cara sopan. Erwin berdiri dan membukakan. Dengan tenang Kam Leng bertanya, apakah itu rumah dokter Anton.
"Benar, silakan masuk," kata Erwin tak kalah sopannya.
Dokter Anton juga menyambut kedua tamu itu dengan baik.
Kam Leng dan Uhuk merasa senang. Semua berjalan lebih lancar dari yang mereka harapkan. Tak perlu disangsikan, bahwa mereka akan berhasil. Dokter jahanam "menurut istilah Jaya Wyaya" dan si lonte Lydia akan mereka bawa ke majikan mereka. Nasib apa yang akan mereka alami nanti bukan lagi jadi tugas Kam Leng. Untuk itu ada orang-orang Khusus. Semua anggota boleh jadi penonton. Dan tontonan yang akan dipertunjukkan biasanya sangat menyenangkan.
Menggelikan hati atau menegakkan bulu roma. Yang mana pun juga, sama enaknya. Lebih mengesankan dari pada melihat film. Ini benar-benar live show. Pernah sepasang muda-mudi yang dianggap menipu Jaya Wijaya, ditawan. Di suatu ruangan luas mereka ditelanjangi dan diharuskan mengadakan hubungan badan. Kalau tidak mau, mereka akan dipancung. Kedua manusia itu menyembah-nyembah Jaya Wijaya dan dia senang diperlakukan sebagai dewa sembahan. Tetapi hatinya tidak menjadi lunak. Mereka tetap saja harus berzinah di hadapan puluhan penjahat yang memandangi dengan hati berdebar tetapi juga dengan nafsu yang menyala-nyala. Apa lagi wanita yang sudah tanpa busana itu sangat cantik dengan potongan tubuh yang amat elok menggiurkan. Seorang algojo dengan pedang telanjang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengkilap duduk di pinggir arena. Tugasnya jelas. Membunuh kedua manusia itu kalau mereka tidak dapat memenuhi tuntutan Jaya Wijaya. Sebenarnya ancaman itu saja sudah cukup untuk membuat si lelaki jadi impoten, tak sanggup berbuat apa pun. Dan wanita tidak punya gairah, walaupun mengkhayalkan keindahan yang tiada bandingnya. Para bandit bersorak-sorak. Kemudian terjadilah keajaiban itu. Barangkali karena kuatnya keinginan untuk hidup. Dengan berbagai cara, walaupun sangat malu karena disorot oleh belasan pasang mata dengan nafsu sukar dikendalikan, akhirnya si laki-laki yang dihukum oleh pengadilan liar itu sanggup melakukannya.
Mungkin tanpa perasaan apa pun. Sama halnya dengan yang wanita. Ia hanya pihak yang pasip dan berdoa agar laki-laki itu diberi kemampuan, agar mereka bisa hidup. Walaupun telah merasakan malu terbesar selama hidup mereka.
Belum pernah pasangan manusia berlainan jenis yang dihukum secara itu dapat memenuhi tuntutan Jaya Wijaya dengan bandit-banditnya. Semuanya menemui ajal dengan berbagai cara. Mereka itu adalah manusia-manusia yang oleh Jaya Wijaya dinilai mengkhianati dirinya. Atau berbuat sesuatu yang bertentangan dengan ke-mauannya. Baru kali ini dua terhukum dapat melaksanakan suatu pertunjukan yang dianggap mustahil karena oleh rasa takut mestinya mereka tidak mungkin dapat melaksanakannya.
Semua penonton itu mengikuti dengan napas hampir tertahan dan nafsu yang sukar ditekan, sehingga sebagian dari mereka mengalami "kebocoran" dengan perasaan sangat kecewa dan malu.
Sebaliknya, bagi lelaki dan wanita yang berhasil itu akhirnya rasa girang lebih besar dari perasaan malu, karena jiwa mereka tidak jadi melayang. Lelaki itu, yang masih dalam keadaan tanpa busana secarik benang pun memandang ke arah orang kaya kejam yang sudah kehilangan daya seks itu.
Ingin mendengar Jaya Wijaya berkata, walaupun dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaan sangat kecewa: "Kau bukan manusia biasa. Sesuai dengan janji, kau dan kekasihmu kubebaskan. Tinggalkan segera tempat ini sebelum aku merubah pendirian." Tetapi setelah agak lama memandang, Jaya Wijaya tidak juga bersuara, bahkan menunjukkan kebenciannya, berangsur hilang kegirangannya. Para penonton semua diam, sehingga keadaan jadi hening sepi. Dan mereka kini bukan memandangi lelaki dan wanita yang tadi membangkitkan nafsu mereka, tetapi beralih pada majikan mereka. Mengapa dia diam" Lalu hati mereka berdebar lagi. Apa lagi yang dipikir atau direncanakan boss mereka yang kadang-kadang tidak bisa dimengerti!
Akhirnya lelaki yang kini sudah sangat bimbang dan ketakutan itu dengan suara gemetar bertanya: "Tuan, aku sudah melakukannya. Bolehkah aku pergi?" Jaya Wijaya tidak segera menjawab. Ia memandang kedua tawannya itu, dengan sengaja hendak menggoda dan mempermainkan.
Ditengah keheningan dan kegelisahan para tenaga bayarannya itu Jaya Wijaya kemudian memandang keliling.
Menikmati wajah-wajah manusia ganas yang dapat diperintahkannya melakukan apa saja. Setelah itu ia senyum.
Membayangkan kebencian yang amat sangat. Mengapa lelaki itu dapat melakukannya di hadapan mata orang banyak, sedangkan dia sendiri tidak bisa berbuat begitu dengan perempuan cantik yang sudah disewanya. Tidak adil. Dunia ini benar-benar tidak adil. Lalu berteriaklah dia: "Kalian sudah melihatnya. Dia hebat sekali, bukankah begitu?" Tiada tanggapan. Mereka terlalu berdebar. Harap-harap cemas. Dan harapan mereka menggelegar ketika Jaya Wijaya berkata:
"Kini kalian boleh melakukannya. Biar lelaki itu melihat."
Semua penjahat itu bersorak, tetapi keinginan mereka harus menyerbu mangsa terhenti, ketika Jaya Wijaya berkata:
"Tetapi kalian harus mengaturnya dengan baik. Jangan kalian pula saling bunuh. Itu perintah!" katanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki dan wanita tawanan itu mendadak sontak menggeletar. Mereka tahu apa yang akan' terjadi. Dan para bandit itu berunding. Setelah itu seorang di antara mereka maju. Namanya Dahnan langsung memeluk wanita yang sudah tidak berdaya, bahkan sudah kehilangan seluruh sisa harapan. Si lelaki yang tidak bisa menahan diri mendadak menjadi kalap dan menerkam bandit yang akan memperkosa wanita yang kekasihnya itu. Tetapi dia tidak bisa melawan modal si penjahat. Tenaga pisik yang besar dengan nafsu yang menyala-nyala Setan pun tidak bisa menentang kemauan hatinya. Bukankah boss sendiri sudah menyuruh! Laki-laki itu terjajar. Sang bandit menendang kepala lalu menginjak dadanya dengan kekuatan penuh. Mulut orang malang itu menyemburkan darah segar. Perempuan sangat malang hanya bisa menjerit. Mengherankan, ia tidak segera jatuh pingsan.
"Aku mau melakukannya di kamar, supaya sempurna.
Kalian juga mau begitu, bukan!" kata Dahnan yang dapat giliran pertama itu. Kawan-kawannya bersorak dan ia menggendong wanita itu dengan kedua belah tangannya yang kekar. Dia tidak meronta-ronta. Rupanya sudah pasrah kepada nasib. Tetapi setelah sampai di kamar dan si penjahat menyiapkan diri untuk melakukan perbuatan terkutuk atas orang yang tertipu dan sama sekali tak berdaya, wanita itu pergi untuk selamanya. Itulah yang terbaik baginya. Bebas dari penghinaan dan kekejaman yang membuat dia tidak berguna lagi hidup di dunia ini. Itu hanya mempercepat proses kematiannya. Hampir dua puluh orang menunggu giliran.
Dengan perasaan rakus dan keganasan yang tidak mengenal batas.
Melihat kenyataan itu si bandit kecewa. Dan anehnya, dia yang tadi begitu garang kini menjadi pucat memandang tubuh tanpa nyawa itu. Bukan hanya sekian. Ia mendadak meraung-raung seperti orang gila. Kemudian menangis seperti seorang
'ayah yang kematian anak gadisnya yang sedang mekar. Ia yang sudah empat tahun jadi anak buah Jaya Wyaya dan tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyukai dunia ini teringat pada suatu peristiwa lima tahun yang lalu. Tatkala itu dia sudah jadi duda karena kematian isteri yang amat dicintainya. Isteri yang memberinya seorang anak perempuan cantik yang baru berusia empat tahun ketika ibunya meninggal. Sejak itu ialah jadi ibu dan dia pula yang jadi ayah. Diurusnya sendiri anak itu dengan penuh kasih sayang. Tak diizinkannya dirawat oleh keluarganya. Maryati kecil saja yang dapat menenangkan hatinya. Hanya dia yang dapat memberi rasa bahagia. Dan dia pula yang membuat dia selalu terkenang pada isterinya, karena wajah anak itu mirip sekali dengan ibunya. Tiap ziarah ke makam isterinya, Maryati dibawa. Hampir setahun lamanya ia berbuat demikian, walaupun hanya tinggal berupa onggokan tanah dengan batu nisan bertu-liskan kata-kata: di sini tidur isteriku tersayang Mulyani menanti kedatanganku.
Sembilan bulan setelah menduda tanpa keinginan untuk mencari isteri pengganti, terjadilah peristiwa itu. Entah mengapa ia harus ditimpa kemalangan yang begitu menyakitkan hati. Sebagai biasa siang itu ia bekerja di bengkel mobil. Sebagai biasa pula Maryati di rumah dengan seorang wanita setengah baya yang jadi pembantu rumah tangga sejak isterinya masih ada. Dahnan tidak kuatir, karena Munah pun sangat sayang pada Maryati.
Tetapi ketika ia pulang pukul empat petang pada hari Selasa itu, ia melihat suatu kelainan. Bukan luar biasa. Hanya Maryati tidak kelihatan menanti kedatangannya. Barangkali sedang dengan Munah di dapur atau bermain di rumah tetangga. Tiba di pintu dipanggil-panggilnya Maryati. Tiada sahutan. Juga tiada sahutan dari Munah. Mungkin anak dan pembantunya berduaan ke warung.
Namun begitu ia terus juga ke dapur. Memang benar anak dan pembantunya tiada di rumah. Lewat pintu dapur ia terus ke warung Bang Mamit. Ia merasa tidak enak meninggalkan kebiasaan hariannya yang terasa amat indah. Yaitu langsung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendukung anaknya tiap kembali dari pekerjaan. Dengan tangan kanan, sementara Maryati akan memekikkan tangan kirinya ke leher ayah merangkap ibu terkasih.
Bang Mamit menerangkan, bahwa kira-kira jam sepuluh pagi itu ia masih melihat Maryati. Juga bik Munah. Dahnan kembali ke rumahnya. Kini dengan hati gelisah. Ke mana Maryatinya" Diculik orang untuk dijual seperti yang pernah beberapa kali terjadi atas anak-anak kecil yang kurang diawasi. Untuk dijual.
Setibanya di rumah ia masuk ke kamar tidur. Pekiknya tertahan lalu jatuh tidak sadarkan diri Tidak ada yang mengetahui apa yang telah terjadi di sana. Hanya mereka bertiga di kamar itu. Maryati, Munah dan Dahnan. Hampir setengah jam kemudian laki-laki itu siuman tetapi tidak bergerak dari tempat dia jatuh. Matanya membelalak. Dia seperti tidak percaya akan mimpi buruk yang baru menyerang dirinya. Ataukah suatu kenyataan yang terdahsyat di dalam hidupnya! Pelan-pelan ia melihat ke sampingnya. Itu Munah.
Bukan Munah yang biasa. Yang ini bermandikan darah. Tidak lagi bergerak, apa lagi bersuara.
Kemudian ia bagaikan tersentak, bangun lalu mendekap anaknya, Maryati di ranjang. Ia menangis, mulanya terisak-isak, kemudian membiarkan tangis itu keluar semau-maunya sehingga berubah jadi raungan dan ratapan. Seperti wanita-wanita menangisi mayat orang yang amat disayanginya. Anak, adik, kakak, ibu, ayah atau suami yang hendaknya jangan pernah berpisah dengan mereka. Dahnan menangisi anaknya.
Darah yang membalut dirinya tidak sebanyak darah Munah.
Hanya di bagian dada. Tetapi pakaiannya sebelah bawah telah robek-robek dan kedua kakinya terkangkang. Di pahanya ada darah yang mulai mengering. Dalam kesedihan dan kepedihannya ia masih dapat mengetahui bahwa anaknya yang belum sampai berusia lima tahun itu telah digagahi orang. Kemudian dibunuh. Tentulah Munah yang dibinasakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih dulu, baru jahanam itu melakukan kekejaman dan kebuasan terkutuknya atas diri Maryati. Tetangga yang berdatangan mendengar ratap tangis dan raungan Dahnan sedih dan .geram. Mereka tidak bisa membayangkan, bagaimana satu atau lebih manusia buas dan ganas sanggup memperkosa anak perempuan seumur Maryati dan kemudian membunuhnya.
Dahnan tidak dapat dibujuk. Semula ia bahkan tidak merelakan mayat anak tunggal tambatan hatinya dimandikan dan dikafani. Tidak boleh dikebumikan. Nanti ia tidak mempunyai suatu apa pun lagi yang disayanginya.
Untunglah ada seorang teman yang dapat cara agak meredakan Dahnan.
"Tangis terus menerus hanya menambah deritamu. Kau harus mencari hewan itu sampai dapat. Lalu selesaikan. Itu bukan main hakim sendiri, karena dia bukan manusia! Aku akan membantumu!" kata sahabatnya. Dan Dahnan terdiam.
Dia akan menyelesaikannya.
*** LIMA PULUH SATU
SANGAT mengecewakan hati Dahnan, binatang buas yang memperkosa dan membunuh anaknya itu tak pernah dapat.
Barangkali dia ada di lingkungan itu, tetapi yang manakah dia"
Setahunya tak ada tetangga atau orang-orang yang bermukim di sekitar situ pindah. Umpamanya karena takut. Semua kenalan dan sahabat menegur Dahnan seperti biasa. Bahkan banyak di antara mereka yang menunjukkan simpati mendalam atas musibah tak terlupakan yang menimpa diri laki-laki yang amat malang itu. Apakah pemerkosa dan pembunuh itu ada di antara orang-orang yang amat ramah padanya itu" Mungkin saja. Selama beberapa puluh tahun yang belakangan ini terasa, bahkan tampak adanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemerosotan mental dan moral banyak manusia. Begitu.pula tipu muslihat mereka di dalam menjalani kehidupan.
Kepalsuan dan kemunafikan meningkat. Pada umumnya mereka itu bukan orang-orang bodoh. Oleh karenanya, Dahnan selalu memperhatikan mereka yang ramah taman itu.
Apakah itu bukan sekedar selimut untuk menutupi diri mereka yang asli" Tetapi yang ramah dan kelihatan baik hati itu bukan hanya seorang dua. Banyak. Mana mungkin pemerkosa dan pembunuh itu terdiri atas sekian banyak orang. Paling banyak pun dua. Pembunuhan dilakukan bersama, pemerkosaan bergiliran.
Rasa kecewa ini membuat Dahnan lambat laun menempuh jalan hidup yang disadarinya tidak baik. Tetapi mengapa pula harus baik! Pembunuh dan perenggut kehormatan gadis kecilnya itu, apakah itu orang baik" Toh ia bisa hidup bebas, sebagaimana banyak macam penjahat dapat hidup bebas.
Tiada yang menuntut. Dan tiada pulalah yang menjatuhkan hukuman atas diri mereka.
Dahnan yang tadinya sangat lembut dan berbudi tinggi akhirnya memper sewakan dirinya sebagai tukang pukul.
Kadangkala jadi body-guard orang-orang perlente yang berhati jahat, sehingga selalu takut pada lingkungannya.
Petualangan yang banyak risiko itu kemudian mengantar Dahnan ke dalam organisasi milik Jaya Wijaya. Untuk melakukan kekerasan di mana perlu. Tidak terkecuali pembunuhan. Mereka tahu apa yang boss mereka kerjakan di kalangan atas sana. Dan anak buah yang banyak ini salut pada Jaya Wijaya yang begitu pandai memper kutak-katikkan sejumlah pejabat yang terlalu rakus materi. Bersedia mengorbankan negara dan rakyat untuk menumpuk kekayaan tanpa kenal sampai di mana batasnya.
Dahnan dikenal sebagai jagoan yang pemberani, tetapi tidak banyak omong. Apalagi omong besar! Dan sejak anaknya meninggal, ia tidak pernah berkontak tubuh dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita. Tiada seleranya. Selalu saja terkenang pada nasib buruk gadis kecilnya. Baru sekali itu ia mau turut menerima giliran. Dasar nasib baik, dapat nomor satu! Tidak perlu ngantri. Lalu terjadilah musibah itu. Wanita yang akan menyebabkan dia memulai lembaran baru dalam riwayat hidupnya, mati sebelum ia berbuat apa-apa. Lama kemudian, setelah kawan-kawannya gelisah menanti, barulah ia ke luar.
Semua rekan memandanginya, karena kelihatan dia begitu lesu. Tidak ada yang bersuara. Tercekam penuh tanda tanya.
Mendadak satu suara lantang: "Bagaimana rasanya Nan?"
Agak lama kemudian baru Dahnan menjawab: "Dia mati!"
Semua rekannya saling pandang. Kecewa dan jengkel.
Mengapa sampai mati.
"Kau apakah dia bangsat!" kata satu suara. Marah karena wanita yang telah dikhayalkannya tadi, mati! Dahnan kenal suara itu. Murtado. Dahnan dengan sekuat daya menahan diri.
Lalu katanya: "Aku belum menyentuhnya. Kalian dengar. Aku belum menyentuhnya," katanya tenang dan jelas supaya semua rekannya mengetahui. Setelah itu dia bergerak dengan langkah-langkah tegap ke arah Murtado. Laki-laki yang marah oleh kematian wanita itu diam. Tidak bergerak. Menunggu saja. Seolah-olah terkesima. Semua mata memandang ke Murtado dan Dahnan, silih berganti. Setelah Dahnan sampai di hadapannya pun Murtado tidak bergerak. Kini semua hadirin tambah tercekam. Tidak berkata atau berbuat suatu apa pun.
Tenang Dahnan mengangkat kedua tangannya lalu menetakkannya dengan kekuatan penuh atas bahu Murtado, kanan dan kiri. Terdengar suara berderak, seperti kayu patah dan bersamaan dengan itu laki-laki itu roboh menggelosoh seperti karung goni tanpa isi. Rupanya Dahnan belum puas. Ia berlutut lalu mencekik leher rekannya itu dengan ke sepuluh jarinya. Ketat dan kian ketat. Sehingga tertutup total jalan pernapasan Murtado. Dia tewas sebagaimana wanita yang akan diperkosa bergantian, tewas. Sama dengan laki-laki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
teman wanita itu, yang juga sudah menutup riwayat hidupnya yang menyedihkan.
Itulah yang terbayang oleh Kam Leng dan Uhuk, yang melihat peristiwa tragis atas seorang lelaki muda, gadisnya dan Murtado, rekan mereka. Apakah dr Anton nanti akan dipaksa berzinah dengan Lydia di hadapan orang banyak, kemudian mereka boleh bergantian merasakan hangatnya tubuh seorang wanita Thai bekas piaraan boss mereka"
Sedang Kam Leng mengingat jauh ke belakang, secara tiba-tiba Erwin bertanya kepadanya: "Apa kabar boss kalian?"
Kam Leng dan Uhuk kaget. Suatu pertanyaan yang tidak disangka. Dan dirasakan tak mungkin sahabat dr Anton ini mengetahui siapa mereka. Kam Leng masih berhasil dengan cepat lagak bertanya: "Boss" Boss apa?"
"Wah, kalian kok sok bodoh," kata Erwin. "Yang kutanyakan, bagaimana kabar Jaya Wijaya setelah sembuh dari penyakitnya!" Mendengar ini, Uhuk dan Kam Leng saling pandang. Rupanya orang ini tahu. Dia bukan menerka-nerka.
Tetapi kenapa dia berani begitu kurang ajar!
"Rupanya anda pandai membaca muka," kata Kam Leng menukar cara.
"Bukan baca muka, kawan. Salah seorang rekan kalian tadi menyampaikan kepadaku, bahwa beberapa orang Jaya Wijaya hari ini akan datang ke sini guna mengambil dr Anton dan nyonya Lydia. Bukankah begitu?" kata Erwin. Suaranya datar, zakelijk. Padahal, sebenarnya tidak ada pengkhianat khayalannya itu.
"Syukurlah kalau kau sudah tahu. Memang itu yang akan kami lakukan!" kata Kam Leng sengit dan ia berdiri. Disusul oleh Uhuk, yang juga bersiap-siap. Erwin masih duduk.
Tenang-tenang saja. Dr Anton juga duduk, tetapi gugup.
Kedua wanita yang mendengarkan dari dalam saling pandang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang-orang itu penjahat," kata Lydia.
"Dan Erwin rupanya sudah tahu. Aku heran, dia bisa begitu tenang!" kata Christine.
"Panggil Lydia keluar dan mari ikut kami, dokter cabul!"
kata Kam Leng. Pengalaman di masa lampau memberi keyakinan kepadanya, bahwa Erwin tentu punya isi, tetapi tidak akan melebihi kebolehannya. Jadi, boleh waspada, tidak perlu takut.
Muka dr Anton jadi merah padam, tetapi dia tidak beranjak dari tempatnya duduk.
"Ada apa sih sebenarnya?" tanya Christine kepada Lydia.
"Ceritanya panjang, kapan-kapan kuceritakan kepadamu,"
kata Lydia. Dalam hati Christine, merasa heran. Mengapa dunia ini penuh dengan misteri. Lalu sepintas ditanyanya kepada dirinya, mengapa dia jatuh cinta pada Sumarta yang hanya tukang jual buah kecil-kecilan.
Tanpa ada yang tahu dari mana datangnya, tiba-tiba seekor kucing melompat ke dada Kam Leng lalu mencakar mukanya, membuat bandit kawakan itu kaget bukan kepalang. Dia menantikan serangan dari Erwin kalau dia punya nyali untuk itu. Sudah pasti bukan dari seekor kucing. Dia tidak pernah membayangkan akan diserang kucing. Di dalam mimpi juga tidak. Dan tidak wajar kucing menyerang secara ini. Bukan hanya mau mencakar karena marah, tetapi mau membunuh.
Usaha Kam Leng membebaskan diri tidak berhasil. Sehingga Uhuk yang tadinya hanya memandang bengong, kemudian baru menyadari, bahwa kawannya sudah kepayahan. Ia bergerak menangkap tubuh kucing itu untuk ditarik melepaskan Kam Leng, tetapi secepat kilat kucing itu membalik dan sekarang menyerang dirinya. Dengan cara yang sama. Kuku-kukunya ditanam ke dalam leher Uhuk yang empuk. Setelah itu mukanya dikoyak-koyak. Bukan sekedar dicakar. Dia, yang selama jadi orang, tidak pernah berteriak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
minta tolong, karena hal yang begitu menyangkut gengsi dan martabat, kali ini tidak lagi mampu mempertahankan gengsi itu.
"Tolong, tolong aku!" teriaknya sambil merintih. "Aku bisa mati!"
Sekali ini Erwin yang biasanya serius dan tidak biasa mengejek orang, tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Kenapa minta tolong segala. Kan jagoan bertarip tinggi. Aku mau menolongmu dengan satu syarat. Katakan pada majikanmu, di sini ada orang bernama Erwin yang mau jual jasa dengan tarip di bawah taripmu! Kau mau?" Dan manusia harimau itu tertawa lagi. Di luar dugaannya, Uhuk menyahut:
"Mau pak, mau. Saya jamin, bapak pasti diterima!" Kini dr Anton yang dari tadi hanya mampu kebengongan memandang Erwin dengan perasaan lebih heran tak mengerti, mengapa sahabatnya itu berbalik gagang, menawarkan diri. Lydia yang mendengarkan dari dalam pun jadi kaget. Kalau seorang Erwin mau bekerja untuk Jaya Wijaya, segala keinginan bajingan itu pasti tercapai. Dan seperti disuruh tetapi tanpa perintah, kucing itu membebaskan Uhuk, lalu melompat ke lantai, ngeluyur pergi. Baginya, datang hanya untuk menyerang, kemudian pergi lagi. Tiada lain maksud. Juga tidak untuk unjuk lagak kepada Erwin, bahwa ia mampu berbuat sejauh itu.
"Pergilah, sebelum aku menyelesaikan pekerjaan kucing tadi!" perintah Erwin. Dan kedua bandit itu pergi tanpa memberi komentar. Mati di tangan musuh tidak enak, tetapi memang risiko yang wajar. Tetapi tewas oleh serangan kucing sungguh amat memalukan. Terutama di dunia para penjahat kaliber berat. Dan dia merasa dirinya termasuk kaliber berat.
Kawan-kawan Kam Leng dan Uhuk terkejut, tetapi tidak bertanya melihat keadaan yang mengerikan itu. Mereka langsung pergi. Bagaimanapun malunya harus menghadap boss dan melapor. Sudah dapat dibayangkannya, bagaimana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagian dari rekan-rekannya akan tertawa terpingkel-pingkel mendengar kisah serangan kucing itu.
Setelah melihat keadaan aman, kedua wanita yang berada di dalam mendapatkan Erwin yang menimbulkan kekaguman mereka. Berkata Christine: "Bukankah yang menyerang tadi kucing bang Sumarta?"
"Benar," sahut Erwin yang lalu menerangkan, bahwa ia sendiri heran melihat kedatangan kucing tersebut.
"Itulah juga kucing yang dulu menyerang lalu menggigit Jaya Wijaya," tukas Lydia. "Mungkin disuruh bang Sumarta."
"Kurasa begitu, sebab ia dan sahabatnya Daeng juga baru kedatangan orang-orang kiriman Jaya Wijaya. Kucing itu juga yang menyelamatkan mereka," kata Erwin. "Bang Sumarta itu orang hebat," katanya lagi sambil melirik ke arah perempuan Thai itu. Christine memandang Erwin: "Tapi kau juga hebat sekali Erwin. Tanpa isi yang cukup, kau tidak akan berani berkata seperti tadi terhadap orang-orang yang kau ketahui mempunyai kemampuan yang tinggi!"
"Ah, sebetulnya itu hanya gertak saja. Ketimbang tidak melawan sama sekali," kata Erwin. Kalimat Erwin yang tidak mengandung maksud lain daripada merendah diri itu rupanya membuat muka dr Anton jadi merah padam. Ia malu. Dialah yang tidak berkutik dan tidak berkata sepatah kata pun ketika kedua orang sewaan Jaya Wijaya itu terus terang mengakui maksud kedatangan mereka. Hendak membawa dirinya dan Lydia ke Jaya Wijaya.
Christine yang belum tahu duduk cerita antara dr Anton, Lydia dan orang yang dinamakan Jaya Wijaya itu kian tertanya-tanya di dalam hati, ada apakah di antara orang-orang ini. Tetapi dalam keadaan tegang seperti itu, ia merasa tidak pada tempatnya untuk mengajukan pertanyaan. Semakin jelas bagi Christine, bahwa Erwin menjadi pelindung dr Anton
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dokter itu pun menggantungkan sebagian nasibnya pada orang teramat sederhana ini.
Sedang mereka dalam suasana belum seluruhnya lepas dari rasa tercekam itulah datang tamu lain, Kapten Polisi Sahata Siregar. Ia berpakaian preman.
"Maafkan, kalau kedatanganku mengganggu kalian,"
katanya kepada semua orang yang sudah dikenalnya. Baik oleh kegiatan Sati si kucing suruhan, maupun oleh tindakan-tindakan Erwin sebagai orang sederhana dan sebagai manusia yang kadangkala berubah jadi harimau.
Kedatangan itu tidak melegakan semua orang yang baru saja terlibat dalam urusan Jaya Wijaya. Termasuk Christine, walaupun ia hanya sebagai saksi yang melihat seluruh peristiwa. Mereka menduga, bahwa kedatangan petugas keamanan itu pasti mempunyai hubungan dengan Kam Leng dan Uhuk yang baru saja jadi mangsa Sati. Kalau peristiwa ini sampai ke telinga wartawan dan di expose, pasti mereka akan jadi perhatian masyarakat. Dan jadi perhatian dalam masalah yang sangat misterius bukanlah sesuatu yang boleh dibanggakan, apalagi menyangkut kenyataan-kenyataan yang mempunyai hubungan erat dengan ilmu mistik.
Tanpa dipersilakan, Kapten Siregar mengambil sebuah kursi, memandang semua hadirin dengan muka bersahabat lalu bertanya: "Sudahkah kalian tahu apa yang terjadi di rumah Sumarta dan Daeng Mapparuka?" Karena semuanya mengatakan tidak, petugas polisi itu menceritakan, bahwa dua orang manusia telah tewas di sana. Erwin menyangka, bahwa kematian itu tentu oleh serangan Sati, tetapi dengan tenang Kapten Siregar menerangkan: "Mereka mati bukan karena kucing Sumarta yang aneh itu. Mereka dibunuh oleh harimau!"
Mendengar itu Erwin tersentak. Ia memandang Kapten Siregar tanpa tanya.
*** Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
LIMA PULUH DUA SETELAH kedua orang pembunuh bayaran mati dibunuh Dja Lubuk di rumah Sumarta, pemilik kucing suruhan dan sahabatnya Daeng Mapparuka merasa takut akan dituduh sebagai pembunuh atau sekurang-kurangnya turut terlibat dalam pembunuhan kedua orang itu. Karena laporan yang diterima Polisi menerangkan, bahwa pembunuhan dilakukan oleh makhluk aneh, bertubuh harimau tetapi bermuka manusia, maka petugas yang sudah berpengalaman dalam kasus demikian yang dikirim ke sana bersama tiga orang bawahan. Petugas yang mengepalai tak lain daripada Kapten Polisi Sahata Siregar.
Ia dan bawahannya terkejut, walaupun Sahata segera mengetahui, bahwa pembunuh itu tentu dilakukan oleh manusia harimau. Entah itu Dja Lubuk, entah Raja Tigor. Tak mungkin Erwin, karena muka manusia harimau itu sudah memperlihatkan usia lanjut. Dan dugaannya tidak meleset, karena pada saat berikutnya Daeng Mapparuka telah menceritakan apa yang dipesankan oleh pembunuh itu. "Kalau Polisi bertanya siapa yang membunuh, katakan aku, Dja Lubuk. Kedua orang yang hendak membinasakan kalian ini anak buah Jaya Wijaya. Polisi akan kenal siapa orang ini!"
"Kalian tidak salah dengar?" tanya Siregar untuk meyakinkan dirinya.
"Tidak. Pesannya itu jelas sekali. Ia tiba-tiba saja ada di sini, entah dari mana datangnya. Dan dia langsung saja membunuh kedua tamu itu!"
"Apa lagi katanya?" tanya Siregar.
Sumarta dan Daeng saling pandang, seakan-akan saling bertanya, apakah kata-kata lainnya juga perlu diceritakan.
Siregar segera mengetahui, bahwa kedua orang itu menyembunyikan sesuatu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian belum mengatakan seluruhnya," kata Kapten polisi itu.
"Tidak ada pesannya yang lain. Hanya itu," kata Daeng Mapparuka.
"Dia tidak menyebut-nyebut nama Erwin?" tanya petugas polisi itu.
Kedua orang itu diam, sehingga Siregar dengan lembut meminta agar mau mengingat-ingat.
"Tidak ada lagi. Dia hanya menyebutkan namanya Dja Lubuk dan kedua orang ini datang untuk membunuh kami.
Mereka ini kiriman Jaya Wijaya, yang cukup dikenal oleh Polisi," kata Sumarta. Kapten itu merasa perlu memberitahukan peristiwa ini kepada Erwin. Barangkali ia dapat menceritakan lebih banyak, karena yang melakukan pembunuhan ayahnya sendiri. Dan sesuai dengan kebiasaannya, Dja Lubuk hanya membunuh orang-orang bersalah untuk menyelamatkan orang lain atau membalaskan sakit hati orang lemah yang tidak berdaya terhadap musuhnya. Mayat kedua orang suruhan Jaya Wijaya dibawa ke rumah sakit. Meskipun cerita Daeng dan Sumarta dapat dipercaya, mereka tetap dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Kematian dua manusia, walaupun penjahat dengan cara yang begitu misterius harus diselidiki dan hendaknya dapat dibongkar. Itu polisi. Kalau mereka tidak sanggup maka polisi akan dinilai sebagai kurang mampu oleh masyarakat.
*** "APAKAH Anda dapat membantu Erwin?" tanya Kapten Siregar.
"Kurasa tidak, Kapten. Menyesal sekali, aku tak dapat menolong. Bukan tidak mau. Kami juga baru didatangi orang-orang kiriman Jaya Wijaya," kata Erwin, lalu ia jelaskan apa yang baru saja terjadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau aku boleh bertanya, apakah kucing itu berbuat sesuatu atas perintah pemiliknya?" tanya Kapten Siregar.
"Mungkin. Tetapi boleh jadi juga dia berbuat atas kemauannya sendiri, karena ia bukan kucing biasa. Ia sayang pada tuannya dan ia selalu melindungi tuannya. Dalam pada itu boleh jadi tuannya dapat menyuruhnya karena dirinya dikuasai oleh pemiliknya!" jawab Erwin. Mereka semua mendengarkan dengan penuh perhatian. Terutama ketika Erwin mengatakan bahwa selain pisau, binatangbinatang berbisa termasuk ular, kucing pun dapat dijadikan binatang suruhan. Pada saat itulah tiba-tiba Sati masuk lagi ke ruangan itu. Kali ini pun tidak ada di antara mereka yang tahu dari mana datangnya kucing ini, seolah-olah mendengar dan mengerti bahwa dirinya sedang dibicarakan. Seperti kucing biasa, ia melompat lalu duduk di atas meja, memandang hadirin seorang demi seorang, untuk kemudian menatap muka Erwin. Laki-laki dari Tapanuli Selatan itu mengelus-elus punggungnya. Kemudian bertanya: "Sati, pak Kapten Polisi ini ingin bertanya, apakah seranganmu terhadap dua orang suruhan Jaya Wijaya tadi kau lakukan atas perintah pak Sumarta?" Tanpa ragu-ragu, Sati menggelengkan kepala.
"Jadi atas kehendakmu sendiri" Tiada manusia yang menyuruh!" tanya Erwin. Kucing itu menjawab dengan anggukan kepala.
Kapten Siregar kagum dan puas. Ia sangat terkesan mempersaksikan kenyataan yang amat aneh ini. Kalau Sati pandai bicara, tentu ia akan bercerita banyak.
"Apakah kau masih punya rencana-rencana pembalasan dendam?" tanya Kapten Siregar yang ingin tahu apakah pertanyaannya juga dijawab. Ia meragukan, karena ia tidak akrab dengan Sati, walaupun kucing itu memperlihatkan sikap bersahabat dengannya. Kucing itu tidak mengangguk atau menggeleng. Tetapi ia mengeong. Mungkin mau mengatakan, bahwa itu rahasia pribadinya yang orang lain tidak boleh tahu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun pikiran Kapten Siregar dipenuhi oleh persoalan kucing yang melakukan penyerangan atas dua bandit, namun ia bertanya-tanya di dalam hati mengapa pula wanita yang tertarik pada Sumarta, kini ada di sini. Apakah dia masih keluarga dr Anton" Ataukah ia datang bersama Erwin"
"Aku di antar nona Christine kemari dengan mobilnya Kapten," kata Erwin tanpa ditanya. Dan muka perwira polisi itu berubah jadi kemerah-merahan. Ia merasa malu karena keinginan tahu yang tidak diucapkannya itu diketahui oleh Erwin dan ia memberi jawaban.
"Kau benar-benar luar biasa Erwin. Aku jadi takut padamu.
Semua jalan pikiran dan pertanyaan atau perasaan hatiku dapat kau baca!" kata Kapten Siregar, membuat Christine dan Lydia, begitu juga dr Anton jadi tambah takjub saja atas kemampuan lelaki muda yang sangat sederhana ini.
Kini terbalik Erwin yang jadi bermuka kemerah-merahan, karena semua mata ditujukan kepadanya. "Cuma kebetulan Kapten," katanya. "Kutaksir Kapten bertanya di dalam hati, mengapa nona Christine dan aku ada di sini!" Mendengar ucapan Erwin ini, Christine pula yang jadi agak ke-malu-maluan. Dia menyangka, bahwa Erwin mulai tahu, bahwa ia tertarik pada lelaki itu padahal ia tergila-gila pada Sumarta.
Apakah ia mulai melihat jalan bersimpang dan hatinya bercabang dua"
Supaya Kapten Siregar jangan tertanya-tanya pula di dalam hati, siapa gerangan wanita cantik yang seorang lagi, maka dr Anton sendiri menerangkan, bahwa Lydia tinggal bersama Jaya Wijaya. Mendengar itu, Lydia sendiri berkata: "Biarlah saya yang menceritakan," lalu dikisahkannya secara singkat sejak ia disewa oleh orang keturunan Cina itu. Sampai Jaya Wijaya terbaring lebih empat bulan di hospital oleh serangan kucing yang pernah hendak dibelinya tetapi tidak diberi oleh pemiliknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sangat menarik," kata Kapten Siregar. "Sungguh sangat menarik. Mengapa ia tidak berobat untuk kelemahannya itu?"
Karena yang dimaksud kelemahan itu adalah impotensi Jaya Wijaya, maka Erwin teringat lagi pada peristiwa yang menimpa dirinya di Surabaya. Jatuh cintanya seorang wanita yang isteri orang kaya padanya. Padahal ia sampai mengenal wanita itu, karena ia mengobati sampai sembuh semula suami perempuan cantik itu.
Dari rangkaian cerita, walaupun tidak dikatakan secara gamblang. Siregar memaklumi bahwa Lydia tertarik pada dr Anton dan mengharapkan perlindungannya. Dan sang dokter yang duda itu juga punya keinginan besar untuk memiliki si wanita asal Muangthai. Melihat kecantikan Lydia saja orang tidak akan terlalu takjub, tetapi manakala orang perhatikan benar-benar pancaran pandangannya, maka delapan dari sepuluh lelaki akan terpesona dan boleh dikata pasti bahwa enam dari ke delapan orang itu mau berbuat apa saja untuk dapat memiliki perempuan seperti itu. Bagi si genius cinta tentu saja bukan hanya ingin memiliki tubuhnya, tetapi seluruhnya, termasuk bahkan terutama hati dan jiwanya. Ingin wanita semacam itu menyerah tanpa syarat untuk menerima dan mengimbangi curahan segala kasih dari padanya.
Erwin yang diam-diam mencuri pandang pada sinar mata Siregar dapat merasakan, bahwa perwira polisi itu sedang menikmati Lydia tanpa menjamah dirinya. Suatu cara penikmatan khusus yang tidak oleh semua lelaki dikenal atau pernah dialami. Dan penikmatan semacam itu mempunyai pengaruh yang teramat indah tetapi juga menggoncangkan.
Agak lama juga kapten polisi itu di sana. Ia banyak berbincang-bincang atau lebih tepat menerima cerita dari Lydia. Ia dapat bercerita dengan lancar mengenai semua yang diketahuinya, karena sejak dulu ia benci sekali pada praktek Jaya Wijaya yang merusak mental dan moral sementara pejabat untuk kemudian bersama-sama melakukan penipuan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau pencurian besar-besaran dari negara dengan setengah rakyatnya masih hidup di bawah garis miskin.
Selama mengikuti kisah Lydia, perwira polisi itu banyak mengerutkan dahi, karena ia tahu, bahwa menahan dan membawa ke pengadilan penjahat seperti ini jauh lebih sukar daripada menangkap seorang pembunuh yang paling ganas.
Sangat sulit atau bahkan tidak mungkin mengumpulkan bukti-bukti nyata atas kejahatannya. Kalupun dianggap sudah cukup alasan untuk menyatakan tersangka bersalah masih merupakan suatu pertanyaan apakah ia akan dijatuhi hukuman. Andaikata ia dihukum masih ada lagi satu pertanyaan, apakah hukuman atas dirinya setimpal dengan kejahatannya yang amat besar. Selain itu masih ada lagi keragu-raguan apakah si terhukum akan mendekam di dalam penjara. Kapten Siregar memang seorang penegak keamanan dan hukum, tetapi seperti halnya dengan sebagian masyarakat ia sangsi apakah hukum dapat diberlakukan sama bagi tiap orang, yang disingkat-katakan "tanpa pandang bulu!"
Setelah petugas keamanan itu pergi, keempat orang yang tinggal membicarakan kejadian-kejadian yang mungkin akan datang lagi. Jaya Wijaya yang mempunyai begitu banyak uang dan pengaruh tidak mungkin berhenti sampai di situ. Ia bahkan akan mengambil tindakan-tindakan yang lebih nekat.
Amarah yang membakar dadanya oleh berbagai kegagalan pasti mendorongnya untuk secepat mungkin menyelesaikan rencananya terhadap ketiga orang yang tidak disukainya. Dr Anton, Lydia Savatsila dan Erwin. Christine tidak termasuk di dalam daftar mereka tetapi kalau mereka mengetahui, bahwa wanita ini kesayangan Sumarta, apalagi kenal pula dengan ketiga orang itu, mungkin dirinya pun akan masuk daftar hitam. Menawan atau membunuh wanita itu pasti merupakan suatu balasan yang amat berat bagi Sumarta.
Lydia dan dr Anton merasa sangat cemas. Tetapi lebih-lebih dokter itu. Lydia masih bisa mengharap bantuan kakeknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagaimana ia sudah pernah diselamatkan oleh orang sakti itu ketika Jaya Wijaya hendak membunuhnya. Untuk meringankan kekuatiran mereka, Erwin berkata: "Orang hidup, apalagi di bawah ancaman harus merasa takut. Tetapi jangan takut berlebihan, karena ia tidak akan merubah keadaan.
Ketakutan itulah yang diharapkan orang-orang yang punya maksud jahat. Rasa takut pada diri sasaran sudah merupakan hasil yang diingini oleh para penjahat. Perasaan takut bisa sangat menyiksa. Lebih dari pada mati. Bila seseorang mati, maka ia tidak merasakan apa-apa lagi, tidak dikejar-kejar rasa takut yang mencekam itu lagi. Ia bebas dari siksaan dunia berbentuk dan sekejam apa pun."
Sekali lagi dr Anton yang terpelajar itu mengetahui dan meresapi betapa benar kata-kata yang diucapkan Erwin.
"Namun begitu," kata Erwin meneruskan. "Kematian jangan dicari, bahkan harus dilawan. Ada kalanya dia tak terlawan dan tidak dapat dielakkan. Itu yang dinamakan panggilan Tuhan. Jangan dilupakan, bahwa Tuhan memberi nyawa dan kekuatan kepada segenap hambaNya untuk dapat berbuat baik sebanyak mungkin selama ia masih hidup. Hidup harus dimanfaatkan untuk kebajikan, sebab bila kita sudah mati maka kita tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Kini kita sedang terancam. Ada sesama manusia yang tidak menghendaki kelanjutan hidup kita. Kita harus melawannya. Tidak boleh pasrah kepada nasib!"
Dr Anton dan Lydia menyadari bahwa dari orang ini dapat ditarik banyak pelajaran. Dalam pada itu Christine bukan hanya kagum, tetapi kian tertarik pada Erwin. Falsafah demikian tidak pernah didengarnya dari Sumarta. Dia tak kuasa menahan diri dari berkata: "Erwin, kau tentu merasa bahagia sekali. Kau tahu begitu banyak tentang hidup. Aku jadi merasa diriku miskin dalam pengetahuan dan kesadaran.
Aku ingin berguru padamu, boleh?" dr Anton juga memandang kepada Erwin. Walaupun ia tidak mengatakan apa-apa tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hati ia mempunyai pendapat dan keinginan sama dengan Christine. Dan dia merasa beruntung sekali dapat bersahabat dengan lelaki yang dukun itu. Dia juga merasa betapa dungu dan piciknya pengetahuan sementara cendekiawan yang menganggap bahwa hanya orang-orang lulusan universitas-lah yang pandai.
**.* UNTUK menukar suasana tegang itu, Erwin mengalihkan pembicaraan Ditanyakannya kepada Christine, bila pernikahannya dengan Sumarta akan dilangsungkan. Wanita cantik yang kaya itu jadi gugup, padahal yang ditanyakan Erwin hanya suatu hal yang wajar. Erwin memandang Christine. Ia tunduk, tidak menjawab.
*** LIMA PULUH TIGA
BAGI pengenal tingkah dan sikap wanita pasti jelas, bahwa Christine mempunyai semacam perasaan yang ia tidak mau sampai diketahui orang lain. Apa lagi perasaan itu baru merupakan keinginan atau bahkan baru sampai pada tingkat khayalan. Erwin pun melihat suatu kekakuan pada sikap Christine yang tidak diketahuinya apa yang terjadi latar belakang atau sebabnya. Mendadak saja timbul suatu keinginan tahu tanpa tujuan tertentu. Ia bertanya lagi, di mana tempat tinggal wanita rupawan itu, yang juga tidak segera dijawab. Tetapi beberapa saat kemudian ia menawarkan untuk turut serta ke rumahnya nanti, manakala ia pulang. Erwin memandang dokter Anton seakan-akan bertanya bagaimana pendapatnya mengenai usul wanita itu.
Kemudian ia memandang Lydia dengan tujuan yang sama.
"Pergilah Er. Kurasa dia perlu diantar. Keadaan yang kita hadapi tidak normal! Tapi jangan sampai lupa pulang," kata dr
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anton yang kini sudah bisa berkelakar karena memandang bahaya untuk sementara telah tiada.
"Baiklah, untuk itu aku selalu bersedia," jawab Erwin yang sependapat dengan dr Anton. "Dan aku hanya mengantar.
Begitu nona ini masuk rumah aku lantas kembali dokter," kata Erwin balas bergurau. Lydia dan dr Anton tertawa.
"Sampai ke pintu pagar sajalah," kata Christine menimpali.
"Memang orang asing dilarang masuk pekarangan, apalagi rumahku. Kalian tahu kan!"
Erwin, dr Anton dan Lydia senang mendengar. Wanita ini cerdas dan cepat menangkap makna suatu ucapan. Mahir pula mengimbanginya.
"Tawaranku belum dijawab," kata Lydia tiba-tiba. "Kita ke negeriku, walaupun hanya untuk beberapa hari. Aku ingin memperkenalkan kalian pada orang tuaku. Mereka hanya petani dan tempat tinggal kami hanya rumah kampungan.
Kalau kalian tidak jijik memasuki rumah seperti itu!" Cara ini sangat mengena. Dr Anton mengusulkan hari keberangkatan dan berkata bahwa Erwin harus ikut. Orang Mandailing itu senang mendengar, karena ia selalu suka mengenal dan mempelajari yang aneh-aneh. Ia akan berusaha menemui orang-orang berilmu di sana.
"Apakah ada juga tempat bagiku?" tanya Christine. "Aku belum pernah ke negerimu yang terkenal indah dan ramah itu." Lydia senang sekali dengan keinginan Christine.
"Akan lebih meriah kalau kang Sumarta juga turut/' kata Erwin menggoda sambil meneruskan: "Apakah kalau bertepatan waktunya dengan bulan madu kalian. Bukankah begitu dokter!" Semua tertawa senang. Tetapi Christine hanya tersenyum hambar. Senyum basa-basilah! Tampak benar ada sedikit perubahan pada sikap wanita yang tadinya sangat tergila-gila pada tukang buah itu. Pada saat yang tidak diduga seperti itulah mendadak datang kembali kucing suruhan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumarta. Ia segera duduk atas pantatnya dan menatap Christine. Semua memandang padanya, terlebih-lebih wanita yang telah kena guna-guna itu. Setelah agak lama ia memandangi Christine ia mendengus sekali, lalu pergi. Dengus itu "walaupun tidak keras" mengejutkan Christine dan kemudian timbul semacam rasa terganggu di dalam dirinya.
"Mengapa dia begitu?" tanya Christine. Kawan-kawannya saling pandang, tiada yang bisa memberi jawaban.
Agak lama kemudian Erwin berkata: "Boleh aku mengatakan dugaanku?"
Semua mata kini memandang ke arah manusia harimau itu.
Christine tampak meminta. Lalu Erwin berkata lagi: "Ini sekedar dugaan. Mungkin sama sekali tidak benar."
"Katakanlah, aku sendiri tidak mengerti dan ingin sekali tahu. Walaupun sekedar dugaan!"
Lydia membantu: "Ya, katakanlah Erwin. Kami semua ingin tahu. Aku yakin bahwa dugaanmu itu tepat. Kau dapat membaca pikiran orang bukan?"
"Tidak. Pokoknya tidak selalu. Maafkan aku, kalau dugaanku meleset! Kalau mau begitu, baru aku mau mengatakannya!"
Christine mengangguk. Tetapi hatinya berdebar. Apakah Erwin membaca pikirannya" Ah, masa iya mampu mengetahui segala-galanya. Dia sendiri kan sudah mengatakan, bahwa ia hanya bisa menduga-duga, yang mungkin tidak tepat.
Dokter Anton pula meminta agar Erwin mau mengatakan, mengapa kucing aneh itu datang dan berbuat sesuatu yang menimbulkan tanda tanya.
"Begini," kata Erwin memulai. "Kita semua mengetahui, bahwa kucing itu milik kang Sumarta. Dan bahwa kucing itu bukan kucing sembarangan. Ia sangat cerdas dan sayang sekali pada tuannya. Kira-kira sama dengan nona Christine.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia pun sangat tahu, bahwa kang Sumarta cinta pada Christine. Dia tidak ingin wanita lain daripada Christine dan ia tidak bertepuk sebelah tangan." Sampai di situ Erwin berhenti sebentar. Seakan-akan mau mendengar reaksi Christine. Hati wanita itu tergoncang, kemudian mukanya jadi kemerah-merahan ketika diketahuinya mata Lydia dan dr Anton mengarah ke dirinya. Suatu gerak mata refleks, yang sebaiknya dapat mereka tahan agar tidak membuat wanita mabuk kepayang itu tambah gelisah. Christine tidak berkata apa-apa Kata orang, tidak membantah sama artinya dengan membenarkan. Lydia terheran di dalam hati. Ia sudah pernah bertemu dengan Sumarta ketika ia bersama Daeng Mapparuka berkunjung untuk mengobati Jaya Wijaya. Dia pun melihat cara pengobatan yang amat mengherankan itu. Dengan mempergunakan kucing. Kucing yang rupanya jadi penyebab Jaya Wijaya terpaksa menggeletak empat bulan di rumah sakit, tanpa ada seorang dokter pun mampu
menyembuhkannya. Pada waktu itu Lydia kagum pada Sumarta dan kawannya. Terlebih-lebih lagi pada kesaktian kucing yang mengencingi muka Jaya Wijaya.
"Boleh kuteruskan?" tanya Erwin setelah tiada reaksi dari Christine.
"Ya, teruskanlah Erwin. Dugaanmu itu sangat menarik,"
kata Lydia. Wanita, di mana dan siapa pun dia, selalu ingin tahu. Apalagi yang aneh-aneh.
"Kucing kang Sumarta ingin mempertahankan wanita kesayangan majikannya, jangan sampai berubah pendirian.
Karena kang Sumarta dengan sepenuh dan seikhlas hati mencintai Christine."
"Lalu mengapa dia datang dan berbuat aneh tadi?" lagi-lagi Lydia yang buka suara. Ia memang benar-benar sangat tertarik dengan awal kisah tentang wanita yang dinilainya sangat cantik itu. Lebih kurang secantik dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kucing itu tidak mau kang Sumarta sampai kehilangan kasih Christine. Mungkin, maafkan aku, nona Christine pada hari-hari yang belakangan ini agak lain. Ini hanya dugaanku.
Misalnya, mempunyai perasaan khusus terhadap seseorang.
Kalau dugaanku ini benar, maka kucing itu datang untuk memberi ingat kepadanya, agar jangan berbuat begitu!" kata Erwin. Dia sengaja tidak memandang muka Christine. Tidak menyenangkan, kalau kebetulan wanita itu memerah padam.
Suatu tanda, bahwa Erwin mempunyai etiket tinggi. Lain halnya dengan Lydia dan dr Anton. Mereka mau tahu bagaimana ekspresi muka Christine mendengar ucapan Erwin.
Mereka dikuasai oleh keinginan tahu rahasia hati orang yang baru dikenal itu, walaupun sesungguhnya mereka tidak punya kepentingan apa-apa dengan perasaan perempuan itu.
Dan benar, wajah Christine kian merah. Dia malu. Dugaan Erwin tepat. Ah, sebenarnya dia bukan menduga. Dia benar-benar membaca isi hati dan jalan pikiran Christine. Apakah dia juga telah mengetahui, bahwa yang menarik perhatiannya itu tak lain daripada diri Erwin sendiri. Uh, kalau dia tahu, betapa malunya.
Lydia yang melihat wajah Christine berubah spontan pula bertanya: "Aku jadi ingin tahu, siapakah yang dipikirkan atau ditaksirnya Erwin" Tetapi lebih dulu aku mau bertanya kepada Christine apakah benar-benar dugaan Erwin."
Kontan wanita yang jadi agak salah tingkah itu menjawab:
"Tidak, aku tidak memikirkan siapa-siapa!"
"Kalau begitu aku salah duga nona. Maafkan aku. Dari tadi sudah kukatakan, bahwa aku hanya menduga-duga. Bukan membaca. Mana mungkin manusia dapat membaca hati sesama manusia!" kata Erwin menolong Christine.
Mereka sama-sama tertawa. Tetapi tawa Christine hanya tawa yang dipaksakan. Sekedar menutupi kebenaran "bacaan"
Erwin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
*** ATAS usul dr Anton mereka berempat sama-sama ke rumah Christine. Begitu mobil masuk pekarangan, Erwin sudah merasa bahwa di kawasan gedung itu ada sesuatu yang aneh.
Pasti ada sesuatu yang ditanam orang di sana. Apakah itu guna-guna yang membuat Christine secara mengherankan jatuh cinta pada Sumarta" Siapakah yang menanamnya"
Sumarta sendirikah" Atau kucing suruhannya.
Christine mengajak kawan-kawannya masuk. Ayahnya, Subandrio sedang ada di rumah. Begitu pula ibunya. Kedua orang itu keluar menyambut kawan-kawan anaknya.
Subandrio jadi senang ketika mengetahui bahwa yang seorang, dr Anton, dikenalnya. Sekarang baru dokter itu mengetahui, bahwa Christine anak Subandrio. Ayah dan ibu Christine bertanya-tanya di dalam hati siapa laki-laki yang seorang lagi. Yang menurut penilaian lahiriah tak wajar jadi sahabat anaknya. Kelihatannya "kampungan." Dan Erwin dapat menebak apa yang dirasa kedua orang tua Christine.
Tetapi dia tidak perduli. Tidak merasa minder, karena bukan dia yang ingin ke situ. Ia hanya diajak. Subandrio jadi tambah heran, ketika Christine justru memperlihatkan rasa senangnya pada lelaki kampungan itu. Dipuji-pujinya sebagai orang yang mempunyai ilmu sangat tinggi. Pada waktu itu juga penilaian terhadap Erwin jadi berubah. Bukan karena menghargainya, tetapi karena membutuhkan pertolongannya.
Menyembuhkan anaknya dari penyakit cinta terhadap Sumarta. Dengan pertolongan Erwin, akan lenyaplah pengaruh guna-guna jahat atas diri anaknya. Bilamana Christine telah bebas dari pengaruh itu dan ia dapat berpikir normal, pasti anaknya akan memilih jodohnya dengan tepat. Umpamanya laki-laki seperti dr Anton. Dokter, punya nama di masyarakat dan terhormat. Bukan lelaki yang hanya tukang jual buah.
Memalukan, sungguh akan memalukan sekali kalau anaknya sampai kawin dengan Sumarta. Ke mana muka mau disembunyikan nanti! Oleh karena itu kedua orang itu harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dipisahkan. Semua kegagalan di masa lalu yang membuat ayah dan ibu Christine hampir kehilangan seluruh harapan telah menjelma menjadi suatu harapan baru. Tak mereka pikirkan lagi di mana Christine mulai berkenalan dengan Erwin.
Sejak kapan" Persetan amat sama tempat dan waktu. Yang penting, lelaki yang amat tinggi ilmu itu sudah ada di rumah.
Tinggal ngomong dan bertanyakan tarip. Bukannya mereka mau menawar, melainkan hendak membuat biaya itu jadi dua kali lipat. Biar dirasakan oleh orang tak tahu diri itu, betapa celakanya jatuh hati pada gadis yang tidak setaraf seperti mereka.
Pada saat Subandrio dan isterinya mendapat angin dan harapan baru, badan Erwin merasa panas dingin. Sialan bener, Pemberian tahu, bahwa ia akan berubah lagi. Bersamaan dengan itu pula, nyonya Subandrio menyampaikan keinginannya untuk meminta pertolongan kepada Erwin.
Untuk itu ia mohon agar Erwin sudi masuk ke ruangan lain.
Walaupun merasa bahwa dirinya akan mengalami perubahan, namun ia masuk juga mengikutkan nyonya Subandrio dan suaminya, setelah lebih dulu minta izin kepada Lydia dan dr Anton.
Tetapi sebelum ia masuk ke ruangan yang dimaksud nyonya Subandrio, tiba-tiba ia dihadang oleh seekor kucing yang tak lain dari pada Sati Jelas benar kelihatan bahwa ia mencegah Erwin berjalan terus. Erwin berhenti dan bertanya, apakah maksud Sati. Kucing itu menggeleng-gelengkan kepala. Erwin menebak makna gelengan itu. Untuk itu ia mengajukan pertanyaan: "Maksudmu aku tidak akan mampu memenuhi keinginan keluarga ini?" Kucing itu menggeleng lagi. Erwin belum mengerti benar apakah maksudnya. Ia mengajukan lagi pertanyaan: "Kau dulu pernah mendatangi aku, ketika aku diminta tolong untuk coba mengobati seseorang. Apakah kau melarang aku Sati?" Kucing itu mengangguk. Betapa inginnya Erwin mengetahui lebih banyak, tetapi kucing itu tidak dapat berbicara untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menceritakan apa sebenarnya yang terkandung di dalam hatinya. Ayah dan ibu Christine mengikuti pertanyaan Erwin kepada kucing itu dengan penuh perhatian dan keheranan.
Akhirnya Erwin bertanya: "Bolehkah aku mendengar maksud dan keinginan tuan dan nyonya ini?" Kucing itu kelihatan agak berang. Ia mendengus lalu menggeleng lagi. Melihat ini jelas bagi Erwin bahwa kucing itu tidak mengizinkannya terus masuk. Dalam hati ia berpikir, bahwa larangan Sati tentu ada kaitan dengan hubungan Sumarta dan Christine. Karena ia tidak mau bermusuhan.dengan Sati maka ia terus terang mengatakan, bahwa ia tidak sanggup menolong keluarga itu.
Ia kembali ke ruang tamu. Dan nasib baik bagi Erwin, perasaan panas dingin yang menakutkan dirinya tadi telah hilang. Ia tidak akan berubah menjadi harimau di rumah itu.
Ia amat bersyukur, sebab kalau hal itu sampai terjadi pasti dia akan sangat malu. Walaupun keadaan dirinya yang begitu sama sekali bukan kehendak hatinya.
Tak lama kemudian Sati sudah berada di pangkuan Erwin mengelus-eluskan tubuhnya ke dada Erwin. Suatu tanda terima kasih atas saling pengertian mereka. Bukankah Sati.
yang menyerang Kam Leng dan Uhuk, ketika mereka hendak membawa dr Anton dan Lydia untuk diadili oleh Jaya Wijaya dengan hukuman yang sudah dapat dipastikan: hukuman mati.
*** LIMA PULUH EMPAT
KETIKA dr Anton, Erwin, Lydia dan Christine telah mematangkan rencana untuk berkunjung ke Thailand memenuhi undangan perempuan dari negeri Siam itu, Jaya Wijaya mengadakan pertemuan lagi dengan beberapa orang suruhannya yang paling dapat dipercaya. Dia tidak mempunyai banyak pilihan, karena mereka ini tinggal sisa. Yang lainnya telah dibinasakan kucing suruhan atau keluarga manusia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harimau. Sebenarnya keturunan Cina yang melalui berbagai macam usaha berhasil menjadi salah seorang paling kaya dan berpengaruh itu mengetahui, bahwa yang dihadapinya bukan musuh biasa. Bukan pejabat yang bisa dibeli dengan uang atau wanita. Bukan pula orang kekurangan yang bisa diperintah atau dipatahkan dengan kekuatan uangnya. Tetapi ia tetap bertekad hendak menyingkirkan mereka. Ia telah melepas orang kepercayaannya untuk mencari tenaga-tenaga bayaran baru yang bersedia disuruh apa saja asalkan dibayar cukup. Bikin patah kaki atau tangan, bahkan culik dan bunuh dapat dilakukan dengan mudah asalkan mau bayar sesuai dengan tarip. Bukan hanya itu, Jaya Wijaya juga menggunakan orang-orang yang katanya punya ilmu tinggi asal Tiongkok, Himalaya, Dayak dan berbagai daerah Indonesia lainnya yang terkenal tinggi ilmu mistiknya, tetapi sampai sekian jauh semuanya tidak mampu menghadapi si kucing suruhan dan sang manusia harimau. Banyak di antara mereka yang takbur, mati sebelum melangkah meninggalkan rumah. Dibunuh Sati atau Erwin, Dja Lubuk dan Raja Tigor
"Kita mesti memenangkan pertarungan ini, kalian dengar!"
bentak Jaya Wijaya kepada orang-orang bayarannya. Semua tunduk, tidak ada yang berani buka mulut. Mengiyakan saja takut.
"Kalian tidak menjawab. Apa kalian semua sudah jadi banci Bukan lelaki jantan?" hardik Jaya Wijaya lagi. Kembali hardikan itu hanya dijawab dengan keheningan. Panas hati orang kaya dari hasil kejahatan dan kecurangan halus itu menjadi-jadi. Dengan muka merah padam ia berkata lagi:
"Kalau kalian sudah jadi pengecut dan tidak mampu membinasakan kunyuk-kunyuk seperti itu saja, lebih baik kalian angkat kaki dari sini." Setelah diam sejenak dia berkata dengan keras: "Kalian sanggup atau tidak. Aku mau jawaban yang pasti!" kini secara hampir serentak mereka menjawab:
"Sanggup boss!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sanggup, sanggup. Gampang saja bilang sanggup.
Buktinya sampai sekarang kalian hanya omong besar. Kapan!"
bentak orang sangat kaya itu.
"Paling lama dalam tiga hari boss," kata Bin Seng yang bicara atas nama semua kawan-kawannya. Walaupun hati masing-masing berdebar, tetapi tidak ada yang berani angkat muka atau saling pandang.
"Kalian semua ada enam orang. Satu juta untuk tiap orang kalau kalian berhasil. Tetapi enyah dari sini kalau kalian sampai gagal," kata Jaya Wijaya memberi harapan tetapi juga sekaligus mengancam. Pada waktu itulah tiba-tiba terdengar suara kucing. Bukan hanya suara seekor, tetapi seperti banyak kucing bersahut-sahutan. Dan di dalam ruangan itu. Tanpa tampak seekor kucing pun. Kini barulah mereka saling pandang penuh keheranan. Sudah semenjak beberapa bulan, mulai pada saat Jaya Wijaya masuk rumah sakit karena diserang kucing, mereka banyak mendengar tentang kucing aneh yang membuat boss mereka terkapar beberapa bulan di rumah sakit. Tanpa dapat menutup mulut dan menutupkan mata. Lebih aneh lagi, ketika mereka mendengar bahwa akhirnya ia disembuhkan oleh dua dukun besar yang mempunyai seekor kucing suruhan. Mereka dengar pula beberapa rekan mereka telah roboh oleh serangan kucing dan makhluk ajaib yang berbadan harimau. Mereka pun mendengar tentang orang kampung bernama Erwin yang punya tenaga luar biasa. Juga mengenai manusia bernama Sumarta dan Daeng Mapparuka. Ditambah dengan dokter Anton yang konon telah melarikan piaraan boss mereka yang terkenal amat jelita. Lydia tidak termasuk dalam daftar hitam untuk dibunuh, tetapi harus diambil kembali dari rumah dokter Anton untuk dihadapkan ke Jaya Wijaya.
Suara kucing itu cukup lama bergema di dalam ruangan itu, kemudian mendadak senyap. Tapi kini mereka dikagetkan oleh suara kucing mengeong. Hanya seekor, tetapi suaranya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat besar. Besar sekali. Tidak pernah ada bahkan tidak pernah mereka mendengar adanya suara kucing seperti itu.
Bagaikan guruh. Kemudian tampaklah pemilik suara itu.
Seekor kucing yang amat besar. Warnanya sama dengan Sati, kucing suruhan Sumarta.
Manusia terberani pun akan terkejut, terbang seluruh semangatnya dan menjadi sangat ketakutan melihat kucing sebesar tak kurang dari anjing herder. Jaya Wijaya tersentak, mulutnya ternganga, untung masih dapat ditutup kembali Ada bandit-bandit yang terkenal jagoan berpegang pada tangan kawannya, seolah-olah pegangan itu dapat memperkecil bahaya atau menghilangkan rasa takut. Jaya yang sudah pernah melihat Sati mengetahui, bahwa kucing itu pasti kucing yang telah menggigit dirinya sehingga hampir merenggut nyawa, tetapi mengapa menjadi sebesar itu"
Kucing itu berjalan, memandangi semua yang hadir di sana seorang demi seorang. Terakhir ia berdiri di hadapan Jaya Wijaya, menatap mukanya, sehingga laki-laki yang selalu merasa dapat berbuat segalanya melalui tangan orang lain itu tertunduk keluar pakaiannya. Dan tanpa dapat ditahan ia terkencing di sana. Entah ia sadar, entah tiada. Kucing itu mendengus mengerikan karena suaranya yang amat besar itu.
Semua hadirin ber? tanya pada diri sendiri, malapetaka apa lagi yang akan menyusul. Apakah yang akan dilakukan kucing raksasa yang paling siluman itu" Tetapi Sati rupanya suka bergurau. Sesudah membikin orang ketakutan setengah mati dan sampai pada klimaks untuk menantikan yang terhebat, ia justru pergi dengan tenang. Bukan menghilang.
Beberapa saat lamanya Jaya Wijaya tidak mampu bicara, sementara segenap anak buahnya terdiam seolah-olah di ruangan itu berlaku ketentuan larangan keras untuk berbicara.
Cukup lama kemudian baru Bin Seng memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan setelah lebih dulu meminta izin untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. Apakah itu kucing siluman yang jadi milik Sumarta serta patuh pada semua perintahnya.
"Rupanya sama, tetapi kucing Sumarta bukan yang itu.
Kepunyaannya biasa saja, seperti kucing-kucing lainnya!"
jawab Jaya Wijaya penuh keragu-raguan tetapi merasa harus menjawab untuk tidak meruntuhkan moril anak buahnya.
"Carilah tambahan tenaga. Tidak perduli berapa bayarannya, asalkan benar-benar sanggup membinasakan semua lawan kita!" kata Jaya Wijaya.
"Tetapi kucing siluman tadi, kalau itu termasuk musuh, mungkin tidak dapat kita bunuh. Karena ia tidak bisa mati.
Dan dia bisa berubah-ubah. Jadi binatang lain atau bahkan jadi manusia," kata Bin Seng.
"Tidak perlu. Kucing itu sendiri tidak perlu dibunuh. Ia hanya bekerja atas perintah tuannya. Kalau tuannya sudah kita tewaskan, maka tidak ada lagi orang yang akan memerintahnya," kata
Jaya Wijaya yang banyak bertanya tentang kucing atau binatang suruhan lainnya setelah ia sembuh dari sakit anehnya. Menurut cerita, binatang suruhan hanya dapat disuruh oleh pemiliknya. Tidak oleh orang lain, walaupun mempunyai ilmu besar sekali. Yang dipatuhinya hanya majikan, karena majikan ini yang memberinya makan dan wajib memberi makan. Lain halnya kalau ia secara mufakat telah diserahkan oleh majikannya kepada orang lain, yang biasanya anak atau kemenakan si pemilik kalau ia tidak mempunyai anak kandung. Segala kewajiban akan pindah kepada si pemilik baru dan kalau sampai ada kewajiban yang tidak dipenuhi maka binatang suruhan itu akan memakannya.
Semuanya telah didengar oleh Jaya Wijaya Dan sejak ia mengetahui itu ia melepaskan hasrat hatinya untuk memiliki Sati. Kecuali kalau ia dapat menguasai Sumarta dan orang ini dengan segala ketulusan hati menyerahkan kucing itu kepada Jaya Wijaya. Dalam serah terima atau pengalih kan hak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemilikan ini binatang yang diserahkan turut memegang peranan. Bahkan menentukan. Oleh satu dan lain sebab mungkin saja binatang suruhan tidak mau ber-majikan orang yang dikehendaki tuannya.
Khusus mengenai kucing suruhan Sumarta yang bernama Sati itu mempunyai sifat dan kemampuan lain daripada binatang suruhan biasa Ia punya akal dan inisiatip sendiri, dapat berbuat sesuai dengan jalan pikirannya walaupun hanya kucing, ia mempunyai kecerdasan seperti manusia yang pintar. Dan ia mempunyai rasa cinta tersendiri terhadap tuannya. Itulah makanya ia kadang-kadang bertindak atas perintah hatinya sendiri. Dan kecerdasannya ini telah beberapa kali menyelamatkan Sumarta yang tidak mengetahui akan bahaya yang mengancam tetapi cukup diketahui oleh Sati. Selain daripada itu, walaupun bernama kucing suruhan, karena dapat dan mau disuruh, Sati mempunyai kesaktian sendiri. Ia bisa menghilang dan muncul secara tiba-tiba bukan karena ilmu Sumarta, tetapi karena kesaktiannya. Dia mampu mengobati orang sakit karena ia sakti, bukan karena Sumarta mempunyai ilmu kedukunan yang luar biasa. Sati bisa kelihatan sebesar anjing herder ketika ia masuk ke ruang sidang Jaya Wijaya dengan anak buahnya karena ia punya ilmu untuk itu. Ilmu itu bukan diperolehnya dari Sumarta.
Semua kebolehannya yang tidak bisa diuraikan dengan hukum akal ini merupakan semacam anugerah kepadanya dan rasa hutang budi kepada majikan menyebabkan ia mempergunakan semua ilmu itu untuk membantu Sumarta -mencapai hasrat hatinya. Ia pun melindungi keselamatan orang yang amat disayanginya itu. Walaupun Daeng Mapparuka sahabat teramat dekat bagi Sumarta, tetapi Sati tidak akan segan-segan membunuhnya manakala dilihat atau diketahuinya sahabat ini akan merusak majikannya.
*** Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SEKARANG Jaya Wijaya mengakui di dalam hati, bahwa musuh-musuh yang dihadapinya ini, berbeda sekali dengan orang-orang yang haus harta. Yang seorang karena punya kucing suruhan, yang seorang karena manusia harimau dan yang lainnya dilindungi oleh kucing dan makhluk yang kadangkala jadi harimau ini. Kalaulah Jaya Wijaya mau melunakkan hati, jangan perduli lagi pada orang-orang itu, maka ia akan selamat. Tetapi ia yang biasa memperoleh segala apa yang menjadi kehendak hatinya tidak mau mengalah, walaupun ia tidak lagi yakin sepenuhnya bahwa ia akan berhasil. Bolehlah dikata bahwa ia termasuk orang yang keras kepala dan nekat menabrakkan kepalanya itu ke tembok kalau-kalau tembok itu akan runtuh sebagaimana banyak pejabat dapat dirun-tuhkannya.
Pendekar Sakti Suling Pualam 10 Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo Kisah Bangsa Petualang 11

Cari Blog Ini