Ceritasilat Novel Online

Panji Sakti 10

Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung Bagian 10


"Tentu." Ouw Yang Seng Tek mengangguk.
682 "Baiklah." Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Kalau begitu, kita pastikan berangkat
besok." * * * Bagian ke 54. Pertemuan di Pulau Pelangi
Se Ciang Cing dan istrinya telah kembali ke Pulau Pelangi. Mereka berdua duduk di ruang
depan istana dengan wajah serius dan berduka. Se Pit Han duduk di sisi ibunya dengan
mata bersimbah air, bahkan wajahnya pun amat pucat.
Kepala pengurus istana, Se Khi, Giok Cing, Giok Ling, Thian Koh Sing, Thian Kang Sing,
Si Kim Kong, Si Hong dan Pat Kiam pun duduk di ruang tersebut.
Tiada seorang pun membuka mulut, suasana pun menjadi hening. Berselang beberapa
saat kemudian, Se Ciang Cing, majikan Pulau Pelangi mulai membuka mulut sambil
memandang putrinya.
"Jadi benarkah Siauw Hui Ceh dan Cing Ji telah mati?" tanya Se Ciang Cing dengan
suara dalam. "Ya." Se Pit Han mengangguk.
"Apakah ketika Pek Giok Liong terpukul jatuh ke dalam jurang, dia pun telah terkena
racun?" tanya Se Ciang Cing lagi.
"Ya." Se Pit Han mulai menangis terisak-isak.
"Benarkah orang itu Kiu Thian Mo Cun?" Wajah Se Ciang Cing tampak serius sekali.
"Entahlah." Se Pit Han menggelengkan kepala. "Orang itu mengenakan jubah bersulam
iblis, mukanya pun memakai kedok iblis."
"Si Kim Kong!" Se Ciang Cing menatap mereka. "Apakah kalian berempat sudah ke Yan
San?" 683 "Sudah," jawab Hok Mo Kim Kong dan memberitahukan, "Kami pun sudah turun ke dasar
jurang, tapi tidak menemukan mayat Pek Giok Liong. Mungkin mayatnya telah dimangsa
binatang buas."
"Aaakh ?"!" Se Ciang Cing menarik nafas panjang." Kenapa nasib Pek Giok Liong
begitu malang" Kematiannya pun begitu mengenaskan ?""
Mendengar itu, Se Pit Han mulai menangis sedih lagi dengan air mata berderai-derai.
"Adik Liong..." gumamnya.
"Nak!" hibur Nyonya Se Ciang Cing. "Jangan berduka, karena tidak menemukan mayat
Pek Giok Liong, siapa tahu dia belum mati."
"Dia ?" dia bagaimana mungkin belum mati" Aku menyaksikannya terpukul oleh Kiu
Thian Mo Cun, mukanya pun kehitam-hitaman ?""
"Hek Sim Tok Ciang." Se Ciang Cing menggeleng-gelengkan kepala. "Tiada satu ilmu pun
yang dapat melawan Hek Sim Tok Ciang itu."
"Bukankah kita masih menyimpan kitab Bu Kek Cin Keng" Kitab itu berisi pelajaran lwee
kang yang amat tinggi." Nyonya Se Ciang Cing mengingatkan.
"Benar." Se Ciang Cing manggut-manggut.
"Aku tidak pernah mempelajarinya, tapi menurutku, ilmu itu masih tidak bisa menandingi
Hek Sim Tok Ciang."
"Tapi masih bisa membendung ilmu itu kan?"
"Benar. Tapi ?" siapa yang akan mempelajari ilmu itu?"
"Aku," sahut Se Pit Han mendadak. "Ayah, Ibu! Aku harus mempelajari ilmu itu demi
membalas dendam adik Liong."
"Nak!" Se Ciang Cing menggeleng-gelengkan kepala. "Engkau anak perempuan, tidak
bisa mempelajari ilmu itu."
684 "Kenapa?"
"Hanya anak lelaki yang masih perjaka, yang bisa mempelajari ilmu tersebut."
"Kalau begitu, kenapa dulu ayah tidak menyuruh Pek Giok Liong belajar ilmu itu" Kalau
dia belajar ilmu itu, mungkin tidak akan mati ?""
"Kenapa?" tanya Se Pit Han heran.
"Nak!" Nyonya Se Ciang Cing berbisik di telinga putrinya. "Anak perjaka yang belajar ilmu
itu, akan jadi impoten seumur hidup. Oleh karena itu, ibu dan ayah tidak mau
menyuruhnya belajar ilmu tersebut."
"Oooh!" Se Pit Han manggut-manggut.
"Kalian dengar semua!" seru Se Ciang Cing mendadak. "Mulai saat ini, kalian semua
dilarang memasuki Tiong Goan, itu karena kemunculan Kiu Thian Mo Cun!"
"Ya," sahut mereka semua.
"Lima pelindung pulau, kalian dengar baik-baik!" ujar Se Ciang Cing dengan suara
lantang. "Mulai besok, di seluruh pulau ini harus dipasang jebakan!"
"Ya." Sahut lima pelindung pulau serentak.
"Dan ?"" tambah Se Ciang Cing. "Mulai saat ini, kalian semua harus giat berlatih ilmu
masing-masing, demi menjaga kemunculan pihak Kiu Thian Mo Cun!"
"Kami menerima perintah!"
Tiba-tiba seseorang berlari memasuki rang itu, lalu menjura pada Se Ciang Cing seraya
melapor. "Ada tamu ingin bertemu tocu!"
"Apa"!" Se Ciang Cing tercengang. "Siapa tamu itu?"
685 "Swat San Lo Jin, Ouw Yang Seng Tek, Hek Ai Lan dan Hek Siau Liong." Orang itu
memberitahukan.
"Hek Siau Liong?" Se Ciang Cing mengernyitkan kening.
"Tocu! Hek Siau Liong itu mirip Pek Giok Liong ?"" Se Khi memberitahukan tentang Hek
Siau Liong itu.
"Oh?" Se Ciang Cing mengernyitkan kening lagi. "Kalau begitu, cepat undang mereka
masuk!" Orang yang melapor itu segera menjura, lalu pergi mengundang mereka masuk. Tak lama
kemudian tampak Swat San Lo Jin, Ouw Yang Seng Tek, Hek Ai Lan dan Pek Giok Houw
memasuki ruang istana.
"Ha ha ha!" Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak. "Sungguh indah dan mewah istana
Pelangi ini!"
"Selamat datang Swat San Lo Jin, Ouw Yang Seng Tek, Hek Bi Jin dan ?" Hek Siau
Liong!" ucap Se Ciang Cing sambil menatap Pek Giok Houw dan membatin. Memang
mirip Pek Giok Liong, kok bisa mirip begitu"
"Apa kabar, Tocu?" tanya Swat San Lo Jin.
"Baik-baik saja," sahut Se Ciang Cing. "Silakan duduk, lo cianpwee!"
Mereka duduk, sementara Se Pit Han terus-menerus menatap Pek Giok Houw. Pemuda
itu memang serupa dengan Pek Giok Liong, hanya saja Pek Giok Liong agak tinggi.
"Maaf!" ucap Ouw Yang Seng Tek. "Kedatangan kami telah mengganggu kalian!"
"Tidak apa-apa." Se Ciang Cing tersenyum. "Kedatangan kalian tentunya mempunyai
sesuatu yang penting, kan?"
"Betul." Ouw Yang Seng Tek mengangguk. "Yakni menyangkut Kiu Thian Mo Cun."
"Jadi kalian sudah tahu peristiwa Pek Giok Liong?" tanya Se Ciang Cing.
686 "Justru karena itu, kami berkunjung ke mari," sahut Swat San Lo Jin.
"Di samping itu, kami juga ingin menyampaikan sesuatu yang amat penting." sambung
Ouw Yang Seng Tek.
"Oh?" Se Ciang Cing menatapnya. "Tetua Kay Pang ingin menyampaikan apa?"
"Mengenai Hek Siau Liong ini," jawab Ouw Yang Seng Tek, lalu memandang Hek Ai Lan.
"Hek Bi Jin, beritahukanlah!"
"Se tocu!" ujar Hek Ai Lan. "Nama asli Hek Siau Liong adalah Pek Giok Houw ?""
"Apa?" Se Ciang Cing terbelalak. "Nama aslinya Pek Giok Houw" Jadi ?" dia adalah
?"" "Adik kembar Pek Giok Liong." Hek Ai Lan memberitahukan.
"Oh?" Nyonya Se Ciang Cing menatapnya. "Tapi ?" kenapa Pek Mang Ciu dan istrinya
tidak pernah memberitahukan pada kami, lagi pula ?" Pek Giok Liong pun tidak tahu
tentang ini."
"Benar." Hek Ai Lan manggut-manggut. "Setelah istri Pek Mang Ciu melahirkan anak
kembar ?""
Hek Ai Lan menutur tentang dirinya mencuri salah satu bayi kembar itu. Se Ciang Cing
dan istrinya mendengar dengan mata terbelalak, begitu pula Se Pit Han dan lainnya.
"Kalau begitu, dia ?" dia anak Pek Mang Ciu!" Se Ciang Cing menatap Pek Giok Houw
dengan penuh perhatian.
"Itu memang benar." ujar Hek Ai Lan.
"Ohya!" Se Ciang Cing menatapnya. "Kenapa engkau menculik salah satu anak kembar
Pek Mang Ciu?"
"Karena ?" karena ?"" Hek Ai Lan menundukkan kepala.
687 "Hek Bi Jin sangat mencintai Pek Mang Ciu." sambung Ouw Yang Seng Tek sambil
tertawa, sekaligus menceritakan tentang itu.
"Oooh!" Se Ciang Cing manggut-manggut. "Ternyata begitu!"
"Nak!" ujar Hek Ai Lan pada Pek Giok Houw. "Cepatlah engkau memberi hormat pada
paman dan bibimu!"
"Giok Houw memberi hormat pada Paman dan Bibi!" Pek Giok Houw segera memberi
hormat. "Anak baik!" Se Ciang Cing tertawa.
"Nak! Beri hormat pada kakak misanmu!" ujar Hek Ai Lan.
"Kak misan, terimalah hormatku!" ucap Pek Giok Houw sambil menjura pada Se Pit Han.
"Adik Houw ?"" Mata Se Pit Han bersimbah air. "Kakakmu telah mati ?""
"Aku sudah tahu, maka aku sudah mengambil keputusan untuk membalas dendamnya,"
sahut Pek Giok Houw.
"Tapi ?" kepandaiamu masih rendah." Se Pit Han menggeleng-gelengkan kepala.
"Se tocu!" ujar Swat San Lo Jin. "Kami antar Giok Houw ke mari untuk bertemu kalian,
sekaligus agar dia bisa belajar ilmu tingkat tinggi di sini."
"Ngmmm!" Se Ciang Cing manggut-manggut. "Itu memang bagus, kami pasti
menerimanya dengan senang hati."
"Terimakasih, Paman!" ucap Pek Giok Houw cepat sambil memberi hormat.
"Ha ha!" Se Ciang Cing tertawa gembira. "Giok Houw, engkau juga memiliki sifat seperti
Giok Liong."
"Mereka saudara kembar, tentunya sama sifat mereka," sahut Ouw Yang Seng Tek sambil
tertawa gelak, kemudian mendadak wajahnya berubah serius. "Pek Giok Liong tidak dapat
melawan Kiu Thian Mo Cun, lalu bagaimana dengan Pek Giok Houw?"
688 "Sebelum kemunculan kalian, kami telah memikirkan hal ini." Se Ciang Cing
memberitahukan. "Kami masih menyimpan sebuah kitab."
"Oh?" Wajah Ouw Yang Seng Tek berseri. "Kitab apa itu?"
"Bu Kek Cin Keng."
"Bu Kek Cin Keng?" Ouw Yang Seng Tek mengernyitkan kening. "Apakah itu kitab doa?"
"Bukan." Se Ciang Cing menjelaskan. "kitab Bu Kek Cin Keng ini memuat pelajaran ilmu
lwee kang yang amat tinggi, hanya anak perjaka yang boleh belajar tapi ?""
"Kenapa?" tanya Swat San Lo Jin.
"Perjaka mana pun yang belajar ilmu itu seumur hidup tidak boleh kawin." Se Ciang Cing
memberitahukan.
"Lho, Kenapa?" tanya Swat San Lo Jin heran.
"Karena ?" akan impoten seumur hidup."
"Haah ?"?" Swat San Lo Jin dan Ouw Yang Seng Tek saling memandang, kemudian
mereka mengarah pada Hek Ai Lan.
"Aku tidak bisa mengambil keputusan, itu tergantung pada Pek Giok Houw." ujar Hek Ai
Lan. "Demi membalas dendam Kakak Liong, aku bersedia belajar ilmu itu," sahut Pek Giok
Houw sungguh-sungguh.
"Nak!" Hek Ai Lan menatapnya. "Tapi seumur hidup engkau tidak bisa kawin. Maka
alangkah baiknya pikirkanlah masak-masak dulu!"
"Ibu, aku cuma memikirkan dendam Kakak Liong, sama sekali tidak memikirkan soal
kawin." tegas Pek Giok Houw.
"Bagus! Bagus!" Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak.
689 "Apa yang bagus?" tegur Swat San Lo Jin sambil melotot. "Apakah Giok Houw harus
menempuh jalanmu tidak kawin seumur hidup?"
"Menempuh jalan kita," sahut Ouw Yang Seng Tek. "Bukankah saudara tua juga tidak
kawin seumur hidup?"
"Paman, Bibi!" ujar Pek Giok Houw yang telah mengambil keputusan. "Aku bersedia
belajar Bu Kek Sin Kang."
"Ngmm!" Se Ciang Cing manggut-manggut.
"Ohya!" Se Pit Han teringat sesuatu, lalu mengeluarkan sebuah kitab dan diserahkan pada
Se Ciang Cing. "Ayah, sebelum Kiu Thian Mo Cun muncul, adik Liong memberikan kitab
ini padaku, mungkin berguna untuk Adik Houw!"
"Oh?" Se Ciang Cing terbelalak setelah melihat kitab itu, yang ternyata 'Kitab Ajaib'. Siapa
yang belajar ilmu di dalam kitab itu, maka seumur hidup tidak boleh kawin.
"Kitab apa itu?" tanya Nyonya Se Ciang Cing.
"Ini 'Kitab Ajaib'," Se Ciang Cing memberitahukan. "Giok Houw boleh belajar ilmu yang
ada di dalam kitab ini."
"Se tocu! Kitab apa itu?" tanya Ouw Yang Seng Tek.
"Kitab Ajaib." Se Ciang Cing memperlihatkan kitab itu.
"Wuah!" seru Ouw Yang Seng Tek. "Kitab yang luar biasa! Giok Houw memang berjodoh
dengan kitab ajaib ini!"
"Se tocu!" Swat San Lo Jin menatapnya seraya bertanya, "Kalau Giok Houw sudah
berhasil belajar Bu Kek Sin Kang dan Kitab Ajaib ini, apakah dia bisa mengalahkan Kiu
Thian Mo Cun?"
"Entahlah." Se Clang Cing menggelengkan kepala. "Sebab kita harus tahu, lwee kang Pek
Giok Liong sudah begitu tinggi, namun masih di bawah lwee kang Kiu Thian Mo Cun. Lagi
pula Kiu Thian Mo Cun memiliki Hek Sim Sin Kang dan Hek Sim Tok Ciang yang amat
690 dahsyat, bahkan juga amat beracun. Maka sulit bagi Giok Houw mengalahkannya dengan
ilmu Bu Kek Sin Kang dan ilmu yang ada di dalam Kitab Ajaib ini."
"Kalau begitu ?"" Ouw Yang Seng Tek tampak lemas. "Percuma juga dia belajar ?""
"Tidak percuma," sahut Se Ciang Cing. "Sebab dia masih bisa menjaga diri dengan ilmuilmu itu."
"Selain ilmu-ilmu itu, dia juga boleh belajar ilmu Cai Hong To," tambah Nyonya Se Ciang
Cing. "Terimakasih Paman, terimakasih Bibi!" ucap Pek Giok Houw haru dan berjanji, "Setelah
aku berhasil belajar semua ilmu itu, aku pasti pergi mencari Kiu Thian Mo Cun untuk
menuntut balas kematian Kakak Liong!"
"Bagus." Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak. "Pokoknya pihak Kay Pang pasti membantu
dalam hal ini."
"Terimakasih, Paman pengemis!" ucap Pek Giok Houw.
"Giok Houw ?"" Ouw Yang Seng Tek menatapnya dalam-dalam. "Engkau boleh
dikatakan jelmaan Giok Liong."
"Paman pengemis, kami saudara kembar, tentunya akan saling menjelma jadi satu." ujar
Pek Giok Houw. "Ohya! Kalau begitu, kami mau mohon diri!" ujar Swat San Lo Jin, lalu memandang Hek Ai
Lan. "Bagaimana engkau" Mau tinggal di sini atau kembali ke Thian San?"
"Aku ?"" Hek Ai Lan bimbang.
"Hek Bi Jin!" Nyonya Se Ciang Cing tersenyum. "Lebih baik engkau tinggal di sini bersama
Pek Giok Houw!"
"Terimakasih, tocu hujin!" ucap Hek Ai Lan.
"Jangan sungkan-sungkan!" Nyonya Se Ciang Cing tersenyum lagi. "Nanti akan kusuruh
kepala pengurus istana menyediakan sebuah kamar untukmu."
691 "Terimakasih!"
"Se tocu! Aku dan pengemis bau mau pergi. Kalau ada berita apa pun di bu lim, kami pasti
ke mari memberitahukan," ujar Swat San Lo Jin.
"Lo cianpwee! Mulai besok di seluruh pulau ini akan di pasang jebakan, maka aku akan
berikan tanda pengenal pada kallian," Kata Se Ciang Cing, lalu memberikan mereka tanda
pengenal. "Eh?" Ouw Yang Seng Tek tercengang. "Semua orang di sini sudah mengenal kami, kok
masih harus punya tanda pengenal?"
"Demi menjaga hal-hal yang tak di nginkan." Se Ciang Cing memberitahukan. "Siapa tahu
ada orang tertentu akan menyamar sebagai diri kalian untuk menyusup ke mari, maka
kami perlu berhati-hati."
"Betul." Swat San Lo Jin manggut-manggut. "Se tocu memang harus waspada, siapa tahu
Kiu Thian Mo Cun akan mengutus orangnya menyusup ke mari."
"Selain tanda pengenal, harus pula ada kata-kata sandi." tambah Se Ciang Cing.
"Apa kata-kata sandi itu?" tanya Ouw Yang Seng Tek.
"Jit Seng Tong Hong (Matahari terbit diufuk timur)!" Se Ciang Cing memberitahukan.
"Akan kuingat kata-kata sandi itu." Ouw Yang Seng Tek manggut-manggut.
"Memang lebih baik berhati-hati," ujar Swat San Lo Jin. "Agar pihak Kiu Thian Mo Cun
tidak bisa mengutus orangnya menyusup ke mari. Baiklah, kami mau mohon diri!"
"Guru ?"" Pek Giok Houw merasa berat berpisah dengan Swat San Lo Jin.
"Giok Houw!" Swat San Lo Jin tersenyum. "Kita pasti berjumpa lagi, baik-baiklah engkau
belajar kepandaian tingkat tinggi di sini, jangan mengecewakan kami!"
"Ya, Guru." Pek Giok Liong mengangguk.
"Se tocu, sampai jumpa!" ucap Swat San Lo Jin.


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

692 "Selamat jalan, lo cianpwee!" sahut Se Ciang Cing.
"Se tocu, aku mohon diri!" ucap Ouw Yang Seng Tek, "Sampai berjumpa lagi kelak!"
"Selamat jalan, Ouw Yang Pang Cu!" Se Ciang Cing mengantar mereka sampai di depan
istana. Setelah mereka berdua pergi jauh, barulah ia kembali ke dalam istana dan duduk.
"Giok Houw ?""
"Ya, Paman!"
"Sungguhkah engkau ingin belajar Bu Kek Sin Kang dan Kitab Ajaib itu?" tanya Se Ciang
Cing sambil menatapnya tajam.
"Sungguh, Paman." Pek Giok Houw mengangguk.
"Tentunya engkau tahu apa resikonya kan?"
"Tahu, Paman."
"Engkau tidak akan menyesal?"
"Demi membalas dendam Kakak Liong, aku sama sekali tidak akan menyesal."
"Baiklah!" Se Ciang Cing manggut-manggut. "Engkau boleh mulai belajar esok di ruang
rahasia. Kalau sudah masuk ke ruang rahasia itu, engkau tidak boleh ke luar, kecuali
berhasil belajar ilmu-ilmu itu."
"Ya, Paman."
"Ohya, Hek Bi Jin!" Se Ciang Cing tersenyum. "Kepala pengurus istana akan menyiapkan
sebuah kamar untukmu, temanilah Giok Houw malam ini!"
"Terimakasih, Se tocu!" ucap Hek Ai Lan.
"Nah, sekarang kalian boleh beristirahat dulu." Kemudian Se Ciang Cing berkata pada
kepala pengurus istana. "Ajak mereka ke dalam dan tunjukan kamar itu!"
693 "Ya." Kepala pengurus istana menjura, lalu mengajak Hek Ai Lan dan Pek Giok Houw ke
dalam. "Pit Han!" panggil Se Ciang Cing.
"Ada apa, Ayah?" tanya Se Pit Han.
"Mulai besok, engkau pun harus memperdalam kepandaianmu!" pesan Se Ciang Cing
sungguh-sungguh.
"Ayah, kini adik Liong sudah tiada, untuk apa aku memperdalam ilmu silat lagi?" Se Pit
Han tampak tiada gairah terhadap apa pun.
"Nak!" ujar Nyonya Se Ciang Cing sambil tersenyum lembut, ia tahu maksud tujuan
suaminya kenapa menyuruh Se Pit Han memperdalam ilmu silatnya. Tidak lain agar Se Pit
Han tidak terlampau memikirkan Pek Giok Liong yang sudah tiada itu. "Kalau ilmumu
bertambah tinggi, kelak engkau kan boleh menuntut balas pada Kiu Thian Mo Cun?"
"Baiklah!" Se Pit Han mengangguk.
Keesokan harinya, Pek Giok Houw diantar kepala pengurus istana ke ruang rahasia, untuk
belajar Bu Kek Sin Kang dan ilmu-ilmu yang terdapat di dalam Kitab Ajaib. Sedangkan Se
Pit Han pun mulai memperdalam ilmu silatnya.
Sementara itu, Kiu Thian Mo Cun pun menutup diri di sebuah ruang rahasia dalam
istananya. Ia pun mulai berlatih lagi ilmu Hek Sim Sin Kang dan Hek Sim Tok Ciang yang
maha dahsyat itu.
Lalu bagaimana nasib Pek Giok Liong yang terpukul jatuh ke dalam jurang itu" Si Kim
Kong bersusah payah turun ke dasar jurang dengan tali, namun mereka tidak menemukan
mayat Pek Giok Liong. Betulkah mayat Pek Giok Liong telah dimangsa binatang buas"
Ternyata tidak, ketika tubuh Pek Giok Liong melayang turun ke jurang, ia sudah pingsan
terpukul Kiu Thian Mo Cun, bahkan mukanya pun terhantam pukulan itu pula,
mengakibatkan muka Pek Giok Liong jadi rusak terkena racun.
Masih untung ia memiliki Thai Ceng Sin Kang melindungi jantungnya, kalau tidak, ia pasti
sudah mati. 694 Pek Giok Liong memang belum ditakdirkan mati. Tubuhnya menyangkut di sebuah pohon
yang tumbuh di tebing gunung. Dua hari dua malam ia menyangkut di dahan pohon itu
dalam keadaan pingsan.
Pada hari ketiga, mendadak turun hujan deras membuat sekujur badannya basah kuyup,
namun ia masih dalam keadaan pingsan dan nafasnya pun mulai lemah.
Berselang beberapa saat kemudian, hujan mulai reda. Di saat itu tampak seekor ular
merayap di dahan tempat Pek Giok Liong tersangkut.
Panjang ular itu cuma setengah meter, tapi ular tersebut sungguh aneh dan amat indah.
Di kepala ular itu terdapat sebuah tanduk kecil yang memancarkan sinar putih
bergemerlapan, dan tujuh macam warna menghiasi sisik-sisiknya.
Ular apa itu" Ternyata Cian Nian Cit Sek Tok Kak Coa (Ular tujuh warna bertanduk satu
yang telah berusia seribu tahun). Ular tersebut sangat beracun, namun juga sangat
berkhasiat bagi orang yang punya lwee kang.
Akan tetapi, siapa tergigit ular itu, beberapa detik saja pasti mati terkena racunnya.
Sementara ular itu terus merayap mendekati Pek Giok Liong. Setelah dekat, ular tersebut
pun berhenti. Sepasang matanya menatap Pek Giok Liong dengan tajam, kelihatanya ular
itu tertarik pada sesuatu yang ada di dalam tubuh Pek Giok Liong.
Sekoyong-konyong ular itu menggigit lengan Pek Giok Liong. Sungguh mengherankan,
ular itu tidak mau melepaskan gigitan. Beberapa saat kemudian, sekujur tubuh Pek Giok
Liong bergetar seperti kena strom.
Berselang sesaat, terjadi lagi hal yang aneh. Tanduk ular yang memancarkan sinar putih
gemerlapan itu tampak mulai suram, kemudian berubah hitam. Setelah itu, barulah ular
tersebut melepaskan gigitannya, lalu merayap pergi.
Tak seberapa lama kemudian, badan Pek Giok Liong pun mulai bergerak. Ternyata racun
ular itu telah memusnahkan racun yang ada di dalam tubuh Pek Giok Liong. Bahkan ular
itu pun menyedot racun tersebut, sehingga membuat tanduk ular itu berubah hitam.
Itu memang merupakan kejadian mujizat, sebab kini Pek Giok Liong sudah kebal terhadap
racun apa pun. Bahkan tenaga dalamnya pun bertambah berlipat ganda.
695 Perlahan-lahan Pek Giok Liong membuka matanya. Ia tampak tercengang ketika melihat
tempat itu. Kemudian ia pun teringat kembali apa yang telah terjadi atas dirinya, dan
seketika juga ia menarik nafas lega.
"Aaakh ?"! Aku belum mati, tapi ?"" Tiba-tiba ia teringat pada Siauw Hui Ceh dan
Cing Ji yang terkena pukulan Kiu Thian Mo Cun lantaran ingin melindungi dirinya.
"Bagaimana keadaan mereka" Apakah mereka sudah mati atau masih hidup ?"?"
Pek Giok Liong mulai turun. Ketika sampai di bawah, ia pun terbelalak karena pohon itu
tumbuh di tebing gunung. Ia melihat ke bawah, betapa terperanjat hatinya, sebab jurang
itu masih belum terlihat dasarnya.
Bagaimana mungkin ia turun ke bawah atau memanjat ke atas, karena tebing itu sangat
licin. Meskipun ia mengerahkan ginkangnya, juga tidak bisa sampai ke atas.
Ia menengok ke sana ke mari, tiba-tiba matanya tertuju pada sisi pohon. Ternyata terdapat
sebuah goa kecil di situ. Segeralah ia mendekati goa itu dan memandang ke dalam.
Walau sangat gelap namun ia dapat melihat dengan jelas sekali.
Goa itu amat dalam, hanya terdapat batu karang. Kalau mau masuk ke dalam, harus
merangkak. Pek Giok Liong berpikir sejenak, lalu merangkak ke dalam goa itu. Sungguh tak terduga
sama sekali, goa itu mirip sebuah terowongan yang amat panjang. Pek Giok Liong terus
merangkak, entah berapa lama kemudian, ia melihat ada sinar di ujung goa.
Bukan main girangnya Pek Giok Liong, karena ia sudah mendekati mulut goa. Tak lama
kemudian, ia sudah ke luar dari mulut goa tersebut dan sepasang matanya terbelalak
lebar. Ternyata ia melihat pemandangan alam yang amat indah, bunga-bunga liar yang
berwarnawarni tumbuh teratur di situ, sehingga tempat tersebut tampak semarak.
Terdengar pula suara air terjun, cepat-cepat Pek Giok Liong menuju ke tempat air terjun
itu karena ingin mencuci muka.
Ia menjongkokkan badannya sepasang tangannya dijulurkan untuk mengambil air. Namun
mendadak ia menjerit kaget dengan mata terbelalak, mulutnya pun ternganga lebar.
"Mukaku ?" mukaku ?"" Pek Giok Liong mengusap mukanya. "Kenapa mukaku
berubah begitu buruk" Aaaakh ?"!"
696 Pek Giok Liong jatuh duduk di situ. Berselang sesaat barulah ia menyadari kenapa
mukanya berubah begitu buruk, penuh benjolan yang kehitam-hitaman.
Itu akibat terhantam pukulan Kiu Thian Mo Cun, tapi kenapa ia tidak mati" Tentang ini
membuatnya tidak habis berpikir. Ketika ular beracun menggigitnya, ia masih dalam
keadaan pingsan.
"Aaakh ?"" Pek Giok Liong menarik nafas panjang. "Sudahlah! Wajahku rusak begini
tidak apa-apa, yang penting aku harus membunuh Kiu Thian Mo Cun, lalu mengasingkan
diri di sini. Karena wajahku telah rusak begini, aku pun tidak akan bertemu Kak Han lagi
?"" Pek Giok Liong bangkit berdiri, ia mengayunkan kakinya tanpa tujuan. Namun hatinya
masih terhibur, karena pemandangan di tempat itu amat indah menakjubkan.
Ia terus melangkah, tiba-tiba matanya terbelalak karena melihat di tempat itu terdapat
meja dan tempat duduk yang terbuat dari batu. Itu pertanda tempat tersebut pernah dihuni
orang. Di tempat itu juga terdapat sebuah goa yang amat besar. Ia memandang ke dalam goa itu.
Karena hatinya merasa tertarik ia pun mamasuki goa tersebut.
Ruangan goa itu terang benderang. Yang menerangi goa itu bukan sinar matahari,
melainkan sinar yang amat terang, yang dipancarkan oleh butir-butir mutiara yang
menempel di dinding goa.
Pek Giok Liong menengok ke sana ke mari. Mendadak ia tampak terkejut karena melihat
sosok bersandar pada dinding goa. Bayangan itu ternyata tengkorak manusia yang masih
utuh dengan pakaiannya.
Perlahan-lahan Pek Giok Liong mendekati rangka itu, lalu berlutut memberi hormat.
"Maafkan teecu, lo cianpwee!" ucapnya. "Teecu tidak sengaja mendatangi tempat ini,
sehingga mengganggu ketenangan lo cianpwee!"
Ketika menundukkan kepalanya dalam-dalam, Pek Giok Liong melihat tulisan pada batu di
hadapan tengkorak itu, lalu segera membacanya.
Siapa yang memasuki tempat ini, berarti berjodoh denganku. Walau aku berhasil memukul
Kiu Thian Mo Cun jatuh ke jurang, namun aku pun terluka oleh pukulannya yang beracun.
Itu adalah pukulan Hek Sim Tok Ciang yang amat ganas dan beracun.
697 Beberapa partai besar sangat berterimakasih padaku karena telah membasmi Maha Iblis
Langit Sembilan itu, maka para ketua partai besar itu bersepakat membuat sebuah panji
untukku, panji itu disebut Jit Goat Seng Sim Ki. Siapa yang berkaitan melihat panji itu,
harus bergabung dan tunduk pada pemegang panji.
Panji tersebut kuwariskan pada muridku, setelah itu aku pun mengundurkan diri dari rimba
persilatan. Tanpa sengaja aku menemukan tempat yang amat rahasia dan indah ini.
Tempat ini berada di dalam perut Gunung Yan San, dan secara kebetulan aku
memperoleh semacam buah aneh. Khasiat buah tersebut dapat menambah lwee kang
orang, maka buah aneh itu kubikin jadi semacam obat. Sungguh di luar dugaan, buah itu
pun dapat memunahkan berbagai macam racun ganas, kusimpan di dalam botol porselin
di sisiku. Ingat! Untuk menambah lwee kang, hanya boleh makan satu butir. Lebih banyak
dari satu butir, akan mati muntah darah. Kalau terkena racun ganas, boleh makan dua
butir. Kalau lebih dari dua butir, akan mati muntah darah.
Setelah racun di dalam tubuhku punah, ilmu silaiku pun ikut punah, itu karena racun
pukulan Kiu Thian Mo Cun telah lama mengidap di dalam tubuhku. Oleh karena itu, aku
tetap tinggal di sini.
Setelah lama mengasingkan diri di sini, aku pun berfirasat bahwa Kiu Thian Mo Cun akan
muncul di bu lim lagi, tapi aku tidak tahu kapan dia akan muncul untuk menguasai bu lim.
Dikarenakan itu, aku meninggalkan sebuah buku untuk yang berjodoh.
Itu adalah buku Jit Goat Seng Sim Pit Kip, yang memuat ilmu Jit Goat Seng Sim Sin Kang
(Tenaga sakti Hati Suci Matahari Bulan) dan Jit Goat Seng Sim Ciang Hoat (Ilmu pukulan
tangan kosong Hati Suci Matahari Bulan). Ilmu pukulan tersebut terdiri dari tujuh jurus, dan
setiap jurus mempunyai tujuh perubahan. Ilmu ini amat dahsyat, maka jangan
sembarangan mempergunakannya.
Aku cuma sampai tingkat ketujuh, belum mencapai tingkat kesepuluh, yakni tingkat
kesempurnaan. Kalau sudah mencapai tingkat kesepuluh, sekujur badan akan
memancarkan cahaya putih.
Karena Kiu Thian Mo Cun sudah mengganas di bu lim, maka aku terpaksa memunculkan
diri untuk membasminya. Namun ilmuku cuma mencapai tingkat ketujuh, sehingga diriku
pun terluka oleh Hek Sim Tok Ciang yang dimiliki Kiu Thian Mo Cun itu.
Oleh karena itu, siapa yang berjodoh dengan buku ini, haruslah belajar sampai tingkat
kesepuluh, barulah bisa membasmi Kiu Thian Mo Cun.
Setelah aku berhasil memukul jatuh Kiu Thian Mo Cun kejurang, bu lim pun menjadi
aman. Para ketua partai besar amat berterimakasih padaku, dan mereka menghadiahkan
698 kitab silat tingkai tinggi padaku. Aku terpaksa menerimanya karena terus mendesakku.
Karena ilmu-ilmu tersebut amat tinggi dan sulit dimengerti, maka para ketua partai cuma
menyimpan saja, dan dijadikan kitab pusaka partai masing-masing.
Aku khawatir, kitab-kitab itu akan rusak, maka kusalin dihalaman belakang Jit Goat Seng
Sim Pit Kip dengan semacam getah pohon yang tidak akan luntur terkena air.
Aku tidak tahu siapa engkau yang berjodoh, namun engkau pun boleh belajar ilmu-ilmu
dari partai besar itu. Akan tetapi, engkau pun harus mengembalikan dengan cara
mengajar pada para ketua partai.
Pergunakan ilmu-ilmu ini untuk kebaikan, jangan melakukan kejahatan, sebab engkau
akan mati oleh ilmu sendiri.
Setelah engkau berhasil mencapai tingkat kesepuluh, barulah engkau boleh meninggalkan
tempat ini melalui jalan yang engkau lalui ketika masuk itu. Dan engkau pun harus
mencari panji Hati Suci Matahari Bulan.
Jit Goat Seng Sim Pit Kip berada di bawah batu yang di hadapanku. Setelah engkau
membenturkan kepalamu tiga kali di tanah, barulah engkau boleh mengambil buku itu"
Selamat belajar!
Seng Sim Tayhiap
Seusai membaca tulisan itu, Pek Giok Liong merasa dirinya dalam mimpi. Sama sekali
tidak menyangka akan menemui tengkorak kakak gurunya di goa itu. Itu membuatnya
girang bukan main.
"Kakek guru, aku Pek Giok Liong cucu muridmu." ucap Pek Giok Liong sambil memberi
hormat dalam keadaan berlutut. "Panji Hati Suci Matahari Bulan berada di tanganku.
Karena aku adalah generasi kelima pemegang panji itu. Aku bersumpah pasti membasmi
Kiu Thian Mo Cun itu. Kakek guru, terimalah sembah sujud dari cucu muridmu!"
Pek Giok Liong membenturkan kepalanya tiga kali ke tanah, mendadak ia mendengar
'Krak', batu yang di hadapan tengkorak itu bergerak dan tampak sebuah lubang kecil. Di
dalam lubang itu terdapat sebuah kotak besi.
"Kakek guru, cucu murid akan mengambil kotak besi itu," ucap Pek Giok Liong sambil
menjulurkan tangannya mengambil kotak besi tersebut.
699 Setelah itu, ia pun membuka mulut besi tersebut. Di dalamnya berisi sebuah buku yang
bertuliskan 'Jit Goat Seng Sim Pit Kip'.
"Terimakasih, Kakek guru!" ucap Pek Giok Liong dan menyembah lagi, barulah
mengambil buku itu. Tampak secarik kertas di situ, lalu dibacanya.
Engkau memang pemuda yang baik. Aku yakin engkau pasti berhasil mencapai sampai
tingkat kesepuluh. Mengenai tulang belulangku, engkau tidak perlu menguburnya.
Selamat belajar, Nak!
Seng Sim Tayhiap
"Aku pasti belajar sampai mencapai tingkat kesepuluh, dan tidak akan mengecewakan
Kakek guru!" ucap Pek Giok Liong, lalu mulai membuka buku tersebut. Pada waktu
bersamaan, mendadak ia teringat sesuatu sehingga langsung berseru.
"Obat yang ada di dalam botol porselin, bukankah dapat memunahkan berbagai macam
racun" Kalau begitu ?"" Pek Giok Liong segera mengambil botol porselin yang berisi
obat tersebut. "Aku harus makan dua butir, mudah-mudahan mukaku bisa sembuh!"
Pek Giok Liong membuka tutup botol dan menuang dua butir obat itu, kemudian di
masukkan ke dalam mulutnya. Setelah itu, ditutupnya kembali botor porselin itu, dan
dikembalikan pada tempatnya.
"Apakah mukaku akan pulih seperti semula?" gumamnya. "Kalau tidak bisa pulih ?" ya
sudahlah! Aku akan menutup mukaku dengan kain putih."
Pek Giok Liong mulai belajar Jit Goat Seng Sim Sin Kang, dan membaca ilmu-ilmu yang
tercantum di halaman belakang Jit Goat Seng Sim Pit Kip. Setelah membaca, ia pun
terkejut karena semua ilmu itu merupakan ilmu simpanan beberapa partai besar. Yakni
Siau Lim Tat Mo Sin Kang, Tat Mo Kiam Hoat dan Tat Mo Ciang Hoat. Butong Hian Thian
Sin Kang, Hian Thian Kiam Hoat dan Hian Thian Ciang Hoat. Hwa San Thay Yang Sin
Kang, Thay Yang Kiam Hoat dan Thay Yang Ciang Hoat. Gobi Bu Siang Sin Kang, Bu
Siang Kiam Hoat dan Bu Siang Ciang Hoat. Khong Tong Bie Lek Sin Kang, Bie Lek Kiam
Hoat dan Bie Lek Ciang Hoat. Semua ilmu itu adalah ilmu simpanan partai-partai tersebut,
namun tiada seorang pun dalam partai-partai tersebut berhasil belajar ilmu simpanan itu.
Akan tetapi, Pek Giok Liong justru mampu dan ia pun harus mengembalikan ilmu-ilmu itu
pada para ketua partai tersebut.
* 700 * * (Bersambung bagian 55)
Bagian ke 55. Susunan Kedudukan
Tentang kemunculan Kiu Thian Mo Cun yang telah memukul Pek Giok Liong masuk ke
jurang, itu sungguh mengejutkan beberapa partai besar.
Siau Lim Pay, Butong Pay, Gobi Pay, Hwa San pay dan Khong Tong Pay sudah bersiapsiap menghadapi segala kemungkinan. Akan tetapi, justru sungguh mengherankan, Kiu
Tnian Mo Cun sudah tiada kabar beritanya lagi, entah menghilang ke mana.
Siapa pun tidak tahu, bahwa sesungguhnya Kiu Thian Mo Cun menutup diri untuk


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memperdalam ilmu Hek Sim Sin Kangnya. Sebelum menutup diri, ia pun memberi perintah
pada para anak buahnya jangan memunculkan diri dalam bu lim.
Oleh karena itu, bu lim Pun menjadi aman. Hal tersebut tentunya sangat mengherankan
para ketua partai, termasuk Swat San Lo Jin dan Ouw Yang Seng Tek, Ketua Kay Pang.
"Heran?" gumam Ouui Yang Seng Tek yang bertemu Swat San Lo Jin disebuah vihara
tua. "Kenapa Kiu Thian Mo Cun hilang begitu saja?"
"Memang mengherankan," sahut Swat San Lo Jin sambil mengernyitkan kening.
"Mungkinkah dia juga terluka Parah oleh pukulan Pek Giok Liong, maka sedang
mengobati dirinya, sehingga tidak muncul?"
"Itu mungkin." Ouui Yang Seng Tek mengangguk dan menambahkan, "Tapi para anak
buahnya kok ikut hilang juga?"
"Mungkin Kiu Thian Mo Cun melarang mereka menampakkan diri di bu lim," ujar Swat San
Lo Jin. "itu memang mungkin." Ouui Yang Seng Tek manggut-manggut. "Kini sembilan bulan
telah berlalu, entah Pek Giok Houui sudah berhasil belum di Pulau Pelangi?"
"0-hya! Bagaimana kalau kita ke Pulau pelangi untuk menengoknya?" tanya Swat San Lo
Jin. "Saudara tua, aku masih ada urusan lain, engkau saja yang ke sana!" jawab Ouw Yang
Seng Tek. "Baiklah." Swat San Lo Jin mengangguk. "Aku akan segera berangkat ke Lam Hai. Kalau
ada berita penting, engkau harus segera menyusul ke Lam Hai!"
701 "itu pasti." Ouui Yang Seng Tek tertawa. "Saudara tua, aku mohon diri!"
"Sampai jumpa, Pengemis bau!" sahut Swat San Lo Jin sambil tertawa.
"Ha ha!" Ouw Yang Seng Tek juga tertawa, lalu meninggalkan vihara itu. Begitu sampai di
luar, ia pun mengerahkan ginkangnya.
Sementara Swat San Lo Jin duduk termangu di dalam vihara tua itu. Orang tua itu tidak
habis berpikir kenapa Kiu Thian Mo Cun menghilang begitu saja, bahkan para anak
buahnya pun ikut hilang pula- Cukup lama Swat San Lo Jin berpikir, akhirnya mengambil
keputuSan untuk berangkat ke Lam Hai.
* Dengan penuh kegembiraan Se Ciang Cing dan istrinya menyambut kedatangan Swat
San Lo Jin. Mereka semua duduk di ruang depan Istana pelangi. Swat San Lo Jin segera
menutur tentang situasi bu lim setelah Pek Giok Liong di pukul jatuh ke jurang.
"Kok bisa begitu?" Se Ciang Cing merasa heran setelah mendengar penuturan Swat San
Lo Jin. "itu memang amat mengherankan," sahut Swat San Lo Jin. "Menurut dugaanku, mungkin
Kiu Thian Mo Cun juga terluka parah oleh pukulan Pek Giok Liong, maka dia harus
mengobati lukanya."
"Itu memang masuk akal." Se Ciang Cing manggut-manggut. "Kalau begitu, setelah
lukanya sembuh, dia pasti akan muncul lagi."
"Berarti bu lim akan mengalami bencana!"
"Mungkin begitu."
"Kalau begitu, setelah aku kembali ke Tiong Goan, aku harus memberitahukan pada
beberapa ketua partai terkemuka di bu lim."
'itu agar mereka bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan-"
"Betul." Swat San Lo Jin manggut-manggut, kemudian bertanya, "ohya, Se tocu!
Bagaimana Pek Giok HoUui" Apakah dia akan berhasil mencapai tingkat tinggi dalam hal
ilmu silat?"
"itu sudah pasti." Se tocu tersenyum.
"Kira-kira kapan dia akan berhasil?"
"Mungkin tiga bulan lagi."
702 "Syukurlah!" Swat San Lo Jin menarik nafas lega. "Lho" Kok Pit Han tidak kelihatan?"
"Dia a Sa S" Se tocu menarik nafas panjang, "sejak Pek Giok Liong mati, dia pun tiada
gairah hidup lagi. Setiap hari cuma menyendiri di dalam kamar dan berlatih ilmu silat,"
"Kasihan Pit Han!" Swat San Lo Jin menggeleng-gelengkan kepala- "O-hya, di mana Hek
Ai Lan?" "Dia berada di dalam ruang rahasia menemani Giok Houw."
"Se tocu!" Swat San Lo Jin menatapnya." Mudah-mudahan Pek Giok Houw dapat
membasmi Kiu Thian Mo Cun nanti! Kalau tidak, entah apa jadinya bu lim nanti?"
"Tentunya pihak golongan hitam yang berkuasa dalam bu lim." sahut Se Ciang Cing.
"Se tocu! Engkau tidak mau menginjak ke dalam bu lim lagi?" tanya Swat San Lo jin
mendadak. "Lo cianpwee!" Se Ciang Cing tersenyum getir. "Aku tidak boleh melanggar sumpah."
"Kalau begitu, apakah engkau berniat mengutus Se Pit Han menemani Pek Giok Houw
pergi membasmi Kiu Thian Mo Cun nanti?"
"Itu akan dipikirkan setelah Giok Houw berhasil."
"Tentunya Se tocu tidak akan berpangku tangan kan?"
"Meskipun aku berpangku tangan, para anak buahku pasti tidak akan tinggal diam," ujar
Se Ciang Cing. "Sampai waktunya, aku pasti mengutus orang-orangku ke Tiong Goan."
"Ngmm!" Swat San Lo Jin manggut-manggut. "pokoknya aku pasti membantu dalam hal
membasmi Kiu Thian Mo Cun!"
"Lo cianpwee? bukankah masih ada beberapa tokoh tua golongan putih" Kenapa lo
cianpwee tidak mau mengundang mereka untuk bersama membasmi Kiu Thian Mo Cun itu?"
'Akutidak tahu mereka mengasingkan diri di mana, hanya satu yang kutahu." "SiaPa dia?"
"Thian San L0lo."
"Bukankah ia guru Hek Ai Lan?"
"Betul." Swat San Lo Jin mengangguk. "Nanti aku akan pergi menemuinya bersama Hek fli
Lan." "Kalau Thian San Lolo bersedia membantu, itu sungguh baik sekali."
"Ohya!" Swat San Lo Jin teringat sesuatu. "Kalau aku yang mengundangnya, mungkin dia
akan menolak. Bagaimana kalau aku atas nama Cai Hong To?"
703 "Itu tentu boleh-" Se Ciang Cing mengangguk. "Se tocu! Bolehkah aku menemui Giok
Houui sebentar?" tanya Swat San Lo Jin mendadak.
"Maaf, lo cianpwee!" ucap Se Ciang Cing. "Untuk sementara ini lebih baik jangan, sebab
akan mengganggu konsentrasinya."
"Baiklah." Swat San Lo Jin mengangguk. "Se tocu, aku mau moh0n diri, tiga bulan
kemudian aku akan ke mari lagi!"
"Lo cianpwee tidak mau tinggal beberapa hari di sini?"
"itu a Sa S" Swat San Lo Jin berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah! Mumpung Se
tocu mengizinkan, maka aku pun bisa menikmati keindahan Pulau Pelangi ini a Sa S"
* *(0) (0) (0) (0)*
Pada waktu Swat San Lo Jin kembali ke Tiong Goan, ketika itu pula Kiu Thian Mo Cunpun
telah berhasil menyempurnakan ilmu_i munya.
Cit Giat Sin KUn, Thiat San, Thian Suan, Ti Kie Sin Kun, Jin Pin Mo Kun, Ling Ming Gun
Cia, Ngo Tok Geng Kun, empat pengawal pribadi, enam pengawal khusus dan Hui Eng
Cap Ji Kiam berdiri di ruang dalam dengan sikap hormat.
Kreeek! Pintu yang di dinding terbuka. Tak lama kemudian tampak Kiu Thian M0 Cun
melangkah ke luar, ia tetap memakai kedok iblis.
"Kami mengucapkan selamat pada Mo Cun!" ucap mereka serentak.
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Terimakasih! Terimakasih a Sa s"
Kiu Thian Mo Cun menuju ke ruang khusus, Cit Ciat Sin Kun dan lainnya mengikuti dari
belakang. Begitu sampai di ruang itu, Kiu Thian Mo Cun langsung duduk di kursi kebesarannya,
sedangkan Cit Ciat Sin Kun dan lainnya masih berdiri dengan sikap hormat.
"Kalian semua duduklah!" ucap Kiu Thian Mo Cun.
"Terimakasih, Mo Cun!" sahut mereka dan duduk di kursi masing-masing.
"Mulai saat ini, Bun Jiu Kiong dan Tay Tie Kiong ini dinamai Kiu Thian Mo Kiong (Istana
Iblis Langit Sembilan) saja!" ujar Kiu Thian Mo Cun dan menambahkan, "Aku pun akan
memulihkan kepandaian Tu Ci Yen, sekaligus kuterima sebagai murid."
704 "Terimakasih, Mo Cun!" ucap Cit Ciat Sin Kun sambil memberi hormat.
"Cit Ciat Sin Kun!" Kiu Thian Mo Cun menatapnya tajam.
"Hamba siap menerima perintah!" sahut Cit Ciat Sin Kun sambil menjura.
"Bagaimana situasi bu lim ketika aku menutup diri untuk menyempurnakan ilmu-iimuku?"
tanya Kiu Thian Mo Cun.
"Situasi bu lim tenang-tenang saja selama itu," jawab Cit Ciat Sin Kun dan
memberitahukan, "Namun lima partai besar tampak bersiap-siap menghadapi segala
kemungkinan setelah Mo Cun berhasil memukul Pek Giok Liong ke jurang."
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Lima partai besar?"
"Ya, Mo Cun," jawab Cit Ciat Sin Kun. "Yakni partai Siau Lim, Butong, Gobi, Hwa San,
dan Khong Tong."
"Hmm!" dengus Kiu Thian Mo Cun dingin. "Tidak lama lagi partai besar itu akan di bawah
perintah Kiu Thian Mo Ki0ng."
"Mo Cun! Kapan kita akan mulai menyerang partai-partai itu?" tanya Cit Ciat Sin Kun.
"Kini belum waktunya," sahut Kiu Thian Mo Cun. "Cit Ciat Sin Kun, aku memberi perintah
padamu!" "Hamba siap menerima perintah." Cit Ciat Sin Kun segera menjura.
"Engkau harus segera berangkat ke Hek in San, Hong Lay San dan Ti Sat Tong untuk
mengundang Thian Ti Siang Mo (Sepasang Iblis Langit Bumi), Ngo Kui (Lima Setan) dan
Cit Ti Sat (Tujuh Algojo Akhirat)!"
"Ya." Cit Ciat Sin Kun menjura.
"Bawa lencanaku, agar mereka mau menurut!" ujar Kiu Thian Mo Cun, lalu melempar
sebuah lencana yang terbuat dari perak berukir muka iblis, itu adalah Mo Cun Ling
(Lencana Maha Iblis).
Cit Ciat Sin Kun menyambut lencana itu dengan sikap hormat, kemudian bangkit berdiri
seraya bertanya.
"Kapan hamba harus berangkat?" "Sekarang. '
"Hamba menerima perintah!" Cit ciat sin Kun memberi hormat, lalu segera berangkat.
"Pengawal Naga!" Panggil Kiu Thian M0 Cun.
"Hamba siap menerima perintah!" Pengawal Naga segera bangkit berdiri.
"Cepat ke ruang Mo Li (Iblis wanita), panggil Kiu Mo Li (Sembilan wanita iblis) ke mari!"
705 "Ya!" Pengawal Naga menjura, lalu segera menuju ke ruang Mo Li.
Berselang beberapa saat kemudian. Pengawal Naga sudah kembali bersama sembilan
wanita cantik jelita, namun gaun mereka sangat tipis sehingga tembus pandang.
"Kiu Mo Li menghadap Mo Cun!" ucap Toa Mo Li sambil memberi hormat.
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terbahak-bahak. "Toa Mo Li, engkau bertambah
cantik saja!"
"Terimakasih atas pujian Mo Cun!" ucap Toa Mo Li sambil tertawa cekikikan. Suara
tawanya amat merdu dan nyaring, bahkan mengandung kekuatan.
"Toa Mo Li, bagaimana ilmu Mo Li Hun Tinmu (Barisan pembetot sukma wanita iblis)?"
"Sudah berhasil, Mo Cun!" jawab Toa Mo Li.
"Bagus! Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Lalu bagaimana dengan Mo Li Kiam
Tin (Barisan pedang wanita iblis) mu?"
"Juga sudah berhasil."
"Bagus! Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak lagi. "Mungkin tidak lama lagi, kalian
akan membetot sukma para kepala gundul dan para hidung kerbau (Ucapan penghinaan
terhadap para hweshio dan para pendeta To)!"
"Kami memang sedang menunggu kesempatan itu," sahut Toa Mo Li sambil tertawa genit.
"Nah! Sekarang kalian boleh kembali ke ruang kalian untuk beristirahat, tunggu
perintahku berikutnya!"
"Terimakasih, Mo Cun!" ucap Toa Mo Li, lalu segera mengajak yang lain kembali ke ruang
mereka. Ketika melangkah ke dalam, badan mereka pun meliuk-liuk, sehingga membuat
para anak buah Kiu Thian Mo Cun melotot menyaksikannya"He he he!" Kiu Thian Mo Cun tertaWa terkekeh, lalu berkata, "Setelah Cit Ciat Sin Kun
pulang, aku akan menyusun kedudukan kalian! Sekarang aku mau beristirahat, dan kalian
pun boleh kembali ke tempat masing-masing."
Kiu Thian Mo Cun telah memulihkan kepandaian Tu Ci Yen, dan menerimanya sebagai
murid, tentunya sangat menggembirakan Tu Ci Yen"Teecu memberi hormat pada guru!" Tu Ci Yen berlutut di hadapan Kiu Thian Mo Cun.
706 "Bangunlah muridku!" ujar Kiu Thian Mo Cun. "Mulai sekacang engkau harus rajin belajar,
agar engkau bisa bantu guru untuk menguasai rimba persilatan!"
"Murid pasti rajin belajar, tidak akan mengecewakan Guru!" ucap Tu ci Yen sungguhsungguh, kemudian bertanya, "Guru, betulkah Pek Giok Liong telah mati?"
"Betul." Kiu Thian Mo Cun tertawa. "Dia sudah terkena pukulanku dan masuk ke jurang,
bagaimana mungkin dia bisa hidup?"
"Bagaimana dengan Siauw Hui Ceh, Cing Ji dan Se pit Han?"
"Siauw Hui Ceh dan Cing Ji telah mati, sedangkan Se Pit Han kembali ke pulau Pelangi."
"Guru a Sa S" Tu Ci Yen menarik nafas. "Kenapa Guru membunuh Siauw Hui Ceh?"
"Sesungguhnya aku tidak membunuhnya, dia dan Cing Ji berusaha melindungi pek Giok
Liong, maka terkena pukulanku."
"Hui Ceh a Sa S"
"Muridku, engkau mencintai gadis itu?"
"Ya."
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terbahak_bahak. "Muridku, masih banyak gadis lain
yang cantik-cantik, engkau boleh bersenang-senang dengan para gadis itu kelak."
"Guru tidak melarang?"
"Untuk apa aku melarang kesenangan murid?"
"Terimakasih, Guru!" ucap Tu Ci Yen girang. "Terimakasih a Sa S"
"Baiklah!" Kiu Thian Mo Cun menatapnya tajam seraya berkata, "Mulai sekarang, aku
akan mengajarmu ilmu-ilmu yang paling tinggi."
Maka Kiu Thian Mo Cun mulai mengajar Tu Ci Yen dengan ilmu-ilmu simpanannya. Tidak
mengherankan kepandaian Tu Ci Yen bertambah tinggi dan sempurna.
Lima belas hari kemudian, Cit Ciat Sin Kun sudah kembali ke Kiu Thian Mo Cun bersama
belasan tokoh tua golongan hitam yang berkepandaian amat tinggi.
"Lapor pada Mo Cun!" Cit Ciat Sin Kun memberi hormat. "Hamba telah mengundang
mereka ke mari." "Bagus! Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertauia girang.
"Kami memberi hormat pada Mo Cun!" ucap para tokoh tua golongan hitam itu"Silakan duduk!" ujar Kiu Thian Mo Cun.
"Terimakasih!" ucap mereka serentak lalu duduk.
707 Para tokoh tua golongan hitam itu adalah Thian Ti Siang Mo, Ngo Kui Yakni Toa Tauui Kui
(Setan kepala besar), Kiang Si Kui (Setan mayat), Tok Gan Kui (Setan mata satu), Tok Pie
Kui (Setan lengan tunggal), Tok Kah Kui (Setan kaki satu) dan Cit Ti Sat (Tujuh algojo
akhirat). "Thian Ti Siang Mo, Ngo Kui dan Cit Ti Sat ikut aku di Kiu Thian Mo Kiong ini!" ujar Kiu
Thian Mo Cun memberitahukan. "Cit Ciat Sin Kun kuangkat sebagai pemimpin di
ekspedisi Yang Wie. Thian Sat, Thian Suan, Ti Kie, Jin Pin Mo Kun, |_ing Ming Cun cia,
Ngo Tok Ceng Kun dan Hui Eng Cap Ji Kiam ikut Cit Ciat Sin Kun!"
"Kami menerima perintah!" sahut mereka sambil menjura.
"Mulai sekarang ekspedisi Yang Wie di namai Yang Wie Kiong!" ujar Kiu Thian Mo Cun,
lalu memanggil Tu Ci Yen. "Muridku!"
"Ya, Guru!" Tu Ci Yen segera bangkit berdiri sambil memberi hormat. "Murid siap
menerima perintah!"
"Engkau ke Siauui Keh Cung!" Kiu Thian Mo Cun memberi perintah Pada Tu Ci Yen.
"Siauw Keh Cung harus dijadikan Siau Mo Kiong (Istana iblis kecil), dan mulai saat ini
julukanmu adalah Siau Mo Cun (Maha iblis kecil)!"
"Terimakasih, Guru!" ucap Tu Ci Yen.
"Mo Cun, kapan kami harus berangkat ke Yang wie Kiong (Istana Yang Wie)?" tanya cit
Ciat Sin Kun. "Sekarang," sahut Kiu Thian Mo Cun.
"Hamba menerima perintah!" Cit Ciat Sin Kun segera melangkah pergi, sedangkan Thian
Sat Sin Kun dan lainnya langsung mengikutinya.
"Guru, kapan murid harus berangkat ke Siau Keh Cung?" tanya Tu Ci Yen.
"Sekarang," sahut Kiu Thian Mo Cun dan menambahkan, "Naga, Harimau. Singa, Macan
Tutul dan enam pengawal khusus ikut engkau!"
"Ya, Guru!" Tu Ci Yen meninggalkan ruang Kiu Thian Mo Kiong, empat pengawal prihadi
dan enam pengawal khusus mengikutinya dari belakang.
* *(0) (0) (0) (0)*
Tu Ci Yen dan lainnya sudah sampai di Siauw Keh Cung. Pintu rumah Siauw terbuka


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebar, 708 mereka langsung melangkah ke dalam.
Dua penjaga segera menghadang, namun Tu Ci Yen mengibaskan tangannya, dan kedua
penjaga itu langsung menjerit.
"flaaakh a Sa S" Nyawa mereka pun melayang seketika.
Tu Ci Yen tertawa dingin dan melangkah ke dalam. Siauw Peng Yang, Siauw Kiam Meng
dan lainnya menyambut mereka dengan senjata di tangan.
"He he he!" Tu Ci Yen tertawa terkekeh, "selamat bertemu Siauw Peng Yang!"
"Engkau a Sa S" Siauw Peng Yang terbelalak, "a Sa S Tu Ci Yen!"
"Siauw Peng Yang, kini kepandaianku telah pulih!" Tu Ci Yen menatapnya dingin. "Engkau
pun sudah menjadi majikan di rumah ini, tapi riwayatmu akan tamat hari ini!"
"Tu Ci Yen!" Siauw peng Yang terkejut. "Engkau mau apa?"
"Mau apa?" Tu Ci Yen tertawa gelak- "Empat Pengawal pribadi! Bunuh mereka semua!
Pokoknya yang bermarga Siauw harus dibantai!"
"Ya," sahut keempat pengawal pribadi itu, kemudian mereka bergerak cepat dan
terdengarlah jeritan yang menyayatkan hati.
"flaakh!"
"Aaakh a Sg S!"
Tak seberapa lama kemudian, Siauw Peng Yang, siauw Kiam Meng dan semua orang
yang bermarga Siauw sudah tergeletak menjadi mayat, masih tersisa belasan orang yang
bukan marga Siauw, mereka berdiri dengan bergemetaran.
"Kubur mayat-mayat itu dan bersihkan tempat ini!" Tu Ci Yen memberi perintah pada
mereda. "Ya," sahut mereka serentak sambil menarik nafas lega, karena Tu Ci Yen tidak
membunuh mereka. Tu Ci Yen duduk di ruang dalam, empat pengawal pribadi dan enam pengawal khusus
berdiri mendampinginya.
"Mulai saat ini, kalian semua harus memanggilku Siau Mo Cun, tempat ini dinamai Siau
709 Mo Kiong!" ujar Tu Ci Yen.
"Ya."
"Kalian berempat kuangkat sebagai Si Hu Huat (Empat pelindung) di Siau Mo Kiong ini."
"Terimakasih, Siau Mo Cun!" ucap keempat orang itu sambil memberi hormat.
"Kalian berenam kuangkat sebagai Lak Mo." ujar Tu Ci Yen pada keenam pengawal
khusus. "Terimakasih, Siau Mo Cun!" ucap mereka berenam.
"Ha ha ha!" Tu Ci Yen tertawa gelak. "Si Hu HUat!"
"Kami siap menerima perintah, siau Mo Cun!" sahut keempat orang itu sambil memberi
hormat. "Undang orang-orang dari golongan hitam, aku akan mengadakan pesta malam
in!" "Ya." Si Hu Huat menjura, lalu segera pergi.
"Lak Mo!" panggil Tu Ci Yen.
"Kami siap menerima perintah!" Lak Mo memberi hormat.
"Kalian harus mencari beberapa wanita cantik untuk menemaniku malam ini!" Tu Ci Yen
memberi perintah"Ya." Lak Mo memberi hormat lalu pergi.
Ketika hari mulai menjelang malam, ramailah di Siau Mo Kiong. Orang-orang dari
golongan hitam hadir semua, mereka berpesta pora di situLak Mo pun telah melaksanakan tugas mereka dengan baik, mereka membawa beberapa
wanita cantik ke dalam Siau Mo Kiong dan disekap di sebuah kamar.
Ketika pesta berlangsung dengan meriah, muncullah Tu Ci Yen bersama Si Hu Huat dan
Lak Mo. Tu Ci Yen duduk, Si Hu Huat dan Lak M0 berdiri di sisinya. Tu Ci Yen memandang Si Hu
Huat sambil manggut-manggut memberi isyarat, seketika juga Toa Hu Huat berseru
lantang. "Kawan-kawan, bersediakah kalian bergabung dengan kami?"
710 "Bersedia!" sahut orang-orang golongan hitam serentak.
Apakah kalian Pasti setia pada Siau Mo Cun?" tanya Toa Hu Huat.
"Pasti setia!"
"Kalau begitu, mulai sekarang kalian semua boleh tinggal di sini! Besok Siau Mo Cun
akan menyusun kedudukan kalian!"
"Terimakasih, Siau Mo Cun!"
"Nah! Sekarang kalian boleh bersenang-senang!"
"Terimakasih!" Orang-orang golongan hitam itu minum-minum lagi.
Tu Ci Yen tersenyum-senyum, Toa Mo (Saudara tertua Lak Mo) segera berbisik-bisik
ditelinga Tu Ci Yen.
"Siau Mo Cun! Sarapan sudah disiapkan di dalam kamar!"
"Sarapan apa?" tanya Tu Ci Yen heran.
"Wanita-wanita cantik itu." Toa Mo memberitahukan.
"Oh" Ha ha ha!" Tu Ci Yen tertawa gembira. "Bagus, bagus! Malam ini aku harus
bersenang-senang bersama dengan mereka."
Si Hu Huat dan Lak Mo saling memandang, kemudian mereka tersenyum, lalu ikut minum
bersama orang-orang golongan hitam itu.
Sedangkan Tu Ci Yen sudah masuk ke dalam menuju ke kamar tempat wanita-wanita
cantik tersebut disekap.
Sementara itu, di Yang Wie Kiong pun sedang berlangsung pesta minum-minum, namun
cuma orang-orang Yang Wie sajaCit Ciat Sin Kun duduk di kursi kebesarannya, sedangkan Thian Sat dan lainnya duduk di
sisi kiri kanannya"Thian Sat, Thian Suan! Mulai sekarang kalian berdua kuangkat sebagai pelindung di
Yang Wie Kiong ini." ujar Cit Ciat Siri Kun.
"Terimakasih, Sin Kun!" Thian Sat dan Thian Suan memberi hormat.
711 "Ti Kie, Jin Ping, Ling Ming dan Ngo Tok kuangkat sebagai empat pengawal."
"Terimakasih, Sin Kun!" ucap mereka berempat sambil memberi hormat.
"Hui Eng Cap Ji Kiam kuangkat sebagai pemimpin orang-orang di sini."
"Terimakasih, Sin Kun|" ucap Hui Eng Cap Ji Kiam serentak.
"Sin Kun, perlukah kita menundukkan semua perguruan kecil yang ada di daerah sini?"
tanya Jin Pin Mo Kun.
"Itu tidak perlu." jawab cit Ciat Sin Kun sambil tertawa."Mulai besok mereka pasti ke
mari untuk menyatakan takluk pada kita."
"Kok bisa begitu?" tanya Jin Pin Mo Kun heran"Mereka sudah tahu siapa kita, kalau mereka tidak ke mari menyatakan takluk pada kita,
tentunya kita akan menghabiskan mereka, kan?" ujar Cit Ciat Sin Kun.
"Betul." Jin Pin Mo Kun tertawa"lapi kita pun tidak boleh sembarangan bertindak." ujar Cit Ciat Sin Kun mengingatkan"Kenapa?" tanya Ngo Tok Ceng Kun.
"Yang Wie Kiong ini masih di bawah Perintah Kiu Thian Mo Cun, maka kalau tiada
perintah dari Kiu Thian Mo Cun, kita tidak boleh sembarangan bertindak."
"Benar," sahut Thian Sat Sin Kun dan menambahkan, "Kalau kita melanggar perintah Mo
Cun, nyawa kita pasti melayang."
"Kalau begitu a Sa S" Ngo Tok Ceng Kun menarik nafas.
"Bukankah lebih baik kita makan tidur saja?" ujar Cit Ciat Sin Kun sambil tertawa.
"Kalau ada perintah dari Mo Cun, barulah kita bergerak."
"Betul." Ling Ming Cun Cia tertawa gelak. "Maka kita santai-santai saja. Tapi sayang
sekali a Sa S"
"Kenapa?" tanya Cit Ciat Sin Kun.
"Di saat santai, justru tiada wanita," jawab Ling Ming Cun Cia sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
"Kalau engkau masih bernafsu terhadap wanita, panggilan beberapa wanita pelacur ke
mari untuk teman tiduri" usul Cit Ciat sin Kun.
712 "Sin Kun, bolehkah aku mencari wanita lain?" tanya Ling Ming Cun Cia.
"Maksudmu wanita baik-baik?" Cit Ciat Sin Kun menatapnya tajam.
"Ya." Ling Ming Cun Cia mengangguk.
"Itu tidak kuizinkan," tegas Cit Ciat Sin Kun. "Dan ingat, kalau engkau sudah tidur
dengan wanita pelacur, engkau harus bayar!"
"Ya!" Ling Ming Cun Cia mengangguk.
"Kalian ingat, siapa yang berani main dengan wanita baik-baik, pasti kuhukum!" tegas
Cit Ciat Sin Kun.
"Kami tidak berani," sahut mereka serentak.
"Nah, sekarang kalian boleh ikut minum, aku mau pergi istirahat." Cit Ciat Sin Kun
meninggalkan tempat itu* *fl A fl * Bagian ke 56. Bencana Melanda Rimba Persilatan
Cit ciat Sin Kun, Thian sat, Thian Suan, Ti Kie, Jin Pin Mo Kun, Ling Cun Cia dan Ngo
Tok Ceng Kun duduk di ruang dalam, tiba_tiba masuk seseorang dan melapor"Thian Mo (Iblis Langit) datang!"
"Cepat suruh dia masuk!" sahut Cit Ciat Sin Kun. Setelah itu ia pun bangkit berdiri,
begitu pula yang lain.
Tak lama kemudian tampak Thian Mo melangkah ke dalam, Cit Ciat Sin Kun dan lainnya
segera memberi hormat.
"Silakan duduk, Thian M0!" Ucap Cit Ciat Sin Kun.
Thian Mo duduk, ia menatap Cit Ciat Sin Kun tajam, kemudian ujarnya dengan suara
dalam. "Mo Cun mengutusku ke mari untuk menyampaikan perintahnya."
"Hamba siap menerima perintah dari Mo Cun!" ucap Cit Ciat Sin Kun sambil memberi
hormat pada Thian Mo.
713 "Besok kalian harus berangkat ke Siau Lim, beritahukan pada ketua Siau Lim bahwa Mo
Cun akan berkunjung ke sana tiga hari kemudian!" Thian Mo menyampaikan perintah dari
Kiu Thian Mo Cun"Hamba mesti melaksanakan perintah Mo Cun," ucap Cit Ciat Sin Kun sambil menjura.
"Suruh ketua Siau Lim bersiap-siap menyambut kedatangan Mo Cun!" pesan Thian Mo.
"Ya." Cit ciat Sin Kun menjura lagi.
"Baiklah." Thian Mo bangkit berdiri. "Aku harus segera Pulang ke Kiu Thian Mo Kiong,
laksanakan tugasmu itu dengan baik!"
"Ya." Cit Ciat Sin Kun mengangguk, lalu di kuti yang lainnya mengantar Thian Mo sampai
ke depan. Setelah Thian Mo pergi, barulah ia masuk bersama Thian Sat dan lainnya.
"Besok kalian semua ikut aku ke Siau Lim," ujar Cit Ciat Sin Kun.
"Ya," sahut Thian Sat, Thian Suan dan lainnya sambil menjuraKeesokan harinya, berangkatlah mereka menuju ke Siau Lim. Pihak Siau Lim tidak berani
main-main, sebab mereka adalah utusan Kiu Thian Mo Cun, maka ketua Siau Lim Pay
segera menyambut mereka, sekaligus mempersilahkan mereka duduk di ruang dalam.
"Maaf!" Ucap ketua Siau Lim. "Ada kepentingan apa kalian berkunjung ke mari?"
"Kepala gundul!" sahut Ngo Tok Ceng Kun kasar. "Tentu penting! Kalau tidak, bagaimana
mungkin kami ke mari?"
"Kira-kira kepentingan apa?" tanya ketua Sian Lim tetap sabar.
"Begini!" Cit Ciat Sin Kun memberitahukan. "Kiu Thian Mo Cun mengutus kami ke mari
untuk menyampaikan pesannya."
"Mo Cun ada pesan apa untuk kami?" tanya ketua Siau Lim dan tersentak dalam hati.
"Tiga hari kemudian, Mo Cun akan berkunjung ke mari," jawab Cit Ciat Sin Kun. "Kalian
harus bersiap-siap menyambut kunjungannya!"
"Oh?" Ketua Siau Lim menarik nafas panjang. "Kira-kira ada urusan apa Kiu Thian Mo
Cun berkunjung ke mari?"
"Aku tidak tahu," sahut Cit Ciat Sin Kun. "Aku cuma menyampaikan pesannya."
"Baiklah." Ketua Siau Lim manggut-manggut. "Kami pasti menyambut baik kunjungan Kiu
Thian Mo Cun."
"Terimakasih atas keramahan ketua!" ucap Cit Ciat Sin Kun sambil bangkit berdiri.
"Kami mau mohon diri!"
714 "Selamat jalan!" ucap ketua Siau Lim.
Cit Ciat Sin Kun membalikkan badannya, dan di saat itulah ia berpesan pada ketua Siau
Lim dengan ilmu menyampaikan suara.
"Ketua harus berhati-hati, Mo Cun ke mari mempunyai niat tidak baik! Ilmunya sangat
tinggi!" "Omitohud!" Ketua Siau Lim menyebut nama kebesaran Buddha. "Selamat jalan Sin Kun!"
"Hmm!" Cit Ciat Sin Kun pura-pura mendengus dingin, lalu melangkah pergi.
"Ketua!" ujar salah seorang pelindung Siau Lim. "Tiga hari kemudian Kiu Thian Mo Cun
akan ke mari, kita harus bagaimana?"
"Tentunya harus menyambut kedatangan mereka," jawab ketua Siau Lim.
"Tapi a Sa S" Pelindung itu mengernyitkan kening. "Kiu Thian Mo Cun berilmu sangat
tinggi, kedatangannya pasti berniat jahat."
"Liau Khong a Sa S" Ketua Siau Lim menarik nafas panjang. "Apa boleh buat, kita harus
mempertahankan Siau Lim!"
"Ketua!" ujar Liau Khong Taysu. "Bagaimana kalau kita berunding dengan Sam tianglo" 1
"Ketiga ketua tidak akan keluar dari ruang meditasi," Ketua Siau Lim menggelenggelengkan kepala.
"Tapi a Sg S" ujar Seng Khong Taysu mengingatkan. "Yang akan kita hadapi adalah Kiu
Thian Mo Cun, maka lebih baik kita melapor pada tiga tetua itu."
"Benar," sambung Hian Khong Taysu. "Mungkin tiga tetua masih mampu melawan Kiu
Thian Mo Cun."
"Ketua!" sela Ulie Khong Taysu. "Masalah ini menyangkut Siau Lim Pay kita, oleh karena
itu alangkah baiknya kalau kita memberitahukan pada tiga tetua."
"Baiklah-" Ketua Siau Lim manggut-manggut. "Kalian berempat ikut aku ke ruang meditasi
untuk menemui tiga tetua!"
Mereka berlima melangkah ke dalam menuju ruang meditasi, yang merupakan tempat
terlarang bagi murid Siau Lim.
715 Setelah berada di depan pintu ruang meditasi, ketua Siau Lim dan keempat pelindung
merapatkan kedua tangan masing-masing di dada.
"Sam uii susiok (Tiga paman guru), kami datang menghadap," ucap ketua Siau Lim.
"Masuklah!" terdengar suara sahutan dari dalam.
Liau Khong Taysu membuka pintu ruang, ketua Siau Lim melangkah ke dalam dan diikuti
keempat pelindung itu"Kami memberi hormat pada susiok!" ucap ketua Siau Lim.
"Duduk!" sahut salah seorang huieshio yang sudah tua itu.
Ketua Siau Lim dan keempat pelindung segera duduk, tetua Pertama menatap ketua Siau
Lim dengan tajam.
"Engkau ke mari menemui kami, tentunya ada sesuatu Penting, kan?" tanya It tianglo.
"ya, siau susiok (paman guru kecil)!"
"Usia kami bertiga sudah hampir seratus, kenapa engkau masih ke mari mengganggu
ketenangan kami bertiga?" tanya tetua kedua.
"Maaf, paman guru!" ucap ketua siau Lim dan memberitahukan. "Tadi ada utusan dari Kiu
Thian Mo Cun ke mari a Sa S"
"Omitohud!" Ketiga tetua Siau Lim tampak terkejut bukan main. "Utusan Kiu Thian Mo
Cun?" "Ya, Paman guru."
"Apakah Kiu Thian Mo Cun masih hidup?" tanya tetua ketiga.
"Kami tidak tahu, tapi sepuluh bulan yang lalu, Kiu Thian Mo Cun telah muncul dan
memukul jatuh Pek Giok Liong ke jurang."
"Siapa Pek Giok Liong itu?" tanya tetua pertama.
"Pek Giok Liong adalah ketua panji Hati suci Matahari Bulan." Ketua siau Lim
memberitahukan.
"Apa"!" Ketiga tetua Siau Lim tersentak, "pek Giok Liong adalah pemegang Jit Goat Seng
Sim Ki?" 716 "Betul. Tapi a Sa S" Ketua Siau Lim menarik nafas panjang.
"Omitohud! Jadi Pek Giok Liong sudah mati?" tanya tetua kedua.
"Ya." Ketua Siau Lim mengangguk. "Bagaimana dengan pihak Pulau Pelangi?" tanya
tetua kedua mendadak.
"Belum bertindak apa-apa," jawab ketua Siau Lim. "Karena tiga hari lagi Kiu Thian Mo
Cun akan ke mari, maka a Sa S"
"Baiklah. Sampai waktunya kami bertiga pasti muncul," ujar tetua pertama berjanji.
"Terimakasih, paman guru!" Ketua Siau Lim menarik nafas lega, karena ketiga paman
gurunya bersedia membantu dalam hal ini.
* *A A A * Hari ini suasana vihara Siau Lim agak luar biasa, para hweshio berbaris di undakan
tangga di depan pintu vihara tersebut. Barisan hweshio itu sampai di depan pintu masuk.


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wajah mereka tampak serius dan tegangBerselang beberapa saat kemudian, terdengarlah lonceng berbunyi nyaring sekali, itu
pertanda tamu-tamu yang ditunggu telah datangTung! Tung! Tung!
Ketua dan empat pelindung Siau Lim segera menuju ke pintu. Mereka berlima berdiri di
situ dengan perasaan tegang, sedangkan Cap Pwe Lo Han (Delapan belas orang gagah)
berdiri di depan.
Tak seberapa lama kemudian, terdengarlah suara musik yang amat merdu, suara suling
membaur dengan suara Pipeh dan khim, bahkan di ringi pula dengan suara nyanyian yang
amat merdu menggetarkan kalbu.
Muncul barisan Kiu Mo Li yang mengenakan gaun tipis bersama para gadis pemain musik.
Begitu barisan Kiu Mo Li muncul, seketika juga para hweshio yang berbaris melotot
dengan mulut ternganga lebar.
Sementara Kiu Mo Li berjalan berlenggak-lenggok dan meliuk-liuk sambil tersenyum genit
pada para hweshio itu.
Tok! Tok! Tok! Tok! Mendadak dari dalam vihara mengalun ke luar suara bokkie. Begitu
717 mendengar suara bokkie, para hweshio pun segera membaca doa.
Berselang sesaat, muncul Cit Ti Sat, Ngo Kui, menyusul Thian Ti Siang M0 dan Kiu Thian
Mo Cun. Kiu M0 Li berhenti, Cit Ti Sat dan Ngo Kui maju, lalu berdiri di hadapan ketua siau Lim.
"Kiu Thian Mo Cun telah tiba!" Cit Ti Sat memberitahukan.
"Omitohud! Selamat datang!" ucap ketua Siau Lim.
Thian Ti Siang Mo melangkah ke hadapan ketua siau Lim, lalu berdiri di situ dengan wajah
dingin. "Tay Kak Hosiang!" ucap Kiu Thian Mo Cun sambil tertawa. "Aku Kiu Thian Mo Cun
meluangkan waktu untuk berkunjung ke mari. '
"Omitohud! Terimakasih atas kunjungan Mo Cun!" ucap Tay Kak Hosiang, ketua Siau Lim.
"Silakan masuk!"
"Tay Kak!" sahut Kiu Thian Mo Cun dingin- "Kami tidak perlu masuk, cukup berdiri di
sini saja!"
"Kenapa?" Tay Kak Hosiang heran.
"Kami ke mari bukan untuk bertamu, melainkan untuk memberi perintah padamu, ketua
Siau Lim!" "Omitohud!" jay Kak Hosiang merapatkan kedua tangannya di dada. "Kami pihak Siau Lim
tidak di bawah perintah Mo Cun!"
"Tay Kak!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terkekeh-kekeh- "Kalau engkau tidak menerima
perintahku, berarti Siau Lim Pay akan musnah!"
"Omitohud!" Tay Kak Hosiang menarik nafas panjang. "Selama ini kami pihak Siau Lim
senantiasa hidup tenang, janganlah Mo Cun mengganggu ketenangan kami!"
"Tay Kak! Kedatangan kami justru ingin menaklukkan Siau Lim!" ujar Kiu Thian Mo Cun
sungguh-sungguh, "perlukah banjir darah di sini?"
718 "Apa kehendakmu, Mo Cun?"
"Siau Lim Pay harus di bawah perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Bagaimana kalau kami tidak mau?"
"Pasti banjir darah di sini!"
"Omitohud! Apakah tiada jalan lain?"
"Ada!" Kiu Thian Mo Cun tertawa. "Mari kita bertanding tiga babak! Kalau pihakmu
menang, kami pasti segera meninggalkan tempat ini! Tapi kalau pihakmu kalah, harus
takluk dan di bawah perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Omitohud!" Tay Kak Hosiang memandang Empat pelindung. "Bagaimana menurut
kalian?" "K^tua! Keadaan amat terdesak, itu apa boleh buat!" Jawab Liau Khong Taysu sambil
menarik nafas Panjang.
"Baiklah!" ujar ketua Siau Lim Pada Kiu Thian Mo cun. "Mari kita bertanding tiga babak!"
"Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Pihakmu siapa yang akan maju duluan?"
"Cap Pwe Lo Han!" jawab ketua Siau Lim"Baik! Mereka akan bertanding di halaman ini!" ujar Kiu Thian Mo Cun.
"Mo Cun!" Ketua Siau Lim menatapnya. "Kenapa Mo Cun memakai kedok iblis?"
"Tay Kakj Dari dulu aku sudah pakai kedok iblis, kini pun harus Pakai kedok ini!"
sahut Kiu Thian Mo Cun- "Nah, suruh Cap Pwe Lo Han bersiap-siap!"
"Cap pwe Lo Han, maju!" Ketua Siau Lim memberi perintah pada Cap Pwe Lo Han itu.
"Ya, Ketua!" Cap Pwe Lo Han itu segera menuju ke pelataran, lalu berdiri di situ.
"Kiu Mo Li, maju!" Kiu Thian Mo Cun memberi perintah pada Kiu Mo Li itu.
"Ya, Mo Cun!" sahut Kiu Mo Li serentak, mereka menuju ke pelataran dengan badan
meliuk-liuk menggiurkan.
Kiu Mo Li berdiri di situ sambil tersenyum-senyum. Cap Pwe Lo Han langsung mengambil
posisi mengepung, sekaligus membentuk Cap Pwe Lo Han Tin (Barisan delapan belas Lo
Han), barisan tersebut amat terkenal dalam rimba persilatan, sebab selama ini tiada
seorang pun yang mampu menjebol barisan itu.
Akan tetapi, begitu melihat Kiu Mo Li itu, mata delapan belas Lo Han itupun melotot
lebar. "Hi hi hi!" Toa Mo Li tertawa cekikikan. "Lo Han yang baik, kita akan bertanding ya?"
"Ya," sahut salah seorang Lo Han.
"Kalau begitu, cepatlah mulai!" ujar Toa Mo Li sambil tersenyum genit. "Lo Han yang
719 baik, badanmu begitu kekar, pasti kuat bertanding di ranjang!"
"Awas!" bentak |_o Han itu- "Kami akan mulai menyerang!" 8nbsp;
"Kok buru-buru amat sih" Lebih baik kami menari dulu!" ujar Toa Mo Li sambil
mengerling Lo Han itu. Kerlingan itu membuat Lo Han tersebut jadi berdebar-debar
hatinya. "Adik! Adik!" ujar Toa Mo Li pada saudarasaudaranya. "Mari kita menari untuk para Lo
Han yang baik hati itu!"
"Baik, Kak," sahut mereka serentak sambil tersenyum genit.
Tak lama terdengarlah suara nyanyian yang amat merdu. Sembilan wanita iblis itu mulai
menari. Bukan main! Mirip tarian strip-tease jaman sekarang. Begitu merangsang
sehingga membuat delapan belas Lo Han itu berdiri dengan mata terbelalak.
Delapan belas Lo Han itu tidak tahu, bahwa itu Mo Li Mi Hun Tin (Barisan pembetot
sukma wanita iblis).
Tarian itu lebih hot dan merangsang dari pada tarian strip-tease jaman sekarang.
Bayangkan! Sembilan wanita iblis itu menari sambil menyingkap ujung gaun masingmasing, kemudian membuka kaki mereka lebar-lebar dan bergoyang-goyang. Bahkan di
antaranya ada pula yang telentang sambil membuka lebar-lebar kakinya, sekaligus menggoyanggoyangkan pantat- Mana tahan! Delapan belas Lo Han itu betul-betul tidak tahan, bahkan timbul hasrat
untuk memeluk Kiu Mo Li itu.
"Serang mereka!" seru Tay Kak Hosiang, ketua Siau Lim.
Delapan belas Lo Han tersentak. Mereka mulai membentuk barisan, dan mulai
menyerang. "Hi hi hi!" Sembilan wanita iblis itu tertawa cekikikan- "Tega amat sih kalian
menyerang kami! Lo Han yang baik hati, rabalah dadaku!"
Toa M0 Li menghadapi salah seorang Lo Han, lalu mengangkat dadanya untuk
menyenggol lengan Lo Han itu.
"rjh-ouh!" Hampir saja Lo Han itu berseru demikian. Cepat-cepat ia menjatuhkan diri
menyerang Toa Mo Li dengan jurus Lo Han tidur.
720 Ketika Lo Han itu menjatuhkan diri, Toa Mo Li pun mengeluarkan jurus perangsangnya,
yakni mengangkat sebelah kakinya menghadap Lo Han itu, sekaligus menyingkap
gaunnya, sehingga yang di dalam selangkangan itu terlihat semua.
Jurus tersebut membuat Lo Han itu tidak mampu berdiri lagi. Ia terus membaringkan
dirinya dalam jurus Lo Han tidur. Namun sepasang matanya melotot mengarah pada
seiangkangan itu sambil menelan ludah, sehingga membuat Toa Mo Li tertawa cekikikan,
dan mulailah menggoyang-goyangkan pinggulnya.
Sukma Lo Han itu betul-betul terbetot ke luar, dan ia pun bergoyang-goyang seakan
sedang bermain dengan Toa Mo Li itu.
Bagaimana Lo Han yang lain" Mereka tidak beda jauh dengan Lo Han itu. Salah seorang
Lo Han menyerang Ji Mo Li (wanita iblis kedua) dengan jurus Lo Han memukul lonceng,
sepasang tangan Lo Han itu memukul ke depan. Ji Mo Li justru pasang dada menyambut
pukulan itu. Ketika melihat sepasang payudara Ji Mo Li yang amat montok, luiee kang Lo
Han yang telah disalurkan pada sepasang tangannya pun buyar entah ke mana. Bahkan
sepasang telapak tangannya melekat pada sepasang payudara Ji Mo Li, sekaligus
meraba-rabanya. Saking asyik meraba, ia menjadi lupa diri, Ji Mo Li langsung menotok
jalan darahnya.
"Hi hi hi!" Ji Mo Li tertawa geli, karena melihat Lo Han itu sudah berdiri seperti
patung terkena totokannya.
Barisan delapan belas Lo Han siau Lim yang sangat terkenal itu, justru tak berkutik
sama sekali terhadap barisan pemikat sukma sembilan wanita iblis itu.
"Berhenti!" bentak ketua Siau Lim dengan wajah merah padam saking merasa malu
menyaksikan hal tersebut.
"Ha ha hal" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Ketua Siau Lim, babak ini pihakmu telah
kalah!" "Omitohud!" sahut ketua Siau Lim. "Cap Pwe Lo Han Tin kami memang telah kalah."
"Nah, sekarang kita mulai babak kedua!"
"Baiklah!" Ketua Siau Lim mengangguk. "Si Hu Huat, kalian berempat maju!"
"Ya," sahut Liau Khong Taysu.
Sementara delapan belas Lo Han itu telah bebas dari totokan, mereka kembali ke tempat,
Kiu Mo Li pun kembali ke tempat sambil melirik delapan belas Lo Han itu sambil
tersenyum genit. Wajah delapan belas Lo Han memerah, cepat-cepat mereka
menundukkan kepala.
721 "Ngo Kui!" panggil Kiu Thian M0 Cun. "Kalian berlima melawan Siau Lim si Hu Huat itu!"
'Va, Mo Cun." Toa Tauui Kui memberi hormat pada Kiu Thian Mo Cun, lalu menghampiri
empat pelindung Siau Lim.
"Kita bertanding dengan senjata atau tangan kosong?" tanya Setan kepala Besar.
"Tangan kosong saja!" sahut Liau Khong Taysu.
"Baiklah!" Setan Kepala Besar tertawa panjang. "Saudara-saudaraku, mari kita serang
keempat kepala gundul itu!"
"Baik!" sahut keempat saudara Toa Tauw Kui.
Mereka berlima langsung menyerang Siau Lim Si Hu Huat, empat pelindung Siau Lim itu
langsung berkelit.
"Omitohud!" Liau Knong Taysu menyebut kebesaran nama Buddha. "Sungguh hebat
serangan kalian!" "Kepala gundul! Sambut lagi serangan kami!" bentak Toa Tauw Kui sambil menyerang.
Terjadilah pertarungan yang amat seru. Keempat pelindung Siau Lim mengeluarkan ilmu
andalan mereka, yakni Siau Lim Hok Mo Sin Ciang (pukulan Sakti Penakluk Iblis).
Ngo Kui juga mengeluarkan ilmu andalan, yakni Ngo Kui Ciang (Pukulan Lima Setan), dan
mengurung empat pelindung Siau Lim dengan Ngo Kui Tin (Barisan Lima Setan).
Tak seberapa lama kemudian, empat pelindung Siau Lim mulai tampak kewalahan
menghadapi Ngo Kui, akhirnya mereka berempat mengeluarkan ilmu simpanan Siau Lim,
yakni Liong Houui Sin Ciang (Cakar Sakti Naga Harimau).
Ngo Kui terkejut, lalu segera melompat mundur beberapa langkah. Setelah itu mereka
berlima mendadak menyerang serentak dengan ilmu Ku Lu Ciang (Pukulan Tengkorak)
yang amat ganas. Empat pelindung Siau Lim menyambut pukulan-pukulan itu dengan
Cakar Sakti Naga Harimau, terdengarlah benturan keras.
Ngo Kui termundur tiga langkah, sedangkan empat pelindung Siau Lim terpental sejauh
lima meteran dengan mulut mengeluarkan darah segar.
"Ha ha hal" Kiu Thian Mo Cun tertawa. "Ketua Siau Lim, babak kedua dimenangkan pihak
kami lagi I Perlukah bertanding lagi?"
722 "Memang perlu!" Terdengar sahutan tajam dari dalam vihara. Tampak tiga hweshio tua
berjalan ke luar- Mereka adalah tiga tetua Siau Lim.
"Paman guru!" Ketua Siau Lim segera memberi hormat seraya melapor, "Pihak kita sudah
kalah dua babak;11
"Omitohud!" Tetua pertama menatap Kiu Thian Mo Cun dengan tajam. "Engkau adalah
Kiu Thian M0 Cun?"
"Tidak salah!" sahut Kiu Thian Mo Cun sambil tertawa. "Aku tahu kalian bertiga masih
hidup, maka aku harus ke mari!"
"Mo Cun," ujar tetua pertama dengan sabar. "Kalau engkau benar Kiu Thian Mo Cun, lebih
baik engkau pergi bertapa! Jangan menyia-nyiakan usiamu yang hampir dua ratus itu!"
"Kepala gundui!" Kiu Thian Mo Cun tertata terkekeh-kekeh. "Hui Beng H0siang, guru
kalian itu masih tidak berani berkata demikian padaku! Tahu?"
"Omitohud! jadi a Sa S" Tetua Pertama tersentak, sebab siapa pun tidak tahu guru
mereka, namun orang berkedok iblis itu justru tahu, benarkah dia Kiu Thian Mo Cun"
"Kepala gundul, tidakkah kalian yakin bahwa aku Kiu Thian Mo Cun?"
"Omitohud! Setelah engkau dipukul jatuh ke jurang oleh Seng Sim Tayhiap, tidak mati,
malah bisa hidup sekian lama, seharusnya engkau bertobat!"
"Kepala gundul! Kalian tidak perlu menasehatiku!" bentak Kiu Thian Mo Cun gusar. "Mari
kita bertanding! Kalau kalian bertiga kalah, maka partai Siau Lim harus di bawah perintah
Kiu Thian Mo Kiong!"
"Omitohud! Kenapa Mo Cun mendesak kami?"
"Sudahlah! Jangan banyak omong, mari kita bertanding!"
"Omitohud! Demi nama baik partai Siau Lim, kami bertiga terpaksa bertanding dengan M0
Cun!" "Bagus! Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak sambil melangkah ke pelataran.
"Omitohud!" Tiga tetua Siau Lim juga melangkah ke sana.
"Hati-hati, Paman guru!" pesan ketua siau Lim.
"Tidak perlu cemas, segala apa pun sudah merupakan takdir," sahut tetua pertama723 "Betul!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terkekeh. "Hari ini pasti Siau Lim ditakdirkan harus
di bawah perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Mo Cun, bagaimana kalau kita mengadu lwee kang?" tanya tetua pertama"Baik!" Kiu Thian Mo Cun mengangguk. "Kalian bertiga boleh menyerangku dengan
tenaga dalam!"
"Kalau begitu, berhati-hatilah!" ujar tetua pertama.
Tiga tetua siau Lim segera menghimpun Thay Im sin Kang, sedangkan Kiu Thian Mo Cun
mengerahkan Hek Sim Sin Kang (Tenaga Sakti Hati Hitam). Karena cuma mengerahkan
tujuh bagian, maka badannya cuma memancarkan sedikit cahaya hitam.
"Omitohud!" Tetua pertama tersentak- "Hek Sim Sin Kang!"
"Betul!" Kiu Thian Mo Cun mengangguk. "Berhati-hatilah kalian bertiga!"
"Omitohud!" Tiga tetua Siau Lim menyerang serentak dengan Thay Im sin Kang. Betapa
dahsyatnya tenaga sakti mereka, namun Kiu Thian Mo Cun malah tertawa panjang,
sekaligus mengibaskan tangannya.
Bumm! Terdengar suara benturan yang memekakkan telinga.
Kiu Thian Mo CUn berdiri tak bergeming, sebaliknya tiga tetua Siau Lim terpental
beberapa meter dengan mulut mengeluarkan darah hitam, dan wajah mereka tampak
kehitam-hitaman.
Mereka bertiga telah terluka dalam, bahkan terkena racun pukulan lawan. Kalau Kiu Thian
Mo Cun menambah satu bagian lwee kangnya, tiga tetua Siau Lim pasti mati seketika.
"Paman guru!" Ketua Siau Lim cemas bukan main- "Bagaimana luka Paman guru
bertiga?" "Ti a Sa S tidak aPa-apa," sahut tetua Pertama sambil memejamkan matanya untuk
mengatur pernafasannya.
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terbahak-bahak. "Nah! Mulai sekarang partai Siau
Lim sudah berada di bawah perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Mo Cun! Kita masih belum bertanding!" Ketua Siau Lim gusar sekali.
"Tay Kak!" Kiu Thian Mo Cun menudingnya. "Ketiga paman gurumu sudah roboh di
tanganku, bagaimana mungkin engkau mampu melawanku?"
"Tay Kak a Sa S" ujar tetua pertama sambil membuka matanya. "Kami bertiga telah kalah,
maka mulai saat ini pasti Siau Lim berada di bawah perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Bagus! Bagus!" Kiu Thian Mo Cun tertawa terbahak-bahak. "Ketua Siau Lim, kalau ada
perintah dari Kiu Thian Mo Kiong, kalian partai Siau Lim harus melaksanakannya dengan
baik!" 724 "Omitohud!" Ketua Siau Lim menarik nafas panjang.
"Baiklah! Aku mau kembali ke Mo Kiong!" ujar Kiu Thian Mo Cun. "Mari kita pergi!"
* *A A A * Kiu Thian Mo Cun duduk di kursi kebesarannya, Thian Ti Siang Mo, Ngo Kui, Cit Ti Sat
dan Kui Mo Li duduk berderet di depannya.
"Kami menghatur selamat pada Mo Cun!" ucap mereka serentak.
"Ha ha ha!" Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Terimakasih! Kini partai Siau Lim telah kita
taklukkan. Mengenai partai lain tidak sulit, maka aku tidak perlu turun tangan sendiri-"


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mo Cun, partai apa yang perlu kita taklukan lagi?" tanya Thian Mo.
"Partai Bu Tong, Gobi, Hwa San dan Khong Tong," sahut Kiu Thian Mo Cun
memberitahukan.
"Kita harus menaklukkan partai-partai itu juga."
"Betul." Thian Mo manggut-manggut sambil tertawa. "Setelah kita menaklukkan partaipartai itu, maka Kiu Thian M0 Kiong yang berkuasa di bu lim."
"itu memang tujuan kita." Kiu Thian Mo Cun tertawa gelak. "Nah, Thian Mo ke Yang Ulie
Kiong menyampaikan perintahku, Cit Ciat Sin Kun dan bawahannya harus menaklukan
partai Gobi!"
"Ya, Mo Cun," sahut Thian Mo.
"Ti Mo harus ke Siau Mo Kiong (Istana Iblis Kecil) menyampaikan perintahku, Siau Mo
Cun Tu Ci Yen dan bawahannya harus menaklukkan partai Hwa San."
"Ti Mo terima perintah," sahut Ti Mo.
"Mo Cun, siapa yang akan menaklukan Partai Butong dan Khong Tong?" tanya Thian Mo.
"Partai Butong amat kuat, maka harus kalian berdua dan Ngo Kui yang ke sana
menaklukkannya," jawab Kiu Thian Mo Cun.
"Ya, Mo Cuh," sahut Thian Ti Siang Mo dan Ngo Kui.
"Cit Ti Sat dan Kiu Mo Li ke partai Khong Tong! Kalian harus menaklukkan Partai itu!"
"Ya, Mo Cun," sahut Cit Ti Sat dan Kiu Mo Li.
"Kalian semua harus tahu, kenapa aku harus turun tangan juga menaklukkan partai Siau
Lim?" ujar Kiu Thian Mo Cun. "Itu dikarenakan tiga tetua Siau Lim itu masih hidup, kalian
bukan lawannya."
"Betul." Thian Mo mengangguk. "Hek Sim Sin Kang Mo Cun amat hebat, aku yakin ilmu itu
sudah tiada tanding di kolong langit-"
"Tidak salah." Kiu Thian Mo Cun manggut-manggut. "Oleh karena itu, mulai sekarang
seluruh bu lim akan menjadi milik kita."
725 "Betul." Ti Mo tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha! Secara tidak langsung Mo Cun adalah
Bu Lim Beng Cu (Ketua rimba persilatan)!"
"Kami semua mendukung," ujar yang iain dengan sungguh-sungguh.
"Pokoknya Kiu Thian Mo Kiong yang menjadi Pemimpin bu lim!" sahut Kiu Thian Mo Cun
sambil tertawa gelak. "Selama dua ratus tahun ini, pihak golongan putih yang berkuasa di
bu lim. Tapi kini sudah tidak, golongan hitamlah yang berkuasa!"
"Hidup Kiu Thian Mo Cun! Hidup golongan hitam!" seru mereka serentak, kemudian
terdengar suara tawa Kiu Thian Mo Cun yang terbahak-bahak bergema ke mana-mana,
disusul suara tepuk sorak yang riuh gemuruh.
* Partai Gobi termasuk partai kuat dan terkemuka di bu lim. Ketua partai tersebut bernama
Pek Bie Siang Jin yang amat terkenal ilmu Gobi Sin Kangnya. Yang Yang Siang Jin dan
Ngie Yang Siang Jin adalah adik seperguruannya. Kepandaian mereka berdua juga amat
tinggi, begitu pula para murid.
Hari ini Gunung Gobi kedatangan tamu-tamu yang di luar dugaan, yakni dari Yang Wie
Kiong. Ketua Gobi dan kedua adik seperguruannya segera menyambut kedatangan
mereka. Dalam hati ketua Gobi dan kedua adik seperguruannya sudah menduga apa
kehendak pihak Yang Wie Kiong, sebab mereka sudah mendengar berita tentang partai
Siau Lim yang telah ditaklukkan Kiu Thian Mo Kiong.
"Maaf!" ucap Pek Bie Siang Jin atau ketua Gobi. "Ada urusan apa sehingga Cit Ciat Sin
Kun berkunjung ke mari?"
"Pek Bie!" Cit Ciat Sin Kun tertawa gelak. "Tentunya engkau sudah tahu tujuan kami,
partai Siau Lim adalah contoh!"
"Jadi a Sg S" Pek Bie Siang Jin menatapnya tajam. "Kalian adalah utusan dari Kiu Thian
Mo Cun?" "Tidak salah!" sahut Cit Ciat Sin Kun. "Oleh karena itu, aku harap engkau jangan
mengadakan perlawanan, agar partai Gobi masih bisa berdiri di bu lim!"
"Sin Kun!" sela Jin Pin Mo Kun. "Kita tidak perlu banyak bicara, habiskan saja mereka!"
"Betul!" sambung Ling Ming Cun Cia. "Kita tidak usah membuang waktu, kalau mereka
tidak mau tunduk, mari kita habiskan mereka!"
"Aku setuju!" ujar Ngo Tok Ceng Kun. "Tanganku sudah gatal!"
726 "Jadi kedatangan kalian untuk menaklukkan kami partai Gobi?" tanya Pek Bie Siang Jin
dingin. "Tidak salah!" sahut Cit Ciat Sin Kun dingin. "Kalau kalian tidak mau tunduk, apa
boleh buat! Kami terpaksa bertindak!"
"Apakah kalian yakin mampu menaklukkan kami?" tanya Yang Yang Siang Jin, adik
seperguruan ketua Gobi.
"Kalian ingin bertanding dengan kami?" tanya Cit Giat Sin Kun.
"Betul!" Yang Yang Siang Jin mengangguk.
"Baiklah!" Cit Ciat Sin Kun mengangguk. "Bagaiman cara kita bertanding?"
"Kita bertanding tiga babak! Kalau pihakmu kalah, harus segera angkat kaki dari sini!"
sahut Pek Bie Siang Jin.
"Seandainya pihakmu yang kalah?" tanya Cit Ciat Sin Kun.
"Tentunya kami akan tunduk!" jawab Pek Bie Siang Jin.
"Baiklah!" cit Ciat Sin Kun manggut-manggut. "pihakmu siapa yang maju duluan?"
"Aku!" sahut Yang Yang Siang Jin sambil melangkah ke tengah. "Aku yang maju duluan!"
"Sin Kunl" ujar Jin Pin Mo Kun sambil bangkit berdiri, "izinkanlah aku melawannya!"
"Silakan!" cit Ciat Sin Kun mengangguk.
Jin pin Mo Kun maju ke tengah, matanya memandang Yang Yang Siang Jin sambil
tertawa. "Kita bertanding dengan tangan kosong atau senjata"' tanyanya.
"Tangan kosong!" sahut Yang Yang Siang Jin.
"Baiklah! Engkau boleh menyerangku sekarang!" ujar Jin Pin Mo Kun sambil
mengerahkan lwee kangnya.
"Engkau adalah tamu. silakan menyerang duluan!" sahut Yang Yang Siang Jin dan mulai
mengerahkan lwee kangnya.
"Baiklah!" Jin Pin M0 Kun langsung menyerangnya.
Yang Yang Siang Jin segera berkelit dan balas menyerang Pula, terjadilah pertarungan
yang amat seru.
Tak terasa pertarungan sudah lewat puluhan jurus, Jin Pin Mo Kun amat penasaran
karena belum dapat mengalahkan Yang Yang Siang Jin. Maka ia berpekik keras sambil
727 menyerang Yang Yang Siang Jin dengan jurus l_ui Tian Son Ti (Kilat Menyambar Bumi),
yakni jurus andalannya. Sungguh dahsyat dan cepat gerakannyaYang Yang Siang Jin terkejut bukan main. Ia cepat-cepat berkelit, namun sudah terlambat,
dadanya terpukul telak sehingga terpental beberapa meter.
"Aaakh a Sa S!" Jeritnya dengan mulut memuntahkan darah segar dan wajahnya pucat
pias. "Suheng!" Ngie Yang Siang Jin segera mendekatinya, lalu memapahnya ke tempat duduk.
"Bagaimana lukamu?"
"Tidak apa-apa," sahut Yang Yang Siang Jin lemah.
"Ha ha ha!" Jin Pin Mo Kun tertawa gelak. "Aku sudah memenangkan babak pertama!
Siapa yang akan maju untuk babak kedua?"
"Aku!" jawab Pek Bie Siang Jin, ketua Gobi sambil maju ke depan.
"Jin Pin, mundur!" seru Cit Ciat Sin Kun. "Biar Thian Sat yang melawan ketua Gobi itu!"
"Ya," Jin pin Mo Kun segera mundur.
Thian Sat Sit Kun melangkah ke depan, matanya menatap pek Bie Siang Jin dengan
tajam seraya bertanya.
"Mau bertanding dengan tangan kosong atau senjata?"
"Tangan kosong!" sahut Pek Bie Siang Jin.
"Baiklah!" Thian Sat Sit Kun segera mengerahkan lwee kangnya. "Berhati-hatilah! Aku
akan segera menyerang!"
"Silakan!" Pek Bie Siang Jin sambil mengerahkan Gobi Sin Kang"Ha ha ha!" Thian Sat Sit Kun tertawa panjang, lalu mulai menyerang Pek Bie Siang Jin.
Ketua .Gobi tidak merasa gentar. Disambutnya serangan itu, sekaligus balas menyerang
pula. Pertarungan yang amat seru pun mulai berlangsung. Kira-kira dua puluh jurus kemudian,
mendadak Thian Sat Sit Kun memekik keras sambil menyerang Pek Bie Siang Jin dengan
jurus Ngo Gak Ap Ti (Lima Gunung menindih Bumi) yang penuh mengandung tenaga
dalam. Pek Bie Siang Jin tidak berkelit, sebaliknya malah menyambut serangan itu dengan jurus
Kong Ciak Khay Peng (Merak Mengembangkan Sayap).
728 Daar! Terdengar suara benturan keras.
Pek Bie Siang jin terdorong mundur beberapa langkah, sedangkan Thian Sat Sin Kun
cuma terdorong mundur satu langkah.
Untung Thian Sat Sin Kun tidak berniat melukainya, maka Pek Bie Siang Jin tidak
teriuka dalam. "Aku mengaku kalah!" ujar pek Bie Siang Jin dengan wajah lesu.
"Terimakasih!" sahut Thian Sat Sin Kun .
"Pihak kami telah memenangkan dua babak, kini masih ada satu babak, pihakmu siapa
yang akan maju?" tanya Cit Ciat Sin Kun.
"Pertandingan babak ketiga tidak perlu dilanjutkan lagi!" Ujar Pek Bie Siang Jin sambil
menarik nafas panjang. "Pihak kami sudah kalah a Sa S"
"Kalau begitu a Sa S" Jin pin Mo Kun tertawa gelak. "Mulai saat ini, partai Gobi sudah
berada di bawah Perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Ya," Pek Bie Siang Jin mengangguk.
"Kalau ada perintah dari Kiu Thian Mo Kiong, kalian harus melaksanakan perintah itu
dengan baik!" tegas Ling Ming Cun Cia sambil tertawa terkekeh-kekeh, matanya menatap
Pek Bie Siang Jin yang tak bersemangat itu.
"Ya!" Pek Bie Siang Jin mengangguk lagi* *(0) (0) (0) (0)*
Suasana di Butong San amat tegang mencekam, itu dikarenakan kehadiran Thian Ti
Siang Mo dan Ngo Kui sebagai utusan Kiu Thian M0 Cun.
Hian Beng Tocu, yakni ketua partai Butong berdiri dengan kening berkerut-kerut seakan
sedang mempertimbangkan sesuatu.
"Bagaimana?" tanya Thian Mo sambil menatapnya tajam. "Engkau tidak mau takluk pada
Kiu Thian Mo Cun?"
"Thian Mo!" sahut Hian Beng Tocu. "Kami tidak akan takluk begitu saja! Lebih baik kita
bertanding!"
"Baik!" Thian Mo tertawa gelak. "Mau bertanding berapa babak?"
729 "Cukup satu babak saja!" jawab Hian Beng Tocu. "Satu babak itu akan menentukan partai
Butong takluk atau kai an yang harus enyah dari sini!"
"Bagus!" Thian Mo tertawa lagi. "Kalau begitu, pihakmu siapa yang akan maju untuk
bertanding?"
"Aku!" sahut Hian Beng Tocu.
"Baiklah!" Thian Mo manggut-manggut. "Suheng! Biarlah aku yang maju bertanding
dengan hidung kerbau itu!" ujar Ti Mo.
"Sute!" tegas Thian Mo. "Engkau jangan mempermalukan Kiu Thian Mo Kiong, dalam tiga
puluh jurus, engkau harus sudah mengalahkan ketua Butong itu!"
"Yaj" Ti Mo mengangguk, lalu maju sambil menjura pada Hian Beng Tosu- "Mari kita
mulai! Dalam tiga puluh jurus aku pasti mengalahkanmu!"
"Bagaimana kalau tidak?" tanya Hian Beng Tosu.
"Kami akan segera meninggalkan tempat ini!" sahut Ti Mo.
"Baiklah!" Hian Beng ToSu mengangguk. "Silakan Ti Mo menyerang duluan!"
"Kalau begitu, berhati-hatilah!" ujar Ti Mo dan langsung menyerang Hian Beng Tosu
dengan jurus-jurus ampuh.
Hian Beng Tosu berkelit, mengelak dan menghindar, bahkan balas menyerang.
Tak terasa mereka bertanding sudah dua puluh lima jurus, mendadak Ti Mo berhenti.
"Engkau cukup tangguh!" ujarnya sambil menatap Hian Beng Tosu. "Kini tinggal lima
jurus, maka engkau harus lebih berhati-hati!"
"Terimakasih atas peringatan Ti Mo!" ucap Hian Beng Tosu.
Ti Mo mulai menarik nafas dalam menghimpun Ti Mo Sin Kangnya, sedangkan Hian Beng
Tosu juga menghimpun luiee kangnya, yakni Sam Yang Sin Kang.
"Hiyaaat!" Pekik Ti Mo keras sambil menyerang Hian Beng Tosu dengan jurus Ti Mo Seng
Thian (Iblis Bumi Naik ke Langit). Sungguh dahsyat jurus itu, membuat Hian Beng T?su
harus mundur dua langkah, sekaligus menyambut pukulan itu dengan jurus Pat Sian Nau
Hai (Delapan Dewa Mengacau Laut).
Bumm! Terdengar suara benturan keras.
Hian Beng ToSu terdorong ke belakang empat langkah, sedangkan Ti Mo tetap berdiri di
730 tempat, tak bergeming sama sekali.
"Sambut lagi seranganku ini!" seru Ti Mo sekaligus menyerang Hian Beng Tosu dengan
jurus Ti Mo Ban In (Seribu Bayangan Iblis Bumi).
Hian Beng Tosu terkejut bukan main, karena mendadak puluhan Ti Mo menyerangnya
dari delapan penjuru.
Snbsp! Apa boleh buat, Hian Beng Tosu terpaksa menyambut serangan itu dengan jurus sin
Liong Cut Hai (Naga Sakti ke Luar Laut).
Blamm! Terdengar suara benturan yang lebih keras lagiHian Beng Tosu terpental sepuluh meter, sedangkan Ti Mo cuma termUndur tiga langkah.
"Uaaakh a Sa S!" Hian Beng Tosu memuntahkan darah segar, namun masih bertahan
agar badannya tidak roboh.
"Ketua Butong, engkau telah kalah!" ujar Ti Mo.
"Ya!" Hian Beng Tosu mengangguk.
"Ketua Butong!" Thian Mo menatapnya. "Mulai saat ini, partai Butong berada di bawah
Perintah Kiu Thian Mo Kiong!"
"Ya!" Hian Beng Tosu mengangguk lagi.
"Baiklah!" Thian Mo tertawa. "Kami sudah harus Pulang ke Kiu Thian Mo Kiong, kalau ada
perintah dari sana. kalian harus melaksanakannya dengan baik!"
"Ya!"
Setelah Thian Ti Siang Mo dan Ngo Kui pergi, Hian Beng Tosu terkulai jatuh. Dari tadi ia
terus bertahan agar tidak roboh, otomatis membuat luka dalamnya bertambah parah.
Sementara itu, partai Khong Tong telah ditaklukkan Cit Ti Sat dan Kiu Mo Li. Namun tiada
pertandingan sama sekali. Kenapa begitu" Ternyata Khong Khong Hoatsu, ketua Khong
Tong berotak cerdas. Ketika rombongan Kiu Thian Mo Cun tiba, ketua Khong Tong
menyambut kedatangan mereka dengan penuh keramahan, bahkan langsung
mempersilakan mereka masuk ke ruang dalam, sekaligus menyuguhkan teh.
"Khong Khong Hoatsu!" ujar Toa Ti Sat (Algojo Akhirat tertua). "Kami ke mari bukan ingin
bertamu, melainkan menyampaikan Perintah dari Kiu Thian Mo Cun, bahwa partai Khong
Tong harus takluk pada Kiu Thian Mo Kiong."
731 "oh, itu!" Khong Khong Hoatsu tertawa. "Takluk dalam arti apa?"
"Artinya partai Khong Tong harus di bawah perintah Kiu Thian Mo Cun, bahwa partai
Khong Tong harus di bawah perintah Kiu Thian Mo Kiong." Toa Ti Sat memberitahukan.
"Khong Khong Hoatsu yang baik, janganlah engkau melawan kami!" ujar Toa Mo Li sambil
tersenyum genit. "Lebih baik kalian takluk langsung dari pada harus bertanding.
Percayalah, pihakmu yang rugi."
"Betul, Sianii (Dewi)." sahut Khong Khong Hoatsu sambil mengangguk. "Kami pasti
menurut pada Siani ."
"Hi hi hi!" jog Mo Li tertawa cekikikan- "Khong Khong Hoatsu, aku bukan Sianli (Dewi),
melainkan Mo Li (Iblis wanita), panggil saja Toa Mo Li padaku! Aku tidak akan marah kok."
"Terimakasih atas kebesaran hati Toa Mo Li!" ucap Khong Khong Hoatsu.
Sikap ketua Khong Tong itu membuat tiga adik seperguruannya terheran-heran dan tak
habis berpikir, kenapa kakak seperguruan mereka itu begitu pengecut, bahkan tampak
menepuk-nepuk pantat para utusan Kiu Thian Mo Cun itu pula.
Karena kakak seperguruan mereka itu adalah seorang ketua, maka mereka pun diam, tak
berani turut berbicara.
"Khong Khong Hoatsu, engkau masih tampak muda dan gagah." ujar Toa Mo Li sambil
menatapnya genit. "Perlukah aku menemanimu tidur?"
Ketiga adik seperguruan Khong Khong Hoatsu tampak gusar sekali ketika mendengar
ucapan Toa Mo Li, namun Khong Khong Hoatsu sendiri malah tertawa gelak.
"Aku sungguh senang kalau Toa Mo Li bersedia menemaniku tidur, tapi a Sg S" Khong
Khong Hoatsu menggeieng-gelengkan kepala. "Usiaku sudah lima puluh lebih, sudah
tiada nafsu lagi!"
"Oh, ya?" Toa Ti Sat tertawa. "Aku masih mampu membangkitkan nafsumu-"
"Ha ha ha|" Khong Khong Hoatsu tertawa. "Engkau sungguh pandai bergurau dan
menggodai"
"Khong Khong Hoatsu!" Toa Mo Li tampak serius. "Itu disebabkan penyambutanmu amat
ramah, maka kami pun merasa senang."
"Betul." Toa Mo Li tertawa- "Kalau terjadi bentrokan, kalianlah yang celaka."


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalian semua adalah utusan Kiu Thian Mo Cun, jelas kami harus menghormati kalian,"
sahut Khong Khong Hoatsu sambil menjura.
"Hi hi hi!" Toa Mo Li tertawa cekikikan. "Karena kalian begitu ramah, maka kami Kiu Mo
732 Li bersedia menari untuk kalian."
"Menari?" Khong Khong Hoatsu terperangah.
"Khong Khong Hoatsu!" Toa Ti Sat tertawa terbahak-bahak. "Itu tarian yang amat
istimewa, aku berani jamin kalian pasti merasa Puas."
"Oh?" Khong Khong Hoatsu terbelalak, begitu pula ketiga adik seperguruannya.
"Adik-adikku!" ujar Toa Mo Li kepada yang lain. "Mari kita menari untuk partai Khong
Tong!" "Ya, Kakak." jawab mereka serentak,
Kiu Mo Li melangkah meliuk-liuk ke tengah~tengah ruangan. Mereka menjura kepada
ketua Khong Tong sambil tersenyum, lalu mengerling genit pada ketiga adik seperguruan
ketua Khong Tong.
Setelah itu, mulailah mereka bernyanyi. Suara mereka begitu merdu, membuat hati ketiga
adik seperguruan Khong Khong Hoatsu berdebar~debar tidak karuan.
Berselang sesaat, Kiu Mo Li mulai menari. Begitu mulai, ketiga adik seperguruan Khong
Khong Hoatsu langsung terbeliak, begitu pula para murid partai Khong T0ng itu.
Tarian mereka begitu merangsang, membuat ketiga adik seperguruan Khong Khong
Hoatsu tak henti-hentinya menelan air liur. Itu tak lepas dari mata Khong Khong Hoatsu,
dan diam-diam ia bersyukur telah bertindak benar. Kalau pihaknya melawan. Pasti celaka
dan akan tak berkutik terhadap tarian Kiu Mo Li yang amat merangsang itu.
Berselang beberapa saat kemudian, barulah Kiu Mo Li berhenti menari, lalu menjura pada
Khong Khong Hoatsu.
"Bagaimana tarian kami?" tanya Toa Mo Li sambil tersenyum manis.
"Bukan main!" sahut Khong Khong Hoatsu sambil tertawa. Sesungguhnya ketua Khong
Tong itu pun terangsang oleh tarian tersebut, namun tidak sehebat ketiga adik
seperguruannya, yang wajah mereka telah memerah penuh gairah nafsu birahi.
"Apanya yang bukan main?" tanya Toa Mo Li sambil tertawa cekikikan.
"Tarian kalian," jawab Khong Khong Hoatsu. "Kalau tidak salah, tarian itu merupakan
suatu barisan kan?"
"Betul," Toa Mo Li mengangguk. "Sungguh tajam mata Khong Khong Hoatsu. Tarian kami
adalah Mo Li Mi Hun Tin (Barisan Pembetot Sukma Wanita Iblis)."
"Oh?" Khong Khong Hoatsu tersentak, namun masih tertawa. "Sungguh luar biasa barisan
733 itu!" "Bukan cuma luar biasa, bahkan amat merangsang kan?" Toa Mo Li tertawa genit.
"Betul." Khong Khong Hoatsu mengangguk.
"Baiklah. Sudah waktunya kami kembali ke Kiu Thian Mo Kiong, sampai jumpa!" ucap Toa
Mo Li. "Khong Khong Hoatsu! Kami mohon diri!" ucap Toa Ti Sat sambil tertawa- "Betul kan,
tarian itu telah membuat kalian merasa puas?"
"Terimakasih!" Khong Khong Hoatsu tersenyUm.
Cit Ti Sat dan Kiu Mo Li meninggalkan tempat itu. Begitu mereka sudah tidak tampak,
Khong Khong Hoatsu langsung jatuh duduk di kursi sambil menarik nafas panjang.
"Kenapa kita tidak melawan?" tanya salah seorang adik seperguruannya.
"Melawan pakai apa?" Khong Khong Hoatsu balik bertanya. "Kaiau kita melawan, kita pula
yang celaka."
"Tapi a Sa S"
"Maksudmu partai kita akan malu?"
"Ya."
"Malu untuk bangkit, itu tidak masalah."
"Aku tidak mengerti."
"Partai Siau Lim yang begitu kuat pun masih bisa mereka taklukkan. Nah, pikirkanlah!
Apakah kita mampu melawan mereka" Dari pada harus ada yang terluka, bukankah lebih
baik kita menyatakan takluk" Lagi pula aku yakin, pihak Kiu Thian Mo Cun pun pasti telah
menaklukkan partai besar lainnya."
"Tapi kita masih belum bertanding dengan mereka."
"Untung belum bertanding," ujar Khong Khong Hoatsu. "Kalau bertanding, kita yang akan
dipermalukan. Apakah kalian bertiga mampu melawan Mo Li Mi Hun Tin itu?"
"Itu a Sa S"
"Aku sudah bilang, malu untuk bangkit," ujar Khong Khong Hoatsu. "Kalau kita masih
bernafas, tentunya masih punya kesempatan untuk melepaskan diri dari kekuasaan Kiu
Thian Mo Kiong. Kalian mengerti?"
734 "Mengerti," sahut ketiga adik seperguruannya. "Memang untung kita tidak melawan
mereka. Kalau kita melawan mereka a Sa S"
"Tentunya kita yang celaka." Khong Khong Hoatsu menarik nafas panjang, kemudian
bergumam, "Entah bagaimana nasib partai lain a Sa S"
Yang paling parah adalah partai Hwa San, sebab Buiee Hoa Sin Kiam, ketua Hwa San itu
amat keras hatinya, begitu pula murid-muridnya. Mereka sama sekali tidak mau
menyerah, bahkan siap bertarung sampai titik darah penghabisan.
"Ketua Hwa San!" Tu ci Yen menatapnya dingin. "Jadi engkau betul-betul tidak mau
takluk pada Kiu Thian Mo Kiong?"
"Pokoknya tidak!" sahut Buiee Hoa Sin Kiam.
"Engkau ingin melihat para muridmu mati?" tanya Tu Ci Yen dingin.
"Kami semua siap mati demi menjaga nama baik partai Hwa San!" sahut para murid Hwa
San Pay. "Baik!" Tu Ci Yen manggut-manggut. "Empat pelindung dan Lak Mo dengar perintah,
bunuh mereka semua!"
"Ya, Siau Mo Cun!" sahut empat pelindung dan enam iblis itu serentak, lalu mencabut
senjata masing-masing, dan sekaligus menyerang para murid Hwa San.
"Hiyaat!"
"AaakM"
"Aaakh a Sg S!"
Dalam sekejap sudah belasan murid Hwa San tergeletak jadi mayat. Buiee Hoa Sin Kiam
marah bukan main, dan langsung maju untuk membantu para muridnya. Tapi mendadak
Tu Ci Yen melompat ke hadapannya.
"Mau bertarung?" ujarnya sambil tersenyum.
"Ya!" Bwee Hoa Sin Kiam mengangguk, lalu segera menghunus pedangnya. "Mari kita
bertarung dengan senjata!"
"Ketua Hwa San!" Tu Ci Yen tertawa gelak. "Aku cukup dengan tangan kosong!"
735 "Baiklah!" Bwee Hoa Sin Kiam menatapnya dengan mata berapi-api, kemudian mendadak
menyerangnya dengan jurus Bwee Hoa Sen Knay (Bunga Bwee Memekar), yakni salah
satu jurus ampuh dari Bwee Hoa Kiam Sut (Ilmu Pedang Bunga Bwee).
"Ha ha ha!" Tu Ci Yen tertawa panjang, lalu segera berkelit dan balas menyerang Bwee
Hoa Sin Kiam dengan jurus Swat Hoa Phiau-Phiau (Bunga salju berterbangan), salah satu
jurus dari Han im Ciang (Pukulan hawa dingin), yakni ilmu andalan Kiu Thian Mo Cun
yang diajarkan pada Tu Ci Yen.
"Plaakh a Sa S!" jerit Bwee Hoa Sin Kiam terkena pukulan itu. Ia termundur-mundur
sambil mendekap dadanya, lalu memuntahkan darah segar dan sekujur badan menggigil
kedinginan. "Guru! Guru a Sa s" Beberapa murid mendekatinya- "Bagaimana keadaan Guru?"
"Ti a Sa S tidak apa-aPa," jawab Bwee Hoa Sin Kiam. Mulutnya memuntah darah segar
lagi, dan wajahnya pucat pias seperti kertas.
"Ha ha ha!" Tu Ci Yen tertawa gelak. "Bagaimana ketua Hwa San" Engkau takluk atau
tidak pada Kiu Thian Mo Kiong?"
"Ba a Sa S baik! Aku a Sa S aku takluk!" Bwee Hoa Sin Kiam mengangguk. Kalau tidak
demi murid-muridnya yang masih tersisa itu, mungkin Bwee Hoa Sin Kiam akan
membunuh diri seketika juga.
"Bagus!" Tu Ci Yen tertawa. "Mulai sekarang, partai Hwa San sudah berada di bawah
Perintah Kiu Thian Mo Kiong! Siapa berani membangkang, pasti dibunuh!"
Usai berkata begitu, Tu Ci Yen meninggalkan Hwa San, diikuti empat pelindung, enam
iblis dan belasan orang berkepandaian tinggi dari golongan hitam.
* *(0) (0) (0) (0)*
(Bersambung bagian 57)
Bagian ke 57. Mulai Berkelana
Ketika lima partai besar ditaklukkan Kiu Thlan mo Kiong, pada waktu bersamaan, Pek
Giok Houw telah berhasil menuntut ilmu Bu Kek sin Kang, Bu Kek Ciang Hoat. Bu Kek
Kiam Sut dan ilmu yang ada di dalam Kitab Ajaib.
Akan tetapi, setelah berhasil menuntut ilmu-ilmu tersebut, ia menjadi impoten, namun tidak
mempengaruhi siIatnya sebagai anak lelaki.
Hek Ai Lan amat prihatin mengetahui hal tersebut, tapi karena itu atas kemauan Pek Giok
Houw sendiri, maka wanita yang menjadi ibu angkatnya itu cuma bisa menarik nafas
secara diam-diam.
Se Ciang Cing dan istrinya sudah mengetahui akan keberhasilan Pek Giok Houw. Walau
mereka merasa girang, tapijuga merasa iba dan simpati padanya.
736 "Anak Houw" Se Ciang Cing menatapnya.
"Kini engkau telah berhasil, lalu apa rencanamu?"
"Paman, Giok Houw harus segera ke Tiong Goan untuk membalas dendam Kakak Liong,"
jawab Pek Giok Houw yang telah mengambil keputusan.
"Anak Houw, bukankah lebih baik engkau menunggu swat San Lojin" Sebab orang tua itu
pernah berjanji akan ke mari."
"Paman, Giok Houw sudah tidak sabar lagi- Giok Houw ingin cepat-cepat berangkat ke
Tiong cioan."
" Kalau begitu " se Ciang Cing menatapnya dalam-dalam.
" Engkau boleh berangkat, se Pit Han akan menunggu swat san LoJin, nanti mereka akan
menyusulmu."
"Terima kasih, Paman" ucap Pek Giok Houw dan menambahkan,
"setelah Giok Houw berhasil membalas dendam, Giok Houw pun akan akan
mengasingkan diri di suatu tempat terpencil."
"Nak " Hek Ai Lan menatapnya dengan mata bersimbah air.
"Ibu" Pek Giok Houw tersenyum. Jangan mencemaskan Giok Houw, pokoknya Giok Houw
harus berhasil membunuh Kiu Thian mo Cun"
"Nak, bolehkah ibu menyertaimu?" tanya Hek Ai Lan.
"Itu akan merepotkan Giok Houw, lebih baik ibu tetap di sini," jawab Giok Houw tegas.
"Tapi"
"HekBiJin" ujar Nyonya se Ciang Cing.
"Nanti engkau berangkat bersama se Pit Han saja"
"Baiklah" Hek Ai Lan mengangguk"Adik Houw" se Pit Han menghampirinya.
"Biar bagaimana pun engkau harus berhati-hati."
"ya. Kakak Han." Pek Giok Houw menatapnya.
" Kakak Han jangan terus menerus memikirkan Kakak Liong, badan Kakak Han sudah
semakin kurus."
"Aaakh " se Pit Han menarik nafas panjang.
"Adik Houw, mudah-mudahan engkau dapat membalas dendam Adik Liong"
"Pokoknya aku pasti mengadu nyawa dengan Kiu Thian mo Cun" ujar Pek Giok Houw.
"Aku bersumpah itu"
"Adik Houw " Mata se Pit Han mulai bersimbah air.
" Adik Liong pasti girang mendengarnya."
"Kakak Houw diri baik-baik Besok aku akan berangkat ke Tiong Goan." Pek Giok Houw
memberitahukan.
"Adik Houw pun harus berhati-hati, sebab Kiu Thian mo Cun berilmu amat tinggi."
"ya" Pek Giok Houw mengangguk737 "Setelah sampai di daratan tengah, aku akan memakai nama Pek Giok Liong "
Ketika hampir tiba di kota Wie An, mendadak Pek Giok Houw mendengar suara langkah
yang amat ringan terus mengikutinya, itu membuatnya mulai waspadaIa pura-pura tidak tahu, dan tetap berjalan dengan santai- Kemudian ia mempercepat
langkahnya, tetapi langkah ringan yang mengikutinya juga bertambah cepatPek Giok Houw tersenyum dingin, berselang beberapa saat kemudian, ia berhenti seraya
berkata- "Sobat Aku sudah tahu engkau terus mengikutiku- Kalau engkau lelaki, cepatlah
memperlihatkan diri"
Tiada seorang pun yang muncul, Pek Giok Houw mengernyitkan kening dan tampak
penasaran. "Hai banci Kenapa engkau tidak berani memperlihatkan diri?" teriaknya dengan keras.
Namun tetap tiada seorang pun yang muncul. Akhirnya ia mengayunkan kakinya dengan
santai. Pek Giok Houw betul-betul penasaran karena suara langkah ringan itu terdengar
lagi. "Aku tahu, engkau pasti pengecut, maka tidak berani memperlihatkan diri" seru Pek Giok
Houw. "Aku bukan pengecut" terdengar suara sahutan yang amat nyaring dan merdu, lalu
tampak sosok bayangan ramping berkelebat ke hadapan Pek Giok Houw.
Pek Giok Houw tertegun, karena yang muncul itu ternyata seorang gadis cantik yang
lincah berusia sekitar enam belas. Gadis itu terus menatap Pek Giok Houw dengan mulut
cemberut, lalu menegurnya dengan wajah tidak senang.
"Kenapa engkau mengatai aku pengecut?"
"Engkau memang pengecut," sahut Pek Giok Houw.
"Kenapa tadi engkau tidak berani muncul?"
"Bagaimana mungkin aku muncul?"
"Memangnya kenapa?"
"Engkau bilang kalau lelaki cepat memperlihatkan diri. Aku bukan lelaki, bagaimana
mungkin aku muncul?" ujar gadis itu sambil tertawa, dan tawanya sungguh menawan hati.
"Lagi pula aku pun bukan banci"
"Eh" Nona " Pek Giok Houw menatapnya terbelalak.
"Engkau gadis liar dari mana" Kenapa dari tadi terus menerus mengikutiku?"
"Kok tahu?" gadis itu tertawa geli"Tahu apa?" Pek Giok Houw yang terheran-heran.
"Tahu bahwa aku gadis liar," sahut gadis itu sambil tersenyum"Engkau gadis liar?" Pek Giok Houw menatapnya. Padahal tadi Pek Giok Houw
mencacinya, namun gadis itu justru mengaku benar pula, itu sungguh di luar dugaannya.
"Kok malah bertanya lagi?" gadis itu menatap heran pada Pek Giok Houw, sekaligus
memberitahukan,
738 "sejak kecil aku sudah yatim piatu, hidup terlunta-lunta, sehingga nyaris mati lantaran tiga
hari tidak makan, untung ditolong oleh seorang nenek tua, kemudian aku diterima jadi
muridnya."
"oooh" Pek Giok Houw memandangnya simpati.
"Dulu aku amat jelek, dekil dan ingusan," ujar gadis itu sambil tertawa.
"Tapi sungguh mengherankan, setelah aku berusia sepuluh tahun di bawah asuhan
guruku, diriku pun mulai berubah cantik. Nah, engkau sudah lihat sekarang, bukankah aku
cantik sekali?"
"Betul." Pek Giok Houw mengangguk- Ia amat senang pada keluguan gadis itu" Engkau memang cantik, tapi kenapa dulu engkau jelek?"
"Dulu aku jarang mandi, sebulan cuma mandi sekali-" gadis itu memberitahukan.
"Lagi pula aku sering kelaparan, setiap aku minta nasi semang kok pada orang kaya, tidak
pernah diberi, sebaliknya malah diusir seperti anjing, oleh karena itu, aku amat benci pada
para hartawan, setengah tahun yang lalu, aku mulai berkelana. Kalau aku kehabisan
uang, aku pasti mencuri di rumah para hartawan."
"Pantas pakaianmu begitu indah" Pek Giok Houw tertawa.
"Akujuga mencuri pakaian para putri hartawan." gadis itu tertawa geli"Nah, kini aku tidak pernah kelaparan lagi, selalu makan enak dan memakai baju bagus."
"Tapi " Pek Giok Houw menggelengkan kepala.
"Tidak baik mencuri-"
"Mencuri di rumah hartawan, itu tidak apa-apa," sahut gadis itu"Lagi pula hasil curianku sering kuberikan pada fakir miskin."
"Jadi engkau ingin menjadi maling budiman?" tanya Pek Giok Houw sambil tersenyum.
"Tidak juga." ciadis itu menarik nafas panjang,
"ohya, namaku Ling Ling, julukanku Thian san sianli (Bidadari Thian san)"
"Engkau memang pantas memperoleh julukan itu," ujar Pek Giok Houw sungguh-sungguh.
"Sebab wajahmu secantik bidadari."
"oh, ya?" Ling Ling tertawa gembira.
"Ei" Kenapa engkau belum memberitahukan namamu?"
"Namaku Pek Giok Liong." Pek Giok Houw menggunakan nama tersebut.
"Pek Giok Liong?" Ling Ling terbelalak"Engkau Pek Giok Liong?"
"Engkau kenal Pek Giok Liong?" Pek Giok Houw heran.
"Aku tidak pernah bertemu maupun kenai Pek Giok Liong, tapi pernah dengar tentang
dia," ujar Ling Ling.
"Dia ketua partai Hati suci, pemegang panji Hati suci Matahari Bulan, namun dia telah mati
di dasar jurang, karena terpukul kejurang oleh Kiu Thian Mo Cun."
"Engkau" Pek Giok Houw menatapnya tajam.


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

739 "Kalau begitu, engkau tahu tentang Kiu Thian mo Cun?"
"Tahu." Ling Ling mengangguk"Belum lama ini lima partai besar telah ditaklukkan pihak Kiu Thian mo Kiong."
"oh?" Pek Giok Houw terkejut.
"Kiu Thian mo Kiong?"
"Kiu Thian mo Kiong adalah istana Mo Cun." Ling Ling menjelaskan.
"Juga ada yang Wie Kiong dan siau Mo Kiong."
"yang Wie Kiong dan siau Mo Kiong" Kedua istana itu punya hubungan dengan Kiu Thian
Mo Kiong?"
"Tidak salah-"
"siapa pemimpin yang Wie Kiong dan siau Mo Kiong?"
"Cit Ciat sin Kun pemimpin yang Wie Kiong, sedangkan Siau Mo Kiong dipimpin siau Mo
Cun." "Siau Mo Cun" siapa dia?"
"Aku tidak tahu namanya, dia murid tunggal Kiu Thian mo Cun."
"oh?" sepasang mata Pek Giok Houw menyorotkan sinar tajam.
"Engkau tahu di mana yang Wie Kiong dan siau Mo Kiang?"
"Tahu." Ling Ling mengangguk"yang Wie Kiong dulunya adalah ekspedisi yang Wie, sedangkan siau Mo Kiong adalah
rumah keluarga siauw, tapi keluarga siauw telah musnah dibantai oleh siau mo Cun."
"Dari sini mana yang lebih dekat, yang Wie Kiong ataukah siau Mo Kiong?" tanya Pek
Jodoh Rajawali 6 Renjana Pendekar Karya Khulung Pedang Ular Mas 10

Cari Blog Ini