Ceritasilat Novel Online

Panji Sakti 8

Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung Bagian 8


kembali tenang, seperti semula.
Tampak Sepasang Bintang dan Empat Arhat berjalan memasuki goa. Mereka memberi
hormat pada Pek Giok Liong.
"Sudahkah membuat mereka tak berdaya?" tanya Pek Giok Liong sambil tersenyum.
"Ya," jawab Thian Koh Sing. "Mereka semua sudah tak berdaya sama sekali. Harus
bagaimana menghukum mereka, mohon Ketua memberi perintah!"
"Bawa mereka semua ke dalam!" ujar Pek Giok Liong.
"Ya." Keenam orang itu menjura, lalu keluar.
Tak lama mereka berenam sudah kembali, masing-masing menjinjing seorang yang
memakai kain hitam penutup muka, seakan menjinjing suatu barang yang amat ringan.
Sementara itu, Duta Bunga Emas telah tertotok jalan darahnya oleh Cian Tok Suseng
Ouw Beng Hui. Ia duduk di bawah tak bergerak sama sekali.
Sedangkan Sepasang Bintang dan Empat Arhat melempar orang-orang itu dekat dinding
goa, lalu berdiri tegak di samping Pek Giok Liong.
"Aku perkenalkan, ini Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui." Pek Giok Liong memperkenalkan
mereka. "Sepasang Bintang dan Empat Arhat."
Seketika juga Sepasang Bintang, Empat Arhat dan Pelajar Seribu Racun saling memberi
hormat. Setelah mereka saling memberi hormat, Pek Giok Liong pun berkata pada Thian
Koh Sing Ma Hun.
"Sebentar lagi akan terjadi pertarungan, kalian berenam bersembunyi di luar! Setelah ada
perintah dariku barulah kalian boleh muncul."
528 "Menerima perintah!" jawab Thian Koh Sing Ma Hun sambil menjura, kemudian
melangkah keluar, Thian Kang Sing Wie Kauw dan Empat Arhat mengikutinya dari
belakang. Pek Giok Liong memandang Duta Bunga Emas, lalu mengarahkan pandangannya pada
Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui.
"Ouw Beng Hui, tanyalah marga dan namanya!"
"Ya." Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui mengangguk, lalu menatap Duta Bunga Emas
dengan dingin. "Sebutkan marga dan namamu!"
Duta Bunga Emas diam, tak menjawab.
Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui mengerutkan kening, kemudian menyambar kain hitam
penutup muka Duta Bunga Emas. Ketika menyaksikan wajah Duta Bunga Emas, kening
pakar racun itu berkerut lagi.
"Wajahmu masih asing bagiku, lebih baik engkau mengaku siapa dirimu!" ujar Cian Tok
Suseng sambil tersenyum.
Duta Bunga Emas menundukkan kepala, diam.
"Hm!" dengus Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui dingin. "Kesabaranku sangat terbatas,
maka kalau engkau masih tidak mau buka mulut, aku terpaksa bertindak!"
Duta Bunga Emas memang keras kepala. Ia tetap diam dengan kepala tertunduk.
"Engkau harus tahu rasa sekarang!" bentak Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui sekaligus
menggerakkan tangannya.
Akan tetapi, sudah terlambat. Sebab pada waktu bersamaan, wajah Duta Bunga Emas
telah berubah hitam dan nafasnya pun putus seketika.
* * * 529 Bagian ke 45: Algojo Langit
Kematian Duta Bunga Emas memang sungguh di luar dugaan. Ternyata ia membunuh diri
dengan cara menelan racun.
Ouw Beng Hui seorang pakar racun, namun tidak mengetahui hal itu sebelumnya. Setelah
wajah Duta Bunga Emas berubah hitam, barulah ia tahu, namun sudah terlambat.
Ia membalikkan badannya, perlahan-lahan menghampiri Pek Giok Liong dengan kepala
tertunduk. "Mohon ampun Ketua!" ucapnya. "Hamba sama sekali tidak menduga akan hal itu."
"Aku pun tidak menduga!" Pek Giok Liong menggeleng-gelengkan kepala. "Sehingga
dia?""
Mendadak sepasang mata Pek Giok Liong menyorot tajam, setelah itu ujarnya dengan
suara rendah. "Ada orang datang!"
Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui segera pasang kuping, namun ia sama sekali tidak
mendengar suara apa pun, maka wajahnya tampak tercengang.
"Masih dalam jarak lima puluh meteran. Sebentar lagi engkau pasti mendengar suara itu."
Pek Giok Liong memberitahukan sambil tersenyum.
Betapa terkejutnya Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui . Ia tahu bahwa Pek Giok Liong
memiliki kepandaian tinggi, tapi tidak terpikir ketika Pek Giok Liong sedang berbicara
padanya, bahwa daya pendengarannya masih mencapai jarak yang begitu jauh.
Itu membuktikan bahwa Pek Giok Liong telah memiliki tenaga dalam yang sulit diukur.
Tak lama ia telah mendengar suara langkah yang amat ringan. Pek Giok Liong segera
memberi isyarat padanya, lalu menggeserkan badannya ke samping pintu goa.
Sedangkan Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui berdiri di tengah pintu goa.
530 Sesaat kemudian, tampak tiga orang berbaju ungu dan memakai kain penutup muka
warna ungu pula. Lima belas orang memakai kain hitam penutup muka mengikuti mereka
dari belakang. Setelah berada di depan pintu goa, salah seorang berbaju ungu menatap Cian Tok
Suseng Ouw Beng Hui seraya bertanya.
"Bagaimana, Saudara Ouw" Sudah bereskan urusan itu?"
"Baru setengah beres." jawab Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui.
"Apa?" Orang berbaju ungu itu tertegun. "Jelaskan!"
"Engkau tidak mengerti?"
"Saudara Ouw, sudahlah! Jangan jual mahal, bicaralah yang benar!"
"Orangnya sudah ditangkap, tapi barangnya belum dapat."
"Kenapa?"
"Barang itu tidak berada padanya."
"Sungguh?"
Pertanyaan ini membuat Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui langsung melotot dengan
kening berkerut.
"Apakah engkau tidak mempercayaiku?"
Orang berbaju ungu itu tampak tersentak. Ia memang kurang percaya, tapi terhadap Cian
Tok Suseng Ouw Beng Hui tidak berani berlaku kasar. Oleh karena itu, ia pun segera
tertawa. "Ha ha! Saudara Ouw, aku mana berani tidak percaya padamu?"
"Hm!" dengus Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui dingin.
531 "Tapi di mana bocah itu" Kok tidak kelihatan?"
"Dia berada di dalam, di samping pintu goa ini."
"Apakah dia sudah terkena racun?"
"Kalau belum, bagaimana mungkin aku mengatakan telah menangkapnya?"
Sepasang mata orang berbaju ungu itu berbinar, kemudian tertawa seraya berkata
dengan suara dalam.
"Bocah itu memang lihay, namun bagaimana mungkin dia bisa terhindar dari racunmu?"
"Ha ha ha!" Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui tertawa gelak. "Sejak kapan engkau belajar
menepuk pantatku?"
"Saudara Ouw pandai bergurau!" ujar orang berbaju ungu, lalu bertanya mendadak. "Kok
tidak tampak Duta Bunga Emas" Dia kemana?"
Wajah Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui langsung berubah dingin. Ia menatap orang
berbaju ungu seraya menjawab.
"Dia berada di dalam, sedang menjaga bocah itu."
"Oh?" Orang berbaju ungu juga menatap Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui. "Apakah
semua anak buahnya juga berada di dalam?"
"Ya." Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui mengangguk. "Pek Giok Liong juga membawa
enam orang yang berkepandaian tinggi, maka bagaimana mungkin Duta Bunga Emas
seorang diri mampu mengawasi mereka bertujuh?"
"Apakah keenam orang itu juga sudah terkena racun?"
"Tidak salah."
"Mereka semua sudah terkena racun, kenapa masih harus?""
532 "Kalau aku tidak berhati-hati, siapa yang akan bertanggung jawab?" tanya Cian Tok
Suseng Ouw Beng Hui dingin.
"Betul." Orang berbaju ungu tertawa. "Ohya! Di mana bocah itu menyimpan barang yang
kita inginkan" Saudara Ouw sudah bertanya padanya belum?"
"Sudah, tapi dia tidak mau bilang."
"Maka Duta Bunga Emas menyalakan kembang api isyarat, agar Taytie ke mari?" tanya
orang berbaju ungu.
"Betul." Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui menatapnya, kemudian membentak pula
"Siapakah kau?"
"Kepala pemimpin sepuluh aula." Orang berbaju ungu memberitahukan. "Aku Thian Sat
Tan Cu (Algojo langit)."
"Siapa kedua orang itu?"
"Mereka Ti Ling (Sukma bumi) dan Ngo Hok Tan Cu (Lima peruntungan)." Thian Sat
memberitahukan.
"Kenapa Taytie tidak ke mari?" tanya Cian Tok Suseng mendadak.
"Kami sudah ke mari, itu sama juga kan?" sahut Thian Sat.
"Tidak sama." Cian Tok Suseng menggelengkan kepala.
"Kenapa tidak sama?" Thian Sat, menatapnya.
Cian Tok Suseng tidak menyahut, sebaliknya malah bertanya sambil mengernyitkan
kening. "Taytie berada di mana sekarang?"
"Tidak tahu."
533 "Kalau begitu, kedatangan kalian bukan atas perintah Taytie!"
"Justru beliau yang memberi perintah langsung pada kami."
"Tapi kenapa engkau bilang tidak tahu Taytie berada di mana?"
"Karena beliau sama sekali tidak ke luar."
"Maksudmu beliau masih berada di dalam istana?"
"Ketika Taytie memberi perintah pada kami, beliau masih berada di dalam istana.
Sekarang masih ada atau tidak, aku tidak mengetahuinya."
Cian Tok Suseng pura-pura berpikir keras dengan kening berkerut-kerut, lalu bergumam
sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Inilah yang jadi repot?""
"Kenapa jadi repot?" tanya Thian Sat dingin.
"Pek Giok Liong ingin bicara langsung dengan Taytie. Kalau tidak, dia tidak akan
memberitahukan di mana tempat penyimpanan barang itu."
"Oh" Aku justru tidak percaya."
"Apa"!" Cian Tok Suseng melotot. "Engkau tidak percaya, apakah tidak percaya
omonganku?"
"Jangan salah paham!" Thiat Sat tertawa. "Aku tidak percaya kalau Taytie tidak datang,
kita tidak bisa memaksanya untuk memberitahukan tempat itu."
"Dia tidak mau beritahukan, engkau bias apa?"
Thiat Sat tertawa ringan, ia menatap Cui Tiap Beng Hui, lalu ujarnya serius.
534 "Harap Saudara Ouw menyuruh Duta Bunga Emas membawanya ke luar untuk kulihat
sebentar!"
"Mau kau apakan dia?"
"Aku ingin bertanya langsung padanya."
"Bagaimana kalau dia tidak mau bilang?"
Thiat Sat tertawa licik.
"Aku akan memperlihatkan caraku menghadapinya." sahutnya dingin.
"Apakah engkau ingin menyiksanya?"
"Ingin tahu tubuhnya keras seperti apa."
"Tentunya tidak sekeras baja, namun?"" Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui tertawa
dingin. "Kau kira caramu itu akan berhasil" Jangan sok pintar!"
"Oh" Apakah Saudara Ouw sudah?""
"Justru belum."
"Kalau begitu, kenapa engkau katakan cara itu tidak akan berhasil?"
"Karena tiada gunanya dengan cara itu."
"Kenapa?"
"Duta Bunga Emas telah memikirkan cara itu, tapi tidak berani menggunakannya, lantaran
Pek Giok Liong mengatakan sesuatu padanya."
"Pek Giok Liong mengatakan apa padanya?" tanya Thiat Sat heran.
535 "Pek Giok Liong mengatakan, walau tubuhnya sudah terkena racun dan tidak bisa
mengerahkan tenaga dalamnya, dia masih bisa membuat Duta Bunga Emas itu mati."
"Maka Duta Bunga Emas tidak berani menyiksanya?"
"Apakah engkau berani?"
"Perkataan itu cuma dapat menakuti Duta Bunga Emas, tapi tidak bisa menakuti aku."
"Oh?" Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui tertawa dingin. "Kalau begitu, nyalimu lebih besar
dibandingkan dengan Duta Bunga Emas!"
"Aku tidak berani mengatakan begitu, namun aku tidak akan takut oleh perkataannya itu."
"Oh, ya?" Ouw Beng Hui, si Pelajar Seribu Racun tertawa dingin. "Kau kira Duta Bunga
Emas tak bernyali dan gampang ditakuti begitu saja?"
"Saudara Ouw, sebetulnya Pek Giok Liong mengatakan apa?"
"Dia mengatakan bahwa ada satu cara yang membuat Duta Bunga Emas mati."
"Cara apa itu?"
"Aku bertanya padamu, apa tujuan Taytie perintahkanmu ke mari?"
"Menjemput Saudara Ouw dan Duta Bunga Emas."
"Tidak ada lain lagi?"
"Membawa pulang Panji Hati Suci Matahari Bulan."
"Ngmm!" Cian Tok Suseng manggut-manggut. "Walau sekarang Pek Giok Liong sudah
berada di tangan kita, panji itu justru tidak berada padanya. Kita tidak tahu disimpan di
mana panji itu. Lalu kita harus bagaimana?"
"Tentunya harus bertanya padanya di mana tempat penyimpanan panji itu."
536 "Dengan cara apa pun kita bertanya padanya?"
"Kalau dia tidak mau bilang, itu apa boleh buat."
"Bagaimana seandainya dia sama sekali tidak mau bilang dan akhirnya malah membunuh
diri?" Thiat Sat tertegun. Itu yang tidak dipikirkannya.
"Itu?"" Ia tergagap.
"Bagaimana?" Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui menatapnya tajam.
"Kalau benar dia bunuh diri, sehingga kita tidak tahu di mana tempat itu, Taytie pasti
marah besar dan?"" Berkata sampai di sini, Thiat Sat pun menyadari satu hal. "Caranya
itu adalah bunuh diri?"
"Betul." Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui tersenyum dingin. "Nah, beranikah engkau
menyiksanya?"
"Itu?""
"Karena kewalahan, maka Duta Bunga Emas menyalakan kembang api isyarat, itu agar
Taytie ke mari."
"Kalau begitu, apakah Saudara Ouw punya?""
"Aku sama sekali tidak punya akal," sahut Ouw Beng Hui, si Pelajar Seribu Racun sambil
menggeleng kepala. "Tapi?""
"Bagaimana?" tanya Thiat Sat cepat.
"Kini cuma ada satu akal," jawab Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui.
"Akal apa?"
"Tanya pada Pek Giok Liong apa maunya."
537 "Apa" Kita bertanya demikian padanya?"
"Betul, itu yang paling tepat."
"Tapi?"" ucapan Thiat Sat terputus.
Itu karena mendadak terdengar suara tawa yang amat nyaring di samping pintu goa.
"Akal Cian Tok Suseng memang tepat! Itu akal satu-satunya untuk menghadapi aku!"
Pek Giok Liong bangkit berdiri, lalu menghampiri mereka selangkah demi selangkah.
Thiat Sat, Ti Ling dan Ngo Hok tergetar hebat hatinya. Sedangkan Cian Tok Suseng
segera mundur ke samping.
Pek Giok Liong menatap Thiat Sat dengan tajam.
"Engkau ingin tahu apa mauku?" tanyanya hambar.
"Katakan!" sahut Thiat Sat.
"Engkau harus segera menyuruh seseorang untuk pergi melapor pada Cit Ciat Sian Kun,
agar dia cepat-cepat datang ke mari menemuiku!"
"He he!" Thiat Sat tertawa terkekeh. "Kau kira Taytie akan menuruti kemauanmu?"
"Maksudku memang begitu," Pek Giok Liong tertawa dingin. "Mau datang atau tidak, itu
urusannya."
"Memang urusannya. Engkau bisa apa?" sahut Thiat Sat.
"Dia tidak ke mari juga tidak apa-apa. Aku masih bisa pergi mencarinya," ujar Pek Giok
Liong. "Oh" Engkau yakin dapat mencarinya?"
538 "Kalau tidak yakin, bagaimana mungkin aku berkata begitu?"


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tahukah engkau di mana istana Taytie.
"Tentu tahu." Pek Giok Liong tersenyum.
"Di mana?" Thiat Sat tidak percaya, kalau Pek Giok Liong tahu letak istana Taytie.
"Di gunung Kah Lan."
Thiat Sat tersentak sehingga sepasang matanya menyorotkan sinar aneh.
"Ini?" kok engkau?""
"Bagaimana aku bisa tahu kan?"
"Siapa yang beritahukan?"
"Ha ha!" Pek Giok Liong tertawa. "Karena engkau bertanya demikian, berarti dugaanku
tidak meleset!"
"Hah?" Thiat Sat tertegun. Ia tidak menyangka pertanyaannya justru telah mengaku,
bahwa istana Taytie berada di Gunung Kah Lan.
"Aku harap engkau mau menjawab beberapa pertanyaanku!" ujar Pek Giok Liong dengan
wajah dingin. "Bagaimana kalau aku tidak mau menjawab?"
"Itu gampang sekali." Pek Giok Liong tersenyum hambar. "Engkau akan menemani Duta
Bunga Emas."
Begitu Pek Giok Liong menyinggung itu, seketika juga Thiat Sat, merasa ada sesuatu
yang tak beres.
"Bagaimana dan di mana Duta Bunga Emas?"
539 "Dia telah berkorban demi Cit Ciat Sian Kun."
"Apa" Engkau telah membunuhnya?"
"Aku tidak membunuhnya, itu akan mengotori tanganku," sahut Pek Giok Liong dan
menambahkan. "Dia sangat nekat, membunuh diri dengan cara menelan pil racun yang
ada di dalam mulutnya."
"Yang lainnya?"
"Sedang istirahat di dalam, mereka masih hidup."
"Engkau telah menotok jalan darah mereka?"
"Kalau tidak, bagaimana mungkin aku bilang mereka sedang istirahat?"
"Oooh! Thiat Sat manggut-manggut. "Kalau begitu, tentunya engkau tidak terkena racun
kan?" "Apakah aku tampak seperti orang terkena racun?"
"Jadi?"" Thiat Sat segera mengarah pada Ouw Beng Hui, si Pelajar Seribu Racun.
"Saudara Ouw, apa gerangannya ini" Engkau?""
"Apa gerangannya, lebih baik engkau bertanya padaku!" sahut Pek Giok Liong sambil
tertawa hambar.
"Balk, katakan!" Thiat Sat menatap Pek Giok Liong.
"Ketika aku memasuki goa ini, Ouw Beng Hui langsung meracuni diriku. Melihat
julukannya Cian Tok (Seribu Racun), tentunya dia pakar racun. Cuma sayang sekali, dia
bertemu denganku yang lebih pakar mengenai racun. Maka racunnya tidak bisa berfungsi
apa-apa dalam tubuhku." Pek Giok Liong memberitahukan sambil tersenyum-senyum.
"Oooh! Thiat Sat manggut-manggut.
"Nah, kini engkau telah memahaminya, maka sudikah engkau menjawab beberapa
pertanyaanku?"
540 "Tidak!" Thiat Sat menggelengkan kepala. "Pokoknya aku tidak sudi!"
"Kalau begitu, engkau lebih rela mendampingi Duta Bunga Emas?"
"Juga tidak!"
"Lalu engkau menghendaki aku melepaskanmu?"
"Tidak salah!" Thiat Sat tertawa. "Bukan hanya melepaskan aku, sebaliknya aku pun ingin
menangkapmu hidup-hidup!"
"Engkau yakin bisa tangkap aku?"
"Kupikir tiada masalah!"
"Ha ha!" Pek Giok Liong tertawa. "Engkau sudah menghitung, bisa melawanku berapa
jurus?" "Aku sudah dengar, kepandaianmu amat tinggi. Mungkin aku tidak bisa melawanmu
sampai tiga puluh jurus. Tapi engkau harus tahu keadaanmu di depan mata."
"Maksudmu orangmu banyak, sedangkan aku cuma seorang diri, maka kalian bisa
mengeroyokku dan meraih kemenangan?"
"Tidak salah!" Thiat Sat tertawa gelak. "Ini kesempatanku, aku tidak akan menyianyiakannya."
Pek Giok Liong tertawa dingin. Ia menatap Thiat Sat tajam seraya berkata dengan
hambar. "Ini memang merupakan kesempatanmu, tapi?"" Mendadak Pek Giok Liong berseru.
"Sepasang Bintang, Empat Arhat, cepat kalian muncul!"
Tiba-tiba di belakang Thiat Sat muncul enam orang tua memakai jubah abu-abu. Mereka
menatap Thiat Sat lainnya dengan dingin sekali.
541 Thiat Sat tergetar hebat ketika melihat kemunculan mereka. Mereka berenam
bersembunyi di tempat yang begitu dekat, namun ia sama sekali tidak mendengar suara
apa pun. Itu membuktikan mereka berenam memiliki kepandaian tingkat tinggi.
"Engkau sudah lihat jelas" Apakah aku cuma seorang diri?" tanya Pek Giok Liong sambil
tertawa. "Aku sudah lihat jelas!" sahut Thiat Sat dan berusaha tenang. "Walau kalian berjumlah
tujuh orang, tapi kami berjumlah delapan belas orang. Tentunya engkau juga sudah
melihat jelas."
"Biar bagaimanapun, aku masih bisa menangkapmu!" ujar Pek Giok Liong.
"Maksudmu?"
"Aku seorang mampu melawan kalian bertiga, sedangkan para anak buahmu berjumlah
lima belas orang, sama sekali tidak mampu melawan orangku yang berenam itu!"
Tentunya Thiat Sat tidak percaya akan ucapan Pek Giok Liong. Bagaimana mungkin Pek
Giok Liong mampu melawan mereka bertiga" Itu cuma omong kosong! Pikir Thiat Sat.
"Engkau tidak percaya kan?" Pek Giok Liong tertawa. "Satu orangku mampu melawan tiga
orangmu! Kalau engkau tidak percaya, boleh coba!"
"Benar!" Thiat Sat tertawa terkekeh. "He he he! Memang harus dicoba!"
"Silakan!" ucap Pek Giok Liong.
"Baik aku akan segera perintahkan tiga anak buahku untuk melawan orangmu!" Thiat Sat
langsung memberi perintah. "Nomor tiga, lima dan sembilan! Kalian bertiga bertarung
dengan salah seorang itu!"
"Ya," sahut nomor tiga, lima dan sembilan serentak. Mereka bertiga menghampiri Thian
Kang Sing Wie Kauw.
"Ha ha ha!" Thian Kang Sing Wie Kauw tertawa gelak. "Sepasang tanganku memang
sudah gatal, cepatlah kalian bertiga maju bareng!"
542 Ketiga orang berbaju hitam tertawa dingin, kemudian mendadak menyerang Thian Kang
Sing Wie Kauw dari tiga arah.
"Ha ha!" Thian Kang Sing Wie Kauw masih tertawa. "Kalian bertiga ingin melawanku"
Kepandaian kalian bertiga masih rendah!"
Thian Kang Sing Wie Kauw juga tidak diam. Ia segera mendorongkan sepasang
tangannya ke kiri dan ke kanan. Itu adalah jurus Sin Tiau Khay Yap (Rajawali sakti
mengembangkan sayap). Jurus ini penuh mengandung tenaga dalam, sehingga membuat
dua penyerangnya terpental. Setelah itu, ia pun menendang ke belakang dengan jurus Ma
Auh Pao (Tendangan kuda), penyerang yang di belakangnya tertendang perutnya.
"Ha ha ha!" Thian Kang Sing Wie Kauw tertawa terbahak-bahak. "Bagaimana" Kalian
bertiga sudah kapok?"
Ketiga orang berbaju hitam itu sangat penasaran. Mereka saling memandang dan
mendadak menyerang serentak ke arah Thian Kang Sing Wie Kauw.
Justru muncul kejadian aneh, karena sekonyong-konyong tangan kiri Thian Kang Sing Wie
Kauw menjulur lebih panjang setengah meter dan langsung mencengkeram bahu salah
seorang berbaju hitam.
Orang berbaju hitam itu terkejut, dan cepat-cepat menyerang Thian Kang Sing Wie Kauw
dengan tenaga dalamnya.
Pada waktu bersamaan, kedua orang berbaju hitam pun menyerangnya dengan tenaga
dalam pula. Diserang dengan tenaga dalam yang cukup dahsyat itu, Thian Kang Sing Wie Kauw sama
sekali tidak gugup, sebaliknya malah tertawa panjang sambil mengerahkan tenaga
dalamnya untuk menangkis serangan tenaga dalam dari tiga jurusan itu.
Buuuum! Tenaga dalam Thian Kang Sing Wie Kauw beradu dengan tenaga dalam ketiga
orang itu. Thian Kang Sing Wie Kauw tetap berdiri tak bergeming, sedangkan ketiga orang berbaju
hitam telah terpental bagaikan layang-layang putus tali.
Buuk! Ketiga orang berbaju hitam jatuh duduk.
543 Setelah menyaksikan pertarungan itu, Thiat Sat, Ti Ling dan Ngo Hok, tiga pemimpin aula,
itu terperanjat bukan main. Kini mereka sudah percaya akan ucapanan Pek Giok Liong
tadi. Ketiga orang berbaju hitam tidak terluka, maka mereka bertiga masih bisa bangkit berdiri
sambil saling memandang. Mereka lalu menghampiri Thian Kang Sing Wie Kauw, dan
diam-diam mengerahkan tenaga dalamnya masing-masing sampai sepuluh bagian,
sehingga meninggalkan bekas kaki di tanah ketika melangkah.
Mereka bertiga semakin penasaran, dan ingin membunuh Thian Kang Sing Wie Kauw
dengan sekali pukul.
Pek Giok Liong mengerutkan kening ketika menyaksikan hal itu.
"Kalian bertiga berhenti!" bentaknya mengguntur.
Ketiga orang berbaju hitam menghentikan langkahnya, sedangkan Pek Giok Liong
memandang Thiat Sat seraya berkata.
"Apakah engkau menghendaki mereka bertiga mati?"
Thiat Sat tersentak. Ia lalu berseru dengan suara dalam.
"Kalian bertiga cepat kembali ke tempat masing-masing!"
Ketiga orang berbaju hitam memberi hormat, lalu diam-diam melirik ke arah Pek Giok
Liong dengan penuh rasa terimakasih, sekaligus kembali ke tempat masing-masing.
"Kini engkau sudah percaya?" tanya Pek Giok Liong pada Thiat Sat.
"Percaya bagaimana, tidak percaya bagaimana?" Thiat Sat balik bertanya dengan suara
dingin. "Kalau engkau sudah percaya, haruslah menjawab beberapa pertanyaanku!"
"Engkau ingin bertanya apa?"
"Jadi engkau bersedia menjawab dengan jujur?"
544 "Itu tergantung pada pertanyaanmu!"
"Baiklah! Dengarkan baik-baik!" Pek Giok Liong menatapnya. "Aku dengar kalian sepuluh
Tan Cu (Pemimpin aula), delapan itu adalah Pat Tay Hiong Jin! Apakah itu benar?"
Semula Thiat Sat mengira Pek Giok Liong ingin mengajukan pertanyaan penting, tidak
tahunya cuma merupakan pertanyaan yang tak berarti.
"Tidak salah!" jawab Thiat Sat.
"Apakah engkau termasuk salah seorang Pat Hiong Tay?" tanya Pek Giok Liong dengan
mata menyorot tajam.
"Betul!"
"Engkau Pat Hiong ke berapa?"
"Yang pertama!"
"Oooh!" Pek Giok Liong manggut-manggut. "Engkau adalah Jin Pin Mo Kun Ting Yuan?"
"Betul!" Ting Yuan atau si Algojo Langit mengangguk.
Pek Giok Liong memandang Pat Tay Hiong Jin seraya bertanya, "Apakah mereka
berdua?" "Ling Ming Cun Cia Ong Tia Kong dan Ngo Tok Ceng Kun Hung Moh Chiang!" Ting Yuan
memberitahukan.
"Kalau begitu, Siang Hiong Sam Kuai berlima adalah pemimpin aula keempat, kelima,
keenam, ketujuh dan kedelapan!"
"Tidak salah!"
"Siapa pemimpin aula kesembilan dan kesepuluh?"
545 "Pemimpin aula kesembilan adalah Kwan Gwa Khui Eng Mu Tay Cuah!" Ting Yuan
memberitahukan. "Pemimpin aula kesepuluh adalah Cian San Hek Siu Ku Yung Chun!"
"Siang Hiong Sam Kuai berada di mana sekarang?"
"Aku tidak tahu!"
"Apakah mereka tidak berada di dalam istana?"
"Tidak!"
"Engkau tidak tahu jejak mereka?"
"Kalau tahu, apa salahnya aku memberitahukanmu?"
Pek Giok Liong tercenung, kelihatannya ia sedang berpikir.
"Aku bertanya sekali lagi, siapa Kim Tie itu?" tanyanya kemudian.
"Entahlah!" Jin Pin Mo Kun menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu."
"Sungguhkah engkau tidak tahu?"
"Selain Taytie dan Gin Tie kami semua sama sekali tidak tahu siapa Kim Tie itu!"
"Ting Yuan! Tahukah engkau asal usulku?"
Pek Giok Liong menatapnya tajam.
"Aku dengar, engkau anak Pek Mang Ciu, majikan Ciok Lau San Cung!"
"Betul!" Pek Giok Liong mengangguk. "Karena itu, engkau harus menjawab satu
pertanyaanku lagi!"
"Tanyalah!"
546 "Engkau tahu siapa yang menyerang Ciok Lau San Cung di malam itu?"
Jin Pin Mo Ting Yuan menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu."
"Ting Yuan!" Pek Giok Liong menatapnya dingin. "Sungguhkah engkau tidak tahu?"
"Aku sungguh tidak tahu!"
"Hm!" dengus Pek Giok Liong dingin. "Ada orang menyampaikan kabar padaku,
memberitahukan engkau ingin tahu kabar itu?"
"Kabar apa?"
"Orang itu bilang, para penyerang di malam itu adalah kalian Pat Hiong."
Jin Pin Mo Kun Ting Yuan tampak tersentak. "Siapa yang bilang itu?"
"Bun Fang!"
"Oh?" Jin Pin Mo Kun Ting Yuan tertegun. "Orang tertua dari Thai Hang Ngo Sat."
"Tidak salah!" Pek Giok Liong tertawa dingin. "Ting Yuan! kini engkau harus bagaimana?"
"Aku harus bagaimana?"
"Jadi engkau mengaku?"
"Tidak, aku tidak mengaku!"
"Kenapa engkau tidak berani mengaku?"
"Bukan tidak berani, melainkan bukan aku!"
"Lalu bagaimana dengan mereka berdua?" tanya Pek Giok Liong sambil memandang Ling
Ming Cun Cia Ong Tia Kong dan Ngo Tok Ceng Kun Hung Moh Chiang.
547 "Pek Giok Liong!" bentak kedua orang itu serentak. "Engkau jangan sembarangan
memfitnah!"
"Kalau begitu, berarti Bun Fang yang memfitnah kalian!"
"Benar!" Ngo Tok Ceng Kun Hung Moh Chiang mengangguk.
"Pek Giok Liong!" Ting Yuan "Aku punya bukti!"
"Bukti apa?"
"Malam itu ketika Ciok Liau San Cung diserang, kami bertiga berada di vihara Siau Lim."
"Oh?" Pek Giok Liong menatapnya. "Maksudmu padri Siau Lim dapat membuktikan itu?"
"Ya!" Ting Yuan mengangguk. "Kalau engkau tidak percaya, silakan ke Siau Lim untuk
bertanya tentang itu!"
"Bertanya pada siapa" Ketua Siau Lim atau pengawas di sana?"
"Ketua maupun pengawas pun boleh!"
"Apakah masih ada padri lain yang mengetahui masalah itu?"
"Ada!" Jin Pin Mo Kun Ting Yuan mengangguk.
"Siapa?"
"Pemimpin Lo Han Tong (Ruang Lo Han) dan tetua yang di loteng penyimpanan kitab
suci!" Mendengar itu, hati Pek Giok Liong tergerak.
"Kenapa malam itu kalian berada di vihara Siau Lim?"
548 "Pek Giok Liong!" Jin Pin Mo Kun Ting Yuan tertawa dingin. "Engkau lelaki sejati atau
bukan?" "Memangnya kenapa?" tanya Pek Giok Liong heran.
"Kalau engkau lelaki sejati, perbuatanmu pasti bisa dipegang kan?"
"Tentu!" Pek Giok Liong tertegun. "Kenapa engkau berkata begitu?"
"Bukankah engkau mengajukan satu pertanyaan lagi" Kok masih terus bertanya tidak
karuan?" "Oooh!" Pek Giok Liong manggut-manggut. "Maaf, aku lupa! Nah, kutarik kembali
pertanyaan barusan!"
"Hm!" dengus Jin Pin Mo Kun Ting Yuan dingin.
"Ting Yuan!" Pek Giok Liong menatapnya. "Aku tidak ingin membunuh, lebih baik engkau
bawa orang-orangmu pergi sekarang!"
"Pek Giok Liong!" Jin Pin Mo Kun Ting Yuan tertawa. "Engkau pikir aku akan pergi begitu
saja?" Pek Giok Liong mengerutkan kening, ia menatapnya dengan mata menyorot dingin.
"Ting Yuan, aku peringatkan engkau! Jangan tidak tahu diri!"
"He he!" Jin Pin Mo Kun Ting Yuan tertawa terkekeh. "Engkau sangat pintar, maka harus
tahu aku tidak akan menuruti perintahmu!"
"Kalau begitu, engkau mau apa?"


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pertama, aku ingin tahu panji itu berada padamu atau tidak, kedua, aku ingin?"" Jin Pin
Mo Kun Ting Yuan melirik Ouw Beng Hui, si Pelajar Seribu Racun. "Aku ingin dia pergi
bersama kami!"
549 "Jit Goat Seng Sim Ki ada padaku. Kalau Cit Ciat Sin Kun menginginkan panji itu, dia
harus menghadapi aku untuk merebut panji tersebut! Mengenai Ouw Beng Hui, dia punya
hubungan denganku, maka aku tidak mengizinkannya ikut kalian!"
"Oh?" Jin Pin Mo Kun Ting Yuan menatap Pek Giok Liong tajam. "Orang-orang Duta
Bunga Emas itu, bolehkah aku membawa mereka pergi?"
"Itu boleh!" Pek Giok Liong mengangguk, kemudian ujarnya pada Cian Tok Suseng. "Ouw
Beng Hui! Harap ke dalam dan buka jalan darah mereka, lalu suruh mereka ke luar!"
"Teecu menerima perintah!" jawab Cian Tok Suseng lalu melangkah ke dalam goa.
Tak seberapa lama kemudian, tampak dua belas orang berbaju hitam berjalan ke luar dari
dalam goa itu. "Kalian ke mari!" seru Jin Pin Mo Kun Ting Yuan.
Kedua belas orang berbaju hitam segera menghampiri Jin Pin Mo Kun Ting Yuan dengan
kepala tertunduk.
"Pek Giok Liong!" Mendadak Jin Pin Mo Kun Ting Yuan tertawa licik. "Aku masih punya
satu permintaan, apakah engkau mau mengabulkan?"
"Apa permintaanmu itu?" tanya Pek Giok Liong dingin.
"Aku tahu diriku bukan tandinganmu, namun terpaksa oleh keadaan, maka aku harus
bertanding denganmu!"
"Hanya engkau seorang diri?"
"Tentu tidak!" Jin Pin Mo Kun Ting Yuan menggeleng kepala. "Kami bertiga akan
bergabung!"
"Ting Yuan!" Pek Giok Liong menarik nafas. "Engkau masih tidak percaya aku pasti
menang bertanding dengan kalian bertiga?"
"Aku percaya, bahkan percaya sekali!"
550 "Kalau begitu, kenapa?""
"Sudah kukatakan tadi, terpaksa oleh keadaan, maka harus bertanding!"
Pek Giok Liong diam. Ia berpikir dan kemudian manggut-manggut seraya berkata.
"Aku sudah mengerti! Baiklah! Kalian bertiga boleh bergabung melawan aku, tapi cuma
sepuluh jurus! Nah, kalian bertiga boleh siap menyerang!"
Mereka bertiga saling memandang, kemudian mulai mengerahkan tenaga dalam masingmasing. Sedangkan Pek Giok Liong pun mulai menghimpun Thai Tenaga Sakti Pelindung
Badannya. Pada waktu bersamaan mendadak ia mendengar suara yang amat halus di
dalam telinganya.
"Maafkan aku, Pendekar Muda! Tubuh kami bertiga sudah diracuni, maka kami bertiga
sangat terpaksa harus melawanmu! Tentang kejadian Ciok Lau San Cung, asal Anda
bertemu Siang Hiong Sam Kuai segalanya pasti akan jelas! Maaf, sekarang aku mulai
menyerang, harap Pendekar Muda berhati-hati!"
Pek Giok Liong tahu, itu suara Jin Pin Mo Kun Ting Yuan, ia pun segera menyahut dengan
ilmu menyampaikan suara.
"Terimakasih atas kebaikanmu!"
Sedangkan Jin Pin Mo Kun Ting Yuan sudah membentak keras sambil menyerang kearah
Pek Giok Liong. Ling Ming Cun Cia dan Ngo Tok Ceng Kun juga tidak diam, mereka
berdua pun langsung menyerang dengan serentak.
Pek Giok Liong tertawa ringan, mendadak badannya melayang ke atas, otomatis
serangan-serangan itu gagal, sebelum tubuh Pek Giok Liong turun, mereka bertiga pun
menyerang dengan serentak.
Pada waktu bersamaan, tubuh Pek Giok Liong berputar-putar menghindari seranganserangan itu. Tak terasa empat jurus telah lewat. Dalam empat jurus itu, Pek Giok Liong sama sekali
tidak balas menyerang. Namun ketika kelima sudah mulai, Pek Giok Liong pun berseru.
551 "Kalian bertiga harus berhati-hati, kini aku akan balas menyerang!"
Sekonyong-konyong Pek Giok Liong berubah menjadi sepuluh orang. Dia menggunakan
ilmu Cian In Pou (Langkah seribu bayangan). Jelas membuat mata ketiga orang
berkunang-kunang, tidak tahu harus menyerang ke mana"
Pada waktu bersamaan, entah bagaimana terjadinya, tahu-tahu lengan Jin Pin Mo Kun
telah tercengkeram Pek Giok Liong.
Betapa terkejutnya Ling Ming Cun Cia dan Ngo Tok Ceng Kun. Mereka berdua segera
berhenti menyerang, bahkan juga tidak tahu Jin Pin Mo Kun telah berbicara pada Pek
Giok Liong dengan ilmu menyampaikan suara.
Oleh karena itu, ketika melihat Jin Pin Mo Kun telah dicengkeram Pek Giok Liong, mereka
berdua pun merasa cemas sekali dan siap menyerangnya.
"Kalau kalian berdua berani menyerangku, Ting Yuan yang akan menjadi korban duluan!"
ancam Pek Giok Liong.
Seketika juga kedua orang itu diam, sama sekali tidak berani menyerang Pek Giok Liong.
"Hmm!" dengus Jin Pin Mo Kun Ting Yuan dingin. "Engkau telah mencengkeram urat
nadiku, mau bunuh silakan!"
"Aku sudah bilang dari tadi, aku tidak mau membunuh!" sahut Pek Giok Liong sambil
tersenyum. "Engkau harus bersabar dan mengangguk bahwa engkau akan membawa
pergi semua anak buahmu, barulah aku akan melepaskanmu!"
"Hm!" dengus Jin Pin Mo Kun Ting Yuan dingin.
"Bagaimana" Engkau setuju?"
"Pek Giok Liong, asal engkau melepaskan diriku, aku pun pasti segera membawa pergi
semua anak buahku! Tapi engkau harus ingat, aku akan membalasmu kelak!"
"Itu urusan kelak!" Pek Giok Liong tertawa. "Dan silakan engkau membalasku kelak!"
Usai berkata begitu, Pek Giok Liong pun melepaskan Jin Pin Mo Kun Ting Yuan.
552 "Cepat kalian enyah dari sini!" bentaknya.
Jin Pin Mo Kun Ting Yuan segera melompat pergi.
"Mari kita pergi!" serunya.
Tak seberapa lama kemudian, mereka sudah hilang dari pandangan Pek Giok Liong?"
* * * (Bersambung bagian 46)
Bagian ke 46: Kemunculan Tetua Partai Pengemis
Ouw Beng Hui, si Pelajar Seribu Racun menatap Pek Giok Liong, lama sekali barulah
membuka mulut sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Ketua terlampau baik hati."
"Menurutmu, aku tidak boleh melepaskan mereka bertiga?" tanya Pek Giok Liong sambil
tersenyum. "Pat Hiong sering membunuh. Sekarang Ketua melepaskan mereka, tentunya di belakang
hari mereka akan membunuh lagi."
"Benar." Pek Giok Liong manggut-manggut. "Namun aku harap, setelah aku melepaskan
mereka kali ini, mereka pun mau bertobat!"
"Hati Ketua sangat bajik, mudah-mudahan mereka bertiga mau bertobat, agar tidak
mengecewakan Ketua!"
Pek Giok Liong tersenyum, dan memandang Cian Tok Suseng seraya berkata.
"Walau mereka bertiga sering melakukan pembunuhan, mereka tetap punya perasaan.
Mungkin?"" Mendadak sepasang mata Pek Giok Liong menyorot tajam. "Ada orang
datang!" 553 Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui segera mendongakan kepala. Tampak sosok bayangan
berkelebat cepat menuju kearah mereka.
Tak lama sosok bayangan itu sudah melayang ke hadapan mereka, ternyata adalah Ouw
Yang Seng Tek atau si Tongkat Sakti, Tetua Partai Pengemis.
Itu sungguh di luar dugaan, juga amat menggembirakan. Pek Giok Liong langsung
menjura. "Aku memberi hormat pada Ouw Yang lo cianpwe!" ucap Pek Giok Liong.
"Ketua Panji!" Pengemis tua itu tertawa gelak. "Aku pengemis busuk mana pantas
menerima hormatmu!"
Panji Hati Suci Matahari Bulan berkembang, rimba persilatan di kolong langit bergabung
menjadi satu. Pek Giok Liong adalah generasi kelima pemegang panji tersebut, otomatis
kedudukannya sangat tinggi.
Meskipun pengemis tua itu tetua partai namun ia masih harus memberi hormat pada Pek
Giok Liong. Akan tetapi, pengemis tua itu justru tidak melakukannya.
Pek Giok Liong tahu jelas sifat aneh pengemis tua itu, maka ia pun tidak memasalahkan
hal itu pula. "Ouw Yang lo cianpwe?"
"Eh?" Pengemis tua itu mengerutkan kening. "Ketua tidak boleh panggil aku lo cianpwe,
lebih baik diubah saja!"
"Panggil saja aku pengemis tua!" sahut Ouw Yang Seng Tek sambil tertawa gelak.
"Ini?"" Pek Giok Liong tampak ragu.
"Kalau Ketua merasa ragu, bagaimana panggil aku saudara tua saja?" usul pengemis tua
itu sungguh-sungguh. "Lalu aku pun memanggilmu saudara kecil."
"Baiklah." Pek Giok Liong mengangguk.
554 "Saudara kecil, engkau memang keterlaluan!" tegur Ouw Yang Seng Tek mendadak.
"Eh" Saudara tua, kenapa aku keterlaluan?"
"Gara-gara engkau, sepasang kakiku nyaris patah, tahu?"
"Lho" Kenapa?"
"Aku dari Hong Yang berlari ke vihara Si Hui, dari vihara Si Hui berlari-lari ke Hwa San.
Dari Hwa San berlari dan terus berlari ke mari. Coba bayangkan! Apakah kedua kakiku
tidak akan patah berlari begitu jauh?"
"Buktinya sepasang kaki saudara tua belum patah kan?" Pek Giok Liong tertawa.
"Masih tertawa?" Ouw Yang Seng Tek melotot. "Dasar setan kecil?" maaf, dasar
saudara kecil!"
"Saudara tua, engkau cari aku ada urusan apa?"
"Itu?"" Ouw Yang Seng Tek tertawa. "Aku bertemu seseorang, dia minta tolong padaku
untuk mencarimu."
"Siapa orang itu?" tanya Pek Giok Liong. "Dia Tui Hun It Kiam (Pedang Pengejar Roh)
Kang Ceng Sam!"
"Apa?" Pek Giok Liong tertegun. "Kang Ceng Sam, si Pedang Pengejar Roh?"
"Eh" Saudara kecil! Apakah engkau tidak kenal mengenalnya?" Ouw Yang Seng Tek
tercengang. "Tidak kenal." Pek Giok Liong menggelengkan kepala. "Apakah dia titip pesan untukku?"
"Ya." Ouw Yang Seng Tek mengangguk. "Katanya dia pernah titip sebuah kunci padamu,
entah engkau sudah terima belum" Kalau sudah terima harus dibawa ke Kiu Hwa San!"
Sepasang mata Pek Giok Liong berbinar-binar.
555 "Saudara tua, apakah dia orang tua pincang?" tanyanya.
Ouw Yang Seng Tek mengangguk.
"Benar. Tapi kini kepalanya sudah botak!" Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak.
"Lho?" Pek Giok Liong bingung. "Kok kepalanya bisa botak?"
"Dicukur. Karena dia sudah mengabdi pada Sang Buddha, kini dia adalah hweshio kaki
pincang!" "Oh?" Wajah Pek Giok Liong tampak gembira sekali. "Saudara tua bertemu dia di mana?"
"Di dalam Kota An Hui Hong Yang!"
"Apakah orang tua itu masih berada di sana?"
"Wah! Aku bukan peramal, bagaimana mungkin tahu itu?"
"Saudara tua?""
"Ohya!" Ouw Yang Seng Tek menatap Pek Giok Liong. "Engkau sudah terima kuncinya
itu?" "Sudah!" Pek Giok Liong mengangguk. "Apakah Saudara tua sudah menemukan jejak
Siang Hiong?"
"Aaakh!" keluh Ouw Yang Seng Tek. "Jangan kau singgung lagi, aku sungguh kehilangan
muka." "Kenapa" Tiada hasilnya?"
"Aku terus mengejar, tapi akhirnya orang kukejar itu malah menghilang begitu saja. Nah,
bukankah aku telah kehilangan muka?"
"Jadi Saudara tua tidak tahu ke mana orang itu?"
556 "Kalau tahu, tentunya aku tidak akan bilang aku telah kehilangan muka."
"Ketika Saudara tua ke mari, apakah melihat segerombolan orang?"
"Lihat." Ouw Yang Seng Tek mengangguk. "Kalau tidak ingin cepat-cepat menemuimu,
aku pasti cari gara-gara dengan mereka. karena mereka semua memakai kain penutup
muka, aku ingin tahu siapa mereka itu."
"Mereka para anak buah Cit Ciat Sin Kun." Pek Giok Liong memberitahukan.
"Tiga orang itu kelihatan berilmu tinggi. Siapa mereka itu?" tanya Ouw Yang Seng Tek.
"Mereka bertiga adalah Mo, Cun dan Tok. Tiga dari Pat Hiong." jawab Pek Giok Liong.
"Saudara kecil melepaskan mereka bertiga?"
"Ya." Pek Giok Liong mengangguk. "Aku tidak mau sembarangan membunuh, maka
mereka kulepaskan."
"Aduuuh!" Ouw Yang Seng Tek menggeleng-gelengkan kepala. "Kenapa kau lepaskan
mereka" Padahal mereka sering membunuh orang."
"Aku melepaskan mereka, agar mereka mau bertobat."
"Bertobat?" Ouw Yang Seng Tek tertawa sampai badannya bergoyang-goyang.
"Bagaimana mungkin mereka akan bertobat" Lagi pula?" kemungkinan besar mereka
yang membunuh kedua orang tuamu."
"Aku sudah bertanya pada Jin Pin Mo Kun tentang itu. Dia bilang pada malam itu mereka
sama sekali tidak ikut menyerang Ciok Lau San Cung.
"Apakah engkau percaya?"
"Percaya, karena Jin Pin Mo Kun tidak berdusta."
"Eh?" Ouw Yang Seng Tek menatapnya tajam.
557 "Kenapa engkau yakin pada Ting Yuan?"
"Dia pun mengatakan, bahwa pada malam itu, mereka bertiga berada di vihara Siau Lim.
Ketua, pemimpin Lo Han Tong dan tetua yang di loteng penyimpan kitab suci akan
menjadi saksi."
"Kalau begitu, mereka bertiga sungguh tidak ikut menyerang Ciok Lau San Cung?"
"Betul."
"Tapi menurut aku, lebih baik engkau harus mengutus seseorang ke vihara Siau Lim untuk
menanyakan tentang itu!"
"Itu memang harus." Pek Giok Liong mengangguk. "Ohya, bolehkah aku minta tolong
pada saudara tua?"
"Bilang saja!"
"Aku harap saudara tua bersedia memberi perintah pada pemimpin cabang untuk
menyelidiki jejak Siang Hiong Sam Kuai. Asal tahu jejak mereka, harus segera
memberitahukan padaku!"
"Itu tidak jadi masalah. Aku pasti segera memberi perintah pada mereka."
"Terimakasih, saudara tua!" ucap Pek Giok Liong sambil menjura.
"Aku tidak berani menerima penghormatanmu," sahut Ouw Yang Seng Tek. "Saudara
kecil, lain kali jangan bersikap begitu lagi!"
"Ya." Pek Giok Liong mengangguk.
"Saudara kecil!" Ouw Yang Seng Tek menatapnya. "Aku dengar engkau ke mari untuk
menemui gurumu. Apakah gurumu berada di dalam goa?"
Pek Giok Liong menggeleng-gelengkan kepala sambil menarik nafas panjang.
558 "Aku terlambat datang, sehingga guruku sudah dibawa pergi oleh utusan Cit Ciat Sin
Kun." "Kalau begitu, goa ini merupakan suatu jebakan."
"Betul." Cit Ciat Sin Kun telah mengundang Ouw Beng Hui dan para anak buahnya untuk
menunggu di sini. Tujuan mereka hendak meracuni diriku, lalu mengambil Jit goat Seng
Sim Ki." "Oh?" Ouw Yang Seng Tek segera memandang Ouw Beng Hui, si Pelajar Seribu Racun.
"Engkau sudah tua bangka, kok masih mau menjual nyawamu pada Cit Ciat Sin Kun itu"
Engkau sudah pikun ya" Padahal tampangmu baru berusia empat puluhan!"
"Pengemis busuk! Aku belum pikun!" Ouw Beng Hui tertawa getir. "Kalau aku sudah pikun,
justru tidak akan menuruti perintah Cit Ciat Sin Kun!"
"Lalu kenapa engkau menuruti perintahnya?"
"Aku ditipu."
"Ditipu dengan suatu syarat, kan?"
"Betul."
"Ha ha!" Ouw Yang Seng Tek tertawa gelak. "Syarat itu pasti sangat menggiurkan hatimu!
Kalau tidak?""
"Memang begitu."
"Syarat apa itu?"
"Kalau aku berhasil, dia akan memberiku Toan Hun Coh (Rumput pemutus nyawa)."
"Apakah karena itu, maka engkau menerima syarat itu?"
Ouw Beng Hui diam saja, sedangkan Ouw Yang Seng Tek malah melotot.
559 "Dasar tua bangka! Sudah sekian tahun engkau hidup tenang dan damai di tempatmu,
tapi demi rumput pemutus nyawa, engkau masih merangkak ke luar untuk diperdaya setan
itu! Dasar pikun!"
"Saudara tua, urusan itu telah berlalu, tidak perlu diungkit lagi!" sela Pek Giok Liong agar


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ouw Beng Hui tidak terus dipermalukan pengemis tua itu.
"Ohya!" Ouw Yang Seng Tek menatap Pek Giok Liong. "Tahukah engkau gurumu dibawa
ke mana?" "Tidak tahu!"
"Tua bangka!" Ouw Yang Seng Tek mengarah pada Ouw Beng Hui. "Engkau tahu?"
"Kalau aku tahu, sudah kubilang dari tadi," sahut Ouw Beng Hui.
"Sungguhkah engkau tidak tahu?"
"Pengemis busuk! Engkau tidak percaya aku?"
"Hm!" dengus Ouw Yang Seng Tek. "Bagaimana mungkin aku percaya?"
"Saudara tua!" ujar Pek Giok Liong. "Dia sungguh tidak tahu."
"Eeeh?" Ouw Yang Seng Tek terbelalak. "Kenapa engkau membelanya" Apakah
pikiranmu telah diracuninya?"
"Saudara tua!" Pek Giok Liong tertawa. "Kini dia sudah menjadi orang kita, maka dia tidak
berani berdusta padaku."
"Dia?" tua bangka yang tak mau tua itu sudah menjadi orang kita?" Ouw Yang Seng
Tek melongo. "Ya." Pek Giok Liong mengangguk, Ouw Beng Hui pun menyelak mendadak.
"Pengemis busuk! Tahukah engkau perguruanku?"
560 "Tentu tahu. Engkau berasal dari perguruan Tok Seng (Maha racun), benar kan?"
"Benar." Ouw Beng Hui mengangguk dan melanjutkan, "Pernahkah engkau dengar Tok
Seng Kim Leng (Tanda perintah Maha racun)?"
"Pernah." sahut Ouw Yang Seng Tek. "Kakek guru partai Tok Seng yang membunuh Tok
Seng Kim Leng. "Para murid partai itu kalau melihat tanda perintah tersebut, harus
menurut?" Eh" Kenapa engkau bertanya padaku tentang itu?"
"Pengemis busuk, engkau harus tahu! Pek Siau hiap bukan cuma mendapat Panji Hati
Suci Matahari Bulan, melainkan dia pun Tek Seng Kim Leng Cu (Pemilik tanda perintah
Maha Racun) itu."
"Oooh!" Ouw Yang Seng Tek memandang Pek Giok Liong. "Saudara kecil, engkau juga
memperoleh tanda perintah itu?"
"Ya." Pek Giok Liong mengangguk. "Aku memperoleh tanda perintah itu di dalam ruang
rahasia Istana Pelangi."
"Oooh!" Ouw Yang Seng Tek manggut-manggut lagi, lalu menjura pada Ouw Beng Hui.
"Tua bangka, aku minta maaf!"
"Sudahlah! Kita sama-sama sudah tidak kenal tata krama, kenapa engkau masih menjura
padaku" Lagi pula sebelumnya kita cuma salah paham, kini sudah saling mengerti."
"Betul, betul." Ouw Yang Seng Tek tertawa terbahak-bahak, kemudian memandang Pek
Giok Liong seraya bertanya. "Saudara kecil, kini engkau siap ke mana?"
"Aku ingin ke Kiu Hwa San. Saudara tua mau ke mana?"
"Aku ingin jalan-jalan ke vihara Siau Lim."
"Ohya, bagaimana kalau Saudara tua menanyakan tentang Jin Pin Mo Kun Ting Yuan itu,
aku ingin tahu dia berbohong atau tidak?"
"Baiklah. Aku pun ingin memberitahukan pada Tay Kak Hosiang mengenai perkembangan
rimba persilatan kini."
561 "Kalau begitu, aku mengucapkan terimakasih pada Saudara tua!" ucap Pek Giok Liong.
"Eh" Mulai lagi! Aku tidak terima itu." sahut Ouw Yang Seng Tek sambil melotot.
Pek Giok Liong cuma tersenyum, lalu memandang Ouw Beng Hui.
"Engkau mau ke mana?" tanyanya.
"Teecu ingin ikut Ketua."
"Tidak usah!" tolak Pek Giok Liong. "Lebih baik engkau kembali ke tempat tinggalmu."
"Apakah Ketua menganggap teecu berkepandaian rendah?"
"Bukan begitu, aku tidak ingin merepotkanmu."
"Kalau begitu, ijinkanlah hamba ikut Ketua, mungkin ada gunanya." ujar Ouw Beng Hui
sungguh-sungguh.
"Itu?"" Pek Giok Liong ragu.
"Saudara kecil!" sela Ouw Yang Seng Tek. "Dia sudah merengek-rengek, ajaklah dia!
Kalau tidak, dia pasti ngambek. Sebab dia tua bangka yang tidak mau tua."
"Baiklah!" Pek Giok Liong mengangguk.
"Terimakasih Ketua!" ucap Ouw Beng Hui.
"Eh" Tua bangka, kenapa engkau tidak berterimakasih padaku?" tanya Ouw Yang Seng
Tek mendadak. "Bukankah engkau selalu menolak ucapan terimakasih dari siapa pun" Nah, bagaimana
mungkin aku mengucapkan terimakasih padamu?" sahut Ouw Beng Hui sambil tertawa
gelak. "Hah" Senjata makan tuan!" keluh Ouw Yang Seng Tek sambil menggaruk-garuk kepala.
"Dasar tua bangka licik?"!"
562 * * * Bagian ke 47: Kitab Ajaib
Kiu Hwa San terletak di sebelah selatan Kota An Hui. Pemandangan Kiu Hwa San itu
sangat indah menakjubkan. Tentunya sangat menarik perhatian para pelancong.
Hari ini di Kiu Hwa San tersebut kedatangan seorang pemuda tampan, tampak pula enam
orang tua dan seorang berusia empat puluhan berjalan di belakang pemuda itu.
Mereka adalah Pek Giok Liong, Cian Tok Suseng Ouw Beng Hui, Siang Sing dan Si Kim
Kong. Berselang beberapa saat kemudian, mendadak Pek Giok Liong berhenti dan memandang
Ouw Beng Hui seraya bertanya.
"Engkau pernah datang di gunung ini?"
"Beberapa tahun lalu pernah ke mari satu kali," jawab Ouw Beng Hui memberitahukan.
"Masih ingatkah situasi gunung ini?"
"Cuma ingat sedikit."
"Emmh!" Pek Giok Liong manggut-manggut, lalu mengeluarkan selembar peta lokasi dari
tetua Kay Pang Ouw Yang Seng Tek, Tui Hun It Kiam menitip peta lokasi itu untuk Pek
Giok Liong. "Coba lihatlah peta lokasi ini!" ujar Pek Giok Liong sambil menyerahkan peta lokasi
tersebut pada Ouw Beng Hui. "Mungkin engkau masih ingat tempat-tempat tertentu."
Ouw Beng Hui menerima peta lokasi itu, kemudian memperhatikannya dengan seksama.
Berselang sesaat, ia memberitahukan.
563 "Tempat yang akan kita tuju itu, kelihatannya terletak di sebelah timur." Ouw Beng Hui
mengembalikan peta lokasi itu pada Pek Giok Liong. "Mari ikut teecu saja!"
Pek Giok Liong mengangguk. Ouw Beng Hui melangkah duluan, Pek Giok Liong dan
lainnya mengikutinya dari belakang.
Satu jam kemudian, mereka sudah sampai di lereng gunung itu. Pek Giok Liong berhenti
sambil menengok ke sana ke mari. Tempat itu memang mirip seperti yang ada di dalam
peta lokasi, namun Pek Giok Liong malah menggeleng kepala.
"Adakah yang tak beres?" tanya Ouw Beng Hui.
"Kelihatannya memang tempat ini, hanya saja?"" Pek Giok Liong tampak berpikir, lalu
melanjutkan, "Kunci itu untuk membuka pintu ruang batu yang ada di dalam goa, tapi di
tempat ini tidak ada goa sama sekali."
Sementara Siang Sing dan Si Kim Kong sudah mulai memeriksa kesana kemari dengan
cermat sekali. Mendadak Chua Kui Kim Kong (Arhat penangkap setan) Ih Cong Khie
menunjuk pada sebuah batu berbentuk aneh di belakang pohon siong.
"Ketua, lihatlah batu itu!" serunya.
Pek Giok Liong segera menengok ke sana, sedangkan Ouw Beng Hui sudah melompat ke
sana, lalu membuang akar-akar tua yang membelit batu itu.
Sungguh di luar dugaan, tak lama tampak sebuah goa di balik batu itu. Betapa girangnya
Pek Giok Liong melihat goa tersebut. Ketika ia baru mau melompat ke goa itu, tiba-tiba
Thian Koh Sing Ma Hun mencegahnya.
"Tunggu sebentar, Ketua!" ujarnya. "Biar teecu dan Ouw Beng Hui memeriksa dulu goa
itu!" "Baiklah." Pek Giok Liong mengangguk.
Thian Koh Sing Ma Hun langsung melompat ke samping Ouw Beng Hui, mereka berdua
lalu memasuki goa itu.
"Kalian harus hati-hati!" seru Pek Giok Liong berpesan.
564 "Ya," sahut Thian Koh Sing Ma Hun dan Ouw Beng Hui serentak. Berselang beberapa
saat kemudian, mereka berdua sudah melangkah ke luar.
"Bagaimana" Apakah kalian menemukan sesuatu di dalam goa?" tanya Pek Giok Liong.
"Harap Ketua ke dalam untuk periksa sendiri!" jawab Thian Koh Sing Ma Hun dengan
hormat. "Baik." Pek Giok Liong mengangguk, lalu memandang Si Kim Kong seraya berkata,
"Kalian berempat menjaga di sini, aku bersama Siang Sing dan Ouw Beng Hui ke dalam."
"Ya," sahut Si Kim Kong sambil menjura.
Pek Giok Liong segera memasuki goa itu, diikuti oleh Siang Sing dan Ouw Beng Hui.
Goa itu tidak gelap, karena setiap lima meter terdapat sebutir mutiara di dinding goa
sebagai pengganti lampu.
Ouw Beng Hui dan Thian Koh Sing Ma Hun sudah memeriksa goa itu, maka baru berani
mempersilahkan Pek Giok Liong masuk untuk periksa sekali lagi.
Setelah sampai di ujung goa, Pek Giok Liong berhenti dengan kening berkerut, karena di
dalam goa tidak terdapat pintu, melainkan hanya terdapat sebuah meja dan empat buah
tempat duduk yang terbuat dari batu.
"Heran?" gumam Pek Giok Liong. "Kok tidak ada pintu?"
"Menurut teecu?"" ujar Ouw Beng Hui setelah berpikir sejenak. "Di sini pasti terdapat
ruang rahasia."
Pek Giok Liong mengangguk, dan sepasang matanya lalu menyapu ke sekeliling dinding
goa, kemudian mengerutkan kening lagi.
"Tidak tampak ada pintu?"" Pek Giok Liong menggeleng-geleng kepala.
"Kalau gampang dilihat, itu tidak akan disebut pintu rahasia," sahut Ouw Beng Hui sambil
tersenyum. Setelah itu, ia mendekati dinding goa, dan sekaligus mengeluarkan sebuah pisau belati,
lalu mulai mengetuk dinding goa dengan pisau itu.
565 Melihat itu, Siang Sing sudah tahu maksud Ouw Beng Hui, maka mereka berdua pun
mulai mengetuk dinding goa dengan batu kecil.
Tak! Tak! Tok! Tok!
Menyusul terdengar suara ketukan yang agak lain. Seketika juga Thian Kang Sing Wie
Kauw tampak girang sekali, dan terus mengetuk dinding goa itu.
Tung! Tung! Tung!
"Ketua!" serunya. "Dengarlah suara ini!"
"Tung! Tung! Tung!" Thian Kang Sing Wie Kauw mengetuk lagi. "Tung! Tung?""
Suara itu membuktikan, bahwa di balik dinding itu kosong. Wajah Pek Giok Liong pun
tampak berseri.
"Kelihatannya di balik dinding ini terdapat ruang rahasia," ujarnya girang.
"Benar." Thian Kang Sing Wie Kauw mengangguk.
Thian Koh Sing Ma Hun dan Ouw Beng Hui segera memeriksa dinding itu, tapi beberapa
saat kemudian, wajah mereka tampak kecewa.
Sementara Pek Giok Liong terus memandang dinding itu. Ia mengerutkan kening sambil
berpikir keras. Dibalik dinding itu kosong, berarti ruang rahasia berada di situ. Tapi kenapa
tiada pintunya" Pek Giok Liong tidak habis berpikir. Tiada pintu, tentunya harus ada
lubang kunci?"
Mendadak sepasang mata Pek Giok Liong berbinar-binar, ternyata ia melihat sebuah
lubang kecil pada dinding batu yang agak menonjol. Ia cepat-cepat mendekati dinding
batu itu dengan wajah berseri, kemudian mengeluarkan kunci yang dibawanya.
"Mudah-mudahan lubang ini?"" Pek Giok Liong membatin, lalu memasukkan kunci itu
ke dalam lubang tersebut.
Krek! Krek! Pek Giok Liong memutar kunci itu.
566 Kraaak! Mendadak dinding batu itu bergerak, ternyata dinding batu itu merupakan pintu
rahasia. Pek Giok Liong segera melangkah ke dalam dan diikuti oleh Siang Sing dan Ouw Beng
Hui. Ruangan itu cukup besar. Di dalamnya terdapat tempat tidur, meja dan tempat duduk
yang dibuat dari batu. Di tempat tidur itu terdapat sebuah bantal yang sudah kumal.
Di atas meja batu itu terdapat sebuah kotak besi. Pek Giok Liong mendekati meja batu itu,
kemudian mencoba membuka kotak besi tersebut.
Kraaak! Kotak besi itu terbuka. Di dalamnya terdapat sebuah kitab tipis bertulisan. 'Kitab
Ajaib'. Pek Giok Liong mengambil kitab itu, lalu dibukanya. Ia terbelalak, karena melihat selembar
surat, dan segera membacanya.
Siau Liong, apakah engkau sudah berhasil belajar ilmu silat tingkat tinggi" Kalau belum,
engkau boleh mempelajari, ilmu silat yang ada di dalam kitab ajaib ini. Akan tetapi, aku
harus memberitahukan, kalau sudah berhasil belajar ilmu silat tingkat tinggi, janganlah
engkau mempelajari ilmu silat yang ada di dalam kotak ajaib ini lagi. Sebab kalau engkau
mempelajarinya, engkau tidak boleh kawin, selamanya tidak punya anak Apabila engkau
kawin, akibatnya engkau pasti mati secara mengenaskan.
Hal lain mengenai peristiwa Ciok Lau San Cung. Siapa pembunuh kedua orang tuamu,
mungkin Tu Ci Yen tahu jelas. Engkau harus menyelidiki melalui dia. Namun engkau
harus berhati-hati, karena Tu Ci Yen memiliki kepandaian tinggi yang bukan bersumber
pada ilmu Siauw cung cu. Sebelum engkau berhasil belajar ilmu silat tingkat tinggi, engkau
jangan melawannya!
Setelah engkau memasuki ruang rahasia ini, mungkin aku sudah di bunuh, tapi mungkin
juga masih hidup dan kita akan bertemu kelak, baik-baiklah engkau menjaga diri.
Orang tua pincang.
Sesudah membaca surat itu hati Pek Giok Liong pun bergelora. Kini ia telah berhasil
belajar ilmu silat tingkat tinggi, tentunya tidak perlu belajar ilmu silat yang ada di dalam
kitab ajaib itu. Namun ia tetap berterimakasih pada orang tua pincang itu.
567 Pek Giok Liong menyimpan kitab ajaib itu ke dalam bajunya, lalu melangkah ke luar. Siang
Sing dan Ouw Beng Hui mengikutinya.
Setelah berada di luar, Pek Giok Liong pun menutup pintu rahasia itu dan menguncinya.
Mereka meninggalkan goa itu. Pek Giok Liong ingin langsung menuju gunung Kah Lan
untuk menyelidiki istana Cit Ciat Sin Kun, namun Siang Sing dan Si Kim Kong
mencegahnya, dan sekaligus menyarankan agar Pek Giok Liong ke vihara Si Hui dulu.
Setelah itu, barulah ke Kah Lan San menyelidiki istana tersebut.
Pek Giok Liong menerima baik saran itu, lalu berangkat ke vihara Si Hui untuk menemui
Se Pit Han. * * * Di ruang belakang vihara Si Hui, tampak beberapa orang sedang duduk dengan wajah
serius. Mereka adalah Pek Giok Liong, Se Pit Han, Siauw Hui Ceh dan Cing Ji.
"Adik Liong!" Se Pit Han menatapnya seraya bertanya, "Bagaimana keadaan Hwa San"
Apakah engkau telah membongkar kedok Tu Ci Yen?"
"Tepat pada waktunya aku sampai di Hwa San. Gin Tie itu memang benar Tu Ci
Yen?"," jawab Pek Giok Liong. Kemudian ia pun menutur tentang apa yang dialaminya
di Seh Lian San dan Kiu Hwa San.
Ketika mendengar Kian Kun Ie Siu dipindahkan ke tempat lain, hati Cing Ji pun giranggirang cemas. Girang karena kakeknya masih hidup, cemas lantaran tidak tahu kakeknya di pindahkan
ke mana. Walau ia yakin para bawahan Pek Giok Liong mampu menolong kakeknya, tapi ia masih
tetap merasa khawatir, sebab tidak tahu kapan kakeknya dapat ditolong.
"Kak misan!" tanya Pek Giok Liong seusai menutur. "Setelah engkau sampai di Bu Tong,
bagaimana keadaan di sana?"
Se Pit Han menarik nafas panjang.
568 "Aku terlambat, murid-murid Bu Tong mati dua puluh orang, tapi memperoleh sesuatu
yang sungguh di luar dugaan." jawabnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Oh?" Pek Giok Liong menatapnya. "Sesuatu yang bagaimana?"
"Berkaitan dengan Kim Tie itu," jawab Se Pit Han sambil tersenyum.
"Oh?" Sepasang mata Pek Giok Liong langsung berbinar. "Kak misan tahu siapa orang
itu?" "Hanya menilai dari ilmu silatnya, namun belum berani memastikan."
"Jadi Kak misan cuma menduga saja?"
"Ya."
"Kira-kira siapa dia?"
"Berdasarkan ilmu silatnya ?"" Se Pit Han memberitahukan. ?"" dia mungkin salah
seorang Bu Lim Cit Khi (Tujuh orang aneh rimba persilatan)."
"Apa"!" Pek Giok Liong tertegun. "Itu ?" bagaimana mungkin?"
"Bukankah aku sudah bilang, belum berani memastikan, cuma menduga saja. Belum ada
buktinya."
"Engkau sudah menduga kira-kira siapa dia?"
"Aku curiga ?" dia adaah Huan In Sin Jiau (Cakar bayangan) Jen Siau Hien!"
"Apa"!" Pek Giok Liong melongo. "Itu sungguh sulit dipercaya. Huan In Sin Jiau Jen Siau
Hien memang bertabiat aneh, tapi kenapa dia merelakan dirinya di bawah perintah Cit Ciat
Sin Kun" Padahal kedudukannya amat tinggi dalam bu lim!"
"Adik Liong!" Se Pit Han tersenyum. "Memang benar apa yang engkau katakan, tapi ?""
569

Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kenapa?"
"Segala urusan di kolong langit, sangat sulit diduga, begitu pula tentang ini."
"Emmh!" Pek Liong manggut-manggut dan mengalihkan pembicaraan. "Kak misan, aku
akan segera pergi menyelidiki istana Cit Ciat Sin Kun. Bagaimana menurut pendapatmu?"
"Aku tidak setuju." Se Pit Han menggelengkan kepala.
"Lho?" Pek Giok Liong tertegun. "Memangnya kenapa?"
"Tidak kenapa-napa, cuma tidak setuju saja," sahut Se Pit Han sambil menatapnya.
"Kak misan!" Pek Giok Liong mengerutkan kening. "Apa alasanmu, haruslah dijelaskan!"
"Alasanku sangat sederhana. Kita tidak tahu jelas tempat itu dan situasinya, maka kita
gampang mendapat serangan gelap. Itu amat membahayakan."
"Tapi ?" kalau kita akan masuk sarang macan, bagaimana mungkin mendapat
anaknya" Walau harus menempuh bahaya ?""
"Pokoknya aku melarangmu pergi menempuh bahaya." tegas Se Pit Han.
"Kak misan ?"" Pek Giok Liong memandangnya bodoh.
"Engkau tidak mau dengar kata-kataku?" Se Pit Han melotot.
"Aku ?"" Pek Giok Liong tersenyum. "Aku mana berani tidak dengar kata-katamu?"
"Kalau begitu, engkau tidak perlu banyak bicara lagi!" tandas Se Pit Han.
"Kak Han!" sela Siauw Hui Ceh merasa tidak tega. "Sudahlah! Engkau jangan
menekannya lagi!"
"Adik Hui!" Se Pit Han tertawa kecil. "Engkau merasa tidak tega dalam hatinya?"
570 Wajah Siauw Hui Ceh langsung memerah, dan cepat-cepat menundukkan kepalanya.
Ketika mendengar pembicaraan mereka, hati Pek Giok Liong pun tergerak dan ujarnya
sambil tersenyum.
"Kak misan, kalau aku punya salah, engkau jangan gusar dan ?""
"Omong kosong!" potong Se Pit Han. "Aku tidak gusar, lagi pula bagaimana mungkin aku
berani gusar?"
"Kalau begitu ?"" Pek Giok Liong tersenyum lebar. "Maafkanlah aku!"
"Eh?" Se Pit Han tertawa geli. "Engkau tidak bersalah terhadapku, kenapa engkau harus
minta maaf padaku?"
"Itu ?"" Pek Giok Liong tertegun. "Kalau aku membuat engkau gusar, aku ?" minta
maaf!" "Kakak Han!" sela Cing Ji mendadak. "Kakak Liong sudah mengaku salah, maka
maafkanlah dia!"
"Eh?" Se Pit Han menatap Cing Ji sambil tertawa. "Engkau juga merasa tidak tega?"
"Aku ?"" Cing Ji menundukkan wajahnya dalam-dalam.
"Kalian berdua berhati lembut," ujar Se Pit Han sambil tersenyum. "Kelak kalian
bagaimana ?""
"Kak misan!" Pek Giok Liong terbelalak. Ia tidak tahu kenapa Se Pit Han mengatakan
begitu. "Baiklah!" Se Pit Han tersenyum lagi. "Karena kedua adik itu merasa tidak tega, maka aku
pun tidak akan banyak bicara, namun engkau harus mengabulkan satu permintaan kami!"
"Baik." Pek Giok Liong mengangguk. "Asal kak misan tidak marah lagi, aku pasti
mengabulkan."
"Permintaanku ini walau sederhana, namun agak sulit dilaksanakan."
571 "Oh?" Pek Giok Liong menatapnya. "Permintaan apa itu?"
"Selanjutnya urusan apa pun, sebelum engkau bertindak, terlebih dahulu harus kau
berunding dengan kami bertiga seperti sekarang ini. Jangan mengambil keputusan sendiri
atau menempuh bahaya."
"Ya." Pek Giok Liong mengangguk.
"Kalau engkau berani melanggar syarat permintaan kami ini, jangan menyalahkan kami
kalau kami tidak menghiraukanmu lagi selanjutnya!"
"Ya." Pek Giok Liong mengangguk lagi.
"Adik Liong, tahukah engkau ketika orang lain mengetahui engkau langsung berangkat ke
Seh Lian San dari Hwa San, itu sungguh mencemaskan."
Setelah mendengar ini, barulah Pek Giok Liong sadar kenapa tadi Se Pit Han tampak
gusar, justru membuat hatinya terharu.
"Kak misan, aku mengaku salah," ucap Pek Giok Liong. "Selanjutnya aku tidak akan
mengulanginya lagi."
"Ng!" Se Pit Han manggut-manggut. "Engkau tidak perlu mengaku salah padaku,
sebaliknya ?"" Se Pit Han melirik Siauw Hui Ceh dan Cing Ji seraya melanjutnya.
"Kedua adik itu sampai tidak bisa makan dan tidak bisa tidur. Mereka berdua kelihatannya
ingin terbang ke Seh Lian San! Coba bayangkan perasaan mereka waktu itu!"
"Eeeh?" sela Cing Ji. "Kakak Han, kenapa kami berdua yang menjadi sasaran
omonganmu?"
"Tapi aku tidak omong kosong kan?" Se Pit Han tertawa kecil.
"Kakak Han!" Siauw Hui Ceh tersenyum. "Kenapa tidak mau membicarakan diri sendiri?"
"Aku justru tidak menghiraukannya," sahut Se Pit Han.
"Hi hi!" Siauw Hui Ceh tertawa geli. "Sungguhkah kakak Han tidak menghiraukannya?"
572 Se Pit Han mengerutkan sepasang alisnya, sebaliknya Pek Giok Liong malah tertawa
ringan seraya berkata, "Kak misan, itu memang kesalahanku sehingga membuat kakak
Han dan kedua adik itu jadi cemas. Di sini aku mengucapkan terimakasih atas perhatian
kalian bertiga!" Pek Giok Liong segera menjura pada mereka.
"Eh?" Se Pit Han melolot. "Siapa suruh engkau menjura hormat pada kami?"
"Jadi ?" kak misan masih marah?"
"Siapa yang marah?"
"Kalau begitu ?"" Pek Giok Liong menatapnya.
"Kenapa tidak dilanjutkan?" tanya Se Pit Han.
"Kalau kak misan sudah tidak marah, kupikir ?"" Pek Giok Liong tidak melanjutkan
ueapannya lagi.
"Engkau pikir apa?" tanya Se Pit Han sambil menatapnya dalam-dalam.
"Sudahlah!" Pek Giok Liong menggelengkan kepala. "Lebih baik aku tidak bilang, agar
engkau tidak marah lagi."
"Eh?" Se Pit Han menatapnya dengan mata agak terbelalak. "Engkau begitu takut aku
marah?" "Tentu." Pek Giok Liong mengangguk. "Kalau tidak, aku sudah bilang."
"Bagaimana kalau aku menghendaki engkau bilang?"
"Ini ?""
"Engkau tidak mau bilang juga?"
"Lebih baik aku tidak bilang."
573 "Tapi ?"" Se Pit Han menatapnya. "Sekarang aku menghendaki engkau bilang, harus
bilang!" "Kak misan!" Pek Giok Liong mengerutkan kening. "Kenapa harus begitu?"
"Baik!" Wajah Se Pit Han berubah. "Kalau engkau tidak mau bilang, selanjutnya aku tidak
akan memperdulikanmu lagi."
"Kakak Liong!" sela Cing Ji. "Cepatlah engkau bilang!"
Pek Giok Liong tersenyum ke arah Cing Ji, kemudian memperhatikan Se Pit Han seraya
bertanya, "Kak misan, betulkah engkau menghendaki aku bilang?"
"Kalau engkau menghendaki aku tidak memperdulikanmu lagi, engkau boleh tidak
bilang?" "Kak misan tidak akan marah?"
"Hm!" dengus Se Pit Han: "Hatiku tidak begitu sempit, lagi pula aku bukan pemarah."
"Kalau begitu, baiklah!" Pek Giok Liong tersenyum. "Kini kak misan sudah tidak marah,
maka ku piker ?" alangkah baiknya kak misan tertawa dikit!"
Se Pit Han tertegun. Ternyata Pek Giok Liong menggodanya, dan itu membuat air
mukanya berubah.
"Siapa akan tertawa padamu ?"" Walau mulut berkata demikian, namun ia justru
tertawa. Begitu Se Pit Han tertawa, Pek Giok Liong memandangnya seperti kehilangan sukma,
sehingga membuat wajah Se Pit Han memerah.
"Kenapa engkau memandangku seperti orang linglung?"
"Wuaah!" Pek Giok Liong tertawa. "Sungguh indah mempesonakan tawa kak misan itu?"
"Eh" Mulai merayu ya?" tegur Se Pit Han dengan wajah bertambah merah, namun hatinya
berbunga-bunga.
574 "Aku tidak merayu, melainkan tawamu itu memang sangat indah dan memukau." sahut
Pek Giok Liong dan tertawa lagi.
"Idih! Mukamu sungguh tebal! Dasar tak tahu ?"" Se Pit Han ingin mengatakan 'Dasar
tak tahu malu', tapi tidak dicetuskan.
"Dasar tak tahu malu kan?" sambung Pek Giok Liong sambil menatapnya. "Dari dulu
hingga kini, berapa banyak ksatria yang bertekuk lutut di hadapan wanita cantik?"
"Kok bicaranya makin ngawur?" Se Pit Han cemberut. "Kalau engkau masih melanjutkan,
aku tidak memperdulikanmu lagi."
"Kakak Han!" Cing Ji tersenyum. "Apa yang dikatakan Kakak Liong memang benar, tadi
tawamu itu sungguh indah mempesona. Kalau aku adalah lelaki, betul-betul akan bertekuk
lutut di hadapanmu!"
"Eh" Adik Cing!" Se Pit Han melotot. "Kenapa engkau jadi membelanya?"
"Aku tidak membelanya, apa yang kukatakan memang sungguh. Kalau Kakak Han tidak
percaya, boleh bertanya pada Kakak Hui!"
"Tidak salah." sambung Siauw Hui Ceh cepat. "Tadi ketika Kakak Han tertawa, memang
sungguh menawan hati."
"Apakah kalian berdua terpikat oleh tawaku itu?" tanya Se Pit Han sambil tersenyum.
"Terpikat," sahut Cing Ji. "Tapi aku dan Kakak Hui bukan Kakak Liong, maka percuma
terpikat."
"Eh?" Wajah Se Pit Han memerah. Ia tidak menyangka bahwa Cing Ji begitu pandai
menggoda orang. "Dasar budak kecil, sama sekali tidak merasa jengah mengatakan
begitu!" "Kenapa harus jengah" Di sini tiada orang luar, lagi pula ?"" Cing Ji tersenyum dan
melanjutkan, ?"" cuma kita bertiga ?""
"Berempat lho!" sahut Pek Giok Liong. "Apakah aku tidak masuk hitungan?"
575 "Sudahlah!" tandas Siauw Hui Ceh. "Rasanya sudah cukup kita bercanda, sekarang lebih
baik kita membicarakan hal penting!"
"Hal penting apa?" tanya Cing Ji.
"Mengenai Cit Ciat Sin Kun itu, harus bagaimana cara menghadapinya," jawab Siauw Hui
Ceh. "Benar." Se Pit Han manggut-manggut, lalu memandang Pek Giok Liong seraya bertanya.
"Adik Liong, bagaimana pendapatmu?"
"Aku siap mendengar petunjuk kak misan," jawab Pek Giok Liong.
"Adik Liong!" Se Pit Han tertawa kecil. "Engkau marah padaku ya?"
"Bagaimana mungkin aku akan marah pada kak misan?" Pek Giok Liong.
"Tapi kenapa barusan engkau bicara begitu?"
"Lho?" Pek Giok Liong tertawa. "Bukankah tadi kak misan bilang, urusan apa pun harus
kita rundingkan bersama!"
"Ini namanya senjata makan tuan!" Se Pit Han menarik nafas.
"Kak misan, aku sama sekali tidak bermaksud begitu," ujar Pek Giok Liong sungguhsungguh. "Kak misan lebih berpengalaman, maka aku mohon petunjuk."
"Terimakasih atas pujianmu, adik Liong!" Se Pit Han tersenyum. "Ohya, tahukah engkau
kenapa aku melarangmu pergi menyelidiki istana Cit Ciat Sin Kun?"
"Tentunya kak misan tidak menghendaki aku menempuh bahaya, kan?" Pek Giok Liong
menatapnya. "Itu merupakan salah satu sebab, masih ada sebab lain."
"Oh" Kak misan, tolong beritahukan sebab lain itu!"
576 "Sebab lain itu adalah ?"" Se Pit Han memberitahukan. "Tidak perlu menempuh jarak,
cukup mengambil jalan pintas saja."
"Maksud kak misan?"
"Pepatah mengatakan ?"" Se Pit Han tersenyum. "Mau memanah orang harus
memanah kudanya dulu."
Pek Giok Liong mengerutkan kening, tampaknya is kurang mengerti akan maksud ucapan
Se Pit Han. Sementara Se Pit Han cuma tersenyum-senyum.
* * * Bagian ke 48: Menyusun Rencana
Setelah termenung beberapa saat, Pek Giok Liong lalu menatap Se Pit Han seraya
bertanya. "Kak misan, aku tidak mengerti maksudmu, bolehkah engkau menjelaskannya?"
"Adik. Liong, asal dapat mencari Cit Ciat Sin Kun, bukankah tidak perlu pergi menyelidiki
istananya lagi?"
"Betul." Pek Giok Liong mengangguk, tiba-tiba hatinya tergerak. "Kak misan, apakah Cit
Ciat Sin Kun telah meninggalkan istananya?"
"Kalau tidak, Kenapa aku harus bilang begitu?" Se Pit Han memberitahukan. "Aku dengar,
dia sudah berada di sekitar daerah sini."
"Dia berada di mana?"
"Tahukah engkau tentang ekspedisi Yang Wie di dalam kota Teng Hong?"
"Aku pernah dengar itu," jawab Pek Giok Liong, lalu memandang Se Pit Han. "Kalau tidak
salah, pemilik ekspedisi itu Sia Houw Kian Nguan. Dia sangat antusias terhadap siapa
pun, dan tergolong pendekar sejati dalam bu lim."
577 "Engkau dengar dari siapa?" tanya Se Pit Han sambil tersenyum.
"Apakah tidak benar?"
"Aku cuma sekedar bertanya."
"Kakak Liong!" sela Siauw Hui Ceh. "Aku tahu engkau dengar dari orang tua pincang itu,
kan?" "Benar." Pek Giok Liong mengangguk. "Aku memang dengar dari orang tua pincang itu."
"Aku dengar ?"" sambung Se Pit Han. "Orang tua pincang itu adalah Tui Hun It Kiam
yang pernah menggetarkan bu lim masa lalu. Benar ya?"
"Kok kak misan tahu?" tanya Pek Giok Liong heran.
"Se Khi yang beritahukan."
"Dia memang banyak mulut."
"Jangan menyalahkan Se Khi!" Se Pit Han tersenyum. "Aku yang bertanya, bagaimana
mungkin dia berani tidak menjawab" Lagi pula ?" engkau pun tidak akan mengelabuiku
kan?" "Ya." Pek Giok Liong mengangguk.
"Ohya!" tanya Se Pit Han mendadak. "Bagaimana dengan 'Kitab ajaib' itu?"
"Bagaimana menurut kak misan?" Pek Giok Liong balik bertanya.
"Aku bertanya padamu justru ingin tahu bagaimana pendapatmu, kok engkau malah balik
bertanya?"
"Menurut aku ?"" Pek Giok Liong berpikir sejenak. "Lebih baik di musnahkan saja, 'Kitab
ajaib' itu."
578 "Apa?" Se Pit Han terbelalak. "Engkau ingin memusnahkan 'Kitab ajaib' itu?"
"Ya."
"Kenapa?"
"Sebab ilmu silat yang dimuat di dalamnya agak menyesatkan."
"Agak menyesatkan?" Cing Ji bingung. "Kenapa menyesatkan?"
"Sudahlah!" Pek Giok Liong menggelengkan kepala. "Tidak perlu kujelaskan."
Cing Ji cemberut, lalu memandang Se Pit Han seraya ujarnya merengek.
"Kakak Han, beritahukanlah!"
"Aku pun tidak tahu." Se Pit Han tersenyum. "Lebih baik dia yang beritahukan."
Cing Ji mengarah pada Pek Giok Liong, kemudian melotot.
"Huh! Siapa menghendaki dia yang beritahukan, dia tidak beritahukan juga tidak apa-apa."
"Kalau begitu ?"" Se Pit Han tertawa kecil. "Bukankah engkau sama sekali tidak tahu?"
"Aku justru ingin tahu," sahut Cing Ji.
"Apakah engkau ingin bertanya pada orang lain?" Se Pit Han menatapnya.
"Ya." Cing Ji mengangguk.
"Engkau ingin bertanya pada siapa?" tanya Se Pit Han.
"Paman Siauw pasti tahu!" Cing Ji tersenyum.
579 "Paman Siauw mungkin tahu, namun aku mengingatkan, lebih baik engkau jangan
bertanya padanya!"
"Kenapa?"
"Aku yakin Paman Siauw juga tidak akan memberitahukan padamu."
"Lho?" Cing Ji tercengang. "Kenapa begitu" Aku jadi bingung."
"Kakak Han, seandainya aku yang bertanya, apakah ayah akan memberitahukan?" tanya
Siauw Hui Ceh mendadak.
"Engkau memang putri satu-satunya paman Siauw, tapi belum tentu ayahmu akan
memberitahukan."
"Apakah ayah tidak leluasa memberitahukan?" tanya Siauw Hui Ceh heran.
"Ya." Se Pit Han mengangguk.
"Kalau begitu, Kakak Han sudah tahu, tapi juga merasa kurang leluasa memberitahukan?"
"Betul." Se Pit Han tersenyum.
"Oooh!" Siauw Hui Ceh manggut-manggut sambil tersenyum. "Kini aku sudah mulai
mengerti."
"Oh, ya?" Se Pit Han tersenyum.
"Tentunya 'Kitab ajaib' itu berkaitan dengan kaum wanita. Benar kan?" ujar Siauw Hui
Ceh.

Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Engkau memang pintar. Engkau kok bisa menduga ke situ?"
"Aku cuma sembarangan menduga."
Sedangkan Cing Ji terus berpikir, akhirnya ia pun menyadari sesuatu, sehingga ia
bergumam. "Oooh, ternyata itu ?""
580 "Adik Cing!" Se Pit Han tersenyum. "Engkau sudah mengerti?"
"Kakak Han jahat!" Cing Ji tertawa. "Berbisik padaku saja! Jadi aku tidak usah berpikir
begitu lama!"
"Engkau harus banyak berpikir, itu yang disebut mengasah otak." ujar Se Pit Han sambil
tersenyum. "Akan tajam kan?" Cing Ji tersenyum dan mengarah pada Pek Giok Liong. "Kakak Liong
juga jahat ?""
"Adik Cing, kenapa engkau menyalahkan diriku?" Pek Giok Liong menggeleng-geleng
kepala. "Padahal aku ?""
"Engkau egois!" Cing Ji menudingnya. "Aku ?""
"Sudahlah Adik Cing!" sela Se Pit Han. "Jangan bergurau lagi!"
"Ya." Cing Ji mengangguk.
"Adik Liong!" Se Pit Han memandangnya. "Apakah engkau tidak tahu keistimewaan ilmu
silat yang ada di dalam 'Kitab ajaib' itu?"
"Aku tidak tahu."
"Engkau sudah membaca buku yang mencatat ilmu silat dari berbagai partai di dalam
ruang rahasia?"
"Sudah, tapi tidak selesai," jawab Pek Giok Liong dan bertanya, "Kak misan, apa
keistimewaan ilmu silat dalam 'Kitab ajaib' itu?"
"Cara melatih lwee kang, agak berlawanan dengan cara yang biasa." Se Pit Han
memberitahukan. "Tapi kalau bertarung dengan mengerahkan lwee kang itu, tujuh hari
tujuh malam bertarung pun tidak akan merasa lelah."
"Oooh!" Pek Giok Liong mengerutkan kening. "Oleh karena itu, kak misan tidak
mengijinkanku memusnahkan 'Kitab ajaib' itu?"
581 "Sungguh sayang kalau 'Kitab ajaib' itu dimusnahkan."
"Kalau begitu, bagaimana kalau kukembalikan ke tempat semula, agar ditemukan orang
yang berjodoh dengan kitab ajaib itu?"
"Itu tidak perlu, aku justru khawatir kitab ajaib itu akan jatuh ke tangan pendekar berhati
licik. Bukankah bu lim akan kacau?"
"Betul."
"Menurut pendapatku, lebih baik kau simpan saja kitab ajaib itu. Bukankah lebih aman?"
Pek Giok Liong berpikir sesaat, kemudian mengangguk.
"Baiklah," ujarnya dan mengalihkan pembicaraan. "Kak misan, tadi engkau menyinggung
Ekspedisi Yang Wie. Apakah Cit Ciat Sin Kun berada di ekspedisi itu?"
"Benar." Se Pit Han mengangguk. "Aku telah memperoleh informasi yang dapat dipercaya,
bahwa Cit Ciat Sin Kun memasuki ekspedisi Yang Wie, hingga saat ini dia belum keluar."
Seketika juga Pek Giok Liong tampak bersemangat.
"Sudahkah kak misan mengutus orang untuk mengawasinya?"
"Ng!" Se Pit Han mengangguk.
Mendadak Pek Giok Liong bangkit berdiri.
"Kak misan, mari kita pergi!" ujarnya.
"Mau ke mana?" tanya Se Pit Han tidak beranjak sama sekali.
"Ke Kota Teng Hong!"
"Mau apa ke sana?"
582 "Eh?" Pek Giok Liong mengernyitkan kening. "Kak misan sudah tahu, kok masih
bertanya?"
"Adik Liong!" Se Pit Han tersenyum. "Duduklah! Jangan terburu nafsu!"
Pek Giok Liong duduk kembali, mulutnya membungkam dengan mata terus menatap Se
Pit Han tanpa berkedip.
"Lho?" Wajah Se Pit Han kemerah-merahan. "Kenapa engkau terus menerus menatapku
begitu" Kepalaku tumbuh tanduk ya?"
"Aku ingin tahu, kenapa engkau sudah tahu tapi masih bertanya?" ujar Pek Giok Liong.
"Bolehkah aku tahu sebab musababnya?"
"Jadi engkau tidak tahu?"
"Aku sangat bodoh, lebih baik Kak misan jelaskan!"
"Adik Liong, engkau ingin ke sana dengan maksud menyelidiki ekspedisi Yang Wie kan?"
"Bukan menyelidiki, melainkan secara terang-terangan."
"Kalau begitu, apakah engkau sudah siap menemui mereka secara terang-terangan?"
"Bukan menemui, melainkan mengunjungi."
"Apakah kunjunganmu dengan cara bu lim?"
"Ya." Pek Giok Liong mengangguk. "Apakah itu tidak baik?"
"Itu memang baik, tapi ?"" Se Pit Han menatapnya. "Apakah engkau ingin langsung
mengunjungi Cit Ciat Sin Kun?"
"Aku akan mengunjungi pemilik ekspedisi itu, kemudian ?""
583 "Kunjungan itu memang baik," potong Se Pit Han sambil tersenyum. "Tapi kini pemilik
ekspedisi itu sudah bukan Sia Houw Kian Nguan lagi."
"Apa?" Pek Giok Liong terkejut. "Sia Houw Kian Nguan sudah di bunuh Cit Ciat Sin Kun?"
"Adik Liong!" Se Pit Han menggeleng-gelengkan kepala. "Jangan terlampau emosi!"
"Maksud Kak misan?"
"Sia Houw Kian Nguan masih hidup, Cit Ciat Sin Kun sama sekali tidak membunuhnya."
"Kalau begitu, dia berada di mana sekarang" Apakah masih berada di ekspedisi Yang
Wie?" "Setengah tahun yang lalu, dia pergi ke Kota Kim Ling."
"Mau apa dia ke sana?"
"Untuk memimpin ekspedisi yang di Kota itu."
"Ekspedisi yang mana?"
"Ekspedisi Kim Ling."
"Oh?" Pek Giok Liong mengernyitkan kening. "Apakah informasi itu dapat dipercaya?"
"Dapat dipercaya sepenuhnya."
"Diakah yang membuka ekspedisi itu?"
"Tentang itu, aku kurang jelas."
Pek Giok Liong berpikir lama sekali, setelah itu ia bertanya.
"Apakah Kak misan tahu siapa yang menjadi kepala pemimpin ekspedisi Yang Wie
sekarang?"
584 "Aku dengar yang menggantikan Sia Houw Kian Nguan adalah Thiat Jiau Kou Hun (Cakar
besi pembetot sukma) Song Yauw Tong, penjahat besar dari kwan gwa (Luar perbatasan).
"Kalau begitu, secara tidak langsung dia pemilik ekspedisi itu!"
"Sebenarnya, pemilik ekspedisi Yang Wie tetap Sia Houw Kian Nguan."
"Heran" Kenapa dia malah pindah ke Kota Kim Ling untuk memimpin ekspedisi di sana?"
Pek Giok Liong tidak habis berpikir.
"Hanya ada satu kemungkinan."
"Kemungkinan apa?"
"Dia berada dalam pandangan Cit Ciat Sin Kun, sehingga terpilih." Se Pit Han
menjelaskan. "Maka Cit Ciat Sin Kun memerintahkan agar dia ke ekspedisi Kim Ling.
Walau dia tahu maksud tujuan Cit Ciat Sin Kun, namun terpaksa harus menuruti perintah
itu." "Kalau begitu, dia pasti tertekan oleh Cit Ciat Sin Kun!"
"Mungkin dan masuk akal."
"Kalau begitu masalahnya, Sia Houw Kian Nguan termasuk orang yang takut mati!" Pek
Giok Liong menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak juga. Mungkin dia punya kesulitan."
"Kesulitan apa?"
"Sia Houw Kian Nguan punya anak istri. Ketika dia berangkat ke Kota Kim Ling, anak
istrinya tidak ikut, juga tidak berada di ekspedisi Yang Wie."
"Oh" Kalau begitu, apakah anak istrinya telah disandera oleh Cit Ciat Sin Kun?"
585 "Sia Houw Kian Nguan adalah pendekar sejati, dia lebih mau mati dari pada harus
menuruti perintah itu. Namun demi keselamatan anak istrinya, maka dia terpaksa
menunduk."
"Nah! Bolehkah aku pergi mengunjungi Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong?" tanya Pek
Giok Liong mendadak.
"Percuma."
"Kenapa percuma?"
"Engkau tidak akan dapat menemuinya."
"Tentunya aku punya akal untuk menemuinya."
"Apa akalnya?"
"Itu rahasia, tidak boleh dibocorkan."
"Adik Liong!" Se Pit Han menatapnya. "Engkau punya akal apa, lebih baik beberkan!
Setelah itu, barulah engkau melaksanakannya."
"Baiklah." Pek Giok Liong mengangguk. "Aku akan menyamar sebagai pedagang, lalu
menemuinya untuk membicarakan soal pengiriman barang. Bagaimana menurut pendapat
kak misan mengenai akalku ini?"
"Cukup baik, tapi dia tetap tidak akan menemuimu."
"Itu urusan bisnis, bagaimana mungkin dia tidak akan menerima kehadiranku?"
"Itu tidak salah. Tapi ekspedisi Yang Wie yang sekarang ini tidak seperti yang dulu lagi.
Meskipun engkau pergi membicarakan soal pengiriman barang, namun belum tentu Thian
Jiau Kou Hun Song Yauw Tong akan menemuimu."
"Lho" Kenapa?"
"Mungkin dia akan menyuruh wakilnya untuk menemuimu."
586 "Tapi tidak akan mengatakan ingin bertemu langsung dengan Song Yauw Tong."
"Itu tidak mungkin."
"Kalau begitu, bagaimana menurut pendapat kak misan?"
"Engkau sudi kalau kuatur?"
"Kak misan akan mengatur bagaimana?"
"Adik Liong ?"" Se Pit Han tersenyum. "Akan kuberitahukan nanti, yang penting
sekarang engkau setuju apa tidak kuatur?"
"Baiklah, aku setuju."
"Tapi engkau masih harus mengabulkan satu syaratku!"
"Katakanlah!"
"Setelah memasuki ekspedisi Yang Wie dan bertemu Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw
Tong, engkau tidak boleh bertindak berdasarkan emosi. Bagaimana?"
"Baiklah!" Pek Giok Liong mengangguk. "Aku menurut."
* * * Hari ini, tampak lima orang menunggang kuda berhenti di depan ekspedisi Yang Wie.
Orang yang pertama merupakan seorang pemuda berwajah agak pucat, namun sikapnya
angkuh sekali. Kuda yang ditunggangnya berbulu putih seperti salju, kuda jempolan dari
kwan gwa. Di belakang pemuda berwajah pucat, tampak pula empat orang berusia tiga puluhan.
Keempat orang itu menunggang kuda berbulu hitam mengkilap.
587 Pemuda wajah pucat dan keempat orang itu melompat turun. Setelah menambatkan kuda
masing-masing, mereka berlima lalu menuju ke ekspedisi Yang Wie.
Di depan pintu ekspedisi Yang Wie, berdiri empat lelaki berbaju hitam. Ketika melihat
kedatangan mereka, salah seorang lelaki berbaju hitam itu pun membentak.
"Harap berhenti!"
Mereka berhenti. Pemuda berwajah pucat lalu memandang laki-laki yang membentak itu
seraya berkata.
"Ada urusan apa?"
"Engkau usaha apa?" tanya lelaki itu.
Pemuda wajah pucat tertawa, ia memandang dirinya sendiri, lalu balik bertanya dengan
nada dingin. "Engkau lihat aku seperti orang usaha apa?"
Lelaki itu menatap pemuda wajah pucat dengan penuh perhatian, kemudian menggelenggelengkan kepala.
"Engkau tidak bilang, bagaimana mungkin aku tahu?" sahutnya.
"Kalau begitu, akan kuberitahukan, aku ke mari mau mencari orang!"
"Siapa yang kau cari?"
"Siapa pemimpin kalian disini?"
Lelaki itu tersentak, lalu memandang pemuda wajah pucat dengan mata terbelalak.
"Engkau ke mari mencari pemimpin kami?"
"Tidak salah. Aku ke mari khususnya untuk mencari pemimpin kalian itu!"
588 "Apakah engkau kenal pemimpin kami?"
"Belum pernah bertemu."
"Oh?" Lelaki itu mengernyitkan kening. "Kalau begitu, bolehkah aku tahu margamu?"
"Aku marga Lie!"
"Ada urusan apa engkau mencari pemimpin kami?"
"Percuma aku beritahukan padamu, lebih baik engkau ke dalam dan melapor!"
"Maaf!" ucap lelaki itu. "Kalau engkau tidak memberitahukan maksud tujuanmu, aku tidak
bisa melapor."
Pemuda wajah pucat menoleh ke belakang pada orang berbaju hijau, lalu ujarnya dengan
suara dalam. "Beritahukanlah padanya!"
"Ya," sahut orang berbaju hijau sambil menjura, setelah itu ia mendekati lelaki penjaga
pintu tersebut, lalu memperlihatkan suatu benda sambil tertawa dingin. "Sobat, engkau
pernah melihat benda ini?"
Lelaki itu tertegun, lalu memperhatikan benda yang ada di tangan orang berbaju hijau.
"Apa itu?" tanyanya.
"Engkau tidak kenal benda ini?" Orang. baju hijau tertawa dingin lagi.
"Tidak kenal. Lelaki itu menggelengkan kepala.
"Ini tanda pengenal pengawal khusus kerajaan. Sungguhkah engkau tidak kenal?" Orang
berbaju hijau menatapnya tajam.
"Hah?" lelaki itu terperanjat. "Kalau begitu, Anda adalah ?""
589 "Pengawal khusus istana," sahut orang berbaju hijau dingin.
"Oh?" Lelaki itu lalu memandang pemuda berwajah pucat. "Tuan muda ini ?"?"
"Dia pangeran." Orang berbaju hijau memberitahukan. "Kini engkau sudah tahu kan?"
"Haah ?"" Lelaki itu terkejut bukan main. Ternyata ia berhadapan dengan pangeran,
cepat-cepat ia memberi hormat. "Hamba menghadap Pangeran, karena hamba tidak tahu
kehadiran Pangeran, maka tadi telah berlaku kasar, mohon Pangeran mengampuni
hamba!" Pemuda berwajah pucat mengibaskan tangannya, dan memandang lelaki itu seraya
berkata. "Engkau tidak tahu maka tidak bersalah. Aku mengampunimu."
"Terimakasih, Pangeran!" ucap lelaki itu sambil menarik nafas lega.
"The Yong Sun! Kini engkau boleh ke dalam melapor!" bentak orang berbaju hijau itu
dengan dingin. "Ya! Ya! Hamba segera ke dalam melapor!" The Yong Sung langsung berlari ke dalam
untuk melapor. Tak seberapa lama kemudian, tampak beberapa orang ekspedisi Yang Wie berhambur ke
luar. Salah seorang berusia lima puluhan, berbadan tinggi besar dan sepasang matanya
bersinar tajam, namun kelihatan licik.
Siapa orang itu" Tidak lain Thian Jiau Kou Hun Song Yauw Tong, penjahat besar dari
kwan gwa. "Hamba Song Yauw Tong memberi hormat pada Pangeran!" ucap Thiat Jiau Kou Hun
sambil menjura pada pemuda wajah pucat. "Karena tidak tahu kedatangan Pangeran,
maka tidak menyambut dengan meriah."
"Tidak perlu sungkan-sungkan, Song Yauw Tong!" sahut pemuda wajah pucat. "Aku ke
mari karena ada sedikit urusan."
590 "Urusan apa, harap Pangeran memberitahukan pada hamba!" ucap Thiat Jiau Kou Hun
Song Yauw Tong dan menambahkan. "Silakan masuk, Pangeran!"
"Jalan duluan!" Ujar pemuda wajah pucat.
"Hamba terima perintah!" Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong menjura, lalu melangkah
ke dalam. Pemuda wajah pucat dan keempat pengawalnya mengikuti dari belakang. Ketika sampai
di pintu ruang, dua orang berbaju hijau berhenti lalu berdiri di luar pintu itu. Sedangkan
dua orang berbaju hijau lainnya mengikuti pemuda berwajah pucat memasuki ruang
tersebut. "Kalian semua harus berdiri di sini!" ujar dua orang berbaju hijau yang berdiri dekat pintu
pada orang-orang ekspedisi Yang Wie. "Kalian semua di larang masuk!"
Orang-orang ekspedisi Yang Wie tercengang, namun mereka menurut berdiri dekat kedua
orang berbaju hijau itu.
"Silakan duduk, Pangeran!" ucap Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong hormat.
Pemuda berwajah pucat duduk, kedua pengawalnya berdiri di belakangnya. Pemuda
berwajah pucat memandang Song Yauw Tong sambil tersenyum.
"Engkau boleh duduk!" katanya.
"Hamba tidak berani," sahut Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong, si Cakar Besi Pembetot
Sukma.

Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Duduklah!" desak pemuda berwajah pucat. "Aku ingin bicara denganmu!"
"Ya." Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong menjura, lalu duduk di hadapan pemuda
berwajah pucat itu. "Maaf, Pangeran menghendaki hamba mengerjakan apa?"
"Ada suatu barang yang harus segera diantar ke ibu kota, maka merepotkanmu untuk
melindungi barang itu ke sana."
"Ya, ya." Hamba merasa bangga sekali."
591 "Berapa biayanya, aku pasti bayar, tapi ?"" Pemuda berwajah pucat memberi isyarat
pada salah seorang pengawalnya.
Pengawal itu segera menaruh sebuah kotak besi ke atas meja.
"Barang yang ada di dalam kotak. besi itu merupakan barang yang amat berharga, maka
harus engkau yang turun tangan melindungi kotak besi itu. Jangan sampai di rampok di
tengah jalan, kalau kotak besi itu dirampok ?"" ujar pemuda berwajah pucat dengan
serius sambil memandang kotak besi tersebut.
Tersentak hati Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong, kemudian ujarnya dengan hati-hati
sekali. "Pangeran berkata begitu, apakah sudah menerima berita bahwa ada orang bu lim ingin
merebut kotak besi itu?"
"Apakah engkau takut?"
Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong mengernyitkan kening, tampaknya tersinggung oleh
ucapan pemuda wajah pucat itu.
"Pangeran, hamba sudah tiga puluh tahun lebih malang melintang di kwan gwa. Selama
itu dan kini belum pernah merasa takut terhadap siapa pun."
"Bagus." Pemuda berwajah pucat tertawa. "Aku kagum padamu."
"Terimakasih atas pujian Pangeran!" ucap Song Yauw Tong sambil tertawa gelak saking
gembira. Kemudian ia pun melanjutkan ucapannya, "Hamba tidak omong besar, tiada
seorang bu lim pun berani mengusik ekspedisi Yang Wie."
"Sungguh?" tanya pemuda berwajah pucat kurang percaya.
"Kalau tidak sungguh, bagaimana mungkin hamba berani mengatakannya?" jawab Song
Yauw Tong. "Kalau begitu, apakah kepandaianmu sudah tiada tanding di kolong langit?" tanya pemuda
berawajah pucat mendadak.
592 "Pangeran, di atas gunung masih ada gunung. Walau hamba berkepandaian tinggi, masih
ada yang berkepandaian lebih tinggi lagi."
"Kalau begitu, kenapa engkau yakin tiada seorang bu lim pun berani mengusik ekspedisi
Yang Wie ini?"
"Tentunya masih ada sebab lain."
"Masih ada sebab lain" Jelaskanlah!"
"Sesungguhnya hamba masih punya atasan."
"Oh?" Pemuda berwajah pucat menatapnya. "Engkau masih punya atasan" Siapa
atasanmu itu?"
"Pelindung ekspedisi Yang Wie ini!"
"Kalau begitu, dia adalah ?"" Pemuda berwajah pucat tersenyum. ?"" dia adalah Sia
Houw Kian Nguan?"
"Sia Houw Kian Nguan juga seperti hamba." Song Yauw Tong memberitahukan sambil
tertawa. "Oh?" Pemuda berwajah pucat memandang Song Yauw Tong. "Kalau begitu, pelindung
ekspedisi Yang Wie ini berkepandaian tinggi sekali?"
"Ya." Song Yauw Tong mengangguk.
"Siapa dia?"
"Maaf, Pangeran ?""
"Tidak leluasa engkau memberitahukan?"
"Ya."
"Kini Sia Houw Kian Nguan itu berada di mana?"
593 "Di utus ke Kota Kim Ling."
"Sebagai pemimpin di sana?"
"Betul."
"Emmh!" Pemuda berwajah pucat manggut-manggut: "Engkau cukup baik dan mau
berterus terang, lain kali kalau ada kesempatan, engkau boleh ke ibu kota menemuiku!"
"Terimakasih, Pangeran! Kalau punya kesempatan, hamba pasti ke ibu kota mengunjungi
Pangeran."
"Aku pasti menyambutmu sebagai teman." Pemuda berwajah pucat tertawa, tentunya
sangat menggembirakan Song Yauw Tong.
"Terimakasih, Pangeran!" ucapnya.
"Ohya!" Pemuda berwajah pucat menatapnya seraya bertanya. "Kapan engkau akan
berangkat?"
"Paling lambat besok sore."
"Besok sore?" Pemuda berwajah pucat mengernyitkan kening. "Kenapa harus menunggu
sampai besok sore. Apakah tidak bisa lebih cepat?"
"Karena hamba yang mengantar, maka harus melapor pada pelindung ekspedisi Yang
Wie ini!" "Harus melapor?"
"Ya."
"Pelindung itu tidak berada di sini?"
"Dia tidak tinggal di sini, tapi kebetulan ada sedikit urusan, maka dia ke mari."
594 "Dia tinggal di mana?"
"Di belakang ekspedisi Yang Wie ini."
"Kalau begitu, bukankah sekarang engkau boleh pergi melapor, tidak usah tunggu sampai
besok sore kan?"
"Dia tidak ada sekarang."
"Dia sudah pergi?"
"Pagi ini dia pergi."
"Engkau tahu kapan dia pulang?"
"Tidak dapat dipastikan," jawab Song Yauw Tong jujur. "Mungkin malam, mungkin juga
subuh." "Kalau besok dia tidak pulang, berarti besok sore engkau tidak bisa berangkat kan?"
"Dia tidak akan pulang esok."
"Aku bilang seandainya."
"Harap Pangeran tenang, kalau pun dia tidak pulang malam ini, besok sore hamba pasti
berangkat."
"Kalau begitu ?"" Pemuda berwajah pucat manggut-manggut sambil tersenyum. "Aku
pun bisa berlega hati!"
"Pangeran memang tidak perlu cemas." Song Yauw Tong tertawa.
"Baiklah." Pemuda berwajah pucat berdiri. "Aku mau pergi, engkau harus berhati-hati
dalam perjalananmu besok sore!"
"Ya." Song Yauw Tong mengangguk sambil memberi hormat.
595 * * * (Bersambung bagian 49)
Bagian ke 49. Lereng Gunung Lima Harimau
Sore ini, tampak tujuh orang menunggang kuda ke luar dari ekspedisi Yang Wie. Salah
seorang dari mereka berbadan tinggi besar berusia lima puluhan, yakni Thiat Jiau Kou
Hun Song Yauw Tong. Sedangkan enam orang lainnya adalah pengawal pilihan
ekspedisi. Tampak pula sebuah bungkusan kecil terikat pada punggung kuda Thiat Jiau
Kou Hun Song Yauw Tong.
Bungkusan yang di kat pada punggung Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong itu adalah
sebuah kotak besi, barang kiriman untuk ke ibu kota dari pemuda berwajah pucat yang
menyebut dirinya pangeran.
Malam harinya setelah pangeran itu pergi, Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong dan
beberapa orang pengawal itu berhasrat sekali membuka kotak besi untuk melihat barang
yang ada di dalamnya. Namun karena barang itu kiriman pangeran, akhirnya mereka pun
tidak berani membukanya.
Sementara ketujuh ekor kuda itu terus berlari kencang, melewati kaki gunung Song
menuju ke Ho Pak dan langsung menuju ibu kota.
Song San merupakan tempat yang amat terkenal, karena di gunung itu berdiri sebuah
vihara, yakni vihara Siau Lim, tentunya di daerah itu sangat aman.
Perlu diketahui, partai Siau Lim merupakan kepala dari cit pay (Tujuh partai besar) it pang
(Satu perkumpulan), yakni Kay Pang.
Oleh karena itu, siapa yang berani membuat kasus di daerah tersebut" Bukankah akan
menjadi musuh cit pay it pang"
Justru sungguh di luar dugaan, di tempat yang amat aman ini telah terjadi sesuatu. Ketika
Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong dan enam anak buahnya melewati lereng gunung
Lima Harimau, mendadak muncul lima orang tua berjubah abu-abu menghadang mereka.
Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong segera mengeluarkan lambang ekspedisi Yang Wie,
bahkan menyebut nama dan julukannya. Namun kelima orang tua berjubah abu-abu sama
sekali tidak bergeming.
596 Apa boleh buat! Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong dan enam anak buahnya terpaksa
turun tangan. Akan tetapi, sungguh mengejutkan, hanya dalam tiga jurus, mereka bertujuh
sudah tertotok jalan darah masing-masing, sehingga tidak bisa bergerak.
Setelah itu, kelima orang tua berjubah abu-abu tersebut membawa mereka ke Gunung
Lima Harimau. Seorang pemuda tampan berdiri di situ, sepasang matanya bersinar-sinar. Siapa dia"
Tidak lain Pek Giok Liong. Di sampingnya berdiri Thian Kang Sing Wie Kauw dan Pat
Kiam. Lalu siapa kelima orang tua berjubah abu-abu itu" Tentunya adalah Thian Koh Siang Ma
Hun dan Si Kim Kong. Mereka melempar tujuh orang itu ke bawah, lalu menjura pada Pek
Giok Liong. "Teecu berlima telah melaksanakan tugas dengan baik." ucap Thian Koh Sing Ma Hun.
"Terimakasih!" sahut Pek Giok Liong. "Jadi mereka cuma bertujuh?"
"Ya." Thian Koh Sing Ma Hun mengangguk. "Mereka cuma bertujuh."
"Ma Hun, buka jalan darah Song Yauw Tong!" Ujar Pek Giok Liong.
Thian Koh Siang Ma Hun segera membuka jalan darah Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw
Tong. Laki-laki setengah baya itu langsung bangkit berdiri lalu memandang Pek Giok
Liong dan Thian Koh Siang Ma Hun seraya bertanya.
"Kenapa aku di bawa ke mari?"
"Aku cuma melaksanakan perintah," sahut Thian Koh Siang Ma Hun.
"Perintah dari siapa?" tanya Song Yauw Tong.
"Perintah dariku." sela Pek Giok Liong. "Aku ingin bicara denganmu!"
"Maaf!" Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong menatapnya. "Siapa Anda?"
597 Pek Giok Liong tersenyum. "Kemarin kita bertemu, kok engkau sudah lupa sekarang?"
jawabnya kemudian.
"Apa?" Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong tertegun. "Kemarin kita bertemu?"
"Ya." Pek Giok Liong mengangguk. "Bahkan kita pun mengobrol cukup lama. Tentunya
engkau belum lupa kan?"
Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong tercengang. Ia menatap Pek Giok Liong dengan
penuh perhatian dan mendadak hatinya tergerak. Namun ketika ia baru mau membuka
mulut, Pek Giok Liong telah mendahuluinya.
"Kemarin aku mengunjungi ekspedisi Yang Wie ?"" Pek Giok Liong tersenyum dan
melanjutkan, "Ingatkah kau sekarang?"
"Ooh! Jadi Anda Pangeran itu?"
"Tidak salah, dia memang aku!"
"Kalau begitu, Anda bukan seorang Pangeran?"
"Seandainya aku seorang Pangeran, bagaimana mungkin berada di sini, dan mengutus
beberapa orang untuk meringkus kalian?"
"Aku mau bertanya ?""
"Tanyalah!"
"Dari mana anak buahmu memperoleh tanda pengenal khusus istana?"
"Kini aku pula yang bertanya, pernahkah engkau melihat tanda pengenal itu?" Pek Giok
Liong balik bertanya sambil tertawa.
"Tidak pernah."
"Kalau engkau tidak pernah melihat tanda pengenal itu, maka engkau pun harus
mengerti!"
598 "Apakah tanda pengenal itu palsu?"
"Engkau sudah banyak bertanya." Pek Giok Liong tersenyum hambar.
"Anda sungguh bernyali, berani memalsukan tanda pengenal istana! Hukumannya ?""
"Kemarin engkau cuma merupakan seorang hamba, lagi pula engkau sendiri yang
mengaku sebagai hamba, kan?"
Wajah Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong langsung memerah.
"Kenapa Anda menyamar sebagai pangeran" Kenapa Anda berbuat begitu?" tanyanya.
"Kalau aku tidak menyamar sebagai pangeran dan tidak berbuat begitu, apakah engkau
mau menemuiku dan mengantar kotak besi itu?"
"Sungguhkah Anda menghendaki aku mengantar kotak besi ini ke ibu kota?" tanya Song
Yauw Tong sambil menatapnya.
"Tentu tidak."
"Kalau begitu, apa maksud tujuan Anda?"
"Agar engkau ke luar dari ekspedisi Yang Wie."
Kening Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong berkerut, lalu menatap Pek Giok Liong tajam.
"Ini karena apa?"
"Ingin bicara denganmu."
"Bukankah kemarin bisa bicara di dalam ekspedisi Yang Wie?"
"Itu tidak leluasa."
"Ohya! Siapakah Anda sebenarnya?"
599 "Kupikir engkau sudah dapat menduga."
"Aku ?" sangat bodoh, tidak bisa menduga siapa Anda."
"Cobalah engkau terka!"
"Otakku tumpul, tidak bisa menerka, lebih baik Anda yang memberitahukan!"
"Baiklah." Pek Giok Liong manggut-manggut. "Aku marga Pek, namaku Pek Giok Liong."
"Apa?" Wajah Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong langsung memucat. "Engkau Pek
Giok Liong?"
"Tidak salah." Pek Giok Liong tersenyum. "Kini engkau sudah tahu siapa aku. Apakah
engkau masih bersedia mengobrol sejenak denganku?"
"Engkau ingin membicarakan orang?"
"Mengenai orang yang melindungi ekspedisi Yang Wie."
"Oh" Apakah engkau ingin tahu siapa dia?"
"Aku sudah tahu. Kalau tidak, untuk apa membicarakannya." Pek Giok Liong tersenyum.
"Haruskah membicarakannya?"
"Memang harus."
"Bagaimana kalau aku tidak mau?"
"Mau tidak mau harus mau."
"Bagaimana kalau aku tidak mau?"
600 "Song Yauw Tong!" Pek Giok Liong tertawa. "Sudah lama engkau berkecimpung di kang
ouw, maka engkau pun pasti tahu keadaan di depan matamu ini!"
"Memangnya kenapa?"
"Hanya ada satu jalan bagimu!"
"Apa?" Song Yauw Tong tersentak. "Jalan kematian?"
"Dugaanmu itu meleset!" Pek Giok Liong tersenyum.
"Oh?" Song Yauw Tong tertegun. "Apakah dugaanku meleset?"
"Memang meleset." Pek Giok Liong tersenyum.
"Lalu ?"" Song Yauw Tong menatapnya bingung. ?"" mau kau apakan diriku?"
"Tidak akan kuapa-apakan. Engkau tidak perlu cemas, hanya saja aku menghendakimu
memberitahukan semuanya."
"Anda kira aku akan memberitahukan?"
"Aku punya akal untuk membuatmu membuka mulut memberitahukan!"
"Akal apa?"
"Song Yauw Tong!" Pek Giok Liong tersenyum serius sambil menatapnya tajam.
"Pernahkah engkau dengar ilmu Ban Ih Cang Sim (Ribuan semut menggerogoti hati)?"
"Apa?" Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong tersentak. "Engkau ingin menghadapi
dengan ilmu itu?"
"Maaf! Demi keselamatan bu lim di kolong langit, aku terpaksa menggunakan ilmu
tersebut menghadapimu, agar engkau mau menceritakan semuanya!"
"Hmm!" dengus Song Yauw Tong dingin. "Kau kira aku akan takluk terhadap ilmu itu?"
601 Pek Giok Liong tersenyum hambar, ia menatap Song Yauw Tong dalam-dalam seraya
berkata. "Aku tahu engkau seorang pendekar dari kwan gwa, mungkin cara itu tidak akan
membuatmu takluk. Tapi ?""
"Kenapa?" tanya Song Yauw Tong dingin.
"Walau engkau bukan pendekar dari golongan putih, namun aku yakin engkau masih
memiliki hati yang bijak. Oleh karena itu, aku harap engkau jangan mendesakku sampai
bertindak di luar batas terhadapmu ?""
"Hm!" dengus Song Yauw Tong dingin, dan menatap Pek Giok Liong tajam. "Pokoknya


Panji Sakti (jit Goat Seng Sim Ki) Panji Hati Suci Matahari Bulan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hatiku tidak akan tergerak oleh omongan manismu."
"Aku bicara sungguh-sungguh berdasarkan suara hati!"
"Aku tidak percaya!"
"Song Yauw Tong!" Pek Giok Liong mengernyitkan kening. "Aku masih menghargai dirimu
sebagai seorang pendekar, maka aku ?""
"Engkau mengatakan demi keselamatan bu lim. Aku bertanya, bagaimana penjelasan
mengenai perkataanmu itu?"
"Aku punya bukti dan itu memang merupakan kenyataan."
"Aku bertanya tentang ucapanmu tadi!"
"Song Yauw Tong! Lebih baik engkau menjawab beberapa pertanyaanku!"
"Sebetulnya engkau mau bertanya tentang apa?"
"Apakah pelindung ekspedisi Yang Wie adalah Cit Ciat Sin Kun?" Pek Giok Liong mulai
bertanya. "Tidak salah!" Song Yauw Tong mengangguk, kemudian tanyanya, "Engkau sudah tahu
kok masih bertanya?"
602 "Apakah sekarang dia masih berada di ekspedisi Yang Wie?"
"Seharusnya masih berada di ekspedisi itu!"
"Kemarin ketika aku berkunjung ke sana, benarkah dia tidak ada?"
"Aku tidak pernah bohong."
Pek Giok Liong mengernyitkan kening sambil berpikir, setelah itu ia menatap Song Yauw
Tong seraya bertanya.
"Benarkah di gedung ekspedisi Yang Wie terdapat jalan rahasia?"
"Entahlah!" Song Yauw Tong menggelengkan kepala. "Kelihatannya tidak ada, kalau ada,
aku pasti tahu."
"Ini justru sangat mengherankan."
"Apa yang mengherankan?"
"Sejak Cit Ciat Sin Kun memasuki ekspedisi Yang Wie, para murid partai kami terus
menerus mengawasi ekspedisi Yang Wie. Hingga kemarin aku berkunjung ke sana, para
murid partai kami sama sekali tidak melihat dia ke luar. Padahal sesungguhnya dia sudah
ke luar, entah dia melalui mana?"
"Maka engkau anggap ada jalan rahasia di sana?"
"Betul." Pek Giok Liong mengangguk. "Kalau dia tidak ke luar melalui jalan rahasia,
tentunya para murid partai kami mengetahuinya."
"Jangan-jangan para murid partaimu itu tak berguna!" ujar Song Yauw Tong sambil
tertawa. "Mungkin mereka tak berguna, namun aku percaya mereka tidak akan melalaikan tugas."
"Apakah engkau begitu percaya terhadap para murid partaimu itu?"
603 "Ya."
"Kalau begitu, aku ingin bertanya."
"Silakan!"
"Kalian dari partai mana?"
"Seng Sim Bun (Partai Hati Suci)."
"Partai Hati Suci?" Air muka Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong tampak berubah.
"Heran, aku tidak pernah dengar partaimu itu."
"Sekarang baru tahu juga tidak terlambat kan?" Pek Giok Liong tersenyum, kemudian
bertanya, "Pernahkah engkau mendengar Jit Goat Seng Sim Ki?"
"Pernah." Song Yauw Tong mengangguk. "Jadi partai Hati Suci berasal dari Panji Hati
Suci Matahari Bulan?"
"Benar."
"Apakah ketua partai tersebut adalah orang yang memegang Panji Hati Suci Matahari
Bulan itu?"
"Tidak salah."
Sungguh mengherankan, mendadak sepasang mata Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong
berbinar-binar.
"Mohon tanya di mana ketua itu?"
"Dia berada di hadapanmu."
"Oh?" Song Yauw Tong memandang Pek Giok Liong, lalu menjura dengan hormat. "Maaf,
aku tadi telah berlaku tidak sopan!"
604 "Tidak apa-apa." Pek Giok Liong tersenyum. "Engkau tidak usah sungkan-sungkan dan
banyak peradaban! Karena aku tadi berlaku kasar padamu, aku pun minta maaf!"
"Ketua jangan membuat aku jadi malu!"
"Ohya! Aku harap engkau bersedia memberitahukan semua itu, agar tidak ?""
"Aku pasti memberitahukan, tapi ?"" Song Yauw Tong memandang Pek Giok Liong.
"Aku. punya satu permohonan, harap Ketua mengabulkannya!"
"Apa permohonanmu, beritahukanlah!"
"Mohon Ketua memperlihatkan panji itu!" ujar Song Yauw Tong. "Aku ingin
menyaksikannya."
"Ingin menyaksikan panji itu ataukah ?"" Pek Giok Liong menatapnya tajam. ?"" ada
suatu maksud lain?"
Wajah Song Yauw Tong kemerah-merahan, kemudian menundukkan kepala seraya
berkata. "Aku memang punya maksud tertentu."
Hati Pek Giok Liong tergerak, lalu tersenyum sambil merogoh ke dalam bajunya. Ia
mengeluarkan panji tersebut dan berkata sungguh-sungguh.
"Ini Panji Hati Suci Matahari Bulan, silakan menyaksikannya!"
Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong memperhatikan panji itu, setelah itu mendadak ia
berlutut. "Teecu Song Yauw Tong menghadap panji dan memberi hormat pada ketua!" ucapnya.
Pek Giok Liong menyimpan kembali panji itu ke dalam bajunya, lalu ia menatap Song
Yauw Tong. "Silakan bangun!" katanya.
605 "Terimakasih, Ketua!" Song Yauw Tong segera bangkit berdiri.
"Song Yauw Tong, apakah ada hubungan engkau dengan Jit Goat Seng Sim Ki?" tanya
Pek Giok Liong.
"Guru teecu meninggalkan amanat, asal Jit Goat Seng Sim Ki muncul, teecu harus
bergabung dan sekaligus mengabdi pada panji itu."
"Oh" Siapa gurumu?"
"Teecu tidak tahu, sebab guru teecu tidak pernah memberitahukan."
"Oh?"
"Tapi sebelum guru menghembuskan nafas penghabisan, teecu diberikan semacam tanda
pengenal, agar kelak diserahkan pada ketua panji."
Song Yauw Tong mengeluarkan sebuah tanda pengenal yang terbuat dari batu giok, lalu
diserahkannya pada Pek Giok Liong dengan hormat.
Pek Giok Liong menerima tanda pengenal itu lalu diperiksanya. Sepasang matanyapun
tampak berbinar-binar.
"Ternyata gurumu salah satu Siang Ciang (Sepasang jenderal) yang di sisi kiri kanan
generasi keempat pemegang panji ini, dan engkau murid Yu Ciang Kun (Jenderal kiri)
Yam Ban Seng."
"Oh?" Thiat Jiau Kou Hun Song Yauw Tong tampak gembira sekali.
"Song Yauw Tong!" panggil Pek Giok Liong.
"Teecu siap terima perintah!" Song Yauw Tong menjura.
"Bersediakah engkau meneruskan kedudukan mendiang gurumu itu?" tanya Pek Giok
Liong serius. "Teecu bersedia."
606 "Kalau begitu ?"" Pek Giok Liong mengembalikan tanda pengenal itu pada Song Yauw
Tong seraya berkata, "Mulai saat ini, engkau adalah jenderal kiri dalam partai Hati Suci."
"Terimakasih, Ketua!" Song Yauw Tong menjura dengan hormat.
"Nah, sekarang engkau harus bicara sejujurnya!" tegas Pek Giok Liong sambil
memandangnya. "Ya." Song Yauw Tong mengangguk. "Dugaan Ketua memang tidak meleset. Di gedung
ekspedisi Yang Wie terdapat jalan rahasia."
"Masuk dari mana?"
"Di dalam bangunan yang ada di halaman belakang bangunan besar ekspedisi itu." Song
Yauw Tong memberitahukan. "Tapi pintu ke luarnya malah ada lima."
"Semua jalan rahasia itu tembus di mana?"
"Yang paling dekat ada dua tempat, yakni sebelah selatan tembus ke toko kain Yong
Heng Kie, dan yang sebelah utara tembus ke penjualan kuda."
"Ngmm!" Pek Giok Liong manggut-manggut. "Siapa pun tidak akan menaruh perhatian
pada kedua tempat itu. Tiga jalan rahasia lainnya pasti menembus ke pinggir kota. Ya,
kan?" "Salah satu jalan rahasia itu tembus ke pelabuhan."
"Oooh!" Pek Giok Liong manggut-manggut lagi.
"Dua jalan rahasia lagi justru sungguh di luar dugaan tembusnya, karena yang satu
menembus ke pekuburan di pinggir kota, satu lagi menembus ke vihara Lian Hoa."
"Oh?" Pek Giok Liong tertawa. "Kelinci yang pintar pun cuma punya tiga liang, sedangkan
Cit Ciat Sin Kun malah punya lima jalan rahasia! Itu sungguh di luar dugaan! Dia memang
cerdik dan licik!"
"Benar." Song Yauw Tong mengangguk. "Benarkah vihara Lian Hoa di huni oleh para
biarawati?" tanya Pek Giok Liong.
607 "Ya." Song Yauw Tong mengangguk lagi. "Para biarawati itu datang dari Istana Lemah
Lembut." "Kalau begitu, para biarawati itu bukan asli biarawati vihara Lian Hoa?"
"Memang bukan."
"Ke mana para biarawati vihara Lian Hoa?"
"Sebetulnya di vihara itu terdapat tiga biarawati, tapi sudah mati semua."
"Sudah mati semua," Pek Giok Liong mengerti itu, tentunya telah dibunuh oleh anak buah
Cit Ciat Sin Kun.
"Hm!" dengus Pek Giok Liong dingin. "Sungguh kejam Cit Ciat Sin Kun itu, para biarawati
yang tak berdosa pun dibunuhnya!"
Song Yauw Tong diam saja.
"Tahukah engkau siapa Kim Tie itu?" tanya Pek Giok Liong mendadak.
"Teecu tidak pernah melihat wajah aslinya."
"Engkau tahu dia berada di mana sekarang?"
"Mungkin dalam perjalanan menuju ke Ciang Pek San (Gunung Ciang Pek)."
"Pergi cari gara-gara dengan partai Ciang Pek?"
"Entahlah!" Song Yauw Tong menggelengkan kepala. "Teecu tidak begitu jelas tentang
itu." "Kapan dia berangkat?"
"Semalam."
608 "Berapa orang yang menyertainya?"
"Empat pengawal khusus dan dua pemimpin aula, bahkan ikut pula belasan orang yang
berkepandaian tinggi. Jadi semuanya berjumlah dua puluh orang."
Pek Giok Liong berpikir lama sekali, lalu memandang Thian Koh Sing Ma Hun seraya
berkata. "Engkau segera kembali ke dalam kota, dan sampaikan perintahku pada tiga pelindung
pulau dan dua belas pengawal, agar segera berangkat mengejar Kim Tie!"
"Hamba terima perintah!" Thian Koh Sing Ma Hun menjura, lalu mengerahkan ginkangnya
meninggalkan tempat itu.
Setelah Thian Koh Sing Ma Hun pergi, Pek Giok Liong kembali mengarah pada Song
Yauw Tong. "Tahukah engkau, Siang Hiong Sam Kuai berada di mana sekarang?"
"Siang Hiong berada di dalam ekspedisi Yang Wie, sedangkan Sam Kuai pergi bersama
Gin Tie." Song Yauw Tong memberitahukan.
"Tu Ci Yen berada di mana sekarang?"
"Tu Ci Yen?" Song Yauw Tong tertegun. "Siapa Tu Ci Yen?"
Pedang Pembunuh Naga 3 Bentrok Para Pendekar Karya Gu Long Hikmah Pedang Hijau 13

Cari Blog Ini