Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong Bagian 9
"Suheng mengatakan kau ini seorang wanita siluman, tapi tak mau memberitahukan padamu."
Maka sahutnya: "Kau sudah tahu dia adalah suhengku, sudah tentu kami suheng dan sute banyak sekali yang
dibicarakan. Tentang apa yang kita bicarakan itu bukan urusanmu."
"Baiklah. rupanya kamu berdua suheng dan sute sudah saling bersepakat. Aku orang luar tidak boleh turut campur.
Tapi Gong-gong ji akan ada seseorang yang hendak mengurus dirimu. Dan orang itu segera akan tiba kemari. Memang kebetulan sekali kita berjumpa disini, jangan kau ngacir dulu lho.." demikian Su tiau-ing menyerocos.
"Nona su,jangan membikin susah payah padaku. Aku masih ada lain urusan. ai.. benar2 ada urusan. Maaf aku terpaksa harus pergi."
Habis berkata, Gong-gong Ji pun segera melesat pergi, tanpa meninggalkan sepatah katapun pada Khik sia. Pada lain kejap ia sudah lenyap dari pemandangan.
Su tiau-ing cibirkan bibirnya dan ketawa riang.
Muncul dan perginya Gong-gong ji itu sungguh diluar
dugaan Khik sia. Tapi cara ia pergi secara begitu mendadak.
Lebih menherankan Khik sia dari pada ketika muncul tadi.
Gong-gong ji itu seorang manusia yang tak takut segala apa.
Seumur hidupnya kecuali terhadap suhu dan subonya, ia tak pernah tunduk kepada siapaun juga. Pada waktu dahulu
karena peristiwa dari Ceng-ceng ji ia pernah bertempur dengan Hon kay Wi wat, itu tokoh dari Kay pang. Padahal Wi wat itu termasuk angkatan sebaya dengan suhunya. Tapi heran, manusia tak punya takut itu kini ternyata lari terbirit-birit oleh beberapa patah kata Su tiau ing. Sungguh
mengherankan sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan penuh tanda tanya, diam2 Khik sia menimang
dalam hati, "Siapakah yang dikatakan su Tiau ing" Pada masa ini tokoh2 yang dapat mengalahkan suheng hanya dapat dihitung dengan jari saja. Selain Bok Jong-long dari pulau hu-siang-to dilaut Tang hay yang begitu jauhnya, mungkin hanya Kim Lun Hwat ong yang dapat menundukkan suheng. Lain2nya seperti Wi wat, Mo Keng lojin dan Biau Hui sinni dll, paling banyak hanya berimbang dengan dia. Sedang terhadap Kim Lun hwat oang, suheng tak takut, masakah orang yang disebut Su tiau-ing itu jauh lebih sakti dari Kim Lun Hwat ong itu?"
Su tiau ing tertawa, "Suhengmu sudah lari jauh., Kukira ia tentu tak berani datang lagi. Mengapa kau masih mengawasi terlongong2 saja" Bahwa tadi aku telah mengganggu
pembicaraan kalian berdua suheng dan sute sungguh aku merasa menyesal. Ha, aku sendiripun tak menyangka sama sekali bahwa Biau chiu Gong gong ji begitu berjumpa padaku lantas lari ter-birit2 begitu rupa."
Khik Sia tak dapat tiada berpikir. "Sudah lama sekali suhengku termashur namanya, maka pambeknyapun tinggi. Ia muncul pergi tanpa terduga. Terhadap kaum rendahan,
bagaimana ia mau meladeni" Nona Su ini masih muda
umurnya pun puteri dari Su Su bing yang di benci oleh suheng, Tapi mengapa ia kenal pada suheng."
Dan keheranan hatinya itu segera disalurkan dalam sebuah pertanyaan: "Nona Su. bilakah kau kenal pada suhengku itu"
Mengapa suheng tak pernah mengatakan padaku?"
"Amboi, belum pernah mengatakan?" Sahut Su tiau-ing..
"Bukankah tadi dibelakaagku ia mengomongkan tentang diriku?"
Tergerak hati Khik Sia. Teringat tadi sikap suhengnya kala menasehatinya supaya jangan bergaul rapat dengan Su Tiau ing ditilik nada2nya, agaknya Gong-gong-ji itu memang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kenal dengan nona itu. Hanya saja mengapa ia begitu
ketakutan terhadap nona itu?"
Kata Su Tiau-ing pula: "Aku tak peduli apa yang kalian berdua bicarakan tadi. Kaupun tak usah menghiraukan
bagaimana aku kenal padanya, pokoknya kau takut pada
suhengmu, tetapi aku tak takut sama sekali kepadanya."
Sejak dulu Khik Sia selalu memperindahkan kepada
suhengnya. Mendengar kata2 Su Tiau-ing begitu, ia tak enak hatinya.
"Bagus, memang sebenarnya kita bukan sekaum maka tak perlu menghiraukan urusan masing2. Aku cukup akan
bertanya padamu, apakah sekarang kau sudah sembuh sama sekali" Dapatkah kau berjalan seperti biasa lagi?"
Su Tiau-ing kerutkan alis dan menyahut: "Ya, terima kasih atas pertolonganmu tadi. Aku sudah sembuh."
Kala itu rembulan sudah remang diufuk barat. Fajar segera akan menerangi bumi. Kata Khik Sia: "Baik. sekarang kita akan berpisah." Ia terus ayunkan langkah pergi.
"Hm!, mau ke mana kau" apakah bukan hendak melapor pada kaum Kay pang." tiba2 Su Tiau-ing meneriakinya.
"Hm, bukankah telah kita katakan. kita tak boleh mengurus urusan masing2" Aku hendak pergi kemana, perlu apa kau ingin tahu?" sahut Khik sia yang tanpa berpaling kepala lagi terus melangkah maju.
Dari belakang kedengaran Su Tiau-ing tertawa:
"Sebenarnya aku malas untuk bertanya urusanmu itu. Aku hanya kuatirkan apalagi orang Kay-pang bertanya tentang diri Ciu pangcu. bagaimana jawabanmu?"
Dari ucapan Su Tiau-ing yang mencurigakan ini, teringatlah Khik Sia akan sesuatu, tadi ketika ia menceritakan kepada suhengnya bahwa Ciu pangcu sudah lolos, sikap suhengnya agak aneh, malah mengatakan aneh juga. Sayang suhengnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum sempat menerangkan hal itu karena keburu Su tiau-ing datang.
Bahwa sekarang Su Tiau ing mengungkit lagi hal itu,
kecurigaan Khik sia makin besar, tanpa terasa ia hentikan langkah dan berpaling bertanya: "Nona Su, bagaimana"
Bukankah tadi kau mengatakan Ciu pangcu sudah lolos?"
"Tentang hal itu" Boleh dikatakan ya, boleh dikatakan tidak," sahut Su Tiau-ing dengan nada yang tawar!
"Ya bilang ya, tidak bilang tidak, mengapa tak tegas begitu" Permainan apa yang kau lakukan ini, ha?" tegur Khik Sia yang sudah mulai sengit.
"Tempat tahanan Cia pangcu sudah musnah terbakar api, Engkohku tak mengetahui dimana Ciu pangcu itu sekarang berada. Dengan begitu ia tak dapat mencelakainya lagi." kata Su Tiau ing
"Bukankah hal itu berarti ia sudah lolos?"
"Benar," jawab Su Tiau-ing sambil tertawa "Memang aku tak usah menguatirkan keselamatan jiwanya lagi. Tapi ia masih berada dalam cengkeramannya. Bahaya sih sudah
tidak, namun lolos, tetap belum. Maka untuk pertanyaanmu tentang lolosnya atau tidak aku hanya dapat menjawab secara dualistis (dua2nya). Jadi sekali lagi kuulangi, boleh dikata ya boleh dikata tidak."
"Bukankah kau sudah mengatakan kalau sudah
melepaskannya" Jadi kalau begitu kau hendak menipu aku!"
teriak Khik Sia dengan marahnya.
Tapi dingin2 saja Su Tiau ing menjawab : "Pikirlah yang terang sedikit. Bilakah kuberkata aku sudah melepaskannya"
Akukan hanya mengatakan padamu tentang kusuruh budakku melepaskan api" Menuduh aku sudah melepaskan dia itulah anggapanmu sendiri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Khik Sia ingat2 kembali dan benar juga ia tak mendengar kalau Su Tiau ing itu mengatakan sudah melepas Ciu pangcu.
Kejut Khik Sia bukan kepalang. Buru2 ia bertanya: "Bagaimana kejadian ini yang sebenarnya" tapi aku ingat, kau mengatakan kalau tak membakar Ciu pangcu."
"Memang tidak membinasakannya, dan mengapa aku harus membinasakan" Membiarkan ia hidup, gunanya jauh lebih besar, dengarlah aku hanya memindahkan tempat tahanannya saja kelain tempat, tempat itu kecuali aku dan dan dua orang budak kepercayaanku, siapapun tak tahu."
Khik Sia menghela napas, serunya: "Oh, kiranya begitu, tapi meskipun ia tak berbahaya, mengapa masih ditahan lagi"
Untuk itu aku tetap kuatir Kay-pang mempunyai hubungan dengan aku, harap kau suka memberitahukan tempat
tahanannya dan tolong berikan obat penyembuh untuknya agar segera dapat menolongnya."
Su Tiau-ing tertawa dingin. "Bukankah kau sudah
mengatakan kalau kita masing2 tak usah saling minta
pertolongan" sejak saat ini kau ketimur aku kebarat, kau tak perdulikan aku, aku juga tak menghiraukan kau"!"
Khik Sia terlongong2, serunya "Ini....ini. janganlah kau begitu keliwat sekali."
"Kay pang mempunyai hubungan denganmu, tapi tak
punya hubungan apa-apa dengan aku. Karena kau
menganggap diriku orang asing, mengapa sekarang kau
hendak minta pertolonganku supaya bebaskan Ciu pangcu"
Bukankah ini juga keliwatan sekali?" dengan lidahnya yang tajam. Tiau-ing dapat membalas serangan Khik Sia.
Debatan ini membuat Khik Sia tersipu2 merah mukanya
sampai sekian lama ia tak dapat bicara.
"Sudahlah, bicaraku sudah habis, Bukankah kau hendak pergi" mengapa tak jadi?" Su Tiau-ing menertawakannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Khik Sia seperti patung. Ia tak dapat berkutik sama sekali.
"Baik, demi memandang dirimu, jika mau menjenguk Ciu pangcu. mari ikut aku ke Tiang an." kembali Su Tiau ing berkata dengan tenang.
Khik Sia terkesiap, serunya: "Menemui Ciu pangcu ke Tiang an?"
"Benar telah kupesan kepada budak kepercayaanku, kalau terjadi sesuatu perubahan harus lekas2 bawa Ciu pangcu ke Tiang-an," sahut nona Su. Teringat bahwa hari pembukaan dari Eng hiong-tay-hwe di Tiang-an itu sudah dekat, karena toh ia juga memang hendak ke sana. akhirnya ia menerima tawaran nona itu.
Demikian mereka berdua lalu menuju Tiang-an. Belum lama berjalan, tiba2 dari sebelah muka tampak ada dua ekor kuda mengcongklang datang. Ketika dekat, ternyata penunggang kuda itu seorang laki2 dan seorang wanita, Khik Sia terkesiap kaget. Kiranya kedua penunggang kuda itu bukan lain adalah Tok-ko U dan Tok ko Ing.
Memandang dengan terlongong kearah kedua pemuda itu.
hati Khik Sia serasa seperti diinjak2 oleh kuda mereka. Namun ia tak dapat menahan keheranannya juga : "Ai. nona Yak bwe" Mengapa ia tak kelihatan bersama kedua kakak beradik itu?"
Timbulnya pikiran semacam itu pada Khik Sia karena ia menuduh Yak bwe itu sudah jatuh hati pada Tok-ko U. Kalau begitu tentulah kemana2 selalu ikut. Siapa tahu karena Yak Bwe lenyap, maka kedua kakak beradik itu menjadi sibuk tak karuan. Kepergian mereka kali ini tujuannya hanyalah hendak mencari jejak Yak-bwe.
Kepergian Yak bwe malam itu. meskipun telah
meninggalkan surat, tapi suratnya itu tidak jelas maksudnya, hanya samar2 Yak-bwe hanya menulis urusan ini kelak tentu jelas sendiri, sekarang masih sukar untuk memberitahukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kata2 dalam surat Yak Bwe itu. makin manambah
kebingungan hati kedua kakak adik tersebut. Sebagaimana diketahui Tok ko ing tetap belum tahu bahwa Yak-bwe itu sebenarnya seorang gadis. Untuk jangan membuat sedih hati sang adik dan karena ia sendiri juga kepingin mengetahui persoalannya, maka Tok ko U mau menemani adiknya pergi ke Tiang an. Mereka duga Yak bwe tentu hadir dalam pertemuan besar para enghiong yang sudah makin dekat waktunya itu.
Jika Yak-bwe tak datang pun, mereka akan dapat bertanya kepada orang2 gagah yang hadir dalam pertemuan besar itu, dengan begitu, mereka yakin tentu akan berhasil menemukan jejak Yak-bwe.
Saat itu kedua kakak beradik she Tok-ko itupun juga
melihat Khik Sia. merekapun terkesiap dan serempak sama meraba pedangnya. Pikirnya : "Ah, sungguh sial, mungkin akan bertempur dengan dia."
Jarak kedua pihak makin lama makin dekat, rupanya Tok-ko U lebih berpengalaman. Ia melihat Khik Sia tak bersikap bermusuhan, tapi Tok-ko ing yang melihat Khik Shia tetap berjalan ditengah straat (jalan) seperti tak mau menyingkir kepinggir, diam-diam merasa kuatir juga. Pikirnya: "Entah siapakah bangsat itu. Hmm. ditilik ia berjalan dengan seorang nona cantik rupanya ia bukan kaki tangan pemerintah.
Kebanyakan tentulah bangsa pengganggu wanita."
Sebaliknya Su Tiau-ing tak kenal dengan kedua kakak
beradik itu. Kala melihat mata Khik Sia tak terkesiap memandang kearah nona itu,(pada hal sebenarnya Khik Sia hanya mencurahkan perhatiannya kearah Tok ko U saja) dan nona itupun terus menerus memandang pada Khik Sia juga (sudah tentu ini hanya menurut anggapan Su Tiau ing sendiri) diam-diam marahlah Su Tiau-ing.
"Siapakah budak perempuan yang berani jual lagak ditengah jalan itu" Baik, biarkan kuolok oloknya, suruh ia menelan pil pahit", demikian pikirnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada Su Tiau ing berpikir itu kedua penunggang
kuda itupun sudah tiba disebelahnya. Rupanya ilmu
menunggang kuda dari Tok ko U masih belum mahir, hingga tak dapat menguasai congklang kudanya yang menerjang
maju. Begitulah Tok ko Ing yang sudah tak dapat menguasai kudanya menjadi gelisah. Buru ia meneriaki Khik Sia: "Hai, minggirlah.. Kau hendak mengapa disitu?"
Khik Sia gelagapan dan buru2 berseru: "Maaf aku sampai lupa memberi jalan," ia segera menyingkir kepinggir untuk memberi jalan pada kuda Tok-ko Ing.
Tapi tidak demikian dengan Su Tiau-ing. tiba2 ia tamparkan tangannya, Dua batang jarum bwe hwa-ciam telah menyusup kedalam paha kuda Tok-ko Ing. Sekali meringkik keras kaki depan kuda itu segera menekuk kebawah, Hampir saja Tok ko ing dilemparkan kebumi. Memang sebenarnya tok-ko Ing
sudah berjaga2 kalau diserang senjata rahasia. tapi tak menyangka sama sekali bahwa serangan itu datangnya dari Su tiau-ing
Adalah karena sudah siap sedia sebelumnya maka dengan cepat Tok ko Ing sudah lantas mencelat keudara. Dalam melayang turun ia sudah gunakan jurus kim-eng-tian-ki atau burung garuda pentang sayap, pedangnya dikembangkan
diudara kemudian meluncur turun menusuk Su tiau ing.
Tok ko Ing adalah anak murid dari Kong-sun tianglo, ilmu pedang Kong sun tianglo itu tiada lawannya didunia persilatan.
Meskipun sucinya, Li-sip ji-nio yang memberi pelajaran padanya tapi tok-ko Ing sudah dapat meyakinkan dengan sempurna.
Keruan Su tiau-ing kaget. Nona yang tak dipandang mata itu ternyata memiliki ilmu pedang yang luar biasa hebatnya.
Kalau ia agak ayal menyingkir tentu sudah dimakan pedang Tok ko Ing. Sekalipun dapat menghindar, tapi karena diserang secara cepat oleh lawan, Su Tiau-ing tak sempat iagi
mencabut goloknya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tok-ko Ing menyerang secara kilat. Sekaligus ia sudah lancarkan tiga serangan. Setiap serangannya tentu mengarah jalan darah Su Tiau-ing yang berbahaya. Su Tiau-ing menjadi keripuban dan terdesak dalam bahaya, Sebenarnya Khik Sia mendongkol kepada Su Tiau-ing yang cari gara2 itu. Tapi demi melihat Tok-ko Ing menyerang dengan jurus2 yang hebat, ia kerutkan dahi. Kalau terus berlangsung begitu terang Su Tiau-ing takkan sempat mencabut senjatanya dan kemungkinan besar tentu binasa di ujung pedang Tok-ko Ing. Apa boleh buat terpaksa turun tangan untuk memberi kesempatan Su Tiau-ing bernapas.
Pada saat Khik Sia menengahi. Tok-ko Ing justru sedang lancarkan jurus yang keempat yakni giok-li-tho soh atau bidadari melempar tali, Tampaknya Su Tiau ing sukar
menghindar lagi. Tapi sekali jari tengah Khik Sia menyentik, tring .... pedang Tok ko Ing kena dipentalkan kesamping.
Kaget dan marah Tok-ko Ing bukan kepalang, dampratnya.
"Bangsat jahanam. aku mengadu jiwa padamu !"
Meskipun jelas dilihatnya bahwa tadi Khik Sia tak
mengandung maksud bermusuhan sungguh-sungguh, namun
untuk menjaga kemungkinan yang tak di harapkan, Tok-ko U
cepat putar kudanya, tepat ada saat itu Khik sia menyentil pedang Tok-ko Ing. Anak muda itu berdiri berhadapkan
dengan adiknya, jaraknya amat dekat sekali, dapat menyerang apabila Khik Sia mau. Sudah tentu Tok-ko U terperanjat.
Kuatir kalau anak muda itu akan berbuat jahat terhadap adiknya, tanpa banyak pikir lagi, Tok ko U juga ikut2an memaki: "Bangsat, lihatlah passerku."
Khik Sia hendak memberi perjelasan tapi dua batang passer Tok ko U sudah menyambarnya. Cepat Khik Sia ulurkan
tangan untuk menyambutinya. Pada saat itu ia berhasil menjepit paser itu, pedang Tok ko Ingpun sudah tiba, Khik Sia segera gunakan paser itu untuk menangkis, tring.... paser terpapas kutung. tangan Khik Sia hampir terluka juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena Khik Sia sendiri menghadapi Tok-ko Ing, jadi Su tiau-ing berada dibelakangnya Tok-ko Ing mencekal sebatang pedang pusaka sedang Khik sia hanya bertangan kosong saja.
Makin dekat jarak mereka, makin berbahaya bagi Khik Sia harus tumplek seluruh perhatian kepada pedang pusaka si nona itu. Dengan begitu ia tak sempat memperhatikan Su Tiau ing lagi. Tapi telah dikatakan bahwa Tok-ko U telah timpukkan dua batang paser.
Yang sebatang dapat disambut Khik Sia, tapi yang sebatang lagi yang memang diarahkan oleh Tok-ko U untuk Su Tiau-ing dan tak mampu disambuti oleh gadis itu.. Memang lain Khik Sia lain Su Tiau-ing. karena kalah lihay dari pada pemuda itu, jalan satu2nya bagi Su Tiau-ing yalah menghindar. Tapi meski ia sebat sekali dapat menghindar, toh tak urung, tusuk kondenya yang terbuat dari batu kumala kena dihantam jatuh oleh paser itu.
Inilah yang dinamakan jangan suka mengganggu anjing
tidur atau jangan suka cari perkara yang berarti mengundang bahaya.
Kejut dan marahlah Su Tiau-ing. Cepat ia sudah siapkan jarum bwe-hoa-ciamnya. ia bermaksud hendak gunakan siasat seperti terhadap Tok-ko Ing tadi. yaitu merobohkan kuda tunggangan Tok-ko U. Tapi tiba2 Khik Sia putar tubuhnya dan dengan pukulan hiat-gong ciang ia hantam jarum Su Tiau ing itu sampai tercerai berai. Setelah deliki mata, Khik Sia lantas menyikut dan aduh.... begitu sang mulut mengaduh, tubuh Su tiau-ingpun sudah terlempar sampai tiga tombak jauhnya.
Padahal sikutan Khik Sia itu hanya dengan gunakan tenaga kiau-kin atau ketangkasan, Sebenarnya Su Tiau ing tak menderita kesakitan apa2. Ia menjerit tadi, karena sama sekali tak menduga akan tindakan Khik Sia.
Tapi pukulan hiat-cong-ciang yang dilepas Khik Sia tadi, memang menggunakan iwekang penuh, ia pernah bertempur dengan Tok-ko U dan tahu kalau Tok-ko U itu tak boleh dibuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
main2. Apalagi anak muda She Tok-ko itu jaraknya masih 6-7
tombak jauhnya, taruh kata Su Tiau ing benar lepaskan bwe-hoa-ciam, pun Tok-ko U tentu dapat mengatasinya. Jalan pikiran Khik Sia telah mencegah Su Tiau ing memperbesarkan perkara. Itulah sebabnya ia hantam jarum bwe-hoa ciamnya sampai berceceran.
Sayang dalam kesibukannya itu Khik Sia tak sempat
memikir jauh, ia bermaksud baik terhadap Tok-ko U. Tapi karena tak mempersatukan akibatnya malah menjadikan salah pahamnya. Pukulan hiat-gong ciangnya tadi tak berarti bagi Tok-ko U, tapi kudanya, ya.. kudanya itulah tak yang kuat.
Bukan saja kuda Tok-ko U yang tengah lari itu berhenti dengan tiba2 pun bahkan tersurut mundur sampai beberapa langkah. Kuda menjadi kaget dan melonjak2 sehingga Tok-ko U hampir hampir dilemparkan ketanah. Maksud baik dari Khik Sia. menjadi percuma saja. Bahkan hal itu di artikan
sebaliknya oleh Tok-ko U. Dengan murka, anak muda itu loncat turun dan kudanya. Sekali ia rangsangan kipasnya, jalan darah yang mematikan ditubuh Khik Sia segera di serangnya,
Ilmu tutukan kipas dari Tok-ko U, sebenarnya merupakan ilmu sakti dalam dunia persilatan. Tapi ia kebentur dengan Khik Sia yang memiliki ginkang jempol. Tanpa menghiraukan Su Tiau-ing lagi, Khik Sia segera kembangkan ginkangnya untuk berlincahan kian kemari naik turun menghindari tujuh buah serangan Tok-ko U Jangankan kena, sedang menyentuh bajunya saja kipas Tok-ko U itu sudah tak mampu.
Insyaf bahwa kepandaian lawan lebih tinggi dari dirinya, kini Tok-ko U menjadi kalap. Asal dapat menutuk saja, tak peduli apakah itu jalan darah yang fatal (mematikan) atau jalan darah yang tak berbahaya. Jadi ia menutuk asal menutuk saja.
Kebencian Tok-ko Ing terhadap Khik Sia jauh lebih
engkohnya. Seperti engkohnya, sekali gerak iapun sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lancarkan serangan-serangan yang berbahaya, selain itu mulutnya terus nyerocos memaki2 Khik Sia sebagai maling jahat.
Menghadapi keroyokan kedua kakak beradik itu, terpaksa Khik Sia keluarkan seluruh kebisaannya. Dalam pada itu.
diam2 ia mulai marah juga, Pikirnya: "Taruh kata pihakku yang bersalah karena mengganggu kuda kalian, toh juga tak seharusnya kalian lantas menyerang secara begitu ganas."
Sampai sekian saat, Khik Sia belum berhasil untuk
membebaskan diri dari rangsangan kedua saudara itu.
Akhirnya setelah berkutetan sekian lama. barulah ia
memperoleh kesempatan itu, Ia melenyap keluar dari samping Tok-ko Ing sembari membentaknya: "Berhenti!"
Namun Tok-ko ing sudah seperti orang kerangsekan setan, Ia terus menguber maju dan menusuk lagi: "Bangsat, mau lari?"
Khik Sia tertawa dingin: "Jika aku seorang bangsat, tentu tadi sudah kucabut nyawamu, Bukannya aku takut pada
kalian, aku hanya memandang pada diri nona Su...."
"Siapa yang suruh kau memandang mukaku" Kedua
bangsat kecil itu kurang ajar sekali, hajar sajalah mereka itu habis2an. Sedikitpun aku tak kasihan pada mereka" dengan serempak Su Tiau-ing sudah lantas menyahuti kata Khik Sia.
Yang dimaksud oleh Khik Sia diri 'nona Su' itu, adalah Su Yak-bwe. Dalam mengucapkan kata2nya itu, hati Khik Sia amat ramah sekali. Siapa tahu, Su Siau-ing sudah salah duga, mengira kalau dirinya yang dimaksudkan sianak muda itu.
Sudah tentu Khik Sia menjadi meringis seperti monyet
tertawa. Adalah Tok-ko ing yang hampir mau meledak dadanya.
Dengan lantang ia memaki: "Kurang ajar, siapa yang minta kasihanmu?".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pedang ceng ong-kiamnya kembali memburu Khik Sia
dalam hujan serangan sin-liong-jut-hay, leng-wan-hoan-ci, hian niau-hwat sat dan beng-ke-toh-li. Sekaligus ia lancarkan empat buah jurus yang semuauya mengarah jalan darah
mematikan. Khik Sia tak mempunyai kesempatan untuk memberi
perjelasan lagi dan lagi ia sendiripun tak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Dalam penjelasan itu, tak urung ia harus mengatakan: "Su Yak-bwe adalah calon istriku yang batal. Kini ia tak mau padaku, tapi dengan masih memandang mukanya, aku tetap memberi ampun pada kalian," Ini runyam.....
Tok-ko U lebih terang dari adiknya, dalam pengalamannya iapun lebih banyak dari sang adik, Setelah mendengar kata2
Khik Sia tadi. ia duga disitu tentu tersembunyi sesuatu. Belum lagi ia sempat merangkai dugaannya lebih jauh Su Tiau-ing sudah menyelutuk tadi. Diam2 Tok-ko U berpikir: "Ah, kiranya nona siluman itu juga orang she Su. Kukira ucapan anak muda itu menyangkut diri Su hiante (Yak bwe). Hm, lucu benar,"
Namun kecurigaan Tok-ko U masih tetap belum hilang sama sekali. Pikirnya pula: "Dengan tanpa alasan, nona jahat itu menyerang Tok ko Ing secara tiba2!. Anehnya mengapa
bangsat kecil itu (Khik Sia) mengatakan karena memandang mukanya" Dari rupanya bangsat kecil itu masih belum mau mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk bertempur."
Setelah menutukan kipas kepunggung Khik Sia, Tok-ko U
tiba2 hentikan serangannya dan berseru: "Siapakah kau ini"
Kami tiada bermusuhan padamu mengapa kau hendak
memusuhi kami?" Apa yang diucapkan Tok-ko U itu, hanya separuh bagian yang dimengerti Su Tiau-ing. Kiranya bukan saja Tok-ko U itu menganggap Khik Sia dan (Su Tiau-ing) itu sekawan pun memandang serangan yang dilakukannya (Su
Tiau-ing) itu juga berarti perbuatan Khik Sia. Lebih lanjut, Tokko U tetap mengira kalau perbuatan Khik Sia dulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelundup kedalam rumahnya itu, tentu bermaksud jahat.
Tapi Su Tiau-ing hanya tahu akan peristiwa saat itu. Sama sekali ia tak tahu menahu tentang peristiwa Khik Sia
menyelundup kegedung keluarga Tok-ko tempo hari.
Sebenarnya Khik Sia hendak memberi penjelasan. Tapi
karena ia tak tahu bagaimana harus memulai, maka walaupun mulutnya komat kamit tapi tak keluar suaranya. Adalah Su Tiau-ing yang bermulut lancar, dengan sikap mengejek sudah lantas buka suara: "Apa kan kalian itu anak ayam yang baru pertama kali ini keluar dari kandang" Masakan pendekar muda Toan Khik Sia yang cemerlang namanya kalian sudah tak mengetahui" Hm, apakah sekarang kalian masih berani kurang ajar padaku lagi?"
"Apa" Benarkah kau Toan Khik Sia?" teriak Tok-ko U
dengan kaget. Saat itu Khik Sia merasa jengah dan
mendongkol. Selagi Tok ko U dan adiknya terkesiap, ia lantas gunakan gerak it-ho-jong thian atau burung bangau
menyusup keudara, loncat keluar dari kepungan mereka.
Disana Khik Sia rangkap kedua tangannya memberi hormat:
"Urusan hari ini, adalah pihak kami yang bersalah, dengan ini kuhaturkan maaf."
Habis berkata ia lantas berputar tubuh dan terus
menggandeng tangan Su tiau-ing diajak pergi. Tindakan Khik Sia itu membuat Su Tiau-ing melonjak kaget, serunya: "Hai.
bagaimana kau ini" Tidak menghajar mereka sebaliknya kau malah minta maaf?"
Dengan wajah keren Khik Sia mendengus dan berkata:
"Jangan membikin onar lagi"
Ditariknya tangan si nona terus dibawa lari. Dicekal oleh Khik Sia erat2. mana Su Tiau ing mampu berkutik.
Kedua saudara Tok-ko saling berpandangan satu sama lain.
Kemengkalan hati Tok ko Ing masih belum reda, namun ia tak mau memaki2 "bangsat" lagi kepada Khik Sia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tok-ko ing amat menyayang sekali akan kudanya itu.
Walaupun kuda kesayangannya itu kena sebatang jarum bwe hoa ciam. ia duga tentu tak jadi halangan. Asal jarum itu lekas2 dikeluarkan dan kuda dibari obat seperlunya, tentulah akan sembuh. Apalagi ia selalu membawa batu sembrani
untuk alat menyedot jarum bwe hoa ciam. Tapi alangkah kejutnya ketika ia menghampiri kuda itu, ternyata binatang itu mulutnya mengeluarkan busa putih. Dan dulunya kuda itu seekor kuda putih yang tegar, kini berobah menjadi seekor kuda hitam. Waktu sudah dekat, Tok-ko Ing tercium bau yang busuk.
"Inilah akibat dari kena jarum bwe-hoa ciam yang beracun"
seru Tok-ko U demi turut menghampiri.
Kemarahan Tok-ko Ing tadi masih belum reda. Waktu
mendengar keterangan engkohnya itu berkobar lagi
amarahnya itu. "Betul2 seorang wanita siluman yang ganas kurang ajar sekali, tanpa suatu alasan apa2 ia sudah membunuh kuda kesayanganku dengan jarum beracun. Hm, Toan Khik Sia itu juga bukan orang baik. Tapi peduli dia itu seorang pendekar kecil atau besar, pokok dengan galang gulung bersama
seorang perempuan jahat, ia tentu juga bukan manusia baik"
nona itu memaki2 untuk melampiaskan kemarahannya.
"Urusan ini memang agak aneh," kata Tok-ko U.
"Apanya yang aneh?" tanya sang adik. "Masih ingatkah kau kepada Sin-ciam-chiu Lu Hong jian?" tanya Tok-ko U.
Tok-ko Ing merah mukanya dan bersungut:
"Perlu apa kau sebut2 namanya " Apa hubungannya
dengan dia?"
"Ah, jagaan marah2 dulu, toh aku belum selesai
mengatakannya. Coba jawab, apakah kau masih ingat akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa hal yang dikatakan tempo hari itu?" tanya Tok-ko U
pula. "Tentang apa?"
"Bukankah ia pernah mengatakan tentang diri Toan Khik Sia yang katanya sudah mempunyai seorang tunangan yaitu puteri angkat dari Sik Ko, ciat-to-su dari Lu ciu. Dulu nona itu bernama Sik Hong-sian tapi sebenarnya ia bernama Su Yak-bwe. Dikatakan Lu Honh jun pula, bahwa nona Su itu juga seorang pendekar wanita, tapi entah bagaimana, ia telah cekcok dengan Khik Sia terus lolos tak ketahuan tempat tinggalnya lagi. Kini Toan Khik Sia itu ubek2an mencarinya kemana!."
"Benar, Lu Hong-jun memang pernah mengatakan begitu.
Ai. kalau begitu, apakah nona jahat yang melepas bwe-hoa-ciam pada kudaku itu Su-Yak-bwe?"
"Lha, itulah makanya kukatakan kalau urusan ini agak aneh," kata Tok-ko U, "Khik Sia berjalan bersama nona itu.
Karena Khik sia memanggilnya 'nona su' teranglah kalau ia itu tentu Su Yak bwe. Jika mereka berdua sudah rukun kembali biarlah, kita tak usah pedulikan. Tapi Su Yak bwe itu seorang pendekar wanita dan seorang nona dari keluarga ternama.
Mengapa tanpa suatu sebab ia membunuh kudamu dengan
bwe-hoa ciam" Ya. mengapa begitu melihat kami berdua, ia lantas bersikap memusuhi" Tidakkah hal ini aneh?"
Tok-ko Ing cibirkan bibirnya: "Apa yang di sebarkan orang tentang pendekar kecil dan pendekar wanita itu tak dapat dipercaya penuh. Siapa tahu kalau Toan Khik Sia dan Yak-bwe itu juga orang macam golongan begitu?"
Tok-ko U gelengkan kepala: "Siapa tak tahu akan
kemasyhuran nama Toan Khik Sia sebagai pendekar utama"
Tentang Su Yak-bwe, walaupun tak setenar Toan Khik Sia, tapi Lu Hong-junpun mengatakan kalau ia itu seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar wanita, tentunya ia takkan berbuat hal2 macam tingkah seorang perempuan siluman begitu."
Tok-ko Ing tertawa menghina: "Yang di-dengung2kan orang itu adalah palsu, apa yang kita sudah saksikan sendiri barulah tulen. Kalau mereka memang ternyata jahat, apakah kita tak mau percaya?"
"Tapi masih ada lain hal yang mencurigakan. Jika dipikirkan sampai sekarang aku masih belum mendapat jawabannya,"
tanya Tok-ko Ing.
"Ya. benar, tengah malam buta Toan Khik Sia menyelundup kedalam rumah kita. Su Toakolah yang pertama2
mengetahuinya didalam taman lalu menyerangnya. Itu waktu kita masih belum tahu kalau orang itu ternyata Toan Khik Sia.
Kita hanya menduganya tentulah kaki tangan kerajaan yang mendapat tugas menangkap Su toako." kata Tok-ko U.
Mendengar itu mulailah timbul tanda tanya dalam hati Tokko Ing. Dengan seksama dia mendengar penuturan
engkohnya. Setelah berhenti sejenak, Tok-ko U melanjutkan pula: "Dalam hal itu ada tiga buah hal yang mencurigakan, Pertama, Su toako dan Toan Khik Sia itu sama2 tinggal dimarkas Kim ke-nia, Su-toako sendiri pernah mengatakan, bahwa sekalipun tak kenal baik, namun ia sudah kenal dengan Toan Khik Sia ketika berada dimarkas Kim-ke nia. Tapi anehrya mengapa ia menyerang Toan Khik sia dan
Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memakinya" Kedua sesuai dengan peribadi seorang pendekar seperti Toan Khik Sia. seharusnya ia menggunakan aturan untuk menjumpai kita. Anehnya lagi, mengapa ia terus
menyeludup masuk pada tengah malam buta. Ketiga setelah Toan khik Sia pergi, mengapa Su toakopun lantas tinggalkan kita tanpa pamit" Entah kepergiannya itu dengan Toan Khik Sia ada hubungan apa ?"
Tok-ko Ing berdiam sambil berpikir. Beberapa saat
kemudian barulah ia berkata, "Hal2 aneh yang kau katakan itu, memang sukar dipecahkan. Mungkin sebenarnya Su toako
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah tahu kalau toan Khik Sia itu bukan orang baik2 maka ia tak mau mengenalnya ?"
Tapi Tok-ko U geleng2kan kepala: "Belum tentu begitu. Jika ia benar tak mau kenal pada toan Khik sia, seharusnya ia mengatakan kepada kita."
"Urusan ini hanya setelah kita bertemu dengan Su toako baru dapat dijelaskan," akhirnya hanya begitulah komentar Tok-ko Ing.
Kata Tok-ko U lebih lanjut: "Su toako orang she su. Nona kawan toan Khik sia tadi juga she Su..."
"Wanita jahat macam Su Yak-bwe mana dapat disejajarkan dengan Su toako" Orang she Su banyak jumlahnya, sudah tentu ada yang baik ada yang jahat. Hm. aku sungguh tak puas, mengapa perempuan jahat tadi tentu menyamai she su toako," menyelutuk Tok ko Ing dengan uring-uringan.
Di kala Tok-ko ing mengucapkan kata2 Su toako, itu
nadanya penuh dengan kemesraan. Mimpipun tidak kiranya ia, bahwa su toakonya itu ternyata seorang wanita Dan makin jauh dari alam pikirannya bahwa su toakonya yang disanjung puji itu, bukan lain adalah siperempuan jahat Su Yak-bwe itu sendiri.
Sebenarnya Tok-ko U masih belum hilang kesangsiannya, tapi karena Toan Khik sia tadi tegas menyebut nona kawannya itu dengan panggilan nona su, maka iapun keliru menduga Su Tiau-ing itu Su Yak-bwe. Karena itu analisanya yang sudah hampir kebenarannya itu menjadi kalang kabut tak keruan.
"Ah, Koko. sudahlah jangan dipikirkan lagi, Ayoh. kita lekas2 kekota membeli seekor kuda lagi, agar jangan sampai terlambat tiba di Tiang-an. Asal sudah bertemu dengan Su toako segala apa tentu jelas."
Akhirnya Tok-ko ing meneriaki sang engkoh yang
termangu2 kelebat dalam dugaan itu. Pikir ToK-ko U "Jika Su
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yak-bwe itu seorang lain lagi. dugaanku semula itu keliru semua. Su Toako itu tentulah bukan seorang nona yang
menyamar sebagai lelaki. Ah. semoga ia itu benar2 seorang lelaki perwira, agar idam2an adikku itu terkabul."
Walaupun bermula Tok-ko U menyangsikan bahwa Su
toako itu seorang lelaki benar2, tapi selama itu belum pernah ia mengutarakannya kepada Tok-ko Ing. Tapi setelah terjadi peristiwa tadi, ia mulai menyangsikan kesangsiannya tempo hari itu. Hal itu lebih2 ia tak berani mengatakan kepada adiknya karena kuatir ditertawainya.
"Ya, benar, hanya setelah bertemu dengan Su toako. kita baru mengetahui jelas persoalan ini," akhirnya ia menyetujui pendapat adiknya.
Sekarang marilah kita tinggalkan kakak beradik she Tok-ko itu. untuk mengikuti perjalanan Toan Khik Sia dengan Su Tiau-ing. Dalam beberapa kejab saja mereka sudah lari sejauh 6-7
li. selama itu mereka tak saling bicara apa2.
"Hai, apa kau hendak mematahkan tulang kakiku"
Lepaskan tanganku, lepaskan tanganku!!" Su Tiau-ing menjerit..
Khik Sia hentikan larinya dan lepaskan cekalannya, kembali Su Tiau-ing menjerit kesakitan. tubuhnya terhuyung hampir merubuhi dada Khik Sia. Hal itu bukan karena ia memang sengaja, seperti diketahui, ia diseret lari oleh Khik sia. Begitu tenaga penyeret itu dilepaskan, tubuhnya tentu kehilangan keseimbangannya dan lalu mau menjorok kemuka. walaupun mendongkol namun tak tega juga Khik sia mengawasi nona itu jatuh tersangkut, cepat ia jambret nona itu supaya berdiri tegak, setelah itu baru ia lepaskan tangannya lagi.
"Mengapa kau begitu kasarnya" Coba lihat ini lenganku sampai biru kau pijat," su tiau-ing mengomel.
Dengan mendongkol Khik sia menjawab. "Siapa suruh kau tadi cari perkara" Hm, kalau lain kali begitu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Su Tiau-ing kerutkan alisnya, menukas, "Apa"!!"
"Bukan saja hendak kuremas tulang lenganmu. pun akan kupatahkan kedua tanganmu nanti." kata Khik sia.
Sengaja Khik sia berkata keras, agar cekcok dengan nona itu supaya tahu ia marah sungguh2. Su Tiau-ing tak berani unjuk kekerasan kepala dan malah menghaturkan maaf:
"Baiklah kali ini anggaplah aku yang kurang ajar berani menyalahi kawan2mu hingga membikin kau marah. kau marah marah sebengis ini, lain kali aku tentu tak berani berbuat lagi!"
Karena sudah mengakui salah, kemarahan Khik siapun
reda. Katanya: "Memang kau yang salah, mengapa harus suruh menganggap salah, sekalipun aku tak kenal mereka, tapi tak seharusnya kau berbuat begitu."
Tiba2 mulut Su Tiau-ing tertawa mengikik, "Sebenarnya akupun bukan tanpa alasan berbuat begitu."
"Huh, jadi kau mempunyai alasan" Orang berjalan baik2
apa mengganggu kau" Mengapa kau lepaskan bwe-hoa-ciam kekuda mereka?" Khik sia mendengus.
"Sudah tentu aku mempunyai alasan sendiri. Apakah kau mau mendengarnya?"
"Bilanglah !" ksta Khik Sia dengan ketus.
Su tiau-ing jebikan mulutnya tertawa: "Mengapa kau memandang tak berkedip pada anak perempuan orang" Dan mengapa budak hina itu juga memandang terus menerus
padamu" Aku tak senang melihat perbuatan itu."
Merah padam selembar muka Khik Sia mendengar kata2
itu. Ia kerupukan. marah tak bisa, membantah tak dapat.
Akhirnya ia hanya dapat membentak2 saja: "Ngaco. ngaco belo!"
"Sayang tadi aku tidak memberimu sebuah kaca cermin supaya kau dapat melihat," kata Su Tiau-ing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh, peduli apa kau" Aku memandangnya sekali atau dua kali, peduli apa kau?"
Su Tiau ing tertawa: "Ha. kiranya kau ini tak kenal susila.
Aku ini kaum wanita bukan?"
"Kalau wanita lalu bagaimana?"
"Kau berjalan bersama aku, tetapi mengincar gadis lain. Ini dikatakan tidak punya susila, berarti kau menghina aku, tahu"
Aku tak dapat menamparmu, maka mencari sasaran nona itu untuk melampiaskan kemengkalan hatiku," kata Su Tiau-ing.
Pemutar balikan Su Tiau-ing itu telah membuat Khik Sia bungkam. Pikirnya: "Anak perempuan memang aneh.
Sudahlah, sudahlah aku tak mau adu mulut padamu"
Khik Sia tak mau meladeninya lebih lanjut tapi Su Tiau-ing tetap tak mau melepaskannya. Setelah berjalan beberapa langkah, ia bertanya pula: "Siapa kakak beradik tadi" Kau katakan kenal, tapi mengapa mereka menanyakan siapa kau"
Dan mengapa budak perempuan itu terus menerus memaki
maki kau sebagai pencuri" Mengapa ia begitu geram hendak membunuh kau" Bermula ia memandangmu tanpa kesiap.
kemudian tak henti2nya memakimu. hmm tentu kau pernah berbuat sesuatu yang menyalahi ia?"
Pertanyaan Su Tiau-ing menyebabkan hati Khik Sia merasa pilu lagi. Pikirnya: "Ya, mengapa kakak beradik she Tok ko itu benci sekali kepadaku" Sebelum kejadian tadi, mereka tak kenal aku ini siapa. Kalau mereka memaki2 dan membenci aku, itulah disebabkan karena urusan Su Yak-bwe. Yak-bwe memaki aku bang sat, merekapun lantas ikutan begitu. Ah.
Yak bwe, walaupun aku Toan Khik Sia mempunyai seribu satu kesalahan padamu, tapi kita toh pernah terikat dalam
perjodohan sepasang tusuk kondai kumala. Mengapa kau
begitu membenci padaku ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat sianak muda merenung diam. Su Tiau-iog tertawa kegirangan: "Bagaimana" Kata2ku itu tepat bukan" Kau telah berbuat kesalahan apa kepadanya?"
Dirundung oleh kepiluan hatinya, sudah tentu Khk Sia tak bernapsu untuk banyak bicara. Apalagi ia anggap Su Tiau-ing itu bukan Orang yang patut ia curahi perasaan hatinya. Maka iapun diam saja dan hanya menghela napas. Lewat beberapa saat kemudian barulah ia dapat menjawab "Entahlah. aku sendiri tak tahu, Mungkin aku pernah berbuat salah kepada lain orang, terserah bagaimana kau hendak mengatakan?"
Lagi2 mulut Su Tiau-ing mengikik tertawa. katanya:
"Apakah kau suka kepada nona Su?"
"Jangan mengurus perkara orang!!" bentak Khik Sia. "Biar kukasih tahu padamu, aku tak suka kepada siapapun juga."
"Sungguh" Ah sayang sekali... sedikitpun kau tak mengerti hati anak perempuan." Su tiau ing menertawakan.
"Huh jangan berkata yang tidak2, Apanya yang
disayangkan?" kata Khik Sia.
"Nona itu mulutnya memaki kau bangsat, tapi hatinya suka padamu, mengerti?" kata su tiau-ing.
Khik Sia terkesiap dan membentak. "Omonganmu makin lama makin melantur. Aku sama sekali tak kenal nama nona itu. Ia begitu membenci aku, mengapa kau katakan suka?"
Su Tiau-ing tertawa. "Kalau ia tak suka padamu, mengapa ia benci padamu" Makin ia benci, itu berarti ia makin merindukan kau. Apakah ini bukan menandakan ia suka
padamu" sedikitpun kau tak mengerti sehingga
mengecewakan rasa kasih orang. Apakah kau tidak sayang sekali."
Pikiran hati Khik Sia seperti terbuka. Ia kira kalau Su Yak Bwe itu sungguh bukan main bencinya. Kiranya apa yang dikatakan Su Tiau ing jauh sekali bedanya dengan jalan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pikirannya. Diam2 ia membathin: "Benarkah hati seorang gadis itu begitu" Apakah kebencian Yak Bwe itu karena ia tak dapat melupakan aku?" Pikirannya melayang2 pada peristiwa yang lampau dan wajah calon isterinya itu terbayang
dimukanya......
Sudah tentu Su Tiau-ing tak mengerti isi hati Khik Sia, Khik Sia berdebat tentang Tok ko Ing, tapi ternyata hatinya mengenangkan Yak Bwe. Maka dugaan Su Tiau-ingpun
tentulah kalau Khik Sia itu mempunyai hubungan yang amat mesra dengan Tok-ko Ing. Demi melihat anak muda itu
termenung2, diam2 Su Tiau-ingpun merasa rawan. Kiranya rangkaian kata-katanya yang dibuat berdebat dengan Khik Sia itu, adalah untuk menjajaki apakah anak muda itu tahu akan perasaannya (Su Tiau-ing) kepadanya"
Karena melamun, tanpa terasa Khik Sia-pun hentikan
langkahnya. Tiba-tiba Su Tiau-ing berseru pelahan didekat telinganya: "Dan nona Su itu" Siapakah dia?"
Khik Sia terkesiap, serunya: "Apa katamu?"
Su Tiau-ing tertawa: "Kutanyakan siapa nona Su itu?"
"Apa" Jadi kau sebenarnya sudah tahu" Sudah tahu bahwa yang kusebut nona Su itu bukan kumaksudkan kau?"
Su Tiau-ing menyahut dengan tenang: "Sudah tentu tahulah. Apakah kau kira aku tolol" Mana kau sudi
memandang perasaan hatiku" Sudah tentu nona Su itu
seorang lain lagi!"
Khik Sia mendongkol dan tersipu-sipu: "Kalau sudah tahu, mengapa kau masih bingung dan mengira kalau dirimu?"
Su Tiau-ing tertawa getir: "Kau memberatkan hubunganmu dengan nona Su, maka kau lantas tak mau bercidera dengan kakak beradik tadi. Tapi aku tak ada sangkut pautnya dengan mereka, maka memperolok-olokkannya. Mengapa" Apa kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak suka hati" Mereka berdua hampir menghilangkan
nyawaku, masakah aku tak boleh membalas?"
Diam-diam Khik Sia marah, namun tak mau ia
menceritakan urusannya dengan Yak-bwe kepada Su Tiau-ing.
"Sebenarnya kau suka yang mana?" kembali Su Tiau-ing menggoda. Nona Su apa nona tadi" kulihat kau ini tak setia pada cinta, maka tak heran kalau orang marah-marah
padamu." "Kau ngaco belo!" bentak Khik Sia.
"Ngaco belo apa" Kau sendiri mengatakan kau tak punya kesetiaan hati?" bantah Su Tiau ing.
"Aku hanya mengatakan siapapun aku tak suka. Jangan tanya panjang lebar lagi. Hm, hm, jika masih ribut saja, aku....."
"Kau mau apa?" tukas Su Tiau-ing.
"Aku takkan peduli lagi padamu." kata Khik Sia.
Su Tiau-ing tertawa mengejek: "Huh, siapa yang minta kau mengurusi diriku" Kau mau pergi, silahkan pergilah. Bukankah untuk kepentinganmu maka kau baru mau bersama aku ke
Tiang-an ini" Pertama, kau tentu mempunyai kesempatan bertemu dengan kedua kakak beradik tadi. Kedua, karena kau tak mengerti isi hati seorang gadis, jika aku berada
disampingmu, tentu dapat memberi advis."
Khik Sia tertawa meringis lalu memutuskan pembicaraan itu: "Baik, aku tak mau bicara lagi padamu. Ayuh, kita lekas berjalan. Sejak ini jangan membicarakan hal itu lagi."
Walaupun mulut Khik Sia mengatakan begitu, tapi dalam hatinya ia masih tetap mengenangkan urusannya dengan Yak-bwe. Sebentar ia merasa heran mengapa Yak Bwe tak
bersama-sama dengan Tok-ko U" Sebentar lagi ia bertanya pada diri sendiri apakah karena terkenang padaku maka Yak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bwe benci padaku" Kemudian sebentar lagi ia berpikir.
Kepergian kedua engkoh dan adik ke Tiang An itu, tentulah hendak hadir dalam rapat Eng Hiong Tay Hwe. Ya, memang aku mempunyai kesempatan berjumpa dengan mereka nanti.
Meskipun sekarang Yak Bwe tak ikut, tapi tentulah ia sudah berjanji dengan kedua saudara itu untuk bertemu di Tiang An," Pikiran itu telah menyebabkan hatinya ingin lekas2
mencapai Tiang An.
0doo0oow0 Sekarang mari kita meninjau keadaan Yak Bwe. Seperginya dari rumah keluarga Tok-ko hatinya merasa kecil. Tak tahu kemana harus mencari jejak Khik Sia. Akhirnya dalam
kegelapan pikiran itu, ia teringat akan Sip in-nio. Pikirnya: "Cici In itu lebih banyak pengalaman dari aku. Baik aku kesana minta advisnya, mungkin ia dapat memberi petunjuk,"
Demikian ia bergegas-gegas ayunkan langkah menuju
ketempat Sip In-nio. Pada hari itu ia tiba disebuah kota kecil.
Dari tempat kediaman In-nio, kota itu hanya terpisah kira-kira setengah hari perjalanan, Yak Bwe merasa lapar lalu singgah di sebuah warung yang letaknya ditepi sungai. Sebenarnya ia tak biasa minum arak, tapi karena pikirannya pepat ia hendak minum arak untuk melepaskan keruwetan hatinya itu.
Sebelumnya ia periksa dulu isi kantongnya, setelah itu ia berani pesan ini dan itu.
Seorang tetamu yang duduk dipinggir, rupanya
memperhatikan gerak gerik Yak Bwe. Ia meliriknya tajam2.
Ketika Yak Bwe berpaling dilihatnya orang itu seorang pemuda desa berbaju kain kasar. Dari sikapnya, menandakan ia itu seorang tolol, sama sekali bukan bangsa kaum persilatan, Yak bwe tak menaruh persangkaan apa-apa. Hanya ketika Yak Bwe berpaling tadi, buru-buru pemuda desa itu alihkan pandangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teringat Yak Bwe akan pengalamannya ketika tempo hari diwarung arak ia membayar dengan mas kim-to. Diam-diam ia merasa geli sendiri, pikirnya: "Ah, sekali pernah digigit ular, lain kali kalau bertemu semak belukar tentu harus berhati-hati.
Setiap kali aku masuk wqrung tentu lebih dulu kuperiksa kantongku ada uangnya tidak. Ini memang lucu, tapi apa boleh buat. Pemuda desa itu tentulah bukan bangsa orang jahat."
Pengalamannya diwarung arak itu. Karena membayar
dengan Kim-to ia telah kesamplokkan dengan dua orang
benggolan penjahat. Dan karena peristiwa itu, kenallah dengan Tok ko U. Terkenang akan peristiwa itu, ia geli tapi kemudian merasa berduka juga. Bayangan Khik Sia kembali terbayang-bayang dikalbunya. Dari Tok ko U, ia kembali terkenang pada Khik Sia.
Pertemuannya dengan Khik Sia ditaman keluarga Tok-ko, terlintas lagi dalam kenangannya. Kata-kata Khik Sia yang meminta maaf kepadanya secara sungguh itu kembali
mengiang-ngiang dalam telinganya. Bagaimana dengan rasa putus asa Khik Sia pergi, pun tak luput dari kenangannya.
Diam2 Yak Bwe menghela napas. Hatinya gundah dan
menyesali dirinva sendiri: "Ia begitu sungguh-sungguh kepadaku tetapi kuperlakukan ia begitu getas. Ai seharusnya aku tak boleh bersikap sedemikian keterlaluan. Ah, Khik Sia, Khik Sia, tahukah bagaimana getaran hasratku untuk minta maaf padamu?".
Karena kepekatan hatinya itu, tahu-tahu tanpa merasa ia sudah meneguk lima-enam cawan arak. Ia mulai mabuk.
Ketika pikirannya melayang-layang dibuai oleh bekerjanya arak itu, tiba-tiba ada dua orang lelaki masuk kedalam warung situ. Begitu berat langkah kaki kedua orang itu, hingga papan lantai sampai tergetar dan Yak Bwe pun kaget dan tersadar.
Bukan saja Yak Bwe, pun lain tetamu juga memandang kearah kedua orang itu. Ternyata mereka itu seorang hwesio dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang tosu. Orang pertapaan masuk kedalam warung arak itulah aneh. Begitu duduk, keduanya lantas pesan arak dan makanan barang berjiwa (daging) secara royal sekali.
Diam2 Yak Bwe mendamprat: "Huh, memuakkan betul.
Hwesio yang gemar makan daging minum arak, tentu bukan golongan baik."
Habis itu ia lantas alihkan pandangan matanya, tak mau melihat mereka lagi. Tapi diluar dugaan, tanpa disengaja Yak Bwe telah mendengar pembicaraan mereka yang dilakukan dalam bahasa kangouw. Dulu memang ia tak memang tak
mengerti, tapi setelah diajar oleh In nio. Tok-ko U dll, kini ia sudah dapat menangkap walaupun belum seratus persen.
Bermula, ia tak begitu mengacuhkan tapi tiba-tiba terdengar hwesio itu berkata: "Kalau bertemu dengan budak perempuan she Su itu, apakah toheng bisa mengenalnya?"
Yak Bwe terkesiap, pikirnya: "Siapakah yang dimaksudkan itu?"
"Waktu masih kecilnya, aku pernah melihatnya! Tapi kebanyakan anak perempuan itu kalau sudah besar tentu berobah. Kalau sekarang bertemu muka, entahlah aku dapat mengenalinya tidak. Hanya saja wanita yang lihay amat sedikit jumlahnya didunia persilatan. Walaupun bagaimana juga, tentulah ia mempunyai ciri yang dapat kita gunakan sebagai tinta pengenal." sahut si tosu.
"Berapakah umurnya sekarang?" tanya si hwesio pula.
"Diantara tujuh belas-delapan belas tahunan," jawab siimam, "Waktu kecilnya cantik, konon kabarnya ia sekarang lebih hebat lagi."
Hwesio itu tertawa gelak2, serunya: "Aku tak peduli ia cantik atau tidak. Aku seorang pertapaan, tak ingin merusak kaum wanita. Cuma apa yang kau katakan bahwa ia
berkepandaian tinggi itu, entah sampai dimana kelihayannya itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu sih tak mengherankan, karena ia anak murid dari seorang tokoh kenamaan. Tentang siapa suhunya itu,
meskipun belum pernah ketemu tapi rasanya kau tentu pernah mendengar namanya. Wanita tua itu benar seorang tokoh yang jarang terdapat tandingannya. Oleh karena itu,
sebaliknya kita harus berhati-hati dalam urusan ini," kata siimam.
Tampak hweshio itu kurang senang, katanya "Kau ternyata bersikap seperti anjing bercawat ekor (ketakutan), terhadap seorang nona kecil saja kau ketakutan setengah mati, Apa peduli dengan suhunya yang lihay, apakah kita tak mampu mengatasi?"
Si imam tertawa: "Jangan toheng marah2. Aku hanya bilang supaya kita berhati2 dan sama sekali bukan jeri padanya. Dengan keangkeran nama partaimu Leng-san pay itu sekalipun suhunya keluar juga belum tentu dapat menang.
Tapi dari pada tambah sebuah urusan, kan lebih baik
berkurang satu urusan, Bisa membuat suhunya tak tahu, itulah lebih baik."
Si hweshio menghirup secawan besar arak dan berkata:
"Nah, itu dapat diterima, Memang kita hanya diminta tolong menangkap nona itu saja, Jika dapat mengurangi urusan, sudah tentu itu lebih baik sakali."
Tiba2 hwebio itu lirihkan (pelahankan) suaranya: "Kabarnya nona itu bertengkar dengan keluarganya karena seorang anak lelaki she Toan. Benarkah itu ?"
"Benar, justeru karena bertengkar itu, kukuatir apakah ia ikut melarikan diri dengan pemuda she Toan itu ?" kata si imam.
Kembali si hweshio mengerut kurang senang katanya: "Tak usah kiranya kau banyak kekuatiran. Cukup kalau ada orang yang patut kau sangsikan, kau terus bilang, tentu nanti aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang turun tangan. Budak she Toan itu entah baik atau jahat, pokok akan kuringkusnya dulu urusan belakangan."
Imam itu tertawa: "Toheng, kau juga memandang rendah padaku. Meskipun anak she Toan itu lebih lihay dari budak tersebut, tapi sedikitpun aku tak gentar. Kukira anak she Toan itu belum tentu bersama2 dengan budak itu. Aku melainkan hanya mempertinggi kewaspadaan saja".
"Mengapa" Bukankah kau katakan budak itu bertengkar dengan keluarganya karena seorang pemuda she Toan.
Kemudian kalau budak itu melarikan diri. mengapa tak
mungkin turut pada pemuda itu?" tanya sihweshio.
"Toheng kau tahu satu tak tahu dua. Kabarnya budak laki itu sudah punya pacar lain." sahut siimam.
Hweshio itu tertawa keras, serunya: "Kalau begitu, tindakan budak itu meninggalkan kenikmatan kedudukan, ternyata hanya memburu bayangan kosong saja. Hai, mendiang
ayahnya yang sudah menjadi setan itu..."
"Toheng...minum.. minumlah.. Jangan sembarangan
menyebut nama ayahnya itu, sekarang suasananya sedang genting," cepat2 siimam menukasnya dan kata2nya yang terakhir itu diucapkan dengan berbisik2. Sekalipun begitu, Yak-bwe tetap dapat mendengarnya dengan jelas.
Makin mendengari, Yak-bwe makin terperanjat heran.
Pembicaraan kedua orang pertapaan itu se-olah2nya ditujukan kepadanya. Budak perempuan she Su dan budak lelaki she Toan yang dijadikan pokok pembicaraan mereka itu, siapa lagi kalau bukan ia dan Toan Khik Sia. tapi Yak-bwe merasa aneh akan beberapa hal yang diucapkan mereka itu tadi. Salah satu kalimat yang paling nenusuk telinga, yalah tentang budak lelaki she Toan itu sudah punya pacar lain.
"Entah benar entah tidak ucapan itu. Kalau benar, mengapa malam itu ia menumpahkan perasaan hatinya kepadaku" Ya.
begitu sungguh-sungguh ia mengucapkan kata2nya itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Masakah dalam beberapa hari saja sekarang ia sudah
mendapat lain gadis" Hal itu tak sesuai dengan keterangan siimam sudah lama. Ah, urusan ini tentu salah urus" pikirnya.
Tapi pada lain saat pikirannya membantah sendiri. "Ada api tentu ada asap. Jika urusan itu hanya isapan jempol belaka, mengapa tersiar santer didunia persilatan" Sampaipun
kalangan penjahat juga mengetahui hal itu."
Disamping hal2 yang menyangsikan itu maka ada lain hal yang menambah kesangsiannya menjadi makin kuat. Pertama, imam itu mengatakan kalau pernah melihatnya ketika ia masih kecil. Tapi betapapun Yak-bwe gali lubuk ingatannya, tetapi ia yakin kalau seumur hidup belum pernah bertemu dengan
imam tersebut. Ditempat gedung kediaman ciat-to-su Sik Ko, tak pernah ada bangsa imam dan hweshio. Kedua, tadi
sihweshio menyebut2 mendiang ayahnya yang sudah menjadi setan. Ini tentu menunjuk ayahnya (Yak-bwe) yang sudah meninggal dunia itu. Tentang asal usul dirinya itu, kecuali hanya beberapa orang yang tahu, semua orang mengira kalau ia puterinya Sik Ko, mengapa hweshio itu tahu kalau ayah sudah meninggal"
"Dan ayah itu seorang cin su dari kerajaan Yay-tong. Beliau meninggal karena dicelakai An Lok san. Pada masa An Lok san jaya, memang tak boleh sembarangan menyebut nyebut nama ayah. Tapi toh kini An Lok-san sudah hancur, mengapa tak boleh mengatakan nama ayah. Dan apakah yang dimaksud
siimam bahwa suasana sekarang ini genting ?"
Sebenarnya Yak-bwe itu seorang nona yang cerdas, tapi terhadap soal yang berbelit2, sepintas benar sepintas tidak itu, betapapun ia peras otaknya namun tak dapat menemukan
pemecahan yang memuaskan.
Ya, memang dapat dimengerti kalau ia sampai bingung
begitu, Karena yang dimaksud dalam pembicaraan kedua
orang pertapaan itu bukan lain yalah Su Tiau-ing. Adalah karena Yak bwe yang sudah mempunyai prasangka, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
budak perempuan she Su itu dianggapnya tentu dirinya.
Kebalikannya yang dikatakan oleh si imam dengan pacar budak she Toan itu. dianggapnya lain gadis. Padabal, ialah dirinya itulah.
Karena asyik mendengarinya, tanpa terasa Yak-bwe sampai hentikan sumpitnya, letakan cawan araknya dan matanya terus diarahkan kepada kedua orang pertapaan itu. Sudah tentu sikapnya lekas menarik perhatian orang. Walau pun kala itu Yak-bwe berdandan sebagai seorang pelajar, tapi sebagai seorang kangouw yang berpengalaman, sepintas pandang
mata sihweshio yang tajam siapa diri Yak-bwe yang
sebenarnya itu?"
Kedua kaum agama itu saling memberi kecupan mata dan
masing saling berfikir dalam hati "Jangan2 budak perempuan ini sendiri atau sekurang2nya ia mempunyai hubungan. Kalau tidak tak nanti ia mendengari pembicaraan kita sedemikian asyiknya."
Serempak hwesio dan imam itu berbangkit dan
menghampiri ketempat duduk Yak Bwe. Setelah memberi
hormat si imam berkata "Siapa she siangkong yang mulia ini.
sukakah memberitahukan?"
Kalau si imam masih pakai aturan, adalah si hweshio lebih kasar lagi. Serentak dia menegur Yak Bwe, "Hei, engkoh kecil apakah kau she Su?"
Sudah tentu marahlah Yak Bwe. Bentaknya dengan keras:
"Aku tak kenal kalian, perlu apa tanya siapa she aku?"
Hweshio itu terkesiap, tapi pada lain saat ia lantas tertawa dingin: "Kau tak sudi berkenalan dengan kami. Baik, sekarang jawablah, mengapa kau terus menerus mengawasi kami
berdua saja" Mengapa kau mencuri dengar pembicaraan
kami?" "Bagaimana kau tahu aku mengawasi kau" Didalam rumah makan apakah orang dilarang melihat kau" Kau benar2 tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu adat!" bentak Yak Bwe. Tiba2 pemuda desa yang duduk didekat situ mengomel seorang diri.
"Hweshio yang minum arak makan daging memang jarang ada. Tak heran, kalau orang sama melihatnya."
"Kentut!! Peduli apa dengna hweshio minum arak makan daging" Kau berani mengurusi Hud ya, Hai babi kecil..!" si hweshio berseru marah.
Buru2 pemuda desa itu surutkan kepala dan mengoceh
sendiri. "Aku hanya mengatakan jarang ada saja. Apakah orang omong tidak boleh" Bagus.. bagus.. baguslah. Karena kau larang aku bicara, akupun takkan bicara lagi."
"Ah, mengapa suheng ladeni anak desa. Sebaliknya kita bicarakan urusan penting dengan sicu ini dulu." buru2 siimam mengoceh, kemudian dia berkata kepada Yak Bwe. "Karena kelancangan kami, maka sicu sampai berhenti minum.
Sekarang biarlah kupersembahkan arak padamu."
Habis berkata ia lantas angkat poci arak dan terus hendak dituangkan kepada Yak Bwe.
Adakah Yak-bwe itu mengerti silat. Kalau Yak bwe pintar, seharusnya ia pura2 kaget dan jangan menghiraukan. Dengan begitu, tentulah imam itu tak berani sembarangan melukainya.
Tapi memang sejak tadi Yak-bwe sudah benci dengan tingkah laku kedua orang itu. Bahwa tiba2 dirinya hendak diguyur arak, sudah tentu ia marah sekali.
"Imam bangsat, jangan kurang ajar." bentaknya dan tutukan sumpitnya kearah jalan darah ditangan si imam.
Sebenarnya imam itu lebih tinggi Iwekangnya dari Yakbwe. Tapi karena gerakan Yak-bwe itu dilakukan amat cepat sekali, terpaksa imam itu tarik pulang tangannya.
-od0o-ow0o- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid XIV NAMUN tak urung tangannya terasa kesemutan dan
terlepaslah poci itu dari cekalannya.
Si hweshio kebetulan berada disampingnya dan poci itu tepat sekali melayang kearahnya. Meskipun tak tepat
mengenai, tak urung ia meringis kesakitan juga karena kecipratan arak. Dengan murkanya ia menghantam. Kini poci itu terbang balik melayang kearah Yak-bwe.
Yak-bwe agak terkesiap, batinnya : "Kedua hweshio jahat itu bermulut besar, tapi ternyata memang mempunyai
kepandaian berisi."
Takut tak kuat menyambuti hingga nanti menjadi buah
tertawaan buru2 Yak-bwe menghindar saja. Brak, poci itu menghantam kaca jendela, terus melayang jatuh kedalam sungai. Tapi araknya berhamburan ke-mana2, sampai Yak-bwepun turut basah kuyup dengan percikannya.
"Sayang, sayang, poci arak baik terbuang dalam sungai", kedengaran sipemuda desa mengoceh sendirian.
Si hweshio menggerung keras terus hendak mencengkeram Yak-bwe, tapi Yak-bwe cepat menyambutnya dergan totokan sumpit. Krek, supit patah menjadi dua. Kiranya hweshio itu memiliki ilmu kim-ciong-oh dan thian-po-san atau ilmu lindung yang kebal senjata. Sekali pun begitu karena totokan supit Yak-bwe tadi tepat mengenai jalan darah tangannya,
meskipun tak sampai rubuh, hweshio itu juga merasa sakit seperti ditusuk jarum. Saking sakitnya ia sempat loncat keatas.
Si imam biasanya selalu tenang. Karena tadi dia menderita kerugian kecil, untuk sementara waktu ia hanya diam
mengawasi di samping. Setelah menyaksikan Yak-bwe
bertempur dengan kawannya, diam2 ia merasa heran.
Apakah yang menjadi keheranannya itu" Kiranya totokan supir Yak-bwe tadi, belum mengenai lengannya. Ujung sumpit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya baru menyentuh ujung bajunya, tapi anehnya ia
Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rasakan lengannya sudah kesemutan sehingga tak kuat
mencekal poci arak lagi. Dalam ilmu totokan, yang paling liehay sendiri yalah apa yang disebut kek-gong-tiam-hiat atau menotok jalan darah, dari kejauhan. Hanya orang yang
sempurna lwekangnya, baru dapat menggunakan jimu totokan itu.
Selain itu, masih ada semacam ilmu totok yang tak kurang liehay, yakni tak usah menutuk tepat tapi dengan gunakan lwekang dapat menutup jalan darah orang. Ia duga Yak-bwe tentu memiliki salah satu dari dua macam ilmu tutuk yang hebat itu. Jarak ujung sumpit Yak-bwe dengan jalan darah dilengan si imam, hanya terpisah selembar kertas tebalnya.
Jadi terang bukan termasuk ilmu tutukan kek-gong-tiam-thian.
Suatu keuntungan bagi Yak Bwe bahwa imam itu telah
keliru menyangka kalau Yak bwe memiliki kedua macam ilmu tutuk jalan darah yang liehay: kek-gong-tiam-thian dan lwe tat-pit-hiat (lwekang untuk menutup jalan darah). Karena persangkaan itu, si imam sudah tak berani sembarangan turun tangan dan mundur kesamping.
Selama mengawasi permainan Yak-bwe tadi ia telah
melihat suatu lubang kelemahannya. Tapi tak urung ia makin keheranan. Jika Yak bwe memiliki ilmu tutuk seperti yang diduganya itu, sekalipun si hweshio memiliki ilmu lindung kim-ciong-oh, pun tak nanti kuat bertahan. Tapi ternyata hwesio itu tak kena apa2, melainkan loncat berjingkrak2, pula sumpit Yak bwepun patah dibuatnya. Jelas dilihatnya gerakan
menutuk dari Yak-bwe tadi, meskipun hebat tapi kurang mahir, menandakan Yak bwe itu masih trondol.
Sudah tentu imam itu bingung memikirkannya. Pikirnya:
"Bagaimana ini" Apakah memang ia sengaja tak mau keluarkan kepandaiannya sungguh2" Tapi mengapa tadi sekali turun tangan kepadaku ia lantas gunakan ilmu tutuk yang hebat ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mari kita tengok kembali si hweshio, Ketika melambung diudara, dengan menggerung keras ia lantas meaghantam dengan ilmu pukulan boh-pny-chiu. Dengan tangkasnya Yak-bwe ber-putar2 menghindar. Brak, bukan Yak-bwe yang kena melainkan meja yang terhantam jungkir balik,
Melihat warung araknya dibuat medan perkelahian,
sipemilik ber-kaok2. Pun tetamu lain, buru2 menyingkir.
Pukulan hweshio itu dahsyat sekali, Setiap kali ia memukul, anginnya mrnderu2, mangkuk piring pecah berantakan kemana2. Tring2, prang, prang,....,
Yak-bwe tetap gunakan ilmu kelincahan, Sebentar loncat keatas meja, sebentar keatas dingklik, menyusup kebawah meja, menyelinap kesana memberosot kesini. Betapapun
hweshio itu hendak umbar kemarahannya, namun tak dapat mengapa2kan Yak-bwe, yang nyata, pukulannya itu selalu mendapat sasaran meja, kursi atau mangkuk piring meja, Setelah mengikuti bagaimana selama bertempur itu Yak-bwe lalu menghindar dan sudah beberapa kali hampir saja termakan pukulan si hweshio, si imam mulai menarik
kesimpulan bahwa memang Yak-bwe itu tidak pura2 dan
benar2 bukan jago keras, Kini hilang kekuatirannya dan dengan tertawa ia berkata : "Nona Su, berkelahi didalam rumah makan ini, sungguh tak sedap dipandang. Lebih baik kita pergi kelain tempat untuk berunding ."
Ternyata si hweshio dan si imam saat itu sudah yakin
bahwa Yak-bwe tentu Su Tiau-ing yang hendak dicarinya itu.
Yak-bwe malu dan gusar sekali. Malah sehabis berkata, si imam sudah menerjangnya. Buru2 ia jumpalitkan sebuah meja untuk menahannya, kemudian segera mencabut pedangnya
dan membentak : "Berani maju selangkah lagi, pokiamku ini tak punya mata!"
Si imam tertawa : "Pokiammu tak bermata, tapi aku punya mata."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Habis berkata ia tas kebutkan lengan jubahnya untuk
menampar pokiam Yak-bwe. Berbareng itu si hweshio dengan menggembor keras sudah pentang kedua tangannya hendak merebut pedang Yak-bwe. Yak-bwe tusukkan pokiamnya
ketenggorokan si hweshio. Meskipun si hweshio punya ilmu lindung kim-ciong-toh, tapi tenggorokan adalah bagian yang dapat mematikan. Buru2 ia sambar sebuah dingklik untuk menangkis.
Ternyata tusukan Yak-bwepun tak dilancarkan dengan
sepenuh tenaga. Begitu membentur dingklik, ia lantas putar arah menusuk si imam. Melihat gerakan ganti jurus itu dilakukan demikian cepatnya, diam2 si imam merasa kagum.
Pikirnya : "Ilmu pedang budak ini jauh lebih hebat dari ilmu tutuknya. Sayang tenaganya masih belum memadai."
Iapun tetap gunakan lengan bajunya untuk menampar, tapi pun tak berani terlalu bernapsu hendak merebut po-kiam Yak-bwe.
Dengan ilmu kelincahannya dan dibantu oleh meja kursi yang malang melintang, ia mainkan pedangnya kian kemari.
Dengan cara itu dapatlah ia melawan sampai 10an jurus.
Hweshio itu bertubuh gemuk. Meskipun ia memiliki ilmu gwa-kang yang hebat, namun ilmu lindungnya masih belum sempurna betul. Beberapa kali hampir saja ia termakan pedang Yak-bwe. Akhirnya marahlah hweshio itu. Ia lepaskan jubahnya dan berseru : "To-heng, ayuh, kita tangkap ikan."
Ia mainkan jubahnya. Jubah itu berobah menjadi semacam awan merah yang mencangkup kepala Yak-bwe. Si imam
tetap gunakan sepasang lengan bajunya untuk menampar.
Setiap ada kesempatan tentu ia pergunakan sebaik-baiknya untuk melibat pedang Yak-bwe. Kepungan dari kedua orang tersebut memang makin lama makin rapat. Permainan pedang Yak Bwe pun mulai berkurang gayanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekalian tetamu sudah sama ngacir pergi. Sipemilikpun juga sudah bersembunyi dikolong mejanya. Mangkuk piring pecah berantakan. Meja kursi sunggsang sumbal,
gederobokan tak henti2nya.
"Ho, hendak lolos kemana kau?" teriak si hwesio. Ia tetap perkeras permainan jubahnya yang mengancam kepala Yak Bwe.
Tiba2 terdengar jeritan mengaduh dan ada seorang
mendekap paha si hwesio.
"Aduh, mati aku dipijaknya!" teriak orang itu.
Kiranya diruangan situ masih ada seorang tetamu yang
belum menyingkir. Orang itu bukan lain adalah sipemuda desa tadi, Marahlah si hwesio. Ia sepak pemuda desa sekuat2nya sampai jungkir balik. Tapi pemuda itu sudah menggigit pahanya. Meskipun si hwesio punya ilmu lindung kim-ciong-toh, tapi tak urung pahanya kena digigit sampai berlumuran darah.
Yak Bwe menghindari jaringan jubah si hwesio terus balas menusuk. Tusukannya itu tepat mengenai jalan darah ih-gi-hiat diperut si hwesio. Karena tusukan itu memakai tenaga penuh, akibatnya juga lebih hebat dari ilmu tutukan dengan jari. Betapapun hwesio itu seorang otot kawat tulang besi, namun tetap ia tak kuat menahan tusukan itu, Sekali menjerit, rubuhlah ia dilantai.
Sewaktu ditendang jungkir balik tadi, si pemuda desa
bergelundungan dilantai. Jatuhnya tepat menggelundung disamping si imam segera angkat kakinya hendak memberi sebuah tendangan, tapi cepat pemuda desa itu mendekapnya sambil berteriak2: "Tolong! tolong!"
Karena dipeluk se-kencang2nya oleh sipemuda, hampir saja imam itu terjerambab jatuh. Sebenarnya kepandaian imam itu lebih tinggi dari si hweshio. Sekali kakinya diputar, pemuda desa itupan tak kuat mempertahankan dekapannya lagi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpaksa ia lepaskan. Berbareng itu si imam cepat
menendang. "Pembunuhan, tolong, tolong!" teriak pemuda itu. Tiba2 ia jungkir balik dan terlempar keluar dari jendela.
Sebenarnya tendangan si imam itu belum mengenai. Tapi entah mengapa, sipemuda desa jumpalitan. Pada lain saat terdengar suara gedebuk yang keras. Rupanya pemuda desa itu terbanting jatuh sekeras-kerasnya.
Masih Yak-bwe belum menginsyafi bahwa pemuda desa itu sebenarnya diam2 telah memberi bantuan padanya. Ketika sipemuda menjerit2 minta tolong tadi, Yak-bwe menjadi gugup hendak menolongnya. Cepat ia tusuk si imam.
Tadi beberapa kali pedang Yak-bwe kena disampok
terpental oleh kebutan jubah si imam. Tapi kali ini sungguh aneh. Bret, lengan jubah si imam kena dipapas kutung. Dan ketika ujung pedang terus meluncur maju. lengan si imam tergurat luka sepanjang lima dim. Mengapa mendadak sontak si imam tak selihay tadi; Kiranya gigitan sipemuda desa yang menyebabkannya. Karena ujung kakinya digigit sampai
terluka, bukan saja gerakan si imam itu tak setangkas tadi, pun tenaganya menjadi berkurang. Jika saat itu Yak-bwe terus menyerang lagi, imam itu pasti binasa atau sekurang-kurangnya tentu terluka berat.
Tapi Yak-bwe tak mau berbuat ganas. Ia hanya bermaksud memberi sedikit hajaran saja. Demi melihat kedua orang agama itu sudah pontang panting tak keruan, diam2 ia sudah merasa senang. Kedua kalinya, ia tetap menguatirkan keadaan sipemuda yang terlempar keluar jendela itu. Maka setelah dapat melukai si imam, ia lantas tarik pulang pedangnya.
"Katamu kau punya mata. tapi kulihat kau benar punya mata tapi tidak punya biji matanya. Jika lain kali berani kujang ajar lagi apabila bertemu aku, tentu akan kukorek keluar biji matamu," kata Yak-bwe.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Imam itu tahu kalau kepandaian lawan tak menang dengan dia. Tapi entah apa sebabnya ternyata ia menderita
kekalahan. Saking marahnya, dari tujuh lubang inderanya sampai mengeluarkan asap. Namun ia tak berani ber-cuwit lagi. Celaka adalah si hwesio botak. Ternyata ia menderita luka lebih parah. Ia tengah mengerang2 menyalurkan jalan darahnya, sehingga tak dapat berkata-kata lagi.
Baru Yak-bwe hendak melangkah keluar tiba2 sipemilik
warung menerobos keluar dari kolong mejanya dan menangis gerung2. Kiranya ia sedih karena menderita kerugian besar, tapi ia tak berani minta ganti kerugian pada Yak-bwe.
"Ciang-kui, sudahlah, jangan menangis. Ni kuganti uang,"
kata Yak-bwe sembari mengeluarkan uang tembaga dan
pecahan perak. Mendengar itu buru2 sipemilik warung mengusap air
matanya. Tapi serta dilihatnya Yak-bwe hanya menyodorkan sejumlah uang tembaga dan pecahan perak, kecewalah ia.
Serunya dengan terputus-putus: "Tuan ini, ini ...."
Setelah mengatakan ini, ini, achirnya ia beranikan diri juga untuk menerangkan bahwa uang Yak-bwe iiu masih belum
cukup untuk mengganti kerusakan barang-barangnya.
Diam2 Yak-bwe geli sendiri; "Ah, aku ini benar2 limbung.
Kali ini aku hampir merusakan sebuah rumah makan, masakan hanya membayar dengan jumlah rekening makananku tadi!"
Akhirnya ia mengambil uang mas kim-tonya terus
dilemparkan dilantai serunya: "Ini emas murni, jangan kuatir kutipu. Cukuplah kiranya" Habis berkata ia lantas loncat keluar jendela. Melihat keroyalan Yak Bwe, imam dan hwesio tadi makin yakin kalau Yak Bwe itu tentulah Su Tiauw-ing.
Tampak pemuda desa tadi tengah berjalan ditepi sungai dengan langkah pincang. Hati Yak Bwe serasa longgar
dibuatnya. Ia meneriaki pemuda desa itu. "Hai bung, aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hendak menghaturkan maaf kepadamu. Dalam perkelahian
tadi, aku telah membikin susah kau. Apakah kau terluka?"
"Tidak, tidak apa2. Syukur Tuhan masih adil, tidak suruh aku menjadi makanan ikan sungai. Hanya lecet sedikit saja dan terluka dibagian tumit kaki. Apa kau menang" Kiong-hi, Kiong-hi?" sahut sipemuda memberi selamat.
Karena dapat berjalan, Yak Bwe menduga pemuda desa itu hanya terluka sedikit saja tak mau meladeni bicara, terus mengeluarkan perak dan selembar sapu tangan serta obat.
katanya: "Ini adalah obat kim-jong-yok yang jempolan, bubuhkanlah pada lukamu. Dalam dua hari saja tentu sudah baik. Dan perak ini terimalah untuk ongkos keperluan."
Mengingat selama dua hari nanti sipemuda tentu tak dapat bekerja, maka Yak-bwe memberinya sedikit ongkos. Ia duga pemuda itu tentu mau menerimanya dengan girang. Tapi
diluar dugaan tiba2 wajah pemuda desa itu berubah. Serunya:
"Apa maksudmu ini" Apakah aku ini dianggap sebagai pengemis?"
Kemerah2anlah wajah Yak-bwe. Ia merasa serba salah apa mesti menyimpan kembali perak itu atau tidak. Kebetulan sekali saat itu ada seorang pengemis berjalan lalu disitu. Tiba2
pemuda desa itu tertawa: "Ya, sudahlah, mana perakmu itu, biar kuwakilkan kau memberi sedekah padanya."
Diberi sekian banyak perak, pengemis itu melongo. Setelah tersadar, ia tersipu2 menyambutnya dan tak henti2nya
menghaturkan terima kasih.
"Perak itu kepunyaan tuan ini. Kau berterima kasihlah kepadanya. Ai, tubuhmu juga penuh dengan luka2, ini obat untukmu. Juga dari tuan itu," kata sipemuda desa.
Yak-bwe tak dapat berbuat apa2 kecuali tertawa meringis, tanpa berkata apa2 ia lantas pergi. Lewat beberapa jenak, keadaan menjadi hening. Tiba2 Yak-bwe teringat sesuatu:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hai, gerak gerik pemuda desa tadi sungguh luar biasa, pun wataknya juga aneh."
Makin teringat akan pemuda desa itu, makin timbul
kecurigaan. Tapi ketika ia berpaling kebelakang, ternyata pemuda desa itu sudah tak tampak bayangan lagi. Sudah tentu Yak-bwe terbeliak kaget. Pikirnya: "Kuejek imam tadi punya mata tapi tak punya biji mata. Ternyata aku sendiri juga salah lihat pada orang. Jika pemuda desa itu tak punya kepandaian tinggi, masakan ia tak sampai terluka parah dilempar keluar jendela begitu rupa" Ah, tak nyana aku kembali tak sengaja berbuat salah pada orang,"
Memang apa yang disesalkan Yak-bwe itu tepat sekali. Tapi iapun tetap masih belum insyaf bahwa adanya ia dapat
memenangkan imam dan hweshio tadi adalah berkat bantuan secara diam2 dari pemuda desa itu.
Tengah hari lewat sedikit, tibalah sudah Yak-bwe dimuka pintu gedung Sip Hong. Penjaga pintu yang sudah tua dengan keheranan mengawasi Yak-bwe. tegurnya:
"Kau hendak cari siapa?"
Yak-bwe tertawa mengikik, sahutnya: "Ong tua apakah kau tak kenal lagi padaku?"
"Ai, kiranya nona Sik. Dalam dandanan begitu, apabila tak kau katakan, sudah tentu aku tak mengenal kau lagi," seru sipenjaga pintu.
Dahulu kedua keluarga Sip dan Sik itu tinggal berdekatan.
Sewaktu kecilnya, boleh dikata saban hari Yak-bwe tentu main2 dengan In-nio. Penjaga pintu tua itu sudah bekerja selama berpuluh2 tahun pada keluarga Sip. Ia mengikuti kedua nona itu dari kecil sampai berangkat dewasa. Maka sekali Yak-bwe buka suara, cepat ia sudah mengenalinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lo-ya sedang bepergian, tapi nona ada dirumah sedang berlatih ilmu pedang didalam taman. Mari kuantarkan kau kesana," kata sipenjaga.
"Tak usah, aku dapat kesana sendiri", sahut Yak-bwe.
"Ai, nona Sik dalam dandanan sebagai pemuda, kau benar2
tampak cakap sekali. Aku sampai tak mengenal kau sama sekali. Ah, sayang kau bukan pemuda sesungguhnya. Jika sungguh, merupakan pasangan yang setimpal dengan nona majikanku." kata penjaga tua itu dengan bergurau, Yak-bwe girang karena penyaruannya itu telah dapat
mengelabuhi mata pak tua itu sahutnya: "Jangan kuatir, nonamu itu sudah ada yang punya."
"Nona sudah mendapat jodoh" mengapa aku tak tahu sama sekali ?"
"Sabarlah, nanti sedikit waktu tentu kau bakal tahu sendiri.
Sekarang ini aku justru hendak menjadi comblangnya," jawab Yak-bwe terus melangkah.
Tiba ditaman, benar juga In-nio sedang asyik berlatih pedang. Dilihatnya sinar pedang In-nio itu berkelebatan pergi datang dengan cepatnya. Setiap kali pedang itu berkelebat, tentu meninggalkan percikan pedang berbentuk seperti
taburan bunga. Ternyata In-nio tengah mainkan jurus hui-hoa-ciu-yap atau bunga bertebaran memburu sang kupu2.
Jurus itu sebuah permainan dari ilmu pedang Hian-li-kiam-hwat. Apalagi di latih sampai tingkat sempurna, dapatlah dibuat memapas bunga tanpa merusak tangkainya sedikitpun juga. Dapat memapas sayap seekor kupu2 tapi tanpa
menyebabkan kematiannya, In-nio belum dapat mencapai
tingkatan itu. Tapi sudah tak banyak terpautnya:
"Permainan pedang yang bagus !" Yak-bwe memuji sembari menghampiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebat sekali In-nio sudah tarik pulang pedangnya, tapi iapun mengawasi Yak-bwe dengan pandangan yang lain dari biasanya.
"Hai, kau melihat apa saja " Apa kau juga tak mengenali aku ?" tegur Yak-bwe sambil tertawa.
"Lihatlah sendiri keadaanmu itu. Apakah kau barusan habis berkelahi dengan orang ?" seru In-nio.
Yak-bwe cepat menghampiri ketepi empang teratai. Begitu melongok kepermukaan air, barulah ia tersadar. Katanya: "Ah, makanya tadi pak tua penjaga pintu itu pentang mata lebar lebar memandang aku."
Kiranya rambut Yak-bwe kusut masai, pakaiannya kacau
risau, banyak debu yang melekat. Wajahnya tak keruan
warnanya, banyak bekas2 noda arak, air kuah, kecap dll, Yak-bwe mendongkol tapi geli juga.
"Hm, pak tua itu memperolok2 aku, Katanya aku seorang pemuda tampan," katanya.
In-nio ambil sapu tangan, setelah dicelup air lantas
mengusap noda2 kotoran diwajah Yak bwe. Ujarnya: "Jangan buru2 tukar pakaian dulu. Tuturkan ceritamu itu. Mengapa kau nakal sebelum datang kemari berkelahi dulu dengan orang ?"
"Ho, kau juga hendak meng-olok2 aku ya" Bukan cerita yang baik, tapi menjengkelkan hati," sahut Yak-bwe, ia lantas menutur kejadian yang dialaminya diwarung arak itu.
"Aku tak kenal pada iman hidung kerbau dan si hweshio busuk itu tetapi entah bagaimana mereka itu hendak cari perkara padaku. Coba kau timbang, apakah itu tidak
menjengkelkan?" katanya.
In-nio heran dibuatnya, tanyanya: "Masa ada kejadian begitu, apakah kau tak salah dengar" Atau mungkin mereka mengatakan tentang lain orang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mestipun aku tak faham seluruhnya akan bahasa kangow, tapi aku dapat mendengarkannya dengan jelas. Coba pikirkan, mana di atas dunia ini ada seorang budak perempuan she Su yang galang gulung dengan budak laki2 she Toan itu?" bantah Yak-bwe yang lantas mencernakan omongan si imam. Dalam bercerita itu, wajahnya menjadi kemerah2an.
"Ah, hal itu benar aneh. Siapakah yang membocorkan keluar" Mengapa dalam kalangan orang luar yang tak ada hubungannya sama sekali mengetahui bahwa kau tinggalkan rumahmu karena urusan Toan Khik Sia?" In nio tertawa.
"Malah mereka tahu juga akan sumber perguruanku dan tingkat kepandaianku. Tapi memang ada beberapa bagian yang tidak benar," kata Yak bwe. Iapun menerangkan tentang hal2 yang menimbulkan curiga pada In-nio. In-nio memang lebih berpengalaman. Memang ia anggap dalam urusan itu tentu terselip sesuatu, tapi seperti halnya dengan Yak-bwe, iapun juga tak mengetahui tentang adanya seseorang nona yang bernama Su Tiau-ing itu. Maka dugaannya pun, sama dengan Yak-bwe, yakni yang dimaksud si imam dengan budak perempuan she Su itu, siapa lagi kalau bukan Yak-bwe.
Dalam penuturannya itu, Yak-bwe sudah lupa menyebut
tentang diri sipemuda desa.
"Ai, kau toh sudah memberi hajaran pada mereka, ini sudah cukup melonggarkan kemendongkolan hatimu. Rupanya mereka itu hanya bangsa kelas 2-3 saja. Masakan mereka berani mencari kau lagi. Sekarang mari kita bicarakan soal Khik Sia. Sebetulnya kalian berdua ini bagaimana, ya ?"
Dengan suara berbisik, Yak-bwe menyahut: "Justru aku headak minta advismu. . ."
Baru ia berkata begitu tiba2 terdengar si penjaga Pintu tadi bergegas mendatangi, serunya .
"Nona Sip, ada tetamu hendak minta bertemu loya. Waktu kuberitahukan kalau loya sedang pergi, ia lantas keluarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karcis nama suruh aku berikan pada nona. Ia minta
keterangan, apakah nona mau menjumpainyakah?"
Waktu menyambuti dan membaca karcis nama itu. In-nio
berseru: "Oh, kiranya Sin-ciang chiu Lu Hong-jun. Baik, silahkan dia duduk di ruangan tetamu. Sebentar aku ganti pakaian dulu,"
Yak-bwe tertawa mengikik.
"Hai, mengapa kau tertawa itu ?" tegur In-nio.
"Tahukah kau apa maksud kedatangan Lu Hong-jun kemari
?" Yak-bwe balas bertanya.
"Bagaimana aku mengetahui" Kalau begitu rupanya kau tentu sudah tahu, bukan?"
"Dia hendak menjadi comblang untukmu, Comblang
datang, calon yang akan dipinang itu harus menyembunyikan diri tapi sebaliknya kau hendak menjumpainya. Lucu tidak ini
?" "Kau memang pandai menggerakkan lidahmu. Masakan seorang pendekar muda dituduh menjadi comblang. Biar
kutemuinya. Kebanyakan ia datang kemari karena kau. Kau telah menghina adiknya, ia tentu hendak mencarimu." sahut In-nio yang tak percaya akan keterangan Yak bwe,
"Tidak, aku sungguh tak membohongimu. Lu Hong-jun dimintai tolong Thiat-mo-lek untuk melamar bagi Bo Se-kiat.
Jika kau tak percaya, dengarkan saja bagaimana omongannya nanti,"
"Sudahlah, jangan berolok2 lagi. Lekas ganti pakaian dan ikut aku menemui tetamu itu." tukas In-nio.
"Ah, aku bukan tuan rumah dan kedua kalinya, jika ada aku, ia tentu tak leluasa bicara." bantah Yak-bwe.
"Apa kau kuatir kalau ia sebenarnya hendak mencarimu"
Baik jika kau takut, biarlah aku sendiri yang menyambutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku tak mau terpengaruh oleh olok2mu tadi hingga sampai melantarkan tetamu." kata In-nio
Yak-bwe tertawa "Ya, Memang, memang jauh2 orang
datang hendak menjadi comblang, masakan tak disambut
baik-baik."
"Lekas ganti pakaian dan tunggu disini, Nanti aku hendak bikin perhitungan padamu," bentak In-nio.
Setelah pesan seorang budak untuk melayani keperluan
Yak-bwe, ia lantai ganti pakaian dan keluar menyambut sang tetamu, Yak-bwe pun lantas mandi dan berganti pakaian In-nio. Ternyata Yak-bwe itu lebih pendek dari In-nio. Bujang segera menyediakan pakaian In-nio yang dibuat pada dua tahun yang lalu. Ternyata ukurannya pas dengan Yak-bwe.
Yak-bwe menunggu didalam taman. Tak berapa lama
kemudian, datanglah In-nio. Wajah nona itu agak berbeda dengan tadi. Kiranya benar apa yang dikatakan Yak-bwe kepadanya tadi. Hong-jun telah membicarakan tentang diri Bo Se-kiat, Benar juga secara terang2an, Hong jun tidak
menyatakan jadi comblang, tapi ia menuturkan tentang
pertemuan dengan Bo Se kiat dan Thiat Mo Lek. Kemudian ia sampaikan salam Se-kiat kepada In-nio. Dalam pembicaraan selama itu, secara samar2 Hong-jun menyatakan sudah
mengetahui tentang hubungan Se-kiat dengan In-nio. Pun tahu juga dia (Hong-jun) akan kemungkinan bahwa Sip Hong tak suka Se-kiat. Selanjutnya Hong-jun menyatakan
kesediaannya hendak membicarakan hal dari Se-kiat itu kepada Sip Hong.
"Nah bagaimana, Kan aku tidak omong kosong doang ?"
tegur Yak-bwe sambil tertawa.
"Heran, bilakah berjumpa dengan Lu Hong jun itu"
Mengapa tadi ia tak mengatakan sebaliknya malah
menanyakan tentang dirimu ?" kata In-nio. Yak-bwe tetap tertawa saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku bertemu padanya, tapi ia tak tahu kalau aku. Kejadian itu memang lucu sekali, nanti akan kuceritakan juga padamu.
Coba kau tuturkan dulu, apa saja yang ia tanyakan tentang diriku tadi ?"
Kini ganti giliran In-nio yang tertawa : "Dia juga membantu Thiat Mo Lek mencarimu untuk kepentingan Khik Sia, Thiat Mo lek dan Bo Se-kiat juga sangat perhatian akan arusan kamu berdua itu. Kukatakan pada Lu Hong-jun bahwa kau sudah berada disini dengan aku. Mendengar itu girangnya bukan kepalang. Ia mengatakan hendak lekas2 menyampaikan hal itu kepada Khik Sia dan Thiat-mo-lek, agar mereka terbebas dari kecemasan selama ini. Tadi sebenarnya aku berniat hendak memanggil kau keluar....."
"Aku sih tak suka menemuinya," sahut Yak-bwe.
"Itulah. Kutahu sudah bagaimana perangaimu. Menduga kau tentu tak suka menemuinya, akupun tak mengatakan hal itu juga," kata In-nio.
Tiba2 Yak-bwe bertanya: "Apakah ia tahu kalau baru hari ini aku tiba disini."
"Tentang itu tak kuutarakan. Dengan Lu Hong jun baru pertama kali ini aku bertemu muka. Waktu ia menanyakan dirimu, segera beritahukan kau berada disini. Lain2 hal aku tak mau mengatakan lagi,"
"Mendinglah. Kalau ia tahu baru hari ini aku tiba disini, tentu ia menaruh kecurigaan. Diriku yang sebenarnya, tentu akan ketahuan olehnya," kata Yak-bwe.
"Ai, kau mainkan sandiwara apa saja" Mengapa kau takut dirimu ketahuan ?" tanya In-nio
"Tentang diriku menyaru jadi pemuda itu, lho," kata Yak-bwe. "Belum lama ini, aku berjumpa dengan Lu Hong-jun.
Kuperhatikan kala itu ia sudah mencurigai diriku, tapi rupanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia pun masih belum yakin betul bahwa aku ini seorang anak perempuan."
Ia lalu menuturkan pengalamannya selama berpisah
dengan In-nio. Bagaimana ditengah jalan terluka parah, bagaimana perkenalannya dengin Tok-ko U serta bagaimana pada suatu hari Lu Hong jun datang berkunjung kerumah Tokko U diceritakan semua.
"Aku memakai nama palsu Su Ceng-to, berbohong
mengaku salah seorang gagah dari Kim ke-nia. Tak kusangka bahwa sebelum datang kesitu, Lu Hong jun berjumpa dulu dengan Thiat-mo-lek. Mungkin ia tentu merasa keteranganku itu sedikit mencurigakan. Tapi syukur, aku dapat mengatasi kesemuanya itu. Jika tadi ia tahu kalau baru hari ini aku datang kemari, mungkin ia tentu akan menghubungkan
dengan diri pemuda Su Ceng-to itu. Dan diriku tentu bakal ketahuan."
Habis mendengar, In-nio tampak kerutkan alisnya.
Tegurnya: "Perbuatanmu itu kurasa tidak tepat. Mengelabuhi mata Lu Hong jun itu sih tak mengapa. Tapi masakan kau juga mau menyelomoti Khik Sia juga?"
"Tidak, siang2 Khik Sia sudah tahu. Setelah Lu Hong-jun pergi, malamnya Khik Sia juga datang kerumah Tok ko U dan bertemu dengan aku." kata Yak bwe.
"Bagus, bagus ! Khik Sia tentu tahu dan apakah kau memberitahukan siapa dirimu itu kepadanya" Kupercaya ia tentu tak mencemburui kau. Kalian sudah berbaik, bukan ?" ,
"Celaka, karena kubikin marah, ia pergi dengan putus asa.
Memang kala itu aku masih marah kepadanya, maka akupun tak mau berkata kepadanya."
Waktu mendengar cerita Yak-bwe tentang pertemuannya
dengan Khik Sia, In nio banting2 kaki: "Ai, mengapa kau berlaku keliwatan begitu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yak bwe menyatakan penyesalannya: "Ya sekarang aku sudah tahu kesalahanku. Jika nanti bertemu lagi, aku akan menghaturkan maaf padanya. Tapi entah sekarang ini dia berada dimana. Enci In, bagaimana advismu" Apa sebaiknya cari dulu dianya, lalu kau katakan padanya."
In-nio tertawa: "Ya, enak saja kau ngomong. Dengan begitu tak perlulah kiranya kau minta maaf lagi kepadanya, bukan" Hanya saja, kau sudah membuat urusan itu kacau balau, dikuatirkannya tidak cukup dengan sepatah dua patah penjelasan dapat membuat mengerti."
Mendengar itu angot pula perangai kaum siocia (gadis
orang hartawan atau berpangkat) pada Yak-bwe. Ujarnya :
"Ya, aku memang berlaku kelewatan kepadanya, tapi iapun juga berulang kali tanpa suatu alasan, menghina padaku.
Kalau ditimbang, dua2nya mempunyai kesalahan. Jika setelah kau nasehati, ia tetap tak mau menerima penjelasanku, akupun tidak mengharap padanya lagi."
In-nio tertawa : "Ah, bukan begitulah. Tapi jawablah pertanyaanku ini. Apakah Tok ko U pernah curigai padamu ?"
"Curiga apa" Curiga kalau aku ini seorang anak
perempuankah?"
"Kau tinggal hampir setengah bulan dirumahnya itu, tentunya setiap hari kau berjumpa padanya. Sebagai seorang yang suka berkelana dan banyak pengalaman, masakan ia tak melihat sedikitpun tanda2 yang mencurigakan pada dirimu ?"
Dengan bangga, Yak-bwe menerangkan : "Kepandaian menyaru jadi pemuda, meskipun tak sempurna seperti kau, tapi rasanya lebih dari cukup untuk mengelabuhi mata kedua kakak beradik tersebut. Bukan saja kuberhasil mengelabuhi mereka, malah adiknya yg bernama Tok-ko Ing itu sudah jatuh hati padaku !"
Yak-bwe segera menceritakan tentang Tok ko Ing yang
mencintainya itu. Sudah tentu dalam ceritanya itu, ia tambahi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan bumbu secukupnya hingga In-nio tak kuat lagi
menahan gelinya.
Puas tertawa, berkatalah In-nio: "Janganlah kau keltwat melanggar susila. Tidakkah perbuatanmu itu menyebabkan penderitaan seorang gadis?"
"Nanti apabila sudah tiba saatnya, aku tentu akan memberi penjelasan padanya. Tapi pada waktu itupun aku hendak mengolok olok Lu Hong-jun juga. Tahukah kau bahwa Lu
Hong jun itu sebenarnya juga akan meminang nona Tok-ko?"
"Itu kan tak ada jeleknya, mengapa kau hendak mengolok-oloknya?"
"Aku tak suka dengan adik perempuan dari Lu Hong-jun.
Karena aku sayang akan Tok ko Ing, maka aku tak suka kalau sampai mendapat ipar perempuan semacam itu.
"Gila, gila benar kau ini. ia akan menikah dengan Lu Hongjun, bukan dengan adik perempuannya. Sekalipun taruh kata kedua ipar itu tak rukun, tokh tak ada sangkut pautnya dengan kau" Apalagi Lu Hong jun itu seorang lelaki yang lapang dada, setidaknya bukan orang busuk."
"Tak usah kau damprat, belakangan aku-pun tahu
kesalahanku itu juga. Tadikan telah kukatakan padamu, lambat atau laun aku tentu akan menjelaskan pada Tok ko Ing. Hanya sekarang ini belum tiba saatnya" ujar Yak bwe tertawa.
Sejak kecil In-nio sudah bergaul dengan Yak-bwe, jadi ia cukup kenal perangainya, tertawalah ia: "Saat yang kau pilih itu terus terang saja tentulah setelah kau baik lagi dengan Khik Sia agar jangan belum2 apabila sampai ketahuan dirimu seorang anak perempuan Tok ko ing akan mengutuk kau "
Yak-bwe tertawa : "Terhadap kau aku tak dapat menutup isi hatiku. Itulah makanya aku lekas2 kemari, perlu minta advismu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan suagguh2 In-nio berkata. "Untung lah karena tak melihat penyaruanmu, Tok-ko U tak sampai merayu kau. Tapi hal itu tak mengurangkan cemburunya Khik Sia. Apakah tak memikir sampai disitu ?"
Yak-bwe terkesiap: "Kau maksudkan Khik Sia akan
mencemburui aku, aku...."
"Benar, ia mencemburui kau punya hubungan istimewa dengan Tok-ko U," tukas In-nio.
Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kurang ajar ! Kalau ia mempunyai pikiran begitu, tandanya ia berhati serong sendiri," Yak-bwe menyeletuk sengit.
Sebagai puteri dari pembesar tinggi, Yak-bwe biasa
memandang segala hal secara subyektip atau menurut
anggapannya sendiri. Itulah sebabnya maka ia tak memikirkan kemungkinan Khik Sia akan menaruh persangkaan jelek
terhadap tindakannya dirumah keluarga Tok-ko.
"Mengapa menyalahkan Khik Sia" Andaikata aku, pun juga akan menaruh persangkaan begitu. Ketahuilah bahwa Tok-ko U itu termasuk golongan anak muda seperti kita. Dia jauh berlainan dengan putera manis dari Tian peh-peh" bantah In-nio.
"Hm, kau masih mengungkat hal itu. Apa kah tidak karena Tian peh peh hendak memaksa aku jadi menantunya, maka Khik Sia sampai marah2 dan menghina habis2an padaku "
Baik, jika karena peristiwa dirumah Tok-ko U itu ia sampai marah lagi, biarkan sajalah," Yak-bwe makin sengit In-nio menggeleng kepala, ujarnya: "Apakah kau benar2
hendak membikin dia marah" Kalau begitu, aku tak dapat mengurusi urusan kalian lagi."
Wajah Yak-bwe berobah agak gelisah, katanya:
"Kelihatannya ketika ia tinggalkan aku sikapnya amat sedih sekali. Maka, maka kemarahannyapun berkuranglah separoh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan menirukan gaya bicara Yak-bwe itu, In nio berkata:
"Maka, maka kaupun lantas minta aku menjadi orang perantaranya."
Yak-bwe tertawa mengikik dan sandarkan diri pada tubuh In-nio. Bisiknya: "Siapakah yang suruh kau menjadi ciciku"
Aku sudah tak punya sanak kadang lagi, kalau tak minta tolong padamu habis minta tolong siapa?"
"Ucapanmu yang menyayat hati itu, mau tak mengurus pun terpaksa harus mengurus. Baik bangunlah," kata In-nio. Ia mengatur rambut Yak bwe yang terurai, kemudian berkata pula "Dalam pertengahan bulan ini. Cin Siang akan menyelenggarakan rapat besar kaum enghiong. Tentunya kau sudah mengetahui hal itu. Turuti pendapatku, Khik Sia tentu akan datang untuk melihat2. Taruh kata ia tak datang pun, disana kita tentu dapat bertemu dengan kawan2nya yang bisa memberi keterangan."
"Kau artikan kita akan pergi juga" Tapi aku pernah bertempur dengan tentara negeri, Walaupun Cin Siang telah mengumumkan takkan menangkap orang2 yang pernah
melanggar hukum, tapi kitapun tak boleh mempercayainya seratus persen. Dan jangan lupa, bahwa kita ini anak
perempuan. Ya, meskipun kita dapat menyaru sebagai anak lelaki dengan bagus, tapi ditempat dimana kaum persilatan yang kasar sama berkumpul, rasanya gerak gerik kita tetap tak leluasa juga." bantah Yak-bwe.
In-nio menertawakan "Tak usah banyak kau kuatirkan. Hal itu telah kupikirkan semua. Aku dapat menjaminmu. Ayahku sekarang sedang pergi ke Gui-pok. Nah, akan kuambil cap kebesarannya dan kucapkan pada sepucuk surat keterangan.
Kita akan menyaru jadi opsir sebawahannya yang ditugaskan mengurus suatu pekerjaan ke Tiang-an. Siapa yang berani mengganggu usik pada kita lagi" Di Tiang an ayah mempunyai sebuah pesanggrahan. Kita tak perlu tinggal dihotel, tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermalam dipasenggrahan itu saja. Dengan selalu menjauhi kawanan orang persilatan itu, masakan kita takut apa lagi."
Yak bwe kegirangan dan menyetujui rencana itu,
"Jika berjumpa dengan Khik Sia, aku dapat memberi penjelasan padanya. Juga terhadap urusanmu dengan Tok ko Ing, karena akupun kenal dengan kakak beradik she Lu, biarlahku minta bantuan Lu Hongjun untuk menyampaikan halmu kepada Tok-ko Ing. Dengan demikian dapatlah
urusanmu itu dibebaskan,"
Yak-bwe makin girang dibuatnya. Mulutnya tak henti2nya menghaturkan terima kasih
"Tahukah kau mengapa ayahku pergi ke Gui-pek ?" tanya In-nio.
"Bagaimana aku tahu ?" sahut Yak-bwe.
"Yalah untuk urusanmu juga. Setelah kotak emas Tian pehpeh kuambil, ia menjadi ketakutan setengah mati. Bukan saja ia batalkan pernikahanmu itu, pun ia berjanji takkan mengganggu wilayah Lu-ciu lagi. Ia menyatakan mau menjadi serekat ayah angkatmu. Kepergian ayahku ke Gui-pok itu, ialah hendak menjadi orang perantara mereka. Ha, adik Bwe, kau sungguh hebat. Peristiwa kau merampas cap kebesaran Tian Peh peh itu, kelak tentu bakal menjadi buah tutur yang indah," kata In-nio.
"Jangan keliwat memuji setinggi langit," Yak -bwe tertawa,
"tentang kepandaian, aku tak nempil padamu. Ilmu permainanmu hui-hoa-cu-tiap tadi, sampai membuat aku
mengiler benar. Beberapa tahun aku belajar ilmu pedang, tetap tak mampu bermain sedemikian sempurnanya. Cici, dimasa kecil kau sering memberi petunjuk padaku, sekarang aku hendak minta petunjukmu lagi."
Suasana pertemuan dan pembicaraan dengan In-nio itu,
telah memberi banyak kegembiraan pada Yak-bwe. Karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hari masih belum gelap, ia lantas cabut pedangnya dan mainkan ilmu pedang hui-hoa-cu-tiap. Ia minta In-nio
memberi petunjuk dibagian yang masih kurang baik. Baru bermain sampai 10-an jurus lebih, tiba2 terdengar orang berseru: "Ilmu pedang yang bagus!"
Cepat2 Yak-bwe hentikan permainannya. Dilihatnya
didalam taman muncul seorang pemuda. Dan pemuda itu.
astaga.....kiranya sipemuda desa yang dijumpainya dirumah makan itu.
Pemuda itu tertawa berkata: "Orang hidup tentu sering berjumpa. Sungguh tak nyana di-sini kita saling berjumpa lagi."
Yak-bwe deliki mata dan membentaknya: "Mengapa kau berani masuk kedalam taman ini?"
"Tadi ketika diluar pagar, kudengar suaramu. Mengingat bahwa kau telah memberi persen aku setahil perak, ya, walaupun uang itu telah kuberikan pada para pengemis, tapi aku tetap merasa menerima sesuatu dari kau. Karena belum menyatakan terima kasih maka aku masuk kemari. He,
mengapa kau sekarang berubah menjadi seorang nona?"
Walaupun Yak-bwe masih hijau pengalamannya, tapi pada saat itu, iapun dapat merasa tingkah laku pemuda desa itu bukan pemuda biasa. Cepat ia menghaturkan maaf: "Tadi karena khilaf, aku telah memandang rendah padamu,
maafkan. Tapi mengapa kau kenal akan ilmu pedang yang kumainkan tadi?"
Tertawalah sipemuda itu: "Kau memberi persen perak, tetapi malah minta maaf, ini aku tak berani menerimanya. Ha, ha, aku hanya tahu mencangkul sawah saja, tak mengerti apa itu ilmu pedang atau ilmu golok."
"Tapi mengapa kau berseru memuji?" tanya Yak-bwe.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Karena selama hidup aku belum pernah melihat seorang nona bermain pedang. Saking heran, tanpa terasa aku berseru memuji," sahut sipemuda.
Melihat orang berlagak pilon, Yak-bwe menjadi kurang
senang: "Aku sudah minta maaf, tapi kau tetap hendak mengolok2." Ia mendamprat dalam hati.
"Kau lancang masuk kemari, tetapi kubiarkan saja. Kau pun jangan meigurusi urusanku," ia menyelutuk. Kata2 itu berarti menyuruh orang pergi. Tapi rupanya pemuda itu bandel
sekali. Bukannya pergi, sebaliknya ia malah beringsut2
menghampiri Yak-bwe, serunya: "Ih, kata2mu itu
membingungkan aku. Bilahkah aku mengurusi urusan nona?"
Penyaruannya telah diketahui oleh sipemuda, Yak-bwe
sudah kurang senang, tapi ia tak leluasa menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan urusan itu, ialah tentang hal itu.
Sesaat hatinya bingung2 jengkel, tapi belum ia sempat meluapkan kejengkelannya itu, sipemuda itu sudah mengoceh seorang diri: "Sebenarnya orang yang suka usil mengurusi urusan, juga bukannya tak baik. Tadi dirumah makan, jika tak ada orang yang suka usilan, kurasa ah, nona ah, belum tentu menang dengan si imam busuk dan sikepala gundul itu."
Tergerak hati Yak-bwe, diam2 ia membatin: "Apakah diam2
dia yang membantu aku" Mengapa aku tak merasa sama
sekali?" Baru ia menimang begitu, tiba2 In-nio kedengaran memaki seraya mencabut pedangnya: "Berani lancang masuk kedalam tamanku, kau sungguh tak punya aturan sekali, ini rasakan pedangku!"
Berbareng dengan berkumandangnya kata2, orangnyapun
sudah menyerang sipemuda dengan jurus giok-li-joan-suh atau bidadari menyusup tali, Kejadian itu amat mengejutkan Yak-bwe. In-nio biasanya lebih sabar dari ia. Mengapa tanpa berkata sepatah pun jua ia lantas menyerang orang. Bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serangannya itu menggunakan jurus yang berbahaya. Benar Yak-bwe tak senang dengan pemuda itu, tapi ia belum sampai hati untuk menghajarnya sampai binasa. Tanpa terasa ia segera berseru mencegah: "Cici, cici, kau...,."
Belum seruannya selesai, In-nio sudah lancarkan tiga kali serangan, sehingga Yak-bwe tak dapat meneruskan seruannya lagi. Tiga serangan berantai dari In-nio itu dengan indahnya telah dihindari oleh sipemuda, Jelas tampak oleh Yak-bwe, bahwa pemuda itu takkan terancam jiwanya, Diam2 ia
membatin; "Kiranya orang ini lihay sekali dan hendak mengolok2 kita," Pada lain saat ia berpikir lagi: "Biasanya ci In itu sabar, tentu ada sebabnya ia sampai bertindak keras."
Yak-bwe ambil putusan akan melihat dari samping dulu.
Tak mau ia mencegah In-nio lagi. dilihatnya setiap kali pedang In-nio menyambar, pemuda itu hanya menghindari dengan gerak langkah beringsut2. Beberapa kali pedang In-nio tampaknya sudah berhasil menusuk, tapi dalam jarak hanya seujung rambut saja selalu dapat dihidari oleh sipemuda,
"Kau berani menghina aku, ayuh loloslah senjatamu!"
bentak In-nio. Habis berseru, tiba2 ia gantikan serangannya dengan jurus Hong-biau-lok-hoa (angin meniup bungi berguguran). Jurus itu terdiri dari tujuh buah serangan berturut2 yang sukar diduga isi kosongnya.
Laksana bunga gugur, sinar pedang berhamburan jatuh
menyilaukan kegelapan malam. Justru itu merupakan timpalan dari ilmu permainan pedang hui-hoa-cu-tiap (bunga bertebar mengejar sang kupu2). Diam2 Yak-bwe malu pada dirinya sendiri. Ia pentang mata lebar2 untuk melihat bagaimana sipemuda hendak melayaninya.
"Aduh. celaka!" teriak pemuda itu, Tiba2 ia tergelincir jatuh.
Tapi baru Yak-bwe terkesiap kaget, dilihatnya pemuda itu dua kali berputaran ditanah, kemudian loncat berjumpalitan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jaraknya dengan ujung pedang In-nio hanya sejari saja.
Sepintas pandang. ia seperti terpontang panting tapi
sebenarnya ia telah mainkan gerak cui-pat-sian atau Delapan dewa mabuk, yang indah sekali.
Sebenarnya Yak bwe jemu dengan pemuda itu, tapi
menyaksikan permainannya yang sedemikian luar biasanya, mau tak mau ia berteriak memuji juga.
In-nio juga tak kurang tangkasnya. Begitu tusukannya
menemui tempat kosong, ia sudah susuli lagi dengan lain serangan. Rupanya pemuda itu tahu juga akan lihaynya ilmu pedang In-nio. Ia merasa jika melayani dengan tangan
kosong, lama2 tentu akan menderita juga akhirnya. Ketika In-nio kembangkan serangannya yang kedua, tiba2 pemuda itu berseru: "Karena tak dapat mengganti pedang dengan golok, terpaksa hendak gunakan kayu untuk melayani. Maaf, aku hendak merusak sebatang dahan pohon itu kepunyaanmu."
Dalam berkata2 itu. ia sudah memotes sebatang dahan liu, terus dimainkan. Dalam rangsangan pedang In-nio, daun2
pada dahan pohon yang dipakai sebagai senjata oleh pemuda itu, berhamburan jatuh. Dalam sekejap saja dahan itu sudah bersih menjadi sebatang tongkat. Anehnya, hanya daunnya saja yang terkupas hilang, sedang batangnya tetap tak kena tabasan pedang In-nio.
Kini pemuda itu mulai kembangkan permainannya. Dahan
itu dimainkan dalam jurus permainan pedang. Ditangan
sipemuda, dahan kayu itu berobah menjadi senjata hebat perbawanya. Belum In-nio menghabiskan jurus serangan
berantainya sudah knra desak kesamping oleh dahan liu sipemuda.
Diam2 heranlah Yak-bwe. Bahwa kepandaian pemuda itu
lebih tinggi dari In-nio, itulah sudah terang. Tapi yang lebih mengagumkan lagi, jurus permainan pedang dengan
menggunakan dahan pohon itu. juga luar biasa anehnya.
Sampai sekian lama memperhatikan barulah Yak-bwe teringat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa permainan pedang kayu sipemuda itu serupa dengan pertandingan pedang antara Thiat-mo-lek dengan Bo Se-kiat digunung Kim-ke-nie tempo hari.
Permainan ilmu pedang itu mengutamakan tenaga lwekang yang tinggi baru dapat dikembangkan dengan baik. Walaupun lwekang pemuda itu cukup lihay, tapi terang kalau masih kalah dengan Thiat-mo-lek,
Tempo hari Thiat-mo-lek gunakan pedang yang berat,
sedang pemuda itu kini gunakan dahan pohon yang enteng untuk melawan pedang In-nio yang berat, ini juga bukan suatu hal yang mudah. Oleh karena itu walaupun In-nio kalah dalam hal lwekang, tapi ia mendapat kemurahan dalam hal senjata. Permainan yang dimainkan In-nio, adalah ilmu pedang yang diandalkan. Untuk menghadapi permainan
pedang kayu dari si pemuda, ia memerlukan waktu agak lama.
Begitulah berselang beberapa saat, kira2 setelah 20-an jurus lewat, pemuda itu mulai kendor permainannya. Berangsur2
mulailah ia kalah angin.
Diam2 Yak-bwe girang: "Kali ini rupanya cici In tentu akan memberi hajaran pada orang itu."
Tapi kegirangannya itu hendak berobah menjadi kekagetan ketika sekonyong2 dalam sebuah gerak menyongsong
kemuka, dahan kayu sipemuda itu berhasil medorong pedang In nio kesamping. Kiranya bergerak tamparan dari sipemuda itu juga menggunakan salah sebuah jurus dari ilmu pedang hoa cu tiap.
"Bagus!" In-nio berseru seraya geliatkan pedangnya untuk lolos dari libatan dahan liu. Srt, srt, pedangnya berkilat kian kemari laksana kupu2 menari diantara bunga atau burung denari menyusup kebawah daun. Isi kosongnya serangan itu sukar diduga sekali. Memang itulah jurus yang disebut tiap bu ing hui atau kupu-kupu menari burung kenari terbang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil memuji, pemuda itu putar dahan pohonnya berganti jurus ceng lo siau san, dahan liu dikiblatkan dan kakinya berlincahan. Gerakannya sungguh mirip dengan suasana yang dilukiskan dalam sajak "ceng-Lo-siau-san-boh liu ing" atau goyangkan kipas menangkap kunang-kunang. Indah sekali ia pecahkan serangan In-nio,
Jurus tiap-bu-ing hui itu tak mengutamakan tenaga
kekuatan. Dan memang Biau Hui-si-ni telah menciptakan khusus buat wanita. Setiap gerakannya disesuaikan dengan keindahan gerak badan, maka bila dimainkan tak ubah seperti orang menari.
Pemuda yang mengenakan dandanan seperti pemuda desa
itu, dengan dahan kayu ikut menari2 untuk menghalau
serangan, sudah tentu gerakannya lucu sebali. Tapi
dikarenakan luar biasanya jurus yang di mainkan itu, maka dari merasa geli sebaliknya Yak bwe malah mengikuti dengan penuh perhatian.
Pada waktu pertempuran mencapai klimaksnya, tampak
bunga2 bertebaran gugur, suatu hal yang lebih
menyemarakkan suasana pertandingan. Pada lain saat
pemuda itu juga menggunakan permainan ilmu pedang yang serupa dengan In-nio. Pada saat itulah segera terdapat keseimbangan kekuatan. Dahan liu dimainkan tepat seperti sebatang pedang. Sedemikian mahir pemuda itu
memainkannya sehingga dapat mengembangkan inti
keindahan ilmu pedang, yakni lemah gemelai laksana ujung tangkai liu, bagai burung Hong kaget, Setiap jurus penuh mengandung perobahan2 yang sukar diduga
Yak-bwe tersemsem sekali, ya begitu terpesona sekali ia sampai lupa soal kalah menangnya. Pikirnya: ,Kiranya ilmu pedang dari suhu itu mempunyai banyak perobahan yang
indah." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mengikuti sekian lama, tiba2 ia seperti disadarkan:
"Aneh, mengapa pemuda itu mengerti akan ilmu pedang itu"
Rupanya malah ia lebih faham dari ci In "
Tiba2 pemuda itu tindihkan dahan pohonnya kegigir
pedang dan tertawa: "Tak perlu bertempur terus, ya ?"
In-nio tarik kembali pedangnya. "Apakah Pui suheng ?"
tegurnya. Pemuda itu lemparkan dahan kayunya dan lalu memberi
hormat: "Ya, memang benar, harap suci berdua memaafkan."
Heran Yak-bwe dibuatnya, pikirnya: "Bilakah suhu menerima seorang murid lelaki" Ha, suheng dari mana ini?"
In-nio segera melambainya segera datang, katanya: "Pui Suheng ini, adalah tit-ji (keponakan) dari suhu. Dia adalah murid Mo Kia lojin."
Memang Yak-bwe tak begitu tahu tentang asal usul
suhunya ketika belum menjadi nikoh (rahib). Kiranya Biau Hui Si-ni itu orang she Pui. Ia mempunyai seorang adik lelaki yang sudah meninggal. Adiknya itu mempunyai anak lelaki yang bernama Pui Bik-hu, Biau Hui kasihan pada anak itu. Selain diserahkan pada Mo Kia Lojin untuk belajar silat, ia sendiripun menurunkan kepandaiannya kepada keponakannya itu, In-nio tahu akan hal itu karena ia lama bergaul dengan suhunya.
Itulah sebabnya maka In-nio tahu tentang urusan itu
sebaliknya Yak-bwe tidak tahu.
"Apakah suhu baik2 saja?" tanya In-nio.
"Bulan yang lalu beliau telah genap berusia 80 tahun.
Beliau ambil putusan akan menutup pintu meyakinkan
pelajaran agama selanjutnya tak mau keluar dari dunia persilatan lagi. Beliau menitipkan sepucuk surat padaku supaya diberikan padamu." jawan Bik-hu.
In-nio melihat tulisan pada sampul itu benar buah tangan suhunya. Setelah memberi hormat, barulah ia membukanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata isi surat itu yalah hendak memperkenalkan Bik-hu kepada In-nio. Dikatakan bahwa Bik-hu itu masih hijau baru saja menyelesaikan pelajaran silatnya dan hendak terjun kedunia persilatan. Oleh karena itu, sukalah In-nio
memimpinnya sebagai adik dsb.
Surat itu diberikan kepada Yak-bwe juga dan tertawalah In-nio ; "Ah, suhu terlalu sungkan. Kita kan seperti orang serumah, masakan perlu pelayanan khusus ?"
Waktu melihat dalam surat itu tertera hari dan tanggal lahir Bik-hu, tahulah Yak-bwe kalau pemuda itu lebih muda
beberapa bulan dari In-nio, tetapi lebih tua setahun lebih dari ia. Diam2 Yak-bwe geli dibuatnya, pikirnya- "Ai, suhu memang banyak ini itu. Cukup mengatakan Pui Bik-hu ini pernah sute dan ci In itu suci-nya, kan sudah jelas. Perlu apa menerangkan hari lahir, seperti orang hendak mencari hari untuk
perjodohan,"
Memang Yak-bwe tak tahu kalau Biau Hui sin-ni itu justru bermaksud begitu, Bik-hu itu adalah keponakannya sendiri, sudah tentu ia mengharap agar anak itu mendapat jodoh yang baik. Dua orang anak muridnya, Yak-bwe sudah ditunangkan pada Khik Sia, tinggal In-nio yang masih bebas. Ini sudah diketahuinya. Menurut penilaiannya. In-nio itu lebih masuk pikirannya, perangainyapun mencocoki seleranya (Sik-Hui).
Oleh karena itu ia mempunyai minat untuk menjodohan Bik-hu dengan In-nio.
Hanya saja, Biau Huipun tahu juga akan soal pernikahan.
Pernikahan harus disadarkan rasa saling suka pada kedua fihak. Jika ia menggunakan kedudukannya juga sebagai suhu menjodohkan mereka, dikuatirkan In-nio tak senang dan mengatakan suhunya itu hendak menggunakan pengaruh
untuk memaksanya. Maka dari itu, dalam surat iapun tak mau menjelaskan, melainkan titipan keponakannya itu kepada In nio. Maksudnya tak lain tak bukan, agar supaya kedua anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muda itu bisa berkelana dari dekat dan dapat
mengembangkan rasa suka mereka.
In-nio seorang nona yang berhati lapang hatinya sudah terisi oleh Bo Se-kiat. Dalam membaca surat itu, walaupun agak merasa aneh atas sikap suhunya yang begitu sungkan, tapi ia tak dapat merabah maksud suhunya itu.
"Pui sute, kau memiliki ilmu kepandaian dari dua aliran, Aku sebagai suci sungguh merasa malu sekali. Kelak aku tentu akan minta petunjuk dari kau. Ucapan suhu itu seharusnya ditukar balik, baru benar." katanya dengan tertawa.
Yak-bwe pun tertawa. "Kau kau masih punya toa-suheng Thiat-mo-lek, masakan takut tak ada orang yang merawatimu
?" Muka Bik-hu agak tersipu merah, suhunya: "Markas Kim-ke-nia. dari Thiat suheng dihancurkannya tentara negeri, untuk mencarinya sungguh tak mudah. Maka paling baik kudatang kemari menemui suci berdua dulu."
Kiranya ia sudah tahu maksud dari bibinya (Biau Hui sin-ni).
Adanya ia tak mau unjukkan diri dulu dan bertempur dengan In-nio adalah karena ia hendak menjajal sampai dimana ilmu silat In-nio itu. Adakah nona itu layak menjadi pasangan atau tidak.
"Ai, Pui suheng, kau pandai bicara. Sebenarnya kau kan hendak berkunjung pada ci In mengapa diriku turut ter-bawa2" Masakan kau dapat meramalkan bahwa hari ini aku juga datang kemari" Apa lagi aku ini bukan suci mu," Yak-bwe tertawa.
Bik Lu te tawa gelak2, ujarnya: "Kalau begitu aku harus minta maaf padamu. Tadi ketika dirumah arak aku belum mengetahui kalau kau ini sumoayku. Perbuatanku tadi juga kurang pantas, membuat kau marah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pui suheng, sekarang aku sedikit jelas. Pertempuran yang kumenangkan itu, tentulah karena mendapat bantuanmu
secara diam2. bukan?" kata Yak-bwe pula.
Bik-hu ganda tertawa: "Begitu kau turun tangan, aku segera tahu kalau kau ini tentu murid bibiku. Dan ketika habis menyengkelit ke dua bangsat itu kau meloncat kebawah
kejalan raya aku hendak menjelaskan padamu. Tapi karena kulihat kau sedang kegirangan maka akupun tak mau
mengganggumu."
Yak-bwe kemerah2an wajahnya. Demi In nio mengetahui
peristiwanya, ia tertawa juga.
Musuh Dalam Selimut 2 Maling Budiman Berpedang Perak Karya Kho Ping Hoo Bentrok Para Pendekar 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama