Ceritasilat Novel Online

Buddha Pedang Dan Penyamun 8

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira Bagian 8


AKU mengarungi Thang-long dengan perasaan hambar,
meski tujuanku tetap jelas, yakni mencari dan menyelidiki
peranan Harimau Perang, sebelum memutuskan apakah yang
harus kulakukan kepadanya. Membiarkannya tetap hidup
ataukah menantangnya bertarung sampai mati.
Pengembaraan yang telah membawaku kepada perang
melawan Negeri Atap Langit ini membuatku bertanya-tanya
tentang tujuan hidupku, apakah diriku masih bermaksud
mencari kesempurnaan dalam ilmu silat, dengan pertaruhan
nyawa dalam pertarungan dengan para pendekar, atau
sekadar pengembara yang hanya menikmati perjalanan dari
segi yang menyenangkan dirinya, antara lain dengan
menghindari segala sesuatu yang tidak harus menjadi
urusannya. Aku masih terus bertanya-tanya dan tidak merasa
harus menyelesaikan kebimbangan itu segera, karena
terpesona oleh dunia ramai yang tetap hiruk pikuk
menyembunyikan kesedihan mendalam. Dengan korban
sebanyak itu, bagaikan tiada mungkin ada keluarga yang tidak
kehilangan anggota keluarganya. Bahkan tidak usahlah terlalu
heran jika sesama orang Viet yang berhadapan dalam
pertempuran adalah keluarganya sendiri pula.
Demikianlah di antara hiruk pikuk pasar, pedagang keliling
di lorong-lorong, dan pesta kemenangan resmi pemerintah
Daerah Perlindungan An Nam dengan pawai di jalan-jalan
utama, kutemui upacara perkabungan di dalam rumah yang
dilangsungkan diam-diam dalam kegelapan. Dalam peperangan seperti itu, tiada jenazah dapat disaksikan untuk
menggenapkan perkabungan, bahkan terlalu sering tiada jelas
seorang handai taulan memang terbunuh sebagai pahlawan
atau hilang dalam penugasan. Maka memang ada dua jenis
doa, yakni bagi yang jelas tewas dan bagi yang hilang entah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
masih hidup atau nyawanya sudah melayang. Semerbak dupa
menggenang di antara keramaian, bagai mengingatkan atas
pengorbanan setiap orang sebagai ganti kenyamanan. Doa
membubung di antara salju bak kapas yang melayang ringan
di antara dingin angin yang mendesau dan bergumam
perlahan-lahan.
Aku sungguh memasuki dunia baru, dan serentak dengan
itu teringat duniaku yang lama. Bagaimanakah kabarnya
Kamulan Bhumisambhara dengan berbagai persoalan di
sekitarnya" Apakah di Mataram Rakai Panunggalan masih
sibuk menghadapi sisa-sisa pengikut Rakai Panamkaran yang
menjadi gerombolan dan mengumpulkan segenap astacandala
tanpa kasta untuk memberontak dan merongrong kewibawaan" Begitulah para penguasa mengeluarkan prasasti
dalam batu berukir maupun lempengan emas dan tembaga,
untuk mengukuhkan kekuasaannya, tetapi pada masa depan
kelak siapa yang tahu kejadian apa saja berlangsung di
baliknya" Apa yang terjadi dengan Pendekar Melati, setelah gurunya
membawa ia pergi dalam keadaaan taksadarkan diri" Kuingat
gurunya mengundangku ke Gunung Halimun. Baru kusadari
sekarang betapa ajakan yang ramah itu dapat ditafsirkan
sebagai tantangan bertarung. Mungkin Pendekar Melati sudah
menamatkan pelajarannya sekarang. Kuingat perempuan
gurunya yang menandai kemunculannya dengan seruling itu,
jubahnya yang putih dan rambutnya yang putih, siapakah dia
sebenarnya" Aku masih terlalu muda dalam dunia persilatan.
Telah kualami cukup banyak pertarungan, bahkan tanpa
maksud bersombong diriku belum terkalahkan, tetapi kuakui
betapa masih miskin diriku dengan pertarungan melawan
pendekar-pendekar
kenamaan. Bahkan pengetahuanku tentang para pendekar itu sendiri juga sangat terbatas.
Pendekar yang begitu sakti seperti perempuan guru Pendekar
Melati itu sendiri sampai sekarang takkuketahui namanya.
Kuingat ilmu Pendekar Melati yang mampu menyerap tenaga,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sampai lawan takberdaya, bahkan dalam pengembaraanku
selama ini pun, setelah bertemu berbagai macam pendekar
dengan ilmu mereka yang serba ajaib, belum pernah
melampaui kemampuan begitu rupa.
Kota-kota di Jawadwipa mungkin tidak semegah kota-kota
yang kutemui kemudian, tetapi sungguh Jawadwipa itu penuh
dengan pendekar tangguh takterkalahkan. Meskipun dengan
Jurus Bayangan Cermin yang kukembangkan menjadi Ilmu
Bayangan Cermin telah kukuasa i ilmu silat lawan sebelum
kukalahkan, sehingga perbendaharaan ilmu silatku cukup
banyak untuk kupilih maupun kugabungkan menjadi ilmu silat
yang membingungkan lawan, masih saja aku ragu apakah itu
cukup untuk mengalahkan satu saja dari Pahoman Sembilan
Naga. Padahal, jika aku sungguh ingin mencapai kesempurnaan dalam ilmu silat, harus kuujikan ilmu silatku
kepada mereka semua.
AKU menghela nafas. Kurasa wilayah An Nam cukup jauh
dari Jawadwipa, yang dalam dingin angin bersalju di sini,
bagaikan terhirup kembali bau rumput segar dan kesejukan
hutan-hutan di sana. Bagaikan terdengar kembali desir angin
dari rumpun bambunya yang gemerisik, disela bunyi malas
dari genta tanah liat pada leher sapi yang menghela pedati,
yang membawa perempuan-perempuan tercantik berambut
lurus panjang berdada terbuka di atasnya. Baru kusadari
takpernah kutemui lagi pemandangan seperti itu di kota-kota
An Nam ini. Bukan sekadar karena musim dingin menuntut
setiap orang menutup badan, tetapi kebudayaan Negeri Atap
Langit yang banyak diikuti di wilayah ini membuat busana
setiap orang, juga busana prianya, menutup seluruh badan.
Begitulah di dunia yang asing bagiku ini aku harus mencari
seorang mata-mata licin yang disebut Harimau Perang. Pernah
kupikirkan bahwa dengan peranan sepenting itu, sangat
mungkin ia hanyalah nama yang diciptakan untuk mengecoh
lawan, atau memang ada tetapi jumlah orang yang bernama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sama dengan segala kemiripan tubuh diperbanyak agar
tersamarkan. Kini bahkan kupikirkan kemungkinan, bahwa
nama Harimau Perang adalah nama yang selalu digunakan
siapapun dalam peranan itu, jadi memang satu orang, tapi
selalu berganti sepanjang masa peperangan. Jadi, Harimau
Perang mana yang dimaksud Amrita" Harimau Perang sebagai
suatu kesatuan jaringan, ataukah Harimau Perang tertentu
yang kali ini berkhianat dan bertanggung jawab atas seluruh
kegagalan pasukan pemberontak"
Pada 722 tercatat terdapatnya pemberontakan Mai-ThucLoan; pada 767, jadi tigapuluh tahun lalu, ibukota didirikan di
sebelah selatan Thang-long sekarang, dan bernama Dai-la,
tempat kesenian Dai-la berkembang pesat; dan enam tahun
lalu, pada 791, maraklah pemberontakan Do-Anh-Han.
Mungkinkah jaringan rahasia Harimau Perang sebetulnya
ditanam sejak lama oleh wangsa manapun dari Negeri Atap
Langit untuk menggagalkan pemberontakan demi pemberontakan bangsa Viet untuk menggulingkan kekuasaan"
AKU masih terus berjalan sembari berpikir tentang apa
yang harus kulakukan. Dari manakah aku bisa mulai"
Kubayangkan bahwa dalam segala bentuknya, jika memang
benar Harimau Perang melakukan pengkhianatan, maka
tentunya ia bermukim di kota ini. Namun bagaimanakah cara
memastikannya" Kuingat perbincangan yang kudengar malam
itu. Bukankah mata-mata musuh disebar untuk me lacak jejak
dan membunuh Harimau Perang" Mereka yang kucuri dengar
malam itu, Pedang Biru, Cambuk Emas, maupun yang disebut
Tombak Gila, semuanya telah terbunuh olehku. Mereka tak
tahu menahu bahwa Harimau Perang itulah yang telah
merencanakan dan mengarahkan agar pasukan pemberontak
turun gunung, mengepung Thang-long, sementara perempuan
mata-mata mereka yang bergabung sebagai penghibur
serbaguna telah ditanam, untuk bertindak pada saat yang
tepat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Amrita mendapat keterangan tentang Harimau Perang dari
perempuan mata-mata, yang mungkin karena merasa sudah
dekat ajal lantas mengungkap saja rahasia yang mestinya
dibawa sampai mati. Tentu terdapat suatu masalah sehingga
rahasia itu diungkapnya, karena para mata-mata yang berani
dan tangguh seperti mereka seharusnya setia terhadap tugas,
yakni membawa rahasia ke alam baka, dan di sana pula
terletak kebanggaan atas pekerjaan ini. Apakah kesalahan
Harimau Perang sehingga rahasianya perlu terungkap sebagai
mata-mata yang ternyata mengabdi kepada pihak pemerintah"
Sebagai perwira penghubung ia telah mengarahkan segenap pasukan pemberontak keluar dari
hutan, menyeberangi sungai demi sungai demi sungai,
mengalahkan dan mengejar pasukan pemerintah yang semula
dikirim untuk menumpas mereka, untuk mengepung Thanglong, tempat mereka tertambus api.
Aku tentu bisa menebak apa pun, tetapi yang kuperlukan
adalah bukti. Penghianat bagi Amrita, artinya Harimau Perang
mengkhianati pasukan pemberontak; pengkhianat yang perlu
dibocorkan rahasianya, artinya Harimau Perang bermasalah
dengan pihak pemerintah Daerah Perlindungan An Nam.
Bukankah ini rumit" Lebih rumit lagi bagi orang luar sepertiku,
yang bahkan menafsirkan kehidupan sehari-hari saja mesti
berpikir seratus kali. Dunia mata-mata sungguh rumit, tetapi
menurut Sun Tzu, siapa yang memiliki pengetahuan lebih
banyak tentang musuhnya itulah yang lebih berpeluang
menang dalam perang. Pernah kudengar cerita tentang
burung elang yang terbang di atas perkemahan atau pasukan
yang sedang menempuh perjalanan ke tempat musuh.
Disebutkan bahwa melalui mata elang itulah seorang matamata melakukan pengawasan, yang membuat burung apa pun
yang terbang di atas pasukan yang berangkat berperang
selalu menjadi sasaran para pemanah jitu.
Cerita ini bukan tanpa kebenaran, tetapi bukanlah bahwa
seorang mata-mata meminjam mata elang untuk melakukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pengawasan, melainkan betapa dari gerak-gerik burung elang,
bahkan burung apa pun di angkasa, seorang pengamat dapat
memperkirakan pergerakan yang berlangsung di bawahnya,
misalnya bahwa terdapat barisan pasukan. Maka cerita
tentang Harimau Perang pun kurasa bisa sama berkembangnya cerita tentang burung elang tersebut. Aku
memerlukan bukti untuk menentukan sikap, karena menurutku
haruslah ada seseorang yang bertanggung jawab atas
kematian Amrita. Betapapun ia tewas oleh pukulan tenaga
dalam yang telak dari belakang, sehingga punggungnya
hangus terbakar. Meskipun dalam keadaan perang, peristiwa
itu tidak terjadi di medan pertempuran yang hiruk pikuk dan
memang lazimnya tak berketentuan. Aku merasa berhak
menuntut sikap ksatria dari mereka, yang meskipun telah
tewas, masih menyisakan satu orang yang menyerangnya dari
belakang. Orang ini mungkin Harimau Perang, mungkin juga
bukan, tetapi satu maupun dua orang haruslah kutemukan.
Tanpa terasa aku telah mengelilingi kota tanpa tujuan
pasti. Kadang ikut arus orang ramai, kadang tiba-tiba
sendirian. Masih tampak korban-korban perang memasuki
kota, pertanda pasukan pemerintah ini memburu sampai ke
tempat yang jauh. Aku belum makan, tapi tidak merasa lapar.
Kekosongan perasaan setelah kematian Amrita membuat aku
tidak terlalu peduli kepada keadaan diriku sendiri seperti itu.
Semakin hari perasaan itu semakin kuat, bagaikan suatu gema
yang semakin jauh dari peristiwanya semakin tergandakan
maknanya. Tidak kukira bahwa cara kematian Amrita yang
begitu rupa telah mengubah sikap dan perasaanku kepadanya.
Semula aku sempat berpikir, jika pasukan pemberontak
akhirnya memasuki kota sebagai pemenang, aku akan
meninggalkan Amrita dengan kemenangannya untuk melanjutkan pengembaraan. Namun kenyataan berbicara lain.
Di depan sebuah kuil aku bergabung dengan orang-orang


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang mendapat sedekah makanan. Pada saat aku berada
dalam antrian seseorang menepuk bahuku dari belakang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-oO) Episode 137: [Di Kota Than Long]
AKU menoleh. Sebuah wajah yang kukenal tersenyum lebar
dan tertawa tanpa berusaha menarik perhatian.
''Iblis Suci! Kenapa dikau ada di sini"''
Ia menyamar sebagai paria pengemis. Astacandala juga.
Golongan manusia yang tidak dianggap manusia, kecuali oleh
para rahib Mahayana di kuil itu, yang tentu tahu bagaimana
rasanya jadi pengemis. Meskipun igama Buddha tiada
mengenal kasta, keberkastaan dalam kehidupan masyarakatnya, yang semula menyembah Visnu, Durga, dan
Siva, tidaklah terhindarkan. Namun makanan yang dibagi
bukanlah hasil dari mengemis. Inilah dana amal Pemerintah
Daerah Perlindungan An Nam, keturunan campuran Han-Viet
itu, yang sengaja disediakan untuk menjaga ketenangan.
Diketahui bahwa sebagian besar dari mereka yang mengemis
itu pun bukanlah pengemis dalam arti paria yang
sesungguhnya. Kadangkala mereka adalah orang desa dari
pedalaman sahaja, para petani yang sawahnya disapu banjir
bandang atau desanya dibakar karena peperangan. Kedudukan orang desa memang bisa serba disalahkan, karena
pasukan pemerintah akan membumihanguskan desanya jika
dianggap telah berpihak kepada pemberontak, yang juga akan
dilakukan pasukan pemberontak jika mereka berpendapat
desa tersebut mengakui pemerintahan yang sah.
Tidak jarang, karena takut dibunuh dan diperkosa, oleh
pihak mana pun, desa-desa itu ditinggalkan begitu saja dalam
keadaan kosong. Daripada kehilangan nyawa, lebih menghinakan diri sebagai paria tak berkasta dalam kota,
tempat mereka merasa hanya akan dianggap sebagai
kumpulan lalat menjijikkan, yang tidak akan pernah dicurigai
dan diawasi. Justru karena itulah menyamar sebagai pengemis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
adalah pilihan termudah mata-mata, dan sebaliknya para
pengawal rahasia istana selalu menempatkan pula matamatanya di sana. Demikianlah dunia yang aman bagi orang
desa dari kejaran pasukan mana pun adalah dunia yang sama
sekali belum terjamin bagi kaum mata-mata, yang menyamar
maupun mencari orang yang menyamar.
''Apakah dikau berharap diriku enak-enak minum arak di
suatu tempat, tanpa kepastian atas nasib kalian yang
menghilang dan tak kembali lagi" Di manakah Amrita"''
Tentu tak kujawab, dan kurasa Iblis Suci Peremuk Tulang
itu mengerti. Ia menundukkan kepala dan mendesah.
Betapapun kami bertiga lama bersama keluar masuk hutan
dalam berbagai pertempuran.
''Biar kudobrak saja istana dan mencari pengkhianatnya!''
Ia mendesis penuh amarah.
''Tidak bisa begitu Iblis Suci, mendobrak seperti membalik
tangan, tetapi menemukan yang bertanggung jawab atas
kematiannya seperti mencari jarum di tumpukan jerami.''
''Ah! Kita bunuh saja seluruh isi istana! Siapa pun yang
berkhianat tentu ikut mati di s itu!''
''Tidaklah semudah itu, Iblis Suci, kita tidak akan
membunuh mereka yang tidak bersalah, sementara yang
bertanggungjawab tak kelihatan lagi.''
Aku memang memikirkan masalah ini. Dalam peperangan,
bagaimanakah menilai suatu pengkhianatan"
Dalam pertempuran, bunuh membunuh bukanlah suatu kebersalahan, sementara jika kegiatan mata-mata merupakan
bagian dari perang, seberapa jauh suatu pengkhianatan harus
dianggap salah dan mendapat hukuman" Para pengkhianat
dihukum mati, tetapi dihukum mati sebagai pengkhianat dan
dihukum mati sebagai mata-mata pihak musuh yang berani
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mati perbedaannya besar sekali; yang pertama terhina, yang
kedua sangat dihormati.
Kegiatan mata-mata tak hanya membuka mata dan telinga
lantas menyampaikan segala keterangan yang didapatnya,
melainkan juga membujuk, merayu, menawarkan, dalam
tingkat penyamaran yang kadangkala sulit dipercaya.
Berusaha menjadi kekasih tercinta dengan permainan asmara
yang bergelora, bagi lelaki maupun perempuan mata-mata,
adalah cerita biasa; tetapi bagaimana dengan menjadi suami
atau istri, yang melahirkan anak segala" Bagaimanakah
caranya seseorang membangun keluarga tanpa cinta demi
tugasnya sebagai mata-mata"
Demikianlah pernah pula kudengar cerita tentang matamata yang terserap dalam cinta, mengalahkan kepentingan
tugasnya, bahkan takjarang beralih pihak dan berkhianat,
sehingga mati terbunuh karenanya. Betapa tipis jarak antara
kesetiaan dan pengkhianatan, dengan alasan yang adakalanya
sangat bisa diterima, karena menolak tugas untuk membunuh
isteri atau suami dan anak sendiri tentu masuk akal adanya.
Tentu cerita tentang mata-mata yang terpaksa melenyapkan
anak, isteri atau suaminya sendiri, ketika siapakah dirinya
yang sebenarnya terbongkar, adalah cerita yang sering
beredar dari kedai ke kedai pula.
Pengemis di belakang kami berteriak marah.
''Kalian mau bicara atau mau makan" Cepat maju!''
TERNYATA yang di depan sudah maju begitu jauh, dan
rahib yang membagi-bagikan kentang itu tampak kesal
menanti. "Kalian berdua seperti tidak butuh makanan, masih
banyak orang antri di belakang kalian. Ayo cepat!"
Kutengok ke belakang, ternyata panjang juga barisan,
bahkan sampai keluar halaman. Kurasa sudah sangat bagus
pembagian makanan untuk orang miskin ini tidak berlangsung
kacau. Di hadapan rahib berjubah merah berlapis kuning itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kuulurkan batok kelapa yang kubawa. Seketika batok kelapa
itu segera penuh dengan kentang panasnya mengepulkan
uap. Aku mendadak merasa lapar dan segera menepi, agar
Iblis Suci bisa maju ke depan. Saat itulah rahib tersebut
terbelalak. Rupanya ia mengenali Iblis Suci. Aku teringat
riwayat Iblis Suci Peremuk Tulang dari Sungai Hitam yang
kuilnya dihancurkan pasukan pemerintah karena menampung
keluarga pemberontak.
Ia memanggil Iblis Suci dengan sebuah nama yang tidak
dapat kueja. Setelah itu mereka berpelukan sambil menangis
dan mengeluarkan kata-kata dalam bahasa burung. Aku mulai
memahami bahasa orang Viet sedikit demi sedikit, sedangkan
seperti kebudayaannya, bahasa Viet juga banyak menyerap
bahasa Negeri Atap Langit. Maka alangkah mengherankan
bagiku betapa diriku taksepatah pun memahami bahasa yang
mereka ucapkan. Baru nanti akan kusadari betapa Negeri Atap
Langit itu merupakan negeri yang betul-betul besar, bukan
hanya karena luas wilayah yang dicakupnya, tetapi juga
keragaman bahasa yang takpernah terduga keberbedaannya.
Orang-orang yang antri berteriak kepada rahib itu.
"Hei pendeta! Jangan asyik sendiri! Tugasmu membagi
makanan kepada kami!"
Kusaksikan orang-orang yang sungguh dekil. Wajah-wajah
berbulu tak terurus. Baju tebal bertambal-tambal. Karung
yang mereka bawa entah berisi apa. Orang-orang yang
desanya terbakar maupun yang desa-desanya terendam air.
Kanak-kanak yang menempel di punggung ibunya seperti
monyet, dengan wajah-wajah serba ketakutan tanpa
kepercayaan diri sama sekali, sementara ibunya sibuk
mengulur-ulurkan tangan dengan wajah mengiba agar segera
mendapatkan makanan sedekah.
Kulihat Iblis Suci mengatakan sesuatu kepada rahib, dan
rahib yang kurasa masih muda itu memanggilku dengan
pandangan mata penuh belas. "Datanglah kemari Anak,"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
katanya, "masuklah ke kuil bersama temanmu ini, di sana
banyak makanan untukmu."
Ah! Apakah yang telah dikatakan Iblis Suci Peremuk T ulang
itu tentang diriku" Sementara rahib itu kembali sibuk, Iblis
Suci berlagak merangkul bahuku dan mengajakku masuk ke
bagian dalam. Ia berbisik di telingaku.
"Rahib itu temanku. Lebih baik kita bersembunyi di sini
sambil mencari keterangan. Kukatakan kamu sakit dan sudah
tiga hari tidak makan."
Pantaslah rahib itu memandangku begitu rupa!
Kami menembus lorong panjang menuju asrama tempat
para rahib bermukim. Di dalam sana lebih banyak lagi
makanan, meskipun tidak ada yang berasal dari makhluk
hidup, tetapi sambil melangkah kami telah menghabiskan
kentang. Jadi tiba di tempat kami ikuti saja suatu upacara
pembayatan Bodhisattva, makhluk yang bertekad untuk
mencapai Kebuddhaan bagi kepentingan segala makhluk lain
itu. Ia telah melakukan sumpah dalam suatu upacara
memasuki mandala yang disebutkan kitab Sang Hyang
Kamahayanan Mantranaya sebagai berikut:
seandainya ada seseorang yang benci kepada Sang Hyang
Samaya tetapi yang ingin melaksanakan Sang Hyang Mantranaya
seandainya ada seseorang yang telah mengingkari
sumpahnya sesudah mengalami pembayatan
tetapi masih juga mengharapkan pengajaran
hasil apakah yang diharapkannya"
bila bertemu dengan guru, maka guru itu dihinanya;
orang demikian yang menunjukkan kebencian
terhadap samaya
dan yang mengingkari samaya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dapat disuruh untuk dibunuh
ia tidak dilindungi oleh Bhatara
karena ajaran Bhatara Hyang Buddha haruslah dipelihara
serta Sang Hyang Samaya haruslah ditepati
sehingga mereka yang memusuhi samaya
akan mendapatkan kematian sebagai hasilnya
INILAH kesempatan terakhir seorang murid untuk
mengundurkan diri, jika ia mengalami keraguan untuk
mengikuti Sang Hyang Samaya dengan akibat yang
menakutkan itu. Sejauh yang pernah kudengar, dalam
Mahayana terdapat dua macam pengucapan sumpah, yaitu
pengucapan sumpah bagi para rahib atau pendeta, dan
pengucapan sumpah bagi seorang Bodhisattva yang
diucapkannya sebelum ia memasuki jalan kebodhisattvaan.
Bagi mereka yang akan memasuki jalan Tantrayana, maka
mereka ini pun harus mengucapkan sumpah, yang hanya
diperuntukkan bagi yana. Adapun yana berarti cara, jalan,
atau kendaraan.
Demikianlah rahib yang tentu juga seorang yogin itu, yakni
orang yang telah melaksanakan yoga dengan sempurna itu
bersumpah. "Saya mengucapkan Sumpah Agung ini, hai Raja atas
Segala Hukum; jika saya sampai mengingkarinya saya mohon
kepada para Buddha dan Bodhisattva mereka semua yang
melindungi jalan mantra yang tertinggi cabutlah dari dalam
diriku jantung dan darahku."
Aku terhenyak. Benarkah murid yang menghindari
sumpahnya harus dibunuh"
"Sumpah atau samaya ketiga dalam Tantrayana, yang
diucapkan sebelum memasuki mandala ini, harus diartikan
sebagai sumpah yang diucapkan murid itu sendiri, jadi bukan
dibunuh oleh guru, atau orang yang diperintah untuk
melakukannya," ujar Iblis Suci kepadaku.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ya, sekarang aku teringat, seperti pernah kuceritakan pula,
seorang guru sebelum murid itu bersumpah berkata.
"Dikau dilarang untuk membicarakan tentang rahasia yang
tertinggi dari Para Tathagata ini dengan mereka yang belum
pernah memasuki mandala. Jika sumpah dikau terputus, dan
jika dikau tidak menepatinya, maka pada waktu dikau
meninggal, dikau pasti akan jatuh ke Neraka."
Sesudah mengucapkan sumpahnya, Bodhisattva itu
menjalani pembayatan sambil memasuki mandala, seperti
meminum vajrodaka. Aku pun memikirkan kembali makna
mandala itu, yang terdiri dari empat jenis: yang dibuat dari
bubuk berwarna, yang dilukis di atas kain, yang diciptakan
melalui dhyana , dan yang mempergunakan badan sebagai
mandala. Adapun mandala dalam Sang Hyang Kamahayanan
Mantranaya adalah mandala yang diciptakan melalui dhyana,
karena penciptaannya melalui upacara pembuka-mata.
"TENTANG mandala yang diciptakan melalui dhyana," ujar
Iblis Suci lagi, "tidaklah semua guru atau murid mampu untuk
memberi atau menerima pembayatan. Lebih tepat untuk
dikatakan, bahwa hanyalah mereka yang mempunyai
kepribadian menonjol, seperti misalnya guru yang teguh
samadhinya, murid yang telah mampu menguasai alat
inderanya dan telah mantap keyakinannya."


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi bagaimana mungkin suatu mandala yang hanya
diciptakan melalui penglihatan itu dapat dimasuki?"
Sengaja kuuji pengetahuan Iblis Suci Peremuk Tulang itu
sebagai bekas rahib. Mungkin tahu diuji, kulihat senyum
tersembunyi ketika menjawab.
"Istilah yang pertama mengandung arti lebih pada
perenungan daripada arti memasuki mandala secara lahiriah,
karena tiada seorang pun yang akan menginjak atau
memasuki mandala yang terbuat dari bubuk berwarna, untuk
tujuan apa pun."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Masih kami ikuti upacara itu.
"Baiklah, sekarang pertajamlah pandanganmu, pada waktu
berada dalam Sang Hyang Mandala," kata gurunya, "dengan
demikian dikau telah terpaut pada mandala, telah dituntun
untuk membuka rahasia. Sebagai hasilnya, hilanglah segala
dosa-dosamu, bagai dibasuh sampai bersih, lenyap sampai ke
akar-akarnya. Legakanlah perasaanmu, jangan sampai
sangsi." Tidakkah pernah kuceritakan pula soal ini" Iblis Suci
berbisik kembali di telingaku.
"Uraian itu menguatkan kembali perumusan, bahwa
mandala yang dimaksud adalah diciptakan kembali me lalui
dhyana. Penguatan itu dapat dilihat dari kalimat, 'pertajamlah
pandanganmu'. Juga uraian yang telah memastikan sejak awal
pembicaraan, bahwa Dewa yang 'dibayangkan' dan kemudian
juga 'diundang' adalah Vajradhara."
Vajradhara" Iblis Suci itu tidak menyebutkannya sebagai
Buddha atau Jina. Apakah yang dipelajarinya juga berasal dari
Sang Hyang Kamahayanan Mantrayana yang beredar di
Jawadwipa"
Murid itu pun sambil menutup mata, melemparkan
sekuntum bunga ke dalam mandala, yang dalam ruangan
tertutup itu terlindungi dari hujan salju. Kedudukan Dewa
tempat bunga itu jatuh akan menjadi Dewa murid tersebut.
Demikianlah upacara itu berlangsung terus sampai pada
saat pembayatan air, yang disebut toyabhiseka, sebagai
bagian pertama dari Pembayatan Lima Bejana.
"Melalui pembayatan air," ujar Iblis Suci, "dengan
melakukan dhyana atas cara yang ditentukan, seseorang akan
mampu mencuci bersih segala noda yang menghalangi
pencapaian tingkat Kebudhaan dengan sempurna dalam
keluarga yang sudah ditentukan."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pembayatan air adalah suatu tingkat pengalaman yang
dijalani Bodhisattva, yang merupakan tahap pertama dari
serangkaian empat pembayatan tertinggi dalam tingkat
pengalaman anuttarayoga-tantra. Sampai pada tingkat
pencapaian pengalaman ini, seorang Bodhisattva itu telah
dinyatakan menerima ajaran Tantrayana menguraikan segala
rahasia, dengan segala akibat dan kewajibannya, serta juga
dengan segala kemungkinan untuk memperoleh hasilnya.
SETELAH itu, ia harus mengikuti upacara persiapan, karena
tanpa dikukuhkan melalui pembayatan, badan manusia biasa
disebutkan tiada akan kuat menahan kekuatan Vajradhara,
suaranya tiada akan kuat mengumandangkan mantranya, dan
batinnya tiada akan kuat melaksanakan samadhi terhadapnya,
yang mempunyai hakikat ketiadaan. Setelah menerima
pengukuhan ini, Bodhisattva tidak hanya diizinkan melaksanakan segenap upacara atau menjalankan semua
ajaran yang telah diturunkan, tetapi juga telah mampu
melakukannya sendiri melalui kekuatan yang disalurkan lewat
gurunya. Untunglah bahasa dalam upacara ini adalah bahasa
Sansekerta, jika berlangsung dalam bahasa orang-orang Viet,
tentulah aku hanya dapat mengikutinya sepotong-sepotong,
meski sebagian isi Sang Hyang Kamahayanan Mantranaya itu
pernah pula kubaca, meski dalam bahasa dan huruf yang
digunakan di Jawadwipa. Demikianlah guru itu berujar.
"Sekarang giliranmu untuk melaksanakan Sang Hyang
Mantranaya, sudah selayaknya seseorang seperti dikau
memasuki Sang Hyang Marga. Selanjutnya apabila dalam
melaksanakan abhyasa Sang Hyang Mantra disertai dengan
ketekunan, maka dikau pasti akan menemukan Kesempurnaan, sehingga akan terlepas dari gangguan Mara
serta kekuatannya. Oleh karenanya legakanlah perasaan
dikau. Upayakanlah untuk terus menerus melaksanakan Sang
Hyang Mantra dengan penuh pengabdian."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan mengikuti upacara ini secara langsung, kini aku
tahu bahwa yang tertulis dalam Sang Hyang Kamahayanan
Mantranaya itu hanya sebagian. Apakah itu merupakan hasil
penafsiran, ataukah peniruan yang kurang sempurna" Apa
yang diuraikan Sang Hyang Kamahayanan Mantranaya
hanyalah hasil upacara itu, sedangkan yang harus dilalui untuk
mencapai hasil itu tidak diungkapkan. Adapun hasil yang
dicapai Bodhisattva ini agaknya dibandingkan hasil yang diraih
oleh Bhatara Sri Sakyamuni, yakni dengan kekuatan
Mantranaya yang menaklukkan beserta balatentaranya.
Tentang kerahasiaan ajaran Tantrayana, berkatalah pula
gurunya yang konon dalam usia 90 tahun, masih tampak
seperti 50 tahun saja.
"Jagalah baik-baik Sang Hyang Samaya oleh dikau, dan
jangan sampai tidak dengan sepenuh hati di dalam dikau
menjaga kerahasiaannya. Hendaknya dikau ketahui pula
kepada siapa seyogyanya Sang Hyang Samaya itu diajarkan.
Hendaknya ia dinilai kemampuannya, perasaannya, kelakuannya, dan ciri-ciri tubuhnya; demikian juga apakah ia
itu teguh keyakinannya dan apakah ia bersungguh-sungguh
terhadap Sang Hyang Mantra.
"Dalam hal inilah dikau bertindak sebagai penjaga pintu
Sang Hyang Rahasya. Namun demikian, janganlah ragu-ragu
dan jangan pula segan-segan untuk mengajarkan Sang Hyang
Samaya yang kuat keyakinannya, adhimukti sattva, karena
dikau telah diberi izin oleh para T athagata untuk mengajarkan
Sang Hyang Samaya, atau lebih telah diizinkan oleh Bhatara
untuk melaksanakan semua perintah para Tathagata."
Sembari menelan sisa-sisa kentang yang telah diremukkan
itu, kuperhatikan adanya penyamaan dan pembedaan arti dari
kata Bhatara dan Tathagata dalam satu kalimat. Kiranya
terdapat dua tingkat pengalaman, yakni Vajradhara sebagai
benih yang disebut hetu, dan Vajradhara sebagai hasil yang
disebut phala. Diterapkan dalam kalimat sang guru, maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bhatara melambangkan Vajradhara yang pertama, sedangkan
Tathagata melambangkan Vajradhara yang kedua.
SAAT itu datanglah rahib teman Iblis Suci Peremuk T ulang.
Ia berteriak dalam bisikan.
''Apa yang kalian lakukan di sini" Untuk apa kalian
mengikuti upacara membosankan ini" Sudah daku bilang tadi,
di dalam sana itulah terdapat banyak makanan!''
Ia menggamit kami berdua meninggalkan upacara
pembayatan dan terus berjalan sepanjang lorong yang gelap.
Dari arah depan sejumlah rahib dengan jubah mereka yang
kuning dan merah tampak akan berpapasan. Sebetulnya aku
sama sekali tidak bosan dengan upacara itu, meski bukan
upacara itu benar yang memikatku, melainkan segenap
pemikiran di baliknya. Namun Iblis Suci Peremuk Tulang telah
memperkenalkan aku sebagai pengemis bodoh kelaparan, jika
aku tampak berbeda dari yang dikatakannya, bukan rahib
temannya itu yang kukhawatirkan, melainkan mata-mata yang
mungkin saja sudah lama tertanam dalam kuil tersebut.
Meskipun pengepungan telah dibubarkan dan pasukan
pemerintah dianggap meraih kemenangan, betapapun
kematian Amrita menunjukkan bahwa kota ini masih sangat
waspada terhadap penyusupan. Sudah sangat sering terjadi,
pasukan yang kalah dalam pertempuran akan berusaha
menebusnya dengan penyusupan, saat pihak yang menang
berada dalam kelengahan, untuk melakukan pembunuhan
gelap atas para pemimpinnya.
Kuingat tentang bodhicitta, kitab Sang Hyang Mahakayanan
Mantrayana menguraikannya seperti berikut.
Sang Hyang Bodichitta janganlah dikau tinggalkan
bodhicitta berarti Sang Hyang Vajra dan Sang Hyang Mudra
karena yang terdiri atas keduanya
akan membuat dikau menjadi Hyang Buddha kelak
yang membuat dikau terbebas
dari keterikatan pada bentuk badan dikau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melalui pengabdian
kepada Sang Hyang Vajra, Ghanta, dan Mudra
Sejauh yang masih kuingat dari ma lam-malam perbincangan Sepasang Naga dari Celah Kledung dengan para
bhiksu maupun bhiksuni yang selalu kucuri dengar, kuketahui
bahwa bodhicitta yang harus dipupuk ini juga dikenal dalam
tingkat ajaran Mahayana di samping tingkat Tantrayana.
Dalam ajaran Tantrayana menurut penafsiran Anandagarbha
dikenal adanya lima rahasia, yakni bodhicitta, pengertian
terhadapnya, pencapaian pengalaman atasnya, sesudah
dialam i untuk tetap dikuasa i, dan pengetahuan tersendiri
sebagai hasil yang dicapai atas pengalaman itu.
Kemudian, kelima rahasia itu diungkapkan melalui bahasa
semu, yakni dengan perbendaharaan kata yang berhubungan
dengan sanggama, untuk menyembunyikan pengertian yang
dirahasiakan itu. Dengan kata lain, langkah-langkah menuju
pencapaian pengalaman bodhicitta itu dilambangkan sebagai
langkah-langkah
persanggamaan. Dalam perlambangan semacam itu bodhicitta dilambangkan sebagai Vajrasattva,
sedangkan yang lainnya, seperti pengertian, pengalaman,
penguasaan, dan pengetahuan, berturut-turut dilambangkan
sebagai empat devi. Perwujudannya dalam bentuk susunan
dewa-dewa , mereka itu dilukiskan sebagai mandala yang
dirahasiakan dan disebut sebagai Kota Kebebasan.
Diungkapkan bahwa hubungan antara bodhicitta dengan
keempat rahasia yang lain itu ibarat hubungan sanggama
antara Vajrasattva dengan keempat devi yang terjadi di dalam
mandala yang dirahasiakan. Hubungan itu dilakukan untuk
menghadirkan rahasia yang lebih mendalam, yakni mahasukha. Menurut Anandagharba, vajra dalam bahasa semu
menyembunyikan arti kemaluan lelaki, sedangkan mudra
adalah pasangan perempuan dalam upacara bersanggama,
dan akhirnya bodhicitta yang terdiri atas atau tercipta dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedua unsur tersebut berarti benih. Dalam naskah lain,
Hevajra-tantra, diartikan bahwa bodhicitta adalah perpaduan
antara yogin dan mudra, yang masing-masing melambangkan
karuna dan sunyata. Sesungguhnya, langkah-langkah
perpaduan antara yogin dan mudra itu sendiri merupakan
langkah-langkah dhyana, sebagai padanan terhadap langkahlangkah perpaduan antara upaya dan prajna.
BAGAIKAN masih kudengar suara bhiksu tua di pondok
kami waktu itu.
"Upaya atau yogin, dalam Hevajra-tantra, melambangkan
kesadaran akan kebenaran yang diakibatkan oleh kehadiran
karunia rasa iba terhadap penderitaan makhluk serta
timbulnya niat untuk menolong membebaskan diri mereka dari
penderitaan. Disebut upaya karena merupakan sarana-agung
untuk mencapai Kebuddhaan secara sempurna. Tentang
mudra yang disebut juga prajna, adalah sunyata dalam
pengertian semua dharma itu tidak terciptakan, yang disebut
utpada. Demikian juga dengan segala makhluk, karena tiada
apa pun yang tercipta dengan sendirinya atau dari bendabenda lain, atau dari keduanya, dan atau dari tidak dari
kedua-duanya."
Begitulah rahasia yang berlindung di balik bahasa semu
tentang persanggamaan itu ada kalanya hanya ditangkap
bahasa semunya sahaja. Itulah saat para rahib gadungan
yang tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti
mempermainkan pengertian peleburan dalam sanggama
sebagai persanggamaan yang sebenarnya, agar mendapat
banyak pengikut yang akan dengan sukarela bersanggama
satu sama lain, terutama dengan dirinya! Para rahib cabul
yang menjajakan gagasannya di antara para pelacur ini
bertebaran di mana-mana dan memberikan nama buruk bagi
penganut Tantrayana.
Kami masih melangkah sepanjang lorong, ketika aku
berpikir bahwa Nagarjuna tentulah telah membaca kitab-kitab
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tua sebelum menuliskan kitabnya sendiri, karena aku
merasakan suatu hubungan dengan cara berpikirnya. Kami
belum berpapasan dengan sederet rahib di depan. Aku dan
Iblis Suci berpandangan. Kami sudah saling mengerti,
sementara teman rahibnya tersebut masih terus bicara penuh
sukacita karena pertemuannya kembali dengan Iblis Suci


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Peremuk T ulang. Namun ia mendadak tertegun ketika melihat
para rahib yang berendeng maju ke depan. T entu ia tertegun
karena tidak mengenal mereka!
Meski lorong itu gelap, sisa cahayanya masih memperlihatkan pisau melengkung yang digenggam para
rahib itu di balik jubahnya, ketika angin musim dingin
bagaikan tiba-tiba saja menemukan jalan masuk ke lorong,
dan menyibakkan jubah mereka. Pisau me lengkung itu
berkilat, begitu siap menebas leher maupun perut siapa pun
jua. (Oo-dwkz-oO) Episode 138: [Kuil Pengabdian Sejati]
LORONG di dalam kuil itu luas, karena tak hanya sekadar
ruang yang menghubungkan ruang satu dengan ruang lain,
melainkan juga tempat pemujaan dengan genta-genta,
gambar pahatan pada dinding yang menceritakan perjalanan
Siddharta Gautama, dan lilin-lilin yang menyala di bawahnya.
Asap dari lilin-lilin itu membuat mata pedas, tetapi udara
musim dingin di luar yang begitu menusuk membuat orangorang tetap saja masuk, mencari sekadar kehangatan dengan
pura-pura berdoa dan lain sebagainya.
Begitulah suasana di dalam lorong ketika pisau melengkung
itu menyambar dari balik jubah dan dengan seketika saja
sudah berada di dekat urat leherku. Setidaknya sepuluh
bikhsu, atau orang-orang yang menyamar sebagai bhiksu,
bergerak cepat dengan pisau melengkung yang seperti punya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mata. Aku pun berkelebat dengan kecepatan kilat, yang
membuat pisau itu berdesir di samping telingaku. Serangan
yang sama juga terarah kepada Iblis Suci Peremuk Tulang,
maupun rahib kenalannya yang bagaikan tak terlalu sadar
betapa ujung pisau melengkung siap mencongkel matanya!
Sepuluh pembunuh berbusana bhiksu itu tak hanya
bergerak cepat, tetapi juga mengepung kami, lima menyerang
dari depan dan lima lagi berkelebat untuk menyerang dari
belakang. Namun aku dan Iblis Suci Peremuk Tulang belum
tertarik untuk mati di tempat ini, maka berkelebatlah kami
menghadapi serangan ini. Demikianlah dalam kegelapan pisau
berkilat karena cahaya lilin, di antara kibar jubah kuning dan
merah itu aku berkelebat melakukan menghindar maupun
serangan balasan. Mereka bergerak sangat amat cepat,
sehingga setiap kali hanya kulihat pisau berkilat yang dengan
kemelengkungannya itu tergerakkan dengan indah meski
penuh ancaman. BEGITULAH maut di ujung pisau melengkung itu
mengejarku dengan kilatan cahaya yang mendahuluinya.
Semenjak pertempuran berakhir pedang biru dan cambuk
kuning keemasan itu tidak kubawa lagi, aku menukarnya
dengan sejumlah uang di tempat seorang pandai besi
pembuat senjata, yang pura-pura tidak tahu menahu itu milik
siapa. Aku tidak butuh senjata bagi ilmu silatku, tetapi aku
butuh uang, sehingga aku merasa tidak ada salahnya menjual
kedua senjata mestika itu. Jika aku menyamar sebagai paria
pengemis, tidak berarti bahwa dalam arti sebenarnya aku
harus tidak punya uang; sebaliknya juga adalah wajar bagi
seorang paria untuk menjual apa pun yang ditemukan, karena
memang tak tahu apa gunanya bagi dirinya.
Maka tak dapat kumanfaatkan kilatan cahaya yang
mendahului itu, m isalnya dengan pantulan pedang biru, tetapi
harus kutunggu pisau itu semakin dekat agar bisa kurebut.
Namun kecepatan mereka luar biasa, sehingga aku harus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terus waspada, karena kelengahan sedikit saja akan bisa
membuatku tidak pernah pulang ke Jawadwipa. Aku
berkelebat menghindari gulungan cahaya merah dan kuning,
dengan kilatan tajam pisau di tengah-tengahnya.
Perlawananku menjadi sulit, karena mereka berusaha juga
membunuh rahib kawan Iblis Suci itu. Mereka tahu betapa
diriku dan Iblis Suci Peremuk Tulang tidak akan pernah
membiarkan hal itu terjadi, dan karena itu mereka
menggunakannya untuk memecah perhatian kami.
Pertarungan yang tidak dapat diikuti mata awam ini hanya
terdengar sebagai desis, desau, dan desir bagi mereka; kukira
demikian juga bagi kawan rahib baik hati yang berada di
tengah-tengahnya. Ia ta ktahu sama sekali betapa setiap saat
nyaris mati. Begitulah suatu ketika, karena mesti memukul
jatuh pisau yang mengarah ke jantungnya, suatu dorongan
pukulan membuatku terlempar ke dinding, dan terbanting
tepat pada gambar pahatan Siddharta Gautama di bawah
pohon bodhi. Pada saat yang sama suatu bayangan kuning
merah yang dari desirnya kuketahui sebagai jubah para bhiksu
palsu, tidak hanya satu tetapi tiga pisau melengkung menikam
dari kanan, kiri, dan belakang. Itulah Jurus Tiga Perawan
Mencabut Bunga yang taklebih takkurang maksudnya
memastikan berhasilnya pencabutan nyawa.
Inilah saatnya aku bergerak lebih cepat dari kilat, saat
gerakan mereka tampak menjadi sangat lambat, sehingga aku
sempat menyambar lilin dan dengan sentakan menjadikan
apinya sebagai bola api yang menyambar jubah ketiganya.
Seketika terdengar raungan manusia yang terbakar. Itulah
Jurus Anak Perawan Bermain Api yang sudah jarang dipelajari
lagi. Jubah yang mereka kenakan membuat tubuh mereka jadi
obor menyala yang berjalan tertatih-tatih menabrak dinding.
Lorong itu menjadi terang benderang dan mengundang lebih
banyak orang. Semuanya para bhiksu penjaga keamanan yang
masuk dari kedua ujung lorong dengan senjata toya mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Iblis Suci Peremuk Tulang telah melumpuhkan dua lawan
yang tergeletak layu bagaikan tanpa tulang. Tinggal lima
bhiksu palsu yang kini terkepung dan saling memunggungi.
Para bhiksu dari kedua sisi semakin mendekat.
"Siapa kalian semua" Berani-beraninya bikin onar di Kuil
Pengabdian Sejati ini hah?"
Keadaan sangat menegangkan. Aku tahu kemampuan
bhiksu penjaga keamanan sangat tinggi. Jika bhiksu penjaga
keamanan datang sebanyak itu dengan kemampuan
permainan toya mereka yang terkenal, bagaimanakah aku bisa
keluar dari Kuil Pengabdian Sejati ini dalam keadaan hidup"
Aku menyiapkan Jurus Seribu Naga Menyerbu Bersama,
bersiap menghadapi kemungkinan bahwa para bhiksu itu akan
memberi hukuman kepada siapa pun yang dianggap menodai
kesucian kuilnya. Betapapun aku merasa tidak bersalah, dan
karena itu aku harus melawan.
"Bukan hanya bikin onar, tapi juga menumpahkan darah!
Hukuman seperti apa yang kalian harapkan jika bukan
seberat-beratnya hukuman?"
Aku tak tahu apakah bhiksu di kuil pertapaan boleh
melakukan sembarang penghakimannya sendiri. Namun Kuil
Pengabdian Sejati terletak di tengah keramaian Kota Thanglong, tempat segala nilai tidak selalu bisa dipegang seperti
ujaran dalam kitab yang taklekang oleh waktu.
Rahib kawan Iblis Suci Peremuk T ulang mengangkat kedua
tangannya dan mengeluarkan bahasa burung. Ia lantas
bersujud. Kuawasi sisa lima bhiksu pembunuh yang masih
hidup. Mereka saling melirik dan memandang dengan cepat.
"Kawanku berkata kita tidak bersalah, dan bahwa dialah
yang telah mengajak kita berdua masuk kemari, sebelum kita
menyelamatkan dirinya dari senjata para pembunuh yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak dikenalnya. Lantas dia menyerahkan dirinya untuk
dihukum jika bersalah," kata Iblis Suci Peremuk Tulang.
KAWAN bhiksu yang baik hati itu bersujud di tanah. Ia tidak
akan bangun jika bhiksu kepala kuil tidak mengatakan ia boleh
berdiri. Seorang bhiksu penjaga keamanan yang agaknya
memimpin regu bertoya ini menunjuk Iblis Suci Peremuk
Tulang. ''Daku mengenal dikau sebagai bhiksu malang dari Sungai
Hitam yang berubah menjadi seorang pendendam. Kami
sayangkan tidak cukup dalam penghayatan dirimu atas Jalan
Kebuddhaan, janganlah mengaku sebagai rahib yang mampu
menahan godaan duniawi untuk membalas dendam. Namun
kami percaya dalam hal ini dikau tak bersalah. Minggirlah
bersama kawanmu itu, agar kami bisa menangkap para bhiksu
yang tidak pernah kami lihat batang hidungnya ini!''
Bisa kuikuti kata-katanya karena ia menggunakan bahasa
Viet. Barisan toya bergerak membentuk kedudukan yang
mengepung sisa lima pembunuh itu, melepaskan kami berdua
dari pengepungan, sementara kawan bhiksu satu itu masih
terus bersujud di tengah ketegangan.
Aku mengikuti perkembangan dengan sangat khawatir.
Namun aku terlambat. Kelima bhiksu gadungan itu bergerak
sangat cepat, berputar sambil menyebarkan jarum-jarum
beracun dari balik jubahnya. Suaranya mendesis mengerikan
karena banyaknya jarum beracun yang siap mencabut nyawa
itu. Dengan cepat pula para bhiksu penjaga keamanan
memutar toya mereka untuk menangkis, tetapi jarum-jarum
beracun itu dilepaskan oleh para pembunuh gelap yang sudah
berpengalaman. Sebagian bhiksu berhasil menepis rontok
jarum-jarum itu, tetapi sebagian yang lain meski dapat pula
merontokkan sebagian jarum-jarum tersebut, tetap saja tewas
terjengkang dengan badan menghitam, ketika satu dua jarum
menembus mata, leher, dan jantung mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun serangan jarum-jarum beracun itu sendiri pun
adalah suatu tipuan, karena belum lagi para bhiksu penjaga
keamanan itu selesai memutar toya masing-masing seperti
baling-baling untuk menepis jarum-jarum terakhir, kelima
bhiksu palsu dari jaringan rahasia pembunuh gelap itu telah
menelan butiran obat beracun untuk bunuh diri.
Mendadak saja mereka jatuh terbanting dengan mulut
berbusa. Tidak ada keterangan yang bisa digali dari mereka.
Namun mereka tidak mati sendirian, tidak kurang dari dua
belas bhiksu ikut mati bersama mereka.
Bhiksu kepala penjaga keamanan itu mengambil sebilah
pisau melengkung dan memeriksanya dalam sisa cahaya api
korbanku yang masih menyala. Aku pun dapat melihatnya dari
jauh. Pada bidang lebar pisau itu terukir gambar seekor ular.
''Hmmhh!'' Bhiksu kepala itu mendengus, dan pisau melengkung di
tangannya itu dipatahkannya menjadi dua!
(Oo-dwkz-oO) DEMIKIANLAH untuk sementara aku dan Iblis Suci Peremuk
Tulang diminta para bhiksu untuk tinggal di Kuil Pengabdian
Sejati. Bagi mereka, siapa pun yang terancam oleh perburuan
kelompok jaringan rahasia pembunuh gelap Kalakuta, bukan
hanya terancam bahaya dan harus dilindungi, melainkan juga
harus dibela karena berada di pihak orang-orang baik.
''Hanya orang-orang jahat akan tega memanfaatkan jasa
Kalakuta dengan racun mereka yang kejam. Iblis Suci
Peremuk Tulang, ceritakanlah sesuatu yang dapat memberi
penjelasan,'' ujar bhiksu kepala Kuil Pengabdian Sejati
kemudian, ketika keadaan sudah tenang.
Maka berceritalah Iblis Suci Peremuk Tulang bahwa diriku
adalah orang yang dicari oleh mata-mata pemerintah Daerah
Perlindungan An Nam. Iblis Suci menyatakan bahwa diriku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
adalah bagian dari orang-orang asing, seperti juga orang Thai,
orang Khmer, orang Cam, orang Melayu, dan orang Pagan,
yang bergabung dengan para pemberontak Viet, yang kini
telah terkalahkan. Iblis Suci menyatakan gaya diriku hanyalah
memenuhi tugas sebagai pendekar, tetapi setelah pertempuran usai bermaksud meneruskan pelajaran atas
filsafat Nagarjuna.
''Hmm, Nagarjuna! Semua orang mempelajarinya sekarang,
tetapi tidak semua orang bisa memahaminya, karena tidak
bisa melepaskan dirinya dari f ilsafat lama. Hmm....''
Bhiksu tua itu manggut-manggut sembari mengelus
dagunya yang kelimis.
''Katakanlah kepadaku Iblis Suci, kenapa di antara ratusan
ribu anggota pasukan pemberontak, justru kawanmu ini yang
dicari"'' Iblis Suci memandangku, seperti meminta persetujuan. Aku
mengangguk. Kurasa aku harus mempercayainya, bukan
karena golongan para bhiksu, seperti juga para rahib Hindu
dari golongan brahmana, diandaikan menggenggam kesucian,
tetapi bhiksu kepala telah menunjukkan betapa ia berpihak.
SETELAH mengenal siapa Iblis Suci Peremuk Tulang yang
membangkang terhadap pemerintah Daerah Perlindingan An
Nam, terbukti ia tidak memerintahkan para bhiksu penjaga
keamanan menangkapnya. Meskipun Kuil Pengabdian Sejati
terletak di dalam Kota Thang-long, agaknya para bhiksu
memiliki kebijakannya sendiri. Kurasa sepantasnyalah aku
merasa aman di dalamnya.
Demikianlah Iblis Suci Peremuk Tulang itu pun angkat
bicara. "Setidaknya terdapat tiga nama yang dicari mata-mata
pemerintah di kalangan pemberontak, yakni Amrita, Harimau
Perang, dan Pendekar Tanpa Nama. Dialah yang disebut
terakhir itu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bhiksu tua itu tetap tenang wajahnya, dan tersenyum.
"Jadi dikaulah Pendekar T anpa Nama yang sangat bernama
itu. Jika kita tidak berjumpa karena kejadian ini, niscaya


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirimu bagiku hanyalah hadir sebagai cerita yang disampaikan
dari kedai ke kedai. Kudengar dikau berasal dari Jawadwipa
bukan" Bagaimana keadaan di sana?"
Aku tersentak. Meskipun seperti disampaikan seperti sambil
lalu, ini bukanlah pertanyaan yang begitu mudah dijawab,
karena meskipun yang ditanyakannya adalah Jawadwipa,
sebetulnya itu pertanyaan tentang Suvarnadvipa dalam
keseluruhan wilayahnya. Adapun diriku, meskipun singgah ke
Kota Kapur di Pulau Wangka, tidaklah sempat menginjak pusat
Kedatuan Sriv ijaya, yang pulaunya dalam Ramayana dari
Lanka disebut Samudradvipa, tetapi yang oleh banyak orang
disebut Suvarnabhumi. Adapun Suvarnadvipa dan Suvarnabhumi adalah penyebutan wilayah yang bertumpang
tindih. Betapapun aku harus segera menjawab, jadi
kuceritakan saja sesuatu yang mungkin akan membuatnya
tertarik, yakni pembangunan candi raksasa Kamulan
Bhumisambhara pada sebuah bukit di wilayah Budur.
Demikianlah kuceritakan bahwa saat ini terdapat kerajaan
Mataram di Jawadwipa yang pemerintahannya dikepalai oleh
Rakai Panunggalan yang berkuasa sejak 784. Namun sejak
masa pemerintahan sebelumnya, yakni masa Rakai Panamkaran yang berkuasa sejak 746, mulai dibangunlah
Kamulan Bhumisambhara sejak 780. Jadi sampai sekarang
sudah berlangsung 17 tahun, dan itu barulah bagian terbawah
dari keutuhan candi yang direncanakan terdiri atas tiga bagian
bertingkat menuju ke atas, yang mewujudkan peleburan tiga
unsur dalam suatu kesatuan.
Itulah unsur nafsu atau kamadhatu pada dasar candi, yang
sempat kulihat sebagian dari penatahan 160 bingkai gambar
pahatan; unsur wujud atau rupadhatu, yang kudengar
direncanakan berupa empat lorong dengan 1.300 gambar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pahatan sepanjang 2.500 langkah panjang mengitari bukit
dengan 1.212 bingkai berukir; unsur tak berwujud atau
arupadhatu, yang juga hanya kudengar dari perbincangan
para pekerja, melingkar bundar tanpa lorong, tempat terdapat
72 patung Buddha dalam stupa berterawang dan satu stupa
induk besar yang menunjuk ke langit. Maka selengkapnya
terdapat 504 patung Buddha setinggi manusia yang 432 di
antaranya terdapat dalam relung terbuka pada pagar langkan
di empat lorong, dengan lebar 123 langkah dan rencana
ketinggian 42 langkah lebar ke atas.
"Uh!"
Aku tak tahu seberapa tepat aku dapat membayangkan
wujud candi baru, dan seberapa jauh pula mampu
menggambarkannya kembali, tetapi bhiksu tua itu ternyata
juga mencoba membayangkannya sambil memejamkan mata,
dan rupanya mengikuti kata-kataku dalam bahasa Viet yang
terbata-bata, terbayangkan olehnya suatu candi yang luar
biasa. Kuceritakan pula bahwa gambar pahatan pada dindingdindingnya, mulai dari bawah akan dimulai dengan uraian
Karmawibhangga, yang menggambarkan ajaran sebab akibat
perbuatan baik dan jahat; kemudian di atasnya lagi akan diisi
dengan kisah Lalitav istara, yang menggambarkan kehidupan
Buddha Gautama sejak lahir sampai amanat pertama di
Benares, yang akan disaksikan sambil berkeliling lewat loronglorong candi; di atasnya lagi adalah Jatakamala atau rangkaian
Jataka yang aslinya merupakan rangkaian sajak sebanyak 34
Jataka karya Aryacara sekitar abad keempat atau hampir 400
tahun lalu, tempat Jataka menceritakan peristiwa dan
perbuatan Buddha dalam kehidupannya yang lampau, kisahkisah penjelmaan kembali sebagai contoh-contoh pengorbanan diri; lantas disambung Awadana, Jataka juga
tetapi bukan Buddha peranan utamanya, melainkan kehidupan
lampau para bodhisattva dalam persiapan mencapai tingkat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kebudhaan; disambung naskah penting Buddha, yakni
Gandawyuha yang mengisahkan Sudhana, putera seorang
saudagar kaya, yang dalam tujuan mencapai kebenaran
berjumpa dengan beberapa Bodhisattva Maitreya, yakni
Buddha yang akan datang, dan Samanthabadra menjadi
contoh hidupnya; ditutup oleh Bhadracari, yang menampilkan
sumpah Sudhana untuk mengikuti Bodhisattva Samanthabhadra sebagai teladan.
"SELURUH cerita ini diikuti melalui langkah keliling, dari
lorong pertama sampai keempat...," kisahku, sementara
dengan masih memejamkan mata, bhiksu tua itu menggelenggelengkan kepala.
"Terbayang daku menyusuri lorong-lorong itu," katanya,
"luar biasa!"
Lantas ia membuka mata, masih terpesona, seolah-olah
candi raksasa itu telah berdiri dan disaksikannya.
"Orang-orang macam apa kalian itu?"
Bhiksu itu mendesis, seperti bicara kepada dirinya sendiri.
Maka kujelaskan bahwa apa yang berlangsung di Jawadwipa
barangkali tidaklah sehebat yang dibayangkannya. Pertama,
bukan hanya satu kerajaan terdapat di sana, karena dalam
kenyataannya terdapat kerajaan-kerajaan kecil bersaingan,
antara lain karena pengaruh igama yang melatarbelakangi
kerajaannya. Meski Rakai Panamkaran dan Rakai Panunggalan
berkuasa pada masa pembangunan Kamulan Bhumisambhara
itu, yang kudengar, seperti pernah kuceritakan, adalah nama
lain di belakang berlangsungnya kegiatan besar-besaran itu,
yakni penguasa bernama Samaratungga, dengan Gunadharma
sebagai perancangnya sehingga yang tampaknya hebat
sebetulnya merupakan hasil persaingan antarwangsa dan
antarigama. "Hmm....," gumam bhiksu kepala itu lagi, sembari
manggut-manggut dan mengusap janggutnya yang kelimis,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"dan apakah kiranya yang membawa dikau kemari, wahai
Pendekar Tanpa Nama?"
"Naluri pengembaraan," jawabku dengan nada rendah,
"dalam kehendak mencari kesempurnaan dalam ilmu
persilatan."
"Ilmu persilatan....Hmm...," ia manggut-manggut lagi,
"bagaimana dengan dikau Iblis Suci" Apakah dikau melakukan
hal yang sama?"
"Sahaya" Sahaya mencari kesempurnaan hidup sebagai
rahib dengan menjadi bhiksu, tetapi menemukannya dalam
ilmu persilatan, ketika ilmu yang semula sahaya pelajari
sebagai bhiksu penjaga keamanan sahaja, menjadi bermakna
ketika digunakan untuk membela hak hidup sebuah kuil yang
dihancurkan."
"Artinya?"
"Suatu ilmu tidak akan pernah sempurna dalam ilmu itu
sendiri sahaja, melainkan bersama tujuan di baliknya. Sahaya
dapat mencapai kesempurnaan ilmu sebagai pelajar ilmu s ilat,
tetapi hanya mencapai kesempurnaan hidup ketika menggunakannya untuk membela kehidupan, dalam hal ini
berperang melawan Golongan Murni yang ingin membersihkan
dunia dengan pembantaian."
Aku tertunduk, merasa rendah diri dengan kematangan
Iblis Suci Peremuk Tulang yang tampaknya berangasan.
Bhiksu kepala itu ganti bertanya kepadaku.
"Dan apakah kiranya yang dikau cari dengan filsafat
Nagarjuna, wahai Pendekar Tanpa Nama, adakah kiranya
berhubungan dengan ilmu s ilatmu juga?"
Aku berpikir sejenak. Aku tak pernah mengungkap apa
yang kupikirkan dalam pengembangan ilmu silatku, bahkan
aku merasa itu sebaiknya dirahasiakan saja. Namun aku juga
tahu betapa dengan cara itu aku tidak dapat menguji
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pemikiranku. Maka kujawab jugalah pertanyaan bhiksu tua
itu.' ''SAHAYA belajar filsafat dengan daya tangkap sahaya yang
terbatas, Bapak, memang untuk mengembangkan ilmu silat
sahaya.'' ''Silat dan filsafat, bagaimanakah keduanya bisa berhubungan, Anak"''
''Sahaya mempelajari filsafat, dan menafsirkannya kepada
suatu bangunan gerak, tempat gerak menerjemahkan
gagasan-gagasan filsafat.''
''Apakah mungkin gerak terpadankan dengan gagasan,
Anak"'' ''Memang tiada padanan gerak dan makna tanpa bentuk
dalam gagasan filsafat, Bapak, tetapi membangun suatu
pemadanan yang setia dan tertata, adalah mungkin untuk
membangun suatu rangkaian gerak yang akan menjadi jurusjurus silat. Dalam pemahaman sahaya, selalu terdapat
gagasan filsafat di balik setiap bangunan jurus-jurus ilmu
silat.'' ''Masalahnya, Anak, bagaimanakah caranya pengembangan
gerakmu terpadankan dengan bangunan-bangunan ilmu silat
yang tidak Anak kenal sama sekali"''
''Betapapun seluruh bangunan ilmu silat itu, gerakan
maupun makna di baliknya haruslah dikenali, Bapak, karena
jika tidak, maka pengembangan yang sahaya lakukan tidak
akan menjadi tanggapan yang tepat terhadap ilmu silat yang
telah ada sebelumnya.''
''Itulah tugas yang sangat berat, Anak, apakah yang Anak
lakukan jika menghadapi jurus-jurus yang tidak dikenal"''
''Untuk itu, sahaya telah mengembangkan Jurus Bayangan
Cermin, Bapak, yang segera akan menjadi Ilmu Bayangan
Cermin, tempat ilmu silat mana pun yang menyerang, akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terserap dengan seketika oleh sahaya, yang dapat seketika
menguasai dan mengembalikannya dengan cara baru yang
tidak akan dikenalinya lagi.''
''Hmm...,'' bhiksu tua itu manggut, ''sebetulnya tidak usah
terlalu mengherankan, untuk orang-orang dari suatu tempat
yang membangun candi raksasa dengan bagian tak
berwujud....'' Aku diam tepekur. Bhiksu kepala ini penglihatannya bisa
melayang ke Jawadwipa, dan menghubungkannya dengan
ilmu silat. Tentu, jika gagasan tentang perjalanan bentuk
menuju tanpa bentuk dapat berwujud sebuah candi raksasa,
maka suatu rangkaian jurus yang membentuk bangunan ilmu
silat, tentunya dapat pula menampung gagasan yang sama.
Barangsiapa dapat menemukan atau menciptakan jurus-jurus
tidak berbentuk akan mencapai kesempurnaan dalam ilmu
silatnya. ''Namun merontokkan suatu bangunan tidaklah mungkin
tanpa mengenal seluk beluk bangunan itu,'' ujarnya, seperti
diucapkan kepada diri sendiri, ''untuk mengenal bangunan
ilmu dunia persilatan, kita harus bertarung dengan sebanyak
mungkin pendekar....''
Aku teringat filsafat Nagarjuna, jika ada satu orang saja
yang telah menguasainya, dan berdasarkan filsafat Nagarjuna
telah mengembangkan ilmu silatnya dan bertarung denganku,
tidaklah mungkin aku dapat mengalahkannya, karena aku
belum menguasai filsafat Nagarjuna itu.
Tanpa mengangkat kepala aku berpikir. Iblis Suci Peremuk
Tulang tampak menguasai segala sesuatu tentang Nagarjuna,
tetapi tidak tampak memanfaatkannya sama sekali, karena
memang tidak setiap orang berpikir tentang bagaimana
mengembangkan atau menciptakan suatu bentuk ilmu silat
atas suatu dasar filsafat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
NAMUN bagiku mendalami ilmu silat dengan mempelajari
dasar filsafatnya akan membawa kita kepada berbagai
penemuan lain. Di luar kuil hujan salju berhenti. Di halaman terlihat para
bhiksu meratakan salju. Mereka membentuk barisan yang
tertib dan bergerak sangat teratur dalam perataan salju
dengan penyapu bergagang panjang. Salju yang bertumpuktumpuk itu kemudian memang menjadi rata, dan di halaman
terhampar permadani putih, dengan bhiksu berjubah tebal
merah dan kuning menyeret gagang penyapuan secara
berderet dan bersama-sama dalam perataan terakhir.
Mereka adalah para rahib yang telah menyerahkan seluruh
hidupnya untuk mencapai Kebuddhaan, meski untuk itu
barangkali akan selamanya tinggal di Kuil Pengabdian Sejati.
Saat itu, aku merasa betapa diriku tidak akan sanggup hidup
dengan tujuan semacam itu. Memang benar betapa dalam
sepuluh tahun telah kubuktikan kesanggupanku hidup di
dalam gua, tetapi bukanlah karena keinginan sendiri
melainkan pengarahan seseorang yang belum kuketahui s iapa.
Pencarian kesempurnaan dalam ilmu silat dalam apa yang
kulakukan, agaknya belum mencapai tingkat tanpa tujuan dan
tanpa keinginan, seperti yang diajarkan dalam kebuddhaan itu
sendiri. Aku hanyalah seorang pengembara, yang menikmati


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segala sesuati demi kesenangan dirinya sahaja.
Aku tertunduk makin dalam. Seolah tidak akan pernah
mengangkat muka kembali.
(Oo-dwkz-oO) Episode 139: [Nagarjuna dalam Pemujaan]
DEMIKIANLAH kami ditampung oleh para bhiksu di Kuil
Pengabdian Sejati. Sebagian untuk melindungi kami dari
intaian mata-mata dan perburuan para penyusup, sebagian
untuk memberi kesempatan kepadaku mempelajari ajaran
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
filsafat Nagarjuna. Maka kami pun hidup bersama para bhiksu
dan hidup seperti bhiksu, yang meskipun terletak di tengah
kota Thang-long, sangatlah tertutup dan ketat pengawasannya, apalagi sete lah peristiwa masuknya sepuluh
pembunuh dari jaringan Kalakuta itu. Setiap hari kami ikuti
segenap upacara para bhiksu dan bhiksuni di situ, yang tidak
menjadi masalah besar bagi Iblis Suci Peremuk T ulang, karena
pada dasarnya memang ia seorang rahib, tapi tentu saja
merupakan hal baru bagiku, yang meski mengenal tetapi tak
pernah melakukannya sama sekali.
Kami berdua juga dianjurkan untuk menyamar sebagai
bhiksu dan kami turuti, yang berarti sekarang aku berkepala
gundul dengan wajah kelimis, serta mengenakan jubah merah
dan kuning. Namun jika para bhiksu dan bhiksuni telah
mendapat tugas hariannya masing-masing, maka tugas kami
hanyalah mempelajari f ilsafat Nagarjuna, tepatnya aku belajar
dari Iblis Suci Peremuk Tulang yang dipercaya untuk
memberikan pengantarnya.
Pada suatu hari, dalam sebuah bilik, Iblis Suci berkisah
tentang bagaimana Nagarjuna dipuja begitu rupa, sehingga
sosoknya lebih dikenal sebagai tokoh daripada guru filsafat
yang sangat bersungguh-sungguh.
"Nagarjuna telah dipertimbangkan sebagai Buddha kedua
dan telah menempati kedudukan kedua itu dalam garis kepala
keluarga hampir semua aliran Buddha Mahayana, terutama
karena penganut aliran-aliran ini menolak untuk mengakui
kedudukan jiwa ribuan murid-murid langsung Buddha, yang
menurut pengakuan Buddha sendiri,
telah mencapai pengetahuan dan pengertian atau nana-dassana yang sama
dengan kesempurnaan akhlak dan jiwa yang dicapai Buddha.
"Jika pencapaian kecendekiaan dan kejiwaan dari muridmurid langsung dengan jelas diungkapkan dalam naskah
seperti Theragata dan Therigata, tidak ada penjelasan bagi
kita tentang pencapaian jiwa Nagarjuna, kecuali catatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentang masuknya beliau ke dalam igama Buddha dan
kegiatan pengajarannya yang diterjemahkan Kumarajiva ke
bahasa orang Negeri Atap Langit, Lung-shu-p'u-sa-ch'uan.
Kedudukan Nagarjuna sebagai Buddha kedua diturunkan dari
tulisan-tulisan utamanya, yang secara keseluruhan dipandang
sebagai penafsiran falsafi sutra-sutra Mahayana. Nagarjuna
kemudian menjadi begitu terkenal, sehingga sering dimanfaatkan berbagai aliran untuk mengatas namakan
ajarannya, dengan mengalihkan pemikiran filsafatnya sebagai
igama. Bukankah ini merupakan kekacauan luar biasa?"
Adapun yang dimaksudkan Iblis Suci Peremuk Tulang
agaknya penulis-penulis Tantrayana yang mencari pengakuan
atas kewibawaan dan kesucian bagi gagasan-gagasannya,
yang tak diragukan lagi dipengaruhi oleh upacara-upacara
Hindu. Bahkan jika akibat buruk semacam ini diabaikan, masih
mungkin untuk mempertahankan bahwa kedudukan tinggi
yang terhubungkan dengan Nagarjuna belum mencerminkan
sikap tanpa kejelian dan setia berlebihan pengikut Buddha
belakangan, terhadap jiwa sempurna pengikut Buddha
pertama. Sikap semacam itu tercerminkan bukan hanya dalam
sejumlah naskah Mahayana tetapi dalam beberapa ujaran
Theravada. "MISALNYA naskah-naskah tafsiran T heravada yang muncul
akhir-akhir ini," lanjut Iblis Suci lagi, "suatu pemujaan
kedudukan teracu kepada Abhidamma dalam hubungannya
dengan wacana-wacana yang begitu rupa sehingga Buddha
harus mendaki dunia kedewaan atau devaloka dan
menceramahkan Abhidamma kepada ibunya yang tinggal di
sana. Bukankah itu ajaib"
"Penambahan semacam itu, meskipun dimaksud untuk
menambah kewibawaan dan kesucian kepada suatu susunan
naskah yang muncul lama setelah kepergian Buddha, jelas
menunjukkan betapa murid-murid langsung Buddha pun tidak
mampu memahami isinya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jadi naskah-naskah menjadi gelanggang pertarungan
gagasan berbagai aliran dalam igama Buddha?"
"Setidaknya antara penganut yang tidak pernah bertemu
Buddha sendiri, dengan murid-murid langsungnya itu, yang
tentu merasa pendapatnya tak bisa lebih benar lagi."
Betapapun, meski terdapat akibat dari kisah pertentangan
ini, para penganut Theravada tidak memanfaatkannya dalam
suatu cara yang akan mengarah kepada jatuhnya cita-cita
awal para arahant atau orang suci. Sebaliknya, saat
kebutuhan serupa dirasakan penganut Mahayana untuk
memberikan wibawa dan kesucian bagi naskah-naskah
Mahayana mutakhir seperti sutra-sutra Prajnaparamita, yang
sudah jelas lebih baru daripada risalah-risalah Abhidarma,
mereka takpuas hanya dengan mengatakan itu merupakan
wacana agung atau vaipulya-sutra, melainkan lebih jauh lagi
mengutuk cita-cita kesempurnaan arahant yang terwujudkan
dalam wacana-wacana itu dan mengecam pencapaian jiwa
murid-murid langsung Buddha.
Dalam keadaan semacam ini, Saddharmapundarika-sutra
beredar dari kuil ke kuil. Tujuan gerakan ini dianggap sebagai
mulia, karena merupakan usaha pertama untuk menyatukan
segenap gagasan dan cita-cita bertentangan, yang telah
menyebabkan keretakan besar di antara para penganut
Buddha. Namun kehendak untuk menyatukan ini ternyata
lebih meningkatkan pertentangan daripada kerukunan dan
ketenteraman. Bahkan suatu pandangan sekilas di permukaan
sejarah igama Buddha, akan menampakkan keberadaan para
bhiksu yang menyimpang dari cita-cita dan secara keliru
mengakui suatu pencapaian jiwa, ketika beralih dari kehidupan
tertutup kepada kehidupan seperti rakyat biasa. Para bhiksu
seperti itu dikabarkan sudah ada sejak masa kehidupan
Buddha. Kitab seperti Vinayapitaka maupun Kasyapararivar
tidak tampak suka dengan para bhiksu yang dianggap
menyempal semacam itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kitab yang terakhir itu malah mengibaratkan mereka
sebagai sekelompok anjing yang berkelahi satu sama lain demi
sejumput makanan yang dilemparkan kepada mereka," ujar
Iblis Suci Peremuk Tulang.
Sikap mementingkan diri sendiri dan perilaku takterhormat
sebagian rahib mungkin memang merugikan. Dalam kaitan ini,
pengorbanan diri dan sifat mengutamakan kepentingan secara
habis-habisan dapat timbul sebagai cita-cita mulia. Betapapun,
tindakan dan tanggapan seperti itu tidaklah bisa menjadi
alasan untuk mengecam para murid langsung Buddha, orangorang suci arhant seperti Sariputta, Mogallana, dan Kassapa,
sebagai orang-orang hinabhirata, dan memaksa mereka untuk
menyangkal pencapaian demi menerima cita-cita kesempurnaan yang baru, karena suatu kesempurnaan tentu
bertentangan Jalan Tengah yang disebutkan Buddha dalam
ajarannya yang pertama bagi dunia.
"Hanya dengan mengikuti Jalan Tengah yang menghindari
kedua kutub dari pemuasan-diri dan penghancuran-diri itulah,"
lanjut Iblis Suci, "bahwa murid-murid Buddha mencapai
tingkat kebebasan yang disebut sankhara-samatha atau
penenangan atas watak dan terus bekerja demi kesejahteraan
dan kebahagiaan manusia."
Suatu catatan asli dalam Thera maupun Therigata
menyimpan banyak pengakuan atas cita-cita para murid
langsung, dan juga suatu cita-cita yang dikenal oleh
Nagarjuna, seorang jawara dalam Filsafat Jalan Tengah.
Sembari mendengarkan Iblis Suci berbicara, aku mencoba
memahami betapa ketika penganut Theravada mengangkat
Abidhamma ke suatu kedudukan penting tanpa mengurangi
nilai gagasan-gagasan
dalam ajaran awal, Saddharmapundarika tampil sebagai telah me langkah jauh
dalam penanganan segenap adat filsafat dan igama, dimulai
dengan Buddha sendiri. Kitab itu bertanggung jawab tak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya atas kecamannya terhadap para murid langsung, tetapi
juga dalam merendahkan nilai wacana-wacana awal.
ADAPUN wacana seperti dalam nikaya-nikaya dan agamaagama disadari tertutup isinya. Alasan yang dihadirkan, karena
para murid langsung tidak dapat memahami ajaran yang lebih
dalam, Buddha harus mengujarkan suatu ajaran yang tertutup
dan takmemuaskan untuk menyesuaikan dengan kemampuan
berpikir mereka.
Pernyataan semacam itu mempunyai akibat tersembunyi,
misalnya bahwa Buddha tidak mampu menyampaikan ajaran
yang lebih dalam dengan cara yang dapat dimengerti orangorang yang hadir. Dalam adat Mahayana, panggung telah
dibuat siap pakai untuk para pemikir seperti Nagarjuna, yang
setidaknya telah menguraikan ajaran, untuk diangkat ke
tingkat Buddha kedua. Namun bahkan kedudukan Buddha
tertinggi lebih penting daripada Sakyamuni.
''Kedudukan Nagarjuna telah dilebih-lebihkan begitu rupa,
sampai ada yang berkata, bahwa kuncup teratai yang muncul
di dunia bersama kelahiran Buddha, tumbuh dan mekar
dengan kemunculan Nagarjuna,'' kisah Iblis Suci, ''agak
terlihat sungguh-sungguh adalah pernyataan bahwa saran
Buddha tentang praduga bagian-bagian atau dharma telah
ditolak Nagarjuna dengan praduga kekosongan atau sunyata.
Ini tentu menempatkan kedudukan Nagarjuna lebih penting
daripada kedudukan yang ditempati Buddha.''
Kemudian kusadari bahwa mungkin saja para pengagum
Nagarjuna telah membangun suatu ruang, yang membuat
orang mengira bahwa filsafatnya sedikit banyak telah
disarankan, bukan diajarkan, Buddha sebenarnya dalam
sejarah. Kukira aku pun harus waspada terhadap para penulis
yang teracuni gagasan tentang perubahan pemikiran,
sehingga gagal mengenali kecanggihan gagasan-gagasan
filsafat yang disampaikan Buddha sekitar 1400 tahun lalu.
Setelah gagal menggali keaslian filsafat Buddha seperti yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tercerminkan oleh nikaya-nikaya dan agama-agama, seperti
juga merosotnya pendekatan tersebut dalam ujaran-ujaran
adat. Hanya setelah berlangsung pembaruan atas pendekatan
pada masa lebih awal, oleh pemikir seperti Moggaliputta-tissa
dan Nagarjuna, para penulis dan para pengajar dapat melihat
bahkan melakukan pencanggihan filsafatnya secara menyeluruh. ''Bukankah begitu"'' Iblis Suci membuyarkan renunganku.
Kuangkat kepala. Seperti diriku, ia pun kini berkepala
gundul dan wajah kelimis. Kami berada di dalam sebuah bilik
batu, sebagai bagian dari ruangan dalam kuil yang digunakan
untuk samadhi. Sebagai tingkat lanjut dari dharana dan
dhyana, samadhi layak mendapat bilik tersendiri, dan memang
tidak sembarang bhiksu dapat mencapai tingkat tersebut.
Sejauh kuamati kehidupan dalam kuil, semakin tenggelam
seorang bhiksu dalam penalaran filsafat, semakin sulit
kemungkinannya mencapai tingkatan jiwa dalam samadhi;
sebaliknya semakin tenggelam seorang bhiksu ke dalam
samadhi, semakin sulit otaknya memecahkan penalaran.
Itulah sebabnya hanya bhiksu tertentu yang mampu
menguasai keduanya, dan melangkah lebih cepat dalam jalan
menuju Kebuddhaan.
Namun bhiksu yang terhebat tentu mereka yang selain
mampu berfilsafat sekaligus bersamadhi, ternyata kuat dan
mantap dalam ilmu silat pula. Bahkan kemudian kuketahui
bahwa terdapat juga ilmu silat yang dima inkan dalam
kerangka samadhi. Kiranya inilah yang juga ingin kucapai,
karena jika menguasainya maka kesempurnaan tidaklah
menjadi mustahil untuk dimiliki. Betapapun, akhirnya filsafat
jua yang akan mencari jalan, bagaimana semua ini dapat
diberlangsungkan dalam kebudayaan igama yang diterima
penalaran. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Bagaimana Pendekar Tanpa Nama" Apakah dikau
sependapat bahwa pemujaan berlebihan terhadap Nagarjuna,
tentu akan menutupi jalan filsafatnya"''
''Filsafat betapapun adalah penalaran Iblis Suci, dan
pemujaan akan mengaburkan ketajaman penalarannya.''
''Bhiksu kepala sangat kagum dengan candi raksasa
meskipun belum melihatnya. Aku tidak bisa melakukannya.''
''Lupakanlah dahulu candi itu Iblis Suci,'' aku menyela,
''ceritakanlah lagi tentang Nagarjuna.''
IBLIS Suci mengambil napas. Ia memang ditugaskan


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjawab semua pertanyaanku. Kuakui aku memang pernah
mempelajari filsafat Nagarjuna, tetapi dengan pendekatan
awam yang tidak menjamin ketepatan dalam pemahaman.
Kuketahui belajar ilmu filsafat sebaiknya setapak demi
setapak, tidak seperti yang kulakukan selama ini, asal menelan
semua kitab tanpa bimbingan seorang guru. Pembelajaran
Nagarjuna secara rinci sebetulnya juga kuperlukan demi
kepentingan lain, yakni sedikit demi sedikit, lambat laun tapi
pasti, untuk menghilangkan ilmu racun dan ilmu sihir yang
terwariskan kepadaku tanpa kukehendaki, karena kehendak
Raja Pembantai dari Selatan yang merasa perlu menurunkan
ilmu-ilmu hitamnya yang mengerikan itu.
Ternyatalah betapa segenap mantra yang terpindahkan
tanpa bisa kutahan itu adalah ujaran-ujaran Nagarjuna, yang
akan tetap menjadi mantra selama ujaran berbahasa
Sansekerta itu tidak dapat kupahami. Seiring dengan
pemahamanku terhadap ujaran-ujaran Nagarjuna sebagai
suatu bangunan f ilsafat, akan memudar pula daya-daya racun
dan sihirnya, artinya segala daya gaibnya, sebagaimana
takhayul yang penuh pesona dengan pasti akan runtuh oleh
penalaran. Tentu saja ini akan membuat tubuhku kehilangan
kekebalan terhadap racun, darahku akan kehilangan daya
pemunah racun yang selama ini berlangsung, dan sihir tak
akan bisa kulawan dengan sihir, melainkan dengan otak yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengandalkan penalaran menghadapi berbagai tipuan bagi
pancaindera. Betapapun ilmu racun dan ilmu sihir Raja Pembantai dari
Selatan itu telah banyak berjasa, serta bahwa suatu ilmu
menjadi ilmu hitam maupun ilmu putih tergantung dari tujuan
penggunaannya, tetaplah akan kurelakan kehilangan ilmu-ilmu
sakti itu dengan harapan kukuasai filsafat Nagarjuna.
Kubutuhkan filsafat yang membongkar bangunan sejarah
filsafat ini, untuk mengembangkan apa yang telah kurintis
selama ini, yakni penyempurnaan Jurus Tanpa Bentuk.
"Jadi," demikianlah Iblis Suci Peremuk Tulang melanjutkan
uraiannya, "Nagarjuna sebetulnya adalah seorang pengulas
besar, yang sama sekali tidak ingin memperbaiki ajaran
Buddha, seperti dikatakan para pemujanya, melainkan ibarat
kata justru berusaha keras menghancurkan tumbuh-tumbuhan
liar yang telah tumbuh di sekitar ajaran Buddha, sebagai hasil
sejumlah gagasan yang diungkapkan oleh para pemikir dalam
adat Sthaviravada dan Mahayana."
Menurut Iblis Suci, akan diperlihatkan dalam Mulamadhyamakakarika, suatu ulasan luar biasa terhadap
Kaccayanagotta sutta karya Buddha sendiri, catatan Nagarjuna
yang menegakkan setiap pernyataan yang diucapkan Buddha
dalam perbincangan itu, maupun banyak bahan dari
perbincangan Buddha yang lain, bagai membersihkan air
berlumpur akibat prakiraan-prakiraan penuh takhayul para
penganut Buddha belakangan ini. Kelanjutan prasangkaprasangka sepihak yang ingin memisahkan diri di antara
pengikut setia Theravada dan Mahayana mungkin bisa
dimengerti, tetapi para pelajar dan pengulas hari ini justru
bertanggungjawab untuk tidak terpengaruh oleh prasangkaprasangka tersebut. Betapapun harus disadari pembedaan
antara Theravada dan Mahayana adalah berlebihan, dan
bahwa dasar ajaran Buddha tetaplah utuh dari abad ke abad.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kini sudah waktunya untuk membuang pengertianpengertian Theravada dan Mahayana dari tatabahasa kita,"
ujar Iblis Suci, "dan halangan besar untuk menghapus
perbedaan ini adalah sikap bahwa filsafat Nagarjuna harus
dijelaskan para pemikir baru. Betapapun, nanti akan
kujelaskan bagaimana Karika Nagarjuna bersifat memperbaiki
segenap penafsiran tersebut."
Suatu pengamatan cermat atas naskah-naskah Buddha
dengan jelas menunjukkan bagaimana gagasan-gagasan
mendasar selamat menembus zamannya, meski kadangkadang muncul pemikiran yang bertentangan dengan ajaran
dasar Buddha, yang mengakibatkan perdebatan di antara para
pemikir Buddha.
Tanpa kecermatan dan kejelian, wacana-wacana awal
Buddha itu telah dikumpulkan begitu saja dan dilestarikan
dalam apa yang disebut Abhidharma, bersama dengan semua
naskah penafsirannya, dalam bentuk vibbhasa atau atthakata,
dan mengulas segenap himpunan itu sebagai mewakili
pandangan T heravada atau Hinayana. Ini juga terjadi dengan
sejumlah wacana Mahayana yang disebut sutra, maupun
risalahnya yang disebut sastra. Isi wacana-wacana tersebut,
seperti terjadi pada Abhidarma telah diulas dan diberi catatan
sekadar sebagai penjelasan tambahan, dan bukan pembebasan daripadanya. Jadi seperti saling membedakan diri
tetapi dalam kenyataannya tidak berbeda sama sekali.
Abhidarma dikatakan sebagai karya terpisah penganut
Theravada, pada umumnya Theravada dan Sthaviravada, dan
secara tidak biasa adalah Sarvastivada dan Sautrantika.
Mereka disebut memisahkan diri, tetapi pandangan terpisahnya tidak ditemukan dalam wacana-wacana maupun
Abhidarma, melainkan dalam himpunan catatan ulasan
tersebut. PENGANGKATAN Abhidarma ke tingkat bacaan utama, lebih
penting dari wacana-wacana, adalah kerja para pengulas dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bukan pengumpul naskah-naskah Abhidarma. Penganut
Mahayana sendiri, yang terganggu oleh pemikiran kehakikatan
aliran Sarvastivada dan Sautrantika, berusaha keras untuk
menyelamatkan ajaran-ajaran awal dengan menekankan sisisisi yang dianggapnya buruk dari ujaran Buddha, tepatnya
ujaran tentang sunyata atau kekosongan. Kasyapaparivarta
sebagaimana juga naskah-naskah awal Prajnaparamita
menghadirkan kembali tanggapan terhadap kehakikatan
ajaran Buddha akhir, dan naskah ini mesti takdihubungkan
dari pemisahan yang muncul sebagai akibat usaha penyatuan
dalam risalah seperti Saddharmapundarika.
"Para pemikir Mahayana," ujar Iblis Suci, "benar-benar
berusaha mengatasi penafsiran yang berusaha memisahkan
diri, dan kembali kepada bentuk umum igama Buddha seperti
tercermin dalam wacana-wacana awal, tanpa menolak
ketentuan resmi naskah-naskah Abhidarma yang mewujudkan
cara pengajaran-pengajaran yang baik, yakni sutra Mahayana
yang menekankan sisi tidak baik dari ketentuan-ketentuan
Buddha. Dalam pembahasan filsafat Nagarjuna, mungkin akan
terlihat apakah terdapat persaingan antara dua aliran filsafat
besar, Madhyamika dan Yogachara."
Yogachara" Tidakkah pernah kuceritakan perihal aliran
filsafat ini" Salah satu aliran Mahayana yang menekankan
pentingnya ketenangan dan kedalaman dhyana menuju
pencerahan" Pendekatan seperti itu telah dikembangkannya
menjadi cara-cara yang rumit, pada dasarnya menempatkan
diri antara kaum penghamba kenyataan Sarvastivada dan
penghamba ketiadaan Shunyatavada. Bagi mereka benda tak
nyata ada, melainkan ada dalam pencapaian kebenaran dan
kesadaran dalam dirinya. Kadang disebut Chittamatra, atau
pikiran saja, karena sesuai ajaran Mahayana secara umum,
suatu hasil akal dalam dirinya belumlah pada hakikatnya
nyata. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Perbedaan utama Yogachara dan Madhyamaka adalah,
bahwa yang pertama berkilah, betapa sesuatu itu ada tetapi
merupakan kekosongan."
"Tidakkah ini jatuhnya merupakan kecurangan atas
perjuangan melawan kemenduaan?"
"Nanti kita akan dalami ini, tetapi untuk sementara dapat
dikatakan, kita berada dalam kedudukan untuk mengikuti
keberadaan dua hal, kekosongan dan ketakberadaan. Kilah ini
menyatakan tidak ada kemenduaan terdapat dalam pendapat
bahwa kekosongan tidak berarti ketidakhadiran keberadaan
nyata, karena pikiran atas ketidakhadiran adalah kosong,
tetapi tiada sesuatupun dalam dirinya benar-benar mengada.
Madhyamaka mempertentangkan kekosongan dan keberadaan
nyata, sedangkan Yogachara mempertentangkan kekosongan
dan hubungan yang mengamati -yang teramati. Berpikir
tentang apa yang tidak benar-benar ada setara dengan
kesadaran, aliran penerimaan dan pengalaman, tetapi sebagai
arus pengalaman takterbedakan. Kedudukan Madhyamaka
memahami kekosongan sebagai tidak terdapatnya keberadaan-dalam,
sedangkan Yogachara mengambil kekosongan untuk memaknai tidak adanya kepengamatan dan
keteramatan dalam pengalaman kita, karena semua yang
berada di sana adalah aliran yang mengubah penerimaan."
Hmm. Meski cukup rumit. Namun aku yang selalu
menghubungkan gagasan filsafat dengan jurus-jurus silat
dapat membayangkan dengan jelas, betapa jika berdasarkan
Madhyamaka atau Filsafat Jalan Tengah akan dapat kubangun
Jurus Tanpa Bentuk, maka jika terdapat seorang pendekar
yang membangun ilmu silatnya berdasarkan Yogachara, yang
bahkan pernah kucoba juga, sungguh akan menjadi lawan
sepadan. Kubayangkan akan menjadi sebuah pertarungan
berhari-hari tanpa ada kepastian siapa yang akan kalah dan
siapa yang akan menang; saat kemenangan hanya dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dipastikan ketika salah satunya lebih kuat dalam pemahaman
dan akan unggul dalam perdebatan filsafatnya.
Memang benar bahwa bhiksu kepala itu mengetahui
kehendakku dalam penyusunan jurus itu, dan benar juga
bahwa Iblis Suci Peremuk Tulang telah mendengar masalah
tersebut, tetapi tidaklah mungkin penafsiran keduanya atas
pembayanganku akan tepat seperti yang berlangsung di dalam
kepalaku. Tidak mungkin. Seperti juga aku taktahu apakah
yang dibayangkan bhiksu kepala tersebut tentang candi
raksasa yang kugambarkan akan bagaimana jadinya secara
rinci, akan sama dengan pembayanganku, karena kami berdua
sama-sama membayangkan sebuah candi yang belum jadi.
IBLIS Suci menjelaskan kepadaku, bahwa takdapat
dipastikan jika Nagarjuna itu seorang penganut Mahayana,
meski sudah pasti pula bukan Theravada. Pendapat ini
berdasarkan kenyataan, bahwa Mulamadhyamakakarika atau
laz im disebut Karika saja sebagai karya utamanya, tidak
mengacu sama sekali kepada wacana besar manapun dalam
adat Mahayana, takjuga kepada Prajnaparamita-sutra yang
sangat dikenal. Iblis Suci lebih percaya bahwa risalah
Nagajuna itu bersumber kepada wacana Samyukta, meski
tidak pernah menyatakannya secara tersendiri. Satu-satunya
sumber wacana yang disebut namanya adalah Katyayanavavada, suatu wacana yang terdapat pada Nikayanikaya Pali maupun Agama-agama Negeri Atap Langit. Bukti
tunggal yang penting ini jarang disadari oleh para pelajar
maupun guru mereka yang mendalami Nagarjuna.
Sementara Iblis Suci berkisah, aku menghela nafas dalam
hati. Kurasakan betapa miskin pengetahuanku dan betapa
masih banyak yang mesti kupelajari dengan sungguhsungguh, jika memang aku harus mendalami ilmu filsafat
setuntasnya dalam pencarian ilmu s ilatku. Kusadari betapa aku
telah belajar dengan cara-cara yang sangat sembarangan, dan
pengetahuan yang kumiliki tidak menjadi ilmu, karena diriku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak memiliki pengetahuan tentang suatu pendekatan, yang
dapat menjadikan segala pengetahuanku menjadi ilmu
pengetahuan. Demikianlah dalam diriku berlangsung perbincangan,
apakah aku harus memilih salah satu saja antara ilmu silat dan
ilmu filsafat, ataukah masih merasa mampu akan dapat
meleburkan keduanya dalam pencarian atas jurus silat yang
ingin kunamakan sebagai Jurus Tanpa Bentuk.
(Oo-dwkz-oO) Episode 140: [Penulisan, antara Ingat dan Lupa]
Kuletakkan pengutik dengan mata yang pedas. Peristiwa
penyanderaan Nawa telah membuatku menulis semakin
banyak dan artinya harus menulis lebih lama dari biasa.
Seperti hari ini, aku telah menulis sepanjang malam tanpa
tidur sama sekali. Belakangan hal itu semakin sering
kulakukan. Ada kalanya setelah sepanjang malam menulis,
aku masih terus menyambungnya sepanjang hari, seolah-olah
seperti tidak memiliki waktu lagi. Namun bagaimanakah
kiranya seorang tua berumur 101 tahun bisa berpikir lain" Ia
akan selalu merasa setiap saat kematiannya akan tiba. Apabila
ia merasa ada pekerjaan yang harus diselesaikannya sebelum
meninggal dunia, niscaya ia akan memanfaatkan setiap waktu
dan tenaga yang tersisa untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut. Agaknya itulah yang juga terjadi dengan diriku.
Maka setelah kejadian itu, aku merasa lebih baik bersikap
menunggu dan tidak memburu, seperti biasanya berlangsung
dengan naluriku. Betapapun, penyelesaian tulisanku untuk
sementara kuanggap lebih mendesak dari apapun. Biarlah
para pembunuh dari kelompok Kalapasa itu, jika memang
mereka bekerja demi kelompok itu, yang pasti memenuhi
permintaan seseorang atau kelompok tertentu; biarlah


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perempuan yang telah membunuh ketiga lelaki dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perkumpulan rahasia itu; biarlah siapapun yang berkepentingan mendatangi aku, karena aku memang merasa
lebih baik menunggu. Segalanya masih terlalu rumit diuraikan
sekarang, dan aku sendiri perlahan-lahan sedang mengurainya. Aku akan tetap berada di sini sementara ini. Berpindahpindah tempat hanya akan menyulitkan diriku sendiri. Selain
terlalu banyak kemungkinan untuk bertemu banyak orang,
juga dengan membawa lembaran-lembaran lontar yang sudah
sangat banyak ini ke mana-mana, bukankah terbuka peluang
untuk tercecer, hilang, atau menarik perhatian. Pengalaman
mengajarkan, siapapun dia orangnya yang melangkah di jalan
persilatan, akan selalu terlibat dalam pertarungan. Para
penyoren pedang akan segera waspada terhadap siapapun
orangnya yang mengarungi sungai telaga dan menjelajahi
rimba hijau. Ibarat burung, ia mengerti beda persamaan
warna dengan persamaan bulu. Ibarat kata hanya dari
langkahnya, seseorang akan dapat memperkirakan apakah
seseorang itu berada di jalan persilatan yang siap bertarung
dengan siapapun sampai mati, ataukah seorang awam yang
hanya hidup untuk mencari keselamatan sahaja.
Seperti yang telah kualami, kadangkala seorang petarung
langsung menyerang begitu saja
dengan jurus-jurus
mematikan, yang berarti mau takmau akan membuatku
terlibat untuk memberikan perlawanan. Adapun pertarungan
untuk mencapai kesempurnaan hanya bisa dihentikan sete lah
salah satunya bisa dilumpuhkan, yang hanya berarti telah
ditewaskan. BEGITULAH di sungai telaga dunia persilatan, ilmu yang
tinggi ibarat madu yang mengundang semut, yang untuk
mencicipinya berkemungkinan menerima kematian. Aku
sangat menyadari adat semacam itu, sehingga aku tahu jika
kubawa pula gulungan keropak berisi tulisanku, sangat
mungkin pula dikira sebagai kitab ilmu silat, yang lantas akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi rebutan, dan tentu saja tidak usah dikatakan lagi
bahwa dalam setiap usaha merebut selalu dipikirkan
kemungkinan melakukan pembunuhan.
Jadi lebih baik aku di sini, tetap tinggal di dalam pondok
sederhana ini, menulis kata demi kata secepat-cepatnya dan
sebanyak-banyaknya,
tanpa harus mempedulikan keindahannya. Maklumlah, wahai Pembaca yang Budiman,
mau dibolak-balik aku ini bukanlah seorang empu yang
mampu menulis dengan kata-kata indah penuh kemanisan
atas pesona dunia. Aku hanyalah seorang tua yang menulis
karena merasa telah difitnah dan disia-siakan. Aku menulis
tanpa pemahaman tentang bagaimana segala sesuatunya
harus menjadi indah. Apakah keindahan itu" Aku tak tahu.
Apakah tulisan yang indah itu" Aku sungguh-sungguh tak
tahu. Namun aku tahu apakah kiranya yang bermakna bagiku,
dan bagi seseorang yang selalu berada di jalan pertarungan
seperti diriku, hanya ilmu silatlah yang menjadi cukup
bermakna dalam kehidupanku yang memasuki tahun ke 101.
Maka, maafkan aku Pembaca, maafkan jika riwayat hidupku
sampai saat ini adalah perjalanan dari pertarungan yang satu
menuju pertarungan lainnya. Betapapun itulah jalan yang
telah kupilih, karena memang tampaknya tiada jalan lain bagi
seseorang yang telah dibesarkan oleh suami istri pendekar
bergelar Sepasang Naga dari Celah Kledung.
Begitulah aku telah menulis terus, nyaris tanpa makan dan
tidur, untuk memeriksa kembali segenap rincian dalam riwayat
hidupku. Aku harus melakukannya, jika ingin mendapatkan
jalan menuju titik terang, tentang mengapa begitu banyak
pihak ingin membunuhku. Jika hanya perkara balas dendam,
yang sangat umum dalam dunia persilatan, mungkin aku tidak
akan terlalu peduli; karena memang tiada akan terlalu besar
bedanya, apakah aku akan mati karena seorang pendekar
yang menantangku bertarung, atau sekadar anak dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keturunannya yang membalas dendam. Namun jika bahkan
negara yang semestinya menjadi tempat setiap warga
bernaung, telah menyebarkan selebaran berwujud lembaran
lontar bergambar diriku dalam perburuanku, tentu saja aku
menjadi sangat penasaran. Demikianlah makanya kutulis
riwayat hidupku, karena aku yakin bahwa pasti akan ada
sesuatu, apa pun itu, dari masa laluku, yang menjadi
penyebab hiruk pikuk perburuan orang tua seperti aku ini.
Kusadari tidak mudah memecahkan masalah, bukan
sekadar karena pengetahuan yang kuperlukan sebagai syarat
pemecahan masalah itu terbatas, tetapi juga bahwa dalam
kenyataannya tidak dapat kujamin diriku sendiri, dalam usia
101 tahun ini, dapat mengingat segenap rincian secara pasti.
Aku memang akan menuliskan kembali apapun yang masih
kuingat sampai kepada rincian yang sekecil-kecilnya. Namun
apalah kiranya yang bisa kutuliskan dari sesuatu yang
sesungguhnyalah sejak awal telah kulupakan" Bagaimana jika
yang kulupakan itulah justru yang semestinya begitu penting
untuk kuingat kembali" Bagaimana jika aku mungkin tahu ada
sesuatu yang kulupakan, tetapi tidak dapat mengingatingatnya kembali" Adakah kiranya cara untuk dapat
mengembalikan ingatan yang hilang itu"
Tidak kalah penting, bagaimanakah jika segala sesuatu
yang kuingat itu ternyata bukanlah kenyataan yang dapat
diandalkan, karena kusadari segala sesuatu yang berlangsung
dalam duniaku ini, tidak ada yang terbebaskan dari
keterlibatan perkumpulan rahasia. Bukanlah karena tindakan
seperti penyusupan dan pembunuhan gelap seperti yang
menjadi pekerjaan Kalapasa, melainkan tindak penyamaran
teramat licin dalam kehidupan sehari-hari dalam segenap
lapisan masyarakat dan berbagai bidang kehidupan, seperti
yang menjadi pekerjaan jaringan Cakrawarti, yang bagiku
sangatlah meresahkan. Bagaimanakah kiranya jika yang
kuketahui selama ini, apa pun dan di mana pun, ternyata
hanyalah penampakan seperti yang ingin selalu diketahui
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang, sebagai tindak penyanaran yang diberlakukan para
pengawal rahasia istana"
SEKARANG ini, pada 872, ketika Rakai Kayuwangi telah
berkuasa 17 tahun, harus kuingat kembali bahwa di Mataram
ini terdapat susunan kekuasaan yang terdiri atas rajya, watak,
dan wanua. Rajya atau istana adalah pusat pemerintahan
tertinggi, sehingga merupakan daerah inti atau pusat.
Sedangkan daerah pinggiran terdiri dari watak dan wanua.
Daerah watak yang dipimpin oleh seorang raka atau rakryan
adalah daerah berdaulat yang cukup luas dan memiliki
perangkat pemerintahannya sendiri. Pada umumnya para raka
mempunyai hubungan keluarga dengan raja. Para raka ini
tidak dianggap sebagai bawahan raja, karena kedudukan
mereka bukan berdasarkan wewenang yang berasal dari raja,
melainkan berdasarkan hukum adat.
Jadi kekuasaan seorang rakryan tidaklah lebih besar dari
kekuasaan yang memimpin rajya, tetapi kedaulatan yang
dimiliki rakryan yang memimpin watak itu juga tidak berarti
mereka harus bersikap sebagai bawahan terhadap rajya. Jika
kemudian terjadi perselisihan paham, rakyat kecil yang tidak
selalu tahu susunan pemerintahan seutuhnya tentu sangat
mudah tenggelam dalam kebingungan. Lima puluh tahun lalu,
pada 832, Sri Kahulunan, seorang ratu wangsa Syailendra
menikahi Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya.
Pengaruh sang ratu sebagai penganut Mahayana terlihat
dalam bantuan Rakai Pikatan atas berdirinya sebuah candi
Buddha di selatan sana, tetapi Pikatan sendiri sebagai
penganut Siva mendirikan candi Hindu yang menjulang ke
langit di dekatnya, jelas merupakan jawaban terhadap
Kamulan Bhumisambhara yang menjadi kebanggaan wangsa
Syailendra, yang pada tahun perkawinan mereka itu pun
masih belum selesai dibangun meski telah diresmikan
pembangunannya sejak 824 oleh Sri Kahulunan yang bergelar
Pramodawardhani.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini, 40 tahun kemudian, mengapa seorang tua sepertiku,
seperti yang pernah kudengar, diburu dengan tuduhan
menyebarkan aliran sesat" Bagaimana mungkin sesuatu yang
pernah menjadi aliran utama menjadi sesat tiba-tiba jika
bukan karena permainan kekuasaan" Maka, memang benar
aku menulis terutama untuk mengembalikan ingatan dan
melacak perkara, tetapi aku tahu jika tulisanku dapat bertahan
lebih lama dari kehidupanku, sedikit banyak akan berbicara
atas namaku untuk mendapatkan keadilan.
Para penguasa sering lupa, tidaklah terlalu mudah
menancapkan kekuasaan dalam bentuk apa pun tanpa
perlawanan. Telah kusebutkan tentang susunan kekuasaan
yang terpusatkan di kotaraja sebetulnya
merupakan pembagian kekuasaan, antara penguasa rajya di istana dan
para rakryan di daerah watak atau pinggiran. Ini tidak berarti
bentuk yang sama berlangsung di desa atau wanua, karena
sebagai kesatuan kekuasaan dan kesejahteraan terkecil, tata
pemerintahan di desa jauh lebih berdaulat dan berkesetaraan.
Tidak ada seorang pun yang berkuasa mutlak di desa, kecuali
sekelompok dewan pemuka desa yang disebut rama atau
ramanta, yang sepenuhnya menjalankan kegiatannya dengan
pengandaian bahwa setiap orang itu setara dan sederajat.
Meskipun pemerintah kerajaan berakar pada kesatuan desa,
tetapi desa-desa tersebut tak tergantung pada pemerintah
kerajaan. Sekarang ini, kerajaan Mataram memiliki 28 negara
bawahan dengan empat orang menteri utama, keduapuluhdelapan negara bawahan inilah wilayah kerakaian
atau watak. Sebagai penguasa pusat raja dibantu oleh empat
menteri utama, sebagai penguasa wilayah sekitar ibukota
kerajaan. SEKARANG ini, kerajaan Mataram memiliki 28 negara
bawahan dengan empat orang menteri utama, kedua puluh
delapan negara bawahan inilah wilayah kerakaian atau watak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebagai penguasa pusat raja dibantu oleh empat menteri
utama, sebagai penguasa wilayah sekitar ibukota kerajaan.
Keempat menteri utama itu adalah mahamantri i hino,
mahamantri i halu, mahamantri i sirikan, dan mahamantri i
wka. Keempat pejabat tinggi kerajaan itu biasanya dijabat
oleh anak-anak raja atau kerabat raja. Adapun para rakai
adalah penguasa di daerah yang merupakan raja-raja
bawahan. Daerah watak yang dikuasai para rakai inilah yang
merupakan daerah pinggiran.
Mantyasih sebagai pusat pemerintahan yang menjadi
tempat tinggalku sekarang, terletak di bagian utara dari
Kamulan Bhumisambhara, lainnya adalah desa Kawikwan,
Panunggalan, Raja, dan Kapung sebagai daerah watak;
sementara Surusunda, Luitan, Gulung, Jati, Manghujung,
Ayamteas, Er Hangat, Sangut Mangli, Hasinan, Pabuharan,
dan Pasir. Terdapat 24 desa dalam lingkungan yang berkiblat
delapan dan setiap kiblatnya memuat tiga desa. Terdapat tiga
desa dari pusat, yang menjadi pusat adalah Mantyasih, secara
berturut-turut ke arah selatan menuju Kedu, Pamandayan,
lantas Tepusan.
Dalam susunan kekuasaan yang menghubungkan segenap
wilayah itu tentulah bermain segala kemungkinan permainan,
karena setiap kelompok dalam wilayah kekuasaan yang sama
tentu berusaha membebankan makna pandangan hidupnya.
Dalam perjuangan atas makna itulah berlangsung penggabungan ataupun perlawanan, yang betapapun harus
ditanggapi dan disalurkan, jika kelompok yang berkuasa
dengan segenap makna pandangan hidupnya ingin tetap
bertahan. Demikianlah wangsa Sanjaya yang pernah
tenggelam kini tampak bangkit lagi dengan segala dewa
Hindunya dari delapan penjuru angin, mendesak kembali
segenap gerakan kebuddhaan wangsa Syailendra yang
diturunkan dari atas. Balaputradewa, yang tidak sudi
menyaksikan bercokolnya Rakai Pikatan di pusat kekuasaan,
memeranginya dan kalah serta terusir untuk ditampung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedatuan Srivijaya yang menguasai lautan dan menjadi
penganut Mahayana.
Semua ini terjadi sebelum 856. Tentunya ketika aku masih
tenggelam dalam samadi di dalam gua. Benarkah sengketa itu
berakhir dengan kepergian Balaputradewa" Jika kemudian
adik bungsu Samaratungga ini menjadi seorang raja di
Srivijaya, bahkan membina hubungan baik dengan Raja
Dewapaladewa di Nalanda, Jambhudvipa, yang memenuhi
permintaannya atas tanah untuk kuil bagi para rahib Sriv ijaya,
mengapa pula ia tak berusaha mengganggu kekuasaan
Mataram dengan segala cara" Sriv ijaya dengan segenap


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jaringan pelayarannya sangat mungkin menyebarkan matamata yang mengemban berbagai tugas tak terduga. Jika
Balaputradewa takbisa menang dalam peperangan yang
mengerahkan pasukan, tidakkah ia bisa berperang dengan
berbagai cara lainnya" Meskipun adalah Rakai Kayuwangi yang
berkuasa kini, apakah jaminannya bahwa perseteruan antara
Srivijaya dan Mataram tak berlanjut sampai hari ini"
Aku tidak berani meneruskan lamunanku yang barangkali
saja mulai pikun ini. Diriku tidaklah harus menjadi begitu
penting, sehingga kerajaan-kerajaan dari dua wangsa terbesar
itu harus mengorbankan seorang tua sepertiku dalam
permainan kekuasaan mereka. Lebih baik aku mulai menulis
lagi, memperhatikan segala rincian dalam perjalanan hidupku
yang sudah berumur 101 tahun dan takkunjung mati ini,
karena aku percaya dari peristiwa kecil sangat mungkin
muncul jawaban-jawaban besar. Peristiwa-peristiwa kecil yang
tampaknya tidak berhubungan antara satu dengan lainnya,
jika dilihat dalam suatu jarak dan cara memandang tertentu,
barangkali akan memperlihatkan hubungan-hubungan yang
membentuk gambaran jelas. Tentu saja untuk itu segala
rincian tersebut harus ditulis dulu, sembari berusaha keras
mengingat apapun yang tampaknya tidak penting, dalam
usaha untuk menggambarkan segala sesuatu dengan seutuh
dan selengkap-lengkapnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kupegang lagi pengutik itu, dan menyiapkan lagi selembar
lontar yang masih kosong. Di pondok sebelah, agak jauh di
balik pohon sawo, terdengar tangis bayi. Akhirnya keluar juga
bayi itu, setelah sejak semalam mengalami kesulitan untuk
dilahirkan. Beberapa orang keluar masuk pondok tersebut
dengan panik sebelumnya, sebelum akhirnya seorang
perempuan dukun bayi datang menolong.
RUPANYA yang keluar masuk itu adalah para dukun lelaki,
yang tampaknya tidak mampu berbuat sesuatu terhadap
kelainan kandungan perempuan tetanggaku itu. Sebetulnya
aku sudah lama tahu bahwa bayi dalam perutnya itu
sungsang, yakni bukan kepalanya yang berada di bawah, siap
keluar dari rahim, melainkan kakinya. Dalam banyak kejadian,
bayi itu tidak dapat keluar dan ibunya meninggal. Saat
melihatnya aku menjadi gelisah, dan sudah semestinya harus
menolong perempuan itu, tetapi jika itu kulakukan maka
perhatian tetangga sekitar akan tertuju kepada diriku, dan
mengingat keadaanku sekarang aku justru harus menghindari
perhatian semacam itu. Aku tahu, jika kulakukan sesuatu
terhadap kandungan perempuan tersebut, dan berhasil, maka
para tetangga, bahkan penduduk di luar lingkungan ini, akan
datang berbondong-bondong
minta pertolongan, dan selesailah sudah kehidupanku sebagai seorang penulis.
Namun aku sudah lama menyelidiki keadaan di sekitarku,
dan tahu bahwa ada seorang perempuan dukun bayi yang
kemampuannya tinggi, tetapi selama ini tersamarkan oleh
banyaknya dukun bayi dari kaum lelaki. Aku teringat tabib
bapak-anak yang telah memberiku ramuan pelupa itu, yang
membuat aku terkadang ragu apa yang kuingat dan
kucatatkan selama ini memang peristiwa-peristiwa yang
memang kuingat, ataukah sekadar sisa ingatan di antara
banyak hal yang sudah terhapus dan tak mungkin kuingat.
Mereka adalah tabib terkenal, dan tabib, dukun bayi, serta
banyak penggenggam keterampilan serta kecendekiaan adalah
kaum lelaki. Maka keberadaan perempuan dukun bayi itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memang di luar kebiasaan, bagaikan suatu kelainan, tetapi
ada juga yang memanfaatkannya, terutama kaum paria,
karena ia tidak pernah meminta bayaran apapun jua.
Keberadaan perempuan dukun bayi itulah membuatku
tenang dan kejadiannya berlangsung seperti yang telah
kubayangkan. Sepanjang malam perempuan yang baru kali
pertama mengandung itu mengerang kesakitan, dalam usaha
setiap lelaki dukun bayi yang tidak pernah berhasil itu. Bahkan
kudengar betapa para lelaki dukun bayi itu berani berkata
bahwa perempuan itu barangkali pernah berbuat kesalahan
dan terkutuk. Tentu saja mereka sedang menutupi
kelemahannya sendiri. Dalam keadaan putus asa akhirnya
suami perempuan yang mengandung itu mendatangi pondok
perempuan dukun bayi yang telah dipandang sebelah mata,
karena yang datang meminta bantuannya hanyalah kaum
paria, yang terkadang melahirkan di tepi jalan begitu saja.
Memang kaum paria telah terbiasa tidak meminta bantuan
dalam segala perkara dari siapa pun jua, karena memang
tidak seorang pun boleh diharap akan sudi mendekat apalagi
menolongnya. Namun bahkan kaum paria pun bukanlah
perkecualian ketika ada kalanya mengalami kesulitan dalam
persalinan. Demikianlah lelaki muda dari kasta waisya yang
sehari-harinya berdagang di pasar itu akhirnya mendatangi
perempuan dukun bayi tersebut.
"Maafkan sahaya Puan telah mengganggu malam-malam,"
ujarnya merendahkan diri setengah menangis di depan
pondok itu, "mohon pertolongan bagi istri sahaya yang
malang. Semua dukun mengatakan istri sahaya terkutuk dan
karena itulah bayi kami menjadi sungsang. Namun sahaya
telah mengenal istri sahaya sejak lama, dan tahu tiada
kesalahan yang telah dibuatnya begitu rupa, sehingga layak
menerima kutukan tak tertolakkan. Tolonglah kami Puan..."
Kudengar suami muda itu bicara di luar rumah, ketika pintu
masih tertutup, seperti begitu yakin bahwa perempuan dukun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bayi itu tidak sedang tidur dan mendengar semua katakatanya. Namun kudengar pintu digeser, dan terdengar suara
seorang perempuan dengan kepercayaan diri yang matang.
"Sejak tadi daku dengar istrimu mengerang, kutahu bayi itu
sungsang dan percayalah itu bukan kutukan. Namun tak bisa
daku bebaskan bayi itu tanpa membedah perut ibunya, dan
daku taktahu cara menyatukan kembali perutnya itu tanpa
keajaiban."
Suami yang kebingungan itu tentu tertegun. Perempuan
dukun bayi itu berkata lagi.
"Ya, mungkin daku dapat menolong anakmu, tetapi tidak
dapat kujamin kehidupan seorang perempuan yang perutnya
dibedah." Terdengar lagi erangan perempuan yang mengandung bayi
sungsang di kejauhan.
"Tolonglah Puan! Sahaya mohon! Tolonglah!"
Suami itu telah menyerahkan segalanya ke tangan
perempuan dukun bayi tersebut, yang selama ini tiada pernah
terpikirkan akan ia minta pertolongannya, karena hanya kaum
paria tanpa kasta sajalah datang kepadanya tanpa pernah
memberikan imbalan.
TIADA pernah disadarinya, betapa justru dunia kaum paria
yang serbamiskin lagi hina dina itulah tempat segala persoalan
dalam persalinan mengasah keterampilan sang perempuan
yang hidup sendirian. Adapun perempuan yang hidup
sendirian, entah kenapa, selalu dicurigai sebagai tukang
tenung atau penyihir, yang dipesan untuk menyebarkan
teluh... Maka ketika akhirnya kudengar tangis bayi yang baru
dilahirkan pagi hari ini, aku tahu betapa suatu kehidupan telah
diselamatkan, tetapi tidak kuketahui apakah memang atas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kematian dari kehidupan lain. Kuletakkan pengutik di atas
lontar yang masih kosong dan berkelebat ke atas pohon sawo
di dekat pondok, tempat perempuan dukun bayi itu telah
membedah perut atau kandungan perempuan yang bayinya
sungsang tersebut. Suami istri itu hanya tinggal berdua di
dalam pondok itu. Kulihat perempuan dukun bayi tersebut
keluar membawa bayi yang masih merah ke tepi sungai diikuti
ayah bayi itu. Mereka tentu akan mencuci bayi itu.
Kutunggu sampai mereka hilang menuruni tebing. Lalu aku
Seruling Gading 12 Bu Kek Kang Sinkang Karya Kkabeh Manusia Harimau Jatuh Cinta 7

Cari Blog Ini