Pendekar Budiman Hwa I Eng-hiong Karya Kho Ping Hoo Bagian 10
Ibu dan pamannya hanya saling pandang dengan bingung dan nyonya Thio hanya bisa menangis dan mengeluh melihat kepergian puterinya. Akan tetapi ketika ia mendapatkan surat dari Hok Seng bukan main bingung dan menyesalnya. Tak disangkanya sama sekali bahwa mantunya yang kelihatan baik itu adalah pangeran Bangsa Kin!
Sementara itu, di dalam istana Kaisar Kin terjadi peristiwa lain lagi, Wan yen Kan ribut mulut dengan ayahnya.
"Kalau kau ingin mempunyai selir perempuan Han, tentu saja aku tidak keberatan. Kau boleh mencari beberapa belas atau beberapa puluh sesukamu. Akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membawa seorang perempuan Han ke sini untuk menjadi isteri tunggal" Tak mungkin!"
"Ayah, aku cinta kepadanya dan aku tidak mau menikah dengan wanita lain!" bantah Wan yen Kan.
"Bodoh! Karena sejak muda kau merantau dan bergaul dengan orang orang Han, watak mupun berobah seperti seorang petani Han! Bangsa Han sedang memberontak dan merongrong kita, apakah sekarang kau hendak
memasukkan seorang wanita Han sebagai mantuku di sini"
Tidak boleh!"
"Ayah, pemberontakan mereka itu terjadi karena tidak becusnya para pembesar kita sendiri mengurus pemerintah.
Mereka itu tidak lain merupakan orang orang jahat yang berselimutkan pangkat, korupsi besar besaran dan memeras rakyat jelata untuk kantong sendiri. Tidak dapat disalahkan kepada rakyat yang memberontak begitu saja, karena setiap pemberontakan tentu ada sebabnya dan selalu yang menjadi sebabnya adalah penindasan dan pemerasan. Siapa orangnya takkan memberontak kalau ditindas dan dicekik"
Dari pada menindas mereka yang memberontak untuk perbaikan nasib, lebih tepat kalau ayah bertindak keras terhadap para pembesar tukang makan dan mengganti mereka dengan orang orang yang benar benar jujur dan tepat."
"Apa katamu?" kaisar menggebrak meja. Kau membela kaum pemberontak" Sungguh gila, mana yang lebih gila dari pada ini" Dan kau adalah pangeran, puteraku, calon kaisar menggantiku! Terkutuk, agaknya kau telah kemasukan racun orang orang Han. Lebih baik kau mampus dalam tanganku !" Kaisar yang marah itu lalu mencabut pedangnya, akan tetapi permaisurinya atau ibu dari Wan yen Kan segera mencegah dan menghiburnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia masih terlalu muda, harap kau suka maafkan dia dan memberi kesempatan padanya," kata ibu Wan yen Kan.
"Bangsat besar!" kaisar memaki maki. "Pendeknya, tidak boleh dia membawa perempuan Han itu di sini sebagai isterinya. Kalau sebagai selir, masa bodoh."
"Dari pada menganggap isteriku sebagai selir, lebih baik aku pergi dan hidup sebagai seorang petani biasa," Wan yen Kan membantah, sedikitpun tidak takut.
"Bangsat tak tahu malu, kalau begitu baik, pergilah!"
Ayahnya menudingkan jarinya mengusir Wan yen Kan memeluk ibunya lalu berlari keluar. Hatinya sudah tetap. Ia lebih suka meninggalkan istana ayahnya, meninggalkan kesempatan menjadi pengganti ayah nya, dari pada harus merendahkan Ling In sebagai selirnya!
"Setelah keluar dari istana ayahnya, Wan yen Kan lalu membuang semua pakaian pangeran yang melekat di tubuhnya dan mengganti dengan pakaian biasa, pakaian seorang Han! Baiknya semua orang di kota raja sudar mengenalnya, dan sudah biasa melihat Pangeran Wan yen Kan berpakaian seperti itu. Mereka menganggap bahwa pangeran yang pandai dan tinggi kepandaiannya ini tentu akan bekerja sebagai mata mata, menyelidiki orang orang Han yang memberontak, maka berpakaian seperti itu.
Kalau saja semua orang tidak mengenal Wan yen Kan, tentu ia akan dikeroyok dan dibunuh, karena pada waktu itu, siapa yang tidak membenci orang Han yang telah menimbulkan pemberontakan di mana mana" Bahkan para hamba sahaya Bangsa Han yang berada di kota raja, menjadi manusia setengah binatang, banyak yang dibunuh oleh orang orang Kin untuk melampiaskan amarah mereka mendengar betapa orang orang Han memberontak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keputusan hati Wan yen Kan sudah tetap. Ia hendak pergi ke Biciu dan hidup sebagai suami isteri penuh bahagia dengan Ling In, isterinya. Bahkan ia hendak mengajak Ling In pindah jauh ke selatan agar jangan mendengar pula tentang keributan dan pemberontakan Bangsa Han terhadap Kerajaan Kin! Ia lalu melakukan perjalanan ke selatan dengan cepat, tak diperdulikannya keributan dan pertempuran pertempuran kecil yang selalu ia dengar dan lihat di sepanjang perjalanannya. Apabila ia ditahan oleh sepasukan Kin, ia memperlihatkan tanda pengenalnya dan menyatakan kepada komandan tentara bahwa dia bertugas menyelidiki ke selatan! Kalau bertemu dengan pasukan pemberontak, tak seorangpun mencurigainya, karena selain pakaian yang dipakainya seperti pakaian seorang Han aseli, juga Wan yen Kan pandai sekali berbahasa Han dengan lidah yang fasih.
Akan tetapi, dasar memang sudah nasibuya untuk menghadapi keributan. Pada suatu hari, ia mendengar dari komandan barisan Kin bahwa tak jauh di sebelah utara lembah Sungai Huai, terdapat sekelompok barisan pemberon tak yang dikepalai oleh orang orang Hoa san pai.
Mendengar ini tertariklah hati Wan yen Kan karena ia teringat bahwa Thio Ling In, isterinya tercinta, juga anak murid Hoa san pai, juga memperkenalkan nama saudara saudara seperguruan isterinya, yaitu yang bernama Lie Bu Tek, Gan Hok Seng, dan Liang Bi Lan.
Dengan hati girang dan besar Wan yen Kan lalu meninggalkan barisan Kin itu dan dengan tabah menuju ke tempat di mana pasukan pemberontak berada, ia ingin sekali bertemu dan berkenalan dengan saudara saudara seperguruan isterinya!
Ketika ia berjalan di daerah pemberontak itu, seorang penjaga menegurnya, "Eh, saudara! Di waktu tidak aman
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti ini, mengapa kau berjalan enak enak saja" Apakah kau tidak tahu bahwa barisan Kin yang ganas berada hanya beberapa li di sebelah utara?"
Wan yen Kan tersenyum. "Tentu saja siauwte tahu akan hal itu karena siauwtepun mengungsi dari utara. Siauwte mendengar bahwa pemimpin mu adalah orang orang gagah dari Hoa san pai, betulkah" Apakah ada yang bernama Gan Hok Seng dan Lie Bu Tek di sini" Siauwte kenal baik dengan nama mereka, maka kalau bisa, mohon bertemu dengan mereka."
Sikap penjaga itu berobah manis ketika mendengar ini.
"Ah, tidak tahunya siangkong adalah kawan kawan baik dari Gan piauwsu dan Lie taihiap. Mereka memang berada di sini, dan kalau kau ingin bertemu datanglah di lembah sebelah kiri itu, mereka biasanya berada di tempat itu. Aku tidak dapat mengantar, maaf, karena aku harus menjaga di sini."
Wan yen Kan menghaturkan terima kasih dan dengan girang ia lalu menuju ke tempat yang ditunjuk oleh penjaga itu. Ia bertemu dengan orang orang yang bersenjata tajam, sikap mereka gagah dan bersemangat sekali. Diam diam Wan yen Kan menarik napas panjang dan menyesalkan kesalahan tindakan dari pemerintahan ayahnya.
Tempat yang ditunjuk oleh penjaga tadi merupakan sebuah tempat terbuka di mana Gan Hok Seng dan Lie Bu Tek seringkali mengadakan perundingan dan
membicarakan siasat dengan kawan kawan lain. Pada saat itu, tempat itu sunyi saja dan ketika Wan yen Kan tiba di tempat itu, ia memandang ke kanan kiri dengan ragu ragu.
Mengapa tidak ada orang di sini, pikirnya.
Tiba tiba dari balik pohon muncul seorang pemuda yang gagah perkasa. Pemuda ini adalah Lie Bu Tek yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersikap hati hati dan waspada. Tidak seperti penjaga tadi, ia selalu bersikap hati hati dan curiga. Biarpun pemuda yang berdiri di situ terang adalah seorang Han, namun karena ia belum pernah melihatnya, maka timbul kecurigaan dalam hatinya.
"Siapa kau dan ada keperluan, apa datang di sini?"
bentaknya. Wan yen Kan menengok dan ia melihat seorang pemuda yang memandangnya tajam penuh selidik.
"Siauwte ingin bertemu dengan Lie Bu Tek dan Gan Hok Seng, anak murid Hoa san pai," jawabnya.
Makin besar curiga di hati Lie Bu Tek. "Ada keperluan apakah kau hendak bertemu dengan mereka" Siapakah kau?"
"Aku bernama Wan Kan, suami dari Biciu Lihiap Thio Ling In."
Pucat wajah Lie Bu Tek mendengar ini dan secepat kilat ia mencabut pedangnya.
"Bagus! Jadi kaukah Wan yen Kan, pangeran Kin yang terkutuk itu" Hari ini kau berhadapan dengan Lie Bu Tek jangan harap kau dapat hidup lagi!"
Wan yen Kan kaget bukan main. "Ah, jadi kau adalah Lie toako" Mengapa kau bersikap begini, Lie toako"
Bukankah isteriku Ling In adalah sumoimu sendiri"
Mengapa kau memusuhi aku?"
"Tutup mulut dan jangan menyebut nyebut nama Ling In di sini! Kau adalah Wan yen Kan, pangeran musuh yang sudah mempergunakan kekayaan, ketampanan, dan kedudukanmu untuk memikat hati sumoi. Oleh karena itu.
kau harus mampus!" Tanpa banyak cakap lagi Lie Bu Tek
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu menyerang dengan pedangnya menusuk dada pangeran itu sekuat tenaga.
Wan yen Kan merasa penasaran sekali. Tak pernah disangkanya suheng dari isterinya akan bersikap begini, juga ia terkejut sekali karena sedangkan isterinya sendiri belum tahu akan rahasianya, akan tetapi pemuda ini sudah tahu dia adalah Wan yen Kan, pangeran Kin. Ini berbahaya, pikirnya. Kalau para pemberontak tahu bahwa dia adalah pangeran Kin, tentu sukar baginya untuk meloloskan diri. Maka iapun cepat mengelak dan mencabut rantainya.
Lie Bu Tek mendesak terus dan menyerang bertubi tubi dengan sengit sekali. Inilah orang yang merebut Ling In dari padanya, orang yang mendatangkan kesengsaraan batin kepadanya. Ingin ia menembuskan pedangnya di dada pangeran ini. Akan tetapi ternyata Wanyen Kan amat lihai dan gerakannya amat cepat sehingga jangankan mengalahkannya, untuk menghadapi rantai itu saja Lie Bu Tek merasa sibuk sendiri. Kepandaian Wan yen Kan memang masih lebih tinggi setingkat dari pada kepandaiannya sendiri.
"Lie toako, sabar dan tenanglah. Biarpun aku benar pangeran Kin, akan tetapi aku tidak ikut mencampuri urusan pemerintahan, bahkan aku bersimpati terhadap perjuangan para pemberontak."
"Simpan kata katamu yang memikat. Aku tidak sudi mendengarnya!" kata Lie Bu Tek yang menyerang terus.
Pertempuran berjalan ramai sekali, namun Wan yen Kan hanya melayani Bu Tek dengan setengah hati. Ia mainkan rantai dengan tangan kirinya dan hanya mempergunakan ginkangnya yang tinggi untuk mengelak dari setiap serangan Lie Bu Tek yang sedang marah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertempuran itu menarik perhatian orang orang yang berada di situ dan sebentar saja datanglah para pejuang menonton pertempuran itu, termasuk Gan Hok Seng yang berlari lari mendatangi.
"Sute, ini dia si bangsat Wan yen Kan pangeran Kin itu!"
"Tangkap dia!" teriak Gan Hok Seng marah dan pemuda inipun lalu menyerbu sambil mainkan sepasang poan koan pitnya yang lihai.
Wan yen Kan menjadi makin gelisah ia memutar rantainya untuk menangkis serangan serangan itu dan ia harus mengerahkan seluruh tenaganya, karena kini yang mengeroyoknya adalah dua saudara Hoa san pai yang berilmu tinggi.
Berkali kali ia berseru dengan suara memohon.
"Mengapa jiwi tidak mau mendengarkan kata kataku" Aku Wan yen Kan biarpun Pangeran Kin, namun tidak memusuhi rakyat Han, dan jiwi adalah saudara saudara seperguruan isteriku, aku tidak suka bertanding melawan jiwi."
"Bangsat hina dina! Siapa sudi menjadi isterimu?" tiba tiba terdengar bentakan da seorang wanita muda menyerbu dengan pedangnya. Wanita ini bukan lain adalah Thio Ling In sendiri! Sebagaimana telah dituturkan di bagian depan, Ling In sedih bukan main menerima surat Gan Hok Seng, maka iapun lalu menyusul rombongan sutenya itu untuk membantu perjuangannya.
Kebetulan sekali ketika ia tiba di tempat itu, ia melihat Wan yen Kan atau suaminya tengah dikeroyok oleh Bu Tek dan Hok Seng. Melihat Wan yen Kan, kesedihan dan kemurkaannya memuncak, maka ia lalu menyerbu dan menusuk ulu hati suaminya dengan pedangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ling In...!" teriakan Wan yen Kan ini penuh dengan kesedihan dan putus asa. Ia tidak dapat mengelak serangan isterinya dan bahkan berdiri memandang dengan mata terbelalak. Ling In ketika melihat wajah suaminya, lemaslah tubuhnya dan pedangnya yang tadi menusuk ke arah dada, kini diangkatnya dan hanya melukai pundak Wan yen Kan.
"Ling in" kau juga sudah tahu "."
Kau mau membunuhku" Bunuhlah, isteriku " bunuhlah! Untuk apa hidup di dunia ini bagiku kalau kau sendiripun membenciku?"
Ling In tak dapat menahan lagi membanjirnya air matanya.
Suaminya berdiri dengan kepala menunduk dan pundak berdarah. Bagaimana ia bisa membunuh suaminya ini! Ia amat mencintanya!
"Bangsat, kau memang harus mampus!" teriak Lie Bu Tek dan pemuda ini menggerakkan pedang menusuk. Akan tetapi, tiba tiba Ling In menggerakkan pedangnya pula, menangkis suhengnya itu.
"Sumoi! Kau melindungi seorang pangeran musuh!"
bentak Bu Tek. "Sabar, suheng, betapapun juga dia suami dari Suci."
Hok Seng merasa kasihan kepada Ling In.
"Dia memang suamiku dan dia memang pangeran
musuh! Oleh karena itu tidak lain orang yang boleh membunuhnya. Aku sendiri yang berhak menamatkan hidupnya!"
"Bagus, Ling In, isteriku yang baik. Aku pun tidak rela mati di tangan orang lain. Kecuali kau yang menyerangku, siapapun juga takkan dapat membunuhku tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perlawanan mati matian dari padaku," kata Wan yen Kan sambil memandang kepada isterinya dengan pandangan mesra yang menjatuhkan hati Ling In.
"Wan yen Kan, kau sudah mengetahui dosa dosamu, dosa dosa pemerintahanmu terhadap bangsaku?" tanya Ling In kepada suaminya sambil menggigit bibir dan menahan air matanya. Pedangnya menggigil di tangan nya.
Wan yen Kan mengangguk. "Memang kuakui bahwa pemerintahan ayahku telah berlaku salah."
"Kalau begitu aku sebagai seorang berjiwa patriot, seorang anak murid Hoa san pai sejati, hari ini akan membunuh Pangetan Wan yen Kan, seorang pangeran Kin!" Kata Ling In sambil menahan air matanya.
"Dan suamimu." Wan yen Kan memperingatkannya.
"Bukan! Suamiku bernama Wan Kan ia seorang yang amat baik hati !" jawab Ling In sambil mengangkat pedangnya.
Terharulah hati Wan yen Kan mendengar ini. Tak terasa pula air matanya turun membanjir di atas kedua pipinya.
"Ling In" isteriku, kau seorang isteri baik, seorang pahlawan yang bijaksana" Wan Kan suami mu berterima kasih kepadamu. Nah, bunuhlah Wan yen Kan putera kaisar Kin!" Ia mengangkat dadanya. Ling In menusuk, akan tetapi karena tangan Ling In gemetar dan menggigil, tusukannya mencong dan tidak tepat menembusi dada, melainkan melukai dada sebelah kanan, membentur tulang iga dan menyeleweng ke pinggir sehingga hanya kulit dan daging dada Wan yen Kan yang terluka hebat. Namun cukup membuat pangeran itu terjungkal mandi darah.
"Wan Kan..." isak Ling In sambil meramkan matanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu, terdengar sorak sorai hebat dan beberapa orang pejuang terjungkal dengan punggung tertancap anak panah. Ternyata bahwa barisan Kin yang amat kuat datang menyerbu dengan tiba tiba ! Keadaan menjadi kacau balau, para pejuang melawan mati matian, namun jumlah barisan musuh lebih besar. Banyak sekali pejuang yang gugur dan setelah bertempur hebat setengah hari lamanya, akhirnya semua pemberontak dapat dibasmi. Bu Tek, Hok Seng dan Ling In terluka dan tertawan! Adapun Wan yen Kan yang tadinya jatuh pingsan, ditolong oleh komandan pasukan Kin dibawa bersama semua tawanan ke Cin an!
-oo0dw0oo- Sebelum kita mengikuti nasib tiga orang murid Hoa san pai yang tertawan oleh bala tentara Kin, marilah melihat keadaan Liang Bi Lan yang bersama Tan Seng, Liang Gi Cinjin, dan Liang Tek Sianseng. menuju ke Go bi san untuk memberi teguran kepada tokoh tokoh Go bi pai mengenai perbuatan Bu It Hosiang yang memusuhi mereka dengan menggunakan orang orang Kin.
Biarpun mereka berempat ini mempergunakan ilmu lari cepat yang sudah tinggi sekali, namun Go bi san bukanlah tempat yang dekat dan agaknya perjalanan itu akan makan waktu berpekan pekan kalau saja tidak kebetulan sekali mereka bertemu dengan ketua Go bi pai sendiri di tengah jalan! Kian Wi Taisu, hwesio ketua Go bi pai itu, sambil membawa tongkatnya yang panjang diikuti oleh murid muridnya sebanyak tujuh orang diantaranya terdapat Tiauw It Hosiang.
Ketika melihat rombongan hwesio dari Go bi pai ini, merahlah wajah Bi Lan dan guru gurunya. Mereka berdiri tegak di tengah jalan menanti datangnya rombongan hwesio itu. Kebetulan sekali pertemuan ini terjadi di luar sebuah dusun yang sunyi sehingga tidak terlihat oleh orang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siancai" kebetulan sekali!" kata Liang Gi Cinjin sambil memimpin tiga orang kawannya menjura kepada rombongan hwesio itu. Akan tetapi Bi Lan tidak mau ikut menjura karena hati gadis ini sudah marah sekali melihat rombongan orang orang yang dianggap musuhnya ini.
Kian Wi Taisu dan kawan kawannya ketika melihat tokoh tokoh Hoa san pai mencegat perjalanan mereka, mengerutkan kening dan menyangka tak baik. Memang, orang kalau sudah bermusuhan selalu menyangka buruk saja kepada lawan.
"Hm, kalau tidak salah lihat mata pinceng yang sudah lamur ini, pinceng berhadapan dengan tokoh tokoh besar dari Hoa san pai yang ternama! Liang Gi Cinjin sudah puluhan tahun kita tak bertemu dan pertemuan pinceng akhir akhir ini dengan sumoimu Liang Bi Suthai benar benar tak bisa disebut pertemuan yang menyenangkan.
Sekarang, kau dan kawan kawanmu menghadang
perjalanan pinceng, ada keperluan apakah gerangan?"
Mendengar ucapan ini tak senanglah hati Liang Gi Cinjin dan adik adiknya. Memang Kian Wi Taisu orang yang berhati keras dan ucapannya tadi tentu saja tak dapat dipergunakan sebagai dasar perdamaian. Terutama sekali bagi Bi Lan yang masih amat muda dan yang merasa sakit sekali atas kematian gurunya. Liang Bi Suthai. Mendengar ucapan itu, ia melangkah maju dan menudingkan telunjuknya yang runcing kecil itu ke arah muka Kian Wi Taisu.
"Hwesio tua, kau datang datang menyalahkan orang lain saja! Beberapa tahun yang lalu, muridmu si kepiting gundul itu mengacau di puncak Hoa san!" Ia menuding ke arah Tiauw It Hosiang yang memandang marah. "Kemudian muridmu Bu It Hosiang yang lebih jahat itu mendatangkan malapetaka kepada kami orang orang Hoa san pai! Kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak menghukum murid muridmu bahkan membela mereka. Cih! Apakah seorang hwesio tua yang sudah berani menjadi ketua Go bi pai masih belum dapat mengoreksi kesalahan sendiri dan menimpakan semua keburukan kepada orang ain?"
Berdiri sepasang alis hwesio tua itu ketika mendengar ucapan ini.
"Bagus! Memang tidak mudah mengakui kesalahan sendiri, termasuk kau bocah murid Hoa san pai yang sombong! Akan tetapi pinceng tidak ada waktu untuk melayani orang orang picik semacam kalian. Ada persoalan yang lebih penting. Minggirlah kalian, jangan mengganggu perjalanan kami!" Sambil berkata demikian, Kian Wi Taisu menggerakkan lengan bajunya yang panjang, dikebutkan ke arah Bi Lan dengan sikap seakan akan orang mengusir binatang yang mengganggu. Sambaran ujung lengan baju ini mendatangkan angin pukulan yang kuat sekali dan ketua Go bi pai itu merasa yakin bahwa sabetan ini tentu akan membikin kapok anak murid Hoa san pai yang kurang ajar ini. Akan tetapi bukan main terkejutnya ketika melihat gadis itu sama sekali tidak mengelak, bahkan berani menangkis dengan jari jari tangan disabetkan pula.
"Tahan tanganmu!" Kian Wi Taisu berseri kaget karena ia merasa khawatir kalau kalau jari jari tangan gadis muda itu akan patah patah tulangnya. Ia memang marah, akan tetapi ia masih belum begitu kejam untuk melukai gadis muda ini dengan hebat. Namun teriakannya tidak dipedulikan oleh Bi Lan dan pertemuan antara ujung lengan baju dan ujung jari tangan Bi Lan tak dapat dielakkan lagi
"Plak! Breet!!" Bi Lan merasa tangannya kesemutan dan terpental seperti tertotok oleh tenaga yang amat kuat akan tetapi sebaliknya air muka Kian Wi Taisu berubah ketika kakek ini melihat betapa ujung lengan bajunya telah robek!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurang ajar!" bentaknya dan tongkat di tangannya tergetar. "Bocah Hoa san pai, apa sih kehendakmu maka kau berani mengganggu pinceng?"
Bi Lan tersenyum, sikapnya tenang akan tetapi menantang sekali.
"Kian Wi Taisu, aku akan selalu menghormat orang orang tua, akan tetapi kalau dia benar. Kau tanya apa kehendakku atau kehendak kami orang orang Hoa san pai"
Kami menghendaki perdamaian, sama sekali kami bukan tukang tukang pukul yang suka mencari perkara. Akan tetapi, karena muridmu Bu It Hosiang amat jahat bersekongkol dengan pemerintah Kin dan menyerbu Hoa san pai sehingga guruku Liang Bi Suthai sampai tewas, kuharap kau segera menghukum muridmu itu!"
"Bohong! Tak mungkin muridku bersekongkol dengan pemerintah Kin!" bentak Kian Wi Taisu marah sekali,
"Hati hati kau dengan mulutmu, bocah lancang. Kami orang orang Go bi pai turun gunung hanya untuk membantu perjuangan rakyat, melawan pemerintah Kin, dan kau sekarang berani sekali menuduh murid Go bi pai bersekongkol dengan pemerintah Kin?"
Bi Lan tertawa, Tan Seng tersenyum sindir lalu berkata,
"Kian Wi Taisu, lebih baik buktikan dulu sebelum kau menyangkal. Untuk apakah kami berdusta?"
"Kalian selalu membusukkan nama kami. Siapa mau percaya" Minggirlah dan jangan mengganggu pinceng lebih lama lagi!" bentak Kian Wi Taisu makin marah.
Akan tetapi Bi Lan sudah mencabut pedangnya dan gadis ini menghadang di jalan sambil berkata, "Sebelum kau berjanji hendak menghukum Bu It Hosiang dan minta maaf kepada guru guruku, jangan harap akan dapat lewat!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Muka Kian Wi Taisu yang sudah keriputan itu sebentar merah sebentar pucat saking marahnya. Untuk sejenak ia tidak dapat berkata apa apa, kemudian ia membentak.
"Kalau begitu, kalian mencari binasa!" Tongkatnya yang besar dan panjang itu bergerak cepat sekali menghantam ke depan, akan tetapi karena ia tidak tega untuk membunuh orang begitu saja, pukulannya ini bukan diarahkan kepada Bi Lan, melainkan diarahkan kepada sebuah batu besar yang berada di dekat Bi Lan. Terdengar suara keras dan batu itu pecah menjadi dua, debu mengebul dan tanah, yang diinjak oleh Bi Lan tergetar!
Dengan demonstrasi ini Kian Wi Taisu hendak memberi peringatan kepada orang orang Hoa san pai agar menjadi jerih dan tidak mengganggunya lagi. Akan tetapi Bi Lan tersenyum mengejek dan berkata memanaskan hati,
"Siapa sih yang takut menghadapi tongkat!"
Kini Kian Wi Taisu tak dapat menahan marahnya dan ia lalu memutar tongkatnya, mendorong ke arah dada Bi Lan.
Gadis ini telah waspada dan sekali menggerakkan tubuhnya yang ringan, serangan ini dapat digagalkan. Sebelum Kian Wi Taisu menarik kembali tongkatnya, Bi Lan sudah mendahuluinya, membalas dengan tusukan pedangnya.
Gerakannya tidak kalah kuat dan cepatnya sehingga diam diam ketua Go bi pai terkejut sekali. Agaknya tak mungkin anak murid Hoa san pai memiliki kecepatan seperti itu. Ia lalu menangkis dengan pengerahan tenaga sekuatnya namun ternyata pedang di tangan gadis itu tidak dapat dibikin terlepas, bahkan dalam beradu senjata ini, Bi Lan nampaknya enak saja mainkan pedangnya terus
diluncurkan menusuk kembali ke arah tenggorokannya!
Tahulah kini Kian Wi Taisu bahwa gadis ini memiliki kepandaian yang lebih tinggi dari pada tokoh tokoh Hoa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
san pai. Ia pernah menyaksikan kepandaian Liang Bi Suthai, maka tanpa ragu ragu lagi ia lalu mengeluarkan ilmu tongkatnya yang hebat, menyerang bagaikan taufan mengamuk. Bi Lan mengimbanginya dan gadis ini lalu mainkan Ilmu Pedang Thian te Kiam hoat yang ia pelajari dari Thian Te Siang mo.
Menghadapi permainan pedang ini, Kian Wi Taisu tercencang. Ia sudah pernah menyaksikan ilmu pedang Hoa san pai yang gerakannya seperti kembang teratai dan sinarnya bundar dan cepat sekali gerakannya serta kuat dalam daya bertahan. Akan tetapi ilmu pedang gadis ini gerakannya seperti kilat menyambar nyambar, dari atas dan bawah, sukar sekali ditahan! Ia terkejut sekali dan setelah mengerahkan kepandaian sampai belasan jurus, ia menjadi makin kaget karena gerakan pedang ini mengingatkan ia akan ilmu pedang yang pernah ia lihat dimainkan oleh Te Lo mo, orang ke dua dari Thian Te Siang mo yang lihai.
"Tahan dulu!" bentaknya sambil meloncat mundur.
"Hm, ada apa Kian Wi Taisu" Apakah kau jerih menghadapi pedangku?"
"Bocah sombong! Kau mainkan ilmu pedang apakah"
Bukan Hoa san Kiam hoat yang kau mainkan, dan kalau tidak salah kau mainkan ilmu pedang dari iblis tua Te Lo mo! Ada hubungan apakah kau dengan Thian Te Siang mo?"
Bi Lan tersenyum mengejek. "Thian Te Siang mo adalah guru guruku, akan tetapi pada saat ini aku adalah anak murid Hoa san pai yang membela nama baik Hoa san pai!"
"Bagus, tidak tahunya Hoa san pai sudah berhubungan pula dengan orang orang jahat seperti Thian Te Siang mo!
Kini pinceng tidak ragu ragu lagi untuk membasmi kalian!"
Kembali Kian Wi Taisu menyerang Bi Lan dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tongkatnya dan mereka bertempur lagi makin hebat dan seru.
Karena maklum akan kelihaian Kian Wi Taisu, Tan Seng tidak tega melihat cucu angkatnya melayani hwesio ini seorang diri, maka ia lalu menyerbu dan membantu cucunya ini sambil mainkan sepasang lengan bajunya yang lihai.
Adapun para murid Kian Wi Taisu yang dikepalai oleh Tiauw It Hosiang ketika melihat guru mereka dikeroyok dua lalu berseru keras dan menyerbu, disambut oleh Liang Gi Cinjin dan Liang Tek Sianseng, Liang Gi Cinjin, seperti Tan Seng, mainkan sepasang lengan bajunya, adapun Liang Tek Sianseng telah mengeluarkan sepasang poan koan pit, senjatanya yang berupa alat tulis sederhana namun yang amat lihai itu. Karena tingkat kepandaian adik adik seperguruan Tiauw It Hosiang tidak begitu tinggi, maka pertempuran ini berlangsung ramai sekali. Yang paling seru adalah pertempuran antara Kian Wi Taisu yang dikeroyok oleh Bi Lan dan Tan Seng. Biarpun ilmu silat yang dimiliki oleh Bi Lan pada waktu itu sudah amat tinggi dan jauh lebih tinggi dari kepandaian Tan Seng sendiri, namun menghadapi Kian Wi Taisu gadis ini masih belum mampu mendesaknya, sungguhpun bagi Kian Wi Taisu juga bukan merupakan pekerjaan ringan untuk memecahkan sinar pedang sadis itu yang benar benar lihai ilmu pedangnya.
Adapun Tan Seng, biarpun membantu sekuat tenaga, namun ia tidak banyak berdaya, bahkan ia harus selalu menghindarkan diri dari sambaran tongkat Kian Wi Taisu yang amat berbahaya itu.
Pada saat pertempuran sedang berjalan seru serunya, tiba tiba berkelebat bayangan orang yang segera berseru keras,
"Cuwi sekalian, harap menghentikan pertempuran yang tidak ada artinya dan merugikan ini!" Seruan ini amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyaring sehingga berpengaruh sekali dan otomatis mereka yang bertempur meloncat mundur dan memandang.
Diantara semua orang yang berada di situ hanya Bi Lan yang mengenal baik pemuda yang baru datang ini. Pemuda ini bukan lain adalah Ciang Le yang datang sambil mengempit tubuh seorang hwesio dan ketika semua orang memperhatikan, ternyata bahwa hwesio itu adalah Bu It Hosiang!
Sebelum semua orang sempat bertanya, Kian Wi Taisu tentu saja menjadi marah sekali dan salah duga. Ia menduga bahwa pemuda ini tentulah kawan dari orang orang Hoa san pai buktinya datang datang membawa tubuh muridnya yang agaknya berada dalam keadaan tertotok dan tidak berdaya. Maka sambil berseru marah, ia mengayun tongkatnya mengemplang kepala Ciang Le sekuat tenaga!
Semua orang terkejut, terutama sekali Bi Lan karena gadis ini yang sudah tahu akan kelihaian tongkat itu, melihat betapa serangan itu benar benar berbahaya sekali dan ia berada di tempat agak jauh, tak berdaya menolong pemuda itu. Lebih lebih kagetnya ketika ia melihat Ciang Le mengangkat tangan kirinya menangkis tongkat tanpa melepaskan kempitan tangan kanannya pada tubuh hwesio Go bi pai yang dibawanya tadi.
Akan tetapi, tangan pemuda itu sama sekali tidak menjadi remuk terkena kemplangan tongkat hebat tadi, karena ternyata bahwa Ciang Le sama sekali tidak hendak menangkis, melainkan menerima tongkat itu dengan telapak tangannya. Kian Wi Taisu merasa betapa tongkatnya bertemu dengan sesuatu yang lunak dan secara aneh sekali tenaga kemplangannya tadi lenyap dan kini tongkat itu terpegang oleh Ciang Le! Kian Wi Taisu marah membetot tongkatnya, namun tak dapat terlepas dari pegangan anak muda yang berbaju kembang ini!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kian Wi Taisu, sabar dan tenanglah. Siauwte datang sama sekali bukan membawa maksud buruk." Sambil berkata demikian, pemuda ini melepaskan tongkat yang dipegangnya, lalu ia melepaskan tubuh Bu It Hosiang dari pengaruh tiam hoat (ilmu totok).
Bu It Hosiang buru buru menghampiri Kian Wi Taisu dan menjatuhkan diri berlutut dengan muka merah dan wajah gelisah sekali. Pemuda baju kembang itu lalu berpaling kepada tokoh tokoh Hoa san pai, mengerling ke arah Bi Lan sambil tersenyum, kemudian berkata, "Siauwte maklum mengapa cuwi datang dan bertempur melawan Kian Wi Taisu, karena siauwte telah mendengar semua dari Bu It Hosiang ini. Akan tetapi, agaknya dugaan cuwi terlampau jauh. Betapapun bodoh dan tidak baik perbuatan yang telah dilakukan oleh Bu It Hosiang, namun dia bukanlah seorang pengkhianat bangsa. Dia tidak sengaja hendak membantu orang orang Kin, semata mata karena merasa sakit hati dan hendak membalas dendam kepada cuwi dari Hoa san pai. Betapapun bodohnya, ia bukan seorang pengkhianat dan karenanya, siauwte berpendapat bahwa pertikaian antara Hoa san pai dan Go bi pai tak perlu dilanjutkan secara berlarut larut."
Tokoh tokoh Hoa san pai mendengar ucapan ini mengerutkan kening. Bagaimana mereka dapat
menghabiskan permusuhan itu begitu saja kalau Kian Wi Taisu bersikap seperti tadi dan Liang Bi Suthai sudah menjadi korban" Hanya Tan Seng yang memandang kepada pemuda itu bagaikan telah berobah menjadi patung batu, mulut ternganga mata terbelalak, tak kuasa mengeluarkan suara sedikitpun. Hatinya bimbang ragu dan dadanya berombak, menahan detak jantungnya yang berdebar debar.
Akan tetapi pemuda itu tidak menanti jawaban mereka, ia telah berpaling kepada Kian Wi Taisu dan berkata, "Kian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wi Taisu, terus terang saja siauwte nyatakan bahwa dalam hal keributan kali ini, fihakmu yang salah. Kesalahan ini ditimbulkan oleh Bu It Hosiang yang secara pengecut tidak berani membalas dendam sendiri terhadap Hoa san pai sebaliknya membawa bawa orang Kin sehingga ia kelihatan seperti seorang yang telah bersekongkol dengan pemerintah Kin. Oleh karenanya, kalau kau suka minta maaf kepada fihak Hoa san pai serta suka menghukum muridmu Bu It Hosiang, kiraku persoalan ini dapat dibikin beres sampai di sini saja."
"Enak saja kau bicara!" tiba tiba Bi Lan membentak pemuda itu. "Kali ini kau salah besar, kawan! Guruku Liang Bi Suthai telah tewas gara gara perbuatan Bu It Hosiang yang pengecut ini, dan kami sengaja mencari Kian Wi Taisu untuk menegurnya, akan tetapi kami bahkan disambut dengan tongkatnya! Bagaimana kami orang orang Hoa san pai mudah saja dihina oleh orang orang Go bi pai?"
Adapun Kian Wi Taisu yang mendengar tentang sepak terjang muridnya, menjadi pucat mukanya. Ia membentak Bu It Hosiang, "Bangsat rendah! Coba katakan, betulkah bahwa kau telah membawa orang orang Kin untuk menyerbu Hoa san pai seperti yang diceritakan oleh anak muda ini."
Dengan suara gemetar Bu It Hosiang berkata, "Betul, suhu dan teeeu mohon maaf sebanyaknya."
Kian Wi Taisu tidak berkata apa apa, akan tetapi tiba tiba kakinya menendang sehingga tubuh Bu It Hosiang yang berlutut di depannya itu mencelat sampai jauh dan menggelinding bergulingan. Kian Wi Taisu masih belum puas. Sekali melompat ia telah berada di dekat muridnya ini dan ia mengangkat tongkatnya, dipukulkan ke arah kepala Bu It Hosiang!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, tiba tiba tongkatnya itu berhenti gerakannya karena tertahan oleh tangan dari belakangnya. Ia merasa heran sekali akan kekuatan tangan yang menahan tongkatnya itu dan ketika ia menengok ke belakang, ternyata bahwa yang menahannya itu adalah pemuda baju kembang tadi!
"Kian Wi Taisu, kiranya tak perlu menurutkan nafsu amarah! Memang muridmu telah bersalah, akan tetapi kesalahannya itu sebenarnya tidak besar. Sudah lajimnya kalau diantara orang kang ouw balas membalas sakit hati karena kekalahannya. Kesalahannya karena ia minta bantuan orang orang Kin dan ini dilakukan di luar kesadarannya, ia amat bodoh sehingga tidak tahu bahwa orang orang Kin adalah penindas rakyat yang tidak boleh didekati. Aku sendiri sudah banyak memberi ingat kepadanya dan kalau kiranya siauwte tidak melihat bahwa dia masih bisa diperbaiki, untuk apa siauwte jauh jauh membawanya ke sini" Ampunkanlah dia, taisu, dan habiskanlah permusuhanmu dengan Hoa san pai!"
"Eh, anak muda. Kau siapakah maka begitu berlaku lancang dan bermulut besar memberi nasihat kepada pinceng" Kau murid siapa dan datang dari partai mana?"
tanya Kian Wi Taisu yang merasa lebih heran dari pada marah kepada pemuda aneh ini.
"Siapa adanya siauwte kiranya tak perlu dipersoalkan.
Siauwte orang biasa saja."
"Dia murid Thian Te Siang mo, masih pernah suhengku juga, suhengku yang murtad!" tiba tiba Bi Lan berkata mengejek.
"Tak mungkin murid Thian Te Siang mo!" kata Kian Wi Taisu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciang Le tersenyum. "Sudah kukatakan tadi, siapa adanya aku, tak ada harganya untuk dibicarakan. Sekarang yang penting membicarakan tentang pertikaian antara dua fihak." Ia memandang tajam kepada Bi Lan.
"Sumoi" atau kalau kau lebih suka ku sebut nona"
Nona, harap kau bersabar dan tidak menurutkan nafsu hati seperti ketua Go bi pai. Juga cuwi sekalian, harap sudi mendengarkan kata kataku. Cuwi sekalian mengerti bahwa pada waktu ini, rakyat kita di utara sedang dalam penindasan pemerintah Kin dan sedang memberontak memperjuangkan perbaikan nasib. Sudah menjadi tugas kewajiban orang orang gagah di dunia untuk membela dan membantu perjuangan mereka itu. Akan tetapi, apakah yang dilakukan oleh orang orang gagah Hoa san pai dan Go bi pai" Saling gigit dan saling cakar! Cuwi sekalian, perjuangan rakyat menghadapi penjajahan dan penindas termasuk dalam sejarah yang takkan lenyap selama dunia berkembang! Sukakah cu wi sekalian kalau kelak tercatat dalam sejarah bahwa Go bi pai dan Hoa san pai yang besar itu di waktu rakyat berjuang tidak membantu bahkan menimbulkan kekacauan dengan saling bertempur sendiri?"
"Kita bukan orang macam itu!" seru Bi Lan membantah keras "Ketahuilah, he, orang sombong, bahwa kami juga membantu perjuangau para patriot! Bahkan saudara saudara seperguruanku masih berjuang bahu membahu dengan rakyat pada saat ini dan kamipun menunda bantuan kami hanya untuk menghajar adat kepada orang orang Go bi pai!"
"Pinceng juga turun gunung bersama murid murid untuk membantu perjuangan rakyat!" Kian Wi Taisu membantah keras.
Ciang Le tersenyum. "Bagus sekali kalau begitu, akan tetapi mengapa perjuangan suci dikotori oleh keributan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saling menyerang sendiri karena urusan tetek bengek"
Tanah air membutuhkan tenaga kita, mengapa tenaga kita bahkan saling bertumbuk dan melemahkan kedudukan sendiri" Bukankah ada peribahasa yang menyatakan bahwa bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh" Oleh karena itu, dari pada tenaga kita dipergunakan untuk saling gempur, bukankah lebih baik dipersatukan untuk menggempur musuh?"
Terpukul hati semua orang mendengar omongan ini.
Kian Wi Taisu mengangguk anggukkan kepalanya dan memandang kagum.
"Kau benar sekali, anak muda."
"Memang begitulah seharusnya," kata pula Liang Gi Cinjin, "kalau saja Kian Wi Taisu mau mengakui kesalahan muridnya, kamipun tak ingin membikin panjang urusan ini."
"Bagus!" kata Ciang Le girang. "Memang, kesalahan seorang anggauta Go bi pai saja tidak seharusnya membakar seluruh partai yang akan membikin kedua partai selamanya turun temurun bermusuhan."
Kian Wi Taisu lalu berpaling kepada Bu It Hosiang.
"Manusia sesat! Mulai sekarang, kau kuturunkan kedudukanmu menjadi penjaga pintu dan tukang membersihkan halaman kelenteng, selama lima tahun! Dan awas sekali lagi kau menyeleweng, aku takkan mengampunkan nyawamu lagi."
"Teecu menerima salah," kata Bu It Hosiang.
"Nah, pulanglah ke Go bi san dan jagalah kelenteng di sana, pinceng dan yang lain lain hendak membantu perjuangan rakyat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau boleh, teecu mohon ikut untuk membantu dan menebus dosa," kata Bu It Hosiang.
"Tidak bisa, kau akan mengotori perjuangan," kata Kian Wi Taisu dengan kukuh dan keras. Dengan hati hancur dan malu sekali, Bu It Hosiang lalu berlutut dan pergi dari situ tanpa menoleh lagi, menuju ke Go bi san.
Kemudian Kian Wi Taisu lalu memandangi kepada Ciang Le dengan tajam.
"Anak muda, sebelum kita berpisah, ingin pinceng mengetahui namamu untuk diingat ingat, karena jarang sekali bertemu dengan seorang muda seperti kau."
"Siauwte bernama Go Ciang Le..." kata pemuda itu sambil menjura dengan hormat.
"Terima kasih, selamat berpisah, cuwi sekalian," kata pendeta tua itu sambil menyeret tongkatnya dan pergi dari situ, diikuti oleh semua muridnya.
Adapun Tan Seng yang semenjak tadi berdiri seperti patung dan penuh dugaan dalam hatinya melihat bahwa pakaian berkembang yang dipakai oleh Ciang Le adalah pakaian dari mantunya, yakni Go Sik An, ketika mendengar pemuda itu mengakui namanya kepada Kian Wi Taisu, seketika menjadi pucat dan tubuhnya menggigil.
Akan tetapi ia masih dapat mempertahankan diri. Setelah rombongan Go bi pai pergi, barulah ia berlari maju menghampiri Ciang Le.
"Kau " Ciang Le?"?" Kakek ini memandang dan
kedua tangannya dibentangkan, mukanya yang keriputan ini basah oleh air matanya yang mengalir turun.
Tentu saja Ciang Le yang tidak mengenalnya,
memandang bingung, pemuda ini dahulu hanya diberitahu oleh Thian Te Siang mo bahwa dia adalah putera dari Go
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik An yang tewas bersama isterinya oleh Bangsa Kin.
Thian Te Siang mo sama sekali tidak pernah menceritakan tentang Tan Seng atau orang orang lain. Maka tentu saja ia tidak kenal kepada kakek ini dan melihat sikap kakek ini, Ciang Le menjadi bingung sekali.
"Ada apakah lo enghiong ...." tanyanya, karena sepanjang pengetahuannya, Tan Seng hanyalah seorang diantara tokoh tokoh Hoa san pai.
"Ciang Le" cucuku..." Hanya demikian saja Tan Seng dapat berkata dan ia segera merangkul pemuda itu. Ciang Le mendengar semua ini menjadi makin terheran dan ia memandang ke arah tokoh tokoh Hoa san pai yang lainnya, yaitu Liang Gi Cinjin dan Liang Tek Sianseng, yang hanya berdiri sambil menundukkan muka, nampaknya terharu sekali. Ketika Ciang Le melirik ke arah Bi Lan, bukan main kagetnya karena gadis itu memandangnya dan matanya bercucuran air mata!
Ketika Ciang Le menatap wajah gadis itu dengan alis terangkat, penuh pertanyaan, Liang Bi Lan berkata diantara isaknya, "Dia adalah kong kongmu, ayah dari mendiang ibumu..."
Bukan main girang dan terharunya hati Ciang Le sungguhpun ia masih bingung karena kenyataan yang tiba tiba ini. Ia lalu melepaskan pelukan Tan Seng dan menjatuhkan diri berlutut.
"Kong kong..." katanya perlahan.
Tan Seng dapat menguasai hatinya dan ia mengangkat bangun pemuda itu dan memandanginya ke seluruh tubuhnya dengan hati besar dan girang sekali.
"Ciang Le, kau tentu bingung menghadapi semua ini kalau tidak melihat baju ayah mu yang kaupakai ini......
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baju kematiannya ........ akupun mungkin tidak percaya bahwa cucuku telah menjadi seorang pemuda yang gagah seperti engkau ini ....." kata Tan Seng dan kakek ini lalu menceritakan betapa dahulu ketika ibu Ciang Le bersama dia dan ayah Bi Lan berusaha memampas jenasah Go Sik An yang digantung. Ciang Le yang masih orok itu ditinggalkan dan kemudian lenyap diculik oleh Thian te Siang mo!
Terharu sekali hati Ciang Le mendengar ini, terutama sekali mendengar betapa ayah Bi Lan juga tewas karena berkorban membela ayah bundanya. Ia mengerling ke arah Bi Lan yang masih merah matanya karena terharu, dan menangis itu, lalu berkata perlahan, "Adik Bi Lan, mendiang ayahmu besar sekali jasanya dan aku patut menghaturkan terima kasihku kepadamu." Pemuda ini lalu berlutut di depan Bi Lan! Tentu saja gadis itu menjadi gugup sekali dan cepat cepat ia lalu menyingkir, tidak mau menerima penghormatan sebesar itu.
"Tidak, tidak! Ciang Le jangan kau menghaturkan terima kasih kepadaku. Kalau tidak ada" kong kong, eh"
kong kong mu ini" yang merawatku semenjak kecil, entah apa jadinya dengan diriku..."
Tan Seng berkata, "Bangunlah, Ciang Le, tidak perlu banyak sungkan terhadap orang sendiri. Bi Lan telah kuaku menjadi cucuku sendiri dan.
" memang ia patut menjadi
cucuku yang baik!"
Pada saat itu, Liang Gi Cinjin mendapat pikiran baik sekali. Ia melangkah maju mendekati Tan Seng dan berbisik sebentar di telinga sutenya ini. Tan Seng mendengarkan dan seketika mukanya berseri dan mulutnya tersenyum biarpun pipinya masih basah oleh air mata tangisnya tadi!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, terima kasih, suheng, memang pikiran itu sudah ada dalam pikiranku semenjak aku mendapat harapan bahwa Ciang Le masih hidup!" Ia lalu menengok kepada Ciang Le dan Bi Lan yang memandang kepada orang orang tua itu dengan penuh dugaan.
"Ciang Le, dan kau Bi Lan. Pertemuan ini sudah dikehendaki oleh Thian dan inilah saatnya pula aku orang tua menyampaikan hasrat hatiku yang disokong pula oleh suhengku. Kalian berdua adalah anak anak yatim piatu dan orang tuamu hanyalah aku seorang. Oleh karena itu, sekarang juga kunyatakan bahwa kalian akan menjadi suami isteri, atau tegasnya aku menjodohkan kalian satu kepada yang lain!"
Liang Gi Cinjin dan Liang Tek Sianseng tersenyum mendengar omongan ini, akan tetapi akibatnya membuat dua orang muda itu menjadi merah mukanya sampai ke telinga.
Akan tetapi, sungguh mengherankan semua orang ketika tiba tiba Bi Lan menangis dan di dalam tangisnya itu ia berkata, "Tidak ...! Tidak"! Tak mungkin....!"
Setelah berkata demikian, gadis ini lalu meloncat pergi dan berlari cepat sekali meninggalkan tempat itu. Sebentar saja ia telah menghilang ke arah timur.
Sebelum tiga orang tokoh Hoa san pai itu dapat berkata kata, Ciang Le mendahului mereka.
"Kong kong, bagaimana aku bisa bicara tentang perjodohan dalam masa seperti ini" Kematian ayah bunda belum terbalas, tentara penjajah belum terusir, perjuangan bangsa belum selesai, bagaimana bicara tentang jodoh" Aku tidak mau menikah sebelum selesai tugas itu" Maaf dan selamat tinggal!" Pemuda inipun meloncat dan sekejap saja lenyap pula menyusul Bi Lan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Seng dan dua orang suhengnya menarik napas panjang. Terdengar Liang Gi Tojin berkata, "Begitulah orang orang muda. Penuh semangat dan berdarah panas!
Tidak apa, sute. Jangan gelisah, urusan ini dapat dilanjutkan kelak. Lebih baik kita sekarang menyusul murid murid kita, karena Bi Lan tentu juga menyusul Hok Seng dan Bu Tek untuk membantu mereka. Adapun tentang pemuda cucumu itu. Tan sute, tak usah dikawatirkan.
Kulihat ilmu kepandaiannya bahkan lebih tinggi dari Bi Lan. Tentu kelak kita akan dapat bertemu dengan dia kembali !"
Tan Seng menghela napas dan ia tak dapat berbuat sesuatu kecuali menurut kehendak suhengnya.
Demikianlah, tiga orang tokoh Hoa san pai inipun lalu turun dari tempat itu, pergi ke medan perjuangan membantu para patriot yang sedang berjuang mengusir penjajah Kin yang memeras rakyat jelata.
Bi Lan berlari cepat sekali, bagaikan seekor rusa betina muda yang berlari lari lincah melawan tiupan angin.
Tubuhnya meluncur cepat sehingga seandainya ada orang dusun atau petani melihatnya, tentu orang ini hanya melihat berkelebatnya bayangan saja. Ia mempergunakan ilmu lari cepat Liok te Hui teng (Terbang di Atas Bumi) yang ia pelajari dari Thian Te Siang mo. Guru gurunya sendiri, tokoh tokoh Hoa san pai, agaknya takkan dapat mengimbangi kecepatan larinya ini.
Setelah berlari setengah hari lamanya tanpa mengurangi kecepatan dan merasa bahwa kini ia telah berada jauh sekali dari guru gurunya dan dari pemuda baju kembang itu, Bi Lan lalu duduk di atas rumput, di tempat yang teduh di pinggir hutan, untuk beristirahat. Lelah juga rasanya setelah berlari larian setengah hari lamanya itu dan bukan main
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar Budiman Hwa I Eng-hiong Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
segar dan enaknya ditiup angin hutan yang sejuk. Bi Lan mengeluarkan saputangannya dan menghapus butir butiran peluh yang membasahi jidat dan lehernya. Pipinya kemerah merahan dan matanya berseri, tidak hanya karena habis berlari cepat, akan tetapi terutama sekali karena teringat akan kata kata Tan Seng tentang perjodohan itu. Tiap kali ia teringat akan ucapan kakek angkatnya, pipinya menjadi merah lagi dan hatinya berdebar tidak karuan. Ia tidak tahu bagaimana perasaan hatinya pada waktu itu, ada girang, ada marah, malu, penasaran, juga bingung dan gugup, amat gugup sehingga kalau teringat, berkali kali ia menghapus jidatnya yang sudah kering tak berpeluh itu dengan saputangannya.
Ia akui bahwa Ciang Le amat tampan dan gagah, lebih tampan dan gagah dari pada suhengnya Lie Bu Tek dan Gan Hok Seng, dan sikapnya lemah lembut, halus dan sopan pula. Ia tahu bahwa kepadaian Ciang Le dalam ilmu silat cukup tinggi, barang kali tidak kalah olehnya sendiri, walaupun tidak setinggi kepandaian orang yang telah menolongnya dan menolong guru gurunya keluar dari tahanan ! Tentu saja gadis ini juga para tokoh Hoa san pai, tidak pernah mengira bahwa orang yang berkepandaian tinggi dan yang menolong mereka itu bukan lain adalah Ciang Le sendiri, karena pemuda itu memang tidak membicarakan hal itu.
Akan tetapi, sungguhpun Ciang Le cukup tampan, gagah, dan pandai, bagaimana ia bisa menjadi isterinya" Ia telah berjanji kepada guru gurunya, Thian Te Siang mo, untuk memberi "hajaran" kepada Go Ciang Le, murid Thian Te Siang mo yang dianggap murtad dan khianat itu!
Bagaimanakah pertanggungan jawabnya terhadap dua orang gurunya itu kalau kelak mereka ketahui bahwa ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan ia bukan memberi "hajaran", bahkan menjadi isteri dari Ciang Le"
Pikiran ini membuatnya pening dan siliran angin yang sejuk membuat ia mengantuk sekali dan sebentar kemudian, tanpa terasa lagi Liang Bi Lan telah tertidur pulas di atas rumput itu, bersandarkan batang pohon!
Bi Lan memang cantik sekali, apalagi bersandar pada pohon dalam keadaan tertidur, di tempat yang sunyi dan indah. Ia benar benar seperti seorang bidadari yang tertinggal oleh kawan kawannya yang telah terbang kembali ke sorga setelah turun dan bermain main di hutan.
Wajahnya yang manis dan berkulit putih itu nampak nyata dengan kulit batang pohon yang hitam kecoklatan di belakangnya. Tubuhnys yang ramping dan penuh sempurna bentuknya nampak indah sekali bersandar pada batang pohon yang lembam dan kasar. Rambutnya yang digelung ke atas, agak terlepas dan segumpal rambut tertiup angin melambai lambai menyapu jidat dan pipinya. Entah berapa lama ia tertidur, Bi Lan tak dapat ingat lagi. Ia sadar ketika mendengar suara orang dan ketika ia membuka matanya, ia melihat seorang laki laki tinggi besar seperti raksasa yang berwajah menakutkan, tengah berdiri bertolak pinggang menghadapi Ciang Le yang sikapnya tenang seperti biasa!
Saking heran dan terkejutnya, Bi Lan hanya bisa duduk dan memandang kepada mereka.
"Ha, ha, ha, orang muda yang masih hijau! Kau lebih baik menyingkir pergi, jangan kau menanti sampai aku Tiat pi him (Biruang Lengan Besi) menjadi marah!" kata laki laki tinggi besar itu sambil matanya melirik lirik penuh gairah kepada Bi Lan.
"Kaulah yang harus pergi dari sini, orang tak tahu aturan," kata Ciang Le dengan suara tenang. "Tak pantas sekali seorang laki laki berdiri melihat seorang gadis yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak dikenalnya sedang tidur seorang diri. Sungguh kau tak tahu malu!"
Orang itu tertawa dan suaranya menyeramkan sekali, seperti gerengan seekor biruang tulen.
"Pemuda gila! Kau tidak tahu dengan siapa kau berhadapan! Kalau hatiku tak sedang gembira menemukan bunga indah di hutan sunyi ini, tentu kau takkan bisa berpanjang cerita lagi, sudah tadi tadi kau kupecahkan kepalamu!" Kemudian sikapnya berobah dan wajahnya beringas ketika ia memandang kepada Ciang Le dengan penuh kecurigaan "Eh, bangsat, apakah kau juga tertarik kepada bunga itu" Awas, dia punyaku, kau lekas pergi!"
"Manusia kasar! Jangan persamakan aku dengan manusia berhati binatang seperti engkau! Kau mengandalkan namamu sebagai Biruang Berlengan Besi, hendak kurasakan sampai di mana kerasnya tanganmu!"
Orang itu tertawa lagi dan karena ia sedang bertolak pinggang, maka kepalanya doyong ke belakang dan wajahnya menengadah ketika ia tertawa bergelak itu.
"Lucu, lucu! Seekor kelinci menantang biruang! Ha, ha, ha! Kau menantang berkelahi. Sekali pukul saja, remuk dadamu, bocah!"
"Benarkah" Coba kita saling pukul satu kali saja dan hendak kulihat siapa yang akan patah patah tulangnya,"
jawab Ciang Le.
0ooodwooo0 Jilid XIII MELIHAT sikap Ciang Le orang itu makin geli. "Boleh, boleh! Siapa akan memukul lebih dulu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sesukamulah. kalau kau kehendaki, kau boleh memukul dadaku satu kali lebih dulu," jawab Ciang Le.
Orang itu tersenyum senyum, mengeluarkan suara haha hehe dengan muka geli sekali merasa menghadapi seorang pemuda yang sudah miring otaknya.
"Tidak bisa, kalau kau kupukul dulu lalu mampus, bagaimana aku dapat merasakan empuknya tanganmu yang berkulit halus itu" Kau boleh pukul dulu, tidak satu kali, akan tetapi sepuluh kali, kemudian aku ikan membalas sekali saja untuk memecahkan dadamu!" Sambil berkata demikian, Tiat pi him berdiri dengan kedua kaki dipentang lebar, kedua tangan bertolak pinggang dan dadanya melembung karena diisi hawa untuk siap menerima pukulan Ciang Le.
Melihat sikap orang itu, diam diam Bi Lan merasa geli sekali. Tadinya ia telah marah sekali dan ingin meloncat dan menghajar orang kurang ajar itu, akan tetapi melihat sikap Ciang Le, ia tahu bahwa pemuda itu hendak mempermainkan raksasa ini, maka tanpa terasa, gadis ini menggunakan tangan kiri untuk menutupi mulutnya agar ia tidak tertawa geli.
Adapun Ciang Le lalu memasang kuda kuda dan kedua tangannya dengan jari tangan terbuka lalu menebak ke arah dada yang melembung itu. perlahan sekali.
"Terimalah pukulanku!" katanya. Kedua tangannya jatuh di dada itu perlahan dan tidak mengeluarkan suara, seakan akan menepuk biasa saja dan orang tinggi besar itu tidak merasa sesuatu, maka ia tertawa bergolak!
"Hayo pukul lagi, sembilan kali lagipun boleh!" katanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cukup, satu kali saja sudah cukup. Dadamu terlalu keras hingga tanganku terasa sakit!" kata Ciang Le sambil meringis seperti orang merasa sakit.
Tiat pi him benar benar seorang tolol yang tidak tahu diri. Ia tertawa bergelak sampai keluar air matanya, lalu berkata, "Bocah gila, aku kasihan kepadamu. Melihat nona manis itu, biar aku beri ampun kepadamu. Ini bukan waktunya bagiku untuk membunuh orang, hatiku sedang gembira mendapat kawan cantik jelita," katanya sambil melirik ke arah Bi Lan, seakan akan hendak memamerkan bahwa dia adalah seorang yang baik hati.
"Tidak bisa begitu, kau harus membalas memukulku.
Kalau tidak, aku belum mau mengaku kalah dan tidak akan membiarkan kau berlaku kurang ajar terhadap nona itu."
jawab Ciang Le.
Marahlah Tiat pi him. "Kau minta mampus" Nah, terimalah pukulan ini!" Setelah berkata demikian, raksasa ini lalu mengayun kepalan tangan kanannya ke arah dada Ciang Le sekuat tenaga.
"Buk!" Aneh sekali akibatnya! Bukan tubuh Ciang Le yang terlempar atau pecah dadanya, melainkan orang tinggi besar itu yang menjerit kesakitan sambil memegangi dada nya.
"Aduh" aduh". mati aku..... aduhh....!" jeritnya sambil berdiri dan jongkok, bagaikan dikeroyok semut berbisa. Ia merasa dadanya sakit sekali, terutama di mana tadi kedua tangan pemuda itu menepuknya dan ketika ia meraba, ternyata tulang tulang iganya terasa sakit luar biasa! Mana orang kasar itu tahu bahwa tadi Ciang Le telah menggunakan ilmu pukulan yang disebut coh kut ciang, (pukulan melepaskan tulang) yang dilakukan dengan tenaga lweekang secara luar biasa disertai pengetahuan luas sekali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentang duduknya tulang dan urat tubuh lawan. Maka, tanpa terasa, oleh Tiat pi him, tepukan kedua tangannya pada dada lawan tadi telah membuat tulang tulang iga Tiat pi him terlepas sambungannya. Hal ini tidak terasa dan mungkin akan dapat pulih kembali kalau orang kasar ini lalu beristirahat dan tidak mempergunakan tenaga kasar.
Akan tetapi ketika ia memukul dada Ciang Le yang tidak terasa oleh pemuda sakti ini, ia menggunakan tenaga gwakang sekuatnya dan karenanya, tulang tulang iganya banyak yang copot sambungannya!
Tiat pi him si raksasa kasar itu hendak melarikan diri, akan tetapi Ciang Le berkata,..
"Kalau kau pergi membawa luka lukamu itu, kau akan mampus dalam waktu sehari semalam!"
Mendengar ini, Tiat pi him menjadi pucat dan rasa sakit itu makin menghebat. Pada saat itu, ia membelalakkan kedua matanya karena terkejut melihat betapa gadis cantik manis, yang tadi duduk tertidur, kini sekali tubuhnya bergerak, gadis itu telah melompat tinggi di atas kepalanya dan sebelum hilang kagetnya, kaki Bi Lan telah menendang kepalannya!
Tiat pi him merasa seakan akan kepalanya disambar petir. Tubuhnya terputar putar dan ia roboh dengan napas empas empis, akan tetapi ia masih dapat melihat tegas betapa gadis itu kini berdiri sambil bertolak pinggang di depannya, ia diam diam mengeluh. Celaka hari ini ia benar benar sial. Tidak saja bertemu dengan pemuda aneh ini, bahkan gadis yang hendak diganggunya itupun memiliki kepandaian yang demikian hebatnya! Ia tidak punya harapan untuk lolos lagi.
"Anjing macam kau harus dibunuh!" terdengar suara gadis itu memakinya dan sekali lagi Bi Lan menggerakkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakinya. Akan tetapi pemuda itu berkata, "Jangan bunuh dia! Dosanya belum begitu besar untuk dibunuh, bahkan seharusnya kau menyembuhkan luka di tulang iganya!"
Mendengar ini, Bi Lan tidak perduli dan tetap menendang sampai tujuh kali ke arah dada kanan kiri raksasa itu. Ciang Le tersenyum senang, ia maklum, bahwa yang dilakukan oleh gadis itu bukanlah tendangan biasa saja melainkan tendangan berdasarkan ilmu Ciang siang ci twi hwat (Ilmu Tendangan Untuk Mengobati Luka Bekas Pukulan Tangan) yang lihai dan yang hanya dimiliki oleh Thian Lo mo!
Biarpun kini di luar pengetahuannya, tulang tulang iganya telah kembali di tempatnya dan nyawanya tertolong, namun rasa sakit makin menghebat sehingga Tiat pi him berkuik kuik seperti anjing disiram air panas.
"Aduh" ampunkan hamba, taihiap dan lihiap" hamba Kwan Sam berjanji tak berani berlaku kurang ajar lagi...."
ratapnya. "Pergilah, dan biarlah pelajaran ini menginsyafkan kau.
Perbuatan jahat di manapun juga pasti akan membawamu ke bencana. Nyawamu tertolong oleh tendangan tadi."
Girang hati Tiat pi him Kwan Sam mendengar ini, maka ia lalu berdiri sambil meringis ringis dan berjalan terhuyung huyung pergi dari tempat itu.
Ciang Le membalikkan tubuh memandang kepada Bi Lan. Gadis itupun tengah memandangnya dan dua pasang mata bertemu sebentar.
"Sumoi?"
"Aku bukan sumoimu, karena kau tidak diakui lagi oleh suhu!" potong gadis itu dengan ketus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciang Le menarik napas panjang dan mengganti panggilannya, "Adik Bi Lan...."
"Sejak kapan aku menjadi adikmu" Kong kongmu bukanlah kong kongku, aku hanya cucu angkat saja, seorang sebatangkara"."
Ciang Le menjadi bingung.
"Kalau begitu, kau memang bukan sumoi atau adikku, kau adalah... calon jodoh ku". betul tidak, Lan moi".?"
"Cih! Siapa bilang" Sudahlah jangan banyak cakap, kau menyusulku ada keperluan apakah?"
Ciang Le makin gugup melihat sikap ketus dan galak ini, akan tetapi dalam pandangannya, gadis ini makin manis kalau sedang marah marah.
"Lan moi aku bukan menyusulmu, hanya kebetulan saja kita bertemu di sini, kebetulan sekali karena..karena aku memang ingin menyampaikan sedikit perasaan hatiku kepadamu. Orang tuamu telah melepas budi,
mengorbankan nyawa untuk membela orang tua ku, hal ini saja sudah membuat aku berterima kasih kepada ayahmu dan kepadamu, dan aku berjanji untuk membalas kebaikan ini sedapat mungkin. Oleh karena itu, terus terang saja, aku.. aku merasa bahagia sekali ketika tadi kong kong menyatakan perjodohan kita.. "
"Cukup! Jangan bicara tentang jodoh, siapa sudi menjadi jodohmu?"
Pucat wajah Ciang Le mendengar kata kata ini. Ia memandang tajam untuk menyelidiki perasaan hati gadis itu, rupa rupa dugaan timbul dalam otaknya. Apakah gadis ini telah mempunyai seorang pilihan" Akan tetapi Bi Lan tidak mau bertemu pandang secara langsung dengan dia, bahkan pipinya menjadi kemerahan dan bibirnya gemetar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lan moi, mengapa kau agaknya.... membenci sangat kepadaku" Apa salahku" Melihat betapa kau masih dapat mengampunkan penjahat tadi dan menolong nyawanya setelah ia bersikap kurang ajar kepadamu, nyata bahwa kau baik budi dan murah hati. Akan tetapi kepadaku".
agaknya kau lebih membenci aku dari penjahat tadi.
Kenapakah" Apakah urusan perjodohan ini menyakiti hatimu" Kalau demikian, terus terang sajalah Lan moi, aku dapat minta kong kong membatalkan niatnya itu."
Suara Ciang Le yang tenang, penuh kehalusan budi dan mengharukan itu, membuat Bi Lan terharu juga. Sukar baginya untuk mengeluarkan kata kata, karena ia sendiri sebetulnya bukan benci kepada pemuda ini, juga tidak sakit hatinya mendengar tentang perjodohan itu. Akan tetapi".
"Kau telah mengkhianati suhu, telah meninggalkan mereka dan menjadi murid murtad." Ketika Ciang Le hendak membantah, Bi Lan tahu bahwa pemuda itu seperti dulu tentu akan memperingatkan kepadanya bahwa dia sendiri sebagai murid Hoa san pai juga telah berguru kepada orang lain, maka ia cepat cepat menyambung kata katanya. "Betapapun juga kedua guruku Thian Te Siang mo yang mengangapnya begitu. Dan aku sebagai murid mereka telah dipesan kalau bertemu denganmu harus
memusuhimu, kalau dapat memberi hajaran kepadamu.
Kedua suhu amat sakit hati kepadamu Nah, kalau sudah begini soalnya, bagai mana aku bisa..... bisa menjadi".
jodohmu?" Berserilah wajah Ciang Le mendengar ini. Ah, pikirnya dalam hati, tak tahunya gadis ini tidak membenciku, agaknya iapun suka kepadaku, hanya saja, ia mengerti bahwa tentu Bi Lan takut akan kemarahan Thian Te Siang mo kalau sampai menjadi jodohnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih atas keteranganmu ini, Lan moi. Baiklah, aku akan mencari kedua suhu itu dan akan minta ampun.
Aku semenjak masih orok mereka pelihara dan urus, aku tahu betul bahwa di dalam dada mereka tersembunyi hati yang amat baik, sungguhpun mereka menjalani cara hidup liar. Aku percaya dan sudah kenal kepada mereka, pasti mereka suka memberi ampun kepadaku. Setelah kedua orang tua itu mau memberi ampun kepadaku kau.... kau tentu takkan keberatan lagi, bukan?"
"Keberatan untuk apa" Apa maksudmu?" tanya Bi Lan dan bibirnya tersenynm mengejek, penuh godaan.
Ciang Le menjadi merah mukanya dan untuk sesaat ia bingung tak tahu harus menjawab bagaimana.
"Untuk"
untuk ". melanjutkan perjodohan ini
tentunya." Akhirnya dapat juga ia bicara.
Bi Lan mengerling dengan gaya menarik sekali lalu melempar pandang ke samping dan mukanya menjadi makin merah.
"Soal itu ..... bagaimana nanti sajalah. Pertama kau belum mendapat ampun dari ke dua suhu dan ke dua
.. aku masih belum tahu di mana tingginya ilmu
kepandaianmu. Menurut suhu Thian Te Siang mo, setelah aku mempelajari ilmu silat yane mereka ciptakan baru baru ini, kepandaianku lebih tinggi dari pada kepandaianmu.
Maka syarat ke dua....." wajahnya makin merah lagi ketika mengucapkan kata kata syarat ini, "kau harus dapat mengalahkan pedangku!"
"Lan moi".!"
"Cukup! Bukan untukmu saja syarat itu" melainkan aku sudah mengambil keputusan takkan sudi menjadi jodoh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang yang ilmu silatnya tak dapat mengalahkan kepandaianku."
"Lan moi........ kau benar benar keras hati, Lan moi."
"Dan pula.... jangan kau memanggil aku Lan moi seperti itu!"
"Habis bagaimana" Kau boleh dibilang masih sumoiku sendiri, juga mendiang ayahmu adalah suheng mendiang ibuku dan kau diangkat cucu oleh kong kongku pula.
Akhirnya". kau dicalonkan menjadi jodohku! Syaratnya sudah terlalu penuh untuk membolehkan aku menyebutmu Lan moi! Apa sih jeleknya sebutan ini?"
"Bukan sebutannya, bukan panggilannya...."
"Habis, apanya?"
"Cara kau menyebutkan itu" suaramu itu?"
"Mengapa?"
"Terlalu" mesra!"
"Eh, eh! Bagaimana pula ini?"
'"Kalau terdengar orang lain kurang pantas, seakan akan diantara kita ada apa apanya!"
Ciang Le tersenyum dan matanya bersinar sinar jenaka.
"Bukankah memang ada" apa apanya, Lan moi?" kini suaranya ketika memanggil nama gadis itu mesra sekali!
"Cih...! Tak tahu malu!" kata Bi Lan dengan muka merengut dan gadis ini lalu melompat pergi dan berlari cepat dengan hati.... berdebar girang dan penuh kebahagiaan yang ia sendiri tidak mengerti dari mana datangnya Ciang Le tertawa bergelak dan tidak mengejar.
Ia tahu ke mana gadis itu hendak pergi ke mana lagi kalau bukan ke daerah utara untuk membahu perjuangan saudara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saudaranya" Iapun lalu berlari cepat menuju ke kota raja Kerajaan Kin. Hatinya penuh dengan kebahagiaan dan kerinduan dan ia berlari sambil melamun muluk muluk tentang Bi Lan, gadis yang begitu bertemu telah menarik seluruh jiwa dan hatinya itu.
-oodwoo- Kini kembali kita melihat keadaan Thio Ling In, Lie Bu Tek, dan Gan Hok Seng, murid murid Hoa san pai yang tertawan oleh pasukan Kin. Sebagaimana telah dituturkan di bagian depan, tiga orang murid Hoa san pai ini pada saat menyerang Wan yen Kan di dalam hutan tiba tiba datang serbuan dari tentara Kin yang membuat kawan kawannya banyak yang tewas dan mereka sendiri tertawan.
Mereka dibawa ke kota Cin an dan sesampainya di sana, mereka dimasukkan ke dalam kamar tahanan secara terpisah. Enghiong Hwee koan, rumah perkumpulan orang gagah yang didirikan oleh Sam Thai Koksu memang amat luas dan mempunyai banyak sekali kamar kamar tahanan yang kuat.
Ketika Ling In siuman dari pingsannya, wanita muda ini teringat akan semua kejadian dan ia menangis sedih sekali.
Ia tidak menyesal dan sedikitpun tidak takut bahwa dia telah tertawan oleh musuh. Kematian bukan apa apa bagi orang orang gagah yang berjiwa pahlawan, bahkan tewas dalam perjuangan berarti mati secara terhormat. Akan tetapi kalau nyonya muda ini mengingat kembali betapa ia telah menusuk dada suaminya yang tercinta, kalau terbayang kembali dalam ingatannya betapa Wan Kan yang amat dikasihinya itu menggeletak dengan dada berlumur darah karena ia tusuk, hatinya menjadi perih sekali.
"Wan Kan... Wan Kan suamiku ... ampunkan aku...."
keluhnya berkali kali dan ia menggunakan kedua tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menutupi mukanya agar bayangan tubuh suaminya yang menggeletak mandi darah itu lenyap dari depan matanya. Namun, makin jelaslah barangan itu sehingga hati nyonya muda ini makin perih dan sakit.
Ling In dikurung di dalam sebuah kamar yang gelap.
Penerangan yang masuk hanyalah cahaya matahari yang di antara celah celah ruji besi dari pintu yang tebal dan kuat itu. Kedua kakinya dibelenggu oleh rantai yang kuat dan panjang, dimatikan oleh kunci baja yang besar. Tiada harapan baginya untuk melepaskan diri. Biarpun kedua tangannya bebas namun bagaimana ia dapat membuka kunci itu tanpa anak kunci" Juga tidak mungkin memutuskan rantai besi yang demikian tebalnya. Andaikata ia dapat melepaskan diri dari belenggu kakinya, juga tak mungkin ia dapat membuka pintu setebal itu. Keadaannya sudah tidak ada harapan lagi.
Selagi Ling In merenung dan mengeluh mengabungi kematian suaminya yang dibunuhnya sendiri, suaminya yang amat dicintainya itu, tiba tiba terdengar bunyi pintu bergerit dan perlahan lahan terbukalah pintu itu. Saat itu telah menjelang malam dan cahaya matahari yang tadi mencuri masuk telah terganti oleh cahaya lampu di luar kamar tahanan. Ketika pintu tahanan terbuka
mengeluarkan suara bergerit, cahaya lampu ikut masuk mengantar bayangan sesosok tubuh manusia.
Ling In cepat mengangkat muka dan kedua, tangannya siap sedia. Ia tahu akan kejahatan orang orang Kin, tahu akan kebuasan laki laki dan tahu pula akan nasib mengerikan dari tawanan wanita. Namun ia bukan sembarang wanita yang mudah dipermainkan sesukanya oleh siapa pun juga. Lebih baik mati dari pada dipermainkan oleh penawannya dan ia masih mempunyai sepasang tangan yang lihai yang sekali pukul akan dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meremukkan benak laki laki yang hendak mengganggunya, ia mengira bahwa yang datang tentulah penjaga yang bermaksud tidak baik terhadap dirinya. Maka ia berjaga jaga penuh ketegangan.
Bayangan itu benar seorang laki laki yang cepat masuk ke dalam dan menutupkan kembali, daun pintu cepat cepat.
Di dalam gelap, Ling In tidak dapat melihat muka laki laki ini, akan tetapi potongan tubuhnya mengingatkan ia akan seseorang dan ia bergidik kengerian. Kemudian, laki laki itu melangkah maju sehingga mukanya tersorot oleh sinar lampu dari luar. Ling In mendekap mulut sendiri agar tidak mengeluarkan jerit saking ngerinya.
"Ling In, isteriku......." bayangan itu berkata dengan suara penuh kasih sayang, suara yang dikenalnya baik baik di antara seribu macam suara orang lain. Kalau tadinya masih ragu ragu, kini Ling In yakin bahwa yang berdiri di hadapannya adalah suaminya, Wan Kan! Atau lebih tepat, roh dari suaminya yang sudah mati dibunuhnya itu.
Sambil menahan isak tangisnya, Ling In menjatuhkan diri berlutut di depan bayangan itu.
"Suamiku, aku tahu kau mati penasaran karena terbunuh oleh isteri yang kaucinta sepenuh jiwamu. Aku mengaku telah berdosa besar sekali, suamiku" akan tetapi itu adalah dorongan tugas suci membela bangsaku....! Sekarang kau datang" untuk membawaku kah" Jangan lama lama, Wan Kan, bawalah aku serta. Aku ikut padamu, Wan Kan.....
aku ingin mati bersamamu. Mari kita bertiga meninggalkan dunia yang kejam ini" kata nya di antara isak tangisnya.
"Bertiga! Apa maksudmu, Ling In?"
"Ya" bertiga bersama" anak kita yang berada dalam kandunganku...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bayangan itu terkejut sekali.
"Kau sudah mengandung"." ?" suaranya terdengar penuh perasaan menggetar terharu.
"Dua bulan sudah aku mengandung". tadinya hendak kusembunyikan sebagai rahasia yang membahagiakan ......
tidak tahunya kau ...... kau berobah menjadi pangeran Kin". terpaksa kubunuh ...." Ling In tak dapat melanjutkan kata katanya dan menangis tersedu sedu.
"Aduh, Ling In isteriku yang manis"!" Bayangan itu meloncat maju, mengangkat tubuh Ling In dan
memeluknya erat erat, "Isteriku"." katanya berkali kali.
Ling In merasa tubuhnya dingin dan bulu tengkuknya berdiri, kemudian ia menggigil. Bagaimana seorang roh atau makhluk halus bisa memeluk begini mesra" Bagaimana ia masih dapat merasakan getaran kedua lengan suaminya, detak jantung di balik baju dan kehangatan jari jari tangan yang membelai rambutnya" Tak mungkin sekali!
"Isteriku, aku" suamimu, Wan Kan ..... masih hidup.
Aku tahu bahwa kau mencintaku bahwa kau takkan dapat membunuhku, aku tahu sejak kumelihat kau menyerangku dengan pedangmu, Ling In."
"Wan Kan" jadi kau belum... belum mati?"
Wan Kan mencium jidat isterinya penuh kasih sayang.
"Sedikit saja selisihnya, ibu anakku. Selisihnya Thian menghendaki kita tetap hidup untuk mengasuh anak kita.
Mari, cepat, kubukakan belenggu kakimu." Tanpa banyak cakap lagi Wan yen Kan atau Wan Kan lalu menggunakan anak kunci membuka belenggu kaki isterinya. Kemudian ia lalu menarik tangan isterinya itu, dibawa keluar dan dengan tergesa gesa mereka lalu menolong dan mengeluarkan Lie Bu Tek dan Gan Hok Seng dari kamar tahanan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan penuh keheranan namun kekaguman Lie Bu Tek dan Gan Hok Seng melihat bekas musuhnya ini diam diam mereka merasa terharu juga melihat kesetiaan dan kecintaan Wan Kan kepada Ling In.
"Lekas kalian lari! Sudah kuatur bahwa penjagaan pintu kota sebelah selatan dikosongkan pada saat ini. Cepat!"
kata Wan Kan. "Kau harus pergi bersamaku!" kata Ling In.
"Sst, jangan ribut ribut, isteriku. Pergilah kau dengan kawanmu, aku akan menyusul kemudian."
"Tidak, mati hidup aku harus berada di sampingmu!"
Ling In berkukuh sambil membanting kakinya dan berdiri di samping suaminya yang tercinta.
Wan yen Kan memeluk isterinya, penuh rasa bahagia dan terima kasih.
"Isteriku, kali ini harap kau jangan ragu ragu dan membandal. Larilah lebih dulu, bagiku mudah saja untuk pergi dan menyelamatkan diri. Yang penting kau dan saudara saudaramu ini yang harus pergi dulu. Cepat, mereka datang .......!" Katanya sambil melepaskan pelukan.
"Suci, marilah kita pergi dulu. Suamimu tentu sudah mengatur dan merencanakan semua dengan sempurna!"
kata Gan Hok Seng sambil meloncat ke arah selatan bersama Lie Bu Tek.
Beberapa kali Ling In ragu ragu dan menoleh ke arah suaminya, akan tetapi Bu dan Hok Seng menarik tangannya.
"Wan Kan" suamiku...." bisiknya.
"Pergilah, Ling In. Tuhan bersamamu dan anak kita?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil menahan isaknya, Ling In meloncat pergi bersama kedua saudara seperguruannya. Belum lama mereka pergi, terdengar suara ribut ribut di belakang mereka, dari arah tempat mereka ditahan tadi. Hati Ling In tidak karuan rasanya, mengkhawatirkan keadaan suaminya, akan tetapi Bu Tek dan Hok Seng menghiburnya, mengatakan bahwa sebagai pangeran Kin, Wan Kan pasti akan selamat dan tidak ada orang yang berani mengganggunya. Benar seperti yang dinyatakan oleh Wan Kan, pintu kota bagian selatan ini hanya terjaga oleh dua orang saja. Dua orang penjaga ini tentu saja mencoba untuk menghalangi mereka keluar, namun apa artinya dua orang penjaga yang kasar bagi murid murid Hoa san pai" Sekali terjang saja Bu Tek dan Hok Seng dapat merobohkan mereka dan berlarilah tiga orang murid Hoa san pai ini cepat cepat memasuki hutan.
Adapun Wan yen Kan setelah berhasil melepaskan isteri dan saudara saudara seperguruan isterinya, cepat kembali ke kamar istirahatnya sendiri. Pangeran ini seperti diketahui telah menderita luka tusukan pedang isterinya akan tetapi karena tubuhnya kuat dan luka itu hanya luka di daging saja, maka setelah tertolong dan dibawa ke kota Cin an dan mendapat perawatan teliti sekali segera sembuh kembali. Ia amat cinta kepada Ling In, maka sebelum ia berhasil menolong isterinya, ia gelisah bukan main dan sikap isterinya yang memusuhinya jauh lebih menyakitkan hati dari pada pedang yang menyakiti tubuhnya. Akan tetapi sekarang ia merasa bahagia sekali. Ternyata isterinya amat mencintanya pula, bahkan isterinya telah mengandung!
Akan tetapi ia tidak tahu bahwa malapetaka tergantung di atas kepalanya. Perbuatannya menolong para tawanan tadi terlihat oleh seorang penjaga! Tentu saja penjaga ini merasa heran sekali melihat betapa Pangeran Wan yen Kan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menolong dan membebaskan para tawanan pada hal ia mendengar betapa pangeran itu hampir terbunuh oleh para tawanan itu! Akan tetapi sebagai seorang penjaga biasa, mana berani ia menegur atau menghalang apa yang dilakukan oleh seorang pangeran yang berkuasa" Dengan cepat penjaga ini lalu berlari lari ke tempat di mana Sam Thai Koksu tinggal dan menggedor pintu pemimpin pemimpin ini. Dengan tersengal sengal ia menceritakan apa yang dilihatnya.
Sam Thai Koksu marah sekali. Orang orang besar ini sudah mendengar peristiwa di kota raja, yakni tentang percekcokan antara sri baginda raja dan Pangeran Wan yen Kan sehingga pangeran itu diusir oleh baginda. Namun tentu saja berita ini ditutup rapat rapat dan tidak tersiar di kalangan pegawai rendah dan rakyat. Hal ini untuk menjaga nama baik kaisar. Amat memalukan kalau terdengar orang bahwa pangeran Kin tergila gila dan hendak memperisteri seorang perempuan Han!
Kini mendengar betapa Wan yen Kan melepaskan para tawanan, mereka menjadi marah, tak pernah disangkanya bahwa perempuan Han yang ditawan itu adalah isteri Wan yen Kan dan kini mereka hanya mengira bahwa Wan yen Kan benar benar berkhianat terhadap pemerintah Kin.
Bersama dengan Giok Seng Cu yang kebetulan berada di situ, Sam Thai Koksu menyerbu kamar Wan yen Kan.
Dengan sekali tendang saja, robohlah pintu kamar Wan yen Kan oleh Tiat Liong Hoat ong, orang ke tiga dari Sam Thai Koksu. Memang di antara mereka. Tiat liong Hoat ong yang paling marah dan sakit hati atas perbuatan pangeran ini. Seandainya yang dilepaskan oleh Wan yen Kan bukan Ling In, agaknya ia masih takkan semarah itu.
Dalam hal ini ada rahasia yang hanya diketahui oleh Tiat Liong Hoat ong, yakni bahwa diam diam ia amat tertarik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
oleh Ling In yang cantik jelita dan diam diam ia mengandung maksud untuk mengganggu wanita muda cantik ini!
Wan yen Kan terkejut sekali memandang pintu
kamarnya jebol. Cepat ia melompat dan mempersiapkan senjata rantainya. Ketika dilihatnya Sam Thai Koksu dan Giok Seng Cu murid Pak Hong Siansu yang muncul dengan maka marah, ia dapat menduga bahwa tentu perbuatannya telah ketahuan orang. Ia tetap berlaku tenang dan melompat turun dari pembaringannya.
"Sam Thai Koksu dan Giok Seng Cu To tiang malam malam datang menggedor pintu ada apakah?" tanyanya.
"Pengkhianat!" Tiat Liong Hoat ong memaki sambil mencabut goloknya dan menudingkan golok itu kepada Wan yen Kan. "Masih banyak tanya lagi" Kau telah melepaskan para tawanan pemberontak, bukankah ini berarti bahwa kau juga menjadi pemberontak dan pengkhianat!"
"Tiat Liong Hoat ong, kau hanya seorang koksu berani berkata demikian terhadap putera kaisar junjunganmu?"
Wan yen Kan balas membentak ketika melihat betapa Kim Liong Hoat ong dan Gin Liong Hoat ong juga Giok Seng Cu agaknya masih malu malu dan ragu ragu
memandangnya, karena mengingat berhadapan dengan seorang pangeran. Pemuda ini hendak mempergunakan kedudukannya untuk menggertak dan membela diri.
"Biarpun kau seorang pangeran, namun kau telah berkhianat dan setiap orang pengkhianat harus dibunuh!
Kau telah berlaku khianat, melepaskan tawanan tawanan pemberontak berbahaya, apakah itu belum cukup?"
"Semua perbuatanku kalian tak berhak mencampuri!
Kalau aku bersalah, biar ayah kaisar sendiri yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memutuskan hukumannya, tidak orang orang seperti kalian. Keluar dari sini!"
Kim Liong Hoat ong, Gin Liong Hoat ong dan Giok Seng Cu saling pandang dengan ragu ragu. Mereka masih sangsi untuk turun tangan terhadap Pangeran Wan yen Kan. Akan tetapi Tiat Liong Hoat ong berseru marah.
"Hukuman terhadap seorang pengkhianat tak perlu menanti keputusan kaisar! Kami sendiri berhak menghukummu!" Setelah berkata demikian, ia
menggerakkan goloknya hendak menyerang.
Wan yen Kan menangkis dan berseru, "Setidaknya tunggu kalau suhu sudah pulang."
Ucapan ini membikin empat orang tua itu makin ragu ragu. Pangeran ini adalah murid dari Ba Mau Hoatsu yang datang dari Tibet khusus untuk membantu mereka, dan kalau sampai mereka turun tangan terhadap muridnya.
Apakah Ba Mau Hoatsu tidak akan marah" Juga Tiat Liong Hoat ong merasa ragu ragu dan menahan goloknya.
Kesempatan ini dipergunakan oleh Wan yen Kan untuk menerobos lewat dan keluar dari kamarnya yang sempit. Ia pikir kalau harus bertempur, lebih tidak memilih ruangan depan yang lega agar ia mendapat kesempatan melarikan diri.
Akan tetapi empat orang itu cepat mengejarnya dan baru saja Wan yen Kan tiba di ruangan depan ia telah dihadang oleh empat orang ini "Kau hendak lari ke mana?" bentak Tiat Liong Hoat ong.
"Siapa mau lari" Aku memilih tempat luas ini agar dapat melayani kalian orang orang yang berlaku kurang ajar terhadap seorang putera kaisar!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Li mg Hoat ong kini membuka mulutnya. "Siauw ong ya, harap kau tidak salah faham. Sungguhpun Tiat Liong Hoat ong bersikap kasar terhadap siauw ong ya, namun tentu kau dapat memaklumi hal ini. Kau telah membebaskan tiga orang tahanan pemberontak dan tentu siauw ong ya mengerti bahwa mereka adalah murid murid Hoa san pai yang berbahaya. Kalau bukan Siauw ong ya yang melakukan hal ini, tentu kami sudah turun tangan dan membunuhmu tanpa banyak cakap lagi. Akan tetapi dalam hal ini kami harap siauw ong ya suka mengalah dan menyerah. Kami akan menangkapmu dan selanjutnya akan kami serahkan kepada suhumu dan juga kepada kaisar sendiri."
Mereka semua tidak tahu bahwa baru saja ada bayangan yang luar biasa cepat gerakannya melayang di atas genteng dan kini bayangan ini mendengarkan percakapan mereka dengan penuh perhatian. Dan bayangan ini bukan lain adalah Go Ciang Le yang tiba di Cin an lebih dulu karena ia mempergunakan jalan lain dari Bi Lan dan ilmu lari cepatnya juga jauh lebih menang. Kini ia mendengarkan dengan heran dan penuh perhatian percekcokan antara orang orang Kin ini.
Wan yen Kan tahu bahwa kalau ia menyerah dan ditawan, maka keputusan hukuman yang akan dijatuhkan oleh ayahnya sendiri tentulah hukuman mati! Juga ia sudah mengenal watak suhunya, yang keras dan sombong. Tentu suhunya akan merasa tersinggung dan malu mendengar akan perbuatannya dan dari fihak gurunya, sukarlah diharapkan pertolongan. Maka ia berlaku nekad dan berkata dengan keras, "Sam Thai Koksu, dengarlah baik baik! Wanita murid Hoa san pai yang kalian tawan itu kubebaskan tadi, bukan lain adalah isteriku sendiri! Dan dua orang lain adalah saudara seperguruannya. Bagaimana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku tega melihat isteri sendiri dan saudara saudaranya akan dihukum mati" Aku tahu bahwa memang dipandang dari sudut kebangsaan, aku telah berlaku khianat, akan tetapi dipandang dari sudut perikemanusiaan, kalian tentu tahu bahwa aku tak dapat berbuat lain. Sekarang terserah kepada kalian, kalau kalian melepaskan aku, aku akan pergi ke selatan dan takkan kembali lagi, tak sudi memusingkan diri dengan urusan pemerintahan dan peperangan. Kalau kalian memaksa hendak menawanku, majulah dan biar aku melawan dengan napas terakhir!"
Mendengar pengakuan ini, Sam Thai Koksu dan Giok Seng Cu tercengang dan terheran sehingga mereka tak dapat berkata kata. Kemudian Kim Liong Hoat ong yang berkata, "Kami dapat memaklumi keadaanmu, siauw ong ya. Akan tetapi kalau kami melepaskan kau, berarti kami juga berkhianat dan kami tidak mau berlaku khianat. Maka harap kau suka menanti sampai datang keputusan dari kaisar sendiri."
"Tidak, sekarang juga aku harus pergi dari sini."
"Kalau begitu, kami harus menghalangimu," jawab Tiat Liong Hoat ong.
"Bagus, hendak kulihat bagaimana kalian dapat menghalangiku," seru Wan yen Kan yang cepat meloncat hendak pergi. Akan tetapi, golok di tangan Tiat Liong Hoat ong berkelebat di hadapannya sehingga terpaksa pangeran ini harus mengelak dan membalas serangan ini. Sebentar saja pangeran ini dikeroyok oleh Sam Thai Koksu dan Giok Seng Cu. Mereka merasa perlu mengeroyok karena mereka tidak hendak membunuh atau melukai pangeran ini, melainkan hendak menangkap hidup hidup. Dan hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah, karena kepandaian Wan yen Kan bukannya rendah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau sekiranya mereka mau merobohkan Wan yen Kan dan melukainya, kiranya dalam beberapa jurus saja pangeran itu akan roboh. Akan tetapi, biarpun demikian, desakan dari empat orang tua yang berkepandaian tinggi itu sebentar saja membuat Wan yen Kan mandi keringat dan kepalanya pening. Luka di dadanya akibat tusukan pedang Ling In belum sembuh benar dan lawan lawan yang dihadapinya memiliki kepandaian amat tinggi. Apa lagi tosu itu, Giok Seng Cu murid Pak Hong Siansu!
Kepandaian tosu ini bahkan tidak kalah oleh suhunya sendiri, Ba Mau Hoatsu, maka dapat dibayangkan betapa sibuknya Wan yen Kan mencoba untuk mencari jalan keluar. Ia maklum bahwa kalau sampai tertawan, tidak saja ia akan dihukum mati, akan tetapi juga ia akan menderita malu dan ejekan hebat. Namun, kematian baginya bukan soal berat lagi karena ia teringat bahwa isterinya telah selamat dan bahwa kelak anaknya akan melanjutkan riwayatnya.
"Kalian menghendaki nyawaku" Baiklah, akan tetapi aku tidak sudi mati di tangan orang lain!" Setelah berkata demikian, pangeran yang malang ini lalu menggunakan senjata rantainya untuk dipukulkan ke arah kepalanya sendiri sekuat tenaga! Sam Thai Koksu dan Giok Seng Cu terkejut sekali, akan tetapi mereka tidak keburu turun tangan mencegah perbuatan yang nekad dari Wan yen Kan!
"Keliru sekali jalan sesat itu diambil!" tiba tiba terdengar suara orang dan bayangan yang amat gesit menyambar ke arah Wan yen Kan dan tahu tahu rantai yang mengancam kepala pangeran itu telah berpindah ke dalam tangan seorang pemuda baju kembang yang semenjak tadi diam diam mengintai dari atas genteng! Ciang Le yang mendengar semua percakapan terakhir tadi, terkejut ketika mengetahui bahwa pemuda yang tampan dan gagah itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah Pangeran Wan yen Kan yang telah menjadi suami dari murid Hoa san pai! Ia kagum sekali melihat Wan yen Kan dan mendengar bicaranya yang penuh
perikemanusiaan dan cinta kasih terhadap isterinya, maka melihat pangeran itu hendak membunuh diri cepat ia menolong dan merampas rantainya.
Melihat pemuda ini, bukan main marahnya Giok Seng Cu.
"Setan, kau lagi datang mengacau?" bentaknya dan secepat kilat ia mencabut senjatanya yakni rantai baja yang lihai. Tadi ketika menghadapi Wan yen Kan, ia tidak mempergunakan senjatanya ini.
Ciang Le tersenyum dan ia memutar rantai yang dirampasnya dari tangan Wan yen Kan tadi untuk menangkis. Terdengar suara keras sekali dibarengi berpijarnya bunga api dan rantai di tangan Giok Seng Cu terlepas dari pegangan!
"Mari kita pergi!" seru Ciang Le kepada Wan yen Kan yang semenjak tadi berdiri tertegun. Juga Sam Thai Koksu yang sudah merasai kelihaian tangan Ciang Le, ragu ragu untuk maju menyerbu. Ketika pangeran Kin itu mendengar ajakan ini, ia cepat meloncat ke dalam gelap dan melarikan diri.
Ciang Le tidak mau membuang waktu lagi, segera menyusul Wan yen Kan dan Giok Seng Cu bersama Sam Thai Konsu tidak berdaya mengejar, mereka memang sudah merasa jerih sekali menghadapi pemuda baju kembang yang memiliki kepandaian luar biasa.
-odwo- Pada keesokan harinya, pagi pagi sekali nampak dua orang muda berjalan perlahan di dalam hutan. Mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah Wan yen Kan dan Ciang Le. Pangeran itu tiada hentinya memuji Ciang Le.
"Taihiap siapakah dan mengapa sudi menolong seorang pangeran Kin seperti aku ini?" tanyanya ketika mereka telah keluar dari kota Cin an dan telah selamat berada di dalam hutan.
Ciang Le tersenyum. "Bukan orang jauh, apa lagi karena kau telah menjadi suami dari seorang murid Hoa san pai dan telah menolong murid murid Hoa san pai dari tawanan.
Aku bernama Go Ciang Le dan tentu kau akan mengenal nama ayahku yaitu Go Sik An."
Terbelalak mata Wan yen Kan memandang.
"Apa?" Go Sik An yang dahulu terkenal menentang pemerintah ayahku dan kemudian dihukum mati?" Dan kau sekarang bahkan menolongku dari bahaya maut?"
Ciang Le mengangguk. "Benar dia. Akan tetapi, yang membunuh ayahku bukanlah kau dan melihat sikap dan mendengar percakapanmu tadi, kau tidak sama dengan orang orang kejam bangsamu yang menindas rakyat, biarpun kau seorang pangeran. Karena itulah maka kuanggap kau sebagai seorang gagah yang patut ditolong."
"Aneh, benar benar kau seorang pemuda aneh...." kata Wan yen Kan.
"Kau yang lebih aneh, siauw ong ya...."
"Jangan sebut aku siauw ong ya, sebut saja namaku, bukan Wan yen Kan, akan tetapi Wan Kan. Cukup kau menyebutku Wan twako (kakak Wan) saja. Dan kau bilang aku lebih aneh, bagaimana maksudmu?" Wan Kan suka dan tertarik sekali kepada Ciang Le, ia memandang wajah yang tampan dan gagah itu penuh kekaguman. Seorang pemuda yang "berisi" lahir batinnya, pikir pangeran ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau memang lebih aneh dari padaku, Wan twako,"
kata Ciang Le yang juga merasa cocok dan suka kepada pangeran ini. "Kau seorang pangeran yang berkedudukan tinggi, biasa hidup dalam kemewahan dan kesenangan.
Akan tetapi" kau berbeda dengan bangsamu, lebih suka hidup menderita dan sengsara, demi untuk berkorban guna isterimu yang tercinta, isteri seorang Bangsa Han.
Bukankah ini ajaib sekali?"
Wan Kan menarik napas panjang. "Kau masih muda, taihiap. Mana kau mengerti dan dapat merasakan pengaruh dari cinta yang murni" Kalau aku tidak bertemu dengan Ling In isteriku, agaknya biarpun aku tidak suka melihat sepak terjang para pembesar bangsaku, aku takkan sampai berlaku senekad ini ...."
Merah muka Ciang Le mendengar ini. Kata kata ini mengingatkan ia akan Bi Lan! Alangkah bahagianya kalau ia dan Bi Lan dapat menjadi suami isteri penuh cinta kasih seperti Wan Kan dan Ling in!
"Kau seorang baik dan berbudi mulia, Wan twako"."
Pendekar Budiman Hwa I Eng-hiong Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Karena kau lain dari pada yang lain maka kau bisa berkata demikian, Go taihiap. Akan tetapi, seluruh bangsamu, tentu mengutukku sebagai seorang musuh besar.
Bahkan saudara saudara seperguruan Ling In sendiri amat membenciku, dan isteriku sendiri pernah mencoba untuk membunuhku?"
Berobah wajah Ciang Le. "Apa "!" Mengapa begitu ...?""
Wan Kan mengajak Ciang Le duduk di bawah pohon dan pada pagi hari itu pangeran ini menceritakan semua pengalamannya, bagaimana Ling In dengan terpaksa sekali mencoba untuk membunuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar semua penuturan ini, Ciang Le merasa amat terharu.
"Kasihan sekali kalian suami isteri yang malang...."
komentarnya. "Akan tetapi jangan khawatir, Wan twako.
Aku akan membantumu, akan kujelaskan kepada semua orang Han bahwa kau berbeda dengan orang orang Kin yang telah memeras rakyat. Kau kuanggap sebagai saudaraku terdiri, sebagai seorang Han juga karena aku yakin akan kebersihan hatimu."
Wan Kan merasa terharu dan ia memegang lengan pemuda baju kembang itu dengan mata basah "Ciang Le...
kalau aku mempunyai adik seperti kau" alangkah akan senang hati ku...."
"Mengapa tidak" Apa salahnya kalau aku menjadi adikmu, Wan twako?"
"Benar benarkah" Kau sudi mengangkat saudara dengan aku, seorang pangeran Bangsa Kin yang sudah banyak membikin sengsara bangsamu?"
"Bukan kau yang membikin sengsara, juga bukan Bangsa Kin, melainkan pemerintah Kin! Kejahatan sesuatu negara bukan dilakukan oleh bangsanya melainkan oleh pemerintahnya" Antara bangsa dan bangsa tidak ada perbedaan faham semua menghendaki keamanan,
kesejahteraan dan hidup makmur dan damai! Kita sama sama hidup merasai suka duka yang sama pula."
"Aduh, adikku... adikku yang bijaksana". terima kasih,"
Wan Kan dan Chng Le lalu berlutut dan bersumpah menjadi saudara angkat. Wan Kan yang lebih tua menjadi saudara tua dan Ciang Le menjadi saudara muda. Dua orang asing yang pertama kali bertemu telah saling tertarik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan bersimpati, memang hal demikian ini banyak terjadi di dunia ini. Agaknya kalau mau mempercayai hukum karma, dalam kehidupan dahulu kedua orang ini memang telah mempunyai hubungan yang amat dekat, siapa tahu"
"Berbahagia sekali hatiku Go te (adik Go), mempunyai seorang saudara muda seperti kau. Mudah mudahan saja aku dapat membawa diri sebagai seorang saudara tua yang tidak mengecewakan hatimu."
"Dan aku akan berusaha menjadi seorang saudara muda yang baik, Wan twako," jawab Ciang Le yang didengar dengan penuh perhatian dan amat tertarik oleh Wan Kan.
"Ah, ternyata kau telah mengalami banyak hal hal yang pahit selama hidupmu, adikku. Semoga saja kelak kau akan menemui kebahagiaan seperti aku yang telah bertemu dengan Ling In. Hal ini benar benar kudoakan, karena kau telah merampas nyawaku dari cengkeraman maut. Kalau tidak ada kau, tentu sekarang aku telah menggeletak dengan kepala pecah oleh senjataku sendiri ini." Wan Kan meraba raba rantainya yang sudah dikembalikan oleh Ciang Le.
"Itu hanya kebetulan saja, twako dan agaknya Thian memang belum menghendaki kau kembali ke asalmu.
Baiknya ketika aku tiba di Enghiong Hweekoan, susiokku Pak Hong Siansu dan juga Ba Mau Hoatsu gurumu itu tidak berada di sana. Kalau mereka berdua ini ada di sana belum tentu kita akan dapat meloloskan diri."
"Ah, mereka sedang pergi untuk mewakili Sam Thai Koksu menghadapi Thian Te Siang mo."
Ciang Le terkejut sekali mendengar ini. "Mengapa" Ada keperluan apakah Sam Thai Koksu dengan kedua orang tua itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, belum tahukah kau, Go te" Sudah lama Sam Thai Koksu menyiarkan tantangan bertanding kepada Thian Te Siang mo dan akhirnya hal ini terdengar agaknya oleh Iblis Kembar itu karena mereka mengirim berita kepada Enghiong Hwee koan bahwa mereka menanti kedatangan Sam Thai Koksu untuk berpibu (mengadu kepandaian)."
"Dan San Thai Koksu tidak berani maju sendiri lalu mewakilkan pibu itu kepada susiok Pak Hong Siansu dan gurumu Ba Mau Hoatsu" Alangkah pengecutnya!"
"Terus terang saja, adikku, tantangan itu hanya siasat untuk membangkitkan amarah kedua orang kakek itu sehingga mereka mau muncul untuk ditewaskan, karena Sam Thai Koksu menganggap mereka sebagai orang orang berbahaya," kata Wan Kan yang sesungguhnya memang tidak setuju akan siasat siasat licik dan rendah dari Sam Thai Koksu.
"Di mana pertemuan itu diadakan?" tanya Ciang Le tiba tiba.
"Di jembatan Liong thouw (Kepala Naga) yang
menyeberangi sungai di kota Paoting." kata Wan Kan yang mengetahui jelas persoalan itu karena ketika hal itu dibicarakan ia masih berada di Enghiong Hweekoan.
"Kalau begitu, aku akan menyusul ke sana kalau perlu menolong kedua orang guruku itu. Mereka takkan dapat menang dari susiok Pak Hong Siansu!" kata Ciang Le yang segera bangkit berdiri.
"Aku ikut pergi, Go te. Biar aku akan membujuk Pak Hong Siansu dan Ba Mau Hoatsu mengingatkan mereka bahwa sesungguhnya tidak ada perlunya bermusuhan dengan orang orang Han. Kelak aku boleh menyusul isteriku," kata Wan Kan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berangkatlah keduanya dengan cepat menuju ke kota Paoting. Akan tetapi, kebetulan sekali mereka bertemu dengan Bi Lan yang mengakibatkan pertempuran hebat!
Mereka sedang berlari dalam sebuah hutan berikutnya ketika tiba tiba mereka melihat seorang gadis cantik datang dari depan Melihat gadis ini Ciang Le berdebar hatinya dan ia berkata kepada Wan Kan sambil menunda larinya.
"Wan twako, harap kau jangan melayani dia kalau dia menyerang. Dia adalah sumoi dari isterimu dan.. dan dia adalah... calon jodohku...."
Wan Kan memandang dengan tertarik dan gembira sekali. Ketika Bi Lan sudah datang dekat, diam diam Wan Kan harus mengakui bahwa pilihan hati adik angkatnya benar benar tepat. Bi Lan seorang gadis muda yang cantik jelita dan sikapnya gagah sekali.
Sebaliknya, Bi Lan merasa terkejut dan terheran melihat Ciang Le datang bersama seorang pemuda yang dikenalnya sebagai Pangeran Wan yen Kan! Dia memang pernah melihat pangeran ini dan tahu bahwa pangeran inilah yang telah menjerumuskan sucinya Thio Ling In, sebagaimana yang ia dengar dari Gan Hok Seng suhengnya. Maka marahnya bukan main melihat musuh besar ini. Wan yen Kan selain merusak kehidupan Ling In dan Lie Bu Tek, juga dia adalah seorang pangeran Bangsa Kin yang sedang ditumpas oleh rakyat, bagaimana sekarang Ciang Le dapat berjalan bersama seperti dua orang sahabat baik"
"Lan moi...." kata Ciang Le akan tetapi sebelum ia sempat melanjutkan kata katanya Bi Lan memotong cepat dengan pertanyaan yang kaku.
"Apakah orang ini bukannya Wan yen Kan, pangeran Kin?" Dipandang secara tajam oleh sepasang mata yang jeli itu, mau tidak mau Wan yen Kan merasa keder juga. Bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepandaian gadis ini yang membuatnya jerih, melainkan sikapnya yang galak. Soal kepandaian Bi Lan, karena ia hanya diberi tahu oleh Ciang Le bahwa gadis itu adalah sumoi dari isterinya tentu kepandaiannya tidak berapa hebat.
Wan Kan mengangkat kedua tangan memberi hormat dan menjawab pertanyaan itu.
"Benar dugaanmu, nona. Akan tetapi sekarang aku adalah Wan Kan, suami dari sucimu Thio Ling In dan juga saudara angkat dari adikku Go Ciang Le ini."
Untuk sejenak Bi Lan tertegun, ia sudah tahu bahwa Pangeran Wan yen Kan menjadi suami Ling In dan mempergunakan nama Wan Kan, akan tetapi berita bahwa pangeran ini diaku saudara angkat oleh Ciang Le, benar benar merupakan berita yang hebat baginya. Bagaimana Ciang Le begitu goblok dan buta memilih pangeran jahat ini sebagai saudara angkat" Merahlah mukanya saking marahnya.
"Pangeran keparat! Kau menggunakan nama Wan Kan untuk membujuk dan menipu enci Ling In, sekarang kau masih melanjutkan siasatmu untuk menipu orang orang bangsaku! Kau harus mampus di tanganku!" Setelah berkata demikian, secepat kilat Bi Lan telah menerjang maju dan memukul dengan tangan kanannya ke arah dada Wan Kan!
Tentu saja Wan Kan memandang ringan serangan ini.
Isterinya sendiri, Ling In, masih kalah kepandaiannya olehnya apalagi gadis ini hanya sumoi dari isterinya saja.
Dengan tenang dan sabar ia menangkis pukulan itu sambil berkata, "Sabarlah, nona...."
Akan tetapi, begitu lengan tangannya beradu dengan lengan Bi Lan, ia merasa sakit sekali pada pergelangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya dan tubuhnya terpental ke belakang sehingga ia terhuyung huyung hampir jatuh. Bukan main kagetnya menghadapi tenaga lwee kang yang luar biasa hebatnya ini dan mengingat pesan Ciang Le tadi. Wan Kan segera meloncat jauh ke belakang Ciang Le.
"Jangan lari, jahanam!" Bi Lan mengejar dengan marah sekali.
Akan tetapi Ciang Le melangkah maju dan berkata,
"Sabar, Lan moi, mari dengar penjelasanku lebih dulu...."
Sementara itu, melihat keganasan gadis ini, Wan Kan berlari menjauhi mereka. Ia merasa serba susah, tidak melawan, gadis itu mendesak dan demikian galak.
Melawan, belum tentu menang dan juga ia tidak enak karena bukankah gadis itu calon isteri Ciang Le" Melihat betapa kini Ciang Le menghadapi gadis itu, ia lalu berdiri menjauhi di tempat aman, mengharap adik angkatnya itu akan dapat membikin jinak harimau betina itu!
Akan tetapi, Bi Lan makin marah mendengar omongan Ciang Le yang membela pangeran musuh itu.
"Tak perlu mendengar omonganmu!" bentaknya dan tangan kanannya bergerak. Meluncurlah beberapa benda bersinar ke arah Wan Kan dengan kecepatan yang mengerikan. Tahu tahu benda benda bersinar itu telah menyambar ke arah Kepala, leher, dada dan perut Wan Kan. Pangeran ini terkejut bukan main dan cepat cepat ia meloncat ke belakang sebatang pohon besar yang kebetulan sekali berada di dekatnya. Kalau tidak ada pohon itu, agaknya akan celakalah pangeran ini, karena Bi Lan menyerang terus dengan Kim kong touw kut ciam (Jarum Sinar Emas Penembus Tulang) semacam senjata rahasia yang dipelajarinya dari Thian Lo mo! Setelah bersembunyi di belakang pohon yang besar itu, selamatlah Wan Kan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa buah jarum itu menancap masuk ke dalam batang pohon.
Tentu saja Ciang Le tahu lihainya Kim kong touw kut ciam ini, karena ia sendiripun telah mempelajari ilmu senjata rahasia dari Thian Lo mo.
"Lan moi, jangan bunuh dia....." katanya dengan gelisah sekali karena kalau sampai Wan Kan terkena senjata rahasia itu, celakalah kakak angkatnya itu.
Namun, mana Bi Lan mau mengalah" Gadis itu terus menghujani pohon tadi dengan senjata rahasianya, Ciang Le cepat mengambil sesuatu dari saku bajunya dan ia juga mengeluarkan Kim kong touw kut ciam yang cepat dilontarkan ke atas. Terdengar suara "cring! cring! cring!" di tengah udara ketika jarum jarum dari Bi Lan bertumbuk dengan jarum jarum dari Ciang Le. Sungguh menarik dan bagus sekali pemandangan ini. Jarum jarum yang dilepaskan itu mengeluarkan sinar keemasan dan ketika bertemu di. udara, menimbulkan bunga api, lalu runtuh bagaikan hujan ke atas tanah.
Bi Lan merasa penasaran dan beberapa kali ia mengerahkan tenaga mengayun jarum jarumnya akan tetapi selalu dapat disambut oleh Ciang Le yang juga melontarkan jarum jarumnya dengan sikap tenang sekali.
"Sumoi kau bertempur dengan siapakah".?" tiba tiba terdengar suara dari jauh dan datanglah Ling In diikuti oleh Lie Bu Tek dan Gan Hok Seng. Melihat sumoinya bertempur senjata rahasia dengan seorang pemuda baju kembang, Ling In cepat meloncat menghampiri dan untuk sejenak murid Hoa san pai inipun tertegun dan kagum sekali menyaksikan pertempuran yang aneh dan indah dipandang ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat datangnya saudara saudara seperguruannya, Bi Lan menghentikan serangan senjata rahasianya dan ia menudingkan telunjuknya ke arah pohon di mana tadi Wan Kan bersembunyi sambil berkata kepada Ling In dan kedua orang suhengnya.
"Pangeran keparat itu bersembunyi di sana, lekas tangkap dan bunuh dia!"
Akan tetapi, pada saat itu terjadi sesuatu yang membuat Bi Lan berdiri melongo. Ternyata ketika mendengar suara Ling In, Wan Kan cepat meloncat keluar dan kini suami isteri ini berdiri jauh saling pandang dengan air mata mengalir.
"Ling In...." Wan Kan berseru girang sambil lari menghampiri.
"Wan Kan"!" Ling In juga menjerit girang dan lari sehingga sepasang suami isteri itu bertemu di tengah jalan lalu saling rangkul dalam pelukan yang mengharukan hati.
Merah sekali muka Bi Lan melihat hal ini, ia merasa malu, jengah dan juga penasaran sekali. Ketika ia melirik ke arah Lie Bu Tek dan Gan Hok Seng, ia menjadi mikin terheran heran melihat dua orang suhengnya itu menundukkan muka dan agaknya ikut merasa terharu pula.
"Lie suheng, Gan suheng! Apa artinya semua ini"
Mengapa kalian diam saja dan tidak memberi hajaran kepada pangeran musuh itu?"
Bu Tek tidak menjawab, hanya cepat menghampiri Ciang Le yang dikenalnya sebagai pemuda yang pernah menolongnya. Ia menjura dengan hormat dan menyatakan kegembiraannya bertemu di tempat itu. Adapun Hok Seng segera menceritakan kepada Bi Lan tentang keadaan Wan yen Kan yang telah menolong mereka ketika ditawan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sungguhpun Wan yen Kan telah ditusuk pedang oleh Ling In dan dikira telah mati.
Mereka semua berkumpul dan berceritalah Wan Kan tentang pengalamannya ditolong oleh Ciang Le sehingga mereka mengangkat saudara. Mendengar semua penuturan itu Bi Lan menjadi terharu dan ia sudah melihat sendiri betapa besar kasih sayang Ling In kepada suaminya. Apa lagi ketika ia mendengar bahwa sucinya itu telah mengandung, dengan sepenuh hati ia dapat menerima Wan Kan sebagai kawan, bahkan sebagai saudara, karena bukankah Wan Kan menjadi suami Ling In dan menjadi...
Kampung Setan 12 Tiga Mutiara Mustika Karya Gan Kl Naga Naga Kecil 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama