Ceritasilat Novel Online

Pendekar Guntur 12

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 12


suara yang nyaring dia berseru: "Jie Ciangbun, silahkan mundur, biarlah Siauwte yang mengurus manusia tidak tahu aturan itu."
Suma Lin Liang bukan hanya berseru begitu saja, sebab dia telah melompat ketengah gelanggang. Maksudnya dia
hendak mewakili Jie Lian Cu buat menghadapi Sam Cie Tok San.
Hanya saja ketika ia hinggap digelanggang pertempuran itu, masih terpisah hampir setombak dari kedua orang tengah bertanding tersebut justeru Suma Lin Liang
merasakan sambaran angin
yang kuat sekali bergulunggulung dari kedua orang yang tengah saling mengadu kekuatan tenaga dalam itu. Dengan demikian disamping kaget, Suma Lin Liang harus cepat2 mengarahkan tenaga dalamnya, memperkuat kuda-kuda sepasang kakinya. Dengan cara seperti itulah, dia berhasil mencegah dirinya terjungkel keluar dari
gelanggang pertempuran tersebut.
Sedangkan Jie Lian Cu, yang waktu itu tengah mengerahkan tenaga dalamnya dan terus menerus beruntun memutar kedua tangannya buat mengadakan pembelaan
diri yang rapat, melihat majunya Suma Lin Liang, jadi berseru nyaring: "Hiante... mundurlah, biarlah dia kuhadapi sendiri !"
Tetapi Suma Lin Liang tidak mau mengerti. "Manusia seperti itu tidak ada harganya dihadapi oleh Jie ciangbunjin ! Mundurlah Jie ciangbun !" Sambil berkata begitu, Suma Lin Liang telah menerjang maju.
Kali ini dia melompat maju sambil mengerahkan tenaganya, sehingga dia tidak gentar lagi terhadap desakan tenaga dalam dari kedua orang yang tengah saling mengadu kekuatan itu.
Bahkan Suma Lin Liang begitu menyerbu maju, dia segera menyerang kepada Sam Cie Tok San hebat sekali. Angin pukulan itu menderu kuat, dia segera mempergunakan salah
satu jurus Sam Cie Kong, tidak mengherankan kalau-kalau angin pukulan yang menyambar kepada Sam Cie Tok San begitu hebat. Sam Cie Tok San melihat majunya Suma Lin Liang, semula dia tidak memandang sebelah mata. Bahkan dia tertawa dingin karena dilihatnya itulah seorang pemuda
yang masih remaja sekali. Tentu kepandaiannya tidak seberapa.
Namun waktu merasakan menyambarnya angin serangan dari Suma Lin Liang, Sam Cie Tok San kaget tidak terkira, ia sampai mengeluarkan seruan tertahan dan cepat2 melompat berkelit.
Dalam keadaan seperti itu, hati kecilnya juga diliputi tanda tanya dan perasaan berani yang bukan main. "Mengapa Bu Tong Pay bisa terdapat banyak sekali anak muda yang berkepandaian tinggi " Tadi anak belasan tahun itupun memiliki ilmu pukulan yang sangat aneh, kuat dan
juga sangat panas seperti juga sambaran api belaka." Yang dimaksudkan oleh Sam Cie Tok San adalah Kwang Tan.
Sedangkan Jie Lian Cu melihat Suma Lin Liang tidak mau mundur, dan malah telah mulai menyerang Sam Cie Tok San, terpaksa mengalah. Diapun memutar tangannya
satu kali lagi, buat mencegah menyerang mendadak padanya, kemungkinan lawannya
kemudian menjejakkan sepasang kakinya.
Tubuhnya mencelat cepat sekali menjauhi diri, keluar dari gelanggang pertempuran itu.
Sedangkan Suma Lin Liang tanpa membuang-buang waktu, menyusuli dengan beberapa kali hantaman lagi. Sam Cie Tok San juga telah mengempos semangatnya. Memang tadi waktu menghadapi Jie Lian Cu dia tengah
mengerahkan tenaga dalamnya dengan kuat, sekarang dia telah mempergunakan tenaga dalamnya itu buat menghalau setiap pukulan dari Suma Lin Liang.
Dia berhasil menghadapi pemuda itu sampai belasan jurus, Namun selewat itu, dia mulai terdesak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ilmu silat Sam Cie Kong yang dimiliki Suma Lin Liang, walaupun belum berhasil rampung dipelajari keseluruhan tingkatnya, tokh memang Suma Lin Liang telah berhasil mempelajari sebagian terbesar.
Bahkan Suma Lin Liang pun telah menerima petunjuk yang sangat berharga dari Thio Bu Kie maupun Thio Sam Hong, membuat kekuatan tenaga dalamnya semakin mantap dan leluasa dalam mempergunakan jurus2 ilmu silat Sam Cie Kong itu.
Diantara berkesiuran angin serangan dari Suma Lin Liang, mati2an Sam Cie Tok San berusaha membobolkan pertahanan dari pemuda itu. Memang dia selalu gagal, akan tetapi dia tidak pernah putus asa dan tetap meneruskan usahanya itu, dengan setiap kali menyerang hebat sekali.
Diantara berkesiuran angin serangan kedua orang yang tengah bertempur itu, tampak tubuh merekapun telah berkelebat2 kesana kemari dengan gesit dan lincah, sehingga yang tampak hanya gulungan2 warna pakaian masing-masing, tidak dapat terlihat muka mereka dengan jelas.
Jie Lian Cu yang telah berdiri dipinggir gelanggang pertempuran itu menyaksikan dengan hati yang kagum sekali: "Hemm, Suma Hiante telah memperoleh kemajuan yang sangat pesat sekali" ilmu silatnyapun bukan sembarangan... jika saja dalam sepuluh tahun mendatang ia berlatih terus dengan tekun, tentu sulit sekali dicari
tandingannya...!"
Murid2 Bu Tong Pay yang berkerumun diluar gelanggang pertempuran itupun menyaksikan jalannya pertandingan dengan hati yang diliputi rasa kagum dan heran.
Mereka melihat Suma Lin Liang berusia muda sekali, masih remaja dan tidak lebih tua dari mereka, bahkan diantara para murid Bu Tong Pay itu ada yang berusia lebih tua dari Suma Lin Liang sendiri, tetapi justeru kepandaian Suma Lin Liang begitu luar biasa, bahkan dilihat selintasan saja, seperti berada diatas tingkat mereka semuanya, hal
inilah yang telah membuat murid2 Bu Tong Pay itu diam2 memuji didalam hati mereka.
Bahkan diantara para murid Bu Tong Pay itu, yang tidak bisa menahan diri karena desakan rasa kagumnya, setiap kali Suma Lin Liang dapat mendesak Sam Cie Tok San, mereka berseru-seru memuji: "Bagus ! Bagus !"
Kwang Tan juga memperhatikan cara Suma Lin Liang menghadapi Sam Cie Tok San, Dia juga kagum sekali.
"Suma Koko memang telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali, tetapi tampaknya dia menyerang terlalu bernapsu sekali jika saja dia bisa berlaku lebih tenang sedikit saja, tentu kesempatan-kesempatan baik yang tadi dibiarkan lewat begitu saja, ikan dapat di lihatnya....!"
Karena berpikir seperti itu, akhirnya Kwang Tan telah berseru: "Suma Koko, perhatikan cara langkah kakinya....!" Apa yang diteriaki oleh Kwang Tan memang tidak salah, karena justeru kelemahan dari Sam Cie Tok San berada pada sepasang kakinya itu, dimana tubuhnya setiap kali bergerak tentu kaki yang kanan seperti melakukan dua kali gerakan, tidak bisa melangkah langsung.
Hal itu disebabkan Sam Cie Tok San melatih ilmu silatnya itu, telah terpengaruh oleh hawa sesat, karenanya, biarpun dia berusaha untuk melenyapkan kesesatannya itu, dia tidak berhasil usahanya yang ingin melenyapkan kesesatannya itulah yang membuat Sam Cie Tok San
akhirnya harus memiliki gerakan kaki kanan yang lamban.
Setiap kali akan melangkah memindahkan kuda2 kakinya, dia pasti melakukan gerakan dua kali dengan kaki kanan nya. itulah kelemahannya, sedangkan Sam Cie Tok San sendiri memang mengetahui akan kelemahannya tersebut. Hanya saja justeru dia tidak bisa melenyapkan kelemahannya tersebut.
Sekarang mendengar Kwang Tan berseru kepada Suma Lin Liang memperingatkan agar pemuda yang tengah menjadi lawannya itu lebih memperhatikan gerak kakinya, diam2 Sam Cie Tok San jadi gentar juga, itulah kelemahannya, yang dengan diberitahukan Kwang Tan
pada Suma Lin Liang, niscaya Suma Lin Liang akan mendesak dirinya jauh lebih dahsyat lagi.
Tampak Suma Lin Liang telah berseru nyaring sekali, tubuhnya bergerak sangat cepat, diapun mulai memperhatikan cara bergerak dari kaki lawannya, Karena
itu, dia telah dapat melihat kelemahan dari lawannya itu.
Dalam waktu yang sangat singkat sekali, dia telah dapat mendesak Sam Cie Tok San dengan hebat.
Diantara berkesiuran angin serangan pukulan Suma Lin Liang, tampak Sam Cie Tok San mulai letih, dia telah terdesak, sehingga buat membalas menyerang sudah tidak dapat.
Suma Lin Liang jadi girang, karena dia mulai dapat mendesak lawannya itu bertambah hebat. Dan juga dia mengetahui bahwa lawannya sebentar lagi akan dapat dirubuhkannya.
Sedangkan Jie Lian Cu melihat Sam Cie Tok San sudah tidak berdaya balas menyerang bahkan telah beberapa kali terkena serangan Suma Lin Liang membuat hatinya jadi tidak enak.
Karena Jie Lian Cu memang tidak mau menanam bibit permusuhan dengan Sam Cie Tok San. Dan sekarang melihat Sam Cie Tok San dalam keadaan terdesak hebat seperti itu, dia akhirnya berseru: "Hiante, hentikanlah !"
Akan tetapi Suma Lin Liang yang tengah bersemangat sekali mengerahkan seluruh kepandaiannya buat mendesak Sam Cie Tok San, seperti tidak mendengar seruan Jie Lian Cu, karena dia terus juga mendesak Sam Cie Tok San dengan hebat.
Malah, suatu kali, ketika Sam Cie Tok San tengah terhuyung mundur disebabkan dia tergesa2 dalam
menghindarkan serangan yang dilakukan Suma Lin Liang, dengan diiringi suara seruan nyaring, segera Suma Lin Liang telah menghantam dengan tenaga penuh kedada Sam Cie Tok San.
"Bukkk!" dan Sam Cie Tok San terhantam hebat sekali. Diwaktu itulah seketika dia terhuyung-huyung mundur lima langkah dengan wajah yang sangat pucat.
Tadi waktu didadanya terhantam kuat, dia juga mengeluarkan jerit kesakitan yang nyaring.
Walaupun dia tidak memuntahkan darah segar, dari sudut mulutnya itu tampak jelas darah yang mengalir, rupanya akibat pukulan yang diterimanya dari Suma Lin Liang membuat dia terluka didalam yang cukup hebat.
Melihat lawannya telah berhasil dilukainya, Suma Lin Liang tidak mau membuang-buang waktu, dia hendak menyusuli dengan pukulan yang menentukan. Tubuhnya seperti juga seekor burung rajawali yang menyambarnya, melesat sangat cepat sekali kearah Sam Cie Tok San.
Apa yang dilakukan Suma Lin Liang kali ini merupakan tindakan yang sangat mengejutkan Sam Cie Tok San, karena justeru sekarang ini mempergunakan jurus terhebat Suma Lin Liang telah dari Sam Cie Kongnya.
Seperti diketahui, ilmu silat luar biasa yang dikuasai Suma Lin Liang adalah Sam Cie Kong, karenanya sekarang, waktu ia mempergunakan jurus Andalan dari ilmu silat Sam Cie Kong tersebut dia telah mempergunakan tiga jari
tangannya, yaitu jari telunjuk, jari tengah dan Jari manisnya.
Dengan ketiga pucuk jari tangannya dia menyerang, Sam Cie Tok San yang masih terpisah cukup jauh dari Suma Lin Liang merasakan betapa angin serangan itu dahsyat sekali menyambar kearah dadanya.
Cara menyambar dari jari tangan Suma Lin Liang menyerupai gerakan dari cara menerkam serigala, karena ketiga batang jari tangan itu telah meluncur dengan sangat kuat dan cepat sekali mengandung inti kekuatan tenaga dalam yang benar2 luar biasa.
Jika saja orang biasa yang menerima serangan seperti itu dari Suma Lin Liang, jangankan pucuk2 jari tangan dari Suma Lin Liang mengenai sasarannya, hanya terkena angin serangan saja, niscaya telah rubuh dengan luka parah dan berat.
Suma Lin Liang yang sejak tadi melihat bahwa lawannya memang memiliki ilmu silat yang lebih tinggi darinya, karena itu dia bertindak tidak tanggung-tanggung, ia mempergunakan Sam Cie Kong, yang merupakan ilmu luar biasa dan gerakannya sangat aneh.
Justeru keanehan dalam setiap jurus yang dilakukan Suma Lin Liang itulah yang membuat lawannya menjadi bingung dan tidak bisa menghadapi sebaik mungkin, walaupun kepandaian dan pengalaman dari Sam Cie Tok San jauh lebih menang dari Suma Lin Liang.
Pucuk2 jari tangan Suma Lin Liang meluncur begitu cepat, dan kemudian menghantam telak sekali kepada dada Sam Cie Tok San. tanpa lawan ini bisa menghindar Dan ia telah terserang.
"Dukkk! Dukkk!" dua kali beruntun, dihantam pucuk jari tangan kiri dan kanan, dan dia mundur sampai tiga langkah dengan muka berobah pucat, mulut setengah terbuka dan mata terpentang lebar-lebar.
Luar biasa justeru dia tidak rubuh, dia masih tetap berdiri tegak mempertahankan diri tidak segera rubuh terguling
atau juga mundur lagi. Dia
hanya memandang tajam kepada Suma Lin Liang sambil cepat2 memusatkan tenaga dalamnya, menyalurkan kedadanya, berusaha agar dadanya itu dapat dilindungi oleh hawa murninya, agar pernapasannya dapat berjalan lancar dan juga dia tidak terluka didalam yang berat.
Dalam keadaan berseru nyaring.
seperti itulah Suma Lin Lian telah ia melompat menerjang sambil menghantam lagi dengan caranya seperti tadi, cara seekor srigala yang tengah menerkam mangsanya.
"Hemm!" mendengus Sam Cie Tok San, walau hatinya gentar karena melihat hebatnya cara menyerang dari Suma Lin Liang dan diapun merasa kaget tidak terkira, namun dia tidak mau memperlihatkan perasaan kagetnya itu, dia tetap berdiri ditempatnya, sinar matanya memandang tajam.
"Hebat jaga kepandaianmu!"
Waktu itulah, cepat sekali Jie Lian Cu telah melompat kedekat Suma Lin Liang, sambil berseru: "Hiante, hentikan!" kemudian tangan kanannya bergerak, dia mengibas kearah tangan Suma Lin Liang, guna mencegah Suma Lin Liang meneruskan serangannya itu.
Karena jika sampai benar-benar Sam Cie Tok San terluka parah oleh Suma Lin Liang, berarti permusuhan dan dendam yang sangat mendalam telah ditanamkan. Karenanya, Jie Lian Cu berusaha buat mencegahnya.
Kibasan tangan Jie Lian Cu mengandung kekuatan tenaga dalam yang dahsyat, namun merupakan tenaga yang mengandung kelunakan juga.
Walaupun kuat dia menyampok tangan Suma Lin Liang, namun tidak akan melukai Suma Lin Liang. Dan hanya membuat tangan Suma Lin Liang mencong kearah lain, sehingga tidak dapat menyerang pada sasaran nya lagi.
Waktu itu Sam Cie Tok San sendiri tengah bingung juga, ia tidak, mau memperlihatkan kelemahannya, dan juga tidak mau mundur melakukan tindakan pengecut.
Dia hanya mengawasi saja cara menyerang dari Suma Lin Liang, Karena itu dia berpikir, bila serangan dari Suma Lin Liang kali itu menyambar datang, dan pasti dia tidak mungkin kuat menghadapi hantaman tersebut, ia bermaksud akan menangkis dan balas menyerang sekuat sisa tenaganya, guna mengadu jiwa, beruntung bahwa Jie Lian Cu dapat mencegah Suma Lin Liang tidak
meneruskan serangannya itu.
Jie Lian Cu telah mencekal tangan Suma Lin Liang katanya: "Hiante, mundurlah !"
Suma Lin Liang ragu-ragu sejenak, karena dia masih penasaran ingin merubuhkan Sam Cie Tok San. Ia yakin, jika tadi Jie Lian Cu tidak merintangi serangannya itu niscaya akan membuat ia dapat merubuhkan Sam Cie Tok San, yang tampaknya telah terluka didalam akibat serangannya itu.
Waktu itu, Kwang Tan telah menghampiri kedekat Suma Lin Liang, katanya: "Suma Koko mundurlah dulu, biarkan Jie ciangbun yang menyelesaikan persoalan ini !"
Mendengar perkataan Kwang Tan itu, Suma Lin Liang seperti baru teringat, bahwa ia sebenarnya merupakan tamu saja di Bu Tong Pay.
Dan sekarang, justeru Sam Cie Tok San berurusan dengan pihak Bu Tong Pay, dengan demikian, setelah Jie Lian Cu meminta agar ia mundur, maka dia tidak bisa bersikeras hendak merangsek terus kepada Sam Cie Tok San.
"Baiklah !" kata Suma Lin Liang sambil mengangguk dan mundur beberapa langkah, Jie Lian Cu sendiri telah menoleh kepada Sam Cie Tok San katanya: "Jika Siecu sudah tidak ada urusan dengan kami, silahkan pergi !!"
Setelah berkata begitu, Jie Lian Cu merangkapkan sepasang tangannya, memberi hormat, dengan sikap mempersilahkan tamu ini buat berlalu, itulah cara pengusiran yang halus.
Sam Cie Tok San tertawa dingin, dia sesungguhnya dalam keadaan terluka didalam, namun dia tidak mau memperlihatkan kelemahannya. Dengan sikap tetap gagah, dia telah menyahuti: "Baiklah, kukira sekarang ini telah cukup buat aku melihat liehaynya ilmu silat dari Bu Tong Pay. dan dalam keadaan sekarang ini, aku pun tidak akan mengganggu lebih jauh !"
Setelah berkata begitu Sam Cie Tok San memutar tubuhnya, dia telah melangkah buat berlalu, Namun, ketika dia baru melangkah dua tindak, justeru tubuhnya telah terhuyung seperti juga akan terguling. itulah disebabkan sebenarnya dia memang telah terluka didalam yang cukup parah.
Dan tadi, jika memang dia masih dapat berdiri tetap, karena dia telah mengerahkan seluruh tenaga yang masih ada buat memperkuat kuda-kuda kedua kakinya.
Begitu dia melangkah, merasakan bumi seperti maka Sam Cie Tok San juga bergoyang, pandangan matanya kabur.
Mati2an Sam Cie Tok San berusaha mencegah jangan sampai dirinya tersungkur, Karena jika ia rubuh, tentu akan memalukan sekali. Dia telah mengempos seluruh tenaganya, berusaha menyalurkan kekuatannya, buat melangkah terus.
Namun apa yang diusahakannya itu tidak berhasil, Dia tersungkur, Tetapi cepat sekali dia bisa bangun berdiri dan berusaha melangkah lagi dengan tubuh yang ber goyang2.
Melihat keadaan Sam Cie Tok San seperti itu, Kwang Tan merogoh sakunya, "Sam Cie Tok San, ambillah obat ini, lukamu itu akan segera sembuh!" Sambil berseru begitu, Kwang Tan telah melontarkan obat yang di perlukan Sam Cie Tok San.
Sam Cie Tok San mengeluarkan tangan kanannya, sebat sekali ia menyambuti obat itu. Namun ia ragu sejenak, mengawasi obat itu dan kemudian memandang kepada Kwang Tan. Namuh akhirnya ketika melihat Kwang Tan tersenyum kepadanya, sambil katanya:
"Makanlah obat itu, Luka didalam tubuhmu tidak akan membahayakan!"
Setelah termenung beberapa saat, Sam Cie Tok San akhirnya membawa obat tersebut kemulutnya, dia menelannya. Ia merasakan bau harum semerbak, kemudian dia telah melangkah lagi dengan tubuh yang tetap sempoyongan.
Jie Lian Cu menghela napas waktu melihat Sam Cie Tok San telah pergi, Dan ia mengajak Suma Lin Liang berdua dengan Kwang Tan untuk masuk kedalam kuil.
Ketika mereka sampai diruang tengah, di mana berkumpul seluruh murid2 Bu Tong Pay terdengar isak
tangis yang perlahan sekali, Jie Lian Cu menyapu sekeliling ruangan tersebut, ia melihat seorang Tojin setengah baya tengah menangis dengan sedih sekali, Jie Lian Cu menghela napas.
Dilihatnya tojin setengah baya tersebut tengah berlutut didepan meja sembahyang didekat peti mati dari jenazah Thio Sam Hong, ia pun tengah sesambatan:
"Suhu... ampunilah tecu yang terlambat datang... ampunilah suhu....!"
"In Sute..." seru Jie Lian Cu setelah melihat jelas lojin setengah baya itu. Tojin itu sambil menyusut air matanya, telah memandang kepada Jie Lian Cu, kemudian berlutut menghadap kepada Jie Lian Cu, katanya: "Jie Suheng.... ampunilah aku datang terlambat Dan... dan... aku tidak
sempat buat bertemu terakhir kalinya dengan Suhu... kini Suhu telah berpulang buat selama-lamanya...!"
Dan lojin setengah baya itu telah menangis lagi terisakisak dengan tubuh yang tergetar.
Jie Lian Cu cepat2 membangunkannya, ia pun merasa berduka sekali, "Kau kembali tanpa memberi kabar kepada kami, In Sute dan juga... juga engkau pergi merantau tanpa meninggalkan jejak, kami tidak mengetahui kau dimana, maka kami tidak bisa menghubungimu disaat detik-detik terakhir dari Suhu!"
Sudahlah In Sute, sekarang Suhu lelah berpulang dengan tenang, telah menemui ketenteraman abadi...!"
In Sute itu, yang tidak lain dari In dan kebahagian
Lie Heng, telah mengangguk beberapa kali -"Ya, ya suheng...!" Sahutnya. Ternyata In Lie Heng memang baru saja tiba. Tadi dia mengambil jalan bukan dari arah depan kuil, melainkan dengan ginkangnya yang sekarang telah mencapai tingkat yang tinggi, dia melompat dari dinding sebelah kanan tembok pekarangan kuil tersebut.
Karena itu, dia tidak bertemu dengan Jie Lian Cu yang tengah melayani Sam Cie Tok San. ln Lie Heng telah langsung memasuki ruangan tengah dia melihat upacara kematian dan sembahyang arwah dari Thio Sam Hong.
Membaca tulisan yang berada dimeja sembahyang itu, In
Lie Heng seperti kalap, Puluhan orang murid Bu Tong Pay lainnya, yang melihat Susiok mereka datang, yang memberi hormat seperti tidak dilihat In Lie Heng, karena dia telah menangis menggerung-gerung sambil menjatuhkan diri berlutut dihadapan meja sembahyang jenazah Thio Sam Hong.
Jie Lian Cu bersama dengan In Lie Heng, Kwang Tan, Suma Lin Liang dan murid dari Bu Tong Pay telah berlutut, dan mereka menjalankan lagi upacara sembahyang besar terhadap jenazah dan arwah Thio Sam Hong, guru besar Bu Tong Pay tersebut, karena kini seorang murid kesayangan
dari Thio Sam Hong telah kembali.
In Lie Heng telah belasan tahun mencukur rambut menjadi tosu, Memang ia kecewa melihat betapa putera dari Song Wan Kiauw melakukan tindakan pengkhianatan terhadap pintu perguruannya. Dan juga ia tawar hati
melihat betapa Bu Kie bersama Beng Kauwnya telah terdesak hebat oleh Cu Goan Ciang.
Karenanya, dia mencukur rambut, menjadi tosu dan hidup menyendiri, ia pun seringkali meninggalkan kuil Bu Tong Pay buat turun gunung, berkelana, untuk mengarungi daratan Tionggoan, Setiap kali ada kesempatan, dimana ia
menyaksikan peristiwa tidak adil, maka iapun turun tangan buat menolongi orang yang tengah dalam kesulitan itu. Karenanya, ia segera dapat menghibur hatinya .
Dengan melakukan perbuatan amal kebaikan menolongi orang-orang yang tengah dalam kesulitan In Lie Heng agak
terhibur hatinya, Dan ia terus juga berkelana.
Sampai akhirnya suatu hari, ketika ia berada di Soasay, dimana ia merasakan hatinya tidak tenang, pelupuk mata kirinya selalu kedut-kedutan tidak hentinya.
Maka dia segera kembali ke Bu Tong San, buat menjenguk saudara seperguruannya, terutama sekali buat menengoki guru besar Thio Sam Hong, gurunya.
0ooo0dw0ooo0 Jilid19 NAMUN, justeru kedatangannya di Bu Tong San telah disambut dengan berita yang menyedihkan dari mulut beberapa orang penduduk kampung dikaki gunung, ia telah mendengar perihal berpulangnya Thio Sam Hong.
Maka dengan hati sangat berduka bercampur kaget, dia tidak membuang-buang waktu lagi, segera berlari menuju kepuncak gunung, kemudian tanpa melewati pintu gerbang kuil, dia telah melompat tembok pekarangan kuil, buat menerobos keruang utama.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Itulah sebabnya ta di dia tidak sempat menyaksikan Jie Lian Cu bertiga dengan Suma Lin Liang dan Kwang Tan yang tengah menghadapi Sam Cie Tok San.
Betapa hati dan perasaannya hancur bahwa gurunya benar2 telah berpulang. Dilihatnya ada meja sembahyang buat arwah Thio Sam Hong. Dan juga, dia melihat semua
murid2 Bu Tong Pay yang tengah menjalankan upacara sembahyang itu.
Dia menyesali, mengapa ia tidak pulang jauh lebih siang sebelumnya, untuk dapat bertemu muka yang terakhir kali dengan gurunya, yang sangat dipuja dan di hormatinya itu"
Dan ia memang paling cetek air matanya, ia menangis dengan tubuh gemetar. Sampai akhirnya Jie Lian Cu bersama Suma Lin Liang dan Kwang Tan telah masuk keruang utama.
Memang pertemuan Jie Lian Cu dengan In Lie Heng merupakan pertemuan yang sangat mengharukan sekali, sebab cukup lama mereka berpisah. Terlebih lagi Jie Lian Cu sangat memanjakan adik perguruannya yang paling bungsu ini,
-ooo0dw0oooSEKARANG kita tinggalkan dulu Jie Lian Cu dengan murid-murid Bu Tong Pay yang tengah menjalankan upacara sembahyang dimalam itu pada arwah Thio Sam
Hong, dimana jenazah dari guru besar itu besok akan dikebumikan.
Marilah kita menengok kepada Song Wan Kiauw, Toa Suheng dari Bu Tong Cit Hiap, yang dulu merupakan dedengkot yang paling ditakuti oleh orang2 rimba
persilatan, karena kepandaiannya yang memang sangat tinggi.
Song Wan Kiauw pula yang telah diserahi warisan ciangbunjin oleh Thio Sam Hong, karena menurut pantasnya, sebagai murid tertua, tentu saja Song Wan Kiauw yang akan menerima warisan jabatan Ciangbunjin,
terlebih lagi memang kepandaian sinkangnya telah mencapai tingkat yang paling tinggi.
Juga memang Song Wan Kiauw seorang yang tabah dan tenang dalam menghadapi segala macam urusan.
Thio Sam Hong yakin, tentu Song Wan Kiauw akan berhasil membawa Bu Tong Pay kepuncak kebesaran, karena Song Wan Kiauw akan berhasil memimpin Bu Tong Pay dengan sebaik2nya.
Namun siapa tahu, justeru putera Song Wan Kiauw telah melakukan pengkhianatan, disebabkan Ciu Cie Jiak, membuat putera Song Wan Kiauw berkhianat dan memusuhi pintu perguruannya sendiri. Sampai akhirnya oleh Thio Sam Hong putera Song Wan Kiauw telah dijatuhkan hukuman mati.
Sejak saat itu, kedudukan ciangbun juga dicopot dari Song Wan Kiauw. Justeru selama bertahun-tahun Thio Sam Hong belum lagi mengetahui harus memberikan dan mewarisi kepada muridnya yang mana kedudukan Ciangbun tersebut.
Akhirnya terpilih juga Jie Lian Cu. itupun memerlukan Thio Sam Hong menggembleng sebaik-baiknya Jie Lian Cu, agar sinkangnya memperoleh kemajuan yang lebih baik lagi.
Song Wan Kiauw sendiri, sejak kematian puteranya, selalu berduka, Hatinya menjadi tawar. Sama sekali dia tidak bersakit hati kepada gurunya, yang telah menabok batok kepala puteranya sampai sang putera itu menemui ajalnya.
Justeru Song Wan Kiauw kagum akan ketegasan bertindak gurunya, dimana memang Bu Tong Pay memiliki peraturan-peraturan yang keras sekali, yang harus dijalankan sebaik mungkin oleh semua murid2 Bu Tong Pay tanpa terkecuali.
Thio Sam Hong sendiri telah menjatuhkan "hukuman" kepada Song Wan Kiauw, selama dua puluh tahun ia harus duduk bersemedi menghadapi dinding.
Dan selama itu pula, Song Wan Kiauw tidak boleh bangun dari duduknya menghadapi tembok, Makanannya diantar oleh totong, yang melayani seluruh kebutuhan Song Wan Kiauw.
Semula Song Wan Kiauw merasa agak berat dengan keputusan gurunya, yang dirasakannya kurang adil, karena dihukum demikian selama dua puluh tahun bukanlah hukuman yang ringan.
Akan tetapi setelah bersemedhi menghadap harus menyalurkan Wan Kiauw baru gurunya bermaksud baik dan luhur.
"Hukuman" yang dijatuhkannya itu hanya sekedar meloloskan Song Wan Kiauw dan kedukaannya disebabkan kematian puteranya, Disamping itu, dengan cara duduk bersemedhi menghadapi tembok, Song Wan Kiauw dapat mempelajari Sinkang Bu Tong Pay lebih baik lagi dimana kini, disaat ia tengah menjalani "hukuman" duduk menghadapi tembok, merupakan cara berlatih tingkat tinggi dari Bu Tong Pay.
lewat beberapa tahun duduk
tembok terus menerus, dengan seluruh pemusatan pikirannya. Song mengetahuinya, bahwa sesungguhnya Dan dengan cara duduk bersemedhi seperti itu, Wan Kiauw telah memperoleh kemajuan yang sangat pesat.
Kemajuan sinkangnya baru disadari Wan Kiauw setelah lewat delapan tahun. Semua itu terjadi secara kebetulan sekali.
Totong yang membawakan nasi dan sayur buatnya, telah terpeleset dan hampir jatuh. Namun Song Wan Kiauw yang duduk bersemedhi tidak boleh bergerak dari tempat duduknya.
Karena belum dua puluh tahun, dia tidak boleh meninggalkan tempat duduknya itu, Karenanya, Song Wan Kiauw tidak bisa melompat untuk menolongi tolong itu.
Cuma saja, secara tidak sadar, dengan sendirinya, tangan kanannya telah mengibas.
Bukan main! Begitu tangan seketika tubuh si Totong seperti kekuatan yang tidak tampak, membuat tubuhnya tidak sampai terjerunuk jatuh terjerembab.
Malah semua barang makanan yang dibawanya, yang tadi hampir saja jatuh berantakan, tetap masih terpegang ditangannya tanpa ada sebuah cawan atau mangkok yang jatuh terlepas dari tangannya.
Song Wan Kiauw jadi tercengang sendirinya itulah kemajuan ilmu sinkangnya yang luar, Dengan hanya mengibaskan tangannya saja dia telah berhasil menolongi totong tersebut.
kanannya dikibaskan ditahan oleh sesuatu
Diam2 Song Wan Kiauw terheran2, membuat dia duduk termangu saja.
Totong itu telah meletakkan makanan yang dibawanya disamping Song Wan Kiauw, kemudian menjatuhkan diri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlutut: "Susiok, terima kasih atas pertolongan Susiok !" sambil berkata begitu, ia telah menganggukkan kepalanya beberapa kali.
Song Wan Kiauw segera perintahkan totong itu berdiri, Kemajuan sinkangnya membuat Song Wan Kiauw benar2 takjub. Dan dia segera juga tersadar, justeru dengan duduk
bersemedhi seperti itulah, tanpa disadarinya dia telah memperoleh kemajuan yang sangat pesat.
Dan juga, memang tampaknya dia telah berhasil untuk memupuk lwekang atau ginkang yang semakin tinggi. Dan tanpa diinginkannya dari matanya telah menitik butir2 air mata, karena dia terharu sekali.
Dia mengerti, gurunya dengan menjatuhkan "hukuman" duduk menghadapi tembok selama dua puluh tahun tidak lain untuk memberikan pelajaran tertinggi Bu Tong Pay.
Mengetahui itu, Song Wan Kiauw bermaksud untuk
berlutut, guna mengucapkan terima kasih kepada gurunya, walaupun memang guru nya tidak terdapat disitu.
Namun Song Wan Kiauw segera teringat dia baru saja menjalani hukuman gurunya selama sembilan tahun, jadi
masih ada sebelas tahun lagi yang harus dilaksanakan Dia sama sekali tidak boleh beranjak dari tempat duduknya, Maka dia jadi membatalkan maksudnya buat melompat bangun dan berlutut.
Dia hanya bersila dengan mata terpejamkan kemudian katanya: "pergilah kau!" ia perintahkan totong itu buat
meninggalkan kamar tersebut. Totong itu mengiyakan dan berlalu meninggalkan Song Wan Kiauw setelah memberi hormat lagi.
Setelah Totong itu pergi, Song Wan Kiauw duduk bersila mengatur pernapasannya. Lenyap perasaan sesal dihatinya pada gurunya, bahkan ia bersyukur dan berterima kasih.
Walaupun Song Wan Kiauw seorang yang tenang dan setiap kali mengambil keputusan tidak terlalu cepat, tokh dia cukup cerdik, Karena telah melihat manfaat dari
"hukuman" yang dijatuhi gurunya padanya, dia jadi berpikir lebih jauh lagi. dan ia segera tersadar.
"Akhhh ternyata suhu bermaksud baik. Suhu menginginkan aku tidak
dilibat oleh kedukaan karena kematian anakku, dan suhu menginginkan aku terhindar dari kedukaan itu. Sungguh mulia sekali hati Suhu.!"
Karena terharu, ia menitikkan air mata lagi, mulutnya berkemak-kemik sambil katanya:
"Suhu... budi Suhu terlampau besar, entah dengan cara bagaimana tecu nanti membalasnya." Namun sejak saat itu Song Wan Kiauw benar2 mengosongkan pikirannya, ia telah mengerahkan sinkangnya, duduk bersemedhi menghadapi tembok dan terus melakukannya tanpa ada penyesalan lagi dihatinya.
Dalam keadaan seperti itulah, Song Wan Kiauw telah memperoleh kemajuan yang sangat hebat sekali. Selama belasan tahun ia tidak pernah mencampuri urusan didalam kuil tersebut, sampai boleh dikatakan urusan didalam kuil ia sama sekali tidak mencampuri dan tidak mengetahuinya, ia
sudah tidak mengenal waktu lagi, tidak mengetahui sudah berapa lama ia bersemedhi menghadapi tembok, dan berapa lama lagi ia harus bersila seperti itu.
Yang diketahuinya, ia hanya memperoleh kemajuan yang sangat pesat sekali, sehingga sinkangnya telah
memperoleh kemajuan pada tingkat yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya.
Waktu itulah, disaat Thio Sam Hong telah menghembuskan napasnya, sesungguhnya Song Wan Kiauw mendapat perasaan tidak enak, perasaan yang ganjil sekali, ia selalu teringat kepada gurunya, ia juga berpikir,
apakah gurunya telah mengalami sesuatu yang tidak diinginkannya ?"
Tetapi, tidak ada seorangpun yang memberitahukan padanya apa yang terjadi pada diri Thio Sam Hong. Sebab memang waktu menjalankan "hukuman" dua puluh tahun harus duduk bersemedhi menghadapi tembok, Thio Sam Hong telah melarang siapapun juga, termasuk Jie Lian Cu, buat menengoki suhengnya itu.
Dan hanya seorang totong yang diperbolehkan buat melayani Toa suheng tersebut.
Disebabkan itulah maka biarpun Thio Sam Hong telah menghembuskan napasnya didetik2 terakhirnya sekalipun, Jie Lian Cu tidak berani memberitahukan hal itu kepada Song Wan Kiauw.
Song Wan Kiauw ketika melihat totong yang mengantarkan makanan buatnya telah datang, ia menanyakan apa yang tengah terjadi didalam kuil Bu Tong Pay ini. Totong ini tampak ragu2, namun akhirnya ia bilang: "Tidak ada apa2, Susiok hanya waktu sekarang ini Jie Lian Cu tengah sibuk sekali !"
Song Wan Kiauw menyadari bahwa totong ini tentunya berdusta, Tetapi Song Wang Kiauw tidak menyesali totong itu, ia mengetahui nya bahwa totong tersebut bersikap seperti itu, tentunya memang ia telah memperoleh pesan dari Jie Lian Cu ataupun dari Thio Sam Hong.
Song Wan Kiauw hanya menghela napas dalam2, dia telah berdiam diri dan kemudian setelah totong itu pergi meninggalkan kamar nya, Song Wan Kiauw meneruskan latihan pernapasannya, memejamkan sepasang matanya menghadapi tembok.
Dengan demi ian, ia tidak memiliki selera makan sedikitpun juga. Santapan yang telah disediakan disampingnya, sama sekali tidak disentuhnya.
Bahkan ketika totong itu telah datang kembali buat mengambil mangkok dan cawan yang diduganya tentu telah kosong, jadi berdiri terheran2 ketika melihat semua barang santapan masih tetap utuh.
"Susiok, apakah makanan ini kurang sesuai dengan selera Susiok" biarlah nanti tecu membuatkannya yang lebih enak!" kata Totong tersebut.
Song Wan Kiauw menggelengkan kepalanya. "Jangan, tak usah... aku memang tidak berselera untuk makan, Besok barulah kau antarkan makanan lagi, pergilah bawa makanan itu!" kata Song Wan Kiauw kemudian, sambil terus memejamkan lagi sepasang matanya buat
melanjutkan latihan pernapasannya,
Totong itu hanya berdiri menjublek, namun dia tidak berani banyak bertanya. Kemudian dia telah memutar tubuhnya, berlalu membawa barang santapan yang masih utuh.
Song Wan Kiauw terus juga bersemedhi, dengan pikiran dan hati semakin tidak tenang. Ia merasakan, tentu ada sesuatu yang tidak menggembirakan terjadi pada gurunya, Tidak biasanya perasaannya begitu tergoncang.
Dan tengah Song Wan Kiauw dalam kegelisahan seperti itu, iapun mendengar suara ribut2 diluar kamarnya, suara ribut2 itu terdengar samar2, akan tetapi menunjukkan tentu suara ribut2 tersebut berasal dari banyak orang yang berkumpul ditempat yang terpisah cukup jauh dari kamarnya tersebut.
Kamar Song Wan Kiauw merupakan sebuah kamar yang dibangun dibelakang kuil, kamar itu memang kamar khusus buat berlatih Iwekang, yang memiliki tiga ruangan berjajar. karenanya, tempat itu sangat tenang sekali.
Dalam hari hari biasa, memang sering juga terdengar suara dari para pendeta yang tengah membaca ayat-ayat suci dengan sembahyang, akan tetapi tidak akan menimbulkan suara ribut seperti itu. Dan sekarang suara ribut itu membuat Song Wan Kiauw menduga2 apakah telah terjadi suatu keributan di kuil Bu Tong Pay ini ?"
Tengah Song Wan Kiauw dalam kegelisahan seperti itu, ia berpikir untuk pergi keluar dari kamarnya, guna melihat apa yang terjadi. Namun dia pun segera teringat, bahwa ia belum lagi dua puluh tahun menjalankan perintah atas hukuman yang dijatuhi gurunya.
Dengan sendirinya, tidak dapat ia beranjak dari tempatnya duduk itu.
Dan Song Wan Kiauw berusaha mengerahkan dan mengatur jalan pernapasannya, agar dapat menenangkan kembali hatinya, namun tetap saja perasaan dan hatinya tergoncang, ia tidak berhasil menguasainya, sehingga Song Wan Kiauw segera yakin, tentunya terjadi sesuatu yang hebat pada diri gurunya.
Namun, sama sekali Song Waa Kiauw tidak berani melanggar perintah gurunya, ia tidak berani meninggalkan
tempat berduduknya itu, hanya hati dan perasaannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belaka yang tetap tergoncang dengan tidak ada ketenteraman. Karena itu, Song Wan Kiauw akhirnya telah berusaha buat bersemedhi terus. Dan ia berhasil sedikit, perasaannya jadi lebih tenang. itu hanya sejenak saja, karena kemudian tergoncang kembali, Dengan demikian Song Wan Kiauw
semakin dicekam oleh perasaan tidak tenangnya.
Ribut2 ditempat yang terpisah cukup jauh dari kamarnya telah berangsur lenyap, keheningan menguasai sekitar tempat dimana di bangun kamar semedhi itu.
Akan tetapi hati Song Wan Kiauw tetap saja tidak tenang dan tenteram. Tengah Song Wan Kiauw diliputi oleh perasaan tidak tenang dan tidak tenteramnya itu tiba2 didengarnya suara langkah kaki yang ringan mendekati pintu kamar.
Song Wan Kiauw menduga pada totong kecil yang biasa melayaninya, yang tentu datang kembali membawakannya makanan lain yang lebih enak, karena tentunya totong itu menduga selera makan Song Wan Kiauw tidak ada disebabkan makanan yang disajikan kurang enak.
Dikala itu, Song Wan Kiauw berusaha memejamkan matanya, ia bermaksud jika totong nanti mempersilahkan dia makan, maka ia akan berdiam diri saja.
Tiba-tiba didengarnya suara orang mendehem, dibarengi dengan bunyi pintu dibuka.
"Toa suheng..." terdengar suara yang dikenalnya, suara Jie Lian Cu. Song Wan Kiauw telah memandang dengan mata yang terbuka lebar2. Dilihatnya Jie Lian Cu berdiri diambang
pintu sambil merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat kepadanya dengan membungkukkan tubuh dalam2.
Song Wan Kiauw telah memandang terus dengan hati yang tidak tenteram. Jie Lian Cu kali ini mengunjunginya, setelah belasan tahun tidak mengunjunginya karena
dilarang oleh guru mereka, tentunya Jie Lian Cu akan memberitahukan urusan yang hebat, sampai ia melanggar larangan guru mereka.
Waktu itu Jie Lian Cu selesai memberi hormat, melangkah memasuki kamar dan menghampiri Song Wan Kiauw lebih dekat, Mukanya tampak pucat, dan juga matanya merah.
Ada yang membuat Song Wan Kiauw terkejut, dia melihat pita hitam dilengan baju adik seperguruannya itu. Dan itu adalah tanda berkabung.
"Sute..."!" kata Song Wan Kiauw kemudian dengan suara tergetar, karena segera juga hati kecilnya membisikkan sesuatu yang membuat dia menduga sesuatu hal yang tidak menggembirakan.
Jie Lian Cu sudah tidak bisa menahan menitiknya butir2 air matanya, dia telah menjatuhkan diri berlutut dihadapan Toa suhengnya, katanya: "Toa suheng... kita telah ditinggal buat selama2nya oleh Insu... beliau sekarang telah berangkat kealam tenang dan tenteram..."
Song Wan Kiauw memandang Jie Lian Cu dengan mata terpentang lebar2, mulutnya juga terbuka dan gemetar. "Jie Sute Insu... Insu.... sudah meninggal "!" tanya Song Wan Kiauw kemudian dengan suara tergagap. Jie Lian Cu mengangguk.
"Benar Toa-suheng...!" menyahuti Ciangbunjin Bu Tong Pay ini dengan suara yang tertahan dan tergetar menahan isak tangis.
Waktu itu Song Wan Kiauw menjerit kalap, dia telah menghantam dinding dihadapan dan menangis sedih sekali. Karena hantaman membuat tembok berlobang, dan dalam memancar sinar yang menerobos masuk.
"INSU ....I Insu....!" Song Wan Kiauw hanya bisa mengeluh begitu saja diantara isak-tangisnya, kemudian pingsan tidak sadarkan diri
Jie Lian Cu tidak terkejut melihat Toa-Suhengnya pingsan seperti itu, ia bisa merasakan betapa kesedihan
yang tengah menyerang dan dialami oleh Toa suhengnya tersebut.
Cepat-cepat Jie Lian Cu menguruti beberapa jalan darah ditubuh Song Wan Kiauw, sehingga Toa-suhengnya itu segera juga tersadar kembali.
Setelah tersadar dari pingsannya, Song Wan Kiauw menangis terus meneruskan tanpa mengucapkan sepatah perkataanpun juga. Sebungkah perasaan sesal yang sangat dalam menguasai hati dan jiwanya.
Ia memang tengah menjalani hukuman yang dijatuhkan gurunya, dan selama belasan tahun ia tidak pernah bertemu muka lagi dengan gurunya, sekarang ia dikabarkan gurunya telah meninggal dunia, guru yang dipuja dan dihormatinya, maka hatinya jelas hancur berantakan dilanda kedukaan yang hebat.
Jie Lian Cu menghiburnya, sampai akhirnya Jie Lian Cu bilang. "Sudahlah... Insu sudah berangkat kealam tenang telapak tangan Song Wan Kiauw, dihadapannya menjadi jebol dan dan tenteram, Toa-suheng... dan tentu saja kita tidak bisa menangisi terus menerus, Memang berat sekali perpisahan ini, tetapi masih banyak yang perlu kita lakukan! Besok adalah hari pemakaman jenasah Insu, dan dengan kedatanganku kemari, untuk memberitahukan kepada Toasuheng, agar besok ikut hadir dalam penguburan tersebut!
Memang aku telah mempertimbangkannya, semua ini tentu akan melanggar pesan dan perintah Insu, bahwa Toasuheng tidak boleh meninggalkan kamar ini sebelum duapuluh tahun, namun upacara penguburan ini sangat penting sekali, agar tidak mendatangkan sesal yang terlalu mendalam dihati Toa-suheng."
Song Wan Kiauw tidak mengatakan sesuatu, ia hanya menangis terus dengan sesambatan: "Insu... Insu.....belasan tahun kita tidak bertemu muka, ternyata kini engkau telah
meninggalkan kami
buat selama-lamanya...sungguh membuat tecu tidak tahu dengan cara bagaimana membalas budi kebaikan Insu....Insu!"
Dan Song Wan Kiauw terus juga menangis tidak hentinya.
Sedangkan Jie Lian Cu telan merogoh sakunya, dia mengeluarkan segulungan kertas. "Ini adalah surat disampaikan
mengatakan kepada sebelum tidak bisa bertemu warisan yang diberikan Insu untuk Toa-suheng. Memang Insu telah kepergiannya, bahwa ia menyesal dengan Toa-suheng, yang tengah
menjalankan hukuman selama dua puluh tahun.
Insu tidak mau kalau sampai perasaan Toa-suheng terganggu dengan pertemuan itu. Lebih baik, menurut Insu, setelah belasan tahun tidak bertemu, Insu tidak berpamit lagi kepadamu, tidak menemuimu.." Dan sambil berkata
begitu, Jie Lian Cu telah menyerahkan gulungan surat itu kepada Song Wan Kiauw.
Dengan sepasang tangan gemetar keras, tampak Song Wan Kiauw menyambut surat tersebut, dimana dia membuka dan membacanya per-lahan2, dengan air mata terus juga mengalir membasahi sepasang matanya, turun tidak hentinya deras sekali.
Bunyi surat warisan dari Thio Sam Hong, antara lain demikian:


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Wan Kiauw, tentu engkau telah memperoleh banyak ketenteraman menjalankan "hukuman" yang kuberikan, bukan " kedukaan hatimu telah terobati" Dan memang menjadi harapanku, bahwa engkau menebus kedukaan itu dengan kemajuan yang paling sempurna yang sekarang engkau miliki!
Engkau merupakan harapanku, untuk kelak membantu adik seperguruanmu, yaitu Jie Lian Cu, untuk memimpin pintu perguruan kita, yaitu Bu Tong Pay, agar tetap berada di puncak kebesaran! Jie Lian Cu, adik seperguruanmu, yang telah kuserahi tanggung jawab yang berat sekali sebagai Ciangbun, tentunya memiliki banyak kesukaran,
iapun akan menerima ancaman yang tidak kecil dari orang2 yang tidak menyukai Bu Tong Pay! Dan dengan adanya engkau yang memperoleh kemajuan yang pesat sekali, menguasai seluruh ilmu silat dan sinkang Bu Tong Pay yang murni, tentu engkau dapat membantu adik
seperguruanmu itu, walaupun engkau sendiri tidak beruntung untuk memimpin langsung perguruan kita ini!
Aku memohon keikhlasanmu, agar benar2 engkau mengangkat derajat Bu Tong Pay! Dan ingat, seperti yang telah ku perintahkan sebelum dua-puluh tahun, engkau tidak bisa meninggalkan tempat dudukmu itu!"
Dan surat itu ditanda-tangani oleh Thio Sam Hong.
Huruf2 yang tertulis diatas kertas tersebut sangat indah sekali, setiap garisnya begitu kuat dan mengandung seni yang sangat mempesonakan sekali dipandang dari seni surat atau aliran Bun.
Membaca surat peninggalan Thio Sam Hong itu, Song Wan Kiauw menangis meng gerung2 dan dia telah berulang kali mengeluh menyebut nama gurunya tersebut.
Dan tampak jelas betapapun juga memang Song Wan Kiauw menyesal sekali bahwa ia tidak memiliki kesempatan
bertemu muka buat terakhir dan penghabisan kali dengan gurunya.
Sebagai orang yang memiliki kepandaian tinggi dan sinkang yang terlatih dengan baik, sebetulnya Song Wan Kiauw dapat menguasai perasaan dan goncangan hatinya.
Namun kenyataan yang ada, justeru penyesalan yang datang menggoda hatinya, membuat dia tidak dapat membendung tangisnya yang begitu hebat. Dia lelah menangis menggerung2 seperti juga diwaktu itu ia sudah tidak dapat mengendalikan perasaan dan hatinya.
sedangkan Jie Lian Cu hanya berulang kali menghela napas, sama sekali dia tidak berusaha buat membujuk Song Wan Kiauw menghentikan tangisnya.
Walaupun bagaimana, memang ia melihat, jika ia berusaha membujuk
Song Wan Kiauw menghentikan tangisnya, tentu akan membuat Song Wan Kiauw bertambah berduka. Dan dia membiarkan saja Song Wan Kiauw menangis seperti itu, untuk memuntahkan kedukaannya, sebab Jie Lian Cu yakin, setelah puas menangis, akhirnya Song Wan Kiauw akan merasa lebih lapang.
Song Wan Kiauw masih terus juga menangis dan lewat beberapa saat, tiba-tiba dia menoleh menatap kepada Jie Lian Cu, kemudian katanya, "Bagaimana cara Suhu meninggal dunia?"
Jie Lian Cu telah memandang kepada Song Wan Kiauw beberapa saat lamanya, sampai akhirnya dia telah menghela napas dalam2, katanya:
"Sesungguhnya Insu berpulang dengan cara yang tenang dan tentram. Dan juga, memang Suhu mengetahui itulah cara dan detik terakhir beliau berada diantara kita. Dan itulah cara berpulang yang sangat sempurna! Hanya saja...!"
Berkata sampai disitu, tampak Jie Lian Cu berdiam diri beberapa saat, tampaknya dia ragu-ragu, dan dia telah berkata lagi dan sesaat kemudian dengan sikap yang hatihati sekali: "Song Toa-suheng, sebetulnya dalam hal ini
memang terjadi suatu
urusan yang kurang menggembirakan...!" Mendengar perkataan Jie Lian Cu itu Song Wan Kiauw yang sejak tadi memang tengah mengucurkan terus air matanya, telah menyusut air matanya, kemudian katanya:
"Mengapa" Apakah ada seseorang yang telah memaksa dan mendesak Suhu sehingga menemui ajalnya"!" Song Wan Kiauw sendiri sebetulnya mengetahui bahwa pertanyaan seperti itu tidak pantas dinyatakannya, karena ia sendiri pun menyadari, didalam dunia ini sudah sulit sekali
ada orang yang dapat
menandingi kepandaian ilmu gurunya, yang telah mencapai tingkat yang begitu tinggi. Namun dalam kedukaan yang begitu mendalam, tokh dia menanyakan hal itu juga.
Sedangkan Jie Lian Cu telah menggeleng perlahan, ia menggeleng perlahan, ia menghela napas. "Song Toa-suheng, sesungguhnya, Insu telah waspada bahwa saat-saat terakhir Insu berada diantara kita memang sudah tiba dan juga ia akan berpulang kealam tenteram dan tenang.
Dan hal itu telah diberitahukan kepada kami, Namun kenyataannya, disaat2 akan berpulangnya Insu, pihak kerajaan telah mengirimkan pasukannya buat mengganggu Bu Tong Pay!"
"Ohhh, sungguh keparat!" mendesis Song Wan Kiauw, Namun kemurkaan yang tiba-tiba saja meledak dihatinya itu dapat ditindih nya.
Dia tampaknya sudah mulai dapat menguasai dan mengendalikan perasaan dan hati nya, karena kemudian dia bertanya dengan suara yang jauh lebih sabar: "Lalu bagaimana"!"
"Sesungguhnya, kami telah berusaha untuk menghadapi orang2 yang dikirim pihak kerajaan itu dengan sebaikbaiknya, agar dengan demikian, kita dapat membiarkan Insu berpulang dengan tenang, Namun ternyata Cu Goan Ciang telah mengirim orang2nya yang memiliki kepandaian yang dapat diandalkannya.
Mereka umumnya memiliki kepandaian yang rata rata tinggi, Dan kami juga harus menghadapi mereka dengan keadaan yang tidak mudah! Hanya saja, dengan satu jurus, Insu telah berhasil mengusir mereka! itulah gangguan yang membuat kami tidak puas, karena Insu berangkat dengan
hati yang tidak tenang, dimana In su telah melihatnya, bahwa kita diri Bu Tong Pay dalam keadaan terkepung orang-orang Cu Goan Ciang sampai kini masih terus juga mengepung ketat seluruh penjuru gunung Bu Tong San ini... karena itu, terpaksa aku telah menemui Toa-suheng, buat merundingkan semua ini..!"
Setelah berkata begitu, Jie Lian Cu menghela napas berulang kali, dia menunduk dalam2, menantikan wejangan dan nasehat dari Toa-suhengnya tersebut.
Song Wan Kiauw menghapus air matanya, ia telah memandang redup sekali, dimana ia telah memperhatikan adik seperguruannya dengan sepasang mata yang memerah, dan akhirnya ia menghela napas dalam2.
"Bicara soal ini, memang tampaknya Bu Tong Pay mulai menghadapi rintangan dan Dulu, belasan tahun yang gangguan yang tidak kecil! lalu, sebelum aku dijatuhi
hukuman oleh Insu untuk berdiam dikamar ini selama dua
puluh tahun, memang Insu pernah mengatakan, bahwa yang dikuatirkan Insu justeru adalah gangguan itu timbul disaat kepergian Insu! itulah sebabnya mengapa Insu selalu sering bersikap keras, perintahkan kepada kita, agar sungguh-sungguh melatih diri!"
Setelah berkata begitu, Song Wan Kiauw menghela napas lagi beberapa kali, lama dia tidak mengucapkan sepatah perkataanpun juga, sampai akhirnya ia mengangkat kepalanya, dan telah memandang kepada Jie Lian Cu, katanya lagi, "Sute, sesungguhnya, bagaimana pendapatmu buat mengatasi orang2 Cu Goan Ciang?"
"Tidak ada jalan lain, kami hanya akan menghadapi mereka dengan kekerasan! Mereka berjumlah banyak, tidak mungkin kita bisa memukul dengan cara lain, dan tidak mungkin kita bisa untuk memukul mundur mereka dengan
cara lunak atau hanya merubuhkan beberapa orang diantara mereka! jika saja Insu masih hidup, tentu mereka tidak berani kurang ajar seperti sekarang! Namun setelah mereka mengetahui Insu telah berpulang, maka mereka berusaha untuk membarengi disaat berpulangnya Insu, untuk mengacau di Bu Tong Pay kita !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkata sampai disitu, Jie Lian Cu kemudian menceritakan perihal pertempuran yang telah terjadi. Juga dia telah menceritakan perihal Sam Cie Tok San, demikian juga perihal Kwang Tan dan Suma Lin Liang telah diceritakan semua, dalam keadaan seperti itu, Song Wan Kiauw hanya berdiam diri mendengarkan cerita dari adik seperguruannya tersebut.
Walaupun demikian, pikirannya bekerja terus, berusaha untuk mencari jalan, guna memecah kan ancaman yang sedang meliputi Bu Tong Pay.
Sebagai pintu perguruan besar yang agung dan memiliki nama besar didalam rimba persilatan, tentu saja Bu Tong Pay tidak dapat dihina oleh siapapun juga. Karena itu, walau pun bagaimana, memang Song Wan Kiauw ingin sekali menghadapi lawan-Iawan yang akan mengacau buat menimbulkan kerusuhan di Bu Tong San ini.
Namun Song Wan Kiauw teringat akan keadaan dirinya, dimana dia memang masih menjalankan hukuman yang dijatuhkan gurunya. Tidak dapat dia meninggalkan kamar ini sebelum dua-puluh tahun.
Dan sekarang baru lewat belasan tahun, dengan demikian masih ada beberapa tahun lagi, dimana dia tetap tidak boleh meninggalkan kamar ini.
Memang sekarang, tenaga sinkang Song Wan Kiauw telah memperoleh kemajuan yang pesat, sehingga dia telah berhasil menembus puncak kesempurnaan tenaga dalamnya. Hanya saja dia tidak bisa mempergunakan kepandaiannya itu buat menghadapi lawan2 yang mengancam akan mengacaukan Bu Tong Pay.
Sebagai seorang murid tertua dari Thio Sam Hong, dan sekarang mendengar bahwa suhunya itu telah menghembuskan napasnya yang terakhir, dimana juga orang-orang yang bersiap-siap hendak mengacaukan Bu Tong Pay masih berkumpul disekitar Bu Tong San, membuat Song Wan Kiauw murka bukan main.
Hanya saja, jika ia keluar dari kamar ini, buat menghadapi orang2 yang dikirim Cu Goan Ciang, berarti dia telah melanggar perintah gurunya. Tetapi jika ia tidak
keluar dari kamar ini, jelas tidak ada sesuatu yang bisa dilakukannya untuk sehingga Song Wan dimana hatinya saling bertentangan dengan perasaannya, antara ingin keluar dari kamar ini buat membantu adik
seperguruannya, yang ciangbunjin dari Bu membantu adik seperguruannya, Kiauw menghadapi dua pilihan,
sekarang telah menjabat sebagai Tong Pay, atau memang tetap mematuhi akan perintah gurunya, yang sekarang ini telah almarhum. Karena itu, lama sekali Song Wan Kiauw berdiam diri, sejauh itu dia hanya duduk termenung saja.
Melihat sikap Song Wan Kiauw seperti itu, Jie Lian Cu menghela napas, Katanya: "Baiklah sToa-suheng, sekarang terpaksa Sute harus kembali ke ruang sembahyang. Hanya, perlu aku tegaskan disini, bahwa besok kami akan menjemput Toa-suheng, buat sekalian mengantar Insu
ketempat peristirahatannya yang terakhir.!"
Song Wan Kiauw seperti tersentak kaget. Dia mengangkat kepalanya, Kemudian dengan sikap yang agak gugup, dia bilang: "Tunggu dulu, aku ingin mengatakan sesuatu!"
Jie Lian Cu memandang kakak seperguruannya tersebut. "Ada sesuatu petunjuk dari Toa-suheng"!" tanya Jie Lian Cu dengan sikap menghormat sekali.
Song Wan Kiauw menghela napas dalam-dalam, kemudian dia bilang: "Ya! Ya! Memang demikian! Ada yang hendak kukatakan Tetapi, entah engkau sendiri menyetujui akan usul yang satu ini yang akan ku utarakan ini atau memang akan menolaknya"!"
"Katakanlah, Toa-suheng !" kata Jie Lian Cu sambil memperhatikan kakak seperguruannya yang tertua dengan penuh perhatian.
Sedangkan beberapa kali, Song Wan Kiauw menghela napas lagi barulah dia bilang: "Bukan sekali2 aku bermaksud hendak melanggar perintah Insu. Akan tetapi sekarang Bu Tong Pay kita tengah terancam oleh maksud
jahat dari manusia2 seperti yang sekarang tengah mengepung Bu Tong Pay. karenanya, aku bermaksud hendak keluar dari kamar ini, untuk membantu kalian menghadapi mereka.
Tentu saja dengan demikian, jelas akupun melanggar perintah Insu. Namun, kukira demi kebaikan, tentu Insu mengampuni dan memaafkan, karena aku setulus hati ingin membantu kalian untuk menghadapi mereka !"
Hati Jie Lian Cu tergetar, ia memandang kepada kakak seperguruannya sampai akhirnya dengan suara tergetar ia berkata: "Toa-suheng...!" ia mengerti akan maksud Song
Wan Kiauw, yaitu kakak seperguruannya yang tertua tersebut bermaksud untuk mempertaruhkan harga dirinya, dimana ia sebagai murid yang paling berbakti, akhirnya harus melanggar perintah guru dihormatinya, demi keselamatan Bu Tong Pay mereka.
Sesungguhnya, walaupun diancam akan pancung kepala untuk perintahkan Song Wan Kiauw keluar dari kamar itu belum tentu Song Wan Kiauw akan mematuhi perintah itu dan melanggar perintah gurunya, sekarang ia sendiri yang bermaksud melanggar perintah gurunya, jelas ini
merupakan suatu pengorbanan yang tidak kecil bagi seorang murid Bu Tong Pay seperti Song Wan Kiauw.
Diwaktu itu Song Wan Kiauw telah melesat bangun, tegak dan gagah.
"Akhh.. belasan tahun lamanya aku duduk diruang ini !" katanya sambil menunjuk ke tempat dimana tadi dia duduk, Dan juga telah belasan tahun aku tidak pernah bertemu dengan kau, sute, juga saudara2 seperguruanku yang lainnya, sekarang biarlah, untuk beberapa saat aku akan keluar dari kamar ini kelak jika memang aku telah berhasil menghalau musuh yang bermaksud buruk pada Bu Tong
Pay, barulah aku kembali kekamar ini, buat menyelesaikan hukuman yang belum habis dan aku akan menambahkan selama lima tahun sebagai penebus dosaku melanggar perintah Insu!"
Setelah berkata begitu, Song Wan Kiauw yang telah tersenyum pahit dan dia pun telah berkata dengan menoleh kepada Jie Lian Cu, katanya:
"Sute, mari kita ke-ruang utama, aku ingin menghunjuk hormat terakhir buat Insu !"
Jie Lian Cu terharu bukan main melihat sikap Toasuhengnya itu, ia mengangguk dan mengiringi Toasuhengnya keluar dari kamar tersebut.
Dikala itu, Jie Lian Cu melihat, setiap langkah kaki Song Wan Kiauw ringan sekali, bagaikan telapak kakinya itu
tidak menginjak lantai,
begitu ringan sekali langkah kakinya, seringan kapas. Diam2 Jie Lian Cu jadi heran bercampur kaget, karena ia tidak menyangka bahwa Toa-suheng telah memperoleh kemajuan yang demikian cepat.
Akan tetapi Jie Lian Cu tidak berani menanyakan hal itu kepada Toa-suhengnya, dia berdiam diri saja dan mengikuti di belakang Toa-suhengnya.
Ketika tiba diruang utama, tampak Song Wan Kiauw telah memburu kedepan meja sembahyang, dia menjatuhkan diri dan berlutut di hadapan meja sembahyang
itu, dia menangis terisak-isak, sesambatan : "INSU... Insu !"
Kemudian dengan air mata masih berlelehan, Song Wan Kiauw telah memasang beberapa hio, dia telah bersembahyang. Sambil membaca doa, diapun telah mengucurkan air mata yang deras sekali.
Murid2 Bu Tong Pay lainnya ikut menangis. Terlebih lagi In Lie Heng. Selesai Song Wan Kiauw memasang hio, segera ln Lie Heng maju kedepan Toa-suheng nya, dia berlutut memberi hormat kepada kakak seperguruannya.
Dari Bu Tong Cit Hiap yang pernah ada yaitu ketujuh murid utama Thio Sam Hong, memang In Lie Heng yang paling cetek sekali air matanya, ia paling mudah menangis.
Sekarang dia melihat Toa-suhengnya tersebut, memang dia telah mengetahui nasib buruk yang pernah menimpa diri Toa-Suhengnya itu, yang sangat dihormatinya dan dikaguminya, bahwa puteranya telah berkhianat dan akhirnya Song Wan Kiauw dijatuhi hukuman selama dua puluh tahun harus duduk diam menghadapi dinding, maka
dari itu, sekarang melihat kakak seperguruan yang tertua itu, hatinya jadi berduka bukan main.
Dia merasa berkasihan sekali terhadap nasib dari Toasuhengnya tersebut. Karena itu, sambil berlutut dia telah menangis ter-isak2.
Sedangkan Song Wan Kiauw pun telah merangkul adik seperguruannya yang terkecil ini sambil mengucurkan air mata. Dia memimpin In Lie Heng berdiri bangun.
"Sute, kita akan menghadapi para pengacau itu. Kita akan memperlihatkan bahwa Bu Tong Pay bukanlah tempat yang mudah dikacaukan oleh mereka." Waktu mengatakan
kata2nya itu, walaupun masih mengucurkan air mata, toh suara Song Wan Kiauw bersemangat sekali.
ln Lie Heng telah menyusut air matanya, dia memperhatikan kakak seperguruannya yang tertua itu, katanya: "Toa-suheng, tampaknya banyak lebih kurus dari
dulu....tentunya kau banyak menderita?"
Song Wan Kiauw tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, dia telah berkata dengan suara yang berobah sabar: "Sute....justeru aku akhir2 ini sangat bahagia sekali, karena Insu telah mewariskan semacam ilmu yang dahsyat
kepadaku, diluar kesadaranku sendiri, Aku bahagia sekali! Aku bukan tengah menjalankan hukuman, tetapi justeru tengah berlatih diri !"
Mendengar perkataan Song Wan Kiauw seperti itu, In Lie Heng menatap dengan sorot mata yang tajam, kemudian katanya: "Toa suheng, sesungguhnya... sesungguhnya...."
Melihat adik seperguruannya itu tergagap seperti bingung, Song Wan Kiauw tersenyum.
"Kau baik sekali Sute... kau memperhatikan sekali keadaanku ! Kau memang terlalu teliti sekali! Apa yang kukatakan bukanlah dusta belaka. Memang sesungguhnya Insu telah memberikan pelajaran ilmu silat dan melatih sinkang yang luar biasa!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan Insu mungkin mengharapkan agar kelak aku dapat menurunkan dan mewariskan kepandaian yang hebat Bu Tong pay kepada murid2 generasi mendatang. Insu telah memberikan kunci utama dari ilmu silat Bu Tong Pay yang sejati !"
Setelah berkata begitu, melihat In Lie Heng, Jie Lian Cu dan murid-murid Bu Tong Pay bersama Kwang Tan dan juga Suma Lin Liang memandang tidak mengerti padanya, segera Song wan Kiauw menceritakan bahwa sesungguhnya Thio Sam Hong telah mewarisi kepandaian tingkat tinggi Bu Tong Pay, dimana Thio Sam Hong telah memberikan
latihan yang tidak disadari oleh Song Wan Kiauw sendiri buat kemajuan lwekangnya.
Lebih jauh juga Song Wan Kiauw telah menceritakan, dengan duduk bersemedhi menghadapi tembok, ia memiliki
waktu yang sangat banyak
sekali buat merenungkan kepandaian dan ilmu silatnya, meneliti bagian2 yang lemah, dan kemudian menciptakan juga jurus2 yang bisa menambal kelemahannya itu.
Dengan demikian, sekarang Song Wan Kiauw telah berhasil meneliti dengan cermat dan telah dapat
menyempurnakan ilmu silatnya sebaik mungkin.
Yang paling utama, dengan duduk berdiam diri tanpa pernah beranjak dari tempat duduknya, Song Wan Kiauw selama itu telah berhasil menyedot hawa murni bumi yang membuat dia bertambah tangguh.
Seperti diketahui bahwa dari dalam bumi selalu muncul suatu hawa, yang jika telah dapat dikendalikan dan dikumpulkan di tan-tian maka hawa yang dipantulkan dari dasar bumi itu akan merupakan semacam kekuatan yang bisa membantu lwekang seseorang memperoleh kemajuan yang pesat sekali.
Mendengar penjelasan Song Wan Kiauw seperti itu, In Lie Heng, Jie Lian Cu dan murid-murid Bu Tong Pay yang lainnya, girang bukan main.
Mereka bersyukur bahwa Toa-suheng mereka telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali. Kwang Tan dan Suma Lin Liang telah maju memberi hormat kepada Song Wan Kiauw, Toa Tayhiap Bu Tong Cithiap tersebut.
Begitulah, Song Wan Kiauw telah bantu mengatur persiapan, untuk besok mengubur jenasah Suhu mereka. Yang terpenting adalah kekuatan memang pihak sekali dibantu oleh Song Wan Kiauw
untuk dapat menghadapi lawan, jika lawan bermaksud mengacau upacara penguburan tersebut.
Dengan Song Wan Kiauw turun tangan mengatur segalanya, cepat sekali dapat diatur disegala bidang, dengan demikian Jie Lian Cu dapat berlapang hati. Kini ia jauh lebih tenang, karena yakin, jika Toa-suhengnya membantu untuk mengatur segalanya, biarpun musuh memiliki kekuatan dua atau tiga kali lipat, tentu masih akan dapat dihadapi mereka.
Malam telah larut... keadaan hening sekali.
ooooo)OdwO(ooooo
TEK GOAN TAYSU berdiri dengan muka merah padam karena murka, ia tengah mencaci beberapa orang bawahannya, yang di sebut2 sebagai kerbau, tikus tidak punya guna dan berbagai perkataan yang meremehkan disamping itu, juga ia telah berkata dengan keras:
"Jika memang besok kalian belum lagi dapat untuk menyelidiki keadaan di Bu Tong Pay, hemmm, kepala kalian semua akan mengucapkan selamat berpisah dengan batang leher kalian !"
Membarengi dengan kata2nya yang terakhir itu, tampak Tek Goan Taysu telah menepuk meja keras sekali, sehingga menimbulkan suara gedubrakan yang sangat keras.
Diwaktu itu, dari luar tenda tampak menerobos masuk sesosok tubuh, gerakkannya sangat gesit sekali, dan ia segera membungkuk memberi hormat kepada Tek Goan Taysu.
"Taysu, aku Sam Cie Tok San datang menghadap !" kata orang itu. Tek Goan taysu hanya memperdengarkan suara "Hemm!" dan mengibaskan tangannya, ia perintahkan
beberapa orang tentara bawahannya untuk mundur meninggal tempat itu.
Setelah orang2 itu meninggalkan tenda tersebut, Tek Goan taysu memandang kepada orang yang baru datang itu, yang memang tidak lain dari Sam Cie Tok San.
"Bagaimana usahamu!" tanya Tek Goan Taysu, suaranya dingin "Apakah perintah itu telah dapat dilaksanakan?" Muka Sam Cie Tok menggeleng perlahan, San berobah memerah, dia kemudian katanya sambil membungkukkan tubuhnya: "ampunilah Taysu...menyesal
sekali, justeru di Bu-Tong Pay berkumpul banyak anak muda yang memiliki kepandaian luar biasa hebatnya! ini memang janggal dan aneh terdengarnya, tetapi memang sesungguhnya, usia mereka memang masih muda2. namun kepandaian mereka tangguh sekali, akupun telah dapat
dilukainya."
Setelah melapor seperti itu, Sam Cie Tok San telah berdiam diri dengan kepala tertunduk, tampaknya memang dia sangat malu dan kecewa sekali.
Tek Goan Taysu berdiri dengan muka merah padam, ia memutar tubuhnya memunggungi Sam Cie Tok San.
"Kau seorang tokoh dari kalangan sesat yang sebenarnya sangat diandalkan oleh Hong siang yang menitipkan engkau kepadaku, dengan keyakinan engkau akan dapat membantu banyak. Namun kenyataannya, engkaupun merupakan manusia tidak punya guna."
"Taysu !" suara dari Sam Cie Tok San terdengar memelas. "Aku telah berusaha sekuat tenagaku, untuk menghadapi mereka, namun sayangnya justeru tidak berhasil. Karena memang mereka telah menghadapiku dengan cara bergilir. Yang paling utama adalah kepandaian mereka sangat tinggi. walaupun benar kepandaian mereka
tidak lebih tinggi dariku, tokh jumlah mereka sangat banyak, sehingga mereka dapat bertempur dengan bergiliran."
Dengan demikian membuat aku
ditangan mereka, jika memang
nanti akhirnya terluka Taysu bermaksud mengadakan melihat, aku penyerbuan, di waktu itukah Taysu boleh
akan bekerja sungguh-sungguh, aku akan berusaha untuk mendirikan jasa buat Hongsiang.
Dalam keadaan seperti sekarang aku memang tidak bisa mengatakan apapun juga .. . .. memang harus disesalkan bahwa aku tidak berhasil melaksanakan perintah Taysu !"
Tek Goan Taysu mendengus beberapa kali, kemudian mengibaskan tangannya.
"Kita berjumlah banyak, sebetulnya kesempatan buat menang sangat banyak, nyawa orang2 Bu Tong Pay telah berada ditelapak tangan kita. Namun kenyataannya, kita tidak berdaya buat menghadapi mereka dengan baik... inilah benar2 sangat memalukan sekali !"
Sam Cie Tok Saa tersenyum pahit, katanya. "ingat Taysu, bahwa aku bekerja sungguh-sungguh, jika gagal, itulah memang merupakan sesuatu yang tidak kuinginkan
juga. Taysu tidak usah bercuriga bahwa aku bekerja setengah hati, jika memang benar2 Taysu bermaksud membuktikan kesungguhan aku bekerja nah. lihatlah!"
Setelah berkata begitu Sam Cie Tok San telah merobek pakaiannya, dia merobek baju-nya. sehingga terlihat dadanya, Dimana tampak jelas beberapa tanda menghitam, bekas totokan pucuk2 jari tangan Suma Lin Liang.
Melihat tanda menghitam diatas dada dan bagian belakang dari Sam Cie Tok San, kemarahan Tek Goan
Taysu agak menurun.
"Baiklah !" kata Tek Goan Taysu kemudian. "Aku memang mempercayai bahwa engkau akan bekerja sungguh2, bahwa engkau akan berusaha mendirikan jasa buat Hongsiang, karena dari itu, tentunya engkaupun tidak mau jika sampai nanti Hongsiang tidak memandang sebelah mata kepada kita!
Dan juga, kawan2 yang lainnyapun memang telah bekerja bersungguh-sungguh. Hanya saja, dalam keadaan seperti ini, tidak dapat juga kita terlalu berlambat-lambat. Jika kita gagal, kita akan kehilangan muka buat selamanya
dan Hongsiang tidak akan mempercayai kita lagi."
Setelah berkata begitu, Tek Goan Taysu berdiam diri sejenak, ia menghela napas berulang melanjutkan perkataannya pula: "Dan
serta tujuanku, dalam
seminggu ini kita dapat menghancurkan Bu Tong Pay, bukankah sekarang cakal kali, kemudian menjadi maksud bakal Bu Tong Pay telah tiada, telah mampus " Hmm, tentu dengan mudah kita dapat menghancurkan mereka " Sekarang yang terpenting bagaimana kita harus bekerja bersungguh2."
Sam Cie Tok San mengangguk.
"Aku mengerti akan maksud kata2 Taysu, dan memang aku sejak dulu sampai sekarang, telah bertekad untuk dapat membasmi orang2 Bu Tong Pay. Dan tentunya Taysu akan melihat kesungguhan hati dariku, bagaimana kelak Taysu akan melihat cara bekerjaku dan disaat itulah Taysu juga akan mengatakan bahwa aku tidak akan mengecewakan
Taysu maupun Hong siang.
Harapan Hongsiang sangat besar diletakkan dipundak kita, karena dari itu, tidak dapat aku mengecewakan harapan Hongsiang...!"
Tek Goan Taysu mengangguk mengiakan, dan kini tampak seulas senyum menghiasi bibirnya. "Ya ya, memang akupun percaya akan semua apa yang kau katakan itu. Nah, Sam Cie Tok San Toako, silahkan engkau pergi mengasoh, dan mungkin besok sore kita akan merundingkan penyerbuan besar2an.
Setelah itu, Tek Goan Taysu mendekati Sam Cie Tok San, dia membisikkan sesuatu di telinga orang itu, tampak Sam Cie Tok San telah mengangguk beberapa kali, dan wajahnya berseri2.
Kemudian diapun lelah membungkukkan tubuhnya dalam2, mengucapkan terima kasih pada pendeta itu. Barulah kemudian dia pergi meninggalkan tempat tersebut.
Diwaktu itu Tek Goan Taysu masih saja berdiam diri dengan muka yang memperlihatkan sikapnya yang keras, garis2 yang kejam pada mukanya, kemudian diapun telah berkata seorang diri dengan suara yang tawar: "Hmm Bu Tong Pay harus hancur ! Harus...!"
Waktu Tek Goan Taysu menggumam seorang diri seperti itu, dengan kepalan tangan yang meremas2 bagaikan hendak meremas hancur sesuatu, tampak seseorang telah melangkah masuk kedalam tenda dengan disertai suara
tertawanya yang tidak hentinya.
Tek Goan Taysu telah menoleh menatap kepada orang itu, dilihatnya bahwa orang tersebut tidak lain dari Tam Tam Lu Ie, ia melangkah sambil tersenyum, matanya memain tidak hentinya.
"Ha....rupanya Taysu tengah bergusar!" katanya kemudian ketika menghampiri Tek Goan Taysu. Setelah melihat orang yang masuk adalah Tam Tam Lu Ie, Tek Goan Taysu berdiam diri saja tidak melayaninya,
karena justeru dia jadi sebal melihat sikap Tam Tam Lu Ie yang cengar-cengir seperti itu.
"Hemmm....!" kata Tam Tam Lu Ie lagi setelah selang beberapa saat, "sesungguhnya malam ini aku hendak pergi ke kuil Bu Tong Pay, untuk mengadakan penyelidikan. Entah diijinkan oleh Taysu atau tidak"!"
Tek Goan Taysu tetap berdiam diri saja sama sekali tidak menyahuti, karena Tek Goan Taysu tengah memikirkan sesuatu. Namun mendengar kata2 Tam Tam Lu Ie yang terakhir, muka Tek Goan Taysu berobah mendadak sekali menjadi cerah.
"Bagus!" berseru Tek Goan Taysu dengan suara yang nyaring "Memang Loceng tengah memikirkan, siapa yang tepat malam ini pergi menyelidiki keadaan di Bu Tong Pay. Menurut berita yang terakhir yang masuk menyatakan
justeru besok pagi merupakan upacara penguburan jenazah Thio Sam Hong!"
Setelah itu, Tek Goan Taysu mendekati Tam Tam Lu Ie, katanya lagi dengan sikap sungguh-sungguh: "Sebetulnya, jika memang kita ingin menyerbunya malam ini, tentu kita bisa mengacaukan upacara penguburan tersebut. Bukankah itu hebat sekali"!"
Tam Tam Lu Ie memperlihatkan sikap girang dan berseri-seri, dia bilang, "Apakah Taysu telah mempersiapkan penyerbuan untuk malam ini"!"
Tek Goan Taysu menggeleng, "Tidak! Justeru tidak akan kulakukan!" kata Tek Goan Taysu dengan sungguh2.
"Ihhh"!" Tam Tam Lu Ie jadi heran memandang kepada Tek Goan Taysu dengan sepasang mata terbuka lebar-lebar. Tek Goan Taysu tidak memperdulikan sikap terheranheran dari Tam Tam Lu Ie, ia telah berkata lagi: "Sesungguhnya, seperti Lo ceng katakan tadi, bahwa kalau saja kita mau menyerbu Bu Tong Pay malam ini, tentu kita bisa mengacaukan upacara penguburan Thio Sam Hong, Akan tetapi apa artinya hasil penyerangan itu" Justeru kita
menghendaki kehancuran Bu Tong Pay! Karenanya, kita akan menyerbu besok malam!"
"Jadi... setelah selesainya upacara penguburan itu"!" tanya Tam Tam Lu Ie.
Tek Goan Taysu mengangguk.
"Benar....!" sahutnya, "Dan dalam keadaan seperti itu, mereka tentu tengah letih sekali, karena telah beberapa malam tidak tidur, yaitu dari hari pertama kematian Thio Sam Hong sampai besoknya selesai upacara penguburan mereka tidak tidur atau tidur secara bergiliran, tidur mereka tidak cukup!
Maka, kalau besok malam kita menyerang, niscaya akan membuat mereka kucar-kacir dan akan dapat kita hancurkan! Hemmm, aku percaya, jika saja kita mengatur segalanya dengan cermat dan teliti, tentu kita akan memperoleh hasil yang gemilang!"
Setelah berkata begitu, Tek Goan Taysu tertawa nyaring, tampaknya dia puas sekali. Tam Tam Lu Ie juga ikut tertawa, "Bagus! Memang Taysu seorang yang sangat cerdik! Jika malam ini kita menyerbu ke sana, tentu kita akan menghadapi perlawanan yang gigih, dimana mereka karena melindungi jenazah dari
Thio Sam Hong, akan mati2an mengeluarkan kepandaian mereka! Tetapi jika besok, setelah seluruh
selesai upacara penguburan itu, kita menyerbu, mereka dalam keadaan letih dan berduka, tentu kita lebih mudah
menghadapi dan menghancurkan mereka. Nah jika demikian sekarang aku minta ijin Taysu untuk membiarkan aku pergi menyelidiki Bu Tong Pay....!"
Berkata sampai disitu, Tam Tam Lu Ie memberi hormat kepada Tek Goan Taysu.
Tek Goan Taysu mengangguk beberapa kali, katanya: "Baik, pergilah!" Sedangkan waktu itu Tam Tam Lu Ie yang selesai memberi hormat, berkata perlahan, "Dan tentunya Taysu tidak akan lupa melaporkan jasaku ini kepada Hongsiang..."!"
Tek Goan Taysu tersenyum kecil. "Jangan kuatir, yang pertama-tama akan kulaporkan kepada Hongsiang, adalah engkau ....!" kata Tek Goan Taysu.
Sambil tertawa ha-ha-he-he tidak hentinya, tampak Tam Tam Lu Ie telah pergi meninggalkan tempat itu, kemah dari Tek Goan Taysu, Tubuhnya bergerak gesit sekali lenyap dalam kegelapan malam.
Tek Goan Taysu tetap berdiri didalam kemah nya dengan dahi berkerut, karena ia tengah berpikir keras.
Dibawah kekuasaannya, memang terdapat banyak orang pandai, Namun, ia pun harus pandai menguasai mereka, disebabkan orang-orang itu memiliki kepandaian yang sama tinggi dengannya.
Bahkan diantara mereka ada yang memiliki kepandaian diatas kepandaian Tek Goan Taysu, itulah sebabnya, untuk mengandal bantuan mereka, Tek Goan Taysu juga berusaha dapat menguasai mereka agar benar-benar patuh pada setiap perintahnya.
Sekarang, diapun tengah mengatur siasat dengan cara bagaimana ia dapat menghancurkan Bu Tong Pay dengan cara yang paling mudah.
-ooo0dw0ooo TAM TAM LU IE telah melesat dalam kegelapan malam dengan lincah, tubuhnya bagaikan bayangan belaka telah melesat kesana kemari mendaki kepuncak gunung Bu Tong San, dimana pada puncak gunung itu terdapat kuil Bu Tong Pay.
Sepanjang jalan keadaan sepi sekali. Tidak terlihat seorang tojinpun melakukan penjagaan. Waktu tiba didepan kuil, Tam Tam Lu Ie pun tidak melihat ada pendeta atau tosu yang mengadakan penjagaan.
Diam2 Tam Tam Lu Ie jadi bercuriga dan heran.
Tidak mungkin para pendeta Bu Tong Pay tidak mengadakan penjagaan, karena biar bagai mana tentunya mereka menyadari adanya ancaman buat mereka oleh orang2 kerajaan, maka Tam Tam Lu Ie tambah berwaspada.
"Tentu mereka mengadakan penjagaan pada tempat2 tertentu dan tersembunyi...!" begitu apa yang dipikirkan Tam Tam Lu Ie, Namun dia berani, dia terus juga maju menghampiri kuil tersebut.
Keadaan sepi sekali, diwaktu itu Tam Tam Lu Ie telah berada dibawah tembok kuil, disamping kanan dari pintu gerbang kuil, Tam Tam Lu Ie bermaksud hendak melompati tembok itu memasuki kuil Bu Tong Pay.
Namun belum lagi dia menjejakkan sepasang kakinya, justeru terdengar suara orang berkata dengan suara tawar: "Hemmm, malam-malam berkunjung kemari apakah kau
hendak bersembahyang atau memang ingin mencuri"!"
Disusul dengan munculnya sesosok bayangan, Gerakan bayangan itu gesit sekali dan tahu2 telah berada disamping Tam Tam Lu Ie.
Malah yang membuat Tam Tam Lu Ie kaget, tahu2 bayangan itu mengulurkan tangannya, bermaksud hendak mencengkeram pundaknya.
Cepat2 Tam Tam Lu Ie mengelakkan cengkeraman itu dengan melompat kesamping menjauhi diri, dia mementang matanya lebar2 untuk melihat jelas orang tersebut.
Segera juga mengenalinya, bahwa penyerangnya itu tidak lain dari Kwang Tan, anak lelaki belasan tahun yang memang diketahuinya memiliki kepandaian yang liehay.
"Hemm, kau"!" katanya dengan suara tawar, "Rupanya engkau ini dibayar oleh Bu Tong Pay, guna jadi tukang pukul pintu perguruan ini, bukan"!"
Kwang Tan tidak memperdulikan ejekan Tam Tam Lu Ie, malah dia meneruskan kata-katanya. "Jika memang engkau tidak bermaksud buruk pada Bu Tong Pay, silahkan
engkau turun gunung, aku tidak akan menahan."
Namun Tam Tam Lu Ie mana mau turun gunung begitu saja, dia telah memandang Kwang Tan dengan sorot mata yang tajam,kemudian katanya: "Hemmm, apakah engkau kira aku jeri padamu" Kepandaian apa yang kau miliki,
sehingga engkau berani perintahkan aku turun gunung" Engkau jangan tekebur, justeru malam ini tuan besarmu akan memperlihatkan kebolehannya, agar engkau lain waktu tidak akan memandang remeh terhadap tuan besarmu !"
Setelah berkata begitu, segera juga Tam Tam Lu Ie melompat menerjang kepada Kwang Tan. Kwang Tan melihat lawannya menyerang dengan sepasang tangannya. Kwang Tan memang mengetahui orang ini memiliki kepandaian yang tinggi.
Akan tetapi justeru Kwang Tan tidak merasa jeri. Cepat sekali dia melompat tinggi dan memapak, kedua tangannya menghantam dengan jurus ilmu pukulan "Guntur" hebat kesudahannya. Tubuh Tam Tam Lu Ie terpental dengan bagian pahanya hangus.
Dengan meringis menahan sakit Tam Tam Lu Ie memandang dengan sepasang mata terbuka lebar. Memang dalam keadaan seperti itu terlihat jelas sekali, betapapun Tam Tam Lu Ie tidak menyangka sama sekali,
dimana ia akan menerima gempuran begitu hebat dari Kwang Tan.
Dulu ia telah melihat anak ini mempergunakan ilmu pukulannya namun tidak sehebat sekarang, itu memang disebabkan dulu Kwang Tan tidak mengeluarkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, ia bertempur masih setengah
hati, sebab merasa tidak memiliki permusuhan apapun juga.
Namun sekarang, setelah mengetahui Tek Goan Taysu dengan orang-orangnya termasuk Tam Tam Lu Ie bukan sebangsa manusia baik2, membuat Kwang Tan sekali turun tangan telah mempergunakan sebagian terbesar kekuatan
tenaga dalamnya, dia menghantam dengan jurus terhebat dari ilmu pukulan "Guntur", karena dari itu, tidak terlalu mengherankan kalau Tam Tam Lu Ie jadi terluka hangus pada paha kakinya, membuat dia jadi memandang terheranheran dan merasa gentar.
Kwang Tan tertawa mengejek, katanya: "Jika memang engkau tidak mau cepat2 menggelinding dari sini. hemmm, bukan hanya pahamu saja yang kubikin hangus, namun sekujur tubuhmu itu akan kubuat hangus....!"
Tam Tam Lu Ie penasaran sekali walau pun dia merasa nyeri dan pedih sakit di pahanya, hatinya juga gentar, namun ia masih tidak mau melarikan diri. Dia malah telah melangkah maju dua tindak sambil menahan rasa sakit dipahanya.
Kedua tangannya digerakkan, dia menghantam dahsyat sekali, bermaksud mengadu jiwa setelah dirinya dilukai seperti itu.
Kwang Tan memiliki mata yang jeli, dia melihat lawannya menghantam kalap seperti ingin mengadu jiwa, Kwang Tan memaklumi jika ia menangkis dengan kekerasan itupun akan percuma saja, maka ia telah menghindarkan diri dari serangan kalap lawannya.
Cuma saja waktu tangan Tam Tam Lu Ie mengenai tempat kosong dan ia kehilangan keseimbangan tubuhnya, dengan mempergunakan kesempatan yang sangat baik itu,
tampak Kwang Tan telah menghantam dengan tangan kanannya.
"Bukk.." Seketika tubuh Tam Tam Lu Ie terguling-guling ditanah karena ia terhantam dengan kuat sekali. Yang
hebat, justeru dia merasakan punggungnya seperti dihantam petir, panas bukan main, sakitnya seperti menusuk jantung.
Sambil mengeluarkan suara pekik kesakitan, Tam Tam Lu Ie telah melompat bangun dan tanpa menoleh lagi dia telah melarikan diri.
Gerakan yang dilakukan oleh Tam Tam Lu Ie sesungguhnya merupakan gerakan yang nekad dan kalap, karena dalam kesakitan seperti itu dicampur dengan perasaan kaget, ia sudah tidak memperdulikan lagi perasaan sakit yang dideritanya dan berlari sekuat tenaganya. Jika memang dalam keadaan biasa, belum tentu Tam Tam Lu Ie akan sanggup melarikan diri.
Dan juga, tidak biasanya Tam Tam Lu Ie akan bersikap pengecut seperti itu. Walaupun ia menghadapi lawan yang tangguh sekalipun tidak nantinya dia akan melarikan diri.
Hanya saja sekarang, melihat Kwang Tan, ia seperti melihat hantu belaka, yang membuat dia gentar dan ketakutan bukan main.
Yang benar2 membuatnya tak mengerti justeru mengapa dalam usia begitu muda Kwang Tan bisa memiliki ilmu
yang begitu hebat. Di samping itu juga, memang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ membuat Tam Tam Lu Ie tambah tidak mengerti, angin pukulan dari Kwang Tan sangat panas, dan tenaga pukulannya jika mengenai sasarannya, akan menghanguskan.Dengan demikian, ia beranggapan tentunya Kwang Tan merupakan memedi yang menjelma sebagai manusia...."
Melihat lawannya melarikan diri seperti itu, Kwang Tan tersenyum, kemudian dengan gerakan yang ringan, tubuhnya melesat keatas pohon yang tumbuh tidak jauh dari tembok kuil tersebut, untuk menjaga kalau-kalau ada musuh yang berusaha menyelusup kedalam kuil Bu Tong Pay.
Seperti telah dijelaskan tadi dibagian depan, bahwa Song Wan Kiauw bantu mengatur penjagaan dimalam itu, karena ia mengetahui semua pendeta memang mempunyai perasaan yang sama, yaitu menggadangi jenasah guru besar
mereka, dan tentu akan
ikut bersembahyang semalam suntuk. Karena itu, Song Wan Kiauw juga lelah meminta Kwang Tan dan Suma Liu Liang agar menjaga diluar kuil untuk menjaga kalau2 ada musuh berusaha mengacau atau menyelusup kedalam kuil.
Dengan adanya Kwang Tan dan Suma Lin Liang, maka dapat diatur sedemikian rupa penjagaan dikuil Bu Tong Pay, jika memang ada musuh yang datang, barulah pendeta2 Bu Tong Pay akan keluar menghadapi musuh.
Selama musuh belum datang menyerbu, maka mereka akan mempergunakan waktu mereka buat menyembahyangi arwah Thio Sam Hong, guru besar mereka.
Begitulah, sejak diusirnya Tam Tam Lu Ie oleh Kwang Tan, yang telah dapat dirubuhkan dengan cara yang luar biasa itu, tidak ada musuh yang berusaha menyelusup lagi.
oooOdwOooo TAM TAM LU IE dalam keadaan terluka parah seperti itu melarikan diri dengan cepat buat kembali ketempat berdiamnya Tek Goan Taysu. Hanya saja, setelah berlari sekian jauh menuruni gunung Bu Tong San, dan waktu tiba didepan tenda dari Tek Goan Taysu, habislah tenaga Tam Tam Lu Ie.
Dia rubuh terguling didepan tenda itu dan pingsan tidak sadarkan diri. Tek Goan Taysu didalam tendanya masih merenungkan memikirkan cara buat penyerbuan besok malam kepada Bu
Tong Pay, ia mendengar suara menggabruk, dan segera melompat keluar, maka betapa kagetnya pendeta tersebut waktu melihat Tam Tam Lu Ie menggeletak yang dalam keadaan pingsan.
Malah pakaiannya dibagian paha dan juga bagian punggungnya telah koyak2, dengan kulit tubuh di bagian tersebut menjadi hangus! Dengan demikian membuat Tek Goan Taysu dapat mengambil kesimpulan dengan segera, ia tahu tentunya Tam Tam Lu Ie telah dilukai oleh Kwang Tan, anak lelaki yang seperti sintong itu, yang memiliki ilmu pukulan yang luar biasa sekali sekali.
Cepat2 Tek Goan Taysu menggotong masuk Tam Tam Lu Ie, diletakkan diatas pembaringannya dan memberikan obat, Juga ia telah memanggil Sam Cie Tok San dan yang lainnya untuk bantu menguruti jalan darah ditubuh Tam
Tam Lu Ie, sampai akhirnya Tam Tam Lu Ie telah tersadar dari pingsannya.
Biarpun tadi telah diberi obat oleh Tek Goan Taysu, namun begitu tersadar dari pingsannya, segera juga Tam Tam Lu Ie mengerang kesakitan.
Karena luka2nya itu mendatangkan perasaan pedih yang bukan main, Tek Goan Taysu membiarkan Tam Tam Lu Ie mengerang, ia telah mengobati dan membungkus paha Tam Tam Lu Ie yang terluka, baru kemudian juga mengobati dan membungkus luka dibagian punggungnya.
Setelah dibungkus serta diberi obat, perasaan sakit itu berkurang, walaupun demikian tidak urung Tam Tam Lu Ie masih sering meringis menahan sakit.
"Apa yang terjadi?" tanya Tek Goan Taysu sambil mengawasi tajam padanya.
Dengan suara ter putus2 Tam Tam Lu Ie menceritakan pengalamannya. "Dia.,.,anak itu... anak itu.. tentunya bukan manusia, dia memedi yang menjelma sebagai manusia...mana mungkin seorang anak sekecil itu.....bisa memiliki kepandaian dan
kekuatan tenaga dalam yang begitu dahsyat dan ilmu pukulannya seperti juga ilmu sihir yang dapat menghanguskan, harap Taysu dan yang lainnya berhati2 kalau berhadapan dengannya!"
Berkata sampai disitu, Tam Tam Lu Ie mengerang kesakitan lagi, merintih dengan muka meringis menahan sakit, dan dia telah berusaha untuk menyalurkan lwekangnya melawan rasa sakit itu, namun gagal. Tetap saja dia menderita kesakitan yang tidak terkira.
Diwaktu itu Tek Goan Taysu mengepal tinjunya, dengan gigi berkeretekan menahan amarah yang meluap dia menggumam: "Jika aku bertemu dengan anak itu besok diwaktu penyerbuan, hemmm, ia akan kumampusi dengan mencingcang tubuhnya."
0ooo0dw0ooo0 Jilid 20 BERBARENG dengan berakhirnya perkataan dari Tek Goan Taysu, dia menghantam permukaan meja.
"Brakkk !" meja itu rubuh hancur, karena Tek Goan Taysu telah menghantam dengan menyalurkan sebagian besar tenaga Iwekangnya.
Disaat itu, waktu Tam Tam Lu Ie tengah mengerang lagi, Sam Cie Tok San telah melirik kepada Tek Goan Taysu, dengan suara yang tawar ia bilang: "Sudah


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kukatakan tadi, bahwa di
Bu Tong Pay sekarang ini memang berkumpul pemuda2 luar biasa yang sangat mengherankan sekali, biarpun usia mereka masih sangat muda, tokh mereka memiliki kepandaian yang dahsyat dan juga aneh bukan main."
Tek Goan Taysu tidak menyahuti, dia telah memandang jauh keluar tenda. Mulutnya menggumam perlahan: "Entah siapa mereka adanya?"
"Tentu mereka murid-murid orang pandai." menyahuti Sam Cie Tok San.
"Apakah mereka masih ada hubungan dengan Thio Sam Hong, dan si tua bangka cikal bakal Bu Tong Pay itu yang mewarisi kepandaiannya pada para pemuda itu "!"
"Jika memang Thio Sam Hong yang mengajari ilmu mereka, tentunya murid2 Bu Tong Pay yang lainnya mengerti dan mempergunakan ilmu yang aneh itu !" kata Sam Cie Tok San.
Tam Tam Lu Ie merintih lagi.
"Sudahlah !" kata Tek Goan Taysu, "Mari sekarang kita rundingkan laksanakan Goan Taysu mengibaskan tangannya maka, maka seorang tentara kerajaan dengan sigap dan cepat sekali telah membawa sebuah meja.
Diatas meja, Tek Goan Taysu membeber dan membuka sehelai kertas. Diatas kertas itu terdapat tulisan dan peta lukisan mengenai tempat2 di gunung Bu Tong San.
Segera juga Tek Goan Taysu bersama anak buahnya mengatur rencana penyerangan mereka yang akan dilaksanakan besok malam,
Sedangkan Sam Cie
berkata: "Jika memang
mempergunakan taktik
Tok San berulang kali nyetetuk kita ingin berhasil kita harus memancing harimau keluar meninggalkan kandang !" katanya kemudian.
"Mengapa begitu?" tanya Tek Goan TaySu sambil menoleh kepadanya. "Karena selama pendeta2 itu berada dalam kuil, tentunya kita tidak bisa menakarnya sampai dimana kekuatan mereka, berapa jumlah mereka, tetapi jika kita telah berhasil memancing mereka keluar dari kuil, niscaya kita bisa
memperhitungkan kekuatan mereka, sekarang jika kita mengirim orang buat menyelidiki kekuatan dan keadaan mereka, itulah pekerjaan yang tidak mudah.
Karena seperti yang dialami olehku dan juga oleh Tam Tam Lu Ie Toako, dimana dia telah terluka demikian hebat, padahal menurut cerita Tam Tam Lu Ie Toako, yang rencana penyerangan kita yang akan kita
besok malam !" Sambil berkata begitu, Tek menghadangnya hanya anak lelaki belasan tahun itu seorang diri, tidak ada pendeta Bu Tong lainnya kita sudah bisa membayangkan, betapa seorang diri bocah setan itu berhasil mengalahkan Tam Tam Lu Ie Toako hanya dalam beberapa jurus saja.
Dengan demikian, tentu jika semua pendeta Bu Tong mengerti ilmu pukulan seperti yang dimilikinya, kita yang akan bercelaka! itu pula sebabnya mengapa aku keras menduga bahwa pemuda2 itu sama sekali tidak memiliki hubungan mungkin Tong Pay menghadapi kita !"
Tek Goan Taysu tidak segera memberikan komentar, karena ia berdiam diri saja sampai sekian lama. Dan waktu itu, ada seorang tentara kerajaan yang masuk kedalam tenda, dengan membungkukkan tubuhnya dalam-dalam dia telah berkata:
"Ada tamu !"
Muka Tek Goan Taysu berobah, "Siapa?" tanya Tek Goan Taysu.
"Tadi orang itu mengatakan jika memang Tayjin bertemu dengannya tentu akan segera mengenalinya, dia tidak mau menyebutnya she nama maupun gelarannya."
"Bagaimana bentuk muka orang itu?" tanya Tek Goan Taysu bertambah heran.
"Mukanya kurus panjang, dengan sepasang kumis yang rintik, akan tetapi tumbuh terjuntai sampai kedadanya, tubuhnya agak membungkuk sedikit, usianya mungkin hampir enam puluh tahun, dengan bentuk hidungnya yang aneh sekali....!"
apa-apa dengan hanya diundang pihak Bu Tong Pay. Mereka belaka, untuk membantu Bu
Waktu tentara, itu tengah berkata sampai disitu, justeru
Tek Goan Taysu telah memotongnya: "Hidungnya seperti ada dua, dikiri dan dikanan, bukankah begitu?" tanya Tek Goan Taysu tergesa dan matanya memandang tajam-tajam kepada tentara tersebut.
"Tepat Tayjin, memang hidungnya itu aneh sekali, seperti memiliki dua hidung dengan empat lobangnya!" Muka Tek Goan Taysu jadi berobah terang berseri-seri. "Cepat mempersilahkan masuk, terima dengan penuh penghormatan?" berseru Tek Goan Taysu .
Tentara itu mengiakan, segera ia mengundurkan diri, tidak lama kemudian dia kembali. Di belakangnya mengikuti seseorang dengan sikap yang angkuh. Dialah seorang bertubuh kurus, dengan agak membungkuk kedepan dan hidung yang luar biasa itu, seperti memiliki dua hidung dengan empat lobangnya.
Sedangkan Tek Goan Taysu cepat-cepat menyambut, dia telah memburu kedepan, dan menjatuhkan diri berlutut dihadapan orang tua itu, sambil katanya: "Susiok, terimalah penghormatan tecu."
Orang tua kurus itu, yang sikapnya sangat angkuh, telah mengibaskan sedikit tangannya.
"Bangunlah !" katanya tawar.
Tek Goan Taysu cepat2 bangun, akan tetapi dia tetap memperlihatkan sikap menghormat sekali. "Susiok, kapan susiok tiba" Dan mengapa tidak memberi kabar" Lalu, bagaimana Susiok bisa mengetahui bahwa tecu berada disini?" tanya Tek Goan Taysu dengan gencar mengajukan pertanyaannya, karena dia girang dan tidak sabar lagi.
Susiok adalah paman guru, dan memang orang tua dengan tubuh membungkuk sedikit, dengan kumis dan jenggot yang keriting dan hidung seperti dua dengan empat lobang itu adalah paman gurunya, yang kedatangannya sangat menggembirakan hatinya.
Karena Tek Goan Taysu jadi memiliki harapan dapat menghadapi orang-orang Bu Tong Pay. Tek Goan Taysu mengetahui paman gurunya ini memiliki kepandaian yang sangat hebat dan luar biasa sekali, kepandaiannya begitu dahsyat, sehingga jarang sekali bentrok dengan orang, sebab jika ia bentrok dan merasa tidak senang dengan seseorang, tentu dengan mudah dia dapat membunuhnya.
Dan kepandaiannya memang sudah sulit sekali diukur dan dijajaki. Hanya beberapa orang tokoh rimba persilatan saja yang mungkin masih dapat menandingi kepandaiannya.
Dengan sikap yang angkuh, tanpa menjawab pertanyaan dari Tek Goan Taysu, tampak orang tua dengan kumis keriting dan juga hidung yang sangat aneh seperti dua dan lengkap dengan keempat lobangnya, telah mengibaskan tangannya, dia kemudian melangkah mendekati meja, dan duduk ditepi meja itu seenaknya.
Walaupun paman gurunya bersikap angkuh seperti itu, namun Tek Goan Taysu tetap saja bersikap sangat menghormat sedangkan orang dengan bentuk hidungnya yang sangat aneh itu telah mengibaskan tangannya
perlahan: "Bangunlah, aku memang sengaja datang kemari. Ada yang hendak kulakukan !"
Tek Goan Taysu telah bangun dari berlututnya dan mendekati paman
gurunya, dengan sikap sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghormat ia berkata: "Susiok, apakah yang hendak Susiok lakukan !" "Hemm, ini Bu Tong San tempat berdirinya kuil Bu Tong Pay, bukan ?" tanya sang Susiok dengan sikap yang tetap angkuh, dan mata agak dipicingkan.
"Benar, Susiok!" menyahuti Tek Goan Tay su. "Bagus! sekarang engkau tidak perlu banyak bertanya dulu! Yang perlu engkau lakukan adalah mengundang Thio Sam Hong keluar dari kuilnya!"
Muka Tek Goan Taysu berobah, ia menyengir sambil
katanya kemudian: "Susiok, sesungguhnya Thio Sam Hong baru saja meninggal!"
"Apa?" hebat sekali perobahan pada muka sang Susiok itu, yang memandang Tek Goan Taysu dengan sorot mata yang sangat tajam, ia telah memandang dengan sikap yang memperlihatkan perasaan terkejut tidak terkira.
"Ya, Susiok, memang Thio Sam Hong baru saja meninggal! Justeru kami tengah mengepung Bu Tong Pay ini untuk menghancurkan mereka....!" menjelaskan Tek Goan Taysu.
"Brakkkk!" tiba2 sekali sang susiok telah menghantam tepi meja, sehingga meja itu sempal. Yang luar biasa, potongan sempalnya meja itu telah meluruk menjadi bubuk berhamburan dilantai! itulah
tepukan tangan yang bukan main hebatnya.
Biasanya, jika seseorang yang memiliki tenaga dalam tinggi dan kuat, begitu menghantam tepian meja, maka tepian meja itu akan sempal. Namun tentu saja potongan dari sempalan meja itu tidak menjadi hancur atau menjadi bubuk, tetap merupakan potongan kayu.
Berbeda sekali dengan tenaga hantaman dari orang yang kumis dan jenggot nya keriting itu, potongan tepi meja yang sempal itu berhamburan di lantai.
Tek Goan Taysu sendiri menyaksikan hebatnya tangan sang paman guru benar2 takjub dan kagum bukan main, Sampai dia berpikir, jika saja ia memiliki kesaktian seperti sang Susiok ini, tentu dengan mudah ia akan dapat menghadapi orang2 Bu Tong Pay.
"Thio Sam Hong telah meninggal ?" tanya sang Susiok kemudian dengan suara yang tawar wajahnya memperlihatkan kekecewaan yang sangat.
"Benar Susiok !" mengangguk Tek Goan Taysu, "Hebat sekali tangan Susiok, jika saja situa bangka Thio Sam Hong tidak cepat2 pergi kealam baka, tentu ia akan memperoleh pelajaran pahit dari Susiok, rupanya ia tahu diri, sehingga ia telah cepat2 pergi !"
yang membuat menjadi bubuk
Akan tetapi mendengar pujian Tek Goan Taysu, muka dari sang Susiok tidak memperlihatkan perasaan apa2, dingin dan tawar sekali.
Rupanya memang ia tidak memperhatikan perkataan keponakan muridnya tersebut, dia tengah memandang keluar tenda dengan wajah memancarkan kekecewaan.
Walaupun bagaimana, beritanya mengenai kematian Thio Sam Hong benar2 merupakan sesuatu yang sangat mengecewakannya.
Orang berjenggot dan berkumis keriting ini datang dari tempat jauh hanya untuk menemui Thio Sam Hong, Waktu dari India telah didengarnya akan kehebatan cakal bakal Bu Tong Pay tersebut, dan memang iapun memiliki persoalan
dengan Thio Sam Hong, ganjalan yang tidak akan dilupakan seumur hidupnya.
Dimana ia telah sengaja melakukan perjalanan kedaratan Tionggoan, Sama sekali dia bukan mencari keponakan muridnya, dia
Goan Taysu agar keponakan muridnya ini mengantarkannya ke Bu Tong Pay, guna memperkenalkan kepadanya yang mana orangnya yang bernama Thio Sam Hong itu.
Karena telah beberapa puluh tahun tidak bertemu pasti Thio Sam Hong telah sangat tua mengalami perobahan yang banyak pada dirinya.
Ketika ia tiba di Tionggoan, ternyata ia tidak berhasil menemukan keponakan menyelidikinya, dimana bermaksud hendak
hanya mencari Tek muridnya ini, sehingga dia beradanya keponakan murid tersebut, sambil diapun bertanya2 dimana letak dari gunung
Bu Tong San, karena jika keponakan muridnya ini tidak berhasil dijumpainya, maka ia akan melakukan perjalanan seorang diri langsung ke Bu Tong San.
Justeru apa yang didengarnya mengatakan bahwa Tek Goan Taysu tengah memimpin pasukan kerajaan kegunung Bu Tong San. Dan juga memang dari orang2 kalangan sesat dan hitam, diperoleh keterangan Tek Goan Taysu tengah menerima perintah dari Hongsiang, Kaisar, untuk menghancurkan Bu Tong Pay.
Segera juga Sang Susiok ini telah bertanya2 mengenai letak Bu Tong San dan arah mana yang harus ditempuhnya buat tiba di Bu Tong San.
Atas petunjuk dari beberapa orang kalangan sesat dan hitam, dan sepanjang jalan bertanya2 kepada penduduk setempat, akhirnya ia bisa tiba juga di Bu Tong San.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Justeru ia bertemu dengan tentara negeri yang banyak sekali jumlahnya. Para tentara negeri itu mencurigainya, maka ia telah dihadang dan ditegur, membuat dia gusar, dan akhirnya membuat para tentara kerajaan itu kucar kacir, dan ketika dia mengatakan bahwa ia mencari Tek Goan Taysu, keponakan murid nya, para tentara kerajaan
jadi kaget. Salah seorang segera melaporkan hal itu kepada Tek Goan Taysu.
Begitulah, setelah bertemu dengan keponakan muridnya, justeru dia jadi kecewa sekali mendengar berita perihal
kematian Thio Sam
Hong, akan sia2 belaka ia telah melakukan perjalanan jauh, karena setibanya di Bu Tong San ini, orang yang dicarinya telah lama mati. Lama sekali sang paman guru tersebut terpekur seperti itu, membuat Tek Goan Taysu tidak berani banyak bertanya, ia hanya mengawasi saja, dan sekali-sekali hanya mendehem.
Setelah berdiam diri beberapa saat lamanya lagi, barulah sang paman guru ini menghela napas dalam-dalam, katanya.
"Jadi sekarang yang ada hanya murid-murid dari Thio Sam Hong!"
Tek Goan Taysu tidak berayal telah mengangguk.
"Benar !" sahutnya, "Justeru kedudukan ciangbunjin Bu Tong Pay telah diserahkan kepada salah seorang muridnya yang memiliki kepandaian yang lumayan tingginya! Akan tetapi dengan kedatangan Susiok, hemm, hemm, biarpun mereka masing2 memiliki kepala tiga dan enam tangan, tidak nantinya mereka dapat menghadapi Susiok, Rupanya sudah tiba saat kehancuran buat mereka."
Sang Susiok mendehem beberapa kali, mendengus juga dengan sikapnya yang angkuh. "Mengapa engkau tidak membasmi mereka "!" tegurnya kemudian sambil menoleh memandang Tek Goan Taysu dengan sorot mata yang sangat tajam.
Tek Goan Taysu terkesiap kaget ditegur seperti itu oleh paman gurunya, Tiba2 dia menjatuhkan dirinya berlutut dihadapan Sang Susiok sambil mengangguk2kan kepalanya berulangkali tidak hentinya.
"Maafkanlah tecu karena tecu memang tidak punya guna! Suhu telah mengajarkan tecu ilmu yang hebat, namun tecu seorang yang bodoh, tecu tidak berdaya buat menghancurkan mereka, inilah yang memang suatu hal yang sangat memalukan sekali dan tecu pantas memperoleh hukuman dari Suhu maupun Susiok."
Setelah berkata begitu, tampak Tek Goan Taysu mengangguk2 lagi beberapa kali. "Hemm, hemmm !" Sang paman guru hanya mendengus dingin seperti itu, sampai akhirnya ia bilang dengan suara yang tawar.
"Nanti biarlah aku yang menghancurkan mereka !" "Ya !" mengangguk Tek Goan Taysu girang bukan main. "Terima kasih Susiok! Terima kasih Susiok. Tentu tecu akan melaporkan jasa2 Susiok kepada Hongsiang !"
"Apa itu Hongsiang " Jika perlu Hongsiang-mu itu kubunuh sekalian !" kata sang paman guru dengan suara yang keras.
Muka Tek Goan Taysu jadi berobah pucat ditanggapi seperti itu, Dia memaksakan diri buat nyengir, dan katanya: "Ya, ya, memang tadi tecu salah bicara..!"
"Apa yang akan kulakukan ini tidak ada sangkut pautnya dengan siapapun juga! Tetapi justeru antara aku dengan Thio Sam Hong terdapat ganjalan yang tidak mungkin diselesaikan dengan hanya kematian Thio Sam Hong."
Hemm, tetapi apa mau dibilang, justeru disaat aku datang ke daratan Tionggoan buat membunuhnya dengan hebat, dia telah mati ! inilah benar-benar urusan yang sangat mengecewakan sekali ! Tetapi dengan menghancurkan murid2nya, kukira itupun masih ada bagusnya ! Maka, engkau jangan beranggapan bahwa apa yang kulakukan itu demi engkau!"
Dan berkata sampai disitu, tampak sang paman guru menghela napas berulang kali, dia telah menepuk perlahan lagi tepi meja dan potongan tepi meja yang sempal seketika meluruk menjadi bubuk berhamburan dilantai ! Itulah tepukan yang benar2 sangat hebat.
Jika kayu dari meja itu, sekali ditepuk menjadi sempal dan sempalan dari kayu meja tersebut jadi bubuk dan berhamburan dilantai, karena itulah mengandung tenaga dalam yang luar biasa dahsyatnya.
Jika saja seorang manusia yang dihantam dengan tepukan seperti itu, bisa dibayangkan betapa apa yang akan terjadi pada diri orang yang ditepuknya itu.
Tek Goan Taysu sendiri menggidik, diam-diam dia berpikir: "Jika saja Susiok bersedia mengajarkan aku ilmunya, dan memberikan petunjuknya, hemm, hemm,
tentu aku dapat memiliki kepandaian yang dapat diandalkan !
Sedangkan sang paman guru telah turun dari tepian meja itu, dia berdiri tegak, dengan sikap yang angkuh, walaupun demikian tidak urung terlihat tubuhnya memang agak membungkuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diwaktu itulah tampak, betapapun juga, ia memang seperti tengah kecewa dan uring-uringan, katanya dengan angkuh: Dimana tempatku "!"
"Disini saja Susiok, biarlah nanti tecu pindah ketenda lain !"kata Tek Goan Taysu cepat.
Sedangkan sang paman guru tidak menolak, iapun hanya mengiyakan saja. Diwaktu itu, tampak Tek Goan Taysu telah mengajak Tam Tam Lu Ie dan yang lainnya, para tentara yang menjaga tenda tersebut untuk pindah ke tenda lainnya.
Sesungguhnya, memang paman guru Tek Goan Taysu adalah seorang yang berkepandaian sangat tinggi sekali, ia seorang India yang dua puluh tahun lebih yang lalu pernah dirubuhkan Thio Sam Hong, ketika ia hendak melakukan sesuatu pekerjaan mesum memperkosa seorang wanita, yang memiliki seorang anak.
Dengan kejam waktu itu paman guru Tek Goan Taysu telah membunuh anak itu, kemudian hendak memperkosa sang ibu. Dengan demikian, ia merasa sangat terhina dengan munculnya Thio Sam Hong yang mencegah perbuatannya itu, bahkan kemudian mereka bertempur.
Diwaktu itu kepandaian paman guru Tek Goan Taysu masih berada dibawah kepandaian Thio Sam Hong, maka setelah bertempur setengah harian, ia dirubuhkan dan melarikan diri.
Sedangkan Thio Sam Hong berada diperbatasan daratan Tionggoan karena memang kebetulan tengah melakukan perjalanan untuk berkelana.
Diwaktu itu memang Thio Sam Hong tengah gagah2nya, karenanya, dia telah turun tangan dengan keras setiap kali melihat ada sesuatu yang tidak beres.
Karenanya, dendam dalam hati paman guru Tek Goan Taysu menyala begitu besar, dan telah membuat ia selama dua puluh tahun lebih berlatih diri dengan giat, buat memperoleh kepandaian yang jauh lebih tinggi.
Ia merasakan, bahwa kini telah tiba waktunya untuk membalas dendam. Karenanya, ia melakukan perjalanan kedaratan Tionggoan buat mencari Thio Sam Hong.
Namun, siapa tahu kedatangannya terlambat Thio Sam Hong telah berpulang buat selamanya, sehingga membuat dia sangat kecewa sekali.
Dan sebagai seorang yang memiliki kepandaian sangat tinggi seperti dia, dia yakin bahwa kini akan dapat merubuhkan Thio Sam Hong.
Dan kekecewaannya, karena
kepandaian yang jauh
lebih biarpun telah memiliki tinggi dari sebelumnya, kepandaian nya itu justeru tidak dapat dipergunakan untuk membalas dendam dan penasarannya pada musuh tunggalnya.
Disaat itu, Tek Goan Taysu juga telah memberitahukan kepada orang2nya, dengan kedatangan paman gurunya,
tentu mereka akan lebih mudah menghancurkan orang2 Bu Tong Pay.
Memang dalam hal ini Tek Goan Taysu yakin, tentunya orang2 Bu Tong Pay tidak ada seorangpun diantara mereka yang bisa menandingi kepandaian paman gurunya yang memiliki kepandaian begitu tinggi dan dahsyat.
Paman guru Tek Goan Taysu di India terkenal sebagai seorang tokoh sakti dengan gelaran Dewa Matahari. Dan ia sendiri bernama Cinal Sing, ilmu yang sangat diandalkan adalah ilmu pukulan tangan kosong, dimana telapak
tangannya dapat setajam pedang, karena jika ia menabas, akan dapat memutuskan batangan besi atau logam lainnya.
Demikian juga tenaga pukulan dari telapak tangannya dapat menghancurkan benda yang keras seperti apapun juga.
Untuk ilmu senjata tajam, ia dapat mempergunakan sekaligus empat batang pedang, dimana dua batang pedang dicekal pada kedua tangannya, kemudian melemparkannya, lalu menanggapi kedua pedang yang lainnya, lalu melemparkan lagi dan menanggapi kedua pedang yang tadi dilemparkannya. Dengan sekaligus mempergunakan empat
batang pedang membuat lawannya selalu menjadi bingung.
Ilmu pedangnya yang sekaligus mempergunakan empat batang pedang itu, dipelajarinya selama dua puluh tahun lebih memang diharapkan dapat kelak dipergunakan menghadapi Thio Sam Hong, karenanya Cinal Sing telah
mempelajari ilmu pedangnya dengan sungguh-sungguh, setiap hari ia melatih diri dengan tekun, dan memperoleh kemajuan yang pesat sekali.
Namun sekarang disaat ia telah memiliki kepandaian begitu tinggi, ternyata semua usahanya itu hanya sia2,
walaupun ia telah memiliki kepandaian yang lebih tinggi beberapa kali lipat dibandingkan dengan waktu2 yang lalu, tokh kenyataannya memang dia tidak bisa mempergunakan kepandaiannya buat membinasakan musuh besarnya dalam menuntut balas sakit hati dan dendamnya, karena justeru Thio Sam Hong telah meninggal dunia.
Karena jengkelnya, Cinal Sing telah keluar dari tendanya, dia melangkah dengan tindakan kaki perlahanlahan dan kepala tertunduk.
Semua para tentara kerajaan yang berkumpul ditempat tersebut telah mengetahui, bahwa orang dengan hidung lobang empat yang bentuknya sangat aneh itu adalah paman guru dari Tek Goan Taysu, dengan demikian mereka memperlakukan Cinal Sing dengan sangat menghormat sekali. Dan juga memang setiap kali berpapasan mereka telah memberi hormat dengan menekuk salah satu kaki mereka.
Akan tetapi memang Cinal Sing memperlihatkan sikap yang angkuh dan tidak pernah mau berkata sepatah perkataanpun juga, hanya melangkah terus, maka para tentara itupun tidak berani banyak bicara basa-basi.
Cinal Sing melangkah terus sampai kelamping gunung, berdiri dengan wajah muram, ia memandang sekelilingnya dengan hati yang kecewa sekali. Amarah dan kekecewaan yang menyelubungi jiwa dan hatinya, sama sekali tidak dapat disalurkannya, sampai akhirnya dia telah membentak dengan suara yang nyaring sekali, cepat sekali sepasang
tangannya bergerak, maka dia telah menghantam rubuh dua batang pohon yang sesungguhnya sangat besar, sehingga terdengar suara bergemuruh dari rubuhnya kedua batang pohon tersebut, yang batang pohonnya sebagian hancur menjadi bubuk.
Tek Goan Taysu dan orang2nya mendengar suara ribut2 itu namun Tek Goan Taysu yang memang mengenal watak dan sifat dari paman gurunya, segera perintahkan anak buahnya agar mereka tidak mengganggu paman gurunya jangan pergi ketempat itu.
Sebab kalau sampai mereka datang dan dianggap oleh paman guru Tek Goan Taysu sangat mengganggu kemungkinan besar mereka akan dibunuh oleh Cinal Sing.
Setelah merubuhkan kedua batang pohon itu, hati Cinal Sing jadi lebih tenang, ia telah memandang jauh sekali,
Pukulan Naga Sakti 4 Pukulan Si Kuda Binal Karya Gu Long Naga Kemala Putih 1

Cari Blog Ini