Ceritasilat Novel Online

Pendekar Guntur 24

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 24


"Plakkk!" kepala pemuda itu hancur berantakan. Itulah benar-benar nasib buruk buat pemuda itu. Dia merupakan salah seorang mo-ni Kou Luo yang tersesat di dalam lembab ini. Siapa tahu nasibnya benar2 gelap dan buruk, sehingga dia mengalami peristiwa tersebut, dimana
akhirnya dia membuang jiwa dengan sangat percuma.
Sebenarnya, jika dalam keadaan biasa, tentunya dia bisa menghindarkan diri dari tamparan telapak tangan pelajar itu pada kepalanya. Namun di waktu itu ia tengah lemah sekali, tidak memiliki tenaga sedikitpun juga, membuatnya
jadi tidak bisa menggerakkan tubuhnya dan juga telah menerima kematian dengan kecewa ....
Pelajar itu melangkah memasuki goa, dia memandangi Ya Ya le yang tenang-tenang masih rebah di pembaringan. "Hemmm, kekasihmu yang baru telah ku mampusi!" kata pelajar itu. "Tidak ada urusan denganku ! Telah ku-isap seluruhnya . . .!" menyahut Ya Ya le dengan suara yang dingin- "Apa maksudmu datang kemari?"
"Biasa . . . !"
"Hemm, kau memang kelaparan !"
"Ya, karena engkau sangat cantik!"
"Hemmm . . . . ." lalu Ya Ya le melompat turun dari pembaringan, tapi pelajar itu telah menubruk dan merangkulnya.
"Jangan sekarang, aku ada urusan penting."
"Hanya sebentar saja !"
Ya Ya le tidak menampik lagi, dia malah balas merangkul dan terdengar tertawa senangnya. Keadaan didalam goa itu tampak sunyi dan sepi sekali. Dan tidak lama kemudian tampak Ya Ya le keluar berendeng berdua dengan pelajar itu.
"Kim Siucai, walaupun bagaimana sekali ini engkau harus membantui aku, karena aku tengah menghadapi lawan yang sangat berat sekali dan tangguh!" kata Ya Ya le waktu tiba di mulut goa, dan memandang sinis pada mayat dari pemuda bekas korbannya.
Pelajar itu, yang di panggil dengan sebutan Kim Siucai, mengangguk.
"Tentu! Dengan senang hati aku bersedia membantumu!" katanya sambil tersenyum, "Siapa musuhmu itu"!"
"Nanti engkau akan mengetahuinya." menyahuti Ya Ya Ie. "Ayo ikut aku." Kim Siucai itu mendengus, dia melihat Ya Ya le telah menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melesat seperti terbang ditengah udara.
Kim Siucai juga menyusulnya. Ternyata Kim Siucai ginkang sangat tinggi, kepandaian dari Ya Ya le, dia bisa mengejar Ya Ya le dengan cepat dan berlari gesit seperti terbang.
Memang Kim Siucai salah seorang tokoh rimba persilatan yang
tersebut sebagai
mengambil sebagian tempat dilembah
tempat tinggalnya, karena dia tengah seorang pelajar yang memiliki tidak berada disebelah bawah
mengasingkan diri dan tengah melatih semacam ilmu yang luar biasa. Justeru untuk melatih ilmunya itu, dia membutuhkan bantuan seorang wanita yang memiliki kepandaian tinggi,
untuk tenaga Yangnya itu dipertemukan dengan tenaga Im dari wanita tersebut, sehingga dia bisa untuk mengerahkan tenaganya dan melatihnya dengan baik sekali.
Tapi disaat itu, justeru Ya Ya le tampaknya ingin memanfaatkan pemuda pelajar tersebut, karenanya dia telah melayaninya, walaupun sebenarnya dia tahu, tenaga Imnya bisa berkurang kalau dia melayani Kim Siu-cai.
Dia ingin meminta bantuan dari Kim Siu cai ini menghadapi Kwang Tan. Ya Ya le yakin, jika memang dia dibantu oleh Kim Siucai, niscaya dia bisa menghadapi
Kwang Tan dengan baik, Kakek tua yang patuh padanya belum lagi diketahuinya, entah bagaimana keadaannya sekarang ini. Ya Ya le menduga mungkin Kwang Tan telah membunuh kakek tua tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, Ya Ya le mengajak Kim Siucai pertama-tama pergi ketempat dimana ia pernah bertempur dengan Kwang Tan.
Ketika tiba disana, ternyata kakek tua itu dan Thong Hok masih juga berada di situ. Keadaan mereka sangat mengenaskan sekali, Baik kakek tua itu, maupun Thong Hok keduanya merintih tidak hentinya.
Mereka berdua dalam keadaan sikap duduk bersemedhi, tapi diwaktu itu mereka sama sekali tidak bisa menyalurkan sinkang mereka dengan sebaik-baiknya, karena luka didalam tubuh mereka sangat parah sekali.
Sedangkan Ya Ya Ie segera menghampiri kakek tua itu, katanya dengan suara yang tawar: "Selama ini engkau beranggapan ilmumu yang tertinggi dari kami semua yang berada didalam lembah ini, ternyata sekarang engkau tidak berdaya buat menghadapi seorang pemuda saja! Sungguh
memalukan ! Mana itu mulut besarmu?"
Kakek tua itu walaupun tengah menderita kesakitan akibat luka didalam tubuhnya, segera membuka matanya, dia melihat Ya Ya Ie datang didampingi oleh Kim Siucai, mata si kakek jadi bersinar.
"Hemmm, aku bukan dirubuhkan oleh dia secara wajar! Justeru dia telah mempergunakan semacam obat bius yang membuat aku tidak bisa mempergunakan seluruh tenagaku . . . !"
"Itu salahmu, apapun alasanmu, tapi engkau telah dirubuhkan oleh pemuda itu ! Masih untung engkau tidak dibunuhnya!" kata Ya Ya Ie.
Kakek tua itu terdiam, tapi ketika melihat Ya Ya Ie ingin mengajak Kim Siucai buat melanjutkan perjalanan mereka,
segera juga dia berkata: "sekarang kalian berdua tolongi aku dulu, bantu mengerahkan tenaga dalam. Nanti aku benar2 akan berusaha memampusi bocah itu, aku akan memenuhi janjiku untuk memenuhi ketiga syarat itu.
Ya Ya Ie merandek, dia terdiam sejenak, tampaknya dia ragu2, kemudian dia telah berkata: "Baiklah! Jika memang demikian aku bersedia untuk membantumu!"
Setelah berkata begitu, segera dia menoleh kepada Kim Siucai, katanya: "Apakah engkau pun bersedia untuk membantuinya."
Kim Siucai mengangguk.
"Ya... dia merupakan pembantu yang sangat baik sekali, yang bisa kita pergunakan..." dan setelah berkata begitu, segera juga Kim Siucai dengan cepat sekali telah duduk dibelakang kakek tua tersebut, dia mengulurkan tangannya,
telapak tangannya telah
diletakkannya pada punggung kakek tua itu, dia mulai mengerahkan tenaga dalamnya, dimana dia mengemposnya dengan kuat. Sedangkan Ya Ya Ie duduk berhadapan dengan kakek tua tersebut, dia pun telah mengerahkan tenaga dalamnya, dengan mengulurkan tangannya, telapak tangannya itu
telah ditempelkannya pada dada kakek tersebut.
Dengan di bantu oleh kedua orang ini, maka kakek tua itu dapat mengerahkan tenaga dalamnya. Dia berusaha menyembuhkan luka didalam tubuhnya dengan bantuan dua kekuatan sinkang itu, digabung dengan kekuatan sin kangnya.
Di waktu itu tampak berangsur-angsur wajahnya mulai memerah karena dia mulai dapat memulihkan pernapasannya dan mengerahkan tenaga dalamnya pada tan-tiannya, dengan demikian dia leluasa untuk dapat
memusatkan kekuatan tenaga dalam itu buat menyembuhkan luka didalam tubuhnya.
Ya Ya Ie berdua dengan Kim Siucai pun bersungguh2 menolongi kakek itu, karena merekapun hendak memperalat kakek tua itu.
Jika Ya Ya Ie ingin mempergunakan kakek tua tersebut buat menghadapi Kwang Tan, maka lain pula dengan keinginan Kim Siucai, karena ia bermaksud hendak memperalat kakek tua itu kelak membantunya melatih sin kangnya.
Dia akan menagih budinya dan memaksa kakek tua itu menyalurkan sinkangnya, di saat dia tengah melatih ilmunya, Dengan begitu, atas budinya itu, tentu kakek tua itu tidak akan menolak permintaannya.
Demikianlah, cepat sekali kakek tua itu dapat disembuhkan dari luka di dalam tubuhnya, sinkangnya telah dapat dikerahkan dengan lancar dan juga diwaktu itu pernapasannya sudah mulai lancar.
Dengan segera Ya Ya Ie dan Kim Siucai menambahkan kekuatan mereka, menyalurkannya pula. Dan berakhirlah
bantuan mereka, karena kakek tua tersebut telah dapat menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya sendiri dengan lancar.
Lewat beberapa saat lagi, kakek tua itu telah berhasil sembuh dan seluruh semangat dan tenaganya telah dapat
berkumpul kembali dia pun
segera melompat berdiri, katanya: "Mari kita pergi mencari pemuda kurang ajar itu, kita harus memampusinya!"
Ya Ya Ie menggeleng.
"Tunggu dulu, dia belum lagi ditolong!" Sambil berkata begitu Ya Ya Ie telah menunjuk kepada Thong Hok. Thong Hok waktu itu tengah memandang mereka dengan sinar mata memohon dan memelas sekali, karena dia memang mengharapkan sekali kakek tua itu bersama dengan Ya Ya le dan Kim Siucai, menolongnya juga.
"Biar dia mampus saja!" kata kakek tua itu kemudian sambil hendak melangkah meninggalkan tempat itu.
Tapi Ya Ya le menahannya. "Tunggu dulu..!" katanya kemudian "Kita membutuhkan tenaganya, dengan memperoleh seorang pembantu seperti dia, tidak kecil manfaatnya buat kita."
Kakek tua itu tidak berani membantah, segera juga dia menghampiri Thong Hok. Dia segera menyalurkan sinkangnya, dan dia telah berhasil membantu Thong Hok buat mengerahkan sinkangnya itu.
Sedangkan Kim Siucai berdua dengan Ya Ya le hanya mengawasi saja, karena mereka yakin bahwa Thong Hok dapat diohati oleh si kakek yang memiliki kepandaian sangat tinggi dan sinkangnya telah pulih kembali.
Benar saja dalam waktu yang sangat singkat, Thong Hok berhasil menyalurkan kembali tenaga dalamnya, dia pun merasakan pernapasannya telah berjalan dengan lancar dan teratur.
Dengan segera Thong Hok menggerakkan tubuhnya, Dia telah bisa menggerakkan sepasang tangan dan kakinya. Di waktu itu, tampak Thong Hok memberi hormat kepada Ya Ya le, si kakek dan juga Kim Siucai. "Terima kasih atas bantuan dan pertolongan para Locianpwe!" katanya dengan suara dan sikap yang menghormat sekali, walaupun dia berusia telah lanjut, tokh
dia menyebut ketiga orang itu dengan sebutan locianpwe,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buat menyatakan perasaan terima kasihnya yang telah ditolong lukanya oleh kakek itu atas anjuran yang diberikan Ya Ya Ie.
Diwaktu itulah terlihat kakek tua itu sudah tidak sabar, dia bilang kepada Ya Ya le: "Mari kita berangkat karena jika terlambat tentu bocah itu sudah pergi meninggalkan tempat ini!"
Ya Ya le mengiyakan, dan bersama-sama mereka memasuki lembah itu.
ooooo)OdwO(ooooo KWANG TAN bertiga dengan Mi Liang To jin dan Lian Kie Lin waktu itu telah merasa cukup beristirahat karena semangat mereka telah pulih dan bermaksud hendak melanjutkan perjalanan mereka.
Malah Kwang Tan dalam kesempatan beristirahat itu telah memeriksa keadaan Lian Kie Lin, dia telah memberikan semacam obat lagi kepada si gadis, dan diapun telah menguruti beberapa jalan darah di tubuh si gadis.
Dengan demikian
pernapasan si gadis dapat berjalan dengan lancar dan juga dia jauh lebih segar.
Ketika Kwang Tan telah selesai mengurutinya, si gadis ingin melompat berdiri.
"Jangan terlalu banyak bergerak dulu!" kata Kwang Tan memperingatinya.
Gadis itu tersenyum. "Semangatku telah pulih dan sinkangku telah terkumpul kembali !" kata si gadis, "Juga pernapasanku telah berjalan dengan lancar kembali !"
Dan sigadis melompat berdiri, Dia menggerak-gerakkan sepasang kaki dan tangannya. Tapi Kwang Tan telah perintahkan si gadis agar rebah lagi. "Jika memang dalam keadaan baru sembuh sekarang ini engkau mempergunakan tenaga terlalu banyak, tentu
akan membahayakan jiwamu
sendiri! Karena dari itu engkau harus rebah dulu, nona dan jika kita melanjutkan perjalanan engkau lebih baik digendong dulu !"
Si gadis tidak berani membantah karena itu dia segera merebahkan tubuhnya.
Sedangkan Mi Liang Tojin telah bangun berdiri, dia bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanannya. "Biar aku yang menggendongnya !" kata Kwang Tan ketika melihat Mi Liang Tojin hendak menggendong Lian Kie Lin.
Mi Liang Tojin mengangguk, dia menyadari ginkang atau ilmu meringankan tubuh Kwang Tan jauh berada diatasnya, karena itu, jika saja Kwang Tan yang menggendong sigadis tentunya akan jauh lebih cepat mereka bisa memasuki lembah itu.
Demikianlah setelah beristirahat beberapa saat lamanya, akhirnya mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Kwang Tan yang sejak tadi telah memperhatikan keadaan dilembah itu memperoleh kenyataan tidak adanya jalan lain yang dipergunakan mereka, dan hanya jalan yang satu itu, yang demikian sukar dipenuhi oleh semak belukar, yang ada dan bisa mereka lalui.
Maka terpaksa Kwang Tan bertiga dengan Mi Liang Tojin dan Lian Kie Lin telah mengambil jalan itu, Dengan mempergunakan sin kang mereka, untuk membentur rubuh batang-batang pohon yang melintang dan juga dengan ginkang atau ilmu meringankan tubuh yang tinggi, mereka bisa melakukan perjalanan dengan cepat sekali.
Begitulah, dengan ringan mereka telah berlari-lari tidak hentinya. Mereka dalam waktu yang sangat singkat sekali telah bisa melewati belasan tombak, Semakin memasuki lembah itu, keadaan semakin sulit.
Tapi Kwang Tan telah membuka jalan, dan Mi Liang Tojin pun membantunya.
Begitulah, akhirnya mereka bisa melewati keadaan yang begitu sukar dilalui.
Mereka telah tiba di sebuah lapangan rumput yang cukup luas, Ditempat itu sudah tidak terdapat hutan maupun juga semak belukar seperti tempat yang sebelumnya. Mereka dapat melakukan perjalanan jauh lebih cepat, dan dalam waktu singkat telah enam lie mereka lewati.
Keadaan lembah itu sunyi sekali, Tapi tiba-tiba Kwang Tan melihat sesuatu terpisah di depannya mungkin belasan tombak.
Segera juga Kwang Tan sambil menggendong si gadis, telah melompat ketempat itu. Dia melihat ternyata itulah sesosok tubuh yang menggeletak tidak bergerak, sesosok mayat seorang laki-laki tua.
Lian Kie Lin yang berada didalam gendongan Kwang Tan ketika melihat jelas sosok mayat itu, jadi mengeluarkan seruan tertahan dan melompat turun dari gendongan Kwang Tan.
"Ohhhh, suhu.... !" Dan dia telah menubruk menangis didada mayat itu.
Kwang Tan jadi memandang tertegun. Demikian juga dengan Mi Liang Tojin. Gadis itu menangis terus, agak lama sampai akhirnya telah berhenti menangis, dia menoleh kepada Kwang Tan, katanya: "lnilah suhuku, ternyata beliau telah di binasakan disini !"
"Hemmm, tentunya yang menurunkan tangan jahat seperti ini salah seorang dari penghuni lembah itu!" menggerutu Mi Liang Tojin.
"Dan.... entah bagaimana dengan ayahku "!" mengeluh si gadis.
"Kita akan mencarinya terus !" kata Kwang Tan.
Tapi baru saja dia berkata begitu, terdengar suara rintihan. Segera juga mereka menyelidiki dari arah mana datangnya suara rintihan itu.
Segera juga Kwang Tan melihat di balik rumput yang tebal, menggeletak sesosok tubuh lainnya, dialah yang mengeluarkan suara rintihan, karena dia dalam keadaan terluka parah sekali.
Cepat-cepat Kwang Tan bertiga dengan Mi Liang Tojin dan Lian Kie Lin telah melompat menghampiri.
Dan mereka melihat orang itu adalah seorang laki2 berusia hampir enam puluh tahun.
Lian Kie Lin kembali mengeluarkan suara jeritan menyayatkan hati, dia menubruk lagi tubuh itu.
"Ayah.... ayah... siapa yang menganiaya dirimu seperti ini...."!" sesambatan sigadis.
Ternyata, sosok tubuh yang terluka itu tidak lain adalah ayah sigadis, Dan ia masih bisa bicara dengan suara yang perlahan sekali, walaupun disaat itu ia tengah terluka parah, dengan luka di sekujur tubuhnya dan darah yang membasahi pakaiannya, juga dia tertotok pada beberapa bagian tubuhnya.
Kwang Tan biarpun memang memiliki ilmu pengobatan yang sangat tinggi, segera mengetahui biarpun dia
mempergunakan obat apa saja, tidak mungkin bisa menyelamatkan jiwa orang tua itu.
Dia hanya berdiam diri saja, karena dia mengetahui tidak lama lagi tentu orang tua itu, akan segera menghembuskan napasnya.
Waktu itu suara siorang tua terdengar sangat perlahan sekali: "Dia,., dia... Ya.. Ya...Ie..." berkata sampai disitu, matanya terbeliak dan napasnya segera juga putus.
Dengan demikian telah membuat tangis Lian Kie Lin meledak nyaring sekali.
Kwang Tan dan Mi Liang Tojin hanya menghela napas. Ternyata orang-orang yang dicari oleh si gadis semuanya telah dibinasakan, dan segera juga Kwang Tan mengajak Mi Liang Tojin untuk menggali tanah, guna mengubur kedua mayat orang itu.
Lian Kie Lin menangis terus dengan sedih sekali dan dia pun telah pingsan sampai dua kali. Kwang Tan dan Mi Liang Tojin bekerja sangat cepat sekali, mereka telah berhasil menggali sebuah lobang yang
sangat besar, kemudian mengubur kedua mayat itu menjadi satu.
Setelah menguruk lobang itu dengan tanah dan dirapatkan kembali, Kwang Tan menghibur sigadis.
"Semua orang yang kucintai telah tiada, bahkan guruku, yang mungkin bermaksud hendak mencari ayahku itu, telah ikut terbinasa juga disisi. ohh, aku selanjutnya hidup sebatang kara..!" Dan gadis itu menangis lagi dengan suara yang menyayatkan hati.
Sedangkan Kwang Tan dan Mi Liang Tojin menghiburnya, agar si gadis tidak terlalu bersedih hati.
Diwaktu itulah terlihat, betapa si gadis pingsan lagi tidak sadarkan diri. Hal ini disebabkan dia terlalu berduka sekali dan hebatnya kedukaan di hati si gadis membuat dia berulang kali jatuh pingsan tidak sadarkan diri.
Sedangkan Kwang Tan bekerja cepat, dia berusaha menyadari si gadis, dengan memberikan juga obatnya membuat si gadis jauh lebih tenang.
Begitulah, setelah berdiam disitu beberapa saat dan setelah Lian Kie Lin berlutut memberi hormat penghabisan buat guru dan ayahnya, merekapun berangkat untuk meninggalkan lembah itu.
Hanya saja, belum lagi mereka berangkat untuk meninggalkan tempat itu, tiba2 sekali terdengar suara seruling, yang mengalun dengan irama yang halus dan merdu sekali.
Tapi irama seruling yang begitu merdu malah membuat Kwang Tan dan Mi Liang Tojin berdua dengan Lian Kie Lin terkejut, karena mereka bertiga segera juga mengenali, itulah suara serulingnya Ya Ya le.
"Dia telah terluka didalam yang tidak ringan, apakah begitu cepat dia bisa menyembuhkan dirinya, sehingga sekarang dia tengah berusaha mencari urusan lagi dengan kita "!" menggumam Mi Liang Tojin dengan suara yang tertahan.
Kwang Tan diam saja tidak menyahuti, dia telah mengawasi kearah dari mana datangnya suara seruling itu. Tidak lama kemudian tampak beberapa sosok tubuh yang berkelebat gesit sekali. Salah seorang diantara mereka tampak si wanita cabul dengan serulingnya yang mengeluarkan irama yang mengalun.
Di waktu itu juga tampak yang mengejutkan Kwang Tan, adalah kakek tua itu, yang berada bersama2 dengan Ya Ya Ie. Juga terlihat Thong Hok.
Diantara mereka terdapat seorang lainnya yang tidak dikenal oleh Kwang Tan bertiga yaitu seorang pemuda pelajar, yaitu Kim Siu-cai.
Kepandaian Kim Siucai itu tampaknya tidak berada dibawah kepandaian dari kakek tua tersebut, karena dia bisa berlari dengan sangat cepat sekali dengan ringan.
Malah yang membuat Kwang Tan tidak mengerti, mereka tampaknya telah sehat kembali dan tidak ada tandatanda bahwa mereka masih terluka didalam, karena gerakan mereka yang begitu ringan, tubuh mereka yang begitu lincah dan tampaknya demikian leluasa dengan gerakan masing-masing.
Tengah Kwang Tan bertiga mengawasi kepada keempat sosok tubuh itu, justeru Ya Ya Ie berempat cepat sekali telah tiba di hadapan Kwang Tan bertiga.
Ya Ya Ie sambil tertawa dingin telah bilang: "Hemmm, sekarang engkau tidak mungkin bisa meloloskan diri dari tanganku!"
Dan setelah berkata begitu, Ya Ya Ie melirik kepada Kim Siucai, katanya: "ltulah orangnya !"
Kim Siucai mengawasi Kwang Tan sejenak dengan sikap yang sinis sekali, kemudian dia mengawasi Mi Liang Tojin, dan mendengus lagi, Barulah kemudian dia berkata dengan suara yang tawar:
"Hemmm, menurut penglihatanku ia tidak terlalu lihay dan mungkin engkau yang terlalu melebih-lebihkan saja tentang pemuda ini . . . ."
Tapi Ya Ya Ie tertawa dingin. "Kau belum mencoba jangan memberi komentar dulu! Nah, pergilah kau rubuhkan dulu dia, jika memang benar
benar engkau sanggup untuk merubuhkannya, diwaktu itu aku baru akan mempercayai benar seluruh perkataanmu !"
Kim Siucai tampaknya tidak senang melihat Ya Ya le tidak mempercayai perkataannya, malah didengar dari nada suara Ya Ya le, wanita cabul ini seperti juga memandang
ringan dan enteng kepadanya, yang diduga tidak mungkin bisa merubuhkan Kwang Tan.
Karena itu, tanpa mengatakan suatu apapun juga tubuh Kim Siucai telah melesat dengan cepat, dia hinggap tepat dihadapan Kwang Tan.
Kwang Tan dan yang lainnya mengeluh, karena mereka melihat bahwa lawan-lawan mereka terdiri dari orang-orang lihay dan juga sudah sembuh dari lukanya, karena dapat bergerak begitu cepat.
Segera juga Kwang Tan mengibaskan tangannya waktu melihat sipelajar ini menyerangnya.
"Bukkk!" tenaga mereka saling bentur dan itulah benturan yang sangat kuat sekali.
Tubuh Kwang Tan terhuyung satu langkah sedangkan Kim Siucai sampai dua langkah. Muka Kim Siucai berobah merah padam, dia kaget untuk lihaynya pemuda ini. Tapi dia pun penasaran, dia tidak percaya bahwa Kwang Tan memiliki kepandaian berada diatas nya.
Karena itu, dengan suara yang mengerang sangat keras, diapun segera melompat lagi dan menyerang dengan dahsyat
Kwang Tan melihat serangan yang menyambar datang pada waktu itu merupakan sangat berbahaya, karenanya serangan yang benar-benar
dia tidak berayal, diapun mengerahkan sinkangnya, apa lagi tadi dalam satu gebrakan
saja dia telah mengetahui lawannya bukanlah lawan yang sembarangan yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali!
Sekali ini Kwang Tan tidak menangkis dengan keras dilawan keras. Dia mengelak dulu, baru dia membalas
menyerang dan serangannya itu tidak kepalang tanggung, dimana Kwang Tan yakin, untuk menghadapi Kim Siu-cai, dia harus cepat-cepat dapat merubuhkannya, karena jika terlalu lama, akan membuat tenaganya habis terkuras, sedangkan di tempat itu masih ada tiga orang lawan yang
berkepandaian tinggi lainnya, yaitu si kakek, Ya Ya le dan Thong Hok. yang semuanya memiliki kepandaian tidak rendah.
Begitulah, serangan Kwang Tan membuat Kim Siucai kaget tidak terkira, dia merasakan tubuhnya panas seperti
terbakar, segera juga dia bermaksud hendak menjauhi diri. Terlambat.
Karena Kwang Tan telah berhasil menghantam dengan pukulan Gunturnya.
Walaupun serangan itu tidak sampai mengenai telak kepada Kim Siucai, tokh telah membuat Kim Siucai merasakan lengannya seperti kaku, tubuhnya seperti hangus terbakar. Dia menjerit-jerit dan berusaha menjauhi diri.
Kemudian dengan muka pucat dia berdiri mengawasi kepada kedua tangannya, Agak hangus kehitam2an. itulah keadaan yang benar-benar sangat mengejutkannya.
Sedangkan Kwang Tan telah berkata dengan suara yang dingin. "Kalian orang2 dari tingkatan lebih tua tetapi tidak tahu malu dan ingin mengandalkan jumlah banyak buat merubuhkan jumlah yang sedikit!"
Tapi Ya Ya Ie sudah tidak memperdulikan perkataan Kwang Tan, dia sendiri yang telah melompat dengan gesit. Gerakan yang dilakukannya juga disertai dengan tenaga dalam yang disalurkan kepada serulingnya. Dia telah berhasil memulihkan sinkangnya dengan memperoleh sari dari pemuda yang dijadikan permainannya didalam goa.
Dan dengan sari itu ia pun telah berhasil untuk menambah kekuatannya lebih kuat dari sebelumnya. Kwang Tan yang diserang seperti itu, diam-diam jadi kaget, karena dilihatnya sekarang ini kepandaian Ya Ya Ie jauh lebih kuat dan lebih hebat dibandingkan beberapa
waktu yang lalu.
"Bukankah dia tambah lihay"!" diam2 Kwang Tan berpikir didalam hatinya dengan perasaan tidak mengerti.
Tapi Kwang Tan tidak sempat berpikir terlalu lama, Ya Ya Ie telah menyerangnya dengan gencar sekali, setiap serangan yang dilakukannya merupakan serangan yang bisa mematikan, Kwang Tan memberikan perlawanan yang gigih.
tadi terluka" Mengapa sekarang jadi
Tapi memang pada dasarnya kepandaian Ya Ya Ie berada dibawah kepandaian Kwang Tan, maka ia tidak dapat mendesak Kwang Tan lebih hebat lagi.
Setelah lewat belasan jurus, justeru Ya Ya Ie sendiri yang berbalik kena diserang oleh Kwang Tan.
Melihat ini, kakek tua itu tidak mau berdiam diri, dengan mengerang menyeramkan, karena dia sakit hati pada Kwang Tan yang pernah merubuhkannya, dia melompat maju dan menyerang lagi.
Hebat keadaan Kwang Tan, dia benar-benar terancam bahaya, maka mati-matian dia mengeluarkan seluruh kepandaiannya buat menghadapi mereka.
Mi Liang Tojin melihat Kwang Tan dikeroyok seperti itu. segera melompat untuk membantui kawannya itu, Namun Thong Hok telah melompat menghadangnya dan mereka jadi bertempur seru.
Lian Kie Lin hanya mengawasi saja tanpa bisa melakukan suatu apapun juga, karena memang dia memiliki kepandaian yang tidak terlalu tinggi.
Pula luka didalam seluruhnya, membuat tubuhnya belum lagi sembuh gadis itu hanya berdiri diam di tempatnya dengan berkuatir sekali.
Sedangkan Kim Siucai yang waktu itu telah berhasil menenangkan hatinya, ketika melihat Kwang Tan tengah dikeroyok oleh si kakek tua dan Ya Ya le, dia tidak membuang waktu ikut menerjang buat menyerang Kwang Tan.
Dia jadi penasaran telah dapat dibikin terpental seperti itu oleh Kwang Tan, malah tangannya setengah hangus. Sekali ini dia menyerang sehebat2nya, terlebih lagi memang Kwang Tan tengah dilibat oleh Ya Ya Ie dan juga si kakek tua, maka Kim Siucai jauh lebih mudah untuk menyerang dan mendesak Kwang Tan.
Kwang Tan mengeluh didalam hatinya.
"Jika keadaannya seperti ini terus, niscaya akhirnya aku yang akan rubuh di tangan mereka! walaupun bagaimana tingginya kepandaianku tapi dikeroyok oleh tiga orang yang memiliki kepandaian tinggi seperti mereka, aku yang akan menderita kerugian.... karena itu, aku harus berusaha merubuhkan mereka!"
Sambil berpikir begitu, Kwang Tan pun teringat kepada cara ia merubuhkan kakek tua itu. Yaitu dengan mempergunakan obat biusnya.
Maka iapun bermaksud hendak mempergunakan obat biusnya lagi. Dia melayani ketiga orang lawannya dengan mengerahkan seluruh
diam-diam lewat lagi kekuatan dan tangan kanannya kepandaiannya,
telah merogoh sedangkan sakunya. Setelah menyerang beberapa jurus, tahu2 dia telah dengan mengibas, Dan tersiarlah harum semerbak di sekitar tempat itu. Kakek tua itu terkejut ketika membaui harum semerbak itu, tapi terlambat. Dia telah menciumnya dan harum semerbak itu telah ikut tersedot dalam pernapasannya.
Ya Ya le juga tidak keburu menutup pernapasannya, begitu pula dengan Kim Siucai, yang tidak keburu lagi buat melompat mundur.
Karenanya mereka bertiga seketika merasakan tenaga mereka seperti lenyap meninggalkan tubuh mereka, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga sepasang tangan mereka tidak mau menuruti lagi perintah hati mereka, bergerak sangat lambat sekali.
Tengah mereka terkejut, Kwang Tan dengan hebat menghantam ketiga lawannya saling susul.
Ya Ya le dan si kakek tua yang mengenal bahaya untuk diri mereka, segera juga melompat mundur untuk menjauhi diri.
Tapi justeru mereka melompat dengan tubuh yang terhuyung, kemudian mereka terjungkel rubuh.
Sedangkan Kim Siucai yang tidak keburu melompat mundur, seketika tubuhnya terhantam telak pada dadanya, dia terpental dengan mengeluarkan suara jeritan yang mengenaskan sekali.
Sedangkan Kwang Tan telah melompat kepada Mi Liang Tojin, dia menghantam kepada Thong Hok. Thong Hok yang tengah menyerang pada Mi Liang Tojin merasakan berkesiuran angin serangan dari belakangnya, dia mengelakkan diri.
Tapi gerakannya itu terlambat, pundaknya kena dihantam kuat sekali. Tubuhnya terhuyung. Belum lagi dia mengetahui apa yang harus dilakukannya, disaat itu justeru dia telah membaui harum semerbak dan tenaganya seperti lenyap dari tubuhnya.
Tidak ampun lagi dia terjungkel tubuh kena dihantam oleh Mi Liang Tojin.
Kwang Tan segera melompat kesamping Lian Kie Lin. "Mari kita pergi....,.!" ajaknya Mi Liang Tojin telah mengikuti si pemuda meninggalkan lembah itu. Mereka
berlari-lari terus dengan
mempergunakan ginkangnya. Ketika tiba dimulut lembah, barulah mereka berhenti berlari buat beristirahat. "Mereka akan terpengaruh oleh obat bius ku selama satu harian, setelah itu mereka akan segera kembali dan pasti akan melakukan pengejaran kepada kita !" Menjelaskan Kwang Tan,
Mi Liang Tojin mengangguk. "Jika demikian kita lebih baik menyingkirkan diri saja, mereka semuanya merupakan manusia2 luar biasa yang memiliki kepandaian tinggi, jika memang melawan satu
dengan satu, mungkin kau,
Laote, masih dapat untuk menghadapi mereka, tetapi mereka menyerang tidak kenal malu dan mengeroyok..!"
Kwang Tan membenarkan pendapat Mi Liang Tojin, demikianlah setelah mereka beristirahat tidak lama, mereka melanjutkan lagi perjalanan mereka buat kembali kekota raja.
Sedangkan diwaktu itu terlihat keadaan Ya Ya le, si kakek Kim Siucai dengan Thong Hok, masih menggeletak lemah ditanah dalam lembah.
Mereka berusaha mengerahkan tenaga dalam mereka, agar bisa memulihkan semangat dan tenaga mereka, sayangnya obat bius yang dipergunakan Kwang Tan merupakan obat bius yang benar-benar sangat ampuh sekali, dengan begitu mereka jadi tidak berdaya untuk dapat
mempergunakan tenaga dalam mereka guna mengusir hawa bius yang mengendap didalam tubuh mereka.
Kwang Tan bertiga telah jauh meninggalkan lembah itu, dan akhirnya mereka tiba dikota raja dan segera kembali kerumah penginapan.
Besok paginya, mereka pun telah melanjutkan perjalanan. Mereka telah merundingkan bahwa mereka akan meninggalkan kotaraja, karena Kwang Tan bermaksud untuk kembali kebarisan Bengkauw, guna memberikan laporan kepada Thio Bu Kie, kauwcunya.
Mi Liang Tojin menyatakan bahwa ia ingin ikut serta, untuk menggabungkan diri dengan pihak Bengkauw, Lian Kie Lin pun menyatakan keinginannya buat bergabung dengan Bengkauw.
Maka segera pagi itu mereka meninggalkan kota raja, karena mereka bermaksud untuk segera tiba dibarisan Bengkauw, untuk bergabung dengan mereka, sedangkan Kwang Tan ingin cepat-cepat dapat memberikan laporan kepada Thio Bu Kie, kauwcunya, agar kauwcu itu segera mempersiapkan sesuatu untuk menghadapi lawan, dimana Kwang Tan telah mengetahui suatu urusan yang sangat penting sekali...
Perjalanan menuju kearah timur, mereka melakukan dengan sangat cepat, sepanjang perjalanan mereka seringkali bertemu dengan barisan tentara kerajaan. Namun Kwang Tan bertiga selalu mengelakkan diri dari bentrokan dengan para pasukan kerajaan,
Dengan demikian selama dua minggu mereka melakukan perjalanan, telah cukup jauh juga mereka lampaui perjalanan itu, telah lima kota dan dua belas kampung yang mereka lewati, Dengan demikian, mungkin
dalam satu minggu lagi, Kwang Tan bertiga sudah akan tiba ditengah-tengah barisan Bengkauw, yang memang tengah bergerak maju terus.
Kwang Tan bertiga pun memang bersemangat sekali untuk cepat2 tiba ditengah2 barisan Bengkauw, karena itu mereka hampir sama sekali tidak beristirahat jika sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlalu lelah, barulah mereka menginap dirumah penginapan, baru besoknya melanjutkan perjalanan dengan cepat.
Tidak jarang mereka pun melakukan perjalanan satu hari satu malam tanpa kenal lelah.
Ini disebabkan mereka memang ingin segera berada ditengah-tengah barisan Beng kauw. Justeru yang membuat Kwang Tan ingin segera cepat2 memberikan laporannya kepada Bu Kie, ia telah mengetahui suatu persoalan, yaitu para Lhama dan juga
para anggota Bengkauw Persia, baik yang ada di kota raja mau pun di tempat2 di sekitarnya, semuanya yang berusaha untuk bekerja sama dengan pihak kerajaan, karena pihak Lhama dari Tibet mendukung Cu Goan Ciang, begitu juga Bengkauw dari Persia itu telah dipengaruhi oleh laporan palsu Cu Goan Ciang dan mengirimkan anggota Bengkauw
Persia dalam jumlah yang sangat banyak sekali.
Jika saja urusan ini tidak segera dilaporkan kepada Bu Kie, maka urusan akan berkembang menjadi lain. Anggota Bengkauw Persia tidak boleh di pandang
rendah, karena mereka umumnya memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Mereka telah mendukung Cu Goan Ciang, maka dengan sendirinya mereka itu merupakan lawan yang sangat berat sekali buat Beng kauw daratan Tionggoan.
Sedangkan Lhama dari Tibet itu pun bukan orang yang dapat diremehkan, mereka umumnya merupakan Lhamalhama sakti yang tangguh sekali dan sulit untuk dilawan.
Menurut apa yang didengar Kwang Tan selama ia berada di kota raja, jumlah Lhama dari Tibet itu, yang telah berkumpul dikota raja, mungkin meliputi sampai 1000 orang.
Dan mereka tentu saja merupakan "pasukan istimewa" dari Cu Goan Ciang dan Bengkauw akan memperoleh kesulitan tidak kecil karenanya.
Kwang Tan mengharapkan, jika dia berhasil memberikan laporan dengan cepat kepada Kauwcunya, yaitu Thio Bu Kie, tentu Bu Kie bisa mengatur segala sesuatunya dengan segera dan sebaik2nya sehingga pada
Bengkauw bisa diatur terpukul hancur oleh penyerbuan berikutnya, pasukan
lebih baik lagi, agar nanti tidak Lhama-lhama sakti dari Tibet dan pasukan Bengkauw Persia.
MEMANG ancaman yang akan dihadapi oleh Bengkauw daratan Tionggoan merupakan ancaman yang tidak kecil, karena setiap anggota Bengkauw asal Persia, yang merupakan Bengkauw pusat, tentunya merupakan jago2nya yang memiliki kepandaian tinggi.
Apa lagi memang telah diketahui, ilmu silat dari tokoh2 anggota Bengkauw Persia umumnya lihay2 dan aneh disamping sangat tangguh.
Demikian juga dengan para Lhama dari Tibet, mereka semuanya memiliki kepandaian dan ilmu yang luar biasa tingginya, mereka merupakan pendeta2 yang umumnya sejak kecil telah mengkhususkan diri selain berlatih ilmu silat dengan belajar tentang agama.
Sedangkan dua kekuatan itu, yaitu Lhama2 dari Tibet dan anggota Bengkauw dari Persia itu memang mendukung Cu Goan Ciang, dimana mereka memiliki kerja sama yang baik tentunya, dalam gabungan yang besar dan Cu Goan
Ciang pasti selalu akan menghasut dengan memberikan laporan yang palsu kepada Bengkauw Persia, memang ia memberikan laporan kepada Thio Bu Bengkauw daratan Tionggoan terlambat pun tidak segan2 untuk mengeluarkan anggaran ekstra untuk biaya peperangan dalam memerangi Bengkauw.
Karena dari itu menurut Kwang Tan, jika ia terlambat Kie, sehingga buat menyusun kekuatan, guna menghadapi kekuatan yang sangat besar
dan tidak boleh diremehkan itu, niscaya akan menimbulkan kesulitan dan
Tionggoan. Perjalanan kerugian yang tidak kecil buat Bengkauw
yang dilakukan oleh dengan Mi Liang Tojin dan Lian berhasil melibat mereka, yang waktu mereka percuma dan Kwang Tan bersama Kie Lin berlangsung
sangat cepat, karena memang mereka pun tidak mau jika sampai Ya Ya Ie bersama kawan2nya mengejar mereka dan hanya akan membuang akan membuat mereka terlambat menghubungi Bengkauw, untuk memberikan
laporan tersebut.
Siang dan malam mereka melakukan perjalanan tanpa mengenal lelah, dan jika sudah terlalu letih, barulah mereka singgah di sebuah kampung untuk beristirahat beberapa saat. Atau jika tidak bertemu dengan kota atau kampung,
tidur di alam terbuka pun tidak menjadi persoalan buat mereka.
Begitulah, mereka dalam waktu singkat akhirnya telah tiba di Mo-Ho, sebuah kota yang terpisah tidak jauh lagi dengan tapal batas garis depan pasukan Bengkauw.
Kwang Tan girang mengetahui bahwa Bengkauw sudah maju sedemikian jauhnya dengan kemenangan yang gemilang, karenanya ia segera menganjurkan kepada kedua kawannya, agar mempercepat perjalanan mereka.
Begitulah, setelah melakukan perjalanan satu hari lagi, Kwang Tan bertiga telah berhasil berada di garis depan dari pertahanan Beng kauw.
Banyak anggota Bengkauw yang kenal dengan tabib Dewa itu. Tabib Bengkauw.
Mereka menyambut dengan meriah sekali dan gembira, Namun Kwang Tan tidak bisa terlalu lama berada bersama dengan mereka ia harus melanjutkan perjalanan pula untuk pergi ketempat Thio Bu Kie masih berada digaris belakang. Mungkin empat atau lima hari perjalanan barulah mereka akan dapat tiba disana.
Atas usul yang diberikan Kwang Tan, maka Mi Liang Tojin bersama Lian Kie Lin berdiam di garis depan, untuk membantu anggota Bengkauw lainnya, Kwang Tan sendiri telah meneruskan perjalanannya kegaris belakang.
Dengan melakukan perjalanan seorang diri. Kwang Tan dapat melakukannya lebih cepat, karena memang ia bisa mempergunakan seekor kuda dengan dilarikannya cepat sekali.
Dalam waktu empat hari, tibalah Kwang Tan di kota Yukwang, dikota mana Bu Kie dan para tokoh Bengkauw lainnya memang tengah berkumpul.
Kembalinya Kwang Tan disambut dengan gembira oleh Bu Kie. iapun segera bersama2 dengan tokoh Bengkauw lainnya, telah menyambut Kwang Tan dengan
menyelenggarakan sebuah perjamuan.
Bu Kie telah memberitahukan kepada Kwang Tan, cukup banyak orang2 gagah rimba persilatan yang datang menggabungkan diri dengan Bengkauw, karena mereka bermaksud untuk berjuang bersama2 dengan Bengkauw,
guna menghancurkan raja lalim Cu Goan Ciang yang tidak mereka sukai.
Dan Thio Bu Kiepua memuji akan tindakan yang dilakukan Kwang Tan selama ia berada dalam perjalanan, untuk menolongi orang2 yang tengah dalam kesulitan dan juga tindakannya memang terpuji sekali.
Ia menurunkan tangan bengis dan keras kepada orang2 yang berhati busuk dan membelanya mati2an dan bersungguh2 terhadap orang rimba persilatan yang memiliki jiwa yang bersih.
Setelah basa-basi itu lewat, maka Kwang Tan pun mulai melaporkan hasil penyelidikannya di Kotaraja, tentang Lhama2 Tibet dan juga orang-orang Bengkauw dari Persia, yang telah banyak berkumpul di kotaraja atas undangan Cu Goan Ciang, sehingga antara pihak kerajaan dan para
anggota Beng kauw Persia dan Lhama dari Tibet itu terdapat kerja sama yang sangat baik sekali, dan mengancam keselamatan Bengkauw Tionggoan.
Bukan main gusarnya semua anggota Beng kauw yang mendengar laporan tersebut, demikian juga halnya dengan Bu Kie, yang mendongkol sekali akan kelicikan Cu Goan
Ciang yang sekarang hendak meminjam tangan Beng kauw Persia, yang merupakan pusat dan sumbernya Bengkauw Tionggoan.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Juga meminjam Lhama-lhama dari Tibet yang umumnya memiliki kepandaian tinggi itu. Akan tetapi dasarnya Bu Kie seorang yang cerdas dan juga telah memiliki pengalaman yang membuatnya kian matang dalam mengambil suatu keputusan, ia segera bisa mengekang diri dan perasaannya, ia telah meminta agar
Kwang Tan beristirahat dulu, karena Kwang Tan tentu sangat lelah sekali melakukan perjalanan yang jauh itu.
Keputusan tentang Tionggoan menghadapi dibicarakan lagi besoknya. bagaimana sikap Bengkauw
semua persoalan itu akan
oooooOdwOooooo PAGI itu Thio Bu Kie yang memimpin rapat besar Bengkauw, untuk membicarakan tindakan apa yang akan ditempuh oleh Bengkauw dalam menghadapi Cu Goan Ciang yang telah mempersiapkan segalanya dengan meminjam tangan para Lhama dari Tibet disamping juga
telah memberikan laporan palsu kepada Bengkauw Persia, dengan memutar balikkan takta yang ada.
Perundingan itu berlangsung dengan lancar dan akhirnya telah melahirkan dua keputusan. Pertama, mengadakan perlawanan yang lebih gigih dan juga penuh perhitungan.
Tentu saja pengaturan pasukan Bengkauw harus disesuaikan dengan keadaan lawan, yaitu di barisan depan terdiri dari anggota Bengkauw yang terdiri akhli-akhli silat kelas satu, karena tentu pertama kali yang akan menyambut
mereka sekarang ini
bukanlah tentara kerajaan biasa, melainkan para lhama itu atau juga anggota Bengkauw dari Persia. Karenanya, Bu Kie telah membagi-bagi kelompok dari pasukan Bengkauw, yang pembagian kelompok tersebut harus selesai dalam waktu empat hari dan sudah harus
selesai dengan sebaik-baiknya, tanpa menimbulkan suatu kebimbangan di hati para anggota Bengkauw sendiri.
Semua panglima dari Bengkauw pun telah dikerahkan sebagian besar pada garis depan, karena sekarang Bu Kie memperoleh pandangan justeru garis depan penyerbuannya
inilah yang terpenting, garis belakang akan menyusul kelak sebagai tenaga inti.
Keputusan Bengkauw yang kedua, yaitu mengutus beberapa orang Bengkauw untuk pergi ke Persia, guna menemui Kauwcu Bengkauw di sana, dan berunding, memberikan suatu gambaran yang sebenarnya kepada Kauw cu Bengkauw Persia.
Hanya saja yang belum lagi di putuskannya, siapakah yang akan diutus untuk pergi ke Persia sebagai utusan dari Bengkauw Tionggoan.
Perundingan harinya, Dan itu di lanjutkan pula pada keesokan kemudian diputuskkan, Bu Kie akan berangkat sendiri ke Persia guna menemui Kauwcu Bengkauw Persia, karena jika tokoh Bengkauw lain yang diutus, kurang layak dan bisa menyinggung Bengkauw Persia, juga mereka beranggapan bahwa Bengkauw
Tionggoan memang hendak mengadakan pemberontakan di daratan tionggoan dan kemudian akan menyerbu ke Persia, guna merebut kekuasaan Bengkauw Persia. Dengan Bu Kie yang memimpin rombongannya, maka persoalan akan menjadi lain.
Sebagai anggota rombongan itu yang akan ikut berangkat ke Persia terdiri dari Tio Beng, Kwang Tan, Jie Lian Cu, dan Bian Lu, seorang pendekar rimba persilatan yang memiliki kepandaian tinggi dan juga pandangan yang jauh sekali sehingga ia pantas mendampingi Bu Kie dalam perjalanan ke Persia.
Bian Lu bukan hanya memiliki kepandaian yang tinggi, setiap keputusannya pun sangat bijaksana, iapun seorang yang sangat cerdik sekali, maka jika diadakan perundingan kelak dengan Bengkauw Persia, perjanjian dan syarat
perjanjian itu bisa dirundingkan Bu Kie dengan Bian Lu.
Demikianlah telah diputuskan, yang akan berangkat ke Persia adalah mereka berlima. Cuma saja, berhubung keberangkatan Bu Kie ke Persia, maka untuk mencegah hal-hal yang tidak mereka inginkan, Bu Kie telah mengeluarkan pengumuman agar pasukan Bengkauw tetap berada di pos mereka dan hanya boleh
bergerak untuk mencegah penyerbuan balasan dari lawan.
Mereka tidak boleh menyerbu maju lagi, dan tidak boleh meneruskan penyerangan, harus menanti sampai Thio Bu Kie kembali dari Persia dan memimpin mereka pula.
Thio Bu Kie pun telah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukannya. Rombongan yang resmi sebagai utusan Beng kauw dari daratan Tionggoan, yang di pimpin langsung oleh Kauwcunya, yang akan membicarakan masalah Bengkauw
Tionggoan dengan Bengkauw persia, agar diantara kedua perkumpulan tersebut, yang sebelumnya bersumber dari satu aliran itu dari akan bentrok oleh penafsiran yang salah, dengan ikut campur tangan orang ketiga, yaitu Cu Goan Ciang.
Tio Beng pun telah bertekad, walaupun bagaimana rombongan mereka harus berhasil. Telah di pertimbangkan juga waktu dalam rapat Bengkauw yang baru lalu, jika memang Bengkauw Persia tidak juga mau mendengar pendapat Bengkauw Tionggoan,
malah mereka mempergunakan kekerasan, bermaksud untuk menahan atau sejenis lainnya terhadap rombongan utusan Bengkauw Tionggoan tersebut, maka tidak perlu dikuatirkan kelima orang tokoh Bengkauw Tionggoan ini, Thio Bu Kie, kauwcu Bengkauw memiliki kepandaian yang tinggi
tingkat yang boleh disebut sempurna.
Tionggoan memang dan telah mencapai Sedangkan Tio Beng seorang yang sangat cerdik sekali otaknya sangat cerdas dan banyak tipu dayanya, karena dari itu tentu tidak mudah orang2 Bengkauw Persia memasang perangkap buat mereka, sedangkan Kwang Tan pun memiliki kepandaian sangat tinggi.
Lalu Jie Lian Cu, ciangbunjin Bu Tong Pay tersebutpun memang memiliki terakhir Bian Lu, kepandaian yang lihay yang sangat tinggi, Dan ilmu silatnya dan sangat
cerdik, Dia memang tidak memiliki kepandaian tidak setinggi Thio Bu Kie, akan tetapi tidak sembarangan jago yang bisa menghadapinya.
Terlebih lagi memang iapun sangat cerdas, dengan demikian dapat saja ia melakukan segalanya dengan disertai tipu daya yang membuat dirinya tidak akan mudah dicelakai orang lain.
Karena itu, rombongan orang2 Bengkauw yang melepas keberangkatan utusan yang terdiri lima orang ini berangkat ke Persia, dapat melepaskan dengan hati yang tenang mereka percaya misi ini akan berhasil dengan baik, terlebih lagi dipimpin oleh Bu Kie langsung yang pergi kesana resmi sebagai Kauwcu dari Bengkauw daratan Tionggoan.
Untuk sementara pimpinan Bengkauw diserahkan kepada pemimpin2 Bengkauw, yang semuanya terdiri dari orang2 yang telah berpengalaman, tapi mereka hanya terbatas untuk memimpin Bengkauw sampai Sang Kauwcu kembali dari Persia.
ooooOdwOoooo MARILAH KITA ikuti perjalanan rombongan Thio Bu Kie. Mereka telah pergi ke Sucouw, dari sana mereka telah menyewa sebuah kapal yang besar, dan belayar untuk menuju ke arah barat.
Dan mereka memastikan dalam waktu sebulan mereka sudah bisa tiba di tempat tujuan mereka, karena sebelumnya dengan anak buah kapal telah diadakan suatu perjanjian mereka sanggup untuk melakukan pelayaran
dengan cepat dengan pembayaran yang tinggi dua kali lipat.
Tapi jika memang terjadi sesuatu di tengah laut, atau juga rintangan lainnya seperti terjadinya angin topan dan lainnya, waktu yang telah di tetapkan itu bisa diundurkan menurut keadaan.
Cuma saja, walaupun bagaimana, Bu Kie menghendaki mereka berusaha agar kapal dapat berangkat dengan cepat dan berlayar selama satu bulan sudah harus tiba di tempat tujuan mereka.
Memang pertama kali berangkat mereka tidak menemukan sesuatu rintangan. Tiga hari telah lewat tanpa adanya suatu rintangan. Akan tetapi selewatnya empat hari, pada hari keempat itulah terlihat adanya suatu gejala yang mencurigakan.
Karena menjelang siang hari, waktu itu matahari bersinar tidak begitu terik, dari arah depan kapal yang dipergunakan Bu Kie dan rombongannya, tampak meluncur sebuah perahu kecil, namun pesat sekali meluncur di permukaan laut, seperti juga perahu itu terbang tidak menyentuh air.
Bu Kie dan Tio Beng yang kebetulan pada waktu itu berada di geladak kapal, memandang dengan mata terpentang lebar, karena mereka menyadarinya, bahwa orang yang tengah mendayung perahu kecil itu adalah
seorang yang memiliki
sinkang yang tinggi, tenaga dalamnya telah dikerahkannya pada dayungnya, sehingga begitu setiap kali ia mendayung, perahu tersebut segera meluncur dengan pesat sekali, seperti juga terbang saja.
Dalam keadaan demikian, segera juga Bu Kie menyentuh lengan Tio Beng, itulah isyarat agar Tio Beng berhati-hati.
Tapi orang yang duduk di perahu kecil itu, seorang laki2 berusia enam puluh tahun, seorang tua yang berpakaian orang2 Tionggoan, tidak mengacuhkan kapal Bu Kie, ia terus juga mendayung dan telah meluncur berpapasan dengan kapal itu.
Bu Kie mengawasi lebih jelas lagi orang itu, ternyata seorang asing, bukan seorang Han. Juga perahu itu, seperti tidak terpengaruh oleh ombak gelombang yang besar ditimbulkan oleh terjangan kapal besar itu, karena perahu tersebut telah meluncur dengan
cepat sekali melewatkan kapal besar tersebut seperti juga terbang saja.
Di waktu itu Bu Kie dan Tio Beng cuma mengawasi Orang tua di perahu kecil itu juga melirik waktu ia melewati kapal besar itu.
Sama sekali sinar matanya tidak memperlihatkan sesuatu yang mencurigakan. Hanya saja ia mendengus dingin.
Bu Kie dan Tio Beng segera dapat menduganya, tentunya orang ini tidak bermaksud baik kepada mereka, Tentunya orang ini mengandung suatu maksud.
Tapi karena memang perahu orang itu tidak berhenti dan meluncur terus, membuat Bu mengambil tindakan apa-apa, geladak dan setelah perahu orang itu dengan cepat lenyap
dari pandangan mata di
kejauhan, mereka pun baru membicarakannya.
Kie dan Tio-Beng tidak mereka tetap berdiri di "Tampaknya kepandaian orang itu memang sangat
tinggi," kata Tio Beng kemudian sambil menghela napas. "Apakah ada seseorang yang hendak merintangi kita dan orang tua itu adalah utusan mereka, untuk mengamat-amati kita "!"
Bu Kie tersenyum.
"Kita lihat saja, nanti juga kita mengetahui !" menyahuti Bu Kie.
"Tapi, jika memang ada segolongan orang hendak merintangi
perjalanan kita
perjalanan kita,
perjalanan dan kita melayaninya, niscaya
akan tertunda. Dengan tertundanya berarti waktu kita akan terbuang sia2, menyebabkan pasukan kita di Tionggoan akan lebih lama lagi menantikan kembalinya kita...!"
"Jika memang tidak terlalu terpaksa, kita tidak perlu melayani......!" menyahuti Bu Kie. "Kita berusaha mengelakan saja dari bentrokan dengan siapapun juga, tapi jika memang terpaksa, kita akan menghadapi juga."
Tio Beng mengangguk "Ya, menurut yang kulihat..." berkata sampai disitu Tio Beng berhenti sejenak. "Apa yang kau lihat "!" tanya Bu Kie karena ia memang mengetahui bahwa Tio Beng seorang yang sangat cerdas sekali, mungkin juga Tio Beng telah melihat sesuatu.
"Menurut yang kulihat, tentunya orang itu merupakan salah seorang anggota dari sebuah perkumpulan yang cukup besar!" menyahuti Tio Beng.
"Hemmm...,. kita lihat saja, nanti kita akan mengetahuinya !" kata Bu Kie, "Dan orang itu, jika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang ia mengandung maksud tertentu kepada kita, orang itu akan datang kembali !"
Baru saja Bu Kie berkata sampai disitu, Tio Beng telah melihat sesuatu. "Lihatlah, dia telah kembali !" kata Tio Beng kemudian
dengan suara yang cukup nyaring dan menunjuk kearah belakang mereka.
Bu Kie memutar tubuhnya benar saja, perahu kecil yang di kendalikan orang tua tadi, tengah meluncur lagi mendatangi dengan pesat luar biasa seperti juga perahu itu terbang saja diatas permukaan air laut.
Bu Kie mengerutkan sepasang alisnya, "Hemmm, benar saja, orang itu mengandung sesuatu maksud pada kita !" menggumam Bu Kie.
Bu Kie dan Tio Beng segera bersiap sedia.
Perahu orang tua itu dalam sekejap mata telah datang dekat sekali berada disamping kapal Bu Kie. Orang tua itu yang berada di dalam perahu, telah melirik kepada Bu Kie dan Tio Beng, kembali terdengar suara dengusnya.
Tapi, perahunya tidak juga jadi perlahan malah semakin cepat, melewati kapal Bu Kie, dalam waktu yang singkat telah lenyap dari pandangan mata Bu Kie dan Tio Beng.
Dikala itu Bu Kie telah memandang lebih jelas, bahwa orang tua itu benar2 memiliki kepandaian yang tinggi, sebab setiap kali ia menggerakan dayungnya, maka perahunya seketika meluncur sejauh delapan tombak !
Itulah cara mendayung yang luar biasa, karena setiap dayung digerakan, perahunya melesat sampai delapan tombak, merupakan tenaga yang benar2 sangat kuat sekali.
"Orang itu memiliki tenaga yang sangat kuat." berkata Bu Kie pada Tio Beng.
Tio Beng mengangguk.
"Ya pasti dia tidak bermaksud baik !" bisik Tio Beng kemudian.
Perahu orang tua itu menjauh dan akhirnya lenyap. "Kita harus waspada, karena tidak lama lagi pasti akan terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan !" kata Bu Kie kemudian.
Tio Beng mengangguk.
Dengan segera ia pergi masuk kedalam kapal, memberitahukan kawan2 mereka perihal perahu dengan si orang tua yang memiliki tenaga begitu kuat.
Sedangkan kawannya berwaspada, Kwang Tan pun telah keluar ke geladak.
-ooo0dw0ooo Jilid 39 IA berdiri disamping Thio Bu Kie, dan mendengar penjelasan Bu Kie mengenai perahu itu, yang dinaiki oleh orang tua yang memiliki tenaga yang sangat kuat sekali, karena dia sekali mendayung bisa menyebabkan perahunya itu meluncur sejauh delapan tombak lebih.
Dengan demikian telah membuat Kwang Tan berkata: "Dilihat demikian, tentunya kalau memang kapal kita dihadang bajak laut atau sejenis lainnya, kita menghadapi orang-orang yang memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Karena itu Kauwcu, pergilah Kauwcu beristirahat, biarlah aku yang mengadakan penjagaan."
Bu Kie mengangguk saja, ia pun telah turun keruang dalam kapal untuk menemui Tio Beng dan beristirahat. Kwang Tan berdiri seorang diri digeladak kapal mengawasi jauh kedepan, ke lautan bebas, yang sejauh
mata memandang cuma air laut dan garis batas langit dengan permukaan laut yang saling bertemu. Apapun tidak ada yang di lihatnya.
Cuma gelombang laut yang keras dan sering mengombang-ambingkan kapal itu jadi miring kekanan dan miring kekiri. Dengan begitu pula, Kwang Tan harus sering2 mengimbangi dirinya, agar ia tidak terguling oleh goncangan itu.
Kapal itu meluncur dengan cepat, karena semua anak kapal telah mendayung dengan sekuat tenaga mereka dan
bersemangat sekali Mereka tahu, begitu mereka tiba di tempat tujuan, dengan waktu yang tidak lebih dari sebulan, mereka akan menerima pembayaran dua kali lipat dari biasanya.
Kwang Tan masih terus berdiri di geladak kapal sampai menjelang sore hari. Udara di situ mulai dingin, tapi Kwang Tan tetap mengadakan penjagaan di situ.
Sedangkan pada waktu itu dikejauhan, tampak lagi sebuah perahu kecil yang pesat seperti juga tengah terbang, meluncur mendatangi.
Kwang Tan membuka matanya lebar2 untuk mengawasi perahu itu. Dilihatnya, orang yang tengah mendayung adalah seorang wanita cantik berusia antara empat puluh tahun.
Wanita itu mengenakan baju merah, dengan sebatang pedang tersoren di punggungnya, rambutnya di sanggul
dua. walaupun ia telah berusia empat puluh tahun, namun ia dapat mendayung dengan kuat sekali, perahunya seperti juga terbang, tidak menyentuh air laut.
Dengan begitu menandakan bahwa wanita ini memang memiliki kekuatan tenaga dalam yang dahsyat sekali, biarpun ia seorang wanita, malah usianya pun telah mulai meningkat tua, tokh ia memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.
Perahunya segera telah tiba semakin dekat dengan kapal, Malah perahu yang di terjang gelombang air laut akibat bergeraknya Kapal besar itu, seakan tidak berpengaruh apaapa, dan telah membuat perahu itu menerjang gelombang
dan meluncur terus dengan pesat sekali. Waktu melewati kapal besar itu, wanita cantik itu mendengus nyaring, sehingga terdengar oleh Kwang Tan.
Tapi perahu itu terus juga meluncur pergi dan sebentar kemudian telah lenyap dari pandangan mata Kwang Tan. Kwang Tan bermaksud hendak masuk ke-dalam ruangan bawah kapal, untuk melaporkan kepada Bu Kie apa yang dilihatnya, Akan tetapi diwaktu itu ia melihat perahu wanita tua itu telah meluncur mendatangi lagi dengan sama cepatnya seperti tadi.
Waktu melewati kapal rombongan Bu Kie, wanita itu telah menoleh memandang dengan di sertai oleh tertawa dinginnya
Tapi sama sekali wanita setengah baya itu tidak memperlambat mendayung perahunya, karena terus juga ia mendayung dengan cepat sekali, perahunya itu telah melesat sangat ringan dan kemudian lenyap dari pandangan mata Kwang Tan.
Segera juga Kwang Tan melompat berlari masuk keruang dalam, ia telah memberitahukan kepada Bu Kie apa yang terjadi.
Bu Kie terdiam sejenak, sampai akhirnya ia mengangguk.
"Kita harus siap sedia, karena pasti hari ini akan terjadi sesuatu." katanya. Kwang Tan telah kembali kegeladak, karena ia bermaksud untuk mengawasi ke sekitar tempat yang dilalui kapal mereka, untuk melihat adakah rombongan kapal lain yang akan menghadang kapal mereka.
Dengan adanya dua perahu dari orang tua dan si wanita setengah melewati baya itu yang silih bergantian datang untuk
kapal mereka, dapat diduga tentunya ada serombongan orang yang tengah mengincar mereka.
Kwang Tan memiliki kepandaian tinggi, tapi jika untuk bertempur diatas permukaan laut, ia jeri juga, karena ia kurang begitu pandai berenang. Walaupun bagaimana tingginya kepandaiannya, namun jika sampai ia tercebur kedalam laut, berarti ia akan menghadapi bahaya yang tidak kecil.
Karena itu Kwang Tan diam-diam telah berpikir keras, untuk mencari jalan pemecahannya, agar kelak jika memang ada serombongan musuh yang menghadang mereka, ia bisa untuk mempertahankan kedudukannya diatas kapal ini, tanpa perlu harus tercebur kedalam laut.
Sedang Kwang Tan berdiam diri begitu, mendadak sekali, dari arah depan telah mendatangi setitik hitam, yang semakin lama jadi semakin dekat dan membesar. Dan akhirnya terlihat, itulah sebuah kapal yang berukuran besar.
Dipuncak tiang kapal itu, tampak berkibar sehelai bendera yang bergerak-gerak tertiup angin. Setelah kapal itu datang lebih dekat, Kwang Tan akhirnya bisa melihat lebih jelas lagi, gambar di bendera itu melambangkan seekor harimau yang besar tengah menerkam.
Semakin lama kapal itu semakin mendekati dan tampak beberapa orang bertubuh tinggi besar berdiri di ujung geladak kapal dengan tangan masing-2 membawa senjata tajam.
Kwang Tan telah memberitahukan kepada Bu Kie dan yang lainnya perihal munculnya kapal besar Segera juga Bu Kie dan yang lainnya naik ke merekapun heran, menduga-duga, entah rombongan perkumpulan mana dengan bendera harimau seperti itu di kapalnya. Tentunya rombongan bajak laut yang menguasai sekitar perairan tersebut.
tersebut. geladak,
Setelah kapal besar itu datang semakin dekat, tampak salah seorang diantara mereka yang memiliki tubuh tinggi besar, telah berkata dengan nyaring: "Kami dari Hauw Thian (Harimau Langit) ingin bicara !"
Kapal rombongan Bu Kie pun telah berhenti dan kedua kapal besar itu saling berhadapan. "Silahkan!" kata Bu Kie sambil merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat, "Apa yang hendak dikatakan
oleh Hengtay, aku
Thio Bu Kie dari Bengkauw akan menerimanya dengan baik !" Mendengar bahwa yang ada dihadapannya adalah Thio Bu Kie, muka orang itu tidak memperlihatkan perasaan terkejut atau heran, malah ia memperdengarkan suara
tertawa dingin seperti juga ia memandang ringan kepada Bu Kie dan yang lainnya.
"Ya, kami telah tahu bahwa kalian dari Bengkauw! Dan kamipun telah mengetahui rombongan diatas kapal itu adalah orang-orang Bengkauw yang dipimpin langsung oleh Thio Bu Kie! Karenanya, kami merasa perlu untuk
menemuinya dan menyampaikan sesuatu pesan."
"Silahkan!" menyahuti Bu Kie, sedangkan hatinya jadi heran dan bertanya2, dari mana mereka mengetahui bahwa mereka dari Bengkauw dan rupanya memang mereka ini mengandung maksud yang tidak baik terhadap
rombongannya. "Katakanlah apa yang ingin kalian sampaikan !"
Orang bertubuh tinggi besar itu telah berkata: "Kami dari Hauw Thian Pang dengan ini meminta agar Thio Bu Kie dari Bengkauw dapat mengerti dan segera meninggalkan
daerah perairan ini, janganlah berlayar terus dan harap meninggalkan perairan ini secepatnya !"
Thio Bu Kie memandang tajam kepada orang itu, barulah ia berkata: "Lautan ini adalah laut bukan milik seseorang, dan siapa saja boleh memakai jalan air ini dengan bebas. Mengapa kuncu dilarang melalui jalan air didaerah ini "!"
Mendengar perkataan tersebut, orang bertubuh tinggi besar tersebut segera juga berkata: "Hemmm, jika memang demikian halnya kau ingin bersikeras melawan perintah
kami dan bersikeras hendak meneruskan pelayaran ini?"
Bu Kie mengangguk.
"Ya," menyahuti Bu Kie, "Memang kami ingin meneruskan pelayaran ini !"
Muka orang bertubuh tinggi besar itu berobah tampak menyeramkan. "Thio Bu Kie! Didaratan Tionggoan kau boleh mengagulkan dirimu! Tapi disini, kau jangan membawa sikap seperti itu, karena engkau akan menyesal !"
Mendengar perkataan orang tersebut, Bu Kie membawa sikap tenang, katanya sabar: "Kami hendak menuju ke sebuah tempat, dan kami memang harus melewati laut ini, karena itu maafkan, tidak dapat kami memenuhi permintaan kalian!"
Setelah berkata begitu Bu Kie menoleh kepada Kwang Tan, perintahnya: "Beritahukan awak kapal untuk segera melanjutkan perjalanan."
Muka orang yang tubuhnya tinggi besar tersebut segera
berobah katanya: "Hemmmm, jika memang demikian halnya baiklah! Kalau memang kalian tidak mau mematuhi perintah kami, baiklah!" setelah berkata begitu, orang bertubuh tinggi besar itu memberikan isyarat.
Segera juga seorang laki2 tua, yang usianya enam puluh tahun, dialah
yang tadi mempergunakan perahu kecil pertama kali melewatkan kapal Bu Kie, telah menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat ketengah udara. Waktu tubuhnya tengah melayang di tengah udara, tangannya bergerak, ia melempar sepotong kayu, dan telah menyebabkan kayu itu melayang ditengah udara. Tubuhnya
meluncur turun dan kakinya menjejak kayu tersebut maka tubuhnya seketika melambung lagi ketengah udara, cepat sekali melayang tiba di kapal Bu Kie.
Jarak antara kapal orang2 Hauw Thian Pang dengan kapal rombongan Bu Kie terpisah delapan atau sembilan
tombak, Memang jarak perahu itu tidak bisa dicapai dengan sekali lompat. Namun dengan caranya yang sangat cerdik itu, dengan mempergunakan sepotong kayu dan sebagai "jembatan" ia telah melompat untuk kedua kalinya, ia hinggap di kapal Bu Kie tanpa kurang suatu apapun juga.
"Aku Ham Tiong Lian ingin sekali mencoba kehebatan Thio Kauwcu yang sangat terkenal menggegerkan rimba persilatan!" kata orang tua itu sambil memperlihatkan sikap mengejek.
Bu Kie mengawasi orang tua itu, yang mengaku bernama Ham Tiong Lian, ia segera bilang dengan suara yang tawar: "Antara Beng kauw dengan pihak Hauw Thian Pang tidak
tertanam sedikitpun permusuhan dan pihak kami belum pernah bentrok dengan pihak kalian! Mengapa kalian bermaksud untuk mencari urusan dengan kami?"
Sambil bertanya seperti itu, tampak Bu Kie mengawasi dengan sorot mata yang sangat tajam sekali.
Ham Tiong Lian tertawa dingin. "Kami hendak mencari urusan dengan Thio Kauwcu. Kan tetapi sudah menjadi peraturan kami, bahwa siapa saja yang hendak memakai jalan laut ini, ia harus dapat
memperoleh ijin dari kami! Maka karena kalian tidak berusaha menghubungi kami, kami telah datang untuk memberitahukan kepada kalian, agar tidak memakai jalan laut ini dan segera kembali, namun kalian bersikeras hendak meneruskan perjalanan ini. Dengan demikian, terpaksa kami harus melaksanakan peraturan kami, yaitu ingin
melihat berapa tinggi kepandaian Thio Kauwcu !"
Dan membarengi dengan perkataannya itu, segera juga Ham Tiong Lian memperlihatkan sikap bersiap-siap. Jie Lian Cu jadi tidak sabar.
"Baiklah, aku Jie Lian Cu yang ingin main-main dengan kau, Ham Toako !" katanya dengan suara yang sabar, Malah Jie Lian Cu telah melompat kehadapan Ham Tiong Lian.
Bu Kie tidak berusaha mencegah, sedangkan yang lainnya telah melompat ke pinggir.
Segera juga Ham Tiong Lian memperhatikan Jie Lian Cu tajam sekali, ia pun bilang: "Hemm, baiklah, jika memang demikian halnya, rupanya memang benar apa yang tersiar didalam rimba persilatan, Bu Tong Pay memang bermaksud mengadakan pemberontakan kepada
kerajaan yang sah, karena dari itu sekarang beruntung sekali aku bisa bertemu dengan seorang tokoh sakti Bu Tong pay, maka inilah kesempatan yang kuharapkan sejak dulu belum pernah terkabul. Kini memiliki kesempatan adanya Jie Tayhiap, berarti aku
untuk berurusan dengan salah seorang tokoh Bu Tong Pay! Silahkan !"
Sambil berkata begitu ia telah memperlihatkan sikap menantang agar Jie Lian Cu membuka serangan.
Jie Lian Cu memperhatikan Ham Tiong Lian beberapa saat, dilihatnya bahwa terang she Ham tersebut tentunya merupakan seorang yang memiliki kepandaian tidak rendah. Segera juga Jie Lian Cu mengerahkan tenaga sinkangnya.
Setelah ia dipersilahkan oleh lawannya membuka serangan, tanpa sungkan2 lagi ia pun segera menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya dengan ringan menerjang kepada lawannya, diapun telah menghantam dengan tangan kirinya, disusul dengan tangan kanannya.
Apa yang dilakukannya merupakan serangan yang kuat sekali dan bisa mematikan kalau saja mengenai sasarannya dengan telak dan tepat seperti yang diinginkan Jie Lian Cu.
Hal ini dilakukan Jie Lian Cu sebab dilihatnya bahwa Ham Tiong Lian pertama2 memang bukan seorang yang memiliki kepandaian rendah, kampaknya memang lihay, juga jiwanya tampak kurang begitu baik.
Karena dari itu, Jie Lian Cu begitu turun tangan, ia telah menyerangnya tidak tanggung-tanggung, selain mempergunakan tenaga yang hebat, ia pun telah menghantam dengan jurus yang lihay sekali dari pintu perguruannya.
Terlebih lagi Jie Lian Cu sebagai ciangbunjin Bu Tong Pay yang menggantikan Thio Sam Hong, kepandaiannya pun tidak perlu di ragukan lagi.
Bu Kie melihat Jie Lian Cu menyerang sehebat itu, segera bersiap2 juga mengawasi kawan2 Ham Tiong Lian, karena justru Bu Kie menduga, kalau sampai Ham Tiong Lian terdesak oleh Jie Lian Cu, tentu kawan2nya itu akan
menyerbu ke kapalnya buat membantui dan menolongi Ham Tiong Lian.
Dikala itu terlihat, bahwa orang bertubuh tinggi besar, dikepala kapal itu tengah mengawasi dengan mata yang terbuka lebar. Menurut pengamatan Bu Kie, bahwa orang
itulah yang memiliki kepandaian tertinggi.
Kwang Tan pun pertempuran terbuka bersiap2, karena ia mengetahui, tentunya tidak bisa untuk menghindarkan karena tampaknya pihak dari Hauw Thian Pang memang sengaja mencari urusan dengan mereka.
Ini dapat dibuktikannya karena pihak Hauw Thian Pang sebelumnya merupakan mengetahui langsung adalah Thio Bu Kie.
pun telah mengetahui bahwa mereka
rombongan dari Bengkauw, bahkan telah bahwa yang memimpin rombongan itu Tentunya orang2 Hauw Thian Pang ini bekerja sama dengan segolongan manusia yang hendak menggagalkan misi yang dipimpin Bu Kie.
Malah Dasar dugaan Bu Kie, bahwa yang menjadi penyebab dan semua ini pasti Cu Goan Ciang. Bukankah tadi pun orang bertubuh tinggi besar itu, yang rupanya menjadi pimpinan dari orang2 Hauw Thian Pang yang ada disitu mengatakan bahwa Jie Lian Cu adalah orang Bu Tong Pay yang hendak memberontak terhadap kerajaan"
Dengan berkata begitu saja telah bisa ditarik kesimpulan justeru orang-orang Hauw Thian Pang seperti juga bekerja buat kerajaan, buat Cu Goan Ciang.
Pertempuran antara Jie Lian Cu dan Ham Tiong Lian berlangsung dengan cepat dan sangat seru. Mereka telah mengeluarkan kepandaian masing2.
Ham Tiong Lian juga tidak menerima saja setiap serangan Jie Lian Cu. Setiap kali ia mengelakkan diri, tentu dia membarenginya dengan cepat sekali membalas menyerang.
Setiap Lianpun serangan bukannya
hebatnya dibandingkan dengan jurus2 yang dipergunakan Jie Lian Cu.
Melihat cara menyerang yang dilakukan oleh lawannya, Jie Lian Cu bersikap semakin hati-hati.
Sedangkan waktu itu Bu Kie dan yang lainnya juga telah memperoleh kenyataan, bahwa Ham Tiong Lian bukanlah orang yang bisa dipandang remeh, karena kepandaiannya memang sangat tinggi.
yang dilakukan oleh Ham Tiong serangan sembarangan, tidak kalah
Dikala itu, Jie Lian Cu mengeluarkan beberapa macam kepandaian andalannya karena ia hendak merubuhkan Ham Tiong Lian lebih cepat.
Menurut pendapatnya, semakin cepat ia menurunkan tangan merubuhkan Ham Tiong Lian, tentu semakin baik, karena ia akan segera dapat untuk menyimpan tenaga, menghadapi musuh berikutnya.
Tapi Ham Tiong Lian memang seorang laki-laki tua yang berkepandaian tinggi, ia pun tidak mau memberikan kesempatan kepada Jie Liao Cu untuk mendesaknya. Beberapa kali malah ia yang membalas menyerang kepada Jie Lian Cu.
Jie Lian Cu berpikir didalam hatinya. "Hemm, kulihat dari ilmu silat yang dipergunakannya, tampaknya ia seorang yang memiliki kepandaian yang tidak bisa diremehkan, dan harus segera kutundukkan !"
Sambil berkata begitu, segera juga Jie Lian Cu mengempos semangatnya, ia telah menyerang semakin hebat. Untuk sementara itu Ham Tiong Lian terdesak juga. empat kali beruntun dia harus mengelakkan diri dari serangan yang dilakukan oleh lawannya.
Diantara berkesiuran angin serangan yang kuat dari Jie Lian Cu, tampak Ham Tiong Lian telah menggerakkan tangan kanannya, ia telah mencabut keluar pedangnya.
Pedangnya itu memancarkan sinar yang berkilauan, dan juga tampaknya bukan sebatang pedang biasa, melainkan sebatang pedang mustika yang sangat tajam sekali. Karena itu segera juga Jie Lian Cu pun mencabut keluar pedangnya.
Sekarang mereka bertempur bukan hanya mempergunakan tangan kosong, melainkan telah mempergunakan pedang masing2. yang berkelebat-kelebat dengan santar sekali.
Sinar pedang itu bergulung2 dengan dahsyat, sehingga jika memang mengenai sasarannya, tentu tidak ada ampunnya lagi, kematianlah menjadi bagiannya.
Dalam keadaan seperti itu terlihat betapa Jie Lian Cu mempergunakan ilmu silat Bu Tong Kiam Hoat yang sangat liehay, yang memiliki penyerangan dan jurus2 membela diri yang sangat kuat sekali, membuat Ham Tiong Lian mulai terdesak.
Ham Tiong Lian sendiri diam2 berpikir di dalam hatinya, ia berpikir: "Hemmm, dilihat demikian memang tampaknya orang Bu Tong Pay tidak boleh di pandang remeh...!" walaupun dia penasaran, juga diam-diam dia merasa kagum.
Dikala itu terlihat Bu Kie dan jago yang lainnya telah bersiap-siap, karena memang mereka bermaksud untuk segera turun tangan jika saja kawan2 dari Ham Tiong Lian menyerbu kekapal mereka.
Orang bertubuh tinggi besar, yang tampaknya menjadi pemimpin Ham Tiong Lian, memang telah memandang dengan sinar mata yang sangat tajam.
Beberapa orang Hauw Thian Pang telah ber siap2 untuk menerjang juga, tapi dilarang dan di cegah oleh orang bertubuh tinggi besar itu, karena memang dia belum lagi
yakin bahwa Ham Tiong Lian akan rubuh ditangan Jie Lian-Cu.
Pertempuran yang tengah berlangsung antara Jie Lian Cu dengan Ham Tiong Lian. terlihat bertambah seru juga, pedang mereka telah menyambar2 dengan cepat bergulung2 sehingga tidak bisa dilihat dengan jelas.
Sedangkan Bu Kie diam2 memuji akan kepandaian Ham Tiong Lian, karena biarpun Jie Lian Cu telah mengeluarkan kepandaian sangat tinggi, tapi ia masih bisa memberikan perlawanan dengan gigih.
Segera Bu Kie berbisik kepada Tio Beng.
"Lihatlah, tampaknya orang2 Hauw Thian Pang bukan orang-orang yang lemah ..mereka umumnya terdiri dari orang-orang yang memiliki kepandaian yang tinggi. Orang bertubuh tinggi besar, yang menjadi pemimpin dari Ham Tiong Lian, tampaknya memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi." Tio Beng mengangguk.
"Ya, tampaknya kita menghadapi lawan yang tidak ringan !" katanya "Kita harus waspada !"
Kwang Tan sendiri telah berbisik kepada Bian Lu: "Locianpwe, tampaknya mereka merupakan orang2nya Cu Goan Ciang yang hendak menggagalkan perjalanan kita !"
Bian Lu cuma mengiakan, tapi ia tengah memperhatikan dengan sikap yang sangat serius sekali, ia memperhatikan jalan pertempuran antara Jie Lian Cu dengan Ham Tiong Lian.
Pertempuran itu berlangsung sangat cepat sekali, telah lewat lima puluh jurus. Orang bertubuh tinggi besar dipihak lawan ketika melihat telah sekian lama Ham Tiong Lian tidak berhasil mendesak Jie Lian Cu, malah semakin lama tampaknya ia
yang terdesak oleh setiap serangan Jie Lian Cu. segera juga berseru nyaring.
"Ham Tiong Lian, kau mundurlah !"
Ham Tiong Lian disaat itu memang tengah terdesak karenanya tanpa berpikir panjang lagi segera mengiakan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia memutar pedangnya, sehingga sinar pedangnya itu bergulung-gulung sangat cepat sekali, dan mempergunakan kesempatan itu ia menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melesat kebelakang.
Jie Lian Cu tidak mau melepaskannya, sambil melompat menyusul segera ia menikamkan pedangnya pada dada
lawannya. Tikaman yang di lakukannya begitu cepat, walaupun Ham Tiong Lian memutar pedangnya, tidak urung dia kena tergores oleh mata pedang Jie Lian Cu, sehingga bajunya didekat pundak telah robek dan darah pun segera mengucur cukup deras.
Malah Ham Tiong Lian telah melompat kebelakang dengan wajah yang berobah.
Disaat itu orang bertubuh tinggi besar tanpa membuang waktu lagi telah menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat kekapal Bu Kie, di ikuti oleh kawan-kawannya.
"Hemmmm, bagus! Rupanya memang Beng kauw pun masih hendak mengembangkan sayap didalam daerah kekuasaan Hauw Thian Pang!" kata orang bertubuh tinggi besar itu dengan suara yang bengis.
Bu Kie merangkapkan sepasang tangannya, katanya: "Bengkauw sama sekali tidak bermaksud mencari urusan dengan perkumpulan kalian, tapi kamipun tidak ingin menarik diri dari perjalanan kami! Jika memang kalian
bermaksud untuk kami harapkan, mengadakan perdamaian, itulah yang
karena selanjutnya antara Bengkauw dengan Hauw Thian Pang akan terjalin hubungan yang erat...! Kami memiliki urusan penting, kami ingin pergi ke Persia karena itu, tidak dapat kami melayani kalian...!"
Tapi orang bertubuh tinggi besar itu tertawa dingin, katanya: "Memang tidak salah apa yang di katakan orangorang dalam rimba persilatan selama ini, bahwa Bengkauw memang terlalu angkuh dan terlalu angkat dada, justeru hari ini kami dari Hauw Tian Pang, telah melihatnya betapapun, juga Bengkauw harus di buka matanya, tidak
sembarangan orang dapat
memandang remeh terhadap Hauw Thian Pang, Aku Kwa Tin Cu ingin sekali mencobacoba kepandaian Thio Kauwcu yang terkenal sangat hebat...!"
Bu Kie mengawasi Kwa Tin Cu, orang bertubuh tinggi besar itu, Pikirnya: "Jika memang mereka tidak digertak dan diperlihatkan sesuatu yang mengejutkan, tentu mereka tidak akan mau sudah.... biarlah, aku akan memperlihatkan sesuatu !"
Setelah berkata begitu, dengan suara yang tawar Bu Kie bilang: "Baiklah! Jika memang demikian, aku bersedia melayanimu! Nah Kwa Sieheng, silahkan kau maju, dalam tiga jurus aku akan dapat merubuhkan dirimu."
Muka Kwa Tin Cu berobah merah padam, ia merasakan betapa Bu Kie memandang terlalu rendah padanya lewat
kata2nya itu. Dalam tiga
jurus ia akan dirubuhkan" Bukankah itu merupakan suatu hal yang benar2 sangat memurkakannya" Karenanya, segera juga ia berkata:
"Baik, jika memang dalam tiga jurus kau bisa merubuhkan diriku, aku tidak akan rewel2 dan membiarkan kalian melanjutkan perjalanan kalian !"
Bengis sekali waktu Kwa Tin Cu berkata begitu, bahkan ia pun telah berkata lebih jauh: "Jika memang tidak berhasil dalam tiga jurus kau merubuhkan diriku, hem hmm, hemmmm, diwaktu itu kalian harus menyerahkan diri
untuk kami membawa kalian menghadap pada pangcu kami !"
Girang Bu Kie mendengar perkataan orang she Kwa tersebut, itulah yang memang diharapkannya. ia mengangguk.
"Bagus! itulah perjanjian yang kita buat! Dan kami kira, tentunya orang-orang Hauw Thian Pang tidak akan bersikap pengecut dengan menarik kata-katanya kembali kelak!"
Kwa Tin Cu mengangguk sengit.
"Aku mengatakan hitam tetap hitam! Tidak mungkin aku menarik pulang kata-kataku!" katanya dengan berang.
Bu Kie bersiap-siap, ia pun bilang: "Mari kita mulai!" Kwa Tin Cu tidak membuang-buang waktu lagi, segera juga sepasang tangannya telah bergerak menghantam. Kepandaian yang dimiliki Kwa Tin Cu memang jauh lebih hebat dan lebih tinggi dibandingkan dengan kepandaian Ham Tiong Lian, maka diwaktu ia membuka serangan, tenaga serangannya itu hebat bukan main.
Ham Tiong Lian yang pundaknya telah terluka, bermaksud hendak menyerbu, tapi telah dilarang oleh Kwa Tin Cu, yang memberikan isyarat agar ia tidak melakukan sesuatu sehingga ia jadi berdiam diri saja.
Bu Kie juga melihat bahwa kepandaian Kwa Tin Cu bukan kepandaian sembarangan dia tidak bisa memandang remeh. Dia telah mengawasi sekian lamanya, barulah ketika tenaga pukulan lawannya sudah mendekati, dia menangkisnya.
"Bukkk !" tangan mereka saling bentur, dan tenaga yang dipergunakan oleh Bu Kie adalah tenaga yang lunak, sehingga pukulan dari Kwa Tin Cu yang sangat kuat itu, seperti melesak kehilangan tenaga menyanggahnya, membuat Kwa Tin Cu kaget tidak terkira.
Cara yang dilakukan oleh Bu Kie adalah penyaluran tenaga dalam dari orang yang telah memiliki sinkang sangat sempurna, sinkang
karena jika memang Bu Kie tidak memiliki
yang sempurna, tidak nantinya ia bisa mempergunakan tenaga lunak untuk memunahkan tenaga serangan Kwa Tin Cu yang demikian hebat.
Di waktu itu, cepat sekali pertempuran yang tengah berlangsung telah menjadi berobah pula, karena Kwa Tin Cu tidak membuang waktu lagi, segera juga ia membarengi dengan serangannya yang tidak kalah hebatnya, disertai dengan seruannya: "Jurus kedua !"
Bu Kie tersenyum. Memang ini jurus kedua dan jika jurus ini tidak bisa dihadapinya dan merubuhkan Kwa Tin Cu, sehingga orang itu menyerang satu kali lagi, berarti telah sampai pada jurus ketiga, dengan begitu akan membuatnya jadi berada di pihak yang kalah.Tapi ia yakin, dalam tiga jurus ia akan dapat merubuhkan Kwa Tin Cu,
Demikianlah, segera terlihat tubuh Kwa Tin Cu yang meluncur datang kepadanya, telah menyambar begitu hebat, Dan Bu Kie sama sekali tidak mempergunakan tenaga lunak, melainkan dia telah mempergunakan kekerasan.
"Bukkk !" tenaga dalam mereka telah saling bentur. Demikian kuatnya, sehingga tenaga itu telah menimbulkan getaran yang hebat, membuat kapal di mana mereka berada seperti juga tergoncang.
Sedangkan Kwa Tin Cu sendiri kaget tidak terkira,
Semula ia menyangka Bu Kie akan
mempergunakan tenaga lunaknya


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menangkis dengan seperti tadi buat menghadapi serangannya. Siapa tahu kini justeru Bu Kie menangkis dengan pukulan yang kuat juga, sehingga keras di tawan dengan keras.
Kwa Tin Cu tidak membuang waktu, mem barengi kaki kanannya menendang kuat sekali kearah lambung Bu Kie, diiringi oleh bentakannya: "Serangan ketiga !"
Bu Kie girang, inilah yang diharapkannya. Dengan sebat tangan kanannya bergerak, Kecepatan bergerak tangannya secepat angin, sehingga sulit diikuti
oleh pandangan mata biasa.
Dan hebat kesudahannya, tubuh Kwa Tin Cu tiba2 rubuh terpental di lantai geladak kapal itu, lemah dan tidak bertenaga lagi, dengan mengeluh dia pun tidak bisa segera bangun
Kwa Tin Cu telah tertotok dan tidak sanggup bergerak, ia rubuh di saat jurus ketiga tengah berlangsung, Bu Kie yang telah memperoleh kemenangan.
Bu Kie cepat-cepat memberi hormat kepada Kwa Tin Cu: "Maaf, maaf !" katanya. Kawan-kawan Kwa Tin Cu bermaksud untuk menyerbu guna melakukan penyerangan, namun mereka tidak jadi,
karena Kwa Tin Cu segera berseru dengan suara nyaring: "Hentikan !"
Semua kawan Kwa Tin Cu berhenti untuk menyerbu, dan Kwa Tin Cu telah berkata: "Kalian gotong aku !"
Dua orang anak buahnya segera menggotong Kwa Tin Cu untuk kembali ke kapal mereka, Waktu itu Kwa Tin Cu telah bilang: "Terima kasih atas petunjuk Thio Kauwcu !" Dan waktu berkata begitu, matanya memancarkan sinar yang sangat tajam, seakan juga ia menaruh dendam dan penasaran.
Yang membuat Kwa Tin Cu jadi penasaran dan dendam, karena ia heran dan tidak mengerti, mengapa dalam tiga jurus ia telah bisa dirubuhkan oleh Bu Kie.
Padahal kepandaian Kwa Tin Cu bukan sembarangan, cukup tinggi, Dengan begitu, telah membuatnya sungguh tidak habis mengerti akan kehebatan Bu Kie. Di hatinya
juga dia berpikir: "Hemmm, cerita2 mengenai kelihayannya memang tidak dusta .... tidak kosong, dia memang sangat hebat !"
Dan Kwa Tin Cu tadi mencegah anak buahnya
menyerbu kepada Bu Kie, karena ia menyadari, jika memang anak buahnya mengeroyok Bu Kie, mereka hanya mencari penyakit saja. Bu Kie akan mereka. Karenanya ia mencegah. dapat merubuhkan
jadi sebenarnya ia mencegah bukan di sebabkan dia memegang janjinya.
Begitulah, dia telah kembali ke kapalnya. Dan kapal dari Hauw Thian Pang telah berlayar menjauh.
Bu Kie menghela napas.
"Tampaknya urusan tidak sampai disini saja." katanya, "Dan tentu akan ada ekor"
Jie Lian Cu dan yang lainnya mengangguk. "Mulai sekarang kita harus lebih hati-hati !" begitu kata Bu Kie, Rupanya Cu Goan Ciang memang telah memperalat banyak sekali perkumpulan2 di kalangan jalan hitam, untuk membendung kepergian kita ke Persia !"
Semua orang mengiyakan, Kwang Tan telah berkata: "Jika memang kita berhasil tiba di Persia, tentu semua urusan akan menjadi terang karenanya, walaupun bagaimana kita, harus berusaha untuk mencapai Persia.!"
Yang lainnya mengangguk sedangkan Bu Kie menghela napas. "Untuk mencapai Persia sesungguhnya tidak begitu sukar, tapi yang pasti kita akan menghadapi rintangan yang tidak sedikit.... berarti kita akan menghadapi rintangan2 dari orang2 yang telah dipengaruhi oleh Cu Goan Ciang."
Begitulah, kapal Bu Kie telah berlayar terus. Tapi mereka pun selalu berwaspada.
-O00d0w00O SEBUAH KAPAL laut berukuran sangat besar tampak mengarungi lautan yang luas dan ganas dengan ombaknya yang bergulung besar2.
Waktu itu, kapal yang berukuran besar itu tampak melaju dengan cepat,
karena seperti tengah mengejar waktu. Kapal itu di cat warna merah, dengan tiang layarnya yang terdiri dari tiga bagian, berwarna coklat tua dan hitam. Layar kapal itu berwarna hijau, dengan di tengah2 layar utama terdapat sebuah gambar yang besar, gambar seekor
harimau yang tengah
menerkam, sangat indah sekali lukisan harimau itu. Dipinggir geledak tampak berdiri tiga orang. Seorang laki2 tua berusia enam puluh tahun lebih, tubuhnya masih tegap dan hebat, juga tampak seorang wanita berusia empat
puluh tahun lebih, di samping kanannya berdiri laki2 berusia empat puluh lima tahun.
Mereka bertiga sejak tadi berdiam diri saja, mengawasi air laut yang di landa oleh melajunya kapal tersebut.
Waktu itu, orang tua itu menghela napas. Baru kemudian dia melirik kepada laki2 berusia empat puluh tahun lebih, tanyanya dengan suara yang tidak begitu keras, dan suaranya juga terbawa oleh siliran angin laut:
"Kwa Tocu, sesungguhnya, kepandaian apakah yang di andalkan Thio Bu Kie "!"
"Menyesal sekali aku tidak mengetahuinya, Pangcu !" menyahuti orang berusia empat puluh tahun lebih itu, yang tidak lain dari Kwa Tin Cu.
"Hemm" berseru kepandaian yang wanita itu: "Walau-pun ia memiliki bagaimana tinggi sekalipun, tidak
nantinya ia bisa menghadapi kepandaian Pangcu !"
Terlihat orang tua itu, yang ternyata adalah Pangcu dari Hauw Thian Pang telah tersenyum tawar. "Ya, walaupun ia memiliki sepasang sayap jangan harap ia bisa melewati lautan ini untuk meneruskan perjalanannya, ia harus di tawan dan akan kita
persembahkan kepada Cu Goan Ciang."
Setelah berkata begitu, orang tua itu, Pangcu dari Hauw Thian Pang, menghela napas lagi. Dia adalah pangcu yang ke sembilan sejak didirikan Hauw Thian Pang. Tapi justeru pada pangcu tingkat kesembilan ini, yang bernama Thang
Bu Ciu, merupakan sukses yang luar biasa ia mengangkat Hauw Thian Pang ke tingkat yang disegani orang rimba persilatan.
Pangcu generasi ke kepandaian yang sangat
cerdik dan licin sekali, karenanya ia telah berhasil untuk mengangkat Hauw Thian Pang ketingkat yang di segani orang2 rimba persilatan.
Walaupun secara resmi memang Hauw Thian Pang bukanlah pasukan bajak laut, tapi perkumpulan itu mirip2 dengan bajak laut, karena mereka biasanya selalu sembilan ini selain memiliki tinggi, juga memang ia sangat menghadang kapal dagang, yang dirampok mereka dengan mudah, dan isi kapal itu mereka kuras, orang2nya mereka tawan atau binasakan
Dengan demikian, memang Hauw Thian Pang merupakan perkumpulan yang ditakuti oleh orang2 yang biasa menempuh perjalanan laut.
Banyak jago-jago rimba persilatan yang bermaksud untuk menumpas Hauw Thian Pang, tapi mereka umumnya merupakan orang2 yang mengantarkan jiwa secara sia2, karena mereka bisa pergi untuk mencari perkumpulan Hauw Thian Pang, akan tetapi mereka selalu tidak memiliki
kesempatan dapat kembali lagi dan mereka pun umumnya tidak dibiarkan buat hidup terus.
Demikianlah, telah membuat orang2 Kangouw, banyak yang menduga2, sejauh itu perkumpulan apakah Hauw Thian Pang, dan yang menjadi pangcunya sesungguhnya manusia macam apa.
Banyak orang2 dari aliran putih bermaksud untuk mengadakan pencarian, dan menumpas Hauw Thian Pang yang menimbulkan banyak sekali kesusahan buat para pedagang yang mengambil jalan laut.
Tapi tidak kurang banyaknya juga orang2 dari aliran hitam mencari Hauw Thian Pang, untuk menggabungkan diri dan menjadi anggota Hauw Thian Pang.
Dengan demikian, telah membuat Hauw Thian Pang menjadi perkumpulan yang semakin kuat dan anggotanya semakin banyak, di samping cukup banyak orang rimba persilatan dari aliran putih yang memusuhinya.
Sekarang justeru Hauw Thian Pang telah dihubungi oleh pihak kerajaan, malah Cu Goan Ciang sendiri yang telah
mengirim firman kepada
Hauw Thian Pang, agar menangkap atau membunuh Thio Bu Kie dan kawan2nya, jika memang Hauw Thian Pang sanggup melaksanakan tugas itu, Cu Goan Ciang akan memberikan sejumlah hadiah yang sangat banyak.
Juga berjanji pasukan kerajaan selanjutnya tidak akan memusuhi Hauw Thian Pang, tidak akan berusaha menumpasnya, Karena itu, Hauw Thian Pang mati-matian berusaha untuk melaksanakan perintah yang diberikan Cu Goan Ciang, karena semua itu membawa kebaikan buat Hauw Thian Pang.
Jika saja perintah dari Kaisar Cu Goan Ciang berhasil dilaksanakan, niscaya selanjutnya Hauw Thian Pang akan memiliki pengaruh yang sangat besar di perairan laut itu.
Terlebih lagi memang ada janji dari Cu Goan Ciang, bahwa Kaisar itu tidak akan memusuhi pihak Hauw Thian Pang kalau saja pihak Hauw Thian Pang berhasil untuk
menangkap Bu Kie dan kawan kawannya ini.
Demikianlah, Hauw Thian Pang telah mengirim orangorangnya, di bawah pimpinan Kwa Tin Cu, tapi siapa tahu Kwa Tin Cu yang memiliki kepandaian tinggi, dalam tiga jurus telah dirubuhkan Bu Kie, membuat Pangcu Hauw
Thian Pang tersebut jadi berpikir dua kali, karena segera juga ia menyadari bahwa tentunya Bu Kie benar2 memiliki kepandaian yang sangat tinggi.
Thang Bu Kie Cu sesungguhnya merupakan seorang berkepandaian tinggi dan jarang sekali ia langsung turun tangan sendiri terhadap urusan-urusan Hauw Thian Pang, karena memang didalam Hauw Thian banyak sekali orang2nya yang tangguh kepandaian tinggi.
Namun menghadapi musuh yang tangguh seperti Bu Kie, telah membuat dia terpaksa harus melaksanakan Pang terdapat dan memiliki tugasnya itu sendiri, karena ia memang harus dapat menunaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya, agar Cu Goan Ciang pun dapat menunaikan janjinya, di mana sebagai hadiahnya buat Hauw Thian Pang.
Maka dia telah memutuskan, walaupun bagaimana dia memang harus mengerahkan seluruh kemampuan orang2 Hauw Thian Pang untuk menangkap atau membinasakan Bu Kie dan kawan-kawannya itu.
Dia yang telah memimpin pasukan Hauw Thian Pang. Di sebelah depan dari kapal besar yang dipakai oleh Pangcu Hauw Thian Pang tersebut berlayar puluhan kapal layar
lainnya, yang semuanya berisi ratusan orang2 Hauw Thian Pang yang rata2 memiliki kepandaian tinggi.
Hauw Thian Pang kali ini benar2 telah mengeluarkan sebagian terbesar dari orang2nya yang tangguh.
Kwa Tin Cu waktu itu juga telah melaporkan bahwa Bu Kie benar2 memiliki kepandaian yang tinggi, dia sendiri tidak mengerti mengapa dalam tiga jurus Bu Kie berhasil merubuhkannya. kepandaiannya menghadapi Bu Kie paling sedikitnya puluhan jurus.
Siapa sangka justeru dalam tiga jurus dia telah dirubuhkan, malah tubuhnya telah terkulai rebah dengan tidak berdaya untuk membendung kekuatan Bu Kie, malah ia pun sudah tidak bisa memungkiri lagi janjinya, karena ia kuatir kalau2 kawannya nanti terluka di tangan Bu Kie dan yang lainnya.
sedangkan dia merasakan bahwa
tidaklah rendah dan ia akan dapat
"Mereka berjumlah tidak banyak, hanya beberapa orang saja, Pangcu!" melapor Kwa Tin Cu lagi, "Jika memang mereka di kepung rapat, biarpun mereka memiliki
kepandaian tinggi, tentu mereka dapat kita rubuhkan.... sedangkan anak buah kapal layar itu hanya terdiri dari gentong nasi yang tidak punya guna, mereka hanya memiliki tenaga yang kuat, tapi tidak mengerti ilmu silat !"
Pangcu Hauw Thian Pang tersebut, Thang Bu Ciu, telah mengangguk perlahan. Katanya: "Ya, kita akan melaksanakan rencana kita itu!"
Kapal itu berlayar cepat sekali.
Cukup jauh terpisah dari kapal pangcu Hauw Thian Pang tersebut, tampak belasan kapal yang berlayar dengan pesat.
Yang melihat kapal tersebut pertama kali adalah Kwang Tan, yang segera melaporkannya kepada Bu Kie.
Mereka melihat betapa banyaknya kapal2 Hauw Thian Pang yang tengah mendatangi.
Bu Kie mengeluh juga.
"Tampaknya kita menghadapi ancaman yang tidak kecil !" katanya. Yang lainnya tidak mengatakan apa2, mereka hanya mengawasi saja kapal-kapal yang tengah berlayar dengan cepatnya.
Tiba-tiba mereka merasakan kapal mereka tergoncang, di susul oleh beberapa orang anak kapal yang berseru-seru: Celaka kapal kita telah dilobangi orang, air sudah masuk deras sekali..!"
Tampak anak buah kapal yang dipakai Bu Kie telah berlari lari keatas geladak dengan muka yang pucat.
Bu Kie dan yang lainnya segera berlari keruang bawah untuk melihat apa yang terjadi.
Benar saja, air yang menerobos masuk ke dalam ruangan kapal itu sudah setinggi semata kaki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rupanya ada beberapa orang anak Hauw Thian Pang, yang menyelam didalam laut dan telah membor kapal Bu Kie, sehingga berlobang dan air masuk deras sekali.
Karena itu, bahaya yang dihadapi oleh pihak Bu Kie tidak kecil, kalau sampai kapal itu karam, berarti mereka akan memperoleh bahaya yang tidak ringan.
Terlebih lagi Kwang Tan yang memang tidak pandai berenang, membuatnya jadi bingung juga.
"Siapkan perahu penolong . . ." perintah Bu Kie. Segera juga dua buah perahu penolong telah diturunkan, untuk siap di pergunakan jika memang keadaan sudah
mendesak sekali.
Beberapa orang anak buah kapal di perintahkan untuk mencari lobang yang menyebabkan air memancur masuk. Tapi mereka tidak berdaya untuk menutupi lobang itu, karena terlalu besar dan air pun mengalir deras sekali. Sedangkan anak buah Hauw Thian Pang yang rupanya tengah membor bagian2 lainnya dari kapal itu, terus juga bekerja.
Air telah meluap naik sampai seperot kaki, Bu Kie dan Tio Beng saling pandang,akhirnya mereka saling mengangguk.
Keduanya segera berlari ke buritan dan merekapun telah melompat terjun kedalam laut.
Semua orang hanya mengawasi, mereka dapat menduga, apa yang akan dilakukan Bu Kie dan isterinya.
Benar saja, tidak lama kemudian tampak warna merah mewarnai air laut itu.
Rupanya Bu Kie dan Tio Beng berhasil buat membunuh beberapa orang anak buah Hauw Thian Pang di bawah kapal mereka, dan mereka segera turun tangan membunuh mereka waktu anak buah Hauw Thian Pang tengah asyik membor kapal mereka.
Selesai membereskan enam orang anak buah Hauw Thian Pang, Bu Kie dan Tio Beng naik kekapal mereka lagi dengan seutas tambang.
"Bagaimana Thio Kauwcu "!" tanya Bian Lu dengan memperlihatkan sikap berkuatir. "Air masih saja masuk deras. karena lobang yang mereka buat cukup besar, dan
anak kapal tidak sanggup untuk membendung bocor itu.!"
Bu Kie segera keruang bawah, diikuti oleh Tio Beng. mereka melihat air sudah, naik sampai sebatas perut kaki, malah sudah mendekat lutut kaki mereka masing2.
"Siapkan perahu penolong, kita pindah ke sana !" perintah Bu Kie kemudian mengambil keputusan.
Begitulah, semua anak buah kapal itu bersama-sama dengan Bu Kie
dan rombongannya telah melompat kedalam perahu kecil itu. Yang satunya terisi penuh oleh anak buah kapal itu sedangkan perahu yang satunya lagi buat Bu Kie dan rombongannya serta beberapa orang anak buah kapal itu
Begitulah, mereka segera juga berangkat menjauhi kapal besar itu, yang semakin tenggelam dalam.
Disaat itu belasan kapal yang besar dari Hauw Thian Pang telah mendatangi dekat sekali, inilah belasan kapal yang menerjang maju terus menimbulkan gelombang yang sangat besar.
Bu Kie dan yang lainnya jadi bingung juga, karena mereka menyadari, jika kapal2 itu menerjang, niscaya mereka akan kena diterjang badai.
Maka segera juga Bu Kie perintahkan agar menjauhi mereka itu.
Tapi kapal2 itu mendatangi cepat sekali, perahu yang dan seluruh anak buah kapal itu berusaha berenang, karena mereka
Kie telah berusaha mengimbangi satu telah terbalik menjerit2 sambil ketakutan sekali.
Sedangkan Bu perahunya yang diombang-ambingkan gelombang yang jadi begitu besar, Demikian juga halnya Tio Beng, Kwang Tan, Jie Lian Cu dan Bian Lu, mereka masing2 mengerahkan lwekang mereka pada kaki masing2, berusaha mengimbangi perahu itu, agar tidak terbalik.
Dalam keadaan seperti inilah, segera juga terlihat, perahu mereka dapat dipertahankan tidak tenggelam. Namun anak anak buah kapal mereka, yang telah terguling dari perahunya, berenang menghampiri mereka. ditolong naik perahu mereka yang tinggal satu ini sehingga perahu itu, yang demikian berat diisi penumpang demikian banyak,
jadi sering miring dan agak tenggelam kedalam.
Dengan keadaan perahu seperti itu, jika sampai terkena gelombang yang besar, niscaya perahu yang keberatan penumpangnya itu akan tenggelam.
Namun buat tidak menolong anak buah kapalnya, Bu Kie tidak sampai hati. "Kita harus berusaha merebut kapal itu, salah satu kapal mereka harus kita rampas !" Demikianlah keputusan Bu Kie.
Karenanya, segera juga dia mengeluarkan belasan biji Siongkie yang bentuknya bulat2 pipih, dia telah melemparkannya satu dari biji Siongkie itu, dan membarengi dengan mana tubuhnya segera juga melesat ketengah udara dengan ringan sekali.
Kakinya menotol biji Siongkie itu, dan tubuhnya melesat lagi dengan meminjam tenaga menjejak itu, kemudian dia melemparkan lagi satu biji Siongkie.
Begitu seterusnya, Bu Kie juga melakukannya dengan gesit dan sebat sekali, sehingga tampaknya dia seperti tengah melayang ditengah2 lautan, ber jalan diatas permukaan air laut.
Dalam waktu yang sangat singkat, Bu Kie hampir sampai didekat salah sebuah kapal Hauw Thian Pang yang terdekat, tidak membuang waktu lagi, ia pun melompat naik keatas kapal lainnya itu.
Anak buah Hauw Thian Pang yang berada di kapal tersebut kagum dan kaget melihat lihaynya Bu Kie. Merekapun segera bersiap2, ketika melihat Bu Kie melompat keatas kapal, mereka membarengi dengan
menyerang mempergunakan senjata tajam masing-masing.
Bu Kie tertawa dingin, dia lihay sekali, dimana dia pandang sebelah mata terhadap sambaran senjata tajam itu. Sepasang tangan Bu Kie bergerak cepat, tubuhnya berkelebat2, tahu-tahu belasan senjata tajam telah kena
dirampasnya. Lalu Bu-Kie membuangnya kelaut.
MenyusuI mana juga terdengar beruntun suara jeritan dari anak buah kapal itu.
Mereka seorang demi seorang telah dilemparkan Bu Kie kelaut Dengan begitu, mereka mati2an berenang untuk pergi kekapal mereka yang lainnya dan ditolongi.
Bu Kie bekerja sangat cepat sekali, sehingga dia berhasil untuk melemparkan puluhan anak buah Hauw Thian Pang dikapal itu. Dan sisanya, yang tidak mau sampai
dilemparkan Bu Kie, juga memang mereka jeri melihat lihaynya Bu Kie, segera melompat terjun sendiri kelaut, mereka berenang buat pindah ke kapal yang lainnya.
Bu Kie pun segera menurunkan tambang, ia telah melemparkannya kepada kawan2nya yang dengan ringan mempergunakan ginkang mereka yang telah mahir, naik keatas kapal itu.
Selama itu Bu Kie juga telah berseru kepada Tio Beng, agar isterinya terjun kedalam laut, untuk mencegah usaha dari orang2 Hauw Thian Pang yang bermaksud hendak melobangi kapalnya
Begitulah, akhirnya semua kawannya telah berhasil ditolong. Cuma yang benar2 memakan tenaga ketika menolongi anak buah kapalnya, yang umumnya tidak
memiliki tenaga dalam dan tidak
sehingga mereka telah naik dengan
mengerti ilmu silat,
bersusah payah dan harus ditarik oleh Bu Kie dan Kwang Tan.
Tapi biarpun begitu, mereka semuanya bisa diselamatkan oleh Bu Kie.
Walaupun kapal mereka telah tenggelam separuhnya, sekarang mereka telah memperoleh gantinya. Kapal dari Hauw Thian Pang ternyata sebuah kapal yang sangat besar sekali, peralatannyapun komplit.
Dengan demikian anak buah kapal itu jadi girang sekali, mereka pun segera bekerja, untuk melayarkan kapal mereka dengan segera menjauhi tempat itu.
Kebetulan angin pun berhembus dengan keras sekali, sehingga kapal itu meluncur semakin cepat.
Kapal2 dari Hauw Thian Pang sama sekali tidak mau melepaskan, mereka melakukan pengejaran secara cepat. Karena mereka merupakan orang2 yang terlatih, mereka bisa mendayung kapal dengan cepat, dan kapal mereka melakukan pengejaran ketat sekali, semakin lama semakin dekat.
Di waktu itu Bu Kie berulang kali perintahkan orang2nya untuk mendayung semakin lebih cepat. Lewat beberapa waktu lagi, justeru kapal Bu Kie telah kena di kepung lagi oleh enam kapal Hauw Thian Pang, sehingga kapal Bu-Kie tidak bisa berlayar lebih jauh.
Dengan menimbulkan benturan yang kuat pada tubrukan dengan kapal Hauw Thian Pang lainnya, Bu Kie tidak bisa melarikan kapalnya lebih jauh.
Demikianlah Bu Kie telah berusaha untuk menenangkan anak buahnya, iapun berpesan kepada Kwang Tan, untuk mengadakan perlawanan, demikian pula kepada Jie Lian Cu dan Bian Lu ia bilang. "Kita harus membuka jalan darah untuk dapat melepaskan diri dari kepungan mereka !"
Yang lainnya cuma mengangguk.
Tio Beng yang memang pandai berenang, dia memperoleh tugas untuk menjaga didalam laut, guna mencegah anak buah dari Hauw Thian Pang melubangi lagi kapal mereka.
Di waktu itu, Tio Beng sendiri bukan sekedar untuk menjaga kapalnya dari tangan "jail" orang2 Hauw Thian Pang, melainkan diapun segera timbul isengnya, dia berenang menghampiri kapal2 Hauw Thian Pang yang terdekat.
Isteri Bu Kie juga memusatkan tenaga dalamnya pada kedua telapak tangannya, berulang kali dan beruntun dia menggempuri bawah kapal itu.
Papan kapal-kapal itu segera juga pecah dan hancur, membuat air memasuki kapal itu.
Anak buah Hauw Thian Pang yang mengetahui sekarang ini giliran berusaha mereka yang dilubangi kapalnya, segera juga
untuk mencegah air menerobos masuk lebih banyak.
Namun usaha mereka gagal....air meluap dengan deras, karena Tio Beng menghancurkan papan kapal disebelah bawah itu dengan tenaga lwekang yang hebat, sehingga lobang di kapal itu pun sangat besar.
Pangcu Hauw Thian Pang yang diberitahukan hal itu, segera juga mempercepatkan kapalnya menghampiri kapal Bu Kie.
Setelah dekat, segera juga pangcu dari Hauw Thian Pang perintahkan kapal2 yang mengepung kapal Bu Kie agar segera membuka kepungan mereka.
Dan pangcu dari Hauw Thian Pang tersebut segera juga melompat kekapal Bu Kie dengan muka yang muram dan memperlihatkan sikap tidak menggembirakan. Thang Bu Ciu malah segera merangkapkan kedua tangannya katanya:
"Hemmm, tidak kami sangka akan memiliki jodoh demikian baik bertemu dengan Kauwcu Thio Bu Kie dari Beng-kauw! inilah sungguh aku orang she Thang tidak pernah membayangkan sebelumnya."
Setelah berkata begitu, ia memberi hormat, namun dengan sikap yang ber sungguh2 ia berkata: "Aku Thang Bu Ciu memang ingin sekali meminta petunjuk dari Thio Kauwcu!"
Bu Kie memang pernah mendengar perihal Thang Bu Ciu, karena dari itu, ia tersenyum membalas pemberian hormat dari orang she Thang tersebut:
"Tidak berani aku menerima penghormatan Pangcu! Tapi sesungguhnya antara Hauw Thian Pang dengan Bengkauw tidak tersangkut hubungan apapun juga. Hanya saja, kami belum lagi sempat untuk menemui Pangcu memberikan penghormatan tapi sayangnya justeru telah timbul salah paham diantara kita. . . !"
Thang Bu Ciu berkata dengan suara yang dingin: "Thio Kauwcu, sesungguhnya seperti apa yang telah di beritahukan oleh Kwa Tocu wakilku, maka kami tidak akan mengijinkan rombongan Thio Kauwcu melakukan perjalanan didaerah perairan kami! Jika memang Kauwcu masih mau memberi muka kepada kami dan mengindahkan
Hauw Thian Pang, kami minta agar Thio Kauwcu mematuhi permintaan kami itu dan meninggalkan perairan ini.!
Namun jika saja Kauwcu tidak mau menuruti sesuatu yang kami inginkan, berarti Kauwcu memang tidak ingin memberi muka kepada kami, dan kami terpaksa, dengan sangat menyesal harus mengambil tindakan yang cukup tegas.
Karena kami kira, walaupun Hauw Thian Pang merupakan perkumpulan kecil yang tidak bisa menandingi kehebatan Bengkauw, tokh kamipun tidak ingin meminta belas kasihan para Bengkauw, juga belum berarti bahwa kami ini berada dibawah pengaruh Bengkauw."
Jelas dengan berkata begitu Thang Bu Ciu seakan juga ingin menyatakan bahwa ia ingin memaksa Bu Kie untuk bertempur dengannya, karena ia mendesak Thio Bu Kie dengan caranya yang mencari urusan dan juga sengaja
untuk mencari bentrokan saja, dimana apa yang dikatakannya itu jauh dari kepantasan.
Bu Kie pun mengerti akan hal itu. Karena sebagai seorang pangcu, tidak seharusnya Thang Bu Ciu bersikap seperti itu, terlebih lagi memang yang telah di hadapinya
adalah Thio Bu Kie, kauwcu dari Bengkauw, sebuah perkumpulan yang sangat besar, sedangkan menghadapi ketua dari sebuah perkumpulan yang kecil sekalipun tidak selayaknya kalau sampai Thang Bu Cu memperlihatkan sikap seperti itu.
Namun Bu Kie bisa menahan diri, dengan tersenyum sinis ia bilang: "Baiklah Thang Pangcu, sesungguhnya apa yang diinginkan oleh Thang pangcu "!"
"Kami menginginkan agar Kauwcu mengajak orang2mu segera meninggalkan daerah perairan kami !"
"Tapi kami perlu melakukan perjalanan ke Persia !" menyahuti Bu Kie.
"Ke Persia ?" Tanya Thang Bu Ciu sambil memperlihatkan sikap mengejek.
Bu Kie mengangguk. "Ya, dan juga sayangnya kapal kami telah dilobangi oleh orang Pangcu, sehingga kami terpaksa sekali meminta ganti rugi dengan mengambil kapal dari anak buah Pangcu sebagai gantinya, kami memang hendak pergi ke Persia, ada urusan yang sangat penting sekali, yang menyangkut
dengan urusan yang menentukan penduduk didaratan Tionggoan.
Thang Bu Cu tertawa dingin. justeru aku tidaK mau mengetahui apakah urusan penting atau memang bukan Yang pasti justeru keselamatan jiwa dari
katanya: "Sayangnya
yang tengah diurus oleh Kauwcu, kami tidak mengijinkan Kauwcu meneruskan perjalanan kalian." Bu Kie memandang tajam pada Thang Bu Cu, baru kemudian katanya dengan sikap ber sungguh2: "Baiklah Pangcu, mari kita bicara secara terbuka! Bukankah kini Hauw Thian Pang bertindak bukan atas kehendak sendiri ?"
"Apa maksud Kauwcu "!" tanya Thang Bu Ciu dengan wajah yang berobah memandang kepada Bu Kie tajam sekali, ia pun tampaknya agak jengah.
"Terus terang saja Pangcu, melihat apa yang dilakukan oleh Pangcu, tampaknya Pang cu bertindak untuk kepentingan Cu Goan Ciang, Bukankah begitu "!" Bu Kie telah berkata dengan sikap dan suara yang dingin, dia tidak sungkan2 membuka kartu akan orang itu, yang memang diduganya adalah orang2nya Cu Goan Ciang.
Thang Bu Ciu terdiam sejenak, namun akhirnya ia bertanya mendongkol: "Jika memang aku benar bekerja buat Cu Goan Ciang, apa yang ingin dilakukan Kauwcu " Jika memang bukan, apa yang hendak Kauwcu lakukan terhadap kami "!"
Bi Kie tersenyum tawar. "Tentu saja ada perbedaannya antara bekerja buat Cu Goan Ciang atau bukan: "Jika memang pangcu bekerja buat Cu Goan Ciang, kami tentu akan bertindak lebih keras dan tegas. Namun jika memang Pangcu bertindak atas nama
kalian, dari perkumpulan Hauw Thian Pang, kamipun masih ingin memandang dan melakukan tindakan menurut persahabatan didalam rimba persilatan !"
"Maksud Kauwcu "!" tanya Thang Bu Ciu dengan sikap yang dingin juga. "Jika memang Pangcu bekerja buat Cu Goan Ciang,
karena demi kepentingan rakyat di daratan Tionggoan, tidak dapat kami berdiam diri, kami akan mengesampingkan segala perasaan sungkan kami dan bertindak tegas, Namun jika memang Pangcu tidak memiliki hubungan dengan Cu Goan Ciang, maka kami akan berpikir dua kali buat bentrok dengan Hauw Thian Pang..!"
Memang, pada waktu itu cuma berlima belaka Bu Kie berada dihadapannya, namun Thang Bu Ciu mengerti bahwa Bengkauw bukanlah sebangsa perkumpulan yang bisa diremehkan.
Di dalam Bengkauw terdapat banyak sekali tokoh-tokoh sakti yang memiliki kepandaian sangat tinggi, Jika memang mereka meluruk menyateroni Hauw Thian Pang, niscaya akan menyebabkan Hauw Thian Pang menghadapi kesulitan yang tidak kecil.
Karena itu, pangcu Hauw Thian Pang jadi memandang sejenak lamanya, dia bersangsi.
"Bagaimana Pangcu, kami harap Pangcu bicara dari hal yang sebenarnya." kata Bu Kie dingin.
Thang Bu Ciu tiba-tiba tertawa bergelak-gelak, nyaring sekali dan tubuhnya bergetar. "Benar! Memang kami bekerja boat Cu Goan Ciang !" katanya kemudian "Kami telah menerima perintah dari
Kaisar Cu Goan Ciang untuk memusnahkan kalian! Namun kami masih mau bekerja dengan memandang persahabatan rimba persilatan, karena itu, kami tidak bermaksud untuk memusnahkan kalian, hanya meminta kalian agar membatalkan maksud kepergian kalian ke Persia, dan kembali kedaratan Tionggoan, karena kami masih memandang persahabatan rimba persilatan !"
Setelah berkata begitu, Pangcu dari Hauw Thian Pang tersebut mengibarkan tangannya, dia seperti juga sudah tidak mau terlalu banyak bicara.
Sedangkan Bu Kie tertawa juga mendengar pengakuan dari Thang Bu Ciu.
"Bagus! jika memang demikian berarti pangcu sudah demikian rendah dan hina menjual diri buat seorang Kaisar! Baguslah! Aku Thio Bu Kie tidak bisa berkata apa2 lagi, juga aku tidak dapat untuk menyebutkan sesuatu apalagi tentang persahabatan rimba persilatan! Silahkan, apa yang ingin Pangcu lakukan, kami akan menyambutnya dengan sepasang tangan terbuka !"
Jie Lian Cu waktu itu juga sudah tidak dapat menahan diri lagi, ia melangkah maju dan katanya dengan suara yang mengandung kemendongkolan:
"Aku Jie Lian Cu ingin melihat, sesungguhnya andalan apa yang dipakai Hauw Thian Pang yang membuatnya jadi bertingkah dan besar kepala seperti itu "!"
Bara Naga 15 Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D Harpa Iblis Jari Sakti 27

Cari Blog Ini