Ceritasilat Novel Online

Badai Awan Angin 11

Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Bagian 11


Kedua lelaki itu telah tertusuk oleh pedang Pik Po.
Mereka roboh dengan tubuh mandi darah. Kejadian ini membuat orang-orang di tempat itu kaget. Mereka buruburu menghindar dari tempat itu. Sekarang tidak ada yang berani menghalangi majunya Pik Po dan Pik Khi. Sesampai di arena pertarungan Pik Khi menerjang masuk, dia melemparkan sebuah tongkat ke arah Beng Cit Nio sambil berseru nyaring.
"Majikan! Pukul Iblis Tua itu dengan tongkat ini!" kata Pik Khi.
See-bun Souw Ya kaget melihat dua pelayan itu maju.
Saat tongkat dilemparkan oleh Pik Khi, See-bun Souw Ya berniat merebut tongkat itu. Tetapi lemparan Pik Khi itu sebuah lemparan yang istimewa. Saat tangan See-bun Souw Ya terjulur ingin menyambar tongkat itu, mendadak tongkat itu berputar ke arah lain. Dengan demikian tangan See-bun Souw Ya menyambar ke tempat kosong. Sedang tongkat itu tepat jatuh ke tangan Beng Cit Nio.
Sesudah berhasil memegang tombak berkepala naga itu semangat Beng Cit Nio bangkit lagi. Tiba-tiba tongkat berkepala naga itu berkelebat cepat luar biasa, tongkat itu mengarah ke See-bun Souw Ya. Pengalaman See-bun Souw Ya sangat luas, tetapi gerakan tongkat Beng Cit Nio belum diketahuinya. Dia mencoba menangkis serangan dahsyat dari Beng Cit Nio dengan sekuat tenaganya. Tak lama terdengar suara benturan sangat keras.
729 "Tang!" Setelah menangkis serangan Beng Cit Nio yang hebat itu See-bun Souw Ya merasakan darahnya bergolak tidak karuan, sedangkan tangannya terasa sakit bukan main.
Sebaliknya Beng Cit Nio pun terhuyung ke belakang dua langkah. Tetapi kelihatan luka Beng Cit Nio tidak separah luka yang diderita oleh See-bun Souw Ya. Iblis Tua itu terkejut bukan kepalang.
"Nenek ini benar-benar hebat!" pikir See-bun Souw Ya.
"Kepandaiannya tidak di bawah kepandaianku!"
Sesudah mengetahui Beng Cit Nio memiliki ilmu tongkat yang lihay, See-bun Souw Ya sadar. Dia harus mengubah taktik saat menghadapinya. Sekarang dia kembali melakukan serangan hebat. Tetapi jika tidak sangat terpaksa dia tidak menangkis langsung serangan Beng Cit Nio yang dahsyat itu.
"Pik Khi, Pik Po! Kalian jaga ruang tahanan, jangan biarkan orang masuk ke sana!" teriak Beng Cit Nio.
"Baik Majikan!" kata kedua pelayan itu sambil mengangguk.
Mereka berdua langsung menuju ke kamar tahanan dan melakukan penjagaan sesuai perintah dari Beng Cit Nio.
Rupanya dua pelayan ini ditugaskan untuk melindungi Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng.
Menyaksikan perubahan yang terjadi di arena pertarungan, Pouw Yang Hian khawatir gurunya akan kalah. Maka itu Pouw Yang Hian segera berteriak-teriak pada anak buahnya.
"Cepat! Cepat panggil Chu Lo Sian-seng dan Khong-tong Sam-eng (Tiga Elang Khong-tong) ke mari! Cepaaat!" teriak Pouw Yang Hian panik bukan main.
730 Khong-tong Sam-eng murid tingkat dua dari Khong-tongpay Mereka bertiga berilmu tinggi, sekarang mereka bergabung dengan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek.
Mendengar teriakan murid See-bun Souw Ya ini Beng Cit Nio sadar, tidak lama lagi akan bermunculan lawanlawan yang sangat tangguh. Dia memutuskan untuk mengakhiri pertarungan itu dengan cepat melawan See-bun Souw Ya. Beng Cit Nio mengeluarkan ilmu tongkat Loan-po Hong (Ilmu Tongkat Angin dan Badai).
Memang luar biasa ilmu tongkat ini, ternyata dia berhasil menekan See-bun Souw Ya. Kelihatan See-bun Souw Ya tidak bisa melakukan serangan lagi, dia hanya mampu menangkis dan mundur teratur. Dengan ilmu Hua-hiattonya dia mampu bertahan. Sedang Beng Cit Nio harus terus melindungi jantungnya, tidak heran jika pertarungan itu jadi seimbang.
Tiba-tiba terdengar Pouw Yang Hian berteriak girang, dari jauh tampak mendatangi Chu Kiu Sek. Sambil tertawa Chu Kiu Sek berkata nyaring.
"Ternyata nenek in lihay juga, saudara See-bun jangan takut aku akan membantumu!" kata Chu Kiu Sek.
See-bun Souw Ya mendengus dingin.
"Hm! Sekalipun dia lihay belum tentu aku akan kalah olehnya, lebih baik kau lihat saja Han Tay Hiong sedang apa!" kata See-bun Souw Ya.
Mendengar kata-kata See-bun Souw Ya tentu saja Beng Cit Nio terperanjat bukan kepalang.
"Han Tay Hiong sedang sekarat, jika si Iblis Tua ke sana mana mungkin mereka selamat?" pikir Beng Cit Nio.
"Sekarang Pik Po dan Pik Khi ada di sana, tapi aku tidak yakin mereka akan mampu menghadapi Chu Kiu Sek!"
731 Tiba-tiba Beng Cit Nio meludah dan membentak dengan sengit.
"Dasar manusia tidak tahu malu!" kata Beng Cit Nio.
Tiba-tiba tongkatnya berkelebat, dia langsung menyerang ke arah Chu Kiu Sek.
Setelah berkelit dari serangan berbahaya itu Chu Kiu Sek tertawa terbahak-bahak.
"Saudara See-bun, Han Tay Hiong telah kau totok jalan darahnya hingga tidak berdaya, masakan dia bisa kabur.?"
kata Chu Kiu Sek. "Sekarang lebih baik kita bereskan dulu nenek busuk ini!"
Chu Kiu Sek paham ilmu Siu-lo-im-sat-kang sampai tingkat delapan. Tiba-tiba dia melancarkan sebuah pukulan, saat itu terasa ada hawa dingin menyerang. Sekalipun lweekang Beng Cit Nio tinggi tidak urung dia merasakan hawa dingin itu. Tetapi ilmu tongkat Beng Cit Nio tetap masih mampu mengimbangi pukulan Chu Kiu Sek itu.
Beng Cit Nio merangsek maju. Tetapi Chu Kiu Sek sambil tertawa berkata nyaring.
"Cit Nio, sebenarnya kita sehaluan! Kaulah yang mengundang kami ke mari untuk menangkap Han Tay Hiong, tetapi aneh sekali sekarang kau ingin melindunginya dan berganti haluan! Kau jangan salahkan kami jika kami mengeroyokmu!" kata Chu Kiu Sek.
"Sungguh sial! Karena mataku buta hingga aku mengundang srigala masuk ke dalam rumahku! Aku sungguh menyesal, sekarang mari kita adu jiwa, paling sial aku mati di tangan kalian!" kata Beng Cit Nio sengit bukan main.
732 Dengan ilmu tongkatnya yang lihay Beng Cit Nio langsung menyerang See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek.
Serangan Beng Cit Nio sangat berbahaya dan mematikan, dari sikapnya kelihatan Beng Cit Nio siap mati bersamasama dengan kedua lawannya.
Tiba-tiba terdengar suara seruan dari orang-orang yang sedang menyaksikan pertarungan itu.
"Oh, Khong-tong Sam-eng sudah datang!" kata suara itu.
Khong-tong Sam-eng jago dari Khong-tong-pay. Anggota mereka bertiga masih saudara kandung. Kelompok ini terdiri yang tertua bernama Cie Tian, yang kedua bernama Cie Ceng sedang yang paling muda bernama Cie Liak.
Ayah mereka salah satu dari Khong-tong-ji-khi (Dua orang Aneh dari partai Khong-tong).
Ketiga jago Khong-tong-pay ini musuh besar Hong Lay Mo Lie dan Siauw Auw Kan Kun. Pada waktu Khong-tong Sam-eng turun gunung, maksud mereka akan pergi ke Kimkee-leng untuk mengadakan perhitungan dengan Hong Lay Mo Lie dan Siauw Auw Kan Kun. Di tengah perjalanan mereka malah bertemu dengan Cong Siauw Hu dan Siangkoan Po Cu suami isteri, yaitu bawahan Hong Lay Mo Lie.
Dengan demikian perkelahian tidak terhindarkan. Sayang Khong-tong Sam-eng kalah oleh suami isteri tersebut.
Menghadapi anak buah Hong Lay Mo Lie saja sudah kalah, bagaimana mereka mampu menghadapi Hong Lay Mo Lie sendiri. Saat itu mereka baru sadar kalau kepandaian mereka masih rendah.
Kebetulan Khong-tong Sam-eng bertemu dengan See-bun Souw Ya, si Iblis Tua ini tahu bahwa Khong-tong Sameng ingin balas dendam pada Hong Lay Mo Lie dan Siauw Auw Kan Kun, maka itu See-bun Souw Ya mengajak mereka bergabung dengannya
733 Mengetahui See-bun Souw Ya inHihay ditambah mereka juga mengaguminya, maka mereka bertiga akhirnya bersedia bergabung dengan See-bun Souw Ya.
Sebenarnya Beng Cit Nio tidak gentar terhadap Khongtong Sam-eng, namun sekarang saat dalam bahaya Beng Cit Nio mau tidak mau cemas juga Dia sangat khawatir jika Khongtong Sam-eng ke kamar tahanan Han Tay Hiong dan puterinya, mereka akan mencelakai Han Tay Hiong dan puterinya. Sedangkan saat itu dia tidak bisa meninggalkan gelanggang pertarungan, karena sedang menghadapi dua Iblis Tua yang lihay.
Dugaan Beng Cit Nio ternyata benar, begitu Khong-tong Sam-eng tiba di tempat pertarungan, dia melihat Beng Cit Nio sedang dalam keadaan terdesak oleh Chu Kiu Sek maupun See-bun Souw Ya. Mereka pikir tidak ada gunanya mereka membantu mengeroyok Beng Cit Nio. Namun, tibatiba mata mereka memandang ke arah kamar tahanan.
Sekalipun mereka tahu di depan kamar tahanan ada dua orang pelayan Beng Cit Nio yang cukup tangguh. Mereka sudah mendengar dua pelayan itu berhasil melukai kawankawan mereka. Tetapi mereka tidak gentar.
Mereka siap masuk ke kamar tahanan Han Tay Hiong.
Khong-tong Sam-eng orang yang tinggi hati dan mempertahankan gengsi mereka. Itu sebabnya mereka akan masuk ke kamar tahanan tidak bersama-sama untuk menghadapi dua pelayan Beng Cit Nio itu. Orang yang akan masuk hanya Lo-sam (Saudara ketiga) untuk menjajal kepandaian kedua pelayan itu.
Menurut tingkatan di Dunia Persilatan, Khong-tong Sameng ini tergolong pesilat kelas dua. Jelas kepandaian mereka berada di atas kedua pelayan Beng Cit Nio. Saat salah satu dari Khong-tong Sam-eng muncul, Pik Po dan 734
Pik Khi langsung menerjangnya. Mereka tidak mengetahui berapa tinggi kepandaian anggota dari Khong-tong Sam-eng itu.
Cie Liak yang diserang secara beruntun oleh dua pelayan Beng Cit Nio inHangsung menangkis serangan itu dengan senjata sepasang gelangnya.
"Trang!" Pedang Pik Po yang ditangkis dengan keras ternyata buntung. Pada saat yang bersamaan Pik Khi menyerang Cie Liak dengan pedangnya. Sebenarnya kepandaian Pik Khi lebih tinggi dari Pik Po, namun dia tetap bukan tandingan Cie Liak yang lihay.
Setelah bertarung belasan jurus kedua pelayan itu benarbenar mulai terdesak oleh Cie Liak. Jika sedikit lengah kedua pelayan itu akan celaka di tangan Cie Liak. Saat dalam keadaan kritis tiba-tiba terdengar suara tawa nyaring.
"Hm! Tak tahu malu menghina gadis kecil, ternyata cuma seperti itu kalian berani mengaku Sam Eng?"
Saat suara itu belum sirna tak lama tampak sesosok bayangan berkelebat. Ketika itu Cie Liak merasakan ada serangan angin yang dasyat menerjang punggungnya.
Cie Liak terkejut bukan main. Dia tidak melihat jelas siapa orang itu, tapi tahu-tahu bahunya terasa sangat sakit.
Kiranya tulang pipenya tercengkram orang itu, tak lama tubuhnya terasa melayang karena dilemparkan oleh orang itu.
Orang itu kiranya Seng Cap-si Kouw. Betapa kagetnya Lo Toa Cie Tian.
"Siapa kau, beraninya kau melukai adikku?" kata Cie Tian.
735 Cie Tian yang juga bersenjata gelang baja langsung menyerang pada Seng Cap-si Kouw. Gelang baja Cie Tian berkelebat menyambar-nyambar ke arah lawan.
Menyaksikan serangan itu Seng Cap-si Kouw tertawa dingin.
"Kau buta tidak mengenaliku, tapi kau berani buang lagak di tempat ini!" bentak Seng Cap-si Kouw. Cap-si Kouw mencoba merebut gelang baja di tangan Cie Tian, tetapi usahanya ini gagal karena Cie Tian cukup lihay.
Dengan cepat Cie Tian menarik serangannya, lalu balas menyerang ke arah tangan Seng Cap-si Kouw.
Pada saat yang bersamaan Seng Cap-si Kouw pun membalikkan tangan dan dengan lengan bajunya dia mengibas dengan hebat.
"Trang!" Ujung lengan baju Seng Cap-si Kouw menghantam gelang baja di tangan Cie Tian. Seketika itu juga Cie Tian merasakan telapak tangannya sakit dan ngilu sekali, hampir saja gelang baja di tangannya terlepas dari cekalannya.
Segera Cie Tian mundur tiga langkah, matanya menatap ke arah Seng Cap-si Kouw dengan tajam dan sedikit terbelalak karena terkejut oleh kekuatan pukulan wanita tua itu.
Melihat lawannya itu Seng Cap-si Kouw tertawa menghina.
"Hm! Kau berhasil menghindar dari seranganku, itu tandanya kau cukup lihay, sekarang enyah kau dari sini"
bentak Seng Cap-si Kouw bengis.
"Perempuan siluman aku akan mengadu jiwa denganmu!" kata Cie Tian gusar sekali.
736 Tiba-tiba dia menyerang kembali. Pada saat yang bersamaan, Cie Ceng, saudara kedua dari Khong-tong Sameng datang bantu menyerang.
Melihat lawannya bertambah seorang Seng Cap-si Kouw tertawa dingin.
"Aku ingin mengampuni kalian, tetapi sebaliknya kalian mencari mampus sendiri!" kata Seng Cap-si Kouw.
Tiba-tiba tampak sinar hijau berkelebat, itulah pedang bambu Cui-giok-tek (Bambu Giok Hijau) yang digunakan Capsi Kouw untuk menangkis serangan kedua lawannya.
Pedang seperti itu biasanya pedang-pedangan mainan anakanak, sedangkan senjata gelang yang digunakan oleh kelompok Khong-tong Sam-eng terbuat dari baja. Pedang terbuat dari baja pun pasti buntung jadi dua jika terkena gelang baja mereka, apalagi pedang bambu.
Tetapi sungguh mengherankan, ternyata gelang baja itu tak mampu mematahkan pedang bambu milik Cap-si Kouw yang lihay, malah sebaliknya Cie Tian dan Cie Ceng jadi kewalahan dan terdesak oleh serangan balasan dari Cap-si Kouw, bahkan sibuk untuk menangkis berbagai serangan pedang bambu hijau itu.
"Tang! Tang!" Suara benturan senjata tajam dengan pedang bambu terdengar nyaring. Tiba-tiba Seng Cap-si Kouw membentak dengan nyaring.
"Kena!" Kelihatan cahaya hijau berkelebat kian-ke mari, kelihatan Cie Tian dan Cie Ceng sibuk menangkis dan melompat kian ke mari dan gerakannya mulai kacau-balau.
737 Tiba-tiba Cie Tian merasakan tangannya sakit bukan kepalang, sedangkan Cie Ceng berdiri termangu di tempat.
Kiranya pakaian mereka telah terkoyak-koyak, ini membuat Cie Ceng jadi setengah telanjang. Untung yang digunakan oleh Seng Cap-si Kouw hanya sebuah pedang bambu, jika pedang yang terbuat dari baja murni yang tajam, saat itu Cie Ceng pasti sudah mandi darah dan tidak bernyawa lagi.
Seng Cap-si Kouw tertawa dingin.
"Hm! Apa kalian masih berani mengadu jiwa denganku?" kata Seng Cap-si Kouw sambil tersenyum dingin. "Baik, kau kuberi kesempatan untuk istirahat sejenak, sesudah itu mari kita lanjutkan lagi pertarungan ini!"
Cie Tian sebenarnya sudah tertotok jalan darahnya, hal ini membuat Seng Cap-si Kouw pun sedikit kaget, mengapa Cie Tian tidak roboh oleh totokannya"
Cie Tian membentak dengan suara keras.
"Kau telah membunuh adik ketiga kami, maka kau harus aku bunuh agar aku bisa membalaskan sakit hati saudara kami!" kata Cie Tian.
Melihat Cie Tian akan berbuat nekat, Cie Ceng meneriaki saudaranya itu.
"Toa-ko, sabar! Sam-tee (adik ketiga) belum mati, dia hanya tertotok jalan darahnya oleh perempuan siluman ini!"
kata Cie Ceng. Saat Cie Liak diserang oleh Seng Cap-si Kouw dan dilemparkan hingga roboh terlentang di tanah, Cie Ceng segera menghampiri saudara ketiganya dan memapahnya, lalu memeriksa lukanya. Tetapi saat itu Cie Tian langsung menyerang ke arah Cap-si Kouw, dengan demikian dia tidak mengetahui kalau Cie Liak masih hidup.
738 Seng Cap-si Kouw tertawa dingin.
"Kau boleh membebaskan totokanku di tubuh Cie Liak!
Jika kalian masih ingin bertarung aku bersedia meladeni kalian!" kata Seng Cap-si Kouw dengan dingin.
Sesudah berkata begitu dengan tidak mempedulikan mereka Seng Cap-si Kouw berjalan dengan tenang ke arah kamar tahanan.
Begitu sampai Seng Cap-si Kouw langsung bicara.
"Aku datang terlambat hingga kalian jadi kaget," kata Seng Cap-si Kouw sambil tertawa.
Melihat Seng Cap-si Kouw tiba Pik Khi girang bukan main."Syukur Cian-pwee telah datang!" kata Pik Khi.
"Bagaimana keadaan Han Tay Hiong?" tanya Seng Capsi Kouw.
"Tampaknya beliau seperti keracunan, sekarang beliau masih pingsan," jawab Pik Khi.
Pik Khi ini pelayan pribadi Beng Cit Nio, tak heran jika dia mengerti mengenai racun. Dia tahu Han Tay Hiong keracunan namun Pik Khi tidak mengetahui kalau yang menaruh racun itu Seng Cap-si Kouw.
Seng Cap-si Kouw manggut-manggut.
"Baik, akan aku periksa keadaannya!" kata Cap-si Kouw.
"Cian-pwee, sebaiknya kau membantu dulu majikan kami yang sedang bertarung melawan kedua Iblis Tua itu!"
kata Pik Po. Pik Po pelayan kesayangan Beng Cit Nio, tidak heran kalau saat melihat majikannya sedang dikepung oleh dua Iblis Tua itu jadi khawatir, maka itu dia memohon pada Cap-si Kouw agar Cap-si Kouw mau menolongi dulu 739
majikannya. Sebenarnya Pik Po tahu kalau Beng Cit Nio, majikannya, kurang cocok dengan Seng Cap-si Kouw.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Sementara itu di tengah gelanggang pertarungan Beng Cit Nio terus berusaha mencurahkan perhatiannya melawan See-bun Souw-ya dan Chu Kiu Sek. Tidak heran jika dia seolah tidak menyaksikan kehadiran Seng Cap-si Kouw di tempatnya. Tapi saat dia tahu Seng Cap-si Kouw mendatangi, Beng Cit Nio langsung berkata dingin.
"Piauw-ciku (Kakak misanku, red), kau tidak perlu datang ke mari untuk berpura-pura jadi orang baik!" kata Beng Cit Nio
Mendengar teguran itu Seng Cap-si Kouw tertawa.
"Adik misanku yang baik, kalau begitu kau anggap aku sebagai orang luar! He, he, he! Sekalipun kau salah paham terhadapku, namun bagaimana aku tidak mau
mempedulikan kau" Biar bagaimana kita tetap saudara misan!" kata Seng Cap-si Kouw.
See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek telah melihat bagaimana Khong-tong Sam-eng telah roboh di tangan Seng Cap-si kouw, mereka segera bersiap-siap untuk menghadapi Seng Cap-si Kouw bila perlu. Tetapi, gerakan Seng Cap-si Kouw begitu cepat, tahu-tahu pedang bambunya menyerang ke arah See-bun Souw Ya.
Sekalipun Cap-si Kouw sedang bicara tak urung pedang bambunya menyerang secepat kilat.
See-bun Souw Ya kaget oleh serangan itu, segera ia menggunakan jurus Pan-liong Jiauw-pou (Naga melangkah) untuk memukul lengan Seng Cap-si Kouw yang memegang pedang bambu hijau.
740 Di luar dugaan See-bun Souw Ya saat diserang Seng Cap-si Kouw sudah mengubah serangannya, kali ini dengan jurus Ihseng-hoan-wi (Menggerakkan tubuh mengubah posisi). Kelihatan tubuh Seng Cap-si Kouw bergerak ke belakang Chu Kiu Sek, bersamaan dengan itu pedang bambunya ditusukkan pada orang she Chu itu. Sasaran Cap-si Kouw adalah punggung Chu Kiu Sek.
Saat Cap-si Kouw menyerang ke arah See-bun Souw Ya, serangan Cap-si Kouw ini sungguh berbahaya mengarah ke arah kedua mata See-bun Souw Ya, hal itu membuat See-bun Souw Ya mandi keringat saking kagetnya. See-bun Souw Ya menangkis dengan ilmu Hua-hiat-tonya. Ini pun membuat Seng Cap-si Kouw kaget, karena serangan See-bun itu membuat perutnya mual hingga mau muntah karena bau amis yang luar biasa itu menyerang ke hidungnya.
Sebaliknya Chu Kiu Sek kaget karena dia merasakan ada angin yang mengarah ke punggungnya, segera dia membalikkan tangannya untuk melancarkan sebuah pukulan ke belakang. Pukulan Chu Kiu Sek ini membuat Seng Cap-si Kouw merinding, namun ujung pedang bambu Cap-si Kouw berhasil merobek pakaian Chu Kiu Sek. Pada saat yang bersamaan, Seng Cap-si Kouw segera melompat mundur beberapa langkah, dia kembali ke pintu ruang tahanan.
Dalam dua gebrakan itu memang Seng Cap-si Kouw berada di atas angin, tetapi dia sadar ilmu Hua-hiat-to maupun Siu-lo Im-sat-kang itu sangat lihay. Jika Seng Capsi Kouw ingin mengalahkan kedua Iblis Tua itu, mau tak mau dia harus bergabung dengan Beng Cit Nio, tapi mungkin mereka harus bertarung sampai seratus jurus baru bisa mengalahkan mereka.
741 Tiba-tiba Seng Cap-si Kouw jadi tidak sabar dan ingin segera melihat keadaan Han Tay Hiong, maka itu dia berteriak ke arah Beng Cit Nio.
"Adik misan, hati-hati kau bertarung melawan mereka.
Aku yakin mereka tidak akan mampu mengalahkanmu dalam waktu singkat, nanti kau akan kubantu!" kata Seng Cap-si Kouw.
Di luar dugaan serangan yang dilancarkan oleh Seng Cap-si Kouw ternyata telah membuat kedua Iblis Tua itu kelabakan, tak heran jika Beng Cit Nio jadi berada di atas angin. Sedangkan Seng Cap-si Kouw sambil tertawa memasuki ruang tahanan untuk melihat keadaan Han Tay Hiong.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 27 Saat itu tubuh Han Tay Hiong semakin dingin. Sedang Han Pwee Eng mencoba memeluknya erat-erat, kelihatan saat itu seakan-akan Han Pwee Eng takut sepasang tangannya terlepas dari tubuh ayahnya yang semakin dingin saja. Han Pwee Eng sangat takut kalau tiba-tiba ayahnya akan pergi untuk selama-lamanya. Saat dHuar kamar tahanan terjadi pertarungan yang hebat antara Beng Cit Nio dan Dua Iblis Tua, semua tidak diketahuinya. Hanya....
Tiba-tiba saja tangan yang lembut membelai-belai rambut Han Pwee Eng, kemudian terdengar suara bisikan ke telinga nona Han.
"Nona Han jangan takut, coba aku periksa keadaan ayahmu," kata suara itu.
Han Pwee Eng tersentak kaget. Dia langsung menoleh.
Dilihatnya seorang wanita berwajah lembut berdiri di 742
hadapannya Sekalipun perempuan itu sudah tua, namun wajahnya masih kelihatan cantik.
Han Pwee Eng tertegun sejenak, dia merasa tidak kenal dengan wanita itu, nona Han lalu bertanya.
"Kau siapa?" tanya Han Pwee Eng.
Sebelum wanita tua cantik itu menjawab Pik Khi sudah mendahului wanita itu menjawab.
"Ini Seng Cap-si Kouw, Nona Han! Beliau Kakak-misan majikan kami. Dia datang untuk mengobati ayahmu," kata Pik Khi.
Seng Cap-si Kouw mengawasi Han Tay Hiong, setelah menghela napas dia brkata.
"Aaakh! Keterlaluan.... Majikan kalian sungguh kejam sekali, dia menyiksanya sampai begini!" kata Seng Cap-si Kouw. Memang Beng Cit Nio pernah menyiksa Han Tay Hiong. Ketika mendengar kata-kata Seng Cap-si Kouw, Pik Khi maupun Pik Po tidak bisa berkata apa-apa.
Seng Cap-si Kouw mengeluarkan sebatang jarum emas, lalu dengan jarum emas itu dia menusuk jalan darah Thayyang-hiatnya. Han Pwee Eng terkejut bukan kepalang ketika melihat apa yang dilakukan wanita itu.
"Kau mau apakan Ayahku?" bentak Han Pwee Eng.
Seng Cap-si Kouw tersenyum.
"Jangan takut kugunakan jarum emas ini untuk mengeluarkan racun yang ada di tubuh ayahmu agar dia selamat!" kata Cap-si Kouw.
Dalam waktu bersamaan Han Tay Hiong terdengar mengelah napas panjang, sesudah itu perlahan-lahan matanya terbuka. Han Pwee Eng girang bukan kepalang.
743 "Ayah! Ayah!" Mata Han Tay Hiong kelihatan gugup dan panik."Cap-si Kouw, kau.....kau .." kata Han Tay Hiong dengan suara bergetar.
"Ayah, Cap-si Kouw yang mengobatimu, Ayah!" kata Han Pwee Eng.
Sesudah berkata begitu Han Pwee Eng tersentak dan jadi berpikir.
"Ternyata mereka sudah saling mengenal, kenapa Ayah tidak bercerita padaku?" pikir nona Han.
Tiba-tiba Han Pwee Eng ingat masa kecilnya, ketika dia ditunangkan dengan Kok Siauw Hong. Tiga hari setelah Kok Siauw Hong meninggalkan rumahnya di Lok-yang, mereka kedatangan seorang tamu wanita yang ingin menemui ayahnya.
Namun, ayahnya tidak mau menemui wanita itu hanya ibu Han Pwee Eng yang menerima kedatangan tamu perempuan itu.
Ketika itu Han Pwee Eng baru berumur lima tahun.
Ketika Han Pwee Eng mendengar kedatangan tamu wanita itu, dia berlari ke ruang tamu akan melihat tamu itu.
Kelihatan tamu perempuan itu sangat cantik, Han Pwee Eng lalu mendekati wanita itu dan merangkulnya dengan manja. Melihat kelakuan Han Pwee Eng ibunya kelihatan tidak senang, lalu memarahi nona Han dan dikatakan tidak tahu aturan, nona Han ditariknya agar tidak mendekati tamu atau wanita cantik itu. Tetapi tamu wanita itu kelihatan sangat menyukai Han Pwee Eng, dia memuji ibunya punya anak perempuan yang cantik. Pada saat mau pergi, tamu wanita itu menghadiahkan sebuah mainan 744
untuk Han Pwee Eng, sebuah burung-burungan yang terbuat dari batu giok.
Menerima burung dari batu giok itu Han Pwee Eng girang sekali. Tetapi setelah wanita cantik itu meninggalkan rumahnya, ibu Han Pwee Eng mengambil mainan burung batu giok itu dari tangan Han Pwee Eng.
"Aku larang kau menyimpan mainan dari wanita itu!"
kata ibunya Ketika itu wajah ibu Han Pwee Eng kelihatan dingin dan bengis. Menyaksikan sikap ibunya yang kaku itu Han Pwee Eng tercengang, karena ia tahu ibunya sangat lemah-lembut dan tidak pernah marah. Tapi hari itu dia marah besar.
Burung terbuat dari batu giok itu oleh ibu Han Pwee Eng dibanting ke lantai dan hancur berantakan. Ketika itu Han Pwee Eng yang masih kecil hanya bisa menangis, karena jengkel selama beberapa hari dia tidak mau mendekati ibunya apalagi bicara.
Beberapa hari kemudian wajah ibu Han Pwee Eng berubah tidak sedap dipandang, hal itu membuat Han Pwee Eng j adi takut sekali.
"Ibu marah padaku, dia tidak memperdulikan aku lagi, apa yang harus kulakukan?" pikir Han Pwee Eng.
Tiba-tiba malam itu mendadak ibu Han Pwee Eng memeluk puterinya erat-erat, kemudian berkata perlahan.
"Nak, kau masih marah pada Ibu?" kata ibu Han Pwee Eng. "Bu, apa Ibu masih sayang padaku?" kata nona Han.
"Tentu, memang kenapa nak?"
"Kalau begitu selanjutnya aku tidak akan menerima barang pemberian orang lain, tetapi dulu Ibu tidak pernah melarang aku menerima pemberian orang lain," kata Han Pwee Eng sambil terisak sedih.
745 Ibu Han Pwee Eng mencium kening puterinya dengan mesra.
"Bagaimana Ibu tidak sayang kepadamu, hari ini Ibu yang salah. Ibu tidak menyalahkan kau, tapi Ibu menyalahkan wanita itu!" kata ibunya.
Dengan keheranan Han Pwee Eng lalu bertanya pada ibunya yang dia kira sudah tidak memarahinya
"Bu, wanita itu baik dan lembut, kenapa Ibu membencinya?" kata Han Pwee Eng.
"Kau masih kecil, nak. Sekalipun Ibu ceritakan padamu, kau tidak akan mengerti. Kelak setelah kau dewasa pasti akan Ibu beritahukan padamu."
Sayang sebelum Han Pwee Eng dewasa dua tahun kemudian ibunya telah meninggal....
Ingat kejadian itu Han Pwee Eng segera memperhatikan wajah Seng Cap-si Kouw. Semakin diperhatikan wanita itu, semakin mirip dengan tamu wanita ketika dia masih kecil.
"Tidak salah, pasti dia! Tetapi kenapa Ayah kelihatan seperti takut kepadanya?" pikir Han Pwee Eng.
Han Pwee Eng sama sekal tidak mengerti apa yang terjadi di antara kedua orang itu.
Sementara itu Han Tay Hiong terus menatap ke arah Seng Cap-si Kouw, dia diam saja. Tak lama bam dia bicara.
"Kau, kaukah yang menyelamatkan jiwaku?" kata Han Tay Hiong.
Seng Cap-si Kouw menghela napas panjang.
"Aakh! Tay Hiong, aku tahu selama ini kau terus mencurigaiku tentang kejadian itu. Semua itu kau anggap perbuatanku, kan" Sekarang kau telah dicelakakannya, 746
seharusnya kau sudah tahu siapa orang itu"!" kata Seng Capsi Kouw.
"Jadi maksudmu adik-misanmu yang telah meraciuninya?" kata Han Tay Hiong.
Mendengar pertanyaan Han Tay Hiong seketika itu Pik Khi dan Pik Po terkejut bukan kepalang. Han Pwee Eng terlebihlebih lagi kagetnya, karena ayahnya pernah mengatakan kepadanya bahwa ibunya meninggal karena diracun orang.
"Hm! Beng Cit Nio yang menaruh racun! Siapa yang diracunnya" Apakah dia yang mencelakakan Ibuku?" pikir Han Pwee Eng.
"Aku tidak berani menuduh dia! Tetapi aku pikir orang yang meracunimu hari ini pasti orang yang meracuni isterimu!" kata Seng Cap-si Kouw.
Ucapan Cap-si Kouw ini jelas ingin mengatakan, bahwa pelaku peracunan itu adalah Beng Cit Nio.
Mendengar jawaban Cap-si Kouw, Pik Khi yang tidak tahu apa-apa jadi bingung. Kemudian dengan
memberanikan diri dia bertanya langsung kepada Han Tay Hiong.
"Han Toa-ya, bukankah yang meracunimu itu See-bun Souw Ya?" kata Pik Khi.
"Bukan! Seorang pelayan mengantarkan makanan berikut seguci arak ke kamar tahananku, tidak kusangka ternyata arak itu beracun. Aku kenal pelayan itu. Dia seusia dengan puteriku, pasti dia bukan orang yang meracuni isteriku!" kata Han Tay Hiong memastikan.
Tik Khi kaget dan gusar. 747 "Jadi maksud Han Toa-ya yang meracunimu itu pelayan Tik Khim" Tidak! Aku tidak percaya, dia itu orang baik.
Ditambah lagi Tik Khim pelayan yang baru tiba dari tempat Seng Cap-si Kouw. Jika benar dia yang meracunimu. Han Toa-ya tidak boleh menuduh majikanku yang
meracunimu!" kata Tik Khi dengan berani.
Mendengar kata-kata pelayan itu Seng Cap-si Kouw tertawa.
"Pantas Beng Cit Nio sangat menyayangimu!" kata Seng Cap-si Kouw. "Ternyata kau sangat setia pada majikanmu.
Jadi kau tidak senang orang lain memburuk-burukkan nama majikanmu. Tetapi aku kira kau tidak tahu masalahnya, kunasihatkan lebih baik kaujangan ikut bicara! Tay Hiong, coba kau pikir baik-baik, pelayan itu melakukan perintah siapa mengantarkan arak kepadamu" Jangan lupa, orang yang memiliki racun seperti itu hanya kami berdua. Jika bukan aku yang meracunimu pasti dia! Aku sama sekali tidak menyangka dia akan menyuruh pelayan itu mengantarkan arak beracun kepadamu! Tetapi terserah kau saja, apa kau mau percaya padaku atau tidak?"
Pertama-tama memang Han Pwee Eng mencurigai Beng Cit Nio yang meracuni ibunya. Namun, setelah bertatap muka dan bercakap-cakap dengan Beng Cit Nio, kecurigaan itu lambat laun semakin berkurang. Tetapi, setelah mendengar tuduhan Seng Cap-si Kouw tadi, Han Pwee Eng mulai yakin lagi bahwa Beng Cit Nio-lah yang meracuni ibunya. Han Pwee Eng sependapat dengan Pik Khi, tidak mungkin Ci Giok Hian yang berniat mencelakakan ayahnya" Arak Kiu-thian-sun-yang Pekhoa-ciu sudah beberapa hari berada di kamar Beng Cit Nio, jika ditarik kesimpulan yang logis, memang lebih mungkin Beng Cit Nio yang menaruh racun ke dalam guci arak itu. Jika benar demikian, jelas Beng Cit Nio ini wanita yang kejam dan 748
sangat menakutkan. Sekarang dia dituduh meracuni ayahnya, bukan tidak mungkin dia juga yang meracun ibunya"
Jelas baik Pik Khi, maupun Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng, mereka tidak mengetahui bahwa Cap-si Kouwlah yang mengatur siasat ini, karena dia ingin agar baik Han Tay Hiong maupun Han Pwee Eng akan mengambil kesimpulan demikian.
Bahwa pembunuh isteri Han Tay Hiong adalah Beng Cit Nio!
Hanya sayang dalam siasatnya itu Seng Cap-si Kouw tidak memperhitungkan kemungkinan lain. Dia terlalu yakin bahwa Beng Cit Nio akan membunuh Ci Giok Hian si gadis malang yang dia peralat itu, kalaupun tidak paling tidak pasti Beng Cit Nio akan meracun gadis itu.
Perhitungan Cap-si Kouw hampir sempurna sekali, tetapi sayang sekali cincin pemberian Seng Liong Sen pada gadis she Ci itu, justru telah menyelamatkan nyawa Ci Giok Hian dari maut.
Saat itu hati Han Tay Hiong bimbang bukan main.
Selang sesaat baru dia bicara.
"Aku dibingungkan oleh kejadian dulu dan sekarang.
Mudah-mudahan saja semua misteri ini kelak akan jelas juga. Tetapi sekarang aku tidak ingin memikirkannya!" kata Han Tay Hiong.
Mendengar kata-kata Han Tay Hiong, Seng Cap-si Kouw tertawa dingin.
"Aku tahu di otakmu kau masih ingat pada adikmisanku," kata Cap-si Kouw. "Namun, saat ini musuh yang tangguh berada di depan mata, kau memang tidak perlu banyak berpikir. Lebih baik kau istirahat saja! Mungkin 749
sebentar lagi aku harus minta bantuanmu. Bagaimanapun Beng Cit Nio itu adik-misanku, aku harus membantu dia!"
Saat Seng Cap-si Kouw bicara dengan Han Tay Hiong di ruang tahanan, di luar Beng Cit Nio sedang bertarung matimatian melawan dua iblis tua yang ganas itu.
Beng Cit Nio tahu benar adak kakak-misannya yang licik dan keji. Sejak Cap-si Kouw masuk ke kamar tahanan, hati Beng Cit Nio jadi tidak tentram. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Seng Cap-si Kouw terhadap Han Tay Hiong dan puterinya.
Sebenarnya Beng Cit Nio sedang terdesak oleh kedua iblis tua itu, sekarang ditambah lagi hatinya sedang bimbang. Tidak heran jika sekarang Beng Cit Nio berada dalam bahaya.
Sekalipun See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek sudah di atas angin, tetapi mereka belum berani turun tangan karena masih waswas. Semua itu disebabkan karena mereka tahu bahwa Seng Cap-si Kouw dan Beng Cit Nio itu dua kakak beradikmisan. Sekalipun mereka tahu di antara mereka berdua terdapat salah paham, namun tetap mereka masih saudara misan. Jika benar-benar Seng Cap-si Kouw keluar dan mereka harus berhadapan satu lawan satu, mereka tidak yakin akan bisa mengalahkan kedua wanita gagah itu Ini yang membuat kedua Iblis Tua itu harus segera mengambil putusan, sebelum Seng Cap-si Kouw muncul mereka harus sudah bisa membereskan Beng cit Nio, atau paling tidak melukainya.
Sesudah itu mereka langsung menyerang bersama-sama.
Kelihatan wajah Beng Cit Nio mulai pucat-pasi.
"Uaah!" Dari mulut Beng Cit Nio menyembur darah segar.
750 "Aah nenek busuk itu sudah terluka!" teriak Chu Kiu Sek.
Segera Chu Kiu Sek mengerahkan ilmu Siu-lo Im-satkangnya hingga ke tingkat yang ke delapan. Dia memukul dengan cepat ke arah Beng Cit Nio dengan maksud ingin menghabisi nyawa Beng Cit Nio seketika itu juga.
Di luar dugaan, pukulan Chu Kiu Sek ini bukan hanya tidak membinasakan Beng Cit Nio, mengenai tongkatnya saja tidak! Malah sebaliknya terdengar suara keras....
"Bum!" Telapak tangan Chu Kiu Sek tiba-tiba berdarah dan tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah.
Rupanya sambaran tongkat Beng Cit Nio luar biasa cepat dan kerasnya. Kekuatan Beng Cit Nio ini tiba-tiba saja muncul. Dia tahu bahwa Seng Cap-si Kouw akan segera muncul membantu dirinya. Tetapi dia sadar, sebelum Capsi Kouw muncul barangkali dia sudah jadi mayat di tangan Chu Kiu Sek. Penyebab lain yang membuat tenaga Beng Cit Nio tiba-tiba terkumpul, bahwa dia tidak ingin mendapat bantuan dari Seng Cap-si Kouw. Maka itu dalam keadaan ki desak, dia jadi nekat dan lupa menjaga keselamatan sendiri. Dia mengeluarkan hawa dari aliran sesatnya semacam ilmu yang sangat aneh. Ilmu itu diberi nama Thian-mo-koi-thi-tay-hoat (Ilmu Iblis Langit Membebaskan Diri).
Ilmu Thian-mo-koi-thi-tay-hoat ini bisa merusak diri sendiri, tapi ilmu ini tentu saja bisa menambah satu bagian tenaga, hanya tidak bisa tahan lama, sebab setelah sekian lama tenaganya sendiri akan musnah bahkan Beng Cit Nio akan terluka.
751 Beng Cit Nio yakin bahwa dia akan dikalahkan oleh kedua Iblis Tua itu. Dia pikir daripada mati di tangan kedua iblis itu dengan penasaran, lebih baik dia mengerahkan kemampuan terakhirnya. Dia juga berharap jika terluka maka kedua lawannya pun akan terluka. Dengan demikian dia jadi tidak perlu meneima budi Seng Cap-si Kouw lagi.
Serangan yang dilakukan oleh Beng Cit Nio dengan ilmu Thian-mo-koi-thi-tay-hoat itu memang berhasil mendesak kedua Iblis Tua itu hingga keduanya terperanjat bukan kepalang. Namun, keduanya berusaha agar mereka tidak terluka oleh serangan-serangan dari Beng Cit Nio.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ditambah lagHwee-kang See-bun Souw Ya maupun Chu Kiu Sek sangat tinggi. Siasat ini ternyata berhasil.
Dua Iblis Tua itu agak terdesak karena tenaga Beng Cit Nio bertambah hebat. Namun hal ini bukan berarti Beng Cit Nio akan mampu mengalahkan kedua iblis itu. Ini terbukti karena lambat-laun tenaga Beng Cit Nio semakin berkurang, ini dirasakan sekali oleh Beng Cit Nio.
Tetapi mendadak dia mendengar suara keras.
"Adik-misan, kau sudah tahu aku tidak akan membiarkan kau bertarung sendirian, mengapa kau menyusahkan dirimu sendiri" Untung aku datang belum terlambat!" kata Seng Capsi Kouw.
Sebelum sirna suara itu, Seng Cap-si Kouw sudah muncul.
See-bun Souw Ya tang sudah merasakan kelihayan Seng Cap-si Kouw, sebelum dia muncul See-bun Souw Ya sudah bersiap-siap menghadapinya. Begitu Seng Cap-si Kouw muncul dia langsung melancarkan serangan ke arah Seng Cap-si Kouw. Tetapi gerakan Seng Cap-si Kouw sangat cepat. Dia mampu bergerak untuk menghindari serangan 752
See-bun Souw Ya dan langsung melancarkan serangan susulan, kali ini yang jadi sasarannya adalah Chu Kiu Sek.
Chu Kiu Sek pun saat itu sudah siaga, begitu serangan Seng Cap-si Kow datang Chu Kiu Sek berkelit ke samping, lalu menyerang dengan jurus Siu-io-im-sat-kang dengan sepenuh tenaga ke arah Seng Cap-si Kouw. Saat itu juga terasa ada hawa dingin menyerang ke arah Seng Cap-si Kouw. DHuar dugaan ikat pinggang Chu Kiu Sek yang terserang oleh pedang bambu hijau Seng Cap-si Kouw langsung putus. Tetapi Seng Cap-si Kouw yang sadar serangan Chu Kiu Sek itu sangat berbahaya, tidak berani maj u terus. Dia bergerak laksana kilat membalikkan tubuhnya dan menyerang ke arah See-bun Souw Ya. Seng Cap-si Kouw sadar bahwa kedua iblis itu sangat lihay, khususnya pukulan beracun mereka. Itu sebabnya dia tidak berani sembarangan menyerang, karena itu berarti buang tenaga percuma saja Dia bertarung dengan mengandalkan kegesitan tubuhnya yang ramping.
Bertarung dengan cara demikian membuat tenaga murni Seng Cap-si Kouw tetap terjaga. Karena serangan Chu Kiu Sek maupun See-bun Souw Ya belum berhasil mengenai dirinya.
Lain lagi dengan Beng Cit Nio, karena telah mengerahkan tenaga terakhirnya karena itu dia terluka sehingga dia tidak tahan oleh serangan hawa dingin Iblis Tua. Tidak heran jika sekujur tubuhnya begitu menggigil.
Untung tenaganya belum habis seluruhnya hingga dia masih mampu bertahan sedikit.
Seng Cap-si Kouw bertarung dengan cara bergerak terus kian-kemari, gerakannya juga gesit luar biasa. Sedangkan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek tidak segesit Seng Capsi Kouw, tidak heran jika kedua iblis tua ini agak kewalahan 753
menghadapHawannya itu, Bahkan pedang bambu hijau Seng Cap-si Kouw pun nyaris melukai keduanya.
Beng Cit Nio tidak mau ketinggalan sekalipun tenaganya sudah agak berkurang, dia juga melancarkan
seranganserangan hebat ke arah kedua iblis tua itu; akibatnya kedua iblis itu terdesak mundur. Jelas tampak Seng Cap-si Kouw dan Beng Cit Nio akan berhasil mengalahkan Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya. Tapi dHuar dugaan Khong-tong Sam-eng yang tadi dikalahkan sekarang telah maju pula ke gelanggang pertarungan.
"Perempuan siluman!" bentak Cie Tian. "Memang benar tadi kami kau kalahkan karena serangan gelapmu, jangan kau kira kami takut kepadamu! Hari ini kami akan bertarung matimatian melawanmu. Dengan demikian kita bisa mengetahui siapa yang paling gagah di antara kita!"
kata Cie Tian. Sekalipun Khong-tong Sam-eng tidak tergolong jago kelas utama dalam Dunia Persilatan, tetapi mereka sangat lihay saat menggunakan gelang besi apalagi jika mereka bergabung bertiga serangan mereka akan mampu untuk menghadapi para pesilat tinggi sekalipun.
Seng Cap-si Kouw belum pernah melihat atau
mendengar kalau Khong-tong Sam-eng memiliki jurus Gabungan Gelang Bertiga itu, maka itu dia jadi tertawa dingin.
"Phui! Kalian sedang bicara apa" Apa kalian masih berani bertarung denganku?" kata Seng Cap-si Kouw.
Mendengar ejekan itu Cie Tian gusar bukan kepalang, dia langsung menyerang Cap-si Kouw dengan gelangnya.
Seng Cap-si Kouw tidak mau kalah dia juga menggunakan pedang bambu hijaunya menangkis serangan Cie Tian itu.
754 "Hm! Apa hebatnya gelang karatanmu itu?" kata Seng Capsi Kouw.
Pada saat yang bersamaan tampak cahaya putih berkelebat, rupanya Cie Ceng dan Cie Liak pun ikut maju menyerang ke arah Seng Cap-si Kouw untuk mengeroyok jago wanita tua ini.
Tadi Seng Cap-si Kouw sangat meremehkan
kemampuan ketiga jago dari Khong-tong itu. Tetapi setelah dia diserang oleh ketiga jago Khong-tong itu, diajadi terperanjat, karena setiap kali Seng Cap-si Kouw menyerang, serangannya itu selalu berhasil ditangkis oleh ketiga jago muda Khong-tong Sam-eng tersebut.
Sekarang Seng Cap-si Kouw sudah tidak berani menganggap remeh mereka lagi. Lalu Seng Cap-si Kouw mengerahkan gin-kangnya untuk menghadapi mereka bertiga. Sekarang tampak bayangan pedang bambu hijau Seng Cap-si Kouw berkelebat kian ke mari, terkadang meliuk-liuk bagaikan seekor ular hijau yang ganas menyerang ke arah ketigajago Khong-tong Sam-eng itu.
Di tengah gelanggang terjadi perubahan besar, karena Khong-tong Sam-eng maju melawan Seng Cap-si Kouw, sekarang Beng Cit Nio harus menghadapi Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya seorang diri. Celakanya ilmu Thian-mo-koi thi-tay-hoat yang mampu menambah tenaganya sekarang sudah semakin melemah. Tidak heran jika Beng Cit Nio kewalahan dan hampir tidak mampu menghadapi kedua iblis tua yang ganas itu.
Baik Chu Kiu Sek maupun See-bun Souw Ya telah melihat bahwa Khong-tong Sam-eng mampu menghadapi Seng Cap-si Kouw, maka itu mereka jadHega. Sekarang mereka berkonsentrasi untuk merobohkan Beng Cit Nio yang bertarung hanya sendirian melawan mereka.
755 Sekalipun Beng Cit Nio sudah terluka dalam dia masih mencoba bertahan, namun dari bibirnya telah mengeluarkan darah segar. Tetapi perubahan itu tidak lepas dari penglihatan Seng Cap-si Kouw yang
mengkhawatirkannya. Kelihatan Seng Cap-si Kouw amat kecewa.
"Kalau tahu bakal jadi begini aku akan muncul lebih awal lagi!" pikir Seng Cap-si Kouw.
Andai kata Seng Cap-si Kouw tidak terlambat muncul, pasti dia akan mencegah Beng Cit Nio menggunakan ilmu Thianmo-koi-thi-kay-hoat yang berbahaya itu. Sekarang Beng Cit Nio sudah terluka dalam dan ini berbahaya sekali.
Kelihatan kekuatan Beng Cit Nio semakin berkurang, malah kelihatannya tidak lama lagi Beng Cit Nio akan roboh di tangan kedua Iblis Tua itu, sebaliknya Seng Cap-si Kouw saat itu belum mampu merobohkan jago Khong-tong Sam-eng. Keadaan saat itu sungguh sangat berbahaya sekali bagi Beng Cit Nio.
Sekarang satu-satunya harapan Seng Cap-si Kouw hanya pada Han Tay Hiong.
"Berdasarkan lwee-kang yang dimilikinya, aku yakin sekarang Han Tay Hiong telah pulih sebahagian. Tetapi aku khawatir tidak tahan lama Kecuali jika Han Tay Hiong mampu mengalahkan lawan dalam waktu singkat, jika tidak sulit bagi kita meloloskan diri!" pikir Seng Cap-si Kouw.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Setelah Seng Cap-si Kouw memunahkan racun yang ada di dalam tubuh Han Tay Hiong, tak lama Han Tay Hiong sudah langsung duduk bersila untuk menghimpun hawa murninya Selang sesaat dia rasakan hawa murninya telah 756
pulih kembali. Ini tandanya tenaga dia telah pulih kembali tujuh sampai delapan bagian.
"Tidak aku kira Seng Cap-si Kouw menyelamatkan aku dengan sungguh-sungguh hati!" pikir Han Tay Hiong.
Han Tay Hiong bangun dan berkata pada Han Pwee Eng.
"Eng, mari kita pergi!" kata Han Tay Hiong.
"Baik, Ayah," jawab puterinya.
"Nona Han pedangku untukmu saja!" kata Pik Khi.
Han Pwee Eng menyambut pedang pemberian Pik Khi lalu dia mengikuti Han Tay Hiong berjalan ke luar.
Chu Kiu Sek terkejut ketika melihat Han Tay Hiong berjalan keluar dari ruang tahanan. Segera dia maju untuk mewakili Khong-tong Sam-eng menghadapi Seng Cap-si Kouw, sambil langsung memberi perintah.
"Cepat kalian tangkap tua bangka she Han itu!" kata Chu Kiu Sek dengan lantang. Rupanya Chu Kiu Sek masih jerih menghadapi Han Tay Hiong yang dia ketahui
kepandaiannya sangat tinggi. Selain itu dia masih ragu dan belum tahu berapa bagian Han Tay Hiong sudah pulih dari keracunannya. Itu sebabnya dia menyuruh Khong-tong Sam-eng menangkap Han Tay Hiong mencobanya dulu.
Kebetulan saat itu Khong-tong Sam-eng sedang terdesak oleh serangan Seng Cap-si Kouw, mereka sebenarnya seolah sudah sulit untuk bernapas. Betapa senangnya mereka saat mendengar Chu Kiu Sek bersedia
menggantikan mereka. Tak lama Chu Kiu Sek sudah bertarung dengan Seng Cap-si Kouw.
Khong-tong Sam-eng mengira melawan Han Tay Hiong akan lebih mudah karena mereka mengira Han Tay Hiong 757
masih terluka dan tenaganya berkurang. Mereka mengira dalam waktu singkat mereka akan mampu mengalahkan jago tua she Han itu, mereka juga mengira Chu Kiu Sek berniat baik bersedia menggantikan mereka melawan Seng Cap-si Kouw yang jelas tidak dapat mereka kalahkan dengan mudah.
Sudah lama Han Tay Hiong terkurung dalam kamar tahanan, baru hari ini dia bisa melihat sinar matahari. Maka itu bukan main girangnya Han Tay Hiong ketika itu.
Selama itu dia tidak dapat melampiaskan kekesalannya.
Tidak heran ketika Han Tay Hiong melihat Khong-tong Sam-eng maju menghampirinya dan langsung menyerang, Han Tay Hiong pun langsung berteriak nyaring.
"Hm! Tikus-tikus bau, kalian berani menghinaku"
Rasakan pukulanku!" kata Han Tay Hiong.
Tanpa banyak bicara lagi Han Tay Hiong langsung menyerang ke arah lawan.
Menyaksikan gerakan Han Tay Hiong yang gesit serta bentakannya yang nyaring hal itu membuat Cie Tian kaget bukan main. Tanpa sadar Cie Tian mundur beberapa langkah ke belakang. Tetapi saat itu serangan Han Tay Hiong sudah tertuju kepadanya.
Cie Tian kaget dia langsung menangkis serangan itu dengan gelang besinya Bersamaan dengan itu terdengar suara nyaring.
'Tang!" Saat itu juga Cie Tian merasakan telapak tangannya sakit bukan main, tanpa disadari gelang besi di tangannya terlepas dari genggamannya. Ketika itu dengan cepat Han Tay Hiong memutar tubuhnya dan menyerang ke arah Cie Ceng. Pukulan Han Tay Hiong seperti tadi ditangkis oleh 758
Cie Ceng. Bersamaan dengan itu kembali suara keras terdengar.
"Tang!" Benturan gelang besi itu mengagetkan Cie Ceng, karena tangkisan Cie Ceng malah berbalik ke arahnya. Cie Ceng terkejut bukan main. Oleh karena serangan gelang bajanya sendiri yang mengarah ke dirinya, ini membuat Cie Ceng harus berusaha menahan serangan balik atau senjatanya yang makan tuan itu. Dia mencoba menahan agar sepasang gelang baja itu tidak menghantam ke dadanya sendiri.
"Kreek!" Karena terlalu banyak mengerahkan tenaganya Cie Ceng mendapat luka yang cukup parah. Kedua lengannya patah hingga akhirnya dia menjerit-jerit karena kesakitan.
Sesudah kedua lawannya tidak berdaya, Han Tay Hiong membentangkan kedua tangannya dan menyerang ke arah See-bun Souw Ya.
Serangan yang tiba-tiba ini membuat See-bun Souw Ya kaget setengah mati. Rupanya Han Tay Hiong
menggunakan jurus Kim-kong-ciang, suatu pukulan tingkat tiggi dan sangat lihay.
"Dia telah aku totok dengan totokan yang sangat istimewa, tetapi dia mampu membebaskan diri dari totokanku. Kelihatannya bukan hanya luka dalamnya yang telah sembuh, malah tenaganya pun sudah pulih kembali.
Celaka hari ini aku bisa binasa di tangannya!" pikir See-bun Souw Ya yang mulai cemas bukan kepalang.
Di tempat lain kelihatan Beng Cit Nio sudah kewalahan menghadapi Chu Kiu Sek yang tampak semakin ganas serangannya. Beng Cit Nio sudah terdesak, seumpama untuk bernapas saja sulit baginya. Tetapi begitu Beng Cit 759
Nio melihat Han Tay Hiong muncul ke gelanggang pertarungan, semangatnya langsung bangkit sendiri.
"Tay Hiong, lukamu sudah sembuh. Syukurlah!" teriak Beng Cit Nio.
Seng Cap-si Kouw tertawa dingin mendengar teriakan Beng Cit Nio itu.
"Syukur! Syukur! Adik-misan yang baik, maksudmu sekarang telah tercapai. Jika aku tahu kau mencintai Han Tay Hiong, aku tidak perlu berbuat begini!" kata Seng Capsi Kouw
"Hai, apa maksud ucapanmu Kakak-misan?" kata Beng Cit Nio.
Kembali Seng Cap-si Kouw tertawa dingin.
"Tidak bermaksud apa-apa! Seandainya kau tidak mencintainya, mana mungkin kau mengucapkan kata syukur padanya!" kata Seng Cap-si Kouw.
Di tempat lain See-bun Souw Ya jadi berpikir.
"Aku harus menangkap Beng Cit Nio untuk kujadikan sandera. Dengan demikian barangkali aku bisa memperoleh kemenangan!" pikir See-bun Souw Ya.
Tiba-tiba See-bun Souw Ya melancarkan serangan dahsyat ke arah Beng Cit Nio. Ketika itu Beng Cit Nio masih ingin adu mulut dengan Seng Cap-si Kouw, tahutahu dia diserang oleh See-bun Souw Ya dengan hebat.
Terpaksa dia bungkam dan harus berkonsentrasi pada serangan See-bun Souw Ya dan menghadapinya dengan hati-hati.
Ucapan Seng Cap-si Kouw tadi artinya jadHain. Beng Cit Nio tidak mengerti maksud kata-kata kakak-misannya itu, namun Han Tay Hiong langsung mengerti. Menurut 760
pendapat Han Tay Hiong di balik ucapan itu, Seng Cap-si Kouw ingin mengatakan bahwa Beng Cit Nio hanya berpura-pura menjadi orang baik, padahal dialah yang meracuni Han Tay Hiong.
Saat itu Beng Cit Nio dianggap sedang berpura-pura baik dan mengucapkan rasa syukurnya bukan sebaliknya.
Namun, Han Tay Hiong agak sedikit heran karena baik dari nada ucapan Beng Cit Nio, maupun raut wajahnya sedikitpun tidak menunjukkan kepura-puraan seperti yang dituduhkan oleh Seng Cap-si Kouw kepadanya. Sebab Han Tay Hiong melihat langsung, saat muncul, Beng Cit Nio melihatnya, dia kelihatan terkejut dan girang. Air muka demikian tidak bisa dibuat-buat atau untuk berpura-pura.
Memang di benak Han Tay Hiong pun dia tidak yakin Beng Cit Nio yang meracuni dirinya. Namun, Beng Cit Nio yang menyuruh Ci Giok Hian mengantarkan arak beracun itu kepadanya. Sebaliknya yang memunahkan racun yang ada di tubuhnya adalah Seng Cap-si Kouw. Kejadian ini amat sulit dianalisa oleh Han Tay Hiong, sekalipun dia yakin dalam masalah ini ada yang tidak beres. Namun Han Tay Hiong tidak mengetahui apa yang tidak beres itu hingga membuatnya termangu-mangu di tempat.
Saat Han Tay Hiong sedang bertarung dengan Cie Tian dan Cie Ceng, puterinya Han Pwee Eng berlari ke arah Cie Liak yang segera dia serang. Ilmu silat yang diandalkan Khongtong Sam-eng adalah Loan-hoan-koat (Ilmu Gelang Gabungan), konon ilmu silat ini mampu untuk menghadapi pesilat tinggi manapun jika mereka bergabung saat bertarung.
Sebaliknya gelar Han Tay Hiong Kiam-ciang-coat, tidak heran jika Han Pwee Eng memiliki ilmu pedang yang sangat lihay warisan ayahnya. Saat Han Pwee Eng 761
bertarung dengan Cie Liak gadis ini berada di atas angin Tetapi untuk mengalahkan Cie Liak tidak mudah Han Pwee Eng bisa mengalahkannya jika pertarungan berjalan sampai seratus jurus.
Cie Liak yang melihat kedua saudaranya sudah terluka oleh Han Tay Hiong, Cie Liak jadi tidak tenang, sekarang dia semakin terdesak oleh serangan dahsyat dari Han Pwee Eng.
Begitu gugupya Cie Liak sehingga diluar dugaan bahunya terluka oleh tusukan pedang Han Pwee Eng, masih untung serangan Han Pwee Eng tidak sepenuh hati hingga lukanya tidak terlalu parah, tetapi hal ini cukup membuat nyali Cie Liak ciut juga Cie Liak buru-buru mundur beberapa langkah ke belakang. Pada saat yang bersamaan Cie Tian berteriak.
"See-bun Sian-seng, kepandaian kami masih rendah, kami tidak dapat membantumu lagi. Kami malu berada terus di sini. Terpaksa kami akan pergi!" kata Cie Tian.
Sesudah itu mereka langsung meninggalkan tempat itu.
Sesudah mengalahkan Cie Liak segera nona Han menghampiri ayahnya.
"Ayah bagaimana keadaanmu" Kita harus segera pergi!"
kata nona Han. Saat itu Han Tay Hiong masih berdiri termangu-mangu dia tidak menyahut. Melihat ayahnya diam saja Han Pwee Eng mengira penyakit ayahnya kambuh lagi, barangkali karena tadi ayahnya bertarung dan mengerahkan tenaga terlalu banyak.
"Kedua Iblis Tua itu sangat lihay, jika Ayah ingin menuntut balas masih ada lain hari!" kata Han Pwee Eng.
762 Sesudah itu nona Han menarik tangan ayahnya dengan maksud akan mengajak ayahnya pergi dari situ. Tapi Han Tay Hiong malah berkata dengan lembut.
"Ayah tidak kenapa-napa, baiknya kau tunggu aku sebentar!" kata Han Tay Hiong.
Han Tay Hiong berjalan ke arah Chu Kiu Sek, lalu berkata pada si Iblis Tua itu.
"Chu Kiu Sek, hutang satu pukulan harus dibayar dengan satu pukulan! Hari ini aku menagih satu pukulan itu, sedangkan bunganya boleh kau bayar kelak!" kata Han Tay Hiong dingin.
Chu Kiu Sek tertawa dingin.
"Baik, tantanganmu aku terima. Apakah kau akan bertarung secara bergilir. Atau kau dan puterimu juga kedua kekasihmu maju bersama-sama tetap aku terima! Aku tidak takut!" kata Chu Kiu Sek mengejek.
Mendengar ejekan Chu Kiu Sek mendadak Seng Cap-si Kouw membentak dengan keras.
"Hai kau bicara apa?" kata Seng Cap-si Kouw.
Seeer! Saat itu juga Seng Cap-si Kouw langsung menyerang ke arah Chu Kiu Sek. Dia kelihatan gusar sekali, namun hatinya justru girang bukan main karena Chu Kiu Sek mengatakan bahwa dia dan Beng Cit Nio kekasih Han Tay Hiong. Tidak heran saat dia menyerang Chu Kiu Sek, sudut matanya melirik ke arah Han Tay Hiong karena dia ingin tahu bagaimana reaksi pria itu atas kata-kata Chu Kiu Sek tersebut.
Ternyata Han Tay Hiong hanya berkata hambar.
763 "Anjing memang hanya bisa menggonggong, kau tidak perlu gusar kepadanya... .Cap-si Kouw harap kau mundur, Eng kau juga jangan maju!" kata Han Tay Hiong.
Tiba-tiba tangan Han Tay Hiong bergerak membentuk sebuah lingkaran yang disertai suara keras saat dihentakkan ke arah Chu Kiu Sek.
Dulu mereka berdua pernah bertarung beberapa kali dengan demikian masing-masing telah menderita luka Sekarang tidak heran jika mereka jadi waspada dan sudah tahu berapa tinggi kepandaian masing-masing. Melihat sikap dan gerakannya Han Tay Hiong memang lebih unggul jika dibandingkan dengan Chu Kiu Sek, sedang andalan Chu Kiu Sek dia memiliki ilmu pukulan yang sangat beracun. Kebetulan sampai detik itu Han Tay Hiong belum mampu memecahkan ilmu pukulan beracun lawannya ini. Tidak heran kalau pertarungan kedua jago itu jadi berimbang.
Chu Kiu Sek yang sudah tahu bagaimana lihaynya pukulan Han Tay Hiong sudah tentu tidak berani beradu pukulan dengan lawannya ini. Tetapi saat Chu Kiu Sek melihat wajah Han Tay Hiong masih pucat dan lesu, Chu Kiu Sek berpikir.
"Aku kira tenaganya belum pulih benar, dia sedang sakit.
Aku kira tidak mungkin tenaganya masih seperti dulu!"
pikir Chu Kiu Sek. Ilmu Siu-lo-im-sat-kang akan ampuh dan dahsyat jika tepat mengenai tubuh lawan, jika tidak demikian keampuhannya akan berkurang. Itu sebabnya sejak tadi serangan Chu Kiu Sek ditujukan ke tubuh Han Tay Hiong.
Saat itu Seng Cap-si Kouw berdiri di tepi gelanggang sedang mengawasi pertarungan itu. Chu Kiu Sek sadar Seng Cap-si Kouw ini keji. Itu sebabnya Chu Kiu Sek tetap 764
waspada dia takut kalau tiba-tiba Cap-si Kouw melancarkan serangan gelap terhadapnya. Harapan Chu Kiu Sek hanya satu, dia harus segera bisa merobohkan Han Tay Hiong jika dia tidak ingin dikeroyok hingga binasa
Duajago tua ini menggunakan ilmu mereka yang dahsyat. Serangan demi serangan sangat berbahaya. Tibatiba terdengar suara benturan yang sangat keras.
"Buum!" Rupanya dua jago ini telah mengadu pukulan mereka.
Kelihatan tubuh Han Tay Hiong bergoyang-goyang, wajahnya kelihatan kehijau-hijauan. Sebaliknya Chu Kiu Sek, juga terhuyung-huyung ke belakang enam tujuh langkah jauhnya. Kemudian dia membuka mulutnya dan menyemburkan darah segar!
Di luar dugaan kekuatan Han Tay Hiong telah pulih tujuh bagian, hingga tenaga murni Chu Kiu Sek terserang hingga terluka ditambah lagi tadi dia telah bertarung melawan Beng Cit Nio dan Seng Cap-si Kouw yang lihay, dengan demikian pukulan Siu-lo-im-sat-kangnya.]adi sedikit kurang ampuh.
Ketika itu jelas Han Tay Hiong mendapat sedikit keuntunganya karena Han Tay Hiong pernah keracunan, malah sakit beberapa tahun lamanya karena pukulan Siu-loim-sat-kang Chu Kiu Sek. Tidak heran sekarang dia jadi agak kebal terhadap pukulan Chu Kiu Sek yang tenaganya sangat berkurang. Saat terjadi benturan keras Chu Kiu Sek-lah yang mendapat kerugian besar.Melihat ayahnya berhasil mendesak dan memukul Chu Kiu Sek dengan hebat, Han Pwee Eng girang bukan kepalang, tetapi nona ini pun kaget ketika melihat wajah ayahnya berubah kehijau-hijauan.
765 "Ayah, apa kau tidak kenapa-napa" Ayah, Iblis Tua itu sudah mundur jangan maju lagi!" Han Pwee Eng memperingatkan ayahnya
"Aku tidak apa-apa anak Eng, tetapi di tempat ini masih ada satu lagi Iblis Tua!" kata Han Tay Hiong.
Han Tay Hiong langsung melesat ke samping Beng Cit Nio dan langsung mengerahkan pukulan ke arah See-bun Souw Ya. Melihat Han Tay Hiong maju menyerang lawan yang sedang dihadapinya Beng Cit Nio berseru.
"Tadi kau berdua mengeroyok aku, sekarang aku pun tidak akan memakai aturan kalangan Kang-ouw lagi!" kata Beng Cit Nio.
Ucapan Beng Cit Nio ini bukan saja ditujukan pada See-bun Souw Ya tapi juga ditujukan pada Han Tay Hiong, dia khawatir Han Tay Hiong akan menyuruh dia mundur seperti tadi dia menyuruh Seng Cap-si Kouw dan Han Pwee Eng yang dilarang membantunya, maka itu dia berteriak lebih dulu memberi peringatan bahwa dia tidak mau mundur. Tongkat besinya langsung menyerang See-bun Souw Ya dengan jurus Liok-cutcan-san (Enam tongkat Membelah Gunung). Kelihatan tongkat berkepala naga itu berkelebat-kelebat ke arah enam jalan darah See-bun Souw Ya.
See-bun Souw Ya sadar bahwa Han Tay Hiong sangat lihay, itu sebabnya dia hanya berkonsentrasi pada serangan Han Tay Hiong, maka yang dia lakukan ialah menutup semua jalan darahnya sedangkan serangan dari Beng Cit Nio tidak diabaikannya, tapi dia kerahkan seluruh kekuatannya untuk menangkis serangan dari Han Tay Hiong.
Di luar dugaan See-bun Souw Ya serangan Beng Cit Nio yang seolah akan menotok jalan darahnya, tiba-tiba 766
berubah, kali ini tongkat berkepala naga itu justru dipukulkan ke arahnya.
Sekalipun lwee-kang See-bun Souw Ya lebih tinggi jika dibandingkan dengan Chu Kiu Sek, tetapi mana mungkin dia akan mampu menangkis dua pukulan dari Han Tay Hiong maupun Beng Cit Nio sekaligus.
"Bum!" "Kraak!" Dua buah tulang rusuk See-bun Souw Ya terhantam oleh tongkat berkepala naga Beng Cit Nio hingga patah, sedangkan tubuh See-bun Souw Ya terpental karena terkena pukulan Kim-kong-ciang yang dilancarkan oleh Han Tay Hiong.
See-bun Souw Ya sungguh luar biasa, sekalipun dia terluka dan tulang rusuknya patah, tetapi dia masih sempat melarikan diri sebelum dia mati konyol di tangan sepasang jago tua itu. Saat itu Beng Cit Nio sedang terhuyunghuyung sejauh tiga langkah, dia terdorong oleh serangan See-bun Souw Ya dan pakaian tahan senjata dari lawan.
Beng Cit Nio bebas dari maut dan secara kebetulan penyelamatnya adalah Han Tay Hiong. Dia juga melihat kekuatan Han Tay Hiong sudah pulih itu membuat hati Beng Cit Nio girang bukan kepalang. Luapan
kegembiraannya yang luar biasa itu ternyata menyebabkan dadanya terasa sakit. Maka itu dia berusaha menahan rasa sakit itu.
"Tay Hiong, syukurlah kita masih bisa bertemu lagi! Aku ingin bicara denganmu!" kata Beng Cit Nio lembut.
767 Seng Cap-si Kouw mencibirkan mulutnya dan menyela katakata Beng Cit Nio dengan pedas.
"Benar, memang kau harus menjelaskannya perlahanlahan. Aku tidak ingin mengganggu kalian.
Selamat tinggal!" kata Seng Cap-si Kouw.
Ucapan Beng Cit Nio itu tulus, dia ingin menjelaskan masalah yang sebenarnya, maksudnya untuk membersihkan dirinya dari tuduhan yang bukan-bukan dari Han Tay Hiong terhadapnya. Tetapi sebelum dia bicara Seng Cap-si Kouw telah mendahuluinya, dia bilang memang Beng Cit Nio harus mmberi penjelasan. Ucapan Seng Cap-si Kouw ini sangat tajam dan penuh arti tertentu.
Bukan main gusarnya Beng Cit Nio saat itu. Langsung dia maju dan membentak dengan sengit pada Seng cap-si Kouw.
Matanya mengawasi dengan berapi-api.
"Seng Jau Ih! Kau harus tetap di tempat! Kau jangan seenaknya pergi begitu saja!" bentak Beng Cit Nio sengit sekali.
Seng Jau Ih merupakan nama kecil Seng Cap-si Kouw.
Saat masih kecil dia selalu dipanggil dengan nama itu.
Mendengar bentakan saudara-misannya Seng Cap-si Kouw tertawa dingin.
"Bukan aku yang ingin bicara dengannya, tapi kau!
Kenapa aku tidak boleh pergi?" kata Seng Cap-si Kouw.
Tiba-tiba Han Pwee Eng menyela. "Ayah, mari kita pergi!"
Entah apa sebabnya Han Pwee Eng jadi merasa ngeri melihat kedua wanita itu, malah sekujur badannya tiba-tiba saja jadi merinding. Itu sebabnya dia ajak ayahnya pergi.
768 Han Tay Hiong tiba-tiba tersentak sadar.
"Benar, semua masalah dulu telah sirna bagaikan uap.
Mengapa harus aku pikirkan lagi" Aku tidak ingin melibatkan diriku dengan mereka berdua agar hal ini tidak jadi masalah bagi almarhum isteriku dan anakku Pwee Eng!" pikir Han Tay Hiong.
Saat itu seolah Han Tay Hiong baru sadar dari mimpi buruknya
"Cit Nio, sudah tidak ada yang harus kita bicarakan lagi!
Terima kasih atas semua pelayananmu!" kata Han Tay Hiong.
Han Tay Hiong mengibaskan lengan jubahnya lalu mengajak Han Pwee Eng pergi dengan tidak menoleh lagi.
Kelihatan Beng Cit Nio sangat kecewa dan menyesal bukan main. Dia menyesal karena masalah yang melibatkan Han Tay Hiong itu disebabkan oleh perbuatannya bersekongkol dengan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek untuk menangkap Han Tay Hiong. Tidak heran kalau Han Tay Hiong sangat benci pada Beng Cit Nio. Sedangkan Beng Cit Nio kesal karena Seng Capsi Kouw tertawa dingin di hadapannya dan itu menyebabkan Han Tay Hiong pergi tanpa pamit lagi kepadanya.
Seng Cap-si Kouw tertawa.
"Adik-misan yang baik sekarang aku boleh pergi, kan?"
kata Seng Cap-si Kouw. Beng Cit Nio emosi sekali, hal ini menyebabkan tubuhnya jadi sempoyongan dan nyaris roboh. Melihat majikannya hampir roboh Pik Khi terkejut, dia segera memapah majikannya sambil menatap ke arah Cap-si Kouw
769 "Cap-si Kouw, kali ini kami memang harus berterima kasih karena Cap-si Kouw telah menyelamatkan majikan kami. Akan tetapi tidak selayaknya Cap-si Kouw membuat kesal majikan kami!" kata Tik Khi.
Seng Cap-si Kouw tertawa dingin.
"Baik, terserah keinginan majikanmu, apakah aku harus tetap di sini?" kata Cap-si Kouw.
Wajah Beng Cit Nio tampak kehiijau-hijauan.
"Jau Ih! Kau membuat aku menderita sekali! Pasti aku akan membuat perhitungan denganmu!" kata Beng Cit Nio.
Seng Cap-si Kouw kembali tertawa dingin.
"Adik-misanku yang baik, kau tidak perlu membuat perhitungan denganku, sebab paling sedikit kau harus istirahat selama tiga tahun. Bagaimanapun kau tetap adikmisanku, aku tidak akan menghinamu!" kata Seng Cap-si Kouw.
Ucapan Seng Cap-si Kouw ada benarnya karena terluka parah paling sedikit Beng Cit Nio harus beristirahat selama tiga tahun. Dalam tempo tiga tahun ilmu silat Seng Cap-si Kouw pasti sudah bertambah maju, dan dia bukan tandingan Beng Cit Nio lagi.
"Kau... .Kau...." kata Beng Cit Nio sambil menuding dengan tangan gemetar.
Saking gusar Beng Cit Nio tidak bisa berkata-kata, sedangkan Cap-si Kouw tertawa dingin kemudian melesat pergi.
Beng Cit Nio mengawasi kepergian Seng Cap-si Kouw yang kian lama kian jauh. Hati Beng Cit Nio terasa hampa.
Dia tidak tahu apakah ia benci atau cinta, juga dia tidak 770
tahu apakah harus girang atau berduka" Berbagai macam perasaan galau dalam benaknya.
Orang yang sangat dia cintai telah pergi, demikian juga orang yang sangat dibencinya. Dia bisa hidup dan bersemangat kembali karena demi Han Tay Hiong. Tetapi orang yang sangat dia cintai itu telah pergi dalam keadaan tidak memahami dirinya. Lalu bagaimana dia tidak berduka"
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Sementara itu di perjalanan Han Tay Hiong yang sedang berjalan dengan puterinya hatinya jadi galau. Dia tidak mengira semua kejadian akan berakhir demikian, tetapi masih meninggalkan teka-teki dan misteri di hatinya.
Siapa yang meracunnya, dia boleh tidak menyelidikinya.
Tetapi sekarang rumahnya telah habis terbakar. Semua pembantu yang ada di rumahnya telah binasa, kini tinggal puteri satu-satunya Han Pwee Eng. Dia bingung di mana dia akan berteduh" Tidak disangka-sangka seorang yang gagah bisa mengalami pukulan batin yang demikian hebat di hari tuanya. Saat itu Han Tay Hiong benar-benar berduka.
Di sepanjang jalan Han Pwee Eng terus memperhatikan sikap ayahnya ini. Selang sesaat Han Pwee Eng bertanya pada ayahnya.
"Ayah, wajahmu kelihatan pucat-pasi. Apa Ayah merasa tak enak badan?" kata Han Pwee Eng.
Han Tay Hiong hanya tersenyum.
"Wajah Ayah pucat mungkin karena Ayah baru saja bertarung dengan musuh tangguh dan kita bisa lolos dari marabahaya. Barangkali wajah Ayah jadi kelihatan begitu karena itu?"
771 "Kau j angan cemas, Ayah baik-baik saja! Nak, Ayah ingin tahu apakah Lok-yang sudah jatuh ke tangan bangsa Mongol atau belum?"
"Aku tidak masuk ke dalam kota, hingga aku tidak tahu jelas keadaan di sana," jawab Han Pwee Eng. "Tetapi di sepanjang jalan aku melihat banyak pengungsi. Mereka bilang tentara Mongol memang hampir tiba di kota Lokyang!"
Sesudah berpikir sejenak Han Pwee Eng melanjutkan ceritanya.
"Hari itu, ketika aku pulang kebetulan aku bertemu dengan Paman Ong yang akan mengungsi. Kata Paman Ong waktu itu tentara Mongol sudah sampai ke kota Hoan-sui. Hari ini sudah delapan hari berlalu, sedang kota Hoan-sui dan kota Lok-yang hanya berjarak seratus li. Mungkin sekarang tentara Mongol sudah menyerbu kota Lok-yang!"
kata Han Pwee Eng. Han Tay Hiong manggut-manggut, tapi tiba-tiba dia bertanya lagi.
"Di mana Kok Siauw Hong berada?" kata Han Tay Hiong.
Pertanyaan Han Tay Hiong itu membuat Han Pwee Eng jadi gelagapan dan tersentak. Tidak tahu apakah dia masih bisa membohongi ayahnya atau tidak" Tapi Han Pwee Eng segera menyahut sekenanya.
"Aku.. .Aku tidak tahu!" kata nona Han.
Mendengar jawaban puterinya itu Han Tay Hiong tertegun.
"Eh, bagaimana kau bisa tidak tahu?" kata sang ayah.
772 Ketika Han Pwee Eng mengawasi wajah ayahnya, dia lihat wajah sang ayah pucat-pasi.
"Ah, jika aku bisa membohongi Ayah sekalipun untuk sesaat, lebih baik Ayah aku bohongi saja. Aku harap saat ini Ayah jangan sampai tahu hal yang sebenarnya!" pikir Han Pwee Eng.
"Saat itu dia bilang dia akan ke markas cabang Kay-pang di Lok-yang untuk menemui Lau Hiang-cu. Sekarang dia masih di sana atau sudah pergi aku tidak tahu!" jawab Han Pwee Eng.
"Kalau begitu situasi Lok-yang dalam keadaan gawat,"
kata Han Tay Hiong, "aku yakin pihak Kay-pang akan mati-matian melawan pasukan Mongol. Aku juga tahu sifat Siauw Hong, dia sama dengan ayahnya berjiwa patriot. Jika dia ada di markas cabang Kay-pang, pasti tidak akan tinggal diam, dia pasti akan bertarung membantu pihak Kay-pang secara matimatian!"
Sesudah itu kelihatan Han Tay Hiong terdiam, dia rasakan darah hangat di kerongkongannya seolah bergolak.
Ketika itu hari sudah pagi, cuaca pun cerah. Matahari mulai merayap naik. Cahayanya merah dan terasa menyehatkan. Malam yang kelam telah berlalu. Seluruh insan di bumi saat itu menyaksikan alam yang ceria.
Bangkit dan runtuhnya sebuah negara menjadi masalah yang besar bagi rakyatnya. Masalah pribadi yang menyangkut dendam dan budi tidak bisa dibandingkan dengan masalah negara. Darah hangat yang bergelora di rongga dada Han Tay Hiong saat itu, membuat kegagahan dan keberaniannya di masa muda muncul kembali.
"Anakku Eng, mari kita pergi mencari Siauw Hong!"
kata ayahnya. 773 Mendengar kata-kata ayahnya Han Pwee Eng terkejut bukan kepalang.
"Ayah, lebih baik rawat dirimu dulu sebelum kita mencari Siauw Hong. Sesudah Ayah lebih sehat baru kita cari dia. Aku kira itu belum terlambat!" kata Han Pwee Eng.
Han Tay Hiong tersenyum mendengar kata-kata puterinya itu.
"Hm! Aku tahu, jadi kau takut Ayahmu akan tidak kuat melawan pasukan Mongol" Sekalipun Lok-yang sudah jatuh ke tangan musuh, Ayah tetap akan pergi ke Lok-yang menerjang pasukan Mongol. Ayah harus mempertaruhkan jiwa ayah yang tua ini!" kata Han Tay Hiong.
Han Tay Hiong tidak mengetahui kenapa Han Pwee Eng mencegah dia ke Lok-yang, sebenarnya Han Pwee Eng tidak ingin bertemu dengan Kok Siauw Hong. Selain itu dia juga sangat mengkhawatirkan kesehatan ayahnya.
Sekalipun wajah ayahnya berseri-seri, tetapi masih terlihat agak pucat, dan tiba-tiba berubah kemerah-merahan seperti orang sedang menderita sakit keras, bahkan seolah hampir menemui ajal. Hal itu yang membuat Han Pwee Eng jadi sangat khawatir.
Tiba-tiba wajah ayahnya berubah.
"Ayah!" seru Han Pwee Eng. "Ayah kenapa?"
Setelah selesai mengatakan bahwa dia akan menerjang pasukan Mongol, tiba-tiba tubuh Han Tay Hiong sempoyongan seolah akan roboh. Han Pwee Eng buru-buru memeluk dan memapah ayahnya. Terdengar napas ayahnya memburu. Sesaat kemudian terdengar Han Tay Hiong bicara.
774 "Hm! Barangkali jiwaku yang sudah tua ini sudah tidak berguna lagi!" kata Han Tay Hiong. "Tidak seharusnya aku jadi begini?"
'Tenang Ayah! Mungkin saat kau bertarung tadi, Ayah terlalu banyak mengeluarkan tenaga. Coba Ayah himpun hawa murnimu, aku akan menjaga Ayah!" kata Han Pwee Eng.
Han Tay Hiong mengangguk, lalu dia duduk dan bersila.
Mendadak tangan dan kakinya terasa ngilu. Kelihatan Han Tay Hiong terkejut sekali, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata.
"Oh tidak! Tidak benar!" katanya.
Mendengar keluhan ayahnya itu membuat Han Pwee Eng kaget bukan kepalang.
"Ayah kenapa" Apa yang tidak benar Ayah?" kata Han Pwee Eng.
"Aku ternyata tidak terluka dalam, namun sepertinya aku...." Han Tay Hiong tidak meneruskan kata-katanya sedang Han Pwee Eng langsung memotong. "Kenapa Ayah?"
Saat Han Tay Hiong mau bicara, tiba-tiba terdengar suara orang bicara.
"Tidak kusangka ternyata arak beracun pemberian Beng Cit Nio itu demikian lihay! Racun yang bersarang di tubuh ayahmu itu ternyata belum punah seluruhnya Rupanya racun itu sekarang mulai bereaksi lagi!" kata Seng Cap-si Kouw.
Han Pwee Eng menoleh ke arah suara yang sudah sangat dikenalnya itu. Ternyata orang yang bicara itu Seng Cap-si Kouw yang bicara sambil berlari ke arah mereka. Melihat 775
kedatangan Seng Cap-si Kouw tentu saja Han Pwee Eng girang sekali.
"Seng Li-hiap, cepat tolongi Ayahku!" teriak si nona.
Saat itu Han Pwee Eng telah menganggap bahwa Seng Cap-si Kouw adalah penyelamat ayahnya. Ia tidak menyadari justru Seng Cap-si Kouwlah yang mengerjai ayahnya.
Memang Seng Cap-si Kouw ini akhli racun dan dia mampu memunahkan racun dengan jarum emasnya, bahkan dia bisa memindah-mindahkan racun yang ada di dalam tubuh manusia dari bagian yang satu ke bagian lainnya.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Saat Han Tay Hiong berada di kamar tahanan, rupanya dia tidak memusnahkan racun yang ada di dalam tubuh Han Tay Hiong tapi ia hanya memindahkan racun itu ke bagian tubuh Han Tay Hiong yang lain. Memang untuk sementara perbuatan itu bisa memulihkan kekuatan Han Tay Hiong, tetapi hanya sementara. Tidak heran sekarang racun itu mulai bekerja kembali.
"Aku menyusul kalian karena hal ini," kata Seng Cap-si Kouw.
Segera Seng Cap-si Kouw mengeluarkan jarum emas, dengan jarum itu dia menusuk ke beberapa jalan darah di tubuh Han Tay Hiong.
"Bagaimana rasanya sekarang?" tanya Seng Cap-si Kouw.
Han Tay Hiong saat itu merasakan tubuhnya lebih nyaman, tetapi dia masih malas dan tidak bersemangat.
"Ya, aku merasa lebih baik.. .Tapi... ." jawab Han Tay Hiong.
776 "Tapi kenapa?" kata Han Pwee Eng sangat khawatir atas keselamatan ayahnya.
"Karena Ayahmu tidak bisa mengerahkan tenaga. Iya kan?" kata Seng Cap-si Kouw.
Han Tay Hiong menghela napas panjang.
"Aaah! Nak, barangkali Ayah tidak bisa terus menemanimu mencari Siauw Hong...," kata ayahnya.
Han Pwee Eng kaget matanya terbelalak.
"Aku sudah berusaha sebatas kemampuanku," kata Seng Cap-si Kouw. "Tetapi racun yang dipakai oleh Beng Cit Nio sangat lihay. Sedang ayahmu memaksakan diri dan mengerahkan tenaganya bertarung dengan kedua Iblis Tua itu. Sekarang racun itu telah merasuk ke dalam tulang!"
Mendengar keterangan Seng Cap-si Kouw, Han Pwee Eng kaget bukan kepalang. Sebelum Seng Cap-si Kouw selesai bicara Han Pwee Eng memotong.
"Seng Li-hiap, apakah Ayahku masih bisa ditolong, tolong selamatkan Ayahku!" kata Han Pwee Eng.
Sambil manggut-manggut Seng Cap-si Kouw berkata perlahan.
"Memang masih bisa ditolong," kata Seng Cap-si Kouw.
"Namun, untuk membersihkan racun yang bersarang dalam tubuh ayahmu, tentu membutuhkan waktu lama...."
"Berapa lama?" desak Han Pwee Eng.
"Paling sedikit butuh waktu tiga bulan. Jika menghendaki tenaganya pulih seperti sediakala mungkin butuh waktu setahun lebih," kata Seng Cap-si Kouw menambahkan.
777 Setelah mengawasi ke arah Han Pwee Eng sejenak, Seng Cap-si Kouw berkata lagi.
"Tay Hiong, rumahmu telah musnah. Saat ini kau membutuhkan tempat yang tenang agar kau bisa berobat dengan tentram. Jika kau tidak merasa keberatan kuundang kau ke rumahku, bagaimana pendapatmu?"
Han Tay Hiong diam. Sedangkan Han Pwee Eng hatinya lega ketika mendengar ayahnya masih bisa ditolong.
"Ayah, urusan sepenting apa pun tidak sepenting kesehatanmu, Ayah. Seng Li-hiap demikian baik mau memperhatikan Ayah....Kalau begitu Ayah boleh berlega hati dan tinggal di rumahnya untuk diobati. Aku tidak perlu mencari Siauw Hong lagi dan bisa tetap menemani Ayah.
Boleh kan?" kata Han Pwee Eng.
Sebenarnya Han Tay Hong tidak keberatan tinggal di rumah Seng Cap-si Kouw, tetapi dia sadar sekarang dia tidak bisa berjalan jauh. Saat itu hati Han Tay Hiong benarbenar kacau bukan main. Dia kelihatan sedang berpikir, baru kemudian berkata.
"Anakku Eng, bagaimanapun kau harus mencari Siauw Hong! Tiga bulan kemudian setelah perang ini selesai, kau boleh datang mencariku untuk menemaniku!" kata Han Tay Hiong.
Sebenarnya Seng Cap-si Kouw berharap Han Pwee Eng segera meninggalkan mereka berdua, lebih cepat lebih baik, oleh karena itu dia langsung ikut bicara.
"Legakan hatimu Nona Han, aku pasti akan mengurus ayahmu dengan baik!" kata Seng Cap-si Kouw.
Han Pwee Eng mengawasi ke arah ayahnya, dia lihat ayahnya berkeras menyuruh dia segera pergi mencari Siauw Hong, sedang nona Han tahu benar adat ayahnya. Jika dia 778
tidak segera pergi ada kemungkinan ayahnya
mencurigainya. Maka nona Han pun akhirnya berpikir.
"Seng Lo-cian-pwee ini dengan tidak menghiraukan nyawanya bertarung melawan kedua iblis tua itu. Bahkan dia juga telah cekcok dengan saudara misannya Beng Cit Nio. Dia yang menyelamatkan kami dari ruang tahanan.
Pasti dia akan mengobati luka Ayahku dengan sepenuh hati hingga sembuh. Ditambah lagi aku tidak mengerti ilmu pengobatan apalagi tentang racun, jadi jika aku diam bersama Ayahpun aku tidak bisa berbuat apa-apa?" pikir Han Pwee Eng.
"Kalau begitu baiklah Ayah, aku menuruti perintah Ayah. Tetapi izinkan aku mengantarkan Ayah dulu sampai di rumah Seng Lo-cian-pwee, setelah itu baru aku pergi!"
kata Han Pwee Eng. "Sebaiknya kau segera pergi mencari Siauw Hong," kata ayahnya dengan suara lemah.
Han Pwee Eng mengangguk. Sesudah itu mereka langsung berangkat ke rumah Seng Cap-si Kouw. Begitu sampai Han Pwee Eng melihat rumah Cap-si Kouw itu bagus sekali, Han Pwee Eng girang melihat rumah itu. Seng Cap-si Kouw menyilakan Han Tay Hiong masuk ke sebuah kamar.
"Tay Hiong, lihatlah! Apa kau cocok dengan kamar ini?"
kata Seng Cap-si Kouw sambil tertawa.
Han Pwee Eng mengawasi keadaan kamar itu dengan seksama.. Tiba-tiba mata nona Han terbelalak. Dia lihat di dinding kamar itu bergantungan lukisan-lukisan milik ayahnya. Sedangkan tata ruangan itu dibuat sama dengan tata ruangan di rumah Han Tay Hiong. Han Pwee Eng 779
benar-benar kaget seolah dia mengira dia berada dalam alam mimpi saja.
"Aku tahu kau sangat menyukai lukisan. Ketika aku mendengar khabar rumahmu akan diserang musuh, aku buruburu ke sana! Tetapi sayang aku tiba terlambat di rumahmu, ternyata kau telah jatuh ke tangan Beng Cit Nio.
Malah merekajuga sedang mencari-cari hartamu. Sayang aku tidak berhasil melindungimu, namun aku masih berhasil menyelamatkan benda-benda kesayanganmu. Aku bawa lukisan-lukisan itu ke rumahku ini!" kata Seng Cap-si Kouw.
Begitu Han Tay Hiong melihat lukisan-lukisan itu, dia seolah merasa bertemu kembali dengan kawan lamanya, tentu saja Han Tay Hiong girang sekali. Tetapi dalam girang hati Han Tay Hiong tercekam oleh sesuatu. Dia tahu Seng Cap-si Kouw banyak akalnya Belasan tahun yang lalu, dengan mendadak isterinya meninggal diracun orang. Siapa yang meracuni isterinya sampai sekarang belum terjawab.
Memang Han Tay Hiong pernah mencurigai Seng Cap-si Kouw sebagai pelakunya. Tetapi pengalaman hari ini, telah timbul kembali keragu-raguan Han Tay Hiong tentang pelaku pembunuh isterinya itu. Dalam hati Han Tay Hiong berpikir, bagaimanapun Seng Cap-si Kouw lebih menakutkan dibanding Beng Cit Nio, sekalipun Seng Cap-si Kouw telah menyelamatkan nyawanya dan begitu baik kepadanya.
Hati Han Tay Hiong begitu kacau dan akhirnya dia bicara.
"Terima kasih atas kebaikanmu. Aku sekarang merasa berada di rumahku sendiri..." kata Han Tay Hiong.
780 Mendengar ucapan ayahnya yang tulus Han Pwee Eng merasa girang.
"Kalau begitu, Ayah aku mohon pamit!" kata puterinya.
"Dengar anakku, jika kau tidak bisa masuk ke kota Lokyang, kau boleh temui anggota Kay-pang untuk minta keterangan dari mereka. Bagaimanapun kau harus menemukan Kok Siauw Hong!" kata Han Tay Hiong.
"Baik, Ayah!" jawab Han Pwee Eng sambil mengangguk.
"Maaf Nona Han, aku tidak mengantarkanmu," kata Seng Cap-si Kouw yang kelihatan girang karena Han Pwee Eng akan segera meninggalkan mereka. Kemudian dia menoleh ke arah Tik Bwee sambil berkata.
"Tik Bwee kau antarkan Nona Han sampai turun gunung!" kata Seng Cap-si Kouw.
"Baik, Majikan!" jawab Tik Bwee.
Bersama-sama dengan Han Pwee Eng dia berjalan meninggalkan rumah majikannya. Selang sesaat Han Pwee Eng seolah mengenali pelayan Tik Bwee ini. Ketika dia akan menegur pelayan itu, malah Tik Bwee mendahuluinya bicara.
"Nona Han, apakah kau masih ingat padaku" Hari itu akulah yang mengantarkan Nona Ci ke tempatmu ditahan, saat nona Ci akan berpura-pura menjadi pelayan Beng Cit Nio," kata Tik Bwee.
"Oh, jadi kau itu! Pantas aku merasa kenal padamu!"
kata Han Pwee Eng. "Nona Han aku kira Nona Ci itu kawan baikmu, dia berani menempuh bahaya untuk menyelamatkan kalian!"
kata Tik Bwee. 781 "Kau benar! Dia dan aku seperti saudara kandung saja,"
jawab Han Pwee Eng. Tetapi sesudah bicara begitu Han Pwee Eng merasa tidak enak hati pada Ci Giok Hian. Sekarang dia yakin sekali Ci Giok Hian bukan orang yang meracuni ayahnya, tetapi dia dan
ayahnya telah menuduh dia sebagai orang yang meracun ayahnya.
Saat Han Pwee Eng sedang terkenang pada Ci Giok Hian tiba-tiba Tik Bwee bicara lagi.
"Nona Han, sebenarnya aku ingin menitipkan sesuatu padamu," kata Tik Bwee.
"Menitipkan apa?" tanya Han Pwee Eng.
"Sebuah benda untuk Siauw-ya kami," jawab Tik Bwee.
Mendengar ucapan Tik Bwee nona Han jadi tertegun.
"Tapi aku tidak kenal dengan Siauw-ya kalian!" kata Han Pwee Eng.
"Dia bersama Nona Ci pergi bersama-sama. Aku dengar mereka sudah bertunangan. Jika Nona Han bertemu dengan Nona Ci, pasti kau akan bertemu dengan dia!" kata Tik Bwee.
Mendengar kata-kata itu hati Han Pwee Eng agak tersentak, nyaris dia tidak percaya pada kata-kata pelayan itu. "Eh, kau bilang apa" Nona Ci dan Siauw-yamu sudah bertunangan?" kata Han Pwee Eng agak kaget.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- 782 Bab 28 Sambil menunduk malu pelayan Seng Cap-si Kouw itu mengangguk perlahan. Dia awasi nona Han dengan tajam lalu berkata dengan perlahan pula.
"Ya, mereka telah bertunangan," jawab Tik Bwee.
"Sebenarnya akupun tidak menduga hal itu akan terjadi, karena mereka baru saling kenal tidak lebih dalam sehari saja! Malam itu mereka bertemu, keesokan harinya mereka sudah, sudah...."
Tik Bwee tidak bisa meneruskan kata-katanya, mungkin hatinya berat untuk mengatakan mereka sudah bertunangan.
Han Pwee Eng teringat kejadian saat ayahnya minum arak yang dibawa oleh Ci Giok Hian, dan ayahnya keracunan. Tibatiba Beng Cit Nio muncul di kamar tahanan dengan gusar ingin membunuh Ci Giok Hian. Tanpa sengaja Beng Cit Nio melihat cincin yang ada pada Ci Giok Hian, karena cincin itu Beng Cit Nio batal membunuh Ci Giok Hian. Saat itu seolah Han Pwee Eng mendengar Beng Cit Nio mengatakan sesuatu, dia bilang dengan memandang cincin itu dia tidak akan membunuh Ci Giok Hian. Han Pwee Eng juga ingat Beng Cit Nio menyebut nama seseorang, karena saat itu Han Pwee Eng sedang panik melihat ayahnya keracunan jadi dia tidak mendengar apa yang dikatakan Beng Cit Nio denganjelas.
"Siapa nama Siauw-ya kalian itu?" tanya Han Pwee Eng.
"Seng Liong Sen," jawab Tik Bwee.
Mendengar nama itu disebut Han Pwee Eng berseru tidak tertahan.
"Benar, Beng Cit Nio memang menyebutkan nama itu!"
kata Han Pwee Eng. 783 Tik Bwee tertawa. "Pasti begitu! Cincin itu hadiah dari Beng Cit Nio untuk Siauw-ya kami, cincin khusus untuk pertunangannya," kata Tik Bwee.
Sesudah itu kelihatan wajah Tik Bwee berubah pilu.
"Benarkah itu cincin pertunangan antara Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen" Ah, tidak mungkin! Karena demi cintanya pada Kok Siauw Hong, Ci Giok Hian telah menghancurkan pertunanganku dengan Kok Siauw Hong.
Malah kejadian itu telah menimbulkan badai di lembah Pek-hoa-kok. Apa mungkin tiba-tiba dia berganti kekasih bahkan bertunangan dengan laki-laki yang baru dikenalnya.
Tapi, ketika Beng Cit Nio melihat cincin itu Beng Cit Nio batal membunuh Ci Giok Hian. Jadi apa yang dikatakan pelayan ini pasti bukan untuk mengada-ada." pikir Han Pwee Eng.
Saat Han Pwee Eng sedang berpikir, hatinya jadi bertambah bingung, sehingga dia tidak mendengar Tik Bwee tertawa. Sedangkan Tik Bwee tidak memperhatikan perubahan wajah nona Han.
Tiba-tiba Han Pwee Eng mendengar Tik Bwee bicara lagi.
"Itu yang dinamakan jodoh, sekalipun jauhnya ribuan li tetap akan bertemu! Nona Han kenapa kau tidak ikut gembira untuk mereka?" kata Tik Bwee.
Han Pwee Eng tersentak kaget.
"Oh! Tentu aku ikut bergembira, malah gembira sekali!
Tetapi aku belum yakin atas kejadian itu"!" kata Han Pwee Eng.
784 "Tetapi setelah kau bertemu dengan mereka pasti kau akan percaya kata-kataku," kata Tik Bwee meyakinkan nona Han.
"Lalu kau mau titip apa untuk Siauw-yamu itu?" kata Han Pwee Eng.
Tik Bwee merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kantung terbuat dari kain.
"Ini barang titipan dari Siauw-yaku, dia lupa membawanya, maka benda ini aku titipkan padamu untuk kau serahkan pada Siauw-yaku!" kata Tik Bwee.
Melihat kantung terbuat kain itu Han Pwee Eng tercengang, sebab dia lihat kantung kain itu hanya benda biasa, tetapi dia heran kenapa Tik Bwee menganggap kantung kain itu bagaikan sebuah pusaka. Rupanya diamdiam Tik Bwee mencintai Seng Liong Sen. Sedang Tik Bwee berharap setelah Seng Liong Sen melihat kantung kain itu, Liong Sen akan tetap ingat padanya.
"Sekalipun aku hanya seorang pelayan, tetapi aku harus tetap bisa dipercaya, maka itu benda ini harus aku kembalikan kepadanya," kata Tik Bwee.
Saat itu hati Han Pwee Eng pun telah terganjal oleh berbagai masalah, maka itu dia tidak banyak bertanya.
Kemudian nona Han menyimpan kantung kain itu ke sakunya.
"Baiklah, jika aku bertemu dengan mereka, pasti benda itu akan aku sampaikan kepadanya," kata Han Pwee Eng.
"Nah, sampai bertemu!"
Keduanya lalu berpisahan. Han Pwee Eng meneruskan perjalanannya.
Di sepanjang jalan Han Pwee Eng masih berpikir.
785 "Ooh, entah di mana mereka sekarang" Setelah aku bertemu dengan mereka maka masalah ini baru akan jelas!"
pikir Han Pwee Eng. -o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Hari itu saat Ci Giok Hian dan Tik Po mendengarkan pembicaraan murid Jen Thian Ngo dengan Chu Kiu Sek. Ih Hua Liong, murid Jen Thian Ngo berjalan keluar bersama Chu Kiu Sek. Tiba-tiba Chu Kiu Sek mendengar suara di balik gunung-gunungan. Tetapi mereka tidak yakin itu suara orang.
Ih Hua Liong ini licik tetapi banyak akalnya mirip dengan gurunya. Segera dia memberi isyarat pada Chu Kiu Sek. Tidak lama kelihatan Ih Hoa Liong membisiki Chu Kiu Sek, rupanya dia sedang memberi keterangan tentang rute perjalanan yang akan ditempuh oleh rombongan pembawa harta untuk para pejuang. Saat itu Ih Hua Liong yang tahu ada orang ikut mendengarkan pembicaraan mereka, dengan sengaja dia mengatakan jalur perjalanan yang salah, agar orang yang mendengar tentang perjalanan rombongan itu tersesat, karena jalur yang dikatakannya jalur palsu.
Tidak heran sekalipun Ci Giok Hian sangat cerdas, namun sedikitpun dia tidak menduga bahwa dia disesatkan oleh murid Jen Thian Ngo yang licik itu, dengan demikian Ci Giok Hian dan Seng Liong Sen telah mengambil jalan yang salah, malah mereka semakin menjauhi lokasi yang sebenarnya.
Di tempat lain Ci Giok Phang sebagai wakil Jen Thian Ngo sedang bertugas mengawal harta. Ketika itu yang diketahui Ci Giok Phang bahwa Jen Thian Ngo adalah tokoh tua yang patriotik, dan tidak menyangka bahwa Jen Thian Ngo telah mengatur siasat busuk bersekongkol 786
dengan Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya untuk menguasai harta itu.
Jarak kota Lok-yang ke tempat para pejuang sekitar limaratus li jauhnya. Sekalipun jaraknya tidak terlalu jauh namun perjalanan itu sangat sulit, karena rombongan itu harus melewati pegunungan yang licin dan curam. Bukan saja jalannya sukar, kereta yang mengangkut hartapun berat, tidak heran jika perjalanan jadi sangat lambat dan tersendat-sendat. Kelambatan ini ditambah lagi oleh karena mereka dilarang berjalan malam oleh Jen Thian Ngo.
Bahkan Jen Thian Ngo seolah-olah sangat hati-hati. Jika mereka akan menempuh jalan yang sukar, dia mengutus orang dulu untuk menyelidikinya, apakah jalan itu aman atau tidak. Setelah mendapat laporan bahwa jalan aman baru rombongan diperbolehkan melanjutkan perjalanan.
Tidak heran jika hal itu sangat menyita waktu. Setiap hari mereka hanya mampu menempuh lima sampai enampuluh li. Ci Giok Hian kelihatan tidak sabar, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena tahu tanggung-jawab Jen Thian Ngo memang berat sekali, jadi prinsip Jen Thian Ngo lebih baik lambat asal selamat, maka itu Ci Giok Phang harus taat pada perintah Jen Thian Ngo.
Sebenarnya Jen Thian Ngo sedang gelisah, karena sudah melakukan perjalanan sekitar tujuh hari, kenapa Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya belum juga muncul" Oleh karena itu Jen Thian Ngo kebingungan dan gugup sekali.
Hari itu rombongan Jen Thian Ngo sudah sampai di lembah Cing Liong (Lembah Naga Hijau, Red). Begitu rombongan ini keluar dari lembah Naga Hijau berarti mereka sudah akan memasuki wilayah kekuasaan para pejuang. Tahu bahwa rombongan itu hampir sampai Jen Thian Ngo bertambah gugup, tiba-tiba dia mengeluarkan perintah agar rombongan berhenti dengan alasan semakin 787
dekat ke markas para pejuang, situasi akan bertambah berbahaya. Maka itu dia bilang akan menyelidiki situasi dulu sebelum meneruskan perjalanan.
"Kita hampir sampai ke tempat para pejuang, kenapa harus berhenti" Aku khawatir jika kita berhenti di sini siapa tahu akan terjadi sesuatu yang tidak terduga?" kata Ci Giok Phang pada Jen Thian Ngo.
"Justru karena kita hampir sampai kita harus lebih waspada! Dengan demikian perjalanan kita jadi tidak siasia!" jawab Jen Thian Ngo.
Di tendanya Jen Thian Ngo tampak panik.
"Celaka! Apakah Ih Hua Liong tidak bertemu dengan Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya" Jika hari ini mereka tidak muncul, habis sudah kesempatan baik ini!" pikir Jen Thian Ngo.
Tiba-tiba Ci Giok Phang menemuinya, menanyakan apakah perjalanan akan diteruskan atau tidak.
"Sudah aku katakan kita bersabar dulu, selidiki dulu situasi di sekitar tempat ini!" kata Jen Thian Ngo.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita kirim orang ke tempat para pejuang untuk menghubungi mereka, katakan kita sudah sampai di sini sekalian kita minta bantuan dari mereka untuk mengangkut harta ini!" kata Ci Giok Phang.
Jen Thian Ngo berpikir sejenak kemudian dia manggutmanggut.
"Baik, kalau begitu kau saja yang ke sana!" kata Jen Thian Ngo.
Perintah ini sengaja dia berikan pada Ci Giok Phang karena sebenarnya Jen Thian Ngo ingin agar Ci Giok Phang tidak ada di dekatnya, sebab jika ada kesempatan 788
baik dia bisa turun tangan tanpa mendapat gangguan dari pemuda itu.
"Baik," kata Ci Giok Phang.
Tapi mendadak terdengar suara hiruk-pikuk. Suara itu disusul oleh derap kaki kuda. Tak lama mereka menyaksikan banyak orang yang berlari ke arah rombongan mereka Ternyata para penunggang kuda itu adalah pasukan berkuda tentara Mongol. Sebagai pemimpin pasukan Mongol itu kiranya See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek.
Tidak heran hanya dalam sekejap mata tentara Kay-pang sudah langsung terkepung.
Melihat kedatangan tentara Mongol bersama Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya, tentu saja Jen Thian Ngo girang bukan kepalang, namun hal itu tidak diperlihatkan. Malah Jen Thian Ngo pura-pura kaget dan gusar, dia memacu kudanya ke depan sambil membentak.
"Jen Thian Ngo berada di sini! Aku tidak akan membiarkan kalian bertingkah di tempat ini!" kata Jen Thian Ngo dengan gagah.
Rupanya kedatangan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek terhambat karena harus bertarung melawan Beng Cit Nio maupun Seng Cap-si Kouw dan Han Tay Hiong. Hal inilah yang membuat mereka terlambat dua hari. Ditambah lagi mereka terluka. Sesudah meloloskan diri dari Han Tay Hiong mereka berdua membawa pasukan berkuda Mongol pilihan, dan langsung memacu ke tempat yang mereka janjikan. Ternyata Jen Thian Ngo dan rombongan pembawa harta sudah hampir mendekati tempat para pejuang saat mereka tiba di sana.
Jen Thian Ngo mencabut pedangnya dan menyerang dua penunggang kuda prajurit Mongol, seketika itu dua prajurit itu terjungkal dari kudanya, sekalipun pedang Jen Thian 789
Ngo berhasil merobek pakaian lapis baja tentara Mongol itu, namun kedua prajurit itu tidak terluka.
"Bagus Jen Thian Ngo!" bentak See-bun Souw Ya.
"Sebenarnya kau bukan orang Kay-pang, kenapa kau membantu orang Kay-pang" Kau sangat kurangajar aku ingin mencoba kelihayanmu!"
Sesudah itu See-bun Souw Ya langsung menyerang ke arah Jen Thian Ngo, seketika itu tercium bau amis yang luar biasa. Dua orang anak buah Kay-pang yang ada di sisi kanan dan sisi kiri Jen Thian Ngo ketika mencium bau amis itu langsung pingsan.
"Kalian mundur semua, biar aku yang menghadapi kedua Iblis Tua ini!" teriak Jen Thian Ngo.
"Ha, ha, ha, hari ini adalah urusan Mongol dengan Tay Song (Kerajaan Song yang besar, Red)," kata Chu Kiu Sek.
"Siapa yang akan bertarung denganku satu lawan satul"
Tak lama Chu Kiu Sek memerintahkan pasukan Mongol yang membawa panah untuk segera memanah lawan.
"Panah! Panah mereka!" teriak Chu Kiu Sek.
Serempak sesudah itu terjadi hujan anak panah. Di sanasini mulai terdengar suara jeritan orang-orang yang terluka terkena panah. Banyak anggota Kay-pang yang roboh terpanah. Tetapi dengan gagah berani anggota Kaypang yang lain terus maju bertarung menghadapi pasukan berkuda bangsa Mongol. Maka terjadilah pertarungan yang sangat dasyat antara anggota Kay-pang dengan tentara berkuda Mongol.
Jen Thian Ngo yang berada di atas kudapun dihujani anak panah.
790 See-bun Souw Ya tertawa terkekeh mentertawakan Jen Thian Ngo yang sibuk menangkis serangan anak panah.
"Hm, Tua Bangka, sekarang baru kau tahu lihaynya kami!" kata See-bun Souw Ya.
"Iblis Tua, rasakan ilmu pedang Cit-siu-kiam-hoatku ini!"
teriak Jen Thian Ngo sengit.
Pedang di tangan Jen Thian Ngo berkelebat-kelebat membentuk tujuh bunga pedang. Ujung pedang Jen Thian Ngo berhasil melukai sepasang kaki kuda yang ditunggangi See-bun Souw Ya dan membuat kuda itu terjungkal ke tanah.
Untung See-bun Souw Ya sendiri berhasil melompat menyelamatkan diri.
"Orang lain boleh takut pada ilmu pedang Cit-siu-kiamhoatmu, tetapi aku tidak!" kata See-bun Souw Ya.
"Apa hebatnya ilmu pedangmu itu, aku ingin melihat apa yang bisa kau lakukan terhadapku?"
Sepasang telapak tangan See-bun Souw Ya berkelebat, bergerak di antara bayangan pedang Jen Thian Ngo.
Pertarungan yang pura-pura ini jadi kelihatan seperti sungguhan dan kelihatan hebat sekali. Pertarungan itu mengakibatkan batu kerikil di tempat itu berterbangan tersampok oleh angin pukulan mereka berdua.
Ci Giok Phang saat itu juga sedang bertarung, dia menggunakan ilmu pedang Pek-hoa-kiam-hoat. Tubuhnya bergerak kian ke mari tanpa henti-henti, dia mencoba menyerang kaki kuda tentara Mongol dengan pedangnya yang lihay.
Akibat dari banyaknya kuda-kuda tentara Mongol yang terluka oleh sabetan pedang Ci Giok Phang, sekarang 791
terpaksa tentara Mongol itu bertarung dengan anggota Kaypang sambil jalan kaki.
Melihat kelihayan Ci Giok Phang itu Chu Kiu Sek yang melihatnya langsung tertawa.
"Hm! Kiranya bocah busuk ini, kau adalah pecundangku, apa kau masih berani berlagak di depanku?"
kata Chu Kiu Sek. "Iblis Tua kebetulan kita bertemu di sini! Aku ingin membuat perhitungan denganmu! Hari ini jika bukan kau yang mampus, akulah yang mati di tanganmu!" kata Ci Giok Phang dengan gagah.
Chu Kiu Sek tertawa mendengar tantangan itu.
"Hm! Hanya dengan kepandaianmu itu, mana mungkin kau bisa mengalahkan aku?" kata Chu Kiu Sek.
Ci Giok Phang mengertakkan giginya dan langsung menyerang dengan sengit. Chu Kiu Sek menangkis dan membalas menyerang dengan ilmu Siu-lo-im-sat-kang.
Suara serangan mereka terdengar menderu saking dasyatnya. Jika jarak mereka dekat Ci Giok Phang merasakan ada hawa dingin menyerang ke arahnya.
Wajah Ci Giok Phang yang terkena serangan Chu Kiu Sek berubah kehijauan. Rupanya Ci Giok Phang sudah terkena pukulan Chu Kiu Sek yang dahsyat dan beracun.
Sekalipun demikian ilmu pedang Ci Giok Phang tidak jadi kacau oleh karena serangan itu.
Tentu saja apa yang disaksikan Chu Kiu Sek karena Ci Giok Phang tidak segera roboh, dia jadi keheranan bukan kepalang.
792 "Baru lewat beberapa bulan saja sejak aku bertarung dengannya, bagaimana mungkin kepandaian bocah ini bisa bertambah demikian maju?" pikir Chu Kiu Sek.
Chu Kiu Sek tidak perlu heran jika dia sadar bahwa setelah dia bertarung melawan Han Tay Hiong dua hari yang lalu, jelas hawa murninya sedikit buyar. Ini bukan karena kepandaian Ci Giok Phang yang bertambah maju melainkan kehebatan Siu-lo-im-sat-kang Chu Kiu Sek menjadi kurang keampuhannya. Ditambah lagi Ci Giok Phang sering minum arak Kiu-thian-sun-yang-Pek-hoa-ciu, tidak heran jika tubuh pemuda ini agak tahan terhadap serangan racun.
Chu Kiu Sek sudah melancarkan serangan lebih dari tigapuluh jurus, tetapi Ci Giok Phang tetap mampu bertahan dari serangannya itu. Tetapi sesudah lewat beberapa jurus lagi mulai kelihatan Ci Giok Phang mulai sedikit goyah dan tubuhnya kedinginan, sedangkan giginya beradu gemeretuk.
Di tempat lain pertarungan antara anggota Kay-pang melawan tentara Mongol semakin seru saja. Sekalipun sudah banyak tentara Mongol yang binasa, tetapi tentara Mongol itu masih cukup banyak, dan diperkirakan jumlah tentara Mongol jauh lebih banyak dibanding anggota Kaypang yang dihadapinya. Tidak heran kalau anggota Kaypang mendapat kesulitan besar.
Melihat anggota Kay-pang mulai kewalahan Ci Giok Phang jadi gugup bukan kepalang. Ketika Ci Giok Phang sedang panik Chu Kiu Sek menyerangnya. Jangankan dia bisa menolong anggota Kay-pang yang sedang terdesak tentara Mongol, menyelamatkan diri sendiripun dia sulit bukan main.
Chu Kiu Sek tertawa. 793 "Bocah busuk, hari itu kau lolos dari tanganku, tapi hari ini ajalmu sudah sampai! Tidak mungkin ada orang yang bisa menolongimu. Ha, ha, ha! Sekalipun kau memiliki saya pun kau tidak akan bisa lolos dari tanganku. Apa kau tidak mau menyerah?" kata Chu Kiu Sek.
Kali ini Ci Giok Phang benar-benar putus asa, dia sudah menyaksikan banyak anggota Kay-pang yang telah kehilangan jiwanya
Tiba-tiba terlihat tiga orang penunggang kuda mendatangi dengan cepat. Penunggang kuda yang paling depan sudah langsung membentak.
"Iblis Tua, ternyata kalian sedang berlagak di tempat ini.
Bagus! Hari ini kalian harus bertarung dengan kami sampai ada kepastian!" kata penunggang kuda itu.
Tiga orang penunggang kuda itu ternyata Kong-sun Po.
Kiong Mi Yun dan Kok Siauw Hong.
Chu Kiu Sek pernah bertarung dengan kedua pemuda dan pemudi itu, tetapi Kiong Mi Yun tidak diperhitungkan oleh si Iblis Tua. Kepandaian Kong-sun Po dan Kok Siauw Hong tidak berada di bawah kepandaian Chu Kiu Sek.
Sekalipun kepandaian Kiong Mi Yun tidak
diperhitungkannya, tetapi Kiong Mi Yun ini puteri pulau Hek-hong, tentu saja Chu Kiu Sek agak segan pada nona Kiong ini, terutama pada ayahnya Hek-hong To-cu.
Sekarang tiba-tiba kiong Mi Yun muncul bersama kedua pemuda gagah itu. Sekalipun Chu Kiu Sek berilmu tinggi dan bernyali besar tak urung dia kaget juga.
Ketika Kok Siauw Hong tidak berhasil menemukan Ci Giok Hian dan kakaknya, dia bertemu dengan Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun. Lalu mereka bertiga ke tempat Kaypang untuk mencari keterangan.
794 Saat berjalan bersama suatu ketika Kiong Mi Yun berkata pada Kok Siauw Hong dengan terus terang.
"Kok Toa-ko, aku paling tidak tahan menyimpan sesuatu dalam hatiku. Kau jangan menyalahkan aku jika aku kelepasan bicara!" kata Kiong Mi Yun.
Kok Siauw Hong sudah tahu adat Kiong Mi Yun yang bicaanya blak-blakan. Dia tersenyum pada nona Kiong.
"Kau ingin bilang apa, silakan saja!" kata Kok Siauw Hong.
"Menurut pendapatku, pamanmu itu bukan orang baikbaik," kata nona Kiong.
Mendengar ucapan nona Kiong tentu saja Kok Siauw Hong jadi tertegun. "Mengapa kau berpendapat begitu?"
kata Kok Siauw Hong. "Sadarkah kau, mengapa kau tidak bisa menemukan Nona Ci" Terus-terang aku katakan, Nona Ci pergi karena tertipu oleh Pamanmu itu!" jawab Kiong Mi Yun.
Kemudian Kiong Mi Yun menceritakan mengenai apa yang didengarnya ketika dia bersembunyi di kolong tempat tidur di kamar Han Pwee Eng. Setelah mendengar cerita Kiong Mi Yun, barulah Kok Siauw Hong sadar bahwa pamannya telah mengarang cerita bohong, bahwa dia sedang menemui Han Pwee Eng dengan diam-diam, kemudian dia pergi bersama Han Pwee Eng entah ke mana.
Kemudian nona Kiong melanjutkan ceritanya.
"Aku melihatnya pada saat pamanmu datang ke rumah Han Tay Hiong dan aku tahu dia berniat tidak baik! Aku lihat sendiri pamanmu membongkar semua peti yang ada di rumah Han Tay Hiong. Aku tidak tahu apa yang dia cari.
795 Kelihatan dari sikapnya dia ingin merampok harta milik Han Tay Hong!" kata Kiong Mi Yun
Sebenarnya Kok Siauw Hong sendiri kurang menyukai pamannya itu, bahkan dia juga mencurigai sang paman ini.
Kemudian dia berpikir. "Paman Jen pernah memburuk-burukan nama Paman Han di depanku, dia bilang Paman Han bersekongkol dengan bangsa Mongol. Sekarang terbukti tuduhannya itu tidak benar! Mengapa dia menuduh Paman Han begitu"
Apa karena dia salah paham ata sebab lain" Ibuku juga tidak cocok dengan Paman Jen ini, tetapi Ibu bilang Paman Jen itu orang jujur, malah kata Ibu dia seorag Bu-lim Cianpwee yang sangat terkenal dalam Dunia Persilatan. Jadi tidak mungkin kalau dia menginginkan harta Paman Han!"
pikir Kok Siauw Hong. Malam itu mereka telah tiba di tempat tujuan. Bersama para pengungsi mereka masuk ke dalam kota Lok-yang.
Malam itu juga mereka bertemu dengan Liok Kun Lun, ketua perkumpulan Kay-pang. Dari Liok Kun Lun inilah Kok Siauw Hong baru mengetahui bahwa Ci Giok Phang telah sampai ke markas Kay-pang, malah sekarang Ci Giok Phang bersama Jen Thian Ngo sedang mengawal harta yang akan disumbangkan kepada para pejuang. Mendengar keterangan ini Kok Siauw Hong terkejut bukan kepalang, sedangkan Kiong Mi Yun malah tertawa dingin.
"Bagaimana Han Toa-ko, apa kau masih belum percaya pada kata-kataku?" kata nona Kiong.
Liok Kun Lun tertegun mendengar ucapan nona Kiong itu.
"Apa maksud kata-kata Nona Kiong?" kata Liok Kun Lun.
796 Kok Siauw Hong sadar ini masalah besar, maka dia tidak berani membohongi Liok Kun Lun.
"Terus terang Nona Kiong mencurigai Pamanku, katanya Pamanku itu mengincar harta itu! Ucapan Nona Kiong cukup beralasan karena dia melihat sendiri Paman Jen membongkar semua peti yang ada di rumah Paman Han!" jawab Kok Siauw Hong.
Sambil menggelengkan kepala Liok Kun Lun berkata lirih.
"Jen Lo Cian-pwee saat ini merupakan tokoh persilatan tua yang gagah berani, bahkan namanya sangat terkenal.
Mana mungkin dia berbuat seperti itu?" sanggah Liok Kun Lun.
Kiong Mi Yun tertawa dingin mendengar sanggahan itu.
"Hm! Kelak saat kalian percaya pada kata-kataku, maka menyesal pun aku kira sudah terlambat!" kata Kiong Mi Yun sinis.
Kok Siauw Hong menyela. "Maksud Nona Kiong baik," kata Kok Siauw Hong.
"Sekalipun ternyata dia salah menilai Pamanku, aku tidak akan menyalahkan dia! Liok Pang-cu, bagaimana kalau kami bertiga pergi menyusul rombongan yang membawa harta itu. Siapa tahu kami bisa membantu mengawal harta itu dengan selamat?"
Kong-sun Po pun ikut bicara.
"Saudara Kok benar, ini bukan karena kami mencurigai Paman Jen tetapi jika bertambah orang yang mengawal harta itu aku kira itu lebih baik lagi. Dengan demikian kita bisa mengurangi bahaya yang mengancam harta itu!" kata Kong-sun Po.
797 Sebenarnya Liok Kun Lun sangat percaya pada Jen Thian Ngo. Tetapi setelah mendengar keterangan Kok Siauw Hong dan Kiong Mi Yun dan melihat Kok Siauw Hong pun mencurigai pamannya, Liok Kun Lun lalu berpikir. Tak lama Liok Kun Lun mengambil keputusan.
"Baiklah! Jika kalian bersedia membantu tentu saja lega hatiku!" kata Liok Kun Lun.
Maka berangkatlah Kok Siauw Hong ditemani oleh Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun. Tak lama mereka sudah berhasil menyusul rombongan Jen Thian Ngo. Ketika mereka tiba Kok Siauw Hong melihat Jen Thian Ngo sedang bertarung sengit sekali melawan See-bun Souw Ya.
Dia kaget tetapi hati anak muda itu sedikit lega.
"Ah, ternyata aku salah telah mencurigai Paman Jen?"
pikir Kok Siauw Hong. Saat itu situasi yang dihadapi Jen Thian Ngo maupun Ci Giok Phang benar-benar berbahaya. Menyaksikan hal itu hati Kok Siauw Hong jadi cemas bukan main. Dia segera berkata pada Kong-sun Po.


Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kong-sun Toa-ko, aku akan membantu Pamanku melawan See-bun Souw Ya, kau yang melawan Chu Kiu Sek!" kata Kok Siauw Hong.
"Baik," jawab Kong-sun Po.
Sesudah itu Kong-sun Po bergerak maju ke arah Chu Kiu Sek, dengan jurus Ki-hwee-soh-thian (Mengangkat obor membakar langit), Kong-sun Po menyerang Chu Kiu Sek dengan ujung payungnya yang lihay. Tahu lihaynya payung Kong-sun Po si Iblis Tua buru-buru berkelit dan langsung balas menyerang Kong-sun Po dengan sebuah pukulan yang dasyat.
798 Sesudah Ci Giok Phang bisa meloloskan diri dari hadapan Chu Kiu Sek, dia bisa langsung bergabung dengan Kiong Mi Yun dan langsung menyerang tentara Mongol yang sedang mengepung anggota Kay-pang. Mereka berhasil menolong anggota Kay-pang yang terkepung oleh tentara Mongol yang ganas itu. Dalam pertarungan yang kacau itu sekarang pihak Kay-pang tidak terdesak lagi seperti tadi.
Melihat Kong-sun Po mampu menghadapi Chu Kiu Sek, Kok Siauw Hong lega hatinya. Tapi mendadak Kok Siauw Hong mendengar teriakan Jen Thian Ngo yang sengit.
"Iblis Tua, aku akan adu jiwa denganmu!" bentak Jen Thian Ngo dengan gagah.
Ketika Kok Siauw Hong menoleh ke arah suara pamannya, dia lihat Jen Thian Ngo terhuyung, dia terkena pukulan yang dilancarkan oleh See-bun Souw Ya, tapi beruntung Jen Thian Ngo berhasil menusuk dengan pedangnya ke arah See-bun Souw Ya dan berhasil melukai bahu kanan si Iblis Tua See-bun Souw Ya.
"Oh sayang, tusukanku tidak mengenai tulang pipe si Iblis Tua!" kata Jen Thian Ngo sedikit kecewa.
"Jen Thian Ngo, aku ingin tahu berapa hebatnya kau mampu menangkis pukulan Hua-hiat-to ini!" kata See-bun Souw Ya sambil meringis kesakitan.
Kembali keduanya bertarung dengan hebat. Tapi dari mulut Jen Thian Ngo kelihatan darah segar mengalir.
Menyaksikan hal itu tentu saja Kok Siauw Hong kaget bukan kepalang. Buru-buru pemuda itu menerjang ke arah kedua jago tua yang sedang bertarung itu, tetapi gerakan Kok Siauw Hong agak terhambat oleh serbuan prajurit Mongol yang langsung menghadang pemuda ini.
799 Dengan gagah Kok Siauw Hong menerjang dan
mengayunkan pedangnya ke berbagai penjuru, dia menyerang tentara Mongol dengan hebat. Serangan Kok Siauw Hong ini hebat sekali, dia berhasil memporak-porandakan para pengepungnya dengan mudah sekali.
Tetapi tidak urung kepungan tentara Mongol itu tetap menyita waktu yang tidak sedikit.
Saat itu baik Jen Thian Ngo maupun See-bun Souw Ya sedang saling menyerang dengan hebat; serangan-serangan dari kedua ago tua ini sangat dasyat dan mengerikan.
Kelihatan See-bun Souw Ya melancarkan serangan maut, dan serangan itu berhasil mengenai dada Jen Thian Ngo.
Sebaliknya serangan Jen Thian Ngo pun berhasil melukai perut See-bun Souw Ya, hingga pakaian si Iblis Tua iu berlumuran darah.
Legenda Kematian 3 Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe Karya G K H Pendekar Buta 2

Cari Blog Ini