Tugas Rahasia Karya Gan K H Bagian 6
Mendadak terdengar suara percikan yang perlahan namun ramai dan cukup panjang dari atas nampan, ternyata teratai diatas nampan itu satu persatu mulai mengering terus merekah, biji tertiai berjatuhan diatas nampan dan bergelinding kian kemari. Hadirin melihat jelas biji teratai itu sebesar kacang, semuanya bulat berwarna kehijauan gelap dilingkari jaiur benang warna merah, diantara hadirin tidak sedikit yang luas pengalaman namun sebelum ini mereka hanya pernah dengar, belum pernah saksikan sendiri.
Ternyata setelah biji teratai berjatuhan baru harum tadi semakin tebal, karuan hadirin seperti berlomba saja mengendus-endus sekuatnya, karena baru harum ini mendatangkan gairah dan semangat, dari sini dapat mereka rasakan bahwa berita yang mengatakan bahwa teratai darah adalah bahan utama untuk menambah tenaga bagi seorang pesilat agaknya memang benar.
Semula ada sementara hadirin merasa kecewa dan putus asa setelah terjadinya perobahan yang tidak diharapkan. Liong-bun Pangcu menculik calon mantu tuan rumah, pesta perkawinan ternyata masih tetap berlangsung dengan Utti Ou dan Gin-koh sebagai penganten-nya kini setelah melihat Hun Hwi-nio betul-betul keluarkan biji teratai baru lega dan senang hati mereka, yang duduk dibelakang malah menyesal kenapa /
leher sendiri tidak bisa mulur untuk bisa melihat lebih jelas ratusan biji teratai didalam nampan.
Kui-bo Hun Hwi-nio tetap mengulum senyum,katanya: "Lion-ji, haturkan biji teratai kepada para tamu, pertama kau haturkan dulu kepada sepasang mempelai."
Dengan pakaiannya yang lembut melambai Hun Lian bergerak lincah dan enteng, hanya sekali melejit sudah melompat kedepan Utti Ou, lekas Utti Ou ambii sebutir langsung dimasukan kedalam mulut. tanpa dikunyah langsung ditelan, katanya dengan mata mendelik: "Bagaimana rasanya belum kucicipi, marilah sebutir lagi," sambil bicara tangannya terulur lagi"tapi Hun Lian sudah menyingkir hingga tangan Utti Ou meraih tempat kosong.
Karuan hadirin bersorak geli, ada yang berseloroh: "Seperti babi tak pernah makan apel. mendapat rejeki langsung dicaplok saja, sudah tentu tiada rasanya ada pula yang berseru: "Ah, kenapa kalian bisa diapusi Dia sengaja membadut untuk memperoleh bagian lebih banyak."
Di tengah sorak sorai hadirin. Gin-koh juga ambil sebutir langsung dimasukan kemulut Selincah kupu Hun Lian sudah berkelebat pula kearah lain, dimulai dari ujung timur dia bergerak menuju kebarat, dimana dia lewat para tamu ulur tangan mengambil sebutir, semua langsung dimasukan kemulut, ada yang langsung ditelan ada pula yang dikunyah dengan lahap, namun banyak diantaranya setelah menelan biji teratai lantas duduh bersimpuh, namun ada pula yang berdiri atau jungkir balik, maklum yang hadir adaiah jago-jago kosen yang mempelajari berbagai aliran Lwe-kang, dalam latihan sudah tentu mempunyai cara dan gayanya sendiri, dalam waktu singkat ada yang dadanya turun naik, napasnya menderu seperti knalpot, ada pula yang bermuka pucat lalu merah darah. Yang paling tenang hanya Oh sam Siansing dan Pak-to Su-seng, mereka memejam mata samadi seperti Hwisio menyepi, uap putih mulai mengepul seperti mercu dari kepala /
mereka. Walau keadaan mereka sedikit berbeda, namun itu hanya karena cara latihan yang berbeda, yang terang daiam sekejap ini, mereka sudah mendapat kemajuan yang luar biasa dalam latihan Kungfunya.
Sementara itu Hun Lian sudah berada didamping Hun Hwi-nio. sekali mengebas degan lengan baju, sisa puluhan butir biji teratai diatas nampan telah digulungnya kedalam lengan baju, Hun Lian melenggong, pandangannya penuh tanda tanya kearah ibunya.
Dengan pandangan tajam bengis Kui-bo menyapu pandang semua hadirin, lambat na-munpasti mulai tampak perobahan mimik mukanya, lambat-lambat terbetik secerah senyuman diujung mulutnya, sebaliknya rasa kuatir dan bingung diwajah Hun Lian bertambah tebal katanya periahan:' Ma, jika ada yang tidak setuju........"
Kontan Kui-bo meliriknya tajam, katanya: ,,Tutup mulutmu Sudah tentu aku punya akal, tak usah kau banyak mulut."
Hun Lian menghela nafas lalu menunduk kepala, Kui bo angkat sebelah tangannya, empat orang segera menggotong sebuah kursi besar berukir dan berat ditaruh dibelakang Kui-bo Hun Hwi-nio Kui bo langsung duduk bertengger diatas kursinya, diapun memejam mata seperti samadi.
Kira kira satu jam kemudian, ada sementara tamu yang sudah usai dengan semadinya, mereka mulai bergerak, semua mengunjuk rasa lega dan senang, tidak lama lagi seluruh hadirin sudah pulih seperti sediakala maka ramailah saara ucapan terima kasih kepada Kui-bo yang dianggap baik hati.
Kui bo hanya tersenyum tanpa memberi komentar akan keramahan hadirin, setelah suara ramai sirap baru Kui bo buka mata dan berkata perlahan: .Hadirin sekalian, Kecuali untuk menghadiri pesta pernikahan puteriku, kuundang kalian untuk merundingkan satu kerja besar yaing menyangkut hidup mati kaum persilatan, nanti aku mohon pendapat dan usul kalian." /
Hadirin segera tutup mulut dan mendengar pidato Kui-bo mereka saling pandang dan tidak tahu kemana juntrung ucapannya, namun mereka sudah mendapat bantuan sebutir biji teratai, umpama segan mendengar juga terpaksa harus mendengarkan penuh perhatian.
Kedua tangan Kui-bo diletakan di andaran kursi besarnya, kelihatan sikapnya seperti ratu saja layaknya, dengan lantang dia. melanjutkan pidatonya: "Kebesaran Kim hou-po yakin hadirin sudah pernah mendengar, tentu kalian juga tahu bahwa putriku pernah menyelundup ke Kim-hou-po, syukur dia berhasil meloloskan diri pula, kaiian pasti tidak menduga, betapa banyak jago-jago dari golongan yang berada di Kim hou-po"
Hadirin mulai mengerut alis, yang hadir semuanya adalah jago-jago Bulim yang datang dari Tionggoan. Kebesaran Kim hou-po merupakan tenaga misterius dalam pandangan orang-orang persilatan di Tionggoan, Umurnnya kaum persilatan menghindar diri bila diajak bicara tentang Kim-hou po, kuatir ketiban bencana atau kesulitan. Tapi dalam pidatonya jelas Kui-bo Hui Hwi-nio hendak memancing pendapat umum untuk membicarakan Kim hou-po.
Disaat Kui bo merandek sebentar, terdengar seorang menyeletuk:"Kim-hou-po menutup pintu terjaga ketat dan keras, kecuali pihak sendiri minta perlindungan kedalam benteng. selamanya belum pernah dengar orang mereka membuat onar diluar. peduli amat dengan mereka?"
"Kalau tuan berpendapat demikian, kukira keliru sekali." jengek Kui-bo, "menurut apa yang diketahui oleh putriku, Kim hou-po Pocu selamanya tak pernah unjuk diri, segala urusan ditanggulangi oleh Sau-pocu dan Thi-an-te siang-sat-jiu Tadi Sau-pocu berada disini, beium lama dia pergi, bagaimana Kung funya kalian juga sudah menyaksikan, dari gelagatnya dapat kita simpulkan,bahwa Kim hou-po jelas akan /
memperalat jago.jago kosen itu untuk merajai dunia persilatan."
Makin tak karuan perasaan hadirin mendengar nada ucapau Kui bo, terasa oleh mereka bahwa Kui-bo masih punya tujuan lebih besar yang akan dan belum diutarakan.
Sudah puluhan tahun Kui bo Hun Hwi-nio berkuasa didarah luar terpencil ini, sejak meninggalkan Tionggoan, sampai sekarang belum pernah dia menginjak langkahnya di Tionggoan, umpama benar Kim hou-po pocu atau Sau Pocu punya ambisi sebesar itu, boieh dikata tiada sangkut pautnya dengan dirinya yang jauh berada ditempat belukar ini. kenapa dia bersikap serius dalam membicarakan soal ini" Umpama kata Kui-bo bermaksud baik memberi peringatan kepada mereka, urusan tiada sangkut paut dengan dirinya, lalu kenapa sikapnya begitu serius"
Maka hadirin berbisik-bisik. Perlahan Kui-bo berdiri dan berkata pula : "Hadirin sekaitan, kami bisa mengadakan pertemuan ini, terhitung memang ada jodoh. ada sebuah permintaan ingin aku ajukan kepada kalian, entah sudi tidak menyetujui."
Hadirin diam menunggu pidatonya lebih lanjut, namun satu sama lain beradu pandang, tiada yang tahu apa kehendak Kui-bo. Terdengar Kui-bo melanjutkan : "Sekarang jago-jago kosen yang ada di Hiat-lui-kiong kutanggung takkan kalah banyak dibanding Kim hou po, sekian banyak orang kumpul jadi satu memang jarang terjadi, kesempatan baik ini kurasa jangan dibuang percuma, bagaimana kalau hari ini juga kami sumpah setia bersama untuk memilih dan angkat seorang Bengcu. berjuang berdampingan untuk melawan Kim hou-po, entah bagaimana pendapat kalian ?"
Pidato Kui-bo diucapkan secara datar seperti orang omong seenak udelnya saja, tapi hadirin seluruhnya tokoh-tokoh silat yang kosen. sudah tentu mereka tahu dan merasakan kemana kiblat perkataannya, jikalau mereka bertindak sesuai /
yang dikatakan Kui-bo. maka pertumpahan darah besar-besaran bakal terjadi dalam Bulim
Maklum jago jago yang hadir dalam balairung ini hampir berjumlah dua ratus orang hampir termasuk inti kekuatan kaum persilatan di Tionggoan, padahal betapa banyak jago-jago silat yang ada di Kim-hou-po, walau belum diketahui, tapi selama beberapa tahun ini jago-jago silat besar dan kenamaan yang mendadak lenyap tak karuan parannya tak terhitung banyaknya, berapa jumlahnya hadirin kira-kira bisa membayangkan.
Umpama rencana Kui bo terlaksana dengan seluruh kekuatan jago jago yang hadir di Hiat-lui-kiong ini menyerbu ke Kim-hou-po, peduli pihak mana yang menang, korban jiwa jelas pasti terjadi, itu berarti kaum persilatan akan banyak dirugikan, dan kemungkinan terbesar adaiah kedua pihak gugur atau hancur bersama, bagaimana mereka mau melakukan tindakan yang tidak patut dipuji ini "
Disaat hadirin kaget dan melenggong, terdengar Pak-to Suseng menghela napas, katanya : ,,Kui-bo, banyak terima kasih pemberian biji terataimu, tapi persoalan yang kau ajukan itu sukar kami menerimanya, malah perlu kuanjurkan batalkan saja niatmu dan jangan laksanakan secara kekerasan atau paksaan."
Sikap Pak-to Suseng ramah dan lembut beberpa patah katanya justru dilontarkan dengan nada keras dan kaku. Thi-giam-ong adalah orang pertama yang menyokong : , Kui-bo. walau kau menjadi comblang pernikahanku, tapi usulmu itu tidak bisa kuterima."
Menyusul teriakan Thi-giam-lo empat puluhan orang serempak berseru : "Harap Kui-bo maafkan, kami tak bisa menerima usulmu."
Maka ramailah seruan hadirin yang menolak usul Kui-bo. Ternyata Kui-bo tetap berdiri santai, sedikitpun tidak marah /
mendengar maksudnya ditentang, terutama teriakan Thian-lam-siang-jan paling keras dan tajam : "Teratai darah sudah kami telan, untuk apa kita tinggal di sini lebih baik bubar saja."
Seketika seruan Thian lam siang jan mendapat applus yang ramai dari hadirin tampak Thian-lam siang-jan sudah mempelopori gerakan ini, hanya sekejap mereka sudah melesat kepintu gerbang Walau banyak yang merasa sungkan, tapi tidak sedikit pula yang mengikuti jejak Thian-Iam siang-janf berbondong-bondong mereka beranjak keluar.
Baru sekarang Kui-bo Hun Hwi-nio berkata kalem, namun suaranya ditekan dengan tenaga dalamnya : ,,Harap kalian tunggu se bentar, tunggu dulu hingga penjelasan selesai kami kalian mau pergi atau tetap tinggal di sini terserah pilihan kalian sendiri."
Terpaksa Thian-lam-siang-jan menghentikan aksinya diambang pintu, biji matanya yang jelalatan mendelik tak sabaran, sikapnya seperti berang dan ogah, namun mereka menuggu ditempat itu. Sudah tentu orang-orang dibelakangnya terpaksa ikut menghentikan langkah.
Terdengar Kui bo berkata : "Kalian tahu sejak lama aku hidup di Biau kiang. bahwa aku pernah belajar dibawah didikan Sam-boa Niocu. kukira jarang ada orang tahu"
Bahwa Kui bo mendadak merobah arah bicaranya, sudah tentu hadirin keheranan pula, hanya seorang mendadak memekik kaget dan ngeri, waktu hadirin menoleh kearab datangnva suara, tampak orang ini besar kepala badan kecil, pertumbuhan badannya amat ganjil dan lucu, ada juga hadirin yang kenal dia sebagai Liong bin Siangjin dari Liong-bin-si yang terletak dipinggir timur Thian ti di Hun lam Kungfu Liong-bin tidak, begitu tinggi, namun pergaulannya dalam Bulim amat luas, supel dan banyak bersahabat, jiwanya jujur. Sering terjadi petikaian antar perguruan dalam Bulim, bila dia mengajukan diri melerai pertikaian ini, cukup beberapa patah /
katanya urusan akan beres dan damai. Peduli jago silat dan gotongan putih atau aliran hitam tiada yang menghormati dirinya. Maklum selama puluhan tahun ini dia bertindak secara jujur dan lurus.
Kini Liong-kin Siangjin mendadak menjerit takut dan ngeri, sudah tentu hadirin mengkirik, yang kenal segera maju bertanya : ,Ada apa Siangjin?"
Dengan muka pucat Liong bin Siangjin menuding Kut-bo Hun Hwi-nio, sesaat lamanya baru dia mengeluh sekali lagi lalu memekik : "Habislah kita semuanya."
Pekik suaranya seperti meratap minta ampun, siapapun yang mendengar akan merinding dibuatnya, tiada hadirin yang tidak merasa seram, tampak sambil memekik Liong-bin Siangjin berjingkrak berdiri hingga meja didepannya di terjang terbalik jauh ke-depan. Dengan langkah sempoyongan dia memburu kedepan Kui-bo, lalu mencengkram lengan Kui-bo serta membentak beringas : Kau . . . mencampur ulat apa didalam makanan kita ?"
Mendengar Liong-bin Siangjin menyebut 'ulat', baru dua ratusan jago-jago silat itu sadar dan menjerit kaget semua, kini baru -rereka teringat orang macam apa sebenarnya Sam-hoa Niocu.
Dalam daerah Biau-kiang dengan penduduknya yang masih serba primitif, cara melepas ulat adalah merupakan kepandaian atau senjata mereka untuk membela diri, kepandaian ini sudah merupakan tradisi yang turun temurun sejak ribuan tahun Sam hoa Niocu adalah kependekan dari Kim hoa Niocu Gin hoa Niocu dan Thi-hoa Niocu. Didaerah Biau-kiang ada empat ratus tujuh puluh lebih gua, semua menyembah Sam-hoa Niocu sebagai ekepandaian Sam hoa Niocu menggunakan ulat juga berbeda satu dengan yang lain. setiap orang hanya diajari satu macam, bukan soal gampang untuk memperoleh julukan Sam-hoa Niocu, generasi demi generasi terus diturunkan, tadi Kui-bo Hun Hwi-nio pernah /
bilang, diwaktu mudanya dia pernah berguru kepada Sam-hoa Niocu, semula orang banyak tidak tahu atau tidak ingat macam apa sebenarnya Sam hoa Niocu, tapi setelah Liong bin Siangjin menjerit ngeri dan menyebut tentang ulat, baru hadirin sadar.
Hun Hwi-nio tertawa lebar, katanya: "Betul, aku memang menggunakan ulat tanpa bentuk, tapi bukan kucampur dalam makanan, tapi kucamour didalam biji teratai yang sudah menjadi idaman kalian."
Kepandaian Sam hoa Niocu menggunakan ulat memang hebat luar biasa, banyak ragamnya, ulatnyapun terdiri berbagai jenis, ragamnya tidak kurang ratusan macam, sebagian besar hadirin datang dari Tionggoan, sudah tentu jarang yang tahu seluk beluknya, jarang yang tahu apa sebenarnya 'ulat tanpa bentuk' itu, namun Kui bo sudah menjelaskan bahwa didalam biji teiatai yang mereka telan tadi sudah dicampur ulat, itu berarti seluruh hadirin sudah pecundang diluar sadar mereka, serempak mereka menjerit gusar serta merubung maju kearah Kui-bo
Di tengah keributan itu suara Liong-bin Siangjin paling menonjol: "Kenapa kau berbuat sekeji ini, lekas berikan obat penawarnya."
Kui-bo Hun Hvvi no menjengek dingin, katanya: "Tujuanku tidak lain supaya kalian bersatu padu menghadapi Kim hou-po"
Kontan Thian-lam-siang jan menjerit beringas: "Berikan obat penawar." belum habis bicara bayangan mereka sudah melejit ke-udara melewati kepala orang banyak mencakar kearah muka Hun Hwi-nio.
Betapa cepat dan tangkas gerakan dan serangan keji mereka, orang pasti sukar percaya bahwa kedua orang ini tanpa daksa malah cengkraman mereka langsung mengincar /
muka dan leher Hun Hwi-nio yang mematikan. Sebat sekali tubuh Hun Hwi-nio berkelit mundur.
Diluar dugaan serangan ganas dan cepat Thian lam-sisng jan itu ternyata hanya gertak ambel belaka, baru saja Kui-bo menyurut mundur, di mana kedua tangan mereka menekuk, kontan Hun Lian menjerit kaget, hakikatnya kesempatan menyingkir tiada, tahu-tahu sudah dibekuk Thian tam-siang-jan dari kiri kanan Dengan jurus kiri kerbau kanan kuda salah satu tipu dari Siu-lo cap-jit-sek-nak-hiat hoat mereka mencengkram Hiat-tu pelemas dikanan kiri pinggang
Begitu berhasil membekuk Hun Lian, segera Thian-lam-siang-jan berteriak:"Jangan takut, putrinya berada ditangan kami, memangnya berani dia tidak menyerahkan obat penawar."
Disaat Thian lam-siang-jan beraksi, ada beberapa jago kosen yang lain juga bergerak, maka terdengarlah deru angin yang ribut disertai suara ,Plak plok" yang ramai, dari depan Hun Hwi-nio menangkis pukulan Oh sam Siansing, dari kiri menyambut serangan Pak-to Siansing, sementara tubuh atas menjengkang kebelakang menyambut pukulan Cin-loyacu, sebat sekali tubuhnya sudah berputar, dengan sikutnya dia menyodok Thi-giam-ong Utti Ou hingga mempelai laki-laki ini jatuh terjangkan kedalam pelukan Gin-koh
Gin koh membimbing Utti Ou berdiri, teriaknya: "Kui-bo, jangan kau berdosa terhadap seluruh orang dalam jagat ini."
Dalam sekejap Kui bo Hun Hwi nio sekaligus menyambut serangan empat jago kosen, ternyata para pengeroyoknya tiada yang unggul meski hanya seurat, malah disaat Gin-koh buka suara, tubuh Hun Hwi-nio sudah melambung tinggi, pada hal orang banyak merubung maju berarti mengepungnya di tengah. ke manapun dia menyingkir tetap dijadikan sasaran pukulan orang banyak, kepandaian Kui-bo memang hebat luar biasa, hanya sekali lompatan tubuhnya ternyata meluncur keatas belandar. /
Utti Ou berteriak: "Kau pandai Ginkang memangnya orang lain tidak mampu?"
Utti Ou berteriak demikian karena dia sendiri tidak mahir dalam bidang ini, saat mana Gin-koh sudah menarik krudung muka, membanting perhiasan diatas sanggulnya, mencopot pakaian manten, bagian dalam ternyata dia tetap mengenakan pakaian serba perak, sekali menjejak tubuhnya meluncur lurus seperti roket hingga diatas belandar pula
Tidak sedikit yang mengikuti jejak Gin-koh, dalam sekejap itu sedikitnya ada dua puluh orang melompat keatas belandar. Dengan menjinjing Hun Lian di tangan kiri Thian-lam siang-jan juga melambung pergi menuju sepojok ruangan, gerakan mereka teramat cepat, pada hal Kungfu Hun Lian cukup tinggi, tapi dikempit kedua orang ini sedikitpun dia tidak mampu meronta. Thian-lam-siang-jan langsung berdiri mepet dinding, jelas kuatir Kui-bo menyergap mereka menolong putri kesayangannya ini,
Jilid ke : 9 Dalam keadaan gawat ini, Hun Lian boleh dikata satu-satunya orang yang dapat menolong dan membebaskan mereka, jikalau Hun Lian direbut lagi oleh ibunya, maka kecuali tunduk dan patuh akan perintah Kui-nio, mereka tiada pilihan lain.
Keributan yang terjadi kali ini lebih besar dari tadi. Begitu berada diatas belandar Kui-bo lantas memperdengarkan kekeh dingin yang menyeramkan, sekali bergerak entah bagaimana tahu-tahu tangannya sudah memegang sebatang dahan pohon dahan pohon ini melingkar-lingkar mirip akar pohon tua. Orang orang yang sudah lompat keatas belandar juga tahu kelihayan Kui bo apalagi mereka sudah terkena urat maka tiada yang; bertindak secara gagabah mereka mengawasi dengan pandangan curiga dan penuh tanda tanya. /
Dari pojok ruangan Thian lam siang-iau membentak : "Lekas serahkan obat penawarnya, bila kami kerahkan tenaga jiwa putrimu melayang seketika"
Kui bo yang duduk diatas belandar, kembali dia menjengek dingin: "Baik."' serempak dia ayun tangan, maka dua bintik sinar bintang emas dengan mendengung melesat keluar dari dahan pohon, daya luncuran dua bintik terang itu sungguh cepat luar biasa, hingga tak terlihat jelas oleh siapapun, arahnya ke tempat Thian-Iam siang jan, orang banyak menduga senjata rahasia lihay namun gaya luncurannya seperti binatang hidup.
Kejadian laksana kilat menyambar, di-tengah seruan kaget orang banyak kedua titik bintang itu sudah melesat kemuka Thian-lam siang-jan, kedua orang cacat ini juga menduga Kui bo menyerang dengan senjata rahasia, dalam hati mereka masih merasa geli, dikiranya Kui-bo sudah, kebingungan karena putrinya dijadikan sandera, maka menimpukan senjata rahasia, padahal dengari bekal kepandaian mereka, memangnya takut diserang Am-gi"
Pikiran kedua orang cacat ini ternyata berpadu, serempak mereka kerahkan tenaga, lalu mengebas dengan lengan baju kearah dua bintik sinar yang menerjang tiba. Dengan bekal Lwekang kedua orang ini. mesti hanya kebasan lengan baju juga tidak kalah keras dari sampukan senjata berat, umpama Am-gi itu. dilempar dengan kekuatan dahsyat juga pasti bisa dikebasnya jatuh.
D saat lengan baju mereka mengebas itulah kedua bintang-bintang itu mengeluarkan dengung suara lebih keras, tiba-tiba mumbu ke atas, ditengah udara berputar setengah lingkar terus menukik kebatok kepala Thtan am sang jan begitu cepat sambaran kedua bintik sinar ini, sebelum Thian Iam lang-jan sempat angkat kepala, kedua bintik sinar itu sudah hinggap dimuka mereka. /
Karuan bukan kepalang kaget Thian lam -siang-jan, namun dalam sekejap itu pula, muka dimana kedua bintik sinar itu menyentuh terasa linu pedas, namun tidak menimbulkan efek sampingan apapun, karunan mereka tertegun. Baru sekarang orang banyak melihat jelas kedua bintik bintang yang melesat terbang kemuka Thian lam-siang-jan ternyata benda hidup. Benarnya seperti biji asam, tumbuh sayap kecil warna kuning dengan tubuh berwarna kuning emas, bentuknya mirip kumbang, saat itu kedua binatang kecil ini berhenti sambil menggetar kedua sayapnya.
Thian-lam-siang-jan melengak sekilas saja, tanpa janji keduanya angkat tangan terus menebuk "Plak", muka sendiri digampar nya namun kedua kumbang emas itu juga ketepuk mati, waktu mereka membuka telapak tangan, mulut mendengus, serunya:"Hm, begini saja kemampuanmu?"
"Ya," sahut Kui-bo Hun Hwinio dengan tawa dingin, "tapi sudah lebih dari cukup."
Hakikatnya hadirin tiada yang tahu apa maksud perbuatan Kui-bo, tapi mendadak mereka mendengar Thian lam-siang-jan mencak-mencak seraya berteriak-teriak aneh. Jengek tawa Kui-bo sudah cukup membuat orang banyak merinding, namun teriakan Tbian-lam siang jan sekarang lebih menggiriskan, bukan saja tajam dan mengerikan seumpama jarum menusuk kegenderang kuping, siapa takkan bergetar hatinya mendengar jeritan yang menyayat bati. sampaipun Oh-sam Siansing dan Pak-to Suseng yang berkepandaian tinggi juga tidak terkecuali.
Kejadian lebih lanjut lebih mengejutkan lagi, Thian-lam-siang-jan lepaskan tangannya yang menelikung tangan Hun Lian, agaknya Hun Lian sudah menduga bahwa peristiwa ini bakal terjadi, begitu dirinya bebas, dengan mengerut alis lekas dia melompat pergi.
Dalam pada itu Thian-lam-siang-jan sedang mencekik leher sendiri, dari tenggorokannya mengeluarkan suara serak /
rendah seperti babi yang dicekik lehernya, mimik muka mereka amat kesakitan dan menderita luar biasa. Tubuh mereka sudah menyurut mepet dinding, berdiripun sudah tidak kuat lagi, pelan-pelan roboh tersungkur dikaki tembok, lalu meronta-ronta dan berkelejetan, kedua tangan mencekik leher makin keras, lambat laun kedua bola mata pun makin melotot besar.
Tak ada hadirin yang tidak merasa takut dan ngeri melihat nasib kedua orang cacat ini, maka tiada yang berani bergerak lagi, hanya suara aneh yang keluar dari tenggorokan Thian lam-siang-jan masih terdengar makin lemah, hadirin menjublek diam.
Maka Kui bo berkata dengan nada dingin: "Kalian sudah kena "ulat tanpa bentuk" yang beracun, tiada obat penawar untuk menolong jiwa orang yang terkena ulat tanpa bentuk, namun bila kalian tidak membikin aku marah, dan tunduk akan perintah dan kehendakku, pasti ulat itu tidak akan bekerja. Tapi sekali kalian membangkang dan menentang kehendakku, bila aku melepas Kim hong (kumbang emas), bila tubuh kalian terantup. maka ulat dalam tubuh itu akan mengamuk, kalian akan tersiksa selama tujuh hari tujuh malam baru binasa."
Sudah tentu ciut nyali para hadirin, apalagi Thian lam siang jan sudah menjadi contoh, tampak tubuh kedua orang ini seperti makin mengerut, hingga tulang mengecil kulit daging justru melembung, keringat tampak membasahi sekujur badan, keadaan mereka sudah tidak menyerupai manusia.
Betapapun lihay dan luas mengalaman seluruh hadirin, mereka adalah manusia biasa, melihat keadaan yang mengerikan ini, walau kejadian bukannya menimpa diri sendiri, tapi mereka juga seperti ikut tersiksa, bila teringat dalam tubuh sendiri juga sudah kena ulat beracun ini, bukan mustahil nasib sendiri juga akan seperti itu bila tidak tunduk perintah kui bo /
Perubahan drastis terjadi pula pada tubuh Thian-lam-siang jan, tadi tubuh mereka mengkeret, sekarang ternyata melar dan makin membengkak besar, terutama bagian muka mereka, saking besar melarnya hingga, mata, hidung mulut dan kuping sudah tidak bisa dibedakan lagi. demikian kuat kepalanya, rambutnya mulai rontok mirip ikan gelembung yang kering kepanasan.
Kui-bo tertawa dingin, katanya: "Kalian sudah saksikan sendiri" Siapa bekerja dengan aku, bila berhasil pasti banyak manfaat yang akan kalian peroleh, siapa berani menentang kehendakku, kedua orang ini sabagai contohnya."
Melihat betapa mengerikan siksa derita yang dialami Thian-Iam-siang-jan, siapa yang tidak mengkirik dan merinding, semua mandi keringat, tiada yang berani bercuit lagi.
Sesaat kemudian baru Oh sam Siansing buka suara : "Kui-bo, tadi kami saksikan, laju terbang kumbang emas memang amat kencang, tapi jikalau kami menyingkir jauh, yakin kau takkan mampu berbuat apa-apa."
Kui-bo terloroh-loroh bengis, kalau tadi dia bersikap ramah dengan senyum welas asih tapi sekarang sikapnya berobah sebuas binatang, loroh tawanya membuat merinding seluruh hadirin, katanya sadis: "Kumbang emas yang kupelihara kebetulan klop dengan jumlah kalian, jadi satu orang satu kumbang, kumbang yang satu berjodoh dengan ulat yang ada didalam tubuh kalian, umpama kalian berada ditempat yang ribuan jauhnya juga suatu ketika mereka akan menemukan jejak kalian, siapa diantara kalian mau mencobanya, boleh silakan pergi saja, yakin belum jauh kalian pergi, kumbang yang kulepaskan sudah pasti menyandak kalian"
Banyak hadirin merasa lega mendengar ucapan Oh-sam Siansing, namun setelah didebat Kui-bo kembali kuncup harapan mereka. Apalagi kulit daging Thian lam siang-jan sudah hampir pecah, entah kenapa kini mulai menyusut lagi, kecuali bola mata mereka yang masih bergerak, sekujur badan /
sudah lemas seperti tak bertulang lagt, keadaannya betul-betul tidak mirip manusia lagi.
Ditengah seringai buas Kui-bo mendadak dia membentak : "Seret keluar"
Dua jago kosen dari Hiat ling kiong mengiakan terus melangkah lebar kepojok sana, sekali ayun mereka melepas seutas tali kecil lembut laksana laso membelit kaki Thian lam siang jan terus diseret keluar. Kontan mereka menjerit dan merintih kesakitan seperti usus dipelintir atau isi perut diremas, tubuh mereka sudah hampir telanjang karena pakaian sudah koyak-koyak waktu badan mereka melar tadi.
"Kukira sudah cukup." ujar Kui-bo, "dibawah pimpinan Oh-sam Siansing dan Pak to Suseng, kalian boleh berangkat lebih dulu, berhenti dua puluh li diselatan Kim-hou po menunggu kedatanganku. Bila aku tiba di sana. siapa diantara kalian yang melarikan diri. hehe, awas rasakan sendiri akibatnya." beruntun dia tetawa dingin tiga kaki, tawa sadis, tawa yang kejam, tiada hadirin yang tidak merinding. Mimpipun mereka tidak mengira, hanya karena loba sebutir biji teratai, mereka harus mengalami nasib seburuk ini. Maka orang banyak merubung Oh-sam Siansing dan Pak-to Suseng, menunggu komandonya, sekaligus ingin tahu bagaimana reaksi kedua tokoh besar ini.
On-sam Siansing dan Pak-to Suseng saling pandang sekejap, Oh-sam Siansing bergelak tawa, katanya lantang: "Memang salah kita sendiri terlalu ceroboh, kini kejadian sudah terlanjur, apa pula yang bisa kita lakukan kecuali menurut kehendaknya ?"
Pak-to Suseng mengebas kedua lengan bajunya, meminjam daya kebasan ini tubuhnya melesat mundur kebelakang, serunya : "Hayolah beiangkat." /
Kalau kedua orang ini tidak mau menelan kerugian didepan mata, orang lain mana berani menolak, dengan muka cemberut pelan-pelan mereka bergerak keluar.
Lekas sekali sebagian besar hadirin sudah beranjak keluar, hanya Utti Ou dengan bola matanya yang melotot bundar mengawasi Kui bo. agaknya dia masih membandel Kui-bo tertawa katanya: "Kalian masih kemanten baru aku tidak akan suruh kalian menempuh perjalanan jauh, maka kutugaskan kalian berjaga di Hiat-lui-kiong saja."
Utti Ou menoleh dan mengedip kepada Gin-koh, Gin-koh lantas berseru melengking : "Kui bo, kami berbakti kepadamu, dari ribuan li jauhnya menculik Cia saucengcu kemari, ternyata aku dan Thi-jan juga tak terhindar dari muslihatmu, apa langkahmu tidak terlalu."
Kui-bo menyeringai, katanya "Aku tidak boleh pilih kasih, aku harus menegakkan kewibawaan, jikalau kau setia kepadaku Lwekangmu akan bertambah maju, memangnya tidak baik?"
Padahal Gin-koh dan Thi-jan Lojin memang sudah menghamba kepada Kui-bo. perintah Kui-bo kapan berani mereka menentang, maka kejadian itu sebetulnya tidak membawa perobahan bagi mereka. Tapi kalau dulu mereka bekerja secara sukarela, sekarang justru dipaksa oleh keadaan, jelas titik tolak persoalannya berbeda cukup jauh.
Sesaat lamanya Gin-koh kehabisan akal, waktu dia angkat kepala dilihatnya Utti Ou tengah mengawasinya dengan kasih mesra senyumannya mirip laki-laki bloon, tanpa sadar ia menghela napas, apa boleh buat terpaksa dia ikut menanggung nasib yang sama.
Rombongan besar Oa-sam Siansing sudah turun kebawah dan tiba dipinggir sungai. Orang-orang Hiat lui kiong suduh menyiapkan kapal besar, orang banyak diantara keluar perairan kebetulan ada angin buritan maka kapal maju tanpa /
makan banyak tenaga, enam puluh li kemudian kapal berlabuh, orang banyakpun mendarat
Sepanjang jalan rombongan jago-jago silat sebanyak hampir dua ratus ini seperti kawanan anjing yang keok dimedan laga, tiada yang bergairah bicara, bukan saja lesu merekapun patah semangat. Setelah semua mendarat kapalpun bertolak balik, semua berkumpul dipinggir hutan merubung sepuluhan jago jago yang paling top diantara mereka, mulailah mereka berdebat dan bicara mengajukan pendapat masing-masing. Liong-bin Siangjin adalah orang pertama yang angkat bicara : "Kuharap kalian jangan punya pikiran ingin mengadu untung, dulu pernah kudengar cerita orang bahwa Sam-hoa Niocu dari Biau kang ada mengajarkan puluhan atau mungkin seratus jenis cara memelihara dan melepas ulat beracun, diantaranya ulat tanpa bentuk bila kumat adalah yang paling mengerikan. Kecepatan terbang kumbang emas itu juga amat kencang, apa yang diucapkan Kui bo memang bukan gertak sambel."
Seorang berkata : "Lalu bagaimana " Memangnya kita harus tunduk dan patuh pada perintahnya" Mengempur Kim-hou po ?"
Liong-bin Siangjin menghela napas panjang, katanya : "Kecuali diantara kita ada orang yang mappu mencari bongkot akar pohon tempat Kui bo memelihara kumbang emas itu, lalu di masukan kedalam peti besi yang rapat serta membakarnya sampai mati, kalau tidak terpaksa kita harus menjalankan perintahnya."
Liong-bin Siangjin bicara dengan sikap serius dan nada tertekan, seluruh hadirin juga mendengarkan dengan prihatin. Tapi Pak-to Suseng berkata : "Siangjin, jangan kau berkelakar, memangnya siapa yang bisa turun tangan mencuri bongkot akar pohon itu ?"
Hadirin saling pandang lalu tertawa getir. Liong bin Siangjin berkata : "Pak to, jangan kau kira aku menggoda kalian, /
hanya ada seorang mampu melaksanakan tugas berat ini. hanya dia pula yang dapat menolong kita semua."
Karuan pernyataan Liong-bin Siangiin mendapat tanggapan serius para hadirin. Maklum Kungfu Liong biu Siangjin memang biasa saja, namun dia terpandang dan punya wibawa diantara kaum persilatan, adalah logis kalau dia memiliki kelebihan yang orang lain tidak punya, bahwa selamanya dia tidak pernah berkelakar atau membual adalah salah satu ciri kelebihannya, maka timbul setitik harapan dalam benak orang banyak, semua menunggu penjelasan Liong-bin Siangjin.
Liong-bln Siangjin berkata : ,,Orang itu adalah nona Hun Lian"
Hadirin menunggu dengan tegang, mereka kira Liong-bin Siangjin akan menampilkan seorang tokoh lihay yang cukup mengejutkan, kini mendengar calon penolong mereka adalah Hun Lian, semua orang lantas menyengir tawa. Beberapa orang yang berhati lemah terbayang selanjutnya mereka harus hidup dibawah orang serta terbelenggu kebebasannya, maka pecahlah isak tangis mereka.
Lekas Liong-bin Siangjin membujuk: "Saudara-saudara dengar dulu penjelasanku. Memang Kui bo pasti menjaga ketat dan menyimpannya secara rahasia agar kumbang emas itu tidak tercuri orang betapapun dia ketat menjaga dan mencurigai orang lain pasti tidak akan curiga kepada putri tunggalnya sendiri, apakah ucapanku tidak benar?"
"Beuil, apapun dia tidak akan curiga kepada putri sendiri. Tapi Hun Lian adalah putrinya, memangnya dia mau berkiblat keluar, membela orang lain memusuhi ibunya sendiri " Sudahlah, jangan kau singgung lagi soal ini." demikian debat Oh-sam Siansing.
"Oh-sam, umumnya gadis yang dewasa hatinya pasti berkiblat kepada orang lain,hanya ada satu orang yang dapat /
menunjuk dan menaklukan Hun Lian untuk melakukan akalku itu."
"Siapa?" beramai ramai orang banyak bertanya.
"Siapa lagi, sudah tentu Cia Ing kiat, Sau-cengcu Kim-liong ceng."
Hadirin terbeliak dan akur akan akal ini, walau sebagian besar orang-orang ini masih menyangsikan ucapan Liong-bin Siangjin, walau harapan itu terlalu jauh, namun setitik harapan sekalipun tidak salah untuk diraihnya. Apalagi orang banyak juga tahu, Hun Lian kenal Cia Ing-kiat di Kim-hou-po, kalau Kui-bo bisa suruh orang menculik Cia Ing-kiat kemari serta hendak mengawinkan putrinya kepadanya, sudah tentu Hun Lian sudah jatuh cinta kepada pemuda itu.
Tapi orang banyak juga tahu Cia Ing-kiat diculik pula oieh Liong-bun Pangcu, pada hal Liong-bun Pangcu terkenal misterius, jejaknya tidak diketahui, siapa dan bagaimana asal-usulnya juga tiada yang tahu. sejauh ini kaum persilatan belum ada yang tahu di mana letak markas pusat Liong-bun pang, lalu kemana mereka harus menemukan jejak Cia Ing-kiat" Maka orang banyak-kembali menj idi lesu. Oh sam Siansiu menghela napas, katanya: "Sekarang tiada jalan sama sekali kita patuh akan perintah Kui-bo, mempersiapkan diri ketempat yang ditentukan oleh Kui-bo, jumlan kita sekian banyak, supaya tidak menarik perhatian orang, kalian harus berpencar dan dibagi beberapa rombongan, terserah bagaimana kalian akan berangkat. Perlu kuperingatkan, apa yang diucapkan Liong-bin Siangjin bukan main-main, maka sepanjang jalan peduli menghadapi apa, jangan kalian menunda diri hingga terlambat, kalian harus bertanggung jawab kepada raga sendiri."
Mungkin baru pertama kali ini Oh sam Siansing bicara secara s Kaum persilatan memang hidup diujung golok dan pedang, tapi seseorang tidak mudah untuk menghabisi jiwa sendiri, maka hadirin tiada yang membantah, semua berjalan /
bersama teman yang dikenalnya baik, seperti datangnya mereka teras berpencar. Oh-sam Siansing dan Pak-to Suseng berangkat paling akhir,namun mereka juga tidak banyak bicara.
000)0(000 Setelah hujan lebat malam harinya, sejak pagi hingga lohor mentari semakin terik. Jalan raya menuju kesungai tak jauh di selatan Kim-hou-po sudah berderu dan kering kerontang, dermagapun retak-retak. Dermaga ini bukan lain adalah tempat penyebrangan waktu Cia Ing-kiat menyamar jadi Ciong Tay-pek merarikan diri dari Kim-hou-po dulu, didermaga ini kecandak para pengejarnya, waktu itu dia menyamar pula jadi petani muda sehingga lolos dari pengawasan Thian-te-siang-sat dan Toa-ho-sam-cu
Sejak perintiwa tragis itu, tiada orang berani menyebrang sungai dari dermaga ini sehingga tempat ini makin terbengkelai,gubuk pendek di mana kakek anak dan cucu bertiga yang memiliki kapal tambangan itu bertempat tinggal kini sudah ambruk sebagian, sekitarnya ditumbuhi rumput liar, jalanan yang tembus kearah dermaga ini pun sudah menjadi semak belukar.
Tengah hari itu terik mentari memang luar biasa, hingga orang merasa sesak bernapas, ditengah arus sungai yang bergulung-gulung tampak sebuah perahu kecil meluncur cepat menuju kedaratan Pemegang galah di atas perahu adalah seorang yang berperawakan tinggi besar dengan kain hitam mengke-rudung kepala, diburitan perahu ada dua ekor kuda berbulu putih salju, disebelah laki-laki berkerudung ini duduk seoraug gadis remaja yang mengenakan cadar deugan kain hitam mengikat sanggul, walau tak kelihatan raut mukanya, tapi dari perawakannya yang ramping semampai dapat dibayangkan bahwa gadis ini pasti cantik rupawan.
Lekas sekali perahu sudah menepi, pemegang galah agaknya cukup mahir mengendali perahu, dalam jarak tiga /
tombak sebelum perahu menyentuh daratan, jangkar yang terikat rantai sudah dilempar keatas daratan jangkar amblas kedalam tanah, laki-laki itu lantas menarik ramai hingga perahu lebih cepat merapat, gadis yang duduk dtujung perahu segera berdiri, setelah membetulkan sanggulnya dia menurunkan cadarnya, maka tampak wajahnya yang ayu jelita, gadis ini bukan lain adalah Hui Lian, putri Kui bo Hun Hwi-nio pemilik Hiat-lui-kiong.
Pemegang galah bambu itu ternyata beralis tebal, juga seorang perempuan, siapa lagi kecuali Li pi-lik. begitu perahu menepi Hun Lian mendahului lompat kedarat. dengan mulut cemberut Li-pi-lik seperti dirundung persoalan, dia ikut naik kedarat sambil menuntun kedua ekor kuda itu.
Hun Lian langsung menceplak kepung-gung kuda. katanya : "Berapa jauh tempat ini dengan Kim-hou-po ?"
"Hanya tiga puluhan li, rombongan orang itu mungkin sudah berada didepan."
Bercokol dipunggung kuda Hun Lian mengawasi arus sungai yang bergolak deras, katanya : "Lalu di mana sebetulnya Liong-bun-pang mendirikan pangkalannya "
Li pi lik tertawa getir, sesaat baru menggeleng kepala. Hun Lian berkata kurang gembira.Kau sebagai salah satu dari tiga saka sungai besar ini. padahal Liong-bun-pang juga beroperasi disekitar sungai, apa betul kau tidal tahu letak markas mereka?"
Mulut Li-pi-lik tetap cemberut lalu geleng kepala tiba-tiba Hun Lian mendengus, katanya gemes;" Jangan kau banyak pikiran.''
Agaknya Li-pi-lik sudah sekian lama memendam perasaan yang tak terlampias mendadak dia berteriik;"Aku bukan banyak pikiran. Kau hanya bertemu muka dua kali didalam Kim-hou-po. aku sebaliknya pernah dipeluk didalam air dan /
dibopong naik keatas darat, sudah selayaknya kalau aku lebih merindukan dia dari pada engkau.''
Hun Lian melotot, desisnya dingin".,,Berani kau bilang begitu lagi, selamanya jangan kau bertemu lagi dengan aku."
Bibir Li-pi-lik sudah terbuka, namun dia urungkan omongan yang hampir terlontar segera diapun melompat kepurugung kuda serta mengepraknya pergi. Lekas Hui Lian juga larikan kudanya, kedua kuda putih ini dibedal tanah gersang hingga menimbulkan kepulan debu tinggi dibelakang.
Jalan raya sejajar dengan sunrai yang menuju keutara ini ternyata sepi lengang ke cuali mereka berdua yang menunggang kuda tiada manusia atau binatang lain dijalan raya ini. Kini Hun Lian larikau kudanya disebelah depan Li pi-lik disebelah belakang. Kanan kiri jalan hanya ditumbuhi beberapa pucuk pohon yang jarang-jarang rasanya tiada tempat untuk orang sembunyi disana, maka Hun Lian tidak pernah melirik kiri atau kanan. kuda terus dilarikan dengan kencang. Li pi-lik masih ikut d belakangnya Disaat mereka melewati pula beberapa gerombol pohon mendadak sebatang pohon d sebelah kanan tak jauh disebelah depan pelan-pelan roboh melintang dijalan, menyusul selarik sinar berlebat, Li-pi-lik merasa sejalur angin kencang membawa sebuah benda menungkrup ke atas rapalnya.
Kejadian mendadak secara tidak terduga lagi, lagi pula Li pi-lik tidak perhatikan sebelum dia melihat jelas, namun hidung sudah mengendus bau amis, sebelum dia sempat berteriak lehernya tiba tiba seperti dijirat, lalu tubuhnya terangkat mumbul.
Padahal Li-pi-lik bukan kaum lemah, tapi perobahan ini terjadi secara cepat, disaat tubuhnya terangkat mumbul itu sempat didengarnya kuda tunggangannya masih lari ke-depan, namun kejap lain dia merasa dada terasa dingin, tenaga merontapun belum sempat dia kerahkan dia sudah tidak ingat apa-apa lagi /
Sementara batang pohon yang barusan ambruk ketengah jalan itu kini telah tegak berdiri pula, ternyata dahan pohon merekah dan bolong bagian tengahnya ditempat yang itu tampak sembunyi satu orang, orang ini berperawakan tinggi kurus, jikalau saat itu dia sedang menarikan kedua tangannyaa, sepintas lalu orang akan menyangka dia patung kayu, bukan manusia hidup
Tampak tangan kirinya memegang sebuah gelang besi, dia tas gelang besi diikat tali lemas, diujung tali itu, terpasang sebuah jaring tembaga, kepala Li-pi lik sudah terjaring rapat, darah tampak mengalir dari pinggir jaring yang menjirat kencang sementara tangan kanan juga memegang seutas tali, tali itu tertarik mengencang mencabut sebatang pisau runcing dari dada Li-pi lik.
Tubuh Li-pi-lik sudah menggeletak ditanah rumput, sekali sendal tangan kiri, jaring benang baja itu terlepas dan mencelat mumbul keudara menaburkan darah segar. Agaknya Li-pi-lik sudah ajal dengan leher terjirat dan dada tertusuk pisau, agaknya dia mati penasaran maka kedua matanya mendelik besar. Tapi pembunuh itu tidak hiraukan mayatnya, kepalanya, terangkat memandang jauh kedepan.
Orang kurus kering ini bertindak secara cepai dan cekatan, kematian Li pi-lik hanya berlangsung dalam sekejap. tanpa mengeluarkan suara terus roboh ketanah. Selesai membunuh Li pi lik, sementara Hui Lian masih terus mencongklang kudanya sejauh tiga puluhan tombak, gelagatnya dia tidak tahu bahwa lawan asmaranya ini sudah menemui ajal secara penasaran di tangan musuh yang tidak dikenal.
Maklum kuda tunggangan Li-pi-lik masih terus berlari d belakang. Orang kurus itu menggerakkan kedua tangan, jaring baja dan pisau runcing diujung talinya itu segera dia simpan dan diikat dipinggang terus mengembangkan Ginkang meluncur kedepan. /
Sungguh sebat gerakan orang kurus ini, begitu dia meluncur kedepan, ternyata menimbulkan deru angin yang menggulung ke-pinggir hinggi debu pasir dijalan raya beterbangan, lekas sekali dia sudah menyusul tiba, sekali enjot kaki .dengan enteng dia hinggap di punggung kuda yang tadi dinaiki Li-pi lik. Pelan pelandia tepuk tengkuk kuda, kuda itu segera mempercepat larinya hingga jaraknya lebih dekat dibelakang Hun Lian.
Setelah mendengar ucapan Li-pi-lik yang blak blakan tadi. mungkin Hun Lian merasa dongkol dan masgui maka dia tidak pernah menoleh lagi meski mendengar lari kuda di belakangnya menyusul makin dekat, karena dia tidak nenduga bahwa Li-pi-lik sudah mati, penunggang kuda sudah ganti orang lain yang juga mengancam jiwanya
Kuda itu dibedal makin kencang dan jarak juga makin dekat, kini tinggal lima kaki di belakang Hun Lian, tampak orang kurus itu mendekam tubuh kedepas, dari punggung kuda itulah dia menjulurkan jarinya langsung menutuk ke Sin tong hiat dipunggung Hun Lian.
Serangan orang kurus ini teramat cepat dan lihay, dalam keadaan tidak siaga dan tidak menduga, sepantasnya serangannya pasti kena sasaran dengan telak. Tapi Kungfu Huin Lian tidak bisa dibanding kepandaian Li pi-lik. begitu orang itu menuding dengan tutukannya yang keras, Hun Lian lantas merasakan adanya gejala tidat beres dibelakang firasat mengatakan bahwa seseorang membokong dirinya dari belakang, maka secara reflek dia mendoyong badan kepinggir.
Dalam waktu sesingkat itu susah dia menduga siapa gerangan yang membokong dirinya, maka dia menduga karena keki dan dendam mendadak timbul maksud jahat Li-pi-lik hendak membunuh dirinya, maka begitu dia mendoyong tubuh kepinggir sekaligus dia membentak : "Ingin mampus kau." /
Serangan itu amat cepat, ternyata gerakan menghindar Hun Lian lebih cepat lagi, "ser" tutukan jari nyerempet lewat dipinggang Hun Lian Baru sekarang Hun Lian melihat jelas pembokong dirinya ternyata adalah jari-jari angan yang kurus kering seperti cakar burung, jarinya panjang luius dan runcing. jelas ini bukan jari-jari Li-pik-li, baru sekarang dia tersirap kaget.
Dengan mendoyong tubuh kepinggir tubuhnya masih bergelantung di punggung kuda, kuda juga masih mencongklang kedepan begitu merasa gelagat jelek, secara reflek tangannyapun menepuk balik kearah cakar kurus kering itu. Begitu tutukan luput orang itupun segera menarik tangan, namun pada saat itu pula tubuh Hu Lian sudah meninggalkan punggung kuda. melebat miring keluar ditengah udara tuhunnya berputar seratus delapan puluh derajat baru kakinya hinggap ditanah, bentaknya : "Siapa kau ?"
Ternyata gerakan orang kurus iui juga amat tangkas, hampir dalam waktu yang sama diapun meninggalkan punggung kuda langsung menubruk. Begitu cepat tubrukan orang hingga Hun Lian tidak sempat melihat jelas tampang lawannya, cuma dia melihat bayangan orang yang bertubuh kurus kering tinggi langsung menubruk kearahnya. Kaiuan hati Hun Lian kaget tercampur gusar, diteTigah hardikannya pergetangan tangan terbalik selarik benang merah kontan melesat kedepan.
Benang merah ini pernah dipaksa balik oleh Sin-san lng Lui Ang-ing waktu masih di Hiat-lui-liong tempo hari, Kui-bo Hun Hwi-nio pernah memotongnya separo, namun panjangnya masih ada lima enam tombak, apalagi benang merah ini adalah senjata ampuh yang sejak kecil dibuat mainan oleh Hun Lian, begitu dia kerahkan tenaga benang merah itu bisa mengencang lurus seperti kawat, maka kali ini bayangan orang itu langsung ditusuknya dengan benang merah yang tegak kencang, dengan serangannya ini Hun Lian yakin dirinya /
berada dipihak unggul, diluar dugaan, disaat sinar merah berkelebat itu, bayangan orang itu mendadak juga melejit keatas udara.
"Plok" karena saluran tenaga dalam Hun Liau benang merah itu menjadi kaku lurus dan menusuk bolong baju bagian bawah orang, namun karena orang itu melayang keatas maka bajunya yang bolong tampak koyak besar.
Gerakan orang kurus ternyata cepat luar biasa, begitu tubuh melambung tanganpun bergerak, Hun Lian rasakau tubuhnya ditindih satu benda kemilau yang berat. Pada bal dia masih bercokol dipunggung kuda, sejak merasakan dirinya dibokong orang, dia sudah mendapat firasat bahwa orang ini tidak gampang dilayani, maka diapun sudah waspada, begitu jaring baja itu menungkrup turun, tubuhnya lantas miring dan meluncur minggir keluar. Sebelum kakinya menyentuh tanah, jaring baja itu jatuh dipunggung kuda maka kuda iiu yang terjirat serta meringkik kesakitan, darah tampak muncrat dari tubuh sang kuda.
Sudah tentu Hun Lian terperanjat, pengalamannya berkecimpung di Kangouw bukan cetek, namun senjata macam apa sebetulnya jaring baja yang tajam ini, ternyata dia belum pernah tahu atau melihatnya. Sejauh peristiwa ini berlangsung dia belum sempat melihat siapa pembokong dirinya, maklum dalam keadaan gawat begini sudah tentu tak sempat dia pikirkan hal ini, ditengah udara tubuhnya bersalto, begitu kaki menyentuh bumi kontan dia menimpuk tiga buah senjata rahasia yang bersinar kemilau kearah musuh.
Sejak kecil Hun Lian sudah dididik oleh sang ibu, kepandaian silat Kui-bo Hun Hwi-nio teramat tinggi. Hampir mencangkok seluruh inti ilmu silat berbagai perguruan lain senjata rahasia yang dipelajari juga mendapat warisan keluarga Tong di Sujwan, malah setiap am-gi yang digunakan sudah dia bubuhi atau direndam racun yang diraciknya sendiri. Tiga biji teratai besi yang ditim-pukan Hun Lian sekali ini juga /
beracun jabat. Waktu menimpukan senjata rahasia, Hun Lian melihat lawan masih terapung diudara, tapi begitu tiga biji teratai besi meluncur dengan desis suaranya yang nvaring, tampak orang itu seketika melorot jatuh terus bergulingan di tanah, sebilah pisau terbang tahu-tahu melesat dari tangan kiri orang itu bagai kilat mengincar tenggorokan Hun Lian.
Tampak oleh Hun Lian pisau terbang lawan diikat benang lemas, secara reflek Hun Lian juga mengayun benang merahnya Tidak menangkis atau membelit pisau terbang, tapi arah benang merah Hun Lian untuk menggubat benang dibelakang pisau terbang lawan, begitu benang saling sentuh, seperti ular saja benang merah Hun Lian lantas menggubat kencang.
Gebrak serangan menyerang ini berlangsung dalam waktu singkat dan cekat sekali, kesempatan ganti napaspun hampir tiada, Hun Lian tabah hati karena senjata rahasia yang dibawa cukup banyak, walau dia tahu lawan masih bersenjata jaring baja yang tajam, pada hal benda apa dan bagaimana bentuknya dia tidak tahu, namun dirinya harus waspada menghadapinya, sekarang dia merasa perlu menggubat pisau terbang lawan, paling tidak untuk cari kesempatan mengelabui orang macam apa sebetulnya lawannya ini.
Berhasil menggubat benang pisau terbang lawan, Hun Lian lantas menarik mundur tangannya. Ternyata dalam waktu yang sama orang itu juga menarik tangan, maka benang dan tali kedua orang saling tarik menjadi kencang.
Terpaksa orang itu menghentikan gerakannya, Hun Lian baru melihat jelas tampang orang, kedua matanya cekung, tubuhnya kurus tinggi seperti genter kulit badannya hitam coklat tulang pipinya menonjol, rambutnya ikal lebat, melihat tampangnya jelas dia bukan oiang bangsa Han. Hun Lian langsung membentak : "Siapa kau ?"
Disaat Hun L an membentak orang itu-pun berteriak aneh, tapi apa maksud teriakan orang Hun Liau tidak tahu. Hun Lian /
disuruh berangkat dulu untuk mengatur orang-orang gagah yang sudah berangkat bergerombol ke Kim-hou-po, tak pernah terpikir olehnya disaat dirinya hampir mencapai tujuan, ditengah jalan muncul jago kosen yang aneh ini hendak membunuh dirinya Karuan amarahnya terbakar, sambil tetap menarik benang beruntun tangan yang lain terayun beberapa kali puluhan senjata rahasia bertahuran dari tangannya. Semua mengundang dikala meluncur diudara, dlbawah sinar matahari tampak puluhan senjata rahasia yang bertahuran itu seluruhnya berbentuk bundar seperti uang tembaga yang bolong tengahnya, tipis dan tajam pinggirnya ditingkah sinar matahari memancarkan kemilau hijau tua.
Gaya timpukan Hun Lian boleh dikata menggunakan gaya serangan yang paling top dari kepandaian menimpuk senjata rahasia, dinamakan Boan-thian-say kim ci (menabur uang ketengah udar ) menurut kebiasaannya, bila empat puluh sembilan keping uang emas di timpukan, paling celaka juga pasti ada satu keping yang mengenai sssaran. Apalagi empat puluh sembilan keping mata uang emas itu semua beracun cukup sekeping saja dapat menamatkan jiwa orang. Begitu mata uang emas bertaburan dengan suara mendengung, wajah orang itu mengunjuk rasa heran dan aneh, seperti orang linglung yang lupa menyelamatkan jiwa. dalam keadaan tertegun, jelas tubuhnya akan menjadi sasaran empuk empat puluh sembilan keping mata uang iiu.
Pada saat gawat itulah, dari belakang pohon tak jauh dipinggir jalan mendadak kumandang gerungnn keras, bayangan seorang laksana setan berkelebat maju. kecepatan gerak tubuhnya sungguh luar biasa, langsung menerjang kearah orang aneh yang berdiri melongo itu. Watau cepat terjangannya. namun empat puluh sembilan mata uang mas itupun sudah membrondong tiba, bayangan yang menubruk maju itupun menimbulkan pusaran angin kencang hingga pakaiannya me-lambai keatas. Dalam sekejap ada dua puluhan mata uang emas itu berjatuhan diatas badan /
bayangan itu. namun terdengarlah suara Trang, tring", seluruh mata uang yang menyentuh tubuhnya semua terpental jatuh berhamburan.
Sigap sekali bayangan yang menubruk tiba ini ulur tangannya, dengan dua jari tangannya dia menjepit tali hingga putus, berbareng tangan yang lain memukul balik hingga orang aneh yang tertegun itu dipukulnya jungkir balik kebelakang.
Kejadian berlangsung dalam waktu singkat, be gtu badan kedua orang ini jungkir baiik beberapa kaki jauhnya, sisa mata uang ejias timpukan Hun Lian baru berjatuhan diatas tanah sederas hujan ja uh dipermukaan empang menimbulkan kepulan debu.
Dalam keadaan yang sudah terdesak mendadak lawan kedatangan bantuan hingga jiwa orang itu diselamatkan, melihat mata uang emas sendiri juga tidak mempan diatas badan penolong itu, diam-diam Hun Lian terkejut dia tahu pendatang baru ini pasti memiliki kepandaian yang lebih tinggi dari orang aneh semula yang menyergap dirinya, satu lawan atu dirinya belum tentu kuat melawan apalagi lawan kedatangan tenaga baru, sudah tentu Hun Lian merasa waswas Begitu kedua orang itu jungkir balik dan mata uangnya berhamburan di-tanah, Hun Lian segera mengempos semangat terus melayang mundur.
Kedua pihak mundur tiga tombak, bila Hun Lian berdiri tegak memandang kearah depan sementara kedua orang itupun sudah berdiri pula.
Laki laki kurus tinggi berkulit coklat itu sedang bicara dengan suara keras, sikap dan mimiknya menunjukan bahwa dia amat marah, tapi apa yang diucapkan Hun Lian tidak tahu. Bila dia melihat orang ke jua yang baru datang, rasa kejutnya bertambah besar. /
Kalau laki-iaki kurus tinggi berkulit coklat itu kelihatan bukan bangsa Tionghoa, namun bangsa Persia, Arab atau Eropa atau India sudah pernah Hun Lian melihatnya. Tapi orang yang baru datang ini betul-betul ganjil dan belum pernah dilihatnya. Perawakan orang ini juga tinggi besar, rambutnya kuning emas berkilauan ditingkab matahari hingga mirip sutra emas yang mengkilap. Demkian pula brewoknya berwarna kuning emas gelap, hidungnya besar, bola matanya bewarna biru kulit badannya puiih bersemu merah, anehnya diapun sedang bicara seperti orang kurus tinggi coklat itu, sambil bicara tangannya bergerak-gerak hingga tampak bulu tangan dipunggung telapak tangannya juga warna emas.
Hun Lian belum pernah melihatnya sudah tentu dia tidak mengenalnya bahwa orang ini bukan lain adalah pejabat Liong-bun-pang Pancu yang sebarang asalnya dari Barat, menghadapi keperkasaan orang aneh ini Hun Lian sampai berdiri kesima.
Tampak Liong-bun Pangcu seperti berdebar sengit dengan orang kurus tinggi, wajahnya juga kelihatan marah, akhirnya Liong-bun Pangcu menoleh dan berkata: "Nona Hun tentu kaget, Cayhe Liong-bun Pangcu." Pada hal bentuk orarig jauh berbeda dengan bangsa Han kita, tapi begitu buka suara dia fasih berbahasa Han dengan lancar.
Begitu orang buka suara Hun Lian lantas kenal suara orang ini memang mirip suara yang pernah didengernya di Hiat-lui-kiong tempo hari, suara yang bicara dari dalam tandu, waktu itu mimpipun orang banyak takkan menduga bahwa Liong-bun-pang Pangcu ternyata adalah manusia berbentuk aneh seperti mahluk yang menakut
Pembaca sekarang tentu sudah tahu bahwa suku bangsa didunia ini terdiri beribu macam ras yang berbeda, makluk masa itu kehidupan masih serba primitif, sejak jaman dulu daratan Tiongkok tertutup oleh bangsa lain, hingga tidak tahu adanya lain ras kecuali bangsa Tionghoa mereka, maka di sini /
perlu kami jelaskan bahwa Liong-bun-pang Pangcu berasal dari Eropa barat, dinegerinya dia terhitung laki-laki gagah ganteng, tapi bagi pandangan orang-orang Tionghoa masa iiu, seperti Hun Lian umpamanya, laki-laki berambut merah bermata biru ini dianggapnya manusia setengah binatang, masih untung kalau Hun-Lian yang kenal huruf pandai membaca ini hanya beranggapan demikian, tapi orang lain mungkin Liong-bun Pangcu bisa dianggap lutung emas atau siluman.
Hun Lian menyeringai dingin, dia tahahkan hati, katanya: "Kenapa aku harus takut terhadapmu?"
Liong-bun Pangcu tertawa, katanya" "Kepandaian menimpuk senjata rahasia nona Hun barusan sungguh amat lihay, kejadian ini kurasa hanya karena salah paham, pada hal aku hanya mohon bantuan saudara ini berunding dengan nona Hun, tak kira tabiatnya terlalu berangasan, tanpa bicara dia menyerang nona Hun malah."
Laki-laki kurus tinggi itu seperti tahu apa yang diucapkan Liong-bun-pang Pangcu, dengan wajah penasaran dia mendengus geram.
Mendengar penjelasan Liong-bun Pangcu, Hun Lian malah naik pitam, serunya: "Jangan ngomong seenak udel nu sendiri, tahukah kau seorang murid, guruku sudah dibunuhnya?""
Liong-bun Pangcu seperti terkejut, segera dia menoleh dan bertanya dengan bentakan bengis kepada laki laki kurus tinggi. Apa yang diucapkan Liong-bun Pangcu, Hun Lian juga tidak paham, namun sikap orang tinggi kurus seperti amat murka dan tidak terima, kedua orang ini lantas ribut dan bertengkar.
Mungpung kedua orang ini bertengkar sebetulnya Hun Lian mau tinggal pergi saja, di-saat dia bimbang itulah, kejadian telah bero-bah, makin bertengkar kedua orang ini makin /
ngotot, sama-sama murka, "Wut" mendadak Liong-bun Pangcu layangkan tinjunya kemuka laki-laki kurus, pukulan lurus dan lugu seperti tidak mengandung jotosan lihay
Lekas laki-laki kurus mengegos, samhil menggerung dia balas munyendal jaring baja di tangannya mengepruk ke batok kepala Liong-bun Pangcu. Kembali Liong-bun Pangcu menggerung, tinjunya yang lain kontan menjotos kearah jaring baja orang "Tang" jotosannya kena telak.
Hun Lian melihat jelas begitu terpukul jala baja itu lantas mendekuk gepeng, celakanya jala baja. Yang gepeng ini terpukul balik menerjang kearah dada tuannya. Laki-laki kurus itu memekik keras sambil melompat mundur tali yang dipegang dibuang terus lari sipat kuping.
Gerak gerik laki-laki kurus tinggi ini boleh dikata amat cepat dan tangkas, namun kecepatan jala baja yang dekuk terpukul Liong bun Pangcu itu lebih kencang lagi, baru saja laki-laki kurus membalik tubuh dan berlari bebsrapa langkah, jala bajanya itu sudah menumbuk punggungnya, kontan dia menjerit pula dengan nada aneh. Darah-pun man emour dari mulutnya. Sambil berteriak aneh, darah berhamburan tubuhnya masih tersungkur maju menumbuk pohon besar di pinggir jalan Sesaat baru dia membalik badan perlahan lalu berdiri menggelendot pohon, napasnya empas empis, wajahnya yang berkulit coklai gelap kini berobah pucat menakutkan. Tampak jarinya terangkat menuding Liong-bun Pangcu seperti hendak omong apa, mendadak Liong-bun Pangcu menghardik keras kearahnya.
Jarak Hun Lian dengan Liong-bun Pangcu ada enam tombak, namun hardikan Liong-bun Pangcu sungguh sekeras guntur hingga genderang kupingnya seperti hampir pecah, sekian saat masih mendengung sakit. Celaka adalah laki laki kurus itu. Mendadak tubuhnya mengejang kaku lalu pelan-pelan roboh terjerembab dipinggir jalan, darah masih beibamburan dari mulutnya, setelah terluka parah, akhirnya /
dia mati kaget dan terputus seluruh urat nadi badannya oleh hardikan Liong-bun yang mengguntur.
Segera Liong bun Pangcu membalik, wajahnya masih tampak gusar, menuding mayat laki laki kurus, dia berkata kepada Hun Lian: "Coba saksikan nona Hun.dia bertindak sesuka hatinya, berani bermusuhan dengan nona Hun, maka aku membunuhnya."
Sergapan laki-laki kurus tadi amat cepat dan lihay, Hun Lian dibuat kerepotan, untung dia mahir menggunakan senjata rahasia baru lawan balik d desaknya, maka dia dapat mengukur sampai dimana taraf kepandaiannya. Tapi dalam segebrak saja ternyata dia sudah mampus ditangan Liong-bun Pangcu maka dapat dibayangkan betapa tinggi kepan daian Liong-bun Pangcu, hardikan mengguntur Liong-bun Pangcu tadipun membuat perasaan Hun Lian bergolak, jantung seperti hampir copot, sampai sekarang masih berdebar-debar, katanya:,,Ya, aku sudah melihatnya."
"Mohon nona Hun ikut aku untuk bertemu dengan Cia-saucengcu "pinta Liong-bun Pangcu.
Menyinggung nama Cia Ing-kiat, berdebar pula jantung Hun Lian, teriaknya tertahan "Di .... dimana dia sekarang?""
Liong-bun Pangcu tersenyum : "Baik-baik saja, dia amat merindukan kau,"
Tanpa sadar Hun Lian menghampiri beberapa langkah. Maka. Liong bun Pangcu lantas berkata:. "Ikutlah aku."
Habis bicara tubuhnya lantas meluncur kedepan. Ternyata Hun-Lian membuntuti dibelakangnya. Waktu lewat dipinggir mayat laki laki kurus tinggi itu, kaki Liong bun Pangcu menendang hingga jala tembaga itu mencelat terbang delapan tombak jauhnya jatuh keselokan dipinggir jalan
Tampak oleh Hun Lian waktu jala bundar itu melayang diudara dibagian dalamnya seperti dipasang banyak duri atau /
pisau tajam yang bergerak, sayang hanya sekilas pandang hingga tidak begitu jelas. Sudah tentu tak pernah terpikir oleh Hun Lian, bila laki-laki kurus tinggi ini tidak mati ditangan Liong bun Pangcu senjatanya yang ampuh dan jahat itu mungkin sudah berkembang dan mengganas serta merenggut banyak jiwa manusia tak usah menunggu tiga ratus tahun kemudian, disaat dynasti Jing bertahta, baru senjata ini dikenal orang dan menggemparkan kalangan persilatan, yaitu Hiat te-cu yang telah merenggut entah berapa banyak jago-jago silat di Tionggoan.
Dengan Ginkaog tinggi Hun Lian. Menguntit dibelakang Liong-bun Pangcu, lekas sekali mereka sudah tiba dipinggir sungai. Keadaan disini sepi lengang, tiada bayangan seorangpun di sini, setiba dipinggir sungai Liong-bun Pangcu bersiul panjang dan pendek suaranya nyaring menjulang tinggi eniah sampai berapa jauhnya, maka dari iemak-se muk tak jauh dipinggir sungai sana muncul bayangan beberapa orang. Cepat sekali bayangan orang itu sudah meluncur tiba sambil memikul sebuah tandu, tidak asing bagi Hun Lian. Melihat tandu yang telah dilihatnya di Hiat. Lui Liong, waktu itu memikul tandu ada delapan orang, dua diantaranya terpukul mati oleu Hu-lo Popo, namun pemikul tandu sekarang tetap delapan orang, dua orang yang mati sudah dicari gan tinya.
Bila tandu sudah berhenti didepan Liong bun Pangcu, dia berkata dengan tertawa: "Silakan naik ketandu "
Secara otomatis pintu tandu terbuka, waktu Hun Lian memandang kedalam pajangan tempat duduknya amat mewah dengari dinding yang dilembari beludru hijau, luas-nya cukup untuk duduk empat orang. Hun-Lian bimbang, maka dia bertari ya:"Dan kau?"
Liong-bun Pangcu seperti tahu maksud hati Hun Lian, dengan gelak tawa dia berka-ta:"Aku akan mengintil dibelakang tandu." /
Bahwa jawaban Liong-bun Pangcu secara blak-blakan dan sering ini sungguh diluar dugaan Hun Lian. Dia sudah menunduk hendak melangkah sedalam tandu, tapi baru satu kakinya bergerak, mendadak didengarnya Liong-bun Pangcu membentak : ..Siapa hayo keluar."
Bentaknya ini mendadak dan keras laksana gunrur, Lwekang Hun Lian sudah setaraf kelas satu, tak urung dia berjingkrak kaget dan pekak telinganya. Tahu bahwa perobahan akan terjadi pula, lekas dia membalik badan, maka dilihatnya seluruh rambut emas Liong bun Pangci turun naik seperti berombak, kelihatannya amat ganjil sepasang matanya yang biru memancarkan cahaya terang, tubuhnya sedikit jongkok kedua tangan lurus kedepan lantas menepuk deras.
Arah ke mana dia mendorong kedua telapak tangannya terdapat segundukan tanah liat dalam jarak dua setengah tombak tinggi nya juga hanya lima enam kaki, Kelihatannya seperti dinding tanah yang sudah ambruk.
Kejadian hanya sekilas saja sikap dan kelakuan Liong-bun Pangcu kelihatan kereng buas dan menakutkan segalak singa yang mengamuk, dorongan kedua telapak tangannya menimbulkan gemuruh angin yang melanda kedepan, walau yang digempur hanya segunduk tanah, tapi Hun Lian dan delapan pemikul tandu tak urung tersibak minggir, pakaian mereka berderai. Tertiup angin kencang.
"Bumm" gundukan tanah yang terpukul itu mendadak meledak, tanah liat mencelat berhamburan keudara, dari bawah gundukan yang terpukul roboi berhamburan itu mendadak menongol satu orang. Padahal deru pukulan Liong bun Pangcu tidak berhenti begitu saja, hamburan batu dan tanah yang" melayang diudara berjatuhan dibadan orang ini, hingga rambut kepalanya yang awut-awutan kotor tertiup angin pukulan menutupi mukanya. Tampak jidatnya lebar, bentuk wajahnya lonjong, walau rambut yang kusut tidak karuan menutup mukanya yang pucat, namun bentuk /
badannya kelihatan membawa wibawa yang menakutkan. Padahal betapa deras samberan angin pukulan Liong-bun Pangcu, tapi orang itu berdiri tegak melawan angin bergelak tawa lagi.
Begitu orang ini menongol dari bawah tanah Liong-bun Pangcu sudah menarik kedua tangannya, berdiri tegak siaga. Orang itu tertawa lalu berkata : "Dapat melihat ujud asli Liong bun Pangcu, adalah kejadian yang menggem birakan."
Begitu orang ini buka suara, seketika Hun Lian tercengang. Orang ini dia belum pernah melihat, namun suaranya cukup dia kenal adalah suara Hu lo Popo yang pernah didengarnya di Hiat lui-kiong.
Setelah Liong-bun Pangcu menculik Cia Ing kiat, Hu-lo Popo berbincang dengan Kui-bo Hun Hwi-nio serta membuat tubuhnya melar, hingga orang banyak tahu bahwa dia bukan Hu lo popo yang asli, namun siapa dia sebetulnya tiada seorangpun yang tahu.
Terutama Hun Lian, sejak percakapan orang ini dengan ibunya yang mengandung rahasia itu, dia sudah menaruh perhatian terhadap orang aneh ini, namun sejak kejadian itu berulang kali dia tanya kepada ibunya, namun sang ibu tidak mau memberi penjelasan malah marah dan melarang dirinya bicara tentang hal itu lagi, maka rasa curiga dan ingin tahunya makin tebal, kini dia mendengar suara orang ini mirip orang aneh yang menyamar Hu lu Popo maka hatinya kaget bercampur girang.
Terdengar Liong-bun Pangcu tertawa dingin, jengeknya : "Kungfu tuan memang hebat, namun kenapa seperti tikus sembunyi d bawah tanah."
Orang aneh itu membelakan kedua matanya, sikapnya tidak marah, katanya : ..Pangcu, aku ingin bicara dulu dengan nona Hun Lian .ini.?" /
Entah kenapa mendengar permintaan orang aneh, mendadak Liong bun Pangcu menerjang dengan tubrukan kilat. Aksinya amat mendadak, rambut emasnya tampak kaku berdiri. Di mana dia ayun kedua tangannya menggempur seperti seekor orang hutan yang mengamuk hendak mencabik mangsanya.
Orang aneh itu juga menggembor aneh, kedua tangannya juga terayun. Betapa cepat gerakan Liong-bun Pangcu dengan ketajaman mata Hun Lian ternyata tidak mampu melihat jelas bagaimana kedua orang ini saling labrak, terdengar kedua orang sama-sama menggembor pula sekali lalu bayangan mereka tertolak mundur beberapa langkah,orang aneh itu berseru nyaring : "Bagus baru sekarang aku tahu dilipat langit masih ada langit, orang pandai yang lebih pandai."
Liong-birn Pangcu juga memuji : "Ternyata memang hebat, tidak sia-sia aku datang keTiong-tho (maksudnya Tiongkok).?"
Dari percakapan kedua orang ini Hun Lian menyimpulkan dalam segebrak baku hantam barusan, kedua pihak sama-sama merasakan kehebatan Kungfu lawannya, maka kedua pihak saling memuji.
Setelah mengucapkan pujiannya sebat sekali Liong-bun Pangcu melesat mundur ke-belakang, kemudian Hun Lian rasakan segulung tenaga besar mendesak dirinya, hakikatnya dia tidak sadar apa yang terjadi, tahu tahu tubuhnya sudah terdesak mundur, pandangan seketika menjadi gelap, dia rasakan dirinya seperti jatuh kedalam tandu. Kejap lain terasa tandu sudah terangkat terus melesat pergi bagai terbang.
Gerak gerik Liong bun Pangcu memang teramat cepat dan tangkas, begitu Hun Lian terdesak masuk kedalam tandu dia sendiri juga menyelinap masuk terus menutup pintu, sementara kedelapan pemikul itu tanpa diperintah sudah angkat tandu terus lari bagal terbang, hanya sekejep sudah puluhan tombak dicapai. Orang aneh itu tetap berdiri ditempatnya. Ternyata tidak mengejar, pada hal tandu makin /
jauh dan sudah tiga puluhan tombak, tandu dipikul menyusuri pinggir Sungai. Pada saat itulah dan semak rumput dipinggir sungai sebelah depan muncul bayangan seorang Ternyata yang mencegat adalah Lui Ang ing, begitu berdiri tangannya lantas terayun maka meluncurlah belasan batang akar alang-alang, dipingir sungai memang banyak terdapat alang alang , siapapun bisa memetik atau mencabut sesuka hatinya, tapi akar alacg alang yang ditimpukan kali ini dilembari tenaga dalam Lui Ang-ing yang hebat luar biasa, maka daya luncurnya yang cepat dengan kekuatannya tidak kalah dari lembing besi.
Pada hal tandu sedang melaju kencang kedepan, Lui Ang-ing muncul secara mendadak menyergap secara keji pula, jarak hanya setombak lebih, maka empat pemikul tandu disebelah depan seketika menjerit ngeri, leber, dada atau perut tiada satupun yang luput dari tusukan alang alang yang tajam itu.
Bahwa empat pemikul didepan roboh binasa, namun empat pemikul yang di belakang tidak tahu. Mereka masih menggenjot langkah dengan kencang sehingga tandu doyong kedepan dan jungkir balik, sehingga empat pemikul tandu dibelakang ikut terangkat ke atas dengan teriakan yang kaget.
Gerakan Lui Ang-ing memang teramat cepat, begitu tandu terbalik, tangannya sudah mencomot pula akar alang-alang didekat kakinya terus ditimpukan keudara, namun daya luncur alang-alang itu mendadak sirna tergulung oleh lengan baju Liong-bun Pangcu yang mendadak menerobos keluar dari dasar tandu. Ditengah udara Liong bun Pangcu pentang kedua cakar tangannya sambil menubruk kearah Lui Ang-ing.
Pada saat genting inilah orang aneh itu berteriak dari kejauhan : "Awas."
Wajah Lui Ang-ing kelihatan pucat pias, disaat Liong-bun Pangcu menubruk dengan kecepatan kilat menyambar, dia tetap berdiri tegak tak bergeming, padahal daya tubrukan /
Liong bun Pangcu membawa deru angin puyuh yang hebat sekali telah membelit tubuhnya, tapi dia tetap tak bergerak, hanya tangannya terangkat pelan-pelan, telapak tangannya terkembang kearab Liong-bun Pangcu yang menubruk tiba.
Kalau tubrukan Liong-bun Pangcu laksana guntur menggelegar, sebaliknya gerakan Lui Ang-ing justru amat lambat, seolah-olah dia terbelenggu oleh pusaran angin puyuh yang dibawa oleh tekanan tubrukan Liong-bun Pangcu sehingga gerak genknya berat tertunda. Tapi disaat Liong-bun Pangcu hampir menubruk Lui Ang ing. Kedua tangan Lui Aug-ing juga terbentang hingga nampak sebentuk medali segi tiga dari batu jade warna hijau pupus.
Begitu medali hijau ini muncul ditelapak tangan Lui Ang-ing, terdengar Liong-bun Pangcu mengeluarkan gemboran keras, tubuh yang menubruk dengan kecepatan kilat menyambar itu mendadak seperti direm dan ditahan suatu tenaga besar yang tidak kelihatan, tubuhnya terhemti ditengahi udara lalu melorot turun. "Bluk" kedua kaki menyentuh bumi Dalam detik itulah telapak tangan Lui Ang-ing yang menepuk kedepan itu telah menyelonong kemuka Liong-bun Pangcu, sambil mengerang tertahan tampak tubuh Liong-bun Pangcu mengegos kepinggir terus melompat kepinggir
Tepukan Lui Ang-ing seperti melayang dan enteng, temponya juga tepat disaat Liong-bun Pangcu tepat menyentuhkan kedua kaki kebumi maka serangan ini boleh dikata amat tepat dan telak, namun gaya dan cara Liong-bun Pangcu menyelamatkan jiwa ternyata juga indah dan mempesona
Begitu Liong-bun Pangcu mengegos ke-pinggir, tubuh Lui Ang-ing yang semula tersaruk kedepan itu mendadak tertahan tegak lalu menepuk balik secara,terbalik. Gaya pukulan telapak tangan ini lebih aneh lagi, karena tubuhnya masih bergerak kedepan. /
Namun telapak tangannya justru menepuk kebelakang, sebetulnya serangan cara begini apalagi yang dijadikan sasaran tokoh kosen seperti Liong bun Pangcu. Serangan itu sebetulnya amat berbahaya dan bisa berakibat fatal. Bahwa Lui Ang-ing berani menempuh bahaya, jelas dia sudah bertekad memang karena telapak tangannya memegang medali batu jade hijau itu. Waktu medali jade hijau ini muncul di Hiat-Iui kiong tempo hari, hanya Liong-bun Pangcu saja yang membongkar asal usulnya, sudah tentu dia tidak berani melawan, menangkis atau pantang kena serangan lawan.
Betul juga, walau serangan Lui Ang-ing itu bisa membahayakan jiwa sendiri, tapi Liong-bun Pangcu sendiri menjerit aneh malah, sebat sekali tubuhnya melayang keluar kalangan sejauh tiga tombak, setiba diatas tanggul sungai dia tetap mengeluarkan teriakan-teriakan aneh. Begitu tepukan telapak tangannya luput, sebat sekali Lui Ang-ing sudah mengudak dengan ketat.
Pada saat itulah tampak orang aneh itu membentang kedua tangannya meluncur ke depan, teriaknya : ."Jangan kejar."
Kedatangan orang aneh amat gesit, maka keempat pemikul tandu segera berdiri jajar lalu menyongsong orang aneh dengan pukulan serempak. Tapi orang aneh seperti tidak merasa dicegat langkahnya tetap terayun lurus kedepan. Maka terdengar suara tumbuk-an keras dua kali, empat pemikul nu semula berdiri jajar adu pundak, tapi dua yang di tengah ketumbuk lebih dalu hingga menjerit ngeri, tubuhnya melayang keudara seperti layang-layang yang putus benangnya, terlempar tinggi jungkir balik diudara lalu terbanting delapan tombak jauhnya dan Byur, byur, keduanya tercebur kesungai menimbulkan gelombang diarus sungai yang deras itu.
Ternyata daya luncuran orang aneh tidak terhambat karena tumbukan ini, memangnya dia menerjang sambil membuka kedua tangannya, begitu tubuh menumbuk dua pemikul. /
Sekaligus tangan kanan kirinya mencengkram leher dua pemikul yang lain. Seketika melotot biji mata kedua pemikul tandu hingga tampangnya amat mengerikan. Meski kedua tangan mencengkram dua tubuh manusia, gerakan orang aneh tidak tertunda sedikitpun, agaknya dia melihat adanya gelagat yang gawat sehingga gerakannya seperti amat gugup dan tergesa-gesa.
-ooo-dw-ooo- Jilid 10 Sementara itu Lui Ang-ing sedang me-ngudak Liong-bun Pangcu yang aneh berkaok-kaok, begitu kedua pemikul itu jatuh ke air. dari pinggir sungai mendadak muncul kepala belasan orang, semua berpakaian ketat warna hitam dari kulit ikan hiu, tangan masing-masing memegang sebuah bumbung kemilau kuning, begitu muncul dipermukaan air mereka tidak naik kedarat, namun mem bidikan bumbung tembaga ditangan mereka kearah Lui Ang-ing, dibawah komando salah seorang diantaranya, belasan bumbung tembaga itu serempak menyemprotkan panah-panah air dengan daya luncuran yang keras.
Begitu di tembakan belasan jalur panah air itu simpang siur saling tindih dan silang menyilang menyerupai jaring yang rapat, semuanya meluncur kearah Lui Ang-ing. Begitu melihat orang ini muncul dari air, Lui Ang-ing sudah tahu bahwa lawan sudah siaga sebelumnya, tapi beruntun dia menggunakan cara nekad berhasil memukul mundur Liong-bun Pangcu, maka sikapnya kurang serius menghadapi perkembangan selanjutnya, dia pikir kalau Liong-bun Pangcu yang lihay juga dipukulnya mundur dan merat, umpama pibak Liong-bun pang banyak mengerahkan tenaga juga takkan mampu berbuat banyak kepada dirinya. /
Setelah puluhan panah air disemprotkan kearah dirinya baru dia merasa kaget. Semprotan air hitam yang beracun ini begitu kencang, baiupun bisa kesemprot bolong, hal ini sudah pernah dia saksikan sendiri wakiu di Hiat-lui-kiong, udara seluas empat lombak sudah terjaring oleh semprotan airhitam musuh, selusuhnya meluruk kearah dirinya, betapa dia takkan kaget dan ngeri " Saking takut danbingung dia berdiri melongo tak tahu apa yang harus dilakukan. Untung pada saat genting itulah orang aneh membentak keras : "Berdiri saja jangan bergerak."
Sejak Lui Ang ing bergebrak dengan Liog bun Pangcu, orang aneh ini sudah dua kali memberi peringatan kepadanya, bukan Lui Ang-ing tidak me.idengar, namun dia memang sengaja tidak pedulikan peringatannya, kini setelah dirinya menghadapi elmaut. dalam detik-detik yang menentukan ini baru dia mematuhi seruan orang aneh, berdiri tegak tidak bergerak, namun kepala mendongak mengawasi semprotan air sederas hujan dengan baunya yang amis memualkan, jelas ke manapun dirinya takkan bisa menyingkir atau selamat dari ancaman elmaut ini.
Sejak kecil Lui Ang-ing dibesarkan di Kim hou po, biasanya dia berkuasa dan selalu memerintah orang lain, kapan pernah mengalami ancaman bahaya seperti ini, seketika keringatnya gemerobios. Sebetulnya kejadian ini berlangsung dalam waktu singkat, namun Lui Ang ing seperti mengalaminya dengan tekanan batin dan lahir yang cukup panjang.
Seraya memberi peringatan orang aneh lempar tubuh dua orang pemikul yang ter-cen kram mati itu keatas kepala Lui Ang-ing dengan luncuran kencang hingga menimbulkan sampukan angin keras.
Kebetulan saat itu Lui Ang-ing sedang mendongak, deru angin yang dibawa luncuran tubuh kedua pemikul tandu itu berhasil menyapu panah-panah air beracun hingga tersibak /
Tugas Rahasia Karya Gan K H di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keempat penjuru. Sementara orang aneh itu sudah menerobos kesamping Lui Ang-ing, sekali ulur dia meraih tubuh Lui Ang-ing lalu dibawanya menggelundung ke-pinggir. Dalam waktu yang sama. Liong bun Pangcu menjejak kaki sekuatnya hingga tubuhnya mercelat tinggi melampaui tingginya sembaran panah-panah air itu.
Tubuhnya terapung begitu tinggi melampaui semburan air beracun, disaat tubuhnya melesat itulah sekalian tangannya menepuk dua kali kebawah kejap lain tubuhnya sudah turun dipinggir joliFada saat yang sama kebetulan Hun Lian sedang menampakan dirinya dari dalam joli, maka Liong bun Pangcu segera menarik tangannya, tahu-tahu tubuhnya sudab melesat kedepan.
Semburan air beracun warna hitam yang berhamburan diudara itu, karena tepukan tangan Liong-bun Pangcu sehingga seluruhnya tertekan turun kebawah dengan daya laju lebib cepat,,yang terdengar lebih dulu adalah suara "Pak. pak,", mayat dua pemikul joli yang dilempar oleh orang aneh jatuh terbanting lebih dulu, menyusul hujan lebat dari semburan air hitam itu menyiram tanah dau sekujur badan kedua mayat itu.
Air hitam yang mengenai benda apapun seketika mengeluarkan suara "Ces, ces lalu mengepul asap hijau, orang aneh dan Lui Ang-ing menggelundung jauh di tanah, begitu cepat gerakan mereka, tapi air hitam yang paling dekat hanya berjarak beberapa kaki saja, sungguh berbahaya keadaan mereka.
Setelah belasan tombak jauhnya baru orang aneh dan Lui Ang-ing melompat bangun. Sementara itu hamburan air hitam itu-pun sudah jatuh seluruhnya, tampak Liong-bun Pangcu bersama Hun Lian sudah melesat tiba dipinggir sungai, sekali menjejak batu dipinggir sungai tubuhnya terapung lagi ke-udara, saat itulah ditengah sungai muncul dua puluhan orang /
baju hitam yang menyung-gi sebuah rakit yang terbuat dari kulit kerbau, cepat sekali rakit kulit ini terbawa arus deras.
Berdiri diataa rakit kulit itu Liong bun Pangcu bersera dengan suara bagai genta : "Selamat bertemu.'*
Detak jantung Lui Ang-ing belum berhenti, waktu dia meneliti, belasan orang baju
hitam yang menyemprotkan air hitam tadi sudah lenyap entah ke mana.
Dengan santai orang aneh itu mengintil dibelakang Lui Ang-ing, sekaligus mereka lari sejauh tiga puluhan li, baru Lui Ang-ing berkata : "Hampir tiba di Kim-hou-po."
Daerah ini adalah tanah tegalan yang bergunduk tinggi, tanahnya kuning berdebu, selepas mata memandang, dikejauhan tampak bayangan gunung yang remang-remang, jaraknya masih sekitar enam puluhan li, orang aneh itu menganggukan kepala, katanya : ,,Entah rombongan Oh-sam Siansing ditempai mana menunggu kedatangan Kui-bo?"
Lui Ang-ing menyeringai dingin tanpa bersuara, agaknya rombongan orang-orang kosen iiu tidak dalam perhatiannya.
Maka orang aneh ltn tersenyum, katanya: .Jangan kau pandang enteng mereka, mereka sudah terkekang oleh perintah Kui-bo, demi mempertahankan hidup, urusan apapun yang harus mereka lakukan pasti bekerja dengan nekati dan adu jiwa, jago libay sebanyak itu. apakah Kim-hou-po mampu melawan mereka ?"
Lui Ang-ing berwatak angkuh, segar dia raenjengek dingin : "Kim-hou-po tidak perlu dibantu siapapun. tadi kau menolongku, aku amat berterima kasih, tapi jangan kau salah sangka bahwa Kim-hou po bakal kalah tanpa bantuanmu."
Orang aneh juga bersikap tak acuh, katanya tertawa : "Sungguh mirip ayahmu di waktu muda dulu, agaknya dugaanku tidak keliru." /
Lui Ang ing lirik sekejap kearah orang aneh, katanya : "Sering ayah berkisah tentang seluk Deluk tokoh Bulim. rasanya beliau tidak pernah menyinggung kau orang tua."
Orang aneh itu tertawa, katanya: "Apakah kau masih meuaruh curiga terhadap Kungfuku "
Lui Ang-iug geleng kepala, katanya : "Bukan curiga, cuma asal usulmu . . . "
Orang aneh angkat sebelah tangannya mencegah kelanjutan omongan Lui Ang-ing, kerut merut dimukanya memang sudah banyak, kini seperti bertambah banyak lagi, sikapnya cemberut seperti orang kesusahan. Sikapnya ini memberi jawaban, bahwa dia tidak senang menyinggung atau membicarakan riwayat hidup sendiri. Sesaat lamanya baru dia berkata perlahan: , Lui pocu belum tentu tahu asal usul seluruh tokoh-tokoh ko-sen di dunia ini, siapakah Liong-bun Pangcu itu. mungkin ayahmu juga tidak tahu."
Lui Ang-ing menyeringai, katanya: ,,Kau terlalu meremehkan kemampuan ayah. sejak lama sudah dia jelaskan kepadaku, laksaan li didunia barat terdapat sekelompok suku bangsa, gagah dan garang, pandai berlayar dilautan, konon dinamakan Wi-kian-jin. Waktu beliau berkelana menjelajah dunia, pernah dia bertemu dengan seorang suku bangsa Wi kian ini. Kungfu orang ini amat tinggi, kemungkinan besar sekarang dia menjabat Liong-bun Pangcj itulah."
Orang aneb mengangguk sambil menghela napas, entah apa maksud sikapnya ini. SambU bicara kedua orang ini terus melaju kedepan, beruntun mereka sudah naik turun puluhan gunduk tanah tinggi, tak jauh dide-pan sudah kelihatan tegak berdiri sebuah ngarai, dia tas ngarai terdapat sebuah benteng besar, di bawah pancaran sinar surya yang cemerlang, walau jarak masih cukup jauh tapi dua ekor harimau emas diatas pintu gerbangnya yang mengkilap sudah kelihatan. /
"Bagus, sungguh megah dan angker." demikian puji orang aneh tertawa, langkahnya tidak jadi lambat, lak lama kemudian, mereka sudih mtlampaui beberapa deret rumah dibawah bukit langsung memanjang keatas ngarai, lekas sekali mereka sudah tiba dipinta gerbang Kim-hou-po.
Begitu tiba d:depan pintu Lui Ang ing menuditg keatas dengan jari tangannya, tubuhnya lantas melejit miring keatas. kelihatannya gerak tubuhnya amat gemulai dan lamban, tapi dapat meluncur tinggi dan hinggap diatas tembok benteng.
Begitu berdiri tegak diatas benteng Lui Ang-ing lantas menoleh kebawah, didengarnya orang aneh dibawah menghardik perlahan, tahu tahu tubuhnya sudan melebat dibela -kangnya. Lui Ang-ing tidak menoleh lagi, langsung dia melesat kedepan, tembok benteng Kim-hou-po tebalnya ada satu setengah tombak, setelah meluncur puluhan tombak mendadak Lui Aug ing menghentikan langkah, tampak didepannya mendadak menjeplak sebuah papan besi setebal satu kaki, maka muncullah sebuah lobang persegi, Lui Ang-iag langsung melompat kedalam lobang.
Bila Lui Ang-ing hinggap di dalam pusat benteng, orang aneh itupun sudah melayang turun. Walau didalam dinding, tapi pajangan di sini ternyata tidak kalah menterengnya
dari sebuah kamar istana Dua orang segera menyambut, meski menjura kepada Lui Ang ing tapi dua orans ini menatap orang aneh, agaknya mereka heran dan curiga.
Ternyata Lui Ang-ing tidak balas menghormat, katanya: , Ada kejadian apa dalam benteng,"
"Tiada kejadian apa apa," sahut kedua orang, "anak-anak penurut semuanya.''
terangkat alis Lui Ang-ing, katauya* ,.Memangnya mereka berani tidak menurut" Kalian boleh keluar, aku akan menghadap Pocu.' /
Kedua orang itu masih mengawasi orang aneh. ingin bicara tapi urung, akhirnya berkata: Siau pocu bukankah aturan Pocu . ."
Seperti tahu apa yang akan diucapkan kedua orang itu, segera Lui Ang ing mendengus, katanya: "Aku sudah tahu. Menurut aturan Kim-hou-po, siapapun dilarang mem-bawa orang tua kemari."
Sikap kedua orang itu tampak gugup, katanya: ,,Ya, kami menang tidak pantas banyak mulut "."
Sekembali kcdalam Kim-hou-po, sikap Lui Ang-ing ternyata amat angkuh dan angker, sebelum orang bicara habis dia sudah menukas sambil mengulap largan: ,.Lekaslah pergi. Aku akan menghadap Pocu, buat apa kalian cerewet?"
Kedua orang ini masing-masing bertubuh kurus tinggi, tengkorak mukanya dibungkus Kulit kering, namun kedua Thay-yang-hiatnya lernyua menonjol besar, bila bicara benjolan dikedua pelipisnya ini sampai bergoyang turun naik, seperti ada katak dibalik kulit keringnya iiu, jelas Khi kang dari aliran Lwekeh yang diyakinkan sudah mencapai taraf yang tigggi- Bentuk seorang yang lain lebih aneh lagi, mukanya kuning seperti malam, tampangnya mirip orang yang sudah mati. Namun sepalang bola matanya memancarkan cahaya benderang, tegak berdiri kokoh dan kuat, sekilas pandang, siapanun akan tahu bahva dia juga seorang kosen kelas wahid.
Tapi sikap kedua orang ini justru amat hormat dan munduk-munduk kepada Lui Ang-ing, begitu Lui Ang-ing mengulap tangan suruh mereka pergi, mereka lantas mengiakan terus mundur sambil membungkuk. Begitu Lui Ang-ing beranjak kedepan, orang aneh segera membutmi dibelakangnya.
Begitu Lui Ang-ing dan orang aneh lewat kedepan, kedua orang yang hanya menyingkir kesamping ini juga lantas /
mengintil dibela-kang mereka, puluhan langkah kemudian mereka tiba didepan sebuah lobang yang menjurus kebawah, undakan batu terbuat dari batu putih, undakan putih menjurus turun panjang berbelak belok, entah berapa dalamnya gua bawah tanah ini. Lui Ang-ing menuruni tangga bersama orang aneh, demikian pula kedua orang itu.
Undakan yang menjurus kebawah ini ber putar seperti ular raksasa, ratusan langkah ke mudian baru terlihat ujungnya, mereka d ha dang sepasang daun pintu emas. Tinggi kedua daun pintu emss ini ada deiapan kaki, kelihatannya seluruhnya terbuat dari emas murni, diatas pintu terukir dua ekor harimau gagah yang siap menerkam. Setiba didepan pintu Lui Ang-ing berdiri tegak lalu berseru; "Yah aku sudah pulang." agaknya sejak tadi dia sudah mempersiapkan diri, maka begitu buka mulut suaranya terdengar jernih runcing, mengalun tinggi dan kuat sampai terdengar jauh. Beberapa kejap kemudian, baru mendengar suara jawaban dari dalam pintu:,,Masuklah,"
Seiring dengan suara .masuklah' kedua daun pintu yang terbuat dari emas murni itu perlahan bergerak mundur kebelakang, didalam gelap pekat, apapun tidak kelihatan.
Pintu sudah terbuka tapi Lui Ang-ing tidak masuk, katanya "Yah, aku membawa pulang seorang, katanva adalah kenalanmu yang lama, dia tahu siapa yang menaruh racun ditubuhku dia hilang punya cara untuk menawarkan racun dalam tubuhku, maka a-ku membawanya kemari." perkatannnya dilontarkan kedalam pintu menimbulkan gema suara lagi. agaknya dibalik pintu adalah sebuah iorong panjang.
Tapi setelah Lui Ang-ing habis bicaradan menunggu sekejap, ternyata tiada jawaban dari dalam. Lui Ang-ing yang berdiri dide-pan pintu sikapnya kelihatan amat tegang. Orang aneh me idadak bergelak tawa, katanya: "Saudara Lui sahabat lamamu yang dahulu berkumpul di Hou hun hong di Cin nia /
sudah datang, apakah kau tidak sudi menerima ke-da tanganku?"
Begitu orang aneh bersuara, dua orang di belakangnya tampak mundur dengan mata terbeliak kaget,air mu k a pun berobah.
Perkataan orang aneh yang dilonta-kan dengan tekanan tenaga dalam menimbulkan gema suara yang keras dan lama dilorong panjang itu. cukup lama kemudian baru terdengar suara jawaban dari dalam sana: , Ma-suklah"
Sepasang alis Lui Ang ing berdiri, lalu melangkah lebar kedalam, orang aneh berada dibelakangnya Begitu mereka melangkah masuk, daon pintu emas itu segera menutup sendiri, keadaan dalam lorong menjadi gelap gulita. Agaknya Lui Ang-mg sudi?h apal jalanan di sini, langkahnya tetap hingga ratusan langkah kemudian baru membelok sekail, didepan tampak cahaya terang, maju lagi beberapa langkah, tampak mereka memasuki sebuah pendopo besar.
Panjangan pendopo ini lebih mentereng dan serba antik, bayangan tubuh seorang berperawakan tinggi kekar duduk membelakangi, mereka, makin maju sinar terasa makin padang, ternyata dilangit-langit pendopo dipasang kaca krital yang besar lebarnya dua tombak persegi, keadaan diatas kaca kristal dapat terlibat dengan jelas, kelihatannya berada didasar sebuah empang, berbagai jenis ikan tampak berenang bebas di-dalam air, malah tampak jelas pula beberapa kail menjuntai turun didalam air menunggu ikan mencaploknya. Bayangan orang yang memegang joran dipinggir empang juga kelihatan samar-samar, semua duduk diam tidak bergerak seperti boneka kayu. dipandang dari bawah pemandaugan kelihatan aneb serba ganiil.
Perlu pembaca ketahui, empans diatas yang ie lihat oleh orang aaeb dari bawah ini, adalah empang di mana Cia Ing-kiat pernah mancing ikan waktu dia menyelundup kedalam Kim hou po dulu, mungkin mimpi-pun tak pernah diduga /
olehnya bahwa dasar empang itu terbuat dari kaca kristal, dibawahi kaca kristal ini terdapat sebuah pen-dopo di mana Kim-hou-po cu menetap. Biia berdiri dipinggir empang dan memandang kedalam air, karena timbulnya sinar reflek, sudah tentu tak terlihat keadaan dibawah
Disaat orang aneh mendongak keatas, Lui Ang ing iangsung mendekati orang yang duduk membelakangi merata itu, katanya :
"Yah. perjalananku keluar kali ini"sampai di sini jaraknya dengan orang itu tinggal tiga kaki, tampakorang itu mendadak berdiri, tanpa membalik badan tiba tiba tangannya bergerak kebelakang, sinar kilat menyambar, sebilah bidik yang gemerdap tahu-tahu menusuk kedada Lui Ang-ing.
Kejadian diluar dugaan ini betul-betul cepat berlangsung dan mendadak, sejak masuk tadi Lui Ang-ing sudah kebat kebit karena dia pulang membawa orang luar, berarti sudah melanggar pantangan ayahnya, walau dia tahu diri adalah anak tunggal kesayangan ayahny salah tetap salah dan haru mendapat hukuman, sambil maju hatinya sedang mencari akal bagaimana dia harus menjelaskan duduk persoalannya supaya hukuman atas dirinya cukup ringan saja, apalagi sejak kecil dirinya sudah keracunan, be-tao besar jerih payah ayah nya dalam usaha me nyembuhkan dan menawarkan racun ditubuh-nya, kapan dia pernah menduga bahwa kejadian seperti ini bakai terjadi "
Bila Badik sudah menusuk tiba baru Lui Avg ing merasa gelagat jelek, namun jarak, sedekat ini. mana bisa berkelit" Tubuhnya hanya mengegos sedikit, namun badik sudah ambias empat dim kedalam tubuhnya.
Kejadian mendadak, Lui Ang-ing sudah tertusuk, namun tidak sampai menimbuikan suara berisik orang aneh itu sedang mendongak kemas namun sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, segera dia merasakan adanya gejala kurang benar, segera dia membentak : "Ada apa ' /
Lenyap suaranya, tubuhnya Lui Ang ingpun sudah roboh. Menyusul 'Wut" mendadak pandangan menjadi gelap, segumpal mega hitam langsung menungkrup kearah orang aneh
Kungfu orang aneh ini amat tinggi, jikalau dalam keadaan tidak siaga, meski Lui Ang-ing disergap secara mendadak, orang aneh itu tetap masih bisa menarik dan menolongnya, pasti tidak akan terluka oleh musuh. Begitu melihat Lui Aug ing roboh, segera dia tahu perobohan gawai telah terjadi, betapapun cepat serangan lawan, hendak melukai dia jelas tidak gampang lagi.
Sementara bayangan gelap itu sudah- menyerang tiba, dalam sesingkat ini orang.aneh belum sempat perhatikan benda apa yang menyerang dirinya, segera dia membentak keras sambil menggentak kedua tangan, dilandasi tenaga dalamnya, angin pukulan melanda bagai gelombang pasang.
Pukulan yang mengandung hawa murni, aliran Lwekeh ini tiada bentuknya tapi mengandung kekuatan besar merupakan taraf tertinggi dari ilmu Lwekang, tenaga dalam yang dilontarkan sesuai keinginan hati, bayangan hitam yang menindih turun dan atas itu tinggal dua kaki saja diatas kepalanya, seketika tertahan dan mumbul pula oleh pukulan orang aneh Baru sekarang orang aneh aneiihat jelas yang menindih turun bagai segumpal mega hitam ini, ternyata adalah jala bundar dengan garis tengah lima kaki.
Gerakan orang yang menusuk Lui Ang-ing ternyata cepat luar biasa, begitu orang aneh angkat kedua tangannya, selarik sinar gemerdep sudah menyelonong tiba pula, sebilah pedang sudah menusuk dadanya. Serangan mendadak dan tak terduga pula. namun orang aneh sempat mengkeret tubuh sambil mundur hingga pedang menusuk lewat di amping tubuhnya. Kini orang aneh melihat jelas wajah pembokongnya ini, mukanya ion-jong sempit, alis tebal, mata besar, tapi bola /
matanya lebih banyak putihnya dari pada yang hiiam, pokoknya tampangnya Serba ganjil.
Begitu beradu muka dengan pembokong ini, orang aneh lantas mendengus gusar, karena sekali pandang dia sudah kenal orang ini, jelas bukan kenalan ayahnya, yaitu Kim-hou-po-cu atau ayah Lui Ang-ing, tapi orang ini adalah tokoh jahat yang buas dan pernah menggemparkan Bulim, golongan hitam atau aliran putih sama ingin mengganyangnya, dari daerah Kanglam pernah menggrebeknya bersama hingga orang lari kelay-bok, sejak peristiwa itu, gembong jahat ini lenyap dari percaturan dunia persilatan, yaitu Sin cong Lou Thing.
Pedang panjang ditangan orang itu tergetar keras memetakan belasan kuntum kembang gemerdep, jurus pedang yang membingungkan ini sukar diraba arah juntrungnya dalam sekejap telah menyerang delapan jurus, tapi orang aneh kembangkan kegesitan tubuhnya, satu persatu dia luputkan diri dari serangan pedang lawan.
Tujuh jurus serangan pedang telah usai, baru jala bundar itu jatuh diatas tanah. Waktu berkembang diudara benang baja itu sebesar jari kelingking anak kecil berwarna coklai gemerdep. entah teranyam dari apa, kelihatannya tiada sesuatu yang istimewa tapi begitu jatuh menyentuh lantai, ternyata mengeluarkan suara "Crak, crak", diatas benang-benang kasar itu ternyata tersembunyi banyak duri-duri kecil tajam sebesar jarum panjang setengah di m, semuanya amblas ke dalam lantai yang bertegel keras.
Setelah menghindari delapan jurus serangan lawan, baru orang aneh sempat membentak : "Lou Thing, kiranya kau."
Pedang orang itu tampak meraodek, bola matanya yang kecil bundar berputar jeli-latan, sorot matanya tajam menatap orang aneh, setelah melihat jelas wajahnya seketika berobah air mukanya, semula dia sudah nekat hendak menirukan pedangnya, tapi di engah jalan mendadak berhenti hingga pedangnya teracung kaku ditengahi udara /
Oranc aneh mengeram gusar 'Ternyata memang kau."
Suara Lou Thing terdengar ganjil: Kau....masiH mencampuri urusan bulim?"
Orang aneh terbawa dingin, sentaknya: "Mana Lui-pocu" "
Mendadak Lou Thing terbahak-bahak,di-tengah kumandang tawanya, pedang panjang ditarikan kencang, lapisan sinar pedang beribu banyaknya menerjang bersama orangnya, betapa hebat dan keji seangannya, sungguh luar biasa.
Orang aneh itu bersiul panjang, dua tangan dikebas.keluar, menilai Lwekang orang aneh ini, tenaga kebasannya ini cukup merobohkan sebuah batu raksasa, tapi daya terjangan Lou Thing ternyata tidak terhambat atau menjadi lambat, terdengar 'Cret, cret,' dua kali, di mana sinar pedangnya berkelebat, dua lengan baju orang aneh telah terpapas berhamburan.
Menyusul sinar pedang terhenti ditengah lalu didorong menusuk tenggorokan orang aneh tapi pada saat itu pula, orang aneh menghardik, ujung pedang yang gemerdep hanya beberapa senti didepan lehernya, diwaktu dia menghardik biji lehernya boleh dirasa sudah menyentuh ujung pedang, namun Lou Thing mendadak berdiri kukuh tak bergerak. Berdiri hanya sekejap Lou Thing masih memegang lurus pedangnya, tapi mendadak dia menyurut mundur belangkah, lalu selangkah lagi.di-saat mundur selangkah darah, mendadak merembes dari tujuh indranya, karuan tampangnya kelihatan sangat menakutkan, waktu melangkah kedua kakinya, darah malah mencu-cur. Bila langkah ketiga, seluruh tubuhnya men dadak jadi lunglai, ' Trang" pedang panjang yang dipegangnya jatuh, menyusul orangnya juga meloso roboh, bukan roboh tumbang tapi senyum badainya mendadak mengkeret pendek berobah jadi setumpuk.separo kepalanya malah terbenam diatas tumpukan kulit-badan-nya, darah masih mengalir dari kedua matanya, sungguh bukan kepalang seram dan mengerikan keadaannya. /
Hanya orang aneh saja yang tahu akibat yang dialami Lou Thing. Wakiu dia mendorong kedua telapak tangannya, Lou Thing masih angkat pedangnya menusuk tanpa pikirkan keselamatan jiwa sendiri, walau sekuatnya dia mampu menerjang dekat, namun kekuatan tenaga dalam dari pukulan dahsyat orang a neh ternyata menggetar pecah seluruh urat nadi, sendi tulang dan tulang-tulangnyapun remuk, kaiena itulah sekujur badannya meng-keret jatuh menjadi setumpuk daging manusia yang.tidak normal sebagai mayat lazimnya.
Kisah Si Rase Terbang 3 Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung Han Bu Kong 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama