Ceritasilat Novel Online

Hong Lui Bun 16

Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 16


pasti berhasil. Jian-li-tok-heng bekerja lebih cermat dan seksama, diamdiam
dia sudah menerawang situasi malam ini tidak
menguntungkan pihaknya, hatinya sudah siaga bukan
memikirkan cara bagaimana mengejar kemenangan tapi
berusaha supaya tidak kalah dan fatal, maka sejak tadi dia
selalu memperhatikan keadaan Siau Hong dan tak berani
meninggalkannya terlalu jauh, supaya bisa memberi bantuan
bilamana perlu. Melihat Siau- Hong terancam oleh cengkraman Hwe-giamlo
segera dia menghardik: "Bangsat tua, stop " dengan jurus
cian-bwe-jiu (gerakan tangan menggunting kembang Bwe),
jari tangannya menjojoh urat nadi dilengan kanan Hwe-giamlo
SiuJan. Hwe-giam-lo sudah senang bahwa cengkeramannya pasti
berhasil, tak nyana bahwa Jian-li-tok-heng juga sudah
mengancam lengannya dengan ujung jari, kalau tidak menarik
serangan, lengan sendiripun pasti celaka, maka dia tidak
sempat melukai musuh. Lekas dia menurunkan pundak serta
miringkan tubuh sambil berputar, jari telunjuk dan tengah
tangan kanan terangkap balas menutuk ci-tong-hiat
dipunggung Jian-li tok-heng, menarik serangan merobah
gerakan cepat tepat dan pas, gerak geriknyapun mahir dan
wajar. Sebelum serangan dilancarkan penuh, angin tajam sudah
mengancam punggung, lekas Jian-li-tok-heng melangkah maju
dengan kaki kiri, gerakan dirobah Pek-ho-can-ji, telapak
tangan kiri menepuk cong-hiat-hiat dibelakang batok kepala
lawan, gerakan sekaligus dari seorang ahli kungfu yang benarbenar
berisi. Lekas Hwe-giam-lo menarik leher sembunyikan kepala,
tutukan jari tangan kanan berobah mencengkeram, ke atas
balas menyodok urat nadi tangan kiri Jian-li-tok-heng yang
menyerang tiba, sementara tangan kiri dengan Im-ciang
menepuk ki-bun-hiat dibelakang iga, satu jurus dua gerakan,
serangan kali ini bukan saja lihai juga menakjubkan.
Jian li-tok-heng menekuk lutut sehingga tubuhnya setengah
jongkok sambil menarik serangan, sementara tangan kanan
menepuk serangan tangan kiri lawan dengan jurus Latf-pihoasan "Plak" kedua tangan mereka beradu jian-li-tok-heng
tergetar keras, tubuhnya bagian atas tergeliat mundur,
kakinya mundur setengah langkah. Hwe-giam-lo SiuJan
berkedudukan disebelah bawah, getaran pukulan keras ini
membuatnya jatuh duduk diatas genteng, tangan kirinya sakit
sekali seperti tulang pergelangannya patah.
Memperoleh angin Jian-li-tok-heng makin bersemangat dan
gagah, mendesak selangkah kedua tangannya mengepruk
kebatok kepala Hwe-giam-lo siuJan, serangan kedua tangan
ini menghimpun seluruh tenaganya, sudah tentu perbawanya
cukup mengejutkan Hwe-giam-lo sedang kesakitan dan hendak melompat
berdiri, ingin menuntut balas rasa sakitnya ini, mendadak
pukulan lawan sudah menindih tiba pula, lekas dengan
gerakan keledai malas berguling dia menggelundang
setombak jauhnya. Padahal pukulan Jian-li-tok-heng teramat keras, karuan
genteng kaca dibawah kakinya pecah hancur berantakan.
Dalam pada itu Liok Kiam-ping melayang tiga tombak
kepinggir, begitu kedua kakinya hinggap dibumi, Biau-san-sisat
tahu-tahu sudah berada disekelilingnya pula, mereka tetap
bergerak cepat mengelilingi dirinya.
Memangnya wataknya keras dan tinggi hati, sudah tentu
tak mau dirinya dipihak yang didesak dan terancam dalam
barisan, ditengah bentakannya kedua tangan terpentang kekiri
kanan masing-masing menempur Nyo Liong dan Nyo Hou
saja, kedua pukulannya dilancarkan dan Nyo Hun didepan dan
menubruk maju pula. Sudah ia tak sempat melukai lawan, ia
berputar dengan tangkas dan kedua tangannya dibuat
menangkis tubrukan kedua musuhnya ini.
"Blang, blang", Loji dan Losi dari Biau-san-si-sat terpukul
mundur. Kiam-ping siap mengudak tapi Nyo Llong dan Nyo
Hong sudah menambal kekosongan posisi mereka, kekuatan
pukulannya bertambala dahsyat ditambah daya tubrukannya
kedepan Lekas Liok Kiam-ping ayun kedua tangannya
menangkis secara keras kearah damparan pukulan lawanTapi pukulan menangkis baru dilontarkan, sementara deru
angin kencang sudah menderu pula dari kanan kiri. Akhirnya
Liok Kiam-ping berdiri ditengah tak bergerak, gerak tubuhnya
berputar ditempat, ia terus menggempur kekanan dan
belakang. Seranganya yang cukup tangkas ini didesak pula oleh
keempat musuh sehingga terdesak dibawah angin, segera ia
tarik tangan setelah melontarkan serangan susulan lawan
sudah mencegat dirinya lebih dulu. celakanya gerak mereka
makin menciut, badan terasa beku dan menyesak napas. Liok
Kiam-ping terus menggempur dengan kedua tangannya secara
kilat. Serangan kilat secara keras adu tenaga lagi paling
menguras tenaga, betapapun tangguh Lwekang Liok Kiamping,
jelas takkan kuat bertahan terlalu lama. Semasakan air
kemudian, napasnya sudah menderu berat, keringat sudah
membasahi jidatnya. Ai-pong-sut masih terus melabrak Pa-kim Tayhud dengan
gusar dan dandam, dengan ketangkasan tubuhnya, dia cecar
lawannya sehingga Pa-kim Tayhud didesak mundur berulang
kali, namun dari padri Tibet inipun berjuang sekuat tenaga
sehingga keadaan masih bertahan sama kuat. Mereka sama
menyerang secara kilat, setiap serangan menggunakan
seluruh kekuatan pula, maka benturan pukulan yang dahsyat
terus menggelegar dengan suaranya yang keras menggoncang
bumi, hawa bergolak ditengah arena, genteng kaca
beterbangan kesegala penjuru.
Dua bayangan merah dan kelabu seperti saling gubat lalu
naik turun saling gontok. hakikatnya sukar dibedakan
denganjurus serangan apa mereka menggempur musuhnya.
cara adu tenaga yang dilakukan kedua lawan setandang ini
berbeda lagi, namunjuga menguras tenaga. Ratusanjurus
kemudian, keringat sudah berketes-ketes dijidat meleleh
keleher Ai-pong-sut. Mata Pa-kim Tayhud beringas, jenggotnya basah, napasnya
ngos-ngosan seperti babi yang akan disembelih. Tapi kedua
orang ini tiada yang mau mengalah, keduanya masih terus
baku hantam dengan sengit.
Setelah Hwe-giam-lo SiuJan dipukulnya menggelundung
pergi Jian-li-tok-heng sudah siap menerkamnya pula.
Mendadak dirasakan sejalur tenaga lunak menggulung dari
belakang, deru angin pukulan lunak ini membawa bau busuk.
Jian-li. tok-heng hanya menyedot sedikit bau busuk ini,
rasanya sudah mual hampir tumpah, maka dia berpikir
mungkinkah ini Sip hu-ciang (pukulan mayat busuk) yang
pernah kudangar dan belum pernah kulihat itu. Konon pukulan
ini mampu membuat busuk mayat korbannya dalam sekejap.
bagi yang menyedot hawa busuknya saja, bisa tumpahtumpah
dan semaput." Apapun Jian-li-tok-heng tidak menyangka bahwa lawannya
sudah meyakinkan pukulan jahat yang paling beracun didunia
ini, untung dia bersiaga dan hanya menyedot sedikit hawa
busuk. kalau sampai tumpah dan semaput, akibatnya tentu
amat fatal. Tanpa pikir dia melompat tinggi mencari
kedudukan yang lebih tinggi menanjak angin, sambil menahan
napas... "Tindakannya memang berhasil. Hawa busuk beracun ini
didesak keluar dengan tenaga dalam melalui ujung jari yang
dijentikan atau diseling dalam pukulan telapak tangan, maka
daya pukulannya cukup tangguh, sementara hawa beracunnya
tertolak balik oleh hembusan angin lalu.
Padahal Jian-ti-tok-heng bergerak tanpa perhitungan,
namun sekaligus dia sudah memperoleh kedudukan yang
menguntungkan, karena hawa beracun itu tidak mampu
melawan angin, celaka adalah anak buah Hwe-giam-lo sendiri
yang berdiri dibawah, beberapa prang tampak meloso jatuh.
terus terguling jatuh dari atas genteng.
Musuh tak berhasil dirobohkan malah orang sendiri yang
keracunan, karuan Hwe-giam-lo makin gusar danpenasaran,
lekas dia hentikan serangan pukulan hawa busuk beracun,
mengerahkan hawa murni memulihkan tenaga Maklum setiap
kali pukulan beracun dilancarkan, tenaga dalam sendiri akan
dikorting beberapa puluh prosen sesuai daya tahan dan lama
dari pukulan itu dilancarkan, untuk memulihkan kekuatan
harus mengerahkan hawa murni dan bersamadi cukup lama.
Anak buahnya yang lain segera berlompatan turun, disamping
menyingkir juga menolong beberapa temannya yang
keracunan, Hwe-giam-lo sudah menghimpun semangat
menyusun kekuatan pula. Betapapun gencar pukulan Liok Kiam-ping yang terkepung
didalam Su-siang-tin tetap tak mampu menjebol atau
merobohkan keempat lawannya karena kerja sama Biau-sansisat cukup ketat dan rapat, beruntun dia menggempur
hampir seratus jurus tetap tak mampu memecahkan barisan
lawan Padahal dengan bekal Lwekang Liok Kiam-ping sekarang,
jarang ada tokoh silat di Bulim yang mampu menandanginya,
setiap pukulannya mampu menghancurkan batu
menggugurkan gunung. Sayang Su-siang-tin merupakan daya
cipta bersama dari Biau-san-si-sat, kelihatannya mereka
memukul secara bergiliran dengan tenaga individu, pada hal
setiap salah seorang mereka menyerang, gabungan tenaga
mereka berempat sebagai landasannya, itu berkat kerja sama
ketat dan serasi serta gerakan berputar mereka dari satu
kedudukan kelain kedudukan secara berantai, maka semakin
cepat mereka berputar mengelilingi musuh kekuatannya
tambah besar. Sudah tentu Liok Kiam-ping tidak tahu seluk beluknya,
dengan gencar dia terus menggebuk musuhnya dengan
kekuatan penuh, lama kelamaan dia kehabisan tenaga sendiri,
hingga serangan yang semula gencar menjadi lambanSejenak dia menentramkan hati mengatur napas, pikirannya
menjadi jernih, untung daya kekuatan barisan lawan
mengutamakan tenang mengatasi aksi, gerakan mereka
merupakan reaksi dari gerakan lawan, cepat atau lambat balas
menyerang setiap ada kesempatan
Serangan Liok Kiam-ping sudah jauh lebih lambat, maka
reaksi Su-siang-tinpun mengendor. Tapi keadaan tetap
tegang. Otak Kiam-ping memang encer, sejenak dia menerawang,
lekas sekali dia sudah menyimpulkan sesuatu, meski agak
nyerempet bahaya, rasanya lebih mendang daripada main
gempur tanpa membawa hasil sedikitpun.
Mendadak dia berhenti dan berdiri tegak mengerahkan
hawa murni. Secara reflek Kim-kong-put-hoay-sin-kang telah
bekerja membungkus dirinya dengan hawa sakti. Kedua
tangan sudah bersilang tegak didepan dada penuh dilandasi
kekuatan, setelah mengincar kedudukan lawan mendadak dia
melompat maju seraya memukul kearah Nyo Liong. Kali ini
seluruh tubuhnya sudah dilindungi Sinkang, cukup dia
memperbesar tenaga, hawa sakti itupun bekerja semaksimal
mungkin, sebat sekali dia ikuti gerak gerik Nyo Liong dari
belakang. Mendadak tangan terayun memukul sejurus pula.
Begitu pukulan dilancarkan, Nyo Hong dibelakangnyapun
sudah menepuk tiba dengan pukulan dahsyat. Melihat lawan
tidak berkelit Nyo Hong yang memukul dengan kedua telapak
tangan bersorak girang dalam hati, tak nyana satu kaki
sebelum pukulannya mengenai tubuh Liok Kiam-ping,
tangannya tak mampu maju lagi seperti ditahan suatu tenaga
sekokoh dinding. Jelasnya tenaga pukulannya sirna tak berbekas, seperti
batu kecemplung laut, hanya desis suara yang mengerik saja
yang terdangar. Karuan Nyo Liong mengkirik seram dan pecah
nyalinya, ilmu macam apakah yang dilancarkan lawan,
memangnya dia pandai sulap dan ilmu hitan "
Pada saat itulah, "Blang" dengan telak pukulan Liok Kiamping
mengenai Nyo Liong tubuhnya yang besar mencelat
terbang setombak lebih terbanting diatas genteng.
Sejurus serangannya berhasil Liok Kiamping tidak kepalang
tanggung lagi, memutar miring badannya, kedua tangan
kembali menepuk kearah Nyo Hou yang menerjang tiba.
Su-siang-tin dipimpin oleh Nyo Liong tenaganya
sebagaiporos kekuatan dari barisan empat gajah ini, setiap
serangan balasan selalu dibawah pimpinannya, begitu Nyo
Liong kepuku jatuh, barisan jadi pecah, kekuatannyapun
buyar. Karena itu dikala Liok Kiam-ping memukul Nyo Hou, Nyo
Hun yang berada di belakangnya juga memukul dengan kedua
tangannya, tapi kekuatan pukulannya jauh lebih rendah
dibandang pukulan gabungan tadi Pukulan musuh hanya
menimbulkan sedikit reaksi dipunggung Liok Kiam-ping, lekas
sekali sudah sirna oleh tangkisan hawa saktinya. Karuan Biausansi-sat melongo dan ciut nyalinya.
Diantara Biau-san-si-sat, kepandaian dan Lwekang Nyo Hou
paling tinggi, orangnya juga lebih cerdik, begitu melihat
saudara tuanya terpukul jatuh, maka dia insyaf
Su-siang-tin takkan mampu mengurung lawan lagi, maka
dia sudah kaget dan siaga. Begitu kedua adiknya gagal
merobohkan lawan, Liok Kiam-ping sudah balas menepuk
dengan kedua tangan, mana dia berani menangkisnya, lekas
dia mengegos pergi lima kaki.
Sementara Nyo Liong sudah berdiri, mendadak dia
menghardik, "Lihat pisau." tangan terayun, selarik sinar
kemilau meluncur lurus mengarah dada Liok Kiam-ping.
Dari cerita Jian-li-tok-heng, Liok Kiam-ping tahu bahwa
Biau-san-si-sat memiliki kepandaian menimpuk pisau terbang
secara bergabung pula, kekuatan barisan pisau terbang empat
bersaudara ini amat ganas dan lihay, biasanya jarang
dilancarkan bila tidak dipaksa. Mendangar Nyo Liong
menghardik lekas dia berputar menatap tajam, selarik sinar
dingin laksana kilat menyambar tiba, mendangar suara dia
dapat membedakan, senjata apa yang menyerang, bahwa Nyo
Liong sudah menyerang dengan pisau terbang, maka para


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saudaranya, pasti akan ikut menghujani dirinya dengan
senjata rahasia yang sama, maka Kiam-ping tidak berani lena
sedikitpun. Lekas dia kembangkan Leng-hi-pou untuk
meluputkan diri. Tak nyata sebelum dia berdiri tegak, dua jalur angin telah
menyambar pula dari ka nan kiri, jelas dirinya sudah terancam
oleh bidikan kedua pisau terbang ini, untung Lwekangnya
tinggi dan bekerja menurut jalan pikirannya, mendadak dia
membentang kedua lengan serta menghantam kebawah
sehingga tubuhnya mencelat naik lima kaki, duajalur sinar
kemilau menyambar dari bawah kakinya secara bersilang,
namun mendadak melesat mundurpula balik kearah
datangnya. Kiranya, pisau terbang yang diyakinkan Biau-san-si-sat
berbeda dengan Am-gi umumnya, pisau terbang mereka
dikendalikan dengan tenaga dalam, namun karena batang
pisau cukup lencir panjang, tak bisa brputar atau melingkar
balik, terpaksa ditimpukan dan disedot balik saja.
Liok Kiam-ping terapung diudara, sesaat dia melenggong
menyaksikan ilmu tunggal yang aneh dan menakjupkan ini,
lekas dia menggeliat pinggang menggerakkan kaki tangan, di
mana kedua lengannya menggaris kebawah tubuhnya
melayang turun setombak jauhnya, sekalian dia merogoh
kebelakang melolos Liat-jit-kiam serta melompat maju pula.
Bahwa pukulan hawa beracun Hwe-giam-lo bukan saja
tidak berhasil merobohkan lawan malah orang sendiri yang
menjadi korban, maka-gusarnya sudah memuncak, sekilas dia
melirik kepertempuran Kiam-ping dan Ai-pong-sut, keadaan
mereka masih amat tangguh. Biau-san-si-sat dan Pa-kim
Tayhud belum mampu merebut kemenangan, jikalau malam
ini tak mampu merobohkan dan membekuk mereka, maka
dirinya jelas takkan mampu bercokol lebih lama di kota raja,
maka tanpa menghiraukan peraturan Bulim, lekas dia
membentak: "Kalian lekas maju, malam ini jangan biarkan
mereka lolos dari sini." lalu dia mendahulul menubruk kearah
Jian- li-tok- h eng . Dipinggir gelanggang masih ada belasan Wisu atau guru
silat dalam istana yang menontonpertempuran, mereka
sedang asyik dan pesona oleh kesaktian ilmu Liok Kiam-ping,
bentakan Siu-Jan mengejutkan mereka serempak semua
melolos senjata terus merubung maju.
Melihat muka Siu-Jan beringas, jian- li-tok- heng yang
pemikir ini lantas tahu bahwa pertempuran malam ini susah
dibereskan, apalagi dia harus melindungi Siau Hong, maka
gebrak selanjutnya dia tidak berani adu kekuatan, dengan
Ginkang yang tinggi dia melayang keluar kalangan. Baru saja
dia hendak balas menyerang, serombongan Wisu mendadak
menyerbu tiba. Karuan dia naik pitam, dampratnya: "Kawanan
tikus tidak tahu malu, berani main keroyok. baiklah jiwa kalian
takkan kuampuni." dengan melontarkan Sian-tian-ciang dia
songsong kedatangan kawanan Wisu itu dengan gempuran
dahsyat. Gerak geriknya selincah ikan berenang didalam air,
badannya menyelinap pergi datang diantara samberan sinar
golok dan pedang musuh, sementara kedua tangannyapun
tidak nganggur. beberapa lawan balas dipukulnya jatuh
bangun. Hwe-giam-lo sudah marah dan serangannya sepenuh
tenaga. Ditambah beberapa kawannya, maka rangsakan
mereka cukup menjadikan tekanan berat. Tapi Jian- li-tokheng
justru menyerang lebih gencar dan mengamuk seperti
banteng ketaton, meski dikeroyok keadaan tetap berimbang
alias sama kuat Jian- li-tok-heng juga menyerang para
pengeroyoknya dengan rasa gusar, maka perbawanya juga
cukup hebat, namun tiga puluh jurus kemudian, keadaannya
mulai berbeda. Lwekangnya setaraf dengan Hwe-giam-lo dengan bekal
pengalamannya, meski cukup payah menghadapi keroyokan
namun dia masih cukup kuat bertahan, namun rangsakan lima
pengeroyoknya memang perlu diperhitungkan, akhirnya dia
terdesak semakin payah. Disaat dia bertahan mati-matian itulah, mendadak
terdengar jeritan menyayat hati, seorang gurusilat mencelat
terbang karena punggungnya termakan pukulan sejauh
beberapa tombak, darah menyebur dari mulutnya sehingga
genteng kaca menjadi merah.
Siau Hong berdiri dibelakang Jian li-tok-heng, kini Jian- litokheng terkepung musuh, sudah tentu Siau Hong terpencil
malah, dua laki-laki agaknya ingin memungut keuntungan,
dari kanan kiri mereka menyergap datang.
Memangnya Siau Hong sudah benci setengah mati
terhadap kawanan Busu dari istana, matanya mendelik gigi
gemeratak. melihat musuh main keroyok lagi maka
amarahnyapun terbakar, cui-le-kiam segera dia sendal
menusuk lurus kearah lakl-laki yang menyergap dari kiri.
Laki-laki disebelah kiri ini cengar cengir sambil melintang
golok menangkis pedang, dikira gadis cantik terang lemah,
sekali ketuk juga pasti pedangnya terlempar terbang. Tak
nyana begitu senjata beradu "Trang" golok sendiri tahu-tahu
patah menjadi dua. Karuan cengir tawanya seketika menjadi
kaku, arwah serasa terbang dari raganya, sambil miring tubuh
lekas dia mencelat jauh kepingir.
Siau Hong benar-benar gemas, baru saja pedangnya
bergerak hendak mengudak. terasa angin tajam memburu tiba
dari kanan- Lekas dia tarik pedangnya berkelit sambil
membalik pedang menyongsong tabasan golok lawanTapi Lwekang orang yang satu ini lebih tinggi, melihat
pedang Siau Hong mampu membuat putus goloktebal
kawannya, segera dia tahu pedang lawan gaman pusaka yang
tajam luar biasa, maka ia tidak berani membenturnya,
pergelangan ber-putar goloknyapun dipelintir dari menabas
dirobah menepis miring, yang diincar adalah pinggang Siau
Hong. Tangkisannya luput golok lawan malah membacok
pinggang, lekas Siau Hong melangkah mundur setapak.
berbareng ujung pedang didongak keatas dengan jurus Sip-litoso menusuk pundak kanan lawan- Baru setengah jalan
serangannya, tahu-tahu angin kencang menyerang dari
belakang, ternyata lelaki yang putus goloknya membuang sisa
goloknya terus menubruk dengan pukulan tinjunya.
Lekas Siau Hong menurunkan pundak. Menarik
pergelangan, kaki kiri menjejak tubuhnya berkelit kekanan,
tangan kanan balik menabas dengan jurus So-cin-pwe-ki (So
cin memanggul pedang) kepada lelaki yang menyergap
daribelakang. sebelum serangannya berhasil, laki-taki bergolok
disebelah pinggir sudah melompat maju pula menyerangnya.
Lekas Siau Hong kembangkan Hian-li-kiam-hoat, dengan
berani dan tabah dia lompat sana terjang sini dari samberan
golok dan pukulan tangan kedua lawannya, untung cui-le-kiam
ditangannya tajam luar bias a.
Kedua musuhnya jeri terhadap senjata ampuh ini, maka
dalam waktu singkat Siau Hong masih kuat bertahanAi-pong-sut Thong cau masih baku bantam dengan Pa-kim
Tayhud, kekuatan mereka berimbang, serang menyerang adu
tipu adu kekuatan, tenaga mereka sudah terkuras banyak,
maka gerakan mereka mulai lamban dan kelihatan lelah.
Mendadak enam orang merubung datang ikut mengepung Aipongsut, maka sinar golok, pedang dan tombak samber
menyamber sederas hujan merabu ke badannya yang gemuk
pendek. serangan gencar ini memangpatut dibuat kaget dan
jeri. Kalau dalam keadaan biasa Thong cau boleh tidak pandang
sebelah mata terhadap mereka, tapi disamping menghadapi
Pa-kim Tayhud yang setaraf, tenaganyapun sudah lemah,
maka terasa betapa payah dia harus melayani serbuan
keenam orang ini. Untung keadaan Pa-kim Tayhud sendirijuga lebih payah,
melihat enam orang merubung maju segera dia
mengundurkan diri kepinggir lalu duduk bersimpuh
mengerahkan hawa murni berusaha memulihkan kondisi.
Tekananjauh berkurang maka sekuatnya Ai-pong-sut masih
mampu melayani keroyokan keenam guru silat ini. Namun dia
hanya bertahan tiga puluh jurus, selanjutnya keadaan
bertambah payah, lebih banyak bertahan daripada
menyerang, gerak geriknya lamban dan selalu berkelit saja
menghindari serangan. Hatinya sudah gelisah, kalau keadaan seperti initerus
berlangsung, pihak mereka pasti akhirnya binasa semua atau
menjadi tawanan musuh, daripada berkorban secara percuma
terpaksa harus nekad menerjang kepungan meskHarus
menempuh bahaya.. Lekas dia merebahkan diri diatas genteng
terus melancarkan Te-tong-tui, untung genteng di atas istana
datar dan luas, genteng kaca di sinipun cukup rapi, maka
cukup leluasa dia mengembangkan ilmu tendangannya sambil
bergulingan diatas genteng.
Tangan dan sikut serta kakinya bekerja dengan baik sekali,
tubuhnya yang gendut seperti bola yang bisa membal saja
bergelundungan kian kemari. Kecepatannyapun cukup
mengejutkan- Keenam lawannya dirabu dengan tend a ng an
berantai sampai mencak-mencak kerepotan dan lompat
mundur sehingga arena lebih besar dan lebih leluasa bagi
gerak geriknya. Tapi lama kelamaan ke enam lawannya mulai
berlaku cerdik, serempak mendadak mereka menubruk maju
bersama. Setiap lawannya terdesak mundur Ai-pong-sut rebah diam
diatas genteng mengatur napas menghimpun tenaga, begitu
keenam lawannya merubung maju pula segera dia bergerak
pula. Sulit keenam lawannya yang bertaraf menengah
menyelami permainan Te-tong-tui yang aneh dan lihay,
mereka jadi bingung dan tak tahu bagimana harus melawan,
setiap Ai-pong-sut menggelundung datang tersipu mereka
melompat menyingkir. Sehingga keenam orang ini satu sama
lain seperti berlomba menyelamatkan diri tanpa sadar untuk
melawan dan berdaya untuk mengalahkannya, hal ini meng
untung kan Ai-pongsut untuk menyusun kekuatannya kembali.
Hanya sekejap dia beristira hat sambil bergulingan, semangat
dantenaganya sudah lekas pulih.
Bila keenam orang itu merangsak maju pula, diam-diam Aipongsut sudah kerahkan tenaga dan mengembangkan tipu
terlihay dari Te-tong-tui yang dinamakan bersuara ditimur
menggempur barat. Gerak geriknyapun bertambah cepat dan
tangkas. Jelas dia menggelundung ketimur, namun secepat
kilat mendadak melenting kebarat, sehingga orang sukar
menjajagi ke mana a rah serangannya.
"Aduh." sekonyong-konyong seorang melolong kesakitan,
seorang lelaki kekar terpental roboh diatas genteng. Kedua
lututnya tersapu patah, saking kesakitan dia melolong seperti
babi disembelih, keringat bertetesan diatas jidat sesaat
kemudian dia berkelejetan terus jatuh semaput.
Sejurus serangannya telak merobohkan musuh, baru saja
Ai-pong-sut akan meneruskan permainannya, Pa-kim Tayhud
yang selesai bersamadi melihat orang pihaknya menjadi
korban segera mencelat berdiri sambil menghardik, kedua
tangannya mengembangkan Thian-liong-toa-pat-sek terus
menerjang maju. Kedua telapak tangannya menepuk kebadan
dan kepala Ai-pong-sut. Deru pukulannya laksana hujan bayu,
perbawanya amat mengejutkan.
Melihat kedahsyatan serangan lawan, lekas Ai-pong-sut
menggelundung kesamping, berbareng dia perhatikan di mana
lawan akan menaruh kedua kakinya, dia siap bertindak
dengan sergapan mematikan.
Diluar tahunya Pa-kim Tayhud juga sudah berencana
didalam bertindak. meminjam tenaga tepukan kedua
tangannya, sekalian dia mengerahkan tenaga mukjijat dari
Thian-liong-toa-pat-sek, tubuhnya mendadak mencelat balik
sambil menggeliat dia memutar tubuh, sehingga tubuhnya
laksana naga melingkar diudara. Kembali telapak tangannya
menepuk deras kearah Ai-pong-sut. Daya serangannya jauh
lebih keras lagi. Ternyata Thian-liong-toa-pat-sek adalah lawan utama dari
Te-tong-tui yang dia kembangkan. Kalau pertempuran begini
dilanjutkan berarti dirinya akan selalu dipihak yang diserang
dan kemungkinan besar jiwa bisi celaka, maka segera
mencelat berdiri pula diatas kedua kakinya. Lima orang sisa
pengeroyoknya tadi segera merubung maju pula sambil
angkat pedang dan golok. Setelah sedikit memulihkan tenaga dan semangatnya,
gerak gerik Ai-pong-sut mulai tangkas pula, dengan
kesebatannya dia pergi datang diantara sambaran golok dan
tombak serta pedang, namun karena harus bersiaga oleh
sergapan Pa kim Tayhud dari sebelah atas, jadi kelihatan
keadaan tetap dalam keadaan terdesak.
Sudah setengah malam dia bertempur, kekuatannya boleh
dikata sudah hampir habis, tadi waktu melancarkan Te-tongtui
berkesempatan memulihkan sedikit tenaga, kinHarus
menghadani Pa-kim Tayhud yang dibantu lima orang lagi,
maka keadaannya makin gawat s Tigapuluhjurus kemudian,
keadaannya sudah makin payah, napas sesak keringat
gemerobyos Tapi dia tetap bergelut mati-matian.
Begitu mengeluarkan Liat-jit-kiam, baru saja kaki LiokKiam-ping menutul genteng, deru angin dibelakang sudah
menerpa tiba. Tanpapikir dia balikanpedang terus menabas.
"Tring" sebatang pisau terbang telah dipukulnya mabur
beberapa tombak jauhnya. Baru saja dia melejit ke sana
memburu musuh, angin kencang mengudak tiba pula dari
belakang, tapi sebelum dia membenturnya jatuh dengan
pedang, samberan senjata musuh telah ditarik mundur. Baru
Liok Kiam-ping sempat menerawang keadaan sekitarnya, dua
larik sinar putih dari kanan kiri meluncur dengan gerakan zigzag
melesat tiba. Berkelit keempat penjuru serba susah, dipukul jatuhjuga
susah, terpaksa hanya melambung keudara, namun baru saja
dia melejit sinar putih sudah melesat ting gi diatas kepalanya,
lekas dia mengembang kedua tangan sehingga daya
mumbulnya direm, berbareng kedua kaki memancal tubuhnya
rebah datar ditengah udara, sehingga dua batang pisau
terbang meluncur lewat diatas dan bawah tubuhnya, pisau
diatas menyerempet sobek bajunya, sungguh amat
berbahaya. Kecuali Liok Kiam-ping memilik Lwekang tinggi,
siapapun sukar terhindar dari samberan pisau terbang yang


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lihay tadi. Disamping kaget sudah tentu gusar Liok Kiam-ping bukan
main, mendadak dia bersuit keras, segera dia kembangkan
Ing-wi-kiu-coan dari Leng-hi-pou yang paling top, tubuhnya
berputar di tengah udara laksana elang melayang terus
menukik menerkam kelinci, serangannya adalah batok kepala
Nyo Hou yang ditempiling dengan dahsyat.
Nyo Houtahu diri, insaf dirinya bukan tandingan, lekas dia
melompat menyingkir sambil menerobos pergi dari lingkaran
pukulan lawan- Hal ini justru menjadi Harapan Liok Kiam-ping
diwaktu pedangnya membelah turun, telapak tangan kiripun
sudah siap. begitu dia incar di mana Nyo Hoa beranjak.
mendadak dia tepukan telapak tangannya.
Tapi pada saat sama "Ser" angin menyambar kencang
dibawah kakinya, terpaksa Kiam-ping batalkan tepukan
tangannya, kedua kaki memancal tubuhnya meluncur lurus
kedepan melampaui tubuh Nyo Hou, turun setombakjauhnya..
Sambitan pisau terbang Nyo Hun menyambar lewat
dibawah Liok Kiam-ping segera di raih oleh Nyo Hou.
Sementara Nyo Liong membentak dengan aba-aba rahasianya,
berempat serempak mereka merubung maju pula. Maka sinar
putih samber menyamber dari empat penjuru kearah Liok
Kiam-ping yang terkepung ditengah
Kini melangkah dengan Leng-hi-pou, pedangnya bergerak
secara lincah, pisau terbang yang meluncur tiba diketuknya
pergi, pertahanannya Cukup kokoh tak tertembuskan tapi
pisau terbang itu tiada yang terketuk jatuh, setiap tertangkis
pasti mental balik kearah pemiliknya, sehingga keempat
lawannya tak pernah kehabisan senjata, kalau tidak terpegang
oleh pemilik semula pasti juga disambar saudaranya yang lainPerlu diketahui setiap saudara Nyo memiliki lima batang
pisau terbang, meski setiap kali menyerang hanya mampu
digunakan sebatang. namun bila tak keburu menarik balik
pisau pertama dengan mudah mereka akan menggunakan
yang kedua, maka begitu permainan dikembangkan mereka
tidak akan pernah kehabisan senjata karena pisau itu akan
terus ditimpukan silih berganti.
Barisan pisau terbang yang diyakinkan Biau-san-si-sat,
selama ini jarang dikembangkan, kaum persilatan hanya
pernah dengar belum pernah menyakslkan yang pernah
menyakslkan juga hanya beberapa gelintir orang saja,
selamanya belum pernah gagal apa lagi dlkalahkan selama
berkecimpung di Kangouw menghadapi musuh tertangguhpun
mereka paling hanya menggunakan dua batang, lawan pasti
sudah gugur dibawah pisau terbang mereka. Tapi ma lam ini
mereka sudah keluarkan empat batang, selama hidup juga
baru pertama kali ini dikembangkan.
Untung Liok Kiam-ping berapakali ketiban rejeki sehingga
Lwekangnya sekarang sudah bertaraf paling tinggi, walau
harus menangkis dan menghadapi serbuan pisau terbang yang
gencar, keadaannya masih tetap wajar dan kuat, sayang dia
lebih banyak bertahan dari pada menyerang.
Dengan cui-le-kiam Siau Hong, kembangkan Hian-li-kiamhoat,
setelah dididik oleh Kiam-ping, kepandaiannya sudah
cukup lumayan, kalau satu lawan satu kedua lelaki itu jelas
bukan tandingannya, namun kedua lawan ini mengoceh dan
merabu dengan serangan gencar, semula dia labrak kedua
lawannya dengan gencar, tapi setelah Hian-li Kiam-hoat habis
dilancarkan, gerak geriknya menjadi lamban, apa lagi tenaga
dalamnya makin menipis sehingga makin lama makin terdesak
dibawah angin- Namun demikian dia sudah bertahan sebanyak tujuh puluh
jurus, namun napas memburu, keringatpun sudah membasah
kuyup sekujur badannya. Mendapat kesempatan kedua lelaki itu mempergencar
serangannya. Saat itu Siau Hong baru berkelit dari tabasan
golok musuh, pukulan telapak tangan lelaki yang lain juga
sudah menyerobot tiba dari pinggir. Terpaksa dia menutul kaki
melejit pergi, pada hal da lam keadaan lelah, dia harus
melompat beruntun dua kali, sudah tentu gerak geriknya
menjadi lebih lambat. "Plak," langkahnya gentayangan karena pundaknya tersapu
oleh pukulan tangan lawan tubuhnya tergentak mundur
beberapa langkah baru berdiri tegak lagi. Tulang pundaknya
seperti remuk. sakitnya bukan mainLelaki bergolok itu diam-diam merunduk dari belakang
terus membacok dengan serangan ganas. Rasa sakit hampir
membuat Siau Hong semaput, mendadak dirasakan angin
tajam mengancamjiwa lagi, diam-diam dia sudah mengeluh
dalam hati. Untuk berkelit sudah tidak sempat lagi, jiwanya
jelas susah diselamatkan lagi.
Jian-li-tok-heng yang menghadapi keroyokan enamjago
kosen walau merasa kepayahan, tapi pengalamannya paling
luas. Ginkangnyajuga amat tinggi, maka dalam beberapa
kejap dia masih bermain wajar. Memaklumi diri, berada
disarang musuh, ada musuh tanpa aku, maka sambil
berhantam diam-diam dia sudah siapkan beberapa biji teratai
besi, siap bertindak bila perlu.
Dia tahu kepandaian Siau Hong terbatas, pengalaman
tempurnya juga cetek, bila gadis harus ditolongnya ini sampai
roboh danjatuh lagi ketangan musuh, berarti nama besar
Hong-lui-pang akan runtuh total, maka sambil melayani
keenam lawannya, tak lupa dia selalu perhatikan keadaan Siau
Hong. Melihat Siau Hong diancam bacokan golok, kontan dia
membentak. tanpa hiraukan keadaan diri sendiri yang kepepet
mendadak dia melambung keudara sambil menimpuk., biji
teratai besi ditangannya seluruhnya dia timpukkan kearah lakilaki
bergolok itu. Bahwa goloknya akan membelah batok kepala gadis ini,
pahala besar akan diperoleh, terbayang olehnya pangkat akan
dijabatnya pula, karuan senangnya bukan main sehingga dia
lupa daratan, memangnya dia juga tidak menduga bahwa
Jian-li-tok-heng mampu memecah perhatian menolong Siau
Hong, mengancamjiwanya dengan senjata rahasia. Bila dia
tersentak kaget ternyata sudah terlambat. Lengan kanan, ping
gang dan lehernya sekaligus ketimpuk lima biji teratai besi.
Rasa sakit membuatnya menjerit kesakitan, goloknya jatuh
berkerontang diatas genteng, orangnyapun roboh tersungkur,
Menghadapi perobahan diluar dugaan, disamping kaget
Siau Hong segera sadar bahwa jiwanya tertolong dari
renggutan elmaut. Dilihatnya Jian-li-tok-heng melambung
turun hinggap disampingnya, katanya perlahan 'Nona Siau
Hong, bagaimana keadaanmu ?"
Siau Hong tertawa manis, sahutnya "Tidak apa- apa hanya
terkejut -saja." Disaat mereka tanya jawab, 'Hwe-giam-lopimpin anak
buahnya merubung majupula. Maka mereka mulai baku
hantam pula lebih sengit. Walau berdampingan dengan Siau
Hong, namun karena kepandaian terlalu rendah, maka Jian-litokheng harus bekerja lebih keras, selalu bertindak
melindungi keselamatan Siau Hong, sudah tentu keadaannya
lebih payah. Menghadapi Pa-kim Tayhud seorang yang selalu
menggempur dengan tenaga dahsyat, Ai-pong-sut sudah
kepayahan, apa lagi masih diserang oleh lima lawan yang lain,
karuan keadaannya lebih berat. Akhirnya disadarinya bahwa
melayani dengan pukulan berat cara yang betul, umpama
tidak terpukul luka parah juga akhirnyamati kelelahan sendiri,
lekas dia pusatkan pikirannya, kini dia kembangkan ring an
tubuhnya, dari menyerang dia mulai bertahan, dengan
ketangkasannya dia berkelit dan menyingkir dari serbuan
lawan-lawanya. sudah tentu setiap peluang baik tidak
diabaikan, namun serangannya juga hanya sejurus tanpa
menggunakan tenaga ampuh. cara yang ditempuh ternyata
membawa manfaat bagi dirinya, bukan saja tidak terdesak
seperti tadi, tenaganya bisa dipertahankan untuk jangka lebih
panjang, sudah tentu dia tidak lupa memutar otak mencari
akal, untuk menjatuhkan lawanTiraikasih
Website Sementara Pa-kim Tayhud pimpin orang-orangnya merabu
dengan gencar, tapi menghadapi gerakan lawan yang segesit
kera, dalam waktu simgkat mereka kewalahanjuga dibuatnya.
Ai-pong-sut menerawang keadaan, terang tanah sudah
akan tiba tak lama lagi, jelas mereka tak boleh bertahan lama
bertempur disini, betapapun pertempuran harus di akhiri
secepatnya dan meninggalkan tempat ini. Padahal dalam
kepungan serapat ini dan tekanan cukup berat, mana mungkin
meloloskan diri. Sang waktu berjalan tanpa kenal kasihan kokok ayam
sudah terdengar dikejauhan, karuan hatinya makin gelisah.
Pukulan dahsyat Pa-kim Tayhud bagai gugur gunung
menindih kepalanya, disaat hati gelisah, sedikit lena tindihan a
ng in pukulan itu sudah dekat diatas tubuhnya, berkelit ke kiri
kanan jelas tidak keburu, secara reftek dia gunakan langkah
sempoyongan menyurut mundur, syukur masih sempat
menyelamatkan jiwa. Karena langkah sempoyongan itulah,
tiba-tiba didengarnya suara berdering nyaring didalam
bajunya, meski suara lirih tapi sudah menyentuh
kesadarannya. Begitu dia memeriksa keadaan, rasa girang
segera terunjuk diatas alisnya yang tegak.
Mumpung berkelit dengan berputar badan mendadak dia
merogoh keluar Yam-yam-tam dari kantong bajunya, dia incar
seorang laki-laki dibelakang, lalu melangkah setindak, begitu
jarak agak dekat, pelor besinya segera dia timpuk.
Jarak terlalu dekat, laki-laki itu sedang menyerbu dengan
bernafsu, mana menyangka lawan bakal menyergap dengan
pelor besinya yang sudah terkenal di Kangouw.
Terdengar jeritan keras menggetar udara ditengah
malampekat. Begitu roboh dipermukaan genteng darahnya
sudah berceceran mengalir kebawah.
Bahwa pelornya berhasil merobohkan musuh, semangat
juang Ai-pong-sut berkobar pula. Dua lingkaran lagi dia
berputar pelor besinya ditimpuk lagi. "Pluk" batok kepala
seorang laki ditimpuknya pecah, tanpa mengeluarkan suara
korbannya jatuh terguling, da rah dan otaknya berceceran
diatas genteng. Sisa orang pengeroyok menjadi ciut nyalinya, meski tidak
berani mundur, tapi serangan mereka sudah jauh lebih kendor
dan hati-hati. Sebaliknya. Pa-kim Tayhud melotot gusar,
jengotnya yang sudah basah oleh keringat tampak bergerakgerak
kaku, Beruntun malam ini dia kecundang secara
beruntun, meski awak sendiri tidak terluka, namun para
muridnya yang dijadikan pengawal pribadanya juga runtuh
total, demikian pula anjing-anjing peliharaannya yang
dibawanya dari Tibet terbunuh semuanya, betapa hatinya
takkan penasaran. Melihat Ai-pong-sut Thong cau unjuk kegagahannya,
dengan yam-yam-tam beruntung merobohkan dua orang yang
mengeroyoknya bersama dirinya, bila hal ini tersiar di dunia
persilatan, di mana selanjutnya dia harus menaruh muka "
Bukankah nama besar Lun-pu-si ikut runtuh pula " Saking
malu menjadi gusar, nafsu membunuhnya makin berkobar,
mumpung tubuh sedang berputar, diapun merogoh kedalam
kantong dadanya, terus menggayun tangan, selarik sinar putih
kemilau segera melesat kearah Ai-pong-sut, Ternyata diapun
keluarkan Hiat-te-cu, senjata rahasia tunggal dari
perguruannya yang lihai. Sebelum mengeluarkan pelor besinya Ai-pang-sutjuga
sudah pikirkan akibatnya, Dia tahu Hiat-te-cu amat ganas dan
mengerikan bila dilancarkan dalam setombak terjangkau oleh
kehebatan senjata rahasia ini, namun didalampertempuran
yang serabutan begini, bukan musuh.
Karena itu dia kembangkan ketangkasan langkahnya
berputar diantara rombongan musuh yang merabunya
berpencar juga dengan gaman mereka, sehingga Pa-kim
Tayhud harus berpikir dua belas kali sebelum melancarkan
Hiat-te-cu. Pelor besinya justru bergerak dengan leluasa,
namun dia juga tidak berani menggunakan tenaga
sepenuhnya, kuatir sedikit pecah perhatian, diri sendiri kena
sergapan yang fatal, untuk berkelit mungkin tidak keburu lagi.
Meski leluasa menyerang musuh betapapun dia tetap berlaku
waspada. Untuk menyelamatkan jiwa ketiga sisa pengeroyoknya
menyingkir agakjauh kepinggir gelanggang sehingga Pa-Kim
Tayhud memperoleh banyakpeluang melancarkan Hiat-tecunya.
Ai-pong-sut juga sudah punya perhitungan matang, melihat
lawannya berputar dengan kedua pundak terangkat lengan
terayun kebelakang sinar putih lantas berkelebat, langsung dia
menjatuhkan diri menggelundung pergi setombak jauhnya.
Maka terdengar suara gaduh dan gemuruh. genteng kaca
pecah beterbangan selebar satu tombak dengan percikan
kembang api, pecahan kaca menyambar ke kekuatan
serangan Hiate-cu memang cukup mengejutkan.
Walau sebelumnya sudah siaga dan menggelindang pergi
dan selamat, tapi melihat betapa hebat perbawa serangan itu,
mau tidak mau mengkirik juga bulu kuduknya.
Liok Kiam-ping kerahkan tenaga murninya menempur
barisan pisau terbang Biau-san-si-sat betapapun manusia
berdiri darah daging, setelah bertempur setengah ma lam,
lawan yang dihadapi musuh tangguh lagi, apa lagi sekarang
dikeroyok empat, lama kelamaan dia susah memberi
perlawanan- Disamping pintar Kiam-ping, juga berbakat, sudah tentu dia
tidak ingin selalu terkepung oleh barisan lawan, benaknya
bekerja secara kilat, mendadak dia teringat permainan
kombinasi ilmu pukulan dengan ilmu pedang, dalam keadaan
terkepung begini terpaksa dia harus berani menempuh bahaya
Setelah memukul pergi sebatang pisau terbang yang
meluncur tiba, mendadak dia menerobos kepinggir, ujung
pedangnya menusuk kearah Nyo Hong, berbareng telapak
tangan kiri menggenjot, segulung angin kencang menyapu
dari belakang Nyo Hun. Kedua jurus serangannya dilancarkan serempak Biau-sansisat terlongong sejenak. terutama Nyo Hun dan Nyo Hong,
lebih penting mereka berkelit dan menyelamatkan diri, tak
sempat menarik balik pisau terbang sendiri, lekas mereka
melompat keluar kalangan.
Tapi pada saat itulah dua batang pisau terbang telah
disambitkan oleh Nyo Hou, Tak sempat melukai lawan lekas


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liok Kiam-ping melompat mumbul keatas, disamping
menyelamatkan diri sekalian pedangnya meluncur laksana
lembayung menus uk kearah Nyo Liong.
Mumpung Liok Kiam-ping mumbul keatas itulah. Nyo Hong,
dan Nyo Hun sudah melompat majupula menduduki posisi
masing-masing, Liok Kiam-ping tetap terkepung ditengah
mereka. Liok Kiam-ping amat gusar, kedua kaki menjejak tubuhnya
meluncur terus ke udara. Amarahnya sudah tak terkendali lagi,
maka serangannya sudah tidak perhitungan lagi, tekadnya
besar untuk mematahkan barisan pisau terbang lihay ini,
Mumpung tubuhnya berputar datar, pedang ditangan kanan
menyabet kepinggir membelah Nyo Hong, sementara dengan
tekanan tenaga raksasa tangan kirinya menggempur Nyo Hou.
Nyo Hong sedang berkisar kedepan, mendadak angin keras
menindih turun, cahaya terang menyilau mata pula, seketika
dia mengeluh dalam hati. Tapi dalam kepepet otaknya yang
cerdik memperoleh akal, lekas dia, timpukan sebatang pisau
terbangnya keatas, sambil melompat minggir sejauh mungkinLiok Kiam-ping sedang lancarkanseranganpedangnya,
mendadak samberan angin kencang dari luncuran sebatang
pisau menembus udara melesat keatas, karuan gerakannya
sedikit merandek sambil miring tubuh.
Karena dia miring tubuh inilah sehingga Nyo Hong sempat
melompat keluar kalangan.
Baru telapak tangan Kiam-ping bergerak Nyo Houjuga
sudah siaga, lekas diaperkuat tenaga kakinya hingga tubuhnya
menubruk kedepan lebih pesat, meminjam sapuan tenraga
lawan dia melompat lebih jauh beberapa tombak.
Pada saat itulah pisau terbang Nyo Liong dan Nyo Hun
sudah meluncur tiba. Meminjam tenaga tolak pukulan tangan
kirinya tubuh Kiam-ping melayang keudarapula, Tapi Biau-sansisat tetap mengepungnya, kini gerak langkah mereka
bertambah kencang. Secara beruntun dan berantai ganti
berganti mereka terus merabu Liok Kiamping dengan
timpukan pisau terbang. Kedua pihak bergerak adu kecepatanMaka hanya cahaya benderang saja yang samber menyambar,
siapa lena pasti termakan samberan sinar tajam itu.
Pertempuran makin tegang.
Liok Kiam-ping dan kawan-kawan masih terus berjuang
dengan gigih. Mendadak bunyi genta yang ditabuh bertalu lembut
kumandang dari istana dalam. Itulah genta tanda berkumpul,
panggilan kilat, bahwa genta berbunyi sepagi ini, sudah tentu
Hwe-giam-lo dan kawan-kawannya amat terkejut, mereka
bertanya-tanya: "Mungkin ada musuh yang membuat onar di istana ?"
"Harap kalian berhenti." dari kejauhan kumandang seruan
yang kuat berisi. Liok Kiamping berempat memangnya sudah kepepet dan
hampir kehabisan tenaga, seruan itu justru sesuai Harapan,
kalau kawanan Wisu semua mundur dan berdiri ke belakang
Hwe-giam-lo, merekapun berkumpul menghadap kearah
datangnya suara. Siu-Jan sudah buka mulut hendak bicara mendadak
dilihatnya dua bayangan orang meluncurpesat laksana bintang
terbang, gerak tubuhnya tangkas dan lincah,jelas kedua orang
yang mendatangi ini memiliki Ginkang tinggi. Hanya sekejap
kedua bayangan itu sudah meluncur tiba didepan mereka.
Hadirin baru jelas melihat yang datang ini adalah dua
pengawal raja yang bergaman golok tebal.
Begitu kedua orang ini tiba, Siu-Jan segera tampil kedepan,
sambil menjura dia menyapa, "Tayjin berdua untuk keperluan
apa kelihatan terburu-buru. Genta berbunyi didalam istana,
tentu ada keonaran terjadi. Losiu sedang pimpinan anak buah
mencegat kawanan bangsat yang trobosan di istana, bila
sudah kubekuk mereka pasti akan kugusur dan laporkan
kepada ongya..." Belum habis dia bicara kedua Wisu bergolok tebal itu sudah
mendengus dingin kata seorang: "ongya justru sedang kuatir
karena hal ini. Maka kami disuruh kemari tanya duduk
perkaranya kepada Siu-tangkeh dan Pakim Taysu, perintah
kilat diajukan supaya kalian segera masuk memberi laporanDiperintahkan pula bila penyatron memang tidak sengaja
membuat kegaduhan, harap lekas suruh orang mengantar
mereka keluar istana, dilarang mempersulit mereka."
Liok Kiamping bertiga saling pandang sejenak. mereka tahu
rencana berhasil, maka mereka mengulum senyum lega.
Sudah tentu perkataan kedua orung Wisu bergolok itu
laksana pentung mengemplang batok kepala Siu-Jan, tahu
bahwa kedoknya sudah terbongkar, malam ini jelas tak
mungkin menahan orang-orang Hong-lui-pang di sini,
sebetulnya sudah ingin berlaku nekad menahannya secara
kekerasan, namun dihadap kesaksian kedua pejabat tinggi
istana bergolok tebal ini, betapapun tak berani membangkang
perintah secara terang - terangan
Walau hati kaget dan jeri, namun sikapnya tetap berlaku
wajar, dengan bergelak tawa segera dia menjawab: 'Losiu
memang ingin segera memberi laporan kepada ongnya,
silakan Tayjin berangkat lebih dulu, setelah Losiu
menyelesaikan urusan di sini, segera aku masuk memberi
laporan kepada ong-ya. Lalu dia berpaling kearah Liok Kiam-ping, katanya: 'Malam
ini kalian memang mujur, dapat pergi tanpa kurang suatu apa,
tapi dosa kalian memang terlalu besar, kaum persilatan sudah
sudah ingin menumpas kejahatan yang kalian lakukan- Tiga
hari lagi di saat rembulan bercokol ditengah cakrawala, kita
selesaikan persoalan malam ini di Ban-siu-san, pada waktunva
bila kalian tidak datang kita akan meluruk ke Kwi-hun-ceng
dan akan kami bumi Hanguskan seluruh perkampungan itu.' "
Liok Kiam-ping bergelak tawa, katanya:
'Muslihatmu sudah terbongkar, masih berani membual,
sungguh tidak tahu diri. Baik, cayhe pasti menepati pertemuan
di Ban-siu-san" lalu dia peluk pinggang Siau Hong mendahului
meluncur pergi. Ai-pong-sut dan Jian-li-tok-heng juga
bergerak di kanan kirinya.
Dengan tertawa Siu-Jan berkata kepada Biau-san-si-sat:
"Tolong kalian bersaudara mengantar mereka sampai dipintu
gerbang istana." lalu dia memberi kedipan mata kepada
mereka. "Setelah mengiakan empat bersaudara Nyo itu segera
melayang pergi dengan kecepatan tinggi.
Ternyata seperti biasanya pagi-pagi Ka-cin-ong sudah
bangun setelah membersihkan badan dia masuk kekamar mau
ganti pakaian untuk mengadakan sidang pagi, dikamar
pakaiannya itulah mendadak dia menemukan secarik kertas
diatas meja tulisannya. Itulah tulisan atau laporan yang
ditinggaikan Jianli-tok-heng, dalam laporan dipaparkan
kejahatan dan intrik yang dilakukan Hwe-giam-lo Siu-Jan
dengan Pa-kim Tayhud, di luar tahu ongya melakukan
penculikan gadis dan berusaha memperkosanya dengan obat
mesum. Demi menolong gadis yang tak berdosa itu, waktu
yang mendesak tak mungkin memberi laporan langsung
kepada ongya, mohon maaf sebesar-besarnya bahwa mereka
langsung bertindak di istana.
Ka-cin-ong berwatak keras, jujur dan benci kejahatan,
apalagi kejahatan perkosaan, kalau betul anak buahnya
melakukan perbuatan terkutuk dan kotor ini, bila bocor dan
diketahui orang-orang yang menentang politiknya, bukankah
akan meruntuhkan nama baik dan kedudukannya, karena itu
dia menabuh genta serta memberi perintah membebaskan
para penyatron, kalau tidak Liok Kiam-ping pasti takkan bis a
pergi dengan leluasa. Biau-san-si-sat apaljalanan di istana, terpaksa Liok Kiamping
mengikuti langkah mereka, sepanjang jalan mereka
berlompatan diwuwungan rumah, lalu melompat turun
menyusuri taman kembang yang panjang dan luas langsung
menuju kegerbang istana. Biau-san-si-sat sengaja hendak menjajal Ginkang Liok
Kiam-ping bertiga, diam-diam mereka saling mengedip mata
terus mempercepat langkah, laksana panah terbang mereka
meluncur pesat sekali. Sejak kecil mereka dibesarkan diatas pegunungan hidup
didalam gua yang curam dan terjal, tenaga kaki mereka jauh
lebih kuat dari kaum persilatan umumnya, apalagi mereka
latihan tekun dan rajin, dalam bidang khusus mereka memiliki
kelebihan orang lain- Kali ini mereka, diundang ke Tionggoan pikirnya punya
kesempatan untuk pamer kepandaian, merebut nama
mencapai kedudukan tinggi, apapun tak terpikir sebelumnya
bahwa malam pertama mereka menggebrak melawan musuh,
barisan pisau terbang kebanggaan merekapun tak
memperoleh hasil yang diharapkan, memangnya hati lagi kesal
dan penasaran, mumpung ditugaskan mengantar mereka
keluar, kini mereka kembangkan kekuatan kaki, hendak
meninggalkan musuh jauh dibelakang biar malu dan
melampiaskan rasa dongkol mereka.
Mereka lari dengan sepenuh tenaga, kecepatannya
memang amat mengejutkan, tubuh mereka laksana empat
gumpal asap meluncur dengan kecepatan kilat menyambar.
Bagi yang berpandangan kura ngjeli pasti sukar membedakan
bentuk badan mereka. Cukup lama Biau-san-si-sat mengayun langkah kilat, lekas
sekali mereka sudah dekat tembok yang dekat dengan pintu
gerbang, secara diam-diam mereka pasang kuping
mendengarkan gerakan dibelakang, mereka kira Liok Kiamping
berempat sudah jauh ditinggal dibelakang maka sambil
tertawa pongah mereka saling pandang.
Tak nyana baru saja mereka berhenti, terasa angin kesiur
menyambar disamping badan, ternyata Liok Kiam-ping sudah
melompat tinggi melampaui kepala mereka meluncur keatas
tembok. Liok Kiam-ping bergelak tawa, katanya:
"Kalian tak usah mengantar jauh-jauh, tolong sampaikan
kepada Siu-tangkeh, perjan Jian, di Ban-siu-san esok lusa,
cayhe beramai pasti datang. Selamat bertemu" habis berkata
dia pimpin Ai-pong sut dan Jian-li-tok-heng melompat keluar.
Lompatan-nya mencapai beberapa tombak jauhnya.
Kecepatan gerak tubuh dan jarak lompatannya yang jauh
dan enteng sungguh membuat Biau-san-si-sat berdiri
melenggong, sesaat lamanya mereka tak mampu bersuara,
Akhirnya Nyo Liong mendengus gemas lalu mendahului putar
tubuh lari balik kedalam istana.
Belum ada seratus tombak Liok Kiamping berempat
meninggalkan istana, mendadak dibelakang terdengar
bentakan lalu disusul benturan senjata beradu, suasa
bentakan seperti amat dikenal, diduga Coh-siang-hwi Ih Tiauhiong
mencegah musuh yang menguntit mereka. Tapi mereka
juga tahu kepandaian Coh-siang-hwi memang tidak tinggi,
namun otaknya encer, ginkangnya tinggi, pasti tidak sukar dia
memancing musuh kearah lain, maka mereka terus maju
kedepan, tanpa menguatirkan keselamatannya.
Fajar sudah hampir menyingsing, orang-orang kota bangun
lebih pagi, jalan raya sudah mulai tampak orang berlalu lalang,
peronda danpenjaga-penjaga kotajuga masih bekerja dan siap
kembali kepangkalan, walau Kiam-ping tidak perluperlu kuatir
kebentur mereka, namun untuk menempuh perjalanan cepat
jadi agak terganggu. Karena itupula tekad mereka untuk lekas
keluar kota lebih besar. Syukurlah akhirnya mereka tiba diluar kota, tiba ditempat
yang dijanjikan, baru saja Kiam-ping hendak memanggil Suma
Lingkhong untuk pulang bersama ke Tay-hud-si, mendadak
diatas tembok kota lima puluhan tombak dari tempat mereka
berdiri seperti ada bayangan seorang melompat turun
kebawah tembok, hanya sekali berkelebat lantas lenyap.
Liok Kiam-ping menguatirkan keselamatan Suma Lingkhong
yang seorang diri menunggu di tempat ini, bila musuh
tahu jejaknya lalu mengeroyok dan membekuknya, tentu tentu
anggota Hong-lui-pang lain yang bertugas didalam kota akan
terancam pula keselamatannya, maka Kiam-ping menyuruh
Jian-li-tok-heng tinggal di sini menunggu dan mencari jejak
Suma Ling-khong, bila perlu jejak mereka sepanjang jalan
harus dilenyapkan, demikian pula harus peri hatikan adakah
mata-mata musuh yang menguntit mereka. Lalu Liok Kiamping
gendong Siau Hong bersama Ai-pong-sut kembali ke Tayhudsi. Padri-padri penghuni Tay-hud-si sedang sembahyang pagi,
suara mantram mengalun jernih dipagi nan cerah dan segar,
mendengar mantram yang lembut ini rasa penat seketika tak
terasa lagi. Sungkan masuk daripintu depan, Liok Kiamping berputar
kesamping melompat masuk melompati pagar tembok.
Setelah masuk kamar, istirahat sekedarnya, maka Siau
Hong menceritakanpengalamannya sejak di culik.
Setelah dibawa kekota raja dia disembunyikan didalam
Ling- hong- kek, beberapa kali padri-padri Tibet itu hendak
merenggut kesuciannya, entah dengan bujukan atau rayuan
selalu tidak berhasil. Ternyata Bong Siu dan Hwe-giam-lo tidak
ambil peduli akan maksud cabul kawanan pa dri Tibet itu,
memang ingin memancing kedatangan Liok Kiamping dengan
kehadiran Siau Hong didalam istana. Tapi Pa-kim Tayhud tidak
sabar lagi, sering mereka mendesak Bong Siu dan Hwe-giamlo
untuk segera bertindak. entah bagaimana akhirnya mereka
mau menahan sabar, bila dalamjangka dua hari Liok Kiamping
tidak keburu menolongnya, akibatnya sungguh tidak
berani dibayangkan. Siau Hong mengakhiri ceritanya dengan
tangis sesenggukan diatas kursi ma las.
Liok Kiam-ping merasa kasihan dan sedih pula, namun
kuatir diketahui kawan padri dalam kuil ini, tentu bikin runyam
keadaan, maka dia membujuk dan menghiburnya.
Mendadak daon jendela terpukul perlahan dan membuka,
tampak cob-siang-hwi ih Tiau-hiong melompat masuk dengan
pakaian pelayan warung arak.
Setelah berpisah dengan Liok Kiam-ping, seorang diri dia
bergerak didaerah Ta-mo-siang, tahu jejak pihaknya sudah
menarik perhatian orang-orang istana, maka dia menduga,
dijalan-jalan raya pasti dyaga oleh mata-mata musuh yang
mengawasi gerak-gerik pejalan kaki. Saat itu kentongan ketiga
baru lewat namun penduduk kota raja masih banyak yang
keluyuran dijalan raya. toko-toko masih buka, hotel dan
restoranpun tak ketinggalan, suasana terang benderang,


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk mengembangkan ginkang jelas tidak leluasa.
Pengalaman coh Siang-hwi Cukup luas, Cerdik dan Cekatan
lagi, sedikit menaruh perhatian dia lantas menemukan
beberapa orang yang sembunyi dipojok jalanan yang gelap.
Diemper toko dan sepanjang jalan, gerak gerik mereka patut
dicurigai. Maka dia pilih gang sempit dan lorong sepi, setelah
putar kayun kian kemari akhirnya dia tiba didaerah yang tak
jauh dari Ta-mo-siang-nya, sambil menyambar sebuah
kranjang dia melompat keluar pagar lalu berjalan berlenggang
dari gang sempit diujung timur.
Topi sengaja dia tarik rendah, langkahnya lebar, berjalan
diantara kerumunan orang-orang kota yang mondar mandir,
mulutnya bernyanyi kecil. Lekas sekali dia sudah tiba didepan
Su-hay-ju, seketika hampir saja dia berdiri kaku saking kaget.
Ternyata didepan pintu besar hotel masing-masing
berduduk didepan lelaki berseragam ketat, disekitar hotel
bayangan orangpun bergerak selepas mata memandang,
jumlah orang yang mengurung hotel ini sedikitnya ada
empatpuluh orang Demikian pula diruang besar, dikamar kasir
semua dijaga orang-orang penting.
Coh-siang-hwi Ih Tiau-hiong bernyali besar, tabah dan
teliti, seperti tak terjadi apa-apa dia jinjing kranjang
ditangannya melangkah masuk kedalam sambil mendengus
nap berat. Laki-laki yang duduk diujung pintu serempak
melototi kepadanya. namun lekas sekali mereka sudah
melengos kearah lain, seperti tidak sudi berurusan dengan
pelayan yang berbau apek.
Coh-siang-hwi langsung masuk kedalam menuju kebilik
barat, secara kasar dia berteriak: "Siangkong hidangan sudah
kuantar." Sebelum pintu terbuka dia sudah mendorongnya terbuka
serta menyingkap kerai menyelinap masuk
Semua anggota Hong-lui-pang yang menyaru kacung buku
melongo, baru saja mereka hendak menegor lekas Coh-sianghwi
angkat jarinya mendesis didepan mulut mencegah mereka
bicara, Tidak lama dia berada didalan kamar. Dari, penjelasan
kedua rekannya itu dia mendapat kabarjejak Kim-gin tay-beng
yang menginap di Hotel Bok-jun tak jauh dari sini, maka
begitu keluar dari Su-hay-jun, dia langsung menuju ke Hokjun
khek-can- Kira-kira seratus tombak dia menuju keutara, dari kejauhan
sudah tampak sederetan kereta barang yang diparkir didepan
hotel Bend era IHong-jang Piaukiok berkibar ditiup angin,
tampak merah dan angker bendera piaukiok itu.
Coh-siang-hwi amat teliti, didepan hotel dia adakan
pemeriksaan lebih dulu. Setelah yakin tiada sesuatu yang
mencurigakan baru dia melangkah masuk kedalam hotel.
Dalam hati dia menduga mereka mungkin sudah berhasil
mengelabui orang-orang istana yang bertugas ditempat ini.
Diujung serambi yang membelok kekanan, kebetulan dia
bersua dengan Thi-pi-kim-to Tan Kianthay yang sedang
berjalan. Lekas dia memburu maju sambil memberi tanda
ulapan tangan sekalian dia melempar segulung kertas.
Sekilas pandang Tan Kian-thay sudah kenal samaran Cohsianghwi, tahu urusan agak ganjil lekas dia raih gulungan
kertas itu lalu dibeber dan dibaca, akhirnya dia manggut.
Karena tugasnya selesai lekas Coh-siang-hwi berputar
keluar hotel. Dijalan raya dia tidak balik dari arah datangnya
tadi tapi mengembangkan ginkang menuju ketempat gelap.
Kentongan ketiga baru saja lewat Coh-siang-hwi Ih Tiauhiong
sudah menyembunyikan diri dibawah pohon rimbun
didepan istana Ka-cin-ong. Sayup-sayup didengarnya suara
ribut didalam dia menduga Liok Kiam-ping tentu sudah turun
tangan, sebetulnya besar niatnya ikut menerjang masuk
membantu, namun mengingat tugasnya disini amat penting,
terpaksa dia menahan sabar.
Kentongan keempat sudah lewat, Liok Kiamping beramai
belum juga keluar, karuan hatinya makin gelisah. Suara ributribut
dalam mendadak juga hening dan sepi, karuan rasa
gugupnya bertambah besar. Sudah tentu diluar tahunya saat
itu Liok Kiamping sudah jauh menjelajah kedekat Ling hongkek.
Coh-siang-hwi menunggu dengan rasa tidak karuanMendadak dilihatnya empat bayangan orang dengan
kecepatan kilat serta lincah melesat keluar dari dalam istana.
Waktu dia tegasi, dilihatnya yang keluar adalah Liok Kiamping
menggendang siau Hong, dibelakangnya adalah Ai-pong-sut
dan Jian-li-tok-heng tahu usaha mereka berhasil, sungguh
girangnya bukan main Baru saja dia hendak bersuara memanggil, mendadak
dilihatnya sesosok bayangan orang laksana burung terbang
bergerak mengintil dibelakang Liok Kiam-ping dalam jarak tiga
puluhan tombak. Coh-siang-hwi tertawa dingin, pikirnya:
"Bong Siu memang teramat Culas dan licik agaknya dia ingin
menjaring kita semuanya. Sayang malam ini kau membentur
ditangan ih Thiau-hiong, jangan harap keinginanmu bisa
terkabul.. segera dia kambangkan coh-sian-hwi (terbang
diatas rumput) laksana panah meluncur dia melesat ke sana
mencegat bayangan hitam itu. Hanya beberapa kali lompatan
puluhan tombak sudah dicapainya. Kontan dia ayun tangan
menimpukkan segenggam pasir kearah bayangan hitam yang
menguntit itu. Bayangan itusedang meluncur pasti tidak menduga bakal
disergap. namun dia berusaha mengerem daya luncurannya
serta melompat tinggi kesamping, waktu dia menoleh pandang
kearah penyergapnya, baru dia melihat jelas dandanan Cohsianghwi, karuan dia menggerutu dalam hati: "Dalam waktu
begini kenapa aku kesamplok dengan orang rendahan,
mungkinkah pihak mereka sudah menanam orang-orangnya di
kota raja ?" lalu dia membentak: "Berdiri, Kunyuk bernyali
besar, berani kau membokong tuan besarmu."
Memangnya Coh-siang-hwi orang apa, tanpa hiraukan
tegoran orang dia tetap melangkah lebar kedepan. Sudah
tentu laki-laki baju hitam itu merasa teri hina, amarahnya
membara, mungkin sudah biasa dia berbuat sewenangwenang
didalam kota, segera meloncat kedepan mencegat ih
Tiau-hiong seraya mengayun golok, bentaknya: "Keparat,
memangnya kau sudah makan nyali Harimau berani melawan
perintahku." coh siang hwi melirik hina, jengeknya:
"Jalan raya tempat umum, siapapun boleh berjalan dengan
bebas, di kota raja kau berani main Cegat, memangnya mau
rampok atau, begal "'
Saking gusar laki-laki itu bergelak tawa, serunya: "Keparat,
jangan pura-pura pikun, kau kira tuan besarmu gampang kau
apusi, bicaralah jujur, kalau bohong awas .."
"Awas apa ?" tantang Coh-siang-hwi.
"Kau akan kuringkus dan kugusur kepenjara."
"Memangnya aku melanggar hukum, berani kau
menangkap aku." "Keparat berani melawan, rasakan golokku." golok
besarnya segera menabas leher Coh-siang-hwi.
Sudah tentu cob-siang-hwi tidak pandang sebelah mata,
sengaja dia bersikap gugup dan ketakutan, langkahnya
sempoyongan dua tindak, kebetulan dia dapat meluputkan diri
sementara mulutnya berteriak-teriak: "Tolong rampok
membunuh orang, Tolong ada begal disini"
"Keparat, sampai pecah tenggorokanmu juga tak berguna.
damprat laki-laki baju hitam, kembali goloknya membelah dari
atas. Coh-siang-hwi menggeliat tubuh lalu berkelit kekiri,
mulutnya masih mengoceh: "Rampok kejam, bila kena
bacokanmu, bukankah badanku terbelah jadi dua." mendadak
dia menggeser ke kiri tubuhnya setengah jongkok sambil
berputar, tangan kanan menekan kepantat laki-laki baju
hitam. Gerak geriknya Cekatan..
Bacokan golok mengenai tempat kosong, karena terlalu
bernafsu laki-laki itu menggunakan tenaga besar sehingga
tubuhnya ikut terseret maju, baru dia berusaha mengerem
tubuhnya "Plak" pantatnya kena ditabok sekali karuan
tubuhnya mencelat kedepan, walau Coh-siang-hwi tidak
menggunakan banyak tenaga, tapi rasa sakit pedas membuat
dia berdiri meringis. Karena pantatnya dihajar sudah tentu laki-laki itu makin
gusar, bentaknya: "Keparat, ternyata kau juga berisi, serahkan
nyawamu." Baru saja goloknya terayun hendak menubruk maju,
mendadak dari hutan sebelah kiri kumandang suara serak
berat berkata: "Siau-hoa-pan (Macan kumbang cilik), kenapa
kau, jangan biarkan penyatron melarikan diri," suaranya sudah
amat dikenal. Belum lenyap suaranya sesosok bayangan orang sudah
meluncur turun disamping mereka. sekian melirik Coh-siang
hwi melihat jelas, pendatang ini adalah Seng-si-ciang Hou
Kongki. Maka tahulah dia bahwa musuh mengerahkan seluruh
kekuatannnya untuk mengejar jejak mereka, menduga Liok
Kiam-ping beramai sudah pergi jauh, maka dia harus berusaha
meloloskan diri. Hou Kong-ki menyeringai dingin: "Anak muda, tidak kecil
nyalimu berani mencegat petugas hukum, lekas ikut Lohu
kembali ke istana, hukumanmu boleh diperingan, kalau
membangkang, hm, hehehe."
"Kalau membangkang kenapa ?"
"Kau akan mampus di sini.'
"Ah, apa iya, kukira tidak."
"Bedebah, kau ingin mampus." damprat Hou Kong-ki,
kedua tangannya memukul dengan tenaga dahsyat kearah
Coh-siang-hwi. Selicin belut Coh-siang-hwi menerobos lewat dari bawah
melompat setombak jauhnya, Seng-si-ciang (pukulan mati
hidup) Hou Kong-ki bersuara heran, tak nyana bocah yang
sepele ini ternyata memiliki ketangkasan luar biasa, kembali
dia maju dua langkah, kedua tangan kembali memukul, daya
pukulannya lebih besar dan hebat.
Baru saja ujung kaki Coh-siang-hwi menginjak tanah,
belum lagi berdiri tegak, pukulan kedua lawan sudah mendera
tiba. Jelas terlambat sedikit dia bakal terluka parah. Untung
dia memiliki ginkang tinggi, Cukup menutul sedikit tubuhnya
sudah melambung dua tombak, di tengah udara kembali
tubuhnya melejit seperti ikan yang melenting dari permukaan
air, sehingga tubuhnya mumbul lebih tinggi hinggap dipucuk
pohon. Beg itu dia mengembangkan ginkangnya Seng-si-ciang
Hou Kong-ki betul-betul terlongong dibuatnya.
Sekilas dia melenggong itulah, begitu menutul pohon tubuh
Coh-siang-hwi sudah melambung tinggi pula kedepan,
beruntun beberapa kali lompatan sudah mencapai belasan
tombak. Seng-si-ciang Hou Kong-ki termasuk orang ternama, sudah
tentu dia pantang berpeluk tangan membiarkan lawan lolos
dari hadapannya. Sambil menggerung gusar segera dia
melompat juga ke atas pohon terus mengudak kencang.
Coh-siang-hwi tahu seng-si-ciang Hou Kong-ki pasti
mengejar dirinya, maka sengaja dia berputar ke selatan. gerak
geriknya segesit kelinci yang lari ketakutan mencari
perlindungan, dari beberapa lompatannya dapat dinilai betapa
sempurna latihan ginkangnya, hanya sekejap dia sudah
meluncur seratusan tombak jauhnya. Lwekang Seng-si-ciang
cukup tangguh, melihat lawan bergerak tangkas dan gesit,
lekas diapun mengembangkan Ginkang. Namun sudah setaker
tenaga dia kerahkan, Coh-siang-hwi masih puluhan tombak
disebelah depan. Karuan makin berkobar amarahnya, tanpa
pikirkan akibatnya segera dia kerahkan dua belas tenaganya,
kini langkahnya lebih enteng dan Cepat, sehingga jarak kedua
pihak ditarik lebih pendek tinggal belas an tombak lagi, namun
napas Hou Kongki sendiri juga sudah sesak dan sengal-sengal,
badan basah kuyup oleh keringat.
Kini Coh-siang-hwi berlarian kearah barat, didepan lapatlapat
terlihat kemilau Cahaya refteksinar dipermukaan air.
Menurutperi hitungan kecepatan larinya, dia menduga dirinya
sudah hampir tiba diujung akhir dari Lam-hay. Karuan hatinya
girang. langkahnya dipercepat, hanya sekejap dia sudah
meluncur dekat ketempat yang dituju. Selepas mata
memandang permukaan air melulu, suasana hening sepi tiada
bayangan manusia, menyusuri pesisir dia berlari terus kebarat
lalu menuju kesemak-semak daon welingi yang berbentuk
selat. Semak-semak welingi tumbuh subur setinggi manusia,
dari pinggir sini menjurus kesebrang sana.
Ih Tiau-hiong kerahkan tenaga murninya, segera dia
kembangkan Ginkang Ting-bing-to-cui, tubuhnya meluncur
seringan kupu ketengah semak welingi. Ujung kakinya
menutul pucuk daon welingi, daya pantulnya tubuhnya terus
melejit majupula secara berganda. Hanya beberapa kali
lompat berjangkit seratus tombak telah dicapainya gerak
geriknya tidak kalah cepat berlari ditanah datar. Memang tidak
malu dia dijuluki Coh-siang-hwi, kenyataan memang dia mampu meluncur
secepat angin diatas rumput.
Setiba dipinggir semak-semak welingi, selepas mata
memandang sekitarnya belukar melulu, menyaksikan betapa
hebat Ginkang orang, yakin diri sendiri tidak mampu
melakukan, terpaksa dia berdiri melongo dan menghela napas
gegetun, akhirnya dia membanting kaki laluputar balik.
Baru saja Coh-siang-hwi selesai menceritakan
pengalamannya, kerai tiba-tiba tersingkap Jian-li-tok-heng
dan Suma Ling-khong melangkah kekamar.
Sebelum duduk mulut Jian-li-tok-heng sudah mengomel:
"Kawanan kunyuk itu memang licin dan licik, kalau aku
terlambat datang, Suma-hiante tentu ketipu mereka..." setelah
berpisah dengan Liok Kiam-ping, Jian-li-tok-heng menyelinap
masuk kehutan. Di sini dia berhenti sejenak dan menunggu, tak lama
kemudian tiga bayangan hitam secara beruntun meluncur tiba
dari depan, jarak setiap bayangan ada dua puluh tombak,
gerak gerik mereka tangkas langkah ringan, jelas mereka
mereka memiliki Kungfu yang boleh diandalkan.
Bayangan terdepan setiba didepan hutan mulutnya
mendadak bersuara heran, kedua kaki menjejak. tubuhnya
lantas meluncur kearah Liok Kiam-ping pergi. Sebelum
tubuhnya meluncur pula mendadak dari samping kanan hutan
menerobos keluar seorang, pedang panjang berkelobat terus
menabas turun. Bayangan hitam itu memang Cekatan, melihat
pedang terpaut lima dim di atas kepalanya, lekas dia kerahkan


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jian-kin-tui sehingga tubuhnya melorot kebawah terus
mengegos pula kepinggir. Disaat tubuhnya berputar bayangan hitam itupentang
kelimajarinya dengan jurus
Tam-tui- ciang menepuk kepundak penyergapnya .
Penyerang ini ternyata bukan lain adalah Suma Ling-khong.
Suma Ling-khong pasang kuda-kuda merendahkan tubuh
sehingga pundaknya tidak kena tepukan lawan, pedang
ditangan kanan dari membelah diganti menggiris lengan
bayangan hitam. Gerakan pedangnya enteng dan lincah, secepat kilat
menyambar, lengan lawanjelas pasti teriris oleh tajam
pedangnya. Mendadak dari kiri membelah segulung tenaga
keras membentur tangan kanan Suma Ling-khong yang
memegang pedang sehingga tertolak mundur keatas.
Bayangan hitam yang datang duluan segera berputar
seperti gangsingan menerobos pergi dari bawah sinar pedang,
mumpung Suma Ling-khong terjengkang kebelakang, Ujung
kakinya dengan gaya ikan lele melompati pintu naga tubuhnya
meluncur setombak jauhnya,
Melihat dua lawan mengeroyoknya, karuan Suma Lingkhong
naik pitam, matanya mendelik gusar, kini dilihatnya
jelas kedua orang baju hitam berusia lima puluhan, pendatang
dulu berperawakan lebih gemuk.
Suma Ling-khong tenangkan hati menghimpun tenaga, dia
tahu sebentar lagi akan terang tanah, urusan tidak boleh
diulur panjang, dia harus berusaha meloloskan diri
secepatnya, baru saja dia a ngkat pedang hendak melabrak
lawan- Bayangan hitam ketiga telah meluncur tiba pula
dipinggir gelanggang. Perawakan orang ketiga ini agak kekar tinggi, rambut dan
alisnya sudah memutih, usianya diatas enampuluh, matanya
cekung hidangnya betet, bolamatanya bersinar biru, jelas
lwekangnya amat tinggi. Begitu dia tiba kedua orang baju
hitam yang datang duluan segera menjura dan memberi
hormat lalu berdiri dikanan kirinya.
Laki-laki berub an ini terkial-kial dengan nada dingin,
suaranya lebih jelek dari pekik kokok-beluk, wajahnya yang
tirus tampak menyeringai seram dan sadis, siapapun akan
mual melihatnya. Setelah puas tertawa dia berkata sinis:
'Tikus bernyali besar, tengah malam buta rata berani kau
mencegat petugas hukum yang menjalankan tugas, kalau tahu
diri lekas laporkan di mana pangkalan kawanan bangsat Hongluipang, Losiu akan ampuni jiwamu kalau membangkang
jiwamu tidak terampun lagi."
Suma Ling-khong balas tertawa lantang, serunya: "Mohon
maaf, kiranya kalian petugas hukum yang sedang dinas
tengah malam buta rata makan angin bercapek lelah, sungguh
petugas teladan yang patut dipuji. Bicara tentang di mana
pangkalan orang-orang Hong-lui-pang, terus terang saya ini
orang awan yang tidak tahu apa-apa, kalian petugas hukum
tentunya cukup mampu untuk mencarinya sendiri."
Laki-laki muka tikus merasakan jawaban Suma Ling khong
bernada menyindir, seketika merah mukanya, dengusnya:
"Kurcaci busuk, agaknya kau sudah bosan hidup," kedua
tangan terangkat kedua tangan menepuk bersama kedepan,
segulung tenaga kencang menerjang kearah Suma Lingkhong.
Seumpama kambing-kambing kecil yang tidak takut
harimau. Suma Ling-khong tidak pedulikan betapa lihaynya
lawan, lekas dia mas ukan pedang, dengan kedua tangan dia
balas memukul sekuat tenaga menangkis pukulan lawan"Plak" benturan keras mengakibatkan Suma Ling-khong
tergentak tiga langkah, da rah dalam tubuhnya agak
mendidih. Laki-laki tua muka tikus tertolak setengah langkah. Karena
adu pukulan dirinya lebih asor Suma Ling-khong agak grogi,
hatinya bimbang di saat dia kebingungan- Laki-laki muka tikus
tidak memberi kesempatan lagi kepadanya, kedua tangan
bersilang, disertai gerungan keras dia dorong pula kedua
tangan dengan dua belas bagian tenaganya memukul kearah
Suma Ling-khong. Perbawa pukulannya jauh lebih dahsyat
dari jurus pertama tadi. Sekilas tenaga Suma Ling-khong sudah terlambat mau
berkelit, dada terasa sesak seperti ditindih barang berat, jelas
dia bakal terluka pa rah oleh pukulan dahsyat ini. Untunglah
pada saat gawat itu, dari hutan disampingnya mendadak
meluncur segulung kekuatan deras menyongsong pukulan
dahsyat laki-laki muka tirus. "Byaar" ledakan yang terjadi dari
benturan kedua pukulan laksana gemuruh halilintar,
menimbulkan pusaran hawa yang membumbung tinggi
keudara. Setelah melontarkan pukuian menangkis serangan laki-laki
muka tirus Jian li-tokheng sudah melompat ketengah
gelanggang sambil bergelak tawa. Serunya: "Sungguh tak
nyana Hou-san-it-siu ternyata juga mengabdi diri kepada
kerajaan. ong-losu, caramu main berantas tanpa memberi
peringatan lebih dulu apakah tidak terlalu picik, apa tidak
takut merusak nama baikmu selama ini ?"
Hou san-it-siu adalah namajulukan laki-laki muka tirus,
namanya ong Tang, dari perguruan Tiang-pekspay, Lwekang
ajaran perguruannya sudah diyakinkan mencapai taraf
tertinggi, tiga puluh tahun yang lalu namanya sudah
menggetar Kangouw, namun karena sifatnya yang eksentrik
menimbulkan kebencian khalayak ramai, sehingga dia susah
bercokol lagi dipercaturan dunia persilatan- Dua puluh tahun
yang lalu, karena suatu peristiwa, perb uatannya dianggap
kotor hina dan memalukan sehingga diusir dari perguruan,
maka selanjutnya dia menyembunyikan diri. Diluar tahu orang
luar dia terjun kealiran Micong di Tibet memperdalam ilmu.
Kali ini atas undangan Bong Siu dan Pa-kim Tayhud sengaja
dia datang membantu untuk membrantas orang-orang Hongluipang. Kaum persilatanjarang yang tahu seluk beluknya.
Sungguh tak nyana bahwa Jian li-tok-heng membongkar
asal-usulnya, karuan dia melenggong, tapi lekas sekali dia
sudah bergelak tawa, katanya: "Entah sudara dari a lira n
mana, ternyata masih mengenal Losiu, sudikah kau
memperiihatkan wajah aslimu " Atau sudi kiranya sebutkan
nama gelaranmu ?" Ternyata Jian - li - tok - heng mengenakan cadar hitam
menutupi mukanya, dengan gelak tawa dia berkata: "Bagus,
bagus. Asal kau dapat mengalahkan kedua tanganku, siapa
diriku boleh nanti kuberi tahu kepadamu."
Memangnya watak Hou-sau-it-siu eksentrik, karuan dia naik
pitam: "Sahabat, agaknya memandang rendah orang she ong,
terpaksa biarlah kita tentukan dengan adu kepandaian saja."
lalu dia bersiap mengerahkan tenaga. Jian- li-tok-heng berdiri
dengan sikap jumawa, hakikatnya tidak kelihatan dia bersiap
atau memasang kuda-kuda. Di sinilah dia memperlihatkan
kematangan pengalamannya, sebelum bergebrak. dia tidak
ingin memperlihatkan aliran kepandaian silat sendiri kepada
lawan. Ditunggu-tunggu lawan lawan tetap berdiri tak acuh, Housanit-siu menjadi tak sabar, serunya: "Kenapa " Hayo
serang." Makin berkobar amarah Hou-san-it-siu sung guh tak terpikir
olehnya bahwajiwanya sendiri sudah eksentrik, ternyata lawan
yang dihadapinya justru lebih nyentrik lagi " Karena itu,
betapapun dia jumawa dan tinggi hati. mau tidak mau harus
berlaku waspada, apalagi dalam adu kekuatan pukulan tadi
sedikitpun dirinya tidak memperoleh keuntunganSegera dia mengkonsentrasikan pikiran dan batin, seluruh
kekuatan Lwekang dikerahkan dikedua lengan, ditengah
hardikan rendah: "Lihat pukulan." kedua tangan mendadak
menjotos kedada Jian-li-tok-heng. Sebelum pukulannya
mengenai sasaran, suara angin mengamuk sudah
menunjukkan perbawa pukulannya .
Melihat lawan menghimpun tenaga Jian-li-tok-heng tahu
bahwa serangannya pasti sepenuh tenaga, apalagi deru
pukulannya seperti angin ribut, maka Jian-li-tok-heng tidak
berani ayal, lekas dia menyurut selangkah, kedua tangan
menbundar didepan dada lalu kerahkan tenaga menangkis
kearah pukulan lawan Dua kekuatan beradu. Tubuh bagian atas Jian-li-tok-heng
terjengkang sedikit, kaki kanan mundur setengah langkah
Hou-san-it-siu tertolak mundur tiga langkah berat baru berdiri
tegakpula. Bahwa latihannya puluhan tahun ternyata sia-sia,
karuan amarahnya makin memuncak. padahal dia sudah
berlatih sepuluh tahun dengan rajin, hari ini pertama kali
mengadu kepandaian setelah keluar kandang, ternyata dirinya
kecundang ditangan lawan yang tidak dikenal, karuan
mukanya merah padam, sehingga mukanya yang tirus
kelihatan jelek dan seram.
Adu pukulan menang seurat, kemenangan jelas dipihaknya,
maka Jian-li-tok-heng bergelak tertawa: "Dengan bekalmu
yang tak seberapa ini berani menahan orang. Nah, sambutlah
sejurus pukulan Lohu."
Sembari bicara tenaga dikerahkan dikedua tangan serta
ditekan keluar dengan gerakan enteng, gayanya seperti
menggempur dengan keras, padahal tenaga tidak disalurkan
Sekali kena pukulan Hou-san-it-siu sudah teramat jeri,
sudah tentu dia tidak berani menangkis, lekas menjejak
mundur selangkah, ternyata samberan tenaga lawan
mendadak sirna, karuan dia melongo kaget, batinnya:
"Pukulan macam apakah ini ?"
Mumpung lawan mundur dan melenggong, mendadak Jianlitok-heng mendesak setapak lebar, kali ini tenaga
pukulannya betul-betul dilontarkan dengan tepukan dahsyat,
perbawa pukulannya betul-betul lebih mengejutkan dari
pukulan yang tad i. Sedikit lena pukulan dahsyat sudah menindih tiba, balas
memukuljelas tidak keburu, lekas Hou-san-it-siu gunakan Bitcangpou (langkah menyesatkan jejak) berkelebat hilang dari
tempat berdirinya. Gerak tubuhnya ternyata cukup tangkas mengejutkan,
langkahnya itu memang kepandaian tunggal yang tidak
sembarang di ajarkan kepada orang aliran Bit-ciong, padahal
Jian li-tok-heng juga tokoh yang mahir menggunakan
kesebatan tubuhnya, pandangannya yang tajam ternyata tidak
sempat mengikuti gerakan lawan, tahu-tahu orang sudah lolos
dari damparan angin pukulannya. Tahu keadaan agak ganjil
lekas Jian-li-tok-heng melompat mundur lima kaki jauhnya.
Hoa-san-it-siu terkekek pongah, tangan bergerak. kembali
ia menubruk dengan serangan gencar. Dengan kesebatan Bitciongpou yang mengaburkan pandangan, dia bergerak
dengan kecepatan luar biasa, sejauh ini dia tidak berani main
keras lagi. Maksud Jian-li-tok-heng semulaingin memukul mundur
lawan, lalu menyusul ke dalam Tay-hud-si, menghadapi
langkah lawan yang mengaburkan pandangan, sukar juga dia
meninggalkan lawan, kecuali diapun ikut bergerak sebat untuk
melabraknya dengan sengit.
Baku hantam kedua orang ini makin cepat, bayangan
mereka berkelebat saling gubat, hingga susah diikuti dan
dibedakan bayangan mereka. Tenaga pukulan Jian-li-tok-heng
lebih kuat, dalam melancarkan serangan dan menyambut
serangan lawan, dia lebih banyak aktif dari lawannya, setiap
peluang tidak pernah diabaikan, segera balas menyerang
dengan serangan telak. ins af tenaga lebih asor, Hou san-it-siu
tidak berani melawan dengan kekerasan, hanya lena sekilas
saja, rangsakan lawan yang hebat telah menyudutkan dirinya
keposisi yang terdesak. Dalampada itu Suma Ling-khong tengah menyaksikan
dengan takjup, Mendadak didengarnya seorang membentak:
"Kawan, kau jangan nganggur saja." sebelum Suma Lingkhong
memberi jawaban, empat gulung angin pukulan sudah
memberondong tiba dari kanan kiri, betapa hebat sergapan
yang diluar dugaan ini, cukup mengejutkanjuga.
Begitu mendengar bentakan, belum sempat Suma Lingkhong
perihatikan lawan yang menyergap. pukulan sudah
menderu tiba, lekas dia menjejak kedua kaki, tubuhnya melejit
setombak ditengah udara dia menggeliat pinggang hingga
tubuhnya berputar setengah lingkar, dengan gaya yang indah
dia meluncur dua tombak jauhnya.
Hatinya geram karena dua lawan membokong secara licik
dan kejam, segera dia memekik keras, tangan meroboh
pedang panjang dipunggung. sekali gentak dengan gerakan
membundar dia menusuk Jian- kin- hiat dipundak laki-laki baju
hitam yang perawakan pendek gemuk dengan jurus Pekcoatohsin. Bahwa pukulan derasnya luput, tahu-tahu pedang lawan
sudah menusuk dari kanan, lekas dia menurunkan pundak
sambil menyurut mundur. Seorang baju hitam yang lain
hendak memungut keuntungan, mumpung gerak pedang
Suma Ling-khong berputar, dari pinggir mendadak dia
menggempur pula dengan sekali pukulan.
Belum lagi tusukan pedangnya dilancarkan sepenuhnya,
pukulan angin lawan telah menerpa tiba, lekas dia geser kaki
kanan hingga tubuhnya setengah miring, tusukan pedang
kedepan dengan sendirinya ikut bertolak balas menabas
pergelangan lawan yang membokong ini.
Sebat sekali laki-laki gemuk pendek sudah membalik badan,
kembali dia menubruk dengan jurus Siang-tui-ciang
menggempur Ling-tai-hiat dipunggung Suma Ling-khong.
Mengikut gerak pedangnya yang menabas miring, kaki kanan
Suma Ling-khong menutul hingga tubuhnya minggirtiga
langkah. Gerak pedangnya bukan saja lincah juga cepat dan
kuat, bolak balik dia cecar kedua lawannya dengan serangan
mematikan. Sinar pedangnya gemerdep diantara samberan
pukulan tangan yang gencar, meski dikeroyok dua, dia masih
melayani lawannya dengan seimbang.
Sementara itu, dengan keunggulan tenaganya Jian-li-tokheng
terus mencecar lawannya, dalam hati dia membatin:
'Kentongan kelima sudah lewat, sebentar lagi akan terang
tanah, bertempur cara begini, mungkin harus seratus jurus
baru dapat membekuk lawan." tiba-tiba timbul akal dalam
benaknya, setelah lawan dia rangsek dengan serangan
membadai, mendadak gerakannya menjadi lamban, kaki
tangan kelihatan kaku dan berat. Disaat melangkah dan
memutar badan sengaja dia melimbungkan tubuh, napaspun
mulai memburu.

Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hou-san-it-siu kira setelah merangsak gencar lawan mulai
kehabisan tenaga, tak terpikir olehnya bahwa orang sedang
mengembangkan gerak langkah aneh ciptaan sendiri yang dia
cangkok dari cui-pat-sian- Karena senang, Hou-san-it-siu
kembangkan Bit-clong pou sekuat tenaganya, gerak tubuhnya
berkelebat laksana kilat menyambar, boleh dikata membuat
pandangan orang kabur, tenaga serangannyapun mulai keras
dan berani. Tahu lawan sudah terpancing oleh muslihatnya, makin
kacau gerak gerik Jian-li-tok-heng, tubuhnya limbung kian
kemari, ada kalanya dia membuat kakinya meleset beberapa
langkah baru berdiri pula.. Meski gerakannya sudah pontang
panting, namun Hou-san-it-siu tetap tak mampu menyentuh
ujung bajunya, apa lagi menjamah badannya.
Waktu itu Jian li-tok-heng sedang meluputkan diri dari
tendangan dan Cengkraman bersama dari hou-san-it-siu yang
sudah bernafsu meroboh kan dia, dengan terus sempoyongan
dia mundur dua langkah. sebelum dia berdiri tegak. Hou-sanitsiu sudah menerjang tiba, kedua tangan menggempur
dengan dua belas bagian tenaganya secara beruntun.
Mendengar deru angin Jian-li-tok-heng sudah bersiaga,
tahu Hou-san-it-siu menggempur dengan setaker tenaga,
lekas dia bergerak dengan Jit-sing-lian-hou-pou, sebat sekali
badannya berkelit kekanan, disaat tubuhnya roboh hampir
menyentuh tanah, setangkas tupai mendadak tubuhnya
berputar laksana gangsingan, dengan kecepatan yang tak
terukur, dia menyelinap kepinggir kanan Hou-san-it-siu, di
mana kedua tangannya menjojoh kebawah iga dan ketiak
lawan Bahwa lawan sudah dicecarnya pontang panting, Hou-sanitsiu sudah kegirangan karena lawan akan dipukulnya roboh,
celakanya begitu serangan kebacut dilontarkan, bayangan
lawan mendadak lenyap. sebagaijago silat kenamaan dia
lantas insaf posisi sendiri yang tidak menguntungkan, menarik
serangan jelas tidak sempat. saking bernafsu menyerang
tubuhnya ikut tersuruk kedepan, baru saja dia hendak
kendalikan diri, angin kencang sudah mengancam
lambungnya. Jikalau pukulan lawan kena dengan telak kalaujiwanya tidak
mampus seketika pasti juga sekarat, Untung Lwekangnya
tinggi, meski terancam bahaya tidak gugup, sekalian dia
kerahkan tenaganya menerjang maju selangkah, dengan
sendirinya, sasaran pukulan Jian-li-tok-heng menjadi serong,
kekuatannyapun sirna sebagian, namun pantatnya tetap kena
dengan telak. Ditengah jeritan mengerikan tubuh Hou-san-it-siu yang
keras itu terbang setombak jauhnya, tulang rusuk pantatnya
patah, setelah terbanting ditanah dia meronta-ronta sambil
merintih kesakitan Mendengar jeritan Hou-san-it-siu, kedua laki-laki baju hitam
yang bergebrak dengan Suma Ling-khong segera melompat
keluar kalangan pertempuran, berbareng mereka memburu
datang memberi pertolongan, melihat luka-luka Hou-san-it-siu
amat parah, lekas mereka menggotongnya pergi tanpa
bersuara sepatahpun. Suma Ling-khong hendak mengudak. lekas Jian-li-tok-heng
mengulap tangan mencegahnya, setelah ketiga orang itu tak
kelihatan bayangannya, lekas mereka kembali ke Tay-hud-si.
ooooo)dow(ooooo Setelah Jian-li-tok-heng menceritakan pengalamannya,
sementara itu hari sudah terang tanah, setelah bertempur
semalam suntuk. mereka merasa badan penat,perut lapar dan
dahaga setelah makan ala kadarnya, mereka beristirahat,
waktu bangun tidur hari sudah menjelang lohor.
Dengan suara lirih Liok Kiam-ping berkata: "Bahwa
semalam kita berhasil lantaran bekerja menurut rencana dan
situasi memang menguntungkan- Bahwa muslihat musuh
menjebak kita tidak terlaksana, bukan mustahil selanjutnya
mereka akan lebih jahat dan membalas dengan segala daya,
secara terbuka Hwe-giam-lo Siu-Jan sudah menyatakan
tantangan untuk berduel, membuktikan bahwa mereka siap
mempertaruhkan seluruh kekuatan mereka untuk menumpas
kita. Yang menjadi kapiran adalah Kongsun Tongcu dan lainlain
belum lolos keluar kota situasi berobah cukup cepat dan
genting, tiada cara untuk mengadakan kontak dengan mereka,
hal ini cukup membuat kita prihatin-'
"Hm," Ai-pong-sut bersuara dalam mulut, lalu katanya:
"Peristiwa ini sudah diketahui oleh Ka-cin-ong, umpama dia
tidak mengadakan pengusutan secara teliti, paling sedikit
cukup menyiutkan nyali mereka, hingga selanjutnya tak berani
sewenang-wenang lagi, hakikatnya mereka seperti ma can
kertas, kuat diluar lemah didalam, tantangan duel itu hanya
gertak sambel belaka."
Setelah menepekur Jian-li-to-heng angkat bicara: "Kurasa
tidak seluruhnya betul, melihat betapa kuat dan ketat
penjagaan dalam kota, mata-matanya tersebar luar, dari sini
dapat disimpulkan bahwa Siu-Jan sudah punya suatu kekuatan
meski kecil didalam kota raja, bilaintrikjahat mereka belum
terbongkar, yakin mereka masih berani bertindak. "
Berdiri tegak alis Liok Kiam-ping, desisnya: "Jikalau mereka
masih berani berlaku sewenang-wenang, demi keselamatan,
kejayaan dan nama baik Hong-luipang kita, betapapun akan
menghadapinya dengan berani."
Ai-pong-sut Thong cau berkata: Jikalau kebentur padri
Tibet lagi, akan Losiu hajar mereka dengan sepasang Yamyamtuiku." agaknya setelah dua kali gebrak tak berhasil
merobohkan lawan, hatinya amat penasaran
Coh-siang-hwi Ih Tiau-hiongjuga berkata: "Kali ini mereka
sudah lama mempersiapkan diri maka kekuatannya cukup
tangguh. setelah mengalami kekalahan sekali pastitakkan
berpeluk tangan, apalagi kota raja adalah daerah kekuasaan
mereka, jikalau bertarung terang-terangan, pihak kami jelas
tidak periu gentar, yang harus dikuatirkan mereka meng
gunakan cara kotor, tidak menghiraukan aturan Bulim lagi,
maka keadaan kita jelas cukup kritis. Sesuai yang diutarakan
oleh Pangcu, lebih baik kita berusaha membantu Kongsun
Tongcu beramai keluar kota, balik kekuatan kita berkumpul,
menghadapi sesuatu perobahanpun tak perlu takut, disamping
itu tenaga harus dipencar untuk mencari berita, mata-mata
mereka tersebar diseluruh pelosok kota, banyak orang mulut
usil, jejak kita gampang konangan bila dapat sedikit
mengetahui seluk beluk musuh, betapapun kita lebih mudah
menghadapinya." Jian-li-tok heng menyatakan akur, katanya: "Konon
Bansiu-san berada dibarat kata, daerah luas itu tak ada
jeleknya kita periksa bersama, supaya besok sudah ada
persiapan untuk bergerak."
Setelah makan slang, beramai mereka berangkat secara
berpencar. Ai-pong-sot Thong cau dan Jian-li-tok-heng adalah kawan
seperjalanan yang cocok, mereka menyamar sebagai
pedagang kelilingan, berangkat lewat pintu selatanLiok Kiam-ping sendiri mengenakan jubah biru yang sudah
luntur warnanya, memakai kacamata putih yang bundar dan
melorot dipucuk hidung dengan berkumis panjang, tangan
memegang galah bergantung secarik kalin panjang yang
sebagai tanda pengenal sebagai tabib dan peramal kelilingan,
Coh-siang-hwi sebagai pembantu atau penyambung lidah
berangkat pada rombongan bedua.
Semula Siau Hong ribut ingin ikut, namun setelah dibujuk
orang banyak. terpaksa dia mau tinggal di Tay-hud-si.
Liok Kiam-ping berangkat dari pintu barat, dengan
langkahnya yang ditirunya dari tabib kelilingan umumnya,
keadaannya memang mirip sekali, sambiljalan lewat Celah
kacamatanya yang bundar, takpernah lena keduamatanya
melirik kekanan kiri, disetiap sudut kota terutama dipos-pos
penjagaan pintu kota, tidak sedikit orang-orang yang patut
dicurigai sebagai kaki tangan musuh. Sambil menenteng
galah, tangan yang lain pegang kipas, kelakuannya yang
tengik, Liok Kiam-ping berienggang keluar kota, ternyata
gerak geliknya yang sengaja dibuat-buat meniru tabib
kelilingan itu tidak menarik perhatian mereka.
Setelah menyusuri dua jalan raya. makin kebarat keadaan
makin sepi, namun pemandangan alam di sini semakin permai,
hawapun sejuk. Ternyata daerah barat yang terdapai sebidang hutan luas
ini, bukan saja pepohonan tumbuh subur dan rindang, di sana
sini tampak gedung berloteng atau villa antik yang dlbangun
ditengah hutan, jelas penghuni setiap gedung itu kalau bukan
pejabat pemerintah pasti Hartawan besar yang kaya raya,
boleh dikata merupakan daerah elite.
Maju lagi kearah selatan terdapat sebuah danau buatan,
dipinggir danau sebelah timur terdapat sebuah restoran
berloteng. Liok Kiam-ping menuju restoran itu langsung naik
keloteng. Setelah menempati sebuah kursi, dia menurunkan
kacamatanya. Mendadak pandengannya tertuju kearah sebelah kanan, di
mana terpaut tiga meja duduk seorang tua, mengenakan
jubah panjang dengan sepatu tinggi, wajahnya putih
berjenggot pendek halus yang sudah memutih, matanya besar
tajam dengan alis lentik tegak, sikapnya kelihatan gagah dan
kereng. Namun wajahnya kelihatan agak pucat, sorot matanya
pudar, sering batuk-batuk. Sekilas pandang Liok Kiam-ping
lantas tahu bahwa orang tua ini mengidam penyakit dalam
yang cukup parah, kalau tidak lekas dlobati bisa
membahayakan jiwanya, tak urung dia melirik beberapa kali.
Agaknya orang tua itujuga sudah memperi hatikan
kedatangannya, melihat wajahnya yang bersih, hatinya
merasa kagum akan ketampanannya, bila pandangan mereka
bentrok, lakl-laki tua lantas tersenyum dan menyapa: "Tuan ini
agaknya juga penggemar alam, punya hobby yang sama,
bagaimana kalau duduk kemari beromong-omong '
Memangnya Liok Kiam-ping sedang risau dan kesepian,
sudah tentu dengan senang hati dia menghampiri lalu duduk
dihadapan orang tua. Setelah saling memperkenalkan diri,
orang tua ini mengaku she Liong. Semula mereka hanya
ngobrol tentang pemandangan alam dan soal-soal obyek turis,
lambat laun mereka membicarakan pengalaman mengembara
di Kangouw. Terasa oleh Liok Kiam-ping bahwa orang tua she
Liong ternyata luas pengetahuan dan pendidlkan tinggi.
Demikian pula orang tua she Liong mengagumi sikap gagah
Liok Kiam-ping secara tutur katanya yang ramah dan sopan,
ternyata pengetahuannya juga tidak cetek.
Dalam percakapan itu, orang tua she Liong sering batukbatuk
dan berludah keluar jendela. Maka Liok Kiam-ping
menyatakan ingin memeriksa penyakitnya, ternyata orang tua
memberi tanggapan yang ramah dan membiarkan dirinya
diperiksa. Bila Liok Kiam-ping sudah memeriksa danyut nadi
pergelangan tangan kiri orang tua, maka dia berseru kaget:
"Agaknya cayhe salah lihat, semula Lo-tiang ( kau orang tua )
kusangka seorang pembesar yang lagi Cuti, ternyata seorang
kosen dari Bulim..." lalu dengan tersenyum dia meneruskan,
"agaknya Lo-tiang terlalu menguras tenaga dalam bermain
cinta sehingga kehabisan hawa dan tenaga murni, seumpama
dian yang sudah hampir kehabisan minyak. kalau tidak lekas
dlobati...' " Orang tua she Liong gelak-gelak, katanya riang: "Betul,
betul, Liok-siansing boleh katakan saja terus terang..."
Liok Kiam-ping cerdik pandai, namun dia tidak banyak
bicara lagi, dari pemeriksaan urat nadi diketahui bahwa orang
tua ini sebetulnya memiliki Kungfu yang tinggi, namun dia
tidak banyak bicara soal ini, dari dalam kantongnya dia
mengeluarkan sebutir Soat-lian suruh orang tua she Liong
menelannya, lalu dia duduk dibelakang orang, telapak tangan
kanan menekan Ling-tai-hiat.
Begitu Soat-lian masuk mulut lantas tertelan kedalam
perut, rasanya yang getir harum lantas diketahui bahwa obat
ini amat mujarab, hawa hangat lantas timbul dari pusar, hanya
sekejap sekujur badan merasa segar, napas enteng dan
panjang, tulang tulang yang semula terasa linu telah sirna.
Setengah jam kemudian, Liok Kiam-ping mengakhiri
pengobatannya katanya menjura:
"Penyakit Lo-tiang sudah sembuh sembilan puluh prosen,
selanjutnya dilarang dekat dengan kaum hawa, minumlah
banyak obat-obatan yang menambah tenaga, pasti usia bisa
bertahan lebih lama cayhe masih ada janji, sampai disini
pertemuan ini, cayhe mohon diri, semoga bertemu lagi dilain
kesempatan-" Orang she Liong gelak-gelak, katanya: "Selama hidup orang
she Liong memang gemar belajar silat, pengalamanku boleh
dikata Cukup luas dalam hal ini, sungguh tak nyana Lioksiansing
masih begini muda, namun memiliki taraf kepandaian
setinggi ini." lalu dia merogoh kantong mengeluarkan sebuah
kantong cilik sutra berlapis bulu yang disulam indah dengan
warna warni yang bagus, katanya tertawa: "Barang dalam
kantong ini meski mestika yang beri harga, yakin takkan
terpandang oleh Siansing, tapi bagi kelanamu di Kangouw
kelak yakin akan membawa banyak manfaat. orang she Liong
mengagumi bakat dan kepandaianmu, semoga kelak masih
ada kesempatan bertemu lagi. sudilah kau terima tandamata
ini." habis bicara tanpa menunggu jawaban Liok Kiam-ping,
dia putar turuh terus turun loteng dan beranjak lebar
menyusuri pinggir danau kearah selatanTerasa amat mendalam makna ucapan orang she Liong,
maka Liok Kiam-ping simpan kantong sutra berbulu itu
kedalam bajunya, setelah bayar rekening dia berangkat
menuju kearah Tlong-lam-hay.
Saat itu hari sudah petang, menjelang magrib keadaan
ternyata sudah sepi, maka Liok Kiam-ping tidak segan
mengembangkan Ginkang menyusuri pinggir danau, begitu
pesat luncuran tubuhnya, bayangannya laksana segumpal
asap yang terbang susah diikuti mata telanjang orang biasa.
Hanya setanakan nasi lamanya, dia sudah tiba diujung
Lam-hay. Langkahnya diperlambat, dengan keadaan yang
serupa dia berlenggang dijalan Tiang-an barat, tak jauh dari
Si-pay-lou dia menemukan sebuah warung arak kecil, setelah
makan malam dia minta kamar dan menutup pintu. Kantong
sutra pemberian orang she Liong segera dia keluarkan serta
menuang isinya, ternyata didalam hanya ada sebuah batu jade
mainan berbentuk hati, ditengahnya bertuliskan empat huruf


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang berbunyi "seperti Tim datang sendiri".
"Tim" artinya aku, membahasakan diri seperti sebagai raja.
Dari tulisan empat huruf itu Liok Kiam-ping menarik
kesimpulan bahwa orang tua she Liong tadi adalah Baginda
raja yang berkuasa sekarang, yaitu Kaisar Kian Long. Seperti
diketahui ayah Baginda raja Kian Liong yang berkuasa
sekarang yaitu Yong cin dahulu pernah belajar silat dikuil Siaulim,
setelah tua dan mangkat, Kian Liong diangkat sebagai ahli
warisnya, sudah tentu Kungfunya juga tidak lemah.
Tengah Kiam-ping menepekur, mendadak didengarnya
seorang bicara dengan suara melengking: "Lo-liok, lekas
sedikit, kalau terlambat, kau bisa di caci maki dan hukum
pentung." Seorang serak suara menjawab: "Dalam kota raja yang
terlarang, menghadapi beberapa orang juga begitu tegang.
Bukankah Siu congya sendiri yang memimpin operasi kali ini,
memangnya kawanan itik itu bisa terbang kelangit. Hayolah
habiskan lagi dua kati arak ini, terus terang kesempatan
jarang ada, kalau arak belum masuk perut, rasanya tiada
gairah kerja." "Jangan gegabah. Kau tahu situasi cukup tegang.
makaJangan kau melalalkan tugas, hari masih panjang,
kesempatan minum masih ada. Betapa tinggi Kungfu Siucongnya,
orangnya pandai lagi, namun kali ini tampak dia
begitu serius memimpin seluruh gerakan kali ini. Soalnya
musuh memang teramat tangguh dan hebat, terpaksa selaruh
kekuatan dikerahkan-" demikian ucap suara melengking,
"hayolah, kalau kau masih malas berjalan, biar aku berangkat
lebih dulu." "Ya, ya, baiklah," orang yang bersuara serak agak gugup,
"tunggu sejenak biar kuhabiskan dulu sepoci ini." lalu
terdengar tenggorokannya menenggak arak dengan bernafsu,
setelab berkecek mulut dia memuji arak bagus.
Langkah mereka lekas sekali menuju ketangga loteng terus
beranjak keluarwarung merangkap penginapan sederhana ini.
Mau tidak mau Liok Kiam-ping membatin: "Mungkin jejak
Ginjutay-beng dan lain-lain sudah konangan mereka, maka
malam-malam mereka mengerahkan bala bantuan untuk
mengeroyok Ginjutay-beng beramai " Atau bukan mustahil
Tay-hud-si tempat kita berpijak diketahui mereka, sekarang
mereka slap menggerebek tempat itu." setelah direnungkan
dia berkeputusan untuk mencari tahu dudukpersoalannya lebih
dulu, bila perlu biar bertindak lebih dulu saja. Segera dia
keluar pintu, dengan dandanan semula dia beranjak kearah
Tak-mo-siang. Sekarang mari kita ikuti perjalanan Ai-pong-sut Thong cau
dan Jian-li-tok-heng yang berputar dari selatan lalu masuk
kota dari pintu barat. Disekitar Ban-siu-san mereka putar
kayun sebentar lalu membelok kearah Thian-kio, mendadak
ditempat yang tersembunyi mereka menemukan tanda rahasia
Honglui-pang mereka. Sebagai kawakan Kangouw, mereka
tetap bersikap tenang dan wajar, mereka menuju kearah yang
ditunjukan oleh tanda rahasia.
Tak lama mereka berjalan, dari arah depan dilihatnya Tlo
Ping salah seorang pembantu mereka yang terpercaya sedang
berjalan gopoh dari depan- Jian-li-tok-heng sudah hampir
menyapa, untung dari kejauhan Thio Ping sudah memberi
tanda serta menuding kebelakang, maka Jian-li-tok-heng
lantas melihat tiga orang laki-laki pakaian ketat tengah
menguntit dibelakang Thio Ping, dibelakang ketiga laki-laki
menguntit pula dua laki-laki setengah umur berjubah panjang,
jaraknya sekitar dua tombak.
Kelihatannya kedua orang setengah umur ini berjalan
santai sambil tuding sana tunjuk sini seperti menikmati
pemandengan alam sekitarnya, namun langkah mereka tidak
pernah kendor. jaraknya tetap bertahan sekitar dua tombak
dibelakang ketiga orang berpakaian ketat.
Sekilas pandang Jian-li-tok-heng lantas tahu, Thio Ping
sedang dikuntit orang. setelah memberi tanda kedipan mata
kepada Ai-pong-sut. mereka batuk bersama dua kali lalu putar
tubuh berjalan cepat disebelah depan Thio Ping malah.
Kepandaian Thio Ping biasa saja, namun dia cerdik pandai
dan pemberani, hari ini tugasnya mencari orang disekitar
Thian-kio, tugas yang diemban cukup berbahaya, maka Setiba
ditempat yang dituju, segera dia membuat tanda rahasia
gawat, setengah hari lamanya dia putar kayun hampir
menjelajahi seluruh Thian Kio namun, bayangan Liok Kiamping
dan lain- lain tiada yang ditemukan, tengah kebingungan,
ternyata dirinya sudah menarik perhatian orang, sehingga ke
manapun dia pergi selalu dikuntit lima orang itu. Tapi tugas
belum selesai, betapapun dia tidak mau tinggal pergi, maka
dia ajak kelima orang itu bermain petak. lama kelamaan,
meski dia cukup tahan akhirnya merasa bingung dan gugup,
dia tahu dirinya harus berusaha meloloskan diri dari kuntitan
musuh. Mendadak didengarnya suara orang batuk-batuk. waktu dia
angkat kepala dilihatnya Jian-li-tok-heng dan Ai-pong-sut
Thong ciau berada disebelah depan, karuan hatinya lega
Sambil merunduk jalan didepan Jian-litok-heng dan Aipongsut bisik-bisik, akhirnya mereka melangkah lebar menuju
timur kearah Thian-lam. Thio Ping membuntuti dibelakang
mereka. Dalam sekejap satu li sudah mereka tempuh, keadaan
semakin sepi dan belukar, di sini jarang ada orang melancong,
pinggir jalan juga dipagari pepohonan yang lebat dan rimbun,
keadaan di sini memang lebih sejuk dan segar.
Bila mereka memanjat ketanjakan sebuah bukit rendah,
sekilas Jian-li-tok-heng menoleh kebelakang ketiga laki laki itu
masih mengekor dibelakang, namun dua orang jubah panjang
tidak kelihatan lagi, agaknya menyembunyikan diri entah
dimana. Kini mereka menyusuri jalan pegunungan kecil, daerah ini
agaknya jarang dikunjungi orang, pepohonan lebih rungkut
dan belukar. Mendadak Jian-li-tok-heng mendengus geram, begitu
membalik tubuh dengan langkah cui-pat sian dia menyelinap
dari samping Thio Ping menerjang kebelakang, gerak geriknya
selemah daon teratai yang ditiup angin lalu, badannya
langsung menumbuk orang ditengah.
Aksinya teramat mendadak, ketiga orang itupun sedang
berjalan dengan langkah Cepat, kejadian yang tak terduga ini
membuat mereka kaget setelah Jian-li-tok-heng menabrak
tiba, sebelum sempat buka suara laki-laki ditengah itu sudah
meloso roboh dengan pinggang tertutuk Hiat-tonya.
Kedua teman orang itu, berjingkat mundur sambil bersiaga,
maka sikutan dan tendangan Jian Ii-tok.heng tidak berhasil
merobohkan mereka, Bentak orang yang dikanan: "Berdiri,
Kalian bernyali besar melukai orang didaerah terlarang,
memangnya kau kira kami tidak mampu membekukmu."
Jian-li-tok-heng bergelak tawa, katanya: "Barusan Losiu
terpeleset hingga tersuruk kedepan, untung tidak menabrak
kalian, temanmu ini Hanya pingsan sebentar, keadaan hanya
kebetulan, kenapa aku disalahkan. Apalagi sejak tadi kalian
menguntit kami, entah apa maksudnya, tolong dijelaskan."
"Siapapun boleh melancong di sini, memangnya kau ini
opas atau begal, perlu aku memberitahu siapa aku kepadamu.
Sebaliknya kau melukai orang, berikan tanggung jawabmu."
bentak orang disebelah kiri.
Sementara itu Ai-pong-sot sudah mendapat penjelasan dari
Thio Ping, ternyata jejak mereka sudah konangan, sekeliling
hotel sudah dikepung dan diawasi, padahal kebanyakan
orang-orang Hong-lui-pang sudah mengundurkan diri dari kota
serta berkumpul ke Tayhud-si tapi di kota masih ada Ginj.
taybeng, dan Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay dan beberapa jago
kosen yang lain yang tinggal dalam hotel, keadaan mereka
cukup gawat, maka Thio Ping merasa harus segera
melaporkan hal ini. Sudah tentu mendelik gusar Ai-pong-sut setelah mendapat
laporan Thio Ping disamping gemas diapun dongkol akan
kelicikan dan kekejaman musuh yang bermusuhan hendak
menjaring Hong- lui-pang, maka dia memberi bisikan kepada
Thio Ping supaya keluar dari pinto En-tin-bun, setelah
berputar lewat clok-an-bun langsung menuju kebarat dan
lurus ke Tay-hod-si. Setelah Thio Ping pergi, kebetulan Ai-pong-sot melangkah
maju waktu laki-laki di di sebelah kiri habis mengoceh. Segera
dia menanggapi, "Saudara kukira mata mu tidak picak, tugas
apa yang kalian lakukan" Langkah apa pula yang akan kami
lakukan " Kukira kau juga sudah maklum, bicaralah terus
terang, kami tidak akan menyiksamu, kalau membangkang
rasakan bila kau sekarat bagaimana rasanya."
Ternyata laki-laki itu balas menjengek: "Kalian sudah
terkepung di sini masih berani petingkah, berani kalian
meninggalkan Thiantam, coba saja rasakan bogem kita."
Jian-li-tok-heng tergelak-gelak. katanya: "Kurcaci yang
tidak tahu di untung, memangnya kalian setimpal-..." belum
habis bicara tangannya sudah terayun menyambit biji teratai
besi mengincar kedua laki-laki pongah itu.
Kepandaian kedua orang ini teramat rendah, jarak dekat,
mereka tengah mendengar perkataan lawan, serangan secara
mendadak lagHingga mereka tersentak kaget bila angin tajam
sudah menyambar tiba, belum sempat berkelit mereka sudah
mengeluh terjungkal roboh tak bernyawa lagi.
Setelah kedua orang inipun roboh binasa oleh biji teratai
besi, kuatir kedua laki-laki setengah umur yang sembunyi
dalam hutan menyusul tiba, lekas dia tarik Thong cau
melompat kedalam hutan- Memangnya mereka ahli ginkang
dengan kecepatan gerak tubuh laksana meteor mengejar
rembulan, mereka lari berlompatan berputar dari arah lain
mengitari bukit langsung balik kearah Bak-mo-siang.
Saat itu tiba saatnya memasa ng lampu, keadaan di Bakmosiang masih ramai, restoran penuh dikunjungi orang-orang
yang lapar, tetabuan dan nyanyian terdangar di setiap
restoran dari para pengamen atau pelacur yang sengaja
disewa untuk menemani para tamu.
Dibandang siang tadi, pejalan kaki dijalan raya jauh lebih
berjubel, ditengah keramaian terasa juga ketegangan, seperti
keheningan menjelang datangnya hujan badai, hawapun
terasa panas. Sebagai kawakan Kangouw, melihat keadaan di
sini sesaat mereka melenggong bingung.
Ternyata seratus langkah disekitar hotel di mana semula
orang-orang Hong-lui-pang menginap. barisan tentara
bertombak atau bergolok tajam kemilau tampak berjaga dan
memeriksa, setiap orang yang lewat diperiksa indentitas dan
arah tujuannya. Lebih jauh disebelah depan lagi, adalah
orang-orang persilatan yang menyembunyikan diri, dari
tampang dan sikap mereka, mudah sekali ditebak bahwa
mereka jago-jago kelas satu di Bulim.
Dikanan kiri pintu hotel berduduk delapan guru silat dari
istana, sementara Sengsi-ciang Hou Kong-ting duduk ditengah
ruang besar, keduamatanya melotot lurus menatap keluar.
Sementara dari kantor hotel sering terdengar tawa orang yang
keras dan berisi, jelas petugas juga berada di sana.
Gelagatnya kekuatan musuh dikerahkan, untung Gin-jitaybeng
sudah perintahkan anak buahnya mengundurkan diri
keluar kota, kalau seluruhnya terjebak dalam kepungan,
urusan tentu cukup berabe.
Disaat mereka berdua sembunyi disuatu tempat gelap.
mendadak dilihatnya Liok Kiam-ping melangkah tiba dengan
gayanya yang tetap dibuat-buat supaya samarannya benarbenar
mirip tabib kelilingan, ternyata kawanan tentara itu
hanya mendengus jijik kearahnya. Maka dengan leluasa Liok
Kiam-ping menuju ke hotel lalu membelok ke kiri masuk
kedalam gang kecil, sekali berkelebat dia menyelinap masuk
dari pintu samping serta membelok kelorong.
Agaknya orang-orang Siu-Jan sudah peri hatikan sebelah
depan dan sekitar hotel, dalam jarak seratus tombak sudah
mereka jaga dan awasi, tapi bagian belakang hotel ternyata
agak diabaikan, hanya beberapa petugas saja yang berjaga di
sini, maklum betapapa ketat penjagaan, mereka juga harus
memikirkan kepentinganpenguasa hotel, tamu-tamu keluar
masuk seperti sedia kala, bila Liok Kiam-ping menyelinap
keserambi sebelah timur, sayup,sayup dia sudah mendengar
gelak tawa Gin-jitay-beng. Lekas dia menuju kearah pintu
terus menyelinap ke dalam kamar.
Sementara itu, Gin-jitay-beng, It-cu-kiam Koan Yong, Thipikim-to Tan Kian-thay dan lima Hiangcu lagi sedang makan
minum dibawah lilin yang benderang, sambil bercakap dan
berkelakar diam-diam mergka berundang mencari akal untuk
meloloskan diri. Mereka juga tahu sejak pagi tadi jejak mereka sudah
konangan oleh Seng-si-ciang Hou Kong-ting, maklum berita
Hong-jang piaukiok tutup usaha sudah tersiar luas, setelah
mereka mencari berita kepihak kalangan Piaukiok
membuktikan bahwa berita itu benar, sudah tentu jejak
rombongan piausu ini menarik perhatian dan patut dicurigai,
Naga Naga Kecil 4 Kisah Si Rase Terbang Karya Chin Yung Memanah Burung Rajawali 2

Cari Blog Ini