Ceritasilat Novel Online

Hong Lui Bun 20

Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 20


k.epuncak ini ternyata cukup menguras tenaga hingga
napasnya agak memburu. Istirahat sejenak segera dia
layangkan pedangnya keempat penjuru, gunung gemunung
terbentang didepan mata, kecuali Hembusan angin yang
membawa pergolakan mega, tiada sesuatu yang bisa dilihat
dari tempatnya" Mendadak disebelah utara diantara puncak dan batu-batu
gunung, dilihatnya ada beberara bayangan hitam bergerak
cepat laksana pelor yang meluncur secara berjangka. Bila dia
melihatjelas bayangan itu berbentuk manusia, lekas sekali
beberapa bayangan itu sudah lenyap ditelan gelap
dibalikpohon. Dunia kembali menjadi Hening dan beku.
Tanpa pikir segera Ai-pong-sut kembangkan Ginkangnya
meluncur turun dari atas puncak. langsung mengudak kearah
utara. Kejap lain bila dirinya sudah hampir mencapai tujuan,
mendadak hati Aipong-sut menjadi bimbang malah.
Ternyata daerah ini merupakan ngarai ngarai yang
berbahaya dengan dinding-dinding gunung yang tegak.
dibawahnya bertaburan batu-batu aneh yang sukar diinjak
kaki manusia, atau binatang buaspun sukar hidup ditempat ini,
apa lagi bersembunyi di sini.
Tengah Ai-pong-sut celingukan dan memeriksa keadaan,
mendadak dari sebelah belakang kumandang luncuran senjata
yang melesat kearah dirinya. Mendengar suara Ai-pong-sut
dapat membedakanjenis senjata yang menyerang dirinya, dia
tahu yang menyerang tiba ini termasuk senjata rahasia yang
berbobot berat, jumlahnya pasti lebih dari tiga, lekas dia
mengepos miring, meminjam tenaga tutulan ujung kakinya,
dia gunakan gaya Hu-goa-gian-gu (mendekam melihat
kerbau) seluruh tubuhnya mendekam kedepan.
Lima bintik sinar dingin membawa ekor cahaya biru melesat
kedepan dengan formasi barisanBwe-hoa. Ternyata itulah lima
batangJam-sin-ting. Sinar biru menandakan bahwa
pakupenembusjantung itu berlumuran racunjahat.
Sigap sekali Ai-pong-sut sudah mencelat berdiripula seraya
menoleh kearah datangnya serangan. Keadaan tetap sepi
lengang. tiada bayangan manusia, atau setan dia tahu dirinya
mungkin terkepung dan gerak gerik sendiri selalu dibawah
pengawasan musuh, maka hal ini lebih disimpulkan lagi bahwa
tempat ini tidak jauh lagi dari sarang musuh. tapi musuh
sembunyi seperti kura-kura, kemana dan bagaimana dirinya
harus turun tangan. Yang penting sekarang adalah memancing mereka serta
mengajaknya bicara. Mendadak dia kerahkan tenaga, kaki
mengenjot tubuhpun melesat kearah datangnya serangan.
Beg itu tubuhnya terapung, dari kanan kiri kembali meny
amber dua jalur tenaga keras, sebelah kiri ada tiga titik sinar
perak. yang menyamber dari kanan adalah panah pendek
bidikan iangan menyerang tiba dari atas dan bawah. Agaknya
penyerang Am-gi ini memiliki tenaga dalam luar biasa, maka
luncuran Am-gi ini terasa kuat dan deras.
Baru saja tubuh Ai-pong-sut terapung, senjata lawan dari
dua arah sudah melesat tiba, sedikit lena pasti badan cidera,
untung Ai-pong-sut memiliki Ginkang tinggi dan latihan yang
sudah matang. Lekas dia menarik napas panjang, tenaga
dikerahkan dari pusar, dalam keadaan sudah tidak mungkin
selamat, dia menjejak kaki sehingga tubuhnya mumbulpula
tiga kaki lebih tinggi,jiwanya selamat.
Namun amarah telah melembari hatinya, begitu kaki
menutul bumi, sigap sekali dia memutar tubuh, laksana angin
lesus cepatnya dia menubruk kearah kanan.
Gerakan Ai-pong-sut sudah teramat cepat, namun
bokongan musuh menyerang lebih cepat lagi. Baru saja dia
bergerak. angin kencang sudah meluncur pula dibelakang,
sambil bersuara heran, tubuhnya yang sudah kebacut
menerjang kedepan seketika direm sambil menekuk ping gang
dan melompat miring kesamping, angin kencang melesat
daripundak kirinya. Sigap sekali dia sudah membalik badan. dibelakangnya
hanya batu-batu aneh saja yang kelihatan, deru angin gunung
makin ribut, bayangan orang tidak kelihatan- Namun
pengalaman Ai-pong-sut memang amat luas, sekilas dia
menerawang sekililingnya, maka benaknya membatin:
"Pembokong itu jelas sembunyi disekitar sini, kenapa tidak
kelihatan bayangannya " Tapi satu hal dapat dipastikanpembokong
itu pasti tidak leluasa juga bergerak, maka lawan
hanya menyerang bila dirinya bergerak. entah dari depan
belakan atau kiri kanan, maka dapatlah diduga bahwa
persoalan terletak pada batu-batu gunung yang aneh-aneh itu.
"Tapi setelah aku bergerak baru lawan menyerang, kalau
aku tidak bergerak. mana bisa aku memeriksa gerakan
musuh?" sekilas dia mengerut kening, maka tersimpul sebuah
akal dalam benaknya. Diam-diam dia mengerahkan tenaga, tiba-tiba tubuhnya
berkelebat secepat roda menggelundung dia berputar
kebelakang. kecepatannya memang amat mengejutkan.
Musuh yang ssembunyi itu memang tak berani bertindak,
karena hal itu akan memperlihatkan posisi mereka sembunyi.
Hanya sekejap Ai-pong-sut sudah berputar kepinggir sebuah
batu besar. Diam-diam dia perhatikan batu besar itu jelas
bukan tumbuh secara alamiah, tapi memang dibuat manusia,
cuma buatannya sedemikian api sehingga selintas pandang
orang tidak akan bisa membedakan, tapi setelah diperhatikan
orang akan menemukan sebuah celah lobang dipermukaan
tanah. Waktu dia, kerahkan tenaga mendorong, batu itu
bergerak. hatinya makin curiga, tekadnya untuk membongkar
rahasia musuh makin besar. Segera dia pasang kuda-kuda
kedua tangan mendadak mendorong batu besar itu.
"Pletak" ditengah suara pecahan keras, batu itu sudah
terpukul jatuh separo dan mengeluarkan suara berdentam,
jelas bagian bawah tanah kosong. Ai-pong-sut menduga
dibawah batu ini mungkin terdapat sebuah kamar bawah
tanah yang cukup besar, segera dia jemput batu besar serta
dibantingnya keras berulang kali dentam suaranya makin
nyaring menandakan bahwa memang benar dibawah ada
ruang kosong. Akhir kali dia angkat batu besar hendak membantingnya
pula. Mendadak seorang membentak dibelakang: "Sahabat
berhenti saja, hematlah tenaga dan sambutlah ini." belum
habis bicara terdengar pula suara "ser, ser, ser", senjata
rahasia menyerang dirinya pula.
Ai-pong-sut lompat delapan kaki kesebelah kanan, namun
sebelum kakinya berdiri tegak dari kiri terdengar pula
bentakan: "Sambut lagi yang ini." serumpun cahaya perak laksana
hujan memberondang kepada dirinya.
Ai-pong-sut masih terapung, sinar perak itu sudah dekat
ditubuhnya. Dia kerahkan tenaga dikedua lengannya,
mendadak dia menepuk kedua tangan ke tanah "Blang " batu
gunung dibawahnya terpukul hancur beterbangan dengan
debu membumbung keudara. Meminjam daya pantul pukulan keras nya itu, tubuhnya
melenting mumbul lima kaki, di tengah udara menekuk ping
gang menjejak kaki, tubuhnya meliuk setengah bundar
dengan g indah meluncur dua tombak jauhnya.
Bila dia berdiri tegak pula, maka dilihatnya sekelilingnya
sudah berdiri delapan orang setengah umur berseragam ketat,
mereka menduduki posisi pat-kwa diatas sebuah batu besar,
dirinya terkepung diantara kedelapan orang ini. Masih sempat
Ai-pong-sut meneliti lingkaran musuh, setiapjarak dua langkah
dari kedudukan setiap orang itu terdapat sebuah batu yang
menonjol keluar daripermukaan bumi setinggi satu kaki
lebih.Jarak setiap batu dan bentuknya sama satu dengan yang
lain. Jadi batu-batu ini diatur dengan barisan Pat-kwa yang
lihay. Ai-pong-sutjuga seorang kawakan Kangouw, selintas
pandang lantas dia tahu bahwa posisi Pat-kwa ini memang
sudah diatur sebelumnya, tapi sebelum dirinya meraba seluk
beluk lawan, betapapun dia tidak mau dijadikan bulan-bulanan
serangan mereka dan mandah diserang belaka, apapun dirinya
harus berjuang memancing tahu asal usul mereka
Dia tahu mata barisan terletak dia rah selatan yang
dinamakan Kian-kiong, sengaja dia bergelak tawa kearah
selatan, serunya: "Para sahabat, tengah malam mencegat perjalananku,
entah apa maksud kalisn coba jelaskan."
orang yang menduduki posisi Kian-kiong di selatan ini
berusia paling tua, sudah lebih lima puluhan tahun, dia
terkekeh dingin, katanya: "Inilah daerah terlarang Ham-pingkiong,
kita bertugas atas perintah maka kami Harap tuan
datang dari mana dan kembalilah ke asal tempatmu, urusan
lain kami tidak tahu."
Diam-diam Ai-pong-sut bersyukur dalam hati bahwa dirinya
berhasil menemukan sarang musuh, dilihat gelagatnya untuk
maju lebih lanjut, dirinya harus mengalahkan dulu delapan
orang ini. Maka sambil bergelak tawa dia berkata: "Ada sebuah
persoalan Lohu bertandang kemari, sebelum berhasil mana
boleh pulang dengan tangan kosong, jikalau kalian tidak
keberatan, tolong tunjukan jalan, kalau tidak.. "
Belum habis bicara orang tua itu sudah membentak:
Jangan berlagak tua bangka, Ham-ping-kiong kapan pernah
takut terhadap musuh, mumpung ada kesempatan lekas
pulang saja, kalau membandel di sinilah kuburanmu, kalau
sudah mampus, menyesalpun sudah terlambat."
Berdiri alis Ai-pong-sut, katanya: "Konon Ham-ping-kiong
merajai kaum Bulim di daerah utara, mendapat sanjung puji
dari golongan hitam maupun aliran putih, namun menurut
pandanganku tak lebih hanya komplotan bajingan tengik
belaka. Main cegat dari keroyok segala, memangnya beginilah
orang-orang Ham-ping-kiong menyambut tamunya." lalu dia
menambahkan "Umpama kalian tidak mau menunjukkan jalan,
maka jangan sesalkan bila Lohu menerjang dengan
kekerasan- Nah para sahabat sambutlah." Diam-diam dia
mengincar sebuah tonggak batu kecil terus menjejaknya
tubuhnya melompat empat tonggak batu yang lain, kaki lantas
menutul batu besar yang terletak di Le-kiong, tenaga murni
dari pusar dikerahkan dengan, jurus Hun-liong-tam-jiau (naga
mengulur cakar dibalik mega) memukul kearah laki-laki tua di
selatan itu. Pukulannya menerbitkan segulung angin deras.
Laki-lakitua diselatan segera melangkah miring berganti
posisi diatas tonggak batu yang lain, sambil berkelit dia
merogoh turun, dua jarinya menepis keurat nadi
dipergelangan tangan Ai-pong-s ut.
Lekas Ai-pong-sut menarik lengan kanan, kaki kanan
terulur kekiri belakang, berbareng telapak tangan kiri
menerobos lengan kanan, menyerang dengan Tam tui ciang
ketulang rusuk kanan lawan- Daya pukulannya deras dan
keras dilandasi tenaga dalam.
Laki-laki tua diselatan ini ternyata juga seorang yang ahli
menilai serangan, begitu Tam-tui-ciang tiba lekas dia
menjorok selangkah sambil memutar tubuh hingga arahnya
terbalik, berpindah langkah menggeser kedudukan, kedua
tangan didorong bersama kelambung Ai-pong-sut.
Tidak leluasa Ai-pong-sut menyambut secara keras pukulan
lawan dengan sebelah tangan, tubuh bergerak mengikuti
tangan yang berputar melintang kekiri melampaui empat
tonggak batu, kaki kirinya bpindah kebatu besar yang berada
diposisi Tinkiong. Laki-laki yang bertugas di Tin-kiong segera membentak:
"Sambutlah." dengan jurus IHekshou-sin you (macan
kumbang meliuk ping gang), kedua tangannya menggempur
kearah dada. "Serangan bagus." Ai-pong-sut menyambut dengan
hardikan keras, dengan gaya Tong-cu-pat-hud dari bawah
membalik keatah, jari-jari kedua tangan terayun kebawah,
menyelinap ditengah kedua tinju lawan lalu mendadak
terpentang melebar. Lakl-laki setengah umur yang menduduki Tin kiong sudah
slap menarik serangan merobah gerakan.
Ditengah jalan mendadak Ai-pong-sut menarik tangan kiri,
tenaga tarikan telapak tangan kiri untuk membuang pundak
kiri kebelakang pula, sementara tangan kanan bergerak
dengan Kim-pau- ciang tetap memukul lawan- G-akperobahan
Ai-pong-sut sungguh teramat cepat dan tangkas, jelas laki-laki
yang menduduki Tin-kiong ini bakal terpukul jatuh dari batu
besar yang didudukinya. Tapi pada saat yang genting, itu, Ai-pgong-sut juga merasa
adanya segulung tenaga dahsyat menyerang tiba dari
belakang. Didengarnya seorang menghardik: "Sambut
seranganku' Demi keselamatan diri sendiri, Ai-pong-sut dipaksa menarik
balik tenaga dan pukulannya. Disaat mengganti tenaga itulah
tenaga murni yang berpusat di pusarnya di kerahkan lewat
telapak tangan kiri, berbareng kaki kiripindah kedudukan
kesamping kiri, dengan jurus Giok-bong-to-hoan-siu (ular
sanca membalik tubuh), hingga sergapan musuh tidak
mengenai tubuhnya. Penyergap dirinya di posisi Ke-kiong tadi.
Melihat kawannya yang menduduki posisi Tin-kiong bakal
terpukul jatuh, sengaja laki-laki tua yang menduduki posisi Lekiong
ini tak hiraukan keselamatan diri sendiri menyergap Aipongsut menolong temannya. Namun demikian, laki-laki
setengah umur itu tetap tergentak mundur tiga langkah baru
berdiri tegak pula. Benci Ai- pong-sut bukan kepalang kepada laki laki
setengah umur ini, dengan kedua tangan segera dia
menyelinap mengirim serangan, kedua telapak tangannya
mencengkeram d menabas tulang pundaknya.
Laki laki tua ini tak berani melawan, lekas dia melompat
danjungkir balik dengan gaya burung jumpalitan, kedua
tangannya bergerak mengendalikan keseimbangan tubuhnya
beruntun dia harus melompatiJui-kiong dan tiga tonggak batu
lagi baru berhasil berdiri pula.
Sebat sekali Ai-pong- sut sudah berputar arah begitu
serangannya luput kaki kanan menutul tonggak batu,
tubuhnya melompat maju ketonggak ketiga dikedudukan Kankiong
serta menyerbu kedepan laki-laki setengah umur yang
berala disebelah batu. Laki laki setengah umur disebelah barat memang sudah


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siaga melihat Ai-pong-sut melompat datang, mulutnya
menggeram, kakinya menggeser bpindah kedudukkan, tubuhn
malah mendesak mau lalu menyerang dengan jurus yu-liong
tamjiau (naga berenang ulur cakar), hanya dengan sebelah
telapak tangan dia menepuk keulu hati Aipong sut.
Diam-diam Ai-pong sut mengeluh, kenapa malam ini dia
menghadapi jago-jago kosen tangguh, tiada satupun lawan
lemah, lekas dia menyingkir ke kanan menduduki tonggak
ketujuh di IHeng-kiong, namun menggerakkan tubuh kearah
kanan, kedua tangan terbalik, telapak tangan kiri terbentang
keluar menabas urat nadi telapak tangan kanan sebat Sekali
memukul Hoa kay hiat didada lawanLaki laki yang menduduki Kan kiong lekas merendahkan
telapak tangan namun tenaga pukulannya malah didorong
kedepan, sebat sekali dia berputar badan berkisar ke belakang
kanan Aipong-sut, dengan gaya Say cu youthau (singa
menggeleng kepala), kedua tangan miring didorong keluar,
meny era ng ping gang belakang Aipong-sut.
Kaki kiri Ai-pong-sut menutul ketonggak batu kelima dari
Heng-kiong di belakangnya berbareng kedua tangan ditarik
kebelakang, ujung kaki kanan menutul tonggak batu lalu
mendadak diputar ke belakang, tenaga penuh dipusatkan
dikedua tangan, tubuhnya mengendap kebawah dengan
Siang-tui-ciang menggempur pundak lakl-laki yang berada di
Kan-kiong. Laki laki setengah umur di Kan-kiong segera menubrukkan
badan kedepan dengan gaya Bing-hou hu- jun (harimau galak
mendekam dibalik cagak) sehingga pukulan Ai-pong sut luput,
lalu dengan Thi-gu-king-to (kerbau besi meluku sawah)
tangannya merogoh kemaluan Ai-pong sut Thong cau.
Aipong sut Thong cau melihat serangan ini, diam-diam dia
kerahkan Shian-thian-ciu lat tenaga dikerahkan diujung kaki,
tubuhnya melambung keatas terus jumpalitan mundur
kebelakang. Padahal tempat itu bukan tanah lapang, orang mana beleh
sembarangan lompat dan jungkir balik. maju mundur tanpa
meninggalkan tonggak batu, setiap langkah berpindah
kedudukan harus menggunakan Kungfu asli, sasaran tepat
injakanpun harus penuh perhitungan, karena batu- batu yang
ditata menurut kedudukan dan bentak barisansudah
diperhitungkan dengan baik setiapjarak tepat satu langkah,
tak beleh kurang atau lebih meskHanya satu senti. Kedepan
atau melompat kekiri kanan boleh dilakukan dengan tubuh
terapung keatas hingga beberapa tonggak dilampaui, namun
untukjungkir balik ke belakang, betapapun murni
kepandaianmu, jelas sukar sekali untuk mengincar kedudukan
secara tepat. Karena didesak oleh serangan laki- laki setengah umur di
Kan-kiong terpaksa Ai-pong-sut mengembangkan permainan
berbahaya, disaat tubuh terapung, tubuhnya berputar
setengah lingkar, kaki tepat hinggap diatas tonggak batu
keempat diKun-Kiong. cara bertempur diatas barisan Pat-kwa seperti ini, meski
pihak menjaga barisan hanya berjaga tidak menyerang,
namun bila kau memasuki daerah penjagaannya, maka kau
akan menghadapi pencegatan dan didesak mundur supaya
tidak menerobos ke luar kepungan,
Tapi laki-laki setengah umur yang berjaga di Kun-kiong
justru menyingkir tiga tonggak batu ke arah barat, dengan
gerakan berat Kim-kiau Cian, dia incar Ai-pong-sut terus
menyerangnya. Dalam waktu yang sama laki-laki yang berada
di Kan-kiong juga menyusul tiba dengan jurus Sin-liong-to-kak
(naga sakti membuang sisik) menyerang Nau-hu-hiat di
belakang batok kepala Aipong-sut. Serangan dari dua arah ini
dilakukan secara ketat dan keras, gaya serangan Kim-kian-cian
dari laki-laki tengah umur dari Kun-kiong lebih cepat, maka
tenaga pukulannyapun tiba lebih dulu.
Ai-pong-sut menggerakan tubuh kedepan, dengan gerakan
Sik-tam-pian menjojoh lengan kanan laki-laki setengah umur
di Kun-kiong, bila Ki-ti-hiatnya kejojoh, pasti lengan kanannya
cacat seumur hid up, Mendadak. terdengar laki laki tua diarah selatan
membentak: "Kembangkan barisan"
Delapanorang yang berjaga diempat penjuru serempak
mengiakan, seluruhnya bergerak melangkah maju setindak
kekanan lalu berputar gerakan berkeliling ke kiri. Mendadak
ditengah bentakan keras, empat bayangan orang tampak
menyerang maju, masing-masing memukul sejurus pukulan ke
arah tengah. Daya pukulan empat orang ini menggencet dari
empat penjuru,perbawanya memang sehebat gelombang
pasang lautan teduh, hawa udara seketika bergolak.
menyesakkan napas lagi. Kungfu Ai-pong-sut amat tinggi, nyalinya besar,
pengalaman luas, tadi dia merasa perlu menyimpan tenaga
maka serangannya tidak menggunakan banyak tenaga, namun
hany mengembangkan ketangkasan gerak tubuhnya saja. Kini
digencet kekuatan sedahsyat ini dari empat penjuru, meski
sudah tua, tak urung timbul juga emosinya, tidak mau kalah.
Segera dia kerahkan tenaga murni dari pusar lalu
disalurkan kedua lengan, berkelebat sambil menyingkir,
hingga teri hindari dari serangan telak. namun kedua
tangannya sudah bergerak dengan gentakan terpencar ke kiri
kanan, begitu kekuatan dan lawan saling bentrok terjadilah
ledakan dahsyat yang menggetar bumi.
Namun delapan pengepungnya itu tetap bcrputar seperti
tidak terjadi apa-apa. Sebaliknya Ai-pong-sut menjadi sesak
napasnya seperti terpukul god am dadanya. Baru sekarang dia
sadar kalau barisan ini memang lihay dan menakupkan, tidak
boleh dipandang enteng lagi. Untung dia membekal Lwekang
tangguh, sedikit kerahkan hawa murni kondisi badannya
sudah normal kembali. Tengah dia menepekur mencari jalan bagaimana menjebol
kurungan lawan- Hardlkan kembali kumandang, empat jalur pukulan
meluncur dari empat sudut, kekuatannya lebih dahsyat lagi,
kemungkinan pukulan dilontarkan dari empat orang yang lainThong cau tidak sempat memikirkan Cara mengatasi serangan
musuh sebat sekali dia menggeser kaki menyingkir ketempat
yang dirasa aman lalu melompat tinggi Mengapungkan
tubuhnya, dia kira pukulan empat orang dari sudut yang
berlawanan itu akan saling tumbuk sendiri. Tak nyana begitu
menyelonong ketengah barisan, pukulan dahsyat itu secara
aneh sirna tak berbekas. Ternyata serangan keempat orang itu tidak menggunakan
seluruh tenaga, begitu dilontarkan lantas ditarik balik, tenaga
disalurkan sesuai perlawanan lawan,jadi menyerang mengikuti
situasi. Begitu Ai-pong-sut melompat tinggi keudara, empat
orang itu segera membatalkan tenaga pukulan yang slap
disalurkan dan melompat balik ketempat semula meneruskan
langkah barisan yang terus brputar.
Sudah tcntu Aipong-sut mengikuti gerak gerik lawan yang
maju mundur bergantian. Begitu dia meluncur turun hinggap
ditanah, empat musuh yang lainpun sudah melanjutkan
serangan Ai-pong-sut dipaksa melompat tinggi lagi untuk
menyelamatkan diri. Mau tidak mau dia harus berpikir: "Jikalau
musuh ganti berganti menyerang bertubi-tubi, umpama
kepandaianku setinggi langit juga akhirnya akan terluka parah
dan kehabisan tenaga," betapapun dia tidak sudi menyerah,
berdasarkan ketajaman pengamatannya. sekilas menerawang
mendadak dia memperoleh akal untuk membobol kepungan
lawan meski dirinya harus menyerempet bahaya. "Menangkap
rampok harus membekuk pentolannya, barisan ini
dikendalikan laki laki tua itu, pantasnya aku merobohkan dia
atau membekuknya lebih dulu."
Setelah bulat tekadnya segera dia merogoh keluar
sepasang bandulannya, setelah mengincar sasarannya
mendadak dia ayun tangan kanan, selarik sinar hitam secepat
kilat melesat kearah laki laki tua itu.
Dalam keadaan terpepet, sebetulnya serangan nekad inipun
untung-untungan, karena timpukan menggunakan seta ker
tenaga makapelornya itu meluncur bagaipanan cepatnya
membawa deru kencang lagi.
Laki-laki setengah umur itu sudah siaga, dia minggir
kepinggir, pikirnya akan mengikuti gerakan lawannya
meneruskan putaran barisan Tapi mimpipun tak pernah
terpikir olehnya bahwa sepasang buntalan belibis Aipong-sut
ini seperti punya mata, begitu dia miring kekiri, bandolan itu
ternyata bisa membelok mengejar tubuhnya.
"Plak" dengan telak pundak kirinya terhantam keras hingga
tulang pundaknya remuk. saking kesakitan dia mengerang
panjang, tubuhnya sempoyongan minggir kekanan lima
langkah, Karena pikirkan keselamatan Liok-Kiam-ping, Aipongsut ingin selekasnya mengakhiri pertempuran maka
serangan dilontarkan lagi secara keji.
Namun kesiur angin tajam mendadak menyambar dari
belakang. sambil mendengus mendadak dia menggapai
tangan, pelor belibisnya segera ditariknya kembali, sementara
tubuh berputar menghindar terjangan angin pukulan dari
belakang, lantan balas menggertak kebelakang, sinar hitam itu
melesat kebelakang. Terdengar satu kali jeritan pula disertai darah yang
muncrat, maka robohlah sesosok mayat yang pecah mukanya
dan batok kepalanya. Bahwa dua kali timpukan bandulannya berhasil melukai dan
membinas akan musuh, sudah tentu makin berkobar
semangat tempur Ai-pong-sut. Kini dia gerakan tangan kiri,
buntalannya yang lain kembali ditimpukan kearah yang
berbeda. Di mana sinar hitam menyambar, maka didengarnya
jeritan menyayat hati bergema ditanah peg unung an sepi ini.
Dalam sekejap lima musuh sudah dirobohkan. Sisa tiga orang
lagi segera bersuit panjang terus melompat turun kepinggir
ngarai dan lenyap dibalik kabut.
Ai-pong-sut tarik sepasang buntalannya terus menerjang
kemana tadi ketiga orang itu tadi melarikan diri. Tapi setiba
dia dipinggir ngarai, bayangan ketiga orang itu sudah tidak
kelihatan. Dia tahu letak ngarai ini agak ganjil, tanpa sebab tak
mungkin ketiga orang Ham-ping-kiong tadi lenyap disini. Maka
dengan diaperiksa keadaan sekitarnya.
Kira-kira tiga tombak dari tempat semula, dia temukan
sebuah batu besar roboh miring ditanah membelakangi
dinding gunung, dibelakang batu ternyata menganga separo
lobang gua yang gelap gulita.
Ai-pong-sut tersenyum puas, dengan kedua tangan dia
kerahkan tenaga mendorong batu besar itu kepinggir, maka
tampak sebuah lobang yang gelap setinggi manusia, dengan
seksama dia periksa mulut gua, lalu mendengarkan dengan
seksama, didalam gua didengarnya suara jengkrik mengerik
dalam jarak yang cukup jauh. Maka Ai-pong-sut keluarkan
ketikan apinya menyuluh kedalam gua.
Tinggi gua ini ada beberapa tombak, dindingnya licin halus
mengkilap seperti kaca, elas dibikin oleh tangan-tangan ahli,
entah betapa dalam dan jauh gua ini, sebelah dalam gelap
gulita, kemungkinan gua rahasia ini tembus kesuatu tempat
yang jauh letaknya. Pengalamannya cukup luas, maka dia tahu didalam gua
seperti ini tidak boleh menggunakan ketikan api, maka dia
putar tubuh keluar, diantara semak-semak dia mengambil
ranting pohon yang kering serta rumput dijadikan obor
panjang. Setelah obor menyala kembali dia melangkah
kedalam gua. Setelah membelok dua kali, keadaan dalam gua semakin
lebar dan sejuk. Ai-pong-sut tahu dirinya berada dalam gua musuh yang
banyak terdapat perangkap dengan alat rahasia keji, sekali
lena jiwa dapat amblas secara percuma, maka dia keluarkan
sepasang bandulannya, dengan kedua bandulannya ini tidak
sedikit perangkap dan alat rahasia dalam gua yang dirusak
dan dihancurkan. dengan ginkangnya yang tinggi tiga kali dia
meluputkan diri dari semburan air beracun dan hujan panah.
Maka makin dalam dia tak berani gegabah sedikitpun.
Kini dia dihadang oleh gua bercabang. Kearah mana dia
harus meneruskan perjalanan, sesaat dia berdiri bingung.
Padahal waktu sadah mendesak terpaksa dia nekad bertindak.
menyerempet bahaya pula. Maka dia beranjak kegua
disebeIah kanan. Lorong gua ini belak-belok, hanya beberapa tombak sudah
membelok entah kekiri atau kekanan, ternyata setelah putar
kayun sekian lamanya dia berputar balik ditempat semula.
Tapi keluarnya dari gua yang ditengah. Maka tanpa sangsi
segera dia melangkah masuk kegua sebelah kiri.
Gua di sini ternyata beri hawa lembab dingin, baunya juga
apek. gemericik air bergema didalam gua, tapi entah di mana
letak a lira n air, susah dia menemukan di mana letak sumber
air. Lebih penting membantu dan menolong Liok Kiam-ping
yang mungkin menghadapi kesulitan, maka dia tidak ingin
membuang waktu, dengan langkah enteng dan terus maju
kedepan kira-kira puluhan tombak kemudian"Blang" mendadak suara gaduh berkumandang disebelah
belakang. Ternyata lorong bercabang dibelakangnya sudah
tertutup oleh sebuah papan besi yang besar dan anjlok dari
atas, begitu rapat hingga hawa di sini seketika terasa sesak
dan beku. Jalan mundur sudah buntu, terpaksa harus maju terus. Aipongsut percepat langkahnya, dengan kecepatan ginkangnya
dan seperti berlomba dengan waktu. Untung lorong gua disini
lurus dan datar, maka Ai-pong-sut tidak begitu payah mesti
berlari tancap gas. Kira-kita setengah jam lamanya Ai-pong-sut berlomba
dengan waktu, dari arah depan sudah terasa hembusan angin
sejuk yang menyongsong mukanya, maka dia tahu bahwa
dirinya sudah akan tiba diujung lorong. Disaat hati merasa
lega dan senang mendadak didengarnya suara gemuruh lagi.
Ternyata mulut lorong didepan sana juga tertutup rapat oleh
papan besi.Jalan mundur sudah buntu, jalan keluarjuga
tersumbat, betapapun tinggi Lwekangnya, hatinya menjadi
gelisah setengah mati, saking kebingUngan dan kehabisan
akal, dia sampai berdiri menjublek.
Entah berapa lama dia melamun, mendadak terasa kakinya
basah dingin, seketika dia tersentak sadar dari lamunannya.


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambil berjongkok dia periksa keadaan, ternyata air mengalir
masuk entah dari mana, yang jelas lantai gua ini mulai
digenangi air, arus air ternyata, amat deras, dalam sekejap
tinggi air sudah mencapai mata kaki, arus air yang merembes
semakin keras dan deras. Bila air dituang masuk terus seperti ini, hanya sekejap pasti
seluruh lorong ini bisa tenggelam dalam air. Ai-pong-sut
dipaksa untuk berdaya mencari jalan keluar, dari pada
menuuggu ajal. Segera dia memburu kedekat papan besi yang
menyumbat mulut gua serta memeriksa dengan teliti.
Papan besi ini amblas beberapa kaki didalam tanah,
sebelah atasnya juga rapat, demikian kiri kanan dinding
gunung. waktu dia dorong sekuat tenaga. walau rada
bergeming, tapi dia tahu tidak mungkin kuat menjebol papan
besi ini. Dengan putus asa dia mundur beberapa langkah serta
menepekur menyesali nasib sendiri.
Sementara itu genangan air sudah mencapai perut, gerak
geriknya di air sudah tidak leluasa lagi. Entah kenapa hatinya
seperti berjingkrak. entah dari mana datangnya tenaga
mendadak dia melompat maju seraya erahkan setaker tenaga
memukul kearah papan besi ini. Lwekangnya tangguh.
pukuian setaker tenaga ini entah betapa beratnya. "Blum"
seperti ada ledakan gempa, papan besi itu hanya melesak
keluar sedikit, namun lantas ketempat semula. Sayang dia
tidak membawa golok atau pedang, dia yakin bila dirinya
membawa senjata tajam pasti dalam mengeduk tanah atau
dinding gunung, untuk lolos keluar mungkin tidak begitu
sukar. Tambah dia kebingungan itulah, mendadak tangannya
menyentuh kedua bandulan besi yang dia simpan dalam
kantong bajunya, seketika dia berjingkrak girang serta ingin
mencobanya. Setelah pelor besinya dikeluarkan dia pasang
kuda-kuda, tenaga dikerahkan dikedua lengan mendadak dia
ayun tangan kanan, salah satu pelor besinya meluncur bagi
kilat menyambar, "Blang" papas besi ternyata berhasil dihantamnya melesak
mundur setengah kaki. Melihat usahanya mulai membawa
hasil Ai-pong-sut tidak sia-siakan kesempatan, kembali dia
ayun tangan kiri, "Blang" dekuk dipapan besi karena
hantaman pelor besi itu kini mulai retak. pelok besi itupun
mereka diatas diatas papan batu"
Lekas Ai-pong-sat menyoreknya keluar lalu mundur,
hatinya mulai girang dan timbul secercah harapan, maka
beruntun dia timpukanpula kedua pelornya. "Blang Blum."
papan besi itu kini betul betul jebol dan bolong sebesar mulut
mangkok. Setiap tangan Ai-pong-sat berpegang pada lobang diatas
papan besi itu, pelan-pelan dia kerahkan tenaganya lalu
mendadak menyendalnya "Tak" bagian tengah papan besi
ternyata sempal sebagian hingga terbukalah sebuah lobang
lebar dua kaki. Tanpa ayal Ai-pong-sat segera menerobos
keluar. Saat mana rembulan sedang memancarkan cahayanya
yang gemerlang menyorot masuk kemulut gua. Angin sejuk
menghembus sepoi, Ai-pong-sut berdiri sejenak
menentramkan hati dan napasnya.
Kejap lain dia sudah berlari-lari pula mengembangkan
Ginkang sambil mengawasi keadaan sekelilingnya, didapatinya
dirinya seperti berada didasar sebuah lembah, setajam mata
memandang hanya bagian barat laut saja yang kelihatan ada
titik sinar lampu, yang tersembunyi dibalik daon-daon pohon.
Agaknya cuaca sudah merambat ketengah malam, urusan
tidak boleh ditunda maka dia mempercepat langkahnya,
laksana mengejar meteor dia meluncur kearah sinar api itu.
Setelah dekat baru dia melihatjelas, didepannya berdiri
sebuab pekampungan besar. Dibalik tembok tinggi yang
memagari perkampungan ini sayup-sayup didengarnya suara
bentakan dan denting senjata, agaknya pertempuran sudah
berlangsung didalam. Tanpa ayal segera dia menjejak bumi
melompat tinggi keatas tembok. lalu berlari kencang
menyusuri tembok kearah barat, kebelakang perkampungan.
Ginkang Ai-pong sut memang tinggi, hanya beberapa kali
lompatan, dia sudah melayang turun ditengah arena, secara
tepat menolong Liok Kiam-ping yang sudah payah bertahan.
Rasanya hampir meledak dada Ai-pong-sut melihat kelicikan
musuh mengeroyok sang Pangcu, begitu tiba dia lantas
timpukkan kedua bandulannya sekaligus menghancurkan
usaha Ham-ping- long- mo yang mengatur muslihat keji
Hendak menguras tenaga Liok Kiam-ping dengan cara bergilir
dalam arena pertempuran Syukur Ham- ping- long- mo sendiri juga sudah kerahkan
seluruh tenaganya dalam melawan pertahanan Liok Kiam-ping
yang tiada taranya, padahal tenaga dalamnya juga sudah
banyak tersalur. bila tidak lekas dihentikan, kemungkinan dia
sendirijuga akan terluka parah darah akan bertolak balik,
getaran adu tenaga ini akan menimbulkan luka dalam pula
bagi dirinya. Begitu-Ai-pong-sut melontarkan bandulannya, Ham-Pinglengmo tahu kekuatan pelor besi yang tiada bandingannya
ini, lekas dia menarik Ham-pin-im-sat, berbareng kedua kaki
menjejak tanah hingga tubuhnya melesat tinggi tiga tombak
kedua bandulan itu melesat lewat dibawah kakinya.
Sebetulnya Liok Kiam-ping juga sudah bertahan dengan
sisa tenaga yang sudah lemah, mendengar bentakan Ai-pongsut
seketika lega hatinya, maka sisa hawa murni yang
terhimpun seketika luber. Begitu hawa murni buyar,
orangnyapun lantas meloso jatuh lemas.
Tapi pikirannya jernih, musuh didepan mata, apapun dia
pantang semaput, lekas dia kerahkan sisa tenaga dan
semangatnya, dengan membalik setengah meronta dia
merangkak bangun lalu duduk dan mulai samadi.
Betapapun Hian-ping-im-sat memang teramat jahat dan
beracun. Liok Kiam-ping melawan dengan sekuat tenaga,
maka kadar racun sudah meresap keisi perutnya, untung dia
memiliki Lwekang tangguh, jantung mampu dilindungi sendiri
dari getaran maupun racun, meski kesadarannya semakin
layap- layap tapi dia mempunyai daya rasa. Jikalau orang lain
mungkin saat itu jiwanya sudah melayang.
Namun demikian susah Liok Kiam-ping mencapai
ketenangan lahir batin, agak lama dia merasa hawa dingin
masih bekerja dalam tubuh dan hampir terjang kebagian lain
dalam tubuhnya. Bandulan besi Ai-pong-sut terbatas untuk menyerang
keatas, begitu iblis tua itu melambUng tinggi menyelamatkan
diri, bandulannya tak kuat ditimpukkan lebih tinggi lagi,
terpaksa dia menarik balik kedua bandulannya.
Mumpung ada kesempatan dia sudah putar tubuh hendak
menarik keadaan Liok Kiam-ping.
Kelima jago top yang menonton dipinggir gelanggang
sudah saling memberi tanda kedipan mata, serempak mereka
menubruk maju. Lima bayangan orang sepuluh jalur angin pukulan, betapa
dahsyat perbawa pukulan gabungan ini, ternyata Ai-pong-sut
yang dijadikan sasaran- Tapi dia seorang ahli silat yang
kawakan, melihat kelima musuh serempak menyerang dirinya
secara reftek dia bisa melompat jauh menyelamatkan diri. Tapi
bila dia menyingkir, Liok Kiam-ping bakal celaka.
Terpaksa dia kertak gigi, kekanan dia melangkah dua
tindak mengadang didepan Liok Kiam-ping, sisa tenaga dia
salurkan kedua lengan lalu menyongsong pukulan gabungan
lima orang itu. "Byaaarr." pukulan dahsyat bagai gugur gunung kelima
lawannya ternyata berhasil dihadangnya hingga tercerai berai
keempat penjuru, sirna tanpa bekas. Sementara Ai-pong-sut
terlempar mundur kekanan setapak lebar, baru berdiri tegak
pula. Diam-diam dia menerawang keadaan dilihatnya Ham-pinglengmo sudah selesai samadi, pelan-pelan kedua matanya
sudah mulai terbuka, karuan hatinya mengeluh dan kuatir.
Maklum mereka berdua dalam keadaan payah
diperkampungan musuh, tenaga musuh lebih banyak dan kuat
lagi. Agaknya iblis tua ini belum terluka, tadi hanya
kebanyakan keluar tenaga maka dia merasa perlu samadi
sekejap memulihkan tenaganya, jelas musuh takkan mau
membebaskan mereka berdua.
Padahal Liok Kiam-ping dalam keadaan payah dan belum
pulih tenaganya, jelas bukan tandingan musuh lagi, jikalau
berhantam pula secara keras, pasti ajal secara konyol. Maka
jalan utama yang harus ditempuh sekarang adalah melarikan
diri, biar cari suatu tempat sepi dan tersembunyi, sementara
menyembuhkan luka-luka pula.
Setelah bulat pikirannya, Ai-pong-sut gerakan pula kedua
tangan menimpuk kedua bandulannya, laksana kilat
menyerang dua orang ditengah musuh. Bila jarak tinggal satu
kaki didepan musuh, mendadak kedua pelor itu membelok ke
kanan kiri. Kelima gembong silat Ham-ping-kiong ini tahu betapa lihay
pelor bandulan ini, tanpa berjanji mereka melompat mundur
menyelamatkan diri. Melihat ada kesempatan d isaat musuh menyurut mundur,
lekas sekali Ai-pong-sut meraih Liok Kiam-ping yang sedang
samadi, tangan kiri menggapai kedua pelor itu serta
disimpannya didalam lengan baju, kejap lain dia sudah
melambung tinggi keudara, dipinggir kuping Liok Kiam-ping
dia berbisik: 'Kita menyingkir lebih dulu.'
Sebetuinya keadaan Liok Kiam-ping masih lemah, diantara
setengah sadarsaja, mendengar seruan Ai-pong-sut secara
reflek dia bergerak ikut lompatan Ai-pong-sut menjulang tinggi
keatas tembok. Gerakan nekad kedua orang ini teramat mendadak dan tak
terduga lagi, karuan jago-jago Ham-ping-kiong itu tertegun
bingung, bila Liok Kiam-ping berdua hinggap diatas tembok.
baru mereka sadar, serempak mereka menggembor sambil
lompat memburu. Mendadak Ha m-ping-leng- mo terkial-kial sambil mengulap
tangan, serunya: "Bocah itu sudah terkena Hian ping- im-sat
Lohu, jikalau tidak punya obat penawar khusus, dalam dua
jam jiwanya pasti melayang karena urat nadinya akan
membeku, kalian tidak perlu terburu-buru, bagilah kalian
menjadi dua rombongan dan lacaklah jejak mereka disekitar
gunung ini, yakin mereka tidak kuat lari jauh, bila menemukan
jejak mereka, jangan digrebek dulu, berikan tanda, Lohu akan
segera tiba ditempat itu, kalian harus hati-hati pelor besi itu
memang lihay luar biasa."
Jago-jago Ham -ping - kiong mengiakan.
Enam bayang orang segera bergerak menuju kearah yang
sudah ditentukan- Sambil memluk ping gang Liok Kiam-ping, Ai-pong-sut
kembangka Ginkangnya berlari bagaipanah meluncur, untung
Liok Kiam-ping masih punya sedikit rasa, dapat bergerak
mengikuti langkahnya meminjam tenaga, mengerahkan
tenaga, maka luncuran tubuh mereka masih cukup
mengejutkan. Dalam sekejap mereka sudah tiba didepan
ngarai. Ai-pong-sut mengeluh dalam hati. Ternyata ngarai di
sini sudah putus jalan seperti bergantung diudara, tiada jalan
lain menembus keluar, dalam keadaan biasa bukan soal
mereka melompat turun dengan Ginkang tinggi, namun
keadaan sendiri sudah payah, harus melindungi Liok Kiamping
lagi. Padahal luka-luka Liok Kiam-ping perlu segera di
tolong. ke mana bisa menemukan tempat yang tepat untuk
menolongnya. Pada hal dia tahu jago-jago Ham-ping-kiong
sebentar pasti akan mengejar tiba.
Untunglah disebelah depan perkampungan dilihatnya
tetumbuhan amat rimbun dan lebat sinar mentari sukar
tembus kesebelah bawah, dia pikir mungkin di sana dia bisa
berteduh sementara, namun dia masih ingat waktu dirinya
disergap waktu datang tadi, hatinya jadi bimbang, tapi dalam
keadaan kepepet begini, tiada tempat lain untuk sembunyi,
apalagi waktu tak boleh ditunda lebih lama lagi, terpaksa
harus berani menyerempet bahaya dan bekerja melihat
gelagat. Setelah berkeputusan lekas dia lompat kebawah karang
membimbing Liok Kiam-ping pelan-pelan menyusup kedalam
hutan- Racun dingin dalam tubuh Liok Kiamping sudah meresap
kedalam sendi tulang, sekujur badannya menggigil kedinginan.
Karuan Ai-pong-sut Thong can semakin gopoh, dan gelisah,
tanpa pilih arah dia main terjang saja masuk kedalam hutan.
Hutan tua dan lebat ini terdiri dari pohon-pohon tua dan
besar, mungkin karena sudah terlalu tua hingga banyak
diantaranya yang sudah keropos kering.
Tergerak pikiran Ai-pong-sut, lekas dia bopong Liok Kiamping
terus memilih salah satu pohon besar kropos yang bagian
tengahnya belong, setelah mendudukan Liok Kiam-ping lekas
dia merogoh keluar Soat-lian serta dijejalkan kemulut Liok
Kiam-ping. Liok Kiamping masih menggigil keras, keadaannya sudah
makin lemah, tidak sadarkan diri. Soat-lian adalah obat
mujarab, namun Kiam-ping tak punya tenaga untuk menelan
obat sakti ini sehingga kasiat obatnya belum bisa bekerja.
Terpaksa Ai-pong-sut tutuk beberapa Hiat-to disekitar mulut
dan lehernya sehingga obat mulai tertelan kedalam perut,
kejap lain dia dudukan Liok Kiam-ping menghadap kedinding
pohon, dua tangannya menekan Bing-bun-hiat, hawa murni
sendiri dia salurkan ketubuh Liok Kiam-ping bantu
melancarkan kasiat obat. Lekas sekali kasiat Soat-lian sudah meresap keseluruh urat
nadi, sendi tulang dan Hiat-to, pernapasan sudah mulai lancar,
tubuh yang menggigil makin berkurang. Wajahnya yang pucat
pasi mulai semu merah dan orang nyapun sudah siuman.
Dia tahu Ai-pong-sut sedang bantu dirinya menuntun hawa
murni supaya kasiat obat bekerja secara efektif didalam
tubuh, maka dia unjuk senyum dan mengangguk perlahan
maksudnya sekarang dia sudah mampu bersamadi sendiri.
Baru saja Ai-pong-sut hendak menarik kedua tangannya.
Mendadak dari luar hutan terdengar derap langkah kaki
orang yang berserakan menginjak daon-daon kering, malam
sunyi, maka keresekan ramai ini amat menusuk pendengaran,
dengan bekal lwekang mereka berdua, dalam jarak puluhan
tombak. daon jatuhpun dapat didengar jelas.


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendengar suara dan arahnya Ai-pong-sut lantas tahu,
yang datang ada dua orang, sekarang masih ada diluar garis
hutan sebelah luar. Terdengar seorang berkata sinis "Menurut laporan petugas
jaga disini, kedua orang tadi pernah muncul disini, kenapa
sekarang tidak kelihatan bayangannya, mungkin sembunyi di
lobang-lobang pohon sekitar sini ?"
Seorang lagi suara serak berkata: "Daerah sekitar sini
sudah diperiksa dengan teliti, namun tidak menemukan jejak
mereka, padahal luka-luka bocah itu, katanya teramat parah
tak mungkin dia bisa lari jauh. Bukan mustahil mereka
sembunyi dalam hutan ini ?"
"Kukira tidak mungkin, kalau betul mereka masuk hutan,
kenapa petugas jaga dalam hutan tidak memberi tanda
peringatan- Maka menurut pendapatku, kejadian ini agak
ganjil, lebih baik kita lepas dulu tanda peringatan mengundang
orang banyak kemari untuk menggeledah hutan ini bersama,
kurasa mereka takkan bisa lolos lagi."
"Aku heran, kenapa belakangan ini kau makin ciut nyalimu.
Didaerah terlarang kita sendiri memangnya kau tidak berani
memeriksa sendiri." "Jangan bilang begitu, soalnya Kungfu kedua orang itu
amat tinggi. bukankah tempo hari Kim-kong-ci Hong Kiat. Taybok
itsiu dan Tang- ling sin-kun dan lain- lain kecundang di
tangan mereka hanya karena terlalu takabur, apa salahnya
kita bertindak hati-hati.' Percakapan mereka cukup keras,
maka Ai-pong-sut dapat mendengar jelas.
Tapi keadaan Liok Kiam ping sekarang cukup kritis, tidak
boleh terganggu, apapun dia harus memancing kedua orang
ini ketempat lain Segera dia berbisik dipinggir telinga Liok Kiam-ping, lalu
melompat keluar dari lobang pohon. Dengan mengendap dan
melompat jauh seperti kelinci dia meluruk kearah datangnya
suara. Dia berputar keluar hutan, lalu membalik kearah ngarai
dan berlari bagai terbang. Disaat melompat keatas ngarai
itulah sengaja dia memberatkan langkahnya.
Kedua jago kosen Ha m-ping-kiong tadi sudah bergerak
kedalam hutan, mereka tersentak kaget oleh suara berisik ini,
lekas mereka memburu keluar dan melongok kearah
datangnya suara. Tanpa janji keduanya bersuara heran.
Tampak segulung bayangan kelabu bergerak cepat mumbul
keatas dari bawah bukit, mereka masih ingat bentuk badan
yang buntak adalah Ai-pong-sut Thong cau. Suara serak itu
berkata: 'Lekas kejar' Dengan kencang mereka mengudak kearah Ai-pong-sut
melarikan diri. Sambil lari At-pong-sut pasang kuping, mendengar
lambaian pakaian mereka, dia tahu bahwa kedua orang ini,
sudah menyusul datang, tubuhnya yang berlari naik keatas
tiba-tiba membelok kekanan, sengaja dia memperlambat
langkah lalu berlari pula dengan santai.
cepat sekali suara lambaian pakaian kedua orang
dibelakang makin keras, dari suaranya Ai-pong-sut
memperkirakan jarak mereka tinggal sepuluhan tombak lagi,
maka dia percepat lagi langkahnya, bagai terbang dia lari
menyusuri bibir ngarai terus keselatan.
Kedua jago Ha m-ping-kiong mengejar kencang. Kejar
mengejar terus berlangsung dari selatan membelok kebarat
lalu berputar keutara lagi.
Satu jam kemudian, Ai-pong-sut memperkirakan, mereka
sudah lomba lari sejauh dua puluhan li, kini dia tiba ditanah
tegalan yang datar, mendadak Ai-pong-sut memperlambat
langkah lalu berhenti serta membalik badan, sambil menunggu
dia menatap tajam. Lekas sekali kedua orang itupun sudah memburu tiba,
berdiri jajar Ai-pong-sut melih at jelas tampang kedua orang
ini, usia mereka sudah lebih dari enampuluh yang kiri
berpakaian jubah hitam panjang yang long gar, perawakan
tinggi, maka pakaiannya itu kelihatan lucu dan ganjil. Kedua
alisnya gompyok tebal menjuntai turun, seperti bergantung
diatas matanya, tampangnya yang beringas kelihatan lebih
sadis. Yang sebelah kanan bertubuh lebih gemuk, mukanya
bundarpenuh daging, matanya yang sipit bundar sebesar
kelengkeng memancarkan cahaya hijau, jelilatan seperti
maling, jelas menandakan bahwa orang ini berjiwa munafik,
banyak muslihatnya. Dengan tersenyum Ai-pong-sut berkata: "Kalian mengejar
Lohu, memangnya sudah memilih tegalan yang berpanorama
indah ini untuk tempat istirahat kalian "
Laki-laki yang bertubuh tinggi itu terkekeh tawa, katanya:
"Setan buntek kematian didepan mata masih tidak tahu diri.
Disini tempat apa memangnya boleh kaupetingkah sesuka
udelmu sendiri. Di mana kau sembunyikan bocah itu, lekas
terus terang, Lohu akan memberi ampun kepadamu. Kami
tahu pukulan Hian-ping im-sat itu dalam waktu pendek
memang belum dapat menyusahkan dirinya'
Ai-pong-sut bergelak tawa, katanya: "Asal kalian mampu
mengalahkan sepasang tangan Lohu, apapun kehendak kalian
boleh terserah saja. tapi apa kalian yakin dapat mengalahkan
aku" Kukira..." sampai di sini sengaja dia merandek
Laki-laki yang kurus lebih gopoh, tanyanya: "Kau kira
kenapa?" Ai-pong-sut tertawa tak acuh, katanya:
"Gampang saja, asal kalian tinggalkan batok kepala kalian,
urusanpun bereslah."
Laki-laki yang gemuk berkata: "Setan tua, jangan takabur,
katakan saja di mana bocah itu sembunyi, Lohu berdua berani
bertanggung jawab akan keselamatanmu kalau membandel,
terpaksa... " Ai-pong sut tertawa dingin, jengeknya: 'Terpaksa
bagaimana" " Laki-laki kurus menyeringai: 'Terpaksa akan kami bikin kau
sekarat saja, mati tidak hiduppun sukar, menyesalpun sudah
kasep. Dalam wilayah kekuasaan Ham-ping-kiong belum
pernah ada korban yang utuh jazadnya, setan tua, kalau kau
tahu diri, lekas mengaku saja.'
Berdiri alis Ai-pong-sut, katanya: "Sudah kukatakan bila
kalian mampu mengalahkan kedua tanganku, apapun
kehendak kalian, terserah. Tapi jika kalian yang kalah"'
'Kau yakin dapat mengalahkan kami berdua?" jengek lakilaki
kurus. "Kenyataan akan membuktikan"
Laki laki gemuk itu seret temannya mundur beberapa
langkah lalu berbisik-bisik, keduanya lalu berpencar ke kanan
kiri, keduanya membentak bersama: "Setan tua, kau ingin
mampus." ?"empat pukulantelapaktangan menggencet dari kiri
kanan kearah Ai-pong-sut.
"Serangan bagus." Seru Aipong-sut Thong cau, Ginkang
yang tinggi dikembangkan, hanya berkelebat sekali dia sudah
teri hindar dari gencetanpukulan kedua lawannya, kedua
tangannya membundar lalu ditepukan kearah kedua lawanGerakan yang enteng ternyata menimbulkan gelombang
pukulan yang dahsyat menggulung kearah jago-jago Hamping
kiong itu. Pukulan tiga pihak beradu dengan dahsyah. "Blang," Tubuh
Ai-pong sut limbung saja, tapi kedua jago Ham-ping kiong itu
tertolak mundur selangkah. Karuan tersirap darah mereka,
Tak nyana setan buntak ini memiliki Lwekang setangguh ini.'
Tanpa janji mereka beradu pandang pula lalu berpencar
pula mulai menyerang seCara berputar, maju mundur
bergantian, saling isi, kerja sama Cukup mantap dan serasi,
mereka bertahan lebih banyak. Namun juga melancarkan
serangan telak. Bahwa pukulannya kuat menandangi gabungan pukulan
lawan lega hati Ai-pong-sut, baru saja dia menyiapkan pukulan
selanjutnya, kedua lawan sudah bergerak dengan perobahan
permainan, untung Gingkangnya lebih tinggi, untuk berputar
dan bermain petak dia, yakin tidak akan kalah.
Tiga puluh jurus kemudian gerak tubuh mereka makin
Cepat dan tangkas, bayangan kelabu tampak seliweran
diantara dua bayangan hitam, selicin belut setangkas kera,
kecepatannya memang mengejutkan.
Ai-pong-sut perhatikan permainan lawan dia tahu kedua
orang ini sudah biasa berlatih dengan suatu rumus yang mirip
Liang-gi-tin hoat, bila berhasil menyelami seluk beluk
permainan mereka, lalu mendadak menyergap salah seorang
diantaranya serta merobohkan, sisa yang satu akan mudah
dibereskan. Tapi persoalannya terletakpada bagaimana dia menemukan
titik kelemahan permainan mereka,
Saat mana Ai-pong-sut sedang berkelit dan Bik-khong-ciang
yang dilontarkan laki-laki tinggi dari belakang, kakinya
menggeser kekanan, baru saja membalik badan hendak balas
menyerang, namun deru angin kencang sudah menerjang tiba
pula dari sayap kiri. Dia tahu orang tua gendut menyergap pula mumpung ad a
kesempatan, bila dia meluputkan diri darijurus serangan ini,
orang tua tinggi dibelakang tentu akan membarengi dengan
serangannya pula. Setelah menguasai situasi mendadak dia menjatuhkan
badannya ketanah lalu mengembangkan Te- tong-kui, seperti
bola menggelundumg dia menggelindang kedepan laki-laki
tinggi. Padahal lawannya ini sedang menerjang maju kedepan,
kedua tangan sudah siap menggempur, sungguh tak nyana
lawan tiba-tiba menyelonong tiba dari bawah, malah
kecepatannya mengejutkan. Saking kagetnya dia berusaha
mengerem dan mengendalikan tubuhnya yang terperosok
maju, namun Ai-pong-sut sudah berada di depan kakinya.
"Plak" keras sekali suaranya, tulang betis laki-laki tinggi telah
dipukulnya patah dan remuk. Ditengah jeritan yang
mengerikan tubuhnya terlempar setombak lebih. Saking
kesakitan-sekujur badan sampai menggigil.
Berhasil merobohkan la kl- laki tinggi Ai-pong-sut tidak
kenal kasihanpula, segera diaputar balik menggelundung
kearah laki-laki gendut pendek. Mendengar jeritan kawannya
sigendut ini sudah tahu gelagat jelek. untung dia lebih cermat
dan teliti, tanpa ayal segera dia kembangkan ketangkasan
gerak tubuhnya angkat langkah seribu.
Ai-pong-sut sudah menduga hal ini, sebelum orang
melangkah jauh, mendadak dia ayun tangan kanannya,
segulung sinar hitam meluncur dari tangannya. Laki-laki
gendut pendek itu ternyata licik dan licin, waktu membalik
tubuh dia sudah merogoh keluar sebutir Ling-hwe-tam. begitu
mendengar angin kencang mengejar dibelakang, kontan dia
ayun tangannya. "Daar," selarik cahaya api mendesis panjang
membumbung tinggi ke angkasa.
Sekilas Ai-pong-sut melengak oleh perbuatan lawanmerandek
sekejap inilah, lawan sudah melompat lagi sehingga
jaraknya mencapai belasan tombak. Betapapun cepat luncuran
pelor besinya, jarak belasan tombak tak mampu dicapainya
lagi, melihat musuh sudah lari jauh lekas dia menggapai
tangan, pelor besi ditariknya kembali.
Segera dia menghampiri laki laki tinggi dan membentak:
"Sahabat, kau harus tahu diri. Kehadiran Ham -ping-kiong
keselatan kali ini, kecuali bermaksud cari perkara dengan
Hong-lui-pang kita, pasti masih ada tujuan lainnya. berapa
banyak orang yang datang, bicaralah terus terang, Lohu pasti
tidak akan bertindak kasar kepadamu."
Laki-laki kurus tinggi menjengek dingin:
"Lohu sudah kecundang dan jatuh ditanganmu, mau bunuh
atau sembelih boleh terserah, aku pasti takkan mengerut
alis.Jangan harap kau bisa mengorek keterangan apapun dari
mulutku." Ai-pong-sut tersenyum, katanya: "Seorang laki-laki Harus
pandai melihat gelagat, apa gunanya kau keras kepaia, badan
tersiksa lagi, masih ada kesempatan untuk kau bicara, kalau
terlambat menyesalpun sudah kasep."
Lakl-laki tinggi hanya mendengus serta memejam mata.
Dengan tertawa Ai-pong-sut Thong cau berkata: "Baiklah,
coba kau rasakan bagaimarra kelihayan Siu-im-ni-meh." dia
ulur dua jari tangannya lalu menutuk dari bawah keatas di
berbagaHiat-to besar ditubuh orang terakhir dia menutuk Bing
bun-hiat. Semula laki-laki tinggi tidak merasakan apa- apa, dalam
hati dia membatin, siu-im-ni-meh bukankah sudah lama putus
turunan di Kangouw, selama hidup belum pernah dia melihat
apa lagi merasakan kelihayannya, apakah lawan sengaja
hendak menggertak dan menakuti aku, padahaldia tidak
memiliki ilmu tunggal yang keji ini. Menurut kabar yang
pernah didengarnya, bila tertutuk dengan cara yang disebut
diatas, sekujur badan akan merasa sakit dan tersiksa luar
biasa. Laki-laki beri hati baja juga akhirnya akan merintih menjerit
dan meronta. Kenapa dirinya tetap dalam keadaan biasa
setelah di tutuk. hal ini menambah tebal dugaannya bahwa
lawan hanya menggertak saja, maka sikapnya lebih tak acuh.
Disaat Ai-pong-sut menunggu hasil tutukannya yang bakal
kumat ditubuh orang, mendadak didengarnya lengking
panjang dari sebuah suitan tinggi datang dari arah gedung
besar sana. Suitan keras tinggi itu berulang kali dan makin
dekat jaraknya, volume suaranya juga makin keras dan kuat,
jelas pendatang ini memiliki Lwekang yang tangguh.
Ai-pong-sut menduga: "Mungkin karena tanda bahaya yang
ditimpukan laki-laki gendut tadi maka iblis tua itu terpancing
kemari." segera dia cengkram laki-laki tinggi serta dibawanya
lari kearah ngarai. Hanya sekejap ratus an tombak telah dicapainya, suitan
keras dibelakangjuga sudah berhenti, mungkin sudah tiba di
mana tadi Ai-pong-sut mengalahkan kedua lawannya.
Kebetulan Ai-pong-sut menemukan sebuah lobang dibawah
batu gunung, dia tutuk Hiat-to bisu tawanannya lalu melempar
laki laki tinggi ini kedalam lobang. Kali ini baru lakilaki tinggi ini
betul-betul merasa tersiksa. Sebetulnya meski sudah ditutuk
terbalik dari bawah keatas aliran darah dalam tubuhnya belum
bertolak balik, namun karena badannya dibuang dan
terbanting cukup keras, maka aliran darahnya seketika
bertolak mundur. Seketika napasnya sesak. jantungnya berdenyut cepat
seperti sekujur badan kesakitan seperti dirambati semut serta


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di grogoti, semula dia masih kuat bertahan sambil kertak
gigi..tak nyana makin lama rasa sakit makin menyiksa, seluruh
tulang badannya berkeretekan sepertHampir copot, keringat
berketes-ketes, sekujur badan menggigil lalu mengejang.
Melihat orang masih bandel tak mau merintih atau minta
ampun, makin membara gusar Ai-pong-sut, kakinya segera
melayang menendang tubuh orang dua kali, baru terlampias
rasa dongkolnya. Padahal derita sudah cukup kenyang dirasakan laki-laki
tinggi, saking kesakitan dia sampai kehabisan tenaga, maka
hanyamatanya saja yang bisa menatap tajam kearah Aipongsut
Thong cau. Karena ditatap tajam makin berkobar amarah
Aipong-sut, segera dia angkat tangannya hendak menampar
muka orang, mendadak dia ingat dirinya telah menutuk Hiatto
pembisu orang, tak heran orang tak mampu bersuara.
Lekas dia menepuk pantat orang membebaskan tutukannya
lalu berdiri disamping menunggu dengan sabar.
Walau tutukan Hiat-to sudah dibebaskan namun rasa sakit
dalam badan masih belum lenyap. sesaat lamanya dia masih
tidak mampu bersuara, hanya mulutnya megap-megap.
Hampir setengah jam lamanya baru laki laki tinggi ini, mampu
mengeluarkan suara dengan gagap dan lemah: "Tolong...
dulu...Hiat-... to... ku." lalu kepala menganggUk berulang kali,
gigipun bergemerutuk. keadaanmya amat mengerikan.
Ai-pong sut tertawa lebar, segera dia menepuk-tepuk
beberapa kali dibadan orang membuka tutukan Hiat-tonya.
Begitu tutukan dibuka aliran darah yang bertolak mundur
segera berhenti, rasa sakitpun mulai hilang, namun tutukan
siu-im-ni meh memang terlalu keji, sesaat lamanya dia masih
lemas dan takmampu bicara.
cukup lama kemudian baru dia bersuara lemah: "Setelah
tetirah sekian tahun lamanya, Ham-ping lojin membawa anak
buahnya hijrah ke Selatan dengan tujuan menegakkan
kembali kebesaran Ham-giok-ling dan merajai dunia
persilatan, tujuan pertama merangkul para sahabat Bulim
yang dahulu pernah diajak kerja sama, lalu dengan sekuat
tenaga menumpas Hong lui-pang dengan maksud membrantas
kawanan jahat dari membekuk pemimpinnya dulu. Hal ini
untuk melicinkan jalan dari rencana Ham-ping Lojin untuk
merebut Bulim Beng-cu yang akan diadakan di Ui-san-lunkiam
tak lama lagi. Kabarnya lima aliran besar yang lain sudah setuju adanya
gagasan ini, secara diam-diam mereka juga sudah menyiapkan
diri, mengundang berbagai pihak untuk menyergap dan
menggeroyok secara bergiliran, bila rencara sudah matang
akan langsung menyerbu ke Kwi-hun-ceng dan merebut
markas Honglui-pang."
Mendengar lima partai besar juga setuju melakukan
perbuatan yang melanggar kebenaran hendak menyerbu ke
markas besar, bukan kepalang gusar Ai-pong-sut, bentaknya
'Apa betul keteranganmu. '
Mendelik laki laki tinggi, katanya: 'Lohu salah seorang
Huhoat dari ham-ping-kiong, dikalangan Kangouw terhitung
seorang tokoh ternama, sampai di sini saja keteranganku,
mau percaya atau tidak terserah, kalau masih curiga boleh kau
menyiksaku lagi, Lohu tak kan bicara lagi." "
Sikap keras- kepala orang malah menimbulkan rasa simpati
Ai-pong sut kepadanya katanya dengan sikap sungguhsungguh:
'Saudara jangan salah paham, persoalan yang
menyangkut keruntuhan bulim begini kedengarannya amat
menusuk perasaan- Baiklah hal ini kesampingkan dulu, namun
sebagai musuh yang berhadapan, terpaksa aku harus bikin
susah kau lebin lama lagi, kuharap selanjutnya kau bisa
membedakan baik dan buruk, jangan membantu kejahatan
lagi, mengasingkan diri lebih baik untuk kelanjutan hidup
tuamu.' lalu dia tutuk pula beberapa Hiat-to ditubuh orang
serta menambahkan, 'tutukanku ini khusus, dalam lima tahun
jangan kau menggunakan banyak tenaga, akibatnya bisa
membuat urat nadimu pecah dan jiwa takkan tertolong. Lima
tahun kemudian akan sembuh sendirinya, dalam jangka lima
tahun ini jangan kau berusaha mengobati sendiri, akibatnya
biaa lebih fatal. Baiklah saudara sekarang boleh silakan.'
Laki-laki kurus tinggi menghela napas:
'Tak nyana Tiang pekssiang-boan dapat berkenalan dengan
sahabat seperti dirimu sebelum insyaf akan perbuatannya,
baiklah selama-gunung tetap menghijau, air terus mengalir,
kelak kita bertemu lagi.' lalu dengan tertatih-tatih dia
merangkak berdiri lalu melompat keluar dengan langkah berat,
kejap lain bayangannya telah lenyap ditelan kegelapanBaru sekarang Ai-pong-sut teringat bahwa laki-laki kurus ini
adalah Siu-boan Beng Liang, sementara laki-laki gendut itu
pasti Pui-boan Bun Tie- hiong. Sudah lama kedua orang ini
angkat nama, kungfu mereka berbeda dan memiliki
keunggulannya sendiri. Tak nyana mereka juga dirangkul oleh
Hamping-kiong, dari sini dapat dibayangkan bahwa jago-jago
kosen lainnya juga pasti, juga amat tinggi bukan dari golongan
rendah. Baru saja Ai-pong-sut hendak melompat keluar dari lobang
dibawah batu. Mendadak di dengarnya suara Ham-ping- lengmo
dikejauhan: "Bun-huhoat, sebetulnya berapa jauh tempat
kejadian tadi, kenapa hanya sekejap bayangan mereka sudah
lenyap, apa kau tidak salah arah."
Pu boan BunTlo-bong berkata serak:
"Kiong cu jangan kuatir, tadi memang betul di sini, pasti
tidak keliru, mungkin lawan mendengar suitan Kiong-cu lalu
lari menyembunyikan diri disekitar sini.'
Ham-ping- long- mo mendengus, katanya:
'Lekas bncar dan geledah tempat ini, jangan biarkan dia
lolos." Pui-boan mengiakan- Maka langkah kaki berpencar ke
berbagaipenjuru, suaranya jelas makin mendekat.
Karuan Ai-pong-sut berkeringat dingin, hatinya gugup,
pikirnya: "Tenagaku seorang pasti bukan tandingan Ham-pinglengmo, apalagi dikeroyok Puboan Bun Tlo-hiong pasti tak
kuat aku melawan mereka."
"Sebetulnya seorang gagah tak mau dirugikan didepan
mata, tapi dalam situasi. yang mendesak begini, jalan mundur
buntu, didepan ada musuh tangguh, jejakku pasti konangan,
lebih baik aku menyingkir saja secara untung untungan Yamyantam sudah kusiapkan, bila perlu bisa digunakan.
Sedikitnya seorang lawan harus kurobohkan lebih dulu."
sambil merogoh keluar kedua pelornya dia menggeremet
keluar mendekam dipinggir lobang siap bertindak bila musuh
muncul. Ham-ping leng mo bersama Pui-boanBunTlo hiong berjajar
sedang memeriksa sekitar dinding gunung dan kebetulan tiba,
didepan mulut lobang. Ai-pong-sut mengincar dengan tepat,
tanpa suara mendadak dia ayun tangan, dua jalur sinar hitam
melesat bagai panah kearah kedua orang ini.
Lwekang Ham- ping-leng-mo amat tinggi, mendengar angin
menderu dia tahu ada orang membokong, ditengah jengek
tawanya, lengan baju kanan mengebut, timbullah serangkum
angin puyuh membelit kedua sinar hitam itu.
Lekas Ai-pong-sut ulur tangan kiri serta menariknya sekuat
tenaga, syukur kedua pelornya masih sempat ditariknya. Tapi
keringat dingin sudah membasahi tengkuknya. Tapi pelor yang
lain masih tetap menyerang kearah Pui boanBun Tlo hiong.
Melihat sanjata rahasia menyambar tiba, jelas Bun Tlohiong
berkelit kepinggir, baru saja hendak balas menyerang,
ternyata senjata rahasia musuh yang sudah menyambar lewat
putar balik ikut membelok kekanan. "Duk" dengan telak
pundak kirinya terpukul, tulang pundaknya remuk ditengah
jeritannya dia terjungkal roboh sambil menggigil kesakitanDihadapannya lawan mampu melukai salah seorang
Huhoatnya, sungguh penasaran dan bukan kepalang gusar
Ham- ping- leng- mo. Mendadak dia mendesak maju
selangkah, tenaga disalurkan sepenuh dikedua tangan terus
menggempur kemulut lobang. Betapa dahsyat kekuatan
pukulan iblis tua ini, tampak gumpalan angin badai bergolak
sehingga selebar mulut lobang tersumbat. "Blum" ditengah
ledakan yang menggetarkan, batu besar diatas lobang itu
tergempur hancur dan runtuh menyumbat mulut lobang.
Ditengah taburan tanah dan batu, bayangan lawan ternyata
tidak kelihatan. Tengah Ham-ping- leng- mo berdiri bingung dan curiga,
mendadak disisi kiri didengarnya seorang bergelak tawa serta
berkata lantang: "Buat apa marah sebesar ini. Batu tak
berdosa kau pukul sampai Hancur, kelihatannya kau memang
perusak nomor wahid didunia ini. Ampun, ampun."
Setelah menimpukan kedua pelornya, mumpung lawan
berkelit tadi diam-diam Ai-pong-sut sudah menyelinap keluar.
Karena dia me ng god a dan mencemooh, karuan makin
berkobar ama rah Ham-ping- leng- mo, alia berdiri jenggot
bertebaran, matanya melotot, mendadak dia memba lik sambil
kirim pukulan pula kearah Ai-pong-sut.
Setelah bersuara Ai-pong-sut segera menyingkir, maka
disaat pukulan Ham-ping-leng-mo menerjang tiba, dia sudah
setombak lebih jauhnya diaebelah kanan.
Kembali terjadi ledakan keras diaertai batu danpasir
muncrat kemana-mana. Batu cadas di mana tadi Ai-pong-sut
bersembunyi telah dipukulnya pecah menjadi beberapa
potong. Hati Ai-pong-sut bersyukur dirinya lolos dari elmaut, namun
mulutnya masih usil. "Buat apa ngamuk. Lohu masih banyak urusan tiada tempo
meladanimu, sementara kutitip batok kepalamu. Selamat
bertemu." tanpa menunggu reaksi lawan, dia bersiul panjang
terus melompat jauh kedepanBaru saja siulannya berbunyi, dari arah depan takjauh di
sana tahu-tahu mendapat sahutap siulan yang lebih keras
seperti menjulang ke langit. Mendangar sahutan suitan
nyaring ini bersorak Ai-.pong-sut dalam hati dia tahu bahwa
Liok -Kiam-ping sudah berhasil menyembuhkan luka-luka
dalamnya. Segera dia tancap gas berlari kearah datangnya
suitan. Ham-ping-leng-mo sudah kebacut marah, mana dia
berpeluk tangan membiarkan lawan lari, dengan kesebatannya
tubuhnya berkelebat bagai segumpal asap mengejar dengan
kencang. Lwekang iblis tua ini amat tangguh betapapun tinggi
Ginkang Ai-pong- sut, mana mampu larijauh, hanya beberapa
kali lompat berjangkit, dia sudah melayang jauh ke depan Aipongslut serta mencegat didepannya.
Melihat lawan mampu mencegat jalannya, Ai-pong-sut juga
tidak banyak bicara, sambil kertak gigi dia ayun kedua tangan
menimpukkan kedua pelor besinya. Padahaljarak amat dekat,
kedua pelor itu ditimpukkan secara mendadak lagi, betapapun
tinggi Lwekang iblis tua ini takkan mampu llos. Tapi kenyataan
berbeda, baru saja pelor besi ditimpukan, iblis tua itu sudah
melompat minggir setombak lebih jauhnya.
Ai-pong-sutjuga tidak memberi kesempatan lawan, begitu
pelornya luput segera dia menggentak tangan memutar
lengan, seperti benda hidup saja, kedua pelornya itu
terkendali dengan baik, membelok arah terus mengejar kearah
bayangan Ham-ping-lengmo Kali ini Ai-pong-sut keluarkan
seluruh kemampuannya, maka kedua pelornya itu menderu
kencang laksana kilat menyambar.
Tapi Lwekang Ham-ping-leng-mo memang luar biasa dan
mengejutkan, mendangar pelor lawan mengejar dibelakang,
diam-diam dia kerahkan tenaga dikedua lengan, sedikit
menutul tubuh terapung sambil membalik, kedua lengan baju
dikebut menangkia kedua pelor. Thi-sin-sin-kang yang
melancarkan ini mengandang tenaga ribuan kati, betapa
dahsyat luncuran kedua pelor besi, ternyata berhasil
dikebutnya mumbul beberapa kaki lebih tinggi.
Hampir saja Ai-pong sut tidak kuasa mengendalikan kedua
pelornya, lekas dia menggapai tangan menarik balik kedua
pelornya. Tengah mencari akal bagaimana meloloskan diri dari
lib atan musuh. Deru angin keras tahu-tahu sudah menindih
tiba. Terutama hawa dingin yang teramat ganas telah melanda
tiba lebih dulu. Ai-pong-sut tahu Ham-ping-ciang iblis tua ini teramat
dahsyat bila kurang cermat menghadapi, salah-salah biaa
celaka dirinya. otak bekerja kaki tak berhenti, sekuatnya dia
kembangkan kelincahan tubuhnya, bagai kilat beruntun dia
melompat kekiri kanan sejauh dua tombak, Syukur jiwanya
Selamat. Namun napas Sedikit Sesak tubuh agak kedinginan.
Melihat pukulan kedua tangannya luput lagi Ham-ping lengmo
makin gusar, kedua lengan berputar Satu lingkar lalu
digentak pula kedepan, kini kekuatannya dipusatkan pada
Sejalur arus dingin menggulung kearah Ai-pong-sut. Perbawa
pukulan kali ini berlipat lebih hebat dari pukulan yang
terdahulu. Sudah tentu Ai-pong-sut tidak berani ayal, lekas dia
kembangkan gerak langkah berantai untuk menyelamatkan
jiwa, selicin belut dia berkiaar kian kemari melesat minggir.
Makin besar gusar Ham-ping-leng-mo, sambil menghardik
kalap kedua tangannya menepuk kearah Ai-pong-sut Thong
cau. Pada hal Ai-pong-sut Thong cau sudah kerahkan seluruh
kekuatannya baru berhasil menyelamatkan diri dari rangsakan
lawan, rasa kejut belum hilang, serangan dahsyat sudah
menindih tiba pula. Mau menyingkir sudah terlambat, terpaksa
dia mengelak pukulan telak lalu melontarkan pukulan
menangkis srempetan angin pukulan lawan- Sebat sekali dia
melejit kepinggir, kedua tangan mengerahkan setaker
tenaganya sambil kertak gigi memukul kearah angin pukulan
lawan yang menderu ketubuhnya.
Ditengah ledakan dahsyat tampak tubuh Ai-pong-sut Thong
cau menggelundang jatuh seperti bola lima kaki jauhnya,
darah mendidih dirongga dadanya, tubuhnyapun menggigil
kedinginan- Dia insaf Ham-ping ciang amat kuat dan jahat,
lekas dia kerahkan hawa murni, Syukur darah yang bergolak
berhasil ditekan dan dilancarkan kembali, diam-diam hatinya
girang karena dirinya tidak terluka Sedikitpun.
Mendadak didengarnya iblis tua membentak keras pula,
kedua tangannya terjulur lurus kedepan, kabut putih
merembes keluar dari telapak tangannya, tubuh bagian atas
melengkung maju, otot hijau dijidatnya tampak merongkol,
uap putih tampak mengepul dibatok kepalanya. Kejap lain iblis
tua menggentar kedua tangan. duajalur kabut putih


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menerjang keluar dari kedua telapak tangannya.
Ai-pong-sut sadar bahwa Ham-ping-leng-mo sudah
menyerahkan Hian-ping im-sat yang jahat beracun. Lekas dia
kembangkan pula kelincahan tubuhnya berlari sipat kuping.
Tak nyana gerakannya yang cukup kencang itu masih
diungguli kecepatan lawan- Baru saja tubuhnya meluncur
kedepan, tiba-tiba bayangan orang berkelebat didepan,
kembali Hamping-leng-mo sudah mencegat didepan- Terasa,
damparan arus dingin dantajam mengiria kulit sudah
mengurung dirinya. Jelas kali ini dia tidak akan selamat dari.
serangan Hianping-im sat.
Untunglah pada detik yang genting itu, dari a rah samping
mengh embus pula sejalur hawa hangat, berbareng bayangan
putih berkelebat didepan mata, hawa dingin seketika sirna
sepecti es batu ketimpah sinar mentari, tahu-tahu Liok Kiamping
sudah berdiri ditengah arena, wajahnya tampak kereng
gagah menatap iblis tua. Seperti diketahui Hawa dingin dari pukulan IHian-ping- imsat
sudah meresap ketubuh dan urat nadi Liok Kiam-ping,
kalau orang lain tentu jiwanya sudah ajal, Tapi Liok Kiam-ping
berulang kali mengalami periatiwa aneh yang menguntungkan
dirinya, bukan saja ilmu pengobatan sudah tinggi meski
keadaan dirinya sudah dalam sekarat terkena racun dinginnamun
diam-diam dia kerahkan Kui-sik tay-hoat, sekuat
tenaga dia menutuk urat nadi yang menembus keotak
sehingga hawa dingin beracun itu terbendang sampai dileher.
Waktu Ai-pong-sut membawanya kedalam lobang pohon
serta memberi Soat-lian dan menyalurkan kekuatan hawa
murni sehingga kasiat obat bekerja, segera dia samadi
menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya mengusir hawa
dingin yang menggangu tubuhnya, sementara itu Ai-pong-sot
memancing Tiang-pekssiang-boan ketempat lainDalam jangka setanakan nasi lamanya Liok Kiam-ping harus
berjuang mati-matian mengusir hawa dingin beracun dari
tubuhnya, untung dia menelan Soat-lian kadar racun telah
punah hawa dinginpun menguap keluar menjadi kabut putih
yang bergulung-gulung diatas kepalanya, lambat laun
wajahnya yang semula putih makin bersemu merah dan
akhirnya segar kembali. Akhir kali dia hanyutkan tenaga
dalamnya keseluruh badan siaa racun dalam tubuhnya
menguap lewat pori-pori menjadi keringat. Setelah tenaga
murni putar balik kedalam pusar terhitung dia selesai
menyembuhkan diri, baru saja dia berniat melompat turun.
Mendadak didangarnya siulan panjang yang menusuk kuping
dari arah ngarai pendek sana.
Mendangak siulan itu dia tahu bahwa Aipong-sut sedang
menghadapi bahaya, maka tanpa ayal segera dia kerahkan
hawa murni serta ditekannya keluar tenggorokan menjadi
siulan keras mengalun tinggi keudara hingga terdangar
cukupjauh. bagai selarik bayangan panah dia melesat kearah
ngarai. cepat sekali dia sudah tiba ditujuan dan kebetulan
menolong Aipong-sut dari bahaya Hiam-ping- im-s at.
Liok Kiam-ping kerahkan Kith-kong-put-hoay sin-kang
mendesak pergi kekuatan hawa dingin Hian-ping-im-sat.
Sedetik Kiam-ping tiba terlambat, Ai-pong-sut tentu sudah
binasa oleh serangan iblis tua.
Setelah pukulan lawan sirna, Liok Kiam-ping sempat
menoleh dan bertanya: "Bagaimana keadaan Tianglo
sekarang?" Melihat Liok Kiam-ping telah tiba segera Ai-pong-sui
melompat berdiri, serunya bergelak tawa: "Tidak apa-apa,
Losiu masih kuat menahannya. "
Ham ping-leng-mo sendiri merinding dibuatnya, batinnya:
"Entah setan atau manusia bocah keparat ini, jelas tadi dia
terpukul oleh Hian-ping im sat, tanpa obat buatan sendiri tak
mungkin sembuh, kenapa keadaan segar bugar malah."
Tengah iblis tua ini berdiri melenggong Liok Kiam-ping
maju dua langkah, katanya dingin: "Hian ping-im-sat sudah
kurasakan kelihayannya, ternyata hanya begini saja, kau
masih punya ilmu jahat apa lagi, boleh keluarkan saja, malam
ini kami Harus membereskan pertikaian ini." dengan tajam dia
tatap iblis tua. Mengkirik bulu kuduk Ham-ping-leng mo melihat Liok Kiamping
muncul dihadapannya tanpa kurang suatu apa, padahal
Hianping- im-sat merupakan ilmu pukulan jahat yang paling
dia andalkan sebagai modal gerakannya, ternyata terhadap
bocah yang satu ini tak manjur, belum ada dua jam pukulan
yang mengenai tubuhnya sudah dipunahkan- Entah bocah ini
tumbuh dari otot kawat balung besi atau sebagai robot baja.
Tapi kenyataan dia adalah manusia biasa, terdiri dari darah
daging pula, barusan juga dia saksikan sendiri orang
terhuyung melarikan diri, walau dibopong lari situa keparat itu,
pukulan beracun dingin itu jelas meresap ketubuhnya, kini dia
menjublak di tempatnya, benaknya tak habis mengerti,
sehingga pertanyaannya Liok Kiam-ping seperti tidak
didangarnya. Setelah dia beradu pandang dengan Liok- Kiam-ping baru
dia tersentak sadar. Padahal sebagai gembong iblis yang disegani dalam Bulim
kapan dia pernah bersikap linglung seperti barusan, melihat
rona muka Liok Kiam-ping yang serius Jantungnya berdebar
keras, tapi tak malu dia sebagai gembong iblis yang munafik,
segera dia merobah sikap. serunya bergelak tawa: "Kau baru
saja lolos dari telapak tanganku, syukur kau telah muncul,
agaknya belum kapok, biar sekarang kuantar jiwamu ke
akhirat." pelahan dia menggerakan kedua tangan sambil
menghimpun delapan bagian tenaganya terus mendera kearah
Liok Kiam-ping. Latihan Lwekang Ham-ping-leng-mo sudah lebih dari
enampuluh tahun, tokoh Bulim paling top sekarang yang
berani melawan sekali pukulannya beberapa gelintir saja.
Maka Hanya delapan bagian tenaganya, namun perbawanya
sudah mengejutkan. Damparan angin pukulannya menggulung
dahsyat seperti amukan badai saiju.
Liok Kiam-ping tidak menduga lawan melontarkan pukulan
tanpa memberi peringatan lebih dulu. Menangkis pukulan
lawan sudah terlambat, lekas dia menyingkir delapan kaki
kepinggir. Pukulan mengenai batu cadas dibelakangnya
sehingga menimbulkan ledakan dan getaran dahsyat.
Rasa benci terbayang dikedua alis Liok Kiam-ping, tangan
sudah dilandasi kekuatan siap menyerang, katanya
menyeringai dingin: "Siapa nyana gembong iblis terbesar aliran sesat yang
kenamaan juga pandai membokong, nah sambutlah
pukulanku." perlahan dia menepuk kedua telapak tangannya,
serangkum tenaga lunak mendorong kedepan- Semula seperti
tiada terjadi apa apa. Karuan Ham-ping-leng-mo keheranan:
"Mungkin bocah ini main licik" secara tak acuh dia
seenaknya saja dia tepukan sebelah tangannya menyongsong
gerakan Liok Kiam-ping. Tak nyana begitu dua pukulan saling beradu, tenaga
pukulan Liok Kiam-ping ternyata bertambah makin kuat,
terpaksa Ham-ping-leng-mo gerakan kedua tangannya sambil
menambah kekuatan pula, namun gempurannya ternyata
sirna. Padahal tenaga Liok Kiam-ping makin besar.
Ternyata Liok Kiam-ping menggunakan daya tempel,
pertama dia sedot kekuatan lawan serta dipunahkan lalu
mengerahkan tenvaga getaran menambah kekuatan pukulan
send iri untuk menekan lawanHam-ping-leng-mo segera tahu gelagat yang tidak
menguntungkan ini, lekas dia kerahkan setaker tenaganya
dikedua lengan, diapikir dengan enampuluh tahun latihan
Lwekangnya siap mengadu pukulan dengan Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping sudah merasakan kekuatan musuh amat
hebat, bila dia sibuk melawan, daya tempel susah
dikembangkan lekas dia kerahkan tenaga dalam dipusatkan
dipusar, kedua lengan mendadak menggentak keluar.
Timbullah amukan angin pukulan yang melanda kedepanBetapa besar keyakinan Ham-ping-lengmo terhadap
kemampuan sendiri. melihat serangan orang dia lantas tahu
bahwa lawan sudah menyerang dengan seluruh kekuatannya.
Mana dia berani ayal, ditengah gerungan geram diapun
kerahkan seluruh kekuatannya menepuk serangan lawanGempuran dahsyat kedua pihak kembali beradu. Ledakan
dahsyat menimbulkan pusaran angin lesus seperti tonggak
raksasa membumbung tinggi keudara, hawa sekitar
gelanggang seperti bergolak hingga menimbulkan deru yang
ribut, batu kerikil berlompatan, debu membumbung tinggi
keangkaSa. Lenyap Suara ledakan tampak Ham-ping-leng-mo menyurut
Selangkah kebelakang, jantungnya. berdetak lebih berat.
Sementara Liok Kiamping hanya limbung sedikit saja.
Sebagai orang tua dikalahkan anak muda, sudah tentu tak
terlampias amarah dan dangkol Ham-ping leng-mo. Benci dan
dendam bergelut dalam hatinya sehingga membakar sifat
liarnya. Sambil meraung gusar dia kerahkan dua belas bagian
tenaganya menggempur pula pada Liok Kiam-ping.
Karena lawan memiliki kekuatan tangguh, merupakan
lawan yang jarang dihadapi, maka Liok Kiamping
mengobarkan semangat tempur, waspada dan siaga pula,
kedua tangannya juga menyerang sekuat tenaga.
Seng-si-koan Liok Kiam-ping sudah tembus, kasiat Kiu-yatlanci menambah besar tenaganya pula, maka tenaga
dalamnya tak pernah terkuras habis, seperti sumber air saja
terus mengalir keluar. Betapapun tinggi latihan Ham-ping-leng-mo takkan kuat
mengisi tenaganya terus menerus maka dalam gebrak
permulaan ini, dia sudah kelihatan dipihak yang asor.
Setelah terjadi ledakan dahsyat pula, tampak tubuh Hampingleng-mo yang tinggi besar itu terlempar lima kaki
jauhnya. dadanya tampak turun naik dengan keras, darah
hampir saja menyembur dari mulutnya. Untung Lwekangnya
tinggi. sedikit kerahkan hawa murni pulihlah keadaannya. Tapi
dia berdiri menjublek oleh perbawa pukulan Liok Kiam ping.
Berhasil mengalahkan lawan gairah semangat tempur Liok
Kiam-ping, lawan tidak diberi kesempatan ganti napas. Sambil
menggerung rend ah dia mendesak dua langkah, dua tangan
beruntun bergerak. sekaligus dia lontarkan tiga belas jurus
pukulan. Sekali bentrok Ham-ping-leng-mo dipukul mencelat
mundur, kali ini mana berani dia menangkia, lekas dia
kembangkan keliucahan gerak kakinya yang ajaib, berkiaar
sambil berputar menyingkir, tubuhnya selincah burung camar
mengarungi gelombang samudra. dan tak mau roboh meski
keterjang ombak. tubuhnya selulup diantara samberan
bayangan pukulan, sekaligus dia balas menyerang denganJaigiokciang sebanyak sebelas jurus.
Liok Kiam-ping kembangkan Leng-hi-pou-hoat sampai
puncaknya, tubuhnya melayang bagai asap. jago kosen
sekalipun juga sukar mengikuti gerak geriknya.Jadi kedua
pihak lama bergerak cepat dan menyerang secara kilat, tipu
lawan tipu, jurus menandingi jurus, seranngan datang dari
posisi dan a rah yang tak mungkin dilakukan orang biasa.
Pertandingan jago kosen umumnya hanya mengadu
kecepatan dan bagusnya tipu serangan, setiapjurus tak boleh
dilancarkan sepenuh hati, begitu melihat lawan siap
menyambut atau menangkis serangan, segera harus merobah
dengan serangan lain, maka kedua bayangan mereka mundur
maju, berkutet lalu berpencar, kelihatannya seperti dua
bayangan kelabu s a ling gubat menjadi rangkaian rantai yang
mengambang diudara. Hakikatnya sulit diikuti pandengan
mata bagaimana mereka turun tangan.
Bahwasannya mereka menggunakan ilmu tingkat tinggi
yang serba gaib, cepatnya gerakkan laksana kilat dengan tiputipu
yang mematikan lawan, perbawanya laksana gugur
gunung, maka lima tombak sekeliling gelanggang ditaburi
debu dan daon-daon kering, hawa tertekan dan terkekang
hingga menimbulkan suara letupan lirih.
Pertempuran kali ini memang berlangsung secara
mengejutkan, sekejap saja seratus jurus telah dicapai.
Satupihak berjuang demi mencaci bersih dan menegakkan
nama perguruan, menuntut balas dendam leluhur. Pihak
lawannya bertempur demi mempertahankan gengsi ratusan
tahun sebagai gembeng ibits dari aliran sesat.
Makin bertarung makin sengit, makin kaiap dan beringas,
akhirnya bayangan mereka tidak kelihatan lagi.
Mendadak "Blang" bayangan kedua orang tampak terpental
mundur. Bolamata Liok Kiam-ping setajam api las menatap
lawannya. Rambut ubanan Ham-ping-leng- mo tampak awutawutan,
mukanya beringas, dadanya turun naik, mungkin
dalam adupukulan barusan, tidak kecil kerugiannya, rasa benci
dan penasaran menggejolak seperti ingin menelan Liok Kiamping
bulat-bulat. Kekalahan inijustru membakar sifat buas dan
liarnya. Lwekang dikerahkan, suara bentakan dilontarkan oleh
dorongan tenaga pusar, begitu kedua lengan membundar,
dengan kaiap dia menepuk kearah Liok Kiam-ping. Arus besar
laksana letusan gunung melanda dengan amukan dahsyat.
Walau berulang kali mendapat rejeki besar, Lwekang Liok
Kiam-ping sekarang sudah maju pesat dantangguh, namun
menghadap arus pukulan sehebat ini baru pertama kali ini,
maka dia tidak berani lena sedikitpun. Maka tenaga murni
yang sudah dipersiapkan segera dilontarkan melalui kedua
telapak tangannya yang menyongsong pukulan musuh.
Pukulannya ini bukan keras dan deras, namun sebaliknya
lunak dan lembut. Kelihatannya daya pukulannya itu lunak tak bertenaga,
namun begitu kedua pukulan saling bentur, ternyata timbul
daya tahan yang kuat, ulet dan mengandung daya tolak yang
kokoh menahan arus pukulan lawanSetelah terjadi ledakan dahsyat yang menggoncang
bumipula, arus hawa berputar keras yang meliputi setombak
luasnya bergulung-gulung membumbung makin tinggi
keangkasa, pinggir arus berputar itu mengeluarkan suara
gesekan yangmenusuk telinga..
Tertolak oleh daya membal benturan keras ini Ha m-pinglengmo tergetar mundur satu langkah baru berdiritegakpula,
tubuh Liok Kiam-ping hanya bergontai sekali.
lblis tua itu tahu bahwa tenaga dalamnya kalah dibanding


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lawan, meski dirinya mengumbar sifat liar dan kejamnya,
ternyata tak berani mengadu kekuatan lagi. Tapi umpama
sudah kebacut naik kepunggung harimau, memangnya apa
yang bisa dia lakukan kalau tidak bertempur mati-matian,
sekilas dia menenangkan pikiran, akhirnva dia bertekad bulat,
diam-diam Hian-ping-im-sat dikerahkanpula, dia sudah
berkeputusan mengadu jiwa pada gebrak terakhir, dengan
Liok Kiam-ping. Hati Liok Kiam-ping lega bahwa dirinya tetap lebih unggut
sedikit, dilihatnya bola mata lawan jelilatan, wajahnya
menampilkan rona serius, maka dia tahu saking malu iblis tua
ini gusar dan hendak mengamuk. akan melontarkan serangan
jahat yang terakhbir, maka diapun sudah kerahkan Kim-kongputhoay-sin-kang siap-siaga.
Dalam sekejap tubuh Ha m-ping-leng mo sudah dibungkus
oleh kabut putih, kedua telapak tangannya dari merah
berobah putih seperti es, mengkilap dan tembus cahaya,
ditengah gerungannya, dua jalur as ap putih sebesarpipa
ledang timbul dari telapak tangannya melesat dengan
kecepatan yang makin kuat. Lima kaki menjelang mengenai
tubuh Liok Kiam-ping, ternyata daya luncurannya makin keras
lagi seperti kilat cepatnya.
Untung Liok Kiam-ping sudah siap. kalau menghadapi
serangan mendadak sekeras ini, hendak kerahkan tenaga
menangkis juga mungkin terlambat. Tap itak pernah
terbayang olehnya bahwa Ham-ping leng-mo membekal
lwekang sehebat ini. padahal Hian-ping-im sat adalah sejenis
ilmu yang sukar diyakinkan dan berbahaya bagi yang
meyakinkan, tapi olehnya berhasil dilatihnya hingga mencapai
taraf yang setinggi ini, Karena serangan memang teramat
hebat, meski sudah mengerahkan ilmu sakti melindungi tubuh,
sedikitpun dia tidak berani lena, selturuh perhatian dia
curahkan untuk menghbadapi serangan lawan sambil balas
menyerang.. Dengan desing suara yang melengking tajam dua jalur arus
putih itu meluncur ke depan Liok Kiam-ping namun dalamjarak
dua kaki, seperti tertahan oleh dinding baja yang tidak
kelihatan, asap yang bulat berputar ituseketika buyar
berpencar keempat penjuru, sirna tak berbekas.
Ham-ping-leng- mo tahu Liok Kiam-ping memiliki ilmu sakti
pelindung badan, namun dia yakin Hian-pin-im-sat adalah ilmu
sesat yang paling ganas didunia ini, apalagi ilmu Sakti
pelindUng tubuh bekerja mengandal tenaga latihan yang
dipupuk secara kokoh dari dasar permulaan, sedikitpun tidak
boleh dipaksakan, apalagi mengingat usia lawan masih muda,
apapun takkan kuat menahan damparan serangan sekuat
tenaga darinya yang bertubi-tubi. Diam-diam hatinya lega dan
keyakinan makin berkobarpula.
Maju selangkah pula dia kerahkan pula tenaga menambah
dua bagian pukulannya. Maka jalur asap yang semula sebesar
pipa ledang kini tambah besar lagi dalam sekejap seiring
dengan geraknya maju selangkah, jalur asap itu juga
mendesak satu kaki lebih dekat ketubuh lawan.
Liok Kiam-ping sudah tahu iblis tua ini bertekad adu
kekuatan dan melontarkan serangan terakhir sebelum tenaga
habis, Iekas dia konsentrasikan segala pikiran dan semangat,
tenaga dikerahkan pula untuk melandasi pertahanan ilmu
saktinya sambil berusaha mencari akal bagaimana
mematahkan serancan musuh.
Hian-ping-im-sat sudah dilancarkan menurut kemampuan
Ham- ping- leng- mo. kedua telapak tangannya ganti berganti
menggempur, hawa putih yang remang-remang itu bergolak
mengurung dua kaki disekitar tubuh Liok Kiam-ping.
Sambil melawan Liok Kiam-ping membatin: "Adu kekuatan
tenaga dalam yang diyakinkan secara gaib seperti ini
sedikitpun tidak boleh mengharap keuntungan, tapi Harus
betul-betul berdasarkan ketrampilan yang ada, iblis tua ini
tidak segan menguras seluruh kesaktiannya ingin adu jiwa
dengan aku, berapa lama dia kuat bertahan dalam
mengerahkan tenaga simpanannya, akhirnya juga pasti
kewalahan sendiri, lebih baik aku bertahan secara ketat saja,
bila ada kesempatan baru balas menyerang." maka
perhatiannya dia tumplek untuk mengembangkan ilmu
saktinya. Satu jam kemudian, tepukan kedua tangan iblis tua
ternyata makin kendor sendiri kelihatannya gerak tangannya
tidakpernah kendur, tapi setiap harus ganti napas maka
pukulannya sudah kelihatan berat.
Setengah jam lagi, bukan saja tepukan kedua tangannya
kelihatan berat, malah kelihatan gemetar pula, namun dia
tetap kertak gigi menyerang dengan sengit.
Melihat waktunya sudah tiba, senakin tebal keyakinannya,
tenaga tetap disalurkan melawan serangan lawan- Beberapa
kejap lagi perbawa serangan Hian-ping-im-sat iblis tua itu
sudah makin lemah, hawa putih yang bergolak itu juga makin
buyar, kecepatannya juga menurun.
Kini tiba lah saatnya Liok Kiam-ping tidak menunda waktu
lagi, segera dikerahkan seluruh kekuatannya. Kim-kong-puthoaysinkang bekerja maksimal, tiga langkah dia mendesak
maju sehingga tekanan hawa putih dari pukulan lawan
terdesak mundur dan buyar lebih cepat.
Didesak oleh aksi Liok Kiam-ping yang mendadak ini, Hampingleng- mo menjadi kelabakan dan mundur pontang
panting, sekuat tenaga dia bertahan sehingga kedua kakinya
amblas tiga dim kedalam tanah, sekujur badan menggigil,
keadaannya sudah amat berbahaya.
Disaat Liok Kiam ping angkat tangan memukul ke arah
lawan dengan sekuat tenaga, tampak segumpal angin deras
laksana badai menerjang iblis tua. Padahal Ham-ping leng-mo
sudah tidak punya tenaga ak mampu melawan,jelasjiwanya
bakal amblas oleh pukulan hebat ini.
Pada saat genting itulah, lambaian pakaian orang terdengar
makin dekat, lima bayangan orang meluncur turun dari udara
berdirijajar, sepuluh tangan kontan menggempur ke arah Liok
Kiam-ping. Ledakan adupukulan kali ini tidak sedahsyat tadi, namun
akibatnya menimbulkan puluhan arus hawa yang semrawut
keberbagai penjuru sehingga hawa seperti dipecah belah.
Itulah akibat perlawanan Liok Kiam-ping seorang melawan
pukulan lima orang sekaligus.
Memangnya Liok Kiam-ping membenci cara tempur lawan
yang main keroyok. melihat yang datang ini adalah jago-jago
kosen Ham-ping-kiong, makin berkobar amarahnya, ditengah
serangan dinginnya, dia putar kedua lengan terus menepuk
lurus ketengah, yang d linear adalah laki-laki yang berdiri
ditengat diantara lima orang yang baru datang. Saking murka
pukulan menggunakan sepenuh tenaga.
Kelima jago kosen Ham-ping-kiong itujuga pandai menilai
keampuh an pukulannya, tak berani mereka melawan,
serempak berlompatan minggir keempat penjuru sebagai jago
kosen sudah tentu gerak-gerik mereka amat tangkas, begitu
menyingkir lantas balas memukul pula.
Belum lagi pukulan Liok Kiam-ping dilontarkan sepenuhnya,
pukulan lawan dari berbagai jurus itu sudah menerjang tiba
pula karuan amarahnya memuncak. Sambil bersiul rend ah dia
jejak kedua kaki sehingga tubuhnya terbang mumbul, Ginkang
tingkat tinggi dengan gaya Eng-swa-kiu-coan dari Leng-hipouhoat dikembangkan tubuhnya terbang laksana seekor
garuda berputar diudara. Dimana dia menggubat kedua
tangan dengan gerakan membunder, jurus Liong hwi kiuthianpun
dilancarkan seiring dengan tubuh yang menukik
kebawah, yang ditubruk adalah salah satu jago kosen Hampingkiong. Wi-liong-pit kip merupakan ajaran tunggal warisan jaman
kuno, bukan saja sakti dan dijaya, pada jaman ini yakin tiada
bandingan. Bayangan telapak tangan menggugus gunung dari
atas mengurung bayangan tubuh jago Ham-ping-kiong itu
belum sempat melihat gaya apa serangan yang mendera
kearah dirinya. pundak kiri sudah kena pukulan- "Plak"
tubuhnya yang tinggi mencelat lerbang setombak tingginya
"Bluk" terb anting keras diatas tanah, Tulang pundak remuk
sudah kesakitan ketambah tubuh terb anting lagi, karuan sakit
ditambah sakit. Keringat dingin gemerobyos. Lengan kirinya
lemas semampai tak bergerak jelas sudah cacat seumur hidup,
Memangnya Liok Kiam-ping sudah kebacut murka, sejurus
berhasil merobohkan seorang musuh, nafsunya makin
berkobar, lawan takkan diberi ampun lagi. bagai naga
mengegos badannya sebat sekali dia menyelinap ke kiri
menubruk seorang jago kosen Ham ping kiong lagi, "
Empat jago Ham-ping kiong yang lain sudah tentu
meningkatkan kewaspadaan begitu Liok- Kiam-ping bergerak,
mereka segera melompat menyingkir tiga tombakjauhnya.
Karena tubrukannya luput makin berkobar angkara murka Liok
Kiam-ping, dia pikir kalau urusan disini tidak lekas dibereskan,
bila bala bantuan Ham-ping-kiong datang lebib banyak, walau
tidak perlu takut, tapi akan lebih banyak memeras keringat
Ditengah kurungannya, dia salurkan seluruh kekuatannya
berputar badan dengan mendadak dia menubruk kearah
kanan. Ling-hi-pou juga ajaran orang sakti jaman dahulu,
begitu Liok Kiam-ping kerahkan kekuatannya, maka
tubrukannya ilu cepatnya melebihi kilat menyambar, maka
jago Ham-ping kiong yang dijadikan sasaran itu menjadi
gelagapan karena sebelum sempat dia melompat mundur
musuh sudah menubruk tiba seraya menyerang dengan jurus
Liong-hwi-kiu-thian. Sebelum otak jago Ham-ping-kiong ini bekerja, sebelum
timbul keinginan melarikan diri, "Blang" tahu-tahu
punggungnya sudah kena pukulan telak, tanpa mengeluarkan
suara darah kontan menyembur dari mulutnya, tubuhnyapun
mencelat terbang setombak jauhnya. "Bluk" kepalanya
menumbuk batu hingga pecah beri hamburan, jiwa seketika
melayang, Sudah tentu giris tigajago Ham-ping-kiong yang lain,
namun melihat kawan sendiri ajal secara konyol meski jeri,
tapi sifat setia kawan membaur dendam mereka, apalagi
mereka insaf kalau tidak melawan juga akhirnva pasti akan
menjadi korban lebih konyol, maka niat melarikan diri semula
sudah mereka buang jauh, satu sama lain saling memberi
tanda, dari tiga orang ini lantas merubung maju. Disamping d
end am membara merekapun berjuang demi Hidup sendiri
maka serangan serempak ini dilancarkan dengan nekad dan
lihay. Hal ini benar-benar diluar dugaan Liok Kiam-ping, karena
disergap secara mendadak, dia terdesak mundur dan
sementara mengembangkan kelincahan tubuhnya, dengan
leluasa masih mampu dia meluputkan diri dari serbuan ketiga
lawam. Tapi ketiga jago Bulim ini memiliki kepandaian tunggal
yang tinggi, gabungan serangan mereka yang berbeda, bukan
saja kerja sama dengan baik dan serasi, juga ketat dan rapat,
terutama kekuatan gabungan mereka amat mengejutkanTiraikasih
Website Ling-hi-pou dikembangkan, Liok Kiam-ping berlompatan
diantara samba ran pukulan ketiga lawannya, kepandaiannya
masih cukup berkelebihan melawan keroyokan tiga musuhnya,
tapi dalam waktu dekat sukarjuga dia balas menyerang.
Setengah jam lamanya, serangan ketiga orang ini tidak
menjadi kendor, tapi malah makin sengit. Seumpama seorang
nekad mengadujiwa, sepuluh orangpun susah melawan,
apalagi tiga orang mengeroyok sekaligus.
Liok Kiam-ping menjadi gelisah, pikirnya: "Bertempur lebih
lama, kalau aku tidak lancarkan sergapan lihay, tentu sukar
mengalahkan mereka, tapi dalam dua jurus sukar merobohkan
sekaligus, waktunya jelas tidak menguntungkan dirinya.
"Dasar otaknya encer, sambil melawan dan menangkis.
hatinya merancang cara bagaimana mematahkan serangan
musuh. Mendadak dia tertawa panjang, gerak permaianannya
berobah, tenaga murni dipusar dikerahkan kedua tangan siap
dilontarkan- Dengan landasan kekuatan tenaga dalam sendiri
satupersatu dia akan merobohkan lawan- Langkahnya ini
memang lebih berat, makan tenaga namun lebih baik dari
pada me ngulur waktu. Setelah berketetapan segera dia mempercepat gerakan
tubuh, kedua tangan terpentang kekanan kiri. "Wut, Wut dia
memukul mundur dua lawan yang menyergap dari samping
menyusul berputar sambil membalik tubuh, dengan kecepatan
tinggi kedua tangan memukul maju kedepan.
Terdengar seorang mengerang tertahan, tubuh seorang
mencelat dua tombakjauhnya, roboh untuk tidak bangun lagi.
Barusaja Liok Kiam-ping hendak lancarkanpulajurus
mematikan, mendadak hardikan kalap kumandang dan sosok
tubuh secepat kilat menerjang dari depan dan belakang.
Seperti diketahui lwekang Ham-ping-leng-mo memang
amattangguh, walau mengadu pukulan menguras tenaga
dengan Liok Kiam ping karena bernafsu melancarkan Hianpingim-sat, tapisetelah memperoleh peluang beriatirahat,
lekas sekali kondisinya sudah pulih sebagian besar. Sebagai
bangkotan silat yang berpandengan tajam, tahu mengadu
kekuatan dirinya takkan bisa menang, untung kelima orangnya
menyusul tiba pada waktunya hinggajiwanya selamat. Apalagi
melihat anak buahnya satupersatu d ig any a ng oleh pemuda
lihay ini, sudah luluh semangat tempur
Sambil samadi menyembuhkan luka dalam nya, dia
perhatikan perkembangan diarena, bila perlu dia akan
bertindak memungut keuntungan- Diluar sadarnya perb uatan
liciknya ini sudah diperhatikan juga oleh Ai-pong sut dari
samping, sudah tentu orang tidak berpeluk tangan.
Setelah Liok Kiam-ping mengembangkan ilmu silatnya
meroboh kan lagi tiga jagonya,
seketika dingin perasaan iblis tua. Diam-diam membatin:
'Kalau tidak menyingkir sekarang, nanti bisa celaka diriku."
mendadak dia berputar terus menjejak kaki meluncur balik
kearah datangnya tadi. Melihat gembong iblis ini merat tanpa hiraukan
keselamatanjiwa anak buahnya yang menolong nyawanya,
gusar Ai-pong-sut bukan kepalang, sambil menghardik dia
melompat jauh mengejar. Liok Kiam-ping melenggong oleh kejadian diiuar dugaan ini.
Kuatir keselamatan Ai-pong sut terancam dibawah tangan
Ham- ping-leng-mo, tak sempat melukai musuh segera, dia


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengudak dibelakang kedua orang. Sebagaijago wahid, sudah
tentu kejar mengejar berlangsung amat cepat dan seru,
kecepatan mereka susah dibayangkan.
Tiga bayangan kelabu yang tidakjelas bentuknya seperti
meteor jatuh meluncur dalam arah yang sama.
Liok Kiam-ping sudah kembangkan Ling-hi-pou, lamb at
laun baru dia merasa sedikit unggul, namun karena dia
bergerak paling akhir, makajaraknya dengan Ham-pinglengmo
tetap dua puluhan tombak. Tapi beberapa kali lompat
berjangkit, dia menarikjarak lebih dekat beberapa tombak, kini
berjajar dengan Ai-pong sut.
Aipong-sutjuga memiliki Ginkang yang dibanggakan,
seumur hidup kapan dia pernah dikalahkan orang, baru
sekarang setelah terjadi lomba lari. baru dia takluk lahir batin.
hatinya tidak habis memuji. Demikian pula Liok Kiam-ping
amat kagum dan memuji dalam hati. Mereka beradu pandang
lalu tersenyum ewa. Pada saat itulah, bayangan didepan mendadak berkelebat,
jejak iblis tua mendadak lenyap dari pandangan mata. Waktu
mereka mengudak tiba ketempat itu, dicari kian kemari, tetap
tidak menemukan jejaknya Gunung belukar sunyi senyap tiada
bayangan Seorangpun. Liok Kiam-ping membanting kaki mengeluh gegetun, pada
hal dUrjana besar itu sudah dalam cengkraman tangannya,
bila tersusul yakin dirinya mampu mengalahkan dia dan
membekuknya, sayang dalam sekejap ini musuh berhasil lolos
tak karuan parannya. Aipong-sut juga kertak gigi saking murka, hampir saja dia
mencaci maki. Syukur dia lebih berpengalaman dan tabah,
setelah amarahnya reda dia berpikir dengan kepala dingin.
sejenak berpikir, akhirnya dia tertawa katanya: "Daerah
pegunungan yang penuh jurang dan batu cadas begini, pasti
ada jalan tembus kelain tempat, iblis tua itu lebih apal daerah
ini dan sementara sembunyi di sini. pasti tak bisa larijauh,
marilah kami periksa sekali lagi, menurut pendapatku.
persoalanterletakpada batu-batu yang semrawut ini, atau ada
lorong bawah tanah."
Memangnya Liok Kiamping kehabisan akal, maka dia mulai
memeriksa dengan cermat. Mereka putar balik mulai
pencarian dari pinggir jurang sebelah sana. Batu-batu runcing
dalam bentuk yang beraneka ditengah hembusan angin
gunung yang kencang. cukup lama mereka meneliti setiap
jengkal tanah disekitar mereka, namun tidak menemukan
tanda-tanda apapun. Mendadak Ai-pong-sut bersuara heran perlahan lalu
dirogohnya keluar sebutirpelor besinya, sambil jongkok dia
mengetuk tanah dibawah kakinya beberapa kali, Ketukannya
ternyata menimbulkan gema hampa didalam bumi, seketika
girang hatinya, dia kira dugaannya tidak meleset, maka sambil
setengah jongkok tangannya terus bekerja mengetuk tanah
hingga kebibir jurang, sampai disini tak bisa maju lebih jauh.
Ai-pong-sot bimbang sejenak. dia tahu kunci persoalan ini
pasti berada ditengah dinding jurang, namun sukar
menemukan mulutnya, sekitarnya tiadajalan untuk turun
kebawah, cara satu-satunya hanya melompati ngarai pendek
mencari jalan keluarnya digunung belakang, waktu dia
mendongak dinding gunung yang curam disebrang tegak
menembus mega, jangan kata tiada tempat berpijak
burungpun sukar hinggap di sana.
Tengah dia menepekur, Liok Kiam-ping sudah berdiri
disamping kanan, setelah mendapat penjelasannya, dia
menimang-nimang, yakin dirinya mampu bekerja dengan
tersenyum dia berkata: "Tianglo tunggu saja di sini, biar aku
mencobanya." tanpa menunggujawaban Ai-pong-sut, dia
mulai bergaya mengerahkan hawa murni lalu menggember
pendek. ujung kaki menutul tubuhnya segera melejit mumbul
setinggi sepuluhan tombak mendadak kedua tangannya
menggaris, dua kaki memancal, tubuhnya lantas rebah datar
ditengah udara berputar satu lingkar, kakinya sempat menutul
dinding gunung dibawah ngarai, sehingga tubuhnya mumbul
lagi lebih tinggi. Terbang berputar ditengah udara, begini Hanya
berlandaskan kekuatan tenaga murni dari pusar, tidak boleh
mengg na kan tenaga kasar, namun gaya permainannya ini
paling juga hanya dipraktekkan sembilan kali puta ran dengan
Ling hi-pou sebatas taraf tertinggi. Untuk naik lebih tinggi lagi
jelas tidak mampu. Dalam lokasi genting seperti ini kecuali Liok Kiam-ping yang
punya kemampuan luar biasa begini, siapapun takkan
mungkin melesat terbang diudara, orang lain jangan kata
mempraktekkan, mencoba pun pasti tidak berani. Ai-pong sut
biasanya teramat bangga dengan Ginkang sendiri, melihat
demontrasi Ginkang Liok Kiamping, disamping kagum dia
takluk lahir batin. Sementara itu beruntun Liok Kiam-ping sudah berputar
sembilan kali, dikala tubuhnya sudah hampir melampaui
ngarai curam itu, disaat tenaga murninya sudah hampir habis,
kedua lengannya menggaris sambil menekuk ping gang
hingga tubuhnya berputar arah dan hinggap dengan ringan
dibibir jurang, bila dia menunduk melihat betapa dalam jurang
dibawahnya, tanpa merasa mengkirik bulu kuduknya.
Waktu dia membalik kedalan memandang kearah ngarai
sebelah sana, hatinya diam-diam bimbang: "Daerah ini
merupakan hutan belantara. mustahil dapat menemukan
sebuah rahasia dibawah tanah. Kalau bertolak balik rasanya
penasaran, dendamperguruan dua puluh tahun kapan baru
akan terbatas." Urusan sudah terlanjur sejauh ini, apapun harus
mencobanya. Segera menjejak kaki tubuhnya meluncur bagaipanah
kearah hutan dibawah bukit sana, kakinya menutul enteng
diantara dahan-dahan pohon, gerakan tubuhnya indah dan
cepat. Hanya beberapa kali lompatan dia sudah berada
ditengah hutan belantara. Selayang mata memandang, la utan
pohon menghijau ini tak berujung pangkal, padahal
sekelilingnya sepi lengang. Yang terdengar hanya deru angin
lalu saja. Liok Kiam ping menerawang sejenak. dia bertekad tanpa
masuksarang mana mampu menangkap anak harimau, maka
dia berkeputusan untuk menjelajah setiappelosok hutan ini,
ingin dia tahu kemana iblis tua itu menyembunyikan diri.
Menyusuri kaki gunung dia terus mencari ke arah barat,
dengan dia meneliti keadaan daerah yang dilalui, namun tiada
sesuatu apapun yang ditemukan.
Tiba di ujung barat dia membelok arah keselatan, allu
membelok pula menuju ke tengah hutan- sekonyong-konyong
suara keresekan yang perlahan berkumandang dari dalam
hutan di sebelah bawah. Lwekang Liok Kiam ping tinggi, mata kupingnya tajam,
daon terbang dalam jarak sepuluh tombakpun disa
didengarnya dengan jelas, maka suara keresekan dalam hutan
di dengarnya dengan diam-diam dia tersenyum lega.
Maju belum ada sepuluh tombak. mendadak desing suara
ramai dalam arena lima tombak melaju kearah dirinya, ratusan
batang anak panah melesat ke atas dari dalam hutan- Untung
sejaktadi dia sudah meningkatkan kewaspadaan, kaki menutul
pucuk pohon, tubuhnya terapung di udara. Kedua lengan
bajuna menari kencang, hujanpanah itu berhasil dirontokkan
berhamburan. Hujanpanah ternyata cukup keras dan kerap. gelombang
demi gelombang sampai sepuluh kali. Bukan saja keras dan
bidikannya rapat dan banyakjumlahnya. Padahal Liok Kiamping
terapung di udara, menghadapi brondongan panah ini,
mau tidak mau dia melengak heran juga. Untung dia
berkepandaian tinggi, nyalinya besar, tenang dan tabah,
sedikit kerahkan tenaga tubuhnya agak merandek, kaki kanan
menjejak kaki kiri, maka tubuhnya melambung lebih tinggi tiga
tombak. Bidikan panah yang lebat dan banyak itu menyambar
dari bawah kakinya Dibrondong panah sebanyak itu, gusar Kiam-ping bukan
kepalang, ditengah udara dia menekuk pinggang hingga
tubuhnya berputar arah serta membalik setengah lingkar,
dengan gaya indah tubuhnya melayang tujuh tombak
kepinggir. Tak nyana baru saja kakinya menutul pucuk pohon,
brondongan anakpanah yang deras dan lebat menyerbu
dirinyapula. Hakikatnya musuh tidak memberi kesempatan dia
ganti napas. Karuan Liok Kiam-ping murka sekali, meski tahu dirinya
sudah terkepung musuh, namun apa boleh buat, sambil
bersiulpanjang tubuhnya melejit mumbul pula, secepat kilat
tubuhnya melayang delapan tombak. Kali ini dia tidak berani
ayal, ditengah udara dia berputar tubuh sehingga tubuhnya
melesat keluar lingkaran yang dapat dicapai bidikan panah.
Sebagai orang pintar, sudah tentu dia tidak mau dijadikan
sasaran bidikan panah melulu, sekilas hatinya berpikir, dia
bertekad untuk membekuk pimpinan barisan pemanah lebih
dulu, mumpung tubuhnya melorot turun mendadak dia
kerahkan tenaga, tubuhnya yang menukikturun mengincar
bagian pohon yang tidak begitu lebat dahannya menerobos
kebawah. Aksi Liok Kiam-ping ini agaknya diluar dugaan musuh,
bayangan orang segera berpencar melarikan diri. Liok Kiam
ping sudah incar beberapa lalu melontarkan pukulannya,
jeritan dan jeritan menyayat hati, beberapa orang roboh
binasa oleh pukulan jarakjauhnya.
Baru saja Kiam-ping hendak mengudak kearah lain,
mendadak dari empat penjuru di dengarnya suara ledakan
keras, menyusul asap dan jago merah tampak menyala besar
membumbung keangkasa. Ditengah kepulan asap tebal dan
berkobarnya sijago merah beruntun terdengar pula beberapa
kali ledakan, bunyi kayu dijilat api menjadikan suasana amat
ribut dan gaduh. Liok Kiam-ping tahu gejala tidak menguntung kan, lekas dia
melompat naik kepucuk pohon- Selayang pandang, betapapun
tinggi Kungfunya melihat apa yang terjadi, seketika mengkirik
hatinya, seketika dia menjublek tak bergerak.
Ternyata empat penjuru hutan disekitar dirinya tengah
ditelan sijago merah, angin menghembus kencang lagi,
sehingga amukan sijago merah makin besar dan merambat
cepat ketengah. Ditengah kepulan asap tebal tercium bau
belirang dan minyak bakar, tak heran api menjalar begitu
cepat. Menyaksiltan keadaan ini Liok Kiamping yakin dalam waktu
satu jam hutan belantara ini pasti Habis terbakar, Mengejar
hidup sudah menjadi kodrat setiap manusia., apalagi pemuda
sepandai Liok Kiam-ping, sudah tentu dia tidak berpeluk
tangan menunggu ajal.. Syukur dalam setiap keadaan gawat Liok Kiam-ping selalu
dapat menggunakan otaknya dengan dingin, sekilas
menerawang keadaan, seketika tersimpul senyuman lega di
wajahnya. Mendadak dia mencabut Liat-jit-kiam, sekali lompat dia
terus berlari terbang kearah utara. Beberapa kali lompatan dia
sudah tinggal lima tombak dari daerah kebakaran. Sigap sekali
Liat-jit-kiam ditarikan, dahan-dahan pohon dibabatnya runtuh,
robohnya pohon-pohon raksasa itu menimbulkan suara
gemuruh ditengah kobaran api. Entah berapa banyak pohonpohon
raksasa itu berhasil di robohkan Liat-jit-kiam, dia
sarungkanpula, dengan tenaga raksasanya, dahan-dahan
pohon itu dia lempar ketengah kobaran api.
Dengan sendirinya daerah di mana pohon dibabatnya roboh
menjadi tanah lapang seluas beberapa bau, maka jago merah
yang mengamuk melalap pepohonan berhenti diluar kalangan
lapang an- Akan tetapi asapnya yang tebal cukup membikin
Liok Kiam-ping sesak napas dan kepanasan lagi.
Lekas Liok Kiam-ping duduk bersimpuh ditengah tanah
kosong itu, dia mulai kerahkan Kim-kong-put-hoay sin-kang,
tiga kaki disekeliling tubuhnya hawa panas dan asap tebal itu
tersibak mundur, seperti tertahan oleh dinding baja yang tidak
kelihatan- Suara gemuruh lambat laun menjadi reda dan akhirnya
berhenti, hanya kepulan asap saja yang masih kelihatan- Sang
waktu terus berjalan, tanpa terasa hari sudah terang tanah.
Waktu Liok Kiam-ping bukamata, baru dia sadar fajar telah
menyingsing, berarti semalam suntuk dia terkepung ditengah
kobaran api, betapun tangguh Lwekangnya, tak urung dia
merasa kelelahan juga, semula dia berniat samadi memulihkan
tenaga, namun dia kuatirkan keselamatan Ai-pong-sut Thong
Cau, mungkin orang menunggu dengan gelisah, mungkinjuga
mengalami kesulitan, namun dia juga tahu dirinya masih
berada di daerah berbahaya, lena sedikitpun tidak boleh.
Setelah dia menyelesaikan latihan pernapasan, terasa
semangatnya sudah pulih, baru saja dia menggerakan langkah
hendak berlalu. Mendadak diluar hutan didengarnya langkah
orang yang ramai, makin lama makin keras seperti menuju
ketempat Liok Kiam-ping. Didengarnya seorang bicara dengan serak seperti bunyi
gembreng: "Entah kenapa cong-tangkeh seperti makin
penakut, dalam lautan api sebesar ini, besi baja juga lumer,
umpama keparat itu memiliki kepandaian setinggi langitjuga
takkan kuat menahan kobaran api, coba lih at pohon sudah
hangus, batupun menjadi bubuk.jangan kata manusia
binatang buas sampai semut sekalipun tiada yang bisa
selamat, kenapa kita disuruh meriksa kemari kukira bocah itu
tinggal abu tulangnya saja, apakah tidak sia-sia perjalanan
Hikmah Pedang Hijau 14 Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung Pendekar Lembah Naga 25

Cari Blog Ini