Ceritasilat Novel Online

Hong Lui Bun 22

Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 22


yang menari diudara, apalagi Kim coa ciang terkenal
keampuhannya di Bulim, dilandasi tenaga dalam yang sudah
dilatihnya puluhan tahUn, permainan la near dan deras,
perbawanya memang menciutkan nyali lawan- Ditengah
berkelebatnya sinar emas disertai angin keras, memberondang
dari atas keseluruh tubuh Bok-bin-sin po.
Dikalangan Kangouw Bok-bin-sin-po termasukjago lihay
yang disegani, ilmu tinggi Lwekang tangguh, dia terkenal
bertangan gapah hati telengas, tiada musuh yang selamat
ditangannya. Selama dua puluh tahun entah berapa banyak
kejahatan yang dilakukan, maka kaum persilatan di Tlonggoan
tidak sedikit yang ingin mengganyangnya, maka dia
menyembunyikan diri dan mengasingkan diri di Lo-hu-kiong di
Lam-hay. Kali ini dia ikut sang Suheng kembali ke Tlonggoan dengan
harapan dapat menegakkan wibawanya pula dengan Lwekang
yang diyakinkan serta ilmu tongkat yang makin sempurna. Tak
nyana dia kebentur dengan Kim-ji-tay-beng, lawan tangguh
yang terkenal tidak mau kompromi dengan musuh, celaka lagi
lawan memiliki Ginkang luar biasa sehingga permainan
tongkatnya mati kutu. Belum ada tiga puluh jurus mereka bertarung, Bok-bin-sin
po sudah merasapayah dan kecapaian, putaran tongkatnya
terasa berat dan makin lambat, keringat sudah membasahi
tubuh. Saat itu dia menghindari serangan Kim-ji-tay beng
yang dilontarkan dari udara, tubuhnya menjorok maju
selangkah, tongkatnya bergerak dengan jurus Ui-liong-hoansi
(ular sanca membalik tubuh), mengikuti gerak tubuh yang
berputar tongkatnya mengepruk kepund Kim-ji-ta y- b eng .
Keprukan tongkatnya mengeluarkan deru angin, betapa
besar tenaganya karena serangan luput, mendadak tongkat
lawan sudah menyerang pundak dari sis i kiri, Kim-ji-tay-beng
mend eng us dingin, kedua kaki memancal, diudara tubuhnya
berputar kencang seperti roda, telapak tangan kiri sempat
menekan ujung tongkat lawan, sehingga daya pukulan tongkat
lawan tertahan, berbareng tangan kanan yang sudah dilandasi
tenaga menyapu miring kekanan.
Baru setengah jalan serangan tongkat Bok-bin-sin.p
mendadak tongkatnya tertahan, padahal tubuhnya belum lagi
terbalik, telapak tangan kanan lawan sudah menindih turun
pula.Jelas dia takkan bisa terhindari dari serangan lawanUntung pengalaman tempurnya cukup luas,
perlawanannyapun gigih, tahu tongkatnya terlalu berat untuk
diputar balik untuk menolong juga terlambat, terpaksa dia
bertindak nekad melepaskan tongkatnya, begitu tongkatnya
jatuh ditanah, sigap sekali dia memutar tubuh terus memukul
dengan kedua tangan- "Blang" tubuh Kim-ji-tay-bong hanya tertolak naik sedikit,
kebetulan dia harus ganti napas karena tenaga murninya
sudah habis, maka dengan enteng dia anjlok turun- Karena
secara reftek menghadapi serangan tak terduga sehingga
tangkisannyapun gugup, Bok-bin-sin-po tergetar mundur tiga
langkah baru berdiritegakpula.
"Nenek bawel," seru Kimjit-tay-beng bergelak tawa, "rasa
kan lagi pukulanku.' Sebelum lawan menjawab, kedua tangan
terpentang dengan mengembangkan Kim-soa- ciang dia
menubruk majupula. Bayangan telapak tangan yang ceplokceplok
emas itu memberondong gencar dari bagian sudut
yang tidak terduga. Pucat muka Bok-bin-sin.p rasa kejut belum hilang, kini
dirabu lagi oleh pUkulan lawan, mana berani dia melawan
secara keras, lekas dia g una kan gerakan khusus dari
perguruannya. Hu-keng-klng-ing-pou secara tangkas dia
bergerak ditengah samberan pukuian lawan dalam waktu
dekat masih kuat dia bertah an.
Dibabak lain Ai-pong-sut Thong cau yang melawan Lo-hu
sin-kun merasa payah dan beratpertarungan mereka tidak
kalah s eng it. Lwekang mereka seimbang, kedua nya memiliki
Ginkang istimewa lagi, maka gerak gerik mereka dalam
kecepatan yang luar biasa sehingga mirip duajalur
asappanjang yang b erg elut secara ketat, hakekatnya sukar
membedakan bayangan mereka.
Aipong-sut adalah Tianglo satu-satunya dari hong lui-pang
yang masih hidup, tekadnya menuntut balas dendam
perguruan yang sudah terbenam dua puluh tahun lama nya.
Seorang lagi adalah gembong persilatan yang menjagoi
kalangan Bulim di Lam- hay, diapun bertarung mati-matian
demi mempertahankan kebesaran namanya yang telah
dibinanya puluhan tahun. Hanya sekejap keduajago kelas
wahid ini telah beri hantam lima puluh jurus. makin lama
gerak gerik mereka makin cepat laksana setan, setiap gerakan
kaki dan tangan disertai kekuatan yang hebat sehingga
terkadang mereka berpencar untuk saling tubruk lagi.
Mau tidak mau Ai-pong-sut. Berpikir: "Lo hu sin-kun
merupakan lawan tertangguh yang pernah kuhadapi selama
hid up, kalau berjalan terlalu lama, pertempuran ini kapan
berakhir, kalau tidak menggunakan akal, celaka kalau aku
berlaku lena." diam-diam diperhatikan permainan lawan serta
mencari daya upaya untuk mematahkan serangannya.
Makin beri hantam Lo-hu-sin-kun juga tersirap darahnya,
usianya juga sudah amat lanjut. namun dengan kekuatan
lwekang yang diyakinkan lebih dari setengah abad ternyata
tak berhasil mendesak lawan, kalau tidak menggunakan ilmu
jahat simpanannya, jelas sukar dia mencapai kemenangan.
Serta merta kedua kakinya menjejak bumi, tubuhnya melejit
ke udara, pinggang ditekuk tubuh berputar, laksana kilat
menubruk tubuh dengan menukik sepuluh jarinya tertekan
laksana cakar, gaya tubrukannya mirip elang menerkam kelinci
kiranya dia sudah kembangkan Hwei eng-sha-cap lak-sek, ilmu
andalannya yang sudah terkenal.
Tiga puluh enamjurus pukulan elang ini dilandasi tenaga
dalam dan Ginkang yang tinggi, bila sudah dikembangkan
lawan takkan diberi, kesempatan balas menyerang. Sebaliknya
bila permainan dihentikan setengah jalan awak sendiri bis a
terancam bahaya karena timbulnya aliran sungsang dalam tub
uhny a sehingga melukai isiperut sendiri, maka sekali pukulan
sudah dilancarkan, maka dia pantang mundur dan berhenti,
kalau lawan tidak roboh maka diri sendiri yang akan
terjungkaL Selama hidup baru dua kali Lo-hu-sin-kun
menggunakan ilmunya ini, disamping ganas pukulan ini
memang teramat kejam. Saat mana tubuhnya menubruk kebawah serangannya
laksana kilat lawan dibendung oleh keseb atan gerak
tangannya, Disamping Ginkang tinggi Lwekang Ai-pong-sut juga
tangguh, pengalaman tempurnya luas, tapi selama hidup juga
baru sekali ini dia menghadapi permainan seperti ini, karuan
dia keripuhan gugup, Untung Ginkang nya tidak kalah
dibanding lawan, secara nekad dengan seluruh kekuatan dia
berkelit syukur selamat, namun nya liny a sudah ciut, ha nya
tiga jurus makin dilawan keadaannya makin terdesak. Namun
makin tua jahe makin pedas, setelah beruntun mengalami
bahaya, ternyata perlawanannya makin mantap dan akhirnya
tersimpul dalam benaknya akal untuk mematahkan
serangannya. Ternyata kelihayan tiga puluh enamjurus pukulan elang ini
terletak pada serangkaian serangan yang dilancarkan dari
tubrukan di udara secara berantai gerak tubuh juga lincah dan
tangkas sehingga lawan terdesak keripuhan. Tapi untuk
menubruk kebawah, setiap kali Harus ada senggang waktu
yang sama, dan untuk mempertahankan tubrukan menukik ini,
cuma gaya tubrukannya itu tidak boleh keburu nafsu dan
terlalu rend ah, maka serangannya selalu mengincar seputar
kepala, pundak dan dada atau punggung pokoknya diatas
perut. Setelah tahu rahasia permainan lawan Ai-pong-sut tertawa
dingin. Mendadak dia menjatuhkan diri terus mengembangkan
Te-tong kui, kaki dan sikut bekerja, tubuh berputar sekencang
roda bergelundungan kian kemari.
Akal yang digunakan melawan musuh oleh Ai-pong-sut
memang membuat Lo-hu-sinkun bingung dan mati kutu,
karena jarak kedua pihak menjadijauh, betapapun gencar dan
telak serangannya juga susah mencapai sasaran lagi. Setelah
menubruk turun naik beberapa kali lagi, hatinya menjadi tidak
sabar, maka serangan mencengkeram dia robah menjadi
tepukan dengan kekuatan pukulan telapak tangan dia hendak
memukui lawan muntah darah, Padahal menubruk dari udara
harus berulang kali berputar danjungkir balik diudara.
sementara Te tong-kui adalah ilmu tunggal Ai-pong-sut Thong
cau yang belum pernah diajarkan kepada siapapun, maka
permainannya sekarang justru leluasa. Perkembangan justru
menjadikan kedua lawan setanding ini bertarung dalam
kedudukan sama kuat juga.
Jian-li-tok-heng dan Tay-bok-it-siu adalah musuh
bebuyutan, sejak muda mereka sudah sering labrak
permainan lawan sudah terlalu apal, mereka tahu dalam
jangka pendek tak mungkin merobohkan lawan, maka serang
menyerang dilakukan dengan setengah tenaga, maka
permainan mereka tidak begitu tegang malah. Lawan
menyerang segera dipatahkan dengan jurus lihay,
memangnya permainan mereka tiada yang dilancarkan
sepenuh tenaga, seperti main perak saja mereka serang
menyerang silih berganti, tidak layak kalau dikata mereka
adujiwa, lebih mirip kalau mereka sedang latihan.
Padahal mereka juga mengkonsentrasikan pikiran,
kelihatannya bertempur secara santai, namun benak mereka
tidak pernah mengabaikan kesempatan, bila ada kesempatan
ingin mereka merebut peluang untuk meroboh kan lawan,
maka kedua lawan itutiada yang berani lena.
Lima puluh jurus telah lewat, mendadak Tay-bok-it-siu
menghardik permainan telapak tangan juga berobah laksana
hujan derasnya, dia memberondong sengit, ternyata dia
bertekat melancarkan Loh-ce-ciang -hoat yang mempunyai
keistimewaan menjatuhkan lawan, perobahan pukulan bintang
jatuh initeramat ruwet, serangan kilat betapapUn cUkup
membuat lawan gUgup, Jian li-tok-heng takpernah memandang remeh permainan
lawan, serangan ini tidak membuatnya jeri, ditengah tawa
dinginnya, dia kerahkan tenaga ditumitnya, Ginkang nya yang
tinggi dikembangkan sepenuh tenaga, laksana burung burung
camar yang menerobos gelombang badai ditengah samudra
raya. bira ada peluang, pukulan kilatnya balas menyerang.
Berkat keuletannya, perobahan mulaiterjadipada permainan
mereka, semula kedua orang ini bermain secara lambat dan
santai seperti berlatih saja, mendadak terjadi adu kecepatan
dengan serang an, kilat sehingga sukar dirasakan dengan
jurus apa lawan menyerang.
Dengan Kim kong put-hoay-sin-kang yang digdaya Liok
Kiamping melawan Hian-ping-im-sat, kedua pihak sudah
menguras b any a k tenaga, namun Liok Kiamping, ha nya
bertahan tidak pernah balas menyerang, sudah tentu
keadaannya lebih mending, walau Hamping Lomo kerahkan
seluruh kekuatannyajuga tak berhasil mendesak lawan, maju
setengah langkahpun tidak mampu.
Diam-diam Liok Kiam-ping menerawang pertempuran, dia
insyaf dalam waktu singkat musuh sukar ditundukan, terpaksa
dia pergencar tenaga pertahanan sambil memperhatikan
permainan lawan- Dia menduga Ham-ping Lomo pasti punya
jurus lihay yang mematikan belum dilontarkan, padahal
jiwanya yang jahat dan banyak akalnya pernah kecundang
lagi, kalau tiadapun bekal yang meyakinkan tak mungkin dia
berani meluruk ke sini Hendak adu jiwa lagi. '
Melihat Hian-ping-im-sat tak mampu menundukkan lawan,
sementara tenaga sendiri makin terkuras malah, keringat
sudah basah dijidatnya. Sebagai jago kawakan silat yang licik,
dia juga tahu kalau pertempuran bertahan seperti ini terus,
padahal tenaga sendiri hampir habis, bila Liok Kiam-ping balas
menyerang, dirinya mana kuat melawan. Mumpung masih
kuat dan lawan masih bertahan, lekas dia merobah
permainan- Ditengah loroh tawanya dia mundur serta menarik balik
serang an Hian-ping-im-sat. lalu menyurut mundur tiga
langkah. Dengan bekal Lwekangnya yang tangguh, ha nya
memejam mata sebentar sambil mengatur napas. tenaga
dalamnya sudah pulih sebagian besar, semangat besar.
Mendadak dia bergerak dengan Bit-cong-pau-hoat, secara
aneh dia menyelinap maju sambil angkat kedua telapak
tangan memukul kearah Liok Kiam-ping. Pukulannya ini
mengunakan delapanpuluhprosen kekuatannya. begitu
dahsyat perbawanya lima tombak sekitar gelanggang seperti
disapu badai lalu. Dia pikir lawan masih muda, betapapun keuletannya tak
sekuat dirinya, bila disergap secara lihay, jelas takkan kuat
melawan gempurannya. Kenyataan justru terbalik dari perhitungannya.
Melihat iblis laknat ini menarik pukulan Ham-ping-im-sat,
Liok Kiam-ping menduga lawan akan melancarkan serangan
gelombang kedua yang lebih keji, mumpung lawan
mengkonsentrasikan diri, lekas diapun mengerahkan
kekuatannya siap menyambut.
Bila pukulan lawan dilancarkan, Kiam-ping mendengus
geram, tenaga pusar dikerahkan, tenaga dalam sudah
disalurkan kedua lengan, kaki, sepasang kuda-kuda, lutut
setengah tertekuk tubuh mengendap turun, Kiam-ping juga
kerahkan delapan puluh prosen tenaga nya menyongsong
pukulan lawan. "Glegar." ada pukulan dahsyat ini menimbulkan pusaran
angin lesus yang membumbung ke angkasa. cukup lama baru
keadaan mereda. Liok Kiam-ping tergentak mundur selangkah,
darah hampir tumpah dari mulutnya. Sementara Ham-ping
Lomo terjengkang dua langkah, kakinya melesak satu dim
kedalam tanah, sekuatnya dia bertahan supaya darah segar
yang sudah hampir menyembur ditelannya lagi.
Sungguh tak pernah terbayang dalam benak Ham-ping
Lomo, dengan tenaga latihan hampir sepertiga abad, ternyata
dirinya tetap bukan tandingan pemuda didepannya ini.
Sungguh hatinya lebih sedih, lebih pilu dari pada mati
seketika. Betapapan Cerdik pandai otaknya, tapi dirangsang
oleh amarah yang tak terkendali, sehingga kesadarannya


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hilang. tak terpikir lagi bahwa dirinya sudah terluka dalam
meski ringan- Dengan melotot gusar dia membentak: "Kuraci,
rasakan lagi pukulan Lohu."
sebetulnya Liok Kiam-ping juga kagum akan pukulan Hamping
Lomo yang dahsyat ini, belumpernah dia melawan musuh
setangguh ini, melihat orang menyerang dengan berang, tak
ayal Kiam-ping kerahkan tenaga balas menyerang dengan
sepuluh bagian kekuatannya.
"Plak" laksana letusan granat yang menggoncang bumi.
Tubuh Ham-ping Lomo yang gede tinggi terlempar delapan
kakijauhnya, dengan lunglai roboh terkapar ditanah. Darah
mengalir deras dari mulutnya, jelas tidak ringan luka
dalamnya. Liok Kiam-ping tertolak mundur tiga langkah tubuh nya
sempoyongan, darah sudah menyembur ketenggorokan, lekas
dia menarik napas lalu menelannya pula. Dengan bekal
Lwekangnya sekarang, luka-luka ini sebetulnya tidak menjadi
Halangan baginya, sekali terjang dia mampu menambah sekali
pukul menamatkan jiwa lawan- Tapi sebagai seorang ksatria,
pemuda berjiwa pendekar seperti Liok Kiam-ping tidak sudi
melakukan perbuatan kotor dan hina, kalau dia mau sepuluh
Ham-ping Lomo juga saat itu sudah amblas jiwanya.
Hanya satu tekadnya, yaitu mengalahkan musuh secara
jantan, biar orang mengaku kalah lahir batin- Mumpung iblis
tua itu bersamadi menyembuhkan luka-luka dalam tubuh nya,
Liok Kiam-ping juga kerahkan hawa murninya untuk
menyembuhkan luka ringannya. Disamping Lwekangnya
tinggi, diapun menguasai ilmu pengobatan, setelah hawa
murninya berputar satu lintasan, rasa sakit danpegal
ditubuhnya sudah tidak terasa lagi.
Sementata itu Ham-ping Lomo sudah membuka mata,
dilihatnya Liok Kiam-ping masih berdiri tegak didepannya
tanpa bergerak. senyum menghias wajahnya, seketika
mencelos hatinya. Betapapuan licik dan licin hatinya, dalam
keadaan seperti dirinya dia hanya menghela napas rawan dan
gegetun- Sebetulnya Liok Kiam-ping sudah tidak ingin meneruskan
pertempuran, namun terbayang akan dendam perguruan yang
tertunda duapuluh tahun, darah mulai mendidih pula dalam
benaknya, sambil angkat alis dia menyeringai: "Dendam dua
puluh tahun yang lalu di Tay-pa-san tentu masih segar dalam
ingatanmu, cayhe mewarisipesan leluhur, belumpernah
melupakan sakit hati ini, sejak dahulu hutang darah dibayar
dengan darah, hari ini aku harus menuntut hutang darahmu."
Ham-ping Lomo menyengir sadis, katanya: "Lohu akan
mengabulkan keinginanmu, namun belum pasti kau mampu
menagih hutangku dulu." suaranya ren ah dan sumbang.
Mendengar suara orang yang bergetar, Liok Kiam-ping tahu
luka dalam orang teramat parah, bahwa orang masih nekad
melawan seperti binatang yang mengamuk dalam perangkap.
namun kemenangan yakin dipihak dirinya. maka Kiam-ping
tertawa ejek. katanya: "cayhe sih terserah saja, apa
keinginanmu boleh kau katakan saja. Iblis tua aku akan
memberi keadilan kepadamu."
Ham-ping Lomo insaf situasi sekarang menyudutkan
dirinya, luka dalamnya Cukup parah, tenaga juga sudah
banyak terkuras, meski sekuatnya dia masih mampu
mengendalikan kondisi badan dengan mempertaruhkan
keperkasaan dirinya sejak puluhan tahun yang lalu, kalau tidak
bis a mengalahkan musuh, sungguh hati amatpenasaran.
Maka timbul satu tekad dalam benaknya yaitu mengadujiwa.
syukur bisa gugur bersama.
otaknya secara kilat sudah memperoleh akal bagaimana dia
harus menghadapi lawan, ditengah seringainya dia tertawa
terkial-kial, suaranya membuat orang merinding. Belum lenyap
gema tawanya, dengan kecepatan yang luar biasa mendadak
Ham-ping Lomo mengembangkan kedua lengan, disaat
tubuhnya meluncur dengan tubrukan harimau kedua
tangannya terangkap didepan muka terus menggempur
dengan seluruh kekuatannya kepada Liok Kiam-ping.
Setombak sekitar gelanggang, udara seketika membeku,
rasa dingin membuat siapa pun menggigil. Agaknya Ham-ping
Lomo sudah kerahkan Ham-ping ciang dengan sisa tenaganya.
Betapapun tinggi Lwekang Liok Kiam-ping, dia tersirap kaget
oleh perbawa serang an lawan-Untung otaknya cerdik, sebat
sekali dia kembangkan Ling hi-pou, sekali berkelebat dua kali
lompatan, seperti layar berkembang perahu laju ditengah
hembusan angin lalu, dengan Wi-liong- ciang Liok Kiam-ping
siap balas menyerang. Kali ini dia tidak mengejar keuntungan,
dia harus mengalahkan musuh bangkotan ini dengan tenaga
asli kepandaian sejati. Kedua orang ini sama-sama jago paling top didunia saat ini,
masing-masing membekal kepandaian hebat yang tiada
taranya, mereka saling merebut kesempatan untuk
merobohkan lawan, sungguh merupakan pertempuran
yangjarang terjadi. Sementara itu Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay dengan
permainan Pat kwa-ban-seng-to yang disertai permainan tinju
kiri menghadapi duajago Ham-ping- kiong. Semula
permainannya yang lihay masih mampu mengimbangi
serangan kedua lawan, namun tiga puluh jurus kemudian,
permainannya sudah diselami musuh, maka mereka lebih
banyak menyerang dari pada bertahan- Lima puluh jurus
kemudian, keadaannya sudah terdesak dibawah angin, untung
dia memiliki tenaga kuat, dalam waktu dekat masih mampu
mempertahankan diri. Si gede Siang Wi dengan kekebalan tubuh nya mengamuk
dengan Nu-kang-cap-pwe-bak, murid-murid Lo-hu- kiong
dihajarnya kocar kacir, tanpa kenaltakut dia terjang sana hajar
sini. Karuan murid-murid Lo-hukiong lari berpencar
menyelamatkan diri. Hal ini justru membuat riang si gede,
sambil tertawa besar dia berkaok-kaok: "Hei sahabat, kenapa
lari, perlahan sedikit, tunggu aku." Hayo gebrak lagi tiga ratus
jurus," "dengan langkah lebar dia mengudak orang-orang
Lohu-to yang melarikan diri.
Mendadak dua orang membentak bersama: "Keparat,
jangan pongah, lihat serangan-" empat jalur angin pukulan
melanda dari ka nan kiri.
Si gede tidak peduli apakah lihay, mendadak dia putar
tubuh sambil menyerampang dengan pentung besinya.
Penyerangnya adalah duajago kosen Ham-ping- kiong. Melihat
si gedepunya tenaga raksasa, mana mereka berani menangkis
tongkatnya, namun mereka juga tahu permainan tongkat
orang sederhana, ditengah jengek tawa mereka, empattelapak
tangan mendadak ditarik sambil menggeser kaki berputar,
kembali mereka menyelinap kekanan kiri lawan- Sekarang
pukulan dirobah tutukan, dua jari mereka serempak menutuk
Jian-kin-hiat dipundak. Melihat serangan lawan tidak menerbitkan angin, si gede
memandang enteng, tanpa berkelit tangannya malah terbalik,
dengan jurus Lam-king-goat-bak mendadak menjojok
kesebelah kiri. Terasa pandangan kabur, bayangan orang
disebelah kiri tahu-tahu sudah lenyap. Maka Jian-kin kiat
dipundak kirinya dengan telak terkena tutukan lawan- Tapi dia
hanya merasa sedikit linu dan gatal, seketika dia tertawa geli,
katanya: "Kalian sudah tua bangka, bukan bini mud aku,
kenapa main gelitik segala.
Ucapannya yang lucu menggelikan lagi, karuan kedua jago
Ham-ping-kiong itu malah tertawa terpingkel-pingkel.
Mulut bicara ternyata kaki tangan si gede tak pernah
berhenti, tapi sikapnya jelas agak simpatik terhadap jago
Ham-ping- kiong disebelah kiri, maka pentungnya lebih sering
menyerang lawan disebelah kanan, kali ini dia kerahkan
tenaga hingga pentungnya menderu keras.
Ginkang kedua jago Ha m-ping- kiong jauh lebih tinggi,
maka mereka berkelit kian kemari seperti kucing
mempermaikan tikus, meski mereka sering diserang, tapi si
gede tak mampu menyentuh pakaian mereka. apalagi mereka
lebih berpengalaman, kerja sama dengan baik lagi, lama
kelamaan si gede merasa pusing sendiri.
Dengan Te tong-kui Ai-pong-sut Thong cau menghadapi
tiga puluh enam jurus pukulan elang Lo-hu-sin-kun, makin
lama perbawanya makin kentara. Walau dia tidak mampu
balas menyerang, tapi dalam kelincahannya dia bergerak. Lohusin-kun yang meng emb a ngkan pukulan elang itu lama
kelamaan merasa lelah dan kehabisan tenaga. Maklum,
pukulan elang sebanyak tiga puluh jurus ini Harus, dilancarkan
secara berantai tak boleh teri hambat, supaya lawan kececar
dan terdesak tak mampu balas menyerang. Padahal daya
serang nya tidak boleh terlalu kendor dan sasaranpun tidak
boleh rend ah, kalau harus menyerang secara beruntun tubuh
nya harus mumbul turun berulang kali, putaran tubuhnyapun
tak boleh berhenti. Diantara tenggang waktu d is a at dia turun naik itu, Aipongsut dengan kelincahan tubuhnya sedang bergulingan
kearah lain bebas dari sasarannya.
Karena itu betapapun licin permainan Lo-hu-sin kun,
merobah tepukan menjadi cengkraman atau tab as an tetap
tak mampu melukai Ai-pong-sut Thong cau. Pada hal tiga
puluh enamjurus sudah hampir habis, namun Ai-pong sut
sudah tidak sabar lagi. Sebagai jago kelas tinggi yang sudah
terkenal puluh an tahun, betapapun malu harus bertempur
sambil bergulingan di tanah, apalagi diserang melulu namun
diamati kutu, tak habis-habis otaknya berpikir mencari akal
bagaimana mematahkan serangan lawan, kecuali
menggunakan Te-tong-kui. Disaat dia bergulingan itulah, mendadak dadanya terasa
ganjal sesuatu benda bulat, ternyata tangan yang mendekap
dada kebetulan meraba pelor besi didalam kantongnya,
seketika tergerak hatinya, rasa senang menghias wajahnya,
diam-diam diapun menyesali diri sendiri kenapa lena dan
bodoh, lupa akan senjata ampuh yang sudah angkat namanya
digelanggang persilatan ini. Dengan sepasang bandulannya ini
bukankah lebih cocok dan ampuh untuk melawan serangan
musuh dari udara. Sementara itu Lo-hu-sin-kun sedang melancarkan jurus Thiih
lui-to (sayap besijatuh ditanah), tekanan napas terakhir
didalam dada mendadak dia sedot pula sehingga tubuh yang
seharusnya melorot turun berhasil diangkatnya kembali,
dengan kecepatan bagai kilat menyambar, mendadak
menyergap. Untung sebelum mengeluarkan kedua bandulannya. Aipongsut sudah perhatikan dulu gerak gerik lawan yang
sedang menyerang secara berantai dengan pukulan elang nya.
Melihat Lo hu-sin-kun menubruk dengan seluruh kekuatannya,
lekas dia menggelinding keluar lalu melej it sehingga bebas
darijangkauan angin pukulan lawanDisaat tubuh melejit itulah, tangan kanan terangkat, sejalur
bayangan hitam gemerdep segera meluncur kearah Lo-hu-sinkun
yang sedang melayang turun.
Padahal, Lo-hu-sin-kun amat yakinjurus terakhir yang
dilancarkanpasti berhasil membunuh atau membuat lawan
luka pa rah. Tak nyana selicin belut lawan berhasil lolos keluar
sehingga dirinya kehilangan s as a ran, diam-diam hatinya
sudah mengeluh, betuljuga angin kencang terasa melesat dari
kiri. Untung dia memiliki Lwekang tangguh, permainannya
sudah seiring denganjalan pikirannya, meski terancam bahaya
sedtkitpun tidak gugup, disaat ujung kakHampir menyentuh
bumi, kedua lengannya dikembangkan keluar dengan
gentakan tenaga besar sehingga tubuh yang sudah melorot itu
terangkat naikpula tiga kaki. Luncuran bayangan hitam
secepat kilat itu kebetulan lewat dibawah kakinya. Walau
indah gerakan tubuhnya untuk menyelawatkan diri, namun
keringat dingin telah membasahi sekujur badan.
Tak nyana sebelum rasa kejut hilang., Ai-pong-sut tidak
memberipeluang lagi kepadanya kembali tangan kiri terayun,
bayangan hitam kembali meluncur dengan deru suaranya
yang keras menerjang tiba. Padahal tubuhnya baru saja
terangkat mumbul, hawa murni dalam tubuhnya baru timbul
setelah dia ganti napas, dalam keadaan kepepet begini jelas
sukar dia menyelamatkan diri daripelor besi lawanApapun Lo-hu-sin-kun memiliki latihan dan gemblengan
luar biasa yang tidak dimiliki orang lain, disaat yang paling
kritis itu mendadak dia menghardik: "He." mengh embus
napas mengeluarkan suara, kedua kaki s a ling pijak. dengan
sisa tenaga murni dalam tubuhnya, sekuatnya dia memaksa
tubuhnya doyong miring kekiri. Pelor besi lawan menyerempet
kuping untung tidak terluka, namun s a king kaget dan ngeri,
pandangan menjadi gelap. hampir saja dia terjungkaljatuh.
Sekilas disaat dia berdiri melenggong, mendadak didengarnya
suara "Duk" yang keras menyusul sesosok tubuh ditengah
jeritan yang melengking terlempar satu tombakjauhnya. Da
rah beri hamburan diudara dan tercecer ditanah, sungguh
mengerikan. Ternyata setelah tongkat Bok-bin-sin-po terlempar, dengan
Hu-kong-king-inpou ajaran tunggal perguruannya, nenek galak
ini melawanpukulan Kim-soa-ciang Kim-ji-tay-beng dengan
gigih. Langkahnya memang aneh dan hebat sehingga dia
mampu mengimbangipermainan lawanSuatu ketika dia coba menangkis pukulan lawan, terasa
tenaganya amat besar,jelas dirinya bukan tandingan, maka dia
hanya membela diri saja karena didesak dan di rangsak oleh
Kim-ji-tay-beng. Tiga puluh jurus kemudian, serangan Kim- jitaybeng semakin gencar dan berat sehingga dia susah
bernapas. Sudah puluhan tahun pengalaman tempurnya, belum
pernah dia didesak seperti ini, kalau terus terdesak begini,
dirinya pasti celaka, makin dipikir makin kuatir, karena kuatir
jadi makin jeri, dengan sendirinya gerak geriknya makin kacau
dan lamban- Pertarungan dua jago tak boleh lengah, kalah menang
hanya ditentukan dalam sedetik saja. karena kehilangan
inisiatif, rasa jeri sudah menghantuHatinya lagi, maka
permainannya makin tidak karuan, adalah jamak kalau dia
dirobohkan- Peng a la man tempur Kim-ji-tay-beng juga sudah puluh an
tahun, melihat saatnya sudah matang, kesempatan tidak disiasiakan
lagi, mendadak dia menghardik sekali, tubuhnya
melambung keudara. Gerakan tubuhnya meleset miring dari


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pinggir, kedua tangannya terayun kedepan dan belakang,
dengan jurus Seng-tong-kik-say (bersuara ditimur
menggempur barat) seranganpun melanda sedahsyat
serudukan kepala kerbau. Bok-bin-sin.p sedang pesona kaget oleh gerakan lawan,
mendadak bayangan berkelebat, tahu-tahu angin kencang
menerjang dari kiri, mukanva seperti diiris oleh sampukan
angin pukulan ini. Sudah tentu nenek tua ini tidak berani ayal,
dengan gugup dia membanting tubuh ke kanan sambil
memutar tubuh, dia pikir serangan inHarus dihindari dulu. Tak
nyana dikala tubuh berputar itulah, sinar emas berkelebat dari
sebelah kanan, dengan telak Jam-sin-hiat di bawah ketiak
telah terpukul telak. Serangan Kim Ji-ta y-beng menggunakan sepenuh tenaga,
pukulannya seberat ribuan kati. Karuan Bok-bin-sin.p terpukul
terbang keudara, isi perutnya remuk darah menyembur disaat
tubuhnya masih terapung diudara. "Bluk," begitu terbanting
jatuh, jiwanyapun melayang.
Setelah membunuh Bok-bin-sir. Kimji-tay-beng
menentramkan hati mengatur napas, matanya menjelajah
ajang pertempuran, dilihatnya Tan Kian-thay terdesak oleh
kedua lawannya, jiwanya terancam bahaya. Lekas dia
memburu kesana sambi membentak: Jitong-cu, Jangan kaget,
sementara mundurlah kau, biar kubereskan kedua kurcaci ini."
mungkin di buru dendam adiknya yang masih terluka,
terhadap orang-orang Ham ping- kiong bencinya bukan main,
sudah tentu kedua orang ini tidak diberi ampun lagi.
Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay mengundurkan diri, setelah
napasnya teratur, sambil menenteng golok besarnya dia
memburu kearah si gede yang lagi dipermainkan kedua
musuhnya. Seorang diantaranya segera dia bacok dengan
golok tunggalnya. Kini keadaan banyak berobah.
Sebetulnya pihak Ham-ping-kiong dan Lohu-to berjumlah
lebih banyak, Hong-lui-pang yang berkekuatan berapa orang
itujelas bukan tandingan, namun amukan si gede ternyata
merobohkan beberapa jago lawan hingga jumlah musuh
banyak susut, tapi kalau pertarungan dilanjutkan Hong-luipang
tetap dipihak yang kalah. Untung Liok Kiam-ping dan Aipongsut tiba tepat pada saat genting, sehingga keadaan
menjadi berimbang, apalagi setelah Kim-ji-tay-beng berhasil
membunuh Bok-bin-sin-p, Lo-hu-sin-kun sang suhengpun
pecah nya linya. Disaat dia tersirap kaget dan mundur sempoyongan,
mendadak Ai-pong-sut menggelundang tiba seperti bola,
kedua kakinya menjejak bagian bawah tubuh Lo hu-sin-kun.
Serangan lihay dan tak terduga ini jelas tak mungkin
diluputkan lagi, itu berarti tulang patah otot keseleo.
Tak nyana kedua kaki Ai-pong-sut yang menjejak ini
ternyata seperti menyerang setumpuk kapuk kapas yang
empuk, hingga jejakannya seperti sirna tak berbekas, tahu
gelagatnya agak ganjil, dengan sekuat tenaga dia
menggelundang minggir terus melejit jauh secepat kilat..
Ternyata kedua kaki Lo-hu-sin-kun berpijak ditanah, beg itu
lawan menjejak tiba jelas tak sempat berkelit lagi, lekas dia
kerahkan Bong gu-kang melindungi tubuh bagian bawah. Bila
Bong gu-kang (ilmu weduk kerbau) dikembangkan seluruh
kekuatan tenaga daldam dipusatkan pada satu tempat,
sehingga kulit dagingnya menjadi lunak, lembut, seempuk
daging kerbau, betapapun besar kau memukulnya, tenagamu
akan sirna tak berbekas. Tapi kalau melawan senjata tajam sudah tentu tidak berani,
maklum lwekangjenis inHanya peranti membela diri tak bis a
melukai lawan- Beg itu Ai-pong-sut melonjak berdiri, Lo-husinkun yang sudah slap segera membalikan sepasang telapak
tangannya menepuk kedua kaki Ai-pong-sut. Serangan ini
dilandasi tenaga yang sudah disimpan sejak tadi, betapa
dahsyat pukulannya, kalau kedua kaki Ai-pong-sut terpukul
telak. bukan saja kaki putus, jiwapun melayang seketika.
Aipong-sut cerdas tangkas, reaksinyapun reftek, lekas dia
kembangkanpula Te-tong-kui dengan jurus penolang jiwa
Kian-kun-sam-coan, sebat sekali tubuhnya berputar pergi.
"Blang" tepukan tangan Lo-hu-sin-kun menjadikan tanah di
mana barusan Ai-pongsut berada berlobang besar, debu pasir
beterbangan akibat pukulan dahsyat ini, matHidup hanya
terpaut segaris, betapapun tabah dan luas peng a la man Aipongsut, tak urung mukanya pucat, napas memburu, bulu
kuduk mengkirik pula. Tapi dia seorang tokoh kosen yang ternama, dimedan laga
pantang menyerah atau mundur. Lekas dia tenangkan diri
sekali lompat dia menerjang pula sepenuh tenaga. Dalam
segala hal kedua lawan ini setanding, maka pertarungan
mereka juga terhitung yang paling sengit, gerak gerik mereka
juga paling cepat dan tangkas, setiapjurus serangan pasti
mematikan. Tidak jarang pula terjadi adu jotosan dan
tamparan. Sementara itu hampir seratus jurus Liok Kiam-ping
melabrak IHam-ping Lomo, kedua pihak kerahkan seluruh
tenaga, sedikitpun tidak berani lengah. Meski sudah kerahkan
seluruh kemampuannya, namun Ham-ping Lomo tetap tak
berhasil mendesak lawannya, makin tempur perasaannya
makin tak karuan. Mendadak dia incar Liok Kiam-ping yang saat itu sedikit
lena karena harus meng era hkan tenaga pula. Mendadak
pakaiannya melembung seperti balon yang berisi angin,
"Wess" ledakan lirih tapi suaranya memanjang, seiring dengan
ledakan itu udara seketika menjadi dingin beku, ternyata Hampinglomo kerahkan hawa dingin dari latihannya yang sudah
puluhan tahun dengan meledakkan tubuh sendiri, maka jalurjalur
hawa dingin menyembur dari berbagai urat nadi
tubuhnya, pakaian remuk tubuhpun koyak-koyak. Itulah
muslihat paling keji dari Hian-ping-im-sat, meng himpun
seluruh hawa dingin yang mengeram dalam tubuh sejak latih
an puluhan tahun, lalu didesak keluar dengan tekanan tenaga
dalam yang dahsyat hingga meledak lewat urat nadi dan Hiatto
disekujur badan- Ham ping- lomo sudah memperhitungkan, Kim-kong-puthoaysin-kang Liok Kiam-ping memang kuat menahan Hianpingim-sat, namun bila serangan mendadak disaat hawa
pelindung Liok Kiarn-ping belum bersiaga, dalam waktu
singkat kalau Liok Kiam-ping tak sempat menjaga diri,
akhirnya pasti ajal oleh serangan gelapnya ini.
Memang disergap oleh serangan yang tak masuk nalar ini,
Liok Kiam-ping tidak sempat kerahkan hawa s a kti pelindung
badan, begitu tersapu hawa dingin hampir saja diajatuh
pingsan- Untung Lwekangnya tinggi, sejak tadi dia sudah
perhatikan gerak gerik lawan,
Begitu melihat lawan menunjukkan gerakan yang
mencurigerakan, lekas dia kembangkan Ling-hi-pou deagan
jurus Lian-hoan you-pou (melangkah berantai) sejauh
setombak). Betapa sigap reaksinya, namun dia sudah
menghirup sedikit hawa dingin beracun, seketika dia bergidik
dan menggigil kedinginan, langkahnyapun sempoyonganTiraikasih
Website Syukur Kiam-ping mahir pengobatan, disaat tubuh mengigil
dan belumj atuh pingsan dia berhasil mendesak hawa dingin
itu kesuatu tempat, lalu mengerahkan Kui-sip-tay-hoay
menutup berbagai Hiat-to besar disekujur badan, terutama
jantung yang dilindungi. Lalu dengan lunglai dia bersimpuh
ditanah. Belum lama dia duduk bersimpuh "Bluk" tubuh kekar Hamping
Lomo yang kejam itupun roboh berdentam karena
ledakan bawa dingin beracun dalam tubuhnya. Tujuannya
adalah mengajak lawan gugur bersama.
Setelah hawa murni dingin dalam tubuhnya buyar, berarti
seluruh kekuatannya suduh ludes. keadaannya tak ubahnya
seperti orang lumpuh, maka perlahan diapun terjungkal roboh.
Untuk menyembuhkan luka-luka dalamnya, harus diobati
secara intensip selama lima tahun, namun Kungfunya takkan
bisa dipelajari lagi, Jiwa sudah diambang maut, tenaga habis, keadaan sudah
payah, tapi jiwa yang jahat masih tak lupa ingin melukai atau
membunuh musuhnya. Dilihatnya Liok Kiam-ping duduk
lunglai takjauh didepannya seperti orang semaput, Ham-ping
Lomo tahu, pemuda inipun sedang tersiksa oleh hawa dingin
beracun serangannya, maka mengera hkan sisa tenaganya,
dia mulai merangkak kedepan- Dari jarak lima kaki lambat
laun makin dekat, tiga kaki, dua kaki, kini tinggal satu kaki
lagi, bila dia ulur tangan boleh dikata sudah dapat menyentuh
Liok Kiam-ping. Dengan seringai getir perlahan dia angkat tangannya yang
berat mengincar Bing-bun-hiat Liok Kiam-ping terus hendak
digabloknya sekali. Meski perlahan bila tangannya menyentuh
Bing-bun-hiat, maka jiwa Liok Kiam-ping pasti melayang
seketika. Untung tenaga Ham-ping Lomo sudah habis dan lemah,
gerakannya lambat, disaat genting itu, Liok Kiam-ping sudah
mendesak hawa dingin itu kebawah kakinya, mendadak dia
tersentak sadar, musuh tak jauh dari dirinya, betapapun tak
boleh lena, seketika pikiran jernih, perlahan dia membuka
mata. Ternyata sebuah telapak tangan gede sudah terangkat
dan tinggal dua senti diatas Bing-bun-hiatnya, saking kejut dia
berteriak sambil menjatuhkan diri terus menggelundung pergi.
Celakanya karena dia harus mengerahkan tenaga, hawa
dingin yang didesaknya turun itu ternyata berontak mumbul
pula keatas, hawa dingin seketika membuatnya menggigil tak
tertahankan lagi. Untung otaknya masih bekerja, masih
teringat olehnya Soat-lian yang tersimpan dikantong bajunya,
sambil menahan rasa sakit, perlahan dia gerakan tangan
merogoh saku mengeluarkan sekelopak Soat-lian terus
dimasukan kedalam mulut. Soat lian adalah obat mujarab yang tumbuh ditengah salju
tahan dingin. Tapi Hawa dingin beracun yang diyakinkan
Hamping Lomo memang teramat jahat, meski Soat-lian sudah
masuk tenggorokan, namun sesaat belum mau lumer dan
tertahan dileher. Dengan susah payah Liok Kiam-ping harus
kerahkan Lwekang untuk mendorong dan mendesaknya
lambat tapi berhasil hawa dingin itu didesaknya kesudut pula.
Kini khasiat Soat-lian sudah bekerja sehingga Lwekang
yang dikerahkan berjalan makin lancar mengalir ke berbagai
badan, tubuhnya yang menggigit kedinginan mulaHangat dan
bertahan pada suhu biasanya, sementara hawa dingin
merembes keluar dari pori-pori berobah uap putih. Hampir dua
jam Liok Kiam-ping harus berjuang secara gigih mengusir
hawa beracun dalam tubuhnya bila dia membuka mata lagi,
segera dia bangkit berdiri, lututnya masih goyah, maklum
tenaganya terkuras amat besar.
Bila dia menoleh kepinggir, melihat jenazah Ham-ping
Lomo, tanpa merasa dia menghela napas sedih, hatinya tidak
tega melihat kematian orang tua jahat ini.
Ternyata setelah gagal dalam usahanya membunuh Liok
Kiam-ping disaat ajal sendiri sudah didepan mata. Ham-ping
Lomo tahu jiwanya tak mungkin diselamatkan lagi padahal
sebagai gembong iblis yang ditakuti selama puluhan tahun,
mana dia mau menjadi tawanan musuh. Setelah menghela
napas panjang dia gigit putus lidah sendiri, bunuh diri, darah
mancur dari mulutnya. Dalam pada itu Kim-ji-tay-beng yang menggantikan Tan
Kian-thay sedang menghadapi dua jago Ham-ping-kiong
dengan gigih. Tenaga dalamnya luar biasa, diburu amarah
lagi, maka serangannya tidak kenal ampun, tampak sinar
gemerdep kuning berkeleb atan menindih badan, Kim-soaciang
memang bukan olah-olah lihaynya.
Kedua jago Ham-ping-kiong tahu kelihayan Kian-soa-ciang,
tapi kedatangan Kim-ji-tay-beng memang diluar dugaan,
serangannya gencar lagi dahsyat sehingga mereka kehilangan
pegangan dan kesempatan membela diri. Kalah menang
pertarungan jago kelas tinggi hanya ditentukan faktor waktu
dan kecermatan, terpaut serambut sudah fatal akibatnya,
setelah terdesakoleh kecepatan serangan lawan, untuk
mengembalikan posisi yang lebih lumrah sudah tidak mungkin
lagi. Apalagi Kim-ji-tay-beng sudah kebacut benci dan
dendam. Mendadak dia menggeram sekali, dua kaki
melangkah maju dengan memb anting berat tubuhnya lantas
melejit keudara, mencapai ketinggian yang dikehendaki dia
menekuk ping gang membalikkan tubuh, dua kaki memancal
keatas, sehingga tubuhnya menukik turun dengan kepala
dibawah, laksana meteor jatuh dia menubruk turunDua telapak tangan memukul serentak dari sudut yang
tidak terkira. Kedua jago Ham-ping-kiong itu sudah kerahkan
seta ker tenaga ny a berkelebat kepinggir delapan kaki
jauhnya, meski selamat, namun saking kaget dan ngeri, tubuh
basah kuyup oleh keringat dinginTak nyana belum lagHilang rasa kagetnya, angin pukulan
sudah mendera tiba pula dari belakang, seperti bayangan
bergerak mengikuti bentuknya, Kim-ji-tay-beng menguntit
dibela ka ng ny a . Seperti diketahui kemahiran Kim-ji-tay-beng dengan Kimsoaciang menyerang lawan dengan tubuh terapung diudara,
sekaligus tanpa ganti napas dia mampu menubruk sembilan
kali, kemanapun lawan menyingkir tetap tak bis a lolos dari
serangannya. Kedua jago Ham-ping-kiong tidak tahu seluk beluk ilmunya
yang ampuh ini, setelah melompat kepinggir, mereka kira
jiwanya sudah selamat, paling tidak harapan untuk melarikan
diri sudah terbentang didepan mata. Tak nyana sebelum has
rat timbul dalam dalam benak mereka, punggung masingmasing
sudah kena pukulan telak.
Ditengah jeritan menyayat hati dua tubuh kedua orang
orang itu terlempar lima kaki, darah menyembur dari mulut
mereka, "Bluk, Bluk" keduanya terbanting untuk tak bangun
lagi. Deng an seluruh tenaganya Ai-pong-sut sedang melabrak
Lo-hu-sin-kun yang setanding dengannya, pertarungan
mereka juga tidak kalah sengit, ditengah deru angin kencang,
tak j a rang terdengar benturan telapak atau tinju mereka
yang beradu. Saat mana mereka sudah bergebrak mendekati dua
ratusjurus. Keringat sudah membasahi jidat Ai-pong-sut.
Demikianpula napas Lo-hu-sin-kun sudah memburu.
setelah merobohkan kedua jago Ha mping-lo- mo, sambil


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertolak ping gang Kimji-tay-beng melepas pandang keseluruh
gelanggang pertempuran, leg a hatinya karena kemenangan
akan segera tercapai. Hanya Ai-pong-sut Thong cau saja yang
masih bertarung gigih dan kelihatan mulaipayah. Darisamping
dia menonton dengan tenang, dilihatnya bolamata Lo hu-sinkun
berputar dia tahu orang sedang Cari kesempatan untuk
melarikan diri. Grmbeng jahat yang terlalu keji ini, Kim-ji-tayTiraikasih
Website beng sudah kebacut benci, dia bertekad takkan membiarkan
mereka lolos, maka dia bersiaga.
Sepuluh jurus telah lalupula, beruntun Lo-hu-sin-kun
menyerang limajurus, Ai-pongsut didesaknya mundur tiga
langkah. Mendadak dia menjejak kaki, tubuhnya melambung
mundur setombakjauhnya. Tapi sebelum tubuhnya turun dan
kaki belum menyentuh bumi. Mendadak didengarnya bentakan
nyaring: Jangan lari sahabat." segulung angin pukulan tahutahu
melanda tiba menindih dirinya, pada hal tubuhnya masih
terapung, lekas dia gunakan daya berat sehingga tubuhnya
melorot turun ditengah jalan, begitu kaki menyentuh bumi,
tenaga dikerahkan dikedua tangan terus menyongsong
gempuran musuh. Setelah ledakan dahsyat terjadi, kedua
orang tergetar mundur selangkah. Dalam keadaan tergesagesa,
Lo-hu-sin-kun harus menyelamatkan diri, sehingga
tenaga pukulannya tidak sepenuh hati. maka akhir adu
pukulannya ini mereka seimbang.
Tak nyana begitu tubuhnya tergentak mundur, dari
belakang menerjang tiba pula segulung tenaga raksasa, dia
tahu Ai-pong-sut menggencetnya dari belakang.
Ditengah gerungan gusarnya, lekas dia gunakan Hu-kongkingin-pou melayangkan tubuhnya keluarjangkauan pukulan
lawan- Sebetulnya Kim-ji-tay-beng segan menyerang lagi,
namun mengingat Lo hu-sin-kun sudah keliwat takaran
melakukan kejahatan didaerahnya, dirinyapun disergap
berulang kali, celakanya sang adik terluka parah, matHidupnya
masih merupakan teka teki. Dendam lama ditambah sakit hati
baru membakar amarahnya, maka dia tidak hiraukan aturan
Kangouw lagi, Sambil angkat alis, segera dia menubruk
ketengah arena. Maka tiga orang serang menyerang lebih seru, mereka ada
la hja go top dunia persilatan, permainan bebas sesUai jalan
pikiran, ditengah berkelebatnya bayangan mereka yang sa ling
tubruk dan melompat, membuktikan betapa tinggi taraf
kepandaian sungguh mena k upka n.
Permulaan Lo-hu sin-kun masih mampu mengimbangi
keroyokan kedua lawannya dengan kelihayan Hu-kong-king-inpou
(langkah cahaya melampaui sinar). Tidak jarang diapun
balas menyerang. Tapi dua puluh jurus kemudian, serangan
kedua lawannya makin lihay dan selalu mengunci gerakannya.
Lohu-sin-kun dituntut mengkonsentrasikan seluruh pikiran dan
semangatnya untuk melayani mereka, namun keadaannya
sudah terdesak hingga tak mampu balas menyerang.
Sebetulnya sUkar ditemukan tokoh silat kosen dalam dunia
Kangouw sekarang yang mampu melawan keroyokan Ai-pong
sut dan Kim-ji-tay-beng lebih dari dua puluh jurus.
Betapapun tinggi Lwekang Lo-hu-sin-kun, apalagi
tenaganya sudab banyak terkuras setelah beri hantam dengan
Ai-pong-sut, lambat laun tenaganya lemah, permainannya
makin kacau. Namun mengingat jiwa sendiri terancam dan
sang sumoay sudah ajal ditangan musuh, maka dia nekad
adujiwa untuk menuntut balas kematianBok-bin-sin-popula,
maka tak heran kalau dia kuat bertahan dua puluhanjurus.
Namun hal ini disebabkan serangan Ai-pong-sut dan Kim-jitaybeng tidak sepenuh hati. Tiga puluh jurus kemudian tetap
belum mampu merobohkan Lo-hu-sin-tun perasaan mereka
mendelu, kalau kejadian ini tersiar dikalangan Kangouw,
pamor mereka akan tersapu bersih, dihadapan murid-murid
Hong-luipang sendirijuga sukar menelan rasa malu ini.
Sekilas mereka adu pandang, tanpa janji keduanya lantas
pergencar serangan- Bahwa Lo hu-sin-kun kuat bertahan dua
puluhanjurus adalah luar biasa, namun berulang kali jiwanya
sudah terancamjuga, berdasarkanpengalaman meski terdesak
dibawah angin dia masih mampu bertahan sambil meng era
hkan Bong- gu-kang, seluruh Hiat-to mematikan terlindung
oleh ilmu weduk kerbau ini.
Mendadak Kim-ji-tay-beng melompat tinggi, secepat kilat
tubuhnya menukik turun pula dengan serangan Tui-poh-cuilong
(mendorong ombak mengejar gelombang), kedua
tangannya secara beruntun menepuk bergantian. Sementara
itu Lo-hu-sin-kun harus menghindari serangan Ai-pong-sut
yang lihay, sebelum gerak tubuhnya brputar, angin kencang
sudah menindih tiba, bergegas dia menurunkanpundak
berkelit kekanan, sehingga serangan berhasil dihindari.
Diluar tahunya serangan sepasang telapak tangan Kim-jitaybng ternyata hanya serangan gertak sambel yang didepan,
serangan telak berada dibelakang mengikuti gerak perobahan
lawan yang menyingkir kepinggir. maka telapak tangan Kim-jitaybeng secara tepat menepuk Jian-kin-hiat dipundak ka
nanny a. Bong-gu-kang meski untuk melindUngi Hiat-to, namun
terkena pukulan berat seperti ini, ternyata tidak menunjukan
reaksi yang diharapkan. Begitu tepukan telak kesasarannya,
tak urung Lo hu-sin-kun mengerang kesakitan, segera pecah
ny a liny a. Langkahnya mundur sempoyongan. Tapi setiap
manusia mempunyai gerak reftek dalam mengejar kehidupan,
meski sudah terluka pa rah, makin besarpula niatnya
melarikan diri. Mungkin dimabuk rasa senang bahwa lawan yang tinggal
satu ini tahan dibekuk hid up, hid up, tak pernah terbayang
oleh mereka bahwa dalam keadaan kepepet dan hampir
kehabisan tenaga, Lo-hu-sin-kun masih mampu melontarkan
serangan sedahsyat ini, tanpa janji serentak mereka melompat
kepinggir. Tak nyana begitu serangan dilontarkan, sebelum jurus
kedua disusulkan, Lo-hu-sinkun kembangkan IHu-kong samking,
salah satu gerakanpaling lihay dari ilmu ginkangnya,
hanya sekali berkelebat, laksana kilat tubuhnya sudah
meluncur tiga tombak jauhnya.
Hampir meledak dada Kim-ji-tay-beng, matanya membara,
padahal diapun ahli Ginkang, maka diapun mengudak dengan
kecepatan tinggi seraya membentak: "Belum ada yang kalah
dan menang, kenapa sahabat mau lari," habis perkataannya
kakinyapun sudah melompat jauh, namun gerakan musuh
lebih dulu beberapa kati lompatan bayangannya sudah
menyelinap masuk kedalam hutan dan sukar disusul lagi.
Terpaksa Ai-pong-sut beramai berpeluk tangan membiarkan
musuh yang satu ini lolos.
Menolong kawan sendiri memang lebih penting, maka
beramai mereka saling bimbing masuk kedalam
perkampungan, yang masih segar dan kuatsegera mengurus
jenazah para saudara yang gugur.
Liok Kiam-ping sudah dipapah kedalam kamarnya, hawa
beracun dingin dari pukulan Ham-ping Lomo memang
teramatjahat, walau sebagian besar hawa beracun sudah
terdesak keluar, tapi karena dia kehabisan tenaga, dalam
waktu dekatjelas diapun sukar memulihkan kondisinya semula.
Mendengar Liok Kiam-ping sudah pulang sudah tentu
girang Siau Hong bukan main, bergegas dia berlari masuk
kedalam kamar, hidupnya sudah pasrah kepada perjaka
pujaan hatinya sejak kecil, melihat keadaan Kiam-ping yang
begitu pa rah, taktertahan air matanya bercucuran, untung
Jian-li-tok-heng keburu menariknya, kalau tidak dia sudah
menubruk kedalam pangkuan Liong Kiam-ping, hal ini bisa
mengakibatkan Jau-hwejip-mo bagi Liok Kiam-ping yang
sedang samadi dan pantang diganggu.
Dengan halus Jian-li-tok-heng membujuk dan memberi
penjelasan kepada Siau Hong, namun gadis jelita ini berkukuh
ingin menunggu disamping Liok Kiamping.
Hampir setengah hari Liok Kiam-ping baru sadar dari
samadinya, keadaannya sudah jauh lebih segar, perlahan dia
turun dari pembaringan- Siau Hong menjerit girang terus
menubruk kedalam pelukannya, saking girang air mata
berlinang dikedua kelopak matanya.
Setelah makan malam orang banyak berkumpul, Liok Kiamping
mendengarkan laporan mereka satu persatu, disadari
bahwa kini mereka berada disebuah gua besar dibelakang
gunung untuk menghindari pertumpahan darah yang tak ada
faedahnya dengan pasukan negeri. Ternyata menjelang
petang, pasukan besar dari kota karisidenan yang berjumlah
ratusan orang telah mengepung Kwi-hun ceng dengan
memasang sepucuk meriam didepan pintu gerbang
perkampUngan, panglima pemimpin pasukan besar itu
mengancam supaya mereka menyerah kalau tidak
perkampungan akan dibumi Hanguskan.
Saat itu Liok Kiam-ping masih dalam keadaan tak sadarkan
diri, maka Ai-pong-sut ambil keputusan supaya seluruh warga
Hong-luipang lewat jalan rahasia mengosongkan
perkampungan ngungsi kedalam gua, dibelakang gunung ini.
Liok Kiam-ping tidak sedikit para saudara anggota Hong-luipang
yang rebah berjajar didalam gua, mereka terluka pa rah
atau ring an, yang gugur telah dikebumikan.
Kondisi Liok Kiam- ping masih teramat lemah, padahal
rombongan mereka tak boleh tanpa pimpinan, situasi masih
cukup genting, setelah dirundingkan bersama diputuskan Aipongsut dan Kim-ji-tay-beng membantu sang Pangcu
menyembuhkan luka-luka dalamnya secara kilat, Liok Kiamping
masih akan menolak. tapi dibawah desakan orang banyak
terpaksa dia izinkan Aipong-sut memeriksa dirinya.
Dibawah pemeriksaan cermat Ai-pong-sut sekujur badan
Kiamping tiada luka-luka, namun denyut nadinya terasa lemah
seperti arus yang tersumbat, dia tahu sang Pangcu terlalu
capai, tenaga murninya berkurang ditambah amarah
membakar hati sehingga hawa murni yang buyar susah
dihimpun kembali, cukup lama dia semaput lagi. Maka Kiamping
dipapah duduk bersila, Ai-pong-sut dan Kim-ji-tay-beng
duduk dikanan kirinya, telapak tangan mereka menekan Khihayhiat di kiri kanan badannya, perlahan mereka mulai
menyalurkan hawa murni ketubuhnya.
Sejam kemudian, uapputih mengepul di atas kepala
mereka.. Lwekang kedua orang ini sudah terlatih dengan
sempurna, dari aliran murni lagi, maka dengan mudah dua
jalur hawa murni mereka bersatu padu dalam tubuh Kiam-ping
terus berputar keseluruh tubuhnya.
Satu jam lagi kedua arus tenaga hebat yang mengalir
dalam tubuh Liok Kiam-ping baru berhasil menjebol seluruh
rintangan dan menerjang ke dalam Khi - hay " hiat pula, terus
mengalir kedalam pusar, hawa racun dingin dalam tubuhnya
justru mengeram disini, maka terjadilah perang tanding antara
hawa dingin dan hangat, beberapa kali tubuh Liok Kiam-ping
melonjak-lonjak. Sayang tenaga Kiam-ping sendiri belum
pulih, hawa dinngin cukup meresap keseluruh tubuhnya, maka
tak kuasa dia menguasai dua jalur hawa hangat itu untuk
mendesak keluar hawa ding
Tiba-tiba Ai-pong-sut mengerang tertahan, tenaga dalam
dikerahkan seluruhnya. Demikian pula Kim-ji-tay-beng juga
menambah tenaganya, tangan kiri memelukpunggung Ai-pong
sut dengan cara gabungan jembatan langit untuk menyalurkan
hawa murni mereka menjadi satu kekuatan yang tangguh.
cara yang ditempuh Kim -ji-tay-beng memang besar
manfaatnya, terasa oleh Liok- Kiam-ping masuknya segulung
hawa panas yang lebih kuat, menindas dan memberantas
hawa dingin yang masih tersisa didalampusar. Kering at sudah
berketes-ketes diselebar muka Liok Kiam-ping, air mukanya
yang semula pucat mulai bersemu merah. Setanakan nasi
kemudian, hawa murni dalan tubuhnya sudah mulai lancar,
lewat Koan-goan, masuk Tlong-kek menjebol Seng-si-koan
dan berakhir kedalam pusar pula. Di bawah bantuan Ai-pongsut
dan Kim-ji-tay-beng, atiran darah Kiam-ping makin lancar
sehingga samadi mereka mencapai puncak pati rasa.
Kembali satu jam telah lewat, rasa sakit disekujur badan
Liok Kiam-ping sudah tidak terasa lagi, seorang diri dia sudah
mampu menggerakkan tenaganya, ini menandakan
kesehatannya sudah pulih seluruh nya.
Waktu dia membuka mata, dilihatnya Ai-pong-sut dan Kimjitay-beng masih samadi, dia tahu untuk menolong dirinya
kedua orang ini sudah memeras segala tenaga hingga hawa
murni merekapun terbuang.
"Ping.-ko," seru Siau Hong girang sambil menggenggam
tangan Kiam-ping "kau sudah sehat kembali, tadi kita semua
menguatirkan dirimu."
Liok Kiam-ping tersenyum, katanya: "Adik Hong,
membuatmu gelisah saja. Sekarang aku sudah sembuh." lalu
dia beranjak kesana menghampiri Gin-jitay-beng yang terluka
oleh hawa racun pukulan dingin, satu persatu dia memeriksa
keadaanpara korban yang lain serta memberikan obat
"Terakhir dia menghampiri Gin-jitay-beng pula lalu
memapahnya duduk. dia duduk dibelakang orang, dengan
tenaga murninya dia siap memberi pertolongan. Tapi sebelum
tangannya menekan Bing-bun hiat Gin-jl-aybeng, seorang
berkata d belakangnya: "Pangcu kau sendiri baru sembuh, tak
boleh mengerahkan tenaga lagi, biarlah serahkan kepadaku
saja." Tanpa menoleh Liok Kiam-ping kenal suaranya yang bicara
adalah Jian-li tok-heng, tanpa menunggu jawabannya, segera
dia gantikan tempat duduk Kiam-ping. Kiam-ping juga tidak
banyak bicara, malah dia jelaskan bagaimana Jian-li-tok-heng
harus memberi pertolongan, lalu menyingkir dari tempat itu.
Setelah bersusah payah sehari semalam, mereka sudah
payah dan letih, maka semua pergi beristirahat.
Hari sudah terang tanah, baru orang banyak bangun dan
duduk membundar didalam gua merundingkan persoalan pelik
yang mereka hadapi. Liok Kiam-ping membuka perundingan, katanya: "Peristiwa
tak terduga ini menyangkut mati Hidup Hong lui-pang kita
selanjutnya, mohon perhatian para saudara untuk memikirkan
cara bagaimana kita mengatasi kejadianpelik ini, kita harus
bersatupadu menjernihkan persoalan sekalian mengembalikan
nama baik Pang kita yang sudah berkenan dihati masyarakat."
Kim-ji tay-beng berkata: 'Menurut perhitungan waktunya,
amat jelas pasukan negeri ini kemungkinan mendengar
hasutan pihak Ham-ping-kiong dan Lo hu-to, atau ada


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

persekongkolan gelap diantara mereka."
Berkerut alis Jian li-tok-heng, katanya: "Kukira itu hanya
gejala yang kebetulan saja, dibalik persoalan ini ada liku-liku
yang amat rumit. Padahal Hong-lui-pang kita cukup baik
didalam tata laksana kepentingan bersama, kaum Bulim juga
mengagumi kita, dengan pihak pemerintahan juga kita punya
hubungan dan pengertian yang baik. Maka kehadiran pasukan
negeri yang mengepung perkampungan seperti Hendak
menangkap kawanan bandit sungguh sangat disesalkan, aku
tidak habis mengerti."
Sejak tad i Ai-pong-sut tenggelam dalam alam pikirannya,
mendadak dia menoleh kepada Kim-ji-tay beng tanyanya:
"Belakangan ini bagaimana keadaan dan kabar cabang-cabang
kita dibagian luar."
Kim-ji-tay-beng menghela napas, sahutnya: "Berita yang
kita terima sungguh amat menguatirkan, situasi cukup
genting, menurut penyelidikan, beberapa pimpinan cabang
yang menduduki jabatan penting ternyata banyak yang
ditahan dan diawasi gerak-geriknya, padahal tiada tuduhan
dosa apa yang pernah mereka lakukan."
Itu yang terjadi dalam wilayah ciat-kang, diluar propinsi
bagaimana keadaannya ?" tanya Liok Kiam-ping.
"Sejauh ini belum diperoleh kabar, diketahui bahwa
komunikasi dua a rah dari pusat dengan berbagai cabang
diluar daerah telah terputus seluruhnya." Demikian penjelasan
Kim ji-tay beng. Coh-siang-hwi lb Tiau hiong Cerdik dan pandai berpikir,
dengan terse nyum dia angkat bicara: "Menurut keadaan
dapat disimpulkan, persoalan memang ditangani langsung
oleh pihak penguasa, karena itu aku usul hal ini Harus
diselidiki mulai dari kantor kabupaten, tahap demi tahap kita
selesaikan baru menentukan langkah apa yang harus kita
tempuh." Ai-pong-sut Thong cau keplok tangan, dia menyatakan
setuju. Thi-pi-kim-to Tan Kian-thayjuga berpendapat untuk
menyelesaikan peristiwa ini Harus membereskan pangkalnya
lebih dulu, diapun menyatakan akur. Demikian pula Gin-jaybeng,
P-lik-jiu ciu Khay, si gede Slang Wi menyatakan siap
menunaikan tugas. Dengan tersenyum Jian-li tok-heng berkata dengan nada
prihatin: "Tugas ini menyangkut kepentingan mati Hidup
Hong-lui-pang kita, betapapenting dan besarpengaruh dari
tugas penyelidik ini, sekali-kati tidak boleh kepergok supaya
tidak mengejutkan pihak sana. akibatnya bis a mendatangkan
bencana yang lebih besar."
Dengan tertawa Coh-siang-hwi ih Tiau-hong berkata:
"Kalau demikian kunci persoalannya berada di kabupaten di
sana pasti berkumpul orang-orang pandai, penjagaan ketat,
bentrokan mungkin sukar dihindarkan, maka kuajurkan semua
yang bertugas harus mengenakan kedok hitam untuk
sementara menyembunyikan asal usul sendiri." "
Thipi-kim-to Tan Kian thayjuga berkata: Jikalau dikuntit
diluar kesadaran kita, bukan mustahil jejak kita konangan.
Untuk menjaga segela kemungkinan, kurasa sepanjang
perjalanan menuju ketempat kita dalam wilayah pegunungan
ini perlu diadakanpenjagaan dan penceg ata n. "
Liok Kiam-ping menyatakan akur oleh usul Tan Kian-thay.
Maka mereka membagi tugas dan siap berangkat. Liok Kiamping
dan Jian-li-tok heng seperjalanan meluruk kekantor
kabupaten sementara Ai-pong-sut Thong cau, Kim-ji-tay-beng
dan Gin-jl-ay-beng berpencar ditempat yang telah ditentukan
untuk mencegat penguntit.
Liok Kiam-ping bersama Jian-li-tok-heng langsung
berangkat kekota Un-ciu, Gnkang mereka tinggi, badan
bergerak secepat panah dalamjangka satujam mereka sudah
tiba kota Un-ciu. Senja mend ata ng, penduduk kota mulai
memasang lampu, jalan raya penuh sesak hilir mudiknya kuda
kereta danpejalan kaki. Kiam-ping berdua sudah apal jalan
dikota ini, namun mengingat waktu masih pagi, maka mereka
putar kayun menyusuri jalan-jalan raya sambil menonton
keramaian. Tanpa terasa kentongan satu telah tiba, jalanjalanjuga
mulai sepi, maka Kiam-ping berdua menuju kesuatu
tempat sepi mengenakan kedok muka langsung melompat
tinggi keatas rumah bagai segulung asap meluncur ketembok
kota. Sekilas Liok Kiam-ping menerawang keadaan, lalu
melompat j uh meluncur kearah timur, Jian-li-tok heng terus
mengikuti dibelakangnya. Gedung kabupaten memang berada
disebelah timur kota, hanya sekejap mereka sudah tiba
disebelah kanan lapangan di depan gedang
Kabupaten. Didepan pintu gerbang ada tiang bend era
besar tinggi mengibarkan bend era kebesaran bupati,
penjagaan tampak keras dan ketat, peronda hilir mudik. Tapi
gedung Sebesar itu ternyata sepi lengang, gelap lagi,
membuat orang mengkirik. Liok Kiam-ping siap menerjang, lekas Jian-li-tok-heng
menekanpundaknya, bisiknya: "Gelagatnya agak ganjil, jangan
gegabah, kami brpencar dari depan dan belakang, saling
bantu danjaga keselamatan." lalu dia jemput sebutir batu dan
ditimpukkan kearah dinding Sebelah kiri.
"Tak" Suara lirih menimbulkan reaksi yang tak terduga, dari
kanan kiri Sudut tembok mendadak menerjang keluar dua
bayangan. "Lekas masuk." bisik Jian-li-tok-heng sambil menarik Liok
Kiamping, mereka meluncur ke a rah kanan melompati tembok
menyelinap kedalam. Beg itu berada didalam tembok mereka
lantas brpencar, Kiam-ping membelok ke kiri terus menyelinap
ketempat gelap. penjagaan dalam gedung ternyata juga amat
keras, jelas bahwa perslapan mereka cukup matang, hal ini
menandakan adanya pihakpengalaman ikut menangani
persoalan ini, seorang Bupati biasanya tidak ikut campur
urusan tetek bengek. Ginkang Kiam-ping teramat tinggi untuk
diketahui jejaknya oleh para penjaga itu. Saat mana dia
berada di belakarg sebuah gunungan, mendadak didengarnya
suara lirih dari sebelah kanan di mana terdapat sebuah
lobang. Sigap sekali Kiam-ping menyelinap ketempat gelap lalu
pasang kuping, didengarnya seorang mondar-mandir didalam
lobang itu, secara gesit Kiam-ping melompat kedepan lobang
lalu melongok kedalam. Tampak seorang opas berusia
empatpuluhan memegang sebatang golok besar sedang bolak
balik. Waktu orang itu membalik badan membelakangi dirinya.
Kiam-ping incar Hiat-to dipunggungnya terus menutuk dari
kejauhan. orang itu mengeluh periahan lalu meloso jatuh lemas tak
bergerak lagi. Setangkas kera Liok Kiam-ping menyelinap
kedalam lobang. Dia tutuk pula hiat-to orang lalu menunggu
dipinggir sambil memeluk dada. Lekas sekali opas itu sudah
sadar, ingin berdiri tapi badan lemas, waktu dia mendongak
seketika dia terbeliak kaget. Liok Kiam-ping tertawa dingin,
katanya: "Saudara menjabat apa dalam kabupaten ini" Siapa biang
kelad ipenyerbuan pasukan negeri ke Kwi-hun ceng "
Bicaralah terus terang, aku tidak akan mengganggu jiwamu."
"Hamba hanya seorang opas yang bertugas dalam kota,
hari ini atas perintah ditugaskan jaga malam di sini,
penyerbuan ke KwHun ceng konon lantaran laporan seorang
pengkhianat yang kemaruk jabatan, maka perintah rahasia
dari kota raja terpaksa harus kita jalankan. Bagaimana dudu
kperkara sebenanya, aku tidak begitujelas."
Mendengar "laporan pengkhianat" Liok Kiam-ping
melenggong dibuatnya, namun hal ini tak sempat dia pikirkan,
katanya: "Saudara bicara sejujurnya, aku tak perlu
mempersulit dirimu, masih ada urusan lain harus kubereskan.
sementara kau tidur saja di sini, Hiat-tomu akan terbuka
sendiri." setelah tutuk Hiat-to penidur orang Kiam-ping
berputar ke kiri lalu lompat keatas pohon, sejenak dia meneliti
keadaan lalu kembangkan Ling-hi-pou melesat kesebelah
dalam. Betapa cepat luncuran tubuh Liok Kiamping, penjaga dan
peronda yang tidak pernah belajar silat hanya melihat
berkelebatnya bayangan orang, tiada yang tahu apakah
bayangan yang mereka lihat manusia atau burung, ada pula
yang kucek-kucek mata mengira pandangannya kabur, Hal ini
dianggap biasa, apalagi malam gelap maka mereka tidak ambil
perhatian. Dalam berapa kali lompatan berjangkit Liok Kiam-ping
sudah meluncur kederetan rumah-rumah bagian dalam.
Ditempat gelap dia mendekam menunggu kesempatan sambil
memeriksa keadaan sekelilingnya.
Dalam pada itu setelah berpisah dengan Liok Kiam-ping,
Jian-li-tokheng berputar ke kanan memasuki serambi panjang,
pengala-mannya luas, sedikit banyak tahu seluk-beluk gedanggedang
pemerintahan, maka dia memilih tempat-tempat gelap
dan sepi, namun tidak jarang dia kepergok oleh penjaga yang
takpernah diduga sembunyi ditempat yang tidak menyolok,
namun dengan kesebatan gerakannya, beberapa orang
berhasil dia robohkan dengan menutuk Hiat-tonya.
Jian li-tok-heng maju lebih lanjut memasuki bilangan
belakang, sekalijejak dia melesat keatas wuwungan seberah
gedung besar, perlahan dia merambat kepinggir payar lalu
menggelantung terbalik dengan kedua ujung kaki menggantol
genteng, dengan jungkir balik begini dia mengintip kedalam
rumah. Tampak seorang berusia lima puluhan berpakaian preman
duduk dibelakang sebuah meja besar, diatas meja bertumpuk
berkas-berkas dan buku serta alat-alat tulis, mungkin laki-laki
inilah Bupati adanya. Tak jauh disamping meja berduduk
seorang laki-laki berpakaian pelajar berusia tigapuluhan,
mungkin dialah sekretaris Bupati.
Didengarnya Bupati sedang bertanya: "Sudah berapa hari
Yong- toksi menggerebek Kwi hun-ceng, belum juga berhasil
menduduki-nya, kurasa dibelakang persoalan in ada yang
tidak beres. Bagaimana menurut pendapat-mu Bong hucu?"
Laki-laki usia tiga puluhan itu membungkuk badan serta
menjawab hormat: "Kurasa Kwi-hun-ceng adalah tempat
berkumpulnya orang-orang gagah, terhadap pasukan negeri
mereka tidak berani bertindak melawan juga hanya untuk
membela diri, jelas mereka tidak bermaksud jahat, tapi
keadaan mendesak sebelum persoalannya dibikin terang,
mereka takkan mau menyerah."
Menurut laporan dan sudah kuperiksa bahan-bahanyang
kuterima, selamanya belum pernah mereka melanggar hukum
meski termasuk suatu organisasi besar, juga tergolong lurus,
tapi perintah rahasia dari kota raja menugaskan kita
menangkap dan menumpas mereka, sungguh membuat
heran. Padahal menurut apa yang saya baca dari buku, kaum
persilatan umumnya paling memegang teguh kepercayaan dan
kesetiaan hanya menggunakan kebijaksanaan dan kebajikan
kita memberi penjelasan baru bisa menundukkan mereka.
kalaupakai kekerasan kurasa akibatnya akan fatal bagi kita.
Kurasa Yong-toksi belum mampu menunai-kan tugas nya,
lebih baik tarik saja pasukannya, utus saja beberapa petugas
yang cekatan untuk mengawasi gerak gerik mereka,
disamping suruh orang berunding dengan mereka."
"Kalau bertahan terus begini, bukan saja membuang waktu
tenaga dan finasial secara sia-sia, kalau melampaui waktu
yang ditentukan kitapun akan ketimpa salah dari atasan.
Bagaimana pendapat Tayjin."
Berkerut alis orang tua itu, katanya kemudian setelah
merenung: "Memangnya aku sedang pusing lantaran kejadian
ini, baiklah jalankan saja sesuai usul Bong-hucu, mandat
kuserahkan kepadamu untuk membereskannya"
Bong-hu cu berdiri serta menjura, katanya: "Terima kasih
akan kepercayaan yang diberikan kepadaku, aku akan bekerja
sekuat tenaga, namun mengutus siapa untuk berunding
dengan mereka kurasa perlu mengundang ong cong bu-thau
(kepala opal) untuk membicarakan hal ini" lalu dia menoleh
keluar dan berseru: "Kiat Him, lekas panggi ong- cong buthau."
seorang mengiakan diluar pintu lalu langkahnya
makinjauh. Tak lama kemudian cong- bu-thau ong An-dian sudah
melangkah masuk. setelah memberi hormat kepada Bupati dia
berdiri dipinggir. Bong-hucu segera menjelaskan rencananya."
Kepala opas ong An-dian mengunjuk sikap kurang senang
katanya: "Menurut apa yang kudengar kumpulan macam
bandit seperti mereka tidak boleh dikasih hati, apalagi kita
bertindak atas perintah atasan, perundingan kurasa takkan
membawa hasiL" Sang bupati berkata: "Menurut situasi yang bertahan
begini, batas waktu bakal tiba, tak berani aku
bertanggungjawab. Bagaimana menurut pendapat cong-buthaw
dengan Cara apa baru berhasil membereskan persoalan
ini?" ong An-dian menjura, katanva: "Menurut pendapatku.
selekasnya beri laporan keatas bahwa kawanan berandal itu
melawan, tenaga kita kurang dan mohon bantuan beberapa
jago silat kosen supaya usaha kita berhasil. Perlu saya
laporkanpula, menurut laporan petugasjaga, sudah ditemukan
jejak mata-mata musuh yang menyelundup kegedung kita ini,
kepandaiannya lihay, bukan mustahil dia utusan kawanan
brandal yang hendak mengganas di sini."
Bupati dan Bong-hucu berjingkrak kaget, terutama sang
Bupati setelah memberi pes an bergegas dia mengundurkan
diri. Maka ributlah gedung Bupati, obor dipasang orang
bergerak hilir mudik. Jian li-tok-heng tertawa geli, tugas nya sudah tercapai,
maka dia melejit naik keatas genteng, untuk bergabung
dengan Liok Kiam-ping dia malah berlari kearah depanBegitu dia berdiri di wuwungan, orang-orang di bawah
lantas melihat jejaknya, maka ributlah teriakan-teriakan
tangkap ma ling, tangkap pembunuh.
Berkepandaian tinggi nyali Jian- li-tok-heng besar, dia tidak
hiraukan keributan dibawah, sambil meluncur dia malah
bersuit panjang, suaranya melengking tinggi, maksudnya
memberitahu kepada Liok Kiam-ping supaya mengundurkan
diri. Sudah tentu para pengejarnya ketinggalan jauh dibelakang.
Liok Kiam-ping yang sedang sembunyi ditempat gelap sudah
tidak sabar lagi, untung sebelum dia bertindak suitan Jian-litok


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

heng sudah kumandang diudara, tahulah dia bahwa tugas
Jian- li-tok-heng sudah selesai, maka diapun melompat keluar
dan berlari kencang keluar gedung, Hanya sekejap bayangan
kedua orang ini sudah lenyap ditelan kegelapanDiluar gedung Liok Kiam-ping bergabung dengan Jan-li-tokheng,
dengan Ginkang tinggi mereka terus meluncur keluar
kota. Kira kira satu li kemudian, terasa dibelakang mereka ada
dua bayangan orang mengejar dengan kencang. Gerak gerik
kedua pengejar itu cukup lincah dan tangkas, jaraknya
bertahan dua puluh an tombak jauhnya dibelakang Kiamping
berdua. Namun seorang yang dikanan mungkin Lwekangnya
lebih lemah, lama kelamaan dia ketinggalan dibelakang,
napasnya yang ngos-ngosan juga terdengarjelas darijauh.
Sebagai jago-jago silat top sudah tentu mereka meluncur
bagai bintang jatuh, bagi yang berkepandaian rendah,
pastitakpercaya kalau yang dilihatnya adalah bayangan
manusia yang berlari kencang.
Lekas sekali mereka sudah lima li jauhnya, baru saja
membelok keselatan hampir memasuki pegunung an Liok
Kiamping berdua melompat jauh terus menghilang. Pengejar
yang tinggal seorang itu bersuara heran, setiba didepan hutan
dis celingukan. Mendadak didengarnya seorang berseru diatas batu tinggi:
"Sahabat, tengah malam buta, untuk apa kau keluyuran di
sini, tiada jal nan di sini kecuali ke neraka, silakan kembali
saja." sebelum habis bicara, mendadak segulung tenaga
pukulan menyapu datang dari samping.
Pengejar ini berkepandaian tinggi, mendengar angin
menerjang datang, dia menyingkir kekiri sambil membundar
lengan terus digentak keluar memapak serangan. Blang"
keduanya menyurut selangkah kebelakang.
Bila bayangan berkelebat mana muncullah seorang kakek
tua pendek bundar berkedok, katanya sambil gelak tawa:
"Siapa nyana Lo-hu-sin kun yang berkuasa di Lam-hay
ternyata bertindak seperti panca longok mengintip gerak gerik
orang meminjam kekuasaan pemerintah, menindas rakyat apa
tidak malu kau." Lohu-sin-kun melenggong, setelah diperhatikan lantas tahu
siapa pencegatnya, jengeknya dingin: "Kawanan tikus yang
malu dilihat orang, berani memutar balik persoalan, seorang
diri berani kau mencegat jalanku, cari mampus ya" Pencegat
ini adalah Aipong-sut, bentaknya: "Siapa cari mati, hayolah
buktikan." Habis bicara mendadak kedua tangannya menyodok dan
menggenjot, Lo-hu-sin-kun tertawa dingin, sebat sekali dia
miring tubuh, berbareng tangannya menggenjot naik, agaknya
dia sengaja menjebak Ai-pong-sut. Padahal kekuatan mereka
berimbang, setelah menghindar jotosan keras lawan baru Lohusinkun balas menyerang. Karuan Ai-pong-sut tersirap,
namunpengalamannya cukup membuat hatinya tabah, dua
tangan yang kebacut memukul kedepan ditariknya terus
menyikut sambil melompat mundur, tenaga jotos an lawan
berhasil dipunahkan sebagian, namun demikian dia terdesak
mental setombakjauhnya, untung lompatannya sejurusan
dengan pukulan lawan sehingga tidak terluka. "Bluk" dengan
keras pantatnya beradu dengan tanah. Lo - hu - sin - kun
segera menubruk majupula.
"Berhenti." seorang mendadak menghardik dengan suara
yang menggetar bumi, jelas Lwekangnya hebat luar biasa,
seiring dengan berkelebatnya bayangan putih, tinju
seorangpun telah menyelonong tiba.
Terasa oleh Lo-hu-shi-kun, betapa dahsyat pukulan ini,
tersipu dia mengembangkan Hu-kong-king-in-pou, meski
berhasil menyelamatkan diri, setelah berdiri teg a kpula,
matanya terbeliak kaget. Maklum kedudukannya di Bulim
boleh dikata sudah cukup top. jago kosen dalam Bulim yang
mampu menandingi dirinyajuga bisa dihitung dengan jari. Tapi
serangan orang ini mampu membuat dadanya sesak. hal ini
belum pernah terjadi, betapa takkan mengejutkan hatinya.
Waktu dia angkat kepala dilihatnya seorang berpakaian
jubah putih berkedok hitam tengah meluncur turun dari
lamping gunung yang curam sana, langkahnya enteng seperti
terbang berjalan diudara. Itulah Ginkang tingkat tinggi, yang
tiada taranya, Ling-hi-pou yang sudah termashur sejak
ratusan tahun lalu. Setinggi ini Ginkang lawan Jelas dirinya harus memeras
keringat dan mempertaruhkan jiwa raga. Namun dengan
berani dia maju selangkah, jengeknya: "Entah siapakah
cianpwe ini, bolehkah cayhe tahu gelaranmu yang mulia'
Pendatang ini bergelak tawa, katanya:
'cianpwe apa, dihadapan Sin-kun aku hanya ingin menjajal
beberapa jurus kepandaian sekaligus menyelesaikan persoalan
lama.' Lo-hu-sin-kun melengak. namun kejap lain dia sudah
tertawa besar, katanya: 'Sudah dua puluh tahun Losiu tidak
keluar dari Lo-hu-to, persoalan lama apa yang kau maksud
aku tidak mengerti, apa kau tidak salah a lamat.'
'Sin-kun bersimaharaja di Lam-hay seorang Cikal bakal dari
suatu aliran namamu besar disegani, mana mungkin aku keliru
mencari musuh. Maklum setelah jadi pemimpin besar sin-kun
sudah melupakan masa lalu.'
"Permusuhan dalam Bulim sudah jamak kalau hutang darah
dibayar darah,' demikian seru Lo-hu-sin-kun berang, , kalau
tidak lekas jelaskan persoalannya, Losiu tiada tempo cerewet
di sini.' Orang berkeduk itu terkial-kial, suara tawanya
bergelombang mengalun dia lam pegunungan, desisnya
dengan tekanan penuh dendam: "Peristiwa pengeroyokon di
Tay-pa-san dua puluh tahun yang lalu, kurasa belum kau
lupakan bukan"' Lo-hu-sin-kun melenggong, sebetulnya peristiwa itu pernah
membuatnya menyesal, tapi urusan sudah terjadi, cerewet
juga tidak ada gunanya, katanya: 'Agaknya kau pimpinan
besar Hong-lui-pang, menurut pendapatmu, bagaimana kita
selesaikan persoalan lama itu"' 'cara apapun boleh saja, yang
terang hari inHarus dibereskan sampai tuntas.'
"Betul, Cekak dan gamblang. Baiklah Losiu akan iringi
kehendakmu, nah, silakan turun tangan.' lalu dia bergaya dan
pasang kuda-kuda, Liok Kiam-ping tertawa, katanya: 'Selamanya cayhe tidak
berani mendahului, silakan serang saja.'
"Baiklah, Losiu bertindak lebih dulu, Lihat serang an.'
tangannya merogoh pinggang melolos sebatang ruyung emas
berbentuk mulut ikan gurami, sekali sendal ruyung lemas ini
menjadi kaku, menutuk lurus kemuka Liok Kiam-ping.
Kejadian hanya sekejap. melolos ruyung menyerang
dengan gerakan lincah dilakukan sekaligus. memang tidak
malu Lo-hu sin kun sebagai gembong silat yang disegani. Di
sinilah letak kecerdikan dan kemahirannya, tadi dia sudah
saksikan sendiri betapa hebat ilmu Liok Kiam-ping, pukulannya
kokoh kuatjelas sukar dilawan, maka dia menggunakan
senjata. pikirnya hendak mengalahkan musuh dengan
permainan ruyungnya yang lihay.
Ruyung emasnya ini dibuat khusus dan istimewa,
panjangnya ada lima kaki, sebesar buah pir yang
keseluruhannya dibuat dari emas murni. Dengan lincah dia
menuding sambil menggentak sehingga ujung ruyung emas
yang berbentuk seperti mulut ikan mendadak terpentang,
mulut yang terpentang iniperanti mengunci atau meng gig it
senjata lawan, namunjuga bis a digunakan menutuk hiat-to.
Liok Kiamping tidak kira lawan bersuara seranganpun telah
mengancam dirinya, cepatnya tak kalah dari berkelebatnya
kilat, terasa sinar emas mengaburkanpandangan, angin
menderu sudah mengancam mukanya. Betapa tinggi
kepandaian Liok Kiam-ping, tak urung mencelos juga hatinya,
lekas dia berjongkok kekanan menghindari tusukan, berbareng
tangan kanan merogoh kebelakang melolos cui-le-kiam.
Tenaga dikerahkan pada ujung pedang, sekali gerak
Cahayapedang mulur setengah kaki balas menutul kearah
lawan- Beg itu tusukan ruyungnya luput, ujung pedang lawan
sudah balas menusuk dirinya, lekas tangan kanan menarik,
tangan kiri menekan badan ruyung, berbareng turun berputar
maka ruyungnya menyamber kepinggang Liok Kiam-ping,
gerakan sebat serangan laksana angin puyuh sasaranpun
tepat. Liok Kiam-ping tertawa ringan, kaki menjejak tubuh
melambung keudara. sekali jumpalitan tubuhnya anjlok
kebelakang Lo-hu-sin-kun. Permainan pedangnya lincah dan
enteng. kaki mendesak maju, pedangnya menus uk ci-tonghiat
dipunggung Lo-hu sin-kun.
Dua kali serangan ruyungnya luput, kembali dirinya
diancam tusukan dari belakang, lekas Lo-hu-sin-kun
kembangkan Hu-kong-king-in-pou, sekali berkelebat dia
menyingkir delapan kaki, kini ruyungnya diputar kencang
melancarkan Hian-tampian-hoat yang keseluruhnya terdiri
sembilan kali sembilan delapan puluh satu jurus. Ruyung
emasnya bergerak laksana ular sakti yang hidup terbang
diudara menggubat Liok Kiam-ping dengan gemerdep cahaya
emasnya. Liok Kiam- ping membentak sekali, cahaya pedangnya
molor lebih panjang lagi satu kaki. diapun kembangkan Ling
hi-pou, gerak geriknya setangkas tupai bertompatan kian ke
mari diantara samberan ruyung lawan- Dengan
ketangkasannya takjarang dia balas menyerang dengan
pedang pusakanya, setiap kali dia balas menyerang, Lo hu-sin
kunpasti dibuatnya mundur dengan permainan kacau balau.
Yakin dirinya lebih unggul Kiam-ping pusatkan
perhatiannya, kini dia bermain santai tapiperbawa
serangannya bertambah besar malah. Tiga puluhjurus
kemudian, pecah nyali Lo hu-sin-kun, saking kepepet terpaksa
dia keluarkan permainan cambuknya yang baru dicipta sendiri
bernama Soan-hong pian-hoat (ilmu ruyung angin puyuh)
dengan kecepatan luar biasa dia serang Liok Kiam-ping
dengan sengit. Terasa oleh Kiam-ping ruyung lawan seperti berobah ribuan
banyaknya, ribuan batang ruyung sekaligus memberondong
dari berbagaipenjurusehingga napas terasa sesak. Tahu
permainan ruyung lawan sang at lihay, kembali Uok Kiam-ping
jejak kaki melejit tinggi, dengan kelincahan tubuhnya, tenaga
dalam yang tangguh, cui le-kiam sampai meneorong
benderang menyilaukan mata. Dengan Ling- hi-pou Liok Kiamping
berjalan di udara, maka lawan dicecarnya pontang
panting. Betapapun lihay Lo hu-sin-kun, kapan pernah menghadapi
musuh setangguh Liok Kiam ping, terasa mata berkunangkunang,
pandang makin gelap saking silau, hakikatnya dia
tidak melihat lagi di mana musuhnya berada. Tapi dengan Hukongking-in-pou yang tunggal juga dalam Bulim, semula dia
masih kuat melawan- Tapi limajurus kemudian, tidak demikian
keadaannya. Mendadak Liok Kiam-ping tambah tenaga, perbawa ilmu
pedangnyapun berlipat ganda. maka cahaya pedang yang
cemerlang berkembang, hawa pedang melingkup gelanggang
Dada Lo-hu-sin-kun betul-betul seperti ditindih benda
ribuan kati beratnya, napas sesak gerak gerikpun seperti teri
halang, begitu merasa gelagat jelek baru dia sadar dan
berteriak kaget dan ngeri. Tapi pedang sudah menabas turun.
Ditengah jerit kesakitan yang menyayat hati, lengan kirinya
ternyata sudah tertabas buntung tepat dipundaknya, saking
kesakitan sekujur badan bergetar, namun dia kertak gigi yang
berkerutukan, tubuhnya sempoyongan. Lekas dia tutuk
beberapa Hiat-to dipundaknya. Tangan kanan terayun ruyung
emasnya segera dia timpuk kearah Liok Kiam-ping. Setelah
menimpuk senjatanya sekuat tenaga, lekas dia hilang dari
tempat itu. Setelah menabas lengan Lo-hu-sin-kun, terhitung
terlampias dendam perguruan, baru saja dia menarik napas
setelah kerahkan tenaga nya melancarkan ilmu pedangnya,
wajahnya juga pucat dan napaspun ngos-ngosan Begitu
ruyung ditimpukan, secara reftek dia miring kan tubuh ke
kanan, namun gerakannya kalah cepat, lengan baju kirinya
tergores belong. Jian-li-tok-heng kuatir keadaan Liok Kiam-ping, maka dia
tidak mengejar Lo hu-sin-kun yang melarikan ke dalam hutanUntsung Liok Kiam-ping hanya terlalu banyak menggunakan
tenaga, setelah istirahat sejenak tenaganya sudah pulih pula.
Kejap lain bersama Jian-li-tok-heng, Ai-pong-sut bertiga
mereka meluncur kearah barat hilang dibalik rimbunnya
pepohonan. Tidak lama setelah ketiga orang ini pergi, dari semak
rumpus dilereng gunung sana, menongol keluar seraut wajah
lebar beralis tebal mulut lebar, setelan celingukan dia berdiri
sambil menarik napas lega, pandangannya tertuju kearah Liok
Kiam-ping bertiga pergi. Lakl-laki yang sembunyi disemak rumput ini bukan lain
adalah kepala opas kota Un ciu ong An-dian adanya. Dia
sudah saksikan sendiri betapa tinggi kepandaian para
penyatron malam ini. seluruh jago-jago yang ada dikabupaten
tiada yang kuat melawan sejuruspun, apa lagi Lo hu-sin-kun
yang menjadi tulang punggungnya sudah buntung dan
melarikan diri. namun sejauh ini dirinya sudah menguntit jejak
musuh. rasanya enggan putar balik, apa lagi dia punya
pedoman keras, kalau tidak berani masuk gua, bagaimana
dapat menangkap anak harimau. Maka percaya akan
kecerdikan sendiri dia bertekad menguntit jejak musuh.
Segera diapun berlari kearah ke mana tadi Liok Kiam ping
bertiga pergi. Satu jam kemudian dia sudah makin tinggi naik gunung
dan berada dipedalaman yang belukar. dilihatnya ketiga
bayangan di depan itu masih terus meluncur dengan tangkas
dan cepat seenteng burung terbang. Tahu Lwekang Liok
Kiam-ping amat tinggi, maka kepala opas ong An-dian tidak
berani menguntit terlalu dekat, dia hanya melongok dari
kejauhan, ke mana mereka pergi dia terus saja menguntit saja
dibelakang. Waktu itu dia sudah mencapai sebuah puncak dan mulai
membelok kearah puncak yang lain- Mendadak sebuah
bentakan kereng mengejutkan hatinya: 'Sahabat, tengah
malam buta keluyuran diatas pegunungau menguntit orang
lagi. kalau tahu diri menyerah saja." Yang menegor adalah


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kim-ji-tay beng, begitu melompat mencegat langsung dia
hantam kepala orang dengan Kim-soa-ciang.
Kepala opas ong An than adalah murid didikan Kong-tongpay
yang mempunyai kepandaian lumayan, setengah
hidupnya bekerja di kalangan pemerintahan, menjadiopas
atau polisi jaman sekarang, pengalamannya tentang kuntit
menguntit jejak orang amat luas, apa lagi kali ini yang dikuntit
adalah orang berkepandaian tinggi, maka dia sudah bertindak
secara hati-hati, sudah tentu sebelumnya diapun sudah
mempersiapkan diri bila dirinya kepergok.
Mendengar bentakan dia sudah berhenti lalu melompat
sehingga pukulan lawan luput sambil melompat itulah dia ayun
kedua tangannya menimpukkan segenggam pasir hitam
kearah tubuh Kim-ji-tay-beng...
Setelah memukul dan luput Kimji-tay-beng sudah slap
menubruk pula, mendadak kabut hitam bertaburan didepan
matanya. Dia tahu lawan menaburkan senjata rahasia ringan
dan lembut sejenis pasir besi beracun lekas dia menjengkang
tubuh terus bersalto kebelakang sejauh lima tombak. Tanah
berumput dimana tadi dia berdiri seketika mengepulkan asap
hitam dan hang us oleh taburan pasir besi yang lihay beracun
itu. Karuan tersirap darah Kim-ji tay-beng "Sungguh berbahaya,
kurcaci ini tidak boleh diampuni." dengan amarah yang
meluap segera dia menubruk kearah depan, Tapi bayangan
lawan sudah tidak kelihatan, dengan penasaran dia masih
mencari dan mengobrak-abrik tempat itu, namun musuh
sudah ngacir apa boleh buat terpaksa dia kembali ke tempat
penjagaannya. Sementara itu di didalam goa besar, orang banyak duduk
bersimpuh diatas tanah, wajah mereka kelihatan prihatinSetelah menghela napas, Liok Kiam-ping membuka suara
lebih dulu: "Belum lama Hong lui-pang berdiri, tak nyana
sudah ada orang yang mengkhianati kita, sehingga terjadilah
musibah ini, kejadian ini amat mengecewakan dan
membuatku menyesal sekali."
Selanjutnya Jian-li-tok heng berkata: "Menurut nada
pembicaraan mereka, pengkhianat itu adalah anggota di
bagian luar. Suma-Ling-kong berkata: "Markas besar adalah
pusatpemerintahan dari organisasi kita, tempat dimana
wibawa ditegakkan, disiplin tinggiperaturan ketat. kalau betul
ada pengkhianat pasti mudah diketahui, apalagi penguasa
setempat sebelum ini tidak tahu, dan ada niat menggerebek
kita, maka dapat dibuktikan bahwa pengkhianat itu bukan dari
anggota luar di markas besar."
Coh-siang-hwi fh Tian hiong berkata: "Dokumen yang
memuat Daftar anggota luar disimpan secara rahasia oleh
seorang Thocu,jelas tidak mungkin bocor, dari peristiwa ini
dapat dirasakan bahwa tata laksana organisasi kita perlu
diadakanperombakan."
Selanjutnya Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay juga akan bicara:
"Anggota luar tersebar di beberapa daerah, banyak yang baru
didirikan seluruh anggota yang masukj elas sukar diseleksi
seCara tuntas, padahal Cabang tersebar luas dimana- mana,
lalu dari cabang mana kita harus mulai penyelidikan ini.'
Ai-pong-sut seperti biasa mengerut alisnya yang sudah
putih jarang-jarang, katanya:
'Urusan sudah mendesak jikalau diselidiki ulang, jelas
temponya tidak keburu, memangnya apa yang bisa kita
lakukan sekarang" 'Ucapan Tianglo memang betul,' ucap Liok Kiam-ping.
Jikalau hal ini diselidiki dari anggota bagian luar, bukan saja
memakan waktu, membuang tenaga, kemungkinan bisa
membuat kapiran malah.' Kim-ji-tay beng berseru: 'Diselidiki tidak bisa, daripada kita
duduk berpeluk tangan- kurasa langsung kita luruk ke
Kabupaten dan tanya langsung kepada Bupati, seperti orang
Sakit, kalau tahu macam apa penyakitnya, dengan mudah kita
akan memberikan obatnya baru lebih lanjut kita pikirkan
langkah apa yang harus kita lakukan."
P-likjiu ciu Thay keplok tangan, Serunya: "Nah. begitu lebih
pantaS. Cara paling mudah juga mudah dilakukan-'
It cu-kiam Koan Yong berkata: "Situasi Cukup mendesak.
bagi kita tidak boleh ulur waktu Supaya urusan tidak tertunda
dan akibatnya bisa Celaka bagi Hong-lui-pang kita."
Ai-pong-sut berkata lagi: "Kudukung ucapan Sipg tongcu
(maksudnya Koan Yong), kamHarus bekerja lebih Cermat dan
teliti. sekarang tidak boleh terburu nafsu, lebih penting kita
segera bicarakan cara bagaimana kita hadapi persoalan ini lalu
mengambil langkah tepat."
Mendadak Jian-li-tok-hang menepuk paha, katanya tegas:
"Soal ini tak perlu ditangani dari dalam organisasi kita sendiri,
kalau perintah rahasia ini datang dari kota raja, maka kita
harus mulai penyelidikan ini darisana, kurasa jalan yang kita
tempuh lebih pendek dan tepat mengenai sasaran, hasilnya
tentu juga lebih tuntas."
Ginjitay-beng yang diam saja sejak tadi, berseru gusar:
"Betul. kalau surat perintah itu datang dari kota raja, mari kita
serbu ke kota raja dan hancurkan istana raja."
si gede Siang Wi ternyata tidak mau ketinggalan, dengan
gelak tawa diapun berkata:
"Menghancurkan kota raja, hahaha. suruh Baginda menarik
tentaranya kan beres. Kalau dia melawan serahkan kepadaku,
biar kuhajar pantatnya dengan pentungku ini."
Maka ramailah suasana, semua mengajukan diri untuk
menunaikan tugas ini kekota raja. Karena si gede menyebut
nama "Baginda", Liok Kiam-ping lantas ingat kejadian yang
pernah dialami di kota raja dulu, segera dia bisik-bisik dengan
Ai-pong sut, lalu berkata dengan tawa lebar: "Kejadian tak
boleh diulur panjang, waktu sudah mendesak biarlah aku
sendiri yang pergi ke kota raja. Perjalanan akan disertai
Tianglo, maka segala urusan di markas besar kupercayakan
kepada para Tongcu untuk mengurusnya. Sebelum mendapat
kabar, kuharap tidak terjadi bentrokan langsung dengan pas
ukan negeri, bila terpaksa boleh menyingkir saja
danpertahankan sisa kekuatan kita yang tak seberapa ini."
Bahwa Liok Kiam-ping akan menempuh perjalanan jauh
lagi, karuan Siau Hong gUgup dan gelisah, katanya dengan air
mata berlinang: "Ping-koko. kau mau pergi lagi"'
Terpaksa Liok Kiam-ping harus membujuknya, untung Siau
Hong cukup dewasa danpandai melihat suasana, kepentingan
umum harus diutamakan, maka dia berkata: "Baiklah, kau
harus jaga dirimu, hati-hatilah dijalan."
Setelah istirahat Liok Kiam-ping dan Ai-pong-sut bebenah,
lalu pamitan dengan orang banyak dari belakang gunung
mereka berputar ke utara"
Ginkang mereka tinggi berjalan dipegunungan yang beri
hutan lebat tidak menjadHalangan bagi mereka. Selama tiga
haritiga malam mereka terus melakukanperjalanan, menjelang
fajar hari keempat mereka sudah tiba disekitar kota Ling- an.
Ling an adalah ibukota dynasti Song selataan, letaknya
dimuara ci-ong-kang, tembok kotanya tinggi lebar,
penduduknya padat. pusatperdagangan kehidupan makmur
merupakan, kota penting ditenggara kora raa.
Di kota inijuga ada markas Cabang Hong-lui-pang mereka,
maka Liok Kiam-ping merasa perlu mencari tahu situasi di kota
ini sekaligus mencari informasi tentang anggota mereka yang
tercerai berai, meski menyerempet bahaya juga berani
dilakukan. Bahwasanya kalangan pemerintah yang ditunjang
para opas adalah orang-orang biasa yang tidak pandai silat,
maka mereka tidak terpandang dalam hatinya, namun supaya
tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan, slang hari itu
mereka istirahat diluar kota yang sepi.
Magrib telah tiba, penduduk mulai memasang lentera.
cuaca sudah gelap. maka Liok Kiam-ping berdua leluasa
mengembangkan Ginkang lewat daerah yang sepi terus
meluncur kedalam kota. Didalam kota amat ramai, ditengah hilir mudiknya pejalan
kaki Kiam-ping berdua mencampurkan diri ditengah orang
banyak. arahnya kemarkas tentara dikota ini. Markas
besartentara kota Ling- an merupakansentralpimpinan daerah
pas ukan negeri diwilayah tenggara, maka gedungnya besar
dan meg ah serta angker, tiang berdera yang berada dikedua
pinggir menjulang tinggi puluhan tombak. Didepan pintu
berderet dua baris pasukan berseragam biru tua dengan
senjata teri hunus, sikap kereng dada membusung.
Pasukan ronda hilir mudik terdiri beberapa group, Liok
Kiam-ping dan Ai-pong-sut menyelinap kesebuah gang kecil
yang takjauh letaknya dari markas besar itu, kedok hitam
dikenakan sambil memberi tanda mereka berputar kebelakang
mengitari tembok tinggi. Baru setengah iingkar mereka meny
us uri tembok tinggi, kebetulan dilihatnya dahan pohon besar
yang menjorok keluar tembok. Kiam-ping tertawa riang, tanpa
janji keduanya melompat tinggi mencapai dahan lalu
melompat keataS pohon dan tiba dibagian dalam.
Tembok tinggi itu memagari Sebuah taman besar yang
rimbun dan teratur baik. Mereka tidak perhatikan keadaan
Sekelilingnya. langSung berlompatan diantara bayang-bayang
pohon menuju kesebuah gedung besar berloteng.
Dibawah rimbunnya dedaonan pohon, bayangan orang
tampak bergerak, derap langkah mereka amat lembut,
Segalanya Serba tegang dan Sunyi. Entah peronda atau
petugas jaga, tiada yang bertugas dengan baik, namun Kiamping
berdua tidak ambil peduli tidak konangan dan
menimbulkan keributan terpaksa mereka berputar agakjauh
lewat pucuk pohon menyelinap ke balik tembok dengan
Ginkang tinggi. Setengah jam kemudian gedung besar berloteng itu sudah
didepan mata. Tinggi gedung loteng ini ada enam tujuh
tombak. berdiri gagah dan angker ditengah gelup, seperti
raksasa yang hendak menerkam orang saja.
cahaya lilin terang benderang didalam gedung seperti slang
hari, bayangan orang bergerak-gerak. sering terdengar suara
keras dan lantang. Tanpa banyak pikir Kiam-ping berdua
melesat ke kiri kanan dan hinggap dipagar loteng terus
mendekam diatas belandar.
Bagi orang biasa, jarak setinggi enam tombak tak mungkin
dicapai, tapi bagi Kiam-ping berdua biasa saja, seperti berjalan
di tanah lapang, tanpa membuang tenaga. sedikit menutul
tubuhnya melesat seperti anakpanah, tangan meraih belandar
kakitangan bekerja seperti kera sehingga tubuhnya
bergelantung dibawah pohon, setelah membuat lubang
dijendela kertas lalu mengintip kedalam.
Ternyata itulah ruang kerja yang berukuran sedang saja,
perabot serba antik, alas tulis lengkap diatas meja, tapi tiada
bayangan seorangpun. Suara percakapan lantang itu
berkumandang dari luar kamar sedang ini, agaknya masih ada
kamar lain disebelahnya. Demi Hong-lui-pang dan
keselamatan para kawan, sebetulnya Liok Kiamping segan
masuk kekamar orang, tapi keadaan mendesak. terpaksa dia
menyongkel jendela melayang masuk. Selama hid up
barupertama kali ini dia menyelundup kekamar orang tanpa
idzin, semula hatinya kurang tentram tapi lekas dia tekan
perasaannya.. Dengan berindap dia menuju kebelakang pintu, perlahan
dia menarikpintu hingga terbuka segaris serta mengintip
keluar, diluar adalah serambi lebar, kanan kiri diapit kamar,
kemungkinan kamar- kamar kerja daripara menteri. Suara
percakapan kumandang dari salah satu kamar ditengah
serambi sana. Melihat sekitarnya tiada orang, sekali berkelebat Liok Kiamping
meluncur kearah datangnya suara. Gerak geriknya
memang enteng seperti barung walet, sekali berkelebat lantas
lenyap. Dengan cerdik Kiam-ping memasuki sebuah kamar
kecil disamping kamar besar ditengah, dari kamar kecil ini ada
jendela penghuhung dipajangi Vas bunga kembang.. dari balik
Vas kembang inilah Liok Kiam-ping mengintip kekamar
sebelah. Dalam ruang besar ini terdapat sebuah meja tinggi besar,
dibelakang meja duduk lima orang yang tampangnya
miripperwira tinggil usianya rata sekitar lima puluh lebih.
Disebelah bawah lagi duduk dua baris yang berdiri
belasanperwira kelas rendah,jadi bentuk meja duduk mereka
mirip leter "T", kelihatanperundingan sedang berjalan.
Pewira tua yang duduk ditengah diantara empat rekannya
disebelah atas sedang bicara: "Laporan datang dari Un-ciu,
bahwa Kwi-hun-ceng tak berhasil diduduki, orang-orang HongTiraikasih
Website )ui-pang menyingkir kepedalaman, Pasukan tak mungkin
mengejar karena kekurangan tenaga, kalau bertahan terlalu
lama. kuatir melampaui batas waktu yang ditetapkan maka
mereka minta bantuan. Kalau hal ini benar, ciangkun mungkin
jua takkan berani bertanggung jawab."
Seorang pewira muda yang duduk disebelah bawah berkata
dengan tersenyum: " Hong-lui-pang belum lama berdiri
dikalangan Kangouw, kekuatannya masih terbatas kalau mau
digrebek semestinya tidak perlu banyak banyak tenaga dan
mengalami kesukaran. Apalagi menurut berita yang tersiar
bahwa mereka mematuhi Hukum dan bertujuan baik, rasanya
tak mungkin melawan pasukan pemerintah, kurasa kasus ini
masih banyak seluk beluk yang harus kita selidiki, tak perlu
bertindak dengan tangan besi."
Seorang Perwira tua disebelah kiri berkata: "Akupun punya
pendapat demikian- tapi surat dari Un-ciu hanya menyebut
minta bantuan tidak menjelaskan sebabnya, Ciangkun
sendiripun ragu-ragu untuk bertindak."
Perwira disebelah kanan berkata juga:" Sejak mula kasus
ini cukup membingungkan, surat perintah dari kota raja hanya
suruh menangkap tanpa disertai dosa kesalahan, kurasa kasus
ini menyangku tpermusuhan kaum persiI atan."
Perwira yang duduk dipaling tengah rnengangguk, katanya:
"Ya, kemungkinan demikian, menurut pendapat Losiu.
sementara kita tidak memberi reaksi, hanya surat dikirim
kemarkas Un-ciu untuk membantu tenaga ikut mengepung
sajabila duduk persoalannya sudah jelas baru kerahkan
pasukan besar, kita harus menghindari pemborosan yang tiada
gunanya. Apalagi orang persilatan paling mengutamakan
kesetiaan. memandang mati seperti pulang ke haribaan Thian
Yang Maha Kuasa, bila kita salah langkah, bukan mustahil


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keluarga kita yang ketimpa musibah balas dendam mereka,
apakah tidak konyol.."
Dua baris perwira rendah yang duduk dibagian bawah
berkeplok bersarna dan menyatakan akur. Perwira tua
ditengah itu angkat tangannya menghentikan suara ramai,
katanya: "Tic- ciangkun, giliran ronda dan petugas malam
inHarus diperketat dan lebih hati-hati, katanya kemaren
malam ada mata- mata yang menyelundup ke gedung kita,
beberapa jago silat yang kita undang membantuj uga terluka
waktu mengejar musuh, maka kita harus bersiaga. terutama
kawanan brandal Hong-lui-pang yang berada dipenjara itu,
harus dilayani selayaknya dan dijaga keras, Segala Sesuatunya
jangan gegabah." Seorang perwira muda berdiri serta mengiakan
membungkuk, katanya: "Baik, sekarang juga akan kuadakan
inspeksi." Mendengar mereka anggap Hong Luipang sebagai brandal,
keki Liok Kiam-ping bukan main, hampirsaja dia menerobos
keluar dan mencaci mereka serta memberi penjelasan, namun
mengingat kepentingan Hong-lui-pang dia tak berani bertindak
secara gegabah, sia-sia nanti tugas perjalanannya kali ini,
serta mendengar perwira muda itu hendak keluar, seketika
hatinya bersorak. Kesempatan tak boleh diabaikan, dengan
berindap-indap dia keluar serambi dan sembunyi ditempat
gelap. Terdengar langkah berat mendatang, pintu ruang besar
terbuka, sesosok bayangan orang berjalan keluar, lalu menuju
kearah dalam dengan langkah tegap dan cepat. Sekali lompat
Liok Kiam-ping menguntit dibelakangnya.
Sekarang kita ikut Ai-pong-sut Thong-Cau yang berputar
kearah lain- Pengalamannya jauh lebih banyak, keadaan
gedung ini seperti sudah amat apal baginya, dalam waktu
setengah jam dia sudah tiba dibelakang dalam.
Jangan kira tubuhnya tambun pendek. namun gerak
geriknya cepat laksana panah, tangkas seperti kera. Saat itu
kentongan satu baru saja lewat dia mendekam ditempat gelap
dibawah jendela dengan ujung jari dia membasahi kertas
jendela lalu mengintip kedalam.
Perabot dalam rumah ini serba antik. meja kursi berukir
indah. gordin sutra tebal bersulam, takjauh dipinggir jendela
terdapat sebuah meja panjang, sebatang lilin sebesar lengan
menyala diujung meja kanan, dibelakang meja besar panjang
itu terdapat sebuah kursi besar lebar beralas kasur beludru
dengan sulaman yang bagus dinding kamar dihiasi banyak
lukisan kuno, rak buku ditata rapi, orang akan merasa nyaman
dan lega berada dikamar ini.
Tiba-tiba terdengar suara batuk dari luar. Muncul seorang
bocah lima belasan tahun menyingkap kerai menyingkir
kepinggir. Seorang tua berusia limapuluhan dengan pakaian
preman melangkah masuk sambil menggendong tangan,
mukanya putih bersih, alisnya sudah memutih matanya masih
bergairan, wajah dan sikapnya tampak kereng berwibawa
Langsung orang tua ini duduk dikursi besar itu, katanya: 'Kinbin,
bawa kemari berkas perkara itu.'
Kacung cilik yang menyingkap kerai tadi mengiakan, lalu
menuju kealmari sebelah kanan mengambil berkas berkas
dokumen lalu ditaruh diatas meja.
orang tua itu membalik balik selembar demi selembar
sambil membaca serta pegang pensil membubuhkan tanda
tangannya. Mendadak dia berseru heran katanya: 'Lho,
kenapa begini?" sekilas melenggong lalu dia berkata lirih:
'Undang Li suya kemari.' Kacung cilik itu mengiakan terus
melangkah keluar. Tak lama kemudian dia menyingkap kerai pula menyilakan
seorang laki-laki tua setengah uban berusia enampuluhan
masuk. dengan langkah gopoh orang tua ini mendekat
kedepan meja serta menjura, katanya:
'Entah ada keperluan apa Ciangkun Tayjin memanggil
hamba.' Ciangkun itu sedikit mengangguk, katanya tertawa: "Lilohucu,
tak usah banyak adat, silakan duduk"
Li-suya menjura pula lalu duduk dikursi.
Ciangkun mengangsurkan dokumen yang dibacanya tadi
kehadapan Li-suya, katanya: "silakan Lo lohucu baca dokumen
ini lalu bagaimana pendapatmu."
Dengan cermat Li-suya baca dokumen itu, lalu menepekur
sejenak katanya kemudian dengan tersenyum: "Menurut
pendapat hamba, kalau perintah ini langsung diturunkan oleh
Cin-ong sendiri, dibalik kasus ini kurasa ada didukung oleh
kekuasaan istana, lebih baik kita ulur saja perkara ini sambil
menunggu reaksi dari kota raja, pedoman kita adalah jalan
tengah, tidak menyalahi pihak manapun.
Ciangkun bimbang, katanya kemudian:
"Tapi kalau tertunda lama, Kwi-hun-ceng belum juga
berhasil direbut, jikalau pihak istana marah dan menjatuhkan
hukumannya yang ketimpa bencana bisa merembet keberba
pihak, langkah ini Harus dilakukan hati-hati.'
"Harap Tayjin periksa." ujar Li-suya, 'kalau kota raja
mendesak. kitapun bisa mendesak dan hibahkan persoalan ini
kepihak penguasa setempat, dua pihak harus kita layani
secara baik." Ciangkun manggut- manggut, katanya:
"Baiklah, untuk ini boleh Li-suya laksanakan saja." lalu dia
ambil berkas berkas surat itu diserahkan kepada Li-suya terus
mengundurkan diri. Dengan laku hormat Li-suya menerima, lalu membebernya
diatas meja, dengan teliti dia periksa dokumen dokumen itu
sambil geleng-geleng kepala lalu menepekur.
Dengan ketajaman mata Ai-pong-sut dia dapat melihat dari
tempat yang agak jauh. kebetulan Li Su-ya membelakangi
dirinya, maka diapun dapat melihat dokumen yang
dipegangnya, seketika dia melenggong, karena surat perintah
itu datang dari Kiu bu-te-tok sesuai kop surat yang terlihat
olehnya, tentang apa isi perintahnya, karena tulisan lebih kecil
dia tidak melihat jelas. Pada hal sudah enampuluh tahun dia berkecimpung
dikalangan Kangouw, pengalaman luas, hati tabah dan
pemberani lagi, setelah melihat surat perintah itu, mau tidak
mau hatinya mencelos dan kuatir pula setelah melihat tulisan
Kiu-bun-te-tok itu. Apa yang dilihatnya ini sudah cukup dijadikan bahan
penyelidikan mereka di kota raja. tujuan sudah tercapai, tiada
persoalan lainpula yang perlu diselidiki di sini, maka dia
mengundurkan diri dan menyelinap pergi kearah kamar
tahanan- Kamar ta ha nan terletak dibilangan kiri dari gedung besar
ini, kentonganpertama baru lalu, namun kamar penjara yang
besar dan luas ini sudah sunyi senyap. keadaanserba gelap.
yang terdengar hanyalah gerosan para tahanan yang tidur
pulas dan suara kentong para peronda.
Bayangan orang tampak bergerak pulang pergi didepan
pintu penjara, langkah lembut mereka tidak pernah berhenti,
Ai-pong-sot berputar kebelakang kamar tidur para penjaga,
menyelusuri tembok tinggi lalu melompat masuk kedalam.
Kamar tahanan terdiri dua bilangan, setiap bilangan terdiri
tiga puluh kamar, dari pintu besar memandang kedalam,
suasana tampak remang-remang dibawah senter minyak yang
terganturg diatas dinding, suara rantai yang gemerincing
membuat siapapun mengkirik seperti berada didalam neraka.
Tapi Ai-pong sut bernyali besar, dengan hati-Hati dia
menyelinap masuk lewat jeruji yang terpasang dijendela atas
terus melongok kearah tengah
Di kamar besar yang terletak ditengah itulah, para
pimpinan cabang Hong- lui pang diwilayah ciat-kang ini
dikurung, mereka terdiri pimpinan tinggi semua, ada yang
duduk ada yang meringkel, jelas keadaan mereka amat iseng.
Ai- pong- sut maklum. diluar mereka adalah pemimpin yang
Cekatan dan Cermat bekerja. wajah mereka juga amat dan
kenal, namun siapa nama mereka satu persatu sukar
diingatnya. Seorang lakl-laki brewok berusia tiga puluhan dengan
suaranya yang kasar berkata:
"Tanpa alasan kenapa kita dikurung semua di sini. Maknya,
memangnya menjadi anggota suatu organisasi juga melanggar
hukum ?" Seorang pemuda bermuka bersih berkata, 'Peduli amat,
besok akan kutanyakan biar jelas, kalau tiada jawaban, biar
kuhajar mereka.' seorang tun berjenggot hitam berkata:
"Kalian jangan gelisah, kasus ini sudah menggemparkan
seluruh Bulim, usaha pembebasan kita pasti sudah dilakukan
oleh markas besar. Maka kita harus bersabar meski agak
menderita di sini, jangan urusan kecil menggagalkan urusan
besar, yakinlah dalam beberapa hari lagi, pasti ada kabar baik
dari markas pusat." Seorang berkumis pendek. bertubuh sedang kekar berkata:
"Kalau ngomong sih demikian padahal kejadian mendadak.
belum ada perintah dari markas besar, jelas kita tak berani,
melawan pemerintah, sehingga terpaksa meringkuk
disinitanpa alasan, kalau mau berontak memangnya kita
beberapa orang ini boleh dibuat permainan "
orang tua berjenggot hitam tertawa, katanya: "Memang
demikian, kami sudah bersabar sampai sekarang, kalau
mereka tidak menyiksa dan bermaksud jahat, buat apa kita
gelisah sendiri kalau bertindak secara gegabah, urusan juga
tidak akan segera selesai, kemungkinan hanya mendatangkan
kesukaran danbebanbagi markas besar."
Sungguh lega bukan main hati Ai-pong-sut mendengar
percakapan mereka,, diam-diam bersyukur bahwa anggauta
Hong-lui-pang adalah orang-orang yang punya pandangan
obyektif, pengertian mendalam dan ketat menjaga disiplin
danperaturan, patuh kepada hukum yang berlaku maka dia
yakin tidak akan sukar kasus ini di bereskan selekasnya.
Disaat dia hendak putar tubuh, mendadak dilihatnya sesok
bayangan putih melesat bagai kilat, dari arah samping. Gerak
gerik pendatang ini cepat bagai kilat, jikalau bukan Ai-pongcut
Thong cau yang punya Lwekang tinggi, sukar melihat jelas
bahwa yang datang adalah Liok Kiam-ping. kalau orang lain
tentu bayangannyapun sukar melihatnya.
Hanya sekilas dia melenggong, bayangan itu sudah
meluncur tiba didekatnya, katanya lirih: "Tiada urusan disini,
hayo pergi." dengan Ginkang tinggi bagai kilat mereka
meluncar keluar meninggalkan markas tentara kota Ling an
ini. Diluar kota mereka istirahat gejenak saling menutur apa
yang berhasil mereka selidiki, akhirnya diputuskan bersama,
mereka cepat harus menuju kekota raja. ditempat itu mereka
samadi, menjelang fajar mereka sudah berlari-laripula diantara
alas pegunungan menuju utara." "
Begitulah selama lima hari mereka terus tancap gas berlari
dengan Ginkang tinggi, bila lelah cukup samadi. dan istirahat
makan minum sejenak lalu berangkat pula, untung mereka
memiliki Lwekang tangguh sebagai penunjang pula sehingga
hari kelima kota Pakkhia sudah jauh kelihatan didepan sana.
Untuk menyembunyikan jejak. mereka menginap disebuah
hotel kecil diluar kota pintu selatan. Sesudah hari menjadi
gelap baru mereka menyamar pelancongan memasuki kota.
Kota Pakkhia amat besar berkeliling kota cukup menghabiskan
banyak waktu, tanpa merasa mereka sudah berada d id a erah
sekitar kantor Kiu bun te tok, dengan cermat mereka meneliti
gedung itu, lalu mencari suatu tempat sepi dan gelap. istirahat
sambil menunggu waktu. Kiu bun te-tok bertugas menjaga keselamatan seluruh
warga kota, keamanan berada di kekuasaannya, maka markas
besarnya cukup mentereng, dan angker, para petugas piket
didepan gedung kelihatan gagah danperkasa, seragamnya
barusenjata lengkap. penduduk kota tiada yang berani
berjalan lewatpos penjaga, semua tunduk danjalan cepat
cepat. Satu hal yang menarik perhatian adalah markas besar ini
amat luas, bukan soal untuk menyelidiki didalam gedung
sebesar itu, apalagi markas besar Kiu-bun-te-tok tak boleh
dibanding markas tentara. dikota-kola besar umumnya, pospos
penjagaan terbagi rata dari kontak satu dengan yang lain
amat cepat dan segera, sekali lena bukan mustahiljiwa bisa
terancam bahaya. Maka Kiamping berdua memerlukan banyak waktu untuk
berputar memilih tempat strategis untuk melompat ketembok
pelindung, sambil merunduk mereka majuterus kedalam. Tiga
puluhan meter kemudian mereka tiba dibawah tembok yang
sekelilingnya tumbuh pohon-pohon rimbun. Aipong-sut
celingukan, sekitarnya tiada bayangan orang, segera dia
memberi tanda ulapan tangan kepada Liok Kiam-ping lalu
mendahului melejit keatas tembok.
Pendekar Sejagat 2 Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo Cinta Bernoda Darah 2

Cari Blog Ini