Ceritasilat Novel Online

Kereta Berdarah 11

Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 11


menyesali dosa-dosamu itu maka aku suka menjamin kalau
urusan ini tidak sampai tersiar di dalam dunia kangouw, dengan
begitu nama besar dari Bu-tong-pay pun tidak sampai ikut
rusak." "Terima kasih Thaysu," sahut Yuan Si Tootiang menunduk.
Ciu Tong yang baru saja kematian putranya mana mau
melupakan dendam tersebut terdengar dia berteriak secara
tiba-tiba dengan suara yang amat keras:
"Aku Ciu Tong tidak akan ikut menjamin "keselamatannya."
"Bilamana saudara- sekalian suka menjaga nama baik Butongpay, hal ini benar' merupakan suatu budi yang amat
besar, aku Yuan Si mengucapkan banyak terima kasih tetapi
bilamana berita ini hendak disiarkan akupun tidak bisa berbuat
apa-apa karena itu memang kesalahanku sendiri", kata Yuan
Si Tootiang sambil tertawa pahit.
Koan Ing yang selama ini selalu berdiam diri setelah
mendengar perkataan tersebut dalam hati lantas menaruh
rasa kagum, pikirnya, "Hmm tidak kusangka kalau Yuan Si
Tootiang masih merupakan seorang lelaki sejati "
"Heei.... kalian bersiap-siap hendak menjatuhi hukuman
apa kepadanya?" tanya Sin Hong Soat-nie tiba-tiba.
Sang Su-im termenung tidak menjawab, dia adalah seorang
pangcu dari suatu perkumpulan besar apalagi dengan Yuan Si
Tootiang tidak mempunyai ikatan budi maupun dendam sudah
tentu iapun tidak suka bertindak gegabah di hadapan orang
banyak. "Aku mau menghisap darahnya!" tiba-tiba terdengar Ciu
Tong yang menaruh dendam paling mendalam berteriak
keras. Semua orang bungkam seribu bahasa, mereka tahu Ciu
Tong bisa menaruh begitu benci terhadap diri Yuan Si
Tootiang hal ini disebabkan putranya sudah mati di
tangannya, sekalipun perkataannya ini ada banyak orang yang
merasa tidak setuju tetapi tak seorangpun yang mengucap
kata-kata. "Pinceng rasa malam kini sudah tiba, Yuan Si Tootiang
sebagai seorang ciangbunjien dari suatu partai besar apalagi
kini dia sudah menyesali dosanya, maka perkataan yang
sudah diucapkan tidak bakal diingkari sendiri," kata Thian
Siang Thaysu dengan suara perlahan "Bagaimana kalau
urusan ini kita bicarakan kembali setelah ke luar dari gua
ini....?" "Bilamana di dalam beberapa waktu ini terjadi suatu
peristiwa, siapa yang akan menanggung?" bentak Ciu Tong
marah. "Pinceng yang tanggung!"
Bagaimanapun juga Thian Siang Thaysu dengan Yuan Si
Tootiang semula adalah kawan karib, sekalipun pada saat ini
diapun menaruh rasa gemas dan benci terhadap dirinya tetapi
melihat keadaannya yang kepepet ini hatinya merasa tidak
tega juga, dia merasa sikap dari Ciu Tong sedikit keterlaluan.
Bagaimanapun juga jalan pikiran tiga manusia genah serta
empat manusia aneh tidak akan sama.
Hweesio dari Siauw-limsi ini berbuat demikian karena makin
menaruh rasa kasihan terhadap Yuan Si Tootiang, juga
persoalan inipun sedikit2nya mempengaruhi kecemerlangan
dari tiga manusia genah, karena itu walaupun dia merasa
toosu Bu-tong-pay itu bersalah mau tak mau dia harus
membelanya juga. "Hmm hweesio apakah kau merasa kuat untuk memikul
tanggung jawab tersebut?" ejek Ciu Tong dingin.
Kini perkataan sudah diucapkan keluar, walaupun Thian
Siang Thaysu merasa beban ini sangat besar dan berat, tetapi
perkataan sudah diucapkan keluar tidak bakal bisa ditarik
kembali, Setelah termenung beberapa saat lamanya dia baru
berkata, "Bilamana dia berhasil melarikan diri, sekalipun lari ke
ujung langitpun akan pinceng kejar terus ",
Ciu Tong lantas menarik napas panjang-panjang, keadaan
pada saat ini sudah tidak mengijinkan lagi buat mereka saling
bentrok, setelah memandang sejenak keadaan cuaca terakhir
dia baru mengangguk. "Baiklah biarlah kali ini aku menyetujui usulmu itu."
Semua orang baru menghembuskan napas lega setelah
mendengar perkataan Ciu Tong, walaupun begitu diantara
mereka tak ada seorangpun yang berbicara.
Lama sekali baru terdengar Sin Hong Soat-nie menoleh ke
arah Yuan Si Tootiang dan bertanya, "Sekarang kau sudah
teringat belum siapakah yang menyaru sebagai Si Budak
Berdarah?" "Pinto tidak tahu."
Sewaktu bicara sampai di situ mendadak dari luar gua
berkumandang datang suara dentuman tiga kali yang amat
keras sekali. "Blaaammm.... Blaaammm.... Blaamm....!"
"Ahh.... serangan total sudah dimulai!" teriak Sang Su-im
cepat. Pada saat yang bersamaan pula mendadak terdengar Yuan
Si Tootiang membentak keras, tubuhnya dengan cepat
bagaikan kilat sudah menubruk ke arah Koan Ing serta Sang
Siauw-tan. Melihat kejadian itu para jago yang berada di
tengah kalangan menjadi amat kaget.
Thian Siang Thaysu menjadi sangat terperanjat, mana
mungkin dia suka memberi kesempatan bagi Yuan Si Tootiang
untuk melakukan kejahatan lagi.
Di tengah suara bentakan yang amat keras, tubuhnya
berkelebat ke depan sedang sepasang telapaknya dengan
sejajar dada menghantam ke tubuh Yuan Si Tootiang dengan
menggunakan tenaga lweekang "Sian Thian Si Boe Cin Khie".
Yuan Si Tootiang tertawa seram, tangan kanannya
membalik melancarkan satu pukulan disertai hawa murni yang
berwarna merah tawar mengancam tubuh Thian Siang
Thaysu. "Aaach ilmu kh.^-kang Hwee Soat Chiet Sah Kang
Khie!" teriak Sin Hong Soat-nie kaget.
Semua orang menjadi terperanjat dengan cepat dua gulung
angin pukulan itu terbentur satu sama lain membentuk
gulungan angin taupan yang amat dahsyat.
"Braaak!" dengan disertai suara benturan nyaring pasir
serta kerikil pada beterbangan memenuhi angkasa.
Dengan cepatnya Sin Hong Soat-nie mencabut keluar
pedangnya melancarkan serangan, dia merasa kaget karena
Yuan Si Tootiang berhasil menangkis datangnya angin pukulan
dari Thian Siang Thaysu dengan tangan sebelah, dari hal
inijelas sekali tenaga dalam yang dimiliki sudah mencapai
pada taraf kesempurnaan. Sewaktu Sin Hong Soat-nie melancarkan serangan itu Yuan
Si Tootiang sudah berhasil menangkis datangnya Thian Siang
Thaysu, sedang tangan kanannya dengan cepat menyambar
tubuh Sang Siauw-tan. Melihat kejadian itu Koan Ing jadi terperanjat, dengan
diiringi suara suitan yang amat nyaring pedangnya dengan
cepat membabat ke depan dengan menggunakan jurus "Thian
Hong Coe Lok". Sin Hong Soat-nie yang pedangnya berhasil dipukul ke
samping oleh tenaga sabetan telapak kiri toosu Bu-tong-pay
ini hatinya terperanjat segera menarik kembali serangannya,
di dalam sekejap saja pedangnya kembali menyambar ke
depan mengancam batok kepala Yuan Si Tootiang.
Dengan amat gesitnya Yuan Si Tootiang meloncat ke atas,
kakinya melancarkan serangan tendangan memukul mental
pedang Kiem-hong-kiam ditangan Koan Ing sedang tangan
kanannya menotok jalan darah pingsan dari Sang Siauw-tan,
sewaktu tubuhnya melayang turun ke atas permukaan tanah
dengan lincahnya dia berhasil menghindarkan diri dari tusukan
pedang Sin Hong Soat-nie.
Sang Su-im serta Cha Can Hong pun merasa amat
terperanjat, ilmu jari Han Yang Ci serta ilmu pukulan Kiem Sah
Ciang dari gurun pasir di dalam waktu yang bersamaan
melancarkan serangan menghajar Toosu itu.
"Tahan!" tiba-tiba Yuan Si Tootiang membentak dengan
suara yang amat keras sekali. Selesai membentak dia sudah
menarik tubuh Sang Siauw-tan ke hadapannya.
Dari mulut gua tampak bayangan manusia berkelebat,
dengan gusarnya Ciu Tong membentak keras toyanya dengan
menimbulkan angin serangan yang dahsyat menyapu
datangnya serangan dari orang itu.
Sang Su-im serta Cha Can Hong yang melihat Sang Siauwtan
berhasil kena ditangkap oleh Yuan Si Tootiang untuk
dijadikan sebagai tameng dalam hati menjadi sangat
terperanjat, di dalam keadaan terburu-buru serangannya
kembali menerjang keluar gua.
Seketika itu juga mulut gua tersumbat rapat, orang yang
sedang menerjang masuk ke dalam gua itupun seketika itu
juga kena dihantam oleh tenaga gabungan tiga orang jagoan
lihay, di tengah suara dengusan berat dia mengundurkan diri
kembali keluar gua. "Hey hweesio gundul, bagus sekali sekarang aku mau lihat
bagaimana kau hendak bertanggung jawab" ejek Ciu Tong
sambil menoleh ke arah si hweesio dari Siauw-lim-si ini,
Thian Siang Thaysu merasa gusar bercampur khe-ki, tanpa
perduli situasi pada saat itu lagi, Sambil mengeluarkan
bentakan yang amat keras dia melancarkan serangan kembali
untuk menghajar diri Yuan Si Tootiang,
Sang Su-im cuma mempunyai seorang putri saja, sudah
tentu dalam hati tidak akan mengijinkan Sang Siauw-tan mati
di sana, melihat Thian Siang Thaysu melancarkan serangan
dengan terburu-buru dia mendorong pukulan hweesio
tersebut. "Jangan menyerang!" bentaknya keras,
Angin pukulan menyambar ke depan.... Braaak seketika itu
juga seluruh dinding gua itu tergetar amat keras terkena
hajaran tersebut. Yuan Si Tootiang segera tertawa terbahak-bahak, dengan
perlahan dia menoleh ke arah Sang Su-im.
"Haaa.... haaa.... Sang pangcu, silahkan kau perintah
mereka untuk berhenti menyerang....!"
Sang Su-im jadi melengak, selama ini belum pernah ada
orang yang berani memaksa dirinya, tidak disangka ini hari dia
harus jatuh kecundang ditangan orang lain.
Tetapi kenyataan memang demikian, dengan hati
mendongkol terpaksa dia mengayunkan
tangannya ke depan, sebuah panah berapi dengan cepat
meluncur keluar dari gua tersebut
dan meledak di tengah udara.
Mendengar suara ledakan tersebut Yuan Si Tootiang
tertawa semakin keras lagi.
Koan Ing yang tangan kanannya kena di tendang oleh Yuan
Si Tootiang dalam hati merasa terkejut bercampur gusar,
walaupun serangannya tadi dilakukan di dalam keadaan
tergesa-gesa tetapi tendangan dari Yuan Si Tootiang itu
dilakukan demikian cepatnya sehingga tak ada kesempatan
baginya untuk menghindarkan diri,
Dengan termangu-mangu pemuda itu memandang ke arah
Yuan Si Tootiang sedang dalam hati mulai berpikir bagaimana
caranya untuk menolong Sang Siauw-tan dari tangannya.
Sin Hong Soat-nie yang melihat kejadian itu segera
mendengus dingin, kepada Toosu dari Bu-tong-pay ancamnya,
"Bilamana kau berani membinasakan diri Sang Siauw-tan,
maka sejak kini jangan harap bisa keluar dari sini",
Mendengar perkataan itu Yuan Si Tootiang segera tertawa
terbahak-bahak. "Yuan Si sungguh indah sekali cerita karanganmu tadi, kau
sungguh berbakat sekali untuk menjadi seorang pembohong"
seru Cha Can Hong dengan gusar.
Sekali lagi Yuan Si Toatiang tertawa ter bahak-bahak.
Pada waktu ini Thian Siang Thaysu benar-benar sangat
gusar sehingga seluruh badannya gemetar, untuk beberapa
saat lamanya tak sepatah katapun yang bisa diucapkannya.
Mendadak dari belakang tubuhnya kembali sesosok
bayangan manusia berkelebat masuk kedalam, dengan
gusarnya Thian Siang Thaysu segera membentak keras,
sambil membentak dia melancarkan satu pukulan dahsyat
dengan manggunakan ilmu lweekang "Sian Thian Si Boe Cia
Khie". "Braaak!" di tengah suara ledakan yang amat keras
bayangan manusia itu kembali kena dipukul pental ke
belakang. "Yuan Si kau kepingin berbuat apa?" bentak Sang Su-im
dengan kasar. "Heee.... heee.... sungguh sayang!" seru Yuan Si Tootiang
sambil tertawa dingin, "Sebenarnya aku mempunyai rencana
untuk membasmi kalian di lembah ini, tidak disangka kalian
bisa bersembunyi di dalam gua ini bahkan memperoleh
bantuan dari seluruh anggota perkumpulan Tiang-gong-pang"
Setelah mendengar perkataan itu semua orang menjadi
terkejut bercampur gusar, tidak disangka kejadian ini hari
tidak lain merupakan siasat yang telah disusun oleh Yuen Si
Tootiang sendiri, tidak disangka kalau hatinya begitu kejam
dan licik sehingga bermaksud hendak membasmi seluruh jago
Tionggoan disini. "Kau.... kau manusia laknat!" teriak Thian Siang Thaysu
saking khekinya sehingga seluruh badannya gemetar keras.
Ooo)*(ooO Bab 37 MENDENGAR makian itu Yuan Si Tootiang segera tertawa
terbahak-bahak. "Haaa.... haaa.... dari dulu aku memang bukan lelaki sejati,
haaa.... sekarang aku mau lihat apa hendak kalian terbuat?"
Dia berhenti sebentar untuk kemudian sambungnya lagi
sambil tertawa dingin, "Kini keadaan situasi sudah berubah,
bukan saja aku sudah memasuki gua ini bahkan ditanganku
masih terdapat seorang tawanan."
Koan Ing yang melihat Yuan Si Tootiang begitu bangga
dalam hati merasa menyesal dan gemas, dia menyesal kenapa
sejak tadi tidak terpikir olehnya bagaimana mungkin Sak Huan
bisa mengetahui urusan yang meyangkut diri Jien Wong
bilamana dia sendiri tidak ikut menerjunkan diri,
"Kalau begitu orang yang menyaru sebagai Si Budak
Berdarah adalah kau," sela Sin Hong Soat-nie dingin,
"Haa,.... haa.... dugaaamu sedikitpun tidak salah," jawab


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yuan Si Tootiang sambil tertawa terbahak-bahak. "Cuma
sayang kau mengetahuinya sudah sedikit terlambat, kau harus
tahu ilmu khie-kang Hwe Hiat Chiet Sah Kang Khie tidak ada
keduanya di dalam kolong langit dan bisa menghisap tenaga
dalam orang lain, sejak dulu aku sudah bermaksud untuk
menjagoi Bu-tim tapi selama itu tak ada kesempatan yang
baik, tempo hari setelah Si Budak Berdarah terjatuh
kedasarjurang dan dengan menggunakan kesempatan setelah
kalian berdua pergi dari sana aku turun sendiri kesisi
mayatnya dan berhasil memperoleh rahasia dari ilmu khiekang
Hwee Hiat Chiet Sah Kang Khie tersebut."
Selesai berkata dia segera tertawa terbahak-bahak,
"Hmm aku kira kau adalah ciangbunjien dari suatu partai
besar, tidak disangka kau orang tidak lebih merupakan
manusia laknat yang berhati rendah!" maki Thian Siang
Thaysu dengan gusar. "Haa.... haa.... kau baru tahu sekarang hweesio gundul?"
ejek Yuan Si Tootiang sambil tertawa gelak, "Tahun dulu aku
sudah bertemu dengan Kaucu dari lembah Chiet Han Ku ini,
Hauw Thiau Kiem Wang atau si jaring emas penguasa langit
Phoa Thian Cu untuk menyusun rencana membasmi seluruh
jagoan lihay yang ada di kolong langit"
"Hmm apa kau kira tindakan ini bisa terlaksana?" ejek Cha
Can Hong sitelapak dewa dari gurun pasir sambil mengerutkan
alisnya rapat-rapat. "Sudah tentu aku merasa yakin pasti bisa terlaksana,"
sahut Yuan Si Tootiang sambil tertawa dingin. "Sekalipun
kepandaian silat yang kalian miliki berada diluar dugaanku
tetapi kalianpun harus ingat bila mana tidak ada kekuatan dari
anak buah-perkumpulan Tiang-gong-pang kalianpun belum
tentu bisa keluar dari lembah ini dengan selamat, sekarang
Sang Su-im sudah berhasil aku kuasai"
Paras muka Sang Su-im segera berubah menjadi hijau
membesi, dengan pandangan termangu-mangu dia
memperhatikan diri Yuan Si Tootiang dengan mata berapi2,
sekalipun begitu dia tidak bisa berbuat apa-apa karena pada
saat ini Sang Siauw-tan masih berada ditangannya,
Terdengar Sin Hong Soat-nie mendengus dingin.
"Walaupun Sang Su-im berhasil kau kuasai tetapi masih ada
Cha Can Hong, Thian Siang Thaysu serta aku tiga orang."
"Heee.... heee.... Cha Can Hong paling suka dengan diri
Sang Siauw-tan, rasanya mereka berdua tidak akan berani
bertindak secara gegabah, sedang kalian berdua, Hooo....
hooo.... kalian berdua apakah merasa yakin bisa mengalahkan
diriku" Terhadap kalian aku tidak akan memandang sebelah
matapun." Sin Hong Soat-nie benar2 amat gusar, tetapi dia tahu
keadaannya pada saat ini sangat tidak menguntungkan dan
Yuan Si Tootiang sudah menduduki di atas angin, karenanya
dia tidak berani banyak bertingkah.
"Kau siap-siap berbuat apa?" tanyanya kemudian.
Yuan Si Tootiang tertawa tawar, sinar matanya dengan
perlahan menyapu sekejap ke seluruh gua.
"Menurut caraku yang paling baik adalah membinasakan
kalian semua disini," sahutnya dingin.
Para jago yang ada di dalam gua menjadi sangat
terperanjat Sang Su-im merasa hatinya tergetar amat keras,
dia tahu bilamana Yuan Si Tootiang tidak membinasakan
dirinya maka peristiwa ini pasti akan tersiar ke dalam dunia
kangouw sedang partai Bu-tong-pay selamanya tidak akan
bisa menancapkan kakinya kembali di dalam Bu-lim. Berpuluhpuluh
bayangan dengan cepat berkelebat di dalam benaknya,
"Kau kira apakah maksudmu itu bisa tercapai?" ejeknya
kemudian, "Haa.... haa dengan sepenuh tenaga kau kupaksa
untuk mengambil jalan ke arah ini"
"Baiklah begini saja, aku akan memberi satujaminan
kepadamu, asalkan kau suka melepaskan Siauw-tan maka
urusan ini hari tidak akan kusiarkan di Bu-lim, sehingga nama
besar Bu-tong-pay pun tidak bakal menemui kerugian,"
kata Sang Su-im kemudian dengan mata berkedip-kedip.
"Tidak bisa." ujar Yuan Si Tootiang sambil menggeleng."
Bukan saja aku bermaksud hendak membinasakan kalian
semua, bahkan hingga kini aku belum berhasil mendapatkan
kereta berdarah, aku tidak akan melepaskan barang siapapun
" Koan Ing yang mendengar perkataan tersebut menjadi
tertegun, dia masih mengira kereta berdarah itu sudah
terjatuh ke tangan Yuan Si Tootiang, tetapijika di dengar dari
perkataannya tadijelas kereta berdarah masih belum terjatuh
ke tangannya, lalu ada dimanakah barang incaran para jagojago
Bu-lim itu. Kejadian apa yang kembali sudah
berlangsung" Dengan pandangan tajam Sang Su-im memandang ke arah
Yuan Si Tootiang dalam hati pada saat ini benar-benar amat
gusar sukar ditahan, tangan kanannya mendadak diayun ke
depan sebatang anak panah berapi segera meluncur keluar
dari gua dan meledak sebanyak tiga kali di tengah udara.
"Perintah penyerbuan aku sudah kirim" ujarnya kemudian
sambil tertawa mengejek. "Bilamana kau berani melukai Sang
Siauw-tan maka dengan tenaga gabungan kami berempat kau
segera akan hancur berantakan, aku rasa lebih baik kau tahu
diri." Yuan Si Tootiang sama sekali tidak menyangka kalau Sang
Su-im berani melakukan tinndakan ini, air mukanya segera
berubah hebat, dalam hati toosu itu tahu bilamana dirinya
nekad turun tangan juga terhadap Sang Siauw-tan maka
dirinya tidak bakal kuat menahan satu pukulan dari tenaga
gabungan mereka berempat.
Untuk sesaat lamanya dia menjadi tertegun dan tak
mengetahui apa yang harus diperbuat pada saat itu.
"Yuan Si, kau sudah mengalami kegagalan," ujar Sang Suim
sambil kerutkan alisnya. "Di dalam keadaan yang sangat
kepepet, sekalipun tenaga dalam serta kepandaian silat dari
orang-orang lembah Chiet Han Ku amat lihaypun, tidak
mungkin bisa menahan serangan gabungan, hmm....
maksudmu untuk melenyapkan para jago Bu-lim ini sungguh
menggelikan sekali!"
"Sang Su-im!" teriak Yuan Si Tootiang kemudian sambil
menggigit kencang bibirnya. "Kau harus tahu putrimu berada
ditanganku, sekalipun aku sudah membinasakan dirinya masih
cukup tenaga untuk menerjang keluar dari sini!"
Air muka Sang Su-im berubah menjadi hijau membesi,
hatinya benar' amat gusar sekali,
"Hmmm kau harus tahu aku sebagai pangcu dari
perkumpulan Tiang-gong-pang, bisa melakukan beratus-ratus
macam tindakan, kalau kau tidak percaya boleh!" tantangnya,
"Hmm.... sekalipun anak buahmu sudah memasuki lembah
tapi harus membutuhkan setengah jam lagi baru bisa sampai
disini, pihak lembah Chie Han Ku bukannya tidak mengadakan
persiapan," balas dengus Yuan Si Tootiang dengan ketus.
Sang Su-im segera tertawa dingin, dia puas kalau pihak
lembah Chie Han Ku memang sudah mengadakan persiapan,
agaknya Yuan Si Tootiang berkata demikian hendak
maksudkan kalau kekuatan pihak lembah Chiet Han Ku pun
tidak kecil, "Sang Su-im!" ancam Yuan Si Tootiang dengan dingin,
"Setelah mereka datang kemari dan aku tahu tidak bakal lolos
dari sini, waktu itu nyawa putrimu. Hmmmm.... "
Koan Ing segera merasakan hatinya tergetar amat keras
dia tahu Sang Su-im tidak bakal membiarkan Sang Siauw-tan
menemui ajalnya ditangan Yuan Si Tootiang. "Lalu apa
rencanamu?" tanya Sin Hong Soat-nie.
Dengan amat tawar Yuan Si Tootiang menyapu ke arah Sin
Hong Soat-nie, mulutnya tetap membungkam, beberapa saat
kemudian ia baru berkata kepada Sang Su-im.
"Kita bisa lolos dari sini dalam keadaan aman, dikemudian
hari seluruh Bu-lim hanyalah milik kita berdua orang saja.
Sang pangcu bagaimana kalau kita bekerja sama?"
"Mau bekerja sama sih boleh saja"jawab Sang Su-im sambil
menghembus napas panjang. "tapi aku tidak setuju kalau kita
kerja sama untuk menjagoi Bu-lim, lebih kita baik bergabung
untuk menghadapi orang-orang lembah Chiet Han Ku saja,
bagaimana pendapatmu?"
Sinar mata Yuan Si Tootiang berkelebat tiada hentinya, dia
sama sekali tidak menyangka kalau dirinya bisa tertahan oleh
Sang Su-im sekalian di dalam gua, sewaktu pikirannya lagi
berputar itulah dari luar gua secara samar-samar sudah
terdengar suara bentakan serta tindakan manusia yang amat
banyak sekali. Pikirannya dengan cepat berputar, mendadak dia
mendengus dingin tengan kanannya mendorong tubuh Sang
Siauw-tan ke samping kiri sedang tubuhnya dengan cepat
berkelebat keluar dari dalam gua,
Para jago yang berada di dalam gua jadi amat terperanjat
sekali, Sang Su-im yang menaruh rasa kuatir atas keselamatan
putrinya maka tak mempunyai minat untuk mengejar diri Yuan
Si Tootiang, tubuhnya dengan cepat bergerak menubruk ke
arah tubuh Sang Siauw-tan.
Cha Cin Hong pun di dalam waktu yang bersamaan
melancarkan tiga pukulan menghajar toosu dari Bu-tong-pay
itu sedang tubuhnya dengan cepat menubruk ke arah Sang
Siauw-tan. Sin Hong Soat-nie, Thian Siang Thaysu serta Ciu Tong beramai2
melancarkan pukulan dahsyat ke depan. Toya, pedang
serta tenaga pukulan dengan mengambil tiga arah serangan
yang berbeda menerjang ke tubuh Yuan Si Tootiang.
Sewaktu tubuh Yuan Si Tootiang menubruk ke depan
pedangnya sudah dicabut keluar, di tengah suara tertawanya
yang amat keras pedangnya bergetar tiada hentinya
melancarkan jurus-jurus kiam hoat yang luar biasa dahsyatnya
untuk menghadang datangnya serangan gabungan dari ketiga
orang tadi. Belum habis dia tertawa tubuhnya bagaikan seekor ikan
belut sudah berkelebat keluar dari dalam gua,
Melihat kejadian itu Koan Ing jadi melengak, setelah
termangu-mangu beberapa saat lamanya dia baru
menghembuskan napas lega, walaupun Yuan Si Tootiang
berhasil meloloskan diri dari dalam gua tadi setidak2nya Sang
Siauw-tan berhasil ditolong dalam keadaan selamat.
Dengan perlahan dia berjalan ke depan, terlihatlah Sang
Su-im sambil memeluk tubuh Sang Siauw-tan sedang berdiri
termangu-mangu disana. Koan Ing segera merasakan hatinya berdesir, karena
matanya dapat melihat kalau air muka Sang Siauw-tan pada
waktu itu sudah berubah menjadi pucat bagaikan mayat dan
berbaring disisi Sang Su-im tak bergerak, sekalipun napasnya
tidak sampai putus tapi jelas tubuhnya sudah terluka parah
oleh tenaga pukulan yang amat dahsyat dari Yuan Si Tootiang.
Ciu Tong yang melihat Sang Siauw-tan terluka dengan
cepat maju ke depan, beberapa saat kemudian dia baru
menghela napas panjang. "Siauw-heng, bagaimana ini bisa jadi?" katanya.
Mendengar perkataan tersebut Koan Ing segera merasakan
hatinya berdesir, Ciu Tong yang mengenal ilmu obat-obatan
tidak mengerti bagaimana luka yang diderita oleh Sang Siauwtan
itu bagaimana baiknya. Dengan cepat dia memegang pergelangan tangan kanan
dari Sang Siauw-tan dan memeriksa urat nadinya, terasalah
denyutanjantungnya amat lemah sekali cuma tidak
mengetahui dia sudah terluka oleh pukulan macam apa, tetapi
yang jelas pastilah suatu ilmu pukulan yang amat beracun
sekali. Berpikir akan hal itu Koan Ing dengan gusarnya lantas
membentak keras, tubuhnya bergerak dan menerjang keluar
dari dalam gua. "Hati-hati jangan gegabah!" teriak Cha Can Hong dengan
suara keras. Tangannya dengan cepat menyambar ke depan, siapa tahu
gerakan Koan Ing jauh lebih cepat, tahu-tahu dia sudah
berada diluar gua, Cha Can Hong jadi amat kaget, jangan dikata diluar ada
jago-jago kelas wahid lembah
Chiet Han Ku yang mengepung tempat itu rapat-rapat,
sekalipun mereka tidak berani menerjang keluar apalagi Koan
Ing pemuda itu, bukankah hal ini sama saja dengan mencari
jalan kematian buat dirinya sendiri"
Siapa tahu setelah Koan Ing menerjang keluar dari dalam
gua, suasana diluar gua tenang-tenang saja, dalam hati para
jago yang berada di dalam gua segera menduga kalau Koan
Ing sudah mati di tengah kerubutan orang banyak.
Tetapi kejadian yang sesungguhnya sama sekali bukan
demikian.Koan Ing yang berhasil menerjang keluar dari mulut
gua sama sekali tidak menemukan gangguan apapun, orangorang
dari lembah Chiet Han Ku sudah pada bubaran sedang
dari tempat kejauhan tampaklah sesosok bayangan manusia
dengan cepatnya berkelebat masuk ke dalam hutan, dengan
cepat dia mengerahkan tenaga dalamnya untuk meluncur ke
belakang lembah tersebut.
Sebatang anak panah berapi kembali meledak di tengah
udara menimbulkan cahaya yang menyilaukan mata.
Suara bentakan saling sahut menyahut dari empat penjuru.
laksana air bah suara tersebut melanda mendekat, dalam hati
pemuda itu lantas mengerti kalau orang-orang perkumpulan
Tiang-gong-pang telah berhasil menjebolkan pertahanan
lembah Chiet Han Ku dan kini sudah mulai mendekati tempat
itu. Para jago yang terkurung selama beberapa hari dalam gua
akhirnya terbebas juga. Sang Su-im sambil menggendong tubuh Sang Siauw-tan
berjalan keluar dari dalam gua, dari sepasang matanya
mengucur keluar titik-titik air mata, hatinya benar-benar amat
kegirangan. Dengan termangu-mangu Cha Can Hong memandang ke
arah para jago yang sedang keluar dari
gua saling susul menyusul, hatinya lagi merasa kuatir atas
keselamatan diri Koan Ing yang meluncur ke belakang
Lembah. Pada saat itu anak buah dari perkumpulan Tiang-gongpang
mulai bermunculan dari empat penjuru.
Koan Ing yang sedang mengejar Yuan Si Tootiang sewaktu


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihat toosu itu melarikan diri ke dalam rimba di belakang
lembah hatinya merasa amat cemas bercampur gusar.
Dia gemas karena Yuan Si Tootiang sudah turun
tanganjahat terhadap gadis itu, dalam hati ia bersumpah
hendak mencari sampai dapat toosu dari Bu-tong-pay itu dan
menuntut balas. Beberapa saat kemudian sampailah pemuda itu di dalam
sebuah hutan yang jauh lebih lebat dari hutan di depan
lembah, setelah menembusi hutan tersebut di hadapannya
muncul sebuah bangunan istana yang amat megah sekali.
Dia rada merandek, sedang pikirannya dengan cepat
berputar, "Bangunan rumah itu tentu markas mereka,
bilamana aku tidak berani memasuki sarang macan,
bagaimana mungkin bisa memperoleh anak macan?"
Berpikir akan hal itu tubuhnya dengan cepat berkelebat
masuk ke dalam bangunan mewah tersebut.
Pintu rumah terpentang lebar-lebar, di dalam ruangan sunyi
senyap tak tampak sesosok bayangan manusiapun, keadaan
benar-benar amat menyeramkan sekali.
Koan Ing tidak sempat berpikir panjang lagi, sambil
memegang pedangnya kencang-kencang dia segera
menerjang masuk ke dalam rumah tersebut.
Di dalam rumah itu tak ada seorang manusiapun, di tengah
ruangan yang luas cuma tampak dua buah kursi saja, keadaan
begitu sunyi sehingga terasa amat menyeramkan.
"Yuan Si!" terdengar Koan Ing mendengus dingin dan
berteriak keras, setelah dirasanya Yuan Si Tootiang benarbenar
berada di dalam rumah tersebut, "Aku hanya seorang
diri, apakah kau merasa takut kepadaku?"
"Koan Ing kau sungguh bernyali besar, berani betul kau
menerjang kemari seorang diri!" seru Yuan Si Tootiang sambil
berkelebat muncul di depan pemuda tersebut.
"Siauw-tan sudah kau apakan?"
"Ooow.... kiranya kedatanganmu karena soal ini, aku lihat
kau menjadi orang terlalu gegabah tetapi aku kagum akan
semangatmu, sekalipun kepandaianmu dahsyat tetapi masih
terpaut jauh dari diriku."
Sehabis berkata dia memutar badannya dan berlari masuk
ke dalam rumah. Sinar mata Koan Ing berkelebat dia tahu Yuan Si Tootiang
hendak memancing dirinya masuk dalam jebakan, tetapi di
dalam keadaan seperti ini mau tidak mau dia harus
menerjunkan dirinya juga untuk mengikuti dia masuk ke
dalam ruangan. Sambil menggigit kencang bibirnya dia lantas lari mengejar
dari belakang, saat ini dia cuma mengharapkan munculnya
suatu kejadian yang aneh atau sedikit2nya bisa menahan
Yuan Si Tootiang untuk melarikan diri.
Yuan Si Tootiang yang melihat pemuda itu melakukan
pengejaran dari belakang segera tertawa terbahak-bahak,
dengan cepat dia berkelebat ke depan dan melayang masuk
ke dalam sebuah lorong. Koan Ing tidak suka lepas tangan begitu saja, dengan cepat
dia mengejar ke belakang.
Lorong itu ada beberapa kaki panjangnya, Yuan Si Tootiang
yang lari di depan mendadak lenyap tak berbekas.
Koan Ing menjadi kaget, dengan cepat tubuhnyapun
melayang ke depan menerjang ke arah dimana Yuan Si
Tootiang melenyapkan dirinya tadi.
Siapa tahu baru saja dia melayang turun ke atas
permukaan tanah, mendadak dari kedua belah samping
meloncat keluar enam orang lelaki berbaju hitam laksana
bayangan setan berputar ke samping dan menyebarkan enam
buah jaring merah yang amat besar ke atas kepalanya.
Melihat datangnya serangan tersebut, Koan Ing menjadi
berdesir, pedang Kiem-hong-kiam ditangannya dengan cepat
mencukil ke atas membabat ke arah ke enam lembarjaring
merah tersebut disusul tangan kirinya menekan tembok dan
melayang ke arah samping,
Kepandaian silat dari enam orang manusia berkerudung
hitam itu sungguh lihay dan aneh sekali, begitu pedang
sertajaring terbentur satu sama lainnya pedang kiem-hongkiam
ditangan Koan Ing sudah kena dihantam dan terlepas
dari tangannya, Koan Ing jadi terperanjat tubuhnya dengan cepat melayang
turun ke atas tanah kemudian sekali lagi melayang ke atas
menubruk ke arah pedangnya,
Siapa tahu baru saja tubuhnya melayang ke atas tanah
kembali ada sebuah jaring merah yang akan menggulung
kakinya, Dengan gesitnya tangan kanan pemuda itu menyambar
pedangnya, kedua kaki ditarik ke atas sedang pedang kiemhongkiamnya kembali membabat jaring merah itu,
Belum habis orang berkerudung itu menarik jaring
merahnya kelihatan kelima buah jaring lainnya di dalam waktu
yang bersamaan sudah mengurung tubuh sang pemuda.
Melihat kejadian itu Koan Ing jadi terperanjat belum habis
dia berpikir pedangnya mendadak disambit ke depan dengan
disertai suara bentakan yang amat keras.
Pedang Kiem-hong-kiam dengan cepatnya meluncur ke
arah keenam orang itu memaksa mereka harus menarik
kembali jaringnya untuk melindungi tubuh mereka sendiri.
Koan Ing yang dua kali didesak untuk melepaskan
pedangnya dalam hati merasa kheki bercampur gusar.
"Yuan Si Tootiang Apakah kau takut padaku?" bentaknya.
Keenam lembarjaring merah itu dengan cepatnya berhasil
melemparkan pedang kiem hong
kiam tersebut ke atas atap sedang jaring tersebut kembali
menyapu ke arah Koan Ing dengan dahsyat. Koan Ing yang tidak mendengar suara jawaban dari Yuan
Si Tootiang hatinya benar2 amat kheki bercampur gemas, kini
pedangnya sudah terlepas, untuk memaksa dengan kekerasan
pun percuma, terpaksa dia meloncat kesana kemari untuk
menghindar. Untuk mencabut kembali pedangnya yang tertancap di atas
atap tidak mungkin baginya, di dalam keadaan kepepet
tubuhnya kembali terdesak mundur beberapa langkah.
Mendadak punggungnya terasa menempel pada dinding,
hal ini membuat dia terkejut sehingga keringat dingin pada
mengucur keluar dengan amat deras, dia sama sekali tidak
menyangka kalau dirinya bakal menemui kematian di tempat
ini. "Heeee.... bagaimanapun aku tidak akan mati dengan siasia
di tengah kurcaci2 yang wajahnyapun tak sampai terlihat olehku, paling sedikit aku
harus membinasakan satu dua orang diantara mereka
pikirnya, Sinar matanya berkelebat tajam, tubuhnya mendadak
melayang mundur ke belakang dan menempel pada dinding.
Pada saat itulah keenam orang itu mendadak merandek
dan menghentikan gerakannya,
Koan Ing yang melihat kejadian ini menjadi keheranan.
Tiba-tiba.... "Braak!" sebuah pintu berjeriji yang terbuat dari batujatuh
ke bawah tepat mengurung dirinya didalam, diantara
terbangnya debu memenuhi angkasa suara tertawa dari Yuan
Si Tootiang memenuhi angkasa.
"Koan Ing" terdengar Yuan Si Tootiang berteriak sambil
munculkan dirinya. "Alat-alat rahasia yang dipasang di dalam
lembah Chiet Han Ku ini tidak pernah terduga oleh Sang Suim,
dia tidak akan bisa menerjang masuk sampai kesini, kau
bolehlah beristirahat secara tenang-tenang disitu."
Koan Ing yang melihat dirinya kena dikurung dalam hati
merasa cemas bercampur gusar.
"Yuan Si!" makinya. "Malu sekali nama mu ikut tercantum
diantara tiga manusia baik,
tidak disangka kalau kau sebenarnya adalah manusia yang
paling licik di dalam dunia pada
saat ini " Mendengar suara makian tersebut Yuan Si Tootiang segera
tertawa terbahak2. "Haa.... haa kau sama sekali tidak ada harganya untuk
bergebrak melawan diriku, biarlah aku mengurung kau sampai
mati kelaparan saja, coba bayangkan saja Jien Wong si
manusia tunggal dari Bu-lim tempo haripun bisa menemui
ajalnya ditanganku, apalagi kau sebagai kurcaci biasa haa....
haa." Di tengah suara tertawanya yang amat keras dia lantas
berlalu dari tempat itu. Dengan termangu-mangu Koan Ing memperhatikan
bayangan punggung dari Yuan Si Tootiang Ienyap dari
pandangannya, dalam hati dia merasa amat sedih sekali,
Di bawah kakinya kembali ditemui anak tangga terbuat dari
batu yang menurun ke bawah, saat ini dia berada di tengah
sebuah ruangan batu yang amat gelap sehingga sukar untuk
melihat lima jarinya sendiri, untung saja sewaktu terkurung
bersama Kong Bun-yu tempo hari dia sudah berhasil
mempelajari memandang di tempat kegelapan.
Disebelah kiri dari ruangan batu tampak sebuah pintu,
cuma saja dinding batu itu amat tebal sehingga tak sedikit
sinarpun bisa memancar masuk,
Dengan hati yang amat kecewa Koan Ing duduk ditanah,
dia merasa menyesal atas kehilangan pedang kiem-hong-kiam,
Pikirannya mulai melayang kemana2, terbayang kembali
seluruh ilmu silat yang ia pelajari selama ini, dia merasa
walaupun kepandaian silatnya sudah memperoleh kemajuan
yang amat pesat tetapi masih belum bisa menandingi
kepandaian tiga manusia genah empat manusia aneh,
Pada saat pikirannya lagi berputar itulah mendadak
terdengar suara bentakan keras bergema datang disusul
terbukanya pintu batu, sesosok bayangan kembali melayang
ke bawah disusul ditutupnya pintu batu dengan amat keras.
Koan Ing jadi amat terperanjat, ketika memandang lebih
tajam lagi dia lantas dapat mengenali kalau orang itu bukan
lain adalah putri dari Cha Can Hong, cuma tidak tahu dia
adalah Ca Cing Cing atau Cha Ing Ing.
Agaknya gadis tersebut sama sekali tidak bisa melihat jelas
keadaan di sekelilingnya, lama sekali dia berdiri di dalam
ruangan tersebut tanpa mengucapkan sepatah katapun
beberapa saat kemudian dia baru berteriak. "Engkoh Ing kau
berada dimana, aku Ing Ing."
Dengan perlahan Koan Ing menghembuskan napas
panjang, dalam hati dia merasa bingung bagaimana mungkin
Ing Ing bisa sampai di tempat ini. "Ing Ing aku ada disini ,
kau.... " Belum habis dia berkata mendadak Cha Ing Ing sudah
menggerakkan badannya menubruk ke arah diri Koan Ing.
Melihat tindakan dari gadis tersebut Koan Ing jadi amat
terperanjat, tangannya dengan cepat dipentangkan memeiuk
Ca Ing Ing yang sudah muiai menangis.
Koan Ing menjadi meiengak tapi sebentar kemudian dia
sudah paham mengapa gadis tersebut menangis, tentunya
gadis ciiik ini iagi merasa takut karena baru untuk pertama
kaiinya ditawan dan dikurung.
Peiukannya pada tubuh gadis itupun semakin diperkencang
iagi. "ing ing kau jangan menangis, segaia urusan bakai beres
dengan sendirinya." "Engkoh Ing hatiku benar-benar amat girang seteiah
bertemu dengan dirimu," kata Cha Ing Ing mendongak.
Dengan periahan Koan Ing membimbing bangun badannya
iaiu tersenyum ramah. "Bagaimana kau bisa sampai disini?"
tanyanya sambii tertawa. Waktu itu Cha Ing Ing cuma bisa meiihat bayangan dari
Koan Ing secara samar-samar tetapi
dia mengerti kalau waktu itu pemuda tersebut lagi
memandang ke arahnya. Air muka berubah menjadi merah jengah, dengan perlahan
dia menundukkan kepalanya tak berbicara.
Beberapa saat kemudian baru angkat kepalanya kembali
dan berkata, "Engkoh Ing sewaktu aku datang kesini sudah
menemukan pedangmu, nih aku sudah mengambilkannya buat
dirimu." Selesai berkata dia segera angsurkan pedang yang ada
ditangannya itu kepada Koan Ing.
Pemuda itu segera menerima angsuran pedang Kiem-hongkiamnya
itu, dalam hati dia benar2 merasa amat berterima
kasih terhadap Cha Ing Ing.
"Terima kasih, Ing Ing dimanakah paman Cha" Kenapa kau
tidak bersama-sama mereka?" tanyanya kemudian dengan
hati keheranan. "Aku tidak tahu, aku tadi kemari seorang
diri"jawab Ing Ing. Mendadak dia menarik tangan Koan Ing dan berseru
dengan wajah berubah menjadi merah padam, "Engkoh Ing
bukankah pertemuan ini adalah pertemuan yang pertama
kalinya buat kita berdua?"
Koan Ing segera merasakan hatinya tergetar keras,
mendadak dia menjadi paham kembali peristiwa apa yang
terjadi, dia jadi tertegun dan untuk beberapa saat lamanya tak
sepatah katapun yang bisa diucapkan keluar.
"Engkoh Ing apa aku benar2 cantik?" tanya Ing Ing kembali
dengan paras yang berubah semakin merah.
Kembali Koan Ing dibuat bungkam dalam seribu bahasa,
dia tidak mengira kalau perkataan yang diucapkan secara
geguyon tempo hari sudah ditanggapi dengan begitu serius
oleh gadis cilik ini, hatinya benar-benar kebingungan. "Kau
benar-benar amat cantik, tetapi.... "
"Engkoh Ing" Seru Ing Ing dengan girang tidak menanti
Koan Ing meneruskan kataknya. "Tempo hari Sang Siauw-tan
ci ci bilang kau tidak baik, aku sedikit tidak percaya.... "
Bicara sampai disitu dia termenung berpikir sejenak lalu
sambungnya lagi. "Aku tahu enci Siauw-tan bersikap sangat baik terhadap
dirimu bahkan mencintai dirimu, kalau tidak dia tidak mungkin
menaiki puncak Sun Li Hong karena dirimu tetapi aku tahu
saat ini tak mungkin dia bisa tiba disini, bilamana sekarang....
" Mendadak dia mengangkat kepalanya dengan wajah penuh
air mata tambahnya lagi, "Aku tahu tidak seharusnya aku
berpikir demikian, tetapi engkoh Ing aku mengharapkan kita
bisa berkumpul untuk selamanya, engkoh Ing kau boleh


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

marah boleh memaki aku asal janganlah mengusir aku dari
sisimu" Lama sekali Koan Ing dibuat berdiri termangu-mangu,
sampai lama sekali dia baru menyahut sambil membelai
rambutnya. "Ing Ing bagaimana kalau aku menjadi engkohmu saja?"
"Aku bukan anak kecil lagi, kau tidak usah membohongi
aku." seru Ing Ing secara tiba-tiba sambil menyampuk tangan
pemuda itu, suara tangisnya semakin menjadi.
Koan Ing jadi sangat terperanjat, dengan pandangan
terpesona dia memperhatikan diri Ing Ing sigadis itu, selama
ini dia tidak pernah menyangka kalau Ing Ing secara diamdiam
menaruh hati terhadap dirinya. agaknya saat ini pemuda
tersebut baru mengetahui kalau Ing Ing bukanlah seorang
gadis cilik lagi. Kini dia sudah menginjak dewasa
Setelah berdiri termangu-mangu beberapa saat lamanya
dia baru menghela napas panjang. "Ing Ing, kau harus tahu
bilamana aku sudah ada Siauw-tan.... "
Bicara sampai disini tak tertahan lagi dari kelopak matanya
mengucur keluar titik-titik air mata, walaupun pergaulannya
dengan Siauw-tan tidak cukup lama tetapi hatinya masingmasing
sudah saling memahami, dia tidak seharusnya pergi
mencintai lagi gadis lain.
Dengan perlahan Ing Ing dongakkan kepalanya
memandang ke arah Koan Ing, agaknya baru pertama kali ini
dia menemukan kalau rasa cinta dari Koan Ing terhadap Sang
Siauw-tan begitu mendalamnya, dalam hati dia mulai merasa
menyesal. Dalam hati Ing Ing sangat mengharapkan dia adalah Sang
Siauw-tan sehingga memperoleh cinta kasih dari pemuda
tersebut, tetapi dia bukan gadis itu hatinya menjadi sedih....
"Ing Ing, aku tidak bisa menipu dirimu," kata Koan Ing lagi.
Mendengar perkataan tersebut Ing Ing merasa hatinya
semakin sedih, kepalanya di tundukkan rendah-rendah sedang
air mata mengucur keluar dengan derasnya.
Sambil menundukkan kepalanya gadis itu termenung
seorang diri, bayangan dari Koan Ing benar' sudah melekat di
dalam benaknya, dia tak bertenaga untuk menghapus
bayangan tersebut bagaimana dia harus berbuat pada saat
ini" Kembali gadis itu menangis terseduh2.
Dalam hati Koan Ing pun ikut merasa sedih, bagaimanapun
dia merasa Ing Ing adalah
seorang gadis yang baik bahkan menaruh rasa cinta
terhadap dirinya. Beberapa saat kemudian Ing Ing baru menarik kembali
suara tangisannya, dia melepaskan diri dari cekalan Koan Ing
dan berjalan keujung tembok, memejamkan matanya dan
duduk bersila. "Ing Ing," terdengar Koan Ing menyapa sambil berjalan
mendekati sisi tubuhnya. "Bagaimana kalau kita bersamasama
melatih semacam ilmu silat?"
Cha Ing Ing tetap memejamkan matanya tidak menggubris,
melihat sikap gadis tersebut Koan Ing segera tertawa.
"Bilamana kita bermaksud untuk meloloskan diri dari
kurungan ini maka ilmu tersebut harus dilatih baik-baik, kalau
tidak sekalipun berhasil meloloskan diri dari kurunganpun
belum tentu bisa mengalahkan mereka,"
Mendengar perkataan itu Ing Ing lantas mementangkan
matanya kembali memandang ke arah
pemuda tersebut. Ooo)*(ooO Bab 38 "ING ING," ujar Koan Ing dengan suara yang amat halus.
"Di dalam ilmu silat aliran Hiat-ho-pay ada semacam ilmu
kepandaian yang bernama "Cio Ci Yu Su" dan membutuhkan
kerja sama dari dua orang yang menyerang menggunakan
pedang bilamana dia menghalangi kiri tidak bakal bisa
menangkis serangan kanan. bilamana dia menyerang kanan
belum tentu bisa bertahan dari pukulan kiri, tapi ilmu baru
berhasil bilamana ada kerja sama yang amat baik, bagaimana
kalau kita bersama-sama mencoba?"
Dengan perlahan Ing Ing memejamkan matanya kembali
tanpa mengatakan sepatah katapun,
dia merasa bilamana berhasil lolos dari situ maka dia bakal
berpisah dengan Koan Ing, daripada berpisah lebih baik samasama
menemui ajal di tempat ini.
Koan Ing yang melihat Ing Ing tidak mau mengikuti
permintaannya, maka dengan perlahan lalu memutar
tubuhnya dan berpikir keras.
Di dalam kitab pusaka Boe Shia Koai Mie baik dari Jien
Wong maupun dari Song Ing pada mengungkit ilmu untuk
menghadapi serangan bokongan, di dalam kitab pusaka
pemberian Song Ing ada membicarakan ilmu Cang Su dari
Siauw lim-pay sedang Jien Wong pernah memberi ilmu "Boe
Jiei Kang" dari aliran Hiat Hoo Bun.
Kini setelah termenung sebentar Koan Ing merasa diantara
kedua ilmu itulah bisa digunakan untuk menghadapi serangan
jaring musuh. Karena ajarannya terhadap gadis itu di tolaki akhirnya Koan
Ing bangun dan mulai berlatih seorang diri,
Ing Ing yang mendengar lama sekali tidak terdengar sedikit
suarapun hatinya mulai tidak sabaran, dengan perlahan
matanya dibuka kembali, terlihatlah waktu itu Koan Ing
sedang berlatih ilmu dengan giatnya....
Lama kelamaan Ing Ing tidak tahan untuk berdiam diri lagi
di tengah kegelapan itu, dia menarik napas panjang-panjang
lagi berseru -dengan perlahan, "Engkoh Ing."
Waktu itu Koan Ing sedang berlatih hingga di tengah jalan,
walaupun begitu dia tidak memusatkan seluruh perhatiannya
karena di dalam keadaan waktu seperti ini dia masih harus
menjaga serangan dari pihak musuh, karenanya sewaktu Ing
Ing memanggil dirinya dengan
cepat dia sudah membuka matanya kembali.
"Engko Ing, mari kita bersama-sama melatih ilmu "Cuo Ci
Yu Su" tersebut," ajaknya sambil menahan isak tangis.
Selesai berkata tak kuasa lagi dia menangis tersedu-sedu.
Dengan termangu-mangu Koan Ing memperhatikan diri Ing
Ing, hatinya merasa amat tidak enak, setelah termenung
beberapa saat lamanya baru berseru, "Ing Ing, kau jangan
menangis lagi." Mendengar suara itu bukannya berhenti menangis, Ing Ing
malah menangis semakin keras.
Koan Ing tidak bisa berbuat apa-apa terpaksa dia bungkam
dan memandang ke arah Ing Ing dengan melongo.
Setelah menangis beberapa saat lamanya dia baru
merasakan dadanya mulai lega. "Engkoh Ing, mari kita
berlatih.... " ajaknya sambil mengusap kering bekas air mata.
Koan Ing pun lantas berdiri dan menjelaskan kedelapan
belas jurus ilmu "Cuo Ci Yu Su" itu.
Dengan dasar ilmu silat yang baik dari mereka berdua
hanya di dalam waktu yang singkat mereka sudah
memahaminya. Ilmu sudah berhasil dipelajari, kini hanya kekurangan
sebilah pedang saja, terpaksa Koan Ing serahkan pedang
Kiem-hong-kiam itu kepada diri Ing Ing. "Kau gunakan pedang
ini, biar aku memakai sarungnya saja," ujar pemuda itu
perlahan. Ing Ing agak ragu-ragu sebentar, tetapi akhirnya dia
menerima juga pedang Kiem-hong-kiam tersebut.
Koan Ing pun lantas mempersiapkan sarung pedang dan
dengan menggunakan tenaga gabungan mereka berdua
bersama-sama menghantam ke atas pintu batu tersebut.
"Braak.... " dengan menimbulkan suara yang amat keras pintu
tersebut terpentang lebar.
Baru saja mereka berdua siap-siap meloncat keluar,
mendadak tampaklah tiga orang lelaki berbaju hitam sudah
menghalangi perjalanan mereka, tiga lembarjaring merah
dengan cepat dipentangkan dan siap mengurung tubuh kedua
orang itu. Koan Ing segera tertawa terbahak-bahak, tubuhnya
berkelebat ke samping sarung pedang yang ada ditangannya
segera menekan ke atas jaring merah tersebut. ^
Ing Ing yang berada di sisi pemuda tersebut pun tidak
berdiam diri, dia membentak keras dan pedang Kiem-hongkiam
ditangannya dengan memancarkan cahaya yang amat
tajam membabat ke atas kepala salah seorang diantara orang
berbaju hitam itu, Orang berkerudung itu menjadi terperanjat, tubuhnya
terburu-buru mengundurkan diri satu
langkah ke belakang sedang jaring merahnya dengan cepat
dilemparkan ke atas tubuh gadis
tersebut. Ing Ing dengan gerakan yang amat gesit meloncat ke atas,
jurus pedang mereka berdua pun dengan cepat berubah,
sarung pedang ditangan Koan Ing dengan dahsyatnya
membabat pundak orang itu.
Dengan kedahsyatan tenaga dalam yang dimiliki pemuda
tersebut mana mungkin orang itu kuat menahan babatan dari
sarung nedang Koan Ing ini" Terdengar dia menjerit keras
tubuhnya dengan sempoyongan mengundurkan diri ke
belakang sedang jaring yang ada ditangannya sudah
terlempar lepas dari tangannya.
Bersamaan dengan gerakan dari Koan Ing segera
membabat ke depan menghajar tubuh kedua orang itu.
Pedang serta sarung pedang bersilang di tengah udara, dua
buah jaring merah lainnya kena disapujatuh oleh kedua orang
itu. Melihat kedahsyatan dari ilmu tersebut Koan Ing jadi
termangu-mangu, dia sama sekali tidak menyangka kalau
tenaga dalam yang dikerahkan melalui ilmu "Cio Ci Yu Su" ini
bisa berubah demikian dahsyatnya, bukan pemuda itu saja
sekalipun Ing Ing pun jadi melengak.
Mengambil kesempatan sewaktu kedua orang muda mudi
ini lagi berdiri termangu-mangu itulah ketiga orang
berkerudung itu dengan cepat melarikan diri dari situ. Koan
Ing bertukar pandangan sekejap dengan Ing Ing lalu
bersama-sama menerjang keluar.
Tetapi sebentar kemudian mereka berdua sudah dibuat
tertegun kembali, karena apa yang dihadapinya pada saat ini
hanya merupakan reruntuhan belaka sedang bayangan dari
ketiga orang berkerudung itu sudah lenyap tak berbekas.
Koan Ing yang melihat reruntuhan itu lalu mengerti kalau
tempat itu sudah terbakar musnah, sedang cuacapun waktu
itu menunjukkan tengah hari.
Dalam hatinya dia mulai menghitung, dia merasa sejak
memasuki ruangan batu hingga sekarang sudah ada dua atau
tiga setengah hari lamanya tak disangka dalam waktu yang
singkat ini dia sama sekali tidak mengetahui kejadian apa
yang sudah berlangsung selama ini,
Dengan gesitnya mereka berdua lari ke depan, suasana di
sekeliling tempat itu amat sunyi sekali, agaknya tak ada
sesosok manusia pun yang masih tertinggal disana,
Selagi mereka berjalan mendekati ke tepi hutan mendadak
terdengarlah suara seseorang lagi memanggil, "Aah Koan
Siauw-hiap, kiranya kau berada disini",
Dengan cepat Koan Ing menoleh ke belakang, kiranya
orang yang baru saja menyapa dirinya itu bukan lain adalah
Hoo Lieh, dia lantas tertawa, "Oouw.... kiranya paman Hoo"
serunya, "Nona Cha kiranya kaupun ada disini," terdengar Hoo Lien
berseru kembali sambil berjalan mendekati mereka berdua,
"Ayahmu Cha Thay-hiap merasa amat cemas sekali atas
lenyapnya kau." "Ayahku sekarang berada dimana?" tanya gadis itu cepat.
"Paman Sang dan kawan-kawan kini berada dimana?"
tanya Koan Ing pula dengan hati cemas.
"Selama tiga hari ini kita melakukan penyerangan dengan
dahsyat tetapi tidak berhasil, terpaksa akhirnya kami
menyerang dengan menggunakan api, Yuan Si Tootiang serta
sebagian dari orang-orang lembah Chiet Han Ku berhasil
melarikan diri sedang Cha Thay-hiap sekalian sedang
melakukan pengejaran."
Berbicara sampai disitu dia menghembuskan napas lega,
dan sambungnya lagi, "Pangcu sangat menaruh rasa kuatir
atas keselamatan dari siocia dan kini telah berangkat ke
daerah TiamPian untuk minta bantuan dari si tabib sakti Lam
Kong Ceng untuk mengobati luka nona, dia sekarang sudah
berangkat tapi pangcu sudah berpesan bilamana ini hari kita
berhasil menemukan Koan Siauw-hiap maka aku harus
menghantar nona ke daerah Tiam Pian."
Jadi Siauw-tan sekarang masih berada disini?" tanya Koan
Ing kegirangan. Dengan cepat Hoo Lieh mengangguk.
"Mari, aku antar kalian kesana!" serunya.
Dengan cepat Koan Ing menoleh ke arah Ing Ing dan
ajaknya, "Ing Ing, mari kita pergi menengok diri Siauw-tan!"
Walaupun dalam hati Ing Ing merasa tidak suka, tetapi di
dalam keadaan seperti ini dia mau tak mau harus ikut, dengan
hati berat akhirnya dia mengikuti juga kedua orang itu
berjalan masuk ke dalam hutan.
Setelah melewati jalan hutan beberapa saat lamanya
mendadak Hoo Lieh menghentikan langkahnya dan menepuk
tangan tiga kali, dari balik hutan segera muncullah sepuluh
orang anak buah dari perkumpulan Tiang-gong-pang.
Diam-diam Koan Ing merasa amat terkejut tidak disangka
Hoo Lieh adalah seorang manusia yang berbakat, tidak aneh
kalau Sang Su-im begitu menghargai dirinya, cukup dengan
penyagaan yang diatur olehnya ini sudah lebih dari cukup
untuk menahan serangan yang bagaimana dahsyatnya.
"Saat ini nona masih berada di dalam keadaan tidak sadar
diri," ujar Hoo Lieh. "Karenanya aku tidak berani berlaku
gegabah, di sekeliling tempat ini sudah dipasang enam lapis
penjagaan ketat dengan empat lapis yang diperlengkapi
panah2 beracun. Koan Ing yang mendengar perkataan itu dalam hati merasa
amat kagum, dia lalu mengangguk.
"Kali ini harus menyusahkan paman Hoo" katanya.
Dengan cepat mereka berjalan masuk ke dalam hutan,
tampaklah ditengah-tengah antara pepohonan yang rindang
berdirilah sebuah rumah kecil yang dibikin dari kain.


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di dalam ruangan itu tampaklah Sang Siauw-tan dengan
wajah yang pucat pasi sedang berbaring di atas sebuah
pembaringan. Dengan langkah yang tergesa-gesa Koan Ing lantas
berjalan mendekati badannya dan mengeluarkan tangan gadis
itu dari balik pembaringan.
Denyutanjantungnya masih amat lemah sekali seperti
keadaan semula, agaknya tak
terjadi sedikit perubahanpun atas dirinya.
Dalam hati diam-diam pemuda itu mulai merasa cemas,
tempat itu ada seribu li jauhnya dari daerah Tiam Pian,
bilamana di tengah jalan luka Sang Siauw-tan terjadi
perubahan apa yang harus dia perbuat pada waktu itu" Apa
lagi saat ini dia masih tidak mengetahui apa yang telah terjadi,
Mendadak suatu ingatan berkelebat dihati, pikirnya diamdiam,
"Aku sudah memperoleh pelajaran ilmu obat-obatan
serta tabib dari Jien Wong, apa kah semuanya ini tak ada
gunanya?" Teringat akan Jien Wong, dalam benaknya kembali
terbayang seluruh perkataan yang diucapkan si manusia
tunggal dari Bu-lim itu sesaat menjelang kematiannya,
Hoo Lieh serta Ing Ing yang melihat wajah Koan Ing diliputi
oleh kemurungan agaknya lagi memikirkan satu urusan yang
penting mereka tiada yang berani mengganggu,
Mendadak.... Koan Ing teringat kembali kalau di dalam
pelajaran dari Jien Wong ada semacam ilmu pengobatan yang
disebut "Kiem Ciam Than Meh" atau ilmu menusuk jarum.
"Paman Hoo, apakah kau membawajarum emas?" tanyanya
kemudian kepada diri Hoo Lien.
Sinar mata Hoo Lieh segera berkelebat tiada hentinya.
"Apakah Koan Ing bisa menyembuhkan penyakit?"
pikirnya.Dalam hati dia merasa tidak percaya, dia takut
bilamana Sang Siauw-tan semakin dibuat parah lagi, waktu itu
bagaimana dirinya harus bertanggung jawab terhadap diri
Sang Su-im" Jilid 16 "Paman Hoo kau boleh berlega hati, aku cuma ingin tahu
apakah ditubuh Sang Siauw-tan ada hal-hal yang aneh!" kata
Koan Ing sambil tertawa. "Dibadannya tidak terdapat apa-apa, tetapi aku tetap akan
membawanya kemari!" sahut Hoo Lieh sambil mengangguk.
Selesai berkata diapun berjalan keluar dari rumah.
"Penyakit enci Siauw-tan apakah bisa disembuhkan?" tanya
Cha Ing Ing sambil memandang ke arah gadis itu.
Dalam hati ia merasa amat bingung, haruskah dia
mengharapkan penyakit Sang Siauw-tan bisa lekas sembuh
atau tidak sama sekali" Baginya kedua keputusan ini sangat
membingungkan hatinya. "Aku sendiri juga tidak tahu." sahut Koan Ing sambil
tertawa tawar. "Tetapi bagaimanapun juga aku akan mencoba
menyembuhkan dirinya."
Cha Ing Ing dengan perlahan menundukkan kepalanya
tidak berbicara lagi. Pada waktu itulah tampak Hoo Lieh dengan membawa
sebuntal jarum emas berjalan masuk dan menyerahkannya
kepada pemuda tersebut. Koan Ing dengan hati ragu-ragu menerima juga jarum
emas tersebut, sebenarnya dalam hatinya semula sudah
merasa mantap, tetapi kini teringat kalau dirinya tak
berpengalaman bilamana sampai meleset bagaimana jadinya"
Lamasekali dia berdiri termangu-mangu, keringat dingin
mengucur keluar dengan derasnya.
Hoo Lieh serta Cha Ing Ing yang melihat kejadian ini pada
berdiri termangu-mangu, karena mereka tak mengerti kalau
pemuda tersebut sedang berbuat apa"
"Koan Sauw-hiap, kau kenapa?" terakhir Hoo Lieh tidak
kuat menahan sabar lagi dan bertanya.
"Aakh! tidak mengapa." seru pemuda itu tersadar kembali
dari lamunannya. Dengan perlahan hawa murninya disalurkan ke dalam
tubuh untuk menenangkan hatinya yang lagi bergolak itu,
pada saat dan keadaan semacam ini untuk turun tanganpun
tidak mungkin, dia terpaksa harus menggunakan seluruh
kepandaiannya untuk turun tangan menolong nyawa gadis itu.
Maka tangannya mulai mencabut keluar sebatang jarum
emas lalu dengan gerakan yang cepat ditusukan ke dalam urat
nadi pada pergelangan tangannya Sang Siauw-tan.
Melihat kejadian itu Hoo Lieh yang berdiri disisinya jadi
amat terperanyat sekali. "Aaach, apa yang sedang diperbuat Koan Ing?" pikirnya.
"Bilamana jarum emas itu salah menusuk dan mengenai urat
nadinya sehingga darah mengucur keluar terus, apa jadinya
nanti?" Walaupun di dalam hati dia berpikir demikian tetapi tak
sepatah katapun yang diucapkan keluar.
Terlihatlah waktu itu Koan Ing memejamkan matanya
rapat-rapat, sedang kedua jari tangannya ditempelkan di atas
ujung jarum tersebut. Seluruh denyutan jantung serta aliran darah pada tubuh
gadis itu dapat dirasa oleh kedua jari tangannya, dia merasa
denyutan jantung Sang Siauw-tan serasa telah bergabung
dengan denyutan jantungnya sendiri.
Untuk beberapa saat pemuda itu baru membuka matanya
kembali dan mencabut keluar jarum emas itu.
"Paman Hoo! penyakit Sang Siauw-tan dapat aku
sembuhkan." katanya.
Mendengar perkataan tersebut Hoo Liae jadi amat girang
sekali. "Bagian manakah yang sudah terluka?" tanyanya terburuburu.
"Sewaktu tadi Yuan Si Tootiang hendak pergi, dia telah
melengketkan jalan darah Ciauw-yang serta Sam-im denan
menggunakan tenaga dalamnya, hal inilah yang membuat
Sang Siauw-tan sangat menderita."
"Aaaach.... kiranya begitu." seru Hoo Lieh dengan mata
berkedip2 tiada hentinya, "Tidak aneh kalau tak nampak
adanya tanda-tanda penyakit pada tubuhnya."
"Paman Hoo!" terdengar Koan Ing berbicara lagi sesudah
termenung beberapa saat lamanya. "Coba kau sediakan
sekuali air panas yang masih mendidih."
Hoo Lieh mengiakan lalu memerintahkan anak buahnya
untuk menyediakan air panas tersebut.
Tidak selang lama kemudian air panas tersebut sudah
disediakan, bahkan kuali yang berisi air panas itu masih
tertumpang di atas tungku dengan api yang berkobar-kobar.
"Paman Hoo!" ujar pemuda itu lagi sambil menarik napas
panyang-panyang. "Aku hendak menggunakan tenaga
dalamku untuk melumerkan kembali kedua buah urat nadi itu,
tetapi ada kemungkinan badanku jadi teramat dingin,
bilamana nanti badanku jadi dingin harap paman Hoo suka
membasahi tubuhku dengan air panas tersebut!"
Hoo Lieh segera memngangguk.
Koan Ing pun lantas membalik badan Sang Siauw-tan dan
tempelkan telapak tangannya pada punggungnya, sedang dia
sendiri duduk bersila untuk mulai mengerahkan tenaga
dalamnya. Sejurus kemudian seluruh kepala dan keningnya sudah
dibasahi oleh keringat sebesar kacang kedelai, hal ini
membuat Hoo Lieh yang menonton dari samping merasa amat
terperanyat sekali. Hal yang membuat orang tua itu semakin terkejut adalah
keringat yang mengucur keluar itu tidak sampai sedetik telah
mulai membeku bagaikan es.
Buru-buru dia memandang badan Koan Ing, dan terasalah
badannya amat dingin bagaikan potongan es yang telah
membeku, maka dengan cepat dia mengambil air panas dan
mengguyurnya dengan amat deras.
Dari atas batok kepala Sang Siauw-tan pun engan perlahan
mulai mengeluarkan asap yang amat tipis.
Untuk ketiga kalinya Hoo Lieh merasa amat terperanyat,
karena selama hidupnya belum pernah ia menemukan cara
pengobatan semacam ini. Beberapa saat kemudian sekuali air panas telah habis
digunakan, Hoo Lieh lalu memerintahkan orang untuk
mengambil sekuali air panas lagi.
Kurang lebih setengah jam lamanya itu berlangsung terus,
akhirnya Hoo Lieh merasa temperatur dibadan pemuda ini
mulai menaik. "Aaach....!" tiba-tiba terdengar Sang Siauw-tan merintih
perlahan. Maka dengan cepat Koan Ing menarik kembali telapak
tangan kanannya dan mengatur pernapasannya, seluruh
tubuhnya kini sudah basah kuyup oleh keringat, wajahnya
pucat pasi bagaikan mayat, jelas kalau untuk menyembuhkan
penyakit Sang Siauw-tan tadi ia sudah menggunakan tenaga
yang amat besar sekali. Kurang lebih seperminum teh kemudian Sang Siauw-tan
baru membalikkan badannya dan membuka mata. Bersamaan
itu pula Koan Ing pun membuka matanya.
Melihat pemuda tersebut ada di hadapannya, Sang Siauwtan
agak melengak, tapi sebentar kemudian dia sudah
menjerit keras: "Angkoh Ing!" Air mata mengucur keluar dengan derasnya membasahi
kelopak matanya yang indah itu.
Koan Ing yang melihat usahanya untuk menyembuhkan
luka Sang Siauw-tan ternyata mendatangkan hasil yang
memuaskan, maka hatinya amat girang sekali.
"Siauw-tan, kau beristirahatlah dan yangan banyak bicara!"
serunya sambil tertawa. Hoo Lieh pun merasa amat giang sekali melihat gadis itu
dapat sembuh dan sadar kembali dari lukanya.
Dengan pandangan sayu Sang Siauw-tan memandang
wajah pemuda itu terpesona, dia tahu kalau karena
menyembuhkan luka dalam yang dideritanya itu pemuda itu
sudah mengorbankan tenaga murninya, saking terharunya tak
kuasa lagi titik air mata mengucur keluar membasahi pipipnya.
Lama sekali dia baru bertanya, "Dimana Tia (ayah)" Apakah
dia berada dalam keadaan baik-baik?"
"Empek Sang berada dalam keadaan baik-baik, kau tidak
usah merasa kuatir!"
Setelah jatuh tidak sadarkan diri selama beberapa hari,
ditambah pula sewaktu menyembuhkan lukanya tadi harus
mengorbankan tenaga yang amat banyak, saat ini badan gadis
tersebut amat lemah dan payah, beberapa saat dia sudah
jatuh pulas dengan nyenyaknya.
Koan Ing melihat Sang Siauw-tan telah tertidur, diapun
menghembuskan napas lega.
Dengan perlahan ia menoleh ke belakang, tapi sebentar
kenudian pemuda itu sudah melengak karena entah kapan
Cha Ing Ing ternyata sudah meninggalkan tempat itu tanpa
pamit, sedang pedang Kim-kong-kiam tersebut tergantung di
atas dinding, jelas kalau dia sudah pergi karena tidak tahan
merasa keperian hatinya. Melihat kejadian ini Koan Ing segera merasakan hatinya
ragu-ragu dan kebingungan.
Akhirnya sambil menghela napas ia menoleh dan
memandang ke atas wajah Sang Siauw-tan yang tertidur pulas
itu.... o-oo-OOO-oo-o Salju melayang turun dengan derasnya, membuat
permukaan tanah jadi memutih, tampaklah dua sosok
bayangan hitam bergerak maju dengan amat perlahan di atas
permukaan salju, mereka bukan lain adalah Koan Ing dan
Sang Siauw-tan. Luka yang diderita Sang Siauw-tan kini sudah sembuh
sama sekali. Hoo Lieh pun telah melaporkan hal ini kepada
Sang Su-im dengan burung merpati, di samping itu bukan saja
Yuan Si Totiang serta Kaucu dari lembah Chiet Han Kok itu si
jaring emas penguasa langit Phoa Thian Cu yang sudah
munculkan diri di daerah Tionggoan, bahkan kereta berdarah
pun telah munculkan dirinya pula di daerah Tionggoan.
Koan Ing serta Siang Siauw-tan yang menerima berita itu
segera melakukan perjalanannya kembali ke daerah
Tionggoan. Perjalanan kali ini memasuki daerah Tibet sama sekali tidak
mendatangkan hasil apapun, jejak sikongcu berbaju sutera
Boan Ting-seng sampai kinipun masih tidak dikeahui, Jien
Wong sudah menemui kematiannya bahkan mereka semua
pun hampir-hampir menemui ajalnya di dalam lembah Chiet
Han Kok. Dengan amat cepatnya kedua orang itu melakukan
perjalanan ke depan, suatu saat tiba-tiba dari hadapannya
muncullah satu titik hitam y6ang semakin lama semakin
mendekat. Koan Ing yang melihat titik hitam tersebut ternyata bukan
lain adalah seekor kuda dengan seorang penunggang
diatasnya diam-diam merasa amat terperanyat, karena waktu
itu dia dapat menemukan kalau orang yang ada di atas
punggung kuda itu sudah mati.
Sang Siauw-tan sendiri pun merasa amat terperanyat
sekali, setelah mereka saling bertkar pandangan sekejap
lantas berjalan mendekati orang itu.
Dia adalah seorang lelaki berusia pertengahan yang pada
pinggangnya tersoreng sebilah pedang, seluruh anggota
badannya sudah dingin kaku, jelas kalau sudah mati beberapa
saat lamanya. Dengan amat telitinya Koan Ing lantas menggendong
mayat itu turun dari atas kudanya dan memeriksanya,
ternyata di atas tubuh mayat itu sama sekali tidak ditemukan
bekas luka apapun. Melihat kejadian itu, pemuda tersebut segera mengerutkan
alisnya dan termenung. "Iiiiih, kelihatannya dia mati karena tak dapat bernapas."
tiba-tiba Sang Siauw-tan menjerit tertahan.
Buru-buru Koan Ing dongakkan kepala mayat itu, sebentar
kemudian dia sudah merasa amat terkejut karena pada leher
mayat lelaki berusia pertengahan itu terteralah sebuah bekas
darah yang amat tawar sekali.
Dengan termangu-mangu mereka kembali saling bertukar
pandangan dan bungkam diri dalam seribu bahasa, karena


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tiada yang tahu dengan menggunakan ilmu pukulan apakah
orang itu sehingga dapat menemui ajalnya....
Sambil menghela napas panyang, akhirnya Koan Ing
mencabut keluar pedangnya dan menggali sebuah liang untuk
mengubur jenazah tersebut.
Setelah selesai mereka berdua baru naik ke atas kuda dan
kembali melakukan perjalanan ke depan.
Kurang lebih sepertanak nasi, kemudian dari hadapan
mereka kembali muncul seekor kuda dengan sesosok mayat di
atas tunggangan kuda tersebut.
"Aaakh! kembali sesosok mayat!" seru pemuda itu kepada
Sang Siauw-tan. Terlihatlah Sang Siauw-tan mengerutkan alisnya rapatraoat,
dia tetap membungkam. Setelah kuda itu semakin dekat, mereka pun baru dapat
melihat kalau mayat itu adalah mayat seorang kakek tua,
padahal lehernyapun tampak bekas berdarah yang
memanyang, selain itu sama sekali tak terlihat bekas luka
lainnya. Dengan perlahan Sang Siauw-tan dongakkan kepalanya
memandang ke tempat kejauhan, lalu ujarnya setelah
termenung sebentar; "Apa mungkin karena kita berdua
peristiwa ini baru terjadi?"
"Heei.... siapa tahu" Aku tidak mengerti ada jagoan
darimanakah yang memiliki sifat begitu kejam dan telengas."
sahut Koan Ing sambil tertawa tawar.
Kembali gadis itu termenung berpikir beberapa saat
lamanya. "Apa mungkin perbuatan itu merupakan hukuman yang
dijatuhkan oleh sebuah perkumpulan rahasia di dalam Bu-lim"
Tetapi.... heei hal ini tidak mungkin, bilamana ada ayahku
disini maka teka-teki ini tentu bisa dipecahkan."
"Wah aku sendiri juga tidak tahu siapakah dia?" seru
pemuda itu. Selesai berkata kembali dia mencabut keluar pedangnya
dan menggali sebuah lobang pula untuk mengubur mayat si
kakek tua itu. Siapa tahu waktu nitulah kembali muncul seekor kuda
dengan sesosok mayat diatasnya pula. Melihat kejadian itu
Koan Ing segera mengerutkan alisnya semakin kencang.
"Apa-apaan ini" Lagi menakut-nakuti orang atau
bagaimana?" pikirnya dalam hati.
Dengan perlahan dia menoleh ke belakang, tampaklah
waktu itu Sang Siauw-tan lagi tersenyum ke arahnya.
Hatinya yang semula merasa amat tidak gembira setelah
melihat senyuman manis dari gadis itu diapun ikut tersenyum.
Setelah kuda tadi mendekat merekapun mendapatkan
kembali mayat seorang pemuda di atas tunggangannya.
Demikianlah setelah mengubur mayat pemuda itu berturutturut
mereka kembali mengubur tujuh mayat.
Walaupun mereka berdua tidak akan jeri oleh kejadian ini
tetapi hatinya merasa tidak leluasa juga, benaknya dipenuhi
dengan berpuluh-puluh pertanyaan yang mencurigakan, ada
permainan macam apakah ini" Kalau mau cari gara-gara
seharusnya menemui secara gagah, buat apa berbuat
pekerjaan rendah semacam itu"
Pasa saat mereka lagi berpikir keras itu, dari tempat
kejauhan kembali muncul seekor kuda.
Koan Ing segera tersenyum.
"Siauw-tan, coba kau lihat kembali muncul sesosok mayat
lagi." katanya kepada gadis itu.
"Waah.... waah, kalau begitu ini hari kita harus jadi tukang
kubur yang tidak digaji." seru Sang Siauw-tan.
Koan Ing pun tersenyum lalu memandang ke arah kuda
yang ada di tempat kejauhan itu, tiba-tiba dia mengerutkan
alisnya rapat-rapat. "Siauw-tan! kali ini kiranya bukan sesosok mayat." serunya
keras. "Ooh yaa" Aakh!! Benar seorang Tosu, tetapi apa
maksudnya mencari kita?"
Koan Ing segera menghembuskan napas panyang2 dan
memandang sekejap ke arah gadis itu lalu tertawa. "Dia
datang pasti karena kau, karena Tosu itu bukan lain adalah
Sak Huan adanya!" Sang Siauw-tan yang melihat sikap dari Koan Ing ini
wajahnya segera berubah jadi merah karena menahan jengah.
"Hmmm! Tojin itu benar-benar bermuka kuali, agaknya dia
sudah tidak maui jiwanya lagi." katanya.
Koan Ing cuma tersenyum saja, lewat beberapa saat
kemudian dia baru berkata, "Mari kita kesana lihat-liha, aku
mau tahu siasat serta rencana busuk apa lagi yang sedang
disusun olehnya!" "Maksudmu dengan mayat-mayat yang kedelapan ini?"
tanya gadis tersebut sambil mengerutkan alisnya.
Mendengar perkataan itu Koan Ing ta dapat menahan rasa
gelinya lagi, diapun tertawa terbahak-bahak karena Sang
Siauw-tan sudah menganggap Sak Huan sebagai mayat yang
kedelapan. Dengan wajah yang amat dingin Sak Huan berjalan
mendekati kedua orang itu, tetapi sewaktu dilihatnya mereka
berdua sama sekali tidak menggubris dirinya bahkan tertawa
dan bercakap2 sendiri seperti tak memandang sebelah
matapun kepadanya, maka dalam hati jadi amat gusar sekali.
Dengan wajah hijau membesi dia lantas menyapu sekejap
ke arah Koan Ing berdua, kemudian baru tanyanya perlahan:
"Selama perpisahan ini apakah kalian berdua masih dalam
keadaa baik-baik saja?"
"Hmm! kiranya hasil kerjamu tadi bertujuan hendak
membuat kita ketakutan ya" hee.... hee yangan mimpi." teriak
Sang Siauw-tan dengan amat gusar.
Sak Huan sama sekali tidak menggubris, lewat beberapa
saat kemudian dia baru tertawa dingin, "Aku sudah cukup
lama menantikankedatangan kalian!"
"Oow.... kiranya ada urusan apa?" tukas Koan Ing tawar.
Sak Huan kembali tertawa, lalu menoleh da memandang
sekejap ke arah diri Sang Siauw-tan.
"Suhuku Yuan Si Totiang sudah memperoleh kepandaian
silat dari Si Budak Berdarah dari tempat kegelapan, agar
urusan ini tidak sampai diketahui oleh orang-orang Bu-lim dia
membiarkan aku untuk melakukan pekerjaan apapun."
katanya dingin. "Dia tidak akan ikut campur di dalam
urusanku, tetapi sekarang keadaannya sudah berbeda, dia
telah kembali ke daerah Tiaonggoan sedang akupun kini
sudah belajar ilmu Hwee Hiat Chiet Sah kang Ki, aku rasa
urusan diantara kita tidak dapat diulur-ulur lebih lama, maka
ini hari juga aku hendak mengambil suatu keputusan."
"Hmm! mengambil keputusan apa?" tanya pemuda itu
sambil tertawa menghina. Ooo)*(ooO Bab 39 "Sang Siauw-tan harus kawin dengan aku!" seru Sak Huan
sambil melirik sekejap ke arah pemuda tersebut. "Walaupun
kau tidak bakal mati tetapi dengan kepandaian silat yang kau
miliki kini tidak bakal bisa menangkan diriku lagi, kau pasti
akan mati konyol bilamana berani mencari gara-gara. Dan
sekarang juga aku akan membawa Sang Siauw-tan lari
keujung langit dan hidup bahagia disana, bilamana kau
memang sungguh-sungguh mencintai dirinya seharusnya ka
harus rela membiarkan aku mengawini dirinya."
"Hee.... hee.... sungguh enak sekali perkataanmu itu! seru
Koan Ing yang karena merasa perkataannya itu sama sekali
tidak pakai aturan. "Bilamana di kolong langit semua urusan
bisa diselesaikan dengan amat mudah, maka dunia bakal
tenang untuk selamanya."
"Engkoh Ing mari kita pergi saja! yangan perduli orang
edan itu." sela Sang Siauw-tan pula dari samping dengan nada
gusar. Sak Huan sama sekali tidak ambil gubris terhadap
perkataan dari Sang Siauw-tan itu, dia kembali memandang
tajam pemuda itu, lalu berkata:
"Akupun tahu kalau kau tidak bakal setuju, oleh karena itu
aku sudah mengambil keputusan untuk menantang kau
bergebrak, bilamana kau yang menang tidak bakal aku bisa
lolos dari kematian, sebaliknya bilamana aku yang menang
kau pun tidak boleh menghalangi niatku membawa dia pergi
dari sini." Sang Siauw-tan yang mendengar perkataan dari Sak Huan
ini hatinya semakin gusar lag, teriaknya sambil melototkan
matanya lebar-lebar, "Tutup bacot anjingmu. Engkoh Ing, kau
tidak usah gubris orang edan ini lagi."
Koan Ing yang mendengar perkataan dari Sak Huan sama
sekali tidak pakai aturan, hatinya pun merasa mendongkol.
"Hmm! selama hidup belum pernah aku menemui orang
sekasar seperti kau." serunya.
Sak Huan tertawa dingin dan dengan perlahan dia
mencabut keluar pedang panyangnya, "Koan Ing, kini dengan
cepat kau bakal merasakan kekasaranku!" ejeknya sinis.
Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, tangan
kanannya membalik mencabut keluar pedang Kim-hongkiamnya,
setelah memasang kuda-kuda dia lantas menubruk
ke depan, diantara berkelebatnya sinar pedang dengan
membentuk gerakan setengah lingkaran menerjang ketubuh
Sak Huan. Jurus ini adalah jurus 'Nu Jut Sin Kiam' dari ilmu pedang
Thian-yu Khi Kiam! Dengan dinginnya Sak Huan mendengusdia tetap duduk tak
bergerak di atas punggung kuanya, mendadak pedang
ditangan kanannya digetarkan lalu menyambut datangna
serangan pedang Kim-hong-kiam dari Koan Ing.
Wajahnya penuh dihiasi dengan sikap yang amat
congkaknya, agaknya kini terhadap diri Koan Ing sama sekali
tidak memandang sebelah matapun.
Melihat sikapnya yang sangat jumawa, Koan Ing merasa
amat gusar, sinar matanya berkelebat tiada hentinya,
mendadak Kim-hong-kiamnya mendengus keras dan miring
kesamping, arah tujuannya pun segera berubah.
Inilah yang dinamakan jurus "Cie Ci Thian Yang"!
Kedahsyatan serta keanehan dari perubahan jurus
serangan ini membuat Sak Huan yang amat congkak it
menyadi terperanyat, tubuhnya buru-buru miring ke samping
sedan pedangnya menangkis ke depan.
Koan Ing yang melihat serangannya kembali kena ditangkis
maka dengan cepatnya menggerakkan pedangnya kembali
merubah jurus. Tetapi pada saat itulah mendadak dari tubuh pedang yang
ada ditangan Sak Huan memancarkan cahaya merah yang
amat menyilauka mata, seketika itu juga pedang Kim-hongkiam
ditangannya kena terhisap.
Hatinya terasa tergetar keras, dengan sekuat tenaga ia
kebaskan pedangnya kesamping, siapa tahu justru karena
gerakannya ini kedua bilah pedang itu saling melengket
semakin keras lagi. Dari ujung bibir Sak Huan segera tersungging satu
senyuman dingin yang amat tawar sekali.
Koan Ing yang melihat Sak Huan hendak mengajak dia
beradu tenaga dalam hatinya terasa amat gusar, dia menarik
napas panyang2, mendadak pedang Kim-hong-kiamnya
memancarkan cahaya emas yang amat tajam.
Begitu muncul cahaya emas itu ditengah udara segera
terdengarlah suara ledakan yang amat keras. Karena kedua
bilah pedang yang saling melengket itu segera tergetar keras,
mendadak Koan Ing bersuit nyaring dan pedang Kim-hongkiamnya
berhasil ditarik lepas, kemudian langsung melancaran
tiga tusukan mematkan. "Traaaang! traaaang!" berturut-turut ketiga tusukan
tersebut berhasil ditangkis pula oleh Sak Huan.
Dengan cepatnya Koan Ing melayang ke atas punggung
kudanya kembali, di dalam hati ia merasa amat terperanyat, ia
sama sekali tak sangka kalau Sak Huan telah memiliki ilmu
pedang yang demikian sempurnanya.
Sebaliknya Sak Huan sendiri merasa hatinya semakin
terperanyat, karena di dalam pikirannya semula dengan ilmu
pengisap dari budak berdarah dimana ia sudah berhasil
mengisap tenaga dalam dari banyak orang, saat ini tentu jauh
berada di atas pemuda tersebut, karena itu dia baru
menggunakan tenaga dalam untuk menghisap pedang Koan
Ing yang paksa dia untuk lepaskan pedang mengaku kalah,
tidak disangka tenaga dalam yang dimiliki pemuda itu ternyata
tidak berada dibawahnya. Percobaannya kali ini membuat dalam hati ia merasa
sangat mendesir. Lama sekali kedua orang itu saling bertukar pandanan,
mendadak terdengar Sak Huan tertawa dingin.
"Mari kau ikutlah diriku, kita tentukan siapa menang siapa
kalah." tantangnya. Koan Ing yang merasa tenaga dalam yang dimiliki Sak
Huan pada saat ini tidak lebih hanya seimbang dengan dirinya
membuat kepercayaan diri sendiri semakin menebal, maka
begitu mendengar Sak Huan hendak menantang dia untuk
bergebrak segera tertawa tawar.
"Waktu ini kau telah menyadi perhatian dari para jago di
Bu-lim, bilamana kau tidak tahu diri dan terus cari gara-gara,
yanganlah salahkan kalau aku bertindak kurang sopan
terhadap dirimu." ancamnya.
Sak Huan segera tertawa terbahak-bahak. "Haa.... haa,
bilamana hari ini kau berhasil melarikan diri, waktu itulah kau
beru boleh merasa bangga, sekarang lebih baik yangan
banyak bacot dulu!" Selesai berkata tanpa memperdulikan kedua orang itu lagi,
dia lantas menarik kudanya dan putar tubuh berjalan pergi.
Sang Siauw-tan yang melihat Sak Huan tidak dapat berbua
apa-apa terhadap diri Koan Ing dia lantas berseru keras;
"Engkoh Ing, halangi dirinya."
Di dalam hati sebenarnya Koan Ing lagi merasa kheki
melihat Tosu itu, ditambah lagi teringat akan ketujuh orang
yang dibunuh tanpa bersalah itu membuat hatinya semakin
terbakar. Dengan segera dia mengempit perut kudanya dan lari
mengejar. "Hey, Sak Huan, berhenti! Buat apa kita mencari
tempat lain" Ayoh turun kita bereskan disini saja."


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sak Huan tertawa terbahak-bahak, dengan cepat dia
cambuk kudanya semakin keras lagi menerjang ke depan.
"Hey, Sak Huan, kalau kau bermaksud untuk menentukan
siapa menang siapa kalah, kenapa melarkan diri?" ejek Koan
Ing sambil kerutkan alisnya rapat-rapat.
Demikianlah mereka berdua satu di depan yang lain di
belakang saling berkejaran, sedang Sang Siauw-tan menguntit
dari empat kejauhan.' Beberapa saat kemudian mendadak gadis itu merasa
keadaan tidak beres, buru-buru teriaknya, "Engko Ing,
berhenti!" Mendengar suara jeritan itu Koan Ing segera menahan tali
les kudanya. Pada saat itulah Sak Huan tertawa terbahak-bahak dan
menoleh ke belakang. "Kalian sudah terlambat untuk menarik
diri, kini kalian sudah masuk ke dalam jebakan, tak ada jalan
lagi buat kalian untuk melarikan diri." serunya.
Begitu mendengar perkataan itu Koan Ing serta Sang
Siauw-tan jadi amat terkejut, dengan cepat mereka menoleh
kesamping. Tampaklah dari empat penjuru muncul enam ekor kuda
yang mengepung tempat itu rapat-rapat, ditangan setiap
orang mencekal sebuah jala merah yang siap-siap disebarkan
ke depan. Keenam orang itu bukan lain adalah enam orang yang
mengurung lembah Chiet Han Kok tempo hari, atau dengan
perkataan lain mereka adalah jago-jago yang diandalkan oleh
Sak Huan. Hal ini seketika itu juga membuat pemuda itu merasa
hatinya tergetar, lalu berdiri termangu-mangu. Kali ini mereka
berdua benar-benar terjebak, kini untuk melarikan diripun
tidak bakal terlaksana. Ditengah kepungan keenam orang penunggang kuda itulah
terdengar Sak Huan tertawa Terbahak-bahak.
Pada saat yang amat kritis itulah tiba-tiba satu pikiran
berkelabat di dalam benak pemuda itu, tubuhnya tahu-tahu
meloncat ke depan menyambar tubuh Sang Siauw-tan dan
menerjang keluar. Dengan gusarnya Sak Huan membentak keras, sambil
memegang pedangnya dia segera menubruk ke depan dan
melancarkan serangan dahsyat mendesak Koan Ing untuk
melayang turun kembali. Koan Ing yang merasa dirinya diserang segera membentak
keras, pedang ditangannya pun segera didorongkan sejajar
dada. "Traaang....!" dengan cepat sepasang pedan itu saling
berbentur satu sama lainnya dengan menimbulkan percikan
bunga-bunga api, dan dengan mengambil kesempatan inilah
Koan Ing melayang semakin jauh.
Pada saat itulah keenam orang naggota lembah Chiet Han
Kok sudah mulai bergerak dan menyaga perjalanannya dari
empat penjuru. Koan Ing segera bersuit panyang, pedang Kim-hongkiamnya
didorong pula sejajar dada, ujung pedang di depan
sedang tubuhnya mencelat ke atas.
Diantara berkelebatnya sinar pedang dan melayangnya
jaring merah yang mengurung tubuhnya terdengarlah suara
jeritan ngeri bergema memenuhi angkasa, kiranya salah
seorang musuhnya kena ditusuk roboh.
Orang-orang berkerudung itu sama sekali tak menyangka
kalau tenaga dalam yang dimiliki Koan Ing sudah berhasil
dilatih hingga mencapai pada taraf kesempurnaan, dan hanya
di dalam satu kali gebrakan saja sebuah lengan kanan sudah
kena ditabas putus, walaupun begitu baju yang dikenakan
pemuda itupun tersobek besar sedang rambutnya awutawutan.
Begitu Koan Ing melayang turun ke atas permuakaan
tanah, buru-buru dia duduk bersila dengan pedang
diacungkan sejajar keningnya, inilah jurus adu jiwa "Giok Sak
Ci Hun" dari Hiat Hoo Kiam Hoat.
"Siauw-tan yangan bergerak!" pesannya kepada gadis itu.
Sang Siauw-tan tahu dengan tenaga dalam yang dimilik
pemuda itu pada saat ini tidak bakal seorangpun yang dapat
melukai dirinya, karena itu dia tidak bergerak secara
sembarangan sebaliknya duduk dengan tenangnya disisi Koan
Ing. Maka dengan cepatnya Sak Huan serta kelima orang
berkerudung itu sudah mengurung tempat itu rapat-rapat,
tetapi mereka tiada yang berani bergerak secara gegabah
karena pelajaran yang baru saja diperlihatkan oleh pemuda itu
sudah cukup membuat mereka merasa jeri.
Walaupun mereka tak ada yang kenal dengan jurus
serangan dari Koan Ing, tapi bagaimana pun juga mereka
semua adalah jago-jago Bu-lim yang berpengalaman, sudah
tentu tidak akan tidak mengerti kalau jurus serangan yang
dipersapkan Koan Ing kali ini adalah jurus adu jiwa.
Dengan pandangan yang amat tajam Sak Huan
memperhatikan diri Koan Ing dia tahu seluruh tenaga dalam
yang dimiliki pemuda itu sudah dikumpulkan di atas
pedangnya, barang siapa diantara mereka ada yang berani
maju terlebih dulu dialah yang akan mati nomor satu.
Lama sekali ia termenung, akhirnya dia tertawa dingin.
"Koan Ing, tidak kusangka kau adalah manusia yang tak
berguna lebih baik cepat menyerah saja!" serunya.
Koan Ing membungkam dalam seribu bahasa, tangannya
yang sebelah menarik tangan Sang Siauw-tan kencangkencang.
Sak Huan yang melihat Koan Ing tidak suka berbicara dia
tertawa dingin. "Sekalipun kau berbuat begitu juga tiada
gunanya, akhirnya kau bakal mati juga, aku mau lihat kau
kuat bertahan seberapa lama!"
Selesai berkata bersama-sama dengan kelima orang lainnya
segera duduk di sekeliling Koan Ing membentuk barisan
melingkar. Dengan pandangan yang ama tawar Koan Ing menyapu
sekejap ke arah tiga orang yang ada di hadapannya, kemudian
dengan perlahan memejamkan matanya.
Sinar mata Sak Huan kembali berkelebat, dia yang melihat
Koan Ing memejamkan matanya dalam hati ingin sekali
menggunakan kesempatan itu untuk melancarkan serangan
bokongan, tetapi sewaktu melihat tenaga dalamnya sudah
disalurkan seluruhnya di atas pedang tersebut maka dengan
hati berat terpaksa menarik kembali niatnya itu.
Sak Huan tahu bilamana dirinya maju melancarkan
serangan,maka kematian sudah tentu saja ada diambang
pintu, sekalipun Koan Ing yang dihadapinya memiliki tenaga
dalam yang jauh lebih rendah dari dirinya pun pada saat ini
dia tidak bakal berani maju apalagi tenaga dalamnya
seimbang, hal ini semakin tidak mungkin lagi.
"Heeei.... bagaimana pun juga Koan Ing tidak bakal kuat
menahan diri lebih lama lagi, walaupun aku tidak mendesak
akhirnya dia bakal lelah sendiri, baiknya aku menanti saat
yang baik saja." pikirnya dihati.
Tanpa banyak cakap lagi diapun duduk bersila disana.
Yang paling ditakuti Koan Ing adalah kelima buah jaring
merah itu, asalkan salah satu diantara mereka berenam ada
yang berani menerjang secara kekerasan dia sendiripun tidak
bakal bisa meloloskan diri dari sana. Dan untuk memecahkan
persoalan ini hanya ada satu jalan saja yaitu berusaha
secepatnya memahami ilmu "Ih Cian Hoat" serta ilmu tanpa
senyata yang baru dipelajari separuh bagian itu.
Dan kini dalam keadaan seperti ini terpaksa dengan
menempuh bahaya dia harus mencoba, dia tahu bilamana
pada saat-saat ini Sak Huan sekalian melancarkan serangan
bukan saja ia tak berhasil menolong nyawanya sendiri bahkan
dengan mudahnya bakal mati ditangan mereka.
Tapi keadaan sudah kepepet, mau tak mau ia harus
pejamkan matanya untuk berlatih.
Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing pejamkan matanya
tanpa mengubah jurus serangannya dalam hati jadi
kebingungan juga dengan termangu-mangu dia memandang
dia memandang ke arahnya tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Hanya di dalam sekejap saja empat jam sudah berlalu
dengan cepatnya, sudah beberapa kali dia bermaksud untuk
mengajak Koan Ing berbicara, tetapi melihat pemuda itu tetap
duduk tak bergerak membuat iapun tidak berani menganggu.
Dan sudah beberapa kali ia hendak menyadarkan pemuda
itu tetapi setiap kali dia batalkan niatnya.
Sak Huan pun dengan pandangan tajam memperhatikan
terus seluruh gerak-gerik dari Koan Ing, sinar matanya
berkedip-kedip, dia tidak menyangka kalau selama empat jam
ini jurus serangan pedang ditangan kanan penuda itu sama
sekali tidak berubah, diapun menaruh rasa kagum atas
kelihayan dari Koan Ing. Dengan perlahan Sak Huan menarik napas panyangpanyang,
dia ingin melihat pemuda itu kuat bertahan berapa
lama lagi. Sinar matanya mulai beralih ke atas wajah Sang Siauw-tan
yang amat cantik itu, kembali berpuluh-puluh persoalan
berkelebat di dalam benaknya.
Lama sekali Tosu itu termenung, tiba-tiba ia mendengus,
"Sang Siauw-tan, kau tidak usah bersama-sama dengan Koan
Ing lagi!" serunya perlahan.
"Bangsat! Nenek kura-kura, Tosu cabul, kau tidak usah
banyak bacot lagi." maki gadis itu sambil mencibirkan bibirnya.
"Hee.... hee.... asalkan aku sehari bisa hidup di dunia, aku
bersumpah pasti akan mendapatkan dirimu." kata Tosu itu
sambil tertawa cengar-cengir, "Walaupun kau marah tetapi
sikapmu itu semakin menambah rasa cintaku terhadap dirimu,
bagaimana juga akhirnya kau pasti milikku."
Sang Siauw-tan yang melihat semakin bicara Sak Huan
semakin tidak kenal sopan, dia jadi gusar sekali.
"Bangsat cabul, kau tidak usah mengingau disiang bolong."
Dengan termangu-mangu dan pandangan terpesona Sak
Huan masih memandang wajah Sang Siauw-tan yang penuh
dihiasi rasa gusar itu, hatinya benar-benar menaruh rasa cinta
pada dirinya, dia merasa gemas tak berhasil menangkap tubuh
Sang Siauw-tan, menelanyanginya lalu menidurinya.
Baru saja ia hendak mengucapkan sesuatu, tiba-tiba dalam
benaknya teringat sesuatu, "Iiih, kenapa selama ini Koan Ing
tak berbicara?" serunya tertahan
Dia tahu setiap kali dirinya bersikap kuarng ajar pada Sang
Siauw-tan, pemuda itu pasti akan gusar, tapi kali ini Koan Ing
sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, hal ini benarbenar
membuat hatinya keheranan.
Pada saat itulah mendadak Koan Ing membuka matanya
kembali dan tersenyum kepada gadis itu. "Siauw-tan,
sekarang kita boleh pergi!" serunya.
Selesai berkata dengan perlahan dia menurunkan kembali
pedang Kim-hong-kiamnya. Sak Huan yang melihat sikap dari Koan Ing ini segera
dibuat tertegun, di bawah kurungan enam orang jagoan yang
memiliki tenaga dalam amat dahsyat ternyata pemuda itu
masih berani berbicara seenaknya, hal ini bukankah sama saja
tidak memandang sebelah matapun kepada mereka"
"Hee.... hee.... kau ingin keluar dari sini" hmm! Boleh....
boleh, aku mau lihat kau hendak menggunakan cara apa?"
ejeknya kemudian setelah tertegun beberapa saat lamanya.
Dengan pandangan dingin Koan Ing menyapu sekejap
keempat penjuru, mendadak kepada Sang Siauw-tan ujanya;
"Siauw-tan! kau jalanlah lebih dulu!"
Selesai berkata tangan kirinya yang merangkul pinggang
gadis itu dilepaskan dan mendorong tubuhnya keluar.
Bersamaan itu pula Sang Siauw-tan enjotkan badannya ke
depan, dengan menggunakan tenaga gabungan itulah dengan
ringannya dia berhasil melayang jauh keluar kalangan.
Sak Huan yang melihat kejadian ini segera mendengus
dingin, pedangnya dibabatkan ke depan menghalangi gerakan
Koan Ing sedang kelima lembar jaring merah itupun bersamasama
menggulung ke arah pemuda tersebut.
Koan Ing sedikitpun tidak jadi gugup, sewaktu pedangnya
saling bentrok dengan pedang Sak Huan itulah dia meminyam
tenaga pantulan itu, dia melayang mundur ke belakang.
Tetapi pada saat itu sebuah jaring kembali mengancam dari
atas kepalanya. Sak Huan tertawa dingin, tubuhnya merendah sedang
pedangnya dengan gerakan yang amat cepat menusuk
pemuda itu. Koan Ing yang diserang dari empat penjuru dengan cepat
membentak keras, anggota badannya dikerutkan dan di dalam
waktu yang bersamaan itu ilmu merebut senyata dengan
tangan kosong serta Ih-cin-hoatnya dilancarkan keluar.
Tubuhnya lemas sama sekali tak bertenaga, dimana jaring
merah itu menutup segera mendapatkan sasaran yang
kosong. Melihat kedahsyatan dari ilmu tersebut keenam orang itu
jadi amat terperanyat, pada waktu itulah Koan Ing bersuit
nyaring, tubuhnya menggetar lalu meloncat ke arah Sang
Siauw-tan. Melihat kejadian itu Sak Huan merasa sangat terkejut
bercampur gusar, diapun membentak keras, diantara
berkelebatnya sang tubuh tahu-tahu dia melancarkan satu
cengkeraman mengancam pinggang pemuda tersebut.
Jarak antara Koan Ing dengan dirinya tidak lebih cuma lima
depa, dengan cepatnya cengkeraman itu telah mencapai pada
sasarannya. Sewaktu hatinya lagi merasa teramat girang itulah
mendadak dia merasakan kelima jarinya seperti menangkap
suatu benda yang amat licin, tahu-tahu Koan Ing sudah
berhasil meloloskan diri dari cengkeraman itu.
Melihat kejadian itu Sak Huan baru merasa hatinya
berdesir, dengan kerasnya satu tendangan dari Koan Ing telah
bersarang di atas pundak kanannya membuat saking sakitnya
dia mendengus berat, sedang pedang ditangannya kena
terpukul jatuh. Dengan meminyam tenaga tendangan tadi Koan Ing pun
lantas melayang kesisi tubuh Sang Siauw-tan lagi.
Melihat pemuda pujaannya memperlihatkan ilmu sakti Sang
Siauw-tan benar-benar merasa amat girang.
"Engkoh Ing!" teriaknya, "Ilmu silat apa yang baru saja kau
gunakan" Sungguh dahsyat sekali."


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Haa.... haa, ilmu biasa saja, Siauw-tan! mari kita pergi,
tidak usah urusi mereka lagi." ajak Koan Ing lagi sambil
tertawa terbahak-bahak. Selesai berkata sambil mengerahkan ilmu meringankan
tubuh mereka berdua kembali melakukan perjalanan ke
depan. Sak Huan sekalian enam orang yang melihat kelihayan dari
ilmu silat pemuda itu, hatinya sudah merasa amat jeri
sehingga tak seorang pun yang berani turun tangan
mencegah, walaupun melihat kedua orang itu meninggalkan
tempat tersebut dihadapan mata kepala mereka sendiri.
Sak Huan yang pundak kanannya kena ditendang saat ini
merasa amat sakit serasa menusuk ke dalam tulang sumsum,
maka sambil menggigit kencang bibirnya dia berusaha tidak
sampai merintih. Sebenarnya di dalam hatinya dia bermaksud untuk
melanjutkan pengejarannya tetapi teringat akan kelihayan dari
pemuda tersebut hatinya kembali merasa jeri.
"Sungguh aneh sekali!" pikirnya dihati, "Sejak kapan Koan
Ing berhasil mempelajari ilmu silat yang sedemikian aneh dan
lihaynya ini?" Dia menggigit bibirnya kencang-kencang, dalam hati benarbenar
merasa amat gemas dan kecewa.
"Pokoknya pada suatu hari aku harus bisa membinasakan
diri Koan ing dan rebut Sang Siauw-tan!" batinnya kembali.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau rencana bagus dan
rapat yang disusunnya selama ini berhasil juga digagalkan
oleh pemuda itu, dia merasa kecewa kenapa tadi tidak
melancarkan serangan ke arah Koan Ing sewaktu pemuda itu
lagi berlatih. Saking khekinya Sak Huan mendepak-depakan kakinya ke
atas tanah dan putar badan berlalu dari sana.
Dan karena Yuan Si Totiang sudah berjanji dengan dirinya,
ia cuma mau membantu dirinya untuk kali ini saja lain kali
untuk menghadapi Koan Ing ia harus turun tangan sendiri....
Walaupun dalam hati ia tahu kalau dirinya bukanlah
tandingan pemuda tersebut tetapi bilamana tidak berhasil
membinasakan Koan Ing hatinya benar-benar merasa tidak
puas. Tetapi harus menggunakan cara apakah untuk menghadapi
pemuda itu".... Sembari berjalan seorang diri Sak Huan mulai memikirkan
siasat-siasat busuk dan licik lainnya untuk menghadapi Koan
Ing dikemudian hari.... Koan Ing serta Sang Siauw-tan yang berhasil meloloskan
diri dari Sak Huan sekalian dalam hati merasa amat lega,
bilamana bukannya keinginan hidup yang mendesak dia untuk
mempelajari ilmu2 sakti tersebut mungkin pada saat ini
mereka berdua sudah menemui ajalnya.
Sang Siauw-tan merasa hatinya amat girang sekali.
"Engkoh Ing." ujarnya sambil tertawa, "Ini hari kau berhasil
memberi suatu pelajaran yang keras terhadap Sak Huan si
Tosu cabul dan laknat itu!"
Ooo)*(ooO Bab 40 "Untung sekali mereka tidak melancarkan serangan dengan
menggunakan kesempatan sewaktu aku berlatih, kalau tidak
entah apa jadinya waktu itu?" sahut Koan Ing tertawa.
Sang Siauw-tan tersenyum, sinar matanya dengan perlahan
menyapu sekejap keadaan di sekeliling tempat itu, mendadak
dia menjerit tertahan. "Aaakh! Ada orang datang." serunya.
Koan Ing pun dengan cepat menoleh ke depan, tampaknya
disebuah bukit disebelah kiri mereka, berdirilah seekor kuda
putih dengan tegaknya, maka buru-buru ia mencegah Sang
Siauw-tan untuk mendekati tempat itu.
"Jangan kesana, belum tentu dia datang untuk mencari
kita." serunya cepat.
Sang Siauw-tan menarik napas panyang-panyang, karena
dia merasa orang itu pasti munculkan diri karena diri mereka
berdua. Di dalam benak Koan Ing pun sebetulnya mempunyai
perasaan demikian, tapi urusan sudah jadi begini, bilamana
mereka harus menghindar diri hal ini sangat tidak sedap
dipandang, tapi.... siapakah orang itu"
Dengan menyalankan kudanya perlahan-lahan mereka
berdua kembali melanjutkan perjalanannya mendekati si
pemuda berbaju putih yang ada di atas kuda putihnya itu.
Sewaktu pemuda itu melihat kedua orang itu berjalan
mendekati ke arahnya dengan segera lalu bertanya dengan
suara yang amat keras: "Yang datang apakah Koan siauw-hiap?"
Koan Ing memandang sekejap ke arah Sang Siauw-tan lalu
tertawa tawar. "Cayhe benar Koan Ing adanya!"
"Kalau memang saudara adalah Koan Siauw-hiap, tentunya
kau pun sudah bertemu dengan tujuh sosok mayat penyambut
tetamu terhormat dari pangcu kami bukan?"
Baik Koan Ing mapun Sang Siauw-tan sama-sama merasa
amat terkejut, semula mereka menganggap munculnya tujuh
sosok mayat itu adalah hasil permainan dari Sak Huan, tidak
disangka dugaannya adalah salah, kiranya perbuatan itu
merupakan tanda dari satu perkumpulan tertentu.
"Eeeei.... kalau begitu apa nama perkumpulan kalian?"
tanya Sang Siauw-tan dengan rasa keheranan.
"Nama besar perkumpulan kami sudah terkenal di dalam
Bu-lim, bilamana kalian berdua tidak mengetahui tujuh sosok
mayat penyambut tetamu terhormat, hal ini membuat kalian
sangat bodoh sekali." sahut pemuda berbaju putih itu tawar.
Kembali Koan Ing dan Sang Siauw-tan merasa terkejut,
memang mereka pernah dengar kalau tempo hari di dalam
Bu-lim pernah ada sebuah perkumpulan yang bernama "Sin Ti
Pang" yang menggunakan "Tujuh Sosok Mayat Penyambut
Tetamu Terhormat" sebagai penghormatan.
Tetapi kejadian itu merupakan peristiwa pada empat puluh
tahun yang lalu, tidak disangka hari ini perkumpulan tersebut
kembali munculkan dirinya.
Mereka ternyata sudah menggunakan penghormatan
"Tujuh sosok mayat penyambut tetamu terhormat" hal ini
membuktikan kalau mereka sangat menghargai dirinya.
"Oooouw.... kiranya Sin Ti Pang!" sahut Koan Ing sambil
tersenyum manis, "Dimanakah pangcu kalian" hantarkan aku
pergi menghadap." Pemuda berbaju putih itu tidak mengucapkan sepatah
katapun, iapun segera memutar kudanya dan menuruni bukit
tersebut. Di belakang bukit itu ada sebuah tempat yang terhindar
dari tiupan angin, salju yang melapisi permukaan tanah amat
tipis sekali sehingga tampaklah batu-batu cadas hitam yang
besar dan tajam. Dengan dipimpin oleh pemuda berbaju putih itu mereka
berdua melakukan perjalanan beberapa saat lamanya, yang
akhirnya sampailah mereka disebuah mulut selat.
Pada kedua belah samping selat itu yang separuh
merupakan batu-batuan yang amat besar sedang sebagian
lagi merupakan tanah ladang yang bersalju, di atas tanah
bersalju itu tampaklah dua kursi kosong ditengah-tengah meja
duduklah seorang lelaki berusia pertengahan dengan wajah
berwarna kuning serta dua orang bocah cilik berdiri
dibelakangnya. Maka dengan cepat Koan Ing meloncat turun dari kudanya,
dan pada waktu itulah terdengar si pemuda berbaju putih itu
berseru: "Koan Ing tiba!"
Dengan perlahan lelaki berbaju putih itu bangun berdiri dan
tertawa. "Kiranya kau adalah Koan Ing yang namanya mulai
menanyak di dalam dunia persilatan, cuma aku merasa heran
bagaimana mungkin kedatangan dari Koan Siauw-hiap begitu
lambat, maaf aku "Sin Ti Lang Cun" atau si lelaki tampan
seruling sakti Ti Siuw-su tidak menyambut dari tempat
kejauhan." Sinar mata Koan Ing berkelebat karena teringat kalau
penghormatan "Tujuh sosok mayat penyambut tetamu" itu
merupakan tanda buat seorang tetamu terhormat dari Sin Ti
Pang, bisa juga merupakan tanda bagi seorang musuh
bebuyutan dari perkumpulan tersebut.
Tetapi dirinya tak ada ikatan sakit hati apa-apa dengan
mereka, ada maksud apa ia mengundang dirinya datang"
"Ti Pangcu!" sapanya kemudian sambil tersenyum, "Ada
urusan apa kau orang mengundang cayhe."
Dia tidak menyawab pertanyaan dari Koan Ing itu
sebaliknya malah berkata, "Nona itu tentunya nona Sang
Siauw-tan putri kesayangan dari Pangcu Tiang-gong-pang
bukan?" "Benar!" sahut Koan Ing lagi sambil tertawa. "Entah ada
urusan apa Ti Pangcu mengundang kami datang kemari?"
Sin Ti Lang Cun tertawa dan maju dua langkah ke depan.
"Dikarenakan ayahku meninggal dunia, maka selama empat
puluh tahun ini perkumpulan Sin Ti Pang belum pernah
munculkan dirinya kembali di dalam dnia kangouw, tapi kini
berhubung urusan kereta berdarah sekali lagi kami munculkan
diri, kami mengundang kalian berdua datang kemari justru
karena ada tiga urusan penting."
Sang Siauw-tan yang melihat Sin Ti Lang Cun berlagak
misterius, pertama-tama dia yang merasa tidak sabaran.
"Ti Pangcu, cepat kau katakan!" serunya.
Ti Siuw-su tersenyum, dia merendek sejenak, kemudian
berkata kembali, "Pertama, perkumpulan yang terbesar di
dalam kolong langit pada saat ini boleh dihitung adalah partai
Sin Ti Pang kami, atau dengan perkataan lain kami harap
kalian berdua suka menyampaikan kepada Sang Su-im untuk
mengembalikan kedudukan di dalam daerah Tionggoan itu
kepada partai Sin Ti Pang kami."
"Hmm! kau lagi bermimpi." teriak gadis itu sambil tertawa
dingin. Tetapi Ti Siuw-su sama sekali tidak jadi marah, dia
tersenyum, kemudian melanjutkan kembali kata-katanya,
"Kedua, aku minta kalian berdua masuk menyadi anggota
perkumpulan kami, bilamana kita sudah menyadi satu
keluarga maka diantara kitapun tidak usah terjadi bentrokan
lagi!" Selesai berkata dia putar badan kembali ke tempatnya
semula. "HM! urusan ini harus kita putuskan sendiri bukan?" seru
Koan Ing tawar. Sewaktu Ti Siuw-su hampir mendekati bangkunya itulah
mendadak dia putar badan dan berkata lagi dengan wajah
yang amat keren: "Dan terakhir aku menginginkan kereta berdarah! kalian
yang datang kemari karena penghormatan "Tujuh sosok
mayat penerima tetamu terhormat"ku tentunya tahu juga
bukan akan maksudku!"
Sinar mata Koan Ing segera berkelebat, dia tahu maksud Ti
Siuw-su adalah mengartikan kalau mereka adalah musuh
bukan kawan, maka dengan cepat ia mendengus dan menoleh
ke arah Sang Siauw-tan. "Siauw-tan!" serunya keras, "Aku sama sekali tidak
menyangka kalau Sin Ti Pang yang tempo dulu pernah
menyagoi Bu-lim, ternyata tidak cukup saatnya untuk
bergerak, biasanya orang-orang Bu-lim bekerja dengan
mengandalkan kekuatan sendiri, perbuatan semacam ini baru
aku temui untuk pertama kalinya!"
"Heee.... heee.... kau tidak usah menyindir aku lagi." sahut
Ti Siuw-su sambil tersenyum. "Sejak semula aku pun sudah
tahu kalau kalian tidak bakal menurut, satu-satunya cara pada
saat ini adalah berusaha untuk sementara waktu yangan
bergebrak, aku mau menanti kalian pikir masak-masak dulu."
Koan Ing yang melihat Ti Siuw-su bermaksud hendak
menahan mereka, diapun lantas tersenyum.
"Kalau begitu pangcu ingin minta beberapa petunjuk ilmu
silatku bukan?" sindirnya lagi.
Ti Siuw-su cuma tersenyum saja tanpa mengucapkan
sesuatu, sebaliknya pemuda berbaju putih yang ada disisinya
sudah berteriak: "Buat apa pangcu turun tangan sendiri, cukup tecu saja
sudah lebih dari cukup untuk menghadapi dirinya."
Sejak semula Ti Siuw-su memang kepingin mengerti
seberapa lihaynya ilmu silat yang dimiliki Koan Ing, kini
mendengar perkataan dari pemuda berbaju putih itu dia lantas
mengangguk. "Di bawah nama besar tak bakal ada manusia goblok, kau
jangan terlalu memandang enteng dirinya!!"
Pemuda berbaju putih itupun segera barjalan maju ke
depan dan bungkukkan dirinya memberi hormat, sesudah itu
sambil mencabut keluar sebatang seruling besi ujarnya:
"Koan sauw-hiap, silahkan memberi beberapa petunjuk."
Koan Ing tertawa tawar, dia tahu dengan nama besar serta
kejajaan dari perkumpulan Sin Ti Pang tempo hari, pada saat
ini tidak akan berbuat gegabah, di sekeliling tempat ini tentu
sudah dikurung oleh mereka.... Karena itu diapun tabu untuk
meloloskan diri dari tempat itu bukanlah satu persoalan yang
mudah. "Bagus sekali!" ujarnya kemudian. "Di-bawah perkumpulan
Sin Ti Pang pasti ada jagoan yang lemah, aku rasa kepandaian
silat yang jien-beng milikipun pasti sangat mengejutkan
sekali." Dengan perlahan dia mencabut keluar pedang kiem-hongkiamnya,
dengan ujung pedang menghadap tanah dia
memandang tajam ke arah pemuda berbaju putih itu.
Pemuda berbaju putih itu segera mengerutkan alisnya
rapat-rapat, dengan diiringi suara jeritan yang tajam senjata
seruling yang ada ditangannya segera melancarkan serangan
menotok alis dari diri Koan Ing
Tenaga dalam yang dimiliki Koan Ing pada saat ini sama
saja dengan tenaga dalam yang dimiliki jagoan kelas wahid di
dalam Bu-lim, jika dibandingkan dengan pemuda berbaju putih
ini sudah tentu perbedaannya sama dengan langit dan bumi.
begitu tubuhnya mencelat maju ke depan pedang panjangnya
bagaikan kilat menutul ke atas ujung seruling yang ada


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ditangan pemuda itu. Sin Ti Langcoen yang melihat gaya serangan dari Koan Ing
ini hatinya merasa sangat terperanjat, juga karena dia sama
sekali tidak menyangka kalau Koan Ing memiliki tenaga dalam
yang demikian sempurnanya, baru saja ia hendak mencegah
tahu-tahu ujung pedang dari Koan Ing sudah menempel di
atas ujung seruling pemuda berbaju putih itu.
Walaupun pemuda itu bisa melihat dengan gerakan
bagaimana Koan Ing melancarkan serangan, tapi dengan
kedahsyatan tenaga dalam yang dimiliki Koan Ing bagaimana
mungkin pemuda berbaju putih itu bisa menghindarkan
dirinya, maka terasalah pergelangan tangan kanannya tergetar
amat keras seruling besinya sudab dipukul miring kesamping.
Hatinya segera merasa berdesir, maka dengan cepat
seruling besinya ditarik kembali inilah jurus "Seng Kwang
Hwee In" atau sinar bintang berkelebatan, yang merupakan
jurus bertahan dari ilmu serulingnya.
Koan Ing tertawa tawar, pedang kiem-hong-kiamnya
segera diangkat ke atas bersamaan dengan tubrukan
badannya ke depan kaki kanannya melancarkan satu
tendangan kilat menghajar pergelangan tangan dari pemuda
berbaju putih. Buru-buru pemuda itu menekan pergelangannya kebawah.
pada saat itulah pedang Koan Ing mendengung ditengah
udara lalu ujung pedangnya sambil berputar menerobos turun
kebawah. jurus seranganpun berubah jadi jurus "Cie Ci Thian
Yang." Saking terkejutnya Pemuda berbaju putih itu menjerit
kaget, buat dia tak sempat untuk menghindarkan diri lagi
terpaksa sambil pejamkan matanya menanti kematian.
Siapa tahu pada saat itulah Koan Ing sudah menarik
kembali serangannya dan mengundurkan diri kembali ke
tempat asalnya. Sang Siauw-tan yang ada di samping setelah melihat Koan
Ing menang dia segera tertawa senang ejeknya, "Ti Pangcu!
Pusaka Rimba Hijau 3 Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Pendekar Super Sakti 21

Cari Blog Ini