Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 15
serahkan obat pemunah itu, tetapi setelah perkataanku selesai
kuucapkan kau masih punya permintaan apa lagi?" kata
majikan rimba Wang Yu Liem itu lagi sambil tertawa.
Walaupun pada saat itu Koan Ing merasa amat cemas,
tetapi orang itu ada maksud untuk mengundang dirinya masuk
ke dalam gua, untuk menggunakan kekerasan rasanya
tidaklah patut dan kurang sopan, karenanya dia suka untuk
bersabar juga. Dan berpikir sampai disitu dengan perlahan
pedang kiem-hong-kiamnya diturunkan kebawah.
"Cayhe masih mempunyai satu permintaan yang
sebenarnya tidak patut" kata si sastrawan berusia
pertengahan itu lagi sambil mengerutkan keningnya. "Kami
dari pihak rimba Wang Yu Liem selamanya paling pantang
menggunakan kekerasan, dan aku melihat pedang yang ada
ditanganmu saja aku sudah merasa tak betah. Sukakah Koan
siauw-hiap memasukkan kembali pedangmu ke dalam sarung
dan duduk berbicara?"
Koan Ing yang berpikir kendati dirinya telah mempercayai
omongannya, kenapa tidak sekalian memasukkan pedangnya
ke dalam sarung" Teringat akan kata-kata tersebut, diapun segera
memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarung dan duduk
bersila di atas tanah "Silahkan kau Orang cepat utarakan isi hatimu", katanya
kemudian dengan dingin. "Karena aku masih ada dua orang
cianpwee yang lagi menunggu diriku diluar hutan, bilamana
sampai sedikit kelamaan saja ada kemungkinan mereka jadi
cemas. Apalagi kaupun harus tahu bagaimanakah kekuatan
dari perkumpulan Tiang-gong-pang, semakin lama
keadaannya semakin tidak menguntungkan bagi dirimu!"
"Inipun merupakan satu persoalan, aku sebetulnya tak ada
urusan dengan dirimu. sedangkan ikatan sakit hatipun tak ada
dan kini kau telah membakar rimba kami, bukankah tindakan
ini kurang memperlihatkan rasa persahabatan?"
"Heee.... heee.... apakah diantara kita ada hal-hal yang
bertentangan dan aku rasa dalam hati tentunya kau sudah
merasakan sendiri, bukan?"
"Haa.... haaa.... Cing It Nikouw suka masuk ke dalam rimba
secara sukarela bahkan sumpah berat yang diucapkan pun dia
yang melakukan sendiri dan hal ini sama sekali tak ada
sangkut-pautnya dengan dirimu. Sebaliknya tentang Cha Ing
Ing dia sendirilah yang sudah salah jalan sehingga tersesat,
bukankah aku orang sama sekali tidak memperlakukannya
kurang sopan terhadap dirinya!"
"Heee.... heee.... aku rasa tidak cuma begitu saja bukan."
kata Koan Ing sambil kerutkan alisnya rapat-rapat. "Aku lihat
lebih baik kau janganlah menganggap aku sebagai seorang
bocah cilik dan menipu diriku mentah2, bilamana Cing It
Nikouw masuk ke dalam rimba secara sukarela kenapa
sewaktu dia hendak meninggalkan rimba ini kau berusaha
menggertak dan menghalanginya" Sedang Cha Ing Ing pun
bukan bocah cilik lagi. kenapa kau menahan dirinya bahkan
dengan menggunakan ilmu "Menipu mata memindah benda"
kau pancing ia agar tersesat."
"Kami dari pihak Wang Yu Liem paling pantang
menggunakan kekerasan," kata si sastrawan berusia
pertengahan itu lagi sambil tertawa tawar. "Ilmu silat cuma
digunakan untuk melindungi nyawanya serta keselamatan
sendiri, bilamana semua orang bisa menghadapi satu
persoalan dengan hati tenang bukankah urusan dengan cepat
bisa dibereskan" Kenapa kau harus turun tangan membunuh
orang?" Ooo)*(ooO Bab 51 Koan Ing yang mendengar dia berusaha untuk
menghindarkan diri dari pertanyaannya dengan dingin segera
mendengus. "Perkataanku belum kau jawab!" serunya.
"Jadi urusan ini harus diselesaikan dengan kenyataan, Ya?"
kata majikan dari rimba Wang Yu Liem itu sambil kerutkan
dahinya. "Aku sudah berjanji setelah aku menyelesaikan katakataku,
segera akan melepaskan Cha Ing Ing serta
menyerahkan obat pemunah, bukankah hal ini sudah
menunjukkan maksudku?"
Untuk beberapa saat lamanya Koan Ing tak dapat berbicara
lagi, diapun hanya tertawa tawar.
"Baiklah! untuk kali ini aku suka mempercayai dirimu,"
katanya dingin. "Tetapi sekarang aku ingin bertanya, bilamana
ada orang turun tangan membinasakan ayahmu apakah kau
pun harus berbicara dengan mengutamakan cengli?"
Selesai berkata ia kerutkan keningnya rapat-rapat sudah
tentu yang dimaksudkan dari perkataannya itu adalah si
sastrawan berbaju sutera Bun Ting-seng adanya.
"Orang lain membunuh ayahmu, lalu apa gunanya kau pun
turun tangan membinasakan dirinya?" kata si sastrawan
sambil tertawa tawar. Semuanya ini hanya dikarenakan nafsu
sedetik saja, bilamana kau berhasil membujuk dirinya dengan
kata-kata yang cengli sehingga dia orang suka menyesali
perbuatannya dan bertobat, bukankah hal ini jauh lebih baik
lagi?" Koan Ing yang mendengar perkataan dari orang itu
semakin lama semakin mendesak dirinya, tidak kuasa lagi dia
segera tertawa dingin. Jilid 21 "SOAL itu lak bisa aku kerjakan. haruslah kau ketahui
hubungan yang paling erat di bawah kolong langit ini adalah
hubungan kasih sayang antara ayah-ibu putra dan putri.
bilamana diantara ini sama sekali tidak memperlihatkan rasa
kasih sedikitpun maka manusia itu tidak lebih hanyalah
binatang2 yang tak tahu diri!"
Selesai mendengar perkataan itu si sastrawan berusia
pertengahan tersebut tertawa tergelak-gelak karena dia tahu
bahwa perkataan tetsebut sengaja diucapkan Koan Ing untuk
dia dengar tetapi ia sama sekali tidak ambil perduli.
"Haaa.... haaa.... kau tak kehilangan sifat dari seorang
lelaki sejati cuma sayang ada cacatnya." katanya sambil
tertawa. Dengan pandangan yang sangat tajam. Koan Ing
memperhatikan si sastrawan berusia pertengahan itu, dia yang
melihat di atas wajahnya sama sekali tidak kelihatan
perubahan apapun dalam hati segera mengerti bilamana dia
bukanlah seorang nabi sudah tentu adalah manusia licik yang
sangat berbahaya. "Aku rasa diantara kita tak usah membicarakan persoalan
ini lagi," ujarnya kemudian dengan perlahan. "Kita sudah
cukup banyak membicarakan tentang nasehat serta petuah
yang tak berguna itu, tiap2 orang bertindak sesuai dengan
kehendaknya sendiri2 aku rasa kitapun tak usah saling
berusaha untuk menaklukan pihak lawannya dengan
menggunakan kata-kata."
"Hmm! tapi aku tak bermaksud untuk menaklukan dirimu
dengan menggunakan kata-kata. aku hanya mengharapkan
kau suka memahami keadaan diriku."
"Kalau begitu katakanlah, akan aku dengarkan."
"Perbuatanmu kali ini benar-benar tidak memberi muka
kepadaku seru si sastrawan berusia pertengahan itu sambil
tertawa, "tetapi biarlah! Aku akan bekerja sesuai dengan
kemampuanku. Aku hanya mengharapkan di kolong langit ada
kedamaian, dan satu2nya cara untuk mencapai tujuan
tersebut adalah melepaskan senjata."
Selesai berkata dia menoleh ke arah sipemuda dan
memandangnya dengan tajam.
Koan Ing selama ini hanya mendengar saja tanpa ikut ambil
komentar agaknya dia sama sekali tak tergerak hatinya oleh
perkataan tersebut. "Aku rasa inilah satu2nya cara yang bisa dilaksanakan"
ujarnya kembali sambil tertawa. "Balas-membalas, bunuhmembunuh,
bilamana tidak diakhiri mulai saat ini, sampai
kapan baru bisa berakhir" Bilamana semua orang tidak
menggunakan kekerasan dan senjata lagi, maka di dalam
duapuluh tahun terakhir dunia bakal aman dan damai!"
Koan Ing tertawa tawar, dia tetap tak mengucapkan
sepatah katapun. "Di dalam kolong langit pada saat ini kaulah yang paling
terkenal dan paling gagah" ujar si sastrawan itu lagi sambil
kerutkan dahi. "Bilamana secara sukarela kau suka
melepaskan pedang maka aku berani bertaruh pasti banyak
orang yang ikut terharu dan mengikuti jejakmu, haaa....
haaa.... nah, sampai waktu itu dunia tentu akan aman dan
tenteram!" Selesai berkata kembali dia orang memandang tajam wajah
Koan Ing. Koan Ing pun mengerutkan alisnya rapat-rapat. Sebelum
dendam sakit hati ayahnya terbalas bagaimana mungkin dia
orang suka lepaskan pedang"
"Hmm! Jikalau kau merasa perkataanmu sudah habis maka
kau serahkan Cha Ing Ing serta obat pemunahnya!" katanya
tawar. Si sastrawan berusia pertengahan itu sewaktu melihat sang
pemuda sama sekali tidak tergerak hatinya oleh perkataannya,
kembali tertawa terbahak-bahak.
"Aku tahu kau orang tidak bakal suka mendengarkan
perkataanku, tapi kau harus tahu perkataanku itu adalah
perkataan yang keluar dari lubuk hatiku dan dengan maksuk
baik untuk menasehati dirimu. Aku mengerti kalau banyak
orang yang berotak tumpul dan tak bisa mengetahui apa yang
aku maksudkan tetapi aku sama sekali tak punya cara lain."
Sinar mata Koan Ing berkilat, tetapi mulutnya tetap
membungkam seribu bahasa.
Dari dalam sakunya si sastrawan berusia pertengahan itu
segera mengambil keluar pil berwarna merah darah, katanya
sambil tertawa, "Orang berkata rimba Wang Yu Liem
merupakan salah satu dari tiga tempat terlarang, tapi aku rasa
tidaklah demikian! Selama hidup, aku selamanya
mengutamakan kedamaian dan paling menentang orang yang
suka mengutamakan kekerasan. Karenanya aku telah
menyediakan sebutir pil yang bernama "Wang Yu Kuo" atau
buah pelupa kemurungan, siapa saja yang telah menelan pil
ini, maka dia pasti akan melupakan kemurungan dan
kesedihan, bahkan kepandaian silatnyapun akan punah dan
dia akan jadi seorang biasa yang mencintai kedamaian!"
"Bilamana orang lain tidak suka menelan pil tersebut" Aku
kepingin tahu kau masih ada cara apa lagi untuk
menggunakan cara damai tanpa meminta mereka menelen pil
itu?" "Haaa.... haaa.... sudah tentu aku mempunyai cara untuk
memaksa mereka menelan pil ini secara sukarela, dan aku
tidak bakal menggunakan kekerasan!"
Koan Ing yang mendengar perkataannya, semakin lama
semakin tidak keruan dan hatinya jadi rada jengkel lalu
pikirnya, "Hmm! Apa-apaan nih. Karena bilamana apa yang ia
katakan sungguh-sungguh bisa dilakukan, bukankah dia bakal
jadi seorang Nabi besar?"
Berpikir Sampai disitU, tak kuasa lagi ia telah mendengus
dingin. "Apa yang kau pikirkan, aku orang telah memahami
sejelas2nya, akupun tahu kalau pekerjaan ini hanya bisa
dilakukan oleh seorang yang berbakat dan berakal setan. Maaf
aku orang tak sanggup untuk melakukannya, sekarang
silahkan engkau serahkan obat pemunah serta Cha Ing Ing."
"Haaa.... haaa.... permintaanku yang terakhir adalah
mohon kau suka menelan pil "Wang Yu Kuo" ini, dan setelah
pil ini kau telan, maka aku segera akan melepaskan Cha Ing
Ing dan menyerahkan obat pemunah tersebut kepadamu!"
Dengan dinginnya Koan Ing tertawa panjang, ia tidak
menyangka kalau perkataan yang amat banyak dan berbelit2
itu akhirnya hanya memancing dia sudah terjatuh ke dalam
perangkapnya, waktu itulah ia baru merasa menyesal, kenapa
sejak tadi ia suka mempercayai orang semacam ini.
"Heee.... heee.... bilamana aku tidak suka menelan pil itu?"
tanyanya dengan suara berat.
"Aku bisa bertahan pada pantanganku, jaitu tidak
menggunakan kekerasan, tetapi kau adalah seorang manusia,
yang penting aku harus berusaha hingga mencapai hasil dan
melihat kau lepaskan pedang secara sukarela!"
"Hee.... hee, kebetulan, kebetulan, aku memangnya
kepingin sekali melihat kau orang hendak menggunakan cara
apa untuk paksa aku menelan pil tersebut!!" kata Koan Ing
sambil bangun berdiri. "Aku akan melanjutkan tujuanku membuat hatimu jadi
takluk setelah kau takluk maka aku baru serahkan obat
pemunah serta Cha Ing Ing kepadamu, kalau tidak aku tak
akan serahkan semuanya itu kepadamu!"
Mendengar perkataan itu Koan Ing menjadi sangat gusar,
sehingga dengan pandangan sinis dia memperhatikan diri si
sastrawan berusia pertengahan itu.
"Kau sungguh merupakan seorang manusia yang tidak tahu
malu!!" bentaknya dengan gusar.
"Hee.... hee semisalnya saja kau dengan Ciu Tong adalah
musuh buyutan yang mempunyai sakit hati sedalam lautan,"
kata majikan Rimba Wang Yu Liem lagi sambil tertawa tawar.
"Tetapi bilamana kalian suka menggabungkan diri dengan
pihak Rimba Wang Yu Liem kami, maka kalian akan saiing
mencintai dan saling mengasihi seperti saudara sendiri,
bukankah hal itu sangat bagus sekali?"
"Ehmmm.... ternyata tidak jelek juga." kata Koan Ing
sambil tertawa *Caramu untuk mencari kedamaian benarbenar
sangat manjur sekali, tetapi akupun mempunyai cara
untuk menghadapi manusia semacam kau, dan terhadap kau
orang aku harus menggunakan hati yang terbuka dan menang
buKannya menggunakan pedang!"
Selesai berkata dengan perlahan ia memasukkan kembali
pedang kiem-hong-kiamnya ke dalam sarung, kemudian
setelah memandang tajam sisasterawan berusia pertengahan
itu baru selangkab demi selangkah dia mendesak maju ke
depan, "Kendati aku orang tak akan menggunakan kekerasan
untuk menghadapi dirimu tetapi bilamana menghadapi
keadaan yang kepepet aku masih punya kekuatan untuk
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membela diri!" seru orang itu tertawa.
"Hmm" Kau punya kekuatan untuk membela diri!?" teriak
Koan Ing ssmbil tertawa dingin.
Tubuhnyapun menubruk ke depan pedang Kiem-hongkiamnya
dengan disertai suara dengungan yang keras
bagaikan kilat cepatnya meluncur ke arah sisasterawan
berusia pertengahan itu, Buru-buru majikan dari rimba Wang Yu Liem ini
mengundurkan diri ke belakang, sedang, pedang kiem-hongkiam
dan Koan Ing laksana serentetan pelangi merah dengan
meluncur ke depan, kecepatannya bagaikan sambaran kilat
Agaknya sisasterawan berusia pertengahan ini sejak semula
telah menduga kalau Koan Ing tak mungkin bisa ditaklukkan,
tetapi dia pun tak menyangka kalau datangnya serangan
pedang dari pemuda tersebut dapat demikian cepatnya.
Tubuhnya mepet ke arah dinding sedang tangan kanannya
dengan cekatan menekan sebuah tombol....
"Grrr.... " dengan menimbulkan suara yang amat keras
terbukalah sebuah dinding batu yang amat besar disusul
berkelebatnya sebuah cambuk menghajar pergelangan tangan
Koan Ing. Melihat datangnya serangan tersebut Koan Ing merasa
hatinya rada berdesir, karena di dalam sekali pandangan saja
ia telah dapat melihat kalau orang yang membokong dari
tempat kegelapan itu bukan lain adalah Tong Phoa Pek.
Ditengah bentakan yang amat keras pedang kiem-hongkiamnya
ditarik kembali, pada ujung pedangnya laksana kilat
menyajat keujung cambuk tersebut.
Dan terlihatlah tubuh Tong Phoa Pek dengan ringannya
mencelat kesamping, pada tangan kirinya masih mengempit
tubuh Cha Ing Ing sedang tangan kanannya melemparkan
cambuk tersebut ke arah sang pemuda disusul pedangnya
dicabut keluar dari dalam sarung.
Melihat kejadian itu Koan Ing merasa amat kaget,
bagaimana tingginya kepandaian ilmu silat yang dimiliki oleh
Tong Phoa Pek pemuda itu mengetahui dengan amat jelas,
kini iapun lagi mengempit tubuh Cha Ing Ing sebagai sandera.
hal ini menunjukkan keadaannya amat kejepit.
Berbagai ingatan dengan cepaf berkelebat di dalam
benaknya, beberapa saat kemudian tiba-tiba ia membentak
keras tubuhnya laksana burung elang saja dengan cepatnya
menubruk ke depan, pedangnya menutul ke arah cambuk
yang sedang melayang ke arahnya lalu diteruskan mengancam
iga dari musuhnya. "Tong Phoa Pek.... " teriaknya marah....
Baru saja membentak sampai ditengah jalan mendadak ia
menemukan kalau sinar mata Tong Phoa Pek amat sayu tak
bersinar, jelas ia telah dikuasahi kesadarannya oleh si
sastrawan berusia pertengahan itu, hatirja segera merasa rada
berdesir laksana terjerumus ke dalam jurang es.
Tidak menanti majikan Rimba Wang Yu Liem buka bicara
lagi ia telah berteriak keras, "Bilamana kau berani
memerintahkan Tong Phoa Pek untuk mengganggu seujung
rambutnya saja aku akan menyuruh kau segera bermandikan
darah di atas lantai. Bersamaan waktunya pula ia menubruk maju ke depan
pedangnya membabat ketubuh Tong Phoa Pek....
"Traang....?" sepasang pedang terbentur menjadi satu
menimbulkan bunga-bunga api tampaklah cahaya hijau dan
keemas-emasan berkelebat menyilaukan mata, seketika itu
juga seluruh angkasa telah dipenuhi dengan tenaga tekanan
yang menyesakkan mata, Pada saat ini Koan Ing melancarkan serangan dengan
menggunakan sepenuh tenaga sebaliknya Tong Phoa Pek
yang kena dipengaruhi kesadarannya oleh si sastrawan
berusia pertengahan itu, tanpa terasa pula tenaga dalamnya
telah mendapatkan sedikit gangguan.
Maka begitu masing-masing pedang terbentur satu sama
lainnya Tong Phoa Pek segera kena terdesak di bawah angin
dan mundur beberapa langkah ke arah belakang dengan
sempoyongan. Koan Ing yang serangannya berhasil mengubah posisinya
di atas angin tidak mau membuang kesempatan yang baik ini
lagi, ditengah suara suitan yang amat keras serangan
pedangnya laksana curahan air hujan dengan gencarnya
mencecar pihak musuh. Melihat kejadian yang lagi berlangsung di depan mata si
sastrawan berusia pertengahan itu hanya berdiri termangumangu
saking kaget dan cemasnya, ia sama sekali tidak
menduga bila mana Koan Ing berhasil meneter musuhnya
hingga jatuh di bawah angin pada permulaan serangan.
Bahkan dugaannya terhadap Tong Phoa Pek yang memiliki
kepandaian dahsyat ternyata sama sekali meleset.
Oleh karena kejadian ini jelas sekali telah membuktikan
kalau Koan Ing sipemuda yang baru berusia dua puluhan itu
memiliki tenaga dalam yang jauh berada di atas Tong Phoa
Pek, Maka tubahnya dengan perlahan mengundurkan dirinya ke
sebelah dalam guha itu. Tujuan dari Koan Ing melancarkan serangan dengan
sepenuh tenaga justeru bermaksud untuk menawan si
sastrawan berusia pertengahan itu. Kini melihat ia pergi mau
molor, tangan kirinya segera dengan cepat mengajun ke arah
depan.... "Sreet!" sebuah anak panah dengan disertai suara desiran
yang tajam menukik ke depan dan tepat menancap disisi
wajahnya. "Jangan bergerak!" bentak Koan Ing dingin.
Hati si sastrawan itu jadi tergetar, dia m rasa menyesal
dirinya terlalu memandang rendah tenaga dalam serta
kepandaian silat dari Koan Ing sehingga memaksa dirinya kini
berada pada posisi yang amat membahayakan.
Kembali terlihat cahaya pedang yang berkilauan
menyilaukan mata, dan masing-masing pihak saling
menggencet dan meneter pihak lawannya dengan sepenuh
tenaga, tetapi kelihatan sekali Tong Phoa Pek sudah terdesak
karena saat ini ia terus mundur ke belakang tiada hentinya,
"Koan Ing cepat hentikan seranganmu." bentak
sisasterawan itu secara tiba-tiba. "Apakah kau sudah tidak
maui obat pemunah ini lagi"!"
Koan Ing dengan tajam melirik sekejap ke arah orang itu,
saat ini ia sudah mengerti benar kalau sisaserawan tersebut
adalah seorang manusia yang sangat berbahaya dengan
akalnya yang banyak serta sifatnya yang licik laksana ular
berbisa. "Heeee.... hee . aku rasa kaupun bakal serahkan barang itu
secara suka rela." sahutnya tawar.
Walaupun perkataan dari Koan Ing ini diucapkan seenaknya
saja tetapi bagi Majikan dari Rimba Wang Yu Liem hal ini
membuat hatinya bergidik, karena jelas sekali maksud dari
perkataan Koan Ing barusan ini adalah hendak memberi
siksaan kepada dirinya kemudian baru paksa minta obat
pemunah tersebut. Buru-buru ia bersiul dua kali disusul dengan tangan
kanannya diajunkan ke depan melemparkan sebungkus obat
ke arah pemuda itu. "Koan Ing terimalah obat pemunah itu!"
Koan Ing kerutkan keningnya rapat-rapat belum sempat dia
orang mengambil keputusan untuk menerima bungkusan obat
itu tahu-tahu Tong Phoa Pek telah ajunkan pula tangan kirinya
melemparkan tubuh Cha Ing Ing ke arahnya.
Tujuan Koan Ing datang kesana justru dikarenakan benda
serta manusia ini, maka tubuhnya buru-buru meloncat ke
samping sedang, tangan kirinya berkelebat ke depan
menyambut tubuh Cha Ing Ing serta bungkusan obat itu
Setelah tubuhnya berdiri tegak kembali dalam hati pemuda
itu baru merasa heran kenapa Tong Phoa Pek tidak melakukan
pengejaran" Matanyapun dengan cepat menyapu sekejap ke
sekelilingnya. Tampaklah dinding batu yang semula membuka kini telah
merapat kembali, kiranya si sasterawan berusia pertengahan
itu telah bersembunyi didalam, sebaliknya dari empat penjuru
bermunculan puluhan orang berbaju hitam yang masingmasing
pada mencekal sebilah pedang yang menyilaukan
mata. Melihat akan hal itu, Koan Ing merasa hatinya bergidik....
"Ooow.... kiranya begitu!" pikirnya dihati "Karena ia tak
sempat melarikan diri maka orang-orang yang telah diatur
sejak tadi tak bisa diperintahkan untuk keluar.... "
Telapak tangannya dengan segera cepat ditabokkan ke atas
tubuh Cha Ing Ing untuk membebaskan jalan darahnya yang
tertotok. Dan dengan perlahan-lahan Cha Ing Ing membuka
matanya, setelah melihat Koan Ing ada di samping tak kuasa
lagi sambil memeluk tubuh pemuda itu kencang-kencang ia
menangis tersedu-sedu. Engkoh Ing! kau jangan tinggalkan aku lagi.... "
Koan Ing tersenyum, tangannya dengan perlahan membelai
rambut sang gadis yang hitam pekat tersebut, sedang
matanya menyapu sekejap ke sekelilingnya....
Walaupun saat ini ia tidak mengetahui bagaimanakah
keadaan dan situasi yang sebenarnya tetapi hatinya jauh lebih
tenang daripada tadi. Atau paling sedikit saat ini ia tinggal menerjang keluar dari
kepungan dan bereslah sudah!
"Koan Ing! kau menyerahlah, saat ini kau tak bisa lolos
lagi.... walaupun kau punya sajappun jangan harap bisa
meninggalkan tempat ini!" seru sisasterawan berusia
pertengahan itu dari balik dinding gua.
"Ooouw.... jadi inikah yang kau maksudkan sebagai cara
yang sama sekali tidak menggunakan kekerasan?"
"Haa.... haa.... haa.... kau jangan berkata begitu tajam,
karena untuk menghadapi manusia tumpul otak semacam
engkau terpaksa aku harus menggunakan cara ini, apalagi
akupun berbuat demikian untuk membela diri"
"Oouw bukankah tujuanmu adalah menginginkan semua
orang jangan menggunakan kekerasan" Mana mungkin
tindakanmu ternyata harus menggunakan kekerasan juga
untuk mencapai tujuan?" ejek pemuda itu dingin.
Selesai berkata, dia tertawa menghina, dan sambil
menggandeng tangan Cha Ing Ing dengan langkah lebar
berlalu dari sana. "Engkoh Ing!" tiba-tiba Cha Ing Ing berseru sinar matanya
berkilat. "Mengapa kita tidak gunakan saja ilmu pedang "Cuo
Ci Ju Ju" atau kiri menangkis kanan menahan?"
Seketika itu juga Koan Ing jadi sadar kembali, pikirnya,
"Ach.... perkataan dari Ing Ing ini sedikitpun tidak salah,
kenapa aku orang begitu goblok?"
Maka dengan cepat ia serahkan pedang Kiem-hongkiamnya
itu kepada Cha Ing Ing sedang ia sendiri
menggunakan sarung pedang sebagai senjata kemudian
bersama-sama bartindak keluar,
Sisasterawan berusia pertengahan hanya dengus dingin,
atau berturut-turut ia bertepuk tangan sebanyak tiga kali.
Dan orang-orang berbaju hitam diempat penjuru itu
bersama-sama dengan Tong Phoa Pek yang berhasil dikuasai
kesadarannya oleh si orang berusia pertengahan itu setelah
menerima perintah bersama-sama menyerbu ke depan.
Koan Ing segera membentak keras, sarung pedangnya
menyerang ke depan dengan tenaga gabungan dari mereka
berdua yang mengirim satu babatan ke arah musuh2nya.
Tetapi orang-orang berbaju hitam yang ada diempat
penjuru itu merupakan jago pilihan yang berhasil ditawan oleh
orang-orang pihak Rimba Wang Yu Liem dan sudah tentu
kepandaian silat mereka benar-benar luar biasa sekali.
Di bawah serangan gabungan dari berpuluh-puluh orang itu
sekalipun jurus serangan yang dipergunakan Koan Ing berdua
merupakan jurus serangan yang sangat anpuh di kolong langit
tetapi tenaga tekanan dari empat penjuru benar-benar luar
biasa sekali yang membuat mereka berdua hampir-hampir tak
dapat menggeserkan badannya setengah tindakpun.
Baik Koan Ing maupun Cha Ing Ing segera amat
terperanjat, karena bilamana jurus serangan mereka tak
sempat dimainkan keluar maka di bawah serangan gabungan
orang yang sedemikian banyaknya ini terpaksa hanya duduk
sambil menanti ajalnya. Mereka berdua merasa amat terperanjat. apalagi
sisasterawan berusia penengahan itu semakin terkejut lagi
dibuatnya, karena dengan kekuatan gabungan dari beberapa
orang ini sebetulnya tak bakal sampai memandang sebelah
matapun terhadap tiga, lima orang semacam Koan Ing, tetapi
dia tidak menyangka kalau Koan Ing serta seorang gadis cilik
itu berhasil menangkis dan memunahkan serangan gabungan
mereka. Dengan dinginnya ia segera mendengus, orang-orang
itupun bersama-sama membentak keras dan serangan
pedangnya ditarik ke belakang kemudian dari serangan ke
atas ini mulai menekan ke arah bawah, jelas sekali kalau
mereka bermaksud agar Koan Ing berdua dapat menerima
serangan pedang mereka dengan keras lawan keras.
Sinar mata Koan Ing jadi berkilat, dengan gusarnya ia
membentak keras. Tangan kirinya buru-buru memasukkan
bungkusan obat itu ke dalam saku Cha Ing Ing sedangkan
tangannya yang lain dengan menggunakan sarung pedang
menahan serangannya yang mengarah lubang kelemahan
mereka. Cha Ing Ing benar-benar amat kaget, ia sama sekali tak
menduga kalau Koan Ing bisa melakukan serangan dengan
menggunakan tindakan tersebut, di dalam keadaan kurang
waspada itulah tubuhnya yang terlempar ditengah udara
hampir-hampir terjungkir jatuh.
"Cepat bawa obat itu untuk melarikan diri!" teriak Koan Ing
dengan suara yang amat keras.
Cha Ing Ing dengan amat ringannya berhasil melayang
turun ke atas permukaan tanah sewaktu menoleh ke belakang
tampaklah pada waktu itu Koan Ing sedang bersuit nyaring
dan menubruk ke arah depan sedang pedang kiem-hongkiamnya
dengan sejajar kening diangkat tinggi2 ke atas, inilah
jurus "Hay Thian It Sian" yang merupakan jurus pertahanan
yang paling sempurna.
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia rada tertegun, air mata bercucuran dengan amat
derasnya, karena dalam hatinya dia benar-benar merasa amat
bingung apa yang harus dilakukan pada saat itu.
Bilamana dia pingin balik kesisi Koan Ing saat ini ada
maksud tetapi tenaga kurang, bilamana harus pergi.... dia
merasa tak tega untuk melepaskan Koan Ing seorang diri di
tempat yang sangat berbahaya itu!! Bilamana tidak pergi dan
berdiri terus disana.... bukankah hal ini sama saja telah
menyia2kan maksud dari Koan Ing"
Air matanya kembali bercucuran semakin deras lagi....
Waktu itu Koan Ing telah menutup mulutnya kencangkencang,
sepuluh bilah pedang dengan perlahan menekan
semakin kebawah, agaknya jurus bertahan yang paling
sempurna inipun tak berhasil menekan serangan gabungan
yang amat dahsyat itu. Hanya untung saja kesadaran mereka sudah dikuasai
sehingga kebebasan berpikirpun sudah tak ada lagi, kalau
tidak barang siapa pun yang merubah sedikit gerakan
serangannya, maka Koan Ing akan segera rubuh bermandikan
darah. Tubuh Koan Ing dengan perlahan-lahan semakin tertekan
kebawah, sinar matanya berkedip-kedip, ia memandang ke
arah Cha Ing Ing yang sedang menagis itu, hatinyapun ikut
kebingungan. Semakin lama daya tekan itu semakin memberat, maka
sambil menggigit kencang bibirnya Koan Ing terus bertahan
diri sedang tanah yang diinjakpun satu coen demi satu coen
mendesak kedalam.... Dengan perlahan si sastrawan berusia pertengahan itu
munculkan dirinya kembali dari balik tempat
persembunyiannya, kemudian sambil memandang ke arah
mereka berdua ujarnya sambil tertawa, "Cha Ing Ing, cepat
nasehatilah Koan Ing untuk menyerah!! Aku tidak bermaksud
untuk membunuh dirinya!"
Sinar mata Cha Ing Ing tiba-tiba menajam bilamana Koan
Ing mati karena dia buat apa dirinya pun ikut hidup lebih lama
lagi" Dalam gusarnya ia segera membentak keras sedang
pedangnya dengan disertai rentetan sinar yang amat tajam
menubruk ke arah salah seorang musuhnya.
Orang itupun segera membentak keras, pedangnya
membalik untuk menangkis datangnya serangan tersebut....
"Criing.... " dengan disertai suara bentrokan yang amat
keras tubuh Cha Ing Ing kena dipukul pental sehingga
menumbuk dinding tembok sedangkan pedang kiem-hongkiamnya
terlepas dari tangan dan meluncur ke arah dinding
batu, Melihat kejadian itu si sastrawan berusia pertengahan itu
tertawa terbahak-bahak dengain kerasnya , .
Siapa tahu pada saat itulah mendadak tampaklah sesosok
bayangan manusia berkelebat masuk ke dalam gua dan
menyambar tubuh Cha Ing Ing yang sedang melayang ke arah
dinding tembok tersebut. setelah itu dengan sinar mata yang
amat dingin memperhatikan si sastrawan tersebut, pandangan
tajam itu seolah2 hendak membinasakan orang seketika itu
juga. Koan Ing yang melihat Orang itu adalah orang tua dari Cha
Ing Ing, si dewa telapak dari gurun pasir Cha Can Hong,
hatinya jadi amat girang.
Ditengah suara bentakannya yang amat keras sarung
pedang kiem-hong-kiamnya digetarkan keras2 sehingga
kontan terangkat satu setengah coen kealas.
Setelah munculnya Cha Can Hong disana maka disusul
munculnya Thian Siang Thaysu itu ciangbunjien dari Siauwlimpay bersama Sin Hong Soat-nie.
Kemudian ditengah suara tertawa yang sangat nyaring
sijari sakti Sang Su-im muncul pula bersama-sama dengan
Sang Siauw-tan. Ooo)*(ooO Bab 52 Melihat kejadian itu air muka si sastrawan berusia
pertengahan itu segera berubah hebat, tubuhnya tergesa2
mengundurkan diri ke arah belakang sedang kesepuluh bilah
pedang itupun dengan cepat bubaran dan membentuk posisi
setengah busur mengurung sekeliling tempat itu.
Koan Ing yang terlalu banyak mengeluarkan tenaga setelah
barisan pedang itu bubaran iapun merasakan pandangannya
jadi gelap buru-buru dia menarik napas pajang2, kemudian
meloncat kesisi tubuh Sang Siauw-tan.
Sang Siauw-tan dengan mesranya membimbing tubuh Koan
Ing dan membelainya dengan kasih sayang.
"Haaa.... haaa.... apakah pihak rimba Wang Yu Liem ada
nyali untuk mencari gara-gara dengan kami sekalian!" tegur
Sang Su-im sambil tertawa terbahak-bahak.
Airmuka si sastrawan berusia pertengahan itu pada saat ini
telah berubah jadi tenang kembali, sinar matanya berkedip2
lalu tersenyum. "Tidak kusangka seluruh orang gagah di kolong langit bisa
pada berkumpul disini!" katanya sambil tertawa tawar. "Aku
lihat hal inipun semakin baik lagi, akupun bisa mengambil satu
penyelesaian yang lebih cepat!"
Saat itulah tubuh Koan Ing mencelat ke atas untuk
mencabut lepas pedang kiem-hong-kiamnya lalu melayang
balik kesisi Sang Siauw-tan.
Cha Ing Ing yang melihat kejadian ini lantas melirik sekejap
ke arah pemuda tersebut Lama sekali baru ia menundukkan
kepalanya kembali dengan amat sedih.
Diantara para jago yang hadir disana pada saat ini adalah
Cha Can Hong serta Sin Hong Soat-nie yang paling gusar,
walaupun murid serta puteri kesayangan mereka berhasil
ditolong tetapi pahit getir ini bagaimana pun juga harus
ditebus. Terdengar Cha Can Hong mendengus dingin. "Hmm!
Semua orang Bu-lim menganggap rimba Wang Yu Liem
merupakan suatu tempat terlarang, tetapi aku tidak akan
menggubrisnya. Kau adalah majikan dari rimba Wang Yu Liem
ini, bilamana ini hari aku tak berhasil membinasakan dirimu
hatiku tidak lega," katanya.
"Apakah muridku kau juga yang meracuni?" tanya Sin Hong
Soat-nie sambil dengan perlahan maju ke depan.
"Haaa.... haaa.... selama hidup aku orang paling benci
untuk menggunakan kekerasan, ilmu silat hanyalah digunakan
untuk melawan sesuatu yang mengancam keselamatan
seseorang. Seperti aku, walaupun merupakan majikan dari
rimba Wang Yu Liem tetapi sedikitpun ilmu silat aku tidak
mengerti." seru si sastrawan berusia pertengahan itu sambil
tertawa terbahak-bahak. "Demikianpun lebih bagus lagi," sahut Sang Su-im sambil
tertawa keras. "Aku rasa di dalam persoalan ini kita dapat
selesaikan sebaik-baiknya. Dan aku tahu kau adalah orang
yang sangat memahami ilmu bangunan serta mengenal akan
ilmu perbintangan, maka itu sengaja aku meminjam dua
batang anak panah "Hek Siauw Lieh Hwee Ciam" dari nona
Song, maka itu aku harus berhati-hati bila mana kau
bermaksud hendak menggunakan ilmu kepandaianmu itu
untuk menjebak kami maka jangan salahkan aku akan
bertindak menggunakan kekerasan!"
"Aku rasa saudara tentu adalah pangcu dari perkumoulan
Tiang-gong-pang bukan?" seru majikan dari rimba Wang Yu
Liem itu sambil tersenyum." Selamanya aku paling
mengutamakan kejujuran untuk menghadapi seseorang dan
belum pernah menggunakan cara-cara yang licik serta keji,
karena aku sangat mengharapkan diantara kita bisa terjalin
satu pengertian.... aku tahu kedatangan kalian semua ini
adalah dikarenakan persoalan kereta berdarah itu, kini kereta
berdarah ada di dalam gua sebelah dalam aku rela membawa
kalian kesana.... Tapi kalian harus tahu aku memperoleh kereta tersebut
bukannya bermaksud untuk mendapatkannya tetapi hendak
aku orang musnahkan."
Koan Ing yang mendengar perkataan tersebut segera
kerutkan dahinya, ini hari ia baru tahu kalau di bawah kolong
langit masih ada manusia yang bermuka begitu tebal, apa
yang dikatakan sama sekali bertentangan dengan cara-cara
tindakannya! Thian Siang Thaysu yang mendengar perkataan tersebut
iapun kerutkan alisnya rapat-rapat, kereta berdarah ada di
dalam gua" "Coba kau bawalah aku masuk!" serunya tanpa terasa.
Sinar mata Sang Su-im berkelebat lalu menyapu sekejap ke
arah Thian Siang Thaysu saat inilah ia barulah merasa
bilamana kereta berdarah itu sangat berbahaya sekali bagi
keselamatan para jago karena mengandung nafsu membunuh
yang sangat mengerikan sekali.
Tetapi kini adalah saat-saat untuk bekerja sama
menghadapi pihak rimba Wang Yu Liem karenanya iapun
merasa tak enak untuk mengutarakan pendapatnya.
Si sastrawan berusia pertengahan itu tersenyum,
tangannya dengan cepat menekan sebuah tombol sehingga
dinding batu itu membuka ke arah samping.
Dan dari balik dinding batu itu tampaklah dibelah dalam
terlihatlah sebuah gua yang sangat gelap sekali.
Thian Siang Thaysulah pertama2 yang bertindak masuk
terlebih dahulu mengikuti diri si sastrawan tersebut, dan Koan
Ing tahu siflat serakah dari hweeshio Siauw-lim-pay ini belum
lenyap karenanya ia tak suka menggubris dirinya.
Setelah Thian Siang Thaysu maka disusul Sin Hong Soat-nie
mengikuti dari belakangnya, tetapi saat itulah....
"Braaak....!" dinding batu kembali menutup rapat
bersamaan itu pula terdengarlah suara bentakan gusar dari
Thian Siang Thaysu. Sang Su-im jadi amat terkejut ia pun membentak keras dan
sepasang telapak tangannya buru-buru melancarkan satu
pukulan dahsyat menghajar dinding batu itu,
Cha Can Hong serta Koan Ing pun punya pikiran yang
sama. mereka pun bersama-sama melancarkan satu pukulan
dahsyat ke arah depan. Dinding batu yang kena digempur oleh tiga orang jagoan
lihay seketika itu juga hancur berantakan ditengah suasana
yang kacau serta debu pasir yang berterbangan memehuhi
angkasa tampaklah Thian Siang Thaysu serta Sin Hong Soatnie
mengundurkan diri ke belakang dalam keadaan
sempoyongan. Pada saat yang bersamaan itu pula ditengah suara tertawa
panjang yang amat nyaring kesepuluh orang yang berbaju
hitam itu bersama-sama menubruk ke arah depan.
Koan Ing segera bersuit nyaring sedang pedang Kiemhongkiamnya dicabut keluar dari dalam sarung. dengan jurus
serangan "Thian Hong Cu Lok" atau pelangi langit menutup
jalan ia menahan datangnya serangan orang-orang itu dengan
keras lawan keras. Cha Tian Kong serta Sang Su-im pun dengan gusarnya
membentak keras, jari serta telapak laksana menggulungnya
ombak dahsyat menghajar ke arah orang-orang itu pula
dengan santar. Thian Siang Thaysu serta Sin Hong Soat-nie yang kena
dihantam oleh tenaga gabungan kesepuluh orang itu pada
saat ini telah pada menderita luka dalam.
Walaupun dalam hati kedua orang itu merasa amat gusar
tetapi bagaimanapun juga mereka adalah jagoan Bu-lim yang
berkepandaian tinggi, mereka tahu bilamana luka tersebut
tidak buru-buru disembuhkan maka sangat mengganggu
kelancaran gerak mereka karena itu buru-buru mereka
jatuhkan diri bersila dan pusatkan pikiran.
Sebenarnya dengan kekuatan dari Koan Ing seorang tidak
akan sanggup menerima serangan gabungan dari kesepuluh
orang itu. tetapi pada saat yang bersamaan Sang Su-im serta
Cha Can Hong masing-masing telah mengirim pula satu
serangan gencar hal ini membuat pedangnya berhasil
mendesak mereka mundur ke belakang.
Pada waktu ini posisi dari pihak rimba Wang Yu Liem
benar-benar amat bagus sekali, dan mereka bersama-sama
melancarkan satu pukulan dahsyat ke arah depan, maka
terasalah segulung angin pukulan laksana ambruknya gunung
Thay san dengan berat menekan Koan Ing sekalian.
Melihat kejadian itu Sang Su-im jadi amat terperanjat,
karena saat ini pihak musuh telah menggunakan posisi yang
baik serta dengan tenaga penuh menyerang mereka, bilamana
mereka bermaksud untuk menerima serangan tersebut
dengan keras lawan keras maka pasti kontan mereka
bertigapun bakal terpukul luka.
Thian Siang Thaysu serta Sin Hong Soat-nie setelah
bersemedhi sebentar tenaganya hampir pulih kembali separuh
bagian. sekalipun lukanya belum sembuh tetapi sudah ada
kekuatan. Pada saatZ yang kritis itulah mereka berdua serentak
bangun berdiri dan melancarkan pula pukulan ke depan,
Koan Ing, Cha Can Hong serta Sang Su-im serentak
mengirimkan satu pakulan pula ke depan.
"Braaaak.... " suara bentrokan yang amat keras serasa
membela bumi bergema memenuhi angkasa, karena tenaga
masing-masing pihak begitu bertemu laksana lengket saja.
siapapun tak ada yang bergerak.
Dan masing-masing pihak dengan sekuat tenaga
mempertahankan dirinya, sedang percikan bunga api karena
pergesekan adu tenaga inipun beterbangan memenuhi
angkasa. Batu dan pasir pada berguguran ke atas tanah, semakin
lama pasir serta batuan yang gugur semakin santer sehingga
akhirnya laksana cucuran air hujan saja. Dan seluruh guha kini
jadi tergetar dan goncang bagaikan gempa, agaknya sebentar
lagi bakal meledak dengan hebatnya.
Sinar mata Sang Su-im bertambah berkilat, dia tahu
pihaknya lama kelamaan bakal tidak kuat untuk menahan
serangan gabungan tersebut. Apalagi Thian Siang Thaysu
serta Sin Hong Soat-nie baru saja menderita luka dalam.
Pikirannya dengan cepat berputar....
"Lepaskan anak panah!" tiba-tiba bentaknya dengan keras.
Mendengar suara teriakan tersebut si sastrawan berusia
pertengahan itu jadi terperanjat, tadi dia sudah dengar Sang
Su-im berkata kalau mereka membawa anak panah berapi
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hek Siauw Lie Hwee Ciam" ke tempat itu, diapun tahu
bagaimana dahsyatnya anak panah berapi tersebut.
Bilamana pada saat itu Sang Su-im benar-benar
melepaskan anak panah berapi ditengah goncangnya adu
tenaga dalam yang amat dahsyat itu, dirinya yang tidak
mengerti ilmu silat bukankah akan terkubur hidup2 disana"
Maka ia buru-buru mengundurkan diri semakin ke
belakang, sedangkan kesepuluh orang berbaju hitam itupun
bersama-sama ikut berkelebat mundur ke arah belakang.
Sang Su-im yang melihat pihak musuh mengundurkan diri
hatinya terasa amat girang, sewaktu ia hendak perintahkan
untuk menyerbu itulah tiba-tiba telah menemukan wajah
Thian Sian Thaysu Sin Hong Soat-nie berubah jadi pucat pasi
bagaikan mayat, dan dengan perlahan mereka duduk bersila
di atas tanah. Melihat hal itu hatinya jadi tergetar sangat keras, jika
ditinjau dari keadaan ini terang untuk melakukan pengejaran
sudah tidak mungkin lagi.
Maka Sang Su-im segera mengajunkan sebatang anak
panah "Hek Siauw Lie Hwee Ciam" ke arah dalam....
"Blaaam....?" dengan disertai suara ledakan yang amat
keras dinding batu yang menghalangi perjalanan mereka
sudah kena dihantam sehingga meledak dan hancur
berantakan" Sambil mencekal pedangnya erat-erat Koan Ing segera
menerjang masuk ke dalam.tetapi sebentar kemudian dia
sudah berdiri termangu-mangu Kiranya di dalam gua itu bukan
saja mempunyai cabang yang luar biasa banyaknya bahkan
setiap tempat terdapatlah selapis dinding tebal yang
menahannya. karena itu untuk beberapa saat lamanya ia jadi
kebingungan. Pada saat itulah dari balik gua yang amat dalam
berkumandang datang suara ringkikan kuda yang amat
panjang disusul berputarnya roda kereta berdarah yang amat
berat bergema keluar kemudian hanya dalam sekejap saja
telah lenyap tak berbekas.
"Heei.... tidak bakal kecandak" Mereka tentu sudah pergi,"
kata Sang Su-im sambil tarik napas panjang-panjang. "Tidak
disangka kecuali berdinding lapis, lorongpun ada demikian
banyaknya, bahkan di belakang sana masih ada jalan
keluarnya!!" Selesai berkata kembali ia menghela napas panjang dan
berjalan keluar, Koan Ing pun bungkam diri tak mengucapkan sepatah
katapun, karena kini hatinya masih terus saja mengingat2 si
sastrawan berbaju sutera Bun Ting-seng dan memikirkan
kemana perginya orang itu"
Ketika tiba diluar gua, tampaklah Thian Siang Thaysu
dengan muka kecewa dan penuh penyesalan bangun berdiri.
"Heei karena pinceng masih saja serakah tak disangka
urusan jadi sedemikian rupa!" katanya penuh penyesalan.
Sang Su-im hanya tersenyum saja, dia tahu Thian Siang
thajsu jadi orang amat sombong sekali apalagi kedudukannya
sebagai seorang ciangbunjien, selama ini belum pernah dia
mengemukakan perjesalannya terhadap orang lain, tidak
nyana ini hari dia bisa memperlihatkan kesesalannya
dihadapan banyak orang. "Thaysu buat apa kau menyesali dirimu sendiri?" hiburnya
sambil tertawa. "Urusan telah lewat, lebih baik tak usah kau
pikirkan lagi Kitapun masih bisa bertemu dengan Majikan
Rimba Wang Yu Liem dikemudian hari!"
Baru saja berbicara sampai disitu, mendadak dari luar guha
berkumandang datang lima kali suara ledakan keras.
Air muka Sang Su-im seketika itu juga berubah hebat.
"Aaaah! Nona Song telah mengirim tanda bahaya, mungkin
keadaan nona Song kepepet!" teriaknya cemas. "Pasti ada
musuh tangguh telah menyerbu datang. Mari kita cepat
keluar!" Selesai berkata, buru-buru ia meloncat keluar dari dalam
guha, Koan Ing pun merasa amat terperanjat dia mengerti Song
Ing adalah seorang perempuan yang berhati tinggi, bilamana
tidak menemui urusan yang benar-benar amat berbahaya, tak
mungkin dia orang suka melepaskan tanda bahaya,
Tubuhnya pun dengan cepat ikut menerjang keluar
membuntuti diri Sang Su-im.
Waktu itu pepohonan diluar guha hampir seluruh bagian
telah musnah, saat ini tinggallah abu serta arang.
Baru saja tubuhnya keluar dari gua, mendadak
terdengarlah suara tertawa seram berkumandang keluar,
kiranya sebuah jaring emas telah menyambut kedatangannya.
"Kalian hendak pergi kemana lagi!" bentak seseorang
dengan suara yang berat. Koan Ing yang mendengar suara bentakan tersebut, segera
bisa mengenal lagi kalau dia bukan lain adalah sijaring emas
penguasa langit Phoa Thian-cu adanya.
Song Ing terhadap dirinya amat baik apa lagi dirinyapun
berhutang budi terhadap subonya ini, kini melihat ada orang
yang bermaksud menghalangi perjalanannya untuk menolong
Song Ing hatinya jadi amat gusar sekali.
Dia membentak keras, tubuhnya laksana sebatang anak
panah yang terlepas dari busurnya meluncur melewati Sang
Su-im sedang pedang kiem-hong-kiamnya bagaikan sambaran
kilat cepatnya menyerang ke depan menekan ujung jaringan
emas itu. Jurus ini adalah jurus "Ban Sin Peng To"* dari ilmu pedang
"Thian-yu Khei Kiam" yang paling dahsyat pengaruhnya,
Ujung pedangnya dengan cepat menekan jaring emas Phoa
Thian-cu kebawah tubuhnya pun meminjam kesempatan itu
meloncat ke atas udara disusul ujung kaki kanannya bagaikan
sambaran angin melancarkan satu tendangan kilat
menghantam iga musuhnya. Seketika itu juga Phoa Thian-cu kelabakan dibuatnya,
dalam hati benar-benar amat terperanjat sekali.
Dia tidak menduga kalau semakin lama tenaga dalam dari
Koan Ing semakin dahsyat, hal ini merupakan satu peristiwa
yang sukar untuk dipercaya.
Maka tubuhnya dengan gesit ke samping untuk
menghindar, dan dengan mengambil kesempatan itulah tubuh
Koan Ing bagaikan sambaran kilat cepatnya sudah meluncur
ke arah depan. Melihat pemuda itu berhasil meloloskan diri dengan begitu
mudahnya, Tong Phoa Pek jadi tertegun, saat itulah serangan
jari tangan Sang Su-im telah menyambar datang mengancam
keninqnya, hal ini memaksa dia orang mau tidak mau harus
putar badan untuk menyambut.
Tubuh Koan Ing setelah berhasil menerjang halangan dari
Phoa Thian-cu dengan kecepatan yang paling tinggi ia
berkelebat ke arah depan.
Kurang lebih setengah li jauhnya tampaklah si iblis bongkok
dari Si Ih telah menantikan pula kedatangannya.
Begitu melihat munculnya Koan Ing disana maka terdengar
si iblis bongkok menegur dengar suara yang dingin,
"Bukankah kau orang hendak menolong Sian-thian-kauwcu"
Aku rasa tindakanmu sudah terlambat!" Sambil berkata
tongkat pualamnya laksana kilat menyambar ke arah depan
mengancam jalan darah "Yauw Hu Hiat" dan tubuh Koan Ing.
Berbagai rasa curiga segera berkecambuk dihati pemuda
itu, sebenarnya apa yang telah terjadi" Bagaimana hal ini bisa
terjadi" Dirinya sepanjana jalan selalu ada saja jagoan yang
mencegat dirinya, apa mungkin masih banyak jagoan
berkepandaian tinggi yang telah pada datang" Lalu mengapa
Song Ing mengirim tanda bahaya"
Pedang kiem-hong-kiamnya berturut-turut lancarkan
delapan buah serangan ke depan, semakin lama serangannya
semakin gencar yang membuat si iblis bongkok dari daerah Si
In ini kena didesak mundur tujuh langkah ke belakang.
Si Ih Mo Tuo benar-benar amat terperanjat melihat
kedahsyatan diri Koan Ing yang berhasil mendesak mundur
dirinya sejauh tujuh langkah itu karena hal ini belum pernah
ditemuinya selama ini. Koan Ing mendengus dingin, pedangnya kembali
menyambar ke depan menahan serangan tongkat dari
musuhnya setelah itu dengan sangat gesit tubuhnya mencelat
ketengah udara dan berkelebat menuju ke arah depan.
Si Ih Mo Toa pun tidak turun tangan menghalangi Koan
Ing, diam-diam hatinya merasa bergidik karena ia tahu
bilamana Koan Ing tidak keburu pergi dari sana maka di dalam
seratus jurus dirinya tentu akan terluka di bawah serangan
pedangnya. Dengan gerakan yang paling cepat Koan-Ing meluncur ke
arah tempat dimana Song Ing berada, tetapi waktu itu
suasana benar-benar amat sunyi tak tampak sesosok
bayangan manusia pun di tempat itu.
Hatinya jadi amat terperanjat, matanya dengan cepat
menyapu ke sekeliling tempat itu tetapi suasana tetap sunyi
senyap tak tampak sesosok manusiapun.
Saat itulah pemuda itu baru merasa hawa berdesir
berkecambuk dihatinya, ia merasa dirinya serasa berada di
dalam gudang salju yang amat menggigilkan,
Buru-buru kepalanya didongakkan ke atas. tiba-tiba.... di
atas sebuah puncak gunung disebelah kirinya terlihatlah
seorang berdiri dengan angkernya dengan penjagaan yang
ketat di sekeliling tempat itu. bukankah dia adalah Song Ing
yang hendak ditolongnya"
Melihat subonya berada dalam keadaan sehat-sehat saja
hatinya jadi lega. Tubuhnya segera meloncat ke depan berlari ke arah puncak
tersebut, tetapi baru saja tubuhnya bergerak mendadak
terdengarlah suara bentakan nyaring berkumandang datang.
"Koau Ing kau ingin pergi kemana lagi?"
Tubuhnya pun segera berputar ke belakang, tampaklah
Yuan Si Tootiang dengan pandangan yang dingin sedang
munculkan dirinya dari balik batu.
Saat ini toosu dari Bu-tong-pay itu mencekal sebilah
pedang berwarna merah darah dari sinar matanya terlintaslah
nafsu membunuh yang sangat mengerikan, lagaknya ia
bermaksud untuk membinasakan dirinya dengan satu kali
tusukan. Maka dengan dinginnya Koan Ing pun memandang ke arah
Yuan Si Tootiang. dia tahu toosu itu pasti sangat membenci
dirinya karena tusukan pedangnya tempo hari sehingga dalam
hati kecilnya tentu sudah tertera maksud untuk membinasakan
dia Orang. Kepandaian silat dari Yuan Si Tootiang memang berada di
atas kepandaian Phoa Thian-cu, terhadap dirinya boleh dikata
merupakan musuh tangguh. karena itu iapun tak berani
berlaku ajal. dan dengan perlahan hawa murninya disalurkan
ke seluruh tubuh untuk bersiap-siap.
"Hmm! Kepandaian silatmu benar-benar sangat lihay sekali
dan merupakan hal yang belum pernah terjadi selama ratusan
tahun ini. Tempo hari kau sudah menusuk badanku sehingga
aku terluka parah, kini aku hendak membalas sakit hati itu,
tapi aku ingin kau suka tinggalkan seluruh kepandaian silat
yang kau miliki!" seru Yuan Si Tootiang sambil tertawa dingin.
"Haaa.... haaa.... kaupun harus tahu di kolong langit pada
saat ini kau merupakan salah seorang yang ingin aku beset
kulit tubuhnya dan mendahar daging tubuhmu!" balas Koan
Ing sambil tertawa panjang.
Wajah Yuan Si Tootiang kontan berubah jadi merah padam
bagaikan udang rebus, matanya dengan gusar memandang
diri pemuda tersebut. sedangkan pedang berwarna merah
darahnya pun dengan perlahan diangkat sejajar dengan dada.
Koan Ing segera menarik napas panjang-panjang dia
sengaja memperlihatkan sikap yang tidak waspada dan
memandang hina toosu tersebut dan ujung pedang kiemhongkiamnya ditudingkan ke arah permukaan tanah.
Yuan Si Tootiang bersuit nyaring, pedang merah darahnya
digetarkan lalu melancarkan satu tusukan mengancam Koan
Ing. Koan Ing segera mendengus, tangan kanannya dengan
ringan mencukil ke atas, diantara dengungan suara pedang
yang amat keras pedang kiem-hong-kiamnya dibabatkan
setengah lingkaran busur ke depan, dan dengan amat
tepatnya ia berhasil menghalau serangan pedang dari Yuan Si
Tootiang ini. Baru saja kedua bilah pedang itu saiing menempel satu
sama lainnya tiba-tiba Koan Ing menggetarkan tangan
kanannya, dan diantara suara desiran yang keras itu pedang
kiem-hong-kiamnya mencelat tegak dan mencukil pergi
pedang merah darah dari Yuan Si Tootiang disusul kaki
kanannya menutul permukaan tanah dan pedangnya langsung
menusuk keperut toosu tersebut.
Maka dengan gusarnya Yuan Si Tootiang membentak keras
pedangnya balas melancarkan serangan gencar ke depan
sehingga hanya di dalam sekejap saja angin sarangan
berkelebat memenuhi angkasa, diantara berkelebatnya tiga
rentetan cahaya tajam pedang Yuan Si Tootiang kembali kena
ditekan kebawah. Saat itulah Yuan Si Tootiang baru merasa terperanjat
karena tenaga dalam dari Koan Ing sebenarnya seimbang
dengan tenaga dalamnya sendiri tetapi jika ditinjau dari
keadaannya pada saat ini terlihatlah tenaga dalamnya jauh
lebih setingkat dari dirinya bahkan di dalam hal jurus
seranganpun dia jauh melebihi dirinya.
Sewaktu kedua orang itu lagi bertempur dengan serunya
itulah menandakan dari tempat kejauhan
berkumandang datang suara tiupan seruling yang amat
keras sekali. Mendengar suara itu Koan Ing jadi amat kaget. karena
bukankah suara seruling itu merupakan tanda dari
perkumpulan Sin Tie Pang tidak aneh kalau Song Ing kirim
tanda bahaya kiranya di sekeliling tempat itu sudah terkurung
oleh kekuatan musuh. Pedang kiem-hong-kiamnya berturut-turut melancarkan
serangan gencar ke depan, tetapi Yuan Si Tootiang pun
segera mengetahui kalau pemuda itu bermaksud untuk
melepaskan diri pedangnya laksana sekerat tali dengan
kencangnya mengikat tubuhnya sehingga tak bisa bergerak.
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Melihat tindakan dari Toosu tersebut Koan Ing benar-benar
murka, sehingga dengan gusarnya ia segera membentak
keras, "Siapa yang menghindar akan selamat, tapi siapa yang
menentang pasti binasa!"
Dan pedang kiem-hong-kiamnya dengan dahsyat
disentilkan ke depan dan menyerang ke depan sejajar alis.
Inilah jurus "Giok Sak Ci Hun" yang amat dahsyat.
Pedang kiem-hong-kiamnya berdesir tajam ke depan
dengan disertai suara ledakan yang memekikkan telinga.
Yuan Si Tootiang jadi bergidik melihat serangan itu, dia
orang mana berani menerima serangan tersebut" Maka
tubuhnya buru-buru meloncat ke samping untuk menghindar,
Mengambil kesempatan itulah Koan Ing mencelat ketengah
udara kemudian laksana meluncurnya bintang dilangit
meluncur ke atas puncak gunung di hadapannya.
Manusia yang ada diempat penjurupun buru-buru
menyingkir ke samping memberi jalan.
"Koan Ing menghunjuk hormat buat Subo" serunya
kemudian sambil jatuhkan diri berlutut.
Song Ing yang melihat Koan Ing lah yang nomor satu
berhasil menerjang naik ke atas puncak hatinya jadi ikut
terharu lama sekali ia termenung akhirnya sambil membimbing
tubuh pemuda itu bangun katanya, "Bocah, kau tak usah
banyak adat!" Sewaktu berbicara tak kuasa lagi air matanya ikut
bercucuran dengan amat derasnya,
Suara dari tiupan seruling semakin lama semakin santar
dan semakin memekikkan telinga, sinar mata Koan Ing segera
berkelebat menyapu ke sekelilingnya sedang sang badan
dengan perlahan bangun berdiri,
Tetapi ketika melihat situasi yang ada di depan mata
hatinya jadi amat terperanjat, karena kiranya ditengah suara
tiupan seruling yang amat santar itu tampaklah be-ratus2
macam binatang buas bersama-sama menerjang datang
dengan dahsyatnya. Sungguh tak disangka kalau perkumpulan Sin Tin Pang pun
memiliki kepandaian untuk menaklukan binatang, karena
ternyata mereka telah memancing datangnya seluruh binatang
buas digunung itu untuk menghadapi dirinya.
Walaupun kepandaian silat mereka rata2 tinggi, tetapi
untuk menghadapi binatang yang demikian banyaknya
akhirnya pasti akan kewalahan sendiri.
Tampak Song Ing tersenyum. "Entah siapa yang sudah
memperlihatkan permainan macam ini," katanya perlahan
"Ditambah pula racun ditubuh Cing It belum sembuh. Akupun
tak dapat pecahkan perhatianku, karena melihat musuh sudah
mengurung empat penjuru, terpaksa aku panggi! kalian
pulang." "Obat pemunahnya sudah ada, cuma saja masih ada disaku
Cha Ing ing!" sahut pemuda itu sambil menarik napas,
Sewaktu ia habis berbicara tampaklah Sang Su-im serta
Cha Can Hong sekalian telah tiba pula di bawah puncak
tersebut, karena mereka berjumlah banyak, terpaksa
melakukan perjalanan perlahan-lahan.
Koan Ing yang mendengar suara seruling itu semakin
mendekat, hatinya jadi benar-benar bingung, ia menduga
binatang2 itu tentu sudah berada kurang lebih lima li dari sana
dan sebentar lagi tentu sudah tiba disini! Lalu apa yang
hendak diperbuatnya saat ini"
Sang Su-im sekalian yang telah tiba di atas puncak sewaktu
melihat situasi tersebut, mereka pun jadi melengak dibuatnya.
Mereka tak mengira kalau pihak perkumpulan Sin Tie Pang
telah mengurung sekeliling tempat tersebut.
Selagi semua orang sedang berdiri tepekur itulah dari tiga
jurusan telah tampak munculnya beratus-ratus ekor binatang
buas. Para jago yang berada di atas puncak, setelah melihat
situasi di sekelilingnya kontan merasa hatinya bergidik. Bulu
kuduk pada berdiri semua.
Ooo)*(ooO Bab 53 DENGAN termangu-mangu Cha Can Hong memandang
kebawah puncak, tak sepatah kata pun yang diucapkan keluar
sedangkan Cha Ing Ing dengan tawarnya memandang sekejap
ke sekeliling tempat itu lalu ia berjongkok dan mencekoki obat
tersebut kemulut Cing It Nikouw.
Sin Hong Soat-nie yang melihat sikap dari Cha Ing Ing
cuma bisa menghela napas panjang saja di dalam hatinya.
Waktu itulah dari empat penjuru sudah bermunculan
binatang buas yang hanpir memenuhi seluruh tempat berapa
jumlah yang sebenarnya sulit sekali untuk dihitung.'
"Heeei.... tidak disangka dari pihak perkumpulan Sin Tie
Pang mempunyai orang yang berbakat" seru nikouw tua itu
sambil tundukkan kepalanya rendah-rendah. "Kiranya kita
sebentar lagi bakal akan menemui bencana di tempat ini!"
"Haa.... haa . ,Suthay kenapa kau harus memuji kegagahan
orang lain sebaliknya melenyapkan kegagahan sendiri," tegur
sijari sakti Sang Su-im sambil tertawa terbahak-bahak.
Pada pinggangnya gunung saat ini telah dipenuhi dengan
anak buah dari Tiang-gong-pang serta Sian-thian-kauw.
walaupun Sang Su-im diluarnya bicara begitu tapi dalam
hatinya iapun tahu bilamana bermaksud untuk melarikan diri
bukanlah suatu pekerjaan yang gampang, walaupun saat ini
orang-orang yang ada dipuncak merupakan jago-jago
berkepandaian tinggi tetapi binatang yang tak diketahui
jumlahnya ini benar-benar sangat menakutkan sekali pada
akhirnya mereka bakal juga kewalahan sendiri.
Selagi mereka sedang kebingungan itulah tiba-tiba suara
seruling telah berhenti berbunyi. dan dari puncak di
hadapannya pun muncullah sesosok bayangan manusia.
Orang itu sambil tertawa terbahak-bahak telah berseru
keras, "Hey kalian jago-jago Bu-lim sampai keadaan seperti ini
masihkah tidak mau menyerah kepada dirrku?"
Orang itu bukan lain adalah Sin Tie Pangcu Ti Siuw-su
adanya! Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat belum
sempat dia mengucapkan kata-katanya Thian Siang taysu
sudah membentak keras, "Dengan meminjam kekuatan dari
binatang apa gunanya?"'
Ti Siuw-su segera tertawa terbahak-bahak, tangannya
diulapkan ke samping kemudian tampaklah seorang berbaju
putih yang mencekal sebuah seruling muncul di atas puncak,
Sebentar kemudian suara seruling telah berkumandang
kembali memenuhi angkasa. kali ini suara seruling itu
mengandung nafsu membunuh yang tajam dan membuat
kawanan binatang buas itu meraung dan mulai menyerbu ke
atas puncak bagaikan aliran air bah.
Dan sinar mata Sang Su-im pun terlintas nafsu membunuh,
kepada Song Ing segera ujarnya, "Nona Song, kau ingin
menggunakan cara apa untuk hadapi mereka?"
Song Ing gelengkan kepalanya tidak berbicara, sewaktu
Sang Su-im menoleh kembali maka terlihatlah anak murid
perkumpulan Tiang-gong-pang sedang melancarkan serangan
anak panah kebawah. Seketika itu juga berpuluh-puluh ekor binatang buas
meraung kesakitan dan tubuh binasa, walaupun begitu
binatang yang ada dibelakangnya tetap melanjutkan
serangannya ke depan. Setiap langkah binalang buas itu menerjang ke atas, maka
anak murid Tiang Cong Pang ikut terdesak mundur selangkah
ke arah belakang, dan anggauta dari Sian Thian Pauw yang
melihat kejadian itu buru-buru pada menerjang kebawah
memberi bantuan. Walaupun begitu mereka tetap tak kuat membeodung
datangnya serangan kawanan binatang itu.
Sang Su-im benar-benar amat gusar sekali di buatnya,
terlihatlah cahaya membunuh tiada hentinya terlintas diantara
sinar matanya. "Kita adalah jago-jago Bu-lim yang dihormati orang,
apaKah saat ini harus duduk sambil menunggu saat
kematian?" teriaknya sambil menyapu sekejap ke seluruh jago
lainnya. Koan Ing nenarik napas panjang-panjang, tiba-tiba
tanyanya. "Suara dari Ti Siuw-su tiba disini secara samar-samar saja,
paling tidak juga jaraknya ada limapuluh kaki," sahut Cha Can
Hong sambil tertawa tawar. "Ditambah pula waktu turun
puncak dan naik puncak, menanti kau tiba dipuncak sebelah
sana, pihak kita sudah ada separuh bagian yang telah binasa!"
Koan Ing menoleh memandang sekejap ke arah sebuah
pohon besar yang ada disebelah kiri lalu kepada Song Ing
katanya, "Subo! Bagaimana kalau kau orang tua bantu aku
untuk meluncur kepuncak seberang?"
Semua orang yang mendengar perkataan itu segera
merasakan hatinya tergetar keras, jarak yang sedemikian
jauhnya dengan sebuah jurang sedalam ratusan kaki sebagai
penghalang kini Koan Ing minta dilemparkan ke depan,
bukankah hal ini sangat berbahaya sekali?"
Sinar mata Song Ing berkilat, saat itu semua orang yang
ada di bawah puncak telah mengundurkan dirinya mendekati
punggung gunung, walaupun anak panah berapi telah mulai
beraksi, tetapi sampai kapan mereka bisa mempertahankan
diri" "Mau pergi kesana tidak semudah apa yang kau pikirkan
pada saat ini!" serunya perlahan.
Baru saja Koan Ing hendak menyahut suara seruling
kembali telah berhenti disusul dengan suara tertawa keras dari
Tie Siuw-su berkumandang datang.
"Manusia binatang paling banter cuma bisa bertahan
selama tiga jam saja," katanya dengan nada yang tawar.
"Asalkan kalian suka serahkan nyawa Koan Ing dan mengakui
kekuasaan dari pekumpulan Sin Tie Pang kami di daerah
Tionggoan maka kami akan segera lepaskan kalian semua.
"Heee.... heeee.... daripada harus menanti kematian di
tempat ini lebih baik pergi menempuh bahaya lebih baik." kata
Koan Ing sambil tertawa. Apalagi akupun memiliki delapan
bagian pegangan. kalau tidak mana berani aku orang buka
suara. Subo! Bagaimana ia kalau kita coba dulu!"
Song Ing termenung berpikir sebentar akhirnya dengan
perlahan ia mengangguk. Cha Can Hong sekalian sama sekali tidak percaya akan
pendengarannya sendiri, tidak disangka Koan Ing memiliki
nyali yang begitu besar, mungkin mereka serdiri pun tak ada
yang berani mencoba untuk menempuh bahaya ini.
Dengan rasa terharu Sang Su-im maju ke depan menepuk
pundak pemuda tersebut. "Thian-yu-pay bisa memiliki seorang
anggota seperti dirimu sungguh beruntung sekali, Kong Boen
Yu yang sudah matipun tidak akan menyesal pujinya.
"Terima kasih atas pujian dari empek Sang." sahut Koan
Ing merendah," Koan Ing ada budi dan jasa apa yang patut
menerima pujian tersebut.
"Koan Ing!" terdengar Sin Hong Soat-nie pun berseru,
"Sejak ini hari sakit hati antara kau dengan pihak Sun Lie
Hong kami akan aku sudahi sampai disini saja!"
Sedangkan Cha Can Hong serta Thian Siang Thaysu pada
bungkam diri, karena dalam hati kecil merekapun mempunyai
jalan pemikiran yang sama.
Setelah termenung beberapa saat lamanya akhirnya Sang
Su-im berjalan ke arah pohon besar itu disusul oleh Cha Can
Hong serta Thian Siang Thaysu mereka bersama-sama
menarik pohon itu sehingga jadi bengkok laksana sebuah
busur. Koan Ing memandang sekejap ke arah Sang Siauw-tan
dengan pandangan sayu dan gadis tersebut dengan amat
sedihnya menundukkan kepalanya dalam2.
Sesaat kemudian pemuda itu telah mencabut keluar
pedang kiem-hong-kiamnya dan berkelebat ke arah batang
pohon. "Koan Ing, kau baik-baiklah jaga diri!" seru Song Ing
setengah berbisik. Ditengah suara bentakan yang amat keras Sang Su-im
bertiga bersama-sama melepaskan pohon tersebut.
"Sreeet....!" bagaikan sebatang anak panah yang terlepas
dan busur dengan cepat ia berjungkir balik ditengah udara
kemudian melayang ke arah puncak seberang.
Menanti daya melempar dari pohon itu telah habis buruburu
Koan Ing bersuit nyaring, empat anggota badannya
dipentang kemudian laksana seekor burung elang melayang
jauh ke arah depan. Tetapi menanti tiba pada jarak dua puluh kaki dari punljak
itu tubuhnya telah menuju kebawah dengan cepatnya.
Sepasang tangannya dengan cepat dipentangkan, ia
bersalto beberapa kali kemudian baru melayang ke arah
bawah. Dimana tubuhnya melayang turun tepat adalah punggung
gunung diseberang, begitu kakinya menutul permukaan tanah
bagaikan sambaran kilat cepatnya ia sudah meluncur ke atas.
Tiga orang lelaki berbaju putih segera membentak keras
dan menghalangi perjalanannya.
Maka dengan amat gusar Koan Ing membentak keras,
tangannya dikebaskan ke depan menahan serangan dari
kedua orang yang ada di hadapannya itu.
"Biarkan dia naik ke atas puncak!" tiba-tiba dari atas
puncak berkumandang datang suara bentakan yang amat
dingin. Orang-orang itu segera menarik kembali pedangnya dan
mengundurkan diri ke belakang.
Koan Ing ragu-ragu sejenak, akhirnya ia menggerakkan
badannya melayang ke atas gunung.
Menanti setelah tiba di atas puncak tampaklah suasana
disana telah berubah. kecuali Ti Siuw-su serta si lelaki berbaju
putih yang meniup seruling tadi kini telah bertambah lagi
dengan seorang kakek tua beralis putih yang sedang duduk
bersila di bawah sebuah pohon.
"Hmm! sungguh besar nyalimu!" bentak Ti Siuw-su dengan
dingin, "kepandaian silatmu sungguh tinggi. tetapi aku rasa
datangnya gampang tetapi pergi tidak akan semudah itu."
Koan Ing menarik napas panjang-panjang tak sepatah
katapun yang diucapkan keluar.... tiba-tiba tubuhnya
menubruk ke arah si orang lelaki berbaju putih itu.
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Baru saja tubuh sang pemuda bergerak, siorarg tua beralis
putih yang lagi duduk bersemedi itu mendengus dingin,
tangan kanannya membalik mengambil keluar seruling
pualamnya dari balik saku kemudian mengirim satu pukulan
berkabut putih ke arah Koan Ing.
Merasakan kedahsyatan dari serangan itu, Koan Ing jadi
berdesir. Karena dia tidak mengira kalau di tempat tersebut
bisa muncul seorang musuh tangguh yang kepandaian silatnya
tidak berada di bawah si manusia tunggal dari Bu-lim Jien
Wong tempo hari. Tubuhnya yang menubruk ke depan pada saat ini terpaksa
ditarik kembali dengan paksa
"Iiiih....!" si orang tua beralis putih itu berseru tertahan,
dan sepasang matanya dipentangkan lebar2 memandang
sekejap ke arah pemuda itu dengan pandangan tajam.
Agaknya ia merasa kaget karena tenaga dalam dari Koan Ing
sangat luar biasa sekali.
Dalam mempertahankan tubuhnya ditengah udara
bukanlah merupakan satu peristiwa yang aneh, tetapi bisa
menarik kembali tubuhnya yang telah meluncur ke depan
benar-benar luar biasa! Koan Ing sendiripun merasa amat terperanjat karena
pertemuannya dengan seorang jagoan lihay di tempat itu,
tidak aneh kalau Ti Siuw-su berani melepaskan dirinya naik ke
atas puncak. "Siapakah orang itu?" pikirnya diam-diam.
Dengan perlahan pedang kiem-hong-kiamnya dicabut
keluar dan memandang ke arah si orang tua itu dengan
pandangan dingin. Dengan dinginnya Ti Siuw-su segera mundur kesamping,
dia percaya dengan kepandaian silat dari si orang tua itu pasti
telah lebih dari cukup untuk menghadapi diri Koan Ing maka
selama ini dia tak perlu lagi ikut campur di dalam urusan ini.
"Kau hendak mengapakan muridku?" terdengar si orang tua
beralis putih itu bertanya.
Kembali Koan Ing merasa berdesir, kiranya si orang tua
berbaju putih yang meniup seruling itu bukan lain adalah anak
murid dari si orang tua ini.
"Aaaach.... agaknya sebelum berhasil menembusi halangan
ini, aku akan menemui kesukaran untuk mencegah perbuatan
mereka selanjutnya," pikirnya dihati.
Sinar matanya segera berkilat.
"Heee.... heee.... perintahkan muridmu untuk meletakkan
seruling tersebut, bilamana tidak jangan salahkan aku hendak
bertindak menggunakan kekerasan!" katanya.
"Hmm! Sungguh besar omonganmu!" desis si orang tua
beralis putih itu dengan dingin. "Aku tidak akan takut
menghadapi dirimu?" Mendengar jawaban yang ketus itu Koan Ing segera
mengangkat pedang kiem-hong-kiamnya ke atas, dan
sepasang matanya memandang tajam si orang tua tersebut
sedang hawa murninya dengan cepat disalurkan ke arah
pedang. Ditengah suara bentakan yang amat keras tubuhnya
mencelat ke depan. sedang pedangnya dengan sejajar kening
didorong ke depan menusuk tubuh musuhnya. Inilah jurus
yang paling lihay di kolong langit pada saat ini "Giok Sak Ci
Hun." Sinar keemas-emasan berkelebat memenuhi angkasa,
sebenarnya si orang tua itu hendak menanti datangnya
serangan tetapi bagitu melihat kedahsyatan dari serangan
tersebut hatinya jadi berdesir. maka tubuhnya segera
melayang ke atas lalu menangkis datangnya serangan dengan
menggunakan seruling pualamnya.
Pedang serta seruling dengan cepat terbentur satu sama
lainnya sehingga menimbulkan percikan bunga api. setelah
serulingnya berhasil memunahkan datangnya serangan dari
Koan Ing buru-buru ia melancarkan gencetannya ke depan.
Tampaklah bayangan putih berkelebat memenuhi angkasa,
hawa serangan berkelebat tak ada putusnya menghantam
tubuh pihak musuh. Hanya di dalam sekejap saja ia telah
melancarkan delapan buah serangan sekaligus.
Koan Ing jadi amat terkejut, pedang kiem-hong-kiamnya
diputar satu lingkaran memunahkan ketujuh buah serangan
musuh, kemudian ditengah suara bentakan yang amat keras
pedang kiem-hong-kiamnya digetarkan keras.
Suara dengungan yang amat keras menulikan telinga,
pedang tersebut seketika ita juga membentuk gerakan
setengah lingkaran. Inilah jurus serangan "Noe Ci Sin Kiam" dari ilmu pedang
"Thian-yu Khei Kiam", dengan dahsyatnya pedang tersebut
mengancam iga kanan dari si orang tua beralis putih,
Maka buru-buru si orang tua beralis dutih itu menggunakan
serulingnya untuk menangkis tubuh masing-masing pihakpun
segera berpisah dan melayang kembali ke tempatnya semula.
Walaupun bentrokan yang terjadi diantara mereka hanya
berlangsung di dalam sekejap mata saja tetapi masing-masing
pihak sudah saling menyerang sebanyak sebelas jurus dalam
keadaan seimbang, Dengan hati terperanjat masing-masing pihak
mengundurkan dirinya ke belakang dan saling berpandangan
tajam. "Anak murid siapakah kau?" tanya si orang tua beralis putih
itu dengan suara berat. Koan Ing tidak menjawab sebaliknya berteriak keras,
"Cepat perintahkan anak muridmu untuk lepaskan seruling,
kalau tidak masing-masing pihak tentu akan menemui
kesulitan." "Haaa.... haaaa.... bocah! kau orang sungguh sombong
sekali, aku Giok Yang Coen selamanya belum pernah bertemu
muka dengan manusia sesombong kau, dan kau sudah berani
dua tiga kali memerintahkan diriku. hmmm! kurang ajar!" seru
si orang tua itu sambil tertawa terbahak-bahak.
Mendengar disebutnya nama Giok Yang Coen, Koan Ing
segera merasa sangat terperanjat. ia tidak menyangka kalau
Giok Yang Coen. Suma Han masih sehat-sehat saja bahkan
saat ini saling berhadap2an dengan dirinya.
Tempo hari Giok Yang Coen ini adalah seorang manusia
yang paling pandai menjinakkan binatang tetapi ia mendengar
pula kalau si orang tua ini telah lama meninggal, tetapi tidak
disangka orang itu bukannya mati bahkan masih segar bugar.
"Ooow.... kiranya Suma Cianpwee!" seru Koan Ing tawar,
air mukanya sedikitpun tidak memperlihatkan perubahan
apapun. "Cuma sayang cianpwee sebagai seorang manusia
berbakat yang amat terkenal kini harus menggunakan
kekuatan binatang untuk mencelakai orang, hal ini benarbenar
sangat memalukan sekali!"
Dengan pandangan tawar "Giok Yan Coen" Suma Han
memandang ke arah pemuda tersebut.
"Hmmm! Bilamana tadi kau Orang memohon dengan baikbaik
mungkin aku bisa mengabulkan permintaan itu, tapi
datang2 kau sudah mengubar kesombonganmu bahkan berani
mencari gara2 dengan diriku, sehingga sekarang aku jadi
kepingin coba-coba ada seberapa tingginya kepandaian yang
kau miliki." Dengan pandangan yang tajam Koan Ing memandang
sekejap ke arah puncak seberang saat itu suara ledakan telah
berhenti jelas kalau anak panah berapi telah habis digunakan
sedang anak murid kedua perkumpulan selangkah demi
selangkah kena didesak mundur ke arah punggung gunung.
Dalam keadaan cemas bercampur gusar, itulah ia
membentak keras, sedang pedangnya digetar keras sehingga
menimbulkan suara desiran yang amat tajam. dengan
membentuk gerakan satu lingkaran menghantam ke atas
tubuh Suma Han. Inilah jurus "Han Lie Sin Wei" atau dingin membeku tunjuk
kekuatan. Suma Han pun membentak keras, seruling pualamnya
diobat-abitkan berulang kali, ditengah berkelebatnya berpuluhpuluh
bayangan pualam dari ujung seruling munculnya si
sastrawan hawa tenaga dalam berwarna putih mengurung
seluruh tubuh sang pemuda.
Kiranya ia telah mengeluarkan ilmu seruling andalannya
"Kioe Thian Giok Sah Kang Khie" atau ilmu tenaga khie-kang
sembilan langit malaikat pualam.
Koan Ing merasa hawa bergidik mulai mencekal hatinya,
buru-buru pedangnya ditarik kembali dan diangkat sejajar alis.
Inilah jurus bertahan yang paling sempurna, "Hay Thian It
Sian". "Heee.... heeee.... apa yang kau pelajari ternyata tidak
sedikit!" seru Suma Han dengan amat dinginnya.
Koan Ing tetap membungkam, iapun tidak berani
menggerakkan pedangnya karena dalam hati dia mengerti
kalau tenaga dalam dari si orang tua itu tidak berada
dibawahnya, sedikit salah saja maka masing-masing pihak
akan menderita luka yang parah.
Seruling serta pedang saling bertahan pada posisinya
masing-masing, mereka berdua sama-sama takut untuk
menyerang terlebih dahulu mengambil kesempatan itu, tetapi
merekapun tak mau menarik serangannya terlebih dulu,
Diam-diam Koan Ing merasa hatinya amat cemas, dia tidak
tahu bagaimanakah situasi diseberang puncak sana, karena
hatinya sedikit bercabang inilah tekanan dari pihak musuh
semakin memberat. Suma Han tertawa dingin tiada hentinya, saat ini ia telah
berada di atas angin dan sebentar kemudian serangannya
tentu bakal memperoleh hasil.
Sedang suasana mencapai saat-saat tegangnya itulah dari
bawah puncak kembali berkelebat sesosok bayangan hijau
yang berteriak sambil tertawa keras;
"Mari aku bantu dirimu!"
Baru saja suara tersebut bergema datang tampaklah
serentetan cahaya tajam berkelebat datang, sebilah pedang
yang dengan cepatnya menusuk ke arah punggung Koan Ing.
Sinar mata Koan Ing berkelebat, di dalam sekali pandang
saja dia bisa melihat kalau orang itu bukan lain adalah Yuan Si
Tootiang itu ciangbunjin dari Bu-tong-pay, hatinya jadi
semakin berdesir. Di bawah gencetan serangan seruling dari Suma Han ini ia
sudah tak bisa bergerak lagi apalagi kini mengambil
kesempatan tersebut Yuan Si Tootiang telah menyerang
datang, sehingga untuk mengubah jurus sudah tak sempat
lagi, maka satu2nya jalan hanyalah tutup mata menanti saat
kematian saja. Tapi pada saat itulah mendadak terdengar Giok Yang Coen
membentak keras dengan amat gusarnya: "Kau berani!"
Ditengah suara bentakan yang keras seruling pualamnya
telah ditarik kembali dan balik menyerang ke arah iga kanan
dari Yuan Si Tootiang. Yuan Si Tootiang sendiri sama sekali tidak menyangka
kalau Suma Han bisa melancarkan serangan ke arahnya, buruburu
pedangnya ditarik kembali untuk menghalangi serangan
seruling pihak musuh. Dengan kejadian itu maka Koan Ing pun berhasil
meloloskan diri dari kematian, tubuhnya merasa amat ringan
dan satu ingatan segera berkelebat di dalam benaknya.
Tangan kirinya dengan cepat membalik, ditengah suara
bentakan yang amat keras sebatang anaK panah telah
disambitkan ke arah si lelaki berbaju putih yang meniup
seruling itu. Sewaktu pedang dan seruling dari Suma Han dan Yuan Si
Tootiang berpisah itulah suara dengusan dengan berat
berkumandang datang, si lelaki berbaju putih itu telah kena
tertancap anak panah didadanya, dan kini rubuh ke atas
tanah, Melihat serangannya dengan sangat mudah mendapatkan
hasil Koan Ing jadi melengak, ia sama sekali tidak menyangka
kalau si orang berbaju putih itu sama sekali tidak mengertii
akan ilmu silat. Sebenarnya dia bermaksud untuk melukai orang itu saja
sehingga tiupan serulingnya terganggu, tidak disangka orang
itu dengan mudahnya kena dihajar sehingga mati seketika itu
juga, Melihat muridnya mati air muka Suma Han kontan berobah
jadi merah padam bagaikan darah, belum sempat ia
mengucapkan kata-kata selanjutnya dari bawah puncak sekali
berkelebat datang dua sosok bayangan manusia.
Mereka adalah Kokcu dari lembah Chiet Han Kok, Phoa
Thian-cu serta si iblis bongkok dari daerah Si Ih, Jien Kong
Fang dua orang. Dan Suma Han sama sekali tidak memperdulikan
kedatangan dari kedua orang itu, hanya dengan napas ngosngosan
menahan kemarahannya yang memuncak ia berteriak
keras: "Bagus! aku, aku menolong kau kini kau malah
membinasakan muridku."
Koan Ing sendiripun saat ini rada menyesal sama sekali tadi
ia berdiri termangu-mangu tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Yuan Si Tootiang yang berdiri di samping segera tertawa
terbahak-bahak dengan kerasnya. "Haaaa.... haaaa....
terhadap manusia semacam itu buat apa kau masih dapat
bicara secara baik-baik, bunuh mati saja kan beres sudah!"
teriaknya, Selama ini Suma Han hanya menerima dua orng murid
saja, murid tertua mati ditangan musuh
besarnya karena itu sejak peristiwa tersebut ia tidak
menurunkan ilmn silat kepada muridnya yang terakhir ini,
siapa sangka karena hal itu muridnya malah mati ditangan
Koan Ing, Hatinya pada saat ini benar-benar merasa amat sedih
ditambah kini mendengar perkataan dari Yuan Si Tootiang
hatinya jadi semaKin amat gusar, karena ia tabu bilamana
sitoosu tersebut tidak muncul maka muridnya tidak bakal mati
ditangan orang lain. "Hey hidung kerbau, di tempat ini lebih baik kau jangan
banyak bicara, nanti aku hajar bacotmu!" teriaknya dengan
keras. Yuan Si Tootiang sebagai ciangbunjien dari partai Bu-tongpay
selamanya belum pernah dibentak orang secara begini.
apalagi di tempat itu bukan hanya mereka berdua.
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kehormatannya kali ini benar-benar tersinggung.
"Aku gembira bicara apa siapa yang berani menghalangi
diriku?" ejeknya sambil mendengus dingin,
Suma Han sebenarnya memang telah merasa kheki
terhadap dirinya, kini melihat Yuan Si Tootiang tidak suka
mengalah ia segera tertawa keras dengan seramnya.
"Bilamana kau tahu diri cepatlah menggelinding pergi dari
puncak ini, kalau tidak jangan salahkan aku orang lemparkan
kau dari sini!" teriaknya keras.
Air muka Yuan Si Tooiang berubah hebat. Sebenarnya ia
bermaksud untuk buka bicara tetapi saat itulah "Sin Tie
Langcoen" Ti Siuw-su telah berjalan mendekat dan berbisik
perlahan: "Dia adalah Giok Yang Coen. lebih baik Tootiang
bersabarlah sedikit. yang penting pada saat ini adalah
binasakan dulu Koan Ing kemudian urusan baru dibereskan
secara damai. Buat apa kau orang harus mencari gara-gara
dengan dirinya?" Yuan Si Tootiang yang mendengar si orang tua di
hadapannya ini adalah Giok Yang Coen Suma Han hatinya
rada melengak, meskipun hatinya agak kaget tetapi ia yang
sudah berada di atas angin mana suka mengalah begitu saja.
Sinar matanya berkilat lalu mendengus dingin.
"Hmm! Lebih baik kau bereskan dulu urusanmu dengan
Koan Ing, kemudian kita baru bereskan urusan diantara kita!"
serunya. Suma Han yang mendengar perkataan dari Yuan Si
Tootiang begitu pandang rendah dirinya, dalam hati ia merasa
sangat panas. "Heee.... heee.... kau tidak usah banyak bacot lagi, aku
ingin menjajal seberapa lihaynya ilmu pedangmu," katanya
kemudian sambil tertawa dingin tiada hentinya.
"Hm! apa kau kira aku betul-betul takut kepadamu?"
Melihat kedua orang itu sudah siap-siap hendak bergebrak
Koan Ing baru menoleh ke arah puncak seberang waktu itu
suara seruling sudah berhenti, dengan sendirinya kawanan
binatangpun telah bubar keempat penjuru hal ini membuat
hatinya jadi lega. Suma Han dengan dingin memandang sekejap ke arah
Koan Ing, dalam hati ia merasa kelabakan sendiri, ia tidak
pingin melepaskan Yuan Si Tootiang dengan begitu saja tetapi
diapun tidak mau melepaskan Koan Ing.
Jilid 22 TETAPI BILAMANA ditinjau dari situasi saat ini ia harus
melepaskan salah satu pihak, dan ia mengharapkan Koan Ing
tidak berhasil melarikan diri.
Selagi Suma Han dibuat kebingungan itulah "Sin Tie
Langcoen" Ti Siuw-su telah berteriak keras:
"Buat apa kalian berdua harus beribut sendiri dan malah
lepaskan Koan Ing disamping" Menurut pendapatku
bagaimana kalau kita lihat saja siapa yang berhasil
membinasakan Koan Ing terlebih dulu dialah yang menang?"
Mendengar perkataan itu Suma Han merasa hatinya rada
tergerak, pikirnya, "Ehmm.... suatu pendapat yang bagus!"
Sinar matanya segera dialihkan ke atas wajah Yuan Si
Tootiang. sudah tentu tosu inipun sangat setuju.
"Heee.... heee.... inilah suatu pendapat yang bagus!"
katanya dingin. Diantara suara percakapan itu tiba-tiba tubuhnya
merendah, pedangnya dengan menggunakan jurus "It Tiap Jie
Ciu" atau selembar dedaun menentukan musim bagaikan kilat
cepatnya ditusuk ke arah iga kanan Koan Ing.
Suma Han mana mau ketinggalan, ia mendengus dingin
seruling pualamnya dengan cepat menusuk ke arah mata
sebelah kiri dari pemuda itu.
Sewaktu Sin Tie Langcoen berbicara tadi Koan Ing telah
waspada, melihat Yuan Si Tootiang baru saja selesai
menjawab telah melancarkan serangan ke arahnya disusul
serangan dari Suma Han hatinya jadi bergidik!
Tubuhnya mundur setengah langkah ke belakang,
pedangnya membentuk satu lingkaran ditengah udara
menangkis terlebih dulu pedang panjang dari Yuan Si Tootiang
kemudian baru memunahkan serangan seruling pualam.
Mereka berdua walaupun merupakan jagoan berkepandaian
tinggi tetapi di dalam pertempuran kali ini siapapun tidak suka
memberi kesempatan buat pihak lawannya, mereka berdua
sama-sama menggunakan jurus serangan yang paling cepat
dan paling ganas untuk merubuhkan pemuda tersebut.
Sebaliknya Koan Ing yang menggunakan ilmu pedang
"Thian-yu Khei Kiam" yang merupakan ilmu pedang paling
sempurna bertahan terus, hanya di dalam sekejap saja seratus
jurus telah lewat. Pertempuran semakin lama berlangsung semakin ganas
dan semakin seru, siapapun tak suka mengalah pada pihak
yang lain. Setelah lewat seratus jurus tiba-tiba Suma Han membentak
keras, seruling pualamnya laksana
curahan hujan dengan gencarnya menotok ke depan.
Kelihatannya Koan Ing segera akan terluka di bawah
serangan seruling tersebut, siapa tahu mendadak....
"Ting, ting.... ting.... "
Serangan seruling tersebut berhasil dipunahkan oleh Yuan
Si Tootiang. "Kau manusia sungguh tak tahu malu!" bentak Suma Han
dengan gusarnya. Sambil berkata dengan dahsyat ia melancarkan satu
serangan menghantam tubuh Yuan Si Tootiang,
Sitoosu dari Bu-tong-pay itu dengan cepat rintangkan
pedangnya di depan dada untuk memunahkan datangnya
serangan seruling itu. "Heran! kita belum pernah berjanji untuk tidak saling
menghalangi pihak yang lain, kenapa kau orang sembarangan
memaki orang lain!" teriaknya pula.
Suma Han yang merasa perkataan tersebut sedikitpun tidak
salah ia jadi bungkam dibuatnya.
Dengan dingin si orang tua itu mendengus, seruling
pualamnya berturut-turut melancarkan lima buah serangan
sekaligus, tetapi diantaranya ada tiga serangan yang
mengancam tubuh Yuan Si Tootiang.
"Sin Tie Langcoen" Ti Siuw-su yang melihat kejadian itu
hatinya merasa sangat cemas, karena ia merasa bilamana hal
ini berlangsung terus maka siapapun diantara mereka bakal
berhasil melukai diri Koan Ing karena bilamana salah satu
hampir berhasil melukai pemuda itu maka pihak lain pasti
turun tangan menghalang. Sesaat hatinya amat cemas itulah mendadak satu ingatan
berkelebat di dalam benaknya.
"Mari kita musnahkan diri Koan Ing!" teriaknya keras.
Selesai berkata seruling pualamnya dikebaskan ke depan,
Kokcu dari lembah Chiet Han Kok, Phoa Thian-cu serta si iblis
bongkok dari daerah Si Ih. Jien Kong Fang memang dia punya
maksud untuk berbuat demikian, mereka mengangguk dan
bersama-sama menerjang ke dalam kalangan pertempuran.
"Kalian hendak pergi kemana?" tiba-tiba bentak seseorang
dengan amat keras disusul segulung serangan jari yang amat
dahsyat menghalangi jalan pergi mereka bertiga.
Sesosok bayangan hijau dengan cepatnya berkelebat
datang, orang itu bukan lain adalah si jari sakti Sang Su-im
adanya. Dengan munculnya Sang Su-im ini maka si dewa telapak
Cha Can Hong sekalipun pada bermunculan.
Kiranya menanti kawanan binatang buas itu berhasil lari
kocar-kacir maka mereka buru-buru berlari menuju kemari.
Hanya di dalam sekejap saja di atas puncak tersebut telah
muncul banyak sekali jagoan berkepandaian tinggi, hal ini
memaksa Yuan Si Tootiang serta Suma Han pada berkelebat
mundur ke belakang. Pada kening Koan Ing sudah mulai kelihatan keringat yang
mengucur keluar, ia mundur dua langkah ke belakang untuk
hembuskan napas lega. Saat itulah Sang Siauw-tan buru-buru maju menghampiri
dan membimbing lengan kanannya.
Koan Ing yang melihat pada kelopak mata gadis itu telah
digenangi air mata segera tersenyum manis dan melepaskan
pedang Kiem hong-kiamnya untuk kemudian mencekal tangan
gadis itu erat-erat. "Siauw-tan! Sekarang kita tak ada urusan lagi," ujarnya
sambil tertawa. Sinar mata semua orang yang hadir di dalam kalangan itu
dialihkan kepada kedua orang itu, tetapi Sang Siauw-tan tidak
menggubrisnya, ia dongakkan kepalanya memandang ke arah
Koan Ing sedangkan butiran air mata mengucur keluar dengan
derasnya. "Siauw-tan! Kau jangan menangis, selanjutnya kita tak
akan berpisah kembali," hibur Koan Ing sambil mengusap
kering air matanya. Sang Siauw-tan tak kuat menahan diri lagi, sambil kucurkan
air mata ia menjatuhkan diri ke dalam pelukan pemuda
tersebut. Koan Ing yang melihat begitu mesra dan perhatian gadis
tersebut terhadap dirinya dalam hati terasa amat terharu,
hampir-hampir saja air matanya ikut berlinang.
Sejak ia mencintai diri Sang Siauw-tan maka saat itu pula
mara bahaya selalu mengancam diri mereka, walaupun
mereka berdua jarang berkumpul tetapi hati mereka telah
saling memahami, masing-masing pihak telah terjerumus di
dalam keadaan "jauh dimata dekat dihati".
Saat ini mereka berdua baru saja lolos dari kematian, hal ini
benar-benar membuat hati mereka terasa terharu. Tanpa
perduli lagi keadaan di sekitarnya mereka saling berpelukan
dengan amat mesranya. Cha Ing Ing serta Cing It nikouw yang melihat kejadian itu
pada menundukkan kepalanya rendah-rendah, tak sepatah
katapun yang mereka ucapkan.
Suasana jadi amat sunyi tak kedengaran sedikit
suarapun.... "Koan Ing! kau jangan lupakan masih ada kami disini!" tibatiba
Yuan Si Tootiang membentak keras memecahkan
kesunyian. Sambil menarik tangan Sang Siauw-tan pemuda itu mundur
satu langkah ke belakang kemudian memandang ke arah si
toosu tersebut dengan pandangan tawar, setelah memungut
kembali pedangnya ia berdiri tanpa mengucapkan sepatah
katapun. "Yuan Si! Ini hari aku akan bereskan perhitungan diantara
kita.... " teriak Thian Siang Thaysu dengan dingin.
Suma Han menyapu sekejap kesemua orang kemudian
mendengus dengan amat beratnya.
"Hmm! Ini hari aku akan melihat diantara kalian siapa yang
bakal menang siapa yang bakal kalah. orang-orang yang hadir
di atas puncak pada saat ini boleh dikata semuanya
merupakan jago nomor wahid, aku ingin melihat diantara
kalian ada beberapa orang yang masih bisa hidup untuk turun
gunung ini." "Haaa.... haaa aku rasa dugaanmu itu belum tentu benar"
potong Sang Su-im sambil tertawa terbahak-bahak.
"Hmm! Diantara kalian ada siapa yang memiliki kepandaian
silat jauh lebih lihay dari diriku" Diantara kalian ada berapa
orang yang merasa yakin bisa lolos dari kematian" Diantara
kalian ada siapa yang kuat untuk melawan ilmu suara iblis
pembetot sukma "Si Hun Mo Ing?"
Begitu perkataan tersebut diucapkan keluar maka seluruh
kalangan jadi gempar, suara jeritan kaget memenuhi angkasa.
"Si Hun Mo Ing" atau ilmu suara iblis pembetot sukma ini
adalah semacam ilmu iblis yang sangat dahsyat sekali
pengaruhnya, menurut berita yang tersiar tempo dulu Pek
Ling Loojien pernah menggunakan ilmu suara iblis pembetot
sukma ini untuk mengurung tiga puluh enam orang jagoan
lihay. Sejak Pek Ling Loojien meninggal dunia maka ilmu itupun
lantas musnah, tak disangka saat ini Suma Han berhasil
mempelajarinya, tidak aneh kalau semua orang yang
mendengar pada merasa terkejut.
Begitu suara itu diucapkan keluar, maka suasana di seluruh
kalangan jadi tegang, nafsu membunuh mulai meliputi seluruh
angkasa raya. Walaupun Cha Can Hong sekalian belum pernah merasakan
bagaimana hebatnya ilmu suara iblis "Si Hun Mo Ing" tersebut
tetapi mereka mengerti bilamana ilmu tersebut tiada kekuatan
yang bisa melawannya sejak dahulu kala.
Sinar mata Sang Su-im berkilat, tubuhnya tiba-tiba
menubruk ke depan sedang tangan kanannya menyentil
melancarkan segulung angin serangan menghajar tubuh Suma
Han. Begitu tubuhnya bergerak Cha Can Hong pun bersamaan
waktunya melancarkan tiga buah serangan menghajar si
orang tua tersebut. Thian Siang Thaysu sekalianpun tidak ingin bilamana Suma
Han sampai keburu pula mengeluarkan ilmu suara iblis "Si Hun
Mo Ing" nya sehingga nyawa mereka semua terancam.
Satu demi satu mereka pada meloncat ke depan
melancarkan serangan dengan sangat gencarnya.
Ooo)*(ooO Bab 54 TIBA-TIBA YUAN SI TOOTIANG membentak keras,
tubuhnya bagaikan kilat berkelebat ke depan menghadang di
depan tubuh Suma Han sedang Phoa Thian-cu sekalian pun
bersama-sama menerjang ke depan menahan datangnya
serangan dari Sang Su-im serta Cha Can Hong sekalian.
Cha Can Hong sekalian yang melihat serangannya tidak
mencapai sasaran buru-buru mendesak ke depan lebih lanjut
dan menyerang untuk kedua kalinya.
Siapa tahu saat itulah tubuh Suma Han buru-buru
mengundurkan dirinya ke belakang, seruling pualamnya
dilintangkan dekat bibir lalu memperdengarkan irama seruling
yang amat dahsyat itu. Begitu suara seruling bergema memenuhi angkasa hati
setiap orang jadi tergetar keras, masing-masing orang
merasakan jantungnya berdebar-debar serasa hendak
meloncat saja dari dalam rongga tubuh.
Bukan Koan Ing sekalian saja sekalipun Yuan Si Tootiang
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekalianpun sama saja keadaannya.
Koan Ing sekalian buru-buru duduk bersila di atas tanah,
pemuda itupun tak lupa mencekal urat nadi sang Siauw-tan
erat-erat mencegah dirinya menuju ke api iblis.
Ditengah bergemanya suara irama seruling tersebut
selangkah demi selangkah Suma Han maju ke depan dalam
posisi Pat Kwa, sikapnya sangat serius sekali.
Agaknya dia sendiripun tak berani berlaku gegabah, karena
sedikit saja ia kurang hati-hati dan pecah perhatian bukannya
tidak berhasil melukai pihak lawan sebaliknya malah balik
mengenai dirinya sendiri sehingga memancing dirinya menuju
ke dalam keadaan jalan api menuju neraka.
Para jago yang hadir disana mulai mengerahkan tenaga
dalamnya untuk melawan, secara samar-samar mereka
merasa suara seruling itu mengandung nafsu membunuh yang
kuat sedikit saja mereka tidak berhati-hati maka dirinya akan
terluka oleb serangan suara seruling itu.
Suara seruling dengan merdunya berkumandang tiada
hentinya mengelilingi seluruh kalangan, saat ini para jago
benar-benar terkurung di dalam cengkeraman musuh, bukan
saja tak dapat bergerak bahkan keadaannya sangat berbahaya
sekali. Koan Ing sendiri merasa amat cemas sekali, berbagai
pikiran berkelebat di dalam benaknya.
Sinar mata Suma Han berkelit, langkah kakinya dengan
perlahan bergeser ke arah Koan Ing sekalian.
Ia tahu bilamana suara seruling itu tak berhasil untuk
mengapa-apakan mereka dalam waktu singkat maka sebentar
kemudian Ti Siuw-su sekalian akan tidak tahan dan terluka di
bawah serangan suara seruling itu.
Makanya dengan perlahan ia bergeser ke sisi Koan Ing
sekalian untuk menggunakan kesempatan tersebut
membereskan mereka satu demi satu.
Walaupun Koan Ing sendiri tidak berani bergerak tetapi
dalam hatinya ada perhitungan, ia tahu tujuan Suma Han
mendekati ke arahnya adalah bermaksud jelek bahkan
bilamana ia turun tangan pada saat itu akan berhasil dengan
sangat mudahnya. Tiba-tiba.... satu ingatan berkelebat di dalam benaknya.
Ketika melihat Suma Han semakin mendekati dirinya,
mendadak dengan suara yang amat berat bentaknya, "Sin
Liong Ci Khie atau naga sakti kumpulkan tenaga, jalan darah
Leng Thay Toa Hiat?"
Begitu perkataan tersebut diucapkan keluar hatinya terasa
tergetar amat keras. seketika itu juga pandangannya jadi
berkunang-kunang sedang darah segar muncrat keluar dari
mulut. ujar Sang Su-im sekalian adalah jago-jago Bu-lim yang
memiliki kepandaian silat yang amat lihay, begitu Koan Ing
berseru merekapun lantas mengerti apakah maksudnya.
"Sin Liong Ci Khie" atau naga sakti mengumpulkan tenaga
ini merupakan pelajaran ilmu tenaga dalam tingkat teratas.
Sang Su-im yang mendengar perkataan tersebut tangan
kanannya dengan cepat diangkat dan ditekankan ke atas jalan
darah "Leng Thay Toa Hiat" pada punggung Koan Ing.
Bersamaan itu pula Cha Can Hong pun meletakkan telapak
tangannya di atas jalan darah "Leng Thay Hiat" pada
pungguug Sang Su-im. Di dalam sekejap saja Thian Siang Thaysu. Song Ing, serta
Sin Hong Soat-nie sekalian melakukan tindakan yang sama
sehingga terbentuklah serangkaian manusia naga,
Koan Ing yang jalan darahnya kena ditekan segera merasa
badannya nyaman kembali. Sebenarnya ilmu tersebut adalah
sebuah ilmu sakti dari 'Hiat Hoo Sinkang", walau pun lihay
tetapi banyak orang yang tidak mengetahui cara
penggunaannya, Koan Ing sendiripun tidak mengerti apakah Kali ini bakal
mendatangkan manfaat atau tidak, tetapi dalam keadaan
kepepet terpaksa ia harus mengeluarkannya untuk dicoba,
Suma Han yang melihat tindakan para jago itu sinar
matanya berkilat, sekalipun Koan Ing sekalian telah
membentuk jadi manusia naga dia pun tidak takut.
Tubuhnya segera maju ke depan untuk sekali tepuk
menghajar mati semua orang itu, karena dia tidak ingin
mereka bertahan lebih lama lagi.
Tubuhnya selangkah demi selangkah semakin mendekati
diri Koan Ing. Sepasang mata Koan Ing masih tetap dipejamkan rapatrapat.
mendadak ia membentak keras.
Ditengah suara bentakan Koan Ing yang amat keras tubuh
Sang Su-im sekalian bergetar keras, tak terasa lagi telapak
tangan kanan mereka masing-masing ditempelkan pada
punggung orang yang berada di depannya.
Di dalam keadaan terkejut mereka tidak mungkin untuk
menarik kembali tangannya, karena itu daripada terluka
mereka masing-masing pada menambahi lagi tenaga
dalamnya sendiri. Kejadian aneh segera berlangsung, walau pun orang yang
berada di belakang telah menambahi tenaga dalamnya tetapi
orang yang ada di depan sama sekali tidak terluka sebaliknya
tubuh Koan Ing yang ada dipaling depan laksana anak panah
yang terlepas dari busurnya tiba-tiba meluncur ke depan.
Diantara berkelebatnya cahaya keemas-emasan tampaklah
ia sudah melancarkan serangan ke depan dengan
menggunakan jurus "Giok Sak Ci Hun".
Serangan tersebut dikerahkan sangat dahsyat sekali,
dimana cahaya tajam berkelebat pedangnya dengan cepat
menghajar tubuh Suma Han.
Melihat datangnya serangan itu Suma Han jadi sangat
kaget, tangan kanannya diangkat ke atas dengan
menggunakan serulingnya ia menangkis datangnya serangan
tersebut. Pedang dan seruling dengan cepat bentrok menjadi satu.
terdengarlah suara bentrokan yang amat nyaring dan tubuh
kedua belah pihaK masing terpental mundur ke belakang.
"Triiiing....!" seruling pualam yang ada ditangan Suma Han
berhasil dibabat putus jadi dua bagian oleh tabasan pedang
dari Koan Ing itu. Semua orang yang hadir ditengah kalangan itu jadi amat
terperanjat, sebaliknya air muka Suma Han berubah sangat
hebat. Ia sama sekali tidak menyangka kalau ilmu iblisnya
yang sangat dahsyat itu berhasil dipunahkan oleh pemuda
tersebut. Dengan termangu-mangu dan mulut melongo memandang
potongan serulingnya yang tercecer di atas tanah, wajahnya
semakin lama semakin pucat.
Koan Ing yang menggunakan jurus "Sin Liong Si Swie" atau
naga sakti menghisap air dari ilmu sakti "Hiat Hoo Sinkang"
ditambah pula dengan sebagian tenaga gabungan Sang Su-im
sekalian berhasil mengalahkan diri Suma Han, hal ini membuat
dia pun rada tertegun dan berdiri termangu-mangu.
Dengan wajah penuh kegusaran akhirnya Suma Han
memperhatikan potongan serulingnya, beberapa saat
kemudian ia mendongakkan kepalanya menyapu sekejap ke
arah semua orang. Tiba-tiba ia membentak keras, tangan kanannya diajunkan
ke depan menyambitkan potongan serulingnya itu ke arah
Koan Ing sedang tubuhnya sendiri bagaikan kilat melarikan
diri kebawah puncak. Koan Ing segera kebaskan pedangnya memukul jatuh
seruling itu. "Cepat halangi dirinya!!" tiba-tiba terdengar Thian Siang
Thaysu membentak keras. Koan Ing merasa hatinya tergetar, dia tahu bilamana Suma
Han hendak menggunakan kembali kumpulan binatang buas
untuk mengurung diri mereka maka hal itu merupakan satu
persoalan yang merepotkan sekali.
Satu ingatan berkelebat di dalam benaknya. "Kau ingin
melarikan diri kemana?" bentaknya keras.
Ditengah suara bentakan yang amat keras tubuhnya
mencelat ke atas kemudian laksana seekor burung elang
cepatnya menubruk ke depan.
Gerakan tubuh Suma Han laksana tiupan angin tanpa
menoleh lagi melarikan dirinya kebawah puncak.
Koan Ing tidak berani melepaskan dirinya sang tubuh
dengan kencangnya mengikuti terus dari belakang.
Hanya di dalam sekejap saja mereka berdua telah tiba di
atas sebuah puncak gunung yang penuh dengan tumbuhan
bambu. Mendadak tubuh Suma Han merandek dan meloncat turun
di atas sebuah pohon bambu. Koan Ing pun menghentikan
gerakannya lalu memandang tajam ke arah si orang tua.
"Heee.... heee.... nyalimu sungguh besar. berani benar kau
orang mengejar kemari seorang diri!" seru Suma Han dengan
nada yang amat dingin. Koan Ing segera melintangkan pedangnya di depan dada.
"Asalkan kau orang suka mengatakan tidak bakal ikut
campur di dalam persoalan kereta berdarah ini, maka aku
segera akan melepaskan dirimu."
"Omong kosong, sekalipun aku menyanggupi, belum tentu
kau suka melepaskan diriku!" bentak si orang tua itu sambil
tertawa seram. Sambil berkata dengan cepat tangannya menyambar
sebuah bambu lalu dengan menggunakan telapak tangan
kanannya menyajat dan mengupas untuk dibuat seruling
bambu. Melihat kejadian tersebut Koan Ing jadi sangat terperanjat,
buru-buru bentaknya keras, "Bilamana kau tidak hentikan
gerakanmu jangan kau salahkan aku orang akan turun tangan
kejam. Suma Han tertawa dingin tiada hentinya, jari tengah tangan
kanannya mendadak disentilkan ke depan. Segulung angin
serangan yang lembut telah melubangi seruling bambu
tersebut. Koan Ing tak bisa berdiam diri lagi, pedang kiem-hongkiamnya
membentuk gerakan setengah lingkaran ditengah
udara, kemudian dengan disertai suara desiran tajam serta
rentetan cahaya yang menyilaukan mata mengancam tubuh
Suma Han. Melihat dahsyatnya serangan itu Suma Han jadi bergidik,
agaknya serangan dari Koan Ing ini telah menggunakan
seluruh tenaga dalam yang dimilikinya, ia tidak mengira kalau
pemuda tersebut bisa memiliki tenaga dalam yang demikian
dahsyatnya, Hatinya tidak berani memandang rendah datangnya
serangan pedang itu, tubuhnya dengan cepat mencelat ke
atas, lalu melancarkan satu serangan dahsyat kebawah.
Segulung angin serangan yang amat kuat dengan
dahsyatnya menggulung ke depan. Pedang serta bambu
dengan cepat bentrok menjadi satu, tubuh suma Han buruburu
mundur ke belakang, bersamaan itu pula jari tengah serta telunjuk tangan
kanannya berkelebat melubangi kembali seruling itu.
Koan Ing mengerti bilamana seruling bambu dari Suma Han
itu telah selesai dibuat maka suatu pertempuran yang amat
sengit bakal berlangsung semakin dahsyat.
Pedangnya dengan cepat ditarik ke belakang, ditengah
suara suitan yang amat nyaring sekali lagi ia melancarkan
tusukan dahsyat ke depan.
Tampaklah cahaya keemas-emasan beterbangan
pedangnya dengan membentuk gerakan busur langsung
menutul ke arah kening Suma Han.
Suma Han mendengus dingin, seruling bambunya dibalik
menotok ke arah pergelangan tangan dari pemuda tersebut
sedangkan jari tangan kirinya kembali menyentil membuat
lubang-lubang pada serulingnya.
Sinar mata Koan Ing berkilat, pedang kiem-hong-kiamnya
didorong ke kiri menghindarkan diri dari serangan seruling itu,
kemudian diantara perputaran pergelangan tangannya gagang
pedang itu telah menghajar ke atas jalan darah "Thay Yang
Hiat" sebelah kiri dari si orang tua tersebut.
Suma Han jadi amat terperanjat, semula ia menduga
totokan serulingnya tadi akan memaksa Koan Ing untuk
berganti jurus. tetapi ia sama sekali tidak menduga kalau Koan
Ing bukannya mengubah serangan justeru menggunakan
gagang pedangnya mengancam kening.
Saat ini keadaannya sudah kepepet terpaksa tangan kirinya
menekan kebawah, seruling ditangan kanannya dilintangkan
untuk menahan datangnya serangan gagang pedang dari
Koan Ing. Koan Ing kembali membentak keras, gagang pedangnya
diketukkan ke atas seruling bambu itu sedang sikut kanannya
bagaikan putaran roda kereta dengan kerasnya menyikut jalan
darah "Thay Yang Hiat" sebelah kirinya.
Inilah jurus serangan "Lian Huan Sam Ci Thian-yu Khei
Riam!" Suma Han jadi sangat terperanjat, seruling bambu ditangan
kanannya dengan cepat disambar ke depan menangkis
datangnya serangan sikut itu.
Seruling bambu itu dengan kerasnya kena tersikut hingga
terbang ketengah udara, mengambil kesempatan serulingnya
terlepas itulah Suma Han buru-buru melayang mundur ke
belakang dengan wajah penuh perasaan terkejut bercampur
gusar, ia sama sekali tidak menduga kalau dirinya bisa
menderita kalah ditangan Koan Ing....
Koan Ing meloncat ke depan, pedang kiem-hong-kiamnya
dengan membentuk serentetan cahaya pelangi dengan
kencangnya meluncur ketubuh musuhnya.
Suma Han kembaii melayang ke belakang sebenarnya ia
bermaksud untuk mematahkan sebuah ranting pohon tetapi
kecepatan serangan pedang dari pemuda itu sama sekali tidak
memberi sedikitpun kesempatan baginya, hal ini membuat si
orang tua itu jadi berkaok2 kegusaran.
Tubuh mereka berdua bersama-sama melayang turun
kebawah, baru saja Koan Ing bersiap-siap hendak
melancarkan kembali mendadak terdengarlah suara ringkikan
kuda yang amat panjang berkumandang datang.
Ia jadi melengak, ingatan kedua belum sempat berkelebat
di dalam benaknya kareta berdarah tersebut telah menerjang
datang "Grrr.... grrr .!" ditengah ledakan yang amat keras
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tampaklah di belakang kereta berdarah tersebut mengikuti
datangnya lima orang berbaju hitam.
Hati Koan Ing tergetar keras, ia sama sekali tidak
menyangka di tempat ini bisa bertemu dengan kereta
berdarah, bagaimana mungkin si sastrawan berusia
pertengahan yang merupakan majikan dari rimba Wang Yu
Liem bisa melepaskan kereta berdarah tersebut sehingga
berhasil melarikan diri"
Tanpa berpikir panjang lagi tubuhnya berkelebat ke depan,
ditengah suara suitan yang amat nyaring ia mengejar ke arah
kereta berdarah tersebut.
Ditengah suara ringkikan kuda berdarah yang amat keras
mendadak kereta berdarah berlari semakin cepat lagi, Koan
Ing yang ketinggalan setengah langkah di belakang semula
rada tertegun dibuatnya tetapi sebentar kemudian ia sudah
melanjutkan tubrukannya ke arah kereta itu.
Suma Han sendiripun rada tertegun, tetapi sebentar
kemudian dengan cepat iapun melakukan pengejaran.
Tujuh orang mengejar sebuah kereta bagaikan kilat
cepatnya berlari ke arah depan....
"Grrrrr.... grrrrr.... "
Putaran roda kereta berbunyi memekikkan telinga
meninggalkan debu yang mengepul memenuhi angkasa, tujuh
orang jagoan berkepandaian tinggi dengan kencangnya
mengejar terus kereta tersebut dari arah belakang tanpa
tertinggal selangkahpun. Akhirnya sampailah kereta berdarah itu di sebuah selat
Pedang Bengis Sutra Merah 2 Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Pendekar Jembel 12
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama