Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 10
meronta dan melawan dengan sekuat tenaganya, tapi
penjahat itu benar-benar sangat kuat. Terlalu kuat baginya.
Sehingga akhirnya ia hanya bisa menjerit-jerit dan me lolonglolong. Tapi sebelum penduduk desa itu datang menolong dia,
penjahat itu buru-buru membawanya pergi dari tempat itu. Di
dekat sungai penjahat itu mencuri kuda milik seorang
penduduk, kemudian dengan kuda curian tersebut penjahat
itu membawanya lari meninggalkan desa Kee-cung.
"Toloooooooong.........!"
"Huah-ha-ha-ha-ha.......! Tak ada gunanya berteriak-teriak
lagi, manis! Warga dusun itu sedang gempar dan ribut
menghadapi anak-buahku, huah-ha-ha ha!"
Lalu dengan tertawa puas penjahat itu memacu kuda
curiannya. Dan sambil memegang kendali tak lupa ia
menggerayangi tubuh korbannya. Tentu saja Ceng Ceng
menjerit dan meronta-ronta semakin kuat lagi.
"Huah-ha-ha-ha-ho-ho! Kau benar benar seekor kijang
yang masih segar dan lincah! Bukan ma in......! Sungguh
gembira sekali hatiku, huah-ha-ha-ha......!"
Kuda itu berlari semakin cepat menerobos semak belukar
dan hutan lebat yang memadati tepian sungai itu. Untunglah
biarpun cuma jalan setapak, namun ada juga jalan yang biasa
dilalui orang di sepanjang sungai tersebut sehingga perjalanan
mereka tidak begitu terhambat karenanya. Tetapi dengan
demikian harapan Ceng Ceng untuk memperoleh pertolongan
justru menjadi semakin jauh malah. Apalagi ketika akhirnya
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
udara menjadi gelap karena matahari telah terbenam di balik
gunung. Sementara itu Liu Yang Kun yang juga berjalan menerobos
hutan dalam tujuannya ke kota An-lei itu terpaksa kemalaman
pula di perjalanan. Sambil menggerutu dan mengumpatumpat di dalam hati pemuda itu lalu mencari tempat yang
cocok untuk tidur. Setelah mendapatkan dahan pohon yang
cocok untuk beristirahat nanti, maka ia lalu mengumpulkan
ranting-ranting kering untuk mengusir nyamuk, sekalian untuk
(halaman 42 " 43 tidak ada neh".)
...... tumbuh di hutan itu.
Bu-eng Hwe-teng (Loncat Terbang Tanpa Bayangan)
warisan Bit-bo-ong memang sebuah ilmu meringankan tubuh
yang hebat tiada tara, apalagi ditunjang oleh Liong-cu-i-kang
yang telah mencapai tingkat yang sempurna pula. Maka
sungguh tidak mengherankan bila kuda yang berlari cepat itu
segera bisa terlampaui dengan mudahnya!
"Berhenti!!!!" pemuda itu menghardik sambil menghadang
di tengah jalan. Kedua buah tangannya siap untuk menyerang
bila lawannya tidak mau menurut perintahnya.
"Bangsat keparat.....! Pergi dari jalan ini!" penunggang
kuda yang tidak lain adalah penjahat yang menculik Ceng
Ceng itu berteriak berang seraya menghentikan kudanya.
"Tolong.....! Tolooooooong !" Ceng Ceng yang berada di
dalam dekapan lelaki kasar itu menjerit-jerit. Pakaian yang
melekat di badannya sudah tidak karuan lagi letaknya.
Liu Yang Kun terbelalak memandang gadis itu. "K..
kau.........?" serunya hampir tak percaya.
Sebaliknya Ceng Ceng sendiri kaget pula memandang Liu
Yang Kun. Meski pun demikian hatinya lantas menjadi gembira
dan penuh harapan. Ia benar-benar mengharap agar pemuda
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
itu dapat membebaskannya dari cengkeraman penjahat yang
menculiknya. ''Tuan.. .. to-tolong..... tolonglah saya!" ia merintih.
"Diam!" penjahat itu menghardik dengan bengisnya. Tak
lupa tangannya yang kuat seperti capit besi itu mencengkeram
lengan Ceng Ceng, sehingga gadis itu menjerit kesakitan.
Liu Yang Kun terbakar hatinya.
"Kurang ajar! Lepaskan dia......!" Bentaknya menggeledek.
"Persetan! Jangan ganggu urusanku! Kubunuh kau nanti!"
penjahat itu berteriak pula tak kalah berangnya.
"Kau tak mau juga melepaskan gadis itu?" Liu Yang Kun
masih memberi kesempatan.
"Bangsat! Kaulah yang harus enyah .............
(halaman 46 " 47 hilang lagi neh)
............ lanku?" bajak laut itu bertanya lega. Namun
sebelum pertanyaannya itu terjawab, Ceng Ceng yang berada
di dalam pelukannya tiba-tiba memberontak dan mencakar
mukanya. Ternyata kesempatan sedikit itu benar-benar
hendak dipergunakan oleh gadis itu untuk melepaskan diri dari
cengkeraman penculiknya. "Perempuan binal, kubunuh kau..!" bajak laut yang tercakar
mukanya itu menjadi marah. Jari-jarinya yang besar besar itu
mencengkeram dada Ceng Ceng.
Tapi Liu Yang Kun yang melihat gadis itu dalam bahaya,
cepat bertindak. Tubuhnya melesat bagai kilat ke depan
kemudian tangannya menyambar tubuh Ceng Ceng dengan
ilmunya Kim-coa-ih-hoat! Wuuut! Lengan pemuda itu
bertambah panjang hampir dua kali lipat panjangnya.
Brrrrrrrt! Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Aaauuuuu........."!" Ceng Ceng menjerit keras ketika
pakaiannya yang sudah tidak keruan letaknya itu terenggut
lepas dari tubuhnya, dan ia sendiri terbanting jatuh dari
punggung kuda itu. Untung dengan cepat pula Liu Yang Kun menyambar
tubuhnya. "Bangsat! Kubunuh kau!" bajak laut itu berteriak marah,
lalu menjejak perut kudanya dan menerjang ke arah Liu Y ang
Kun. Tapi dengan Bu-eng Hwe-tengnya Liu Yang Kun segera
menyelinap ke samping dengan tangkasnya. Walaupun harus
menggendong Ceng Ceng, namun pemuda itu sama sekali
tidak kehilangan kelincahannya. Bagaikan bayang-bayang
hitam ia terus berputar pula ke belakang lawannya, kemudian
tangannya yang bebas terayun ke tengkuk bajak laut itu
dengan hebatnya. Bajak laut yang mendadak merasa kehilangan lawannya itu
tiba-tiba terkesiap. Bergegas ia meloncat turun dari punggung
kudanya. Dia merasa ada gelombang udara dingin bertiup ke
arah punggungnya. Begitu dingin udara itu sehingga
punggungnya terasa tebal dan kaku.
"Gila......!" bajak laut itu mengumpat seraya mengerahkan
tenaga dalamnya untuk mengusir serangan hawa dingin itu.
Sementara itu Liu Yang Kun tidak meneruskan
serangannya. Melihat lawannya meloncat turun dan membiarkan kuda tunggangannya pergi, ia tak mau mengejar
lagi. Dibiarkan orang itu mengambil napas. Bahkan ia sendiri
lalu menurunkan pula tubuh Ceng Ceng ke atas tanah. Entah
karena takut atau kaget ketika terbanting dari punggung kuda
tadi, ternyata Ceng Ceng telah pingsan dalam pondongannya.
"Ooooooh!" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sekejap Liu Yang Kun tertegun melihat tubuh Ceng Ceng
yang hampir tak berpakaian sama sekali itu. Untuk sedetik
darahnya bergolak, namun cepat ditahannya. Matanya segera
dipejamkannya. Ia takut pemandangan itu akan menggugah
penyakit lamanya. Lalu dengan terhuyung-huyung ia mundur
menjauhinya. Tapi kesempatan itu tak disia-siakan oleh lawannya. Bajak
laut itu segera menarik rantai besi yang membelit
pinggangnya lalu menyabetkannya ke punggung Liu Y ang Kun
sekuat-kuatnya. Walaupun tubuhnya tidak sebesar dan sekuat adiknya Si
Gajah Laut T iong Pan Kang, namun tenaga yang ia keluarkan
ternyata sungguh mengejutkan!
Kalau ayunan rantai Tiong Pan Kang menimbulkan suara
gemerincing yang riuh disertai angin menderu-deru,
sebaliknya ayunan rantai bajak laut itu tak menimbulkan suara
apa-apa selain suara anginnya yang mencicit tajam! Namun
akibat dan pengaruhnya terasa lebih berbahaya bagi lawan.
Desir angin tajam yang melanda punggungnya itu cepat
menyadarkan pikiran Liu Yang Kun! Bayangan dan keinginan
buruk yang tadi hampir menguasai otaknya segera sirna oleh
bahaya yang tiba-tiba mengancamnya! Namun sebaliknya
seperti seekor binatang buas yang kehilangan mangsanya,
tiba-tiba segala kemarahannya meluap dengan hebatnya!
Mata yang biasa bersinar lembut itu tiba-tiba berubah
mencorong mengerikan! Dan berbareng dengan itu pula
mulutnya berdesis keras seperti ular marah !
Kemudian seperti hantu saja mendadak tubuh pemuda itu
lenyap! Hilang dari sasaran rantai besi itu! Dan ketika bajak
laut itu menjadi kebingungan mencarinya, tiba-tiba dari
belakang punggungnya terdengar suara desis yang mendirikan
bulu romanya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Seketika bajak laut itu menjadi gemetar ketakutan! Dalam
takutnya bajak laut itu cepat membalikkan tubuh seraya
menyabetkan rantainya ke belakang! Namun sekali lagi bajak
laut itu membelalakkan matanya. Ayunan rantainya terhenti
dengan mendadak, sehingga ujungnya menukik turun
menghantam tanah. "K-k-k-kau........" Si-si-sia....siapa?" desahnya gugup dan
ketakutan. Ternyata Liu Yang Kun yang sedang marah itu telah
menghentakkan seluruh kemampuannya dalam ilmu warisan
Bit-bo-ong! Matanya yang mencorong itu tampak buas dan
berwarna kemerahan, seperti mata iblis di dalam kegelapan!
Begitu mencekam dan mengerikan, sehingga mempengaruhi
jiwa dan perasaan bajak laut itu! Dan demikian tergoncangnya
jiwanya, sehingga melemaskan seluruh otot dan kekuatannya!
Oleh karena itu ketika tangan Liu Yang Kun yang marah itu
menyambar dadanya, bajak laut itu sama sekali tak mampu
bergerak untuk mengelakkannya. Dia hanya bisa mengeluh
panjang ketika pukulan Liu Yang Kun itu mengenai dadanya.
Dan selanjutnya tubuhnya terlempar jauh dengan isi dada
yang nyaris hancur! Buuuuuuk!
"Aarrrrgghhhh.........!"
Mata bajak laut itu mendelik. Mulutnya terbuka. Napasnya
tersengal-sengal dan sebentar-sebentar menyemburkan darah
dari lubang mulut dan hidungnya. Kaki dan tangannya
meregang seperti ayam disembelih. Namun demikian
nyawanya belum juga mau meninggalkan raganya. Beberapa
kali mata itu berkedap-kedip, seolah-olah amat penasaran,
bingung dan tak mengerti, kenapa tiba-tiba dirinya menjadi
lemas tak bisa bergerak, seakan-akan tercekam oleh pengaruh
sihir yang maha dahsyat"
Sementara itu pemandangan yang sangat mengerikan
tersebut ternyata disaksikan pula oleh Ceng Ceng yang sudah
siuman dari pingsannya. Dengan tubuh gemetar gadis itu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menatap darah yang menyembur-nyembur dari mulut bajak
laut itu. Hampir saja gadis itu menjadi pingsan kembali
melihat pemandangan yang belum pernah ia saksikan selama
hidupnya itu. Namun gadis itu tetap bertahan jangan sampai pingsan
kembali. Ia harus cepat berlalu dari tempat berbahaya itu. Ia
harus cepat pulang kembali ke desanya. Tetapi apa yang
dilihatnya kemudian, benar-benar sangat menggoncangkan
jiwanya, sehingga akhirnya ia tak kuasa bertahan lagi. Ia
pingsan untuk yang kedua kalinya.
Apa sebenarnya yang menyebabkan gadis itu pingsan
kembali" Ternyata Liu Yang Kun yang telah menjadi marah itu
benar-benar seperti orang kemasukan setan atau iblis! Bajak
laut yang sudah sekarat tapi belum juga mau mati itu, tibatiba ditubruknya, lalu diangkatnya, kemudian dibantingnya
lagi, sehingga mengeluarkan suara berderakan seperti tulang
yang berpatahan. Tidak cuma itu. Tubuh yang sudah remuk
itu masih diinjaknya, kemudian diangkat lagi dan disabetkan
ke sebuah pohon besar! Bruees! Dengan suara gemuruh pohon tersebut tumbang dan patah
di tengah-tengahnya, sementara tubuh bajak laut itupun juga
hancur lumat pula seperti cacahan daging yang berserpihan
kemana-mana! Tak secuilpun bagian tubuhnya yang bisa
dikenali lagi. "Oooouuuggh........."!?" setelah menjadi sadar kembali Liu
Yang Kun mengeluh kaget, seperti orang yang tiba-tiba
merasa sakit di dalam badannya.
Apalagi ketika telah menyadari pula apa yang baru saja ia
lakukan terhadap bajak laut itu, seketika Liu Yang Kun
menjadi lemas. Sambil menjatuhkan dirinya di atas pohon
yang tumbang itu ia duduk merunduk. Kedua beIah tangannya
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menutupi wajahnya, seolah-olah ia sangat menyesali
perbuatannya. Dan dari sela-sela jari itu mengalir air mata
kesedihannya. "Ya, Thian........ kenapa tiba-tiba aku menjadi sedemikian
buas dan kejamnya, sehingga aku seakan-akan telah
melupakan diriku sendiri" A-apa sebenarnya yang telah terjadi
di dalam diriku" Ooooh...... apakah karena..... karena ilmu
warisan Bit-bo-ong itu?" pemuda itu mengeluh dan berdesah
sambil menjambaki rambutnya.
Lalu terlintas di dalam benak Liu Yang Kun kata-kata tulisan
tangan Hoa San Lo-jin yang tertulis di setiap halaman terakhir
pada buku-buku warisan Bit-bo-ong itu. Orang Tua dari
Gunung Hoa-san itu memperingatkan bahwa halamanhalaman terakhir dari buku warisan B it-bo-ong tersebut benarbenar sangat berbahaya, oleh karena itu telah dirobeknya agar
tidak dibaca orang lagi. Namun dengan ketajaman pikiran dan
perasaannya, ternyata Liu Yang Kun mampu mengendalikan
dirinya lagi. Tiba-tiba ia seperti orang yang kehilangan
kepribadiannya sendiri dan berubah menjadi iblis yang kejam
dan buas luar biasa. Kemudian Liu Yang Kun teringat pula akan kata-kata
terakhir dari Paman Bungsunya, yaitu ketika menyerahkan
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
buku-buku warisan B it-bo-ong itu kepadanya.
"Anakku, kembalikanlah buku-buku ini kepada Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai! Kalau engkau tidak bisa melakukannya,
hmm..... lebih baik kaumusnahkan saja! Jangan sekali-kali kau
miliki atau kaupelajari isinya, karena hal itu benar-benar
sangat berbahaya sekali! Ilmu yang tertulis di dalam bukubuku ini tampaknya memang benar-benar diciptakan oleh
seorang manusia iblis, sehingga ilmu yang dahsyat itupun
seolah-olah mempunyai pengaruh buruk, kotor dan jahat
terhadap orang yang mempelajarinya."
Dan buku-buku itu memang dikembalikannya kepada Honggi-hiap Souw T hian Hai. Tapi dalam perjalanan hidupnya, buku
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
itu ternyata jatuh kembali kepadanya. Dan semua itu benarbenar tak disengajanya. Semuanya seperti telah diatur oleh
Thian. "Oooh.....apakah aku ini memang telah ditakdirkan untuk
menjadi orang jahat......" Mengapa semua keburukan,
kejelekan dan kesengsaraan seolah-olah ditumpukkan Thian di
tubuhku" Dan mengapa pula selama ini aku seperti tak
mampu mengelak maupun menghindarkannya?" Liu Y ang Kun
mengeluh dan mengutuki dirinya sendiri.
"Tuan........?" tiba-tiba terdengar suara perlahan, namun
benar-benar amat mengejutkan pemuda itu.
"Apaaa.......?"
Liu Yang Kun berdesah dan bangkit dengan tergesa. Di
hadapannya telah berdiri Ceng Ceng, gadis yang telah
ditolongnya itu. Kini gadis itu telah menutupi kembali
badannya dengan pakaiannya yang terlepas tadi, meskipun
sudah sobek-sobek. Gadis itu menundukkan kepalanya kembali. Kata-kata yang
hendak keluar dari mulutnya tiba-tiba tertelan lagi. Sebaliknya
dengan sibuk tangannya merapihkan pakaiannya yang sudah
bolong dan sobek itu. Wajahnya berubah menjadi merah
kemalu-maluan. Karena gadis itu menundukkan wajahnya, maka Liu Yang
Kun menjadi lebih berani. Namun demikian melihat sikap Ceng
Ceng yang gemetar dan kemalu-ma luan itu hatinya menjadi
berdebar debar pula. Otomatis pemuda itu teringat lagi akan
sikap Ceng Ceng di rumah Kam Lo-jin tadi siang.
"Ah .... jangan-jangan dia telah jatuh hati kepadaku.
Hmm......bisa repot aku nanti," keluhnya di dalam hati.
Tapi Liu Yang Kun segera menghapuskan bayangan itu. Ia
harus cepat-cepat bertindak sebelum terlanjur. Oleh karena itu
dengan menguatkan hatinya ia menyapa lebih dahulu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Nona Ceng Ceng......" Kau sudah siuman kembali" Hmm,
kalau...... kalau begitu marilah kau kuantar pulang ke rumah
kakekmu lagi!" ucapnya singkat agar ia tak menjadi gemetar
pula menghadapi gadis manis itu.
Namun gadis itu cepat mengangkat wajahnya. Matanya
yang bening itu menatap Liu Yang Kun dengan tajamnya. Ada
sesuatu yang aneh di dalam sinar mata itu. Sesuatu yang
membikin Liu Y ang Kun menjadi berdebar-debar, panas dingin
dan serba salah. Apalagi ketika bibir yang tipis itu tampak
terbuka dan bergetar seakan-akan hendak memohon sesuatu
kepadanya, Liu Yang Kun semakin bingung dan salah tingkah.
"Saya.....saya tak mau kembali!" mendadak bibir itu
menjawab. Jawaban yang benar-benar sangat mengejutkan
Liu Yang Kun. "A-apa......" Nona..... nona tak mau kembali" Mengapa?"
pemuda itu berseru saking herannya. Lenyaplah semua
kerisauan dan kebingungannya tadi. Matanya melotot ke arah
Ceng Ceng. Tiba-tiba gadis itu menjadi murung dan ketakutan.
Wajahnya tertunduk kembali. Tapi mulutnya terkatup rapat
tak menjawab. "Me-mengapa nona tak mau kembaIi?" Liu Yang Kun
berseru pula. Mendadak gadis itu menutupi wajahnya dan menangis
terisak-isak. "A-apaa guna....gunanya saya kembali! Hkk....!
Saya telah dilarikan oleh penjahat selama setengah hari. Apa
kata orang kampungku nanti" Apakah mereka masih bisa
menerimaku kembali" Bagaimana tanggapan tunanganku
nanti" Hk...hkk! Oh, semuanya tentu akan mencemoohkan
aku. Apalagi kalau mereka melihat pakaianku ini......"
Liu Yang Kun menghela napas. Diam-diam dia membenarkan juga ucapan gadis itu. Orang desa memang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
masih terlalu kolot dan menjunjung tinggi kesucian dan
martabat mereka. "Ah......bukankah kita bisa memberi keterangan kepada
mereka" Dan tentang pakaian itu, hmm.....nona bisa mencari
ganti sebelum menemui mereka nanti." pemuda itu mencoba
memberi saran. "Tidak bisa! Kampungku masih sangat kuat menjaga
martabat dan adat istiadat! Mungkin mereka masih merasa
kasihan dan memaafkan aku, tapi di dalam hati mereka tetap
akan memandang rendah kepadaku...... hkk.....kk!"
"Huh, gila! Sungguh gila kalau mereka masih berpandangan
seperti itu." Liu Y ang Kun tiba-tiba berseru marah. Ceng Ceng
menangis semakin keras. Selain menangisi nasibnya sendiri
gadis itu juga menjadi ketakutan me lihat kemarahan Liu Y ang
Kun. Walaupun sangat kagum dan tertarik kepada pemuda itu,
tapi gadis itu juga tak lupa pada kebuasan dan keganasan Liu
Yang Kun ketika membunuh penculiknya tadi.
Tiba-tiba Ceng Ceng bangkit berdiri. Sambil membetulkan
pakaian dan mengusap air matanya gadis itu memohon diri.
"Maaf, Tuan.....Biarlah aku pergi saja agar tidak
menyusahkanmu. terima kasih atas pertolonganmu......"
katanya serak, lalu memberi hormat dan melangkah pergi.
"Hei! Heii.....! Nona hendak pergi kemana?" Liu Yang Kun
berteriak kaget. "En-entahlah.....! A-aku hanya i-ngin pergi.....Entah
kemana.....Pokoknya........ jauh dari tuan........" gadis itu
menjawab di antara isaknya, dan sama sekali tak menoleh
ataupun berhenti melangkah.
Liu Yang Kun lah yang kini menjadi bingung dan serba
salah. Mau menyusul ia takut urusan di antara mereka akan
semakin bertambah runyam tapi kalau tidak menyusul ia
mengkhawatirkan keselamatan gadis itu. Bagaimana gadis itu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
akan mencari jalannya di dalam kegelapan malam di hutan
yang lebat ini" ''Nona.......?" Liu Yang Kun berdesah memanggil, tapi
keraguan dan keenggannya memaksanya tak bergerak dari
tempatnya. "Aaaaiiiiih .....!"
Mendadak terdengar suara jeritan Ceng Ceng. Gadis itu
terperosok ke dalam jurang. Liu Yang Kun melesat bagai
terbang cepatnya. Begitu melihat Ceng Ceng terguling-guling
di lereng jurang, pemuda itu lalu terjun memburunya.
Kemudian bagaikan elang menyambar ia menangkap gadis itu.
Dan keduanya segera tersangkut di atas pohon besar yang
tumbuh di lereng tersebut.
Jilid 18 Sambil menarik napas lega Liu Yang Kun lalu me letakkan
gadis itu di tanah yang agak datar. "Ah........dia pingsan lagi!"
gumamnya perlahan. Lalu dicobanya untuk menyadarkannya.
Namun sekali lagi hatinya terkesiap melihat keadaan pakaian
Ceng Ceng yang tidak karuan macamnya itu. Karena terguling
dan tersangkut beberapa kali di bebatuan dan semak-semak,
maka pakaian itu hampir-hampir tak berbentuk lagi. Dan biar
pun kulit gadis itu banyak yang lecet dan berdarah, namun
benar-benar tidak mengurangi daya tariknya. Bahkan bagi Liu
Yang Kun hal itu semakin kelihatan merangsang malah.
"Gila! Kalau terus menerus berdekatan dengan gadis ini,
aku benar-benar bisa gila nanti! Huh......! Dan..pikiranku
tampaknya juga semakin kotor dan jahat pula. Selain merasa
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kasihan aku juga merasa tertarik dan terangsang melihat
darah pada kulit wanita......... Ah!"
Liu Yang Kun lalu mengurungkan maksudnya untuk
mengobati dan menyadarkan Ceng Ceng. Sebaliknya pemuda
itu lalu duduk bersemadi, mengumpulkan seluruh kekuatan
batinnya untuk melawan pengaruh buruk itu. Pengaruh buruk
yang sejak lama telah bercokol di dalam dirinya, dan kini
tampaknya semakin parah dan menjadi-jadi setelah ia
mempelajari ilmu warisan Bit-bo-ong yang dirahasiakan itu.
Sambil mengerahkan seluruh kekuatan batinnya, pemuda
itu berdoa semoga ia bisa tetap menguasai dirinya, sehingga
kekuatan buruk itu tidak dapat mengalahkannya. Pemuda itu
juga berharap agar penyakit aneh yang sangat berbahaya bagi
gadis-gadis korbannya itu tidak muncul pada saat itu. "Aku tak
ingin si Iblis Penyebar Maut itu muncul lagi di tempat ini..."
gumamnya dengan perasaan prihatin. "Dengan tubuhku yang
sangat beracun ini ia akan segera mati bila aku sampai.."
Demikianlah malam merangkak semakin larut dan angin
dingin pun bertiup pula semakin kencang. Karena berada di
lereng jurang yang cukup dalam dan juga sedang asyik
melawan pengaruh kekuatan buruk yang mau mencengkeram
dirinya, maka Liu Yang Kun sama sekali tidak mengetahui atau
melihat bahwa Kam Lo-jin dan beberapa orang penduduk Keecung telah lewat di atas jurang itu dalam usaha mereka
melacak kembali kehilangan Ceng Ceng.
Dengan obor di tangan mereka mencari-cari kalau-kalau
Ceng Ceng ditinggalkan oleh penculiknya di hutan itu. Mereka
juga menemukan bekas api yang tadi dibuat oleh Liu Yang
Kun. Tapi mereka justru menyangka bahwa tempat tersebut
telah dipergunakan oleh penjahat itu untuk mencelakai Ceng
Ceng. Apalagi ketika mereka menemukan bekas-bekas
sobekan pakaian Ceng Ceng, mereka semakin yakin kalau
gadis itu benar-benar telah disiksa oleh penculiknya. Namun
karena mereka tidak menemukan siapapun di tempat tersebut,
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
maka mereka menduga bahwa Ceng Ceng masih dibawa pergi
oleh penjahat itu. Oleh karena itu mereka lalu meneruskan
pencarian mereka di kota An-lei.
Sungguh sayang, tak seorangpun antara penduduk dusun
Kee-cung yang mencoba melongok ke jurang. Andai kata
mereka itu mau melongok, dan bisa melihat apa yang terjadi
di lereng jurang tersebut, maka kemungkinan besar nasib
Ceng Ceng benar-benar dapat mereka selamatkan, atau
setidak-tidaknya mereka bisa menolong Liu Yang Kun dalam
menghadapi 'penyakit anehnya'.
Namun sungguh sayang bahwa tak seorangpun yang
melakukannya, sehingga tak seorang pun pula yang dapat
mencegah pengaruh iblis yang pada saat ia sedang
menggempur sisa-sisa pertahanan Liu Yang Kun. Entah karena
suasana lereng jurang yang sunyi dan romantis itu yang
menyebabkannya, atau karena suasana malam yang gelap
dan dingin itu yang menyebabkannya, tapi yang jelas sedikit
demi sedikit pertahanan terakhir Liu Yang Kun telah bobol.
Usaha pemuda itu untuk melawan dan mencegah amukan iblis
yang bercokol di dalam tubuhnya tak berhasil. Sejalan dengan
tumbuhnya kekuatan iblis yang semakin mencengkeram
batinnya, maka terlepas pulalah kesadarannya. Mata yang
perlahan-lahan menjadi beringas itu tiba-tiba menoleh ke arah
Ceng Ceng. Dan secara kebetulan pula hembusan angin yang
agak kencang menyingkapkan pakaian Ceng Ceng yang nyaris
hancur itu. Wajah itu mendadak menjadi merah bagai terbakar
api, sementara mata yang melotot itu seakan-akan juga
mengeluarkan api pula. Dan sekejap saja kesan sebagai
seorang pemuda baik-baik telah lenyap dari wajah Liu Yang
Kun. Pemuda itu kini tampak kejam, buas dan mengerikan!
Wajahnya persis ketika membunuh bajak laut tadi.
Begitulah, ketika Ceng Ceng siuman dari pingsannya, dan
mendapati dirinya dalam pelukan pemuda yang dicintainya,
hampir-hampir ia tak percaya. Tapi ketika kenyataan tersebut
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
memang benar-benar ia alami, maka ia menjadi gembira
bukan main. Dia lalu membalas pelukan itu dengan tidak kalah
hangatnya. Hatinya sungguh menjadi berbahagia sekali
sehingga ia membiarkan saja semua perlakuan Liu Yang Kun
terhadapnya. Bahkan ia melayaninya dengan penuh gairah
pula. Sama sekali ia telah lupa atau tidak merasakan bahwa
badannya penuh luka-luka goresan akibat terjerumusnya dia
ke dalam jurang tadi. Yang ada di dalam hati sekarang cuma
rasa bahagia. Bahagia yang tiada taranya.
Demikianlah, malam itu iblis benar-benar berpesta-pora di
lereng jurang itu. Apalagi dengan keadaan Liu Yang Kun yang
telah berhari-hari berpisah dengan isterinya itu, maka pesta
pora tersebut benar-benar menjadi sangat ganas dan hebat
luar biasa. Demikian dahsyatnya pengaruh iblis itu berkecamuk di
dalam dada mereka masing-masing, sehingga pesta itu baru
selesai menjelang pagi. Keduanya tergolek di tanah dan
kemudian tertidur karena kelelahan.
Begitu nyenyak tidur Liu Yang Kun sehingga ia baru
terbangun kembali ketika matahari telah menyorot mukanya.
Begitu membuka mata pemuda itu cepat melompat bangun.
Dengan wajah cemas karena sadar apa yang telah ia lakukan
terhadap Ceng Ceng, ia mengawasi gadis yang masih tergolek
disampingnya itu. "Oooh..... iblis . .. iblis itu telah menang lagi! Aku,.. aku
telah memperkosa gadis ini. Oughh dia... dia tentu telah mati
keracunan pula! Ah.....tampaknya ... tampaknya Si Iblis
Penyebar Maut itu sudah mulai akan timbul dan meraja-lela di
dunia kang-ouw lagi setelah... setelah terpendam selama
setahun lebih... ooh! Dan.... dan gadis ini adalah korbanku
yang pertama! Oooh, Thian.... ambil sajalah nyawaku, agar
tidak semakin rusak dunia ini oleh ulahku!" pemuda itu
merintih, kemudian menjatuhkan diri menelungkup di samping
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Ceng Ceng. Air matanya deras mengalir membasahi tanah di
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bawahnya. "Tuan.........?"
Liu Yang Kun tersentak kaget bukan alang-kepalang! Begitu
kagetnya pemuda itu sehingga tubuhnya meloncat bangun
tanpa terasa. Sambil sebentar-sebentar mengusap-usap
matanya, pemuda itu menatap wajah Ceng Ceng seolah tak
percaya. "Nona......." Kau.... k-kau tidak m-mati keracunan?"
desahnya gagap seperti orang bingung.
Tentu saja Liu Yang Kun menjadi kaget dan bingung. Baru
sekali ini, selain Tui Lan, ada wanita yang tidak mati oleh daya
racun di tubuhnya. Apakah Ceng Ceng juga memiliki darah
bening atau mustika penangkal racun seperti halnya isterinya
itu" Sebaliknya, Ceng Ceng sendiri juga menjadi kaget pula
melihat sikap Liu Yang Kun yang tiba-tiba seperti orang
keheranan itu. Apalagi ketika pemuda itu mengucapkan katakata yang tidak dimengertinya.
"Keracunan...." Mengapa aku harus mati keracunan"
Apakah..., apakah tempat ini mengandung racun" Ohh,
Tuan... Mengapakah engkau ini" Apakah engkau sakit" Eh ....
eh, malam tadi kau tampak bersemangat sekali. Lalu bangun
tidur tadi kau menangis sedih dan kelihatan amat menderita
serta tersiksa batinmu. Kini me lihat aku bangun tidur kau
tampak kaget sekali. Dan ........kau pun tiba-tiba berbicara halhal yang aneh pula. Ehmm, tuan..... mengapa kau ini
sebenarnya?" Sekejap Liu Yang Kun menjadi gugup juga menerima
pertanyaan itu. Tak mungkin kiranya ia menjawabnya. Sebab
hal itu berarti ia harus menceritakan keadaan dirinya. Rahasia
hidupnya. Rahasia Si Iblis Penyebar Maut yang mengerikan
dan menggemparkan itu. Padahal ia tak ingin orang lain tahu
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tentang hal itu. la ingin melawannya sendiri. Menundukkannya
sendiri. Atau kalau bisa, melenyapkan sendiri Si Iblis Penyebar
Maut itu dari dalam dirinya.
Sampai sekarang ia memang belum mampu mengalahkan
iblis itu. Tapi ia yakin tentu bisa, sebab ia telah merasakan
tanda-tandanya. Dahulu, apabila 'penyakit' itu datang, ia sama
sekali tak bisa berbuat apa-apa. Tapi sekarang, bila 'penyakit"
tersebut menyerang dirinya, ia sudah mampu berontak dan
melawan untuk beberapa waktu lamanya. Bahkan kadangkadang ia merasa seperti akan berhasil mengatasinya, lagi
sekarang sudah ada dua wanita yang tidak mati oleh
racunnya, yaitu Tui Lan dan Ceng Ceng. Apapun yang
menyebabkan kedua wanita itu menjadi kebal terhadap
racunnya, tapi hal itulah membuatnya berbesar hati.
Harapannya untuk sembuh semakin bertambah besar pula.
"Tuan......?" Ceng Ceng berdesah dengan mata berkacakaca. Gadis itu lalu menyentuh lengan Liu Yang Kun. Wajahnya
yang pucat menampakkan perasaan khawatir yang sangat.
Khawatir akan keadaan Liu Yang Kun yang ia rasakan sangat
aneh itu. Dan otomatis ia juga mengkhawatirkan keadaan
dirinya sendiri. Jangan-jangan sikap pemuda itu disebabkan
oleh peristiwa semalam. Jangan-jangan pemuda yang sangat
menarik hatinya itu menyesal akan kejadian tersebut. Tibatiba Ceng Ceng menangis. Gadis yang sudah terlanjur
menyukai Liu Yang Kun itu mendadak menyesali diri sendiri.
Menyesali nasibnya. Kenapa ia tidak bertemu dengan pemuda
tampan ini jauh-jauh sebelumnya" Kenapa ia telah
bertunangan dengan Cong Tai, pemuda desa berkulit hitam
itu" Dan kenapa dulu ia juga bisa tertarik dan tergila-gila
kepada pemuda desa yang buruk rupa itu" Dan yang tidak
bisa dimengertinya pula, kenapa sebelum bertunangan ia juga
rela menyerahkan kehormatannya kepada pemuda desa
berkulit hitam itu" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Oooh..........!" gadis itu terisak-isak menyesali nasibnya.
"Apakah...., apakah dia menyesal karena aku sudah tidak suci
lagi?" Tangis Ceng Ceng itu segera menyadarkan Liu Yang Kun
dari lamunannya. Seperti halnya Ceng Ceng, pemuda ini pun
menjadi salah tafsir pula me lihat tangis tersebut. Pemuda itu
menyangka kalau Ceng Ceng menangis karena peristiwa
memalukan semalam. "Maafkanlah aku, nona......! Aku tidak bermaksud
mendiamkanmu. Dan aku juga tidak bermaksud membuatmu
bingung dengan ulah tingkahku tadi. A-aku...tadi memang
menangis, karena kukira engkau...... engkau telah mati. Mati
keracunan. Habis, tanpa sebab apa-apa engkau tidak mau
bangun-bangun. Apalagi kalau tidak karena racun" Siapa tahu
disini ada racun" Lihatlah, tempat ini sangat menyeramkan......!" pemuda itu mencoba memberi keterangan tentang sikapnya tadi. Keterangan yang amat
singkat, sekedar untuk memuaskan hati Ceng Ceng.
"Lalu.....lalu kenapa setelah melihatku segar bugar engkau
masih saja termenung dan kelihatan sedih" Apakah".
apakah......?" "Maafkanlah aku, nona Ceng Ceng. Aku sungguh sangat
berdosa kepadamu. Perbuatanku semalam benar-benar
terkutuk dan sangat keterlaluan. Tidak seharusnya aku
berbuat demikian kepadamu. Engkau telah bertunangan dan
aku sendiri juga....."
Ceng Ceng cepat menutup bibir Liu Yang Kun dengan
telapak tangannya. Sambil tersenyum manis gadis itu
bernapas lega, karena pemuda itu bukan menyesali
keadaannya yang sudah tidak suci lagi itu.
"Sudahlah, tuan........! Kau tak perlu menyesalkan peristiwa
itu karena akupun..... tak menyalahkan perbuatanmu pula.
Kita sama-sama menikmatinya. Yang penting bagi kita
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sekarang adalah bagaimana menyelesaikan urusan kita ini
sebaik-baiknya." katanya renyah, tapi wajahnya segera
tertunduk dengan maIu-malu.
Tapi ucapan gadis itu benar-benar menyibukkan hati Liu
Yang Kun. "Menyelesaikan urusan kita dengan sebaik-baiknya"
Apa maksud nona?" sergahnya dengan suara gemetar.
Wajah yang manis itu tiba-tiba menjadi muram. Dengan
sorot mata cemas gadis itu menatap Liu Yang Kun. Mulutnya
sudah siap untuk menangis kembali.
"Mengapa...... eh, mengapa Tuan masih bertanya pula"
Tentu saja.... tentu saja tentang urusan kita setelah kejadian
malam tadi. Ooooh.....apakah.......... apakah tuan tidak
bersungguh-sungguh denganku?"
Liu Yang Kun terhenyak. Itu yang ditakutkan. Gadis itu
meminta tanggung-jawabnya sebagai akibat pergaulan
mereka tadi malam. Padahal sama sekali tidak mencintai gadis
itu. Apalagi ia sudah beristeri. Meski pun sekarang ia tidak
tahu, apakah Tui Lan itu masih hidup atau sudah mati.
"Bukankah..... bukankah nona sudah mempunyai tunangan?" Liu Yang Kun mencoba menolaknya dengan hatihati. "Ah ! Aku dengan Cong Tai belum resmi bertunangan. Kami
berdua baru dijodohkan oleh orang tua kami masing-masing,"
Ceng Ceng menukas dengan cepat.
"Ya". ya, meskipun demikian nona tidak boleh
meninggalkannya begitu saja. Kalian berdua sudah lama saling
mengenal. Orang tua pun juga sudah saling setuju. Begitu
pula dengan orang-orang kampung. Mereka telah merestui
dan mengetahui jalinan kasih sayang kalian berdua. Apalagi
yang harus dipikirkan...." Mengapa hubungan yang sudah
sedemikian baiknya itu harus diputuskan atau diurungkan oleh
orang asing yang baru beberapa jam lewat dikenal nona"
Bukankah nona belum tahu, orang macam apakah aku ini"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Jangankan hal-hal yang lain, sedangkan namaku pun nona
juga belum tahu, bukan" Bagaimana kalau aku ini juga
seorang penjahat seperti halnya orang yang menculik
kemarin?" sekali lagi Liu Y ang Kun mencoba berdalih.
Seketika Ceng Ceng tak bisa menjawab. Apa yang
diucapkan oleh Liu Yang Kun itu memang benar sekali.
Jangankan yang lain, nama pemuda itu pun ia tidak tahu. Tapi
entah mengapa, hatinya sudah terlanjur bertekuk lutut pada
pandangan pertama terhadap pemuda itu. Dan sejak semula
ia memang telah memikirkan akibatnya. Itulah sebabnya ia
membiarkan pemuda itu menggagahinya semalam.
"Tapi... tapi.... bukankah aku belum resmi menikah dengan
tunanganku. Aku.....aku masih bebas. Aku masih dapat
memutuskan ikatan pertunangan itu," Ceng Ceng membantah
namun suaranya sudah mulai tersendat-sendat karena hatinya
juga sudah mulai ragu pula akan niat baik Liu Yang Kun.
Liu Yang Kun sendiri terpaksa menarik napas panjang
menghadapi kekerasan hati gadis itu. Sesungguhnyalah,
dalam hati pemuda itu merasa sangat berdosa dan bersalah
kepada Ceng Ceng. Keputusan yang terbaik dalam peristiwa
ini memang hanya mengawini gadis itu. Ia pun menyadari hal
itu. Tapi bagaimana ia bisa mengawini gadis yang tidak
dicintainya" Gadis yang baru dikenalnya dari satu hari itu"
Masakan hanya karena 'kecelakaan" yang memang benarbenar tak bisa ia hindari itu ia harus mengorbankan seluruh
kehidupannya di kemudian hari" Akan tetapi bagaimana ia
harus menerangkan hal itu kepada Ceng Ceng"
Namun belum juga mulutnya terbuka untuk memberi
jawaban, gadis itu sudah lebih dahulu menangis. Ternyata
melihat keraguan Liu Yang Kun, gadis itu semakin bertambah
yakin akan maksud dan kehendak pemuda yang dicintainya
itu. Tampaknya Liu Yang Kun merasa berat untuk
mengawininya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Uh-huuu...... uh-huuu........" Ceng Ceng terisak-isak
semakin keras. Tentu saja Liu Yang Kun menjadi kelabakan malah.
Maksudnya untuk memberi keterangan secara halus dan hatihati menjadi gagal. Dalam keadaan demikian gadis itu takkan
bisa menangkap dan mencerna semua pertimbangannya. Dan
Jalan yang terbaik hanyalah berterus terang.
Oleh karena itu dengan hati berat Liu Yang Kun terpaksa
menempuh jalan yang sedikit menyakitkan
itu. Ia mengutarakan semua isi hatinya kepada Ceng Ceng.
"Nona. Terus terang aku mengaku bersalah dan berdosa
besar kepadamu. Dan untuk semua itu aku bersedia menerima
hukumanmu. Kau boleh melakukan apa saja kepadaku.
Bahkan aku bersedia menyerahkan nyawaku bila kau ingin
membunuhku. Tapi...... kalau disuruh mengawinimu, ehm.......
maaf, aku tidak bersedia. Selain aku tidak mencintaimu,
aku.... akupun juga telah beristeri pula. Dan.....dan isteriku itu
malah sedang hamil tua sekarang."
"Ooough-hhuuu.......huu!" Ceng Ceng tersentak kaget dan
menangis semakin keras. "Maaf, nona Ceng Ceng........Selain aku juga tak ingin
melukai tunanganmu, kakekmu dan orang-orang Kee-cung
semua. Aku bukanlah pemuda baik baik seperti yang kau
kira......." "Tapi..... tapi mengapa tuan memperkosa aku tadi malam"
Uh-huu....." "Itulah kesalahanku! Aku tak tahan melihat keadaan nona.
Nah! T erserah kepada nona! Aku siap menerima hukuman apa
saja darimu.. . " Liu Yang Kun menundukkan kepalanya. Tak sampai hatinya
melihat kesedihan Ceng Ceng. Tapi apa boleh buat, ia juga tak
ingin melawan hati nuraninya sendiri. Dan untuk itu ia
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sanggup menerima hukumannya. Ia takkan melawan
seandainya gadis itu ingin membunuh atau mencabut
nyawanya. Demikianlah, Liu Yang Kun lalu berdiri di atas
lututnya di depan Ceng Ceng. Kepalanya tertunduk dalamdalam, seperti seorang pesakitan yang sedang menantikan
hukumannya. Namun sudah sedemikian lama ia menanti,
hukuman tersebut ternyata tidak kunjung tiba juga. Gadis itu
masih saja berdiam diri di tempatnya. Hanya isaknya saja
yang semakin lama semakin jarang terdengar.
Meskipun demikian Liu Yang Kun tetap menepati janjinya.
Sama sekali ia tak beranjak dari tempatnya. Pemuda ini benarbenar rela menebus dosanya, walaupun ia harus mati
karenanya. "Tidaaak! T idak! Aku tidak mau menghukummu........!" tibatiba Ceng Ceng bangkit dan berteriak, kemudian merambat
naik ke atas jurang dengan tergesa-gesa.
"Nonaaa..........?" Liu Yang Kun tersentak kaget, tapi sama
sekali tak beranjak dari tempatnya. Entah mengapa ia seperti
terbengong dan tak kuasa menggerakkan kakinya untuk
mengejar. Baru setelah gadis itu mencapai di atas bibir jurang,
Liu Yang Kun bangkit untuk mengejarnya. Sekali mengerahkan
Bu-eng Hwe-tengnya, tubuhnya segera melesat ke atas bagai
burung terbang dari sarangnya. Sekejap saja dia telah berada
di samping Ceng Ceng. Namun bersamaan dengan waktu itu pula, dari arah utara
terdengar langkah dan percakapan orang ke tempat itu. Ceng
Ceng dan Liu Yang Kun sama-sama kagetnya. Sehingga untuk
sesaat keduanya juga sama-sama melupakan urusan mereka.
Seketika Ceng Ceng menghentikan tangisnya, sedangkan Liu
Yang Kun juga menunda niatnya untuk membujuk gadis itu.
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Glodag ... glodag... glodak! Terdengar pula suara pedati di
antara percakapan orang itu. Dan tidak lama kemudian
muncullah sebuah pedati kecil disurung orang, dimana di
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dalamnya tergolek seorang lelaki berkulit hitam, yang
kelihatannya sedang menderita luka-luka.
Di belakang pedati itu mengiringkan belasan orang lelaki
pula, yang beberapa orang di antaranya juga dibalut dengan
kain akibat luka-lukanya, hanya beberapa orang saja yang
tampak sehat tak kurang suatu apa. Dan di antara mereka itu
adalah seorang kakek tua berpakaian sederhana, namun
kelihatan gesit dan tangkas sekali. "Kam Lo-jin.. .?" tak terasa
bibir Liu Yang Kun memanggil nama orang tua tersebut.
"Pangeran..... eh, anu........ Liu Siau-heng" Kaukah itu"
Heii. . " Ceng Ceng......" Kau juga?" kakek tua itu tersentak
kaget apalagi ketika melihat Ceng Ceng yang nyaris telanjang
itu. Dengan cepat kakek itu membuka jubahnya dan
menyelimutkannya di badan Ceng Ceng.
"Hei, Ceng Ceng" Wah, kau selamat?" yang lain ikut
menyapa. "Ceng Ceng! Kami semua ini mencarimu! Lihat, Cong Tai
terluka!" Orang-orang itu segera mengelilingi Ceng Ceng. Mereka
kelihatan gembira bukan main. Tapi sebaliknya Ceng Ceng
sendiri masih tampak bengong dan gugup. Gadis itu sama
sekali tak tahu apa yang harus ia lakukan. Liu Yang Kun lah
yang kemudian maju untuk memberi keterangan.
"Cu-wi.......! Secara kebetulan aku berjumpa dengan bajak
laut yang menculik nona Ceng Ceng. Dan sungguh beruntung
pula aku bisa membunuh penjahat itu dan membebaskan
nona Ceng Ceng." Belasan orang penduduk Kee-cung itu mengangguk-angguk
kepala mereka. Mereka yang semula kurang senang kepada
Liu Yang Kun itu tampak sangat bersyukur dan berterima
kasih kepada pemuda itu. Kecuali Kam Lo-jin. Meskipun orang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tua itu juga ikut bergembira dengan keadaan Ceng Ceng itu,
namun beberapa kali matanya menatap wajah Liu Yang Kun
dengan curiga. Tampaknya orang tua yang arif itu mencium
sesuatu hal tidak beres atau kurang wajar antara Ceng Ceng
dan Liu Yang Kun. Tapi karena orang tua itu tidak bisa
menebak apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka, maka
ia pun tetap berdiam diri pula. Apalagi Ceng Ceng sendiri juga
tak berkata apa-apa. "Terima kasih, Siau-heng. Kami sungguh
bergembira sekali kau dapat menyelamatkan Ceng Ceng.
Lihatlah, kepergian kami sampai di sini inipun juga mau
mencari Ceng Ceng," akhirnya orang tua itu menjawab
perkataan Liu Yang Kun. "Benar, tuan. Bahkan kami sudah sampai di kota An-lei tadi
malam. Di sana kami malah berjumpa lagi dengan kawanan
penjahat.... eh, bajak laut yang menculik Ceng Ceng itu.
Kemudian karena tidak dapat menguasai hatinya, Cong Tai
berkelahi dengan mereka. Cong Tai kalah, sehingga kami
terpaksa membantunya. Dan selanjutnya dapat tuan lihat
sendiri, banyak di antara kami yang terluka, terutama Cong
Tai. Itu pun karena jasa Kam Lo-jin. Coba tidak ada dia, kami
semua yang tidak bisa silat ini tentu akan dibantai habis oleh
penjahat itu." Kepala Desa Kee-cung yang juga ikut dalam
rombongan itu menambahkan.
"Ah...... aku pun hampir dibunuh pula oleh mereka." Kam
Lo-jin merendah! Tentu saja Liu Yang Kun tersenyum mendengar ucapan
orang tua itu. Masakan Kam Song Ki, guru dari Keh-sim Siau
hiap itu, hampir dibunuh oleh bajak laut rendahan semacam
anak buah Tung-hai tiauw itu" Jangankan hanya belasan
orang bajak laut itu yang datang, meski T ung-hai-tiauw sendiri
yang memimpin seluruh anak buahnya, belum tentu mereka
bisa menangkap orang tua itu, apalagi membunuhnya.
Sementara itu seperti orang bingung Ceng Ceng yang
menjadi pusat perhatian mereka justru hanya diam saja di
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tempatnya. Seperti orang yang telah kehilangan akal gadis itu
hanya terlongong-longong diam seperti patung. Matanya
menatap pedati yang berisi tubuh tunangannya itu.
Gadis itu baru sadar ketika kakeknya menepuk pundaknya.
"Ceng Ceng! Lihatlah Cong Tai itu! Dia terluka parah karena
mencarimu. Kenapa kau diam saja?"
"A-a-apa..........?" Ceng Ceng tiba-tiba berseru. Matanya
terbelalak. "Cong Tai terluka parah karena ingin menyelamatkanku?" sambungnya.
Dan secara tiba-tiba pula gadis itu merasa sangat bodoh
dan berdosa sekali. Kenapa ia yang selama ini telah
menyanding intan permata, masih juga mencari-cari intan
permata itu di tempat lain"
"Cong Taiii......!?" Ceng Ceng memekik, lalu berlari ke
pedati. Dipeluknya kepala tunangannya itu dengan deraian air
matanya. Wajah yang pucat pasi itu membuka matanya. Dan mata
itu segera bersinar lega begitu me lihat siapa yang sedang
memeluk dirinya. "Ceng Ceng......" K-kau.........kau tidak apa-apa" Oh,
syukurlah....." pemuda berkulit hitam itu berbisik sambil
menyeringai kesakitan. "Ouuuh, Cong Taiiiiiii.........Maafkanlah aku!" Ceng Ceng
menjerit lalu menangis seperti anak kecil di dada
tunangannya. Semuanya menghela napas terharu. Demikian pula dengan
Liu Yang Kun. Selain merasa lega, pemuda itu juga merasa
semakin berdosa pula terhadap sepasang merpati itu. Hatinya
menjadi malu. Oleh karena itu diam-diam ia me langkah pergi
meninggalkan tempat tersebut.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Demikianlah, Liu Yang Kun lalu meneruskan perjalanannya
ke kota An lei. Dan dia tetap mengambil jalan di sepanjang
sungai itu. Selain pemandangannya indah, di sepanjang
sungai itu juga banyak perkampungan penduduk, sehingga
sewaktu-waktu ia lapar atau ingin beristirahat, dengan mudah
ia mendapatkannya. Menjelang lohor pemuda itu sampai di sebuah desa yang
agak besar. Mungkin lebih besar dari pada Kee-cung. Dan
seperti halnya di desa Kee-cung, rumah-rumah penduduk di
desa itu pun menggerombol pula di tepian sungai. Tapi
berbeda dengan penduduk desa Kee-cung yang rata-rata
bertani, penduduk desa itu banyak yang lebih menyukai
sebagai nelayan. Maka tak mengherankan kalau di pinggir
sungainya banyak terdapat perahu kecil atau sampan untuk
mencari ikan. "Ah, andaikata aku bisa menyewa atau menumpang perahu
itu ke An-lei.." pemuda itu bergumam dengan hati kecewa,
sebab ia tahu bahwa ia tak mungkin bisa melaksanakannya.
Selain di kantongnya tidak ada uang, perahu-perahu kecil itu
tidak akan pernah dibawa oleh pemiliknya sampai di An-lei.
Kota itu sangat jauh, dan di beberapa tempat terdapat
pusaran-pusaran air yang sangat berbahaya.
Begitulah, sambil menarik napas panjang Liu Yang Kun
melangkahkan kakinya memasuki dusun itu. Dan jalan yang
membujur di sepanjang sungai itu kelihatan ramai sekali.
Beberapa orang nelayan yang baru saja menambatkan
perahunya tampak berlalu-lalang di jalan itu. Sementara
wanita dan anak-anak juga kelihatan sibuk pula di antara
mereka. Ada yang membawa hasil tangkapan ikan suami atau
ayah mereka. Ada pula yang menjinjing bakul makanan untuk
makan siang suami atau ayah mereka itu. Dan ada pula yang
hanya berhilir-mudik menawar ikan atau membawa barang
dagangan mereka. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Mayat......! Mayaaaaaatt......! Ada mayat terapung di
sungaiiiiii...!" tiba-tiba seorang nelayan yang baru saja datang
dari sungai berteriak sambil berlari-lari. Wajahnya pucat,
napasnya tersengal-sengal.
Seketika tempat itu menjadi gempar luar biasa. Semua
orang, lelaki maupun wanita, segera berlarian ke tepi sungai.
"Mayat......" Mayat siapa?"
"Wanita atau lelaki?"
Mereka berlari sambil bertanya-tanya, tapi tak seorangpun
yang menjawab, karena yang lain juga tidak tahu pula.
Mereka segera berdiri berdesakan di tepi sungai itu.
Empat orang nelayan cepat melepaskan sebuah sampan ke
dalam air, lalu mendayungnya ke tengah sungai. Mereka
bergegas menuju ke arah mayat yang terapung di tengahtengah aliran sungai itu. Namun karena sungai tersebut amat
lebar, mungkin lebih dari limapuluh atau enampuluh tombak
lebarnya maka mereka berempat terpaksa mendayung
sampan itu untuk beberapa waktu lamanya. Dan dengan
perasaan tegang para penonton yang berada di tepi sungai itu
juga ikut berdebar-debar pula menantikannya.
"Ah, ternyata kedatanganku di dusun ini pun telah
disambut pula oleh sesosok mayat yang terapung di atas
sungai. Persis seperti di desa Kee-cung kemarin. Hmm.....
jangan-jangan di sini pun aku akan memperoleh kesulitan pula
seperti kemarin." Liu Yang Kun mengeluh.
Meskipun demikian pemuda itu tetap mendekat dan ikut
berdesakan pula di antara mereka. Mula-mula orang yang ada
di dekatnya memang tidak bereaksi atas kedatangannya.
Seluruh perhatian mereka hanya tertuju ke arah kawan
mereka yang sedang mendayung perahu di tengah-tengah
sungai. Tetapi ketika secara tidak sengaja mereka menoleh
dan melihat wajah Liu Yang Kun yang belum pernah mereka
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lihat sebelumnya, maka satu-persatu lalu beringsut menjauhinya. Dusun itu meskipun luas dan besar, tapi terletak di tempat
yang terpencil dan jarang didatangi orang luar. Mereka hanya
terbiasa melihat wajah-wajah mereka sendiri, dan hampir tak
pernah melihat wajah orang lain selain penduduk dusun itu
sendiri. Hanya kadang-kadang saja mereka menerima
penduduk dari dusun yang lain. Itupun orang orang yang telah
mereka kenal pula, seperti halnya penduduk Kee-cung !
Maka tidaklah mengherankan bila kedatangan Liu Yang Kun
yang belum pernah mereka lihat sebelumnya itu, membuat
mereka agak takut dan curiga. Satu persatu menyingkir dari
dekat pemuda itu, sehingga akhirnya Liu Yang Kun terpaksa
berdiri sendirian di tempatnya.
"Nah, tampaknya hawa permusuhan sudah tertiup
kepadaku........" pemuda itu akhirnya menghela napas
panjang. Sambil menundukkan mukanya, Liu Yang Kun lalu
melangkah pergi dari tempat itu. Ia tak jadi melihat mayat
yang terapung di atas sungai tersebut. Ia tak ingin
mendapatkan kesukaran seperti di desa Kee-cung kemarin.
Tapi belum juga sepuluh langkah pemuda itu berjalan, tibatiba para penonton yang berdiri di pinggir sungai itu menjerit
keras sekali. Beberapa orang segera berlarian ke arah perahu
mereka. Otomatis Liu Yang Kun menghentikan langkahnya dan
menoleh dengan cepat. Dan pandangannya segera terpaku ke
tengah sungai, di mana keempat orang nelayan yang ingin
mengambil mayat itu sedang timbul tenggelam dipermainkan
arus air. Ternyata perahu mereka telah terbalik.
Sekejap Liu Yang Kun menjadi ragu-ragu. Menolong
mereka atau tidak" Dan sementara itu para nelayan lain yang
ingin menolong kawan-kawan mereka itu telah mengayuh
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sampan mereka dengan sekuat tenaga. Namun untuk
mencapai tempat kecelakaan itu memang membutuhkan
waktu yang lama. Padahal keempat orang nelayan tadi
semakin kepayahan dipermainkan arus air.
Sekali lagi Liu Yang Kun menjadi ragu-ragu. Dengan Bu-eng
Hwe-tengnya yang ampuh sebenarnya ia mampu menolong
mereka dengan cepat. Tapi ia merasa ragu-ragu, apakah
maksud baiknya itu akan memperoleh tanggapan yang baik
pula dari penduduk desa itu" Jangan-jangan ia malah dituduh
sebagai pembunuh dari mayat itu nanti"
Demikianlah, selagi hati pemuda itu masih tercekam oleh
keragu-raguannya, maka dari kerumunan penonton yang
memadati pinggiran sungai itu tiba-tiba melesat sesosok
bayangan ke tengah-tengah sungai. Bayangan itu meluncur di
atas permukaan air beralaskan dua potong bambu yang
diikatkan di bawah sepatunya. Gerakannya demikian ringan
dan tangkasnya, sehingga sepintas lalu seperti seekor capung
yang baru bercanda di atas permukaan telaga. "Aaaaa.......!"
Hampir semua orang berdesah kagum menyaksikan
kesaktian itu. Demikian pula halnya dengan Liu Yang Kun.
Meskipun belum sedahsyat Bu-eng Hwe-tengnya namun ilmu
mengentengkan tubuh orang itu benar-benar hebat tiada
terkira. Mungkin cuma ada beberapa orang saja di dunia
persilatan ini yang memiliki gin-kang setinggi itu.
Hampir saja Liu Yang Kun menyangka bahwa orang itu
adalah Kam Lo-jin. Tapi begitu melihat perawakannya yang
jangkung, pemuda itu segera menghapuskan dugaannya itu.
Kam Lo-jin tidaklah sejangkung dan setinggi bayangan itu.
"Heran! Mengapa di daerah yang sepi dan terpencil ini
bermunculan jago-jago silat kelas satu?" pemuda itu
bergumam di dalam hati. Bayangan itu cepat mengangkat kembali perahu yang
terbalik tadi. Kemudian dengan cepat pula tangannya
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menyambar para nelayan yang tercebur ke dalam air itu dan
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meletakkannya di dalam perahu. Pekerjaan yang sulit itu
ternyata dia kerjakan dengan gampang dan cepat luar biasa.
Malahan yang terakhir kali ia mencongkel mayat yang
terapung tadi dengan ujung bambu yang terikat pada
sepatunya. Dan sekejap saja mayat itu telah berada di dalam
perahu pula. Kemudian bayangan itu ikut masuk ke dalam perahu, dan
selanjutnya membawa perahu tersebut ke pinggir. Beberapa
orang nelayan yang tadi bermaksud hendak menolong kawankawan mereka segera menyongsong kedatangannya. Mereka
mengambil alih perahu tersebut.
Dan kedatangan perahu itu segera disambut oleh penduduk
yang memadati pinggiran sungai itu. Sebagian dari mereka
segera mengurus kawan-kawan mereka yang mengalami
kecelakaan, sementara yang sebagian lagi cepat mengurusi
mayat yang terapung di sungai tadi.
"Mayat seorang wanita muda....!" beberapa orang di antara
mereka berdesah dengan suara gemetar.
"Tampaknya.... korban kekerasan! Lihat..... ia hampir tak
mengenakan pakaian sama sekali!" yang lain menyahut.
"Benar. Agaknya seseorang telah menggagahinya dengan
paksa. Kemudian membunuhnya dan membuang jasadnya ke
dalam sungai...." "Sungguh kejam dan keji sekali." Demikianlah, semua
perhatian hanya tercurah kepada mayat yang diketemukan itu.
Kecuali Liu Yang Kun. Diam-diam pemuda itu mengawasi
tokoh sakti yang memiliki ilmu mengentengkan tubuh yang
amat luar biasa itu. "Hmm, siapakah dia" Kepandaiannya amat sangat tinggi.
Mungkin lebih tinggi dari ketua-ketua persilatan yang kukenal.
Tapi mengapa aku belum pernah melihatnya" Sungguh
mengherankan sekali. Ada apa sebenarnya di dunia persilatan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sekarang ini" Mengapa tiba-tiba bermunculan tokoh-tokoh
sakti yang memiliki kesaktian tidak lumrah manusia" Setahun
yang lalu aku terjebak di dalam tanah karena ulah Giok bin
Tok-ong dan Bu-tek Sin-tong, dua orang tokoh sakti yang
mempunyai kesaktian seperti iblis. Dan sekarang......ah, siapa
tahu masih ada lagi tokoh tokoh lain yang muncul pada saat
aku terkurung di dalam tanah itu?"
Kalau pemuda itu masih disibukkan oleh berbagai macam
pikiran tentang orang yang baru saja memperlihatkan
kesaktiannya itu, maka penduduk kampung itu pun masih
digemparkan pula oleh berbagai macam dugaan tentang
mayat yang mereka ketemukan tersebut.
"Ah, seperti halnya orang-orang Kee-cung kemarin,
ternyata kita pun telah menemukan pula mayat yang hanyut
disungai ini. Mungkin memang benar juga dugaan orangorang Kee-cung itu, yang mengatakan bahwa di hulu sungai
ini telah berkeliaran seorang jai-hwa-cat keji, yang suka
membunuh korbannya setelah berhasil menggagahinya."
seorang nelayan muda mengatakan pendapatnya.
"Agaknya memang demikian halnya. Tak kulihat segores
luka pun di tubuhnya,..,." yang lain menyambung.
Mendadak orang yang memiliki gin kang tinggi itu tertawa
dingin. Suaranya amat bening dan nyaring, suatu tanda bahwa
tenaga dalamnya juga telah mencapai kesempurnaan. Dan
sekali lagi kenyataan itu benar-benar mengejutkan hati Liu
Yang Kun. "Ah, tampaknya orang ini benar-benar sulit dijajaki ilmunya
..." pemuda itu berdesah di dalam hati.
Sementara itu semua orang yang berkerumun di tempat
tersebut terkejut pula mendengar suara itu. Tapi mereka cepat
menyadari pula bahwa mereka tadi belum menyatakan terima
kasih kepada orang itu. Begitu sibuknya mereka, sehingga
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mereka menjadi lupa kepada orang yang telah membantu dan
menolong kawan-kawan mereka itu.
"Tai-hiap, maafkanlah kami. Kami semua sampai lupa
menyatakan rasa terima kasih kami kepada tai-hiap." salah
seorang di antara orang-orang itu mewakili teman-temannya.
Sekali lagi orang itu tertawa dingin. Dan diam-diam Liu
Yang Kun memperhatikan wajahnya. Sungguh sulit menentukan umurnya. Mukanya masih tampak segar seperti
halnya anak muda belasan tahun. Namun kalau melihat rautmukanya yang kokoh keras dengan garis-garisnya yang tajam
dan kuat, orang tentu menyangka kalau usianya sudah lebih
dari limapuluh tahun. Apalagi kalau dilihat rambut alis
matanya yang sudah bercampur dengan warna putih itu.
"Hmm...... kukira dugaan kalian tentang jai hwa-cat tadi
memang tidak salah. Aku telah mendengar pula, bahwa akhirakhir ini Si Iblis Penyebar Maut yang menghilang di Kota Sohciu setahun yang lalu telah muncul kembali di dunia
persilatan." orang itu berkata. Dapat dibayangkan betapa
kagetnya hati Liu Yang Kun!
"Gila! Bagaimana hal itu bisa terjadi! Aku toh baru keluar
dari lorong gua di bawah tanah itu. Dan aku belum sempat
pergi kemana-mana pula. Huh! Bagaimana dia bisa
mengatakan kalau Si Iblis Penyebar Maut telah muncul
kembali di dunia persilatan" Apakah orang itu sedang
menyindir aku" Ataukah di dunia persilatan memang benarbenar muncul Si Iblis Penyebar Maut yang lain" Kurang ajar!"
pemuda itu mengumpat-umpat di dalam hati.
Liu Yang Kun benar-benar menjadi penasaran. Meskipun
demikian pemuda itu juga tidak mengurangi kewaspadaannya.
Siapa tahu orang itu memang sudah mengetahui keadaannya
dan kini memang sedang menyindir dirinya"
Diam-diam pemuda itu mengerahkan seluruh himpunan
tenaga sakti Liong-cu i-kangnya! Urat-uratnya pun tampak
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menegang! Kalau memang benar dugaannya, maka lawannya
kali ini benar-benar lawan yang paling berat yang pernah ia
hadapi. Tapi orang itu tak menunjukkan sikap yang mencurigakan.
Sedikitpun tidak menunjukkan tanda-tanda kalau ia sedang
menyindir dirinya. Bahkan orang itu seperti tidak tahu kalau
sedang ia awasi. Malahan beberapa waktu kemudian
terdengar suaranya meminta diri.
"Ah, tampaknya aku terlalu mencurigai orang......."
akhirnya Liu Yang Kun menarik napas panjang.
"Tai-hiap, bolehkah kami mengetahui nama besarmu?"
masih terdengar suara seorang nelayan menanyakan nama
orang berkepandaian sangat tinggi itu.
Orang itu kembali tertawa dingin. "Sebutnya saja aku
dengan nama Ki. Tanpa tambahan apa-apa lagi, karena aku
memang tidak mempunyai she atau sebutan yang lainnya."
jawabnya acuh tak acuh. Tentu saja para nelayan itu menjadi bingung dan tak
mengerti. Bagaimana mungkin seseorang tidak memiliki she
atau nama keluarga di negeri mereka ini" Masakan orang itu
lahir begitu saja, tanpa ayah dan ibu" Namun untuk
menanyakan sebab-sebabnya, mereka tidak berani. Mereka
takut kalau orang yang memiliki kesaktian seperti dewa itu
menjadi marah karenanya. Demikanlah, tanpa berkata-kata lagi orang yang bernama
Ki itu berkelebat pergi meninggalkan tempat itu. Dia me lesat
ke arah utara, mungkin bermaksud ke Kota An-lei pula.
Gerakannya cepat bukan main, sehingga sekejap saja
bayangannya telah hilang dari pandangan.
Melihat orang itu juga menuju ke arah utara, Liu Y ang Kun
menjadi gembira sekali. Hatinya yang masih diliputi rasa
penasaran terhadap orang itu bagai didorong untuk lekaslekas mengejarnya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Heran! Siapa sebenarnya orang itu" Mengapa ia berkata
bahwa Si Iblis Penyebar Maut telah muncul lagi?" sambil
mengerahkan Bu-eng Hwe-tengnya untuk mengejar orang itu
Liu Yang Kun menduga-duga di dalam hati.
Maka mereka berdua pun lalu saling berkejaran di tepian
sungai itu. Mereka menerobos hutan, berlompatan di atas bebatuan
dan berlari-lari di tebing sungai dalam kecepatan tinggi.
Karena masing-masing mengerahkan gin-kangnya maka tubuh
mereka seperti lenyap dari pandangan mata. Tubuh mereka
berubah seperti bayang-bayang yang berkelebatan di antara
batu-batu, pohon atau dedaunan.
Sama sekali orang itu tidak mengetahui kalau dirinya
sedang diikuti oleh Liu Yang Kun. Hal itu disebabkan karena
Bu-eng Hwe-teng yang dipelajari Liu Yang Kun memang telah
mencapai puncak kesempurnaannya, sementara orang itu
sendiri juga terlalu percaya dan membanggakan kepandaiannya sehingga kurang berwaspada dan kurang
bercuriga terhadap keadaan sekelilingnya. Apalagi sepanjang
aliran sungai itu lebat dengan batu-batu dan pepohonan,
sehingga memudahkan bagi Liu Yang Kun untuk menyelinap
dan bersembunyi bila diperlukan.
Ternyata orang itu berlari terus bagaikan sedang mengejar
sesuatu. Satu jam. Dua jam. Dan orang itu tetap belum
mengendorkan larinya. Gerakannya masih cepat, lincah dan
gesit bukan main! Sedikitpun tidak kelihatan lelah atau
menurun kemampuannya. Napasnya pun masih tetap halus
dan teratur, seakan-akan ia tak pernah mengeluarkan tenaga
sedikitpun. Liu Yang Kun semakin merasa kagum sekali. Selain ginkangnya sangat tinggi, orang yang bernama Ki ini ternyata
memiliki Iwee-kang yang amat luar biasa pula. Untunglah dia
telah mendapatkan kemajuan yang dahsyat pula ketika berada
di dalam lorong-lorong gua itu. Coba kalau ia tidak
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
memperoleh kemajuan-kemajuan itu, tak mungkin rasanya dia
bisa mengikuti orang itu.
Akhirnya matahari pun bergulir semakin rendah ke arah
barat. Dan sinarnya yang panas terasa mulai meredup pula.
Namun demikian orang yang bernama Ki itu tetap saja berlari
ke arah An-lei, sehingga lambat-laun timbul juga perasaan
bosan di hati Liu Yang Kun. "Huh! Mengapa ia tak kunjung
berhenti juga?" pemuda itu menggerutu.
Hampir saja Liu Yang Kun menghentikan langkahnya. T api
niat itu segera ia urungkan karena orang itu tiba-tiba juga
mengendorkan larinya. Malah sesaat kemudian orang itu
berlari-lari kecil menjauhi aliran sungai, dan selanjutnya
melangkah memasuki hutan.
Liu Yang Kun cepat bersembunyi. Lalu dengan mengendapendap ia mengikuti langkah orang itu. Di tempat yang agak
lapang orang itu berhenti, kemudian bersiul panjang.
Suaranya nyaring melengking, seperti suara suling yang ditiup
sekeras-kerasnya. Terdengar desir angin yang sangat halus. Dan tiba-tiba saja
dari balik rimbunnya dedaunan berkelebat tiga orang lelaki
datang menghadap di depan orang itu. Biarpun tidak setinggi
orang bernama Ki tersebut, namun gin-kang orang-orang itu
juga hebat bukan main. Gerakan mereka hampir tidak
mengeluarkan suara, walaupun kaki mereka menginjak daundaun kering yang menumpuk di tempat itu.
Untuk sesaat Liu Yang Kun menjadi berdebar-debar
hatinya. Jangan-jangan kedatangannya telah diketahui oleh
orang-orang itu. "Sam-eng (Tiga Garuda)......,.!" orang yang bernama Ki itu
memangggil. "Ya, Tuanku....!" ketiga orang yang baru datang itu
menyahut berbareng. Kepala mereka tertunduk dalam-dalam
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
seakan-akan mereka sangat takut dan sangat hormat kepada
orang yang bernama Ki itu.
Liu Yang Kun mengerutkan keningnya. la sangat heran
mendengar sebutan yang ditujukan kepada orang yang
bernama Ki itu. Mengapa orang itu disebut Tuanku" Apakah ia
seorang raja atau bangsawan tinggi" Kalau memang demikian
halnya, lalu bangsawan atau raja dari manakah dia itu"
Liu Yang Kun mencoba untuk mengingat-ingat. Saat itu di
Negeri Tiongkok memang banyak sekali bekas raja-raja kecil,
atau bangsawan-bangsawan muda, yang sejak ditaklukkan
oleh mendiang Kaisar Chin Si, praktis tidak mempunyai
kekuasaan lagi. Mungkin orang yang bernama Ki itu juga
termasuk salah satu di antara mereka. Namun untuk
mengingat-ingatnya tentu saja sangat sulit bagi Liu Yang Kun.
Selain jumlah mereka sangat banyak, pemuda itu sendiri juga
tidak begitu banyak mengenal mereka.
"Sam-eng! Bersiaplah! Kita menuju ke Cin-an sekarang.
Dimanakah kuda kalian?" orang yang bernama Ki itu berkata
lagi. Ketiga orang yang dipanggil dengan sebutan Sam-eng itu
menengadahkan mukanya. Ada terbersit rasa heran di wajah
mereka, namun mereka tak berani bertanya.
"Baik, tuanku. Biarlah kami mengambil kuda itu dahulu.
Mereka kami ikat didalam hutan." salah seorang dari ketiga
orang itu menjawab. Ketiga orang itu lalu menyelinap kembali ke dalam hutan.
Dan tidak lama kemudian mereka telah kembali lagi dengan
kuda tunggangan mereka masing-masing. Salah seorang di
antaranya malah menuntun pula seekor kuda lagi untuk
tuannya itu. Demikianlah, beberapa saat kemudian mereka berempat
telah pergi meninggalkan tempat itu. T inggallah kini Liu Yang
Kun sendirian di sana. Pemuda itu sudah merasa segan untuk
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mengikuti mereka lagi. Apalagi mereka kini menunggang
kuda. "Heran. Siapakah sebenarnya orang itu" Namanya sangat
aneh dan kepandaiannya pun sangat tinggi. Dan tampaknya
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
juga mempunyai pengaruh atau kedudukan yang tinggi pula.
Wah, kelihatannya dengan munculnya Buku Rahasia itu tokohtokoh yang selama ini tak mau memperlihatkan jejaknya, telah
ikut terjun pula ke dunia kang-ouw......" sambil berjalan
kembali ke tepian sungai pemuda itu memutar pikirannya.
Kemudian pemuda itu melanjutkan langkahnya ke kota Anlei yang tak begitu jauh lagi. la sengaja berjalan seenaknya
untuk memulihkan kembali tenaganya. Sebab meskipun ia
juga tidak merasa lelah seperti halnya orang yang diikutinya
itu, tetapi bagaimanapun juga ia telah mengerahkan lweekang dan gin-kangnya secara berlebihan pula.
Dan sambil melangkah Liu Yang Kun masih meneruskan
lamunannya tentang orang-orang yang baru dijumpainya tadi.
"Mereka akan langsung pergi ke Cin-an dengan naik kuda.
Tampaknya mereka sangat tergesa-gesa pula, sehingga
mereka tidak sempat singgah bermalam di Kota An-lei.
Hmm...... ada apa di Kota Cin-an" Apakah yang hendak
mereka kerjakan di sana?"
Akhirnya Liu Yang Kun memasuki kota An-lei bersamaan
dengan terbenamnya matahari di balik gunung. Orang-orang
telah mulai menyalakan lampu rumahnya. Mereka juga telah
menutupi daun-daun jendela mereka. Meskipun demikian
keramaian kota itu tidak menjadi berkurang karenanya.
Orang-orang justru banyak yang keluar untuk menikmati
kehidupan malam kota itu ma lah. Terutama para tamu atau
pendatang, yang datang dari daerah lain. Mereka berjalanjalan, hilir-mudik menikmati udara malam, di jalan utama yang
membentang di tengah-tengah kota tersebut. Mereka melihatlihat keramaian warung-warung, toko-toko atau tempattempat hiburan yang banyak terdapat di kanan-kiri jalan itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tuan Chin......." Bukankah Siauw ya (T uan muda) ini
adalah Chin ln-kong (Tuan penolong Chin)?" tiba-tiba Liu Yang
Kun dikejutkan oleh teguran seseorang.
Cepat pemuda itu menoleh. Dicarinya orang yang menyapa
dengan She atau nama keluarganya yang lama itu. Dan tidak
jauh dari tempatnya tampak seorang lelaki berusia setengah
baya tersenyum kepadanya. Lelaki itu mengenakan pakaian
yang bersih dan ringkas seperti layaknya seorang pengawal
atau pelatih silat. Di atas ikat-pinggangnya juga terlihat
gulungan cambuk yang melilit pinggangnya.
Beberapa saat lamanya Liu Yang Kun memeras otaknya
untuk mengingat-ingat, tapi ia tetap tak bisa mengenal orang
itu. "Siapakah......Tuan ini" Mengapa telah mengenal namaku?"
"Aha! Jadi tuan-muda ini betul-betul tuan Chin" Terima
kasih....... terima kasih! Sungguh aku tak menyangka kalau
aku bisa bertemu dengan Tuan Chin di kota ini, hahaha......"
orang itu kembali tertawa dengan suka-citanya. "Tuan Chin,
agaknya kau telah lupa kepadaku. T api aku tak mungkin lupa
kepada T uan Chin, karena Tuan Chin pernah menyelamatkan
nyawaku dan nyawa sebagian besar anggota perkumpulan
Kim-liong Piauw-kiok (Perusahaan Ekspedisi Naga Emas) kami.
Tuan Chin, aku adalah ........ Toan Hoa, pengurus dari Kimliong Piauw-kiok." Liu Yang Kun menghela napas lega. Selain merasa lega
karena ia telah mengingat kembali orang itu, ia juga merasa
lega karena tampaknya orang itu tidak mengenalnya sebagai
Liu Yang Kun putera dari Kaisar Han.
"Ah, saudara Toan rupanya........Mengapa saudara Toan
ada di sini" Apakah ada tugas mengawal barang?" la balas
menyapa orang itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Benar. Tapi kami sudah menyelesaikannya siang tadi. Kini
aku dan anak buahku tinggal bersenang-senang menikmati
malam di Kota An-lei ini, sebelum kami pulang besok pagi."
"Lalu ....... bagaimana khabarnya Kim-liong Lo-jin" Apakah
beliau masih memimpin perusahaan Kim-liong Piauw-kiok?"
Tiba-tiba wajah Toan Hoa menjadi sedih. "Ah, beliau sudah
menutup mata tiga tahun yang lalu. Sekarang aku sendiri yang
memimpin perusahaan itu, karena semua murid beliau telah
tiada pula." "Eh, Jadi.......?"
"Sudahlah, Tuan Chin. Tak enak berbicara sambil berdiri
begini. Marilah kita omong-omong sambil meminum arak
hangat untuk memeriahkan pertemuan yang tak terduga ini !
Bagaimana.....?" Toan Hoa mengundang dengan bibir
tersenyum. "Wah, ini...... ini.......?" Liu Yang Kun menjawab kikuk
karena merasa tak membawa uang sama sekali.
Tapi Toan Hoa tampaknya memaklumi keadaannya.
Dengan setengah memaksa orang itu menarik lengan Liu Yang
Kun. "Marilah, Tuan Chin! Kau jangan menolak undanganku. Aku
benar-benar ingin memeriahkan pertemuan ini dengan makan
minum ala kadarnya."
Liu Yang Kun tak bisa menolaknya lagi. Ia menurut saja
ketika dibawa ke sebuah rumah makan yang besar. Dan ia
terpaksa merapihkan pakaiannya karena rumah makan itu
ternyata penuh dengan tamu.
"Tuan Chin menginap di mana?" Toan Hoa bertanya setelah
mereka mengambil tempat di sebuah meja kosong.
"Ah, aku baru saja datang di kota ini. Aku belum sempat
kemana-mana...." Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Kalau begitu, Tuan Chin menginap saja di tempat ini.
Selain mengusahakan rumah makan, tempat ini memang
sebuah penginapan pula."
"Tapi......" Liu Yang Kun mencoba mencegah.
"Maaf, kuharap Tuan Chin jangan menolak maksud baikku
ini. Aku benar benar ingin menjamu Tuan Chin malam ini....."
Toan Hoa memohon dengan sangat. Lalu serunya kepada
pelayan yang kebetulan lewat di samping mereka.
"Pelayan.....! Apakah kamar yang berada di samping kamarku
itu masih tetap kosong?"
"Oh, masih tuan......." pelayan itu menjawab dengan amat
hormat. "Kalau begitu siapkanlah kamar itu untuk tamuku ini !
Kemudian tolong kaukatakan pula kepada pengurus restoran
untuk menghidangkan masakannya yang paling istimewa dan
arak Hang-ciu di meja ini!"
"Baik, tuan..........."
"Ah, saudara Toan..... kau menjadi repot benar!" Liu Yang
Kun berdesah. Demikianlah, keduanya lalu makan dan minum sepuaspuasnya. Masakan dari restoran itu memang enak sekali.
Apalagi minumannya adalah arak dari Hong-ciu yang telah
disimpan selama bertahun-tahun di dalam gudang di bawah
tanah. Rasanya benar-benar keras, segar dan harum luarbiasa. Tak heran kalau akhirnya Toan Hoa mulai terpengaruh
oleh "panasnya" arak istimewa itu.
"Tuan Chin, dimana......dimanakah kau selama empat atau
lima tahun ini" Aku tak pernah mendengar namamu selama
ini. Apakah..... apakah engkau telah menyepi dan
mengasingkan diri di tempat yang sunyi?" Liu Yang Kun yang
melihat kawannya telah terpengaruh oleh minuman keras
mengiyakan saja pertanyaan itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Saudara Toan, kau jangan minum lagi ! Lihat, mukamu
sudah mulai kemerah-merahan.......!" tambahnya seraya
mencegah Toan Hoa menuangkan lagi arak ke cawannya.
Tapi Toan Hoa tak peduli. Sambil tersenyum lebar ia tetap
saja menuangkan araknya. Matanya yang sudah mulai kocak
dan berair itu menatap Liu Yang Kun dengan senangnya.
"Ah, kalau begitu....... kalau begitu Tuan Chin tak tahu
sama sekali peristiwa-peristiwa menggemparkan yang telah
terjadi di dunia kang-ouw kita selama ini" Uh!"
Sekali lagi Liu Yang Kun yang tak ingin kawannya itu
menjadi mabuk hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Sebaliknya ia berkeras mencegah agar kawannya itu tidak
menambah lagi minumannya. Dan Toan Hoan memang
menurut. Namun karena orang itu memang telah terlanjur
minum terlalu banyak, maka bicaranya pun juga sudah mulai
melantur. "Wah, rugi......! Tuan Chin benar benar rugi kalau begitu!
Coba kalau tuan Chin tidak menyepi dan ikut memeriahkannya, waah......dunia persilatan benar-benar akan
lebih gempar lagi, he hehe!" Toan Hoa mulai mengoceh.
"Saudara Toan.....?" Liu Yang Kun mencoba mencegah
kawannya, agar tidak berbicara yang lebih melantur lagi,
karena ia takut kawannya itu akan membuka kedoknya
sebagai putera Kaisar Han.
Tapi mulut Toan Hoa sudah tidak bisa dihentikan lagi.
Mulut yang sudah terpengaruh oleh arak itu mengoceh terus.
Hanya saja suaranya tidak keras lagi. Ia hanya berbisik-bisik
saja seperti sedang membicarakan rahasia orang. Dan Liu
Yang Kun terpaksa tak tega untuk melarangnya lebih keras
lagi. "Tuan Chin......! Mula-mula dunia persilatan digemparkan
oleh munculnya sebuah buku, yang disebut orang Buku
Rahasia. Selain berisi ramalan-ramalan dan petunjuk-petunjuk
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
yang sulit dimengerti, buku itu juga memuat daftar urutan
TOKOH-TOKOH PERSILATAN TERKEMUKA dewasa ini. Dan
daftar itu ternyata telah mengundang kerusuhan dan
kegemparan di mana-mana. Tokoh-tokoh persilatan yang
semula tidak pernah menampakkan dirinya di dunia Kangouw, tiba-tiba ikut pula keluar dari tempat pertapaannya.
Mereka menjadi penasaran pada daftar urut-urutan yang
mereka anggap kurang benar itu."
Toan Hoa berhenti mengoceh sebentar. Tangannya
berusaha meraih guci arak yang ada di depan Liu Yang Kun,
tapi pemuda itu cepat menyingkirkannya. "Sudah kukatakan,
saudara Toan tak boleh minum lagi." Liu Yang Kun
memperingatkan. Toan Hoa tersenyum kemalu-maluan, namun ia tak
tersinggung karenanya. Sebaliknya mulutnya yang berbau
arak itu malah melanjutkan lagi ocehannya.
"Kudengar nama Tuan Chin ikut tertulis pula di dalam Buku
Rahasia itu, yaitu pada urutan yang ke-tujuh. Sungguh hebat
sekali! Sayang tuan tak pernah menampakkan diri selama ini.
Padahal yang lain-lain sudah saling bermunculan untuk
mengukur kesaktian mereka masing-masing. Rata-rata mereka
merasa penasaran pada urutan-urutan nama yang tertulis di
dalam buku itu." "Jadi semua tokoh yang tertulis di dalam daftar itu telah
muncul dan menampakkan diri mereka di dunia persilatan?"
Liu Yang Kun memotong. "Sebagian besar........ sudah! Hanya satu atau dua orang
saja yang belum. Tampaknya orang-orang itu masih
menunggu saat yang tepat untuk memunculkan diri. Termasuk
Tuan Chin sendiri misalnya......."
"Ah, aku toh hanya orang biasa, yang tak seharusnya ditulis
di dalam daftar itu. Mungkin bukan aku yang dimaksudkan
oleh penulisnya, karena aku belum pernah merasa dicoba atau
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dinilai ketinggian ilmuku." Liu Yang Kun cepat merendahkan
diri. "Wah, Tuan Chin suka benar merendahkan diri. Siapakah
yang tak tahu kehebatan ilmumu selama ini" Malahan aku
sendiri pernah menyaksikannya, yaitu ketika Tuan Chin
mampu menahan ilmu Hong-gi-hiap Souw Thian Hai dulu."
Toan Hoa mengingatkan kembali peristiwa yang terjadi
beberapa tahun yang lalu, yaitu ketika Toan Hoa dan
rombongan para piauwsunya dicegat perampok di dekat Kota
Poh-yang, "Hmm...... itu karena Hong-gi-hiap yang mau mengalah
kepadaku." Liu Yang Kun tetap merendah. "Tapi........eh, siapa
sajakah tokoh-tokoh yang telah muncul itu?" Toan Hoa
tersenyum gembira melihat perhatian Liu Yang Kun.
"Banyak sekali. Beberapa orang di antaranya adalah......Butek Sin-tong, Giok-bin Tok-ong, dan Lo-sin-ong!" jawabnya
sambil menghitung jarinya.
"Bu-tek Sin-tong...... Giok-bin Tok-Ong...... Lo-sin-ong.......
?" Liu Yang Kun mengulang dengan kening berkerut, seolaholah ia pernah mendengar pula nama-nama itu.
"Ya! Tuan Chin pernah mengenal mereka?" Toan Hoa
mendesak. Namun Liu Yang Kun segera menggelengkan kepalanya.
"Entahlah.........! Aku sudah lupa lagi. Mungkin aku memang
pernah mendengarnya, tapi........hmm, entahlah!" jawabnya
kurang yakin. Tiba-tiba Toan Hoa mengacungkan ibu jarinya. "Tokohtokoh itu benar-benar memiliki kesaktian yang hebat luar
biasa! Terutama yang disebut Bu-tek Sin-tong itu! Meskipun
tubuhnya kerdil seperti anak lelaki berusia sepuluh tahun tapi
kesaktiannya benar-benar seperti dewa!" pujinya setinggi
langit. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun tersentak kaget, sehingga cawan arak yang
dipegangnya hampir lepas dari tangannya.
"Kerdil" Oh...... apakah dia mempunyai jenggot dan rambut
yang putih panjang......serta dibiarkan terurai sampai di
telapak kakinya?" Bisiknya sedikit keras.
"Betul!" Toan Hoa bersorak seraya menepuk meja,
sehingga tamu-tamu yang lain menjadi kaget dibuatnya.
"Ah.....!" Liu Yang Kun menjadi kaget dan tegang pula.
Apalagi ketika semua mata tertuju ke arah mejanya.
Untuk menjaga segala kemungkinan terpaksa Liu Y ang Kun
menarik tangan kawannya, dan membawanya pergi ke kamar
yang telah mereka pesan tadi. Kepada pelayan restoran, Liu
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yang Kun meminta agar semua rekening dibebankan kepada
temannya yang sedang mabuk itu.
Pelayan itu mengiyakan dengan hormat, lalu mengantarkan
mereka ke kamar. "Hoa! Siapa bilang aku mabuk! Wah...... kita belum selesai
minum, nih?" Toan Hoa masih mencoba menyangkal.
Tapi Liu Yang Kun cepat mencengkeram lengannya dan
setengah menyeret kawannya itu ke kamarnya. Apalagi ketika
sekilas matanya melihat dua orang lelaki yang duduk di pojok
ruangan menatap tajam ke arahnya.
"Siapakah mereka.......?" dua orang lelaki itu bertanya
kepada pelayan, setelah pelayan itu kembali dari mengantarkan Liu Yang Kun.
"Oh, mereka adalah para piauw-su dari Kim-liong Piauwkok. Yang mabuk tadi adalah Toan Hoa, pengurus Kim-liong
Piauw-kok yang sekarang. Tuan berdua telah mengenal
mereka?" Kedua orang itu saling memandang satu sama lain,
kemudian menggeleng-gelengkan kepala mereka.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Belum........" mereka menjawab hampir berbareng.
Namun setelah pelayan itu pergi, kedua orang itu saling
berbisik. "Bhong su-heng, aku seperti telah mengenal pemuda yang
bertubuh jangkung itu."
"Benar, Leng su-te. Aku pun seperti pernah melihatnya
pula. Tapi aku lupa, entah di mana......"
"Hmm...... aku agak curiga kepadanya. Kulihat matanya
bersinar cemerlang serta berkilat-kilat ketika mengawasi kita
tadi. Aku berani memastikan bahwa lwee-kangnya tentu tinggi
sekali. Ah..... Jangan-jangan dia bukan orang Kim-liong Piauwkok, tapi.........?"
"........ orangnya Tung-hai-tiauw maksudmu?" orang yang
disebut su-heng itu melanjutkan.
Dan orang yang dipanggil su-te itu mengangguk. Tapi
mulutnya tak menjawab. Jilid 19 "Huh, peduli amat! Bukankah kita telah mendapat mandat
dari Mo-cu untuk menyelesaikan masalah ini" Jangankan cuma
dia, biarpun T ung-hai-tiauw sendiri yang datang, kita tak perlu
cemas." su hengnya menambahkan.
Sementara itu Liu Yang Kun dan Toan Hoa yang telah
berada di kamarnya, segera mengambil tempat duduk dan
meneruskan pembicaraan mereka. Karena kamar mereka
hanya berbataskan dinding dengan ruang restoran itu, maka
pembicaraan kedua orang tamu itu, lapat-lapat masih bisa
didengar oleh telinga Liu Yang Kun yang tajam.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ah....... ingat aku sekarang! Ya..... mereka Bhong Kim Cu
dan Leng Siauw! Tokoh-tokoh puncak dari Aliran Mo-kauw
yang terkenal itu!" pemuda itu berdesah di dalam hatinya.
"Kalau begitu..... permusuhan mereka dengan T ung-hai-tiauw
memang sudah mencapai puncaknya."
"'Hei, Tuan Chin! Mengapa kau termenung saja" Apakah
kau sedang memikirkan Bu-tek Sin-tong itu?" tiba-tiba Toan
Hoa berseru sehingga mengagetkan Liu Yang Kun.
"Eh-oh..... bu-bukan! Aku sedang memikirkan tokoh yang
satunya lagi. Apakah Giok-bin Tok-ong itu seorang kakek
berwajah tampan dan memiliki senjata peledak yang sangat
mengerikan?" dengan gugup Liu Yang Kun mencoba
menjawab. Tak terduga Toan Hoa kembali bersorak dan menggebrak
meja. "Betul! Betul! Oh..... apakah Tuan Chin sudah pernah
berkenalan dengan dia?"
Liu Yang Kun menghela napas panjang. "Aku belum sempat
berkenalan dengannya, sebab begitu berjumpa kami lalu
saling mengukur kepandaian."
"Apa....." Tuan Chin sudah pernah berkelahi dengan tokoh
sakti itu" Bagaimana kesudahannya?" Toan Hoa mendesak
penuh perhatian. "Sudahlah, hampir saja aku mati berkeping-keping oleh
senjata peledaknya itu." Liu Yang Kun menjawab pendek.
"Oooooh!" "Tapi untung aku masih bisa menghindarinya. T api.......eh,
apakah hanya mereka itu saja yang sudah muncul?"
mendadak Liu Yang Kun mengalihkan pembicaraan mereka.
"Ya.....ya.....memang baru mereka itu yang muncul. Tapi
sebenarnya masih ada satu lagi yang kemunculannya sempat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menggemparkan dunia persilatan. Namun karena namanya
tidak tercantum di dalam daftar urutan itu, maka aku tidak
menyebutkannya. Padahal begitu muncul, dunia persilatan
menjadi gempar. Namanya dikenal dimana-mana. Kepandaiannya pun sangat luar biasa pula. Hanya sayang,
perbuatannya buruk dan tidak terpuji, sehingga orang menjadi
takut dan benci terhadapnya."
Liu Yang Kun menjadi berdebar-debar mendengar cerita
itu. "Siapakah tokoh yang kaumaksudkan itu?" tanyanya
dengan suara gemetar. "Si Penyebar Maut!" Toan Hoa menjawab mantap. Lalu,
"Sayang kemunculannya tidak lama. Mungkin cuma setahun ia
meraja-lela mengumbar kekejaman dan keganasannya.
Setelah itu ia menghilang dan tidak terdengar lagi kabar
beritanya. Namun sebelum menghilang ia sempat menggegerkan dunia persilatan, yaitu membunuh ribuan
pendekar di luar Kota Soh-ciu!"
"Bohong!" tiba-tiba Liu Yang Kun berseru. Wajahnya
merah. Matanya melotot. Tapi sesaat kemudian pemuda itu menjadi sadar pula,
bahwa tak seharusnya ia marah atau tersinggung mendengar
cerita tersebut. "Eh-uh.....Tuan Chin" Ke-kenapa ......" Apa..... apa
salahku?" Toan Hoa yang masih dalam keadaan mabuk itu
menjadi ketakutan. Liu Yang Kun cepat merangkul pundak Toan Hoa. "Tidak
apa-apa. Aku cuma bergurau kepadamu. Aku hanya ingin
mengetahui, apakah kau masih mabuk atau tidak?" katanya
sambil tertawa. "Ah, Tuan Chin sungguh membuat hatiku berdebar-debar
saja. Siapa bilang aku mabuk, huh?"
"Nah, kalau begitu...... lanjutkan ceritamu tadi!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Sudah selesai. Apa yang mesti kuceritakan lagi?" Toan Hoa
mengangkat pundaknya sambil tersenyum.
"Hei! Masakan cuma sekian saja ceritanya" Apakah tidak
ada cerita tentang tokoh yang lain" Tentang Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai atau Lo-sin-ong misalnya?" Liu Yang Kun
mencoba mengorek lagi cerita dari mulut Toan Hoa. Siapa
tahu ada cerita tentang orang lihai yang ditakutinya sejak ia
pergi meninggalkan dusun Kee-cung itu"
Toan Hoa mengerutkan dahinya seperti seorang yang
sedang berpikir keras. Namun perlahan-lahan kepalanya
menggeleng. "Tidak ada lagi. Kalau pun ada, itu hanya
merupakan peristiwa-peristiwa kecil yang tak patut dijadikan
cerita. Misalnya tentang permusuhan yang tiba-tiba terjadi
antara Aliran Mo-kauw dengan Tung-hai-tiauw dari Lautan
Timur. Atau....... peristiwa yang agak menghebohkan di Danau
Tai-Ouw sebulan yang lalu. Y aitu kerusuhan kecil yang terjadi
di atas danau itu, akibat memperebutkan mustika dan darah
naga Ceng-liong-ong."
Sekali lagi hati Liu Y ang Kun menjadi berdebar-debar. Tibatiba ia teringat pada ular raksasa yang dibunuhnya dulu, yang
menurut Tui Lan bernama Ceng-liong-ong itu.
"Memperebutkan...... mustika dan darah Ceng-liong-ong?"
pemuda itu mencoba menegaskan.
"Ya. Mustika dan darah Ceng-liong-ong, yang khabarnya
bisa membuat orang menjadi sakti luar biasa."
Liu Yang Kun mengangguk-anggukkan kepalanya dan purapura merasa heran mendengar cerita tersebut.
"Begitukah" Hmm...... lalu ada cerita tentang apa lagi?"
tanyanya pula setelah Toan Hoa mengakhiri ceritanya.
"Wah, Tuan Chin ini mendesak terus .....?" pengurus Kimliong Piauw-kok itu menggerutu. Tapi sekejap kemudian ia
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
berdesah. "Eh, ya....... nanti dulu! Masih ada khabar
baru.........." "Apakah itu" Coba ceritakan!" Liu Yang Kun berbisik pula
dengan gairah. "Anu..... Si Iblis Penyebar Maut telah muncul kembali di
dunia kang-ouw!" "Apaaa......?" Liu Yang Kun tersentak kaget. Matanya
menatap Toan Hoa dengan curiga. Namun seperti juga tadi,
pemuda itu segera sadar pula akan dirinya. "Aaaah....."
desahnya panjang. Untuk sesaat Toan Hoa juga menjadi ragu-ragu melihat
perubahan wajah Liu Yang Kun. Tapi begitu melihat senyum
telah mengembang kembali di bibir pemuda itu, maka ia
menjadi tenang pula. "B-benar, Tuan Chin...........Aku memang mendengar berita
tentang munculnya iblis itu lagi. Sudah lebih dari sebulan ini Si
Iblis Penyebar Maut dikhabarkan orang berkeliaran mencari
mangsa di daerah pantai timur sana. Kata orang sudah banyak
korban yang jatuh di tangannya......." Toan Hoa meneruskan
ceritanya. "Begitukah?" Liu Yang Kun menggeram tanpa terasa.
Bagaimana pun juga berita tentang munculnya Si Iblis
Penyebar Maut itu benar-benar membuatnya penasaran.
Groubyaaaag! Tiba-tiba terdengar suara gaduh di ruang restoran! Liu
Yang Kun cepat bangkit berdiri, kemudian bergegas
melangkah keluar dari kamar itu.
"Saudara T oan! Kau tunggulah sebentar! Aku akan melihat
ke depan." pesannya kepada Toan Hoa.
"Alaaa......! Paling-paling cuma orang mabuk, hehehe"."
Toan Hoa meringis, lalu merebahkan dirinya di atas meja.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun meloncat ke jendela yang menembus ke
ruang restoran. Pelan pelan disingkapnya kain menutup
jendela itu. Dan matanya segera menyaksikan seorang lelaki
kurus kerempeng dan seorang pemuda halus tampan, sedang
berdiri berhadapan dengan kedua tokoh Aliran Mo-kauw itu.
Dan meskipun sudah bertahun-tahun tidak bertemu, tapi Liu
Yang Kun masih tetap ingat kepada lelaki kerempeng itu,
karena orang itu tidak lain adalah Tung-hai Nung-jin,
pembantu Tung-hai-tiauw. "Dan pemuda yang datang bersamanya itu tentulah Tiauw
Kiat Su, kakak dari Tiauw Li Ing. Aaah......." tiba-tiba Liu Y ang
Kun teringat akan gadis binal yang pernah mengejar-ngejar
dirinya dulu. Liu Yang Kun lalu mengedarkan pandangannya. Dilihatnya
ruangan yang luas itu telah kosong. Semua tamu telah pergi.
Yang ada tinggal beberapa orang pelayan yang berdiri
gemetar di pojok ruangan.
"Oh, kami berdua benar-benar tak menyangka bisa
berjumpa dengan T ung-hai Nung-jin di tempat ini. Hmm, apa
khabar Nung-jin?" Bhong Kim Cu menyapa ramah.
Tapi Tung-hai Nung-jin membalasnya dengan tertawa
dingin. Begitu pula dengan Tiauw K iat Su. Pemuda tampan itu
malah mendengus dengan acuh tak acuh.
"Hmm, aku pun juga tak mengira akan bertemu dengan
Bhong Lo-heng dan Leng Lo-heng di sini. Tadi siang aku
hanya memperoleh laporan dari anak buahku, bahwa dua
orang tokoh Aliran Mo-kauw sedang berada di kota ini. Uh,
ternyata orang itu adalah Lo-heng berdua."
"Wah... kalau demikian pertemuan ini benar-benar sangat
kebetulan sekali, bukan?" Leng Siauw menyela dengan wajah
berseri-seri." Dan kemungkinan besar kita semua bisa
menyingkat waktu di sini, sehingga aku dan suhengku tak
perlu jauh-jauh datang ke istana Tung-hai-tiauw nanti."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tung-hai Nung-jin mengerutkan alisnya.
"Hmm.... jadi Ji-wi Lo-heng ini bermaksud mengunjungi
kami di Hai-ong-hu (Istana Raja Laut)" Bolehkah aku
mengetahui maksud kunjungan Ji-wi Lo-heng itu?" orang tua
itu bertanya. Bhong Kim Cu saling pandang dengan su-tenya, kemudian
mereka tertawa lepas. "Ah ... kita toh bukan anak-anak lagi, Nung-jin. Apa
perlunya kita orang tua ini saling berpura-pura lagi" Kita toh
sudah sama-sama maklum, apa yang terjadi di antara kita
akhir-akhir ini. Mengapa kau masih bertanya pula........?"
"Bagus! Kalau begitu..... apa mau mu, heh?" tiba-tiba
Tung-hai Nung-jin membentak.
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw terperangah. Namun
sebagai tokoh aliran terkemuka, mereka segera bisa
menguasai diri. Sambil tersenyum kecut Leng Siauw
melangkah ke depan mewakili su-hengnya.
"Sabar, Nung-jin. K ita tak perlu bersitegang leher dalam hal
ini. Kalau toh harus marah, sebenarnya bukan kau yang harus
marah kepada kami. Sebaliknya kami berdualah yang
seharusnya marah kepadamu!"
"Heh-he-heh-he! Jangan memutar-balikkan kenyataan!
Mengapa kaukatakan bahwa aku tidak boleh marah kepadamu
Dan sebaliknya justru kalian lah yang seharusnya menjadi
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
marah kepadaku?" Leng Siauw menarik napas panjang. "Nung-jin! Sudah
kukatakan bahwa kita tak perlu berpura-pura lagi. Oleh karena
itu kau tak perlu menutup-nutupi pula semua sepak-terjang
kalian selama ini. Nah, sekarang katakan kepada kami! Apa
maksud kalian memusuhi dan menangkapi orang-orang Mokauw kami akhir-akhir ini" Bukankah kami tak pernah
memusuhi atau bermusuhan dengan pihakmu?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tak terduga Tung-hai Nung-jin tertawa tergelak-gelak
mendengar ucapan Leng Siauw itu. Sambil menoleh ke arah
Tiauw Kiat Su, bajak laut tua itu mengejek. "Kau dengar
ucapannya itu, Kiat Su" Dia bilang tak pernah memusuhi kita
selama ini, heh-he-heh-he! Sungguh tidak tahu malu....."
Tiauw Kiat Su tertawa dingin. "Mengapa Paman mesti
heran" Bukankah sudah biasa kalau orang itu tidak bisa
melihat kesalahannya sendiri" Justru keburukan atau
kesalahan orang lain-lah yang akan nampak jelas di matanya."
pemuda itu menyahut pendek, namun sangat pedas serta
menyakitkan. Bhong Kim Cu menggeram, tapi ia tetap berusaha untuk
mengendalikan dirinya. Sedangkan Leng Siauw yang tak
kurang tersinggungnya mendengar ucapan Tiauw Kiat Su itu
hanya melirik saja kepada pemuda tampan itu. Diam-diam
tokoh dari Aliran Mo-kauw itu menilai pemuda yang sombong
dan bermulut tajam tersebut.
"Tampaknya pemuda ini lebih berbahaya dan lebih buruk
perangainya dari pada Tung-hai Nung-jin. Aku harus berhatihati kepada pemuda ini." dengusnya di dalam hati.
"Tung-hai Nung-jin! Tampaknya kau tidak mau mengakui
kesalahanmu, dan justru melemparkan kesalahan itu kepada
kami. Hmmmh......! Cobalah kau jelaskan kepada kami
sikapmu itu! Jangan berteka-teki lagi!" Bhong K im Cu akhirnya
berseru penasaran. "Benar. Pihak kalian-lah yang secara mendadak mengobarkan permusuhan kepada kami. Tanpa sebab dan
alasan, kalian telah menangkapi orang-orang Mo kauw kami."
Leng Siauw menambahkan. Tiba-tiba air-muka Tung-hai Nung-jin menjadi gelap.
Dahinya berkerut, sehingga kedua alis-matanya hampir
bertemu satu sama lain. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hmmh! Benarkah kalian tidak tahu kesalahan yang telah
kalian lakukan terhadap kami?" hardiknya keras.
"Kurang ajar! Apakah kami berdua harus bersumpah di
hadapanmu?" Bhong Kim Cu berteriak marah pula.
Tung-hai Nung-jin menatap tajam.
"Baiklah. Kalau begitu....... ikutilah aku! Akan kubawa
kalian ke hadapan Hai ong (Raja Laut) untuk memperoleh
penjelasan." katanya kaku.
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw terperanjat. "Kau
maksudkan...........kami akan kau bawa ke depan Tung-haitiauw di Lautan Timur sana?" mereka berdesah hampir
berbareng. Sekali lagi Tung-hai Nung-jin tertawa dingin. "Tidak perlu
ke Hai-ong hu. Hai-ong kami sedang berada di kota ini pula
sekarang." kata bajak laut tua itu tidak kalah kerasnya.
"Begitukah....." Hmmh bagus! Kami memang ingin sekali
bertemu muka dengan Tung-hai-tiauw." Bhong Kim Cu
berseru gembira. "Aaah.....mengapa Paman harus repot-repot membawa
mereka ke hadapan ayah" Mengapa mereka tidak kita
bereskan saja di tempat ini?" tiba-tiba Tiauw Kiat Su mencela
Tung-hai Nung-jin. "Jangan bertindak sembrono! Mereka adalah tokoh-tokoh
utama di dalam Aliran Mo-kauw. Kita tidak boleh gegabah
menghadapi mereka, agar tujuan atau harapan kita tidak
menjadi berantakan karenanya. Biarlah ayahmu yang
mengurusnya." Tung-hai Nung-jin menjelaskan.
"Hmmh.....!" Tiauw Kiat Su mendengus kurang senang,
kemudian mendahului melangkah keluar dari restoran.
Tung-hai Nung-jin mengawasi punggung Tiauw Kiat Su
dengan perasaan kurang senang pula. Semenjak menjadi
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
murid Giok-bin Tok-ong, sikap pemuda itu terasa semakin
sombong dan kurang ajar. Tapi apa boleh buat, kepandaian
pemuda itu memang lebih tinggi dari padanya sekarang.
"Nah, marilah kalian ikuti aku!" akhirnya bajak laut tua itu
berseru pula dengan suara kaku kepada Bhong Kim Cu dan
Leng Siauw. Kedua orang tokoh Aliran Mo-kauw itu tak menjawab.
Dengan tenang mereka melangkah keluar mengikuti Tung-hai
Nung-jin. Mereka adalah tokoh-tokoh tingkat dua setelah Mocu atau Ketua mereka, Pek-i Liong-ong, maka tidak
mengherankan bila nyali mereka amat besar dan sangat
percaya kepada kemampuan mereka sendiri.
Liu Yang Kun pun cepat keluar dari persembunyiannya.
Pemuda itu bergegas pula mengikuti mereka. Ia ingin tahu
apa yang akan terjadi dengan para tokoh Aliran Mo-kauw itu
nanti. "Tolong katakan kepada T uan Toan Hoa bahwa aku sedang
keluar sebentar!" katanya kepada para pelayan yang merasa
lega kembali sete lah empat orang itu meninggalkan restoran
mereka. "Tu-tuan hendak pergi kemana...?" salah seorang pelayan
itu bertanya dengan kening berkerut.
Liu Yang Kun tidak menjawab. Ia cepat menyelinap keluar
dan menghilang di dalam kegelapan. Dengan Bu-eng Hweteng-nya ia melejit dan menyelinap di antara rumah-rumah
penduduk, mengikuti ke mana saja rombongan Tung-hai
Nung-jin itu pergi. Di tempat-tempat yang ramai pemuda itu
berjalan biasa, membaurkan diri dengan para pejalan kaki
yang lain. Tapi bila berada di tempat sepi, pemuda itu
terpaksa berloncatan di atas genting-genting rumah atau
pepohonan yang rimbun, agar supaya jejaknya tidak ketahuan
oleh mereka. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Untunglah, di tempat-tempat yang sepi biasanya juga gelap
atau kurang penerangannya, sehingga langkah pemuda itu
tidak gampang terlihat oleh siapapun juga. Apa lagi gin-kang
pemuda itu memang telah mencapai kesempurnaannya.
Gerakannya yang cepat dan gesit itu benar-benar sulit diikuti
oleh pandangan mata. Tung-hai Nung-jin membawa tamunya ke pinggir kota
sebelah timur. Di sebuah jalan yang gelap dan sepi, mereka
berbelok ke halaman yang amat luas dan banyak
pepohonannya. Mereka masuk ke dalam rumah besar yang
terang benderang penerangannya. Beberapa orang penjaga
tampak keluar dari dalam kegelapan dan menyambut mereka.
Liu Yang Kun cepat berlindung di tempat yang gelap.
"Hmm...... inilah tampaknya gedung dimana Tung-hai-tiauw
tinggal di kota ini. Sungguh angker dan lepas dari perhatian
sekelilingnya. Tapi aku harus berhati-hati memasukinya.
Kulihat banyak sekali penjaga yang berkeliaran di dalam
kegelapan." pemuda itu membatin.
Liu Yang Kun lalu mengawasi pepohonan tinggi dan rimbun
yang banyak terdapat di halaman itu.
"Kukira ada juga penjaga yang bertengger di atas dahandahan sana. Namun didalam rimbunnya dedaunan itu
tampaknya aku juga akan lebih aman dari pada harus berjalan
di atas tanah." pemuda itu berpikir pula.
Demikianlah sete lah memutuskan diri untuk mendekati
gedung tersebut dengan cara berloncatan di atas pohon, maka
Liu Yang Kun lalu mempersiapkan seluruh kemampuannya.
Dikerahkannya seluruh tenaga sakti Liong-cu-i-kangnya, agar
supaya sewaktu-waktu bisa ia pergunakan dengan sesuka
hatinya. Pemuda itu lalu melesat ke atas pohon yang terdekat.
Beberapa orang penjaga yang ada di dalam halaman itu hanya
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
melihat berkelebatnya sebuah bayangan, yang mereka sangka
adalah seekor kelelawar atau burung malam saja.
"Gila! Tung-hai-tiauw benar-benar menjaga rumah ini
seperti menjaga sangkar emas saja. Dimana-mana ada
penjaga." sambil beringsut dan berlompatan dari dahan ke
dahan, Liu Yang Kun menghitung jumlah penjaga yang
dilewatinya. Tiba-tiba pemuda itu me lihat sesosok bayangan melesat di
atas pohon di depannya. Bayangan hitam itu hanya tampak
sekilas saja, karena untuk selanjutnya lalu hilang ditelan
kegelapan malam atau rimbunnya daun yang menutupi pohon
tersebut. Liu Yang Kun menjadi tegang dan berdebar-debar. Apalagi
ketika lapat-lapat terdengar suara keluhan di dalam rimbunnya
daun itu. "Siapa itu" Kaukah, Houw Ti?" seorang penjaga yang
berada di bawah pohon itu menyapa dan menengadahkan
kepalanya. "Benar! Ssst..... jangan berisik!" terdengar suara jawaban
dari atas pohon. "Bangsat! Kaulah yang berisik! Kalau kau tidak berisik lebih
dulu, masakan aku mengerti tempatmu, huh?" penjaga yang
ada di bawah itu mengumpat.
Orang yang ada di atas pohon itu tidak melayani umpatan
itu. Liu Yang Kun melihat orang itu telah melesat pergi
meninggalkan pohon tersebut. Gerakannya demikian ringannya sehingga ranting-ranting pohon itu tidak tergoncang
ataupun bergoyang karenanya.
"Agaknya memang betul apa yang dikatakan oleh Toan Hoa
tadi. Banyak jago-jago silat sakti, yang semula tak pernah
terdengar namanya, kini tampak terjun berkeliaran di dunia
kang-ouw, hanya karena munculnya Buku Rahasia. Baru
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sehari aku keluar dari gua di bawah tanah itu, ternyata sudah
ada tiga orang berkepandaian tinggi yang kutemui. Kam Lojin, orang yang kuikuti siang tadi, dan...... orang ini! Dan
ketiga-tiganya memiliki gin-kang yang hebat sekali! Hmm!
Coba aku tidak memiliki Bu-eng Hwe-teng, niscaya aku tak
bisa berkutik di depan mereka."
Perlahan-lahan Liu Yang Kun mengintip penjaga yang
berdiri di bawah pohon itu. Ketika penjaga itu lengah, Liu
Yang Kun segera melesat ke pohon tersebut. Dan pohon itu
juga tidak bergoyang sedikitpun, seolah-olah loncatan pemuda
itu cuma loncatan seekor belalang kecil yang tak berbobot
sama sekali. "Ah.....!" tiba-tiba Liu Y ang Kun berdesah perlahan ketika ia
mendapatkan sesosok tubuh manusia terikat di sebuah dahan.
Orang itu tidak mati, tapi lumpuh karena ditotok urat
darahnya. Dan Liu Yang Kun semakin menjadi kaget begitu
menyaksikan pakaian seragam orang itu. Karena pakaian itu
sama warna dan potongannya dengan pakaian yang
dikenakan di bawah pohon itu.
"Oh, kalau demikian........orang inilah yang dipanggil
dengan nama Houw Ti tadi. Jadi bayangan yang kulihat itu
bukanlah teman atau anak buah Tung hai-tiauw. Tampaknya
orang itu juga orang luar yang sedang menyelidiki tempat ini,
seperti aku pula." pemuda itu membatin.
Begitulah, semakin mendekati gedung itu, Liu Yang Kun
semakin sering mendapatkan penjaga yang telah dilumpuhkan
atau ditotok urat darahnya. Mereka disembunyikan di tempattempat yang terlindung agar tidak diketahui oleh penjaga yang
lain. Meskipun demikian ketika telah mencapai tembok gudang
itu, ternyata Liu Yang Kun telah kehilangan jejak orang yang
sangat lihai tersebut. "Kemanakah larinya orang itu" Apakah dia telah masuk ke
dalam gedung itu?" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dengan sangat berhati-hati Liu Yang Kun lalu merayap ke
atas genting. Perlahan-lahan ia menuju ke atas pendapa,
dimana ia perkirakan Tung-hai-tiauw sedang menjumpai
kedua tokoh Aliran Mo-kauw itu. Dibukanya sebuah genting
untuk mengintip ke dalam.
"Hai Ong dataaaaang............!" tiba-tiba terdengar teriakan
seorang penjaga. Liu Yang Kun cepat melongok ke bawah. Matanya melihat
seorang lelaki tinggi besar, berjenggot lebat, sedang
memasuki pendapa itu dari pintu tengah. Beberapa orang
pengawal tampak berbaris di kanan-kirinya. Gayanya dan
caranya berjalan kelihatan angkuh dan berwibawa seperti
seorang raja. "Ah...... itulah agaknya yang bernama Tung-hai-tiauw, Raja
Bajak Laut yang tersohor itu. Tampaknya ia juga baru saja
keluar menemui tamunya itu. Bukan main.......!" Liu Y ang Kun
berdesah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ia benarbenar seperti seorang raja.
Pakaiannya gemerlapan. Pengawalnya banyak serta garang-garang. Dan pasukan atau
anak-buahnya pun tak terhitung pula jumlahnya. Hmmm........" Tung-hai-tiauw lantas duduk di kursinya. Sama sekali ia tak
menyapa atau menengok ke arah tamunya, padahal kedua
orang tokoh Aliran Mo-kauw itu juga ikut berdiri pula di
samping Tung hai Nung-jin
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk menghormati kedatangannya. Meskipun demikian kedua tokoh Aliran Mokauw itu tak menjadi tersinggung karenanya. Wajah kedua
orang itu tetap tenang. "Hai-ong.......! Inilah tokoh Mo-kauw yang kulaporkan itu.
Mereka adalah tangan kanan Pek-i Liong-ong. Nama mereka
adalah Bhong Kim Cu dan Leng Siauw. Keduanya menduduki
jabatan sebagai Siang-kauw Tai-shih (Sepasang Duta Agung)
di dalam Aliran Mo-kauw. Mereka berdua kubawa menghadap
kemari agar Hai-ong dapat menjelaskan persoalannya. Sebab
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mereka ini merasa tidak bersalah. Bahkan mereka merasa
penasaran karena kita telah menangkapi kawan kawannya
selama ini." Tung-hai Nung-jin membuka laporannya.
"Benar, Hai-ong......." tiba-tiba Bhong Kim Cu berdiri dan
memberi hormat. Matanya memandang tajam dan sedikitpun
tidak kehilangan ketenangannya. Sikapnya benar-benar
menunjukkan bahwa ia tidak terpengaruh oleh kegarangan
ataupun keangkeran lawannya.
"Apanya yang benar, heh?" raja bajak laut yang kasar itu
tiba-tiba membentak dengan suara menggeledek.
Sesuai dengan jabatannya sebagai pemimpin para
perompak, ternyata Tung-hai-tiauw itu juga berwatak kasar
dan kurang mengindahkan sopan-santun. Meskipun Bhong
Kim Cu dan Leng Siauw telah bersikap hormat kepadanya,
namun ternyata Tung-hai-tiauw tidak mengacuhkannya.
Padahal kedua tokoh Aliran Mo-kauw tersebut mempunyai
kedudukan tinggi dan amat dihormati di dunia persilatan.
Untunglah sebagai seorang tokoh agama, apalagi umur
mereka juga sudah tidak muda pula, mereka berdua bisa
menguasai diri. Mereka tidak merasa tersinggung, karena
mereka juga menyadari dengan siapa mereka berhadapan.
"Seperti yang telah dikatakan oleh Tung-hai Nung-jin tadi,
kami orang orang Mo-kauw benar-benar merasa penasaran.
Orang-orang kami yang selama ini merasa tidak pernah
bermusuhan atau berselisih dengan Hai-ong, tiba-tiba diserang
dan ditangkapi. Beberapa orang utusan kami, yang bermaksud
meminta keterangan kepada Hai-ong, juga tidak pernah
kembali. Sehingga dengan berat hati kami berdua terpaksa
meminta kepada Mo-cu, untuk berangkat sendiri ke hadapan
Hai-ong. Dan sungguh beruntung sekali kami dapat
menghadap Hai ong di sini, sehingga kami berdua tak perlu
jauh-jauh pergi ke Hai-ong-hu. Nah, sekarang kami mohon
penjelasan kepada Hai-ong. Apa sebabnya Hai-ong memusuhi
kami dan menangkapi anggota kami" Dan dimanakah kawanTiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kawan kami itu sekarang?" dengan tenang dan jelas Bhong
Kim Cu berkata kepada Tung-hai-tiauw.
Braaaak! Tung-hai-tiauw menggebrak meja. "Hah! Kalian benarbenar tidak tahu atau cuma berpura-pura saja?" hardiknya
seraya berdiri. Leng Siauw cepat bangkit pula dari kursinya. Sambil berdiri
di samping su-hengnya tokoh ketiga dari Aliran Mo-kauw itu
menggeram: "Kami bukan anak kecil lagi. Apa perlunya bagi
kami bergurau dalam suasana yang gawat seperti ini?"
"Bagus! Nah, sekarang jawablah! Kalian sudah pernah
melihat dan mendengar tentang baju-mustika Kim-pauw-san
atau belum?" Seketika Bhong Kim Cu dan Leng Siauw saling pandang
dengan wajah kaget. Tentu saja mereka tahu sekali tentang
baju mustika yang tak mempan senjata itu, karena secara
kebetulan memang mereka berdualah yang dulu mendapatkannya. Hanya saja benda mustika tersebut kini
telah menjadi barang pusaka Aliran Mo-kauw, dan yang
berhak memakai hanyalah Mo-cu seorang.
Dahulu benda mustika itu mereka dapatkan dari seorang
tokoh hitam, bernama Song-bun-kwi (Si Mayat Berkabung)
Kwa Sun Tek. Penjahat itu mereka bunuh, dan baju mustika
yang dikenakan oleh penjahat tersebut mereka ambil. Mereka
berdua merasa bahwa tak seorang-pun yang mengetahui
perbuatan mereka itu. Tapi, mengapa sekarang secara tiba
tiba Tung-hai-tiauw menanyakan tentang hal itu" Apakah raja
Bajak Laut itu hendak merebut dan memiliki benda pusaka
itu" Beberapa saat lamanya Bhong Kim Cu dan Leng Siauw tak
bisa menjawab pertanyaan Tung-hai-tiauw tersebut.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hei! Mengapa kalian tidak menjawab" Kalian pernah
melihat atau belum?"
''Ayoh! Lekaslah Ji-wi menjawabnya! Mengapa diam saja?"
Tung-hai Nung-jin ikut mendesak pula.
Bhong Kim Cu menoleh sekilas. Sebenarnya ia sudah tak
bisa membendung kemarahannya. Belum pernah ia selama ini
dibentak-bentak orang sedemikian rupa. Tapi karena ia
sedang mengemban perintah ketuanya, maka terpaksa ia
menahan hati sebisa-bisanya.
"Hmm..... mengapa Hai-ong menanyakan hal itu kepada
kami" Apakah Hai ong menginginkan benda itu dan ...
bermaksud untuk memilikinya?" dengan berani Leng Siauw
mendahului su-hengnya. "Bangsat benda itu milikku! Bukan m ilik siapa-siapa! Karena
keteledoran puteriku benda itu hilang dicuri orang!
Tahu.......?" Tung-hai-tiauw mengumpat kasar.
Melihat kemarahan pemimpinnya, otomatis para pengawal
dan anggota bajak laut yang berada di ruangan itu segera
bersiap-siaga. Mereka berjaga-jaga kalau tamu-tamu itu
menjadi marah pula dan menyerang pemimpin mereka.
Sebaliknya Bhong Kim Cu dan Leng Siauw juga sudah habis
kesabarannya. "Jangan asal bicara! Benda pusaka itu adalah milik kami.
Kami berdualah yang memperolehnya dari tangan Song-bunkwi K wa Sun Tek!" Bhong Kim Cu berteriak pula tanpa terasa.
"Bagus! Kau tahu dari mana orang itu mendapatkannya"
Uh, ia mencuri pusaka itu dari tangan puteriku! Sudah
bertahun-tahun aku menyelidikinya. Dan ternyata benda itu
kemudian jatuh ketangan kalian. Itulah sebabnya kami
memusuhi Aliran Mo-kauw. Kami menangkapi orangmu
sebanyak-banyaknya, dengan harapan pada suatu saat kelak
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bisa kami tukarkan dengan baju Kim-pauw-san itu." T ung-haitiauw tertawa lega mendengar pengakuan Bhong Kim Cu itu.
Bhong Kim Cu agak menyesal juga te lah kelepasan omong.
Namun ia juga tak percaya pula pada omongan raja bajak laut
itu. "Hmm..... siapa percaya, pada ucapanmu" Kau hanya
mencari alasan saja untuk memiliki benda pusaka itu!"
katanya keras. "Apa" Kau katakan bahwa kami cuma mencari-cari alasan
Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam 4 Misteri Lukisan Tengkorak Seri 4 Opas Karya Wen Rui An Pendekar Kelana 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama