Ceritasilat Novel Online

Memburu Iblis 13

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 13


seorang diantara lelaki kasar itu berseru. Dan ketika Liu Yang
Kun memandang, dilihatnya pengawal yang ia lemparkan ke
sungai tadi telah ditolong kawan-kawannya. Tampaknya dia
adalah kepala dari kawanan lelaki kasar itu. Meskipun
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pakaiannya basah kuyup, namun wajahnya tampak merah
padam menahan marah. "Ba-ba bagaimana ini....... tuan" Me-mere-mereka.. ..
hendak membakar kita semua." Ciok Kwan semakin pucat dan
gugup. Bibirnya gemetaran.
Liu Yang Kun menghela napas panjang, lalu bangkit berdiri.
Otaknya sibuk mencari jalan yang baik untuk mengatasi
keadaan yang dihadapinya. "Aku memang bisa saja
menghabisi mereka. Tapi kalau mereka benar-benar mau
membakar perahu ini memang sulit bagiku untuk menyelamatkannya. Kecuali kalau kakek Lo serta cucunya itu
mau turun tangan membantuku," pikir pemuda itu seraya
melirik teman seperahunya yang cacat itu.
"Ciok Kwan,... .! Ayo cepat! Apa kau ingin melihat
berkobarnya api dulu di perahumu, heh?" pengawal Coa In
Lok itu mengancam lagi. Liu Yang Kun menggeram kemudian dengan sangat
terpaksa ia menoleh ke arah kakek Lo dan A Hek. "Nah ... kita
tak mempunyai banyak waktu lagi. Mereka akan segera
membakar perahu kita ini. Terserah kepada ji-wi (tuan
berdua) untuk mengambil sikap. Ji-wi akan tetap berdiam diri
saja, atau........ikut membantu aku menyelamatkan perahu
ini," katanya dingin.
A hek tetap berdiam diri. Cuma matanya saja yang melirik
ke arah kakeknya. T ampaknya hatinya tetap tak tergoyahkan
juga menyaksikan kekejaman Coa In Lok terhadap Ciok Kwan
tadi. Tampaknya perasaannya juga sekejam wajahnya yang
buruk itu. "Baiklah, siauw-hiap. Kami berdua akan membantumu
menyelamatkan perahu ini. Bagaimanapun juga kami masih
membutuhkan perahu ini sampai di Cin-an nanti," akhirnya
kakek Lo yang menjawab. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Bagus. Kalau begitu kuserahkan keselamatan perahu ini
kepada ji-wi. Aku akan menghadapi orang-orang itu," sahut
Liu Yang Kun lega. "Bagaimana, Ciok Kwan...." Kuhitung sampai lima, kalau
kau tetap berdiam diri...... aku akan memerintahkan untuk
membakar perahumu. Nah, satu.....dua.....tiga......?" Pengawal
itu mulai menghitung. "Bangsat! Pergi kalian dari sini!" Liu Yang Kun memotong
dengan suara menggeledek. Lalu kakinya menjajal lantai dan
tiba-tiba saja tubuhnya 'terbang' menyerang.
"Aaaaah.........?""
Untuk sekejap semua orang tertegun dan berdesah kaget
menyaksikan kehebatan gin-kang Liu Yang Kun itu. Namun
bagi orang-orang Coa In Lok rasa kaget itu segera berubah
menjadi rasa cemas yang Iuar biasa pula. Dalam sekejap itu
juga mereka segera menyadari bahaya yang hendak
mengancam mereka. Terutama si pimpinan pengawal Coa In
Lok yang secara langsung mendapat serangan Liu Yang Kun
tersebut. "Cepat menghindar.........!!" tangan kanan Coa ln Lok itu
berteriak parau seraya bergegas melompat ke sampan yang
lain. Orang-orang yang satu sampan dengan dia pun cepat
melompat pula ke sampan yang lain. Meskipun demikian
sambil melompat tidak lupa mereka menyambut kedatangan
Liu Yang Kun dengan melemparkan obor yang ada di tangan
mereka pula. Wuuuut! Wuuuut! Braaaak! Dengan mudah obor-obor itu ditepiskan Liu Yang Kun
sehingga obor tersebut pecah dan apipun bertebaran kemana
mana membakar minyak yang tertumpah dari dalamnya!
Sebaliknya di dalam kemarahannya Liu Yang Kun segera
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mengerahkan lwee-kang ke kakinya, sehingga ketika ia
mendarat di atas sampan si pengawal yang kosong itu, maka
tiada ampun lagi sampan tersebut hancur berantakan!
Belasan anak buah Coa In Lok itu semakin merasa kaget
dan cemas menyaksikan kelihaian Liu Yang Kun. Mereka
benar-benar tidak menyangka kalau pemuda itu sedemikian
hebat kepandaiannya. "Lemparkan obor......!" dalam ketakutannya pemimpin
pengawal Coa In Lok itu berteriak.
Sesaat kemudian, bersamaan dengan melentingnya kembali
tubuh Liu Yang Kun dari sampan yang pecah itu, maka
belasan atau bahkan puluhan buah obor pun segera
berterbangan di atas permukaan sungai yang amat lebar
tersebut. Sebagian diantaranya tampak melayang ke perahu
Ciok Kwan, sementara yang sebagian lagi tampak menyerang
tubuh Liu Yang Kun. Tapi baik Liu Yang Kun maupun kakek Lo segera beraksi
pula. Mati-matian mereka menghalau obor itu. Dengan kaki
dan tangannya, atau kadang-kadang dengan pukulan jarak
jauhnya Liu Yang Kun meruntuhkan obor-obor itu, sementara
kakek Lo mengayunkan tongkatnya kesana-kemari menghalau
obor-obor yang hendak menimpa perahunya. Meskipun buta
ternyata kakek tua itu hampir bisa menangkis semua obor
yang datang. Sementara obor yang dapat lolos dari
tongkatnya segera dipungut oleh A Hek untuk dilempar
kembali kepada pemiliknya.
Alhasil di atas sungai itupun segera berlangsung perang
obor yang sangat mengasyikkan! Para penonton yang
memadati pinggiran sungai itu segera bersorak-sorak riuh.
Apalagi ketika mereka menyaksikan orang-orang Coa In Lok
yang tak mereka sukai itu tampak kewalahan menghadapi Liu
Yang Kun yang "beterbangan" seperti burung walet diatas
sampan-sampan itu. Bahkan sambil menyambar-nyambar Liu
Yang Kun dapat melumpuhkan lawannya satu persatu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Beberapa buah sampan tampak pecah atau terbalik ketika
dilewati pemuda itu. Namun kegembiraan para penonton segera berubah
menjadi ketegangan yang luar biasa ketika "perang api" itu
berubah menjadi "pesta kebakaran" diatas sampan-sampan
tersebut, yang kemudian bahkan ke sampan-sampan dan
perahu-perahu yang sedang berlabuh di tepi sungai tersebut.
Penonton pun segera bubar berlarian menyelamatkan diri.
Penonton yang merasa memiliki perahu atau sampan di tepian
sungai itu pun bergegas pula dengan sekuat tenaga untuk
menyelamatkan miliknya tersebut dari kobaran api. Tak
seorang pun lagi yang memperhatikan atau menonton
pertempuran diatas sungai. Semua perhatian hanya tertuju
kepada api yang mengamuk di tepian sungai tersebut.
"Gila! Tak kusangka semuanya akan jadi begini! Tak
kusangka tumpahan dan percikan minyak obor itu bisa
menimbuIkan kebakaran besar seperti ini." Liu Yang Kun
mengeluh kesal sambil berloncatan menyelamatkan dirinya.
Tangan kanannya tampak menjinjing tubuh Ciok Kwan yang
juga telah berhasil ia selamatkan dari kobaran api itu pula.
Namun pemuda itu tak tahu bagaimana nasib kakek Lo dan A
Hek. Demikianlah, sepagi itu penduduk dusun tersebut telah
disuguhi "pesta api" yang sangat menggemparkan. Ternyata
tak seorangpun yang mampu menjinakkannya, meskipun
kebakaran itu berlangsung diatas sungai yang berlimpah
airnya. Hanya beberapa buah perahu saja yang selamat.
Itupun karena mereka ditambatkan agak jauh dari tempat
kebakaran, sehingga lidah api yang berkobar-kobar itu tak
kuasa menjilatnya. Dari belasan anak buah Coa In Lok itu ternyata hanya
empat orang yang bisa menyelamatkan diri. Itupun dengan
luka-luka bakar yang hampir menghancurkan seluruh kulit
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tubuh mereka. Sedangkan pengawal-pengawal yang lain telah
tewas dan tenggelam bersama sampan-sampan mereka.
Dan kini diatas sungai tersebut tinggallah bekas-bekas
rongsokan perahu dan sampan, yang terapung berserakan
diantara genangan minyak yang belum terbakar. Perlahanlahan mereka hanyut didorong aliran air sungai. Di beberapa
tempat masih tampak asap mengepul dari kayu-kayu yang
belum sepenuhnya padam dari cengkeraman api.
Liu Yang Kun membawa Ciok Kwan ke pinggir.
Diletakkannya tubuh nelayan yang pingsan itu di bawah
sebuah pohon yang rindang. Pemuda itu sengaja mencari
tempat yang agak jauh dari tempat kebakaran tadi.
"Tuan......" Apakah tuan yang bernama Tuan Chin atau
Tuan Liu?" Tiba-tiba seorang nelayan setengah baya muncul
dari balik semak-semak dan menegur Liu Yang Kun. Dengan
agak takut-takut nelayan itu mendekat.
Otomatis Liu Yang Kun meningkatkan kewaspadaannya.
Matanya menatap nelayan itu dengan tajamnya.
"Benar. Lo-pek siapa......." Mengapa mengetahui namaku?"
Liu Yang Kun menjawab hati hati.
"Ooh....!" nelayan yang baru datang itu berdesah lega.
"Aku sudah menduganya sejak tadi. Sejak tuan mulai datang
dan berselisih paham dengan tuan Coa itu. Apalagi seseorang
telah mengatakan ciri-ciri tuan......"
Nelayan itu lalu mengeluarkan secarik kertas dari saku
bajunya. "Tuan Chin..... Seseorang telah menitipkan surat kepadaku.
Dia minta agar aku mau menyerahkan surat itu kepada tuan.
Dan...... inilah surat itu!" katanya sambil menyerahkan kertas
surat itu kepada Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dengan agak ragu-ragu Liu Yang Kun menerima kertas itu,
kemudian membukanya. Hatinya segera berdesir keras ketika
terbaca tulisan 'Teman Lama' di akhir surat itu.
"Ah?"si sastrawan itu lagi !" Liu Yang Kun berdesah
seraya membaca isi surat tersebut.
Saudara Chin, Berhati-hatilah di dusun yang tampaknya kecil ini! Jangan
sekali-kali berurusan dengan Coa In Lok, seorang tengkulak
kaya yang amat berpengaruh di daerah ini ! Maaf, terus
terang aku belum bisa menjelaskan alasan-alasannya, karena
aku sendiri juga belum sempat menyelidikinya. Namun yang
terang orang itu sangatlah berbahaya. Dia sendiri tidak bisa
silat, tapi dia mempunyai hubungan dengan seorang tokoh
yang sangat berbahaya dari dunia persilatan!
Teman Lama "Hmm...... sudah terlambat! Aku sudah terlanjur berurusan
dengan tengkulak kaya itu. Bahkan aku sudah mengobrakabrik para pengawalnya." Liu Yang Kun bergumam begitu
selesai membaca surat itu. Lalu katanya kepada nelayan yang
membawa surat itu,"Lo-pek! Kapan surat ini dititipkan
kepadamu" Kau kenal siapa nama orang itu?"
Nelayan setengah baya itu menggelengkan kepalanya.
"Saya belum pernah melihat atau mengenalnya, tuan. Saya
baru melihatnya ketika dia datang menitipkan surat itu di pagipagi buta tadi," jawabnya perlahan.
"Di pagi buta" Apakah dia juga naik perahu?"
"Ya. Tapi perahu itu hanya singgah sebentar. Cuma
menambah perbekalan dan menjual hasil ikannya yang tidak
begitu banyak. Tampaknya pemilik perahu itu sangat tergesagesa. Dan sementara para pekerja menurunkan ikan dari
perahu, nona itu datang mendekati aku dan ...... menitipkan
surat itu." Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Nona.......?" Liu Yang Kun tersentak kaget. "Dia.......
seorang gadis" Dia bukan seorang pemuda tampan
berpakaian sastrawan?"
Saking kagetnya mendengar penuturan nelayan itu, Liu
Yang Kun sampai lupa diri. Tangannya mencengkeram pundak
nelayan tersebut, sehingga orang itu sampai menjerit
kesakitan. Untunglah pemuda itu tidak mengerahkan tenaga
saktinya. "Eh-oh... maaf, lo-pek.... aku tak sengaja. Aku betul-betul
kaget ketika kaukatakan bahwa orang yang menitipkan surat
itu adalah seorang gadis. Aku benar-benar tak menyangkanya." Sambil mengusap-usap pundaknya yang
masih terasa sakit, nelayan itu mengangguk-angguk. "Tak
apa, tuan, tampaknya tuan memang betul-betul terkejut
mendengar keteranganku tadi. Dan agaknya tuan juga belum
mengenal nona cantik itu."
"Nona cantik....?" Liu Yang Kun menegaskan.
"Benar. Nona itu memang cantik sekali......"
"Oooooh......!" Liu Yang Kun berdesah.
Pemuda itu lalu duduk lemas di tanah. Pikirannya menjadi
kacau. Benar-benar kacau. Manakah sebenarnya keterangan
yang betul" Keterangan yang diberikan oleh pelayan rumah
penginapan itu atau keterangan nelayan separuh baya ini"
Mengapa keterangan mereka tentang 'teman lama' itu sangat
berbeda" Manakah yang benar, seorang pemuda tampan berpakaian
sastrawan ataukah seorang gadis muda yang cantik sekali"
Si nelayan pembawa surat itu menjadi kikuk juga
menyaksikan Liu Yang Kun hanya terdiam dan termenung saja
setelah membaca surat yang dibawanya itu. Oleh karena itu
diam-diam ia melangkah mundur dan pergi dari tempat
tersebut.

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Uuuuuuh......"!" tiba-tiba Ciok Kwan yang pingsan itu
mengeluh sadar. Liu Yang Kun tersentak kaget dari lamunannya. Matanya
nyalang mencari nelayan yang membawakan surat untuknya
itu. Tapi ia tak menemukannya. Orang itu telah pergi.
Sebaliknya ia melihat Ciok Kwan telah siuman dari pingsannya.
Nelayan miskin yang kini juga telah kehilangan perahunya
pula itu tampak bangkit dari tidurnya.
Dan begitu sadar orang itu segera teringat perahunya.
"Oh"..oh".. perahuku" Perahuku ".." di-di-dimana".dia?"
jeritnya parau dengan wajah pucat pasi. Matanya tampak
melotot memandang Liu Yang Kun dengan sinar mata putusasa. Liu Yang Kun tak kuasa menatap wajah itu lama-lama. Ia
mengerti perasaan nelayan miskin itu. Hatinya ikut menyesal
pula. Dan ia merasa turut bertanggung-jawab atas hilangnya
harta-benda satu-satunya dari keluarga miskin itu.
"A-a-apa...... apakah ia turut terbakar........?" orang tua itu
berkata pula hampir menangis.
Liu Yang Kun terdiam bingung serta tak tahu harus
menjawab bagaimana. Ia tak ingin melihat sinar penderitaan
dan keputus-asaan di wajah orang yang telah kenyang dengan
kesengsaraan hidup itu. Tapi bagaimana ia harus mengembalikan perahu yang sudah musnah terbakar itu"
Tak terasa pemuda itu menggeram. "Aku harus
mendapatkan gantinya! Persetan dengan peringatan 'Teman
Lama' itu. Aku akan menuntut Coa In Lok! Dialah biang keladi
semua kejadian ini! Huh!"
"Tu-tuan bilang a-a-apa?".?" Ciok Kwan tergagap
meminta penjelasan. Sekali lagi Liu Yang Kun menggeram. Kini lebih keras.
"Paman, kau tak usah khawatir karena.....kehilangan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
perahumu. Aku akan mencarikan gantinya! Kau tunggulah
disini, aku akan ke rumah tengkulak busuk itu!"
Bukan main terkejutnya Ciok Kwan! "ja-ja-jangan...... tuan!
Dia.....dia...?" Tapi sambil mendengus dingin Liu Yang Kun telah
berkelebat pergi dari tempat itu. Lapat-lapat masih terdengar
suara ancamannya! "Paman tak usah takut! Lihat saja! Ka lau bangsat busuk itu
tak mau mengganti semua kerugianmu, hmmh?" seluruh
harta bendanya juga akan terbakar musnah seperti perahumu
itu!" "Ooooh!" Ciok Kwan berdesah ngeri.
Sekejap saja Liu Yang Kun telah berada di tepian sungai itu
kembali. Dan dilihatnya orang-orang masih ribut mengurusi
bekas-bekas kebakaran tadi. Sebagian dari mereka tampak
mengangkuti barang-barang yang masih dapat diselamatkan
dari amukan api. Sementara yang lain lagi tampak sibuk
mengumpulkan dan merawat mayat-mayat yang terapung di
atas sungai. Mereka kelihatan sibuk dan bekerja tanpa pamrih,
seakan-akan mereka semua telah melupakan kebencian
mereka kepada orang-orang yang sering berlaku kejam
terhadap mereka itu. Dan semuanya segera terperanjat serta berdebar-debar
hatinya begitu melihat Liu Yang Kun! Sama sekali mereka tak
menyangka kalau pemuda itu kembali lagi. Mereka mengira
kalau pemuda itu telah jauh meninggalkan dusun mereka.
"Tuan....." Eh.......mengapa tuan kembali lagi ke sini?"
seorang nelayan tua segera menegurnya. Wajahnya tampak
cemas. "Benar! Mengapa tuan kembali lagi! Pergilah cepat!
Sebelum T uan Coa datang lagi dengan se luruh kekuatannya !"
yang lain datang pula memperingatkan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Betul, tuan. Tuan jangan membahayakan diri tuan sendiri.
Kami seluruh penduduk desa ini sudah sangat berterima kasih
sekali me lihat sepak terjang tuan tadi. Sekarang tuan harus
lekas-lekas meninggalkan dusun ini! T uan tak usah menentang
seluruh kekuatan Tuan Coa yang amat kuat itu. Tengkulak
busuk itu sudah cukup mendapat pengajaran....." seorang
nelayan berambut putih ikut pula memberi peringatan.
Liu Yang Kun tersenyum sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya. Ia mengucapkan rasa terima kasih atas perhatian
mereka. Namun demikian ia juga menyatakan bahwa dirinya
tak berniat untuk pergi meninggalkan desa itu sebelum
semuanya menjadi beres. Bahkan dengan suara tegas ia
menanyakan tempat tinggal Coa ln Lok.
"Biarlah kuselesaikan sekalian urusanku dengan dia itu agar
dia tak membalas dendam kepada penduduk yang tak
bersalah! Kalau perlu akan kubasmi habis semua kakitangannya, sehingga dusun yang ramai ini menjadi aman...!"
katanya menambahkan. Ucapan pemuda itu segera disambut dengan gembira oleh
orang-orang itu. Mereka telah menyaksikan sendiri kehebatan
dan kesaktian pemuda itu. Meskipun demikian ada juga
diantara mereka yang merasa sangsi atas keberhasilannya,
karena bagaimanapun juga mereka telah menyaksikan
kekuatan Coa In Lok dan anak-buahnya yang banyak itu.
Setelah puluhan tahun keluarga tengkulak kaya itu berkuasa di
daerah mereka. Tapi sorak-sorai gembira itu segera terdiam ketika belasan
orang lelaki kasar mendatangi tempat itu. Bahkan beberapa
orang yang berhati kecil telah berlari lintang-pukang
menyelamatkan diri. Sementara yang lain, yang tak sempat
lari, tampak gemetaran kakinya. Mereka memandang
kedatangan lelaki-lelaki kasar itu dengan wajah pucat seperti
mayat. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun membalikkan tubuhnya. Dipandangnya
belasan lelaki yang datang itu, dan ia segera bisa menebak
siapa yang telah datang. Otomatis tangannya terkepal.
Matanya menyala. Seorang diantara kawanan lelaki kasar itu maju ke depan.
Wajahnya yang tinggi besar, dengan cambang dan jenggotnya
yang lebat itu sungguh membuat orang menjadi segan dan
takut. Dan perhatian orang itu segera tertuju kepada Liu Yang
Kun, karena sikap dan penampilan pemuda itu sama sekali lain
dengan orang-orang yang ada di tempat itu. Kalau semua
orang tampak pucat ketakutan, sebaliknya pemuda itu
kelihatan tenang-tenang saja. Bahkan pada raut mukanya
menampakkan wibawa atau perbawa yang menggetarkan hati
siapapun yang menghadapinya. T ak terkecuali si tinggi besar
yang berjenggot lebat itu!
Sementara itu hari telah semakin siang. Matahari telah
merangkak semakin tinggi. Perahu pun semakin banyak yang
berdatangan pula. Dan rata-rata semuanya menjadi kaget dan
heran menyaksikan bekas-bekas kebakaran di tempat itu.
Apalagi ketika melihat mayat mayat yang bertebaran di segala
tempat. Diantara perahu-perahu yang datang tampak pula sebuah
perahu penumpang yang tiba dari arah hilir atau dari kota Cinan. Kelihatannya perahu penumpang itu hendak singgah dulu
sebelum melanjutkan perjalanannya ke kota An-lei. Seorang
lelaki gagah berusia empatputuh lima tahunan ikut turun dari
atas perahu tersebut. Di belakangnya berjalan juga dua orang
pengawal yang umurnya juga sebaya dengan lelaki itu.
Yang agak mengherankan pada orang-orang itu adalah
kulit mereka. Ketiga-tiganya memiliki kulit yang amat pucat
seolah-olah tak berdarah. Sementara sinar mata mereka
tampak ganjil dan mengerikan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Seperti halnya para penumpang yang turun dari perahu itu,
maka ketiga orang itu pun juga berjalan mendekati Liu Yang
Kun yang sedang menantikan kedatangan lelaki-lelaki kasar
tersebut. "Hmmh..... kaukah yang telah membikin onar dan
membunuh beberapa orang teman kami?" si tinggi besar
bercambang lebat itu menghardik Liu Yang Kun. Liu Yang Kun
menyeringai dan menganggukkan kepalanya. "Benar! Dan
sungguh kebetulan sekali kalian datang kesini, sehingga tak
perlu berpayah-payah mencari rumah majikanmu," jawab
pemuda itu tak kalah kakunya.
"Maksudmu.....?" si tinggi besar itu tersentak kaget dengan
suara bergetar. "Maksudku" Hmmh! Antarkan aku ke rumah Coa In Lok
keparat itu! Aku hendak membuat perhitungan dengan dia!"
Liu Yang Kun menggeram dengan suara menggeledek.
"Bangsat......!!" si tinggi besar itu mengumpat.
Tiba-tiba kawanan lelaki kasar itu menebar dan masingmasing juga telah mencabut senjatanya. Mereka mengepung
Liu Yang Kun. Dan orang-orang yang berada di tempat itupun
segera berlarian menyingkir. Begitu pula dengan tiga orang
lelaki pucat itu. Mereka juga menyingkir, meskipun tidak
berlarian seperti yang lain. Mereka melangkah dengan tenang.
Bahkan di wajah mereka tersungging senyuman gembira
melihat tontonan kekerasan yang hendak berlangsung di
depan mereka itu. "Minggir.....!" beberapa orang diantara lelaki kasar itu
menggertak melihat langkah mereka yang pelan itu.
"Kurang......" salah seorang dari kedua pengawal lelaki
gagah itu hendak mengumpat, tapi cepat dicegah oleh lelaki
gagah tersebut. "Ssssst.......biarkan saja! Kita lihat dulu keramaian ini!"
lelaki gagah itu berkata, lalu menarik lengan kedua
pengawalnya ke pinggir. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Maaf, su-heng........ dia...?" pengawal itu mencoba
membela diri. Tapi belum juga pengawal itu menyelesaikan kata-katanya,
beberapa orang lelaki kasar yang membentaknya itu tiba-tiba
mendelik dan kemudian jatuh tertelungkup diatas tanah. Kulit
tubuh mereka tiba-tiba juga berubah menjadi putih pucat
seperti kapur, sementara dari lobang mulut, hidung dan
telinga mereka mengalir darah segar. Mereka tewas dengan
mengerikan! Tentu saja lelaki gagah itu menjadi kaget. Sambil
menggamit lengan pengawalnya ia berbisik. "Hei, Nyo-su-te ..
.." Kenapa orang itu" Diam-diam kau telah melepaskan Jarum
Cit-hoan tok-ciam (Jarum Beracun Tujuh Langkah) ya?"
"Maaf, Kim su-heng......aku tak sengaja," bisik orang yang
disebut Nyo-sute itu sambil menundukkan kepalanya.
Orang yang ketiga dari mereka itu segera menengahi.
"Sudahlah, Kim suheng".Nyo su-heng telah terlanjur berbuat
dan ia sudah mengakui kesalahannya. Maafkanlah dia,"
katanya dengan berbisik pula. Kemudian sambungnya lagi.
"Dan.....kukira orang-orang itu juga tidak tahu kalau yang
membunuh kawan-kawan mereka adalah Nyo su-heng."
"Hmmmh.....kuharap memang demikian. Tapi siapa tahu
ada orang yang bisa melihatnya" Misalnya pemuda jangkung
itu?" lelaki gagah itu menggeram tertahan seraya melirik Liu
Yang Kun. "Dan sebenarnya aku juga tidak peduli kalau Nyo
sute itu suka membunuh orang. Kukira selama ini aku juga tak
pernah melarang atau menghalang-halanginya. Tapi saat ini
kita sedang bertugas mencari dan melacak tempat tinggal suhu. Kalau belum-belum kita sudah membikin onar di daerah
yang kita tuju, bagaimana kita bisa menemukan orang tua
itu?" Sebenarnyalah bahwa orang-orang Coa In Lok itu tiada
yang tahu persis siapa yang membunuh teman-teman mereka
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
itu. Bahkan mereka itu, terutama si tinggi besar bercambang
lebat itu cenderung untuk menuduh bahwa Liu Yang Kun lah
yang telah menewaskan kawan-kawan mereka tersebut.
"Bangsat pembunuh! Kau memang licik dan kejam luar
biasa!" teriaknya seraya menyerang Liu Yang Kun dengan
golok besarnya. Tetapi Liu Yang Kun yang tahu siapa sebenarnya
pembunuh orang-orang Coa In Lok itu juga tidak
mempedulikan tuduhan tersebut. Bahkan tiba-tiba pemuda itu
juga tidak berselera untuk melayani orang-orang kasar itu.
Perhatiannya tiba-tiba terpusat pada tiga orang misterius itu!
Namun karena ia diserang oleh si tinggi besar, bahkan
kemudian juga diikuti pula oleh kaki tangan Coa In Lok yang
lain, maka pemuda itu terpaksa harus bergerak pula untuk
melayani serbuan mereka. Untunglah kawanan lelaki kasar
pimpinan si tinggi besar tersebut tidak banyak bedanya
dengan kawanan pengawal yang dibawa oleh Coa In Lok tadi
pagi. Mereka hanyalah orang-orang kasar yang mengandalkan
kekuatan otot belaka. Jikalau mereka memiliki ilmu-silat,
itupun juga hanya sekedar ilmu siLat biasa pula, yang tidak
mempunyai keistimewaan atau kehebatan yang pantas untuk
ditakuti. Apalagi oleh Liu Yang Kun yang telah mencapai
tingkat hampir sempurna itu. Sebenarnya tanpa menghindarpun senjata orang-orang itu takkan mampu
menggores atau melukai kulit daging Liu Yang Kun. Hanya
saja pemuda itu memang tak ingin pakaiannya menjadi rusak
oleh sabetan-sabetan senjata mereka.
Demikianlah, sambil me layani keroyokan orang-orang Coa
In Lok, diam-diam Liu Yang Kun tak pernah melepaskan
perhatiannya kepada tiga orang yang mencurigakan itu.
"Ketiga orang itu tentu memiliki kesaktian yang sangat
hebat. Dan yang jelas orang itu suka menggunakan racun
pula. Aku harus berhati-hati bila berhadapan dengan mereka.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Apalagi kelihatannya mereka bertiga juga bukan orang baikbaik," pemuda itu berkata di dalam hatinya.


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akhirnya pemuda itu menjadi bosan juga melayani orangorang Coa In Lok itu. Ketika kemudian ia meningkatkan ginkangnya, maka kawanan manusia kasar itupun segera menjadi
bingung dan kehilangan lawan. Mereka lalu menyerang
dengan ngawur sehingga yang terjadi kemudian adalah saling
gebuk diantara mereka sendiri. Korbanpun segera berjatuhan.
Dan pertempuran itupun segera berhenti pula dengan
sendirinya. Ternyata mereka menjadi sadar bahwa mereka
telah terhanyut dalam pertempuran diantara mereka sendiri,
sementara lawan yang harus mereka hadapi justru telah tiada
diantara mereka. Pemuda yang mereka keroyok itu sudah
berdiri tenang di pinggir arena.
Tentu saja kenyataan itu telah membuka pikiran mereka.
Sekarang mereka menyadari bahwa pemuda yang hendak
mereka tangkap itu sebenarnya memiliki ilmu s ilat yang sangat
tinggi, yang tidak mungkin dapat mereka lawan. Satu-satunya
jalan hanyalah meninggalkan tempat itu dan melaporkannya
kepada Coa In Lok, majikan mereka.
"Nah.....bagaimana sekarang" Mau tidak mengantarkan aku
ke rumah majikanmu" Atau...... kalian ingin melanjutkan lagi
permainan ini?" dari pinggir arena Liu Yang Kun berseru
kepada mereka. "Ba-baiklah.......! Marilah tuan kami antar ke sana......!"
akhirnya si lelaki tinggi besar bercambang lebat itu menjawab
lemah. Segores luka tapak memerah di atas punggungnya,
akibat senjata temannya sendiri yang tak sengaja.
Si tinggi besar itu lalu memerintahkan anak-buahnya untuk
merawat dan membawa teman-temannya yang mati ataupun
terluka beserta mereka. Kemudian ia berjalan mendahului,
setelah lebih dahulu mempersilakan Liu Yang Kun untuk
mengikutinya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun melirik sekejap ke arah tiga orang asing yang
dicuriganya itu, kemudian melangkah mengikuti rombongan
kaki tangan Coa In Lok tersebut. Dan penduduk yang berada
di tepian sungai itupun lantas bubaran pula, sementara yang
belum menyelesaikan pekerjaannya segera melanjutkan lagi.
Cuma sekarang mereka tinggal membersihkan bekas-bekas
kebakaran itu saja, karena mayat-mayat kaki tangan Coa In
Lok sudah dibawa serta kawanan manusia kasar anak-buah
tengkulak kaya itu. "Hei..... lalu bagaimana dengan kita bertiga, Kim su-heng?"
salah seorang diantara tiga orang asing itu tiba-tiba berbisik
kepada yang lain. Dan orang yang diajak berbicara itu tampak
mengerutkan keningnya. "Hmm......bagaimana,
ya" Bagaimanakah kalau menurut pendapatmu, Tang su-te?" lelaki
gagah itu balik bertanya.
Saudara termuda yang dipanggil dengan sebutan 'Tang sute' itu juga mengerutkan dahinya pula. "Wah, kalau
aku".menurut saja semua keputusan Kim su-heng dan Nyo
su-heng. Uh, bagaimana pendapatmu, Nyo suheng?"
Orang yang tadi telah membunuh beberapa orang kakitangan Coa In Lok dengan jarum Ci-hoan-tok-ciam itu juga
mengangkat pundaknya. "Akupun terserah kepada Kim suheng. Dialah yang tertua diantara kita bertiga. Dan dia pula
yang menjadi wakil su-hu selama beliau pergi." jawabnya
pelan. "Baiklah........baiklah!
Kalau begitu kita ikuti saja rombongan orang-orang itu tadi. Sambil melihat-lihat
keramaian, kita menyelidiki daerah ini. Kata su-hu ia berada di
sekitar dusun ini," lelaki gagah Itu akhirnya memutuskan.
"Kalau begitu......marilah kita cepat berangkat! Mereka
keburu hilang dari pandangan kita," orang yang disebut Tang
su-te itu menyahut dengan cepat.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Bergegas ketiga orang asing itu mengejar rombongan Liu
Yang Kun. Seperti yang mereka ucapkan tadi, mereka berjalan
sambil me lihat-lihat suasana di sekeliling mereka. Sungguh
sangat kebetulan bagi mereka, karena rombongan Liu Yang
Kun itu berjalan dengan lambat.
"Heran benar aku. Mengapa su-hu harus pergi jauh-jauh ke
sini kalau cuma untuk mengobati luka-lukanya" Mengapa
beliau tidak tinggal di rumah saja bersama kita" Bukankah
dengan demikian beliau akan mendapatkan pelayanan yang
lebih baik?" orang yang dipanggil dengan sebutan "Tang su-te"
itu berkata kepada saudara-saudaranya.
"Benar. Aku sendiri diam-diam juga merasa heran pula di
dalam hati. Tidak hanya sekali ini su-hu mendapat luka di
dalam pertempuran. Tapi baru kali ini aku me lihat su-hu
sampai harus bersembunyi dan merahasiakan tempat
tinggalnya hanya untuk mengobati lukanya. Demikian
parahkah lukanya?" orang kedua yang dipanggil dengan nama
Nyo su-heng atau Nyo su-te tadi menambahkan pula.
Orang yang tertua, namun justru yang memiliki perawakan
paling gagah itu, berpaling ke arah adik-adiknya. Terdengar
tarikan napasnya yang panjang ketika ia menyahut ucapan
adik-adik seperguruannya itu.
"Entahlah, su-te...... akupun juga tidak bisa menebak
maksud su-hu. Sejak perselisihan dengan Toa-suheng,
sehingga akhirnya Toa-suheng meninggal, watak su-hu
semakin bertambah aneh. Seakan-akan su-hu tidak bisa
percaya lagi kepada orang lain. Termasuk kepada kita pula."
"Ya, benar. Seperti yang terjadi sekarang ini. Selama
setahun su-hu menghilang. Dan selama itu pula beliau hanya
mengirim pesan dua kali. Pertama pada setengah tahun yang
lalu, ia memberitahukan keadaannya yang gawat dan
keinginannya untuk mengobati luka-lukanya. Kedua, pada
sebulan yang lalu, dimana beliau memerintahkan kepada kita
untuk datang ke dusun ini," orang kedua, yang disebut
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dengan nama "Nyo su-te" itu menyambung perkataan suhengnya. Demikianlah, sambil menjaga jarak mereka dengan
rombongan Liu Yang Kun ketiga orang asing itu berbincangbincang tentang maksud tujuan mereka ke tempat itu. Dan
sementara itu rombongan yang membawa Liu Y ang Kun terus
saja menyusuri aliran sungai tersebut ke arah utara. Mereka
melewati perkampungan penduduk yang rumah-rumahnya
berderet memanjang di tepian sungai itu.
Ketika aliran sungai itu kemudian menikung dan membuat
belokan tajam karena membentur tembok tebing yang agak
tinggi, maka kawanan kaki-tangan Coa In Lok itu lalu berhenti
persis di atas tebing itu tampak sebuah bangunan gedung
yang tinggi dan megah. Beberapa orang penjaga tampak
berdiri di pintu halamannya. Itulah rumah keluarga Coa In
Lok! Seorang dari penjaga itu segera berlari ke dalam begitu
melihat rombongan tersebut, sementara yang lain segera
turun ke tepian sungai untuk menyongsong mereka. Namun
para penjaga itu tampak kaget dan tertegun begitu melihat
keadaan rombongan itu. Untuk beberapa saat lamanya
mereka terdiam menyaksikan mayat teman-teman yang telah
meninggal dunia. Rasa-rasanya hati mereka tidak mempercayainya karena baru beberapa waktu yang lalu
mereka berkumpul dan bersenda-gurau.
Dari kaget para penjaga itu menjadi heran pula melihat
pemuda yang hendak mereka tangkap itu kini justru berdiri
bebas diantara rombongan tersebut. Bahkan kalau ditilik dari
sikap pemuda itu dan sikap teman-teman sendiri, jelas kalau
pemuda tersebut telah menguasai kawan-kawannya malah.
"Hmnmh...... itukah tempat-tinggal majikan kalian" Bagus
kalau begitu lekaslah kalian beritahu dia, bahwa aku hendak
menjumpainya!" Liu Yang Kun tiba-tiba berseru.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Benar. Marilah tuan masuk ke dalam. Para penjaga tentu
telah me laporkan kedatangan kita kepada T uan Coa," si tinggi
besar menjawab sedikit keras pula. Keberaniannya pulih
kembali setelah berada di sarangnya.
Rumah besar itu memang agak terpisah dengan
perumahan penduduk yang lain. Dan letaknyapun juga di
tempat yang lebih tinggi dari pada tanah di sekitarnya. Sekilas
pandang Liu Yang Kun segera memuji letaknya yang strategis.
Apalagi bangunan tersebut menghadap ke arah tikungan
sungai, sehingga dari atas pendapa dapat dilihat lalu-lintas
perahu dari segala jurusan. Baik yang datang dari arah hulu,
maupun yang datang dari arah hilir. Sementara di belakang
bangunan rumah tersebut adalah lereng bukit yang lebat
dengan pepohonan dan semak belukar.
Untuk mencapai bangunan rumah itu mereka harus
melangkah melalui trap-trap atau tangga, yang dibangun
melingkar lingkar diantara pertamanan penuh bunga.
Indahnya bukan main. Apalagi ketika Liu Yang Kun sudah
menginjak pendapa rumah itu. Dari sana pemuda itu bisa
menyaksikan pemandangan yang amat mempesonakan di
bawahnya. Aliran sungai yang berkelok-kelok berwarna biru kehijauan.
Perahu-perahu yang beraneka-warna bentuk maupun rupanya. Tebing-tebing sungai yang berbatu karang
kecoklatan. Dan tetumbuhan yang lebat kehijauan di sekitar
sungai itu. Sementara tiupan anginpun terasa semilir
menyejukkan. Sungguh suatu tempat yang lebih pantas
disebut sebagai tempat peristirahatan dari pada rumah biasa!
"Silahkan masuk, siauw-hiap (pendekar muda) ! Tuan Coa
telah lama menunggumu," tiba-tiba terdengar suara
melengking dari dalam pendapa.
Liu Yang Kun terkejut. "Inilah dia orangnya yang betulbetul berisi?" gumamnya sambil mengerahkan sin-kangnya
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
untuk melindungi dadanya, karena suara itu terasa mengalun
menggempur pemusatan pikirannya.
"Terima kasih.....!" pemuda itu menjawab.
Dan pemuda itu sengaja mengerahkan lwee-kangnya pula
untuk melawan getaran suara tersebut. Bahkan dengan
kekuatan ilmu yang telah ia kembangkan sendiri dari
lembaran-lembaran yang hilang dari buku peninggalan
mendiang Bit-bo-ong, Liu Yang Kun mampu mengembalikan
serangan-serangan gelombang suara itu ke arah pemiliknya.
"Aaaaah!" terdengar desah kaget dari orang yang berada di
dalam pendapa itu. Liu Yang Kun menaiki tangga dan kemudian me langkah ke
dalam pendapa. Dengan tenang matanya mengawasi deretan
pengawal yang berjaga-jaga di dalam ruangan itu. Ia berhenti
di depan Coa In Lok yang telah duduk di dalam ruangan itu
pula. Tengkulak kaya itu berdiri menyambutnya. Namun pemuda
itu tidak begitu mempedulikannya. Ia sedang mencari orang
yang telah menyerangnya dengan gelombang suara tadi.
Gelombang suara yang ternyata mampu menggetarkan isi
dadanya. "Dimanakah dia" Aku tidak boleh lengah menghadapinya.
Dia mampu mengembangkan ilmu sejenis ilmu Sai-cu Ho kang
(Auman Singa), sehingga ia bisa menyerang lawan tanpa
harus berteriak atau menggeram keras-keras. Dia tentu telah
memiliki tenaga dalam yang sangat sempurna."
Tiba-tiba Liu Yang Kun menjadi tegang. Di pojok ruangan
tampak seorang kakek tampan sedang duduk melenggut di
kursinya. Matanya yang tajam mengerikan itu memandang tak
berkedip kepadanya. Kelihatannya kakek tampan itu juga
terkejut melihat dirinya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Giok-bin Tok ong......?" Liu Yang Kun berbisik seolah tak
percaya. "Kau.... kau belum mati juga?" kakek tampan yang tak lain
adalah Si jago Silat Nomer Empat di dunia itu berdesah parau
pula. Ternyata mereka dengan cepat saling mengenali wajah
masing-masing. Meskipun keduanya cuma pernah bertemu
sekali saja, yaitu ketika mereka bertempur di Lembah Dalam
setahun yang lalu, namun keduanya tak mungkin bisa
melupakan wajah masing-masing. Giok-bin Tok-ong tak
mungkin bisa melupakan wajah Liu Yang Kun, seorang
pemuda ingusan yang mampu menandingi bahkan hampir saja
mengalahkannya. Sebaliknya Liu Yang Kun juga tidak mungkin
bisa me lupakan orang yang membuatnya terkurung dalam
tanah selama setahun itu. Sementara itu me lihat tamunya
sudah saling mengenal dengan Giok-bin Tok-ong, Coa In Lok
diam-diam menjadi bergembira malah. Dia telah mendapat
laporan lengkap tentang Liu Yang Kun dari anak buahnya
bahkan sekilas ia telah melihatnya sendiri tadi pagi. Melihat
kesaktian Liu Yang Kun, diam-diam Coa In Lok justru berharap
dapat menariknya menjadi pengawalnya malah. Ia sama sekali
tidak peduli bahwa pemuda itu telah membunuh mati belasan
anak-buahnya. "Ah".. jadi tuan telah saling mengenal dengan Giok bin Locianpwe" Maaf".! Maaf......! Kalau begitu kita semua ini masih
segolongan. Hmm, kalau kami tahu sebelumnya, takkan
terjadi keributan-keributan seperti ini, hi-hi-hi......." Coa In Lok
mulai menjilat dan berusaha mengambil hati Liu Yang Kun.
Tapi tengkulak kaya itu terkejut bukan main ketika kedua
orang tamunya tersebut tiba-tiba mendengus berbareng.
Bahkan Liu Yang Kun kemudian menggeram seraya


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengepalkan tinjunya. Pemuda itu tampak menatap Giok-bin
Tok-ong dengan sinar mata geram dan benci. Begitu pula
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sebaliknya. Mereka saling pandang bagaikan dua ekor kucing
yang hendak berkelahi. Perlahan-lahan Giok-bin Tok-ong turun dari kursinya,
kemudian me langkah mendekati Liu Yang Kun. Otot-ototnya
tegang, siap untuk menerkam. Begitu pula sebaliknya dengan
Liu Yang Kun! Pemuda itu perlahan lahan juga melangkah ke
samping, ke tempat yang lapang. Dari celah-celah bibirnya
yang mulai terdengar suara desisnya yang khas kalau sedang
mengerahkan tenaga sakti Liong-Cu-I-kangnya.
Yang menjadi sangat cemas dan gelisah justru Coa In Lok
sekarang! "Lo-cianpwe! Lo-cianpwe.........! A-ada apa sebenarnya"
Siapakah dia" Mengapa lo-cianpwe bersikap bermusuhan
dengannya?" jeritnya kebingungan. Kakinya melangkah ke
depan Giok-bin T ok-ong untuk melerai.
Tapi kakek tampan yang wataknya seperti iblis itu
mendadak mengebutkan ujung lengan bajunya. Dan
hembusan angin yang dahsyat tiba-tiba mendorong tubuh Coa
In Lok, sehingga tengkulak kaya itu terjengkang ke belakang,
kemudian terbanting ke lantai! Mulutnya mengeluarkan darah
segar! "Lo-cianpwe......" Kau.. .kau,.. . ?" Lengkingnya parau
seolah-olah tak percaya apa yang telah dilakukan orang-tua
itu kepadanya. Kedua telapak tangannya menekan dadanya
yang terasa sesak luar biasa.
Meskipun tampak sangat segan dan takut, namun para
penjaga yang ada di dalam pendapa itu segera bersiap siap
untuk membantu majikan mereka. Tapi ketika Giok-bin Tokong mendelik ke arah mereka, mereka pun segera mundur
pula kembali. Tampaknya mereka benar benar takut dan ngeri
kepada orang tua itu. "Jangan ikut campur! Pemuda itu adalah musuh lamaku!
Aku akan membunuhnya!" Giok-bin T ok-ong membentak.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Namun dengan suara garang Liu Yang Kun juga
menggeram. "Nanti dulu, Kakek tua. Persoalanmu dan
persoalanku dapat diselesaikan belakangan. Tujuan Utamaku
kemari adalah untuk meminta pertanggung-jawaban Coa In
Lok dahulu. Setelah itu kita berdua dapat berlaga sepuas hati."
"Bangsat! Persetan dengan urusanmu. Pokoknya........"
kakek tampan itu mendengus dengan mata merah.
Namun tiba-tiba pula mata itu meredup. Agaknya sesuatu
telah me lintas di dalam otak orang tua yang kejam, keji dan
licik luar biasa itu. "Hmm......bolehlah! Kau kuberi waktu sebentar untuk
menyelesaikan urusanmu dengan manusia goblog tapi rakus
itu! Tapi setelah itu........" ujarnya kemudian dengan suara
sedikit mengendor. "Hah" Lo-cianpwe, kau........ " Mengapa lo-cianpwe berbalik
pikiran terhadap aku" Bukankah selama ini kami selalu
berbaik-hati kepada lo cianpwe" Mengapa sekarang locianpwe tiba-tiba ......tiba-tiba.....?" Coa In Lok memotong
dengan suara penasaran. Giok bin Tok-ong tertawa terkekeh-kekeh. "Heh-hehheh.......! Terima kasih atas bantuanmu selama setengah
tahun lebih ini. Kini aku sudah sembuh dari luka-lukaku, dan
juga sudah selesai pula mempelajari Buku Rahasia yang
kuperoleh dulu itu. Aku sekarang tak memerlukan bantuanmu
lagi. Oleh karena itu, heeh-heh-he.. .. persetan dengan
urusanmu!" "Jadi.... jadi lo-cianpwe telah melupakan janji itu?" Coa In
Lok berseru geram. "Siapa berjanji kepadamu" Bukankah kita cuma saling
bertukar 'kebaikan' saja selama ini" Engkau memberi aku
tempat untuk menumpang, sementara aku mengajarimu ilmu
tentang racun. Nah, walaupun ilmu racun yang telah
kuberikan itu cuma kulitnya saja, tapi hal itu sudah cukup
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bagimu untuk menggertak orang lain. Bukankah dengan
demikian semuanya sudah impas dan tiada utang piutang
lagi?" enak saja kakek tampan itu menjawab. Lalu sambil
melenggang seenaknya pula kakek itu me langkah kembali ke
kursinya. Sungguh amat geram dan kesal hati Coa ln Lok. Tapi apa
daya" Dia dan anak-buahnya tak berani berbuat apa-apa
terhadap orang tua itu. Kakek tampan itu memiliki
kemampuan seperti Iblis sementara wataknya juga sangat
sulit diduga pula. Salah-salah kakek itu menjadi marah, ia tak
bisa membayangkan apa jadinya rumah itu beserta seluruh
isinya. Coa In Lok sudah tahu benar sifat dan perangai Giok-bin
Tok ong, karena sudah lebih dari setengah tahun ini ia
melayani orang tua aneh itu. Dahulu kedatangan kakek itu
juga disambutnya dengan kekerasan. Tapi hanya dengan
semburan ludahnya saja kakek tampan itu mampu membunuh
seluruh pengawalnya. Padahal waktu itu Giok-bin Tok-ong
sedang terluka berat. "Coa in Lok, bangunlah! Aku akan berbicara kepadamu........!" tiba-tiba terdengar suara Liu Yang Kun
menyadarkan tengkulak kaya itu dari lamunannya.
"Oh..."!" Coa In Lok mengeluh, lalu bangkit berdiri dengan
tergesa-gesa. Walaupun orang yang selalu me lindunginya
selama ini telah cuci tangan dan tak mau ikut campur lagi, tapi
Coa In Lok mencoba untuk tetap berlaku garang di depan
anak buahnya. Sambil menyiapkan 'sesuatu' di balik sapu
tangannya tengkulak kaya yang sangat disegani dan ditakuti di
daerah itu menghadapi Liu Yang Kun.
Namun bagaimanapun juga sikap dan perbawa pemuda itu
tetap membuatnya gemetaran jua.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"A-a-apa yang hendak tuan bicarakan dengan aku?"
tanyanya seraya mengusap keringat dingin yang mendadak
membanjiri lehernya. Liu Yang Kun melirik sekilas kepada Giok-bin Tok-ong.
Melihat kakek sakti itu benar-benar berdiam diri di kursinya,
pemuda itu menjadi lega. "Coa In Lok! kau masih ingat peristiwa di atas sungai pagi
tadi?" kata pemuda itu kemudian dengan suara yang
menggetarkan hati. Coa In Lok semakin berdebar-debar hatinya. Tapi ketika
para pengawal yang ada di dalam ruangan itu kemudian
berkumpul di belakangnya, nyalinya menjadi besar kembali.
"Tuan".tuan maksudkan?"perselisihan kami dengan Ciok
Kwan itu?" "Benar. Perselisihan yang mengakibatkan keributan besar,
sehingga kau banyak kehilangan pengawal dan penduduk
yang tak berdosa banyak kehilangan harta-bendanya itu."
"Tapi ... tapi aku tak bermaksud...,.....?"
"Persetan dengan alasanmu! Yang jelas karena ulahmu tadi
pagi, tiga orang penduduk telah kehilangan perahunya. Dan
duabelas penduduk lainnya juga telah kehilangan sampannya.
Semuanya habis terbakar oleh obor-obor yang dibawa para
pengawalmu." "Tapi .....?" Coa In Lok masih mencoba membela diri.
"Lebih dari pada itu, karena ulahmu itu pula...... perahuku
juga ikut terbakar musnah ! Oleh karena itu kau harus
bertanggung-jawab terhadap seluruh kerugian ini! Kalau
sebuah perahu ditaksir seharga duaribu tail dan sebuah
sampan seharga seratus tail, maka kau harus mengganti
setidaknya sepuluh ribu tail."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Se-pu-luh ri-bu ta-il......" Oh, mana aku punya uang
sebanyak itu! Ka-kalau pun misalnya ada, u-u-uang itu-pun.. ..
takkan kugunakan untuk mengganti kerugian itu. Duaribu tail
terlalu tinggi untuk sebuah perahu, sementara seratus tail
juga terlalu banyak untuk mengganti sebuah sampan."
"Punya atau tidak....... itu urusanmu! Pokoknya kau harus
mengganti semua kerugian itu! Kalau engkau tidak mau,
hmmmh......akupun akan membakar pula seluruh bangunan
rumahmu ini beserta isinya. Apabila kau melawan, he-hehe....... akan kuhabiskan juga kau dan semua anak-buahmu.
Habis perkara!" Liu Yang Kun mengancam dengan gigi
terkatup rapat. "Aku tidak mau menuruti permintaanmu! Tangkap pemuda
itu!" tiba-tiba Coa ln Lok menjerit keras sekali. Tangannya
menggapai anak buahnya supaya mengeroyok Liu Yang Kun.
Jilid 24 Dan para pengawal tengkulak kaya itupun lantas meloncat
berserabutan ke depan, menyerang Liu Yang Kun! Berbagai
macam senjata mereka menyambar-nyambar ke tubuh Liu
Yang Kun seakan-akan hendak mencacah-cacah menjadi
beberapa bagian. Tapi hanya dengan mengerahkan sedikit ilmu mengentengkan tubuhnya yang tinggi, Liu Yang Kun dapat
membebaskan diri dari hujan senjata tersebut. Begitu gesitnya
gerakan tubuhnya ketika menghindar atau menyelinap
diantara ayunan senjata lawan-lawannya, sehingga mata Giok
bin Tok-ong yang tua itupun sampai terbeliak dibuatnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Bangsat! Bocah itu seperti lalat saja gesitnya!" orang-tua
itu bergumam. "Aku harus berhati hati terhadap ginkangnya
itu......!" Dan ketika pada suatu saat Liu Yang Kun tidak bisa
mengelak atau tidak mempunyai kesempatan untuk
menghindari sabetan pedang lawannya, sehingga dengan
demikian terpaksa pemuda itu mengerahkan sin-kang untuk
menangkisnya, Giok-bin Tok-ong semakin menjadi kaget
menyaksikannya. Karena secara tak terduga pedang yang
dibuat dari besi-baja itu telah patah menjadi tiga bagian ketika
membentur lengan Liu Yang Kun!
"Gila......! Lwee-kang bocah itu tampaknya juga telah
mencapai kesempurnaannya pula ! Aku,.... aku... benar-benar
tak boleh alpa sedikitpun dalam melawannya nanti.
Tampaknya bocah itu telah melonjak pula ilmu kepandaiannya. Hmm... untunglah aku juga sudah memperoleh kesempatan untuk mempelajari Buku Rahasia,
biarpun hanya sebagian saja."
Ternyata raja-racun yang licik dan keji itu telah
mempergunakan kesempatan tersebut untuk menilai kemampuan Liu Yang Kun. Meskipun di dalam hatinya orang
tua itu juga merasa dapat melakukan apa yang telah dilakukan
oleh Liu Yang Kun itu, namun diam-diam hatinya juga
mengakui bahwa kepandaian pemuda itu tampaknya tidak
berada di bawah dirinya. "Pokoknya aku tidak boleh lengah menghadapinya!"
gumamnya bersungguh-sungguh. Sementara itu Coa In Lok
dan anak-buahnya menjadi kaget dan ketakutan pula
menyaksikan 'kesaktian' Liu Yang Kun. Kalau senjata mereka
tidak bisa melukai pemuda itu, dengan apa lagi mereka
melawan" Tiba-tiba Liu Yang Kun tertawa mengerikan. Tampaknya
pemuda itu tahu pula bahwa lawan-lawannya telah mulai
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
ketakutan menghadapinya. Oleh karena itu dengan suara
berat ia menggertak mereka.
"Huh ! Apakah kalian tidak mau juga menyingkir dari
depanku" Baiklah! Aku akan mulai bersungguh-sungguh
sekarang! Siapa saja yang tidak mau menyingkir dari
depanku....... tentu mati! Setelah itu...... akan kubakar habis
rumah ini !" Ternyata gertakan tersebut benar-benar telah meruntuhkan
nyali mereka. Seperti memperoleh aba-aba saja, mereka
segera membuang senjata masing-masing, kemudian lari
lintang pukang meninggalkan tempat itu. Tak seorangpun
yang tinggal lagi di pendapa itu selain Coa In Lok dan Giok-bin
Tok-ong. "Berhenti.....! Berhenti! Kenapa kalian pergi meninggalkan
aku" Oouugh!" tengkulak-kaya itu berteriak-teriak memanggil
orang-orangnya. Tapi tak seorangpun yang mempedulikannya. Oleh karena
itu Coa In Lok semakin menjadi ketakutan hatinya.
"Lo-cianpwe, toloooong......?" pintanya kemudian kepada
Giok-bin Tok-ong. "Huh!" kakek tampan itu mendengus dan mendelikkan
matanya malah. Sekali lagi Liu Yang Kun tertawa panjang. "Hahaha........
sekarang kau tahu juga, bagaimana rasanya takut itu" Selama
ini tentu tidak pernah terbayangkan olehmu, bagaimana
penderitaan orang-orang yang telah kau tindas, kau rampas
miliknya dan kau aniaya keluarganya itu, bukan?"
"Maafkan aku, tuan. A-a-aku menyesal..... Aku akan ber

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ber-bertobat. aku takkan ...... takkan berbuat seperti itu lagi.
Tapi....... tapi berilah aku hidup. Jangan....... jangan tuan
bakar rumahku......."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Coa In Lok membentur-benturkan dahinya di lantai dan
meratap serta menangis minta pengampunan Liu Yang Kun.
Namun dengan suara geram pemuda itu membentak, "Diam!
Kini kau meratap ketakutan di depanku. Tapi kau tak ingat
betapa banyak sudah dosa yang telah kau perbuat. Berapa
banyak orang yang telah kausiksa, kau bunuh dan kau buat
menderita hidupnya. Bagaimana kau hendak membayar
semuanya itu" Tidak.....! Aku tidak akan mengampunimu! Kau
harus mati! Kalau kau masih tetap hidup, kau tetap akan
menjadi ular berbisa yang membahayakan orang-orang di
sekitarmu! Nah..... sekarang bersiaplah untuk mati! Kenangkanlah semua dosa-dosa yang pernah kaubuat lalu
mintalah pengampunan dari T hian! Aku akan membunuhmu!"
Lalu Liu Yang Kun pura-pura mengangkat tangannya,
karena sebenarnya pemuda itu juga tidak bermaksud untuk
membunuh lawannya. Pemuda itu hanya ingin menggertak
saja, agar tengkulak yang telah biasa berbuat jahat terhadap
penduduk miskin itu menjadi takut dan sadar akan dosadosanya. Tapi tiba-tiba......
Tak terduga tengkulak kaya itu bangkit berdiri. Dengan
cepat tangannya yang memegang sapu-tangan tadi terayun ke
depan, dan..... sebutir benda bulat sebesar telur penyu
melesat ke dada Liu Yang Kun! Wuuuuuut!
"Hei" Pek-lek-tan.. ?"" Giok-bin T ok-ong tiba-tiba menjerit.
"Haaaah........?"?" pekik Liu Yang Kun pula.
Kemudian bagai berlomba, Liu Yang Kun dan Giok-bin Tokong berusaha meninggalkan tempat berbahaya itu secepatnya
sebelum senjata peledak yang mengerikan itu memusnahkan
semuanya. Liu Yang Kun yang langsung menghadapi peluru itu cepat
menjejakkan kakinya ke lantai. Menjejak dengan sekuat
tenaganya, sehingga lantai itu amblong (melesak ke bawah)
dan tubuhnya melesat bagai anak panah ke atas,
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menghantam atap pendapa serta menghancurkan puluhan
genting di atasnya. Dan pek lek-tan itu luput mengenal
dirinya. Sementara itu pada waktu yang bersamaan Giok-bin Tokong juga berusaha menghindarkan diri dengan segala
kemampuannya. Karena ia berada di dekat dinding pendapa,
maka dengan mengerahkan seluruh
lwe-kangnya ia menerjang dinding tebal itu sekuat tenaganya pula.
Bhrroooooll......! Dinding pendapa yang tebal itu jebol dan
roboh dengan suara yang bergemuruh.
Namun suara-suara itu, baik suara hiruk-pikuk yang
diakibatkan oleh Liu Yang Kun maupun suara gemuruh yang
disebabkan oleh Giok-bin Tok-ong, segera hilang lenyap dalam
kedahsyatan suara ledakan pek-lek-tan! Senjata peledak
buatan Giok-bin Tok-ong itu meledak dengan suara dahsyat,
menghancurkan dan menerbangkan seluruh isi pendapa itu
kemana-mana, termasuk pula di dalamnya Liu Yang Kun dan
Giok-bin Tok-ong sendiri.
Meskipun telah berusaha menjauhkan diri dari peluru yang
mengerikan itu, namun hembusan angin yang diakibatkan oleh
ledakan peluru tersebut ternyata masih tetap saja
melemparkan tubuh mereka sekuatnya! Liu Yang Kun seperti
dilontarkan oleh angin puting-beliung jauh tinggi ke udara.
Sementara Giok-bin Tok-ong sendiri juga terlempar jauh ke
halaman, dan......... tercebur ke dalam sungai.
Sekejap kemudian hampir seluruh rumah milik Coa In Lok
itu telah rata dengan tanah. Tak seorangpun dari para
penghuninya yang bisa lolos dari neraka itu, termasuk Coa In
Lok sendiri. Mereka hancur lebur bersama dengan tempat
kediaman mereka itu. Dan yang tampak sekarang hanyalah
puing-puing rumah berserakan, di mana asap dan debu masih
tampak mengepul di mana-mana.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dengan Bu-eng Hwe-tengnya yang telah sempurna Liu
Yang Kun bisa mendarat dengan selamat di tengah-tengah
puing-puing tersebut. Pakaiannya tampak terkoyak di
beberapa tempat, sehingga baju kulit-ularnya sedikit kelihatan
dari luar. Namun demikian tak segores lukapun yang tampak
pada tubuhnya. "Kurang ajar! Dari mana orang itu memperoleh pek-lektan" Tak mungkin kalau Giok-bin Tok-ong yang memberikannya. Tak mungkin kakek sakti itu mau
memberikan senjata andalannya itu kepada dia. T entu Coa In
Lok itu yang mencurinya. Hmmh.......kurang ajar! Bagaimana
aku sekarang harus minta ganti kerugian itu?" Liu Yang Kun
bersungut-sungut sambil mengedarkan pandangannya kesana
kemari. Ditatapnya reruntuhan yang berserakan di sekitarnya.
"Hei.......?" tiba-tiba pemuda itu berseru gembira.
Di bawah reruntuhan almari Liu Yang Kun melihat uang
emas dan perak berserakan di atas lantai. Bahkan di dekatnya
masih ada sebuah peti kecil yang tertutup rapat tutupnya.
"Bagus! Akhirnya aku memperoleh uang pengganti pula
untuk perahu yang terbakar itu........"
Liu Yang Kun lalu mengumpulkan uang yang berserakan itu
ke dalam sobekan kain, kemudian mengikatkannya sekalian di
pinggangnya. Namun ketika tangannya menyentuh peti kecil
itu, tiba tiba hatinya menjadi berdebar-debar. Ia menjadi
curiga, jangan-jangan ada perangkap atau jebakan di dalam
peti itu. Siapa tahu peti itu berisi pek-lek-tan pula"
Pemuda itu lalu melompat mundur. Diambilnya sebutir
kerikil, kemudian dari jarak yang cukup jauh ia menimpukkannya ke peti itu.
Thak! Bhussssssh..........!
Betul juga. Ketika kemudian peti itu pecah tiba-tiba dari
dalamnya menyembur asap tebal disertai taburan jarum ke
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
segala penjuru. Bahkan di balik gumpalan asap tebal tersebut
masih terdengar pula suara dengungan kawanan lebah yang
sedang marah. Liu Yang Kun cepat berjongkok dan berlindung di belakang
reruntuhan tembok. Setelah asap itu hilang dan kawanan
lebah itu pergi, ia baru berani keluar.
Namun tiba-tiba matanya terbeliak. Keningnya berkerut.
Karena di dalam peti yang pecah itu tampak sebuah buku
kumal yang telah menguning saking tuanya.
Sekejap pemuda itu tertegun. Tapi sesaat kemudian ia
telah membungkuk untuk memperhatikan buku kumal
tersebut. "Buku Rahasia.........?"" desahnya kemudian ketika terbaca
tulisan pada sampul buku itu.
Tak terasa tangan Liu Yang Kun telah menyentuh buku itu
dan mengambilnya. Tapi sekali lagi pemuda itu menjadi kaget.
Ternyata buku itu sudah tidak utuh lagi. Di balik kulit muka
dari buku kumal itu ternyata cuma ada beberapa lembar saja.
Lembar-lembar selanjutnya beserta kulit belakangnya ternyata
sudah tiada lagi alias sudah hilang.
Untuk beberapa saat lamanya pemuda itu malah menjadi
termangu-mangu dan gelisah memikirkan buku itu.
"Benarkah buku ini Buku Rahasia yang ramai dibicarakan
orang itu" Tapi mengapa berada di sini dan sudah tidak utuh
lagi" Masakan Coa In Lok yang menyimpannya ..." Ah, tak
mungkin! Hm... jangan-jangan Giok-bin Tok-ong itu yang
menyimpannya." Begitu teringat akan Giok-bin Tok-ong pemuda itu menjadi
berdebar-debar hatinya. Tak terasa kepalanya menoleh ke
kanan dan ke kiri. "Eh.... kemana orang tua itu tadi" Masakan
ia tak bisa menyelamatkan diri dari keganasan senjatanya
sendiri?" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Kresek.... kresek! Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang sangat banyak
mendatangi tempat itu. Secepat kilat Liu Y ang Kun memungut
buku yang sangat menarik hatinya itu dan menyimpannya di
balik bajunya. "Buku ini sangat menarik. Aku akan membacanya."
gumamnya seraya berdiri. Beberapa puluh orang penduduk di sekitar tempat itu
ternyata telah datang karena mendengar suara ledakan tadi.
Dan mereka benar-benar sangat kaget ketika menyaksikan
gedung yang amat besar itu kini hampir roboh semuanya.
Hanya tinggal sebagian kecil saja yang masih tegak, itu pun
genting-gentingnya sudah banyak yang rontok pula.
"Eh" A-apa..... yang telah terjadi" Rumah..... rumah ini
disambar petir ?" "Ah, masakan ada petir menyambar di s iang bolong begini"
Lihat! Langit bersih, matahari pun bersinar cemerlang!"
"Benar. Tapi ... kenapa dengan rumah itu" Dikutuk
dewa.....barangkali?"
"Ah, tak tahulah. Mungkin benar juga. Siapa tahu dosa
Tuan Coa telah sampai ke puncaknya dan tidak dapat
diampuni lagi?" "Dan...... Thian telah memusnahkannya! Begitukah?"
Orang-orang itu menjadi ribut dan saling bertanya atau
mengutarakan pendapat masing-masing. Meskipun demikian
mereka tetap berada di luar halaman dan saling berdesakan di
luar pagar. Seperti waktu-waktu sebelumnya, tak seorangpun
diantara mereka yang berani menginjakkan kaki di halaman
Coa In Lok itu. Begitu takutnya orang-orang itu kepada Coa In Lok,
sehingga ketika Liu Yang Kun muncul dari balik reruntuhan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tembok mereka hampir saja lari dari tempat itu. Untunglah
beberapa orang di antara mereka segera ada yang mengenali
wajah Liu Yang Kun. "Hei.. nanti dulu! Bukankah dia itu pendekar yang
bertempur dengan anak buah tuan Coa di tepian sungai pagi
tadi!" "Ya.... ya, benar. Aku juga ikut melihatnya. Dia memang
pendekar yang berada di atas perahu Ciok Kwan itu."
"Ooo .....diakah" Wah, kalau begitu tentu dia pulalah yang
meledakkan tempat ini. Kudengar dia memang telah
mengancam tuan Coa dan anak buahnya."
"Agaknya memang demikian. Kalau begitu kita harus
mengucapkan terima kasih kepada dia. Dia telah membalaskan sakit hati kita kepada tuan Coa......"
Demikianlah, ketika Liu Yang Kun melangkah mendekati
mereka, mereka pun lalu berlutut menyatakan rasa gembira
dan terima kasih mereka. Mereka juga bercerita pula,
mengapa mereka berbuat seperti itu. Betapa selama ini
mereka selalu diganggu dan dibuat sangat menderita oleh Coa
In Lok beserta anak-buahnya.
Diam-diam Liu Yang Kun merasa lega pula di dalam hati.
Semula ada sedikit penyesalan di dalam hatinya menyaksikan
kematian dan kehancuran rumah Coa In Lok itu. Tapi
penyesalan itu, segera hilang dan terhibur me lihat penyataan
mereka. "Apalagi aku juga tak berniat membunuh atau memusnahkan harta benda tengkulak kaya itu. Dia sendiri
yang bunuh diri dan meledakkan rumahnya." pemuda itu
menghibur hatinya sendiri.
Meskipun demikian Liu Y ang Kun tak tega juga memikirkan
nasib Coa In Lok dan keluarganya yang tertimbun di bawah
reruntuhan itu. Oleh karena itu ia meminta kepada orangTiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
orang itu untuk mencari dan mengubur jenazah Coa In Lok
sebaik-baiknya. "Saya tak mempunyai banyak waktu untuk tinggal di
tempat ini. Olah karena itu kuminta kepada cu-wi semua
untuk membereskan mayat Coa In Lok dan keluarganya yang
tertimbun di bawah puing-puing rumahnya ini. Biarlah,
meskipun dia itu sangat jahat, tapi kini ia sudah mati............"
"Sudah mati?" hampir berbareng orang-orang itu bersorak.
"Benar. Dia tentu sudah mati. Tak mungkin dia bisa hidup
dalam ledakan yang maha dahsyat itu. Cari saja mayatnya di
bawah puing-puing rumahnya itu !"
Liu Yang Kun tersenyum dan menggeleng-gelengkan
kepalanya. Orang orang itu tampak begitu gembiranya
mendengar berita kematian tengkulak kaya tersebut.
"Ooh...... terima kasih, T ai-hiap. Terima kasih. Kami semua
tentu bersedia melakukan perintahmu. Oh, bukan main! Bukan


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

main! Dia sudah mati........a-ha....... dia sudah mati!" mereka
bersorak-sorai sambil berlari-lari memasuki halaman gedung
itu. Sekali lagi Liu Yang Kun tersenyum kemudian perlahanlahan pergi meninggalkan halaman itu. Dibiarkannya orang
orang itu melakukan perintahnya, membongkar tempat itu dan
mengurus mayat Coa In Lok.
Begitulah, ketika orang-orang itu sibuk membereskan
puing-puing rumah Coa In Lok, Liu Yang Kun sendiri juga
telah berada kembali di tepian sungai dimana terjadi
kebakaran pagi tadi. Pemuda itu telah menemui Ciok Kwan
dan orang-orang yang telah kehilangpn perahunya. Dengan
sabar pemuda itu memberi ganti rugi kepada mereka, agar
mereka bisa membeli atau membuat perahu yang baru.
Liu Yang Kun sengaja memberi uang lebih kepada mereka,
agar supaya mereka bisa hidup sebelum bisa bekerja dengan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
perahu mereka yang baru. Dan khusus untuk Ciok Kwan, Liu
Yang Kun telah memberikan empat kali taksiran harga
perahunya yang lama. Walaupun demikian ketika semuanya telah beres, Liu Yang
Kun masih mempunyai sisa uang yang banyak. Bahkan masih
lebih dari separuhnya. Terpaksa pemuda itu membagibagikannya lagi kepada penduduk yang membutuhkannya.
Pemuda itu baru berhenti bekerja setelah di dalam
bungkusannya tinggal beberapa puluh tail lagi saja.
"Biarlah sisa uang ini kusimpan sendiri untuk bekalku.
Hitung-hitung sebagai ganti uangku yang hilang." pemuda itu
membatin. Hari itu penduduk He-cung dan sekitarnya benar-benar
merasa gembira dan bahagia sekali. Selain sudah terbebas
dari cengkeraman Coa In Lok, mereka juga memperoleh
pembagian rejeki yang tak tersangka-sangka. Maka tak
mengherankan kalau mereka lalu bersuka-ria dan bergembira
di mana-mana. Dan otomatis Liu Yang Kun pun lalu disanjung
dan dipuja-puja seperti dewa.
Untuk beberapa waktu Liu Yang Kun memang tidak tega
menolak penghormatan mereka. Tapi beberapa saat kemudian
secara diam-diam pemuda itu pergi meloloskan diri dari
perhatian mereka. Dengan tangkas pemuda itu menyelinap
dan pergi meninggalkan tempat itu.
Matahari telah bergulir ke arah barat. Liu Yang Kun
beristirahat di bawah pohon siong yang rindang. Sejak keluar
dari dusun He-cung, pemuda itu sengaja tidak mau lewat di
tepian sungai. Pemuda itu memilih lewat hutan yang agak
jauh dari aliran sungai. Pemuda itu tak ingin berjumpa dengan
orang lain, karena ia ingin membaca Buku rahasia yang
diketemukannya itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Aku hendak melihat, apakah buku itu benar-benar Buku
Rahasia yang dihebohkan orang itu?" Liu Yang Kun membatin
seraya mengeluarkan buku itu.
Sampul buku itu terbuat dari kulit domba yang agak tebal.
Di bagian tengah-tengahnya tertulis dua buah huruf besar,
yang artinya adalah 'BUKU RAHASIA". Huruf itu ditulis dengan
warna merah. Namun karena umurnya, warna itu telah
menjadi kabur dan berubah agak kecoklat-coklatan.
Sedangkan di beberapa tempat warna itu justru telah menjadi
hilang sama sekali. Liu Yang Kun lalu membuka lembar yang pertama. Tidak
seperti sampulnya, lembaran isi buku itu hanya terbuat dari
kertas-kertas yang telah diawetkan. Dan pada lembar atau
halaman yang pertama tersebut tidak ada tulisan apa-apa.
Halaman itu kosong. Tidak ada keistimewaannya pula selain
bagian pinggirnya yang telah rapuh dimakan bubuk.
"Hmmh........!" Liu Yang Kun mendengus seraya membuka
halaman selanjutnya. Sekali lagi Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. Lembar
yang kedua itu juga kosong, bahkan selain kosong, halaman
itu juga telah kotor dan rusak. Bekas-bekas ceceran tinta yang
telah luntur berlepotan di seluruh permukaan kertas itu,
sehingga menimbulkan kesan bahwa seseorang telah
berusaha menghapuskan tulisan atau gambar-gambar yang
ada dengan air. "Ah........!" Liu Yang Kun berdesah karena ikut menyayangkan pula. Tapi Liu Yang Kun segera membuka lagi lembar berikutnya.
Dan kali ini Liu Yang Kun melihat deretan huruf yang disusun
dengan baik. Bahkan di samping susunan-susunan kalimat
yang berbentuk seperti syair atau pantun itu terdapat pula
gambar-gambar sederhana dalam bentuk yang aneh-aneh
seperti gambar-gambar perbintangan lama.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hei...... ini kalau tak salah adalah gambar-gambar kuno
yang selalu dipakai oleh para peramal atau ahli-ahli
perbintangan di zaman dulu. Hmm....... kalau begitu benar
juga kata orang bahwa Buku Rahasia itu hanya berisi ramalanramalan kuno." Liu Yang Kun lalu membuka halaman-halaman selanjutnya.
Pada lembar yang ketujuh Liu Yang Kun berhenti. Pada
halaman itu isinya telah berubah. Tidak lagi berupa syair atau
pantun yang sulit dimengerti artinya, tapi berupa gambar
silsilah keluarga yang mudah dibaca maksudnya. Cuma yang
agak aneh dan menggelikan, daftar silsilah keluarga yang
memuat puluhan nama, atau bahkan mungkin ada seratusan
nama itu ditulis atau dibuat sedemikian rupa, sehingga
deretan-deretan nama itu membentuk sebuah gambar dari
tubuh manusia. Ketika Liu Yang Kun mencoba untuk membaca nama-nama
itu, kepalanya segera mengangguk-angguk. Hampir semua
nama itu, dari atas sampai bawah, menggunakan she Souw.
Memang ada beberapa nama yang tertulis dengan she lain,
tapi nama-nama itu ditulis dengan warna yang berbeda
sehingga mudah dilihat. "Tampaknya gambar ini adalah silsilah Keluarga Souw yang
terkenal itu. Dan nama-nama yang tidak menggunakan she
Souw ini tentulah orang-orang luar yang kawin dengan gadisgadis mereka." Liu Yang Kun berkata di dalam hatinya.
Tiba-tiba Liu Y ang Kun teringat kepada Souw Lian Cu, gadis
yang pertama kali merampas hatinya, dan yang sampai
sekarang pun juga tidak pernah dilupakannya.
"Hmm......dia juga keturunan Keluarga Souw pula. Apakah
namanya juga tertulis di dalam silsilah ini?" tanyanya di dalam
hati. Lalu Liu Yang Kun mencari-carinya dibagian bawah atau di
bagian kaki dari gambar silsilah itu, karena sebagal keturunan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
keluarga Souw yang paling akhir atau paling baru, namanya
tentu berada di urutan yang terbawah pula. Tapi dugaannya
ternyata keliru, bahkan salah. Tak ada nama Souw Lian Cu
disitu. Bahkan nama Souw Thian Hai juga tidak ada pula di
sana. Nama yang tertera di urutan paling bawah ada Souw
Jing Lun dan Souw Bi Li. kedua nama itu tertulis sejajar di
bagian kaki kiri dan kanan pada silsilah yang menyerupai
gambar tubuh manusia. Liu Yang Kun menjadi penasaran. Satu persatu ia membaca
nama nama itu, dia urutkan dari bawah ke atas. Perasaannya
menjadi tegang. Apalagi bila ia menemui nama-nama yang
hampir mirip. Ada nama Souw Lian Hoa, Souw Lian Hui, Souw
Lian Cing, bahkan ada yang suara lafa lnya hampir sama, yaitu
Souw Lian Ci. Namun sampai di bagian perut atau separuh dari gambar
silsilah itu, nama Souw Lian Cu tetap tidak diketemukannya.
Tampaknya nama gadis itu memang belum tercantum di
dalam silsilah itu. Agaknya penulis yang paling akhir pada
gambar silsilah itu memang Souw Jing Lun dan Souw Bi Li.
Dan kemungkinan besar Souw Lian Cu dan Souw Thian Hai
adalah keturunan dari salah seorang dari mereka sehingga
nama Souw Lian Cu dan ayahnya belum tercantum di dalam
silsilah tersebut. "Melihat nama mereka, Souw Bi Li (Bidadari Cantik) itu
tentulah seorang wanita. Sedangkan Souw Jing Lun itu
tentulah seorang lelaki. Jadi kalau dugaanku itu benar, Souw
Thian Hai itu tentu keturunan dari Souw Jing Lun." Liu Yang
Kun menduga-duga di dalam hati.
Tiba-tiba Liu Yang Kun teringat pula akan sebuah nama
yang banyak disebut-sebut di kalangan persilatan pada zaman
dahulu, bahkan juga tertulis pula di dalam peninggalan Bit-boong, yaitu kakek Souw atau Hoa-san Lo-jin. Adakah nama itu
juga tertulis di dalam silsilah ini "
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Bergegas Liu Yang Kun mencarinya di dalam gambar itu.
Karena kakek sakti itu hidup pada zaman seratusan tahun
yang lalu, Liu Yang Kun mencarinya di bagian tengah dari
pada gambar silsilah tersebut. Sebab di dalam jangka waktu
seratus tahun tersebut tentu paling tidak sudah menurunkan
enam atau tujuh keturunan (generasi), mengingat waktu itu
Hoa-san Lo-jin sudah disebut kakek Souw pula.
Namun sekali lagi usaha Liu Yang Kun itu sia-sia pula. Di
antara deretan nama-nama itu tak satupun yang menyebutkan
gelarnya, sehingga ia tak tahu, yang manakah di antara namanama itu yang bergelar kakek Souw atau Hoa-san Lo-jin"
Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. Ditatapnya sebuah
nama yang tertulis persis di bagian luar (tan-tian) dari silsilah
yang berbentuk tubuh manusia itu. Disitu tertulis sebuah
nama yang coretan-coretan hurufnya sangat kuat dan indah
sekali. Seperti dilukis saja. Sehingga tulisan itu benar-benar
tampak berbeda dengan yang lain.
"Souw Kian Ting....." Liu Yang Kun membaca nama itu
perlahan. "Mungkinkah Souw Kian T ing ini yang bergelar Hoasan Lo-jin" Kudengar kakek sakti itu seorang sastrawan dan
pelukis yang hebat....."
Liu Yang Kun lalu membuka halaman selanjutnya. Halaman
kedelapan ternyata kosong lagi. Baru pada lembar yang
kesembilan ada tulisannya. Itu pun hanya singkat pula. Cuma
ada dua baris kalimat: DIADAKANNYA UNTUK MENJADI PEGANGAN.
DIKOSONGKANNYA SUPAYA BERGUNA.
Liu Yang Kun tertegun dan termangu mangu untuk
beberapa saat lamanya. Kedua kalimat itu seperti pernah
didengarnya tapi ia lupa entah dimana.
"Rasa-rasanya kalimat kalimat ini seperti tidak lengkap, dan
hanya merupakan potongan saja dari keseluruhannya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Ehmmmm .. tapi nanti dulu! Kalau demikian kalimat-kalimat ini
tentu merupakan potongan dari 'sebuah pelajaran' atau 'ujarujar' kaum cendikiawan jaman dahulu. Tapi..... 'ujar" siapa"
Atau dari kitab pelajaran mana?"
Liu Yang Kun menghela napas sambil memutar otaknya
untuk berpikir dan mengingat-ingat. Selain pelajaran silat,
sejak kecil ia selalu bergelut dengan pelajaran sastra. Baik
oleh didikan ayahnya, maupun oleh didikan guru sastra yang
didatangkan ayahnya. Maka dalam soal ujar-ujar kuno seperti
itu otaknya juga memiliki sedikit pegangan pula.
Tapi ada segudang ujar-ujar kuno seperti itu yang pernah
dibacanya, sehingga dalam waktu yang singkat sulit untuk
menemukannya. "Huh! Mengapa aku pusing-pusing memikirkannya?"
akhirnya Liu Yang Kun menjadi kesal. "Dari mana pun kalimatkalimat itu dipetik, namun yang terang penulis buku ini tentu
mempunyai maksud mengutipnya disini. Cuma .........apa
maksudnya itu?" Karena tidak bisa mengupas maksud dan tujuan dua
kalimat itu, maka Liu Yang Kun lalu membuka halaman
selanjutnya. Dan lembar yang kesepuluh itu ternyata langsung
menarik perhatiannya. Dalam lembar itu penuh tulisan yang rapat, serta gambargambar tentang cara menyempurnakan ilmu pernapasan ke
tingkat yang tertinggi. Diuraikan pula bagaimanakah cara
membebaskan rintangan dan keruwetan-keruwetan di dalam
jalan darah. Dan dijelaskan pula, bagaimana bisa 'menembus'
dan "menerobos' titik titik jalan darah yang rawan dan
berbahaya di dalam tubuh manusia. Bahkan di dalam lembarlembar selanjutnya, diungkapkan pula cara-cara 'menyimpan',
'menguasai', serta 'menggunakan' tenaga sakti tersebut secara
seksama, agar kedahsyatannya bisa dimanfaatkan menurut
keinginan pemiliknya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Pada lembar yang ketigabelas, Liu Yang Kun mendapatkan
uraian tentang cara-cara menghindari dan mengobati 'salah
Jalan' yang sering diderita oleh orang yang mempelajari ilmu
pernapasan. Terutama orang-orang yang mempelajari ilmu
sesat. "Wah.....kalau isi buku ini sampai ketahuan tekoh-tokoh
sesat dari dunia persilatan, tentu ramai sekali. Mereka tentu
saling berebutan untuk memilikinya. Tentu orang-orang
seperti Giok-bin T ok-ong akan.....hei......?"
Begitu teringat Giok-bin Tok-ong, Liu Yang Kun menjadi
kaget sendiri. Buku itu justru ia ketemukan dimana Giok bin
Tok-ong tadi berada. Jangan-jangan memang Iblis tua itu
yang menyimpannya. "Benar! T entu orang tua itu yang membawa buku ini. Tidak
ada yang patut dicurigai selain dia. Coa In Lok dan anakbuahnya terang tidak mungkin. Hanya iblis tua itu yang bisa
mencuri buku penting ini dari tangan keluarga Souw."
Tak terasa Liu Yang Kun menoleh ke kanan dan ke kiri.
Tiba-tiba saja perasaannya menjadi tegang dan berdebardebar. Kalau dugaannya itu benar, Giok-bin Tok-ong tentu
tidak akan tinggal diam. Iblis itu tentu akan mencari buku
tersebut sampai dapat. Bergegas Liu Y ang Kun menutup buku
itu. Sebenarnya masih ada selembar lagi yang tersisa, tapi ia
tak ingin membacanya sekarang. Entah mengapa, mendadak
saja perasaannya seperti menangkap sesuatu yang ganjil dan
mencurigakan dibalik semak-semak di sekitarnya.


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ah... mengapa perasaanku tiba-tiba menjadi ketakutan
begini" Kalaupun Giok-bin Tok-ong benar-benar datang, aku
toh belum tentu kalah me lawan dia" Paling-paling aku cuma
harus berhati-hati dengan peluru mautnya itu." gerutunya
didalam hati. Namun ketika tangannya hendak memasukkan buku itu ke
dalam saku bajunya, tiba-tiba terdengar desir suara angin di
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
belakangnya. Lembut sekali. Hampir-hampir tidak terasa bila
ia tidak kebetulan sedang mengerahkan kewaspadaannya.
Dengan cepat Liu Yang Kun memutar tubuhnya. Begitu
cepatnya, sehingga seolah-olah pemuda itu tidak bergerak
malah. Hanya tahu-tahu tubuhnya telah berbalik seratus
delapan puluh derajad begitu saja.
"Oh !" "Aah!" Terdengar desah kaget, baik dari mulut Liu Yang Kun
maupun dari mulut tiga lelaki yang tiba-tiba telah berada di
tempat itu. Mereka sama-sama kaget melihat lawan mereka.
Liu Yang Kun sangat terkejut, karena ketiga orang lelaki
yang tiba-tiba telah berada di belakangnya itu ternyata adalah
tiga orang lelaki misterius yang dicurigainya di desa He-cung
pagi tadi. Sebaliknya tiga orang lelaki itu juga sangat terperanjat
menyaksikan kehebatan ilmu meringankan tubuh Liu Y ang Kun
yang di luar dugaan mereka itu.
"Hati-hati Nyo su-te! Tang su-te! Tampaknya kita harus
bekerja keras sekali ini! Hmmh.....dimanakah su-hu tadi?"
"Su-hu berada di pinggir sungai sejak siang tadi. Su-hu
memeriksa setiap perahu yang lewat. Beliau takut kalau
buruannya meloloskan diri melalui air." orang she T ang, yang
termuda diantara ketiga orang itu menjawab pertanyaan suhengnya. "Kalau begitu jemputlah beliau ke sini ! Katakan kalau kita
telah menemukan buruan itu di s ini!" "Baik!"
Orang she Tang itu melirik sekilas ke arah Liu Yang Kun,
kemudian melesat pergi bagai kilat cepatnya. Sekejap saja
tubuhnya telah hilang di balik keremangan senja yang mulai
menyelimuti hutan belantara itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun menarik napas panjang. Ia tidak mengenal
mereka. Tapi melihat gelagatnya, orang-orang itu telah
mengenalnya. Bahkan memusuhinya. Oleh karena itu diamdiam ia mengerahkan tenaganya. Siap untuk menghadapi
mereka. "Gila! Siapakah mereka" Dan siapa pula guru mereka itu"
Mengapa mereka mencari aku?" desahnya di dalam hati.
Meskipun sudah agak gelap, tapi orang-orang itu
tampaknya bisa melihat dan menduga apa yang sedang
bergejolak di dalam hati Liu Yang Kun.
"Selamat bertemu kembali........! Maafkanlah kami kalau
sekiranya kedatangan kami ini telah mengagetkanmu. Kami
bertiga datang dari Lembah Tak Berwarna......" orang yang
pertama berkata kepada Liu Yang Kun.
"Lembah Tak Berwarna ?" Liu Yang Kun bergumam sambil
memutar otaknya untuk mengingat-ingat nama yang pernah
didengarnya itu. Orang itu mengangguk. "Saudara pernah melihat atau
mendengar tempat tinggal kami?"
Tiba-tiba Liu Yang Kun menghela napas berat. Ia memang
telah teringat kembali akan sebuah pantun yang sering
diucapkan orang di dunia persilatan.
Menjadi pendekar gagah perkasa, Ada tiga jalan untuk
mencapainya. Pertama di atas gunung Hoa-san
Kedua di tengah gurun Go-bi
Dan terakhir di Lembah Tak Berwarna.
"Hmm...... jadi orang-orang ini datang dari salah satu
tempat yang disebut-sebut orang itu. Tak heran kalau
kepandaian mereka sangat tinggi." Pemuda itu berkata di
dalam hati. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu Yang Kun menatap lawannya dengan tajam. Lalu
dengan suara tenang ia menjawab, "Ah... Jadi cu wi semua ini
datang dari salah satu tempat yang selalu menjadi buah bibir
masyarakat itu" Hmmm.... kalau begitu cu-wi tentu datang
dari Keluarga Tok, karena kudengar lembah itu dikuasai oleh
keluarga Tok." Tiba-tiba kedua orang itu tertawa.
"Hahahaha.......! Jadi begitukah berita yang tersiar di dunia
persilatan" Wah, kalau begitu berita itu perlu diralat, karena
berita seperti itu sudah tidak benar lagi sekarang."
Liu Yang Kun mengerutkan keningnya. "Maksud Ji-wi?"
tegasnya heran. Kedua orang itu saling pandang satu sama lain. Mulut
mereka tetap tersenyum. "Semula lembah itu memang dikuasa i oleh anak keturunan
keluarga Tok. Tapi kejadian itu sudah lama berlalu. Mulai
limapuluh tahunan berselang, kekuasaan di lembah itu telah
berpindah ke murid lain yang lebih pandai dan berbakat dari
pada murid keluarga Tok sendiri."
"Oooh....." Jadi maksud Ji-wi.....kalian bertiga tadi
termasuk dari marga lain yang kini berkuasa di lembah itu?"
Liu Yang Kun menegaskan lagi.
"Betul. Penguasa lembah itu sekarang di tangan Giok-bin
Tok-ong. Dan kami bertiga adalah murid-muridnya."
"Ah!" Liu Yang Kun terperanjat. Benar-benar terperanjat.
Sehingga otomatis wajahnya menjadi tegang.
"Nah perkenalkanlah kami ..." orang itu tidak mempedulikan keheranan dan ketegangan Liu Yang Kun.
"Saya adalah Kim Hong San, murid tertua dari Giok-bin Tokong. Dan yang berada di sampingku ini adalah Nyo Kin Ong,
adik seperguruanku yang kedua. Sementara yang pergi tadi
adalah Tang Hu, adik seperguruanku yang ketiga. Nah,
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
sekarang......bolehkah kami mengetahui nama dan perguruan
saudara?" Liu Yang Kun tersentak kaget. "Ah".eh, aku yang rendah
bernama Liu Yang Kun. Aku...... aku tak memiliki perguruan,
karena semua ilmu silatku kuperoleh dari belajar sendiri.
Dan...hmmm, sudahlah.....biarkanlah aku pergi. Masih banyak
hal-hal yang harus kukerjakan." jawabnya kemudian dengan
sedikit gugup. Tapi dengan cepat kedua orang itu berpencar. "Eit, nanti
dulu.........! Saudara Liu tidak boleh berlalu begitu saja dari
tempat ini!" Kim Hong San mencegah.
Wajah Liu Yang Kun menjadi merah seketika. Hatinya
tersinggung. "Mengapa?" tanyanya kaku. "Maaf, guruku
sedang bingung karena telah kehilangan buku. Dan kulihat
saudara baru saja membaca buku. Hmm... bolehkah aku
melihatnya?" Kim Hong San berkata pula dengan tidak kalah
kakunya. Liu Yang Kun semakin merasa tersinggung. "Hmm..... Jadi
kalian anggap aku yang mencurinya?" ia menggeram.
Tiba-tiba Nyo Kin Ong melangkah maju. Wataknya memang
lebih berangasan dan lebih kasar dari pada kakak
seperguruannya. "Persetan! Pokoknya kau mau menyerahkannya atau tidak?" bentaknya keras.
Liu Yang Kun benar-benar tidak bisa mengekang dirinya
lagi. Bibirnya berdesis tajam, dan tiba-tiba kulit mukanya juga
berubah menjadi kuning pucat berkilauan. Tangannya yaug
memegang buku itu mendadak terayun ke depan, seolah-olah
ingin menyerahkan buku tersebut. Namun berbareng dengan
itu pula tiba-tiba dari telapak tangan tersebut meluncur badai
udara dingin yang siap untuk menggulung Nyo Kin Ong.
"Su-te! Awas.......!!" Kim Hong San berteriak khawatir.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Nyo Kin Ong yang tak menyangka akan memperoleh
serangan dahsyat itu cepat mengelak sebisa-bisanya. Matimatian ia mengerahkan segala kemampuannya. Dan
beruntung sekali ia bisa menghindari serangan tersebut,
meskipun untuk itu ia harus mengorbankan baju-luarnya yang
terkoyak-koyak seperti tersayat pisau tajam.
Kim Hong San segera menghampiri su-tenya. "Ji su-te......"
Kau tidak apa-apa, bukan?" desahnya lega.
Nyo Kin Ong yang wajahnya masih tampak pucat itu
menelan ludah. "Aku.....aku tidak apa-apa, su-heng. Aku.....aku benarbenar tak mengira kalau tenaga dalamnya sedemikian
dahsyatnya. Untunglah aku bisa bertahan dan menghindarinya." jawabnya kecut.
"Bukankah su-hu sudah memperingatkan kita?"
"Ya. Tapi..... sejak semula aku memang kurang
mempercayainya. Selama ini kita belum pernah dikalahkan
orang." Sementara itu Liu Yang Kun sendiri juga tidak berusaha
untuk mengejar atau mendesak lawannya. Untuk sementara
pemuda itu sudah merasa cukup memberikan peringatan
kepada murid Giok-bin Tok-ong itu.
"Nah! Apakah kalian masih juga mau memaksakan
kehendak kalian kepadaku?" sindirnya tajam.
Kedua orang itu menggeretakkan giginya. Mereka sadar
bahwa yang mereka hadapi sekarang adalah seorang pemuda
yang berkepandaian sangat tinggi. Namun demikian mereka
pun juga tidak lantas menjadi gentar pula karenanya. Mereka
masih tetap yakin pula akan kemampuan mereka. Apalagi
mereka belum pernah dikalahkan orang selama ini.
"Setan keparat! Jangan buru-buru menepuk dada dahulu!
Kau pun belum menyaksikan kepandaian kami...........!" tibaTiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tiba Kim Hong San mengumpat marah. Sikapnya yang halus
dan sopan tadi seketika hilang. Muncullah kini wataknya yang
asli, yang tidak berbeda jauh dengan guru dan saudarasaudara seperguruannya. Lalu tanpa memberi peringatan lagi orang itu menerjang
Liu Yang Kun. Bagaikan cakar naga kesepuluh jari-jari
tangannya menyambar dada dan wajah Liu Yang Kun.
Sepintas lalu tercium bau wangi dari telapak tangan tersebut.
"Tok-ci-kang (T enaga Jari beracun) ?" Liu Yang Kun
menduga-duga di dalam hati.
Dengan tangkas pemuda itu mengelak. Tubuhnya yang
jangkung itu bergerak bagaikan bayangan hantu. Tahu-tahu
telah berada di tempat lain. Bahkan dari tempat itu ia balas
menyerang pula dengan tidak kalah cepatnya.
Whhuuuuus......! Kembali dari telapak tangan pemuda itu
meniup pula badai angin dingin seperti tadi! Begitu kuatnya
sehingga Kim Hong San terpaksa menghindar pula dengan
tergesa-gesa. Bahkan murid pertama Giok bin Tok-ong yang
belum pernah dikalahkan orang itu terpaksa harus
mengerahkan seluruh kemampuannya agar tidak terbanting
jatuh ke atas tanah. Dapat dibayangkan betapa malu dan marahnya murid Giokbin Tok-ong itu. "Gila! Kekuatan apa yang terkandung di dalam tubuh setan
alas itu, ah A-apakah aku sedang bermimpi?"
"Su-heng......?" Nyo Kin Ong cepat mendekati kakak
seperguruannya itu. Kim Hong San mengibas-ngibaskan kepalanya. Dengan
wajah pucat ia memandang su-tenya.
"Nyo su-te.....! Bocah itu benar-benar memiliki kekuatan
iblis! Lwee-kangnya telah mencapai tingkat yang sulit diukur
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lagi. Su-hu pun rasanya tak kan menang melawan dia. Kita
harus mengeroyoknya....." bisiknya perlahan.
"Baik, su-heng."
Mereka lalu bersiap-siap. Masing-masing mengenakan
sarung tangan berbulu lebat, yang tampaknya terbuat dari
kulit beruang. Beberapa buah kantong kecil-kecil, yang entah
apa isinya, tampak berderet membelit pinggang mereka,
ketika mereka menyibakkan baju luar mereka. Bahkan
beberapa buah bumbung bambu yang dipotong pendekpendek tampak terikat pula di atas perut mereka.
Liu Yang Kun benar-benar mempersiapkan dirinya.
Menghadapi orang-orang dari kalangan hitam seperti orang
Lembah Tak Berwarna itu benar-benar membutuhkan
kewaspadaan yang berlipat. Manusia semacam mereka itu bisa
berbuat apa saja. Mereka biasa berbuat licik bermain kotor,
bahkan juga tidak segan segan melakukan tindakan yang tidak
terpuji. Dan biasanya mereka juga selalu membawa alat-alat
untuk melaksanakan niat jahatnya itu.
"Kantong-kantong kecil dan potongan potongan bambu itu
tentu berisi alat-alat pembunuh......" Liu Yang Kun membatin.
Demikianlah ketika kedua orang itu mulai melangkah
mendekatinya, Liu Yang Kun segera mendahului menyerang
mereka. Kedua telapak tangannya merenggut ke depan dalam
jurus Raja-Chin-miu Mematahkan-kim-pai, salah sebuah jurus
andalan dari ilmu silat keluarga Chin.
Di tangan Liu Yang Kun jurus itu menjadi luar biasa
dahsyatnya. Mungkin tiada seorangpun di dalam keluarga Chin
sendiri yang mampu memainkan seperti itu. Bahkan si
penciptanya sendiri mungkin juga akan terkagum-kagum
menyaksikannya. Dan semuanya itu disebabkan karena
kedahsyatan lwee-kang Liu Yang Kun, akibat meminum darah
Ceng-liong-ong. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kim Hong San dan Nyo Kin Ong terperanjat. Tubuh mereka
seakan-akan tersedot kedepan, ke arah tangan kanan yang
tertuju kepada mereka. "Nyo su-te awas......! Kita berpencar! Kerahkan T ok-ci-kang
dan... incarlah jalan darah ci-kong-hiat di pergelangan
tangannya! Cepat!" "Baik, su-heng! Kau......sebelah kiri, dan aku.....sebelah
kanan! Lalu kita gunakan Hiat-sian-tok (Racun Darah Dewa)
untuk melumpuhkannya."
Sambil berbicara mereka menghindar ke samping, ke kanan
dan ke kiri. Kemudian sambil berputar setengah lingkaran,
masing-masing mengambil sesuatu dari tabung bambu mereka
dan menaburkannya ke arah Liu Yang Kun. Setelah itu mereka
melenting ke atas untuk mencegat gerakan lawan. Dan semua
gerakan itu mereka lakukan dalam sekejap mata saja.
Sekarang ganti Liu Yang Kun yang kaget dan menjadi
berdebar-debar hatinya. Selain lihai serta berbahaya, ternyata
mereka juga amat pintar dan berpengalaman dalam ilmu s ilat.
Hanya sekilas saja mereka melihat ilmu silatnya, ternyata
mereka telah mampu melihat kelemahannya.
Namun Liu Yang Kun tak mempunyai banyak waktu lagi.
Taburan bubuk atau tepung racun berwarna putih itu telah
menyerangnya dari arah kanan dan kiri. Satu-satunya jalan
hanya melenting ke atas untuk mengelakkannya. Tapi kedua
lawannya telah lebih dahulu mencegatnya. Apa akal"
Sekilas melintas di dalam pikiran Liu Yang Kun untuk
menerobos saja takaran bubuk beracun tersebut. Bukankah ia
menyimpan mustika racun Ceng-liong-ong" Kata orang
mustika itu mampu menawarkan segala macam racun.
Tapi sekejap kemudian pikirannya menjadi ragu-ragu.
Bagaimana kalau tidak"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ah! Aku belum yakin benar akan keampuhan benda itu.
Lebih baik aku mencoba saja menyongsong mereka. Biarlah
kita lihat nanti hasilnya........" akhirnya pemuda itu mengambil
keputusan. Begitulah sambil menjejakkan kakinya ke tanah, Liu Yang
Kun melenting ke atas dalam jurus "Jenderal Yin Tu Terjatuh
Dari Punggung Hong-ma" yaitu salah sebuah jurus yang
sangat sulit dipelajari di dalam ilmu silat keluarga Chin.
Demikian mulus dan sempurnanya gerakan pemuda itu,
sehingga bubuk beracun itu dengan mudah dapat ia elakkan.
Taburan bubuk beracun itu lewat di bawah tubuhnya.
Tapi pada saat itu pula, Kim Hong San dan Nyo Kin Ong
datang menerjang. Dari atas mereka mengayunkan jari-jari
tangan mereka ke arah jalan darah cikong-hiat di pergelangan
tangan Liu Yang Kun. Tak ada kesempatan lagi bagi Liu Yang Kun untuk
menghindar. Satu-satunya jalan cuma menangkis sambil
menyembunyikan jalan darah Ci-kong-hiat sebisa-bisanya. Dan
hal itu memang dilakukan oleh Liu Yang Kun dengan baiknya.
Pertama-tama pemuda itu membagi tenaga dalamnya
menjadi dua bagian. Sebagian ia kerahkan ke lengan kanan,
dan sebagian lagi ke lengan kiri. Setelah itu ia melipat kedua
lengannya untuk menyembunyikan jalan darah ci-kong-hiat.
Dan kemudian dengan kedua sikunya pemuda itu menyongsong ujung jari lawannya.
Dhug ! Dhug ! Terdengar suara nyaring tatkala ketiga kekuatan besar itu
bertemu di udara. Ujung jari telunjuk Kim Hong San
menghantam siku kanan Liu Yang Kun, sedangkan ujung jari
Nyo Kin Ong membentur siku yang lain. Masing-masing segera
mendorong mundur dengan kuatnya.
Liu Yang Kun yang berada di bawah, segera terbanting ke
bawah kembali. Sementara lawannya yang berada di atas
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tampak terlempar pula ke arah yang berlawanan. Masingmasing merasakan betapa hebat tenaga yang melanda
mereka. Namun karena semuanya memiliki ilmu yang tinggi, maka
dengan mudah pula mereka mengatasi akibat dari benturan
tersebut. Di dalam posisi yang lebih buruk dari pada lawannya
itu, ternyata Liu Yang Kun justru malah memperlihatkan
kehebatannya. Dalam jarak yang amat dekat dengan tanah,
pemuda itu menggeliatkan tubuhnya dan kemudian mendaratkan kakinya hampir tanpa mengeluarkan suara sama
sekali persis seperti kucing jatuh dari atas atap.
Sebaliknya kedua orang murid Giok-bin Tok-ong itu
ternyata juga tidak kalah tangkasnya dari pada Liu Yang Kun.
Bagaikan sepasang tupai mereka berjumpalitan di udara,
untuk kemudian bertengger di atas dahan pohon dengan
manisnya. Dan dahan itu hampir-hampir juga tidak bergoyang
pula. Padahal dahan itu tidak lebih besar dari pada lengan
mereka. Demikianlah, mereka pun lalu saling berhadapan pula
kembali. Namun mereka sekarang benar-benar menyadari
dengan siapa mereka berhadapan. Liu Yang Kun yang berhasil
meloloskan diri dari kesulitan, dan bahkan bisa dikatakan
menang dalam adu tenaga tadi, tampak termangu-mangu
menyaksikan pengaruh dari bubuk beracun itu. Semua benda
yang tersentuh oleh bubuk itu berubah menjadi gosong
kehitaman. Rumput, tanah dan dedaunan menjadi layu serta
kehitaman seperti bekas terbakar.
"Tampaknya sangat sukar menundukkan mereka. Selain
ilmu s ilat mereka sangat tinggi, mereka juga memiliki alat-alat
pembunuh yang sulit diduga." ujar pemuda itu di dalam
hatinya. Begitu pula halnya dengan Kim Hong San dan Nyo Kin Ong.
Kedua orang murid Giok-bin Tok-ong itu juga kelihatan pucat
dan ngeri menyaksikan kesaktian Liu Yang Kun. Jari-jari
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tangan mereka serasa patah dan lengan merekapun juga
masih terasa lumpuh akibat benturan kekuatan tadi. Begitu
sakitnya lengan dan jari-jari mereka, sehingga rangkaian
serangan beruntun yang telah mereka persiapkan sebelumnya
menjadi urung mereka lakukan. Sebenarnya mereka berdua
telah menyiapkan Jaring pusaka dan getah bunga Hiat-sianhoa (Bunga Darah Dewa) untuk melumpuhkan perlawanan Liu
Yang Kun. Jaring pusaka adalah jaring yang sangat kuat dan
tahan senjata sedangkan getah bunga Hiat-sian-hoa dapat
mengakibatkan mata menjadi buta.
"Bagaimana...... su-heng?" Nyo Kin Ong berbisik kepada
Kim Hong San. "Kita takkan menang kalau cuma mengandalkan ilmu silat
kita. Kita terpaksa mempergunakan kepandaian khusus kita
sebagai warga Lembah Tak Berwarna. Kau siap?"
"Tentu saja. Tapi...... apa yang harus kita lakukan"
Membunuhnya atau cuma menangkapnya saja?" Nyo Kin Ong
bertanya, sambil sesekali mulutnya meringis menahan rasa
sakit yang masih mengeram di lengannya.
Kim Hong San menghela napas. "Kalau bisa.. kita tangkap
saja dahulu. Siapa tahu su-hu masih membutuhkannya" T api
kalau tidak bisa, apa boleh buat. Kita bunuh dia!"
Ternyata tersinggung juga hati Liu Yang Kun mendengar
percakapan lawannya. Tapi dengan kematangan pengalamannya pemuda itu berusaha untuk menahan
kemarahannya. Ia harus tetap tenang dan waspada
menghadapi jago-jago dari kalangan hitam itu.
"Aku tidak boleh terpancing dalam kemarahan, karena
kemarahan akan membuatku lengah. Dan kelengahan itu akan
menjebloskan ke dalam kesulitan. Aku sama sekali tidak boleh
lengah menghadapi kelicikan, kecurangan dan tipu muslihat
mereka. Sangat mudah menghadapi ilmu silat mereka, tapi
tidak mudah menduga apa yang hendak mereka perbuat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dengan racun-racun dan alat-alat pembunuh mereka yang lain
itu." Oleh karena itu dengan suara dingin Liu Yang Kun berkata.
"Nah.......bagaimana pendapat kalian sekarang" Apakah kalian
masih ingin memaksakan aku untuk menyerahkan buku itu"
Kalau masih.....hmm, marilah kita lanjutkan permainan kita
tadi! Ataukah kalian ingin menunggu guru dan saudara
seperguruan kalian dulu?"
"Bangsat! Sombong benar kau! Lihat serangan...........!"
Nyo Kin Ong tak tahan mendengar olok-olok Liu Yang Kun.
Sambil mengumpat kasar dia menerjang. Entah dari mana ia
mengambilnya, tiba-tiba saja tangannya telah memegang
seekor ular kecil panjang berwarna kuning kemerahan. Ular itu
tampak garang dan buas! Melilit dan mengeliat-geliat di dalam
cengkeramannya. Liu Yang Kun cepat mengelak. Apalagi ketika ular itu ikut
menyambar dan berusaha mematuk lengannya. Dan sekilas
pemuda itu mencium bau yang harum dan manis seperti
harumnya bau lebah. "Gila! Ular itu tampaknya sangat berbisa pula.......!"
keluhnya tertahan. Demikianlah pertempuran dahsyat pun tak bisa dielakkan
lagi. Melihat adik seperguruannya sudah maju, Kim Hong San
pun segera membantu pula. Kedua belah tangannya tahu-tahu
juga telah memegang dua ekor ular eng-leng-coa (Ular lampu
merah) yang mengeluarkan sinar di atas kepalanya itu. ular
yang tidak takut terhadap senjata tajam itu juga tampak buas
dan ganas di tangan Kim Hong San.
Di antara kesibukannya melawan lawannya Liu Yang Kun
sempat menjadi kaget juga melihat ular di tangan Kim Hong
San itu. Tiba-tiba pemuda itu ingat akan sebuah cerita yang
pernah didengarnya dari mulut Tui Lan, isterinya. Isterinya
pernah bercerita tentang seorang lelaki tua yang sangat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
membenci gurunya sendiri, karena guru itu telah mengganggu
isteri muridnya tersebut. Lelaki tua itu bernama Ang-leng Kokjin, tinggal di Lembah Ang-leng (Lampu Merah), yaitu sebuah
lembah terasing yang banyak dihuni ular Ang-leng-coa itu.
Tiba-tiba Liu Yang Kun melompat mundur. "Eh..... tunggu
sebentar!" teriaknya.
Kim Hong San dan adik seperguruannya terpaksa menahan
tangannya. Dengan marah mereka menatap Liu Yang Kun.
"Ada apa" Kau telah berubah pikiran?" Kim Hong San
bertanya lantang. Liu Yang Kun tidak mempedulikan pertanyaan tersebut.
Sebaliknya dengan tenang dan bersungguh-sungguh ia malah
ganti bertanya pula. "Betulkah ular yang kaubawa itu ular
Ang-leng-coa" Kalau benar.......hmmh, apakah hubungan
kalian dengan mendiang Ang-leng Kok-jin dari Ang-leng-kok
(Lembah Lampu Merah) itu?"
Kim Hong San dan Nyo Kin Ong terperanjat dan saling
memandang satu sama lain. Kemudian mereka berdua
menatap Liu Yang Kun dengan tajamnya.
"Kau mengenal Twa-suheng (Kakak seperguruan yang
tertua) kami?" kedua orang murid Giok-bin Tok-ong itu
menggeram hampir berbareng.
Namun kedua orang itu menjadi heran ketika Liu Y ang Kun
menggelengkan kepalanya. "Lalu..... apa hubunganmu dengan Twa-suheng" Kenapa
kau tiba-tiba bertanya tentang dia?" Kim Hong San mendesak
dengan curiga. Liu Yang Kun menarik napas panjang. Untuk yang kedua
kalinya pemuda itu tidak menjawab pertanyaan lawannya.
Pikirannya justru melayang-layang jauh ke masa lampau,
ketika ia masih berada di dalam lorong gua di bawah tanah
bersama Tui Lan. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Bersama Tui Lan ia pernah membaca buku Im-Yang Tokkeng, pemberian Ang-leng Kok-jin itu. Di dalam buku itu
tertulis berbagai macam hal tentang racun yang terdapat di
dalam dunia ini. Baik yang terdapat pada alam, tumbuhtumbuhan dan hewan, maupun pada manusia sendiri.
Di dalam buku Im Yang Tok-keng itu tertulis pula tentang
macam-macam ular berbisa yang hidup di dunia ini. Dan
diantaranya adalah Ang-leng-coa dan ular madu lebah itu.
Kedua ekor ular itu termasuk jenis ular-ular istimewa yang
paling berbisa di dunia. Yang sentuhan dari sisik-sisiknya saja
sudah mampu untuk membunuh manusia atau binatang
lainnya. Selain itu kedua ekor ular tersebut memiliki
keistimewaan-keistimewaan pula. Ang-leng-coa selain dapat
mengeluarkan sinar di dalam gelap, kulitnya juga mampu
bertahan terhadap sabetan senjata tajam.
Sedangkan Ular Madu Lebah yang kini dipegang oleh Nyo
Kin Ong itu, selain memiliki bisa atau racun yang sangat
ganas, juga memiliki kecerdasan dan perasaan yang peka luar
biasa. Bila dipelihara, binatang itu akan mengabdi dengan
tulus seperti halnya kuda, anjing, kucing dan lain sebagainya.
Dan oleh karena itu pula binatang tersebut dapat diajari juga
dengan berbagai macam kepandaian oleh manusia.
Namun demikian di dalam buku Im-Yang Tok-keng itu juga
disebutkan pula kelemahan-kelemahan dari kedua ekor ular
tersebut. Bahkan disebutkan juga cara-cara menundukkan
mereka. Ular Ang-leng-coa itu akan mati kutu bila diserang atau
disentuh pada bagian kepalanya yang mengeluarkan sinar
tersebut. Sementara kekebalan kulitnya ternyata juga cuma di
bagian punggung dan sisinya saja, karena di bagian tubuhnya
yang menempel tanah sama sekali tidak kebal terhadap
senjata tajam. Demikian pula halnya dengan ular Madu Lebah itu. Ular itu
akan segera kehilangan bisanya bila tubuhnya terendam air.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sementara kekuatan dan kegesitannya juga akan hilang
apabila dicengkeram di bagian duburnya.


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selain dari pada itu, yang jelas semua ular yang ada di
dunia ini tentu takut dan tunduk kepada Ceng-liong-ong raja
mereka. Sebab bagaimanapun dahsyat dan hebatnya bisa atau
racun mereka, mereka takkan mampu melawan Ceng-liongong. Racun mereka akan segera tawar bila menyentuh kulit
raja ular itu, karena raja ular itu memiliki Po-tok-cu (Pusaka
Mustika Racun) di dalam tubuhnya.
"Eh.......?"" tiba-tiba Liu Yang Kun tersentak dari
lamunannya. Mendadak Liu Yang Kun ingat akan Po-tok-cu yang
didapatnya dari ular raksasa itu. T api bersamaan dengan saat
itu pula Kim Hong San telah menyerang kembali. Murid Giokbin Tok-ong itu benar-benar marah dan tersinggung melihat
sikap Liu Yang Kun terhadapnya. "Keparat! Kau benar-benar
sombong dan terlalu memandang rendah aku! Kubunuh kau!"
jeritnya seraya mengayunkan Ang-leng-coa yang ada di
tangan kanannya. Dengan tangkas Liu Yang Kun mengelak. Kaki kirinya
melangkah ke samping dalam jurus Berbaring Di Pintu Bulan
yaitu jurus yang pertama dari Kim liong Sin-kun warisan Bitbo-ong almarhum. Jurus itu memang sangat mudah dilakukan
oleh Liu Yang Kun, sehingga serangan ganas Kim Hong San itu
gagal mengenai sasarannya.
Namun sayang jurus itu dilakukan dengan kurang lengkap,
sehingga kemampuannyapun lalu menjadi kurang pula. Di
dalam Kim-liong Sin-kun sebenarnya harus mengenakan
mantel pusaka, karena pada mantel pusaka yang tahan
senjata itu pulalah letak kehebatan ilmu tersebut. Seperti
halnya pada jurus Berbaring Di Pintu Bulan tadi, seharusnya
Liu Yang Kun tidak hanya bisa mengelak saja karena dengan
mantel pusaka yang membungkus tubuhnya ia akan mampu
balas menyerang lawannya secara tak terduga. Bahkan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menurut gerakan aslinya, gerakan mengelak itu lalu disusul
dengan menggeliat, menebaskan badik (pisau) dari balik
mantel pusaka. Malahan kalau serangan tersebut masih dapat
juga dielakkan lawan, maka Liu Yang Kun masih bisa
meneruskannya dengan jurus berikutnya, yaitu jurus Menebar
Jala di Dalam Gelap. Tapi karena tidak mengenakan mantel pusaka, maka
gerakan yang dilakukan oleh Liu Yang Kun juga cuma
mengelak saja. Begitu lolos dari serangan Kim Hong San,
pemuda itu segera mundur dua langkah, untuk kemudian
membalas serangan itu dengan ilmunya yang lain. Pat-hongsin-ciang! Ketika Liu Yang Kun mengibaskan kedua buah lengannya
dengan disertai tenaga sakti Liong-cu-i-kang maka pusaran
angin dingin yang maha dahsyat seakan-akan lantas datang
menggencet Kim Hong San dari segala penjuru. Begitu kuat
dan dahsyatnya pusaran angin dingin tersebut, sehingga Kim
Hong San yang lihai itu tiba-tiba menjadi sesak dan tersengalsengal napasnya. Bahkan ketika ingin menghindarpun orang
itu tiba-tiba juga merasa kaku dan sulit bergerak pula. Sekejap
Kim Hong San menjadi ketakutan. Apalagi ketika dia
memandang ke arah lawannya, tiba-tiba ia merasa sangat
kecil dan lemah di hadapan pemuda itu. Ia merasa seperti
seorang anak kecil yang berhadapan dengan raksasa yang
kuat dan berwibawa! "Gila......!" ia mengumpat dan berusaha meronta dari
kekuatan yang tak dimengertinya itu.
"Kim su-heng, awas........!"
Dalam kekhawatirannya menyaksikan su-hengnya tiba-tiba
terperangkap ke dalam kesukaran, Nyo Kin Ong lalu
melemparkan Ular Madu Lebahnya ke arah Liu Yang Kun. Dan
bersamaan dengan waktu itu pula tangan kirinya juga
melontarkan sesuatu ke tengah arena, yaitu diantara kakak
seperguruannya dan Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Wuuuuuah ! Taaaaaaaar ! Bersamaan dengan meletusnya benda yang dilontarkan
Nyo Kin Ong itu, tiba tiba Liu Y ang Kun merasa lengan kirinya
dibelit ular. Lalu ketika hatinya sangat kaget melihat benda
yang meledak itu mengeluarkan asap tebal bergulung-gulung,
sekali lagi Liu Yang Kun merasa ular itu memagut lengannya.
"Ah ! uh-huk"..huk.....huk!"
Liu Yang Kun mengeluh kesakitan, kemudian terbatukbatuk pula. Pada waktu yang hampir bersamaan ternyata Ular
Madu Lebah itu telah menggigit lengannya, sementara asap
tebal yang keluar dari benda yang dilemparkan oleh Nyo Kin
Ong tadi ternyata juga hampir menggelapkan pula arena yang
memang sudah gelap oleh malam itu.
Dan semuanya itu ternyata telah membuyarkan konsentrasi
Liu Yang Kun, sehingga otomatis juga menghentikan
pemusatan ilmu Pat-hong-sin-ciang yang menggiriskan hati
itu. "Terima kasih Nyo su-te........."
Kim Hong San yang lolos dari maut itu mengucapkan
terima kasih kepada adik seperguruannya.
"Uh-huk...huk......!" Liu Yang Kun yang belum bisa
mengelakkan diri dari kurungan asap tebal itu terbatuk-batuk.
"Dia telah digigit Ular Madu Lebah dan mengisap Asap
Pengantar Tidur kita, su-heng!" Nyo Kin Ong berseru
kegirangan. "Bagus! Kita tak usah mendekat dulu. Biarlah ia menjadi
lemas dan mati dengan sendirinya."
"Apa tidak kita ringkus sekalian dengan Jaring pusaka kita?"
"Tak perlu. Racun ular Madu Lebah itu sudah cukup untuk
membunuhnya. Kita nantikan saja dari kejauhan."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Asap tebal yang sangat memabukkan itu akhirnya
menghilang juga ditiup angina. Di tengah arena tinggallah
tubuh Liu Yang Kun yang jangkung itu bergoyang-goyang mau
jatuh. Tampak benar kalau pemuda itu sedang berjuang
melawan rasa sakit yang menyerang badannya.
"Lihat, su-te! Dia sedang meregang nyawa! Huh.....Hebat
juga daya tahannya. Orang lain tentu sudah binasa sejak
tadi." Jilid 25 "Heran. Aku juga merasa heran. Biasanya orang akan
langsung mati begitu digigit Ular Madu Lebah kita, betapapun
lihainya orang itu." Nyo Kin Ong menyahut sambil menimangnimang Ular Madu Lebahnya yang telah berada kembali di
tangannya. Asap tipis seperti mengepul dari seluruh tubuh Liu Yang
Kun. Perlahan-lahan wajahnya yang pucat seperti kapas itu
berubah kemerah-merahan kembali. Dan beberapa saat
kemudian pemuda itu telah berdiri tegak seperti semula.
Matanya kembali mencorong seperti tidak pernah terjadi apaapa sebelumnya. "Gila! Mengapa dia dapat bertahan terhadap racun yang
sangat mematikan itu?" Kim Hong San tiba-tiba menggeram
marah. Nyo Kin Ong menjadi pucat pula mukanya. Ia
membelalakkan matanya seolah olah tak percaya. Dan rasa
kagetnya itu seperti menular pula pada ularnya. Ular Madu
Lebah itu seperti ketakutan pula di tangannya. Sambil
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
melingkar dan bersembunyi di dalam lengan bajunya, terasa
tubuh ular itu menjadi dingin gemetaran.
Apa sebenarnya yang terjadi" Mengapa Liu Yang Kun tidak
binasa setelah menerima gigitan ular berbisa itu"
Bahkan, mengapa pula pemuda itu seperti tidak
terpengaruh oleh Asap Pengantar Tidur tadi"
Seperti telah diketahui, di dalam tubuh Liu Yang Kun sendiri
juga bersemayam kadar racun yang sangat tinggi. Bahkan
racun tersebut telah menyatu dengan darah, sehingga
pemuda itu merupakan manusia beracun yang sangat
berbahaya pula. Namun bukan hal itu yang menyebabkan
pemuda tersebut lolos dari racun Ular Madu Lebah maupun
Asap Pengantar Tidur tadi, karena semenjak meminum darah
Ceng-liong-ong, racun itu telah tawar atau telah hilang dari
tubuhnya. Tapi-Po-tok-cu atau Pusaka Mustika Racun-lah yang
menyebabkan pemuda itu terhindar dari maut.
Dalam keadaan yang sangat berbahaya tadi, Liu Yang Kun
segera teringat akan Po-tok-cu miliknya. Cepat benda itu
dikulum di dalam mulutnya, lalu dikerahkannya pula Liong-cui-kangnya, sehingga dengan cepat pula khasiat itu menyebar
ke dalam tubuhnya. Dan sebentar saja khasiat dari mustika
racun tersebut telah mendesak keluar semua racun yang
masuk ke dalam tubuhnya. Bahkan pengerahan tenaga dalam
yang sangat berlebihan itu menyebabkan badan Liu Y ang Kun
mengeluarkan bau yang khas, yaitu bau amis ular.
Dan bau amis itu ternyata mempunyai pengaruh yang
sangat hebat terhadap Ang-leng-coa dan Ular Madu Lebah.
Ketiga ekor ular yang dipegang oleh murid-murid Giok-bin
Tok-ong tersebut tiba-tiba terkulai jatuh ke tanah, kemudian
merayap dengan ketakutan ke depan Liu Yang Kun. Seperti
pesakitan yang sedang menunggu keputusan hukumannya,
ketiga ekor ular itu tergolek lesu di depan Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tentu saja hal itu sangat mengejutkan Kim Hong San dan
Nyo Kin Ong. Dan rasa kaget tersebut semakin bertambah
menjadi-jadi pula ketika tiba-tiba mereka menyaksikan
belasan, bahkan berpuluh-puluh ekor ular dari berbagai
macam jenis, tampak bermunculan dari semak-semak di
sekitar mereka. Ular-ular itu menjalar berbondong-bondong
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang 2 Pedang 3 Dimensi Lanjutan Pendekar Rambut Emas Karya Batara Istana Pulau Es 20

Cari Blog Ini